Upload
ngokiet
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA
MELALUI PENERAPAN METODE INQUIRY PADA SISWA
KELAS V SD NEGERI MENGANTI 01 CILACAP
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
ADDY HIKMAHWAN
K7108066
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA
MELALUI PENERAPAN METODE INQUIRY PADA SISWA
KELAS V SD NEGERI MENGANTI 01 CILACAP
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
ADDY HIKMAHWAN
K7108066
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Addy Hikmahwan
NIM : K7108066
Jurusan/ Program Studi : Ilmu Pendidikan/ Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul PENINGKATAN PEMAHAMAN
KONSEP PESAWAT SEDERANA MELALUI PENERAPAN METODE
INQUIRY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MENGANTI 01 CILACAP
TAHUN AJARAN 2011/2012 ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil plagiasi,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang Membuat Pernyataan
Addy Hikmahwan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Melalui Penerapan Metode
Inquiry Pada Siswa Kelas V SD Negeri Menganti 01 Cilacap Tahun Ajaran
2011/2012
Disusun oleh:
Nama : Addy Hikmahwan
NIM : K7108066
Telah disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Hari :
Tanggal :
Oleh:
Pembimbing I
Drs. Sukarno M. Pd.
NIP 19570203 198303 1 001
Pembimbing II
Drs. H. Sadiman, M. Pd.
NIP 19540808 198103 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Selasa
Tanggal : 31 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M. Pd.
Sekretaris : Drs. Chumdari, M. Pd.
Anggota I : Drs. Sukarno, M. Pd.
Anggota II : Drs. Sadiman, M. Pd.
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M. Si
NIP 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Addy Hikmahwan. K7108066. PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP
PESAWAT SEDERHANA MELALUI PENERAPAN METODE INQUIRY
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MENGANTI 01 CILACAP TAHUN
AJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Juli 2012.
Tujuan Penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan pemahaman konsep
pesawat sederhana melalui penerapan metode inquiry, dan mendiskripsikan
penerapan metode inquiry dalam meningkatkan pemahaman konsep pesawat
sederhana pada siswa kelas V SD Negeri Menganti 01 Cilacap Tahun Ajaran
2011/2012.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas V SD Negeri Menganti 01 yang berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 17
siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Teknik analisis data yang digunakan
adalah model analisis interaktif yang terdiri dari tiga tahapan yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara, observasi, dan tes. Uji validitas
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dan
triangulasi metode.
Hasil penelitian ini menunjukkan, pada kondisi awal nilai pemahaman
konsep pesawat sederhana siswa dengan rata-rata kelas 61,3, siklus I meningkat
74,8, dan pada siklus II meningkat menjadi 84,1. Tingkat ketuntasan belajar siswa
pada kondisi awal sebanyak 13 siswa atau 40%, siklus I yaitu 75%, dan pada
siklus II sebanyak 29 siswa atau 90%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yang pertama, bahwa ada
peningkatan pemahaman konsep pesawat sederhana melalui penerapan metode
Inquiry. Kedua, penerapan metode inquiry harus disesuaikan dengan langkah-
langkah metode inquiry serta siswa dan lingkungan belajar. Dengan demikian,
melalui penerapan Metode Inquiry dapat digunakan untuk meningkatkan
pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri Menganti
01 Cilacap Tahun Ajaran 2011/ 2012.
Kata Kunci: Pemahaman konsep pesawat sederhana dan metode inquiry.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Addy Hikmahwan K7108066. IMPROVING FOR UNDERSTANDING
CONCEPT OF SIMPLE MACHINES WITH INQUIRY METHOD FOR
FIFTH GRADE STUDENT IN PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL OF
MENGANTI 01 CILACAP PERIODE 2011/ 2012. Skripsi, Surakarta, Teacher
Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. July 2012.
This research is aimed for improvement understanding simple machines
concept with inquiry method and describe implementation of inquiry method
with simple machines concept for fifth grade student in public elementary school
of Menganti 01 Cilacap periode 2011/ 2012.
The type of classroom action research that has been done in two cyclus.
Each cyclus contain of four step there is planning, implementation, observation
and reflection. The subject of this research is fifth grade student elementary
school of Menganti 01 amount of 32 students thats content of 17 gentlement and
15 ladies. The data analyze technic that used is interactive analyze model that
contain of three step there are reduce data, serve data and resumed the conclution
(verification). The data cumulating technic is documentation, interview,
observation and test. Validation experiment that used for this research is source
triangulation and method triangulation.
The result describe that, In the first condition, value of understanding
simple machines concept student average 61,3, on cyclus I increase become 74,8
and cyclus II increase become 84,1. Grade fluenty study student in the first
condition among 13 student or 40 %, cyclus I among 24 student or 75 % and
cyclus II among 29 student or 90 %.
According the result of this research may conclude first that there is
improvement of understanding simple machines concept with implementation of
inquiry method. Second, implementation inquiry method must be include with
the way inquiry method and student, the other one is environment of study. So,
inquiry method can used to improving for understanding simple machines concept
for fifth grade student in public elementary school of Menganti 01 Cilacap period
2011/ 2012.
Key Word : Understanding simple machines concept and inquiry method
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Ilmu adalah lebih utama daripada harta. Ilmu menjagamu, sedangkan kau harus
menjaga hartamu. Harta akan berkurang bila kau nafkahkan, sedangkan ilmu
akan bertambah subur bila kau nafkahkan”
(Ali bin Abi Tholib)
“Gunakan otakmu untuk berpikir, bukan sebagai gudang fakta”
(Albert Einstein)
“Orang yang pesimis melihat kesukaran dibalik kesempatan, sedangkan orang
yang optimis melihat kesempatan disetiap kesukaran”
(Sir Wiston Churchill)
“If there is a will there is a way”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah karya ini sudah selesai saya susun. Terima kasih kepada Allah
SWT yang telah memberi banyak kenikmatan dan menjadi sumber inspirasi.
Karya ini ku persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku (Bapak Mufachir dan Alm. Ibu Mujaemah) tersayang
yang selalu memberi dukungan, semangat, bantuan, serta doa
yang tiada henti demi lancarnya tugas skripsi ini.
Kakak dan keluarga besar tersayang yang selalu
memberi semangat dan doa.
Yang terkasih, yang selalu memberikan semangat dan doa.
Teman-temanku yang selalu menemani
dan memberikan semangat.
Semua teman-teman mahasiswa S1 PGSD kelas A
angkatan 2008 yang selalu membantu dan
memberikan semangat kepada peneliti.
Keluarga Besar Kampus PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta,
almamaterku tercinta tempat kutimba ilmu untuk menjadi
pengabdi bangsa Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Peningkatan Pemahaman Konsep
Pesawat Sederhana Melalui Penerapan Metode Inquiry Pada Siswa Kelas V
SD Negeri Menganti 01 Cilacap Tahun Ajaran 2011/2012.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah bayak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dalam
kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Sukarno, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penulisan skripsi ini.
5. Drs. Sadiman, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Achmad Suhirin, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Menganti 01
Cilacap yang telah mengijinkan mengadakan penelitian di SD tersebut.
7. Bapak Suparno, S.Pd, selaku Guru Kelas V SD Negeri Menganti 01 Cilacap
yang telah membantu pelaksanaan penelitian di kelas tersebut.
8. Bapak/Ibu Guru SD Negeri Menganti 01 Cilacap yang banyak memberikan
bantuan dan dorongan.
9. Ayah dan Alm Ibu tercinta yang selalu mendoakan dan memberi dukungan
baik secara moril maupun materiil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. Teman-temanku se-almamater yang telah memberikan semangat dan
kerjasamannya.
Penulis juga menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari harapan
dan kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan bagi
para pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Addy Hikmahwan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................ v
HALAMAN MOTTO ............................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .......................................................... 6
1. Tinjauan Pembelajaran IPA ................................... 6
2. Tinjauan Materi Pesawat Sederhana ....................... 11
3. Hakikat Metode Inquiry .......................................... 17
B. Penelitian Yang Relevan .............................................. 26
C. Kerangka Berpikir ....................................................... 26
D. Hipotesis Tindakan ........................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................... 29
B. Subjek dan Objek Penelitian ........................................ 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
C. Sumber Data ................................................................. 29
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 29
E. Validitas Data ............................................................... 31
F. Teknik Analisis Data ..................................................... 32
G. Indikator Kinerja ........................................................... 33
H. Prosedur Penelitian ....................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................. 38
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................... 38
2. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................... 39
B. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................... 66
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................... 70
B. Implikasi .......................................................................... 71
C. Saran ................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 74
LAMPIRAN ...........................................................................................
LAIN-LAIN ...........................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir ................................................ 28
Gambar 3.1 Bagan Teknik Analisis Data ........................................... 33
Gambar 3.2 Bagan Strategi Penelitian Tindakan Kelas ..................... 34
Gambar 4.1 Grafik Nilai Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana
Sebelum Tindakan .......................................................... 40
Gambar 4.2 Grafik Nilai Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana
Siklus I ............................................................................ 45
Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Sebelum Tindakan dan Siklus I .................... 46
Gambar 4.4 Grafik Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ........... 49
Gambar 4.5 Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ................ 50
Gambar 4.6 Grafik Nilai Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana
Siklus II ........................................................................... 55
Gambar 4.7 Grafik Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Siklus I dan Siklus II ..................................... 56
Gambar 4.8 Grafik Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II .......... 59
Gambar 4.9 Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II .............. 60
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II.... 62
Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Siklus I dengan Siklus II................................................. 64
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Hasil Kinerja Guru Siklus I
dengan Siklus II .............................................................. 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Sebelum Tindakan ........................................... 40
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Siklus I ............................................................. 45
Tabel 4.3 Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Sebelum Tindakan dan Siklus I ....................... 46
Tabel 4.4 Skor Aktivitas Siswa Pada Siklus I ................................... 49
Tabel 4.5 Skor Kinerja Guru Pada Siklus I ....................................... 50
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Siklus II .......................................................... 54
Tabel 4.7 Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Siklus I dan Siklus II ....................................... 56
Tabel 4.8 Skor Aktivitas Siswa Pada siklus II .................................. 59
Tabel 4.9 Skor Kinerja Guru Pada Siklus II ..................................... 60
Tabel 4.10 Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II ....... 62
Tabel 4.11 Perbandingan Skor Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II ......................................................... 64
Tabel 4.12 Perbandingan Skor Kinerja Guru Pada Pembelajaran
Siklus I dengan Siklus II ................................................... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum
Diterapkan Metode Inquiry ............................................ 76
Lampiran 2. Soal dan Kunci Jawaban Sebelum Tindakan.................. 77
Lampiran 3. Daftar Nilai Sebelum Tindakan ...................................... 79
Lampiran 4. Silabus Siklus I ............................................................... 80
Lampiran 5. Silabus Siklus II .............................................................. 82
Lampiran 6. RPP Siklus I .................................................................... 84
Lampiran 7. RPP Siklus II .................................................................. 105
Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Pertemuan Ke-I ............................................................... 124
Lampiran 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Pertemuan Ke-II ............................................................. 125
Lampiran 10. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Pertemuan Ke-1 .............................................................. 126
Lampiran 11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Pertemuan Ke-II ............................................................. 127
Lampiran 12. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I ....................... 129
Lampiran 13. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II ...................... 130
Lampiran 14. Daftar Nilai Siklus I........................................................ 134
Lampiran 15. Daftar Nilai Siklus II ...................................................... 135
Lampiran 16. Daftar Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II . 136
Lampiran 17. Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah
Diterapkan Metode Inquiry ............................................ 137
Lampiran 18. Dokumentasi Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran ............ 138
Lampiran 19. Tabel Rincian Kegiatan Penelitian ................................. 143
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi semua
aktivitas yang memberikan materi pelajaran kepada siswa agar siswa mempunyai
kecakapan dan kemampuan memadai yang dapat memberikan manfaat dalam
kehidupannya. Dalam proses belajar mengajar IPA selain melibatkan pendidik
dan siswa secara langsung, juga diperlukan pendukung yang lain yaitu: alat
pelajaran yang memadai, penggunaan metode pembelajaran yang tepat, serta
situasi dan kondisi lingkungan yang menunjang.
IPA merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya atau bisa
juga dikatakan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis tentang gejala alam. Gejala alam tersebut dapat dipisahkan menjadi
gejala alam fisik (fisika) dan gejala alam hayati (biologi). Peran IPA dalam
perkembangan teknologi sangat penting. Oleh karena itu bidang IPA perlu
dikuasai secara baik. Penguasaan konsep IPA mendukung perkembangan
teknologi, sebagai contoh pada tahun 70-an manusia berkomunikasi melalui radio,
telepon dan televisi, tetapi sekarang dengan adanya kemajuan teknologi, manusia
bisa memanfaatkan kecanggihan komputer dalam berkomunikasi dengan jasa
internet guna mempermudah kerja manusia.
Pendidikan IPA perlu dikembangkan, dalam hal ini mengingat IPA melatih
peserta didik untuk berfikir logis, rasional, kritis dan kreatif. Pendidikan pada
hakikatnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara sadar dan
disengaja, serta penuh tanggung jawab untuk meningkatkan kemampuannya.
