Upload
lyanh
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGOLAHAN ASET DIGITAL (REKAMAN VIDEO): STUDI KASUS DI
NEWS LIBRARY KOMPAS TV
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
EKO RAHARJO
NIM. 1111025100044
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438H / 2018M
i
ABSTRAK
Eko Raharjo (1111025100044). Pengolahan Aset Digital (Rekaman Video): StudiKasus di News Library Kompas TV. Dibawah bimbingan HendroWicaksono, M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab danHumaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan aset digital(rekaman video) dan kendala yang dihadapi dalam proses pengolahan aset digital(rekaman video) di News Library Kompas TV. Jenis penelitian ini adalahdeskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakandalam pengumpulan data adalah wawancara dan observasi dengan metodepurposive sampling sebagai penentu informan. Penelitian ini menunjukkan bahwaNews Library Kompas TV memiliki kebijakan tersendiri yang diterapkan padaSOP pengolahan aset digital rekaman video yang telah ditetapkan. Koleksi yangterdapat di News Library Kompas TV hanya dalam bentuk digital/audio visual.Dalam pengolahan aset digital rekaman video terdapat beberapa tahapan yakniingest, pengkategorian, pendeskripsian/metadata dan rough cut.Pengkategorian/pengklasifikasian aset digital rekaman video berdasarkan jenismaterinya yakni master shoot dan master edit. Pendeskripsian/metadata asetdigital rekaman video dilakukan dengan menginput data pada software GV Stratusyang terdiri dari tanggal liputan, judul liputan, nama reporter dan camera person,serta keterangan/sinopsis. Proses rough cut dilakukan dengan mengambil bagian-bagian penting dan layak tayang dari suatu rekaman video. News Library KompasTV menggunakan perangkat komputer, server penyimpan permanen (LTO 6) dansoftware GV Stratus untuk menunjang pengolahan aset digital rekaman video.Kendala yang dihadapi oleh News Library Kompas TV yaitu software GV Stratusmasih sering error, minimnya pengetahuan dan kemampuan SDM perekrutanbaru dalam mengolah aset digital rekaman video. Solusi yang dilakukan dalammengatasi kendala dalam pengolahan aset digital rekaman video yaitupengoptimalan dalam menggunakan software alternatif saat GV Stratus error,serta cekatan dalam berkoordinasi kepada tim IT perihal penanganan error padasistem/software GV Stratus. News Library Kompas TV perlu memberikanpelatihan dan workshop berkala dan rutin untuk meningkatkan skill danpengetahuan SDM tentang pengoperasian GV Stratus dan pengolahan aset digitalrekaman video.
Kata Kunci: Perpustakaan Digital, Pengolahan, Rekaman Video, News LibraryKompas TV
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT atas segala berkat, rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengolahan Aset Digital (Rekaman Video):
Studi Kasus di News Library Kompas TV”. Penulisan skripsi ini guna
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berbagai kendala yang telah dihadapi penulis selama proses penyelesaian
skripsi sehingga penulis mendapat bantuan dari banyak pihak yang mendukung
secara moril, materil, waktu maupun tenaga. Penulis menyadari betul kekurangan
dan kelemahan penulis dalam masa penyusunan skripsi ini. Maka, penulis
mengucapkan terima kasih yang terutama dan yang sedalam-dalamnya kepada
kedua orang tua Bapak dan Ibu, dek Ari serta dek Iis yang sangat sabar dan tidak
pernah lupa memanjatkan do’a kepada Allah SWT, serta memberi dorongan
semangat.
Skripsi ini tentu tidak lepas dari dukungan semua pihak yang meluangkan
waktu dan ilmunya dalam membantu penulis. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.
iii
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan.
4. Hendro Wicaksono, M.Hum, selaku dosen pembimbing penulis yang
membantu, mengarahkan, dan menuntun penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah
mencurahkan ilmunya begitu banyak untuk masa depan penulis.
6. Pihak di News Library Kompas TV, khususnya kepada Ibu Mommy Asri
Yulia selaku koordinator News Library Kompas TV dan Bapak Surya
Darma staf pengolahan yang telah bersedia memberikan kesempatan
kepada penulis, memberi banyak bantuan dan informasi yang penulis
butuhkan selama penelitian berlangsung.
7. Kepada para sahabat Ibu Sri Handayani, Triyona Febri Guwantoro, Moh.
Rifqi Muzaki, Bayu Asmara, Aldi Eri, Zul Jaiz, Sendy Awile, Ashabul
Kahfi Babeh, Febri Nurul Huda, Zulfikar Arman, Kikim, Fheby Azom
Arrafiqi, Soekarno Kurniawan, Miftahur Rahmah, Millatina Ulya,
Nurprasetya Ningrum, Monica Harfiyani, Sobri Yogi Bilowo, Wildan
Firdaus, Syarif Mahendra, Karina Putri Adita, Maeta Virgia. Terima kasih
untuk do’a, bantuan dan semangat yang kalian berikan selama proses
penyusunan skripsi ini serta kebersamaan kita yang telah menciptakan
senyum simpul tersendiri bagi penulis.
8. Seluruh teman-teman di Jurusan Ilmu Perpustakaan dari kelas B dan
teman-teman lain diantaranya Kulup, Rani, Ahmad Fauzi Kliwon, Puti
Asmarani, Annisa Nurulita, Rizal Fahmi, Abi Jon, Luki Budiawan, Kibar,
iv
Vita, Jalil, Egi, Kirdun, Taufiq, Hafiz, Laga, Endus, Braja, Ari Rama,
Putra, Om Apiz. Terima kasih untuk do’a, semangat, kebaikan dan
bantuan kalian selama proses penyelesaian skripsi ini.
9. Kepada teman-teman KKN Baraya Gopur, Agung, Anas, Amin, Yogi,
Aep, Imam, Tomy, Monna, Intan, Nilam, Ais, Devi, Widha. Terima kasih
untuk do’a, semangat, kebaikan dan bantuan kalian selama proses
penyelesaian skripsi ini.
10. Dan, beberapa pihak baik teman maupun saudara yang terlewatkan atau
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan
semua kebaikan serta do’a yang sudah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun, dengan harapan dapat mencapai hasil yang lebih sempurna dan
untuk pengembangan diri penulis selanjutnya.
Akhir kata penulis memanjatkan do’a semoga Allah SWT memberikan
balasan yang setimpal pada semua pihak atas dukungan dan bantuannya. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan
bagi para pembacanya, khususnya bagi dunia perpustakaan di masa sekarang dan
masa yang akan datang.
Aamiin Yaa robbal’alamiin
Jakarta, 24 Juni 2018
Eko Raharjo
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... iKATA PENGANTAR ................................................................................... iiDAFTAR ISI .................................................................................................. vDAFTAR TABEL ......................................................................................... viiDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 5C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 5D. Definisi Istilah ..................................................................................... 6E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN LITERATURA. Perpustakaan Khusus .......................................................................... 9
1. Ciri-Ciri Perpustakaan Khusus ...................................................... 102. Tugas Perpustakaan Khusus .......................................................... 113. Fungsi Perpustakaan Khusus ........................................................ 12
B. Perpustakaan Digital ........................................................................... 141. Pengelolaan Perpustakaan Digital ................................................. 162. Pengolahan Bahan Pustaka Buku................................................... 193. Pengolahan Bahan Pustaka Non Buku .......................................... 204. Jenis Koleksi Digital ..................................................................... 265. Perangkat Penunjang Perpustakaan Digital .................................. 28
C. Digital Aset Manajemen dan Media Aset Manajemen ....................... 291. Ragam Format Rekaman Video .................................................... 322. Pengolahan Rekaman Video ......................................................... 36
D. News Library Kompas TV .................................................................. 39E. GV Stratus ........................................................................................... 41
1. Skalabilitas .................................................................................... 432. Perizinan ........................................................................................ 443. File Ingest ...................................................................................... 494. Manajemen Konten ....................................................................... 485. Pengaturan Pada GV Stratus ......................................................... 516. Storyboard Editor .......................................................................... 557. Final Cut Pro ................................................................................. 558. Rough Cut ..................................................................................... 56
F. Penelitian Relevan ............................................................................... 56
BAB III METODE PENELITIANA. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................... 58B. Sumber Data ........................................................................................ 59C. Pemilihan Informan ............................................................................. 59
vi
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 60E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 61F. Jadwal Penelitian ................................................................................. 62G. Instrumen Penelitian ........................................................................... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Profil News Library Kompas TV ........................................................ 63
1. Sejarah News Library Kompas TV................................................ 632. Visi dan Misi News Library Kompas TV ..................................... 643. Personalian News Library Kompas TV ........................................ 644. Struktur Organisasi News Library Kompas TV............................. 655. Koleksi .......................................................................................... 656. Sistem Layanan ............................................................................. 657. Lokasi ............................................................................................ 668. Perangkat Lunak yang
Digunakan di News Library Kompas TV ..................................... 66B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................................ 66
1. Pengolahan Aset Digital News Library Kompas TV .................... 66a. Proses Pengolahan Aset Digital (Rekaman Video) ................ 71b. Perangkat Penunjang
Pengolahan Aset Digital Rekaman Video ............................... 812. Kendala dalam Proses Pengolahan
Aset Digital di News Library Kompas TV ................................... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ........................................................................................ 87B. Saran .................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 89
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Waktu Layanan News Library Kompas TV ................................... 65
Tabel 4.2 Pendeskripsian Aset Digital Rekaman Video ................................. 77
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tampilan GV Stratus ................................................................... 41
Gambar 2.2 Penjadwalan Acara-acara di GV Stratus ..................................... 45
Gambar 2.3 Removable Media Interface GV Stratus ..................................... 46
Gambar 4.1 Struktur Organisasi News Library Kompas TV........................... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan informasi di era modern saat ini berkembang dengan sangat
cepat, membuat para penyedia informasi berlomba-lomba untuk menyediakan
informasi dengan efektif tanpa terbatas oleh ruang dan waktu. Hal ini yang
menyebabkan semua lembaga penyedia dan pengelola informasi lebih
bersunggung-sungguh dalam menyediakan dan mengelola berbagai informasi
yang mereka miliki agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Beragam informasi tersedia dalam berbagai pilihan media-media
penyimpanan, tidak hanya terbatas pada media cetakan seperti buku, majalah,
koran saja. Akan tetapi seiring dengan kemajuan teknologi, lahir beragam
media-media baru seperti media elektronik (televisi, radio, kaset, dll), media
internet (website, facebook, twitter) yang pada saat ini bisa menjadi media
penyebaran informasi.
Kemajuan teknologi telah mempermudah penyebaran informasi
manusia di seluruh dunia, diantaranya adalah media televisi yang
menyuguhkan berbagai macam kebutuhan informasi sehingga menjadikan
pesawat televisi sebagai kebutuhan bagi masyarakat. Televisi sebagai media
komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan, dan hiburan yang
mempunyai jangkauan sangat luas dari berbagai kalangan/lapisan masyarakat.
2
Kompas TV sebagai salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia
yang menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan. Kompas TV
menjadi tempat untuk ide-ide dan aspirasi untuk mendidik dan memainkan
peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Sebagai pengelola dan penyedia informasi, tentunya Kompas TV
memproduksi hasil rekaman langsung maupun tunda, yang merupakan koleksi
dan juga aset perusahaan yang harus dikelola, disimpan dengan baik sampai
proses temu kembali untuk digunakan kegiatan tayang/siaran.
Dengan demikian, stasiun televisi seperti Kompas TV memerlukan
divisi/bagian khusus untuk mengorganinsasikan aset-aset mahal seperti audio,
video, gambar serta teks. News Library Kompas TV sebagai divisi pengelola
aset digital rekaman video yang dimiliki oleh Kompas TV. Software
pengolahan News Library Kompas TV berbeda dengan stasiun TV pada
umumnya, mereka menggunakan software GV Stratus dalam mengolah aset
digital rekaman video.
Rekaman video adalah sebuah metode perekaman gambar bergerak
diatas pita magnetik dengan menggunakan prinsip yang sama dengan perekam
suara, tetapi mengkonversikan suara dan gambar itu ke dalam impuls listrik
kemudian diletakkan diatas media perekam.1 Aset digital harus dikelola
dengan baik, mudah, cepat agar dapat dipergunakan kembali untuk
memperluas jaringan, kolaborasi, proses produksi, pemasaran multichannel,
manajemen pengetahuan, penelitian dan sebagainya. Dalam hal ini sudah
1 Helen Harrison, Video in Libraries: The Audiovisual Librarian. (Chicago: AudiovisualGroup of the Library Association, 1980), h. 47.
3
menjadi tugas News Library Kompas TV sebagai pengelola aset digital yang
berguna untuk keberlangsungan hidup perusahaannya.
Seperti halnya isu yang berkembang pada perpustakaan berbasis buku,
terkait dengan konsep tapeless dan transformasi layanan perpustakaan
tradisional ke digital (Digital Library), atau Virtual Library. News Library
yang berperan sebagai perpustsakaan digital di suatu perusahaan stasiun TV
juga dihadapkan dengan isu-isu tapeless material untuk efisiensi waktu dan
uang dalam pengelolaan aset digital rekaman video yang dimiliki.
Perpustakaan digital secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan
dengan perpustakaan yang sudah ada pada umumnya. Perpustakaan digital
memiliki koleksi yang terorganisir dari berbagai sumber, dan memiliki
beberapa format koleksi yang tersedia. Koleksi digital akan mengurangi biaya
berkaitan dengan pemeliharaan dan penyampaiannya.2
Dalam dunia broadcasting terlebih pada News Library juga terdapat
istilah-istilah seperti Digital Assset Management dan Media Asset
Management. Menurut Putu Laxman Pendit Digital Assset Management
merupakan seranngkaian kebijakan dan komitmen yang menetapkan tujuan,
lingkup, dan hasil yang ingin dicapai.3 DAM merupakan suatu teknologi yang
terkordinasi dan tersusun, yang mengizinkan penyimpanan file digital yang
efisien, pengambilan informasi, dan penggunaan ulang file digital yang sangat
penting bagi perusahaan. MAM merupakan teknologi yang digunakan untuk
mencari dan mengambil isi khusus dari sebuah objek dari media ke digital.
2 Sismanto, HS, Manajemen Perpustakaan Digital. (Yogyakarta: Afifah Pustaka, 2008), h.17.
3 Putu Laxman Pendit, Perpustakaan Digital: dari A sampai Z (Jakarta: Cita KaryakarsaMandiri, 2008), h. 50.
4
Akan tetapi sebelum mengimplementasikan teknologi untuk pengelolaan aset
digital rekaman video yang dimiliki,
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh penulis, News
Library Kompas TV menggunakan software GV Stratus untuk menginput,
mengolah, dan menyimpan aset digital rekaman video tersebut. News Library
Kompas TV tidak menggunakan DDC dalam pengklasifikasian aset digital
rekaman video yang dimiliki, karena Kompas TV mempunyai kebijakan
tersendiri sesuai dengan SOP yang telah dibuat. Dalam melakukan pengolahan
aset digital News Library Kompas TV masih menghadapi beberapa kendala,
yang pertama yakni software GV Stratus yang sering error, hal tersebut
mengakibatkan proses pengolahan aset digital terhambat dan mengharuskan
menggunakan aplikasi Final Cut Pro yang terintegrasi dengan software GV
Stratus. Kedua, staf News Library Kompas TV yang masih kurang
pengetahuan dan skill dalam melakukan pengolahan aset digital rekaman
video yang dimiliki seperti proses metadata dan roughtcut, terutama pada staf
yang masa kerjanya terbilang belum lama dan kurang berpengalaman dalam
pengelolaan aset maupun bidang broadcasting.
Berdasarkan realitas-realitas diatas maka sangatlah jelas bahwa
pengolahan aset digital rekaman video di tengah era digital sangat penting
bagi koleksi sebuah stasiun TV. Terlebih lagi rekaman video tersebut
merupakan aset perusahaan yang dikelola oleh perpustakaan yang bernaung
pada perusahaan induknya. Oleh karena itu peneliti mencoba mengangkat
tema “Pengolahan Aset Digital (rekaman video): Studi kasus di News
Library Kompas TV.”
5
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Agar penelitian ini dapat berjalan dengan baik, maka perlu adanya
pembatasan dan perumusan masalah. Hal ini memudahkan penulis untuk
fokus pada masalah yang akan diteliti dan terarah sehingga mendapatkan hasil
yang diinginkan secara tepat.
1. Pembatasan Masalah
a. Proses pengolahan aset digital (rekaman video) yang dilakukan di
News Library Kompas TV.
b. Kendala yang dihadapi dalam proses pengolahan aset digital (rekaman
video) yang dilakukan di News Library Kompas TV.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana proses pengolahan aset digital (rekaman video) yang
dilakukan di News Library Kompas TV?
b. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam proses pengolahan aset
digital (rekaman video) yang dilakukan di News Library Kompas TV?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pembatasan dan perumusan permasalahan yang telah peneliti
identifikasi di atas, secara keseluruhan penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui proses pengolahan aset digital (rekaman video) yang
dilakukan di News Library Kompas TV.
b. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam proses pengolahan aset
digital (rekaman video) yang dilakukan di News Library Kompas TV.
6
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan adalah:
a. Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan teoritis dan
memperkaya khazanah ilmu pengetahuan serta mendorong peneliti lain
untuk meneliti permasalahan sejenis dengan variabel-variabel lain.
b. Manfaat Praktis
1) Menambah wawasan dan pengetahuan terhadap pustakawan terkait
pengolahan aset digital (rekaman video).
2) Untuk memberikan wawasan, pengembangan dan konstribusi
pemikiran bagi News Library Kompas TV perihal pengolahan aset
digital yang lebih baik dalam perusahaan pertelevisian.
c. Manfaat Akademis
Memenuhi persyaratan dalam meraih gelar kesarjanaan studi Strata
Satu (S1) Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Ilmu Perpustakaan.
D. Definisi Istilah
Untuk memudahkan memahami istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa pengertian istilah yang
sering digunakan dalam setiap bab penelitian, diantaranya:
7
1. Pengolahan
Pengolahan adalah manajemen sumber daya, misalnya personil, keuangan,
material, inventaris, waktu, dan sebagainya.4 Pengelolaan Asset
merupakan proses yang diperlukan untuk melakukan penyimpanan,
pencarian dan mendapatkan kembali data dengan efisien. Asset yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah koleksi berupa rekaman video yang
berada di News Library Kompas TV.
2. Digital Asset Management
Digital asset management adalah Pengorganisasian file digital, dari aset-
aset yang mempunyai nilai.5
3. Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital adalah perpustakaan yang mengelola semua atau
sebagian yang substansi dari koleksi-koleksinya dalam bentuk
komputerisasi sebagai alternatif, suplemen atau pelengkap terhadap
cetakan konvensional dalam bentuk mikro material yang saat ini
didominasi koleksi perpustakaan.6 Perpustakaan Digital yang dimaksud
adalah News Library Kompas TV yang saat ini sudah menjalankan sistem
file dan server untuk pengolahan, penyimpanan dan pelayanan koleksi
rekaman video (berita) yang mereka miliki dari hasil produksi dan
merupakan aset perusahaan induknya.
4 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta: SamitraMedia Utama, 2004), h.4.
