8
Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp) E-ISSN: 2777-0729 Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata Volume 1, Nomor 2, Juni 2021, Hal (85-92) 85 Identifikasi Pengukuran Fluktuasi Gelombang Air Laut di Pesisir Pantai Wisata Benteng Asakota Desa Punti Kabupaten Bima Ardi Marwiliansyah Program Studi Pariwisata, STIPAR Soromandi Bima, Nusa Tenggara Barat E-mail: [email protected] Article History: Received: 2021-04-02 || Revised: 2021-04-20 || Published: 2021-06-01 Sejarah Artikel: Diterima: 2021-04-02 || Direvisi: 2021-04-20 || Dipublikasi: 2021-06-01 Abstrak It's been conducted research identification on the concept of fluctuating sea waves on the coast of asakota resort fort Punti village district of bima. There's a cool, clean coastal tourist access to asakota fortress making the village of Punti richer with its tourist appeal potential. The water conditions of such marine travel are so severe benefiting from fishing activities on the beach. Coastal activity is often fluctuating from wave aspects ebb and flow. Waves on the coast of asakota fort retreading from the deep to the coast experiencing the characteristic change in altitude so that it brings up both the garbage and the garbage will be disturbing marine biota ecosystem. The purpose of this study was to represent changes in the beaches that took place by measurements field fluctuations in the waves and analyzing the effects. The kind of research that does quantitative work where researchers who go directly down to the field to retrieve data of fluctuating waves sea water. Retrieval techniques take place through initial observations, and through data sheets measuring fluctuations the waves. Results from the identification of the wave fluctuations for the lowest recorded value of the wave at a scale of 172.3 cm and 172.1 cm. In the meantime, for heights the recorded peaks and valley tops were 190.8 cm and 184.5 cm. This is in it is due to factors affecting the wave as a result of a rapid circulation of the wind change for time. Keywords: wave fluctuations, coastal travel, measurements Abstract Telah dilakukan penelitian identifikasi konsep fluktuasi gelombang air laut di pesisir pantai wisata Benteng Asakota Desa Punti Kabupaten Bima. Adanya akses wisata pesisir pantai yang sejuk dan bersih di Benteng Asakota menjadikan Desa Punti makin kaya dengan potensi daya tarik wisata. Kondisi perairan seperti wisata bahari sangat memberikan manfaat dalam aktivitas nelayan di pantai. Aktivitas pantai sering fluktuatif dari aspek gelombang pasang-surut. Gelombang di pesisir pantai wisata Benteng Asakota merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan karakteristik ketinggian sehingga membawa sampah dan sampah tersebut akan menganggu ekosistem biota laut. Penelitian ini bertujuan menyajikan perubahan pantai yang terjadi berdasarkan pengukuran lapangan fluktuasi gelombang dan menganalisa pengaruhnya. Jenis penelitian yang dilakukan penelitian kuantitatif dimana peneliti yang langsung turun ke lapangan untuk mengambil data berupa pengukuran fluktuasi gelombang air laut. Teknik pengambilan dilakukan melalui observasi awal, dan melalui lembar data pengukuran fluktuasi gelombang. Hasil dari identifikasi fluktuasi gelombang untuk nilai ketinggian gelombang terendah yang tercatat selama pegukuran puncak dan lembahnya sebesar 172,3 cm dan 172,1 cm. Sementara itu, untuk ketinggian maksimal gelombang yang tercatat puncak dan lembahnya sebesar adalah setinggi 190,8 cm dan 184,5 cm . Hal ini terjadi karena adanya faktor – faktor yang mempengaruhi gelombang tersebut yakni kecepatan sirkulasi angin yang berubah terhadap waktu. Kata Kunci: fluktuasi gelombang, wisata pesisir, pengukuran I. PENDAHULUAN Objek pariwisata yang dimiliki oleh Bima- NTB sangatlah banyak. Bima pada propinsi Nusa Tenggara Barat memang salah satu kota/kab yang sampai detik ini, menjadi primadonanya wisata alam. Mulai dari icon wisata lembah-pegunungan sampai wisata bahari atau pantainya. Pantai di Bima merupakan daerah perbatasan antara darat dan laut yang dipengaruhi oleh berbagai macam kondisi alam yaitu angin, gelombang, pasang surut dan arus. Secara umum gelombang adalah kondisi alam yang dominan mempengaruhi daerah pantai. Gelombang dari daerah laut dalam yang merambat dan datang mencapai

