49
PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN KARAKTERISTIK TENTANG PELAKSANAAN DEVELOPMENTAL CARE PADA BBLR DI RSUD KOTA BANDUNG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Disusun Oleh : ELI NURLELA AK.216.013 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG 2019

PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN KARAKTERISTIK TENTANG PELAKSANAAN

DEVELOPMENTAL CARE PADA BBLR DI RSUD KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

ELI NURLELA

AK.216.013

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG 2019

Page 2: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …
Page 3: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

LEMBARPENGESAHAN

JUDUL : PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN

KARAKTERISTIK. TENT ANG PELAKSANAAN

DEVELOPMENTAL CARE PADA BBLR DI RSUD KOTA

BANDUNG

NAMA : ELI NURLELA

NPM : AK.2.16.013

Skripsi ini telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan

Dewan Penguji Skripsi Program Studi Sarjana Keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana Bandung

Pada Tanggal 26 Maret 2019

Mengesahkan

Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana

Penguji I Penguji Il

S.Kp., M.KM Agus Mi'Raj D S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Kes

Fakultas Keperawatan

S 8HAI(

, 1. ► r-, Dekan � .. +("

� 1,

- ,. I �"' UL " z z· / ::,

-, ·�---...i

' .,. t � . \ � ..,� ,._"f'

. �-, -1 .R.·Siti Jti.-ndiah, S.Kp.,M.Kep

,)Y.lPl�

ii

Page 4: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …
Page 5: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

iv

ABSTRAK

Angka kejadian bayi BBLR/prematur terus meningkat di seluruh dunia dan masih menjadi penyebab tunggal dan terbesar kematian neonatal. Lebih dari satu juta meninggal karena berbagai komplikasi dan bayi yang selamat pun banyak mengalami masalah jangka panjang seperti gangguan perkembangan, kerusakan sensoris dan gangguan pertumbuhan. Untuk meminimalkan dampak dari proses perawatan dikembangkan metode asuhan keperawatan yang dikenal dengan developmental care.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap perawat berdasarkan karateristik tentang pelaksanaan Developmental care.

Jenis penelitian menggunakan metode deskriptif dengan populasi perawat yang terlibat di unit perawatan bayi dengan tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling sebanyak 57 orang. Instrumen berupa kuesioner terdiri dari pertanyaan pilihan ganda untuk variabel pengetahuan dan pernyataan dengan menggunakan skala Likert untuk variabel sikap, sebelum dipergunakan instrumen dilakukan uji validitas dan reabilitas terlebih dahulu. Analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif.

Hasil penelitian menunjukan lebih dari setengah perawat yaitu 31 orang (54,4%) berpengetahuan cukup dan kurang dari setengahnya yaitu 23 orang (40,4 %) berpengetahuan baik. Lebih dari setengahnya yaitu 36 orang (56,1 %) tidak mendukung pelaksanaan developmental care. Dengan demikian, diperlukan pendidikan dan pelatihan tentang developmental care guna meningkatkan pengetahuan dan sikap perawat, serta SOP dalam pelaksanaannya.

Kata Kunci : BBLR, Developmental care, Pengetahuan, Sikap.

Daftar Pustaka : 25 Buku (2000-2011)

11 Jurnal (2013-2018)

2 Skripsi (2015)

1 Thesis (2011)

Page 6: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

v

ABSTRACT

The incidence of low birth weight/premature infants continuous to increase throughout the world and is still the single and biggest cause of the neonatal death. More than million die from various complications and survivors also have many long-term problems such as developmental disorders, sensory damage and growth disorders. To minimize the impact of the care process developed a nursing care method know as Developmental Care.

This study aims to describe the nurses knowledge and attitudes based on the characteristics of the implementation of developmental care.

This type of research uses a descriptive method with a population of nurses involved in infant care units with purvosive sampling technique as many as 57 people. Instrument in the form of a questionnaire consisting of multiple choice for knowledge variables and questions using a Likert Scale for attitude. Before the instrument is used, validity and reability tests are conducted first. The analysis used in descriptive.

The result showed that more than half of nurses namely 31 people (54,4%) were sufficiently knowledgeable and less than half were 23 nurses (40,4%) have a good knowledge. More and half of them are 36 people (56,1%) do not support the implementation of developmental. Thus, education and training on developmental care is needed to improve nurses’ knowledge and attitudes and standard operating procedure (SOP) in their implementation.

Key Words : Attitudes, Developmental Care, Knowledge, Low Birth Weight Infant.

Reference : Book 25 (2000 – 2017)

Essay 2 (2015)

Journal 11 ( 2013-2018)

Thesis 1 (2011)

Page 7: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan

karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan, kelancaran serta kemudahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengetahuan dan

Sikap Perawat tentang Pelaksanaan Developmental Care berdasarkan karakteristik

pada BBLR di RSUD Kota Bandung” .

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun sebagai bahan masukan yang bermanfaat demi perbaikan dan

peningkatan diri dalam bidang pengetahuan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar

– besarnya kepada Yth :

1. H. Mulyana SH., M.Pd, M.Kes sebagai ketua Yayasan Adhi Guna

Kencana Bandung.

2. R. Siti Jundiah,S.Kp.,M.Kep sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana Bandung.

3. Lia Nurlianawati, S.Kep.,Ners.,M.Kep sebagai Ketua Program Studi

Sarjana Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung.

4. Denni Fransiska H.M, SKp.,MKep sebagai Pembimbing I, terima kasih

telah bersedia meluangkan waktunya untuk saya, yang telah memberikan

Page 8: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …
Page 9: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………… iii

ABSTRAK .............................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................ vi

DAFTAR ISI ........................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................... x

DAFTAR BAGAN ................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….. . xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka ............................................................................. 10

2.1.1 Konsep Bayi BBLR……………………………………... . 10

2.1.2 Konsep Developmental Care............................................. 17

2.1.3 Konsep Pengetahuan…………………………………….. 25

2.1.4 Konsep Sikap……………………………………………. . 29

Page 10: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

ix

2.2 Kerangka Konseptual .................................................................. 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 37

3.2 Paradigma Penelitian ................................................................... 37

3.3 Variabel Penelitian ...................................................................... 40

3.4 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ............................ 40

3.5 Populasi dan Sampel ................................................................... 42

3.6 Pengumpulan Data ...................................................................... 43

3.7 Langkah – langkah Penelitian ..................................................... 48

3.8 Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................. 49

3.9 Etika Penelitian ........................................................................... 53

3.10 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian………………………………………………… 55

4.2 Pembahasan……………………………………………………. 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……………………………………………………. . 69

5.2 Saran…………………………………………………………... . 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional……………………………………………… 41

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat……………………….. 55

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Perawat………………………………. 56

Tabel 4.3 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Karakteristik ……………….…. 57

