29
BAB IV DESAIN PENGAJARAN A. PENGERTIAN DESAIN Desain, adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design (Bahasa Inggris) yang berarti perencanaan atau rancangan. Ada pula yang mengartikan dengan “persiapan”. Di dalam ilmu manajemen pendidikan atau ilmu administrasi pendidikan, perencanaan disebut dengan istilah planning yaitu “persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu”. Secara sederhana ada sebagian ahli yang mengatakan bahwa perencanaan adalah pemikiran sebelum pelaksanaan suatu tugas. Reigeluth (1983) mengibaratkan pengertian desain dengan “cetak biru yang dirancang oleh arsitek” sedangkan pembangunan/pengembangan sesuatu gedung haruslah sesuai/mengikuti cetak biru tersebut. Dengan demikian, desain atau perencanaan adalah suatu pemikiran atau persiapan untuk melaksanakan suatu tugas/pekerjaan atau untuk mengambil suatu keputusan terhadap apa yang akan dilaksanakan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu sebagai yang telah 1

PENGERTIAN DESAIN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGERTIAN DESAIN

BAB IV

DESAIN PENGAJARAN

A. PENGERTIAN DESAIN

Desain, adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design (Bahasa

Inggris) yang berarti perencanaan atau rancangan. Ada pula yang mengartikan

dengan “persiapan”.

Di dalam ilmu manajemen pendidikan atau ilmu administrasi pendidikan,

perencanaan disebut dengan istilah planning yaitu “persiapan menyusun suatu

keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan

suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu”. Secara sederhana

ada sebagian ahli yang mengatakan bahwa perencanaan adalah pemikiran sebelum

pelaksanaan suatu tugas. Reigeluth (1983) mengibaratkan pengertian desain

dengan “cetak biru yang dirancang oleh arsitek” sedangkan

pembangunan/pengembangan sesuatu gedung haruslah sesuai/mengikuti cetak

biru tersebut.

Dengan demikian, desain atau perencanaan adalah suatu pemikiran atau

persiapan untuk melaksanakan suatu tugas/pekerjaan atau untuk mengambil suatu

keputusan terhadap apa yang akan dilaksanakan oleh seseorang untuk mencapai

tujuan tertentu sebagai yang telah ditetapkan dengan melalui prosedur atau

langkah-langkah yang sistematis dan memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan

tugas/pekerjaan tersebut.

B. PENGERTIAN PENGAJARAN

Kebanyakan ahli pendidikan/pengajaran mengatakan bahwa pengajaran

adalah terjemahan dari instruction atau teaching. Tetapi, menurut Arif S.

Sadiman, ia kurang sependapat akan padanan yang demikian. Menurutnya hal itu

kurang tepat karena kurang mencerminkan padanan/terjemahan secara lebih pas.

1

Page 2: PENGERTIAN DESAIN

Instruction mencakup semua events yang mungkin mempunyai pengaruh

langsung kepada proses belajar manusia dan bukan saja terbatas pada events

(peristiwa-peristiwa) yang dilakukan oleh guru/dosen/instruktur.

Instruction itu meliputi pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan

cetakan, gambar, program televise, film, slide, kaset audio atau kombinasinya. Ini

pendapat Gagne dan Briggs (1979) yang dijadikan alasan oleh Arif S. Sadiman.

Dalam Association for Education Communication and Technology Corey

(1977) mengatakan; bahwa instruction itu sebagai sub-sub atau bagian dari

pendidikan, yang merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang dengan

sengaja dikelola agar memungkinkan orang tersebut dapat belajar melakukan hal

tertentu dalam kondisi tertentu atau memberikan respon terhadap situasi tertentu

pula.

Pengajaran hanyalah salah satu bentuk instruction. Dan, pengajaran sering

dikondisikan sebagai proses aktivitas belajar-mengajar di kelas pengajaran yang

tentunya bersifat formal. Kelas pengajaran, jangan hanya diartikan sebagai

terbatas oleh ruangan dengan ukuran tertentu yang permanen untuk

berlangsungnya belajar-mengajar. Pengertian kelas harus dikonotasikan sebagai

suatu sistem yang bukan saja berupa ruangan atau bagian dari bangunan sekolah.

Kelas merupakan tempat atau wadah berlangsungnya pengajaran (belajar-

mengajar) baik di dalam ruangan yang biasa dipakai, di laboratorium, lapangan,

dan sebagainya.

