27
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TETRALOGI FALLOT 1) Pengertian Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung bawaan dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat. Frekuensi TF lebih kurang 10 %. Derajat stenosis pulmonal sangat menentukan gambaran kelainan; pada obstruksi ringan tidak terdapat sianosis, sedangkan pada obstruksi berat sianosis terlihat sangat nyata. Pada klien dengan TF, stenosis pulmonal menghalangi aliran darah ke paru-paru dan mengakibatkan peningkatan ventrikel kanan sehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan. Sehingga darah kaya CO2 yang harusnya dipompakan ke paru-paru berpindah ke ventrikel kiri karena adanya celah antara ventrikel kanan akibat VSD (ventrikel septum defek), akibatnya darah yang ada di ventrikel kiri yang kaya akan O2 dan akan dipompakan ke sirkulasi sistemik bercampur dengan darah yang berasal dari ventrikel kanan yang kaya akan CO2. Sehingga percampuran ini mengakibatkan darah yang akan dipompakan ke sirkulasi sistemik mengalami penurunan kadar O2. 2) Etiologi / Penyebab Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain : Faktor endogen - Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom, contohnya down syndrome, marfan syndrome. - Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan misalnya VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta.

(Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TETRALOGI

FALLOT

1) Pengertian

Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung bawaan dengan gangguan sianosis yang ditandai

dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding

aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat

beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat

progresif , makin lama makin berat. Frekuensi TF lebih kurang 10 %. Derajat stenosis pulmonal sangat

menentukan gambaran kelainan; pada obstruksi ringan tidak terdapat sianosis, sedangkan pada

obstruksi berat sianosis terlihat sangat nyata. Pada klien dengan TF, stenosis pulmonal menghalangi

aliran darah ke paru-paru dan mengakibatkan peningkatan ventrikel kanan sehingga terjadi hipertropi

ventrikel kanan. Sehingga darah kaya CO2 yang harusnya dipompakan ke paru-paru berpindah ke

ventrikel kiri karena adanya celah antara ventrikel kanan akibat VSD (ventrikel septum defek),

akibatnya darah yang ada di ventrikel kiri yang kaya akan O2 dan akan dipompakan ke sirkulasi

sistemik bercampur dengan darah yang berasal dari ventrikel kanan yang kaya akan CO2. Sehingga

percampuran ini mengakibatkan darah yang akan dipompakan ke sirkulasi sistemik mengalami

penurunan kadar O2.

2) Etiologi / Penyebab

Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti.

diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain :

Faktor endogen

- Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom, contohnya down syndrome, marfan

syndrome.

- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan misalnya VSD, pulmonary

stenosis, and overriding aorta.

- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi,

penyakit jantung atau kelainan bawaan

Faktor eksogen

- Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan

tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)

- Ibu menderita penyakit infeksi : rubella

- Efek radiologi (paparan sinar X)

- Ibu mengonsumsi alcohol dan merokok saat mengandung.

Page 2: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan

penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor.

3) Epidemiologi

Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan menempati angka 5-7% dari

kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini para dokter tidak dapat memastikan sebab

terjadinya, akan tetapi ,penyebabnya dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor genetic

atau keduanya. Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22 deletions dan juga diGeorge syndrome.

Ia lebih sering muncul pada laki-laki daripada wanita. Pengertian akan embryology daripada penyakit

ini adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal septum bagian anterior, menghasilkan kombinasi klinik

berupa VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan

adalah oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal. Hal ini dapat

diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang dini.

4) Insidens

a. Tetralogi Fallot sama banyak dijumpai baik pada laki-laki maupun perempuan.

b. Indidens lebih tinggi bila ibu yang melahirkan berusia tua.

c. Jarang ada pasien yang bertahan hidup sampai diatas 20 tahun tanpa pembedahan.

d. Tetralogi Fallot mencakup 10%-15% dari semua defek congenital.

e. Angka mortalitas untuk pasien yang menjalani bedah jantung adalah 5%-15% (sedikit lebih tinggi

pada bayi) dan 10% untuk pasien yang memakai pirau.

f. 10% individu yang bertahan hidup menunjukkan hasil yang tidak memuaskan.

