37
BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-1 Bab 3 PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan 3.1 Prosedur Hindcasting Gelombang laut yang akan diramal adalah gelombang di laut dalam suatu perairan yang dibangkitkan oleh angin, kemudian merambat ke arah pantai dan pecah seiring pendangkalan perairan di dekat pantai. Hasil peramalan gelombang berupa tinggi dan periode gelombang signifikan untuk masing-masing arah angin yang menyebabkan terbentuknya gelombang. Data-data yang dibutuhkan untuk meramal gelombang terdiri dari : 1. Panjang fetch efektif. 2. Data kecepatan angin yang telah dikonversi menjadi wind stress factor ( UA). Untuk mendapatkan gelombang rencana, dilakukan peramalan gelombang berdasarkan data angin jangka panjang. Metode yang diterapkan mengikuti metode yang ada di Shore Protection Manual dari US Army Corps of Engineer edisi 1984. Diagram proses hindcasting dapat dilihat pada Gambar 3.3. A. Perhitungan Fetch Efektif Untuk melakukan perhitungan fetch di suatu perairan diperlukan peta perairan lokasi dan sekitarnya. Fetch adalah daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan memiliki kecepatan dan arah angin yang relatif konstan. Adanya kenyataan bahwa angin bertiup dalam arah yang bervariasi atau sembarang, maka panjang fetch diukur dari titik pengamatan dengan interval 5 0 . Perhitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta topografi dengan skala yang cukup besar, sehingga dapat terlihat pulau-pulau atau daratan yang mempengaruhi pembentukan gelombang di suatu lokasi. Penentuan titik fetch diambil pada posisi laut dalam dari lokasi perairan yang ditinjau, karena gelombang yang dibangkitkan oleh angin terbentuk di laut dalam suatu perairan, kemudian merambat ke daerah pantai, mengalamai transformasi dan pecah seiring dengan pendangkalan dasar perairan di dekat pantai.

PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

  • Upload
    lyhuong

  • View
    232

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-1

Bab 3

PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan

3.1 Prosedur Hindcasting

Gelombang laut yang akan diramal adalah gelombang di laut dalam suatu perairan yang dibangkitkan oleh angin, kemudian merambat ke arah pantai dan pecah seiring pendangkalan perairan di dekat pantai. Hasil peramalan gelombang berupa tinggi dan periode gelombang signifikan untuk masing-masing arah angin yang menyebabkan terbentuknya gelombang. Data-data yang dibutuhkan untuk meramal gelombang terdiri dari :

1. Panjang fetch efektif. 2. Data kecepatan angin yang telah dikonversi menjadi wind stress factor ( UA).

Untuk mendapatkan gelombang rencana, dilakukan peramalan gelombang berdasarkan data angin jangka panjang. Metode yang diterapkan mengikuti metode yang ada di Shore Protection Manual dari US Army Corps of Engineer edisi 1984. Diagram proses hindcasting dapat dilihat pada Gambar 3.3.

A. Perhitungan Fetch Efektif

Untuk melakukan perhitungan fetch di suatu perairan diperlukan peta perairan lokasi dan sekitarnya. Fetch adalah daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan memiliki kecepatan dan arah angin yang relatif konstan. Adanya kenyataan bahwa angin bertiup dalam arah yang bervariasi atau sembarang, maka panjang fetch diukur dari titik pengamatan dengan interval 50.

Perhitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta topografi dengan skala yang cukup besar, sehingga dapat terlihat pulau-pulau atau daratan yang mempengaruhi pembentukan gelombang di suatu lokasi. Penentuan titik fetch diambil pada posisi laut dalam dari lokasi perairan yang ditinjau, karena gelombang yang dibangkitkan oleh angin terbentuk di laut dalam suatu perairan, kemudian merambat ke daerah pantai, mengalamai transformasi dan pecah seiring dengan pendangkalan dasar perairan di dekat pantai.

Page 2: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-2

Panjang fetch efektif dihitung berdasarkan prosedur sebagai berikut:

1. Menarik garis fetch untuk suatu arah. 2. Menarik garis fetch dengan penyimpangan sebesar 5o dan -5o dari suatu arah

sampai pada suatu batas areal yang lain. Pengambilan nilai 5o ini dilakukan mengingat adanya kenyataan bahwa angin bertiup dalam arah yang bervariasi atau sembarang, maka panjang fetch diukur dari titik pengamatan dengan interval 5o.

3. Mengukur panjang fetch tersebut sampai menyentuh daratan terdekat, lalu dikalikan dengan skala peta.

4. Panjang fetch efektif dihitung untuk 8 (delapan) arah mata angin dan ditentukan berdasarkan rumus berikut:

=

== k

ii

k

ii

eff

LfF

1

11

cos

cos.

α

α

dimana:

Lfi = panjang fetch ke-i.

αi = sudut pengukuran fetch ke-i.

i = jumlah pengukuran fetch.

Jumlah pengukuran i untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi pengukuran-pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (20o searah jarum jam dan 20o berlawanan arah jarum jam).

B. Perhitungan Wind Stress Factor

Wind stress factor merupakan data kecepatan angin yang dimodifikasi. Sebelum merubah kecepatan angin menjadi wind stress factor, koreksi dan konversi terdahap data kecepatan angin perlu dilakukan. Berikut ini merupakan koreksi dan konversi yang perlu dilakukan pada data kecepatan angin untuk mendapatkan nilai wind stress factor.

1. Koreksi ketinggian

Wind stress factor dihitung dari kecepatan angin yang diukur dari ketinggian 10 m di atas permukaan. Bila data angin diukur tidak dalam ketinggian ini, koreksi perlu dilakukan dengan persamaan berikut ini (persamaan ini dapat dipakai untuk z< 20m):

7/1

)()10(10

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛=

zUU z

Keterangan :

U(10) : Kecepatan angin pada elevasi 10 m (m/s)

U(z) : Kecepatan angin pada ketinggian pengukuran (m/s)

z : Ketinggian pengukuran (m).

Page 3: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-3

2. Koreksi Durasi

Data angin yang tersedia biasanya tidak disebutkan durasinya atau merupakan data hasil pengamatan sesaat. Kondisi sebenarnya kecepatan angin adalah selalu berubah-ubah meskipun pada arah yang sama. Untuk melakukan peramalan gelombang diperlukan juga durasi angin bertiup, dimana selama dalam durasi tersebut dianggap kecepatan angin adalah konstan. Oleh karena itu, koreksi durasi ini dilakukan untuk nmendapatkan kecepatan angin rata-rata selama durasi angin bertiup diinginkan. Berdasarkan data hasil pengamatan angin sesaat, dapat dihitung kecepatan angin rata-rata untuk durasi angin tertentu, dengan prosedur sebagai berikut :

a. Diketahui kecepatan angin sesaat adalah uf, akan ditentukan angin dengan durasi t detik (ut)

b. det16091

fut =

c. Menghitung 3600u

cuu f =3600

d. c

uu f=3600

Dengan nilai c adalah sebagai berikut:

det3600036005334.1log15.0

det3600145log9.0tanh296.0277.1

11

1

<<+−=

<<⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎠⎞

⎜⎝⎛+=

tuntuktc

tuntukt

c

e. Menghitung ut ,t = durasi yang ditentukan.

cu

u

cuu

t

t

=

=

3600

3600

det3600036005334.1log15.0

det3600145log9.0tanh296.0277.1

11

1

<<+−=

<<⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎠⎞

⎜⎝⎛+=

tuntuktc

tuntukt

c

Keterangan:

=fu kecepatan angin maksimum hasil koreksi elevasi ( m/s)

=tu kecepatan angin rata-rata untuk durasi angin yang diinginkan (m/s)

=t durasi waktu yang diinginkan ( detik )

Page 4: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-4

3. Koreksi Stabilitas

Koreksi stabilitas ini berkaitan dengan perbedaan temperatur udara tempat bertiupnya angin dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut:

)10(URU T=

keterangan :

U : Kecepatan angin setelah dikoreksi (m/s)

U(10) : Kecepatan angin sebelum dikoreksi (m/s)

RT : Koefisien stabilitas, nilai nya didapat dari grafik pada SPM (Vol. I, Figure 3-14), atau pada laporan ini disajikan pada Gambar 3.1.

