Upload
others
View
32
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
• Laporan Akhir •
Pengembangan Panduan Teknis
(BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk
Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan
Pembuangan Limbah yang
Mengandung PBDE di Sektor Daur
Ulang Plastik
Januari 2019
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
1
Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan
untuk Meningkatkan Penanganan, Penyimpanan, Daur Ulang, dan
Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
Dibuat oleh
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia kolaborasi bersama United Nations for Development Programme (UNDP) melalui proyek “Reducing PBDE and UPOPs”
Alamat
Kementerian Perindustrian, Gedung Kementerian Perindustrian Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53, Jakarta Selatan 12950 Indonesia Telp.: +62 21 5255 509 ext. 2666 UNDP Indonesia Country Office Menara Thamrin 8-9th Floor Jl. MH Thamrin Kav. 3, Jakarta 10250 Phone: +62-21-29802300 Fax: +62-21-39838941
Disusun oleh
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
2
Asian Management Consulting Jakarta, Indonesia
www.Asian Management Consultingconsult.com
Terbitan pertama: January 2019
Team
Team Leader : Dr. Edzard Ruehe
Trainer : Tjokorde Walmiki Samadi
Assistant Trainer : Mohamad Bijaksana Junerosano
Project Assistant : Christian Natalie
copyright 2019 @ Kementerian Perindustrian
Peringatan:
Pandangan yang diungkapkan dalam publikasi ini berasal dari penulis dan tidak mewakili
PBB, termasuk UNDP, atau negara anggota PBB.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
3
SAMBUTAN
Sebagai salah satu negara yang telah meratifikasi Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik yang Persisten (POPs) yang merupakan komitmen global untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari POPs, Indonesia berupaya untuk mengurangi dan/atau menghapuskan produksi dan penggunaan, serta impor dan ekspor POPs yang diproduksi secara sengaja maupun tidak disengaja. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui kegiatan Proyek “Development of the training module and training on the use of flame retardant on plastic manufacturers and PBDE identification in raw materials” yang diprakarsai oleh United Nations Development Program (UNDP) bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian. UNDP memberikan mandat kepada tim konsultan dari Asian Management Consulting untuk menyusun modul pelatihan, menyampaikan pelatihan tersebut serta memastikan dilaksanakannya kegiatan implementasi kepada industri pembuat plastik dari industri peralatan listrik dan elektronik.
Kami sampaikan apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya atas dukungan dan arahan dalam penyusunan modul pelatihan kepada tim PBDEs dan UPOPs –UNDP yang dipimpin oleh Bapak Kurnia Hanafiah, National Project Manager, dan tim dari Pusat Industri Hijau, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian, di bawah pimpinan Bapak Ir. Teddy Caster Sianturi, MA.
Penghargaan juga kami sampaikan kepada PT Kabel Metal Indonesia, Tbk dan PT Intera Lestari Polimer atas kesediaan menjadi tempat uji coba pelatihan dan telah memberikan masukan yang sangat penting dalam perbaikan modul pelatihan dan penyampaian materi pelatihan yang lebih efektif. Demikian juga kami sampaikan terima kasih kepada peserta kegiatan Focus Group Discussion, khususnya kepada perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK), Balai Besar Kimia dan Kemasan, BPPT, UNTIRTA, INAPLAS, APPI, GABEL, APKABEL, serta perwakilan asosiasi lainnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Balai Besar Barang dan Bahan Berbahaya (B4T) yang telah berkenan membantu pembuatan video pelatihan dan juga peragaan alat XRF selama pelatihan, khususnya kepada pimpinan B4T Bapak Ir. Budi Susanto MT serta Kepala Laboratorium Kimia, Bapak Deni Cahyadi beserta tim Laboratorium Kimia.
Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Modul Pelatihan Penggunaan Bahan Penghambat Nyala (Flame Retardant) dan Identifikasi PBDE pada bahan mentah di Perusahaan Pembuat Plastik pada Industri Manufaktur Peralatan Listrik dan Elektronik yang telah disusun ini dapat mendukung upaya UNDP dan Kemenperin dalam mengurangi emisi PBDE.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
4
DAFTAR ISI
SINGKATAN ..................................................................................................................... 8
RINGKASAN EKSEKUTIF ...................................................................................................10
1. PENDAHULUAN .......................................................................................................11
2. PENCAPAIAN TUJUAN DAN AKTIVITAS .....................................................................22
3. LATAR BELAKANG....................................................................................................26
3.1 POP dan PBDE ...................................................................................................... 26
3.2 Perjanjian Internasional ....................................................................................... 26
3.3 Program UNDP ..................................................................................................... 28
4. TINJAUAN PERJANJIAN, STANDAR, DAN PERATURAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL TERKAIT PBDE .................................................................................................................30
4.1. Perjanjian internasional terkait POP .................................................................... 30
4.2. Standar internasional ........................................................................................... 32
4.3. Kebijakan dan Peraturan Nasional ....................................................................... 32
4.4. Kesimpulan ........................................................................................................... 34
5. DAUR ULANG PLASTIK DI INDONESIA, MATERIAL YANG DIDAUR ULANG, PROSES PRODUKSI, DAN PENDAUR ULANG ..................................................................................36
5.1. Plastik EEE yang didaur ulang di Indonesia .......................................................... 36
5.2. Proses Produksi .................................................................................................... 37
5.3. Profil Pendaur ulang............................................................................................. 38
6. TEKNOLOGI TERBAIK YANG TERSEDIA DAN PRAKTIK LINGKUNGAN TERBAIK ............40
6.1. X-Ray Fluorescence (XRF) ..................................................................................... 40
6.2. Sliding Spark Spectroscopy (SSS) ......................................................................... 41
6.3. Teknologi Sink and Float ...................................................................................... 41
6.4. Pembongkaran dan Pemisahan Manual .............................................................. 42
6.5. Pengendalian Emisi PBDE pada Proses Produksi ................................................. 43
7. PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN ....................................................................44
7.1. Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi ................................................................ 44
7.2. Pengembangan Pembuatan Video ...................................................................... 45
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
5
7.3. Pengembangan Materi Pelatihan ........................................................................ 45
7.4. Focus Group discussion tekait Modul .................................................................. 46
7.5. Uji Coba Pelatihan ................................................................................................ 48
7.6. Focus Group discussion setelah Uji Coba Pelatihan ............................................ 48
8. UJI COBA PELATIHAN (TRY OUT TRAINING) ..............................................................49
8.1. Kinerja Pelatihan ................................................................................................. 49
8.2. Hasil Training ........................................................................................................ 50
9. IMPLEMENTASI PENDAUR ULANG ...........................................................................54
9.1. Aktivitas yang dilakukan ...................................................................................... 54
9.2. Hasil Implementasi ............................................................................................... 55
9.3. Focus Group Discussion ....................................................................................... 55
9.4. Kesimpulan ........................................................................................................... 56
9.5. Rekomendasi kepada Pemerintah Pendaur Ulang untuk Mengontrol PBDE pada Sektor Daur Ulang Plastik................................................................................................. 58
10. DISEMINASI BAT / BEP ............................................................................................59
10.1. Aktivitas yang Dilakukan ...................................................................................... 59
10.2. Hasil Diseminasi ................................................................................................... 62
11. KESIMPULAN ...........................................................................................................64
12. REFERENSI ...............................................................................................................64
LAMPIRAN ......................................................................................................................67
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Hasil Approaching kepada Pendaur Ulang .......................................................... 11
Gambar 5.1 Alur Kegiatan Daur Ulang Plastik dari E-Waste ................................................... 36
Gambar 5.2 Presentasi Jumlah Perusahaan Daur Ulang Plastik di Indonesia (Data ADUPI) ... 37
Gambar 5.3 Presentasi Jumlah Perusahaan Daur Ulang Plastik di Pulau Jawa (Data ADUPI) 38
Gambar 5.4 Jumlah Anggota APDUPI ...................................................................................... 38
Gambar 7.1 Aspek Kompetensi ............................................................................................... 43
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
7
SINGKATAN
AMC Asian Management Consulting
ABS Acrylnitrile Butadiene Styrene
APD Alat Pelindung Diri
ATH Aluminium Trihidroksida
BAT Best Available Technique
BEP Best Environmental Practice
BFR Brominated Flame Retardant
CFR Clorinated Flame Retardant
CPU Central Processing Unit
EEE Electronics and Electrical Engineering
FGD Focus Group Discussion
FR Flame Retardant
GCMS Gas chromatography–mass spectrometry
HDPE High Density Polyethylene
HIPS High Impact Polystyrene
Kemenperin Kementerian Perindustrian
LCD Liquid Crystal Display
LDPE Low Density Polyethylene
LEV Local Exhaust Ventilation
MDH Magnesium Dihidrokside
PBT Polybutylene Terephthalate
PA Polyamide
PC Polycarbonate
PCB Printed Circuit Board
PCB Polychlorinated Biphenyls
PBDE Polybrominated Diphenyl Ether
PET Polyethylene Terephtalate
PMMA Polymethyl Methacrylate
POP Persistent Organic Compound /Polutan Organik Persisten
PVC Polyvinyl Cloride
PS Polystyrene
PP Polipropilen
RoHS Restriction of Hazardous Substance
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
8
SSS Sliding Spark Spectroscopy
SVOC Semi-Volatile Organic Compound
TPA Tempat Pembuangan Akhir
UNEP United Nations Environment Programme
UNDP United Nations Development Programme
UPE Unsaturated (Thermoset) Polyesters
W4C Waste for Change
VOC Volatile Organic Compound
XRF X-ray Fluorescence
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
9
RINGKASAN EKSEKUTIF
Latar Belakang
Indonesia berkomitmen untuk mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh Polutan Organik
Persisten (POP) dan meratifikasinya melalui Konvensi Stockholm tentang Polutan Organik
Persisten (POP) pada tanggal 28 September 2009 (UU No.19 / 2009). Pemerintah telah
mengembangkan Rencana Implementasi Nasional atau National Implementation Plan (NIP)
untuk mengurangi pelepasan Polybrominated Diphenyl Ethers (PBDEs) dan UPOP ke
lingkungan global dengan beralih ke bahan alternatif lainnya yang tidak mengandung PBDE
dalam produksi utama plastik.
UNDP mendukung sebuah program di Indonesia terkait penerapan kewajiban Indonesia
terhadap Konvensi Stockholm, khususnya untuk mengurangi pelepasan PBDE sebagai
penghambat nyala api yang bersifat racun, melalui peningkatan pengelolaan siklus hidup (life-
cycle) secara keseluruhan dari plastik yang mengandung PBDE dari hulu (manufaktur) hingga
hilir (konsumen, daur ulang, dan pembuangan).
Proyek mengenai “Pengembangan pedoman teknis (BAT/BEP) dan modul pelatihan untuk
peningkatan penanganan, penyimpanan, daur ulang dan pembuangan limbah yang
mengandung PBDE dalam sektor daur ulang plastik” telah ditugaskan kepada AMC mewakili
Kemenperin dengan dukungan UNDP.
Tujuan Program
1. Mengembangkan BAT/BEP, diseminasi dan uji coba implementasi BAT/BEP di
perusahaan daur ulang terpilih dalam Bahasa Indonesia.
2. Mengembangkan modul pelatihan selama 2 (dua) hari tentang bahaya PBDE dalam
rangka meningkatkan penanganan, penyimpanan, daur ulang, dan pembuangan
limbah yang mengandung PBDE dalam Bahasa Indonesia.
3. Menguji coba modul pelatihan dan menerapkan BAT/BEP di satu pelaku daur ulang
terpilih.
4. Meninjau efektivitas dan merevisi modul pelatihan dan BAT/BEP, berkoordinasi
dengan Mol dan UNDP.
5. Melakukan pelatihan setidaknya kepada enam pelaku daur ulang terpilih (informal,
informal skala menengah dan formal skala besar) di Jawa Timur dan Jawa Barat di
ruang pertemuan di hotel bintang 3 di Bandung dan Surabaya.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
10
6. Menerapkan BAT/BEP setidaknya kepada enam pendaur ulang terpilih (informal,
informal skala menengah dan formal skala besar) di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Keluaran yang Diharapkan
1. BAT/BEP yang dapat diterapkan melalui tahapan pengembangan, penyebarluasan dan
penerapan (implementasi).
2. Pengembangan dan implementasi modul pelatihan yang user-friendly.
3. Kegiatan pelatihan dan BAT/BEP untuk setidaknya enam (6) pelaku daur ulang terpilih
(informal, informal skala menengah, dan formal skala besar) di Jawa Timur dan Jawa
Barat.
4. Peningkatan kapasitas teknis peserta dalam mengidentifikasi PBDE dalam bahan
limbah.
5. Peningkatan kapasitas teknis peserta dalam penanganan, penyimpanan, dan
pembuangan barang yang mengandung PBDE.
6. Penyerahan laporan akhir (dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), modul
pelatihan (dalam Bahasa Indonesia), pedoman BAT / BEP (dalam Bahasa Indonesia)
dan dokumentasi.
Peraturan dan Standar Nasional-Internasional
Langkah pertama proyek ini adalah meninjau beberapa perjanjian nasional dan internasional
yang relevan, standar dan peraturan yang terkait PBDE.
Konvensi Stockholm tentang Polutan Organik Persisten merupakan perjanjian lingkungan
internasional, ditandatangani pada tahun 2001 dan mulai berlaku pada bulan Mei 2004, yang
bertujuan untuk menghilangkan atau membatasi produksi dan penggunaan polutan organik
persisten (POP), yang mencakup 12 bahan kimia (disebut juga dirty dozen). Sejak pertemuan
keempat pada tahun 2009, COP memutuskan untuk mengubah Lampiran A, B dan C pada
konvensi dengan menambahkan 16 bahan kimia dalam Lampiran A (Eliminasi), termasuk
PBDE. Bahan kimia ini secara kolektif disebut sebagai POP-PBDE.
Diantaranya, ketentuan Konvensi Stockholm mensyaratkan masing-masing pihak untuk
melarang dan / atau menghilangkan produksi dan penggunaan POP yang diproduksi secara
sengaja, termasuk PBDE.
