Upload
vuongmien
View
243
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM
MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STRUKTURAL DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH
PADA SISWA KELAS V SD N JETIS 04 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Oleh
HUDZAIFAH NOOR
K7107006
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM
MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STRUKTURAL DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH
PADA SISWA KELAS V SD N JETIS 04 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh :
HUDZAIFAH NOOR
K7107006
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Dalam Matematika Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Dengan Teknik Make A Match pada
Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011
Oleh :
Nama : Hudzaifah Noor
NIM : K7107006
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Hudzaifah Noor. Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Dalam
Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Dengan
Teknik Make A Match pada Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun
Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei, 2011.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk meningkatkan kemampuan materi
pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan
teknik make a match pada siswa kelas V SD N 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran
2010/2011, (2) Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dalam
kemampuan materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD N 04 Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan model siklus.
Tiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Siklus I terdiri atas 2 pertemuan, begitu
juga dengan siklus II juga terdiri atas 2 pertemuan. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah dengan teknik observasi, dokumentasi dan tes. Teknik analisis data
yang digunakan adalah dengan melakukan deskripsi secara kualitatif. Pada penelitian
ini, guru melaksanakan pembelajaran dan peneliti berperan sebagai pengamat.
Sumber data yang digunakan berupa tes, dokumentasi dan observasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif
teknik make a match dapat meningkatkan kemampuan materi pecahan dalam
matematika dan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam penguasaan
materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.
Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rerata siswa
49,71 dengan persentase ketuntasan klasikal 7,14%, siklus I nilai rerata kelas
mencapai 72,78 dengan persentase ketuntasan klasikal 64,28% dan siklus II nilai
rerata siswa mencapai 81,64 dengan persentase ketuntasan klasikal 78,57%. Selain
itu, kualitas proses pembelajaran juga mengalami peningkatan, yaitu dengan
ditunjukkan dengan peningkatan kinerja guru dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Yaitu pada kondisi awal rerata kinerja guru sebesar 1,92, siklus I
rerata kinerja guru sebesar 2,91 dan pada siklus II meningkat menjadi 3,75.
Sedangkan rerata aktivitas siswa pada kondisi awal sebesar 2,42 kemudian siklus I
sebesar 3,28 dan meningkat menjadi 4,49 pada siklus II. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik make a match mampu meningkatkan kemampuan
materi pecahan siswa dan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam
penguasaan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran
2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Hudzaifah Noor. Increasing Fraction Of Material Ability in Math From Using
Cooperative Learning Model of Structural Tipe Make A Match Tecnique For
Students 5TH
Elementary School of SD N JETIS 04 SUKOHARJO in Academic
Year 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty.
Sebelas Maret Surakarta, May, 2011.
The Purpose of this research is (1) to increase the ability of the material
fractions by using models of cooperative learning struktural tipe make a match
tecnique for childrens 5TH
elementary school of SD N Jetis 04 Sukoharjo in academic
year 2010/2011, (2) for increase the quality of the learning process of mathematics in
the mastery of fractions by using a model of cooperative learning techniques make a
match for childrens 5TH
elementary school of SD N Jetis 04 Sukoharjo in academic
year 2010/2011.
The shape of this research is Class Action Research with cycles model. Each
cycle consists of planning, implementation, observation, and reflection. The study
consisted of 2 cycles. Cycle I consists of two meetings, as well as the second cycle
also consists of two meetings. Techniques of data collection is carried out with the
technique of observation, documentation and testing. Data analysis technique used is
to conduct a qualitative description. In this study, teachers carry out teaching and
research role as observer. Sources of data used in the form of tests, documentation
and observation.
The results of this study indicate that the model of cooperative learning
techniques make a match to improve the ability of the material fractions in
mathematics and to improve the quality of the learning process in students 5TH
elementary school of SD N Jetis 04 Sukoharjo in Academic Year 2010/2011. This is
evident in the initial conditions prior to the act of a mean value of 49.71 students
with classical completeness percentage 7,14%, first cycle average value of 72,78
with a percentage grade achieved mastery classical cycle II 64.28% and the average
value of students reached 81, 64 with 78.57% percentage of classical completeness.
In addition, the quality of the learning process is also increasing, which is indicated
by improved performance by teachers and students in learning activities. Teacher
performance in initial conditions by 1,92. And than in cycle I mean the performance
of teachers amounted to 2.91 and on the second cycle increases to 3.75. While the
average student activity in the initial coditions by 2,42 and than the first cycle of 3.28
increased to 4.49 on the second cycle. Thus, it can be concluded that learning math
by using the model of cooperative learning of make a match techniques is able to
improve students 'fraction material and can improve the quality of the learning
process in students 5TH
elementary school of SD N Jetis 04 Sukoharjo in Academic
Year 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles)
Ketergesaan dalam setiap usaha membawa kegagalan. (Herodotus )
Hitung dan pertimbangkanlah suatu keputusan, sebelum kamu menyesal dan
menangisi keputusanmu itu. (penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Dengan Menyebut Nama Allah SWT teriring doa dan ungkapan syukur
Alhamdulillah, Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :
Pembaca pada umumnya
Semoga karya ini bermanfaat dan memberikan wawasan
dan pengetahuan yang positif
Segenap Keluarga Besar PGSD FKIP UNS
Tempatku menimba ilmu kependidikan
Segenap keluarga besar SD N Jetis 04 Sukoharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan Judul
“Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Dalam Matematika Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Dengan Teknik Make A Match Pada Siswa
Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011” ini diajukan untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengalami beberapa hambatan, namun
berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto.M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.
5. Drs. Sutijan, M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan dorongan,
semangat dan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.
6. Keluarga besar SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo yang telah memberikan
semangat dan dukungan dalam penelitian.
7. Serta pihak-pihak terkait yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi
bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii
ABSTRAK ..........................................................................................................iv
ABSTRACT ........................................................................................................v
HALAMAN MOTTO .........................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................1
B. Perumusan Masalah ..............................................................................4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................5
BAB II. KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori ..........................................................................................6
1. Hakekat Kemampuan Materi Pecahan Dalam Matematika .............6
a. Pengertian Kemampuan ...............................................................6
b. Pengertan Matematika .................................................................6
c. Pengertian Pecahan ......................................................................8
d. Macam-macam Pecahan ..............................................................10
e. Perkalian Berbagai Bentuk Pecahan ............................................11
f. Pembagian Berbagai Bentuk Pecahan .........................................12
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match ...15
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ...............................15
b. Elemen Pembelajaran Kooperatif ................................................16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif .................................................17
d. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ..............................17
e. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif .................................18
f. Metode Pembelajaran kooperatif .................................................19
g. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif ................20
h. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match.......21
i. Langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match ..........21
j. Keungulan dan Kelemahan Teknik Make a Match .....................23
k. Penerapan Teknik Make A Match Dalam Matematika ...............24
l. Pengertian Pembelajaran .............................................................24
m. Pembelajaran Yang Berkualitas ..................................................25
B. Penelitian Yang Relevan .......................................................................29
C. Kerangka Berpikir .................................................................................30
D. Hipotesis ...............................................................................................32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Jadwal Penelitian ..............................................................33
1. Tempat Penelitian .............................................................................33
2. Jadwal Penelitian ..............................................................................33
B. Metode Penelitian .................................................................................34
C. Bentuk Penelitian ..................................................................................34
D. Subjek Penelitian ..................................................................................37
E. Sumber Data..........................................................................................37
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................37
G. Validitas Data........................................................................................39
H. Teknik Analisis Data.............................................................................40
I. Indikator Kinerja ...................................................................................41
J. Prosedur Penelitian ...............................................................................41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................................45
B. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................................46
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian .......................................................48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
D. Temuan dan Pembahasan Hasil penelitian ...........................................69
BAB V. KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ...........................................................................................81
B. Implikasi ...............................................................................................83
C. Saran .....................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................85
LAMPIRAN ........................................................................................................87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif .........................................18
Tabel 2. Jadwal Penelitian.................................................................................34
Tabel 3. Daftar Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V Pada
Kondisi awal........................................................................................46
Tabel 4. Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04
Sukoharjo Pada Kondisi Awal ............................................................47
Tabel 5. Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V Pertemuan 1
Siklus I ...............................................................................................56
Tabel 6. Data Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Pertemuan 2
Siklus I .................................................................................................57
Tabel 7. Data Perkembangan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada
Siklus I .................................................................................................59
Tabel 8. Data Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Pertemuan 1
Siklus II ................................................................................................66
Tabel 9. Data Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Pertemuan 2
Siklus II ................................................................................................67
Tabel 10. Data Perkembangan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada
Siklus II ................................................................................................68
Tabel 11. Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04
Sukoharjo Pada Kondisi Awal ...........................................................69
Tabel 12. Data Frekuensi Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N
Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I .........................................................70
Tabel 13. Data Frekwensi Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N
Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus II ........................................................72
Tabel 14. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Siswa
Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun pelajaran 2010/2011 .........73
Tabel 15. Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
Pada Kondisi Awal ..............................................................................74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Tabel 16. Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I ...........75
Tabel 17. Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus II ..........75
Tabel 18. Rekapitulasi Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 ................................................75
Tabel 19. Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I .......78
Tabel 20. Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus II .....78
Tabel 21. Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2010/2011 .................................................................79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ...............................................................31
Gambar 2. Diagram Langkah Pelaksanaan Penelitian ......................................36
Gambar 3. Komponen Analisis Data ................................................................41
Gambar 4. Grafik Nilai Prasiklus ( kondisi awal ) Kemampuan Materi
Pecahan siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo ...........................47
Gambar 5. Grafik Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pada Pertemuan 1
Siklus I ............................................................................................56
Gambar 6. Grafik Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pada Pertemuan 2
Siklus I ............................................................................................58
Gambar 7. Grafik Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pada Pertemuan 1
Siklus II ...........................................................................................66
Gambar 8. Grafik Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pada Pertemuan 2
Siklus II ...........................................................................................67
Gambar 9. Grafik Nilai Prasiklus ( kondisi awal ) Kemampuan Materi
Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo ..........................70
Gambar 10. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V
SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 ....................71
Gambar 11 Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan. Siswa Kelas V
SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Siklus II ..........................................72
Gambar 12. Grafik Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Siswa
Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 .....73
Gambar 13. Grafik Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04
Sukoharjo Pada Kondisi Awal .......................................................74
Gambar 14. Grafik Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04
Sukoharjo Pada Siklus I .................................................................75
Gambar 15. Grafik Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04
Sukoharjo Pada Siklus II ................................................................76
Gambar 16. Grafik Kinerja daan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04
Sukoharjo ......................................................................................77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Gambar 17. Grafik Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
pada Siklus I ...................................................................................78
Gambar 18. Grafik Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
pada Siklus II..................................................................................79
Gambar 19. Grafik Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 ...........................................79
Gambar 20. Siswa Mencoba Menemukan Jawaban dari Kartu Soal Yang
Diberikan Oleh Guru ......................................................................176
Gambar 21. Siswa Berhasil Menemukan Pasangan Dari Kartu Soal /
Kartu Jawaban ................................................................................176
Gambar 22. Siswa Yang Berhasil Menemukan Pasangan Dari Kartu Soal /
Dari Kartu Jawabannya Melapor Pada Guru ..................................177
Gamabr 23. Siswa Berdiskusi Dengan Pasangannya Mengenai Penyelesaian
Dari Kartu Soal/Kartu Jawaban Yang Di Dapatnya .......................177
Gambar 24. Siswa Berdiskusi Dengan Pasangannya Mengenai Penyelesaian
Dari Kartu Soal/Kartu Jawaban Yang Di Dapatnya .......................178
Gambar 25. Siswa Beserta Pasangannya Mempresentasikan Hasil Diskusi.......178
Gamabr 26. Siswa Memperhatikan Presentasi Dari Pasangan Siswa
Yang Lain ........................................................................................179
Gambar 27. Guru Memberikan Reward Pada Siswa Yang Berhasil
Menyelesaikan Tugas Dengan Baik ................................................179
Gambar 28. Siswa Mengajukan Pertanyaan Kepada Guru .................................180
Gambar 29. Siswa Mencatat Hasil Presentasi Dari Semua Siswa ......................180
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ..........................................................................................80
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.................................82
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...............................96
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Guru Sebelum Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match ................110
Lampiran 5. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Kondisi Awal
(pertemuan 1) ..................................................................................113
Lampiran 6. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Kondisi Awal
(pertemuan 2) ..................................................................................116
Lampiran 7. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 1 Siklus I .................119
Lampiran 8. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 2 Siklus I .................122
Lampiran 9. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 1 Siklus II ................125
Lampiran 10. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 2 Siklus II ..............128
Lampiran 11. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kondisi Awal
(Pertemuan 1) .................................................................................131
Lampiran 12 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kondisi Awal
(pertemuan 2) .................................................................................135
Lampiran 13. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran
Pertemuan 1 Siklus I .....................................................................140
Lampiran 14. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran
Pertemuan 2 Siklus I ..................................................................... I44
Lampiran 15. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran
Pertemuan 1 Siklus II ....................................................................148
Lampiran 16. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran
Pertemuan 2 Siklus II ....................................................................152
Lampiran 17. Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 ......................................................156
Lampiran 18. Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ......................................................158
Lampiran 19. Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 .....................................................160
Lampiran 20. Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 .....................................................162
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 21. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Kondisi Awal
Tanpa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
Make A Match ...............................................................................164
Lampiran 22. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pertemuan 1
Siklus I Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Make A Match ..................................................................165
Lampiran 23. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pertemuan 2
Siklus I Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Make A Match ..................................................................166
Lampiran 24. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Siklus I
Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Make A Match ..................................................................167
Lampiran 25. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pertemuan 1
Siklus II Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Make A Match ..................................................................168
Lampiran 26. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pertemuan 2
Siklus II Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Make A Match ..................................................................169
Lampiran 27. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Siklus II
Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Make A Match ..................................................................170
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab I Pasal 1 (1), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Sebagaimana yang tercantum pada UUD 1945 pasal
31 ayat 1 bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Pengajaran
ditujukan untuk mengembangkan sumber daya manusia berkualitas sebagai generasi
penerus bangsa.
Ada banyak faktor pendukung untuk keberhasilan suatu proses pendidikan,
misalnya kurikulum yang solit, tenaga pendidik yang profesional, sarana pendidikan
yang lengkap, suasana belajar yang tenang, tingkat intelegensi siswa yang diatas rata-
rata dan lain-lain (http://www.psb-psma.org/). Guru sebagai tenaga pendidik harus
menguasai prinsip-prinsip pembelajaran supaya tujuan dari pembelajaran dapat
dicapai, mulai dari perencanaan pembelajaran sampai evaluasi. Dalam perencanaan
yang baik, guru harus pandai memilih dan menentukan model, teknik serta metode
yang sesuai dengan karakteristik pelajaran. Ketepatan pemilihan model, teknik serta
metode yang digunakan, akan membawa dampak positif terhadap kualitas
pembelajaran, terutama untuk pelajaran yang dirasa sulit bagi siswa seperti mata
pelajaran matematika. Selama ini matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang
sulit yang harus dipelajari oleh setiap siswa, karena matematika adalah sarana untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu, kesulitan
belajar matematika harus diatasi sedini mungkin, jika tidak siswa akan mengalami
berbagai masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang
sesuai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Dewasa ini, guru dituntut lebih kreatif dan inovatif untuk menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara
maksimal dan turut berpartisipasinya siswa dalam pembelajaran adalah satu dari
berbagai aspek yang dituntut dalam suatu pembelajaran. Walaupun demikian, tidak
jarang masih dijumpai guru yang masih mempertahankan cara lama dalam
pembelajarannya, yaitu dengan tetap setia pada model pembelajaran konvensional
atau ceramah. Misalnya pada mata pelajaran matematika, biasanya guru menjelaskan
materi secara panjang lebar dan siswa hanya mendengarkannya. Jadi, pembelajaran
hanya terjadi satu arah saja yaitu dari guru ke siswa. Padahal banyak model
pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran matematika di antaranya
dengan model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model
pembelajaran kuantum, model pembelajaran terpadu, dan model pembelajaran
berbasis masalah (Problem Based Learning).
