102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SD N JETIS 04 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Oleh HUDZAIFAH NOOR K7107006 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STRUKTURAL DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH

PADA SISWA KELAS V SD N JETIS 04 SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

SKRIPSI

Oleh

HUDZAIFAH NOOR

K7107006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STRUKTURAL DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH

PADA SISWA KELAS V SD N JETIS 04 SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

HUDZAIFAH NOOR

K7107006

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Dalam Matematika Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Dengan Teknik Make A Match pada

Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011

Oleh :

Nama : Hudzaifah Noor

NIM : K7107006

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Page 4: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 5: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Hudzaifah Noor. Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Dalam

Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Dengan

Teknik Make A Match pada Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun

Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei, 2011.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk meningkatkan kemampuan materi

pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan

teknik make a match pada siswa kelas V SD N 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2010/2011, (2) Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dalam

kemampuan materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD N 04 Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2010/2011.

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan model siklus.

Tiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan

refleksi. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Siklus I terdiri atas 2 pertemuan, begitu

juga dengan siklus II juga terdiri atas 2 pertemuan. Teknik pengumpulan data yang

dilakukan adalah dengan teknik observasi, dokumentasi dan tes. Teknik analisis data

yang digunakan adalah dengan melakukan deskripsi secara kualitatif. Pada penelitian

ini, guru melaksanakan pembelajaran dan peneliti berperan sebagai pengamat.

Sumber data yang digunakan berupa tes, dokumentasi dan observasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif

teknik make a match dapat meningkatkan kemampuan materi pecahan dalam

matematika dan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam penguasaan

materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.

Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rerata siswa

49,71 dengan persentase ketuntasan klasikal 7,14%, siklus I nilai rerata kelas

mencapai 72,78 dengan persentase ketuntasan klasikal 64,28% dan siklus II nilai

rerata siswa mencapai 81,64 dengan persentase ketuntasan klasikal 78,57%. Selain

itu, kualitas proses pembelajaran juga mengalami peningkatan, yaitu dengan

ditunjukkan dengan peningkatan kinerja guru dan aktivitas siswa dalam

pembelajaran. Yaitu pada kondisi awal rerata kinerja guru sebesar 1,92, siklus I

rerata kinerja guru sebesar 2,91 dan pada siklus II meningkat menjadi 3,75.

Sedangkan rerata aktivitas siswa pada kondisi awal sebesar 2,42 kemudian siklus I

sebesar 3,28 dan meningkat menjadi 4,49 pada siklus II. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif teknik make a match mampu meningkatkan kemampuan

materi pecahan siswa dan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam

penguasaan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2010/2011.

Page 6: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Hudzaifah Noor. Increasing Fraction Of Material Ability in Math From Using

Cooperative Learning Model of Structural Tipe Make A Match Tecnique For

Students 5TH

Elementary School of SD N JETIS 04 SUKOHARJO in Academic

Year 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty.

Sebelas Maret Surakarta, May, 2011.

The Purpose of this research is (1) to increase the ability of the material

fractions by using models of cooperative learning struktural tipe make a match

tecnique for childrens 5TH

elementary school of SD N Jetis 04 Sukoharjo in academic

year 2010/2011, (2) for increase the quality of the learning process of mathematics in

the mastery of fractions by using a model of cooperative learning techniques make a

match for childrens 5TH

elementary school of SD N Jetis 04 Sukoharjo in academic

year 2010/2011.

The shape of this research is Class Action Research with cycles model. Each

cycle consists of planning, implementation, observation, and reflection. The study

consisted of 2 cycles. Cycle I consists of two meetings, as well as the second cycle

also consists of two meetings. Techniques of data collection is carried out with the

technique of observation, documentation and testing. Data analysis technique used is

to conduct a qualitative description. In this study, teachers carry out teaching and

research role as observer. Sources of data used in the form of tests, documentation

and observation.

The results of this study indicate that the model of cooperative learning

techniques make a match to improve the ability of the material fractions in

mathematics and to improve the quality of the learning process in students 5TH

elementary school of SD N Jetis 04 Sukoharjo in Academic Year 2010/2011. This is

evident in the initial conditions prior to the act of a mean value of 49.71 students

with classical completeness percentage 7,14%, first cycle average value of 72,78

with a percentage grade achieved mastery classical cycle II 64.28% and the average

value of students reached 81, 64 with 78.57% percentage of classical completeness.

In addition, the quality of the learning process is also increasing, which is indicated

by improved performance by teachers and students in learning activities. Teacher

performance in initial conditions by 1,92. And than in cycle I mean the performance

of teachers amounted to 2.91 and on the second cycle increases to 3.75. While the

average student activity in the initial coditions by 2,42 and than the first cycle of 3.28

increased to 4.49 on the second cycle. Thus, it can be concluded that learning math

by using the model of cooperative learning of make a match techniques is able to

improve students 'fraction material and can improve the quality of the learning

process in students 5TH

elementary school of SD N Jetis 04 Sukoharjo in Academic

Year 2010/2011.

Page 7: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles)

Ketergesaan dalam setiap usaha membawa kegagalan. (Herodotus )

Hitung dan pertimbangkanlah suatu keputusan, sebelum kamu menyesal dan

menangisi keputusanmu itu. (penulis)

Page 8: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Dengan Menyebut Nama Allah SWT teriring doa dan ungkapan syukur

Alhamdulillah, Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

Pembaca pada umumnya

Semoga karya ini bermanfaat dan memberikan wawasan

dan pengetahuan yang positif

Segenap Keluarga Besar PGSD FKIP UNS

Tempatku menimba ilmu kependidikan

Segenap keluarga besar SD N Jetis 04 Sukoharjo

Page 9: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan Judul

“Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Dalam Matematika Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Dengan Teknik Make A Match Pada Siswa

Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011” ini diajukan untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengalami beberapa hambatan, namun

berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusdiana Indianto.M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.

5. Drs. Sutijan, M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan dorongan,

semangat dan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.

6. Keluarga besar SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo yang telah memberikan

semangat dan dukungan dalam penelitian.

7. Serta pihak-pihak terkait yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi

bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

Page 10: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii

ABSTRAK ..........................................................................................................iv

ABSTRACT ........................................................................................................v

HALAMAN MOTTO .........................................................................................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................1

B. Perumusan Masalah ..............................................................................4

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................5

BAB II. KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori ..........................................................................................6

1. Hakekat Kemampuan Materi Pecahan Dalam Matematika .............6

a. Pengertian Kemampuan ...............................................................6

b. Pengertan Matematika .................................................................6

c. Pengertian Pecahan ......................................................................8

d. Macam-macam Pecahan ..............................................................10

e. Perkalian Berbagai Bentuk Pecahan ............................................11

f. Pembagian Berbagai Bentuk Pecahan .........................................12

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match ...15

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ...............................15

b. Elemen Pembelajaran Kooperatif ................................................16

Page 11: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif .................................................17

d. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ..............................17

e. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif .................................18

f. Metode Pembelajaran kooperatif .................................................19

g. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif ................20

h. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match.......21

i. Langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match ..........21

j. Keungulan dan Kelemahan Teknik Make a Match .....................23

k. Penerapan Teknik Make A Match Dalam Matematika ...............24

l. Pengertian Pembelajaran .............................................................24

m. Pembelajaran Yang Berkualitas ..................................................25

B. Penelitian Yang Relevan .......................................................................29

C. Kerangka Berpikir .................................................................................30

D. Hipotesis ...............................................................................................32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Jadwal Penelitian ..............................................................33

1. Tempat Penelitian .............................................................................33

2. Jadwal Penelitian ..............................................................................33

B. Metode Penelitian .................................................................................34

C. Bentuk Penelitian ..................................................................................34

D. Subjek Penelitian ..................................................................................37

E. Sumber Data..........................................................................................37

F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................37

G. Validitas Data........................................................................................39

H. Teknik Analisis Data.............................................................................40

I. Indikator Kinerja ...................................................................................41

J. Prosedur Penelitian ...............................................................................41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................................45

B. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................................46

C. Deskripsi Permasalahan Penelitian .......................................................48

Page 12: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

D. Temuan dan Pembahasan Hasil penelitian ...........................................69

BAB V. KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ...........................................................................................81

B. Implikasi ...............................................................................................83

C. Saran .....................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................85

LAMPIRAN ........................................................................................................87

Page 13: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif .........................................18

Tabel 2. Jadwal Penelitian.................................................................................34

Tabel 3. Daftar Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V Pada

Kondisi awal........................................................................................46

Tabel 4. Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04

Sukoharjo Pada Kondisi Awal ............................................................47

Tabel 5. Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V Pertemuan 1

Siklus I ...............................................................................................56

Tabel 6. Data Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Pertemuan 2

Siklus I .................................................................................................57

Tabel 7. Data Perkembangan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada

Siklus I .................................................................................................59

Tabel 8. Data Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Pertemuan 1

Siklus II ................................................................................................66

Tabel 9. Data Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Pertemuan 2

Siklus II ................................................................................................67

Tabel 10. Data Perkembangan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada

Siklus II ................................................................................................68

Tabel 11. Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04

Sukoharjo Pada Kondisi Awal ...........................................................69

Tabel 12. Data Frekuensi Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N

Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I .........................................................70

Tabel 13. Data Frekwensi Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N

Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus II ........................................................72

Tabel 14. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Siswa

Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun pelajaran 2010/2011 .........73

Tabel 15. Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

Pada Kondisi Awal ..............................................................................74

Page 14: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

Tabel 16. Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I ...........75

Tabel 17. Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus II ..........75

Tabel 18. Rekapitulasi Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 ................................................75

Tabel 19. Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I .......78

Tabel 20. Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus II .....78

Tabel 21. Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2010/2011 .................................................................79

Page 15: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ...............................................................31

Gambar 2. Diagram Langkah Pelaksanaan Penelitian ......................................36

Gambar 3. Komponen Analisis Data ................................................................41

Gambar 4. Grafik Nilai Prasiklus ( kondisi awal ) Kemampuan Materi

Pecahan siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo ...........................47

Gambar 5. Grafik Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pada Pertemuan 1

Siklus I ............................................................................................56

Gambar 6. Grafik Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pada Pertemuan 2

Siklus I ............................................................................................58

Gambar 7. Grafik Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pada Pertemuan 1

Siklus II ...........................................................................................66

Gambar 8. Grafik Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pada Pertemuan 2

Siklus II ...........................................................................................67

Gambar 9. Grafik Nilai Prasiklus ( kondisi awal ) Kemampuan Materi

Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo ..........................70

Gambar 10. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V

SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 ....................71

Gambar 11 Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan. Siswa Kelas V

SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Siklus II ..........................................72

Gambar 12. Grafik Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Siswa

Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 .....73

Gambar 13. Grafik Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04

Sukoharjo Pada Kondisi Awal .......................................................74

Gambar 14. Grafik Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04

Sukoharjo Pada Siklus I .................................................................75

Gambar 15. Grafik Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04

Sukoharjo Pada Siklus II ................................................................76

Gambar 16. Grafik Kinerja daan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04

Sukoharjo ......................................................................................77

Page 16: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Gambar 17. Grafik Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

pada Siklus I ...................................................................................78

Gambar 18. Grafik Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

pada Siklus II..................................................................................79

Gambar 19. Grafik Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 ...........................................79

Gambar 20. Siswa Mencoba Menemukan Jawaban dari Kartu Soal Yang

Diberikan Oleh Guru ......................................................................176

Gambar 21. Siswa Berhasil Menemukan Pasangan Dari Kartu Soal /

Kartu Jawaban ................................................................................176

Gambar 22. Siswa Yang Berhasil Menemukan Pasangan Dari Kartu Soal /

Dari Kartu Jawabannya Melapor Pada Guru ..................................177

Gamabr 23. Siswa Berdiskusi Dengan Pasangannya Mengenai Penyelesaian

Dari Kartu Soal/Kartu Jawaban Yang Di Dapatnya .......................177

Gambar 24. Siswa Berdiskusi Dengan Pasangannya Mengenai Penyelesaian

Dari Kartu Soal/Kartu Jawaban Yang Di Dapatnya .......................178

Gambar 25. Siswa Beserta Pasangannya Mempresentasikan Hasil Diskusi.......178

Gamabr 26. Siswa Memperhatikan Presentasi Dari Pasangan Siswa

Yang Lain ........................................................................................179

Gambar 27. Guru Memberikan Reward Pada Siswa Yang Berhasil

Menyelesaikan Tugas Dengan Baik ................................................179

Gambar 28. Siswa Mengajukan Pertanyaan Kepada Guru .................................180

Gambar 29. Siswa Mencatat Hasil Presentasi Dari Semua Siswa ......................180

Page 17: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ..........................................................................................80

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.................................82

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...............................96

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Guru Sebelum Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match ................110

Lampiran 5. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Kondisi Awal

(pertemuan 1) ..................................................................................113

Lampiran 6. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Kondisi Awal

(pertemuan 2) ..................................................................................116

Lampiran 7. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 1 Siklus I .................119

Lampiran 8. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 2 Siklus I .................122

Lampiran 9. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 1 Siklus II ................125

Lampiran 10. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 2 Siklus II ..............128

Lampiran 11. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kondisi Awal

(Pertemuan 1) .................................................................................131

Lampiran 12 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kondisi Awal

(pertemuan 2) .................................................................................135

Lampiran 13. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran

Pertemuan 1 Siklus I .....................................................................140

Lampiran 14. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran

Pertemuan 2 Siklus I ..................................................................... I44

Lampiran 15. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran

Pertemuan 1 Siklus II ....................................................................148

Lampiran 16. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran

Pertemuan 2 Siklus II ....................................................................152

Lampiran 17. Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 ......................................................156

Lampiran 18. Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ......................................................158

Lampiran 19. Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 .....................................................160

Lampiran 20. Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 .....................................................162

Page 18: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Lampiran 21. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Kondisi Awal

Tanpa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik

Make A Match ...............................................................................164

Lampiran 22. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pertemuan 1

Siklus I Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Teknik Make A Match ..................................................................165

Lampiran 23. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pertemuan 2

Siklus I Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Teknik Make A Match ..................................................................166

Lampiran 24. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Siklus I

Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Teknik Make A Match ..................................................................167

Lampiran 25. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pertemuan 1

Siklus II Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Teknik Make A Match ..................................................................168

Lampiran 26. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pertemuan 2

Siklus II Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Teknik Make A Match ..................................................................169

Lampiran 27. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Siklus II

Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Teknik Make A Match ..................................................................170

Page 19: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab I Pasal 1 (1), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Sebagaimana yang tercantum pada UUD 1945 pasal

31 ayat 1 bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Pengajaran

ditujukan untuk mengembangkan sumber daya manusia berkualitas sebagai generasi

penerus bangsa.

Ada banyak faktor pendukung untuk keberhasilan suatu proses pendidikan,

misalnya kurikulum yang solit, tenaga pendidik yang profesional, sarana pendidikan

yang lengkap, suasana belajar yang tenang, tingkat intelegensi siswa yang diatas rata-

rata dan lain-lain (http://www.psb-psma.org/). Guru sebagai tenaga pendidik harus

menguasai prinsip-prinsip pembelajaran supaya tujuan dari pembelajaran dapat

dicapai, mulai dari perencanaan pembelajaran sampai evaluasi. Dalam perencanaan

yang baik, guru harus pandai memilih dan menentukan model, teknik serta metode

yang sesuai dengan karakteristik pelajaran. Ketepatan pemilihan model, teknik serta

metode yang digunakan, akan membawa dampak positif terhadap kualitas

pembelajaran, terutama untuk pelajaran yang dirasa sulit bagi siswa seperti mata

pelajaran matematika. Selama ini matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang

sulit yang harus dipelajari oleh setiap siswa, karena matematika adalah sarana untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu, kesulitan

belajar matematika harus diatasi sedini mungkin, jika tidak siswa akan mengalami

berbagai masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang

sesuai.

