Upload
luna-litami
View
73
Download
24
Embed Size (px)
Citation preview
PENUGASAN PPK BLOK JIWA
SKIZOFRENIA YANG TAK TERINCI
(RS GRHASIA)
KELOMPOK 2.3
Tutor : dr. Sunarto
Tutorial : 2
Luna Litami (10711146)
Angga Faletra (10711228)
Sofi Aryani Sugih Rahayu (10711134)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2012
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Gimin
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 46 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh tani
Bangsa/suku : Jawa
Alamat : Kebon brajan, Banjar arum, Kalibawang, Kulonprogo
No. RM : 01 63 52
Tanggal masuk rumah sakit: 04 Juni 2012
II. ALLOANAMNESISAlloanamnesis diperoleh dari: rekam medis
Nara Sumber 1 2 3 4
Nama
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Umur
Hubungan
Lama kenal
Sifat kenal
II.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)
- Pasien : Tidak tahu mengapa pasien dibawa ke Rumah Sakit, pada pagi hari tiba-tiba
pasien dipaksa masuk ke dalam mobil oleh adiknya (4 juni 2012)
- RM : jarang kontrol, tidak mau minum obat, pasien sering mondar-mandir, terlihat
gelisah, kurang lebih satu minggu tidak tidur, menganggu tetangga dan selalu bepergian
tanpa arah.
II.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)
(Meliputi onset perubahan tingkah laku, gejala yang muncul, sudah berapa kali diderita,
pengobatan yang sudah diberikan, dan sebagainya)
RM :
Pasien masuk rumah sakit kembali karena terlambat kontrol, menolak minum obat, pergi
tanpa tujuan dan menganggu tetangga (4 juni 2012). Pasien juga menagalami sulit tidur,
autisme, afek tumpul dan waham kebesaran. pasien sudah pernah mondok di rumah
sakit dengan keluhan serupa dimulai sejak tahun 2003 dan menjalani perawatan bolak-
balik dari rumah sakit karena muncul keluhan kembali pada tahun 2007, 2008, 2010,
2011 dan 2012.
Pengobatan yang pernah di berikan haloperidol, carbamazepin, tiropramide dan keluhan
pasien berkurang.
II.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian)
Untuk Pasien tidak ada keluhan fisik sama sekali. Fungsi sosialnya mengalami
kemunduran karena pasien sering mengganggu tetangganya sehingga pasien
dikucilkan. Untuk kemandirian menurun karena pasien tidak bisa melakukan kegiatan
sehari-sehari seperti mandi, berpakaian dan menyisir rambut.
II.4. Grafik Perjalanan PenyakitGejala Klinis
Mental Health Line/Time
Fungsi Peran
II.3. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
II.3.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
II.3.1.1. Faktor Organik
(Panas, kejang, trauma fisik, dan lain-lain)
Tidak ada panas, terdapat kejang pada tahun 2003 setelah mendengar
kabar ibunya sakit dan mulai berbicara kacau, trauma kepala di sangkal.
II.3.1.2. Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
Pasien pernah di tolak oleh wanita yang di sukai saat dilamar. Ketika
melamar wanita lain berkali-kali pasien selalu ditolak. Sedangkan usia
pasien sudah meninginjak kepala 4 padahal adik-adik pasien semuanya
telah menikah. Ditambah lagi pasien tidak memiiliki pekerjaan yang tetap
dan desakan dari pihak keluarga pasien untuk segera menikah.
II.3.1.3. Faktor Predisposisi
Pasien adalah anak pertama yang lebih dekat pada ibu.
II.3.1.4. Faktor Presipitasi
Pasien berkepribadian introvert
II.3.2. Riwayat Penyakit Dahulu
II.3.2.1. Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
Pasien pertama kali di bawa ke rumah sakit pada tahun 2003 kemudian
keluar di rawat jalan. Namun karena pasien sering tidak mau minum obat
rutin pasien sering kambuh dan kembali lagi ke RS pada tahun 2008,
2010, 2011 dan 2012. Pada tahun 2003 bulan februari saat pasien di
tanggerang, pasien mengalami demam, kejang dan mulai berbicara
kacau. Keluhan ini muncul saat pasien mendengar kabar kalau ibunya
sakit. Sebelumnya pasien juga mengeluhkan sulit tidur baik saat memulai
tidur, berusaha tetap tidur dan ketika terbangun sulit tertidur lagi.
