18
PENGHANTARAN OBAT INTRANASAL Bermacam sistem mukosa dalam tubuh manusia (nasal, pulmonal, rectal dan vaginal) dapat dimanfaatkan untuk titik masuk sistem penghantaran obat. Dengan sendirinya sistem mukosa tersebut ada perbedaan dan persamaan. Formulasi sediaan ini seharusnya tidak hanya membahas aspek formulasi dan teknologi saja, tapi juga perlu membahas aspek: fisiologi, biokimia, metabolisme mukosa obat dan absorpsi obat. Sistem penghantaran obat nasal ini telah berlangsung sejak lama, dikenal dalam pengobtan Ayurvedi di India dan oleh orang Indian di Amerika Selatan, melalui cara penghisapan (snuff) obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian obat secara intranasal merupakan alternative ideal untuk menggantikan sistem penghantaran obat sistematik parenteral. Keuntungan pemberian obat secara nasal ini meliputi: a. Pencegahan eliminasi lintas pertama hepatik b. metabolisme dinding salur cerna atau destruksi obat di salur cerna c. kecepatan dan jumlah absorpsi, serta profil konsentrasi obat versus waktu relative sebanding dengan pengobatan secara intra verna d. keberadaan vaskulator yagn besar dan struktur yang sangat permeable mukosa nasal ideal untuk absorpsi sistematik

Penghantaran Obat Melalui Hidung

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penghantaran Obat Melalui Hidung

PENGHANTARAN OBAT INTRANASAL

Bermacam sistem mukosa dalam tubuh manusia (nasal, pulmonal, rectal dan

vaginal) dapat dimanfaatkan untuk titik masuk sistem penghantaran obat. Dengan

sendirinya sistem mukosa tersebut ada perbedaan dan persamaan. Formulasi sediaan ini

seharusnya tidak hanya membahas aspek formulasi dan teknologi saja, tapi juga perlu

membahas aspek: fisiologi, biokimia, metabolisme mukosa obat dan absorpsi obat.

Sistem penghantaran obat nasal ini telah berlangsung sejak lama, dikenal dalam

pengobtan Ayurvedi di India dan oleh orang Indian di Amerika Selatan, melalui cara

penghisapan (snuff) obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian obat secara

intranasal merupakan alternative ideal untuk menggantikan sistem penghantaran obat

sistematik parenteral. Keuntungan pemberian obat secara nasal ini meliputi:

a. Pencegahan eliminasi lintas pertama hepatik

b. metabolisme dinding salur cerna atau destruksi obat di salur cerna

c. kecepatan dan jumlah absorpsi, serta profil konsentrasi obat versus waktu

relative sebanding dengan pengobatan secara intra verna

d. keberadaan vaskulator yagn besar dan struktur yang sangat permeable mukosa

nasal ideal untuk absorpsi sistematik

e. pemerian serta kenyamanan pemberi obat secara intra nasal untuk pasien

A. Struktur Nasal

Hidung eksternal berbentuk piramid, disertai suatu akar dan dasar. Bagian ini

tersusun dari kerangka tulang, kartilago hialin, dan jaringan fibroareolar. Septum nasal

membagi hidung menjadi sisi kiri dan kanan rongga nasal, bagian anterior septum

adalah kartilago. Naris (nostril) eksternal dibatasi oleh kartilago nasal:

1.      Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung

2.      Ala besar dan ala kecil kartilago nasal mengelilingi naostril.

Tulang hidung:

1.      Tulang nasal membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung,

2.      Volume dan lempeng perpendikular tulang etmoid membentuk bagian posterior

septrum nasal,

3.      Lantai rongga nasal adalah polatum keras yang terbentuk dari tulang maksila

dan polatinum,

Page 2: Penghantaran Obat Melalui Hidung

4.      Langit – langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari lempeng kribriform

tulang eteroid, pada sisi anterior terbentuk dari tulang frontal dan nasal, dan

pada sisi posterior terbentuk dari tulang sfenoid,

5.      Konka (turbinatum) nasalis superior tengah, dan inferior menonjol pada sisi

medial dinding lateral rongga nasal. Setiap konka dilapisi membran mukosa

(epitel kolumnar bertingkat dan bersilia) yang berisi kelenjar pembuat mukus

dan banyak mengandung pembuluh darah.

