Click here to load reader
Upload
bernard-zulfredo-purba
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGERTIAN FILSAFAT Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani “Philosophia” terdiri dari kata Phile artinya Cinta dan Sophia artinya Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
Ø Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat
1. Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahagia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninjauan diri atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.
2. Plato (472-347 s. M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.
Ø Ada dua cakupan dari pengertian filsafat, yaitu:
1. Filsafat sebagai Produk mencakup:
- Filsafat sebagai jenis Pengetahuan, ilmu, konsep-konsep, pemikiran-pemikiran (rasionalisme, materialisme, pragmatisme)
- Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari suatu persoalan yang bersumber pada akal manusia.
-
2. Filsafat sebagai suatu Proses mencakup:
- Filsafat sebagai suatu proses, dalam hal ini filsafat diartikan dalam bentuk suatu aktivitas
berfilsafat dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran hakiki, karena filsafat telah mengalami perkembangan yang cukup lama tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya ruang, waktu, keadaan dan orangnya. Itulah sebabnya maka timbul berbagai pendapat mengenai pengertian filsafat yang mempunyai kekhususannya masing-masing, antara lain:
· Berfilsafat Rationalisme mengagungkan akal
· Berfilsafat Materialisme mengagungkan materi
· Berfilsafat Individualisme mengagungkan individualitas
· Berfilsafat Hedonisme mengagungkan kesenangan
2.2 MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT
1. Memperoleh kebenaran yang hakiki,
2. Melatih kemampuan berfikir logis,
3. Melatih berpikir dan bertindak bijaksana,
4. Melatih berpikir rasional dan komprehensif,
5. Menyeimbangkan antara pertimbangan dan tindakan sehingga diperoleh keselarasan hidup,
6. Menghasilkan tindakan yang bijaksana.
Minggu, 29 Januari 2012
MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT
MAKALAH
PENGANTAR FILSAFAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat / filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan sophia (kebijaksanaan), yang
diturunkan dari kata kerja filosoftein, yang berarti : mencintai kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum
menampakkan arti filsafat sendiri karena “mencintai” masih dapat dilakukan secara pasif. Pada hal
dalam pengertian filosoftein terkandung sifat yang aktif.
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat adalah
suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun filsafat
bukanlah suatu dogma atau suatu kepercayaan yang membuta. Filsafat mempersoalkan soal-soal:
etika/moral, estetika/seni, sosial dan politik, epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang
manusia, dll.
Menetapkan suatu definisi nampaknya sulit untuk dilakukan. kenapa? Persoalannya bukan
terletak pada soal bagaimana untuk mengemukakan definisi itu, melainkan soal mengerti atau tidaknya
orang menerima definisi tersebut. Ini adalah persoalan yang tidak bias dianggap sepele. Demikian juga
filsafat, sulit sekali untuk memberikan suatu batasanyang benar(pasti) tentang katqa filsafat. Buktinya
para filsuf selalu berbeda-beda dalam medefinisikan filsafat.
Layaknya seperti ilmu pengetahuan, filsafat juga mempunyai metode yang digunakan untuk
memecahkan problema-problema filsafat. Selain itu filsafat juga mempunyai obyek dan
sistematika/struktur. Tidak kalah pentingnya dengan cabang ilmu pengetahua, filsafat juga mempunyai
manfaat dalam mempelajarinya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari Latar belakang di atas dapat di ketahui beberapa rumusan masalah di antara sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengertian filsafat secara etimologis dan terminologis serta menurut para ahli ?
2. Metode apa saja yang digunakan dalam filsafat ?
3. Apa saja objek dalam filsafat ?
4. Bagaimana sistematika/ stuktur dalam filsafat ?
5. Apa manfaat mempelajari filsafat ?
.
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Dari Rumusan Masalah di atas dapat diketahui tujuan dari pembahasan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami pengertian filsafat secara etimologis dan terminologis serta menurut para
ahli.
