55
i PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY BERBASIS TREFFINGER Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika oleh Ayu Ariantika 4201412029 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN …lib.unnes.ac.id/26673/1/4201412029.pdf · achievement in physics was still low. Learning emphasis on memorizing formulas Learning emphasis

  • Upload
    buidung

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN

GUIDED INQUIRY BERBASIS TREFFINGER

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Ayu Ariantika

4201412029

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

ii

iii

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan

(QS. Al Insyirah: 6)

There are so many ways to fail but only one way to succeed; never give up!

(Johni Pangalila)

Life is like riding a bicycle, to keep your balance, you must keep moving

(Albert Eistein)

PERSEMBAHAN

Untuk Bapak (Suwilan) yang menjadi inspirasi

hidupku

Untuk Ibu (Sulasih) dan Adikku (Aditya

Mahardika) yang selalu memberi motivasi di

setiap langkahku

Untuk sahabat-sahabatku

Untuk keluarga besar Adidas Kos

Untuk teman-teman Pendidikan Fisika

Angkatan 2012

Untuk teman-teman PPL dan KKN 2015

v

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan

hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dengan

Menerapkan Model Pembelajaran Guided Inquiry Berbasis Treffinger “.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa saran,

bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Semarang.

3. Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Semarang.

4. Dra. Siti Khanafiyah, M.Si., Dosen Wali yang memberikan arahan dan

motivasi.

5. Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D, Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis selama penyusunan

skripsi.

6. Dr. Khumaedi, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

7. Kepala Laboratorium Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Semarang.

8. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Juwana, guru kelas X mata pelajaran Fisika

SMA Negeri 1 Juwana, dan petugas laboratorium Fisika SMA Negeri 1

Juwana.

9. Siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Juwana Tahun Ajaran 2015/2016, yang

telah bersedia menjadi responden penelitian.

vi

10. Ida Ratus Sa’adah dan Tri Puji Anjarani yang telah membantu pelaksanaan

penelitian.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu baik material maupun spiritual.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, lembaga,

masyarakat dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 10 Agustus 2016

Penulis

vii

ABSTRAK

Ariantika, A. 2016. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dengan Menerapkan

Model Pembelajaran Guided Inquiry Berbasis Treffinger.Skripsi, Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing Utama Prof. Drs.Nathan Hindarto, Ph.D dan Pembimbing

Pendamping Dr. Khumaedi, M.Si.

Kata Kunci: Peningkatan, prestasi belajar siswa, guided inquiry, Treffinger.

Hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Juwana menunjukkan

bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fisika masih rendah.

Pembelajaran yang dilaksanakan masih ditekankan pada penghafalan rumus dan

kurang mengaitkan materi dengan fenomena sains pada kehidupan sehari-hari.Hal

tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan sebagian besar siswa belum

mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh sekolah. Perlu adanya

inovasi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui penerapan

model pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger. Berdasarkan tujuan

tersebut sampel penelitian yang digunakan adalah kelas X IPA 1. Pengambilan

sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Metode Pre-

Experimental Designs digunakan untuk menguji peningkatan prestasi belajar

siswa dengan desain penelitian one-group pretest-postest design. Instrumen

penelitian yang digunakan adalah tes tertulis, dokumentasi dan perangkat

pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan kelas eksperimen dengan model

pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger telah mencapai ketuntasan

belajar klasikal. Peningkatan prestasi belajar siswa diketahui dari uji gain dimana

kelas eksperimen masuk dalam kategori sedang. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan model pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

viii

ABSTRACT

Ariantika, A. 2016. The Improvement of Student Achievement by Implementing a

Guided Inquiry Learning Model Based on Treffinger. Final Project, Physics

Department, Faculty of Mathematics and Science, Semarang State University.

First Supervisor Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D and Second Supervisor Dr.

Khumaedi, M.Si.

Keywords : Improvement, student achievement, guided inquiry, Treffinger.

The results of observations in SMA Negeri 1 Juwana show that student

achievement in physics was still low. Learning emphasis on memorizing formulas

and less associating materials with phenomena of science in daily life. It became

one of factors that caused most of the students have not reached the minimum

completeness criteria specified by the school. It needs learning innovations to

improve student achievement. The purpose of this research was to know the

improvement of student achievement using guided inquiry learning model based

on Treffinger. Based on the purpose, the sample of research used was class X IPA

1. The researcher used cluster random sampling technique to take the sample.

Pre-experimental design method used to test the improvement of student

achievement with the research design of group pretest posttest design. The

research instrument used a written test, documentation and learning devices. The

result showed that the experimental class that taught using guided inquiry

learning model based on Treffinger had reached the classical learning

completeness. The Improvement of student achievement was known from the gain

test which experimental class included in moderate category. From the results we

can conclude that guided inquiry learning model based on Treffinger can improve

student achievement.

ix

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERNYATAAN ...................................................................................................... ii

HALAMANPENGESAHAN ................................................................................. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv

PRAKATA .............................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

BAB 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

1.5 Pembatasan Masalah ..................................................................................... 6

1.6 Penegasan Istilah ........................................................................................... 6

1.6.1 Prestasi Belajar ....................................................................................... 6

1.6.2 Pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger ................................... 7

1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ....................................................................... 7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 9

x

2.1 Pembelajaran Fisika ...................................................................................... 9

2.2 Prestasi belajar ............................................................................................ 10

2.3 Model Pembelajaran guided inquiry ........................................................... 12

2.4 Model Pembelajaran Treffinger ................................................................... 15

2.5 Model Pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger ............................ 18

2.6 Materi Fluida statis ...................................................................................... 23

2.7 Kerangka berpikir ........................................................................................ 31

2.8 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 34

BAB 3

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 35

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 35

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 35

3.2.1 Populasi Penelitian ................................................................................ 35

3.2.2 Sampel Penelitian ................................................................................. 36

3.3 Variabel Penelitian ...................................................................................... 36

3.4 Metode dan Desain Penelitian ..................................................................... 37

3.5 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 38

3.5.1 Metode dokumentasi ............................................................................. 38

3.5.2 Metode tes ............................................................................................. 39

3.6.1 Instrumen Penelitian ................................................................................. 39

3.6.1 Instrumen Tes ....................................................................................... 39

3.6.2 Instrumen Non Tes................................................................................ 40

3.7 Urutan Penelitian ......................................................................................... 41

3.8 Tahap Uji Coba Instrumen .......................................................................... 42

3.8.1 Validitas Butir soal ............................................................................... 42

xi

3.8.2 Reliabilitas ............................................................................................ 43

3.8.3 Tingkat Kesukaran ................................................................................ 45

3.8.4 Daya Pembeda ...................................................................................... 46

3.9 Analisis Data Awal ...................................................................................... 48

3.9.1 Uji Normalitas....................................................................................... 48

3.9.2 Uji Homogenitas ................................................................................... 49

3.10 Analisis Data Akhir ................................................................................... 49

3.10.1 Uji Gain............................................................................................... 49

3.10.2 Uji Ketuntasan Belajar Klasikal ......................................................... 50

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 51

4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 51

4.2 Hasil Analisis Data Awal ............................................................................ 56

4.2.1 Uji Normalitas....................................................................................... 56

4.2.2 Uji Homogenitas ................................................................................... 57

4.3 Hasil Analisis Data Akhir ............................................................................ 57

4.3.1 Analisis Hasil Belajar Siswa ................................................................. 58

4.3.2 Analisis Peningkatan Prestasi Belajar................................................... 58

4.4 Pembahasan ................................................................................................. 59

BAB 5

PENUTUP ............................................................................................................. 68

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 68

5.2 Saran ............................................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 70

LAMPIRAN .......................................................................................................... 74

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Persebaran Siswa Kelas X IPA ....................................................................... 35

