24
Skala Pengukuran digunakan untuk mengukur suatu variabel dalam rumusan masalah penelitian, dibutuhkan skala pengukuran. Ada 4 macam skala pengukuran yaitu: skala nominal, skala ordinal, skala interval skala rasio. 1. Skala nominal Adalah skala yang semata-mata hanya untuk memberikan indeks, atau nama saja dan tidak mempunyai makna yang lain. Skala nominal memiliki ciri-ciri sebagai berikut: berbentuk bilangan dan tidak dijumpai bilangan pecahan; angka yang tertera hanyalah label; tidak mempunyai urutan (ranking); tidak mempunyai ukuran baru; tidak mempunyai nol mutlak. Analisis statitsik yang paling tepat untuk penelitian yang menggunakan pengukuran instrumennya melalui skala nominal adalah: Uji Binomium (Binomium Test) Uji Chi Kuadrat Satu Sampel (X2 One Sample Test) HARJANTO SUTEDJO 1

sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

  • Upload
    lekiet

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

 

Skala Pengukuran

digunakan untuk mengukur suatu variabel dalam rumusan masalah penelitian, dibutuhkan skala

pengukuran.

Ada 4 macam skala pengukuran yaitu:

skala nominal,

skala ordinal,

skala interval

skala rasio.

1. Skala nominal

Adalah skala yang semata-mata hanya untuk memberikan indeks, atau nama saja dan tidak

mempunyai makna yang lain.

Skala nominal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

berbentuk bilangan dan tidak dijumpai bilangan pecahan;

angka yang tertera hanyalah label;

tidak mempunyai urutan (ranking);

tidak mempunyai ukuran baru;

tidak mempunyai nol mutlak.

Analisis statitsik yang paling tepat untuk penelitian yang menggunakan pengukuran

instrumennya melalui skala nominal adalah:

Uji Binomium (Binomium Test)

Uji Chi Kuadrat Satu Sampel (X2 One Sample Test)

Uji Perubahan Data Mc. Nemar (Mc Nemar Fot The Significant of Change)

Uji Chi Kuadrat Dua Sampel (X2 Test for Two Independent Sample)

Uji Chocran Q (Chocran Q-Test)

Uji Chi Kuadrat Lebih dari Dua Sampel (X2 Test for k Independent Samples)

Uji Koefisien Kontingensi [C] (Contingency Coefficient [C]).

HARJANTO SUTEDJO 1

Page 2: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

Sedangkan tes statistik yang digunakan ialah menggunakan statistik non parametrik.

Berikut adalah beberapa contoh skala pengukuran jenis nominal:

Data Nominal Sebenarnya:

a. Jenis Kulit: Hitam (1), Kuning (2), Putih (3). Angka (1)(2) dan (3) hanya sebagai

label;

b. Suku Daerah: Jawa (1), Madura (2), Bugis (3), Sunda (4), Batak (5), Minang (6).

c. Agama yang dianut: Islam (1), Kristen (2), Hindu (3), Budha (4) dan lain-lainnya.

Data Nominal Tidak Sebenarnya:

a. Lulus Ujian Lemhanas diberi angka (2), dan tidak lulus Lemhanas diberi angka

(1). Angka (1) dan (2) hanya sebagai label saja.

b. Tahun Produksi Kendaraan Bermotor: 2001(1), 2002(2), 2003(3), dan 2004(4).

dan lain-lain.

 Contoh:

Data Kode (a) Kode (b)

Yuni 1 4

Desi 2 2

Ika 3 3

Astuti 4 1

Keterangan: Kode 1 sampai dengan 4 (a) semata-mata hanyalah untuk memberi tanda saja, dan

tidak dapat dipergunakan sebagai perbandingan antara satu data dengan data yang lain. Kode

tersebut dapat saling ditukarkan sesuai dengan keinginan peneliti (menjadi alternatif b) tanpa

mempengaruhi apa pun.

 

2. Skala ordinal

Adalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data, tetapi

tidak menunjukkan selisih yang sama dan tidak ada nol mutlak.