2. Mengetahui dan memahami metode yang digunakan dalam filsafat.
3. Mengetahui dan memahami objek dalam filsafat.
4. Mengetahui dan memahami sistematika/ stuktur dalam filsafat.
5. Mengetahui dan memahami manfaat mempelajari filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FILSAFAT
Secara etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa Yunani,
Philosophia, kata majemuk yang berasal dari kata Philos yang artinya cinta atau suka, dan kata Sophia
yang artinya bijaksana. Dengan demikian secara etimologis, filsafat memberikan pengertian cinta
kebijaksanaan.
Di dalam Encyclopedia of philosophy (1967:216) ada penjelasan sebagai berikut: “The creek word
Sophia is ordinary translated as ‘wisdom’, and the compound philosophia, from wich philosophy derives,
is translated as the ‘love of wisdom’.” Abu Bakar Atjeh (1970:6) juga mengutip seperti itu. Berdasarkan
kutipan tersebut dapat di ketahui bahwa filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk mendapatkan
kebijakan atau untuk menjadi bijak.
Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang
memberikan pengertian. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi retsebut :
Plato (477 SM-347 SM). Ia seorang filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia sendiri berguru kepada
Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang
berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
Aristoteles (381SM-322SM), mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Marcus Tulius Cicero (106SM-43SM), seorang politikus dan ahli pidato Romawi merumuskan filsafat
sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
Al-Farabi (wafat 950M), seorang filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan
tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Immanuel Kant (1724M-1804M) yang sering dijuluki raksasa pemikir barat, mengatakan bahwa filsafat
merupakan ilmu pokok dari segala ilmu pengetahuan yang meliputi empat persoalan, yaitu:
APAKAH YANG DAPAT KITA KETAHUI ? pertanyaan ini dijawab oleh Metafisika.
APAKAH YANG BOLEH KITA KERJAKAN ? pertanyaan ini dijawab oleh Etika.
SAMPAI DI MANAKAH PENGHARAPAN KITA ? pertanyaan ini dijawab oleh Agama.
APAKAH MANUSIA ITU ? pertanyaan ini dijawab oleh Antropologi.
B. METODE FILSAFAT
Ada tiga metode berfikir yang digunakan untuk memecahkan problema-problema filsafat,
yaitu: metode deduksi, induksi dan dialektika.
1. Metode Deduktif
Adalah, suatu metode berpikir dimana kesimpulan ditarik dari prinsip-prinsip umum dan
kemudian diterapkan kepada semua yang bersifat khusus. Contohnya sebagai berikut:
Semua manusia adalah fana (prinsip umum)
Semua raja adalah manusia (peristiwa khusus)
Karena itu semua raja adalah fana (kesimpulan)
2. Metode Induksi
Adalah suatu metode berpikir dimana suatu kesimpulan ditarik dari prinsip khusus kemudian
diterapkan kepada sesuatu yang bersifat umum. Contoh:
Bagus adalah manusia (prinsip khusus)
Dia akan mati (prinsip umum)
Seluruh manusia akan mati (kesimpulan)
3. Metode Dialektik
Yaitu suatu cara berpikir dimana suatu kesimpulan diperoleh melalui tiga jenjang penalaran:
tesis, antitesis dan sintesis. Metode ini berusaha untuk mengembangkan suatu contoh argument yang
didalamnya terjalin implikasi bermacam-macam proses (sikap) yang saling mempengaruhi argument
tersebut akan menunjukkan bahwa tiap proses tidak enyajikan pemahaman tang sempurna tentang
kebenaran. Dengan demikian, timbullah pandangan dan alternatif yang baru. Pada setiap tahap dari
dialektik ini kita memasuki lebih dalam pada problema asli. Dan dengan demikian ada demikian ada
kemungkinan untuk mendekati kebenaran.
Hegel menganggap bahwa metode dialektik merupakan metode berpikir yang benar ia
maksudkan ialah hal-hal yang sebenarnya sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
kehidupan sehari-hari kerap kali kita mengalami perlunya mendamaikan hal-hal yang bertentangan.
Tidak jarang terjadi bahwa kita mesti mengusahakan kompromi antara beberapa pandapat atau
keadaan yang berlawanan satu sama lain. Nah, maksud Hegel mirip dengan pengalaman kata itu. Hegel
sangat mengagumi filsuf yunani Herakleitos yang mengatakan bahwa “pertentangan adalah
bapak segala sesuatu”.