5 “Transformasi Perpustakaan & Informasi; dari Pengelolaan Dokumen Analog ke MAM (Media Asset Management )” artikel diakses pada tanggal 10 Maret 2015 darihttps://sisilainpustakawan.wordpress.com/2013/12/27/transformasi-perpustakaan-dari-pengelolaan-dokumen-analog-ke-mam-media-asset-management/
6 Abdul Rahman Saleh, Membangun Perpustakaan Digital: Step by step (Jakarta: SagungSeto, 2010), h. 3.
8
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini secara keseluruhan,
maka diperlukan suatu sIstematika penulisan. Adapun sistematika yang
dimaksud adalah seperti yang akan diuraikan sebagai berikut:
Bab I Tinjauan Literatur
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini memuat teori–teori yang berasal dari kajian kepustakaan
yang berkaitan dengan gambaran terperinci mengenai teknologi
informasi perpustakaan, pengelolaan perpustakaan digital, jenis
loleksi digital dan ragam format digital.
Bab III Metode Penelitian
Jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, informan, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data dan jadwal penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini membahas tentang profil objek penelitian, hasil penelitian
dan pembahasan yang berkaitan dengan pengelolaan aset (rekaman
video/liputan berita) yang dilakukan di News Library Kompas TV.
Bab V Penutup
Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat oleh
peneliti setelah melakukan penelitian di perpustakaan tersebut.
9
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu
bersamaan dengan perubahan budaya, perubahan itu meliputi jenis koleksi,
bentuk dan bahan pustaka, sistem pengelolaan, pemanfaatan, sampai dengan
penyebaran informasi kepada masyarakat. Jenis perpustakaan yang kini
semakin bertambah dipengaruhi oleh beberapa hal, mulai dari lembaga
pengelola, koleksi, pengguna, wilayah, dan tujuan pembentukan. Di Indonesia
terdapat beberapa jenis-jenis perpustakaan, salah satu dari beberapa jenis yang
dikembangkan yaitu perpustakaan khusus.
Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh
lembaga atau instansi Negara, pemerintah, pemerintah daerah ataupun
lembaga atau instansi swasta yang layanannya diperuntukkan bagi pengguna
di lingkungan lembaga atau instansi yang bersangkutan.7
Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang memiliki kekhususan
tertentu, misalnya dilihat dari tugas dan fungsinya, koleksi serta pemakainya.8
Menurut Sutarno Perpustakaan khusus merupakan suatu instansi atau lembaga
tertentu, baik pemerintah maupun swasta, dan sekaligus sebagai pengelola
atau penanggung jawabnya. Melayani pemakai dari lembaga yang
7 Jonner Hasugian, Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. (Medan: USU Press,2009), h. 81.
8 Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h.18.
10
bersangkutan, sehingga memiliki koleksi yang terbatas sesuai dengan misi dan
tugas lembaga yang bersangkutan.9
Dari beberapa definisi perpustakaan khusus diatas, dapat disimpulkan
bahwa perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang berada pada instansi
atau lembaga pemerintahan maupun swasta yang memiliki koleksi khusus
sesuai dengan jenis lembaga induk yang menaungi.
1. Ciri-ciri Perpustakaan Khusus
Perpustakaan yang berada di instansi atau lembaga ini mempunyai
ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan perpustakaan jenis lain, yaitu:
a. Memiliki buku yang terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu
saja. Misalnya perpustakaan yang membatasi pada satu subjek
(contoh pertanian kering), subjek yang luas (biologi dan pertanian).
b. Keanggotaan perpustakaan terbatas pada sejumlah anggota yang
ditentukan oleh kebijakan perpustakaan atau kebijakan badan induk
tempat perpustakaan tersebut bernaung.
c. Peran utama pustakawan ialah melakukan penelitian kepustakaan
untuk anggota. Dalam melakukan penelitian untuk anggota, sering
dipersoalkan seberapa jauh pustakawan harus melakukan
penelitian. Ada yang berpendapat pustakawan harus melakukan
penelitian. Ada yang berpendapat pustakawan terbatas hanya
melakukan penelusuran literatur, ada pula yang berpendapat bahwa
pustakawan terbatas pada penggunaan petunjuk umum mengenai
penggunaan sarana bibliografi artinya sarana grafis maupun
9 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan Suatu Pendekatan dan Praktik (Jakarta: SagungSeto, 2006), h. 38.
11
elektronik untuk menelusur permintaan anggota perpustakaan.
d. Tekanan koleksi bukan pada buku melainkan pada majalah,
pamflet, paten, laporan penelitian, abstrak atau indeks karena
literatur dari jenis tersebut umumnya megandung informasi yang
lebih mutakhir dibanding buku.
e. Jasa yang diberikan lebih mengarah kepada minat anggota
perorangan. Karena itu perpustakaan khusus menyediakan jasa
sangat berorientasi kepemakainya dibandingkan jenis perpustakaan
lain. Jasa yang diselenggarakan misalnya penyebaran informasi
terpilih atau pengiriman foto copy artikel sesuai minat
pemustaka.10
2. Tugas Perpustakaan Khusus
Tugas merupakan suatu kewajiban yang harus dikerjakan. Tugas
perpustakaan adalah kewajiban yang telah ditetapkan sesuai dengan
kebijakan lembaga induknya untuk dilakukan di dalam perpustakaan.
Adapun tugas dari perpustakaan khusus adalah Menunjang
terselenggaranya pelaksanaan tugas lembaga induknya dalam bentuk
penyediaan materi perpustakaan dan akses informasi, mengumpulkan
terbitan dari dan tentang lembaga induknya, memberikan jasa
perpustakaan dan informasi, mendayagunakan teknologi informasi dan
komunikasi untuk menunjang tugas perpustakaan, meningkatkan literasi
informasi.11
10 Karmidi Martoadmodjo, Manajemen Perpustakaan Khusus, (Jakarta: UniversitasTerbuka, 1997), h. 13.
11 Perpustakaan Nasional, Standar Nasional Indonesia Bidang Perpustakaan danKepustakawanan, (Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2009), h. 3.
12
Perpustakaan khusus di dalam suatu lembaga memiliki tugas yang
tidak jauh berbeda dari perpustakaan pada umumnya yakni menyimpan
dan menyebarluaskan informasi kepada pengguna yang terdapat di dalam
lembaga induknya.
3. Fungsi Perpustakaan Khusus
Standar Nasional Indonesia Bidang Kepustakaan dan
Kepustakawanan menyebutkan fungsi perpustakaan khusus, yaitu:
a. Mengembangkan koleksi yang menunjang kinerja lembaga
induknya.
b. Menyimpan semua terbitan dari dan tentang lembaga induknya.
c. Menjadi focal point untuk informasi terbitan lembaga induknya.
d. Menjadi pusat referral dalam bidang yang sesuai dengan lembaga
induknya.
e. Mengorganisasi materi perpustakaan.
f. Mendayagunakan koleksi.
g. Menerbitkan literature sekunder dan tersier dalam bidang lembaga
induknya, baik cetak maupun elektronik.
h. Menyelenggarakan pendidikan pengguna.
i. Menyelenggarakan kegiatan literasi informasi untuk
pengembangan kompetensi SDM lembaga induknya.
j. Melestarikan materi perpustakaan, baik preventif maupun kuratif.
k. Ikut serta dalam kerjasama perpustakaan serta jaringan informasi.
l. Menyelenggarakan otomasi perpustakaan.
m. Melaksanakan digitalisasi materi perpustakaan.
13
n. Menyajikan layanan koleksi digital.
o. Menyediakan akses informasi pada tingkat lokal, nasional, regional
dan global.12
Sedangkan menurut Janet L. Ahrensfeld menerangkan bahwa
fungsi maksimal perpustakaan khusus, yaitu secara berkala mengadakan
riset formal tentang kebutuhan pemustaka, membuat kontak dengan para
ahli dan agen publikasi luar biasa yang tidak dipublikasikan, menambah
koleksi khusus misalnya katalog perkembangan eksekutif, cetak komputer,
dan arsip organisasi, mengevaluasi dan memilih pangkalan data sesuai
dengan kepentingan organisasi.13
Selain itu, fungsi dari perpustakaan khusus adalah sebagai untuk
mendukung badan induknya. Dengan demikian sebagian besar
perpustakaan khusus hanya terbuka atau digunakan para pengguna yang
berasal atau bekerja di instansi atau badan yang bersangkutan. Di samping
itu koleksi bahan pustaka dan informasi perpustakaan khusus adalah
berkaitan dengan bidang cakupan instansi tersebut”.14
Dari ciri-ciri, tugas dan fungsi perpustakaan khusus yang telah
dipaparkan di atas dapat disimpulkan, bahwa perpustakaan khusus sebagai
penyedia informasi dalam bidang tertentu yang mencakup sesuai dengan
kebutuhan, serta untuk mengembangkan, menyimpan, melestarikan, dan
mengolah berbagai macam terbitan untuk lembaga induknya.
12 Ibid., h. 3.13 Janet L. Ahrensfeld, Special Library a guide for Management (New York: Special
Library Association, 1981) h. 8-9.14 Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999),
h. 1.19.
14
B. Perpustakaan Digital
Perpustakaan merupakan lembaga yang menyediakan informasi bagi
kebutuhan masyarakat yang mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.
Pada awal nya perpustakaan di operasikan secara manual dan hanya memiliki
koleksi bentuk tercetak, saat ini dengan adanya perpustakaan digital para
pengguna di mudahkan untuk memperoleh segala bentuk informasi yang ada
tanpa terbatas ruang dan waktu.
“Digital libraries are organization that provide the resources,including the speacialized staff, to select, structure, offerintellectual acces to, interpret, distribute, preserve the integrity of,and ensure the persistence over time of collections of digital worksso that they are readily and economically available for use by adefined community or set of communities”.
Menurut Digital Library dalam buku yang dikutip oleh Putu Laxman
Pendit, menegaskan bahwa perpustakaan digital sesungguhnya merupakan
upaya yang terorganisir dalam memanfaatkan teknologi yang ada bagi
keperluan masyarakat penggunya. 15
Menurut Tedd dan Large dalam buku yang dikutip oleh Putu Laxman
Pendit, National Science Foundation akhirnya mendaftar tiga karakteristik
utama perpustakaan digital.
Pertama, memakai teknologi yang mengintegrasikan kemampuan
menciptakan, mencari, dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk di
dalam sebuah jaringan digital yang tersebar luas.
“Digital libraries are a set of electronic resources and associatedtechnical capabilities for creating, searching, and usinginformation. In this sense they are an extension and enchancementof information storage and retrieval system that manipulate digital
15 Putu laxman pendit, Perpustakaan Digital dari A sampai Z, (Jakarta: Citra Karya KarsaMandiri, 2008), h 3.
15
data in any medium (text, image, sounds) and exist in distributednetwork”
Kedua, memiliki koleksi yang mencakup data dan metadata yang
saling mengaitkan berbagai data, baik di lingkungan internal maupun
eksternal.
“The content of digital libraries include data, metadata thetdescribes various aspects of the data, and metadata that consist oflinks or relationships to other metadata, whether internal orexternal to digital library”
Karakteristik ketiga adalah merupakan kegiatan mengkoleksi dan
mengatur sumber daya digital yang dikembangkan bersama-sama komunitas
pemakai jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi komunitas tersebut. Oleh
sebab itu, perpustakaan digital merupakan integrasi berbagai institusi, seperti
perpustakaan, museum, arsip, dan menyediakan informasi secara meluas ke
berbagai komunitas.
“Digital library are constructed –collected and organized- by(and for) a community of user and their functional capabilities tosupport the information needs and uses of that community. In thissense they are an extension, enhancement, and integration of avariety of information institution as physical places whereresources are selected, collected, organized, preserved, andaccesed in support of a user community. These informationinstitutions includes, among other, libraries, museums, archives,and schools, but digital libraries also extend and serve othercommunity setting, including classrooms, offices, laboratories,homes, and, public spaces”
Ketiga karakteristik di atas melengkapi pengertian dasar tentang
perpustakaan digital sebagai sebuah sistem yang melibatkan infrastruktur
dalam pengertian lebih luas dari pada sekadar penggunaan teknologi
informasi.16
16 Ibid., h 9-10.
16
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan
digital adalah kumpulan berbagai informasi yang dimuat dalam bentuk digital
dan dikelola secara terorganisir demi memenuhi kebutuhan penggunanya.
1. Pengelolaan Perpustakaan Digital
Pada dasarnya perpustakaan digital tidak ubahnya seperti
perpustakaan konvensional, hanya saja memiliki kelebihan berupa adanya
koleksi digital baik sebagian atau semuanya sebagai pelengkap dari
perpustakaan konvensional itu sendiri. Namun idealnya, sebelum
mendesain dan mengaplikasikan sesuatu yang baru, termasuk
perpustakaan digital, terlebih dahulu harus melakukan beberapa tahap: 17
a. Tahap analisa kebutuhan pemustaka: Pustakawan lakukan untuk
mengetahui informasi yang mereka butuhkan.
b. Tahap perancangan: Pustakawan merencanakan bagaimana desain
perpustakaan digital yang akan dibangun.
c. Tahap Requirement Specification
Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah
menentukan siapa pengguna dari perpustakaan digital yang akan
dibangun.
d. Tahap seleksi: Proses pemilihan software aplikasi (perangkat
lunak) untuk perpustakaan digital dengan beberapa pertimbangan,
seperti software apa yang tepat untuk memenuhi kebutuhan yang
diinginkan oleh pengguna, apakah fitur-fitur yang tersedia dapat
digunakan dengan mudah, apakah staf perpustakaan memiliki
17 Tedd, Lucy A. dan Andrew Large, Digital Library: Principles and Practice in a GlobalEnvironment. Munchen: K.G. Saur, 2005), h. 191-202.
17
dalam pemprograman software komputer, apakah pengelolaan
software seharusnya menjadi kompetensi utama di perpustakaan.
e. Tahap instal
Menginstal aplikasi perpustakaan digital telah lolos tahap seleksi
agar dapat di gunakan dalam kegitan pengelolaan perpustakaan.
Akan tetapi pada tahap ini tidak hanya berhenti ketika aplikasi
perpustakaan digital telah berhasil diinstal. Proses penting yang
tidak dapat dilupakan adalah pelatihan staf (training).
f. Tahap running
Proses terpenting dalam tahap ini adalah backup file, database,
website, dan software secara berkala. Beberapa pengelola
perpustakaan sering melupakan proses backup yang berakibat pada
hilangnya data-data penting ketika terjadi suatu kerusakan pada
perpustakaan digital.
g. Tahap evaluasi
Tahap ini penting dilakukan untuk menjaga stabilitas berjalannya
perpustakaan digital. Beberapa teknik evaluasi dapat dilakukan
seperti berdasarkan pendapat pengguna ataupun melihat catatan
transaksi yang dilakukan oleh pemustaka.
Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi lembaga atau instansi
dalam membangun sebuah informasi, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kembangkan teknologi yang lebih baik untuk mendigitalkan bahan
perpustakaan analog.
b. Desain alat penelusuran dan retrieval yang mampu
18
mengkompensasi katalog tidak lengkap atau singkatan atau
informasi deskriptif.
c. Desain alat yang memfasilitasi peningkatan katalog atau informasi
deskriptif dengan menginkoorporasi kontribusi dari pengguna.
d. Membangun protokol dan standar untuk memfasilitasi
pengumpulan perpustakaan digital yang terdistribusi.18
Dalam digitalisasi perpustakaan, ada dua prinsip dasar
pengembangan yang menjadi isu sentral dalam pengembangan digital
library. Prinsip-prinsip tersebut, yaitu:
a. Koleksinya meliputi materi dari berbagai sumber.
b. Pemakai harus disajikan suatu ppenggunangan homogeni dan
beragam sumber 19
Dalam sistem digitasi perpustakaan (digital library system)
dipersyaratkan berbagai unsur yang mendukung dan saling berkaitan satu
dengan yang lainnya, sebagaimana ditulis oleh Arif (2003) dalam
makalahnya yang berjudul Konsep dan Perencanaan Dalam Automasi
Perpustakaan. Unsur-unsur yang dimaksud adalah:
a. Pengguna (user)
b. Perangkat Keras (hardware)
c. Perangkat Lunak (software)
d. Data
e. Network/LAN
18 Ida Fajar Priyanto, Perpustakaan digital: Apa dan bagaimana. (Jogjakarta: ,2009), h. 43.19 Wahyu Supriyanto dan Ahmad Muhsin, Teknologi Informasi Perpustakaan (Yogyakarta:
Kanisius, 2008), h. 150
19
f. Manual/Prosedur Penjelasan20
2. Pengolahan Bahan Pustaka Buku
Menurut Sulistyo basuki, pengolahan memiliki sinonim dengan
istilah processing. Pengolahan merupakan serangkaian pekerjaan yang
dilakukan sejak bahan pustaka diterima di perpustakaan sampai dengan
siap dipergunakan oleh pengguna perpustakaan. Tujuannya adalah agar
semua koleksi dapat ditemukan atau ditelusur dan dipergunakan dengan
mudah oleh pemakai. Agar informasi atau bahan pustaka di perpustakaan
dapat dimanfaatkan atau ditemukan kembali dengan mudah, maka
dibutuhkan sistem pengelolaan dengan baik dan sistematis yang biasa
disebut dengan kegiatan pengolahan (processing of library materials) atau
pelayanan teknis (technical services). Kegiatan pengolahan bahan pustaka
di perpustakaan biasanya mencakup beberapa kegiatan, dimulai dari
pembinaan dan pengembangan koleksi, inventarisasi, katalogisasi,
klasifikasi, dan kelengkapan fisik buku.21
Kegiatan pokok yang biasa dilakukan dalam pengolahan meliputi
penomoran induk atau nomor registrasi yang harus dicantumkan baik pada
buku induk dan buku yang bersangkutan. Selanjutnya koleksi akan
melewati tahap berikutnya untuk dikelompokan atau diklasifikasi dan
dibuatkan katalog dengan menggunakan acuan tertentu. Klasifikasi adalah
pengelompokkan yang sistematis dari pada sejumlah obyek, gagasan, buku
atau benda-benda lain kedalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan
20 Ibid, h. 15121 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1993), h. 227.
20
ciri-ciri yang sama.22 Pengolahan bahan pustaka terdiri atas kegiatan-
kegiatan memproses atau mengolah bahan pustaka agar siap dipinjam
untuk dibaca atau di dengar oleh masyarakat pemakai. Pengolahan bahan
pustaka terdiri atas kegiatan sebagai berikut:
a. Mengklasifikasi
b. Mengkatalog
c. Melakukan verifikasi data bibliografi
d. Menentukan tajuk subjek
e. Menentukan kata kunci
f. Mengalihkan data bibliografi
g. Menyunting data bibliografi
h. Mengolah data bibliografi
i. Membuat anotasi
j. Membuat kelengkapan pustaka
k. Menyusun daftar tambahan pustaka
l. Menyusun bibliografi, indeks dan sejenisnya
m. Membuat kliping
n. Membuat sari karangan.23
3. Pengolahan Bahan Pustaka Non Buku
Bahan non buku merupakan salah satu jenis bahan perpustakaan
yang mencakup karya-karya orang yang dituangkan dalam bahan yang
tidak tercetak (dalam bentuk buku), melainkan dalam bentuk lain,
22 Towa P Hamakonda, Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey (Jakarta : BPK GunungMulia, 2009), h.1.
23 Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat. (Jakarta: Sagung Seto, 2002), h. 103.
21
misalnya rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar.24
Dari berbagai jenis koleksi non buku di sebuah perpustakaan, maka
pengolahannya berbeda-beda. Adapun kerangka umum untuk
mendeskripsikan jenis koleksi non buku di perpustakaan, yang terbagi
menjadi 8 (delapan) daerah deskripsi diantaranya:
a. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab.
