Upload
hervinna-monica-toni
View
757
Download
89
Embed Size (px)
Citation preview
PENGHANTARAN OBAT INTRANASAL
Bermacam sistem mukosa dalam tubuh manusia (nasal, pulmonal, rectal dan
vaginal) dapat dimanfaatkan untuk titik masuk sistem penghantaran obat. Dengan
sendirinya sistem mukosa tersebut ada perbedaan dan persamaan. Formulasi sediaan ini
seharusnya tidak hanya membahas aspek formulasi dan teknologi saja, tapi juga perlu
membahas aspek: fisiologi, biokimia, metabolisme mukosa obat dan absorpsi obat.
Sistem penghantaran obat nasal ini telah berlangsung sejak lama, dikenal dalam
pengobtan Ayurvedi di India dan oleh orang Indian di Amerika Selatan, melalui cara
penghisapan (snuff) obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian obat secara
intranasal merupakan alternative ideal untuk menggantikan sistem penghantaran obat
sistematik parenteral. Keuntungan pemberian obat secara nasal ini meliputi:
a. Pencegahan eliminasi lintas pertama hepatik
b. metabolisme dinding salur cerna atau destruksi obat di salur cerna
c. kecepatan dan jumlah absorpsi, serta profil konsentrasi obat versus waktu
relative sebanding dengan pengobatan secara intra verna
d. keberadaan vaskulator yagn besar dan struktur yang sangat permeable mukosa
nasal ideal untuk absorpsi sistematik
e. pemerian serta kenyamanan pemberi obat secara intra nasal untuk pasien
A. Struktur Nasal
Hidung eksternal berbentuk piramid, disertai suatu akar dan dasar. Bagian ini
tersusun dari kerangka tulang, kartilago hialin, dan jaringan fibroareolar. Septum nasal
membagi hidung menjadi sisi kiri dan kanan rongga nasal, bagian anterior septum
adalah kartilago. Naris (nostril) eksternal dibatasi oleh kartilago nasal:
1. Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung
2. Ala besar dan ala kecil kartilago nasal mengelilingi naostril.
Tulang hidung:
1. Tulang nasal membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung,
2. Volume dan lempeng perpendikular tulang etmoid membentuk bagian posterior
septrum nasal,
3. Lantai rongga nasal adalah polatum keras yang terbentuk dari tulang maksila
dan polatinum,
4. Langit – langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari lempeng kribriform
tulang eteroid, pada sisi anterior terbentuk dari tulang frontal dan nasal, dan
pada sisi posterior terbentuk dari tulang sfenoid,
5. Konka (turbinatum) nasalis superior tengah, dan inferior menonjol pada sisi
medial dinding lateral rongga nasal. Setiap konka dilapisi membran mukosa
(epitel kolumnar bertingkat dan bersilia) yang berisi kelenjar pembuat mukus
dan banyak mengandung pembuluh darah.
6. Meatus superior, medial, dan inferior merupakan jalan udara rongga nasal yang
terletak di bawah konka
Sinus paranasal terdiri atas empat pasang (frontal, etmoid, maksilar, dan
sfenoid). Sinus ini dilapisi membran mukosa. Sinus berfungsi untuk menghasilkan
tulang kranial, memberi area permukaan tambahan pada saluran nasal untuk
menghatkan dan melembabkan udara yang masuk, serta memproduksi dan memberi
efek resonansi dalam produksi wicara.
Sinus paranasal mengalirkan cairannya ke meatus rongga nasal melalui duktus
kecil yang terletak di area tubuh yang lebih tinggi dari area lantai sinus. Pada posisi
tegak, aliran mukus ke dalam rongga nasal mungkin terhambat, terutama pada kasus
infeksi sinus. Duktus nasallakrimal dan kelenjar air mata membuka ke arah meatus
inferior.
B. Membran mukosa nasal
Kulit pada bagian eksternal permukaan hidung mengandung folikel rambut,
keringat dan kelenjar sebasea, merentang sampai vestibula yang terletak di dalam
nostril. Kulit pada bagian dalam ini mengandung rambut (vibrissae) yang berfungsi
menyaring partikel dari udara yang terhisap.