RoHS (Restriction of Hazardous Substances)
RoHS mungkin merupakan regulasi yang paling relevan dengan PBDE. Sejak Februari 2003,
pembatasan penggunaan bahan berbahaya dalam peralatan listrik dan elektronik telah
ditegakkan berdasarkan undang-undang Uni Eropa (UE) melalui RoHS directive 2002/95 / EC
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
11
(RoHS asli), yang diperbarui dengan diterbitkannya RoHS directive 2011/65/EU pada tahun
2011 (RoHS 2/Recast) serta adanya Delegated Directive EU 2015/863 (RoHS 3). Di daftar RoHS
Directive, PBDE merupakan salah satu senyawa yang dibatasi dengan batas maksimum
konsentrasi sebesar 0,1% dalam semua jenis produk. Peraturan ini memiliki dampak yang
sangat besar di seluruh dunia, disebabkan tidak adanya plastik mengandung PBDE yang dapat
digunakan lagi di UE.
Indonesia
Pada tahun 2008, Indonesia telah mengembangkan Rencana Pelaksanaan Nasional atau
National Implementation Plan (NIP) untuk mengurangi penggunaan POP yang kemudian
diperbarui pada tahun 2014. Sebagaimana disebutkan dalam NIP 2014, peraturan khusus
terkait PBDE harus dikembangkan sebagai rencana aksi untuk memperkuat Kelembagaan,
Kebijakan, dan Kerangka Regulasi. Sesuai dengan peraturan Indonesia, PBDE harus
diklasifikasikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (Limbah B3).
Proses Produksi
Proses produksi daur ulang plastik elektronik telah dievaluasi dengan melakukan kunjungan
lokasi (site visit) di awal proyek. Selain itu, konsultan juga melakukan berbagai pendekatan
(approaching) kepada pendaur ulang melalui telepon dan kunjungan secara langsung. Berikut
ini merupakan grafik jumlah pendaur ulang yang berhasil dihubungi / dikunjungi.
Gambar 1.1 Hasil pendekatan kepada Pendaur Ulang
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
12
Informasi yang didapat adalah bahwa pada langkah pertama, plastik dibongkar dari sisa
peralatan listrik dan elektonik. Kemudian, plastiknya dihancurkan secara manual atau dengan
mesin yang lebih besar untuk menghasilkan bahan yang hancur dan kasar. Bahan kasar ini
digiling menjadi potongan-potongan kecil. Biasanya, diikuti oleh proses pencucian basah atau
penggilingan tanpa pencucian (giling kering). Bahan yang telah digiling kemudian masuk ke
proses ekstrusi untuk menghasilkan pelet/bijih plastik. Potongan-potongan kecil ini dapat
digunakan oleh produser plastik untuk kemudian dicetak (moulding process).
Kegiatan yang mungkin paling potensial mengemisikan PBDE adalah proses penggilingan, jika
proses itu dilakukan sebagai proses kering (giling kering). Selain itu, emisi dapat terjadi selama
proses ekstrusi, di mana plastik dipanaskan ke titik lelehnya. Di sinilah emisi PBDE (dan
mungkin dioksin) dapat diasumsikan terjadi.
Sebagian besar perusahaan daur ulang di Indonesia merupakan perusahaan kecil. Seringkali
ini dilakukan dalam skala rumah tangga. Hanya beberapa perusahaan besar yang tersedia,
dan ini sebagian besar terdapat di bagian Jawa Barat. Perusahaan-perusahaan ini sering
melakukan seluruh proses daur ulang plastik dari mulai proses pembongkaran hingga ekstrusi
atau hanya melakukan ekstrusi saja. Di Jawa Timur, banyak perusahaan yang hanya
melakukan proses sederhana seperti pembongkaran atau penggilingan saja. Perusahaan daur
ulang di Indonesia berlokasi hingga 90% di Jawa. Di Jawa, sebagian besar perusahaan dapat
ditemukan di Jawa Timur (hampir 40%). Sisanya, tersebar di Banten, Jakarta, Jawa Barat dan
Jawa Tengah, dan jumlah paling kecil berlokasi di provinsi DI Yogyakarta.
Jenis plastik yang paling banyak ditemukan dari produk peralatan listrik dan elektronik adalah
High Impact Polystyrene (HIPS), asetonitril-butadiena-styrene (ABS) dan Polyvinylchloride
(PVC) pada kabel. Semua plastik ini bisa mengandung PBDE.
Teknologi Terbaik yang Tersedia dan Praktik Lingkungan Terbaik (BAT/BEP)
Teknologi terbaik yang tersedia / praktik lingkungan terbaik yang sesuai untuk Indonesia telah
diidentifikasi dan disusun dalam dokumen terpisah. Teknik-teknik tersebut dapat dibagi
menjadi dua jenis, yakni teknik untuk identifikasi dan teknik untuk memisahkan plastik yang
mengandung PBDE. Selain itu, disertai pula teknik untuk mengendalikan dampak pada
pekerja dan lingkungan dari adanya pelepasan PBDE selama proses produksi.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
13
Dokumen tersebut menjelaskan teknologi utama untuk mengidentifikasi dan memisahkan
plastik yang mengandung PBDE seperti teknologi X-ray fluorescence (XRF), sliding spark
spectroscopy (SSS), Sink and Float, dan identifikasi berdasarkan label serta pengalaman
pekerja. Teknologi XRF, SSS dan sink & float hanya dapat membedakan antara plastik yang
mengandung Bromium (Br) dan plastik yang tidak mengandung Br. Oleh karena itu, semua
plastik yang mengandung Br akan dipisahkan (juga yang bukan termasuk PBDE, melainkan FR
lain berbasiskan Br) dan kemudian dihancurkan. Teknologi terbaik untuk menghancurkan
plastik yang mengandung PBDE adalah dengan membakarnya di pabrik semen yang
mendapatkan izin pengolahan/pemanfaatan dari pemerintah.
Langkah-langkah perlindungan selama proses produksi diantaranya:
1. Pengontrolan suhu pemrosesan
Suhu pemrosesan dalam mesin ekstrusi harus dikontrol dengan sangat baik dan harus
dijaga serendah mungkin (optimal dalam titik leleh plastik).
2. Local Exhaust Ventilation (LEV)
Cara yang efektif untuk mengendalikan emisi / asap adalah dengan “menangkapnya”
pada titik pelepasan dan mengalirkannya melalui ventilasi pembuangan sebelum
disebarkan ke udara atmosfer / udara tempat kerja. Teknik "penangkapan" ini disebut
Local Exhaust Ventilation (LEV).
3. Ventilasi Umum yang Baik
Ventilasi di ruang produksi harus tersedia dan berfungsi dengan baik serta dipelihara
(maintenance).
4. Alat Perlindungan Diri (APD)
Penggunaan APD merupakan pilihan terakhir untuk mengurangi dampak PBDE
terhadap pekerja.
Dalam panduan juga dibahas mengenai kombinasi teknologi identifikasi dengan pemisahan
jenis plastik. Hal ini penting karena dengan mengkombinasikan identifikasi PBDE dengan
pemisahan jenis plastik, dapat meningkatkan harga plastik yang dijual. Plastik yang dipisah
memiliki nilai yang lebih tinggi daripada plastik yang masih tercampur.
Pengembangan Modul Pelatihan dan Pelaksanaan Pelatihan
Pelatihan telah dikembangkan berdasarkan metodologi berbasis kompetensi. Modul yang
dikembangkan telah didiskusikan dalam tiga kali diskusi terfokus (Focus Group Discussion) dan
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
14
telah diuji dalam uji coba pelatihan (Try Out Training) di mana beberapa peserta dari tiga
perusahaan mengikuti pelatihan tesebut.
Dua pelatihan telah dilakukan di Jawa Barat (Bekasi) dan Jawa Timur (Mojokerto), masing-
masing pelatihan dilaksanakan selama dua hari. Pelatihan pun meliputi praktik secara
langsung (hands-on activity) dengan alat XRF dan Sink & Float dalam sebuah bak. Pelatihan di
Jawa Barat dihadiri oleh 12 peserta. Di Jawa Timur, sebanyak 18 peserta mengikuti pelatihan,
14 di antaranya dari perusahaan daur ulang, 2 orang dari Mini Depo, 1 orang dari Dinas
perindustrian, dan 1 orang dari B4T (untuk demonstrasi XRF). Sehingga, total peserta
pelatihan ada 26 peserta, sementara target berdasarkan TOR sebanyak 12 peserta (jauh
terlampaui).
Hasil Capaian Pelatihan
Evaluasi terhadap peningkatan pengetahuan memberikan hasil yang jelas dengan
peningkatan rata-rata 39%, diukur dari hasil pra dan pasca tes. Pra-dan pasca-tes memiliki 30
pertanyaan yang sama.
Area Pre-Test Post-Test Peningkatan
Jawa Barat 15 20 33%
Jawa Timur 10.9 17.6 63%
Rata-Rata 13.5 18.8 48%
Evaluasi Training oleh Peserta
Di akhir pelatihan, para peserta diminta untuk memberikan pendapatnya mengenai beberapa
aspek pelatihan pada skala 1 hingga 5 (1 Rendah, 5 Terbaik). Pelatihan di Jawa Barat telah
dievaluasi, menghasilkan nilai rata-rata 4,7 secara umum dan poin utama lainnya (pelatih,
konten, logistik dan organisasi) memiliki nilai antara 4,5 dan 4,7.
Sementara itu, pelatihan di Jawa Timur memberikan hasil sebagai berikut: Nilainya cukup
tinggi dengan rata-rata 4,1 untuk semua poin (pelatih, konten, dan logistik) dan evaluasi
pelatihan secara umum bernilai 4,3.
Impelementasi BAT
Kegiatan yang Dilakukan
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
15
Di awal masa implementasi, sebuah form/template dikembangkan berdasarkan gagasan
bahwasanya bagian utama yang didiskusikan selama pelatihan harus menjadi bagian dari fase
implementasi di perusahaan daur ulang. Semua masalah utama dalam BAT menjadi bagian
dari kuesioner.
Dalam form, semua pengamatan direkam dan dilakukan pula analisis gap (gaps analysis).
Kemudian, konsultan merekomendasikan langkah-langkah perbaikan berdasarkan gaps
analysis tersebut.
Konsultan juga mendokumentasikan hasil kunjungan kedua. Enam (6) perusahaan telah
dikunjungi, tiga (3) di Jawa Timur dan tiga (3) di Jawa Barat.
Hasil Implementasi
Perusahaan-perusahaan yang dikunjungi di Jawa Timur sebagian memiliki kesadaran akan
permasalahan PBDE. Namun, tidak ada perusahaan yang menerapkan langkah-langkah untuk
mengatasi masalah PBDE ini.
Konsultan merekomendasikan langkah-langkah berikut secara umum (jika ini berlaku pada
proses produksi yang spesifik):
• Pisahkan bagian elektronik yang lebih besar yang teridentifikasi bebas PBDE melalui
label RoHS.
• Identifikasi kandungan unsur bromin (Br) untuk bagian elektronik yang lebih besar
melalui teknologi XRF atau SSS. Cara ini mungkin memerlukan dukungan dari
pemerintah melalui Mini Depo yang direncanakan pemerintah. Perusahaan mungkin
saja terlalu sulit untuk membeli peralatan tersebut.
• Gunakan hidrometer untuk langkah proses Sink and Float dengan larutan garam.
Optimalkan proses dengan memvariasikan konsentrasi garam.
• Jangan menjual limbah ke produsen batu bata yang ilegal, tetapi buanglah ke
perusahaan semen.
• Buang limbah plastik ke tempat pembuatan semen (dibuktikan dengan
sertifikat/bukti) untuk pembakaran limbah B3.
• Cobalah untuk mengolah dan menggunakan kembali air limbah, jangan
membuangnya ke sungai.
• Tingkatkan sistem tata letak (house keeping)
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
16
• Tingkatkan kualitas produk dengan cara pencucian yang baik, pemisahan plastik
dengan menggunakan teknologi (menggunakan IR atau sink dan float canggih dengan
kepadatan tertentu) dan menyesuaikan ukuran cacahan plastik sesuai yang diminta
pelanggan.
Hasil kunjungan kedua menunjukkan bahwa para pendaur ulang enggan menerapkan
langkah-langkah yang kami rekomendasikan tersebut. Hanya satu perusahaan yang telah
menerapkan tindakan untuk mengatasi masalah PBDE ini: mereka mau menggunakan APD.
Alasan utamanya adalah tidak ada keuntungan finansial (atau lainnya) bagi mereka. Bahkan,
langkah-langkah ini menambah biaya untuk proses daur ulang mereka: kehilangan bahan
(bagian yang mengandung PBDE), investasi untuk membeli alat XRF, SSS atau Sink and Float,
biaya tenaga kerja untuk proses tambahan, biaya transportasi, dan biaya untuk pembakaran
di semen kiln.
Diseminasi
Diseminasi BAT dan keseluruhan proyek telah dilakukan pada 17 Januari 2019 di Bekasi, Jawa
Barat dan pada 18 Januari 2019 di Mojokerto, Jawa Timur. Setiap acara direncanakan selama
setengah hari. Susunan acara meliputi mini talk show dengan perwakilan tim proyek,
pemerintah dan dari perusahaan daur ulang. Mini Drama disajikan oleh kelompok teater
terkait bahaya PBDE. Pedoman BAT telah diserahkan kepada asosiasi oleh Kementerian
Perindustrian. Sebanyak 52 (lima puluh lima) orang berpartisipasi di Diseminasi Jawa Barat
dan 35 (tiga puluh lima) orang di Diseminasi Jawa Timur, sehingga total peserta berjumlah 87
(delapan puluh tujuh) orang.
Rekomendasi untuk Pemerintah Indonesia
Rekomendasi untuk Pemerintah Indonesia telah dikembangkan berdasarkan pengalaman
dalam proyek ini berdasarkan hasil kunjungan lapangan, pelatihan dan kegiatan
implementasi. Rekomendasi ini dikembangkan oleh tim ASIAN MANAGEMENT CONSULTING
(AMC) di luar lingkup proyek dan dapat dipertimbangkan oleh pemerintah Indonesia untuk
mendukung terlaksananya kegiatan pemisahan limbah yang mengandung PBDE.