Page 20: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Dewasa ini, guru dituntut lebih kreatif dan inovatif untuk menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara

maksimal dan turut berpartisipasinya siswa dalam pembelajaran adalah satu dari

berbagai aspek yang dituntut dalam suatu pembelajaran. Walaupun demikian, tidak

jarang masih dijumpai guru yang masih mempertahankan cara lama dalam

pembelajarannya, yaitu dengan tetap setia pada model pembelajaran konvensional

atau ceramah. Misalnya pada mata pelajaran matematika, biasanya guru menjelaskan

materi secara panjang lebar dan siswa hanya mendengarkannya. Jadi, pembelajaran

hanya terjadi satu arah saja yaitu dari guru ke siswa. Padahal banyak model

pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran matematika di antaranya

dengan model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model

pembelajaran kuantum, model pembelajaran terpadu, dan model pembelajaran

berbasis masalah (Problem Based Learning).

Fenomena mendarahdagingnya model pembelajaran konvensional (ceramah)

juga terjadi di SD N Jetis 04 Sukoharjo. Berdasarkan wawancara penulis dengan

guru kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo mengenai pembelajaran matematika di SD

tersebut terutama materi pecahan, ternyata kemampuan materi pecahan para siswa

rendah. Dari 14 siswa di kelas tersebut, hanya seorang siswa yang mampu mencapai

KKM (70) dan rerata kelas hanya mencapai 49,71.

Untuk identifikasi lebih lanjut, peneliti melakukan wawancara dengan

beberapa siswa SD tersebut mengenai pembelajaran matematika yang diajarkan guru

selama ini. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa para siswa kurang

termotivasi mengikuti pembelajaran menulis karena pembelajaran yang diberikan

guru selama ini masih bersifat konvensional dan berjalan secara monoton tanpa ada

variasi metode dan teknik pembelajaran yang diberikan. Menurut mereka, metode

dan teknik pembelajaran yang digunakan guru selama ini kurang inovatif karena

dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan metode ceramah saja, sedangkan

siswa disuruh mengerjakan soal yang terdapat dalam buku teks yang dimiliki guru

atau lembar kerja siswa (LKS). Oleh sebab itulah, pembelajaran menulis di kelas

selama ini dirasakan membosankan atau menjenuhkan.

Page 21: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Dari hasil ulangan dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai 70 ke

atas hanya berjumlah 1 orang, sedangkan sisanya sebanyak 13 siswa mendapat nilai

50 ke bawah. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah nilai 15. Berdasarkan hal

ini dapat diketahui bahwa siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar hanya

seorang siswa sedangkan yang lain (sebanyak 13 siswa) belum mencapai ketuntasan

belajar. Hal ini dapat memperkuat bukti bahwa kemampuan materi pecahan siswa

masih rendah.

Rendahnya kemampuan materi pecahan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran, kurangnya penggunaan

media pembelajaran, rendahnya kreatifitas guru untuk menciptakan inovasi-inovasi

penggunaan model-model pembelajaran, tidak tepatnya pemilihan metode

pembelajaran, lingkungan sekolah yang kurang kondusif, teknik penilaian yang tidak

tepat, soal tes yang kurang valid serta keadaan jasmani dan rohani siswa yang kurang

mendukung.

Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diungkapkan di atas terkait

dengan rendahnya kemampuan materi pecahan siswa, peneliti bersama guru

berdiskusi untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran materi pecahan dalam

matematika pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo. Dari diskusi tersebut

diharapkan mampu meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa, yakni guru

harus menerapkan teknik pembelajaran yang berbeda dari teknik sebelumnya. Lebih

lanjut, guru dan peneliti menemukan satu tindakan dari penjabaran teknik

pembelajaran yang sebelumnya telah dibicarakan. Penerapan tindakan ini diharapkan

mampu meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa. Tindakan yang dimaksud

adalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan

teknik make a match. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

struktural dengan teknik make a match ini, pembelajaran akan lebih menyenangkan

dan siswa lebih antusias untuk mengikuti pembelajaran, sehingga siswa akan lebih

memahami materi pelajaran, lebih aktif dalam pembelajaran sehingga kemampuan

materi pecahan dan kualitas pembelajaran matematika akan meningkat juga. Hal ini

karena model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match

bersifat seperti permainan sehingga siswa tidak akan merasa terbebani dalam

Page 22: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

pembelajaran seperti pembelajaran-pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran konvensional.

Dengan demikian, model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai alternatif

guna meningkatkan kemampuan materi pecahan, khususnya pada siswa kelas V SD

N Jetis 04 Sukoharjo.

Dan dalam penelitian ini penulis menetapkan judul “PENINGKATAN

KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM MATEMATIKA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL DENGAN

TEKNIK MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SD N JETIS 04

SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011” sebagai judul dalam penelitian

ini. Agar penelitian ini terarah pada masalah yang diteliti, maka penelitian ini peneliti

membatasi pada tiga aspek, yaitu: masalah yang diteliti adalah kemampuan materi

pecahan dalam matematika, model pembelajaran yang digunakan adalah model

pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match, dan siswa yang

diteliti adalah siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011

berjumlah 14 siswa.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

penulis sampaikan sebelumnya, maka rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. “Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik

make a match dapat meningkatkan kemampuan materi pecahan pada siswa

kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011?”.

2. “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a

match dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dalam

kemampuan materi pecahan pada siswa V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun

Pelajaran 2010/2011?”.

Page 23: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. untuk meningkatkan kemampuan materi pecahan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa

kelas V SD N 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan

materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD N 04 Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai alternatif dalam

mengembangkan kemampuan mengajar matematika pada materi pecahan. Secara

rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini disusun dengan harapan dapat menjadi acuan bagi penelitian

yang terkait di masa yang akan datang.

b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalan

mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai peningkatan

kemampuan penguasaan materi pecahan dalam matematika.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, yaitu sebagai berikut:

Meningkatnya kemampuan materi pecahan dalam matematika.

b. Bagi guru, yaitu sebagai berikut:

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengajar matematika

dengan menggunakan model kooperatif tipe struktural dengan teknik make a

match.

c. Bagi sekolah, yaitu:

Hasil penelitian ini sebagai sumbangan yang bermanfaat dalam rangka

perbaikan kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan materi

pecahan.

Page 24: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kemampuan Materi Pecahan Dalam Matematika

a. Pengertian Kemampuan

Menurut Robbins dalam http://digilib.petra.ac.id/ , 23 Maret 2011,

kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai hal tertentu. Kemampuan

tersebut terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Selain itu,

menurut Davis http://digilib.petra.ac.id/, 23 Maret 2011 kemampuan terdiri dari

kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality yaitu pengetahuan dan keterampilan.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

kemampuan adalah kecakapan atau kesanggupan seseorang dalam melakukan atau

menguasai suatu hal tertentu.

b. Pengertian Matematika

Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007: 1), matematika adalah bahasa

simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang

pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak

didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke

dalil. Senada dengan pendapat tersebut, menurut Johnson dan Myklebust dalam

Mulyono Abdurahman (2003: 252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi

praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.

James dan James dalam Idarufaidah (http://blog.math.uny.ac.id/, 17 Maret

2011) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,

susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya dengan

jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan

geometri.

Page 25: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Menurut Roberte., Reys., Marilyn, N., Suydam, Mary M., Lindquist., Nancy,

L., & Smith (1996: 2), mathematics is a study of patterns and relationships.

Children need to become aware of recurring ideas and of relationship and

adeas procide a unifying thread troughout the curriculum, because each topic

is interwoven with others thst hsve preceded it. Childrens must come to see

how one idea is like or unlike others already learned. Matematika adalah studi

tentang pola dan hubungan, para anak-anak (siswa) perlu menyadari gagasan

ide yang berulang dan berhubungan dalam sebuah satuan kurikulum.

Menurut Lerner dalam Mulyono Abdurahman (2003:252), matematika

adalah bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan

mengkomunikasikan ide-ide mengenai elemen dan kuantitas. Sedangkan menurut

Kline dalam Mulyono Abdurahman (2003: 252), matematika merupakan bahasa

simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga

tidak melupakan cara bernalar induktif.

Menurut Reys dalam Erman Suherman dan Udin S. Winataputra (1992:120)

matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir,

suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Sedangkan menurut Paling dalam Mulyono

Abdurahman (2003: 252) matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban

terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara untuk menemukan jawaban

terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi,

menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan

tentang menghitung dan yang terpenting adalah memikirkan dalam diri manusia itu

sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Seiring dengan

pendapat tersebut, menurut Johnson dan Rising dalam Erman Suherman dan Udin S.

Winataputera (1992: 120) adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian

yang logik.

Dari pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

matematika adalah bahasa simbol, pola berpikir dan bahasa universal yang memiliki

objek tujuan abstrak yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan

mengkomunikasikan ide-ide untuk memecahkan masalah yang dihadapi manusia.

Dengan mempelajari matematika berarti kita telah menyiapkan diri untuk

menghadapi berbagai keadaan dan masalah yang ada di kehidupan sehari-hari. Hal

ini karena matematika memberikan kontribusi yang besar pada kita sebagai manusia

Page 26: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

yang tidak lepas dari berbagai permasalahan dalam keseharian. Matematika juga

sebagai ilmu yang menjadi dasar dari perkembangan ilmu yang lainnya. Matematika

tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar

terbentuknya matematika.

Menurut Nyimas Aisyah ( 2007: 1-5), tujuan matematika di Sekolah Dasar

adalah agar siswa memiliki 5 kemampuan: 1). Memahami konsep matematika,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2). Menggunakan penalaran pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika. 3). Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

memahami masalah, merancang model matematika dan menafsirkan solusi

yang diperoleh. 4). Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,

diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5).

Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

mempunyai rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

c. Pengertian Pecahan

Menurut ST. Negoro dan Harahap (1998: 160), pecahan adalah bilangan

yang menggambarkan bagian dari keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari

suatu benda, atau bagian dari suatu himpunan. Senada dengan pendapat di atas,

Muchtar A. Karim (1998:6.4) mengemukakan bahwa pecahan adalah perbandingan

bagian yang sama terhadap keseluruhan dari sutau benda atau himpunan bagian yang

sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan terhadap himpunan semula. Maksud

dari “perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu benda” yaitu

apabila suatu benda dibagi menjadi beberapa bagian yang sama, maka perbandingan

itu menciptakan lambang dasar suatu pecahan. Sedangkan maksud dari “himpunan

bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan semula” adalah sutu

himpunan dibagi atas himpunan bagian yang sama, maka perbandingan setiap

himpunan bagian yang sama itu terhadap keseluruhan himpunan semula akan

menciptakan lambang dasar suatu pecahan.

Menurut Sulis Sutrisna (2006: 14), pecahan adalah sesuatu yang tidak utuh,

yang mempunyai jumlah kurang atau lebih utuh. Seiring dengan pendapat tersebut,

Heruman (2008: 1) mengemukakan bahwa pecahan dapat diartikan sebagai bagian

Page 27: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dari sesuatu yang utuh. Misalnya dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud

adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian

inilah yang dinamakan pembilang. Sedangkan bagian yang utuh adalah bagian yang

dianggap sebagai penyebut.

Seiring dengan pendapat di atas, Riedesel, Scwartz dan Clement (1996: 218)

mengemukakan bahwa a fraction consists of an ordered pair of integers symbolized

by a/b or more conventionally, by b

a in which the first or top integer is called the

numerator and the second or bottom integer is called the denominator.

Selaras dengan pendapat di atas, John Bird (2004: 6) mengemukakan bahwa

ketika 2 dibagi dengan 3, kita dapat menulisnya dengan 3

2 atau 2/3. 3

2 disebut

pecahan. Bilangan 2 di atas garis disebut pembilang dan bilangan 3 di bawah garis

disebut penyebut. Jika nilai pembilang lebih kecil daripada nilai penyebut, pecahan

itu disebut pecahan wajar (proper fraction). Sedangkan jika pembilang lebih besar

dari penyebut maka pecahan itu disebut pecahan tidak wajar (improper fraction),

misalnya pada bilangan 7/3. Pecahan tidak wajar disebut juga pecahan campuran.

Dengan demikian, bilangan pecahan tidak wajar 7/3 sama dengan bilangan pecahan

campuran 23

1 .

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari himpunan, yang

merupakan perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari sesuatu yang

tidak utuh yang mempunyai jumlah kurang atau lebih dari utuh yang dilambangkan

dengan a/b atau b

a , a disebut dengan pembilang dan b disebut penyebut, a dan b

merupakan bilangan bulat dengan b = 0.

Page 28: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

d. Macam-Macam Pecahan

Berbagai macam pecahan adalah sebagai berikut ini:

1) Pecahan biasa

Menurut Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 107),

pecahan biasa yaitu bilangan pecahan yang terdiri dari pembilang dan penyebut saja.

Misalnya pada bilangan pecahan 3/4, 2/5, 1/3 dan sebagainya.

Senada dengan pendapat tersebut, Sulis Sutrisna (2006: 15)

mengemukakan, pecahan biasa adalah pecahan yang dapat dinyatakan dengan

pembilang per penyebut. Bilangan pecahan biasa disebut dengan bilangan pecahan

murni. Contohnya 1/3, 2/3, 7/3, dan sebagainya. Sedangkan pecahan campuran

adalah bilangan pecahan yang terdiri dari bilangan utuh ditambah pembilang per

penyebut. Contohnya 23

1 , 57

5 ,dan seterusnya.

2). Desimal

Menurut Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 107),

sistem bilangan desimal didasarkan pada bilangan 0 hingga 9. Bilangan seperti 53,17

disebut dengan pecahan desimal. Semua koma desimal memisahkan bagian bilangan

bulat, yaitu 53 dari bagian pecahan yaitu 0,17. Sedangkan menurut Sulis Sutrisna

(2006: 16), pecahan desimal adalah bilangan pecahan yang diperoleh dari hasil

pembagian suatu bilangan dengan bilangan sepuluh, seratus, seribu, dan seterusnya.

Contohnya 100

25 jika dinyatakan dalam pecahan desimal menjadi 0,25.

3). Persentase (persen)

Menurut Sulis Sutrisna (2006: 16), persen mempunyai arti per seratus atau

dibagi seratus. Jadi bilangan persen adalah suatu bilangan yang dibagi dengan seratus

dan dilambangkan dengan %. Seiring pendapat Sulis Sutrisna tersebut, Aksin Nur

(2008: 108) mengungkapkan bahwa persentase digunakan untuk menyatakan suatu

standar yang umum dan merupakan pecahan dengan penyebut 100. Sebagai contoh,

25 persen berarti 100

25 atau dapat ditulis dengan 25 %.

Page 29: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

e. Perkalian Berbagai Bentuk Pecahan

1). Perkalian Pecahan Biasa

Perkalian adalah penjumlahan berulang.

3 x

2

1 =

2

1+

2

1 +

2

1

= 2

3

Dalam Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 109), langkah-

langkah mengalikan dua pecahan (pecahan biasa atau campuran) atau lebih sebagai

berikut.

a). Ubahlah pecahan yang dikalikan ke bentuk pecahan biasa.

b). Kalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut.

3

1 x 7

5 = 73

51

x

x

= 21

5

4 x 3

2 =

1

4x

3

2

= 31

24

x

x

= 3

8

= 23

2

2). Perkalian Pecahan Desimal

Perkalian pecahan desimal sama mudahnya dengan perkalian bilangan

cacah. Menurut (Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin 2008: 109) cara

mengalikan pecahan desimal ada dua cara, yaitu:

a) mengubah ke pecahan biasa dahulu, kemudian dikalikan,

b) langsung mengalikan pecahan desimal.