1) Judul Sebenarnya
Judul sebenarnya ditulis sesuai yang terdapat di title frames, jika
menemukan perubahan judul dari sumber informasi lainnya,
informasi tersebut dapat dicantumkan pada daerah catatan dengan
menyebutkan dari mana informasi itu diperoleh.
Contoh: Gorillas in the mist
Australia’s improbable animals
2) Pernyataan jenis bahan umum atau GMD
Berfungsi untuk membedakan penulisan unsur data untuk daerah
deskripsi lainnya antara rekaman video dengan gambar hidup.
Pernyataan jenis bahan umum, dituliskan secara langsung
mengikuti judul sebenarnya.
Contoh: Gorillas in the mist [rekaman video]
Australia’s improbable animals [rekaman video]
3) Judul tambahan
Judul tambahan sebuah film muncul bersamaan dengan judul
sebenarnya.
24 Anon Mirmani, Pengolahan Bahan Non Buku. (Universitas Terbuka. 2008), h. 1
22
Contoh: Gorillas in the mist [rekaman video] : the adventure of
Dian Fossey
Australia’s improbable animals [rekaman video]
4) Pernyataan penanggung jawab
Dalam pernyataan penanggung jawab dicatat nama mereka yang
dalam sumber utama disebut sebagai orang/badan yang
berpartisipasi dalam menciptakan karya tersebut dan yang
dianggap memegang peran penting dalam produksi tersebut.
Sedangkan yang kurang penting dimasukkan dalam daerah catatan.
Jika hubungan antara judul karya dan orang/badan kurang jelas,
suatu keterangan singkat dapat ditambah. Jika dalam pernyataan
penanggung jawab disebut baik orang/badan maupun kelompok
orang yang bertanggung jawab atas produksi film atau rekaman
video tersebut, maupun orang/badan untuk siapa film/rekaman itu
dibuat.
Contoh: Gorillas in the mist [rekaman video] : the adventure of
Dian Fossey / produced by Armonld Glimcher and
Terence Cleg; Directed by Michael Apted
Australia’s improbable animals [rekaman video] /
produced by Sky Visuals Pty Ltd. N association with
Chancom Ltd. ; produced and directed by Gary Steer
b. Daerah edisi
Dalam daerah edisi berisi pernyataan edisi dan pernyataan penanggung
jawab sehubungan dengan edisi tersebut.
23
c. Daerah data khusus
Daerah ini tidak digunakan untuk penulisan data bibliografi.
d. Daerah penerbitan dan distribusi
Informasi untuk daerah ini diambil dari sumber informasi utama atau
dari pernyataan formal lainnya yang dibuat oleh distributor, baik yang
tercantum pada title frames maupun pada bahan yang menyertainya.
Contoh: Universal city, Calif : MCA Home Video Inc., c 1989.
[U.S.A] : Veston Video, c 1987.
e. Daerah deskripsi fisik
Jumlah satuan fisik disertai nama jenis bahan spesifik waktu, ciri – ciri
proyeksi khusus, ciri – ciri suara, ciri-ciri warna, kecepatan proyeksi,
ukuran, lampiran.
1) Ciri-ciri proyeksi khusus seperti Cinerama, Panavision,
multiprojector.
Contoh: 14 gulungan film (157 men) : Panavision
2) Ciri-ciri suara dikategorikan dalam film bersuara atau film diam
(tanpa suara bisu)
Contoh: 1 gulungan video (15 men) : bersuara
3) Ciri-ciri warna dibagi dalam berwarna dan hitam putih (h.p)
Contoh: 1 gulungan film (10 men) : bersuara, berwarna
4) Kecepatan proyeksi film dicatat dalam frames per second (fps),
sedangkan kecepatan proyeksi video dicatat dalam putaran per
menit atau revolution per minute (rpm)
Contoh: 1 gulungan film (1 men. 17 detik) : bersuara, berwarna, 25
24
fps
1 piringan video (4 men) : bersuara, berwarna, 1500 rpm
5) Penulisan ukuran gambar hidup dan rekaman video diketahui dari
ukuran lebar dari keduanya tersebut.
Contoh: Untuk ukuran lebar dari gambar hidup dalam mili meter
(mm)
1 gulungan film (12 men) : bersuara, berwarna ; 16 mm
Contoh: Untuk ukuran lebar dari pita video dalam inci (in.) atau
mili meter (mm)
1 gulungan video (21 men) : bersuara, berwarna ; ½ in.
Garis tengah piringan video ditulis dalam inci (in.)
1 piringan video (5 men) : bersuara, h.p., 1500 rpm ; 8 in.
6) Apabila film atau rekaman video tersebut diikuti oleh lampiran
lainnya, maka lampiran tersebut perlu dirinci.
Contoh: 1 kaset film (21 men) : bersuara, berwarna ; standard 8
mm + 1 buku pegangan, atau
1 kaset film (21 men) : bersuara, berwarna ; standard 8
mm + 1 volume (28 hlm. : il. ; 22 cm.)
f. Daerah seri
Pencatatan di daerah seri ini dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku secara umum. Tetapi rekaman video biasanya jarang
mempunyai seri.
25
g. Daerah catatan
1) Jenis film
2) Bahasa
3) Sumber judul sebenarnya
4) Variasi dalam judul
5) Judul paralel dan judul lain
6) Pernyataan penanggung jawab
7) Edisi dan riwayat rekaman video
8) Terbitan, penyaluran, dan sebagainya
9) Deskripsi fisik
h. Daerah nomor standar, harga, syarat penjualan
Pencatatan keterangan untuk daerah catatan ini tergantung dari
kebijaksanaan perpustakaan yang bersangkutan. Jika keterangan
tersebut ada. Berikut contoh deskripsi rekaman video:
1) Gorillas in the mist [rekaman video] : the adventure of Dian Fosey
/ produced by Arnold Glincher and Terence Clegg : Directed by
Michael Apted.- Universal city. Calif : MCA Home vVideo Inc., c
1989.
2 piringan video (130 men) : bersuara, berwarna ; 12 inc.
Story by Anna Hamilton Phelan and Tag Murphy
Berdasarkan karya: Dian Fossey
MCA Home Video: 40851
I. Glincher, Arnold II. Cleg, Terence III. Fossey,
Dian
26
2) Australia’s improbable animals [rekaman video] / produced by sky
Visuals Pty Ltd. in association with Chancom Ltd : produced
and directed by Gary Steer.- [U.S.A] : Vesstron Video, c 1987.
1 piringan video (60 men) : bersuara, berwarna : 12 inc.
“National Geographic Explore Presentation” Writer, Grary
Steer, Paul Scott, Nacy Lebrun : music, Australian Screen
Music Grandwanaland
I. Steer, Gary II. Scaot, Paul III. Lebrun,
Nancy 25
4. Jenis Koleksi Digital
Audio visual meliputi suara dan bahan-bahan visual dan file data
yang terbacakan mesin, yang diekspresikan dalam suatu media nyata,
yang telah dikenal atau mungkin dikembangkan di kemudian hari. Bahan-
nahan tersebut dapat ditangkap, dikomunikasikan secara langsung atau
dengan alat bantu mesin. Format media audio visual terdiri dari bagan,
lukisan asli, diorama, filmstrip, slide, otografi, peta, atlas, bola dunia, kit,
kartu-kartu, mainan, poster, realia, gambar-gambar teknik, transparansi,
bentuk-bentuk mikro, file data terbaca mesin, rekaman/penerimaan suara
(audio), dan rekaman/penerimaan siaran gambar dan suara (video).26
Dalam Online Dictionary for Library and Information science
koleksi digital didefinisikan sebagai:
“a collection of library or archival materials converted tomachine-readable format for preservation or to provideelectronic access… Also library materials produced in electronic
25 Anon Mirmani, Pengolahan Bahan Non Buku. (Universitas Terbuka. 2008), h. 98-104.26 McNally, Paul T, “Universal avability on non-book materials in Australia,” IFLA
Journal, 10 Maret 1992, h. 200.
27
formats, incluiding e-zines, e-jounals, e-books, reference workpublished online and on CD-ROM, bibliographic database andother web-based resource…”27
Artinya, koleksi digital adalah koleksi perpustakaan atau arsip
yang dikonversikan ke dalam format yang terbaca oleh mesin (machine-
readable format) untuk tujuan pelestarian atau penyediaan akses
elektronik. Juga termasuk materi yang diproduksi dalam bentuk
elektronik, mencakup e-journals, e-books, karya referensi yang
dipublikasikan secara online dan dalam CD-ROM, database bibliografi,
dan sumber-sumber berbasis web lainnya.
Secara garis besar koleksi digital dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu koleksi hasil digitalisasi yang merupakan koleksi hasil
konversi ke dalam media elektronik dan koleksi yang “lahir” dalam
bentuk digital.28
Sumber daya informasi berupa media digital sangatlah beragam,
dimana ada empat katagori berdasarkan sumber daya informasi digital,
yaitu:
a. Bahan dan sumber daya full-text: e-journal, e-books, e-newspaper,
koleksi digital yang bersifat open acces, dan tesis serta disertasi
digital.
b. Sumber daya metadata: perangkat lunak digital berbentuk katalog,
indeks, dan abstrak, atau sumber daya yang menyediakan
‘informasi tentang informasi’ lainnya.
27 Joan M Reitz, “ODLIS : Online Dictionary of Library and Information Science,” 2002, n.diakses Tanggal 4 Januari 2018 dari http://vlado.fmf.uni-si/pub/networks/data/dic/odlis/odlis.pdf.
28 Lazinger SS, Digital Preservation and metadata: History, Theory, Practice (Englewoos,Colorado: Libraries Unlimited, 2001), h. 26.
28
c. Bahan-bahan multimedia digital.
d. Aneka situs di internet.29
5. Perangkat Penunjang Perpustakaan Digital
Dalam perpustakaan digital terdapat beberapa elemen pendukung
yang sangat penting. Elemen penting yang diperlukan dalam perpustakaan
digital yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software),
sumber daya manusia.
a. Perangkat Keras (Hardware)
Sebuah mesin yang dapat menerima dan mengolah data menjadi
informasi secara cepat dan tepat serta diperlukan program untuk
menjalankannya. Fungsi perngkat keras untuk mengumpulkan data
dan mengkonversinya ke dalam suatu bentuk yang dapat diproses
oleh komputer. Perangkat keras otomasi perpustakaan antara lain
komputer, scanner, digital camera, dan CD writer.30
b. Perangkat Lunak (Software)
Perpustakaan digital paling tidak memerlukan dua perangkat lunak
utama yaitu perangkat lunak untuk penyimpanan koleksi dan
perangkat lunak untuk pencarian koleksi. Untuk penyimpanan
koleksi, dibutuhkan sebuah sistem manajemen basis data yang bisa
mendukung proses penambahan, pengubahan, penghapusan,
termasuk juga pencarian koleksi secara cepat.31
c. Sumber Daya Manusia
29 Putu Laxman Pendit, [et.all], Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan PerguruanTinggi Indonesia. (Jakarta: Sagung Seto, 2007) h. 70.
30 Ibid, h. 3831 Putu Laxman Pendit, [et.all], Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan
Tinggi Indonesia. (Jakarta: Sagung Seto, 2007) h. 185.
29
Kedua komponen diatas (perangkat keras dan perangkat lunak)
tidak akan bisa berjalan dengan sempurna tanpa adanya sumber
daya manusia yang mengoperasikannya. Seorang pustakawan harus
memiliki kemampuan dan skil dalam hal teknologi informasi.
Dalam mengaplikasikan dan membangun perpustakaan digital
pimpinan harus mempersiapkan sumber daya manusia yang ada
dengan pelatihan-pelatihan.32
C. Digital Aset Manajemen dan Media Aset Manajemen
Berkembangnya perpustakaan dengan bahan koleksi tercetak (buku),
terkait perkembangan konsep transformasi layanan perpustakaan tradisional ke
digital (Digital Library). Hal tersebut dilakukan untuk memberikan efisiensi
waktu dan ruang pada pengolahan, penyimpanan dan temu kembali. Hal
serupa juga dialami pada perpustakaan berbasis video, dimana materi koleksi
video yang disimpan dengan sistem analog lama-kelamaan akan semakin
menumpuk dan memenuhi storage (komputer atau memory card). Selain itu
perlunya pengorganisasian aset tersebut ke dalam apa yang disebut Media
Asset Management.
Media Asset Management (MAM) dipilah menjadi DMAM, Digital
Media Asset Management (sering hanya disingkat dengan DAM) dan Physical
Media Asset Management (PMAM). Akan tetapi dalam perkembangannya,
MAM lebih sering dihubungkan dengan DAM. Sementara PMAM merupakan
manajemen fisik materi, dalam hal ini termasuk pengelolaan perpustakaannya.
Digital Asset Management (DAM) merujuk pada pola kebiasaan dan lingkup
32 Tedd, Lucy A. dan Andrew Large, Digital Library: Principles and Practice in a GlobalEnvironment. (Munchen: K.G. Saur, 2005), h. 198
30
pengorganisasian file digital, dari aset-aset yang mempunyai nilai. Aset digital
mencakup seperti video, audio dan graphics.33
Media Asset Management (MAM) merupakan suatu teknologi dan
prosedur yang dikoordinasikan yang berguna agar penyimpanan lebih efisien,
dan temu balik berkas digital yang penting dalam organisasi. Dengan
menggunakan informasi deskriptif yang ada pada aset, MAM mampu
menyediakan dan mendukung peraturan perusahaan dan proses untuk
memperoleh, menyimpan, indeks, keamanan, penelusuran, mengekspor serta
merubahnya.
Digital asset management diterjemahkan secara bebas sebagai
pengelolaan modal digital merupakan serangkaian kebijakan dan komitmen
yang menetapkan tujuan, lingkup, dan hasil yang ingin dicapai.34
Digital Asset Management digunakan untuk keperluan pengelolaan
aset perusahaan yang berbentuk digital, seperti logo, video klip, materi-materi
digital yang diperjual belikan lewat Internet sebagai bagian dari e-commerce,
dan bahan kerja di rumah-rumah produksi. Media massa, terutama televisi
menggunakan DAM untuk mengelola file digital mereka yang semakin lama
jumlahnya semakin banyak.
MAM secara umum digunakan untuk mendukung fungsi ingesting,
mengelola, penelusuran, temu-balik dan pengarsipkan aset. MAM merupakan
kombinasi workflow, perangkat lunak dan perangkat keras yang
33 “Transformasi Perpustakaan & Informasi; dari Pengelolaan Dokumen Analog ke MAM (Media Asset Management )” artikel diakses pada tanggal 10 Maret 2015 darihttps://sisilainpustakawan.wordpress.com/2013/12/27/transformasi-perpustakaan-dari-pengelolaan-dokumen-analog-ke-mam-media-asset-management/
34 Putu laxman pendit, Perpustakaan Digital dari A sampai Z, (Jakarta: Citra Karya KarsaMandiri, 2008), h 50.
31
diorganisasikan dan temu-balik aset-aset digital perusahaan.35
Kemajuan teknologi membawa perubahan yang sangat baik, dimana
manusia mampu menggabungkan antara unsur suara dan unsur gambar
bergerak menjadikan temuan terbesar pada masanya. Rekaman video termasuk
kedalam karya non cetak atau non buku yang informasinya disampaikan
melalui bentuk suara, gambar, video, dan juga kombinasi dari bentuk–bentuk
tersebut.
Rekaman video adalah sebuah metode perekam gambar bergerak di
atas pita magnetic dengan menggunakan prinsip yang sama dengan perekaman
suara, tetapi mengkonversikan suara dan gambar itu ke dalam impuls listrik
yang kemudian diletakkan di atas media perekam.36
Sedangkan menurut Anglo American Cataloguing Rules 2 (AACR2)
rekaman video sebagai suatu rekaman yang berisi gambar visual dan dapat
dilihat dengan bantuan televisi.
Kamera dapat merekam segala kejadian yang berlangsung, merekam
objek bergerak maupun tidak, suara, cahaya yang kemudian diproses secara
elektronik dan disimpan dengan media seperti video disc, micro sd. Video
sebagai media komunikasi yang memadukan unsur suara atau bunyi dan
gambar dengan segala teknik penyiapan yang didasarkan pada derajat
kegunaannya, sangat ditentukan oleh penyiapan penggarapan perangkat lunak
yaitu materi atau pesan dan perangkat keras berupa peralatan produksi.
35 “Transformasi Perpustakaan & Informasi; dari Pengelolaan Dokumen Analog keMAM” artikel diakses pada tanggal 10 Maret 2015 darihttps://sisilainpustakawan.wordpress.com/2013/12/27/transformasi-perpustakaan-dari-pengelolaan-dokumen-analog-ke-mam-media-asset-management
36 Helen Harrison, Basic Television and Video System. (New York: McGraw Hill, 1980), h.47.
32
Video mampu menampilkan gambar begerak dan suara merupakan
suatu daya tarik tersendiri, karena yang melihat nya mampu menyerap pesan
atau informasi yang terkandung di dalamnya. Bentuk video terdiri dari
beberapa jenis seperti kaset (videocassette), piringan (videodisc). Rekaman
video sendiri memiliki beberapa format speprti VHS-C, Betamax, U-metic,
Video 2000, VVC480. Di bawah ini adalah uraian lebih lanjut mengenai aset
digital rekaman video, sebagai berikut:
1. Ragam Format Rekaman Video
Kaset video terbuat dari plastik tipis yang dilapisi oleh serbuk
elektromagnetik. Menurut Fothergill, kaset video berbahan dasar polister
dilapisi atau dilindungi dengan besi oksida atau kromium agar
menghasilkan suara yang jernih. Berikut adalah format rekaman video:
a. Open reel tape
Tape rekorder merupakan bentuk magnetik dari tape audio
rekorder dimana medium perekaman nya merupakan pita yang
dililitkan pada sebuah silinder dibandingkan kaset.
b. Cassetes and catridges
1) Video 2000
Video 2000 atau dikenal juga sebagai VCC adalah penggunaan
dari sistem VCR dan video tape standar yang dikembangan
oleh Philips dan grundig untuk bersaing dengan VHS keluaran
JVC dan teknologi video betamax keluaran sony.
2) Beta
Kata Betamax berasal dari dua kata, Beta adalah kata untuk
33
jalur sinyal yang direkam pada kaset, karena pita kaset tersebut
berputar melalui sebuah transportasi sehingga berbentuk seperti
abjad Yunani “Beta’. Kata max berasal dari “maximum” yang
berarti luar biasa. Format perekaman video yang dikembangkan
oleh Sony yang dirilis pada 10 Mei 1975. Betamax adalah kaset
video selebar ½ inci (12.7 milimeter. Format ini berasal dari
format kaset video U-Matic dengan lebar ¾ inci ( 19.05
milimeter).
3) VHS
Video Home System (VHS) itulah format video dengan lebar
penampang pita 16mm penantang Betamax yang dikeluarkan
oleh pendatang video baru dari Jepang, Japan Victor Company
(JVC) di tahun 1976. Sebelumnya, JVC lebih intensif dalam
produksi proyektor film 16mm. Dengan harganya yang murah
dan kualitas yang sedikit lebih baik, bahkan lebih praktis dan
stabil dari Betamax (dimana Betamax kecepatannya tidak
standar). Jadi, antar kaset video memiliki kecepatan putar yang
sedikit berbeda, sehingga setiap kali mengganti kaset video
harus di set kembali kecepatannya, jika tidak diganti akan
tampak garis-garis semut pada gambar.
