8
Penguatan Diversifikasi Pangan Berbasis Kearifan Lokal Tidak terkendalinya harga pangan lokal dan membanjirnya pangan impor menimbulkan permasalahan sosial sendiri bagi ketahanan pangan nasional. Sebagai negara agraria Indonesia seharusnya memiliki kemampuan pertahanan pangan yang baik. Namun, hal itu sirna sejak Orde Baru melakukan penyeragaman pangan nasional. Hal ini seolah menjadi kebiasaan masyarakat yang sudah tertanam sejak puluhan tahun. Akibatnya kegagalan panen akibat perubahan iklim menjadikan krisis pangan kian nyata. Maka, penguatan kearifan lokal pangan nasional menjadi penting ditengah ketidakstabilan harga pangan lokal. Hampir punahnya kearifan lokal pangan nasional tidak terlepas dari peran pemerintah Orde Baru. Penyeragaman pangan menjadi program nasional yang diterapkan diseluruh wilayah nusantara. Hal ini berdampak pada perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Akibatnya, keterbiasaan mengonsumsi aneka pangan seperti singkong, jagung, sagu, ubi jalar, dan talas, hilang yang kemudian digantikan oleh beras sebagai bahan pangan utama. Ketergantungan pangan pada satu jenis (homogeny) dan membanjirnya pangan impor menjadikan Indonesia tamu di negeri sendiri. Kejadian melambungnya harga daging sapi dan bawang menunjukkan ketahanan pangan nasional sangat rentan. Padahal dengan segala kekayaan alam yang miliki Indonesia seharusnya mampu menciptakan ketahanan pangan nasional.

Penguatan Diversifikasi Pangan Berbasis Kearifan Lokal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Diversifikasi pangan

Citation preview

Page 1: Penguatan Diversifikasi Pangan Berbasis Kearifan Lokal

Penguatan Diversifikasi Pangan Berbasis Kearifan Lokal

Tidak terkendalinya harga pangan lokal dan membanjirnya pangan impor

menimbulkan permasalahan sosial sendiri bagi ketahanan pangan nasional. Sebagai

negara agraria Indonesia seharusnya memiliki kemampuan pertahanan pangan yang baik.

Namun, hal itu sirna sejak Orde Baru melakukan penyeragaman pangan nasional. Hal ini

seolah menjadi kebiasaan masyarakat yang sudah tertanam sejak puluhan tahun.

Akibatnya kegagalan panen akibat perubahan iklim menjadikan krisis pangan kian nyata.

Maka, penguatan kearifan lokal pangan nasional menjadi penting ditengah

ketidakstabilan harga pangan lokal.

            Hampir punahnya kearifan lokal pangan nasional tidak terlepas dari peran

pemerintah Orde Baru. Penyeragaman pangan menjadi program nasional yang diterapkan

diseluruh wilayah nusantara. Hal ini berdampak pada perubahan pola konsumsi

masyarakat Indonesia. Akibatnya, keterbiasaan mengonsumsi aneka pangan seperti

singkong, jagung, sagu, ubi jalar, dan talas, hilang yang kemudian digantikan oleh beras

sebagai bahan pangan utama. Ketergantungan pangan pada satu jenis (homogeny) dan

membanjirnya pangan impor menjadikan Indonesia tamu di negeri sendiri.

            Kejadian melambungnya harga daging sapi dan bawang menunjukkan ketahanan

pangan nasional sangat rentan. Padahal dengan segala kekayaan alam yang miliki

Indonesia seharusnya mampu menciptakan ketahanan pangan nasional. Untuk itu,

pemerintah perlu membuat kebijakan strategis nasional untuk mengamankan pasokan

pangan nasional. Penguatan pangan berbasis kearifan lokal perlu menjadi program

nasional dengan mengedepankan pada diversifkasi pangan. Konsep diversifikasi pangan

bukan merupakan hal yang baru, namun perlu kembali dibudayakan untuk mengantisipasi

gejolak harga dan ketergantungan pada pangan impor.

            Williem, L., dkk (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Pola Spesialisasi

Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina, menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki keunggulan komparatif terhadap Jepang dan Cina masih berbasis bahan-bahan

mentah dan berbasis sumber daya alam. Artinya, Indonesia masih memiliki potensi untuk

mengembangkan ketahanan pangan nasional berbasis kearifan lokal. Untuk

mengembalikan kejayaan pangan nasional pemerintah perlu berbenah diri dengan

Page 2: Penguatan Diversifikasi Pangan Berbasis Kearifan Lokal

kembali melakukan penganekaragaman pangan. Diversifikasi pangan nasional perlu

segera dilakukan tanpa mengabaikan program swasembada pangan.