II.3.2.2. Riwayat Sakit Berat/Opname
Sebelum masuk ke RS tahun 2003, pasien tidak pernah mengalami sakit
berat yang menyebabkan pasien sampai di opname
II.4. Riwayat Keluarga
II.4.1. Pola Asuh Keluarga
Demokrasi
II.4.2. Riwayat Penyakit Keluarga
Bapak pasien meninggal karena stroke
II.4.3. Silsilah Keluarga
: meninggal : laki-laki
: sakit : perempuan
II.5. Riwayat Pribadi
II.5.1. Riwayat Kelahiran
Normal
II.5.2. Latar Belakang Perkembangan Mental
Normal
II.5.3. Perkembangan Awal
Normal
II.5.4. Riwayat Pendidikan
Pasien pendidikan terakhir sampai SMP, namun pada saat kelas tiga
pasien pernah tidak naik kelas saru tahun.
II.5.5. Riwayat Pekerjaan
Pasien berprofesi sebagai petani dan pernah mengadu nasib mencari
pekerjaan di tanggerang.
II.5.6. Riwayat Perkembangan Seksual
Normal
Pak G
II.5.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual
Pasien mengaku sebelum masuk rumah sakit pasien sering shalat
maghrib dan isya berjamaah di masjid.
II.5.8. Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah.
II.5.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian
Premorbid)
introvert
II.5.10. Hubungan Sosial
Buruk
II.5.11. Kebiasaan
Pasien memiliki hobi memancing dan bermain bola pimpong. Jarang
olahraga dan merokok apa bila ada yang memberi rokok.
II.5.12. Status Sosial Ekonomi
Menengah kebawah
II.5.13. Riwayat Khusus
Pengalaman militer : tidak ada
Urusan dengan polisi : tidak ada
II.6. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
√ Dapat dipercaya
Kurang dapat dipercaya
Sangat diragukan kebenarannya
II.7. Kesimpulan Alloanamnesis
Alloanamnesis di ambil dari rekam medis. Untuk pemberi informasi adalah adik pasien yang
bernama ludyo. Pasien dibawa ke RS karena jarang kontrol, tidak mau minum obat, pasien
sering mondar-mandir, terlihat gelisah, kurang lebih satu minggu tidak tidur, menganggu
tetangga dan selalu bepergian tanpa arah.Pasien masuk rumah sakit kembali karena
terlambat kontrol, menolak minum obat, pergi tanpa tujuan dan menganggu tetangga (4 juni
2012). Pasien juga menagalami sulit tidur, autisme, afek tumpul dan waham kebesaran.
pasien sudah pernah mondok di rumah sakit dengan keluhan serupa dimulai sejak tahun
2003 dan menjalani perawatan bolak-balik dari rumah sakit karena muncul keluhan kembali
pada tahun 2007, 2008, 2010, 2011 dan 2012.
Pengobatan yang pernah di berikan haloperidol, carbamazepin, tiropramide dan keluhan
pasien berkurang. Untuk Pasien tidak ada keluhan fisik sama sekali. Fungsi sosialnya
mengalami kemunduran karena pasien sering mengganggu tetangganya sehingga pasien
dikucilkan. Untuk kemandirian menurun karena pasien tidak bisa melakukan kegiatan
sehari-sehari seperti mandi, berpakaian dan menyisir rambut. Tidak ada panas, terdapat
kejang pada tahun 2003 setelah mendengar kabar ibunya sakit dan mulai berbicara kacau,
trauma kepala di sangkal.
Pasien pernah di tolak oleh wanita yang di sukai saat dilamar. Ketika melamar wanita lain
berkali-kali pasien selalu ditolak. Sedangkan usia pasien sudah meninginjak kepala 4
padahal adik-adik pasien semuanya telah menikah. Ditambah lagi pasien tidak memiiliki
pekerjaan yang tetap dan desakan dari pihak keluarga pasien untuk segera menikah.
