Upload
others
View
28
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
19
BAB III
PENULISAN ARTIKEL ILMIAH PADA
JURNAL
Artikel ilmiah yang dimuat dalam suatu jurnal memiliki ciri-ciri
khas tertentu antara lain sistematikanya sudah ditentukan, dan isi artikel
berupa hasil-hasil penelitian. Setidak-tidaknya berupa hasil studi pustaka.
Artikel ilmiah memiliki jumlah halaman yang terbatas, sekitar 10 hingga
20 halaman kuarto yang diketik 2 spasi.
Artikel dalam jurnal selalu memuat hal-hal yang sangat esensial saja
sesuai dengan komponen yang sudah ditentukan. Pada bagian (bab 3) ini
sangat penting bagi para penulis artikel karena membahas mengenai
kajian isi artikel yang dimuat dalam jurnal dan kode etik penulisan yang
harus menjadi perhatian (pedoman) bagi si penulis.
A. Kajian Isi Artikel Ilmiah
Pada bagian di depan (bab 2) sudah dijelaskan bahwa artikel
ilmiah murni memiliki komponen penting, yakni (1) judul artikel; (2) nama
peneliti; (3) abstrak dan kata- kata kunci; (4) pendahuluan; (5) metode;
(6) hasil dan pembahasan; (7) kesimpulan; (8) dan daftar pustaka.
Komponen-komponen atau bagian artikel tersebut akan dijelaskan pada
bagian berikut ini.
1. Judul Artikel
Judul suatu artikel pada umumnya sesuai dengan judul penelitian
yang sudah dilakukan oleh penulis. Judul artikel pada umumnya
terdiri dari 5- 20 kata. Judul hendaknya dapat memberi gambaran
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
20
mengenai isi tulisan. Aspek (variabel) yang dijelaskan dan hubungan
antar variabel serta informasi lain yang dianggap penting hendaknya
terlihat dalam judul artikel. Melalui judul, pembaca juga dapat
mengetahui tentang metode yang digunakan dalam penelitian.
Misalnya dalam penelitian yang bersifat inferensial, di dalam judul
tersebut ada kata kunci berupa hubungan (korelasi), pengaruh, atau
perbedaan. Begitu pula dalam penelitian tindakan, terdapat istilah
kunci misalnya berupa teknik (metode) yang digunakan dalam
mengatasi tindakan, misalnya teknik role play, metode inquiry
discovery, sosio drama atau teknik permainan.
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
21
Contoh 1. Judul-judul Artikel Ilmiah berdasar hasil jenis penelitian yang
beragam
a. Penelitian Deskripsi
● Kompetensi Konselor Guru BK di SMA Kristen 1 Salatiga
● Faktor Penyebab Pernikahan Dini dan Dampaknya dalam
Mengasuh Anak: Studi Kasus di desa Ngerdemak Kecamatan
Karangayung Kabupaten Grobogan
b. Penelitian Inferensial
● Kinerja Guru ditinjau dari Aspek Kepemilikan Sertifikat
Pendidik pada Guru SD Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali
● Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook
dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Progdi BK FKIP
UKSW
c. Penelitian Tindakan
● Peningkatan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Pengguna Jejaring Sosial Facebook dengan Teknik
Sosiodrama pada Mahasiswa Angkatan 2012 Progdi BK FKIP
UKSW
● Upaya Peningkatan Kemandirian Anak Usia 4-5 tahun melalui
Penerapan Teknik Scaffolding di TK Sang Timur Salatiga
d. Penelitian Eksperimen
● Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik
Kegiatan Kelompok dalam Meningkatkan Harga Diri Siswa
Kelas VII G SMP N 1 Bringin
● Efektivitas Penggunaan Model Co-operative Learning Tipe
Group Investigation terhadap Minat dan Hasil Belajar IPA
pada Siswa Kelas V SD Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016
e. Penelitian Pengembangan
● Pengembangan Model Parenting tentang Pendidikan Seks
Anak Usia Dini melalui Media Pinball
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
22
● Pengembangan Model Pretend Play dalam Pembinaan
Karakter Anak Pemulung di Kota Salatiga
Berdasar judul-judul tersebut, pembaca dapat menentukan
variabel-variabel yang diteliti oleh masing-masing peneliti. Begitu pula
melalui judul-judul yang tertulis di depan dapat diketahui atau ditentukan
teknik analisis yang digunakan si peneliti.
2. Nama Penulis
Nama penulis ditulis tanpa gelar kesarjanaan atau gelar lainnya.
Nama penulis dan nama lembaga tempat penulis bekerja atau studi
ditulis sebagai identitas penulis. Identitas penulis menunjukkan
afiliasi sesuai lembaga dimana penulis bekerja atau studi, yang ditulis
sebagai catatan kaki di lembar pertama. Jika artikel ditulis lebih dari
tiga penulis, maka hanya nama penulis utama saja yang dicantumkan
di bawah judul. Nama penulis lainnya dicantumkan di catatan kaki.
3. Abstrak dan Kata-kata Kunci
Abstrak memuat uraian mengenai masalah secara ringkas dan tujuan
penelitian, metode penelitian (subjek penelitian beserta teknik
pemilihan subjek, instrumen yang digunakan, teknik analisis), dan inti
hasil penelitian. Tekanan penulisan abstrak terutama pada hasil
kajian. Pengetikan abstrak dilakukan dengan margin yang lebih
sempit dari margin kanan dan kiri teks utama. Panjang abstrak 50-100
kata, diketik dengan 1 spasi.
Kata-kata kunci perlu dicantumkan untuk menggambarkan ranah
masalah yang diteliti dan istilah-istilah pokok yang mendasari
pelaksanaan penelitian. Kata-kata kunci dapat berupa kata tunggal
atau gabungan kata. Jumlah kata-kata kunci sekitar 5 kata. Kata-kata
kunci ini diperlukan untuk komputerisasi. Pencarian judul tulisan dan
abstrak dapat dipermudah dengan kata-kata kunci tersebut.
