126
PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DALAM MENANGGULANGI RADIKALISME DI INDONESIA (Studi Atas Program Deradikalisasi Pendekatan Wawasan Kebangsaan) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Layla Rizky NIM: 1111112000072 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

  • Upload
    lynhu

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN

TERORISME DALAM MENANGGULANGI

RADIKALISME DI INDONESIA

(Studi Atas Program Deradikalisasi Pendekatan Wawasan Kebangsaan)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Layla Rizky

NIM: 1111112000072

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 2: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah
Page 3: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah
Page 4: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah
Page 5: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah
Page 6: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

i

ABSTRAK

Nama : Layla Rizky

Judul : Peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dalam

Menanggulangi Radikalisme di Indonesia Studi Atas Program

Deradikalisasi Pendekatan Wawasan Kebangsaan.

Skripsi ini membahas tentang Peran Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme khususnya dalam program deradikalisasi dengan dilihat dari perspektif

atau pendekatan wawasan kebangsaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan bagaimana program deradikalisasi yang diperankan oleh BNPT

khususnya dilihat dari perspektif atau pendekatan wawasan kebangsaan dalam

menanggulangi radikalisme di Indonesia, dan juga untuk mengetahui faktor-faktor

apa saja yang menjadi pendukung serta penghambat jalannya program

deradikalisasi khususnya pada pendekatan wawasan kebangsaan.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode

kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus melalui analisa deskriptif dari

peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dalam program deradikalisasi

pendekatan wawasan kebangsaan. Teknik pengumpulan data yang digunkaan

adalah wawancara dan di dominasi dengan hasil beberapa kegiatan diskusi atau

temu wicara langsung dengan para praktisi wilayah dan dengan studi pustaka

sebagai data sekundernya.

Landasan teori dalam skripsi ini menggunakan teori ideologi, teori

lembaga negara, teori peran, dan penulis menggunakan analisis SWOT. Teori ini

digunakan untuk melihat bagaimana ideologi khsuusnya Pancasila dapat

membentengi atau melawan paham-paham dari luar salah satunya ialah paham

radikalisme. Teori lembaga negara digunakan untuk melihat bagaimana BNPT

dapat memerankan tugas dan fungsinya selaku lembaga negara di Indonesia ini

dalam perannya menanggulangi radikalisme di Indonesia. Kemudian, teori peran

juga difungsikan untuk melihat bagaimana BNPT dan gerakan paham radikal

melakukan perannya di lingkungan masyarakat. Terakhir analisis SWOT

digunakan untuk mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung

serta penghambat kerjanya program deradikaisasi khususnya dari pendekatan

wawasan kebangsaan.

Berdasarkan hasil penelitian kualitatif melalui teori tersebut, menunjukan

bahwa diperlukan upaya memperkokoh nilai-nilai luhur Pancasila dengan

perjuangan bangsa Indonesia dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila yang telah membuktikan

membawa rasa aman dan sekaligus mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat

Indonesia. Oleh karena hal tersebut perlu pengkajian keabsahan ideologi Pancasila

melalui semangat Pembukaan UUD 1945 dengan memantabkan semangat

kebangsaan dan jiwa nasionalisme ke Indonesiaan di seluruh komponen bangsa

dalam menangkal ideologi radikal melalui wawasan kebangsaan dengan

ketahanan nasional bidang ideologi sehingga rakyat Indonesia bukan saja

memahami akan tetapi menerimanya secara efektif. Sehingga kewibawaan

Page 7: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

ii

Pancasila meningkat di dukung oleh fakta dan kenyataan yang pada akhirnya daya

tarik ideologi radikalisme secara otomatis akan menurun dalam arti tidak

mempunyai kewibawaan. Maka jadilah ideologi Pancasila suatu muara permata

budaya bangsa dalam wawasan kebangsaan yang harus terus menerus di

sosialisasikan dan membumi dalam tata kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Sedangkan dalam peran BNPT sendiri, perlu adanya

upaya standarisasi prosedural program penanggulangan terorisme termasuk

penyelenggaraan program deradikalsaisi dalam wawasan kebangsaan yang

dijadikan pedoman pelaksanaan tugas BNPT serta institusi lain dalam

penanggulangan terorisme secara nasional dan melakukan pantauan secara terus

menerus dan mengevaluasi kinerja penanggulangan terorisme, termasuk yang

diselenggarakan oleh institusi terkait bersama masyarakat secara periodik

mengenai permasalahan yang timbul.

Kata Kunci: Pendekatan Wawasan Kebangsaan, Pancasila, Program

Deradikalisasi, dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Page 8: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

atas segala rahmat dan karunianya-Nya, sehingga skripsi ini dapat dirampungkan

penulisannya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi

pada Prodi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayullah Jakarta.

Penulis yakin hanyalah atas berkat rahmat dan inayah Allah SWT jualah

sehingga berbagai pihak berkenan memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan

kepada Penulis sejak proses pengajuan proposal, Penulisan di lapangan, hingga

rampungnya Penulisan skripsi ini.

Meskipun Penulis merasa bahwa skripsi ini telah dituliskan secara

maksimal dan komperhensif, akan tetapi Penulis sadar bahwa masih banyak

kekurangan didalam penulisan skripsi ini. Untuk itu Penulis merasa bahwa setiap

masukan, apakah itu saran maupun kritik yang dilayangkan untuk penulisan

skripsi ini adalah sangat penting. Dan sebagai salah satu karya ilmiah, semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat yang tentunya positif bagi setiap pihak yang

membacanya ataupun yang terkait di dalam penulisan skripsi.

Oleh karena itu, terasa tidak berlebihan jika pada kesempatan ini Penulis

menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

iv

2. Ibu Dr. Dzuriyatun Toyibah , Bapak Dr. Ahmad Bakir Ihsan, M.Si., dan Dr.

Agus Nugraha, M.Si. selaku jajaran Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Iding Rosyidin dan Ibu Suryani, M.Si. sebagai Ketua dan

Sekretaris Prodi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dra. Gefarina Djohan, M.A. sebagai pembimbing skripsi penulis, yang

dengan sabar dan penuh ikhlas memberikan arahan dan motivasi kepada

penulis termasuk juga kesediaan beliau untuk mau menjadi pembimbing, dan

yang selalu direpotkan dalam waktu sibuknya untuk penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi.

5. Para dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta: Prof. Dr. Idzam Fautanu, Dr. Sya’ban Muhammad, Dr. Achmad

Ubaedillah, M.Si., Dr. Saiful Mujani, Ali Munhanif, Ph.D., Idris Thaha,

M.Si., Burhanuddin Muhtadi, M.A., Al-Fajri, M.A., dan Ana Shabana Azmi,

M.Si. Masih banyak dosen serta karyawan akademik FISIP: Pak Jajang dan

Pak Amali, dan juga lainnya yang penulis belum cantumkan disini.

Terimakasih banyak atas ilmu dan motivasi yang telah diberikan kepada

penulis selama ini.

6. Dr. Ahmad Bakir Ihsan, M.Si. Sebagai Dosen Penguji Sidang I

7. Adi Prayitno, MSi. Sebagai Dosen Penguji Sidang II

8. Kepada semua pihak yang telah membantu menjadi para informan baik

formal maupun informal dalam penulisan skripsi ini, Letnan Kolonel

Page 10: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

v

Sujatmiko selaku Deputi bidang Pencegahan dan Deradikalisasi BNPT,

Mayor Invanteri Lucky Subiandono selaku Danramil Jatinegara, Kompol

Supadi selaku Polsek Jatinegara, Nasrudin Abu Bakar SH, Msi. Selaku

Camat Jatinegara, Ignatius Sumantri selaku Kepala Seksi Pemerintahan

Kecamatan Jatinegara, Sri Sundari S.Sos, Msi selaku Lurah Cipinang Besar

Utara, Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) Cipinang Besar Utara,

Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Cipinang Besar Utara, Forum

Rembug RW Cipinang Besar Utara, seluruh Ketua RT di Cipinang Besar

Utara, dan Tokoh Mayarakat wilayah Cipinang Besar Utara.

9. Ayah Sugondo dan Ibu Iis Sugondo, selaku orang tua penulis yang sangat

penulis cintai. Terimakasih atas doa, perjuangan dan pengorbanan ayah dan

mama untuk putri tercintanya demi mendapatkan gelar Sarjana. Skripsi dan

gelar ini dipersembahkan untuk kalian dan mungkin ini hanya kebanggaan

kecil yang bisa penulis berikan. Doakan terus anakmu ini agar dapat

memberikan kebahagian-kebahagian lainnya yang lebih besar. Rabbighfirlii

walii waalidayya warhamhumaa kamaa robbayanii shagiraa, amin...

10. Abangnda tercintaku, Edy Prayitno yang sudah memberikan semangat dan

motivasi sekaligus menjadi pendorong selama ini dalam menyelesaikan

skripsi. Banyak masa sulit yang terlewatkan bersama, serta terimakasih atas

bantuan serta doanya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

11. Bapak Sutanto SH, MH, selaku Pegawai Tinggi Sekretariat Negara yang sudah

memberikan banyak informasi terkait dalam penulisan skripsi ini, dan

sekaligus sudah menjadi paman (om) tercinta bagi penulis.

Page 11: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

vi

12. Ayunda tercintaku, Elintar Pangastuti SH. MH, selaku Praktisi Hukum dan

Mantan Sekretaris Eksternal DPD Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

(PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah menjadi kakak terbaik

selama ini, termakasih juga atas dukungan moril dan materilnya selama ini.

13. Ayunda tercintaku, R. Yati Suryani yang selalu memberikan semangat dan

dukungan baik dalam bentuk moril dan materil. Terimakasih sudah menjadi

kakak sekaligus sahabat terbaik dalam keadaan senang maupun susah.

14. Bapak Sebastian Winarto (General Manager PT. Golden Crown), terimakasih

atas dukungan materil yang selama ini penulis nikmati serta masukan dan

saran-sarannya.

15. Terimakasih kepada Bapak Muhammad Hadi Santoso, MM selaku Direktur

Utama Bank BRI atas support dan pembelajaran terkait urusan perbankan dan

ilmu kenegaraan.

16. Terimakasih kepada Keluarga Besar Rumah Kreasi Indonesia Hebat (RKIH)

khususnya DPP DKI Jakarta, teruntuk Ketuan Umum DPN RKIH Bapak Kris

Budiardjo, dan Ketua I Bapak Purn. Marshkal TNI-AU Yuwono Kolbioen,

atas dukungan moril dan pembelajarannya selama ini untuk penulis.

17. Terimakasih kepada Bapak Ir. Daryatmo anggota Komisi VII DPR RI,

terimakasih atas hubungan baik melalui ikatan emosional selama ini sehingga

memberikan masukan dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

18. Terimakasih kepada Bapak Bripka Miftah, SH. Buru Sergap Polsek Metro

Jatinegara atas pembelajaran tentang penegakan hukum (KUHP) bagi penulis.

Page 12: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

vii

19. Terimakasih kepada Bapak Nasrudin Abu Bakar SH. Msi (Camat Jatinegara),

Bapak Ignatius Sumantri (Kasipem Kecamatan Jatinegara), Ibu Sri Sundari,

S. Sos, Msi (Lurah Cipinang Besar Utara), Bapak Syafi’i, S.Ip (Kasipem

Kelurahan Cipinang Besar Utara), atas dukungan dan motivasi serta ilmu

yang diberikan baik dalam penyelesaian skripsi ini juga dalam bidang

pemerintahan khususnya dalam penanganan masalah pembebasan lahan serta

pembelajaran mengenai masalah-masalah surat kepemilikan atas tanah.

20. Terimakasih kepada keluarga besar Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK)

Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara atas dukungan kepada penulis

dan terimakasih karena banyak diberikan ilmu khususnya bidang

kemasyarakatan dan kewilayahan, teruntuk Bapak Drs. Budha Gautama, MM

(Ketua LMK CBU), Bapak Suhud (LMK 08), Bapak Nasir (LMK 06) dan

Bapak Nasrun (Buyung/ LMK 014).

21. Terimakasih kepada keluarga besar Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Pengadaan Tanah Ruas Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu atas dukungan

dan ilmunya dan mau menjadi keluarga baru bagi panulis khsuusnya teruntuk

Ibu Asih Nirbiyanti. ST (Pimpinan PPK Becakayu), dan Bapak Wildan

Nahara (Pengendalian Operasi Lapangan PPK Becakayu).

22. Terimakasih untuk rekan-rekan Bantuan Teknis (BANTEK) PPK Pengadaan

Tanah Ruas Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu, sudah menjadi partner in

crime dalam menjalani tugas dilapangan dan di kantor. Dan menjadi teman

baik suka maupun duka. Teruntuk Pak Achmad As’adi terimakasih atas

dukungan selama ini secara moril.

Page 13: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

viii

23. Terimakasih untuk Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kotamadya Jakarta

Timur, khususnya Pak Ismed, Pak Sutarno, Alm. Pak Gandhi, Pak Agus

Sulistyo, Pak Rio, Pak Buntoro, Pak Heru, dan Pak Edy Prayitno, terimakasih

atas pembelajaran permasalahan-permasalahan pertanahan proyek nasional

dan permasalahan Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).

24. Terimakasih kepada Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

(PUPR) dan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan (DCKTRP),

khsusunya kepada Bapak Faisal (Kepala Dinas Perumahan P2T), dan Bapak

Iman Prasojo selaku Ketua Tim Pemetaan Trase Tol Becakayu.

25. Terimakasih kepada PT. KKDM (Kresna Kususma Dyandra Marga) selaku

Kontraktor Utama pembangunan Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu

khususnya kepada Bapak Purn. Kolonel Zipur AD Sonny Agus, MM.

Bapak Hadi (Deputi PT. KKDM), Bapak Yudha (Manager PT. KKDM) atas

dukungan moril bagi penulis.

26. Terimakasih kepada PT. Waskita Karya selaku Kontraktor Pelaksana

pembangunan Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu, khususnya

kepada Bapak Tarseno selaku Tim Lapangan, terimakasih atas dukungan

moril dan pembelajarannya bagi penulis.

27. Sahabat terbaik sehimpun secita, tempat berbagi keluh dan kesah dan

pelajaran berharga selama berorganisasi khususnya di HMI, Aulia Akbar,

Atina Riantini Mahsar, M. Yusuf Haikal, Roni Yuliansyah,

Rowdotusya’adah, Indra Surya Ramadhan, Rudi Saputra, Zahra, Mindarti

Page 14: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

ix

Utami, Hilda Putri. Terimakasih sudah menjadi tempat berbagi cerita keluh-

kesah, sedih, canda, tawa bahagia bersama.

28. Teman sekaligus keluarga selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

semua teman Prodi Ilmu Politik 2011, Febi Ade Aryani, Dian Kharisma

Sinaga, Happy Kurnia Astiadi (Monik), Fadlyansyah Taher, Riska Zakiah,

Wiky Yasinta Dewi, Nitta Yuni Mardi Anti, Anissa Hidayati, Ahmad

Haeruddin, Koento Pinandito, Fadly Noor. M. Azizi, Azhim Pontoh, Ahmad

Sidiq Wibowo, Ken Anggara Caesar yang sudah menjadi teman terbaik

selama menjadi mahasiswa di UIN. Terimakasih sudah menjadi tempat

berbagi canda dan tawa bersama.

29. HMI Komisariat FISIP Cabang Ciputat yang sudah menjadi rumah kedua

bagi penulis untuk menimba ilmu pengetahuan dan mengasah kemampuan

dalam berorganisasi. Teruntuk yunda Yeni Aryati Safitri, kanda Moch, Ilham

Afdhol, Kanda Fanani Rosyidi, Yunda Citra Dea Gemala, Kanda Ali Wafa,

Kanda Ikhsan Fajri, Kanda Sopian Hadi Permana, Kanda Miftachul Choir Al-

Ayubi, Kanda Erwin Putra Simbolon, Kanda Galih, Kanda Indra Giri, Yunda

Adis Puji Astuti, Irfan Zharfandy, Gerry Novandika Age, Bayu Nanda

Permana, Afdhal Fitrah, Afina Fitriani, Rahmat Saputra, dan Fajar Fachrian,

terimakasih sudah menjadi abang, kakak, teman, dan adik yang sudah mengisi

hari-hari penulis. Kalian mampu mengajarkan penulis untuk menyelam lebih

dalam untuk mencari dan melihat keindahan permata yang berada di dalam

lautan.

Page 15: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

x

30. Teman-teman Latihan Intermediate Training (LK-II), dan Keluarga Besar

HMI Cabang Bekasi, Nanda, Adit, Megea, Tuffa, Makmun Imran, Karman,

Kanda Rudi, Kanda Ii Ruswandi, Kanda Adyp Glank, dan Kanda Kuswandi

karena telah memberikan banyak makna serta pelajaran dalam menjalani

kehidupan khususnya berorganisasi.

31. Keluarga Besar Kelompok KKN #CatraBaswara, Bapak Eva Nugraha selaku

Dosen Pembimbing KKN, Ketua Kelompok KKN Dimas a.k.a Papoy, serta

jajaran anggota kelompoknya Febi Ade Aryani, Happy Kurnia Astiadi, Dian

Kharisma Sinaga, Yudha Arif, Robby, Ilham Saputra, Tedian, Ludfhi Rizkika

(Aji), Ubaedillah, dan Balqi. Terimakasih sudah memberikan banyak

pelajaran kehidupan selama satu bulan di Desa Warnasari, Sukabumi, Jawa

Barat.

32. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas

semangat dan dukungan yang diberikan baik berupa doa, moril maupun

materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT. Semoga senantiasa menerima

kebaikan dan ketulusan mereka serta memberikan sebaik-baiknya atas perbuatan

mereka. Terakhir penulis membuka ruang kritik yang seluas-luasnya demi

perbaikan sehingga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah

keilmuan pembaca.

Jakarta, 03 Juli 2018

Layla Rizky

Page 16: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

xi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah 1

B. Pertanyaan Masalah 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 10

1. Tujuan Penelitian 10

2. Manfaat Penelitian 10

D. Tinjauan Pustaka 11

E. Metode Penelitian 14

1. Pendekatan Penelitian 15

2. Teknik Pengumpulan Data 15

3. Teknik Analisis Data 16

F. Sistematika Penulisan 17

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP

A. Teori Ideologi 19

B. Teori Lembaga Negara 21

C. Konsep Radikalisme 23

1. Pengertian Radikalisme 23

2. Kriteria Islam Radikal 25

3. Faktor Penyebab Islam Radikal 26

D. Konsep Wawasan Kebangsaan 28

E. Analisis SWOT 36

Page 17: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

xii

BAB III PROFIL BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME

(BNPT) DAN PROGRAM DERADIKALISASI

A. Profil Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) 38

1. Latar Belakang Terbentuknya BNPT 38

2. Wewenang BNPT. 42

3. Visi dan Misi BNPT 43

4. Tugas Pokok BNPT 44

5. Fungsi BNPT 44

6. Kebijakan BNPT 45

7. Kebijakan Pencegahan BNPT 47

8. Strategi BNPT 49

9. Pola Aksi Terorisme di Indonesia 52

B. Program Deradikalisasi 55

1. Prinsip-prinsip Deradikalisasi 58

2. Instrumen Deradikalisasi. 60

3. Tahapan Program Deradikalisasi 63

BAB IV PERAN WAWASAN KEBANGSAAN , SERTA PENDUKUNG DAN

PENGHAMBAT PROGRAM DERADIKALISASI DI INDONESIA

A. Penerapan Ideologi Dalam Wawasan Kebangsaan 67

1. Pentingnya Ideologi Pancasila 71

2. Peran Pancasila Dalam Program Deradikalisasi Pendekatan

Wawasan Kebangsaan 75

B. Pencegahan dan Penanggulangan Radikalisme di Indonesia 79

1. Kewaspadaan Dalam Rangka Cegah Tangkal Radikalisme 81

C. Pendukung dan Penghambat Program Deradikalisasi 82

1. Aspek-Aspek Keberhasilan Atau Tidaknya Program

Deradikalisasi 82

2. Peluang Dalam Menghadapi Ancaman Teroris 84

3. Kendala Dalam Menghadapi Ancaman Teroris 86

Page 18: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

xiii

4. Tantangan Program Deradikalisasi 87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 90

B. Saran 94

1. Saran Umum 94

2. Saran Khusus 98

3. Saran Akademik 100

DAFTAR PUSTAKA 102

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 19: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel III.A.1. Peristiwa Pengeboman Di Indonesia 53

Tabel IV.A.1. Situs Internet Untuk Penyebaran Paham Radikalisme 69

Page 20: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Radikalisme merupakan paham yang memiliki keinginan untuk perubahan

secara gradual dan proses yang cepat, dengan menggunakan kekerasan, anarkis

bahkan juga tidak segan menggunakan atas nama agama. Gerakan ini dibalut

sedemikian rupa dengan menggunakan bahasa dan juga pakaian/jubah keagamaan

untuk mencapai pada tujuan yang di inginkan. Padahal, tindakan tersebut

sebenarnya sangat bertentangan dengan misi dari agama itu sendiri.1

Salah satu contoh, fenomena radikalisme dalam Islam diyakini sebagai

suatu produk atau ciptaan dari abad ke-20, terutama kasusnya di Timur Tengah.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terkikisnya ikatan agama dan moral yang

selama ini dibangun dan di pegang teguh, yaitu adanya krisis identitas, yang

kemudian berujung kepada reaksi dan resistensi terhadap dunia Barat. Dimana

Barat mulai menebarkan faham kolonialisme dan imperialisme ke dunia Islam.