Contoh: 0,4 x 1,2 = 10

4 x

10

12

= 100

48

= 0,48

Page 30: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

3). Perkalian berbagai bentuk pecahan

Langkah-langkah mengalikan berbagai bentuk pecahan menurut (Y. D.

Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008:110) adalah sebagai berikut.

a) Mengubah ke pecahan yang sejenis (ke bentuk pecahan biasa atau bentuk desimal

semua).

b) Mengalikan pecahan-pecahan tersebut.

Contoh:

0,12 x 6

5=

10

12x

6

5

= 60

60

= 1

15% x 2,4 = 0,15 x 2,4

= 0,36

20% x 18

7=

100

20x

8

15

= 800

300

= 8

3

f. Pembagian Berbagai Bentuk Pecahan

1). Pembagian Pecahan Biasa

Pembagian pecahan biasa dikerjakan dengan mengalikan dengan kebalikan

bilangan pembaginya. Contohnya sebagai berikut ini.

4

3:

7

5 =

7

54

3

=

7

54

3

x 1

Page 31: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

=

7

54

3

x

5

75

7

=

57

7554

73

x

xx

x

= 1

54

73

x

x

= 4

3 x

5

7

= 54

73

x

x

= 20

21

Atau

4

3:

7

5 sama dengan

4

3x

5

7

2). Pembagian Pecahan Desimal

Dalam Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 110),

pembagian pecahan desimal sama mudahnya dengan perkalian pecahan desimal.

Pembagian pecahan desimal dapat dilakukan dengan mengubah pecahan desimal

menjadi pecahan biasa terlebih dahulu kemudian dikalikan dengan kebalikan dari

pembaginya. Contoh:

3,6 : 0,3 = 10

36:

10

3

= 10

36 x

3

10

= 310

1036

x

x

= 3

36

= 12

Page 32: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3). Pembagian Berbagai Bentuk Pecahan

Pada pembagian berbagai bentuk pecahan, langkah-langkahnya seperti pada

perkalian berbagai bentuk pecahan. Adapun langkah-langkahnya menurut Y. D.

Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 111) adalah sebagai berikut ini.

a) Mengubah seluruh pecahan yang dioperasikan ke bentuk pecahan yang sejenis

(mengubah ke bentuk pecahan biasa atau desimal semua).

b) Membagi pecahan-pecahan tersebut.

Contoh:

0,75 : 8

3 =

100

75 :

8

3

= 100

75 x

3

8

= 300

600

Dari berbagai definisi mengenai kemampuan , matematika, materi pecahan

yang telah penulis jabarkan sebelumnya, maka dapat disintesiskan bahwa hakikat

kemampuan materi pecahan dalam matematika adalah adalah sebuah kecakapan atau

kesanggupan seseorang dalam memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide-

ide untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam materi pecahan yang meliputi

hal-hal yang berkenaan dengan bentuk-bentuk pecahan yang terdiri dari pecahan

biasa, pecahan campuran, pecahan desimal, dan pecahan persen yang meliputi

operasi perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan. Kemampuan materi

pecahan pada siswa merupakan suatu bentuk kecakapan dan kesanggupan siswa

dalam memikirkan, menguasai, mengkomunikasikan, dan memecahkan masalah

yang berkenaan dengan materi pecahan yang meliputi materi bentuk-bentuk

pecahan, materi pengubahan suatu pecahan ke bentuk pecahan lain, serta berbagai

operasi dalam pecahan termasuk di dalamnya operasi perkalian dan pembagian

berbagai bentuk pecahan.

Page 33: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural

Dengan Teknik Make A Match

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Toeti Sukamto dan Udin Saripudin Winataputera dalam Anton

Sukarno (2006: 1440), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan

belajar mengajar. Senada dengan pendapat tersebut, Arends dalam Trianto (2007: 4)

mengemukakan, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model

pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan

sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai

satu kelompok atau satu tim. Menurut Slavin dalam Isjoni (2010: 22), “In

cooperative learning methods, students work together in four member teams to

master material initially presented by the theacher”, dalam pembelajaran kooperatif

siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang,

secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta siswa lebih bergairah dalam

belajar. Selaras dengan pendapat tersebut, menurut Johnson dalam Isjoni dan Mohd.

Arif Ismail (2008: 150), pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja sama

dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif siswa mencari hasil

yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok.

Anita Lie dalam Isjoni dan Mohd. Arif Ismail (2008: 150) menyebut

pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu kelompok

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan

siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Senada dengan pendapat Anita Lie,

Sugiyanto (2009: 37) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja

sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Page 34: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Menurut Johnson & Johnson dalam Isjoni dan Mohd. Arif Ismail (2008:

152) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-

kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman

belajar yang berkelompok, sama dengan pengalaman individu maupun pengalaman

kelompok. Senada dengan pendapat tersebut, Sunal dan Hans dalam Isjoni (2010: 15)

mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan

atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan pada

siswa agar bekerja sama selama pembelajaran.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran secara membentuk berkelompok-kelompok kecil,

dalam proses pembelajaran anggota kelompok bekerja sama dengan anggota

kelompok yang lain dalam tugas-tugas yang terstruktur sehingga setiap siswa

mendapatkan pengalaman yang sama. Hal ini didasarkan pada manusia yang

memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta masa depan yang berbeda-

beda. Dengan perbedaan itulah manusia dapat saling asah, asih dan asuh atau dengan

kata lain saling mencerdaskan.

b. Elemen Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

elemen pembelajaran kooperatif menurut Lie dalam Sugiyanto (2009: 40) adalah

sebagai berikut.

1). Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong

siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan saling membutuhkan inilah

yang dimaksud dengan ketergantungan positif, yang meliputi saling

ketergantungan dalam mencapai tujuan, saling ketergantungan dalam

menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling

ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah.

2). Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa untuk saling tatap muka dalam

kelompok sehingga mereka saling berdialog. Interaksi tersebut sangat penting

karena siswa merasa lebih mudah belajar dari teman sebaya.

3). Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujud dalam belajar kelompok.

Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi

Page 35: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya

disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok

mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan. Penilaian

kelompok didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota kelompok

secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.

4). Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,

mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran

logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang

bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan

tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan

sosial, akan memperoleh teguran dari guru dan sesama siswa.

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Adapun tujuan dari pembelajaran kooperatif menurut Agus Suprijono (2010: 54)

adalah sebagai berikut ini.

1). Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-

tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu

siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

2). Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya

yang mempunyai berbagai macam latar belakang.

3). Pengembangan keterampilan sosial, yaitu untuk mengembangkan keterampilan

sosial siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat

orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan

bekerja dalam kelompok.

d. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Lungdren dalam Isjoni

(2010: 16) sebagai berikut:

1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang

bersama”.

2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain

dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam

mempelajari materi yang dihadapi.

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

Page 36: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota

kelompok.

5. Para siswa diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang ikut berpengaruh

terhadap evaluasi kelompok.

6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan

bekerja sama selama belajar.

7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual meteri

yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

e. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-fase model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel 1 berikut

ini.

Tabel 1. Fase-fase model pembelajaran kooperatif

Fase Indikator Aktivitas Guru

1 Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa

2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan

jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

3 Mengorganisasikan siswa

ke dalam kelompok-

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi efisien

4 Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat mengerjakan tugas

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau

hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.

Page 37: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

f. Metode Pembelajaran Kooperatif

Dalam Sugiyanto (2009: 44), disebutkan bahwa metode pembelajaran

kooperatif diantaranya adalah sebagai berikut ini.

1). Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions)

Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari

Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling

langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif.

2). Metode Jigsaw

Metode Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari

Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan.

3). Metode GI (Group Investigation)

Dasar-dasar metode GI dirancang oleh Herbert Thelen kemudian diperluas

dan diperbaiki oleh Sharn dan kawan-kawan dari Universitas Tel Aviv. Metode GI

dipandang paling kompleks dan paling sulit pelaksanaannya dalam pembelajaran.

4). Metode Struktural

Metode struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan-kawan.

Metode struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Menurut Sugiyanto (2009: 49) beberapa

teknik dalam metode struktural adalah sebagai berikut:

a). teknik make a match

b). teknik bertukar pasangan

c). teknik berkirim salam dan soal

d). teknik bercerita pasangan

e). teknik dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray)

f). teknik keliling kelompok

g). teknik kancing gemerincing

h). teknik tebak pelajaran

i). teknik TQ (Team Quiz).

Page 38: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Dalam penelitian ini, metode pembelajaran yang digunakan adalah metode

struktural dengan teknik make a match.

g. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Cilibert Macmilan dalam Isjoni dan Muhd. Arif Ismail (2008: 157)

kelebihan dari model pembelajaran kooperatif yaitu lebih memberi peluang kepada

siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan dan pengalaman yang

diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah suatu

pandangan kelompok. Sedangkan menurut Sharan dalam Isjoni dan Muhd. Arif

Ismail (2008: 157) siswa yang belajar dengan menggunakan jenis pembelajaran

kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena dibantu dari rekan sebaya.

Menurut Sugiyanto (2009: 43), kelebihan pembelajaran kooperatif adalah

sebagai berikut:

1. meningkatnya kepekaan dan kesetiakawanan sosial

2. memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi,

perilaku sosial, dan pandangan-pandangan

3. memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial

4. memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen

5. menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois

6. membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa

7. berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling

membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan

8. meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia

9. meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai

perspektif

10. meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik

11. meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan,

jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah adanya

kemungkinan siswa tidak aktif dalam kegiatan diskusi kelompok sehingga perlu

adanya tindakan guru untuk mengkondisikan siswa.

Page 39: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

h. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match

Menurut Isjoni (2009: 34), pembelajaran kooperatif teknik make a match

adalah teknik pembelajaran yang dikembangkan oleh Loma Curran. Yaitu dalam

pembelajaran siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu topik dalam

suasana pembelajaran yang menyenangkan. Seiring dengan pendapat tersebut, Agus

Suprijono (2010: 120) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif teknik make a

match adalah suatu pembelajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan mencocokkan

kartu soal dengan kartu jawaban mengenai materi pelajaran.

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif teknik make a match adalah suatu pembelajaran yang di dalamnya

terdapat kegiatan siswa mencari pasangan dari kartu soal atau kartu jawaban

mengenai suatu materi pelajaran dalam suasana yang menyenangkan.

i. Langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match

Menurut Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 46) langkah-langkah yang

dapat dilakukan dalam model pembelajaran ini adalah sebagai berikut ini.

1). Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang

cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya

kartu jawaban.

2). Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3). Setiap siswa memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang dipegang.

4). Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan

kartunya (soal jawaban).

5). Setiap siswa yang dapat menjodohkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6). Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya.

7). Pembahasan dan kesimpulan.

Sedangkan menurut Tarmizi (http://tarmizi.wordpress.com, 14 Desember

2010) langkah pembelajaran dengan make a match adalah sebagai berikut ini:

Page 40: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

1). Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang

cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu

jawaban.

2). Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.

3). Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4). Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya:

pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan

berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).

5). Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6). Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat

menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang

telah disepakati bersama.

7). Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

8). Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu

yang cocok.

9). Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi

pelajaran.

Kedua pendapat tersebut pada dasarnya memiliki langkah yang sama, hanya

saja pendapat dari Tarmizi menggunakan hukuman bagi siswa yang melewati batas

waktu dalam mencari pasangan dari soal atau jawabannya.

Seiring dengan kedua pendapat tersebut di atas, menurut Agus Suprijono

(2010:120), langkah pembelajaran dengan teknik make a match adalah sebagai

berikut ini:

1). Guru membagi siswa menjadi dua kelompok, yaitu kelompok soal dan kelompok

jawaban.

2). Setiap siswa diberi satu kartu soal/ kartu jawaban yang telah disiapkan guru.

3). Setiap siswa diharapkan mampu menemukan pasangan dari kartu yang

didapatnya.

4). Siswa yang telah menemukan pasangan, duduk berdekatan.

Page 41: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

5). Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, setiap

pasangan membacakan dengan keras soal yang diperoleh pada teman-temannya

yang lainnya. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya.

6). Akhir pembelajaran dilakukan klarifikasi dan kesimpulan.

Dalam penelitian ini, langkah pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif teknik make a match yang digunakan sebagai berikut ini:

1). Guru membagi jumlah siswa menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama

sebagai kelompok soal dan kelompok kedua sebagai kelompok jawaban.

2). Guru membagikan kartu soal pada tiap-tiap siswa di kelompok 1 (kelompok soal),

dan membagikan kartu jawaban pada kelompok kedua (kelompok jawaban).

3). Masing-masing siswa segera mencari pasangan dari kartu yang didapatnya.

4). Setelah berhasil menemukan pasangan dari kartunya, siswa melapor pada guru.

5). Siswa beserta pasangannya berdiskusi mengenai penyelesaian dari soal yang

didapat (dari kartu soal) sehingga diketemukan kartu jawaban pada pasangannya

tersebut.

6). Siswa beserta pasangannya secara bergantian mempresentasikan hasil diskusinya

di depan kelas.

7). Siswa yang berhasil menemukan pasangan dari kartu yang didapatnya dan dapat

mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik mendapatkan poin (reward) dari

guru.

8). Guru beserta siswa membuat kesimpulan dari pelajaran.

j. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Make A Match

Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil

belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Pada

penerapan teknik make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa teknik make a

match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan

mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih

menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses

pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan

kartunya masing-masing. Sedangkan kelemahan dari metode ini ialah jika kelas

Page 42: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

termasuk kelas gemuk (lebih dari 30 orang/kelas) karena jika guru kurang bijaksana

maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak

terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri

kanannya.

k. Penerapan Teknik Make A Match pada Pelajaran Matematika

Penerapan teknik make a match dalam mata pelajaran matematika tentunya

tidak bisa disamakan dengan mata pelajaran yang lain. Pelajaran matematika pada

penelitian ini menitik beratkan pada kemampuan operasi hitung pecahan yang terdiri

dari perkalian berbagai bentuk pecahan dan pembagian berbagai bentuk pecahan.

Dalam pembelajaran dengan teknik make a match ini, dalam mencari kartu jawaban

dari kartu soal yang didapatnya, siswa terlebih dahulu menghitung dan mencari

penyelesaian dari soal yang didapatnya. Kemudian juga terdapat sesi diskusi dengan

pasangannya guna memecahkan penyelesaian soal pada kartu soal sehingga

didapatkan jawaban pada kartu jawaban. Dalam kegiatan ini terjadi transfer

knowledge dari satu siswa ke siswa yang lain.

Pada sesi presentasi masing-masing pasangan mengemukakan hasil diskusi

mereka pada teman-teman sekelas mengenai penyelesaian dari soal yang didapatnya

sehingga dapat didapat jawaban dari kartu pasangannya.

l. Pengertian Pembelajaran

Menurut Winarno Surakhmad (2009: 346), pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Berdasarkan konsep tersebut, dalam kata “pembelajaran” terkandung dua

kegiatan yaitu belajar dan mengajar. Kedua kegiatan itu berkaitan dengan upaya

membelajarkan siswa agar berkembang potensi intelektualnya. Pembelajaran ini

menuntut komunikasi dua arah dari guru ke siswa dan dari siswa ke guru.

