18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan tugas untuk mengatur dan melayani masyarakat, aparat pemerintah dapat mengeluarkan suat keputusan tata usaha negara. Suatu keputusan tata usaha negara untuk mendapatkan kedudukan yang kokoh dalam hukum harus memenuhi syarat- syarat keabsahan keputusan tata usaha negara. apabila suatu keputusan tata usaha negara tidak memenuhi syarat- syarat yang terkait dengan keabsahan suatu keputusan tata usaha negara maka kedudukan hukum keputusan tata usaha negara tersebut tidak kokoh atau dengan kata lain dapat mengalami kebatalan. 1

Penggunaan Asas Fonctionnaire de fait di Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penggunaan Asas Fonctionnaire de fait di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pelaksanaan tugas untuk mengatur dan melayani masyarakat,

aparat pemerintah dapat mengeluarkan suat keputusan tata usaha negara. Suatu

keputusan tata usaha negara untuk mendapatkan kedudukan yang kokoh dalam

hukum harus memenuhi syarat- syarat keabsahan keputusan tata usaha negara.

apabila suatu keputusan tata usaha negara tidak memenuhi syarat- syarat yang

terkait dengan keabsahan suatu keputusan tata usaha negara maka kedudukan

hukum keputusan tata usaha negara tersebut tidak kokoh atau dengan kata lain

dapat mengalami kebatalan.

Pada praktik pelaksanaan fungsi mengatur dan fungsi pelayanan kepada

masyarakat, dimungkinkan suatu keputusan tata usaha negara tidak memenuhi

syarat- syarat keabsahan yang diwajibkan. Dengan tidak memenuhi syarat-

syarat keabsahan yang diwajibkan maka keabsahan keputusan tata usaha negara

tersebut mejadi dipertanyakan. Dalam suatu negara hukum, perbuatan para

subjek hukum termasuk didalamnya aparat pemerintah wajib berada dalam

koridor- koridor hukum yang berlaku. Dalam kaitannya dengan keputusan tata

1

Page 2: Penggunaan Asas Fonctionnaire de fait di Indonesia

usaha negara sebagai produk peraturan yang dihasilkan oleh aparat pemerintah

maka keputusan tata usaha negara tersebut harus legal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan pdaa paragraf- paragraf diatas

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimanakah pelaksanaan asas Fonctionnaire de Fait (suatu keputusan tata

usaha negara yang tidak sah dapat tetap berlaku) dalam pemerintahan di

Indonesia?

2

Page 3: Penggunaan Asas Fonctionnaire de fait di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Keputusan Tata Usaha Negara

1. Definisi:

Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang

dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi

tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan

perundang- undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual,

dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan

hukum perdata1.

2. Unsur- Unsur:

Berdasarkan rumusan definisi di atas maka dapat diuraikan unsur- unsur

suatu keputusan tata usaha negara adalah sebagai berikut:

a. Berbentuk tertulis;

b. Dibuat oleh badan atau pejabat tata usaha negara;

1 Pasal 1 ayat (3) Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

3

Page 4: Penggunaan Asas Fonctionnaire de fait di Indonesia

c. Berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku;

d. Bersifat konkret, individual dan final;

e. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum

perdata.

B. Penggolongan Keputusan Tata Usaha Negara

Keputusan tata usaha negara dapat digolongkan/ dikategorikan sebagai berikut:

1. Dari segi bentuk:

a. Tertulis (schrift lijke beschikking).

b. Lisan (mondelinge beschikking).

2. Dari segi sifat:

a. Konstitutif.

b. Deklaratoir.

3. Dari segi kekuatan hukum:

a. Sekali berlaku untuk seterusnya/ fotografis (einmalig). Misalnya

ijazah, akta kelahiran.

4

Page 5: Penggunaan Asas Fonctionnaire de fait di Indonesia

b. Berlaku terbatas dalam waktu terentu/ temporis. Misalnya Kartu

tanda Penduduk (KTP), Surat Ijin Mengemudi (SIM).

C. Keabsahan Keputusan Tata Usaha Negara

Menurut Prof. Muchsan, S.H2, suatu keputusan tata usaha negara dapat

dikategorikan sah apabila telah memenuhi syarat- syarat sebagai berikut:

1. Syarat materiil:

Syarat materiil adalah syarat yang berkaitan dengan substansi atau isi

dari keputuan tata usaha negara. Syarat materiil terdiri dari:

a. Keputusan tata usaha negara dibuat oleh pejabat yang berwenang.

