Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Amien Tri Waluyo, Peningkatan Kemampuan Guru Kelas III … 315
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU KELAS III SEMESTER I TAHUN
2016/2017 DALAM MENERAPKAN METODE NUMBERED HEADS TO-
GETHER PADA MATA PELAJARAN IPS MATERI KENAMPAKAN ALAM
DAN BUATAN MELALUI SUPERVISI KELAS DI 10 MI BINAAN PADA
KECAMATAN KALIDAWIR DAN KECAMATAN CAMPURDARAT
KABUPATEN TULUNGAGUNG
Oleh:
Amien Tri Waluyo
Pengawas TK/RA/SD/MIKabupaten Tulungagung
Abstrak. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran IPS menerapkan Metode Numbered Heads To-
gether melalui supervisi kelas di 10 MI Binaan Pada Kecamatan Kalidawir Dan Kecamatan Cam-
purdarat Kabupaten Tulungagung Semester I Tahun 2016/2017. Penelitian Tindakan Sekolah
(PTS) dilaksanakan di Madrasah binaan peneliti, dimana peneliti bekerja sebagai supervisor
sekolah. MI Binaan peneliti berjumlah 10 dan terletak di Kecamatan Kalidawir dan di Kecamatan
Campurdarat. 10 MI Binaan tersebut yaitu MIN Tunggangri, MI Al-Hidayah 01, MI Al-Hidayah
02, MI Tarbiyatus Sibyan, MI Nurul Iman, MI Hidayatul Tholibin, MI Darussa’adah, MI Al Huda,
MI Ummul Akhyar, dan MI Darussalam. Dan subyek penelitian adalah 1 orang guru Kelas III dari
masing-masing sekolah, sehingga jumlahnya sebanyak 10 orang. Setelah melaksanakan kegiatan
pembelajaran pada siklus I dan siklus II, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan menerapkan
supervisi kelas dapat meningkatkan kemampuan guru kelas III dalam menerapkan metode Num-
bered Heads Together pada mata pelajaran IPS materi Kenampakan alam dan buatan. Hal ini dapat
dibuktikan dengan meningkatnya kemampuan guru selama melaksanakan metode Numbered
Heads Together, pada siklus I persentase kemampuan guru sebesar 64,50% dan mengalami pen-
ingkatan pada siklus II menjadi sebesar 83,50%. Selain peningkatan tersebut prestasi belajar siswa
kelas III di 10 MI Binaan Pada Kecamatan Kalidawir Dan Kecamatan Campurdarat Kabupaten
Tulungagung semester I tahun 2016/2017 juga menunjukkan peningkatan. Pada Siklus I nilai rata-
rata siswa kelas III di 10 MI Binaan Pada Kecamatan Kalidawir Dan Kecamatan Campurdarat
sebesar 71,72 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 65,43%, dan meningkat pada siklus II
menjadi sebesar 87,66 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 94,40%.
Kata Kunci: Supervisi Kelas, kemampuan guru, Metode Numbered Heads Together
Terlepas dari upaya yang sudah dilakukan
pemerintah dalam meningkatkan kemampu-
an guru maka, pengawasan dan pembinaan
perlu kiranya dilakukan. Hal ini mengingat
bahwa seseorang akan cenderung melaku-
kan sesuatu dengan cara yang lebih baik ka-
rena merasa diawasi atau dibina. Cara untuk
membina dan mengembangkan kemampuan
guru yaitu melalui kegiatan supervisi, hal ini
sesuai dengan pengertian supervisi yaitu
memberi layanan kepada guru-guru baik
secara individual maupun secara kelompok
dalam usaha memperbaiki pengajaran de-
ngan tujuan akhir yaitu adanya peningkatan
kualitas belajar peserta didik.
Di dalam kegiatan peningkatan mutu
pendidikan diharapkan semua komponen
pendidikan harus berperan optimal dan sal-
ing mendukung serta bekerjasama sesuai de-
ngan tugas dan peranan masing-masing.
Pengawas melakukan pengawasan de-
ngan mengunjungi sekolah-sekolah guna
menilai mutu belajar anak didik dan mutu
mengajar guru disamping menilai sarana
316 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017
dan prasarana sekolah yang ditanganinya.
Pengawas juga memberikan pelayanan dan
bantuan kepada staf sekolah sesuai dengan
fungsi dan peranannya sebagai motivator,
katalisator, stabilisator dan indikator di bi-
dang pendidikan.
Pengertian supervisi menurut Piet A.
Sahertian (2000: 19) yaitu usaha memberi
pelayanan kepada guru-guru baik secara in-
dividual maupun secara kelompok dalam
usaha memperbaiki pengajaran. Pendapat
lain juga menyatakan bahwa supervisi ialah
pembinaan yang diberikan kepada seluruh
staf sekolah agar mereka dapat meningkat-
kan kemampuan untuk mengembangkan
situasi belajar mengajar yang lebih baik
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1979: 228). Dari kedua pendapat tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa supervisi
adalah usaha untuk membantu sekolah un-
tuk meningkatkan mutu pembelajaran me-
lalui pembinaan terhadap guru dan staf
sekolah.
Suryo Subroto (1997:43) mengatakan
metode mengajar merupakan salah satu cara
yang digunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlang-
sungnya pengajaran. Oleh karena itu, me-
tode mengajar memiliki andil yang sangat
besar dalam kegiatan belajar mengajar. Un-
tuk meningkatkan pengetahuan dan pema-
haman siswa terhadap materi yang disam-
paikan. Guru harus terampil dalam memilih
strategi yang sesuai, memberikan siswa mo-
tiviasi, menggunakan media yang menarik,
menciptakan suasana belajar yang me-
nyenangkan, memilih metode belajar agar
siswa dapat aktif. Sehingga apabila hal-hal
tersebut dilakukan oleh guru diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
setiap mata pelajaran.