Jika data temperatur udara dan air (sebagai data untuk membaca grafik) tidak dimiliki, maka dianjurkan memakai nilai RT =1.10.

4. Koreksi Efek Lokasi

Koreksi ini diperlukan bila data angin yang diperoleh berasal dari stasiun darat, bukan diukur langsung di atas permukaan laut, ataupun di tepi pantai. Untuk merubah kecepatan angin yang bertiup di atas daratan menjadi kecepatan angin yang bertiup di atas air, digunakan grafik yang ada pada SPM (Vol I, Figure 3-15), atau pada Gambar 3.2 di laporan ini.

5. Konversi ke Wind Stress Factor

Setelah koreksi dan konversi kecepatan di atas dilakukan, tahap selanjutnya adalah mengkonversi kecepatan angin tersebut menjadi wind stress factor, dengan menggunakan persamaan berikut ini.

23.171.0 UU A =

ket:

UA : Wind stress factor (m/s)

U : Kecepatan angin (m/s)

Page 5: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-5

Gambar 3.1 Grafik yang digunakan untuk melakukan koreksi stabilitas

Gambar 3.2 Grafik yang digunakan koreksi efek lokasi.

C. Peramalan Tinggi dan Periode Gelombang

Pembentukan gelombang di laut dalam dianalisis dengan formula-formula empiris yang diturunkan dari model parametrik berdasarkan spektrum gelombang JONSWAP (Shore Protection Manual, 1984). Prosedur peramalan tersebut berlaku baik untuk kondisi fetch terbatas (fetch limited condition) maupun kondisi durasi terbatas (duration limited condition) sebagai berikut:

32

2

31

22

21

22

8.68

2857.0

0016.00

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=

A

eff

A

d

A

eff

A

p

A

eff

A

m

U

gFUgt

U

gF

U

gT

U

gF

U

gH

Page 6: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-6

dalam persamaan tersebut, 23.110A U71.0U = adalah faktor tekanan angin (wind stress

factor), dimana UA dan U10 dalam m/detik. Hubungan antara Tp dan Ts diberikan sebagai Ts = 0.95 Tp.

Persamaan tersebut di atas hanya berlaku hingga kondisi gelombang telah terbentuk penuh (fully developed sea condition), sehingga tinggi dan perioda gelombang yang dihitung harus dibatasi dengan persamaan empiris berikut :

4

20

1015.7

13.8

243.0

×=

=

=

A

d

A

p

A

m

UgtUgTUgH

dimana:

Hmo = tinggi gelombang signifikan menurut energi spektral.

Tp = perioda puncak gelombang.

Td = durasi angin bertiup ( detik )

Feff = panjang fetch efektif ( m )

g = percepatan gravitasi bumi = 9.81 m/s2

UA = wind stress factor ( m/s)

Adapun prosedur peramalan gelombang adalah sebagai berikut:

1. Analisis perbandingan pada persamaan berikut ini :

43

2

2 1015.78.68 xU

gFUgt

A

eff

A

d ≤⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=

Jika tidak memenuhi persamaan tersebut maka gelombang yang terjadi merupakan hasil pembentukan gelombang sempurna. Perhitungan tinggi dan perioda gelombangnya menggunakan persamaan berikut:

gUx

H Amo

22433.0=

gUx

T Ap

314.8=

Jika hasil analisa perbandingan memenuhi persamaan diatas ,maka gelombang yang terjadi merupakan hasil pembentukan gelombang yang tidak sempurna.Pembentukan gelombnag tidak sempurna ini ada 2 (dua) jenis yaitu pembentukan gelombang terbatas fetch (fetch limited) dan terbatas durasi (duration limited), untuk membedakannya perlu dihitung terlebih dahulu durasi kritis (tc) sebagai berikut:

32

2

8.68⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=

A

effAc U

Fxgg

Uxt

Page 7: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-7

Memeriksa durasi yang ditentukan (td), lalu dibandingkan terhadap durasi kritis (tc).

1. Jika cd tt > maka gelombang yang terjadi merupakan gelombang hasil pembentukan terbatas fetch (fetch limited). Pada pembentukan jenis ini durasi angin yang bertiup cukup lama. Perhitungan tinggi dan periode gelombangnya dilakukan dengan persamaan sebagai berikut:

21

2

20016.0⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=

A

effAmo U

Fxgg

UxH

31

2

2857.0⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=

A

effAp U

Fxgg

UxT

2. Jika cd tt < maka gelombang yang terjadi merupakan gelombang hasil pembentukan terbatas durasi. Pada pembentukan ini, durasi angin yang bertiup tidak cukup lama. Perhitungan tinggi dan periode gelombangnya dihitung dengan persamaan dengan terlebih dahulu mengganti fetch efektif menjadi F min yang dihitung dengan persamaaan sebagai berikut:

23

2

min 6.68 ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=

A

dA

Ugt

gUF

Page 8: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-8

Gambar 3.3 Diagram alir proses peramalan gelombang berdasarkan data angin

3.1.1 Data Masukan Hindcasting

3.1.1.1 Data Angin Jam-jaman

Data angin yang digunakan untuk melakukan peramalan gelombang (hindcasting) di lokasi proyek adalah data angin selama 14 tahun antara 1991-2004 dari stasiun pengamat cuaca Makassar. Data angin maksimum tahunan di Makassar dapat dilihat pada Tabel 3.1, sedangkan nilai kecepatan angin ekstrim disajikan dalam Tabel 3.2.

HS = Tinggi Gelombang Signifikan

TP = Periode Puncak Gelombang

F = Panjang Fetch Efektif

UA = wind stress factor

No(Fully

Developed)

Start

4

32

210 x 15.78.68 ≤⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⋅=

AA UgF

UgtYes

(Non FullyDeveloped)

t 8.6832

2≤⋅⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⋅=

gU

UgFt A

Ac

gU

Ugt

F A

A

223

min 8.68⋅⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛⋅

=

No(Duration Limited)

0016.021

2

2

0 ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⋅=

A

Am

UgF

gU

H

31

22857.0 ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⋅=

A

Ap

UgF

gU

T

Yes(Fetch Limited)

2433.02

0 gU

H Am ⋅=

gU

T Ap ⋅= 134.8

Finish Finish

minFF =

Page 9: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-9

Tabel 3.1 Data angin maksimum tahunan di Makassar antara tahun 1991-2004

Knot m/s Bulan Tanggal Jam1 1991 21 10.80 090 Mei 16 162 1992 26 13.38 200 Apr 12 233 1993 40 20.58 240 Jun 19 064 1994 23 11.83 270 Feb 26 005 1995 22 11.32 270 Feb 17 09

290 Mar 03 056 1996 20 10.29 210 Apr 18 07

290 Sep 30 067 1997 55 28.29 330 Des 25 108 1998 16 08.23 300 Jun 19 07

350 Jun 27 06060 Okt 21 20360 Nov 21 20290 Des 19 04

9 1999 50 25.72 340 Sep 08 0910 2000 32 16.46 150 Nov 05 15

090 Nov 22 1011 2001 40 20.58 030 Des 25 0112 2002 31 15.95 003 Mei 28 0513 2003 33 16.98 210 Mei 16 1114 2004 34 17.49 290 Mar 18 04

Tanggal KejadianNo. Tahun Kecepatan Arah

Tabel 3.2 Nilai kecepatan angin ekstrim di Makassar

Periode Ulang Nilai Ekstrim(tahun) Kec. Angin (knot)

1 24.0 2 30.0 3 36.1 5 42.8 10 51.3 15 56.1 20 59.4 25 62.0 50 59.4 100 62.0 200 70.0

Angka-angka statistik tersebut dapat disajikan secara visual dalam bentuk windrose yang ditunjukkan pada Gambar 3.4. sedangkan pada Tabel 3.3 diberikan total kejadian angin di Makassar Tahun 1991-2004.

