43
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PT. BPR SYARIAH KABUPATEN TANGGAMUS BERDASARKAN PERATURAN BANK INDONESIA NO. 9/17/PBI/2007 (skripsi) oleh MAIRIANTINA

PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

  • Upload
    hathien

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PT. BPR SYARIAH KABUPATEN TANGGAMUS BERDASARKAN

PERATURAN BANK INDONESIA NO. 9/17/PBI/2007(skripsi)

oleh

MAIRIANTINA

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2012

Page 2: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

ABSTRAK

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PT. BPR SYARIAH KABUPATEN TANGGAMUS BERDASARKAN

PERATURAN BANK INDONESIA NO. 9/17/PBI/2007

olehMAIRIANTINA

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Untuk memperoleh gambaran dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan PT BPR Syariah Tanggamus menggunakan CAMEL (Capital, Asset, Manajemen, Earning dan Likuiditas), (2) Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesehatan PT Bank Perkreditan Rakyat Syariah Tanggamus

Obyek penelitian ini adalah laporan keuangan selama dua periode akuntansi, yaitu tahun 2009 dan 2010 pada PT BPR Syariah Kabupaten Tanggamus. Cara penelitian dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba rugi, serta data lain yang diperlukan untuk menganalis tingkat kesehatan bank.

Hasil penelitian secara keseluruhan berdasarkan CAMEL, pada tahun 2009 PT BPR Syariah Kabupaten Tanggamus dinyatakan kurang sehat dengan total nilai 65,91 dan pada tahun 2010 masuk kategori cukup sehat dengan total nilai 80,40

Nama : Mairiantina

NPM : 0541031054

Telepon : 081927973752

Email : [email protected]

Komisi Pembimbing :Pembimbing I : Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt.Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt.

Page 3: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-

hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan

penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan

dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah

peningkatan taraf hidup rakyat. Berdasarkan Undang-undang yang berlaku,

struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan

utama bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak

dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan operasional

yang terbatas.

Dengan lahirnya UU No.10 Tahun 1998 yang merupakan amandemen atas UU

No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, maka di Indonesia dikenal dua sistem

perbankan (dual system banking) yaitu sistem bank konvensional dan sistem bank

syariah. Sistem operasional Bank Syariah berbeda dengan bank umum lainnya

(konvensional). Bank Konvensional lebih kental aromanya dalam mengejar

keuntungan materiil dengan sistem bunganya, sehingga tidak mengenal adanya

kerugian pihak lain, sedangkan Bank Syariah dikenal adanya sifat ta’awun (tolong

menolong dalam suka dan duka / kemitraan), sehingga ada prinsip bagi hasil yang

dikenal dengan nama “profit and loss sharing” atau “mudharabah“ dan juga ada

pinjaman kebajikan (social) bagi nasabah yang sangat lemah dengan skim (bentuk

pembiayaan) “qordhul hasan” yaitu pinjaman dimana nasabah tidak dibebani

sesuatu apapun kecuali hanya mengembalikan pokoknya.

PT BPR Syariah Tanggamus sangat diharapkan Pemerintah Kabupaten

Tanggamus untuk menjadi BUMD yang dapat mendongkrak jumlah PAD, namun

Page 4: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

dengan fakta tersebut, jika dibiarkan bukan tidak mungkin PT BPR Syariah

Tanggamus akan menjadi BUMD yang hanya bisa membuat Pemerintah Daerah

mengalami defisit anggaran untuk selalu menambah modal BUMD tanpa

memberikan kontribusinya berupa laba perusahaan. Persentase kontribusi

komponen-komponen PAD terhadap PAD di Kabupaten Tanggamus dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 1.1Persentase Kontribusi Komponen PAD Terhadap PAD

No Komponen PAD 2006(%)

2007(%)

2008(%)

2009(%)

2010(%)

1. Pajak Daerah 33,2 29,7 30,6 22,8 32,18

2. Retribusi Daerah 27,8 38,9 32,4 27,34 28,54

3. Laba BUMD:

PT. Bank Lampung

PT. BPR Syariah

PD AUTJ

PDAM

6,97

0,48

-

0,2

5,7

0,52

2,6

0,34

4,52

0,34

2,43

-

8,19

-

2,23

0,43

7,33

0,54

2,66

0,23

4. Lain-lain PAD yang sah 31,35 22,24 29,71 39,01 28,52

Jumlah 100 100 100 100 100

Sumber : DPPKAD Kabupaten Tanggamus

Dari tabel di atas juga dapat diketahui sejak berdiri, PT BPR Syariah Tanggamus

hanya memberikan kontribusi kepada PAD rata-rata dibawah 0,5% selama lima

tahun terakhir, dan pada tahun 2009 sama sekali tidak memberikan sumbangan

yang artinya pada tahun 2009 itu, PT. BPR Syariah Tanggamus mengalami

kerugian.

Melihat kenyataan tersebut, maka pantaslah muncul keraguan terhadap eksistensi

dan peluang PT BPR Syariah untuk menjadi bank yang selain memberikan

kesempatan besar kepada masyarakat untuk memajukan ekonomi mereka, juga

sebagai BUMD yang bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi Kabupaten

Tanggamus.

