37
PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS EMAS GARONGKONG Pollution Control in the Development of Strategic Area of Emas Garongkong NURHAYATI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA

PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS EMAS GARONGKONG

Pollution Control in the Development of Strategic Area of Emas

Garongkong

NURHAYATI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN

KAWASAN STRATEGIS EMAS GARONGKONG

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister

Program Studi

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah

Disusun dan diajukan oleh

NURHAYATI

kepada

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 3: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN
Page 4: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nurhayati

Nomor Mahasiswa : P0204215310

Program Studi : Perencanaan dan Pengembangan Wilayah

Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan

merupakan pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila

dikemudian hari terbukti bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil

karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Agustus 2017

Yang menyatakan,

Nurhayati

Page 5: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

i

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT serta sholawat

dan salam kepada Nabi Muhammad SAW dengan selesainya tesis yang

berjudulPengendalian Pencemaran Dalam Rangka Pengembangan

Kawasan Strategis Emas Garongkong, merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan

Pengembangan Wilayah, Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan

tulus menyampaikanterima kasih kepada Prof. Ir. Sumbangan Baja,

M.Phil., Ph.D danDr. lr. Roland A. Barkey,selaku ketua dananggota komisi

penasihat atas segala motivasi, arahan dan bimbingan yangdiberikan

mulai dari tahap awal hingga penyelesaian tesis ini.

Selain itu penulissampaikan terima kasih kepada Prof. Dr.Ir.

Hazairin Zubair,MS, Prof.Dr.Ir.Budimawan,DEA dan Dr.Ir. Mahyuddin,M.Si

selaku penguji luar komisi yang telahmemberikan koreksi dan masukan

bagi penyempurnaan tesis ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan

pada tesisini, namun tidak mengurangi harapan penulis agar karya ilmiah

ini tetap bermanfaat bagi berbagai pihak.

Makassar, Agustus 2017

Nurhayati

Page 6: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

ii

ABSTRAK

NURHAYATI, Pengendalian Pencemaran Dalam Rangka Pengembangan Kawasan Strategis Emas Garongkong (dibimbingolehSumbanganBaja danRoland A Barkey).

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengestimasi potensi peningkatan beban pencemaran akibat perubahan penggunaan lahan dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Emas Garongkong, 2) menentukanarahanpengendalian pencemaran dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Emas Garongkong.Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis overlay dan metode perhitungan beban pencemaranpada sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan beban pencemaran ketika Kawasan Strategis Emas Garongkong berkembang.Peningkatan beban pencemaran TSS 3660,77 ton/tahun, BOD 1497,41 ton/tahun, COD 2840,51 ton/tahun, Nitrogen 177,31 ton/tahun, Fosfor 26,14 ton/tahun, Sulfida 18,30 ton/tahun, Amonia 365,96 ton/tahun, Fenol 18,30 ton/tahun, Fenol 18,30 ton/tahun, Minyak dan lemak 274,47 ton/tahun, MBAS 182,98 ton/tahun, Kadmium 1,83 ton/tahun, Krom heksavalen 9,15 ton/tahun, Krom total 18,30 ton/tahun, Tembaga 36,60 ton/tahun, Timbal 18,30 ton/tahun, Nikel 9,15 ton/tahun dan Seng 182,98 ton/tahun.Arahan pengendalian pencemaran ketika Kawasan Strategis Emas Garongkong berkembang yaitu membangun IPAL terpadu pada kawasan industri, membangun IPAL domestik pada kawasan perkantoran, membangun IPAL domestik pada kawasan perdagangan dan jasa, dan membangun IPAL domestik pada kawasan perumahan

Kata kunci: pengendalian pencemaran, kawasan strategis

Page 7: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

iii

ABSTRACT

NURHAYATI, Pollution Control in the Development of Strategic Area of Emas Garongkong (supervised by Sumbangan Baja and Roland A. Barkey).

The research aimed to 1) estimate pollution loads potential increasing due to changes in land use in the development of EmasGarongkong Strategic Area, 2) determine the direction of pollution control in the development of the Emas Garongkong strategic area. This was research with the quantitative and qualitative approach. Data were processed and analysed using the overlay analysis, pollution load calculation method on the resources and driving forces analysis.

The research results indicate that there is the pollution load an increase when the golden strategic area is developing. The pollution load increase of TSS 3660,77 tons/year, BOD 1497,41 tons/year, COD 2840,51 tons/year, nitrogen 177,31 tons/year, phosphorus 26,14 tons/year, sulfide 18,30 ton/year, ammonia 365.96 tons/year, phenol 18.30 tons/year, phenol 18.30 tons/year, oil and grease 274.47 tons/year, MBAS 182.98 tons/year, Cadmium 1.83 tons/year, hexavalent chromium 9.15 tons/year, total chromium 18.30 tons/year, copper 36.60 tons/year, lead 18.30 tons year, nickel 9.15 tons/year and zinc 182.98 tons/year. The pollution control direction when the strategic area of Garongkong is developing is to build an integrated wastewater treatment plant in an industrial area, to build a domestic wastewater treatment plant in an office area, to build a domestic wastewater treatment plant in a trade and service area, and to build a domestic wastewater treatment plant in a residential area.

