Upload
-
View
64
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kemampuan aparat
dalam merumuskan program/kebijakan untuk dilaksanakan oleh aparat
pemerintah dan kelompok-kelompok masyarakat yang ikut serta bersama-
sama melaksanakan program/kebijakan yang telah diputuskan, yang
didukung oleh sarana dan prasarana yang ada.
Pendidikan memiliki peranan strategis menyiapkan generasi
berkualitas untuk kepentingan masa depan. Bagi setiap orang tua,
masyarakat, dan bangsa pemenuhan akan pendidikan menjadi kebutuhan
pokok. Pendidikan dijadikan bagian utama dalam upaya pembentukan
sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan suatu bangsa.
Kebijakan pendidikan dalam konteks otonomi daerah Merupakan
kebijakan publik desentralisasi ( UU 32 Tahun 2004 ) di mana urusan
pemerintah yang diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber
pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai
dengan urusan yang didesentralisasikan, sesuai kebijakan pendidikan
nasional (UU No. 20 tahun 2003). Sesuai dengan kebijakan pendidikan
nasional ada dua hal kusus yang berkenaan dengan hal tersebut adalah
pertama menetapkan alokasi dana pendidikan sekurang-kurangnya 20% baik
pada APBN dan APBD, kebijakan pendidikan yang merupakan amanat dari
2
UUD 1945 amandemen ke empat pasal 31 (4), kedua UU No. 20 tahun 2003
pasal 11 menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintahan daerah wajib
menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan baik setiap
warga Negara. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin
tersedianya daya guna terselenggaranya pendidikan gratis bagi setiap warga
Negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun yang dikenal
sebagai wajib belajar sembilan tahun.
Bagaimanapun sistem desentralisasi dalam pemerintahan
mempunyai implikasi langsung terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan
nasional, terutama yang berkaitan dengan masalah kebijakan.
Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional untuk masa kini, selain telah
memiliki perangkat pendukung perundang-undangan nasional, juga
dihadapkan kepada sejumlah faktor yang menjadi tantangan dalam
penerapan desentralisasi pendidikan di daerah, seperti tingkat
perkembangan ekonomi dan sosial budaya setiap daerah, tipe dan kualitas
kematangan SDM yang diperlukan oleh daerah setempat, perkembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi, perkembangan dunia industri, dan
sebagainya.
Sejalan dengan adanya program pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan Yang mengarahkan pada kebijakan Pendidikan Gratis Sebagai salah
satu program andalan, tentunya melibatkan pemerintah di masing-masing
3
Kabupaten di Sulawesi Selatan termasuk Kabupaten Luwu Timur,
Berdasarkan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU)
tentang pendidikan gratis di Sulsel yang dilakukan langsung oleh gubernur
dan seluruh bupati dan wali kota se-Sulsel.
Arah pembangunan kecamatan Malili Kabupaten LuwuTimur,
memuat kebijakan rencana pembangunan untuk menjadi pedoman
pelaksanaan pembangunan diberbagai aspek dalam mendukung terwujudnya
visi Kabupaten Luwu Timur. Seiring dengan pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi daerah, maka daerah dituntut agar mampu mengembangkan
daerahnya sendiri secara mandiri yang ditandai dengan semakin besarnya
kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk mengurus rumah
tangganya sendiri. Visi dan Misi harus dirumuskan agar mempunyai arah dan
tujuan pembangunan yang jelas dan memiliki rasionalitas untuk
mencapainya. Kabupaten Luwu Timur pada tahun 2005 telah memiliki Bupati
dan Wakil Bupati yang definitif hasil Pemilihan Langsung.
Agar masing-masing prioritas pembangunan dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien, maka perlu didukung dengan arah kebijakan yang
matang dan komprehensif. Hal itu harus didukung penuh dengan komitmen
peningkatan anggaran pendidikan secara bertahap guna memenuhi amanat
Undang-undang Dasar 1945 yang telah diamandemen dan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4
Sejalan dengan program pemerintah Kabupaten Luwu Timur yang
mengarahkan pada kebijakan Pendidikan Sebagai salah satu program
andalan, Arah pembanguanan Kabupaten Luwu Timur memuat kebijakan
rencana pembangunan untuk menjadi pedoman pembanguanan daerah
tersebut sesuai dengan visi Kabupaten Luwu Timur, “Kabupaten LuwuTimur
yang kokoh berbasis pengembangan potensi masyarakat menuju
keberlanjutan pembangunan berkeadilan dan bermartabat” dengan adanya
Program Pendidikan Gratis ini Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas, maka
penulis memandang perlu mengkaji lebih lanjut berbagai masalah yang
berkaitan dengan implementasi program pendidikan gratis di Kecamatan
Malili Kabupaten Luwu Timur.
Program Pendidikan Gratis ini, pada awal pelaksanaannya di atur
dalam peraturan Bupati Luwu Timur hingga tahun 2008. Sejalan dengan
adanya Program Pendidikan Gratis di Sulsel dan penandatanganan
Memorandum of Understanding (MoU) tentang Pendidikan Gratis di Sulsel,
kemudian tahun berikutnya Kabupaten Luwu Timur telah menetapkan dalam
peraturan daerah No.8 tahun 2009 tentang pelaksanaan pendidikan gratis di
Kabupaten Luwu Timur, sehingga mendorong penulis memilih
judul :“ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN GRATIS DI
KECAMATAN MALILI KABUPATEN LUWU TIMUR”.
5
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan urain latar belakang tersebut maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana Implementasi Program Pendidikan Gratis di Kecamatan
Malili Kabupaten Luwu Timur ?
2. Faktor apakah yang mempengaruhi Implementasi Program Pendidikan
Gratis di Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur ?
1. 3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui Implementasi Program Pendidikan Gratis di
Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi pelaksanaan
Program Pendidikan Gratis di Kecamatan Malili Kabupaten Luwu
Timur.
1. 4 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis : Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dan
bahan pemikiran tentang konsep dan teori tentang Implementasi.
6
2. Secara praktis : Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan Kabupaten Luwu Timur agar daerah tersebut kedepanya
lebih baik dan pemerintah setempat lebih memperhatikan dan
meningkatkan pendidikan masyarakat.
1. 5 Metode penelitian
1.5.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur
Provinsi Sulawesi Selatan.
1.5.2 Tipe dan Dasar Penelitian
a) Tipe penelitian yang di gunakan adalah deskriptif yaitu tipe
penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara
jelas mengenai objek yang diteliti dan berusaha melihat
kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di
dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup
didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi
kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat
tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu
yang nyata tersebut.
7
b) Dasar penelitian adalah Studi Kasus yang memfokuskan
masalah pada pelaksanaan Program Pendidikan Gratis di
Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur
1.5.3 Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang akan diperoleh dari dua sumber,yaitu:
a) Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari informan, dengan memaknai teknik
pengumpulan data berupa interview (wawancara), serta melakukan
observasi (pengamatan langsung terhadap penelitian).
b) Data sekunder
Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-catatan, arsip
resmi,serta literature lainnya yang relevan dalam melengkapi data
primer penelitian.
1.5.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a)Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih
bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi
8
atau keterangan-keterangan lisan melalui dialog langsung antar
peneliti dengan para informan.
b) Observasi
Yaitu pengamatan langsung terhadap objek kajian yang sedang
berlangsung untuk memperoleh keterangan dan informasi sebagai
data yang akurat tentang hal-hal yang diteliti serta untuk mengetahui
relevansi antara jawaban informan dengan kenyataan yang ada,
dengan melakukan pengamatan langsung yang ada di lapangan
yang erat kaitannya dengan objek penelitian.
c) Study kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting sekali dalam
metode ilmiah untuk mencari sumber data sekunder yang akan
mendukung penelitian dan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu
yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke
mana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah dibuat.
Cara yang dilakukan dengan mencari data-data pendukung (data
sekunder) pada berbagai literatur baik berupa buku-buku, dokumen-
dokumen, makalah-makalah hasil penelitian serta bahan-bahan
referensi lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
9
d) Dokumentasi
Dokumentasi dapat diasumsikan sebagai sumber data tertulis yang
terbagi dalam dua ketegori yaitu sumber resmi dan sumber tidak
resmi. Sumber resmi merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan
oleh lembaga/perorangan atas nama lembaga. Sumber tidak resmi
adalah dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh individu tidak atas
nama lembaga. Dokumen yang akan dijadikan sebagai sumber
referensi dapat berupa hasil rapat, laporan pertanggungjawaban,
surat, dan catatan harian
1.5.5 Informan
Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar penelitian. Adapun informan yang
digunakan dalam penelititan ini adalah sebagai berikut:
1. Kepala Dinas pendidikan Kab.Luwu Timur 1 orang
2. Sekertaris Dinas pendidikan Kab.Luwu Timur 1 orang
3. Bendahara Dinas pendidikan Kab. Luwu Timur 1 orang
4. Dewan Pendidikan 1 orang
5. Komite Sekolah 2 orang
6. Kepala sekolah SD 10 orang
7. Kepala sekolah SMP 2 orang
8. Orang tua Siswa 20 orang
Jumlah 38 orang
10
1.5.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data
kualitatif. Dalam penelitian kualitatif tersebut pengolahan data tidak harus
dilakukan setelah data terkumpul, atau analisis data tidak mutlak dilakukan
setelah pengolahan data selesai. Analisis data adalah proses
penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara bersamaan
dengan proses pengumpulan data, proses analisis yang dilakukan
merupakan suatu proses yang cukup panjang. Data dari hasil wawancara
yang diperoleh kemudian dicatat dan dikumpulkan sehingga menjadi sebuah
catatan lapangan.
1.6 Definisi operasional
Untuk memberi suatu pemahaman, agar memudahkan penelitian,
maka perlu adanya beberapa batasan penelitian dan fokus penelitian ini yang
dioperasionalkan melalui indikator sebagai berikut :
Implementasi program pendidikan gratis adalah suatu tahap pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu Timur
dalam memberikan pelayanan pendidikan gratis terhadap masyarakat.
Dalam penyelenggaraan pendidikan gratis, segala pembiayaan mendapat
subsidi anggaran dari pemerintah.
11
Adapun komponen pembiayaan pendidikan gratis yang diatur dalam
Perda Kabupaten Luwu Timur No.8 Tahun 2009 diantaranya, yaitu:
1. Pembayaran biaya pendaftaran siswa baru.
2. pembayaran biaya bangku/meja belajar.
3. permintaan bantuan pembangunan dan pemeliharaan sekolah.
4. permintaan bantuan dengan alasan dana sharing.
5. pembayaran buku ajar.
6. pembayaran iuran kegiatan ekstrakurikuler.
7. pembayaran lembaran kerja siswa (LKS).
8. penamatan
9. pembayaran biaya photo.
10.pembayaran biaya penilaian dan evaluasi belajar.
11.pembayaran biaya pengayaan/les.
12.pembayaran biaya penulisan buku laporan hasil belajar.
13.pembayaran biaya penulisan ijazah.
14.pembayaran kartu peserta didik
15.pembayaran pakaian praktek Laboratorium peserta didik.
16.pembayaran biaya praktek kerja lapang (PKL) bagi program study
tertentu.
17. pembayaran lainya yang membebani peserta didik dan atau orang tua
peserta.
12
Komponen-komponen di atas merupakan indikator tercapainya tujuan
Program Pendidikan Gratis Kabupaten Luwu Timur. Adapun tujuan yang
dicapai dalam penerapan Program Pendidikan Gratis Di Kecamatan Malili
Kabupaten Luwu Timur, diantaranya, yaitu:
a. Meningkatkan perluasan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan.
b. Meningkatkan pelayanan dan pengawasan penyelenggaraan
pendidikan.
c. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta
kesejahteraan bagi tenaga pendidikan
d. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana
e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan.
Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi implementasi kebijakan adalah teori Edwards III yaitu terdiri
dari empat variabel, yakni:
1. Komunikasi adalah suatu proses kegiatan antara pemerintah sebagai
pembuat kebijakan yang saling bekerja sama dengan Sekolah dalam
mengimplementasikan Pendidikan gratis
13
2. Sumber Daya adalah Implementor yang bertanggung jawab atas
kebijakan.
3. Disposisi adalah Adanya sikap para pelaksana dalam
mengimplementasikan kebijakan dalam hal ini sekolah sebagai
pelaksana kebijakan.
4. Struktur Birokrasi adalah jenjang organisasi pemerintah
Dalam menggambarkan Implementasi Program pendidikan gratis, maka
peneliti membatasi permasalahan yang akan dibahas yakni program
pendidikan gratis hanya pada tingkat SD/MI – SMP/MTs yang berada di
Kecamatan malili Kabupaten LuwuTimur dan telah di atur di dalam Perda
No.8 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Gratis oleh
Pemerintah Kabupaten LuwuTimur.