Pengawas seringkali mengalami ken-
dala-kendala saat melaksanakan kegiatan
supervisi, kendala tersebut antara lain adalah
keterbatasan waktu pengawas dalam melak-
sanakan supervisi yang disebabkan oleh
jumlah sekolah yang diawasi terlalu banyak,
selain mensupervisi MI (Madrasah Ibtidai-
yah) pengawas juga memiliki tugas lain
diluar supervisi seperti pelatihan, penataran,
rapat di dinas pendidikan, persiapan lomba.
Kegiatan-kegiatan tersebut seringkali ber-
benturan dengan jadwal supervisi yang telah
dibuat. Hal ini menyebabkan keterbatasan
waktu pengawas untuk mengawasi sekolah.
Keterbatasan waktu tersebut menyebabkan
satu MI hanya dikunjungi dua kali dalam
satu tahun ajaran. Selain itu berkaitan
dengan lokasi MI yang tersebar dan jarak
antara satu dan yang lain jauh sehingga
menimbulkan masalah bagi pengawas. Per-
masalahan tersebut menyebabkan para guru
dan pengelola MI kurang mendapat peman-
tauan dari pengawas, sehingga proses pem-
belajaran dan pengelolaan sekolah kurang
maksimal.
Kemampuan guru merupakan factor
pertama yang dapat mempengaruhi keber-
hasilan pembelajaran. Guru yang memiliki
kemampuan tinggi akan bersikap kreatif dan
inovatif dan selamanya akan mencoba dan
mencoba menerapkan berbagai penemuan
baru yang dianggap lebih baik untuk pem-
belajaran siswa. suatu asumsi bahwa pen-
ingkatan mutu pembelajaran di sekolah
dapat dicapai melalui peningkatan mutu
sumber daya manusia (guru dan tenaga
kependidikan lainnya). Walaupun diakui
bahwa komponen-komponen lain turut
memberikan kontribusi dalam peningkatan
mutu pembelajaran. Peningkatan sumber da-
ya manusia telah banyak dilakukan pe-
merintah, terutama peningkatan kompetensi
Amien Tri Waluyo, Peningkatan Kemampuan Guru Kelas III … 317
guru. Usaha ini berupa peningkatan melalui
pendidikan maupun pelatihan, workshop,
atau bentuk lainnya.
Dalam aspek perencanaan, misalnya
guru dituntut untuk mampu mendesain pe-
rencanaan yang memungkinkan secara ter-
buka siswa dapat belajar sesuai dengan min-
at dan bakatnya, seperti kemampuan meru-
muskan tujuan pembelajaran,kemampuan
merumuskan dan menyajikan materi atau
pengalaman belajar siswa, kemampuan un-
tuk merancang desain pembelajaran yang
tepat sesuai dengan tujuan yang akan di-
capai, kemampuan menentukan dan me-
manfaatkan media dan sumber belajar, serta
kemampuan menentukan alat evaluasi yang
tepat untuk mengukur keberhasilan proses
pembelajaran.
Di samping itu peningkatan kemam-
puan guru juga dapat dilakukan melalui
kegiatan musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP) atau pola-pola lain seperti semi-
nar, lokakarya atau workshop. Namun
demikian hasil belajar siswa masih mempri-
hatinkan dan sampai saat ini kenyataannya
bahwa hasil evaluasi belajar yang dicapai
belum semuanya sesuai dengan standar min-
imal yang telah ditetapkan.
Peningkatan mutu pendidikan diten-
tukan oleh kesiapan sumber daya manusia
yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru
merupakan salah satu faktor penentu tinggi
rendahnya mutu hasil pendidikan mempu-
nyai posisi strategis maka setiap usaha pen-
ingkatan mutu pendidikan perlu membe-
rikan perhatian besar kepada peningkatan
guru baik dalam segi jumlah maupun mu-
tunya.
Numbered Head Together (NHT) ada-
lah suatu model pembelajaran yang lebih
mengedepankan kepada aktivitas siswa da-
lam mencari, mengolah, dan melaporkan
informasi dari berbagai sumber yang akhir-
nya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu,
2016). Pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan tipe Numbered Heads To-
gether (NHT) merupakan salah satu teknik
pembelajaran kooperatif yang menekankan
pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan pen-
guasaan akademik.
Numbered Heads Together (NHT)
atau penomoran berfikir bersama atau kepa-
la bernomor adalah jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempe-
ngaruhi pola interaksi siswa dan sebagai al-
ternatif terhadap struktur kelas tradisional.
Numbered Heads Together (NHT) pertama
kali dikembangkan oleh Spencer Kagan un-
tuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut. (Trianto,
2007:62)
Teknik ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling membagikan ide-
ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat. Teknik ini juga mendorong
siswa untuk meningkatkan semangat kerja
sama mereka. (Isjoni, 2012: 113) Teknik ini
bisa digunakan dalam semua mata pelajaran
dan untuk semua tingkatan usia siswa.
Dengan teknik ini mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Pembelajaran dengan menggunakan
model NHT ini, diawali dengan Numbering.
Guru membagi kelas menjadi kelompok-
kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaik-
nya mempertimbangkan jumlah konsep
yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik
dalam satu kelas terdiri dari 20 orang dan
terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan
jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap
318 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017
kelompok terdidri dari 4 orang. Tiap-tiap
orang dalam tiap-tiap kelompok diberi no-
mor 1-4.
Setelah kelompok terbentuk guru
mengajukan beberapa pertanyaan yang ha-
rus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Beri-
kan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok
menemukan jawaban. Pada kesempatan ini
tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya
“Head Together” berdiskusi memikirkan
jawaban atas pertanyaan dari guru.
Langkah berikutnya adalah guru me-
manggil peserta didik yang memiliki nomor
yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka
diberi kesempatan memberi jawaban atas
pertanyaan yang telah diterimanya dari guru.
Hal itu dilakukan terus hingga semua peser-
ta didik dengan nomor yang sama dari mas-
ing-masing kelompok mendapat giliran
memaparkan jawaban atas pertanyaan guru.
(Agus, 2013:92)
Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial
merupakan intregrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial yang dirumuskan atas dasar
realitas dan fenomena sosial yang mewu-
judkan satu pendekatan interdisipliner dari
aspek cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (so-
siologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
sosial dan budaya) (Trianto 2010:171).