4) U-Matic
Merupakan konsep pengembangan yang kemudian menjadi
standar industri penyiaran di dunia selama hampir 15 tahun.
Dengan resolusi yang dibawah standar (hanya 250 line), sejak
34
tahun 1971 menguasai seluruh sistem penyiaran dunia.
Akhirnya di tahun 1985 dengan subsidi dari Jepang, Televisi
Republik Indonesia (TVRI) merubah secara total sistem
penyiarannya dari sistem U-Matic (yang masih beresolusi
gambar rendah 350 x 300 pixel) menjadi sistem Sony
Betacam.37
c. Kartu Memori
Kartu memori merupakan sebuah alat (card) yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan data digital seperti gambar, audio,
dan video.
1) Secure Digital High Capacity (SDHC)
SDHC merupakan kartu memori yang berbasis pada SDA 2.0,
kapasitas SDHC berada dikisaran 4GB-32GB dan memiliki
format bawaan FAT32. SDHC berkerja secara berbeda dari
kartu SD standar, maka ia tidak kompatibel dengan perangkat
yang mendukung SD card standar (128MB-2GB). Akan tetapi
hampir sebagian besar perangkat yang dibuat pada tahun 2008
biasanya sudah kompatibel dengan SDHC.
2) SxS
SxS adalah standar memori flash yang sesuai dengan standar
ExpressCard Sony dan SanDisk-created. Kartu SxS memiliki
kecepatan transfer 800Mbit/s dan kecepatan transfer hingga
2,5GB/s melalui antar muka PCI Express ExpressCard. Sony
37 Richard Fothergill and Ian Butchart, Non-Book Materials in Libraries: a practical Guide,3rd ed. (London: Clive Bingley, 1990), h. 70-71.
35
menggunakan kartu ini sebagai media penyimpanan untuk
XDCAM EX kamera video professional. Kartu memori SxS
adalah kartu memori dari kamera Sony XDCAM EX PMW-
EX3.38
Selain itu menurut Putu Laxman Pendit menjelaskan ragam format
video sebagai berikut:
a. AVI (Audio Video Interleaved), format yang dikembangkan oleh
Microsoft dan IBM, sering dipampatkan dengan DivX codec.
sangat cocok sebagai delivery format.
b. DivX, Codec pemampatan untuk AVI dan disebarkan lewat
internet.
c. DV (Digital Video), sekelompok format yang saling berkaitan
dapat menampung uncompressed video data dan dapat ditulis
dalam bentuk AVI atau QuickTime files.
d. Flash, dari macromedia menggunakan vector graphic untuk
menciptakan animasi, walaupun format ini juga dapat mendukung
raster graphic dan sejumlah fitur interaktif. Sangat cocok untuk
delivery format, dan memerlukan plug-in.
e. MPEG (Moving Picture Experts Group), sekumpulan lossy video
dan format audio yang dipampatkan, digunakan untuk berbagai
aplikasi. Termasuk di sini MPEG-1 (sudah jarang dipakai selain
sebagai basis untuk MP3 audio compressed), MPEG-2 (digunakan
38 “Techno Center Indonesia: Kenali Macam-macam Memory Card yang anda gunakan”artikel ini diakses pada tanggal 15 Maret 2018 darihttps://technocenterid.blogspot.co.id/2015/12/kenali-macam-macam-memory-card-yang-anda-gunakan.html
36
di televisi digital dan DVDs) dan MPEG-4 (digunakan sebagai
basis bagi sejumlah format termasuk Windows Media Video dan
QuickTime).
f. QuickTime, format proprietary yang dikembangkan oleh Apple
tetapi didukung oleh banyak jenis komputer. Sangat cocok untuk
delivery format.
g. RealVideo, format proprietary tetapi juga sangat tersebar dan
cocok untuk delivery format. Biasanya dipaket dengan RealAudio
data menjadi RealMedia.
h. WMV (Windows Media Video), dikembangkan oleh Microsoft dan
cocok untuk delivery format. 39
2. Pengolahan Rekaman Video
Media televisi memilki kekayaan digital (rekaman video), dimana
merupakan kekayaan intelektual yang tak ternilai harganya. Kekayaan
rekaman video tersebut berasal dari kebutuhan materi pendukung terhadap
setiap peristiwa yang terjadi sebagai bahan informasi kepada khalayak atau
publik.
Tata cara pengolahan koleksi rekaman video terdapat pada
peraturan standar AACR 2 yang termuat dalam part 1 chapter 7. Akan
tetapi, untuk pusat dokumentasi yang semua koleksinya berupa kaset video
dan file seperti pada stasiun televisi peraturan ini jarang digunakan, karena
proses nya memakan waktu dan sedikit rumit. Maka dari itu News Library
Kompas TV tidak menggunakan standar dalam AACR 2 melainkan
39 Putu Laxman Pendit, Perpustakaan Digital: Kesinambungan dan Dinamika (Jakarta:Citra Karyakarsa Mandiri, 2009), h. 116-120.
37
membuat standar atau kebijakan sendiri dalam mengolah rekaman video
dengan menggunakan peraturan yang disesuaikan terhadap kebutuhannya.
Peraturan yang dibuat agar dapat dipahami oleh staf pengurus untuk
memudahkan proses temu kembali.
Pengolahan rekaman video pada News Library Kompas TV
bermula dari liputan berita yang dilakukan oleh wartawan, kemudian
menyerahkan memori card yang berisikan data liputan video beserta
keterangan data video ke staf Library. Rekaman video lalu di ingest ke
komputer server untuk dilakukan pengolahan dan diberi judul sesuai
dengan SOP News Library Kompas TV.
Beragam kebutuhan seperti materi hasil shooting, materi untuk
tayang, dan materi setelah tayang dari berbagai departemen akan dipenuhi
oleh seksi kepustakaan. Library televisi merupakan bagian vital, karena
bagian inilah yang mendukung departemen lain untuk melayani produser
sampai bagian programming.
Beberapa stasiun televisi membuat dua bagian library yakni news
library (berita), yang mengelola semua materi hasil liputan dan materi siap
tayang dari editing, dan library yang mengelola materi tayang dari
produksi atau non-news. Pembagian dua kepustakaan tersebut untuk
memudahkan dalam melayani user dari dua departemen yang berbeda.
Proses operasional news library digital berhubungan langsung
dengan reporter atau juru kamera. Adapun proses yang dilakukan yaitu:
a. Reporter atau kamera meminjam memory card, citidisk HD,
eksternal hardisk untuk liputan sesuai dengan assignment dari
38
koordinator liputan ke ruang layanan news library dengan
membawa ID Card atau insert materi news value dan visual value
ke bagian layanan kepustakaan berita.
b. ID Card diregistrasi dengan sistem database electronic library
sistem (ELS).
c. Reporter atau juru kamera menerima memory card, citidisk HD,
eksternal hardisk beserta struk sebagai bukti peminjaman.
d. Setelah liputan reporter/juru kamera melakukan ingest materi
liputan di ruang ingest. Setelah itu memory card dikembalikan
lagi ke news library dengan proses ELS. Master shooting
ditransfer ke temporary server untuk diseleksi berdasarkan news
value dan visual value kemudian di-upload ke database library
management system (LMS). Selanjutnya, petugas news library
membuat katalog dan indeksnya untuk di-publish kepada
user/pengelola program (materi feeding dan streaming langsung
ke LMS dan dimasukkan ke meta datanya). Apabila
user/pengelola program mengetahui password pengguna database
LMS bisa mengaksesnya untuk penelusuran materi kepustakaan
secara online.
e. Setelah ingest master shooting selanjutnya bisa di-preview pada
ruang newsroom system atau ruang editing. Master edit dikirim ke
redaksi untuk penilaian layak siar serta masuk ke dalam rundown
berita. Master edit dari master control room (MCR) otomatis
terdokumentasi ke mass storage news library dilengkapi
39
katalogisasi data dan indeks agar memudahkan penelusuran
(retrieval).40
Keberadaan news library berperan mengelola media penyimpanan
rekaman video sebagai aset penting yang sangat berkaitan dengan kualitas
penyiaran televisi. Materi siaran berita memiliki unsur kecepatan dan
sinkronisasi gambar yang kuat, antara realitas peristiwa yang terjadi
dengan kekayaan simpanan data rekaman video sebagai penunjang yang
mampu memberikan inovasi bagi pengelola program berita.
D. News Library Kompas TV
1. Pengertian News Library
News Library adalah divisi yang mengelola semua materi hasil liputan dan
materi siap tayang dari editing, dan library yang mengelola materi tayang
dari produksi atau non news. Dibuat demikian, karena biasanya untuk
memudahkan dalam melayani user dari dua departemen yang berbeda.
Library televisi ibarat gudang materi tayang. Beragam kebutuhan (materi
hasil shooting, materi untuk tayang, dan materi setelah tayang) dari
berbagai departemen akan dipenuhinya. Artinya library televisi
merupakan bagian vital, karena bagian inilah yang mendukung departemen
lain. News Library akan melayani produser, bagian programming, petugas
di MCR, dan bagian sales marketing. Dikepalai oleh seorang chief, library
televisi akan bekerja selama 24 jam dengan pengaturan jadwal untuk para
petugasnya.41 Kompas TV sebagai sebuah institusi penyiaran tentulah
40 Andi Fachruddin, Manajemen Pertelevisian Modern, (Yogyakarta: CV. Andi Offset,2016), h. 200.
41 “Library Televisi, Pustakawan Audio Visual” artikel diakses pada tanggal 12 Mei 2018dari https://dikiumbara.wordpress.com/2015/02/22/library-televisi-pustakawan-audio-visual/
40
perlu untuk memiliki sebuah pusat dokumentasi sebagai wadah
pengelolaan aset-aset yang di miliki. Kompas TV memiliki dua library
yaitu divisi yang mengelola materi tayangan program non news, kedua
News Library Kompas TV yang memiliki tugas pegelolaan aset digital
khusus program berita. News Library Kompas TV mulai difungsikan
bulan November 2011, seiring dengan mulai on air nya siaran Kompas
TV. Sistem layanan News Library Kompas TV adalah sistem terbuka,
dimana semua user yang terdiri dari produser, editor, camera person dapat
mengakses sendiri aset digital yang dibutuhkan melalui software GV
Stratus. Hak untuk penggunaan dibatasi untuk menelusur dan
menggunakan aset digital, sedangkan untuk pengelolaan aset digital
diberikan hak khusus untuk News Library Kompas TV. Untuk mengolah
aset digital News Library Kompas TV menggunakan software GV Stratus.
2. Camera person
Camera person merupakan seseorang yang bertanggung jawab untuk
pengoperasian kamera televisi selama rehearsals dan produksi program
televisi. Mengoperasikan kamera dengan menggunakan tripod dan dolly
baik jenis kamera mini atau electronic news gathering yang digunakan di
luar studio. Dolly merupakan kendaraan/alat beroda untuk membawa
kamera dan operator kamera selama pengambilan gambar.42
3. Story Board
Story Board merupakan sketsa yang mennggambarkan adegan dalam film.
42 Andi Fachruddin, Dasar – Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Future, LaporanInvestigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing (Jakarta: Kencana, 2012), h. 64.
41
Digunakan untuk mempermudah pengambilan gambar.43
4. Master Shoot
Master Shoot merupakan gambar pilihan utama dari sebuah adegan yang
kemudian dijadikan referensi atau rujukan saat melakukan proses editing.44
5. Codec (Compressor decompresor)
Codec merupakan pengkompresian untuk mengubah ukuran file. 45
6. News Room
News Room merupakan ruang tempat kerja redaksi melakukan kegiatan
diskusi, membuat naskah, editing dan mempersiapkan program untuk on
air.
7. Database
Database merupakan sekumpulan file yang saling berhubungan dan
terorganisasi atau kumpulan record-record yang menyimpan data dan
hubungan diantaranya.46
E. GV Stratus
News Library Kompas TV merupakan bagian dari stasiun Kompas TV,
yang memiliki tugas sebagai pengelola aset-aset digital khusus program
berita. News Library Kompas TV menggunakan software GV Stratus untuk
mengolah aset digital yang dihasilkan dari liputan camera person, melanggan
liputan luar negeri, koordinator daerah, dan citizen journalism.
GV Stratus dari Grass Valley, Brand Belden, adalah seperangkat alat
produksi dalam satu aplikasi. Alat-alat ini dirancang untuk kesederhanaan,
43 Ibid, h. 464.44 Ibid, h. 459.45 Ibid, h. 37.46 Sutarman, Buku Pengantar Teknologi Informasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 15.
42
ketepatan, dan kecepatan, karena konten yang luar biasa dan sangat kreatif
dimulai dengan alur kerja yang efisien dan mudah disesuaikan. GV Stratus
memudahkan pengguna untuk mengelola produksi acara hiburan, produksi
acara on-air, dan alur kerja media produksi berita dengan lebih baik agar
dapat bersaing dengan stasiun tv lainnya. GV Stratus mempunyai tugas dan
fungsi yang dapat disesuaikan secara efektif untuk fungsi produksi setiap
pengguna. GV Stratus dapat meningkatkan ketepatan pekerjaan dan
memudahkan untuk terjalinnya kerja sama di seluruh bagian produksi secara
efektif.
Salah satu kegunaannya adalah menyediakan aplikasi yang mampu
diterima dengan baik bagi para pengguna profesional secara efisien dalam
mengelola hasil rekaman produksi berita dan produksi berita langsung.
Keuntungannya adalah mampu untuk mendukung alur kerja file.
Gambar 2.1 Tampilan GV Stratus
Manfaat lain dari GV Stratus adalah bahwa pengguna dapat dengan
mudah melakukan tugas produksi sehari-hari secara efisien. Karena layanan
43
GV Stratus banyak komponen yang tidak terlihat sama dari alat ke alat, tetapi
pada kenyataannya, mereka sama. Panel untuk memeriksa dan memasukkan
metadata bekerja dengan cara yang sama tidak peduli apa tugas yang sedang
dilakukan. Ketika seorang pengguna perlu menavigasi melalui perangkat
yang terhubung pada jaringan, tata letaknya selalu sama. Untuk melihat
media, pemutar beroperasi dengan cara yang sama meskipun pekerjaan sudah
selesai. Tampilan yang sama secara terus menerus di seluruh alat
memungkinkan pengguna untuk melakukan banyak pekerjaan dan harus lebih
teliti.
Untuk mengoptimalkan pengalaman pengguna, semua alat di GV Stratus
dapat digunakan oleh pengguna berdasarkan perannya masing-masing sesuai
dengan kebutuhan produksi. Selanjutnya, tata letak alat dapat diaplikasikan
secara langsung sesuai dengan kebutuhan produksi.
GV Stratus sangat dapat disesuaikan, dan dapat ditampilkan dalam
berbagai bahasa internasional. Semua peningkatan kerangka kerja ini
membuat GV Stratus tidak hanya mudah digunakan, tetapi juga mudah
dipelajari. Waktu belajar yang cepat berarti siklus pelatihan singkat, sehingga
memberikan manfaat lain dari sistem.
1. Skalabilitas
GV Stratus hadir dalam berbagai konfigurasi tergantung pada jumlah
pengguna. Sistem dapat digunakan 20 pengguna dan dapat diperluas
hingga 100 pengguna untuk log on pada saat yang bersamaan. Untuk
penggunaan yang lebih besar, dapat juga mengakses sistem yang berbeda
yang dikenal dengan konfigurasi multisitus sehingga materi dari luar
44
negeri atau daerah bisa dikerjakan secara bersamaan.
GV Stratus dapat dikonfigurasikan dengan perangkat media yang
sudah terbukti dari server media Grass Valley K2 untuk penyimpanan,
dan playout. GV Stratus terintegrasi dengan teknologi perangkat lunak
terbaru, termasuk K2 SAN, K2 Summit, K2 Solo dan K2 Central TX.
2. Perizinan
Pengguna GV Stratus dapat menggunakan toolset lengkap dan sesuai
fungsinya (Ingest, Proxy Viewer, RMI, Daftar Penugasan, Panel Saluran,
dll.). Namun, alat yang dapat digunakan pengguna dapat disebarkan
berdasarkan pada hak pengguna individu atau kelompok, yang dapat
dengan mudah ditentukan oleh administrator sistem dalam aplikasi panel
kontrol yang mudah digunakan.
GV Stratus juga mendukung integrasi Active Directory dengan
sistem perusahaan. Perizinan dapat dipergunakan pada grup dan akun
pengguna untuk memberikan pengaruh (control) yang kuat agar dapat
memiliki akses ke media dan metadata yang terdapat di dalam sistem,
sampai ke tingkat aset dan tingkat metadata perorangan.
a. Ingest
Ingest atau yang lebih dikenal dengan pengambilan file dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti transfer file dari kartu memori
kamera atau transfer dari lokasi lain. Selain itu, materi dapat di ingest
dari hasil rekaman video tersebut.
b. Penjadwalan
GV Stratus scheduler bisa mengarahkan atau mengkontrol saluran
45
di K2 server, ketika ada acara langsung bisa didahulukan terlebih
dahulu, acara yang sudah terjadwal bisa digeser, walaupun acara
tersebut sudah terjadwal. Schedular berperan sebagai perangkat yang
bisa dikombinasikan ke beberapa bagian seperti waktu, jadwal
aktifitas, penyediaan saluran atau jaringan, penunjuk waktu terkini,
jadwal acara, pemilihan sumber jaringan, dan penujuk status. Dengan
panel ini, seorang operator bisa menjadwalkan acara terlebih dahulu
dengan mencatat spesifikasi tanggal, waktu, dan durasi waktu
rekaman. Panel itu juga bisa memilih apakah jadwal itu untuk acara
sendiri, acara utama beserta cadangannya, acara rutin, acara terbuka,
dan acara yang tidak berjalan dengan baik. Acara tersebut dapat
ditinjau menggunakan scheduler tool, dan tampilannya hanya untuk
membaca jadwal yang dapat diberikan untuk kegunaan tertentu. Pola
acara dapat dibuat untuk mempermudah waktu untuk menyimpan
informasi yang bisa digunakan dimasa yang akan datang. Ingest
saluran dapat didistribusikan ke sejumlah pengguna, dan dibagikan
melalui operator dan workstation, atau disediakan untuk posisi dan
pengguna tertentu. Dengan kata lain, saat tidak pada mode
penyimpanan, ingest saluran dapat digunakan untuk mengulang data
yang telah direkam.
46
Gambar 2.2 Penjadwalan Acara – acara di GV Stratus
Ingest saluran dapat digunakan untuk merekam feeds langsung,
umpan satelit, sumber router, sumber VTR, dan sumber SDI atau HD-
SDI lainnya. Distribusi dan konfigurasi cepat dari saluran-saluran ini
sepenuhnya dikelola oleh pengguna dan dapat didiskusikan secara
rinci, karena desain sistem disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
Pengguna yang ingin memisahkan ingest saluran mereka dapat
membuat folder penjadwal yang berisi saluran tertentu.
Semua ingest SDI secara bersamaan dipilih dalam resolusi SD
atau HD. GV Stratus sepenuhnya mendukung pengeditan file yang
sedang berlangsung, setelah file di ingest. File ini akan dikembangkan,
karena lebih banyak materi tersedia di server tanpa perlu diperbaharui.
Pengguna dapat menambahkan metadata, melakukan pengeditan dan
bahkan mengirim ke pemutaran dengan media yang telah di ingest,
baik dalam resolusi rendah atau tinggi.
