penkes keperawatan jiwa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penkes jiwa

Citation preview

1

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)PERAN KELUARGA DALAM PENANGANAN KEKAMBUHAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA

Pokok Bahasan : Peran keluarga dalam penanganan kekambuhan pada kliengangguan jiwaSub Poko Bahasan: -Pengertian kekambuhanTanda dan gejala kekambuhanFaktor-faktor penyebab kekambuhan klienPeran keluarga dalam pencegahan kekambuhan

Sasaran : Klien dan Keluarga KlienHari / Tanggal : Kamis, 4 September 2014Waktu : Pukul 08.30 09.00 WIBTempat: Ruang tunggu poli klinik rawat jalan RSJ Cisarua Provinsi JawaBarat

Latar BelakangKeperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio-Psiko-Sosio-Spritual yang komperhensif. Klien dapat berupa individu, keluarga dan komunitas baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Bentuk Asuhan keperawatan jiwa meluputi pencegahan primer adalah pendidikan kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial.

Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem pendukung utama dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien berada dirumah. Oleh karena itu keluarga memiliki peran penting didalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit pada klien jiwa. Melihat fenomena diatas, maka keluarga perlu mempunyai pemahaman mengenai cara perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah perawat dapat melaksanakan penyuluhan guna memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga.

TujuanTujuan Umum

Memberikan pendidikan tentang peran keluarga dalam mencegah kekambuhan dan merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.Tujuan Khusus

Memberikan pendidikan kesehatan tentang:Pengertian KekambuhanTanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwaFaktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klienPeran keluarga dalam pencegahan kekambuhan

SasaranKlien dan keluarga yang berada di poli rawat jalan RSJ Provinsi Jawa Barat

MetodeCeramah dan tanya jawab

MediaLCD dan leaflet

PelaksanaanHari / Tanggal: Kamis, 4 September 2014Waktu: 30 Menit (08.30 WIB 09.00 WIB)Sasaran: Klien dan KeluargaTempat: Poli Rawat Jalan RSJ Cisarua Provinsi Jawa BaratPembagian Tugas

Presentator: Moderator: Notulen: Fasilitator:

MateriKeluargaPengertian KekambuhanTanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwaFaktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klienPeran keluarga dalam pencegahan kekambuhan.

Langkah-langkah KegiatanKegiatanWaktuRespon KeluargaPEMBUKAAN

Memberi salamMemperkenalkan diriMenjelaskan TujuanKontrak waktu

5 Menit

Menjawab salamMendengarkanMendengarkanMendengarkanKEGIATAN INTIMelakukan apersepsiMenjelaskan pengertian dari kekambuhanMenjelaskan tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwaMenjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klienMenjelaskan peran klien dan keluarga dalam pencegahan kekambuhanMemberikan kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya

20 menit

MenjawabMendengarkanMendengarkan

Mendengarkan

Mendengarkan

BertanyaPENUTUPMelakukan evaluasiMemberikan reinforcementMenimpulkan kegiatan

Salam penutup

5 Menit

MenjawabMendengarkanMenyimpulkan bersamaMenjawab salam

EvaluasiPertanyaan :

Apa yang dimaksud dengan kekambuhan?Bagaimana Tanda dan Gejala dari kekambuhan ?Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kekambuhan?Apa yang dapat dilakukan keluarga untuk mencegah kekambuhan ?

PERAN KELUARGA DALAM PENANGANAN KEKAMBUHANKLIEN GANGGUAN JIWA

KeluargaKeluarga adalah orang-orang terdekat, saling melindungi, dan mencintai tumbuh tanpa disadari antar anggota keluarga. Interaksi paling intens adalah keluarga sebagai orang terdekat, setiap prilaku akan direspon secara keseluruhan oleh anggota keluarga. Ada sebuah ungkapan bahwa orang yang paling kita cintailah yang berpotensi besar melahirkan sakit hati dan penderitaan bagi seseorang. Artinya stressor terbesar dapat dengan mudah kita temukan dari dalam anggota keluarga sendiri. Keluarga klien gangguan mental perlu peka terhadap semua keputusan, tingkah laku, dan sikap yang terespon secara emosional dan fisikal oleh anggota keluarga yang sakit. Jadi harus diingat yang dimaksud respon disini adalah bukan hanya gejala yang terlihat tetapi juga yang bersifat laten. Jadi keluarga harus peka terhadap suasana emosional pasien atas interaksi yang dihasilkan dengan anggota lainnya.

