8
PENGERTIAN ADHD Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) adalah suatu gangguan yang sebagian besar sering terjadi pada masa kanak-kanak. Menurut DSM-IV, ciri-ciri dari gangguan ini adalah sebuah pola hiperaktivitas-impulsivitas dan/ atau inatensi yang tidak sesuai dengan perkembangan anak (Parker dkk, 2004). PEMBAGIAN ADHD Asosiasi Psikiater Amerika (APA, 2000) mengidentifikasi tiga jenis ADHD dan kategori ketiganya digunakan secara meluas di banyak negara. Ketiga jenis ADHD tersebut adalah: 1. ADHD dengan ketiga cirri-ciri, yaitu inatentif, impulsive dan hiperaktif 2. ADHD dengan ciri-ciri paling dominan adalah inatentif 3. ADHD dengan ciri-ciri paling dominan adalah impulsif dan hiperaktif GEJALA Menurut DSM IV, gejala-gejala ADHD yaitu: 1. Kurang perhatian a. Sering gagal untuk member perhatian pada detail atau membuat kekeliruan yang tidak hati-hati dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan atau aktivitas lain. b. Sering mengalami kesulitan mempertahankan perhatian pada aktivitas tugas atau permainan. c. Sering terlihat tidak mendengarkan ketika diajak berbicara langsung. d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, tugas atau kewajiban di tempat kerja (tidak disebabkan perilaku menentang atau tidak mengerti instruksi) e. Sering mengalami kesulitan mengatur tugas dan aktivitas.

PENGERTIAN ADHD Fajri Alfiannur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah ADHD

Citation preview

Page 1: PENGERTIAN ADHD Fajri Alfiannur

PENGERTIAN ADHD

Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) adalah suatu gangguan yang sebagian besar sering terjadi pada masa kanak-kanak. Menurut DSM-IV, ciri-ciri dari gangguan ini adalah sebuah pola hiperaktivitas-impulsivitas dan/ atau inatensi yang tidak sesuai dengan perkembangan anak (Parker dkk, 2004).

PEMBAGIAN ADHD

Asosiasi Psikiater Amerika (APA, 2000) mengidentifikasi tiga jenis ADHD dan kategori ketiganya digunakan secara meluas di banyak negara. Ketiga jenis ADHD tersebut adalah:

1. ADHD dengan ketiga cirri-ciri, yaitu inatentif, impulsive dan hiperaktif

2. ADHD dengan ciri-ciri paling dominan adalah inatentif

3. ADHD dengan ciri-ciri paling dominan adalah impulsif dan hiperaktif

GEJALA

Menurut DSM IV, gejala-gejala ADHD yaitu:

1. Kurang perhatian

a. Sering gagal untuk member perhatian pada detail atau membuat kekeliruan yang tidak hati-hati dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan atau aktivitas lain.

b. Sering mengalami kesulitan mempertahankan perhatian pada aktivitas tugas atau permainan.

c. Sering terlihat tidak mendengarkan ketika diajak berbicara langsung.

d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, tugas atau kewajiban di tempat kerja (tidak disebabkan perilaku menentang atau tidak mengerti instruksi)

e. Sering mengalami kesulitan mengatur tugas dan aktivitas.

f. Sering menghindari, tidak menyukai, atau enggan terlibat tugas yang membutuhkan upaya mental yang terus menerus (seperti pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah)

g. Sering kehilangan barang-barang yang dibutuhkan untuk tugas atau aktivitas (misalnya mainan, tugas sekolah, pensil, buku, atau peralatan)

h. Sering dengan mudah dialihkan perhatiannya oleh stimulus ekternal.

i. Sering lupa pada aktivitas sehari-hari.

2. Hiperaktivitas

a. Sering gelisah dengan tangan atau kaki atau menggeliat di tempat duduk.

b. Sering meninggalkan tempat duduk di ruang kelas atau pada situasi laon di mana diharapkan untuk tetap duduk.