47
c. Removable Media Interface
File dapat di ingest dari beberapa perangkat media yang dapat
dilihat menggunakan GV Stratus dengan resolusi tinggi (untuk
peningkatan kinerja) atau resolusi rendah dengan menggunakan
koneksi jaringan. Dalam GV Stratus, Removable Media Interface
(RMI) muncul sebagai alat di panel navigator. Dengan panel RMI, file
dapat diisi dari Panasonic P2, Sony XDCAM, Sony XDCAM EX,
Sony XDCAM MXF, XAVC dan JVC removable media devices. Alat
ini dapat mengatur nama klip, mengganti nama klip, dan mengubah
lokasi impor default. Daftar aset mendukung daftar filter, daftar urut,
dan kustomisasi mode tampilan. Klip dapat diseret dan dimasukkan
dalam daftar untuk mengubah urutan daftar klip.
Gambar 2.3 Removable Media Interface GV Stratus
Pratinjau klip membuatnya mudah untuk memilih, membatalkan
pilihan, dan memutuskan apa yang akan diimpor dari alat RMI. Klip
juga dapat diseret dari daftar RMI dan dijatuhkan ke penampil untuk
melihat pratinjaunya. Klip dapat dipangkas sebelum diimpor, ini
memungkinkan pengguna untuk dapat membuat folder klip, menamai
mereka, dan kemudian mengimpornya tanpa harus mengulang
48
beberapa impor secara terpisah. Klip yang dimaksud disini adalah
rekaman video.
Media yang diimpor langsung tersedia untuk operator GV Stratus,
karena file tersebut sedang dikerjakan, sehingga tidak perlu menunggu
hingga seluruh impor selesai. Untuk semua file yang diimpor RMI
(atau FTP), server GV Stratus Proxy Scavenge akan membuat media
resolusi proxy dari bahan resolusi tinggi yang diimpor. Hal ini terjadi
setelah impor beresolusi tinggi dimulai dan media proxy dapat tersedia
dalam hitungan detik sejak awal proses impor. Proxy “scavenged” ini
dapat dibuat dalam resolusi rendah (1 Mb/s), sedang (3 Mb/s), resolusi
tinggi (5 Mb/dtk) atau menggunakan resolusi khusus.
d. VTR Ingest
GV Stratus VTR Ingest dapat merekam rekaman dari VTR atau
feeds dari router langsung ke server media di ruang berita. GV Stratus
VTR Ingest, dapat memilih klip dari beberapa kaset VTR, membuat
daftar batch (juga dikenal sebagai segmen), dan merekamnya ke
server. Bisa juga mengekspor daftar segmen sebagai EDL dan
mengimpornya ke aplikasi pengeditan.
Dengan integrasi GV Stratus, pengguna dapat menambahkan dan
mengedit deskripsi rekaman atau klip dalam daftar. Deskripsi yang
telah dimasukkan dapat dicari dalam aplikasi GV Stratus. GV Stratus
juga menyediakan fitur keamanan untuk mengakses data-data yang
dimiliki. Jika izin/akses dibatasi, tombol, daftar item, dan kontrol
lainnya dapat dinonaktifkan atau disembunyikan.
49
3. File Ingest
File dapat di impor dengan menggunakan aturan GV Stratus yang
memungkinkan file dapat diproses sesuai dengan nama yang berkaitan
dengan file tersebut. Fitur pengaturan GV Stratus dapat mengamati lokasi
sumber yang berada di luar sistem dan pada saat file itu datang, masukan
file sesuai dengan kriteria lokasi ke dalam sistem GV Stratus yang sudah
ditentukan. Aturan impor dapat mengubah, serta mengimpor metadata
yang merupakan bagian dari impor. Aset yang diimpor memiliki
metadata yang menetukan lokasi sumber dari file yang di impor
Setelah mengimpor, pada fitur pengaturan selanjutnya mengubah
nama file dari sumber yang asli. Mesin secara berkala menghapus file
yang lebih dari tujuh hari, sebagai pembersihan supaya penyimpanan
tidak penuh.
a. Transcoding
Layanan transcoding memungkinkan file untuk diimpor dan
ditranskode pada waktu yang bersamaan. Seperti halnya penyerapan
lainnya, file dapat dilihat, diedit dan dikirim ke playout, sementara file
tersebut masih ditranskode sebagai file yang terus bertambah.
Mengimpor file adalah masalah sederhana untuk menempatkannya
dalam folder. Layanan transcoding secara otomatis akan meresolusi
file dan tersedia di server K2 dalam beberapa detik.
4. Manajemen Konten
Pengguna mempunyai izin seperti membuat klip, mengganti nama,
mengganti isi berita, dan hak penghapusan dapat diberikan kepada
50
koordinator atau pengguna, sehingga manajemen media dapat dikontrol
sesuai dengan perlindungan dan penghapusan media dengan aturan yang
disepakati.
a. Daftar Aset
Tampilan dan pengaturan daftar aset dapat disesuaikan untuk
menyesuaikan preferensi pengguna. Daftar dapat diurutkan dan
difilter/diseleksi untuk membantu menentukan konten apa yang harus
dilihat atau dicari. Hubungan dengan aset individu juga dapat dilihat
dalam daftar. Pengguna juga dapat membuat gambar utama dalam
sebuah video yang ditentukan pengguna untuk setiap aset. Gambar
dapat diunggah ke dalam sistem GV Stratus sebagai pilihan untuk
gambar utama dalam sebuah video.
b. Pengawasan
Untuk informasi lebih rinci tentang klip yang dipilih dan isi
beritanya yang terkait, monitor pengawasan memberikan informasi
yang dapat dikonfigurasi agar sesuai dengan pengguna. Ada berbagai
pilihan yang memungkinkan pengguna untuk melihat, menambah atau
mengubah informasi tentang klip dan juga untuk memberikan
peringkat dan tag jika klip itu diarsipkan. Seorang pengguna juga
dapat menambahkan pengguna untuk melihat frame tertentu, atau kata
kunci untuk menyorot bagian dari klip.
Klip dapat dihubungkan ke tempat pemegang dan penampil, juga
dapat melihat apakah klip tersebut direferensikan oleh urutan lain.
Ada juga keamanan yang memungkinkan admin (koordinator)
51
memberikan atau menolak akses ke pengguna yang berbeda dan juga
menentukan siapa yang dapat menghapus, menambah, memperbarui
atau menghapus pengguna dll.
c. Menelusur Aset
Data GV Stratus bisa digunakan untuk mencari, mengatur, dan
menandai sebuah konten. Aset bisa dicari melalui fitur/alat
pengcarian. Pencarian yang sederhana dapat dilakukan melalui
pengecekan nama yang ada pada aset, keseluruhan nama atau
penggalannya juga bisa dimasukkan. Penggalan nama tersebut bisa
dari depan, tengah, maupun belakang dari nama tersebut. Both or and
bisa digunakan melalui operator penelusuran/pencarian.
Pencarian/penelusuran dapat disimpan, dan pencarian yang sudah
tersimpan dapat dijalankan kembali atau di modifikasi untuk melihat
hasil yang sudah diperbaharui.
Kemampuan mencari aset lanjutan menggunakan berbagai
pilihan. Pengguna dapat memilih metode pencarian aset menggunakan
pilihan nama judul aset, tanggal, dan nama camera person. GV Stratus
akan mencari semua aspek yang ditentukan dari permintaan pencarian.
5. Pengaturan Pada GV Stratus
Dalam GV Stratus terdapat kemampuan untuk mengatur sejumlah
manajemen aset, seperti menyalin dan memindahkan file antar folder,
pendeskripsikan, lokasi folder, nama. GV Stratus asli ke repositori
jaringan juga tersedia sebagai alur kerja otomatis. Arsip dapat
mengembalikan, menghapus dan didukung aturan impor. Aturan impor
52
biasanya digunakan untuk memasukkan konten ke dalam sistem dari
transfer file eksternal, USB atau penyimpanan cloud. Transcoding pada
impor dan ekspor konten juga dimungkinkan melalui aturan alur kerja.
Juga dimungkinkan untuk mengatur aturan penghapusan sesuai
dengan bidang metadata, seperti tanggal pembuatan, sehingga media
secara otomatis dihapus dalam suatu periode waktu. Aturan dikonfigurasi
dalam panel kontrol GV Stratus. Di bawah ini adalah penjelasan terkait
beberapa aturan yang tersedia di GV Stratus:
a. Aturan Penghapusan
Pada fitur pengaturan GV Stratus dapat melihat lokasi klip dan
menghapus aset yang sesuai dengan kriteria yang diberikan. Ini dapat
didasarkan pada waktu atau kondisi yang ditentukan pengguna seperti
memilih klip (rekaman video) dengan cara menceklis.
b. Aturan Ekspor
Pada fitur pengaturan GV Stratus dapat melihat lokasi sumber di
sistem GV Stratus dan mengekspor aset yang sesuai dengan kriteria
pengguna ke lokasi yang berada di luar sistem GV Stratus. Didalam
aturan ini dapat mengekspor klip, subklip, dan daftar putar. Untuk
daftar putar dapat disesuaikan secara otomatis, akan menjadikan aset
kompleks sebagai klip sederhana. Untuk aturan ekspor, hanya lokasi
penyimpanan K2 yang tersedia sebagai cakupan sumber. Lokasi lain,
seperti FTP, tidak tersedia.
53
c. Aturan Impor
Pada fitur pengaturan GV Stratus dapat melihat lokasi sumber
yang berada di luar sistem GV Stratus dan ketika file datang, impor
file yang sesuai dengan kriteria pengguna ke lokasi yang ada dalam
sistem GV Stratus.
d. Aturan Arsip
Pada GV Stratus aturan pengarsipan dapat dilihat dalam sistem
GV Stratus dan mentransfer aset yang sudah layak tayang dengan
kriteria pengguna ke dalam penyimpanan. Aturan arsip dapat
mengekspor klip, subklip, dan daftar putar.
e. Aturan Ulang
Pada fitur pengaturan GV Stratus dapat melihat folder yang
berada dalam sistem pengganti dan mentransfer aset yang sesuai
dengan keinginan pengguna. Aturan ulang mentransfer aset ke tujuan
yang pengguna inginkan.
f. Aturan Transkode
Pengaturan transkode memungkinkan untuk melakukan transkode
ke format apa pun yang file transkripnya ada. Berdasarkan pengaturan,
GV Stratus akan mendorong media ke mesin transkode pihak ketiga
untuk mentranskode ke format yang dipilih (mis. Wm9, QuickTime,
dll.) Kemudian mengekspornya ke folder bersama di dalam jaringan.
File XML yang berisi semua metadata file juga dapat diekspor, atau
pelanggan dapat menentukan ekspor XML mereka sendiri
menggunakan terjemahan XSLT.
54
Ketika suatu aset sesuai dengan aturan transkode melalui cara
menceklis, atau memindahkan ke folder auto-transcode tertentu,
aturan akan diaktifkan dan transkode akan dilakukan.
g. Mengimpor Metadata
Pengguna dapat mengimpor metadata untuk aset yang sudah ada
dalam sistem GV Stratus. Ini memperbarui metadata aset tanpa
mengubah esensi media. Metadata aset dan esensi media dapat
diperbarui jika diinginkan.
Sebaliknya, metadata dapat di impor untuk aset yang belum ada
dalam sistem GV Stratus. Ini menciptakan aset GV Stratus khusus
metadata. Kategori alur kerja untuk aset GV Stratus adalah sebagai
berikut:
1) Ekspor metadata GV Stratus sebagai XML file
2) Menambahkan terjemahan ke metadata
3) Impor file XML metadata ke GV Stratus
4) Aset GV Stratus sekarang termasuk metadata
Alur kerja umum untuk membuat aset GV Stratus baru adalah
sebagai berikut:
1) Berikan salinan klip ke vendor terjemahan
2) Membuat informasi dalam File XML yang sesuai dengan metadata
GV Stratus
3) Impor file XML metadata ke GV Stratus, menggunakan Opsi
Impor Aturan GV Stratus
55
6. Story board Editor
Alat ini digunakan untuk merakit dan mengedit urutan dasar. Aset
dapat diseret ke panel untuk membuat atau menambah urutan. GV Stratus
menyediakan banyak cara untuk meninjau aset dan media yang saat ini
direkam dan telah sepenuhnya diambil. Source Viewer adalah alat untuk
melihat aset yang dapat ditambahkan ke suatu urutan.
Kontrol transportasi, meter audio, waktu percakapan dan tombol
pengguna tersedia untuk operator. Selain itu, perangkat Shuttle pro
opsional dapat digunakan untuk mengontrol pemutaran. Kata kunci,
pengguna, atau mark-in dan mark-out poin dapat ditambahkan ke aset.
Begitu suatu acara ditambahkan, aset bisa dibagi atau dipangkas.
Untuk mengurutkan ulang urutan, acara yang dipilih dipindahkan dengan
menyeretnya ke lokasi baru. Serta mengedit lalu memilih bagian penting
dari video, dapat ditambahkan transisi video dasar. Setelah seluruh urutan
digabungkan, dapat dilihat dalam layar sesuai urutan.
Saat menggunakan Story board editor pengguna sedang offline,
berarti saluran sistem K2 tidak dapat digunakan. Setelah disimpan, dapat
langsung diputar pada saluran sistem K2.
7. Final Cut Pro
Final Cut Pro terintegrasi dengan baik ke dalam sistem GV Stratus.
Menggunakan Final Cut Pro pengguna dapat melakukan beberapa
kegiatan yakni :
a. Dapat dihubungkan langsung ke K2 SAN lalu edit
b. Edit file yang sedang direkam
56
c. Transfer file yang memilih file yang terdapat dalam penyimpanan FCP
untuk diedit
d. Buka sesuai urutan dari editor storyboard
e. Kirim file yang sudah jadi ke dalam penyimpanan K2 untuk
ditayangkan diplayout
Pada ekspor, urutannya diterbitkan sebagai film QuickTime ke folder
K2 yang ditentukan di mana terdaftar ke dalam database K2 setelah
transfer selesai, kemudian siap untuk ditayangkan. Klip ini dapat
digunakan sebagai acara di Editor GV Stratus Playlist. Urutan yang
diekspor dapat ditayangkan langsung ke komputer ruang berita, atau
dengan menggunakan FCP Connect. 47
8. Rough Cut
Rough cut merupakan penggabungan dari berbagai adegan film
menurut suatu cerita yang komprehensif, biasanya sudah dengan dialog
dan soundtrack. 48
F. Penelitian Relevan
1. Penelitian relevan yang pertama berjudul “Pengolahan Kaset Rekaman
Video: Studi Kasus Di Video Library Trans TV” disusun oleh Rr.
Sarwendah Arthaningtyas. membahas tentang Pengolahan Koleksi
Rekaman Video: Studi Kasus di Video Library Trans TV. Tujuan dari
skripsi tersebut ialah untuk mengidentifikasi pengelolaan koleksi rekaman
video di Video Library Trans TV, dan mengetahui kekhasan dari
47 Grass Valley, “Grass Valley a Belden Brand : GV Stratus Sytem Overview” (GrassValley : Canada), h. 1-28.
48 Andi Fachruddin, Dasar – Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Future, LaporanInvestigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing (Jakarta: Kencana, 2012), h. 462.
57
penyimpanan koleksi kaset video hasil penyiaran Trans TV. Persamaan
penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas
tentang pengolahan rekaman video di perpustakaan TV. Dalam penelitian
tersebut menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini ada pada tempat
penelitian yang dilakukan, penelitian tersebut mengambil lokasi di Video
Library Trans TV, sedangkan penelitian ini mengambil lokasi di News
Library Kompas TV.49
2. Penelitian relevan yang kedua berjudul “Pengolahan Kaset Rekaman
Video: Studi Kasus di Library News RCTI” disusun oleh Ernawati.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui proses pengadaan, proses
ingest, entri data, hingga pemberian label dan berlanjut ke proses
penyimpanan kaset rekaman video. Penelitian tersebut memiliki
persamaan dengan penelitian ini yaitu membahas tentang pengolahan kaset
rekaman video. Dalam penelitian tersebut menggunakan metode studi
kasus dengan pendekatan kualitatif. Perbedaan penelitian tersebut dengan
penelitian ini yaitu terletak pada tempat, penelitian tersebut mengambil
lokasi di Library News RCTI, sedangkan penelitian ini mengambil lokasi
di News Library Kompas TV.50
49 Rr. Sarwendah A, “Pengolahan Kaset Rekaman Video : Studi Kasus di Video LibraryTrans TV,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok, 2010),h. 20-32.
50 Ernawati, “Pengolahan Kaset Rekaman Video : Studi Kasus di Library News RCTI,”(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok, 2010), h. 16-28.
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu
penelitian bermaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala
yang ada atau kejadian apa saja yang terjadi saat penelitian dilakukan. Metode
deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggabungkan, melukiskan subjek atau objek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang nampak atau sebagai mana adanya. Penelitian deskriptif umumnya
bertujuan mendefinisikan secara sistematis, faktual dan akurat terdapat suatu
populasi atau daerah tertentu mengenai berbagai sifat dan faktor tertentu.51
Penelitian deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk memberikan
gambaran secara umum mengenai bagaimana proses pengolahan aset digital
(rekaman video) dan kendala yang dihadapi dalam proses pengolahan aset
digital (rekaman video).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif mengandalkan pengamatan atau wawancara
dalam pengumpulan data di lapangan. Menurut Bogdan dan Taylor dalam
buku Lexy J. Moleong, Metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
51 Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 54.
59
orang-orang dan perilaku yang diamati.52 Dengan Pendekatan ini maka penulis
mengadakan penelitian dengan maninjau dan mengkaji mengenai pengolahan
di News Library Kompas TV.
B. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara, dari
sumbernya.53 Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara kepada
narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan
informasi yang relevan. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari
pustakawan News Library Kompas TV.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-
sumber yang telah ada. Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai data
sekunder adalah buku-buku, artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti.
C. Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan konsidi latar penelitian.54 Penentuan informan
ditentukan dengan mencari tahu pihak yang paling memahami objek penelitian
dan ditentukan berdasarkan konsep purposive sampling. Purposive sampling
adalah metode penentuan informan dengan cara sengaja memilih informan-
informan tertentu dengan mengabaikan informan lainnya, karena informan
52 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,2001), h, 3.
53 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, h. 86.54 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 90.
60
tertentu ini memiliki ciri-ciri khusus yang tidak dimiliki informan lain.55
Informan dalam penelitian ini adalah Koordinator News Library
Kompas TV dan salah satu staf pengolahan News Library Kompas TV. Kedua
informan tersebut dianggap sebagai pelaksana sekaligus penanggung jawab
dari pengelolaan aset di News Library Kompas TV.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan
tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan berdasarkan data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara yang diubah dari bentuk
rekaman menjadi tulisan dan observasi. Untuk data sekunder diperoleh dari
penelusuran data dan informasi dari dokumen atau catatan yang memiliki
keterkaitan dengan objek penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian
ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.56 Penulis mengajukan beberapa pertanyaan
yang telah peneliti siapkan kepada informan, lalu dijawab oleh pemberi
data dengan bebas terbuka.
2. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah pengidentifikasian secara sistematis, penemuan dan
analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan
55 Irawan, Prasetya. Logika dan prosedur penelitian (Jakarta : STIA-LAN, 1999), h. 183.56 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 135.
61
dengan masalah penelitian.57 Kajian pustaka merupakan penelitian yang
datanya diambil terutama atau seluruhnya dari kepustakaan (buku,
dokumen, artikel, laporan dan sebagainya).