Page 10: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-10

Tabel 3.3 Total kejadian angin di Makassar tahun 1991-2004

Arah< 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total < 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total

Utara 5074 1964 237 19 14 7308 4.13 1.60 0.19 0.02 0.01 5.95 Timur Laut 4790 1261 174 23 14 6262 3.90 1.03 0.14 0.02 0.01 5.10 Timur 11072 1888 243 55 17 13275 9.02 1.54 0.20 0.04 0.01 10.82 Tenggara 19622 1363 73 7 4 21069 15.99 1.11 0.06 0.01 0.00 17.17 Selatan 6014 514 42 5 2 6577 4.90 0.42 0.03 0.00 0.00 5.36 Barat Daya 3142 997 156 11 11 4317 2.56 0.81 0.13 0.01 0.01 3.52 Barat 5088 5320 1123 133 16 11680 4.15 4.33 0.91 0.11 0.01 9.52 Barat Laut 6995 5789 830 73 12 13699 5.70 4.72 0.68 0.06 0.01 11.16 Berangin = 84187 = 68.59 Tidak Berangin = 32006 = 26.08 Tidak Tercatat = 6544 = 5.33 Total = 122737 = 100.00

Jumlah Jam Persentase

Kecepatan angin dalam knot.

*

*

**

*

*

*

*

*

*

**

**

*

**

*

*

*

*

*

*

*

*

*

* **

*

**

*

*

**

*

*

*

*

*

*

**

*

Distribusi Kecepatan dan Arah Angin Jam-jaman1991-2004

Lokasi: Makassar

Jenis tongkat menunjukkan kecepatan angin dalam knot.

Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Tidak Berangin = 26.08% Tidak Tercatat = 5.33%

*

*

**

*

*

*

*

*

*

**

**

*

**

*

*

*

*

*

*

*

*

*

* **

*

**

*

*

**

*

*

*

*

*

*

**

*

Distribusi Kecepatan dan Arah Angin Jam-jaman1991-2004

Lokasi: Makassar

Jenis tongkat menunjukkan kecepatan angin dalam knot.

Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Tidak Berangin = 26.08% Tidak Tercatat = 5.33%

Gambar 3.4 Windrose total Tahun 1991-2004 berdasarkan pencatatan di Makassar.

Page 11: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-11

3.1.1.2 Fetch Efektif

Fetch di lokasi pekerjaan yang digunakan dalam proses hindcasting dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Gambar 3.5 Peta fetch di Pulau Kalukalukuang

Tabel 3.4 Fetch efektif di Pulau Kalukalukuang (km)

Arah Fetch Efektif ( km )

Utara 263.4162

Timur Laut 0

Timur 0

Tenggara 0

Selatan 196.4224

Barat Daya 379.3335

Barat 931.5828

Barat Laut 249.962

Page 12: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-12

3.1.2 Hasil Hindcasting Dari proses hindcasting ini didapatkan data gelombang signifikan beserta periodanya sebanyak data angin yang dimiliki. Untuk keperluan perhitungan tinggi gelombang rencana, dari data gelombang tersebut dipilih data gelombang signifikan maksimum per tahun per arah seperti yang disajikan dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Tinggi gelombang signifikan maksimum per arah per tahun di laut dalam (m)

TerbesarU TL T TG S BD B BL Absolut Bln Tgl Jam Durasi (jam)

1 1991 0.56 Calm Calm Calm 0.23 0.34 1.27 1.13 1.27 Sep 12 03 09(3.28) (2.45) (2.15) (5.68) (4.61) (5.68)

2 1992 1.61 Calm Calm Calm 0.67 0.49 1.49 0.94 1.61 Apr 10 03 08(6.09) (2.82) (3.30) (5.75) (4.64) (6.09)

3 1993 0.69 Calm Calm Calm 0.94 1.09 2.47 1.03 2.47 Des 22 18 10(3.79) (4.64) (3.43) (7.56) (4.18) (7.56)

4 1994 1.38 Calm Calm Calm 1.27 1.94 1.00 1.68 1.94 Okt 07 08 13(5.99) (5.68) (7.24) (4.90) (6.83) (7.24)

5 1995 1.20 Calm Calm Calm 0.56 0.76 1.45 1.27 1.45 Sep 12 04 08(5.55) (3.28) (3.41) (5.70) (5.68) (5.70)

6 1996 1.13 Calm Calm Calm 0.41 0.56 1.80 2.00 2.00 Feb 25 02 09(4.81) (2.68) (3.28) (6.53) (6.81) (6.81)

7 1997 1.09 Calm Calm Calm 0.41 0.58 1.16 4.04 4.04 Des 25 09 03(3.43) (2.68) (3.69) (4.86) (7.23) (7.23)

8 1998 0.94 Calm Calm Calm 0.55 0.50 1.00 1.68 1.68 Mar 26 01 15(4.64) (3.44) (2.90) (4.58) (6.83) (6.83)

9 1999 3.49 Calm Calm Calm 0.59 0.93 1.29 1.48 3.49 Sep 08 09 03(6.82) (3.97) (3.71) (5.42) (4.85) (6.82)

10 2000 1.16 Calm Calm Calm 0.40 0.44 1.00 1.38 1.38 Nov 05 14 04(4.86) (2.86) (2.98) (4.58) (5.99) (5.99)

11 2001 2.10 Calm Calm Calm 0.59 0.95 1.06 2.24 2.24 Des 25 00 03(5.57) (3.97) (4.49) (5.01) (7.53) (7.53)

12 2002 2.36 Calm Calm Calm 0.76 1.09 2.15 1.34 2.36 Mei 14 09 05(6.46) (3.41) (4.92) (5.95) (5.15) (6.46)

13 2003 1.48 Calm Calm Calm 1.28 1.47 2.33 3.15 3.15 Feb 23 01 12(5.56) (4.21) (4.45) (7.06) (8.65) (8.65)

14 2004 1.29 Calm Calm Calm 0.65 1.19 2.75 3.54 3.54 Feb 11 01 14(5.07) (3.85) (4.09) (7.89) (9.34) (9.34)

Keterangan : Format data x.xx Tinggi gelombang dalam meter.(y.yy) Perioda gelombang dalam detik.

Gelombang Terbesar Tahunan di Lepas Pantai P. Kalukalukuang(Diramal Berdasarkan Data Angin dari Stasiun Makassar)

No. Tahun Tanggal KejadianPer Arah

Dari data gelombang signifikan kemudian disajikan secara visual dalam waverose ( mawar angin) bulanan dan total selama 14 tahun. Gambar 3.6, 3.7 dan 3.8 menunjukkan waverose bulanan selama 10 tahun, sedangkan Gambar 3.9 menunjukkan waverose total selama 14 tahun dari 1991-2004. Tabel 3.6 sampai dengan Tabel 3.18 berikut ini menunjukkan presentase kejadian gelombang di lepas Pantai Kalukalukuang bulanan dari tahun 1991-2004 yang diramal berdasarkan data angin Makassar.

