13
PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG TALAS BELITUNG (Xanthosoma Sagittifolium) TERHADAP TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA DONAT NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: ROSALIN PUTRI KHOTMASARI J300101009 PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Pengertian Talas Kimpul

  • Upload
    taufiq

  • View
    71

  • Download
    7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas akhir

Citation preview

  • PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG TALAS BELITUNG

    (Xanthosoma Sagittifolium) TERHADAP TINGKAT PENGEMBANGAN

    DAN DAYA TERIMA DONAT

    NASKAH PUBLIKASI

    Disusun Oleh:

    ROSALIN PUTRI KHOTMASARI

    J300101009

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2013

  • PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG TALAS BELITUNG

    (Xanthosoma Sagittifolium) TERHADAP TINGKAT PENGEMBANGAN

    DAN DAYA TERIMA DONAT

    Rosalin Putri Khotmasari

    Program Studi Diploma III Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan

    Universitas MuhammadiyahSurakarta

    Background: Talas belitung (xantosama sagittifolium) has a very high

    carbohydrate content, Gulten free and easy to obtain. It can dikembangangkan

    be a new establishment that utilizes belitung taro flour as raw material for the

    purpose of making food nutrition as an alternative capable of providing a useful

    source of carbohydrates.

    Purpose: The purpose of this study is to utilize belitung taro for food of high

    nutritional value.

    Methods: The study design using a completely randomized design with 3

    treatments belitung taro flour substitution, ie 0%, 10%, and 20% of data analysis

    using one-way ANOVA test with a significance level of 0.05. If the data is

    significant, it was followed by LSD test.

    Results: The results donuts with taro flour substitution belitung 0%, 10%, and

    20% showed no substitution effect between belitung taro flour and wheat flour to

    the level of development of a thick donut. There is a substitution effect belitung

    taro flour and wheat flour to the level of development of the diameter of the

    donut. There is a significant difference to the acceptance of donuts on a variety of

    taro flour substitution belitung.

    Suggested : Use of taro flour belitung advised to mensubtitusikan 20% flour from

    wheat flour.

    Keywords: belitung taro flour, level of development, acceptance of donuts

    PENDAHULUAN

    Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia setiap tahun menyebabkan

    kebutuhan pangan di Indonesia semakin bertambah. Berbagai jenis pangan di

    produksi guna meningkatkan kuantitas serta kualitas sehingga dapat memenuhi

    kebutuhan pangan masyarakat. Selain dengan meningkatkan jumlahnya,

    pemenuhan kebutuhan pangan juga dapat dilakukan dengan mengoptimalkan

  • penggunaan sumber bahan pangan yang beraneka ragam. Hal ini dilakukan

    sebagai upaya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumber daya yang

    ada (Nurapriani,2010).

    Salah satu sumber daya pangan lokal yang dapat dijadiakan sebagai

    alternatif kebutuhan pangan adalah umbi talas belitung (Xanthosoma

    sagittifolium) atau sering disebut juga dengan kimpul, merupakan suku aracea,

    tergolong tumbuhan berbunga Agiospermaedan berkeping satu Monocotylae.

    Pada umumnya talas belitung (Xanthosoma sagittifolium) merupakan bahan

    pangan lokal sumber karbohidrat. Dalam 100 gram talas belitung mengandung

    145 Kkal energi, 34,20 gram karbohidrat, 0,40 gram lemak dan 1,20 gram

    protein. Djaafar, dkk (2008) mengemukakan bahwa talas belitung dapat

    digunakan sebagai bahan subtitusi tepung terigu. Penggunaan tepung talas

    belitung sebagai bahan subtitusi tepung terigu dalam pengolahan aneka kue

    dapat mencapai 100%, tergantung pada produk yang akan dihasilkan.

    Pemanfaatan talas belitung sebagai bahan pangan saat ini sudah banyak

    dilakukan oleh banyak masyarakat, hanya saja masih tergolong sederhana.

    Seperti halnya di indonesia talas belitung diolah dengan cara direbus, digoreng,

    dikeripik dan biasanya daun dan batangnya digunakan sebagai sayur, padahal

    selain itu talas belitung dapat diolah menjadi tepung sebagai bahan baku dalam

    pembuatan suatu olahan makanan yang bervariasi dan beragam, seperti cake,

    roti, donat dan lain-lain dengan meningkatkan nilai gizi yang ada.