Analisis statistik yang tepat adalah: Uji Kolmogorov-Sminov Satu Sampel, Uji Deret Satu

Sampel, Uji Tanda, Uji Pasangan Tanda Wilcoxon, Uji Median, Uji Mann-Whitney U, Uji

HARJANTO SUTEDJO 2

Page 3: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

Kolmogorov-Smirov Dua Sampel, Uji Reaksi Ekstrim Moses, Uji Analisis Varian Dua Arah

Friedman, Uji Koefesien Korelasi Rank Spearman, Uji Koefesien Korelasi Rank Kendall, dan

Uji Koefesien Korelasi Rank Parsial Kendall.

Analisis statistik yang dapat digunakan adalah statistik non parametrik.

Contoh:

Mengukur Tingkat Prestasi Kerja

Mengukur Gaji Pegawai

Mengukur Ranking Kelas : I, II, III, IV

Mengukur Kejuaraan, misalnya Juara Liga Indonesia 1995: Persib(1), Petrokimia

Gresik(2), Pupuk Kaltim(3).

Keteladanan: tingkat (1), tingkat (2), tingkat (3), dan tingkat (4).

Tingkat senioritas pegawai

Kepangkatan mi;liter: Jenderal(1), Letnan Jenderal(2), Mayor Jenderal(3), dan Brigadir

Jenderal(4).

Status Sosial (Kaya(1), Sederhana(2), dan Miskin(3))

Daftar Urut Pegawai

Langkah-langkah pengerjaan apabila terjadi sama nilainya dalam data skala ordinal:

Urutkan data dari yang terendah sampai yang tertinggi atau sebaliknya

berilah angka 1 (tertinggi) dan 4 (terendah) Misalnya nilai proses mengajar di STAI Al-

Jawami, didapat data berjenjang yaitu (IPK dan ranki): 3.8 (1); 3.2 (2); 3.2 (3); dan 3.0

(4).Pada data tersebut terdapat dua nilai yang sama yaiu 3.2 dengan ranking yang berbeda

yaitu 2 dan 3. Maka untuk menentukan ranking dari keduanya adalah dengan

menjumlahkan nilai ranking (2+3) dibagi jumlah mahasiswa yang rankingnya sama yaitu

2 orang, maka diperoleh hasil bahwa ranking untuk nilai 3.2 adalah masing-masing

(2+3)1/2 = 2.5.

HARJANTO SUTEDJO 3

Page 4: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

Contoh:

Data Skala Kecantikan (a) Skala Kecantikan (b)

Yuni 4 10

Desi 3 6

Ika 2 5

Astuti 1 1

Skala kecantikan (a) di atas menunjukkan bahwa Yuni paling cantik (dengan skor tertinggi 4),

dan Astuti yang paling tidak cantik dengan skor terendah (1). Akan tetapi, tidak dapat dikatakan

bahwa Yuni adalah 4 kali lebih cantik dari pada Astuti. Skor yang lebih tinggi hanya

menunjukkan skala pengukuran yang lebih tinggi, tetapi tidak dapat menunjukkan kelipatan.

Selain itu, selisih kecantikan antara Yuni dan Desi tidak sama dengan selisih kecantikan antara

Desi dan Ika meskipun keduanya mempunyai selisih yang sama (1). Skala kecantikan pada (a)

dapat diganti dengan skala kecantikan (b) tanpa mempengaruhi hasil penelitian.

 

3. Skala interval

Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan

mempunyai bobot yang sama. Analisis statistik yang cocok adalah: Uji t, Uji t dua sampel,

Anova Satu Jalur, Anova Dua Jalur, Uji Person Product Moment, Uji Korelasi Parsial, Uji

Korelasi Ganda, Uji Regresi, dan Uji Regresi Ganda. Uji statistik yang digunakan adalah uji

statistik parametrik.

