Penilaian Status Gizi Melalui Survei Makanan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penilaian Status Gizi

Citation preview

PENILAIAN STATUS GIZI MELALUI SURVEI MAKANANA. PENDAHULUANSurvey diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Di Indonesia, survey konsumsi sudah sering digunakan dalam penelitian di bidang gizi. Banyak pengalaman membuktikan bahwa dalam melakuakn penilaian konsumsi makanan (survey dietetic) banyak terjadi kesalahan tentang hasil yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: ketidaksesuaian dalam menggunakan alat ukur, waktu pengumpulan data yang tidak tepat, instrument tidak sesuai dengan tujuan, ketelitian alat timbang makanan, kemampuan petugas pengumpulan data, daya ingat responden, daftar komposisi makanan yang digunakan tidak sesuai dengan makanan yang dikonsumsi responden dan interpretasi hasil yang kurang tepat. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik tentang cara- cara melakukan survey konsumsi makanan, baik untuk individu, kelompok, maupun rumah tangga. B. PEMBAHASANSurvei konsumsi merupakan metode yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi perorangan atau kelompok. Tujuan dari survei konsumsi yaitu untuk mengetahui kebiasaan makan, gambaran tingkat kecukupan bahan makanan, dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga serta perorangan. Berdasarkan jenis data yang didapat, metode survei konsumsi terdiri dari metode kualitatif, kuantitatif dan gabungan keduanya. Metode kualitatif antara lain, metode frekuensi makanan, metode riwayat makan (dietary history method), metode telepon, metode food list. Metode kuantitatif antara lain, metode recall 24 jam, penimbangan makanan, metode food account, estimate food record, intentory method, dan metode pencatatan. Sedangkan gabungan dari kedua metode tersebut biasanya menggunakan recall 24 jam dan riwayat makanan (Suyanto, 2012). Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan menilai jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi dan membandingkan dengan baku kecukupan, agar diketahui kecukupan gizi yang dapat dipenuhi (Supariasa, dkk, 2002)SQ-FFQ adalah salah satu tipe dari Food Frequency Questionnaire yang berisi tambahan berupa porsi makanan (kecil, sedang, dan besar). Food Frequency Questionnaire (FFQ) merupakan sebuah kuesioner yang memberikan gambaran konsumsi energi dan zat gizi lainnya dalam bentuk frekuensi konsumsi seseorang. Frekuensi tersebut antaralain harian, mingguan, bulanan, dan tahunan yang kemudian dikonversikan menjadi konsumsi per hari. FFQ memberikan gambaran pola atau kebiasaan makan individu terhadap zat gizi. Bahan makanan dan makanan yang tercantum dalam FFQ tersebut dapat dibuat sesuai kebutuhan peneliti dan sarana penelitian. Hasil FFQ dapat memberikan prediksi terhadap sumber makanan yang mengandung zat gizi tertentu misalnya vitamin C berasal dari jus buah dan buah segar (Umi, 2007).Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi (Baliwati, 2004). TUJUAN SURVEI KONSUMSI MAKANANTujuan UmumSecara umum survey konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makanan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor- faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.Tujuan khususSecara lebih khusus, survey konsumsi digunakan untuk berbagai tujuan antara lain:a. Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok masyarakatb. Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individuc. Menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan pangand. Sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizie. Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan yang beresiko tinggi mengalami kekurangan gizif. Menentukan perundang- undangan yang berkenaan dengan makanan, kesehatan, dan gizi masyarakatMETODE PENGUKURAN KONSUMSI MAKANAN BERDASARKAN JENIS DATA YANG DIPEROLEHBerdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif.1. Metode KualitatifMetode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makanan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habit) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut.Metode- metode pengukuran konsumsi makanan yang bersifat kualitatif antara lain:a. Inventory method Metode frekuensi makanan (food frequency)b. Metode dietary historyc. Metode telepond. Metode pendaftaran