Selain itu juga, dunia Islam terpecah karena mulai berkembangnya negara bangsa

dan proyek modernisasi yang dicanangkan oleh pemerintah baru yang berhaluan

Barat, dan hal ini pulalah yang memperparah keadaan.2

Terkikisnya agama dan moral berimplikasi pada munculnya gerakan

radikal dalam dunia Islam yang menyuarakan agar seluruh aspek kehidupan

1 Irfan Idris, Membumikan Deradikalisasi: Soft Approach Model Pembinaan Terorisme Dari

Hulu Ke Hilir Secara Berkesinambungan (Jakarta: Daulat Press, 2016), h. 10. 2 R. Hrair Dikmejian, Islam in Revolution: Fundamentalism ini Arab World (New York:

Syracuse University Press, 1985), h. 25-36.

Page 21: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

2

disandarkan pada ajaran Islam yang murni. Hal ini diyakini sebagai jalan keluar

untuk menghadapi kedaulatan hidup. Tidak hanya sebatas itu saja, gerakan ini

juga mulai melakukan perlawanan terhadap rezim yang dianggap sekuler dan

menyimpang dari ajaran agama murni.3

Gerakan radikalisme dalam Islam bukan hanya terjadi di negara Timur

Tengah saja, tetapi radikalisme juga tumbuh subur di Indonesia. Perkembangan

gerakan radikalisme Islam ini bukan hanya disebabkan oleh sosio-historis saja,

tetapi juga disebabkan oleh situasi politik, ekonomi, dan sosial budaya yang oleh

pendukungnya dianggap sangat menyudutkan umat Islam. Menurut Agus Surya

Bakti:

“Penyebab munculnya radikalisme dikarenakan keterbelakangan pendidikan,

perubahan politik, kemiskinan, dan rendahnya peradaban budaya dan sosial

seseorang yang nantinya juga dapat memicu terjadinya radikalisme yang

berujung pada kegiatan terorisme, dan mengakibatkan kerugian terhadap

negara maupun warga negara”.4

Gerakan radikal dalam Islam terbagi menjadi dua makna, yaitu sebagai

wacana dan aksi. Radikal yang dimaknai dalam wacana adalah adanya pemikiran

radikal untuk mendirikan negara Islam, kekhilafahan Islam, yaitu tanpa

menggunakan kekerasan secara terbuka. Sedangkan yang dimaknai sebagai aksi

yaitu dengan melakukan suatu perubahan yang mendasar dengan menggunakan

cara kekerasan yang mengatasnamakan suatu agama. Hal ini dilakukan guna

tercapainya tujuan mendirikan kekhilafahan Islam di Indonesia dan menentang

3 Anzar Abdullah, “Gerakan Radikalisme Dalam Islam: Perspektif Historis,” ADDIN 10

(Februari 2016): h. 2-3. 4 Kutipan langsung Agus Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara: Perang Semesta Berbasis

Kearifan Lokal Melawan Radikalisasi dan Terorisme (Jakarta: Daulat Press, 2016), h. 47.

Page 22: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

3

hukum pemerintah Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan yang kian maraknya

peristiwa-peristiwa pengeboman di beberapa wilayah di Indonesia.5

Peristiwa gerakan radikalisme dalam Islam sudah ada sejak masa pra-

kemerdekaan. Sejarah mencatat, pada Orde Lama gerakan radikal berbasis agama

menurut As‟ad Ali seperti yang dikutip oleh A.S Hikam: “…gerakan radikalisme

dalam Islam dipelopori oleh Daarul Islam/Tentara Islam (DI/TII) yang dipimpin

langsung oleh Kartosuwiryo”6. Pada awal Orde Baru hubungan Islam dengan

pemerintah terjalin secara harmonis. Hal ini disebabkan karena Islam dan

pemerintah memiliki musuh bersama yaitu komunisme. Dan kemesraan inipun

tidak berangsur lama.7

Romantisme jalinan pemerintah dengan kelompok Islam menjadi

renggang sekitar tahun 1985. Kerenggangan ini terjadi disebabkan oleh beberapa

kebijakan politik pemerintah yang dianggap bertentangan dengan Islam. Salah

satu kebijakannya adalah penerapan Pancasila sebagai asas tunggal dan diakuinya

aliran kepercayaan dalam GBHN. Kebijakan ini mendapatkan protes keras dari

kelompok Islam moderat maupun radikal. Tetapi, semakin keras protes yang

diutarakan maka semakin keras pula sikap rezim Orde Baru. Pasca pengesahan

kebijakan tersebut, pemerintah langsung melakukan kontrol yang ketat terhadap

gerakan-gerakan Islam di Indonesia.8

5 Bilveer Singh dan A.M. Mulkham, Jejaring Radikalisme Islam di Indonesia Jejak Sang

Pengantin Bom Bunuh Diri (Yogyakarta: Bangkit Publisher, 2012), h. 42. 6 Muhammad A.S Hikam, Peran Masyarakat Sipil Indonesia Menanggulangi Radikalisme:

Deradikalisasi (Jakarta: Kompas Media Nusantara: 2016), h. IX-X. 7 Mark R.Woodward, ed, Jalan Baru Islam: Memetakan Paradigma Mutakhir Islam

Indonesia, (Bandung: Mizan, 1998), h. 304. 8 Mark R.Woodward, ed, Jalan Baru Islam, h. 305.

Page 23: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

4

Gerakan radikal dalam Islam ini kemudian memiliki ruang gerak bebas

setelah tumbangnya rezim Orde Baru. Gerakan ini awal mulanya bergerilya dan

sekarang sudah berani menampakan wajahnya ke pada publik. Kemunculan

gerakan radikal ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi beberapa kalangan.

Hal ini bukan semata-mata disebabkan oleh perbedaan ideologis, tetapi juga

disebabkan oleh cara kelompok radikal memperjuangkan aspirasinya yang

menggunakan kekerasan. Kekerasan tersebut bukan hanya arti fisik tetapi juga

kekerasan arti wacana, yakni kekerasan dalam bentuk pemikiran.9

Penyebaran paham radikalisme dilakukan secara massif dengan militansi

yang tinggi. Pola penyebarannya dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan

cara konvensional hingga modern. Hal ini yang kemudian memudahkan kita

dalam mengakses secara online (media internet), buku-buku, maupun majalah

yang terkait dengan radikalisme. Hal inilah yang memudahkan kelompok radikal

melakukan rekrutmen yang kemudian menjadikan radikalisme tercipta sebagai

mentalitas kultural.

Penyebaran paham radikalisme yang semakin massif, kemudian

mengharuskan pemerintah untuk mengambil peran dalam menanggulangi paham

radikal tersebut khususnya kegiatan terorisme. Dalam penanggulangannya

dilakukan dengan dua langkah, yaitu dengan pendekatan halus (soft approach),

dan pendekatan kasar (hard approach). Soft approach adalah bentuk kegiatan

pencegahan, sedangkan hard approach adalah kegiatan penindakan. Hard

approach digunakan pada Orde Lama dan Orde Baru, penanggulangan ini

9 Agus Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara, h. 57.

Page 24: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

5

memiliki kelebihan yaitu mempu mendeteksi jaringan maupun kegiatan dari

kelompok teroris melalui kegiatan intelijen. Namun semakin berkembangnya

zaman, pendekatan ini menjadi kurang efektif. Sehingga penggunaan soft

approach perlu digunakan karena ini dianggap cukup efektif dalam

mempersuasikan teroris untuk meninggalkan aktivitas terornya dan dapat

bekerjasama dengan aparat hukum untuk menanggulangi kejahatan-kejahatan

radikal.10

Dalam penanganannya pemerintah membentuk Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 16 Juli 2010, berdasarkan Peraturan

Presiden Nomor 46 Tahun 2010 yang kemudian diubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 12 Tahun 2012. Melalui Peraturan Presiden ini pemerintah

memberikan kewenangan pada BNPT untuk menyusun dan mengeluarkan

kebijakan, strategi sekaligus menjadi koordinator dalam bidang pencegahan,

perlindungan, penindakan, kerjasama intenasional, dan deradikalisasi.11

Deradikalisasi menurut Irfan Idris: “adalah suatu proses transformasi pola

pikir, tindakan, maupun perilaku seseorang dari yang bersifat radikal anarkis

menjadi radikal yang komprehensif, moderat, holistic, serta kritis akomodatif.

Program deradikalisasi merupakan suatu strategi yang dijalankan bagi para

mantan teroris, mantan narapidana teroris, keluarga, jaringan dan pihak pihak

yang terindikasi radikal teroris”.12

10

Agus Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara, h. 37-38. 11

A.S Hikam, Peran Masyarakat Sipil Indonesia, h. 138. 12

Irfan Idris, Membumikan Deradikalisas, h. 11.

Page 25: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

6

Agar berjalannya program deradikalisasi ini, maka tujuan umum

deradikalisasi adalah untuk membuat para pelaku terror atau kelompok yang

melakukan kekerasan meninggalkan dan melepaskan diri dari aksi dan kegiatan

terorisme. Secara khusus, pertama, pelaku terror mau meninggalkan aksi

terorisme dan kekerasan. Kedua, mendukung pemikiran yang moderat dan toleran.

Ketiga, mendukung program nasional dalam membangun kehidupan bangsa dan

bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Demi mewujudkan tujuan tersebut, maka BNPT mendesain deradikalisasi

dengan 6 kegiatan, yakni: rehabilitasi, reedukasi, resosialisasi, pembinaan

wawasan kebangsaan, pembinaan keagamaan moderat, dan kewirausahaan.

Pertama, Kegiatan Rehabilitasi memiliki dua makna. Yaitu pembinaan

kemandirian dan pembinaan kepribadian. Pembinaan kemandirian yaitu dengan

melakukan pelatihan dan pembinaan kepada para mantan narapidana agar

memiliki keterampilan serta keahlian yang dapat berguna ketika telah bebas dari

lembaga pemasyarakatan. Pembinaan kepribadian dijalankan dengan cara

melakukan dialog. Dialog ini diharapkan mampu menata ulang pola pikir atau

mindset narapidana agar memiliki pemahaman yang komprehensif serta lebih

terbuka. Proses rehabilitasi tidak hanya dijalankan oleh BNPT, tetapi juga perlu

kerjasama dengan kepolisian, lembaga pemasyarakatan, kementrian agama,

kementrian koordinator kesejahteraan rakyat (Menkokesra), organisasi masyarakat

(ormas), dan lain sebagainya.13

13

Agus Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara, h. 156.

Page 26: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

7

Kedua, Kegiatan Reedukasi dilakukan dengan memberikan pengajaran

untuk meluruskan pemahaman atas doktrin-doktrin yang menyimpang. Doktrin

yang dimaksud adalah ajaran tentang kekerasan. Dalam pendekatan ini narapidana

diharapkan mampu menyadari tindakan kekerasan yang dilakukan seperti bom

bunuh diri bukanlah bagian dari Jihad, melainkan identik dengan aksi terorisme

radikal.14

Ketiga, Kegiatan Resosialisasi dimaksudkan agar pasca narapidana bebas

dari lembaga pemasyarakatan dapat membaur di tengah masyarakat.

Keempat. Kegiatan Pembinaan wawasan kebangsaan, pembinaan ini

dilakukan untuk memoderasi paham kekerasan dengan memberikan pemahaman

nasionalisme kenegaraan dan kebangsaan Indonesia.15

Kelima, kegiatan pembinaan keagamaan, pembinaan ini adalah rangkaian

bimbingan keagamaan yang diberikan kepada para narapidana untuk memahami

agama yang inklusif, damai serta toleran. Pembinaan keagamaan ini mengarah

pada moderasi ideologi dengan melakukan transformasi atau perubahan orientasi

ideologi radikal menuju kepada ideologi inklusif, damai, dan toleran. Moderasi

ideologi ini dilakukan dengan berdialog secara langsung dengan pendekatan

persuasif. Moderasi ini juga dilakukan dengan kontra ideologi dan kontra narasi.16

Keenam, kegiatan kewirausahaan, dilakukan dengan memberikan

pelatihan secara modal usaha agar narapidana nantinya dapat mandiri secara

14

Agus Surya Bakti, Darurat Terorisme: Kebijakan Pencegahan, Perlindungan, dan

Deradikalisasi (Jakarta: Daulat Press, 2014)., h. 203. 15

Agus Surya Bakti, Darurat Terorisme, h. 204. 16

Agus Surya Bakti, Darurat Terorisme, h. 205.

Page 27: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

8

ekonomi. Kewirausahaan dalam pelaksanaan deradikalisasi dapat menjadi mitra

bagi narapidana, mantan narapidana, beserta keluarganya untuk terjun di tengah

masyarakat sekaligus dapat berkontribusi dalam memajukan ekonomi kreatif.17

Dari pemikiran makna deradikalisasi terlihat bahwa deradikalisasi bertitik

tolak dari konsep radiakalisme yang menyimpang, sehingga dengan deradikalisasi

mereka yang berpandangan dan melakukan tindakan radikal dapat diubah serta

diluruskan untuk menjadi tidak radikal.

Dalam konteks deradikalisasi terhadap mereka yang terlibat aksi terorisme

(pelaku terror) di dalamnya terckup kegiatan penegkan hukum, reedukasi,

rehabilitasi, dan resosialisasi yang mengacu pad prinsip subremasi hukum, HAM,

kesetaraan, serta pembinaan dan pemberdayaan melalui instrument pendekatan

agama, psikologis, politik, sosial budaya, ekonomi, hukum, dan tekhnologi.

Artinya, deradikalisasi memerlukan pendekatan wawasan kebangsaan

dalam artian pendekatan yang simpatik, tepat sasaran dan dapat diterima

masyarakat untuk mencegah agar ideologi radikal tidak semakin jauh

memengaruhi masyarakat Indonesia dan mengancam keutuhan serta kedaulatan

NKRI. Dalam konteks inilah, dimensi pencegahan paham radikalisme melalui

pendekatan wawasan kebangsaan memainkan peranan penting dalam upaya

mencegah berkembangnya paham radikalisme di tengah masyarakat, dan tidak

terulangnya kembali aksi terorisme.

17

Agus Surya Bakti, Darurat Terorisme, h. 207.

Page 28: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

9

Desain deradikalisasi yang dijalankan BNPT bagi penulis sangat menarik

untuk dikaji khususnya dalam pendekatan wawasan kebangsaan dengan melihat

efektifitas dari kegiatan ini khususnya dalam tindakan pencegahan dan

promosinya, hal ini menjadi menarik, disebabkan kurangnya pembelajaran tentang

falsafah negara Pancasila, dan lemahnya keteladanan tokoh masyarakat kepada

calon penerus perjuangan dalam membangun dan memajukan bangsa dalam

berbagai sektor kehidupan. Akibatnya, semakin hari semakin tumbuh subur

gerakan penolakan empat konsensus dasar berbangsa yaitu Pancasila, UUD 1945,

Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.

B. Pertanyaan Masalah

Berdasarkan pernyataan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka penulis merumuskan:

1. Bagaimana program deradikalisasi yang dijalankan perannya oleh

BNPT khususnya dilihat dari pendekatan wawasan kebangsaan dalam

menanggulangi radikalisme di Indonesia?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung serta penghambat

program deradikalisasi khususnya pada pendekatan wawasan

kebangsaan?

Page 29: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian skripsi ini adalah:

a. Mendeskripsikan bagaimana program deradikalisasi yang

diperankan oleh BNPT khususnya dilihat dari pendekatan wawasan

kebangsaan dalam menanggulangi radikalisme di Indonesia.

b. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung serta

penghambat jalannya program deradikalisai khsusunya pada

pendekatan wawasan kebangsaan.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini mampu memberikan khazanah ilmu

pengetahuan khususnya dalam ilmu politik mengenai lembaga

negara dan radikalisme; peran program deradikalisasi BNPTdalam

menanggulangi radikalisme di Indonesia.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Akademisi

Dengan menambah wawasan pengetahuan yang kelak dapat

direalisasikan dalam dunia nyata sebagai bentuk

penanggulangan doktrin destrruktif yaitu radikalisme yang

berkembang di Indonesia, dan sebagai salah satu bentuk

antisispasi demi terwujudnya keamanan dan ketertiban

nasional.

Page 30: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

11

2) Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan mampu memberikan kontribusi minimal

pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat tentang

bahaya gerakan radikalisme yang kian tumbuh subur

ditengah kehidupan masyarakat, serta dapat menjadi

pelajaran sebagai bentuk antisipasi, dalam membantu

memerangi dan mencegah gerakan radikalisme di

lingkungan.

3) Bagi Pemerintah

Dapat memberikan masukan serta gagasan yang

khsususnya ditujukan kepada BNPT dalam melaksanakan

tugas nasional demi terwujudnya kedamaian dan ketertiban

nasional dalam menanggulangi bahaya gerakan radikalisme

di Indonesia.

D. Tinjauan Pustaka

Pertama, penelitian Agasti Prior dengan judul Peran Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme Dalam Pendekatan dan Pencegahan Tindak Pidana

Terorisme; Studi Atas Analisis Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010.18

Penelitian ini memfokuskan kajian pada peran BNPT dalam penindakan dan

pencegahan terorisme melalui pendekatan perundang-undangan. Temuan

penelitian ini adalah bahwa kewenangan penindakan kasus terorisme yang

18

Agasti Prior, “Peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Dalam Penindakan dan

Pencegahan Tindak Pidana Terorisme: Studi Atas Analisis Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun

2010,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).

Page 31: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

12

dimiliki oleh BNPT sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 46

Tahun 2010 yang belum dijalankan maksimal. Hal ini terbukti dalam kasus

Siyono yang masih ditemukan adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

Sementara kewenangan BNPT dalam pencegahan terorisme dilakukan melalui

sistem online-offline dan program deradikalisasi. Yang membedakan diantara

kedua penelitian ini adalah penelitian sebelumnya lebih fokus kepada tindakan

represif dengan pendekatan keamanan dengan perundang-undangan, sedangkan

penelitian ini lebih fokus pada program deradikalisasi dengan tindakan preventif

dan promotif, dimana program preventif adalah bentuk pencegahan terhadap

gerakan radikalisme di Indonesia dalam bentuk visualisasi gambar dan promotif

dengan cara diskusi, stadium general, public lecture atau loka karya yang

dilakukan secara terus-menerus, yang pada gilirannya paham radikalisme dapat

terkikis dengan habis. Hingga warga negara memahami bahwa paham tersebut

merupakan paham yang tidak benar dalam arti bertentangan dengan wawasan

kebangsaan dan ideologi Pancasila.

Kedua, penelitian Jely Agri Famela yang berjudul Pro dan Kontra

Pelaksanaan Program Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT).19

Penelitian ini menjelaskan bahwa program deradikalisasi

yang dilakukan oleh BNPT berbeda dengan konsep deradikalisasi pada umumnya.

Berdasarkan konsep, deradikalisasi ditujukan kepada orang-orang yang sudah

radikal sebagai target, tetapi program deradikalisasi BNPT memiliki dua target,

19

Jely Agri Famela, “Pro dan Kontra Pelaksanaan Program Deradikalisasi Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme (BNPT),” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Indonesia, 2013).

Page 32: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

13

yaitu napi terorisme dan masyarakat umum. Pelaksanaan program deradikalisasi

ini kemudian memunculkan pendapat pro dan kontra. Pendapat pro muncul di

kalangan BNPT yang optimis melakukan program deradikalisasi, sementara yang

kontra adalah menyatakan bahwa program deradikalisasi adalah program yang

bias bagi kelompok radikal. Penggunaan bahasa deradikalisasi sendiri menjadi hal

sensitive bagi kelompok radikal. Selain itu, sosialisasi BNPT terhadap program

deradikalisasi sendiri sangat minim. Perbedaan dari penelitian tersebut adalah

melalui pendekatan program deradikalisasi khususnya pembinaan wawasan

kebangsaan melalui pemahaman empat konsensus falsafah negara yaitu Pancasila,

UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.