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Sikap dan Karakteristik …………………………. 58

Page 12: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

xi

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Konsep……………………………………………. 36

Bagan 3.1 Kerangka Penelitian…………………………………………. 39

Page 13: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 2 Surat Rekomendasi Uji Validitas dan Reabilitas Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bandung

Lampiran 3 Surat Rekomendasi Penelitian Kepala Badan Kesatuan bangsa dan Politik Kota Bandung

Lampiran 4 Surat Ijin melakukan Uji Validitas dan Reabilitas di RSKIA Astana Anyar Bandung

Lampiran 5 Surat Ijin Melakukan Penelitian di RSUD Kota Bandung

Lampiran 6 Catatan Bimbingan Skripsi

Lampiran 7 Lembar Oponen

Lampiran 8 Kisi – kisi Instrumen dan Instrumen Penelitian

Lampiran 9 Lembar Informed Consent

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Lampiran 10 Rekapitulasi Hasil Penelitian

Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup

Page 14: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir,

rata – rata berat bayi normal adalah 3200 gr (usia gestasi 37-41 minggu).

Secara umum, berat badan lahir rendah dan bayi dengan berat badan

berlebih lebih besar risikonya untuk mengalami masalah. Masa gestasi juga

merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup

masa gestasi maka semakin baik kesejahteraan bayi ( Kosim, M Sholeh dkk,

2014).

Angka kelahiran bayi berat badan lahir rendah /prematur terus

meningkat di seluruh dunia. Pada tahun 2013 terdapat 15 % bayi ( lebih dari

20 juta jiwa ) lahir dengan berat badan bayi lahir rendah (UNICEF 2013).

Di seluruh dunia, kelahiran prematur masih menjadi penyebab tunggal dan

terbesar dari kematian neonatal. Lebih dari satu juta meninggal karena

berbagai komplikasi akibat lahir prematur. Bayi yang hidup selamat pun

banyak yang mengalami masalah jangka panjang seperti gangguan

perkembangan, kerusakan sensoris ( kehilangan pendengaran dan kerusakan

penglihatan ), dan gangguan pertumbuhan (Cloherty et al, 2012).

Di Indonesia, kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah masih

cukup tinggi. Data WHO mencatat Indonesia berada di peringkat Sembilan

dunia dengan presentasi BBLR lebih dari 15,5 % dari kelahiran bayi setiap

tahunnya. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan bahwa

presentase balita (0-59 bulan) dengan BBLR sebesar 10,2 % dari

Page 15: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

2

keseluruhan balita di Indonesia. Di Jawa Barat jumlah kelahiran BBLR

sebanyak 2,1 % dari jumlah kelahiran hidup sebanyak 912.729 (18.997)

pada tahun 2012.

Hasil studi pendahuluan di RSUD Kota Bandung tercatat jumlah bayi

BBLR selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Tahun 2015

jumlah bayi BBLR sebanyak 500 bayi, tahun 2016 sebanyak 576 bayi dan di

tahun 2017 meningkat sebanyak 648 bayi. BBLR juga menjadi penyebab

kematian tertinggi pada bayi di RSUD Kota Bandung.

Bayi BBLR merupakan bayi dengan berat badan kurang dari 2500

gram, bayi BBLR mungkin disebabkan oleh bayi kurang bulan (kehamilan

kurang dari 37 minggu), pertumbuhan janin terhambat atau keduanya. Ada

beberapa penyebab kelahiran bayi BBLR baik yang berasal dari faktor janin

maupun faktor maternal (PONEK, 2008).

Bayi dengan berat badan lahir rendah akan sangat rentan terhadap

berbagai risiko diantaranya yaitu ketidakstabilan suhu, kesulitan bernafas,

kelainan gastrointestinal dan nutrisi, imaturitas ginjal, imunologis, kelainan

neurologis, kelainan kardiovaskuler, kelainan hematologis dan gangguan

pada metabolisme (Kosim, M Sholeh, 2014). Pada umumnya bayi berat

badan lahir rendah yang dirawat di ruang perawatan intensif seperti ruang

perinatologi atau ruang NICU rentan terhadap stressor yang dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan (Ramachandran & Dutta,

2013 dalam Asmarawati, 2014). Bayi merespon berbagai jenis rangsang,

lingkungan dan aktivitas di ruang perawatan seringkali menimbulkan

rangsang tidak perlu dan berbahaya bagi bayi. Misalkan tingkat kebisingan

Page 16: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

3

yang dihasilkan alat pemantau / monitor, alarm dan aktivitas unit yang

berhubungan dengan insiden perdarahan intrakranial terutama pada bayi

BBLR dan BBLSR (Wong, 2009).

Penelitian telah menunjukan bahwa bayi dengan berat badan lahir

rendah akan berdampak pada proses pertumbuhan dan perkembangan,

diantaranya tentang perkembangan kognitif usia 8 tahun pada bayi dengan

berat badan lahir rendah menunjukan bahwa bayi dengan berat badan lahir

rendah memiliki skor Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah secara

bermakna dibandingkan dengan bayi berat lahir normal (Mu et al dalam

Zubaidah, 2014). Penelitian Vieira dan Linhares (2011) menemukan bahwa

bayi yang dilahirkan prematur akan mengalami gangguan perkembangan

aspek kognitif, bahasa, motorik, perilaku , kecerdasan, emosional dan

ingatan pada usia prasekolah dan sekolah. Oleh karena itu diperlukan

asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah pada bayi

BBLR dan mencegah efek negatif pada pertumbuhan dan perkembangan

bayi.

Developmental Care pertama kali diperkenalkan oleh Als et al pada

tahun 1986, merupakan intervensi yang dirancang untuk meminimalkan

stress pada bayi yang di rawat di ruang perawatan intensif, dengan

mengontrol rangsang eksternal dengan cara mengurangi kebisingan,

mengurangi pencahayaan, minimal handling, pengelompokan tindakan

asuhan keperawatan, pengaturan posisi dan melibatkan peran orang tua

dalam perawatan yang bertujuan untuk menyediakan lingkungan perawatan

yang mendorong perkembangan bayi prematur dan sakit kritis untuk

Page 17: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

4

meminimalkan potensi jangka pendek dan jangka panjang dari hospitalisasi.

Developmental care penting diterapkan karena seiring dengan

perkembangan perawatan bayi baru lahir dalam mengurangi angka

kematian pada bayi prematur, angka kecacatan cenderung naik. Bayi

prematur menghadapi kondisi kritis dalam menghadapi lingkungan yang

tidak menyenangkan dimana bayi rentan terhadap stress (Lucas, 2015).