Page 5: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

Berangkat dari hal tersebut, penulis mencoba untuk mengukur tingkat kesehatan PT Bank Syariah Tanggamus berdasarkan Peraturan yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Sehingga kelak dapat dijadikan bahan acuan untuk mengetahui titik lemah dan kuatnya PT Bank Syariah Tanggamus agar Bank Perkreditan Rakyat Tanggamus benar-benar dapat berpihak kepada kepentingan masyarakat Tanggamus.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang permasalahan dan batasan-

batasan yang diberikan, maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan

PT BPR Syariah Tanggamus?

2. Bagaimanakah tingkat kesehatan PT Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Tanggamus?

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Menurut Antonio (2001:95) :

BPR Syari’ah adalah Bank pengkreditan rakyat yang operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip muamalah Islam, BPR syariah didirikan sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan keuangan, moneter, dan dalam kebijaksanaan bank dalam penetapan tingkat suku bunga (rate of interest), yang selanjutnya secara luas dikenal sebagai sistem perbankan bagi hasil atau system perbankan Islam, dalam skala/outlet retail banking (rural bank). (Antonio:2001)

BPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan

sistem syariah di Indonesia. Aturan hukum mengenai BPR Syariah mengacu

kepada Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 dan Peraturan Bank Indonesia

(PBI). Dalam sistem perbankan nasional, BPR Syariah adalah bank yang didirikan

untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Sektor UMK ini yang

Page 6: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

menjadikan BPR Syariah berbeda pangsa pasarnya dengan Bank Umum / Bank

Umum Syariah. Dalam sistem perbankan syariah, BPR Syariah merupakan salah

satu bentuk BPR yang pengelolaannya harus berdasarkan prinsip syariah.

Bank Perkreditan Rakyat Syariah Tanggamus merupakan BUMD Kabupaten

Tanggamus yang menggunakan prinsip syariah dalam operasionalnya. Oleh

karena itu, Bank Perkreditan Rakyat Syariah Tanggamus juga tunduk dan patuh

selain pada peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan keuangan daerah,

juga tunduk dan patuh pada peraturan perbankan syariah. Sebagai sebuah BUMD,

PD BPR diakomodasikan dalam Permendagri Nomor 22 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Pengelolaan BPR Milik Daerah

B. Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat

BPR Syariah wajib melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip kehati-

hatian dan prinsip syariah dalam rangka menjaga atau meningkatkan Tingkat

Kesehatan BPR Syariah. Dewan Komisaris dan Direksi BPR Syariah wajib

memantau dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar Tingkat

Kesehatan BPR Syariah dapat dipenuhi.

Kebijakan perbankan yang dikeluarkan dan dilaksanankan oleh Bank Indonesia pada dasarnya adalah ditujukan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan, baik secara individu maupun perbankan sebagai suatu sistem. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan. (Kuncoro:2002)

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal

yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan

Page 7: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang

cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara

likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu

bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah

ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada

prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.

Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar

didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, Earning

dan Liquidity). Seiring dengan penerapan risk based supervision, penilaian tingkat

kesehatan juga memerlukan penyempurnaan. Saat ini Bank Indonesia tengah

mempersiapkan penyempurnaan sistem penilaian bank yang baru untuk BPR

Syariah, yang memperhitungkan sensitivity to market risk atau resiko pasar.

Karena sejauh ini resiko pasar baru dipergunakan untuk menilai kesehatan Bank

Umum Syariah.

Kelima faktor tersebut (CAMEL)  merupakan faktor yang menentukan kondisi

suatu bank. Apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor

tersebut (apalagi apabila suatu bank mengalami permasalahan yang menyangkut

lebih dari satu faktor tersebut), maka bank tersebut akan mengalami kesulitan.

Faktor modal sangat penting bagi BPR dalam rangka pengembangan usaha dan

mengantisipasi kemungkinan resiko. Struktur permodalan adalah jumlah modal

tertentu secara aman dan seimbang yang harus dimiliki BPR Syariah

dibandingkan dengan dana yang harus disiapkan untuk dikeluarkan apabila ada

penarikan dana setiap saat/segera. .Semakin besar porsi modal sendiri

dibandingkan dengan simpanan pihak ketiga yang dapat ditarik segera akan lebih

baik permodalannya.

Kualitas aktiva produktif adalah kualitas kekayaan BPR Syariah yang dapat

menghasilkan pendapatan. Faktor manajemen itu meliputi manajemen umum dan

manajemen resiko. Rentabilitas menunujukkan kemampuan BPR Syariah untuk

Page 8: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

memperoleh laba. Faktor likuiditas adalah kemampuan BPR Syariah untuk

menyediakan dana lancar setiap saat diperlukan untuk mengantisipasi penarikan

dana jangka pendek masyarakat setiap saat.

Penganalisisan pos-pos tersebut akan dapat digunakan untuk mengetahui

kesehatan BPR dan sekaligus sebagai tolok ukur bagi manajemen untuk menilai

apakah pengelolaan BPR Syariah sudah sejalan dengan asas-asas perbankan yang

sehat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (keberhasilan manajemen).

Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank,

tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank.