Keyword: pollution controll, strategic area

Page 8: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

iv

DAFTAR ISI halaman

PRAKATA ................................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

E. Batasan Penelitian ................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6

A. Tinjauan Teori dan Konsep.................................................................... 6

1. Pencemaran Lingkungan Hidup ...................................................... 6

2. Sumber Pencemaran Air dan Tanah ............................................... 6

3. Komposisi Air Limbah ...................................................................... 9

4. Beban Pencemaran ......................................................................... 9

5. Pengendalian Pencemaran ........................................................... 15

6. Klasifikasi Citra Secara Digital ....................................................... 15

7. Teknik Analisis Paduserasi (Overlay) ............................................ 18

B. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 20

C. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 22

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 25

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................ 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 25

c. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 27

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 29

E. Metode Analisis Data ........................................................................... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 34

Page 9: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

v

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 34

1. Gambaran Umum Kabupaten Barru .............................................. 34

2. Gambaran Umum Kawasan Strategis Emas Garongkong ............ 35

B. Estimasi Potensi Peningkatan Beban Pencemaran ............................. 40

1. Analisis Penggunaan Lahan Eksisting........................................... 40

2. Rencana Penggunaan Lahan ........................................................ 42

3. Sumber Pencemar Laut Eksisting dan Potensial ........................... 45

4. Analisis Perubahan Penggunaan lahan ........................................ 52

5. Estimasi Potensi Peningkatan Beban Pencemaran ...................... 55

C. Arahan Pengendalian Pencemaran ..................................................... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 99

A. Kesimpulan ......................................................................................... 99

B. Saran ................................................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….101

LAMPIRAN............................................................................................. 108

Page 10: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

vi

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Kualitas Air Laut Kawasan Strategis Emas Garongkong ............. 2

Tabel 2. Karakteristik Air Limbah Domestik ............................................... 9

Tabel 3. Rata-rata Volume Air Limbah Dari Pemukiman ......................... 11

Tabel 4. Faktor Emisi Limbah Domestik .................................................. 12

Tabel 5. Faktor Emisi Limbah Pertanian .................................................. 13

Tabel 6. Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan ....................................... 17

Tabel 7. Jenis dan Sumber Data Primer yang Digunakan ....................... 27

Tabel 8.Jumlah Responden untuk Estimasi Potensi Peningkatan Beban

Pencemaran dan Arahan Pengendalian Pencemaran Laut .... 28

Tabel 9. Jumlah penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten

Barru Tahun 2011 - 2015 ........................................................ 34

Tabel 10. Jumlah Penduduk Tahun 2011 – 2015 per Desa/Kelurahan di

Kawasan Strategis Emas Garongkong ................................... 37

Tabel 11. Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Tahun 2015

tiap Desa/Kelurahan ................................................................ 37

Tabel 12. Ketinggian dari Permukaan Air Laut di Kawasan Strategis Emas

Garongkong ............................................................................ 38

Tabel 13. Keadaan Curah Hujan Tahun 2013-2015 ................................ 39

Tabel 14. Indikasi Program Kawasan Strategis Emas Garongkong......... 39

Tabel 15. Penggunaan Lahan Eksisting Kawasan Strategis Emas

Garongkong ............................................................................ 41

Tabel 16. Luas Sumber Pencemar Eksisting per Desa/Kelurahan pada

Kawasan Strategis Emas garongkong .................................... 48

Tabel 17. Perubahan Penggunaan Lahan dari Eksisting menjadi

Penggunaan Lahan Rencana ................................................. 52

Tabel 18. Estimasi Potensi Beban Pencemaran Industri Tahun 2018 ..... 56

Tabel 19. Luas dan Jumlah Penduduk tiap Desa/Kelurahan dalam

Kawasan Strategis Emas Garongkong ................................... 58

Tabel 20. Luas dan Jumlah Penduduk Permukiman yang Dialihfungsikan

menjadi Kawasan Industri ....................................................... 58

Tabel 21. Beban Pencemaran Eksisting sebelum Pengembangan

Kawasan Industri..................................................................... 59

Tabel 22. Estimasi Peningkatan Beban Pencemaran Akibat

Pengembangan Kawasan Industri pada Tahun 2018 ............. 60

Tabel 23. Estimasi Potensi beban pencemaran dari Kawasan

Perdagangan dan jasa pada Tahun 2018 ............................... 62

Page 11: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

vii

Tabel 24. Luas dan Jumlah Penduduk pada Permukiman yang

Dialihfungsikan menjadi Kawasan Perdagangan dan Jasa ..... 63

Tabel 25. Beban Pencemaran Eksisting sebelum Pengembangan

Kawasan Perdagangan dan Jasa ........................................... 64

Tabel 26. Estimasi Peningkatan Beban Pencemaran Akibat

Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa pada Tahun

2018 ........................................................................................ 64

Tabel 27. Estimasi Potensi Beban Pencemaran Kawasan Perkantoran .. 65

Tabel 28. Luas dan Jumlah Penduduk pada Permukiman yang

Dialihfungsikan menjadi Kawasan Perkantoran ...................... 66

Tabel 29. Beban Pencemaran Eksisting sebelum Pengembangan

Kawasan Perkantoran ............................................................. 67

Tabel 30. Estimasi Peningkatan Beban Pencemaran Akibat

Pengembangan Kawasan Perkantoran pada Tahun 2018 ...... 68

Tabel 31 Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Strategis Emas

Garongkong Tahun 2018 ........................................................ 68

Tabel 32. Estimasi Potensi Beban Pencemaran Kawasan Perumahan ... 69

Tabel 33. Luas dan Jumlah Penduduk pada Permukiman yang menjadi

Kawasan Perumahan .............................................................. 70

Tabel 34. Beban Pencemaran Eksisting sebelum Pengembangan

Kawasan Perumahan .............................................................. 71

Tabel 35. Estimasi Peningkatan Beban Pencemaran Akibat

Pengembangan Kawasan Perumahan pada Tahun 2018 ....... 72

Tabel 36. Luas dan Jumlah Penduduk Permukiman yang Dialihfungsikan

menjadi Kawasan Pergudangan ............................................. 73

Tabel 37. Beban Pencemaran Eksisting sebelum Pengembangan

Kawasan Pergudangan ........................................................... 74