Seiring dengan pendapat tersebut, Sudirwo dalam Sambas Ali. M

(http://sambasalim.com /pendidikan/ kualitas-proses-pembelajaran.html, 17 Maret

2011) pembelajaran adalah interaksi belajar mengajar dalam suasana interaktif yang

terarah pada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. E. Mulyasa dalam Sambas

Ali. M (http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran. html, 17

Page 43: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Maret 2011) juga menyatakan bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah proses

interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan

perilaku ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan ketiga definisi pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar

pada lingkungan belajar yang terarah pada tujuan pembelajaran.

m. Pembelajaran yang Berkualitas

Menurut Winarno Surakhmad (2009: 354), pembelajaran yang berkualitas

sekurang-kurangnya mendudukkan peserta didik sebagai pembelajar yang

berkualitas, yang difasilitasi oleh guru yang berkualitas, dengan didukung ekosistem

pembelajaran berkualitas di dalam konteks lembaga pembelajaran yang berkualitas.

Hanya pembelajaran yang berkualitas yang mampu menghasilkan pembelajaran lebih

baik. Jadi, komponen penentu kualitas pembelajaran terletak pada pembelajar

(siswa), program pengajaran, ekosistem pembelajaran, lembaga pembelajaran, dan

fasilitator pembelajaran.

1). Pembelajar (siswa)

Siswa sebagai pelaku proses pembelajaran seringkali dianggap sebagi tokoh

yang paling utama dalam penentu kualitas pembelajaran. Padahal hal tersebut sangat

tidak tepat karena siswa bukanlah satu-satunya alat ukur dari kualitas pembelajaran.

Siswa yang berkualitas adalah siswa yang siap secara jasmani dan rohani.

2). Program Pembelajaran

Program pembelajaran meliputi materi pembelajaran yang digunakan.

materi yang berkualitas dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut ini:

a). materi pembelajaran harus selaras dengan kurukulum yang berlaku.

b).materi pembelajaran harus sesuai dengan perkembangan teknologi dan

komunikasi.

c). materi pembelajaran harus sesuai dengan tuntutan masyarakat.

d). materi pembelajaran harus sesuai dengan kehidupan peserta didik.

Page 44: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

3). Ekosistem Pembelajaran

Ekosistem pembelajaran mencakup tiga hal yaitu ekosistem keluarga,

ekosistem sekolah dan ekosistem masyarakat. Ketiga ekosistem tersebut saling

berkaitan satu sama lain sehingga peran ketiganya sangat penting dan mempengaruhi

kualitas pembelajaran. Keluarga yang tingkat kesadaran akan pendidikan tinggi,

tentu akan mengarahkan anggota keluarganya untuk berprestasi dalam pembelajaran

di sekolah. Keluarga yang seperti ini mempunyai andil yang besar pada kualitas

peserta didik (siswa). Sedangkan dari segi ekosistem sekolah, tentunya sekolah yang

menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif akan berpengaruh pada kualitas

pembelajaran itu sendiri. Dari sisi ekosistem masyarakat, masyarakat kebanyakan

beranggapan bahwa sekolah adalah tempat penampungan anak sebelum anak

bekerja. Hal ini sangat tidak tepat, karena sekolah adalah tempat yang digunakan

untuk “transfer knowledge” sehingga anak yang belum tahu menjadi tahu sehingga

pengalaman, pengetahuan, serta pengalaman anak meningkat atau bertambah.

4).Lembaga Pembelajaran

Lembaga pembelajaran yang berkualitas adalah lembaga pembelajaran

yang didukung oleh berbagai sarana dan prasarana yang memadai, tenaga pendidik

yang kompeten di bidangnya, serta sistem yang solid.

5). Fasilitator Pembelajaran

Guru sebagai fasilitator pembelajaran, harus menguasai berbagai

kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

a). kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan

pembelajaran siswa yang sekurang-kurangnya meliputi: pemahaman wawasan

atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap siswa, pengembangan

kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran

yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil

pembelajaran, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasi potensi yang

dimilikinya.

Page 45: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

b). kompetensi kepribadian yang mencakup kepribadian yang beriman dan bertaqwa

pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis,

mantap, stabil, dewasa, berwibawa, jujur, sportif, secara objektif mengevaluasi

kinerja sendiri, mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

c). kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat

yang meliputi berkomunikasi lisan atau tulis secara santun, menggunakan

teknologi komunikasi dan informasi secara fungisional, bergaul secara efektif

dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan atuan

pendidikan, wali siswa.

d). kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai

pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni budaya yang

diampunya yang meliputi materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai

dengan standar isi program satuan pendidikan dan mata pelajaran, konsep dan

metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevanyang secara

konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata

pelajaran atau kelompok mata pelajaran yang diampu.

Sedangkan menurut Sambas Ali (http://sambasalim.com

/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html, 17 Maret 2011) dijelaskan bahwa

paradigma mutu atau kualitas dalam konteks pembelajaran mencakup input, proses

dan output. Input pembelajaran adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena

merupakan kebutuhan dari proses pembelajaran yang meliputi sumberdaya serta

harapan-harapan sebagai pemandu bagi keberlangsungan proses pembelajaran. Input

sumber daya manusia meliputi siswa dan guru. Sedangkan sumber daya selebihnya

meliputi peralatan, perlengkapan. Harapan meliputi visi, misi, tujuan dan sasaran

yang ingin dicapai. Kesiapan input sangat diperlukan supaya proses pembelajaran

berlangsung dengan baik. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian

dan penyerasian serta pemaduan input dilakukan secara harmonis sehingga

menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi

dan minat belajar,dan benar-benar mampu memberdayakan siswa. Kualitas proses

pembelajaran dapat diukur dengan mengukur seberapa besar aktivitas siswa dalam

mengikuti pembelajaran dan kinerja guru dalam pembelajaran. Adapun indikator

Page 46: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

kualitas proses pembelajaran dari segi siswa, dapat dilihat dari beberapa aspek

sebagai berikut ini.

a). Antusias terhadap apersepsi yang diberikan guru dalam pembelajaran.

b). Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

c). Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan.

d). Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

e). Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran.

f). Kemampuan siswa mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan guru.

g). Kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Sedangkan indikator kualitas proses pembelajaran dari segi guru, dapat

dilihat dari beberapa aspek di bawah ini:

a). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b). Menyiapkan(mengondisikan) siswa untuk siap mengikuti pembelajaran.

c) Memberikan motivasi belajar pada siswa.

d). Melakukan apersepsi pembelajaran dengan baik.

e). Menyampaikan materi pelajaran dengan jelas dan mudah dipahami.

f). Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.

g).Memberikan arahan kepada siswa mengenai langkah pembelajaran yang

dilakukan.

h). Memberikan bimbingan kepada siswa yang belum paham dalam materi pelajaran.

i). Kemampuan guru dalam menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

j). Kemampuan memberikan tes akhir pada siswa.

k).Kemampuan guru dalam mengevaluasi kemampuan siswa dalam materi

pembelajaran.

l). Kemampuan guru dalam memberikan balikan kepada siswa.

Page 47: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Tarmizi Ramadhan (2008) dengan

judul, ”Upaya Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa

Melalui Teknik Pembelajaran Make a Match”. Hasil penelitian .menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan terjadi dari sebelum dilakukan tindakan

sampai akhir tindakan pada setiap siklus kenaikan pencapaian hasil belajar siswa

cukup tajam, yakni sebelum dilakukan tindakan hasil belajar siswa rata-rata hanya

55,00 setelah akhir tindakan pada siklus I rata-rata 63,08, siklus II rata-rata 75,08,

dan tes akhir rata-rata 80,73. Kenaikan tersebut merupakan suatu realita bahwa

pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar

Bahasa Indonesia siswa. Ditinjau dari pencapaian persentase ketuntasan belajar pada

tes awal adalah 20%, siklus I adalah 67,50%, siklus II adalah 87,50%, dan tes akhir

adalah 87,50%. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Tarmizi Ramadhan

dengan penelitian ini terletak pada variabel X, yaitu teknik pembelajaran make a

match. Perbedaannya adalah partisipasi dan hasil belajar Bahasa Indonesia dan

variabel Y pada penelitian ini adalah kemampuan materi pecahan dalam matematika.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurma Amindita (2009) dengan judul,

“Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Melalui

Pembelajaran Remedial Dengan Make a Match, Metafora, dan Rangkuman Siswa

Mts Ali Maksum menunjukkan bahwa peningkatan motivasi ini ditunjukkan dari

adanya peningkatan persentase aspek motivasi. Pada siklus I rata-rata persentase

aspek motivasi sebesar 64,18% sedangkan siklus II sebesar 67,15%. Hasil evaluasi

menunjukkan bahwa motivasi dan prestasi belajar siswa meningkat dan telah

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada siklus I baru 62,5% siswa

yang mencapai nilai ketuntasan minimal sekolah sehingga indikator keberhasilan

(75% siswa tuntas belajar) belum terpenuhi. Pada siklus II terdapat 79,17% sehingga

indikator keberhasilan telah terpenuhi. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh

Nurma Amindita dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teknik make

a match sebagai variabel X. Perbedaannya terletak pada variabel Y. Pada penelitian

yang dilakukan Nurma Amindita, variabel Ynya adalah motivasi dan prestasi belajar

Page 48: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

matematika. Sedangkan pada penelitian ini, variabel Y yang digunakan adalah

kemampuan materi pecahan dalam matematika.

C. Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan, guru lebih

mendominasi dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional (ceramah), sehingga komunikasi pembelajaran hanya satu arah yaitu

dari guru ke siswa saja. Kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan

materi pecahan siswa rendah dan kemampuan materi pecahan siswa rendah.

Bertolak dari keadaan ini, maka dilakukan tindakan dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada

pembelajaran matematika selama dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan,

yaitu planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan), dan

reflecting (refleksi). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan

teknik make a match dalam pembelajaran matematika materi pecahan dapat

menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan yaitu siswa belajar tanpa

beban karena siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep materi

pecahan dalam suasana yang menyenangkan. Selain itu, model pembelajaran ini

mampu memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan

mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik

dan nampak siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan

siswa tampak sekali pada saat mencari pasangan kartunya masing-masing.

Dengan demikian diduga penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

struktural dengan teknik make a match dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

matematika dalam kemampuan materi pecahan serta meningkatnya kemampuan

materi pecahan dalam matematika. Berdasarkan uraian di atas, maka alur kerangka

berpikir dapat digambarkan pada gambar 1 berikut ini.

Page 49: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Gambar.1 :Bagan Kerangka Berpikir

Siklus II:

Materi

pembelajaran

dengan bilangan

yang lebih

kompleks

Siklus I: Materi

pembelajaran

dengan bilangan

sederhana

Kondisi

Awal

Dalam

pembelajaran

guru

menggunakan

model

pembelajaran

konvensional

1. Kemampuan

materi pecahan

siswa rendah.

2. Kualitas proses

pembelajaran

matematika dalam

kemampuan

materi pecahan

rendah.

Tindakan

Dalam

pembelajaran

guru telah

menggunakan

model

pembelajaran

kooperatif tipe

struktural

dengan teknik

make a match

Hasil

Akhir

1. Diduga kemampuan

materi pecahan siswa

meningkat.

2. Diduga kualitas proses

pembelajaran

matematika dalam

kemampuan materi

pecahan meningkat.

Page 50: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

D. Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata “hipo” yang berarti bawah dan “tesis” yang berarti

pendapat. Jadi, hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih dangkal atau

perlu diuji. Menurut Nana Sujana dan Awalkusumah (1992: 11), hipotesis adalah

jawaban sementara terhadap suatu fenomena atau pertanyaan penelitian yang

dirumuskan setelah mengkaji suatu teori. Sedangkan menurut Mc. Guigan dalam

Consuelo G. Sivilla (1988: 13), hipotesis adalah pernyataan yang dapat diuji

mengenai hubungan potensial antara dua variabel atau lebih. Seiring dengan dua

pendapat tersebut, Sumadi Suryabrata (2002: 69) mengemukakan bahwa hipotesis

adalah jawaban sementara terhadap masalah yang harus diuji secara empiris.

Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah

jawaban sementara terhadap suatu fenomena atau masalah mengenai hubungan

potensial antara dua variabel atau lebih yang memerlukan pembuktian secara

empiris.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan

hipotesis tindakan sebagai berikut ini:

1. melalui model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a

match dapat meningkatkan kemampuan materi pecahan pada siswa kelas V

SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. melalui model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a

match dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dalam

kemampuan materi pecahan pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2010/2011.

Page 51: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan dijadikan objek

untuk memperoleh data-data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo dengan berbagai

pertimbangan sebagai berikut ini.

a. Di SD N Jetis 04 Sukoharjo terdapat sumber data yang diperlukan sehingga

memungkinkan untuk digunakan sebagai lokasi penelitian.

b. SD N Jetis 04 Sukoharjo lebih mudah dijangkau oleh peneliti karena jaraknya

cukup dekat dengan tempat tinggal peneliti. Sehingga lebih meringankan dari

segi waktu, biaya maupun tenaga dalam pelaksanakan penelitian.

2. Jadwal Penelitian

Peneliti merencanakan penelitian selama 6 bulan yaitu mulai bulan

Desember 2010 s.d. Juni 2011. Adapun rincian waktu kegiatan penelitian dapat

dilihat pada tabel 2 berikut ini:

Page 52: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Tabel 2. Jadwal Penelitian

N

o Kegiatan

Bulan

Des 2010 Jan 2011 Feb 2011 Mar

2011

Apr

2011

Mei

2011

Juni

2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusuna

n dan

pengajuan

proposal

X X X X X

2. Mengurus

izin

penelitian

X

3. Persiapan

Penelitian

X

4. Pelaksana

an Siklus I

X

5. Pelaksana

an Siklus

II

X

6. Penyusuna

n laporan

hingga

penjilidan

skripsi

X X X X X X X X X

X

X

X

X

X

7. Ujian dan

revisi

X X X

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan (action research) yang bersifat kualitatif dan partisipasif-kolaboratif, yakni

dengan melibatkan semua orang yang berpartisipasi dan berkolaborasi dalam seluruh

fase proses penelitian: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Nurul Zuriah,

2006: 73).

C. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action

research). Menurut Kasihani Kasbolah (2001: 9), penelitian tindakan kelas

merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kawasan kelas dan bertujuan untuk

memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.

Page 53: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian reflektif. Kegiatan penelitian

berangkat dari permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran,

kemudian dicari pemecahan masalahnya lalu ditindaklanjuti dengan tindakan-

tindakan terencana dan terstruktur. Menurut St. Y. Slamet (2007: 61), penelitian

tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pembelajaran di kelas (sekolah). Oleh karena itu, maka penelitian tindakan kelas

membutuhkan kerja sama antara peneliti, guru, siswa dan staf sekolah lainnya untuk

menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik.

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan dalam

empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan

(observing), dan refleksi (reflecting). Secara diagramatik langkah-langkah tersebut

dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.

Page 54: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Gambar 2. Diagram Langkah Pelaksanaan Penelitian

REFLEKSI

SILUS 1

PELAKSANAAN

SIKLUS 1

PENGAMATAN

SIKLUS 1

PERENCANAAN

SIKLUS 2

REFLEKSI

SIKLUS 2

PELAKSANAAN

SIKLUS 2

PENGAMATAN

SIKLUS 2

PERENCANAAN

SIKLUS 1

1.Kemampuan materi pecahan siswa

meningkat

2. Kualitas proses

pembelajaran dalam

kemampuan materi

pecahan siswa

meningkat

Page 55: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas V dan siswa kelas V SD Negeri Jetis

04 Sukoharjo semester II Tahun Pelajaran 2010/2011 sejumlah 14 siswa yang terdiri

dari 7 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki.

E. Sumber Data

Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

peneliti secara langsung dari sumber datanya. Sumber data primer disebut juga

sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Teknik yang dapat

digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain:

pendokumentasian proses pembelajaran, observasi, dan tes.