Page 13: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-13

Tabel 3.6. Persentase kejadian gelombang pada Bulan Januari (1991-2004)

< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total Utara 7.028 1.027 0.202 0.000 0.000 0.000 8.26 Timur Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Timur 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Tenggara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Selatan 3.245 0.038 0.000 0.000 0.000 0.000 3.28 Barat Daya 2.707 0.125 0.000 0.000 0.000 0.000 2.83 Barat 5.156 0.874 0.058 0.000 0.000 0.000 6.09 Barat Laut 8.401 4.090 1.238 0.749 0.211 0.000 14.69 Bergelombang = 35.15 Tidak Bergelombang (calm ) = 40.76 Tidak Tercatat = 1.26 T o t a l = 77.17

Persentase Kejadian Gelombang pada Bulan Januari (1991-2004)di Lepas Pantai P. Kalukalukuang Diramal Berdasarkan Data Angin Makassar

Arah Tinggi Gelombang (m)

Tabel 3.7. Persentase kejadian gelombang pada Bulan Februari (1991-2004)

< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total Utara 6.955 0.863 0.084 0.000 0.000 0.000 7.90 Timur Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Timur 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Tenggara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Selatan 2.546 0.074 0.000 0.000 0.000 0.000 2.62 Barat Daya 2.146 0.084 0.021 0.000 0.000 0.000 2.25 Barat 5.535 1.157 0.116 0.053 0.000 0.000 6.86 Barat Laut 8.596 4.493 1.441 0.221 0.652 0.358 15.76 Bergelombang = 35.40 Tidak Bergelombang (calm ) = 39.59 Tidak Tercatat = 2.15 T o t a l = 77.14

Persentase Kejadian Gelombang pada Bulan Februari (1991-2004)di Lepas Pantai P. Kalukalukuang Diramal Berdasarkan Data Angin Makassar

Arah Tinggi Gelombang (m)

Page 14: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-14

Tabel 3.8 Persentase kejadian gelombang pada Bulan Maret (1991-2004)

< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total Utara 5.895 0.403 0.298 0.000 0.000 0.000 6.60 Timur Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Timur 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Tenggara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Selatan 3.149 0.058 0.000 0.000 0.000 0.000 3.21 Barat Daya 2.477 0.134 0.000 0.000 0.000 0.000 2.61 Barat 6.548 1.987 0.202 0.086 0.000 0.000 8.82 Barat Laut 8.938 3.917 1.258 0.096 0.086 0.000 14.30 Bergelombang = 35.53 Tidak Bergelombang (calm ) = 39.57 Tidak Tercatat = 0.23 T o t a l = 75.34

Persentase Kejadian Gelombang pada Bulan Maret (1991-2004)di Lepas Pantai P. Kalukalukuang Diramal Berdasarkan Data Angin Makassar

Arah Tinggi Gelombang (m)

Tabel 3.9. Persentase kejadian gelombang pada Bulan April (1991-2004)

< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total Utara 5.516 0.446 0.000 0.079 0.000 0.000 6.04 Timur Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Timur 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Tenggara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Selatan 4.494 0.069 0.000 0.000 0.000 0.000 4.56 Barat Daya 2.837 0.109 0.000 0.000 0.000 0.000 2.95 Barat 6.091 1.647 0.218 0.060 0.000 0.000 8.02 Barat Laut 8.800 2.044 0.308 0.000 0.000 0.000 11.15 Bergelombang = 32.72 Tidak Bergelombang (calm ) = 41.20 Tidak Tercatat = 0.00 T o t a l = 73.92

Persentase Kejadian Gelombang pada Bulan April (1991-2004)di Lepas Pantai P. Kalukalukuang Diramal Berdasarkan Data Angin Makassar

Arah Tinggi Gelombang (m)

Page 15: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-15

Tabel 3.10 Persentase kejadian gelombang pada Bulan Mei (1991-2004)

< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total Utara 4.445 0.144 0.058 0.000 0.086 0.000 4.73 Timur Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Timur 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Tenggara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Selatan 6.903 0.048 0.106 0.000 0.000 0.000 7.06 Barat Daya 3.735 0.144 0.019 0.000 0.000 0.000 3.90 Barat 7.796 2.189 0.432 0.000 0.038 0.000 10.46 Barat Laut 8.093 1.440 0.134 0.000 0.000 0.000 9.67 Bergelombang = 35.81 Tidak Bergelombang (calm ) = 40.55 Tidak Tercatat = 0.23 T o t a l = 76.59

Persentase Kejadian Gelombang pada Bulan Mei (1991-2004)di Lepas Pantai P. Kalukalukuang Diramal Berdasarkan Data Angin Makassar

Arah Tinggi Gelombang (m)

Tabel 3.11 Persentase kejadian gelombang pada Bulan Juni (1991-2004)

< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total Utara 4.464 0.099 0.020 0.000 0.000 0.000 4.58 Timur Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Timur 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Tenggara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Selatan 8.879 0.079 0.000 0.000 0.000 0.000 8.96 Barat Daya 3.958 0.238 0.010 0.000 0.000 0.000 4.21 Barat 6.885 2.669 0.377 0.099 0.000 0.000 10.03 Barat Laut 7.163 1.726 0.089 0.000 0.000 0.000 8.98 Bergelombang = 36.76 Tidak Bergelombang (calm ) = 39.06 Tidak Tercatat = 0.00 T o t a l = 75.81

Persentase Kejadian Gelombang pada Bulan Juni (1991-2004)di Lepas Pantai P. Kalukalukuang Diramal Berdasarkan Data Angin Makassar

Arah Tinggi Gelombang (m)

Page 16: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-16

Tabel 3.12 Persentase kejadian gelombang pada Bulan Juli (1991-2004)

< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total Utara 5.012 0.298 0.115 0.000 0.000 0.000 5.42 Timur Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Timur 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Tenggara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Selatan 8.698 0.154 0.000 0.000 0.000 0.000 8.85 Barat Daya 3.543 0.077 0.000 0.000 0.000 0.000 3.62 Barat 7.306 2.832 0.202 0.000 0.000 0.000 10.34 Barat Laut 7.776 1.834 0.067 0.000 0.000 0.000 9.68 Bergelombang = 37.91 Tidak Bergelombang (calm ) = 37.36 Tidak Tercatat = 0.47 T o t a l = 75.74

Persentase Kejadian Gelombang pada Bulan Juli (1991-2004)di Lepas Pantai P. Kalukalukuang Diramal Berdasarkan Data Angin Makassar

Arah Tinggi Gelombang (m)

Tabel 3.13 Persentase kejadian gelombang pada Bulan Agustus (1991-2004)

< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total Utara 4.762 0.163 0.000 0.000 0.000 0.000 4.93 Timur Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Timur 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Tenggara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Selatan 7.776 0.202 0.000 0.000 0.000 0.000 7.98 Barat Daya 3.629 0.298 0.058 0.000 0.000 0.000 3.98 Barat 6.864 4.416 1.248 0.058 0.106 0.000 12.69 Barat Laut 7.863 1.459 0.192 0.000 0.000 0.000 9.51 Bergelombang = 39.09 Tidak Bergelombang (calm ) = 31.72 Tidak Tercatat = 7.14 T o t a l = 77.96

Persentase Kejadian Gelombang pada Bulan Agustus (1991-2004)di Lepas Pantai P. Kalukalukuang Diramal Berdasarkan Data Angin Makassar

Arah Tinggi Gelombang (m)

Page 17: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-17

Tabel 3.14 Persentase kejadian gelombang pada Bulan September (1991-2004)

< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total Utara 4.613 0.258 0.089 0.000 0.000 0.030 4.99 Timur Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Timur 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Tenggara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Selatan 7.133 0.060 0.000 0.000 0.000 0.000 7.19 Barat Daya 4.544 0.476 0.169 0.000 0.000 0.000 5.19 Barat 6.677 5.526 1.478 0.268 0.079 0.000 14.03 Barat Laut 7.569 2.083 0.000 0.069 0.109 0.000 9.83 Bergelombang = 41.23 Tidak Bergelombang (calm ) = 33.73 Tidak Tercatat = 7.70 T o t a l = 82.66

Persentase Kejadian Gelombang pada Bulan September (1991-2004)di Lepas Pantai P. Kalukalukuang Diramal Berdasarkan Data Angin Makassar

Arah Tinggi Gelombang (m)

Tabel 3.15 Persentase kejadian gelombang pada Bulan Oktober (1991-2004)

< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total Utara 5.050 0.480 0.173 0.000 0.000 0.000 5.70 Timur Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Timur 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Tenggara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Selatan 4.397 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 4.40 Barat Daya 3.802 0.422 0.374 0.125 0.000 0.000 4.72 Barat 5.559 4.503 0.864 0.269 0.067 0.096 11.36 Barat Laut 6.941 2.170 0.182 0.067 0.106 0.000 9.47 Bergelombang = 35.65 Tidak Bergelombang (calm ) = 32.31 Tidak Tercatat = 14.51 T o t a l = 82.46

Persentase Kejadian Gelombang pada Bulan Oktober (1991-2004)di Lepas Pantai P. Kalukalukuang Diramal Berdasarkan Data Angin Makassar

Arah Tinggi Gelombang (m)

Page 18: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-18

Tabel 3.16 Persentase kejadian gelombang pada Bulan November (1991-2004)

< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total Utara 5.198 0.526 0.079 0.000 0.030 0.000 5.83 Timur Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Timur 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Tenggara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Selatan 3.462 0.030 0.000 0.000 0.000 0.000 3.49 Barat Daya 3.016 0.427 0.188 0.000 0.000 0.000 3.63 Barat 5.685 2.788 0.526 0.496 0.079 0.000 9.57 Barat Laut 6.944 2.976 0.377 0.069 0.000 0.000 10.37 Bergelombang = 32.90 Tidak Bergelombang (calm ) = 36.69 Tidak Tercatat = 7.14 T o t a l = 76.73

Persentase Kejadian Gelombang pada Bulan November (1991-2004)di Lepas Pantai P. Kalukalukuang Diramal Berdasarkan Data Angin Makassar

Arah Tinggi Gelombang (m)

Tabel 3.17 Persentase kejadian gelombang pada Bulan Desember (1991-2004)

< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total Utara 5.712 0.826 0.106 0.000 0.000 0.000 6.64 Timur Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Timur 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Tenggara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Selatan 2.439 0.154 0.000 0.000 0.000 0.000 2.59 Barat Daya 2.026 0.269 0.000 0.000 0.000 0.000 2.29 Barat 4.474 1.094 0.202 0.058 0.163 0.000 5.99 Barat Laut 6.212 3.869 0.739 0.115 0.000 0.029 10.96 Bergelombang = 28.49 Tidak Bergelombang (calm ) = 30.65 Tidak Tercatat = 21.75 T o t a l = 80.89

Persentase Kejadian Gelombang pada Bulan Desember (1991-2004)di Lepas Pantai P. Kalukalukuang Diramal Berdasarkan Data Angin Makassar

Arah Tinggi Gelombang (m)

Page 19: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-19

Tabel 3.18 Persentase kejadian gelombang pada Bulan Januari-Desember (1991-2004)

< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total Utara 5.381 0.460 0.103 0.007 0.010 0.002 5.96 Timur Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Timur 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Tenggara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00 Selatan 5.272 0.081 0.009 0.000 0.000 0.000 5.36 Barat Daya 3.205 0.234 0.070 0.011 0.000 0.000 3.52 Barat 6.218 2.646 0.495 0.120 0.045 0.008 9.53 Barat Laut 7.770 2.667 0.499 0.116 0.094 0.030 11.18 Bergelombang = 35.55 Tidak Bergelombang (calm ) = 36.91 Tidak Tercatat = 5.25 T o t a l = 77.71

Persentase Kejadian Gelombang pada Bulan Januari-Desember (1991-2004)di Lepas Pantai P. Kalukalukuang Diramal Berdasarkan Data Angin Makassar

Arah Tinggi Gelombang (m)

Dari tabel persentase kejadian gelombang total pada bulan Januari-Desember (1991-2004) dapat diambil kesimpulan bahwa gelombang dominan datang dari arah barat laut sebesar 11,18 % dan dari arah barat sebesar 9,53 %. Sebagai visualisasi, presentase kejadian gelombang ini disajikan dalam bentuk waverose pada Gambar 3.6 sampai dengan Gambar 3.9 berikut ini.

Page 20: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-20

Distribusi Tinggi dan Arah Gelombang di Lepas Pantai P. KalukalukuangDiramal Berdasarkan Data Angin Jam-jaman di Makassar

Bulan Januari s.d. April 1991-2004

Jenis tongkat menunjukkan tinggi gelombang dalam meter.Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Calm = 40.76% Tidak Tercatat = 1.26%

JANUARI

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Calm = 39.59% Tidak Tercatat = 2.15%

FEBRUARI

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Calm = 39.57% Tidak Tercatat = 0.23%

MARET

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Calm = 41.20% Tidak Tercatat = 0.00%

APRIL

Gambar 3.6 Waverose Bulan Januari, Februari, Maret ,dan April tahun 1991-2004

Page 21: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-21

Distribusi Tinggi dan Arah Gelombang di Lepas Pantai P. KalukalukuangDiramal Berdasarkan Data Angin Jam-jaman di Makassar

Bulan Mei s.d. Agustus 1991-2004

Jenis tongkat menunjukkan tinggi gelombang dalam meter.Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Calm = 40.55% Tidak Tercatat = 0.23%

MEI

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Calm = 39.06% Tidak Tercatat = 0.00%

JUNI

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Calm = 37.36% Tidak Tercatat = 0.47%

JULI

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Calm = 31.72% Tidak Tercatat = 7.14%

AGUSTUS

Gambar 3.7 Waverose Bulan Mei, Juni, Juli ,dan Agustus tahun 1991-2004

Page 22: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-22

Distribusi Tinggi dan Arah Gelombang di Lepas Pantai P. KalukalukuangDiramal Berdasarkan Data Angin Jam-jaman di Makassar

Bulan September s.d. Desember 1991-2004

Jenis tongkat menunjukkan tinggi gelombang dalam meter.Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Calm = 33.73% Tidak Tercatat = 7.70%

SEPTEMBER

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Calm = 32.31% Tidak Tercatat = 14.51%

OKTOBER

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Calm = 36.69% Tidak Tercatat = 7.14%

NOVEMBER

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Calm = 30.65% Tidak Tercatat = 21.75%

DESEMBER

Gambar 3.8 Waverose Bulan September, Oktober, November, dan Desember tahun

1991-2004

Page 23: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-23

Distribusi Tinggi dan Arah Gelombang di Lepas Pantai P. KalukalukuangDiramal Berdasarkan Data Angin Jam-jaman di Makassar

Total 1991-2004

Jenis tongkat menunjukkan tinggi gelombang dalam meter.

Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Calm = 36.91% Tidak Tercatat = 5.25%

*

*

**

*

*

*

*

*

*

**

**

*

**

*

*

*

*

*

*

*

*

*

* **

*

**

*

*

**

*

*

*

*

*

*

**

*

Distribusi Tinggi dan Arah Gelombang di Lepas Pantai P. KalukalukuangDiramal Berdasarkan Data Angin Jam-jaman di Makassar

Total 1991-2004

Jenis tongkat menunjukkan tinggi gelombang dalam meter.

Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Calm = 36.91% Tidak Tercatat = 5.25%

*

*

**

*

*

*

*

*

*

**

**

*

**

*

*

*

*

*

*

*

*

*

* **

*

**

*

*

**

*

*

*

*

*

*

**

*

Gambar 3.9 Waverose total tahun 1991-2004

3.1.3 Analisis Tinggi Gelombang Rencana di Laut Dalam

3.1.3.1 Prosedur Analisis Tinggi Gelombang Rencana di Laut Dalam

Tinggi gelombang rencana yang diperlukan sebagai data input dalam analisis gelombang selanjutnya diperoleh dengan cara sebagai berikut:

- Dari hasil peramalan gelombang, diambil tinggi gelombang yang terbesar dengan periodanya untuk tiap arah yang mendatangkan gelombang, tiap tahun.

- Dari tabel tersebut untuk tiap tahun diambil gelombang terbesar, tidak peduli arahnya. Hasil inventarisasi gelombang terbesar ini disajikan dalam bentuk tabel dengan informasi mengenai arah gelombang sudah hilang dalam analisis selanjutnya.