Adapun instruction tidaklah terbatas pada kelas-kelas formal, tetapi juga

kegiatan belajar yang sifatnya nonformal dan tidak menuntut (tidak harus) adanya

dosen/guru/instruktur secara fisik.

Titik perhatian dalam instruction adalah bagaimana mengelola lingkungan

agar terjadi tindak belajar pada seseorang (sejumlah orang) secara efektif dan

efisien. Karena itulah, padanan kata instruction yang lebih tepat adalah

pembelajaran. Fungsi pembelajaran itu bukan saja fungsi guru/dosen/instruktur

melainkan juga fungsi belajar lainnya.

2

Page 3: PENGERTIAN DESAIN

Jadi, dapat dipahami bahwa menurut Arif S. Sadiman pengertian

instruction itu bukan saja bersifat formal di kelas atau di lingkungan sekolah, dan

bukan pula monopoli guru yang menjadi satu-satunya sumber belajar. Dengan

kata lain, pengertian instruction yang lebih tepat adalah “pembelajaran”. Fungsi

pemted saja.

Meskipun demikian, pengajaran bisa disebut instruction dan pengajaran

juga sebagai sub-set pendidikan.

Pengajaran, merupakan totalitas aktivitas belajar-mengajar yang diawali

dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi. Dari evaluasi ini diteruskan

dengan follow up.

Secara lebih jelas dapat dikatakan, pengajaran sebagai kegiatan yang

mencakup semua/meliputi, yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai

tujuan-tujuan khusus pengajaran (menentukan entry-behavior peserta didik,

menyusun rencana pelajaran, memberikan informasi, bertanya, menilai, dan

sebagainya).

C. PENGERTIAN DESAIN PENGAJARAN

Desain pengajaran adalah suatu pemikiran atau persiapan untuk

melaksanakan tugas mengajar/aktivitas pengajaran dengan menerapkan prinsip-

prinsip pengajaran serta melalui langkah-langkah pengajaran; perencanaan itu

sendiri, pelaksanaan dan penilaian, dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran

yang telah ditentukan. Ada pula yang memberikan batasan pengertian yang

berbeda, bahwa desain pengajaran sebagai pemikiran tentang penerapan prinsip-

prinsip umum pengajaran dalam rangka pelaksanaan tugas mengajar dalam suatu

interaksi pengajaran (interaksi guru-peserta didik) tertentu yang khusus, baik yang

berlangsung di dalam kelas maupun diluar kelas. Makin baik dipikirkan maka

makin baiklah persiapan pengajaran itu sehingga diharapkan semakin baik pula

dalam pelaksanaan pengajarannya.

Nurhida Amir Das dan Rocdhito berpendapat, bahwa membuat desain

instruksional (pengajaran) merupakan suatu proses analisis dari kebutuhan dan

tujuan belajar, pengembangan materi, kegiatan belajar mengajar, dan kegiatan 3

Page 4: PENGERTIAN DESAIN

penilaian hasil belajar peserta didik, mencobakan merevisi semua kegiatan

mengajar dan penilaian peserta didik.

Dengan demikian, Guru adalah sebagai desainer/perancang pengajaran

sekaligus sebagai pengelola/pelaksana pengajaran. Maka, untuk dapat melakukan

tugasnya, baik sebagai desainer maupun sebagai pengelola/pelaksana pengajaran,

guru perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun desain

pengajaran. Desain pengajaran merupakan alat yang dapat membantu guru dalam

melaksanakan kegiatan pengejaran secara efektif dan efisien. Meskipun demikian,

pengetahuan tentang cara menyusun desain pengajaran tidak secara otomatis

menjamin guru menjadi terampil dalam menyusun desain pengajaran. Hal

demikian memerlukan latihan dan kerja sama dengan guru lain (terutama sesama

guru yang mengajar mata pelajaran yang sama). Dengan mengkomunikasikan

desain pengajaran yang dibuat kepada guru lain diharapkan guru tersebut akan

memberikan feed back tentang desain pengajaran itu. Feed back itu dapat

digunakan untuk menyempurnakan (desain) pengajaran selanjutnya.

Desain pengajaran merupakan perencanaan yang sistematik dalam suatu

pengajaran yang akan dimanifestasikan bersama-sama (kepada) peserta didik.

