Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
iv
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MENURUT
PERSPEKTIF DEMING
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
SAADATUL INSANIAH
1113018200060
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
iv
iv
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MENURUT
PERSPEKTIF DEMING. yang disusun oleh: Saadatul Insaniah, NIM
1113018200060, Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah melalui
bimbingan dinyatakan syah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada
sidang munaqasyah sesuai ketentuan yang ditetapkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
Jakarta, 28 Juli 2020
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd
NIP. 19661009 199303 1 004
iv
v
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MENURUT PERSPEKTIF
DEMING
Abstrak
As published by US News in the 2020 Best Countries for Education survey.
Indonesia is ranked 70th out of 93 participating countries as the best education
provider. In the previous two years, the Program for International Student
Assessment (PISA) which constitutes as a program to measure student knowledge
in subjects such as mathematics, science, and reading disclosed the results of
PISA 2018 in which Indonesia ranked 13th out of a total of 15 countries in Asia
and ranked 5th from 10 Southeast Asian countries that took the test. Even though
there is a slim progress compared to the previous year, the results of the survey
still prove that the quality of education in Indonesia is still underperforming. It
becomes a big homework for educational institutions to improve their educational
system due to higher appeals and demands for schools with better quality. As
stated by several quality planning experts, especially Edward Deming, the
objective of such quality improvements is to attain the better quality of education
and produce the best output. The best output or high-quality graduates are not
only hold better values in the community and state development process, but they
will also appeal to the stakeholders to choose such schools over any other schools.
In the efforts to attain this objective, it is prominent to continuously improving the
quality of education in which the process required the quality perspectives of
experts. Thus, as such will be discussed in this paper the concept of quality
according to Edward Deming and its relevance in improving the quality of
education
Disebutkan oleh US News dalam survey The 2020 Best Countries for Education.
Negara Indonesia berada pada urutan ke 70 dari 93 Negara yang berpartisipasi
sebagai Negara penyelenggara pendidikan terbaik. Pada dua tahun sebelumnya,
Programme for International Student Assessment (PISA) sebagai program untuk
menakar pengetahuan siswa dalam bidang matematika, sains, dan membaca, hasil
PISA 2018, Indonesia berada di peringkat ke-13 dari total 15 negara di Asia dan
peringkat ke-5 dari 10 Negara Asia Tenggara yang mengikuti tes. Meskipun ada
sedikit kemajuan dari tahun sebelumnya namun hasil survey tersebut masih
membuktikan rendahnya tingkat mutu pendidikan di Indonesia. Hal ini tentunya
menjadi PR bagi lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas, karena
sekolah yang bermutu tentu akan memiliki banyak peminat dibandingkan yang
tidak bermutu. mengingat tujuan mutu yang dikemukakan oleh beberapa ahli
perencanaan mutu khususnya Edward Deming yaitu agar kulitas pendidikan
menjadi lebih baik dan menghasilkan output terbaik. Output terbaik atau lulusan
yang berkualitas tidak hanya memiliki nilai tinggi dalam lingkungan masyarakat
vi
iv
dan proses pembangunan negara namun lulusan yang berkualitas akan menarik minat
stakeholder untuk memilih sekolah tersebut dibanding sekolah lain. Untuk mewujudkan
hal tersebut perlunya peningkatan mutu dalam pendidikan dan dalam prosesnya
dibutuhkan perspektif perspektif mutu para ahli seperti yang akan dibahas dalam tulisan
ini mengenai konsep mutu menurut Edward Deming dan relevansinya dalam penigkatan
mutu pendidikan.
vii
KATA PENGANTAR
حيم حمن الر� �سم الله الر�
Segala puji bagi Allah SWT pencipta alam semesta, segala pujian yang terbaik
atas seluruh nikmat-Nya, keagungan-Nya, serta kemulian-Nya. Atas segala rahmat,
anugrah, serta karunia jasmani dan rohani, akhirnya penyusunan skripsi yang berjudul
“Peningkatan Mutu Pendidikan menurut Perspektif Deming” dapat diselesaikan dengan
baik. Tak luput pula Shalawat serta Salam yang senantiasa saya panjatkan kepada
Junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing ummatnya dari zaman
zahiliyyah yang penuh dengan kegelapan hingga ke zaman yang terang dan dipenuhinya
ilmu penegetahuan.
Skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada program Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak rasa terima kasih sebesar besarnya kepada semua pihak yang
telah ikut membantu langsung maupun tidak langsung dalam membuat skripsi ini,
khususnya kepada:
1. Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pemberi Rahmat,
Ridho, Karunia, sehat jasmani dan rohani serta ilmu yang bermanfaat sehingga
penulis bisa sampai pada tahap ini dan menyelesaikan tugas akhir atau skripsi
dengan baik dan benar
2. Ibu, bapak serta keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik segi
moral, pengetahuan, motivasi, materi sehingga penulis tidak berhenti memiliki
tekad untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
beserta para staff Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dosen Drs. Mu’arif M.Pd. selaku ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
iv
5. Bapak Dosen Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, selaku pembimbing atas waktu, tenaga,
pemikiran, saran dan motivasi. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat
dan keberkahan bagi bapak beserta keluarga.
6. Ibu Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing dan memberi saran baik dibidang Akademik maupun hal hal
lain sejak hari pertama sampai akhir perkuliahan
7. Para dosen program studi Manajemen Pendidikan yang telah memberikan
wawasan imu pengetahuan kepada penulis hingga mendapatkan gelar sarjana.
8. Para sahabat Titin, Diana serta seluruh keluarga besar MP 13 yang telah
memberikan dukungan saran, motivasi serta masukan yang berharga sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tulisan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan untuk penulis menjadi lebih baik dimasa depan.
Penulis berharap skripsi ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis namun juga pihak
pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 27 Juli 2020
Saadatul Insaniah
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .........................................................iv
HALAMAN ABSTRAK ………….…..………………………………..……... v
HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................ vii
HALAMAN DAFTAR ISI…...……………………………………………….... x
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Rumusan Maslah........................................................,,…... 3
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................... 3
BAB II : KAJIAN TEORITIK…………………………............................. 4
A. Landasan teori ……………………………............................. 4
B. Penelitian yang Relevan ........................................................ 10
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN………………............................ 11
A. Metode ………….…………………………............................ 11
B. Objek dan Waktu Penelitian .................................................... 13
C. Metode Penulisan………….................................................. 14
BAB IV : PEMBAHASAN PENELITIAN……………............................. 16
A. Konsep Deming ……………………………...........................16
B. Pendekatan Manajemen Mutu Pendidikan................................ 17
C. Penghambat Peningkatan Mutu…………............................... 23
D. Penyebab Kegagalan Mutu.................................................... 25
BAB V: PENUTUP……………………………………............................ 27
A. Kesimpulan …………………………….................................. 27
ix
iv
DAFTAR PUSTAKA……………….……………………................................. 31
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia sudah menjadi topic
yang tidak asing. Dalam peringkat pendidikan dunia tahun 2018 yang disusun
oleh Programme Internationa Student Assesment (PISA) posisi negara
Indonesia merupakan posisi yang dibilang tertinggal dari Negara tetangga
seperti Malaysia dan Brunei. Dengan hasil yang mengecewakan ini tentulah
Negara memberi bebab lebih kepada lembaga lembaga pendidikan untuk
melaksanakan perbaikan dengan tuntutan yang tidak hanya memperbaiki
peringkat kualitas pendidikan Indonesia namun juga mengahrapkan kemajuan
bangsa kedepannya.
