Upload
sabri-taridala
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Penyusunan Rumusan Program Penataan Ruang Berbasis Kinerja
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
ugas Departemen Pekerjaan Umum adalah membantu
Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan
pemerintahan di bidang pekerjaan umum, seperti yang
disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun
2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi,
dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia. Dengan
tugas tersebut, maka fungsi yang diemban Departemen
Pekerjaan Umum meliputi : a. Merumuskan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan
kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum dan permukiman.
b. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang
tugasnya.
c. Mengelola barang milik atau kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawabnya.
d. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya.
e. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan
pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada
Presiden.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang sebagai salah satu sub-ordinat
Departemen Pekerjaan Umum mempunyai visi Terwujudnya ruang
nusantara yang nyaman, produktif, dan berkelanjutan untuk kemajuan
dan kesejahteraan masyarakat dengan misi sebagai berikut : a. Memantapkan penyelenggaraan penataan ruang nasional melalui
pelaksanaan kerangka pengembangan strategis sebagai kerangka
orientasi arah pengembangan ruang nasional
b. Menyiapkan, mengembangkan, dan mensosialisasikan Norma,
Standar, Pedoman, dan Manual (NSPM) bidang penataan ruang
dalam rangka meningkatkan kemampuan daerah serta pelaku
pembangunan lainnya dalam penyelenggaraan penataan ruang
nasional
c. Mengoperasionalisasikan RTRW Nasional, RTRW Provinsi, dan
RTRW Kabupaten/Kota ke dalam bentuk rencana yang lebih rinci
serta dilengkapi indikasi program strategis
d. Meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang baik di
tingkat Nasional, provinsi, kabupaten, kota, maupun kawasan
melalui penerapan sanksi dan SPM implementasi yang dituangkan
dalam peraturan perundangan dan perkuatan sistem informasi
e. Memantapkan kelembagaan penataan ruang di tingkat Nasional,
daerah, dan masyarakat dalam operasionalisasi penataan ruang
wilayah Nasional, provinsi, kabupaten, kota, dan kawasan
Beberapa tantangan utama yang dihadapi dalam bidang penataan
ruang adalah :
a. Belum sepenuhnya rencana tata ruang dijadikan acuan bagi
pembangunan nasional dan pengembangan wilayah.
Laporan Akhir I - 1
Penyusunan Rumusan Program Penataan Ruang Berbasis Kinerja
b. Belum sepenuhnya rencana tata ruang dijadikan usaha
preventif dalam proses pelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan hidup.
c. Masih lemahnya kepastian hukum dan koordinasi dalam
pengendalian pemanfaatan ruang.
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara Bab I Pasal 3 menyebutkan bahwa Keuangan
Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan. Pada bab II pasal 9 menyebutkan bahwa
menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna
anggaran/pengguna barang kementerian/lembaga mempunyai
tugas antara lain menyusun rancangan anggaran, menyusun
dokumen pelaksanaan anggaran, melaksanakan anggaran.
Dalam pasal 14 untuk menyusun RAPBN, setiap kementerian
selaku pengguna anggaran/barang menyusun RKA-KL
berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.
Dalam penjelasan undang-undang keuangan negara yang tak
kalah pentingnya adalah upaya mewujudkan pemerintahan yang
bersih atau good governance, terutama untuk memperbaiki
proses penganggaran di sektor publik yaitu penerapan anggaran
berbasis prestasi kerja. Mengingat sistem anggaran berbasis
prestasi kerja/hasil memerlukan kriteria pengendalian kinerja dan
evaluasi serta untuk menghindari duplikasi dalam penyusunan
rencana kerja dan anggaran kementerian, maka diperlukan
penyatuan sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran.
Rencana tata ruang wilayah nasional pada hakekatnya merupakan
strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah negara,
yang berisikan :
(1) penetapan kawasan lindung, kawasan budidaya, dan kawasan
tertentu yang ditetapkan secara nasional;
(2) norma dan kriteria pemanfaatan ruang; dan
(3) pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.