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah se-
buah program pendidikan dan bukan subdi-
siplin ilmu karena dalam ilmu-ilmu sosial
maupun ilmu pendidikan belum ditemukan
adanya nama social studies (Soemantri da-
lam Sapriya, 2009:21).
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
program pendidikan bidang studi dalam ku-
rikulum sekolah yang mempelajari ke-
hidupan manusia dalam bermasyarakat serta
berinteraksi antara manusia dengan ling-
kungannya.
Pendidikan IPS lebih menekankan
aspek pendidikan dari pada transfer konsep,
karena dalam pembelajaran pendidikan IPS
siswa diharapkan memperoleh pemahaman
terhadap sejumlah konsep dan mengam-
bangkan serta melatih sikap, nilai, moral,
dan keterampilan berdasarkan konsep yang
telah dimilikinya. Mata Pelajaran IPS di
SD/MI bertujuan agar siswa mampu me-
ngembangkan pengetahuan dan keterampi-
lan dasar yang berguna bagi dirinya dalam
kehidupan sehari-hari.
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)
dilaksanakan di Madrasah binaan peneliti,
dimana peneliti bekerja sebagai supervisor
sekolah. MI Binaan peneliti berjumlah 10
dan terletak di Kecamatan Kalidawir dan di
Kecamatan Campurdarat. 10 MI Binaan ter-
sebut yaitu MIN Tunggangri, MI Al-Hi-
dayah 01, MI Al-Hidayah 02, MI Tarbiyatus
Sibyan, MI Nurul Iman, MI Hidayatul Thol-
ibin, MI Darussa’adah, MI Al Huda, MI
Ummul Akhyar, dan MI Darussalam.
Tabel 1 Daftar Nama MI Binaan Peneliti
No. MI Binaan Tempat
1 MIN Tunggangri
Kecamatan Kalidawir
2 MI Al-Hidayah 01
3 MI Al-Hidayah 02
4 MI Tarbiyatus Sibyan
5 MI Nurul Iman
6 MI Hidayatul Tholibin
7 MI Darussa'adah
8 MI Al Huda
9 MI Ummul Akhyar Kecamatan Campur-darat 10 MI Darussalam
Sedangkan subyek penelitian adalah 1
orang guru Kelas III dari masing-masing
sekolah, sehingga jumlahnya sebanyak 10
orang.
Penelitian tindakan sekolah merupa-
kan (1) penelitian partisipatoris yang mene-
kankan pada tindakan dan refleksi berdasar-
kan pertimbangan rasional dan logis untuk
Amien Tri Waluyo, Peningkatan Kemampuan Guru Kelas III … 319
melakukan perbaikan terhadap suatu kondisi
nyata; (2) memperdalam pemahaman ter-
hadap tindakan yang dilakukan; dan (3)
memperbaiki situasi dan kondisi sekolah/
pembelajaran secara praktis (Depdiknas,
2008:11-12).Secara singkat, PTS bertujuan
untuk mencari pemecahan permasalahan
nyata yang terjadi di sekolah-sekolah,
sekaligus mencari jawaban ilmiah bagaima-
na masalah-masalah tersebut bisa dipe-
cahkan melalui suatu tindakan perbaikan.
Dalam penelitian ini, untuk mendapat-
kan data peneliti menggunakan isntrumen
penelitian berupa (1) Lembar observasi guru
dan siswa, (2) Lembar Soal Post test, (3)
Daftar Hadir Siswa, dan (4) Daftar nilai pos-
test. Data-data dalam penelitian tindakan
kelas didapatkan melalui lembar Tes tertulis.
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembela-
jaran yang akan dicapai, digunakan untuk
mengukur kemampuan pemahaman siswa
Kelas III pada mata pelajaran IPS. Tes ini
diberikan setiap akhir putaran/setiap akhir
siklus pembelajaran. Bentuk soal yang
diberikan adalah isian (objektif).
Adapun teknik pengumpulan data ya-
ng digunakan dalam penelitian ini, sesuai
dengan desain penelitian yang telah diu-
raikan adalah: tes dan observasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kajian Awal
Sebelum melaksanakan kegiatan pem-
belajaran IPS menerapkan Metode Num-
bered Heads Together, untuk mengawali
kegiatan penelitian peneliti selaku supervi-
sor memulai melakukan wawancara dengan
guru Kelas III, mengenai metode dan pres-
tasi belajar siswa Kelas III pada mata pelaja-
ran IPS. Selain itu peneliti/supervisor juga
melakukan wawancara dengan guru Kelas
III, dari hasil wawancara dapat diketahui
jika pengetahuan guru terhadap Metode
Numbered Heads Together masih terbatas,
tetapi guru Kelas III bersedia untuk men-
erapkan Metode Numbered Heads Together
agar prestasi belajar siswa Kelas III pada
mata pelajaran IPS dapat meningkat.
Kegiatan selanjutnya, guru melakukan
tanya jawab dengan siswa tentang materi
pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk me-
ngetahui kemampuan siswa dalam materi
kenampakan alam dan buatan. Serta mem-
berikan pre test untuk mendapatkan nilai a-
wal siswa sebelum kegiatan penelitian. hasil
pre test yang dilakukan terhadap siswa guna
mendapatkan data awal, persentase pen-
guasaannya terhadap materi pembelajaran
adalah sebagaimana terdapat dalam Tabel 2.