Skala pengukuran yang mempunyai selisih sama antara satu pengukuran dengan pengukuran

yang lain, tetapi tidak memiliki nilai nol mutlak. Contoh:

Data Nilai Mata Kuliah (a) Skor Nilai Mata Kuliah (b)

Yuni A 4

Desi B 3

Ika C 2

Astuti D 1

HARJANTO SUTEDJO 4

Page 5: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai A setara dengan 4, B setara dengan 3, C setara dengan 2

dan D setara dengan 1. Selisih antara nilai A dan B adalah sama dengan selisih antara B dan C

dan juga sama persis dengan selisih antara nilai C dan D. Akan tetapi, tidak boleh dikatakan

bahwa Yuni adalah empat kali lebih pintar dibandingkan Astuti, atau Ika dua kali lebih pintas

dari pada Astuti. Meskipun selisihnya sama, tetapi tidak mempunyai nilai nol mutlak.

 

4. Skala rasio

Adalah skala pengukuran yang paling tinggi di mana selisih tiap pengukuran adalah sama dan

mempunyai nilai nol mutlak. Contoh:

 

Data Tinggi Badan Berat badan

Yuni 170 60

Desi 160 50

Ika 150 40

Astuti 140 30

Tabel di atas adalah menggunakan skala rasio, artinya setiap satuan pengukuran mempunyai

satuan yang sama dan mampu mencerminkan kelipatan antara satu pengukuran dengan

pengukuran yang lain. Sebagai contoh; Yuni mempunyai berat badan dua kali lipat berat Astuti,

atau, Desi mempunyai tinggi 14,29% lebih tinggi dari pada Astuti.

 

Instrumen Pengukuran

•        Adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel.

Macamnya :

•    questionare ( untuk mengukur data qualitatif )

•      Alat ukur scientific ( termometer, meteran, neraca, stopwach  dll ) untuk mengukur data

quantitatif.

1.       Questionare

HARJANTO SUTEDJO 5

Page 6: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

Merupakan instrumen yang banyak digunakan untuk mengukur data qualitatif,  seperti : sikap,

pendapat, moral dll. Questionare dapat berupa pertanyaan atau pernayataan.

Skala yang dipakai : nominal, interval dan ordinal.

Hal yang penting dalam menyusun questionare adalah

• Gunakan bahasa yang mudah dimengerti,sopan, singkat dan jelas.

• Susun format yang menarik ( huruf, warna, editing ).

• Jangan tendensius dan menyinggung responden.

Buat pengantar bahwa anda membutuhkan jawaban  responden

2.       Uji Instrumen

Uji Reliabilitas

Realibilitas tes adalah tingkat keajegan( konsistensi ) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes

dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang relative tidak berubah walaupun diteskan pada

situasi yang berbeda beda.

Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsisten

hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil. Reliable tes

berhubungan dengan ketetapan hasil tes.

        Secara garis besar terdapat 3 macam cara atau prosedur mempertimbangkan kualifikasi

instrument penelitian yang dimaksud yaitu dengan

1. Teknik Stabilitas,

2. Konsistensi instrument,

3. Equivalensi.

1.   Teknik Stabilitas

Suatu penelitian yang menggunakan data primer, setidaknya berkaitan dengan emoat hal: 1.

Subyek penelitian, 2. Construct yang diukur, 3. Instrument pengukur dan 4. Saat pengukuran.

Penelitian kemungkinan bermaksud ubtuk menggunakan instrument pengukur construct yang

sama terhadap subyek penelitian tertentu sebanyak dua kali pada saa yang berbeda. Perbedan

waktu antara pengukuran yang satu dengan pengukuran yang lain dapat berupa bilangan hari,

minggu, bulan atau bahkan tahun. Penelitian ini bermaksud untuk menguji stabilitas jawaban

responden dari suatu waktu ke waktu berikutnya dngan cara menghitung koefisien korelasi dan

HARJANTO SUTEDJO 6

Page 7: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

skor jawaban responden yang dikur dengan instrument yang sama pada saat berbeda. Proses

pengujian stabilitas yang dikenal juga dengan test-retesr reability pada dasarnya untuk mrngetahi

realibilitas data berdasarkan stabilitas responden. Salah satu metode statistic yang diugunkan

koefisien stabilitas adalah Pearson correlation.