5) Menifestasi klinis

- Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh dokter. Ia merupakan

suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar pada denyut jantung si bayi. Kebanyakan

bayi yang menderita tetaralogy of fallot mempunyai suara murmur jantung.

- Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis adalah suatu

keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah mengalami oksigenasi

sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat.

- Warna kulit pucat

- Frekuensi pernafasan yang meninggi

- Kulit terasa dingin

- BB yang rendah

- Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan

- Clubbing finger’s

6) Komplikasi

Page 3: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

Berikut ini adalah Konsekuensi hemodinamik dari tetralogi fallot :

1. Hipoksia berat

2. Kematian mendadak dari disritmia

Komplikasi berikut dapat terjadi setelah anastomosis Blalock-Tausing :

1. Perdarahan, terutama terlihat jelas pada anak-anak dengan polisitemia

2. Emboli atau trombosis serebi, risiko lebih tinggi dari polisitemia, anemia atau sepsis

3. Gagal jantung kongestif jika piraunya lebih besar

4. Oklusi dini pada pirau

5. Hemotoraks

6. Pirau kanan ke kiri persisten setinggi atrium, terutama pada bayi

7. Sianosis persisten

8. Kerusakan nervus prenikus

9. Efusi pleura

7) Patofisiologi

Tetralogy of fallot biasanya berakibatkan oksigenasi yang rendah berhubungan dengan

tercampurnya darah yang deoksigenasi dan oksigenasi pada ventricle kiri yang akan dipompakan ke

aorta karena obstruksi pada katup pulmonal. Ini dikenal dengan istilah right-to-left shunt. Hal ini

sering mengakibatkan kulit bayi menjadi pucat dan terlihat biru.

Apabila Tetralogy of  fallot tidak ditangani pada jangka waktu yang panjang, maka akan

mengakibatkan hipertrofi ventricle kanan progressive dan dilatasi  berhubung dengan resistensi

yang meningkat pada ventricle kanan. Hal ini dapat menyebabkan DC kanan yang bisa berakhir

dengan kematian.

8) Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan sianotik untuk

menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan hematokrit merupakan indikator yang cukup baik

untuk derajat hipoksemia. Peningkatan hemoglobin dan hematokrit ini merupakan mekanisme

kompensasi akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan antara

16-18 g/dl, sedangkan hematokrit 50-65%. Bila kadar hemoglobin dan hematokrit melampaui batas

tersebut timbul bahaya terjadinya kelainan trombo emboli, sebaliknya bila kurang dari batas bawah

tersebut berarti terjadi anemia relatif yang harus diobati.

Gambaran radiologis

Page 4: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

Cardio thoracic ratio pasien tetralogi fallot biasanya normal atau sedikit membesar. Akibat

terjadinya pembesaran ventrikel kanan dengan konus pulmonalis yang hilang, maka tampak apeks

jantung terangkat sehingga tampak seperti “sepatu boot”. Pada 25% kasus arkus aorta terletak di

kanan yang seharusnya di kiri, dapat berakibat terjadinya suatu tarik bayangan trakeobronkial berisi

udara di sebelah kiri, yang terdapat pada pandangan antero-posterior atau dapat dipastikan oleh

pergeseran esophagus yang berisi barium ke kiri. Corakan vascular paru berkurang dan lapangan

paru relatif bersih, mungkin disebabkan oleh aliran darah paru paru yang berkurang dan merupakan

suatu tanda diagnostik yang penting. Bila terdapat kolateral yang banyak mungkin corakan vascular

paru tampak normal, atau bahkan bertambah. Pada proyeksi lateral, ruangan depan yang bersih atau

kosong dapat atau tidak dipenuhi oleh ventrikel kanan yang hipertrofi.