Pasien adalah anak pertama yang lebih dekat pada ibu.
Pasien berkepribadian introvert
Pasien pertama kali di bawa ke rumah sakit pada tahun 2003 kemudian keluar di rawat
jalan. Namun karena pasien sering tidak mau minum obat rutin pasien sering kambuh dan
kembali lagi ke RS pada tahun 2008, 2010, 2011 dan 2012. Pada tahun 2003 bulan februari
saat pasien di tanggerang, pasien mengalami demam, kejang dan mulai berbicara kacau.
Keluhan ini muncul saat pasien mendengar kabar kalau ibunya sakit. Sebelumnya pasien
juga mengeluhkan sulit tidur baik saat memulai tidur, berusaha tetap tidur dan ketika
terbangun sulit tertidur lagi. Sebelum masuk ke RS tahun 2003, pasien tidak pernah
mengalami sakit berat yang menyebabkan pasien sampai di opname. Bapak pasien
meninggal karena stroke .Pasien pendidikan terakhir sampai SMP, namun pada saat kelas
tiga pasien pernah tidak naik kelas saru tahun. Pasien berprofesi sebagai petani dan pernah
mengadu nasib mencari pekerjaan di tanggerang.
III. PEMERIKSAAN FISIK
III.1. STATUS PRAESENS
III.1.1. Status Internus
Keadaan Umum : E : 4 V : 5 M : 6
Bentuk Badan : lepticus
Berat Badan : 53
Tinggi Badan : 151
Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,8o
Kepala : konjungtiva mata tidak anemis
Leher : - arteri carotis tidak ada bruits
-tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Thorax
Sistem Kardiovaskuler: suara jantung normal, tidak ada suara tambahan
Sistem Respirasi : suara vesikuler di kedua lapang paru
Abdomen
Sistem Gastrointestinal : suara peristaltik 16x/menit
Sistem Urogenital : tidak ada keluhan
Ekstremitas
Sistem Muskuloskeletal : tidak ada kelemahan sistem gerak
Sistem Integumentum : ada bekas luka di tangan pasien
Kelainan Khusus : (-)
III.1.2. Status Neurologis
Kepala dan Leher :
Tanda Meningeal : kaku kuduk (-), kernig sign (-), brudzinski I (-),
brudzinski II (-), brudzinksi III (-)
Nervi Kranialis
1. Nervus olfaktorius : normal
2. Nervus optikus :
- Visus : normal
- Tes buta warna : tidak dilakukan
- Tes konfrontasi : tidak dilakuakan
3. Nervus okulomotorius, nervus troklearis nervus abdusen : tidak dilakukan
4. Nervus trigeminus
- Pemeriksaan motorik : tidak dilakukan
- Pemeriksaan sensorik : tidak dilakukan
- Reflex kornea : normal
5. Nervus facialis : normal
6. Nervus akustikus : normal
7. Nervus glosofaringeus dan nervus vagus : tidak dilakukan
8. Nervus asesorius spinalis : tidak dilakukan
9. Nervus hipoglosus : tidak dilakukan
Kekuatan Motorik : Pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas
1. Otot bahu : kanan (5), kiri (5)
2. Otot lengan : kanan (5), kiri (5)
3. Otot tangan : kanan (5), kiri (5)
4. Otot panggul : kanan (5), kiri (5)
5. Otot paha : kanan (5), kiri (5)
6. Otot kaki : kanan (5), kiri (5)
Sensibilitas :
1. Sensasi taktil:
- ekstremitas atas : kanan (normal), kiri (normal)
- ekstremitas bawah : kanan (normal), kiri (normal)
2. sensasi nyeri superficial :
- ekstremitas atas : kanan (normal), kiri (normal)
- ekstremitas bawah : kanan (normal), kiri (normal)
Fungsi Saraf Vegetatif
Refleks Fisiologis :
- trisep kanan (+), kiri (+)
- bisep kanan (+), kiri (+)
- brachioradialis kanan (+), kiri (+)
- patella kanan (+), kiri (+)
- archiles kanan (+), kiri (+)
-
Refleks Patologis :
- Hoffmann dan tromner kanan (-), kiri (-)
- Babinski kanan (-), kiri (-)
- Chaddock kanan (-), kiri (-)
- Oppenheim kanan (tidak dilakukan), kiri (-)
- Gordon kanan (tidak dilakukan), kiri (-)
- Schaefer kanan (tidak dilakukan), kiri (-)
- Rossolimo-mendel bechterew kanan (-), kiri (-)
- Mendel bechterew kanan (-), kiri (-)
Gerakan Abnormal : (-)
Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)
Kesan Status Neurologis : normal
III.1.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang
Pemeriksaan Darah, EKG, EEG, CT Scan, Foto Rontgen, dll.