Proses dialektik selalu tradisi dari tiga fase. Fase pertama disebut tesis yang menampilkan
“lawan” dari fase kedua yaitu antitesis. Akhirnya, disebut fase ketiga disebut sintesis, yang
mendamaikan antara tesis dan antitesis yang saling berlawanan. Sintesis yang telah dihasilkan dapat
menjadi tesis pula yang menampilkan antitesis lagi dan akhirnya kedua-duanya dinamakan menjadi
sintesis baru. Demikian selanjutnya setiap sintesis dapat menjadi tesis.
Contoh tesis, antitesis dan sintesis.
Dalam keluarga, suami istri adalah dua makhluk yang berlainan yang dapat berupa tesis dan
antitesis. Bagi Suami, anak dapat mrupakan bagian dari dirinya sendiri. Demikian juga dari sang Istri,
dengan demikian si anak merupakan sintesis bagi Suami Istri tadi.
Metode yang digunakan memecahkan problem-problem filsafat, berbeda dengan metode yang
digunakan untuk mempelajari filsafat. Ada tiga macam metode untuk mempelajari filsafat, diantaranya:
4. Metode Sistematis
Metode ini bertujuan agar perhatian pelajar/ mahasiswa terpusat pada isi filsafat, bukan pada
tokoh atau pada metode.
Misalnya, mula-mula pelajar atau mahasiswa menghadapi teori pengetahuan yang berdiri atas
beberapa cabang filsafat. Setelah itu mempelajari teori hakikat, teori nilai atau filsafat nilai. Pembagian
besar ini dibagi lebih khusus dalam sistematika filsafat untuk membahas setiap cabang atau subcabang
itu, aliran-aliran akan terbahas.
5. Metode Histories
Metode ini digunakan untuk mempelajari filsafat dengan cara mengikuti sejarahnya dapat
dibicarakan dengan demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Misal dimulai dari pembicarakan
filsafat thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori
hakikat, maupun dalam teori nilai. Lantas dilanjutkan dalam membicarakan Anaxr mandios Socrates,
lalu Rousseau Kant dan seterusnya sampai tokoh-tokoh kontemporer.
6. Metode Kritis
Metod ini digunakan oleh orang-orang yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Sebaiknya
metode ini digunakan pada tingkat sarjana.
Disini pengajaran filsafat dapat mengambil pendekatan sistematis ataupun histories. Langkah
pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian pelajar mencoba mengajukan kritikannya, kritik itu
mungkin dalam bentuk menentang. Dapat juga berupa dukungan. Ia mungkin mengkritik mendapatkan
pendapatnya sendiri ataupun menggunakan pendapat filusuf lain. Jadi, jadi jelas tatkala memulai
pelajaran amat diperlukan dalam belajar filsafat dengan metode ini.
C. OBJEK FILSAFAT
Isi filsafat ditentukan oleh objek yang dipikirkan. Ada dua objek apa yang dipikirkan. Ada dua
objek dalam filsafat diantaranya:
1. Objek Material
Objek material filsafat yaitu segala yang ada dan mungkin ada, jadi luas sekali dan tidak terbatas.
Objek materia antara filsafat dengan sains (ilmu pengetahuan) sama, yaitu sama-sama
menyelidiki segala yang ada dan mungkin ada. Tapi ada dua hal yang membedakan diantaranya:
a. Sains menyelidiki objek material yang empiris. Sedangkan filsafat menyelidiki bagian yang abstraknya.
b. Ada objek material filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains seperti tuhan, hari akhir (hal-hal
yang tidak empiris). Jadi objek material filsafat lebih luas daripada sains.
2. Objek Formal (sikap penyelidikan)
Objek forma filsafat adalah penyelidikan yang mendalam atau ingin mengetahui bagian
dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek yang tidak empiris.
Objek ini hanya dimiliki oleh filsafat saja. Sains tidak mempunyai objek forma. Karena objek sains
hanya terbatas pada sesuatu yang bisa diselidiki secara ilmiah saja, dan jika tidak dapat diselidiki maka
akan terhenti sampai disitu.
Tetapi filsafat tidaklah demikian, filsafat akan terus bekerja hingga permasalahannya dapat
ditemukan sampai akar-akarnya.