3.2 One-Group Pretest-Postest Design ................................................................. 37

3.3 Hasil Analisis Validitas Soal Pretest .............................................................. 43

3.4 Hasil Analisis Validitas Soal Posttest ............................................................. 43

3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Pretest .............................................. 45

3.6 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Posttest ............................................. 46

3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Pretest ..................................................... 47

3.8 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Posttest ................................................... 47

4.1 Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran ................................................ 48

4.2 Hasil Pengujian Normalitas ............................................................................ 56

4.3 Hasil Pengujian Homogenitas ......................................................................... 57

4.4 Uji Gain ........................................................................................................... 58

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Sintaks Model Pembelajaran Guided Inquiry berbasis Treffinger .................. 22

2.2 Pipa U yang berisi dua jenis zat cair yang berbeda ......................................... 25

2.3 Dongkrak Hidrolik .......................................................................................... 25

2.4 Perbedaan Gaya Berat Benda ......................................................................... 25

2.5 Besar Gaya Apung yang Bekerja pada Silinder .............................................. 25

2.6 Dua Buah Gaya Pada Benda yang Tercelup Dalam Air ................................. 30

2.7 Kerangka Berpikir ........................................................................................... 33

3.1 Urutan Penelitian ............................................................................................. 41

4.1 Grafik Peningkatan Prestasi Belajar................................................................ 60

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.Persebaran Siswa Kelas X IPA .......................................................................... 75

2.Uji Normalitas Populasi ..................................................................................... 79

3.Uji Homogenitas Populasi ................................................................................. 80

4.Kisi-kisi Soal Uji Coba Pretest .......................................................................... 82

5.Soal Uji Coba Pretest ......................................................................................... 83

6.Kunci Jawaban dan Penskoran Soal Uji Coba Pretest ....................................... 86

7.Kisi-kisi Soal Uji Coba Posttest ....................................................................... 100

8.Soal Uji Coba Posttest ..................................................................................... 101

9.Kunci Jawaban dan Penskoran Soal Uji Coba Posttest ................................... 104

10. Analisis Uji Coba Soal Pretest ...................................................................... 117

11.Validitas Soal Uji Coba Pretest ..................................................................... 118

12.Reliabilitas Soal Uji Coba Pretest.................................................................. 121

13.Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Pretest ..................................................... 124

14.Daya Pembeda Soal Uji Coba Pretest ............................................................ 126

15.Analisis Uji Coba Soal Posttest ..................................................................... 129

16.Validitas Soal Uji Coba Posttest .................................................................... 130

17.Reliabilitas Soal Uji Coba Posttest ................................................................ 133

18.Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Posttest .................................................... 136

19.Daya Pembeda Soal Uji Coba Posttest .......................................................... 138

20.Silabus ............................................................................................................ 141

21.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ................................ 144

22.Lembar Kerja Siswa ....................................................................................... 166

23.Lembar Diskusi Siswa.................................................................................... 185

24.Kisi-kisi Soal Pretest ..................................................................................... 191

25.Soal Pretest .................................................................................................... 192

26.Kunci Jawaban dan Penskoran Soal Pretest .................................................. 194

27.Kisi-kisi Soal Posttest .................................................................................... 204

28.Soal Posttest ................................................................................................... 205

xv

29.Kunci Jawaban dan Penskoran Soal Posttest ................................................. 207

30.Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen .......................................................... 217

31.Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ................................................. 218

32.Uji Gain .......................................................................................................... 219

33.Uji Ketuntasan Belajar Klasikal ..................................................................... 220

34.Foto Penelitian ............................................................................................... 221

35.Surat Keputusan Pembimbing ........................................................................ 223

36.Surat Izin Melakukan Penelitian .................................................................... 224

37.Surat Keterangan telah melakukan penelitian ................................................ 225

38.Surat Tugas Panitia Ujian........................................................................... 22526

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata pelajaran fisika merupakan salah satu cabang mata pelajaran IPA yang

dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir siswa

yang berguna pada pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Sendiet al.,

2013: 359). Sesuai dengan pernyataan tersebut pembelajaran fisika seharusnya

berpusat pada siswa yang artinya siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran

agar siswa dapat memecahkan masalah dengan pemahamannya sendiri, sehingga

pembelajaran akan lebih bermakna.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada pembelajaran Fisika di SMA

Negeri 1 Juwana, diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan masih

menitikberatkan pada penyelesaian materi. Pembelajaran menuntut siswa

memahami banyak rumus agar dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang

disajikan. Selama proses pembelajaran guru jarang mengaitkan materi dengan

fenomena sains pada kehidupan sehari-hari. Kondisi tersebut membuat mata

pelajaran Fisika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan kurang bermakna

yang akhirnya bermuara pada rendahnya prestasi belajar siswa.

Rendahnya prestasi belajar siswa dapat dilihat pada hasil analisis nilai

diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa belum mencapai optimal. Sekitar 57%

siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal(KKM)yangditentukan

2

yaitu 75. Dari pengamatan di lapangan tersebut menunjukkan perlu dilakukan

pembenahan pada pembelajaran Fisika sehingga terjadi peningkatan prestasi

belajar siswa.

Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi

rendahnya prestasi belajar siswa adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran

melibatkan berbagai sarana dan prasarana diantaranya metode dan model

pembelajaran. Banyak alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan

olehguru, namun sebaiknya guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat

digunakan.

Banyak penelitian dilaksanakan untuk mengeksplorasi pengaruh model

pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa. Karenta et al. (2013) melakukan

penelitian dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari analisa data yang dilakukan pada

penelitian tersebut diketahui bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri

terbimbing memberikan pengaruh sebesar 8,02% terhadap peningkatan prestasi

belajar siswa. Berbeda dengan Karenta et al. (2013), Rahmawati et al. (2015)

melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

Treffingerterhadap kreativitas dan hasil belajar kognitif siswa kelas X, hasil

penelitian tersebut menunjukkan terdapat pengaruh model pembelajaran

Treffinger terhadap kreativitas dan hasil belajar kognitif siswa namun besarnya

pengaruh yang dihasilkan masih dalam interpretasi rendah. Dari dua penelitian

3

tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran yang dilakukan

belum dapat mengoptimalkan pembelajaran.

Perlu dilakukan inovasi pembelajaran agar proses pembelajaran lebih optimal.

Penggabungan dua model pembelajaran merupakan salah satu inovasi

pembelajaran. Penggabungan dua model pembelajaran telah banyak dilakukan

untuk menghasilkan model pembelajaran yang baru dan lebih inovatif sehingga

proses belajar mengajar lebih bervariasi dan menarik perhatian siswa.Guided

inquiry berbasis Treffinger merupakan penggabungan dua model pembelajaran

yaitu model pembelajaran guided inquiry digabungkan dengan model

pembelajaran kooperatif yaitu model Treffinger.

Guided inquiry merupakan salah satu pengembangan dari model inquiry.