Page 2: PENGERTIAN ADHD Fajri Alfiannur

c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada situasi yang tidak tepat (pada remaja atau orang dewasa, dapat terbatas pada perasaan gelisah subyektif)

d. Sering mengalami kesulitan bermain atau meikmati aktivitas di waktu luang dengan tenang.

e. Sering “sibuk” atau sering bertindak seakan-akan “dikendalikan oleh sebuah mesin”.

f. Sering bicara secara berlebihan.

3. Impulsivitas

a. Sering menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai.

b. Sering kesulitan menunggu giliran.

c. Sering menyela atau menggangu orang lain (misalnya, memotong pembicaraan atau permainan.

G. Terapi

A. Medikasi

Jenis stimulan berupa Ritalin (methylphenidate) atau Adderall, Dexedrine (sejenis amphetamine), jenis stimulan ini dianggap lebih baik dan memberi pengaruh positif pada anak dengan gangguan atensi, disamping itu efek dari obat tidak begitu buruk pada anak-anak. Penggunaan obat-obatan medikasi untuk ADHD harus mempertimbangkan berbagai resiko, ingatlah setiap obat-obat mempunyai pengaruh terhadap fungsi organ tubuh lainnya. Kebanyakan pengunaan obat-obatan tanpa pengawasan dokter secara ketat ditemukan pada remaja yang teradiktif dengan obat-obatan selama terapi, efek ini merupakan penggunaan obat untuk jangka panjang.

Beberapa dampak dari penggunaan obat-obatan ADHD :

1. Kehilangan gairah dan semangat

2. Insomnia

3. Meningkatkan kegelisahan dan kecemasan

4. Sakit kepala ringan (Nevid, 2003

B. Terapi Okupasi

Anak ADHD mempunyai perkembangan motorik kurang baik. Gerak-geriknya kasar dan kurang luwes bila dibandingkan anak normal seusianya. Pada anak ADHD, terapi okupasi untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan kemampuan ototnya. Otot jari tangan misalnya, sangt penting dikuatkan dan dilatih supaya anak bisa menulis dan melakukan semua hal yang membutuhkan keterampilan otot jari tangan. Seperti juga

Page 3: PENGERTIAN ADHD Fajri Alfiannur

menunjuk, bersalaman, memegang raket, memetik gitar, main piano dan lain-lain (Monika & Waruwu, 2006).

C. Token Economy

Token economy adalah sebuah program dimana sekelompok individu bisa mendapatkan token untuk beberapa perilaku yang diharapkan muncul, dan token yang dihasilkan bisa ditukar dengan back up reinforcer. Token ekonomi dibuat berdasarkan prinsip conditioning reinforcement. Conditioning reinforcement adalah stimulus yang tidak secara langsung menguatkan perilaku, namun stimulus tersebut bisa menjadi penguat jika dipasangkan dengan reinforcer lain. Tujuan dari token ekonomi adalah untuk menguatkan perilaku yang diinginkan terhadap klien. Hal itu digunakan sebagai program untuk mengurangi perilaku mereka yang tidak menyenangkan melalui sebuah struktur lingkungan treatment pada setting yang mendidik. Setiap poin diterima oleh klien untuk perilaku yang diinginkan dengan token. Token diberikan segera setelah perilaku yang diinginkan dan kemudian dipertukarkan dengan reinforcer cadangan. Karena token dipasangkan dengan reinforcer lainnya, ini akan menjadi sebuah pengkondisian reinforcer yang dapat memperkuat perilaku yang diinginkan. Reinforcer cadangan dapat diperoleh hanya dengan membayar dengan token. Dan token hanya

dapat diperoleh melalui kemunculan perilaku yang diinginkan. Reinforcer cadangan dipilih karena mereka mengetahui kekuatan reinforcer untuk klien dalam lingkungan treatment. Oleh karena itu, klien dimotivasi untuk memunculkan perilaku yang diinginkan dan menghindari perilaku yang tidak diinginkan (Jenson dkk, 1988).