Kembali kerumah setelah dinyatakan sembuh daru rumah sakit jiwa berbeda dengan pulang sembuh dari rumah sakit non jiwa. Beban lain perlu di atasi oleh pasien yaitu: rasa malu dan rendah diri karena stigma sakit ingatan yang pernah diderita, pasien akan merasa dirinya sebagai bahan gunjingan, mungkin jadi bahan olokan, atau kan ditolak dalam kegiatan sosial dan kehawatiran akan lepasnya peran penting di masyarakat ataupun peran penting di lingkungan kerja. Keluarga harus menyadari hal ini dan melakukan perlindungan terhadap perasaan negatif ini, dengan menjadi yang terdepan memberi rasa aman, rasa positif, rasa memerlukan pasien, bersikap terbuka.Riwayat sakit mental atau kekambuhan sakit mental, merupakan faktor resiko bunuh diri. Penelitian menunjukan bahwa, orang yang bunuh diri atau usaha bunuh diri mempunyai riwayat gangguan kejiwaan atau sudah pernah dirawat inapkan di rumah sakit. (HIMH, 2012). Peran keluarga sangat penting sehingga meminimalkan terjadinya kambuh ulang.Pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan jiwa dapat dipandang dari berbagai segi yaitu : Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannyaKeluarga merupakan institusi pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilakuIndividu menguji coba perilakunya di dalam keluarga, dan umpan balik keluarga mempengaruhi individu dalam mengadopsi perilaku tertentu.

KekambuhanKekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah tampaknya mereda (Dorland, 2002).

Kekambuhan yaitu kembalinya gejala gejala penyakit, sehingga cukup parah dan mengganggu aktivitas sehari hari dan memerlukan rawat inap dan rawat jalan yang tidak terjadwal (Boyd dan Nihart, 1998)

Tanda dan Gejala KekambuhanTahap I : klien memperlihatkan ketegangan yang berlebihan (over extension), sering mengeluh cemas terusmenerus, tak dapat konsentrasi, lupa katakata dalam pertengahan kalimat, adanya hambatan mental dalam aktivitas dan penampilan diri yang menurun.Tahap II : memperlihatkan keterbatasan tingkat kesadaran (retriction conciusness), depresi, mudah bosan, apatis, obsesional dan fobia, mengeluh sakit di seluruh tubuh (somatisasi), menarik diri dari aktivitas seharihari dan membatasi stimulus eksternal.Tahap III : kadangkadang menunjukan penampilan psikotik, hipomania, gangguan persepsi, gangguan isi pikir dan gagal memakai mekanisme pembelaan yang matangTahap IV : memperlihatkan gejala psikotik yang jelas, adanya halusinasi dan waham secara terus menerusTahap V : klien tidak lagi mengenal keluarga dan menganggap keluarga sebagai penipu. Dapat pula klien mengamuk.Tahap VI : klien nampak seperti robot dan bingung serta gelisah.

Jika muncul tanda dan gejala di atas segera :Bantu klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakanSegera kontrol ke RS, sehingga segera mendapat pertolongan.

Penyebab KekambuhanFaktor faktor yang menyebabkan kekambuhan :

Tidak teratur minum obat, pemakaian obat anti psikotik (neuroleptik) yang lama dapat menyebabkan efek samping tardive dyskinesia (gerakan tidak terkontrol) yang dapat mengganggu hubungan sosial. Lingkungan dengan stressor tinggiKeluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan). Selain itu juga dipengaruhi oleh stres yang menyenangkan (naik pangkat, menikah) maupun yang menyedihkan ( kematian / kecelakaan)Kurangnya aktivitas dan latihan serta suplai nutrisi.

Perawatan Klien di RumahBeberapa hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga dan lingkungan dalam merawat klien di rumah antara lain :

Memberikan kegiatan/ kesibukan pada klien dengan membuatkan jadwal sehari hari secara berkelanjutan.Selalu menemani dan tidak membiarkan klien sendiri dalam melakukan suatu kegiatan, misalnya : makan bersama, bekerja bersama, bepergian dll.Meminta keluarga atau teman untuk menyapa dan mengajak klien mengobrol atau beraktifitas, jika klien mulai menyendiri atau berbicara sendiriMengajak klien ikut aktif dan berperan serta dalam kegiatan masyarakat, misalnya : pengajian, kerja bakti, kegiatan karang taruna, dllBerikan pujian, umpan balik atau dukungan yang positif untuk keterampilan sosial yang dapat dilakukan pasienMengontrol kepatuhan minum obat secara benar sesuai dengan prinsip 5 Benar (Benar obat, Benar dosis, Benar nama, Benar waktu, Benar cara)Jika klien malas minum obat, anjurkan untuk minum obat secara halus dan empati. Hindari tindakan memaksa yang dapat menimbulkan trauma bagi klien.Kontrol suasana lingkungan / pembicaraan yang dapat memancing terjadinya marahKenali tanda tanda yang muncul sebagai gejala kekambuhanSegera kontrol ke dokter / RS jika muncul perubahan perilaku yang menyimpang atau obat habis.

DAFTAR PUSTAKA

Darmayanti Mukhripah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung. Refika Aditama.

Keliat, Budi Ana. 2012. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course). Jakarta : EGC.

Yosep Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung. Refika Aditama.

Hunter Institute Of Mental Health/ HIMH (2012) Mental illeness and suicide www.responseability.org/site/index.cfm?display=134913 Diakses pada tanggal 20 Agustus 2014 pukul 14.50 WIB.