D. SISTEMATIKA FILSAFAT
Hasil berpikir tentang segala sesuatu yang ada dan mungkin ada telah banyak terkumpul dan
disusun secara teratur dan sistematis dikenal dengan istilah sistematika filsafat atau struktur filsafat.
Struktur filsafat berkisar pada tiga cabang filsafat yaitu teori pengetahuan, teori hakikat dan
teori nilai. Berikut ini akan diuraikan lebih rinci lagi.
1. TEORI PENGETAHUAN
Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh pengetahuan (norma-norma atau teori-
teorinya) dan membicarakan pula tentang bagaimana cara mengatur pengetahuan yang benar dan
berarti. Posisi terpenting dari pengetahuan telah membicarakan tentang apa sebenarnya hakikat
pengetahuan itu, cara berpikir dan hukum berpikir agar mendapatkan hasil yang sebenar-benarnya.
Cabang teori pengetahuan yaitu Epistimologi dan logika.
A. Epistimologi
Epistimologi berasal dari bahasa Yunani, Episteme yang berarti Knowledge atau pengetahuan dan
logy berarti pengetahuan atau filsafat ilmu.
Terdapat empat persoalan pokok dalam bidang ini:
1. Apa pengetahuan itu?
2. Apa sumber-sumber pengetahuan itu?
3. Darimanakah sumber yang benar itu datang dan bagaimana mengaturnya?
4. Apakah pengetahuan tersebut benar?
Persoalan pertama (tentang definisi pengetahuan) sudah dibahas pada uraian sebelumnya.
Sekarang pada persoalan berikutnya yaitu sumber pengetahuan manusia.
Lours Q.kattsof mengatakan bahwa sumber pengetahuan ada lima macam yaitu:
Empiris, rasionalisme, fenomena, intuisi dan metode ilmiah.
1. Empirisme
Kata ini berasal dari bahasa yunani empeirikos dari kata emperra, artinya pengalaman menurut
aliran ini, manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya, pengalaman yang dimaksud
adalah pengalaman inderawi, manusia tahu es dingin karena menyentuhnya, gula manis karena
mencicipinya.
Jhonh locke (1632-1704) bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan teori tabula rasa.
Maksudnya bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi
jiwa yang kosong itu, dan akhirnya ia memiliki pengetahuan.
Tidak terasa, uraian tadi sudah menjawab pertanyaan yang ke-3.
Dari manakah pengetahuan yang benar itu dating dan bagaimnakah mengetahuinya?
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman dan dengan perantara panca indera.
Kelemahan aliran ini cukup banyak , diantaranya:
Keterbatasan indra
Indera Menibu
Objek yang menipu dan
Kelemahan yang berasal dari indra dan objek sekaligus.
Kesimpulannya adalah empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.
2. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan terletak pada akal. Rasionalisme
memandang pengalaman sebagai jenis perangsang bagi pikiran. Jika kebenaran mengandung makna dan
mempunyai ide yang sesuai dengan kenyataan. Maka kebenaran hanya ada di dalam pikiran dan hanya
diperoleh dengan akal budi saja.
Descartes adalah bapak dari rasionalisme. Ia berusaha menemukan kebenaran yang tidak dapat
diragukan, sehingga dengan memakai metode deduktif dapat disimpulkan semua pengetahuan kita.
Bagi rasionalisme, kekeliruan pada aliran emperisme yang disebabkan kelmahan alat indra tadi,
dapat dikoreksi seandainya akal digunakan.
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, pengalaman
indera dilakukan untuk merangsang akal dan memberikan objek sehingga kebenaran adalah seman-
mata dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas, kacau.
Bajan ini kemudian dipertimbangkan dengan teratur oleh akal dalam pengalaman berpikir sehingga
terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi, akal bekerja karena ada bahan dari indera. Akan tetapi, akal
dapat juga mengahasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan inderawi sama sekali. Jadi akal dapat
juga menghasilkan penetahuan tentang objek yang betul-betul abstrak.
Gabungan antara emperis dan rasionalisme melahirkan suatu metode baru yaitu metode sains
dan dari metode ilmiah ini melahirkan pengetahuan sains yang disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu
pengetahuan.