makanan (food list)2. Metode KuantitatifMetode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (DURT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak.Metode- metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain:a. Metode Recall 24 jamb. Perkiraan makanan (estimated food records)c. Penimbangan makanan (food weighing)d. Metode food accounte. Metode inventaris (inventory method)f. Pencatatan (household food record)3. Metode Kualitatif dan KuantitatifBeberapa metode pengukuran bahkan dapat menghasilkan data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode tersebut antara lain:a. Metode recall 24 jamb. Metode riwayat makanan (dietary history)Metode yang digunakan untuk menggali informasi konsumsi pangan seseorang atau sekelompok orang secara kuantitif (Supariasa, dkk, 2002) adalah :a. Metode Recall 24 jam Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan makanan dan perkiraan jumlah bahan makanan yang dikonsumsinya selama 24 jam yang lalu, maka wawancara sebaiknya dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Dengan recall 24 jam data yang diperoleh akan lebih bersifat kualitif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat Ukutan Rumah Tangga (URT) (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang dipergunakan sehari-hari. Dari Ukutan Rumah Tangga (URT) jumlah pangan dikonversikan ke satuan berat (gram) dengan menggunakan daftar Ukutan Rumah Tangga (URT) yang umum berlaku atau dibuat sendiri pada waktu survei. Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1 24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Beberapa penelitian menunjukan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran konsumsi zat gizi lebih optimal an memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu. Metode recall mempunyai kelemahan dalam hal ketepatan, karena keterangan-keterangan yang diperoleh sangat tergantung pada daya ingat responden. b. Perkiraan makanan (Estimated Food Records) Metode ini disebut juga food record atau diary record, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut.c. Penimbangan makanan (Food Weighing) Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia. Yang harus diperhatikan dalam metode ini adalah, bila terdapat sisa makanan setelah makan, maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya yang dikonsumsi. Kelebihan dari metode ini adalah data yang diperoleh lebih akurat/teliti, sedangkan kelemahannya adalah memerlukan waktu dan cukup mahal, disamping itu bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka responden dapat merubah kebiasaan mereka. d. Metode pencatatan (Food Account) Metode pencatatan dilakukan dengan cara keluarga mencatat seiap hari semua makanan yang dibeli, diterima dari orang lain ataupun dari produksi sendari. Jumlah makanan dicatat dalam Ukuran Rumah Tangga (URT), termasuk harga eceran makanan tersebut. Cara ini tidak memperhitungkan makanan cadangan yang ada di rumah tangga dan juga tidak memperhatikan makanan dan minuman yang di konsumsi di luar rumah dan rusak, terbuang/tersisa atau diberikan pada binatang peliharaan. e. Metode inventaris (Inventory Method) Metode iventaris disebut juga log book method. Prinsipnya dengan cara menghitung/mengkur semua persediaan makanan di rumah tangga (berat dan jenisnya) mulai dari awal sampai akhir survei. Semua makanan yang diterima, dibeli dari produk sendiri di catat dan dihitung/ditimbang setiap hari selama periode pengumpulan data (biasanya sekitar satu minggu). Semua makanan yang terbuang, tersisa dan busuk selama penyimpanan dan diberikan kepada orang lain atau binatang peliharaan juga dihitung. Pencatatan dapat dilakukan oleh petugas atau responden yang sudah mampu atau sudah dilatih dan tidak buta huruf. f. Pencatatan makanan rumah tangga (Household Food Recard) Pengukuran dengan metode ini dilakukan sedikitnya dalam periode satu minggu oleh responden. Dilaksanakan dengan menimbang atau mengukur dengan Ukuran Rumah Tangga (URT) dengan makann yang ada dirumah dan termasuk cara pengolahannya. Metode ini tidak memperhitungkan sisa makanan yang terbuang dan dimakan oleh binatang peliharaan. Metode ini dianjurkan untuk daerah tertentu, dimana tidak banyak variasi penggunaan bahan makanan dalam keluarga dan masyarakat sudah bisa membaca dan menulis.Dalam melakukan pengukuran konsumsi makanan