Tuntutan dunia pendidikan pada era globalisasi ini memacu berbagai
lembaga pendidikan untuk lebih bersaing secara kompetitif. Salah satu cara
menghadapi persaingan ini, pendidikan dituntut untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas baik dalam hal pelayanan, kualitas produk, maupun
keefektifan dan keefisienan agar tujuan pendidikan tercapai.1 Mutu
merupakan sesuatu yang dianggap salah satu bagian penting, karena mutu
pada dasarnya menunjukkan keunggulan suatu produk dibandingkan dengan
produk lainnya. Peningkatan mutu merupakan usaha dari setiap lembaga-
lembaga penghasil produk tidak hanya barang tetapi juga produk jasa.2
Edward Sallis pada Total Quality Management In Education mengungkapkan
“quality is at the top of most agendas and improving quality is probably the
most important task facing any institution. However, despite its importance,
many people find quality an enigmatic concept. It is perplexing to define and
1 Hasyim Asy’ari, Evaluasi Program Pelatihan Guru di Pusdiklat Tenaga Teknis
Pendidikan dan Keagamaan Kementrian Agama Republik Indonesia, (TADBIR : Jurnal Studi
Manajemen Pendidikan, Vol. 4, No. 1, Mei 2020) 2 Muhammad Fadhi, Peningkatan Mutu Pendidikan, (TADBIR : Jurnal Studi Manajemen
Pendidikan vol. 1, no 02, 2017)
2
often difficult to measure”. Mutu adalah bagian penting dari seluruh agenda
dalam organisasi dan meningkatkan mutu mungkin merupakan tugas yang
paling penting yang dihadapi institusi manapun. namun banyak orang yang
menganggap kualitas merupakan konsep yang membingungkan, rumit untuk
ditetapkan serta sulit diukur.3
Sistem manajemen mutu memang awal mulanya hanya terjadi pada
lingkup perusahaan barang maupun jasa, karna ketatnya persaingan antara
perusahaan satu dengan yang lain untuk mendapat konsumen sebanyak
mungkin dengan segala sumber daya yang ada. Namun karena semakin
selektifnya konsumen dalam memilih barang/jasa maka perusahaan mulai
menerapkan sistem manajemen mutu seperti definisi salah satu ahli yang
dikenal dengan the father of quality evolution. mutu sebagai pengembangan
yang terus menerus dari suatu sistem yang stabil. Definisi itu menekankan
pada dua hal yaitu yang pertama Semua sistem (administrasi, desain,
produksi, dan penjualan) harus stabil. Hal itu memerlukan pengukuran yang
diambil dari atribut mutu di seluruh perusahaan dan dipantau setiap waktu.
Dan yang kedua Perbaikan yang terus menerus dari berbagai sistem untuk
mengurangi penyimpangan dan lebih memenuhi kebutuhan pelanggan. Dari
pemapara deming tersebut sangatlah jelas bahwa tujuan mutu tidak hanya
memperbaiki kualitas suatu barang/jasa agar memenuhi kepuasan pelanggan
dan tentunya agar tidak tertinggal pada kompetisi individu maupun sekolah di
era globalisasi yang semakin ketat.
Seiring waktu berjalan, konsep perbaikan mutu mulai dikaji dan
diadopsi oleh lembaga pendidikan atau sekolah melihat lembaga pendidikan
juga termasuk dalam perusahaan jasa yang dituntut mengeluarkan output
terbaik kedepannya bukan hanya sekedar untuk kepuasan pelanggan
melainkan output yang berguna bagi masyarakat dan dipercaya dapat
memperbaiki negara pada masa yang akan datang, dan tentunya sesuai prinsip
utama mutu (tercapainya kepuasan pelanggan). jika lembaga pendidikan
3 Edward Sallis, Total Quality Management in Education, (Yogyakarta ; IRCiSoD, 2012),
Cet.16, h.38
3
tersebut mempunyai keluaran terbaik maka konsumen pun akan
lebih tertarik memilih lembaga pendidikan yang bermutu daripada yang tidak
bermutu. Maka dari itu fokus pembahasan ini adalah mengenai
“PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MENURUT PERSPEKTIF
DEMING” yang termasuk didalamnya 14 poin peningkatan mutu, 5 poin
penyakin yang menghambat peningkatan mutu dan 2 poin sebab sebab
kegagalan mutu dan penerapannya dalam pendidikan
B. Rumusan Masalah
Dengan bertitik tolak atas paparan latar belakang sebelumnya, amaka
rumusan masalah yang diperoleh sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan konsep konsep mutu Deming dalam lembaga
pendidikan?
2. Apakah perspektif deming ada pengaruhnya terhadap peningkatan mutu
pendidikan?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dalakukannya penelitian ini yaitu bertitik pada rumusan
masalah yang dibuat yaitu (1) untuk mengetahui bagaiamana penerapan
konsep dari teori Deming dalam lembaga pendidikan, (2) untuk
mengetahui relevansi perspekktif mutu Deming dalam peningkatan mutu
pendidikan.
Kegunaan penelitian ini agar dapat mengetahui lebih jelas
penerapan konsep mutu yang digagas oleh Edward Deming terhadap
lembaga pendidikan dan relevansinya terhadap peningkatan mutu. Selain
itu juga penelitian ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan
peningkatan mutu menurut perspektif Deming secara tertulis kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan khususnya untuk Program Studi
Manajemen Pendidikan.
4
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Landasan Teori
1. Mutu
Apakah yang dimaksud dengan mutu? banyak ahli yang
mengemukakan definisi mutu dengan perspektif masing masing. Tentu
kita tidak asing dengan 3 ahli dalam bidang mutu seperti deming, Crosby
dan juran.
Menurut W Edward Deming, Mutu ialah kesesuaian dengan
kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah
perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai
dengan kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi
konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam
membeli produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa.4
Menurut Jhosep Juran, Mutu ialah kecocokan penggunaan produk
(fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Kecocokan pengguna produk tersebut didasarkan atas lima ciri utama yaitu
(1) teknologi; yaitu kekuatan; (2) psikologis, yaitu rasa atau status; (3)
waktu, yaitu kehandalan; (4) kontraktual, yaitu ada jaminan; (5) etika,
yaitu sopan santun.5
Menurut Philip B Crosby, Mutu ialah conformance to requirement,
yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk
memiliki mutu apabila sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang telah
ditentukan, standar mutu tersebut meliputi bahan baku, proses produksi,
dan produk jadi.6
4 Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu,
(Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 78 5 Prawirosentono, Suyadi, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadutotal Quality
Management Abad 21 Study Kasus dan Analisis, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hlm, 5 6 Abdul Hadis, dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Penerbit
AlfaBeta, 2010), hlm .2
5
Menurut Russel dalam (Purnama, 2006:14-15)
Mutu di deskripsikan atas dua perspektif. Perspektif pertama yaitu
perspektif produsen, menurut perspektif ini mutu dikaitkan dengan
produksi dan biaya. Perspektif kedua yaitu perspektif konsumen yang
artinya mutu produk dikaitkan dengan kualitas dan harga yang ditentukan.
berdasarkan bagan diatas kualitas produk dapat tercipta jika terjadi
kesesuaian antara perspektif produsen dengan perspektif konsumen yang
disebut dengan kesesuaian untuk digunakan (fitness for consumer use).
Sedangkan menurut Garvin (dalam Sower, 1999) terdapat lima perspektif
dalam mendefinisikan mutu
a. Berdasarkan target konsumen “mutu terdiri dari kapasitas untuk
memenuhi kepuasan pelanggan” Edwards C. D. (1968:37). “mutu
adalah kesesuaian dengan penggunaan”7 J.M. Juran (1988) seperti
baju yang dirancang untuk musim dingin serta baju yang dirancang
untuk musim panas.
7 Muhammad Basri, (BUDAYA MUTU DALAM PELAYANAN PENDIDIKAN Vol. I, No.
2, Oktober 2011)
6
b. Berdasarkan target manufaktur. “Mutu adalah suatu kondisi dimana
produk sesuai dengan spesifikasi desain tertentu” (H.L. Gilmore
1974) “mutu adalah Kesesuaian terhadap persyaratan atau
keunggulan yang dipublikasikannya” seperti jam tahan air, sepatu
yang awet, atau dokter yang ahli.8
c. Berdasarkan target produk. “mutu mengacu pada sekumpulan
barang yang tidak berharga menjadi barang yang berharga” K.B
Leifler (1972)9
d. Berdasarkan target produk “keluasan pengukuran kualitas secara
umum dapat diterima sebagai dimensi daya saing perusahaan”
(Broh, 1982)10
e. Berdasarkan target kerelatifan “mutu sangat subjektif, sulit
digambarkan secara konkrit namun dapat dirasakan”
Dari beberapa tokoh tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa mutu
adalah suatu kebutuhan konsumen terhadap kepuasan pelanggan
sepenuhnya terhadap suatu barang yang di butuhkan. atau mutu merupakan
suatu ukuran yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan terhadap
sebuah produk.