Pengukuran Fluktuasi Gelombang Air Laut di Pesisir Pantai

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengukuran Fluktuasi Gelombang Air Laut di Pesisir Pantai

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp)

E-ISSN: 2777-0729 Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata

Volume 1, Nomor 2, Juni 2021, Hal (85-92)

85

Identifikasi Pengukuran Fluktuasi Gelombang Air Laut di Pesisir Pantai Wisata Benteng Asakota Desa Punti Kabupaten Bima

Ardi Marwiliansyah

Program Studi Pariwisata, STIPAR Soromandi Bima, Nusa Tenggara Barat E-mail: [email protected]

Article History: Received: 2021-04-02 || Revised: 2021-04-20 || Published: 2021-06-01

Sejarah Artikel: Diterima: 2021-04-02 || Direvisi: 2021-04-20 || Dipublikasi: 2021-06-01

Abstrak

It's been conducted research identification on the concept of fluctuating sea waves on the coast of asakota resort fort Punti village district of bima. There's a cool, clean coastal tourist access to asakota fortress making the village of Punti richer with its tourist appeal potential. The water conditions of such marine travel are so severe benefiting from fishing activities on the beach. Coastal activity is often fluctuating from wave aspects ebb and flow. Waves on the coast of asakota fort retreading from the deep to the coast experiencing the characteristic change in altitude so that it brings up both the garbage and the garbage will be disturbing marine biota ecosystem. The purpose of this study was to represent changes in the beaches that took place by measurements field fluctuations in the waves and analyzing the effects. The kind of research that does quantitative work where researchers who go directly down to the field to retrieve data of fluctuating waves sea water. Retrieval techniques take place through initial observations, and through data sheets measuring fluctuations the waves. Results from the identification of the wave fluctuations for the lowest recorded value of the wave at a scale of 172.3 cm and 172.1 cm. In the meantime, for heights the recorded peaks and valley tops were 190.8 cm and 184.5 cm. This is in it is due to factors affecting the wave as a result of a rapid circulation of the wind change for time.

Keywords: wave fluctuations, coastal travel, measurements

Abstract

Telah dilakukan penelitian identifikasi konsep fluktuasi gelombang air laut di pesisir pantai wisata Benteng Asakota Desa Punti Kabupaten Bima. Adanya akses wisata pesisir pantai yang sejuk dan bersih di Benteng Asakota menjadikan Desa Punti makin kaya dengan potensi daya tarik wisata. Kondisi perairan seperti wisata bahari sangat memberikan manfaat dalam aktivitas nelayan di pantai. Aktivitas pantai sering fluktuatif dari aspek gelombang pasang-surut. Gelombang di pesisir pantai wisata Benteng Asakota merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan karakteristik ketinggian sehingga membawa sampah dan sampah tersebut akan menganggu ekosistem biota laut. Penelitian ini bertujuan menyajikan perubahan pantai yang terjadi berdasarkan pengukuran lapangan fluktuasi gelombang dan menganalisa pengaruhnya. Jenis penelitian yang dilakukan penelitian kuantitatif dimana peneliti yang langsung turun ke lapangan untuk mengambil data berupa pengukuran fluktuasi gelombang air laut. Teknik pengambilan dilakukan melalui observasi awal, dan melalui lembar data pengukuran fluktuasi gelombang. Hasil dari identifikasi fluktuasi gelombang untuk nilai ketinggian gelombang terendah yang tercatat selama pegukuran puncak dan lembahnya sebesar 172,3 cm dan 172,1 cm. Sementara itu, untuk ketinggian maksimal gelombang yang tercatat puncak dan lembahnya sebesar adalah setinggi 190,8 cm dan 184,5 cm . Hal ini terjadi karena adanya faktor – faktor yang mempengaruhi gelombang tersebut yakni kecepatan sirkulasi angin yang berubah terhadap waktu.