Berdasarkan hakikat pendidikan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dalam
proses pembelajaran terdapat unsur-unsur yang saling mempengaruhi, khususnya
dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Pembelajaran juga pada hakekatnya merupakan proses sebab-akibat. Guru
sebagai pengajar merupakan penyebab utama terjadinya proses pembelajaran
siswa, meskipun tidak semua perbuatan belajar siswa merupakan akibat guru yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mengajar. Oleh sebab itu guru sebagai figur sentral harus mampu menerapkan
media pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong terjadinya perbuatan
belajar siswa yang aktif, produktif, dan efisien.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah
pelaksanaan program pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bemutu
sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran
di kelas. Oleh karena itu guru dituntut memiliki kemampuan mengelola proses
pembelajaran yang berkualitas. Jika guru tidak memiliki kemampuan mengelola
proses pembelajaran di kelas, maka akan berakibat rendahnya kualitas
pembelajaran dan akan mengurangi minat masyarakat untuk menyekolahkan
anak- anak mereka. Peneliti merefleksi dan mengidentifikasi masalah yang
muncul dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri
Menganti 01 Kabupaten Cilacap.
Hasil observasi awal mata pelajaran IPA, siswa kelas V SD Negeri
Menganti 01 bulan Januari 2012 didapatkan informasi bahwa masih banyak siswa
yang hasil belajarnya rendah. Pada Kompetensi Dasar Pesawat Sederhana, hanya
13 siswa dari 32 siswa yang dapat mencapai nilai di atas nilai batas standar. Nilai
batas standar mata pelajaran IPA kelas V adalah 63. Ini berarti bahwa hanya 40
% siswa dapat mencapai ketuntasan, sedangkan 60% siswa belum dapat mencapai
ketuntasan. Rendahnya hasil belajar siswa dibanding dengan Nilai batas standar
karena proses pembelajaran masih menggunakan pembelajaran yang
konvensional, yaitu proses dimulai dari merancang kegiatan pembelajaran,
mengajar, belajar, dan melakukan evaluasi . Guru lebih banyak berfungsi sebagai
instruktur yang sangat aktif dan siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif.
Siswa yang belajar tinggal datang ke sekolah duduk mendengarkan, mencatat, dan
mengulang kembali di rumah serta menghafal untuk menghadapi ulangan.
Pembelajaran seperti ini membuat siswa pasif karena siswa berada pada rutinitas
yang membosankan sehingga pembelajaran kurang menarik. Pada umumnya
pembelajaran lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan, kemudian
dihafalkan, bukan berlatih berpikir memecahkan masalah dan mengaitkan dengan
pengalaman empiris dalam kehidupan nyata. Guru dalam merencanakan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
menerapkan metode pembelajaran kurang variatif, sehingga siswa pasif dan
merasa bosan. Dalam Kompetensi Dasar mengidentifikasi berbagai jenis pesawat
sederhana, misalnya pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda guru hanya
secara monoton menerangkan berbagai jenis pesawat sederhana, memberi contoh
dan siswa mendengarkan. Menurut hasil observasi dan data-data tersebut di atas,
menuntut peneliti untuk segera melaksanakan tindakan-tindakan agar dapat
meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V SD
Negeri Menganti 01. Karena peneliti menganggap pemahaman konsep pesawat
sederhana bagi siswa sangat penting sekali diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam kehidupan nyata/sehari-hari alat-alat pesawat sederhana akan sering
dijumpai oleh siswa, jadi siswa harus bisa mengetahui dan menggunakan alat-alat
pesawat sederhana tersebut dengan benar. Salah satu alternative yang akan
peneliti gunakan dalam proses meningkatkan pemahaman konsep pesawat
sederhana adalah dengan menggunakan metode inquiry. Menurut Gulo (dalam
Trianto 2009: 166) Metode inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama
kegiatan pembelajaran inquiry adalah: (1) keterlibatan siswa secara maksimal
dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis
pada tujuan pembelajaran; dan(3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa
tentang apa yang ditemukan dalam proses inquiry.
Dalam pembelajaran dengan metode inquiry, siswa didorong untuk belajar
sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan
melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip
untuk diri mereka sendiri. Pembelajaran dengan metode inquiry memacu
keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan
pekerjaannya hingga mereka menemukan jawabannya. Siswa juga belajar
memecahkan masalah secara mendiri dan memiliki keterampilan berpikir kritis
karena mereka harus selalu menganalisis dan menangani informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: orientasi, merumuskan masalah,
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan
kesimpulan. Melalui metode inquiry ini, diharapkan proses pembelajaran
berlangsung secara menarik, hidup, serta bermakna sehingga dapat meningkatkan
Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana. Peneliti merasa tertarik dengan masalah
tersebut dan terdorong untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui
Penelitian Tindakan Kelas dengan mengambil judul “Peningkatan Pemahaman
Konsep Pesawat Sederhana Melalui Penerapan Metode Inquiry Pada Siswa
Kelas V SD Negeri Menganti 01 Cilacap Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fakta-fakta yang di atas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan metode inquiry dapat meningkatkan pemahaman
konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri Menganti 01
Cilacap Tahun Ajaran 2011/2012?
2. Bagaimananakah penerapan metode inquiry dalam meningkatkan
pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri
Menganti 01 Cilacap Tahun Ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dirumuskan tujuan penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana melalui
penerapan metode inquiry pada siswa kelas V SD Negeri Menganti 01
Cilacap Tahun Ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Untuk mendiskripsikan penerapan metode inquiry dalam meningkatkan
pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri
Menganti 01 Cilacap Tahun Ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat Teoritis
maupun Praktis.
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan
untuk kegiatan-kegiatan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
pengembangan teori tentang pemahaman konsep pesawat sederhana melalui
penerapan metode inquiry pada pembelajaran IPA.
2. Manfaat praktis
1. Manfaat Bagi Siswa
1) Meningkatnya hasil belajar siswa tentang materi IPA pokok bahasan
pesawat sederhana.
2) Melatih siswa mengungkapkan ide/gagasannya tentang materi IPA
pokok bahasan pesawat sederhana.
2. Manfaat Bagi Guru
1) Guru memperoleh pengalaman untuk menyelesaikan masalah-masalah
pembelajaran IPA.
2) Meningkatkan keterampilan guru dalam memilih dan menerapkan
metode pembelajaran IPA.
3. Manfaat Bagi Sekolah
1) Membuka wawasan para pengelola sekolah tentang kekurangan
/kelemahan pembelajaran di sekolah.
2) Menambah kemampuan sekolah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran.
3) Menumbuhkan kerjasama dengan LPTK untuk mengembangkan mutu
pendidikan di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Pembelajaran IPA
a. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam yang biasa disingkat IPA merupakan
terjemahan dari kata Bahasa Inggris Natural Science secara singkat sering
disebut Science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau
bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut
sebagai ilmu tentang alam ini. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam.
Ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang pengertian IPA.
Diantaranya, menurut Purnell’s (dalam Srini M. Iskandar 2001: 2) Ilmu
Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang
didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistimatik, serta
dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip,
teori-teori, dan hipotesis-hipotesis.
Pendapat lain tentang pengertian IPA yaitu menurut Abdullah
(1998: 18). “Ilmu Pengetahuan alam adalah pengetahuan teoritis yang
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimentasi, observasi dan demkian seterusnya kait mengkat antara
cara yang satu dengan cara yang lain”.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan, bahwa IPA
merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh
dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah
dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum
sehingga akan terus di sempurnakan.
IPA memiliki peranan yang sangat penting, terutama bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan
dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan IPA di Indonesia dan
negara-negara maju. Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang
memiliki tujuan agar setiap siswa memiliki kepribadian yang baik dan
dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang
ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA merupakan suatu usaha yang
dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan
menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian
atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan
dapat dikembangkan di masyarakat.
Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan
tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan
kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak
digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu
dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian dan
penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori tersebut
bukan untuk dihapal namun di terapkan sebagai tujuan proses
pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat
ini belum dapat menerapkannya.
Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada
sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan
dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-
teori yang ada namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah
dari peserta didik. Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu
ditumbuhkan agar menjadi manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan.
Dalam Standar Isi Mata Pelajaran IPA SD disebutkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip- prinsip
saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat
sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar
tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/ MI
diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar
untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA
dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Ketrampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA
meliputi ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur,
mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan
waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan
melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan
variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis
dan mensintesis data.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan, bahwa ketrampilan
proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan
ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk
menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk
menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum
dan teori- teori baru.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/ MI
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Secara lengkap disebutkan dalam kurikulum 2006 (standar isi)
bahwa mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut: (1) Memperoleh keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaan-Nya. (2) Mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap
positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. (4) Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah
dan membuat keputusan. (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan
serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. (6)
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (6) Memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs.
b. Ruang Lingkup IPA di SD
Materi pembelajaran IPA di SD sangatlah luas. Hal ini bisa dilihat
dari silabus yang menjadi pedoman para guru sebelum menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran. Peneliti akan meneliti salah satu materi IPA
yang ada di dalam kelas V semester II yaitu materi pesawat sederhana.
Berikut ini adalah materi- materi IPA kelas V semester II :
Sekolah : SD
Kelas : V (Lima)
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Semester : II (Dua)
Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan antara gaya,gerak,
dan energi, serta fungsinya.
Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran
5.1 Mendeskripsikan antara gaya,
gerak dan energi melalui
percobaan ( gaya gravitasi, gaya
gerak, gaya magnet).
a) Gaya gravitasi
b) Gaya magnet
c) Gaya gesek
d) Pesawat sederhana
Standar Kompetensi : 6. Menerapkan sifat- sifat cahaya melalui
kegiatan membuat suatu karya/ model.
Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran
6.1 Mendeskripsikan sifat- sifat
cahaya.
6.2 Membuat suatu karya model,
misal periskop atau lensa dari
bahan sederhana dengan
menerapkan sifat- sifat cahaya.
a) Cahaya dan sifat- sifatnya
Standar Kompetensi : 7. Memahami perubahan yang terjadi di
alam dan hubungannya dengan penggunaan
sumber daya alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran
7.1 Mendeskripsikan proses
pembentukan tanah karena
pelapukan.
7.2 Mengidentifikasi jeis-jenis
tanah.
7.3 Mendeskripsikan struktur
bumi.
a) Proses pembentukan tanah.
b) Struktur bumi.
2. Tinjauan Materi Pesawat Sederhana
a. Pengertian Pesawat Sederhana
Menurut Haryanto (2004: 142) pesawat adalah semua alat yang
berguna untuk memudahkan pekerjaan rumah. Menurut Haryanto juga
(2004: 142) pesawat sederhana dibagi menjadi dua jenis yaitu pesawat
sederhana dan pesawat yang rumit. Pesawat Sederhana menggunakan
lintasan yang lebih jauh, namun memudahkan menyelesaikan pekerjaan,
contohnya tuas, katrol, bidang miring dan roda. Sedangkan pesawat rumit
merupakan pesawat yang terbentuk dari pesawat sederhana, contohnya
mesin cuci, mixer, vacum cleaner.
b. Jenis-Jenis Pesawat Sederhana
Menurut Choiril Azmiyawati (2008: 98), pesawat sederhana
dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:
a. Tuas (Pengungkit)
Tuas memiliki tiga bagian yaitu titik tumpu, titik kuasa dan titik beban.
Titik tumpu adalah tempat tuas ditumpu dan tempat tuas diputar. Titik
kuasa adalah tempat gaya bekerja pada tuas. Sedangkan titik beban
adalah tempat dimana gaya bekerjanya berat benda. Tuas digolongkan
menjadi tiga golongan, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1) Tuas golongan pertama
Merupakan tuas dengan posisi titik tumpu berada di antara beban
dan kuasa. Contohnya adalah jungkat- jungkit, gunting, timbangan,
pencabut paku, pemotong kuku, dan tang.
Alat-alat yang termasuk pengungkit golongan 1
Keterangan :
a. Titik Tumpu.
b. Titik Kuasa.
c. Titik Beban.
2) Tuas golongan kedua
Merupakan tuas dengan posisi beban berada di antara beban dan
kuasa. Contohnya adalah gerobak, pemecah biji pala, kereta
sorong, pembuka kaleng, pemotong kertas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Alat-alat yang termasuk pengungkit golongan II
Keterangan :
a. Titik Tumpu.
b. Titik Kuasa.
c. Titik Beban.
3) Tuas golongan ketiga
Merupakan tuas dengan posisi kuasa berada diantara titik tumpu
dan beban. Contohnya adalah sekop dan sap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Alat-alat yang termasuk pengungkit golongan III
Keterangan :
a. Titik Tumpu.
b. Titik Kuasa.
c. Titik Beban.
b. Bidang Miring
Bidang miring adalah permukaan datar yang salah satu ujungnya lebih
tinggi dari ujung yang lain. Bidang miring bermanfaat dalam
mempermudah memindahkan barang yang berat. Contohnya dapat
digunakan saat memindahkan barang ke tempat tinggi. Contoh alat-
alatnya seperti paku, pahat, kapak, dan pisau.
Alat-alat yang menggunakan prinsip kerja bidang miring
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c. Katrol
Katrol adalah suatu roda yang berputar pada pos/ rosnya. Digunakan
untuk mengangkat benda yang sangat berat dan digunakan bersama-
sama dengan rantai atau tali. Berdasarkaan penggunaannya, katrol
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Katrol tetap
Merupakan katrol yang posisinya tidak berubah karena dipasang
pada suatu tempat yang tetap. Kuasa yang dibutuhkan sama dengan
berat benda itu sendiri. Contohnya katrol pada sumur timba.