3. Observasi
Observasi adalah metode penelitian yang pengambilan datanya bertumpu
pada pengamatan langsung pada objek penelitian.58 Observasi bertujuan
untuk mendeskripsikan keadaan yang dipelajari dan aktifitas-aktifitas yang
telah berlangsung. Kemudian hasil dari observasi tersebut dicatat menjadi
suatu catatan observasi yang berisi deskripsi hal-hal yang diamati secara
lengkap dengan keterangan tanggal dan waktu.
E. Teknik Analisis Data
Data akan di analisa melalui tiga tahapan yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih,
memfokuskan, membuang menyusun data dalam suatu cara dimana
kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.59 Data yang
diperoleh penulis melalui observasi dan kajian pustaka yang dicatat
dengan rinci, mengelompokan, dan memfokuskan pada hal penting,
dengan demikian data yang di dapat bisa memberikan gambaran jelas.
2. Penyajian data
Setelah data direduksi penulis melakukan penyajian dalam bentuk teks
bersifat naratif. Penyajian data akan tersusun secara sistematis dalam pola
57 Consuelo G. Sevilla, [et. Al].; penerjemah, Alimudin Tuwu,. Pengantar MetodePenelitian (Jakarta: UI Press, 1993), h. 31.
58 Irawan, Prasetya. Logika dan prosedur penelitian (Jakarta: STIA-LAN,1999), h. 63.59 Krisyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta : Prenada Media Group, 2006), h.
96.
62
yang berhubungan sehungga mudah dipahami.
3. Penarikan kesimpulan
Penulis membuat kesimpulan dari data-data yang terangkum dan
dijabarkan dalam bentuk naratif. Kesimpulan yang digunakan untuk
menjawab rumusan masalah.
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode-metode tersebut di atas dalam
observasi awal dilakukan tanggal 1 Juli 2015, sedangkan wawancara
mendalam dilakukan tanggal 26 Mei 2016. Penelitian ini dilaksanakan di
News Library Kompas TV, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yaitu alat-alat perlengkapan penelitian.60 Alat-alat
tersebut berguna dalam pengumpulan informasi, seperti alat perekam suara
(handphone), kamera, kertas, bolpoin, dan daftar pertanyaan.
60 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,2001), h. 132
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil News Library Kompas TV
1. Sejarah News Library Kompas TV
Kompas TV sebagai sebuah institusi penyiaran tentulah merasa
perlu untuk memiliki sebuah pusat dokumentasi sebagai wadah
pengelolaan aset-aset yang di miliki. Sebagaimana layaknya sebuah pusat
dokumentasi khusus maka perpustakaan di Kompas TV merupakan bagian
integral dari Kompas TV yang bertugas mengelola aset atau dokumentasi
yang di organisasikan dan di administrasikan sehingga dapat
didayagunakan secara tepat dalam menunjang kelancaran dan keberhasilan
program-program acara khususnya dan tujuan organisasi umumnya
menurut kebutuhannya.
Dalam institusi Kompas TV memiliki dua buah library yang
memiliki fungsi dan tanggung jawab berbeda sesuai dengan departemen
yang membawahinya. Salah satunya adalah Kompas TV yang mengelola
aset-aset yang berhubungan dengan materi tayangan program Kompas TV
secara umum. Kedua adalah News Library Kompas TV yang memiliki
tugas untuk pengelolaan aset-aset yang dimiliki divisi news saja. Dimana
di dalamnya terdapat koleksi hasil liputan berita tim Kompas TV.
News Library Kompas TV mulai difungsikan bulan November
2011, seiring dengan mulai on air nya siaran kompas TV. Sistem yang
digunakan pun berubah dari sistem manual ke sistem otomasi secara
64
keseluruhan. Adapun sistem otomasi baru dimulai sejak bulan November
2013.
Sistem layanan News Library Kompas TV adalah sistem terbuka,
dimana semua user yang terdiri dari produser, editor, camera person dapat
mengakses sendiri aset dokumentasi yang dibutuhkan melalui sistem yang
tersedia. Hanya untuk keamanan, hak penggunaan dibatasi untuk
menelusur dan menggunakan aset, sedangkan untuk kegiatan pengelolaan
aset atau file diberikan hak khusus untuk library News Kompas TV.
2. Visi dan Misi News Library Kompas TV
a. Visi
Mendukung kegiatan pendokumentasian aset audio visual khususnya
dibagian news agar dapat terdata dengan baik sehingga mudah untuk
temu kembali.
b. Misi
1) Memberikan pelayanan yang menyeluruh kepada tim produksi
News Library Kompas TV dalam memproduksi berita, juga kepada
semua unit departemen di Kompas TV yang membutuhkan koleksi
audio visual.
2) Memberikan kepada unit kerja di grup Kompas dan Gramedia guna
memenuhi kebutuhan audio visual.
3. Personalia News Library Kompas TV
Staf yang ada saat ini 17 orang, yang terdiri dari 7 orang di bagian
layanan dan 10 orang di bagian pengolahan. Dari 17 orang staf tersebut
dibagi menjadi 3 shift yaitu, pagi, sore dan malam.
65
4. Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi News Library Kompas TV
5. Koleksi
Secara keseluruhan koleksi yang berada di News Library Kompas
TV seluruhnya terdiri dari koleksi non-cetak (audio visual). Koleksi
tersebut terdiri dari beberapa kategori yaitu, master shooting, master edit,
grafik, filler, rekaman program siaran news.
6. Sistem Layanan
Sistem layanan News Library Kompas TV adalah sistem terbuka,
hanya saja untuk keamanan, hak penggunaan dibatasi untuk menelusur dan
menggunakan aset, sedangkan untuk kegiatan pengelolaan aset atau file
diberikan hak khusus untuk pustakawan.
Waktu layanan terdiri dari tiga shift mengingat bagian layanan dan
pengolahan harus stand by selama 24 jam, supaya ketika rekaman video
datang langsung bisa untuk diproses, dan program siaran news dapat terus
berjalan. Adapun pembagian shift, sebagai berikut:
66
Tabel 4.1 Waktu Layanan News Library Kompas TV
Jadwal Layanan Waktu Layanan
Shift 1 07.00 – 16.00 WIB
Shift 2 15.00 – 24.00 WIB
Shift 3 24.00 – 08.00 WIB
7. Lokasi
News Library Kompas TV berada di lantai 5 gedung Kompas TV
yang beralamatkan di Jl. Palmerah Selatan No. 1 Jakarta Pusat 10270
8. Perangkat Lunak yang Digunakan di News Library Kompas TV
Perangkat lunak sistem yang digunakan dalam pengembangan
sistem yang dilakukan saat ini adalah GV Stratus.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil dari wawancara peneliti dengan
informan yang telah dipilih. Hasil wawancara yang dijabarkan merupakan
hasil reduksi.
1. Pengolahan Aset Digital News Library Kompas TV
Kebijakan pengolahan koleksi pada setiap perpustakaan memiliki
kebijakan yang berbeda, terutama kebijakan dalam pengolahan bahan non
buku yang berbeda dengan pengolahan buku cetak. Kebijakan dibuat
berdasarkan kebutuhan dan perannya di lembaga induk yang dinaunginya.
Sama halnya dengan News Library Kompas TV yang memiliki kebijakan
tersendiri dalam pengolahan rekaman video, tidak mengacu pada
kebijakan yang baku dimiliki perpustakaan pada umumnya. News Library
67
Kompas TV membuat kebijakan sesusai dengan kebutuhan dari News
Kompas TV sebagai lembaga induknya.
“Kebijakan pengolahan rekaman video itu berbeda dengan buku,karena buku kan istilahnya sudah umum dan memiliki acuannyaseperti stempel inventarisasi, klasifikasi, input, dan lain-lain. Tapikalau rekaman video biasanya mereka akan mengembangkanmasing-masing sesuai dengan kebutuhan institusinya. Terlebih lagikalau bentuknya sudah digital tidak bergantung denganpengelompokan yang baku seperti pengelompokan buku tercetak,karena semua bisa di searching pada sistem yang kita milikisehingga nanti pengkelasan yang kita lakukan lebih diperlukanketika pengkategorian dan penamaan file rekaman video”61
News Library Kompas TV memiliki kebijakan tersendiri yang
diterapkan pada SOP pengolahan rekaman video yang telah ditetapkan.
Selain bergantung pada teknologi yang digunakan, proses pengolahan
rekaman video yang dilakukan juga bergantung pada pengelompokan dan
penamaan file rekaman video, karena kebijakan tersebut salah satu aspek
penting untuk memudahkan proses temu kembali dan sebagai penunjang
kepentingan produksi News Kompas TV.
Standar Operasional Prosedur merupakan panduan proses kerja yang
harus dilaksanakan terperinci dan sistematis. Alur kerja tersebut harus
mudah dipahami dan tertulis agar dapat di implementasikan dengan baik
dan konsisten. Adanya SOP sangat memudahkan tim produksi dalam
mengolah file rekaman video, agar dalam melakukan pengolahan sesuai
dengan alur yang berlaku di News Library Kompas TV.
“Kalau disini SOP pengolahan dimulai dari tahapan ingestfile/aset digital ke dalam K2 SAN. Dalam proses ingest ini terdapattiga cara, pertama ingest card, yang kedua FTP wires, yang ketigaingest feed. Setelah file/aset digital tersebut masuk kedalam serverK2 SAN/Gv Stratus lalu file dikategorikan berdasarkan jenis
61 Wawancara Pribadi dengan Momy Asri Yulia, Jakarta, 26 Mei 2016
68
materinya. Selanjutnya file melalui tahap rough cut dan editing.Barulah setelah itu file/aset digital rekaman video tersebut masukke dalam server penyimpanan permanen/LTO.”62
Berdasarkan pernyataan informan di atas dapat diketahui, SOP dalam
pengolahan aset digital rekaman video dilakukan melalui proses ingest
file/aset digital terlebih dahulu ke dalam K2 SAN. Dalam proses ingest
yang dilakukan terdapat tiga cara, pertama ingest card, yang ke-dua FTP
wires, yang ke-tiga ingest feed. Setelah file/aset digital tersebut masuk
kedalam server K2 SAN/GV Stratus lalu file dikategorikan berdasarkan
jenis materinya. Selanjutnya file melalui tahap pendeskripsian/metadata.
Setelah itu pada aset digital rekaman video tersebut dilakukan proses
rough cut/pengambilan bagian-bagian penting dan layak tayang dari suatu
video, barulah aset digital rekaman video tersebut dapat disimpan pada
server penyimpanan permanen/LTO serta ditemukan kembali untuk
keperluan editing dan siaran/tayang News Kompas TV. (gambar terlampir)
Bahan non buku merupakan salah satu jenis bahan perpustakaan
yang mencakup karya-karya orang yang dituangkan dalam bahan yang
tidak tercetak (dalam bentuk buku), melainkan dalam bentuk lain,
misalnya rekaman suara, rekaman video, dan rekaman gambar.63 Begitu
pula halnya dengan berbagai koleksi yang terdapat di dalam News Library
Kompas TV. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dapat
dijabarkan koleksi apa saja yang terdapat di dalam News Library Kompas
TV. Berikut ini penjelasan yang disampaikan oleh koordinator News
Library Kompas TV.
62 Wawancara Pribadi dengan Momy Asri Yulia, Jakarta, 26 Mei 201663 Anon Mirmani, Pengolahan Bahan Non Buku. (Universitas Terbuka. 2008), h. 1
69
“Kita hanya punya audio visual dan bentuknya semua sudahdigital gak ada yang pake kaset atau media rekam lainnya.Ada juga hard disk tapi itu hanya sebagai working disk timliputan, setelah itu ya tetep sebagai perangkat penyimpanandan semuanya filenya tetep ada di sistem database.”64
Hal senada juga diungkapkan oleh staf News Library Kompas TV
tentang koleksi yang ada di News Library Kompas TV, yaitu :
“Koleksi yang ada disini yaa bentuknya hanya audio visualatau digital semuanya. Dari hasil liputan dan proksi timediting”65
Berdasarkan pernyataan informan diatas bahwa, koleksi yang
terdapat di News Library Kompas TV hanya dalam bentuk digital.
Semuanya terkemas dalam bentuk file/digital yang di-ingest ke sistem
database GV Stratus dalam bentuk audio visual. Aset digital rekaman
video tersebut dikategorikan sebagai koleksi non buku di News Library
Kompas TV.
Dari penjelasan diatas sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
audio visual meliputi suara dan bahan-bahan visual dan file data yang
terbacakan mesin, yang diekspresikan dalam suatu media nyata, yang telah
dikenal atau mungkin dikembangkan di kemudian hari. Bahan-nahan
tersebut dapat ditangkap, dikomunikasikan secara langsung atau dengan
alat bantu mesin. Format media audio visual terdiri dari bagan, lukisan
asli, diorama, filmstrip, slide, otografi, peta, atlas, bola dunia, kit, kartu-
kartu, mainan, poster, realia, gambar-gambar teknik, transparansi, bentuk-
64 Wawancara Pribadi dengan Momy Asri Yulia, Jakarta, 26 Mei 2016.65 Wawancara Pribadi dengan Surya Darma, Jakarta, 26 Mei 2016
70
bentuk mikro, file data terbaca mesin, rekaman/penerimaan suara (audio),
dan rekaman/penerimaan siaran gambar dan suara (video).66
Koleksi yang terdapat di News Library Kompas TV merupakan
koleksi yang diciptakan sendiri oleh tim liputan dan editing News Kompas
TV dan melalui proses pembelian serta ada juga melanggan liputan luar
negeri. Hal ini sesuai dengan pemaparan informan berikut ini:
“Dari tim liputan kompas tv. Dari tim liputan organic jakartakontributor yang dibagi perwilayah yang ada di sekitarjabodetabek ada juga yang beli, biasanya dari video amatir itu kanpunya orang, jadi kalau kita mau tayangin harus beli haksiar ataucopyrightnya. Kita juga melanggan liputan luar negeri, merekamenyediakan liputan internasional yang bentuknya sudah jadi dansiap tayang, jadi kita tinggal ambil aja di database mereka”67
Hal senada juga diungkapkan oleh informan bagian staf pengolahan
aset digital News Library Kompas TV, seperti berikut ini:
“Ada dari tim liputan, ada juga dari video amatir, ada juga yangdari koordinator lapangan dikirim via whatsaap ke tim library.”68
News Library Kompas TV mempunyai koordinator daerah yang
bertugas meliput segala peristiwa yang terjadi, hasil dari liputan tersebut
kemudian dikirim ke kantor pusat. Ada juga dari citizen journalism yang
mengirim berita ke News Library Kompas TV, lalu pengirim tersebut
mendapatkan royalti. News Library Kompas TV melanggan liputan dari
luar negeri, dan diberi akses untuk mendownload berita yang sudah siap
tayang dalam database.
66 McNally, Paul T, “Universal avability on non-book materials in Australia,” IFLAJournal, 10 Maret 1992, h. 200.
67 Wawancara Pribadi dengan Momy Asri Yulia, Jakarta, 26 Mei 201668 Wawancara Pribadi dengan Surya Darma, Jakarta, 26 Mei 2016
71
a. Proses Pengolahan Aset Digital (Rekaman Video)
Alur pengolahan aset digital jelas berbeda dengan koleksi buku
pada bidang keilmuan perpustakaan pada umumnya. Proses pengolahan
yang dilakukan oleh News Library Kompas TV sesuai dengan SOP yang
telah dibuat dari pihak internal mereka. Secara rinci, tahapan-tahapan
dalam proses pengolahan aset digital yang dilakukan News Library
Kompas TV hingga aset digital (rekaman video) tersebut layak untuk
ditayangkan adalah sebagai berikut:
1) Ingest
Ingest adalah pengambilan file dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti transfer file dari kartu memori kamera atau
transfer dari lokasi lain. Selain itu, materi dapat di ingest dari hasil
rekaman video tersebut.69 Pada proses ingest aset digital (rekaman
video) akan masuk kedalam K2 SAN/GV Stratus. K2 SAN memiliki
kapasitas sebesar 56 TB dan dapat menyimpan 2.000-3.000 file
rekaman video. Proses ingest yang dilakukan oleh News Library
Kompas TV terbagi menjadi 3 cara, sebagai berikut:
a) Ingest Card
Proses ingest card dilakukan dengan mentransfer aset
digital (rekaman video) dari memory card menggunakan card
reader agar dapat dimasukan ke dalam server GV Stratus. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh koordinator News Library
Kompas TV berikut ini:
69 Grass Valley, “Grass Valley a Belden Brand : GV Stratus Sytem Overview” (GrassValley : Canada), h. 5.
72
“Jadi, kalau ingest card itu biasanya tim liputanmenyerahkan memori card kepada bagian library,nanti dia memberikan sambil ngasih tau judulliputannya. Barulah setelah itu kita memasukan asetdigital (rekaman video) tersebut ke dalam server GVStratus (K2 SAN) menggunakan card reader (Sony)dan juga melalui Final Cut Pro pada Macpro.”70
Hal senada juga diungkapkan oleh informan lain
mengenai proses ingest card sebagai berikut:
“Setelah camera person menyerahkan card yangberisikan rekaman video ke kita, kita catat terlebihdahulu dibuku file yang baru dateng, baru langsung diingest. Nah karena kita kan pake 2 card SxS sama SDHCmaka perlakuan ingestnya pun berbeda. Kalau SxS kitabisa ingest langsung ke server GV Stratus (K2 SAN).Sedangkan kalau SDHC kita harus melalui aplikasiFinal Cut Pro yang ada di Macpro agar rekaman videotersebut dapat di ingest ke GV Stratus.”71
Berdasarkan penjelasan diatas dalam proses ingest aset
digital terdapat prosedur tersendiri yang harus dilakukan pada
saat hasil liputan diserahkan kepada pihak News Library Kompas
TV. Tim liputan menyerahkan memory card dan mencatat judul
hasil liputan dibuku yang sudah disediakan oleh bagian
pengolahan. Judul yang diberikan oleh tim liputan harus sesuai
dengan hasil yang terjadi dilapangan, hal ini dilakukan agar
bagian pengolahan dapat dengan mudah memberikan nama pada
file liputan dan juga mempermudah pada tahap pengolahan
selanjutnya. Card SxS bisa langsung di ingest di software GV
Stratus karena codec jenis file tersebut kompatibel dengan
software GV Stratus. Sedangkan card SDHC codec filenya tidak
70 Wawancara Pribadi dengan Momy Asri Yulia, Jakarta, 26 Mei 201671 Wawancara Pribadi dengan Surya Darma, Jakarta, 26 Mei 2016
73
kompatibel dengan GV Stratus, sehingga memerlukan converter
file lain atau menggunakan aplikasi tambahan untuk proses
ingest-nya. Dalam hal ini digunakan software Final Cut Pro yang
berada pada Macpro, setelah itu file rekaman video baru bisa di
ingest ke GV Stratus. Perbedaan kedua card SxS dan SDHC
terletak pada kamera yang digunakan dan jenis file yang
dihasilkan juga berbeda.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
SDHC merupakan kartu memori yang berbasis pada SDA 2.0,
kapasitas SDHC berada dikisaran 4GB-32GB dan memiliki
format bawaan FAT32. SDHC berkerja secara berbeda dari kartu
SD standar, maka ia tidak kompatibel dengan perangkat yang
mendukung SD card standar (128MB-2GB). Akan tetapi hampir
sebagian besar perangkat yang dibuat pada tahun 2008 biasanya
sudah kompatibel dengan SDHC. SxS, standar memori flash
yang sesuai dengan standar ExpressCard Sony dan SanDisk-
created. Kartu SxS memiliki kecepatan transfer 800Mbit/s dan
kecepatan transfer hingga 2,5GB/s melalui antar muka PCI
Express ExpressCard. Sony menggunakan kartu ini sebagai
media penyimpanan untuk lini XDCAM EX untuk kamera video
professional. Kartu memori SxS adalah kartu memori dari
kamera Sony XDCAM EX PMW-EX3.72 Berdasarkan teori
72 Techno Center Indonesia: Kenali Macam-macam Memory Card yang anda gunakan”artikel ini diakses pada tanggal 15 Maret 2018 darihttps://technocenterid.blogspot.co.id/2015/12/kenali-macam-macam-memory-card-yang-anda-gunakan.html
74
tersebut yang menyebabkan perlakuan yang berbeda pada saat
proses ingest card Sxs dengan SDHC agar aset digital (rekaman
video) dapat masuk ke dalam server GV Stratus (K2 SAN).
b) FTP Wires
Pada proses FTP Wires aset digital (rekaman video) di
ingest melalui jaringan internet (live streaming) dan melanggan
content kepada provider. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
koordinator News Library Kompas TV berikut ini:
“Kalau proses FTP wires itu aset digital (rekamanvideo) yang diterima melalui jaringan internet dariseluruh indonesia (live streaming) dan Wires itu kitaberlangganan content dari provider seperti APTN,SNTV, reuters, AFP, VOA dll.” 73
Berdasarkan penjelasan diatas dalam proses FTP Wires aset
digital (rekaman video) diterima oleh pihak News Library
Kompas TV melalui jaringan internet (live streaming) dari
seluruh Indonesia dan melanggan content liputan kepada
provider (dari luar negeri) seperti APTN, SNTV, Reuters dan
VOA. Provider menyediakan liputan (rekaman video)
internasional yang sudah siap tayang, dan pihak News Library
Kompas TV cukup mendownload di database Kantor Berita Luar
Negeri tersebut menggunakan hak akses yang sudah diberikan.