Elektrokardiogram

Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel

kanan. Pada anak besar sering dijumpai P pulmonal.

Ekokardiogram

Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi fallot. Pelebaran dan posisi

aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel dan dinding depan aorta serta pelebaran ventrikel

kanan mudah dilihat. Kelainan katup pulmonal seringkali sulit dinilai, demikian pula penentuan

perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis tidak selalu mudah dilakukan.

Kateterisasi jantung

Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple,

mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya

penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis

normal atau rendah.

9) Penatalaksanaan

Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus

patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :

1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah

2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk

menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.

3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi

asidosis

4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini

tidak begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran

darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis

berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan

pemberian :

Page 5: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

a) Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung

sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit,

dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan

perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.

b) Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan

resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative

c) penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan

serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung,

sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen

ke seluruh tubuh juga meningkat.

Lakukan selanjutnya yaitu :

1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik

2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi

3. Hindari dehidrasi

Tindakan Bedah

Merupakan suatu keharusan bagi semua penderita TF. Pada bayi dengan sianosis yang jelas, sering

pertama-tama dilakukan operasi pintasan atau langsung dilakukan pelebaran stenosis trans-ventrikel.

Koreksi total dengan menutup VSD (Ventrikel Septum Defek) seluruhnya dan melebarkan PS pada

waktu ini sudah mungkin dilakukan. Umur optimal untuk koreksi total pada saat ini ialah 7-10 tahun.

Walaupun kemajuan telah banyak dicapai, namun sampai sekarang operasi semacam ini selalu disertai

resiko besar.

1. Anastomosis Blalock-Tausing

Adalah intervensi paliatif yang umumnya dianjurkan bagi anak yang tidak memungkinkan untuk

dilakukan bedah korektif. Arteri subklavia yang berhadapan dengan sisi lengkung aorta diikat,

dibelah dan dianastomosiskan ke arteri pulmonal kontralateral. Keuntungan pirau ini adalah

kemampuan membuat pirau yang sangat kecil, yang tumbuh bersama anak, dan mudah

mengangkatnya selama perbaikan definitif. Anastomosis blalock-taussig yang dimodifikasi pada

dasarnya sama, namun memakai bahan protestik, umumnya politetrafluoroetilen. Dengan pirau

ini, ukurannya dapat lebihb dikendalikan dan lebih mudah di angkat karena sebagian besar

perbaikan tuntas dilakukan pada saat anak masih sangat muda.

Konsekuensi hemodinamik dari pirau Blalock-Taussig adalah untuk memungkinkan daerah

sistemik memasuki sirkulasi pulmonal melalui arteri subklavia, yang meningkatkan aliran darah

pulmonal dengan tekanan rendah dan menghindari kongesti paru. Aliran darah ini

memungkinkan stabilisasi, meningkatkan status jantung dan paru sampai anak itu cukup besar

untuk menghadapi pembedahan korektif dengan aman. Sirkulasi kolateral akan muncul untuk

menjamin alirah darah arterial yang memadai ke lengan, meskipun tekanan tidak dapat diukur

pada lengan itu.

2. Perbaikan Definitif

Page 6: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

Secara historis, perbaikan tuntas tetralogi Fallot ditunda pelaksanaanya sampai anak memasuki

usia prasekolah. Saat ini, perbaikan tersebut dapat dikerjakan pada anak anak yang berusia 1 dan

2 tahun. Indikasi pembedahan pada usia yang sangat muda ini adalah polisetemia berat

(hematokrit di atas 60%), hipersianosis, hipoksia, dan penurunan kualitas hidup. Pada

pembedahan tersebut dibuat insisi sternotomi median, dan pintas kardiopulmonal, dengan

hipotermia yang rendah pada beberapa bayi. Jika sebelumnya sudah terpasang pirau, pirau

tersebut dapat dilepas. Kecuali jika perbaikan ini tidak dapat dilakukan melalui atrium kanan,

hendaknya dihindari ventrikulotomi kanan karena berpotensi mengganggu fungsi ventrikel.