Dengan dasar ini, maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat

kesehatan dibedakan antara bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat

berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor Nomor:9/17/PBI/2007 Tentang

Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan

Prinsip Syariah, Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan

Bank Perkreditan Rakyat ditetapkan sebagaimana tercantum pada tabel 2.1

Tabel 2.1

Bobot Penilaian Kesehatan Bank

No. Faktor CAMELBobot

Bank Umum BPR

1.

2.

3.

4.

5.

Permodalan

Kualitas Aktiva Produktif

Kualitas Manajemen

Rentabilitas

Likuiditas

25%

30%

25%

10%

10%

30%

30%

20%

10%

10%

Sumber : Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/17/PBI/2007 (diolah)

Page 9: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada

bobot masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya

dilakukan sama tanpa ada pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian

berikut, yang dimaksud dengan penilaian bank adalah penilaian bank umum dan

BPR.

Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas (Kuncoro:2002)

Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan

melakukan kuantifikasi atas komponen dari masing-masing faktor tersebut. Faktor

dan komponen tersebut selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya

pengaruh terhadap kesehatan suatu bank.

Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit yang

dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar

bobot dan nilai kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan

ketentuan-ketentuan yang lain yang sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan

bank.

Berdasarkan kuantifikasi atas komponen-komponen sebagaimana diuraikan di

atas, selanjutnya masih dievaluasi lagi dengan memperhatikan informasi dan

aspek-aspek lain yang secara materiil dapat berpengaruh terhadap perkembangan

masing-masing faktor. Pada akhirnya, akan diperoleh suatu angka yang dapat

menentukan predikat tingkat kesehatan bank, yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang

Sehat dan Tidak Sehat.

BPR Syariah wajib melakukan penghitungan rasio-rasio keuangan yang terkait

dengan penilaian Tingkat Kesehatan BPR Syariah secara triwulan, untuk posisi

akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember.

Page 10: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

Berdasarkan hasil penilaian Kesehatan BPR Syariah, Bank Indonesia meminta

Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau Pemegang Saham untuk menyampaikan

rencana tindakan (action plan) apabila hasil penilaian Tingkat Kesehatan BPR

Syariah menunjukkan:

a. Satu atau lebih faktor permodalan, faktor kualitas aset, faktor rentabilitas, dan

faktor likuiditas memiliki peringkat 4 atau 5;

b. Faktor manajemen memiliki peringkat C atau D; dan/atau

c. Memiliki Peringkat Komposit 4 atau 5.

BPRS yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana diatur dalam

Peraturan Bank Indonesia tersebut, akan dikenakan sanksi administratif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 berupa:

a. Teguran tertulis; dan/atau

b. Pencantuman pengurus dan atau pemegang saham bank dalam daftar orang

yang dilarang menjadi pemegang saham dan pengurus bank.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif, yaitu metode penelitian yang sifatnya untuk mengetahui nilai variabel

mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan dengan variabel yang lain.

Page 11: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan

melakukan perhitungan faktor Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif (Aset),

Rentabilitas (Earning Power), dan Likuiditas, sedangkan untuk faktor Manajemen

digunakan penilaian kualitatif saja.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 9/17/PBI/2007, penilaian kuantitatif

adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan dan proyeksi rasio-rasio

keuangan BPR Syariah.

Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor manajemen dan faktor-faktor

hasil penilaian kuantitatif dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan

atau pembanding yang relevan.

B. Sumber Data

Menurut Arikunto (2002:107) yang dimaksud dengan sumber data adalah :

”Subjek dari mana data dapat diperoleh”. Pengklasifikasiannya dibagi

dalam tiga, yaitu :

1. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban

lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket..

2. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan

diam dan bergerak. sumber data yang menyajikan tampilan berupa

keadaan diam dan bergerak. Sumber data ini biasa dipakai pada

metode penelitian observasi.

3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,

angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Dalam hal ini penulis akan

mengambil dokumen-dokumen yang dianggap perlu dan berkaitan

dengan tema penelitian.

Adapun sumber data pada penelitian ini adalah :

1. Sumber Data Primer

Page 12: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

Data primer yaitu data utama yang diperoleh langsung dari informan yang

berkenaan dan terlibat langsung. Sumber data primer pada penelitian ini

adalah stakeholder yang memiliki peran dan berpengaruh terhadap segala

yang berkenaan tentang PT BPR Syariah Tanggamus.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi sumber data primer pada

penelitian kali ini adalah :

1. Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah

dan Internal Audit : 5 orang

2. Direktur Utama : 1 orang

3. Direktur : 1 orang

4. Kepala Bagian/Divisi : 3 orang

5. Pegawai PT BPR Syariah : 15 orang

JUMLAH : 25 orang

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari sumber kedua atau

bukan temuan penulis melainkan berasal dari sumber-sumber resmi yang

dibuat oleh yang berwenang. Misalnya dokumen, arsip, pernyataan-

pernyataan, informasi, dan buku-buku literatur yang membantu melengkapi

data dalam penelitian ini. Adapun sumber data sekunder yang penulis ambil

sebagai bahan penelitian adalah dokumen-dokumen, data-data perbankan di

internet dan media massa, serta buku-buku literatur yang berkenaan dengan

perbankan dan perbankan syariah.