Perawatan rutin pada bayi berakibat pada perubahan sirkulasi oksigen dalam

otak dan darah yang dapat berkontribusi pada peningkatan morbiditas pada

bayi, perawatan rutin tersebut diantaranya saat mengganti popok

(mengangkat kaki dan bokong bayi), saat pengisapan ETT, perubahan

posisi, pemeriksaan rutin dan pemberian minum. Developmental care

membantu meminimalisir gangguan tersebut (Cloherty, et al 2012). Perawat

yang bertugas di ruang perawatan bayi penting untuk memahami tentang

bayi BBLR, resiko yang dihadapi, memperhatikan apa yang dilakukan,

sehingga dalam proses perawatan tidak semakin memberikan dampak

negatif terhadap bayi.

Beberapa penelitian menunjukan manfaat yang besar pada neonatus

yang diberikan developmental care diantaranya menyatakan bahwa

developmental care dapat mengurangi lama rawat dan meningkatkan berat

badan bayi tidak hanya dapat meningkatkan perkembangan otak bayi tetapi

juga dapat mengurangi stress dan meningkatkan kepuasan keluarga dan

perawat (Browne dalam Zubaedah, 2014). Developmental care dapat

memfasilitasi perkembangan bayi berat badan lahir rendah melalui

keteraturan fungsi fisiologis dan pencapaian tidur tenang lebih banyak

Page 18: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

5

(Idriansari, 2011). Manfaat developmental care pada BBLR sangat

membantu agar bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal,

sehingga perlu diterapkan di ruang perawatan bayi.

Perawat memegang peranan penting dalam pemberian asuhan

perkembangan terhadap bayi dengan berat badan lahir rendah yang dirawat,

dengan melaksanakan proses keperawatan dari mulai pengkajian sampai

dengan evaluasi. Asuhan keperawatan pada bayi risiko tinggi mengharuskan

perawat untuk mampu mengidentifikasi tanda dan respon stress pada bayi

serta menentukan tujuan dan intervensi yang tepat (Cloherty et al, 2012),

sehingga diperlukan pengetahuan dan sikap yang baik dari petugas yang

terlibat dalam menangani bayi BBLR. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Zubaedah (2014) tentang hubungan pengetahuan dengan sikap perawat

dalam merawat bayi BBLR menunjukan 59,1 % perawat memiliki

pengetahuan yang baik mengenai tumbuh kembang dan 50 % perawat

memiliki perilaku positif dalam merawat bayi BBLR. Secara statistik

terdapat korelasi signifikan antara pengetahuan perawat dengan perilaku

merawat bayi BBLR (p=0,000), sehingga pengetahuan menjadi dasar yang

penting bagi perawat.

Di Indonesia penerapan developmental care telah dilakukan di beberapa

rumah sakit yaitu penelitian yang dilakukan oleh Herliana (2011) tentang

pengaruh developmental care terhadap nyeri akut pada bayi prematur yang

dilakukan tindakan invasif di RSU Tasikmalaya dan Ciamis menunjukan

adanya perbedaan yang signifikan pada respon nyeri akut sebelum dan

sesudah developmental care. Indriansari (2011) dalam penelitiannya tentang

Page 19: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

6

pengaruh developmental care terhadap fungsi fisiologis dan perilaku tidur

terjaga bayi BBLR di RSUP Fatmawati menyatakan bahwa developmental

care dapat memfasilitasi pencapaian fase istirahat yang lebih baik (yang

ditandai dengan keteraturan fungsi fisiologis dan pencapaian perilaku tidur

tenang) , sehingga intervensi perlu diterapkan dalam perawatan BBLR di

ruang perawatan bayi, dimulai dengan menganalisa sejauh mana perawat

memahami tentang asuhan perkembangan, kemudian adanya pelatihan staf

hingga dapat diaplikasikan di ruangan.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung merupakan rumah sakit

yang berada di wilayah timur kota Bandung, merupakan salah satu rumah

sakit rujukan yang sering merawat bayi dengan risiko tinggi. Terdapat 3

ruangan yang terlibat dalam merawat bayi dengan risiko tinggi, salah

satunya bayi BBLR yaitu ruang Melati, ruang Sakura Neo dan ruang NICU

bagi bayi yang membutuhkan perawatan intensif. Jumlah perawat di tiga

ruangan tersebut sebanyak 61 0rang. Berdasarkan wawancara terhadap 5

perawat yang bertugas di ruang perawatan bayi dan intensif di RSUD Kota

Bandung mengatakan bahwa mereka belum mengetahui tentang asuhan

perkembangan atau Developmental Care seperti pengaturan cahaya dan

kebisingan, mereka juga belum mendapatkan informasi khusus tentang

developmental care. Informasi tentang pelaksanaan developmental care

seperti nesting, minimal handling dan menutup inkubator diperoleh dari

hasil seminar perawat tentang bayi atau dari dokter yang kemudian

diterapkan di ruangan perawatan. Perawat yang pernah mengikuti seminar

tentang developmental care ada 1 orang, kemudian 2 orang pernah

Page 20: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

7

mengikuti seminar tentang perawatan bayi sakit kritis dan di dalamnya

terdapat materi tentang developmental care. Namun belum ada perawat

yang secara khusus mendapatkan informasi tentang developmental care

karena pelatihan tersebut tidak selalu ada dan perawat yang mengikuti

pelatihan maupun seminar dilakukan secara bergantian.

Sebagian kegiatan asuhan yang sudah dilakukan yaitu penggunaan

nesting, diberlakukannya minimal handling, menutup inkubator dan

dilakukannya pengelompokan tindakan keperawatan dengan melakukan

tindakan-tindakan keperawatan dalam satu waktu, namun belum ada

protokol khusus tentang pencahayaan di ruangan, tingkat kebisingan yang

sesuai kebutuhan bayi prematur dan protokol meminimalkan nyeri pada bayi

premature. Pendekatan yang tidak tepat akan menyebabkan gangguan

pertumbuhan dan perkembangan pada bayi prematur. Pendekatan metode

developmental care dalam pemberian asuhan yang komprehensif dan

terarah kepada bayi prematur diharapkan mampu memfasilitasi

pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi lebih baik. Asuhan

perkembangan sebenarnya telah dilakukan di ruangan namun belum

semuanya dapat diterapkan seperti untuk pengaturan pencahayaan dan

kebisingan baik itu yang berasal dari peralatan maupun staf di ruang

perawatan melalui percakapan dengan suara keras dan apapun yang dapat

menimbulkan suara di atas batas yang telah ditentukan.