Dalam rangka ini, ada baiknya jika guru terlebih dahulu memiliki proses berpikir

dalam dirinya; apa yang akan diajarkan dan materi apa yang diperlukan untuk

mencapai hasil belajar yang diinginkan, bagaimana cara mengajarkan serta

prosedur pencapaiannya, dan bagaimana guru menilai (untuk mengetahui) apakah

tujuan sudah dicapai atau apakah materi sudah dikuasai oleh peserta didik.

Untuk membantu proses berpikir guru mengenai hal tersebut, James M.

Cooper (1977) dalam The Teacher as a Decision Maker mengatakan bahwa guru

hendaknya memiliki 4 kompetensi.

1. Memiliki pengetahuan tentang “belajar dan tingkah laku” manusia (peserta

didik) serta mampu menerjemahkan teori itu ke dalam situasi yang riil.

2. Memiliki sikap yang tepat terhadap diri sendiri, sekolah, peserta didik, teman

sejawat, dan mata pelajaran yang dibina.

3. Menguasai mata pelajaran yang akan diajarkan.

4

Page 5: PENGERTIAN DESAIN

4. Memiliki keterampilan teknis dalam mengajar, antara lain: keterampilan

merencanakan pelajaran, bertanya, menilai pencapaian peserta didik,

menggunakan strategi mengajar, mengelola kelas, dan memotivasi peserta

didik.

Untuk menyusun desain pengajaran yang baik, ada baiknya diperhatikan

delapan prinsip di bawah ini.

1. Tujuan dan sumber yang ada harus jelas sebelum desain itu disusun.

2. Masing-masing komponen dalam desain pengajaran harus saling membantu,

saling berhubungan, dan saling bergantungan dalam rangka mencapai tujuan.

3. Proses yang ditempuh memungkinkan untuk melakukan koreksi terhadap

kemajuan.

4. Proses desain bersifat berulang-ulang dan saling berinteraksi.

5. Desain pengajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat sejalan

dengan kegiatan lainnya (mata pelajaran/fasilitas).

6. Tidak satupun komponen atau prosedur dapat berubah tanpa menimbulkan

pengaruh terhadap komponen atau prosedur lainnya.

7. Koordinasikan kebutuhan lainnya, seperti tenaga, biaya, waktu, fasilitas,

peralatan untuk melaksanakan desain pengajaran tersebut.

8. Nilailah hasil belajar peserta didik berdasarkan tujuan, hasilnya digunakan

untuk merevisi dan menilai setiap fase dari rencana yang memerlukan

penyempurnaan.

Seorang guru hendaknya dapat melihat dan menggunakan 8 prinsip umum

tersebut di dalam situasi yang khusus dan sebaliknya melihat hal-hal yang khusus

di dalam situasi yang umum. Dengan mengadakan persiapan atau perencanaan

yang baik maka guru akan tumbuh menjadi seorang yang ahli di dalam bidang

pekerjaannya. Tentu, persiapan atau perencanaan yang baik itu harus didukung

oleh pemilikan 4 kemampuan dasar atau 4 kompetensi seperti yang dikemukakan

Cooper diatas.

Bagi sementara orang ada yang berpandangan bahwa, untuk pekerjaan

mengajar (mengelola pengajaran) tidak perlu dibuat desain atau persiapan terlebih

dahulu, dengan dalih bahwa ada kemungkinan tidak menghadapi hal-hal baru tak 5

Page 6: PENGERTIAN DESAIN

tertunda/sebelumnya dan menyebabkan jalan pengajaran (suatu susunan dari

beberapa bagian dari suatu bahan pelajaran yang merupakan satu kesatuan yang

saling berkaitan) menjadi kaku dan/atau kikuk. Alasan itu sungguh tidak rasional.

Sebab justru untuk menghadapi hal-hal dan situasi yang tak terduga itulah

dibutuhkan suatu desain atau persiapan yang lengkap dan cermat serta matang

sehingga hal-hal yang tidak terduga itupun telah bisa diperhitungkan pula.

Setiap desain yang baik merupakan suatu proses pertumbuhan. Pada

awalnya lahir suatu konsep yang umum sebagai pegangan samar-samar (sumir),

lama kelamaan berkat pemikiran yang matang maka konsep itu bertambah jelas

dan terinci. Setiap desain barulah terbuka bagi kemungkinan-kemungkinan lain

sehingga bisa ditempuh jalan atau cara-cara baru.