Fenomena mendarahdagingnya model pembelajaran konvensional (ceramah)
juga terjadi di SD N Jetis 04 Sukoharjo. Berdasarkan wawancara penulis dengan
guru kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo mengenai pembelajaran matematika di SD
tersebut terutama materi pecahan, ternyata kemampuan materi pecahan para siswa
rendah. Dari 14 siswa di kelas tersebut, hanya seorang siswa yang mampu mencapai
KKM (70) dan rerata kelas hanya mencapai 49,71.
Untuk identifikasi lebih lanjut, peneliti melakukan wawancara dengan
beberapa siswa SD tersebut mengenai pembelajaran matematika yang diajarkan guru
selama ini. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa para siswa kurang
termotivasi mengikuti pembelajaran menulis karena pembelajaran yang diberikan
guru selama ini masih bersifat konvensional dan berjalan secara monoton tanpa ada
variasi metode dan teknik pembelajaran yang diberikan. Menurut mereka, metode
dan teknik pembelajaran yang digunakan guru selama ini kurang inovatif karena
dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan metode ceramah saja, sedangkan
siswa disuruh mengerjakan soal yang terdapat dalam buku teks yang dimiliki guru
atau lembar kerja siswa (LKS). Oleh sebab itulah, pembelajaran menulis di kelas
selama ini dirasakan membosankan atau menjenuhkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dari hasil ulangan dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai 70 ke
atas hanya berjumlah 1 orang, sedangkan sisanya sebanyak 13 siswa mendapat nilai
50 ke bawah. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah nilai 15. Berdasarkan hal
ini dapat diketahui bahwa siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar hanya
seorang siswa sedangkan yang lain (sebanyak 13 siswa) belum mencapai ketuntasan
belajar. Hal ini dapat memperkuat bukti bahwa kemampuan materi pecahan siswa
masih rendah.
Rendahnya kemampuan materi pecahan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran, kurangnya penggunaan
media pembelajaran, rendahnya kreatifitas guru untuk menciptakan inovasi-inovasi
penggunaan model-model pembelajaran, tidak tepatnya pemilihan metode
pembelajaran, lingkungan sekolah yang kurang kondusif, teknik penilaian yang tidak
tepat, soal tes yang kurang valid serta keadaan jasmani dan rohani siswa yang kurang
mendukung.
Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diungkapkan di atas terkait
dengan rendahnya kemampuan materi pecahan siswa, peneliti bersama guru
berdiskusi untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran materi pecahan dalam
matematika pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo. Dari diskusi tersebut
diharapkan mampu meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa, yakni guru
harus menerapkan teknik pembelajaran yang berbeda dari teknik sebelumnya. Lebih
lanjut, guru dan peneliti menemukan satu tindakan dari penjabaran teknik
pembelajaran yang sebelumnya telah dibicarakan. Penerapan tindakan ini diharapkan
mampu meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa. Tindakan yang dimaksud
adalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan
teknik make a match. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
struktural dengan teknik make a match ini, pembelajaran akan lebih menyenangkan
dan siswa lebih antusias untuk mengikuti pembelajaran, sehingga siswa akan lebih
memahami materi pelajaran, lebih aktif dalam pembelajaran sehingga kemampuan
materi pecahan dan kualitas pembelajaran matematika akan meningkat juga. Hal ini
karena model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match
bersifat seperti permainan sehingga siswa tidak akan merasa terbebani dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pembelajaran seperti pembelajaran-pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional.
Dengan demikian, model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai alternatif
guna meningkatkan kemampuan materi pecahan, khususnya pada siswa kelas V SD
N Jetis 04 Sukoharjo.
Dan dalam penelitian ini penulis menetapkan judul “PENINGKATAN
KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM MATEMATIKA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL DENGAN
TEKNIK MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SD N JETIS 04
SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011” sebagai judul dalam penelitian
ini. Agar penelitian ini terarah pada masalah yang diteliti, maka penelitian ini peneliti
membatasi pada tiga aspek, yaitu: masalah yang diteliti adalah kemampuan materi
pecahan dalam matematika, model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match, dan siswa yang
diteliti adalah siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011
berjumlah 14 siswa.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
penulis sampaikan sebelumnya, maka rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. “Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik
make a match dapat meningkatkan kemampuan materi pecahan pada siswa
kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011?”.
2. “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a
match dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dalam
kemampuan materi pecahan pada siswa V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun
Pelajaran 2010/2011?”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. untuk meningkatkan kemampuan materi pecahan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa
kelas V SD N 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan
materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD N 04 Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai alternatif dalam
mengembangkan kemampuan mengajar matematika pada materi pecahan. Secara
rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini disusun dengan harapan dapat menjadi acuan bagi penelitian
yang terkait di masa yang akan datang.
b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalan
mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai peningkatan
kemampuan penguasaan materi pecahan dalam matematika.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa, yaitu sebagai berikut:
Meningkatnya kemampuan materi pecahan dalam matematika.
b. Bagi guru, yaitu sebagai berikut:
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengajar matematika
dengan menggunakan model kooperatif tipe struktural dengan teknik make a
match.
c. Bagi sekolah, yaitu:
Hasil penelitian ini sebagai sumbangan yang bermanfaat dalam rangka
perbaikan kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan materi
pecahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hakikat Kemampuan Materi Pecahan Dalam Matematika
a. Pengertian Kemampuan
Menurut Robbins dalam http://digilib.petra.ac.id/ , 23 Maret 2011,
kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai hal tertentu. Kemampuan
tersebut terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Selain itu,
menurut Davis http://digilib.petra.ac.id/, 23 Maret 2011 kemampuan terdiri dari
kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality yaitu pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kecakapan atau kesanggupan seseorang dalam melakukan atau
menguasai suatu hal tertentu.
b. Pengertian Matematika
Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007: 1), matematika adalah bahasa
simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang
pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke
dalil. Senada dengan pendapat tersebut, menurut Johnson dan Myklebust dalam
Mulyono Abdurahman (2003: 252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
James dan James dalam Idarufaidah (http://blog.math.uny.ac.id/, 17 Maret
2011) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya dengan
jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan
geometri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Menurut Roberte., Reys., Marilyn, N., Suydam, Mary M., Lindquist., Nancy,
L., & Smith (1996: 2), mathematics is a study of patterns and relationships.
Children need to become aware of recurring ideas and of relationship and
adeas procide a unifying thread troughout the curriculum, because each topic
is interwoven with others thst hsve preceded it. Childrens must come to see
how one idea is like or unlike others already learned. Matematika adalah studi
tentang pola dan hubungan, para anak-anak (siswa) perlu menyadari gagasan
ide yang berulang dan berhubungan dalam sebuah satuan kurikulum.
Menurut Lerner dalam Mulyono Abdurahman (2003:252), matematika
adalah bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide-ide mengenai elemen dan kuantitas. Sedangkan menurut
Kline dalam Mulyono Abdurahman (2003: 252), matematika merupakan bahasa
simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga
tidak melupakan cara bernalar induktif.
Menurut Reys dalam Erman Suherman dan Udin S. Winataputra (1992:120)
matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir,
suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Sedangkan menurut Paling dalam Mulyono
Abdurahman (2003: 252) matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban
terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara untuk menemukan jawaban
terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan
tentang menghitung dan yang terpenting adalah memikirkan dalam diri manusia itu
sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Seiring dengan
pendapat tersebut, menurut Johnson dan Rising dalam Erman Suherman dan Udin S.
Winataputera (1992: 120) adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian
yang logik.
Dari pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah bahasa simbol, pola berpikir dan bahasa universal yang memiliki
objek tujuan abstrak yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide-ide untuk memecahkan masalah yang dihadapi manusia.
Dengan mempelajari matematika berarti kita telah menyiapkan diri untuk
menghadapi berbagai keadaan dan masalah yang ada di kehidupan sehari-hari. Hal
ini karena matematika memberikan kontribusi yang besar pada kita sebagai manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
yang tidak lepas dari berbagai permasalahan dalam keseharian. Matematika juga
sebagai ilmu yang menjadi dasar dari perkembangan ilmu yang lainnya. Matematika
tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar
terbentuknya matematika.
Menurut Nyimas Aisyah ( 2007: 1-5), tujuan matematika di Sekolah Dasar
adalah agar siswa memiliki 5 kemampuan: 1). Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2). Menggunakan penalaran pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika. 3). Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika dan menafsirkan solusi
yang diperoleh. 4). Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5).
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
mempunyai rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
c. Pengertian Pecahan
Menurut ST. Negoro dan Harahap (1998: 160), pecahan adalah bilangan
yang menggambarkan bagian dari keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari
suatu benda, atau bagian dari suatu himpunan. Senada dengan pendapat di atas,
Muchtar A. Karim (1998:6.4) mengemukakan bahwa pecahan adalah perbandingan
bagian yang sama terhadap keseluruhan dari sutau benda atau himpunan bagian yang
sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan terhadap himpunan semula. Maksud
dari “perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu benda” yaitu
apabila suatu benda dibagi menjadi beberapa bagian yang sama, maka perbandingan
itu menciptakan lambang dasar suatu pecahan. Sedangkan maksud dari “himpunan
bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan semula” adalah sutu
himpunan dibagi atas himpunan bagian yang sama, maka perbandingan setiap
himpunan bagian yang sama itu terhadap keseluruhan himpunan semula akan
menciptakan lambang dasar suatu pecahan.
Menurut Sulis Sutrisna (2006: 14), pecahan adalah sesuatu yang tidak utuh,
yang mempunyai jumlah kurang atau lebih utuh. Seiring dengan pendapat tersebut,
Heruman (2008: 1) mengemukakan bahwa pecahan dapat diartikan sebagai bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dari sesuatu yang utuh. Misalnya dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud
adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian
inilah yang dinamakan pembilang. Sedangkan bagian yang utuh adalah bagian yang
dianggap sebagai penyebut.
Seiring dengan pendapat di atas, Riedesel, Scwartz dan Clement (1996: 218)
mengemukakan bahwa a fraction consists of an ordered pair of integers symbolized
by a/b or more conventionally, by b
a in which the first or top integer is called the
numerator and the second or bottom integer is called the denominator.
Selaras dengan pendapat di atas, John Bird (2004: 6) mengemukakan bahwa
ketika 2 dibagi dengan 3, kita dapat menulisnya dengan 3
2 atau 2/3. 3
2 disebut
pecahan. Bilangan 2 di atas garis disebut pembilang dan bilangan 3 di bawah garis
disebut penyebut. Jika nilai pembilang lebih kecil daripada nilai penyebut, pecahan
itu disebut pecahan wajar (proper fraction). Sedangkan jika pembilang lebih besar
dari penyebut maka pecahan itu disebut pecahan tidak wajar (improper fraction),
misalnya pada bilangan 7/3. Pecahan tidak wajar disebut juga pecahan campuran.
Dengan demikian, bilangan pecahan tidak wajar 7/3 sama dengan bilangan pecahan
campuran 23
1 .
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari himpunan, yang
merupakan perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari sesuatu yang
tidak utuh yang mempunyai jumlah kurang atau lebih dari utuh yang dilambangkan
dengan a/b atau b
a , a disebut dengan pembilang dan b disebut penyebut, a dan b
merupakan bilangan bulat dengan b = 0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
d. Macam-Macam Pecahan
Berbagai macam pecahan adalah sebagai berikut ini:
1) Pecahan biasa
Menurut Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 107),
pecahan biasa yaitu bilangan pecahan yang terdiri dari pembilang dan penyebut saja.
Misalnya pada bilangan pecahan 3/4, 2/5, 1/3 dan sebagainya.
Senada dengan pendapat tersebut, Sulis Sutrisna (2006: 15)
mengemukakan, pecahan biasa adalah pecahan yang dapat dinyatakan dengan
pembilang per penyebut. Bilangan pecahan biasa disebut dengan bilangan pecahan
murni. Contohnya 1/3, 2/3, 7/3, dan sebagainya. Sedangkan pecahan campuran
adalah bilangan pecahan yang terdiri dari bilangan utuh ditambah pembilang per
penyebut. Contohnya 23
1 , 57
5 ,dan seterusnya.
2). Desimal
Menurut Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 107),
sistem bilangan desimal didasarkan pada bilangan 0 hingga 9. Bilangan seperti 53,17
disebut dengan pecahan desimal. Semua koma desimal memisahkan bagian bilangan
bulat, yaitu 53 dari bagian pecahan yaitu 0,17. Sedangkan menurut Sulis Sutrisna
(2006: 16), pecahan desimal adalah bilangan pecahan yang diperoleh dari hasil
pembagian suatu bilangan dengan bilangan sepuluh, seratus, seribu, dan seterusnya.
Contohnya 100
25 jika dinyatakan dalam pecahan desimal menjadi 0,25.
3). Persentase (persen)
Menurut Sulis Sutrisna (2006: 16), persen mempunyai arti per seratus atau
dibagi seratus. Jadi bilangan persen adalah suatu bilangan yang dibagi dengan seratus
dan dilambangkan dengan %. Seiring pendapat Sulis Sutrisna tersebut, Aksin Nur
(2008: 108) mengungkapkan bahwa persentase digunakan untuk menyatakan suatu
standar yang umum dan merupakan pecahan dengan penyebut 100. Sebagai contoh,
25 persen berarti 100
25 atau dapat ditulis dengan 25 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
e. Perkalian Berbagai Bentuk Pecahan
1). Perkalian Pecahan Biasa
Perkalian adalah penjumlahan berulang.
3 x
2
1 =
2
1+
2
1 +
2
1
= 2
3
Dalam Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 109), langkah-
langkah mengalikan dua pecahan (pecahan biasa atau campuran) atau lebih sebagai
berikut.
a). Ubahlah pecahan yang dikalikan ke bentuk pecahan biasa.
b). Kalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut.
3
1 x 7
5 = 73
51
x
x
= 21
5
4 x 3
2 =
1
4x
3
2
= 31
24
x
x
= 3
8
= 23
2
2). Perkalian Pecahan Desimal
Perkalian pecahan desimal sama mudahnya dengan perkalian bilangan
cacah. Menurut (Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin 2008: 109) cara
mengalikan pecahan desimal ada dua cara, yaitu:
a) mengubah ke pecahan biasa dahulu, kemudian dikalikan,
b) langsung mengalikan pecahan desimal.