Berikut rekomendasinya:
• Pemerintah Indonesia direkomendasikan untuk melarang penggunaan PBDE dalam
proses produksi / penjualan produk dan bagiannya yang mengandung PBDE. Suatu
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
17
peraturan dapat dikembangkan untuk membatasi kandungan PBDE di semua jenis
produk plastik hingga batas tertentu, misalnya 1000 ppm.
• Kementerian Perindustrian dapat mempertimbangkan untuk melakukan studi pasar
tentang PBDE dan FR berbasis bromin dalam limbah plastik elektronik di Indonesia.
Hal ini harus mencakup berapa persentase kandungan PBDE dan BR-FR pada plastik
yang dapat ditemukan, seberapa tinggi konsentrasinya, hubungannya dengan
perusahaan produksi dan tahun produksi, pasar lokal atau kemungkinan limbah
penting lainnya, dll.
• Membentuk satu atau lebih pilot projek untuk memisahkan PBDE dalam plastik. Hal
ini juga dapat mencakup teknologi untuk memisahkan jenis plastik sehingga bisa
meningkatkan kualitas plastik daur ulang di Indonesia. Informasi hasil pilot projeknya
harus dibagikan dengan perusahaan daur ulang. Metode pemisahan harus mencakup:
XRF, SSS, dan sink and float. Untuk memisahkan jenis plastik, dapat menggunakan alat
IR.
• Melakukan studi kelayakan dan mengembangkan model yang layak secara ekonomi
untuk identifikasi, pemisahan, dan pemusnahan limbah yang mengandung PBDE.
• Mengembangkan model Extended Producer Responsibility (EPR) yang dapat
diimplementasikan di Indonesia, serta turut mendukung pemisahan limbah yang
mengandung PBDE.
• Pemerintah harus mempertimbangkan untuk melarang pembakaran PCB (atau plastik
pada umumnya) di instalasi yang tidak memiliki izin dari pemerintah (termasuk
pembakaran sampah di jalanan).
• Pemerintah harus mempertimbangkan untuk melarang pembakaran plastik di
instalasi yang tidak diizinkan oleh pemerintah (termasuk pembakaran sampah di jalan-
jalan). Kembangkan solusi yang layak bagi pendaur ulang untuk mengumpulkan
"sampah" yang berisi PBDE dan untuk membuangnya ke perusahaan semen.
Hasil yang tercapai:
• BAT / BEP telah dikembangkan dalam bahasa Indonesia dan dapat digunakan
kemudian oleh Kementerian Perindustrian.
• Modul pelatihan telah diuji dan digunakan pada pelatihan yang dihadiri oleh 30
peserta (26 orang mewakili pendaur ulang) dalam dua hari pelatihan di Jawa Barat
dan Jawa Timur. Target awal menurut dokumen TOR adalah 12 orang, sehingga
berarti pencapaian dalam pelaksanaan jauh melampaui target.
• Selama uji coba pelatihan, 7 pendaur ulang telah mengikuti pelatihan.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
18
• Totalnya, lebih dari 120 orang dari sektor daur ulang plastik sampah elektronik telah
menerima sosialisasi terkait bahaya PBDE dan bagaimana penanganannya.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
19
1. PENDAHULUAN Projek mengenai “Pengembangan pedoman teknis (BAT/BEP) dan modul pelatihan
untuk peningkatan penanganan, penyimpanan, daur ulang dan pembuangan limbah
yang mengandung PBDE dalam sektor daur ulang plastik” telah ditugaskan kepada
ASIAN MANAGEMENT CONSULTING (AMC) mewakili Kemenperin dengan dukungan
UNDP.
Tujuan dan keluaran dari project ini adalah sebagai berikut:
Tujuan Program
Tujuan berikut telah ditentukan dalam kerangka acuan:
1. Mengembangkan BAT/BEP, diseminasi dan uji coba implementasi BAT/BEP di
perusahaan daur ulang terpilih dalam Bahasa Indonesia.
2. Mengembangkan modul pelatihan selama 2 hari tentang bahaya PBDE dalam rangka
meningkatkan penanganan, penyimpanan, daur ulang, dan pembuangan palstik yang
mengandung PBDE dalam Bahasa Indonesia.
3. Menguji coba modul pelatihan dan menerapkan BAT/BEP untuk satu pelaku daur
ulang terpilih.
4. Meninjau efektivitas dan merevisi modul pelatihan dan BAT/BEP, berkoordinasi
dengan Mol dan UNDP.
5. Melakukan pelatihan untuk setidaknya enam pelaku daur ulang terpilih (informal,
informal skala menengah dan formal skala besar) di Jawa Timur dan Jawa Barat di
ruang pertemuan di hotel bintang 3 di Bandung dan Surabaya.
6. Menerapkan BAT/BEP untuk setidaknya enam pendaur ulang terpilih (informal,
informal skala menengah dan formal skala besar) di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Keluaran yang harus dicapai selama fase proyek akan dijelaskan dalam bab berikut.
Keluaran yang Diharapkan
Berdasarkan kerangka acuan, berikut keluaran yang diharapkan:
1. BAT/BEP yang dapat diterapkan (aplikatif) telah dikembangan, disebarluaskan dan
diimplementasikan.
2. Pengembangan dan implementasi modul pelatihan yang user-friendly.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
20
3. Kegiatan pelatihan dan BAT/BEP untuk setidaknya enam (6) pelaku daur ulang terpilih
(informal, informal skala menengah, dan formal skala besar) di Jawa Timur dan Jawa
Barat.
4. Peningkatan kapasitas teknis peserta dalam mengidentifikasi PBDE dalam bahan
limbah.
5. Peningkatan kapasitas teknis peserta dalam penanganan, penyimpanan, dan
pembuangan barang yang mengandung PBDE.
6. Penyerahan laporan akhir (dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), modul
pelatihan (dalam Bahasa Indonesia), pedoman BAT / BEP (dalam Bahasa Indonesia)
dan dokumentasi (50 foto yang diedit).
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
21
2. PENCAPAIAN TUJUAN DAN KEGIATAN
Bab ini memberikan tinjauan umum mengenai pekerjaan yang dilakukan dan hasil yang
dicapai berdasarkan pada kerangka acuan. Informasi lebih rinci dapat ditemukan dalam
Lampiran yang disebutkan di bab ini.
Lingkup Kerja 1: Modul pelatihan dan pengembangan BAT/BEP
1.1 Meninjau standar nasional dan internasional yang bersangkutan
1.2 Pendekatan terhadap pelaku daur ulang yang direkomendasikan untuk
mengumpulkan data pembelajaran dan sistem yang telah diterapkan
1.3 Menginisiasikan rapat koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk
membahas rincian tugas
1.4 Temukan celah dan tantangan
1.5 Mengembangkan modul pelatihan dan pedoman teknis (BAT/BEP) berdasarkan
standar yang bersangkutan
1.6 Melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk meninjau modul melalui koordinasi
dengan Kemenperin dan UNDP
• Kegiatan yang dilakukan: Regulasi dan standar nasional serta internasional
terkait PBDE telah ditinjau. Tinjauan ini adalah bagian dari Laporan 1 dan
dapat ditemukan di Bab 3 Lampiran 1. Perusahaan daur ulang di Jawa Timur
dan Jawa Barat telah dikunjungi dan data pembelajaran serta sistem teknis
yang diterapkan telah dievaluasi. Rantai nilai (value chain) telah
diidentifikasi. Laporan kunjungan dapat ditemukan dalam Lampiran 2.
Instansi pemerintah juga telah dikunjungi untuk mengumpulkan informasi
tentang kegiatan mereka terkait dengan PBDE termasuk B4T, BBKK,
Kemenperin, dan KLHK. Pada 30 April 2018, laporan antara tentang
kemajuan proyek telah disampaikan kepada Kemenperin dan UNDP (lihat
Lampiran 4)
• Keluaran: Draft modul pelatihan dan pedoman BAT/BEP. Rancangan modul
pelatihan dan pedoman BAT / BEP telah disampaikan sebagai bagian dari
Laporan 1 yang dapat ditemukan dalam Lampiran 1.
Lingkup Kerja 2: Modul Pelatihan Try-out dan pendoman BAT/BEP
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
22
2.1 Merekrut pelatih
2.2 Memilih peserta target (1 pelaku daur ulang)
2.3 Melakukan pelatihan uji coba dalam satu pendaur ulang terpilih berkoordinasi
dengan Kemenperin dan UNDP
• Kegiatan yang dilakukan: Pelatih dari tim pelatih AMC yang bertanggung
jawab untuk pelatihan ini telah teridentifikasi. Karena perusahaan daur
ulang pada umumnya cukup kecil, maka tidak memungkinkan untuk
melakukan pelatihan hanya di satu lokasi pendaur ulang. Sebagai gantinya
pelatihan uji coba dilakukan di kantor Waste4Change (W4C). Tidak hanya 1
pendaur ulang saja yang diundang, tetapi pelatihan uji coba dilakukan
terhadap tiga perusahaan daur ulang untuk membuat pelatihan lebih hidup
dan lebih mirip dengan pelatihan nyata di mana juga lebih banyak peserta
akan bergabung.
• Keluaran: Laporan Try Out. Laporan try out dapat ditemukan di Lampiran 5.
2.4 Pelaksanaan FGD untuk meninjau modul pelatihan berdasarkan hasil try out dan
mengundang peserta untuk meninjau modul pelatihan serta pedoman BAT / BEP
2.5 Finalisasi modul pelatihan dan pedoman BAT / BEP
• Kegiatan yang dilakukan: FGD dilakukan atas hasil pelatihan try out. Peserta
diundang dari perusahaan yang mengikuti pelatihan try out, asosiasi dan
pemerintah. Seluruh hasil pelatihan dibahas dan digunakan untuk
meningkatkan kualitas modul.
• Keluaran: Laporan final mengenai modul pelatihan dan BAT/BEP
berdasarkan try out (dan FGD pelatihan try-out). Modul terakhir dapat
ditemukan pada Lampiran 6 dan BAT / BEP final masing-masing ditemukan
pada Lampiran 7. Laporan pelatihan Uji Coba FGD dapat ditemukan dalam
Lampiran 8.
Lingkup Kerja 3: Pelatihan dan implementasi BAT/BEP
3.1 Memilih target peserta (12 orang dari enam pelaku daur ulang)
3.2 Mengatur tempat (hotel bintang 3), jadwal dan peralatan pelatihan termasuk
sertifikat untuk kegiatan pelatihan
3.3 Melakukan kegiatan pelatihan di Jawa Timur dan Jawa Barat, berkoordinasi dengan
Kemenperin dan UNDP
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
23
3.4 Implementasi BAT/BEP di enam pelaku daur ulang
3.5 Pelaksanaan FGD untuk meninjau dan mengevaluasi pelatihan dan implementasi
BAT/BEP berkoordinasi dengan Mol dan UNDP
3.6 Pelaksanaan pelatihan dan penerapan laporan BAT/BEP serta dokumentasi media
• Kegiatan yang dilakukan: Pelatihan telah dilakukan di Jawa Barat dan Jawa
Timur masing-masing pada tanggal 28-29 November 2018 dan 3-4 Desember
2018. Di Jawa Barat, 12 peserta dari 12 perusahaan daur ulang mengikuti
pelatihan, sementara di Jawa Timur terdapat 14 pendaur ulang dar i 14
perusahaan yang mengikuti pelatihan.
Sebelum pelatihan, telah dibahas dengan Kemenperin dan UNDP bahwa
akan lebih efisien jika 12 peserta berasal dari perusahaan yang berbeda
(idealnya 12 perusahaan) dan tidak hanya dari 6 perusahaan dalam rangka
menyebarluaskan pengetahuan melalui lebih banyak pelaku daur ulang.
Selain peserta dari perusahaan daur ulang, 4 partisipan tambahan dari B4T
juga ikut mengikuti pelatihan, Dinas perindustrian, dan dua orang dari Mini
Depo yang direncanakan.
Selama fase implementasi, dapat dilihat bahwa pendaur ulang enggan untuk
melakukan pemisahan plastik yang berpotensi mengandung PBDE. Diduga
hal ini disebabkan oleh potensi kerugian yang besar bagi mereka terhadap:
i) Alat pemisahan,
ii) kerugian dari plastik yang mereka beli karena sekarang dibuang ke kiln
semen,
iii) transportasi ke kiln semen,
iv) biaya pengolahan ke kiln semen.
Tim Asian Management Consulting (AMC) telah mengembangkan beberapa
ide yang dapat dipertimbangkan oleh Kemenperin untuk membangun
pemisahan plastik PBDE dan akhirnya menghancurkan plastik itu di
Indonesia (lihat bab 9.5).
• Keluaran: Laporan kegiatan pelatihan, diseminasi dan uji coba BAT/BEP.
Laporan kegiatan pelatihan, penyebaran dan uji coba BAT/BEP dapat
ditemukan di Lampiran 9.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
24
Lingkup Kerja 4: Diseminasi BAT/BEP kepara pelaku daur ulang di Jawa Barat dan Jawa
Timur
Acara diseminasi telah dilakukan pada 17 Januari 2019 di Jawa Barat (Bekasi) dan pada
18 Januari 2019 di Jawa Timur (Mojokerto). Acara ini dihadiri oleh 52 peserta di Jawa
Barat dan 35 peserta di Jawa Timur.
Lingkup Kerja 5: Laporan Akhir
• Laporan difinalisasikan berdasarkan semua input dan komentar yang dikumpulkan
dan dikirimkan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Konsultan harus
menyerahkan perangkat penyimpanan digital (USB atau CD) yang berisi softcopy
versi laporan akhir yang dapat diedit, semua presentasi, foto, dan semua data.
• Keluaran: Laporan akhir dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, modul pelatihan
akhir serta pedoman BAT/BEP.
3. LATAR BELAKANG
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
25
3.1 POP dan PBDE
Polybrominated diphenyl ethers (PBDEs) adalah sekelompok bahan kimia
organobromin aromatik industri yang telah digunakan sejak tahun 1970-an
sebagai bahan aditif penghambat nyala api khususnya dalam berbagai produk
konsumen.