2.  Teknik Ekuivalensi

Pengukuran realibilitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan instrument pengukur yang

berbeda untuk mengukur suatu custruct terhadap subyek penelitian tertentu pada saat yang sama.

Pendekatan yang juga disebut dengan alternative form reliability ini lebih menekankan pada

perbedaan bentuk instrument, sedang subyek penelitian, construct dan saaat pengukurannya

adalah sama. Penelitian melalui penekatan ini menguji korelasi skr jawaban responden untuk

mengetahui koefisien ekuivalensi antara skor jawaban dengan menggunakan instrument

pengukuran yang berbeda.

3.   Tekhnik Konsistensi Internal

Pengujian terhadap konsistensi internal yang dimiliki oleh suatu instrument merupakan

alternative lain yang dapat dilakukan oleh penelitian untuk menguji reliabilitas, disamping

pengukuran koefisien stabilitas dan ekuivalensi,. Konsep reliablitas menurut pendekatan ini

adalah konsistensi diantara butir-butir pertanyaan suatu instrument. Tingkat keterkaitan antara

butir pertanyaan atau pernyataan dalam suatu instrument untuk mengukur construct tertentu

menunjukkan tingkat reliabilitas konsistensi internal instrume yang berangkutan. Untuk

mengukur konsistensi internal, peneliti hanya memerlukan sekali pengujian dengan

menggunakan teknik statistic tertentu terhadap skor jawaban responden yang dihasilkan dari

penggunaan instrument yang bersangkutan. Ada 3 teknik yang dapat digunakan untuk mengukur

konsistensi internal yaitu:

(1) Split-half reliability,

(2) Kuder-Richardson #20 dan

(3) Cronbach’s alpa.

a.    Split-half reliability (Belah Dua)

HARJANTO SUTEDJO 7

Page 8: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

Sebuah tes diberikan dan dibagi menjadi dua bagian dan mencetak secara terpisah, maka

nilai satu setengah dari uji dibandingkan dengan skor tersisa separuhnya untuk menguji

keandalan. Split-Setengah Keandalan adalah ukuran berguna ketika tidak praktis atau tidak

diinginkan untuk menilai reliabilitas dengan dua tes atau memiliki administrasi menguji dua

(karena keterbatasan waktu atau uang).

b.    Kuder-Richardson Formula 20

Cara lain untuk mengevaluasi internal tes akan menggunakan Kuder-Richardson 20. Ini hanya

disarankan jika Anda memiliki item dikotomi dalam tes (biasanya untuk jawaban benar atau

salah).

      c.    Alpha Cronbach / Koefisien Alpha

Cronbach Alpha / Koefisien Alpha formula adalah rumus umum untuk memperkirakan

keandalan tes yang terdiri dari item yang bobot penilaian yang berbeda dapat ditugaskan untuk

respon yang berbeda

c.  Kesalahan Baku Pengukuran

Besarnya kesalahan baku pengukuran akan tergantung oleh besarnya indeks reliabilitas juga akan

mempengaruhi kecermatan alat ukur yang bersangkutan untuk mengukur cirri laten tertentu

peserta uji

Reliabilitas instrumen dapat diuji dengan dua cara, yaitu :

1. reliabilitas eksternal :

teknik paralel (double test double trial). Dengan menggunakan teknik  ini peneliti

menyusun dua perangkat instrumen. Kedua instrumen tersebut sama- sama diuji cobakan

kepada  sekelompok responden saja (responden mengerjakan  dua kali) kemudian hasil

dua kali tes uji coba tersebut dikorelasikan dengan korelasi Pearson

2. Reliabilitas Internal

Uji reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari hasil uji coba. Untuk

menguji reliabilitas internal dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah

rumus Alpha.Penggunaan rumus Alpha didasarkan atas pertimbangan bahwa rumus ini

dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen yang skornya berbentuk skala 1 –5.

HARJANTO SUTEDJO 8

Page 9: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

Selain itu, teknik ini pun cocok dilakukan untuk mencari reliabilitas tes bentuk uraian

(Arikunto, 1986 : 163)

Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes

dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas

yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan

kriteria. Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor skor yang ada p ada butir yang

dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor

total dinyatakan sebagai skor Y. dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal dapat

diketahui butir butir.