Tabel 2 Data Nilai Siswa Pra Siklus di 10 MI Binaan pada Kecamatan Kalidawir dan Kec. Campurdarat
No MI Binaan Jumlah Siswa Nilai rata-rata Ketuntasan Belajar
∑ %
1 MIN Tunggangri 25 60.92 10 40,00
2 MI Al-Hidayah 01 24 62.50 11 45,83
3 MI Al-Hidayah 02 25 64.40 10 40,00
4 MI Tarbiyatus Sibyan 22 67.73 12 54,55
5 MI Nurul Iman 23 64.78 11 47,83
6 MI Hidayatul Tholibin 24 64.58 11 45,83
7 MI Darussa'adah 26 64.62 12 46,15
8 MI Al Huda 25 64.00 12 48,00
9 MI Ummul Akhyar 28 64.64 13 46,43
10 MI Darussalam 27 63.33 12 44,44
Jumlah 249 641,50 114 459,07
Rata-rata 64,15 45,91
320 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017
Dari Tabel 2, dapat dilihat jika dari
jumlah seluruh siswa kelas III di 10 MI
Binaan Pada Kecamatan Kalidawir dan
Kecamatan Campurdarat yang berjumlah
249 siswa yang tuntas dalam belajar hanya
sebanyak 114 siswa dengan rata-rata persen-
tase ketuntasan sebesar 45,91% dan nilai
rata-rata pada setiap sekolah binaan sebesar
64,15.Hal ini menandakan bahwa kemam-
puan siswa terhadap penguasaan materi
sebelum diterapkan Metode Numbered He-
ads Together masih sangat rendah yaitu
dengan ketuntasan belajar yang belum
tercapai pada hampir semua MI Binaan.
Siklus I
Perencanaan (Planning)
Pada siklus ini kegiatan yang dil-
aksanakan adalah peneliti merencanakan
pemberian contoh dan langkah-langkah
pembelajaran IPS dengan menerapkan Me-
tode Numbered Heads Together kepada
guru Kelas III Di 10 MI Binaan Pada Keca-
matan Kalidawir dan Kecamatan Campur-
darat Kabupaten Tulungagung. Selanjutnya
guru melaksanakan tahapan yang disarankan
oleh peneliti, yaitu: merencanakan tindakan
pembelajaran siswa dengan menggunakan
Metode Numbered Heads Together. Peneliti
mempersiapkan media pembelajaran, soal-
soal post-test, dan lembar observasi.
Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap ini kegiatan yang dilaku-
kan adalah peneliti mengikuti guru dalam
menyajikan materi pembelajaran di kelas
sesuai Rencana Pembelajaran yang telah di-
susun, yaitu kegiatan pembelajaran IPS
dengan menerapkan Metode Numbered
Heads Together.
Kegiatan dalam tahap ini adalah pe-
neliti mengikuti guru dalam menyajikan ma-
teri pembelajaran di kelas sesuai Rencana
Pembelajaran yang telah disusun, yaitu
kegiatan pembelajaran IPS menerapkan me-
tode Numbered Heads Together.
Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan
menerapkan Metode Numbered Heads To-
gether untuk Siklus I dilaksanakan dengan
langkah awal yaitu guru mengajak siswa
untuk berdoa sesuai dengan keyakinan mas-
ing-masing, kemudian dilajutkan dengan
mengabsensi kehadiran siswa. Setelah itu
guru memberikan apersepsi dengan cara
bertanya jawab dengan siswa. Misalnya
Apakah kamu tahu apa lingkungan alam?
Sebutkan contohnya!
Setelah itu pembelajaran dengan me-
nggunakan Metode Numbered Heads To-
gether ini, diawali dengan Numbering. Guru
membagi kelas menjadi kelompok-kelom-
pok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya
mempertimbangkan jumlah konsep yang di-
pelajari, serta jumlah siswa kelas III pada
setiap MI Binaan.Setelah pembagian kelo-
pok, guru membagikan nomor kepada tiap-
tiap anak dalam tiap-tiap kelompok diberi
nomor sesuai jumlah anggota kelompok,
misalnya jika setiap kelompok berjumlah 4
siswa maka setiap kelompok mendapat no-
mor 1 sampai dengan 4.
Setelah kelompok terbentuk guru
mengajukan beberapa pertanyaan yang ha-
rus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Beri-
kan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok
menemukan jawaban. Pada kesempatan ini
tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya
“Head Together” berdiskusi memikirkan
jawaban atas pertanyaan dari guru.
Langkah berikutnya adalah guru me-
manggil siswa yang memiliki nomor yang
sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi
kesempatan memberi jawaban atas pertan-
yaan yang telah diterimanya dari guru. Hal
Amien Tri Waluyo, Peningkatan Kemampuan Guru Kelas III … 321
itu dilakukan terus hingga semua peserta
didik dengan nomor yang sama dari masing-
masing kelompok mendapat giliran me-
maparkan jawaban atas pertanyaan guru.
Dalam kerja kelompok setiap siswa
berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang telah ada da-
lam LKS atau pertanyaan yang telah diberi-
kan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi,
dari yang bersifat spesifik sampai yang ber-
sifat umum. Pada akhir pembelajaran, guru
bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir
dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan.
Pengamatan (Observing)
Selama kegiatan pembelajaran, peneli-
ti yang menjadi pengamat. Peneliti melaku-
kan pengamatan kegiatan pembelajaran IPS
dengan pokok bahasan kenampakan alam
dan buatan menerapkan Metode Numbered
Heads Together.Pengamatan dimulai ketika
guru telah memberikan penjelasan dan mo-
tivasi-motivasi, serta pada saat kegiatan pe-
laksanaan pembelajaran IPS dengan men-
erapkan Metode Numbered Heads Together.
Adapun lebih detail hasil pengamatan kepa-
da penerapan Pembelajaran dengan Metode
Numbered Heads Together dapat dilihat da-
lam Tabel 3.
Dari Tabel 3 terlihat bahwa aktivitas
guru dalam melaksanakan Metode Num-
bered Heads Together sudah menunjukkan
aktivitas yang cukup baik. Artinya penga-
was sekolah telah mampu membina guru da-
lam menerapkan Metode Numbered Heads
Together di Kelas III dalam pembelajaran
IPS. Persentase rata-rata skor yang diperoleh
guru hanya sebesar 64,50% karena masih
adanya hambatan-hambatan yang ditemui
selama kegiatan pembelajaran.
Hambatan-hambatan yang ditemui
selama berlangsungnya proses pembelaja-
ran, antara lain: (a) Siswa masih pasif dalam
mengajukan maupun menjawab pertanyaan;
(b) Peran siswa masih sangat rendah teruta-
ma dalam menentukan lamanya pencapaian
kompetensi dasar; (c) Pada saat tanya jawab,
siswa masih belum berani bertanya maupun
menjawab sebelum membuka buku; (d)
Siswa belum menguasai sub pokok bahasan.