Berdasarkan hal tersebut penting bagi seorang perawat untuk

memahami tentang bayi BBLR dan asuhan perkembangan agar dapat

memberikan pelayanan yang bermutu dan meminimalkan dampak negatif

Page 21: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

8

terhadap bayi baik jangka pendek maupun di masa yang akan datang

sehingga bayi tidak hanya mampu bertahan hidup, tetapi juga mempunyai

kualitas hidup yang baik. Perawat harus mengetahui dan memahami prinsif

– prinsif dalam developmental care karena merupakan hal penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan. Ada beberapa hal yang dapat

mempengaruhi pengetahuan dan sikap perawat dalam pelaksanaan

developmental care seperti umur, pendidikan dan lama kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan dan sikap perawat berdasarkan

karakteristik tentang pelaksanaan Developmental Care bayi BBLR di

RSUD Kota Bandung?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan

sikap perawat berdasarkan karakteristik (umur, pendidikan dan

lama kerja) tentang pelaksanaan Developmental Care bayi BBLR

di RSUD Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengetahuan perawat berdasarkan karakteristik

(umur, pendidikan dan lama kerja) tentang pelaksanaan

developmental care pada bayi BBLR di RSUD Kota Bandung.

Page 22: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

9

2. Mengetahui sikap perawat berdasarkan karakterisik (umur,

pendidikan dan lama kerja) tentang pelaksanaan developmental

Care pada bayi BBLR di RSUD Kota Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

mengembangkan ilmu pengetahuan keperawatan tentang

developmental care serta manfaat pelaksanaannya terhadap bayi

BBLR.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

institusi untuk dapat lebih meningkatkan kemampuan staf dalam

menerapkan developmental care di ruang perawatan bayi

khususnya bayi BBLR dengan mengadakan pelatihan-pelatihan

khusus tentang developmental care, diadakannya sarana

prasarana yang dapat mendukung pelaksanaan developmental

care serta dasar dalam pembuatan SOP.

b. Bagi Perawat

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

pertimbangan bagi perawat dalam rangka meningkatkan ilmu

dan pengetahuannya tentang developmental care khususnya

pada bayi BBLR, sehingga perawat dapat memberikan

pelayanan terbaik bagi bayi BBLR.

Page 23: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Konsep Bayi Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR )

1) Pengertian

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan

dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang usia gestasi (Kosim,

M Sholeh dkk, 2014). BBLR merupakan bayi yang lahir dengan

memiliki berat kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram.

Dalam penentuan bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat beberapa

istilah yang perlu diketahui, seperti prematuritas murni dan dismatur.

Prematur merupakan bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu

dengan berat badan sesuai dengan usia kehamilan. Dismatur merupakan

bayi yang lahir dengan berat badan seharusnya untuk usia kehamilan

(Hidayat, 2009).

Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi dengan berat

badan 2500 gram atau kurang pada saat lahir. Bayi BBLR ini dianggap

mengalami kecepatan pertumbuhan intrauterin kurang dari yang

diharapkan atau pemendekan usia gestasi .kelahiran preterm dan BBLR

umumnya terjadi bersamaan (Bobak , Lowdermilk & Jensen, 2005).

2) Etiologi

Penyebab terjadinya bayi BBLR menurut Ridha (2014) adalah:

Page 24: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

11

a) Bayi dengan BBLR dilahirkan secara prematur, 50% kemungkinan

penyebabnya adalah kehamilan ganda, hidramnion, perdarahan

antepartum atau penyakit pada wanita hamil.

b) Bayi dengan Small for gestasional age (SGA) / kecil masa

kehamilan, kemungkinan disebabkan oleh kongenital, infeksi atau

adanya gangguan aliran darah ke janin.

Adapun penyebab terjadinya bayi dengan BBLR yang merupakan faktor

yang dapat menyebabkan kedua hal tersebut adalah:

a) Sosial ekonomi rendah

b) Merokok sewaktu hamil

c) Narkotik

d) Kurang gizi

e) Ibu pendek (tinggi < 150 cm)

f) Bahan-bahan teratogen

g) Gangguan metabolisme pada janin

3) Klasifikasi bayi BBLR

Menurut Ridha, H Nabil ( 2014 ) BBLR diklasifikasikan menjadi:

a) Cukup bulan (37-41 minggu), postterm (> 42 minggu) akan tetapi

memiliki berat badan < 2500 gr disebut kecil masa kehamilan

(KMK).

b) Kurang bulan (28 - < 37 minggu) dengan berat badan sesuai usia

kehamilan.

c) Kurang bulan (28 - < 37 minggu) dengan berat badan kurang dari

usia kehamilan bisa terjadi prematur murni + KMK

Page 25: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

12

4) Masalah pada bayi BBLR

Masalah lebih sering dijumpai pada bayi kurang bulan dan BBLR

dibanding dengan bayi cukup bulan dan berat badan lahir normal.

Masalah pada bayi BBLR terutama kurang bulan merupakan konsekuensi

dari ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Hal ini perlu

diantisipasi pada saat neonatal untuk mengurangi stress fisik maupun

psikologis (Wong, 2008). Bayi dengan BBLR mempunyai

kecenderungan ke arah peningkatan infeksi dan mudah terserang

komplikasi. Adapun masalah-masalah tersebut menurut Kosim, M

Sholeh dkk (2014) , yaitu:

a) Ketidakstabilan suhu

Kesulitan mempertahankan suhu tubuh ini diakibatkan oleh

peningkatan hilangnya panas, kurangnya lemak subkutan, rasio luas

permukaan terhadap berat badan yang besar dan produksi panas

berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan

ketidakmampuan menggigil.

b) Kesulitan pernafasan

Penyebabnya yaitu defisiensi surfaktan paru yang mengarah

pada penyakit membran hialin, risiko aspirasi akibat belum

terkoordinasinya refleks batuk, refleks menghisap dan refleks

menelan. Kesulitan pernafasan juga dikarenakan thorax yang dapat

menekuk dan otot pembantu respirasi yang lemah, selain itu juga

adanya pernafasan periodik dan apnea.