Berikut disajikan faktor-faktor yang dinilai untuk mengukur tingkat kesehatan

BPR Syariah serta bobot dari masing-masing aspek Permodalan, Kualitas Aktiva

Produktif (Asset), Manajemen, Rentabilitas (Earning Power) dan Likuiditas

(Liquidity) (CAMEL)

Tabel 3.1

Tingkat Kesehatan Bank (faktor-faktor yang dinilai dan bobotnya)

Page 13: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

No. Faktor yang dinilai Komponen Bobot

1. Permodalan Rasio modal terhadap aktiva tertimbang

menurut resiko 30%

2. Kualitas aktiva

produktif/kualitas aset

a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif dan konsentrasi eksposur resiko

b. Rasio kebijakan dan prosedur dalam penanganan aktiva bermasalah

25%

5%30%

3. Rentabilitas a. Rasio laba terhadap volume usahab. Rasio biaya operasional terhadap

pendapatan operasional

5%5% 10%

4. Likuiditas a. Rasio kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek terhadap aktiva lancar.

b. Rasio Net Call Money terhadap current assets

5%

5%10%

5. Manajemen a. Manajemen umum termasuk pemenuhan komitmen terhadap Bank Indonesia kepatuhan terhadap prinsip syariah.

b. Penerapan Manajemen resiko

10%

10%

20%

Jumlah bobot 100%

Tata cara penghitungan :

1. Permodalan

Menggunakan rumus Capital adequacy Ratio (CAR) yaitu :

Nilai kredit dihitung sebagai berikut :

Untuk CAR = 0% atau negatif, nilai kredit = 0

Page 14: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

Untuk setiap kenaikan 0,1%,nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100

bobot variabel Modal ini adalah 30%

2. Kualitas Aktiva Produktif/kualias aset

Penilaian terhadap Kualitas Aktiva Produktif (KAP) didasarkan pada 2 (dua)

rasio, yaitu Bad Debt Ratio (BDR) dan Cadangan Aktiva yang

Diklasifikasikan (CAD). Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah

yang dimiliki oleh BPR dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai

dengan fungsinya meliputi : a) kredit yang diberikan dan b) penempatan dana

pada bank lain kecuali penanaman dalam bentuk giro. Aktiva yang

diklasifikasikan adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang

mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan

kerugian bagi bank.

a. BDR (Bad Debt Ratio)

BDR merupakan rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APD)

terhadap Aktiva Produktif (AP)

Dapat dicari dengan rumus :

Ketentuan rasio ini adalah:

- Rasio sebesar 22,5% atau lebih diberi nilai kredit 0

- Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 22,5% nilai kredit ditambah

1 dengan maksimum 100

- Bobot rasio ini adalah 25%

Untuk rasio ini, nilai kreditnya dapat ditentukan dengan rumus sebagai

berikut :

(22,5 – Rasio)/ 0,15 = Nilai Kredit

Page 15: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

b. CAD (Cadangan Aktiva yang Diklasifikasikan)

CAD merupakan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

terhadap Penyisihan Penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk

(PPAPWD)

Dapat dicari dengan ketentuan sebagai berikut :

Ketentuan rasio ini sebagai berikut :

- Untuk rasio = 0 (tidak memiliki cadangan/penyisihan, nilai kredit=0)

- Untuk kenaikan 1% mulai dari 0, nilai kredit ditambah 1 dengan

maksumum 100

- Bobot rasio ini sebesar 5%

Penentuan kriteria rasio komponen ini dapat digunakan rumus :

Rasio x 1 = Nilai Kredit

3. Rentabilitas (Earning Power)

Penilaian kuantitatif terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio

yaitu:

a. ROA, yaitu rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir

terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. ROA dapat

dilihat dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut:

Ketentuan rasio ini sebagai berikut :

- Untuk ROA sebesar 0% atau negatif, nilai kedit = 0

- Untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0 nilai kredit ditambah 1

dengan maksimum 100

- Bobot komponen ini adalah 5%

Dengan demikian, dapat diformulasikan untuk menentukan kriteria rasio

ini adalah :

Page 16: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

(Rasio / 0,015) = Nilai Kredit

b. BOPO, yaitu rasio biaya operasi dalam 12 bulan terakhir terhadap

pendapatan operasional dalam periode yang sama. BOPO dapat dihitung

dengan cara :

Ketentuan rasio ini sebagai berikut :

- Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0

- Untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, nilai kredit ditambah 1 dengan

maksimum 100

- Bobot kategori ini adalah 5%

Rumus kategori ini adalah :

(100 – Rasio)/ 0,08 = Nilai Kredit

4 Likuiditas

Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu LDR

(Loan to Deposit Ratio) dan Rasio Net Call Money terhadap Current Assets

(NCM to CA)

a. LDR (Loan to Deposit Ratio), yaitu jumlah kredit yang diberikan bank

yang sudah direalisir/ditarik atau dicairkan. Besarnya LDR dihitung

dengan rumus :

Ketentuannya sebagai berikut :

- Untuk rasio LDR sebesar 115% atau lebih, nilai kredit = 0

- Untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kreditnya

ditambah 4 dengan maksimum 100

- Bobot komponen ini adalah 5%

Dengan demikian, nilai kreditnya dapat dicari dengan rumus :

((115-1) – Rasio)/ 1 x 4 = Nilai Kredit, atau (114 – Rasio) x 4 = NK

Page 17: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

b. NCM to CA (Net Call Money terhadap Current Asset), atau biasa disebut,

rasio alat likuid terhadap utang lancar. Alat likuid merupakan kas dan

penanaman pada bank lain dalam bentuk giro dan tabungan dikurangi

dengan tabungan bank lain pada bank., sedangkan utang lancar meliputi

kewajiban segera, tabungan dan deposito.