2. Mutu pendidikan
Dalam konteks pendidikan menurut Rusman (2009) pengertian mutu,
mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses
pendidikan yang bermutu terlibat input, seperti guru, staff, kurikulum,
bahan ajar (kognitif, afektif dan piskomotorik) metodologi, sarana
prasarana dan sumber daya lainnya. Sedangkan Mutu dalam konteks hasil
8 Marita Lailia Rahman, (Model Pemgembangan Mutu Pendidikan Dalam Perspektif
Philip. B. Crosby) 9 K.B Leifler (ambiguous change in product quality, American economic review, 1972) 10Harianto Respati, (Total Quality Management Dan Daya Saing Perusahaan Sebagai
Antesensenden Kepuasan Pelanggan Menghadapi Perdagangan Bebas CAFTA 2010)
7
pendidikan mengacu pada prestasi kebaikan yang dicapai oleh sekolah
pada setiap kurun tertentu.11
Ruang lingku mutu pendidikan, mutu mengacu pada proses dan hasil
pendidikan. Pada proses pendidikan, mutu pendidikan berkaitan dengan
bahan ajar, metodelogi, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan,
lingkungan dan sebagainya. Sekolah yang berada di daerah kumuh dan
sekolah yang beroperasi di daerah elit, misalnya, meskipun menerima
calon siswa yang sama, tetapi karena kualifikasi guru, kelengkapan sarana
dan prasarana, suasana belajar yang berbeda, pengelolaan tingkat
efesiensinya juga tidak sama, maka proses pendidikan pada sekolah
didaerah elit jauh lebih baik karena faktor ketepatan, kelengkapan dan
efesiensi pengelolaan lebih sempurna. Keunggulan dalam proses
pendidikan dengan sendirinya akan menghasilkan produk yang berbeda12
Bagan ruang lingkup mutu pendidikan
3. Peningkatan Mutu Pendidikan
11 Rusman, Manajemen Kurikulum, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 555 12Hasyim Asy’ari, Zahruddin, Syipa Fauziah, Implementasi Prinsip-Prinsip Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Ekonomika Depok Jawa Barat, Manageria: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 2, November 2017/1439
Output
Hasil
belajar
Input
siswa
Proses belajar
mengajar
INSTRUMENTAL INPUT KURIKULUM, GURU, STAF MEDIA,
SUMBER BELAJAR
INVIRONMENTAL OUTPUT
LINGKUNGAN FISIK SEKOLAH IKLIM SOSIAL BUDYA
8
Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah menjadi
agenda Negara dari tahun ketahun sejak saat jaman orde baru hingga
jaman reformasi saat ini. Berbagai upaya telah dilakukaan seperti dengan
berbagai pelatihan, peningkatan kepemimpinan dan sistem
manajemen,perbaikan sumber daya tenaga pengajar, perbaikan sarana dan
prasana dan sebagainya, namun belum ada peningkatan yang cukup
signifikan dan bahkan adanya beberapa fase penurunan. Maka dari itu para
pendidik mengkaji kembali bagaimana mutu pendidikan di Indonesia dapat
mengalami peningkatan yang signifikan.
Peningkatan mutu pendidikan sejatinya diawali dari program yang
diterapkan untuk satuan pendidikan, mulai jenjang pendidikan dasar (SD
dan SMP) hingga pendidikan menengah (SMA dan SMK). Direktur
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Dirjen GTK Kemendikbud), Supriano mengungkapkan,
terdapat empat aspek yang harus diperhatikan dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan yaitu:
a. Kebijakan. meliputi kurikulum dan ujian nasional. Hal itu termasuk
kebijakan distribusi dan rekrutmen guru.
b. kepemimpinan kepala sekolah. eadership kepala sekolah, transparansi
keuangan, hubungan ekosistem berjalan di sekolah antara guru dengan
kepala sekolah, orang tua dengan guru, maupun dengan siswa dan
seluruh yang ada di satuan pendidikan, ekosistemnya harus berjalan.
kepala sekolah yang memiliki kreativitas dan inovasi bagus, bisa
membuat sekolah yang dipimpinnya menjadi bagus pula.
c. Infrastruktur. sarana dan prasarana terkait dengan kelas, laboratorium,
maupun teknologi informasi dan komunikasi. Itu semua berpengaruh
terhadap peningkatan mutu pendidikan, Apalagi sekarang dunia tanpa
batas. Siswa bisa belajar tidak hanya dari guru dan buku yang ada,
melainkan bisa belajar dari media sosial,
d. Proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang menyenangkan, yang
berinovasi dan penuh kreativitas dapat mendorong anak-anak
9
terbangun motivasinya. Namun, proses pembelajaran juga tergantung
dari potensi guru, kecakapan guru, dan kemampuan guru. Proses
pembelajaran yang mendorong kreativitas juga mendukung untuk
memenuhi empat kompetensi yang harus dimiliki generasi bangsa
dalam menghadapi tantangan abad 21. Empat kompetensi yang biasa
disingkat 4C tersebut meliputi Critical Thinking (berpikir
kritis), Collaboration (kemampuan bekerja sama dengan baik),
communication (berkomunikasi), dan creativity (kreativitas)
4. Total Quality Management
Untuk menerapkan mutu pada perusahaan maka terbentuklah sistem
Manajemen mutu TQM (Total Quality Management) atau manajemen
mutu terpadu yang didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan
performa secara terus menerus (countinous performance improvement)
pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari
suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan
modal yang tersedia (Gaspersz, 2002). Banyak pengertian yang
menjelaskan tentang Total Quality Manajemen, secara sederhana TQM
merupakan pendekatan manajemen berorientasi jangka panjang dengan
tujuan memperoleh kepuasan pelanggan (Gaspersz, 2002).
Dalam ajaran TQM, lembaga pendidikan (sekolah) harus
menempatkan siswa sebagai “klien” atau dalam istilah perusahaan sebagai
“ stakeholders” yang terbesar, maka suara siswa harus disertakan dalam
setiap pengambilan keputusan strategis langkah organisasi sekolah. Tanpa
suasana yang demokratis manajemen tidak mampu menerapkan TQM,
yang terjadi adalah kualitas pendidikan didominasi oleh pihak – pihak
tertentu yang seringkali memiliki kepentingan yang bersimpangan dengan
hakekat pendidikan (Adnan Sandy Setiawan:2000).
Penerapan TQM berarti pula adanya kebebasan untuk berpendapat.
Kebebasan berpendapat akan menciptakan iklim yang dialogis antara
siswa dengan guru, antara siswa dengan kepala sekolah, antara guru dan
10
kepala sekolah, singkatnya adalah kebebasan berpendapat dan keterbukaan
antara seluruh warga sekolah. Pentransferan ilmu tidak lagi bersifat one
way communication, melainkan two way communication. Ini berkaitan
dengan budaya akademis. Selain kebebasan berpendapat juga harus ada
kebebasan informasi. Harus ada informasi yang jelas mengenai arah
organisasi sekolah, baik secara internal organisasi maupun secara nasional.
Secara internal, manajemen harus menyediakan informasi seluas- luasnya
bagi warga sekolah Termasuk dalam hal arah organisasi adalah progran –
program, serta kondisi finansial.
Singkatnya, TQM adalah sistem menajemen yang menjunjung tinggi
efisiensi. Sistem manajemen ini sangat meminimalkan proses birokrasi.
Sistem sekolah yang birokratis akan menghambat potensi perkembangan
sekolah itu sendiri.
B. Penelitian yang Relevan
Dari pengamatan penulis terdapat beberapa buah karya yang mengacu
pada relevansi tema yang dipilih diantaranya:
1. Jurnal dari Therea Kristiyanti. Tahun 2005 dengan judul Peningkatan
Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming, yang merangkum
pembahasan tentang keberhasilan TQM Pendidikan dengan cara 14
prinsip mutu Deming.
2. Jurnal dari Marita Lailia Rahman dengan judul Model Pemgembangan
Mutu Pendidikan Dalam Perspektif Philip. B. Crosby, yang
merangkum pembahasan teori ahli mutu yang lain yaitu Philip. B.
Crosby terhadap perkembangan mutu pendidikan
Dari kedua penelitian dengan adanya tambahan dari penelitian lain maka
penulis memutuskan untuk membuat penelitian dengan pendekatan yang
berbeda yaitu dengan tema relevansi keseluruhan perspektif Deming
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dengan mendeskripsikan mulai
dari hal hal yang meningkatan mutu sampai hal hal yang menggagalkan
mutu melalui perspektif Deming.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kepustakaan (library research). menurut Nawawi dan Martini (1994:
222) studi kepustakaan merupakan salah satu penelitian terapan dengan metode
historis. Menurut Nawawi dan Martini, penelitian studi kepustakaan dilaksanakan
dengan mempelajari berbagai karya ilmiah, seperti majalah, buku, jurnal,
ensiklopedia, surat kabar dan lain-lain. Dengan berbagai karya ilmiah itu,
dimanfaatkan untuk memecahkan suatu masalah yang terjadi pada masa sekarang
di lingkungan tertentu, sebagaimana tujuan penelitian terapan yaitu penyelesaian
masalah nyata dalam kehidupan.