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
23
Contoh 2. Abstrak Penelitian Eksperimen
Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Kegiatan
Kelompok dalam Meningkatkan Harga Diri Siswa Kelas VII G SMP N 1
Bringin
Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2010/2011
Oleh
Atika Wulandari
(Program Studi Bimbingan dan konseling FKIP UKSW)
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok dalam peningkatan harga diri siswa kelas VII G SMP N 1 Bringin Kabupaten Semarang. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII G yang berjumlah 30 siswa yang dibagi dalam dua kelompok secara random yakni kelompok kontrol dan eksperimen, setiap kelompok terdiri dari 15 siswa. Masing-masing anggota kelompok terbagi dalam 4 kategori harga diri yaitu siswa yang memiliki harga diri tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Kedua kelompok homogen dengan P = 1,000 (p > 0,050). Desain penelitian berupa eksperimen semu di mana kelompok eksperimen diberi perlakuan 8 sesi bimbingan kelompok, sedangkan kelompok kontrol tanpa perlakuan bimbingan kelompok. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Self Esteem Inventory (SEI) yang disusun oleh Coopersmith (1967) terdiri dari 41 item, sudah terbukti valid. Teknik analisis data yang digunakan adalah Mann Whitney dengan bantuan menggunakan program SPSS for window release 16.0. Hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan harga diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol siswa kelas VII G SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang, terlihat dari perbedaan hasil post test
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
24
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu P = 0,19 < 0,050. Kategori harga diri pada kelompok eksperimen yang diberikan layanan bimbingan kelompok berkategori tinggi sebesar 40%, sedang sebesar 53,3%, dan rendah sebesar 6,7%. Sedangkan pada kelompok kontrol terdiri dari kategori tinggi sebesar 6,7%, sedang sebesar 46,7%, rendah sebesar 33,3%, dan sangat rendah sebesar 13,3%. Dengan demikian, layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan harga diri siswa kelas VII G SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang.
Kata Kunci : Bimbingan Kelompok, Harga Diri Siswa.
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
25
Contoh 3. Abstrak Penelitian Komparasi
Kinerja Guru Ditinjau dari Aspek Kepemilikan Sertifikat Pendidik pada
Guru SD Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali
oleh
Nur Aini
(Program studi PGSD FKIP UKSW)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi perbedaan kinerja guru berdasarkan kepemilikan sertifikat pendidik pada guru SD Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 121 guru yang terdiri dari 42 guru bersertifikasi dan 79 guru yang belum bersertifikasi.
Dalam penelitian ini pengumpulan data dengan menggunakan teknik non tes yaitu dengan menggunakan metode angket. Untuk menganalisis hipotesis tersebut penulis menggunakan Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mean rank kinerja guru bersertifikasi adalah 81,46 dan mean rank kinerja guru yang belum bersertifikasi adalah 51,12 dengan taraf signifikansi 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara guru yang belum bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi. Guru yang bersertifikasi memiliki kinerja yang lebih baik daripada guru yang belum bersertifikasi. Para guru hendaknya menumbuhkan serta meningkatkan kinerjanya walaupun belum memiliki sertifikat pendidik
Kata kunci : kinerja guru, sertifikat pendidik.
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
26
4. Pendahuluan
Pendahuluan lazimnya ditulis tanpa judul (bab) dan ditulis setelah
abstrak. Bagian pendahuluan menyajikan kajian pustaka beserta
rujukan yang proporsional, pembahasan dengan ringkas, padat dan
langsung mengena masalah yang diteliti menyangkut landasan
teorinya, historisnya, atau yang lain yang mengarah ke rumusan
masalah, rencana pemecahan masalah dan diakhiri dengan tujuan
penelitian. Secara ringkas, bagian pendahuluan berisi terutama
tentang: (1) permasalahan penelitian; (2) wawasan rencana dan
pemecahan masalah; (3) rumusan tujuan tulisan; (4) rangkuman
kajian teoritis yang berkaitan dengan masalah yang dikaji. Panjang
bagian pendahuluan sekitar 2-3 halaman kuarto dan diketik dengan
spasi ganda.
(1) Permasalahan penelitian. Alenia ini berisikan penjelasan bahwa
terdapat kesenjangan (gap) antara teori atau harapan dengan
kondisi nyata yang terjadi pada diri subjek yang diteliti.
Permasalahan dapat pula diwujudkan dengan menguraikan
adanya hasil penelitian yang beragam (berbeda) dari beberapa
penelitian dengan topik yang sama. Keragaman hasil penelitian
pada topik penelitian yang sama tersebut sering disebut sebagai
isyu research.
Jika sebagai penelitian tindakan maupun penelitian ekperimen,
maka peneliti perlu melakukan pra-penelitian berupa
pengumpulan data konkrit masalah yang dialami oleh subjek,
misalnya masalah rendahnya prestasi siswa, rendahnya percaya
diri siswa, tingginya agresivitas siswa, rendahnya kemandirian
belajar siswa. Peneliti bukan hanya menjelaskan fenomena
permasalahan tetapi perlu menyertakan data konkrit tersebut
dalam latar belakang sebagai bukti adanya masalah.
(2) Wawasan rencana dan pemecahan masalah. Dalam alenia ini
berisikan penjelasan mengenai dugaaan dan bukti sumber
penyebab timbulnya masalah, misalnya penggunaan metode
pembelajaran atau layanan yang kurang tepat, pola asuh yang
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
27
kurang tepat, rendahnya perhatian siswa dalam pembelajaran.
Selanjutnya dikemukakan pula rencana tindakan untuk
memecahkan masalah tersebut beserta alasan teoritis yang jelas
dalam menggunakan tindakan tersebut.
(3) Rumusan tujuan penelitian (tulisan). Rumusan tujuan penelitian -
yang sudah disusun penulis saat penelitian – ditulis kembali pada
bagian alenia ini.
(4) Rangkuman kajian teoritik yang berkaitan dengan masalah.
Alenia-alenia ini berisikan penjelasan teoritis tentang konsep dan
cara pengukuran (aspek-aspek) variabel yang diteliti. Pada
penjelasan setiap variabel tersebut diberi sub judul tetapi tanpa
nomor, pada setiap sesuai variabel yang dijelaskan.
5. Metode Penulisan. Jika sebagai tulisan dari suatu gagasan (studi
pustaka), maka hanya ditulis ringkas sebagai bagian penjelasan dari
latar belakang. Namun, jika sebagai artikel hasil penelitian, maka
bagian ini sebagai bagian untuk menjelaskan bagaimana penelitian
itu dilakukan. Seringkali bagian ini disebut “prosedur penelitian”,
“cara penelitian” dan “metodologi penelitian”. Materi pokok bagian
ini terdiri dari jenis penelitian yang dilakukan, rancangan penelitian,
populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data. Masing-masing penjelasan tersebut tanpa
diberi penomoran (sub bab) seperti yang ada pada laporan
penelitian. Pada penelitian tindakan kelas, perlu ditambahkan
kehadiran peneliti, subjek penelitian, informan yang ikut membantu
beserta cara-cara menggali data-data penelitian, lokasi dan lama
penelitian serta uraian mengenai uji keabsahan hasil penelitian.
6. Hasil Kajian dan Pembahasan. Bagian ini merupakan bagian utama
artikel dan biasanya merupakan bagian terpanjang dari suatu artikel.
