21
Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah untuk Meningkatkan Hasil Belajar PAI Siswa Kelas VII MA Al-Khatibiyah Modung Bangkalan 2017/2018 Amir Hamzah STIT Miftahul Ulum Al Islamy Bangkalan e-mail: [email protected] ABSTRAK: Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan hasil belajar PAI setelah diterapkannya metode belajar aktif model pengajaran terarah? Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pelaksanaan pembelajaran PAI degan metode belajar aktif model pengajaran terarah dan peningkatan hasil belajar PAI setelah diterapkannya metode belajar aktif model pengajaran terarah. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VII MA Al-Khatibiah Modung Bangkalam. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif dan lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (65,63%), siklus II (75,00%), siklus III (87,50%). Simpulan dari penelitian ini adalah metode belajar aktif model pengajaran terarah berdampak positif terhadap prestasi belajar Siswa kelas VII MA Al-Khatibiyah Modung Bangkalan 2017/2018. Kata Kunci: model pengajaran terarah, hasil belajar PAI, MA PENDAHULUAN Latar Belakang Daya serap siswa dalam pembelajaran bermacam-macam, ada yang cepat, sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi cepat lambatnya penerimaan siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan, oleh karenanya strategi pengajaran yang tepat sesuai dengan karakter pembelajaran sangat diperlukan. Menurut Degeng (2013) hal tersebut merupakan tugas dari ilmu pembelajaran dalam mengatur strategi yang dapat mendorong prakarsa dalam memudahkan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar sendiri merupakan fenomena kompleks yang melibatkan setiap kata, pikiran, tindakan, dan juga asosiasi. Lozanov (1978), menyatakan sampai sejauh mana seorang guru mampu mengubah lingkungan,

Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

untuk Meningkatkan Hasil Belajar PAI Siswa Kelas VII

MA Al-Khatibiyah Modung Bangkalan 2017/2018

Amir Hamzah

STIT Miftahul Ulum Al Islamy Bangkalan

e-mail: [email protected]

ABSTRAK: Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah

peningkatan hasil belajar PAI setelah diterapkannya metode belajar aktif model

pengajaran terarah? Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pelaksanaan

pembelajaran PAI degan metode belajar aktif model pengajaran terarah dan

peningkatan hasil belajar PAI setelah diterapkannya metode belajar aktif model

pengajaran terarah. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action

research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu:

rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini

adalah siswa kelas VII MA Al-Khatibiah Modung Bangkalam. Data yang diperoleh

berupa hasil tes formatif dan lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil

analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I

sampai siklus III yaitu, siklus I (65,63%), siklus II (75,00%), siklus III (87,50%).

Simpulan dari penelitian ini adalah metode belajar aktif model pengajaran terarah

berdampak positif terhadap prestasi belajar Siswa kelas VII MA Al-Khatibiyah

Modung Bangkalan 2017/2018.

Kata Kunci: model pengajaran terarah, hasil belajar PAI, MA

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daya serap siswa dalam pembelajaran bermacam-macam, ada yang cepat,

sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi cepat lambatnya

penerimaan siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan, oleh karenanya strategi

pengajaran yang tepat sesuai dengan karakter pembelajaran sangat diperlukan.

Menurut Degeng (2013) hal tersebut merupakan tugas dari ilmu pembelajaran dalam

mengatur strategi yang dapat mendorong prakarsa dalam memudahkan proses belajar

mengajar.

Proses belajar mengajar sendiri merupakan fenomena kompleks yang

melibatkan setiap kata, pikiran, tindakan, dan juga asosiasi. Lozanov (1978),

menyatakan sampai sejauh mana seorang guru mampu mengubah lingkungan,

Page 2: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

presentasi, dan rancangan pembelajarannya, maka sejauh itu pula proses belajar

mengajar berlangsung (dalam DePorter, 2002: 3). Hal tersebut menunjukkan bahwa

dalam pembelajaran diharapkan dapat mengarahkan perhatian pebelajar ke dalam

nuansa proses pembelajaran yang bermakna. Menurut Walberg (1997) untuk

menciptakan pembelajaran yang baik, diperlukan adanya ikatan emosional dengan

pebelajar, yaitu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan

dan menyingkirkan ancaman. Studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar lebih banyak

belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang, dan ramah (dalam DePorter, 2002:

23). Dengan kondisi seperti itu, siswa lebih sering ikut serta dalam kegiatan sukarela

yang berhubungan dengan bahan pelajaran. Salah satu langkah untuk memiliki

strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut

metode mengajar.