2) Katrol bebas
Merupakan katrol yang posisinya bisa berubah karena tidak
dipasang pada suatu tempat tertentu. Katrol ditempatkan di atas tali
dan beban dikaitkan dengan katrol kemudian salah satu ujung tali
diikat pada tempat yang tetap dan ujung yang lain ditarik keatas
sehingga katrol dan beban terangkat. Kuasa yang diperlukan lebih
kecil daipada kuasa pada katrol tetap. Contohnya peti kemas di
pelabuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3) Katrol Campuran
Merupakan perpaduan antara katrol tetap dan katrol bebas yang
dihubungkan dengan tali. Beban dikaitkan pada katrol yang bebas
kemudian salah satu ujung tali diikat pada penopang katrol tetap
sedangkan ujung tali yang lain ditarik sehingga bebab dan katrol
bebas terangkat.
b. Roda
Roda digunakan untuk mempermudah memindahkan beban. Bentuk roda
yang bundar membuatnya mudah bergerak. Penggunaan roda untuk
memindahkan barang dengan memperkecil gaya gesekan antara benda
dan bidang gesek. Roda berporos terdiri dari sebuah roda yang
dihubungkan dengan sebuah poros sehingga dapat berputar bersama-
sama. Contohnya setir mobil, setir kapal, gerinda, roda sepeda, roda
mobil, roda gerobak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Alat- alat yang menggunakan prinsip kerja roda berporos
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan, bahwa pesawat
sederhana adalah semua jenis alat yang digunakan untuk mempermudah
pekerjaan manusia. Dan pesawat sederhana tersebut dikelompokkan
menjadi empat jenis yaitu tuas, katrol, bidang miring, dan roda.
3. Hakekat Metode Inquiry
a. Pengertian Metode
Menurut Muhibbin Syah (1995: 27) Metode adalah sebagai cara
atau jalan yang ditempuh seseorang dalam melakukan kegiatan. Metode
pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam menyajikan ( menguraikan,
memberi contoh, dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk
mencapai tujuan tertentu. Pendapat lain menurut T. Raka Joni ( dalam Soli
Abimanyu 2008: 72) Metode adalah cara/ jalan menyajikan/ melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan. Dari penjelasan tersebut maka dapat
disimpulkan, bahwa metode adalah suatu cara untuk melakukan suatu
pekerjaan. Dalam menggunakan metode hendaknya disesuaikan dengan
materi dan pembelajaran yang akan diberikan.
b. Metode inquiry
Inkuiri berasal dari bahasa inggris “Inquiry” yang secara harfiah
berarti penyelidikan. Salah satu metode pembelajaran dalam bidang Sains,
yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup
efektif adalah metode inquiry. Gulo (dalam Trianto 2009: 166)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
mengemukakan, bahwa metode inquiry merupakan suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inquiry adalah:
(1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2)
keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran;
dan(3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inquiry.
Pendapat menurut Mohammad Jauhar (2011: 65) “Inquiry adalah
suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan
melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan
menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis”.
Pendapat lainnya menyatakan Kourilsky (dalam Oemar Hamalik
2008: 219). “Pengajaran berdasarkan inquiy adalah suatu strategi yang
berpusat pada siswa di mana kelompok siswa inquiry ke dalam suatu isu
atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui prosedur
yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok”.
Lain halnya dengan pendapat Guohui: 2004, (yang terdapat dalam
International Journal of Academic Research Vol. 3. 2011: 955. Pakistan) :
Inquiry based learning is a curriculum design and a
teaching/learning strategy which simultaneously develops higher
order thinking, disciplinary knowledge bases and practical skills
by placing students in the active role of practitioners (or problem-
solvers) confronted with a situation (an ill-structured problem)
which reflects the real world. The basic characteristics of this
learning are that it is context-based using „real-life‟ situations,
focuses on thinking skills, requires integration of inter-disciplinary
knowledge, is self-directed and develops lifelong learning skills
and can be applied in small groups. Students are driven by a posed
real-life problem and become interested in its solution. To solve the
problem, they should learn how to: actively integrate knowledge;
accumulate and connect skills; and work cooperatively. As the
teacher‟s role is one of support, not direction, it is obvious that this
is a student-centred teaching approach.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan, bahwa
metode inquiry adalah metode pembelajaran yang berupaya menanamkan
dasar- dasar ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran
ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam
memecahkan masalah. Sedangkan peranan guru dalam proses
pembelajaran ini yaitu sebagai pembimbing dan fasilitator.
Guru menggunakan teknik ini sewaktu mengajar memiliki tujuan
diantaranya yaitu (menurut Roestiyah 2001: 76), agar siswa terangsang
oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu.
Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok.
Diharapkan juga siswa mapu mengemukakan pendapatnya dan
merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat
berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry
mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Seperti
merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen,
mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan. Menumbuhkan sikap
objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya. Akhirnya dapat
mencapai yang disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di
atas berarti siswa sedang melakukan inquiry. Intinya metode inquiry
menekankan perubahan cara guru mengajar dari “teacher centered”
kepada “student centered”.
Peranan guru dalam pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:
1) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah
berpikir. 2) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa
mengalami kesulitan. 3) Penanya, menyadarkan siswa dari
kekelirun yang mereka buat. 4) Administator, bertanggung jawab
terhadap seluruh kegiatan kelas. 5) Pengarah, memimpin kegiatan
siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 6) Manajer,
mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. 7)
Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa
(Trianto 2009:166)
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran
inquiry :
Pertama, strategi inquiry menekankan kepada aktivitas siswa
secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pendekatan inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa diarahkan
untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang
dpertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (self-belief) . Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi
pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam
pembelajaran inquiry siswa tidak hanya dituntut agar menguasai
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya (Mohammad Jauhar 2011: 66).
Dijelaskan dalam bukunya Mohammad Jauhar (2011: 67). Proses
pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry dapat mengikuti
langkah-langkah berikut :
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan
agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi
merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan metode inkuiri
sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas
menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa
kemauan dan kemampuan itu tidak mungkin proses pembelajaran akan
berjalan dengan lancar.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan msalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka- teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki
itu. Dikatakan teka- teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji
disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat.
c. Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Potensi berpikir individu dimulai dari kemampuan setiap
individu untuk menebak atau mengira- ngira dari suatu permasalahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi
pembelajaran inkuri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berpikir rasional.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada
siswa data mana yang relevan.
Disamping itu, menurut Mulyasa (dalam Esti Ismawati 2009: 113)
melalui inquiry peneliti diberikan kesempatan untuk menggunakan proses
mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah, serta meningkatkan
potensi intelektualnya.
Pendekatan inquiry terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya
intervensi guru terhadap siswa :
1) Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry approach); peserta didik
memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan.
Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini digunakan
terutama bagi para peserta didik yang belum berpengalaman
belajar dengan metode inkuiri. Pada tahap awal bimbingan
lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi,
sesuai dengan perkembangan pengalaman peserta didik. 2)
Inkuiri bebas (free inquiry approach); pada inkuiri bebas
peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang
ilmuwan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat
mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topic
permasalahan yang hendak diselidiki. 3) Inkuiri bebas yang
dimodifikasi (modified free inquiry approach); pada inkuiri ini
guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian
peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut
melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian”
(Mohammad Jauhar 2011: 69).
Peneliti akan menerapkan metode inquiry terbimbing (guided
inquiry) dalam proses pembelajaran. Inkuiri terbimbing (guided inquiry)
merupakan salah satu metode inkuiri dimana guru menyediakan materi
atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan. Siswa merencanakan
prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah. Guru memfasilitasi
penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan
lebih lanjut.
Pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan agar para siswa bebas
mengembangkan konsep yang mereka pelajari. Mereka diberi kesempatan
untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi secara berkelompok, di
dalam kelas mereka diajarkan berinteraksi sosial denga kawan sebayanya
untuk saling bertukar informasi antar kelompok. Inkuiri terbimbing
(guided inquiry) masih memegang peranan guru dalam memilih topik atau
bahasan, pertanyaan dan menyediakan materi, akan tetapi siswa
diharuskan untuk mendesain atau merancang penyelidikan, menganalisa
hasil, dan sampai pada kesimpulan.
Inkuiri terbimbing menuntut siswa untuk mengembangkan langkah
kerja (prosedur) dalam memecahkan masalah yang telah diberikan oleh
guru melalui LKS jenis challenge activity. Inquiry terbimbing masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
memegang peranan guru dalam memilih topik/bahasan, pertanyaan dan
menyediakan materi, akan tetapi siswa diharuskan untuk mendesain atau
merancang penyelidikan, menganalisa, dan sampai kepada kesimpulan.
Langkah-langkah pembelajaran inkuri terbimbing terdiri dari 5
tahap :
1. Tahap pertama, Menyajikan Masalah
2. Tahap kedua, Verifikasi Data
3. Tahap ketiga, Melakukan Eksperimen
4. Tahap keempat, Mengorganisasi Data
5. Tahap kelima, Menganalisis Hasil
Dari uraian di atas, inkuiri terbimbing (guided inquiry) dapat
diartikan sebagai salah satu metode pembelajaran berbasis inkuiri yang
penyajian masalah, pertanyaan dan materi atau bahan penunjang
ditentukan oleh guru. Masalah dan pertanyaan ini yang mendorong siswa
melakukan penyelidikan untuk menentukan jawabannya. Kegiatan siswa
dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang
ditentukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan,
menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan. Dalam metode inquiry yang lebih dipentingkan adalah
proses penemuannya atau cara menemukan, sedangkan hasil itu nomor
dua.
Menurut Chiapetta dan Adams Inquiry sangat berperan dalam
mengembangkan :
1) Pemahaman fundamental mengenai konsep, fakta, prinsip,
hukum dan teori. 2) Keterampilan yang mendorong pemerolehan
pengetahuan dan pemahaman mengenai fenomena alam. 3)
Pengayaan disposisi untuk menemukan jawaban pertanyaan dan
menguji kebenaran pernyataan- pernyataan. 4) Pembentukan sikap
positif terhadap sains. 5) Pemerolehan pengertian mengenai sifat-
sifat sains ( dalam Muhammad Jauhar 2011: 78).
Sasaran pembelajaran yang dapat dicapai dengan penerapan inqury
adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Sasaran kognitif
1. Memahami bidang khusus dari materi pelajaran.
2. Mengembangkan keterampilan proses sains.
3. Mengembangkan kemampuan bertanya, memecahkan masalah dan
melakukan percobaan.
4. Menerapkan pengetahuan dalam situasi baru yang berbeda.
5. Mengevaluasi dan mensintesis informasi, ide dan masalah baru.
6. Memperkuat keterampilan berpikir kritis.
Sasaran afektif
1. Mengembangkan minat terhadap pelajaran dan bidang ilmu
2. Memperoleh apresiasi untuk pertimbangan moral dan etika yang relevan
dengan bidang ilmu tertentu.
3. Meningkatkan intelektual dan integritas
4. Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi
pengetahuan.
Proses inquiry menuntut guru bertindak sebagai fasilitator,
narasumber, dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari
pengetahun sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Strategi
instruksional dapat berhasil bila guru memperhatikan kriteria sebagai
berikut :
1) Mendefinisikan secara jelas topik inquiry yang dianggap
bermanfaat bagi siswa. 2) Membentuk kelompok-kelompok dengan
memperhatikan keseimbangan aspek akademik dan aspek sosial. 3)
Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok
dengan cara yang responsif dan tepat waktu. 4) Intervensi unruk
meyakinkan terjadinya interaksi antara pribadi secara sehat dan
terdapat dalam kemajuan pelaksanaan tugas. 5) Melakukan
evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai kemajuan kelompok
dan hasil yang dicapai (Oemar Hamalik 2008: 221).
Adapun kelebihan dan kelemahan metode inquiry adalah sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
a. Kelebihan metode inquiry :
1) Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat
penyajian informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima
informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar rendah
(teacher centered), menjadi pengajaran yang menekankan kepada
proses pengolahan informasi di mana siswa yang aktif mencari
dan mengolah sendiri informasi yang kadar proses mentalnya
lebih tinggi atau lebih banyak (student centered). 2) Membantu
peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif. 3) Peserta didik memperoleh
pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan
mengendap dalam pikirannya. 4) Dapat membangkitkan motivasi
dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi. 5)
Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai
jenis sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai
satu-satunya sumber belajar.
b. Kelemahan metode inquiry :
1) Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang
menerima informasi dari guru apa adanya, ke arah membiasakan
belajar mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah
informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu yang
mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan.
2) Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa
harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan
sekitarnya denhan baik. 3) Guru dituntut mengubah kebiasaan
mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi
fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar.
Inipun bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya guru
merasa belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi
(Hanafiah dan Cucu Suhana 2010:206).
Tentang keberhasilan metode inquiry, menurut Sri Anitah (2009:
57) tidak tergantung pada pencapaian kesimpulan yang diterapkan
sebelumnya. Untuk melaksanakan kegiatan belajar jenis ini, diperlukan
pengalaman personal yang tinggi bagi keterlibatan individu. Individu
diberi kesempatan mengaplikasikan kemampuannya secara total, dengan
mempertimbangkan talenta, ide, skill yang dimiliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
B. Penelitian Yang Relevan
1) Luluk Rahmawati dalam skripsi yang berjudul Pemahaman Konsep
Pesawat Sederhana Melalui Model Pembelajaran Konstektual Pada Siswa
Kelas V SD Negeri 1 Glintang Sambi Boyolali Tahun Pelajaran
2010/2011. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V
SD Negeri 1 Glintang, yaitu ditandai dengan siswa kelas V sebanyak 10
anak mengalami peningkatan hasil belajar yaitu sebelum tindakan 40%,
siklus I 60%, dan pada siklus II menjadi 80%. Di dalam skripsi ini terdapat
satu kesamaan variabel yaitu Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana.