14
BAB II
Tinjauan pustaka
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep Kebijakan Publik
Sejatinya dalam pembuatan sebuah kebijakan hendaknya didasarkan
pada analisis kebijakan yang baik sehingga dapat menghasilkan kebijakan
yang baik. Analisis dilakukan tampa mempunyai pretense untuk menyetujui
atau menolak suatu kebijakan.
Menurut Winarno (2007:31) ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan
dalam analisis kebijakan diantaranya, yakni:
1. fokus utamanya adalah mengenai penjelasan kebijakan bukan
mengenai anjuran kebijakan yang pantas.
2. sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi dari kebijakan-kebijakan
publik diselidiki dengan teliti dan dengan menggunakan metodelogi
ilmiah.
3. analisis dilakukan dalam rangka mengembangkan teori-teori umum
yang dapat diandalkan tentang kebijakan-kebijakan publik dan
pembentukannya, sehingga dapat diterapkanya terhadap lembaga-
lembaga dan bidang-bidang kebijakan yang berbeda. Dengan
demikian analisis kebijakan dapat bersifat ilmiah dan relevan bagi
masalah-masalah politik dan sosial.
15
Berkaitan dengan ini, Dunn (2000:1) mendefinisikan analisis kebijakan
sebagai:
“the process of producing knowledge of and in policy process” (aktifitas menciptakan pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan kebijakan).
Menurut Tilaar dan Nugroho (2008:138) bahwa anlisis kebijakan
pendidikan merupakan salah satu input yang penting dalam perumusan visi
dan misi pendidikan. Bahkan seterusnya program-program pendidikan yang
telah diuji cobakan atau dilaksanakan merupakan masukan bagi analisis
kebijakan yang pada gilirannya akan lebih memperhalus atau mempertajam
visi dan misi pendidikan.
Berdasarkan uraian mengenai pengertian analisis kebijakan yang telah
dikemukakan diatas, perlu kiranya memberikan batasan tentang analisis
kebijakan yang kaitanya dengan pendidikan. Analisis kebijakan pendidikan
sebagai suatu prosedur yang rasional untuk menelaah secara kritis isu-isu
pendidikan sehingga menghasilkan pemikiran terbaik yang merupakan
informasi bagi analis dalam merumuskan kebijakan.
2.1.2 Konsep Implementasi
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau
penerapan. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:7)
mengemukakan bahwa
“implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk memengaruhi apa yang oleh Lipsky disebut “street level bureaucrats” untuk memberikan pelayanan atau mengatur prilaku kelompok sasaran (target group).
16
Untuk kebijakan yang sederhana, implementasi hanya melibatkan satu
badan yang berfungsi sebagai implementor, misalnya, kebijakan komite
sekolah untuk mengubah metode pengajaran guru dikelas. Sebaliknya untuk
kebijakan makro, misalnya, kebijakan pengurangan kemiskinan di pedesaan,
maka usaha-usaha implementasi akan melibatkan berbagai institusi, seperti
birokrasi kabupaten, kecamatan, pemerintah desa.
Proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang
penting dan mutlak, seperti dikemukakan oleh Syukur Abdullah (1987;11),
yaitu:
a. Adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan;
b. Target groups, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran,
dan diharapkan dapat menerima manfaat dari program tersebut,
perubahan atau peningkatan;
c. Unsur pelaksana (implementor), baik organisasi atau perorangan,
yang bertanggungjawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan
pengawasan dari proses implementasi tersebut.
Adapun makna Implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul
Sabatier (1979) sebagaimana dikutip dalam buku Solichin Abdul Wahsab
(2008; 65 ), mengatakan bahwa ,yaitu:
“Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk
17
mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian kejadian”.
Dari pandangan kedua ahli diatas dapat dikatakan bahwa suatu
proses implementasi kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak hanya
menyangkut perilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab
untuk melaksanakan suatu program yang telah ditetapkan serta menimbulkan
ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan
kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi segala pihak yang terlibat, sekalipun dalam
hal ini dampak yang diharapkan ataupun yang tidak diharapkan.
Sementara Budi Winarno (2002), yang mengatakan bahwa:
“implementasi kebijakan dibatasi sebagai menjangkau tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu pemerintah dan individu-individu swasta (kelompok-kelompok) yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijaksanaan sebelumnya”.
Model proses implementasi kebijakan
1. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan
2. Sumber-sumber kebijakan
3. Karakteristik badan-badan pelaksana
4. Kondisi-kondisi ekonomi, sosial, dan politik :
5. Kecendrungan pelaksana (implementors)
6. Kaitan antara komponen-komponen model
7. Masalah kapasitas.
18
Tahapan implementasi kebijakan
a. Tahapan implementasi kebijakan yang menempatkan kebijakan dalam
pengaruh berbagai faktor dalam rangka pelaksanaan kebijakan itu
sendiri. Disini akan dapat dipahami, bagaimana kinerja dari suatu
kebijakan, bagaimana isi yang berinteraksi dengan kelompok sasaran
dan bagaimana sejumlah faktor yang berasal dari lingkungan (politik,
sosial dan lain-lainnya) berpengaruh pada pelaksanaan kebijakan.
b. Terhadap berbagai faktor dalam implementasi kebijakan,
wibawa(1994:39) memberikan gambaran dalam bentuk bagan atas
determinan kinerja implementasi kebijakan. Dijelaskan bahwa ada
4(empat) faktor yang saling berinteraksi yang berfokus pada kinerja
kebijakan, faktor tersebut secara berturut-turut adalah: 1) isi kebijakan,
2) political will, karakteristik kelompok sasaran, dan 4) dukungan
lingkungan.
2.1.3 Teori-teori Implementasi Kebijakan
A.Teori Merilee S. Grindle (1980 )
Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle ( 1980 )
dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan dan lingkungan
implementasi.variabel isi kebijakan ini mencakup:
1. sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups
termuat dalam isi kebijakan.
19
2. jenis manfaat yang diterima oleh target group.
3. sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan.
4. apakah letak sebuah program sudah tepat.
5. apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya
dengan rinci, dan
6. apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.
Sedangakan variabel lingkungan kebijakan mencakup:
1. seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki
oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.
2. karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa.
3. tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
B. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier
( 1983 )
Menurut Mazmanian dan Sabatier ( 1983 ), ada tiga kelompok
variabel yang memengaruhi keberhasilan implementasi, yakni:
A. Karakteristik dari masalah
(1) tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Di satu pihak
ada beberapa masalah sosial secara teknis mudah dipecahkan,
dipihak lain terdapat masalah-masalah sosial yang relatif sulit
dipecahkan, seperti kemiskinan, pengangguran, korupsi, dan
sebagainya. Oleh karena itu, sifat masalah itu sendiri akan
memengaruhi mudah tidaknya suatu program diimplementasikan.
20
(2) tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran. Ini berarti bahwa suatu
program akan relatif mudah diimplementasikan apabila kelompok
sasarannya heterogen, maka implementasi program akan relatif lebih
sulit, karena tingkat pemahaman setiap anggota kelompok sasaran
terhadap program relatif berbeda.
(3) proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi.sebuah program
akan relatif sulit implementasikan apabila sasaranya mencakup
semua populasi. Sebaliknya sebuah program relatif mudah
diimplementasikan apabila jumlah kelompok sasarannya tidak terlalu
besar.
(4) cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah program yang
bertujuan memberikan pengetahuan atau bersifat kognitif akan relatif
mudah diimplementasikan daripada program yang bertujuan untuk
mengubah sikap dan prilaku masyarakat.
B. Karakteristik kebijakan/undang-undang
(1) kejelasan isi kebijakan. Ini berarti semakin jelas dan rinci isi sebuah
kebijakan akan mudah diimplementasikan karena implementor mudah
memahami dan menterjemahkan dalam tindakan nyata.
(2) seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis.kebijakan
yang memiliki dasar teoritis memiliki sifat lebih mantap karena sudah
21
teruji, walaupun untuk beberapa lingkungan sosial tertentu perlu ada
modifikasi.
(3) besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut.
(4) seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai
institusi pelaksana.kegagalan program sering disebabkan kurangnya
koordinasi vertikal dan horizontal antarinstansi yang terlibat dalam
implementasi program.
(5) kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.
(6) Tingkat komitmmen aparat terhadap tujuan kebijakan
(7) seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi
dalam implementasi kebijakan. Suatu program yang memberikan
peluang luas bagi masyarakat untuk terlibat akan relatif mendapat
dukungan daripada program yang tidak melibatkan masyarakat.
C. Variabel lingkungan
(1) kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tigkat kemajuan teknologi.
Masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik akan relatif mudah
menerima program-program pembaruan dibanding dengan
masyarakat yang masih tertutup dan tradisional.demikian juga,
kemajuan teknologi akan membantu dalam proses keberhasialan
implementasi program, karena program-program tersebut dapat
disosialisasikan dan diimplementasikan dengan bantuan teknologi
modern.
22
(2) dukungan publik terhadap sebuah kebijakan. Kebijakan yang
memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik.
Sebaliknya kebijakan yang bersifat dis-intsentif, seperti kenaikan
BBM, atau kenaikan pajak akan kurang mendapatkan dukungan
publik.
(3) sikap dari kelompok pemilih (constituency groups) kelompok pemilih
yang ada dalam masyarakat dapat memengaruhi implementasi
kebijakan melalaui berbagai cara antara lain:
a. kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap
keputusan yang dibuat badan-badan pelaksana melalui
berbagai komentar dengan maksud untuk mengubah
keputusan.
b. kelompok pemilih dapat memiliki kemampuan untuk
memengaruhi badan-badan pelaksana secara tidak langsung
melalui kritik yang dipublikasikan terhadap kinerja badan-badan
pelaksana, dan membuat pertanyaan yang ditujukan kepada
badan legislatif.
(4) tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.
Pada akhirnya, komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan
tujuan yang telah tertuang dalam kebijakan adalah variabel yang
paling krusial. Aparat badan pelaksana harus memiliki keterampilan
23
dalam membuat prioritas tujuan dan selanjutnya merealisasikan
prioritas tujuan tersebut.
C. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn
Menurut meter dan horn, ada lima variable yang memengaruhi kinerja
implementasi, yakni:
1) Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan
harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir.
2) Sumsberdaya. Implementasi kebijakan perlu dukungan
sumberdaya baik sumberdaya manusia(human resources) maupun
sumberdaya non-manusia(non-human resourse).
3) Hubungan antar Organisasi. Dalam banyak program, implementasi
sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan intansi
lain.
4) Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen
pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan
pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya
itu akan memengaruhi implementasi suatu program.
24
5) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup
sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung
keberhasilan implementasi kebijakan.
6) Disposisi implementor. Disposisi implementor ini mencakup tiga hal
yang penting, yakni: respon implementor terhadap kebijakan, yang
akan memengaruhi kemaunnya untuk melaksanakan kebijakan.
dan intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang
dimiliki oleh implementor.
D. Teori G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli
Ada empat variabel yang dapat memengaruhi kinerja dan dampak
suatu program, yakni: kondisi lingkungan, hubungan antara organisasi,
sumberdaya organisasi untuk implementasi program, karakteristik dan
kemampuan agen pelaksana.
E. Teori David L. Weimer dan Aidan R. Vining
Dalam pandangan weimer dan vining(1999:396) ada tiga kelompok
variabel besar yang dapat memengaruhi keberhasilan implementasi
suatu program, yakni: logika kebijakan, lingkungan tempat kebijakan
dioperasikan, dan kemampuan implementor kebijakan.
25
1) Logika dari suatu kebijakan. Ini dimaksudkan agar suatu kebijakan
yang ditetapkan masuk akal dan mendapat dukungan teoritis.
2) Lingkungan tempat kebijakan tersebut dioperasikan akan
memengaruhi keberhasilan impelmentasi suatu kebijakan. Yang
dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosial, politik,
ekonomi,hankam, dan fisik atau geografis.
3) Kemampuan implementor. Keberhasilan suatu kebijakan dapat
dipengaruhi oleh tingkat kompetensi dan keterampilan dari
implementor kebijakan.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi implemensi
Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak
variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling
berhubungan satu sama lain. untuk memperkaya pemahaman kita tentang
berbagai variabel yang terlibat didalam implementasi, maka dari itu ada
pembatasan dalam penelitian ini maka peneliti memilih pendekatan yang
dikemukakan oleh Edwards III. Dalam pandangan Edwards III, implementasi
kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni: (1) komunikasi, (2)
sumberdaya, (3) disposisi, dan (4) struktur birokrasi. Keempat variabel
tersebut juga saling berhubungan satu sama lain.
26
1). Komunikasi
Keberhasialan implementasi kebijakan mensyaratkan agar
implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang
menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada
kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi
implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas
atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka
kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.