D. Remedial Teaching

Setelah anak lebih bisa memusatkan perhatian, maka diharapkan adanya remedial teaching. Program ini melibatkan pihak sekolah untuk mengejar ketertinggalan anak pada pelajaran yang diberikan.

E. Reward dan Punishment

Terapi perilaku dengan pemberian reward dan punishment pada anak ADHD bertujuan untuk meningkatkan kemampuannya untuk memusatkan perhatian dan perilaku kooperatif. Terapi ini membutuhkan waktu relatif lama dan membutuhkan perencanaan, kesabaran, dan ketelatenan sebelum mendapatkan perubahan perilaku pada anak dengan ADHD.

F. Cognitive-Behavioral Therapy

Penanganan cognitive-behavioral terhadap ADHD yag menggabungkan modifikasi perilaku, umumnya didasarkan pada penggunaan reinforcement (contohnya, seorang guru memuji anak penderita ADHD yang duduk tenang) dan modifikasi kognitif (contohnya, melatih anak untuk berbicara dalam hati melalui tahapan pemecahan masalah akademik) (Braswell & Kendall, 2001 ; Hinshaw, Klein & Abikoff, 1998, dalam Nevid, 2003).

G. Talk therapy

Talk therapy akan membuat anak ADHD merasa menjadi lebih baik, mereka belajar mengungkapkan pikiran-pikiran yang mengganggu dan belajar mengendalikan emosi.

Page 4: PENGERTIAN ADHD Fajri Alfiannur

Terapis akan berusaha membantu mengorganisir perubahan dan jadwal pekerjaan yang harus dilakukan

oleh anak melalui pembicaraan kedua belah pihak.

H. Social skills training

Dalam pelatihan ini anak belajar cara-cara menghargai dan menempatkan dirinya bersama dengan kelompok bermainnya. Pelatihan ini juga anak diajarkan kecakapan bahasa nonverbal melalui insyarat wajah, ekspresi roman, intonasi suara sehingga anak cepat tanggap dalam pelbagai situasi sosial.

I. Family support groups Anggota keluarga memainkan peran dalam pengobatan dan pengelolaan anak ADHD. Perkembangan ADHD pada tahun pertama dapat dipengaruhi peran pengasuhan (Jones, et al. 2006). Terapi yang digunakan memfokuskan pada pengurangan ketegangan dalam keluarga melalui penetapan tujuan, pemecahan masalah dan manajemen stress serta peningkatan komunikasi antar anggota keluarga (Ford et al. 2007). Merupakan kelompok orangtua yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan ADHD untuk berbagi pengalaman. Kelompok ini juga saling menyediakan informasi bagi sesama anggotanya, mengundang pembicara profesional untuk berbagi pengetahuan dalam menghadapi dan membesarkan anak-anak mereka. Peranan pengasuhan (keluarga) lebih memfokuskan pada bagaimana anak dapat mengendalikan emosi dan perilakunya. Peranan pengasuhan adalah mengarahkan perilaku dan perasaan marah, ketakutan, rasa bersalah dan kesedihan pada hal-hal yang lebih positif (Concannon & Tang, 2005 ; Bull & Whelan, 2006).

J. Terapi Modifikasi Perilaku

Menurut Ross & Ross (1982) terapi modivikasi perilaku dapat membantu mengatasi problem ADHD pada anak. Beberapa hasil penting dalam fungsi sehari-hari pada anak-anak ADHD yang dapat dicapai dalam modivikasi perilaku adalah : kepatuhan mengikuti perintah, pengendalian perilaku hiperkatifitas, peningkatan disiplin, kemandirian dan tanggung jawab, perbaikan prestasi akademik, perbaikan hubungan dengan anggota keluarga dan relasi sosial. Salah satu bentuk modivikasi perilaku yang umumnya dilakukan oleh terapis anak ADHD adalah time out.