2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan

peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).

Sumber data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: daftar nilai,

RPP, dan Silabus.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sejalan dengan data yang akan dikumpulkan serta sumber data yang ada

selanjutnya dikemukakan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sumber data yang memiliki posisi yang penting dalam

penelitian kualitatif. Menurut St. Y . Slamet ( 2007: 52), dokumen adalah bahan

tertulis ataupun film yang digunakan sebagai sumber data. Dokumentasi yang

dikumpulkan diantaranya: Silabus Matematika kelas V, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), daftar nilai materi pecahan siswa kelas V SD Negeri Jetis 04

Sukoharjo sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match.

Page 56: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk menilai sejauh mana proses pembelajaran matematika

yang dilakukan oleh guru kelas V selaku guru mitra dan siswa kelas V SD N Jetis

04 Sukoharjo di dalam kelas sejak sebelum melaksanakan tindakan, saat

pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan.

Peran guru mitra (guru kelas V) dalam kegiatan ini adalah melaksanakan

pembelajaran dalam pelaksanaan tindakan kelas. Sedangkan peneliti berperan

sebagai pengamat jalannya pembelajaran. Dalam hal ini, pengamat mengamati dan

mencatat segala sesuatu yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Selain

mengamati pembelajaran di kelas, pengamat juga mengamati kerja guru dalam

mengelola kelas dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural

dengan teknik make a match. Observasi pada siswa difokuskan pada kemampuan

materi pecahan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sedangkan observasi pada

guru difokuskan pada kemampuan kinerja guru kelas dalam menerapkan model

pembelajaran.

Hasil observasi didiskusikan bersama dengan guru mitra, kemudian dianalisis

bersama untuk mengetahui kelemahan maupun kelebihan dalam penerapan model

pembelajaran ini. Kemudian diupayakan solusi dari kelemahan tersebut. Solusi

yang telah disepakati antara peneliti dengan guru mitra dapat dilaksanakan pada

siklus selanjutnya.

3). Tes

Menurut Arikunto dalam Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 179), tes

adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh

data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan

cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. Sedangkan menurut Nurkancana dalam

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2002: 179), tes adalah suatu cara untuk

mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang

harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu

nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dibandingkan dengan

nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.

Dari kedua definisi tersebut di atas, bila dikaitkan dengan pembelajaran di kelas,

Page 57: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

maka tes adalah suatu alat yang digunakan oleh pengajar (guru) untuk memperoleh

informasi tentang keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi yang telah

diberikan oleh pengajar. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran dilakukan.

Tes diberikan pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2010/2011 guna mengukur kemampuan materi pecahan dalam matematika.

G. Validitas Data

Dalam penelitian ini, untuk menjamin kesahihan data dan mengembangkan

data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi data.

Trianggulasi data yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari berbagai sumber data

yang berbeda. Adapun trianggulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Trianggulasi data (sumber)

Yaitu dengan cara mengumpulkan data yang sejenis dari sumber data yang

berbeda. Dengan teknik trianggulasi data diharapkan dapat memberikan informasi

yang lebih cepat dan sesuai dengan keadaan siswa kelas V SD N Jetis 04

Sukoharjo. Jenis data dalam penelitian ini adalah:

a). nara sumber, yang terdiri dari guru mitra (guru kelas/ teman kolaborasi) dan

siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo.

b). dokumen atau arsip, yang berupa foto kegiatan siswa di dalam kelas, rekaman

pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, dan tes hasil belajar siswa

kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo pelajaran matematika.

2. Trianggulasi metode

Yaitu dengan mengumpulkan data sejenis yang menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda. Dalam penelitian ini, ditekankan pada penggunaan teknik

pengumpulan data yang berbeda yang mengarahkan pada sumber data yang sama

untuk menguji kemantapan informasi tersebut.

Page 58: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari

dokumen. Supaya hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang

diharapkan, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan model analisis

interaktif. Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut ini.

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data kasar yang muncul dari hal-hal yang terjadi di lapangan. Reduksi

data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara

sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan

diverifikasi.

2. Penyajian Data

Yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam pelaksanaan penelitian,

penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis

kualitatif yang valid.

3. Menarik Kesimpulan (verifikasi)

Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Data-data yang telah

didapatkan dari hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan

kesimpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi utuh. Sehingga kesimpulan-

kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data dan verifikasi

adalah tiga hal yang saling berkaitan erat pada saat sebelum, selama dan sesudah

pengumpulan data. Adapun hubungan interaksi antara unsur-unsur tersebut dapat

divisualisasikan dengan gambar 3 berikut ini.

Page 59: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Gambar.3 : Komponen Analisis Data (Milles dan Huberman, 2000: 19)

I. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan

dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Indikator kinerja dalam

penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan materi pecahan melalui model

pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Indikator

kinerja dalam penelitian ini berasal dari silabus Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) Matematika kelas V dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

70. Yaitu siklus I dinyatakan berhasil apabila 70% dari jumlah siswa dalam

mengerjakan soal mendapat nilai minimal 70 dan siklus II dinyatakan berhasil jika

75% dari jumlah siswa dalam mengerjakan soal mendapat nilai minimal 70.

J. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yang masing-

masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Dalam satu siklus terdapat empat kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap siklusnya

2x35 menit untuk pertemuan pertama dan 3x35 menit untuk pertemuan kedua.

Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan. Untuk mengetahui kemampuan siswa

terhadap materi pecahan, diadakan observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan

Reduksi Data

Penarikan

Kesimpulan /

verifikasi

Penyajian Data

Pengumpulan Data

Page 60: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

oleh guru. Adapun rincian prosedur penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai

berikut ini.

1. Siklus Pertama (Siklus I)

a. Tahap Perencanaan

1). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

matematika.

2). Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.

3). Menyiapkan soal tes untuk evaluasi pembelajaran.

4). Menyiapkan lembar observasi

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Peneliti melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan yaitu

pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

struktural dengan teknik make a match.

c. Tahap Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika

pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD Negeri Jetis 04

Sukoharjo.

Pada tahap dilakukannya pembelajaran, observasi ini difokuskan pada poin-

poin yang telah ditetapkan pada indikator di bawah ini.

1). Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai meliputi pengkondisian siswa ke

arah pembelajaran yang kondusif, pemberian motivasi belajar pada siswa,

penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian apersepsi, penyampaian materi

yang jelas dan mudah dipahami, pemberian kesempatan siswa untuk bertanya,

pengarahan siswa dalam pembelajaran kooperatif teknik make a match,

bimbingan guru terhadap siswa selama pembelajaran, pemberian tes akhir,

pengevaluasian hasil belajar siswa, pemberian balikan (feed back), dan

penyimpulan pelajaran.

Page 61: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

2). Indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai meliputi ketertarikan terhadap

pelajaran, keaktifan siswa dalam pembelajaran, keberanian siswa untuk bertanya,

kemampuan menjawab pertanyaan dari guru, perhatian penjelasan materi

pelajaran oleh guru, kemampuan mengikuti langkah pembelajaran kooperatif

teknik make a match yang dilakukan, dan mampu mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru.

d. Tahap Analisis dan Refleksi

Peneliti, guru mitra, dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil

pembelajaran. Hasil yang dicapai menentukan perlu tidaknya melaksanakan siklus

berikutnya. Apabila dalam siklus 1 peneliti belum berhasil, maka peneliti melakukan

siklus 2.

2. Siklus Kedua (Siklus 2)

a. Tahap Perencanaan

1). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

matematika.

2). Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.

3). Menyiapkan soal tes untuk evaluasi pembelajaran.

4). Menyiapkan lembar observasi

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Peneliti melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan yaitu

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural

dengan teknik make a match.

c. Tahap Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika

pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran tipe struktural

dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo.

Pada tahap dilakukannya pembelajaran, observasi ini difokuskan pada poin-

poin yang telah ditetapkan pada indikator di bawah ini.

Page 62: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

1). Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai meliputi pengkondisian siswa ke

arah pembelajaran yang kondusif, pemberian motivasi belajar pada siswa,

penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian apersepsi, penyampaian materi

yang jelas dan mudah dipahami, pemberian kesempatan siswa untuk bertanya,

pengarahan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik

make a match, bimbingan guru terhadap siswa selama pembelajaran, pemberian

tes akhir, pengevaluasian hasil belajar siswa, pemberian balikan (feedback),dan

penyimpulan pelajaran.

2). Indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai meliputi ketertarikan terhadap

pelajaran, keaktifan siswa dalam pembelajaran, keberanian siswa untuk bertanya,

kemampuan menjawab pertanyaan dari guru, perhatian penjelasan materi

pelajaran oleh guru, kemampuan mengikuti langkah pembelajaran kooperatif tipe

struktural dengan teknik make a match yang dilakukan, dan mampu mengerjakan

tugas yang diberikan oleh guru.

d. Tahap Analisis dan Refleksi

Peneliti, guru mitra, dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil

pembelajaran. Hasil yang dicapai menentukan perlu tidaknya melaksanakan siklus

berikutnya. Apabila dalam siklus kedua peneliti belum berhasil, maka peneliti

melakukan siklus ketiga dan seterusnya.

Page 63: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah SD Negeri Jetis

04 Sukoharjo yang terletak di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten

Sukoharjo. Tepatnya berada di Jalan K. H. Samanhudi 31 Sukoharjo. Letak sekolah

yang berada di tengah kota, mempermudah akses transportasi dan komunikasi. Dari

segi fisik, sekolah ini telah mengalami perubahan (renovasi) pada tahun 2009 lalu.

Sarana dan prasarana sekolah juga cukup memadai, diantaranya ruang kelas, kantor

kepala sekolah, kantor guru, perpustakaan, lahan parkir, kamar mandi, dan halaman

sekolah. Halaman sekolah membentang luas di depan ruang-ruang yang ada. Di

halaman inilah upacara setiap hari senin, senam pagi setiap hari jumat dan pelajaran

olahraga dilaksanakan. Selain itu, halaman sekolah juga menjadi tempat yang tepat

untuk bermain siswa dikala istirahat tiba.

Data personil ketenagaan SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo terdiri dari seorang

kepala sekolah, 9 orang guru, dan seorang penjaga sekolah. Dari kedelapan guru

tersebut enam orang guru pns dan sisanya guru wiyata bakti. Antara kepala sekolah,

guru dan penjaga sekolah terjalin kerjasama yang solit sehingga suasana

kekeluargaan sangat terasa di sekolah ini.

Semua personil telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik

sesuai dengan tanggungjawabnya. Jumlah peserta didik SD Negeri Jetis 04

Sukoharjo pada tahun pelajaran 2010/2011 adalah 75 siswa. Dengan perincian

sebagai berikut: kelas I sebanyak 17 siswa, kelas II sebanyak 14 siswa, kelas III

sebanyak 13 siswa, kelas IV sebanyak 8 siswa, kelas V sebanyak 14 siswa, dan kelas

VI sebanyak 9 siswa.

Page 64: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

B. Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil pembelajaran

Matematika kelas V sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data awal.

Dari siswa kelas V yang berjumlah 14 siswa, hanya terdapat 1 peserta didik yang

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Berikut adalah daftar nilai

matematika pada materi pecahan kelas V pada kondisi awal atau sebelum

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a

match (lampiran 21) secara singkat dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Daftar Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V

Kondisi Awal

No.

Urut

Nilai KKM

(70)

No.

Urut

Nilai KKM

(70)

1 50 TT 8 67,5 TT

2 50 TT 9 37,5 TT

3 30 TT 10 35 TT

4 95 T 11 15 TT

5 50 TT 12 50 TT

6 55 TT 13 30 TT

7 35 TT 14 55 TT

Ketuntasan Klasikal = 1 : 14 x 100% = 7,14 %

Keterangan : T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Berdasarkan daftar pada data kondisi awal di atas, masih banyak siswa yang

mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), untuk lebih

jelasnya maka kondisi awal kemampuan materi pecahan siswa kelas V dapat dilihat

dari tabel 4 di bawah ini.

Page 65: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V

SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Kondisi Awal

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi)

(fi) x (xi) Prosentase

1 15 – 31 3 23 69 21,43%

2 32 – 48 3 40 120 28,57%

3 49 – 65 6 57 342 35,71%

4 66 – 82 1 74 74 7,14%

5 83 – 99 1 91 91 7,14%

Jumlah 14 696 100%

Rerata 49,71

Dari data pada tabel 4, jika ditunjukkan dalam bentuk grafik akan terlihat

seperti pada gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Grafik Nilai Kondisi Awal Kemampuan Materi Pecahan

Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

Berdasarkan tabel 4 dan grafik pada gambar 4 di atas, kemampuan materi

pecahan siswa kelas V sebelum diterapkan penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match diperoleh rata-rata kelas

sebesar 49,71. Siswa yang memperoleh nilai 15-31 sebanyak tiga siswa atau

21,43%. Siswa yang memperoleh nilai 32 – 48 sebanyak tiga siswa atau 21,43%.

Siswa yang memperoleh nilai 49 - 65 sebanyak enam siswa atau 42,86%. siswa yang

memperoleh nilai 66 – 82 sebanyak satu siswa atau 7,14%. Siswa yang memperoleh

14,5

5 31,5 48,5 65,5 82,5 99,5

Page 66: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

nilai 83-99 sebanyak satu siswa atau 7,14%. Siswa yang mendapat nilai di bawah 70

(KKM) yaitu sebanyak tiga belas siswa atau 92,86% dan hanya seorang siswa yang

mampu mencapai KKM (70). Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal

sebesar 7,14% masih berada di bawah ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu

sebesar 70% siswa mendapat ≥ 70 (KKM), dengan kata lain kemampuan materi

pecahan siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo masih rendah.

Rendahnya hasil belajar atau ketidaktuntasan tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor, diantaranya: (1) Materi mata pelajaran matematika dianggap siswa

sebagai mata pelajaran yang sulit dan menjemukan.(2) Guru dalam melakukan

pembelajaran masih bersifat konvensional, artinya guru masih berceramah dalam

menerangkan pelajaran, pembelajaran terpusat pada guru saja sehingga siswa kurang

aktif dalam pembelajaran secara maksimal sehingga proses pembelajaran yang

dilakukan kurang bermakna (menarik minat belajar siswa dan memberikan

kemudahan untuk memahami materi karena penyajiannya yang menyenangkan). Dari

hasil observasi dan diskusi yang dilakukan antara peneliti dengan guru, faktor

mendasar yang menyebabkan rendahnya kemampuan materi pecahan dalam

matematika siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo, adalah guru belum

menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran matematika.

Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat untuk

mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match ini diharapkan

kemampuan materi pecahan siswa kelas V akan mengalami peningkatan sehingga

ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.

C. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dimana setiap siklusnya

terdiri dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,

(3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi.

Page 67: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

1. Tindakan Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 7 dan

11 Februari 2011. Masing-masing pertemuan selama dua jam pelajaran (2 x 35

menit). Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I sebagai berikut ini.

a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran

matematika materi pecahan siswa kelas V. Hal ini bertujuan untuk mengetahui model

pembelajaran yang digunakan oleh guru, keaktifan siswa dalam pembelajaran serta

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan materi pecahan siswa melalui skor awal

materi pecahan di kelas tersebut.

Berdasarkan pengamatan pembelajaran dan hasil yang dicapai siswa,

diperoleh informasi bahwa dari 14 siswa hanya satu siswa yang berhasil mencapai

KKM atau 92,8 % dari jumlah keseluruhan belum tuntas. Bertolak dari kenyataan

tersebut, selanjutnya peneliti berdiskusi dengan guru pengampu bidang studi

matematika untuk mencari alternatif pemecahan dari masalah tersebut. Dengan

berbagai pertimbangan maka akan dilakukan pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match.