2) Dhina Mulatsih dalam skripsi yang berjudul Peningkatan Pemahaman
Konsep Bangun Datar Melalui Metode Inquiry Pada Pembelajaran
Matematika Pada Siswa Kelas III SD Negeri 02 Tugu Kecamatan
Jumantono Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil
penelitian tindakan kelas ini menunjukkan adanya peningkatan
pemahaman konsep bangun datar pada siswa kelas III SD Negeri 02 Tugu,
yaitu ditandai dengan prosentase ketuntasan sebelum tindakan 40,91%,
siklus I 77,27%, dan pada siklus II menjadi 95,45%. Di dalam skripsi ini
terdapat satu kesamaan variabel yaitu Metode Inquiry.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan di atas maka dapat
disusun suatu kerangka pemikiran. Pada kondisi awal pembelajaran
sebelum menerapkan metode inquiry, guru masih menggunakan
pembelajaran konvensional. Siswa menjadi lebih cepat bosan dan
informasi yang disampaikan sulit diserap oleh siswa serta tidak
merangsang kreativitas dan partisipasi siswa. Guru lebih menekankan pada
terselesainya materi pelajaran daripada hasil belajar siswa. Dalam
pembelajaran komunikasi hanya satu arah sehingga kurang adanya timbal
balik antara guru dengan siswa untuk aktif dan kreatif dalam menyerap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dan mempertajam gagasannya. Guru hanya menggunakan metode
konvensional saja sehingga menyebabkan siswa kurang aktif dalam
pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan pemahaman konsep pesawat
sederhana siswa Kelas V SD Negeri Menganti 01 masih rendah.
Peneliti berusaha untuk meningkatkan pemahaman konsep pesawat
sederhana pada siswa kelas V dengan memilih penerapan metode inquiry.
Penerapan metode inquiry diharapkan lebih bermakna bagi siswa, karena
proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk siswa
bekerja dan mengalaminya.
Dengan kondisi tersebut, maka peneliti melaksanakan tindakan
dengan menerapkan metode inquiry untuk meningkatkan pemahan konsep
materi pesawat sederhana pada kelas V. Pada kondisi akhir pembelajaran,
diharapkan pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V
dapat meningkat sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna dan pada
akhirnya hasil belajar pemahaman konsep pesawat sederhana juga ikut
meningkat.
Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran
dalam penelitian ini sebagai berikut (lihat gambar 2.1):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Penerapan metode inquiry dapat meningkatkan pemahaman konsep
pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri Menganti 01
Cilacap Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Mengetahui penerapan metode inquiry dalam meningkatkan
pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V SD
Negeri Menganti 01 Cilacap Tahun Ajaran 2011/2012.
Tindakan
Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Guru menggunakan
metode konvensional
dalam proses
pembelajaran
Guru menerapkan metode
inquiry dalam proses
pembelajaran
Pemahaman konsep
materi pesawat
sederhana masih rendah
. Siklus I
Pemahaman konsep materi
pesawat sederhana meningkat.
. Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelas V SDN Menganti 01, Kecamatan
Kesugihan, Kabupaten Cilacap.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan pada semester II tahun ajaran 2011/ 2012
selama 6 bulan, dimulai bulan Januari sampai Juni 2012. Keterangan
selengkapnya(lihat lampiran 19).
B. Subjek & Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN Menganti 01 Cilacap.
Siswa berjumlah 32 orang, yang terdiri dari 17 siswa laki- laki, dan 15 siswa
perempuan. Objek penelitian ini adalah pemahaman konsep pesawat
sederhana dan metode inquiry.
C. Sumber Data
Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber data
atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagian besar berupa
data kualitatif. Sumber data atau informasi tersebut meliputi :
1. Sumber data primer diantaranya: Siswa, guru, dan pihak lain yang
terkait
2. Sumber data sekunder diantaranya: Dokumentasi, hasil observasi, hasil
wawancara, dan hasil tes.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Teknik atau cara yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian ini meliputi lembar observasi, dokumen, tes, dan
wawancara, yang masing-masing diuraikan berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat
menentukan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Menurut H. B.
Sutopo (2006: 75) mengatakan bahwa observasi adalah metode/ teknik yang
digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa,
aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda. Observasi dapat dilakukan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penelitian ini peneliti
akan menggunakan observasi langsung (direct observation), observasi ini
dilakukan pada guru dan siswa kelas V SD Negeri Menganti 01 Cilacap.
Yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang peningkatan pemahaman
konsep pesawat sederhana selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 150) mengemukakan bahwa tes
merupakan serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan sebagai alat
pengukuran keterampilan, sikap, pengetahuan, intelegensi kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes tertulis, yang dilaksanakan pada akhir
kegiatan atau dalam evaluasi oleh siswa Kelas V SD Negeri Menganti 01
Cilacap. Yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang peningkatan
pemahaman konsep pesawat sederhana selama proses pembelajaran
berlangsung.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2008:240) dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Data dokumentasi digunakan
untuk memperoleh berbagai arsip atau data-data berupa Silabus IPA kelas
V, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), foto-foto kegiatan selama
proses pembelajaran, serta daftar nilai tindakan awal Pemahaman Konsep
Pesawat Sederhana kelas V SD Negeri Menganti 01 Cilacap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4. Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2008: 231) wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara terhadap guru
dan siswa yang bertujuan menggali informasi guna memperoleh data yang
berkaitan dengan pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V
SD Negeri Menganti 01 Cilacap sebelum dan sesudah penggunaan metode
inquiry.
E. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Validitasnya
dapat diketahui dengan menggunakan triangulasi data.
Menurut Patton dalam Herybertus B. Sutopo (2006: 92) teknik
Triangulasi ada empat teknik yaitu : Triangulasi sumber data, triangulasi
teori, triangulasi metode, dan triangulasi peneliti. Pada dasarnya trianggulasi
ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat
multiperspektif. Artinya, untuk menarik simpulan yang mantap, diperlukan
tidak hanya satu cara pandang.
Dalam penelitian ini untuk menguji validitas data peneliti
menggunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber data.
a. Triangulasi Metode
Jenis trianggulasi ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data
sejenis tetapi menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang
berbeda. Triangulasi metode lebih ditekankan pada pengumpulan data
dengan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Dalam
penelitian ini data proses kegiatan pembelajaran pemahaman konsep
pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri Menganti 01 diperoleh
dari wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Triangulasi Sumber Data
Melalui triangulasi sumber data, akan diarahkan pengumpulan data
melalui berbagai sumber data yang berbeda. Dalam hal ini data yang sama
atau sejenis akan lebih akurat jika digali dari beberapa sumber data yang
berbeda. Dalam penelitian ini triangulasi sumber data yang dilakukan
adalah kroscek data nilai pemahaman konsep pesawat sederhana siswa
kelas V SD Negeri Menganti 01 antara sebelum tindakan, siklus I, dan
siklus II.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis yang menggunakan model analisis interaktif. Data yang
diperoleh dianalisis dan diolah secara kualitatif. Model analisis interaktif
mempunyai tiga komponen yaitu: (1) Reduksi Data (Data Reduction), (2)
Penyajian Data (Data Display), (3) Penarikan Kesimpulan (Verification).
Miles dan Huberman (2009: 19) mengemukakan bahwa tiga komponen
tersebut sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama, dan
sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun
wawasan umum yang disebut analisis. Reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan
sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul. Secara
singkat, tiga komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Reduksi data
Data reduksi merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara ditulis dalam bentuk rekaman data, dikumpulkan, dirangkum,
dan dipilih hal-hal yang pokok, kemudian dicari polanya. Jadi, rekaman
data sebagai bahan data mentah disusun lebih sistematis, ditonjolkan
pokok- pokok yang penting sehingga lebih tajam hasil pengamatan dalan
penelitian ini, juga mempermudah peneliti untuk mencatat kembali data
yang diperoleh bila diperlukan.
2) Penyajian data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Data yang telah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai pola
dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk melihat
gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis
dalam paparan data.
3) Penarikan simpulan atau verivikasi
Data yang diperoleh dicari pola, hubungan, atau hal-hal yang sering
timbul dari data tersebut kemudian dihasilkan simpulan sementara yang
disebut dengan temuan peneliti. Penarikan simpulan dilakukan terhadap
temuan peneliti berupa indikator- indikator yang selanjutnya dilakukan
pemaknaan atau refleksi sehingga memperoleh simpulan akhir. Hasil
simpulan akhir dilakukan refleksi untuk menentukan atau menyusun
rencana tindakan berikutnya.
Model analisis data interaktif dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah
ini :
Gambar 3.1 : Bagan Teknik Analisis Data
(Miles & Huberman, 2009: 20)
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan
pemahaman konsep pesawat sederhana yang ditunjukkan dengan nilai minimal 63
(KKM). Penelitian ini akan berhasil jika nilai hasil belajar siswa secara klasikal
Pengumpulan Data
Data Collection
Penarikan
kesimpulan
Verification
Reduksi Data
Data Reduction
Penyajian Data
Data Display
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
mencapai nilai 63 (KKM) adalah sebanyak 85%. Di samping itu, bertolak dari
silabus dan RPP maka siswa juga harus dapat memenuhi indikator sebagai
berikut:
1. Siswa dapat menggolongkan berbagai macam alat-alat ke dalam jenis
pesawat sederhana dengan benar.
2. Siswa dapat mendemontrasikan cara pemakaian alat-alat tersebut dengan
baik dan benar.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa siklus, yang
setiap siklusnya tercakup 4 kegiatan/ tahap, yaitu (1) perencanaan (2) pelaksanaan
(3) observasi dan (4) refleksi. Pelaksanaan pembelajaran dalam satu siklus ada 2
kali pertemuan masing- masing dengan alokasi waktu 2 x 35 menit, sesuai
skenario pembelajaran. Untuk lebih jelasnya uraian di atas dapat dilukiskan dalam
gambar nomor 3.2 di bawah ini :
Gambar 3.2Gambar Bagan Strategi Penelitian
(Suharsimi Arikunto, 2007:16)
perencanaan
siklus I
pengamatan
perencanaan
Siklus II
pengamatan
pelaksanaan
pelaksanaan
refleksi
refleksi
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Berikut langkah-langkah dari tiap-tiap siklus:
Siklus I
1. Tahap Perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
mengenai materi pesawat sederhana.
b. Menyiapkan soal evaluasi individu sesuai dengan materi
pembelajaran.
c. Menyusun lembar kegiatan diskusi kelompok (LKS).
d. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru untuk
pelaksanaan pembelajaran
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah membuat rencana yang matang maka langkah selanjutnya
adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan yang mengacu
pada skenario dan langkah kegiatan mengajar. Dalam pelaksanaan guru
harus mengingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam
rancangan dan berlaku secara wajar.
Pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Guru memberikan sebuah masalah tentang materi pesawat
sederhana dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inquiry kepada
siswa.
b. Siswa memverifikasi data/ masalah dengan cara mengumpukan
atau mencari data yaitu dengan cara menemukan sendiri contoh-
contoh pesawat sederhana (inquiry) secara berkelompok.
c. Siswa melakukan eksperimen dan demonstrasi cara pemakaian
alat-alat yang tergolong ke dalam pesawat sederhana secara
berkelompok dengan bimbingan guru.
d. Guru meminta siswa untuk menganalisis hasil eksperimennya.
e. Siswa membuat kesimpulan.
f. Siswa mengerjakan soal secara individu dari guru di akhir
tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung.
Observasi dilaksanakan terhadap aktivitas siswa pada saat melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan pedoman lembar observasi siswa.
4 . Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan setelah tindakan, untuk mengevaluasi hasil
belajar dan hasil observasi serta menganalisa hasil belajar dan hasil
observasi. Kemudian kekurangan yang telah ditemukan maka dibuat
rencana perbaikan pada siklus II.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
mengenai materi pesawat sederhana.
b. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan.
c. Mengembangkan skenario pembelajaran.
d. Menyiapkan soal evaluasi individu sesuai dengan materi
pembelajaran.
e. Menyusun lembar kegiatan diskusi kelompok (LKS).
f. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru untuk
pelaksanaan pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan adalah dengan memperbaiki tindakan pada
siklus pertama sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan memantau
proses peningkatan pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa
kelas V.
Pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Guru memberikan sebuah masalah tentang materi pesawat
sederhana dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inquiry kepada
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Siswa memverifikasi data/ masalah dengan cara mengumpukan
atau mencari data yaitu dengan cara menemukan sendiri contoh-
contoh pesawat sederhana (inquiry) secara berkelompok.
c. Siswa melakukan eksperimen dan demonstrasi cara pemakaian
alat-alat yang tergolong ke dalam pesawat sederhana secara
berkelompok dengan bimbingan guru.
d. Guru meminta siswa untuk menganalisis hasil eksperimennya.
e. Siswa membuat kesimpulan.
f. Siswa mengerjakan soal secara individu dari guru di akhir
tindakan.
3. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung.
Observasi dilaksanakan terhadap aktivitas siswa pada saat melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan pedoman lembar observasi siswa.
4 . Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan setelah tindakan, untuk mengevaluasi hasil
belajar dan hasil observasi serta menganalisa hasil belajar dan hasil
observasi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan dalam proses pembelajaran siklus II.