I Made Wirartha mengemukakan Penelitian kepustakaan merupakan
penelitian yang dapat dilakukan di perpustakaan atau di tempat lain selama ada
sumber bacaan yang relevan. (2006:39). Oleh karena itu, menurut peneliti,
penelitian ini menjabarkan secara detail mengenai apa yang diteliti dalam bentuk
uraian kalimat yang sumbernya diambil dari sumber-sumber kepustakaan.
Ciri Penelitian Kepustakaan Menurut Rina Hayati (2019) memiliki empat
ciri utama, yaitu:
1. Peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan
bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata
(eyewitness) yang berupa kejadian,orang atau benda-benda lainnya.
2. Data pustaka bersifat ‘siap pakai’ (ready made). Ini artinya yaitu peneliti
tidak pergi kemana mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan
bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan.
3. Data pustaka umumnya berupa sumber sekunder, yang berarti bahwa
peneliti mendapatkan bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari
tangan pertama di lapangan.
4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Peneliti
berhadapan dengan informasi statis, tetap.
12
Adapun metode yang dapat digunakan dalam penelitian kepustakaan,
antara lain:
a. Pencarian kata kunci
Cari kata kunci yang relevan dalam katalog, indeks, mesin pencari, dan
sumber teks lengkap. Ini berguna baik untuk mempersempit pencarian ke
judul subjek tertentu dan untuk menemukan sumber yang tidak ditangkap
di bawah judul subjek yang relevan. Untuk mencari basis data secara
efektif, mulailah dengan pencarian Kata Kunci, temukan catatan yang
relevan, dan kemudian temukan Judul Subjek yang relevan. Di mesin
pencari, sertakan banyak kata kunci untuk mempersempit pencarian dan
Pencarian subjek hati-hati mengevaluasi apa yang Anda temukan.
b. Pencarian subyek
Judul Subjek (kadang-kadang disebut Penjelas) adalah istilah atau frasa
khusus yang digunakan secara konsisten oleh indeks online atau cetak
untuk menggambarkan tentang buku atau artikel jurnal. Ini berlaku untuk
Katalog perpustakaan serta banyak basis data perpustakaan lainnya.
c. Cari buku dan artikel ilmiah terkini
Dalam katalog dan basis data, urutkan berdasarkan tanggal terbaru dan cari
buku-buku dari majalah ilmiah dan artikel dari jurnal ilmiah. Semakin baru
sumbernya, semakin banyak referensi dan kutipan terbaru.
d. Pencarian kutipan dalam sumber-sumber ilmiah
Lacak referensi, catatan kaki, catatan akhir, kutipan, dll dalam bacaan yang
relevan. Cari buku atau jurnal tertentu di Katalog perpustakaan. Teknik ini
membantu Anda menjadi bagian dari percakapan ilmiah tentang topik
tertentu.
e. Pencarian melalui bibliografi yang diterbitkan (termasuk set catatan kaki
dalam dokumen subjek yang relevan)
Daftar pustaka yang diterbitkan tentang subjek-subjek tertentu sering kali
mencantumkan sumber yang terlewatkan melalui jenis pencarian lainnya.
Bibliografi adalah judul subjek dalam Katalog, jadi pencarian yang
13
dipandu dengan Bibliografi sebagai subjek dan topik Anda sebagai kata
kunci akan membantu Anda menemukannya.
f. Mencari melalui sumber orang (baik melalui kontak verbal, email, dan
lain-lain)
Orang sering kali lebih bersedia membantu daripada yang Anda kira.
Orang-orang tersebut misalnya profesor atau pustakawan dengan
pengetahuan yang relevan.
g. Penjelajahan sistematis, terutama sumber teks lengkap yang diatur dalam
pengelompokan subjek yang dapat diprediksi
Perpustakaan mengatur buku berdasarkan subyek, dengan buku-buku
serupa disimpan bersama. Menjelajahi tumpukan adalah cara yang baik
untuk menemukan buku yang serupa; namun, di perpustakaan besar,
beberapa buku tidak berada di tumpukan utama (misalnya saja, mereka
mungkin diperiksa atau di ReCAP), jadi gunakan katalog juga.
B. Objek dan waktu Penulisan
Penelitian ini bersifat kualitatif, penelitian kualitatif didasarkan pada
pandangan kontekstualisme dan organisme kejadian (event) dan konteksnya dan
analisis kualitatif tentu harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjuk
pada pernyataan keadaan, dan ukuran kualitas.13 disebutkan juga dalam buku lain
bahwa perhatiannya lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substantif
berdasarkan dari konsep-konsep yang timbul dari data empiris.14 berarti bahwa
dalam penelitian ini tidak terjun langsung pada objek penelitian lapangan namun
mencari sebuah teori untuk meyakinkan teori peningkatan mutu dan relevansinya
menurut perspektif Deming.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, dicantumkan pula daftar-daftar buku rujukan
yang telah dilakukan oleh peneliti peneliti terdahulu sebagai pijakan atau dasar
13 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian. (Rineka Cipta: Jakarta, Cet. Ke 5, 2000)
Hlm. 352 14 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Rineka Cipta: Jakarta, Cet. Ke 2, 2000)
Hlm. 35.
14
penggunaan teorinya maka dalam penulisan skripsi ini menggunakan beberapa
metode antara lain:
1. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang sesuai dengan
topik permasalahan tersebut penulis menggunakan penelitian kepustakaan
(library research), yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut.15 Yakni buku-buku yang
berhubungan dengan teori-teori mutu menurut Edward Deming dan
beberapa ahli lainnya, serta melibatkan teori-teori peningkatan mutu
pendidikan.
2. Metode Analisa Data Metode analisis adalah jalan yang dipakai untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan perincian terhadap obyek
yang diteliti, atau cara penanganan terhadap suatu obyek ilmiah tertentu
dengan jalan memilah milah antara pengertian satu dengan pengertian-
pengertian yang lain, untuk sekedar memperoleh kejelasan mengenahi
halnya.16 Setelah data-data berhasil penulis kumpulkan, tahap selanjutnya
adalah analisis data. Dalam tahap ini penulis menggunakan beberapa
metode diantaranya17yang penulis anggap representatif untuk
menyelesaikan pembahasan penelitian ini, di antaranya:
a. Deduktif
Deduktif adalah pemikiran yang bertolak pada fakta-fakta yang
umum kemudian ditarik pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus.
Prinsip deduksi adalah sebagai berikut: apa saja yang dipandang benar
pada semua peristiwa dalam suatu kelas atau jenis berlaku juga
sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam
kelas atau jenis itu. Jika orang dapat membuktikan bahwa suatu
peristiwa termasuk dalam kelas yang dipandang benar, maka secara
logik dan otomatik orang dapat menarik kesimpulan bahwa kebenaran
15 Sutrisno Hadi., Metodologi Reasearch: Untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan
Desertasi. (Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta, Jilid I,
Cet XI, 1981) Hlm. 42. 16 Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat. (Raja Grafindo Persada: Jakarta. 1996)hlm.
59. 17
15
yang terdapat dalam kelas itu juga menjadi kebenaran bagi peristiwa
yang khusus itu18
b. Induktif
Yaitu dengan cara mengambil suatu konklusi atau kesimpulan dari
situasi yang konngkrit menuju pada hal-hal yang abstrak atau dari
pengertian yang khusus menuju pengertian yang bersifat umum.
Dengan deduksi kita berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum,
dan bertitik-tolak pada pengetahuan yang umum itu kita hendak
menilai suatu kejadian yang khusus
c. Interpretatif
Menginterpretasikan makna perspektif Deming ke dalam makna
normatif. memiliki nilai yang baik atau buruk. Nilai itu didasarkan
pada hukum atau norma obyektif dalam masyarakat.
d. Komparatif
Membandingkan beberapa teori mutu serta prinsip prinsipnya yang
ada untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar.
18 Sutrisno Hadi, Metodologi Reasearch: Untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan
Desertasi. (Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta, Jilid I,
Cet XI, 1981) Hlm. 36.
28
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Konsep Deming
William Edwards Deming (14 Oktober 1900 - 20 Desember 1993 M),
adalah seorang Amerika statistik, Profesor, Penulis, Dosen dan Konsultan.
Deming secara luas dikreditkan dengan meningkatkan produksi di Amerika
Serikat selama Perang Dingin, meskipun ia mungkin paling dikenal untuk
karyanya di Jepang. Sejak tahun 1950 dan seterusnya ia mengajar manajemen
puncak bagaimana memperbaiki desain (dan layanan), kualitas produk, pengujian
dan penjualan (yang terakhir melalui pasar global) melalui berbagai cara,
termasuk penerapan metode statistik.