Rencana tata ruang wilayah nasional menjadi pedoman untuk :
(1) perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah
nasional;
(2) mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antar wilayah serta keserasian antar sektor;
(3) pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah
dan atau masyarakat;
(4) penataan ruang wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Departemen Pekerjaan Umum
dalam kebijakannya menempatkan bidang penataan ruang sebagai
komponen utama sekaligus menjadi acuan bidang lainnya dalam
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Penataan
Ruang seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
tentang Rencana Strategis Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2005-
2009, maka Direktorat Jenderal Penataan Ruang mempunyai tugas
Laporan Akhir I - 2
Penyusunan Rumusan Program Penataan Ruang Berbasis Kinerja
merumuskan dan melaksanakan kebijakan serta standardisasi
dibidang penataan ruang.
Pada dasarnya, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Penataan Ruang pada umumnya berbentuk :
kajian, pelatihan, fasilitasi, pendampingan, peraturan, pedoman,
sistem informasi; yang berbeda dengan pelaksanaan fisik.
Manfaat dari kegiatan tersebut akan dirasakan dalam beberapa
tahun ke depan, tidak quick yielding dan memerlukan waktu
yang cukup panjang bila akan mengukur keberhasilannya.
Demikian pula halnya proses yang harus ditempuh cukup
banyak dan sangat luas jika akan diukur secara kuantitatif.
Komponen kegiatan yang terdapat didalam proses selama
kegiatan sangat bervariatif dan fleksibel, serta tidak mempunyai
ketentuan yang baku.
Dengan berbagai variasi kegiatan dan cakupan yang sangat
luas, tidak berarti kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di
bidang penataan ruang tidak dapat diukur secara kuantitatif,
melainkan diperlukan ukuran-ukuran dengan kriteria yang jelas
agar dapat diketahui sasaran yang akan dicapai suatu kegiatan
tersebut, apakah sesuai dengan tupoksi, visi dan misi, sasaran
rencana dan strategi yang diterapkan dalam mencapai sasaran
organisasi, dalam hal ini Direktorat Jenderal Penataan Ruang.
1.2 TUJUAN DAN SASARAN
1.2.1 Tujuan Tujuan pekerjaan ini adalah untuk menyusun kegiatan-kegiatan yang
dapat dilaksanakan oleh masing-masing unit pengelola kegiatan yang
berbasis kinerja sesuai prinsip-prinsip good governance.
1.2.2 Sasaran Sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah
usulan kegiatan-kegiatan yang berbasis prestasi kerja (kinerja) sesuai
dengan prioritas dan tupoksi yang dapat diukur secara kualitatif
maupun kuantitatif menurut indikator dan kriteria yang akan ditentukan.
1.3 KELUARAN
Keluaran yang akan dihasilkan dari kegiatan ini adalah :
1. Usulan indikasi prioritas kegiatan tahunan selama kurun waktu 2006
2009.
2. Indikator kinerja dan kriteria penentuan prioritas kegiatan yang
sesuai dengan bidang penataan ruang dan unit organisasi.
3. Metoda yang dapat digunakan dalam mengukur hasil yang akan
dicapai dalam suatu kegiatan, prestasi kerja organisasi bidang
penataan ruang.
Laporan Akhir I - 3
Penyusunan Rumusan Program Penataan Ruang Berbasis Kinerja
1.4 MANFAAT YANG DIPEROLEH
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini untuk Direktorat
Jenderal Penataan Ruang dalam jangka menengah dan jangka
pendek adalah teridentifikasinya rumusan program sehingga
mempermudah satuan kerja untuk menyusun anggaran untuk
setiap tahunnya. Manfaat yang lainnya adalah setiap organisasi
dapat menyusun kegiatan prioritas. Organisasi yang dimaksud
adalah direktorat, sesditjen, subdit dan bagian yang terdapat
didalam Direktorat Jenderal Penataan Ruang.
1.5 RUANG LINGKUP KEGIATAN
1. Telaahan terhadap Agenda Kabinet, Kebijaksanaan
Pembangunan, Renstra Departemen PU dan Rencana Kerja
bidang Penataan Ruang.
2. Telaahan terhadap berbagai aspek kebijaksanaan
pembangunan yang terkait.
3. Telaahan terhadap peraturan dan perundang-undangan di
bidang penataan ruang.
4. Telaahan terhadap pelaksanaan kegiatan bidang penataan
ruang, unit organisasi, usulan kegiatan, baik di pusat maupun
di daerah.
5. Telaahan pencapaian tujuan dan sasaran yang telah dan
akan dicapai pada kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan
di bidang penataan ruang.