SOAL manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya.

Ada sejumlah cara mempertimbangkan kadar validitas sebuah instrumen yang secara garis

besar dap[at dibedakan kedalam dua kategori. Kategori pertama yang pertimbangannya lewat

analisis rasional yaitu content validity (validitas isi) dan construct validity (validitas konstruk).

Sedangkan validitas kategori kedua misalnya adalah validitas sejalan, validitas kriteria dan

validitas ramalan.

Validitas isi merupakan validitas yang diperhitumgkan melalui pengujian terhadap isi alat

ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah

"sejauhmana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang

hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan?" atau berhubungan dengan representasi dari

keseluruhan kawasan.

Pengertian "mencakup keseluruhan kawasan isi" tidak saja menunjukkan bahwa alat ukur

tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan

tidak keluar dari batasan tujuan ukur. Walaupun isi atau kandungannya komprehensif tetapi bila

suatu alat ukur mengikutsertakan pula item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal

di luar tujuan ukurnya, maka validitas alat ukur tersebut tidak dapat dikatakan memenuhi ciri

validitas yang sesungguhnya.

Apakah validitas isi sebagaimana dimaksudkan itu telah dicapai oleh alat ukur, sebanyak

tergantung pada penilaian subjektif individu. Dikarenakan estimasi validitas ini tidak melibatkan

HARJANTO SUTEDJO 9

Page 10: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

komputasi statistik, melainkan hanya dengan analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa

setiap orang akan sependapat dan sepaham dengan sejauhmana validitas isi suatu alat ukur telah

tercapai.

Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana alat ukur

mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak diukurnya. Pengujian validitas

konstruk merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai

trait yang diukur.

Walaupun pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis statistik yang

lebih kompleks daripada teknik yang dipakai pada pengujian validitas empiris lainnya, akan

tetapi validitas konstruk tidaklah dinyatakan dalam bentuk koefisien validitas tunggal. Konsep

validitas konstruk sangatlah berguna pada alat ukur yang mengukur trait yang tidak memiliki

kriteria eksternal.

Jenis validitas kedua yang bersifat empiric memerlukan data-data di lapangan dari hasil uji

coba yang berwujud data kuantitatif. Jadi untuk keperluan analsis validitas itu diperlukan jasa

statistic. Validitas sejalan mempertanyakan apakah kemampuan apresiasi sastra sejalan dengan

kemampuan membaca. Untu itu, perlu dilakukan dua kali pengukuran dalam dua bidang yang

sejenis tersebut kpada subjek penelitian yang sama. Hasilmnua Dianalisis dngan teknik korelasi

product moment.

Sumber :

 http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/skala-pengukuran-statistik.html

http://www.atcontent.com/Publication/869679939048999g6.text/-/Jenis-jenis-Skala-Pengukuran-

dalam-Penelitian

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_PERANCIS/196912231993022-

TRI_INDRI_HARDINI/Uji_Validitas_dan_Reliabilitas.pdf

http://prakosoisme.blogspot.com/2011/10/uji-instrumen-penelitian.html

macam- macam skala

HARJANTO SUTEDJO 10

Page 11: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

1.                  Skala Likert

Skala Linkert : digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Contoh :. 

Preferensi Preferensi Preferensi

1 Sangat Setuju 1 Setuju 1 Sangat Positif2 Setuju 2 Sering 2 Positif3 Ragu-ragu 3 Kadang – kadang 3 Netral4 Tidak Setuju 4 Hamper tidak pernah 4 Negative5 Sangat tidak setuju 5 Tidak Pernah 5 Sangat negative

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut diberi nilai skor, Misalnya : sangat setuju/setuju/sangat positif diberi skor 5, selanjutnya setuju/sering/positif diberi skor 4 dan seterusnya.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif) bersifat bersifat unfavorable (negatif).

Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang berupa kata-kata antara lain:

a. Sangat Setuju, b. Setuju, c. Ragu-ragu, d. Tidak Setuju, e. Sangat Tidak Setuju.a. Sangat Baik, b. Baik, c. Ragu-ragu, d. Tidak Baik, e. Sangat Tidak Baik.

Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai berikut: Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik

(2), sangat tidak setuju/baik (1) Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/

baik (4), sangat tidak setuju/ baik (5).

Insrtumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist  Contoh Bentuk checklistBerilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat Anda, dengan cara memberi tanda (X) pada Kolom yang tersedia.SS :Sangat Setuju ST      : Setuju RG     : Ragu-ragu TS      : Tidak Setuju STS    : Sangat Tidak SetujuContoh bentuk pilihan ganda

HARJANTO SUTEDJO 11

Page 12: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

Berilah salah satu jawaban terhadap pernyataan berikut sesuai dengan pendapat Anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia.Arif Luqman Nadhirin akan segera menduduki jabatan manager pada perusahaan kita. a. Sangat Setuju

b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju

Dengan bentuk pilihan ganda itu, maka jawaban dapat diletakan pada tempat yang berbeda-beda. Untuk jawaban di atas “Sangat Setuju” diletakan pada nomor pertama. Untuk item selanjutnya jawaban :Sangat Setuju” dapat diletakan pada nomot terakhir. Pada bentuk checklist, sering jawaban tidak dibaca, karena letak jawaban sudah menentu. Tapi dengan bentuk checklist, maka akan didapat keuntungan dalam hal singkat pembuatannya, hemat kertas, mudah mentabulasikan data, dan secara visual lebih menarik

2.                  Skala Guttman

Skala Guttman sering pula disebut sebagai teknik kumulatif. Guttman mengembangkan teknik ini guna mengatasi problem yang dihadapi oleh Likert maupun Thurstone. Di samping itu, skala Guttman mempunyai asumsi, seperti yang dinyatakan (Babbie, 1983:184) is based on the fact that some items under consideration may prove to be harder indicators of the variable than others. (Dasar dari fakta di mana beberapa item di bawah pertimbangan yang harus dibuktikan menjadi petunjuk kuat satu variabel dibanding variabel lainnya).

Teknik tersebut dilihat dari sifat-sifatnya sebagai skala yang memiliki dimensi tunggal. Tujuan utama pembuatan skala model ini pada prinsipnya adalah untuk menentukan, jika sikap yang diteliti benar-benar mencakup satu dimensi, (Miller, 1977:89). Sikap dikatakan berdimensi tunggal bila sikap tersebut menghasilkan skala kumulatif. Sebagai contoh, jika seorang responden yang setuju terhadap item 2, maka ia berarti juga setuju terhadap item nomor 1, sedangkan seorang responden yang setuju dengan item 3 juga berarti ia setuju pada item nomor 2 dan 1 dan seterusnya. Dengan kata lain, seseorang yang setuju pada item tertentu dalam tipe skala akan mempunyai skor yang lebih tinggi pada skala total daripada seseorang yang tidak setuju pada item tersebut.

Responden, sebagai contohnya ditanyakan tentang apakah setuju atau tidak terhadap peran organisasi guru dan orang tua.

a. Asosiasi guru-orang tua murid mempunyai peran penting dalam perkembangan sekolah.b. Asosiasi guru-orang tua murid mempunyai pengaruh kuat terhadap perkembangan sekolah.c. Asosiasi guru-orang tua murid merupakan organisasi penting untuk meningkatkan kualitas-sekolah

Ketika membuat skala kumulatif, seorang peneliti harus menentukan, pertama, apakah semua item membentuk skala berdimensi tunggal. Untuk mencapai hal tersebut, perlu dapat menganalisis reproduksi jawaban, yaitu proporsi prediksi kemudian dibuat dengan menggunakan jawaban item-item utama. Kemudian bentuk jawaban yang

HARJANTO SUTEDJO 12

Page 13: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

sebenarnya dipelajari, dan pengukuran dibuat dengan mempertim¬bangkan respons yang reproduktif terhadap skor total. Skala Guttman mungkin merupakan teknik skala pengukuran yang paling populer dan banyak digunakan pada penelitian sosial.