Kesan Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang:
Tidak pernah dilakukan pemeriksaan penunjang
III.2. STATUS PSIKIATRI
Tanggal Pemeriksaan: 12 November 2012
III.2.1. Kesan Umum:
III.2.2. Kesadaran :
Kuantitatif
√ Compos mentis
Apatis
Somnolen
Sopor
Berkabut
Twilight state
Absence
Delirium
Koma
Kualitatif
√ Berubah
Tak Berubah
III.2.3. Orientasi Orang/Waktu/Tempat/Situasi:
√ Baik
Buruk
III.2.4. Penampilan/Rawat Diri:
Baik
Cukup
√ Kurang
III.2.5. Sikap dan Tingkah Laku:
√ Dalam batas normal
Hipoaktif
Disaktif
Grimaseren
Manireren
Bizar
Katalepsi
Stereotipi
Ekhopraksi
Automasi perintah, sebutkan: __________
Negativisme
Kompulsi , sebutkan: ___________
Impulsif
Poriomania
Piromani
Stupor
Hiperaktif
Agitasi psikomotor
Gaduh gelisah
Hiperaktif
Merusak
√ Lain-lain, sebutkan: selalu menjabat tangan
III.2.6. Roman Muka (Ekspresi Muka):
Tak ada kelainan
Indifferent
Banyak mimik
Sedikit Mimik
Curiga
Sedih
Marah
√ Gembira
III.2.7. Afek :
Tak ada kelainan
√ Tumpul
Datar
Indifferent
Euphoria
Elasi
Ectase
Panik
Tension
Ambivalensi
Takut
Susah
Depersonalisasi
√ Derealisasi
Inappropriate
Labil
Cemas
Curiga
Lain-lain, sebutkan: __________
III.2.8. Proses Pikir
III.2.8.1. Bentuk Pikir:
Realistik
√ Autistik
Dereistik
√ Pikiran tak logis
Gangguan fikiran formal
III.2.8.2. Isi Pikir :
Tak ada kelainan
Phobi
Obsesi
Idea of reference
√ Waham
Dikejar
Diancam
Curiga
Berdosa
Cemburu
√ Kebesaran
√ Seksual
Rendah Diri
Hipokondri
√ Bizarre
√ Sisip pikir
Siar pikir
Dikendalikan
Penyedotan pikiran
Magik mistik
Lainnya, sebutkan:
III.2.8.3. Progresi Pikir :
Kualitatif
Tak ada kelainan
Perseverasi
Verbigerasi
Ekholali
Ganser sindrom
Neologisme
Inkoherensi
Sirkumstansial
Flight of ideas
Flight into mysticism
Flight into intelectualisme
Gagap
Irelevansi
Tangensial
√ Lainnya, sebutkan : asossiasi longgar
Kualitatif
Tak ada kelainan
√ Logorrhoe
Remming
Blocking
Mutisme
III.2.9. Mood dan Interest :
√ Dalam batas normal
Euforia
Sangat bahagia
Dalam kenikmatan luar biasa
III.2.10.Hubungan Jiwa :
√ Sukar
Mudah
III.2.11. Perhatian :
√ Mudah ditarik mudah dicantum
Mudah ditarik sukar dicantum
Sukar ditarik sukar dicantum
III.2.12. Persepsi :
Halusinasi
Dengar
Pandang
√ Penghidu
Peraba
Pengecap
Seksual
III.2.13. Memori :
Amnesia
Anterograd
Retrograd
Anteroretrograd
Hipomnesia
Hipermnesia
Paramnesia
Konfabulasi
De ja vue
Jamais vue
De ja vacue
III.2.14. Gangguan Inteligensi Sesuai Umur/Pendidikan
√ Tidak ada
Ada
IQ : 86 – 99 Normal
III.2.15. Insight :
Baik
√ Buruk
III.2.16.Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan:
- Sering bicara kotor tentang wanita
- Sering meraba-raba wanita
III.3. Hasil Pemeriksaan Psikologi
III.3.1. Kepribadian :
introvert
III.4. Hasil Pemeriksaan Sosiologi
Pasien menganggap orang disekitarnya terlalu mendesak pasien untuk segera
menikah.