Ketiga, penelitian Fakhri Usmita dengan judul Disengagement: Strategi

Penanggulangan Terorisme di Indonesia.20

Penelitian ini menjelaskan pendekatan

disengagement merupakan jawaban atas kebutuhan yang di temui dalam

pendekatan deradikalisasi ketika berhadapan dengan teroris berbasis ideologi

agama. Hal ini dilihat dengan menurunkan tingkat wilayah perhatian penguatan,

jadi tidak hanya terpusat pada ideologi saja, melainkan juga pada tataran perilaku

(behavior). Faktor-faktor penarik seseorang dengan disengage dengan

kelompoknya antara lain adalah umat Islam di Indonesia yang pada dasarnya

mereka merupakan kalangan moderat yang cinta damai dan toleran, sedang faktor

pendorong seseorang disengage adalah adanya peluang untuk berbeda pendapat

antara sesama anggota kelompok. Walaupun sebagian besar kelompok teroris

Indonesia pernah mengikuti pelatihan secara militer, namun mereka masih

20

Fakhri Usmita, “Disengagement: Strategi Penaggulangan Terorisme di Indonesia,” (Tesis

S2 Program Pasca Sarjana Megister Kriminologi, Universitas Indonesia, 2012).

Page 33: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

14

memiliki ruang untuk melakukan diskusi ataupun argumentasi dengan sesama

mereka. Dan hal ini merupakan peluang terbesar untuk terjadinya cara pandang

dari anggota tersebut. Dan faktor pendorong lainnya adalah kinerja kepolisian

terutama pada Densus 88 patut diberikan apresiasi positif karena mereka mampu

mengungkap sebagian besar peristiwa yang terjadi dengan waktu yang relatif

singkat dan lebih memilih pendekatan humanis dalam menangani mereka yang

tertangkap. Ada juga beberapa faktor penghambat bagi keberhasil

penanggulangan terorisme di Indonesia tidak hanya berlaku pada pendekatan

disengagement, terutama pada tingkat kemakmuran yang belum rata, masih

adanya diskriminasi, maupun penegakan hukum yang belum yang sebagaimana

mestinya. Hal inilah yang kemudian menjadikan bahan untuk mereka

mengembangkan faham mereka, atau kembali kedalam kelompoknya dan

melakukan aktifitas teror. Perbedaan penelitian ini adalah fokus pada pembinaan

wawasan kebangsaan, yaitu empat konsesnsus falsafah negara yaitu Pancasila,

UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Dimana kemajemukan yang ada di

Indonesia khususnya mayoritas Islam yang cinta damai dan toleran.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hal yang penting

karena menggunakan tiga variable penting dalam penelitian skripsi ini. Pertama,

menggunakan penelitian kualitatif, pengumpulan data, dan analisis peneliti yang

dijabarkan sebegai berikut.

Page 34: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

15

1. Pendekatan Penelitian

Dalam pendekatan kualitatif menurut penelitian Denzin dan Lincoln yang

dikutip Lexy J. Moleong, menggunakan latar belakang alamiah dengan

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan

berbagai pendekatan yang ada.21

Penelitian kualitatif pada pemikiran induktif. Pemikiran induktif dapat

diibaratkan segitiga nalar yang bermula dari titik atas segitiga yang lancip menuju

dua titik kaki segitiga yang luas. Cara berpikir induktif pada fakta yang khusus,

peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudia dari fakta yang khusus atau peristiwa

yang kongkrit dapat ditarik generalisasi yang bersifat umum.22

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini adalah wawancara, studi

dokumentasi, dan studi literature. Untuk pengumpulan data peneliti uraikan

sebagai berikut:

a. Wawancara

Pengumpulan data melalui wawancara peneliti menggunakan tehnik

wawancara dengan pertanyaan secara lisan untuk memperoleh informasi objek

yang diteliti. Pengambilan sample menggunakan tehnik “Purpossive Sampling”,

yaitu menentukan sample secara sengaja dengan anggapan responden adalah

orang yang kompeten diwawancarai, selanjutnya melakukan wawancara dengan

21

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2007)., h. 5. 22

Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I (Yogyakarta: PT. Andi Offset, 1997)., h. 42.

Page 35: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

16

Instansi terkait, khususnya Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi,

dan berbagai kalangan praktisi seperti Danramil, Kapolsek, Camat, Lurah, serta

Bhabinsa dan Bhimaspol. Informan tersebut memiliki posisi penting dan strategis

yang diwawancarai guna memperoleh data yang sangat akurat.

b. Dokumentasi dan Studi Literatur

Tehnik pengumpulan data melalui studi dokumentasi yang tidak langsung

ditujukan kepada subjek penelitian, adalah dokumen resmi dan dokumen tidak

resmi. Dokumen memiliki dua bentuk yaitu dokumen pribadi dan dokumen

resmi23

. Dokumen pribadi adalah catatan harian, surat pribadi, dan auto biografi.

Sedangkan dokumen resmi terbagi menjadi dua kategori yaitu dokumen internal

dan dokumen eksternal. Dokumen internal diantaranya memo, pengumuman,

instruksi, aturan suatu lembaga, sistem yang diberlakukan, dan notulensi rapat.

Studi literature digunakan untuk melengkapi studi dokumentasi. Studi

literature dan dokumentasi dengan mengumpulkan data yang berasal dari

literature berupa buku, majalah, surat kabar, jurnal, berita elektronik, dan

dokumen resmi internal BNPT.

3. Teknik Analisis Data

Secara harfiah analisis diartikan uraian, yang dimaksud dalam hal ini satu

bahasan cara mengolah data, dengan memberikan interpretasi terhadap data yang

terkumpul dan tersusun. Dalam tehnik analisis ini yang digunakan peneliti adalah

deskriptif analisis yakni pembahasan yang bertujuan membuat gambaran terhadap

23

Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial: Satu Tehnik Penulisan Bidang Kesejahteraan

Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008)., h. 70.

Page 36: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

17

data yang telah terkumpul dan tersusun dengan cara memberikan interpretasi

terhadap data tersebut.

Penggunaan tehnik deskriptif analisis peneliti agar dapat gambaran yang

sistematis, faktual, dan komprehensif mengenai peran program deradikalisasi

BNPT khususnya pembinaan wawasan kebangsaan yang merupakan salah satu

pola pendekatan dalam menanggulangi radikalisme di Indonesia.

Dalam skripsi ini penyusun berdasar pada pedoman umum guna

mendapatkan hasil yang optimal yang dapat disejajarkan sebuah karya ilmiah

yang dibuat peneliti sebelumnya. Dalam permasalahan ini, peneliti menggunakan

Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Skripsi ini untuk memudahkan peneliti serta

memberikan kemudahan pembaca dalam naskah skripsi ini, maka peneliti

menguraikan secara singkat dan sistematika pembahsan dalam susunan penulisan

skripsi ini. Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I. Peneliti menarasikan rancangan penelitian skripsi yang

dilaksanakan, sebagai panduan awal dalam penelitian skripsi ini. Pada bab ini

menguraikan tentang munculnya paham radikalisme di Indonesia, serta

program deradikalisasi dalam pendekatan wawasan kebangsaan dalam

menanggulangi paham radikalisme dan aksi terorisme di Indonesia.

Page 37: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

18

Bab II. Peneliti memfokuskan tulisan dalam kerangka teoritis yang

digunakan pada penelitian ini. Kerangka teoritis adalah analisa peneliti untuk

memahami dan sekaligus mengeksplanasi temuan penelitian skripsi.

Bab III. Peneliti akan memfokuskan tulisan pada profil BNPT dan

pemaparan tentang program deradikalisasi BNPT, dimulai dari latar belakang

lembaga sampai dengan menjabarkan program deradikalisasi khususnya pada

pembinaan wawasan kebangsaan dan sekaligus bagaimana

dioperasionalisasikan.

Bab IV. Peneliti memfokuskan penulisan pada analisis data dengan

mengkorelasikan teori dengan fakta yang ditemukan di lapangan, yaitu peran

BNPT dalam menanggulangi radikalisme di Indonesia, dan kemudian melihat

bagaimana peran program deradikalisasi BNPT dalam menanggulangi

radikalisme di Indonesia.

Bab V. Membahas kesimpulan dan saran disertai dengan lampiran-

lampiran yang dibutuhkan dalam kesimpulan penulisan karya ilmiah ini.

Page 38: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

19

BAB II

KERANGKA TEORI DAN KONSEP

Penjelasan kerangka teori pada bab ini yang dijadikan analisis dalam

fenomena politik yang dibahas pada skripsi ini, yaitu teori ideologi, lembaga

negara, dan teori peran.

A. Teori Ideologi

“Ideologi diartikan sebagai ajaran, doktrin, teori, atau ilmu yang diyakini

kebenarannya, yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya

dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Inti ideologi ialah rangkaian norma

(nilai) atau nilai dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan

dipegang oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau pandangan

hidup mereka. Melalui nilai dasar tersebut mereka mengetahui bagaimana cara

yang paling baik, baik secara moral dan normatif dianggap yang benar dan adil

dalam sikap dan perilaku untuk memelihara, mempertahankan dan membangun

kehidupan duniawi bersama dengan berbagai dimensinya”.24

Menurut Terry Eagleton, ada enam cara memahami ideologi secara

operasionalnya, ini diperlukan guna mengetahui pengertian atau pemahaman

tentang ideologi yang sangat bervariasi:25

1. Ideologi dalam Arti Budaya

Dalam pemahaman ideologi dalam arti budaya merupakan praktik

pemaknaan dan simbolisasi dari masyarakat dalam rangka menjalani

24

Oetoyo dan Alfian ed., Pancasila sebagai Ideologi: Dalam Berbagai Bidang Kehidupan

Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara (Jakarta: BP-7 Pusat, 1993)., h. 6 25

Menurut Eagleton dalam Muhamad A.S Hikam, Peran Masyarakat Sipil Indonesia dalam

Menanggulangi Radikalisme: Deradikalisasi (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2016)., h. 42-44.

Page 39: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

20

kehidupan sebagai warga negara. Pemahaman ini menunjukan ideologi

memiliki lingkup yang luas tidak hanya terkait aktifitas politik belaka.

2. Ideologi dalam Arti Pandangan Dunia

Adalah ide atau kepercayaan benar atau tidak yang pasti adalah

menyimbolkan diri pada kondisi dan pengalaman kehidupan kelompok

masyarakat atau kelas yang penting dan berpengaruh.

3. Ideologi dalam Arti Legitimasi

Adalah alat untuk memberikan pengabsahan dan promosi bagi

kepentingan kelompok sosial tertentu ketika berhadapan dengan pihak

lawan-lawannya. Dalam hal ini, ideologi adalah wahana bagi ajang

promosi berbagai kekuatan politik dan sosial ketika mereka saling

berkonflik dan memperebutkan kontrol kekuasaan.

4. Ideologi dalam Arti Alat Legitimasi Bagi Kelompok Dominan

Adalah alat untuk menyatukan suatu formasi sosial tertentu sesuai dengan

kepentingan kelompok dominan. Dalam hal ini ideologi bukan sebatas alat

yang dipaksakan dari elite secara top-down tetapi juga menggunakan

strategi hegemoni, yaitu adanya pengakuan dan kerja sama dari kelompok

atas atau kelas bawah.

5. Ideologi dalam Arti Legitimasi Distorsi

Adalah alat untuk memberikan keabsahan bagi kelas atau kelompok elit

tetapi dengan cara distorsi dan manipulasi. Dalam hal ini ideologi menjadi

Page 40: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

21

suatu alat untuk melakukan pengabsahan bagi kepentingan elit guna

memanipulasi, membohongi, dan distorsi secara sistematis. Dalam

pengertian ini yang dikatakan sebagai ideologi sejatinya adalah

kepentingan pribadi elit, dan bukan mencerminkan kepentingan bersama.

Ideologi ini digunakan untuk menetralisasi dan menutupi kepentingan

yang sangat spesifik.

6. Ideologi sebagai Keyakinan Semu

Adalah suatu keyakinan yang dianggap mewakili kepentingan kelompok

dominan, tetapi sejatinya hanya merupakan reifikasi dari struktur

masyarakat secara keseluruhan. Dalam pemahaman ini, ideologi

merupakan bentuk kepercayaan semu hasil dari kondisi struktural

masyarakat, kendati tidak sepenuhnya menjadi kepentingan elit.

Dari keenam pengertian ideologi diatas disimpulkan ideologi memberikan

keyakinan kuat untuk suatu kelompok atau untuk individu sendiri.

B. Teori Lembaga Negara

Lembaga negara adalah lembaga pemerintahan yang dibentuk berdasarkan

Undang-Undang Dasar 1945 berdasarkan Keputusan Presiden yang kedudukannya

tergantung dari derajat pengaturannya sesuai perundang-undangan yang berlaku.

Lembaga negara atau lembaga pemerintahan dibentuk dan diatur berdasarkan

Undang-Undang Dasar yang merupakan organ konstitusi, sedangkan yang

dibentuk berdasarkan Undang-Undang merupakan organ Undang-Undang,

Page 41: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

22

sementara Keputusan Presiden lebih rendah tingkatannya dan derajat perlakuan

hukumnya.26

Lembaga negara yang merupakan lembaga pemerintahan adalah satu

kesatuan proses yang saling berhubungan dalam penyelenggaraan fungsi negara.

Walaupun dalam praktiknya tipe lembaga-lembaga negara yang diadopsi setiap

negara pasti berbeda. Secara konsep harus bekerja dalam bentuk satu kesatuan

guna merealisasikan secara praktis baik fungsi negara dan ideologis dalam

mewujudkan tujuan negara jangaka panjang.27

Dalam negara yang demokrasi berdasarkan hukum hubungan infrastruktur

politik selaku pemilik kedaulatan dengan suprastruktur politik sebagai pemegang

kedaulatan rakyat menurut hukum terdapat hubungan yang saling menentukan.

Oleh karenanya kedua komponen struktur ketatanegaraan ditentukan dalam

Undang-Undang Dasar, terutama suprastruktur politik ditentukan satu sistem

dimana kedaulatan rakyat sebagai kekuasaan tertinggi negara dibagi dan

dilaksanakan oleh lembaga-lembaga negara. Secara tugas umum lembaga negara

atau lembaga pemerintahan menjaga stabilitas keamanan, politik, hukum, HAM,

dan budaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, aman, tentram, dan

harmonis dan sekaligus penghubung antara negara dengan rakyatnya. Dan juga

menjadi sumber inspirator dan aspirator rakyat. Memberantas semua tindakan

26

Mengutip dari Hans Kelsen dalam Trubus Rahardiansah, Sistem Pemerintahan Indonesia:

Teori dan Praktek dalam Perspektif Politik dan Hukum (Jakarta: Universitas Trisakti, 2011)., h.

312. 27

Jimly Assidiqqie, Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemen Dalam sejarah; Telaah

Perbandingan Konstitusi Berbagai Negara (Jakarta: UI Press, 1996)., h. 103.

Page 42: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

23

kejahatan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme dan juga menjalankan dan

membantu roda pemerintahan negara.28

C. Konsep Radikalisme

1. Pengertian Radikalisme

Radikalisme berasal dari bahasa latin radix yang berarti “akar”.

Radikalisme merupakan faham yang menghendaki adanya perubahan dan

perombakan besar untuk mencapai kemajuan. Dalam perspektif ilmu sosial,

radikalisme erat kaitannya dengan sikap atau posisi yang mendambakan

perubahan terhadap status quo dengan jalan menghancurkan status quo secara

total, dan menggantikannya dengan sesuatu yang baru, dengan yang sangat

berbeda.29

Radikalisme merupakan respon terhadap kondisi yang sedang

berlangsung. Respon tersebut muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan atau

bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang ditolak dapat berupa ide, asumsi,

lembaga, atau nilai-nilai yang dapat bertanggung jawab terhadap keberlangsungan

keadaan yang ditolak.

Sederhananya, radikalisme adalah pemikiran atau sikap yang ditandai oleh

empat hal yang sekaligus menjadi karakteristik, yaitu: pertama, sikap tidak toleran

dan tidak mau menghargai pendapat atau keyakinan orang lain. Kedua, sikap

fanatik, yaitu selalu merasa benar sendiri dan menganggap orang lain adalah

28

Trubus Rahardiansah, Sistem Pemerintahan Indonesia., h. 314. 29

Edi Susanto, “Kemungkinan Munculnya Faham Islam Radikal di Pesantren”, Tadris (Vol.

2, No. 1, 2007), h. 3.

Page 43: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

24

salah. Ketiga, sikap eksklusif, yaitu membedakan diri dari kebiasaan orang

kebanyakan. Keempat, sikap revolusioner, yaitu cenderung menggunakan

kekerasan dalam mencapai tujuannya.30

Dampak yang paling nyata dari terjadinya radikalisme adalah terbentuknya

politisasi di dalam agama, dimana agama sangat sensitive sifatnya, sehingga

paling mudah untuk membakar fanatisme yang kemudian terjadi berbagai

tindakan yang sangat keras, baik dalam kehidupan sosial antar individu maupun

kelompok, sehingga terbentuklah dengan yang dinamakan kelompok Islam

radikal.31

Menurut Roy A. Rappaport, secara sosiologis-antropologis, tendensi orang

untuk kembali kepada agama akan selalu meningkat mengingat orang tersebut

dalam kondisi krisis. Pada sisi lain, pendekatan skriptural, hal ini sangat mudah

untuk diikuti terutama bagi mereka yang tengah mengalami new convert atau born

again religious ataupun mereka yang unfortunate people (tidak beruntung atau

miskin).32

30

Mengutip dari Agil Asshofie, Radikalisme Gerakan Islam dalam Emna Laisa, ”Islam dan

Radikalisme”, Islamuna (Vol. 1, No. 1, 2014), h. 3. 31

Emna Laisa, ”Islam dan Radikalisme”, Islamuna (Vol. 1, No. 1, 2014), h. 3-4. 32

Mengutip Roy A. Rappaport, dalam Azyumardi Azra dalam dalam Edi Susanto,

“Kemungkinan Munculnya Faham Islam Radikal di Pesantren”, Tadris (Vol. 2, No. 1, 2007), h.

10-13. Pada masa kehadiran gerakan Salafiyah banyak menimbulkan pertentangan salah satunya

adalah Indonesia. Gerakan salafi ini banyak berbenturan dengan kelompok Ilsam Tradisionalis.

Demikian pula pada awal pra dan awal kemerdekaan Indonesia. Benih radikalisme keberagamaan

yang berkembang melalui lembaga-lembaga pendidikan dan dakwah serta sebagian yang lain

berkembang pada organisasi sosial dan politik, juga menimbulkan pertentangan pada tataran

pemerintahan. Pada masa Orde baru pun demikian, namun penangan dan kontrol pemerintah

terhadap gerakan radikalisme keberagamaan berlangsung secara ketat, dengan berbagai

pendekatan, baik yang bersifat kooptatif seperti pendekatan militeristis, terror mental maupun

pendekatan yang bersifat koperatif seperti pendekatan dialogis, pendekatan kesejahteraan, dan

pendekatan demokratisasi.

Page 44: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

25

Kelompok Islam radikal memahami Islam sebagai agama yang sempurna

dan lengkap, serta memberikan perhatian kepada otentisitas kultural. Islam

bukanlah agama yang dalam pengertian Barat, tetapi Islam adalah cara hidup yang

sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Pemahaman inilah

yang kemudian membentuk pandangan hidup yang senantiasa merindukan

pemberlakuan aspek-aspek keislaman di setiap sendi kehidupan, tidak hanya

sebatas pada aspek ritual ibadah semata. Hal ini pun berdampak pula pada

pembentukan identitas yang eksklusif sebagai kriteria khusus golongan ini.

2. Kriteria Islam Radikal

Kriteria Islam radikal, antara lain: pertama, mempunyai keyakinan

ideologis tinggi dan fanatik yang mereka perjuangkan untuk menggantikan

tatanan nilai dan sistem yang sedang berlangsung. Kedua, dalam kegiatannya

mereka seringkali menggunakan aksi-aksi yang keras, bahkan tidak menutup

kemungkinan kasar terhadap kegiatan kelompok lain yang di nilai bertentangan

dengan keyakinan mereka. Ketiga, secara sosio-kultural dan sosio-religius,

kelompok radikal memiliki ikatan yang kuat dan menampilkan ciri-ciri

penampilan diri dan ritual yang khas. Keempat, kelompok Islam radikal seringkali

bergerak secara gerilya, walaupun banyak juga yang bergerak secara terang-

terangan.33

33

Adian Husaini, Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi, (Jakarta:

Gema Insani Pers, 2006), h. 243.

Page 45: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

26

3. Faktor Penyebab Islam Radikal

Adapun faktor penyebab terjadinya Islam radikal, adalah sebagai berikut:

Pertama, faktor agama, yaitu sebagai bentuk purifikasi ajaran Islam dan

pengaplikasian Khilafah Islamiyah dimuka bumi. Hal ini dilihat dari terdorongnya

semangat Islamisasi secara global yang tercetus sebagai solusi utama untuk

memperbaiki berbagai permasalahan yang oleh golongan radikal dipandang

sebagai akibat semakin menjauhnya manusia dari agama.