Ketentuan rasio ini sebagai berikut :

- Jika rasio 0%, nilai kreditnya = 0,

- Untuk setiap kenaikan 0,05%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum

100.

- Bobot pada komponen ini adalah 5%

Dengan demikian, dapat dirumuskan :

Rasio / 0,05 = Nilai Kredit

5 Manajemen

Penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen mencakup 2 (dua) komponen

yaitu manajemen umum dan manajemen risiko. Penilaian dilakukan dengan

mengamati langsung kondisi PT BPR Syariah Tanggamus dan melalui

kuesioner dengan daftar pertanyaan yang standar digunakan oleh Bank

Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan bank. Setiap pertanyaan untuk

manajemen umum mempunyai nilai kredit 0,25. Sedangkan untuk manajemen

resiko mempunyai nilai 1,67 setiap soalnya.

Manajemen umum dan manajemen resiko memiliki nilai sesuai dengan

ketentuan 4 peringkat, yaitu

a. Nilai 0 – 51 termasuk dalam peringkat D, berarti BPRS memiliki kualitas

dan tata kelola yang tidak baik, manajemen resiko yang lemah dan/atau

kepatuhan sangat rendah terhadap peraturan yang berlaku dan/atau prinsip

syariah dan/atau pelaksanaan sosial

b. Nilai 51 – 66 termasuk dalam peringkat C, berarti BPRS memiliki kualitas

dan tata kelola yang kurang baik, manajemen resiko yang cukup, dan/atau

Page 18: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

kepatuhan yang rendah terhada prinsip syariah dan pelaksanaan fungsi

sosial.

c. Nilai 66 – 81 termasuk dalam peringkat B, berarti BPRS memiliki kualitas

tata kelola yang cukup baik, manajemen resiko memadai dan/atau

kepatuhan yang cukup tinggi terhadap prinsip syariah dan pelaksanaan

fungsi sosial.

d. Nilai 81 – 100 termasuk dalam peringkat A, berarti BPRS memiliki

kualitas tata kelola yang baik, manajemen resiko yang kuat, dan/atau

kepatuhan yang tinggi terhadap prinsip syariah dan pelaksanaan fungsi

sosial

Bobot pada kategori manajemen ini adalah 20%

Penilaian tingkat kesehatan ditetapkan dalam lima peringkat, yaitu :

a. Nilai kredit 81 sampai dengan 100 diberi predikat sehat

b. Nilai kredit 66 sampai dengan 81 diberi predikat cukup sehat

c. Nilai kredit 51 sampai dengan 66 diberi predikat kurang sehat

d. Nilai kredit 0 sampai dengan 51 diberi predikat tidak sehat

C. Lokasi Penelitian

Kegiatan Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung

dengan objek penelitiannya adalah PT Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Tanggamus (PT BPR Syariah Tanggamus).

Page 19: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

BAB IVPEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Permodalan

Struktur permodalan merupakan jumlah modal tertentu secara aman dan seimbang

yang harus dimiliki BPR Syariah dibandingkan dengan dana yang harus siap tiba-

tiba dikeluarkan apabila ada penarikan dana yang akan ditarik segera. Dengan

kata lain, makin besar posisi modal sendiri dibandingkan dengan simpanan pihak

ketiga/anggota yang dapat ditarik segera akan lebih baik struktur permodalannya.

Modal dari BPR Syariah terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.

Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sebagaimana yang tercantum

pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/22/PBI/2006 Tentang Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip

Syariah yang menyatakan bahwa BPRS wajib menyediakan modal minimum

sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Besarnya nilai capital adequacy ratio (CAR) dihitung dengan rumus berikut

Nilai kredit dihitung sebagai berikut :

Untuk CAR = 0% atau negatif, nilai kredit = 0

Untuk setiap kenaikan 0,1%,nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100

bobot variabel Modal ini adalah 30%

Page 20: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

Tabel 4.1Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)

JumlahSetiap

KomponenPer 31 Des

2010

Jumlah

JumlahSetiap

KomponenPer 31 Des

2009

JumlahNo Keterangan

  

  

II MODAL             1. MODAL INTI      1.1. Modal Disetor 8.015.000.000   8.015.000.000  1.2. Modal Sumbangan 99.880.000   99.880.000  1.3. Cadangan Umum 706.621.773   707.361.244  1.4. Cadangan Tujuan 0   0  1.5. Laba Ditahan (1.588.923.658)   (167.393.747)  1.6. Laba Tahun Lalu 0   0  1.7. Rugi Tahun Lalu - \ - 0   0  1.8. Laba Tahun Berjalan ( 50 % ) 176.687.643,50   0  1.9. Rugi tahun Berjalan - \ - 0   (1.130.969.948)  1.10. Sub Total 7.409.265.758   7.523.877.549  1.11. Goodwill -\- 0   0  1.12. Kekurangan PPAP -\- 0   0  1.13.Jumlah Modal Inti   7.409.265.758,50 7.523.877.549