Pengetahuan sains/ilmu pengetahuan ialah jenis pengetahuan yang logis dan memiliki bukti
empiris (pengetahuan yang logis-empiris).
Jika hanya digunakan rasio (akal) maka pengetahuan yang diperoleh ialah pengetahuan filsafat.
3. Positivisme
Tokoh aliran ini adalah August Compete (1798-1857). Ia penganut empiris. Ia berpendapat
bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat
bantu dan diperkuat dengan eksperimen seperti panas di ukur dengan derajat panas,jauh diukur dengan
meteran, berat dengan timbangan neraca, dan sebagainya. Kita tidak cukup mengatakan.
4. Fenomenalis
Tokoh aliran ini adalah Immanuel kant, seorang filsuf jerman abad ke-18. Dia berpendapat
bahwa sebab-akibat tentu mruapakan hubungan yang bersifat niscaya.
Kant membuat uraian lebih lanjut tentang pengalaman. Barang sesuatu bagiman terdapat dalam
dirinya sendiri merangsang alat inderawi kita dengan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk
pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.
Bagi Kant para penganut emperisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan
didasarkan pada pengalaman. Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena akal memaksa
bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman.
5. Intersionisme
Herin Bergson (1859-1941) adalah tokok aliran ini. Ia menganggap tidak hanya indera yang
terbatas, akal juag terbatas aliran ini mengkritik aliran empirisme dan rasionalisme.
Objek-objek yang kita tangkap adalah objek yang selalu berubah. Jadi pengetahuan kita
tentunya tudak tetap. Intelek atau akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia
mengkonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal seperti itu manusiatidak mengetahui
keseluruhan (unique) tidak juga memahami sifat tetap pada objek.
Dengan menyadari keterbatasn indera dan akal, Bergson mengembangkan suatu kemampuan
tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi. Ini adalah hasil evolusi pemahaman tertinggi.
Pengembangan kemampuan ini 9intiusi) memerlukan suatu usaha, kemampuan ini dapat memahami
kebenaran yang utuh, tetap dan unique.
6. Metode Ilmiah
Gabungan antara empirisme dan rasionalisme melahirkan suatu metode baru yaitu metode
sains (metode imiah) dari metode ini melahirkan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan ialah jenis pengetahuan yang logis dan memiliki bukti empiris (pengetauan
yang logis-empiris).
Jika hanya menggunakan rasio (akal) maka pengetahuan yang diperoleh ialah pengetahuan
filsafat.
2. TEORI HAKIKAT
Teori hakikat membicarakan pengetahuan itu sendiri disebut ontologis.
Apa itu hakikat? Hakikat ialah realist. Realitas ialah ke-real-an; real artinya kenyataan yang
sebenarnya; jadi hakikat adalah keadaan yang sebenarnya, bukan keadaan sementara atas kesadaran
sementara atau kesadaran yang menipu bukan keadaan yang berubah.
Kalau teori pengetahuan mempunyai cabang epistimologi dan logika, maka teori hakikat
mempunyai cabang sebagai berikut : ontology, konsmologi, antropologi, theodologi, filsafat agama,
filsafat umum, filsafat pendidikan dan lain-lain.
Ontologi merupakan cabang teori yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Apa
sebenarnya hakikat dan sesuatu yang ada? Ada empat aliran filsafat yang mecoba memberikan jawaban
atas persoalan tersebut, yaitu :
1. Materialisme
2. Idelisme
3. Dualisme
4. Agnostralisme
A. Materialisme
Materialism adalah suatu airan dalam filsafat yang pandanganya bertitik pada meteri (benda)
Materialism modern mengatakan bahwa materi itu ada sebelum jiwa ada (mains) jadi materi itu
primer dan ide/pemikiran terletak pada sekundernya. materialisme beranggapan bahwa hakikat benda
adalah benda itu sendiri.
B.Idealisme
Arti filsafat dari kata idealism ditentukan oleh artu biasa dari kata ide. Ringkasnya, idelaimse
mengatakan bahwa realitas terdiri dari atas ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiawa (selp) dan
bukan benda (materi). Idealism juaga mengatakan bahwa mind sebagai hal yang lebih dahulu dari pada
materi. Idealism dam ,ateri adalah produk sampingan. Dengan demikian, idealism beranggapan bahwa
hakikat benda-benda yang ada itu adalah ide atau akal jiwa bukan materi.