Sebuah desain pengajaran yang baik haruslah bersifat fleksibel,

maksudnya bisa dirubah apabila situasi ataupun kondisi pengajaran memerlukan

perubahan, serta memberikan peluang untuk hal-hal yang tidak terduga selama

perubahan-perubahan itu tidak bersifat mendasar dan total.

Desain pengajaran yang baik harus pula berangkat dari keputusan proses

berpikir sebagai disebutkan diatas, yang pada dasarnya berkisar pada upaya

pencapaian tujuan pengajaran yang meliputi; materi yang harus dikuasai peserta

didik untuk memenuhi pencapaian tujuan, bagaimana upaya guru agar materi itu

sampai dan dikuasai (bukan saja dimengerti dan dipahami) oleh peserta didik, dan

bagaimana hasil capaian materi dan tujuan dapat diketahui.

Oleh sebab penyusunan desain pengajaran serta implementasinya tidak

sederhana, tidak hanya seperti pekerjaan tukang bakso. Maka seharusnya 4

kompetensi pokok diatas benar-benar dimiliki dan dikuasai oleh setiap guru yang

menghendaki tugas/pekerjaannya sukses dengan baik.

Desain pengajaran berbeda dengan pengembangan pengajaran. Desain

pengajaran dan pengembangan pengajaran adalah dua kegiatan yang berlainan

tetapi setaraf. Desain dilaksanakan atau disusun lebih dahulu baru kemudian

sebagai manifestasi dan implementasi desain itu disebutlah pengembangan

pengajaran. Kalau desain sebagai “cetak biru” maka pengembangan itu sebagai

kegiatan membangun. Desain sebagai “rancang” pengembangan sebagai 6

Page 7: PENGERTIAN DESAIN

“bangun”. Jadi, desain dan pengembangan disebut “rancang-bangun”. Dengan

kata lain, desain pengajaran itu bersifat konsepsional sedang pengembangan

pengajaran itu bersifat operasional; operasionalisasi dari konsep yang telah

diputuskan-ditentukan. Perbedaan desain pengajaran dan pengembangan

pengajaran adalah dalam segi waktu dan segi bentuk aktivitasnya. Jika desain atau

persiapan itu hanya guru yang mengerjakannya, sedang dalam pengembangan

selain guru juga melibatkan peserta didik. Bahkan dalam pengembangan

pengajaran yang baik keterlibatan peserta didik dituntut lebih aktif dan lebih

banyak, sebab peserta didik itu sendirilah yang diharapkan dapat mencapai tujuan

pengajaran dan menguasai bahan pengajaran, sedangkan peranan guru pada

hakikatnya hanya sebagai “peran pembantu” dimana pemegang “peran utama”

adalah peserta didik

Desain pengajaran merupakan gambaran sejumlah harapan atau keinginan

terhadap suatu tujuan pengajaran yang diharapkan. Adapun pengembangan

pengajaran adalah sebagai realitas, realisasi harapan. Desain sebagai cita-cita atau

das solen, sedang pengembangan lebih mengarah pada das sein.

Tetapi, desain pengajaran itu dapat juga dikatakan sebagai bagian dari

pengembangan pengajaran, sekaligus desain itu sebagai kegiatan awal dari

pengembangan, karena pengembangan pengajaran itu pada hakikatnya ada 3

langkah pokok: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang diteruskan dengan

feed back/follow up. Ketiganya itu menunjuk sebagai satu kesatuan (sistem) yang

utuh dan terpadu.

D. POLA PENGAJARAN

Sebelum memahami lebih jauh mengenai desain pengajaran secara lebih

rinci dan detail, sebaiknya dipahami lebih dahulu pola pengajaran yang akan

digunakan untuk menjabarkan desain suatu pengajaran.

Banyak ragam pola pengajaran yang dikemukakan oleh para ahli, banyak

pula perbedaan variasi dan stressing (penekanan) dari suatu pola pengajaran oleh

masing-masing ahli.

7

Page 8: PENGERTIAN DESAIN

Glasser (1962) menawarkan sebuah pola dasar mengajar yang oleh Dr.

Engkoswara disebut sebagai Pola Dasar Mengajar Tradisional (Pola Dasar

Pokok);

Pola tersebut terdapat 4 komponen pokok yaitu:

- IO (Instruction Objektives) atau Tujuan Pengajaran.

- EB (Entering/Entry Behavior) atau Pengenalan Kemampuan Awal Peserta

Didik.

- IP (Instructional Procedures) atau Proses Mengajar/Pengajaran itu sendiri

- PA (Performance Assessment) atau Penilaian terhadap capaian tujuan

pengajaran.