Ada tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur
keberhasilan aspek komunikasi ini, yaitu:
1) Transmisi, yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat
menghasilkan suatu hasil implementasi yang baik pula. Seringkali
yang terjadi dalam proses transmisi ini yaitu adanya salah pengertian,
hal ini terjadi karena komunikasi implementasi tersebut telah melalui
beberapa tingkatan birokrasi, sehingga hal yang diharapkan terdistorsi
di tengah jalan.
2) Kejelasan informasi, dimana komunikasi atau informasi yang diterima
oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak
membingungkan. Kejelasan informasi kebijakan tidak selalu
menghalangi implementasi kebijakan, dimana pada tataran tertentu
para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan
kebijakan, tetapi pada tataran yang lain maka hal tersebut justru akan
27
menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang
telah ditetapkan.
3) Konsistensi informasi yang disampaikan, yaitu perintah ataupun
informasi yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi
haruslah jelas dan konsisten untuk dapat diterapkan dan dijalankan.
Apabila perintah yang diberikan seringkali berubah-ubah, maka dapat
menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.
2). Sumber daya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan
konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk
melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya
tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi
implementor dan sumber daya finansial.sumberdaya adalah faktor
penting untuk implementasi kebijakan agar efiktif. Tanpa sumber daya,
kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.
1) Staf (staff), kuantitas dan kualitas pelaksana yang memadai
merupakan hal yang penting dalam implementasi kebijakan.
2) Informasi (information) yang dibutuhkan guna pengambilan
keputusan
3) Kewenangan (authority) tugas dan tanggung jawab.
4) Fasilitas (facilities) yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
28
3). Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki implementor.
apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan
menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh
pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif
yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi
kebijakan juga menjadi tidak efektif. berbagai pengalaman
pembangunan dinegara-negara dunia ketiga menunjukkan bahwa
tingkat komitmen dan kejujuran aparat rendah. Berbagai kasus korupsi
yang muncul dinegara-negara dunia ketiga, seperti indonesia adalah
contoh konkrit dari rendahnya komitmen dan kejujuran aparat dalam
mengimplementasikan program-program pembangunan.
1) Penempatan pegawai (staffing the bureaucracy), dimana sikap
dari para aparat birokrasi kadangkala menyebabkan masalah
apabila sikap ataupun cara pandangnya berbeda dengan
pembuat kebijakan.
2) Insentif (incentives), dimana mengganti susunan pegawai pada
birokrasi pemerintahan adalah hal yang tidak mudah dan hal
tersebut tidak menjamin proses implementasi berjalan lancar.
29
4). Struktur birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.
Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi
adalah adanya prosedur operasi yang (standard operating procedures
atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam
bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung
melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur
birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan
aktivitas organisasi tidak fleksibel.
1) Adanya suatu SOP (Standard Operation Procedure) yang mengatur
tata aliran pekerjaan dan pelaksana program. SOP juga memberikan
keseragaman dalam tindakan para pegawai dalam organisasi yang
kompleks dan luas, dimana dalam pelaksanaannya dapat
menghasilkan fleksibilitas yang sangat baik (seseorang dapat
dipindahkan dari suatu lokasi ke lokasi yang lain) serta adanya
keadilan dalam pelaksanaan aturan.
2) Fragmentasi (fragmentation) adalah adanya penyebaran tanggung
jawab pada suatu area kebijakan di antara beberapa unit organisasi.
Adapun akibat dari adanya fragmentasi, yaitu menyebabkan
penyebaran tanggung jawab dan hal ini mengakibatkan koordinasi
kebijakan menjadi sulit, dimana sumber daya dan kebutuhan atas
30
kebutuhan atas kewenangan untuk menyelesaikan masalah yang
timbul kadangkala tersebar di antara beberapa unit birokrasi. Oleh
sebab itu perlu adanya kekuatan pemusatan koordinasi antara yang
terkait dan hal tersebut bukan hal yang mudah (Edward III, 1980:134).
2.2 Pengertian Pendidikan Gratis
Adapun itu menurut Radja mudyaharjo (2002:1) mengatakan:
“ pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu”
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan gratis adalah pembebasan segala biaya penyelenggaraan
pendidikan bagi peserta didik/orang tua peserta didik yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar dan kegiatan pembangunan sekolah.
A. Manfaat Pendidikan Gratis
1. menjamin tersedianya, lahan, sarana dan prasarana pendidikan
gratis
31
2. Pendidikan, tenaga kependidikan, dan biaya operasional
penyelenggaraan dengan pembagian beban tugas dan tanggung
jawab sebagaimana yang diatur dalam perundang-undangan yang
mengantur pendidikan.
3. Menopang terselenggaranya dan suksesnya wajib belajar sembilan
tahun.
4. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh
warga masyarakat usia sekolah dan mengantisipasi kesenjangan
masyarakat khususnya hak untuk memperoleh pendidikan dan
sebagai warga masyarakat dalam mengisi kemerdekaan bahagian
dari upaya pencerdasan Bangsa.
B. penyelenggaraan pendidikan gratis bertujuan untuk :
1. Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar bagi semua anak usia
sekolah.
2. Meningkatkan mutu penyelenggaraan dan lulusan.
3. Meningkatkan relevansi pendidikan yang berbasis kompetensi agar
dapat mengikuti perkembangan global.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan
gratis untuk memenuhi mutu dan produktivitas sumber daya manusia
yang unggul
32
2. 3 Kerangka konseptual
Analisis merupakan suatu hal yang penting dalam menentukan suatu
kebijaksaan, sebab dalam pelaksanaan dan penentuan kebijakan tanpa
adanya suatu analisis maka tolak ukur dalam menentukan tingkat
keberhasilannya tentunya akan sangat sulit menilainya. Fungsi suatu analisis
dalam suatu hal sangat penting dalam menentukan suatu kebijaksanaan
terutama mengenai tindak lanjut pembangunan karena dalam mengambil
keputusan peran analisis sangat berarti, dalam analisis yang diperlukan
adalah kesimpulan dimana dapat digunakan pegangan terhadap pelaksanan
tindakan.
Impelementasi merupakan suatu keputusan untuk mencapai sasaran
tertentu, maka untuk merealisasikan pencapaian sasaran tersebut diperukan
serangkaian aktivitas pelaksanaannya. Mengingat bahwa implementasi
suatu program merupakan suatu hal yang kompleks karena banyaknya faktor
yang saling mempengaruhi dan terkait, maka untuk memahami adanya
perbedaan antara apa yang diharapkan tercapai dengan yang terjadi
kemudian menimbulkan kesadaran mengenai pentingnya studi-studi
impelementasi.
Implementasi juga diartikan sebagai realisasi dari rencana yang
ditetapkan sebelumnya. Lebih lanjut Van Meter dan Van Horn ( the Policy
implementation process 1978 ) seperti dikutip oleh Abdul Wahab Solichin
mengemukakan pengertian implementasi sebagai tindakan –tindakan yang
33
dilakukan oleh individu/pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau
swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan
dalam keputusan kebijaksanaan. Tindakan –tindakan keputusan menjadi pola
pola operasional, serta melanjutkan usaha tersebut untuk mecapai
perubahan, baik yang besar maupun yang kecil, yang diamanatkan oleh
keputusan kebijakan. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa segala
sumber dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh pembuat kebijakan, didalamnya mencakup : manusia, dana, dan
kemampuan organisasi yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta
serta individu atau kelompok
Dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur
yang penting dan mutlak, seperti dikemukakan oleh Syukur Abdullah, yaitu:
a. Adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan;
b. Target groups, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran, dan
diharapkan dapat menerima mamfaat dari program tersebut,
perubahan atau peningkatan.
c. Unsur pelaksana (implementor), baik organisasi atau perorangan,
yang bertanggungjawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan
pengawasan dari proses implementasi tersebut.
Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak
variabel atau faktor,dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan
34
satu sama lain. Dalam pandangan Edwards III yang dikutip dalam buku
Subarsono, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
1. Komunikasi
Terdapat tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur
keberhasilan, variabel komunikasi, yaitu :
a). Transmisi
b). Kejelasan Informasi
c). Konsistensi Informasi yang disampaikan
2. Faktor Sumberdaya
Sumber daya meliputi empat komponen yaitu:
a) Staff yang cukup (jumlah dan mutu);
b) Informasi yang dibutuhkan;
c) Authority, kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas dan
tanggung jawab;
d) Sarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi
35
Penyelenggarakan program pendidikan gratis yang alokasi biayanya
ditanggung lewat APBD kabupaten merupakan hal yang sangat luar biasa.
Sesuai dengan Amanat UUD 1945 pasal 31 ayat 2 yang mengatakan bahwa
Pemerintah wajib membiayai biaya pendidikan selain itu ayat 4 juga
menjelaskan bahwa alokasi biaya pendidikan untuk APBN dan APBD
sebanyak 20 % dialokasikan untuk pendidikan. Selain adanya tuntuntan UUD
1945, dipertegas lagi dengan keluarnya UU no. 32 Tahun 2004 & UU no 12
tahun 2008 tentang Otonomi Daerah dimana didalamnya diatur tentang
Penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung jawab PEMDA untuk
mengaktualisasikan penyelenggaraan pendidikan baik pada tingkatan
provinsi maupun kabupaten/ Kota.
Dalam penelitian ini peneliti melihat bahwa pendidikan dinilai sebagai
sebagai suatu hal yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia
yang merupakan pilar yang paling utama dalam melakukan Implementasi
Program Pendidikan Gratis.
36
Gambar I. Kerangka konseptual
Penandatanganan Memorandum Of Understanding (MoU) tentang pendidikan gratis di Sulsel.
PERDA NO.8 TAHUN 2009 Tentang penyelenggaraan pendidikan gratis di Kecamatan
Implementasi program pendidikan gratis
Aspek pengembangan
1.Sarana dan Prasarana
2. Pembiayaan
Faktor Yang Mempengaruhi
1.Komunikasi
2.Sumber Daya
3.Disposisi
4.Struktur Organisasi
Meringankan beban orang tua/wali dan
peserta didik
37
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Pada Bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian
yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian ini. Adapun hal-hal yang
akan dikemukakan dalam bab ini terdiri dari keadaan geografis, Letak
Geografis dan Batas Administrasin Kecamatan Malili, Batas-batas Wilayah
3.1 Kondisi Geografi
Kecamatan Malili merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Luwu
Timur, dengan luas wilayah 921,20 km2, kecamatan yang merupakan ibukota
Kabupaten Luwu Timur, Kecamatan Malili berbatasan dengan Kecamatan
Nuha di sebelah utara, Kecamatan Nuha dan Towuti sebelah timur, sebelah
selatan berbatasan dengan Teluk Bone dan Propinsi Sulawesi Tenggara. dan
di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Angkona dan Teluk Bone.
Kecamatan Malili terdiri dari 13 desa/kelurahan yang seluruhnya berstatus
desa definitif dan 2 UPT. Wilayah Kecamatan Malili sebagian wilayah
merupakan daerah pesisir, karena 6 dari 15 desanya merupakan wilayah
pantai dan 9 desa merupakan wilayah bukan pantai. Secara topografi wilayah
Kecamatan Malili merupakan daerah berbukit-bukit. karena kesepuluh
desanya merupakan daerah berbukit-bukit dan 5 desa yang tergolong daerah
datar.
38
3.1.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi Kecamatan Malili
1. 2° 29’24” - 2° 51’ 33” Lintang Selatan/South Latitude
2. 120° 57’ 16” - 121° 22’ 46”Bujur Timur/East Longitude
3.1.2 Batas-Batas Wilayah/Administration Boundarie
a. Sebelah Utara/North Side : Kecamatan Nuha / Nuha
Subdistrict
b. Sebelah Timur/East Side : Kecamatan Nuha dan
Towuti / Nuha and Towuti Subdistrict.
c. Sebelah Selatan/South Side : Teluk Bone dan Prop.
Sulawesi Tenggara / Gulf of Bone and Prov. of
Sulawesi Tenggara.
d. Sebelah Barat/West Side: Kecamatan Angkona dan
Teluk Bone / Angkona Subdistrict and Gulf of Bone.
3.2 Keadaan Demografi
3.2.1 Penduduk
Kepadatan penduduk di Kecamatan Malili hampir sama dengan
kepadatan penduduk Kabupaten Luwu Timur yaitu sekitar 34 orang per
kilometer persegi, dimana kepadatan penduduk Kabupaten Luwu Timur
berkisar 35 orang per kilometer persegi. Desa yang terpadat penduduknya
adalah Desa Puncak Indah dengan kepadatan 659 orang per kilometer
39
persegi, sedang paling rendah adalah Desa Laskap dengan kepadatan hanya
sekitar 3 orang per kilometer persegi. Pada tahun 2010, jumlah penduduk di
Kecamatan Malili sebanyak 31.375 orang yang terbagi ke dalam 7.115 rumah
tangga, dengan rata-rata penduduk dalam satu rumahtangga sebanyak 4
orang. Pada tahun yang sama jumlah laki-laki lebih banyak dengan
perempuan. Laki-laki sebanyak 16.439 orang dan perempuan sebanyak
15.336 orang, sehingga rasio jenis kelaminnya sebesar 107,19 yang artinya
dari 100 wanita terdapat sekitar 107 laki-laki. Sementara itu, laju
pertumbuhan penduduk dari tahun 2009-2010 sebesar 1,44 persen pertahun.