Pada model pembelajaran guided inquiry siswa diberi kesempatan terlibat

langsung dalam pembelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna. Peran guru

hanya sebagai fasilitator yang membimbing siswa pada penemuan pengetahuan.

Sedangkan model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif. Karaktersistik yang paling dominan dari model

pembelajaran Treffinger adalah upayanya dalam mengintegrasikan dimensi

kognitif ke dimensi afektif siswa untuk mencari arah-arah penyelesaian yang akan

ditempuhnya dalam memecahkan permasalahan.Siswa diberi keleluasaan untuk

berkreasi menyelesaikan permasalahannya sendiri namun guru tetap memberi

petunjuk agar arah-arah yang ditempuh siswa tidak keluar dari permasalahan

(Huda, 2014: 320).

4

Guided inquiry berbasis Treffinger merupakan penggabungan dua model

pembelajaran. Penggabungan ini bertujuan untuk mengoptimalkan pembelajaran.

Dalam menggabungkan dua model pembelajaran ini perlu memperhatikan

karakteristik setiap model agar ciri dari setiap model tidak hilang. Model

pembelajaran Treffinger disisipkan dalam sintaks guided inquiry bagian penyajian

pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, pengujian hipotesis dan penerapan

kesimpulan. Penggabungan guided inquiry dan Treffinger dapat meningkatkan

pemahaman materi pelajaran pada siswa karena siswa dapat menemukan

pengetahuan melalui proses belajarnya sendiri dan dapat menerapkan pengetahuan

yang didapatkan pada permasalahan-permasalahan yang terkait dengan

pengetahuan tersebut. Peningkatan pemahaman materi pelajaran pada siswa akan

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dari uraian di atas maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran guided

inquiry berbasis Treffinger.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dikaji dalam

penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran guided inquiry berbasis

Treffinger dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?”

5

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian

ini adalah “Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui

penerapan model pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger”.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi siswa

1.) Membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya dengan metode

pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger.

2.) Meningkatkan motivasi belajar siswa.

Bagi guru

1.) Memberi informasi tentang alternatif model pembelajaran yang dapat

diterapkan guna meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas

(SMA) dalam pembelajaran fisika.

2.) Mengembangkan kreativitas guru dalam melakukan inovasi dalam

pembelajaran.

Bagi sekolah

Memperkaya wawasan tentang model pembelajaran yang dapat diterapkan

dalam proses pembelajaran.

6

1.5 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap permasalahan, berikut

batasan-batasan masalah dalam penelitian ini :

1.) Penelitian ini mengkaji peningkatan prestasi belajar siswa dengan

menerapkan model pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger dalam

pembelajaran Fisika kelas X.

2.) Peningkatan prestasi belajar siswa dikaji dari hasil belajar siswa secara

kognitif dengan model pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger

dengan materi fluida statis.

1.6 Penegasan Istilah

Untuk mengatasi masalah adanya kesalahpahaman akan maksud dan isi

dalam penelitian, berikut adalah penegasan-penegasan istilah yang ada pada

penelitian ini

1.6.1 Prestasi Belajar

Prestasi belajar berkaitan dengan hasil belajar siswa yang dinilai dari aspek

kognitifnya karena berkaitan dengan kemampuan pengetahuan dan pemahaman

siswa terhadap materi yang telah diberikan selama pembelajaran. Salah satu faktor

yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa adalah proses pembelajaran

yang merupakan inti dari pendidikan formal di sekolah. Proses pembelajaran

melibatkan sarana dan prasarana seperti motode, model pembelajaran, media dan

7

penataan tempat belajar mengajar yang memungkinkan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

1.6.2 Pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger

Model pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger merupakan

penggabungan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran guided inquiry

dengan salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu model Treffinger.

Penggabungan ini digunakan untuk mengoptimalkan pembelajaran. Model

pembelajaran Treffinger disisipkan pada sintaks guided inquiry bagian penyajian

pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, pengujian hipotesis dan penerapan

kesimpulan. Pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger didesain untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman materi

pelajaran pada siswa.

1.7 Sistematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini terdiri dari dari tiga bagian yang dirinci sebagai berikut:

1.7.1 Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan skripsi berisi halaman judul, pengesahan, motto dan

persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar

lampiran.

8

1.7.2 Bagian Isi

Bagian isi skripsi terdiri atas

Bab 1: Pendahuluan terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah,

penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi.

Bab 2: Tinjauan pustaka berisi tentang teori yang mendukung penelitian

ini, penelitian terdahulu, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

Teori yang mendukung penelitian ini yaitu pembelajaran fisika,

prestasi belajar, model pembelajaran guided inquiry, model

pembelajaran Treffinger, dan model pembelajaran guided inquiry

berbasis Treffinger.

Bab 3: Metode Penelitian berisi tentang lokasi dan waktu penelitian,

populasi dan sampel, desain penelitian, variabel penelitian,

prosedur penelitian, metode pengumpulan data, uji coba instrumen

penelitian dan metode analisis data.

Bab 4: Hasil dan pembahasan terdiri hasil data dan pembahasannya yang

disajikan dalam rangka menjawab rumusan masalah.

Bab 5: Penutup berisi simpulan dan saran.

1.7.3 Bagian Akhir

Bagian akhir dari skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Fisika

Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yang berasal dari kata

belajar atau to learn. Secara psikologi pembelajaran dirumuskan sebagai suatu

proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perilaku secara

menyeluruh, sebagai hasil dari interaksi individu itu dengan lingkungannya

(Surya, 2013: 111). Pembelajaran sebagai suatu proses harus dirancang,

dikembangkan dan dikelola secara kreatif, dinamis dengan menerapkan

pendekatan multi untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang

kondusif (Sa’ud, 2009:124). Salah satunya pada pembelajaran Fisika.

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik khusus dalam menggunakan

pendekatan pembelajaran. Pembelajaran IPA termasuk juga Fisika lebih

menekankan pada penerapan keterampilan proses. Aspek-aspek pada pendekatan

saintifik (scientific approach) terintegrasi pada pendekatan keterampilan proses

dan metode ilmiah.

Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam mengajar dengan

menggunakan scientificapproach adalah guru harus menyajikan pembelajaran

yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan(Foster a sense of

wonder),meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation),

melatih analisis (Push for analysis) dan komunikasi(Require).

10

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan aspek-aspek mengamati,

menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Oleh

sebab itu maka pendekatan saintifik dilakukan melalui tahapan mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan (Depdiknas, 2014:908).

Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang

digunakan para ilmuan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Keterampilan yang

dilatihkan ini sering dikenal dengan keterampilan proses IPA. Keterampilan

proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai

pengalaman pembelajaran. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih

menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan (Depdiknas, 2014:911).

Jadi dalam pembelajaran fisika tidak hanya menekankan pada pemahaman

rumus untuk memecahkan soal, tetapi pembelajaran fisika lebih ditekankan pada

pemberian pengalaman langsung. Siswa menjelajahi dan memahami alam sekitar

secara ilmiah. Dalam pembelajaran siswa diarahkan untuk mencari tahu dan

menemukan sendiri pengetahuannya sehingga siswa memperoleh pengetahuan

yang lebih mendalam. Dengan begitu, proses pembelajaran akan lebih bermakna.

2.2 Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau

angka nilai yang diberikan oleh guru.