Selain adanya hambatan tersebut, sela-
ma proses itu juga dijumpai siswa yang su-
dah mampu dan lancar dalam tanya jawab
dan memecahkan masalah sebagai gambaran
penguasaan materi yang dimiliki siswa ter-
sebut. Untuk rata rata aktivitas siswa pada
siklus I mencapai persentase sebesar 64,06
%. Artinya siswa dapat menerima dengan
cukup baik pembelajaran yang dilakukan
oleh guru melalui binaan dari supervisor.
Tabel 3 Data Skor Aktivitas Guru di 10 MI Binaan Pada Kec. Kalidawir dan Kec. Campurdarat Siklus I
No Nama Guru Nama Sekolah % Rata-rata Jumlah Skor
1 Hamim Thohari, S.Pd.I MIN Tunggangri 62.50
2 Suwarni, S.Pd.I MI Al-Hidayah 01 67.50
3 Muhroji, S.Pd.I MI Al-Hidayah 02 65.00
4 Imam Mudamiri, S.Pd.I MI Tarbiyatus Sibyan 65.00
5 Suryaning Rahayu, S.Pd MI Nurul Iman 60.00
6 Sulasah Muntamah, S.Pd.I MI Hidayatul Tholibin 65.00
7 Nur Huda, S.Pd.I MI Darussa'adah 62.50
8 Rohmat, S.Pd.I MI Al Huda 65.00
9 Rina Riasari, S.Pd.I MI Ummul Akhyar 62.50
10 Juwita Kasari, S.Pd.I MI Darussalam 70.00
Jumlah Skor 645
Rata-rata Skor 64.50
322 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017
Penilaian dan observer pada siklus I
ini, ternyata masih banyak nilai yang sangat
kurang. Langkah-langkah pada option terse-
but diharapkan lebih ditingkatkan pada si-
klus II, sehingga tujuan penelitian dapat
tercapai.
Refleksi (Reflecting)
Tahapan ini dilaksanakan setelah pe-
laksanaan tahap observasi. Caranya yaitu
dengan mengumpulkan data yang berupa
hasil observasi, penilaian (secara langsung
dan hasil post-test siswa). Kemudian data-
data ini diinterpretasikan apakah hasil tinda-
kan berhasil atau tidak. Berdasarkan hasil
refleksi lembar observasi oleh pengamat,
dan lembar penilaian kemampuan pen-
guasaan materi pembelajaran setelah siklus I
ini berakhir, maka dapat disimpulkan yaitu
bahwa ternyata masih banyak kekurangan
yang dilakukan oleh guru pelaksana, baik
sebelum melakukan Pembelajaran dengan
Metode Numbered Heads Together maupun
sesudah melakukan kegiatan Pembelajaran
dengan Metode Numbered Heads Together.
Kekurangan yang harus diperbaiki antara
lain: (a) Guru masih belum dapat melakukan
pembelajaran dengan optimal; (b) Guru
masih belum dapat membuat suasana belajar
mengajar yang menyenangkan; (c) Terlihat
beberapa aktivitas siswa yang kurang yaitu
dalam melakukan komunikasi siswa dengan
guru, kemampuan siswa menghubungkan
materi dengan kegiatan sehari-hari, kemam-
puan siswa dalam menarik kesimpulan.
Pada saat kegiatan pembelajaran de-
ngan Metode Numbered Heads Together
berlangsung, guru hendaknya memberikan
penguatan-penguatan melalui pujian-pujian
seperti ‘bagus’, ‘betul, ‘hebat’, serta memo-
tivasi kepada siswa agar siswa tertarik untuk
mengikuti setiap pembahasan. Selain itu
guru juga hendaknya lebih memberikan ke-
leluasaan kepada siswa untuk menentukan
lamanya pencapaian kompetensi dasar yang
telah ditentukan. Hasil Post test yang dil-
akukan terhadap siswa, pada siklus I ini be-
lum menunjukkan perubahan yang maksi-
mal. Persentasenya adalah sebagai berikut.
Jika dibandingkan dengan nilai siswa
pra siklus, pada siklus I ini sudah dapat
dikatakan ada peningkatan. Dari total
jumlah siswa Kelas III di 10 MI Binaan Pa-
da Kecamatan Kalidawir dan Kecamatan
Campurdarat Kabupaten Tulungagung Se-
mester I Tahun 2016/2017 yang berjumlah
249 siswa, pada siklus I ini jumlah siswa
yang tuntas sebanyak 163 siswa dengan per-
sentase 65,43%.
Tabel 4 Nilai Hasil Post-Test Siswa di 10 MI Binaan Pada Kec. Kalidawir dan Kec. Campurdarat Siklus I
No MI Binaan Jumlah Siswa Nilai rata-rata Ketuntasan Belajar
∑ %
1 MIN Tunggangri 25 72.40 15 60.00
2 MI Al-Hidayah 01 24 72.50 16 66.67
3 MI Al-Hidayah 02 25 71.20 17 68.00
4 MI Tarbiyatus Sibyan 22 72.27 14 63.64
5 MI Nurul Iman 23 73.04 14 60.87
6 MI Hidayatul Tholibin 24 74.17 17 70.83
7 MI Darussa'adah 26 71.15 17 65.38
8 MI Al Huda 25 70.80 17 68.00
9 MI Ummul Akhyar 28 69.64 18 64.29
10 MI Darussalam 27 70.00 18 66.67
Jumlah 249 717.18 163 654.34
Rata-rata 71,72 65,43
Amien Tri Waluyo, Peningkatan Kemampuan Guru Kelas III … 323
Tabel 5 Peningkatan Jumlah Ketuntas Belajar Siswa Kelas III Di 10 MI Binaan Pada Kecamatan Kali-
dawir Dan Kecamatan Campurdarat Siklus I
No MI Binaan Seb. Siklus Siklus I Peningkatan
1 MIN TUNGGANGRI 10 15 5
2 MI AL-HIDAYAH 01 11 16 5
3 MI AL-HIDAYAH 02 10 17 7
4 MI TARBIYATUS SIBYAN 12 14 2
5 MI NURUL IMAN 11 14 3
6 MI HIDAYATUL THOLIBIN 11 17 6
7 MI DARUSSA’ADAH 12 17 5
8 MI AL HUDA 12 17 5
9 MI UMMUL AKHYAR 13 18 5
10 MI DARUSSALAM 12 18 6
JUMLAH 114 163 49
Untuk peningkatan persentase ketun-
tasan belajar siswa di 10 MI Binaan Pada
Kecamatan Kalidawir dan Kecamatan Cam-
purdarat Kabupaten Tulungagung Semester
I Tahun 2016/2017 dapat dilihat dalam
Tabel 5.