Selanjutnya penduduk menurut kelompok umur sekolah SD (7-12
tahun)sebanyak 4.475orang, penduduk usia sekolah SLTP (13-15 tahun)
sekitar 2.116 orang dan penduduk usia sekolah SLTA (16-18 tahun) sekitar
1.988 orang.
3.2.2 Pendidikan
Fasilitas pendidikan di Kecamatan Malili relatif lengkap. Sarana
pendidikan informal (Taman Kanak-Kanak/TK) dan sarana pendidikan
formal dari tingkat SD sampai SLTA telah tersedia. Pada tahun 2010,
jumlah TK di Kecamatan Malili sebanyak 18 buah (1 unit TK Negeri dan
17 TK Swasta), 25 unit SD (21 unit SD Negeri, 1 unit MI dan 3 unit Kelas
Jauh), 6 unit SLTP (4 unit SLTP Negeri dan 2 unit SLTP swasta) dan 4
unit SLTA (3 unit SLTA negeri dan 1 unit swasta). Rasio murid guru
memberikan gambaran rata-rata banyaknya murid yang diajar oleh
40
seorang guru. Angka rasio ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat
efektifitas guru dalam proses belajar mengajar. Semakin kecil angka
rasio maka semakin tinggi tingkat efektifitas proses belajar mengajar.
Pada tahun ajaran 2009/2010 rasio murid guru SD dan SLTP sebesar 26
murid setiap guru untuk SD dan 15 siswa setiap guru untuk SLTP.
Sedangkan untuk SLTA angka rasio siswa guru sebesar 19 siswa setiap
guru.
Tabel 1. Daftar Kualifikasi Pendidikan Tenaga Guru di SD dan SMP sederajat Kecamatan Malili tahun 2009/2010
NoJenjang
Pendidikan
Guru Menurut Ijazah Tertinggi
SLTA D-I D-II D-III S1 S2 JUMLAH
1 SD/MI 29 - 116 - 147 - 292
2 SMP/MTs 31 - 66 1 95 - 193
JUMLAH 60 182 1 242 485
Sumber : Dikbudparmudora Kabupaten Luwu Timur
Pada Tabel 1, menunjukkan bahwa jumlah guru yang terbanyak di
jenjang pendidikan Sekolah dasar di Kecamatan Malili berjumlah 292 orang.
Dari tabel tersebut dapat terlihat pula kualifikasi pendidikan SLTA sebanyak
29 orang dan , kualfikasi pendidikan Diploma II sebanyak 116 serta Sarjana
sebanyak 142 orang. Pada tingkat SMP jumlah guru yang terbanyak di
jenjang pendidikan Sekolah menengah pertama di Kecamatan Malili
berjumlah 193 orang, dapat terlihat pula kualifikasi pendidikan SLTA
41
sebanyak 31 orang dan, kualifikasi pendidikan Diploma II sebanyak 66 orang
serta Sarjana 193 orang.
Tabel 2. Jumlah Siswa dan Jumlah Guru SD dan SMP Negeri Kecamatan Malili
KECAMATANJumlah Siswa Jumlah Guru
SD/MI SMP/MTs SD/MI SMP/MTsMALILI 4704 1772 327 158
Sumber : Dikbudparmudora Kabupaten Luwu Timur
Pada Tabel 2, menggambarkan jumlah Siswa dan Jumlah Guru SD dan
SMP Negeri di Kecamatan Malili. Jumlah Siswa pada tingkat SD sebanyak
4704 orang dan jumlah siswa pada tingkat SMP sebanyak 1772 orang dan
jumlah Guru SD sebanyak 327 orang dan jumlah Guru SMP sebayak 158
orang.
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan adalah
tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. Hal ini disebabkan
karena banyak yang beranggapan bahwa bangsa yang mempunyai SDM
yang handal dan berkualitas akan lebih mampu bersaing dalam
perekonomian dunia.
Dalam kaitan ini, salah satu komponen yang berkaitan langsung dengan
peningkatan SDM adalah pendidikan. Karena itu, kualitas SDM selalu
diupayakan untuk ditingkatkan melalui pendidikan yang berkualitas, demi
tercapainya tujuan pembangunan indonesia yang tertera dalam UUD 45 dan
amendemen.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini akan diuraikan hasil penelitian selama melakukan
penelitian di Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi
Selatan. Bab ini menganalisis tentang Implementasi Program Pendidikan
Gratis di Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan.
4.1 Implementasi Program Pendidikan Gratis pada pendidikan Dasar di
Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Penyelenggaraan pendidikan gratis adalah segala pembebasan biaya
bagi peserta didik dan orang tua peserta didik yang berkaitan dengan proses
belajar mengajar dan kegiatan pembangunan dan pemeliharaan sekolah
sesuai komponen yang mendapatkan subsidi anggaran dari pemerintah
Daerah (perda Kabupaten Luwu Timur No. 8 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Gratis).
Kondisi ril sebagian masyarakat Malili yang secara ekonomi masih
lemah, maka perubahan-perubahan paradigma dimaksud telah memberi
43
peluang bagi komitmen luhur pemberdayaan masyarakat khususnya di
bidang pendidikan dalam bentuk pendidikan gratis.
Prinsip tersebut maka perlahan tapi pasti, masyarakat Malili terutama
yang mempunyai anak usia sekolah tidak lagi memiliki keraguan dalam hal
mendapatkan pendidikan yang bermutu, dengan tidak dibebani anggaran
karena pemerintah sudah mengalokasikannya.
Kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang layak, relevan dan
bermutu adalah merupakan hak dari setiap warga negara sebagaimana yang
di tetapkan dalam peraturan perundang-undangan, Berdasarkan peraturan
daerah Kabupaten Luwu Timur No. 8 Tahun 2009 tentang pelaksanaan
pendidikan gratis, bahwa dalam rangka meringankan beban
masyarakat/orang Tua dalam pembiayaan pendidikan, maka perlu
dilaksanakan Pendidikan Gratis tingkat SD, MI, SMP, MTs, MA dan SMK
Negeri/Swasta dalam lingkup Pemerintahan Daerah Kabupaten Luwu Timur.
Masalah pokok pada bidang pendidikan terletak pada akses masyarakat
dalam mendapatkan layanan pendidikan dasar, khususnya dalam
menuntaskan wajib belajar sembilan tahun menuju penuntasan pendidikan
12 tahun pada tingkat pendidikan lanjutan. Ini terkait dengan biaya yang
harus ditanggung, terutama dalam pengadaan buku dan berbagai pengutan.
Selain itu, mutu pendidikan jika dilihat dari standar isi dan proses
pembelajaran, kompetensi iuran, pendidikan dan tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian.
44
Penyelenggaraan ini merupakan salah satu bentuk perhatian yang tinggi dari
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Daerah terhadap
pembangunan manusia berkualitas khususnya dalam bidang pendidikan
Dasar dan menengah pada jenjang pendidikan formal maupun non-formal.
Tabel 3. ALOKASI ANGGARAN PENDIDIKAN GRATIS
TAHUN ANGGARAN
APBD ANGGARAN SEKTOR
PENDIDIKAN
PERSENTASE
2006 Rp 386.609.808.673 Rp 74.405.040.877 19,24%2007 Rp 460.634.741.297 Rp 117.000.545.349 25,40%2008 Rp 619.680.213.744 Rp 161.394.392.752 26,04%2009 Rp 787.232.020.718 Rp 182.755.935.917 23,22%2010 Rp 445.701.280.484 Rp 124.055.280.644 27,83%
Sumber : Dinas Dikbudparmudora Kabupaten Luwu Timur
Adapun itu anggaran APBD bidang pendidikan di Kabupaten Luwu
Timur dari tahun 2006 – 2010, kemudian pada tahun 2006 pendidikan gratis
dicanangkan oleh Bupati dan wakil bupati Kabupaten Luwu Timur mulai dari
tingkat SD – SMA dan ini tidak membeda-bedakan antara sekolah negeri dan
sekolah swasta. Sumber dana yang digunakan untuk membiayai pendidikan
gratis ini bersumber dari APBD Kabupaten Luwu Timur.
Berdasarkan tabel diatas dana pendidikan gratis pada tahun 2006
persentasenya hanya 19,24 % dengan jumlah total anggaran sektor
penddidikan sebesar Rp 74.405.040.877,- pada tahun 2007 persentase
anggaran 25,40% dengan jumlah anggaran sebesar Rp 117.000.545.349,-
dan pada tahun 2008 persentase meningkat menjadi 26,04% dengan jumlah
45
anggaran sebesar Rp 161.394.392.752,- pada tahun 2009 persentase
menjadi 23,22% dengan jumlah anggaran sektor pendidikan gratis sebesar
182.755.935.917 kemudian pada tahun 2010 persentasenya 27,83% dengan
jumlah anggaran sebesar Rp 124.055.280.644,. Maka dari itu dilihat dari
tabel diatas, alokasi anggaran untuk sektor pendidikan di Luwu Timur
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Penggunaan dana Pendidikan
Gratis ditujukan untuk keperluan sebagai berikut :
a. Untuk tingkat SD :
1. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru:
biaya pendaftaran, pengadaan formulir, administrasi pendaftaran, dan
pendaftaran ulang, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung
dengan kegiatan tersebut.
2. pembelian buku teks pelajaran(diluar buku yang telah dibeli dari dana
BOS dan BOS buku) dan buku referensi untuk dikoleksi
diperpustakaan.
3. Pembiayaan kegiatan pembelajaran, remedial, pembelajaran
pengayaan, olahraga, kesenian, pramuka, dan sejenisnya.
4. pengadaan buku rapor dan foto murid.
5. Pembiayaan ulangan harian, ulangan Umum, ujian sekolah dan
laporan hasil belajar siswa.
46
6. pembelian bahan-bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil,
bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran,
gula, kopi, dan teh untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah.
7. Pembiayaan langganan daya dan jasa: listrik, air, telepon, termasuk
untuk pemasangan baru jika sudah ada jaringan disekitar sekolah.
8. Pembiayaan perawatan sekolah: pengecetan, perbaikan atap bocor,
perbaikan pintu dan jendela, perbaikan meubeler, perbaikan sanitasi
sekolah dan perawatan fasilitas sekolah lainnya yang bersifat rusak
ringan.
9. insentif tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.
10.Pengembangan profesi guru.
11.Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang
menghadapi masalah biaya transportasi.
12. Pembiayaan pengelolah Pendidikan Gratis: Alat Tulis Kantor (ATK),
pengadaan surat menyurat dan penyusunan laporan
B. Untuk tingkat SMP
1. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru:
biaya pendaftaran, pengadaan formulir, administrasi pendaftaran, dan
47
pendaftaran ulang, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung
dengan kegiatan tersebut.
2. pembelian buku teks pelajaran(diluar buku yang telah dibeli dari dana
BOS dan BOS buku) dan buku referensi untuk dikoleksi
diperpustakaan.
3. Pembiayaan kegiatan pembelajaran, remedial, pembelajaran
pengayaan, olahraga, kesenian, pramuka, palang merah remaja, dan
sejenisnya.
4. pengadaan buku rapor dan foto murid.
5. Pembiayaan ulangan harian, ulangan Umum, ujian sekolah dan
laporan hasil belajar siswa.
6. pembelian bahan-bahan habis pakai: buku tulis, bahan praktikum,
buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran, gula, kopi, dan
teh untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah.
7. Pengadaan alat Praktik dan alat peraga siswa.
8. Pembiayaan langganan daya dan jasa: listrik, air, telepon, termasuk
untuk pemasangan baru jika sudah ada jaringan disekitar sekolah.
48
9. Pembiayaan perawatan sekolah: pengecetan, perbaikan atap bocor,
perbaikan pintu dan jendela, perbaikan meubeler, perbaikan sanitasi
sekolah dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.
10. insentif Kepala sekolah, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
lainnya.
11.Pengembangan profesi guru
12.Pemberian bantuan transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi
masalah biaya transportasi.
13.Pembiayaan pengelolah Pendidikan Gratis: Alat Tulis Kantor (ATK),
pengadaan surat menyurat dan penyusunan laporan.