    Penelitian tentang tepung talas belitung telah dilakukan oleh Indrasti (2004)

    yang menjadikan tepung talas belitung sebagai bahan pengganti tepung terigu

    dalam pembuatan cookies. Pada penelitian tersebut diketahui kandungan

    karbohidrat yang terdapat pada tepung talas belitung yaitu sebesar 92,06% (%

    berat kering), lemak 0,92 % (%berat kering), protein 4,88% (%berat kering) dan

    energi 359,56 kkal per 100 gram tepung talas belitung.Tingginya kandungan

    karbohidrat dalam tepung talas belitung diharapkan mampu membuat tepung

    talas belitung menjadi bahan pangan sumber karbohidrat pengganti tepung

    terigu yang murah, selain itu rendahnya nilai kandungan lemak yang terdapat

    dalam tepung talas belitung membuat tepung talas belitung menjadi tidak mudah

    rusak atau tengik, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama, selain itu

    tepung talas belitung bebas dari gluten. Ketiadaan gluten pada tepung talas

  • belitung membuat tepung talas belitung dapat digunakan sebagai diet bagi

    penderita autis (Winarno & Agustinah,2008).

    Sesuai dengan uraian diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan

    memanfaatkan tepung talas belitung sebagai bahan subtitusi tepung terigu

    dalam pembuatan donat, yang dimana dalam proses pembutannya di uji tingkat

    pengembangan dan tingkat kesukaan masyarakat terhadap donat tepung talas

    belitung (Xanthosoma sagittifolium).

    TINJAUAN PUSTAKA

    Talas belitung atau talas kimpul (xanthosoma sagitifolium) merupakan salah

    satu jenis tumbuhan menahun dari famili araceae yang mempunyai umbi batang

    palsu yang sebenarnya adalah tangkai daun, umbinya biasanya dimanfaatkan

    sebagai bahan makanan yang biasanya diolah dengan cara direbus

    (Deptan,2009).

    Tepung talas belitung merupakan tepung yang dibuat dari umbi talas

    belitung atau kimpul kering yang digiling atau ditumbuk dan disaring dengan

    ayakan tepung. Sebelum dilakukan pengeringan , talas belitung atau kimpul

    perlu mengalami beberapa perlakuan.Talas belitung direndam dengan larutan

    garam dapur selama kurang lebih 10 menit untuk mengurangi rasa gatal karena

    adanya kristal kalsium oksalat. Tepung talas belitung mempunyai beberapa

    keunggulan antara lain tingginya serat pangan yang terkandung dalam talas

    belitung, indeks glikemik rendah, resisten pati tinggi serta kaya oligo

    sakarida,sehingga dapat membantu dalam pencegahan primer timbulnya

    penyakit degeneratif (Widowati,2009).

    Donat merupakan suatu makanan seperti roti yang berbentuk bulat dengan

    lubang di tengahnya dan proses akhir pengolahan dengan cara digoreng. Tingkat

    pengembangan merupakan suatu kemampuan donat dalam mengalami

    pertambahan ukuran sebelum dan sesudah proses penggorengan. Tingkat

    pengembangan pada pembuatan donat selain dipengaruhi dengan ragi, tingkat

    pengembangan dipengaruhi dengan adanya gluten dalam suatu adonan (Arlene

    dkk,2009). Adonan yang mengandung gluten akan mampu menahan gas hasil

    peragian,sehingga hasil yang diperoleh berdaya kembang besar (Inglett &

    Munck dalam Khusniati,1992).

  • METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian ini adalah eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui

    tingkat pengembangan dan daya terima donat dengan subtitusi tepung talas

    belitung.Penelitian ini menggunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)

    dengan tiga perlakuan dan dua kali ulangan dengan persentase penambahan

    tepung talas belitung 0%, 10%, dan 20%.

    Penelitian dilakukan pada bulan januari sampai juli 2013. Pada tahap

    pembuatan donat tepung talas belitung, uji tingkat pengembangan dan uji

    kesukaan (daya terima) dilakukan di Laboratorium Ilmu Teknologi Pangan

    Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.Sampel

    penelitian yang akan digunakan adalah tepung talas belitung dan tepung terigu.

    Variabel bebas adalah persentase subtitusi tepung talas belitung dan tepung

    terigu, variabel terikat adalah tingkat pengembangan , dan daya terima, variabel

    kontrol adalah bahan adonan donat (gula pasir, telur, ragi/yeast, mentega,

    tepung terigu, garam dan air), tepung talas, waktu pencampuran, bentuk, suhu

    dan waktu penggorengan.

    Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif yaitu data yang diperoleh

    melalui hasil percobaan dan selalu dinyatakan dalam angka. Data tingkat

    pengembangan didapatkan dengan perhitungan tingkat pengembangan= volume

    donat sesudah digoreng dikurangi volume donat sebelum digoreng dibagi volume

    donat sebelum digoreng kemudian dikalikan 100%, dan data daya terima

    didapatkan dari uji sensoris. Data diperoleh dari pencatatan secara langsung

    dari hasil penelitian utama yang meliputi data tingkat pengmbangan dan data

    daya terima.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian Pendahuluan

    Penelitian pendahuluan dilakukan bertujuan untuk menentukan

    variasi perbandingan antara tepung terigu dan tepung talas belitung

    terhadap warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan dalam pembuatan

    donat. Penelitian pada pendahuluan uji daya terima pada panelis

    dilakukan dengan subtitusi tepung talas belitung 20% dan 40% dari

    tepung terigu. Hasil daya terima yang paling disukai secara keseluruhan

    adalah pada daya terima dengan subtitusi tepung talas belitung 20%,di

  • bandingkan dengan subtitusi 40%, sehingga range subtitusi tepung talas

    belitung untuk penelitian utama adalah 10%, dan 20%.

    B. Hasil Penelitian Utama

    1. Tingkat Pengembangan Donat dengan Subtitusi Tepung Talas

    Belitung

    a) Tingkat Pengembangan Berdasarkan Tebal Donat

    Gambar 1. Tingkat Pengembangan Berdasarkan Tebal

    Donat

    Hasil tingkat pengembangan berdasarkan tebal donat

    dapat diketahui bahwa tingkat pengembangan donat yang

    disubtitusi tepung talas belitung, paling tinggi ditunjukan pada

    subtitusi 0% yaitu sebesar 158,5%, pada subtitusi 10%

    tingkat pengembangan sebesar 154,2% sedangkan pada

    subtitusi 20% tingkat pengembangan sebesar 134,2%.

    Tingkat pengembangan pada donat di pengaruhi oleh

    banyaknya jumlah gluten yang ada pada donat. Semakin

    banyak penggunaan tepung talas belitung maka semakin

    rendah tingkat pengembangannya karena jumlah gluten yang

    terdapat pada donat semakin sedikit, begitu juga sebaliknya

    semakin sedikit jumlah tepung talas belitung maka semakin

    tinggi tingkat pengembanganya karena jumlah gluten yang

    terdapat pada donat semakin banyak.

    158.5

    154.2

    134.2

    120

    125

    130

    135

    140

    145

    150

    155

    160

    165

    0.00 0.10 0.20

    Tin

    gkat

    Pen

    gem

    ban

    gan

    (%

    )

    Subtitusi Tepung Talas Belitung0 % 10 % 20 %

  • b) Tingkat Pengembangan Berdasarkan Diameter Donat

    Gambar 2. Tingkat Pengembangan Berdasarkan Diameter

    Donat Tepung Talas Belitung

    Berdasarkan gambar diatas tingkat pengembangan

    diameter pada donat dengan subtitusi 0% yaitu sebesar 14,66%,

    pada subtitusi 10% yaitu sebesar 22,4% dan pada subtitusi 20%

    yaitu sebesar 9,9%. Tingkat pengembangan paling rendah

    terdapat pada subtitusi 20%. Perbedaan antra subtitusi 0%, 10%

    dan 20% pada tingkat pengembangan donat dipengaruhi oleh

    perubahan suhu pada saat penggorengan serta adanya gluten

    pada adonan donat.

    2. Daya Terima

    Hasil dari penilaian daya terima panelis terhadap warna,

    aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan donat dengan subtitusi

    tepung talas belitung dibagi menjadi lima kategori yaitu sangat

    suka, suka, agak suka, tidak suka, dan sangat tidak suka. Hasil

    penilaian dapat dilihat pada Tabel1

    14.66

    22.41

    9.98

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    0.00 0.10 0.20

    Tin

    gkat

    Pe

    nge

    mb

    anga

    n (

    %)

    Subtitusi Tepung Talas Belitung20 % 10 % 0 %

  • Tabel 1

    Daya Terima Panelis Terhadap Warna, Aroma, Rasa, Tekstur, dan

    Keseluruhaan

    keterangan : notasi yang berbeda menjukan ada perbedaan yang

    signifikan.