Pada bagian rongga nasal lebih dalam, epitelium respiratorik membentuk
mukosa yang melapisi ruang nasal selebihnya. Lapisan ini terdiri dari epitelium bersilia
dengan sel goblet yang terletak pada lapisan jaringan ikat tervaskularisasi dan terus
memanjang untuk melapisi saluran pernapasan sampai ke bronkus.
Fungsi dari membran mukosa ini adalah untuk:
1. Menyaring partikel halus
2. Menghangaktan dan melembabkan udara yang masuk
3. Resepsi bau (odor)
C. Sediaan nasal
Kebanyakan sediaan intranasal mengandung agen adrenergik dan digunakan
karena aktivitas dekongestan pada mukosa nasal. Akan tetapi, dengan pengembangan
bentuk sediaan dan penghantaraan baru, maka lapisan membran mukosa merupakan
tempat masuk obat baru (new entry) yang dapat dimanfaatkan untuk sediaan sistemik.
Beberapa obat yang diberikan untuk pengobatan nasal adalah:
- Antibiotik
- Sulfasetamide
- Vasokontriktor
- Germisid
- Antiseptik
Kebanyakan sediaan berbentuk larutan dan diberikan sebagai obat tetes hidung
atau obat semprot (sprays); beberapa sediaan terdapat pula dalam bentuk jeli. Beberapa
contoh produk yang sudah beredar dipasaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Nama Produk Nama
Produsen
Bahan Aktif Penggunaan /
indikasi
Afrin nasal
Spray,
Afrin Nose
Drops
Schering -
plough
Ozymetazole HCl
0.05%
Adrenergic.
decongestant
Beconase AQ
Nasal Spray
Glaxo Smith
Kline
Beclometasone
dipropionate
0.042%
Syntetic
corticosteroid for
relief of seasonal,
perennial allergic,
vasommotor
rhinitis
Diapid Nasal
Spray
Sandoz Lopressin 0.185
mg/mL
Antidiuretic,
control,
prevention of
diabetes insipidus
of deficiency of
endogenous
posterir pituitary
antidiuretic
hormone.
Nasalcrom
Nasal Spray
Pharmaci &
Upjohn
Cromolyn sodium
4%
Prevention and
treatment of
symtoms of
allergic rhinitis
Nasalide Nasal
Solution
Dura Flunisolide 0.025% Symptoms of
seasonal or
perennial rhinitis
Neo-Synephrine
Nose Drops,
Spray
Sanofi –
Winthrop
Phenylephrine HCl
0.125 to 1.0%
Adrenergic,
decongestant
Neo-Synephrine
Maximum
Strength 12
Hour
Sanofi –
Winthrop
Ozymetazoline
HCl 0.05%
Adrenergic,
decongestant
Ocean Mist Fleming Sodium chloride
0.65%
Restore moisture,
relieve dry,
crusted, inflamed
nasal membranes
Pivine HCl
Nasal Solution
Novartis Naphazoline HCl
0.05%
Adrenergic,
decongestant
Syntocinon
Nasal Spray
Sandoz Oxytocin 40U/ml Synthetic
oxytocin for
initial milk let-
down preparatory
to breast feeding
Tyzine Pediatric
Nose Drops
Key Tetrahydrozoline
HCl (0.05%)
Adrenergic,
decongestant
Sediaan – sediaan yang ada biasa diberikan dengan empat cara, yaitu:
1. Yang biasanya adalah dengan meneteskan pada bagian tiap lubang hidung dengan
menggunakan pipet tetes.
2. Dengan cara disemprotkan, alatnya ada yang jenis untuk mendapatkan hasil
semprotan beruba kabut (atomizer) ada juga yang agak halus (neulizer) artinya
lebih halus dari atomizer.