Tabel 38. Estimasi Penurunan Beban Pencemaran Akibat Pengembangan

Kawasan Pergudangan pada Tahun 2018 .............................. 75

Tabel 39. Peningkatan Beban Pencemaran dari Tiap Pengembangan

Kawasan pada Tahun 2018 ................................................... 75

Tabel 40. Total Peningkatan Beban Pencemaran Akibat Pengembangan

Kawasan Strategis Emas Garongkong ................................... 78

Tabel 41. Sistem Pengolahan Untuk Menghilangkan Bahan Pencemar

Dalam Limbah Cair ................................................................. 86

Tabel 42. Proyeksi Pengurangan Beban Pencemaran Kawasan Industri 87

Tabel 43. Lokasi dan Kapasitas IPAL Domestik pada Kawasan

Perkantoran ............................................................................ 89

Tabel 44. Pengurangan Beban Pencemaran Kawasan Perkantoran ....... 91

Page 12: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

viii

Tabel 45. Proyeksi Pengurangan Beban Pencemaran Kawasan

Perdagangan dan Jasa ........................................................... 93

Tabel 46. Perbandingan antara Off site system dan on site system ........ 94

Tabel 47. Kapasitas IPAL domestik pada Kawasan Perumahan ............. 96

Tabel 48. Proyeksi Pengurangan Beban Pencemaran Kawasan

Perumahan ............................................................................. 96

Tabel 49. Rincian Kegiatan Pengendalian Pencemaran Kawasan

Strategis Emas Garongkong ................................................... 97

Tabel 50. Pembobotan Terhadap Beberapa Jenis Proses Pengolahan Air

Limbah Domestik .................................................................. 108

Page 13: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

ix

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian ....................................................... 24

Gambar 2. Lokasi Penelitian ................................................................... 26

Gambar 3. Peta Kawasan Strategis Emas Garongkong ......................... 36

Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kawasan Strategis Emas

Garongkong ............................................................................ 41

Gambar 5. Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Strategis Emas

Garongkong Tahun 2014 – 2034 ........................................... 45

Page 14: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan manusia yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi

dengan memanfaatkan sumber daya alam tanpa memperhatikan aspek

lingkungan dapat menimbulkan tekanan terhadap lingkungan.Tekanan

terhadap lingkungan ini ditandai dengan peningkatan perubahan pola

penggunaan lahan.

Lingkungan hidup dalam kaitan dengan pembangunan sudah mulai

dikenal di kalangan pemerintahan di dunia ini pada tahun 1972, dan sejak

itu mulai dirintis berbagai langkah pengembangan pola pembangunan

yang tidak merusak lingkungan (Salim, 1990).Meskipun demikian, pada

kenyataannya masih banyak terlihat aktivitas yang mengakibatkan

pencemaran lingkungan, di darat maupun di laut.Menurut Tiquio et al

(2016) pencemaran air permukaan di Indonesia masih tetap menjadi hal

yangmenghawatirkan terutama di daerah padat penduduk.

Pencemaran lingkungan dapat diakibatkan oleh kegiatan atau

aktivitas di daratan dan lautan. Pencemaran yang bersumber dari daratan,

antara lain buangan limbah industri, limbah cair domestik, limbah padat,

limbah pertanian, penebangan hutan, konversi lahan mangrove dan lamun

Page 15: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

2

serta reklamasi pantai. Sementara pencemaran yang bersumber dari

lautan diantaranya karena kegiatan pelayaran, budidaya laut (mariculture),

dan perikanan (KLHK, 2015).Berbagaikegiatanyangterjadibaikdiperairan

kawasan Strategis Emas Garongkong maupundidaratan kawasan

dapatmengakibatkanpencemarandi kawasan tersebut.

Data kualitas air sungai dan laut pada Kawasan Strategis Emas

Garongkong dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Kualitas Air Laut Kawasan Strategis Emas Garongkong

No Parameter Satuan Lokasi Baku

mutu Metode

A1 A2 A3

A. Fisika

1. Bau - Alami Alami Alami Tidak bau

Organoleptik

2. Suhu oC 28,1 27,9 28 Alami Pemuaian

3. Zat padat tersuspensi (TSS)

mg/L 19525 36 24 80 Gravimetrik

B. Kimia

4. Amoniak mg/L <0,05 <0,05 <0,05 0,3 Kolorimetrik

5. Deterjen mg/L 0,20 0,24 0,24 1 Kolorimetrik

6. Minyak dan lemak

mg/L <0,1 <0,1 <0,1 5 Gravimetrik

7. pH - 7,76 7,90 7,98 6,5 – 8,5

SNI 06-6989,11-2004

8. Phenol mg/L <0,002 <0,002 <0,002 0,002 Kolorimetrik

9. Sulfida mg/L <0,01 <0,01 <0,01 0,03 Kolorimetrik

C. Logam Terlarut

10. Cadmium (Cd)

mg/L <0,003 <0,001 <0,001 0,001 Atomisasi

11. Raksa (Hg)

mg/L <0,0005 <0,0005 <0,0005 0,003 Atomisasi

12. Seng (Zn) mg/L <0,01 0,27 0,12 0,1 Atomisasi

Page 16: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

3

No Parameter Satuan Lokasi Baku

mutu Metode

A1 A2 A3

13. Tembaga (Cu)

mg/L <0,01 <0,005 <0.005 0,05 Atomisasi

14. Timbal (Pb)

mg/L 0,03 0,08 0,05 0,05 IKM5.413/BBLK-MKS (AAS)

D. Mikrobiologi

15. Total coliform

Ml 6131 0 0 10000 IKM/5.4/20/BBK-MKS

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Barru (2016)

Berdasarkan data pada tabel 1 diatas terdapat beberapa parameter

yang memiliki nilai yang cukup tinggi bahkan ada yang melewati baku

mutu yaitu parameter Zeng, Timbal dan TSS. Sementara total coliform

pada titik A1 meskipun tidak melewati baku mutu tapi dianggap cukup

tinggi dan dapat melewati baku mutu jika terjadi peningkatan pembuangan

limbahsecara terus menerus.