Dalam perkembangan selanjutnya pola Glasser tersebut

dirubah/dikembangkan sebagai berikut.

John Carrol (1965) menggambarkan sebuah pola yang berbeda dengan

Glasser, Carrol mempunyai sebuah pola School Learning atau pola belajar

sekolah, yang terdiri dari 5 komponen; 3 komponen berkaitan dengan perilaku

peserta didik dan 2 komponen lainnya berkaitan dengan prosedur pengajaran.

Selanjutnya dapat disimak gambar berikut.

8

IO EB IP PA

1 2 3 4

IO EB IP PA

Feed Back

Page 9: PENGERTIAN DESAIN

Dalam keadaan/perilaku awal peserta didik meliputi kemampuan,

ketabahan, dan kesanggupan atau kesungguhan untuk mencapai dan memperkaya

pengajaran.

Kemudian dalam prosedur pengajaran, mencakup kesempatan atau waktu

yang dituntut/diperlukan untuk mempelajari/belajar dalam situasi pengajaran yang

telah ditentukan dan yang kedua adalah kualitas pengajaran, maksudnya suatu

tingkat pengorganisasian yang memudahkan peserta didik untuk mengikuti

pelajaran, ini banyak dipengaruhi oleh bahasa pengantar/bahasa komunikasi

dalam pengajaran, alat peraga, dan metode.

Pola pengajaran lainnya adalah dari Jerold Kemp (1977) yang

dikemukakan dalam Instructional Design: A Plan for Unit and Course

Development, sebagai berikut.

Pola pengajaran lainnya adalah dari Jerold Kemp (1977) yang

dikemukakan dalam Instructional Design: A Plan for Unit and Course

Development, sebagai berikut.

9

Keadaan peserta didik

sebelum proses

pengajaran

Kemampuan peserta didikKetabahan belajarKesanggupan menerima dan memperkaya

Prosedur Pengajaran

Kesempatan untuk mempelajari

Kualitas pengajaran

Page 10: PENGERTIAN DESAIN

Oleh Kemp gambar tersebut berjudul Instructional Design Plan atau

Rancangan Desain Pembelajaran (pengajaran).

Pola itu dapat digunakan pada level SD sampai dengan perguruan tinggi.

Dan menurut pola Kemp itu pada dasarnya ia dibuat untuk menjawab pertanyaan

mengenai 3 keputusan proses berpikir yaitu: apa yang harus dipelajari (tujuan),

prosedur dan sumber apa yang sebaiknya ada supaya tercapai tingkat belajar yang

dikehendaki (aktivitas dan sumber), dan bagaimana mengetahui bahwa belajar

telah berlangsung (evaluasi).

10

Revise

Goal, Topics, and General

Purppose

PreAssessment

Learning

ObjectivesS

uppo

rt

Ser

vice

c

Evaluation

Learner Characteristic

Subject Content

Teaching LearningActivitiesResources

Page 11: PENGERTIAN DESAIN

Dalam pola Kemp itu ditentukan 8 prosedur yang saling berkaitan dan

berproses secara fleksibel (dapat dimulai dari mana pun bahkan arahnya pun dapat

bergantian.

1. Perumusan tujuan umum, penjabaran topik-topik dibarengi dengan

rumusan tujuan umum pengajaran untuk setiap topik.

2. Identifikasi ciri-ciri yang penting dari pelajaran untuk siap

mengikuti/terlibat dalam pengajaran. Istilah lainnya entry behavior.

3. Perumusan tujuan belajar atau tujuan khusus pengajaran.

4. Kumpulan isi atau bahan pelajaran yang diperlukan untuk mencapai

tujuan.

5. Penjajakan awal latar belakang dan kemampuan pelajar yang berkaitan

dengan topik yang telah ditentukan. Istilah lainnya adalah pre test.

6. Pemilihan aktivitas pengajaran (belajar-mengajar) dan sumber pengajaran

yang sesuai materi

7. Koordinasikan layanan penunjang seperti: biaya, waktu, alat, fasilitas,

rancangan dan jadwal, serta metode.

8. Evaluasi penguasaan tujuan (post test), revisi, dan penilaian kembali atas

setiap langkah dalam desain untuk disempurnakan bagi kegunaan/masukan

selanjutnya.

Pola Jerrold Kemp (1974) diatas dalam kejelasannya dapat terlihat pada

gambar 78.