Dalam perencanaan pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe

struktural dengan teknik make a match, peneliti dan guru berpedoman pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adapun langkah-langkah

pembelajarannya sebagai berikut:

1). Memilih kompetensi dasar yang sesuai dengan perkalian dan pembagian pecahan.

alasan pemilihan kompetensi dasar tersebut didasarkan pada:

a). kompetensi dasar tentang perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan

harus dikuasai siswa dengan baik karena berkaitan dengan materi selanjutnya

yang lebih komplek.

b). kompetensi dasar tersebut dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari siswa

dalam pemecahan masalah.

Page 68: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

c). kompetensi dasar yang dipilih harus berdasarkan pada kurikulum yang

berlaku sehingga sesuai dengan harapan masyarakat.

2). Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang disusun. Rencana

pembelajaran disusun 2 kali pertemuan dan masing-masing pertemuan dilakukan

selama dua jam pelajaran ( 2 x 35 menit) yang dilaksanakan pada tanggal 7 dan

11 Februari 2011.

3). Mempersiapkan media, dan alat penilaian, yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Dalam tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya.

1). Pertemuan 1

Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 7 Februari 2011.

Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

struktural dengan teknik make a match. Sebelum memulai pelajaran, guru membuka

pelajaran dengan salam dilanjutkan doa dan presensi. Setelah itu guru melakukan

apersepsi yaitu bertanya jawab tentang perkalian pecahan. Setelah itu guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa yaitu dapat

mengalikan berbagai bentuk pecahan.

Guru mendemonstrasikan perkalian pecahan biasa dengan mempergunakan

buah jeruk. Setelah itu, guru menjelaskan pada siswa cara mengalikan pecahan

desimal, dan berbagai bentuk pecahan. Kemudian guru membagi siswa menjadi dua

kelompok yaitu 7 siswa sebagai kelompok soal dan 7 siswa sebagai kelompok

jawaban. Selanjutnya guru membagikan kartu soal pada kelompok soal dan kartu

jawaban pada kelompok jawaban. Siswa yang mendapatkan soal mencari jawaban

dari soalnya tersebut pada kelompok jawaban. Pasangan siswa yang telah berhasil

mendapatkan pasangan soal dan jawaban melaporkan diri pada guru. Guru mencatat

pasangan siswa yang berhasil menyelesaikan tugas. Masing-masing pasangan

Page 69: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

berdiskusi bersama mengenai penyelesaian soal yang didapatnya sehingga ditemukan

jawabannya. Setelah masing-masing pasangan siswa selesai berdiskusi, mereka

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, yaitu dengan menulis cara

penyelesaian soal di papan tulis dan menerangkannya pada teman-temannya yang

lain. Pasangan siswa yang berhasil menemukan pasangan paling cepat dan tepat serta

lancar dalam presentasi diberi poin oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan

siswa untuk bertanya jika ada hal yang belum dipahami.

Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama memantapkan materi

dengan membuat kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari dilanjutkan

dengan mencatat hasil presentasi dari masing-masing pasangan. Setelah itu

dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran, penyampaian rencana pembelajaran

pertemuan berikutnya, guru juga memberikan pesan-pesan agar belajar di rumah

dengan giat dan menutup pelajaran dengan salam.

2). Pertemuan 2

Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 11 Februari 2011.

pembelajaran direncanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

struktural dengan teknik make a match. Sebelum memulai pelajaran, guru membuka

pelajaran dengan salam dilanjutkan doa dan presensi. Setelah itu guru melakukan

apersepsi yaitu bertanya jawab tentang perkalian pecahan. Setelah itu guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa yaitu dapat

membagi berbagai bentuk pecahan.

Guru mendemonstrasikan pembagian pecahan biasa dengan mempergunakan

buah jeruk. Setelah itu, guru menjelaskan pada siswa cara membagi pecahan desimal,

dan berbagai bentuk pecahan. Kemudian guru membagi siswa menjadi dua kelompok

yaitu 7 siswa sebagai kelompok soal dan 7 siswa sebagai kelompok jawaban.

Selanjutnya guru membagikan kartu soal pada kelompok soal dan kartu jawaban

pada kelompok jawaban. Siswa yang mendapatkan soal mencari jawaban dari

soalnya tersebut pada kelompok jawaban. Pasangan siswa yang telah berhasiL

mendapatkan pasangan soal dan jawaban melaporkan diri pada guru. Guru mencatat

pasangan siswa yang berhasil menyelesaikan tugas. Masing-masing pasangan

Page 70: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

berdiskusi bersama mengenai penyelesaian soal yang didapatnya sehingga ditemukan

jawabannya. Setelah masing-masing pasangan siswa selesai berdiskusi, mereka

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, yaitu dengan menulis cara

penyelesaian soal di papan tulis dan menerangkannya pada teman-temannya yang

lain. Pasangan siswa yang berhasil menemukan pasangan paling cepat dan tepat serta

lancar dalam presentasi diberi poin oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan

siswa untuk bertanya jika ada hal yang belum dipahami.

Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama memantapkan materi

dengan membuat kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari dilanjutkan

dengan mencatat hasil presentasi dari masing-masing pasangan. Setelah itu

dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran, penyampaian rencana pembelajaran

pertemuan berikutnya, guru juga memberikan pesan-pesan agar belajar di rumah

dengan giat dan menutup pelajaran dengan salam.

c. Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make

a match yang dilaksanakan dengan alat Bantu lembar observasi dan perekaman

dengan kamera. Observasi ini dilakukan guna mendapatkan data mengenai

kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan rencana pembelajaran yang telah

disusun, serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model

pembelajaran ini dalam meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD

N Jetis 04 Sukoharjo. Pengamatan juga ditujukan pada aktivitas guru serta suasana

kelas selama pembelajaran berlangsung.

Pertemuan 1

Berikut adalah hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

matematika pada materi pecahan (lampiran 13).

1. Lebih dari 61%-80% siswa tertarik terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru

dengan memberikan respon positif .

2. 41%-60% siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3. kurang dari 20% siswa yang berani bertanya.

4. Kurang dari 40% siswa mampu menjawab pertanyaan guru.

Page 71: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

5. Masih ada siswa tidak memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh

guru. Di saat guru menyampaikan materi pelajaran, masih ada siswa berbincang

dengan temannya. Siswa yang memperhatikan penjelasan materi sebesar 61%-

80%.

6. 41%-60% siswa mampu mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan oleh

guru, sedangkan yang lainnya merasa bingung pada teknik yang diterapkan.

7. 41%-60% siswa sudah mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran materi pecahan mata

pelajaran matematika (lampiran 7) adalah sebagai berikut:

1. Guru kurang mampu mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif.

Pengelolaan kelas masih belum dikuasai sehingga siswa kurang fokus dalam

pembelajaran.

2. Guru belum memberikan motivasi kepada siswa dengan baik.

3. Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik .

4. Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik. Pada kegiatan awal siswa merasa

tertarik mengikuti proses pembelajaran.

5. Guru menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami

6. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

7. Guru mengarahkan langkah pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik

make a match pada siswa dengan baik.

8. Guru membimbing siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan

teknik make a match dengan baik.

9. Guru memberikan tes akhir dengan baik.

10. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan baik.

11. Guru kurang mampu memberikan balikan pada siswa.

12. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan baik.

Pertemuan 2

Hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran matematika pada

materi pecahan (lampiran 14) adalah sebagai berikut:

Page 72: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

1. 61%-80% siswa tertarik terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru dengan

memberikan respon positif .

2. Hampir semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, yaitu lebih dari 80%.

3. Siswa kurang berani bertanya pada guru. Setiap guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya, namun tidak seorangpun yang berani bertanya pada

guru.

4. 41%-60% siswa mampu menjawab pertanyaan guru.

5. Lebih dari 80% siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru.

6. 61%-80% siswa mampu mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan oleh

guru.

7. 615-80% siswa sudah mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran materi pecahan

pelajaran matematika (lampiran 8) adalah sebagai berikut ini:

1. Guru mampu mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif.

2. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan baik.

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan sangat baik.

4. Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik. Pada kegiatan awal siswa merasa

tertarik mengikuti proses pembelajaran.

5. Guru menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami oleh siswa.

6. Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

7. Guru mengarahkan langkah pembelajaran dengan teknik make a match pada siswa

dengan baik.

8. Guru membimbing siswa dalam pembelajaran dengan teknik make a match

dengan baik sangat baik.

9. Guru memberikan tes akhir dengan baik.

10. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan baik.

Page 73: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

11. Guru mampu memberikan balikan dengan baik pada siswa.

12. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan baik.

Dari hasil pengamatan dan hasil yang diperoleh siswa pada siklus I

pertemuan ke I dan ke II, dapat diketahui bahwa pembelajaran matematika yang

dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural

dengan teknik make a match belum mencapai target yang diharapkan.

d. Refleksi

Setelah melihat hasil observasi dan hasil belajar siswa, data yang diperoleh

kemudian dikumpulkan untuk dianalisis. Tujuan refleksi adalah untuk mengetahui

kendala yang ada serta cara pemecahannya. Setelah melihat hasil pekerjaan siswa

pada materi perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan, belum menunjukkan

peningkatan yang diharapkan.

Pertemuan 1

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran, semangat siswa

dalam mengikuti pembelajaran kurang maksimal. Disamping itu, dalam kegiatan inti,

siswa banyak yang kebingungan dalam mengikuti langkah pembelajaran kooperatif

tipe struktural dengan teknik make a match. Hal ini dikarenakan model pembelajaran

kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match baru pertama kalinya

dikenalkan pada siswa. Dalam sesi diskusi, siswa terkesan kurang bekerjasama

dengan baik. Ada yang malu-malu diskusi dengan pasangannya, dan ada juga yang

sudah bisa berdiskusi dengan baik. Pada sesi presentasi. Seorang siswa menuliskan

hasil diskusi mereka di papan tulis dan pasangannya bertugas menjelaskan pada

teman yang lainnya. Karena pada pertemuan ini adalah pertama kalinya para siswa

presentasi, maka mereka masih ada yang malu. Hal ini tentunya mengakibatkan

siswa belum sepenuhnya mencapai target yang diharapkan, sehingga nilai

kemampuan materi pecahan yang dicapai siswa pada pertemuan 1 mencapai rata-rata

68,64 dan siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM (70) sebanyak 7 siswa atau

50% dari 14 siswa.

Page 74: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Data nilai kemampuan materi pecahan siswa pada pertemuan ke 1 (lampiran 22)

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5 dan gambar 5 berikut ini.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V

Pertemuan 1 Siklus I

No Interval

Nilai

Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi)

(fi) x (xi) Prosenta

se

1 50 – 60 5 55 275 35,71%

2 61 – 71 4 66 264 28,57%

3 72 – 82 3 77 231 21,43%

4 83 – 93 1 88 88 7,14%

5 94 – 104 1 99 99 7,14%

Jumlah 14 100%

Rerata 68,35

Tabel kemampuan materi pecahan siswa pada pertemuan 1 siklus I di atas

disajikan pada gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada

Pertemuan 1 Siklus I

49,5 60,5 71,5 82,5 93,5 104,5

Page 75: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Dari tabel 5 dan gambar 5 di atas, dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan

pertemuan 1 siklus I, siswa yang memperoleh nilai antara 50-60 sebanyak lima siswa

atau 35,71%, siswa yang memperoleh nilai antara 61-71 sebanyak empat siswa atau

28,57%, siswa yang mendapat nilai antara 72-82 sebanyak tiga siswa atau 21,43%,

seorang siswa atau 7,14% mendapat nilai antara 83-93 dan seorang siswa

mendapatkan nilai antara 94-104.

Pertemuan 2

Bertolak dari pengamatan selama pembelajaran, siswa sudah mampu

menunjukkan kerja sama kelompok dan saling take and give. Pembelajaran

berlangsung lancar, siswa mampu menangkap perintah guru dalam pembelajaran.

Hal ini karena siswa telah mengalami pembelajaran yang sama pada pertemuan 1,

sehingga mereka telah mengenal langkah pembelajarannya. Dalam sesi presentasi,

siswa yang tidak presentasi memperhatikan presentasi teman mereka. Pembelajaran

cukup kondusif. Pada pertemuan 2, hasil yang diperoleh lebih bagus dari pada pada

pertemuan 1, yaitu rerata kelas mencapai 77,35 dan siswa yang mencapai KKM (70)

sebanyak 11 siswa atau 78,54% dari 14 siswa. Data kemampuan materi pecahan

siswa pada pertemuan 2 (lampiran 23) selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 dan

gambar 6 berikut ini.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa pada

Pertemuan 2 Siklus I

No Interval

Nilai

Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi)

(fi) x (xi) Prosentase

1 55 – 64 2 59,5 119 14,28%

2 65 – 74 4 69,5 278 28,57%

3 75 – 84 4 79,5 318 28,57%

4 85 – 94 3 89,5 268,5 21,43%

5 94 – 104 1 99,5 99,5 7,14%

Jumlah 14 1083 100%

Rerata 77,35

Data kemampuan materi pecahan siswa pada pertemuan 2 Siklus II pada tabel 4,

dapat disajikan gambar 6 di bawah ini.

Page 76: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Gambar 6. Grafik Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V

Pada Pertemuan 2 Siklus I

Dari tabel 6 dan gambar 6 tersebut, dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan

pertemuan ke 2 siklus I, dua orang siswa atau 14,29% mendapat nilai antara 55-64,

empat siswa mendapat nilai antara 65-74 atau 28,57% , empat orang siswa atau

28,57% mendapat nilai 75-84, tiga siswa atau 21,43% mendapat nilai antara 85-94,

dan seorang siswa atau 7,14% mendapat nilai antara 95-104.

Bertolak dari hasil yang diperoleh pada siklus I pertemuan 2, penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match

berpengaruh positif pada peningkatan kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD

N Jetis Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Sebagaimana peningkatan yang

ditunjukkan, secara ringkas dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.

54,5 64,5 74,5 84,5 94,5 104,5

Page 77: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 7. Data Perkembangan Kemampuan Materi Pecahan Siswa

pada Siklus I

No Pertemuan

1

Pertemuan

2

Jumlah Nilai Rata-

rata Siklus I Kriteria

1 65 90 155 77,5 Tuntas

2 60 90 150 75 Tuntas

3 75 80 155 77,5 Tuntas

4 90 90 180 90 Tuntas

5 60 80 140 70 Tuntas

6 100 80 180 90 Tuntas

7 70 55 125 62,5 Belum tuntas

8 80 80 160 80 Tuntas

9 50 70 120 60 Belum tuntas

10 70 65 135 67,5 Belum tuntas

11 50 60 110 55 Belum tuntas

12 65 100 165 82,5 Tuntas

13 60 70 130 65 Belum Tuntas

14 80 70 150 75 Tuntas

Jumlah 957 1083 2055 1027,5

Rerata 68,35 77,35 72,78

Prosentase 50% 78,54% 64,28 %

Dengan demikian dapat diketahui bahwa selama siklus I terdapat peningkatan

yang cukup berarti. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai rerata yang

sebelumnya 68,35 menjadi 77,35 dan nilai rerata akhir yang dicapai sebesar 75,71.

Meskipun rerata kelas sudah mengalami kenaikan, tetapi target yang diharapkan

yaitu prosentase capaian KKM (70) sebesar 70% dari siswa belum tercapai. Pada

siklus I ini, capaian KKM (70) baru mencapai 64,28% dari jumlah siswa. Oleh

karena itu, penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus II.