Kedua, fakor sosial-politik, disini terlihat jelas bahwa umat Islam tidak

diuntungkan oleh peradaban global sehingga menimbulkan perlawanan terhadap

kekuatan yang mendominasi. Penyimpangan dan ketimpangan sosial yang

merugikan komunitas muslim menyebabkan terjadinya gerakan radikalisme yang

ditopang oleh sentiment dan emosi keagamaan.34

Ketiga, faktor pendidikan, minimnya jenjang pendidikan, mengakibatkan

menimnya informasi pengetahuan yang didapat, ditambah dengan kurangnya

dasar keagamaan mengakibatkan seseorang mudah menerima informasi

keagamaan dari orang yang dianggap tinggi keilmuannya tanpa kemudian dapat

dicerna terlebih dahulu, hal ini yang kemudian akan menjadi boomerang jika

informasi tersebut di dapatkan dari orang yang salah.

Keempat, faktor kultural. Barat dianggap kalangan muslim telah dengan

sengaja melakukan proses marjinalisasi seluruh sendi-sendi kehidupan muslim

sehingga umat Islam menjadi terbelakang dan tertindas. Barat dengan

34

Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, dari Fundamentalisme, Modernisme, hingga

Post-Modernisme, (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 18.

Page 46: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

27

sekularismenya, sudah dianggap sebagai bangsa yang mengotori budaya-budaya

bangsa Timur dan Islam, dan juga dianggap bahaya terbesar keberlangsungan

moralitas Islam.

Kelima, faktor ideologis anti westernisasi. Westernisasi merupakan suatu

pemikiran yang membahayakan muslim dalam mengaplikasikan syari‟at Islam

sehingga simbol-simbol Barat harus dihancurkan demi penegakan syari‟at Islam.

Walaupun motivasi dan gerakan anti Barat ini tidak dapat disalahkan dengan

alasan keyakinan keagamaan tetapi jalan kekerasan yang ditempuh ole kaum

radikalisme menunjukan ketidak mampuan mereka dalam memposisikan diri

sebagai pesaing dalam budaya dan peradaban.

Islam radikal terbagi menjadi dua makna, yaitu sebagai wacana dan juga

aksi. Radikal dalam artian wacana adalah dengan adanyan pemikiran untuk

mendirikan negara Islam, kekhalifahan Islam tanpa menggunakan kekerasan

terbuka.sedangkan dalam artian aksi, radikal diartikan melakukan perubahan

dengan aksi-aksi kekerasan atas nama agama.35

Merujuk pada makna terakhir,

kelompok gerakan Islam radikal memilih jalan kekerasan sebagai cara

mewujudkan tujuannya dalam mendirikan kekhalifahan Islam di Indonesia.

Kemudina muncul pemahaman posisi pemerintah Indonesia sebagai suatu bentuk

thogut. Bagi kelompok Islam radikal terutama pada faksi Jihadis, pemerintah

thogut merupakan sasaran yang harus diperangi melalui terror atau irhab dengan

menggentarkan siapa saja yang mereka anggap adalah musuh.

35

Ismail Hasani dan Bonar T.N, Dari Radikalisme Menuju Terorisme, (Jakarta: Pustaka

Masyarakat Setara, 2012), h. 11.

Page 47: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

28

Dalam konstelasi politik Indoneisa, masalah radikalisme Islam tampak

pada lahirnya berbagai gerakan atau organisasi yang terbagi menjadi 3 bentuk,

pertama, ada yang sekadar memperjuangkan implemntasi syariat Islam tanpa

keharusan mendirikan negara Islam. Orientasi radikalisme Islam ini lebih pada

penerapan syariah pada tingkat masyarakat, tidak pada level negara, hanya saja

mereka cenderung menggunakan cara atau pendekatan kekerasan. Kedua,

memperjuangkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII), kelompok ini diwakili

oleh DI/TII diprakarsai oleh Kartosoewiryo yang sekaligus berperan sebagai

imam NII.36

Ketiga, kelompok yang ingin mewujudkan khilafah Islam yang

memperjuangkan berdirinya khilafah universal dan syariat Islam sebagai

dasarnya.37

D. Konsep Wawasan Kebangsaan

Program deradikalisasi wawasan kebangsaan merupakan strategi

bangsa dalam mengikis dan menurunkan tingkat radikalisme pihak dan/atau

kelompok yang mengalami kegalauan dalam berbangsa dan bernegara karena

pemahaman agama yang dangkal, terbatas, dan kaku. Jika dibiarkan

radikalisme dapat menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia, serta menjadi

36

Nur Khalik Ridwan, Regenerasi NII: Membedah Jaringan Islam Jihadi di Indonesia, (T.tp:

Erlangga, 2008), h. 8-12. NII atau juga disebut DI, memiliki inti ajaran yang berporos pada tiga

hal, yaitu iman, hijrah, dan jihad. Tiga doktrin inilah yang kemudian dalam versi golongan NII

meniru fase pembinaan Nabi Muhammad saw, di Mekkah membina iman yang benar, kemudian

hijrah ke Madinah, membangun jihad fi sabilillah. Kelompok ini dianggap berbahaya karena

mengancam stabilitas keamanan negara. Sehingga pada September 1962, Kartosoewiryo

dieksekusi disuatu pulau di teluk Jakarta. Pasca kekalahan tersebut pengikut NII yang berjumlah

ribuan mendapatkan amnesti dari pemerintah setelah berikrar setia pada NKRI, sedangkan

sebagian yang lain masih tetap bersikukuh dengan keyakinan NII walau dengan jumlah yang

relatif kecil. Hingga saat ini gerakan tersebut masih tetap eksis melakukan perjuangan, namun

dengan meninggalkan karakter militeristik dan mengabaikan struktur organisasi kenegaraan NII. 37

Ibid., h. 18.

Page 48: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

29

bahaya laten bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.38

Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam

rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegarayang dilandasi oleh jati

diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistm nasional (national

system) yang bersumber dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka

Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan

negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur dan sejahtera.

Oleh karenanya, sangat diperlukan kesadaran dari segenap bangsa

untuk patuh dan tunduk pada Pancasila yang telah berdiri sekian lama sebagai

landasan negara. Sikap tunduk kepada Pancasila tidak dapat dianalogikan

dengan tunduk dan patuh kepada ajaran agama yang diyakininya. Sebab

Pancasila hanyalah produk manusia, sifatnya terbatas hanya di wilayah

Indonesia saja, sementara agama merupakan produk Tuhan yang bersifat

universal. Namun demikian, tidak berarti bahwa Pancasila boleh dihapus

begitu saja, karena dibawah sayapnya negara kita berusaha menterjemahkan

perintah dan kasih sayang tuhan. Hal ini terbukti dengan tidak adanya satupun

sila dalam Pancasila yang bertentangan dengan agama.39

Indonesia telah menerima Pancasila sebagai dasar negara yang

dirumuskan oleh para pendiri bangsa dengan melalui proses dan musyawarah

yang panjang. Pancasila menjadi kontrak sosial untuk hidup di negeri ini dan

38

Irfan Idris, Mrembumikan Deradikalisasi: Soft Approach Model Pembinaan Terorisme

Dari Hulu ke Hilir Secara Berkisanambungan (Jakarta: Daulat Press, 2016), h. 202. 39

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 214.

Page 49: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

30

karena itu dipahami sebagai paham kebangsaan.40

Pancasila sebagai

pandangan hidup bangsa merupakan bentuk kesadaran akan realitas

keberagaman Indonesia. Islam di Indonesia bukanlah satu-satunya agama yang

ada. Dengan demikian, negara harus memberikan pelayanan yang adil kepada

semua agama yang diakui. Itu berarti negara harus menjamin pola pergaulan

yang serasi dan berimbang antar sesama umat.41

Penempatan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, pada urutan pertama

menunjukan bahwa landasan moral Pancasila sama dengan moral agama,

karena keduanya memiliki nilai moral yang bersifat universal. Namun

demikian Pancasila bukanlah agama, tetapi Pancasila tidak bertentangan

dengan agama sepanjang moral Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi

landasannya.42

Dalam sejarah panjang Indonesia, Pancasila merupakan nilai-nilai

dasar kebangsaan yang disepakati sebagai pengikat dan sekaligus perekat bagi

persatuan dan kesatuan Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki pandangan

hidup, filsafat hidup, dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara, yaitu Pancasila yang dibentuk berdasarkan suatu

asas kultural yang dimiliki dan melekat pada diri bangsa Indonesia sendiri.43

Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam

sila-sila Pancasila merupakan karya besar bangsa Indonesia yang diangkat dari

40

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 237. 41

Mengutip dari Abdurrahman Wahid dalam Yusuf Zainal Abidin dan Beni Ahmad saebani,

Pengantar Sistem Sosial Budaya di Indonesia (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2014), h. 227-228. 42

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 237. 43

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 238.

Page 50: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

31

nilai-nilai kultural yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri melalui proses

refleksi filosofis para pendiri negara.44

Pancasila adalah karya agung bangsa. Sebuah mahakarya yang telah

menjalani proses alur pikir panjang, tidak dipaksakan untuk mengikuti pada

ideologi-ideologi lainya seperti sosialisme, dan kapitalisme. Pancasila

merupakan dasar, falsafah, dan pedoman negara Indonesia yang berisi lima

sila universal yang memayungi masyarakat Indonesia. Jika dicermati, kelima

sila ini berisikan wawasan kemajemukan yang khas Indonesia, baik dari

perspektif keagamaan, kemanusiaan, kenegaraan, dan kebangsaan. Pancasila

menjadi barometer dan rujukan bagi hubungan lintas kultural masyarakat

Indonesia. Sebab, Pancasila merupakan bentukan para pendiri republik ini dari

hasil perenungan mendalam dari berbagai kultur yang ada di Indonesia.45

Unsur-unsur Pancasila sesungghunya berasal dari bangsa Indonesia

sendiri. Walaupun secara formal Pancasila baru menjadi dasar negara republik

Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum tanggal

tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pnacasila bahkan telah

melaksanakan di dalam kehidupan mereka. Sejarah bangsa Indonesia

memberikan bukti yang dapat kita cari dalam berbagai adat istiadat, tulisan,

bahasa, kesenian, kepercayaan, agama, dan kebudayaan pada umumnya.46

44

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 238. 45

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 239-240. 46

Sunoto, Pemikiran Tentang Kefilsafatan Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Lembaga Studi

Filsafat Pancasila, 1983), h. 1

Page 51: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

32

Disini terlihat bahwa nilai-nilai luhur dari agama dan budaya yang

terintegrasi dalam ideologi negara telah menjadikan Pancasila sebagai ideologi

yang kokoh. Kokohnya ideologi Pancasila telah terbukti dengan daya

tahannya yang tinggi terhadap segala gangguan dan ancaman dari waktu ke

waktu, sehingga sampai saat ini tetap eksis sebagai falsafah dan landasan serta

sumber dari segala sumber hukum bagi negara bangsa Indonesia.47

Hakikat nilai-nilai Pancasila sesungghunya telah hidup dan diamalkan

oleh bangsa Indonesia sejak negara ini belum berbentuk. Dan menjadikan

Pancasila sebagai falsafah negara, ideologi negara, landasan negara, dan

pandangan hidup bangsa Indonesia, berarti Pancasila merupakan sumber nilai

bagi segala penyelenggraan negara baik yang bersifat kejasmanian maupun

kerohanian. Hal ini berarti bahwa dalam segala aspek penyelenggaraan atau

kehidupan bernegara yang materiil maupun spiritual harus sesuai dengan nilai-

nilai yang terdapat dalam sila-sila Pancasila secara bulat dan utuh.48

Jelaslah bahwa Pancasila merupakan wujud pengamalan agama dalam

konteks bernegara dan bermasyarakat di Indonesia. Mengamalkan nilai-nilai

universal agama dalam konteks kehidupan berbangsa, bernegara, dan

bermasyarakat secara ke-Indonesiaan berarti telah mengamalkan Pancasila.

Dengan demikian, untuk mengamalkan Pancasila secara utuh dan konsekuen,

47

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 241. 48

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 241.

Page 52: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

33

mustahil tanpa memandangnya berasal dari nilai luhur agama yang dianut

bangsa Indonesia.49

Pancasila memang bukanlah satu agama dan tidak merupakan

sinkertisasi ajaran agama-agama. Pancasila bukan pula pemikiran sekulerisme

yang bertentangan dengan budaya religious Indonesia. Pancasila adalah anak

kandung dari budaya Indonesia yang sudah sejak dahulu kala telah

menjadikan agama sebagai etosnya. Karenanya, tidak ada jalan untuk

melepaskan Pancasila menjadi sekuler, sebab hal itu berarti memisahkan

manusia Indonesia dari jati diri religiusnya. Sebaliknya pula, tidak ada jalan

untuk menjadikan agama tertentu sebagai tafsir Pancasila, apalagi sebagai

pengganti Pnacaasila, karena hal itu merupakan pengingkaran terhadap

keragaman agama, etnis, dan budaya yang sudah menjadi jati diri ke-

Indonesiaan kita.50

Untuk itu, mengaktualisasikan kembali nilai-nilai Pancasila yang

universal sebagai sarana pembentukan masyarakat religious yang menghargai

kemajemukan tetap harus diiringi dengan penguatan pada keyakinan agama

yang dianut oleh masing-masing komunitas, terutama pada dasar-dasar agama

yang absolut dan ajaran agama tetantang kemanusiaan yang memberikan

inspirasi bagi teologi kerukunan.51

Dengan demikian, Pancasila sebgai falsafah negara, jelas sangat

dibutuhkan untuk menjadi integrating force (kekuatan pemersatu) dalam fakta

49

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 241-242. 50

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 242. 51

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 242.

Page 53: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

34

pluralitas kultural yang ada. Jika semuanya berjalan dengan baik, maka akan

tercipta suatu masyarakat yang agamis yang tinggal di negara Pancasila. Kini,

Pancasila telah dikembalikan kepada rakyat Indonesia. Inilah momen bagi

rakyat untuk mengambil kembali milikinya dan kemudian menempatkan

Pancasila untuk mmebangunkan kembali bangsa Indonesia dari masa krisis.52

Pancasila adalah landasan yang kokoh bagi suatu bangsa besar yang

multi-etnik, multi agama, ribuan pulau, dan kaya sumber daya alam. Ia

merupakan titik pertemuan yang lahir dari suatu kesadaran bersama. Dan

kesadaran ini muncul dari kesediaan berkorban demi kepentingan yang besar

membentuk negara besar. Kita percaya dengan segenap hati bahwa satu-

satunya yang harus dilakukan sekarang ini untuk mewujudkan mimpi-mimpi

dengan mewujudkan kedamaian bagi masyarakat Indonesia. Untuk itulah, kita

membutuhkan jenis gerakan yang langgeng dan penuh manfaat dalam segala

hal, bukan yang bersifat sementara, singkat, dan kurang menjanjikan.53

Seluruh unsur tersebut adalah nilai-nilai luhur yang mekat pada bangsa

Indonesia yang pada akhirnya disarikan dalam Pancasila. Peningkatan

kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa adalah sarana

untuk membangkitkan semangat nasionalisme, yang dapat dilakukan dengan

senantiasa memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan bernegara dalam

kehidupan bermasyarakat. Kehendak bangsa untuk bersatu dalam wadah

negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Merupakan syarat utama dalam

52

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 242-243. 53

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 243.

Page 54: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

35

mewujudkan nasionalisme. Dengan demikian, tidak pada tempatnya untuk

mempersoalkan perbedaan suku, agama, ras, budaya, dan golongan. Kehendak

untuk bersatu sebagai suatu bangsa memiliki konsekuensi siap mengorbankan

kepentingan pribadi demi menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan

kesatuan. Tanpa adanya pengorbanan, mustahil persatuan dan kesatuan dapat

terwujud. Malah sebaliknya akan dapat menimbulkan perpecahan.54

Inilah yang telah dibuktikan bangsa Indonesia dalam merebut dan

memperahankan kemerdekaan. Disamping itu, perlu dikembangkan semangat

kebanggaan dan kebangsaan dalam tiap individu rakyat Indonesia. Kebanggan

yang harus dikembangkan adalah kebanggan yang dapat dirasakan oleh

seluruh bangsa, sehingga kehendak untuk bersatu masih tetap berakar di dalam

hati sanubari. Disisi lain, semangat kebangsaan dalam suatu bangsa yang

terbangun sejak zaman kemerdekaan masih tetap relevan dengan dunia masa

kini.55

Bagi Indonesia, rumusan paham kebangsaan telah tercantum dengan

jelas dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu membangun

sebuah negara kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan

makmur, membina persahabatan dalam pergaulan antar bangsa, menciptakan

perdamaian dunia yang berlandaskan keadilan, serta menolak penjajahan dan

54

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 180-181. 55

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 181.

Page 55: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

36

segala bentuk eksploitasi, yang bertentangan dengan perikemanusiaan dan

perikeadilan.56

E. Analisis SWOT

Menurut Keller, analisis SWOT (strengts, weakness, opportunity,

threat) adalah evaluasi keseluruhan dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman.

a. Strengts (kekuatan)

Merupakan kekuatan yang dimiliki dalam program deradikalisasi

pendekatan wawasan kebangsaan khususnya Pancasila sebagai ideologi

yang sudah teruji dalam sejarah kebangsaan dalam menghadapi segala

gangguan, tantangan, rintangan, terhadap segala bentuk ideologi lain

khususnya dalam paham radikalisme dan kekerasan terorisme sejak

berdirinya dari zaman Orde Lama, Orde Baru, dan hingga saat sekarang ini

di era reformasi.

b. Weakness (kelemahan)

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam program deradikalisasi

melalui pendekatan wawasan kebangsaan dimana masih kurangnya

dukungan politik dari pemerintah dan partai politik. Serta masih

kurangnya dukungan dari masyarakat Indonesia dalam mensosialisasikan

serta mengimplementasikan nilai-nilai nasionalisme dan bahaya paham

radikalisme dan aksi terorisme di lingkungan masyarakat.

56

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 181-182.

Page 56: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

37

c. Opportunity (peluang)

Merupakan peluang dalam program deradikalisasi pendekatan wawasan

kebangsaan dimana melalui sumber daya alam yang sangat melimpah dan

sumber daya manusia yang cukup apabila dikelola secara baik akan

mendapatkan hasil dimana tingkat kesejahteraan cukup tinggi di dalam

masyarakat dengan tingkat keamanan yang kondusif secara otomatis

peluang tumbuh suburnya paham radikal akan terkikis habis sampai

keakar-akarnya.

d. Threat (ancaman)

Merupakan suatu ancaman dan kendala program deradikalisasi pendekatan

wawasan kebangsaan dikarenakan luasnya Indonesia yang terdiri dari

beberapa ribu pulau yang akan dapat memberikan dampak penyusupan

paham radikalisme.

Oleh karenanya, analisis SWOT dalam program deradikalisasi pendekatan

wawasan kebangsaan akan mampu menganalisis yang menjadi kekeuatan maupun

kelemahan serta peluang sekaligus ancaman berhasil tidaknya di dalam startegi

tepat guna dalam mengatasi segala ancaman dan mengurangi kelemahan sehingga

program deradikalisasi pendekatan wawasan kebangsaan dapat bertahan dan

mampu berkembang secara baik dengan hasil yang optimal.

Page 57: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

38

BAB III

PROFIL BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME

(BNPT) DAN PROGRAM DERADIKALISASI

A. Profil Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

1. Latar Belakang Terbentuknya Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT)

Terbentuknya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

melalui proses pemikiran dan analisa kebutuhan yang penuh kematangan.

Setelah terjadinya tragedi Bom Bali I di Legian, Bali. Pemerintah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang (Perpu)

Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan

Perpu Nomor 2 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 tentang

pemberlakuan bagi pelaku bom Bali 1pada 2 Oktober 2002. Peraturan ini

merupakan kebijakan strategis dalam pemberantasan tindak pidana terorisme

untuk memperkuat ketertiban masyarakat dan keselamatan masyarakat dengan

tetap menjunjung tinggi hukum dan Hak Asasi Manusia, tidak bersifat

diskriminatif, baik berdasarkan suku, agama, ras, maupun antar golongan.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undnag Nomor 1 Tahun 2002

Page 58: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

39

tersebut kemudian ditetapkan menjadi Undang-undang Nomor 15 Tahun

2003.57

Pada perkembangan selanjutnya pada tahun 2010 pemerintah

mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 46 Tahun 2010 tentang

pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Perpres ini

diubah dengan Perpres Nomor 12 Tahun 2012. Pembentukan BNPT

merupakan kebijakan nasional penanggulangan terorisme di Indonesia. Badan

ini merupakan pengembangan dari Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme

(DKPT) yang dibuat pada tahun 2002, berdasarkan keputusan Menteri

Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Nomor: Kep-

26/Menko/Polkam/11/2002. Saat itu, DKPT bertugas membantu Menteri

Koordinator Bidang Politik dan Keamanan dalam merumuskan kebijakan bagi

pemberantasan tindak pidana terorisme, yang meliputi aspek penangkalan,

pencegahan, penanggulangan, penghentian penyelesaian dan segala tindakan

hukum yang diperlukan.58

Pada tanggal 31 Agustus 2009 diadakan Rapat Kerja antara Komisi I

DPR dengan Menkopolkam yang membahas mengenai pemberantasan

terorisme. Kesimpulan dari rapat tersebut yaitu:59

57

Abdul Wahab, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM, dan Hukum (Bandung: PT.