Kata Kunci: fluktuasi gelombang, wisata pesisir, pengukuran

I. PENDAHULUAN

Objek pariwisata yang dimiliki oleh Bima- NTB sangatlah banyak. Bima pada propinsi Nusa Tenggara Barat memang salah satu kota/kab yang sampai detik ini, menjadi primadonanya wisata alam. Mulai dari icon wisata lembah-pegunungan sampai wisata bahari atau pantainya. Pantai di Bima merupakan daerah perbatasan antara darat dan laut yang dipengaruhi oleh berbagai macam kondisi alam yaitu angin, gelombang, pasang surut dan arus. Secara umum gelombang adalah kondisi alam yang dominan mempengaruhi daerah pantai. Gelombang dari daerah laut dalam yang merambat dan datang mencapai

Page 2: Pengukuran Fluktuasi Gelombang Air Laut di Pesisir Pantai

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp)

Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata Volume 1, Nomor 2, Juni 2021, Hal (85-92)

86

daerah pantai dapat menimbulkan arus dan angkutan sedimen pantai dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai. Sesuai dengan kondisi karakteristiknya, gelombang tersebut dapat menimbulkan perubahan kondisi pantai dalam kurun waktu tertentu. Perubahan yang terjadi ditunjukkan dengan maju mundurnya posisi garis pantai di wilayah tersebut.

Secara keilmuan fisika paparan mengenai gelombang ini berisi sejumlah penggolongan gelombang, tapi dalam hal ini, konteks gelombang yang dimaksud ada pada bahasan gelombang mekanik. Peristiwa gelombang mekanik meliputi arah getar dan perambatannya ke wilayah pesisir pantai, yang lebih penting dari ilmu fisika mengenai gelombang ini adalah bentuk kontribusi melalui wujud indentifikasi fenomena alam baik secara abstrak maupun konkret. Bagaimana melihat fenomena alam Benteng Asa Kota terletak di Desa Punti Kecamatan Soromandi dan memahami mekanisme apa yang mengontrol mekanisme tersebut. Benteng Asakota yang menjadi lokasi penelitian merupakan salah satu objek wisata pantai yang memiliki keunikan berupa pertemuan air laut dan air laut berupa karang, dan anemon lautnya yang begitu mempesona.

Selain menikmati pesona dan keindahan pantai, kata kunci yang paling tepat yakni menyandingkan kebermanfaatan ilmu fisika tentang identifikasi gelombang guna dapat menumbuhkan kepekaan diri masyarakat sekitar mengenai abrasi akibat arus gelombang air laut terhadap lingkungan, Sebagaimana dalam (Firdaus, 2019) bahwa Masyarakat Desa Sai Kabupaten Bima sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, peternak sapi dan nelayan, hamparan sawah yang luas adalah bagian dari ciri wilayah ini namun masyarakat Desa Sai hanya bercocok tanam pada musim hujan saja karena lahan persawahan yang mereka miliki adalah sawah tadah hujan, dalam hal ini mereka hanya bercocok tanam satu kali dalam setahun. Namun hal tersebut bukanlah halangan bagi mereka untuk menyekolahkan anak mereka ketingkat yang paling tinggi bahkan sampai keperguruan tinggi yang ada diluar Kota Bima seperti; Mataram, Makassar, bahkan sampai di Jawa.

Pengembangan memiliki wisata pantai ini memiliki pengertian berupa memajukan dan memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang telah ada bertujuan untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap (Suwantoro, 1997). Perkembangan kawasan wisata yang terjadi secara terus menerus juga terjadi pada kawasan wisata pesisir. Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut (Guntur, 2017), Seluruh ahli menemui kata sepakat akan kebutuhan kawasan wilayah pesisir pantai yang dapat terindetifikasi keamanan dan kenyamanan terhadap fluktuasi gelombang air lautnya, membuat peneliti memiliki andil untuk menemukan gambaran ikhtisar fluktuasi gelombang air laut di pesisir pantai wisata Benteng Asakota. Pengukuran fluktuasi gelombang ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh peneliti berikutnya dalam pembuatan bahan ajar field trip wisata atau pariwisata berbasis pengukuran lapangan fluktuasi gelombang kedepannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Sumber Daya Alam Pariwisata Kini pariwisata telah memainkan peran penting. Peningkatan devisa negara dari sektor

pariwisata menjadikan kawasan pariwisata harus terus didukung utamanya, pada aspek sumber daya alam. Hal ini sejalan dengan pernyataan (Wardiyanta, 2020) dimana sumber daya alam terdiri sari semua lemen alam dan faktor-faktor yang memiliki tingkat daya tarik tinggi yang mencerminkan lingkungan geografis mereka dan dapat dinilai sebagai tujuan wisata.