73 Wawancara Pribadi dengan Momy Asri Yulia, Jakarta, 26 Mei 2016
75
c) Ingest Feed
Ingest feed merupakan proses penerimaan file yang dikirim
dari lokasi lain menggunakan jaringan internet.74 Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh koordinator News Library Kompas TV
berikut ini:
“Ingest feed itu proses transfer aset digital (rekamanvideo) dari koordinator tim liputan daerah se-jabodetabek, ada juga dari citizen journalism (videoamatir) yang dikirim ke google drive atau sosial mediakita.”75
Berdasarkan pernyataan informan diatas proses ingest feed
merupakan proses ingest aset digital rekaman video yang
diterima dari tim Liputan Organic Jakarta kontributor Kompas
TV yang dibagi perwilayah sekitar jabodetabek. Ada juga aset
digital video amatir dari citizen journalism yang diupload/dikirim
ke google drive yang telah disediakan dan bisa juga melalui
sosial media pihak News Library Kompas TV sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Apabila News Library Kompas TV ingin
menayangi liputan video amatir tersebut terlebih dahulu membeli
sesuai dengan ketentuan yang sudah ditentukan karena terkait
hak siar atau copyright.
Pada proses ingest dengan ke-tiga cara diatas dianggap tepat
dan efektif untuk mempermudah dan menunjang proses pengolahan
serta pengembangan aset digital (rekaman video) di News Library.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang tertulis di dalam buku panduan
74 Cahya Sunandar, “Istilah-Istilah Broadcasting” artikel ini diakses pada tanggal 15 Maret2018 dari http://cahyasunandar.blogspot.com/2010/03/istilah-istilah-broadcasting.html
75 Wawancara Pribadi dengan Momy Asri Yulia, Jakarta, 26 Mei 2016
76
GV Stratus yakni proses ingest aset digital yang dilakukan dengan
berbagai cara, transfer file dari kartu memori kamera (ingest card),
yang ke-dua dengan live streaming dan berlangganan content (FTP
Wires), serta yang ke-tiga yakni dengan transfer dari lokasi lain
(ingest feed).76
2) Pengkategorian Aset Digital (Rekaman Video)
Kegiatan pokok dalam pengolahan salah satunya yaitu proses
pengelompokan atau pengklasifikasian dan dibuatkan katalog
dengan menggunakan acuan tertentu.77 Pengkategorian aset digital
yang dilakukan oleh News Library Kompas TV berbeda dengan
sistem klasifikasi seperti yang digunakan dalam bidang keilmuwan
perpustakaan pada umumnya. Hal tersebut senada dengan apa yang
diungkapkan oleh salah satu informan sebagai berikut:
“Pengkategorian aset digital rekaman video disini kitabedakan hanya berdasarkan jenis materinya saja, tidakmenggunakan sistem klasifikasi secara baku. Jenis materiaset digital tersebut kita bagi menjadi dua yaitu mastershoot dan master edit.” 78
Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa
pengkategorian aset digital rekaman video yang dilakukan di News
Library Kompas TV tidak mengacu pada sistem pengklasifikasian
baku yang digunakan pada perpustakaan-perpustakaan pada
umumnya. Pengkategorian aset digital rekaman video hanya terbagi
76 Grass Valley, “Grass Valley a Belden Brand : GV Stratus Sytem Overview” (GrassValley : Canada), h. 5.
77 Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat. (Jakarta: Sagung Seto, 2002), h. 103.78 Wawancara Pribadi dengan Momy Asri Yulia, Jakarta, 26 Mei 2016
77
berdasarkan jenis materinya saja yakni, master shoot dan master
edit.
Pengkategorian berdasarkan jenis materi aset digital rekaman
video yang dilakukan News Library Kompas TV dianggap sangat
tepat untuk mempermudah proses pendeskripsian/metadata dan temu
kembali untuk keperluan editing tim editor News Kompas TV. Hal
tersebut senada dengan salah satu teori yakni pengelompokkan yang
sistematis dari pada sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-
benda lain kedalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri
yang sama.79
GV Stratus memiliki kemampuan mencari aset menggunakan
berbagai pilihan. Pengguna dapat memilih metode pencarian untuk
menggunakan beberapa pilihan nama judul aset, tanggal, dan camera
person, GV Stratus akan mencari semua aspek yang ditentukan dari
permintaan pencarian tersebut.80
3) Deskripsi Aset Digital (Rekaman Video)
Dari berbagai jenis koleksi non buku di sebuah perpustakaan,
maka pengolahannya pun berbeda-beda. Pada umumnya untuk
mendeskripsikan jenis koleksi non buku di perpustakaan terbagi
menjadi 8 (delapan) daerah deskripsi.81 Pendeskripsian aset digital
79 Towa P Hamakonda, Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey (Jakarta : BPK GunungMulia, 2009), h.1.
80 Grass Valley, “Grass Valley a Belden Brand : GV Stratus Sytem Overview” (GrassValley : Canada), h. 9.
81 Anon Mirmani, Pengolahan Bahan Non Buku. (Universitas Terbuka. 2008), h. 98.
78
rekaman video yang dilakukan oleh News Library Kompas TV
berbeda dengan ketentuan 8 (delapan) daerah deskripsi. Hal ini
sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh salah satu informan
sebagai berikut:
“Pendeskripsian file rekaman video disini itu istilahnyametadata, nah prosesnya kita hanya menginput tanggal liputan,judul, nama reporter dan camera person, keterangan/isi dari filetersebut pada GV Stratus.” 82
Berdasarkan pernyataan dari informan diatas diketahui bahwa
pendeskripsian aset digital rekaman video yang dilakukan di News
Library Kompas TV yakni, staf menginput tanggal liputan,
judul/nama berita, nama reporter dan camera person serta
keterangan/isi dari aset digital rekaman video yang telah yang
diberikan kepada staf News Library bersamaan dengan penyerahan,
pengiriman dan langganan aset digital rekaman video, seperti tabel
berikut:
Tabel 4.2 Pendeskripsian Aset Digital Rekaman Video
82 Wawancara Pribadi dengan Surya Darma, Jakarta, 26 Mei 2016
Tanggal Judul Liputan Reporter Cameraperson Deskripsi▼ ▼ ▼ ▼ ▼
300418
JOKOWI TERIMA DUBESKOREA SELATAN DAN
KOREA UTARA DI ISTANAMERDEKA
IMRON NICO
PRESIDEN JOKOWI MENERIMA DUTABESAR LUAR BIASA DAN BERKUASAPENUH REPUBLIK KOREA SELATAN
UNTUK INDONESIA KIM CHANG-BEOM DAN DUTA BESAR LUAR BIASA
DAN BERKUASA PENUH REPUBLIKRAKYAT DEMOKRATIK KOREAUTARA UNTUK INDONESIA AN
KWANG IL
300418 JOKOWI TERIMA DUBES KOREA SELATAN DAN KOREA UTARA DI ISTANA MERDEKA IMRON-NICO
79
Pendeskripsian yang dilakukan dengan baik dan terperinci
perwakilan data serta isi dari aset rekaman video sesuai dengan
kolom isian metadata pada GV Stratus. Proses
Pendeskripsian/metadata dilakukan dan dianggap tepat untuk
mempermudah juga mempercepat proses penelusuran aset digital
rekaman video, kebutuhan pengeditan, produksi dan siaran News
Kompas TV.
File dapat di impor dengan menggunakan aturan GV Stratus
yang memungkinkan file dapat diproses sesuai dengan nama yang
berkaitan dengan file tersebut. Fitur pengaturan GV Stratus dapat
mengamati lokasi sumber yang berada di luar sistem dan pada saat
file itu datang, masukan file sesuai dengan kriteria lokasi ke dalam
sistem GV Stratus yang sudah ditentukan. Aturan impor dapat
mengubah, serta mengimpor metadata yang merupakan bagian dari
impor. Aset yang diimpor memiliki metadata yang menetukan lokasi
sumber dari file yang di impor. 83
Data GV Stratus bisa digunakan untuk mencari, mengatur, dan
menandai sebuah konten. Aset bisa dicari melalui fitur/alat
pengcarian. Pencarian yang sederhana dapat dilakukan melalui
pengecekan nama yang ada pada aset, keseluruhan nama atau
penggalannya juga bisa dimasukkan. Penggalan nama tersebut bisa
dari depan, tengah, maupun belakang dari nama tersebut. Both or
and bisa digunakan melalui operator penelusuran/pencarian.
83 Grass Valley, “Grass Valley a Belden Brand : GV Stratus Sytem Overview” (GrassValley : Canada), h. 7.
80
Pencarian/penelusuran dapat disimpan, dan pencarian yang sudah
tersimpan dapat dijalankan kembali atau di modifikasi untuk melihat
hasil yang sudah diperbaharui. 84
4) Rough cut
Rough cut merupakan penggabungan dari berbagai adegan film
menurut suatu cerita yang komprehensif, biasanya sudah dengan
dialog dan soundtrack.85 Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh salah satu informan sebagai berikut:
“Proses rough cut yang kita lakukan itu mengambil bagian-bagian yang penting dan layak tayang dari suatu asetdigital tersebut, setelah itu barulah kita simpan pada LTOyang nantinya akan di restore untuk keperluan edit dantayang.” 86
Berdasarkan pernyataan dari informan diatas diketahui bahwa
proses rough cut yang dilakukan oleh News Library Kompas TV
yakni dengan menentukan, memotong/mengambil bagian-bagian
penting dan layak tayang dari aset digital rekaman video. Karena
dalam suatu hasil liputan aset digital rekaman video tidak
sepenuhnya terpakai untuk keperluan tayang/siaran. Setelah proses
rough cut selesai dilakukan, aset digital rekaman video disimpan
pada penyimpanan permanen (LTO) yang sewaktu-waktu akan
ditemukembali untuk keperluan pengeditan dan tayang. Proses rough
cut yang dilakukan dianggap tepat untuk keperluan pengeditan dan
penayangan aset digital rekaman video yang dimiliki.
84 Grass Valley, “Grass Valley a Belden Brand : GV Stratus Sytem Overview” (GrassValley : Canada), h. 9.
85 Andi Fachruddin, Dasar – Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Future, LaporanInvestigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing (Jakarta: Kencana, 2012), h. 462.
86 Wawancara Pribadi dengan Surya Darma, Jakarta, 26 Mei 2016
81
Hal tersebut senada dengan salah satu teori yakni pengolahan
bahan pustaka terdiri atas kegiatan-kegiatan memproses atau
mengolah bahan pustaka agar siap dipinjam untuk dibaca atau di
dengar oleh masyarakat pemakai.87
b. Perangkat Penunjang Pengolahan Aset digital rekaman video
Kegiatan pengolahan aset digital di News Library Kompas TV
didukung oleh perangkat keras dan software yang memadai. Hal ini
sesuai dengan pemaparan informan berikut ini:
“Pakai software GV Stratus, dan hardwarenya sepertimonitor, keyboard, CPU, Server.”88
Pernyatan diatas juga dikemukakan oleh staf pengolahan News
Library Kompas TV seperti berikut ini:
“Kalo hardwarenya itu komputer, sedangkan softwarenya pake GVStratus.”89
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melakukan
penelitian di News Library Kompas TV, penggunaan perangkat
komputer, server penyimpan permanen (LTO) dan software tersebut
sangat menunjang kebutuhan yang diperlukan oleh News Libary Kompas
TV dalam pengolahan, penyimpanan, penelusuran/temu kembali, editing
dan rough cut, serta untuk keperluan produksi dan siaran. Software GV
Stratus dapat digunakan dalam dua fungsi, yaitu sebagai media
pengelolaan aset digital itu sendiri serta berfungsi juga sebagai mesin
pencari secara online. LTO merupakan hardisk ekternal penyimpanan
87 Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat. (Jakarta: Sagung Seto, 2002), h. 103.88 Wawancara Pribadi dengan Momy Asri Yulia, Jakarta, 26 Mei 201689 Wawancara Pribadi dengan Surya Darma, Jakarta, 26 Mei 2016
82
permanen yang juga berfungsi untuk mem-backup dari aset-aset digital
rekaman video yang dimiliki. Jangka waktu ketahanan dari LTO tidak
dapat terukur secara pasti melainkan tergantung dari perawatan dan
pemeliharaan terhadap LTO itu sendiri.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang mengutarakan bahwa dalam
sistem digitasi perpustakaan (digital library system) dipersyaratkan
berbagai unsur yang mendukung dan saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Beberapa unsur-unsur yang dimaksud adalah perangkat keras
dan perangkat lunak.90 Perpustakaan digital sesungguhnya merupakan
upaya yang terorganisir dalam memanfaatkan teknologi yang ada bagi
keperluan masyarakat penggunya. 91 GV Stratus seperangkat alat
produksi dalam satu aplikasi. Alat-alat ini dirancang untuk
kesederhanaan, ketepatan, dan kecepatan, karena konten yang luar biasa
dan sangat kreatif dimulai dengan alur kerja yang efisien dan mudah
disesuaikan. GV Stratus memudahkan pengguna untuk mengelola
produksi acara hiburan, produksi acara on-air, dan alur kerja media
produksi berita dengan lebih baik agar dapat bersaing dengan stasiun tv
lainnya. 92 Dalam ruang berita terdapat banyak data berbasis file/digital,
GV Stratus mempunyai banyak pilihan menu untuk mengerjakan data
berbasis file/digital.93
90 Wahyu Supriyanto dan Ahmad Muhsin, Teknologi Informasi Perpustakaan (Yogyakarta:Kanisius, 2008), h. 151
91 Putu laxman pendit, Perpustakaan Digital dari A sampai Z, (Jakarta: Citra Karya KarsaMandiri, 2008), h 3.
92 Grass Valley, “Grass Valley a Belden Brand : GV Stratus Sytem Overview” (GrassValley : Canada), h. 1.
93 Grass Valley, “Grass Valley a Belden Brand : GV Stratus Sytem Overview” (GrassValley : Canada), h. 7.
83
2. Kendala dalam Proses Pengolahan Aset Digital di News LibraryKompas TV
Kegiatan pengolahan aset digital di News Library Kompas TV pada
pelaksanaannya banyak mengalami kendala, baik itu dari aspek perangkat
pendukung ataupun dari SDM yang ada. Hal ini seperti dikemukakan oleh
informan berikut ini:
“Nah kendala ada dua bisa dari segi Software, bisa juga dariSDM. Dari software ketika terjadi error kita langsung hubungiorang IT, kalau dari segi SDM lebih kepada keterbatasan skilldan knowledge. Jadi saat ini orang yang mampu mengolahaudio visual kan belum terlalu banyak, dan hanya segelintirorang saja yang mampu memanage audiovisual. Kendalanya sihkita harus ngajarin dulu ke orang baru yang belummemahami.”94
Berkaitan dengan kendala yang dihadapi pada proses pengolahan
aset digital, menurut pandangan/pemaparan staf pengolahan News Library
Kompas TV sebagai berikut:
“Yang pertama kita terkendala pada proses penghapus file yangjumlahnya ribuan. Yang ke dua kalau kita tidak tahu peristiwaapa yang sedang diliput, kita akan kesulitan melakukandeskripsi/metadata videonya. Yang ke tiga Software masih sukaerror.”95
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui bahwa kendala yang
dihadapi dalam proses pengolahan aset digital di News Library Kompas
TV ialah software GV Stratus masih sering error yang mengakibatkan
proses pengolahan terhambat, sedangkan aset digital rekaman video yang
perlu diolah menumpuk dan ditunggu untuk tayang. Kendala lain yakni
proses penghapusan file dengan jumlah ribuan yang terdapat di K2 SAN,
hal ini harus rutin dilakukan untuk memastikan kapasitas K2 SAN dapat
94 Wawancara Pribadi dengan Momy Asri Yulia, Jakarta, 26 Mei 201695 Wawancara Pribadi dengan Surya Darma, Jakarta, 26 Mei 2016
84
menampung aset digital rekaman video yang setiap hari semakin bertabah
agar mempercepat proses ingest. Kendala selanjutnya yaitu minimnya
pengetahuan dan kemampuan SDM dalam proses pengolahan aset digital
rekaman video seperti pendeskripsian/metadata, editing, rough cut dan
restore aset digital terutama staf yang terbilang belum lama bekerja di
News Library Kompas TV, latar belakang pendidikan bukan ilmu
perpustakaan maupun broadcasting serta pengalaman kerja pada bidang
tersebut.
Seiring dengan perkembangan aset digital rekaman video yang
tercipta yang semakin bertambah, kebutuhan penggunaan aset digital yang
intensitasnya sangat tinggi berpacu dengan waktu untuk menunjang
produksi dan siaran News Kompas TV. Kendala-kendala yang dihadapi
harus segera diatasi dan dicarikan solusi terbaik agar tidak mengganggu
segala kegiatan pengelolaan aset digital rekaman video di News Library
dan Kompas TV.