  

     2 .MODAL PELENGKAP      2.1. Cadangan Revaluasi Akt. Tetap 0   0  2.2. PPAP ( maks. 1,25% dr ATMR) 68.028.842   108.766.866  2.3. Modal Kuasi ( Pinjaman ) 0   0

  2.4. Pinjmn Sub Ordinasi (maks. 50% dr

Modal Inti) 0  0

  2.5. Jumlah Modal Pelengkap 68.028.842   108.766.866

  2.6. Jumlah Modal Pelengkap yg

diperhitungkan (maks. 100% dr modal inti)   68.028.842 108.766.866

      3. JUMLAH MODAL (1.13 + 2.6)   7.477.294.600,50 7.632.644.415

 III MODAL MINIMUM ( 8% X ATMR)   841.283.232,17 696.107.943,6       

IV KELEBIHAN MODAL   6.636.011.368,33 6.936.536.471

,4       Jumlah Modal   71,10% 87,70%V RASIO MODAL = ---------------- X 100%      ATMR    

PT. BPR Syariah Tanggamus

Sumber : Bagian Pembiayaan dan Dana PT BPRS Tanggamus, diolah

Page 21: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kecukupan modal PT BPR Syariah

Tanggamus per Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) Tahun 2010

bernilai 71,10%, dan tahun 2009 bernilai 87,70%. Karena nilai Capital

Adequacy Ratio di atas 8%, maka untuk kategori ini PT BPR Syariah dinilai

sehat. Nilai kredit pada rasio ini dapat dihitung sebagai berikut :

- Tahun 2010 - Tahun 2009

= 631

Nilai maks = 100

Nilai Kredit = 100 x 30%

= 30

= 797

Nilai maks = 100

Nilai Kredit = 100 x 30%

= 30Dengan nilai ini dan predikat sehat yang didapat, berarti bank memiliki modal yang

sangat kuat untuk menutup resiko kerugian dan melakukan hapus buku (write off)

akibat penurunan kualitas aktiva.

2. Kualitas aktiva produktif/ Asset

Penilaian terhadap Kualitas Aktiva Produktif (KAP) didasarkan pada 2 (dua)

rasio, yaitu Bad Debt Ratio (BDR) dan Cadangan Aktiva yang

Diklasifikasikan (CAD). Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah

yang dimiliki oleh BPR dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai

dengan fungsinya meliputi : a) kredit yang diberikan dan b) penempatan dana

pada bank lain kecuali penanaman dalam bentuk giro. Aktiva yang

diklasifikasikan adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang

mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan

kerugian bagi bank.

Tabel 4.2

Jumlah Aktiva Produktif

Kolektibilitas Aktiva ProduktifJumlah (Rp)

Per 31 Des 2010

Jumlah (Rp)

Per 31 Des 2009

- Piutang dan Pembiayaan 10.792.272.283 8.364.461.579

Page 22: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

- Tabungan- Deposito

1.446.573.482

1.615.000.000

1.602.816.840

415.000.000

Jumlah Aktiva Produktif 13.853.845.765 10.382.278.419

a. BDR (bad Debt Ratio)

BDR merupakan rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APD)

terhadap Aktiva Produktif (AP)

Dapat dicari dengan rumus :

- Tahun 2010 - Tahun 2009

= 1,74 % = 8,61 %

Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa Kualitas Aktiva Produktif PT

BPR Syariah Tanggamus termasuk kategori sehat dengan rasio sebesar 1,74%

pada tahun 2010 dan 8,61% pada tahun 2009 yang artinya bank memiliki

aktiva produktif dengan tingkat pengembalian yang sangat tinggi. Perhitungan

nilai kreditnya yaitu:

- Tahun 2010 - Tahun 2009

= 138,4 (maks 100)

Nilai Kredit = 100 x 0,83*

= 83

= 83 x 25%

= 20,75

= 92,6

Nilai Kredit = 92,6 x 0,83*

= 76,8

= 76,8 x 25%

= 19,2

*0,83 = bobot komponen dalam faktor per standar

Page 23: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

b. CAD (Cadangan Aktiva yang Diklasifikasikan) merupakan rasio penyisihan

penghapusan aktiva produktif (PPAP) terhadap penyisihan penghapusan

aktiva produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD)

Tabel 4.3

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib Dibentuk

Kolektibilitas Aktiva

Produktif

Jumlah (Rp)

Per 31 Des 2010

Jumlah (Rp)

Per 31 Des 2009

a. Tabunganb. Depositoc. Lancard. Kurang Lancar e. Macet

1.446.573.482

1.615.000.000

10.548.180.132

(32.720.999)

51.795.020

1.602.816.840

415.000.000

7.465.451.456

(21.257.118)

