Upload
lukman-juliantoro
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
A. Pengertian Pemerintahan
Pemerintah (Government) secara etimologis berasal dari kata
Yunani, Kubernan atau nakoda kapal. Artinya, menatap ke depan. Lalu “memerintah”
berarti melihat ke depan, menentukan berbagai kebijakan yang diselenggarakan untuk
mencapai tujuan masyarakat Negara.
Ada dua pengertian tentang pemerintahan, yaitu :
1. Pemerintahan dalam arti yang luas.
Pemerintahan adalah perbutan memerintah yang dilakukan oleh badan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif di suatu negara dalam mencapai tujuan negra.
2. Pemerintahan dalam arti yang sempit
Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan badan eksekutif beserta
jajarannya dalam mencapai tujuan negara.
Menurut Utrecht ada 3 penegertian :
1. Pemerintahan adalah gabungan dari semua badan kenegaraan yang memeiliki
kekuasaan untuk memerintah ( legislative, eksekutif, yudikatif ).
2. Pemerintahan adalah gabungan badan - badan kenegaraan tertinggi yang memeiliki
kekuasaan memerintah ( presiden, raja).
3. Pemerintah dalam arti kepala negara (presiden) bersama kabinetnya.
B. Lembaga-Lembaga Pemerintahan di Indonesia
Sebagai negara demokrasi, pemerintahan Indonesia menerapkan teori trias
politika. Trias politika adalah pembagian kekuasaan pemerintahan menjadi tiga bidang yang
memiliki kedudukan sejajar. Ketiga bidang tersebut yaitu :
1. Legislatif bertugas membuat undang undang. Bidang legislatif
adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
2. Eksekutif bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Bidang eksekutif
adalah presiden dan wakil presiden beserta menteri-menteri yang membantunya.
3. Yudikatif bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Adapun unsur
yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung(MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK).
Berikut adalah nama lembaga-lembaga negara hasil amandemen UUD'45, fungsi,
tugas dan wewenangnya :
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Sesuai dengan Pasal 3 Ayat 1 UUD 1945 MPR amandemen mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut :
a. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar.
b. Melantik presiden dan wakil presiden.
c. Memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya menurut
undang-undang dasar.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak
berikut ini:
a. Mengajukan usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar.
b. Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan.
c. Memilih dan dipilih.
d. Membela diri.
e. Imunitas.
f. Protokoler.
g. Keuangan dan administratif.
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Berdasarkan UU Pemilu N0. 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:
a. Jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang.
b. Jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak-
banyak 100 orang
c. Jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak-
banyaknya 50 orang.
Lembaga negara DPR mempunyai fungsi berikut ini :
a. Fungsi legislasi, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga pembuat undang-
undang.
b. Fungsi anggaran, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga yang berhak untuk
menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
c. Fungsi pengawasan, artinya DPR sebagai lembaga yang melakukan
pengawasan terhadap pemerintahan yang menjalankan undang-undang
DPR sebagai lembaga negara mempunyai hak-hak, antara lain sebagai berikut :
a. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah
mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak
luas bagi kehidupan masyarakat.
b. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu
kebijakan tertentu pemerintah yang diduga bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
c. Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat
terhadap kebijakan pemerintah mengenai kejadian yang luar biasa yang
terdapat di dalam negeri disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau
sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Untuk
memudahkan tugas anggota DPR maka dibentuk komisi-komisi yang bekerja
sama dengan pemerintah sebagai mitra kerja.
3. Dewan Perwakilan Daerah
Sesuai dengan Pasal 22 D UUD 1945 maka kewenangan DPD, antara lain
sebagai berikut.
a. Dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan
pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.
b. Ikut merancang undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran, serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.
c. Dapat memberi pertimbangan kepada DPR yang berkaitan dengan rancangan
undang-undang, RAPBN, pajak, pendidikan, dan agama.
d. Dapat melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-
undang otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dengan daerah,
pajak, pendidikan, dan agama.
4. Presiden dan Wakil Presiden
Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif yaitu
presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Sebagai seorang
kepala negara, menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Presiden mempunyai wewenang sebagai berikut:
a. Membuat perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
b. Mengangkat duta dan konsul. Duta adalah perwakilan negara Indonesia di
ngara sahabat. Duta bertugas di kedutaan besar yang ditempatkan di ibu kota
negara sahabat itu. Sedangkan konsul adalah lembaga yang mewakili negara
Indonesia di kota tertentu di bawah kedutaan besar kita.
c. Menerima duta dari negara lain
d. Memberi gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan lainnya kepada warga
negara Indonesia atau warga negara asing yang telah berjasa mengharumkan
nama baik Indonesia.