11

Page 12: PENGERTIAN DESAIN

Dari pola aslinya, pola Gelder yang sudah di kembangkan itu

terdapat tambahan-tambahan tindakan monitoring/kontrol,

pengelompokan peserta didik dan guru serta tindakan koreksi.

12

Topik dan Tujuan Umum

Karakteristik Peserta Didik

Evaluasi/Post Test

Pre Test

Rumusan Tujuan-Tujuan Khusus Pengajaran

Mengajar/Belajar

Aktivitas dan sumber

Belajar

Isi/Materi Pelajaran

Layanan Penunjang

Pengajaran

Page 13: PENGERTIAN DESAIN

Kemudian, V. Gelder membuat polayang lain sebagai berikut.

Sedangkan komponen yang diperlukan adalah komponen prosedur

pengajaran dari pola pokok, yaitu diperluas menjadi :

─ bahan pelajaran

─ bentuk-bentuk kerja didaktis

─ kegiatan-kegiatan belajar

─ pengelompokan peserta didik dan guru

─ alat-alat pengajaran

─ didukung tindakan monitoring/kontrol

─ tindakan koreksi

13

Tujuan

Pengajaran

Analisis Situasi

Alat dan

Metode

Materi

Pelajaran

Kegiatan

Peserta

Kegiatan

Guru

Evaluasi

Page 14: PENGERTIAN DESAIN

1) Pola Gelaser adalah pola yang paling sederhana dan konvensional.

4 komponen pokok yang di majukan dalam pola itu :

- tujuan khusus pengajaran

- entry behavior atau/keadaan awal peserta didik

- proses pelaksanaan pengajaranitu sendiri

- penilaian hasil pengajaran

2) Pola John carrol dikategorikan menjadi 2 ; keadaan peserta didik pra-

pelaksanaan pengajaran, menyangkut:

- kesiapan belajar dan kemampuan awal

- kemauan belajar entry behavior

- kesedian penerimaan pengajaran/aktif

3) pola jerrold E. Kemp,menunjukan suatu pola yang kompleks tetepi

tampak sistematis dan lengkap .kemp langsung menyebut polanya

dengan istilah desain instruksional (pengajaran). Kemp

menyarankan seyogiannya untuk menyusun dan melaksanakan

pengajaran dimulai lebih dahulu dari topik-topik tertentu, meningkat

ke unit baru kemudian ke mata pelajaran keseluruhan.

Terdapat 8 kelompok pokok yang harus disusun dalam desain

pengajaran dalam pola kemp, baik yang lingkaran maupun yang

hierarkis;

- Tujuan umum pengajan dan topik-topik/pokok bahasan

- Pengenalan guru terhadap karakteristik peserta didik atau entry

bahavior.

- Tujuan khusus pengajaran

- Pre test/penjajakan awal terhadap materi yang akan diajarkan

- Penentuanga komponen-komponen panjang, alat, metode,

fasilitas, dan sebagainya.

- Evaluasi formatif/post test setelah topik selesai, serta penilaian

komponen-komponen pengajaran yang terkait14

Page 15: PENGERTIAN DESAIN

Selain pola-pola pengajaran yang di jelaskan di atas, masih ada

pola lain yang berbeda-beda bentuk. Dibawah ini disajikan pola lain

yang lebih mudah dipahami.

1) Pola Dasar Mengajar Umum dari Dr.Engkoswara

E4 E5 EX

Kurikulum

TP

EI E2 E3

Gambar ini menunjukan pola dalam suatu peristiwa pengajaran.

Peristiwa ini dilahirkan dari kurikulum guna mencapai tujuan

pendidikan (TP) baik secara kelembagaan maupun lebih jauh dari itu.

Maksudnya, sejauh mana peristiwa pengajaran pada suatu waktu,

mempunyai pengaruh/nilai terhadap tujuan pendidikan secara

menyeluruh.

Komponen-komponen dalam pola tersebut adalah:

- Tujuan instruksional/pengajaran TI

- Pengenalan siawa (peserta didik) sebelum pengajaran (PS) atau

entry behavior

- Prosedur pengajaran (PP) yaitu pelaksanaan pengajaran

- Penilaian (P) terhadap peristiwa pengajaran. Penilaian ini dapat

diarahkan pada TI, PS, PP, P, TP, Kurikulum bahakan factor-

faktor situasi pada saat yang sangat fleksibel (Environment atau

Eǐ s/d Ex)

15

TI PS PP P

Page 16: PENGERTIAN DESAIN

POLA KONSEPSIONAL (PPSI)

2) Pola PPSI dan MSP

Pola PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksionsl) dan

MSP ini dikembangkan oleh Badan Pengeembangan Pendidikan (BPP)

Depdikbud sejak tahun 1972.