Page 24: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-24

- Dilakukan analisis harga ekstrim berdasarkan data gelombang terbesar tahunan yang telah tersusun dari langkah sebelumnya. Dengan cara analisis harga ekstrim yang didasarkan pada tinggi gelombang ini, maka informasi mengenai perioda gelombang hilang dalam langkah selanjutnya.

- Analisis frekuensi gelombang rencana dengan metode yang digunakan terdiri dari beberapa distribusi yaitu Log Normal, Log Pearson III, Pearson III dan Gumbell. Analisis frekuensi adalah kejadian yang diharapkan terjadi, rata-rata sekali setiap N tahun atau dengan perkataan lain tahun berulangnya N tahun. Kejadian pada suatu kurun waktu tertentu tidak berarti akan terjadi sekali setiap 10 tahun akan tetapi terdapat suatu kemungkinan dalam 1000 tahun akan terjadi 100 kali kejadian 10 tahunan.

- Pemilihan distribusi yang sesuai dari beberapa distribusi tersebut untuk memberikan nilai gelombang rencana.

Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing distribusi frekuensi yang digunakan pada analisis tinggi gelombang rencana di laut dalam :

A. Distribusi Log Normal

Suatu nilai acak X memiliki fungsi distribusi Log Normal apabila nilai dari fungsi probabilitas denstitasnya seperti persamaan dibawah ini (Ochi 1992).

( )∞<≤

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

σ

µ−−

πσ= x0 ;

2xln

exp2x

1)x(f

2

2

Distribusi Log Normal memiliki 2 parameter statistik yaitu µ dan σ2. Nilai dari parameter µ dan σ2adalah suatu nilai logaritmik dari variabel acak X yang terdistribusi sebagai rata-rata µ dan varian σ2. Persamaan dari nilai rata-rata dan varian dari distribusi Log Normal adalah sebagai berikut:

[ ] ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ σ+µ=

2expxE

2

[ ] ( ) ( ){ }1exp2expxVar 22 −σσ+µ=

B. Distribusi Pearson Tipe III

Distribusi Pearson Tipe III adalah suatu distribusi gamma (memiliki 3 parameter gamma) yang diturunkan dari suatu fungsi gamma. Persamaan tersebut diberikan di bawah ini (Ochi 1992):

( ) ( )[ ]( )βΓ

ε−λ−ε−λ=

−ββ xexpx)x(f

1

dimana nilai dari Γ(β) adalah suatu fungsi gamma dengan λ, β dan ε merupakan parameters yang diberikan oleh persamaan berikut ini :

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=β

β=λ

s

x

C2

, s

β−=ε xsx

Page 25: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-25

C. Distribusi Log Pearson Tipe III

Distribusi Log Pearson III merupakan modifikasi dari distribusi Pearson Tipe III dengan mengubah y = log (x) sehingga mengurangi nilai kemencengan (skewness). Persamaan distribusi Log Pearson adalah sebagai berikut (Ochi 1992).

( ) ( )[ ]( ) )xlog(y ,

xexpx)x(f

1=

βΓε−λ−ε−λ

=−ββ

dimana:

2

s

x

)y(C2

, s

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=β

β=λ

β−=ε xsy

D. Distribusi Gumbel

Distribusi Gumbel berasal dari Distribusi Nilai Asimtot Ekstrim Tipe I dan merupakan fungsi distribusi kumulatif sebagai berikut (Ochi 1992):

⎭⎬⎫

⎩⎨⎧

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −

−−=≤=α

uxxXPxF exp)()(

atau dalam fungsi probabilitas densitas dinyatakan sebagai berikut:

∞≤≤∞⎭⎬⎫

⎩⎨⎧

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

α−

−−−= x- ; ux

expexp1)x(f

dimana:

π=α

6s

α−= 5772.0xu

s = standar deviasi

x = rata-rata

Keempat distribusi yang telah dijelaskan di atas diterapkan ke dalam nilai tinggi gelombang maksimum seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Nilai dari gelombang maksimum hasil prediksi berdasarkan masing-masing distribusi diplot berdasarkan nilai gelombang hasil pengamatan. Data pengamatan diplot berdasarkan nilai probabilitas Weibull yang terlampaui. Persamaan probabilitas Weibull adalah sebagai berikut :

1nm

)xX(P m −=≤

dimana:

)xX(P m≤ = probabilitas dari suatu nilai X yang berada di bawah suatu nilai di bawah xm.

m = ranking dari xm.

n = jumlah total data dari nilai maksimum.

Page 26: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-26

Fungsi distribusi yang paling sesuai dapat dipilih berdasarkan: (1) pengamatan visual, dan (2) nilai error (perbedaan antara data dan perhitungan). Definisi dari rata-rata error adalah sebagai berikut:

Error rata-rata =( )

1N

XX 2DataonDistributi

−∑

dimana:

XDistribustion = tinggi gelombang hasil perhitungan.

XData = tinggi gelombang hasil peramalan.

N = jumlah data.

Selanjutnya dengan menggunakan metoda error terkecil akan ditemukan distribusi teroritis mana yang memiliki error terkecil. Distribusi teoritis tersebut yang akan digunakan dalam analisis pada pekerjaan ini.

Setelah mendapatkan tinggi gelombang rencana untuk periode ulang tertentu kemudian dianalisis periode gelombang yang sesuai melalui sebuah grafik hubungan antara tinggi gelombang dengan periode gelombang seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.10.

3.1.3.2 Hasil Analisis Tinggi Gelombang Rencana di Laut Dalam

Dari hasil hindcasting didapat nilai tinggi gelombang signifikan maksimum di laut dalam yang tertera pada Tabel 3.5 di atas. Dari nilai tinggi gelombang signifikan maksimum pertahun dan per arah ini kemudian dilakukan analisis harga ekstrim dan analisis frekuensi gelombang rencana dengan metode yang digunakan terdiri atas beberapa distribusi yaitu Log Normal, Pearson III, Log Pearson III dan Gumbel. Dari kelima distribusi teoritis ini kemudian dipilih distribusi yang mendekati data untuk menentukan nilai tinggi gelombang rencana. Berdasarkan hasil perhitungan, fungsi distribusi yang mendekati data adalah fungsi distribusi Gumbel, selanjutnya untuk perhitungan tinggi gelombang dengan periode ulang tertentu digunakan rumus dari fungsi distribusi Gumbel sehingga didapat hasil pada Tabel 3.19.

Untuk menghitung perioda gelombang rencana, grafik hubungan tinggi gelombang signifikan terhadap periodanya, yang merupakan hasil dari proses hindcasting, dibuat. Dari grafik tersebut (disajikan dalam Gambar 3.10), model garis yang mewakili sebaran titik-titik data tersebut dapat dihitung, yaitu yang dirumuskan dengan persamaan di bawah ini:

1.8830.059( )s sH T=

Hasil tinggi gelombang signifikan rencana di laut dalam ini disajikan dalam Tabel 3.19.

Page 27: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-27

y =

0.05

9x1.

883

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

10.0

11.0

12.0

Tinggi Gelombang Signifikan (meter)

Perio

da G

elom

bang

Sig

nifik

an (d

etik

)

P. K

aluk

aluk

uang

Gam

bar

3.1

0 G

rafik

hub

unga

n an

tara

tin

ggi g

elom

bang

sig

nifik

an (

Hs)

den

gan

perio

dany

a (T

s).

Page 28: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-28

Tabel 3.19 Tinggi gelombang signifikan dan periode gelombang Rencana di laut dalam

Periode Ulang Nilai Ekstrim Periode Gelombang(tahun) Tinggi Gel. (m) ( detik)

1 1.87 6.12 2.31 7.023 2.75 7.75 3.24 8.4

10 3.86 9.2215 4.21 9.6520 4.45 9.9425 4.64 10.1650 5.21 10.81

100 5.79 11.43200 6.36 12.01

3.2 Pasang Surut

3.2.1 Definisi

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Bumi berotasi mengelilingi matahari dalam waktu 24 jam, sedangkan bulan berotasi mengelilingi bumi pada saat yang bersamaan dalam waktu 24 jam 50 menit. Selisih waktu berotasi sebesar 50 menit ini menyebabkan besar gaya tarik bulan bergeser terlambat 50 menit dari tinggi air yang ditimbulkan oleh gaya tarik matahari.