Contoh: 0,4 x 1,2 = 10
4 x
10
12
= 100
48
= 0,48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3). Perkalian berbagai bentuk pecahan
Langkah-langkah mengalikan berbagai bentuk pecahan menurut (Y. D.
Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008:110) adalah sebagai berikut.
a) Mengubah ke pecahan yang sejenis (ke bentuk pecahan biasa atau bentuk desimal
semua).
b) Mengalikan pecahan-pecahan tersebut.
Contoh:
0,12 x 6
5=
10
12x
6
5
= 60
60
= 1
15% x 2,4 = 0,15 x 2,4
= 0,36
20% x 18
7=
100
20x
8
15
= 800
300
= 8
3
f. Pembagian Berbagai Bentuk Pecahan
1). Pembagian Pecahan Biasa
Pembagian pecahan biasa dikerjakan dengan mengalikan dengan kebalikan
bilangan pembaginya. Contohnya sebagai berikut ini.
4
3:
7
5 =
7
54
3
=
7
54
3
x 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
=
7
54
3
x
5
75
7
=
57
7554
73
x
xx
x
= 1
54
73
x
x
= 4
3 x
5
7
= 54
73
x
x
= 20
21
Atau
4
3:
7
5 sama dengan
4
3x
5
7
2). Pembagian Pecahan Desimal
Dalam Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 110),
pembagian pecahan desimal sama mudahnya dengan perkalian pecahan desimal.
Pembagian pecahan desimal dapat dilakukan dengan mengubah pecahan desimal
menjadi pecahan biasa terlebih dahulu kemudian dikalikan dengan kebalikan dari
pembaginya. Contoh:
3,6 : 0,3 = 10
36:
10
3
= 10
36 x
3
10
= 310
1036
x
x
= 3
36
= 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3). Pembagian Berbagai Bentuk Pecahan
Pada pembagian berbagai bentuk pecahan, langkah-langkahnya seperti pada
perkalian berbagai bentuk pecahan. Adapun langkah-langkahnya menurut Y. D.
Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 111) adalah sebagai berikut ini.
a) Mengubah seluruh pecahan yang dioperasikan ke bentuk pecahan yang sejenis
(mengubah ke bentuk pecahan biasa atau desimal semua).
b) Membagi pecahan-pecahan tersebut.
Contoh:
0,75 : 8
3 =
100
75 :
8
3
= 100
75 x
3
8
= 300
600
Dari berbagai definisi mengenai kemampuan , matematika, materi pecahan
yang telah penulis jabarkan sebelumnya, maka dapat disintesiskan bahwa hakikat
kemampuan materi pecahan dalam matematika adalah adalah sebuah kecakapan atau
kesanggupan seseorang dalam memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide-
ide untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam materi pecahan yang meliputi
hal-hal yang berkenaan dengan bentuk-bentuk pecahan yang terdiri dari pecahan
biasa, pecahan campuran, pecahan desimal, dan pecahan persen yang meliputi
operasi perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan. Kemampuan materi
pecahan pada siswa merupakan suatu bentuk kecakapan dan kesanggupan siswa
dalam memikirkan, menguasai, mengkomunikasikan, dan memecahkan masalah
yang berkenaan dengan materi pecahan yang meliputi materi bentuk-bentuk
pecahan, materi pengubahan suatu pecahan ke bentuk pecahan lain, serta berbagai
operasi dalam pecahan termasuk di dalamnya operasi perkalian dan pembagian
berbagai bentuk pecahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural
Dengan Teknik Make A Match
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Toeti Sukamto dan Udin Saripudin Winataputera dalam Anton
Sukarno (2006: 1440), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
belajar mengajar. Senada dengan pendapat tersebut, Arends dalam Trianto (2007: 4)
mengemukakan, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model
pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai
satu kelompok atau satu tim. Menurut Slavin dalam Isjoni (2010: 22), “In
cooperative learning methods, students work together in four member teams to
master material initially presented by the theacher”, dalam pembelajaran kooperatif
siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang,
secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta siswa lebih bergairah dalam
belajar. Selaras dengan pendapat tersebut, menurut Johnson dalam Isjoni dan Mohd.
Arif Ismail (2008: 150), pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja sama
dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif siswa mencari hasil
yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok.
Anita Lie dalam Isjoni dan Mohd. Arif Ismail (2008: 150) menyebut
pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu kelompok
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan
siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Senada dengan pendapat Anita Lie,
Sugiyanto (2009: 37) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Menurut Johnson & Johnson dalam Isjoni dan Mohd. Arif Ismail (2008:
152) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-
kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman
belajar yang berkelompok, sama dengan pengalaman individu maupun pengalaman
kelompok. Senada dengan pendapat tersebut, Sunal dan Hans dalam Isjoni (2010: 15)
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan
atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan pada
siswa agar bekerja sama selama pembelajaran.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran secara membentuk berkelompok-kelompok kecil,
dalam proses pembelajaran anggota kelompok bekerja sama dengan anggota
kelompok yang lain dalam tugas-tugas yang terstruktur sehingga setiap siswa
mendapatkan pengalaman yang sama. Hal ini didasarkan pada manusia yang
memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta masa depan yang berbeda-
beda. Dengan perbedaan itulah manusia dapat saling asah, asih dan asuh atau dengan
kata lain saling mencerdaskan.
b. Elemen Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
elemen pembelajaran kooperatif menurut Lie dalam Sugiyanto (2009: 40) adalah
sebagai berikut.
1). Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong
siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan saling membutuhkan inilah
yang dimaksud dengan ketergantungan positif, yang meliputi saling
ketergantungan dalam mencapai tujuan, saling ketergantungan dalam
menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling
ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah.
2). Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa untuk saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka saling berdialog. Interaksi tersebut sangat penting
karena siswa merasa lebih mudah belajar dari teman sebaya.
3). Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujud dalam belajar kelompok.
Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya
disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok
mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan. Penilaian
kelompok didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota kelompok
secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.
4). Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,
mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran
logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang
bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan
tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan
sosial, akan memperoleh teguran dari guru dan sesama siswa.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Adapun tujuan dari pembelajaran kooperatif menurut Agus Suprijono (2010: 54)
adalah sebagai berikut ini.
1). Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-
tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu
siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
2). Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai macam latar belakang.
3). Pengembangan keterampilan sosial, yaitu untuk mengembangkan keterampilan
sosial siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan
bekerja dalam kelompok.
d. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Lungdren dalam Isjoni
(2010: 16) sebagai berikut:
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang
bersama”.
2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain
dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota
kelompok.
5. Para siswa diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang ikut berpengaruh
terhadap evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan
bekerja sama selama belajar.
7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual meteri
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
e. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel 1 berikut
ini.
Tabel 1. Fase-fase model pembelajaran kooperatif
Fase Indikator Aktivitas Guru
1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi efisien
4 Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau
hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
f. Metode Pembelajaran Kooperatif
Dalam Sugiyanto (2009: 44), disebutkan bahwa metode pembelajaran
kooperatif diantaranya adalah sebagai berikut ini.
1). Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari
Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling
langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif.
2). Metode Jigsaw
Metode Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari
Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan.
3). Metode GI (Group Investigation)
Dasar-dasar metode GI dirancang oleh Herbert Thelen kemudian diperluas
dan diperbaiki oleh Sharn dan kawan-kawan dari Universitas Tel Aviv. Metode GI
dipandang paling kompleks dan paling sulit pelaksanaannya dalam pembelajaran.
4). Metode Struktural
Metode struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan-kawan.
Metode struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Menurut Sugiyanto (2009: 49) beberapa
teknik dalam metode struktural adalah sebagai berikut:
a). teknik make a match
b). teknik bertukar pasangan
c). teknik berkirim salam dan soal
d). teknik bercerita pasangan
e). teknik dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray)
f). teknik keliling kelompok
g). teknik kancing gemerincing
h). teknik tebak pelajaran
i). teknik TQ (Team Quiz).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Dalam penelitian ini, metode pembelajaran yang digunakan adalah metode
struktural dengan teknik make a match.
g. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Cilibert Macmilan dalam Isjoni dan Muhd. Arif Ismail (2008: 157)
kelebihan dari model pembelajaran kooperatif yaitu lebih memberi peluang kepada
siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan dan pengalaman yang
diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah suatu
pandangan kelompok. Sedangkan menurut Sharan dalam Isjoni dan Muhd. Arif
Ismail (2008: 157) siswa yang belajar dengan menggunakan jenis pembelajaran
kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena dibantu dari rekan sebaya.
Menurut Sugiyanto (2009: 43), kelebihan pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut:
1. meningkatnya kepekaan dan kesetiakawanan sosial
2. memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi,
perilaku sosial, dan pandangan-pandangan
3. memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial
4. memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen
5. menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois
6. membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa
7. berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling
membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan
8. meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
9. meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif
10. meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik
11. meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan,
jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah adanya
kemungkinan siswa tidak aktif dalam kegiatan diskusi kelompok sehingga perlu
adanya tindakan guru untuk mengkondisikan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
h. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match
Menurut Isjoni (2009: 34), pembelajaran kooperatif teknik make a match
adalah teknik pembelajaran yang dikembangkan oleh Loma Curran. Yaitu dalam
pembelajaran siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu topik dalam
suasana pembelajaran yang menyenangkan. Seiring dengan pendapat tersebut, Agus
Suprijono (2010: 120) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif teknik make a
match adalah suatu pembelajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan mencocokkan
kartu soal dengan kartu jawaban mengenai materi pelajaran.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif teknik make a match adalah suatu pembelajaran yang di dalamnya
terdapat kegiatan siswa mencari pasangan dari kartu soal atau kartu jawaban
mengenai suatu materi pelajaran dalam suasana yang menyenangkan.
i. Langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match
Menurut Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 46) langkah-langkah yang
dapat dilakukan dalam model pembelajaran ini adalah sebagai berikut ini.
1). Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban.
2). Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3). Setiap siswa memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang dipegang.
4). Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (soal jawaban).
5). Setiap siswa yang dapat menjodohkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6). Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya.
7). Pembahasan dan kesimpulan.
Sedangkan menurut Tarmizi (http://tarmizi.wordpress.com, 14 Desember
2010) langkah pembelajaran dengan make a match adalah sebagai berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1). Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
2). Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3). Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4). Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya:
pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan
berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).
5). Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6). Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang
telah disepakati bersama.
7). Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8). Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu
yang cocok.
9). Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
Kedua pendapat tersebut pada dasarnya memiliki langkah yang sama, hanya
saja pendapat dari Tarmizi menggunakan hukuman bagi siswa yang melewati batas
waktu dalam mencari pasangan dari soal atau jawabannya.
Seiring dengan kedua pendapat tersebut di atas, menurut Agus Suprijono
(2010:120), langkah pembelajaran dengan teknik make a match adalah sebagai
berikut ini:
1). Guru membagi siswa menjadi dua kelompok, yaitu kelompok soal dan kelompok
jawaban.
2). Setiap siswa diberi satu kartu soal/ kartu jawaban yang telah disiapkan guru.
3). Setiap siswa diharapkan mampu menemukan pasangan dari kartu yang
didapatnya.
4). Siswa yang telah menemukan pasangan, duduk berdekatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
5). Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, setiap
pasangan membacakan dengan keras soal yang diperoleh pada teman-temannya
yang lainnya. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya.
6). Akhir pembelajaran dilakukan klarifikasi dan kesimpulan.
Dalam penelitian ini, langkah pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match yang digunakan sebagai berikut ini:
1). Guru membagi jumlah siswa menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama
sebagai kelompok soal dan kelompok kedua sebagai kelompok jawaban.
2). Guru membagikan kartu soal pada tiap-tiap siswa di kelompok 1 (kelompok soal),
dan membagikan kartu jawaban pada kelompok kedua (kelompok jawaban).
3). Masing-masing siswa segera mencari pasangan dari kartu yang didapatnya.
4). Setelah berhasil menemukan pasangan dari kartunya, siswa melapor pada guru.
5). Siswa beserta pasangannya berdiskusi mengenai penyelesaian dari soal yang
didapat (dari kartu soal) sehingga diketemukan kartu jawaban pada pasangannya
tersebut.
6). Siswa beserta pasangannya secara bergantian mempresentasikan hasil diskusinya
di depan kelas.
7). Siswa yang berhasil menemukan pasangan dari kartu yang didapatnya dan dapat
mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik mendapatkan poin (reward) dari
guru.
8). Guru beserta siswa membuat kesimpulan dari pelajaran.
j. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Make A Match
Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Pada
penerapan teknik make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa teknik make a
match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan
mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih
menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses
pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan
kartunya masing-masing. Sedangkan kelemahan dari metode ini ialah jika kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
termasuk kelas gemuk (lebih dari 30 orang/kelas) karena jika guru kurang bijaksana
maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak
terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri
kanannya.
k. Penerapan Teknik Make A Match pada Pelajaran Matematika
Penerapan teknik make a match dalam mata pelajaran matematika tentunya
tidak bisa disamakan dengan mata pelajaran yang lain. Pelajaran matematika pada
penelitian ini menitik beratkan pada kemampuan operasi hitung pecahan yang terdiri
dari perkalian berbagai bentuk pecahan dan pembagian berbagai bentuk pecahan.
Dalam pembelajaran dengan teknik make a match ini, dalam mencari kartu jawaban
dari kartu soal yang didapatnya, siswa terlebih dahulu menghitung dan mencari
penyelesaian dari soal yang didapatnya. Kemudian juga terdapat sesi diskusi dengan
pasangannya guna memecahkan penyelesaian soal pada kartu soal sehingga
didapatkan jawaban pada kartu jawaban. Dalam kegiatan ini terjadi transfer
knowledge dari satu siswa ke siswa yang lain.
Pada sesi presentasi masing-masing pasangan mengemukakan hasil diskusi
mereka pada teman-teman sekelas mengenai penyelesaian dari soal yang didapatnya
sehingga dapat didapat jawaban dari kartu pasangannya.
l. Pengertian Pembelajaran
Menurut Winarno Surakhmad (2009: 346), pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Berdasarkan konsep tersebut, dalam kata “pembelajaran” terkandung dua
kegiatan yaitu belajar dan mengajar. Kedua kegiatan itu berkaitan dengan upaya
membelajarkan siswa agar berkembang potensi intelektualnya. Pembelajaran ini
menuntut komunikasi dua arah dari guru ke siswa dan dari siswa ke guru.
Seiring dengan pendapat tersebut, Sudirwo dalam Sambas Ali. M
(http://sambasalim.com /pendidikan/ kualitas-proses-pembelajaran.html, 17 Maret
2011) pembelajaran adalah interaksi belajar mengajar dalam suasana interaktif yang
terarah pada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. E. Mulyasa dalam Sambas
Ali. M (http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran. html, 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Maret 2011) juga menyatakan bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah proses
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan ketiga definisi pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar
pada lingkungan belajar yang terarah pada tujuan pembelajaran.
m. Pembelajaran yang Berkualitas
Menurut Winarno Surakhmad (2009: 354), pembelajaran yang berkualitas
sekurang-kurangnya mendudukkan peserta didik sebagai pembelajar yang
berkualitas, yang difasilitasi oleh guru yang berkualitas, dengan didukung ekosistem
pembelajaran berkualitas di dalam konteks lembaga pembelajaran yang berkualitas.