Sementara itu, Berdasarkan World Travel & Tourist Council (WTTC) pada 2018 pertumbuhan pariwisata Indonesia menduduki peringkat ke-1 di Asia Tenggara, ke-3 di Asia dan ke-9 tercepat di Dunia. Pada tahun 2019 Penerimaan devisa Indonesia dari sektor Pariwisata mencapai 17,6 Miliar US$. Ada beberapa faktor penting pariwisata yaitu: (1) perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu; (2) perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain; (3) perjalanan itu apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi; dan (4) orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut (Suwena & Widyatmaja, 2017). Ada beberapa jenis wisata yang dapat dinikmati oleh individu maupun kelompok. Beberapa jenis pariwisata, di antaranya wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olahraga, wisata komersial, wisata industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata pertanian, wisata maritim, wisata cagar alam,

Page 3: Pengukuran Fluktuasi Gelombang Air Laut di Pesisir Pantai

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp)

Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata Volume 1, Nomor 2, Juni 2021, Hal (85-92)

87

wisata buru, wisata pilgrim, dan wisata bulan madu (Muntasib & Rachmawati, 2014). Jenis wisata di atas juga merambah pada Objek vital wisata kecamatan soromandi, ada pada

Benteng Asa Kota sebagai sebuah benteng yang dibangun pada masa pemerintahan Belanda untuk

menduduki kota Bima, NTB. Benteng Asa Kota terletak di Desa Punti Kecamatan Soromandi yang

ditemukan sekitar tahun 1908 (bersamaan dengan meletusnya Gunung Tambora). Benteng Asa

Kota ini terdiri dari batu bersusun yang dulu diambil dari berbagai tempat di daerah Bima. Benteng

Asa Kota adalah peninggalan berarti dari perjalanan sejarah Dana Mbojo.

2. Gelombang Pesisir Pantai Mengungkap berbagai fakta pengembangan pesisir pantai wisata Benteng Asakota Desa Punti

merupakan hasil binaan yang giat dari penggagas yakni interaksi antara struktur perlindungan pokdarwis dan Komunitas pantai Benteng Asakota yang dibentuk sejak 2019. Sejak itulah dinamika profil pantai serta garis pantai perlu dikaji dengan baik agar bisa dirumuskan kondisi pantai stabil pada kondisi perlindungan pantai yang berbeda-beda mulai kebersihan, kenyamanan, dan bebas dari abrasi serta sampah yang terbawa gelombang air laut. Dengan demikian akan bisa dirumuskan pola penanganan kerusakan pantai berpasir dengan struktur yang tepat dengan mengindetifikasi melalui fakta fluktuasi gelombang pantai.

Iswahyudia (2007) mengungkapkan bahwa berdasarkan analisa kondisi lapangan di pantai kawasan Tanjung Kayangan Lombok Timur, menunjukkan bahwa gelombang mengakibatkan arus sejajar pantai dan angkutan sedimen dari selatan ke utara di pantai sebelah timur Tanjung Kayangan. Pengendapan di ujung Tanjung Kayangan merupakan indikasi hasil akumulasi angkutan sedimen yang berasal dari pantai timur Tanjung Kayangan tersebut. Studi ini menunjukkan pola angkutan sedimen di sepanjang pantai sisi timur Pulau Lombok adalah dominan dari arah selatan ke utara. Tidak mudah untuk mengukur manfaat kedepannya tapi yang perlu diingat bahwa lalu lalang wisatawan yang datang baik wisatawan lokal maupun nusantara Benteng asa kota menjadi salah satu tempat wisata yang unik dan menarik. Mendatangkan wisatawan yang banyak menjadi salah satu tujuan disetiap pengelola pariwisata namun semakin banyak wisatawan yang datang maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan ditempat wisata. Terlepas sampah yang datang dari pengunjung sampah yang terbawa oleh gelombang air laut juga harus ditelusuri.