Obstruksi aliran keluar dari ventrikel kanan direseksi dan dilebarkan menggunakan Dacron

dengan dukungan pericardium. Perawatan dilakukan untuk menghindari insufisiensi paru. Katup

pulmonal diinsisi. Defek septum ventrikel ditutup dengan tambahan Dacron untuk menyelesaikan

pembedahan. Pada kasus obstruksi saluran ventrikel kanan, dapat dipasang sebuah pipa.

Pengobatan Konservatif

Anak dengan serangan anoksia ditolong dengan knee-chest position, dosis kecil morfin (1/8-1/4

mg) disertai dengan pemberian oksigen. Dengan tindakan ini serangan anoksia sering hilang dengan

cepat. Pada waktu ini diberikan pula obat-obat pemblok beta (propanolol) untuk mengurangi

kontraktilitas miokard. Pencegahan terhadap anoksia dilaksanakan pila dengan mencegah/mengobati

anemia defisiensi besi relative, karena hal ini sering menambah frekuensi serangan. Asidosis metabolic

harus diatasi secara adekuat.

10) Prognosis

Pada klien dengan TF (Tetralogi Fallot) tanpa melakukan suatu tindakan operasi prognosis atau

ramalan penyakit kedepan adalah buruk atau tidak baik. Rata-rata klien akan mencapai umur 15 tahun,

tetapi semua ini tergantung pada besarnya kelainan yang dialami. Ancaman pada anak denagn TF

adalah abses otak pada umur sekitar 2 sampai dengan 3 tahun. Gejala neurologis disertai demam dan

leukositosis memberikan kecurigaan akan adanya abses otak. Jika pada bayi denagn TF terdapat

gangguan neurologis, maka cenderung untuk didiagnosis thrombosis pembuluh darah otak daripada

abses otak. Anak dengan TF cenderung untuk menderita perdarahan banyak, karena berkurangnya

trombosit dan fibrinogen. Kemungkinan timbulnya endokarditis bakterialis selalu ada.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Aktivitas / istirahat :

Gejala : keletihan / kelelahan terus menerus sepangjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas.

Dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga

Tanda : gelisah, perubahan status mental, misal : letargi. Tanda vital berubah pada aktivitas

Sirkulasi :

Page 7: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

Gejala : Riwayat hipertensi, bengkak pada kaki, abdomen, IM baru / akut

Tanda : Warna : kebiruan, pucat, abu – abu, sianotik

Edema : mungkin dependen, umum, atau pitting, khususnya pada

ekstremitas.

Frekuensi jantung : takikardy

Tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukan penurunan volume sekuncup

Hepar : pembesaran/dapat teraba

Bunyi nafas : rongki

Irama jantung : disritmia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel

prematur/takikardi, blok jantung.

Punggung kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.

Murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis

Integritas :

Gejala : ansietas, takut

Tanda : berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah, ketakutan.

Eleminasi :

Gejala : penurunan berkemih, berkemih di malam hari,

Makanan atau Cairan :

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, pembengkaan ekstremitas bawah,

Tanda : distensi abdomen, edema (umum, dependen, tekanan, pitting)

Neorosensori :

Gejala : kelemahan, pening, episode pingsan

Tanda : Letargi, diorientasi, perubahan perilaku

Nyeri atau kenyamanan :

Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot

Tanda : tidak tenang, gelisah, focus menyempit (menarik diri)

Pernapasan :

Gejala : Dipsnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, penggunaan bantuan

pernapasan missal oksigen atau medikasi

Tanda : pernapasan : takipnea, napas dangkal,

Bunyi napas : mungkin tidak terdengar, dengan mengi

Fungsi mental : kegelisahan

Warna kulit : pucat atau sianosis

Pemeriksaan Diagnostik :

Page 8: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

EKG : hipertrofi atrial atau ventrikuler, iskemia, disritmia misal takikardi, fibrilasi atria.

Ekokardiogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik dan serambi, perubahan dalam fungsi

atau struktur katup atau area kontraktilitas ventricular.

Rontgen dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau

hipertopi bilik atau serambi, atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan

tekanan pulmonal.

Enzim Hepar : Meningkat dalam gagal atau kongestif hepar.

AGD : gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia

dengan peningkatan PCO2 (akhir).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.

b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.

c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan

nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.

d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.

3. RENCANA INTERVENSI

a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.

Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.

Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala gagal jantung,

melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja

jantung, urine output adekuat: 0,5 – 2 ml/kgBB.

Rencana intervensi dan rasional:

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Setelah diberikan asuhan keperawatan

selama 3 x 24 jam, diharapkan

penurunan cardiac output pada klien

dapat diatasi, dengan kriteria hasil :

- denyut nadi klien kembali

normal, yaitu 90 – 140 x/mnt

- Klien tidak terlihat pucat.

- Klien tidak terlihat lemah.

- mengalami sianosis pada

tubuhnya.

Kaji frekuensi

nadi, RR, TD secara

teratur setiap 4 jam.

Catat bunyi

jantung.

Kaji perubahan

warna kulit

terhadap sianosis

dan pucat.

Pantau intake

dan output setiap 24

jam.

Batasi aktifitas

secara adekuat.

Memonitor

adanya perubahan

sirkulasi jantung

sedini mungkin.

Mengetahui

adanya perubahan

irama jantung.

Pucat

menunjukkan adanya

penurunan perfusi

perifer terhadap tidak

adekuatnya curah

jantung. Sianosis

terjadi sebagai akibat

adanya obstruksi

aliran darah pada

Page 9: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

Berikan

kondisi psikologis

lingkungan yang

tenang.

ventrikel.

Ginjal berespon

untuk menurunkna

curah jantung dengan

menahan produksi

cairan dan natrium.

Istirahat

memadai diperlukan

untuk memperbaiki

efisiensi kontraksi

jantung dan

menurunkan

komsumsi O2 dan

kerja berlebihan.

Stres emosi

menghasilkan

vasokontriksi

yangmeningkatkan

TD dan meningkatkan

kerja jantung.

b. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.

Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.

Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, istirahat tidur tercukupi.

Rencana intervensi dan rasional:

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam,

diharapkan masalah intoleransi

aktivitas dapat teratasi dengan

kriteria hasil:

- Pasien dapat

melakukan aktivitas sesuai dengan

batas kemampuan

- Klien dapat tidur nyenyak pada

malam hari

- Klien terlihat lebih segar ketika

terbangun

Ikuti pola

istirahat pasien,

hindari pemberian

intervensi pada saat

istirahat.

Lakukan

perawatan dengan

cepat, hindari

pengeluaran energi

berlebih dari

pasien.

Bantu pasien

memilih kegiatan

yang tidak

melelahkan.

Menghindari

gangguan pada

istirahat tidur pasien

sehingga kebutuhan

energi dapat dibatasi

untuk aktifitas lain

yang lebih penting.

Meningkatkan

kebutuhan istirahat

pasien dan

menghemat energi

pasien.

Menghindarkan

pasien dari kegiatan

Page 10: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

Hindari

perubahan suhu

lingkungan yang

mendadak.

Kurangi

kecemasan pasien

dengan memberi

penjelasan yang

dibutuhkan pasien

dan keluarga.

Respon

perubahan keadaan

psikologis pasien

(menangis, murung

dll) dengan baik.

yang melelahkan dan

meningkatkan beban

kerja jantung.

Perubahan suhu

lingkungan yang

mendadak

merangsang

kebutuhan akan

oksigen yang

meningkat.

Kecemasan

meningkatkan respon

psikologis yang

merangsang

peningkatan kortisol

dan meningkatkan

suplai O2.