Contoh:

Peraturan perundang- undangan berbentuk Keputusan Presiden

merupakan produk hukum yang dibuat oleh Presiden. Dalam hal

Presiden berhalangan maka Wakil Presiden tidak diperbolehkan

untuk membuat suatu produk hukum “Keputusan Wakil

Presiden”.

2 Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

5

Page 6: Penggunaan Asas Fonctionnaire de fait di Indonesia

b. Dalam proses pembuatannya, keputusan tata usaha negara tidak

mengalami kekurangan yuridis. Contoh:

Kekurangan yuridis terjadi jika terdapat paling tidak salah satu

dari hal- hal berikut:

Adanya paksaan (dwang).

Adanya kekhilafan (dwaling).

Adanya penipuan (bedrog).

c. Tujuan dari keputusan tata usaha negara harus sama dengan

tujuan peraturan perundang- undangan yang menjadi dasar

pembuatan keputusan tata usaha negara tersebut. Contoh:

Ada peraturan menteri perhubungan yang menghidupkan kembali

jembatan timbang dengan salah satu tujuan keamanan dan

ketertiban lalu lintas. Petugas Dinas Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan Raya (DLLAJR) dapat membuat suatu keputusan yang

isinya memerintahkan kendaraan yang kelebihan muatan untuk

menurunkan kelebihan muatan untuk dititipkan di jembatan

timbang.

2. Syarat formil:

6

Page 7: Penggunaan Asas Fonctionnaire de fait di Indonesia

Syarat formil adalah syarat yang berkaitan dengan bentuk dari keputusan

tata usaha negara. Syarat formil terdiri dari:

a. Bentuk keputusan tata usaha negara harus sama dengan bentuk

yang disyaratkan oleh peraturan perundang- undangan yang

menjadi dasar pembuatan keputusan tata usaha negara tersebut.

Contoh:

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976

tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil, keputusan ijin cuti singkat

karena sakit cukup dengan ijin lisan dari atasan. Sedangkan untuk

ijin cuti panjang karena sakit harus dengan keputusan tertulis dari

atasan.

b. Proses pembuatan keputusan tata usaha negara harus sejalan

dengan proses yang disyaratkan oleh peraturan perudang-

undangan yang menjadi dasar pembuatan keputusan tata usaha

negara tersebut. Contoh:

Pemberian ijin tertulis untuk cuti panjang sebagaimana dimaksud

dalam penjelasan huruf a diatas harus dengan surat keterangan

tertulis:

Dari dokter spesialis;

Dokter spesialis tersebut merupakan dokter pemerintah;

7

Page 8: Penggunaan Asas Fonctionnaire de fait di Indonesia

Pemeriksaan dilakukan oleh majelis dokter, bukan hanya

oleh seorang dokter saja.

c. Semua persyaratan khusus yang disyaratkan oleh peraturan

perundang- undangan yang menjadi dasar pembuatan keputusan

tata usaha negara tersebut harus dipenuhi dalam keputusan tata

usaha negara tersebut. Contoh:

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 Tentang

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), untuk jabatan

apoteker disyaratkan tidak buta warna.

D. Cacat Kehendak dalam Keputusan Tata Usaha Negara

Cacat kehendak dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu adanya paksaan

(dwang), kekhilafan (dwaling) dan penipuan (bedrog)3.

1. Persamaan antara paksaan (dwang), kekhilafan (dwaling) dan penipuan

(bedrog):

Merupakan suatu perbedaan antara kehendak dengan kenyataan

perbuatan.

2. Perbedaan antara paksaan (dwang), kekhilafan (dwaling) dan penipuan

(bedrog):

3 Pasal 1321 Burgerlijke Wetboek (Kitab Undang- Undang Hukum Perdata)

8

Page 9: Penggunaan Asas Fonctionnaire de fait di Indonesia

a. Paksaan (dwang):

Adanya unsur eksternal yang patut diduga tidak dapat dihindari

oleh pembuat keputusan tata usaha negara. Pemahaman tentang

dwang (tekanan, paksaan) bukan dimaksudkan dengan paksaan

yang bersifat absolut dimana seseorang dipaksa sehingga tidak

bisa berbuat apa-apa. Tetapi yang dimaksud adalah paksaan

kekerasan jasmani atau ancaman yang menimbulkan ketakutan

sehingga paksaan yang demikian membuat seseorang melakukan

perjanjian4.

b. Kekhilafan (dwaling):

Kekhilafan (dwaling) dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:

Sungguh- sungguh khilaf (eigenlijke dwaling):

Dalam hal terjadi eigenlijke dwaling maka semua

keputusan tata usaha negara yang dibuat dibatalkan.