Pendidikan merupakan salah satu agenda pemerintah yang patut
diaktualisasikan demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu amanat
pembukaan UUD 1945 alinea ke empat dikatakan bahwa “mencerdaskan
kehidupan bangsa”. Amanat ini jelas bahwa pemerintah pusat bahkan
pemerintah di tingkat daerah provinsi maupun kabupaten/kota tidak boleh
tinggal diam melihat penyelenggaraan pendidikan di bangsa ini. Salah satu
factor yang cukup memberikan pengaruh terhadap mutu dan kesesuaian
pendidikan adalah anggaran pendidikan yang memadai. Persoalan anggaran
pendidikan ini akan menyangkut besarnya anggaran dan alokasi anggaran.
49
Tabel 4. Rekapitulasi Anggran Berdasarkan Program dan KegiatanSekolah Menengah Pertama Di Kecamatan Malili
No Nama Sekolah Uraian Jumlah
1 SMP Neg.2 Malili Program Pelayanan Administrasi perkantoran 103.079.500,00
Penyedian Jasa komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik 27.000.000,00
belanja jasa kebersihan Kantor 1.152.000,00
penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja 790.000,00penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor 890,000.00
Penyedian peralatan dan perlengkapan kantor 9.800.000,00Penyedian bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan 3.720.000,00Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi Keluar Daerah 10.000.000,00penyedian penunjang Administrasi Kesekretariatan SKPD 49.007.500,00Program peningkatan disiplin Aparatur 14.000.000,00Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya 9.800.000,00Pengadaan Pakaian Khusus Hari-hari tertentu 4.200.000,00Program Wajib Belajar Dasar Sembilan Tahun 52.300.000,00Pengadaan alat praktik dan peraga siswa 35.500.000,00Pemeliharaan Rutin/Berkala Bangunan Sekolah 15.000.000,00Pemeliharaan Mebeluer Sekolah 1.800.000,00Program Manajemen Pelayanan Pendidikan 52.046.000,00pelaksanaan evaluasi hasil kinerja bidang pendidikan 52.046.000,00
Sumber : Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SMP Negeri 2 Malili
Pada Tabel 4, menunjukkan bahwa Rekapitulasi Anggran Belanja Langsung
SMP Neg.2 Malili yang Berdasarkan Program dan kegiatan pendidikan
Gratis di Kecamatan Malili, Anggaran yang diberikan kepada pihak sekolah
dalam pelaksanaan pendidikan gratis di Kecamatan Malili diberikan empat
kali dalam setahun dengan sistem Triwulan Adapun itu Program pelayanan
Administrasi Perkantoran Jumlah anggarannya sebesar Rp 103.079.500,
Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik sebesar Rp
50
27.000.000, penyediaan jasa Administrasi keuangan sebesar Rp 1.152.000,
belanja jasa kebersihan kantor sebesar Rp 790.000, penyediaan jasa
perbaikan peralatan kerja sebesar Rp 720.000, penyediaan komponen
instalasi listrik/penerangan bangunan kantor sebesar Rp 890.000,
penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor sebesar Rp 9.800.000,
penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan sebesar Rp
3.720.000, rapat-rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah sebesar Rp
10.000.000, penunjang administrasi kesekriatan SKPD sebesar Rp
49.007.500, Program peningkatan disiplin aparatur sebanyak Rp 14.000.000,
pengadaan pakaian Dinas beserta perlengkapannya sebesar Rp 9.800.000,
pengadaan pakaian khusus hari-hari sebesar Rp 4.200.000, Program wajib
belajar dasar Sembilan tahun sebesar Rp 52.300.000, pengadaan alat
praktik dan peraga siswa sebesar Rp 35.500.000, pemeliharaan rutin/berkala
bangunan sekolah sebesar Rp 15.000.000, pemeliharaan rutin/berkala
mebeluer sekolah sebesar Rp 1.800.000, Program Menejemen pelayanan
pendidikan sebesar Rp 52.046.000, pelaksanaan evaluasi hasil kinerja
bidang pendidikan sebesar Rp 52.046.000,00
Hasil Wawancara dengan Komite sekolah SMP Negeri 2 Malili Ismail,
S.Pd Mengatakan bahwa:
“Dana pendidikan gratis yang diperoleh sekolah sesuai dengan RKA yang dibuat oleh tiap sekolah berdasarkan kebutuhan sekolah yang terkait, kemudian dana tersebut nantinya akan dikelolah oleh pihak sekolah, dan pengeluaran Dana pendidikan gratis ini dilakukan pengawasan sehingga
51
memberi kewaspadaan terhadap bagian yang ditunjuk yaitu bagian Pengelolaan keuangan “
(Wawancara 13 Mei 2011)
Hasil Wawancara menggambarkan bahwa sekolah SMP Negeri 2 Malili
memperoleh Dana pendidikan sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran yang
disusun oleh pihak sekolah yang akan mendapatkan Dana pendidikan sesuai
kebutuhan sekolah. Komite sekolah merupakan suatu badan yang mewadahi
peran serta Masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan
efisiensi pengelolaan pendidikan. Di lain pihak, peran yang dijalankan Komite
sekolah adalah sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan serta berperan sebagai pengontrol dalam
rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan di satuan pendidikan
dan sebagai mediator antara pemerintah dengan Masyarakat. Adapun tujuan
komite sekolah yaitu mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa
masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan
di satuan pendidikan, meningkatkan tanggung jawab dan peran masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan, dan menciptakan suasana dan kondisi
transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan
pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan. Pada dasarnya
posisi komite sekolah berada di tengah-tengah antara orang tua murid, murid,
guru, masyarakat setempat, dan kalangan swasta di satu pihak dengan pihak
52
sekolah sebagai institusi, kepala sekolah, dinas pendidikan wilayahnya, dan
pemerintah daerah di pihak lainnya.
Tabel 5. Rekapitulasi Anggran Berdasarkan Program dan Kegiatan Sekolah dasar sederajat Di Kecamatan Malili
No Nama Sekolah Uraian Jumlah
1 SD 229 WARU Program Pelayanan Administrasi perkantoran 69.759.000,00
Penyedian Jasa komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik 2.000.000,00
belanja jasa kebersiahan Kantor 1.856.000,00
penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja 180.000,00
Penyedian peralatan dan perlengkapan kantor 38.891.500,00Penyedian bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan 840.000,00penyedian penunjang Administrasi Kesekretariatan SKPD 11.676.000,00Pengadaan alat praktik dan peraga siswa 3.946.500,00Pemeliharaan Rutin/Berkala Bangunan Sekolah 2.984.000,00Pemeliharaan Mebeluer Sekolah 10.421.500,00pelaksanaan evaluasi hasil kinerja bidang pendidikan 4.918.500,00pengadaan Alat-alat buku dan alat tulis siswa 12.600.000,00Pemeliharaan Rutin berkala sarana dan prasarana olahraga 3.946.500,00Belanja Sewa Sarana Mobilitas 3.480.000,00
Sumber : Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SD 229 WARU Malili
Pada Tabel 5, Rekapitulasi Anggran Belanja Langsung SD 229 WARU Malili
yang Berdasarkan Program dan kegiatan pendidikan Gratis di Kecamatan
Malili, Anggaran yang diberikan kepada pihak sekolah dalam pelaksanaan
pendidikan gratis di Kecamatan Malili diberikan Empat kali dalam setahun
dengan sistem Triwulan Adapun itu Program pelayanan Administrasi
Perkantoran Jumlah anggarannya sebesar Rp 69.759.000, Penyediaan jasa
komunikasi, sumber daya air dan listrik sebesar Rp 2.000.000, belanja jasa
53
kebersihan kantor sebesar Rp 1.856.000, penyediaan jasa perbaikan
peralatan kerja sebesar Rp 180.000,Penyediaan peralatan dan perlengkapan
kantor Rp 38.891.500, Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-
undangan sebesar Rp 840.000, penyediaan penunjang Administrasi
kesekretariatan SKPD sebesar Rp 11.676.000, pengadaan alat praktik dan
peraga siswa Rp 3.946.500, pemeliharaan rutin/berkala bangunan sekolah
Rp 2.984.000, pemeliharaan Mebeluer Rp 10.421.500, pelaksanaan evaluasi
hasil kinerja bidang pendidikan Rp 4.918.500, pengadaan alat-alat buku dan
alat tulis siswa sebesar Rp 12.600.000, pemeliharaan rutin berkala sarana
dan prasarana olahraga Rp 3.946.500, Belanja sewa sarana dan Mobilitas
Rp 3.480.000.
Adapun hasil wawancara bersama Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Luwu Timur Drs. H. Syahidin Halun, M.Si pada hari kamis
tanggal 24 Februari 2011 tentang pelaksanaan program pendidikan gratis di
Luwu Timur mengatakan bahwa :
“ Setiap tahunnya, Pemerintah Daerah Luwu Timur mengucurkan rata-rata 24 % total APBD Lutim untuk membangun infrastruktur pendidikan serta peningkatan Sumber Daya Manusia di daerah ini. Bukan itu saja, program pelatihan, peningkatan kompetensi dan kualifikasi bagi seluruh guru juga dianggarkan untuk mendongkrak kualitas pendidikan. Selain itu Pemberian bea siswa mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi juga dialokasikan setiap tahunnya sebagai bentuk kepedulian pemerintah daerah dalam memberikan apresiasi untuk menumbuhkan kualitas sumber daya yang siap pakai. Mengenai program pendidikan gratis, telah dilaksanakan sejak tahun 2006 lalu yang diterapkan mulai dari tingkat SD hingga SMA, meliputi 17 item yang didanai oleh APBD II. Selain itu, pemkab/kota juga diminta konsisten melaksanakan nota kesepahaman (MoU) utamanya kesepakatan 60 persen
54
biaya pendidikan gratis sepenuhnya ditanggulangi oleh pemkab/kota setempat. "Mereka juga diminta tidak menahan 40 persen dana pemerintah provinsi yang telah dialokasikan ke kas daerah masing-masing".
Dari hasil wawancara dengan kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Luwu Timur Bahwa pelakasanaan pendidikan gratis ini ditujukan kepada
masyarakat agar tidak lagi memiliki alasan untuk tidak sekolah karena
alasan biaya selain itu program ini juga memiliki tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kompetensi guru dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan. Biaya yang digunakan pelaksanaan pendidikan gratis ini memiliki
cakupan yang luas yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan
jasa. Pendidikan merupakan perangkat penting dalam meningkatkan
kesejahteraan warga melalui penguasaan pengetahuan, informasi dan
tekhnologi sebagai prasyarat masyarakat modern, dalam mencapai tujuan-
tujuan sosial yakni membebaskan masyarakat dari kebodohan dan
keterbelakangan. Dalam pelaksanaan program pendidikan gratis pemerintah
kabupaten Luwu Timur berharap agar Pemprov Sulsel dapat menjalankan
kerja sama dengan baik. Sebagaimana diketahui, dalam MoU itu disebutkan
pemprov menanggung 40% dari kebutuhan anggaran pendidikan gratis
kabupaten/kota dan 60% persen di tanggung oleh pemerintah
kabupaten/kota.
Hasil Wawancara dengan Komite Sekolah SD 229 Waru Mustafa
Mengatakan bahwa:
55
“ pelaksanaan pendidikan gratis disekolah SD 229 Waru sangat membantu masyarakat utamanya masyarakat ekonomi bawah, dalam hal extrakurikuler khusus bidang olahraga siswa masih di kenakan biaya kelengkapan berupa pembayaran pakaian seragam olahraga, namun yang mesti di perhatikan dari pelaksanaan program ini adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pendidikan gratis ini tidak berarti seluruh kegiatan pendidikan tidak di bayar”(Wawancara 13 Mei 2011)
Hasil Wawancara dengan Komite sekolah yang menggambarkan bahwa
dalam pelaksanaan pendidikan gratis sangat membantu pihak sekolah
maupun Masyarakat Namun masyarakat masih banyak beranggapan bahwa
Dana pendidikan Gratis seluruhnya ditanggung oleh pemerintah khusus
dalam bidang olahraga Misalnya, pembayaran pakaian seragam olahraga,
siswa masih dikenakan pembayaran sehingga banyak masyarakat
menginginkan agar kelengkapan siswa harus menjadi prioritas utama. Hal ini
Komite sekolah memiliki fungsi untuk mendorong tumbuhnya perhatian dan
komitmen Masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan.
4.1.1 Peningkatan perluasan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan.
Artinya adalah semua anak didik tanpa kecuali harus mengenyam
pendidikan dasar, baik mereka yang berada di daratan, pegunungan maupun
mereka yang selama ini bermukim di kepulauan. Targetnya adalah mereka
yang masuk usia sekolah tidak ada lagi yang tidak tahu menulis dan
membaca. Dengan biaya gratis yang diberikan oleh pemerintah, hanya orang
56
tua yang tidak peduli pendidikanlah yang tidak mau menyekolahkan anak-
anaknya.
Tabel 6Angka Kualifikasi penduduk kabupaten Luwu Timur Berdasarkan
tingkat kepandaian Membaca/ menulis dan jenis kelamin tahun 2009/2010.