Dari hasil interpretasi data diatas dapat
direfleksikan bahwa upaya supervisor dalam
membina guru Kelas III untuk menerapkan
Metode Numbered Heads Together sudah
menunjukkan perkembangan yang cukup
baik. Meski hasil yang dicapai pada masing-
masing MI Binaan belum optimal. Untuk itu
masih diperlukan tindakan perbaikan pem-
belajaran pada siklus selanjutnya.
Siklus II
Perencanaan (Planning)
Pada siklus II ini kegiatan yang dil-
akukan peneliti adalah berdiskusi dengan
guru Kelas III tentang hasil pembelajaran
pada siklus I. Selain itu juga untuk mem-
berikan penjelasan tentang rencana tindakan
pembelajaran pada siklus II dengan me-
ngacu pada hasil refleksi siklus I.
Peneliti mempersiapkan media pem-
belajaran CD pembelajaran, chart/skema. Di
samping itu peneliti/supervisi juga memper-
siapkan LKS, soal-soal post-test, dan lembar
observasi.
Pokok-pokok kegiatan pada siklus II
ini dengan mendasarkan pada hasil refleksi
dan siklus I, yaitu antara lain guru lebih in-
tensif dalam memberikan penjelasan dan
mengarahkan siswa untuk belajar sesuai
dengan langkah-langkah Metode Numbered
Heads Together, guru lebih intensif dalam
memantau kegiatan siswa terutama dalam
menganalisis, membedakan, menggenerali-
sasikan, serta menghipotesis suatu permasa-
lahan. Di samping itu guru juga memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk bertanya tentang hal-hal yang belum
dimengerti. Guru juga aktif memberikan re-
word berupa ucapan-ucapan atau ungkapan-
ungkapan yang dapat memotivasi siswa sep-
erti; ‘bagus’, serta guru melaksanakan peni-
laian berkelanjutan dengan konsekuen.
Pelaksanaan (Acting)
Pembelajaran IPS menerapakan Meto-
de Numbered Heads Together pada siklus II
dilaksanakan sesuai Rencana Pembelajaran
yang telah disusun oleh peneliti,
Pada siklus II pelaksanaan tindakann-
ya secara garis besar sama dengan siklus I
dengan adanya perbaikan mengurangi domi-
nasi guru. Pelaksanaan pembelajaran IPS
dengan metode Numbered Heads Together
pada siklus II dilaksanakan dengan langkah
awal yaitu guru mengajak siswa untuk ber-
doa sesuai dengan keyakinan masing-ma-
sing setelah itu Guru mengabsensi kehadiran
siswa. Dan selanjutnya guru memberikan
324 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017
apersepsi dengan cara bertanya jawab de-
ngan siswa. Misalnya apa itu lingkungan
buatan? Sebutkan contohnya!
Setelah itu pembelajaran dengan me-
nggunakan Metode Numbered Heads To-
gether ini, diawali dengan Numbering. Guru
membagi kelas menjadi kelompok-kelom-
pok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya me-
mpertimbangkan jumlah konsep yang di-
pelajari, serta jumlah siswa kelas III pada
setiap MI Binaan.Setelah pembagian kelo-
pok, guru membagikan nomor kepada tiap-
tiap anak dalam tiap-tiap kelompok diberi
nomor sesuai jumlah anggota kelompok, mi-
salnya jika setiap kelompok berjumlah 4
siswa maka setiap kelompok mendapat no-
mor 1 sampai dengan 4.
Setelah kelompok terbentuk guru me-
ngajukan beberapa pertanyaan yang harus
dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan
kesempatan kepada tiap-tiap kelompok me-
nemukan jawaban. Pada kesempatan ini ti-
ap-tiap kelompok menyatukan kepalanya
“Head Together” berdiskusi memikirkan ja-
waban atas pertanyaan dari guru.
Langkah berikutnya adalah guru me-
manggil siswa yang memiliki nomor yang
sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi
kesempatan memberi jawaban atas pertan-
yaan yang telah diterimanya dari guru. Hal
itu dilakukan terus hingga semua peserta
didik dengan nomor yang sama dari masing-
masing kelompok mendapat giliran me-
maparkan jawaban atas pertanyaan guru.
Dalam kerja kelompok setiap siswa
berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang telah ada da-
lam LKS atau pertanyaan yang telah diberi-
kan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi,
dari yang bersifat spesifik sampai yang ber-
sifat umum. Pada akhir pembelajaran, guru
bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir
dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan.
Pengamatan (Observing)
Selama kegiatan pembelajaran berla-
ngsung, peneliti melakukan pengamatan ke-
pada guru dalam kegiatan pembelajaran IPS
melalui Metode Numbered Heads Together.
Pengamatan dimulai ketika guru telah mem-
berikan penjelasan dan melaksanakan prin-
sip-prinsip Pembelajaran dengan Metode
Numbered Heads Together yang menyang-
kut materi IPS. Selama proses ini berlang-
sung banyak ditemui kemajuan-kemajuan
antara lain: (a) Jumlah siswa yang aktif ber-
tanya jawab semakin meningkat; (b) Pera-
saan senang siswa terhadap pembelajaran ini
meningkat; (c) Kemampuan dan prestasi
hasil belajar siswa meningkat; (d) Siswa
yang mampu menganalisis, membedakan,
menggeneralisasikan, serta menghipotesis
permasalahan meningkat cukup signifikan.