162.332.255

Sumber : diolah

Tabel 4.4

Perhitungan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib Dibentuk

Per 31 Desember 2010

Kolektibilitas Aktiva Produktif Jumlah (Rp)

a. Tabungan (0,5% x 1.446.573.482) 7.212.941

a. Deposito (0,5% x 1.615.000.000) 8.075.000

b. Lancar (0,5% x 10.548.180.132) 52.740.901

b. Kurang Lancar (10% x -32.720.999) -

c. Macet (100% x 51.795.020) 51.795.020

PPAP yang Wajib dibentuk 119.823.862

PPAP yang tersedia 119.823.862

Sumber : diolah

Tabel 4.5

Perhitungan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib Dibentuk

Per 31 Desember 2009

Page 24: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

Kolektibilitas Aktiva Produktif Jumlah (Rp)

a. Tabungan (0,5% x 1.602.816.840) 8.014.084

d. Deposito (0,5% x 415.000.000) 2.075.000

b. Lancar (0,5% x 7.465.451.456) 37.327.257

e. Kurang Lancar (10% x -21.257.118) -

f. Macet (100% x 162.332.255) 162.332.255

PPAP yang Wajib dibentuk 209.748.596

PPAP yang tersedia 50.849.085

Sumber : diolah

- Tahun 2010 - Tahun 2009

= 100% = 24,24%

Perhitungan nilai kredit CAD sebagai berikut :

Nilai kredit = 100 x 0,17*

= 17

= 17 X 5%

= 0,85

Nilai kredit = 24,24 x 0,17*

= 4,12

= 4,12 X 5%

= 0,21

*0,17 = bobot komponen dalam faktor per standar

3. Rentabilitas

Penilaian kuantitatif terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio

yaitu a) rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata

volume usaha dalam periode yang sama. Rasio ini sering disebut ROA, b)

rasio biaya operasi dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional

dalam periode yang sama, rasio ini sering disingkat dengan BOPO.

Page 25: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

a. ROA, dapat dilihat dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut:

Keterangan Tahun 2010 Tahun 2009

Laba Sebelum Pajak 403.857.471 (1.130.969.948)

Total Asset 14.727.550.317 11.968.615.349

- Tahun 2010 - Tahun 2009

= 2,74%

= 182 (maks 100)

Nilai Kredit = 100 x 5%

= 5

= (9,44%)

Nilai Kredit = 0

Pada tahun 2009 ROA menunjukkan nilai yang negatif, dikarenakan pada

tahun itu PT BPR Syariah Tanggamus mengalami kerugian. Dengan ROA

yang negatif ini menunjukkan bahwa total aktiva yang dipergunakan tidak

maksimal sehingga tidak bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Sedangkan pada tahun 2010, rasio ROA yang diperoleh sebesar 2,74%,

melampaui nilai 1,5% dan otomatis berpredikat sehat yang artinya bank

memiliki efisiensi operasi yang sangat tinggi dan stabil sehingga memiliki

potensi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi.

b. BOPO dapat dihitung dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut:

Page 26: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

Keterangan Tahun 2010 Tahun 2009

Biaya Operasional 2.213.112.941 3.272.375.136

Pendapatan Operasional 2.616.970.412 2.141.405.188

- Tahun 2010 - Tahun 2009

= 84,57% = 152,81%

= 192,88 (maks 100)

Nilai Kredit = 100 x 5%

= 5

Nilai Kredit = 0

4. Likuiditas

Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu LDR

(Loan to Deposit Ratio) dan Rasio Net Call Money terhadap Current Assets

(NCM to CA)

Hasil perhitungannya rasio Net call Money terhadap Current Assets adalah

sebesar 27,28% dan 46,47%. Pada rasio ini PT. BPTR Syariah Tanggamus

dinyatakan sehat dan bank memiliki potensi masalah kesulitan likuiditas

jangka pendek yang sangat rendah.

5. Manajemen

Penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen mencakup 2 (dua) komponen yaitu

manajemen umum dan manajemen risiko. Faktor manajemen ini meliputi aspek

Page 27: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

kesiapan BPR Syariah untuk melakukan operasinya dilihat dari dari kelengkapan

aturan-aturan dan mekanisme organisasi dalam perencanaan, pelaksanaan,

pembinaan dan pengawasan.

Faktor manajemen lebih menekankan pada kesiapan BPR Syariah dalam sistem

dan prosedur kerja sehari-hari yang dijalankan oleh pengelola BPR Syariah.

Penilaian dilakukan dengan mengamati langsung kondisi PT BPR Syariah

Tanggamus dan melalui kuesioner dengan daftar pertanyaan yang standar

digunakan oleh Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan bank.

Manajemen umum dan manajemen risiko memiliki nilai sesuai dengan ketentuan

4 peringkat, yaitu nilai 0 – 51 termasuk dalam peringkat D, nilai 51 – 66 termasuk

dalam peringkat C, nilai 66 – 81 termasuk dalam peringkat B, dan nilai 81 – 100

termasuk dalam peringkat A.

Tabel 4.6Perhitungan Nilai Kredit Manajemen

NO KETERANGAN Nilai2010

Nilai2009

I Manajemen Umum    Skor 22 12  Nilai kredit 55 30  Bobot 10% 10%  Nilai 5,5 3,0II Manajamen Risiko    Skor 26 21  Nilai kredit 43 35  Bobot 10% 10%  Nilai 4,3 3,5III Total Skor 48 33  Nilai kredit 49 32,5  Bobot 20% 20%

Nilai total manajemen 9,8 6,5

Sumber : diolah penulis

Nilai kredit manajemen yang dimiliki oleh PT BPR Syariah Tanggamus untuk

tahun 2010 dan tahun 2009 adalah sebesar 49 dan 32,5. Dengan demikian PT

BPR Syariah Tanggamus pada 2 tahun ini termasuk dalam peringkat D.