Deming memberikan kontribusi yang signifikan untuk kemudian reputasi
Jepang untuk inovasi produk berkualitas tinggi dan kekuatan ekonomi. Ia
dianggap sebagai orang yang memiliki dampak yang lebih pada Jepang
manufaktur dan bisnis daripada individu lain bukan dari warisan Jepang Meskipun
dianggap sesuatu pahlawan di Jepang, Edward Deming selama ini dikenal sebagai
The Father of Quality karena kontribusinya yang besar terhadap bidang
manajemen mutu. Menurut W Edward Deming, Mutu ialah kesesuaian dengan
kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang
menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan
konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen
merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik
berupa barang maupun jasa.19 Deskripsi deming terhadap arti mutu itu sendiri
sama dengan arti mutu dalam bidang pendidikan dimana sekolah merupakan
perusahaan sedangkan output/barang nya adalah siswa lulusan dan lingkungan
masyarakat merupakan konsumen itu sendiri
19 Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu, (
Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 78
Perusahaan
(Sekolah)
Output barang/jasa
(Siswa lulusan)
Konsumen
(siswa atau/masyarakat)
17
Sesuai gambaran disimpulkan sekolah dikatakan memiliki mutu yang baik apabila
sekolah tersebut memiliki proses pendidikan dan pembelajaran yang baik
sehingga menghasilkan lulusan terbaik yang mampu menimbulkan kepuasan bagi
lingkup masyarakat.
Implementasi teori dari W.Edward Deming ini memang tidak semati mata
harus menggunakan nama TQM. Beberapa organisasi memasukkan filsofi TQM
dengan menggunakan nama mereka pilih. Ada yang member nama Total Quality
Control, Total Quality Service, Quality First dan lain sebagainya. Namun pada
intinya semua nama tersebut merujuk pada sebuah metode perbaikan mutu terus
menerus.Salah satu tokoh yang tidak bias kita anggap sepele dalam merumuskan
tentang mutu adalah Philip Crosby, menurutnya terlalu banyak pemborosan dalam
system saat mengupayakan peningkatan mutu. Kesalahan, kegagalan dan
pemborosan serta penundaan waktu adalah perilaku yang tidak bermutu.Maka
diperluakan sebuah system untuk menaggulanginya dengan semboyan Zero
Defect (Tanpa cacat). Gagasan bahwa peningkatan mutu semacam ini menarik
untuk dapat di implementasikan di dunia pendidikan. Selanjutnya Crosby
menyampaikan bahwa mutu itu adalah gratis ( quality is free) artinya jika
perbaikan mutu dilakukan secara terus menerus mulai dari awal hingga akhir
maka akan mengurangi kemungkinan kegagalan dan biaya yang ada padanya
merupakan biaya yang inheren sistemik yang melekat pada proses yang dilakukan.
Tidak perlu biaya lagi untuk mendapatkan mutu.20
Genderang Zero Deffect menarik untuk di implementasikan dalam
pendidikan dalam metode ini mampu memberikan jaminan kepada pelajar untuk
dapat memperoleh kesuksesan dan mengembangkan potensi mereka secara
optimal. Hal ini bias dilakukan sejak awal sejak mereka mulai mendaftarkan didri
di sekolah, dalam proses pendidikan hingga dia menyelesaikan masa studinya.
Siswa mendapatkan pelayanan bermutu dari sekolah sesuai dengan apa yang
seharusnya dia dapatkan sebagai customer.
20 Mohammad Iqbal Fardean, Implementasi teori Deming dalam dunia pendidikan, artikel
kompasiana, 24 Juni 2015
18
Paradigmanya berubah dari Institusional Oriented menjadi customer
iriented. Artinya paradigm lama bahwa mutu itu merupakan ssuatu layanan yang
memuaskan dalam versi sekolah tetapi berubah menjadi memuaskan dalam versi
customer. Seperti contoh dengan guru menghukum murid dengan kekerasan,
mungkin hal itu akan memberi kepuasan pada guru tersebut namun tidak pada
murid sebagai customer. Dengan model pendekatan customer driven semacam ini
sekolah dengan sendirinya akan menahan diri dari perbuatan perbuatan yang tidak
bermutu yang dapat menghacurkan kepercayaan pelanggan kepada sekolah
Dengan model perbaikan mutu yang terus menurus mulai dari awal hingga
akhir disatu sisi akan menguntungkan sekolah untuk meningkatkan Competitive
Adventage. Artinya ketika sekolah dapat memuaskan pelanggan maka dengan
sendirinya pelanggan berada dalam kendali kita. Kualitas atau mutu yang baik
akan memungkinkan kita dapat menjual produk jasa dengan harga lebih tinggi
tanpa kita harus kawatir pelanggan beralih kepada competitor.
B. Pendekatan Manajemen Mutu Pendidikan
Menurut W Edward Deming masalah mutu terletak pada masalah
manajemen dalam hal ini mutu dihadapkan pada lembaga pendidikan harus
mengukur dari hal-hal yang berkaitan dengan manajemen. Ada 14 poin W Edward
Deming tentang manajemen mutu dan seruan terhadap manajemen untuk merubah
pendekatannya, yaitu21:
1. Ciptakan tujuan yang mantap demi perbaikan produk dan jasa.
Sekolah harus membimbing siswa agar mereka mempunyai tujuan yang
jelas kedepannya, bukan hanya menjadikan siswa menjadi lulusan tepintar
saja tapi juga menjadi siswa yang berguna dan memiliki tujuan di lingkup
masyarakat
2. Adopsi falsafah baru.
Sekolah megadopsi sistem sistem pembelajaran yang baru untuk diberikan
kepada siswa karena siswa berhak mendapatkan pembelajaran yang
21 Usman, Husaini, Manajemen: Teori, Praktek & Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2011 hlm. 503
19
terbaik, sekolah juga harus mampu menerima timbal balik dari siswa
jangan hanya berfikir sekolah yang hanya punya wewenang
3. Hindari ketergantungan inspeksi massa untuk mencapai mutu.
Adanya evaluasi yang dilakukan sekolah secara terus menerus, sekolah
bukan hanya melaksanakan evaluasi diakhir disaat setelah dilakukannya
ujian akhir namun juga evaluasi saat proses pembelajaran masih
berlangsung. Sejalan dengan masalah evaluasi, masalah rekrutmen dalam
menentukan pimpinan kependidikan, beberapa prosedur “Fit and proper
test” bisa dilakukan dalam pengambilan keputusan22:
a. Melakukan “hearing” didepan tim, dengan menyampaikan
program, visi dan misi apabila terpilih menjadi pimpinan nantinya.
b. Menjawab pertanyaan lisan dan tertulis yang telah didesain
sedemikian rupa. Adapun pertanyaan yang diajukan dapat
menyangkut integritas, moralitas, profesionalisme, intelektualitas,
keahlian.
c. Keharusan mengumumkan harta kekayaan dari para calon Kepala
Sekolah sebelum yang bersangkutan menduduki jabatan yang
dipercayakan kepadanya. Kebohongan atas kekayaan ini dapat
mengakibatkan pemecatan (impeachmant).
d. Harus memahami sistem manajemen yang efektif dan efisien
terhadap lembaga yang akan dipimpinnya. Termasuk dalam
rekruitment karyawan, kesejahteraan, peningkatan kualitas hasil
dan kinerja.
e. Mengemukakan masalah pribadi, seperti apakah calon itu pernah
bercerai. Masalah anak bagaimana. Mengapa sampai terjadi
perceraian. Kemudian menyangkut masalah kebebasan dari
tekanan, intimidasi, teror atau ancaman.
f. Tim seleksi melakukan investigasi dan melacak semua kebenaran
informasi yang disampaikan lisan maupun tertulis. Apabila calon-
22 Therea Kristiyanti, Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming, Jurnal
Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV /Juli 2005
20
calon tersebut tidak dapat memberikan jawaban secara
memuaskan, atau setelah melakukan investigasi ternyata terdapat
kebohongan-kebohongan, tentu saja yang bersangkutan tidak dapat
terpilih sebagai pimpinan.
4. Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga.
Masih banyak sekolah di Indonesia terutama di lokasi daerah yang kecil
yang menerima siswa sebanyak banyaknya. Mungkin karena faktor
kurangnya sekolah yang tersedia maka orang tua tidak punya pilihan selain
memilih sekolah tersebut. Akan tetapi masih ada faktor lain juga seperti
pemikiran jika menerima siswa banyak mungkin sekolah akan lebih
menghemat biaya dan biaya yang masuk juga mungkin berguna untuk
pengembangan sekolah, namun sekolah juga harus berfikir dengan
penambahannya siswa maka makin besar pula perbandingan guru dan
murid dan memungkinkan kedepannya akan mempengaruhi proses belajar
mengajar dan tentunya mempengaruhi mutu pendidikan sekolah tersebut.