11

Berdasarkan uraian tersebut prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai

berikut

a. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika

mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

b. Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena

bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi.

c. Prestasi belajar siswa dibuktikan dengan ditunjukkan melalui nilai atau angka

nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan

ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya (Tu’u, 2004:75).

Prestasi belajar yang dicapai oleh anak didik merupakan hasil dari interaksi

antara berbagai macam faktor yang mempengaruhinya. Ada dua faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisik dan faktor psikologi. Faktor fisik

berhubungan dengan kondisi-kondisi umum seperti penglihatan dan pendengaran.

Faktor psikologis menyangkut faktor-faktor nonfisik seperti minat, motivasi,

bakat, intelegensi, sikap dan kesehatan mental. Faktor eksternal meliputi faktor

fisik dan faktor sosial. Faktor fisik menyangkut kondisi tempat belajar, sarana dan

perlengkapan belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Faktor

sosial menyangkut dukungan sosial dan pengaruh budaya (Mustachfidohet

al.,2013:3).

12

Prestasi belajar siswa dapat diukur dengan memberikan tes. Prosedur yang

digunakan untuk menentukan isi dari tes prestasi sedikit berbeda dengan yang

digunakan pada waktu penyusunan tes yang lain.Di dalam penyusunan tes prestasi

belajar usaha-usaha digunakan untuk menentukan pengetahuan dan keterampilan

yang sudah diajarkan di berbagai tingkat pendidikan dan butir-butir tes

diperuntukkan bagi penilaian materi-materi ini (Arikunto, 2013: 157).

Tes yang seringkali digunakan di sekolah adalah tes buatan guru (teacher

made test). Tes yang dibuat guru ini terutama menilai kemajuan siswa dalam hal

pencapaian hal yang dipelajari. Ada dua jenis tes yang digunakan yaitu tes

subjektif dan tes objektif. Tes subjektif pada umumnya berbentuk esai (uraian).

Tes bentuk esai adalah sejenis tes yang memerlukan jawaban yang bersifat

pembahasan atau uraian kata-kata. Sedangkan tes objektif adalah tes yang dalam

pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Arikunto, 2013: 177). Dalam

penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada

tes esai.

2.3 Model Pembelajaran guided inquiry

Model pembelajaran guided inquiry merupakan model pembelajaran dimana

siswa dibimbing untuk memperoleh pengetahuan sendiri, proses penemuan secara

mandiri dengan mengembangkan kemampuan berpikir dan pemahaman konsep

siswa sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat diingat lebih lama. Dengan

menerapkan model pembelajaran guided inquiry dapat membantu

13

mengembangkan tanggung jawab individu, kemampuan kognitif, membuat

laporan, pemecahan masalah dan keterampilan proses siswa (Bilgin, 2009: 1038).

Selama proses pelajaran, siswa akan memperoleh pedoman sesuai dengan

yang diperlukan. Pada tahap awal guru banyak memberikan bimbingan.

Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi yang

menggiring siswa memahami konsep. Pada tahap-tahap berikutnya bimbingan

dikurangi sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri (Putra,

2013:97).

Banyak penelitian yang mengeksplorasi keefektifan model pembelajaran

guided inquiry. Brickmanet al. (2009) menyatakan bahwa guided inquiryefektif

dalam mengukur ketercapaian pemahaman pengetahuan, pemahaman konsep, dan

mengatasi miskonsepsi pemahaman pengetahuan. Begitu pula Matthew& Kenneth

(2013) mengungkapkan bahwa skor prestasi siswa yang mengikuti model

pembelajaran guided inquiry lebih bagus dibandingkan dengan siswa yang

mengikuti model pembelajaran konvensional.

Pembelajaran guided inquiry dapat divariasikan dengan berbagai metode,

seperti diskusi dan kegiatan praktikum. Merumuskan hipotesis merupakan bagian

dari langkah pembelajaran guided inquiry. Diskusi dapat diterapkan dalam

merumuskan hipotesis. Ide-ide atau pendapat yang dikeluarkan siswa dapat

menuntun siswa menemukan dan mengembangkan pengetahuan yang sesuai

dengan fenomena (Wenning, 2011: 17). Ide-ide tersebut dapat dibandingkan

dengan hasil yang diperoleh dalam praktikum. Kegiatan praktikum merupakan

14

aktivitas laboratorium. Seperti yang telah dikemukakan oleh Hofstein, Shore and

Kipnis yang dikutip oleh Ural (2016) bahwa pembelajaran inquiry dengan

aktivitas laboratorium dapat membantu siswa memahami konsep dan memahami

fenomena sains.

Adapun tahapan-tahapan penerapan model pembelajaran guided inquiryadalah

sebagai berikut (Trianto, 2007: 141)

a. Menyajikan pertanyaan atau masalah dimana guru membimbing siswa

mengidentifikasi masalah.

b. Membuat hipotesis dimana guru membimbing siswa dalam menentukan

hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis

mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

c. Merancang percobaan dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk

menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan diuji.

d. Melakukan percobaan dimana guru membimbing siswa mendapatkan

informasi melalui percobaan.

e. Mengumpulkan dan menganalisis data, data yang diperoleh dianalisis untuk

membuktikan hipotesis, data tersebut kemudian dipresentasikan.

f. Membuat kesimpulan dimana guru membimbing siswa dalam membuat

kesimpulan.

Berdasarkan tahapan-tahapan tersebut dapat diketahui bahwa karakteristik

dari guided inquiry yang perlu diperhatikan antara lain: (1) siswa

mengembangkan keterampilan berfikir spesifik hingga membuat interferensi atau

15

generalisasi, (2) sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau

objek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai, (3)guru mengontrol bagian

tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi dan berperan sebagai

pemimpin kelas, (4) tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang

bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas, (5) kelas diharapkan

sebagai laboratorium pelajaran, (6) biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan

diperoleh dari siswa, (7) guru memotivasi semua siswa untuk

mengkomunikasikan hasil generalisasinya untuk mengkomunikasikan hasil

generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas.

2.4 Model Pembelajaran Treffinger

Model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu model pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan metode instruksional dimana

guru mengkoordinasi siswa ke dalam group kecil yang mana anggota group

tersebut akan bekerjasama dan saling membantu mempelajari konten akademik

(Tran, 2014: 131). Model pembelajaran Treffinger termasuk ke dalam salah satu

model pembelajaran yang menangani masalah kreativitas secara langsung dan

memberikan saran-saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Model

pembelajaran Treffinger menunjukkan saling hubungan dan ketergantungan antara

keterampilan kognitif dan afektif pada setiap tingkat dalam mendorong belajar

kreatif. Pembelajaran kreatif mengacu pada teknik instruksional yang

dimaksudkan untuk membantu siswa belajar materi baru atau menyelesaikan

masalah baru dengan cara menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari ( De

Sousa, 2011: 9-10).

16

Model pembelajaran Treffinger juga dikenal dengan model pembelajaran

Creative Problem Solving. Model ini muncul karena perkembangan zaman yang

terus berubah dengan cepat dan semakin kompleksnya permasalahan yangharus

dihadapi. Karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu

cara agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan dan menghasilkan solusi yang

tepat. Yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan

memperhatikan fakta-fakta penting yang ada di lingkungan sekitar lalu

memunculkan berbagai gagasan dan memililih solusi yang tepat untuk kemudian

diimplementasikan secara nyata.