Secara perlahan masyarakat perlu Indonesia diajak kembali menerapkan pola

pangan zaman sebelum orde baru. Dimana masyarakat Sulawesi, Maluku, dan Papua

kembali mengandalkan sagu sebagai bahan makanan utama. Selain itu, masyarakat Jawa

dapat kembali mengonsumsi tanaman palawija, seperti singkong, kentang, dan ubi.  Hal

yang sama perlu dilakukan pada daerah lainnya, di mana keanekaragaman kebutuhan

pangan menjadi fokus utama. Dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan pada satu

jenis komoditas pertanian saja. Apalagi ketidaktentuan cuaca karena perubahan iklim

tidak jarang memicu terjadinya gagal panen. Selain itu, langkah ini merupakan salah satu

cara meredam ketergantungan Indonesia terhadap pangan impor.

Diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal

            Diversifikasi pangan merupakan upaya mengembalikan kedaulatan pangan

nasional. Hal ini harus diiringi dengan pengembangan berbasis kearifan lokal. Artinya,

pola diversifikasi pangan harus mengacu pada penggunaan bahan baku dalam negeri

seperti bibit, pupuk, dan pembasmi hama. Tujuannya, untuk mengurangi ketergantungan

pangan terhadap impor. Maka, penelitian dan pengembangan bahan baku dan produk

pertanian harus menjadi satu kesatuan rantai pangan sehingga mampu meningkatkan

kemandirian berbasis kearifan lokal.

Meskipun diversifikasi pangan bukan merupakan program baru, program ini

merupakan langkah jitu untuk meredam gejolak pangan dunia dan nasional ditengah

ancaman perubahan iklim. Selain itu, diversifikasi pangan menjadi cara mengembangkan

kearifan lokal melalui pengoptimalan sumber daya yang ada. Tidak hanya itu Rao et al

(2004) mengatakan bahwa diversifikasi usaha pertanian dapat sebagai strategi

pengentasan kemiskinan, peningkatan lapangan kerja, konservasi lingkungan, dan

meningkatkan pendapatan usaha tani.

Implementasi diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal memerlukan strategi

dan komitmen yang kuat dari pemerintah, petani, pengusaha, dan masyarakat.

Keberhasilan program ini memerlukan kerjasama dan koordinasi yang dikuat dari

berbagai pemangku kepentingan. Dimana pemerintah memegang peranan penting dalam

Page 3: Penguatan Diversifikasi Pangan Berbasis Kearifan Lokal

membuat kebijakan yang pro pertanian lokal. Artinya, sinkronisasi dan koordinasi

kebijakan menjadi hal yang penting agar tidak saling kontradiktif. Sedangkan, petani dan

pengusaha perlu mendukung pengembangan pertanian berbasis kearifan lokal.

Kecenderungan menggunakan produk impor perlu secara perlahan dikurangi. Sebaliknya,

perlu adanya sikap nasionalisme dalam melakukan pengembangan pertanian. Dukungan

masyarakat Indonesia menentukan keberhasilan pelaksanaan diversifikasi pangan sebagai

program nasionalisasi pertanian. Dengan membeli dan mengonsumsi produk pertanian

dalam negeri.

Keberhasilan pelaksanaan diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal tidak hanya

mampu meningkatkan ketahanan pangan nasional. Namun, juga mampu mengembalikan

kedaulatan Indonesia sebagai negara agraria yang kuat dan mandiri. Selain itu, program

diversifikasi pangan dapat mengembalikan budaya pangan nasional yang beranekaragam

dan rupa. Dengan demikian, pelaksanaan program ini merupakan kunci keberhasilan

Indonesia dalam menciptakan kemandirian dan kebudayaan pangan nasional.   

Tantangan Penganekaragaman Pangan

            Belajar dari pengalaman sejarah pembangunan pertanian di Indonesia,

pelaksanaan program diversifikasi usahatani telah diperkenalkan sejak orde baru. Politik

kepentingan pemerintah yang lebih mengutamakan swasembada beras menyebabkan

pelaksanaan diversifikasi usahatani tidak berkelanjutan dan tanpa petunjuk yang jelas. 

Akhirnya, pemerintah memprioritaskan produksi padi untuk mencapai swasembada

(Siregar dan Suryadi, 2006). Saat itu diversifikasi usahatani seakan menjadi ancaman

besar bagi program pemerintah ketika itu, yaitu intensifikasi pertanian. Hal ini berakibat

pada homogenitas konsumsi yang menitikberatkan pada satu atau beberapa komoditas

pertanian saja.

            Beralih ke masa reformasi yang telah berlangsung selama 14 tahun juga belum

mampu mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai negara agraria. Melonjaknya harga

daging sapi, bawang merah dan putih, kedelai, dan cabai. Menunjukkan bahwa selama

orde reformasi sistem pembangunan pertanian di Indonesia jauh dari harapan.