atau survey diet, sering terjadi kesalahan/ bias terhadap hasil yang diperoleh. Macam bias ini secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1. Bias secara acak (random bias)Bias acak terjadi karena kesalahan pengukuran tapi hasilnya tidak mempengaruhi nilai rata- rata. Bias ini dapat memperbesar sebaran (deviasi) dari nilai pengukuran.2. Bias sistematikBias sistematik terjadi karena: a. Kesalahan dari questioner, misalnya tidak memasukkan bahan makanan yang sebetulnya pentingb. Kesalahan pewawancara yang secara sengaja dan berulang melewatkan pertanyaan tentang makanan tertentuc. Kesalahan dari alat yang tidak akurat dan tidak distandarkan sebelum penggunaand. Kesalahan dari Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)Sumber bias dalam pengukuran konsumsi makanan berasal dari beberapa faktor, antara lain:1. Kesalahan atau bias dari pengumpulan data dapat terjadi karena:a. Pengaruh sikap dalam bertanya, dalam mengarahkan jawaban, mencatat hasil wawancara, atau sengaja membuat sendiri daftar tersebutb. Pengaruh situasi, misalnya perbedaan sikap pewawancara di rumah responden, karena ada orang lain yang ikut mendengarkan, dan keinginan untuk merahasiakan data respondenc. Pengaruh hubunagn timbal balik antara pewawancara denagn responden; misalnya perbedaan status, dan penerimaan masyarakat kurang baik trerhadap pewawancarad. Kesalahan dalam melakukan konversi makanan masak ke mentah dan dari ukuran rumah tangga ke ukuran berat (gram)2. Kesalahan/ bias dari responden ( Respondent Bias)Kesalahan responden berasal dari:a. Gangguan atau terbatasnya daya ingatb. Perkiraaan yang tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsic. Kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi (The Flat Slope Syndrome)d. Membesar- besarkan konsumsi makanan yang bernilai social tinggie. Keinginan untuk menyenangkan pewawancara f. Keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahang. Kesalahan dalam mencatat (food record)h. Kurang kerja sama hingga menjawab asal saja atau tidak terlalu dan lupa3. Kesalahan / bias karena alatKesalahan karena alat meliputi: a. Penggunaan alat timbang yang tidak akurat karena belum distandarkan sebelum digunakanb. Ketidaktepatan memilih Ukuran Rumah Tangga (URT) 4. Kesalahan / bias dari Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)Kesalahan DKBM disebabkan oleh:a. Kesalahan penentuan nama bahan makanan/ jenis bahan makanan yang digunakanb. Perbadaan kandungan zat gizi dari makanan yang sama karena tingkat kematangan, tanah dan pupuk yang dipakai tidak samac. Tidak adanya informasi mengenai komposisi makanan jadi atau jajanan5. Kesalahan / bias karena kehilangan zat gizi dalam proses pemasakan, perbedaan penyerapan, dan penggunaan zat gizi tertentu berdasarkan perbedaan fisiologis tubuhKESIMPULANSurvei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan menilai jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi dan membandingkan dengan baku kecukupan, agar diketahui kecukupan gizi yang dapat dipenuhi. Tujuan dari survei konsumsi yaitu untuk mengetahui kebiasaan makan, gambaran tingkat kecukupan bahan makanan, dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga serta perorangan. metode survei konsumsi terdiri dari metode kualitatif, kuantitatif dan gabungan keduanya. Secara umum survey konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makanan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok dan perorangan. Secara lebih khusus, survey konsumsi digunakan untuk menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok masyarakat, status kesehatan dan gizi keluarga dan individu, pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan pangan, sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi dan sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan yang beresiko tinggi mengalami kekurangan gizi juga menentukan perundang- undangan yang berkenaan dengan makanan, kesehatan, dan gizi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKANur Faizah,(2014)Penilaian Status Gizi secara Antropometri, Klinis, dan survey konsumsi di posyandu desa Banjarsari , Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat, Purwokerto.Desy Khairina, 2008, Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat, FKMUII Dewa Nyoman Supariasa, 2001, Penilaian status gizi, EGC: Jakarta, 2001