3. Dengan cara mencucikan dengan alat “nasal douche”
4. Dapat juga dengan cara “inhaler”.
Larutan dekongestan nasal
Kebanyakan larutan dekongestan nasal menggunakan pembawa air, isotonis
terhadap cairan nasal (lebih kurang ekivalen dengan 0.9% NaCl), didapar untuk
menjaga satibilitas obat dengan pH sekitar pH cairan nasal normal (pH 5.5 – 6.5) dan
jika perlu distabilkan dan diberi pengawet. Pengawet antimikroba yang digunakan sama
dengan pengawet yang digunakan untuk larutan optalmik .
Konsentrasi agen adrenergik dalam kebanyakan larutan dekongestan nasal cukup
rendah, berkisar antara 0.05 – 1.0%. Beberapa sediaan komersialm tersedia dalam
bentuk untuk orang dewasa dan pediatrik, dimana konsentrasi sediaan pediatrik sekitar
separuh dari kekuatan konsentrasi orang dewasa.
Kebanyakan obat adrenergik yang digunakan untuk larutan dekongestan nasal
adalah senyawa sintetik. Bagian terbesar larutan yang digunakan untuk sediaan nasal,
dikemas dalam botol tetes atau botol semprot (spray) plastik dengan volume 15 – 30ml.
Produk harus stabil dalam kontener dan kemasan tertutup rapat bila tidak digunakan.
Pasien harus diberi tahu bahwa ada perbedaan durasi efek dekongestan topikal. Sebagai
contoh fenilefrin harus digunakan setiap 3 – 4 jam, sedangkan oksimetazolin yang
bekerja lama, cukup digunakan setiap 12 jam saja.
Obat tetes hidung
Menurut Farmakope Indonesia Ed. III , Tetes hidung adalah obat tetes yang
digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat
mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Tetes hidung harus steril dan untuk untuk menjaga agar oaat terhindar dari
kontaminasi, maka penambahan preservatif juga dilakukan misalnya dengan nipagin
atau nipasol atau kombinasi keduanya. Nipagin dipakai 0,04-0,01 %; sedangkan
campurannya dapat dibuat dengan kombinasi Nipagin (0.026%) + Nipasol (0.014%).
Secara umum untuk obat (tetes) hidung harus diperhatikan :
1. Sebaiknya digunakan pelarut air
2. Jangan menggunakan obat yang cenderung akan mengerem fungsi rambut getar
epitel.
3. pH larutan sebaiknya diatur sekitar 5,5-6,5 dan agar pH tersebut stabil hendaknya
ditambahkan dapar (buffer).
4. Usahakan agar larutan isotonis
5. Agar supaya obat dapat tinggal lama dalam rongga hidung dapat diusahakan
penambahan bahan yang menaikkan viskositasnya agar mendekati secret lendir
hidung
6. Hendaknya dihindari larutan obat (tetes) hidung yang bereaksi alkali
7. Penting untuk diketahui jangan sampai bayi diberi tetes hidung yang mengandung
menthol, karena dapat menyebabkan karam (kejang) pada jalan pernafasan
8. Harus tetap stabil selama dalam pemakaian pasien
9. Harus mengandung antibakteri untuk mereduksi pertumbuhan bakteri selama dan
pada saat obat diteteskan.
Larutan inhalasi
Inhalasi adalah obat atau larutan obat yang diberikan melalui nasal atau rute
pernapasan oral. Obat dapat diberikan untuk bekerja lokal pada pohon bronkhail atau
untuk efek sistemik melalui absorpsi dari paru-paru. Beberapa gas, seperti oksigen dan
eter, diberikan secara inhalasi, obat berbentuk serbuk halus dan larutan obat diberikan
sebagai kabut halus. Sebagai pembawa sediaan inhalasi dapat digunakan air steril untuk
injeksi USP atau larutan natrium klorida inhalasi USP.
