5
PENGGUNAAN OBAT TIDUR 1. Benzodiazepin Benzodiazepin merupakan sedatif-hipnotik pilihan pertama yang relatif aman sebagai obat tidur. Untuk lansia dan anak-anak, adakalanya sangat peka pada dosis yang rendah sekali sehingga sebagai obat tidur hendaknya dimulai dengan dosis serendah mungkin dan tidak boleh digunakan lebih dari 2 minggu. Apabila digunakan lebih lama, makan efektivitasnya akan berkurang sehingga menimbulkan toleransi bahkan ketergantungan. Selain itu, benzodiazepin dapat digunakan sebagai anti-ansietas karena kerjanya yang men-‘slow down’ sistem saraf pusat. Berdasarkan kecepatan metabolismenya, benzodiazepin digolongkan ke tiga kelompok: a. Long-acting Yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain klordiazepoksida, diazepam, nitrazepam, dan flunitrazepam. Obat-obat ini dirombak antara lain dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi metabolit aktif desmetildiazepam dan hidroksidiazepam. Kedua metabolit kemudian dirombak lagi menjadi oksazepam yang akhirya dikonjugasi dan menghasilkan glukoronida tak aktif. Zat ini mudah larut dan diekskresi lewat kemih. Klordiazepoksida dan diazepam efeknya sangat diperpanjang sehingga lebih kayak digunakan sebagai obat anksiolitik daripada sebagai obat tidur. Nitrazepam lebih sering menimbulkan

PENGGUNAAN OBAT TIDUR.docx

Embed Size (px)

Citation preview

PENGGUNAAN OBAT TIDUR1. BenzodiazepinBenzodiazepin merupakan sedatif-hipnotik pilihan pertama yang relatif aman sebagai obat tidur. Untuk lansia dan anak-anak, adakalanya sangat peka pada dosis yang rendah sekali sehingga sebagai obat tidur hendaknya dimulai dengan dosis serendah mungkin dan tidak boleh digunakan lebih dari 2 minggu. Apabila digunakan lebih lama, makan efektivitasnya akan berkurang sehingga menimbulkan toleransi bahkan ketergantungan. Selain itu, benzodiazepin dapat digunakan sebagai anti-ansietas karena kerjanya yang men-slow down sistem saraf pusat. Berdasarkan kecepatan metabolismenya, benzodiazepin digolongkan ke tiga kelompok:a. Long-actingYang termasuk ke dalam golongan ini antara lain klordiazepoksida, diazepam, nitrazepam, dan flunitrazepam. Obat-obat ini dirombak antara lain dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi metabolit aktif desmetildiazepam dan hidroksidiazepam. Kedua metabolit kemudian dirombak lagi menjadi oksazepam yang akhirya dikonjugasi dan menghasilkan glukoronida tak aktif. Zat ini mudah larut dan diekskresi lewat kemih. Klordiazepoksida dan diazepam efeknya sangat diperpanjang sehingga lebih kayak digunakan sebagai obat anksiolitik daripada sebagai obat tidur. Nitrazepam lebih sering menimbulkan hangover, sedangkan flunitrazepam berisiko besar disalahgunaan sebagai drug. b. Short-actingYang rermasuk ke dalam golongan short acting antara lain oksazepam, lorazepam, lormetazepam, temazepam, loprazolam, dan zopiclon. Obat-obat ini dimetabolisasi tanpa menghasilakn metabolit aktif yang memiliki kerja panjang. Obat ini layak digunakan sebagai obat tidur karena tidak berakumulasi saat penggunaan berulang kali dan jarang menimbulkan efek sisa (hangover). Tetapi mempunyai risiko terjadinya rebound-insomnia dan mempercepat abstinensi.c. Ultra short-actingYang termasuk ke dalam golongan ini adalah triazolam, midazolam, dan estazolam. Risiko efek abstinensi dan rebound-insomnia lebih besar daripada short-acting sehingga tidak boleh digunakan lebih dari 2 minggu. Selain itu triazolam dan midazolam lebih condong menimbulkan amnesia anterograde.

Biotransformasi beberapa senyawa benzodiazepin (Tan & Kirana, 2007)

Efek sampinga. HangoverGejala hangover: perasaan termangu dan berkurangnya konsentrasi, daya reaksi, kewaspadaan, serta koordinasi antara mata dan tangan, terutama pada lansia. Gejala ini timbul akibat sisa-sisa metabolit di dalam darah dengan kerja panjang, yang diperkuat oleh kumulasi pada penggunaan berulang. b. Amnesia anterogradeAmnesia anterograde adalah hilangnya ingatan (sementara) pada hal-hal yang terjadi setelah dihinggapi penyakit penyebab amneisa, khusus pada lansia, serta berkurangnya fungsi belajar dan memahami sesuatu. c. Gejala paradoksalGejala ini dapat terjadi pada anak-anak dan lansia berupa eksitasi, gelisah, marah-marah, mudah terangsang, dan kejang-kejang.d. Toleransi an ketergantunganPada umumnya, benzodiazepin kurang menimbulkan induksi-enzim, meskipun demikian toleramsi untuk efek hipnotis sudah timbul setelah 1-2 minggu.

KontraindikasiBenzodiazepin dikontraindikasikan untuk pasien miastenia gravis (lemah otot). Walaupun tidak mendepresi pernapasan, pasien asma dan bronkitis hendaknya menggunakan obat ini dengan hati-hati. Penggunaan kronis pada kehamilan dapat menyebabkan floppy instant yang bergejala hipotoonia, hipothermia, gangguan pernapasan, juga ketergantungan fisik dan efek penarikan pada neonatus. Oleh karena itu obat ini jangan diberikan secara kontinyu, melainkan dengan selang seling dan sebaiknya dipilih obat dengan masa paruh singkat, bersifat lipofilik ringan, dan tanpa metanolit aktif, misalnyta oksazepam. Sedangkan obat-obat lipofilik kuat (seperti diazepam) dapat mencapai kadar yang tinggi pada ASI sehingga haru dihindari selama laktasi.

2. Barbiturat Dulu, selain benzodiazepin, barbiturat juga digunakan untuk mengatasi gangguan tidur. Tetapi karena efek samping benzodiazepin lebih sedikit, barbiturat sudah mulai ditinggalkan. Selain itu, barbiturar labih cenderung mengakibatkan toleransi. Selain sebagai obat tidur, barbiturat juga digunakan untuk mengatasi kejang epileptik bahkan anestesi. Pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan anemia, gangguan fungsi hati, dan intoksikasi kronik dengan gejala depresi, gangguan memori, kronik fatifue, dll.

Daftar Pustaka:Tan, TH and Kirana R (2007). Obat-obat penting: khasiat, penggunaan, dan efek sampingnya. 6th edition. Jakarta: PT Gramedia.