Stres dan

kecemasan

berpengaruh terhadap

kebutuhan O2

jaringan.

Page 11: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan

nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.

Tujuan: Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh kembang sesuai dengan

usia.

Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sesuia dengan

usia, pasien terbebas dari isolasi social.

Rencana intervensi dan rasional:

d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.

Tujuan: Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.

Rencana intervensi dan rasional:

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Setelah diberikan asuhan Kaji tanda vital Memonitor

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Setelah diberikan asuhan keperawatan

selama 3 x 24 jam, diharapkan

pertumbuhan dan perkembangan klien

dapat mengikuti kurva tumbuh

kembang sesuai dengan usia , dengan

kriteria hasil :

-Anak usia 6 bulan dapat :

Merangkak,duduk dengan bantuan,

menggenggam, dan memasukkan

benda ke mulut.

-Berat badan, lingkar kepala, lingkar

lengan atas, dan rata – rata masa

tubuh berada dalam batas normal

sesuai usia.

-Klien dapat berinteraksi dengan

keluarga

Sediakan

kebutuhan nutrisi

adekuat.

Monitor

BB/TB, buat

catatan khusus

sebagai monitor.

Kolaborasi

intake Fe dalam

nutrisi.

Menunjang

kebutuhan nutrisi

pada masa

pertumbuhan dan

perkembangan serta

meningkatkan daya

tahan tubuh.

Sebagai monitor

terhadap keadaan

pertumbuhan dan

keadaan gizi pasien

selama dirawat.

Mencegah

terjadinya anemia

sedini mungkin

sebagi akibat

penurunan kardiak

output.

Page 12: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

keperawatan selama 3 x 24 jam,

diharapkan infeksi pada klien tidak

terjadi dengan kriteria hasil :

-Terbebas dari tanda - tanda infeksi

-Menunjukkan hygiene pribadi yang

adekuat

dan tanda – tanda

infeksi umum

lainnya.

Hindari kontak

dengan sumber

infeksi.

Sediakan

waktu istirahat yang

adekuat.

Sediakan

kebutuhan nutrisi

yang adekuat sesuai

kebutuhan.

gejala dan tanda

infeksi sedini

mungkin.

Menghindarkan

pasien dari

kemungkinan terkena

infeksi dari sumber

yang dapat dihindari.

Istirahat adekuat

membantu

meningkatkan

keadaan umum

pasien.

Nutrisi adekuat

menunjang daya

tahan tubuh pasien

yang optimal.

Page 13: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

4) Evaluasi Keperawatan

No.

diagnosa

kep.

Hari,

tanggal,

jam,

Evaluasi Nama terang dan

paraf

I

II

DS : ibu klien mengatakan bahwa, saat bernafas klien

sudah terasa lebih lega atau tidak susah lagi

dalam bernafas.

DO : HR : 130 x/mnt

RR : 30 x/mnt

BP : 95/65 mmHg

T : 36,5oC

Saturasi O2 klien ada pada batas normal, Warna

kebiruan yang timbul pada tubuh mulai

berkurang

A : tujuan tercapai, masalah tercapai sebagian

sehingga, klien perlu tetap dipantau kebutuhan

oksigennya.

P : .lanjutkan intervensi keperawatan pada klien

dengan memantau tanda-tanda vital pada klien

dan juga factor yang berhubungan dengan

masalah yang dialami klien

DS : ibu klien mengatakan, bahwa klien dapat tidur

dengan nyenyak pada malam hari. Klien juga masih

belum bisa memilih kegiatan yang disukai, dank lien

dari pagi terlihat murung.

DO : klien sudah terlihat lebih baik yang ditunjukkan

dengan, klien terlihat lebih segar, denyut nadi klien

Page 14: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

III

IV

ada pada batas normal yaitu 130x/mnt, sianosis klien

dapat berkurang. Wajah klien terlihat murung.