Berdasarkan Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Strategis Emas

Garongkongkawasan tersebut direncanakan sebagai zona industri,

perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana pelayanan umum, kawasan

lindung, kawasan khusus, reklamasi, perumahan, pergudangan, dan

perlindungan setempat.Ketika kawasan ini berkembang akan

menghasilkan limbah yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan,

sehingga parameter yang melewati baku mutu tidak hanya Zeng, Timbal

dan TSS tapi dapat terjadi pada semua parameter, dan jika tidak

dikendalikan akan terjadi pencemaran pada seluruh lokasi Kawasan

Strategis Emas Garongkong bukan hanya pada laut saja. Oleh karena itu

Page 17: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

4

perlu adanya perencanaan yang tepat untuk mengendalikan pencemaran

yang terjadi ketika Kawasan ini berkembang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, rumusan

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini diajukan dalam

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Berapa estimasi potensi peningkatan beban pencemaran akibat

perubahan penggunaan lahan dalam rangka pengembangan Kawasan

Strategis Emas Garongkong?

2. Bagaimana arahanpengendalian pencemarandalam rangka

pengembangan Kawasan Strategis Emas Garongkong?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akandicapai, yaitu:

1. Mengestimasi potensi peningkatan beban pencemaran akibat

perubahan penggunaan lahan dalam rangka pengembangan Kawasan

Strategis Emas Garongkong.

2. Menentukanarahanpengendalian pencemaran dalam rangka

pengembangan Kawasan Strategis Emas Garongkong.

Page 18: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

5

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat bagi

Pemerintah Kabupaten Barru dan penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan pada Kawasan Strategis Emas Garongkong sebagai sumbangan

pemikiran dan sekaligus masukan informasi untuk mengendalikan

pencemaran di kawasan Strategis Emas Garongkong. Disamping itu juga

diharapkan agar masyarakat dapat memperoleh manfaat dengan terbebas

dari dampak pencemaran lingkungan.

E. Batasan Penelitian

Ruang lingkup wilayah penelitian adalah Kawasan Strategis Emas

Garongkong, Kabupaten Barru, dengan fokus penelitian pada:

1. Sumber pencemar yang menghasilkan limbah cairkecuali tempat

pelayanan umum (transportasi, pendidikan dan kesehatan) dan

kawasan khusus.

2. Pengendalian pencemaran yang diakibatkan oleh limbah cair yang

dihasilkan oleh sumber pencemar.

Page 19: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori dan Konsep

1. Pencemaran Lingkungan Hidup

Pencemaran lingkungan hidupberdasarkan UU Nomor 32 Tahun

2009 adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,

dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan

manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah

ditetapkan.

Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena

perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara, dan air) yang tidak

menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, binatang,

dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing

(seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya dan

sebagainya). Hal ini salah satunya sebagai akibat perbuatan manusia,

sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti

semula (Susilo, 2003).

2. Sumber Pencemaran Air dan Tanah

Sumber pencemar dapat berasal dari pencemar alamiah (dari alam)

dan pencemar antropogenik (kegiatan manusia). Pencemar antropogenik

adalah polutan yang masuk ke perairan akibat aktivitas manusia seperti

Page 20: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

7

kegiatan domestik (rumah tangga), perkotaan dan industri.Intensitas

polutan antropogenik dapat dikendalikan dengan mengontrol aktivitas

yang menyebabkan timbulnya pencemar tersebut (Effendi, 2003).

Menurut Davis dan Cornwell (1991), sumber pencemar yang masuk

ke perairan berasal dari buangan dibedakan menjadi sumber titik (point

source) dan sumber memanjang (non point source).Sumber pencemar titik

berasal dari sumber yang dapat diketahui secara pasti.Sumber pencemar

titik dapat berasal dari kegiatan industri yang membuang air

limbahnya.Sumber memanjang berasal dari sumber yang tidak diketahui

secara pasti.Sumber memanjang berasal dari buangan kegiatan pertanian

yang mengandung pupuk dan pestisida serta dari limbah cair kegiatan

domestik yaitu permukiman, perdagangan, dan perkantoran.

Pencemaran yang terjadi dapat disebabkan oleh pencemar organik

maupun pencemar anorganik.Pencemar organik dapat meningkatkan

kandungan BOD dalam air tanah maupun air permukaan yang

mengindikasikan telah terjadi penurunan kualitas air.Pencemar organik

sebagian besar berasal dari buangan kegiatan pertanian dan limbah cair

kegiatan domestik.Sedangkan pencemar anorganik sebagian besar

berasal dari buangan kegiatan industri.

Berdasarkan sumbernya, jenis limbah cair yang dapat mencemari

air dan tanah dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan

(Mudarisin, 2004), yaitu: 1) Limbah cair domestik, yaitu limbah cair yang

berasal dari pemukiman, tempat-tempat komersial (perdagangan,

Page 21: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

8

perkantoran, institusi) dan tempat-tempat rekreasi. Air limbah domestik

(berasal dari daerah pemukiman) terutama terdiri atas tinja, air kemih, dan

buangan limbah cair (kamar mandi, dapur, cucian yang kira-kira

mengandung 99,9% air dan 0,1% padatan). Zat padat yang ada tersebut

terbagi atas ± 70% zat organic (terutama protein, karbohidrat dan lemak)

serta sisanya 30% zat anorganik terutama pasir, air limbah, garam-garam

dan logam. 2)Limbah cair industri merupakan limbah cair yang dikeluarkan

oleh industri sebagai akibat dari proses produksi. Limbah cair ini dapat

berasal dari air bekas pencuci, bahan pelarut ataupun air pendingin dari

industri tersebut. Pada umumnya limbah cair industri lebih sulit dalam

pengolahannya, hal ini disebabkan karena zat-zat yang terkandung di

dalamnya yang berupa bahan atau zat pelarut, mineral, logam berat, zat-

zat organik, lemak, garam-garam, zat warna, nitrogen, sulfida, amoniak,

dan lain-lain yang bersifat toksik.3). Limbah pertanian yaitu limbah yang

bersumber dari kegiatan pertanian seperti penggunaan pestisida,

herbisida, fungisida dan pupuk kimia yang berlebihan.4). Infiltration/inflow

yaitu limbah cair yang berasal dari perembesan air yang masuk ke dalam

dan luapan dari system pembuangan air kotor.