Hasil tulisan yang disajikan dalam bagian ini berisikan penjelasan
secara teoritis dan mendalam mengenai suatu aspek dan
keterkaitannya dengan aspek lain. Tabel dan grafik dapat digunakan
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
28
untuk memperjelas penyajian secara verbal. Data dalam tabel dan
grafik harus dideskripsikan atau dibahas. Dalam pembahasan, hasil
analisis dikaitkan dengan penjelasan teoritis, sebab akibat dari
fenomena yang diketemukan selama penelitian.
Jika artikel sebagai hasil penelitian, menurut Slameto (2006),
pembahasan merupakan bagian terpenting dari keseluruhan isi
artikel hasil penelitian. Pembahasan ini bertujuan untuk: (1)
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian; (2) menunjukkan
bagaimana temuan-temuan itu diperoleh; (3) menafsirkan temuan-
temuan; (4) mengaitkan hasil temuan penelitian dengan struktur
pengetahuan yang telah mapan; (5) dan memunculkan teori-teori
baru atau modifikasi teori yang telah ada.
7. Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan berisi penjelasan jawaban
tentang masalah penelitian, dan selalu terkait dengan tujuan maupun
maupun penelitian. Kesimpulan menyajikan ringkasan dari uraian
mengenai hasil dan pembahasan. Berdasarkan kedua hal tersebut,
dikembangkan pokok-pokok pikiran baru yang merupakan esensi
dari temuan penelitian. Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang
telah ditarik, dapat mengacu pada tindakan praktis, pengembangan
teori baru dan penelitian lanjutan.
8. Daftar Pustaka. Daftar pustaka harus lengkap dan sesuai dengan
rujukan yang disajikan dalam batang tubuh artikel. Untuk
menunjukkan kualitas artikel ilmiah, daftar yang dimasukkan dalam
daftar pustaka harus cukup banyak. Semua sumber yang dirujuk di
dalam naskah harus dicantumkan di dalam Daftar Pustaka. Daftar
pustaka disusun secara alfabetis dan cara penulisannya disesuaikan
dengan aturan yang ditentukan dalam jurnal. Daftar Pustaka dapat
bersumber pada buku, jurnal, majalah dan internet. Penulisan daftar
pustaka dilakukan pada halaman terakhir artikel, bukan pada
halaman baru. Daftar Pustaka ditulis menurut tata cara tertentu
sesuai dengan sumber referensi yang digunakan sebagai berikut.
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
29
1. Buku
Nama pengarang. tahun terbit. judul buku (cetak miring). edisi
buku. kota penerbit: nama penerbit. (model American Psychology
Association – APA edisi kelima).
Contoh:
Wiersma, W. 1995. Research Methods in Education: An
Introduction. Boston: Allyn and Bacon.
2. Artikel/Bab dalam suatu Buku
Nama pengarang. tahun terbit. judul artikel. In/dalam nama
editor (Ed.). judul buku (cetak miring). Edisi. nama penerbit, kota
penerbit, halaman
Contoh:
Schoenfeld, A.H., 1993. On Mathematics as Sense Making: An
Informal Attack on the Unfortunate Divorce of
Formal and Informal Mathematics, in J.F. Voss.,
D.N. Perkins & J.W. Segal (Eds.). Informal
Reasoning and Education. Hillsdale. NJ: Erlbaum,
pp. 311-344.
3. Artikel dari Jurnal
Nama pengarang, tahun, judul artikel, nama jurnal (cetak miring),
volume jurnal, halaman.
Contoh:
Mikusa, M.G. & Lewellen, H., 1999. Now Here is That, Authority
on Mathematics Reforms, The Mathematics
Teacher, 92: 158-163.
4. Majalah
Nama pengarang, tahun, judul artikel, nama majalah (cetak
miring) volume terbitan, nomor terbitan, halaman.
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
30
Contoh:
Ross, D., 2001. The Math Wars, Navigator, Vol 4, Number 5, pp.
20-25.
5. Internet
Nama pengarang, tahun, judul (cetak miring), alamat website,
tanggal akses.
Contoh:
Wu, H.H., 2002. Basic Skills versus Conceptual Understanding: A
Bogus Dichotomy in Mathematics Education.
Tersedia pada http://www.aft.org/publications.
Diakses pada tanggal 11 Februari 2006.
B. Kode Etik Penulisan
Artikel ilmiah harus mengikuti norma-norma maupun kode etik
penulisan. Hal ini disebabkan bahwa suatu karya tulis ilmiah adalah salah
satu hasil kerja keilmuan yang dilakukan oleh insan akademik
berdasarkan pendekatan keilmuannya. Hasil penelitian maupun artikel
ilmiah merupakan produk kerja ilmiah sehingga kaidah-kaidah ilmiah juga
perlu diikuti. Seperti yang dikemukakan oleh Azwar (1999), bahwa
karakteristik kerja ilmiah sebagai ciri penelitian maupun artikel ilmiah
antara lain adalah bertujuan, sistematik, dan objektif.
1. Bertujuan. Maksudnya, kegiatan ilmiah tidak dapat lepas dari
kerangka tujuan pemecahan masalah. Sebelum pelaksanaan penelitian
dilakukan sampai dengan menuliskan artikel ilmiahnya, peneliti harus
merumuskan tujuannya, yang terkait dengan masalah penelitian. Tujuan
dalam mempublikasikan hasil penelitian dalam bentuk artikel ilmiah
diharapkan memberikan penjelasan akan fenomena yang menjadi
pertanyaan penelitian dan dapat melandasi keputusan serta tindakan
pemecahan masalah.
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
31
2. Sistematik. Langkah-langkah yang ditempuh sejak dari
persiapan, pelaksanaan, sampai kepada penyelesaian laporan penelitian
harus terencana secara baik dan mengikuti metodologi yang benar.
Kegiatan penelitian bukan merupakan kegiatan sambil lalu dan sama
sekali bukan kegiatan kasual. Kualitas penelitian banyak ditentukan oleh
ketepatan langkah metodologi yang digunakan. Oleh karena itu, tanpa
adanya perencanaan yang baik maka kegiatan yang sistematis dan yang
mengikuti standar metodologi tersebut tidak akan dapat dilakukan.
Begitu pula dalam penulisan artikel ilmiah hasil penelitian tersebut, harus
disusun secara sistematis, dan mengikuti format yang sudah baku.
3. Objektif. Pengertian aspek objektif di sini adalah bahwa semua
pengamatan, telaah yang dilakukan, dan kesimpulan yang disusun si
peneliti tidak boleh didasari oleh subjektivitas pandangan pribadi dan
pengaruh kepentingan pihak lain. Menurut Azwar (1999), hasil penelitian
tidak boleh tercemar oleh pandangan subjektif peneliti ataupun oleh
tekanan dari luar. Pengamatan dan telaah terhadap fenomena dan fakta
yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti haruslah dilakukan
secara objektif. Peneliti tidak boleh hanya mengumpulkan fakta yang
mendukung praduga, asumsi, dan teorinya saja. Sebaliknya, peneliti
harus juga menelaah dan mengumpulkan berbagai fakta yang terkait -
bahkan tidak jarang fakta tersebut saling berlawanan – sehingga arah
analisis dan kesimpulan penelitian berdasar pada temuan fakta yang ada.