C. Dualisme
Dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua faham yang saling bertentangan,
yaitu materialisme dengan idealisme. Materialism mengatakan bahwa materi itulah yang
hakikat,sedangkan idelaisme sebaliknya justru ide-lah yang hakikat. Menurut materialism ruh muncul
jika tanpa ada meteri, sedangkan menurut idealisme justru munculnya materi karena adanya ruh.
Materi tidak aka nada jika tidak ada ruh.
Dualism mengatakan bahwabaik materi maupun ruh sama-sama hakikat. Materi muncul bukan
karena adanya ruh, begtu pla ruh muncul bukan Karena materi. Tetapi dualism juga masih mempunyai
masalah yaitu tentang hubungan antara materi dan ruh, bagaimana bisa terjadi keselarasan antara
materi dengan ruh atau ide.
Kita lihat contoh jika jiwa sehat maka badan pun sehat kelihatannya. Sebaliknya jika jiwa
seseorang sedang berduka biasanya badanpun ikut sedih, maka murunglah wajahnya orang tersebut.
Contoh di atas menggambarkan adanya hubungan atau kerjasama atara jiwa dan badan. Masalahnya,
kenapa terjadi bentuk kerjasama dan hubungan sedemikian rupa dan siapa yang memadukannya? Ini
adalah masalah dualisme.
D. Agnotraisme
Agnotraisme adalah aliran yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat
sesuatu di balik kenyataan ini. Manusia tidak mungkin mengetahui apa hakikat batu, air, api dan lain
sebagainya. Sebab menurt faham ini kemampuan manusia sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa
hakikat sesuatu yang ada, baik oleh indera maupun pikirannya.
Aliran ini mempunyai masalah yaitu tentang siapa sebenarnya yang bisa mengetahui hakikat
sesuatu yang ada? Aliran ini tidak memberikan jawaban.
3. TEORI NILAI
Teori nilai mencakup dua cabang, yaitu cabang filsafar yang cukup terkeal; etika dan
estetika.nilainya artinya harga, sesuatu mempunyai nilai bagi seseorang karena ia berharga bagi
dirinya.pada umumnya orang menyatakan bahwa nilai sesuatu melekat pada benda dan bukan di luar
benda, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa bilai itu ada di luar benda.
A. Etika
Etika merupakan penyelidikan filsafat mengenai kewajiban manusia serta tingkah laku manusia
dilihat dari sisi baik dan buruknya tingkah laku tersebut.
Atas dasar hak apa orang menuntut kita unutk tunduk terhadap norma-norama yang berupa
ketentuan, kewajiban, larangan dan lain sebagainya.
Bagimana kita bisa menilai norma tersebut? Pertanyaan-pertanyaan tersebuat timbul karena
hidup kita seakan-akan terentang dalam suatu jaringan norma-norma. Jaringan itu seolah-olah
membelenggu kita, mencegah kita bertindak sesuai keinginan kita dan memaksa kita berbuat apa yang
sebenarnya kita benci.
B.Estetika
Setetika membahas/membicarakan soal nilai rendah dan tidak rendah. Nilai baik dan buruk
sering diterpkan orang kepada perbuatan atau tindakan menusia, sedangkan nilai rendah da tidak
rendah lebih cenderung unutk diterapkan kepada soal seni. Estetika berusaha untuk menemukan nilai
yang indah secara umum sehingga tidak mustahil kalau akhirnya timbul beberapa teori yang
membicarakan hal itu.
E. MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT
Sesuatu di atas awan dan mencari rahasia di bawah bumi, sedangkan lubang di depan rumahnya
pun tidak tahu. Kalau begitu, apa ada faidahnya mempelajari filsafat?
Sekurang-kurangnya ada empat macam manfaat mempelajari filsafat: agar terlatik berpikir
serius, agar mampu memahami filsafat, agar mungkin menjadi filosofi, dan agar menjadi warga Negara
yang baik.