Hanya pembelajaran yang berkualitas yang mampu menghasilkan pembelajaran lebih
baik. Jadi, komponen penentu kualitas pembelajaran terletak pada pembelajar
(siswa), program pengajaran, ekosistem pembelajaran, lembaga pembelajaran, dan
fasilitator pembelajaran.
1). Pembelajar (siswa)
Siswa sebagai pelaku proses pembelajaran seringkali dianggap sebagi tokoh
yang paling utama dalam penentu kualitas pembelajaran. Padahal hal tersebut sangat
tidak tepat karena siswa bukanlah satu-satunya alat ukur dari kualitas pembelajaran.
Siswa yang berkualitas adalah siswa yang siap secara jasmani dan rohani.
2). Program Pembelajaran
Program pembelajaran meliputi materi pembelajaran yang digunakan.
materi yang berkualitas dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut ini:
a). materi pembelajaran harus selaras dengan kurukulum yang berlaku.
b).materi pembelajaran harus sesuai dengan perkembangan teknologi dan
komunikasi.
c). materi pembelajaran harus sesuai dengan tuntutan masyarakat.
d). materi pembelajaran harus sesuai dengan kehidupan peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
3). Ekosistem Pembelajaran
Ekosistem pembelajaran mencakup tiga hal yaitu ekosistem keluarga,
ekosistem sekolah dan ekosistem masyarakat. Ketiga ekosistem tersebut saling
berkaitan satu sama lain sehingga peran ketiganya sangat penting dan mempengaruhi
kualitas pembelajaran. Keluarga yang tingkat kesadaran akan pendidikan tinggi,
tentu akan mengarahkan anggota keluarganya untuk berprestasi dalam pembelajaran
di sekolah. Keluarga yang seperti ini mempunyai andil yang besar pada kualitas
peserta didik (siswa). Sedangkan dari segi ekosistem sekolah, tentunya sekolah yang
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif akan berpengaruh pada kualitas
pembelajaran itu sendiri. Dari sisi ekosistem masyarakat, masyarakat kebanyakan
beranggapan bahwa sekolah adalah tempat penampungan anak sebelum anak
bekerja. Hal ini sangat tidak tepat, karena sekolah adalah tempat yang digunakan
untuk “transfer knowledge” sehingga anak yang belum tahu menjadi tahu sehingga
pengalaman, pengetahuan, serta pengalaman anak meningkat atau bertambah.
4).Lembaga Pembelajaran
Lembaga pembelajaran yang berkualitas adalah lembaga pembelajaran
yang didukung oleh berbagai sarana dan prasarana yang memadai, tenaga pendidik
yang kompeten di bidangnya, serta sistem yang solid.
5). Fasilitator Pembelajaran
Guru sebagai fasilitator pembelajaran, harus menguasai berbagai
kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
a). kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran siswa yang sekurang-kurangnya meliputi: pemahaman wawasan
atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap siswa, pengembangan
kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil
pembelajaran, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasi potensi yang
dimilikinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b). kompetensi kepribadian yang mencakup kepribadian yang beriman dan bertaqwa
pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis,
mantap, stabil, dewasa, berwibawa, jujur, sportif, secara objektif mengevaluasi
kinerja sendiri, mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
c). kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
yang meliputi berkomunikasi lisan atau tulis secara santun, menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungisional, bergaul secara efektif
dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan atuan
pendidikan, wali siswa.
d). kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai
pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni budaya yang
diampunya yang meliputi materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai
dengan standar isi program satuan pendidikan dan mata pelajaran, konsep dan
metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevanyang secara
konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata
pelajaran atau kelompok mata pelajaran yang diampu.
Sedangkan menurut Sambas Ali (http://sambasalim.com
/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html, 17 Maret 2011) dijelaskan bahwa
paradigma mutu atau kualitas dalam konteks pembelajaran mencakup input, proses
dan output. Input pembelajaran adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
merupakan kebutuhan dari proses pembelajaran yang meliputi sumberdaya serta
harapan-harapan sebagai pemandu bagi keberlangsungan proses pembelajaran. Input
sumber daya manusia meliputi siswa dan guru. Sedangkan sumber daya selebihnya
meliputi peralatan, perlengkapan. Harapan meliputi visi, misi, tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai. Kesiapan input sangat diperlukan supaya proses pembelajaran
berlangsung dengan baik. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian
dan penyerasian serta pemaduan input dilakukan secara harmonis sehingga
menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi
dan minat belajar,dan benar-benar mampu memberdayakan siswa. Kualitas proses
pembelajaran dapat diukur dengan mengukur seberapa besar aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran dan kinerja guru dalam pembelajaran. Adapun indikator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
kualitas proses pembelajaran dari segi siswa, dapat dilihat dari beberapa aspek
sebagai berikut ini.
a). Antusias terhadap apersepsi yang diberikan guru dalam pembelajaran.
b). Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
c). Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan.
d). Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
e). Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran.
f). Kemampuan siswa mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan guru.
g). Kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Sedangkan indikator kualitas proses pembelajaran dari segi guru, dapat
dilihat dari beberapa aspek di bawah ini:
a). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b). Menyiapkan(mengondisikan) siswa untuk siap mengikuti pembelajaran.
c) Memberikan motivasi belajar pada siswa.
d). Melakukan apersepsi pembelajaran dengan baik.
e). Menyampaikan materi pelajaran dengan jelas dan mudah dipahami.
f). Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.
g).Memberikan arahan kepada siswa mengenai langkah pembelajaran yang
dilakukan.
h). Memberikan bimbingan kepada siswa yang belum paham dalam materi pelajaran.
i). Kemampuan guru dalam menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
j). Kemampuan memberikan tes akhir pada siswa.
k).Kemampuan guru dalam mengevaluasi kemampuan siswa dalam materi
pembelajaran.
l). Kemampuan guru dalam memberikan balikan kepada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Tarmizi Ramadhan (2008) dengan
judul, ”Upaya Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa
Melalui Teknik Pembelajaran Make a Match”. Hasil penelitian .menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan terjadi dari sebelum dilakukan tindakan
sampai akhir tindakan pada setiap siklus kenaikan pencapaian hasil belajar siswa
cukup tajam, yakni sebelum dilakukan tindakan hasil belajar siswa rata-rata hanya
55,00 setelah akhir tindakan pada siklus I rata-rata 63,08, siklus II rata-rata 75,08,
dan tes akhir rata-rata 80,73. Kenaikan tersebut merupakan suatu realita bahwa
pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar
Bahasa Indonesia siswa. Ditinjau dari pencapaian persentase ketuntasan belajar pada
tes awal adalah 20%, siklus I adalah 67,50%, siklus II adalah 87,50%, dan tes akhir
adalah 87,50%. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Tarmizi Ramadhan
dengan penelitian ini terletak pada variabel X, yaitu teknik pembelajaran make a
match. Perbedaannya adalah partisipasi dan hasil belajar Bahasa Indonesia dan
variabel Y pada penelitian ini adalah kemampuan materi pecahan dalam matematika.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurma Amindita (2009) dengan judul,
“Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran Remedial Dengan Make a Match, Metafora, dan Rangkuman Siswa
Mts Ali Maksum menunjukkan bahwa peningkatan motivasi ini ditunjukkan dari
adanya peningkatan persentase aspek motivasi. Pada siklus I rata-rata persentase
aspek motivasi sebesar 64,18% sedangkan siklus II sebesar 67,15%. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa motivasi dan prestasi belajar siswa meningkat dan telah
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada siklus I baru 62,5% siswa
yang mencapai nilai ketuntasan minimal sekolah sehingga indikator keberhasilan
(75% siswa tuntas belajar) belum terpenuhi. Pada siklus II terdapat 79,17% sehingga
indikator keberhasilan telah terpenuhi. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh
Nurma Amindita dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teknik make
a match sebagai variabel X. Perbedaannya terletak pada variabel Y. Pada penelitian
yang dilakukan Nurma Amindita, variabel Ynya adalah motivasi dan prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
matematika. Sedangkan pada penelitian ini, variabel Y yang digunakan adalah
kemampuan materi pecahan dalam matematika.
C. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan, guru lebih
mendominasi dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional (ceramah), sehingga komunikasi pembelajaran hanya satu arah yaitu
dari guru ke siswa saja. Kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan
materi pecahan siswa rendah dan kemampuan materi pecahan siswa rendah.
Bertolak dari keadaan ini, maka dilakukan tindakan dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada
pembelajaran matematika selama dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan,
yaitu planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan), dan
reflecting (refleksi). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan
teknik make a match dalam pembelajaran matematika materi pecahan dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan yaitu siswa belajar tanpa
beban karena siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep materi
pecahan dalam suasana yang menyenangkan. Selain itu, model pembelajaran ini
mampu memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan
mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik
dan nampak siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan
siswa tampak sekali pada saat mencari pasangan kartunya masing-masing.
Dengan demikian diduga penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
struktural dengan teknik make a match dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika dalam kemampuan materi pecahan serta meningkatnya kemampuan
materi pecahan dalam matematika. Berdasarkan uraian di atas, maka alur kerangka
berpikir dapat digambarkan pada gambar 1 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar.1 :Bagan Kerangka Berpikir
Siklus II:
Materi
pembelajaran
dengan bilangan
yang lebih
kompleks
Siklus I: Materi
pembelajaran
dengan bilangan
sederhana
Kondisi
Awal
Dalam
pembelajaran
guru
menggunakan
model
pembelajaran
konvensional
1. Kemampuan
materi pecahan
siswa rendah.
2. Kualitas proses
pembelajaran
matematika dalam
kemampuan
materi pecahan
rendah.
Tindakan
Dalam
pembelajaran
guru telah
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe
struktural
dengan teknik
make a match
Hasil
Akhir
1. Diduga kemampuan
materi pecahan siswa
meningkat.
2. Diduga kualitas proses
pembelajaran
matematika dalam
kemampuan materi
pecahan meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
D. Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata “hipo” yang berarti bawah dan “tesis” yang berarti
pendapat. Jadi, hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih dangkal atau
perlu diuji. Menurut Nana Sujana dan Awalkusumah (1992: 11), hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap suatu fenomena atau pertanyaan penelitian yang
dirumuskan setelah mengkaji suatu teori. Sedangkan menurut Mc. Guigan dalam
Consuelo G. Sivilla (1988: 13), hipotesis adalah pernyataan yang dapat diuji
mengenai hubungan potensial antara dua variabel atau lebih. Seiring dengan dua
pendapat tersebut, Sumadi Suryabrata (2002: 69) mengemukakan bahwa hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap masalah yang harus diuji secara empiris.
Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap suatu fenomena atau masalah mengenai hubungan
potensial antara dua variabel atau lebih yang memerlukan pembuktian secara
empiris.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut ini:
1. melalui model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a
match dapat meningkatkan kemampuan materi pecahan pada siswa kelas V
SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. melalui model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a
match dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dalam
kemampuan materi pecahan pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan dijadikan objek
untuk memperoleh data-data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo dengan berbagai
pertimbangan sebagai berikut ini.
a. Di SD N Jetis 04 Sukoharjo terdapat sumber data yang diperlukan sehingga
memungkinkan untuk digunakan sebagai lokasi penelitian.
b. SD N Jetis 04 Sukoharjo lebih mudah dijangkau oleh peneliti karena jaraknya
cukup dekat dengan tempat tinggal peneliti. Sehingga lebih meringankan dari
segi waktu, biaya maupun tenaga dalam pelaksanakan penelitian.
2. Jadwal Penelitian
Peneliti merencanakan penelitian selama 6 bulan yaitu mulai bulan
Desember 2010 s.d. Juni 2011. Adapun rincian waktu kegiatan penelitian dapat
dilihat pada tabel 2 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 2. Jadwal Penelitian
N
o Kegiatan
Bulan
Des 2010 Jan 2011 Feb 2011 Mar
2011
Apr
2011
Mei
2011
Juni
2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusuna
n dan
pengajuan
proposal
X X X X X
2. Mengurus
izin
penelitian
X
3. Persiapan
Penelitian
X
4. Pelaksana
an Siklus I
X
5. Pelaksana
an Siklus
II
X
6. Penyusuna
n laporan
hingga
penjilidan
skripsi
X X X X X X X X X
X
X
X
X
X
7. Ujian dan
revisi
X X X
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan (action research) yang bersifat kualitatif dan partisipasif-kolaboratif, yakni
dengan melibatkan semua orang yang berpartisipasi dan berkolaborasi dalam seluruh
fase proses penelitian: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Nurul Zuriah,
2006: 73).
C. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action
research). Menurut Kasihani Kasbolah (2001: 9), penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kawasan kelas dan bertujuan untuk
memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian reflektif. Kegiatan penelitian
berangkat dari permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran,
kemudian dicari pemecahan masalahnya lalu ditindaklanjuti dengan tindakan-
tindakan terencana dan terstruktur. Menurut St. Y. Slamet (2007: 61), penelitian
tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas (sekolah). Oleh karena itu, maka penelitian tindakan kelas
membutuhkan kerja sama antara peneliti, guru, siswa dan staf sekolah lainnya untuk
menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik.
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan dalam
empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting). Secara diagramatik langkah-langkah tersebut
dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Gambar 2. Diagram Langkah Pelaksanaan Penelitian
REFLEKSI
SILUS 1
PELAKSANAAN
SIKLUS 1
PENGAMATAN
SIKLUS 1
PERENCANAAN
SIKLUS 2
REFLEKSI
SIKLUS 2
PELAKSANAAN
SIKLUS 2
PENGAMATAN
SIKLUS 2
PERENCANAAN
SIKLUS 1
1.Kemampuan materi pecahan siswa
meningkat
2. Kualitas proses
pembelajaran dalam
kemampuan materi
pecahan siswa
meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas V dan siswa kelas V SD Negeri Jetis
04 Sukoharjo semester II Tahun Pelajaran 2010/2011 sejumlah 14 siswa yang terdiri
dari 7 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki.
E. Sumber Data
Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
1. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Sumber data primer disebut juga
sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Teknik yang dapat
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain:
pendokumentasian proses pembelajaran, observasi, dan tes.
2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).
Sumber data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: daftar nilai,
RPP, dan Silabus.
F. Teknik Pengumpulan Data
Sejalan dengan data yang akan dikumpulkan serta sumber data yang ada
selanjutnya dikemukakan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sumber data yang memiliki posisi yang penting dalam
penelitian kualitatif. Menurut St. Y . Slamet ( 2007: 52), dokumen adalah bahan
tertulis ataupun film yang digunakan sebagai sumber data. Dokumentasi yang
dikumpulkan diantaranya: Silabus Matematika kelas V, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), daftar nilai materi pecahan siswa kelas V SD Negeri Jetis 04
Sukoharjo sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk menilai sejauh mana proses pembelajaran matematika
yang dilakukan oleh guru kelas V selaku guru mitra dan siswa kelas V SD N Jetis
04 Sukoharjo di dalam kelas sejak sebelum melaksanakan tindakan, saat
pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan.