POLA OPERASIONAL (MODEL SATUAN PELAJARAN)

Bidang Studi/Mata Pelajaran :……………………………..

Sub Bidang Studi (jika ada) :……………………………..

Pokok Bahasan :……………………………..

Sub Pokok Bahasan (jika ada) :……………………………

Kelas :……………………………

Semester :…………………………….

Waktu/Jam Pertemuan :…………………………….

16

Perumusan Tujuan

Pengembangan Alat Evaluasi

Kegiatan Belajar

Perencanaan Program

kegiatan

● Pelaksanaan

- Pre test

- Program

Page 17: PENGERTIAN DESAIN

Feed back

Pola PPSI memang muncul berangkai dengan MSP, keduanya

merupakan satu kesatuan. PPSI sebagai pola konsepsional sedang MSP

sebagai pola teknis operasional. Kedua pola ini tampak hanya terbatas

untuk sistem pengajaran pada suatu topic/pokok pelajaran tertentu, ini

dimaksudkan bagi tugas mengajar guru sehari-hari di kelas, sehingga

diharapkan guru dapat mengatasi persoalan-persoalan dalam mengajarkan

suatu topic (pokok bahasan), khususnya mengenai:

- tujuan yang ingin dicapai

- materi apa yang sesuai untuk pencapaian tujuan

- metode/alat dan sumber mana yang diperlukan

- bagai mana prosedur evaluasinya.

17

TUP

TKP

Materi Pelajaran

Kegiatan Pengajaran (Belajar Mengajar)

Metode Mengajar

Alat/Sumber (Bahan)

Evaluasi

Page 18: PENGERTIAN DESAIN

Ada pun MSP (Model Satuan Pelajaran) merupakan bentuk

operasional atau penuangan atau rumusan dari apa yang dikehendaki dalam

konssep PPSI. Jadi MSP sebagai bentuk konkretnya.

Dalam pada itu, sejak lahir dan digencarkannya stretegi CBSA (Cara

Belajar Siswa Aktif) dengan pendekatan keterampilan proses, pola desain

pengajaran PPSI dan MSP mengalami perkembangan dan variasi lain, yaitu

sebagai berikut:

- Pola Perencanaan Pengajaran

- CBSA – Keterampilan Proses

TUP

18

Keterampilan

Yang Diharapkan

TKP Penilaian

Sikap yang Dinilai

(dengan Lembaran Kerja/ Tugas)

Pendekatan

Dan Metode

Alat dan Bahan

Teknik Pelaksanaan

Sumber Pengajaran/Bacaan

Page 19: PENGERTIAN DESAIN

Bidang Studi :…………………………………

Sub Bidang Studi :…………………………………

Pokok Bahasan :…………………………………

Pengetahuan Dasar :…………………………………

Kelas/cawu/Dasar :…………………………………

Waktu :…………………………………

3) Pola Sistem Instruksional yang Dikemukakan Oleh Arif S.Sadiman

Pola sistem instruksional (pengajaran yang dikemukakan Oleh

Arif S. Sadiman), yang terdiri dari 4 pola instruksional tetapi diringkas

dalam satu pola, memungkin untuk digunakan dan dipilih sesuai

kebutuhan dan kecendrungan sekolah.

(1)

(2) (3) (4)

19

Kurikulum

Guru

Media

Guru

Kelas

Guru

Kelas

Guru

Kelas

Alat

Peraga

Alat

Peraja

Siswa

Guru

Media

Page 20: PENGERTIAN DESAIN

E. KOMPONEN-KOMPONEN DESAIN PENGAJARAN

Dari berbagai ragam pola pengajaran yang dijelaskan di muka

dapat dipahami bahwa, untuk menyusun suatu desain pengajaran

terhadap banyak komponen pengajaran yang harus diperhatikan oleh

seorang guru dalam tugasnyasebagai desainer pengajaran.

Maka setiap desainer harus memahami konsep pengajaran sebagai

sistem beserta komponen-komponennya harus didalami betul-betul,

sehingga diperlukan suatu kempuan, kecermatan, dan kesungguhan

dalam rangka tugas itu.

20