PentaBDE komersial (c-PentaBDE) adalah yang paling umum digunakan dalam
produk elektronik dan listrik. Senyawa lain termasuk homolog
"tetrabromodiphenyl ether" dan pentabromodiphenyl ether", c-OctaBDE,
"hexabromodiphenyl ether dan heptabromodiphenyl ether" serta c-DecaBDE
"decabromodiphenyl ether".
Dampak terhadap lingkungan dan kesehatan
PBDE adalah senyawa yang tergolong persisten di lingkungan, dapat
menyebabkan bioakumulasi dan memiliki potensi tinggi untuk long-range
environmental transport atau berpindah pada lingkungan dalam rentang waktu
yang lama. Bahan kimia ini telah terdeteksi pada manusia dan biota di berbagai
wilayah. Terdapat bukti efek berbahaya pada manusia dan satwa liar. Oleh karena
itu, mereka dianggap sebagai Persistent Organic Pollutants (POP).
Meskipun POP-PBDEs dianggap tidak lagi diproduksi, tantangan utama untuk
menghilangkannya adalah identifikasi dari stok produk yang telah mengandung
POP-PBDE, dan pembuangan limbah yang mengandung POP-PBDE. Volume besar
bahan-bahan ini berada dalam aliran daur ulang global dan akan terus digunakan
dalam produk konsumen.
Karena PBDE ditambahkan dalam proses pembuatan plastik yang menjadi bahan
baku untuk pembuatan peralatan listrik dan elektronik / Electronics and Electrical
Equipment (EEE), pelepasan dapat terjadi dalam pemrosesan plastik, yang
mencakup berbagai metode seperti pencampuran (mixing) dan penggabungan
(compounding), serta pencetakan, ekstrusi, dan pemintalan. Manufaktur EEE yang
secara intensif menggunakan proses semacam itu memiliki potensi untuk
melepaskan PBDE mulai dari penerimaan bahan baku hingga pengiriman produk.
Dalam daur ulang dan pembuangan limbah, bahan kimia berbahaya ini dapat
dilepaskan ke lingkungan sehingga mengakibatkan paparan terhadap manusia dan
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
26
kontaminasi lingkungan. Senyawa yang harus diwaspadai selama daur ulang serta
penyimpanan Limbah Peralatan Listrik dan Elektronik / Waste of Electronics and
Electrical Equipment (WEEE) adalah timah dan merkuri, tetapi juga PBDE. Tingkat
konsentrasi yang tinggi dari senyawa-senyawa ini telah tercatat dalam sampel
lingkungan dan manusia yang dikumpulkan di daerah di mana terjadi daur ulang
WEEE yang tidak terkendali.
Sebuah studi oleh UNEP menyimpulkan bahwa kelompok-kelompok berikut ini
dianggap berisiko tinggi karena adanya paparan terhadap POP-PBDE sebagai
konsekuensi dari keterlibatannya dalam kegiatan daur ulang:
i) Pekerja dalam operasional WEEE berteknologi rendah.
ii) Mereka yang tinggal di daerah negara berkembang di mana operasi WEEE
berteknologi rendah secara intensif terus dilakukan.
iii) Pekerja yang terlibat dalam pembuatan/daur ulang/pemasangan bahan busa
iv) Balita dan bayi menyusui - terutama di negara atau daerah di mana beban
tubuhnya sudah tinggi. Dalam skenario ini, produk daur ulang kemungkinan
akan turut berkontribusi menimbulkan paparan tingkat tinggi.
v) Pekerja di smelter dan industri lain yang memproses WEEE.
vi) Wanita usia subur dan ibu hamil, yang berhubungan langsung dengan dampak
perkembangan saraf pada janin
Selain masalah paparan manusia dan pencemaran lingkungan, daur ulang
dan/atau pembuangan limbah dari aliran limbah ini juga dapat menghasilkan
masalah keselamatan. Oleh karena itu, daur ulang dan pembuangan aliran limbah
yang mengandung POP-PBDE memerlukan pendekatan holistik yang
mempertimbangkan semua polutan ini, pelepasan/emisi terkait dan risiko terkait.
Pendekatan life cycle assessment menjamin bahwa semua dampak lingkungan ini
dipertimbangkan dan dievaluasi secara memadai untuk keputusan yang berbasis
dengan menyesuaikan skema daur ulang dan pembuangan yang paling tepat untuk
material yang mengandung POP-PBDE. Untuk aliran material ini, berbagai pihak
didorong untuk mengambil tindakan pencegahan yang tepat untuk memastikan
bahwa pelepasan semua polutan ini dapat diminimalkan.
Rincian lebih lanjut dapat ditemukan di bab 3 dari Laporan Pertama (Lampiran 1).
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
27
3.2 Perjanjian Internasional
Dampak PBDE pada kesehatan manusia dan sifat persistennya di lingkungan
menghasilkan dimasukkannya PBDE ke dalam Konvensi Stockholm. The Stockholm
Convention on Persistent Organic Pollutants adalah perjanjian lingkungan
internasional, ditandatangani pada tahun 2001 dan berlaku mulai bulan Mei tahun
2004, yang bertujuan untuk mengeliminasi atau melarang produksi dan
penggunaan Polutan Organik Persisten (POPs). C-pentaBDE dan c-octa BDE telah
dimasukkan dalam Stockholm Convention di tahun 2009 dan juga d-PBDE di tahun
2017.
Pada bulan Mei 2017, The Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants
telah diratifikasi oleh 181 pihak termasuk Indonesia, yang mengeluarkan Undang
Undang No. 19/2009 sebagai dasar perundang-undangan ratifikasi. Salah satu
kewajiban negara yang menyetujui konvensi ini adalah mengembangkan National
Implementation Plan (NIP). Dokumen NIP Indonesia pertama disahkan oleh
Pemerintah Indonesia pada tahun 2008 dan diperbaharui pada tahun 2014.
3.3 Program UNDP
UNDP Indonesia bersama Kementrian Perindustrian dan didukung oleh Global
Environment Facility (GEF), berinisiatif untuk mengurangi penyebaran
Polybromodiphenyl Ethers (PBDEs) dan Unintentional Persistent Organic
Pollutants (UPOPs) yang berasal dari poses produksi. PBDE adalah salah satu
kelompok Brominated Flame Retardants (BFRs) yang paling banyak digunakan
dalam memproduksi berbagai macam bahan tahan api.
Program bersama ini diwujudkan melalui program daur ulang dan pemrosesan
limbah plastik yang bertujuan untuk mengurangi emisi PBDE dan UPOP dengan
meningkatkan siklus manajemen produksi dan pemrosesan plastik yang
mengandung PBDEs. Program ini diharapkan dapat memperkuat kebijakan
nasional untuk mengurangi PBDEs dan UPOPs yang dilepaskan dari proses
produksi barang plastik dan daur ulang dan pembuangan limbah plastik;
mengurangi atau melarang impor dan penggunaan PBDE dalam proses produksi;
mengurangi UPOP sdan PBDEs yang dikeluarkan dari daur ulang plastik yang tidak
ramah lingkungan; serta mengurangi emisi UPOPs dan PBDEs dari kegiatan
pembuangan plastik yang tidak ramah lingkungan.1
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
28
Dalam program ini telah diajukan proyek khusus, yaitu "Pengembangan Pedoman
teknis (BAT / BEP) dan modul pelatihan untuk meningkatkan penanganan,
penyimpanan, daur ulang dan pembuangan limbah yang mengandung PBDE di
sektor daur ulang plastik".
1 UNDP Website http://www.id.undp.org/content/indonesia/en/home/operations/
projects/environment_and_energy/wind-hybrid-power-generation-marketing--development-initiatives-
11.html
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
29
4. TINJAUAN ATAS DASAR PERJANJIAN,
PERATURAN DAN STANDAR NASIONAL SERTA
INTERNASIONAL TERKAIT PBDE
Sebuah tinjauan atas perjanjian, peraturan dan standar nasional maupun internasional
terkait PBDE telah dilakukan dan dicantumkan dalam Bab 3 Laporan Pertengahan
(Lampiran 1)
Bab-bab berikut memberikan gambaran umum mengenai hasil tinjauan ini.
4.1. Perjanjian Internasional terkait POP
Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants adalah perjanjian
lingkungan internasional, ditandatangani pada tahun 2001 dan berlaku mulai
bulan Mei 2004, yang bertujuan untuk menghilangkan atau melarang produksi dan
penggunaan dari POPs, yang pada mulanya mencangkup 12 bahan kimia, disebut
dengan “The Dirty Dozen”. POP merupakan senyawa kimia yang resisten terhadap
degradasi lingkungan secara kimiawi, biologi dan proses fotolitik.
Karena sifat persistennya, POP mampu berpindah dalam jarak jauh,
terbioakumulasi dalam jaringan manusia dan hewan, terbiomagnifikasi di rantai
makanan, serta memberikan dampak yang signifikan bagi kesehatan manusia dan
lingkungan. Terdapat tiga sumber utama POP: pestisida, bahan kimia industri, dan
produksi yang tidak disengaja. Sejak pertemuan keempat di tahun 2009, COP
(Conference of Parties atau Konferensi Para Pihak) telah memutuskan untuk
mengganti Lampiran A, B dan C di konvensi tesrebut dengan menambahkan 16
bahan kimia di Lampiran A (Eliminasi), termasuk:
1. Hexabromodiphenyl ether and heptabromodiphenyl ether (commercial
octabromodiphenyl ether)
2. Tetrabromodiphenyl ether and pentabromodiphenyl ether (commercial
pentabromodiphenyl ether)
3. Decabromodiphenyl ether (Commercial mixture, c-DecaBDE)
Bahan kimia ini secara kolektif disebut dengan POP-PBDEs.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
30
Antara lain, ketentuan Konvensi Stockholm mengharuskan masing-masing pihak
untuk:
• Melarang dan/atau menghapuskan produksi dan penggunaan, serta impor
dan ekspor, dari POPs yang diproduksi secara sengaja yang tercantum
dalam Lampiran A pada Konvensi, yang mencakup PBDEs.
• Konvensi mengenalkan penggunaan teknik terbaik yang tersedia dan
praktik lingkungan terbaik untuk mencegah pelepasan POPs ke lingkungan.
• Memastikan bahwa persediaan dan limbah yang terdiri dari, mengandung
atau terkontaminasi dengan POPs telah dikelola dengan aman dan dengan
cara yang ramah lingkungan.
• Konvensi mengharuskan persediaan dan limbah tersebut diidentifikasi dan
dikelola untuk mengurangi atau mengeleminasi pelepasan POP dari
sumber-sumber tersebut.
RoHS (Restriction of Hazardous Substances)
Sejak bulan Februari 2003, larangan penggunaan substansi berbahaya di peralatan
listrik dan elektronik telah diciptakan oleh undang-undang Uni Eropa (UE) melalui
arahan RoHS 2002/95 / EC (RoHS asli), yang diperbarui dengan penerbitan arahan
2011/65 / EU pada 2011 (RoHS 2 / Recast), dan diterbitkan Delegated Directive EU
2015/863 (RoHS 3). Ada 10 zat terlarang di bawah RoHS dengan batas yang
diizinkan sebagai berikut:
• Timbal (0,1 %)
• Merkuri (0,1 %)
• Kadmium (0,01 %)
• Hexavalent chromium (0,1 %)
• Polybrominated biphenyls (PBB) (0,1 %)
• Polybrominated diphenyl ethers (PBDE) (0,1 %)
• Bis(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP) (0,1 %)
• Butyl benzyl phthalate (BBP) (0,1 %)
• Dibutyl phthalate (DBP) (0,1 %)
• Diisobutyl phthalate (DIBP) (0,1 %)
Menurut daftar dalam arahan RoHS, PBDE adalah salah satu zat yang dibatasi
dengan konsentrasi maksimum 0,1%. Oleh karena itu, pabrikan listrik dan
elektronik perlu mengambil semua tindakan yang diperlukan sehingga proses
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
31
pembuatan dan pemantauannya memastikan kepatuhan terhadap produk yang
diproduksi. Ini termasuk, misalnya uji tuntas dalam manajemen supply chain untuk
menentukan bahwa produk mereka mematuhi RoHS.
Peraturan ini menghasilkan dampak yang sangat besar di seluruh dunia karena
plastik yang mengandung PBDE tidak lagi dapat digunakan di Uni Eropa.
Perusahaan skala internasional mengubah produk mereka dengan FR lain, dan
juga produk mereka yang dijual di perusahaan lain.
Untuk perusahaan daur ulang plastik, peraturan RoHS mencantumkan bahwa
perusahaan hanya dapat memasok plastik daur ulang (dari limbah eletronik dan
listrik) bila kandungan PBDE-nya dapat dipastikan kurang dari 0,1%. Maka dari itu,
perusahaan daur ulang plastik perlu malakukan inspeksi terhadap bahan baku
plastiknya yang mengandung PBDE dan memisahkan atau menyisihkannya bila
masih ada yang mengandung PBDE di atas batas aman.
4.2. Standar Internasional
ISO 9001 Tentang Sistem Manajemen Mutu dan ISO 14001 Tentang Sistem
Manajemen Lingkungan adalah dua standar internasional yang sering digunakan
oleh perusahaan Indonesia. Tidak digunakannya PBDE, termasuk dalam kriteria
penilaian. Hal ini menyiratkan bahwa dalam perjanjiannya atas PBDE, kriteria ini
akan menjadi bagian dari Sistem Manajemen Mutu ISO 9001. Bagi perusahaan
yang menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001, tidak digunakannya
PBDE juga harus dimasukkan ke dalam sistem tersebut.
4.3. Peraturan dan Kebijakan Nasional
Indonesia telah mengembangkan Rencana Pelaksanaan Nasional / National
Implementation Plan (NIP) pada tahun 2008 untuk mengurangi penggunaan POP.
Sebagaimana dinyatakan dalam NIP 2014, peraturan khusus terkait PBDE harus
dikembangkan sebagai rencana aksi untuk memperkuat Kelembagaan, Kebijakan,
dan Kerangka Regulasi. NIP telah dikembangkan berdasarkan pada Pedoman
Pengembangan National Implementation Plan untuk Konvensi Stockholm tentang
Polutan Organik Persisten dari Sekretariat Konvensi Stockholm dengan
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
32
mempertimbangkan tantangan yang dihadapi oleh teknologi dan informasi
tentang manajemen POP di Indonesia.