Permasalahan koordinasi dan komitmen dalam memajukan pertanian domestik jauh dari

Page 4: Penguatan Diversifikasi Pangan Berbasis Kearifan Lokal

kata sempurna. Bahkan ada kecenderungan berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi yang

jelas untuk setiap lini pemangku kebijakan di sektor pertanian.

Selain itu, terdapat tantangan teknis dalam pelaksanaan diversifikasi pangan

berbasis kearifan lokal di lapangan. Menurut Pingali (2004) terdapat empat faktor yang

menjadi kendala pengembangan diversifikasi tanaman pangan. Pertama, sifat petani yang

cenderung menghindar dari risiko (risk aversion). Kedua, adanya masalah kesesuaian dan

hak atas lahan, maksudnya tidak semua lahan pertanian cocok untuk mengembangkan

diversifikasi usahatani. Ketiga, infrastruktur irigasi yang tidak sesuai dengan sehingga

menghambat terjadinya diversifikasi usahatani.  Keempat, ketersediaan tenaga kerja yang

cukup besar menjadi kendala bagi penerapan diversifikasi usahatani. Pasalnya, kebutuhan

tenaga kerja dalam penerapan pola diversifikasi membutuhkan tenaga kerja yang lebih

besar. Meskipun, di sisi lain penyerapan tenaga kerja mampu menekan angka

pengangguran dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Gerakan Penganekaragaman Pangan Nasional

            Gerakan Nasional Penganekaragaman Pangan (GNPP) bisa menjadi solusi di

tengah homogenitas pangan. Artinya, gerakan ini merupakan suatu cara penyadaran

kepada semua pihak akan pentingnya diversifikasi pangan.              Sebab keterlibatan

semua pihak menentukan tingkat keberhasilan program ini. Namun, untuk merealisasikan

Gerakan Nasional Penganekaragaman Pangan memerlukan keberpihakan pemerintah

sebagai pembuat kebijakan pangan nasional. Dukungan kebijakan nasional terhadap

penganekaragaman pangan dapat menjadi dasar pelaksanaan program ini. Harapannya ke

depan ada cetak biru terkait cara dan pelaksanaan GNPP sehingga memberikan gambaran

luas target capaian program.

            GNPP merupakan salah titik cerah membangkitkan kemurungan pangan nasional

dari gejolak harga, perubahan iklim, dan ketergantungan impor. Maka, GNPP perlu

mencakup tiga hal utama dalam penerapannya di lapangan. Pertama, gerakan nasional

penanaman penganekaragaman pangan merupakan langkah awal untuk memberikan

kesadaran akan penerapan diversifikasi usahatani. Jika kita bayangkan hal ini merupakan

bagian hulu dari rantai produksi tanaman pangan nasional. Artinya, semua pihak yang

terlibat memiliki tanggung jawab untuk menanam berbagai macam tanaman pangan.

Page 5: Penguatan Diversifikasi Pangan Berbasis Kearifan Lokal

Kedua, gerakan pengembangan dan peningkatan produksi pertanian merupakan cara

untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bibit, pupuk, dan pembasmi hama

berbasis produk dalam negeri. Ketiga, gerakan penyadaran penganekaragaman pangan

merupakan suatu bentuk sosialisasi dan penyadaran pentingnya mengonsumsi berbagai

produk pangan. Hal ini untuk memberikan pemahaman dan penyadaran pentingnya

melakukan variasi pola konsumsi pangan. Ketiga program ini merupakan satu kesatuan

pelaksanaan GNPP untuk menciptakan kemandirian dan ketahanan pangan nasional.

            Penguatan diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal merupakan langkah maju dalam mengembangkan pertanian pangan di Indonesia. Sekaligus menjadi dasar pijakan bangsa Indonesia kembali pada kebudayaannya. Dimana Indonesia dikenal sebagai agraria dengan berbagai macam keanekaragaman pangan. Keberhasilan dalam penerapan program GNPP merupakan upaya penguatan terhadap ketahanan pangan dan melestarikan kebudayaan Indonesia melalui pelestarian keanekaragaman pangan

Nusantara.     DIVERSIFIKASI PENGOLAHAN BAHAN PANGAN LOKALMarwanti, MPdEra globalisasi mensyaratkan terbukanya kesempatan tiap negara untukmemasarkan produk maupun jasa masing-masing. Makanan berpotensi untuk berperandalam pasar global, seperti telah kita rasakan saat ini makanan asing merebut pasarIndonesia dengan mempopulerkan makanan-makanan asing sebagai makanan yangbergengsi. Apabila hal ini berlangsung secara terus menerus