Model pembelajaran ini terdiri atas 3 komponen penting yaitu

UnderstandingChallenge, Generating Ideas, dan Preparing for Action(Huda,

2014: 318-319). Penjelasan dari ketiga komponen tersebut adalah

Komponen I- Understanding Challenge ( memahami tantangan)

a. Menentukan tujuan: Guru menginformasikan kompetensi yang harus dicapai

dalam pembelajarannya.

b. Menggali data: Guru mendemonstrasikan/menyajikan fenomena alam yang

dapat mengundang keingintahuan siswa.

c. Merumuskan masalah: Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi permasalahan.

17

Komponen II- Generating Ideas (membangkitkan gagasan)

a. Memunculkan gagasan: Guru memberi waktu dan kesempatan pada siswa

untuk mengungkapkan gagasan nya dan juga membimbing siswa untuk

mencari alternatif pemecahan yang akan diuji.

Komponen III- Preparing for Action (mempersiapkan tindakan)

a. Mengembangkan solusi: Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan

penjelasan dan pemecahan masalah.

b. Membangun penerimaan: Guru mengecek solusi yang telah diperoleh siswa

dan memberikan permasalahan yang baru namun lebih kompleks agar siswa

dapat menerapkan solusi yang telah ia peroleh.

Karakteristik yang paling dominan dari model pembelajaran Treffinger ini

adalah upayanya dalam mengintegrasikan dimensi kognitif ke demensi afektif

siswa untuk mencari arah-arah penyelesaian yang akan ditempuhnya untuk

memecahkan permasalahan. Artinya siswa diberi keleluasaan untuk berkreasi

menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan cara-cara yang ia kehendaki.

Tugas guru adalah memberikan petunjuk agar arah-arah yang ditempuh oleh siswa

tidak keluar dari permasalahan (Huda, 2014: 320). Ini terlihat dari penelitian

yangdilakukan oleh Rahmawatiet al. (2015) yang menunjukkan bahwa model

pembelajaran Treffingermempengaruhi kreativitas dan hasil belajar siswa.

18

2.5 Model Pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger

Penggabungan model pembelajaran dilakukan dalam banyak penelitian untuk

menghasilkan model pembelajaran baru dan inovatif pada dunia pendidikan.

Bilgin (2009) menggabungkan model pembelajaran kooperatif dengan model

guided inquiry untuk meningkatkan pemahaman konsep dengan kebersamaan

dalam belajar. Dalam penelitiannya ia mengungkapkan bahwa “in individual

environment student study alone, but in cooperative learning approach student

study with other and share their idea with other”. Hal tersebut menunjukkan

bahwa dengan pembelajaran kooperatif dapat memaksimalkan pembelajaran

daripada belajar sendiri. Kemudian Ulya et al.(2013) juga menggabungkan model

pembelajaran guided inquiry dengan model pembelajaran kooperatif tipe think

pair shareuntuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Dalam penelitian ini

akan digabungkan model pembelajaran guided inquiry dengan model

pembelajaran Treffinger untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Guided inquiry berbasis Treffinger merupakan penggabungan dua model

pembelajaran. Penggabungan ini bertujuan untuk mengoptimalkan pembelajaran.

Penggabungan dua model memperhatikan karakteristik dari setiap model agar ciri

khusus dari setiap model tidak hilang. Oleh sebab itu, model pembelajaran

Treffinger disisipkan pada sintaks guidedinquiry bagian penyajian pertanyaan atau

masalah, membuat hipotesis, pengujian hipotesis dan penerapan kesimpulan.

Pada tahapan menyajikan pertanyaan atau masalah model pembelajaran

Treffinger komponen understanding challenge disisipkan untuk mengundang

19

keingintahuansiswa mengidentifikasi pertanyaan atau masalah yang disajikan.

Sebelum guru menyajikan masalah atau memberikan pertanyaan guru

menginformasikan terlebih dahulu kompetensi yang harus dicapai oleh siswa,

guru mengundang keingintahuan siswa dengan memberikan demonstrasi atau

menyajikan fenomena, siswa diberikan kesempatan untuk

mengidentifikasimasalah atau pertanyaan yang disajikan. Tahapan ini digunakan

agar siswa tertantang mengindentifikasi pertanyaan atau permasalahan yang

disajikan.

Pada tahapan membuat hipotesis model pembelajaran Treffinger komponen

generating ideas disisipkan untuk memberikan kesempatan pada siswa

mengungkapkan gagasan yang sesuai dengan permasalahan atau pertanyaan yang

disajikan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan

gagasan yang sesuai dengan permasalahan serta memberi waktu dan kesempatan

kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya. Tahapan ini digunakan agar

siswa dapat mengungkapkan gagasannya masing-masing terhadap permasalahan

atau pertanyaan yang disajikan sehingga terjadi tukar pikiran diantara siswa untuk

menyepakati hipotesis yang akan diuji.

Pada tahapan pengujian gagasan/hipotesis model pembelajaran Treffinger

komponen preparing for action disisipkan untuk melaksanakan

eksperimen/percobaan yang dapat dilakukan untuk menguji hipotesis atau gagasan

yang telah disepakati. Siswa diberi keleluasaan untuk berkreasi bersama teman

satu kelompoknya mencari arah-arah yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan

permasalahan.Siswa dapat menggunakan media online ataupun buku sumber

20

sebagai panduan melaksanakan eksperimen tersebut.Tahapan tersebut digunakan

agar siswa memperoleh gagasan dari proses belajarnya sendiri.

Pada bagian penerapan kesimpulan model pembelajaran Treffinger komponen

preparing for action disisipkan untuk melatih siswa mengimplementasikan solusi

secara nyata.Setelah siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melakukan

analisis data dan mendapatkan solusi yang tepat untuk pemecahan masalah yang

disajikan, siswa diberikan permasalahan baru. Permasalahan baru ini lebih

kompleks, siswa diminta menerapkan solusi yang telah diperoleh untuk

menyelesaikan masalah tersebut.

Penggabungan guided inquiry dan Treffinger dapat meningkatkan pemahaman

materi pelajaran pada siswa melalui langkah-langkah yang dilalui oleh siswa.

Siswa ditantang untuk mengidentifikasi pertanyaan atau permasalahan

yangdisajikan, mengungkapkan gagasannya terhadap permasalahan yang

disajikan, berkreasi melalui eksperimen menguji gagasan yang disepakati dan

menerapkan solusi yang ditemukan. Dari tahapan-tahapan tersebut siswa akan

menemukan pengetahuan sendiri dan pengetahuan tersebut dapat tersimpan lebih

lama di memori.

Pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger merupakan model

pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui

peningkatan pemahaman materi pelajaran pada siswa.Penggabungan model ini

akan memunculkan sintaks baru dimana siswa dapat menemukan pengetahuan

dari proses belajarnya sendiri dan bekerjasama untuk memaksimalkan

21

pengetahuan yang diperoleh. Akibatnya siswa akan memperoleh pengetahuan

yang maksimal. Siswa memperoleh pengetahuan dengan caranya sendiri,

pengetahuan tersebut diterapkan pada permasalahan-permasalahan yang terkait

dengan pengetahuan tersebut sehingga siswa lebih memahami materi dan

akhirnya prestasi belajar siswa akan meningkat.