6. Pendalaman terhadap kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya.
1.6 METODA PENDEKATAN YANG DILAKUKAN 1.6.1 Pendekatan Umum 1. Tahap Persiapan
Studi Literatur yang terkait dengan program, rencana tindak,
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam lingkup Direktorat
Jenderal Penataan Ruang.
Perumusan Metodologi Studi, Outcome, Output, dan Input
Mempersiapkan kebutuhan data dan panduan wawancara
sebagai instrumen pengumpulan data.
Mengidentifikasi indikator kinerja program penataan ruang.
2 Tahap Survei Pengumpulan Data Survei dan observasi lapangan untuk mengumpulkan data dan
informasi yang terkait dalam penyusunan rumusan Program
Penataan Ruang Berbasis Kinerja.
Survei dan observasi lapangan dilaksanakan pada unit-unit yang
berada di Direktorat Jenderal Penataan Ruang dengan
melakukan wawancara kepada stakeholder terkait.
3 Tahap Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan baik data-data yang bersifat statistikal
kuantitatif maupun data-data sosial, budaya dan data pendukung
lain yang bersifat kualitatif.
Pengkajian terhadap Kebijakan-kebijakan Pembangunan dan
Penataan Ruang
4 Tahap Analisis, Evaluasi, dan Supervisi Identifikasi Permasalahan
Perumusan Indikator dan Variabel
Laporan Akhir I - 4
Penyusunan Rumusan Program Penataan Ruang Berbasis Kinerja
Melakukan analisis terhadap data-data yang terkait, untuk
kemudian diformulasikan dan dilakukan pemodelan untuk
evaluasi program.
Penyusunan Indikator Kinerja dan Program
Melakukan supervisi dengan tim teknis untuk memperoleh
masukan dan koreksi terhadap kegiatan yang dilakukan.
Penyempurnaan Indikator dan Indikasi Program
5 Tahap Presentasi dan Pelaporan Tahap selanjutnya adalah presentasi terhadap hasil
analisis. Masukan dan koreksi yang diperoleh pada saat
presentasi tersebut digunakan sebagai bahan perbaikan
laporan.
1.6.2 Beberapa Metoda Analisis Secara umum, analisis dilakukan dengan pendekatan deskriptif
yang didukung dengan data kualitatif maupun kuantitatif. Berikut
adalah instrumen yang akan digunakan untuk mendukung
kepentingan analisis.
A. Analisis Deskriptif Analisis internal lebih menggunakan pendekatan fungsional.
Oleh karena itu, pengamatan secara seksama dilakukan pada
fungsi-fungsi yang ada. Sementara itu, variabel lingkungan
eksternal hendak dicermati variabel-variabel yang relevan
dengan operasional lembaga. Hasil analisis ini adalah informasi
tentang kekuatan dan kelemahan pada sisi internal serta
peluang dan hambatan/tantangan dari sisi lingkungan eksternal.
Penentuan kekuatan dan kelemahan/tantangan serta peluang dan
tantangan akan dilakukan bersama-sama peneliti dan manajemen
organisasi dengan tetap diacukan pada kerangka teoritis.
Kondisi Internal meliputi fungsi operasional, fungsi organisasi dan
SDM, serta fungsi keuangan. Sedangkan kondisi eksternal meliputi
pemerintah (peraturan dan perundangan); Politik (keberpihakan,
secara politis); Ekonomi (kondisi pasar, pesaing, rekanan, daya beli
masyarakat) Sosial-budaya (penerimaan masyarakat terhadap
keberadaan Budaya); Teknologi. Analisis ini sangat bermanfaat untuk
proses penetapan perumusan program. Disamping melakukan analisis
deskriptif berdasarkan hasil-hasil kajian sebagai referensi, juga
dilakukan kegiatan analisis terhadap hasil rumusan dari proses
wawancara atau diskusi. Analisis ini digunakan pada saat melakukan
proses pendalaman masalah melalui assesment pada berbagai pelaku
yang terkait dengan tata ruang.
Analisis deskriptif juga dilakukan dengan mengikuti alur proses
pedoman penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah oleh Lembaga Administrasi Negara (Tahun 2003).
B. Analisis Indikator dan Sebab
Analisis ini dilakukan dengan mengamati secara seksama data analisis
untuk kemudian ditarik kesimpulan tentang kondisi dan kinerja tata
ruang dengan mengamati berbagai indikator serta sekaligus dianalisis
faktor penyebab ketidaksiapan tersebut.