Peran guru mitra (guru kelas V) dalam kegiatan ini adalah melaksanakan
pembelajaran dalam pelaksanaan tindakan kelas. Sedangkan peneliti berperan
sebagai pengamat jalannya pembelajaran. Dalam hal ini, pengamat mengamati dan
mencatat segala sesuatu yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Selain
mengamati pembelajaran di kelas, pengamat juga mengamati kerja guru dalam
mengelola kelas dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural
dengan teknik make a match. Observasi pada siswa difokuskan pada kemampuan
materi pecahan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sedangkan observasi pada
guru difokuskan pada kemampuan kinerja guru kelas dalam menerapkan model
pembelajaran.
Hasil observasi didiskusikan bersama dengan guru mitra, kemudian dianalisis
bersama untuk mengetahui kelemahan maupun kelebihan dalam penerapan model
pembelajaran ini. Kemudian diupayakan solusi dari kelemahan tersebut. Solusi
yang telah disepakati antara peneliti dengan guru mitra dapat dilaksanakan pada
siklus selanjutnya.
3). Tes
Menurut Arikunto dalam Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 179), tes
adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh
data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan
cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. Sedangkan menurut Nurkancana dalam
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2002: 179), tes adalah suatu cara untuk
mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu
nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dibandingkan dengan
nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.
Dari kedua definisi tersebut di atas, bila dikaitkan dengan pembelajaran di kelas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
maka tes adalah suatu alat yang digunakan oleh pengajar (guru) untuk memperoleh
informasi tentang keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi yang telah
diberikan oleh pengajar. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran dilakukan.
Tes diberikan pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran
2010/2011 guna mengukur kemampuan materi pecahan dalam matematika.
G. Validitas Data
Dalam penelitian ini, untuk menjamin kesahihan data dan mengembangkan
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi data.
Trianggulasi data yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari berbagai sumber data
yang berbeda. Adapun trianggulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Trianggulasi data (sumber)
Yaitu dengan cara mengumpulkan data yang sejenis dari sumber data yang
berbeda. Dengan teknik trianggulasi data diharapkan dapat memberikan informasi
yang lebih cepat dan sesuai dengan keadaan siswa kelas V SD N Jetis 04
Sukoharjo. Jenis data dalam penelitian ini adalah:
a). nara sumber, yang terdiri dari guru mitra (guru kelas/ teman kolaborasi) dan
siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo.
b). dokumen atau arsip, yang berupa foto kegiatan siswa di dalam kelas, rekaman
pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, dan tes hasil belajar siswa
kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo pelajaran matematika.
2. Trianggulasi metode
Yaitu dengan mengumpulkan data sejenis yang menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda. Dalam penelitian ini, ditekankan pada penggunaan teknik
pengumpulan data yang berbeda yang mengarahkan pada sumber data yang sama
untuk menguji kemantapan informasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen. Supaya hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan model analisis
interaktif. Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut ini.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari hal-hal yang terjadi di lapangan. Reduksi
data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara
sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi.
2. Penyajian Data
Yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam pelaksanaan penelitian,
penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis
kualitatif yang valid.
3. Menarik Kesimpulan (verifikasi)
Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Data-data yang telah
didapatkan dari hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan
kesimpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi utuh. Sehingga kesimpulan-
kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data dan verifikasi
adalah tiga hal yang saling berkaitan erat pada saat sebelum, selama dan sesudah
pengumpulan data. Adapun hubungan interaksi antara unsur-unsur tersebut dapat
divisualisasikan dengan gambar 3 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar.3 : Komponen Analisis Data (Milles dan Huberman, 2000: 19)
I. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Indikator kinerja dalam
penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan materi pecahan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Indikator
kinerja dalam penelitian ini berasal dari silabus Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Matematika kelas V dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
70. Yaitu siklus I dinyatakan berhasil apabila 70% dari jumlah siswa dalam
mengerjakan soal mendapat nilai minimal 70 dan siklus II dinyatakan berhasil jika
75% dari jumlah siswa dalam mengerjakan soal mendapat nilai minimal 70.
J. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yang masing-
masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Dalam satu siklus terdapat empat kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap siklusnya
2x35 menit untuk pertemuan pertama dan 3x35 menit untuk pertemuan kedua.
Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan. Untuk mengetahui kemampuan siswa
terhadap materi pecahan, diadakan observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan
Reduksi Data
Penarikan
Kesimpulan /
verifikasi
Penyajian Data
Pengumpulan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
oleh guru. Adapun rincian prosedur penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut ini.
1. Siklus Pertama (Siklus I)
a. Tahap Perencanaan
1). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
matematika.
2). Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.
3). Menyiapkan soal tes untuk evaluasi pembelajaran.
4). Menyiapkan lembar observasi
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan yaitu
pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
struktural dengan teknik make a match.
c. Tahap Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika
pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD Negeri Jetis 04
Sukoharjo.
Pada tahap dilakukannya pembelajaran, observasi ini difokuskan pada poin-
poin yang telah ditetapkan pada indikator di bawah ini.
1). Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai meliputi pengkondisian siswa ke
arah pembelajaran yang kondusif, pemberian motivasi belajar pada siswa,
penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian apersepsi, penyampaian materi
yang jelas dan mudah dipahami, pemberian kesempatan siswa untuk bertanya,
pengarahan siswa dalam pembelajaran kooperatif teknik make a match,
bimbingan guru terhadap siswa selama pembelajaran, pemberian tes akhir,
pengevaluasian hasil belajar siswa, pemberian balikan (feed back), dan
penyimpulan pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2). Indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai meliputi ketertarikan terhadap
pelajaran, keaktifan siswa dalam pembelajaran, keberanian siswa untuk bertanya,
kemampuan menjawab pertanyaan dari guru, perhatian penjelasan materi
pelajaran oleh guru, kemampuan mengikuti langkah pembelajaran kooperatif
teknik make a match yang dilakukan, dan mampu mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Peneliti, guru mitra, dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil
pembelajaran. Hasil yang dicapai menentukan perlu tidaknya melaksanakan siklus
berikutnya. Apabila dalam siklus 1 peneliti belum berhasil, maka peneliti melakukan
siklus 2.
2. Siklus Kedua (Siklus 2)
a. Tahap Perencanaan
1). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
matematika.
2). Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.
3). Menyiapkan soal tes untuk evaluasi pembelajaran.
4). Menyiapkan lembar observasi
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan yaitu
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural
dengan teknik make a match.
c. Tahap Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika
pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran tipe struktural
dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo.
Pada tahap dilakukannya pembelajaran, observasi ini difokuskan pada poin-
poin yang telah ditetapkan pada indikator di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1). Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai meliputi pengkondisian siswa ke
arah pembelajaran yang kondusif, pemberian motivasi belajar pada siswa,
penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian apersepsi, penyampaian materi
yang jelas dan mudah dipahami, pemberian kesempatan siswa untuk bertanya,
pengarahan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik
make a match, bimbingan guru terhadap siswa selama pembelajaran, pemberian
tes akhir, pengevaluasian hasil belajar siswa, pemberian balikan (feedback),dan
penyimpulan pelajaran.
2). Indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai meliputi ketertarikan terhadap
pelajaran, keaktifan siswa dalam pembelajaran, keberanian siswa untuk bertanya,
kemampuan menjawab pertanyaan dari guru, perhatian penjelasan materi
pelajaran oleh guru, kemampuan mengikuti langkah pembelajaran kooperatif tipe
struktural dengan teknik make a match yang dilakukan, dan mampu mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru.
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Peneliti, guru mitra, dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil
pembelajaran. Hasil yang dicapai menentukan perlu tidaknya melaksanakan siklus
berikutnya. Apabila dalam siklus kedua peneliti belum berhasil, maka peneliti
melakukan siklus ketiga dan seterusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah SD Negeri Jetis
04 Sukoharjo yang terletak di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten
Sukoharjo. Tepatnya berada di Jalan K. H. Samanhudi 31 Sukoharjo. Letak sekolah
yang berada di tengah kota, mempermudah akses transportasi dan komunikasi. Dari
segi fisik, sekolah ini telah mengalami perubahan (renovasi) pada tahun 2009 lalu.
Sarana dan prasarana sekolah juga cukup memadai, diantaranya ruang kelas, kantor
kepala sekolah, kantor guru, perpustakaan, lahan parkir, kamar mandi, dan halaman
sekolah. Halaman sekolah membentang luas di depan ruang-ruang yang ada. Di
halaman inilah upacara setiap hari senin, senam pagi setiap hari jumat dan pelajaran
olahraga dilaksanakan. Selain itu, halaman sekolah juga menjadi tempat yang tepat
untuk bermain siswa dikala istirahat tiba.
Data personil ketenagaan SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo terdiri dari seorang
kepala sekolah, 9 orang guru, dan seorang penjaga sekolah. Dari kedelapan guru
tersebut enam orang guru pns dan sisanya guru wiyata bakti. Antara kepala sekolah,
guru dan penjaga sekolah terjalin kerjasama yang solit sehingga suasana
kekeluargaan sangat terasa di sekolah ini.
Semua personil telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik
sesuai dengan tanggungjawabnya. Jumlah peserta didik SD Negeri Jetis 04
Sukoharjo pada tahun pelajaran 2010/2011 adalah 75 siswa. Dengan perincian
sebagai berikut: kelas I sebanyak 17 siswa, kelas II sebanyak 14 siswa, kelas III
sebanyak 13 siswa, kelas IV sebanyak 8 siswa, kelas V sebanyak 14 siswa, dan kelas
VI sebanyak 9 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
B. Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil pembelajaran
Matematika kelas V sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data awal.
Dari siswa kelas V yang berjumlah 14 siswa, hanya terdapat 1 peserta didik yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Berikut adalah daftar nilai
matematika pada materi pecahan kelas V pada kondisi awal atau sebelum
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a
match (lampiran 21) secara singkat dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Daftar Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V
Kondisi Awal
No.
Urut
Nilai KKM
(70)
No.
Urut
Nilai KKM
(70)
1 50 TT 8 67,5 TT
2 50 TT 9 37,5 TT
3 30 TT 10 35 TT
4 95 T 11 15 TT
5 50 TT 12 50 TT
6 55 TT 13 30 TT
7 35 TT 14 55 TT
Ketuntasan Klasikal = 1 : 14 x 100% = 7,14 %
Keterangan : T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Berdasarkan daftar pada data kondisi awal di atas, masih banyak siswa yang
mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), untuk lebih
jelasnya maka kondisi awal kemampuan materi pecahan siswa kelas V dapat dilihat
dari tabel 4 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V
SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Kondisi Awal
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
(fi) x (xi) Prosentase
1 15 – 31 3 23 69 21,43%
2 32 – 48 3 40 120 28,57%
3 49 – 65 6 57 342 35,71%
4 66 – 82 1 74 74 7,14%
5 83 – 99 1 91 91 7,14%
Jumlah 14 696 100%
Rerata 49,71
Dari data pada tabel 4, jika ditunjukkan dalam bentuk grafik akan terlihat
seperti pada gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4. Grafik Nilai Kondisi Awal Kemampuan Materi Pecahan
Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
Berdasarkan tabel 4 dan grafik pada gambar 4 di atas, kemampuan materi
pecahan siswa kelas V sebelum diterapkan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match diperoleh rata-rata kelas
sebesar 49,71. Siswa yang memperoleh nilai 15-31 sebanyak tiga siswa atau
21,43%. Siswa yang memperoleh nilai 32 – 48 sebanyak tiga siswa atau 21,43%.
Siswa yang memperoleh nilai 49 - 65 sebanyak enam siswa atau 42,86%. siswa yang
memperoleh nilai 66 – 82 sebanyak satu siswa atau 7,14%. Siswa yang memperoleh
14,5
5 31,5 48,5 65,5 82,5 99,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
nilai 83-99 sebanyak satu siswa atau 7,14%. Siswa yang mendapat nilai di bawah 70
(KKM) yaitu sebanyak tiga belas siswa atau 92,86% dan hanya seorang siswa yang
mampu mencapai KKM (70). Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal
sebesar 7,14% masih berada di bawah ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu
sebesar 70% siswa mendapat ≥ 70 (KKM), dengan kata lain kemampuan materi
pecahan siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo masih rendah.
Rendahnya hasil belajar atau ketidaktuntasan tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya: (1) Materi mata pelajaran matematika dianggap siswa
sebagai mata pelajaran yang sulit dan menjemukan.(2) Guru dalam melakukan
pembelajaran masih bersifat konvensional, artinya guru masih berceramah dalam
menerangkan pelajaran, pembelajaran terpusat pada guru saja sehingga siswa kurang
aktif dalam pembelajaran secara maksimal sehingga proses pembelajaran yang
dilakukan kurang bermakna (menarik minat belajar siswa dan memberikan
kemudahan untuk memahami materi karena penyajiannya yang menyenangkan). Dari
hasil observasi dan diskusi yang dilakukan antara peneliti dengan guru, faktor
mendasar yang menyebabkan rendahnya kemampuan materi pecahan dalam
matematika siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo, adalah guru belum
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran matematika.
Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat untuk
mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match ini diharapkan
kemampuan materi pecahan siswa kelas V akan mengalami peningkatan sehingga
ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dimana setiap siklusnya
terdiri dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,
(3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1. Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 7 dan
11 Februari 2011. Masing-masing pertemuan selama dua jam pelajaran (2 x 35
menit). Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I sebagai berikut ini.
a. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran
matematika materi pecahan siswa kelas V. Hal ini bertujuan untuk mengetahui model
pembelajaran yang digunakan oleh guru, keaktifan siswa dalam pembelajaran serta
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan materi pecahan siswa melalui skor awal
materi pecahan di kelas tersebut.
Berdasarkan pengamatan pembelajaran dan hasil yang dicapai siswa,
diperoleh informasi bahwa dari 14 siswa hanya satu siswa yang berhasil mencapai
KKM atau 92,8 % dari jumlah keseluruhan belum tuntas. Bertolak dari kenyataan
tersebut, selanjutnya peneliti berdiskusi dengan guru pengampu bidang studi
matematika untuk mencari alternatif pemecahan dari masalah tersebut. Dengan
berbagai pertimbangan maka akan dilakukan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match.
Dalam perencanaan pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe
struktural dengan teknik make a match, peneliti dan guru berpedoman pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adapun langkah-langkah
pembelajarannya sebagai berikut:
1). Memilih kompetensi dasar yang sesuai dengan perkalian dan pembagian pecahan.
alasan pemilihan kompetensi dasar tersebut didasarkan pada:
a). kompetensi dasar tentang perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan
harus dikuasai siswa dengan baik karena berkaitan dengan materi selanjutnya
yang lebih komplek.
b). kompetensi dasar tersebut dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari siswa
dalam pemecahan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
c). kompetensi dasar yang dipilih harus berdasarkan pada kurikulum yang
berlaku sehingga sesuai dengan harapan masyarakat.
2). Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang disusun. Rencana
pembelajaran disusun 2 kali pertemuan dan masing-masing pertemuan dilakukan
selama dua jam pelajaran ( 2 x 35 menit) yang dilaksanakan pada tanggal 7 dan
11 Februari 2011.
3). Mempersiapkan media, dan alat penilaian, yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Dalam tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya.
1). Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 7 Februari 2011.
Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
struktural dengan teknik make a match. Sebelum memulai pelajaran, guru membuka
pelajaran dengan salam dilanjutkan doa dan presensi. Setelah itu guru melakukan
apersepsi yaitu bertanya jawab tentang perkalian pecahan. Setelah itu guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa yaitu dapat
mengalikan berbagai bentuk pecahan.
Guru mendemonstrasikan perkalian pecahan biasa dengan mempergunakan
buah jeruk. Setelah itu, guru menjelaskan pada siswa cara mengalikan pecahan
desimal, dan berbagai bentuk pecahan. Kemudian guru membagi siswa menjadi dua
kelompok yaitu 7 siswa sebagai kelompok soal dan 7 siswa sebagai kelompok
jawaban. Selanjutnya guru membagikan kartu soal pada kelompok soal dan kartu
jawaban pada kelompok jawaban. Siswa yang mendapatkan soal mencari jawaban
dari soalnya tersebut pada kelompok jawaban. Pasangan siswa yang telah berhasil
mendapatkan pasangan soal dan jawaban melaporkan diri pada guru. Guru mencatat
pasangan siswa yang berhasil menyelesaikan tugas. Masing-masing pasangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
berdiskusi bersama mengenai penyelesaian soal yang didapatnya sehingga ditemukan
jawabannya. Setelah masing-masing pasangan siswa selesai berdiskusi, mereka
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, yaitu dengan menulis cara
penyelesaian soal di papan tulis dan menerangkannya pada teman-temannya yang
lain. Pasangan siswa yang berhasil menemukan pasangan paling cepat dan tepat serta
lancar dalam presentasi diberi poin oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan
siswa untuk bertanya jika ada hal yang belum dipahami.
Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama memantapkan materi
dengan membuat kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari dilanjutkan
dengan mencatat hasil presentasi dari masing-masing pasangan. Setelah itu
dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran, penyampaian rencana pembelajaran
pertemuan berikutnya, guru juga memberikan pesan-pesan agar belajar di rumah
dengan giat dan menutup pelajaran dengan salam.
2). Pertemuan 2
Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 11 Februari 2011.
pembelajaran direncanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
struktural dengan teknik make a match. Sebelum memulai pelajaran, guru membuka
pelajaran dengan salam dilanjutkan doa dan presensi. Setelah itu guru melakukan
apersepsi yaitu bertanya jawab tentang perkalian pecahan. Setelah itu guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa yaitu dapat
membagi berbagai bentuk pecahan.
Guru mendemonstrasikan pembagian pecahan biasa dengan mempergunakan
buah jeruk. Setelah itu, guru menjelaskan pada siswa cara membagi pecahan desimal,
dan berbagai bentuk pecahan. Kemudian guru membagi siswa menjadi dua kelompok
yaitu 7 siswa sebagai kelompok soal dan 7 siswa sebagai kelompok jawaban.
Selanjutnya guru membagikan kartu soal pada kelompok soal dan kartu jawaban
pada kelompok jawaban. Siswa yang mendapatkan soal mencari jawaban dari
soalnya tersebut pada kelompok jawaban. Pasangan siswa yang telah berhasiL
mendapatkan pasangan soal dan jawaban melaporkan diri pada guru. Guru mencatat
pasangan siswa yang berhasil menyelesaikan tugas. Masing-masing pasangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
berdiskusi bersama mengenai penyelesaian soal yang didapatnya sehingga ditemukan
jawabannya. Setelah masing-masing pasangan siswa selesai berdiskusi, mereka
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, yaitu dengan menulis cara
penyelesaian soal di papan tulis dan menerangkannya pada teman-temannya yang
lain. Pasangan siswa yang berhasil menemukan pasangan paling cepat dan tepat serta
lancar dalam presentasi diberi poin oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan
siswa untuk bertanya jika ada hal yang belum dipahami.
Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama memantapkan materi
dengan membuat kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari dilanjutkan
dengan mencatat hasil presentasi dari masing-masing pasangan. Setelah itu
dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran, penyampaian rencana pembelajaran
pertemuan berikutnya, guru juga memberikan pesan-pesan agar belajar di rumah
dengan giat dan menutup pelajaran dengan salam.
c. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make
a match yang dilaksanakan dengan alat Bantu lembar observasi dan perekaman
dengan kamera. Observasi ini dilakukan guna mendapatkan data mengenai
kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun, serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model
pembelajaran ini dalam meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD
N Jetis 04 Sukoharjo. Pengamatan juga ditujukan pada aktivitas guru serta suasana
kelas selama pembelajaran berlangsung.
Pertemuan 1
Berikut adalah hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran
matematika pada materi pecahan (lampiran 13).
1. Lebih dari 61%-80% siswa tertarik terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru
dengan memberikan respon positif .
2. 41%-60% siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3. kurang dari 20% siswa yang berani bertanya.
4. Kurang dari 40% siswa mampu menjawab pertanyaan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
5. Masih ada siswa tidak memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh
guru. Di saat guru menyampaikan materi pelajaran, masih ada siswa berbincang
dengan temannya. Siswa yang memperhatikan penjelasan materi sebesar 61%-
80%.
6. 41%-60% siswa mampu mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan oleh
guru, sedangkan yang lainnya merasa bingung pada teknik yang diterapkan.
7. 41%-60% siswa sudah mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran materi pecahan mata
pelajaran matematika (lampiran 7) adalah sebagai berikut:
1. Guru kurang mampu mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif.
Pengelolaan kelas masih belum dikuasai sehingga siswa kurang fokus dalam
pembelajaran.
2. Guru belum memberikan motivasi kepada siswa dengan baik.
3. Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik .
4. Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik. Pada kegiatan awal siswa merasa
tertarik mengikuti proses pembelajaran.
5. Guru menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami
6. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
7. Guru mengarahkan langkah pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik
make a match pada siswa dengan baik.
8. Guru membimbing siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan
teknik make a match dengan baik.
9. Guru memberikan tes akhir dengan baik.
10. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan baik.
11. Guru kurang mampu memberikan balikan pada siswa.
12. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan baik.
Pertemuan 2
Hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran matematika pada
materi pecahan (lampiran 14) adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
1. 61%-80% siswa tertarik terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru dengan
memberikan respon positif .
2. Hampir semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, yaitu lebih dari 80%.
3. Siswa kurang berani bertanya pada guru. Setiap guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya, namun tidak seorangpun yang berani bertanya pada
guru.
4. 41%-60% siswa mampu menjawab pertanyaan guru.
5. Lebih dari 80% siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru.
6. 61%-80% siswa mampu mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan oleh
guru.
7. 615-80% siswa sudah mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran materi pecahan
pelajaran matematika (lampiran 8) adalah sebagai berikut ini:
1. Guru mampu mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif.
2. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan baik.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan sangat baik.
4. Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik. Pada kegiatan awal siswa merasa
tertarik mengikuti proses pembelajaran.
5. Guru menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami oleh siswa.
6. Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
7. Guru mengarahkan langkah pembelajaran dengan teknik make a match pada siswa
dengan baik.
8. Guru membimbing siswa dalam pembelajaran dengan teknik make a match
dengan baik sangat baik.
9. Guru memberikan tes akhir dengan baik.
10. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
11. Guru mampu memberikan balikan dengan baik pada siswa.
12. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan baik.
Dari hasil pengamatan dan hasil yang diperoleh siswa pada siklus I
pertemuan ke I dan ke II, dapat diketahui bahwa pembelajaran matematika yang
dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural
dengan teknik make a match belum mencapai target yang diharapkan.
d. Refleksi
Setelah melihat hasil observasi dan hasil belajar siswa, data yang diperoleh
kemudian dikumpulkan untuk dianalisis. Tujuan refleksi adalah untuk mengetahui
kendala yang ada serta cara pemecahannya. Setelah melihat hasil pekerjaan siswa
pada materi perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan, belum menunjukkan
peningkatan yang diharapkan.
Pertemuan 1
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran, semangat siswa
dalam mengikuti pembelajaran kurang maksimal. Disamping itu, dalam kegiatan inti,
siswa banyak yang kebingungan dalam mengikuti langkah pembelajaran kooperatif
tipe struktural dengan teknik make a match. Hal ini dikarenakan model pembelajaran
kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match baru pertama kalinya
dikenalkan pada siswa. Dalam sesi diskusi, siswa terkesan kurang bekerjasama
dengan baik. Ada yang malu-malu diskusi dengan pasangannya, dan ada juga yang
sudah bisa berdiskusi dengan baik. Pada sesi presentasi. Seorang siswa menuliskan
hasil diskusi mereka di papan tulis dan pasangannya bertugas menjelaskan pada
teman yang lainnya. Karena pada pertemuan ini adalah pertama kalinya para siswa
presentasi, maka mereka masih ada yang malu. Hal ini tentunya mengakibatkan
siswa belum sepenuhnya mencapai target yang diharapkan, sehingga nilai
kemampuan materi pecahan yang dicapai siswa pada pertemuan 1 mencapai rata-rata
68,64 dan siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM (70) sebanyak 7 siswa atau
50% dari 14 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Data nilai kemampuan materi pecahan siswa pada pertemuan ke 1 (lampiran 22)
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5 dan gambar 5 berikut ini.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V
Pertemuan 1 Siklus I
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
(fi) x (xi) Prosenta
se
1 50 – 60 5 55 275 35,71%
2 61 – 71 4 66 264 28,57%
3 72 – 82 3 77 231 21,43%
4 83 – 93 1 88 88 7,14%
5 94 – 104 1 99 99 7,14%
Jumlah 14 100%
Rerata 68,35
Tabel kemampuan materi pecahan siswa pada pertemuan 1 siklus I di atas
disajikan pada gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada
Pertemuan 1 Siklus I
49,5 60,5 71,5 82,5 93,5 104,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Dari tabel 5 dan gambar 5 di atas, dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan
pertemuan 1 siklus I, siswa yang memperoleh nilai antara 50-60 sebanyak lima siswa
atau 35,71%, siswa yang memperoleh nilai antara 61-71 sebanyak empat siswa atau
28,57%, siswa yang mendapat nilai antara 72-82 sebanyak tiga siswa atau 21,43%,
seorang siswa atau 7,14% mendapat nilai antara 83-93 dan seorang siswa
mendapatkan nilai antara 94-104.
Pertemuan 2
Bertolak dari pengamatan selama pembelajaran, siswa sudah mampu
menunjukkan kerja sama kelompok dan saling take and give. Pembelajaran
berlangsung lancar, siswa mampu menangkap perintah guru dalam pembelajaran.
Hal ini karena siswa telah mengalami pembelajaran yang sama pada pertemuan 1,
sehingga mereka telah mengenal langkah pembelajarannya. Dalam sesi presentasi,
siswa yang tidak presentasi memperhatikan presentasi teman mereka. Pembelajaran
cukup kondusif. Pada pertemuan 2, hasil yang diperoleh lebih bagus dari pada pada
pertemuan 1, yaitu rerata kelas mencapai 77,35 dan siswa yang mencapai KKM (70)
sebanyak 11 siswa atau 78,54% dari 14 siswa. Data kemampuan materi pecahan
siswa pada pertemuan 2 (lampiran 23) selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 dan
gambar 6 berikut ini.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa pada
Pertemuan 2 Siklus I
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
(fi) x (xi) Prosentase
1 55 – 64 2 59,5 119 14,28%
2 65 – 74 4 69,5 278 28,57%
3 75 – 84 4 79,5 318 28,57%
4 85 – 94 3 89,5 268,5 21,43%
5 94 – 104 1 99,5 99,5 7,14%
Jumlah 14 1083 100%
Rerata 77,35
Data kemampuan materi pecahan siswa pada pertemuan 2 Siklus II pada tabel 4,
dapat disajikan gambar 6 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 6. Grafik Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V
Pada Pertemuan 2 Siklus I
Dari tabel 6 dan gambar 6 tersebut, dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan
pertemuan ke 2 siklus I, dua orang siswa atau 14,29% mendapat nilai antara 55-64,
empat siswa mendapat nilai antara 65-74 atau 28,57% , empat orang siswa atau
28,57% mendapat nilai 75-84, tiga siswa atau 21,43% mendapat nilai antara 85-94,
dan seorang siswa atau 7,14% mendapat nilai antara 95-104.
Bertolak dari hasil yang diperoleh pada siklus I pertemuan 2, penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match
berpengaruh positif pada peningkatan kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD
N Jetis Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Sebagaimana peningkatan yang
ditunjukkan, secara ringkas dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
54,5 64,5 74,5 84,5 94,5 104,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 7. Data Perkembangan Kemampuan Materi Pecahan Siswa
pada Siklus I
No Pertemuan
1
Pertemuan
2
Jumlah Nilai Rata-
rata Siklus I Kriteria
1 65 90 155 77,5 Tuntas
2 60 90 150 75 Tuntas
3 75 80 155 77,5 Tuntas
4 90 90 180 90 Tuntas
5 60 80 140 70 Tuntas
6 100 80 180 90 Tuntas
7 70 55 125 62,5 Belum tuntas
8 80 80 160 80 Tuntas
9 50 70 120 60 Belum tuntas
10 70 65 135 67,5 Belum tuntas
11 50 60 110 55 Belum tuntas
12 65 100 165 82,5 Tuntas
13 60 70 130 65 Belum Tuntas
14 80 70 150 75 Tuntas
Jumlah 957 1083 2055 1027,5
Rerata 68,35 77,35 72,78
Prosentase 50% 78,54% 64,28 %
Dengan demikian dapat diketahui bahwa selama siklus I terdapat peningkatan
yang cukup berarti. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai rerata yang
sebelumnya 68,35 menjadi 77,35 dan nilai rerata akhir yang dicapai sebesar 75,71.
Meskipun rerata kelas sudah mengalami kenaikan, tetapi target yang diharapkan
yaitu prosentase capaian KKM (70) sebesar 70% dari siswa belum tercapai. Pada
siklus I ini, capaian KKM (70) baru mencapai 64,28% dari jumlah siswa. Oleh
karena itu, penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus II.
2. Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 dan 19 Februari 2011.
tindakan siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yang masing-masing
pertemuan selama 2 x 35 menit untuk pertemuan pertama dan 3 x 35 menit untuk
pertemuan kedua. Tahapan-tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
a. Perencanaan
Berdasarkan pada hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I, diketahui bahwa masih ada kekurangan dalam pelaksanaan tindakan. Oleh
karena itu peneliti bersama dengan guru berusaha mencari solusi untuk
memaksimalkan pembelajaran sehingga hasil yang didapat maksimal. Adapun
rencana pada siklus II adalah sebagai berikut: 1)guru akan lebih memberi motivasi
siswa untuk semangat dalam pembelajaran, yaitu dengan mengajak bernyanyi
bersama-sama. 2) guru lebih memberi kesempatan siswa untuk turut aktif, misalnya
dengan memberi kesempatan menjawab soal di depan kelas. 3) guru lebih memberi
kesempatan siswa untuk bertanya jika ada kesulitan. 4) guru memberikan reward
(poin) pada setiap pasangan siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik.