A : tujuan tercapai, masalah belum terselesaikan

sehingga tindakan keperawatan perlu

dilanjutkan untuk mengatasi masalah

keperawatan yang dialami oleh klien yaitu

intoleransi aktivitas.

P : lanjutkan intervensi keperawatan pada diagnosa

Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan

pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.

DS : ibu klien mengatakan, nafsu makan klien mulai

kembali bertambah.

DO : Berat badan klien bertambah, Klien terlihat lebih

segar,Toleransi makan klien bertambah

A : tujuan tercapai, masalah diatasi sebagian, tidakan

keperawatan pelu dilanjutkan agar nutrisi klien

dapat terpenuhi sehingga pertumbuhan dan

perkembangan klien dapat berjalan dengan

normal sesuai dengan usia

P : lanjutkan intervensi keperawatan pada diagnosa

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d

oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisi jaringan

tubuh, isolasi social.

DS : orang tua klien mengaku sudah cukup mengerti

tentang penyakit yang dialami klien sehingga

orang tua klien selalu mengawasi anaknya agar

tidak mendekati daerah yang dapat menimbulkan

Page 15: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

infeksi.

DO : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti inflamasi.

A : tujuan tercapai, akan tetapi masih perlu diberikan

HE pada keluarga klien.

P : lanjutkan intervensi keperawatan untuk

memberikan HE kepada keluarga klien mengenai

penyakit yang dialami oleh klien.

Perawatan praoperasi

1. Siapkan anak untuk pembedahan dengan memperoleh data pengkajian.

a. Hitung darah lengkap, urinalisis, kadar glukosa serum dan nitrogen urea darah (BUN)

b. Nilai dasar elektrolit

c. Koagulasi darah

d. Golongan darah dan pencocokan silang

e. Studiografi dada dan EKG

2. Beri penjelasan tentang persiapan bedah sesuai dengan usia anak.

3. Jangan ukur tekanan darah atau mengambil darah arteri pada lengan dengan pirau potensial.

Perawatan Pascaoperasi

Anastomosis Blalock-Taussig

1. Kaji status klinik anak.

a. Segera setelah pembedahan, lengan dengan arteri subklavia terkait akan dindng akan tekanan

darah (anastomosis-block-taussig).

Flush Blood Pressure akan sama dengan tekanan darah arterial (tidak ada tekanan pada

lengan pirau.

Perhatikan tekanan nadi; tekanan nadi yang melebar mengindikasikan pirau yang besar.

b. Perhatikan nadi; nadi melompat-lompat menunjukkan pirau besar.

c. Perhatikan sianosis; hipoksemia atau tanda-tanda asidosis menunjukkan oklusi dini pirau.

d. Kaji adanya syndrome Horner.

2. Pantau adanya komplikasi pascaoperasi pada anak.

a. Perdarahan

Page 16: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

b. Gagal jantung kongestif jika purau terlalu besar atau hipertensi pulmonal

c. Peningkatan aliran darah pulmonal dan hipertensi pulmonal

3. Pantau respons anak terhadap pemberian obat, digitalis dan diuretik diberikan jika perlu.

4. Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

a. Pantau adanya tanda-tanda dehidrasi, kurang air mata, kulit kendur, berat jenis lebih dari 1.020,

dan penurunan haluaran urine atau berat badan.

b. Berikan cairan dengan 50%-75% volume rumatan selama 24jam pertama(1000 ml/m2;

kemudian 1500 ml/m2)

5. Tingkatkan dan pertahankan status pernapasan yang optimal.

a. Lakukan perkusi dan drainase postural setiap 2-4 jam.

b. Gunakan penghisapan bila perlu.

c. Gunakan spirometer setiap 1-2 jam selama 24 jam, kemudian setiap 4 jam, jika tepat sesuai

perkembangan.

6. Pantau dan redakan rasa nyerri anak.

Pembedahan Korektif untuk Tetralogi Fallot

1. Pantau status klinik anak, pantau adanya komplikasi pascaoperasi.

a. Aritmia

Right Bundle Branch Block akibat ventrikulotomi kanan atau perbaikan defek septum

ventricular.