Menurut (Handayani dan Ari, 2019), bahwa untuk gelombang transversal satu gelombang sama dengan dari puncak ke puncak terdekat atau dari lembah ke lembah terdekat. Sedangkan untuk gelombang longitudinal satu gelombang sama dengan dari regangan ke regangan terdekat atau dari rapatan ke rapatan terdekat.

Gambar 1. Panjang 1 gelombang transversal

Gelombang adalah peristiwa naik turunnya permukaan air laut dari ukuran kecil atau tidak sampai yang paling panjang (pasang surut) melalui suatu media yaitu air, sedangkan arus laut adalah pergerakan massa air secara vertical dan horizontal sehingga menuju keseimbangannya yang dikarenakan oleh tiupan angin, perbedaan densitas dan gelombang laut. (Baharudin, et al, 2009), Menurut Hutabarat dan Evans (1985), gelombang laut dipengaruhi oleh: a. Kecepatan angin. Jika kecepatan angin makin besar, gelombang yang terbentuk juga akan semakin besar dan memiliki kecepatan yang tinggi. b. Waktu dimana angin sedang bertiup. Kecepatan dan panjang gelombang cenderung untuk meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin mulai bertiup c. Jarak tanpa rintangan tanpa angin sedang bertiup. Gelombang yang terbentuk didanau dimana fetchnya kemungkinan lebih besar, seiring mempunyai panjang gelombang sampai beberapa ratus kedepan.

Page 4: Pengukuran Fluktuasi Gelombang Air Laut di Pesisir Pantai

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp)

Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata Volume 1, Nomor 2, Juni 2021, Hal (85-92)

88

Menurut Irfani (2008), gelombang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gelombang laut dalam da gelombang laut dangkal. Gelombang di laut dalam dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada gaya pembangkitnya. Jenis-jenis gelombang tersebut yakni: a) Gelombang angin yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut. b) Gelombang pasang surut yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi. 3) Gelombang tsunami yaitu gelombang yang terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa di laut. Sedangkan gelombang laut dangkal adalah gelombang yang apabila suatu deretan gelombang bergerak menuju pantai (laut dangkal), maka gelombang tersebut akan mengalami deformasi atau perubahan bentuk gelombang yang disebabkan oleh prosesrefraksi, difraksi, refleksi, dan gelombang pecah. Adanya gelombang yang merambat diperlihatkan oleh adanya perambatan muka gelombang (wave front). Muka gelombang adalah posisi pada gelombang yang berupa bukit gelombang (Bambang, 2013)

Pariwisata Benteng Asakota menjadikan hal ini mungkin terjadi demi kelanjutan identifikasi pasti fluktuasi gelombang, dimana proses gelombang air laut merupakan suatu proses fenomena alam yang biasanya terjadi pada suatu perairan. Proses alamiah yang terjadi pada perairan tersebut dapat dikaji lewat parameter fluktasi gelombang.

III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode deskriptif.

Selanjutnya, penelitian ini menggunakan metode pengukuran fluktuasi gelombang melalui pembacaan skala ukur, Penelitian dilaksanakan sejak bulan Januari hingga Februari 2020 di pesisir pantai Benteng Asakota, Desa Punti Kabupaten Bima NTB. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Pantai Benteng Asakota yang menjadi lokasi penelitian merupakan salah satu objek wisata pantai yang memiliki keunikan berupa pertemuan air laut dan air laut berupa karang, dan anemon lautnya yang begitu mempesona. Selain itu, pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Pantai Benteng Asakota dilakukan secara langsung oleh Pokdarwis dan Komunitas Wisata Benteng Asakota. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah menggunakan tabel atau format pengukuran Pengukuran ini dilakukan dengan cara mengamati fluktuasi gelombang air laut dengan menggunakan mistar panjang yang ditancapkan pada kedalaman yang memungkinkan pada saat pasang mistar tidak terlampaui dan pada saat surut titik tersebut tidak kering. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan pengecekan ulang hasil data lapang dan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah untuk mendukung data kuantitatif.