Dalam penulisan artikel ilmiahpun juga berlandaskan objektivitas
maksudnya apa saja yang ditulis memang berdasarkan kejujuran penulis.
Penulis perlu membedakan antara penulisan gagasan sendiri dengan
kutipan dari pihak lain.
Selain perlu mengikat diri dalam norma-norma seperti yang
dijelaskan di depan, penulis artikel juga perlu memperhatikan kode etik
penulisan. Penulis juga perlu memperhatikan teknik kebahasaan dan tata
tulis dalam karya tulis ilmiah yang meliputi: penggunaan tanda baca,
teknik penulisan, cara menulis kutipan dan sumber kutipan, cara menulis
catatan kaki dan catatan akhir, cara menulis daftar pustaka, cara
pencantuman tebal, gambar ilustrasi (figure), cara penulisan nomor
halaman, cara penulisan angka, cara menulis singkatan, dan lampiran.
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
32
Sejauh ini, banyak penulis, terutama mahasiswa dalam menulis
laporan penelitian maupun artikel ilmiahnya, masih kurang tepat dalam
menulis kutipan, sumber kutipan, cara menulis daftar pustaka. Bahkan,
tidak sedikit yang pemahaman kebahasaannya masih rendah, misalnya
pemisahan kata di untuk kata tempat (kata di pada kata kata kerja sering
dipisah juga), penulis huruf besar untuk nama orang (pada huruf
pertama nama tersebut) masih sering ditulis huruf kecil. Dalam
menyusun kalimat seringkali terlalu panjang bahkan menjadi satu
halaman, tanpa dipisahkan alenia demi alenia. Begitu pula cara penulisan
sumber kutipan yang tidak ditulis secara benar. Meskipun diakui bahwa
tidak ada aturan mengenai teknik kebahasaan dan tata tulis karya tulis
ilmiah yang berlaku di segala tempat, namun seorang penulis perlu
mengikuti teknik kebahasaan dan tata tulis yang berlaku di komunitas
ilmiah sesuai bidangnya.
Sebagai warga Indonesia, apalagi sebagai insan akademik, tentu
penulisan karya tulis ilmiah baik itu berupa makalah, artikel, buku, skripsi,
tesis maupun disertasi harus berpedoman pada pedoman umum ejaan
Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan pedoman umum
pembentukan istilah. Hal ini seringkali dianggap remeh tetapi harus
diperhatikan oleh penulis dalam menulis karya tulis ilmiahnya berkenaan
dengan penggunaan tanda baca antara lain adalah: pemenggalan kata,
huruf kapital, huruf miring, tanda-tanda baca (titik, tanda tanya, koma,
tanda seru, tanda hubung, titik koma, tanda petik), singkatan, akronim,
lambang bilangan, dan kata turunan. Hal-hal tersebut perlu dipelajari dan
dipahami oleh para penulis karya tulis ilmiah secara terus menerus.
Berkaitan itu, sebaiknya para penulis mempelajari buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah.
Adapun kode etik penulisan yang perlu menjadi perhatian para
penulis sebagai berikut:
1. Format Artikel
Khusus pada karya artikel ilmiah yang akan diterbitkan pada
jurnal pada umumnya memiliki format khas, sesuai dengan
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
33
aturan pada lembaga dimana jurnal tersebut bernaung.
Meskipun demikian, antara satu jurnal dengan jurnal lain sering
dijumpai ada perbedaan format. Contoh pada Satya Widya (jurnal
ilmiah pendidikan yang dikelola oleh FKIP UKSW Salatiga):
naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
Inggris, dengan jarak baris 1,5 spasi pada kertas HVS ukuran
kuarto, maksimum 20 halaman, pias 2,5 cm.
2. Singkatan Kata
Dalam suatu kalimat, suatu singkatan tidak diperbolehkan
muncul secara tiba-tiba tanpa diberi penjelasan sebelumnya.
Penulisan singkatan pada umumnya dilakukan dengan mengikuti
ketentuan sebagai berikut;
● Penulisan pertama kali suatu nama atau kata harus ditulis
lengkap dan diikuti dengan singkatan resminya yang ditulis di
dalam kurung.
● Penulisan singkatan selanjutnya dapat digunakan tanpa
tanda kurung dan tanpa kepanjangannya.
Contoh penulisan singkatan kata pada artikel yang dikutip dari
Soesilo (2017).
Kejahatan seksual pada anak usia dini (AUD) beberapa tahun
belakangan ini semakin marak terjadi sehingga membuat miris
bagi orang tua, pendidik, maupun para praktisi pendidikan,
karena hal tersebut pasti akan berdampak bagi masa depan
kehidupan AUD (si korban). Penyebab merajalelanya perbuatan
abnormal ini diduga cukup banyak. Di samping penyimpangan
seksual yang dimiliki oleh pelaku kejahatan tersebut, juga
disebabkan tidak adanya ketahanan dan pembelaan diri anak
atas kejahatan seksual yang dilancarkan orang lain pada dirinya.
Peristiwa tersebut bisa terjadi karena pada umumnya AUD tidak
memiliki pengetahuan seks sebagai bekal untuk
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
34
mempertahankan dan menyelamatkan diri. Hal ini mendorong
para pemerhati keselamatan AUD dan penggiat perlindungan
AUD mengkampanyekan pentingnya pendidikan seks pada anak
sejak usia dini.
3. Penulisan Kalimat Kutipan
Dalam karya ilmiah terdapat banyak ragam kutipan. Oleh karena
itu penulisan kutipan dilakukan dengan cara berbeda-beda juga
tergantung jenis kutipannya, sebagai berikut:
● Pada kutipan kutipan pertama atau langsung dikutip dari
penulisnya secara lengkap, maka kutipan ditulis
menggunakan dua tanda petik (“..........”)
● Pada kutipan terdiri dari banyak atau tiga baris, maka kutipan
tersebut ditulis dengan tanda petik dan disusun
serangkai/digabung dengan paragraf yang ditulis dengan
menggunakan jarak dua spasi;
● Pada bagian yang dikutip terdiri atas empat baris atau lebih
maka kutipan ditulis tanpa tanda petik dengan jarak antar
baris sebesar satu spasi. Tepi kiri dan kanan kutipan ditulis
menjorok ke dalam.