Disamping itu manfaat/kegunaan belajar filsafat bisa didasarkan pada dua pertimbangan, dari
sisi ilmu pengetahuan dan kehidupan sehari-hari.
Jan Hendrik Rappar membagi kegunaan filsafat ke dalam dua hal, yakni bagi ilmu pengetahuan
dan bagi kehidupan sehari-hari.
1. Kegunaan Filsafat Bagi Ilmu Pengetahuan
Tatkala filsafat lahir dan mulai tumbuh, ilmu pengetahuan masih merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari filsafat. Pada masa itu, para pemikir yang terkenal sebagai filsuf adalah juga ilmuwan.
Para filsuf pada masa itu adalah ahli-ahli matematika, astronomi, ilmu bumi, dan berbagai ilmu
pengetahuan lainnya. Bagi mereka, ilmu pengetahuan itu adalah filsafat, dan filsafat adlh ilmu
pengetahuan. Dengan demikian jelas terlihat bahw pad mulanya filsafat mencakup keseluruhan ilmu
pengetahuan.
Berkat ilmu pengetahuanlah manusia dapat meraih kemajuan yang sangat menakjubkan dalam
segal bidang kehidupan. Teknologi canggih yang semakin mencengangkan dan fantastis adalah salah
satu produk dari ilmu pengetahuan. Bahkan pada abad-abad terakhir ini dalam peradapan dan
kebudayaan barat, ilmu pengetahuan telah berperan sedemikian rupa sehingga telah menjadi tumpuan
harapan banyak orang.
2. Kegunaan Filsafat Bagi Kehidupan Sehari-Hari
Meskipun filsafat itu abstrak, bukan berarti ia sama sekali tidak bersangkut paut dengan
kehidupan sehari-hari yang kongret. Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa filsafat itu tidak memiliki
hubungan apa pun dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Kendati tidak memberi petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan yang artistik dan elok,
filsafat sanggup membantu manusia dengan memberi pemahaman tentang apa itu artistik dan elok
dalam kearsitekturan sehingga nilai keindahan yang diperoleh lewat pemahaman itu akan menjadi
patokan utama bagi pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut.
Dengan demikian, filsafat menggiring manusia ke pengertian yang terang dan pemahaman
ayang jelas. Tak hanya aaitu, ia pun menuntun manusia ke dalam tindakan dan perbuataaaan yang
kongret. Berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman yang jelas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya :
1. Secara etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa Yunani, Philosophia,
kata majemuk yang berasal dari kata Philos yang artinya cinta atau suka, dan kata Sophia yang artinya
bijaksana. Dengan demikian secara etimologis, filsafat memberikanpengertian cinta kebijaksanaan.
2. Secara terminologis, filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-
ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
3. Ada tiga metode yang digunakan untuk memecahkan problema-problema Filsafat yaitu: metode
deduksi, induksi dan metode dialektik.
4. Obyek penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, tidak terbatas.
5. Struktur/sistematika filsafat berkisar pada tiga cabang flsafat yaitu teori pengetahuan, teori hakikat dan
teori nilai.
6. Manfaat mempelajar filsafat diantaranya adalah manfaat dari sisi pengetahuan dan manfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Dari sisi pengetahuan filsafat disebuat sebagai induk dari setiap disiplian ilmu
pengetahuan, maka untuk memahami ilmu pengetahuan dan mampu me-interdisipliner-kan kita butuh
filsafat. Filsafat dalam kehidupan sehari-hari bisa dijadikan patokan utama dalam mengembangan
kebutuhan-kebutuhan manusia serta piranti dalam memahami proses keseharian secara mendalam dan
jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Praja,Juhaya S.2003.Aliran-aliran Filsafat dan Etika.Jakarta:PRENADA MEDIA T afsir,Ahmad.2000.Filsafat Umum.Bandung:ROSDA Kattsoff,Louis O.2004.Pengantar Filsafat.Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya Bachtiar,Amsal.2005.Filsafat Agama.Jakarta:RAJAWALI PERS
Ali Maksun, 2011, Pengantar Filsafata: dari masa klasik hingga postmodernis, Jogjakarta: ar-ruzzi media
cet. IV
Diposkan oleh el-quin_el-fikr di 02.50