Refika Aditama, 2004), h. 22. 58

Kep-26/Menko/Polkam/11/2002, Tentang Pembentukan Desk Koordinasi Pemberantasan

Terorisme. 59

Kesimpulan Rapat Kerja DPR, Laporan Singkat Rapat Kerja Komisi I DPR RI Dengan

Menkopolhukam Mengenai Pemberantasan Terorisme, DPR RI, 2009.

Page 59: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

40

1) Komisi I DPR RI mendukung upaya pemerintah dalam

menanggulangi dan memberantas terorisme berdasarkan grand

desain penanggulangan terorisme, dan Komisi I DPR RI

menegaskan bahwa terorisme adalah kejahatan kemanusiaan luar

biasa yang harus dijadikan musuh bersama. Oleh karena itu

dibutuhkan komitmen seluruh elemen dan potensi bangsa dalam

menghadapi dan memberantas terorisme.

2) Dalam upaya meningkatkan kapasitas dan keterpaduan

penanggulangan terorisme, Komisi I DPR RI meminta pemerintah

agar meningkatkan peran masyarakat secara optimal dalam gerakan

pemberantasan terorisme sesuai dengan ketentuan hukum, dan

mengajak masyarakat untuk turut mencegah berkembangnya ajaran

sesat yang mengembangkan radikalisme dan yang membenarkan

penggunaan kekerasan dalam mencapai tujuannya, serta agar

masyarakat memberikan informasi dini atas gejala terorisme yang

terlihat di sekitarnya.

3) Untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan terorisme, Komisi I

DPR RI memandang perlu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003

Tentang Tindak Pidana Terorisme diperbaiki dengan antara lain

meningkatkan aspek prevention dan kapasitas, termasuk

kemungkinan pembentukan suatu badan yang berwenang secara

operasional melakukan tugas pemberantasan/penanggulangan

terorisme. Dalam hubungan ini, Komisi I DPR RI mendesak

Page 60: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

41

pemerintah untuk menerbitkan regulasi sebagai elaborasi ketentuan

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional

Indonesia dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, untuk mengatur ketentuan

lebih rinci tentang Rule of Engagement (aturan pelibatan) TNI,

terkait tugas Operasi Militer selain Perang TNI, termasuk aturan

pelibatan TNI dalam mengatasi terorisme dan tugas perbantuan TNI

terhadap POLRI.

4) Komisi I DPR RI meminta pemerintah agar dalam upaya

pemberantasan terorisme termasuk upaya penggalangan dan

deradikalisasi agar fokus diarahkan kepada pengejaran pelaku, aktor

intelektual, dan jaringannya, serta mengajak masyarakat untuk tidak

terprovokasi dan terjebak dalam pandangan dan stigmasasi bahwa

terorisme terkait dengan satu agama yang dapat memperbesar sikap

saling mencurigai di tengah masyarakat, dan melemahkan gerakan

pemberantasan terorisme.

5) Dengan semakin meningkatnya ancaman terorisme khususnya

indikasi perilaku tindakan bom bunuh diri, Komisi I DPR RI

meminta aparat keamanan untuk melakukan kajian secara lengkap

dan menyeluruh mengenai latar belakang dan motivasi tindakan

terorisme bunuh diri, serta kajian terhadap berbagai payung hukum

yang tersedia untuk meningkatkan kemampuan deteksi dini terhadap

potensi ancaman terorisme termasuk tahapan perekrutan, serta

Page 61: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

42

pengambilan langkah-langkah kebijakan efektif dalam rangka

penanggulangan terorisme.

6) Komisi I DPR RI meminta pemerintah untuk meningkatkan

pengawasan dan tindakan hukum terhadap aliran dana dari dalam

dan luar negeri yang diduga digunakan untuk tujuan mendukung dan

membiayai terorisme.

Berdasarkan hasil rapat tersebut, Komisi I DPR RI merekomendasikan

kepada pemerintah untuk membentuk lembaga baru guna memaksimalkan usaha

penanggulangan terorisme. Akhirnya, Presiden Republik Indonesia menerbitkan

Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 tentang Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme (BNPT)60

tepat pada 16 Juli 2010, dan mengangkat

Irjen Pol (Purn) Drs. Ansyaad Mbai, M.M. sebagai Kepala BNPT.61

2. Wewenang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

BNPT memiliki wewenang untuk menyusun dan membuat kebijakan serta

strategi, dan menjadi koordinator dalam bidang pencegahan terorisme. BNPT juga

telah membentuk forum koordinasi pencegahan terorisme (FKPT) di daerah.

Pembentukan FKPT merupakam salah satu upaya BNPT mencegah terorisme di

seluruh wilayah Indonesia. Pembentukan FKPT bertujuan untuk menghimpun

60

Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 Tentang Badan Penanggulangan Terorisme 61

Artikel ini diakses pada tanggal 6 juni 2016, www.bnpt.go.id/profil.php

Page 62: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

43

dukungan masyarakat dan pemerintah daerah dalam upaya pencegahan terorisme

dengan berbasiskan penerapan nilai kearifan lokal masing-masing daerah.62

3. Visi dan Misi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

BNPT secara struktural bertanggung jawab kepada Presiden. Visi BNPT

adalah unutk mewujudkan penanggulangan terorisme dan radikalisme melalui

upaya sinergi institusi pemerintah dan masyarakat yang meliputi pencegahan,

perlindungan, deradikalisasi, dan penindakan, serta peningkatan kewaspadaan

nasional dan kerjasama internasional untuk menjamin terpeliharanya keamanan

nasional.63

Berdasarkan visi BNPT tersebut dapat dijabarkan juga misi BNPT sebagai

langkah-langkah BNPT dalam melakukan program untuk mencapai visi tersebut.

Ada lima point misi BNPT yang dijabarkan sebagai berikut:

a) Melakukan pencegahan terjadinya aksi terorisme, meningkatkan

kewaspadaan dan memberikan perlindungan terhadap ojek-objek vital

yang potensial menjadi target serangan terorisme.

b) Melakukan deradikalisasi dan melawan propaganda ideologi radikal.

c) Melakukan penindakan aksi terorisme melalui penggalangan intelijen, dan

penegakan hukum melalui koordinasi dan kerjasama institusi terkait,

masyarakat, dan seluruh komponen bangsa.

62

BNPT, Modul Perkembangan Terorisme dan Pencegahan Terorisme di Daerah, (BNPT:

Sentul, 2003). 63

Agus Surya Bakti, Darurat Teorisme: Kebijakan Pencegahan, Perlindungan, dan

Deradikalisasi (Jakarta: Daulat Press, 2014), h. 75.

Page 63: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

44

d) Melaksanakan pembinaan kemampuan dan kesiapsiagaan nasional

terhadap ancaman aksi terorisme.

e) Melaksanakan kerjasama interasional dalam penanggulangan terorisme.64

4. Tugas Pokok Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Sebagai sebuah badan, BNPT memiliki tugas pokok yang harus dijalankan

dalam melaksanakan tugas negara. Berdasarkan pasal 2 ayat 1 Perpres nomor 46

Tahun 2010 BNPT memiliki tugas pokok sebagai berikut:65

a) Menyusun kebijakan, strategi dan program nasional di bidang

penanggulangan terorisme

b) Mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam melaksanakan

kebijakan di bidang penanggulangan terorisme.

c) Membentuk satuan tugas-satuan tugas yang terdiri dari unsur-unsur

instansi pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan

masing-masing.

5. Fungsi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Disamping tugas pokok, BNPT memiliki fungsi sebagai berikut:

a) Penyusunan kebijakan, strategi, dan program nasional di bidang

penanggulangan terorisme

b) Monitoring, analisa, dan evaluasi di bidang penanggulangan terorisme

64

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 76. 65

Pasal 2 Ayat 1 Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Nomor:

PER.01/K.BNPT/10/2010, tentang Organisasi dan tata kerja Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme.

Page 64: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

45

c) Koordinasi dalam pencegahan dan pelaksanaan kegiatan melawan

propaganda ideologi radikal

d) Pelaksanaan deradikalisasi

e) Perlindungan terhadap objek-objek yang potensial menjadi target serangan

terorisme

f) Pelaksanaan penindakan, pembinaan kemampuan, dan kesiapsiagaan

nasional.

g) Pelaksanaan kerjasama internasional di bidang penaggulangan terorisme.

h) Perncanaan, pembinaan, dan pengendalian terhadap program, administrasi

dan sumber daya serta kerjasama antara instansi.

i) Pengoperasian satuan tugas-satuan tugas pencegahan, perlindungan,

deradikalisasi, penindakan, dan penyiapan kesiapsiagaan nasional di

bidang penanggulangan terorisme.66

6. Kebijakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Dalam kebijakan pencegahan terorisme, ada enam prinsip-prinsip

umum dan kerangka kerja yang harus dikedepankan:

a) Supremasi hukum, yaitu penggunaan kerangka hukum selalu menjadi

basis pedoman dari aksi kontra teror. Independen mengandung pengertian

bahwa Indonesia akan selalu berusaha mencapai konsklusi dan melakukan

aksi dalam negeri tanpa harus bergantung pada pihak manapun. Semua

data intelijen, rekomendasi dan pandangan dari pihak luar akan tetap

diterima dengan baik sebagai masukan. Pemerintah Indonesia tidak akan

66

Pasal 3, Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010.

Page 65: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

46

di dikte oleh kekuasaan asing manapun tetapi tetap mengandalkan

kemampuan sendiri dengan kerja yang professional dan didasari

penggunaan data yang akurat.

b) Indiskriminasi, berarti dalam upaya kontra teror pemerintah Indonesia

tidak akan menuduh dan hanya memfokuskan pada satu kelompok saja,

baik itu kelompok etnis, agama, maupun kepentingan. Semua warga

negara Indonesia akan diperlakukan sama dibawah undang-undang anti

terorisme. Jika ada satu organisasi teroris yang menjadi target operasi itu

semua didasari oleh tindakan mereka bukan karena identitas religi atau

etnis mereka. Meskipun demikian, pemerintah Indonesia juga memahami

jika ada beberapa kelompok di Indonesia yang kerap menggunakan

perbedaan suku dan agama sebagai alasan untuk memicu kekerasan.

c) Independensi, yaitu sifat bebas dalam membuat kesimpulan dan

mengambil tindakan, rekomendasi ataupun harapan masyarakat

internasional diposisikan sebagai masukan dan pertimbangan. Artinya,

semua tindakan dan keputusan tidak didasarkan pada intervensi dari pihak

manapun, tetapi didasarkan pada temuan akurat dan professional melalui

proses dan mekanisme yang akuntabel demokrasi.

d) Kordinasi merefleksikan bahwa ancaman teror merupakan ancaman yang

melintasi batas yurisdiksi satu departemen bahkan negara. Upaya untuk

menanggulanginyapun harus melintasi batas yurisdiksi yang dimiliki tiap-

tiap departemen, oleh karena itu koordinasi menjadi sangat penting dalam

memerangi terorisme.

Page 66: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

47

e) Demokrasi berarti pemerintah telah memahami bahwa pemberian otoritas

yang terlalu besar untuk memerangi terorisme juga membuka potensi

bahaya lain. Pemerintah Indonesia tidak akan mengabaikan prinsip-prinsip

demokrasi hanya demi mengejar otoritas absolut. Pemerintah indonsia

akan berusaha mencari keseimbangan antara otoritas pemerintah dan

prinsip-prinsip demokrasi. Kontrol masyarakat atas kinerja pemerintah

dalam memerangi terorisme selalu terbuka melalui mekanisme parlemen

(DPR dan MPR), melalui media baik cetak maupun eletronik dan melalui

lembaga swadaya masyarakat.

f) Partisipasi yng merefleksikan bahwa perang melawan teror tidak akan

berhasil dimenangkan jika menjadi tugas semata pemerintah. Partisipasi

dari masyarakat, kerjasama antar komunitas, dan antara masyarakat

dengan pemerintah, merupakan hal yang sangat vital dalam perang

melawan terorisme.67

7. Kebijakan Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

(BNPT)

a. Peran Intelijen

Mengaktifkan peran intelijen yang aktif, walaupun upaya ini

terkendala oleh masih kuatnya resistensi terhadap peranan intelijen akibat

trauma masa lalu oleh kelompok-kelompok tertentu. Sehingga apparat

67

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 78-81.

Page 67: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

48

keamanan sekaan kecolongan dan menimbulkan kesan hanya bertindak reaktif

dan inisiatif lebih banyak ditanga teroris.68

b. Hukum

Membuka wacana dalam rangka membangun perangkat hukum yang

efektif, karena selama ini kebijakan pemerintah hanya fokus pada upaya

penegakan hukum, sementara pasal hukum yang digunakan untuk mengadili

sangat lemah dan dasar atau payung hukum yang digunakan sangat lemah.

Upaya penegakan hukum selama ini hanya mampu menjerat pada tataran

operator atau pelaku di lapangan, sementara master mind, profokator dan

spiritual leader belum terjangkau. Selain itu, regulasi yang ada belum mampu

mempersempit ruang gerak aktifitas terorisme seperti:

i. Pembuatan KTP dan dokumen perjalanan

ii. Belum ada pembatasan aktifitas napi teroris di dalam lembaga

pemasyarakatan

iii. Penggunaan telepon seluler dan internet

iv. Pengaturan dan pengawasan tentang bahan peledak

v. Penerbitan dan pengawasan terhadap kegiatan pelatihan militer

oleh kelompok masyarakat

vi. Pemberitaan tentang terorisme di media masa

68

Rhousdy Soeriaatmadja dan Brigjen Pol (Purn) Ivan TH Sihombing, Kiprah DKPT Dalam

Situasi Kontroversi Dan Keterbatasan, (2009), h. 337-338.

Page 68: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

49

vii. Pengawasan terhadap kegiatan yang bersifat menghasut, menyebar

kebencian, dan memprovokasi untuk melakukan tindakan

permusuhan dan aksi kekerasan

viii. Pengawasan lalu lintas orang dan barang di perbatasan serta pintu-

pintu masuk dan keluar.69

8. Strategi BNPT

Program pencegahan yang dilaksanakan oleh BNPT terdiri atas dua

strategi, Pertama, strategi deradikalisasi yang ditujukan terhadap kelompok

inti dan militan terorisme dengan melaksanakan kegiatan penangkalan,

rehabilitasi, reedukasi, dan resosialisasi.70

Kedua, strategi kontra radikalisasi

yang ditujukan terhadap kelompok pendukung, simpatisan, dan masyarakat

dengan melaksanakan kegiatan pencegahan yang meliputi kegiatan

pengawasan terhadap orang, senjata api, dan muhandak, kegiatan kontra

propaganda, kegiatan kewaspadaan serta kegiatan perlindungan terhadap

objek vital, transportasi, VVIP serta lingkungan dan fasilitas publik.71

Secara spesifik, strategi di bidang deradikalisasi diarahkan kepada

pencapaian dua tujuan utama: 1). Kelompok inti dan militant agar

meninggalkan cara-cara kekerasan dan teror dalam memperjuangkan misinya.

2). Kelompok inti, militant dan pendukung memoderasi paham-paham radikal

69

Rhousdy Soeriaatmadja dan Brigjen Pol (Purn) Ivan TH Sihombing, Kiprah DKPT., h.

337-338. 70

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 83. 71

Mengutip dari Renstra Deputi I BNPT 2010-2014 dalam Surya Bakti, Darurat Teorisme, h.

83.

Page 69: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

50

mereka sejalan dengan semangat kelompok islam moderat dan cocok dengan

misi-misi kebangsaan yang memperkuat NKRI. 72

a. Sasaran Strategi pencegahan terorisme di Indonesia

1) Kelompok Inti (hard core)

Mereka adalah para aktor intelektual atau otak dibalik gerakan dan

persebaran paham radikal teroris. Dari kelompok inilah terlahir para

pelaku yang militant, yang telah “tercuci otak” sehingga berani dan rela

melakukan teror bahkan bunuh diri untuk mengejar “surga” sesuai

keyakinan. Para intelektual ini ada yang bergerak secara organisatoris

yang tergabung dalam jaringan organisasi yang sepaham dan seideologi,

atau bergerak sendiri-sendiri atau dalam organisasi sendiri yang tidak

terkait dengan organisasi lain.

Kelompok ini merupakan ancaman utama karena menjadi produsen

dan sutradara bagi serangkaian pemboman di Indonesia, merekrut dan

mengindoktrinasi individu-individu sebagai eksekutor serangkaian aksi

teror. Golongan ini merupakan tokoh-tokoh kunci yang sangat

berpengaruh dan merupakan ancaman terbesar dari aksi-aksi terorisme.73

2) Kelompok Militan

Mereka adalah para eksekutor aksi terorisme naik yang ada digaris

depan maupun sebagai perangkat pelaksana. Kelompok telah dilatih dan

72

Mengutip dari Renstra Deputi I BNPT 2010-2014 dalam Surya Bakti, Darurat Teorisme, h.

84 73

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 84-85.

Page 70: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

51

dipersiapkan untuk melakukan aksi bunuh diri dalam aksi teror, atau

disebut sebagai “pengantin”. Mereka sudah tidak takut lagi untuk mati

baik ketika meledakan bom, tertangkap dan dieksekusi mati, atau

tertangkap dan dipenjara.74

3) Kelompok Pendukung

Kelompok yang termasuk dalam kategori ini adalah individu atau

kelompok yang dengan sukarela menyediakan sarana pendukung bagi aksi

terorisme, termasuk tempat pelatihan, pendanaan, dan tempat

persembunyian anggota-anggota teroris. Pada dasarnya, mereka memiliki

paham yang sama dengan dua kelompok sebelumnya. Kelompok ini

menjadi berbahaya karena ikut menentukan berhasil tidaknya aksi

terorisme. Keberhasilan aksi teror juga ditentukan apakah sumber daya

berupa dana, materi pembuat bom, senjata, media rekrutmen, serta tempat

pelatihan.75

4) Kelompok Simpatisan

Kelompok simpatisan adalah kelompok-kelompok yang

mengusung gagasan radikal yang berpotensi mendukung gerakan

terorisme namun tidak terlibat aksi teroris. Ancaman dari kelompok ini

lebih merupakan ancaman tidak langsung, yaitu memberikan dukungan

ideologis seperti pentingnya negara Islam, Khilafah islam, jihad, dan

sejenisnya. Mereka biasanya memfasilitasi penyebaran paham radikal dan

74

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 85. 75

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 85-86.

Page 71: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

52

seringkali bersikap eksklusif. Kelompok-kelompok pengajian dan dakwah

di kampus, kelompok kerohanian di sekolah-sekolah menjadi lahan subur

bagi kelompok untuk merekrut anggota dan menyebarkan paham eksklusif

radikal.76

Masyarakat yang rentan menjadi sasaran radikalisme merupakan

sasaran dalam pencegahan terorisme. Atas dasar itu, seluruh stakeholder

berkewajiban memberikan arahan dan bimbingan kepada masyarakat agar

tidak terjangkiti radikalisme.77

9. Pola Aksi Terorisme di Indonesia

Pola aksi teror di Indonesia dari masa ke masa berubah-ubah dalam

melakukan aksinya, kelompok-kelompok teroris di Indonesia menggunakan

berbagai macam pola. Oleh karenanya, memerangi terorisme dan radikalisme

harus sampai tuntas dan sampai keakar-akarnya.78

Karena pandangan bahwa

akar terorisme dan radikalisme adalah ideologi dan doktrin dapat dibenarkan

oleh pengakuan para pelaku teror dan radikal itu sendiri. Dalam beberapa

aksinya mereka mengaku bahwa apa yang meraka lakukan adalah berjihad di

jalan Allah yang mereka pahami dari teks-teks Al-Qur‟an dan Sunnah yang

diinterpretasikan secara serampangan.79

76

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 86. 77

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 86. 78

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara: Perang Semesta Berbasis Kearifan Lokal

Melawan Radikalisasi da Terorisme (Daulat Press, 2016), h. 110 79

Terjadinya Bom Bali I didasari oleh pertimbangan Syariah dikalangan JI sendiri sempat

terjadi perbedaan (khilafiyah) soal sasaran. Dan ternyata Bom Bali I semua korban adalah warga

sipil. Karena bagi pemahaman syariah ala JI, yang bias diserang itu bila sasaran sipil berbaur

dengan militer. Karenannya bagi sebagian JI, yang menolak Bom Bali I, terjadinya Bom Bali I itu

Page 72: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

53

“Bahkan saat ini, aksi teror sudah tidak ditujukan kepada

pemerintah atau negara. Masyarakat sipil pun turut menjadi sasaran aksi

terorisme. Saat ini terjadi peningkatan dalam modus operandi dan peta

terorisme di Indonesia. Sasaran serangan aksi terorisme sudah tidak

menyerang kepada kepentingan asing, tapi saat ini juga menyerang

kepentingan nasional (aparat dan warag sipil). Dalam melakukan aksi

terornya, mereka tidak memiliki rencana jelas, hierarki yang kuat antara

atasan dan bawahan, bahkan mereka juga tidak memiliki pengalaman

pendidikan militer dari jaringan internasional teroris” 80

Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa peristiwa pengeboman yang pernah

terjadi di Indonesia yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel III.9.1. Peristiwa Pengeboman di Indonesia

No. Tanggal

Peristiwa

Lokasi Korban

Tewas

Korban

Luka

1. 1 Agustus 2000 Kediaman Duta Besar Filiphina, Jakarta 2 orang 21 orang

2. 24 Desember

2000

Sejumlah gereja di Batam, Pekanbaru,

Jakarta, Sukabumi, Mojokerto, dan

Mataram

16 orang 96 orang

3. 1 Januari 2002 Gerai KFC Makassar - -

4. 12 Oktober 2002 Paddy‟s Club dan Sari Club di Kuta, Bali 202 orang 300 orang

5. 5 Desember 2002 Gerai McDonald, Makassar 2 orang 11 orang

6. 5 Agustus 2003 Hotel JW Marriot 11 orang 152 orang

7. 10 Januari 2004 Café di Palopo, Sulawesi Selatan 4 orang -

8. 9 September 2004 Kantor Kedutaan Besar Australia 9 orang 161 orang

9. 12 Desember

2004

Gereja Immanuel - -

10. 1 Oktober 2005 RAJA‟s Bar dan Restaurant, Bali 22 orang 102 orang

11. 31 Desember

2005

Pasar Tradisional di Palu, Sulawesi

Tengah

8 orang 45 orang

12. 17 Juli 2009 Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton,

Jakarta

9 orang -

diluar pemahaman syariat mereka. Dikutip dalam Agus Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h.