Gerak rotasi bumi mengelilingi matahari melalui suatu lintasan yang mempunyai bentuk ellip yang disebut bidang elliptis. Sudut inklinasi bumi terhadap bidang elliptis adalah sebesar 66.5o, sedangkan sudut inklinasi bulan terhadap bidang rotasi bumi adalah 5o9’. Jarak terdekat antara posisi bulan dan bumi disebut perigee dan jarak terjauh disebut apogee. Keadaan pasang pada saat perigee dan keadaan surut pada saat apogee. Sketsa posisi dapat dilihat pada Gambar 3.11 berikut ini.

Gambar 3.11 Pergerakan bumi-bulan-matahari

Page 29: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-29

Besar pengaruh bulan dan matahari terhadap permukaan permukaan air laut di bumi disesuaikan dengan gaya-gaya yang bekerja satu sama lainnya. Adanya gaya tarik bulan dan matahari menyebabkan lapisan air yang semula berbentuk bola menjadi ellips. Peredaran bumi dan bulan pada orbitnya menyebabkan posisi bumi, bulan, dan matahari selalu berubah setiap saat. Revolusi bulan terhadap bumi ditempuh dalam waktu 29.5 hari ( jumlah hari dalam satu bulan menurut kalender tahun komariyah,yaitu tahun yang didasarkan peredaran bulan). Pada sekitar tanggal 1 dan 15 ( bulan muda dan bulan purnama) posisi bumi-bulan-matahari kira-kira berada pada satu garis lurus.Gambar kedudukan bumi, bulan, dan matahari saat purnama dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12 Kedudukan bumi-bulan-matahari saat pasang purnama

Pada saat bulan purnama, gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling memperkuat. Dalam keadaan ini terjadi pasang purnama (pasang besar, springtide), dimana tinggi pasang surut sangat besar dibandingkan pada hari-hari yang lain. Sedangkan sekitar tanggal 7 dan 21 (seperempat dan tigaperempat revolusi bulan terhadap bumi) dimana bulan dan matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi. Gambar kedudukan bumi, bulan, dan matahari saat pasang perbani dapat dilihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13 Kedudukan bumi-bulan-matahari saat pasang perbani

Page 30: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-30

Pada saat posisi bulan di seperempat awal dan seperempat akhir gaya tarik bulan terhadap bumi saling mengurangi. Dalam keadaan ini terjadi pasang surut perbani (pasang kecil, neap tide) dimana tinggi pasang surut kecil dibandingkan hari-hari yang lain.

3.2.2 Tipe Pasang Surut

Tipe pasang surut di berbagai daerah tidak sama, di suatu daerah dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum tipe pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan menjadi empat tipe yaitu pasang surut harian tunggal (diurnal tide), pasang surut harian ganda (semidiurnal tide), pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal), dan pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal). Penjelasan mengenai tipe-tipe pasang surut dapat dilihat pada Tabel 3.20.

Tabel 3.20 Tipe pasang surut

Tipe Pasang Surut Keterangan

Pasang Surut Harian Tunggal

(Diurnal Tide)

Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut.Periode pasang surut rata-rata adalah 24 jam 50 menit.

Pasang surut harian ganda

(Semidiurnal tide)

Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan ketinggian yang hampir samadan terjadi berurutan secara teratur. Periode Pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.

Pasang surut campuran condong ke harian ganda

(Mixed tide prevailing semidiurnal)

Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan ketinggian dan periode yang berbeda.

Pasang surut campuran condong ke harian tunggal

(Mixed tide prevailing diurnal)

Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut dengan ketinggian yang berbeda. Kadang-kadang terjadi 2 kali air pasang dalam 1 hari dengan perbedaan yang besar pada tinggi dan waktu.

Page 31: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-31

3.2.3 Least Square Method

Dalam mendapatkan nilai komponen pasang surut digunakan metode kuadrat terkecil (Least Square Method). Metoda ini menggunakan prinsip bahwa kesalahan peramalan pasang surut harus sekecil-kecilnya, sehingga jumlah selisih kuadrat antara peramalan dengan data pengamatan harus minimum.

Dengan i ialah nomor pengamatan dan m adalah jumlah pengamatan, maka persamaan modelnya dapat ditulis, sebagai berikut :

Dapat ditulis menjadi

Misalkan data pengamatan kita ialah )(^

iz , maka persamaan errornya akan menjadi :

{ }m

2t

i=1J = z (i) - So - Acosωt(i) - Bsinωt(i)∑

Untuk mendapatkan harga minimum, maka persamaan diatas diturunkan secara parsial untuk setiap variabel atau parameternya :

m

i i ii =1

z(t) = So + A cos(ω t - Φ )∑

∑=

++=m

iiiii tBtASotz

1sincos)( ωω

tBtASoiz

izizJ t

ωω

ε

sincos)(

0)()(

^

2^2

++=

=⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −== ∑∑

0)(=

∂∂

parameterJ

( ){ }∑=

−−−−==∂∂ m

it itBitASoizit

BJ

1)(sin)(cos)()(sin20 ωωω

( ){ }∑=

−−−−==∂∂ m

it itBitASoiz

SoJ

1)(sin)(cos)(20 ωω

( ){ }∑=

−−−−==∂∂ m

it itBitASoizit

AJ

1)(sin)(cos)()(cos20 ωωω

Page 32: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-32

Ketiga persamaan diatas bila ditampilkan dalam bentuk matriks akan seperti dibawah ini :

⎪⎪⎪

⎪⎪⎪

⎪⎪⎪

⎪⎪⎪

=⎪⎭

⎪⎬

⎪⎩

⎪⎨

∑∑∑

∑∑∑

∑∑

=

=

=

===

===

==

m

it

m

it

m

it

m

i

m

i

m

i

m

i

m

i

m

i

m

i

m

i

itiz

itiz

iz

BASo

itititit

itititit

ititm

1

1

1

1

2

11

11

2

1

11

)(sin)(

)(cos)(

)(

)(sin)(sin)(cos)(sin

)(cos)(sin)(cos)(cos

)(sin)(cos

ω

ω

ωωωω

ωωωω

ωω

Atau

Matriks di atas dapat diselesaikan dengan Eliminasi Gauss sehingga nilai S0, A, B dapat diketahui. A dan B ialah komponen pasang surut.

Selanjutnya untuk mendapatkan nilai amplitudo dan beda fasa dari kesembilan komponen pasut (m = 9) digunakan persamaan berikut :

Amplitudo :

Fasa

3.2.4 Peramalan Pasang Surut

Setelah kesembilan komponen pasut berikut amplitudo dan fasanya diketahui, maka perubahan elevasi muka air akibat pasang surut dihitung untuk jangka waktu 18.6 tahun. Jangka waktu 18.6 tahun adalah periode ulang pasang surut.

Berdasarkan peramalan pasang surut, didapatkan data fluktuasi elevasi muka air laut selama 18.6 tahun. Untuk keperluan perencanaan, ditetapkan elevasi-elevasi yang digunakan sebagai elevasi acuan dengan cara menganalisa data ramalan pasang surut tersebut (lihat Tabel 3.21). Analisa dilakukan dengan metode statistika.