6.      Meatus superior, medial, dan inferior merupakan jalan udara rongga nasal yang

terletak di bawah konka

Sinus paranasal terdiri atas empat pasang (frontal, etmoid, maksilar, dan

sfenoid). Sinus ini dilapisi membran mukosa. Sinus berfungsi untuk menghasilkan

tulang kranial, memberi area permukaan tambahan pada saluran nasal untuk

menghatkan dan melembabkan udara yang masuk, serta memproduksi dan memberi

efek resonansi dalam produksi wicara.

Sinus paranasal mengalirkan cairannya ke meatus rongga nasal melalui duktus

kecil  yang terletak di area tubuh yang lebih tinggi dari area lantai sinus. Pada posisi

tegak, aliran mukus ke dalam rongga nasal mungkin terhambat, terutama pada kasus

infeksi sinus. Duktus nasallakrimal dan kelenjar air mata membuka ke arah meatus

inferior.

B. Membran mukosa nasal

Kulit pada bagian eksternal permukaan hidung mengandung folikel rambut,

keringat dan kelenjar sebasea, merentang sampai vestibula yang terletak di dalam

nostril. Kulit pada bagian dalam ini mengandung rambut (vibrissae) yang berfungsi

menyaring partikel dari udara yang terhisap.

Pada bagian rongga nasal lebih dalam, epitelium respiratorik membentuk

mukosa yang melapisi ruang nasal selebihnya. Lapisan ini terdiri dari epitelium bersilia

dengan sel goblet yang terletak pada lapisan jaringan ikat tervaskularisasi dan terus

memanjang untuk melapisi saluran pernapasan sampai ke bronkus.

Fungsi dari membran mukosa ini adalah untuk:

1.      Menyaring partikel halus

2.      Menghangaktan dan melembabkan udara yang masuk

3.      Resepsi bau (odor)

Page 3: Penghantaran Obat Melalui Hidung

C. Sediaan nasal

Kebanyakan sediaan intranasal mengandung agen adrenergik dan digunakan

karena aktivitas dekongestan pada mukosa nasal. Akan tetapi, dengan pengembangan

bentuk sediaan dan penghantaraan baru, maka lapisan membran mukosa merupakan

tempat masuk obat baru (new entry) yang dapat dimanfaatkan untuk sediaan sistemik.

Beberapa obat yang diberikan untuk pengobatan nasal adalah:

- Antibiotik

- Sulfasetamide

- Vasokontriktor

- Germisid

- Antiseptik

Kebanyakan sediaan berbentuk larutan dan diberikan sebagai obat tetes hidung

atau obat semprot (sprays); beberapa sediaan terdapat pula dalam bentuk jeli. Beberapa

contoh produk yang sudah beredar dipasaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Nama Produk Nama

Produsen

Bahan Aktif Penggunaan /

indikasi

Afrin nasal

Spray,

Afrin Nose

Drops

Schering -

plough

Ozymetazole HCl

0.05%

Adrenergic.

decongestant

Beconase AQ

Nasal Spray

Glaxo Smith

Kline

Beclometasone

dipropionate

0.042%

Syntetic

corticosteroid for

relief of seasonal,

perennial allergic,

vasommotor

rhinitis

Diapid Nasal

Spray

Sandoz Lopressin 0.185

mg/mL

Antidiuretic,

control,

prevention of

diabetes insipidus

of deficiency of

endogenous

posterir pituitary

antidiuretic

Page 4: Penghantaran Obat Melalui Hidung

hormone.

Nasalcrom

Nasal Spray

Pharmaci &

Upjohn

Cromolyn sodium

4%

Prevention and

treatment of

symtoms of

allergic rhinitis

Nasalide Nasal

Solution

Dura Flunisolide 0.025% Symptoms of

seasonal or

perennial rhinitis

Neo-Synephrine

Nose Drops,

Spray

Sanofi –

Winthrop

Phenylephrine HCl

0.125 to 1.0%

Adrenergic,

decongestant

Neo-Synephrine

Maximum

Strength 12

Hour

Sanofi –

Winthrop

Ozymetazoline

HCl 0.05%

Adrenergic,

decongestant

Ocean Mist Fleming Sodium chloride

0.65%

Restore moisture,

relieve dry,

crusted, inflamed

nasal membranes

Pivine HCl

Nasal Solution

Novartis Naphazoline HCl

0.05%

Adrenergic,

decongestant

Syntocinon

Nasal Spray

Sandoz Oxytocin 40U/ml Synthetic

oxytocin for

initial milk let-

down preparatory

to breast feeding

Tyzine Pediatric

Nose Drops

Key Tetrahydrozoline

HCl (0.05%)

Adrenergic,

decongestant

Sediaan – sediaan yang ada biasa diberikan dengan empat cara, yaitu:            

1.      Yang biasanya adalah dengan meneteskan pada bagian tiap lubang hidung dengan

menggunakan pipet tetes.