Page 26: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

13

c) Kelainan gastrointestinal dan nutrisi

Masalah dalam sistem ini adalah refleks isap dan menelan yang

kurang baik terutama untuk usia gestasi < 34 minggu, motilitas usus

menurun, pengosongan lambung tertunda, pencernaan dan absorpsi

vitamin yang larut dalam lemak burang, meningkatnya resiko EKN.

d) Imaturitas hati

Konyugasi dan ekskresi bilirubin terganggu serta defisiensi

faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K.

e) Imaturitas ginjal

Masalah yang sering terjadi yaitu ketidakseimbangan elektrolit,

misalnya hiponatremi atau hipernatremi, hiperkalsemia atau

glikosuria.

f) Imaturitas imunologis

Risiko infeksi pada bayi tinggi akibat tidak banyak transfer IgG

maternal melalui plasenta selama trimester ke tiga, fagositosis

terganggu dan penurunan faktor komplemen.

g) Kelainan neurologis

Masalah – masalah yang sering terjadi diantaranya refleks isap

dan telan yang imatur, penurunan motilitas usus, apnea dan

bradikardi berulang, pengaturan perfusi serebral yang buruk,

Hypoxic ischemi enchepalopathy ( HIE ), retinopati prematuritas dan

kejang

Page 27: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

14

h) Kelainan kardiovaskuler

Patent ductus arteriosus (PDA) merupakan hal umum yang

ditemui pada bayi kurang bulan.

i) Kelainan hematologis

Terjadinya anemia, hiperbilirubinemia, Disseminated

intravascular coagulation (DIC), Hemorrhagic disease of the

newborn (HDN).

j) Metabolisme

Adanya hipokalsemia, hipoglikemia atau hiperglikemi.

Kelahiran prematur merupakan penyebab utama terjadinya

BBLR, oleh sebab itu sulit memisahkan masalah yang timbul akibat

kelahiran prematur dan masalah yang timbul karena BBLR. Semakin

rendah berat bayi ketika lahir , semakin tinggi risiko untuk mengalami

komplikasi.

5) Penatalaksanaan bayi BBLR

Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai

kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematur dan BBLR maka

perawatan ditujukan pada pengaturan suhu, pemberian makanan bayi,

ikterus, pernafasan, hipoglikemi dan pencegahan infeksi (Maryunani &

Puspita, 2013).

a) Pengaturan suhu tubuh ( termoregulasi )

Termoregulasi merupakan keseimbangan antara kehilangan

panas dan produksi panas tubuh. Tujuan utamanya adalah

mengendalikan lingkungan untuk mempertahankan lingkungan suhu

Page 28: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

15

netral dan meminimalkan pengeluaran energi. Neonatus berisiko

terkena hipotermi atau hipertermi karena mekanisme pengaturan

suhu yang tidak sempurna. Tindakan yang dapat dilakukan adalah

dengan mempertahankan suhu tubuh normal dengan merawat bayi

dalam inkubator, mempertahankan kestabilan kebutuhan oksigen

(Hidayat, 2009).

b) Pemberian makanan

Pada bayi BBLR pemberian makanan harus menghindari

kelelahan dan aspirasi. Pemberian makanan harus dengan hati – hati

dan sedikit demi sedikit. Jika bayi sehat, timbul gerakan pengisapan

dan tidak dalam kondisi distress, pemberian makanan oral dapat

diusahakan. Sebagian bayi dengan berat badan kurang dari 1500

gram memerlukan pemberian makanan melalui pipa karena tidak

mampu mengkoordinasikan pernafasan, pengisapan dan menelan.

Jika pemberian makanan oral untuk masa waktu yang lama tidak

memungkinkan, makanan intravena total dapat memberikan

makanan yang cukup, kalori, asam amino, elektrolit dan vitamin

untuk mempertahankan pertumbuhan pada bayi BBLR (Behrman et

al, 2000).

c) Pernafasan / Dukungan respirasi

Monitor status respirasi termasuk frekuensi dan pola

pernafasan bayi untuk menidentifikasi adanya tanda dan gejala dari

distress pernafasan (Klossner & Hatfield, 2006). Tujuan primer

dalam asuhan bayi dengan resiko tinggi adalah mencapai dan

Page 29: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

16

mempertahankan respirasi. Terapi oksigen diberikan berdasarkan

kebutuhan dan penyakit bayi (Wong, 2009).

d) Pencegahan infeksi

Bayi prematur memiliki kerentanan terhadap infeksi, sehingga

mengharuskan petugas untuk melakukan tindakan pencegahan

seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah penanganan bayi,

mencegah kontaminasi udara dengan membatasi kontak orang yang

terinfeksi dengan lingkungan bayi (Behrman et al, 2000).

e) Ikterus

Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim

hatinya belum matur dan bilirubin tak terkonjugasi tidak

dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu. Icterus dapat

diperberat dengan polisitemia, memar hemoliasis dan infeksi karena

hiperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus, maka warna

bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa jika ikterus muncul

dini atau lebih cepat berwarna coklat (Maryunani & Puspita, 2013).

f) Hipoglikemi

Hipoglikemi mungkin muncul pada bayi prematur sakit

dengan berat badan lahir rendah. Dengan demikian, harus

diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah

(Maryunani & Puspita, 2013).

6) Peran perawat terhadap bayi BBLR

Perawat adalah salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja

dengan anak dan orang tua. Beberapa peran penting seorang perawat

Page 30: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

17

anak yaitu sebagai pembela, pendidik, konselor, koordinator, pembuat

keputusan etik, perencana kesehatan, pembina hubungan terapeutik,

evaluator dan peneliti (Supartini, Yupi 2014).

Perawat berada pada posisi kunci sebagai koordinator pelayanan

kesehatan karena 24 jam berada di samping pasien. Perawat memegang

peranan penting dalam mempersiapkan orang tua agar mereka mampu

secara mandiri untuk merawat bayinya di rumah. Oleh sebab itu,

persiapan perawat di rumah sakit telah dilakukan melalui pelatihan dan

pendampingan agar mempunyai kemampuan agar memberikan asuhan

yang terbaik bagi bayi dan keluarganya. Perilaku perawat yang dapat

membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan dasarnya adalah

dukungan emosional, pemberdayaan keluarga, kebijakan ruangan yang

memungkinkan orang tua hadir dan pendidikan kesehatan bagi orang tua

(Cleveland dalam Wanda, et al 2014).

Menurut Zubaedah 2014 perawat berperan penting dalam

meminimalisir pengaruh hospitalisasi pada bayi dengan berat badan lahir

rendah ( BBLR ), tapi banyak perawat yang belum memiliki pengetahuan

yang cukup mengenai asuhan perkembangan.

2.1.2 Konsep Asuhan Perkembangan ( Developmental Care )

1) Definisi

Developmental care merupakan asuhan yang memfasilitasi

perkembangan bayi melalui pengelolaan lingkungan perawatan dan

observasi perilaku sehingga bayi mendapatkan stimulus lingkungan yang

adekuat (Lissauer & Fanarrof, 2009, Megauire et al, 2009 dalam Utami,

Page 31: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

18

2015). Developmental care merupakan intervensi yang dirancang untuk

meminimalkan stress pada bayi yang dirawat di ruang perawatan intensif

(Lucas, 2015). Asuhan ini bertujuan untuk mengenali kerentanan fisik,

psikologi dan emosional bagi bayi prematur atau bayi sakit.