Langkah-langkah model pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger

dapat diuraikan sebagai berikut

a. Menyajikan pertanyaan atau masalah, sebelum menyajikan masalah atau

memberikan pertanyaan guru menginformasikan terlebih dahulu kompetensi

yang harus dicapai siswa, guru mengundang keingintahuan siswa dengan

memberikan demonstrasi atau menyajikan fenomena, guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah atau pertanyaan

yang disajikan.

b. Merumuskan gagasan atau hipotesis, guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menentukan gagasan yang sesuai dengan permasalahan serta

memberi waktu dan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan

gagasannya.

c. Menguji gagasan atau hipotesis, guru memberikan kesempatan kepada siswa

berkreasi melaksanakan eksperimen bersama teman satu kelompoknya untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah yang sesuai dengan

hipotesis yang diajukan.

22

d. Mengumpulkan data, ditahapan ini guru memberikan petunjuk pada siswa

untuk mengumpulkan informasi dari eksperimen yang telah dilakukan

sehingga mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

e. Menganalisis data, siswa bertanggungjawab menguji gagasan yang telah

dirumuskan dengan menganalisis data dan informasi yang telah diperoleh.

f. Membuat kesimpulan, langkah ini dilakukan untuk memperoleh solusi

pemecahan masalah berdasarkan data dan informasi yang diperoleh.

g. Penerapan solusi, guru mengecek solusi yang telah diperoleh siswa,

kemudian memberikan permasalahan yang baru, siswa menerapkan solusi

yang telah diperoleh untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Gambar 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Guided Inquiry berbasis Treffinger

Penyajian

masalah/pertanyaan

Membuat hipotesis

Melakukan percobaan

Mengumpulkan dan

menganalisis data

Kesimpulan

Menentukan tujuan

Menggali data

Merumuskan masalah

Understanding

Challenge

Memunculkan gagasan Generating

Ideas

Mengembangkan solusi

Membangun penerimaan

Preparing for

action

23

2.6 Materi Fluida statis

Fluida statis merupakan salah satu pokok bahasan di dalam kurikulum 2013

pada kelas X semester 2, dengan kompetensi dasar yaitu menerapkan hukum-

hukum pada fluida statis dalam kehidupan sehari-hari. Pada Fluida statis dibahas

hukum utama hidrostatis, tekanan hidrostatis, hukum Pascall, hukum Archimedes,

meniskus, gejala kapilaritas, viskositas dan hukum stokes. Adapun yang dibahas

dalam penelitian ini terdiri dari empat konsep yaitu tekanan hidrostatis, hukum

pokok hidrostatis, hukum Pascal dan hukum Archimedes.

1. Pengertian Fluida

Fluida adalah zat yang mengalir atau disebut zat alir. Zat padat cenderung

tegar dan mempertahankan bentuknya sementara fluida tidak mempertahankan

bentuknya akan tetapi mengalir. Fluida meliputi cairan yang mengalir di bawah

pengaruh gravitasi sampai menempati daerah terendah yang mungkin dari

penampungnya dan gas, yang mengembang mengisi penampungnya tanpa peduli

bentuknya (Tipler, 1998: 383).Adapun fluida dalam penelitian ini adalah fluida

jenis zat cair (liquid).

2. Tekanan hidrostatik dan hukum pokok hidrostatik

Tekanan (P)didefinisikan sebagai gaya normal (tegak lurus) yang bekerja

pada suatu bidang dibagi dengan luas bidang tersebut, atau dapat dirumuskan

(2.1)

24

dimana, P = tekanan pada suatu permukaan (N/m2 atau pascal, Pa), F = gaya tekan

(Newton,N) dan A = luas bidang tekan (m2).

Gaya gravitasi menyebabkan zat cair dalam suatu wadah selalu tertarik ke

bawah. Makin tinggi zat cair dalam wadah, makin berat zat cair itu, sehingga

makin besar juga tekanan zat cair pada dasar wadahnya. Tekanan zat cair yang

disebabkan oleh beratnya sendiri disebut tekanan hidrostatis. Misalkan, bila zat

cair dianggap terdiri dari atas beberapa lapisan. Lapisan bawah ditekan oleh

lapisan-lapisan diatasnya sehingga menderita tekanan yang lebih besar. Lapisan

paling atas hanya ditekan oleh udara, sehingga tekanan pada permukaan zat cair

sama dengan tekanan atmosfer.

Tekanan hidrostatis ( dengan massa jenis pada kedalaman dirumuskan

(2.2)

Dimana, = tekanan hidrostatis (Pa), = massa jenis zat cair (kg/m3),

= percepatan gravitasi (m/s2) dan = kedalaman zat cair (m)

Tekanan pada permukaan zat cair adalah tekanan atmosfer dan tekanan

hidrostatis pada kedalaman adalah , sehingga tekanan mutlak pada

kedalaman adalah

(2.3)

Jika di dalam soal tidak diketahui besar tekanan atmosfernya maka digunakan

tekanan udara luar = 1 atm = 76 cmHg = Pa.

25

Salah satu sifat pokok zat cair adalah permukaannya selalu mendatar di

manapun zat cair itu berada. Hal ini tentu terjadi ketika zat itu tidak mengalami

gangguan. Dalam hal ini, permukaan zat cair dapat dikatakan terletak pada satu

bidang datar. Karena tekanan hidrosatik zat cair hanya dipengaruhi oleh massa

jenis zat cair, percepatan gravitasi dan kedalaman zat cair maka “ semua titik

yangterletak pada satu bidang datar di dalam satu jenis zat cair mempunyai

tekanan hidrostatik yang sama”. Pernyataan ini dikenal dengan hukum pokok

hidrostatik.

Hukum pokok hidrostatis dapat digunakan untuk menentukan massa jenis zat

cair dengan menggunakan pipa U seperti pada gambar di bawah

Gambar 2.2 Pipa U yang Berisi Dua Jenis Zat Cair yang Berbeda

Zat cair yang sudah diketahui massa jenisnya ( dimasukkan ke dalam pipa U,

kemudian zat cair yang akan dicari massa jenisnya ( dituangkan pada kaki

yang lain setinggi . Adapun adalah tinggi zat cair mula-mula, diukur dari

garis batas kedua zat cair.

Berdasarkan hukum pokok hidrostatis maka

(2.4)

26

(2.5)

3. Hukum Pascal

Tekanan pada kedalaman lebih besar daripada tekanan di bagian atas

sejumlah berlaku untuk cairan apapun, tak bergantung pada bentuk bejana.

Selanjutnya tekanan adalah sama di semua titik pada kedalaman sama. Jadi jika

ditambahkan P, misalkan dengan menekan ke bawah bagian atas permukaan

dengan sebuah penghisap maka pertambahan tekanan adalah sama di mana-mana

dalam cairan. Ini dikenal dengan prinsip hukum Pascall. Atau dengan kata lain

hukum Pascall menyatakan bahwa “Tekanan yang diberikan pada suatu cairan

tertutup diteruskan tanpa berkurang ke tiap titik dalam fluida dan ke dinding

bejana”. Contoh alat yang bekerja berdasarkan prinsip hukum Pascal adalah

pesawat hidrolik.