Page 5: Penghantaran Obat Melalui Hidung

2.      Dengan cara disemprotkan, alatnya ada yang jenis untuk mendapatkan hasil

semprotan beruba kabut (atomizer) ada juga yang agak halus (neulizer) artinya

lebih halus dari atomizer.

3.      Dengan cara mencucikan dengan alat “nasal douche”

4.      Dapat juga dengan cara “inhaler”.

Larutan dekongestan nasal

Kebanyakan larutan dekongestan nasal menggunakan pembawa air, isotonis

terhadap cairan nasal (lebih kurang ekivalen dengan 0.9% NaCl), didapar untuk

menjaga satibilitas obat dengan pH sekitar pH cairan nasal normal (pH 5.5 – 6.5) dan

jika perlu distabilkan dan diberi pengawet. Pengawet antimikroba yang digunakan sama

dengan pengawet yang digunakan untuk larutan optalmik .

Konsentrasi agen adrenergik dalam kebanyakan larutan dekongestan nasal cukup

rendah, berkisar antara 0.05 – 1.0%. Beberapa sediaan komersialm tersedia dalam

bentuk untuk orang dewasa dan pediatrik, dimana konsentrasi sediaan pediatrik sekitar

separuh dari kekuatan konsentrasi orang dewasa.

Kebanyakan obat adrenergik yang digunakan untuk larutan dekongestan nasal

adalah senyawa sintetik. Bagian terbesar larutan yang digunakan untuk sediaan nasal,

dikemas dalam botol tetes atau botol semprot (spray) plastik dengan volume 15 – 30ml.

Produk harus stabil dalam kontener dan kemasan tertutup rapat bila tidak digunakan.

Pasien harus diberi tahu bahwa ada perbedaan durasi efek dekongestan topikal. Sebagai

contoh fenilefrin harus digunakan setiap 3 – 4 jam, sedangkan oksimetazolin yang

bekerja lama, cukup digunakan setiap 12 jam saja.

Obat tetes hidung

Menurut Farmakope Indonesia Ed. III , Tetes hidung adalah obat tetes yang

digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat

mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.

Tetes hidung harus steril dan untuk untuk menjaga agar oaat terhindar dari

kontaminasi, maka penambahan preservatif juga dilakukan misalnya dengan nipagin

atau nipasol atau kombinasi keduanya. Nipagin dipakai 0,04-0,01 %; sedangkan

campurannya dapat dibuat dengan kombinasi Nipagin (0.026%) + Nipasol (0.014%).

Secara umum untuk obat (tetes) hidung harus diperhatikan :

1.      Sebaiknya digunakan pelarut air

Page 6: Penghantaran Obat Melalui Hidung

2.      Jangan menggunakan obat yang cenderung akan mengerem fungsi rambut getar

epitel.

3.      pH larutan sebaiknya diatur sekitar 5,5-6,5 dan agar pH tersebut stabil hendaknya

ditambahkan dapar (buffer).

4.      Usahakan agar larutan isotonis

5.       Agar supaya obat dapat tinggal lama dalam rongga hidung dapat diusahakan

penambahan bahan yang menaikkan viskositasnya agar mendekati secret lendir

hidung

6.      Hendaknya dihindari larutan obat (tetes) hidung yang bereaksi alkali

7.      Penting untuk diketahui jangan sampai bayi diberi tetes hidung yang mengandung

menthol, karena dapat menyebabkan karam (kejang) pada jalan pernafasan

8.      Harus tetap stabil selama dalam pemakaian pasien

9.      Harus mengandung antibakteri untuk mereduksi pertumbuhan bakteri selama dan

pada saat obat diteteskan.

Larutan inhalasi

Inhalasi adalah obat atau larutan obat yang diberikan melalui nasal atau rute

pernapasan oral. Obat dapat diberikan untuk bekerja lokal pada pohon bronkhail atau

untuk efek sistemik melalui absorpsi dari paru-paru. Beberapa gas, seperti oksigen dan

eter, diberikan secara inhalasi, obat berbentuk serbuk halus dan larutan obat diberikan

sebagai kabut halus. Sebagai pembawa sediaan inhalasi dapat digunakan air steril untuk

injeksi USP atau larutan natrium klorida inhalasi USP.