Wewenang, hak dan kewajiban Presiden sebagai kepala pemerintahan,
diantaranya:
a. Memegang kekuasaan pemerintah menurut Undang-Undang Dasar
b. Berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) kepada DPR
c. Menetapkan peraturan pemerintah
d. Memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala Undang-
Undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada
Nusa dan Bangsa.
e. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung. Grasi adalah pengampunan yang diberikan oleh kepala
negara kepada orang yang dijatuhi hukuman. Sedangkan rehabilitasi adalah
pemulihan nama baik atau kehormatan seseorang yang telah dituduh secara
tidak sah atau dilanggar kehormatannya.
f. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
Amnesti adalah pengampunan atau pengurangan hukuman yang diberikan oleh
negara kepada tahanan-tahanan, terutama tahanan politik. Sedangkan abolisi
adalah pembatalan tuntutan pidana.
Selain sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, seorang presiden
juga merupakan panglima tertinggi angkatan perang. Dalam kedudukannya seperti
ini, presiden mempunyai wewenang sebagai berikut:
a. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara
lain dengan persetujuan DPR.
b. Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR.
c. Menyatakan keadaan bahaya.
5. Mahkamah Agung
Kewajiban dan wewenang Mahkamah Agung, antara lain sebagai berikut:
a. berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang,
dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
b. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
c. memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.
6. Mahkamah Konstitusi
Keberadaan Mahkamah Konstitusi diatur dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final.
7. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut
ini:
a. Mengusulkan pengangkatan hakim agung.
b. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim.
8. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Kedudukan BPK sejajar dengan lembaga negara lainnya. Untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksan
Keuangan yang bebas dan mandiri. Jadi, tugas BPK adalah memeriksa pengelolaan
keuangan negara.
Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai
dengan kewenangannya. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 23 F maka anggota BPK
dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh
presiden.
C. Penyalahgunaan Wewenang
1. Pengertian Kewenangan
Kewenangan atau wewenang adalah kekuasaan hukum, hak untuk
memerintah atau bertindak, hak atau kekuasaan pejabat publik untuk mematuhi
aturan hukum dalam lingkup melaksanakan kewajiban public. Perihal kewenangan
tidak terlepas dari Hukum Tata Negara dan Hukum.
Pembagian kekuasaan dalam negara terdiri atau pembagian horizontal yang
meliputi : kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif, dan vertikal terdiri atas
pemerintah pusat dan daerah. Untuk Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945 tentang Pembagian Kekuasaan yang terdiri dari kekuasaan legislatif, eksekutif,
dan yudikatif. Pemberian wewenang tersebut dapat dilihat dalam Pasal 4, Pasal 5,
Pasal 17, Pasal 18 dengan amandir Pasal 18 A dan Pasal 18 B, Pasal 19, Pasal 20
yang diamandar dengan Pasal 20 A, dan Pasal 24 yang diamandar dengan Pasal 24
A, Pasal 24 B, dan Pasal 24 C.
Tatiek Sri Djatmiati dalam disertasinya menguraikan hubungan antara
hukum administrasi dengan kewenangan. Hukum administrasi atau hukum tata
pemerintahan (“administratiefrecht” atau “bestuursrecht”) berisikan norma-norma
hukum pemerintahan. Norma-norma pemerintahan tersebut menjadi parameter yang
dipakai dalam penggunaan kewenangan yang dilakukan oleh badan-badan
pemerintah. Adapun parameter yang dipakai dalam penggunaan wewenang itu
adalah kepatuhan hukum ataupun ketidakpatuhan hukum (“improper legal” or
“improper illegal”), sehingga apabila terjadi penggunaan kewenangan dilakukan
secara “improper illegal”maka badan pemerintah yang berwenang tersebut harus
mempertanggung jawabkan. Hukum administrasi hakikatnya berhubungan dengan
kewenangan publik dan cara-cara pengujian kewenangannya, juga hukum mengenai
kontrol terhadap kewenangan tersebut.
2. Penyalahgunaan Wewenang
Kekuasaan merupakan kuasa untuk mengurus, kuasa untuk memerintah,
kemampuan, kesanggupan kemampuan orang atau golongan untuk menguasai orang
atau golongan lain, fungsi menciptakan dan memanfaatkan keadilan serta mencegah
pelanggaran keadilan.
Namun didalam kekuasaan tersebut banyak disalahgunakan untuk mencari
kekayaan. Sehingga banyak penguasa mencari kekayaan tersebut dengan berbagai
cara termasuk menggunakan kekuasaan yang telah di amanahkan rakyat kepadanya.