Menurut Ross (1994), sumber antropogenik kontaminasi logam

dapat dibagi menjadi lima kelompok utama, yaitu penambangan logam

dan peleburan, industri, deposisi atmosfer, pertanian, dan pembuangan

limbah.

Page 22: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

9

3. Komposisi Air Limbah

Sesuai dengan sumber asalnya, air limbah mempunyai komposisi

yang bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Metcalf dan Eddy

(2003) mengklasifikasikan karakteristik air limbah domestik dari buangan

kegiatan manusia sebagai berikut:

Tabel 2. Karakteristik Air Limbah Domestik

Parameter Konsentrasi (mg/L)

Kisaran Rata – rata

Padatan: Terlarut Tersuspensi BOD COD TOC Nitrogen: Organik NH3 Phospor: Organik Anorganik Chlorida Minyak dan lemak alkalinitas

250-850 100-350 110-400

250-1000 80-290

8-35

12-50

1-5 3-10

30-100 50-150 50-200

500 220 220 500 160

15 25

3 5 50

100 100

Sumber: Metcalf dan Eddy (2003)

4. Beban Pencemaran

Beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang

terkandung dalam air atau air limbah. Menurut Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun 2010 tentang Tata Laksana

Pengendalian Pencemaran Air, konsep beban relatif lebih baik

dibandingkan dengan konsep terdahulu yaitu hanya mengendalikan kadar

dari suatu polutan yang akan dibuang ke lingkungan. Konsep

Page 23: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

10

kadarmemungkinkan penggunaan air secara berlebihan agar dapat

memenuhi kadar yang disyaratkan, sedangkan konsep beban

mengendalikan sekaligus kadar dan volume limbah yang akan dibuang.

4.1 Beban Pencemaran Domestik

Air limbah domestik menurut Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah

Domestik, adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan

permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan

asrama. Beban pencemaran domestik merupakan jumlah unsur pencemar

yang terkandung dalam air limbah domestik.

Menurut Metcalf dan Eddy (2003), untuk daerah permukiman, debit

air limbah domestik dapat ditentukan berdasarkan jumlah populasi dan

rata-rata kontribusi air limbah per kapita. Di Amerika Serikat, rata-rata

sekitar 60-90% dari konsumsi air per kapita berubah menjadi air limbah.

Sementara itu menurut Yudo at al (2001), penelitian yang dilakukan JICA

tahun 1989 di Jakarta, menunjukkan volume buangan limbah rumah

tangga per orang per hari mencapai 118 liter dan pada tahun 2010

diperkirakan mencapai 147 liter/orang/hari. Sementara menurut Linley dan

Franziny (1995) volume limbah domestik adalah 80% dari jumlah

kebutuhan air. Metcalf dan Eddy (2003) mengklasifikasikan volume air

limbah rata-rata dari daerah permukiman sebagaimana pada tabel 4.

Page 24: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

11

Berdasarkan survey di Jakarta Tahun 1989 setiap orang rata-rata

mengeluarkan beban limbah organik BOD sebesar 40 gram/orang/hari.

Besaran beban limbah organik tersebut berasal dari limbah toilet sebesar

13 gram/orang/hari dan dari limbah non toilet sebesar 27 gram/orang/hari.

Air limbah toilet yang diolah dengan menggunakan septik tank mengalami

penurunan beban polutan organik sebesar 22,5% artinya sisanya 77,5%

masih terbuang keluar ke lingkungan (Said, 2008).

Tabel 3. Rata-rata Volume Air Limbah Dari Pemukiman

No. Sumber Volume limbah per orang/hari

(liter)

Rata-rata (liter/orang/hari)

1 2. 3.

4.

Apartemen Hotel, penghuni tetap Tempat tinggal keluarga: - Rumah pada umumnya - rumah yang lebih baik - Rumah mewah - Rumah agak modern - Rumah pondok Rumah gandengan

200 – 300 150 – 220

190 – 350 250 – 400 300 – 550 100 – 250 100 – 240 120 – 200

260 190

280 310 380 200 190 150

Sumber: Metcalf dan Eddy (2003)

Sedangkan menurut Amaya et al (2012) untuk menghitung beban

pencemaran limbah domestik, digunakan persamaan berikut:

Beban limbah domestik = emisi per penduduk x jumlah penduduk…….(1)

Dimana jumlah penduduk diperoleh dengan mengalikan kepadatan

penduduk wilayah kajian dengan luas wilayah kajian. Faktor emisi limbah

domestik menurut parameter dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Page 25: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

12

Tabel 4. Faktor Emisi Limbah Domestik

Parameter Faktor Emisi (gr/kapita/hari)

BOD 50 COD 75

Total Nitrogen 14 Total Fosfor 2,3

TSS 68

Sumber: Amaya et al (2012)

4.2 Beban Pencemaran Pertanian

Sumber utama pencemar air yang berkaitan dengan kegiatan

pertanian adalah penggunaan pestisida, herbisida, dan fungisida, serta

penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Menurut Ruchirawat (1996),

pada saat proses penyemprotan di lahan pertanian, sekitar 3-30% dari

bahan aktif pestisida mencapai target yang dituju baik itu daun, bunga

atau yang lain. Sedangkan sisanya sekitar 70% akan terbuang dan hanyut

bersama aliran air sehingga menyumbang terjadinya pencemaran air di

perairan. Dampak dari kegiatan pertanian akan menghasilkan limpasan,

sedimen nitrat dan fosfat yang masuk ke badan air (Casali et al, 2010).