● Pada kutipan terdapat bagian kalimat yang dihilangkan, maka
bagian yang dihilangkan tersebut ditulis dengan tiga titik (...)
4. Penulisan Sumber Kutipan
Cara penulian sumber kutipan juga memiliki cara yang beragam.
Penulisan sumber kutipan dilakukan dengan cara berbeda-beda
tergantung jenis sumber kutipannya. Adapun cara penulisan
sumber kutipan adalah sebagai berikut :
● Pada sumber kutipan yang ditulis di awal kutipan, maka
penulisannya berupa nama penulis, tahun penerbitan, dan
nomor halaman yang dikutip. Tahun terbitan dan nomor
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
35
halaman yang dikutip diletakkan dalam tanda kurung.
Penulisan nomor halaman untuk saat ini bukanlah suatu
keharusan.
Contoh: Berdasar penelitiannya, Siti (2013, 52)
menyatakan “ada hubungan signifikan antara pola asuh
dalam keluarga dengan tingkat agresi remaja.”
● Pada sumber kutipan yang ditulis setelah kalimat kutipan,
maka nama penulis, tahun terbit dan halaman yang dikutip
ditulis dalam kurung.
Contoh: “Ada hubungan signifikan antara pola asuh
orang tua dengan tingkat agresi remaja”. (Siti, 2013, 52).
● Pada sumber yang dikutip merujuk pada sumber lain atas
bagian yang dikutip, maka sumber kutipan yang ditulis adalah
sumber yang digunakan oleh pengutip dengan menyebutkan
siapa yang mengemukakan pendapat tersebut.
Contoh: Munandar (Jontas, 2012) menyimpulkan bahwa
“…pola asuh keluarga di kota-kota besar cenderung
menumbuhkan agresi anak-anak”.
● Pada penulisan kutipan dari sumber yang terdiri atas dua
orang, maka nama keluarga kedua penulis tersebut harus
disebutkan.
Contoh: Soesilo dan Setyorini (2004: 40) menyatakan bahwa
“…alumni progdi BK pada umumnya bekerja di bidang
pendidikan khususnya sebagai guru BK.”
● Pada kutipan dari sumber yang terdiri dari lebih dari dua
orang , maka yang disebutkan adalah penulis yang pertama
dengan diikuti oleh et al.
Contoh : Retno et al (2012) menyatakan bahwa “…guru pada
umumnya mengalami kesulitan dalam bidang karya tulis.
Kegiatan guru lebih berpusat pada persiapan dan
pelaksanaan pembelajaran.”
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
36
● Pada kutipan yang masalahnya dibahas oleh beberapa orang,
maka sumber kutipan ditulis dengan mencantumkan nama
penulis dan tahun terbit dari sumber yang bersangkutan.
Antara sumber yang satu dengan lainnya dipisahkan oleh
tanda titik koma, dan semua sumber diletakkan dalam tanda
kurung di akhir kutipan.
Contoh : kesulitan guru dalam menulis karya ilmiah pada
umumnya diakibatkan guru tidak terbiasa menuliskan semua
persiapan dan proses serta hasil kegiatan pembelajarannya
secara sistematis (Setyorini, 2004; Sumardjono, 2005;
Soesilo, 2009).
● Pada sumber kutipan yang berasal dari beberapa karya tulis
dari penulis yang sama, maka cara penulisannya dilakukan
dengan menambah huruf a, b, dst. Pada tahun
penerbitannya.
Contoh: “kelemahan alumni BK terutama pada kemampuan
berbahasa Inggris (Soesilo, 2005 a) dan kelebihannya berupa
lebih kreatif dalam menangani suatu persoalan dalam suatu
organisasi (Soesilo, 2006 b)”.
● Penulisan sumber kutipan tanpa nama, maka penulisannya
adalah anonim diikuti dengan tahun.
Contoh : (Anonim, 2003)
● Pada kutipan yang dikemukakan berupa pokok-pokok pikiran
penulis, maka tidak perlu ada kutipan langsung, cukup
dengan menyebutkan sumbernya.
Contoh: Hasil temuan Soesilo (2012) menunjukkan bahwa
perubahan karakter sesuai yang diharapkan telah terjadi
pada anak-anak pemulung. Karakter kreatif, dan bersungguh-
sungguh dalam menuntaskan tugas dapat terlihat saat mulai
tahap persiapan.
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
37
5. Cara Pencantuman Tabel dan Gambar
Penyantuman suatu tabel dan gambar perlu diberi nomor urut
jika tabelnya lebih dari satu. Selain diberi nomor, pada setiap
tabel dan gambar perlu juga diberi judul tabel atau judul gambar.
Pemberian nomor urut dapat berdasarkan nomor satu (tabel 1
.……, tabel 2 ….. dst.).
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
38
Contoh 4. Tabel
Tabel 2. Hasil Analisa Korelasi antara Persiapan dan Praktik PPL
Mahasiswa Progdi D2 FKIP UKSW
Sumber: Data Primer
Corre lations
1,000 ,379**
, ,000
100 100
,379** 1,000
,000 ,
100 100
Correlation Coef f icient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coef f icient
Sig. (2-tailed)
N
NOFPRSPN
NOFPRAKT
Kendall's tau_bNOFPRSPN NOFPRAKT
Correlation is signif icant at the .01 level (2-tailed).**.
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
39
Tugas
1. Carilah masing-masing dua contoh judul artikel yang sudah dimuat di
jurnal dari hasil penelitian eksperimen, dan penelitian
pengembangan!
2. Menurut anda, apakah manfaatnya pada nama penulis perlu
disertakan afiliasi lembaga?
3. Jelaskan, apa fungsi kata-kata kunci di bagian abstrak?
4. Jelaskan secara ringkas, apa saja isi dalam bagian pendahuluan?
5. Pembahasan merupakan bagian utama dalam suatu artikel. Menurut
anda, apa tujuan dalam pembahasan?
6. Tuliskan secara tepat sumber referensi anda pada bagian daftar
pustaka jika anda mengutip dari 2 artikel dari suatu jurnal, dan 2
artikel atau bab dalam buku!
7. Jelaskan, apa maksud ciri sistematik dan objektif dalam suatu karya
ilmiah?
8. Carilah kalimat penting dalam suatu artikel, dan tuliskan secara benar
kutipan tersebut!