Instrumen yang digunakan secara luas dan mampu menghasilkan partikel halus
untuk terapi inhalasi adalah “nebulizer”. Alat ini mengandung unit atomisasi yang
tersambung dengan ruang kaca berbentuk bola. Bola karet pada ujung akhir kemasan
ditekan dan larutan oral dikeluarkan melalui tabung gelas sempit dan pecah
(terdistribusi) menjadi partikel halus bersama-sama dengan udara yang lewat. Rentang
ukuran partikel yang dihasilkan adalah 0.5 dan 5 mikron. Partikel terbesar berupa
tetesan yang lebih berat dari kabut tidak keluar dari alat, akan tetapi jatuh balik ke
dalam reservior cairan obat. Partikel yang lebih ringan terbawa aliran udara dan dihisap
oleh pasien yang mengoperasikan “nebulizer” dengan lubang keluar dalam mulut,
dihisap sesudah bola karet ditekan.
Selain “nebulizer” dapat pula digunakan alat lain, di antaranya larutan inhalasi
isoetharim (bronkosal, sanofi) dan larutan isoproterenol (Isuprel Solution Sanofi).
Keduanya digunakan untuk menghilangkan spasma asma bronkhral dan kondisi terkait.
Inhalan
Inhalan adalah obat atau gabungan obat yang, karena efek tekanan tinggi, dapat
terbawa oleh aliran udara ke dalam alur hidung tempat obat menunjukkan efeknya. Alat
yang menampung obat atau gabungan obat dan alat pemberian obat berbentuk inhaler.
Beberapa dekongestan nasal dibuat dalam bentuk inhalan. Sebagai contoh,
propilheksedrin (Benzedrex) merupakan suatu cairan yang menguap (Volatilize) secara
perlahan-lahan pada suhu kamar. Inhaler mengandung rol silindris material berserat
(fibrous) yang dibacam (imprignasi) dengan obat yang menguap (volatile) tersebut.
Inhaler yang berbau seperti amina, biasanya baunya ditutup dengan penambahan agen
aromatik. Inhaler diletakkkan ke dalam nostrail dan uap dihirup untuk menghilangkan
kongesti nasal.
Hal yang perlu diperhatikan, seperti halnya dengan agen adrenergik nasal lainnya,
adalah pemakaian yang terlalu sering atau penghisapan berlebihan dapat menyebabkan
edema nasal dan akibatnya akan meningkatkan kongesti, bukan menurunkan. Untuk
menjamin bahwa obat tidak hilang selama periode penyimpanan, penutup inhaler harus
kedap. (Contoh bentuk sediaan yang beredar di Indonesia adalah Vick’s Inhaler)
Inhaler amilnitrit
Amilnitrit adalah cairan jernih kekuning-kuningan yang menguap, bekerja sebagai
modulator bila dihirup. Dibuat dalam vial gelas tersegel yang ditutup dengan penutup
dari kasa (gauze) pelindung. Pada saat akan digunakan, vila gelas dipecahkan dengan
jari, kasa akan terendam dalam cairan, dimana uap dapat dihirup. Vial biasanya
mengandung 0.3 ml obat. Efek obat cepat, dan digunakan dalam pengobatan nyeri
angina.
Inhalan propilheksidin
Propilheksidin adalah suatu agen adrenergik cair (vasokonstriktor) yang menguap
(valatile) secara perlahan-lahan pada suhu kamar. Hal ini memungkinkan penggunaan
secara efektif sebagai inhalan. Inhalan terdiri dari rol silinder material berserat yang
sesuai, dibacam dengan propilheksidin, dan diberi aroma yang sesuai untuk menutupi
bau amina. Uap dari obat dihirup melalui nostril bila diperlukan untuk menghilangkan
kongesti nasal yang disebabkan oleh flu dan demam tinggi. Dapat pula digunakan untuk
menghilangkan kuping tersumbat (ear block) dan nyeri tertekan saat bepergian dengan
pesawat udara.
Setiap tabung plastik produk komersial mengandung 250 mg propilheksidin dengan
aroma penutup bau. Kontener harus ditutup kedap untuk mencegah hilangnya obat
akibat penguapan selama penyimpanan.