Unit analisis pada penelitian ini melalui langkah-langkah pengukuran antara lain: (1) Langkah-langkah persiapan pengukuran meliputi: a) membawa mistar ukuran 4 cm sampai kedalaman 2 m, b) menancapkan mistar pada posisi tersebut dan memastikan mistar telah berdiri kokoh dengan catatan skala mistar menghadap kelaut, dan c) mengawasi/memastikan mistar tetap berdiri sampai memulai pengukuran. (2) Langkah-langkah pengumpulan data meliputi: 1) membagi tugas untuk masing-masing anggota peneliti 2) membaca skala berada ± 5 m di depan skala mistar ukur, sedangkan pemegang senter dan pencatat hasil pengukuran berada disisi kiri dan kanan mistar dengan jarak sekitar ± 3 m dari posisi mistar, 3) mencatat skala atas dan bawah secara bersamaan dan memasukkan hasilnya pada table hasil pengamatan dan 4) mengulangi langkah 1 – 3 dengan interval waktu 15 menit sebanyak 6 – 14 kali.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengolaan data Fluktuasi Gelombang Air Laut

Tabel 1. Hasil Pengukuran pada pukul 22:25

No Puncak

(cm) Lembah

(cm) Selisih (cm)

Tinggi gelombang(cm) Keterangan

1 193 189 4 2 Alun

2 191 190 1 0.5 Alun

3 190 186 4 2 Alun

4 192 180 12 6 Alun

Page 5: Pengukuran Fluktuasi Gelombang Air Laut di Pesisir Pantai

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp)

Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata Volume 1, Nomor 2, Juni 2021, Hal (85-92)

89

5 190 182 8 4 Alun

6 189 180 9 4.5 Alun

Rata-rata

190,8 184,5 6,3 3.2 Alun

Berdasarkan Tabel 1. memaparkan bahwa pengukuran terhadap puncak/ketinggian gelombang dilakukan menggunakan papan skala mistar. Perubahan pada ketinggian air dilakukan 6 kali pengambilan data untuk memaksimalkan hasil data yang diperoleh. Pengukuran tinggi gelombang ini dilakukan selama 15 menit yaitu pada malam hari pukul 22:25 – 22:40 WITA. Berdasarkan grafik yang disajikan diatas, dapat diketahui bahwa puncak/ketinggian gelombang rata-rata yang terjadi adalah 190,8 cm dan lembah gelombang rata-rata yang terjadi adalah 184,5 cm.

Tabel 2. Hasil Pengukuran pada pukul 22:40

No Puncak

(cm) Lembah

(cm) Selisih (cm)

Tinggi gelombang (cm)

keterangan

1 189 179 10 5 Alun

2 186 182 4 2 Alun

3 189 181 8 4 Alun

4 186 180 6 3 Alun

5 189 181 8 4 Alun

6 184 178 6 3 Alun

7 183 178 7 3 Alun

8 184 178 6 3 Alun

Rata-rata

186,3 179,6 6,9 3,4 Alun

Berdasarkan Tabel 2. memaparkan bahwa pengukuran terhadap puncak/ketinggian gelombang dilakukan menggunakan papan skala mistar. Perubahan pada ketinggian air dilakukan 8 kali pengambilan data untuk memaksimalkan hasil data yang diperoleh. Pengukuran tinggi gelombang ini dilakukan selama 15 menit yaitu pada malam hari pukul 22:40 – 22:55 WITA. Berdasarkan grafik yang disajikan diatas, dapat diketahui bahwa puncak/ketinggian gelombang rata-rata yang terjadi adalah 186,3 cm dan lembah gelombang rata-rata yang terjadi adalah 179,6 cm.