Instrumen yang digunakan secara luas dan mampu menghasilkan partikel halus

untuk terapi inhalasi adalah “nebulizer”. Alat ini mengandung unit atomisasi yang

tersambung dengan ruang kaca berbentuk bola. Bola karet pada ujung akhir kemasan

ditekan dan larutan oral dikeluarkan melalui tabung gelas sempit dan pecah

(terdistribusi) menjadi partikel halus bersama-sama dengan udara yang lewat. Rentang

ukuran partikel yang dihasilkan adalah 0.5 dan 5 mikron. Partikel terbesar berupa

tetesan yang lebih berat dari kabut tidak keluar dari alat, akan tetapi jatuh balik ke

dalam reservior cairan obat. Partikel yang lebih ringan terbawa aliran udara dan dihisap

oleh pasien yang mengoperasikan “nebulizer”  dengan lubang keluar dalam mulut,

dihisap sesudah bola karet ditekan.

Page 7: Penghantaran Obat Melalui Hidung

Selain “nebulizer” dapat pula digunakan alat lain, di antaranya larutan inhalasi

isoetharim (bronkosal, sanofi) dan larutan isoproterenol (Isuprel Solution Sanofi).

Keduanya digunakan untuk menghilangkan spasma asma bronkhral dan kondisi terkait.

Inhalan

Inhalan adalah obat atau gabungan obat yang, karena efek tekanan tinggi, dapat

terbawa oleh aliran udara ke dalam alur hidung tempat obat menunjukkan efeknya. Alat

yang menampung obat atau gabungan obat dan alat pemberian obat berbentuk inhaler.

Beberapa dekongestan nasal dibuat dalam bentuk inhalan. Sebagai contoh,

propilheksedrin (Benzedrex) merupakan suatu cairan yang menguap (Volatilize) secara

perlahan-lahan pada suhu kamar. Inhaler mengandung rol silindris material berserat

(fibrous) yang dibacam (imprignasi) dengan obat yang menguap (volatile) tersebut.

Inhaler yang berbau seperti amina, biasanya baunya ditutup dengan penambahan agen

aromatik. Inhaler diletakkkan ke dalam nostrail dan uap dihirup untuk menghilangkan

kongesti nasal.

Hal yang perlu diperhatikan, seperti halnya dengan agen adrenergik nasal lainnya,

adalah pemakaian yang terlalu sering atau penghisapan berlebihan dapat menyebabkan

edema nasal dan akibatnya akan meningkatkan kongesti, bukan menurunkan. Untuk

menjamin bahwa obat tidak hilang selama periode penyimpanan, penutup inhaler harus

kedap. (Contoh bentuk sediaan yang beredar di Indonesia adalah Vick’s Inhaler)

Inhaler amilnitrit

Amilnitrit adalah cairan jernih kekuning-kuningan yang menguap, bekerja sebagai

modulator bila dihirup. Dibuat dalam vial gelas tersegel yang ditutup dengan penutup

dari kasa (gauze) pelindung. Pada saat akan digunakan, vila gelas dipecahkan dengan

jari, kasa akan terendam dalam cairan, dimana uap dapat dihirup. Vial biasanya

mengandung 0.3 ml obat. Efek obat cepat, dan digunakan dalam pengobatan nyeri

angina.

Inhalan propilheksidin

Propilheksidin adalah suatu agen adrenergik cair (vasokonstriktor) yang menguap

(valatile) secara perlahan-lahan pada suhu kamar. Hal ini memungkinkan penggunaan

secara efektif sebagai inhalan. Inhalan terdiri dari rol silinder material berserat yang

sesuai, dibacam dengan propilheksidin, dan diberi aroma yang sesuai untuk menutupi

bau amina. Uap dari obat dihirup melalui nostril bila diperlukan untuk menghilangkan

kongesti nasal yang disebabkan oleh flu dan demam tinggi. Dapat pula digunakan untuk

Page 8: Penghantaran Obat Melalui Hidung

menghilangkan kuping tersumbat (ear block) dan nyeri tertekan saat bepergian dengan

pesawat udara.

Setiap tabung plastik produk komersial mengandung 250 mg propilheksidin dengan

aroma penutup bau. Kontener harus ditutup kedap untuk mencegah hilangnya obat

akibat penguapan selama penyimpanan.