111. 80

Muhammad A.S Hikam, Deradikalisasi: Peran Masyarakat Sipil Membendung

Radikalisme (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2016), h. 150.

Page 73: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

54

13. 15 April 2011 Masjid Az-Dzikra Polresta Cirebon 1 orang 25 orang

14. 25 September

2011

GBIS Solo 1 orang 25 orang

15. 14 Januari 2016 Sarinah, Jakarta 5 orang 2 orang

16. 5 Juli 2016 Mapolresta, Solo 1 orang 1 orang

17. 24 Mei 2017 Bom Panci, Kampung Melayu, Jakarta 4 orang 11 orang

18. 13 Mei 2018 Tiga gereja di Surabaya dan Sidoarjo 17 orang -

19. 14 Mei 2018 Mapolresta Surabaya 4 orang 5 orang

Sumber: Dihimpun dari beberapa sumber.

Peristiwa-peristiwa tersebut hanya sebagian kecil dari sejumlah peritiwa

yang ada. Dimana salah satu penyebabnya adalah kurangnya pembelajaran

tentang falsafah negara Pancasila dalam wawasan kebangsaan, dan lemahnya

keteladanan yang dicontohkan oleh segenap tokoh masyarakat kepada calon

penerus perjuangan dalam membangun dan memajukan bangsa dalam sektor

kehidupan. Akibatnya, semakin hari semakin tumbuh subur gerakan penolakan

terhadap empat konsensus dasar berbangsa. Solusinya adalah meningkatkan

strategi pendekatan melalui pembelajaran empat konsensus dasar bangsa bagi

seluruh rakyat Indonesia. Dengan memperlihatkan keteladanan kepada seluruh

dan segenap bangsa Indonesia dalam wawasan kebangsaan Republik Indonesia.81

Strategi ini perlu terus dilanjutkan dan dikembangkan sesuai dengan

kondisi dan tantangan kehidupan berbangsa yang setiap saat mengalami

perubahan, agar tidak kaku pada teks kesejarahan semata, tetapi dapat

mengakomodir persoalan kebangsaan yang beraneka ragam.82

81

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 180. 82

Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara., h. 181.

Page 74: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

55

Disatu sisi, lembaga non-pemerintah pada saat ini mengalami

pertumbuhan pesat, bahkan hingga ke pelosok bumi Indonesia. Disisi lain,

tumbuh dan berkambangnya paham radikal harus diwaspadai, dalam

membentengi pengaruh radikalisme dan terorisme.83

Lembaga non-pemerintah khususnya di bidang pendidikan, organisasi

masyarakat yang jelas menolak Pancasila sebagai dasar ideologinya,

memperjuangkan ilusi penggantian sistem ideologi Pancasila dan menolak NKRI,

melahirkan paham radikal dan siap siaga melaksanakan aksi terror terhadap

negara. Mereka melancarkan startegi yang sangat halus, tidak anarkhis, tidak

brutal, tetapi juga tidak akomodatif dalam menggulingkan pemerintahan dan

memecah belah persatuan masyarakat.84

B. Program Deradikalisasi

Pada awalnya, Pertama, munculnya istilah deradikalisasi karena tumbuh

suburnya paham radikal yang mengatasnamakan agama yang kemudian menjadi

teroris, yang menghancurkan hidup dan kehidupan, memorak-porandakan tatanan

dan tuntunan beragama, serta bermasyarakat dan bernegara. Kedua, upaya

mengajak masyarakat yang radikal agar kembali ke jalan yang benar berdasarkan

aturan agama, moral, dan etika yang senafas dengan esensi ajaran semua agama

yang sangat menghargai keragaman dan perbedaan.85

Bukan melalui cara yang

sangat dibenci agama pada satu sisi, dan mengatasnamakan agama pada sisi yang

lainnya. Esensi lain program deradikalisasi agar kembali menjadi warga negara

83

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 236. 84

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 244. 85

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 173.

Page 75: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

56

Indonesia yang benar berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dalam wilayah NKRI

dibawah prinsip bersatu dalam perbedaan dan berbeda dalam persatuan yang

dirangkum dalam istilah Bhineka Tunggal Ika.86

Deradikalisasi dipahami sebagai sebuah cara merubah ideologi kelompok

teroris secara drastis. Perubahan drastis ini berwujud bukan hanya individu

diharapkan terbebas dari tindakan kekerasan, namun juga melepaskan diri dari

kelompok radikal yang menaunginya selama ini. Sederhananya, deradikalisasi

ditujukan untuk mengubah seseorang yang semula radikal menjadi tidak lagi

radikal, termasuk diantaranya adalah menjauhkan mereka dari kelompok radikal

tempat mereka bernaung.87

Program deradikalisasi harus dapat melepaskan ideologi-ideologi dalam

diri teroris, atau menghentikan penyebaran ideologi itu. Sehingga dalam

pelaksanaan deradikalisasi perlu dilakukan bersamaan dengan de-ideologi. De-

ideologi ini kunci utama dalam penyadaran serta proses reorientasi ideologi teroris

untuk kembali ke ajaran yang sebenarnya.88

Program deradikalisasi sendiri memiliki multi tujuan bagi penanggulangan

masalah terorisme secara keseluruhan, yaitu:

a. Melakukan counter terrorism

b. Mencegah proses radikalisme

86

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 174. 87

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 174. 88

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 175.

Page 76: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

57

c. Mencegah provokasi, penyebaran kebencian, permusuhan antar umat

beragama

d. Mencegah masyarakat dari indoktrinasi

e. Meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk menolak paham teror

(terorisme)

f. Memperkaya khasanah atas perbandingan paham89

Desain deradikalisasi telah dirancang memiliki empat komponen, yaitu

reedukasi, rehabilitasi, resosialisasi, dan reintegrasi. Reedukasi adalah

penangkalan dengan mengajarkan pencerahan kepada masyarakat tentang paham

radikal sehingga tidak terjadi pembiaran berkembangnya paham tersebut. Bagi

para terpidana kasus terorisme, reedukasi dilakukan dengan memberikan

pencerahan terkait dengan doktrin-doktrin menyimpang yang mengajarkan

kekerasan sehingga mereka sadar bahwa melakukan kekerasan seperti bom bunuh

diri bukanlah jihad yang di identikan dengan aksi terorisme.90

Rehabilitasi memiliki dua makna, yaitu pembinaan kemandirian dan

pembinaan kepribadian, pembinaan kemandirian adalah melatih dan membina

para mantan napi mempersiapkan keterampilan dan keahlian, gunanya adalah agar

setelah mereka keluar dari lembaga pemasyarakatan, mereka sudah memiliki

keahlian dan dapat membuka lapangan pekerjaan.

Pembinaan kepribadian adalah melakukan pendekatan dengan berdialog

kepada para napi teroris agar mindset mereka dapat diluruskan serta memiliki

89

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 181. 90

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 182.

Page 77: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

58

pemahaman yang koprehensif serta dapat menerima pihak yang berbeda dengan

mereka. Kemudian, untuk memudahkan narapidana teroris kembali dan berbaur

ke tengah masyarakat, perlu melakukan upaya membimbing mereka dalam

bersosialisasi dan menyatu kembali dengan masyarakat. Ini yang disebut dengan

resosialisasi dan reintegrasi. Masyarkat kadang juga masih sulit menerima

kembali para mantan teroris di tengah-tengah mereka.91

Kalau orang dapat berpindah agama, maka teroris tentunya juga dapat

dirubah radikalisme. Ini yang menguatkan keyakinan upaya deradikalisasi.

Pastinya, upaya deradikalisasi dan pencegahan akan terus dilakukan secara lebih

efektif dan komprhensif. Ini menjadi program raksasa bangsa kita kedepan.

Dengan demikian, diharapkan masyarakat mendatang semakin terhindar dari

paham radikal dan ancaman terorisme.92

Deradikalsiasi tidak dilakukan secara membabi buta. Bila terorisme

melakukan aksi brutalnya dengan kalap dan tanpa dilandasi oleh

perikemanusiaan, tidak lantas dilawan dengan tindakan yang tidak ber

perikemanusiaan. Dalam mewujudkan program deradikalsiasi selalu

berpijak prinsip-prinsip hukum dan kemanusiaan. Prinsip-prinsip tersebut

adalah:

91

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 182. 92

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 183.

1. Prinsip-Prinsip Deradikalisasi

Page 78: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

59

a. Prinsip Supremasi Hukum

Seluruh program deradikalisasi diimplementasikan dengan menjunjung

tinggi hukum yang berlaku di Indoneia. Prinsip kepastian dan

supremasi hukum merupakan upaya untuk menegakkan dan

menempatkan hukum pada posisi tertinggi yang dapat melindungi

seluruh lapisan masyarakat tanpa adanya interfensi oleh dan dari pihak

manapun termasuk oleh penyelenggara negara93

b. Prinsip Hak Asasi Manusia (HAM)

Semua program deradikalisasi menghormati dan menggunakan

perspektf HAM, mengingat HAM bersifat universal. UUD 1945

menegaskan bahwa negara mempunyai kewajiban untuk melakukan

pemenuhan dan perlindungan HAM warga negaranya.94

c. Prinsip Kesetaraan

Semua program deradikalisasi dilakukan dengan kesadaran bahwa

semua pihak berada diposisi yang sama, dan saling menghormati satu

sama lain. Pasal 28 D Ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa setiap

orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.95

d. Prinsip Pembinaan dan Pemberdayaan

Semua program dan kegiatan deradikalisasi mengacu pada tujuan

pembinaan dan pemberdayaan napi teroris, mantan napi, keluarga, dan

masyarakat. Pembinaan dan pemberdayaan bertujuan memulihkan napi

93

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 183. 94

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 184. 95

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 184.

Page 79: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

60

teroris, mantan napi, keluarga, dan jaringannya agar mampu

bersosialisasi kembali di masyarakat sebagai individu yang utuh dalam

aspek mental, emosional, dan sosial, sehingga dapat hidup secara wajar

sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.96

2. Instrumen Deradikalisasi

Program deradikalisasi dilakukan selalu berpijak pada metode pendekatan,

sehingga terukur dan sistematis. Deradikalisasi dapat dilakukan dengan sejumlah

pendekatan, baik agama, sosial, pendidikan, politik, hukum, ekonomi, tekhnologi,

dan lainnya. Sejumlah pendekatan tersebut saling terkait, berkelanjutan, dan

sistematis sehingga dapat membentuk suatu kesatuan dalam upaya

deradikalisasi.97

a. Pendekatan Agama

Pendekatan agama dalam konteks deradikalisasi menekankan bahwa

setiap agama mengajarkan umatnya untuk berperilaku penuh kasih dan sayang

terhadap sesamanya. Pesan mendasar dari setiap agama yang ada di muka

bumi adalah hidup secara damai dengan seluruh makhluk ciptaan Tuhan.

Tidak ada satupun agama yang mengajarkan pemeluknya untuk bertindak

anarkis dan menyebarkan teror. Pendekatan agama harus mendorong untuk

memahami dan meyakini bahwa agama manapun sejalan dengan nilai dasar

kemanusiaan dan menanamkan nilai kebaikan untuk diri, orang lain,

lingkungan, dan masa depan bagi setiap penganutnya. Pendekatan ini terbilang

96

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 185. 97

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 185.

Page 80: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

61

strategis dalam deradikalisasi karena agama diposisikan sebagai pandangan

hidup (way of life) oleh setiap penganutnya.98

b. Pendekatan Psikologis

Pendekatan psikologis dilakukan dalam rangka mengefektifkan

implementasi program deradikalisasi. Deradikalisasi merupakan sebuah

langkah untuk mengubah sikap dan cara pandang yang dianggap keras

menjadi lunak, toleran, damai, dan moderat.

Pendekatan psikologis digunakan agar mampu menyentuh dan

memahami bagian yang terdalam dari setiap orang ataupun kelompok.

Pendektan ini mampu membaca dan menganalisis perilaku agresif atau

kekerasan individu atau kelompok yang disebabkan faktor internal diri (seperti

kepribadian, sikap, kecondongan diri, ideologi, dan sebagainya) dan faktor

eksternal (seperti pola asuh, tekanan kelompok, stimulasi, provokasi, dan

sebagainya) sehingga dapat mencari solusi penanganan yang cepat dan tepat

dalam berbagai metode.99

c. Pendekatan Sosial Budaya

Deradikalisasi dapat diimplementasikan secara efektif diantaranya

dengan pendekatan sosial budaya berbasis kearifan lokal. Kearifan lokal yang

merupakan gagasan-gagasan, nilai-nilai, pandangan-pandanga lokal yang

bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti

oleh anggota masyarakat mampu mengendalikan aksi dan tindakan kekerasan

98

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 185. 99

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 186.

Page 81: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

62

dan teror. Kearifan lokal dapat menjadi pemandu perilaku yang menentukan

peradaban, seperti kebijakan, kesantunan, kejujuran, tenggang rasa,

penghormatan, dan penghargaan terhadap orang lain.100

d. Pendekatan Ekonomi

Pendekatan ekonomi dalam deradikalisasi adalah salah satu

pendekatan yang efektif dalam rangka melakukan pemberdayaan mantan napi

terorisme dan keluarga. Pemberdayaan ekonomi menciptakan kemandirian

dan kesejahteraan mantan napi teroris dan keluarga.

Beberapa fakta menunjukan bahwa faktor kemiskinan mnejadi salah

satu faktor tumbuh dan berkembangnya radikalisme dan terorisme. Dengan

pendekatan ekonomi, pemerintah dapat mewujudkan kesejahteraan

masyarakat yang bertujuan dapat mengurangi potensi konflik dan aksi radikal

terorisme di masyarakat.101

e. Pendekatan Hukum

Pendektan hukum digunakan dalam program deradikalisasi guna

memberikan jaminan dan payung hukum. Pendekatan hukum dalam upaya

deradikalisasi dapat meliputi pembuatan perangkat hukum yang mampu

mempersempit peluang penyebaran paham dan aksi radikal terorisme.

Perangkat hukum deradikalisasi diharapkan lebih bersifat pemberdayaan

100

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 186. 101

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 187.

Page 82: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

63

daripada represif. Dengan demikian, dimensi identifikasi, rehabilitasi,

reedukasi, dan resosialisasi dapat terakomodasi secara proporsional.102

f. Pendekatan Politik

Pendektan politik untuk deradikalisasi dimaksudkan sebagai

perwujudan deradikalsasi sebagai agenda yang memperoleh legitimasi politik

yang kuat. Pendekatan politik juga berimplikasi pada lahirnya kebijakan yang

komprehensif terhadap pengembangan program deradikalisasi, baik pada

tataran kewenangan maupun implementasinya.103

g. Pendekatan Teknologi

Kemajuan teknologi dan komunikasi menjadi wahana yang dapat

dimanfaatkan untuk instrument deradikalisasi. Media cetak, elektronik,

maupun jejaring sosial mudah dijumpai ditengah masyarakat. Teknologi akan

memudahkan dilakukannya kontra ideologi, kontra narasi, dan penyebaran

informasi positif dan konstruktif secara cepat kepada masyarakat luas.

Pendektan harus dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi dan

menyaingi intensitas penggunaan teknologi oleh kelompok radikal.104

3. Tahapan Program Deradikalisasi

Pelaksanaan deradikalisasi di Indonesia dirumuskan sebagai suatu

program yang utuh, integrative, dan berkesinambungan. Program

deradikalisasi di Indonesia yang dilaksanakan secara bertahap bertujuan agar

102

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 187. 103

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 188. 104

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 188.

Page 83: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

64

setiap tahapan dapat diketahui dan diperoleh tingkat keberhasilannya. Selain

itu, tahapan tersebut dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan program

deradikalisasi di Indonesia.105

Program deradikalisasi yang telah berjalan saat ini memang perlu

secara kontinyu dilakukan. Saat ini BNPT telah membangun sebuah fasilitas

Pusat Deradikalisasi untuk melakukan program deradikalisasi di Sentul,

Bogor, Jawa Barat. Fasilitas ini sudah berdiri dan dapat menampung lebih dari

250 orang tahanan yang akan dilakukan program deradikalisasi. Dengan

adanya fasilitas ini, diharapkan dapat mengurangi eksklusifitas napi kasus

terorisme.106

Dalam menjalankan program deradikalisasi, dibutuhkan tahapan-

tahapan untuk mencapai keberhasilan program, yaitu sebagai berikut:

a. Dibalik Jeruji

Pemerintah Indonesia melalui kepolisian republik Indonesia membuat

inisiatif merangkul narapidana teroris dalam suatu program pendampingan

personal. Dengan mengajak nara pidana teroris terlibat pengajian dan

diskusi, memberikan support pada keluarga dan anak-anak mereka,

mengadakan ceramah keagamaan, dan pada beberapa kasus memberikan

bantuan ekonomi terbatas untuk memulai usaha kecil-kecilan.107

105

"Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 189. 106

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 197. 107

Taufik Andrie, “Deradikalisasi atau Disengagement Kajian dan Praktek dari Perspektif

Civil Society”, [PDF] diunduh pada 06 November 2016 dari

http://www.academia.edu/3533333/Deradikalisasi_atau_Disengagement

Page 84: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

65

b. Rehabilitasi

Pada dasarnya, program rehabilitasi merupakan upaya sistematis

melakukan perubahan orientasi ideologi radikal dan kekerasan kepada

orientasi ideologi yang inklusif, damai, dan toleran serta melakukan

upaya-upaya pembinaan keagamaan, kepribadian, dan kemandirian kepada

napi teroris dan keluarganya. Dengan tujuan menyadarkan napi teroris dan

keluarga pendukungnya tentang kekeliruan paham radikal dan tindakan

teror yang telah dilakukannya.108

c. Re-edukasi

Reedukasi merupakan kelanjutan dari program rehabilitasi. Reedukasi

dimaksudkan sebagai upaya memberikan pemahaman ulang terhadap napi

teroris, mantan napi teroris, dan keluarganya tentang ajaran agama yang

damai.109

d. Resosialisasi

Program resosialisasi sebagai keseluruhan upaya mengembalikan napi

teroris atau mantan napi teroris dan keluarganya agar dapat hidup dan

berinteraksi dengan masyarakat secara baik. Secara khusus, resosialisasi

adalah upaya pembinaan kepribadian dan kemandirian yang integrative

untuk mengembalikan mereka sebagai warga masyarakat yang baik dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.110

108

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 200. 109

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 203. 110

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 204.

Page 85: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

66

e. Kehidupan di luar Lapas

Program deradikalisasi di luar lapas yang berarti deradikalisasi terhadap

mantan terorisme harus dilakukan dengan komprehensif, sehingga para

mantan terorisme tidak merasa terkucilkan oleh masyarakat, karena situasi

seperti ini dapat mendorong mereka untuk kembali menjadi teroris. Oleh

keran itu, perlu dilakukan pendekatan dan pembinaan-pembinaan khusus

kepada masyarakat, agar masyarakat mampu menerima para mantan

pelaku terorisme untuk kembali hidup berdampingan secara damai di

masyarakat.111

Teknis pelaksanaan deradikalisasi di luar lapas

Pelaksanaannya selalu diawali dengan identifikasi. Tahap

identifikasi merupakan upaya mengetahui dan menentukan identitas

individu, kelompok, keluarga yang terindikasi radikal dan mantan napi

teroris terkait pemahaman dan sikap mereka yang mengarah pada

tindakan radikal teroris.112

Dengan identifikasi ini akan dapat diperoleh data valid dan

akurat tentang tingkat pemahaman dan sikap radikal kelompok sasaran.