Page 28: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia peringkat D ini

berarti mencerminkan bahwa BPR Syariah Tanggamus memiliki :

1 Kualitas tata kelola (corporate governance) yang kurang baik;

2 Manajemen resiko yang lemah; dan/atau

3 Kepatuhan yang rendah terhadap prinsip syariah dan atau pelaksanaan

fungsi sosial.

Tabel 4.24

Trend Penilaian Tingkat Kesehatan

PT BPR Syariah Tanggamus

No FaktorBobot Nilai Kredit Nilai Kredit

(%) 2010 2009

1 Permodalan 30 30,00 30,00

2 Kualitas Aktiva Produktif 30 20,60 19,41

3 Manajemen 20 9,80 6,50

4 Rentabilitas 10 10,00 0,00

5 Likuiditas 10 10,00 10,00

TOTAL CAMEL 100 80,40 65,91

Predikat Cukup Sehat

Kurang Sehat

Berdasarkan perhitungan tingkat kesehatan bank pada tabel 4.24 di atas, dapat

diketahui bahwa jumlah nilai PT BPR Syariah Tanggamus pada tahun 2010

adalah 80,4. Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia, dengan

nilai 80,4 ini, maka PT BPR Syariah Tanggamus termasuk dalam kategori

cukup sehat.

Artinya bank memiliki kinerja keuangan yang cukup baik, yaitu memiliki

kemampuan untuk menghasilkan laba dan tingkat efisiensi operasi yang

sedang, namun masih memiliki beberapa kelemahan dalam pengelolaan yang

dapat menurunkan kondisi keuangan PT BPR itu sendiri.

Page 29: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

Sedangkan untuk tahun 2009, PT. BPR Syariah Tanggamus mempunyai nilai

total CAMEL sebesar 65,91 dan termasuk dalam kategori bank yang kurang

sehat.

Artinya bank memiliki kinerja keuangan yang kurang baik, yaitu mengalami

kesulitan keuangan yang berpotensi membahayakan kelangsungan usahanya.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari perhitungan keseluruhan kategori (CAMEL) yang telah dilakukan, maka

dapat diketahui bahwa nilai tingkat kesehatan PT. Bank Perkreditan Rakyat

Syariah Tanggamus pada tahun 2010 adalah 80,4. Dengan jumlah tersebut, maka

PT BPR Syariah Tanggamus pada tahun 2010 masuk dalam kategori BPR Syariah

yang cukup sehat. Artinya bank memiliki kinerja keuangan yang cukup baik, yaitu

memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba dan tingkat efisiensi operasi yang

sedang, namun masih memiliki beberapa kelemahan dalam pengelolaan yang

dapat menurunkan kondisi keuangan PT BPR itu sendiri.

Sedangkan untuk tahun 2009, PT. BPR Syariah Tanggamus mendapatkan total

nilai CAMEL sebesar 65,91. Dengan jumlah ini maka PT. BPR Syariah

Tanggamus merupakan bank yang kurang sehat, artinya bank memiliki kinerja

keuangan yang kurang baik, yaitu mengalami kesulitan keuangan yang berpotensi

membahayakan kelangsungan usahanya.

B. Saran

Dari hasil analisis, pembahasan, dan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis

memiliki saran sebagai berikut :

1. Perlu adanya pelaksanaan evaluasi terhadap strategi dan program-program

yang telah dilaksanakan sebagai gambaran dan perkembangan PT BPR

Syariah Tanggamus yang akan datang.

Page 30: PENILAIAN TINGKAT KESEHATANfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewBPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah

2. Perlu Pemahaman dan pelaksanaan manajemen pemasaran bank oleh Sumber

Daya Manusia di dalam lingkungan PT. BPR Syariah Tanggamus untuk

pemanfaatan produk dan yang dikeluarkan PT. BPR Syariah Tanggamus

DAFTAR PUSTAKA

Dr (Cand) Taswan, S.E., M.Si, 2010, Manajemen Perbankan, UPP STIM YKPN.

Yogyakarta.

Antonio, 2001, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta.

Arifudin, Ery, 1999, Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

Rineka Cipta, Jakarta.

Boesono, Bagus Hudiono, 2007, Antara Idealisme Usaha dan Nilai-nilai Rohani,

dalam http://batampos.co.id.

Kuncoro, Mudrajad, 2001, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, BPFE-

Yogyakarta, Yogyakarta.

Nasution, 2002, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung.

Nazir, Moh, 1999, Metode Penelitian, Ghalia, Jakarta.

Pakpahan, Normin, 1997, Hukum Perseroan Indonesia, Proyek Pengembangan

Hukum Ekonomi dan Penyempurnaan Sistem Pengadaan, Kantor

Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan

Pengawasan Pembangunan, Jakarta.

Subagyo, Joko P, 2004, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka

Cipta.

Sudarsono, H, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan

Ilustrasi, Penerbit Ekonisia: Yogyakarta.

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D, Alfabeta,

Bandung.