Pada siklus ini hasil belajar siswa tentang pemahaman konsep
pesawat sederhana sudah mencapai indikator kinerja yang diinginkan,
yaitu 90,6% siswa telah mendapat nilai lebih dari 63 (KKM), berarti
penelitian telah berhasil. Oleh karena itu penelitian tidak perlu
dilanjutkan ke siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Menganti 01 Kecamatan
Kesugihan Kabupaten Cilacap. SD Negeri Menganti 01 berdiri tahun 1928
dan berstatus negeri dengan nomor statistik sekolah (NSS) yaitu
101030103021. Kepala SD Negeri Menganti 01 saat ini adalah Bapak
Achmad Suhirin, S.Pd. Secara geografis, sekolah ini terletak di jalan raya
soekarno hatta (arah menuju kota cilacap) Desa Menganti Kecamatan
Kesugihan Kabupaten Cilacap. Letak SD Negeri Menganti 01 cukup strategis,
sehingga mudah untuk dijangkau. SD Negeri Menganti 01 juga terletak
diantara permukiman penduduk serta dekat dengan kantor Kepala Desa
Menganti. Luas tanah SD Negeri Menganti 01 yaitu sekitar 5800 m persegi.
Halaman SD Negeri Menganti 01 cukup luas dengan taman bunga dan kolam
ikan yang terawat cukup baik. Demi menjaga keamanan sekolah, dibuat pagar
tembok yang mengelilingi sekolah dan pintu gerbang yang selalu ditutup saat
proses pembelajaran berlangsung.
SD Negeri Menganti 01 Cilacap adalah sekolah dasar yang usianya
tertua di daerah tersebut. Dahulu ada sekitar empat sekolah dasar yang ada di
Desa Menganti. Namun beberapa tahun yang lalu ada satu sekolah dasar yang
kekurangan jumlah murid yaitu SD Negeri Menganti 02, sehingga tidak lama
kemudian SD tersebut digabung dengan SD Negeri Menganti 01. Semenjak
itulah SD tersebut mengalami perkembangan jumlah peserta didik yang
sangat banyak, sehingga mengharuskan untuk membuka kelas paralel yaitu A
dan B. Hal ini disebabkan oleh banyaknya peserta didik yang berminat untuk
sekolah di SD Negeri Menganti 01. Komponen pengelola SD Negeri
Menganti 01 terdiri dari kepala sekolah, komite sekolah, guru serta karyawan.
Saat ini di SD Negeri Menganti 01 terdapat 17 staff, yang terdiri dari 14
orang guru, 1 orang kepala sekolah, dan 2 orang karyawan. Semua komponen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pengelola sekolah tersebut bekerja sama untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan kelancaran dalam proses pembelajaran. Terlebih lagi SD
Negeri Menganti 01 merupakan SD paralel yang memiliki jumlah siswa dan
guru yang cukup banyak sehingga memerlukan kerjasama yang sangat tinggi
demi mencapai visi dan misi dari sekolah itu sendiri. Mekanisme kerja
segenap pengelola SD Negeri Menganti 01 Cilacap tersebut di bawah
koordinasi dan pengawasan kepala sekolah.
2. Deskripsi Hasil Penelitian
a. Diskripsi Sebelum Tindakan
Pada kondisi awal atau sebelum diadakan tindakan, guru masih
menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajaran. Yaitu guru
menjelaskan/ceramah di depan kelas kemudian siswa diberi soal untuk
dikerjakan dan dicocokkan bersama, tanpa melibatkan peran serta dari siswa.
Guru juga tidak menggunakan media pada saat pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V yang
dilaksanakan di SD Negeri Menganti 01 Cilacap, banyak siswa yang masih
merasa kesulitan dalam mata pelajaran IPA khususnya pada kompetensi dasar
pesawat sederhana. Kesulitan tersebut membuat pemahaman konsep pesawat
sederhana pada siswa kelas V masih rendah. Kesulitan siswa terlihat pada
hasil tes awal sebelum tindakan masih banyak siswa yang mendapat nilai
yang jauh dari batas ketuntasan yaitu 63 (KKM).
Siswa masih menemui kesulitan karena guru belum mengupayakan
metode dan strategi pembelajaran yang tepat dan maksimal. Hal ini
ditunjukkan dengan masih adanya 19 siswa atau sekitar 60% dari 32 siswa
yang nilainya belum dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 63. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian di kelas V melalui penerapan metode inquiry untuk
meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana siswa.
Rendahnya pemahaman konsep pesawat sederhana siswa yang
ditunjukkan dari nilai sebelum tindakan tentang materi pesawat sederhana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
(tercantum pada lampiran 3) maka dapat dibuat tabel 4.1 distribusi frekuensi
sebagai berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Sebelum Tindakan
No Interval Frekuensi
Nilai
Tengah FiXi Persentase
(%)
1 40-46 1 43 43 3,13
2 47-53 10 50 500 31,25
3 54-60 8 57 456 25,00
4 61-67 0 64 0 0,00
5 68-74 10 71 710 31,25
6 75-81 3 78 234 9,38
Nilai Rata-Rata Sebelum Tindakan= 61.3
Ketuntasan Klasikal = 13 : 32 x 100% = 40,6%
Tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai pemahaman konsep pesawat
sederhana pada siswa kelas V SD Negeri Menganti 01 sebelum diadakan
tindakan melalui penerapan metode inquiry dapat disajikan dalam bentuk
grafik 4.1 berikut:
Gambar 4.1. Grafik Daftar Nilai Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana
Sebelum Tindakan
1
10
8
0
10
3
0
2
4
6
8
10
12
40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81
Fre
ku
ensi
Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Berdasarkan hasil analisa tabel dan grafik di atas dapat dijelaskan
bahwa nilai pemahaman konsep pesawat sederhana sebelum menggunakan
metode inquiry diperoleh nilai dengan rata-rata kelas sebesar 61,3. Siswa
yang memperoleh nilai 40-46 sebanyak 1 siswa atau 3,13%. Siswa yang
memperoleh nilai 47-53 sebanyak 10 siswa atau 31,25%. Siswa yang
memperoleh nilai 54-60 sebanyak 8 siswa atau 25%. Siswa yang
memperoleh nilai 61-67 sebanyak 0 siswa atau 0%. Siswa yang
memperoleh nilai 68-74 sebanyak 10 siswa atau 31,25%. Siswa yang
memperoleh nilai 75-81 sebanyak 3 siswa atau 9,38%.
Tabel di atas menjelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai di
bawah KKM sebanyak 19 siswa atau 59,4%, sedangkan siswa yang
memperoleh nilai sama atau lebih dari KKM sebanyak 13 siswa atau
40,6%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan secara klasikal yang
diperoleh masih jauh dari ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu 85% dari
jumlah siswa mendapat nilai ≥63 (KKM), dengan kata lain pemahaman
konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V masih rendah. Oleh karena
itu diperlukan suatu usaha dalam bentuk inovasi pembelajaran yang
menyenangkan dan melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
guna meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa
kelas V. Usaha yang dilakukan adalah menerapkan metode inquiry dalam
mengajarkan materi pesawat sederhana pada siswa kelas V. Sehingga
diharapkan pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan metode inquiry
tersebut dapat meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana siswa
kelas V SD Negeri Menganti 01 Cilacap.
b. Deskripsi Tindakan Tiap Siklus
I. Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan, setiap pertemuan
terdiri dari dua jam pelajaran (2x35 menit). Siklus I dilaksanakan 27 Maret
s.d 30 Maret 2012. Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
tindakan kelas yang terdiri atas siklus-siklus dan tiap siklus terdiri dari 4
tahapan. Adapun tahapan yang dilaksanakan sebagai berikut:
(a) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti mengadakan observasi
terhadap proses pembelajaran dan skor pemahaman konsep pesawat
sederhana pada kelas V untuk mengetahui strategi pembelajaran yang
digunakan oleh guru kelas V. Peneliti juga mencatat skor nilai hasil
tes awal pemahaman konsep bilangan pecahan untuk mengukur
pemahaman konsep pesawat sederhana siswa dengan melakukan
pengumpulan data.
Setelah melakukan pengamatan dan pengumpulan data,
peneliti memperoleh data hasil pencatatan yang menunjukkan bahwa
sebanyak 60% dari jumlah siswa mendapatkan nilai di bawah KKM
dan 40% dari jumlah siswa mendapatkan nilai di atas KKM. Maka
dari itu, pada tahap perencanaan ini, peneliti mempersiapkan Silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai pokok
bahasan pesawat sederhana melalui penerapan metode inquiry.
Tahap perencanaan ini dipersiapkan beberapa hal antara lain:
1) Mempersiapkan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk proses pembelajaran pesawat sederhana.
2) Mempersiapkan soal individu sesuai dengan materi pembelajaran.
3) Mempersiapkan LKS diskusi kelompok.
4) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru
untuk mengobservasi jalannya proses kegiatan pembelajaran selama
berjalan.
(b) Tahap Pelaksanaan
Tahap setelah perencanaan adalah tahap pelaksanaan tindakan
penerapan metode inquiry untuk meningkatkan pemahaman konsep
pesawat sederhana pada siswa kelas V. Pada tahap ini, peneliti
melaksanakan keseluruhan perencanaan penelitian yang telah dibuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
sebelumnya sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Adapun rincian dan deskripsi tindakan riil pada setiap pertemuan
adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan I
Pada kegiatan awal guru mulai mengkondisikan kelas untuk
memulai kegiatan pembelajaran. Hal yang pertama dilakukan guru
sebelum memulai kegiatan pembelajaran adalah salam pembuka
yang kemudian dilanjutkan dengan berdoa dan absensi. Setelah itu,
guru memberikan motivasi kepada siswa, selanjutnya memberikan
apersepsi dalam menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran serta
indikator yang hendak dicapai pada pertemuan I. Kemudian pada
kegiatan inti guru membentuk siswa menjadi 8 kelompok, masing-
masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Selanjutnya guru menugaskan
setiap kelompok untuk mengkategorikan jenis-jenis alat rumah
tangga ke dalam pesawat sederhana yang sebanyak-banyaknya.
Disini guru sudah mulai menerapkan metode inquiry kepada siswa.
Siswa dituntut untuk aktif dan kreatif menemukan/mencari tahu
jenis-jenis alat rumah tangga tersebut secara berkelompok. Setelah
itu, guru menugaskan kepada siswa setelah pulang sekolah untuk
mencari tahu lagi dari berbagai macam sumber lainnya seperti orang
tua, saudara, tetangga, internet dan lain sebagainya. Kemudian guru
menugaskan siswa untuk membawa alat-alat tersebut ke sekolah
pada pertemuan berikutnya, kemudian setiap kelompok ditugaskan
untuk mendemonstrasikan cara penggunaan alat-alat tersebut
(eksperimen). Kemudian siswa dan guru membuat kesimpulan
tentang materi yang telah disampaikan pada kegiatan pembelajaran.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa
dan dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana siswa
dalam menangkap dan memahami materi yang telah disampaikan
oleh guru pada pertemuan I (lihat lampiran 6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2) Pertemuan II
Pada kegiatan awal guru mulai mengkondisikan kelas untuk
memulai kegiatan pembelajaran. Hal yang pertama dilakukan guru
sebelum memulai kegiatan pembelajaran adalah salam pembuka
yang kemudian dilanjutkan dengan berdoa dan absensi. Setelah itu,
guru memberikan motivasi kepada siswa, selanjutnya memberikan
apersepsi dalam menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran serta
indikator yang hendak dicapai pada pertemuan II. Kemudian pada
kegiatan inti guru membentuk siswa menjadi 8 kelompok. Masing-
masing kelompok terdiri dari 4 siswa, seperti pada pertemuan
pertama. Kemudian setiap kelompok disuruh untuk mempersiapkan
alat-alat yang telah dibawanya untuk didemonstrasikan cara
penggunaannya alat-alat tersebut di depan kelas (eksperimen).
Disamping itu siswa juga menemukan dari sumber/tempat lain yang
ada di luar sekolah, kemudian guru juga mengamati dan mengawasi
jalannya kegiatan siswa tersebut. Selanjutnya siswa disuruh untuk
menganalisis dan membuat kesimpulan dari hasil eksperimennya.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa
dan dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana siswa
dalam menangkap dan memahami materi yang telah disampaikan
oleh guru pada pertemuan II (lihat lampiran 6).
Pertemuan I dan II di atas merupakan rangkaian kegiatan
tindakan pada siklus I. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, nilai
pemahaman konsep pesawat sederhana mengalami peningkatan yang
cukup baik. Berdasarkan daftar nilai pemahaman konsep pesawat
sederhana siklus I (tercantum pada lampiran 14) dapat dibuat tabel
distribusi frekuensi mengenai nilai pemahaman konsep pesawat
sederhna pada siklus I seperti tabel 4.2 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Pada Siklus I
No Interval Frekuensi
Nilai
Tengah FiXi Persentase
(%)
1 55-62 8 58,5 468 25,00
2 63-70 7 66,5 465,5 21,88
3 71-78 6 74,5 447 18,75
4 79-86 4 82,5 330 12,50
5 87-94 4 90,5 362 12,50
6 95-102 3 98,5 295,5 9,38
Nilai Rata-Rata Kelas = 74.8
Ketuntasan Klasikal = 24 : 32 x 100 % = 75 %
Dari tabel 4.2 di atas maka dapat disajikan dalam bentuk grafik pada
gambar 4.2 berikut :
Gambar 4.2. Grafik Daftar Nilai Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana
Siklus I
Berdasarkan analisa tabel dan grafik di atas, nilai Pemahaman
Konsep Pesawat Sederhana di siklus I diperoleh rata-rata kelas sebesar
74.8. Siswa yang memperoleh nilai 55 – 62 sebanyak 8 siswa atau 25,00%.
Siswa yang memperoleh nilai 63 - 70 sebanyak 7 siswa atau 21,88%.