5. Tingkatkan dengan secara konstan sistem produksi dan jasa untuk
meningkatkan mutu dan produktivitas.
Sitem produksi dalam sekolah merupakan sistem pembelajaran sedangkan
jasa adalah gurunya, untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar
dan membentuk siswa menjadi siswa unggul maka perlu pembenahan dan
pemikiran stratejik dari sekolah maupun guru agar terjadi proses belajar
mengajar yang baik.
6. Lembagakan pelatihan kerja.
Di jaman modern ini banyak hampir semua siswa sudah sangat ahli dengan
teknologi dan sebaliknya tidak sedikit guru yang kurang memahami
teknologi, maka dari itu Pelatihan tenaga kerja perlu dilakukan agar semua
staff sekolah memiliki skill dan pemahaman yang sama agar proses
kegiatan belajar mengajar nyaman dilakukan.
7. Lembagakan kepemimpinan.
21
Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut Leadership, dalam
terminology yang dikemukakan oleh Marifield dan Hamzah.
Kepemimpinan adalah menyangkut dalam menstimulasi, memobilisasi,
mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang
yang terlibat dalam usaha bersama satu orang atau kelompok dengan
maksud mencapai suatu tujuan yang dinginkan bersama.23 Sedangkan
pemimpin adalah seseorang atau sekelompok orang seperti kepala,
komandan, ketua dan sebagainya.
Dari skema diatas dijelaskan kepala sekolah sebagai pemimpin yang
megarahkan, mengkoordinasi dan memobilisasi pengikutnya yang
merupakan seluruh staff sekolah mempengaruhi proses belajar mengajar
yang juga nantinya akan mempengaruhi mutu pendidikan yaitu output
berupa lulusan yang unggul dan diterima di masyarakat. Maka dari itu
kepemimpinan diperlukan suatu kelompok atau organisasi untuk dapat
mencapai tujuan bersama seperti rumusan kepemimpinan sebagai berikut
Keterangan :L= Leadership (kepemimpinan) f = Function (fungsi)
l=Leaders (pemimpin)
f= Follower (pengikut/yang dipimpin)
s = Situation (situasi)
23 Hamzah Zakub, Menuju Keberhasilan, Manajemen dan Kepemimpinan, Bandung, CV
Diponegoro, h.125
Kepala
sekolah
Seluruh staff
sekolah
Proses belajar
mengajar
Lulusan
yang
unggul
L = F (l, f, s)
22
Secara umum, pada dasarnya terdapat delapan kunci tugas pimpinan untuk
melaksanakan komitmen perbaikan kualitas terus menerus, yaitu24:
a. Menetapkan suatu dewan kualitas
b. Menetapkan kebijaksanaan kualitas
c. Menetapkan dan menyebarluaskan sasaran kualitas
d. Memberikan dan menyiapkan sumber-sumber daya
e. Memberikan dan menyiapkan pendidikan dan pelatihan yang
berorientasi pada pemecahan masalah kualitas
f. Menetapkan tim perbaikan kualitas yang bertanggungjawab pada
manajemen puncak untuk menyelesaikan masalah-masalah kualitas
kronis
g. Merangsang perbaikan kualitas terus menerus
h. Memberikan pengakuan dan penghargaan atas prestasi dalam
perbaikan kualitas terus-menerus
Sementara itu, bagi kalangan follower/pengikut/bawahan seperti guru,
karyawan dan lain-lain, perlu memperhatikan ketentuan berikut25:
1) Mendukung program-program pimpinan yang baik dan benar
2) Memiliki kebutuhan berprestasi
3) Klarifikasi kemampuan, wewenang dan peran
4) Memiliki organisasi kerja
5) Kemampuan bekerja sama
6) Kecukupan sumber daya (kuantitas).
7) Memiliki koordinasi eksternal. Ditambahkan bahwa, untuk
melaksanakan tugas dan fungsi kepemimpinan, maka kepala
sekolah perlu memperhatikan dan mengontrol Variabel situasi,
yaitu seperangkat keadaan atau kondisi yang harus dikelola dan
diciptakan secara kondusif. Situasi ini antara lain:
a) kekuatan posisi
24 Vincent Gaspersz, Manajemen Kualitas, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1997, hlm.
203-204 25 Therea Kristiyanti, Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming, Jurnal
Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV /Juli 2005
23
b) keadaan bawahan
c) tugas dan kemampuan menggunakan teknologi
d) struktur organisasi
e) keadaan lingkungan lembaga (fisik dan non-fisik)
f) ketergantungan eksternal
g) kekuatan sosial politik
h) rasa aman dan demokratis
i) Keseluruhan proses interaksi kepemimpinan antara
pemimpin, yang dipimpin dan situasi, ditujukan untuk
mencapai variabel hasil akhir yaitu Kepuasan pelanggan,
Loyalitas pelanggan, Profitabilitas. dan kepuasan seluruh
personil lembaga dan stakeholders.
8. Hilangkan rasa takut agar setiap orang dapat bekerja secara efektif.
Dalam proses peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukannya timbal
balik antara seluruh masyarakat sekolah satu dengan yang lain, murid
bertanya kepada guru, guru dan staf sekolah melapor masalah serta
menyatakan pendapat kepada pimpinan, jika hal hal tersebut dilakukan
tanpa adanya rasa takut maka akan menghasilkan kinerja yang maksimal
9. Uraikan kendala-kendala antar departemen.
Sama halnya jika departemen penjualan dalam perusahaan mengalami
kendala maka terhambatnya proses peningkatan kualitas produk, sama
seperti sekolah jika dalam departemen kesiswaan atu departemen
kurikulum mengalami kendala maka proses peningkatan mutu
pendidikan akan terhambat, karena untuk meningkatakan kualitas
diperlukannya kerja sama setiap anggota staff dari berbagai macam
departemen
10. Hapuskan slogan, desakan dan target serta tingkatkan produktifitas tanpa
menambah beban kerja.
Dalam sekolah jika mengoarngoarkan slogan sekolah bersih tanpa
sampah namun tidak ada penanggulangannya atau minim tindakan
tanggung jawab atas slogan tersebut maka slogan slogan hanyalah hal
24
tidak penting dan tidak mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan.
Sama halnya desakan dan target, jika sekolah ingin menerapkan standar
internasional namun kurangnya skill dan pengetahuan staff sekolah maka
desakan dan target tersebut hanyalah menghambat peningkatan mutu
pendidikan
11. Hapuskan standar kerja yang mengunakan quota numerik.
Mutu tidak dapat diukur dengan hanya mengkonsentrasikan pada hasil
proses.26 Seperti telah dijelaskan sebelumnya, jika sekolah melakukan
pekerjaan yang hanya mengejar nilai kuantitatif sering menyebabkan
terjadinya pengurangan mutu pendidikan itu sendiri.
12. Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas
keahliannya.
Kebanggaan diri atas hasil kerja yang dicapai perlu dimiliki oleh guru
dan siswa. Adanya kebanggaan dalam diri membuat guru dan siswa
bertanggungjawab atas tugas dan kewajiban yang disandangnya sehingga
mereka dapat menjaga mutu. Namun Deming juga bersikeras menentang
sitem penilaian yang berujung pada kompetisi, jika guru atau siswa hanya
berfikir untuk mendapatkan penilaian yang baik maka akan terjadi
kompetisi dan hanya berakhir dengn merusak kerjasama tim dalam
meningkatkan mutu.
13. Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat
dan peningkatan kualitas kerja.
Perlunya sekolah membuat program pendidikan yang menarik yang
mampu meningkatkan minat dan semangat staff sekolah, karena dengan
adanya staff sekolah yang bersemangat dan berpendidikan baik yang
akan meningkatkan mutu pendidikan
14. Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan
transformasi.
26 Edward Sallis, Total Quality Management in Education, (Yogyakarta ; IRCiSoD,
2012), Cet.16, h.102
25
Transformasi merupakan tugas penting dalam sebuah manajemen dan
juga tugas bagi setiap orang dalam sebuah manjemen untuk mencapai
kultur mutu yang lebih baik.