Dokumen ini mencakup aspek-aspek kebijakan, strategi dan rencana aksi dan
merupakan dokumen panduan komprehensif untuk manajemen POP di Indonesia.
Strategi dan rencana aksi sebagaimana diatur dalam NIP 2014 yang mencakup
pengembangan kapasitas mengenai POP untuk meningkatkan kesadaran,
informasi dan pendidikan masyarakat tentang bahaya POP serta alternatifnya.
E-Waste dan PBDE tidak secara langsung diatur di Indonesia. Peraturan tentang
pengelolaan E-Waste masih dikembangkan dan belum secara resmi diterbitkan.
Sehubungan dengan PBDE, pemerintah Indonesia masih berusaha untuk
merumuskan peraturan PBDE. Namun, ada beberapa peraturan yang relevan
dengan PBDE dan E-Waste. Peraturan paling mendasar adalah Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam pasal 59, disebutkan tentang pengelolaan limbah B3. Di Indonesia,
peraturan penting tentang pengelolaan limbah B3 adalah Peraturan Pemerintah
Nomor 101 Tahun 2014. Dalam Lampirannya, tercantum "senyawa Brom Organik
(Sb) (fire retardant) dengan kode B305-3" sebagai salah satu kategori limbah B3
yang dihasilkan dari kegiatan manufaktur. Sedangkan dalam kegiatan daur ulang,
terdapat "Senyawa Brom Organik (Sb) fire retardant dengan kode A322-2"
disebutkan sebagai salah satu kategori limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan
tekstil.
Selain itu, bagian rekondisi dan remanufacturing peralatan elektronik dalam
Lampiran peraturan tersebut disebutkan baha Papan Sirkuit Cetak / Printed Circuit
Board (PCB), dengan kode limbah B329-3 serra kabel logam dan insulasinya (kode
B329-4) termasuk limbah B3. Kesimpulannya adalah bahwa limbah yang
mengandung PBDE dapat diasumsikan termasuk limbah B3.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia memiliki
beberapa peraturan relevan, misalnya:
i) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2008 Tentang
Pemanfaatan Limbah B3
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
33
ii) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Tata
Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3
iii) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 63 Tahun 2016
Persyaratan dan Tata Cara Penimbunan Limbah B3
Sementara itu, Kementerian Perindustrian pun memiliki peraturan yang cukup ada
kaitannya dengan PBDE, misalnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 dimana
pada Pasal 79 Ayat 2 berbicara terkait Industri Hijau dan Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 51 Tahun 2015 (51/M-IND/PER/6/2015) tentang Pedoman
Standar Penyusunan Industri Hijau.
Manfaat Bersama dari adanya program yang tengah berjalan ini bias berupa
pencapaian NIP terkait POP seperti PROPER, 10Y SCP, Green Industry Award, dan
Ecolabel.
Meskipun keempat regulasi tersebut tidak secara spesifik menyebutkan PBDE,
prinsip umum. Meskipun keempat peraturan tersebut tidak secara spesifik
menyebutkan PBDE, prinsip-prinsip umum seperti kewajiban untuk
mengendalikan penanganan, penggunaan, dan pengolahan limbah dari bahan-
bahan yang mengandung PBDE sebagai salah satu bahan berbahaya dan beracun
(B3) dapat diterapkan. Beberapa peraturan lain yang memiliki ruang lingkup lebih
umum, mungkin juga digunakan untuk mengatur PBDE, yaitu UU No. 32/2009 (UU
Lingkungan Hidup) dan peraturan terkait lainnya.
4.4. Kesimpulan
Peraturan RoHS mempunyai dampak yang besar terhadap penggunaan EEE di
sektor industri. Dikarenakan impor peralatan yang menggunakan PBDE sebagai
penghambat nyala sudah dibatasi, maka semua perusahaan secara internasional
mengganti FR menjadi tanpa PBDE sejak 2008. Limbah plastik EEE dari produser
internasional tidak lagi mengandung PBDE setelah tahun 2006 saat RoHS sudah
diimplementasi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014, limbah yang
mengandung PBDE dapat diasumsikan limbah B3. Maka, semua bentuk
pengelolaannya harus mengikuti kaidah peraturan pengelolaan limbah B3. Setiap
pihak pengelola harus memiliki izin tergantung jenis kegiatannya, misalnya izin
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
34
pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, pemanfaatan, dan pengangkutan. Jika
kita mengacu pada prinsip kehati-hatian, maka E-Waste mengandung PBDE
dilarang untuk didaur ulang. Tentu saja ini harus dikelola dan dimusnahkan
dengan teknologi yang direkomendasikan.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
35
5. DAUR ULANG PLASTIK DI INDONESIA,
MATERIAL YANG DIDAUR ULANG, PROSES
PRODUKSI DAN PENDAUR ULANG
Bab ini menggambarkan tipe plastik yang paling banyak digunakan untuk daur ulang material
EEE, proses produksi untuk mengolah material plastik, serta gambaran umum mengenai
perusahaan daur ulang yang terlibat dalam siklus daur ulang.
5.1. Plastik Daur Ulang EEE di Indonesia
Selama 10 tahun terakhir jumlah barang elektronik, seperti televisi, lemari pendingin,
dan komputer di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup drastis dan
mengakibatkan limbah elektronik juga terus meningkat. Akhir-akhir ini, perdagangan
dan impor ilegal peralatan elektronik bekas dan limbah elektronik memperburuk
situasi. Pembuangan limbah elektronik dari negara maju ke negara berkembang,
termasuk Indonesia. Batam adalah salah satu lokasi tujuan limbah elektronik dan
barang bekas.
Dalam pabrik daur ulang EEE, tahap pertama yang dilakukan adalah memisahkan
komponen-komponen limbah elektronik. Salah satu produk dari proses
pembongkaran limbah EEE ini adalah plastik yang sebagian besar berasal dari casing
seperti TV, komputer, monitor dan kabel. Selain komponen yang besar, terdapat juga
komponen plastik yang lebih kecil seperti casing telepon genggam, stop kontak dan
soket. Plastik ini sebagian besar didaur ulang dan digunakan untuk produksi produk
plastik baru. Tipe plastik yang paling banyak ditemukan dari produk EEE adalah High
Impact Polystyrene (HIPS), acetonitrile-butadiene-styrene (ABS) dan Polyvinylchloride
(PVC) di kabel. Plastik-plastik tersebut mengandung flame retardants. Biasanya, bahan
dari flame retardants mengandung PBDE.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
36
5.2. Proses Daur Ulang
Proses produksi dari daur ulang plastik EEE telah dievaluasi selama kunjungan
lapangan diawal proyek. Proses yang digambarkan di bawah adalah untuk casing
plastik dan komponennya. Pengolahan PCB mempunyai alur proses yang berbeda.
Tahap pertama, plastik dipisahkan dengan bagian lain dari EEE. Selanjutnya plastik
dihancurkan secara manual atau dengan mesin yang lebih besar, menghasilkan
material yang sudah hancur. Material ini kemudian digiling menjadi potongan yang
lebih kecil, biasanya diikuti dengan proses pencucian atau pengeringan. Material yang
telah digiling akan menuju ke proses ekstruksi menghasilkan potongan terkecil.
Potongan ini digunakan oleh produser plastik untuk proses pencetakkan.
Gambar 5.1 Alur Kegiatan Daur Ulang Plastik dari E-Waste
Detail lebih lanjut terdapat pada laporan kunjungan (Lampiran 2) dan di BAT.
E-Waste
Dismantling
Separate
Shredding
Plastic?
Further process
Pelletizing
Producing recycled equipment
potential emissions due to mechanical processes and
heating
E-Waste
Pembongkaran
Pemisahan/Sortir
Pencacahan
Pembuatan bijih
Produksi alat daur ulang
Proses selanjutnya
Plastik?
Kegiatan yang berpotensi mengemisikan PBDE karena proses mekanik dan panas
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
37
Emisi PBDE kemungkinan paling berkaitan bisa dihasilkan selama proses penggilingan,
bila proses tersebut dilakukan dalam keadaan kering. Proses yang berkaitan lainnya
adalah proses ekstrusi, dimana plastik dipanaskan sampai titik didihnya sehingga
dapat melepaskan PBDE (kemungkinan juga dioksin).
5.3. Profil Pendaur Ulang / Perusahaan yang Menggunakan PBDE
Sebagian besar dari perusahaan daur ulang di Indonesia merupakan perusahaan kecil.
Seringkali hanya dalam satu kepala keluarga yang menjalankan perusahaan daur
ulang. Hanya ada beberapa perusahaan besar daur ulang yang ada, terutama di
daerah Jawa Barat. Perusahaan-perusahaan ini umumnya melakukan seluruh proses
daur ulang mulai dari pemisahan material hingga ekstrusi, ataupun hanya melakukan
proses ektruksi saja. Proses ekstrusi mempunyai lebih banyak permintaan jika
dibandingkan dengan proses pemisahan dan penggilingan. Di Jawa Timur, perusahaan
lebih banyak yang melakukan proses yang lebih sederhana, seperti pemisahan dan
penggilingan. Adapun yang berperan sebagai perusahaan daur ulang besar, umumnya
perusahaan tersebut terlibat dalam proses pemisahan dan pengolahan logam.
Perusahaan daur ulang di Indonesia 90% nya terletak di Jawa. Sebagian besarnya
dapat ditemukan di Jawa Timur sampai hampir 40%. Perusahaan lainnya tersebar di
Banten, Jakarta, Jawa Barat dan Jawa tengah, serta beberapa di Provinsi Yogyakarta.
Berikut ini merupakan peta persebaran industri bisnis daur ulang plastik berdasarkan
data dari Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) dan Asosiasi Pengusaha Daur
Ulang Plastik Indonesia (APDUPI).
Gambar 5.2 Presentasi Jumlah Perusahaan Daur Ulang Plastik di Indonesia (Data ADUPI)
91%
2%
3% 2% 0 3%
Jawa
Sumatera
Kalimantan
Sulawesi
Papua
Lainnya
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
38
Gambar 5.3 Presentasi Jumlah Perusahaan Daur Ulang Plastik di Pulau Jawa (Data ADUPI)
Gambar 5.4 Jumlah Anggota APDUPI
Rincian lebih lanjut dapat ditemukan di Bab 2.1 pada Laporan Pertengahan (Lampiran 3).
16%
10%
7%
13%15%
39%
Jawa Barat
DKI Jakarta
DI Yogyakarta
Jawa Tengah
Banten
Jawa Timur
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
39
6. TEKNOLOGI TERBAIK YANG TERSEDIA DAN
PRAKTIK LINGKUNGAN TERBAIK
Untuk tim 13, kami membuat BAT/BEP yang ringkas untuk sektor daur ulang sebagaimana
digunakan dalam training. Dokumen referensi utama kami adalah “BAT/BEP Guidance for
the recycling and disposal of wastes containing PBDEs listed under the Stockholm
Convention on POPs”. Dokumen ini mendeskripsikan bagaimana PBDE dapat
diidentifikasi, ditangani, dan dimusnahkan. BAT/BEP yang dijelaskan di sini
dikembangkan dengan mempertimbangkan skala industri daur ulang di Indonesia (kecil,
sedang, menengah).
Teknologi yang sesuai untuk Indonesia telah dikompilasi dalam dokumen terpisah (lihat
Lampiran 8). Dokumen tersebut menjelaskan teknologi utama untuk mengidentifikasi
dan memisahkan plastik yang mengandung PBDE seperti x-ray fluorescence (XRF), sliding
spark spectroscopy (SSS), Sink and Float, dan identifikasi berdasarkan label dan
pengalaman. Teknologi XRF, SSS dan sink & float hanya dapat membedakan antara plastik
yang mengandung Br dan plastik yang tidak mengandung Br. Oleh karena itu, semua
plastik yang mengandung Br akan dipisahkan (juga plastik yang tidak mengandung PBDE,
Br-FR) dan kemudian dihancurkan.
Dalam manual ini juga dibahas kombinasi teknologi dengan identifikasi dan pemisahan
plastik. Ini penting karena dalam kombinasi dengan pemisahan PBDE, dimana ini terkait
dengan biaya, pemisahan plastik dapat meningkatkan harga plastik yang dijual. Plastik
yang dipisah memiliki nilai yang lebih tinggi daripada plastik yang masih dalam bentuk
campuran.
6.1. X-Ray Fluorescence (XRF)
XRF dapat digunakan untuk mendeteksi dan memisahkan plastik yang
mengandung POP-PBDE dengan batas deteksi bromin 10 hingga 100 ppm:
i) Identifikasi Br.
ii) Pengukuran hanya dalam beberapa detik.
iii) Harga sekitar US$20,000 hingga US$50,000 penggunaannya dibatasi pada
perusahana kecil.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
40
iv) XRF genggam (Handheld XRF) membutuhkan kontak langsung dengan benda
yang akan diukur.
v) Tidak aplikatif untuk sistem deengan pemisahan otomatis.
vi) Digunakna di tahap pembongkaran.
vii) Bahan yang memiliki lapisan / label harus digores terlebih dahulu
viii) XRF genggam terbukti sebagai alat yang efektif yang memungkinkan
pemantauan yang cepat dari sejumlah besar sampah plastik dalam waktu
yang terbatas.
ix) XRF diakui cukup mahal, tetapi biaya perawatannya dapat dikelola.
6.2. Sliding Spark Spectroscopy (SSS)
Sliding Spark Spectroscopy can be used up to the detection limit for bromine of
0.1%. For practical reasons the recyclers normally set the system at 1% bromine
to screen out POP-PBDE/BFR-containing plastics, which normally contain between
3% and 20% POP-PBDEs/BFR.
Sliding Spark Spectroscopy dapat digunakan hingga batas deteksi bromin sebesar
0,1%. Untuk alasan praktis, pendaur ulang biasanya mengatur sistem pada bromin
hingga 1% untuk menyaring plastik yang mengandung POP-PBDE / BFR, yang
biasanya mengandung antara 3% dan 20% POP-PBDE / BFR.
i) Sliding spark spectroscopy merupakan instrumen genggam
ii) Waktu pemindaian cepat dan hanya membutuhkan beberapa detik
iii) Digunakan di pabrik pembongkaran WEEE untuk mendeteksi halogen dalam
plastik
iv) Memungkinkan operator untuk membedakan antara komponen yang bebas
mengandung BFR (mengandung halogen) dan hampir bebas BFR (halogen).
v) Instrumen ini membutuhkan kontak langsung ke permukaan material dan
hanya dapat digunakan untuk pemisahan secara manual.
vi) Bahan yang dilapisi harus ditangani secara khusus dengan menggaruk
lapisan bahan tersebut.
vii) Biaya sekitar US $ 6.000.