C.   Rute nasal efek sistemik

Rute nasal penghataran obat menarik karena selalu dicari rute pemberian obat

yang tidak dapat diberikan baik secara oral maupun parenteral dari obat hasil sintesis

secara biologi, yaitu peptida dan polipeptida. Polipeptida seperti insulin yang dirusak

oleh cairan saluran cerna, diberikan secara injeksi. Mukosal nasal menunjukkan prospek

yang baik untuk absorpsi sistemik dari beberapa peptida, di samping obat nonpeptida,

seperti skopolamin, hidralazin, progesteron, dan propanolol. Rute nasal memberikan

pula keuntungan pada obat nonpeptida yang diabsorpsi buruk secara oral.

Jaringan nasal orang dewasa mempunyai kapasitas sekitar 20 ml, dengan luas

permukaan cukup besar (sekitar 180 cm2) untuk absorpsi obat yang dimungkinkan oleh

adanya “microvilli” di sepanjang sel-sel epitel kolumnar dari mukosa nasal. Jaringan

nasal penuh dengan pembuluh darah sehingga merupakan lokasi yang menarik untuk

absorpsi sistemik secara cepat dan efektif. Salah satu keuntungan besar dari absorpsi

nasal adalah mencegah terjadinya efek lintas pertama (first pass effect) oleh hati.

Identifikasi enzim metabolisme pada mukosa nasal pada beberapa spesies hewan

menunjukkan hal yang mirip dengan manusia, dan begitu juga potensi metabolisme

beberapa obat secara intranasal.

Untuk beberapa peptida dan senyawa molekul kecil, ketersediaan hayati

intranasal sebanding dengan sediaan injeksi. Hanya saja ketersediaan hayati menurun

bila berat molekul senyawa meningkat, dan untuk protein yang terdiri dari lebih 72

asam amino, ketersediaan hayati mungkin rendah. Bebepara teknik farmasetik dan

formulasi dengan bahan pembantu, seperti surfraktan, menunjukkan peningkatan

absorpsi nasal dari molekul besar.

Produk yang sudah dipasarkan atau dalam tahap penelitian klinik untuk sistem

penghantaran obat nasal meliputi lypressin (diapid, Sandoz), Oxytocin (Syntocinon,

Sandoz), dismopressin (DDAVP, Rhone – Ponlenc Rorer), Vitamin B12 (Ener – B

Gel), Progesteron, insulin, calcitonin (Miacalcin, Novartis) Propanolol, dan

butophanolol (Stadal, Mead-Johnson).

Page 9: Penghantaran Obat Melalui Hidung

Prospek sediaan nasal untuk dikembangkan menjadi sistem penghantaran

sistemik sangat cerah dan prospektif. Dalam manufaktur sediaan nasal ini perlu

diperhatikan masalah sterilisasi, teknik aseptik, dan sterilitas produk. Untuk

meminimalkan kemungkinan kontaminasi produk, pasien harus diingatkan bahwa

sediaan nasal hanya digunakan untuk satu orang pasien saja, dan dijauhkan dari

jangkauan anak-anak. Jika sediaan nasal akan digunakan untuk anak-anak, maka cara

penggunaannya harus jelas.

Hidung adalah organ kompleks dengan berbagai fungsi, dengan jaringan nasal

merupakan permukaan yang penuh dengan vaskular dan jaringan mukosa untuk

absorpsi obat. Untuk tujuan sistemik sering diperlukan peningkatan penetrasi yang

bekerja menurut berbagai mekanisme. Obat yang diberkan melalui penhantaran nasal

untuk tujuan sistemik meliputi obat analgesik (Butafanol, Enkefalin, Buprenofin), obat

vaskuler (Dobutamin, Angiotensin II Antagonis), hormon endokrin (hormon

pertumbuhan manusia h4H, Kalsitonin, Lutenizing Hormone Releasing Hormone

LHRH, Insulin), dan lain-lain.

Page 10: Penghantaran Obat Melalui Hidung

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C., Howard, 1989, Pengantar bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV, Jakarta : Universitas indonesia.

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

http://pharmaciststreet.blogspot.com

TUGAS

KAPITA SELEKTA FARMASETIKA

Page 11: Penghantaran Obat Melalui Hidung

“ Penghantaran Obat Melalui Hidung “

Oleh:

HERVINNA MONICA09 04 035

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

YAYASAN PERINTIS

PADANG

2013

Page 12: Penghantaran Obat Melalui Hidung