Siswa yang memperoleh nilai 71 - 78 sebanyak 6 siswa atau 18,75%.
Siswa yang memperoleh nilai 79-86 sebanyak 4 siswa atau 12,50%. Siswa
8
7
6
4 4
3
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
55-62 63-70 71-78 79-86 87-94 95-102
Fre
ku
ensi
Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
yang memperoleh nilai 87 - 94 sebanyak 4 siswa atau 12,50%. Siswa yang
memperoleh nilai 95 - 102 sebanyak 3 siswa atau 9,38%. Siswa yang
mencapai KKM sebanyak 24 siswa atau 75%.
Data hasil perkembangan nilai siswa yang diambil dari tabel 4.1
yang berisi nilai hasil pemahaman konsep pesawat sederhana sebelum
tindakan dan tabel 4.2 yang berisi nilai hasil pemahaman konsep pesawat
sederhana siklus I dapat dibuat tabel perkembangan nilai siswa dan dapat
dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3. Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana
Sebelum Tindakan dan Siklus I
Sebelum Tindakan Tes Siklus I
Nilai Terendah 40 55
Nilai Tertinggi 80 100
Rata-rata nilai 61,3 74,8
Siswa belajar
tuntas 40,6% 75,0%
Dari tabel 4.3 di atas maka dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar
4.3 berikut :
Gambar 4.3. Grafik Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Sebelum Tindakan dan Tes Siklus I
0
20
40
60
80
100
120
tes awal tes siklus I
nilai terendah
nilai tertinggi
rata-rata nilai
siswa belajar tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Dari hasil analisa data perkembangan pemahaman konsep
pesawat sederhana pada tabel dan gambar diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa persentase hasil tes siswa dari tes awal mengalami
peningkatan pada tes siklus I. Peningkatan tersebut terbukti dari
persentase ketuntasan belajar siswa, yaitu dari 40,6% menjadi 75%
dengan nilai batas tuntas 63(KKM). Nilai terendah pada tes awal yaitu
40, kemudian pada tes siklus I menjadi 55. Sedangkan nilai tertinggi
pada tes awal 80 kemudian pada tes siklus I menjadi 100. Nilai rata-rata
kelas pada tes awal adalah 61,3, kemudian mengalami peningkatan
pada tes siklus I yaitu menjadi 74,8 (lihat lampiran 14).
(c) Observasi
Pada tahap ini, dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry. Peneliti pada tahap
ini berkolaborasi dengan guru kelas V. Guru kelas V bertindak sebagai
observer dengan melaksanakan pemantauan terhadap aktivitas siswa
pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
lembar observasi. Selain itu, guru juga menilai kinerja peneliti pada saat
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran IPA
tentang pemahaman konsep pesawat sederhana, diperoleh gambaran
tentang aktivitas siswa sebagai berikut:
1) Pertemuan I
(a) Kegiatan Siswa
Siswa kurang begitu memahami penjelasan guru pada saat
proses pembelajaran, karena guru tidak menggunakan media
pembelajaran. Respon siswa terhadap pertanyaan/ tugas dari guru
juga masih sangat kurang, dan siswa tidak ada yang mau/berani
mengemukakan pendapat/jawaban dengan bahasa yang benar.
Kemudian keampuan siswa dalam bekerja kelompok/tim juga
masih sangat kurang, karena belum terbiasa (lihat lampiran 8).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
(b) Kegiatan Guru
Guru tidak menggunakan media pembelajaran sehingga siswa
kurang begitu jelas dengan materi yang disampaikan oleh guru.
Guru kurang mampu memicu dan memelihara keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran
kurang efektif. Dan kesimpulan yang diberikan guru masih sangat
kurang bisa diterima oleh siswa (lihat lampiran 12).
2) Pertemuan II
Pertemuan kedua ini dilaksanakan dengan indikator yang sama
dengan pertemuan I, yaitu pemahaman konsep pesawat sederhana.
(a) Kegiatan Siswa
Sebagian besar siswa cukup aktif memperhatikan apersepsi
guru. Siswa masih ramai pada saat berkumpul dengan
kelompoknya. Siswa kurang begitu antusias dalam
mendemonstrasikan penggunaan alat-alat pesawat sederhana,
masih banyak yang bercanda sendiri dengan temannya. Keaktifan
kelompok juga masih kurang terlihat, masih individual pada
kelompok. Pada saat dibacakan hasil diskusi mayoritas siswa
sudah memperhatikan, walaupun masih ada beberapa siswa yang
tidak memperhatikan. Siswa mengerjakan dengan baik tugas
individu. Siswa belum menunjukkan sikap antusias terhadap
aktifitas guru dan saat presentasi kelompok sudah ada kelompok
yang langsung maju presentasi tanpa ditunjuk.
Berdasarkan hasil rekap nilai observasi terhadap aktivitas
siswa pada pembelajaran siklus I (tercantum dalam lampiran 8 dan
9) maka dapat dibuat tabel 4.4 sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 4.4 Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I
No Pertemuan Skor
Siklus I
1 I 1,9
2 II 2,7
Rata-
rata 2,3
Dari tabel 4.4 di atas maka dapat disajikan dalam gambar 4.4 sebagai
berikut:
Gambar 4.4 Grafik Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Pada pembelajaran siklus I, rata-rata skor hasil observasi
terhadap siswa pada pertemuan pertama 1,9 ; pada pertemuan
kedua meningkat menjadi 2,7. Jadi rata-rata skor aktivitas siswa
dalam pembelajaran siklus I adalah 2,3 (masuk kriteria baik).
(b) Kegiatan Guru
Guru sudah melakukan penjelasan kepada siswa dengan cukup
baik, karena didukung dengan adanya media pembelajaran yang
lumayan cukup lengkap. Akan tetapi keefektifan peoses
pembelajaran belum sepenuhnya bisa berjalan dengan baik, karena
masih ada siswa yang kurang begitu memperhatikan penjelasan
guru (lihat lampiran 12).
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Siklus I
Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Berdasarkan hasil rekap nilai observasi terhadap kinerja
guru pada pembelajaran siklus I (tercantum dalam lampiran 12)
maka dapat dibuat tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4.5 Skor Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus I
No Pertemuan Skor
Siklus I
1 I 2,3
2 II 2,7
Rata-rata 2,5
Dari table 4.5 skor kinerja guru dalam pembelajaran siklus I diatas maka
dapat digambarkan dalam gambar 4.5 berikut:
Gambar 4.5 Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I
Rata-rata skor hasil observasi terhadap guru pada pertemuan
pertama 2,3 ; pada pertemuan kedua meningkat menjadi 2,7. Jadi rata-
rata skor aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I adalah 2,5 (masuk
kriteria baik).
(d) Analisis dan Refleksi
Hasil siklus I yang didapat dari hasil observasi, penilaian hasil
pemahaman konsep pesawat sederhana melalui tes kemudian dianalisis dan
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
Siklus I
Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
direfleksi sebagai langkah pengambilan tindakan pada siklus berikutnya.
Adapun hasilnya adalah:
1) Respon siswa terhadap pertanyaan dari guru masih sangat rendah dan
keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga masih sangat rendah,
sehingga siswa kurang begitu antusias dalam mengikuti pelajaran.
Seharusnya guru lebih tegas dan adil kepada semua siswa serta harus
menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif dalam kegiatan
pembelajaran (lihat lampiran 8 dan lampiran 9).
2) Siswa masih malu mengemukakan pendapat dengan bahasanya sendiri dan
kurang perhatian kepada guru, sehingga siswa tidak mengetahui materi atau
tidak bisa mencatat kesimpulan pembelajaran dari guru, seharusnya guru
harus lebih aktif mendorong siswa untuk kreatif dan berani mengemukakan
pendapatnya (lihat lampiran 8 dan lampiran 9).
3) Guru melakukan proses pembelajaran kurang difahami oleh siswa, karena
tidak ada media pembelajaran yang mendukungnya. Untuk siklus kedua
sebaiknya media pembelajaran dibuat yang lebih lengkap (lihat lampiran 8
dan lampiran12)
4) Guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran,sehingga
pembelajaran kurang efektif antara guru dengan siswa karena kurang
adanya interaksi yang positif antara guru dengan siswa. Seharusnya guru
harus aktif melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran (lihat lampiran 9
dan 12)
5) Kesimpulan pembelajaran yang disampaikan oleh guru kurang bisa
diterima oleh siswa, seharusnya dalam menyampaikan kesimpulan guru
harus melibatkan siswa juga ( lihat lampiran 12).
II. Tindakan Siklus II
Pada siklus I hasil pembelajaran IPA materi pemahaman konsep
pesawat sederhana belum tuntas. Oleh karena itu, kegiatan penelitian tindakan
kelas ini dilanjutkan ke siklus II dengan harapan pada siklus II dapat
memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus I sehingga tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana dengan menggunakan
metode inquiry dapat terwujud.
Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal
3-6 April 2012 yang diikuti oleh 32 siswa. Alokasi waktu yang digunakan
yaitu 2x35 menit. Kegiatan dari siklus II ini adalah sabagai berikut:
(a) Tahap Perencanaan
Pada siklus II, tahap perencanaanya adalah:
1) Mempersiapkan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk proses pembelajaran pesawat sederhana.
2) Mempersiapkan soal individu sesuai dengan materi pembelajaran.
3) Mempersiapkan Media pembelajaran yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran.
4) Mempersiapkan LKS diskusi kelompok.
5) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru
untuk mengobservasi jalannya proses kegiatan pembelajaran
selama berjalan.
(b) Tahap Pelaksanaan
1) Pertemuan I
Pada kegiatan awal guru mulai mengkondisikan kelas untuk
memulai kegiatan pembelajaran. Hal yang pertama dilakukan guru
sebelum memulai kegiatan pembelajaran adalah salam pembuka yang
kemudian dilanjutkan dengan berdoa dan absensi. Setelah itu, guru
memberikan motivasi kepada siswa, selanjutnya memberikan
apersepsi dalam menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran serta
indikator yang hendak dicapai pada pertemuan I. Kemudian pada
kegiatan inti guru membentuk siswa menjadi 8 kelompok, masing-
masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Sama halnya dengan siklus I,
selanjutnya guru menugaskan setiap kelompok untuk
mengkategorikan jenis-jenis alat rumah tangga ke dalam pesawat
sederhana yang sebanyak-banyaknya. Disini guru sudah mulai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
menerapkan proses inquiry kepada siswa. Siswa dituntut untuk aktif
dan kreatif menemukan/mencari tahu jenis-jenis alat rumah tangga
tersebut secara berkelompok. Setelah itu, guru menugaskan kepada
siswa setelah pulang sekolah untuk mencari tahu lagi dari berbagai
macam sumber lainnya seperti orang tua, saudara, tetangga, internet
dan lain sebagainya. Kemudian guru menugaskan siswa untuk
membawa alat-alat tersebut ke sekolah pada pertemuan berikutnya,
kemudian setiap kelompok ditugaskan untuk mendemonstrasikan cara
penggunaan alat-alat tersebut (eksperimen). Kemudian siswa dan guru
membuat kesimpulan. Pada kegiatan akhir, guru memberikan soal
evaluasi kepada siswa dan dikerjakan secara individu untuk
mengetahui sejauh mana siswa dalam menangkap dan memahami
materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru (lihat lampiran
7).
2) Pertemuan II
Pada kegiatan awal guru mulai mengkondisikan kelas untuk
memulai kegiatan pembelajaran. Hal yang pertama dilakukan guru
sebelum memulai kegiatan pembelajaran adalah salam pembuka yang
kemudian dilanjutkan dengan berdoa dan absensi. Setelah itu, guru
memberikan motivasi kepada siswa, selanjutnya memberikan
apersepsi dalam menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran serta
indikator yang hendak dicapai pada pertemuan I. Kemudian pada
kegiatan inti guru membentuk siswa menjadi 8 kelompok. Masing-
masing kelompok terdiri dari 4 siswa, sama dengan pertemuan satu.
Selanjutnya guru menyuruh masing-masing kelompok untuk
menyiapkan alat-alat yang sudah mereka bawa ke sekolah. Kemudian
setiap kelompok ditugaskan untuk mendemonstrasikan cara kerja alat-
alat tersebut dengan baik dan benar (eksperimen). Selain alat-alat yang
dibawa ke sekolah, siswa juga menemukan alat-alat yang tergolong ke
dalam jenis pesawat sederhana di luar sekolah. Guru mengawasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
membimbing jalannya kegiatan siswa tersebut. Selanjutnya siswa
disuruh untuk menganalisis dan membuat kesimpulan dari hasil
kegiatannya tersebut. Kemudian guru memberikan soal evaluasi
kepada siswa dan dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh
mana siswa dalam menerima dan memahami materi pembelajaran
yang telah disampaikan oleh guru (lihat lampiran 7).