Tabel 3. Hasil Pengukuran pada pukul 22:55

No Puncak

(cm) Lembah

(cm) Selisih (cm)

Tinggi gelombang (cm)

Keterangan

1 181 178 3 1.5 Alun

2 184 177 7 3,5 Alun

3 185 176 9 4,5 Alun

4 183 177 6 3 Alun

5 186 177 9 4,5 Alun

6 182 175 7 3,5 Alun

Rata-rata

183,5 176,7 6,8 3,4 Alun

Berdasarkan Tabel 3. memaparkan bahwa pengukuran terhadap puncak/ketinggian gelombang dilakukan menggunakan papan skala mistar. Perubahan pada ketinggian air dilakukan 6 kali pengambilan data untuk memaksimalkan hasil data yang diperoleh. Pengukuran tinggi gelombang ini dilakukan selama 15 menit yaitu pada malam hari pukul 22:55 – 23:10 WITA. Berdasarkan grafik

Page 6: Pengukuran Fluktuasi Gelombang Air Laut di Pesisir Pantai

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp)

Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata Volume 1, Nomor 2, Juni 2021, Hal (85-92)

90

yang disajikan diatas, dapat diketahui bahwa puncak/ketinggian gelombang rata-rata yang terjadi adalah 183,5 cm dan lembah gelombang rata-rata yang terjadi adalah 176,7 cm.

Table 4. Hasil Pengukuran pada pukul 23:10

No Puncak

(cm) lembah (cm)

Selisih (cm)

tinggi gelombang(cm)

keterangan

1 178 172 6 3 Alun

2 179 173 6 3 Alun

3 178 175 3 1,5 Alun

4 176 170 6 3 Alun

5 175 168 7 3,5 Alun

6 180 172 8 4 Alun

7 176 170 6 3 Alun

8 175 171 4 2 Alun

9 180 175 5 2,5 Alun

10 175 170 5 2,5 Alun

11 177 173 5 2,5 Alun

12 176 174 2 1 Alun

13 177 172 5 2,5 Alun

14 180 175 5 2,5 Alun

Rata-rata

172,3 172,1 5,2 2,6 Alun

Berdasarkan Tabel 3. memaparkan bahwa pengukuran terhadap puncak/ketinggian gelombang dilakukan menggunakan papan skala mistar. Perubahan pada ketinggian air dilakukan 14 kali pengambilan data untuk memaksimalkan hasil data yang diperoleh. Pengukuran tinggi gelombang ini dilakukan selama 15 menit yaitu pada malam hari pukul 23:10 – 23:25 WITA. Berdasarkan grafik yang disajikan diatas, dapat diketahui bahwa puncak/ketinggian gelombang rata-rata yang terjadi adalah 172,3 cm dan lembah gelombang rata-rata yang terjadi adalah 172,1 cm.

2. Grafik

Grafik 1. Hubungan Puncak dan Lembah Gelombang

Page 7: Pengukuran Fluktuasi Gelombang Air Laut di Pesisir Pantai

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp)

Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata Volume 1, Nomor 2, Juni 2021, Hal (85-92)

91

Fluktuasi ketinggian serta periode gelombang yang terjadi selama pengukuran menunjukkan hasil yang bervariasi dari periode waktu pengukuran mulai dari pukul 22:25 WITA – 23:25 WITA. Untuk nilai ketinggian gelombang terendah yang tercatat selama pegukuran puncak dan lembahnya sebesar 172,3 cm dan 172,1 cm. Sementara itu, untuk ketinggian maksimal gelombang yang tercatat puncak dan lembahnya sebesar adalah setinggi 190,8 cm dan 184,5 cm. Hal ini terjadi karena adanya faktor – faktor yang mempengaruhi gelombang tersebut yakni kecepatan sirkulasi angin yang berubah semakin lamanya waktu pergantian angin darat ke angina laut serta pergerakan pasang-surut air laut yang ada di wilayah pesisir pantai Benteng Asakota.

V. KESIMPULAN Pengukuran fluktuasi gelombang air laut di wilayah pesisir pantai wisata Benteng Asakota Desa Punti

Kabupaten Bima ternyata beragam tentunya. Hal ini terjadi bukan hanya karena arah dan kecepatan angin yang terjadi pada lokasi saja namun juga dipengaruhi oleh variasi frekuensi, ukuran dan arah rambat yang beragam. Arah angin yang tidak stabil juga dapat menimbulkan tabarakan antar beberapa gelombang (interferensi gelombang) yang juga merupakan faktor penting dalam terjadinya fluktuasi ketinggian gelombang yang ada. Sehingga hal ini bisa menjadikan indikator utama bagi wisatawan yang ingin melancong atau bahkan berkemah di Benteng Asakota.