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
40
Contoh 5. Artikel Ilmiah (telah dipublikasikan dalam jurnal Widya Sari,
Vol 18 No. 3, Juni 2016)
PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL MELALUI TEKNIK PERMAINAN
PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 SURUH
Suriyah Nugraheni
Tritjahjo Danny Soesilo
Program Studi S1 Bimbingan dan Konseling
FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji signifikansi peningkatan perilaku prososial pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh melalui penggunaan teknik permainan. Subyek penelitian sebanyak 20 siswa yang berkategori perilaku prososial rendah dan sangat rendah. Jenis penelitian adalah eksperimen semu. Teknik pengambilan subyek menggunakan skala sikap perilaku prososial yang diadaptasi dari Carlo, Hausmann, Christiansen, & Randall (2003) yang berjumlah 25 item, hasil uji nilai reliabilitas α = 0,928 dengan nilai validitas terendah 0,219 dan tertinggi 0,780. Teknik analisis menggunakan Mann Whitney diperoleh signifikansi sebesar 0,001 yang artinya teknik permainan secara signifikan dapat meningkatkan perilaku prososial siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh.
Kata Kunci : Perilaku Prososial, Teknik Permainan
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
41
Pendahuluan
Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa
kehadiran orang lain, oleh karena itulah manusia perlu berinteraksi
dengan orang lain, saling bekerja sama dan tolong menolong.
Memberikan pertolongan atau menolong termasuk dalam bentuk
perilaku prososial. Perilaku prososial dapat terjadi pada siapa saja mulai
dari anak-anak, remaja, sampai pada orang dewasa. Remaja sebagai
bagian dari kelompok masyarakat mempunyai hak dan kewajiban dalam
menolong sesama manusia.
Menurut (Hurlock, 1996) secara psikologis, masa remaja adalah
masa di mana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, masa di
mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih
tua. Sebuah fase yang terjadi antara masa anak-anak dengan masa
dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum,
perkembangan kognitif, keadaan emosi, kemandirian, dan sosial. Hal ini
juga berkaitan dengan munculnya minat pada remaja.
Salah satu minat yang biasanya muncul pada masa remaja adalah
minat sosial yaitu untuk menolong orang lain. (Hurlock, 1996). Adapun
aktivitas remaja yang memperlihatkan minat sosial diantaranya menjadi
relawan bencana alam, menjadi pendonor darah, dan membantu
tetangga yang terkena musibah.
Namun, di sisi lain masa remaja merupakan masa yang
bermasalah terkait dengan kemampuan tanggung jawab remaja sebagai
individu yang cenderung mulai melepaskan diri dari pengaruh orang tua.
Hal ini terlihat dari kenyataan di lapangan bahwa remaja saat ini
seringkali terlibat aksi-aksi kriminal yang membahayakan dan
meresahkan masyarakat. Dengan kata lain perilaku remaja yang tampak
pada akhir-akhir ini bertolak belakang dengan perilaku prososial. Bagi
para remaja, perilaku prososial sering disalahartikan dengan mengikuti
ajakan serta tekanan dalam kelompok teman sebaya yang menyimpang.
Misalnya agar dianggap bersahabat, remaja mau merokok, tawuran,
membolos, ataupun memalak temannya, bahkan mengkonsumsi
narkoba.
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
42
Fenomena remaja yang berperilaku antisosial juga terjadi pada
siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh. Berdasarkan hasil penyebaran
skala sikap perilaku prososial berdasarkan teori dari Carlo, Hausmann,
Christiansen, & Randall (2003) diperoleh hasil bahwa dari 35 siswa
terdapat 7 (20 %) siswa yang memiliki kategori perilaku prososial sangat
rendah, 13 (37 %) tingkat perilaku prososial rendah, 10 (28,6 %)
berkategori perilaku prososial sedang, 3 (8,6 %) tingkat perilaku prososial
tinggi, dan 2 (5,8 %) tingkat perilaku prososial sangat tinggi.
Permasalahan ini perlu penanganan pihak sekolah atau pihak orangtua
agar kelak dewasa tidak mengganggu perkembangan aspek sosial siswa
tersebut. Salah satu penanganan terkait dengan masalah sosial adalah
melalui permainan.
Teknik Permainan
Permainan itu bersifat sosial, melibatkan proses belajar,
mematuhi peraturan, pemecahan masalah, disiplin diri dan kontrol
emosional maupun adopsi peran-peran pemimpin dengan pengikut yang
kesemuannya merupakan komponen penting dari sosialisasi (Serok &
Blum, 1993; dalam Sujarwo 2011). Permainan memberi kesempatan untuk
mengekspresikan agresi dalam cara-cara yang dapat diterima secara
sosial. Melalui permainan yang melibatkan kehadiran orang lain, maka
secara tidak langsung sosialisasi, dan kerja sama siswa akan terbentuk
sehingga perilaku prososial siswa akan meningkat.
Berdasarkan analisis fenomenologis, maka Buytendijk, Monks
dkk, 2001 (dalam Soetjiningsih, 2012) menemukan ciri-ciri permainan
sebagai berikut: (1) Permainan adalah selalu bermain dengan sesuatu; (2)
Dalam permainan selalu ada sifat timbal balik, sifat interaksi; (3)
Permainan berkembang, tidak statis melainkan dinamis, merupakan
proses diakletik, yaitu tese-antese-sintese. Karena proses yang berputar
ini, dapat dicapai suatu klimaks dan mulailah prosesnya dari awal lagi; (4)
Permainan juga ditandai oleh pergantian yang tidak dapat diramalkan
lebih dahulu, setiap kali dipikirkan suatu cara yang lain atau dicoba untuk
datang pada suatu klimaks tertentu; (5) Orang bermain tidak hanya
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
43
bermain dengan sesuatu atau dengan orang lain, melainkan yang lain
tadi juga bermain annya.
Sedangkan Musfiroh dan Suyanto, (dalam Soedjiningsih 2012)
menjelaskan tentang fungsi bermain, yaitu; (a) Merangsang
perkembangan kognitif, anak akan mengenal permukaan lembut, halus,
kasar atau kaku, sehingga meningkatkan kemampuan abstraksi
(imajinasi, fantasi) dan mengenal konstruksi, besar-kecil, atas-bawah,
penuh-kosong. Melalui permainan, individu dapat menghargai aturan,
keteraturan, dan logika; (b) Membangun struktur kognitif, melalui
permainan, anak akan memperoleh informasi lebih banyak sehingga
pengetahuan dan pemahamannya lebih kaya dan lebih mendalam. Bila
informasi baru ini ternyata beda dengan yang selama ini diketahuinya,
anak mendapat pengetahuan yang baru. Dengan permainan struktur
kognitif anak lebih dalam, lebih kaya dan lebih sempurna; (c)
Membangun kemampuan kognitif yaitu kemampuan kognitif mencakup
kemampuan mengidentifikasi, mengelompokkan, mengurutkan,
mengamati, meramal, menentukan hubungan sebab-akibat, menarik
kesimpulan. Permainan akan mengasah kepekaan anak akan
keteraturan, urutan, dan waktu juga meningkatkan kemampuan logika;
(d) Belajar memecahkan masalah, permainan memungkinkan anak
bertahan lama menghadapi kesulitan sebelum persoalan yang ia hadapai
dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini mencakup imajinasi aktif
anak-anak yang akan mencegah kebosanan (merupakan pencetus
kerewelan ada anak); (e) Mengembangkan rentang konsentrasi, apabila
anak tidak ada konsentrasi atau rentang perhatian yang lama, seorang
anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain (pura-pura menjadi
dokter, ayah-ibu, guru). ada yang dekat antara imajinasi dan kemampuan
konsentrasi. Anak tidak imajinatif memiliki rentang perhatian
(konsentrasinya) pendek dan memiliki kemungkinan lain dan mengacau.
