Upload
robert-saw
View
78
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pengertian Dan Sejarah Trigonometri
Citation preview
Pengertian dan Sejarah Trigonometri
Pengertian Trigonometri
Trigonometri (dari bahasa Yunani trigonon = tiga sudut dan metro = mengukur)
adalah sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segi tiga dan
fungsi trigonometrik seperti sinus, cosinus, dan tangen.
Menurut Edward J. Byng bahwa trigonometri adalah ciptaan orang arab. Oleh
karena itu, banyak kata-kata dalam trigonometri yang menggunakan istilah dari
Arab.
Trigonometri memiliki hubungan dengan geometri, meskipun ada
ketidaksetujuan tentang apa hubungannya; bagi beberapa orang, trigonometri
adalah bagian dari geometri.
Walaupun pada mulanya trigonometru dikaji sebagai cabang astronomi tetapi
akhirnya trigonometri berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu.
Perkembangan awal trogonometri terbukti digerakkan disebabkan keperluan
penyelesaian masalah astronomi. Kemunculan trigonometri merupakan proses
yang perlahan. Jika dibandingkan dengan cabang matematika lain, trigonometri
berkembambang disebabkan hubungan antara pendidikan matematika terapan
dengan keperluan sains dalam bidang astronomi. Hubungan ini dianggap saling
berkait, tetapu tersembunyi sehingga zaman Renaissans trigonometri dijadikan
sebagai topik tambahan dalam astronomi.
Sejarah Trigonometri
Awal trigonometri dapat dilacak hingga zaman Mesir Kuno dan Babilonia dan
peradaban Lembah Indus, lebih dari 3000 tahun yang lalu. Matematikawan India
adalah perintis penghitungan variabel aljabar yang digunakan untuk menghitung
astronomi dan juga trigonometri. Lagadha adalah matematikawan yang dikenal
sampai sekarang yang menggunakan geometri dan trigonometri untuk
penghitungan astronomi dalam bukunya Vedanga, Jyotisha, yang sebagian besar
hasil kerjanya hancur oleh penjajah India.
Matematikawan Yunani Hipparchus sekitar 150 SM menyusun tabel trigonometri
untuk menyelesaikan segi tiga.
Matematikawan Yunani lainnya, Ptolemy sekitar tahun 100 mengembangkan
penghitungan trigonometri lebih lanjut.
Matematikawan Silesia Bartholemaeus Pitiskus menerbitkan sebuah karya yang
berpengaruh tentang trigonometri pada 1595 dan memperkenalkan kata ini ke
dalam bahasa Inggris dan Perancis.
Istilah Sinus, Cosinus dan Tangen meski bagian dari trigonometri, namun
ketiganya jauh lebih tua ketimbang istilah Trigonometri itu sendiri dalam sejarah
penemuannya. Istilah Trigonometri pertama kali digunakan tahun 1595. Sedang
istilah Sinus, Cosinus, dan Tangen sudah muncul pada tahun 600-an. Tapi,
tulisan ini bukan untuk membahas sejarah istilah trigonometri.
Secara etimologi, arti kata sinus jauh dari isi konsepnya. “Sinus” adalah kata
latin yang artinya justru “buah dada”. Konsep perbandingan sisi depan thdp
hipotenusa dlm segi3, dalam bahasa sansekerta populer disebut “jiva” kemudian
dalam peradaban islam berkembang jadi “Jiba”. Karena perkembangan ucapan
dalam arab menjadi “Jaib” yang secara harfiah artinya ”buah dada”. Nah, buah
dada dalam istilah latinnya adalah “sinus” dan berkembang jadi “sine” di Inggris.
Jadi jangan heran kalau dalam kamus bahasa latin sinus = “buah dada”
Baru berkembang cosinus; “complementary sinus”.
Sedang tangen berkembang beberapa dekade kemudian, berasal dari kata latin
“tangere” artinya menyentuh. Yang berangkat dari konsep segmen garis AB yang
menyentuh lingkaran di A. Tangen adlh perb AB dan AO dlm sudut BOA
Matematikawan Yunani Hipparchus sekitar 150 SM menyusun tabel trigonometri
untuk menyelesaikan segi tiga. Matematikawan Yunani lainnya, Ptolemy sekitar
tahun 100 mengembangkan penghitungan trigonometri lebih lanjut.
Pada tahun 499, Aryabhata, seorang ahli matematik India mencipta jadual-jadual
separuh perentas yang kini dikenali sebagai jadual sinus, bersama-sama dengan
jadual kosinus. Beliau menggunakan zya untuk sinus, kotizya untuk kosinus, dan
otkram zya untuk sinus songsang, dan juga memperkenalkan versinus.
Pada tahun 628, lagi seorang ahli matematik India, Brahmagupta, menggunakan
formula interpolasi untuk menghitung nilai sinus sehingga peringkat kedua
untuk formula interpolasi Newton-Stirling.
Ahli matematik Parsi, Omar Khayyam (1048-1131), menggabungkan trigonometri
dan teori penghampiran untuk memberkan kaedah-kaedah untuk menyelesaikan
persamaan algebra melalui min geometri. Khayyam menyelesaikan persamaan
kuasa tiga, x3 + 200x = 20×2 + 2000, dan mendapat punca positif untuk kuasa
tiga ini melalui persilangan hiperbola segi empat tepat dan bulatan. Penyelesaian
angka hampiran kemudian didapat melalui interpolasi dalam jadual-jadual
trigonometri.