Pertemuan I dan II di atas merupakan rangkaian kegiatan
tindakan pada siklus II. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, nilai
pemahaman konsep pesawat sederhana mengalami peningkatan yang
cukup baik. Berdasarkan daftar nilai pemahaman konsep pesawat
sederhana siklus I (tercantum pada lampiran 15) dapat dibuat tabel
distribusi frekuensi mengenai nilai pemahaman konsep pesawat
sederhana pada siklus II seperti tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Siklus II
No Interval Frekuensi
Nilai
Tengah FiXi Persentase
(%)
1 60-65 3 62,5 187,5 9,38
2 66-71 5 68,5 342,5 15,63
3 72-77 1 74,5 74,5 3,13
4 78-83 4 80,5 322 12,50
5 84-89 5 86,5 432,5 15,63
6 90-95 8 92,5 740 25,00
7 96-101 6 98,5 591 18,75
Nilai Rata-Rata Kelas = 84,1
Ketuntasan Klasikal = 29 : 32 x 100 % = 90.6 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Dari tabel 4.6 di atas maka dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar
4.6 berikut :
Gambar 4.6 Grafik Daftar Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Siklus II
Berdasarkan analisa tabel dan grafik di atas, nilai Pemahaman
Konsep Pesawat Sederhana di siklus II diperoleh rata-rata kelas sebesar
84.1. Siswa yang memperoleh nilai 60 – 65 sebanyak 3 siswa atau 9,38%.
Siswa yang memperoleh nilai 66 - 71 sebanyak 5 siswa atau 15,63%.
Siswa yang memperoleh nilai 72 - 77 sebanyak 1 siswa atau 3,13%. Siswa
yang memperoleh nilai 78-83 sebanyak 4 siswa atau 12,50%. Siswa yang
memperoleh nilai 84 - 89 sebanyak 5 siswa atau 15,63%. Siswa yang
memperoleh nilai 90 - 95 sebanyak 8 siswa atau 25,00%. Siswa yang
memperoleh nilai 96 – 101 sebanyak 6 siswa atau 18,75%. Siswa yang
mencapai KKM sebanyak 29 siswa atau 90,6% (lihat lampiran 15).
Data hasil perkembangan nilai siswa yang diambil dari tabel 4.2
yang berisi nilai hasil pemahaman konsep pesawat sederhana siklus I, dan
tabel 4.6 yang berisi nilai hasil pemahaman konsep pesawat sederhana
siklus II dapat dibuat tabel perkembangan nilai siswa dan dapat dilihat
pada tabel 4.7 sebagai berikut:
3
5
1
4
5
8
6
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
60-65 66-71 72-77 78-83 84-89 90-95 96-101
Fre
ku
ensi
Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 4.7 Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Tes
Siklus I dan Tes Siklus II
Keterangan
Tes
Siklus I
Tes Siklus
II
Nilai Terendah 55 60
Nilai Tertinggi 100 100
Rata-rata nilai 74,8 84,1
Siswa belajar
tuntas 75,0% 90,6%
Dari tabel 4.7 di atas maka dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar
4.7 berikut :
Gambar 4.7 Grafik Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Dari hasil analisa data perkembangan pemahaman konsep pesawat
sederhana pada tabel dan gambar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
persentase hasil tes siswa dari tes siklus I mengalami peningkatan pada tes
siklus II. Peningkatan tersebut terbukti dari persentase ketuntasan belajar
siswa, yaitu dari 75% menjadi 90,6% dengan nilai batas tuntas 63(KKM).
Nilai terendah pada tes siklus I yaitu 55, kemudian pada tes siklus II
0
20
40
60
80
100
120
tes siklus I tes siklus II
nilai terendah
nilai tertinggi
rata-rata nilai
siswa belajar tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
menjadi 60. Sedangkan nilai tertinggi pada tes siklus I 100 kemudian pada
tes siklus II juga mencapai100. Nilai rata-rata kelas pada tes siklus I adalah
74,8, kemudian mengalami peningkatan pada tes siklus II yaitu menjadi
84,1.
(c) Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menerapkan metode inquiry, yang dilaksanakan dengan
menggunakan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan
kamera. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai
kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode inquiry
pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Serta
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode inquiry dalam
meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V.
Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas
siswa atau proses yang terjadi dalam proses pembelajaran, namun juga pada
aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana
kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran menggolongkan
alat-alat ke dalam jenis pesawat sederhana. Hasil observasi pada pertemuan
pertama adalah sebagai berikut:
(a) Kegiatan Siswa
Siswa mulai aktif memperhatikan apersepsi guru. Pada saat
pembentukan kelompok siswa langsung bergabung dengan anggotanya
meskipun masih ada beberapa yang ramai. Ada beberapa siswa yang
kurang menerima dengan pembagian kelompok Siswa mulai memahami
langkah diskusi yang diberikan, aktivitas kelompok sudah terlihat. Pada
saat membacakan hasil diskusi di depan kelas, sebagian besar siswa
sudah memperhatikan. Siswa sudah mulai mengerti tujuan kerjasama
dalam kelompok dan toleransi antar anggota kelompok sudah cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
baik. Pada saat mengerjakan tugas individu, siswa mengerjakan sendiri-
sendiri (lihat lampiran 10).
(b) Kegiatan Guru
Apersepsi yang diberikan untuk meningkatkan motivasi sudah
menarik dan melibatkan siswa sehingga terlihat adanya timbal balik
antara guru dan siswa. Pada saat pembagian kelompok, guru sudah
mengendalikan siswa dengan baik sehingga tidak terjadi kegaduhan.
Guru menggunakan berbagai sumber belajar. Penggunan waktu sudah
baik. Guru juga sudah memotivasi individu dan kelompok juga sudah
baik. Guru juga sudah memperhatikan dan mengawasi jalanya diskusi
setiap kelompok. Setelah siswa mempresentasikan hasil kerja
kelompok, guru memberikan tanggapan dan umpan balik terhadap
siswa serta. Setelah evaluasi individu, guru membacakan beberapa hasil
pekerjaan siswa dan memberikan masukan serta penguatan materi (lihat
lampiran 13).
2) Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan dengan kegiatan siswa
mendemonstrasikan cara pemakaian alat-alat yang tergolong ke dalam jenis
pesawat sederhana. Hasil observasi pada pertemuan kedua adalah sebagai
berikut:
(a) Kegiatan Siswa
Siswa memperhatikan apersepsi guru. Siswa mulai memahami
pentingnya kerjasama antar kelompok. Ketika mendemonstrasikan cara
pemakaian alat-alat pesawat sederhana, siswa sudah bisa
mendemonstrasikannya dengan baik dan benar dan siswa lainnya
memperhatikan dengan tenang. Siswa sudah mulai mengerti tujuan
kerjasama dalam kelompok dan toleransi antar anggota kelompok sudah
cukup baik. Pada saat mengerjakan tugas individu, siswa mengerjakan
sendiri-sendiri (lihat lampiran 11).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Berdasarkan hasil rekap nilai observasi terhadap aktivitas siswa
pada pembelajaran siklus II (tercantum dalam lampiran 10 dan 11)
maka dapat dibuat tabel 4.8 sebagai berikut.
Tabel 4.8 Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II
No Pertemuan Skor
Siklus II
1 I
3,5
2 II
3,7
Rata-
rata
3,6
Dari tabel 4.8 di atas maka dapat disajikan dalam gambar 4.8 sebagai
berikut:
Gambar 4.8 Grafik Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Hasil observasi terhadap siswa pada siklus II yaitu, pada
pertemuan pertama 3,5 ; pada pertemuan kedua meningkat menjadi 3,7.
Jadi rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II adalah 3,6
(masuk kriteria sangat baik).
(b) Kegiatan Guru
Guru telah memberikan apersepsi yang menarik untuk
meningkatkan motivasi dan melibatkan siswa sehingga terlihat adanya
3,4
3,45
3,5
3,55
3,6
3,65
3,7
3,75
Siiklus II
Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
timbal balik antara guru dan siswa. Pada saat siswa mendemonstrasikan
cara pemakaian alat-alat pesawat sederhana, guru sudah bisa
mengendalikan siswa dengan baik sehingga tidak terjadi kegaduhan.
Penggunan waktu sudah baik. Guru juga sudah memotivasi individu
dan kelompok juga sudah baik. Guru juga sudah memperhatikan dan
mengawasi jalanya diskusi setiap kelompok. Setelah siswa bekerja
kelompok, guru memberikan tanggapan dan umpan balik terhadap
siswa. Setelah evaluasi individu, guru membacakan beberapa hasil
pekerjaan siswa dan memberikan masukan serta penguatan materi (lihat
lampiran 13).
Berdasarkan hasil rekap nilai observasi terhadap kinerja guru
pada pembelajaran siklus II (tercantum dalam lampiran 13) maka dapat
dibuat tabel 4.9 sebagai berikut.
Tabel 4.9 Skor Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus II
No Pertemuan Skor
Siklus II
1 I
2,8
2 II
2,9
Rata-
rata
2,85
Dari tabel 4.9 di atas maka dapat digambarkan dalam gambar 4.9 berikut:
Gambar 4.9 Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II
2,74
2,76
2,78
2,8
2,82
2,84
2,86
2,88
2,9
2,92
Siiklus II
Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Hasil observasi terhadap guru pada siklus II yaitu, pada
pertemuan pertama 2,8 ; pada pertemuan kedua meningkat menjadi 2,9.
Jadi rata-rata aktivitas guru dalam pembelajaran siklus II adalah 2,85
(masuk kriteria sangat baik).
(d) Analisis dan Refleksi
Setelah pelaksanaan siklus II selesai dilakukan, maka diadakan tes
hasil belajar siswa. Dari hasil tes belajar siswa dapat diketahui pemahaman
konsep pesawat sederhana pada siswa dengan menerapkan metode inquiry,
secara umum telah menunjukkan adanya peningkatan, guru dalam
melaksanakan pembelajarn semakin luwes dan sabar. Persentase aktivitas
atau partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Mereka lebih
banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih aktif dan
kreatif. Kemampuan pemahaman konsep pesawat sederhana meningkat
dengan penerapan metode inquiry.
Dari analisis hasil tes pada siklus II ini diketahui bahwa dari
penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi siswa
dalam pembelajaran meningkat. Selain itu, hasil yang dicapai siswa
melalui tes akhir pembelajaran mencapai nilai rata-rata kelas di atas 63 dan
presentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM mencapai 85%.
Atas dasar tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing
pertemuan, maka pembelajaran melalui penerapan metode inquiry yang
dilaksanakan pada siklus II dikatakan berhasil. Dengan demikian tidak
perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menerapkan metode inquiry dapat meningkatkan
pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri
Menganti 01.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
III. Perbandingan Peningkatan Hasil Tindakan Antarsiklus
a) Perbandingan Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Antarsiklus
Berikut ini adalah perbandingan peningkatan pemahaman konsep
pesawat sederhana Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II. Untuk lebih
jelasnya bisa dilihat pada Tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10 Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana
Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II
Keterangan
Sebelum
Tindakan Tes Siklus I Tes Siklus II
Nilai
Terendah 40 55 60
Nilai
Tertinggi 80 100 100
Rata-rata nilai 61,3 74,8 84,1
Siswa belajar
tuntas 40,6% 75,0% 90,6%
Dari tabel 4.10 di atas maka dapat disajikan dalam bentuk grafik pada
gambar 4.10 berikut:
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Sebelum Tindakan, Tes Siklus I dan Siklus II
0
20
40
60
80
100
120
tes awal tes siklus I tes siklus II
nilai terendah
nilai tertinggi
rata-rata nilai
siswa belajar tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Berdasarkan analisa tabel dan gambar di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1) Nilai yang terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 40, pada
tes siklus I sebesar 55, kemudian pada tes Siklus II meningkat 60.
2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 80,
mengalami kenaikan pada tes siklus I sebesar 100, dan pada siklus
II juga memperoleh 100.
3) Nilai rata-rata siswa dalam satu kelas keseluruhan juga terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 61,3 ; tes siklus I 74,8 ;
dan siklus II meningkat sebesar 84,1.
4) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan di atas 63) pada tes
awal 40,6% ; tes siklus I 75,0% ; tes siklus II 90,6%.
Dari analisis data dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran
pada siklus II, secara umum telah menunjukkan perubahan yang
signifikan. Guru telah berhasil menerapkan metode inquiry dalam
pembelajaran IPA materi pemahaman konsep pesawat sederhana, sehingga
tindakan perbaikan dihentikan pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke
siklus berikutnya.
b) Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa Antarsiklus
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa mengalami
peningkatan pada pembelajaran siklus I, siklus II. Pada pembelajaran
siklus I, rata-rata skor hasil observasi terhadap siswa pada pertemuan
pertama 1,9 ; pada pertemuan kedua 2,7. Jadi rata-rata skor aktivitas siswa
dalam pembelajaran siklus I adalah 2,3 (baik).
Hasil observasi terhadap siswa pada siklus II yaitu, pada pertemuan
pertama 3,5 ; pada pertemuan kedua 3,7. Jadi rata-rata aktivitas siswa
dalam pembelajaran siklus II adalah 3,6 (sangat baik).
Dari data observasi terhadap aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I
dan siklus II maka dapat dilihat pada tabel 4.11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4.11 Perbandingan Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus
I dengan Siklus II
No Pertemuan Skor
Siklus
I
Siklus
II
1 I 1,9 3,5
2 II 2,7 3,7
Rata-
rata 2,3 3,6
Dari tabel 4.11 diatas maka dapat disajikan dalam gambar 4.11 sebagai
berikut :
Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
dengan Siklus II
Hasil data observasi aktivitas siswa diatas menyatakan bahwa
keterampilan guru dalam mengajar mengalami peningkatan. Pada siklus I
rata-rata nilai kinerja guru yaitu 2,3 kemudian pada siklus II meningkat
menjadi 3,6.
c) Perbandingan Hasil Observasi Kinerja Guru Antarsiklus
Bedasarkan hasil observasi, kinerja guru mengalami peningkatan
pada pembelajaran siklus I, siklus II. Pada pembelajaran siklus I, rata-rata
skor hasil observasi terhadap guru pada pertemuan pertama 2,3 ; pada
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Siklus I Siiklus II
Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
pertemuan kedua 2,7. Jadi rata-rata skor aktivitas guru dalam pembelajaran
siklus I adalah 2,5 (baik).