No Tingkat KepandaianJumlah penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah total
1 Dapat membaca dan menulis 89.202 83.291 172.493
2 Buta huruf 3.026 7.619 10.645
Jumlah 92.228 90.910 183.138
Sumber : Dinas Dikbudparmudora Kabupaten Luwu Timur 2009/2010
Pada Tabel 6, angka kualifikasi penduduk kabupaten Luwu Timur
berdasarkan tingkat kepandaian membaca dan menulis bila dilihat dari jenis
kelamin laki-laki sebanyak 89.202 orang dan perempuan sebanyak 83.291,
kemudian Buta huruf untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 3.026 orang dan
perempuan 7.619 orang, dari tabel diatas jumlah total dapat membaca laki-
laki dan perempuan sebanyak 172.493 orang dan jumlah total buta huruf laki-
laki dan perempuan sebanyak 10.645 orang jumlah penduduk yang dapat
membaca dan menulis didominasi oleh laki-laki dan jumlah penduduk yang
buta huruf didominasi oleh perempuan. Maka jumlah keseluruhan yang dapat
membaca, menulis dan buta huruf untuk laki-laki sebanyak 92.228 orang
sedangkan perempuan sebanyak 90.910 orang dan jumlah total keseluruhan
yang dapat membaca, menulis dan buta huruf sebanyak 183.138 orang.
57
Tabel 7 Jumlah APK SD dan SMP Kabupaten Luwu Timur
INDIKATOR TAHUN2006 2007 2008 2009 2010
Angka Partisipasi Kasar a. SD/Sederajat 106.8 95.82 98.53 100.02 101.06b. SMP/Sederajat 110.99 99.78 99.98 106.50 106.50Sumber : Dinas Dikbudparmudora Kabupaten Luwu Timur
Meningkatkan APK dan APM dan menurunnya Angka putus sekolah. Angka
partisipasi kasar (APK) adalah presentase jumlah siswa pada jenjang
pendidikan tertentu dibandingkan dengan penduduk kelompok usia sekolah.
Makin tinggi APK berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah
pada suatu daerah atau makin banyak anak usia diluar kelompok usia
tertentu bersekolah di jenjang pendidikan tertentu.kegunaan APK adalah
untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu
jenjang pendidikan.APK untuk SD adalah usia 7-12 tahun dan SMP 13-15
tahun.
Tabel 8. Jumlah APM SD dan SMP Kabupaten Luwu Timur
INDIKATOR TAHUN2006 2007 2008 2009 2010
Angka Partisipasi Murni a. SD/Sederajat 100.95 90.68 95.53 90.12 92.06b. SMP/Sederajat 91.97 81.59 97.17 95.00 86.16Sumber : Dinas Dikbudparmudora Kabupaten Luwu Timur
Adapun APM atau Angka Partisipasi Murni adalah presentase jumlah siswa
pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan penduduk kelompok
58
usia sekolah. Makin tinggi APM berarti makin banyak Anak usia sekolah yang
bersekolah pada suatu daerah, atau makin banyak anak usia diluar kelompok
usia sekolah tertentu bersekolah di jenjang pendidikan.
Tabel 9Persentase Angka Putus Sekolah APS Kabupaten Luwu Timur
TAHUN SD SMP2006 0,36% 0,54%2007 0,34% 0,58%2008 0,34% 0,50%2009 0,36% 0,50%
Sumber : Dinas Dikbudparmudora Kabupaten Luwu Timur
Angka Putus sekolah atau angka Drop out adalah persentase siswa yang
meninggalkan sekolah sebelum lulus pada jenjang pendidikan tertentu
kegunaannya adalah untuk mengetahui banyaknya siswa yang putus
sekolah disuatu daerah,makin rendahnya nilai APS berarti makin baik.
Angka putus sekolah yang ideal adalah 0%. Demikian halnya, di
Kabupaten Luwu Timur APS semakin menurun. Hal ini menunjukkan
bahwa Kabupaten Luwu Timur semakin memperhatikan peningkatan
Mutu pendidikannya.
4.1.2 Peningkatan pelayanan dan pengawasan penyelenggaraan
pendididikan.
Artinya adalah dengan program pendidikan gratis menuntun
stakeholder dan semua pihak yang ada di dalamnya, agar bisa memberikan
pelayanan maksimal kepada rakyat, terutama dalam hal pemenuhan hak
59
hidup untuk mendapatkan pendidikan yang di inginkan. Pemerintah
menerapkan sistem pengawasan yang berlapis demi mencapai sebuah
kepuasan.
Adapun itu larangan yang telah diatur dalam peraturan daerah
tentang penyalahgunaan dana pendidikan gratis diantaranya:
a. Pendidik dan tenaga kependidikan dilarang melakukan segala macam
bentuk pungutan kepada orang tua/wali peserta didik.
b. Komite sekolah dilarang melakukan pungutan kepada orang tua
peserta didik.
Pemerintah daerah, Dewan perwakilan Rakyat Daerah, Dewan Pendidikan,
dan Komite Sekolah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan
pendidikan pada semua jenjang dan satuan pendidikan berdasarkan prinsip
transparansi dan akuntabilitas sesuai dengan kewenangan masing-masing
berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas sesuai dengan
kewenangan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Wawancara dengan Dewan Pendidikan, A. Baso, AM Dalam
peningkatan pelayanan dan pengawasan penyelenggaraan Pendidikan
menyatakan bahwa :
“ Dalam pelaksanaan pendidikan gratis di Kecamatan Malili sudah berjalan dengan baik dalam hal ini Monitoring dan Evaluasi dilakukan dalam bentuk pemantauan, pembinaan, dan penyelesaian masalah terhadap penyelenggaraan pendidikan gratis”. hanya saja masih banyak masyarakat
60
beranggapan biaya pendidikan gratis sepenuhnya ditanggung oleh Pemerintah.(Wawancara 3 Maret 2011)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dewan Pendidikan Kabupaten Luwu
Timur dalam hal ini sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,
arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan
pendidikan ditingkat kabupaten/kota dan dalam mengawal pelaksanaan
program pendidikan gratis ini dalam bentuk monitoring ataupun pengawasan
dana pendidikan gratis ini, diantaranya sebagai berikut :
1. Tim monitoring Independen : perguruan tinggi,DPRD, tim
Independen Khusus yang ditunjuk oleh pemerintah
2. Unsur masyarakat dari unsur dewan pendidikan,Komite
sekolah,serta Organisasi masyarakat.
3. Unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di
sekolah/Madrasah Kabupaten/kota dan Provinsi.
Adapun Asas dalam penyelenggaraan pendidikan Gratis adalah ;
1. Trasnsparansi, penyelenggaraan pendidikan gratis pendidikan gratis
dengan senantiasa memenuhi asas kepatutan serta tata kelola yang
baik.
2. Akuntabilitas publik, penyelenggaraan pendidikan gratis dapat
dipertangung jawabkan segala kegiatan yang dijalankan oleh
penyelengara pendidikan dan pemangku kepentingan ( stake Holder )
61
3. Team work, Adanya proses kerjasama antara para penyelengara
pendidikan dan pemangku kepentingan.
4. Cermat, dan Akurat, Penyelenggaran yang tentunya tepat pada
sasaran yang sesuai dengan peraturan perundang undangan.
5. Terstruktur dan berjenjang, penyelengaraan pendidikan gratis di
laksanakan di Jenjang pendidikan dasar dan menengah baik berstatus
negeri maupun swasta.
6. Kendali mutu dan kendali biaya, penyelanggaraan program
pendidikan gratis untuk meningkatkan mutu penyelenggaran dan mutu
pendidikan.
7. Demokratis, musyawarah dan mufakat, pelaksanaan program
pendidikan gratis memberikan akses pelayanan pendidikan yang
mengutamakan kepentingan masyarakat seluas-luasnya.
Berdasarkan Asas penyelenggaraan pendidikan gratis dalam peraturan
daerah yang mencakup transparansi , akuntabilitas publik, team work, cepat
cermat dan akurat, kendali mutu dan kendali biaya, serta demokratis,
musyawarah dan mufakat. Dari Hasil wawancara dengan Sekretaris Dinas
Pendidikan Amrullah Rasyid,S.Pd mengatakan Bahwa :
“ Dalam pelaksanaan pendidikan gratis di Kabupaten Luwu Timur lebih mengutamakan pada pelayanan yang mengarah pada peningkatan mutu pendidikan yang tentunya mengacu peraturan yang ada. sesuai kebijakan pemerintah, program pendidikan gratis ini di maksudkan untuk meringankan beban masyarakat, peserta didik, dan orang tua/wali peserta didik, hal ini diperlukan untuk membangun masyarakat di daerah masing-masing ke arah
62
kemandirian untuk mencapai kehidupan yang semakin merata dan sejahtera”.(Wawancara 7 Februari 2011)
Sejalan dengan pernyataan di atas, berdasarkan hasil wawancara
dengan Raksan,S.sos selaku Mantan bendahara Dinas Pendidikan
Kabupaten Luwu Timur bahwa mekanisme penyaluran dana subsisdi
pendidikan gratis dapat dilihat di gambar mekanisme berikut ini
Gambar 2Gambaran Mekanisme Penyaluran Dana Pendidikan Gratis
tahun 2008-2010
Berdasarkan Hasil wawancara dengan Mantan Bendahara Dinas
pendidikan Kabupaten Luwu Timur, mekanisme penyaluran Dana pendidikan
gratis setelah adanya kerja sama Pemerintah provinsi Sulsel dengan
Pemerintah Kabupaten Luwu Timur. Penyaluran dana bantuan dari
pemerintah provinsi melalui BPKD (badan pengelolah keuangan daerah)
Provinsi yang disalurkan kebagian keuangan pemerintah daerah melalui
Tim Program Pendidikan Gratis
Pemrov Sulsel
PEMROV SUL-SELBiro Keuangan
PEMROV SUL-SEL
Rekening keuangan PEMDA
Kab. Luwu Timur
BANK SULSEL
BANK SULSELBendahara Dinas
SEKOLAH
63
Bank Sulsel, selanjutnya dari pihak sekolah yang akan mendapatkan dana
pendidikan gratis tersebut, Di anjurkan untuk membuat Rencana kerja
anggaran (RKA) kemudian diajukan kepada Team work pendidikan gratis
setelah mendapatkan persetujuan maka dana pendidikan gratis akan di
salurkan kemasing-masing sekolah dan setiap sekolah juga akan memiliki
Dokumen pelaksanaan anggaran (DPA). Dan dana tersebut diberikan per 4
bulan ( Januari-April ) ,( Mei-Agustus ), ( September-Desember ) namun
dalam pelaksanaanya terkadang diberikan Per Semesternya. Adapun itu
penyaluran dana pendidikan gratis untuk semua sekolah dikabupaten Luwu
Timur dilakukan secara merata sesuai dengan kebutuhan masing-masing
sekolah.
Sejalan dengan hal diatas berdasarkan wawancara dengan pihak
sekolah, dalam Hal ini Kepala Sekolah SMP Neg 2 Malili Sahrun Sahrim,
S.Pd mengemukakan bahwa :
“ Program ini membuat pihak sekolah cukup bertanggung jawab dan terbuka dalam pelaksanaan program pendidikan gratis sebab Adanya pengawasan dan evaluasi serta Team Work yang saling bekerja sama dalam menjalankan program pendidikan gratis, utamanya terhadap pembiayaan pendidikan dan mutu pendidikan sebab pendidikan merupakan aset untuk kedepannya dan dalam hal ini pendidikan memiliki peran penting yang cukup besar dalam lingkungan masyarakat”. (Wawancara 14 februari 2011)
Hasil wawancara dengan kepalah sekolah SMP Neg. 2 Malili,
mengatakan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan gratis yang ada di
kabupaten Luwu Timur sudah berjalan dengan baik karena adanya
64
keterbukaan dalam pelaksanaan program tersebut, dan adanya pengawasan
dan evaluasi serta Team Work. Oleh karena itu, tentulah harus dipersiapkan
sedemikian rupa cara menyampaikan dan menginformasikan hal tersebut
kepada masyarakat sehingga seluru lapisan masyarakat dapat terjangkau.
Maka dari itu pihak sekolah sangat berharap agar pemerintah setempat lebih
memperhatikan nasib pendidikan masyarakatnya sebab keterlibatan seluruh
masyarakat dalam mengimplementasikan suatu kebijakan dari pemerintah
amat dituntut. Apalagi jika kebijakan yang di sampaikan pemerintah ditujukan
bagi mayoritas masyarakat yang memang tingkat ekonominya lemah. Maka
dari itu seluruh Stakeholder bahkan target group harus ditumbuhkan rasa
dihargai, sehingga mereka akan mendukung sepenuhnya kebijakan
pemerintah.