Tidak sungguh- sungguh khilaf (ont eigenlijke dwaling):

Dalam hal terjadi ont eigenlijke dwaling maka sebagian

keputusan tata usaha negara tetap sah dan sebagian

lainnya dibatalkan.

4 Yudhi Setiawan, Disertasi Instrumen Hukum Campuran (Gemeenschapelijkrecht) dalam Konsolidasi Tanah, Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 2008.

9

Page 10: Penggunaan Asas Fonctionnaire de fait di Indonesia

c. Penipuan (bedrog):

Adanya rentetan tipu muslihat yang dilakukan dengan sengaja

sehingga pembuat keputusan tata usaha negara menghasilkan

sesuai dengan keinginan/ kehendak penipu.

E. Asas Fonctionnaire de Fait

Suatu keputusan tata usaha negara yang tidak sah tetap berlaku jika memenuhi

syarat- syarat sebagai berikut:

1. Ketidak absahan nya kabur:

Ketidak absahan nya begitu samar sehingga tidak semua orang

menyadari bahwa sebenarnya keputusan tata usaha negara tersebut tidak

sah.

2. Keputusan tata usaha negara tersebut mendatangkan kemanfaatan bagi

kepentingan umum:

Dapat dikategorikan menjadi kepentigan umum jika memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut:

a. Berbentuk proyek pembangunan (tidak harus pembangunan fisik)

yang dilaksanakan oleh pemerintah;

b. Hasilnya digunakan oleh pemerintah;

10

Page 11: Penggunaan Asas Fonctionnaire de fait di Indonesia

c. Penggunaannya bersifat nirlaba.

Seorang pakar hukum bernama Utrecht memberikan gambaran mengenai asas

Fonctionnaire de Fait sebagai berikut; dalam keadaaan istimewa (darurat)

pejabat yang tidak legal atau pejabat yang pengangkatannya mengandung

kekurangan masih juga dianggap pejabat legal atau pejabat yang

pengangkatannya tidak mengandung kekurangan apabila masyarakat umum

menerimanya sebagai suatu pejabat legal atau suatu pejabat yang

pengangkatannya tidak mengandung kekurangan. Perbuatan yang dilakukan

pejabat it dianggap sah. tetapi, apabila bagi umum terang bahwa pejabat tersebt

bukan pejabat legaldan juga umum tidak mau menerimanya, maka perbuatan-

perbuatan yang dilakukan pejabat itu batal sama sekali5.

Di Indonesia, contoh paling aktual dalam penggunaan asas Fonctionnaire

de Fait adalah dalam hal tidakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk

mengangkat Pejabat Pelaksana Tugas Jaksa Agung (Plt) Darmono untuk

melaksanakan tugas Jaksa Agung. Tindakan Presiden tersebut dituangkan dalam

Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) 104 P/ 2010 tanggal 24

September 2010. Sampai saat ini teks Keppres tersebut tidak diumumkan di

media apa pun sehingga tidak jelas benar rincian isinya. Hal tersebut

menimbulkan keraguan akademik mengenai kewenangan Darmono tetapi sejauh

ini masyarakat secara umum tidak terlalu mempersoalkan mengenai hal tersebut.

5 Utecht, 1986, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, hlm.124.

11

Page 12: Penggunaan Asas Fonctionnaire de fait di Indonesia

BAB III

PENUTUP

12

Page 13: Penggunaan Asas Fonctionnaire de fait di Indonesia

Kesimpulan

Bahwa asas Fonctionnaire de Fait digunakan dalam praktik tata pemerintahan di

Indonesia salah satunya dalam hal pengangkatan Pejabat Pelaksana Tugas (Plt) Jaksa

Agung Darmono untuk melaksanakan tugas Jaksa Agung.

13