Peningkatan keterampilan siswa ini
nampak karena adanya upaya peneliti dan
guru yang konsisten, yaitu dengan me-
manfaatkan hasil refleksi pada siklus sebe-
lumnya yang digunakan untuk perencanaan
dan dilaksanakan pada siklus berikutnya se-
bagai gambaran, dapat kita lihat dalam
Tabel 6.
Dari data yang terdapat pada Tabel 6,
terlihat jelas bahwa proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru-guru di 10 MI Bi-
naan Pada Kecamatan Kalidawir dan Keca-
matan Campurdarat pada mata pelajaran IPS
dengan menerapakan Metode Numbered He-
ads Together untuk siklus II sudah menun-
jukkan perkembangan dengan baik yaitu
dengan persentase rata-rata sebesar 83,50%.
Amien Tri Waluyo, Peningkatan Kemampuan Guru Kelas III … 325
Tabel 6 Data Skor Aktivitas Guru Di 10 MI Binaan Pada Kec. Kalidawir dan Kec. Campurdarat Siklus II
No Nama Guru Nama Sekolah % Rata-rata Jumlah Skor
1 Hamim Thohari, S.Pd.I MIN Tunggangri 85.00
2 Suwarni, S.Pd.I MI Al-Hidayah 01 80.00
3 Muhroji, S.Pd.I MI Al-Hidayah 02 80.00
4 Imam Mudamiri, S.Pd.I MI Tarbiyatus Sibyan 87.50
5 Suryaning Rahayu, S.Pd MI Nurul Iman 85.00
6 Sulasah Muntamah, S.Pd.I MI Hidayatul Tholibin 87.50
7 Nur Huda, S.Pd.I MI Darussa'adah 85.00
8 Rohmat, S.Pd.I MI Al Huda 75.00
9 Rina Riasari, S.Pd.I MI Ummul Akhyar 85.00
10 Juwita Kasari, S.Pd.I MI Darussalam 85.00
Jumlah Skor 835
Rata-rata Skor 83.50
Tabel 7 Nilai Hasil Post-Test Siswa di 10 MI Binaan Pada Kecamatan Kalidawir dan Kecamatan Cam-
purdarat Siklus II
No MI Binaan Jumlah Siswa Nilai rata-rata Ketuntasan Belajar
∑ %
1 MIN Tunggangri 25 85.20 23 92.00
2 MI Al-Hidayah 01 24 85.00 23 95.83
3 MI Al-Hidayah 02 25 87.20 24 96.00
4 MI Tarbiyatus Sibyan 22 88.64 20 90.91
5 MI Nurul Iman 23 86.52 22 95.65
6 MI Hidayatul Tholibin 24 92.08 24 100.00
7 MI Darussa'adah 26 84.23 23 88.46
8 MI Al Huda 25 89.20 24 96.00
9 MI Ummul Akhyar 28 89.29 26 92.86
10 MI Darussalam 27 89.26 26 96.30
Jumlah 249 876.62 235 944.01
Rata-rata 87,66 94,40
Selama proses ini berlangsung banyak
ditemui peningkatan, antara lain: (a) Jumlah
siswa aktif meningkat; (b) Siswa tidak lagi
menunjukkan rasa takut dan minder; (c) Sis-
wa sudah menunjukkan termotivasi untuk
belajar bagaimana belajar.
Dari hasil pantauan peneliti selama
melakukan observasi terhadap aktivitas sis-
wa, maka untuk aktivitas siswa pada siklus
II mencapai 87,81% artinya siswa sudah
semakin baik dalam menerima tindakan per-
baikan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru melalui binaan supervisor.
Pengamatan untuk siklus II yang dapat
dilihat dari hasil penilaian oleh observer,
bahwa Metode Numbered Heads Together
dengan menekankan kepada terbentuknya
sikap kritis siswa terhadap berbagai perma-
salahan, dan motivasi, serta langkah-lang-
kahnya yang dibuat oleh guru pelaksana,
perlu dipertahankan dan diterapkan pada
pokok bahasan berikutnya. Sedangkan hasil
prestasi belajar siswa dapat dilihat pada nilai
post-tes.
Refleksi
Hasil penilaian pada lembar observasi
di siklus II, makin menunjukkan peningkat-
an yang sangat berarti, baik dari segi ke-
mampuan berpikir kritis (menganalisis, me-
mbedakan, menggeneralisasikan, menghipo-
tesis), maupun hasil dari post-test.
Hasil post test yang dilakukan ter-
hadap siswa, pada siklus II ini juga menun-
jukkan perubahan yang sangat menonjol.
Persentasenya disajikan pada Tabel 7.
326 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017
Tabel 8 Peningkatan Jumlah Ketuntas Belajar Siswa Kelas III Di 10 MI Binaan Pada Kecamatan Kali-
dawir Dan Kecamatan Campurdarat Siklus II
No MI Binaan Seb. Siklus Siklus I Peningkatan
1 MIN TUNGGANGRI 15 23 8
2 MI AL-HIDAYAH 01 16 23 7
3 MI AL-HIDAYAH 02 17 24 7
4 MI TARBIYATUS SIBYAN 14 20 6
5 MI NURUL IMAN 14 22 8
6 MI HIDAYATUL THOLIBIN 17 24 7
7 MI DARUSSA’ADAH 17 23 6
8 MI AL HUDA 17 24 7
9 MI UMMUL AKHYAR 18 26 8
10 MI DARUSSALAM 18 26 8
JUMLAH 163 235 72
Dari data Tabel 7, jika dibandingkan
dengan PTS siklus I, maka hasil PTS siklus
II ini semakin meningkat tajam, yaitu pada
PTS siklus I hampir semua di 10 MI Binaan
Pada Kecamatan Kalidawir dan Kecamatan
Campurdarat belum tercapai ketuntasan
belajar siswa secara klasikal, akan tetapi pa-
da siklus II setelah guru menerapkan Me-
tode Numbered Heads Together pada pem-
belajaran IPS ketuntasan belajar secara
klasikal telah tercapai.
