Upload
melina-sagala
View
226
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PATOFISIOLOGI
PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
Disusun oleh:
Yoanneveline (0961050195)
Pembimbing:
dr. Mas Wishnuwardhana, SpA
KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT ANAK
PERIODE 17 MARET 2014 – 9 MEI 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
I. Definisi
Tekanan intrakranial (TIK) adalah jumlah total tekanan dari jaringan parenkim otak,
darah, dan cairan serebrosinal (CSS). Volume total rongga intrakranium terdiri dari 80%
parenkim otak, 10% darah, 10% CSS. Peningkatkan TIK dapat disebabkan oleh peningkatan
salah satu dari 3 komponen tersebut. Peningkatan TIK > 20 mmHg selama lebih dari 5 menit
disebut sebagai hipertensi intrakranial.
II. Etiologi
TIK secara umum dapat disebabkan oleh 4 faktor, yaitu :
Peninggian cerebral blood volume
Hal ini dapat disebabkan karena peninggian central venous pressure dan vasodilatasi
serebral.
Edema serebri
Hal ini dapat disebabkan karena penurunan tekanan sistemik yang akan menimbulkan
penurunan cerebral perfusion pressure, selanjutnya akan menurunkan cerebral blood
flow sehingga menimbulkan hipoksia jaringan otak. Jika hal ini berlanjut akan terjadi
kerusakan otak kemudian kerusakan blood brain barrier sehingga edema serebri.
Obstruksi aliran CSS
Hal ini dapat disebabkan karena efek massa, infeksi, perdarahan trauma, dan lain-lain.
Efek massa
Hal ini dapat menimbulkan desakan dan peregangan mikrovaskuler akibatnya terjadi
pergeseran jaringan otak dan kerusakan jaringan.
III. Patofisiologi
Hukum Monroe – Kelli menyatakan bahwa rongga intrakranium adalah ruang tetap yang
terdiri dari 3 komponen, yaitu otak, darah dan CSS, yang memiliki volume tetap. Tekanan
intracranial normal < 10 mmHg, pada anak 3 – 7 mmHg, dan neonatus 1,5 – 6 mmHg. Bayi dan
anak – anak memiliki fontanela dan sutura yang belum menutup, yang nantinya akan menutup
pada usia ± 18 bulan, sehingga dapat mengkompensasi perubahan komponen intracranial yang
secara perlahan dan dalam jangka waktu lama. Saat terjadi peningkatan satu atau lebih
komponen, maka komponen lain akan turun untuk menjaga agar volume intracranial tetap
sama. Darah dan CSS merupakan komponen yang dapat berkompensasi. Saat terjadi edema
otak karena sebab tertentu, CSS akan berpindah dari ventrikel dan rongga subarachnoid
serebral ke rongga subarachnoid spinal melalui foramen magnum. Selanjutnya terjadi
pengurangan produksi CSS atau peningkatan absorpsi CSS, sehingga volume total CSS
berkurang. Darah juga ikut berkompensasi dengan mengalihkan darah vena ke sinus venous
dura. Jika kedua komponen tersebut tidak dapat berkompensasi lagi, maka akan terjadi
peningkatan tekanan TIK.
Konsep penting dinamika intracranial meliputi autoregulasi, komplians, aliran darah
otak, kecepatan metabolism serebral dan tekanan perfusi serebral. Autoregulasi adalah
kemampuan mempertahankan aliran darah otak (cerebral blood flow, CBF) dengan
vasokonstriksi dan vasodilataso pembuluh darah otak meskipun terdapat fluktuasi tekanan
darah sistemik. Jika autoregulasi terganggu, maka aliran darah otak akan tergantung pada
perubahan tekanan darah sistemik. Komplians merupakan indicator toleransi otak terhadap
peningkatan TIK.
Pada otak tanpa kerusakan, maka aliran darah otak diatur untuk memenuhi kebutuhan
otak akan oksigen dan substrat. Secara fisiologis, factor yang berpengaruh pada aliran darah
otak adalah tekanan parsial karbondioksida arteri (PaCO2), oksigenasi arteri, pH, tekanan perfusi
otak, dan laju metabolisme otak. Peningkatan PaCO2 menyebabkan vasodilatasi yang akan
meningkatkan aliran darah otak dan sangat berpotensi meningkatkan TIK. Aliran darah otak
pada anak sehat dapat mencapai 108 ml/100 gr/menit.
Metabolism otak bergantung pada glukosa untuk memenuhi energy tubuh, dengan
adenosine trifosfat (ATP) dan siklus Krebs untuk mempertahankan metabolism aerob.