[ ] { }zBA

SoD =

⎪⎭

⎪⎬

⎪⎩

⎪⎨

⎧[ ] { }zD

BASo

1−=⎪⎭

⎪⎬

⎪⎩

⎪⎨

22 BAC +=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛=Φ −

AB1tan

Page 33: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-33

Tabel 3.21 Elevasi muka air rencana

Elevasi Muka Air KeteranganHHWL (Highest High Water Level) Air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan matiMHWS (Mean High Water Spring) Rata-rata muka air tinggi saat purnamaMHWL (Mean High Water Level) Rata-rata dari muka air tinggi selama periode 19 tahunMSL (Mean Sea Level) Muka air rerata antara muka air tinggi rata-rata dan muka air rendah rata-rataMLWL (Mean Low Water Level) Rata-rata dari muka air rendah selama periode 19 tahunMLWS(Mean Low Water Spring) Rata-rata muka air rendah saat purnamaLLWL(Lowest Low Water Level) Air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati

3.2.5 Data Masukan Peramalan Pasang Surut

Data pasang surut yang digunakan dalam laporan ini didapat dari hasil pengamatan lapangan mulai dari tanggal 2 Februari 2008 sampai 28 Februari 2008. Berikut ini adalah plot time series elevasi pasang surut di Pulau Kalukalukuang hasil pengamatan.

Data Pengamatan Pasang Surut di Lokasi Pangkep

Waktu (2005)26/Feb 00:0023/Feb 00:0020/Feb 00:0017/Feb 00:0014/Feb 00:0011/Feb 00:0008/Feb 00:0005/Feb 00:0002/Feb 00:00

Ele

vasi

Muk

a A

ir (c

m)

75

50

25

0

-25

-50

-75

Gambar 3.14 Time series elevasi pasut hasil pengukuran di lokasi Pangkep

Page 34: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-34

3.2.6 Hasil dan Analisis

a. Komponen Pasang Surut

Untuk menguraikan data pasang surut menjadi komponen-komponen pasut penyusunnya, digunakan program ERGTIDE yang prinsip kerjanya menerapkan metode Least Square.

Dengan input berupa data elevasi pasut di Pangkep hasil peramalan dengan RMA2 selama 1 bulan, maka dengan program ERGTIDE dihasilkan parameter amplitudo and beda fasa dari sembilan komponen pasang surut yang dapat dilihat pada Tabel 3.22 dibawah ini.

Tabel 3.22 Konstituen pasang surut di lokasi tinjauan

No KONSTITUEN AMPLITUDO (cm) BEDA FASA

1 M2 20.9 -79.7 2 S2 10.6 171.7 3 N2 3.0 36.6 4 K2 2.7 204.1 5 K1 31.1 212.2 6 O1 21.6 216.8 7 P1 8.6 156.5 8 M4 1.6 82.9 9 MS4 0.7 12.0

10 SO -0.3

Di mana:

M2 = komponen utama bulan (semi diurnal)

S2 = komponen utama matahari (semi diurnal)

N2 = komponen bulan akibat variasi bulanan jarak bumi-bulan (semidiurnal)

K2 = komponen matahari-bulan akibat perubahan sudut deklinasi matahari-bulan (semidiurnal)

K1 = komponen matahari-bulan (diurnal)

O1 = komponen utama bulan (diurnal)

P1 = komponen utama matahari (diurnal)

M4 = komponen utama bulan (kuartel diurnal)

MS4 = komponen matahari-bulan

b. Peramalan Pasang Surut dan Elevasi Muka Air Rencana

Setelah kesembilan komponen pasut berikut amplitudo dan fasanya diketahui, selanjutnya dilakukan peramalan perubahan elevasi muka air akibat pasang surut untuk jangka waktu 18,6 tahun (jangka waktu 18,6 tahun adalah periode ulang pasang surut). Peramalan ini di lakukan menggunakan program ERGRAM, dan didapatkan data fluktuasi elevasi muka airlaut selama 18,6 tahun. Selanjutnya, untuk keperluan perencanaan bangunan pantai, dihitung elevasi-elevasi acuan penting dengan menganalisa data ramalan pasang surut selama 18.61 tahun tersebut. Analisa ini dilakukan dengan menggunakan program ERGELV. Dalam tabel-tabel berikut ditampilkan harga elevasi-elevasi acuan penting di lokasi tinjauan hasil running program ERGELV.

Page 35: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-35

Tabel 3.23 Elevasi penting di lokasi tinjauan diikatkan terhadap LWS

Elevasi (m)1,621,470,950,170,00

Mean Low Water Spring (MLWS)Lowest Water Spring (LWS)

Nilai Elevasi Acuan Diikatkan pada LWSLokasi : Pangkep

Elevasi Acuan (m)High Water Spring (HWS)Mean High Water Spring (MHWS)Mean Sea Level (MSL)

Dari perhitungan diketahui tunggang pasang di lokasi sebesar 162 cm dengan muka air muka air tertinggi (HWS) 161,76 cm diatas LWS. Informasi ini diperlukan untuk menentukan elevasi dermaga, trestle, dan tanggul.

3.3 Pemilihan Layout Dermaga

Dalam menentukan layout dermaga terlebih dahulu dilakukan simulasi transformasi gelombang di laut dangkal. Simulasi transformasi gelombang dilakukan dengan CGWAVE. CGWAVE secara umum adalah sebuah software model prediksi gelombang yang paling maju, hampir mendekati kondisi real lapangan. Software ini dapat digunakan untuk mengestimasi medan gelombang di pelabuhan, pantai, inlet, sekitar pulau, dan sekitar struktur/bangunan. Selain mensimulasikan gabungan efek refraksi-difraksi gelombang yang terdapat dalam persamaan mild-slope, CGWAVE juga mensimulasikan efek dari disipasi gelombang akibat gesekan, gelombang pecah, dispersi amplitude nonlinier, dan pengurangan energi gelombang di mulut pelabuhan. CGWAVE adalah finite-element model dengan interface SMS (Surface Water Modelling System). Secara klasik, metode super-element sama seperti metode aproksimasi parabolik yang dikembangkan belakangan ini, yang harus memperhatikan syarat batas terbukanya. Sebuah prosedur iteratif (Conjugate Gradient Method) dan modifikasinya, digunakan untuk menyelesaikan diskritisasi persamaannya, sehingga daerah model lebih luas dapat disimulasikan juga.

Berdasarkan hasil peramalan gelombang diketahui bahwa gelombang dominan di perairan lepas pantai Pulau Kalukalukuang berasal dari arah barat laut, oleh karena itu hasil simulasi CGWAVE yang dipakai dalam penentuan layout dermaga adalah simulasi gelombang dari arah barat laut. Parameter masukan yang digunakan dalam simulasi ini adalah sebagai berikut :

Arah gelombang datang adalah barat laut (45o) Tinggi gelombang datang diambil dari gelombang signifikan dengan periode ulang

50 tahun yaitu sebesar 5.21 meter. Periode gelombang 10.78 detik.

Gelombang yang datang dari arah barat daya terhalang sebagian oleh karang yang memiliki kontur nol meter, sehingga tinggi gelombang yang sampai ke pantai menjadi lebih kecil. Hal ini terlihat pada hasil simulasi CGWAVE pada Gambar 3.18. dimana tinggi

Page 36: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-36

gelombang maksimum menuju pantai (1.5 m - 3 m). Tinggi gelombang maksimum di daerah alternatif penempatan dermaga ialah 3.6 meter.

Gambar 3.15 Hasil simulasi CGWAVE dengan Ho=5.21 m T=10.78 dtk dan θ =45o

Penentuan orientasi arah dermaga ditentukan berdasarkan gelombang yang datang dari arah barat laut. Agar dermaga terlindung dari gelombang yang datang, maka posisi dermaga direncanakan sejajar dengan arah datangnya gelombang.

Layout dermaga yang diusulkan untuk Dermaga Beton Pulau Kalukalukuang adalah alternatif 2 yang ditampilkan pada Gambar 3.16.

Page 37: PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: U =R TU(10) keterangan : U : Kecepatan angin

BAB III PENGOLAHAN DATA ANGIN DAN PASANG SURUT 3-37

Gambar 3.16 Layout dermaga yang diusulkan untuk dermaga beton Pulau

Kalukalukuang

ALternatif 2