Untuk mengetahui persentase pening-
katan prestasi belajar siswa di 10 MI Binaan
Pada Kecamatan Kalidawir dan Kecamatan
Campurdarat peneliti akan menampilkan
perkembangan tersebut pada Tabel 8.
Pengujian Hipotesis
Sesuai dengan data hasil penelitian di
atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
pendahuluan, dapat diterima. Hipotesis itu
terbukti setelah diadakan penelitian dan ob-
servasi/pengamatan selama 2 siklus. Bunyi
hipotesisnya adalah “Penerapan supervisi
kelas akan mampu meningkatkan kemam-
puan guru kelas III dalam menerapkan
Metode Numbered Heads Together pada
mata pelajaran IPS materi Kenampakan
alam dan buatan di 10 MI Binaan Pada
Kecamatan Kalidawir Dan Kecamatan
Campurdarat Kabupaten Tulungagung se-
mester I tahun 2016/2017”.
Untuk memperjelas keberhasilan PTS
ini, dapat dilihat data dan grafik perban-
dingan aktivitas pembelajaran Siklus I dan
siklus II pada Tabel 9.
Tabel 9 Peningkatan Aktivitas Belajar Guru Dan
Siswa Selama Menerapkan Metode Num-
bered Heads Together
Siklus I Siklus II
Aktivitas Guru 64.50 83.50
Gambar 1 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Di
10 MI Binaan Pada Kecamatan Kalidawir dan
Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulunga-
gung
Dan untuk peningkatan prestasi bela-
jar siswa kelas III dari siklus I, dan siklus II
dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 2.
64.50
83.50
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
Siklus I Siklus II
Aktivitas Guru
Amien Tri Waluyo, Peningkatan Kemampuan Guru Kelas III … 327
Tabel 10 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Ke-
las III Pada Mata Pelajaran IPS
Siklus I Siklus II
Nilai Rata-rata 71.72 87.66
% Ketuntasan 65.43 94.40
Gambar 2 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Kelas III Di 10 MI Binaan Pada Kecamatan Kali-
dawir dan Kecamatan Campurdarat Kabupaten
Tulungagung
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan pem-
belajaran pada siklus I dan siklus II, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa dengan men-
erapkan supervisi kelas dapat meningkatkan
kemampuan guru kelas III dalam menerap-
kan metode Numbered Heads Together pada
mata pelajaran IPS materi Kenampakan
alam dan buatan. Hal ini dapat dibuktikan
dengan meningkatnya kemampuan guru
selama melaksanakan metode Numbered H-
eads Together, pada siklus I persentase ke-
mampuan guru sebesar 64,50% dan men-
galami peningkatan pada siklus II menjadi
sebesar 83,50%. Selain peningkatan tersebut
prestasi belajar siswa kelas III di 10 MI
Binaan Pada Kecamatan Kalidawir Dan
Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulun-
gagung semester I tahun 2016/2017 juga
menunjukkan peningkatan. Pada Siklus I ni-
lai rata-rata siswa kelas III di 10 MI Binaan
Pada Kecamatan Kalidawir Dan Kecamatan
Campurdarat sebesar 71,72 dengan persen-
tase ketuntasan belajar sebesar 65,43%, dan
meningkat pada siklus II menjadi sebesar
87,66 dengan persentase ketuntasan belajar
sebesar 94,40%.
Saran
Walaupun penelitian ini telah selesai
bukan berarti selesai pula upaya supervisor
dalam memberikan contoh-contoh kepada
guru. Upaya memberi contoh-contoh kepada
guru perlu terus dikembangkan oleh super-
visor sekolah yang lain dan dengan subyek
yang berbeda. Studi mengenai Metode
Numbered Heads Together harus lebih dit-
ingkatkan dalam penelitian-penelitian meto-
de pembelajaran yang lain yang mungkin
lebih dapat menumbuhkan motivasi yang
lebih besar lagi. Hasil penelitian ini hen-
daknya semakin memacu supervisor sekolah
untuk lebih mengintensifkan dalam memberi
contoh-contoh Pembelajaran yang lebih me-
mungkinkan dapat meningkatkan keaktifan
siswa serta meningkatkan prestasi belajar
siswa. Dalam upaya menumbuhkan motivasi
berprestasi siswa hendaknya tiap melaksana-
kan pembelajaran menggunakan Metode
Numbered Heads Together. Melaksanakan
Metode Numbered Heads Together berarti
memberikan kesempatan yang sama kepada
seluruh siswa untuk bersikap kritis maupun
mencapai prestasi baik dari tingkatan pan-
dai, sedang maupun rendah. Hasil penelitian
ini sangat bermanfaat pada pelaksanaan pro-
gram peningkatan mutu pendidikan berbasis
sekolah. Oleh karena itu perlu dilakukan
perbaikan-perbaikan pada proses KBM yang
ada di sekolah diantaranya pendekatan pem-
belajaran yang diterapkannya.
71.7265.43
87.66 94.40
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
Nilai Rata-rata
%Ketuntasan
Siklus I
Siklus II
328 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017
DAFTAR RUJUKAN
B, Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Me-
ngajar Di Sekolah. Jakarta: PT. Ri-
neksa Cipta.
Depdiknas. 2008. Pengembangan Kemam-
puan Motorik Halus di Taman Kanak-
kanak. Jakarta: Direktorat Pembinaan
TK SD.
Isjoni. 2012. Cet. IV. Pembelajaran Ko-
operatif: Meningkatkan Kecerdasan
Komunikasi antar Peserta Didik. Yog-
yakarta: Pustaka Pelajar.
Piet A. Sahertian. (2000). Konsep Dasar
dan Teknik Supervisi Pendidikan da-
lam Rangka Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Asdi Maha-
satya.
Rahayu.Sri. Online. Numbered Heads To-
gether. dalam http://pelawiselatan.-
blogspot.com/200number-head-
together-html diakses pada 12 Agustus
2016
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learn-
ing (Teori Dan Implikasi Paikem).
Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik
Konsep, Landasan Teoritis-Praktis
dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publiser.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpa-
du. Jakarta: Bumi Aksara.