DAFTAR RUJUKAN Atriana Djabbar, & Anisa. (2021). Pemberdayaan POKDARWIS “Doro Mboha” Dalam Pengembangan

Desa Wisata Di Rora Donggo Bima. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata, 1(1), 21–28. Retrieved from http://journal.ainarapress.org/index.php/jppmp/article/view/59

Atriana Djabbar, Jusram Rizal, & Elza Nova Rizaly. (2021). Dampak Keberadaan Sektor Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Home Creative “Lentera Donggo” Kecamatan Soromandi Bima NTB. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata, 1(1), 14–20. Retrieved from http://journal.ainarapress.org/index.php/jppmp/article/view/58

Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Teknologi Informasi untuk Mendukung Kemajuan Pariwisata Kab. Dompu. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata, 1(1), 39–47. Retrieved from http://journal.ainarapress.org/index.php/jppmp/article/view/61

Cooper, C. F. (1998). Tourism Principle and Practice. Pearson Education Limited.

Cresswell, John W. 2019. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darmadi, Hamid. 2013. Dimensi-dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Elza Nova Rizaly, & Abdur Rahman. (2021). Pengembangan Sistem Informasi Pariwisata Berbasis Website Untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Terhadap Potensi Daerah Kabupaten Dompu. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata, 1(1), 29–38. Retrieved from http://journal.ainarapress.org/index.php/jppmp/article/view/60

Elza Nova Rizaly, Atriana Djabbar, & Jusram Rizal. (2021). Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata, 1(1), 8–13. Retrieved from http://journal.ainarapress.org/index.php/jppmp/article/view/57

Firdaus. 2019. Dampak Pendidikan Terhadap Perubahan Sosial, Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Desa Terpencil (Studi Di Masyarakat Desa Sai Kabupaten Bima). Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan, Vol. 6, No. 2, Desember 2019, 26-43.

Ganeca Exact, Bandung.

Page 8: Pengukuran Fluktuasi Gelombang Air Laut di Pesisir Pantai

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp)

Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata Volume 1, Nomor 2, Juni 2021, Hal (85-92)

92

Handayani dan Ari Damari. 2019. Fisika 3 : Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

http://direktoripariwisata.id/unit/5507 pada tanggal 24 januari 2020 pukul 10.00 WITA.

Hutabarat, Suhala dan Stewart M. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

I Gusti Bagus Rai Utama dan Ni Made Eka Mahadewi. 2012. Metodologi Penelitian Pariwisata dan Perhotelan. Yogyakarta: KDT.

Iswahyudia, E. 2007. Perencanaan Groin Sebagai Bangunan Alternatif Pengendalian Sedimentasi-Erosi di Kawasan Pelabuhan Kayangan, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram.

Jusram Rizal, Elza Nova Rizaly, & Atriana Djabbar. (2021). Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat dalam Pengembangan Wisata Pesisir. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata, 1(1), 1–7. Retrieved from http://journal.ainarapress.org/index.php/jppmp/article/view/56

Murdaka, Bambang. 2013. Pengantar Fisika 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradjoko, Eko. 2015. Pengaruh Fasilitas Pelabuhan Terhadap Pantai Labuhan Haji. Jurnal Spektrum Sipil, Vol. 2, No. 1, 68-78.

Setyandito, Oki. 2012. Pengaruh Gelombang pada Profil Kemiringan Pantai Pasir Buatan (Uji Model Fisik dan Studi Kasus Penanggulangan Erosi serta Pendukung Konservasi Lingkungan Daerah Pantai). Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, Vol. 4, No. 1, Januari 2012, 32‐42.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Tanu Djaya Mamur Muhammad, Drs, Penuntun pelajaran geografi semester 3 dan 4,

Wardiyanta. 2020. Pengantar Ekonomi Pariwisata. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.