Informan berikut ini memaparkan solusi untuk mengatasi kendala-
kendala tersebut :
“Ketika Software error atau down kita melakukan secaramanual dengan menggunakan Final Cut Pro pada macpro.Pokoknya kita cari cara alternative lain sehingga proses ituterus berjalan, karena prosesnya ga boleh berhenti. Kalau dariSDM solusinya kita sharing knowledge, mengadakan pelatihan,dan mengikuti workshop”96
Berkaitan dengan solusi untuk pengolahan aset digital News Library
Kompas TV, informan berikut juga mengemukakan pendapatnya seperti:
96 Wawancara Pribadi dengan Momy Asri Yulia, Jakarta, 26 Mei 2016
85
“Wawasan kita tentang berita harus update, harus kenal tokoh-tokoh nasional, harus menguasai skil editing, harus tau momentmana saja yang harus diambil untuk layak tayang. Ketikasoftware error kita langsung menghubungi IT, dan proses ingestvideo dilakukan secara manual menggunakan FCP dimacpro.”97
Berdasarkan pemaparan para informan berkaitan dengan solusi
dalam pengolahan aset digital diatas dapat diketahui bahwa solusi yang
diberikan lebih mengarah pada penangan secara langsung dengan
menggunakan software alernatif dan segera berkoordinasi kepada pihak IT
untuk hal yang berhubungan dengan kendala pada software. Sedangkan
untuk mengatasi kendala pada SDM, News Library Kompas TV
mengadakan kegiatan seperti sharing, pelatihan dan workshop untuk
memenuhi kebutuhan skill dan pengetahuan SDM terkait pengoperasian
GV Stratus, pengeditan audio visual dan dunia broadcasting. Dalam artian
News Library Kompas TV masih dapat mengatasi dengan baik kendala-
kendala yang dihadapi dalam pengolahan aset digital rekaman video.
Hal tersebut senada dengan beberapa teori yang mendukung
pernyataan diatas yaitu sebuah mesin yang dapat menerima dan mengolah
data menjadi informasi secara cepat dan tepat serta diperlukan program
untuk menjalankannya. Fungsi perngkat keras untuk mengumpulkan data
dan mengonversinya ke dalam suatu bentuk yang dapat diproses oleh
komputer. Perangkat keras otomasi perpustakaan antara lain komputer,
scanner, digital camera, dan CD writer.98 Untuk penyimpanan koleksi,
dibutuhkan sebuah sistem manajemen basis data yang bisa mendukung
97 Wawancara Pribadi dengan Surya Darma, Jakarta, 26 Mei 201698 Putu Laxman Pendit, [et.all], Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan
Tinggi Indonesia. (Jakarta: Sagung Seto, 2007) h. 38.
86
proses penambahan, pengubahan, penghapusan, termasuk juga pencarian
koleksi secara cepat.99 Perangkat keras dan perangkat lunak tidak akan
bisa berjalan dengan sempurna tanpa adanya sumber daya manusia yang
mengoperasikannya. Seorang pustakawan harus memiliki kemampuan dan
skil dalam hal teknologi informasi. Dalam mengaplikasikan dan
membangun perpustakaan digital pimpinan harus mempersiapkan sumber
daya manusia yang ada dengan pelatihan-pelatihan seperti, pelatihan dasar
ICT (Information and Communication Technology), pemahaman
bagaimana ICT (Information and Communication Technology) dapat
membantu pekerjaan pustakawan, keamanan dan kesehatan dalam
penggunaan ICT (Information and Communication Technology),
menggunakan ICT (Information and Communication Technology) untuk
men-support pengguna dalam mengembangkan kegiatan mereka,
menjamin adanya manajemen ICT (Information and Communication
Technology) yang efektif di perpustakaan, cara penggunaan ICT
(Information and Communication Technology) untuk memperbaiki
profesionalitas dan untuk mengurangi beban birokrasi dan administrasi. 100
99 Putu Laxman Pendit, [et.all], Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan PerguruanTinggi Indonesia. (Jakarta: Sagung Seto, 2007) h. 185.
100 Tedd, Lucy A. dan Andrew Large, Digital Library: Principles and Practice in a GlobalEnvironment. (Munchen: K.G. Saur, 2005), h. 198.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
News Library Kompas TV memiliki kebijakan sendiriyang diterapkan
pada SOP pengolahan aset digital rekaman video yang telah ditetapkansebagai
panduan proses kerja yang harus dilaksanakan secara terperinci dan
sistematisterhadaptahapan-tahapan padaaset digital rekaman video.Tahapan
pertama, yaitu prosesingestatau pengunduhan aset digital rekaman video ke
dalam K2 SAN yang terbagi menjadi tiga cara yakni ingest card, FTP wires
daningest feed. Tahapan kedua, yaitupengkategorian/pengklasifikasian aset
digital rekaman video berdasarkan jenis materinya yakni master shooting dan
master edit.Tahapan ketiga, pendeskripsian/metadatadari aset digital rekaman
video yang terdiri dari tanggal liputan, judul liputan, nama reporter dan
cameraperson, serta keterangan isi dari video/sinopsis.Tahapankeempat,
yaiturough cut/pengambilan bagian-bagian penting dan layak tayang dari
suatu video, selanjutnyadisimpanpadaserver penyimpanan permanen/LTO
serta ditemukan kembali untuk keperluan editing dan siaran/tayang News
Kompas TV.
Dalam proses pengolahan aset digital rekaman video di News Library
Kompas TV terdapat kendala-kendala yang dihadapi.Pertama, yaitu software
GV Stratus masih sering error yang mengakibatkan proses pengolahan
terhambat. News Library Kompas TV
88
mengatasinyadenganmenggunakansoftware alternatifyakni Final Cut Pro
padasaatsoftware GV Stratus mengalami error.
Kendala ke duaadalah minimnya kemampuan dan pengetahuan SDM
dalam proses pengolahan aset digitalrekaman video seperti
pendeskripsian/metadata, rough cut, restoredan penghapusan aset digital,
karena staf yang terbilang belum lama bekerja di News Library Kompas TV,
latarbelakang pendidikan bukan ilmu perpustakaan maupun broadcasting serta
pengalaman kerja pada bidang tersebut.
B. Saran
1. News Library Kompas TV perlulebih cekatan dalam berkoordinasi kepada
tim IT perihal penanganan error pada sistem/software GV Stratus agar
proses pengolahan aset digital rekaman video dan jadwal tayang program
News Kompas TV tidak terhambat.
2. SebaiknyaNews Library Kompas TV perlu memberikanpelatihan dan
workshopberkala khususnyabagistafbaru (junior) masukdalamdivisi News
Library Kompas TV tentang pengoperasian GV Stratus, pengeditan audio
visual dan pengolahan aset digital rekaman video untuk
meningkatkanskill/kemampuan. Staf News Library Kompas TV harus
update informasitentangberbagaiperistiwa yang terjadi, agar
tidakterjadikekeliruanpadasaatmendeskripsikanaset digital rekaman video
dalam menunjang kegiatan produksi News Kompas TV.
89
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Saleh. Membangun Perpustakaan Digital: Step by Step. Jakarta:Sagung Seto, 2010.
Ahrensfeld, Janet L. Special Library a guide for Management. New York:Special Library Association, 1981.
Anon Mirmani. Pengolahan Bahan Non Buku. Universitas Terbuka. 2008.
Ernawati. Pengolahan Kaset Rekaman Video: Studi Kasus di Library NewsRCTI.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, UniversitasIndonesia Depok, 2010.
Fothergill, Richard and Butchart, Ian. Non-Book Materials in Libraries: apractical Guide, 3rd ed. London: Clive Bingley, 1990.
Harrison, Helen. Basic Television and Video System. New York: McGraw Hill,1980.
Harrison, Helen. Video in Libraries: The Audiovisual Librarian. Chicago:Audiovisual Group of the Library Association, 1980.
Hasugian, Jonner. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan: USUPress, 2009.
Hernandono. Perpustakaan dan Kepustakawanan. Jakarta: Universitas Terbuka,1999.
Ida Fajar Priyanto. Perpustakaan Digital: Apa dan Bagaimana. Jogjakarta: 2009.
Karmidi Martoadmodjo. Manajemen Perpustakaan Khusus. Jakarta: UniversitasTerbuka, 1997.
Krisyanto. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Prenada Media Group,2006.
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya, 2001.
Moh Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
McNally, Paul T, “Universal avability on non-book materials in Australia,” IFLAJournal, 10 Maret 1992.
“Pengertian Data.” Artikel diakses pada 20 Februari 2015 dariStiemj.ac.id/statistik1/dokumen_data.doc
Perpustakaan Nasional. Standar Nasional Indonesia Bidang Perpustakaan danKepustakawanan. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia,2009.
90
Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta : STIA-LAN, 1999.
Putu Laxman Pendit. Perpustakaan Digital: dari A sampai Z. Jakarta: CitaKaryakarsa Mandiri, 2008.
Putu Laxman Pendit. Perpustakaan Digital: Kesinambungan dan Dinamika.Jakarta: Citra Karyakarsa Mandiri, 2009.
Putu Laxman Pendit, [et.all]. Perpustakaan Digital: Perspektif PerpustakaanPerguruan Tinggi Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2007.
Rr. Sarwendah A. “Pengolahan Kaset Rekaman Video : Studi Kasus di VideoLibrary Trans TV.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,Universitas Indonesia Depok, 2010.
Sevilla, Consuelo G. [et. Al]. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: AlimudinTuwu., UI Press, 1993.
Sismanto, HS. Manajemen Perpustakaan Digital. Yogyakarta: Afifah Pustaka,2008.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia PustakaUtama, 1993.
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan Suatu Pendekatan dan Praktik Jakarta:Sagung Seto, 2006.
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu pendekatan Praktik. Jakarta:Samitra Media Utama, 2004.
Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto, 2002.
Tedd, Lucy A. dan Andrew Large. Digital Library: Principles and Practice in aGlobal Environment. Munchen: K.G. Saur, 2005.
“Transformasi Perpustakaan & Informasi: dari Pengelolaan Dokumen Analog keMAM (Media Asset Management)” artikel diakses pada tanggal 10 Maret2015 darihttps://sisilainpustakawan.wordpress.com/2013/12/27/transformasi-perpustakaan-dari-pengelolaan-dokumen-analog-ke-mam-media-asset-management/
Wahyu Supriyanto dan Ahmad Muhsin. Teknologi Informasi Perpustakaan.Yogyakarta: Kanisius, 2008.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I
Transkrip Wawancara
Nama: Momy Asri Yulia
Jabatan: Koordinator News Library
Tempat: News Library Kompas TV
1. Pengolahan
a. Bagaimana kebijakan pengolahan di News Library?
Jawab: Kebijakan pengolahan rekaman video itu berbeda dengan
buku, karena buku kan istilahnya sudah umum dan memiliki
acuannya seperti stempel inventarisasi, klasifikasi, input, dan lain-
lain. Tapi kalau rekaman video biasanya mereka akan
mengembangkan masing-masing sesuai dengan kebutuhan
institusinya. Terlebih lagi kalau bentuknya sudah digital tidak
bergantung dengan pengelompokan yang baku seperti
pengelompokan buku tercetak, karena semua bisa di searching pada
sistem yang kita miliki sehingga nanti pengkelasan yang kita
lakukan lebih diperlukan ketika pengkategorian dan penamaan file
rekaman video
b. Pedoman atau panduan apa saja yang digunakan dalam pengolahan
aset digital?
Jawab: Kalau disini SOP pengolahan dimulai dari tahapan ingest
file/aset digital ke dalam K2 SAN. Dalam proses ingest ini terdapat
tiga cara, pertama ingest card, yang kedua FTP wires, yang ketiga
ingest feed. Setelah file/aset digital tersebut masuk kedalam server
K2 SAN/Gv Stratus lalu file dikategorikan berdasarkan jenis
materinya. Selanjutnya file melalui tahap roughtcut dan editing.
Barulah setelah itu file/aset digital rekaman video tersebut masuk ke
dalam server penyimpanan permanen/LTO.
c. Bagaimana proses kegiatan serta tahapan-tahapan pengolahan aset
digital di News Library dari mulai ingest card, FTP wires, ingest
feed, roughtcut?
Ingest card:
Jawab: Jadi, kalau ingest card itu biasanya tim liputan menyerahkan
memori card kepada bagian library, nanti dia memberikan sambil
ngasih tau judul liputannya. Barulah setelah itu kita memasukan aset
digital (rekaman video) tersebut ke dalam server GV Stratus (K2
SAN) menggunakan card reader (Sony) dan juga melalui Final Cut
Pro pada Macpro.
FTP wires:
Jawab: Kalau proses FTP wires itu aset digital (rekaman video) yang
diterima melalui jaringan internet dari seluruh indonesia (live
streaming) dan Wires itu kita berlangganan content dari provider
seperti APTN, SNTV, reuters, AFP, VOA dll.
Ingest feed:
Jawab: Ingest feed itu proses transfer aset digital (rekaman video)
dari koordinator tim liputan daerah se-jabodetabek, ada juga dari
citizen journalism (video amatir) yang dikirim ke google drive atau
sosial media kita.
Roughtcut:
Jawab: Proses roughtcut yang kita lakukan itu mengambil bagian-
bagian yang penting dan layak tayang dari suatu aset digital
tersebut, setelah itu barulah kita simpan pada LTO yang nantinya
akan di restore untuk keperluan edit dan tayang.
d. Bagaimana proses pengkategorian file rekaman video?
Jawab: Pengkategorian aset digital rekaman video disini kita
bedakan hanya berdasarkan jenis materinya saja, tidak
menggunakan sistem klasifikasi secara baku. Jenis materi aset
digital tersebut kita bagi menjadi dua yaitu master shoot dan master
edit.
e. Perangkat (software dan hardware) apa saja yang digunakan dalam
pengolahan aset digital di News Library?
Jawab: Pakai software GV Stratus, dan hardwarenya seperti
monitor, keyboard, CPU, Server.
2. Koleksi
a. Koleksi apa saja yang ada di News Library?
Jawab: Kita hanya punya audio visual dan bentuknya semua sudah
digital gak ada yang pake kaset atau media rekam lainnya. Ada juga
hard disk tapi itu hanya sebagai working disk tim liputan, setelah itu
ya tetep sebagai perangkat penyimpanan dan semuanya filenya tetep
ada di sistem database.
b. Berasal dari mana saja koleksi yang ada?
Jawab: Dari tim liputan kompas tv. Dari tim liputan organic jakarta
kontributor yang dibagi perwilayah yang ada di sekitar jabodetabek
ada juga yang beli, biasanya dari video amatir itu kan punya orang,
jadi kalau kita mau tayangin harus beli haksiar atau copyrightnya.
Kita juga melanggan liputan luar negeri, mereka menyediakan
liputan internasional yang bentuknya sudah jadi dan siap tayang,
jadi kita tinggal ambil aja di database mereka.
3. Kendala dan solusi
a. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pengolahan aset
digital di News Library?
Jawab: Nah kendala ada dua bisa dari segi Software, bisa juga dari
SDM. Dari software ketika terjadi error kita langsung hubungi orang
IT, kalau dari segi SDM lebih kepada keterbatasan skill dan
knowledge. Jadi saat ini orang yang mampu mengolah audiovisual
kan belum terlalu banyak, dan hanya segelintir orang saja yang
mampu memanage audiovisual. Kendalanya sih kita harus ngajarin
dulu ke orang baru yang belum memahami.
b. Bagaimana solusi dalam menghadapi kendala yang ada dalam
pengolahan aset digital News Library?
Jawab: Ketika Software error atau down kita melakukan secara
manual dengan menggunakan Final Cut Pro pada macpro. Pokoknya
kita cari cara alternative lain sehingga proses itu terus berjalan,
karena prosesnya ga boleh berhenti. Kalau dari SDM solusinya kita
sharing knowledge, mengadakan pelatihan, dan mengikuti workshop.
Nama: Surya Darma
Jabatan: Staf Pengolahan
Tempat: News Library Kompas TV
1. Pengolahan
a. Bagaimana proses ingest card?
Jawab: Setelah camera person menyerahkan card yang berisikan
rekaman video ke kita, kita catat terlebih dahulu dibuku file yang
baru dateng, baru langsung di ingest. Nah karena kita kan pake 2
card SxS sama SDHC maka perlakuan ingestnya pun berbeda.
Kalau SxS kita bisa ingest langsung ke server GV Stratus (K2
SAN). Sedangkan kalau SDHC kita harus melalui aplikasi Final
Cut Pro yang ada di Macpro agar rekaman video tersebut dapat
di ingest ke GV Stratus.
b. Bagaimana proses pendeskripsian aset digital rekaman video?
Jawab: Pendeskripsian file rekaman video disini itu istilahnya
metadata, nah prosesnya kita hanya menginput tanggal liputan,
judul, nama reporter dan camera person, keterangan / isi dari file
tersebut pada GV Stratus.
c. Bagaimana proses roughtcut aset digital rekaman video?
Jawab: Proses roughtcut yang kita lakukan itu mengambil
bagian-bagian yang penting dan layak tayang dari suatu aset
digital tersebut, setelah itu barulah kita simpan pada LTO yang
nantinya akan di restore untuk keperluan edit dan tayang.
d. Perangkat (software dan hardware) apa saja yang digunakan
dalam pengolahan aset digital di News Library?
Jawab: Kalo hardwarenya itu komputer, sedangkan softwarenya
pake aplikasi GV Stratus..
2. Koleksi
a. Koleksi apa saja yang ada di News Library?
Jawab: Koleksi yang ada disini yaa bentuknya hanya audio
visual atau digital semuanya. Dari hasil liputan dan proksi tim
editing.
b. Berasal dari mana saja koleksi yang ada?
Jawab: Ada dari tim liputan, ada juga dari video amatir, ada juga
yang dari koordinator lapangan dikirim via whatsaap ke tim
library.
3. Kendala dan solusi
a. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pengolahan aset
digital rekaman video?
Jawab: Yang pertama kita terkendala pada proses hapus file yang
jumlahnya ribuan. Yang ke dua kalau kita tidak tahu peristiwa
apa yang sedang diliput, kita akan kesulitan melakukan
deskripsi/metadata videonya. Yang ke tiga Software masih suka
error.
b. Bagaimana solusi dalam menghadapi kendala yang ada dalam
pengolahan aset digital News Library?
Jawab: Wawasan kita tentang berita harus update, harus kenal
tokoh-tokoh nasional, harus menguasai skil editing, harus tau
moment mana saja yang harus diambil untuk layak tayang.
Ketika software error kita langsung menghubungi IT, dan
proses ingest video dilakukan secara manual menggunakan FCP
di macpro.
LAMPIRAN II
Tampilan Software Stratus Grass Valley
Gambar 1: Penyerahan kartu memori Gambar 2: Card reader memori SxS
Gambar 3: Kartu memori SxS dan SDHC Gambar 4: Ruangan Pengolahan
Gambar 5: Proses Login ke GV Stratus
Gambar 6: Metadata rekaman video
Gambar 7: Proses Roughcut
Gambar 8: Archive
Gambar 9: Proses Ingest
Gambar 10: Workflow News Library Kompas TV
BIODATA PENULIS
Eko Raharjo. Lahir di Jakarta 22 Januari 1992, anak pertama dari Bapak
Sukarjo dan Ibu Ratni. Penulis betempat tinggal di Jalan Wadassari 3 No.
27 Rt 05/02 Kelurahan Pondok Betung Kecamatan Pondok Aren Kota
Tangerang Selatan, Kode pos 15221. Penulis menyelesaikan pendidikan
di SDN Pondok Betung 05, SMP Negeri 4 Ciputat, SMK Kartika X-2
Jakarta Selatan, dan melanjutkan pendidikan S1 pada Program Jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora Universiitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menyelesaikan kuliah dengan menulis karya ilmiah berjudul “Pengolahan Aset Digital (rekaman
video): Studi Kasus di News Library Kompas TV”. Penulis pernah mengikuti organisasi
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Perpustakaan sebagai Wakil Ketua HMJ Ilmu
Perpustakaan. Pernah melaksanakan praktek kerja lapangan di Perpustakaan Universitas
Pembangunan Nasional Jakarta dan mengikuti kuliah kerja nyata di Desa Jaya Raharja
Kelurahan Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kota Bogor.