Time out merupakan suatu cara menghilangkan situasi negatif pada anak dengan memberikan waktu kepadanya agar bisa berfikir lebih tenang mengenai apa yang telah dilakukannya. Pendekatan ini merupakan alat yang tepat untuk anak-anak berusia 18 bulan sampai 10 tahun. Cara ini bisa digunakan untuk mengendalikan perilaku-perilaku seperti marah yang meledak-ledak, menggigit, memukul atau melempar barang-barang (Martin, 2008). Suatu penelitian time out telah dilakukan oleh Fabiano (2003) untuk menangani kebiasaan menggigit pada anak.

Hasil penelitianmenunjukkan bahwa time out yang diterapkan di tempat penitipan anak menunjukkan penurunan frekuensi menggigit yaitu menjadi 6 kali minggu pertama, 4 kali minggu kedua, dan 0 kali pada minggu ketujuh. Selanjutnya saat time out diberlakukan di rumah, frekuensi menggigit mengalami penurunan secara drastis didukung dengan terlibatnya ibu dalam pelaksanaan metode tersebut. Setelah di follow up, kebiasaan menggigit hilang pada minggu ke 9 dan 10

Page 5: PENGERTIAN ADHD Fajri Alfiannur

DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi & Sugiarman. (2008). Memahami dan membantu anak ADHD. Bandung: PT. Refika Aditama.

Davison, G.C, dkk. (2006). Psikologi Abnormal (terjemahan). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Hal 677-689

Ekowarni, Endang. Teori Modifikasi Perilaku, Diet, dan Obat untuk Penangan Perilaku Hiperaktivitas pada Anak Dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Jurnal ANIMA, Vol. 18. Nomor 2, pp. 137-156, 2003

Fabiano, G.A. & Pelham, W.E. (2003). Improving the Effectiveness of Behavioral Classroom Interventions for Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder: a case study. Journal of Emotional and Behavioral Disorder, 2, 122-128

Fanu, J.L. (2006). Deteksi Dini Masalah-Masalah Psikologi Anak. Yogyakarta: Think. Hal 189-349.

Hinshaw, S.P., dkk. (2006). Prospective Follow-Up of Girl With Attention- Deficit/Hiperactivity Disorder Into Adolescence: Evidence for Continuing Cross-Domain Impaorment. Journal of Counseling and Clinical Psychology. Hal 489-499

Limoa, Erlyn., dkk. 2005. Profil Pasien Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktifitas DI Rumah Sakit Dadi Dan Rumah Sakit DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar 2003-2004. Jurnal Media Nusantara Vol. 26 No. 3 Juli-September 2005

Martin, L.M. (2008). Terapi untuk anak ADHD. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Monika & Waruwu, F.E. (2006). Anak Berkebutuhan Khusus Bagaimana Mengenal dan Menanganinya. Jurnal Provitae. Hal 7-20.

23

Nanik. (2007). Penelusuran Karakteristik Hasil Tes Intelegensi WISC Pada Anak Dengan Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas. Jurnal Psikologi. Hal 18-39.

Nevid, J.F., dkk. (2003). Psikologi abnormal. Jakarta: Erlangga.

Ostrander, R. & Herman, K.C. (2006). Potential Cognitive, Parenting, and Developmental Mediators of the Relationship Between ADHD and Depression. Journal of Consulting and Clinical Assessment. Hal 89-98.

Parker, J.D.A, dkk. (2003). ADHD Symptoms and Personality: Relationship with the Five-Factor Model. Personality and Individual Differences. Hal 977-987

Ross, D.M. & Ross, S.A. (1982). Hyperactivity: Current issues, research and theory (2nd Ed. New York: Wiley & Sons

Waschbusch, D.A & King, S. (2006). Shoul Sex-Specifix Norms Be Used to Assess Attention-Deficit/Hiperactivity Disorder or Oppositional Defiant Disorder. Journal of Consulting and Clinical Assessment. Hal 179-185.

Page 6: PENGERTIAN ADHD Fajri Alfiannur

Wiener, J.M. (2003). Child and Adolescence Psychiatry. Washington, DC: American Psychiatric Association.

Young, 2002)