IV. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA
IV.1. Tanda-Tanda (Sign)
Afek Tumpul, Derealisasi
Bentuk Pikir Autistik, Pikiran tak logis
Isi Pikir Waham Kebesaran, Seksual, Sisip pikir
Progresi Pikir Kualitatif asossiasi longgarLogorrhoe
Persepsi Halusinasi Penghidu
IV.2. Gejala (Simtom)
Roman Muka Gembira
IV.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)
Sindrom depresi
V. DIAGNOSIS BANDING
F20.4 depresi pasc-skizofrenia
F20.5 skizofrenia residual
VII. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
VII.1. Pemeriksaan Psikologi
Cenderung skizoid
VII.2. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)
CT scan : dimungkinkan pada pasien skizofrenia akan di temuka
pembesaran ventrikel di otak. Di mungkin juga temuan ukuran otak pada pasien
skizofrenia lebih kecil dari volume individu normal dengan pengurangan volume terbesar
pada korteks serebral (Cowan & Kandel, 2001)
VIII. DIAGNOSISAKSIS I skizofrenia tak terinci F20.3
AKSIS II cenderung skizoid
AKSIS III tidak ada gangguan
AKSIS IV masalah keluarga
AKSIS V GAF scale 60-51
IX. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAANIX.1. Terapi Organobiologik
IX.1.1. PsikofarmakaHaloperidol, carbamazepin, tiropramide
IX.2. Psikoedukatif/PsikoterapiKonseling rutin
IX.3. Terapi SosiokulturalIX.3.1. Terapi Rehabilitatif
Konseling rutin
IX.3.2. Terapi SpiritualShalat, dan dzikir
IX.3.3. Edukasi dan Modifikasi Keluarga- Selalu kontrol dan rutin minum obat
- Rutin membawa pasien untuk konseling
- Mengusahakan agar tidak terlalu
X. PROGNOSISX.1. Faktor Premorbid
Riwayat Penyakit Keluarga : Ada √ Tidak ada
Pola Asuh Keluarga: √ Demokratis Over Protektif Liberal
Kepribadian Premorbid: √ Introvert Ekstrovert
Stressor Psikososial: √ Ada Tidak ada
Sosial Ekonomi: Tinggi Menengah √ Bawah
Status Perkawinan: Menikah √ Tidak menikah
X.2. Faktor MorbidUsia Onset: Anak Remaja √ Dewasa Tua
Jenis Penyakit: √ Psikotik Non Psikotik
Perjalanan Penyakit: Akut √ Kronik
Kelainan Organik: Ada √ Tidak ada
Regresi: Ada Tidak ada
Respon Terapi: √ Bagus Jelek
X.3. Kesimpulan Prognosis
Baik
Dubia ad bonam
Dubia ad malam
√ Jelek
XI. RENCANA FOLLOW UP
Perlu digali lebih lanjut tentang tanda psikotik pasien. Banyak yang ditutupi ketika
di anamnesis.