Hal sama pula yang dipaparkan oleh Marzuki M, S.Pd kepala sekolah
SMP Negeri 4 Pongkeru dalam Wawancara yang kami lakukakan
mengatakan bahwa :
“ Pendidikan gratis sangat membantu pihak sekolah maupun seluruh masyarakat didaerah kami, pelaksanaan pendidikan gratis ini telah berjalan sejak tahun 2006 sampai sekarang. khusus untuk tingkat SMP penyaluran dana diberikan sesuai dengan RKA yang dibuat oleh pihak sekolah sesuai dengan kebutuhan sekolah yang terkait”. (Wawancara 16 Februari 2011)
Dari pernyataan tersebut bahwa pendidikan gratis sangat membantu
pihak sekolah khusus sekolah SMP Negeri 4 Pongkeru Dari hal tersebut
65
diatas memberikan gambaran bahwa dalam rangka penyaluran dana subsidi
pendidikan gratis berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah.
4.1.3 Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta
kesejahteraan bagi tenaga penndidikan.
Artinya adalah dengan adanya Program Pendidikan Gratis bisa
menghasilkan Sumber Daya Manusia yang handal. Harus dihilangkan image
dan tanggapan miring bahwa sesuatu yang bersifat Gratis, akan
menghasilkan kualitas yang rendahan. Di Malili kendati menerapkan
menerapkan Pendidikan Gratis, tetapi terkait peningkatan kualitas baik siswa
maupun guru tetap di kedepankan. Guru juga sebagai ujung tombak dan
penentu utama dalam bidang pendidikan, masalah kesejahteraan tetap
menjadi prioritas utama. Adapun jumlah bantuan berupa Tunjangan
(Tambahan penghasilan) tenaga pendidik dan Kependidikan pada satuan
pendidikan yang diberikan kepada masing-masing sekolah di Kabupaten
Luwu Timur sesuai data yang diperoleh dari Dinas pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda, dan Olahraga di Kabupaten Luwu Timur.
Besaran bantuan di hitung dengan ketentuan sebagai berikut:
1. SD adalah :
Tambahan Penunjang Dana Bos Rp. 4000/siswa/tahun
Insentif Kepala Sekolah Rp 700.000,/Bulan
Insentif Mengajar Guru Rp. 400.000/Bulan
66
Insentif Remedial 2 kali dalam Setahun Rp. 5000/jam
Bendahara Rp. 1.000.000/bulan
Bujang Rp. 750.000/Orang/Bulan
Satpam 1.000.000/Bulan
2. SMP adalah :
Tambahan penunjang dana BOS Rp. 17.600/bulan
Insentif Kepala Sekolah Rp. 700.000/bulan
Insentif Wakil Kepala Sekolah Rp. 350.000/Bulan
Insentif Wali Kelas Rp. 200.000/Bulan
Insentif Mengajar Guru Rp.400.000/bulan
Insentif Remedial Rp. 5000/jam
Insentif tenaga Laboran Rp 750.000/Bulan
Insentif Tenaga Perpustakaan Rp 750.000/Bulan
Insentif KTU/ PNS Rp. 1.250.000/Bulan
Intensif KTU/Non PNS Rp. 750.000/Bulan
Bendahara Rp. 100.000/bulan
Bujang Rp 750.000/orang/bulan
Satpam Rp 1.000.000/Bulan
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur tentang penyelenggaraan
Pendidikan Gratis pada Bab II tentang Lingkup, Fungsi dan Tujuan dan Bab
III tentang Hak dan Kewajiaban Pemerintah Daerah, peserta didik, tenaga
pendidik digambarkan bahwa:
67
1) Pendidikan Gratis dilaksanakan pada sekolah Negeri maupun Swasta
untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK Negeri/Swasta
atau bentuk lain yang sederajat.
2) Bagi Sekolah Swasta yang tidak dapat melaksanakan program
pendidikan gratis, dapat menyampaikan pernyataan
ketidakmampuannya kepada Pemerintah Daerah.
3) Pendidikan Gratis berfungsi untuk memberi kesempatan yang seluas-
luasnya kepada anak usia wajib belajar guna mendapatkan pendidikan
yang layak dan bermutu.
4) Pendidikan Gratis bertujuan untuk meringankan beban masyarakat,
peserta didik, orang tua/wali peserta didik.
Adapun itu Hak dan Kewajiban Pemerintah Daerah:
- Pemerintah Daerah berhak dan berwenang mengarahkan,
membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan
pendidikan.
- Pemerintah Daerah wajib menjamin terselenggaranya pendidikan yang
layak dan bermutu bagi setiap warga masyarakat.
- Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana dalam anggaran
pendapatan dan belanja daerah guna terselenggaranya pendidikan
gratis.
68
Hak dan kewajiban Orang Tua
- Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1), memperoleh dan/atau
memberi informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.
- Orang tua anak usia wajib belajar, berkewajiaban menyekolahkan
anaknya.
- Orang tua berkewajiban untuk menciptakan suasana di sekolah yang
aman dan kondusif.
Hak dan kewajiban Peserta didik
- Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianut
dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.
- Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
- Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kesempatan
belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Setiap peserta didik berkewajiban menjaga norma-norma pendidikan
dan nilai-nilai sosial untuk menjamin keberlangsungan proses dan
keberhasilan pendidikan
Hak dan Kewajiban Tenaga Pendidik
- Memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan sosial.
69
- Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja.
- Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual .
- Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
- Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran
untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
- Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai
dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-
undangan.
- Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas.
- Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
- Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan.
- Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi.
- Memperoleh pelatiahan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, tenaga pendidik
berkewajiban;
70
- Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran
yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
- Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
- Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran.
- Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
- Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
4.1.4 Peningkatan Penyediaan Sarana dan Prasarana
Artinya adalah Konsekwensi dari penerapan pendidikan Gratis, tidak
hanya berorientasi kepada anggararan Gratis semata. Pemerintah
setempat tetap memerhatikan persoalan sarana dan prasarana yang ada
di sekolah. Luwu Timur Telah mengoperasikan 9 unit bus sekolah yang
akan dioperasikan disetiap Kecamatan di Luwu Timur, targetnya, adalah
untuk mengurangi beban masyarakat utamanya untuk ongkos angkutan
setiap hari. Dengan adanya bus sekolah, maka biaya transprotasi siswa
71
dapat teratasi. Namun, bus angkutan anak sekolah ini diprioritaskan
terlebih dahulu kepada anak-anak yang kurang mampu ekonomi.
Tabel 10Data Pembangunan Sekolah Dasar di Kecamatan Malili
Tahun 2010/2011
Nama Sekolah KantorRuangGuru
RuangKepsek
Perpus UKS Pagar WC
1 2 3 4 5 6 7 8SDN No.220 Cerekang - - - 1 - - 1SDN No.221 Malili - - - 1 - - -SDN No.222 Batu Merah - - - - - - 1SDN No.223 Balantang - - - 1 - - 1SDN No.224 Lampia 1 - 1 - 141 M 1SDN No.225 Karabbe - 2 - 1 1 162 M -SDN No.226 Patande - - - 1 - 200 M -SDN No.227 Puncak 1 - - 1 - - -SDN No.228 Lagaroang - - - 1 - 223 M -SDN No.229 Waru - - - 1 - - -SDN No.230 Tarabbi 1 - - 1 - 200 M 1Kelas Jauh SDN No. 230 Tarabbi - - - 1 - - -SDN No.231 Lakawali 1 - - 1 - - 1SDN No.232 Wulasi - - - - 1 200 M -SDN No.233 Ussu - 2 - - - - -SDN No.234 Kore-korea - - - - - - -SDN No.235 Pongkeru - 2 1 1 - 200 M 1SDN No.236 Laoli 1 - - 1 - - -SDN No.237 Atue 1 1 - 1 - 200 M 1SDN No.238 Mallaulu - 2 - 1 - 195 M 1SDN No.239 Salu Minanga - 1 - 1 - 300 M -SDN No.240 Padomoro - - - 1 - 200 M -Kelas Jauh SDN No.240 Padomoro - - - 1 - 200 M -JUMLAH 6 10 2 18 2 2421 M 9Sumber: Dikbudparmudora Kabupaten Luwu Timur
Pada Tabel 10, menggambarkan pembangunan sarana sekolah di
tingkat Sekolah Dasar yang telah dilaksanakan di Kecamatan Malili.
Adapun itu pembangunan yang dilaksanakan diantaranya Pembangunan
RKB, Rehabilitas RKB, Pembangunan Kantor, Pembangunan Rumah
Guru, Rehabilitas Rumah Guru, Rehabilitas Rumah Dinas Kepala
72
Sekolah, Pembangunan Pagar, Pembangunan Perpustakaan,
Pembangunan UKS, Pengadaan Mobiler UKS, Pembangunan WC,
Pengadaan Mobiler, Pengadaan Mobiler Perpustakaan. Hal tersebut
menjadi salah satu Aspek pengembangan dalam pelaksanaan Pendidikan
Gratis yang berada di Kabupaten Luwu Timur.
Pembangunan sarana di Kecamatan Malili diantaranya pembangunan
Kantor sebanyak 6 Ruangan, Ruang Guru sebanyak 10 Ruangan, Ruang
Kepala Sekolah Sebanyak 2 Ruangan, Perpustakaan sebanyak 18
Ruang, UKS sebanyak 2 Ruang , Pagar 2421 M dan WC sebanyak 9
Ruang.
Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan Drs. H. Syahidin
Halun, M.Si mengatakan bahwa :
“ Dalam mewujudkan suatu pelayanan Pendidikan yang sangat baik diperlukan Sarana dan Prasarana sekolah dengan Fasilitas yang memadai agar terciptanya suatu pelayanan Pendidikan yang baik, Sejauh ini Pemerintah Daerah Luwu Timur sudah menyediakan Fasilitas yang di butuhkan masing-masing sekolah SD, SMP, SMA, bahkan Keperguruan tinggi”. ( Wawancara 24 Februari 2011)
Dari hasil Wawancara dengan Dinas pendidikan tergambar bahwa
Pemerintah Daerah telah memfasilitasi setiap sekolah yang berada di setiap
kecamatan Kabupaten Luwu Timur dan memberikan bantuan dalam hal
pembangunan dan perbaikan masing-masing sekolah.
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SD 223 USSU Malili Andi.
Umar S.Pd Mengatakan bahwa :
73
“Pelayanan pendidikan khususnya pembangunan di setiap sekolah telah berjalan,dan telah dilakukannya perbaikan-perbaikan pada gedung sekolah yang rusak namun tidak secara keseluruhan. Adapun itu kami sebagai pihak sekolah sangat berharap besar agar instansi yang terkait tetap memperhatikan pembangunan sekolah agar seluruh siswa, tenaga pendidik merasa nyaman dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah.”(Wawancara 3 Maret 2011)
Dari hasil Wawancara dengan Kepala sekolah SD 223 USSU Malili
yang merupakan Sekolah tertua di kecamatan Malili Menggambarkan bahwa
pihak sekolah telah terbantu dengan adanya pelayanan pendidikan yang di
berikan oleh Pemerintah, namun pihak sekolah juga berharap agar
pelayanan pendidikan dalam hal pembangunan sekolah tetap menjadi
prioritas utama Pemerintah.
Tabel 11Data Pembangunan Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Malili
Tahun 2010/2011
Nama Sekolah Kantor RuangGuruRuangKepsek
Perpus UKS Pagar WCLABIPA
LABKOM
SMP Negeri 1 Malili 1 1 - - - - 1 - -SMP Negeri 2 Malili - 1 - - - - - - -SMP Negeri 3 Malili 1 - - - - - - - -SMP Negeri 4 Malili - - - - - - - - -JUMLAH 2 2 - - - - 1 - -Sumber: Dikbudparmudora Kabupaten Luwu Timur
Pada Tabel 11, menggambarkan Pembanguan Sarana Sekolah pada
tingkat SMP diantaranya SMP Negeri 1 Malili, SMP Negeri 2 Malili, SMP
Negeri 3 Malili dan SMP Negeri 4 Malili. Adapun pembangunan yang
dilaksanakan disetiap Sekolah yang berada di Kecamatan Malili diantaranya
pembangunan Kantor sebanyak 2 ruangan, Ruang Guru sebanyak 4 ruangan
dan WC sebanyak 2 Ruang.
74
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Malili
Bakhara, S.Pd Mengatakan bahwa :
“Pihak sekolah merasa terbantu dengan adanya bantuan pemerintah terhadap pembangunan sekolah yang berjalan saat ini, kami berharap kepada pemerintah agar pemerintah lebih memperhatikan sekolah ini sebab sekolah ini merupakan sekolah tertua yang berada di pusat Kota Malili dan membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah ”(Wawancara 7 Maret 2011)
Hasil wawancara dengan kepala Sekolah SMP Negeri 1 Malili menyatakan
bahwa pihaknya merasa terbantu dengan adanya pembangunan sekolah
yang telah berjalan sampai saat ini. Hal ini membuat pihak sekolah tersebut
merasa terbantu. SMP Negeri 1 Malili merupakan salah satu sekolah
menengah pertama yang tertua di Kecamatan Malili, sehingga membutuhkan
perhatian khusus dari pemerintah.