Banyak penguasa yang menyalahgunakan kekuasaan demi kepentingan peribadi
sehingga HAM rakyat rela dikorbankan. Banyaknya kasus-kasus penyalahgunaan
kekuasaan seperti korupsi, mafia hukum, pengelapan sehingga membutuhkan
hukum pidana untuk mengatur masalah penyalahgunaan kekuasaan, dan
menghindari jatuhnya korban akibat penyalahgunaan kekuasaan tersebut.
Secara umum, fungsi hukum acara pidana adalah untuk membatasi
kekuasaan negara dalam bertindak serta melaksanakan hukum pidana materiil.
Ketentuan-ketentuan dalam Hukum Acara Pidana dimaksudkan untuk melindungi
para tersangka dan terdakwa dari tindakan yang sewenang-wenang aparat penegak
hukum dan pengadilan. Pada sisi lain, hukum juga memberikan kewenangan tertentu
kepada negara melalui aparat penegak hukumnya untuk melakukan tindakan yang
dapat mengurangi hak asasi warganya. Hukum acara pidana juga merupakan sumber
kewenangan bagi aparat penegak hukum dan hakim serta pihak lain yang terlibat
(penasehat hukum). Permasalah yang muncul adalah “penggunaan kewenangan yang
tidak benar atau terlalu jauh oleh aparat penegak hukum”. Penyalahgunaan
kewenangan dalam sistem peradilan pidana yang berdampak pada terampasnya hak-
hak asasi warga negara merupakan bentuk kegagalan negara dalam mewujudkan
negara hukum.
3. Macam-macam penyalahgunaan wewenang
Penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) dilakukan oleh para penguasa
atau orang yang memiliki kekuasaan dapat pula meningkatkan angka statistik
kejahatan yang dialami korban. Kekuasaan pemerintahan yang sewenang-wenang
melanggar HAM rakyat masih banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat dan
ketatanegaraan. Pelanggaran hukum yang dilakukan oleh penguasa terjadi dgn
adanya kesalahan kebijakan dan kekuasaan terhadap rakyatnya. Penyalahgunaan
kekuasaan yang dilakukan penguasa berupa :
a. Pelanggaran hukum (korupsi, mafia hukum, penggelapan, melakukan
kejahatan).
b. Pelanggaran HAM (kekerasan terhadap rakyat, pengabaian hak rakyat atau
pembiaran pelanggaran HAM)
Tindak pemerintahan yang menyalahi hukum menimbulkan korban, maka
dibutuhkan perlindungan hukum bagi rakyat. Perlindungan hukum dapat dilakukan
melalui perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif.
Pada perlindungan hukum preventif diberikan kesempatan kepada korban
untuk mengajukan keberatan atau pendapat sebelum keputusan pemerintah
mendapat bentuk definitif. Perlindungan ini bertujuan mencegah terjadi perkara
pidana. Perlindungan hukum represif adalah melalui peradilan umum dilakukan
terhadap korban untuk memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar oleh
penguasa. Misalnya pembelaan hak rakyat oleh penagak hukum.
Upaya untuk menghindarkan diri jadi korban penyalahgunaan kekuasaan
dapat dilakukan melalui jalur legal (hukum) baik melalui KPK, SATGAS
PEMBERANTASAN MAFIA HUKUM, KOMNAS HAM dan pembelaan diri
secara langsung atau tidak langsung dari kemungkinan timbulnya korban dari
penyalahgunaan kekuasaan.
4. Faktor-faktor yang menyebabkan penyalahgunaan yang wewenang
a. Kedudukan yang tinggi.
b. Lingkungan pekerjaan.
c. Adanya kesempatan.
d. Kebutuhan yang banyak.
e. Rekan kerja yang tidak sehat.
f. Moralitas pejabat negara yang rendah.
5. Kasus-kasus penyalahgunaan wewenang di Indonesia
Masalah penyalahgunaan wewenang ini menjadi masalah yang mengemuka,
dan menjadi tema yang hangat didiskusikan di berbagai tempat oleh berbagai
kalangan pula. Penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh para pejabat negara
menjadi isu atau masalah yang mengemuka, oleh karena di hampir semua aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara di republik ini, tindak atau perbuatan yang
teridentifikasi sebagai penyalahgunaan wewenang ada dimana-mana, akan tetapi
pelakunya hampir tidak ditemukan sama sekali. Bahkan, sejalan dengan
perkembangan kehidupan bernegara di Indonesia ini, banyak orang yang
berpendapat bahwa penyalahgunaan wewenang telah menjadi gaya hidup di
Indonesia. Dalam hal ini kami akan membahasa beberapa kasus mengenai
penyalahgunaan wewenang oeleh para pejabat negara diantaranya :
a. Korupsi, Kolusi, Nepotisme
Korupsi merupakan tindakan pejabat publik,
baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak.
Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat
kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian
yang diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin
agar segala urusannya menjadi lancar.
Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan
hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya.
Contoh Kasus KKN :
1) Kasus korupsi proyek hambalang yang dilakukan oleh Nazzarudin dkk.
(kasus korupsi).
2) Kasus suap ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar (kasus kolusi)
3) Pendaftaran angkatan bersenjata yang mengedepankan dari keluarga TNI
(kasus nepotisme).
Landasan Hukum dari KKN :
1) Ketetapan MPR-RI nomor XI/MPR/1998 tanggal 13 Nopember 1998,
antara lain bahwa seseorang yang dipercaya menjabat suatu jabatan harus
mengumumkan dan bersedia diperiksa kekayaannya sebelum dan setelah
menjabat.
2) UU No.28 tahun 1999, antara lain mengatur pembentukan Komisi
Pemeriksa Kekayaan pejabat. Bahkan, diatur dalam UU tersebut,
manakala Pejabat atau anggota Komisi yang melakukan Kolusi atau
Nepotisme akan dihukum paling singkat dua tahun penjara dan denda dua
ratus juta rupiah.
3) UU No.31 tahun 1999 tentang pemberantasan Korupsi. Banyak ancaman
hukuman yang dicantumkan dalam UU ini, termasuk juga kepada
penyuap. Dari sekian banyak pasal, diatur bahwa denda maksimum adalah
satu milyar rupiah, berarti yang korupsi sekian trilyun, dendanya tidak
sampai satu per mil! Dalam UU ini juga diterapkan pembuktian terbalik
yang bersifat terbatas atau berimbang, jadi terdakwa dapat memberikan
keterangan tentang dari mana saja asal harta bendanya dan harta benda
keluarganya.
4) Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1999, yang mengatur tentang
pemeriksaan kekayaan Penyelenggara Negara (pejabat), termasuk
pembentukan Komisi Pemeriksa yang anggotanya termasuk juga wakil-
wakil masyarakat. Tata cara pemeriksaan yang diatur oleh Peraturan ini
untuk mengetahui kebenaran atas kekayaan Pejabat untuk memudahkan
pemeriksaan apabila di kemudian hari BPKP, Kepolisian, atau Kejaksaan
memerlukan pemeriksaan.
5) Peraturan Pemerintah No. 66, 67, 68, dan 127 tahun 1999 yang mengatur
tentang organisasi, cara kerja, pelaporan, dan hal-hal praktis lainnya dari
Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelanggara Negara.
b. Pelanggaran HAM
Contoh Kasus Pelanggaran HAM :
1) Melakukan kekerasan pada saat melakukan penyelidikan tentang kasus
tindak pidana dan perdata.
2) Anggota TNI yang bertindak sewenang-wenang terhadap masyarakat.
Landasan hukum pelanggaran HAM :
UU NO. 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA
Menimbang:
1) Bahwa manusia, sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
mengemban tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh
ketaqwaan dan penuh tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia,
oleh penciptaNya dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan
harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungannya.
2) Bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati
melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena
itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan,
dikurangi, atau dirampas oleh siapapun.
3) Bahwa selain hak asasi, manusia juga mempunyai kewajiban dasar antara
manusia yang satu terhadap yang lain dan terhadap masyarakat secara
keseluruhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
4) Bahwa bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi
dan melaksanakan Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang
ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta berbagai instrumen
internasional lainnya mengenai hak asasi manusia yang telah diterima oleh
negara Republik Indonesia.
5) Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
b, c, dan d dalam rangka melaksanakan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998
tentang Hak Asasi Manusia, perlu membentuk Undang-undang tentang
Hak Asasi Manusia.
D. Kesimpulan
1. Penyalahgunaan wewenang dilakukan oleh para aparat pemerintahan
menyebabkan banyak kerugian kepada masyarakat dan negara baik secara
moral maupun secara material.
2. Perlu adanya sosialisasi mengenai pentingnya kontrol sosial masyarakat
terhadap prosses penyelenggaraan pemerintahan agar tidak terjadi
penyalahgunaan – penyalahgunaan wewenang seperti yang tercantum.
3. Perlu adanya hukumuan yang tegas terhadap para pelaku penyalahgunaan
wewenang sehingga tindak penyalahgunaan wewenang dapat dihilangkan dari
penyelenggaraan pemerintahan.