C. Penghambat peningkatan mutu
Selain mengemukakan 14 poin yang perlu diperhatikan dalam manajemen
mutu, Deming juga mendeskripsikan 7 penyakit mematikan yang akan menjadi
kendala dalam manejemen mutu. Dalam Arco (1995) dari tujuh penyakit yang
akan mejadikan kendala bagi manejemen mutu dua diantaranya yaitu poin (6)
biaya medis yang terlalu berlebihan, dan (7) penggunaan pengacara yang
berlebihan tidak relevan dalam bidang pendidikan. Maka dari itu Menurut
Deming, terdapat lima penyakit yang signifikan dalam konteks pendidikanyang
dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel penyakit manjemen mutu Deming dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
No. penyakit manajemen mutu penerapannya dalam bidang pendidikan
1 Kurang konstannya tujuan. Penyakit ini yang menyebabkan sekolah
Tidak mau mengadopsi mutu sebagai
tujuan manajemen sekolah itu sendiri
dikarenakan tujuan sekolah yang masih
berubah ubah
2. Pola pikir jangka pendek. Poin ini berkaitan dengan poin pertama
yaitu jika sekolah hanya mempunyai
pola fikir jangka pendek maka sekolah
tersebut akan tidak akan bisa mengikuti
perkembangan dan perubahan
pendidikan di Indonesia yang sering
terjadi setiap tahunnya. Karena dengan
menghadapi hal tersebut strategi logis
jangka panjang.
26
3. Evaluasi prestasi individu telah dijelaskan pada 14 poin Deming
sebelumnya dan pertentangan antara
pemikiran Deming dengan penilaian
yang menurutnya evaluasi memang
penting dilakukan untuk memperbaiki
kinerja namun hasil akhir bukanlah
sesuatu yang dapat diukur dengan nilai.
Apabila sekolah melakuksn evaluasi
prestasi individu ditakutkan akan adnya
kompetisi antar staf sekolah satu dengan
yang lain, maupun siswa yang satu
dengan yang lain yang akhirnya
menyebabkan tidak adanya kerjasama
tim dalam meningkatkan mutu sekolah
melainkan hanya adanya perbaikan
individual masing masing.
4. Rotasi kerja yang tinggi. Sekolah seringkali melakukan
pergantian, pemindahan guru dan staff,
dan tingginya tingkat rotasi kerja akan
sulit sekolah mempertahankan
konsistensi tujuan jangka panjang.
5. Manajemen yang menggunakan Deming menyatakan bahwa dalam
angka yang tampak kesuksesan organisasi diukur dari tingkat
kepuasan pelanggan bukan diukur
melalui indikator prestasi. Sekolah
sekolah yang hanya berorientasi pada
hasil ujian saja merupakan sekolah yang
akan mengalami penurunan tingkt mutu.
27
D. Penyebab kegagalan mutu
Menurut Deming dalam Sallis (2012:103). Para manajer harus memahami
sebab sebab terjadinya kegagalan mutu karena setiap menyelesaikan masalah
perlu pemahaman terhadap penyeba penybabnya. Dan analisa terhadap kegagalan
mutu merupakan salah satu hasil terpenting dalam konsep teori Deming.
Menurutnya sebab sebab kegagalan mutu dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Bentuk umum, bentuk kegagalan ini berasal dari ruanng lingkup
internal itu sendiri, dan masalah ini hanya bisa ditangani oleh system
beserta prosedur instansi itu sendiri.
b) Bentuk khusus, bentuk ini adalah sebab sebab lain yang berasal dari
manapun selain dari sistem internal, meskipun penyebabnya bersifat
eksternal namun variable variabel permasalahan ini nantinya akan
mempengarushi sistem internal.
E. Sebab sebab umum kegagalan mutu dalam pendidikan
Telah disebutkan sebelumnya bahwa sebab sebab umum kegagalan mutu
berasal dari sistem internal dari sebuah perusahaan, lalu apa saja penyebab
kegagalan mutu dalam pendidikan? Kegagalan atau rendahnya mutu pendikan
berasal dari sistem kurikulum yang lemah sehingga membuat proses belajar
mengajar menjadi buruk, bangunan dan atribut sekolah yang kurang layak pakai,
lingkungan serta jadwal kerja yang buruk, kurangnya sumberdaya dll yang
mencakup sistem manajemen, kebijakan, maupun sumber daya merupakan
karakteristik sebab umum kegagalan mutu dalam pendidikan.
Lalu bagaimana penyelesiannya?. Jika siswa SMP mengeluh tidak
nyamannya ruang kelas serta tidak layak pakai papan tulis sehingga
mempengaruhi proses belajar mereka, guru maupun staff sekolah tidak bisa
menyelesaikan masalah tersebut sendiri karena permasalhan tersebut berasal dari
internal manajemen dan yang punya wewenang menyelesaikan masalah tersebut
juga manajemen itu sendiri.
F. Sebab sebab khusus kegagalan mutu dalam pendidikan
28
Sebab sebab khusus kegagalan sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan
yang tidak diikuti atau tidak ditaati (Sallis 2012:103). Meskipun kegagalan
tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau kesalah-
pahaman. Dalam sekolah biasanya sebab sebab ini terjadi saat guru ataau staff
belum mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni. Atau
kurangnya motivasi guru dan staff dalam melakukan pekerjaannya sehingga
mempengaruhi proses belajar mengajar dan nantinya menjadi penyebab menurun
hingga kegagalannya mutu.
Meskipun permasalahan tersebut bukan termasuk permasalahan internal
dan dapat ditangani dan diselesaikan oleh staf itu sendiri, namun akan lebih baik
manajemen yang turun tangan untuk membatasi adanya kegagalan yang lebih
parah seperti deskripsi Deming yaitu masalah eksternal nantinya akan menjadi
variabel kecil masalah internal dan mempengaruhi sistem manajemen lebih jauh
jika pihak manajemen tidak segera menyelesaikannya.
Seperti contoh permasalaahn guru atau staff sekolah yang kurang skill atau
motivasi. Masalah tidak akan selesai jika pihak manjeman sekolah hanya menegur
mereka untuk bekerja lebih baik. Namun sebaliknya manajemen turun tangan
menyelesaikan permasalahan misalnya dengan cara membuat konseling terhadap
guru dan staff yang kurang motivasi, atau membuat pelatihan atau seminar untuk
para guru dan staff dengan guna meningkatkan skill dan pengetahuan mereka, dan
apabila penanggulangan tersebut sudah dilakukan maka kedepannya manajemen
sumberdaya memilih tenaga kerja dengan menekankan kriteria pengetahuan dan
keterampilan yang baik, maka dengan cara itu barulah masalah eksternal
kegagalan mutu terselesaikan.
28
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
a. Kualitas pendidkan sangat diperlukan untuk menciptakan sumber daya
manusia yang unggul dan mampu bersaing di ketatnya era globalisasi
ini. Seiring dengan tekanan tersebut, lembaga pendidikan mulai
memperbaiki diri dengan mengadopsi sistem manajemen mutu yang
digunakan oleh persusahaan dengan pemikiran bahwa perusahaan dan
lembaga pendidikan mempunyai input dan output yang sama hanya saja
berbeda bentuknya.
b. Meskipun banyak ahli seperti Deming yang menjabarkan Mutu ialah
kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang
bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil
produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga
menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas,
maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik
berupa barang maupun jasa.27 Crosby Mutu adalah conformance to
requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan.
Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar atau
kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu tersebut meliputi
bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.28 Juran, Menurut Jhosep
Juran, Mutu adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use)
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan
pengguna produk tersebut didasarkan atas lima ciri utama yaitu (1)
teknologi; yaitu kekuatan; (2) psikologis, yaitu rasa atau status; (3)
waktu, yaitu kehandalan; (4) kontraktual, yaitu ada jaminan; (5) etika,
27 Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu,
(Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 78 28 Hadis, Abdul dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Penerbit
AlfaBeta, 2010), hlm. 2
29
yaitu sopan santun.29. meskipun terdapat berbagai definisi tentang
mutu, kesimpulannya mutu merupakan ukuran kepuasan pelanggan
terhadap sutu produk atau jasa.