Kerangka Dasar Teori

Hasil penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa pembelajaran bergaya-

ceramah, berdampak pada 40% dari seluruh waktu digunakan untuk kegiatan di luar

pembelajaran (dalam Sileberman, 2004:16). Sedangkan McKeachie (1986)

menemukan bahwa siswa dapat mengingat 70% dalam sepuluh menit pertama,

sedangkan dalam sepuluh menit terakhir, mereka hanya dapat mengingat 20% materi

(dalam Silberman, 2004:16). Selanjutnya Pike (1989) meneliti penggunaan media

visual yang dapat meningkatan hingga 200 persen dalam mengajarkan kosa kata. Dan

waktu yang diperlukan untuk menyajikan sebuah konsep dapat berkurang hingga

40% (dalam Silberman, 2004:17).

Sementara itu penelitian Schroeder (1993) yang menerapkan indikator tipe

Myer-Briggs (MBTI) untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses

belajar menunjukkan sekitar 60 persen dari siswa yang masuk memiliki orientasi

praktis ketimbang teoritis terhadap pembelajaran, dan persentase itu bertambah setiap

tahunnya. Siswa lebih suka terlibat dalam pengalaman langsung dan konkret daripada

mempelajari konsep-konsep dasar terlebih dahulu dan baru kemudian

menerapkannya. Penelitain MBTI lainnya menunjukkan bahwa siswa sekolah

Page 3: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

menengah lebih suka kegiatan belajar yang benar-benar aktif dari pada kegiatan yang

reflektif abstrak, dengan rasio lima banding satu (dalam Silberman, 2004:22).

Temuan-temuan tersebut tidak mengejutkan bila ditinjau dari perkembangan

teknologi komuniksi dan informasi yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan

cepat sehingga membuka peluang untuk mengubah segala sesuatu dari satu kondisi

ke kondisi lain, dengan lain kata siswa moderen lebih bersifat dinamis. Kaitannya

dengan metode pengajaran terarah, model pembelajaran ini memberikan peluang

kepada siswa untuk terlibat aktif karena guru harus mampu mengajukan pertanyaan-

pertanyaan untuk melacak pengetahuan siswa, kemudian memilah-milahnya menjadi

sejumlah kategori. Cara ini memungkinkan guru untuk mengetahui apa yang telah

diketahui dan dipahami oleh siswa sebelum memaparkan apa yang guru ajarkan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode pengajaran

terarah, antara lain: (1) ajukan pertanyaan atau serangkaian pertanyaan yang

menjajaki pemikiran siswa dan pengetahuan yang mereka miliki, (2) berikan waktu

yang cukup kepada bagi siswa dalam pasangan atau kelompok untuk membahas

jawaban mereka, (3) perintahkan siswa untuk kembali ke tempat masing-masing dan

catatlah pendapat mereka, (4) sajikan poin-poin pembelajaran utama yang ingin

diajarkan, (5) perintahkan siswa untuk menjelaskan kesesuaian jawaban mereka

dengan poin-poin pembelajaran utama, dan (6) catatlah gagasan yang memberi

informasi tambahan bagi poin pembelajaran.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian

ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu

teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kolaboratif, di mana

peneliti bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru kelas. Penelitian ini mengacu

pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart

(1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral

Page 4: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

dengan tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau

pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus dihentikan apabila hasil sudah sesuai

dengan yang diinginkan.

Penelitian bertempat di MA Al-Khatibiyah Modung Bangkalan tahun

pelajaran 2017/2018. Subyek penelitian adalah siswa Kelas VII.