3. Semantik Differensial

Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negative terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.

Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang. Berikut contoh penggunaan skala semantic differential mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah.

Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah 

Responden yang member penilaian angka 7, berarti persepsi terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah sangat positif; sedangkan responden yang memberikan penilaian angka 1 persepsi kepemimpinan kepala sekolah adalah sangat negative.

4.                  Rating Scale

Rating Scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model Rating Scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu Rating Scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain.Yang penting dalam Rating Scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 2. Contoh “Beri tanda silang (x) pada angka yang sesuai dengan penilaian Anda terhadap pelayanan PT. Telkomsel !”

Sangat buruk

Sangat baik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rating Scale adalah alat pengumpul data yang digunakan dalam observasi untuk menjelaskan, menggolongkan, menilai individu atau situasi.  Rating Scale merupakan sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap sebagai butir-butir atau item. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan pengertian Rating Scale adalah salah satu alat untuk

HARJANTO SUTEDJO 13

Page 14: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

memperoleh data yang berupa suatu daftar yang berisi tentang sifat / ciri-ciri tingkah laku yang ingin diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat.

Penilaian yang diberikan oleh observer berdasarkan observasi spontan terhadap perilaku orang lain, yang berlangsung dalam bergaul dan berkomunikasi sosial dengan orang itu selama periode waktu tertentu. Unsur penilaian terdapat dalam pernyataan pandangan pribadi dari orang yang menilai subyek tertentu pada masing-masing sifat atau sikap yang tercantum dalam daftar. Penilaian itu dituangkan dalam bentuk penentuan gradasi antara sedikit sekali dan banyak sekali atau antara tidak ada dan sangat ada.

Karena penilaian yang diberikan merupakan pendapat pribadi dari pengamat dan bersifat subyektif, skala penilaian yang diisi oleh satu pengamat saja tidak berarti untuk mendapatkan gambaran yang agak obyektif tentang orang yang dinilai. Untuk itu dibutuhkan beberapa skala penilaian yang diisi oleh beberapa orang, yang kemudian dipelajari bersama-sama untuk mendapatkan suatu diskripsi tentang kepribadian seseorang yang cukup terandalkan dan sesuai dengan kenyataan.

a.                Kegunaan Pemakaian Rating Scale

Hasil observasi dapat dikuantifikasikan beberapa pengamat menyatakan penilaiannya atas seorang siswa terhadap sejumlah alat/sikap yang sama sehingga penilaian-penilaian itu ( ratings ) dapat dikombinasikan untuk mendapatkan gambaran yang cukup terandalkan.

b.                Kesalahan-kesalahan dalam Rating Scale

1)       Pengamat membuat generalisasi mengenai sikap atau sifat seseorang karena bergaul akrab dengan siswa2)       Pengamat tidak berani untuk memberikan penilaian sangat baik atau sangat kurang dan karena itu menilai suatu item dalam daftar pada gradasi cukupan (error ofcentral tendency ).3)      Pengamat membiarkan dirinya terpengaruh oleh penilaiannya terhadap satu dua sikap atau sifat yang dinilai sangat baik atau sangat kurang, sehingga penilaiannya terha- dap item lain cenderung jatuh pula pada gradasi sangat baik atau sangat kurang ( hallo effect ). Misalnya bila guru sudah mempunyai kesan negatif terhadap seorang siswa ( A ) yang penampilannya kurang menarik dan kemudian memilih gradasi kurang pada item-item yang lain.4)    Pengamat tidak menangkap maksud dari butir-butir dalam daftar dan kemudian mengartikannya menurut interprestasi sendiri ( logical error )5)     Pengamat kurang memisahkan jawaban terhadap butir yang satu dari jawaban Terhadap butir yang lain ( carry over effect ).

c.                   Bentuk-bentuk Rating Scale

Terdapat beberapa bentuk rating scale antara lain :1)               Skala Numerik/Kuantitatif

HARJANTO SUTEDJO 14

Page 15: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

Skala ini menggunakan angka-angka ( skor-skor ) untuk menunjukan gradasi-gradasi, disertai penjelasan singkat pada masing-masing angka.