6.3. Teknologi Sink and Float
Jenis polimer memiliki berat spesifik yang berbeda, dan oleh karena itu media cair
dengan kepadatan tertentu memungkinkan pemisahan termoplastik yang
berbeda dikelompokkan menjadi jenis densitas. BFR aditif meningkatkan densitas
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
41
bahan ABS dan HIPS secara signifikan yang menyebabkan perbedaan kepadatan
plastik yang terukur dengan dan tanpa kandungan bromin. Jika diperlakukan
dalam media cair yang sesuai, polistiren bebas brom akan mengambang
sementara polistiren yang mengandung brom akan tenggelam, sehingga
memisahkan polimer yang mengandung brom dari polimer lainnya.
i) Salinitas, densitas media cair dapat diubah dengan menambahkan garam
dengan jumlah garam tertentu.
ii) Densitas yang sering digunakan: 10 - 15%
iii) Garam yang sering digunakan: magnesium sulfat
iv) Berlaku untuk pemisahan otomatis
6.4. Pembongkaran dan Pemisahan Manual
Pemisahan berdasarkan label Plastik dengan label seperti RoHS dapat dipisahkan dengan mudah. Plastik yang memiliki label ini tidak mengandung PBDE dalam jumlah yang lebih besar dan aman untuk didaur ulang. Namun, jumlah bagian yang tersisa, harus diperiksa dengan teknik lain.
Pemisahan berdasarkan pengalaman Dimungkinkan untuk memisahkan kerangka monitor CRT yang berisi plastik PBDE berdasarkan pengalaman para pekerja. Pemisahan seperti itu juga dapat diperluas untuk menentukan jenis polimer. Pendekatan ini hanya digunakan untuk TV dan monitor. Bagian yang terdaftar dihapus secara manual dari aliran limbah. Pelatihan dan pengalaman dalam penyortiran plastik WEEE dan komponen yang mengandung POP-PBDE diperlukan untuk menyortir komponen secara efektif dan menghapus komponen-komponen tersebut. Namun, untuk memastikan kualitas proses penyortiran, disarankan penyortiran manual diawasi dengan pemeriksaan langsung dengan menggunakan pengukuran XRF. Untuk monitor TV dan PC limbah, keakuratan metode pemilahan ini memuaskan untuk mematuhi arahan / undang-undang Eropa. Untuk daerah di mana c-OctaBDE (dan c-PentaBDE) digunakan sampai 2004 atau bahkan lebih lama, bahkan peralatan yang relatif baru dapat mengandung POP-PBDEs dan pemisahan manual dari peralatan yang mengandung POP-PBDE cenderung kurang efektif. Oleh karena itu, cobalah menjalankan dianjurkan sebelum teknik tersebut dapat diimplementasikan.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
42
6.5. Pengendalian Emisi PBDE dalam Proses Produksi
Untuk mengontrol asap yang mengandung PBDE, berikut langkah-langkah yang
direkomendasikan:
i) Local Exhaust Fan
Cara yang efektif untuk mengendalikan emisi/asap adalah untuk “menangkap”-
nya pada titik pelepasan dan menghilangkannya dengan ventilasi pembuangan
sebelum dibesarkan ke udara atmosfer tempat kerja. Teknis “tangkap” ini disebut
dengan Local Exhaust Ventilation (LEV). Dalam hal ini, LEV sangat
direkomendasikan untuk dilengkapi dengan filter karbon aktif.
ii) Ventilasi secara Umum yang Baik
Ventilasi di ruang produksi harus dibuat dan berfungsi serta dipelihara dengan baik.
iii) Alat Pelindung Diri
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah opsi terakhir untuk mengurangi
dampak pencemaran PBDE pada pekerja.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
43
7. PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN
7.1. Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Pelatihan telah dikembangkan sebagai modul pelatihan berbasis komptensi.
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan
berdasarkan tiga aspek: pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Gambar 7.1 Aspek Kompetensi
Ketiga aspek ini telah dipertimbangkan selama pengembangan modul pelatihan.
Modul dikembangkan berdasarkan struktur berikut:
i) Judul Unit
Unit kompetensi terkait dengan tugas atau pekerjaan yang harus dilakukan.
ii) Deskripsi Unit
Deskripsi memberikan informasi tentang pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan yang kompeten.
iii) Elemen Kompetensi
Elemen kompetensi menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang harus
dilakukan dalam unit kompetensi.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
44
iv) Kriteria Performa Kinerja
Kriteria Performa Kinerja menggambarkan apa yang harus dilakukan seseorang
untuk setiap elemen kompetensi.
7.2. Pengembangan Pembuatan Video
Selama fase tender, AMC memutuskan bahwa pengembangan video akan sangat
meningkatkan materi pelatihan lainnya. Pertama, konsep untuk video
dikembangkan berdasarkan kunjungan lapangan yang dilakukan dan berdasarkan
praktik terbaik yang dikembangkan dalam pedoman BAT untuk menghindari dan
menangani PBDE.
Pada langkah berikutnya, naskah dikembangkan untuk menggambarkan bagian-
bagian video, di mana untuk merekamnya, dan perkiraan waktu untuk setiap
bagian video. Naskah ini dibahas dengan Departemen Perindustrian dan UNDP.
Pengambilan gambar dilakukan di tempat-tempat di Jawa Timur dan Jawa Barat di
lokasi pendaur ulang dan di institusi seperti Balai Besar Barang dan Bahan Teknik
(B4T).
Draft pertama video telah dibuat oleh vendor. Draft ini kemudian digunakan pada
training. Setelah dievaluasi akhir, video ditampilkan di FGD try out training. Video
tersebut menjelaskan langkah-langkah produksi utama dalam industri daur ulang
plastik EEE, masalah PBDE dan langkah-langkah untuk memisahkan plastik yang
mengandung PBDE dan untuk menghindari efek kesehatan dari emisi PBDE.
7.3. Pengembangan Materi Pelatihan
Pelatihan telah dikembangkan berdasarkan metodologi berbasis kompetensi yang
diuraikan dalam bab 7.1. Setiap Modul dipecah menjadi beberapa “topik”.
Struktur modul mengikuti struktur berikut:
i) Modul 1: Pengantar Flame Retardants (FR)
ii) Modul 2: Tentang PBDE dan risikonya
iii) Modul 3: Standar dan peraturan terkait PBDE
iv) Modul 4: Daur ulang limbah elektronik di Indonesia
v) Modul 5: Teknologi terbaik untuk identifikasi dan pemisahan limbah PBDE
vi) Modul 6: Teknologi untuk mencapai nilai tambah dalam daur ulang plastik
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
45
vii) Modul 7: Risiko dan pencegahan pelepasan PBDE selama proses daur ulang
viii) Modul 8: Pengolahan akhir limbah plastik PBDE
ix) Modul 9: teknologi yang tidak tepat untuk Indonesia
Setiap modul dipecah menjadi beberapa topik dan berikut disarankan alokasi
waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing topik.
Waktu
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai semua modul adalah 550 menit, yang
dibagi kedalam beberapa topik disertai penayangan video:
Nomor Modul Nomor Topik Waktu (menit)
Video
Modul 1 Topik 1 10 Video1. FR
Topik 2 10
10
Modul 2
Topik 1 15 Video 2. UNDP Project of PBDE
Topik 2 10 Video 3. Bioakumu-lasi (salah satu sifat PBDE)
Topik 3 15 Video 4. bahaya PBDE terhadap kesehatan
10
Modul 3 Topik 1 20
Topik 2 20
10
Modul 4
Topik 1 15 Video 5. Tentang Sampah Elektronik di Indonesia
Topik 2 10
Topik 3 5 Topik 4 5
Modul 5
Topik 1 5
Topik 2 10 Video 6. GCMS Topik 3 15
Topik 4 30 Video 7. Portable XRF for ROHS
10
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
46
Nomor Modul Nomor Topik Waktu (menit)
Video
Topik 5 30 Video 8. Sink and Float
30
Modul 6
Topik 1 5
Topik 2 45 Video 9. GUT video
10
Topik 3 35 Video 10. Hamous video
Topik 4 10
30
Modul 7 Topik 1 20
Topik 2 20 Video 11. LEV
Topik 3 20
10
Modul 8 Topik 1 10 Video 12. co-
processing
10
Modul 9 Topik 1 10 Topik 2 10 Video 13. Video tim
013
10
Total 550
Di akhir setiap modul presentasi PowerPoint dilampirkan. Struktur ini digunakan dan diulang untuk semua modul dan topik. Modul akhir yang lengkap dapat ditemukan secara rinci di Lampiran 6.
7.4. Focus Group discussion (FGD) Tentang Modul
Focus Group Discussion (FGD) telah dilakukan untuk membahas tentang modul pelatihan dan meningkatkan kualitas modul ini. FGD ini dilakukan setelah pengembangan draf modul pelatihan. Para peserta FGD terdiri dari pihak perusahaan daur ulang, asosiasi dan pemerintah. Garis besar umum dan konten modul pelatihan telah didiskusikan dengan para peserta pada FGD ini. Setelah FGD, modul-modul tersebut direvisi dan telah digunakan untuk pelatihan uji coba. Laporan FGD dapat ditemukan dalam Lampiran 7.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
47
7.5. Uji Coba Pelatihan (Try Out Training)
Perusahaan daur ulang yang dihubungi adalah perusahaan yang sangat kecil. Oleh
karena itu, pelatihan tidak mungkin dilakukan terhadap hanya satu pendaur ulang.
Sebagai gantinya, pelatihan uji coba dilakukan di kantor PT Wasteforchange Alam
Indonesia. Tidak hanya satu pendaur ulang diundang tetapi pelatihan uji coba
dilakukan dengan tiga perusahaan daur ulang untuk menjaga pelatihan lebih
hidup dan lebih mirip dengan pelatihan nyata.
Berdasarkan komentar dari para peserta selama pelatihan uji coba, modul-modul
tersebut telah ditingkatkan kualitasnya. Laporan pelatihan uji coba yang lengkap
dapat ditemukan dalam laporan dalam Lampiran 9.
7.6. Focus Group discussion (FGD) setelah Try Out Training
Setelah pelatihan uji coba, FGD dilaksanakan oleh peserta dari perusahaan yang
berpartisipasi dalam pelatihan uji coba dan anggota dari pemerintah dan asosiasi.
Berdasarkan komentar dari para peserta FGD, modul-modul tersebut telah difinalisasi
dan telah digunakan dalam pelatihan di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Laporan FGD ini terlampir pada Lampiran 10. Modul final terlampir pada Lampiran
6.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
48
8. UJI COBA PELATIHAN (TRY OUT TRAINING)
8.1. Kinerja Kegiatan Pelatihan
Dua Pelatihan tentang “Peningkatan Penanganan, Penyimpanan, Daur Ulang, dan
Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang Plastik” telah
dilakukan untuk perusahaan daur ulang, sebagai pelatihan dua hari. Satu pelatihan
dilakukan di Jawa Barat dan lainnya di Jawa Timur. Pelatihan di Jawa Barat telah
dilakukan dari 28-29 November 2018 di Hotel Santika (Hotel Bintang Tiga) dan
pelatihan di Jawa Timur dilakukan pada 3-4 Desember 2018 di Ayola Hotel Mojokerto
(Hotel Bintang Tiga). Pelatihan ini dilakukan oleh pelatih Edzard Ruehe, Tjokorde
Walmiki dan Bijaksana Junerosano.
Pelatihan di Jawa Barat dihadiri oleh 12 peserta. Di Jawa Timur 18 peserta mengikuti
pelatihan, 14 di antaranya dari perusahaan daur ulang, 2 orang dari Mini Depo, 1 orang
dari Dinas perindustrian, dan 1 orang dari B4T (untuk demonstrasi XRF). Dengan total
30 peserta, sementara target TOR adalah 12 peserta (ini berarti melampaui target).
Peserta di Jawa Barat berasal dari perusahaan kecil, menengah dan besar. Proses yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan ini meliputi penggilingan, pemisahan, hingga
produksi pelet plastik. Peserta dari Jawa Timur semuanya berasal dari perusahaan daur
ulang dengan bisnis utama memproduksi serpihan/cacahan plastik dari peralatan
elektronik, yang sering dicampur dengan plastik dari produk plastik lainnya. Proses
utama dari perusahaan-perusahaan ini adalah penyortiran, penghancuran manual,
penggilingan, pencucian, diikuti oleh proses sink and float untuk memisahkan jenis
plastik.
Pelatihan di Jawa Barat dilakukan di Bekasi (hasil konfirmasi dari UNDP dan MOI bahwa
sebagian besar peserta berasal dari daerah itu). Pelatihan di Jawa Timur dilakukan di
Mojokerto dikarenakan sebagian besar perusahaan daur ulang sector kecil berlokasi di
Mojokerto dan sekitarnya.
Kerja kelompok dilakukan sebagai upaya untuk melibatkan peserta agar lebih aktif
dengan menggunakan media visualisasi berupa pin boards. Para peserta
mendokumentasikan hasilnya pada kartu yang dapat ditempelkan di papan tulis.
Demonstrasi sink and float serta perangkat XRF juga dilakukan. Demonstrasi ini
mengundang pihak dari B4T. Video pun digunakan agar pelatihan terlihat lebih
menarik, termasuk sebuah video yang diproduksi oleh AMC.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
49
Laporan komprehensif dari pelatihan ini dapat dilihat di Lampiran 8.
8.2. Hasil Pelatihan
8.2.1 Pelatihan di Jawa Barat
Peserta
12 peserta telah dilatih di Jawa Barat. Dengan 12 peserta, maka target 6
peserta berdasarkan TOR telah jauh terlampaui.