Gambar 2.3 Dongkrak Hidrolik

Jika pada penampang 1 mempunyai luas A1 diberikan gaya F1 maka tekanan

dari gaya ini akan diteruskan oleh zat cair dalam tabung ke penghisap 2 yang

memiliki luas penampang A2 sehingga mengalami gaya F2. Menurut hukum

27

Pascal tekanan yang diberikan pada penampang A1 akan sama besarnya dengan

yang dialami oleh penampang A2.

Secara sistematis ditulis

(2.6)

(2.7)

Berdasarkan gambar 2.3 terlihat bahwa sehingga F1 yang diberikan

pada penampang 1 akan menghasilkan gaya F2 yang besar nya adalah

kali dari

F1, sehingga berdasarkan prinsip inilah pengangkat hidrolik bekerja yaitu dengan

memberikan gaya F1 yang relatif kecil untuk menghasilkan gaya F2 yang besar

sehingga mampu mengangkat beban yang berat.

Alat-alat bantu manusia yang prinsip kerjanya berdasarkan hukum Pascal

adalah dongkrak hidrolik, mesin hidrolik pengangkat mobil, mesin penggerak

hidrolik dan rem hidrolik pada mobil.

4. Hukum Archimedes

Sebuah batu yang diikat dimasukkan ke dalam sebuah wadah berisi air, maka

terlihat bahwa permukaan air di dalam wadah akan naik dan gaya berat yang

ditimbulkan oleh batu menjadi sedikit berkurang.

28

Gambar 2.4 Perbedaan Gaya Berat Benda (a) Benda Tidak Tercelup (b) Benda

Tercelup

Pada Gambar 2.4 (a) menunjukkan benda tergantung di udara terbuka dan

memiliki berat tertentu. Ketika benda tercelup dalam fluida seperti yang terlihat

pada Gambar 2.4 (b) berat benda yang terukur pada neraca pegas menjadi

berkurang. Hal tersebut terjadi karena zat cair memberikan gaya ke atas yang

sebagian mengimbangi gaya berat benda. Fenomena ini yang dinamakan gaya

apung.Besar gaya apung sama dengan berat fluida (zat cair) yang dipindahkan

oleh benda. Hal tersebut dikenal sebagai hukum Archimedes. Atau dengan kata

lain, hukum Archimedes menyatakan bahwa “bila sebuah benda dicelupkan

sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida maka fluida tersebut akan memberikan

gaya ke atas (FA) pada benda tersebut yang besarnya sama dengan berat fluida

yang dipindahkan oleh benda”.

Gaya apung terjadi sebagai konsekuensi dari tekanan hidrostatis yang makin

meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Dengan kata lain, gaya apung terjadi

karena makin dalam zat cair, makin besar tekanan hidrostatisnya. Ini

menyebabkan tekanan pada bagian bawah benda lebih besar daripada tekanan

pada bagian atasnya.

29

Gambar 2.5 Besar Gaya Apung yang Bekerja pada Silinder

Perhatikan silinder dengan tinggi dan luas yang tercelup seluruhnya di

dalam zat cair dengan massa jenis (Gambar 2.5). Fluida melakukan tekanan

hidrostatis pada bagian atas silinder. Gaya yang berhubungan dengan

tekananan ini adalah berarah ke bawah. Dengan cara yang

sama fluida melakukan tekanan hidrostatis dengan arah ke

atas. Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung.Jadi

adalah massa fluida yang dipindahkan oleh benda;

adalah berat fluida yang dipindahkan oleh benda. Jadi gaya apung yang dikerjakan

30

oleh fluida pada benda (silinder) sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh

benda (silinder). Jadi gaya apung dapat dirumuskan

2.8)

(2.9)

Dengan = massa jenis fluida dan = volume benda yang tercelup dalam

fluida.

Fenomena yang berkaitan dengan konsep hukum Archimedes adalah

peristiwa benda mengapung, melayang dan tenggelam.Peristiwa mengapung,

tenggelam dan melayang dijelaskan berdasarkan konsep gaya apung dan berat

benda. Pada suatu benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya dalam zat cair

bekerja gaya apung ( . Dengan demikian benda yang tercelup akan mengalami

dua gaya, yaitu gaya berat dan gaya apung .

Gambar 2.6 Dua Buah Gaya pada Benda yang Tercelup di dalam Air

Pada benda mengapung dan melayang terjadi keseimbangan antara berat benda

dan gaya apung , sehingga berlaku . Sedangkan pada benda tenggelam

berat lebih besar daripada gaya apung sehingga . Syarat mengapung

sama dengan syarat melayang, perbedaan keduanya terletak pada volume benda

yang tercelup dalam zat cair ( ). Pada peristiwa mengapung hanya sebagian

31

benda yang tercelup sehingga , sedangkan pada peristiwa melayang

seluruh benda tercelup dalam zat cair sehingga .

Beberapa alat yang bekerja berdasarkan hukum Archimedes antara lain

hidrometer, kapal laut, kapal selam dan balon udara (Kanginan, 2013: 258-275).

2.7 Kerangka berpikir

Proses pembelajaran mempengaruhi prestasi belajar siswa. Proses

pembelajaran melibatkan sarana dan prasarana seperti metode, model

pembelajaran, media dan penataan lingkungan belajar sehingga tercipta suasana

belajar mengajar yang memungkinkan pencapaian tujuan pembelajaran yang

optimal.Setiap proses belajar mengajar menuntut upaya pencapaian suatu tujuan.

Setiap tujuan menuntut pula suatu model bimbingan. Guru dapat memilih model

pembelajaran yang sesuai agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah masih ditekankan pada

penyelesaian materi. Siswa dituntut menguasai berbagai rumus agar dapat

menyelesaikan persoalan-persoalan yang diberikan. Hal tersebut berakibat pada

kurangnya pemahaman siswa pada materi pelajaran yang diterima. Pemahaman

siswa tidak dapat berkembang karena pengetahuan siswa berbatas pada materi

yang disampaikan guru, sehingga prestasi belajar siswa tidak meningkat.

Perlu adanya terobosan dalam pembelajaran agar siswa tidak hanya

mendapatkan materi pengetahuan dari guru saja melainkan mendapatkannya

sendiri. Selain itu, dengan memvariasikan penerapan model pembelajaran ataupun

32

melakukan inovasi pembelajaran yang digunakan dapat menimbulkan daya tarik

siswa untuk mengikuti pembelajaran. Oleh sebab itu perlu dilakukan inovasi

pembelajaran yang mana inovasi tersebut dapat memberikan kesempatan kepada

siswa untuk memperoleh pengetahuan dari hasil belajarnya sendiri.