    Rata-rata hasil daya terima panelis dapat diketahui penilaian

    panelis terhadap donat dengan variasi subtitusi tepung talas

    belitung dan tepung terigu yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur

    dan keseluruhan adalah sebagai berikut :

    a. Warna

    Warna makanan memegang peranan utama dalam

    penampilan makanan karena merupakan rangsangan pertama

    pada indera penglihatan seseorang. Berdasarkan hasil daya

    terima warna donat dengan subtitusi tepung talas belitung 0%

    berbeda nyata terhadap subtitusi tepung talas belitung 10% dan

    20%. Untuk subtitusi 10% tidak berbeda nyata dengan subtitusi

    20%, ketidak bedaan nyata ini di sebabkan karena donat dengan

    subtitusi tepung talas belitung ini memiliki warna lebih coklat di

    bandingkan dengan subtitusi 0%. Warna ini dipengaruhi oleh

    adanya proses browning atau pencoklatan pada Tepung talas

    belitung pada saat proses pengeringan didalam oven.

    b. Aroma

    Hasil daya terima aroma donat dengan subtitusi tepung

    talas belitung dapat diketahui bahwa subtitusi tepung talas

    belitung 0% berbeda nyata terhadap subtitusi tepung talas belitung

    10% dan 20%. Untuk subtitusi 10% tidak berbeda nyata dengan

    subtitusi 20%, ketidak bedaan nyata ini disebabkan karena donat

    dengan subtitusi tepung talas belitung ini memiliki aroma yang

    langu di bandingkan dengan subtitusi 0%. Aroma langu

    Subtitusi Tepung Talas

    Belitung

    Warna Aroma Rasa Tekstur Keseluruhan

    0% 3,90b

    3,73b

    3,27b

    2,97b

    3,40b

    10% 2,77a

    3,03a

    2,60a

    2,33a

    2,57a

    20% 2,90a

    2,87a

    2,67a

    2,63a

    2,60a

    Nilai p 0,000 0,001 0,016 0,26 0,001

  • disebabkan karena pada waktu pembutan tepung talas belitung,

    granula pati mengalami hidrolisis yang menghasilkan monoskarida

    sebagai bahan baku untuk menghasilkan asam-asam organik

    (Prihatiningrum,2012). Semakin tinggi persentase tepung talas

    belitung yang digunakan maka semakin mempengaruhi aroma

    yang dihasilakan.

    c. Rasa

    Hasil daya terima rasa menunjukan bahwa rasa pada donat

    dengan subtitusi tepung talas belitung 0% berbeda nyata

    terhadap subtitusi tepung talas belitung 10% dan 20%. Untuk

    subtitusi 10% tidak berbeda nyata dengan subtitusi 20% hal ini

    disebabkan karena semakin banyak persentase penambahan

    tepung talas belitung maka akan semakin memiliki rasa dominan

    khas talas belitung.

    d. Tekstur

    Hasil daya terima donat menunjukan bahwa tekstur pada

    donat dengan subtitusi tepung talas belitung 0% menunjukan

    perbedaan dengan subtitusi lainnya, ini di sebabkan karena

    tepung yang dipakai hanya tepung terigu. Tepung terigu memiliki

    ciri khas yaitu mengandung gluten yang tidak dimiliki oleh jenis

    tepung lainnya. . Donat yang disubtitusikan tepung talas belitung

    memiliki tekstur yang berbeda dengan donat yang tidak

    disubtitusikan dengan tepung talas belitung. perbedaan dari

    tekstur donat tanpa subtitusi yaitu lebih empuk dari pada donat

    dengan adanya subtitusi tepung talas belitung.

    e. Kesukaan keseluruhan

    Hasil daya terima donat secara keseluruhan dapat diketahui

    bahwa nilai p pada subtitusi tepung talas belitung sebesar 0,001

    (p

  • KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    1. Donat dengan subtitusi tepung talas belitung 0%, 10% dan

    20% memiliki tingkat pengembangan sebesar 158,5%,

    154.2% dan 134,%.

    2. Tingkat kesukaan konsumen yang paling banyak diminati oleh

    panelis adalah donat dengan subtitusi tepung talas belitung

    20%

    3. Terdapat perbedaan daya terima warna sebesar 3,90, aroma

    3,73, rasa 3,27, tekstur 2,97, dan keseluruhan sebesar 3,40

    dari donat yang dibuat dari subtitusi tepung talas belitung.

    Donat talas ternyata lebih diminati tanpa adanya subtitusi.