XII. PEMBAHASAN
1. Penegakan diagnosis
Menurut PPDGJ III untuk menegakkan diagnosis skizofrenia harus ada
sedikitnya satu gejala berikut :
(a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), da nisi pikiran ulang,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi pikir yang asing dari luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar darinya (withdrawal) ; dan
- “thought broadcasting” = isi pikirnya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
(b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau
- “delusion of influence” = waham tentanng dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara
jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran,
tindakan, atau penginderaan khusus);
- “delusional perception”= pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermaksna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
(c) Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mamou mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
(e) Halusinasi yang mebetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan terus-menerus;
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (ex-citement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
atau stupor;
(h) Gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja
social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejaa-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiasp fase nonpsikotik
prodromal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (over quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diru sendiri (self-absorbed attitude),
dan penarikan diri secara sosial.
Pada pasien ini memiliki satu gejala yang jelas yakni “thought insertion or
withdrawal” = isi pikir yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion)
dan sertai dengan gejala-gejala lain seperti Afek Tumpul, Derealisasi bentuk pikir
autistik, pikiran tak logis; isi Pikir Waham Kebesaran, Seksual, Sisip pikir;
Progresi Pikir Kualitatif asossiasi longgar, logorrhoe; Persepsi Halusinasi
Penghidu. Dan gejala ini sudah menetap lebih dari bulan hingga pasien tidak
bisa menjalankan kewajiaban sosial atau tuntutan yang harus dia lakukan.
Sedangkan untuk subtipe nya pasien ini digolongkan pada skizofrenia yang tak
terinci karena selain memenuhi kriteria skizofrenia, gejala pasien tidak
mengarahkan ke tipe skizofrenia katatonik atau hebefrenik, paranoid.
2. Identitas pasien
Pasien ini merupakan pasien laki-laki dengan status belum menikah berusia 46
tahun dan bekerja sebagai buruh tani serabutan. Berdasarkan teorinya pasien ini
termasuk pasien yang beresiko mengalami gangguan jiwa. Dilihat dari pekerjaan
dan ekonomi pasien, menurut kaplan (2010) dari hipotesis aliran menurun
(downward drift) menyatakan bahwa orang yang terkena bergeser ke atau gagal
berpindah dari, kelompok sosioekonomi lemah akibat penyakit ini. Dan hipotesis
penyebab sosia menyatakan bahwa stres yang di alami anggota kelompok
sosioekonomi lemah berperan dalam timbulnya skizofrenia. Status pernikahan
pasien juga yang masih belum menikah juga menjadi salah satu faktor resiko
untuk terkena skizofrenia.
3. Hubungan riwayat kejang dengan skizofrenia pasien
Salah satu penyebab skizofrenia adalah disebabkan karena terlalu banyaknya
aktivitas dopaminergik. Selain beberapa pasien skizofrenia
mengalami kehilangan neuron GABA nergik didalam hipokampus. K ehilangan
GABAergik secara teoritis dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron
dopaminergik dan noradrenergik.
4. Hubungan dekat dengan ibuDisni hubungan pasien dengan ibunya dekat namun karena tuntutan si ibu pada
passien untuk meningkatkan taraf ekonomi pasien dan segera memiliki istri, di
mungkin kan sebagai suatu konflik antara pasien dengan si ibu. Menurut Sullivan
(1962) menekankan pentingnya hubungan ibu dan anak yang terganggu, dan
mengenukakan argumentasi bahwa hal tersebut dapat menetapkan tahapan
untuk penarikan diri secara perlahan-lahan dari orang lain. Pada masa kanak-
kanak awal, interaksi yang penuh kecemasan dan permusuhan antara anak dan
orang tua membawa anak untuk mencari perlindungan pada dunia fantasi yang
bersifat pribadi. Sehingga menjadikan kondisi ini sebagai lingkaran setan :
semakin anak menarik diri, semakin berkurang kesempatan yang ada untuk
membangun kepercayaan pada orang lain dan keterampilan sosial yang
dibutuhkan untk membangun keintiman. Kemudian ikatan yayang lemah antara
anak dan orang lain mendorong kecemasan sosial dan penarikan diri yang lebih
jauh.