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MTs Sanawiya
Mengatakan bahwa :
“Adanya bantuan pemerintah terhadap pembangunan sekolah yang berjalan saat ini misalnya penambahan ruang kelas dan penambahan alat-alat praktik siswa kamipun berharap agar pemerintah tetap memperhatikan sekolah ini meskipun sekolah ini bukan sekolah Negeri”(Wawancara 7 Maret 2011)
Hasil wawancara dengan kepala Sekolah MTs menyatakan bahwa pihaknya
merasa terbantu dengan adanya pembangunan sekolah yang telah berjalan
sampai saat ini. pihak sekolah sangat berharap banyak agar program
pendidikan gratis tetap menjadi prioritas utama.
75
Maka dari itu Pelaksanaan Pendidikan gratis di Kecamatan Malili
seyogyanya dapat berjalan dengan baik yang tentunya didukung oleh seluruh
pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan baik pemerintah maupun
masyarakat agar dalam pencapaian tujuan dapat tercapai.
4.1.5 Peningkatan peran serta Masyarakat dalam pengelolaan
pendidikan.
Artinya adalah dengan adanya penerapan program pendidikan Gratis, ada
umpan balilk dari semua pihak, termasuk masyarakat, bagaimana
sesungguhnya aplikasi di lapangan program tersebut. Tanpa ada peran serta
masyarakat dalam pengelolaan program ini, Program ini tetap tidak bisa
dikatakan sudah berhasil. Jadi intinya semua pihak harus melibatkan diri
dalam pengelolaan pendidikan itu. Proses pendidikan yang dikelolah dan di
rancang secara bagus, akan menghasilkan kualitas pendidikan yang bisa
dibanggakan, baik pada tingkat local, regional, Nasional maupun
Internasional. Adapun kesimpulan dari hasil wawancara dengan orang tua
siswa selama melakukan penelitian di kecamatan Malili Kabupaten Luwu
Timur diantaranya hasil wawancara dengan orang tua siswa SD, Ramlawati
mengatakan:
“ Kami selaku orang tua siswa merasa sangat terbantu dengan adanya program pendidikan gratis, hanya saja kami berharap agar pungutan biaya yang membebankan para siswa sudah tidak ada lagi”.
(Wawancara 15 juni 2011)
76
Sejalan dengan itu Adapula Hasil wawancara dengan Nurhan mengatakan:
“pelaksaanaan pendidikan gratis khusus di Kecamatan Malili pada tingkat SMP masih terdapat siswa yang dibebani pembayaran fotocopy buku ajar hal ini membuat kami masih kurang setuju dengan hal tersebut”. (Wawancara 20 juni 2011)
Kemudia Hasil wawancara dengan orang tua siswa SMP, HUDE mengatakan:
“ sampai saat ini pelaksanaan program pendidikan gratis Khususnya Kecamatan Malili sudah terlaksana dengan baik, kami sebagai orang tua siswa merasa terbantu dengan adanya program ini, besar harapan kami kepada pemerintah agar program lebih ditingkatkan dan pemerintah harus bersikap tegas apabila terdapat penyelewengan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait pelaksanaan program tersebut”.
(Wawancara 22 juni 2011)
Hasil wawancara dapat dengan orang tua siswa dapat digambarkan bahwa
dalam pelaksanaan pendidikan gratis di kecamatan malili sudah berjalan
dengan baik, namun sebahagian orang tua siswa masih mengeluhkan
adanya pungutan yang dilakukan oleh Guru sekolah yang membebani siswa
untuk membayar Fotocopy buku ajar, maka dari itu pihak orang tua sangat
berharap agar pendidikan gratis harus lebih diperhatikan dan lebih
ditingkatkan khususnya pada masyarakat menengah kebawah yang sangat
membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah.
77
4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program
pendidikan gratis
Faktor yang mempengaruhi implementasi program pendidikan gratis di
Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur adalah merupakan faktor
pendukung dan penghambat implementasi.
Adapun beberapa faktor pendukung dalam implementasi program
pendidikan gratis di Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur adalah sebagai
berikut :
1. Adanya sikap konsisten para pembuat kebijakan dalam hal ini
pemerintah dengan kebijakan pendidikan gratis sehingga peraturan
daerah berdasar ketentuan atau aturan kebijakan yang bertanggung
jawab.
2. Mekanisme penyaluran dana dari pemerintah Daerah ke pihak sekolah
berjalan secara terbuka sehingga memberikan pemahaman kepada
pihak sekolah terhadap pentingnya pelaksanaan pendidikan gratis.
3. Pihak sekolah memberikan kerjasama yang efektif dan tanggung
jawab dalam pengimplementasian Program Pendidikan Gratis.
4. Para pejabat pemerintah Kabupaten Luwu Timur dalam hal ini terlibat
dalam penyamapaian informasi yang relefan dan yang mencukupi
tentang bagaimana cara mengimplementasikan pendidikan gratis
kepada warga masyarakat.
78
5. Memiliki sumber daya biaya yang cukup untuk membantu menjalankan
program pendidikan gratis.
Dalam pengimplementasian Program pendidikan gratis juga mengalami
beberapa hambatan.
Adapun hambatan-hambatan dalam implementasi program pendidikan
gratis ini yaitu sumber daya manusia kurang dalam hal ini masih banyak
terdapat tenaga bantu pada setiap sekolah sehingga kompetensi guru yang
dimiliki masih kurang.
Hasil Wawancara dengan Darwis. BM, A.Ma kepala sekolah SD 229 Waru
mengatakan bahwa:
“program pendidikan gratis ini memberikan pelayanan masyarakat, dengan adanya bantuan dana gratis ini bertujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan pendidik dan tenaga pendidik dan sekaligus peningkatan kompetensi dan kinerja guru, serta kualitas pendidikan. kamipun berharap agar pemerintah tetap memperhatikan pendidikan di Kabupaten Luwu Timur khusus tenaga pendidik sebab masih banyak terdapat tenaga honor maupun Guru PNS yang membutuhkan pelatihan Maksimal sesuai dengan bidang pelajarannya”. (Wawancara 21 Februari 2011)
Dalam hal ini dapat juga digambarkan faktor yang berpengaruh terhadap
Implementasi program pendidikan gratis di Kecamatan Malili Kabupaten
Luwu Timur.
a) Faktor Struktur birokrasi telah memberikan pengaruh yang begitu
besar terhadap terhadap pelaksanaan program ini. Di awali dengan
adanya MoU Gubernur dan Bupati Se-Sulawesi Selatan terhadap
program ini dan adanya peraturan daerah yang khusus mengatur
pelaksanaan pendidikan gratis ini.
79
b) Faktor Komunikasi yang tentunya telah memberikan pengaruh
terhadap sekolah sebagai pelaksana kebijakan dimana peraturan
daerah yang menjadi pedoman tekhnis kebijakan tersebut.
c) Sumber daya yang terkait langsung dalam kebijakan ini merupakan
aparat-aparat yang memiliki tanggung jawab terhadap
pengimplementasian program pendidikan gratis seperti pengeluaran
anggaran.
d) Disposisi yang merupakan sikap menerima kebijakan terhadap
persetujuan pembiayaan berupa dana yang disalurkan oleh
pemerintah daerah yang juga berpengaruh terhadap pelaksanaan
pendidikan gartis.
Dari Segi faktor Komunikasi berdasarkan hasil Wawancara dengan
Minarti S.Pd selaku Kepala Sekolah SD 221 Batu Merah mengatakan
bahwa:
“Komunikasi antara pihak sekolah dengan pemerintah sudah cukup baik dan pelaksanaan pendidikan gratis disekolah kami sudah terlaksana dan sangat membantu masyarakat utamanya masyarakat yang kurang mampu, khusus untuk tenaga pendidik satu minggu sekali diberikan pelatihan sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga sangat membantu pihak sekolah kami”.(Wawancara 3 maret 2011)
Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa proses
komunikasi antara pihak sekolah dengan pemerintah berjalan sesuai dengan
ketentuan yang ada, adapun itu pihak sekolah merasa terbantu karena setiap
80
minggunya dilakukan pelatihan tenaga pendidik sesuai bidangnya masing-
masing upaya Dalam meningkatkan kualitas SDM Pelaksanaan Pendidikan
gratis akan dapat berjalan dengan baik yang tentunya didukung oleh seluruh
pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan baik pemerintah maupun
masyarakat. pendidikan gratis kepada masyarakat perlu ditingkatkan untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak menimbulkan
pemahaman yang lain ditingkat masyarakat dalam melihat program
pendidikan gratis ini. Dalam Pelaksanaan Pendidikan gratis di kecamatan
Malili Kabupaten Luwu Timur seyogyanya dapat berjalan dengan baik yang
tentunya didukung oleh seluruh pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan
baik pemerintah maupun masyarakat.
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.I KESIMPULAN
1. Implementasi pendidikan gratis di Kecamatan Malili Kabupaten Luwu
Timur berpedoman pada peraturan daerah No 8 tahun 2009 tentang
pelaksanaan pendidikan gratis dikabupaten Luwu Timur serta MoU
pendidikan gratis Provinsi Sulawesi Selatan Antara Gubernur dan
Bupati Se Sulawesi Selatan.
2. Pendidikan gratis di Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur
dilaksanakan di tingkat pendidikan dasar yang meliputi Sekolah Dasar
dan Sekolah Menengah Pertama sederajat.
3. Pelaksanaan pendidikan Gratis di Kecamatan Malili sepenuhnya
belum berjalan optimal yang disebabkan oleh beberapa kendala yang
utamanya Sumber Daya Manusia yang masih kurang dalam hal
tenaga pendidik.
4. Penyaluran dana bantuan dari pemerintah provinsi melalui
BPKD(Badan Pengelolaan Keuangan Daerah) provinsi kepada Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, selanjutnya tim pengendali kabupaten
mempersiapkan pencairan dana yang termasuk pada kas daerah
/APBD kabupaten masing-masing yang merupakan konsekuensi
pembiayaan bersama untuk disalurkan kesekolah-sekolah penerima
bantuan.
82
5. Dana pendidikan gratis meliputi insentif tenaga pengajar, tata usaha,
pegawai sekolah, dan pribadi siswa.
6. Keadaan umum pendidikan kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur
meliputi jumlah sekolah 31 unit sekolah yang terdiri dari unit sekolah
dasar sederajat 25 unit(21 unit SD Negeri, 1 unit MI dan 3 unit kelas
jauh), dan sekolah menengah pertama/sederajat terdiri dari 6 unit
SLTP (4 unit SLTP Negeri dan 2 unit SLTP swasta). Rasio murid guru
memberikan gambaran rata-rata banyak murid yang diajar oleh
seorang guru.
7. Jumlah pendidik/Guru SD di Kecamatan Malili sebanyak 327 orang
dan jumlah pendidik/Guru SMP di Kecamatan Malili sebanyak 158
orang. Adapun itu Guru menurut ijaza tertinggi pada jenjang
pendidikan SD sebanyak 292 orang dan jenjang pendidikan SMP
sebanyak 293 orang.
8. faktor yang menjadi pendukung ialah pihak yang terkait dalam hal ini
para implementor menjalin kerjasama yang baik dalam hal kebijakan
program pendidikan gratis serta Sumber Daya biaya yang memadai
dalam menjalankan program pendidikan Gratis.
9. faktor yang menjadi penghambat adalah Sumber Daya Manusia yang
masih kurang dalam hal Tenaga Pendidik.
83
5.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang peneliti kemukakan, maka peneliti
mengemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan masukan dan
pertimbangan di Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu Timur, Saran-saran
tersebut antara lain :
1. Pemerintah dalam hal Dinas pendidikan ataupun pihak yang terkait
untuk memberikan arahan tentang program pendidikan gratis ini
kepada seluruh lapisan masyarakat karena Dengan adanya program
pendidikan gratis yang di berikan oleh Pemerintah Daerah melalui
Dinas Pendidikan sedikitnya masyarakat dapat terbantu, sehingga
dengan mudah mendapatkan pendidikan yang diwajibkan oleh
Pemerintah.
2. Pelaksanaaan program-program yang berkaitan dengan bidang
pendidikan, pemerintah harus lebih meningkatkan lagi kinerjanya di
dalam proses pemberdayaan pendidikan untuk masyarakat yang tidak
mampu dalam membiayai pendidikannya.
3. Dalam pelaksanaan Program ini diharapkan pemerintah setempat
untuk mengarahkan, membimbing serta mengawasi penyelenggaraan
program pendidikan Gratis.
84
4. Peningkatan sumber daya pengajar terkait dengan pelaksanaan
proses belajar mengajar harus di tingkatkan lagi, karena sumber daya
tenaga pengajar sangat dibutuhkan oleh masyarakat.