Hasil identifikasi yang sesuai dengan harapan merupakan indikator

keberhasilan.

111

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 210. 112

Surya Bakti, Darurat Teorisme., h. 214.

Page 86: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

67

BAB IV

PERAN WAWASAN KEBANGSAAN,

PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PROGRAM DERADIKALISASI DI

INDONESIA

A. Penerapan Ideologi Dalam Wawasan Kebangsaan

Menurut Juergensmeyer “Maraknya gerakan terorisme berakar pada

ketidak percayaan terhadap ideologi nasionalis sekuler (a loss of faith in

secular nationalism) karena kegagalan ideologi sekuler dan pengaruh adanya

globalisasi”.113

Dalam kasus ini maka agama merupakan alternatif bagi

munculnya ideologi tentang keteraturan (ideologi of order).

Gerakan yang menggunakan ideologi islam radikal adalah kelompok

yang menolak proses modernisasi dan sekulerisme. Mereka juga menolak

budaya Barat yang mampu merusak tatanan Islam Nusantara. Bahkan menurut

interpretasi mereka ideologi negara yaitu Pancasila pun dianggap bertentangan

dengan ajaran Islam. Kelompok ini menolak pengaruh, paham, dan peradaban

Barat serta menganggap ini semua sebagai era memusuhi Islam. Dan menurut

mereka, negara-negara yang menggunakan sistem politik dan pemerintahan

sekuler harus diberantas dan harus diganti dengan syariat Islam.114

Salah satu contoh kasus, yaitu modus operandi taktik penyebaran

ajaran ISIS di Indonesia adalah dengan melakukan seminar-seminar yang

bertemakan anti-ISIS, tapi nyatanya seminar tersebut malah kerap melakukan

aksi-aksi brainwashing untuk menjaring anggota pendukung ISIS. Salah satu

kegiatan seminar yaitu dengan judul “Membongkar Khilafah Al-Baghdadi”

113

Mengutip dari Mark Juergensmeyer dalam Hikam, Deradikalisasi., h. 63. 114

Hikam, Deradikalisasi., h. 64.

Page 87: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

68

pada 7 Desember 2014 di Kendal, Jawa Tengah, yang pada kenyataannya

adalah salah satu dari bentuk kampanye.

Masalah terorisme di Indonesia mengatakan bahwa lembaga

pemerintah sangat sulit melawan rating popularitas beberapa website

pendukung penyebaran radikalisme, termasuk juga gerakan ISIS, di media

internet. Contohnya adalah website damailahindonesiaku.com merupakan

bentukan dari BNPT yang hanya menduduki urutan 14.877 di dunia,

dibandingkan dengan “VoA-Islam” yang berada di urutan 10.379.317. selain

itu website Arrahmah.com yang memiliki follower sebanyak 36.200 dan telah

di tweet sebanyak 23,4 ribu kali di media sosial Twitter. Selain itu penyebaran

paham radikal ISIS juga didukung oleh majalah-majalah local seperti Al-

Mustaqbah, Dabiq, dan Waislama yang bebas diperjual belikan secara bebas.

Hal inilah yang membuat mudahnya paham ISIS berkembang di wilayah

NKRI dengan menggunakan fasilitas media sosial yang sangat ampuh untuk

menggalang dukungan.

Kelompok pendukung ISIS di Indonesia cukup efektif dalam

menggunakan media sosial sebagai wahana propaganda. Santoso, pimpinan

kelompok Mujahidin Indonesia Timur diketahui menyampaikan dukungan

terhadap pimpinan ISIS Abu Bakar Al-Baghdadi melalui media sosial

Youtube. ISIS memanfaatkan sosial media karena mengetahui penduduk

Indonesia merupakan salah satu dari 10 konsumen terbesar pengguna sosial

media di dunia. Hal inilah yang kemudian menyebabkan ISIS mampu

“mengalahkam” rating dari sosial media yang dioperasikan oleh BNPT.

Page 88: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

69

Lebih lanjut, pemerintahan Joko Widodo berinisiatif menempatkan

intelijen untuk mengantisipasi dan sekaligus meredam propaganda ISIS,

pemerintah RI bertindak pro aktif dengan memantau situs-situs website radikal

di Indonesia. BNPT bekerjasama dengan Kemkominfo untuk pemblokiran

situs internet radikal yang diduga digunakan wahana penyebaran radikalisme

termasuk ISIS. Tindakan pemblokiran berdasarkan Surat No.

149/K.BNPT/3/2015 tentang Situs/Website Radikal yang dikirimkan kedalam

sistem filtering Kemkominfo sehingga pada April 2015 Kemkominfo

memblokir 3 situs internet.

Situs-situs internet yang terduga digunakan sebagai wahana

penyebaran paham Radikal adalah:

Tabel IV.A.1 Situs Internet Untuk Penyebaran Paham Radikal

arrahmah.com thoriquna.com daulahislam.com VoA-Islam.com dakwatuna.com eramuslim.com ghur4ba.blogspot.com an-najah.net salam-online.com kafillahmujahid.com muslimdaily.net lasdipo.com aqlislamccentre.com dakwahmedia.com gemaislam.com hidayatullah.com muqawamah.com azzammedia.com panjimas.com shoutussalam.com Indonesiasupportislamicstate.blogspot.com

Penolakan banyak pihak terhadap Pancasila dan menjadikan ideologi

lain sebagai pelarian terjadi hanya karena menyaksikan praktek-praktek

beberapa oknum pemerintah yang melanggar aturan bernegara dengan

menyalahgunakan wewenang yang berakibat pada kerugian negara.

Sebenarnya bukan pada Pancasila yang salah, akan tetapi oknum sajalah yang

melanggar aturan dan berperilaku tidak sesuai dengan amanat yang terdapat

dalam Pancasila. Disinilah perlunya upaya sistematis untuk menanamkan

Page 89: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

70

nilai-nilai luhur Pancasila agar tidak salah paham terhadap eksistensi falsafah

bernegara yaitu Pancasila.115

Sedangkan Pancasilais sejati merujuk kepada seluruh komponen

bangsa mulai dari pemimpin bangsa hingga kepada senggenap masyarakat

Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan

keamanan yang harus tunduk dan patuh pada rumusan sila-sila dalam

Pancasila. Sosok Pancasilais sejati adalah pribadi yang berketuhanan,

Indonesia bukan negara atheis, juga bukan negara yang tidak percaya kepada

Tuhan. Indonesia bukan negara agama, tetapi Indonesia adalah negara hukum

yang mengakui 6 agama secara konstitusional. Sejak awal kemerdekaan

Negara Kesatuan Republik Indonesia telah menguat wacana untuk mengganti

negara bangsa menjadi negara agama. Sebagaimana gerakan perjuangan

negara Islam Indonesia (NII) yang bersikeras menjadikan Islam sebagai asas

dalam bernegara.116

Pancasila diakui negara sebagai falsafah hidup, cita-cita moral, dan

ideologi bagi kehidupan berbangsa. Pancasila diyakini mampu menyaring

berbagai pengaruh ideologi yang masuk ke Indonesia sebagai konsekuensi

logis dari sebuah masyarakat dan bangsa yang mejemuk (Bhineka). Bangsa

115

Wacana yang berkembang dalam Temu Wicara “Peran Masyarakat dalam Mewujudkan

Lingkungan Bebas Dari Pengaruh Paham Radikalisme dan Kekerasan di Lingkungan Kelurahan

Cipinang Besar Utara”. Pembicara Komandan Rayon Militer (Danramil) Jatinegara Mayor

Invanteri Lucky Subiandono. Pada tanggal 27 Januari 2018.

116

Kesimpulan dari Temu Wicara “Memperingati Hari Kelahiran Pancasila dengan teman

Pancasila Dari Kita, Oleh Kita dan Untuk Kita. Pembicara Komandan Distrik Militer (Dandim)

Jakarta Timur, Komandan Rayon Militer (Danramil) Jatinegara Mayor Invanteri Lucky

Subiandono, Pengajar Pendidikan Moral Pancasila (PMP) SMA Negeri 100 Jakarta, serta Lurah

Cipinang Besar Utara Ibu Sri Sundari S.Sos, MSi. Pada tanggal 01 Juni 2018”..

Page 90: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

71

Indonesia tidak menafikan kehadiran budaya luar maupun ideologi luar, tapi

melalui Pancasila negara dapat memilah pengaruh mana yang dapat diterima

atau tidak. Negara juga mampu menyesuaikan pengaruh luar tersebut dengan

konteks budaya Indonesia ataupun menolak karena tidak sesuai dengan

falsafah, cita-cita moral, dan ideologi nasional.117

1. Pentingnya Ideologi Pancasila

Penanggulangan radikalisme dalam aksi terorisme melalui pendekatan

wawasan kebangsaan, memerlukan landasan idiil yang komprehensif.

Pancasila diyakini sebagai salah satu pendekatan wawasan kebangsaan yang

selaras dengan perwujudan program deradikalisasi. Selain itu, Pancasila turut

berfungsi sebagai fasafah hidup berbangsa serta ideologi nasional, yang

konsep dan visinya dapat dijabarkan kedalam kehidupan masyarakat

Indonesia. Terdapat lima sila yang secara komprehensif menjabarkan arti

kehidupan bernegara yang dapat dijadikan landasan melawan ancaman

ideologi radikal.118

1) Ke-Tuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama, Ke-Tuhanan Yang Maha Esa mengandung makna

toleransi hubungan antar umat beragama, Pancasila menolak pemaksaan

kehendak baik pribadi maupun kelompok antara satu sama lain berdasarkan

penafsiran agama yang dianggap paling benar. Ideologi radikal bertentangan

117

Hasil wawancara langsung dengan Ketua LMK Cipinang Besar Utara, Mantan Pegawai

Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 118

Hikam, Deradikalisasi., h. 45.

Page 91: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

72

dengan Pancasila karena memaksakan kehendak dengan menolak memberikan

ruang penafsiran yang berbeda. Pernyataan kebenaran yang seperti itu

merusak tatanan masyarakat, bangsa, dan negara.119

2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mengandung makna

pengakuan terhadap hak asasi manusia, hak sipil politik, ekonomi, dan sosial

budaya. Dengan demikian, pemaksaan kehendak kelompok radikal

bertentangan dengan Pancasila karena melanggar HAM yang menjadi

landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.120

3) Persatuan Indonesia

Sila ketiga, Persatuan Indonesia mengandung makna bahwa Indonesia

adalah negara yang dibentuk berdasarkan kebangsaan, bukan dasar agama,

suku, atau ras tertentu. Kelompok radikal ingin mengganti asas kebangsaan

dengan asas yang lain, berarti ingin mengubah dasar NKRI dari negara

kebangsaan menjadi negara Islam. Hal ini bertentangan dengan landasan

ideologi Pancasila.121

119

Hikam, Deradikalisasi., h. 45. 120

Hikam, Deradikalisasi., h. 45-46. 121

Hikam, Deradikalisasi., h. 46.

Page 92: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

73

4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan Perwakilan

Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijakanaan

dalam Permusyawaratan Perwakilan mengandung makna kemasyarakatan dan

kenegaraan di Indonesia harus berlandaskan prinsip demokrasi. Kedaulatan

berada di tangan rakyat, bertentangan dengan sistem totaliter yang ingin

didirikan oleh kelompok fundamentalis radikal. Ideologi agama radikal

menolak kedaulatan rakyat hanya mengakui kedaulatan Tuhan.122

5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

mengandung makna kesejahteraan menjadi hak warga negara Republik

Indonesia. Pemerintah penyelenggara negara berkewajiban menciptakan

kesejahteraan warga negaranya. Berarti sistem totaliter bertentangan dengan

Pancasila karena tidak mengakui hak warga negara memperoleh kesejahteraan

sebagai hak dasar mereka.123

Tujuan negara adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia. Ideologi-ideologi radikal, acaman yang membahayakan

kehidupan bermasyarakat Indonesia, serta menggangu disintegrasi bangsa. Negara

wajib melindungi rakyatnya dari penafsiran-penafsiran ilmu keagamaan yang

salah. Negara memiliki hak menumpas segala bentuk ideologi radikal yang

merusak tatanan kehidupan rakyat Indonesia.

122

Hikam, Deradikalisasi., h. 46. 123

Hikam, Deradikalisasi., h. 46-47.

Page 93: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

74

“Pancasila merupakan landasan dalam sistem berpikir dan tata nilai yang

disepakakti bersama guna menjaga tetap utuh dan tegaknya negara kesatuan

Republik Indonesia (NKRI). Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara, Pancasila dapat didudukan pada empat pilar utama. Pilar pertama,

bahwa secara ideologis Pancasila harus dipahami secara terpadu dengan

keseluruhan kandungan nilai yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945. Pilar kedua, secara konstitusional Pancasila harus dijabarkan kedalam

pasal-pasal Undang-Undang Dasar serta peraturan perundang-undangan lainnya,

baik di tingkat nasional maupun tingkat daerah, dan di tindak lanjuti dalam

kebijakan dan strategi nasional. Pilar ketiga, secara politik Pancasila harus

dilaksanakan dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia dengan sistem

pemerintahan demokrasi presidensial. Pilar keempat, secara kultural Pancasila

dilaksanakan dengan memperhatikan aspirasi dan kepentingan dari masyarakat

Indonesia yang amat majemuk dari segi ras, etnik, agama, suku, warna kulit dan

golongan, sesuai dengan yang terdapat dalam lambang negara “Bhineka Tunggal

Ika”.”124

Mencermati berbagai hal sebagaimana diuraikan diatas, tersirat jelas

bahwa Pancasila merupakan salah satu pilar mutlak yang harus ada selama bangsa

ini ada. Namun demikian, eksistensi Pancasila selalu diperhadapkan pada berbagai

perkembangan, baik nasional, regional, maupun internasional. Secara nasional,

bangsa ini terbentuk dari beragam etnik, suku, bangsa, maupun agama, yang

kesemuanya memiliki filosofi, maksud dan tujuan yang berbeda dan memiliki

karakteristik yang serba “multi”.125

Secara regional dan global, Pancasila diperhadapkan pada perkembangan

globalisasi yang dinamis dengan berbagai dampak, baik dampak yang membawa

124

Kutipan langsung dari Jurnal Kajian Lemhanas RI, “ Memperkokoh Nilai-Nilai Pancasila

di Seluruh Komponen Bangsa Untuk Memantapkan Semangat Kebangsaan dan Jiwa Nasionalisme

Ke-Indonesiaan dalam Rangka Menangkal Ideologi Radikalisme Global”. [PDF] Edisi 14,

Desember 2012., h. 99-100. 125

Jurnal Kajian Lemhanas RI, “ Memperkokoh Nilai-Nilai Pancasila” [PDF] Edisi 14,

Desember 2012, h. 100.

Page 94: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

75

keuntungan bagi negara, maupun dampak rentannya pengaruh tersebut dari

kemungkinan adanya “penunggang bebas dan kepentingan tertentu”.126

Pada ranah global, Pancasila juga diperhadapkan pada tumbuhnya ideologi

radikal, yang terus berkembang dan mengarah pada „penetrasi dan pemaksaan‟

yang sering dilakukan melalui cara kekerasan dengan melibatkan state actor

maupun non-state actor.127

Indonesia dalam menuju peradaban yang lebih bermartabat diperhadapkan

pada berbagai pengaruh ideologi-ideologi lain, termasuk ideologi radikalisme

yang mengganggu pencapaian dari berbagai kebijakan yang ditetapkan. Padahal

sesungguhnya Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia telah terbukti dan

teruji mampu mempersatukan pluralisme dari berbagai suku, ras, etnis, maupun

agama yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, naskah skripsi ini

menjawab “mengapa ideologi Pancasila tidak lagi menjadi „roh‟ dan menjadi

dasar oleh berbagai komponen bangsa dalam berfikir, bersikap dan bertindak

menuju Indonesia yang memiliki peradaban yang lebih bermartabat dalam tataran

masyarakat”.

2. Peran Pancasila dalam Program Deradikalisasi Pendekatan Wawasan

Kebangsaan

Dalam tataran operasional, ideologi Pancasila dalam wawasan kebangsaan

berjalan sebagai alat legitimasi agar dapat melegitimasi keberadaan negara

126

Jurnal Kajian Lemhanas RI, “ Memperkokoh Nilai-Nilai Pancasila” [PDF] Edisi 14,

Desember 2012, h. 100. 127

Jurnal Kajian Lemhanas RI, “ Memperkokoh Nilai-Nilai Pancasila” [PDF] Edisi 14,

Desember 2012, h. 101.

Page 95: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

76

Indonesia. Sebagaimana hal ini diperkuat dengan pernyataan eks narapidana

teroris, Yudi Zulfachri mengungkap kendala dari program deradikalisasi Badan

Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menilai maraknya aksi terorisme di

Indonesia karena program deradikalisasi tidak menyentuh pada ideologi objeknya.

Seperti yang dikatakan Yudi, “Saya salah satu objek deradikalisasi. Teori

deradikalisasi ini untuk memodernisasi paham radikal, tetapi pada praktinya lebih

banyak dengan bantuan wira usaha dan lain-lain. Ideologi tidak pernah disentuh”.

Berdasarkan hal ini peran Pancasila dalam program deradikalsisasi pendekatan

wawasan kebangsaan tidak berdampak dalam cara pandang deradikalisasi.128

Pada dasarnya ideologi Pancasila berdasarkan fakta dan data sebagai dasar

negara masih terdapat kelemahan dimana belum adanya pemahaman tentang

kandungan nilai-nilai keluhuran Pancasila dengan kebijakan dan strategi nasional.

Sehingga banyak pemimpin maupun dikalangan rakyat belum terwujud kondisi

kehidupan di masyarakat, berbangsa, dan benegara yang sesuai di cita-citakan

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang mana masih terdapat adanya

kesenjangan idealisme yang terkandung pada Pembukaan Undng-Undang Dasar

1945 dengan realitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Ideologi radikal yang mempunyai motif keagamaan mampu menarik

dengan daya tarik untuk merekrut dikalangan masyarakat guna mengorbankan

nyawanya melalui konsep “jihad” dalam agama Islam, dalam melancarkan

128

Renald Ghiffari, “Ini Kelemahan Program Deradikalisasi BNPT Menurut Eks Napi

Terorisme”, Liputan 6, 19 Mei 2018 [berita on-line]; tersedia di

https://www.liputan6.com/news/read/3531373/ini-kelemahan-program-deradikalisasi-bnpt-

menurut-eks-napi-terorisme; Internet, diakses pada 02 Juni 2018.

Page 96: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

77

kegiatan aksi-aksi terornya baik kepada sasaran asing maupun masyarakat

Indonesia sendiri.

Pengamanan ancaman ideologi tandingan bangsa Indonesia bukannya

belum waspada adanya ideologi radikal dengan dibubarkannya BP-7 dan P4

dimasa Orde Baru sehingga terkesan malah memberikan perlindungan terhadap

ideologi radikal yang mana pada dasarnya Islam mengajarkan perdamaian dan

toleransi, bunuh diri dan membunuh orang lain yang tidak berdosa adalah dosa

besar sebagaimana menurut ajaran agama Islam sesuai fatwa Majelis Ulama

Indonesia dimana pokok ajaran Islam membenarkan tindak kekerasan terhadap

musuh nyata Islam di dalam keadaan perang atau di wilayah perang sebagai

“jihad”. Penganut ideologi radikal dalam bentuk jihad mengaitkannya pada sentral

dimana keberpihakan Amerika Serikat kepada Israel dipandang sebagai agresor

dan ideologi radikal menimbulkan dendam luar biasa terhadap reaksi kebijakan

politik negara pada kelompok yang termarjinalisasikan yang dipandang tidak adil.

Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa cenderung masyarakat bangsa

Indonesia dengan berbagai kepentingan sangat memengaruhi dan menghambat

integrasi dan pembangunan nasional dimana salah satu dampak negatifnya

terjadinya berbagai macam konflik akibat kebebasan yang tiada batas

(kebablasan). Dan hal ini sangat melemahkan seluruh kekuatan bangsa dalam

pemeliharaan keamanan dan ketertiban di masyarakat.

Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia,

sehingga perundangan dan peraturan baik di pemerintah maupun pemerintahan

daerah seharusnya tidak boleh keluar dari koridor Pancasila dan UUD 1945.

Page 97: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

78

Namun demikian, sampai sejauh ini masih banyak perundangan yang tidak

mengedepankan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila dan UUD

1945.

Bagi bangsa Indonesia yang membangun bangsa dan negara dengan

kekuatan dan kepribadian sendiri, berbagai perubahan harus dapat direspon dan

disikapi secara bijak dengan mengedepankan nilai-nilai luhur yang terkandung

dalam Pancasila, sehingga berbagai perubahan yang terjadi tidak

berkecendurangan mengarah pada kebarat-baratan.