Hasil observasi terhadap kinerja guru pada siklus II yaitu, pada
pertemuan pertama 2,8 ; pada pertemuan kedua 2,9. Jadi rata-rata aktivitas
guru dalam pembelajaran siklus II adalah 2,85 (sangat baik).
Dari data observasi terhadap aktivitas guru pada pembelajaran siklus I dan
siklus II maka dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Perbandingan Skor Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus I
dengan Siklus II
No Pertemuan Skor
Siklus I Siklus II
1 I 2,3 2,8
2 II 2,7 2,9
Rata-rata 2,5 2,85
Dari tabel 4.12 di atas maka dapat digambarkan dalam gambar 4.12 berikut:
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I
dengan Siklus II
Hasil data observasi kinerja guru diatas menyatakan bahwa
keterampilan guru dalam mengajar mengalami peningkatan. Pada siklus I
rata-rata nilai kinerja guru yaitu 2,5 kemudian pada siklus II meningkat
menjadi 2,85.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Siklus I Siiklus II
Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Sehubungan dengan penelitian yang telah dilaksanakan sebanyak dua
siklus empat kali pertemuan. Hasil penelitian tersebut dapat menjawab
rumusan masalah yang telah dirumuskan dan diperoleh adanya temuan baru
yakni sebagai berikut:
1. Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Melalui
Penerapan Metode Inquiry pada Siswa Kelas V SD Negeri Mengenti
01 Cilacap Tahun Ajaran 2011/2012.
Setelah dilaksanakan penelitian Tindakan Kelas melalui penerapan
metode inquiry pada pembelajaran IPA materi Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana pada Siswa Kelas V SD Negeri Menganti 01 Cilacap, didapat
deskripsi data sebagai berikut:
a. Sebelum Tindakan
Analisis data evaluasi dari tes awal sebelum dilakukan tindakan
diperoleh rata-rata nilai siswa 61,3. Nilai tersebut masih dibawah
KKM yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu sebesar 63. Sedangkan
besarnya presentase siswa yang mencapai ketuntasan sebesar 40,6%
dan sisanya sebesar 59,4% belum dapat mencapai kriteria ketuntasan
yang diinginkan. Hasil tersebut belum dapat memenuhi target yang
ingin dicapai yaitu siswa dapat mencapai ketuntasan sebesar 85%.
Dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa untuk
meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana perlu diadakan
tindakan lebih lanjut.
b. Siklus I
Pada siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan
dengan siswa menerima materi pemahaman konsep pesawat sederhana
menggunakan metode inquiry. Proses pembelajaran disampaikan
dengan terencana dimulai dari kegiatan awal, inti (eksplorasi,
elaborasi, konfirmasi) dan penutup. Kegiatan ini terfokus
mengaktifkan dan melibatkan peran serta siswa dalam kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pembelajaran mulai dari memperhatikan penjelasan, diskusi
kelompok, mendemonstrasikan hasil diskusi dan penggunaan alat-alat
pesawat sederhana, mengerjakan LKS dan tugas individu.
Dari hasil analisa data perkembangan pemahaman konsep
pesawat sederhana pada deskripsi tindakan siklus I, maka dapat
disimpulkan bahwa persentase hasil tes siswa dari tes awal mengalami
peningkatan pada tes siklus I. Peningkatan tersebut terbukti dari
persentase ketuntasan belajar siswa, yaitu dari 40,6% menjadi 75%
dengan nilai batas tuntas 63(KKM). Nilai terendah pada tes awal yaitu
40, kemudian pada tes siklus I menjadi 55. Sedangkan nilai tertinggi
pada tes awal 80 kemudian pada tes siklus I menjadi 100. Nilai rata-
rata kelas pada tes awal adalah 61,3, kemudian mengalami
peningkatan pada tes siklus I yaitu menjadi 74,8.
c. Siklus II
Pelaksanaan siklus II merupakan tindakan perbaikan dari
siklus I. Pembelajaran yang disampaikan yaitu tentang pemahaman
konsep pesawat sederhana. Kegiatan belajar mengajar disampaikan
dengan terencana sebagaimana siklus I dan kegiatan pembelajaran
dilaksanakan lebih optimal.
Dari hasil analisa data perkembangan pemahaman konsep
pesawat sederhana pada deskripsi tindakan siklus II, maka dapat
disimpulkan bahwa persentase hasil tes siswa dari tes siklus I
mengalami peningkatan pada tes siklus II. Peningkatan tersebut
terbukti dari persentase ketuntasan belajar siswa, yaitu dari 75%
menjadi 90,6% dengan nilai batas tuntas 63(KKM). Nilai terendah
pada tes siklus I yaitu 55, kemudian pada tes siklus II menjadi 60.
Sedangkan nilai tertinggi pada tes siklus I 100 kemudian pada tes
siklus II juga mencapai100. Nilai rata-rata kelas pada tes siklus I
adalah 74,8, kemudian mengalami peningkatan pada tes siklus II yaitu
menjadi 84,1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
d. Perbandingan Hasil Tndakan Antarsiklus
Berdasarkan analisa pada kegiatan sebelum tindakan, siklus I, dan
siklus II, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Nilai yang terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 40, pada
tes siklus I sebesar 55, kemudian pada tes Siklus II meningkat 60.
2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 80,
mengalami kenaikan pada tes siklus I sebesar 100, dan pada siklus
II juga memperoleh 100.
3) Nilai rata-rata siswa dalam satu kelas keseluruhan juga terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 61,3 ; tes siklus I 74,8 ;
dan siklus II meningkat sebesar 84,1.
4) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan di atas 63) pada tes
awal 40,6% ; tes siklus I 75,0% ; tes siklus II 90,6%.
Dari analisis data dan diskusi terhadap pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II, secara umum telah menunjukkan
perubahan yang signifikan. Guru telah berhasil menerapkan metode
inquiry dalam pembelajaran IPA materi pemahaman konsep pesawat
sederhana, sehingga tindakan perbaikan dihentikan pada siklus II dan
tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.
e. Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa Antarsiklus
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa mengalami
peningkatan pada pembelajaran siklus I, siklus II. Pada pembelajaran
siklus I, rata-rata skor hasil observasi terhadap siswa pada pertemuan
pertama 1,9 ; pada pertemuan kedua 2,7. Jadi rata-rata skor aktivitas
siswa dalam pembelajaran siklus I adalah 2,3 (baik).
Hasil observasi terhadap siswa pada siklus II yaitu, pada
pertemuan pertama 3,5 ; pada pertemuan kedua 3,7. Jadi rata-rata
aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II adalah 3,6 (sangat baik).
Hasil data observasi aktivitas siswa diatas menyatakan bahwa
keterampilan guru dalam mengajar mengalami peningkatan. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
siklus I rata-rata nilai kinerja guru yaitu 2,3 kemudian pada siklus II
meningkat menjadi 3,6.
f. Perbandingan Hasil Observasi Kinerja Guru Antarsiklus
Bedasarkan hasil observasi, aktivitas guru mengalami
peningkatan pada pembelajaran siklus I, siklus II. Pada pembelajaran
siklus I, rata-rata skor hasil observasi terhadap guru pada pertemuan
pertama 2,3 ; pada pertemuan kedua 2,7. Jadi rata-rata skor aktivitas
guru dalam pembelajaran siklus I adalah 2,5 (baik).
Hasil observasi terhadap guru pada siklus II yaitu, pada
pertemuan pertama 2,8 ; pada pertemuan kedua 2,9. Jadi rata-rata
aktivitas guru dalam pembelajaran siklus II adalah 2,85 (sangat baik).
Hasil data observasi kinerja guru diatas menyatakan bahwa
keterampilan guru dalam mengajar mengalami peningkatan. Pada
siklus I rata-rata nilai kinerja guru yaitu 2,5 kemudian pada siklus II
meningkat menjadi 2,85.
2. Penerapan Metode Inquiry Dalam Meningkatkan Pemahaman
Konsep Pesawat Sederhana pada Siswa Kelas V SD Negeri
Menganti 01 Cilacap Tahun Ajaran 2011/2012.
Cara menerapkan metode inquiry dalam meningkatkan
pemahaman konsep pesawat sederhana disesuaikan dengan langkah –
langkah metode inquiry serta siswa dan lingkungan belajar. Langkah –
langkah tersebut terdiri dari orientasi, merumuskan masalah,
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
menarik kesimpulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode inquiry yang disesuaikan dengan langkah – langkah tersebut
terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana
pada siswa kelas V SD Negeri Menganti 01 Cilacap Tahun Ajaran
2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus empat kali pertemuan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Penerapan metode inquiry dapat meningkatkan pemahaman konsep pesawat
sederhana pada siswa kelas V SD Negeri Menganti 01 Cilacap Tahun Ajaran
2011/2012. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan
nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA materi
pesawat sederhana ialah 61.3 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar
40.6%, siklus I nilai rata-rata hasil belajar IPA materi pesawat sederhana
peserta didik 74.8 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 75.0% dan
siklus II nilai rata-rata hasil belajar IPA materi pesawat sederhana peserta didik
84.1 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 90.6%. Penerapan
pembelajaran melalui metode inquiry dapat dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan Pemahaman Konsep
Pesawat Sederhana pada Siswa Kelas V SD Negeri Menganti 01 Cilacap
Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Penerapan metode inquiry disesuaikan dengan langkah-langkah metode inquiry
serta siswa dan lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran dengan
menerapkan metode inquiry guru membentuk kelompok diskusi siswa,
kemudian setiap kelompok ditugaskan untuk menggolongkan jenis alat-alat apa
sajakah yang tergolong pesawat sederhana lalu setiap kelompok diminta untuk
mendemonstrasikan cara penggunaan alat-alat tersebut dan guru mengawasi
jalannya proses kegiatan tersebut. Adapun langkah-langkah metode inquiry
adalah berikut : orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan masalah. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa penerapan metode inquiry yang disesuaikan dengan
langkah-langkah metode inquiry tersebut, terbukti dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri
Menganti 01 Kabupaten Cilacap.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada penerapan metode inquiry pada pembelajaran IPA materi pesawat sederhana
di kelas V. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus, dimana
model siklus yang digunakan terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada
tanggal 27 s.d. 30 Maret 2012 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 3 s.d. 6 April
2012. Dalam setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini
dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus
perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya.
Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini
berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya
dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I
sampai siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa melalui penerapan
metode inquiry dapat meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana pada
siswa kelas V SD Negeri Menganti 01 Cilacap Tahun Ajaran 2011/2012.
Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran melalui
penerapan metode inquiry dapat meningkatkan pemahaman konsep pesawat
sederhana pada siswa kelas V, hal itu dapat ditinjau dari hal-hal berikut:
a Setiap menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih metode
pembelajaran yang tepat agar peserta didik mampu memahami materi
pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan menerapkan metode
inquiry dapat meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana,
karena siswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
pembelajaran. Tugas guru disini hanyalah sebagai fasilitator yang
membimbing dan mengarahkan siswa.
b Presentase hasil belajar pemahaman konsep peserta didik pada mata
pelajaran IPA materi pesawat sederhana setelah menerapkan metode
inquiry meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-
rata tiap siklus pada peserta didik. Adanya peningkatan keaktifan peserta
didik dalam proses pembelajaran. Dengan adanya peningkatan ini
kondisi kelas menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya pemahaman
konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri Menganti 01
Cilacap meningkat.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan
strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai oleh peserta
didik SD Negeri Menganti 01 Cilacap.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada
umumnya dimiliki oleh sebagian besar peserta didik. Adanya kendala yang
dihadapi dalam pembelajaran pemahaman konsep pesawat sederhana melalui
metode inquiry harus di atasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu ketiga
aspek hasil belajar harus diperhatikan sehingga dapat mendukung keberhasilan
pembelajaran khususnya IPA materi pesawat sederhana.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa
saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
khususnya IPA dengan mengupayakan pelatihan bagi guru agar dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan tersistem sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan.
2. Bagi Guru
a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga
peserta didik menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih
kondusif dan bermakna. Dengan penerapan metode inquiry dalam
pembelajaran IPA hal ini membuat peserta didik lebih aktif dan kreatif,
tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
b. Dalam setiap pembelajaran IPA guru hendaknya selalu menerapkan
metode pembelajaran yang sesuai dan tepat, sehingga dapat memberikan
kemudahan terhadap peserta didik untuk lebih memahami konsep,
prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu, serta mampu memberikan
pengalaman yang berbeda dan bervariasi.
3. Bagi Siswa
Peserta didik harus lebih megembangkan inisiatif, kreatif, aktif,
motivasi belajar dan meningkatkan keberanian menyampaikan gagasan dalam
proses pembelajaran IPA untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
hasil belajar. Mengingat penilaian hasil belajar meliputi aspek psikomotor,
aspek afektif, dan aspek kognitif.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama, hendaknya
lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan
dengan pemahaman konsep pesawat sederhana yang melibatkan penerapan
metode inquiry sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar.
Hal tersebut dilakukan guna memperbaiki kekurangan yang ada, serta agar
diperoleh hasil penelitian yang lebih baik.