Menurut Kementerian LH (2015) dan Amaya et al (2012), beban

pencemaran pertanian dihitung dengan menggunakan persamaan:

BP Pertanian : luas lahan jenis pertanian x faktor emisi………….(2)

Faktor emisi limbah kegiatan pertanian menurut jenis pertanian dan

parameter pada tabel 5.

Page 26: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

13

Tabel 5. Faktor Emisi Limbah Pertanian

No. Jenis

Pertanian

Faktor Emisi menurut Parameter

BOD N P TSS Pestisida

(L/Ha/tahun) (Kg/Ha/tahun)

1. Sawah (padi) 225 20 10 0,04 0,16

2. Palawija 125 10 5 2,4 0,08

3. Perkebunan lain

32,5 3 1,5 1,6 0,024

Sumber: KLH (2015)

Menurut Xia et al (2011), kandungan N dalam air baik sebagai total

nitrogen (N), nitrogen terlarut (DTN), nitrat (NO3-N), dan ammonium (NH4-

N) meningkat bersamaan dengan musim hujan. Curah hujan dan limpasan

air merupakan faktor pendorong utama yang menyebabkan N dari sumber

nonpoint source dilepaskan dari daerah tangkapannya, sementara pupuk

menyebabkan masukan sejumlah besar N ke lingkungan dan kegiatan

pertanian mempercepat transformasi N ke badan air.

4.3 Beban Pencemaran Budi Daya Perikanan

Jenis limbah yang dihasilkan dalam kegiatan budidaya perikanan

berupa limbah metabolit atau sisa material kotoran udang berupa fases

dan urine yang berasal dari proses dekomposisi bahan organik dan sisa

pakan yang tidak termakan serta populasi plankton yang mati yang

mengandung unsur hara yang tinggi berupa senyawa nitrogen (protein,

asam amino, urea), karbohidrat, vitamin, dan lemak dari hasil ekskresi

udang sisa metabolisme udang (Suwoyoet al, 2014).

Page 27: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

14

Pemberian pakan pada budidaya perikanan merupakan pemasok

limbah bahan organik dan nutrien utama ke lingkungan perairan pesisir

yang menyebabkan eutrofikasi dan perubahan ekologi plankton,

peningkatan sedimentasi, perubahan produktivitas, dan struktur komunitas

bentos (Barg, 1992).Masukan senyawa nitrogen ke dalam kolam

pemeliharaan berhubungan dengan kuantitas dan kualitas pakan yang

diberikan pada udang (Hargreaves, 1998).Sebagian besar studi tentang

keseimbangan massa budidaya udang intensif dan semi intensif

menunjukkan bahwa sumber utama nutrien adalah pakan, sebanyak 71-

82% untuk nitrogen dan 67-91% untuk fosfor(Hernandez et al, 2006).

Menurut Funge-Smith dan Briggs (1998) hanya sekitar 18 - 27%

nitrogen dan 6 – 11% karbon yang diaplikasikan ke kolam secara efektif

diasimilasi oleh udang.Rahmansyahet al (2006) memperoleh nilai retensi

nitrogen pakan dalam daging udang 32,8 - 37,23% pada budidaya udang.

Sedangkan menurut Patil et al (2016) beberapa studi tentang nutrien

budget pada sistem budidaya udang telah melaporkan bahwa hanya 30%

nitrogen yang diberikan melalui pakan yang berasimilasi dengan biomassa

udang.

Untuk senyawa fosfor menurut Funge-Smith dan Stewart (1996),

hanya 1,3 – 2,0% fosfor yang terkandung dalam pakan yang dapat

diasimilasi oleh udang dan sekitar 85,3 – 90% yang tidak dapat

diasimilasi. Sedangkan menurut Osuna et al (1997) sekitar 7,4% fosfor

yang terkandung dalam pakan telah hilangdari kolam saat udang dipanen

Page 28: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

15

(berasimilasi dalam biomassa udang), sisanya hilang ke air sebagai

produk dekomposisi atau ekskretoris.

5. Pengendalian Pencemaran

Menurut UU No. 32/2009, pengendalian pencemaran dan/atau

kerusakanlingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi

lingkungan hidupyang meliputi pencegahan, penanggulangan dan

pemulihan. Pengendalianpencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup merupakan pengendalianterhadap antara lain pencemaran air,

udara, dan laut serta kerusakan ekosistem dan kerusakan akibat

perubahan iklim. Dalam upaya preventif pada pengendaliandampak

lingkungan hidup perlu dilaksanakan dengan mendayagunakan

secaramaksimal instrumen pengawasan dan perizinan.Dalam hal

pencemaran dankerusakan lingkungan hidup sudah terjadi, perlu

dilakukan upaya represif berupapenegakan hukum yang efektif,

konsekuen, dan konsisten terhadap pencemarandan kerusakan

lingkungan hidup yang sudah terjadi (Fransisca, 2010).Pengendalian

pencemaran merupakan upaya memaksimalkan dampak positif dan

meminimalkan dampak negatif.Optimalisasi semacam ini dipengaruhi oleh

faktor politis, sosial dan budaya (Hendrawan, 2005).

6. Klasifikasi Citra Secara Digital

Klasifikasi data/citra penginderaan jauh adalah aktivitas yang

berkaitan dengan pengkategorian nilai spectral pixel citra secara otomatis.

Dalam prosedur klasifikasi digital, identifikasi target (objek atau fenomena)

Page 29: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

16

dapat dilakukan dengan cara pengenalan pola spectral, spasial, dan

temporal. Pengenalan pola spectral mengacu pada pemanfaatan nilai

kecerahan fiksel yang sesuai dengan kelas atau keadaan objek atau

fenomena yang diidentifikasi. Dalam pengenalan pola spasial, aspek

spasial citra seperti ukuran, tekstur, pola, bentuk, dan asosiasi, digunakan

sebagai dasar identifikasi objek atau target. Sementara pengenalan pola

temporal menganggap waktu sebagai dasar untuk kategorisasi kelas

target yang ada pada citra (Baja, 2012).