2. Tindakan Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 dan 19 Februari 2011.

tindakan siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yang masing-masing

pertemuan selama 2 x 35 menit untuk pertemuan pertama dan 3 x 35 menit untuk

pertemuan kedua. Tahapan-tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut ini:

Page 78: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

a. Perencanaan

Berdasarkan pada hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I, diketahui bahwa masih ada kekurangan dalam pelaksanaan tindakan. Oleh

karena itu peneliti bersama dengan guru berusaha mencari solusi untuk

memaksimalkan pembelajaran sehingga hasil yang didapat maksimal. Adapun

rencana pada siklus II adalah sebagai berikut: 1)guru akan lebih memberi motivasi

siswa untuk semangat dalam pembelajaran, yaitu dengan mengajak bernyanyi

bersama-sama. 2) guru lebih memberi kesempatan siswa untuk turut aktif, misalnya

dengan memberi kesempatan menjawab soal di depan kelas. 3) guru lebih memberi

kesempatan siswa untuk bertanya jika ada kesulitan. 4) guru memberikan reward

(poin) pada setiap pasangan siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik.

Adapun penyusunan RPP sama seperti pada siklus I, yaitu kompetensi dasar,

indikator yang digunakan sama. Yang berbeda adalah langkah pembelajarannya dan

soal evaluasi yang digunakan. Siklus II adalah pengulangan dan perbaikan dari siklus

I, siklus II adalah pemantapan dari siklus I.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Pembelajaran

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 14 dan 19 Februari 2011.

Pertemuan 1

Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, 14 Februari 2011. Pembelajaran

dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural

dengan teknik make a match. Sebelum memulai pelajaran, guru membuka pelajaran

dengan salam dilanjutkan doa dan presensi. Guru membangkitkan semangat siswa

dengan bernyanyi sambil tepuk tangan nyanyian “siapa ingin pintar”. Setelah itu

guru melakukan apersepsi yaitu bertanya jawab tentang perkalian pecahan. Setelah

itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa yaitu

dapat mengalikan berbagai bentuk pecahan.

Page 79: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Guru kemudian mendemonstrasikan perkalian pecahan biasa dengan

mempergunakan buah apel dibantu oleh salah seorang siswa. Setelah itu, guru

menjelaskan pada siswa cara mengalikan pecahan desimal, dan berbagai bentuk

pecahan. Kemudian guru membagi siswa menjadi dua kelompok yaitu 7 siswa

sebagai kelompok soal dan 7 siswa sebagai kelompok jawaban. Selanjutnya guru

membagikan kartu soal pada kelompok soal dan kartu jawaban pada kelompok

jawaban. Siswa yang mendapatkan soal mencari jawaban dari soalnya tersebut pada

kelompok jawaban. Pasangan siswa yang telah berhasi mendapatkan pasangan soal

dan jawaban melaporkan diri pada guru. Guru mencatat pasangan siswa yang

berhasil menyelesaikan tugas. Masing-masing pasangan berdiskusi bersama

mengenai penyelesaian soal yang didapatnya sehingga ditemukan jawabannya.

Setelah masing-masing pasangan siswa selesai berdiskusi, mereka mempresentasikan

hasil diskusinya di depan kelas. Yaitu dengan menulis cara penyelesaian soal di

papan tulis dan menerangkannya pada teman-temannya yang lain. Pasangan siswa

yang berhasil menemukan pasangan, lancar dalam presentasi diberi poin oleh guru.

Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal yang belum

dipahami.

Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama memantapkan materi

dengan membuat kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari dilanjutkan

dengan mencatat hasil presentasi dari masing-masing pasangan. Setelah itu

dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran, penyampaian rencana pembelajaran

pertemuan berikutnya, guru juga memberikan pesan-pesan agar belajar di rumah

dengan giat, guru mengajak siswa untuk kembali menyanyikan “siapa ingin pintar”

sambil bertepuk tangan dan menutup pelajaran dengan salam.

Pertemuan 2

Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 Februari 2011.

pembelajaran dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik

make a match. Sebelum memulai pelajaran, guru membuka pelajaran dengan salam

dilanjutkan doa dan presensi. Guru membangkitkan semangat siswa dengan

bernyanyi sambil tepuk tangan nyanyian “siapa ingin pintar”. Setelah itu guru

melakukan apersepsi yaitu bertanya jawab tentang pembagian pecahan. Setelah itu

Page 80: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa yaitu

dapat membagi berbagai bentuk pecahan.

Guru kemudian mendemonstrasikan pembagian pecahan biasa dengan

mempergunakan buah apel dibantu oleh salah seorang siswa. Setelah itu, guru

menjelaskan pada siswa cara membagi pecahan desimal, dan berbagai bentuk

pecahan. Kemudian guru membagi siswa menjadi dua kelompok yaitu 7 siswa

sebagai kelompok soal dan 7 siswa sebagai kelompok jawaban. Selanjutnya guru

membagikan kartu soal pada kelompok soal dan kartu jawaban pada kelompok

jawaban. Siswa yang mendapatkan soal mencari jawaban dari soalnya tersebut pada

kelompok jawaban. Pasangan siswa yang telah berhasi mendapatkan pasangan soal

dan jawaban melaporkan diri pada guru. Guru mencatat pasangan siswa yang

berhasil menyelesaikan tugas. Masing-masing pasangan berdiskusi bersama

mengenai penyelesaian soal yang didapatnya sehingga ditemukan jawabannya.

Setelah masing-masing pasangan siswa selesai berdiskusi, mereka mempresentasikan

hasil diskusinya di depan kelas. Yaitu dengan menulis cara penyelesaian soal di

papan tulis dan menerangkannya pada teman-temannya yang lain. Pasangan siswa

yang berhasil menemukan pasangan, lancar dalam presentasi diberi poin oleh guru.

Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal yang belum

dipahami.

Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama memantapkan materi

dengan membuat kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari dilanjutkan

dengan mencatat hasil presentasi dari masing-masing pasangan. Setelah itu

dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran, penyampaian rencana pembelajaran

pertemuan berikutnya, guru juga memberikan pesan-pesan agar belajar di rumah

dengan giat, guru mengajak siswa untuk kembali menyanyikan “siapa ingin pintar”

sambil bertepuk tangan dan menutup pelajaran dengan salam.

c. Observasi

Guru kelas V dan peneliti secara kolaboratif bersama-sama melaksanakan

observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada masing-masing pertemuan.

Observasi ditujukan pada kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dan

Page 81: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

keaktifan siswa dalam pembelajaran, serta situasi pembelajaran yang sedang

berlangsung.

Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini, termasuk pencatatan

nilai digunakan sebagai bahan dan masukan dalam menganalisis kemampuan materi

pecahan siswa. Setelah data terkumpul, maka guru dan peneliti berdiskusi untuk

mengetahui kemampuan materi pecahan siswa di tiap-tiap siklusnya yang akan

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.

Hasil observasi kinerja guru dan aktifitas siswa secara lebih rinci dapat di lihat pada

keterangan berikut ini.

Pertemuan 1

Berikut adalah hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

matematika pada materi pecahan (lampiran 15) sebagai berikut ini.

1. 61%-80% siswa tertarik terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru dengan

memberikan respon positif .

2. 41%-60% siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3. kurang dari 20% siswa yang berani bertanya.

4. 21%-60% siswa mampu menjawab pertanyaan guru.

5. >80% siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan guru.

6. 61%-80% siswa mampu mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan oleh

guru

7. 61%-80% siswa sudah mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran materi pecahan mata

pelajaran matematika (lampiran 9) adalah sebagai berikut:

1. Guru mampu mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif.

2. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan baik.

3. Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik .

4. Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik. Pada kegiatan awal siswa merasa

tertarik mengikuti proses pembelajaran.

5. Guru menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami

6. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dengan baik.

Page 82: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

7. Guru mengarahkan langkah pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik

make a match pada siswa dengan baik.

8. Guru membimbing siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan

teknik make a match dengan baik.

9. Guru memberikan tes akhir dengan baik.

10. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan baik.

11. Guru mampu memberikan balikan pada siswa dengan baik.

12. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan baik.

Pertemuan 2

Hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran matematika pada

materi pecahan (lampiran 16) adalah sebagai berikut:

1. >80% siswa tertarik terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru dengan

memberikan respon positif .

2. Hampir semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran,yaitu lebih dari 80%.

3. 20%-40% siswa berani bertanya pada guru.

4. >80% siswa mampu menjawab pertanyaan guru.

5. Lebih dari 80% siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru.

6. >80% siswa mampu mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

7. >80% siswa sudah mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran materi pecahan

pelajaran matematika (lampiran 10) adalah sebagai berikut ini:

1. Guru mampu mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif.

2. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan sangat baik.

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan sangat baik.

4. Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik. Pada kegiatan awal siswa merasa

tertarik mengikuti proses pembelajaran.

5. Guru menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami oleh siswa.

Page 83: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

6. Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

7. Guru mengarahkan langkah pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik

make a match pada siswa dengan sangat baik.

8. Guru membimbing siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan

teknik make a match dengan baik sangat baik.

9. Guru memberikan tes akhir dengan baik.

10. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan baik.

11. Guru mampu memberikan balikan dengan sangat baik pada siswa.

12. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan sangat

baik.

Dari hasil pengamatan dan hasil yang diperoleh siswa pada siklus II

pertemuan ke 1dan ke 2 dapat diketahui bahwa pembelajaran matematika yang

dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural

dengan teknik make a match dapat mencapai target yang diharapkan.

d. Refleksi

Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a

match pada siklus II dapat diuraikan sebagai berikut ini.

Pertemuan 1

Pada pertemuan ini, siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, aktivitas

siswa dengan pasangannya sangat baik. Guru menyampaikan materi pelajaran

dengan jelas, pemberian motivasi juga tepat, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran

dengan baik. Hasil yang diperoleh siswa juga menunjukkan peningkatan.. yaitu

dengan rerata kelas 76,21 dan siswa yang berhasil mencapai KKM sebanyak 10

siswa atau 71,42% dari jumlah siswa. Data nilai kemampuan materi pecahan siswa

pada pertemuan 1 siklus II (lampiran 25) dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.

Page 84: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa

Pada Pertemuan 1 Siklus II

No Interval nilai Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi)

(fi) x (xi) Prosentase

1 50 – 60 4 55 220 28,57%

2 61 – 71 2 66 132 14,29%

3 72 – 82 2 77 154 14,29%

4 83 – 93 3 88 264 21,43%

5 94 – 104 3 99 297 21,43%

Jumlah 14 1067 100 %

Rerata 76,21

Dari tabel 8 mengenai kemampuan materi pecahan siswa pada pertemuan 1

siklus II di atas dapat disajikan dengan grafik pada gambar 7 dibawah ini.

Gambar 7. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa

Pada Pertemuan 1 Siklus II

Dari tabel 8 dan gambar 7 di atas dapat diketahui bahwa setelah

melaksanakan pertemuan 1 pada siklus II, siswa yang mendapatkan nilai antara 50–

60 sebanyak empat siswa atau 28,57%, siswa yang mendapat nilai antara 61-71

sebanyak dua siswa atau 14,29%, siswa yang mendapat nilai antara 72-82 juga dua

orang siswa atau 14,29%, siswa yang mendapat nilai 83-93 tiga siswa atau 21,43%,

dan tiga siswa atau 21,43% mendapat nilai antara 94-104.

49,5 60,5 71,5 82,5 93,5 104,5

Page 85: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Pertemuan 2

Pada pertemuan 2 siklus II, siswa mampu bekerjasama dengan pasangannya

dengan baik, guru menyampaikan materi pelajaran dengan jelas, pemberian motivasi

juga tepat, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran dengan baik. Setelah dilakukan

evaluasi pembelajaran, diperoleh nilai rerata kelas 82,64 dan 12 siswa yang

memperoleh nilai mencapai KKM (70) (lampiran 26). Hal ini dapat dilihat pada tabel

9 tentang data nilai kemampuan materi pecahan siswa berikut ini.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa

Pada Pertemuan 2 Siklus II

No Interval nilai Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi)

(fi) x (xi) Prosentase

1 60 – 68 2 64 128 14,28%

2 69 – 77 3 73 219 21,43%

3 78 – 86 3 82 146 21,43%

4 87 – 95 4 91 364 28,57%

5 96 – 104 2 100 200 14,29%

Jumlah 14 1157 100 %

Rata-rata 82,64

Dari Tabel 9 tentang kemampuan materi pecahan di atas, dapat disajikan

dalam grafik 8 di bawah ini.

Gambar 8. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa

Pada Pertemuan 2 Siklus II

59,5 68,5 77,5 86,5 95,5 104,5

Page 86: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Dari tabel 9 dan grafik pada gambar 8, dapat diketahui bahwa setelah

melaksanakan pertemuan 2 siklus II, siswa yang mendapatkan nilai antara 60-68

sebanyak dua siswa atau 14,28% , tiga siswa atau 21,43% mendapatkan nilai antara

69-77, tiga siswa atau 21,43% mendapatkan nilai antara 78-86, empat siswa atau

28,57% mendapatkan nilai antara 87-95 dan dua siswa mendapatkan nilai antara 96-

104 . Dengan demikian diketahui bahwa hasil analisis data terhadap pelaksanaan

pembelajaran pada pertemuan 2 siklus II, telah menunjukkan hasil yang signifikan.

Keberhasilan ini secara umum dikatakan baik, karena dipengaruhi oleh semangat

siswa, keaktifan siswa, kerjasama siswa dengan pasangannya baik sehingga

kemampuan materi pecahan siswa meningkat.

Penerapan model pembelajararan kooperatif tipe struktural dengan teknik

make a match dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan dapat

meningkatkan kemampuan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2010/2011. Secara jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Data Perkembangan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V

SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 Pada Siklus II

No Pertemuan

1

Pertemuan

2

Jumlah Nilai Rata-

rata

Kriteria

1 80 80 160 80 Tuntas

2 90 90 180 90 Tuntas

3 80 70 150 75 Tuntas

4 100 90 190 95 Tuntas

5 60 80 140 70 Tuntas

6 100 90 190 95 Tuntas

7 90 60 150 75 Tuntas

8 100 100 200 100 Tuntas

9 60 70 130 65 Tidak tuntas

10 70 85 155 77,5 Tuntas

11 50 60 110 55 Tidak tuntas

12 90 90 180 90 Tuntas

13 55 70 125 62,5 Tidak tuntas

14 70 100 170 85 Tuntas

Jumlah 1095 1135 2230 1120

Rata-rata 76,21 82,64 81,64

Prosentase 71,42 % 85,71 % 78,57 %

Page 87: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Berdasarkan hasil yang dicapai siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun

Pelajaran 2010/2011 di atas, maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dianggap cukup sehingga penelitian diakhiri pada siklus II.

D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bertolak dari hasil observasi dan analisis data yang ada, dapat diketahui

bahwa adanya peningkatan kemampuan materi pecahan siswa dalam pelajaran

matematika siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.

Peningkatan kemampuan tersebut dapat dilihat dari membandingkan antara

kemampuan materi pecahan sebelum tindakan, setelah tindakan siklus I, dan setelah

tindakan siklus II pada tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V

SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Kondisi Awal

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi)

(fi) x (xi) Prosentase

1 15 – 31 3 23 69 21,43%

2 32 – 48 3 40 120 28,57%

3 49 – 65 6 57 342 35,71%

4 66 – 82 1 74 74 7,14%

5 83 – 99 1 91 91 7,14%

Jumlah 14 696 100%

Rerata 49,71

Jika ditunjukkan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti pada gambar 9 di

bawah ini.

Page 88: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan pada Kondisi Awal

Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

Dari tabel 11 dan gambar 9 tersebut, dapat diketahui bahwa pada tahap

prasiklus, siswa yang memperoleh nilai 15-31 sebanyak tiga siswa atau 21,43%.