Perilaku Prososial
Menurut Staub, 1978; Baron & Byrne, 1994 (dalam Hudaniah,
2006). perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
44
memberikan konsekwensi positif bagi si penerima, baik dalam bentuk
materi, fisik, ataupun psikologis tetapi tidak memiliki keuntungan yang
jelas bagi pemiliknya.
Aspek-aspek perilaku prososial menurut Carlo & Randall, (2003)
menyatakan bahwa aspek-aspek perilaku prososial yang diukur pada
masa remaja yaitu: (1) Perilaku untuk membantu orang lain yang
ditetapkan atas kehadiran orang lain, karena dengan kehadiran orang
lain, maka akan mendorong individu untuk membantu orang lain karena
dimotivasi oleh harapan agar mendapat pujian dari orang lain; (2)
Perilaku prososial tanpa diketahui namanya karena kecenderungan
untuk membantu orang lain tanpa sepengetahuan orang lain; (3)
Perilaku prososial yang menakutkan yang berkenaan dengan membantu
orang lain di bawah situasi gawat atau genting; (4) Perilaku emosional
prososial yaitu perilaku yang berniat untuk menguntungkan orang lain
dalam situasi emosional, yaitu perilaku yang dapat dihubungkan dengan
simpati dalam pertimbangan moral prososial, yang berorientasi terhadap
persetujuan pertimbangan moral prososial sehingga diharapkan adanya
keseimbangan antara sifat mementingkan kepentingan orang lain
dengan perilaku emosional prososial; (5) Perilaku membantu orang lain
ketika diminta yaitu perilaku mengarah pada membantu orang lain ketika
diminta; (6) Altruisme yaitu berkenaan dengan membantu orang lain
ketika ada atau sedikit atau tidak ada potensi langsung, tidak ada hadiah
yang jelas untuk diri.
Menurut Serok & Blun, 1993; Rusmana 2009 (dalam Sujarwo,
2011) menyatakan bahwa permainan (games) bersifat sosial, melibatkan
proses belajar, mematuhi peraturan, pemecahan masalah, disiplin diri
dan kontrol emosional, dan adopsi peran-peran pemimpin dengan
pengikut yang kesemuannya merupakan komponen penting dari
sosialisasi.
Bermain dan Perkembangan Sosial; (a) Meningkatkan sikap
sosial, ketika bermain, anak-anak harus memperhatikan cara pandang
lawan bermainnya, dengan demikian akan mengurangi egosentrisnya.
Dalam permainan itu pula anak-anak dapat mengetahui bagaimana
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
45
bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan hak dan peduli akan hak orang
lain. Anak juga dapat belajar bagaimana sebuah tim dan semangat tim;
(b) Belajar berkomunikasi, agar dapat melakukan permainan, seorang
anak harus mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya, karena
permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana mengungkapkan
pendapatnya, juga mendengarkan pendapat orang lain; (c) Belajar
berorganisasi, permainan seringkali menghendaki adanya peran yang
berbeda, oleh karena itu dalam permainan, anak-anak dapat belajar
berorganisasi sehubungan dengan penentuan ‘siapa’ yang akan menjadi
‘apa’. Dengan permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana membuat
peran yang harmonis dan melakukan kompromi
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu
dengan rancangan membandingkan antara hasil pre test dan post test
yang telah diberikan kepada kelompok eksperimen. Subjek penelitian ini
adalah 20 siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh yang dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu 10 siswa masuki ke dalam kelompok kontrol dan 10
siswa masuk ke dalam kelompok eksperimen. Dalam penelitian ini, yang
menjadi variabel bebas adalah teknik permainan (X) dan variabel
terikatnya adalah perilaku prososial (Y).
Teknik pengunpulan data menggunakan skala sikap perilaku
prososial menurut teori dari Carlo, Hausmann, Christiansen, & Randall
(2003), setiap item memiliki 5 alternatif jawaban dengan skor berbeda-
beda, untuk item favourable dengan perincian skor 1 untuk jawaban
sama sekali tidak seperti diri saya, skor 2 untuk jawaban sedikit
menggambarkan diri saya, skor 3 untuk jawaban agak menggambarkan
diri saya, skor 4 untuk jawaban menggambarkan diri saya dengan baik,
dan skor 5 untuk jawaban sangat menggambarkan diri saya. Untuk skor
pernyataan unfavourable dengan perincian skor 5 untuk jawaban sama
sekali tidak menggambarkan diri saya, skor 4 untuk jawaban sedikit
menggambarkan diri saya, skor 3 untuk jawaban agak menggambarkan
diri saya, skor 2 untuk jawaban menggambarkan diri saya dengan baik,
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
46
skor 1 untuk jawaban sangat menggambarkan diri saya.
Sedangkan teknik analisis data peneliti ini menggunakan teknik
uji Mann Whitney.
Hasil Kajian dan Pembahasan
Skor perilaku prososial kedua kelompok diuji homogenitas
dengan menggunakan Mann Whitney untuk mengetahui kriteria
homogen atau tidaknya kedua kelompok. dibawah ini merupakan uji
homogenitas antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol:
Tabel 3. Uji Homogenitas Perilaku Prososial Antara Kelompok
Eksperimen dan Kontrol
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Pre
Test
Eksperimen 10 11.00 110.00
Kontrol 10 10.00 100.00
Total 20
Test Statisticsb
Pre test
Mann-Whitney U 45.000
Wilcoxon W 100.000
Z -.457
Asymp. Sig. (2-tailed) .648
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .739a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
47
Berdasarkan hasil analisis Mann Whitney, pre test kelompok
kontrol dan eksperimen menunjukkan mean rank kelompok eksperimen
11 dan mean rank kelompok kontrol 10 dengan koefisien Asymp.Sig. (2-
Tailed) adalah 0,648, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kedua kelpompok karena p>0,050 sehingga eksperimen dapat dilakukan
dengan memberikan treatment/perlakuan.