Developmental care meliputi modifikasi lingkungan bagi bayi, belajar

untuk membaca dan merespon perilaku bayi untuk memenuhi kebutuhan

bayi (Horner, 2010). Tujuan dari penerapan developmental care adalah

untuk mendukung stabilitas sistem otonom, mengintervensi melalui

sistem motorik dan menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan

pengaturan diri (Cloherty et al, 2012).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

developmental care adalah suatu upaya modifikasi lingkungan dan

berespon terhadap perubahan perilaku bayi untuk meminimalkan efek

jangka pendek maupun jangka panjang terhadap bayi.

2) Tehnik dalam Developmental Care

Beberapa tehnik atau intervensi yang dapat dilakukan dalam upaya

mengelola lingkungan perawatan dalam Developmental Care yaitu

dengan mengontrol stimulus eksternal, melibatkan keluarga dalam

perawatan dan mengenali tanda dan gejala yang diberikan oleh bayi

(Lucas, 2015).

a) Mengontrol Stimulus Eksternal dilakukan dengan cara :

(1) Minimal handling dan pengelompokan tindakan

Minimal handling dilakukan dengan cara memberikan waktu

istirahat dan tidur bagi bayi tanpa adanya gangguan dari aktivitas

Page 32: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

19

pengobatan, perawatan dan pemeriksaan lainnya dengan cara

sedikit mungkin memberikan penanganan pada bayi atau

memungkinkan penanganan bayi untuk beberapa tindakan dalam

satu waktu. Adapun tindakan minimal handling adalah tindakan

reposisi dan jadwal pemberian obat dalam periode waktu yang

bersamaan, meminimalisir tindakan membuka dan menutup

inkubator untuk hal yang tidak perlu, dan pemberian jam tenang

(Maguire et al, 2008, Hockenberry & Wilson, 2009).

(2) Pengaturan posisi dan penggunaan nesting

Tentukan posisi yang serupa dengan posisi intrauterin,

berikan batasan dengan menggunakan nesting yang berguna

untuk menghemat penggunaan energi dan menurunkan stres.

Posisikan bayi fleksi (meringkuk) dengan kedua tangan fleksi

kearah garis tengah tubuh, sedekat mungkin dengan wajah/mulut,

pinggul dan kedua lutut dalam posisi fleksi. Posisi yang

dianjurkan untuk bayi adalah posisi prone karena dapat

meningkatkan oksigenasi, memfasilitasi tidur yang tenang dan

meningkatkan kenyamanan. Posisi Supine tidak

direkomendasikan karena bayi lebih mudah terkejut, output kalori

lebih, dan tidur lebih sering terganggu (Indonesian pediatric

critical care, 2016).

Pemasangan nesting atau sarang yang mengelilingi bayi dan

posisi fleksi merupakan aspek lain dari asuhan perkembangan.

Nesting merupakan suatu alat yang digunakan pada bayi prematur

Page 33: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

20

atau BBLR yang terbuat dari bahan flanil sesuai panjang badan

bayi untuk meminimalkan pergerakan bayi. Nesting sebagai salah

satu strategi untuk memfasilitasi dan mempertahankan posisi

normal fleksi. Nesting dapat menopang tubuh bayi dan juga

sekaligus memberi bayi tempat yang nyaman (Lissauer &

Panaroff, 2009 dalam Utami 2015).

Posisi fleksi bayi baru lahir diduga sebagai sistem pengaman

untuk mencegah kehilangan panas karena sikap ini mengurangi

pemajanan permukaan tubuh pada suhu lingkungan (Bobak dkk,

2005). Penggunaan nesting terbukti memberikan pengaruh

terhadap perubahan fisiologis dan perilaku bayi, nesting

mengurangi gerakan tiba – tiba yang dapat meningkatkan stress

pada bayi, nesting mencegah pelepasan panas pada bayi, juga

terdapat perbedaan signifikan pada nilai saturasi oksigen (Zen

Nurbaeti D, 2017). Langkah pembuatan nesting adalah sebagai

berikut (Lucas, 2015) :

1. Siapkan handuk atau kain bersih kemudian gulung seperti

huruf U.

2. Tambahkan handuk kedua, gulung sesuaikan dengan bayi.

3. Tutup dengan kain lembut kemudian selipkan.

4. Letakan bayi di dalam nesting.

(3) Mengurangi kebisingan

Kebisingan lingkungan perawatan berkontribusi terhadap

peningkatan hormon stress pada bayi BBLR, sehingga stretegi

Page 34: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

21

Developmental care untuk menurunkan stress pada bayi yang

bersumber pada kebisingan ruang perawatan yaitu dengan

menggunakan penutup telinga, berbicara lembut saat berada dekat

dengan inkubator apalagi saat terbuka. Atur alarm dengan tepat

dan aman, kurangi volume telepon, jangan ada radio (bayi< 37

minggu), menutup pintu inkubator dengan perlahan, jangan

mengetuk atau memukul inkubator, dan mencegah bagian atas

inkubator sebagai tempat menulis atau area penyimpanan (Lucas,

2015). Pengukuran kebisingan suara dapat dapat dilakukan

dengan alat tertentu dan hendaknya menjadi Standar Operasional

tetap di rumah sakit dan dilakukan secara berkala. Tingkat

kebisingan yang direkomendasikan adalah < 55 dB.

(4) Pengaturan cahaya

Alasan untuk menjaga tidur bayi untuk meningkatkan

pertumbuhan dan mengurangi paparan cahaya yang tidak terbatas

untuk menjaga pupil bayi sampai bayi berusia 32 minggu.

Caranya dengan menggunakan penutup inkubator, untuk bayi <

32 minggu selama 24 jam, mulai 32 minggu bayi secara bertahap

terkena cahaya yaitu saat terjaga, selama kontak kulit dan saat

pemberian tindakan keperawatan (Lucas, 2015).

Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai pengaruh

pemakaian penutup inkubator terhadap lama tidur tenang yang

dicapai oleh bayi prematur, yaitu terdapat hubungan yang positif

Page 35: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

22

usia kronologis terhadap rerata lama tidur tenang (Westes, 2001

dalam Indriansari, 2011).

Intervensi yang dapat dilakukan dalam mendukung

developmental care diantaranya dengan memfasilitasi tidur

menciptakan suasana malam hari untuk meningkatkan pola tidur

bayi, yaitu dengan menutup inkubator dengan kain penutup.