Pendekatan dalam memproses data citra, khususnya untuk

mengekstraksi kenampakan permukaan bumi adalah melalui head up

digitasi dan klasifikasi yang tidak terbimbing. Pada klasifikasi yang tidak

disupervisi membutuhkan input yang minimal dari analisis karena citra

diproses dengan operasi numerical dengan mengelompokkan pixel yang

mempunyai nilai spectral sama yang dipantulkan oleh kenampakan di

bumi melalui multispectral. Analisis dengan menggunakan perangkat

keras komputer dan perangkat lunak pengolahan citra memungkinkan

untuk mengidentifikasi kelas penutup lahan dengan nilai tengah dan co-

variance matrix.

Apabila data citra sudah diklasifikasi, analis akan mengekstrapolasi

nilai kelas yang terpilih secara natural kedalam kelas penggunaan lahan

yang diinginkan. Foto citra satelit Ikonos, Quickbird dan Worldview dapat

diproses untuk mengektraksi data/informasi.

Page 30: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

17

Sejumlah skema klasifikasi telah dikembangkan untuk data

penggunaan lahan yang diperoleh melalui penginderaan jauh.US

Geological Survey telah mengembangkan suatu sitem yang berorientasi

sumber daya (resource oriented) yang sampai saat ini telah banyak

digunakan sebagai dasar untuk klasifikasi penggunaan lahan dari data

penginderaan jauh (dapat dilihat pada tabel 6). Sistem ini memberikan

suatu kerangka hierarki klasifikasi informasi lahan dan telah dirancang

secara terstruktur untuk mengakomodasi hampir semua kategori

penggunaan lahan (Baja, 2012).

Tabel 6.Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan

Level I Level II Level III

Tingkat modifikasi ekosistem

Penggunaan lahan fungsional (tujuan penggunaan

Penggunaan lahan biofisik (urutan operasi)

Sem

akin

ke

baw

ah,

mo

difis

ikasi ekosis

tem

me

nin

gkat

Penggunaan lahan berdasarkan ekosistem alami

Tidak Tidak digunakan

Konservasi Total Konservasi total

Sebagian Konservasi sebahagian

Koleksi/pengumpulan

Produksi tanaman

Produksi hewani

Produksi tanaman dan hewani

Penggunaan lahan berdasarkan ekosistem terkelola

Produksi dan multipurpose kehutanan

Hutan alami

Hutan tanaman

Produksi pertanian

Produksi ternak

Peternakan skala besar

Produksi tanaman

Perladangan berpindah

Pertanian sementara

Pertanian permanen

Pertanian lahan basah (sawah)

Produksi tanaman terbatas

Produksi perikanan Penangkapan

Akuakultur

Page 31: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

18

Level I Level II Level III

Pemukiman dan penggunaan lahan yang terkait

Rekreasi Rekreasi (banyak sub kelas)

Ekstraksi mineral

Pertambangan (mining)

Penggalian

Pemukiman

Perumahan Perumahan

Komersil Komersil

Industri Aktivitas industri

Infrastruktur Infrastruktur pemukiman

Penggunaan terbatas karena keamanan

Penggunaan terbatas karena keamanan

Fase penggunaan lahan

Penggunaan lahan irigasi

Sumber: Baja (2012)

7. Teknik Analisis Paduserasi (Overlay)

Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta

diatas grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer

atau pada plot. Secara singkatnya, overlay menampalkan suatu peta

digital pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan

menghasilkan peta gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut

dari kedua peta tersebut. Overlay merupakan proses penyatuan data dari

lapisan layer yang berbeda. Secara sederhana overlay disebut sebagai

operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan

secara fisik.

Page 32: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

19

Ada beberapa fasilitas yang dapat digunakan pada overlay untuk

menggabungkan atau melapiskan dua peta dari satu daerah yang sama

namun beda atributnya yaitu:

1. Dissolve themes, yaitu proses untuk menghilangkan batas antara

poligon yang mempunyai data atribut yang identik atau sama dalam

poligon yang berbeda. Peta input yang telah di digitasi masih dalam

keadaan kasar, yaitu poligon-poligon yang berdekatan dan memiliki

warna yang sama masih terpisah oleh garis poligon. Kegunaan

dissolve yaitu menghilangan garis-garis poligon tersebut dan

menggabungkan poligon-poligon yang terpisah tersebut menjadi

sebuah poligon besar dengan warna atau atribut yang sama.

2. Merge Themes, yaitu suatu proses penggabungan 2 atau lebih layer

menjadi 1 buah layer dengan atribut yang berbeda dan atribut-atribut

tersebut saling mengisi atau bertampalan, dan layer-layernya saling

menempel satu sama lain.

3. Clip One Themes, yaitu proses menggabungkan data namun dalam

wilayah yang kecil, misalnya berdasarkan wilayah administrasi desa

atau kecamatan.Suatu wilayah besar diambil sebagian wilayah dan

atributnya berdasarkan batas administrasi yang kecil, sehingga layer

yang akan dihasilkan yaitu layer dengan luas yang kecil beserta

atributnya.

4. Intersect Themes Intersect, yaitu suatu operasi yang memotong

sebuah tema atau layer input atau masukan dengan atribut dari tema

Page 33: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

20

atau overlay untuk menghasilkan output dengan atribut yang memiliki

data atribut dari kedua theme.

5. Union Themes, yaitu menggabungkan fitur dari sebuah tema input

dengan poligon dari tema overlay untuk menghasilkan output yang

mengandung tingkatan atau kelas atribut.