Laporan Akhir I - 5
Penyusunan Rumusan Program Penataan Ruang Berbasis Kinerja
1.7 SISTEMATIKA PENYAJIAN
Laporan Akhir ini akan disajikan dengan sistematika sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN yang berisi latar belakang, tujuan dan sasaran, keluaran, manfaat, ruang lingkup dan
waktu pelaksanaan.
BAB II PEMAHAMAN TENTANG SISTEM DAN ASPEK
TATA RUANG yang menggambarkan teori sistem, perencanaan berbasis kinerja, serta kerangka makro penataan ruang.
BAB III PEMAHAMAN TENTANG AKUNTABI- LITAS
KEGIATAN BERBASIS KINERJA yang berisi tentang ketentuan dan pedoman sistem penyusunan kegiatan dan anggaran berbais kinerja
BAB IV REVIEW PERUNDANG-UNDANGAN yang berisi
materi produk undang-undang yang telah menjadi bahan rujukan dalam kegiatan ini
BAB V REVIEW KEBIJAKSANAAN PEMBA-NGUNAN
DAN TUPOKSI DITJEN PENATAAN RUANG yang berisi berbagai kebijaksanaan pembangunan yang menjadi acuan dalam penyusunan program
BAB VI REVIEW DAN EVALUASI UMUM KEGIATAN
DITJEN TARU yang berisi gambaran kegiatan dan hasil evaluasi umum pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun-tahun sebelumnya.
BAB VII PERUMUSAN VISI, MISI DAN PROGRAM UTAMA yang
berisi uraian tentang keterkaitan antara visi, misi, dan program utama Ditjen Taru
BAB VIII PERUMUSAN INDIKATOR KINERJA yang menjelaskan
proses dan perumusan indikator kinerja yang nantinya akan digunakan
BAB IX PERUMUSAN KRITERIA PENGUKURAN UNTUK
EVALUASI KINERJA yang berisi cara penetapan kriteria dan bagaimana menggunakannya
.
Laporan Akhir I - 6
Penyusunan Rumusan Program Penataan Ruang Berbasis Kinerja
Gambar 1.1 Kerangka Pengukuran Program Berbasis Kinerja
LAKIP
RPJP/RPJM
Rencana Strategis
Rencana Kinerja Tahunan
Penetapan Kinerja (Performance
Contract/Agreement)
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
Kinerja Aktual
Laporan Pertanggungjawaban
Keuangan
Laporan Akhir I - 7
Penyusunan Rumusan Program Penataan Ruang Berbasis Kinerja
Produk Perundang-undangan : UU No. 24/1992, UU No. 17/2003, UU No. 25/2004, UU No. 32/2004, UU No. 33/2004, dan sebagainya
RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2004-2009
Produk Perencanaan : RTRW Nasional, Studi2, dsb.
Kondisi Lingkungan Strategis (Eksisiting) : Pembangunan Nasional dan Penataan Ruang
Agenda Kabinet Indonesia Bersatu
Renstra Dep.PU 2005-2009 Visi, Misi , dan Jakstra Bidang Penataan Ruang
Perspektif, Kebijakan dan Strategi Pembangunan
Analisis Kebijakan dan Program Yang Terkait Bidang Penataan Ruang
Identifikasi Kebu-tuhan Program dan Indikator
Kinerja
- Identifikasi Kri-teria Program dan Sasaran Penataan Ru-ang
- Pemilihan Kri-teria Indikator
- Identifikasi Indi-kator Output dan Outcome Pena-taan Ruang
- Identifikasi Kri-teria Penilaian Evaluasi Kinerja
Pemaha-man dan Evaluasi Umum Kegiatan Ditjen TaruSebelum-nya
Usulan Indikasi Prioritas Kegiatan Tahunan 2006-2009
Indikator Kinerja dan Kriteria Pe-nentuan Prioritas Kegiatan
Metoda Penguku-ran Hasil Kinerja Kegiatan
Gambar 1.2 Proses Pekerjaan yang Akan Dilakukan
Proses-Analisis Output-Hasil KeluaranKajian Kebijakan Terkait Bidang Penataan Ruang
Laporan Akhir I - 8
1.1 LATAR BELAKANG1.2 TUJUAN DAN SASARAN