(5) Lindungi bayi dari bau yang berbahaya

Dapat memberikan dampak negatif pada sensasi penciuman

dan rasa. Tindakan yang dapat dilakukan adalah hindari membuka

alcohol dan antiseptik dekat dengan bayi dan hindari penggunaan

farfum dengan aroma kuat (Lucas, 2015).

b) Melibatkan Orang Tua dalam Perawatan bayi

Merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan, hal ini dapat

berupa kunjungan orang tua yang tidak dibatasi, skin to skin contact

atau yang dikenal juga dengan perawatan metoda kangguru. Dimana

keduanya sangat penting untuk mendukung proses adaptasi bayi dan

orangtua terhadap kehadiran dan penerimaan satu sama lain

(Maguire et al, 2008, Hockenberry & Wilson, 2009). Hal ini juga

dapat dilakukan dengan mendorong orangtua terlibat dalam

perawatan, bantu mengenali tanda yang diberikan bayi. (Lucas,

2015). Metode kangguru berpengaruh terhadap fungsi fisiologis bayi

prematur, yaitu terdapat perbedaan bermakna terhadap suhu, nilai

saturasi oksigen dan frekuensi jantung bayi dengan pelaksanaan

metode kangguru, selain itu juga pelaksanaan metode kangguru

Page 36: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

23

meningkatkan kepercayaan ibu dalam merawat bayinya (Syamsu

FA, 2013).

Skin to skin contact (kangaroo care) memberikan dampak pada

ibu berupa meningkatkan kepercayaan diri ibu, meningkatkan

hubungan ibu bayi dan meningkatkan produksi asi. Dampak pada

bayi yaitu rasa nyeri dan stress lebih sedikit, meningkatkan self –

regulation (kemampuan bayi untuk mendapat, mempertahankan,

memperoleh kembali keseimbangan dan relaksasi) serta

memfasilitasi pertumbuhan dan maturasi (Indonesian Pediatric

Critical care, 2016).

c) Kenali tanda dan Isyarat dari bayi

Perawat selayaknya memiliki kemampuan dalam mengenali

perilaku bayi karena merupakan dasar pemberian asuhan

perkembangan. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan

perawatan yang sesuai dengan kebutuhan setiap individu bayi.

Perubahan dalam keseimbangan fisiologis, tingkat kewaspadaan,

aktivitas motorik dan perhatian merupakan petunjuk yang dapat

digunakan perawat untuk menilai kemampuan bayi beradaptasi

terhadap suatu kondisi. Beberapa contoh perilaku yang dapat diamati

oleh perawat dari bayi yang mengidentifikasikan stress pada bayi

yaitu punggung melengkung ke belakang, mengerutkan kening, jari

tangan dan kaki menyebar, menyodorkan kaki dan tangan di udara,

berpaling, cegukan, perubahan mendadak dari denyut jantung dan

Page 37: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

24

pernafasan, kaku, cemberut, dan gerakan melambaikan tangan

(Lucas, 2015).

Intervensi dapat dilakukan setelah kita mengenali beberapa

perilaku yang diberikan bayi, diantaranya pengaturan posisi nyaman

untuk bayi dengan penggunaan nesting atau membedong bayi,

dukung periode istirahat bayi dan kurangi gangguan saat tidur,

minimalisir stress, posisi tidur dengan tangan mendekati wajah atau

mulut ( Cloherty et al, 2012 ).

Strategi pelaksanaan developmental care dilakukan saat pemberian

tindakan pada bayi dapat memberikan perasaan aman, menghemat energi

dan bayi lebih tahan terhadap stres. Hal ini dilakukan dengan cara

berbicara lembut dengan bayi saat akan melakukan tindakan, menyentuh

bayi dengan yakin dan lembut, menyentuh tangan atau jari, menyilangkan

tangan melewati garis tengah dan memposisikan bayi dengan kedua kaki

fleksi, membalikan tubuh bayi dengan lembut dan perlahan.

3) Dampak Developmental Care

a) Mengurangi lama rawat dan meningkatkan berat badan bayi.

b) Mengurangi stres dan nyeri pada bayi.

c) Meningkatkan kepuasan keluarga dan perawat.

d) Menjaga stabilitas fungsi fisiologis bayi.

e) Mengurangi resiko perdarahan intraventrikular.

f) Skin to skin contact meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi.

g) Memfasilitasi pertumbuhan dan maturasi bayi.

h) Meningkatkan perkembangan otak.

Page 38: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

25

2.1.3 Konsep Pengetahuan

1) Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “ tahu “ dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2012). Pada

waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian

besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran

(telinga) dan indra penglihatan (mata).

2) Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dalam ranah kognitif mempunyai 6 tingkatan

(Notoatmodjo, 2012), yaitu :

a) Tahu ( Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik

dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

Page 39: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

26

b) Memahami ( Comprehention )

Memahami artinya sebagai kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat

menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah faham

terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu

objek yang dipelajari.

c) Aplikasi ( Application )

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi ataupun kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi di sini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau menggunakan hukum –

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain. Misalkan dapat menggunakan rumus statistik

dalam perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip

problem solving dalam pemecahan masalah.

d) Analisis ( Analysis )

Kemampuan untuk menyatakan materi suatu objek kedalam

komponen – komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Indikasi bahwa

seseorang sudah sampai pada tingkat analisa adalah apabila orang

tersebut sudah dapat membedakan atau memisahkan,

mengelompokan membuat diagram ( bagan ) terhadap pengetahuan

atas bbjek tersebut.

Page 40: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

27

e) Sintesis ( Syntesis )

Menunjukan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan

sebagainya terhadap suetu teori atau rumusan yang telah ada.

f) Evaluasi ( Evaluation )

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma – norma yang

berlaku di masyarakat.

3) Cara memperoleh Pengetahuan

a) Cara kuno untuk mendapatkan pengetahuan

Terdiri dari cara coba salah yaitu dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan lain

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Selanjutnya adalah cara

kekuasaan atau otoritas yang dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal. Terakhir yaitu

berdasarkan pengalaman pribadi dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi di masa lalu.

Page 41: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

28

b) Cara modern dalam mendapatkan pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular

disebut metodologi penelitian.

4) Proses Perilaku “Tahu” menurut Rogers (1974)

a) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian

dan tertarik pada stimulus.

c) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan

mempertimbangan baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut terhadap dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik.

d) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

e) Adaptation (adaptasi), perubahan terhadap sesuatu yang baru

setelah ada uji coba dan merasakan manfaatnya.

5) Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a) Faktor Internal

Faktor internal terdiri dari pendidikan, pekerjaan, umur. Pendidikan

berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-ciata tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan ini diperlukan

untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang

kesehatan. makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah

Page 42: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

29

menerima informasi. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan juga

termasuk umur. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan faktor budaya.

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Sistem sosial

budaya yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap

dalam menerima informasi.

6) Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu:

a) Baik : 76 % - 100 %

b) Cukup : 56 % - 75 %

c) Kurang : < 56 %

2.1.3 Konsep Sikap

1) Pengertian

Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen

sosiopsikologis yang mempengaruhi perilaku manusia, karena

merupakan kecenderungan bertindak dan berpersepsi. Menurut

Thurstone dkk sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi

perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan

mendukung atau memihak (Favorable) maupun perasaan tidak

Page 43: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

30

mendukung atau memihak (Unfavorable) pada objek tersebut. Sikap

juga merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo dalam Wawan, 2010).

Sedangkan menurut Heri Purwanto dalam Wawan (2010) sikap adalah

pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk

bertindak sesuai objek tadi.

2) Karakteristik Sikap

Sikap merupakan kecenderungan berfikir, berpersepsi dan

bertindak. Sikap merupakan kesiapan tatanan saraf (neural setting)

sebelum memberikan respon konkret. Beberapa karakter sikap yaitu

sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi, sikap relatif lebih

menetap dibanding emosi dan fikiran, sikap mengandung aspek

penilaian atau evaluatif terhadap objek.

3) Komponen sikap

Menurut Azwar S (2016) struktur sikap terdiri dari 3 komponen

yang saling mendukung yaitu komponen kognitif yang berisi

kepercayaan individu mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar

bagi objek sikap, komponen ini berkaitan dengan pengetahuan,

pandangan atau keyakinan. Kepercayaan dapat terus berkembang.

Pengalaman pribadi, apa yang diceritakan orang lain dan kebutuhan

emosional kita sendiri merupakan determinan dalam pembentukan

kepercayaan. Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang

berkaitan dengan apa yang diketahui manusia, merupakan olah fikiran

Page 44: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

31

manusia atau seseorang terhadap kondisi eksternal atau stimulus yang

menghasilkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).

Komponen afektif yang merupakan perasaan yang menyangkut

aspek emosional, menyangkut rasa senang dan tidak senang terhadap

objek sikap. dan komponen konatif yang merupakan aspek

kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki

seseorang. Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukan bahwa

komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat

dilihat secara tidak langsung saja, akan tetapi meliputi pola bentuk

perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh

seseorang ( Azwar, 2016).

4) Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2014) seperti halnya pengetahuan, sikap

juga mempunyai tingkatan-tingkatan berdasarkan intensitasnya sebagai

berikut:

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima

stimulus yang diberiksn (objek).

b) Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c) Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya

Page 45: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

32

dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau

menganjurkan orang lain merespon.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab

terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah

mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus

berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan

atau ada resiko lain.

5) Sifat sikap

Heri Purwanto dalam Wawan (2010) menyatakan bahwa sikap

dapat bersifat positif dimana kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi dan mengharapkan objek tertentu. Sedangkan sifat negatif

terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan

tidak menyukai objek tertentu.

6) Ciri-ciri sikap

Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto dalam wawan (2010)

bahwa sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan dalam hubungan dengan objeknya.

Sikap dapat berubah-ubah, sikap tidak berdiri sendiri dan sikap

mempunyai segi – segi motivasi dan segi-segi perasaan.

7) Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

a) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Apa yang telah dan

Page 46: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

33

sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi

penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Middlebrook 1974

dalam Azwar 2016 mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman

sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan

membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan komponen sosial yang ikut

mempengaruhi sikap. Umumnya individu cenderung memiliki

sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang lain yang

dianggap penting. Diantara orang yang biasanya dianggap penting

yaitu orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman

sebaya, teman dekat, guru dll. Pembentukan sikap yang

dikarenakan orang penting juga terdapat pada hubungan atasan

bawahan.

c) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari,

kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap

berbagai masalah.

d) Media massa

Sebagai sarana komuikasi, berbagai bentuk media massa

mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan orang. Media massa membawa pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya

Page 47: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

34

informasi baru mengenai sesuatu hal dapat memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga ini mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep

moral dalam diri individu.

f) Faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap dtentukan oleh situasi lingkungan atau

pengalaman pribadi, kadang juga didasari oleh emosional. Namun,

sikap demikian sikap tersebut merupakan sikap yang sementara.

Suatu contoh sikap yang didasari emosional adalah prasangka.

Prasangka seringkali merupakan bentuk negatif yang didasari oleh

kelainan kepribadian pada orang – orang yang sangat frustasi.

Sikap positif terhadap nilai – nilai kesehatan tidak selalu terwujud

dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan,

misalnya sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada

situasi saat itu, sikap akan diikuti atau tidak diikuti akan tindakan yang

mengacu pada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti

oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya

pengalaman orang lain, dan nilai yang berlaku di masyarakat.

8) Cara pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang enyatakan

sesuatu tetang objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap

Page 48: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

35

berisi kalimat yang mendukung atau favorable dan kalimat yang tidak

mendukung ataupun kontra atau disebut unfavourable. Suatu skala

sikap sedapat mungkin seimbang antara pernyataan mendukung dan

tidak mendukung ( Azwar dalam Wawan, 2010 ).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

pendapat/pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan – pernyataan hipotesis

kemudian ditanyakan pendapat responden melaui kuesioner

(Notoatmodjo dalam Wawan, 2010).

Pengukuran sikap bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa

bentuk skala seperti skala Thurstone, skala Likert, multidimensional

scaling, pengukuran terselubung dan masih ada beberapa contoh yang

lain.

Skala Likert merupakan salah satu tehnik dalam pengukuran sikap,

merupakan alternatif yang lebih sederhana dibandingkan dengan skala

Thurstone. Skala ini terdiri dari 4 point (Sangat setuju, Setuju, Tidak

setuju dan Sangat tidak setuju). Semua item favorable dirubah nilainya

dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 4 sedangkan untuk

yang sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk item yang

unfavorable nilai skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang

sangat tidak setuju nilainya 4.

Page 49: PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT BERDASARKAN …

36

2.2 Kerangka Konseptual

Bagan 2.1 Kerangka konsep developmental Care

Sumber ( Kosim, M Soleh 2014, Lucas 2015 )

BBLR PERAWAT

- PENGETAHUAN

- SIKAP

- PERILAKU PERMASALAHAN

- KETIDAKSTABILAN SUHU - KESULITAN PERNAFASAN - GANGGUAN GASTROINTESTINAL DAN NUTRISI - IMATURITAS HATI - IMATURITAS GINJAL - IMATURITAS IMUNOLOGI

PERAWATAN PERINATOLOGI DAN NICU

STRESS DEVELOPMENTAL CARE

- MODIFIKASI LINGKUNGAN - PARTISIPASI KELUARGA - KENALI TANDA DARI BAYI

PERAN PERAWAT