C. Rute nasal efek sistemik
Rute nasal penghataran obat menarik karena selalu dicari rute pemberian obat
yang tidak dapat diberikan baik secara oral maupun parenteral dari obat hasil sintesis
secara biologi, yaitu peptida dan polipeptida. Polipeptida seperti insulin yang dirusak
oleh cairan saluran cerna, diberikan secara injeksi. Mukosal nasal menunjukkan prospek
yang baik untuk absorpsi sistemik dari beberapa peptida, di samping obat nonpeptida,
seperti skopolamin, hidralazin, progesteron, dan propanolol. Rute nasal memberikan
pula keuntungan pada obat nonpeptida yang diabsorpsi buruk secara oral.
Jaringan nasal orang dewasa mempunyai kapasitas sekitar 20 ml, dengan luas
permukaan cukup besar (sekitar 180 cm2) untuk absorpsi obat yang dimungkinkan oleh
adanya “microvilli” di sepanjang sel-sel epitel kolumnar dari mukosa nasal. Jaringan
nasal penuh dengan pembuluh darah sehingga merupakan lokasi yang menarik untuk
absorpsi sistemik secara cepat dan efektif. Salah satu keuntungan besar dari absorpsi
nasal adalah mencegah terjadinya efek lintas pertama (first pass effect) oleh hati.
Identifikasi enzim metabolisme pada mukosa nasal pada beberapa spesies hewan
menunjukkan hal yang mirip dengan manusia, dan begitu juga potensi metabolisme
beberapa obat secara intranasal.
Untuk beberapa peptida dan senyawa molekul kecil, ketersediaan hayati
intranasal sebanding dengan sediaan injeksi. Hanya saja ketersediaan hayati menurun
bila berat molekul senyawa meningkat, dan untuk protein yang terdiri dari lebih 72
asam amino, ketersediaan hayati mungkin rendah. Bebepara teknik farmasetik dan
formulasi dengan bahan pembantu, seperti surfraktan, menunjukkan peningkatan
absorpsi nasal dari molekul besar.
Produk yang sudah dipasarkan atau dalam tahap penelitian klinik untuk sistem
penghantaran obat nasal meliputi lypressin (diapid, Sandoz), Oxytocin (Syntocinon,
Sandoz), dismopressin (DDAVP, Rhone – Ponlenc Rorer), Vitamin B12 (Ener – B
Gel), Progesteron, insulin, calcitonin (Miacalcin, Novartis) Propanolol, dan
butophanolol (Stadal, Mead-Johnson).
Prospek sediaan nasal untuk dikembangkan menjadi sistem penghantaran
sistemik sangat cerah dan prospektif. Dalam manufaktur sediaan nasal ini perlu
diperhatikan masalah sterilisasi, teknik aseptik, dan sterilitas produk. Untuk
meminimalkan kemungkinan kontaminasi produk, pasien harus diingatkan bahwa
sediaan nasal hanya digunakan untuk satu orang pasien saja, dan dijauhkan dari
jangkauan anak-anak. Jika sediaan nasal akan digunakan untuk anak-anak, maka cara
penggunaannya harus jelas.
Hidung adalah organ kompleks dengan berbagai fungsi, dengan jaringan nasal
merupakan permukaan yang penuh dengan vaskular dan jaringan mukosa untuk
absorpsi obat. Untuk tujuan sistemik sering diperlukan peningkatan penetrasi yang
bekerja menurut berbagai mekanisme. Obat yang diberkan melalui penhantaran nasal
untuk tujuan sistemik meliputi obat analgesik (Butafanol, Enkefalin, Buprenofin), obat
vaskuler (Dobutamin, Angiotensin II Antagonis), hormon endokrin (hormon
pertumbuhan manusia h4H, Kalsitonin, Lutenizing Hormone Releasing Hormone
LHRH, Insulin), dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, C., Howard, 1989, Pengantar bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV, Jakarta : Universitas indonesia.
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
http://pharmaciststreet.blogspot.com
TUGAS
KAPITA SELEKTA FARMASETIKA
“ Penghantaran Obat Melalui Hidung “
Oleh:
HERVINNA MONICA09 04 035
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2013