Kaedah-kaedah perinci untuk membina jadual sinus untuk mana-mana satu sudut
diberikan oleh ahli matematik India, Bhaskara pada tahun 1150, bersama-sama
dengan sesetengah formula sinus dan kosinus. Bhaskara juga
memperkembangkan trigonometri sfera.
Nasir al-Din Tusi, ahli matematik Parsi, bersama-sama dengan Bhaskara,
mungkin merupakan orang-orang pertama untuk mengolahkan trigonometri
sebagai satu disiplin matematik yang berlainan. Dalam karyanya, Karangan
mengenai sisi empat merupakan orang pertama untuk menyenaraikan enam kes
yang berbeza untuk segi tiga bersudut tegak dalam trigonometri sfera.
Pada abad ke-14, al-Kashi, seorang ahli matematik Parsi, dan Ulugh Beg (cucu
lelaki Timur), seorang ahli matematik Timurid, menghasilkan jadual-jadual fungsi
trigonometri sebagai sebahagian kajian astronomi mereka.
Bartholemaeus Pitiscus, ahli matematik Silesia menerbitkan karya trigonometri
yang terpengaruh pada tahun 1595 dan memperkenalkan perkataan
“trigonometri” kepada bahasa Inggeris dan bahasa Perancis.
Pada pertemuan kali ini, trigonometri yang akan dibahas adalah trogonometri
yang berhubungan dengan rumus-rumus jumlah/selisih dan hasil kali baik untuk
sinus, cosinus, maupun tangen.
Trigonometri sebagai alat utama astronomi telah menjadi bidang kajian yang
sangat diminati oleh ahli-ahli matematika islam sehingga trigonometri dapat
berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu. Orang islam adalah orang yang
pertama kali menekankan pengkajian prinsip-prinsip cahaya. Ia adalah al-
Haitham, yang telah menulis risalah-risalah penting tentang topik. Al-Haitham
membina bentuk awal prinsip-prinsip cahaya yang akhirnya menjadi hukum snell
tentang pembiasan cahaya. Prinsip oprik al-Haitham memberu sesuatu insipirasi
supaya perhatian terhadap astronomi dan trigonometri lebih diutamakan.
Berikut ini beberapa nama tokoh dalam trigonometri :
a. Al-Khawarizmi
Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh matematika besar yang [ernah
dilahirkan islam dan disumbangkan pada peradaban dunia. Mungkin tak seratus
tahun sekali akan lahir kedunia orang-orang seperti beliau. Al-Khawarizmi selain
terkenal dengan teori algoritmanya, beliau juga membangun teori-teori
matematika lain. dalam bidang trigonometri beliau menemukan pemakaian sin,
cos, tangent dan secan.
b. Al-Battani
Nama lengkap al-Battani adalah Mohammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu
Abdullah Al-Battani, dilahirkan di Battan Mesopotamia pada tahun 850 M dan
meninggal meninggal dunia di Damsyik pada tahun 929 M. Beliau adalah putera
raja Arab, juga gubernur Syria yang dianggap sebagai ahli astronomi dan ahli
matematika islam yang tekemuka. Al-Battani yang bertanggung jawab
memperkenalkan konsep-konsep modern, perkembangan fungsi-fungsi dan
identity trigonometri. Beliau biasanya menggunakan formula sinus dengan lebih
jelas dibandingkan penjelasan dari orang Yunani.
c. Abu al-Wafa
Nama lengkapnya adalah Abu al-Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yaya
Ibn Ismail al-Buzjani lahir di Buzjan, Nishapur, Iraq tahun 940 M. sejak kecil,
kecerdasannya sudah mulai nampak dan hal tersebut ditunjang dengan minatnya
yang besar di bidang ilmu alam.
Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya, Abu al-
Wafa memutuskan untuk meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi di Baghdad
pada tahun 959 M. Berkat bimbingan sejumlah ilmuwan terkemuka masa itu, tak
berapa lama ia menjelma menjadi seorang pemuda yang berotak cemerlang. Dia
pun lantas banyak membantu para ilmuwan serta secara pribadi
mengembangkan teori terutama dalam bidang trigonometri. Konstruksi
bangunan trigonometri versi abu al-Wafa diakui sengat besar manfaatnya. Beliau
mengembangkan metode baru tentang konstruksi segi empat serta perbaikan
nilai sinus 30 dengan memakai delapan decimal. Abu al-Wafa pun
mengembangkan hubungan sinus.
Banyak buku dan karya ilmiah telah dihasilkannya dan mencakup banyak
bidang ilmu. Namun, tak banyak karyanya yang tertinggal hingga saat ini.
Sejumlah karyanya hilang, sedang yang masih ada sudah dimodifikasi. Abu al-
Wafa juga banyak menuangkan karya tulisnya di jurnal ilmiah Euclid, Diophantus
dan al-Khawarizmi, tetapi sayangnya banyak yang telah hilang. Karena
konstribusinya yang besar terhadap bidang trigonometri, beliau dijuluki sebagai
peletak dasar ilmu trigonometri.
d. Ibn al-Shatir
Nama lengkapnya adalah ‘Ala al-Din Ali Ibn Ibrahim Ibn al-Muwaqit, lahir
pada tahun 1306 M dan meninggal tahun 1375. karyanya tertuang dalam rasad
ibn shatir(pemerhati ibn shatir).