Model pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger merupakan inovasi

pembelajaran. Model guided inquiry digabungkan dengan Treffinger terutama

padapenyajian pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, pengujian hipotesis

dan penerapan kesimpulan. Pada tahapan menyajikan pertanyaan atau masalah

model pembelajaran Treffinger komponen understanding challenge

disisipkanuntuk mengundang keingintahuan siswa mengidentifikasi pertanyaan

atau masalah yang disajikan, pada tahapan membuat hipotesis model

pembelajaran Treffinger komponen generating ideas disisipkan untuk

memberikan kesempatan pada siswa mengungkapkan gagasan yang sesuai dengan

permasalahan atau pertanyaan yang disajikan,pada tahapan pengujian

gagasan/hipotesis model pembelajaran Treffinger komponen preparing for action

disisipkan untuk melaksanakan eksperimen/percobaan yang dapat dilakukan

untuk menguji hipotesis atau gagasan yang telah disepakati,pada bagian

penerapan kesimpulan model pembelajaran Treffinger komponen preparing for

action disisipkan untuk melatih siswa mengimplementasikan solusi secara

nyata.Inovasi pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan pemahaman materi

siswamelalui perolehan pengetahuan dengan caranya sendiri, pengetahuan

tersebut diterapkan pada permasalahan-permasalahan yang terkait dengan

33

pengetahuan sehingga pemahaman materi pelajaran pada siswa meningkat yang

akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa. Uraian kerangka

berpikir di atas dapat disajikan dengan bagan berpikir yang tersaji dalam gambar

berikut

Gambar 2.7 Kerangka Berpikir

Pembelajaran Inovatif

Guided Inquiry Treffinger

- Penyajian

masalah/pertanyaan

- Membuat hipotesis

- Pengujian hipotesis

- Kesimpulan

- Understanding Challenge

- Generating Ideas

- Preparing for Action

Guided Inquiry berbasis Treffinger

pemahaman materi pelajaran melalui perolehan pengetahuan dengan

caranya sendiri dan penerapan pengetahuan yang diperoleh

Peningkatan prestasi belajar

Latar Belakang Masalah

1. Pembelajaran menitikberatkan pada penyelesaian materi

2. Pemahaman siswa tidak berkembang

3. Banyak siswa tidak mencapai KKM

34

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijabarkan di atas yang diperoleh

melalui tinjauan terhadap masalah dan teori-teori yang ada maka hipotesis pada

penelitian ini adalah “ model pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa”.

68

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran guided inquiry berbasis Treffinger dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi fluida statis. Temuan penelitian

didasarkan pada uji gain dan ketuntasan belajar klasikal. Kelas eksperimen telah

mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dan hasil uji gain menunjukkan kelas

eksperimen masuk dalam kriteria sedang.

5.2 Saran

Berdasarkan kendala yang terjadi selama proses penelitian maka

penelitimemberikan saran diantaranya

1.) Memperhatikan kondisi siswa sebelum melaksanakan pembelajaran seperti

sebelum pembelajaran guru memberikan motivasi dan arahan-arahan kepada

siswa tentang pelaksanaan pembelajaran terutama pada kegiatan praktikum

agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan aktif.

2.) Mengecek alat dan bahan yang digunakan sebagai media pembelajaran seperti

alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum agar proses pembelajaran

dapat berjalan optimal.

69

3.) Merencanakan kegiatan pembelajaran sebaik mungkin seperti menentukan

alokasi waktu pembelajaran dengan mempertimbangkan hari-hari peringatan

nasional agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tujuan

pembelajaran pada tiap pertemuan tercapai.

70

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2013. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bilgin, I. 2009. The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating a

Cooperative Learning Approach on University Students’ Achievement of

Acid and Bases concepts -and Atitude Toward Guided Inquiry Instruction.

Scientific Research and Essay, 4(10): 1038-1046. Tersedia di

http://www.academicjournals.org.sre [diakses 03032016].

Brickman, P., C. Gormally, N. Armstrong, & B. Hallar. 2009. Effects of Inquiry-

Based Learning on Students’ Science Literacy Skills and Confidence.

International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 3(2):

1-24. Tersedia di http://digitalcommons.georgiasouthern.edu/ij-

sotl/vol3/iss2/16 [diakses 05032016].

Depdiknas. 2014. Pedoman Mata Pelajaran Fisika Peminatan Sekolah Menengah

Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

De Sousa, F.C. 2011. Creative Teaching and Effective Teaching in Higher

Education. International Journal of Organizational Innovation, 3(4): 5-41.

Tersedia diwww.ijoi-

online.org/attachments/article/26/vol3num4.pdf[diakses 10062016].

Huda, M. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Kanginan, M. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

71

Karenta, R., Rasmiwetti & R.U. Rery. 2013. Penerapan Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam di Kelas XI IPA SMA

Negeri 5 Pekanbaru. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhamdiyah

Purworejo. Tersedia di http://jom.unri.ac.id [diakses 05012015].

Matthew, B.M. & I.O. Kenneth. 2013. A Study on the Effect of Guided Inquiry

Teaching Method on Students Achievement in Logic. International

Researcher, 2(1): 135-140. Tersedia di http://iresearcher.org [diakses

03032016].

Mustachfidoh, I.B.J. Swasta & N.L.P.M. Widiyanti. 2013. Pengaruh Model

Pembelajaran Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar Biologi Ditinjau dari

Intelegensi Siswa SMA Negeri 1 Srono. e-Jurnal Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Ganesha, 3: 1-10. Tersedia di

http://pasca.undiksha.ac.id [diakses 0701206].

Putra, S.R. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta:

Diva Press.

Rahmawati, L., E.S. Kurniawan & Ashari. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran

Treffinger Terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar Suhu dan Kalor Siswa

Kelas X SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal

Radiasi, 7(1): 26-31. Tersedia di http://ejournal.umpwr.ac.id [diakses

05012015].

Sa’ud, U.S. 2009. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sayekti, C.N. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Siklus 5E Pada Materi

Bangun Ruang Kubus dan Balok di Kelas VIII-A SMP N 4 Magetan.

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 3(3): 35. Tersedia di

http://ejournal.unesa.ac.id [diakses 21032016].

72

Sendi, S., Sutrisno & P. Sinaga. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Problem

Based Instruction untuk Meningkatkan Pretasi Belajar Siswa pada

Pembelajaran Fisika. Prosiding Simposium Nasional Inovasi

Pembelajaran dan Sains 2013. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surya, M. 2013. Psikologi Guru: Konsep dan Aplikasi dari Guru untuk Guru.

Bandung: Alfabeta.

Tipler, P.A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

Tran, V.D. 2014. The Effects of Cooperative Learning on the Academic

Achievement and Knowlwdge Retention.International Journal of Higher

Education, 3(2); 131-140. Tersedia di www.sciedu.ca/ijhe [diakses

09062016].

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis.

Jakarta: Prestasi pustaka.

Tu’u, T. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT

Grasindo.

Ulya, S., N. Hindarto & U. Nurbaiti. 2013. Keefektifan Model Pembelajaran

Guided Inquiry Berbasis Think Pair Share (TPS) dalam Meningkatkan

Pemahaman Konsep Fisika Kelas XI SMA. Unnes Physics Education

Journal, 2(3): 1-7. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

[diakses 07012026].

73

Ural, E. 2016. The Effect of Guided-Inquiry Laboratory Experiments on Science

Education Student’s Chemistry Laboratory Attitudes, Anxiety and

Achievement. Journal of Education and Training Studies. 4(4): 217-227.

Tersedia di http://jets.redfame.com [diakses 09062016].

Wenning, C.J. 2011. Level of Inquiry Model of Science Teaching: Learning

sequence to lesson plan. Journal Physics Education, 6(2): 17-20. Tersedia

di www.phy.ilstu.edu [ diakses 08012016].

Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi

laboratorium. Semarang: UNNES PRESS.

Zakaria, E., L.C. Chin & Md.Y. Daud. 2013. The Effects of Cooperative Learning

on Students’ Mathematics Achievement and Atitude towards Mathematics.

Journal of Social Sciences. 6(2): 272-275. Tersedia di

http://www.scirp.org/journal/ce.com [diakses 09062016].