2)               Skala Penilaian GrafisSkala menggunakan suatu garis sebagai kontinum. Gradasi-gradasi ditunjuk pada garis itu dengan menyajikan deskripsi-deskripsi singkat di bawah garisnya Pengamat memberikan tanda silang di garis pada tempat yang sesuai dengan gradasi yang dipilih.

3)               Daftar Cek Skala ini mempunyai item dalam tes hasil belajar, bentuk obyektif dengan type pilihan berganda ( multiple choice ). Pada masing-masing sifat atau sikap yang harus dinilai, disajikan empat sampai lima pilihan dengan deskripsi singkat pada masing-masing pilihan. Pengamat memberikan tanda cek pada pilihan tertentu di ruang yang disediakan.

Contoh: Seberapa baik ruang kerja yang ada di perusahaan anda?Beri jawaban angka :

4 bila tata ruang itu sangat baik3 bila tata ruang itu cukup baik2 bila tata ruang itu kurang baik 1 bila tata ruang itu sangat tidak baik

Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia :

No item Pertanyaan tata ruang kantor Interval jawaban

1 Penataan meja kerja sehingga arus kerja menjadi pendek, 4 3 2 1

.2 Pencahayaan alam tiap ruangan 4 3 2 1

3 ……………………….

5. SKALA THURSTONE

Skala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk yang hendak diukur.

Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.

Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan sangat relevan.

Pernyataan yang diajukan kepada responden disarankan oleh Thurstone untuk tidak terlalu b-anyak, diperkirakan antara 5 sampai 10 butir pertanyaan atau pernyataan. Pembuatan skala Thurstone dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut.

HARJANTO SUTEDJO 15

Page 16: sutedjo.staff.gunadarma.ac.idsutedjo.staff.gunadarma.ac.id/.../Skala+Pengukuran.docx · Web viewAdalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,

a. Mengumpulkan sejumlah pernyataan misalnya 50-100 tingkatan yang mere-presentasikan secara luas perbedaan tingkat, disenangi, netral, dan tidak disenangi terhadap suatu objek atau subjek yang hendak diteliti.

b. Pernyataan ini diberikan pada sejumlah responden misal 50 orang atau lebih yang cukup mengenal terhadap objek atau subjek agar dapat memilih ke dalam 11 tingkatan kategori tersebut. Kategori A terdiri atas pernyataan yang dianggap disenangi atau favorit, E F netral, dan J K merupakan kategori tidak disenangi atau tidak favorit.

c. Klasifikasi pernyataan ke dalam kategori, dengan pertimbangan penilaian terhadap objek atau subjek secara psikologis, tetapi hanya merefleksikan persepsi mereka terhadap kategori pernyataan yang disediakan.

d. Pernyataan yang nilainya menyebar dibuang, dan pernyataan yang mempunyai nilai bersamaan digunakan untuk pembuatan skala. Skor tinggi pada skala berarti mereka memiliki tingkat prasangka terhadap sifat yang ingin diteliti. Skor terendah berarti responden mempunyai sifat favorit terhadap sifat yang ingin diteliti

Skala Thurstone tidak terlalu banyak digunakan sebagai instrumen di bidang pendidikan karena model ini mempunyai beberapa kelemahan yang di antaranya seperti berikut.

a. Memerlukan terlalu banyak pekerjaan untuk membuat skala. b. Nilai pada skala yang telah dibuat memungkinkan pada skor sama mempunyai sikap

berbeda. c. Nilai yang dibuat dipengaruhi oleh sikap para juri atau penilai. d. Memerlukan tim penilai yang objektif.

Sumber: Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta.              Sukardi, Ph.D., Metodologi Penelitian Pendidikan              http://berbagireferensi.blogspot.com/2011/03/bentuk-skala-pengukuran-dalam.html

HARJANTO SUTEDJO 16