Pengetahuan
Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan perusahaan
daur ulang tentang identifikasi, penanganan dan pembuangan plastik yang
mengandung PBDE. Sasaran pelatihan adalah:
1. Membangun kapasitas teknis para peserta untuk mengidentifikasi
PBDE dalam bahan limbah.
2. Membangun kapasitas teknis para peserta dalam menangani,
menyimpan, dan membuang barang yang mengandung PBDE secara
aman.
Salah satu indikator terpenting untuk keberhasilan pelatihan adalah
peningkatan pengetahuan. Oleh karena itu, evaluasi peningkatan pengetahuan
peserta telah kami lakukan. Tes dilakukan sebagai pra-tes dan kuesioner tes
yang sama pun dilakukan setelah pelatihan (post-test). Perbedaan dari pre-dan
post-test digunakan untuk menghitung peningkatan pengetahuan dengan
menghitung rata-rata semua peserta dalam pre-dan post-test. Perbedaan
tersebut kemudian dibagi dengan hasil pre-test untuk menghitung kenaikan
persentase pengetahuan peserta.
Namun karena kesalahan dalam fotokopi, post-test tidak dapat langsung
dilakukan setelah pelatihan tetapi dilakukan melalui kuesioner online. Hanya
tiga orang yang menjawab kuesioner online.
Pada pra-tes, para peserta menjawab rata-rata 15 pertanyaan dari 30 (50%).
Dalam post-test, hasil dari tiga peserta yang merespons adalah rata-rata 20
(67%). Ini berarti bahwa peningkatan pengetahuan sebesar 33% dapat dicapai.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
50
Evaluasi Pelatihan oleh Para Peserta
Evaluasi pertama dilakukan setelah hari pertama pelatihan untuk
mendapatkan kesan pertama tentang kepuasan peserta.
Evaluasi yang disebut “smiley evaluation” ini menunjukkan bahwa sebagian
besar peserta puas dengan hari pertama pelatihan. Hasil evaluasi ini
didiskusikan dengan pelatih. Namun, tidak ada penyesuaian pelatihan yang
diperlukan karena evaluasi menunjukkan hasil yang positif.
Evaluasi akhir oleh peserta
Di akhir pelatihan, para peserta diminta untuk memberikan pendapat mereka
tentang beberapa aspek pelatihan. Hasil yang disusun menunjukkan hasil rata-
rata dari 9 peserta di Jawa Barat. Skala yang digunakan adalah dari 1 (sangat
buruk) hingga 5 (luar biasa).
Hasil pelatihan menunjukkan angka 4,7 dan poin utama lainnya (pelatih,
konten, logistik dan organisasi) memiliki nilai antara 4,5 dan 4,7. Ini bisa
diartikan sebagai pencapaian yang sangat sukses.
Selain itu, para peserta dapat menjabarkan apa yang mereka sukai dari training
yang dilakukan dan bagian apa yang dapat ditingkatkan atau bahkan
ditiadakan.
Secara umum, para peserta sangat puas dengan peningkatan pengetahuan
tentang PBDE dan bahayanya. Mereka juga sangat menyukai demonstrasi yang
dilakukan pada sink and float dan dengan perangkat XRF. Mereka bahkan ingin
melakukan lebih banyak pelatihan langsung seperti demikian.
Setelah pelatihan pertama, hasilnya dibahas dengan pelatih sebagai bahan
perbaikan untuk pelatihan kedua.
Informasi detail lainnya terkait hasil training bias dilihat di laporan training di
Lampiran 8.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
51
8.2.2 Pelatihan di Jawa Timur
Peserta
18 orang peserta telah dilatih di Jawa Timur, 14 di antaranya berasal dari
perusahaan daur ulang, 2 orang dari mini depo, 1 orang dari Dinas dan 1 orang
dari B4T.
Pengetahuan
Pre-Test dan Post-Test dilaksanakan di pelatihan Jawa Timur. Dalam pre-test,
para peserta dapat menjawab rata-rata 10,9 dari 30 pertanyaan, yang
sebenarnya merupakan skor yang sangat rendah, mengingat bahwa dalam
kuesioner pilihan ganda dengan 4 kemungkinan jawaban, hasil sekitar 25%
dapat dicapai dengan menjawabnya secara acak. Skor mereka juga jauh lebih
rendah daripada pendaur ulang di Jawa Barat, di mana skor pra-test adalah 15
poin. Ini bisa dijelaskan karena perusahaan di Jawa Timur jauh lebih kecil.
Setelah pelatihan, para peserta mencetak skor jauh lebih tinggi dengan 17,6
poin atau 59%. Ini adalah peningkatan pengetahuan berdasarkan tes ini
sebesar 63%.
Evaluasi Pelatihan oleh Peserta
Evaluasi pelatihan oleh para peserta memberikan hasil sebagai berikut:
Dalam pelatihan kedua nilainya juga cukup tinggi dengan rata-rata 4,1 untuk
semua poin (pelatih, konten, dan logistik) dan evaluasi secara umum untuk
pelatihan bernilai 4,3.
Para peserta memberikan komentar tambahan berikut tentang pelatihan:
• Mereka ingin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang Mini Depo
yang akan direncanakan.
• Lebih banyak kegiatan ice breaking dan presentasi yang lebih
menyenangkan.
• Lebih banyak kerja kelompok
• Konten yang memadai
• Mendapat pemahaman yang baik tentang PBDE
• Mereka ingin mendapatkan kegiatan tindak lanjut
• Ingin ada sosialisasi lanjutan oleh pemerintah
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
52
• Dua pendaur ulang menyebutkan bahwa XRF terlalu mahal untuk
mereka
Rincian lebih lanjut dari hasil pelatihan dapat ditemukan dalam laporan
pelatihan dalam Lampiran 8.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
53
9. IMPLEMENTASI DI PERUSAHAAN DAUR ULANG
9.1. Aktivitas yang dilakukan
Pada awal fase implementasi, sebuah template telah dikembangkan yang didasarkan
pada gagasan bahwa bagian-bagian utama yang dibahas selama pelatihan harus
menjadi bagian dari fase implementasi di perusahaan daur ulang. Topik yang dibahas
selama kunjungan adalah:
1. Kesadaran staf
2. Identifikasi PBDE
3. Kemungkinan penyimpanan bahan yang mengandung PBDE
4. Potensi emisi PBDE
5. Ventilasi Lokal
6. Ventilasi Umum
7. Penggunaan APD
8. Kontrol proses (suhu, perawatan mesin, dll)
9. Pemisahan plastik
10. Pembuangan limbah ke tempat yang aman
11. Good Housekeeping
12. Pembuangan air limbah
Template ini digunakan untuk mengumpulkan informasi paling penting mengenai
poin-poin diskusi ini. Template ini juga menyediakan ruang untuk menganalisa
kesenjangan (gap analysis) dari poin-poin tersebut dan apa yang telah
direkomendasikan oleh konsultan. Di bagian kedua template, hasil kunjungan kedua
lalu didokumentasikan. Template dapat ditemukan di Lampiran 11.
Enam perusahaan daur ulang telah dikunjungi, tiga di Jawa Timur dan tiga di Jawa
Barat. Langkah-langkah daur ulang pendaur ulang yang dikunjungi di Jawa Timur
adalah pensortiran, pencacahan, penggilingan basah, pencucian, pemisahan jenis
plastik dengan Sink and Float dengan air, pemisahan bagian partikel yang tenggalam
dengan metode Sink and Float yang ditambahi larutan garam. Bagian plastik yang
mengapung dijual, sementara bagian yang tenggelam dijual kepada pabrik pengguna
sisa serpihan plastik yang bisa digunakan sebagai bahan bakar. Bagian yang tenggelam
dalam air asin mungkin itulah yang mengandung FR berbasis bromin.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
54
Perusahaan yang dikunjungi di Jawa Barat menggunakan proses yang berbeda. Satu
perusahaan hanya membongkar limbah elektronik dan menjual bagian lainnya.
Sebuah perusahaan daur ulang melakukan semua langkah proses mulai dari
penyortiran hingga produksi pelet plastik menggunakan mesin ekstruder. Perusahaan
ketiga melakukan pembongkaran dan penggilingan dan kemudian memilah plastik
dengan proses sink and float banyak tahap (penambahan larutan garam). Selama
proses ini, berbagai jenis plastik diurutkan berdasarkan perbedaan berat jenis larutan
garam.
9.2. Hasil Implementasi
Perusahaan-perusahaan yang dikunjungi di Jawa Timur sudah memiliki kesadaran
yang cukup mengenai masalah PBDE. Namun, tidak ada perusahaan yang menerapkan
langkah-langkah untuk mengatasi masalah PBDE ini.
Konsultan merekomendasikan secara umum (jika berlaku dalam proses produksi
spesifik) langkah-langkah berikut:
• Memisahkan bagian-bagian dengan ukuran lebih besar yang dapat diidentifikasi
sebagai bagian yang tidak mengandung PBDE dengan label RoHS.
• Mengidentifikasi kandungan Bromin untuk bagian yang lebih besar dengan XRF
atau SSS. Hal ini membutuhkan dukungan dari pemerintah dengan adanya Mini
Depot yang telah direncanakan, karena perusahaan terlalu kecil kemungkinannya
untuk membeli peralatan tersebut.
• Menggunakan hidrometer untuk proses sink and float dengan larutan garam.
Optimalkan proses dengan konsentrasi garam yang bervariasi.
• Tidak menjual bagian yang tidak terpakai ke produsen batu bata, melainkan
menjualnya ke perusahaan semen.
• Mengirim limbah plastik ke kiln semen bersertifikat pembakaran limbah B3.
• Mengolah dan menggunakan kembali air limbah, hindari membuang air limbah ke
sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu.
• Mengembangkan housekeeping.
• Mengembangkan kualitas produk dengan pencucian, pemisahan tipe plastik
tingkat tinggi (menggunakan IR atau “sink and float” tingkat lanjut dengan
densitas tertentu) dan menyediakan serpihan plastik sesuai dengan permintaan
pelanggan.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
55
Kunjungan kedua menunjukkan bahwa para pendaur ulang enggan menerapkan
langkah-langkah tersebut. Hanya satu perusahaan yang telah menerapkan tindakan
untuk mengatasi masalah PBDE ini: mereka berubah untuk mau menggunakan APD.
Alasan utamanya adalah bagi mereka tidak ada keuntungan finansial (atau lainnya).
Bahkan, langkah-langkah ini bisa menambah biaya untuk proses daur ulang mereka:
kehilangan bahan (bagian yang mengandung PBDE), investasi untuk XRF atau SSS, Sink
and Float, biaya pekerja tambahan, biaya transportasi serta biaya untuk pembakaran
semen ke industri semen.
Laporan komprehensif dari setiap kunjungan dapat ditemukan di Lampiran 11.
9.3. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) dilakukan berdasarkan hasil pelatihan untuk
pendaur ulang mengenai identifikasi dan penanganan PBDE serta
implementasinya di 6 perusahaan. FGD dihadiri oleh 11 orang dari perusahaan
(2) dan pemerintah / UNDP (5) dan asosiasi (4), 4 staf dari ASIAN MANAGEMENT
CONSULTING (AMC). Daftar hadir dapat ditemukan dalam Lampiran 8.
Pertama, presentasi agenda FGD. Ini diikuti dengan presentasi mengenai
pelatihan yang telah dilakukan, dilanjutkan dengan diskusi tentang hasil
pelatihan. Kemudian, kami melakukan diskusi. Terdapat perubahan kecil yang
diusulkan selama pelaksanaan FGD. Laporan FGD yang lebih rinci dapat
ditemukan di Lampiran 8.
9.4. Kesimpulan
Pendaur ulang umumnya enggan menerapkan langkah-langkah untuk memisahkan
plastik yang mengandung PBDE. Alasan utamanya adalah faktor ekonomi. Langkah-
langkah yang diusulkan untuk pendaur ulang malah menambah biaya untuk proses
daur ulang mereka: kehilangan bahan (bagian yang mengandung PBDE), investasi
untuk XRF atau SSS, Sink and Float, biaya pekerja tambahan, biaya transportasi serta
biaya untuk pembakaran semen ke industri semen.
Di sisi lain juga tidak ada peraturan di Indonesia yang melarang daur ulang limbah yang
mengandung PBDE atau menjualnya sebagai bahan bakar kepada produsen batu bata.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
56
Pemerintah dapat mempertimbangkan hal ini dengan menerapkan langkah-langkah
tertentu seperti insentif dan disinsentif bagi pendaur ulang. Di bawah ini adalah
analisis yang dikembangkan oleh tim dengan masalah paling penting dan beberapa
langkah yang direkomendasikan untuk mengatasi situasi ini.
9.5. Rekomendasi kepada Pemerintah Indonesia dalam Mengontrol PBDE di
Sektor Daur Ulang
Bagian ini membahas masalah-masalah di sektor daur ulang dan bagaimana masalah-
masalah ini dapat dikendalikan.
Isu 1:
Plastik yang mengandung PBDE dapat dijual kepada produsen yang menggunakan
plastik sebagai bahan daur ulang.
Dampak:
PBDE tetap beredar di Indonesia
Rekomendasi:
Dipertimbangkan kepada Pemerintah Indonesia untuk melarang penggunaan PBDE
dalam produksi / menjual beberapa bagiannya serta produk yang mengandung PBDE.
Suatu peraturan dapat dikembangkan untuk membatasi kandungan PBDE di semua
jenis produk plastik hingga batas tertentu, misalnya 1000 ppm. Batas seperti itu masih
akan memungkinkan untuk terjualnya plastik daur ulang ke produsen meskipun
pemisahan plastik yang mengandung PBDE tidak akan pernah 100%.
Jangan izinkan impor limbah plastik / EEE yang mengandung PBDE lebih tinggi dari
ambang batas yang diizinkan.
Isu 2:
Saat ini, tidak diketahui berapa banyak produk yang menjadi limbah di Indonesia yang
mengandung PBDE sebagai flame retardant.
Produk dan konsentrasi FR / PBDE dalam produk pun jarang diketahui. Selain itu, tidak
diketahui pula berapa banyak produk yang terbuang yang mengandung FR brominasi
(tanpa PBDE) di Indonesia.
Dampak:
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
57
Produk-produk terbuang yang mengandung PBDE harus dipisahkan. Untuk proses
pemisahan, penting untuk mengetahui produk mana yang biasanya mengandung
PBDE (mis. model monitor tertentu dari perusahaan tertentu).