1. Pengumpulan Data

Tes formatif diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan

adalah pilihan guru (objektif). Soal berjumlah 44 soal yang telah diujicoba, kemudian

mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap

soal. Analisis tersebut digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat

digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi butir soal adalah sebagai

berikut.

a. Validitas Tes

Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur secara tepat. Validitas butir soal atau validitas item digunakan

untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal sehingga dapat

ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat

dihitung dengan korelasi Product Moment:

2222 YYNXXN

YXXYNrxy (Arikunto, 2002:72)

Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah peserta tes

ΣY : Jumlah skor total

ΣX : Jumlah skor butir soal

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal

Page 5: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

b. Reliabilitas

Suatu tes dikatanan reilabel apabila menunjukkan hasil-hasil yang mantap.

Antara validitas dengan reliabelnya suatu soal berhubungan erat, yaitu untuk

memenuhi syarat relaiabilitas, suatu soal harus valid dulu. Oleh karena itu reliabilitas

suatu soal tidak perlu diragukan lagi apabila soal tersebut benar-benar sudah valid,

jadi soal yang valid pasti reliabel. Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini

menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:

)1(

2

2/21/1

2/21/111

r

rr

(Arikunto, 2002:93)

Dengan: r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar

dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.

c. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks

kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah:

Js

BP (Arikunto, 2002:208)

Dengan: P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut.

Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

Page 6: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka

yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Rumus yang

digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:

BA

B

B

A

A PPJ

B

J

BD (Arikunto, 2002:213)

Di mana:

J : Jumlah peserta tes

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

A

AA

J

BP Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

B

BB

J

BP Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal sebagai berikut.

Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik.

2. Uji Coba Instumen Penelitian

Untuk menguji keakuratan dalam menjaring data, maka instrumen penelitian

ini perlu diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba instrumen penelitian dilakukan di luar

sasaran penelitian. Secara umum ujicoba dimaksudkan untuk memperoleh (1)

validitas, (2) relabilitas, (3) derajad kedukaran, dan (4) daya beda instrumen. Hasil

dari validitas soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Page 7: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

a. Validitas

Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga

dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari perhitungan 44 soal

diperoleh 14 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari validitas soal-soal

dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel Validasi Soal Tes Formatif

No. Kriteria No. Soal

1 Valid

1, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19,

21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 36, 37, 38,

39, 40, 41, 42, 43, 44

2 Tidak Valid 2, 3, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 31, 32, 33,

34, 35

b. Reliabilitas

Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari

hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 654. Harga ini lebih

besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 32) dengan r (95%) =

0,439. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat

reliabilitas.

c. Taraf Kesukaran (P)

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil

analisis menunjukkan dari 44 soal yang diuji terdapat.

22 soal mudah

13 soal sedang

9 soal sukar

d. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam

membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah. Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek

Page 8: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

sebanyak 14 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkriteria baik 10 soal. Dengan

demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas,

reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

3. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu

metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan

data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai

siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta

aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk mengalinasis tingkat keberhasilan

atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya

dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir

putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu.

a. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh

rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

N

XX

Dengan : X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa=

b. Untuk ketuntasan belajar

Terdapat dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara

klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai

65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah

mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase

ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut.

Page 9: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

%100...

xSiswa

belajartuntasyangSiswaP

c. Untuk lembar observasi

1) Lembar observasi pengolahan pembelajaran penemuan terbimbing

Untuk menghitung lembar observasi pengolahan pembelajaran penemuan

terbimbing digunakan rumus sebagai berikut:

2

21 PPX

Dimana: P1 = pengamat 1 dan P2 = pengamat 2

2) Lembar observasi aktivitas guru dan siswa

Untuk mnghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan

rumus sebagai berikut:

%100% xX

X

dengan

2.

tan.. 21 PP

pengamatjumlah

pengamahasiljumlahX

Dimana: % = Persentase angket

X = Rata-rata

X = Jumlah rata-rata

P1 = Pengamat 1

P2 = Pengamat 2

HASIL PENELITIAN

Data penelitian yang diperoleh adalah data observasi berupa pengamatan

pengelolaan belajar aktif dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir

pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Data lembar observasi

diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran

metode pengajaran terarah yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan

Page 10: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

metode pengajaran terarah dalam meningkatkan prestasi Data tes formatif untuk

mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan belajar aktif.