c. Perspektif mutu Deming menjunjung tinggi kepuasan pelanggan dan
pengaplikasiannya pada sekolah Deming juga membuat 14 poin yang
diguanakn sebaiagi acuan dalam peningkatan mutu pendidikan yaitu (a)
Ciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa dengan tujuan agar
bisa kompetitif dan tetap berjalan serta menyediakan lowongan
pekerjaan, (b) Adopsi falsafah baru, (c) Hindari ketergantungan
inspeksi massa untuk mencapai mutu, (d) Akhiri praktek menghargai
bisnis dengan harga, (e) Tingkatkan dengan secara konstan sistem
produksi dan jasa untuk meningkatkan mutu dan produktivitas, (f)
Lembagakan pelatihan kerja, (g) Lembagakan kepemimpinan, (h)
Hilangkan rasa takut agar setiap orang dapat bekerja secara efektif, (i)
Uraikan kendala-kendala antar departemen, (j) Hapuskan slogan,
desakan dan target serta tingkatkan produktifitas tanpa menambah
beban kerja, (k) Hapuskan standar kerja yang menggunakan quota
numerik, (l) Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan
karyawan atas keahliannya, (m) Lembagakan aneka program
pendidikan yang meningkatkan semangat dan peningkatan kwalitas
kerja, (n) Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat
melakukan transformasi.30
d. Selain membuat 14 poin acuan peningkatan mutu pendidikan, Deming
juga menjelaskan 5 hal yang akan menghambat peningkatan mutu
pendidkan yaitu (a) Kurang konstannya tujuan. (b) Pola pikir jangka
pendek. (c) Evaluasi prestasi individu. (d) Rotasi kerja yang tinggi. (d)
Manajemen yang menggunakan angka yang tampak. Dan jika 5 poin
29 Prawirosentono, Suyadi, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadutotal Quality
Management Abad 21 Study Kasus dan Analisis, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hlm, 5 30 Edwards, Deming W, Out Of The Crisis, (Cambridge University Press, 1986), hlm. 158
30
tersebut diperhatikan maka akan mempengaruhi peningkatan mutu
pendidikan
e. Teori deming terakhir yaitu penyebab kegagalan mutu. (a) sebab
Umum terdiri dari desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak
memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan prosedur
yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumber daya yang
kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai. (b) sebab
Khusus yaitu kurangnya pengetahuan dan keterampilan anggota,
kurangnya motivasi, kegagalan komunikasi, atau masalah yang
berkaitan dengan perlengkapan-perlengkapan.
f. Dari semua perspektif dan teori Deming dibantu dengan teori ahli mutu
yang lain sangat berguna penerapannya dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan. meskipun semua teori tersebut pada awalnya
hanyalah dibuat untuk manajemen perusahaan namun keputusan
lembaga pendidikan mengadopsi teori dan perspektif ini kedalam
lingkup pendidikan merupakan keputusan yang benar, melihat isi dari
perspektif tersebut berkaitan secara logis dengan sistem manajemen
pendidikan serta peningkatan mutunya.
g. Permasalahan pendidikan di Indonesia tidak hanya berpusat pada ilmu
keguruan saja, namun juga adanya kontribusi ilmu pendidikan lain
seperti salah satunya ilmu ekonomi yang berkaitan dengan ekonomi
pembangunan, akuntasi serta manjemen didalamnya.
h. Dengan perspektif Deming yang berupa “penyelidikan apa yang
diinginkan pelanggan”, dunia pendidikan pun mulai mengadopsi
falsafahnya beberapa dekade kebelakang. Dilihat saat zaman reformasi
peningkatan mutu pendidikan mulai terlihat jelas peningkatnya dilihat
dari masyarakat Indonesia mulai menjunjung tinggi demokrasi serta
menjunjung kemauan dan hak atas pribadi masing masing. Namun
karena kurangnya literatur yang cukup untuk menjelaskan falsafah
tersebut dan belum adanya kepastian proses penerapannya maka
pergerakan tersebut lambat laun menghilang dan peningkatan mutu
31
pendidikan di Indonesia bisa dibilang stagnan jika melihat jarak dan
perubahan pada zaman reformasi hingga saat ini
i. Penerapan konsep ini dalam mutu pendidikan tidaklah mudah karena
dalam perealisasinnya perlu komitmen dikarenakan terjadinya
perubahan kultur mutu yang bukan hanya dengan komitmen palsu,
namun merupakan perjalana, proses serta bagaimana cara berfikir di
lembaga pendidikan, dengan bertolak ukur pada tujuan untuk perbaikan
secara terus menerus di sekolah agar melaksanakan pelayanan terbaik
bagi pelanggan.
j. Standarisasi dari berbagai perlakuan bermutu sangat dibutuhkan untuk
proses evaluasi kerja sama tim agar dapat di jalankan oleh semua stake
holder yang ada di sekolah
32
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Sandy Setiawan (200); “Manajemen Perguruan Tinggi Di Tengah
Perekonomian Pasar dan Pendidikan Yang Demokratis “, “INDONews
(s)”[email protected]. 24 Maret 2006
Arcaro J. (1995). Quality in Educatio, An Implementation Handbook. Florida: St.
Lucie Press
Asy’ari, Hasyim, Zahruddin, Syipa Fauziah, Implementasi Prinsip-Prinsip Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Ekonomika Depok Jawa Barat,
Manageria: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 2,
November 2017/1439
Asy’ari. Hasyim. (2020). Evaluasi Program Pelatihan Guru di Pusdiklat Tenaga
Teknis Pendidikan dan Keagamaan Kementrian Agama Republik
Indonesia TADBIR : Jurnal Studi Manajemen Pendidikan. Vol. 4. No. 1,
Mei 2020
Basri. Muhammad. (2011). Budaya Mutu Dalam Pelayanan Pendidikan. Vol. I,
No. 2, Oktober 2011
Deming W. Edwards. (1986). Out Of The Crisis, Cambridge University Press
Fadhi. Muhammad. (2017). Peningkatan Mutu Pendidikan. TADBIR : Jurnal
Studi Manajemen Pendidikan vol. 1, no 02,
Gaspersz, Vincent. (1997) Manajemen kualitas: penerapan konsep-konsep
kualitas dalam manajemen bisnis total. Jakarta : PT. Gramedia.
Hadari Nawawi & Mimi Martini, 1994, “Penelitian Terapan”, Yogyakarta:
Gajahmada University
Hadis. Abdul dan Nurhayati. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung:
Penerbit AlfaBeta
Hasbullah. Manajemen Strategi Mutu Terpadu Dalam Pendidikan
Hayati, Rina. Penelitian Kepustakaan (Libarary Research), Macam, dan Cara
Menulisnya. https://penelitianilmiah.com/penelitian-kepustakaan/ 25 juli
2020
33
Husaini. Usman. (2011). Manajemen: Teori, Praktek & Riset Pendidikan, Jakarta:
Bumi Aksara.
Juran, J.M., Ed. (1988). Quality Control Handbook. Fourth Edition. New York :
McGraw-Hill.
K.B Leifler. (1972). Ambiguous Change In Product Quality. American economic
review.
Kristiyanti. Therea. (2005) Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming,
Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV /Juli 2005
Mardalis. (1993). Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Rineka Cipta: Jakarta, Cet. Ke 2,
2000) Hlm. 35.
Mulyadi. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya
Mutu. Malang : UIN Maliki Press.
Prawirosentono. Suyadi. (2004). Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu
Terpadutotal Quality Management Abad 21 Study Kasus dan Analisis.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Purnama. Nursya'bani. (2006) Manajemen Kualitas Perspektif global.Yogyakarta
: EKONISIA Tjiptono
Rahman. Marita Lailia. (2020). Model Pemgembangan Mutu Pendidikan Dalam
Perspektif Philip. B. Crosby. el Bidayah: Journal of Islamic Elementary
Education Volume 2, Number 1, March 2020
Respati. Harianto. (2010). Total Quality Management Dan Daya Saing
Perusahaan Sebagai Antesensenden Kepuasan Pelanggan Menghadapi
Perdagangan Bebas CAFTA. Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV
/Juli 2005
Sallis, Edward, (2008). Total Quality Management in Education. Jogjakarta:
IRCiSoI, Cet-7,
Sower. E. Victor. (2010).Essentials of Quality with Cases and Experiential
Exercises. John Wiley & Sons
Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat. (Raja Grafindo Persada: Jakarta.
1996)hlm. 59.
34
Sutrisno Hadi, Metodologi Reasearch: Untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis
dan Desertasi. (Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta, Jilid I, Cet XI, 1981) Hlm. 42.
Sugiono. (2008). Metodo Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta,
Tim buku pintar. (2011). Undang Undang Dasar dan Perubahannya, Yogyakarta
; Buku Pintar,
Zahroh, Aminatul. (2016). TOTAL QUALITY MANAGEMENT : Teori dan Praktik
Manejemen untuk Mendongkrak Mutu Pendidikan. Yogyakarta ; Ar-Ruzz
Media
Zakub. Hamzah. Menuju Keberhasilan, Manajemen dan Kepemimpinan.
Bandung: CV Diponegoro