Siswa yang memperoleh nilai 32 – 48 sebanyak tiga siswa atau 21,43%. Siswa yang

memperoleh nilai 49 - 65 sebanyak enam siswa atau 42,86%. siswa yang

memperoleh nilai 66 – 82 sebanyak satu siswa atau 7,14%. Siswa yang memperoleh

nilai 83-99 sebanyak satu orang siswa atau 7,14%.

Kemudian setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match,

diperoleh data (lampiran 24) dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini.

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa

Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I

No Interval nilai Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi)

(fi) x (xi) Prosentase

1 55 – 62 3 58,5 175,5 21,43 %

2 63 – 70 3 66,5 199,5 21,43 %

3 71 – 78 4 74,5 198 21,43 %

4 79 – 86 2 82,5 165 21,43 %

5 87 – 94 2 90,5 181 21,43 %

Jumlah 14 1019 100 %

Rata-rata 72,78

14,5 31,5 48,5 65,5 82,5 99,5

Interval nilai

Page 89: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Dari tabel 12 mengenai data kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N

Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 pada siklus I, dapat ditunjukkan

dengan gambar 10 di bawah ini.

Gambar 10. Grafik Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V

SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahum Pelajaran 2010/2011 Siklus I

Dari tabel 12 dan gambar 10 tersebut, dapat diketahui bahwa setelah

dilaksanakan tindakan siklus I, tiga orang siswa atau 21,43% mendapatkan nilai

antara 55-62, tiga orang siswa mendapatkan nilai antara 63-70, empat siswa atau

28,57% mendapatkan nilai antara 71-78, dua siswa atau 14,28% mendapatkan nilai

antara 79-86, dan dua orang siswa atau 14,28% mendapat nilai antara 87-94.

Sedangkan nilai kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 pada siklus II (lampiran 27) dapat dilihat pada

tabel 13 di bawah ini.

54,5 62,5 70,5 78,5 86,5 94,5

Page 90: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Kemampuan Materi Pecahan

Siswa Kelas V pada Siklus II

No Interval nilai Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi)

(fi) x (xi) Prosentase

1 55 – 64 2 59,5 119 14,28%

2 65 – 74 2 69,5 139 14,28%

3 75 – 84 4 79,5 318 28,58%

4 85 – 94 3 89,5 268,5 21,43%

5 95 – 104 3 99,5 298,5 21,43%

Jumlah 14 1143 100%

Rerata 81,64

Dari data frekuensi kemampuan materi pecahan siswa kelas V pada tabel 13,

maka dapat digambarkan dengan grafik pada gambar 11 seperti di bawah ini.

Gambar 11. Grafik Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V

SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Siklus II

Dari tabel 13 dan gambar 11 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan tindakan siklus II, dua siswa atau 14,29% mendapatkan nilai antara

55-64, dua siswa atau 14,29% mendapatkan nilai antara 65–74, empat siswa atau

28,58 % mendapatkan nilai antara 75–84, tiga siswa atau 21,43% mendapatkan nilai

antara 85–94, dan tiga siswa atau 21,43% mendapatkan nilai antara 95-104. Secara

rinci, perkembangan kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04

54,5 64,5 74,5 84,5 94,5 104,5

Page 91: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 dalam penelitian ini dapat disajikan dalam

rekapitulasi pada tabel 14 sebagai berikut ini.

Tabel 14. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V

SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011

No Kriteria Prasiklus Siklus I Siklus II Keterangan

1

Jumlah siswa

berhasil

mencapai KKM

1 siswa

9 siswa

11 siswa

Terjadi

peningkatan

2

Prosentase

perkembangan

siswa yang

berhasil

mencapai KKM

7,14 %

64,28 %

78,57 %

Terjadi

peningkatan

3

Nilai rerata kelas

49,71

72,78

81,64

Terjadi

peningkatan

Dari tabel 12, Rekapitulasi di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik 12 bawah ini.

Gambar 12. Grafik Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Siswa

Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Jumlah siswa yang berhasil

mencapai KKM

Prosentase siswa yang berhasil

mencapai KKM

Nilai rata-rata kelas

f

r

e

k

u

e

n

s

i

I II III

I. Jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM

II. Prosentase siswa yang berhasil mencapai KKM

III. Nilai rerata kelas

Page 92: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Berikut ini disajikan kondisi awal kualitas proses pembelajaran dalam

penguasaan materi pecahan yang didapatkan dari observasi selama proses

pembelajaran matematika materi pecahan berlangsung (lampiran 5, lampiran 6,

lampiran 11 dan lampiran 12) pada tabel 15 berikut ini.

Tabel 15. Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

Pada Kondisi Awal

Aspek Pertemuan 1 Pertemuan 2

Kinerja Guru 1,83 2,00

Aktivitas Siswa 2,42 2,42

Dari tabel 15 tersebut dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar 13

berikut ini.

2.42 2.42

1.832

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

interval nilai

f

r

e

k

u

e

n

s

i

Column 1 Column 2

Gambar 13. Grafik Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V

SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Kondisi Awal

Sedangkan rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus I yang

dilakukan di siklus I (lampiran 7, lampiran 8) dapat dilihat pada tabel 16 di bawah

ini.

I II I II

I. Kinerja Guru II. Aktivitas Siswa

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Page 93: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Tabel 16. Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

Pada Siklus I

Aspek Pertemuan 1 Pertemuan 2

Kinerja Guru 2,58 3,25

Dari tabel 16 di atas, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada

gambar 14 berikut ini.

2,58

3,25

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Pertemuan 1 Pertemuan 2

f

r

e

k

u

e

n

s

i

Gambar 14. Grafik Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

pada Siklus I

Dan untuk hasil observasi kinerja guru pada siklus II (lampiran 9, lampiran

10) dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini.

Tabel 17. Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

pada Siklus II

Aspek Pertemuan 1 Pertemuan 2

Kinerja Guru 3,67 3,83

Dari data data pada tabel 17 tersebut di atas, dapat divisualisasikan dalam

gambar 15 berikut ini.

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Page 94: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

3,67

3,83

3,55

3,6

3,65

3,7

3,75

3,8

3,85

Pertemuan 1 Pertemuan 2

f

r

e

k

u

e

n

s

i

Gambar 15. Grafik Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

pada Siklus II

Rekapitulasi kinerja guru pada kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat

dilihat pada tabel 18 berikut ini.

Tabel 18. Rekapitulasi Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2010/2011

Aspek Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Kinerja Guru 1,92 2,91 3,75

Data pada tabel 18 tersebut, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik di

gambar 16 bawah ini.

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Page 95: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

1,92

2,91

3,75

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

f

r

e

k

u

e

n

s

i

Gambar 16. Grafik Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2010/2011

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan

teknik make a match, dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran yang

ditunjukkan dengan beberapa hal yang meliputi pembuatan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran mata pelajaran matematika pada materi pecahan, dalam pembelajaran

guru sudah mengkondisikan siswa untuk siap belajar, guru juga membangkitkan

motivasi belajar dengan menggunakan media belajar konkret berupa buah-buahan

dalam melakukan apersepsi materi pecahan. Dalam prakteknya, guru telah

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan kepada siswa dengan

baik. Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru menerangkan dengan jelas

kepada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum

dimengerti mengenai materi pelajaran. Guru juga melakukan bimbingan secara

individu jika ada siswa yang kurang paham terhadap materi pelajaran. Pada kegiatan

akhir, guru beserta siswa bersama-sama menyimpulkan pelajaran yang telah

dilakukan dengan baik.

Siklus I Siklus II

Kondisi Awal

Page 96: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Kualitas proses pembelajaran dilihat dari aspek aktivitas siswa (lampiran 13

dan lampiran 14) pada siklus I dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini.

Tabel 19. Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

pada Siklus I

Aspek Pertemuan 1 Pertemuan 2

Aktivitas siswa 2,85 3,71

Dari tabel 19 di atas, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar

17 berikut ini.

3,71

2,85

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Siklus I

frekuensi

Gambar 17. Grafik Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

pada Siklus I

Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus II (lampiran 15 dan lampiran

16), dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini.

Tabel 20. Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

pada Siklus II

Aspek Pertemuan 1 Pertemuan 2

Aktivitas siswa 4,42 4,57

Dari tabel 20 di atas, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar

18 berikut ini.

Page 97: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

4,57

4,42

0

1

2

3

4

5

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Siklus I

f

r

e

k

u

e

n

s

i

Gambar 18. Grafik Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

pada Siklus II

Untuk rekapitulasi aktivitas siswa dari kondisi awal hingga siklus II, dapat

dilihat pada tabel 21 berikut ini.

Tabel 21. Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2010/2011

Aspek Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Aktivitas Siswa 2,42 3,28 4,49

Dari tabel 21 di atas, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar

19 berikut ini.

4,49

3,28

2,42

0

1

2

3

4

5

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

f

r

e

k

u

e

n

s

i

Gambar 19. Grafik Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2010/2011

Page 98: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Dari penjabaran dari tabel dan grafik mengenai aktivitas siswa kelas V SD N

Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011, aktivitas siswa yang mengalami

peningkatan di tiap siklusnya, menunjukkan bahwa meningkat pula kualitas proses

pembelajaran dalam kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Di dalam pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match, siswa

telah menyiapkan diri dengan baik untuk mengikuti pembelajaran, siswa mampu

menjawab pertanyaan dari guru mengenai penyelesaian dari soal materi pecahan

yang meliputi perkalian berbagai pecahan dan pembagian berbagai pecahan. Semua

siswa menyimak penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran

siswa aktif mengikuti langkah pembelajaran dengan teknik make a match yaitu

masing-masing siswa berhasil menyelesaikan tugasnya mencari pasangan dari kartu

soal dan kartu jawabannya kemudian membentuk diskusi kecil bersama pasangannya

lalu dilanjutkan presentasi yang berlangsung lancar.

Dari penjelasan pada bab ini, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a

match pada siklus I dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan kualitas proses

pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04

Sukoharjo. Peningkatan kualitas proses pembelajaran, seiring dengan peningkatan

kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2010/2011, yaitu dicapainya keberhasilan pencapaian KKM (70) sebesar 78,57 %

dari 14 siswa dengan rerata kelas 82,5. Dengan demikian penelitian ini diakhiri pada

siklus ini, karena hasil yang direncanakan telah tercapai.

Page 99: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam

pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2010/2011 selama dua siklus dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut ini.

1. Model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match

terbukti dapat meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N

Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini dibuktikan dengan

meningkatnya nilai rerata kelas dan jumlah siswa yang berhasil mencapai

KKM (70). Pada prasiklus, rerata kelas sebesar 49,71 dan siswa yang

mencapai KKM sebanyak seorang siswa atau 7,14%. Pada siklus I, rerata

kelas mencapai 72,78 dan siswa yang mencapai KKM sebanyak sembilan

siswa atau 64,28%. Pada siklus II, rerata kelas mencapai 81,64 dan siswa

yang berhasil mencapai KKM sebanyak 11 siswa atau 78,57%.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make

a match terbukti dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran

matematika dalam kemampuan materi pecahan pada siswa kelas V SD N

Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 yaitu dibuktikan dengan

adanya kenaikan kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

yang ditunjukkan dengan beberapa hal yang meliputi pembuatan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran matematika pada materi pecahan,

dalam pembelajaran guru sudah mengkondisikan siswa untuk siap belajar,

guru juga membangkitkan motivasi belajar dengan menggunakan media

belajar konkret berupa buah-buahan dalam melakukan apersepsi materi

pecahan. Dalam prakteknya, guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dilaksanakan kepada siswa dengan baik. Dalam menyampaikan

Page 100: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

materi pembelajaran, guru menerangkan dengan jelas kepada siswa. Siswa

diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum dimengerti mengenai

materi pelajaran. Guru juga melakukan bimbingan secara individu jika ada

siswa yang kurang paham terhadap materi pelajaran. Pada kegiatan akhir,

guru beserta siswa bersama-sama menyimpulkan pelajaran yang telah

dilakukan dengan baik. Dan dari segi aktivitas siswa, penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match mampu

Di dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe struktural dengan teknik make a match, siswa telah menyiapkan diri

dengan baik untuk mengikuti pembelajaran, siswa mampu menjawab

pertanyaan dari guru mengenai penyelesaian dari soal materi pecahan yang

meliputi perkalian berbagai pecahan dan pembagian berbagai pecahan.

Semua siswa menyimak penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Dalam

pembelajaran siswa aktif mengikuti langkah pembelajaran dengan teknik

make a match yaitu masing-masing siswa berhasil menyelesaikan tugasnya

mencari pasangan dari kartu soal dan kartu jawabannya kemudian

membentuk diskusi kecil bersama pasangannya lalu dilanjutkan presentasi

yang berlangsung lancar.

Dari uraian tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan telah terbukti

kebenarannya yaitu pembelajaran matematika dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match terbukti dapat

meningkatkan kemampuan pecahan dalam matematika dan mampu meningkatkan

kualitas proses dalam penguasaan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.

Page 101: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

B. Implikasi

Berdasarkan pada hasil penelitian ini diketahui bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dapat

meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa dan meningkatkan kualitas proses

pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Oleh karena itu, penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match ini dapat

digunakan dan dikembangkan dalam pembelajaran berbagai pelajaran di sekolah.

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe strukturak dengan

teknik make a match ini, siswa dapat bekerjasama, bertukar pendapat dan saling

membantu dengan teman yang lain untuk memecahkan berbagai tugas yang

diberikan oleh guru. Di samping itu, bimbingan serta penjelasan guru yang mampu

menciptakan pembelajaran yang terstruktur dan terarah yaitu ditunjukkan dengan

aktivitas siswa yang tinggi dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

peningkatan rerata kemampuan materi pecahan siswa dari kondisi awal sebesar 49,71

menjadi 81,64 pada siklus akhir dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM

dari seorang siswa atau 7,14% pada kondisi awal menjadi sebelas siswa atau 78,57%

pada siklus akhir (siklus II).

Menurut penelitian ini, diketahui bahwa kemampuan materi pecahan siswa

dan kualitas proses pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan siswa kelas V

SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 meningkat di setiap siklusnya.

Hal ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang berpengaruh langsung terhadap

hasil yang dicapai siswa. Peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam

penguasaan materi pecahan tentunya juga akan meningkatkan kemampuan materi

pecahan siswa.

Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian pada Bab IV, maka

penelitian ini layak digunakan untuk membantu guru dalam menghadapi masalah

yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah kemampuan materi pecahan siswa

dan kualitas proses pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan. Adanya kendala

Page 102: PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

dalam pembelajaran Matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

teknik make a match harus diatasi dengan maksimal. Oleh karena itu, kreativitas dan

kinerja guru sangat diperlukan dalam upaya peningkatan kualitas proses

pembelajaran dan kemampuan materi pecahan siswa.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD N Jetis

04 Sukohajo Tahun Pelajaran 2010/2011, maka dapat disampaikan saran-saran

sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya lebih aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan

pembelajaran di kelas dan lebih memberanikan diri untuk menanyakan setiap

adanya kesulitan dalam menerima materi pelajaran.

2. Bagi Guru

a. Hendaknya para guru terutama guru matematika menerapkan model

pembelajaran yang inovatif yang mampu meningkatkan kualitas proses dan

hasil yang lebih baik. Contohnya dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match.

b. Guru hendaknya lebih memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan

menyampaikan pendapat.

c. Para guru sebaiknya menunbuhkan kebiasaan untuk saling bekerjasama antara

guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa supaya terjalin

masyarakat belajar yang harmonis.

3. Bagi Sekolah

a. Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan pada guru untuk meningkatkan

keberhasilan dari tujuan pembelajaran di sekolah.