    B. Saran

    Penggunaan tepung talas belitung dalam pembutan donat

    sebaiknya digunakan subtitusi 20% dari tepung terigu agar tidak merusak

    tekstur dari donat.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arlene, A., Witono, RJ., Fransisca, M. 2009. Pembuatan Roti Tawar dari Tepung Singkong dan Tepung Kedelai. Simposim Nasional RAPI VIIII. ISSN

    1412-9612 Arifin,Suhartono. 2011. Studi Pembuatan Roti Dengan Subtitusi Tepung Pisang

    Kepok (Musa Paradisica Formatypica). Skripsi. Makassar: Fakultas

    Pertanian, Universitas Hasanuddin. Badan Standarisasi Nasional .2006. Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan.

    SNI 01-3751-2006. Deptan. 2009. Tanaman Pangan. Diakses : 8 November 2012.

    http://tanamanpangan.deptan.go.id/doc upload/Talas.pdf Djaafar, FT., Purwaningsih, H., Rahayu, S. 2008. Pengembangan Diversifikasi

    Pengolahan Umbi- Umbian Dalam Rangka Pemanfaatan Pangan Lokal.

    Balai Pengkajian Pertanian Yogyakarta. Argos vol 10. 1(08) :56-72. Inglett, G.E. & L. Munc. 1980. Cereal for food and Beverag . Dalam Khusniati

    (ed.), Penambahan Tepung Tapioka dalam Pembuatan Roti Tawar denganMenggunakan Ragi. Bogor : Puslitbang Litbang SDH.

    Indarasti, Dias. 2004. Pemanfaatan Tepung Talas Belitung Dalam Pembuatan

    Cookies. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

    Iriyanti, Yuni. 2012. Subtitusi Tepung Ubi Ungu Dalam Pembuatan Roti Manis,

    Donat dan Cake Bread. Proyek akhir. Yogyakarta: Fakultas Teknik,

    Univeritas Negri Yogyakarta. Jamhari, Agus. 2010. Metode Terbaru Membuat Roti Di Rumah, Bandung. Kusmono,. 2002.Panduan Karakterisasi dan Evaluasi. Plasma Nutfah Talas.

    ISBN 979-8393-02-3 Lingga, P. 1989. Bertanam Ubi- Ubian. Penebar Swadaya, Jakarta. Mailgaard. 2002.Sensory Evaluation Techniques-CR. Dalam Ratmawati Devi

    (ed.),Subtitusi Tepung Tempe Pembuatan Kue Bolu Kukus Terhadap Kadar Protein, Tingkat Pengembngan dan Daya Terima.Surakarta

    :Fakultas Ilmu Kesehatan. Maligan, MJ., Nurcholis, M., Esiasih, T., Saparianti, E., Zubaidah, E. 2011. Kripik

    Umbi Inferior Aneka Bentuk & Rasa. Lpm. Malang: Fakultas Teknologi

    Pertanian,Universitas Brawijaya. Manley, D. J. R. 1983. Technology of Biscuit, Crackers And Cookies. Ellis

    Horwood Limited, Chicester.

  • Muchtadi., Sugiyono., Ayustaningwarno, F., 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan

    Pangan. Bogor : Alfabeta. Nurapriani, R. 2010. Optimasi Formulasi Brownis Panggang Tepung Komposit

    Berbasis Talas, Kacang Hijau Dan Pisang.Skripsi. Bogor: Fakultas

    Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saputra, I. 2008. Evaluasi Mutu Gizi Dan Indeks Glikemik Cookies Dan Donat

    Tepung Terigu Yang Disubtitusi Parsial Dengan Tepung Bekatul .Skripsi.

    Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Suyatno. 2010. Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia. Diakses 12

    November 2012. http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2010/04/DKBM-Indonesia.pdf

    Wardani, Puspita., Liviawaty, E., Junianto. 2012.Fortifikasi Tepung Tulang Tuna

    Sebagai Sumber Kalsium Terhadap Tingkat Kesukaan Donat. Jurnal Perikanan dan Kelautan, ISBN 2088-3137

    Wagiyono. 2003. Menguji Kesukaan Secara Organoleptik. Jakarta: Departemen

    Pendidikan Nasional. Widowati, S. 2009. Tepung Aneka Umbi Sebuah Solusi Ketahanan Pangan.

    Balai Besar Penelitian dan Pasca Panen Pertanian. Widyastuti, S., Permatasari, S., Suciyati. 2009. Pengaruh Rasio Tepung Talas

    dan Tepung Terigu Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Mie Basah.

    Prosiding Seminar Nasional FTP UNUD, ISBN 978-602-8659-02-4. Winarno, F.G., 2004. Produk Pangan. Trubus Agirasana, Surabaya. Kimia

    Pangan dan Gizi. PT.Gramedia Utama, Jakarta Winarno, F.G dan Agustinah, W. 2008. Peran Pangan Dan Autism. .