Blok jantung menyeluruh

Aritmia supraventrikular

Takikardia ventricular

b. Gagal jantung kongestif akibat insisi pada ventrikel kanan, yang mengurangi kemampuan

memompa jantung (lebih sering terjadi jika mengalami hipertensi pulmonal).

c. Perdarahan akibat hitung trombosit yang rendah pada anak dengan polisitemia.

d. Curah jantung rendah (penyebab kematian yang paling sering).

e. Komplikasi neurologis akibat tromboemboli.

f. Rgurgitasi pilmonal persisten.

g. Defek septum ventrikular serudal (menyerang 10% anak)

2. Pantau respon anak terhadap pengobatan.

a. Penekanan untuk curah jantung rendah.

b. Digitalis dan diuretik beberapa minggu sampai bulan setelah pembadahan untuk

mengendalikan gagal jantung kongestif.

Page 17: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

3. Pantau fungsi jantung anak setiap jam selama 24 sampai 48 jam, kemudian setiap 4 jam.

a. Tanda-tanda vital, termasuk suhu rectal.

b. Warna

c. Nadi perifer dan masa pengisian kembali kapiler.

d. Tekanan darah arteri dan tekanan darah sentral.

e. Hepatomegali

f. Edema periorbital

g. Efusi pleura

h. Pulsus paradoksus

i. Bunyi jantung

j. Asites (jarang)

4. Pantau adanya aritma jantung.

5. Pantau adanya tanda dan gejala perdarahan.

a. Kaji haluaranan slang dari dada anak setiap jam

b. Kaji adanya perdarahan dari tempat lain

c. Pertahankan asupan dan haluaran secara tepat

d. Kaji adanya lesi ekimosis dan petekie.

6. Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit anak.

a. Cairan IV sebanyak 50%-75% dari volume rumatan selama 24 jam pertama (1000ml/m2

kemudian 1500 ml/m2).

b. Kaji tanda dan gejala dehidrasi.

7. Pantau dan pertahankan status pernapasan anak.

a. Lakukan fisioterapi dada.

b. Letakkan anak dalam posisi semi fowler.

c. Lembabkan udara.

d. Pantau adanya kilotoraks.

e. Beri obat pereda nyeri secara adekuat.

8. Berikan kebutuhan emosional anak dan keluarga.

9. Pantau dan redakan nyeri yang dialami anak.

10. Beri stimulasi dan aktivitas yang sesuai perkembangan.

Page 18: (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout

Perencanaan Pulang dan Perawatan di Rumah

1. Buat agar keluarga menyadari bahwa profilaksis antibiotik untuk perawatan gigi dan bedah memang

diperlukan.

2. Jelaskan kepada keluarga tentang pembatasan latihan jika pembatasan masih berlanjut.

3. Jelaskan kepada orang tua tentang pemberian obat dan respons anak terhadap obat tersebut.

4. Jelaskan kepada orang tua tentang pelaksanaan resusitasi jantung-paru (RJP).

5. Ajarkan kepada orang tua tentang keterampilan menjadi orang tua.

a. Perlunya mempertahankan harapan umum tentang perilaku dan perbuatan yang tidak baik.

b. Melanjutkan tindakkan/langkah disiplin.

c. Metode dan strategi untuk membantu anak hidup normal dan mengatasi masalah.

6. Ajarkan kepada orang tua tentang cara-cara mengendalikan infeksi.

Hasil yang Diharapkan

1. Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan usia.

2. Anak akan berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sesuai dengan usia.

3. Anak akan bebas dari komplikasi pascaoperasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arthur C. Guyton and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Penerbit Buku

Kedokteran EGC: Jakarta

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 2000. Rencana Asuhan

Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Peneribit

Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Anonim. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. EGC : Jakarta

Cecily Lynn Betz, Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. EGC : Jakarta