5. Terapi
Disini pasien diberikan obat :
- Haloperidol : Haloperidol adalah suatu obat antipsikotik. Ia bekerja dengan
mengubah tindakan bahan kimia dalam otak. Haloperidol digunakan untuk
mengobati skizofrenia. Hal ini juga digunakan untuk mengontrol motor dan tics
pidato pada orang dengan sindrom Tourette. Oral: Dosis awal: 0,5 sampai 5 mg oral
2 sampai 3 kali sehari. Dosis pemeliharaan: 1 sampai 30 mg / hari dalam 2 sampai 3
dosis terbagi. Dosis harian hingga 100 mg telah digunakan. Jarang, haloperidol telah
digunakan dalam dosis di atas 100 mg untuk pasien sangat resisten, namun
penggunaan klinis yang terbatas belum menunjukkan keamanan administrasi
berkepanjangan dosis tersebut. parenteral: Haloperidol laktat: 2 sampai 5 mg IM
atau IV untuk kontrol cepat. Mungkin ulangi setiap 4 sampai 8 jam. Dosis sampai
dengan 8 sampai 10 mg dapat diberikan intramuskuler. Pasien akut gelisah mungkin
memerlukan suntikan per jam.
- Carbamazepin : Carbamazepine adalah suatu antikonvulsan. Ia bekerja dengan
mengurangi impuls saraf yang menyebabkan kejang dan nyeri. Carbamazepine
digunakan untuk mengobati kejang dan nyeri saraf trigeminal neuralgia seperti dan
neuropati diabetes. Hal ini juga digunakan untuk mengobati gangguan bipolar. Dosis
awal: 200 mg secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul setiap 12 jam atau 100 mg
larutan oral 4 kali sehari. Tablet dan solusi: Setelah autoinduction, dosis yang lebih
tinggi akan diperlukan untuk mempertahankan tingkat obat dalam kisaran terapeutik
6 sampai 12 mcg / mL. Dosis harian harus ditingkatkan dalam 100 sampai 200 mg
bertahap pada 1 sampai 2 minggu interval. Dosis pemeliharaan: sampai 1200 mg
sehari dalam 3 atau 4 dosis terbagi mungkin diperlukan untuk mempertahankan
tingkat plasma dalam kisaran terapeutik.
- Tiropramide : Tiropramide adalah antispasmodic dan bertindak dengan
meningkatkan tingkat intraselular cAMP dalam sel otot halus dan mengikat ion
kalsium ke retikulum sarkoplasma.
DAFTAR PUSTAKA
Sadock, BJ. Sadock, VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran ECG. Jakarta, 2012.
Nevid, JS. Rathus, SA. Greene, B. Psikologi Abnormal, Edisi 5. Penerbit Erlangga. Jakarta,
2005.
Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dan PPDGJ III. Penerbit
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. Jakarta, 2003.
Maslim, R. Panduan Praktis Klinis Obat Psikotik, Edisi 3. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-
Unika Atmajaya. Jakarta, 2007.
Margarita, A. Morozova, AG. Beniashvili, TA. Lepilkina, E. Georgiy, E. Rupchev. DOUBLE-
BLIND PLACEBO-CONTROLLED RANDOMIZED EFFICACY AND SAFETY TRIAL OF
ADD-ON TREATMENT OF DIMEBON PLUS RISPERIDONE IN SCHIZOPHRENIC
PATIENTS DURING TRANSITION FROM ACUTE PSYCHOTIC EPISODE TO
REMISSION. Psychiatria Danubina, 2012; Vol. 24, No. 2, pp 159-166.
Yamashita, Y. Tani, J. Spontaneous Prediction Error Generation in Schizophrenia. PLoS ONE.
May 2012, Vol. 7
Boyer, L. Caqueo-Urízar, A. Richieri, R. Lancon, C. Gutiérrez-Maldonado, J. Auquier, P. Quality
of life among caregivers of patients with schizophrenia: a cross-cultural comparison of
Chilean and French families. BMC Family Practice 2012, 13:42.