Analisis Data Penelitian Persiklus

Siklus I: pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar

mengajar yang telah dilakukan. Data hasil penelitian pada siklus I sebagai berikut.

Tabel Pengelolan Pembelajaran Pada Siklus I

Keterangan: Kriteria: (1) Tidak Baik (2) Kurang Baik (3) Cukup Baik (4) Baik

Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang

baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan

waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat penilaian kurang baik di

atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dan akan dijadikan

bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.

No Aspek yang diamati

Penilaian Rata-

rata

P1 P2

I

Pengamatan KBM

A. Pendahuluan

1. Memotivasi siswa

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2

2

2

2

2

2

B. Kegiatan Inti

1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa

2. Membimbing siswa melakukan kegiatan

3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam

kelompok

4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan

hasil kegiatan belajar mengajar

5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan

konsep

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

C. Penutup

1. Membimbing siswa membuat rangkuman

2. Memberikan evaluasi

3

3

3

3

3

3

II Pengelolaan Waktu 2 2 2

III

Antusiasme Kelas

1. Siswa Antusias

2. Guru Antusias

2

3

2

3

2

3

Jumlah 32 32 32

Page 11: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel

berikut.

Tabel Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan

pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep

yaitu 21,7%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing

sebesar 18,3% dan 13,3%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah

mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5%. Aktivitas lain yang

persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi

antar siswa/antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing

18,7% 14,4 dan 11,5%.

Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar sudah dilaksanakan dengan

baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan

arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.

No Aktivitas Guru yang diamati

Persentase

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Menyampaikan tujuan

Memotivasi siswa/merumuskan masalah

Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya

Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi

Menjelaskan materi yang sulit

Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep

Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan

Memberikan umpan balik

Membimbing siswa merangkum pelajaran

5,0

8,3

8,3

6,7

13,3

21,7

10,0

18,3

8,3

No Aktivitas Siswa yang diamati

Persentase

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru

Membaca buku siswa

Bekerja dengan sesama anggota kelompok

Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru

Menyajikan hasil pembelajaran

Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide

Menulis yang relevan dengan KBM

Merangkum pembelajaran

Mengerjakan tes evaluasi

22,5

11,5

18,7

14,4

2,9

5,2

8,9

6,9

8,9

Page 12: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada

tabel berikut.

Tabel Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode

belajar aktif model pengajaran terarah diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 68,75 dan ketuntasan belajar mencapai 65,63% atau ada 21 siswa dari 32

siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama

secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65

hanya sebesar 65,63% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu

sebesar 85%..

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan sebagai berikut: (1) guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) guru kurang baik dalam pengelolaan waktu,

dan (3) siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung. Perbaikan

yang perlu dilakukan adalah: (1) guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa

dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) guru perlu mengatur

waktu secara baik dengan menambahkan informasi yang perlu dan memberi catatan,

dan (3) guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga

siswa bisa lebih antusias.

Siklus II: pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar yang telah

dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil

penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.

No Uraian Hasil Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

68,75

21

65,63

Page 13: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

Tabel Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II

Keterangan: Kriteria: (1) Tidak Baik (2) Kurang Baik (3) Cukup Baik (4) Baik

Dari tabel di atas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar

mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru mendapatkan penilaian yang cukup

baik dari pengamat. Ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk

penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah

memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan

konsep, dan pengelolaan waktu.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam diharapkan siswa dapat

menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya

sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.

No Aspek yang diamati Penilaian Rata-

rata P1 P2

I

Pengamatan KBM

A. Pendahuluan

1. Memotivasi siswa

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

3

3

3

4

3

3,5

B. Kegiatan Inti

1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa

2. Membimbing siswa melakukan kegiatan

3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam

kelompok

4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk

mempresentasikan hasil peneyelidikan

5. Membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep

3

4

4

4

3

4

4

4

4

3

3,5

4

4

4

3

C. Penutup

1. Membimbing siswa membuat rangkuman

2. Memberikan evaluasi

3

4

4

4

3,5

4

II Pengelolaan Waktu 3 3 2

III

Antusiasme Kelas

1. Siswa Antusias

2. Guru Antusias

4

4

3

4

3,5

4

Jumlah 41 43 42

Page 14: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa:

Tabel Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan

pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep

yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan.

Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab (16,6%), menjelaskan materi yang sulit (11,7). Meminta

siwa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan membimbing siswa

merangkum pelajaran (6,7%).

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah

Bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan

siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas siswa yang mengalami

penurunan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (17,9%). Diskusi

antar siswa/antara siswa dengan guru (13,8%), menulis yang relevan dengan KBM

No Aktivitas Guru yang diamati Persentase

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Menyampaikan tujuan

Memotivasi siswa/merumuskan masalah

Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya

Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi

Menjelaskan materi yang sulit

Membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep

Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan

Memberikan umpan balik

Membimbing siswa merangkum pelajaran

6,7

6,7

6,7

11,7

11,7

25,0

8,2

16,6

6,7

No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru

Membaca buku siswa

Bekerja dengan sesama anggota kelompok

Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru

Menyajikanhasil pembelajaran

Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide

Menulis yang relevan dengan KBM

Merangkum pembelajaran

Mengerjakan tes evaluasi/latihan

17,9

12,1

21,0

13,8

4,6

5,4

7,7

6,7

10,8

Page 15: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

(7,7%) dan merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas siswa yang

mengalami peningkatan adalah membaca buku (12,1%), menyajikan hasil

pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,4%), dan

mengerjakan tes evaluasi (10,8%).

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel

berikut.

Tabel Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75,31

dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 24 siswa dari 32 siswa sudah tuntas

belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara

klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya

peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa

setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya

siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa

yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan metode belajar aktif

model pengajaran terarah.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan sebagai berikut: (1) memotivasi siswa, (2) membimbing siswa

merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, (3) pengelolaan waktu.

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-

kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:

guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi

selama proses belajar mengajar berlangsung, (2) guru harus lebih dekat dengan siswa

sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan

No Uraian Hasil Siklus II

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

75,31

24

75,00

Page 16: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

pendapat atau bertanya, (3) guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa

merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, (4) guru harus mendistribusikan waktu

secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan, dan (5) guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan

memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar

mengajar.

Siklus III: pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar

mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III.

Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut.

No Aspek yang diamati Penilaian

Rata-

rata P1 P2

I

Pengamatan KBM

A. Pendahuluan

1. Memotivasi siswa

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

3

4

3

4

3

4

B. Kegiatan Inti

1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa

2. Membimbing siswa melakukan kegiatan

3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam

kelompok

4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk

mempresentasikan hasil peneyelidikan

5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan

konsep

4

4

4

4

3

4

4

4

3

3

4

4

4

3,5

3

C. Penutup

1. Membimbing siswa membuat rangkuman

2. Memberikan evaluasi

4

4

4

4

4

4

II Pengelolaan Waktu 3 3 3

III Antusiasme Kelas

1. Siswa Antusias

2. Guru Antusias

4

4

4

4

4

4

Jumlah 45 44 44,5

Tabel Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III

Keterangan: Kriteria: (1) Tidak Baik (2) Kurang Baik (3) Cukup Baik (4) Baik

Page 17: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan

belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode

pengajaran terarah mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah

memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep,

dan pengelolaan waktu.

Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode pengajaran

terarah diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin.

Tabel Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus III

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan

pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep

yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit dan memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab menurun masing-masing sebesar (10%) dan (11,7%).

Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mengaitkan dengan pelajaran

sebelumnya (10%), menyampaikan materi/strategi/langkah-langkah (13,3%),

No Aktivitas Guru yang diamati Persent

ase

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Menyampaikan tujuan

Memotivasi siswa/merumuskan masalah

Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya

Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi

Menjelaskan materi yang sulit

Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep

Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan

Memberikan umpan balik

Membimbing siswa merangkum pelajaran

6,7

6,7

10,7

13,3

10,0

22,6

10,0

11,7

10,0

No Aktivitas Siswa yang diamati Persent

ase

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru

Membaca buku siswa

Bekerja dengan sesama anggota kelompok

Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru

Menyajikanhasil pembelajaran

Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide

Menulis yang relevan dengan KBM

Merangkum pembelajaran

Mengerjakan tes evaluasi/latihan

20,8

13,1

22,1

15,0

2,9

4,2

6,1

7,3

8,5

Page 18: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%), dan

membimbing siswa merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas yang tidak

mengalami perubaan adalah menyampaikan tujuan (6,7%) dan memotivasi siswa

(6,7%).

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah

Bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (22,1%) dan

mendengarkan/menperhatikan penjelasan guru (20,8%), aktivitas yang mengalami

peningkatan adalah membaca buku siswa (13,1%) dan diskusi antar siswa/antara

siswa dengan guru (15,0%). Sedangkah aktivitas yang lainnya mengalami penurunan.

Berikutnya adalah rekapitulasai hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada

tabel berikut.

Tabel Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 80,31

dan dari 32 siswa yang telah tuntas sebanyak 28 siswa dan 4 siswa belum mencapai

ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai

sebesar 87,50% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami

peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III

ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan belajar

aktif sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga

siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun

yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan belajar

aktif. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: (1) selama

proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik.

No Uraian Hasil Siklus III

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

80,31

28

87,50

Page 19: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase

pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar, (2) berdasarkan data hasil

pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung, (3)

kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan

peningkatan sehingga menjadi lebih baik, dan (4) hasil belajar siswsa pada siklus III

mencapai ketuntasan.

Pada siklus III guru telah menerapkan belajar aktif dengan baik dan dilihat

dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar

sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang

perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses

belajar mengajar selanjutnya penerapan belajar aktif dapat meningkatkan proses

belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

PEMBAHASAN

Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode belajar aktif model

pengajaran terarah memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap

materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III)

yaitu masing-masing 65,63%, 75,00%, dan 87,50%. Pada siklus III ketuntasan belajar

siswa secara klasikal telah tercapai.

Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar

aktif dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap

prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata

siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

Page 20: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran PAI pada pokok bahasan perkembangan teknologi untuk produksi,

komunikasi dan transportasi dengan metode belajar aktif model pengajaran terarah

yang paling dominan adalah bekerjadenganmenggunakan media, mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan guru. Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru. Jadi

dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan

langkah-langkah belajar aktif dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang

muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan

kegiatan LKS/ menemukan konsep, menjelaskan materi yang tidak dimengerti,

memberi umpan balik/ evaluasi/ tanyajawab di mana prosentase untuk aktivitas cukup

besar.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,

dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode belajar aktif model pengajaran

terarah memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang

ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus

I (65,63%), siklus II (75,00%), siklus III (87,50%) dan penerapan metode belajar aktif

model pengajaran terarah mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang

menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengn metode belajar aktif model

pengajaran terarah sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Page 21: Penggunaan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah

Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar PAI lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi

siswa, maka disampaikan saran, yaitu: untuk melaksanakan belajar aktif memerlukan

persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih

topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode belajar aktif model pengajaran

terarah dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. Dalam

rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih

siswa dengan metode pembelajaran yang berbeda, walau dalam taraf yang sederhana,

dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan

keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah

yang dihadapinya. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian

ini hanya dilakukan di kelas VII MA Al-Khatibiyah Modung Bangkalan tahun

pelajaran 2017/2018. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-

perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineksa Cipta

Degeng, Nyoman S. 2013. Ilmu Pembelajaran Klasifikasi Variabel untuk

Pengembangan Teori dan Penelitian. Bandung: Kalam Hidup.

DePorter, B. dan Hernacki, M. 2002. Quantum Learning: Unleashing the Genius in

You. Diterjemahkan oleh: Alwiyah Abdurrahman. 2007. Bandung; Kaifa.

Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria

Dearcin University Press.

Silberman, Mel. 2004. Active Learning (101 Strategi Pembelajaran Aktif)

Yogyakarta: Yappendis.