Sedangkan hasil analisis setelah diberikan treatment (post test)
pada kelompok eksperimen terlihat ada perbedaan terhadap kelompok
kontrol dengan kelompok eksperimen seperti pada tabel di bawah ini:
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
48
Tabel 4. Uji Mann-Whitney Perbandingan Hasil Post Test Kelompok
Eksperimen dan Kontrol:
Ranks
Kelompok N Mean Rank
Sum of Ranks
Post test eksperimen 10 13.60 136.00
kontrol 10 7.40 74.00
Total 20
Test Statisticsb
Postes
Mann-Whitney U 19.000
Wilcoxon W 74.000
Z -2.527
Asymp. Sig. (2-tailed) .012
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .019a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Berdasarkan pengolahan hasil uji statistik post test antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan teknik Mann
Whitney diperoleh hasil bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) 0,012<0,050 dengan
mean rank post test kelompok eksperimen adalah 13,60 sedangkan mean
rank post test kelompok kontrol adalah 7,40. Dengan demikian ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Pada kelompok eksperimen berdasarkan hasil analisis
menunjukkan antara pre test dan post test terjadi peningkatan, seperti
yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
49
Tabel 5. Uji Mann-Whitney Kelompok Eksperimen Selama Pre Test dan
Setelah Pos Test.
Ranks
Perbandingan N Mean Rank Sum of Ranks
Nprososial pre test 10 6.10 61.00
post tes 10 14.90 149.00
Total 20
Test Statisticsb
Nprososial
Mann-Whitney U 6.000
Wilcoxon W 61.000
Z -3.479
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perbandingan
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan hasil uji Mann Whitney
kelompok eksperimen diperoleh mean rank pre-test sebesar 6,10 dan
mean rank post test sebesar 14,90 dan signifikansi yang ditunjukkan yaitu
Asymp. Sig. (2-tailed)0,001<0,050. Selisih antara mean rank post test
dengan mean rank pre-test adalah 8,8. Dengan demikian terdapat
peningkatan yang sangat signifikan pada kelompok eksperimen selama
pre test dan sesudah post test.
Dengan demikian, hipotesis yang diajukan yaitu peningkatan
perilaku prososial melalui teknik permainan pada siswa kelas VIII D SMP
Negeri 1 Suruh, bahwa berdasarkan hasil analisis menunjukkan terdapat
peningkatan perilaku prososial pada kelompok eksperimen. Sehingga
teknik permainan secara signifikan meningkatkan perilaku prososial pada
kelompok eksperimen, maka hipotesis yang diajukan diterima.
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
50
Permainan yang penulis gunakan untuk meningkatkan perilaku
prososial siswa adalah games yang bersifat sosial. Selama permainan
berlangsung siswa memperlihatkan kerja sama yang baik dengan teman
kelompoknya, sehingga dengan kerja sama tersebut dapat meningkat-
kan perilaku prososial antar siswa. Ketika penulis memberikan instruksi
mengenai langkah-langkah permainan, penulis juga memberikan
instruksi bahwa diakhir games terdapat kelompok yang menang dan
kalah, sehingga siswa lebih berantusias dalam mengikuti permainan
supaya bisa menjadi pemenangnya dan kerja sama antar kelompok lebih
meningkat. Siswa yang diberikan pelayanan berupa teknik permainan
oleh penulis berjumlah 10 orang, sehingga penulis lebih cermat dalam
mengamati dan memperhatikan siswa pada saat melakukan permainan.
Kelemahan dalam penelitian ini yaitu dari 10 siswa yang telah
diberikan layanan berupa teknik permainan yang masuk dalam kelompok
eksperimen masih terdapat 2 siswa yang masuk ke dalam kategori
perilaku prososial rendah. Hal ini dikarenakan karena dalam pelaksanaan
permainan ke dua siswa tersebut kurang berantusias dalam mengikuti
permainan.
Dalam penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian Putu
Agus Putra Giri (2011) yaitu skala sikap yang digunakan dalam penelitian
ini dengan penelitian Putu Agus Putra Giri (2011) sama yaitu
menggunakan teori Carlo & Randall, (2003). Hasil dari penelitian ini
penggunaan teknik permainan secara signifikan dapat meningkatkan
perilaku prososial siswa pada kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh dengan
hasil Asymp. Sig. (2-tailed) 0,012 < 0,050. Sedangkan penelitian Putu Agus
Putra Giri (2011) hasil asymp.sig (2-tailed) 0,000 < 0,05 yang artinya
layanan bimbingan kelompok melalui teknik permainan efektif
digunakan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.
Simpulan
Ada peningkatan yang sangat signifikan perilaku prososial siswa di
kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh melalui penggunaan teknik permainan.
Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal
51
Hal ini ditunjukkan dari hasil uji statistik post test antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan teknik Mann Whitney
diperoleh hasil bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) 0,012<0,050 dengan mean
rank post test kelompok eksperimen adalah 13,60 sedangkan mean rank
post test kelompok kontrol adalah 7,40. Hasil uji Mann Whitney pre-test
dan post-test pada kelompok eksperimen diperoleh mean rank pre-test
sebesar 6,10 dan mean rank post test sebesar 14,90 dan signifikansi yang
ditunjukkan yaitu Asymp. Sig. (2-tailed)0,001<0,050.
Saran
Berdasar keberhasilan penelitian ini, maka pihak sekolah kiranya
mendorong guru BK untuk menggunakan teknik permainan dalam upaya
meningkatkan perilaku prososial siswa karena dalam permainan masing-
masing siwa saling berinteraksi dengan orang lain, dan saling bekerja
sama dan tolong menolong.
Sedangkan saran bagi peneliti selenjutnya yaitu dalam
penggunaan teknik permainan lebih bervariatif dan disesuaikan dengan
topik permasalahan supaya siswa lebih berantusias dalam mengikuti
kegiatan layanan.
DAFTAR PUSTAKA
Carlo, Gustavo, dkk. (2003). The Development of a Measure of Prosocial
Behaviors for Late Adolescent.
http://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?articl
e.digitalcommon.
Giri, P, S, A, Putu. (2011). Efektivitas Bimbingan Kelompok Dalam Upaya
Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa di Kelas X D SMA
Laboratorium UPI Bandung Tahun Ajaran 2010/2011.
Skripsi: UPI. Tersedia di http://repository.upi.edu/
abstraklist.php.
Hudaniah, D, Tri. (2006). Psikologi Sosial. Malang: Universitas Negeri
Penulisan Artikel Ilmiah: Tuntunan bagi Mahasiswa
52
Malang (UMM).
Hurlock, B, Elizabeth. (1996). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Soetjiningsih, H, Christiana. (2012). Perkembangan Anak. Jakarta: Prenada
Media Group.
Sujarwo, dkk. (2010). 55 Permainan (Games) dalam Bimbingan dan
Konseling. Yogyakarta: Paramitra Publishing.