Adapun penyusunan RPP sama seperti pada siklus I, yaitu kompetensi dasar,
indikator yang digunakan sama. Yang berbeda adalah langkah pembelajarannya dan
soal evaluasi yang digunakan. Siklus II adalah pengulangan dan perbaikan dari siklus
I, siklus II adalah pemantapan dari siklus I.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Pembelajaran
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 14 dan 19 Februari 2011.
Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, 14 Februari 2011. Pembelajaran
dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural
dengan teknik make a match. Sebelum memulai pelajaran, guru membuka pelajaran
dengan salam dilanjutkan doa dan presensi. Guru membangkitkan semangat siswa
dengan bernyanyi sambil tepuk tangan nyanyian “siapa ingin pintar”. Setelah itu
guru melakukan apersepsi yaitu bertanya jawab tentang perkalian pecahan. Setelah
itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa yaitu
dapat mengalikan berbagai bentuk pecahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Guru kemudian mendemonstrasikan perkalian pecahan biasa dengan
mempergunakan buah apel dibantu oleh salah seorang siswa. Setelah itu, guru
menjelaskan pada siswa cara mengalikan pecahan desimal, dan berbagai bentuk
pecahan. Kemudian guru membagi siswa menjadi dua kelompok yaitu 7 siswa
sebagai kelompok soal dan 7 siswa sebagai kelompok jawaban. Selanjutnya guru
membagikan kartu soal pada kelompok soal dan kartu jawaban pada kelompok
jawaban. Siswa yang mendapatkan soal mencari jawaban dari soalnya tersebut pada
kelompok jawaban. Pasangan siswa yang telah berhasi mendapatkan pasangan soal
dan jawaban melaporkan diri pada guru. Guru mencatat pasangan siswa yang
berhasil menyelesaikan tugas. Masing-masing pasangan berdiskusi bersama
mengenai penyelesaian soal yang didapatnya sehingga ditemukan jawabannya.
Setelah masing-masing pasangan siswa selesai berdiskusi, mereka mempresentasikan
hasil diskusinya di depan kelas. Yaitu dengan menulis cara penyelesaian soal di
papan tulis dan menerangkannya pada teman-temannya yang lain. Pasangan siswa
yang berhasil menemukan pasangan, lancar dalam presentasi diberi poin oleh guru.
Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal yang belum
dipahami.
Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama memantapkan materi
dengan membuat kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari dilanjutkan
dengan mencatat hasil presentasi dari masing-masing pasangan. Setelah itu
dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran, penyampaian rencana pembelajaran
pertemuan berikutnya, guru juga memberikan pesan-pesan agar belajar di rumah
dengan giat, guru mengajak siswa untuk kembali menyanyikan “siapa ingin pintar”
sambil bertepuk tangan dan menutup pelajaran dengan salam.
Pertemuan 2
Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 Februari 2011.
pembelajaran dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik
make a match. Sebelum memulai pelajaran, guru membuka pelajaran dengan salam
dilanjutkan doa dan presensi. Guru membangkitkan semangat siswa dengan
bernyanyi sambil tepuk tangan nyanyian “siapa ingin pintar”. Setelah itu guru
melakukan apersepsi yaitu bertanya jawab tentang pembagian pecahan. Setelah itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa yaitu
dapat membagi berbagai bentuk pecahan.
Guru kemudian mendemonstrasikan pembagian pecahan biasa dengan
mempergunakan buah apel dibantu oleh salah seorang siswa. Setelah itu, guru
menjelaskan pada siswa cara membagi pecahan desimal, dan berbagai bentuk
pecahan. Kemudian guru membagi siswa menjadi dua kelompok yaitu 7 siswa
sebagai kelompok soal dan 7 siswa sebagai kelompok jawaban. Selanjutnya guru
membagikan kartu soal pada kelompok soal dan kartu jawaban pada kelompok
jawaban. Siswa yang mendapatkan soal mencari jawaban dari soalnya tersebut pada
kelompok jawaban. Pasangan siswa yang telah berhasi mendapatkan pasangan soal
dan jawaban melaporkan diri pada guru. Guru mencatat pasangan siswa yang
berhasil menyelesaikan tugas. Masing-masing pasangan berdiskusi bersama
mengenai penyelesaian soal yang didapatnya sehingga ditemukan jawabannya.
Setelah masing-masing pasangan siswa selesai berdiskusi, mereka mempresentasikan
hasil diskusinya di depan kelas. Yaitu dengan menulis cara penyelesaian soal di
papan tulis dan menerangkannya pada teman-temannya yang lain. Pasangan siswa
yang berhasil menemukan pasangan, lancar dalam presentasi diberi poin oleh guru.
Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal yang belum
dipahami.
Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama memantapkan materi
dengan membuat kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari dilanjutkan
dengan mencatat hasil presentasi dari masing-masing pasangan. Setelah itu
dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran, penyampaian rencana pembelajaran
pertemuan berikutnya, guru juga memberikan pesan-pesan agar belajar di rumah
dengan giat, guru mengajak siswa untuk kembali menyanyikan “siapa ingin pintar”
sambil bertepuk tangan dan menutup pelajaran dengan salam.
c. Observasi
Guru kelas V dan peneliti secara kolaboratif bersama-sama melaksanakan
observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada masing-masing pertemuan.
Observasi ditujukan pada kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
keaktifan siswa dalam pembelajaran, serta situasi pembelajaran yang sedang
berlangsung.
Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini, termasuk pencatatan
nilai digunakan sebagai bahan dan masukan dalam menganalisis kemampuan materi
pecahan siswa. Setelah data terkumpul, maka guru dan peneliti berdiskusi untuk
mengetahui kemampuan materi pecahan siswa di tiap-tiap siklusnya yang akan
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.
Hasil observasi kinerja guru dan aktifitas siswa secara lebih rinci dapat di lihat pada
keterangan berikut ini.
Pertemuan 1
Berikut adalah hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran
matematika pada materi pecahan (lampiran 15) sebagai berikut ini.
1. 61%-80% siswa tertarik terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru dengan
memberikan respon positif .
2. 41%-60% siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3. kurang dari 20% siswa yang berani bertanya.
4. 21%-60% siswa mampu menjawab pertanyaan guru.
5. >80% siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan guru.
6. 61%-80% siswa mampu mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan oleh
guru
7. 61%-80% siswa sudah mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran materi pecahan mata
pelajaran matematika (lampiran 9) adalah sebagai berikut:
1. Guru mampu mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif.
2. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan baik.
3. Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik .
4. Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik. Pada kegiatan awal siswa merasa
tertarik mengikuti proses pembelajaran.
5. Guru menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami
6. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
7. Guru mengarahkan langkah pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik
make a match pada siswa dengan baik.
8. Guru membimbing siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan
teknik make a match dengan baik.
9. Guru memberikan tes akhir dengan baik.
10. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan baik.
11. Guru mampu memberikan balikan pada siswa dengan baik.
12. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan baik.
Pertemuan 2
Hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran matematika pada
materi pecahan (lampiran 16) adalah sebagai berikut:
1. >80% siswa tertarik terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru dengan
memberikan respon positif .
2. Hampir semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran,yaitu lebih dari 80%.
3. 20%-40% siswa berani bertanya pada guru.
4. >80% siswa mampu menjawab pertanyaan guru.
5. Lebih dari 80% siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru.
6. >80% siswa mampu mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
7. >80% siswa sudah mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran materi pecahan
pelajaran matematika (lampiran 10) adalah sebagai berikut ini:
1. Guru mampu mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif.
2. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan sangat baik.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan sangat baik.
4. Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik. Pada kegiatan awal siswa merasa
tertarik mengikuti proses pembelajaran.
5. Guru menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
6. Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
7. Guru mengarahkan langkah pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik
make a match pada siswa dengan sangat baik.
8. Guru membimbing siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan
teknik make a match dengan baik sangat baik.
9. Guru memberikan tes akhir dengan baik.
10. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan baik.
11. Guru mampu memberikan balikan dengan sangat baik pada siswa.
12. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan sangat
baik.
Dari hasil pengamatan dan hasil yang diperoleh siswa pada siklus II
pertemuan ke 1dan ke 2 dapat diketahui bahwa pembelajaran matematika yang
dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural
dengan teknik make a match dapat mencapai target yang diharapkan.
d. Refleksi
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a
match pada siklus II dapat diuraikan sebagai berikut ini.
Pertemuan 1
Pada pertemuan ini, siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, aktivitas
siswa dengan pasangannya sangat baik. Guru menyampaikan materi pelajaran
dengan jelas, pemberian motivasi juga tepat, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran
dengan baik. Hasil yang diperoleh siswa juga menunjukkan peningkatan.. yaitu
dengan rerata kelas 76,21 dan siswa yang berhasil mencapai KKM sebanyak 10
siswa atau 71,42% dari jumlah siswa. Data nilai kemampuan materi pecahan siswa
pada pertemuan 1 siklus II (lampiran 25) dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa
Pada Pertemuan 1 Siklus II
No Interval nilai Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
(fi) x (xi) Prosentase
1 50 – 60 4 55 220 28,57%
2 61 – 71 2 66 132 14,29%
3 72 – 82 2 77 154 14,29%
4 83 – 93 3 88 264 21,43%
5 94 – 104 3 99 297 21,43%
Jumlah 14 1067 100 %
Rerata 76,21
Dari tabel 8 mengenai kemampuan materi pecahan siswa pada pertemuan 1
siklus II di atas dapat disajikan dengan grafik pada gambar 7 dibawah ini.
Gambar 7. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa
Pada Pertemuan 1 Siklus II
Dari tabel 8 dan gambar 7 di atas dapat diketahui bahwa setelah
melaksanakan pertemuan 1 pada siklus II, siswa yang mendapatkan nilai antara 50–
60 sebanyak empat siswa atau 28,57%, siswa yang mendapat nilai antara 61-71
sebanyak dua siswa atau 14,29%, siswa yang mendapat nilai antara 72-82 juga dua
orang siswa atau 14,29%, siswa yang mendapat nilai 83-93 tiga siswa atau 21,43%,
dan tiga siswa atau 21,43% mendapat nilai antara 94-104.
49,5 60,5 71,5 82,5 93,5 104,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Pertemuan 2
Pada pertemuan 2 siklus II, siswa mampu bekerjasama dengan pasangannya
dengan baik, guru menyampaikan materi pelajaran dengan jelas, pemberian motivasi
juga tepat, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran dengan baik. Setelah dilakukan
evaluasi pembelajaran, diperoleh nilai rerata kelas 82,64 dan 12 siswa yang
memperoleh nilai mencapai KKM (70) (lampiran 26). Hal ini dapat dilihat pada tabel
9 tentang data nilai kemampuan materi pecahan siswa berikut ini.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa
Pada Pertemuan 2 Siklus II
No Interval nilai Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
(fi) x (xi) Prosentase
1 60 – 68 2 64 128 14,28%
2 69 – 77 3 73 219 21,43%
3 78 – 86 3 82 146 21,43%
4 87 – 95 4 91 364 28,57%
5 96 – 104 2 100 200 14,29%
Jumlah 14 1157 100 %
Rata-rata 82,64
Dari Tabel 9 tentang kemampuan materi pecahan di atas, dapat disajikan
dalam grafik 8 di bawah ini.
Gambar 8. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa
Pada Pertemuan 2 Siklus II
59,5 68,5 77,5 86,5 95,5 104,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Dari tabel 9 dan grafik pada gambar 8, dapat diketahui bahwa setelah
melaksanakan pertemuan 2 siklus II, siswa yang mendapatkan nilai antara 60-68
sebanyak dua siswa atau 14,28% , tiga siswa atau 21,43% mendapatkan nilai antara
69-77, tiga siswa atau 21,43% mendapatkan nilai antara 78-86, empat siswa atau
28,57% mendapatkan nilai antara 87-95 dan dua siswa mendapatkan nilai antara 96-
104 . Dengan demikian diketahui bahwa hasil analisis data terhadap pelaksanaan
pembelajaran pada pertemuan 2 siklus II, telah menunjukkan hasil yang signifikan.
Keberhasilan ini secara umum dikatakan baik, karena dipengaruhi oleh semangat
siswa, keaktifan siswa, kerjasama siswa dengan pasangannya baik sehingga
kemampuan materi pecahan siswa meningkat.
Penerapan model pembelajararan kooperatif tipe struktural dengan teknik
make a match dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan dapat
meningkatkan kemampuan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran
2010/2011. Secara jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10. Data Perkembangan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V
SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 Pada Siklus II
No Pertemuan
1
Pertemuan
2
Jumlah Nilai Rata-
rata
Kriteria
1 80 80 160 80 Tuntas
2 90 90 180 90 Tuntas
3 80 70 150 75 Tuntas
4 100 90 190 95 Tuntas
5 60 80 140 70 Tuntas
6 100 90 190 95 Tuntas
7 90 60 150 75 Tuntas
8 100 100 200 100 Tuntas
9 60 70 130 65 Tidak tuntas
10 70 85 155 77,5 Tuntas
11 50 60 110 55 Tidak tuntas
12 90 90 180 90 Tuntas
13 55 70 125 62,5 Tidak tuntas
14 70 100 170 85 Tuntas
Jumlah 1095 1135 2230 1120
Rata-rata 76,21 82,64 81,64
Prosentase 71,42 % 85,71 % 78,57 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Berdasarkan hasil yang dicapai siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun
Pelajaran 2010/2011 di atas, maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dianggap cukup sehingga penelitian diakhiri pada siklus II.
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Bertolak dari hasil observasi dan analisis data yang ada, dapat diketahui
bahwa adanya peningkatan kemampuan materi pecahan siswa dalam pelajaran
matematika siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.
Peningkatan kemampuan tersebut dapat dilihat dari membandingkan antara
kemampuan materi pecahan sebelum tindakan, setelah tindakan siklus I, dan setelah
tindakan siklus II pada tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V
SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Kondisi Awal
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
(fi) x (xi) Prosentase
1 15 – 31 3 23 69 21,43%
2 32 – 48 3 40 120 28,57%
3 49 – 65 6 57 342 35,71%
4 66 – 82 1 74 74 7,14%
5 83 – 99 1 91 91 7,14%
Jumlah 14 696 100%
Rerata 49,71
Jika ditunjukkan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti pada gambar 9 di
bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan pada Kondisi Awal
Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
Dari tabel 11 dan gambar 9 tersebut, dapat diketahui bahwa pada tahap
prasiklus, siswa yang memperoleh nilai 15-31 sebanyak tiga siswa atau 21,43%.
Siswa yang memperoleh nilai 32 – 48 sebanyak tiga siswa atau 21,43%. Siswa yang
memperoleh nilai 49 - 65 sebanyak enam siswa atau 42,86%. siswa yang
memperoleh nilai 66 – 82 sebanyak satu siswa atau 7,14%. Siswa yang memperoleh
nilai 83-99 sebanyak satu orang siswa atau 7,14%.