Tekanan perfusi otak atau cerebral perfusion pressure (CRP) merupakan tekanan perfusi
pada sel dan merupakan indicator penting aliran darah otak. Tekanan perfusi otak didapat dari
pengukuran tidak langsung aliran darah otak dan dihitung dengan mengukur perbedaan antara
mean arterial pressure (MAP) dan intracranial pressure (ICP).
Sebagai respon peningkatan tekanan intracranial, otak mengalami empat stadium.
Stadium I
Peningkatan salah satu dari 3 komponen otak, akan dikompensasi oleh komponen
lainnya. Apabila kompensasi tersebut berhasil, tekanan intracranial tetap dalam rentang normal
walaupun terdapat peningkatan signifikan salah satu dari volume otak, disebut sebagai stadium
1 tekanan intracranial. Pada stadium ini gejala yang terlihat sangat minim, individu hanya
terutama merasa mengantuk dan terlihat sedikit kebingungan.
Stadium II
Apabila volume terus meningkat setelah mekanisme kompensasi, sehingga tekanan
intracranial meningkat secara signifikan maka keadaan ini masuk ke dalam stadium 2. Dimana
pada stadium ini, otak merespon dengan kontriksi arteri serebri sebagai usaha menurunkan
tekanan dengan cara mengurangi aliran darah. Akan tetapi penurunan aliran darah akan
menimbulkan hipoksia serebral dan hiperkapnea, serta deteriorasi fungsi otak. Tanda klinisnya
adalah penurunan kesadaran, perubahan pola napas, perubahan pupil.
Stadium III
Sebagai respon hipoksia serebri dan hiperkapnea, arteri serebri mengalami reflex
dilatasi dengan tujuan meningkatkan penghantar oksigen ke otak. Akan tetapi bila pembuluh
darah meningkat, tekanan intracranial meningkat lebih lanjut, sehingga terjadi perburukan
situasi. Siklus peningkatan tekanan hipoksia ini menyebabkan peningkatan tekanan sehingga
memperburuk hipoksia, mekanisme ini disebut kompensasi. Pada stadium ini terjadi
penurunan kesadaran berat, perubahan pola napas, dan gangguan reflex pupil.
Stadium IV
Ketika pembengkakan dan tekanan pada satu kompartemen otak menjadi sangat tinggi,
terjadi herniasi ke dalam kompartemen lain. Herniasi meningkatkan tekanan kompartemen
yang lain, dan akhirnya seluruh otak terkena. Ketika tekanan intracranial mencapai tekanan
sistolik rerata, perfusi serebral berhenti.
IV. Diagnosis
Gejala Klinis
Trias klasik peningkatan TIK : nyeri kepala, muntah proyektil, edema papil.
Tanda awal pada bayi dan anak usia muda dapat berupa ubun – ubun besar membonjol
dan reflex pupil lemah.
Trias Cushing : hipertensi, bradikardi, dan perubahan pola napas; merupakan tanda
kondisi iskemia serebral yang menyebabkan vasokonstriksi perifer sehingga
mengakibatkan tekanan darah sistolik meningkat untuk mempertahankan perfusi otak.
Kemudian baroreseptor kardiak akan merespon kondisi ini dengan merangsang respon
vagal yang bermanifestasi sebagai bradikardi. Pola napas yang abnormal
menggambarkan kompresi batang otak.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah CT-scan otak dan MRI. Untuk
mencari etiologi dari peningkatan TIK.
V. Penatalaksanaan
Tujuan tatalaksana peningkatan TIK adalah untuk mencegah dan meminimalkan
kerusakan sekunder otak tanpa memandang etiologi. Manajemen awal pada anak dengan
kecurigaan peningkatan TIK adalah penilaian patensi jalan napas (airway), pernapasan
(breathing), dan sirkulasi (circulation).
Intubasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan kondisi kesulitan mempertahankan
patensi jalan napas, GCS < 8, hasil CT-scan edema serebri difus, kerusakan neurologis dengan
resiko dekompensasi, ketidakstabilan dinding dada, pola napas abnormal, dan obstruksi jalan
napas. Intubasi harus dilakukan dengan pemberian medikasi untuk mencegah peningkatan TIK
selama prosedur.
Tekanan darah harus dipertahankan untuk menjamin kecukupan tekanan perfusi otak
dan mencegah iskemia berkelanjutan. Rumus tekanan darah pada anak usia > 1 tahun : 90 + (2
x usia dalam tahun).
Tanda lain penurunan perfusi adalah takikardia, penurunan produksi urin
(<1ml/kgBB/jam), nadi lemah atau tidak teraba, cap refill > 2 detik, dan penurunan kesadaran.
Pemberian cairan rumatan diberikan sesuai dengan tatalaksana syok.