6. Assign Data Themes, adalah operasi yang menggabungkan data untuk

fitur theme kedua ke fitur theme pertama yang berbagi lokasi yang

sama. Secara mudahnya yaitu menggabungkan kedua tema dan

atributnya.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Kajian ataupun penelitian tentang pengendalian pencemaran telah

banyak dilakukan oleh beberapa peneliti baik dari dalam maupun luar

negeri.Terkait dengan strategi pengendalian pencemaran air sungai akibat

pengaruh kegiatan industri, Rahmawati (2012) melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Kegiatan Industri terhadap Kualitas Air Sungai

Diwak di Bergas Kabupaten Semarang dan Upaya Pengendalian

Pencemaran Air Sungai”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

kualitas air Sungai Diwak pada segmen industri sebagai akibat adanya

pengaruh beban pencemaran oleh air limbah industri dan memberikan

rekomendasi upaya pengendalian pencemaran air sungai.Metode

penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik

pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan studi

pustaka.Wawancara dilakukan terhadap instansi terkait dan

Page 34: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

21

masyarakat.Analisis rekomendasi pengendalian pencemaran air sungai

Diwak dengan menggunakan Analisis Swot. Hasil dari penelitian ini

menyimpulkan bahwa terdapat beberapa strategi yang mendukung upaya

pengendalian pencemaran air di sungai Diwak, yaitu: kajian teknis tentang

penetapan kelas air dan daya tampung sungai Diwak sebagai dasar

kebijakan pengendalian pencemaran sungai, peningkatan frekuensi

kegiatan pengawasan dan pemantauan kegiatan industri, penambahan

jumlah titik pantau dan frekuensi pemantauan kualitas air sungai Diwak,

adanya sanksi penegakan hukum maupun local rewards kepada industri

dalam pengelolaan lingkungan.

Samawi (2007) melakukan penelitian untuk mendesain system

pengendalian pencemaran perairan pantai yang sistematis dengan judul

“Desain Sistem Pengendalian Pencemaran Perairan Pantai Kota (Studi

Kasus : Perairan Pantai Kota Makassar).Penelitian dilaksanakan melalui

studi kasus dengan metode survei yang dirancang untuk mendeskripsikan

kondisi fisika, kimia, biologi, sosial dan ekonomi serta kelembagaan

lingkungan perairan pantai sebagai kondisi eksisting

lingkungan.Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung meliputi

pengukuran parameter fisik, kimia dan biologi perairan pantai Kota

Makassar, wawancara kelompok dan perorangan berstruktur dengan

berpedoman pada kuesioner.Data sekunder berupa kebijakan publik

pengendalian pencemaran dan kondisi kependudukan diperoleh dari studi

pustaka, laporan dan data pengukuran lembaga penelitian.Metode analisis

Page 35: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

22

yang digunakan untuk identifikasi sumber pencemar dan karakteristik

masyarakat adalah analisis deskriptif.Sedangkan pengembangan skenario

pengendalian pencemaran perairan pantai dilakukan dengan analisis

prospektif menggunakan software MS-Excel.Dari hasil penelitiannya

disimpulkan ada empat faktor yang dominan mempengaruhi upaya

pengendalian pencemaran perairan pantai Kota Makassar yaitu (1)

pertumbuhan penduduk; (2) partisifasi masyarakat; (3) pertumbuhan

industry dan (4) fasilitas pengolah limbah cair. Strategi yang prioritas

diterapkan adalah pembangunan instalasi pengolahan limbah cair kota

oleh pemerintah daerah dan pengusaha, pengontrolan limbah industry

dari kawasan industri oleh pemerintah dan industri, peningkatan

partisipasi masyarakat untuk melakukan pencegahan pencemaran melalui

penerapan polahidup 4R (reduce, reuse, recycle, replant) oleh pemerintah

dan lembaga swadaya masyarakat.

Penelitian-penelitian tersebut diatas mengambil lokasi yang

berbeda dengan lokasi yang akan diteliti pada penelitian ini dan

menggunakan metode yang berbeda dalam merumuskan arahan

pengendalian pencemaran.

C. Kerangka Pemikiran

Pengembangan Kawasan Strategis Emas Garongkong

menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan. Berdasarkan peta

Rencana Pola Ruang Kawasan Strategis Emas Garongkong, rencana

Page 36: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

23

penggunaan lahan untuk kawasan ini meliputi kawasan lindung, kawasan

khusus, perlindungan setempat, perumahan, perdagangan dan jasa,

perkantoran, sarana pelayanan umum, industri dan reklamasi.Dengan

adanya perubahan penggunaan lahan ini aktivitas masyarakat dalam

kawasan ini juga akan berubah, dan limbah yang dihasilkan juga akan

berubah baik sifat maupun kuantitasnya. Hal ini menyebabkan sumber

pencemar yang dapat menimbulkan pencemaran akan berubah dari

sumber pencemar eksisting menjadi sumber pencemar potensial.

Perubahan sumber pencemar mengakibatkan beban pencemaran yang

ditimbulkan berubah dan dapat meningkat.

Sumber beban pencemaran yang menyebabkan terjadinya

peningkatan beban pencemaran menjadikekuatan pendorong terjadinya

pencemaran. Analisis penyebab terjadinyapeningkatan beban

pencemaran dijadikan dasar dalam menyusun arahan pengendalian

pencemaran Kawasan Strategis Emas Garongkong.Kerangka pikir

penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 37: PENGENDALIAN PENCEMARAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN

24

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Pengembangan Kawasan

Strategis Emas Garongkong

Perubahan penggunaan

lahan

Penyebab Peningkatan beban pencemaran

Beban pencemaran eksisiting

Sumber pencemar eksisting

Sumber pencemar potensial

Beban pencemaran potensial

Penggunaan lahan eksisting

Rencana penggunaan lahan

Arahan Pengendalian

Pencemaran Kawasan Strategis

Emas Garongkong

Laut

Aktivitas masyarakat Rencana aktivitas masyarakat