Kemudian setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match,
diperoleh data (lampiran 24) dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini.
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa
Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I
No Interval nilai Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
(fi) x (xi) Prosentase
1 55 – 62 3 58,5 175,5 21,43 %
2 63 – 70 3 66,5 199,5 21,43 %
3 71 – 78 4 74,5 198 21,43 %
4 79 – 86 2 82,5 165 21,43 %
5 87 – 94 2 90,5 181 21,43 %
Jumlah 14 1019 100 %
Rata-rata 72,78
14,5 31,5 48,5 65,5 82,5 99,5
Interval nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Dari tabel 12 mengenai data kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N
Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 pada siklus I, dapat ditunjukkan
dengan gambar 10 di bawah ini.
Gambar 10. Grafik Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V
SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahum Pelajaran 2010/2011 Siklus I
Dari tabel 12 dan gambar 10 tersebut, dapat diketahui bahwa setelah
dilaksanakan tindakan siklus I, tiga orang siswa atau 21,43% mendapatkan nilai
antara 55-62, tiga orang siswa mendapatkan nilai antara 63-70, empat siswa atau
28,57% mendapatkan nilai antara 71-78, dua siswa atau 14,28% mendapatkan nilai
antara 79-86, dan dua orang siswa atau 14,28% mendapat nilai antara 87-94.
Sedangkan nilai kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 pada siklus II (lampiran 27) dapat dilihat pada
tabel 13 di bawah ini.
54,5 62,5 70,5 78,5 86,5 94,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Kemampuan Materi Pecahan
Siswa Kelas V pada Siklus II
No Interval nilai Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
(fi) x (xi) Prosentase
1 55 – 64 2 59,5 119 14,28%
2 65 – 74 2 69,5 139 14,28%
3 75 – 84 4 79,5 318 28,58%
4 85 – 94 3 89,5 268,5 21,43%
5 95 – 104 3 99,5 298,5 21,43%
Jumlah 14 1143 100%
Rerata 81,64
Dari data frekuensi kemampuan materi pecahan siswa kelas V pada tabel 13,
maka dapat digambarkan dengan grafik pada gambar 11 seperti di bawah ini.
Gambar 11. Grafik Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V
SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Siklus II
Dari tabel 13 dan gambar 11 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan tindakan siklus II, dua siswa atau 14,29% mendapatkan nilai antara
55-64, dua siswa atau 14,29% mendapatkan nilai antara 65–74, empat siswa atau
28,58 % mendapatkan nilai antara 75–84, tiga siswa atau 21,43% mendapatkan nilai
antara 85–94, dan tiga siswa atau 21,43% mendapatkan nilai antara 95-104. Secara
rinci, perkembangan kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04
54,5 64,5 74,5 84,5 94,5 104,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 dalam penelitian ini dapat disajikan dalam
rekapitulasi pada tabel 14 sebagai berikut ini.
Tabel 14. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V
SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011
No Kriteria Prasiklus Siklus I Siklus II Keterangan
1
Jumlah siswa
berhasil
mencapai KKM
1 siswa
9 siswa
11 siswa
Terjadi
peningkatan
2
Prosentase
perkembangan
siswa yang
berhasil
mencapai KKM
7,14 %
64,28 %
78,57 %
Terjadi
peningkatan
3
Nilai rerata kelas
49,71
72,78
81,64
Terjadi
peningkatan
Dari tabel 12, Rekapitulasi di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik 12 bawah ini.
Gambar 12. Grafik Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Siswa
Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Jumlah siswa yang berhasil
mencapai KKM
Prosentase siswa yang berhasil
mencapai KKM
Nilai rata-rata kelas
f
r
e
k
u
e
n
s
i
I II III
I. Jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM
II. Prosentase siswa yang berhasil mencapai KKM
III. Nilai rerata kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Berikut ini disajikan kondisi awal kualitas proses pembelajaran dalam
penguasaan materi pecahan yang didapatkan dari observasi selama proses
pembelajaran matematika materi pecahan berlangsung (lampiran 5, lampiran 6,
lampiran 11 dan lampiran 12) pada tabel 15 berikut ini.
Tabel 15. Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
Pada Kondisi Awal
Aspek Pertemuan 1 Pertemuan 2
Kinerja Guru 1,83 2,00
Aktivitas Siswa 2,42 2,42
Dari tabel 15 tersebut dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar 13
berikut ini.
2.42 2.42
1.832
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
interval nilai
f
r
e
k
u
e
n
s
i
Column 1 Column 2
Gambar 13. Grafik Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V
SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Kondisi Awal
Sedangkan rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus I yang
dilakukan di siklus I (lampiran 7, lampiran 8) dapat dilihat pada tabel 16 di bawah
ini.
I II I II
I. Kinerja Guru II. Aktivitas Siswa
Pertemuan 1 Pertemuan 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 16. Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
Pada Siklus I
Aspek Pertemuan 1 Pertemuan 2
Kinerja Guru 2,58 3,25
Dari tabel 16 di atas, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada
gambar 14 berikut ini.
2,58
3,25
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Pertemuan 1 Pertemuan 2
f
r
e
k
u
e
n
s
i
Gambar 14. Grafik Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
pada Siklus I
Dan untuk hasil observasi kinerja guru pada siklus II (lampiran 9, lampiran
10) dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini.
Tabel 17. Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
pada Siklus II
Aspek Pertemuan 1 Pertemuan 2
Kinerja Guru 3,67 3,83
Dari data data pada tabel 17 tersebut di atas, dapat divisualisasikan dalam
gambar 15 berikut ini.
Pertemuan 1 Pertemuan 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
3,67
3,83
3,55
3,6
3,65
3,7
3,75
3,8
3,85
Pertemuan 1 Pertemuan 2
f
r
e
k
u
e
n
s
i
Gambar 15. Grafik Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
pada Siklus II
Rekapitulasi kinerja guru pada kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat
dilihat pada tabel 18 berikut ini.
Tabel 18. Rekapitulasi Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2010/2011
Aspek Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Kinerja Guru 1,92 2,91 3,75
Data pada tabel 18 tersebut, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik di
gambar 16 bawah ini.
Pertemuan 1 Pertemuan 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
1,92
2,91
3,75
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
f
r
e
k
u
e
n
s
i
Gambar 16. Grafik Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2010/2011
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan
teknik make a match, dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran yang
ditunjukkan dengan beberapa hal yang meliputi pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran mata pelajaran matematika pada materi pecahan, dalam pembelajaran
guru sudah mengkondisikan siswa untuk siap belajar, guru juga membangkitkan
motivasi belajar dengan menggunakan media belajar konkret berupa buah-buahan
dalam melakukan apersepsi materi pecahan. Dalam prakteknya, guru telah
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan kepada siswa dengan
baik. Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru menerangkan dengan jelas
kepada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum
dimengerti mengenai materi pelajaran. Guru juga melakukan bimbingan secara
individu jika ada siswa yang kurang paham terhadap materi pelajaran. Pada kegiatan
akhir, guru beserta siswa bersama-sama menyimpulkan pelajaran yang telah
dilakukan dengan baik.
Siklus I Siklus II
Kondisi Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Kualitas proses pembelajaran dilihat dari aspek aktivitas siswa (lampiran 13
dan lampiran 14) pada siklus I dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini.
Tabel 19. Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
pada Siklus I
Aspek Pertemuan 1 Pertemuan 2
Aktivitas siswa 2,85 3,71
Dari tabel 19 di atas, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar
17 berikut ini.
3,71
2,85
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Siklus I
frekuensi
Gambar 17. Grafik Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
pada Siklus I
Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus II (lampiran 15 dan lampiran
16), dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini.
Tabel 20. Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
pada Siklus II
Aspek Pertemuan 1 Pertemuan 2
Aktivitas siswa 4,42 4,57
Dari tabel 20 di atas, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar
18 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
4,57
4,42
0
1
2
3
4
5
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Siklus I
f
r
e
k
u
e
n
s
i
Gambar 18. Grafik Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
pada Siklus II
Untuk rekapitulasi aktivitas siswa dari kondisi awal hingga siklus II, dapat
dilihat pada tabel 21 berikut ini.
Tabel 21. Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2010/2011
Aspek Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Aktivitas Siswa 2,42 3,28 4,49
Dari tabel 21 di atas, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar
19 berikut ini.
4,49
3,28
2,42
0
1
2
3
4
5
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
f
r
e
k
u
e
n
s
i
Gambar 19. Grafik Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2010/2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Dari penjabaran dari tabel dan grafik mengenai aktivitas siswa kelas V SD N
Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011, aktivitas siswa yang mengalami
peningkatan di tiap siklusnya, menunjukkan bahwa meningkat pula kualitas proses
pembelajaran dalam kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Di dalam pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match, siswa
telah menyiapkan diri dengan baik untuk mengikuti pembelajaran, siswa mampu
menjawab pertanyaan dari guru mengenai penyelesaian dari soal materi pecahan
yang meliputi perkalian berbagai pecahan dan pembagian berbagai pecahan. Semua
siswa menyimak penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran
siswa aktif mengikuti langkah pembelajaran dengan teknik make a match yaitu
masing-masing siswa berhasil menyelesaikan tugasnya mencari pasangan dari kartu
soal dan kartu jawabannya kemudian membentuk diskusi kecil bersama pasangannya
lalu dilanjutkan presentasi yang berlangsung lancar.
Dari penjelasan pada bab ini, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a
match pada siklus I dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan kualitas proses
pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04
Sukoharjo. Peningkatan kualitas proses pembelajaran, seiring dengan peningkatan
kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran
2010/2011, yaitu dicapainya keberhasilan pencapaian KKM (70) sebesar 78,57 %
dari 14 siswa dengan rerata kelas 82,5. Dengan demikian penelitian ini diakhiri pada
siklus ini, karena hasil yang direncanakan telah tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam
pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2010/2011 selama dua siklus dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut ini.
1. Model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match
terbukti dapat meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N
Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya nilai rerata kelas dan jumlah siswa yang berhasil mencapai
KKM (70). Pada prasiklus, rerata kelas sebesar 49,71 dan siswa yang
mencapai KKM sebanyak seorang siswa atau 7,14%. Pada siklus I, rerata
kelas mencapai 72,78 dan siswa yang mencapai KKM sebanyak sembilan
siswa atau 64,28%. Pada siklus II, rerata kelas mencapai 81,64 dan siswa
yang berhasil mencapai KKM sebanyak 11 siswa atau 78,57%.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make
a match terbukti dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
matematika dalam kemampuan materi pecahan pada siswa kelas V SD N
Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 yaitu dibuktikan dengan
adanya kenaikan kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
yang ditunjukkan dengan beberapa hal yang meliputi pembuatan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran matematika pada materi pecahan,
dalam pembelajaran guru sudah mengkondisikan siswa untuk siap belajar,
guru juga membangkitkan motivasi belajar dengan menggunakan media
belajar konkret berupa buah-buahan dalam melakukan apersepsi materi
pecahan. Dalam prakteknya, guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dilaksanakan kepada siswa dengan baik. Dalam menyampaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
materi pembelajaran, guru menerangkan dengan jelas kepada siswa. Siswa
diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum dimengerti mengenai
materi pelajaran. Guru juga melakukan bimbingan secara individu jika ada
siswa yang kurang paham terhadap materi pelajaran. Pada kegiatan akhir,
guru beserta siswa bersama-sama menyimpulkan pelajaran yang telah
dilakukan dengan baik. Dan dari segi aktivitas siswa, penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match mampu
Di dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe struktural dengan teknik make a match, siswa telah menyiapkan diri
dengan baik untuk mengikuti pembelajaran, siswa mampu menjawab
pertanyaan dari guru mengenai penyelesaian dari soal materi pecahan yang
meliputi perkalian berbagai pecahan dan pembagian berbagai pecahan.
Semua siswa menyimak penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Dalam
pembelajaran siswa aktif mengikuti langkah pembelajaran dengan teknik
make a match yaitu masing-masing siswa berhasil menyelesaikan tugasnya
mencari pasangan dari kartu soal dan kartu jawabannya kemudian
membentuk diskusi kecil bersama pasangannya lalu dilanjutkan presentasi
yang berlangsung lancar.
Dari uraian tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan telah terbukti
kebenarannya yaitu pembelajaran matematika dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match terbukti dapat
meningkatkan kemampuan pecahan dalam matematika dan mampu meningkatkan
kualitas proses dalam penguasaan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
B. Implikasi
Berdasarkan pada hasil penelitian ini diketahui bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dapat
meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa dan meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Oleh karena itu, penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match ini dapat
digunakan dan dikembangkan dalam pembelajaran berbagai pelajaran di sekolah.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe strukturak dengan
teknik make a match ini, siswa dapat bekerjasama, bertukar pendapat dan saling
membantu dengan teman yang lain untuk memecahkan berbagai tugas yang
diberikan oleh guru. Di samping itu, bimbingan serta penjelasan guru yang mampu
menciptakan pembelajaran yang terstruktur dan terarah yaitu ditunjukkan dengan
aktivitas siswa yang tinggi dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
peningkatan rerata kemampuan materi pecahan siswa dari kondisi awal sebesar 49,71
menjadi 81,64 pada siklus akhir dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM
dari seorang siswa atau 7,14% pada kondisi awal menjadi sebelas siswa atau 78,57%
pada siklus akhir (siklus II).
Menurut penelitian ini, diketahui bahwa kemampuan materi pecahan siswa
dan kualitas proses pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan siswa kelas V
SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 meningkat di setiap siklusnya.
Hal ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang berpengaruh langsung terhadap
hasil yang dicapai siswa. Peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam
penguasaan materi pecahan tentunya juga akan meningkatkan kemampuan materi
pecahan siswa.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian pada Bab IV, maka
penelitian ini layak digunakan untuk membantu guru dalam menghadapi masalah
yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah kemampuan materi pecahan siswa
dan kualitas proses pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan. Adanya kendala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
dalam pembelajaran Matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
teknik make a match harus diatasi dengan maksimal. Oleh karena itu, kreativitas dan
kinerja guru sangat diperlukan dalam upaya peningkatan kualitas proses
pembelajaran dan kemampuan materi pecahan siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD N Jetis
04 Sukohajo Tahun Pelajaran 2010/2011, maka dapat disampaikan saran-saran
sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya lebih aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan
pembelajaran di kelas dan lebih memberanikan diri untuk menanyakan setiap
adanya kesulitan dalam menerima materi pelajaran.
2. Bagi Guru
a. Hendaknya para guru terutama guru matematika menerapkan model
pembelajaran yang inovatif yang mampu meningkatkan kualitas proses dan
hasil yang lebih baik. Contohnya dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match.
b. Guru hendaknya lebih memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan
menyampaikan pendapat.
c. Para guru sebaiknya menunbuhkan kebiasaan untuk saling bekerjasama antara
guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa supaya terjalin
masyarakat belajar yang harmonis.
3. Bagi Sekolah
a. Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan pada guru untuk meningkatkan
keberhasilan dari tujuan pembelajaran di sekolah.