Karena proses pemisahan yang paling sering digunakan memisahkan semua Bromium
yang mengandung plastik dan bukan hanya plastik yang mengandung PBDE, penting
untuk mengetahui berapa banyak Bromium yang mengandung plastik biasanya
digunakan untuk daur ulang. Ini penting untuk analisis ekonomi pemisahan dan
penyimpanan akhir / penghancuran plastik yang mengandung Br / PBDE.
Rekomendasi:
Lakukan studi tentang PBDE dan FR berbasis Brom dalam limbah elektronik
Kementerian Perindustrian dapat mempertimbangkan untuk melakukan studi pasar
tentang PBDE dan FR berbasis brom dalam limbah plastik E-Waste di Indonesia. Ini
harus mencakup berapa persen PBDE / FR dalam plastik, seberapa tinggi
konsentrasinya, hubungannya dengan perusahaan produksi dan tahun produksi, pasar
lokal atau kemungkinan limbah yang penting, dll.
Isu 3:
Tidak ada contoh di Indonesia yang mengidentifikasi secara komersial dan
memisahkan plastik yang mengandung BFR / PBDE.
Dampak:
Untuk menemukan solusi / model yang layak untuk Indonesia, pengalaman nyata
diperlukan untuk memisahkan plastik yang mengandung PBDE / BFR.
Rekomendasi:
Bangun Pilot Project
Membangun satu atau lebih pilot project yang didalamnya ada kegiatan pemisahan
PBDE dalam plastik. Hal ini juga dapat mencakup teknologi pemisahan jenis plastik
untuk meningkatkan kualitas plastik daur ulang di Indonesia. Informasi ini harus
dibagikan dengan perusahaan daur ulang. Metode pemisahan meliputi: XRF, SSS, dan
sink & float.
Isu 4:
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
58
Pemisahan plastik yang mengandung BFR / PBDE akan menyebabkan kerugian bagi
pendaur ulang.
Saat ini, tidak ada lembaga yang bisa melakukan upaya pemilahan plastik yang
mengandung PBDE / BFR. Dalam hal pemisahan, perusahaan daur ulang yang
memisahkan plastik yang mengandung BFR akan mengalami kerugian berdasarkan hal
ini: 1. Biaya investasi untuk pemisahan BFR (mis. SSS, XFR, Sink and Float), 2. Biaya
pemisahan (biaya gaji), 3. Biaya pembelian plastik yang tidak dapat dijual lagi, dan 4.
Biaya pembuangan akhir / pembakaran dalam kiln semen.
Dampak:
Ini akan sangat sulit untuk mendesak perusahaan daur ulang agar melakukan
pemisahan. Selain itu, Peraturan Pemerintah yang melarang daur ulang plastik yang
mengandung BFR akan sangat sulit untuk dikendalikan karena terlalu banyak
perusahaan kecil yang terlibat dalam proses tersebut.
Rekomendasi:
1) Melakukan studi kelayakan dan mengembangkan model yang layak secara
ekonomi untuk mengidentifikasi, memisahkan, dan menghancurkan limbah yang
mengandung PBDE; Mengevaluasi semua biaya dan pendapatan dalam rantai
limbah plastik EEE yang dapat mengandung PBDE / BFR; Evaluasi nilai insentif dan
disinsentif yang cocok untuk mendukung pemisahan plastik yang mengandung
PBDE / BFR; Mengembangkan model-model identifikasi, pemisahan, dan
penghancuran plastik yang mengandung PBDE / BFR; Melakukan studi kelayakan
secara finansial mengenai biaya, pendapatan, dan laba / rugi untuk
mengidentifikasi, memisahkan, dan menghancurkan plastik yang mengandung
BFR. Salah satu model yang dapat diajukan adalah menukarkan plastik bebas BFR
dengan campuran plastik ke pendaur ulang. Campuran plastik 1 kg akan ditukar
dengan plastik bersih 1kg BFR. Ini berarti bahwa pemerintah harus selalu
menyediakan plastik bersih karena sebagian dari plastik dikeluarkan dari siklus
daur ulang yang mengandung BFR tersebut. Bagian yang diisi ulang ini (topping up)
harus dibeli di pasar.
2) Extended Producer Responsibility (EPR)
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
59
Mengembangkan model EPR yang dapat diterapkan di Indonesia yang akan
mendukung pemisahan limbah yang mengandung PBDE.
Isu 5:
Membakar PCB di dalam drum untuk mendaur ulang timah (Sn).
Dampak:
Selama pembakaran PCB, kemungkinan besar PBDE dan dioksin serta furan bisa
terlepas. Lingkungan langsung akan tercemar, dan pekerja berada dalam bahaya
masalah kesehatan.
Rekomendasi:
Pemerintah harus mempertimbangkan agar melarang pembakaran PCB (atau plastik
pada umumnya) di instalasi yang tidak diizinkan oleh pemerintah (termasuk
pembakaran limbah di jalan-jalan).
Isu 6:
Menjual plastik yang tidak mungkin bias didaur ulang ke produser batubata sebagai
bahan bakar.
Dampak:
Selama pembakaran plastik, sangat besar kemungkinan PBDE, dioksin dan furan dapat
terlepas. Lingkungan akan tercemar secara langsung, dan pekerja berada dalam
bahaya masalah kesehatan.
Rekomendasi:
Pemerintah harus mempertimbangkan agar melarang pembakaran plastik di instalasi
yang tidak diizinkan oleh pemerintah (termasuk pembakaran sampah di jalanan).
Kembangkan solusi yang layak bagi pendaur ulang untuk mengumpulkan "sampah"
yang mengandung PBDE dan rekomendasian untuk membuangnya ke perusahaan
semen.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
60
10. DISEMINASI BAT / BEP
10.1. Kegiatan yang dilakukan
Penyebaran informasi (diseminasi) terkait BAT dan proyek telah dilakukan pada
tanggal 17 Januari 2019 di Bekasi, Jawa Barat dan pada 18 Januari 2019 di Mojokerto,
Jawa Timur. Setiap acara direncanakan sebagai kegiatan setengah hari. Ikhtisar acara
adalah sebagai berikut:
1) Mini Talk Show bersama Dr. Edzard Ruehe sebagai Team Leader terkait capaian
proyek dan tantangannya
2) Mini Talk Show Bersama Bpk. Teddy selaku Kepala Pusat Industri Hijau
Kemenperin dan Bpk Kurnia dari UNDP sebagai National Project Manager terkait
PBDE
3) Sharing bersama pelaku daur uang yang mengikuti implementasi BAT/BEP
4) Penyerahan sertifikat
5) Mini Drama terkait bahaya PBDE
6) Penyerahan buku BAT/BEP kepada perwakilan asosiasi
52 orang telah berpartisipasi di Diseminasi Jawa Barat dan 35 orang di Jawa Timur.
Daftar peserta dapat ditemukan di Lampiran 10. Acara ini direncanakan santai (tetap
hidup) dengan menghindari presentasi yang terlalu kaku, dan menggunakan gaya
wawancara serta pertunjukan teater. Dokumentasi foto dapat ditemukan pada
Lampiran 11. Gagasan utama yang disampaikan yaitu:
• PBDE berbahaya bagi orang yang bekerja di perusahaan daur ulang dan orang yang
tinggal dekat dengan perusahaan daur ulang.
• Perusahaan daur ulang dapat mengidentifikasi dan memisahkan limbah yang
mengandung PBDE
• Di pabrik semen, limbah PBDE dapat dengan aman dimusnahkan
Selama seminar, pedoman BAT telah disebarluaskan kepada semua peserta.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
61
10.2. Hasil Kegiatan Diseminasi
• 87 orang telah berpartisipasi dalam acara di Jawa Barat dan Jawa Timur
• Informasi tentang BAT untuk identifikasi dan pemisahan plastik yang mengandung
PBDE telah disebarluaskan kepada x pendaur ulang dan x orang dari organisasi lain
seperti UNDP, Kementerian Perindustrian dan Asosiasi.
• Pedoman BAT telah didistribusikan kepada para peserta.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
62
11. KESIMPULAN
Kegiatan yang telah dilakukan
Proyek telah berhasil terlaksana. Kami telah melakukan upaya pengumpulan informasi dari
berbagai perusahaan daur ulang dengan proses daur ulang yang berbeda seperti
pembongkaran, penyortiran, penggilingan, pencucian, dan pembuatan bijih plastik mengenai
bagian EEE seperti printer, monitor, selubung plastik, dan kabel.
Standar dan peraturan internasional dan nasional telah ditinjau dengan mempertimbangkan
beberapa hal penting bagi Indonesia dan pendaur ulang di Indonesia. Dokumen BAT / BEP
dalam bahasa Indonesia yang cocok untuk pendaur ulang Indonesia pun telah dikembangkan.
Modul pelatihan dan BAT ini telah diuji coba dalam pelatihan.
Modul dan hasil pelatihan serta hasil implementasi telah dibahas dalam tiga FGD.
Dua pelatihan masing-masing telah dilakukan di Jawa Barat dan Jawa Timur. BAT telah diuji
coba di 6 (enam) perusahaan, tiga perusahaan di Jawa Barat dan tiga perusahaan di Jawa
Timur. BAT telah disebarluaskan ke perusahaan daur ulang di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Hasil yang Tercapai:
• Panduan BAT/BEP telah dikembangkan dalam Bahasa Indonesia dan dapat digunakan
kemudian oleh Kementerian Perindustrian dan perusahaan daur ulang Indonesia.
• Modul pelatihan telah diuji coba dan digunakan pada training yang dihadiri 30 peserta
(26 peserta mewakili pelaku daur ulang) di Jawa Barat dan Jawa Timur. Target di TOR
adalah 12 orang, artinya pencapaian ini melebihi yang diharapkan.
• Sebanyak 7 pendaur ulang telah mengikuti uji coba pelatihan.
• BAT telah disebarluaskan kepada lebih dari 80 orang.
• Secara total, lebih dari 120 orang yang bergerak di bidang daur ulang plastik E-Waste
telah tersosialisasikan terkait PBDE ini.
Kemungkinan Penerapan
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
63
Kegiatan implementasi dengan pendaur ulang menunjukkan bahwa pendaur ulang enggan
menerapkan langkah-langkah tersebut untuk mengidentifikasi, memisahkan, dan
menghancurkan plastik yang mengandung PBDE. Alasan utamanya bagi mereka adalah tidak
ada keuntungan finansial (atau lainnya). Bahkan, langkah-langkah ini menambah biaya untuk
proses daur ulang mereka: kehilangan bahan (bagian yang mengandung PBDE), investasi
untuk beli XRF atau SSS atau tambahan sink and float, biaya tenaga kerja untuk proses ini,
biaya transportasi, dan biaya untuk pembakaran ke perusahaan semen.
Rekomendasi untuk Pemerintah Indonesia
Rekomendasi untuk Pemerintah Indonesia telah dikembangkan berdasarkan pengalaman
selama proyek ini berlangsung, baik selama kunjungan lapangan, pelatihan dan kegiatan
implementasi. Rekomendasi ini dikembangkan oleh tim ASIAN MANAGEMENT CONSULTING
(AMC) di luar lingkup proyek serta ini dapat dipertimbangkan oleh pemerintah Indonesia
untuk mendukung pelaksanaan pemisahan PBDE.
Poin utama rekomendasi tersebut diantaranya:
1) Menetapkan peraturan tentang PBDE dalam produk plastik (mirip dengan RoHS).
2) Membangun pilot project terkait teknologi identifikasi PBDE untuk menguji dan
membandingkan berbagai teknik yang sesuai dengan kondisi nyata di Indonesia.
3) Studi untuk mengevaluasi berapa banyak plastik yang mengandung PBDE dan
plastik yang mengandung BFR yang didaur ulang saat ini (pergerakan PBDE di
barang-barang daur ulang).
4) Studi ekonomi kelayakan pada identifikasi, pemisahan, dan penghancuran plastik
yang mengandung PBDE. Studi ini harus mencakup EPR.
5) Membuat peraturan yang melarang pembakaran plastik (yang mengandung
PBDE). Hal ini berdasarkan pengalaman dalam proyek ini selama kunjungan
lapangan, pelatihan dan kegiatan implementasi. Rekomendasi ini dikembangkan
oleh tim ASIAN MANAGEMENT CONSULTING di luar lingkup proyek dan dapat
dipertimbangkan oleh pemerintah Indonesia untuk mendukung pelaksanaan
pemisahan PBDE.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
64
12. REFERENSI
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014. Jakarta: Republik
Indonesia.
RoHS Guide. (2018). FAQ. Diambil dari RoHS Guide: http://www.rohsguide.com/rohs-faq.htm
Rotterdam Convention Secretariat. (2015). ROTTERDAM CONVENTION: ON THE PRIOR
INFORMED CONSENT PROCEDURE. UNEP; Food and Agriculture Organization of the
United Nastions.
Stockholm Convention. (n.d.). Stockholm Convention. Diambil dari POPs:
http://chm.pops.int/TheConvention/ThePOPs/tabid/673/Default.aspx
UNEP. (2017). Guidance on BAT and BEP for the recycling and disposal of waste containing
PBDE listed under the Stockholm Convention on POPs. United Nation on Environmental
Protection.
____________________________________________ Pengembangan Panduan Teknis (BAT/BEP) dan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Penanganan,
Penyimpanan, Daur Ulang, dan Pembuangan Limbah yang Mengandung PBDE di Sektor Daur Ulang
Plastik
65
LAMPIRAN
Lampiran 1: Laporan Pertama
Lampiran 2: Laporan Kunjungan Lapangan ke Pendaur Ulang
Lampiran 3: Laporan Pertengahan
Lampiran 4: Laporan Uji Coba
Lampiran 5: Modul Akhir
Lampiran 6: Dokumen Final BAT
Lampiran 7: Laporan Pelatihan Uji Coba
Lampiran 8: Laporan FGD Pelatihan Uji Coba
Lampiran 9: Laporan Pelatihan dan Implementasi
Lampiran 10: Daftar Peserta Diseminasi
Lampiran 11: Dokumentasi Foto (di dalam CD terpisah atau flash disk)