Merujuk dari berbagai hal sebagaimana diuraikan diatas, semakin jelas

bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan

penting dalam menjaga kepribadian bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, program deradikalisasi untuk mengatasi permasalahan

radikalisme di Indonesia sangat diperlukan sekali pendekatan lunak (soft

approach) dengan muatan wawasan kebangsaan, dengan menggunakan ideologi

Pancasila dan kesejarahan bangsa Indonesia sebagai kontra ideologi dan kontra

narasi paham radikal. Pancasila dalam hal ini menjadi alat legitimasi negara

terhadap subjek pelaku radikalisme. Untuk hal ini, faktor penarik dari aspek

wawasan kebangsaan untuk merubah perilaku agar tidak fokus pada perilaku

radikalisme. Secara sederhana sekali, program deradikalisasi melalui wawasan

kebangsaan sangatlah penting untuk merubah perilaku dan pola pikir radikal guna

memiliki jiwa Pancasilais sejati.

Page 98: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

79

B. Pencegahan dan Penanggulangan Radikalisme di Indonesia

“… Konsep awal pencegahan sangat luas sekali. Konsep pencegahan

yang perlu dilakukan adalah pencegahan sistem online maupun offline, offline

yaitu dengan cara dialog-dialog, dengan data yang lengkap berikut perubahan

yang terjadi dan sebagainya. Dari offline ini dapat melihat mind set seseorang

dengan dibantu dengan penelitian melalui kuisioner, pre-test, dan post-test

dengan data yang lengkap, selain itu secara online juga workshop via dunia

maya, dengan menggandeng penggiat dunia maya yang diberikan gambaran

kehidupan berbangsa dan bernegara yang benar, dengan harapan secara lugas

dan tegas mereka melawan paham kekerasan di dunia maya dengan gencarnya

paham radikal dunia maya melalui meme dan sebagainya, terutama untuk

kalangan generasi muda atau generasi milenial”.129

Dalam melakukan pencegahannya merupakan tugas bersama, tugas semua

insan yang mencintai kehidupan. Mungkin sekarang ini belum banyak yang turut

berpartisipasi dalam kegiatan pencegahan. Akan tetapi nanti, penghargaan yang

tinggi pada kehidupan bangsa, akan memotivasi setiap orang untuk mengambil

bagian. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan menghidupkan kembali

solidaritas masyarakat dalam menjaga keamanan di wilayahnya masing-masing.

Cara ini dapat diperluas menjadi gerakan masyarakat untuk waspada bersama

kemungkinan munculnya potensi gerakan radikal dalam bentuk teror disekitar

kita.130

Strategi dan pola pelibatan unsur-unsur masyarakat dapat dilakukan

dengan sosialisasi kebijakan pemerintah tentang penanggulangan radikalisme di

Indonesia dengan aksi-aksi terorismenya, dan pentingnya peran masyarakat dalam

pencegahannya. Peran pemerintah melalui BNPT sendiri telah menganalisa dan

129

Hasil wawancara langsung dengan Deputi bidang Pencegahan, Penindakan, dan

Deradikalisasi BNPT. 130

Dalam kesempatan diskusi bersama Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat, Pembicara

Lurah Cipinang Besar Utara Ibu Sri Sundari S.Sos, MSi. Di kantor kelurahan Cipinang Besar

Utara pada Februari 2018.

Page 99: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

80

kemudian menjelaskan sejumlah langkah yang perlu dilakukan peran serta

masyarakat sebagai berikut:

1. Membangun komunikasi diantara masyarakat sampai dengan masyarakat

lingkungan terdekat. Untuk mengetahui peta kondisi masyarakat secara

ekonomi, sosial, agama, politik, kemanan, dan sebagainya.

2. Pemberdayaan seoptimal mungkin organisasi kepemudaan diberbagai

lapisan strategis dengan beragam corak dan warna, yang dapat

dimanfaatkan pembinaan pemuda kontra radikalisme seperti KNPI, BEM,

HMI, GMNI, PMII, dan IMM.

3. Pemberdayaan organisasi sosial seperti majelis ta‟lim, karang taruna,

pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (PKK), Lembaga Musyawarah

Kelurahan (LMK), RT/RW, dan lain sebagainya.

4. Melakukan maping terhadap individu atau kelompok masyarakat yang

berpotensi menjadi pelaku teroris, seperti orang yang mengontrak rumah

atau kost di lingkungan masing-masing, orang-orang tertentu yang

mencurigakan di lingkungan tempat tinggal kita khususnya tamu, dan

pendataan asing yang menginap tanpa terlebih dahulu melapor.

Secara garis besarnya, peran masyarakat dalam pencegahan terorisme ini

sekurang-kurangnya dibagi menjadi tiga komponen. Pertama, keluarga yang

merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga, dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap

dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga menjadi salah satu kelompok atau

kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit

Page 100: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

81

masyarakat terkecil yang biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan

atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah.

Kedua, lingkungan dalam hal ini dimaksud sebagai struktur

kemasyarakatan yang terdiri dari berbagai unit, dari yang terkecil hingga dalam

skala organisasi masyarakat. Disini, dibatasi lingkungan yang mencakup RT dan

RW. Ketiga, tokoh masyarakat. Secara definitif, tokoh masyarakat merupakan

orang-orang yang memiliki pengaruh pada masyarakat, baik yang bersifat formal

dan informal.

1. Kewaspadaan dalam Rangka Cegah Tangkal Radikalisme

Secara umum, kewaspadaan ada dua hal. Pertama, adanya sistem deteksi

dini kewaspadaan sebagai upaya yang efektif guna mencegah aksi terorisme.

Kedua, menciptakan jaringan kerjasama pencegahan terorisme meliputi unsur

pemerintah dan masyarakat.

Prinsip kewaspadaan dalam pencegahan terorisme ada 4 hal. Pertama,

kehati-hatian, artinya bahwa perlu kehati-hatian dalam mengidentifikasi potensi

terorisme, kedua, kecermatan, yang artinya benar-benar tepat dalam

mengidentifikasi kelompok yang terindikasi teroris, ketiga, pelaksanaan tugas

kewaspadaan sesuai kewenangannya, misalnya masyarakat tidak boleh

menangkap, melakukan kekerasan, dan menembaki terduga kasus teroris karena

hal itu adalah tugas Densus 88. Keempat, penghormatan terhadap Hak Asasi

Manusia pelaku teroris. Walaupun terjadi penangkapan terhadap terduga pelaku

teroris, perlu diawali dengan peringatan, penangkapan sebelum dilakukan

Page 101: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

82

penembakan jika terjadi penolakan. Selain itu, masyarakat perlu memberikan

asumsi praduga tak bersalah, pendampingan kuasa hukum, dan hak-hak lainnya

sebagai tahanan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.131

Kewaspadaan dan pengawasan akan sangat membantu pencegahan aksi

terorisme di tingkat yang paling bawah. Kewaspadaan dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan sistem deteksi dini diseluruh wilayah Indonesia sebagai

upaya untuk meningkatkan kewaspadaan yang efektif guna mencegah aksi

terorisme.

b. Menciptakan jaringan pencegahan terorisme yang meliputi unsur

pemerintah dan masyarakat

c. Mewujudkan sinergitas komponen masyarakat dan pemerintah agar

memiliki kewaspadaan yang tinggi dalam pencegahan terorisme

d. Mensinergikan seluruh kekuatan intelijen yang terkait dengan pencegahan

terorisme agar bersama-sama dapat memberi kontribusi bagi pencegahan

terorisme dan radikalisme yang tepat.

C. Pendukung dan Penghambat Program Deradikalisasi

1. Aspek-aspek Keberhasilan atau Tidaknya Program

Keberhasilan dan sukses tidaknya program deradikalisasi khususnya

dalam pendekatan wawasan kebangsaan tidak lepas dari pada aspek politik,

131

Temu Wicara “Memperingati Hari Kelahiran Pancasila dengan teman Pancasila Dari Kita,

Oleh Kita dan Untuk Kita. Pembicara Komandan Distrik Militer (Dandim) Jakarta Timur,

Komandan Rayon Militer (Danramil) Jatinegara Mayor Invanteri Lucky Subiandono, Pengajar

Pendidikan Moral Pancasila (PMP) SMA Negeri 100 Jakarta, serta Lurah Cipinang Besar Utara

Ibu Sri Sundari S.Sos, MSi. Pada tanggal 01 Juni 2018”.

Page 102: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

83

regulasi, pengembangan program dan koordinasinya karena dukungan-hambatan

program deradikalisasi di Indonesia khususnya pendekatan wawasan kebangsaan

dimana dukungan politik kuat-tidaknya seluruh komponen bangsa dalam

penanggulangan terorisme. Oleh karena sangat pentingnya diperlukan dukungan

anggaran yang cukup dan sekaligus partisipasi aktif masyarakat dalam

penyelenggaraan program deradikalisasi pendekatan wawasan kebangsaan di

seleruh tanah air Indonesia.

Begitupun dukungan aspek regulasi dalam bentuk Undang-Undang guna

memperkuat penanggulangan terorisme khususnya pada Undang-Undang

Keamanan Nasional dan dalam aspek pelaksanaan program deradikalisasi dalam

pendekatan wawasan kebangsaan perlu diupayakan sosialisasi dan kerjasama

pemerintah dengan organisasi masyarakat. Perlunya dibentuk kekuatan

pembendung ideologi radikal dengan ideologi Pancasila melalui aktualisasi nilai-

nilai Luhur Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Cegah tangkal dan deteksi dini dapat meminimalisasi dan sekaligus

memberantas ideologi radikal serta gerakan aksi terorisme. Oleh karenanya perlu

adaya sinergi antara masyarakat dengan pemerintah, khususnya dalam

keberhasilan pengembangan program deradikalisasi pendekatan wawasan

kebangsaan secara terus menerus dan terinternalisasi di dalam masyarakat

Indonesia.

Begitupun aspek koordinasi yang efektif dalam suksesnya sosialisasi

program deradikalisasi pendekatan wawasan kebangsaan di lingkungan ormas,

Page 103: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

84

baik yang dilakukan bersama pemerintah maupun organisasi-organisasi yang ada

di seluruh Indonesia, melalui integrasi program deradikalisasi pendekatan

wawasan kebangsaan yang dilaksanakan pemerintah dan organisasi masyarakat

sehingga efektifitas program meningkat dari waktu ke waktu. Perlu adanya

penurunan pengaruh ideologi radikal dan aksi-aksi terror akibat dari efektifitas

program deradikalisasi pendekatan wawasan kebangsaan yang terkoordinasi dan

terintegrasi secara efektif. Dan kemampuan BNPT dalam melakukan koordinasi

yang efektif dalam penyelenggaraan program deradikalisasi pendekatan wawasan

kebangsaan melalui dibentuknya peta jalan program deradikalisasi sebagai

rujukan bagi penyelenggaraan kegiatan deradikalisasi pendekatan wawasan

kebangsaan di seluruh Indonesia.

2. Peluang dalam Menghadapi Ancaman Teroris

Dalam menghadapi ancaman teroris, pemerintah perlu melihat berbagai

peluang karena sebelumnya telah membuat berbagai kebijakan nasional dan

internasional yang manfaatnya dirasakan sekarang ini. Berbagai peluang yang

dapat digunakan untuk menghadapi teroris antara lain:

a. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Ideologi nasional Pancasila dan konstitusi Undang-Undang Dasar 1945

terbukti menjadi pemersatu dan sekaligus pengikat serta jati diri yang

paling tangguh dalam perjalanan sejarah, tidak tergoyahkan oleh

upaya-upaya delegitimasi maupun penggantian ideologi, khususnya

pada pembukaan UUD NKRI 1945, yang merupakan modal dasar dan

Page 104: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

85

paling berharga yang dimiliki oleh masyarakat, bangsa, dan negara

Republik Indonesia.

b. Negara yang Berdemokrasi

Indonesia sebagai negara demokrasi dan pemimpin negara-negara non

blok, negara-negara selatan, ASEAN, dan dunia Islam oleh masyarakat

internasional. Hal ini merupakan kekuatan penting bagi upaya bangsa

dan penyelenggara negara mewujudkan amanat pembukaan UUD 1945

pada alinea ke empat;

“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan

Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,

dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan

Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,

yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang

berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang

Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,

dan Kerakyatan Ynag Dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu

Keadilan Sosila bagi seluruh rakyat Indonesia”.

c. Posisi Geografis dan Sumber Kekayaan Alam

Posisi geografis Indonesia yang terletak pada persilangan dua benua

yang memiliki sumber kekayaan alam melimpah serta sumber daya

manusia yang besar memberi peluang peningkatan kesejahteraan

rakyat dan bangsa.

d. Pengalaman Sejarah Bangsa Indonesia

Pengalaman sejarah bangsa Indonesia mengatasi segala macam upaya

untuk mengubah dasar negara dari ideologi dan kelompok anti NKRI

Page 105: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

86

adalah modal dasar yang sangat berharga. Hal ini akan sangat

bermanfaat bagi penanggulangan terorisme.

e. Penduduk Mayoritas Muslim

Penduduk mayoritas Indonesia umat Islam yang merupakan kelompok

masyarakat Islam moderat yang dapat dipaaki sebagai contoh. Cara

pandang hidup beragama Islam yang baik dan santun tidak

bertentangan dengan demokrasi dan HAM adalah modal besar bagi

rakyat Indonesia yang majemuk.

3. Kendala dalam Mengahadapi Ancaman Teroris

Dalam mengatasi krisis yang terjadi khsusnya pada kasus gerakan radikal

pada aksi terorisme, terjadi adanya beberapa kendala yang dihadapi, yaitu:

a. Keseimbangan sistem politik yang masih belum stabil dengan belum

terjadinya konsolidasi demokrasi yang merupakan kendala bagi

pemerintah untuk dapat menjalankan platform percepatan

pembangunan dan pemulihan ekonomi serta kesejahteraan rakyat.

b. Belum tersosialisasinya kembali landasan negara Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 kepada rakyat merupakan kendala bagi

ketahanan ideologi menghadapi ancaman terorisme, serta upaya pihak

asing untuk memperlemah NKRI.

c. Kemadirian ekonomi nasional belum pulih dan masih tingginya

ketergantungan kepada pasar global menjadikan kendala bagi

pemerintah saat ini. Pemerintah masih berkewajiban menjaga

Page 106: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

87

kedaulatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat yang

berada di lapis bawah. Hal ini menjadi rentannya pertahanan mereka

dari pengaruh ideologi radikal yang menggunakan isu ketidak adilan

ekonomi dan penindasan HAM untuk menanamkan pengaruhnya.

d. Lemahnya sistem pertahanan keamanan negara dalam peningkatan

alutsista TNI dan POLRI. Apalagi apabila dibandingkan dengan

tanggung jawab yang besar mengawal NKRI yang sangat luas dan

mejemuk, menjadi kendala bagi upaya pencegahan masuknya

kelompok-kelompok asing yang merugikan keamanan dan kepentingan

nasional, termasuk terorisme.

4. Tantangan Program Deradikalisasi

Tantangan, Pertama adalah tantangan regulatif, seharusnya diatur dalam

sebuah aturan Undang-Undang. Dengan demikian, ruang gerak BNPT dapat setara

dengan Badan Nasional lain yang telah memiliki aturan tersendiri yang berbentuk

Undang-Undang.

Kedua, adalah perlunya reorganisasi kelembagaan. Dalam menghadapi

radikalisme dan terorisme yang menjadi musuh kemanusiaan dan bahaya laten

yang dapat membahayakan bagi integritas berbangsa dan bernegara, BNPT

seyogyanya memiliki struktur kelembagaan yang kuat dan menyeluruh hingga

kedaerah dalam menanggulangi bahaya radikalisme yang menggadaikan nama

agama, menghancurkan jati diri bangsa Indonesia yang sangat menghargai

martabat kemanusiaan yang tercermin dalam Pancasila dan UUD 1945.

Page 107: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

88

Sementara, tantangan eksternal pertama, yang dihadapi adalah seluruh

lapisan bangsa sepakat bahwa bahaya yang ditimbulkan radikalisme

mengahncurkan tatanan kehidupan. Dengan demikian, konsekuensinya seluruh

masyarakat tanpa terkecuali harus terlibat dalam menanggulangi bahaya laten

tersebut, sesuai dengan kapsitas dan kapabilitas yang dimiliki masing-masing

pihak.

Tantangan eksternal kedua, adalah minimnya pemahaman masyarakat

terhadap penanggulangan terorisme. Tidak sedikit yang masih beranggapan bahwa

radikalisme dan terorisme adalah musuh TNI dan POLRI. Oleh karenanya

sebagian besar masyarakat seolah berlepas tangan dan bersiakp skeptis menyikapi

bahaya yang ditimbulkan gerakan radikal dan aksi terorisme yang mejual nama

agama, serta berupaya memadamkan cahaya universalisme agama dengan

menanamkan kebencian terhadap pihak lain.

Tantangan eksternal ketiga, adalah agenda besar masyarakat dimana belum

memiliki pemahaman yang tepat dengan beberapa istilah yang digunakan antara

lain, anti radikalisasi, deradikalisasi, disengagement. Istilah-istilah tersebut harus

dipahami agar tidak menimbulkan pemahaman yang keliru. Misalnya, anti

radikalisasi dimaksudkan sebagai upaya membentengi, mewaspadai dan

menangkal bahaya laten radikalisme bagi segenap lapisan masyarakat terutama

generasi muda.

Upaya-upaya mengeliminasi tantangan internal dan tantangan eksternal

tersebut, perlu adanya komunikasi dan koordinasi antar semua unsur dalam

Page 108: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

89

masyarakat mulai jajaran pemerintah hingga seluruh lapisan masyarakat harus

aktif dan produktif sebagai wujud nyata dalam mempertahankan keutuhan NKRI.

Begitupun harus disertai aksi nyata dalam melawan bahaya laten radikalisme.

Upaya penanggulangan terorisme harus dilakukan secara terarah, terukur,

terprogram, dan terkoordinasi secara lintas secktoral. Hal ini penting mengingat

sifat terorisme yang merupakan kejahatan luar biasa.

Page 109: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Program deradikalisasi pendekatan wawasan kebangsaan adalah

memoderasi paham kekerasan dengan memberikan pemahaman nasionalisme

kenegaraan, dan kebangsaan Indonesia. Dan selanjutnya untuk ikut

menyemarakan wacana penanggulangan radikalisme dengan berbagai kegiatan

dalam rangka pencegahan aksi terorisme di Indonesia. Seperti diketahui,

Indonesia memiliki keragaman etnik, dan suku bangsa dan beragam pemikiran

dan kesenjangan ekonomi, dengan mayoritas masyarakatnya pada tingkat

perekonomian menengah kebawah sangat mudah dan rentan dimasuki ideologi

radikal.

Di Indonesia sudah dilakukan berbagai upaya untuk memberantas

terorisme melalui model pendekatan dan sekaligus strategi yang dilakukan.

Pendekatan yang populer dan menjadi arus utama penanggulan radikalisme adalah

deradikalisasi.

Pendekatan deradikalisasi dipandang sebagai obat mujarap dalam

penanggulangan radikalisme di Indonesia, sehingga bermunculan organisasi di

masyarakat untuk melakukan penggalangan untuk menolak aksi terorisme.

Begitupula, kesadaran pada tingkat keluarga yang kemudian melakukan mawas

diri keluarganya agar jangan sampai terjerat oleh paham-paham yang radikal.

Walaupun pro dan kontra terhadap deradikalisasi masih terus bermunculan. Yang

Page 110: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

91

lebih tragis dengan menuding deradikalisasi sebagai “rekayasa” untuk melakukan

de-Islamisasi terhadap umat Islam di Indonesia.

Tudingan tidak dijadikan penghalang tetapi menjadi tantangan tersendiri

untuk merumuskan, melaksanakan deradikalisasi lebih baik. Dengan harapan akan

lahir temuan-temuan yang bermanfaat untuk mencapai kesempurnaan.

Deradikalisasi adalah kebutuhan tanggap dan darurat guna

membentangkan kesadaran menggali nilai-nilai luhur perjuangan bangsa.

Kedewasaan bangsa akan tercipta membentuk karakter masing-masing untuk

dapat berperan membangun bangsanya yang berujung pada kebangkitan “sadar”

untuk saling menghargai dan menghormati dengan menjaga perdamaian dan

menghilangkan kekerasan.

Pancasila merupakan sumber hukum di Indonesia, perundangan dan

peaturan pemerintah maupun daerah tidak boleh keluar dari koridor Pancasila dan

UUD 1945. Perilaku dan janji-janji para petinggi negeri mendorong kesenjangan

sosial dan ketidak adilan sosial berimplikasi terbentuknya sikap fundamentalis

tertutup, sehingga mendorong munculnya radikalisme dalam masyarakat. Sebab

akar masalah terjadinya radikalisme adalah perbedaan kepentingan dan tujuan.

Pada akhirnya memunculkan kerentanan permasalahan sosialitas, fundamentalitas,

maupun radikalitas.

BNPT merupakan pusat deradikalisasi yang akan dipergunakan untuk

melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan pelatihan ketrampilan bagi warga

binaan di lembaga pemasyarakatan. Dalam pusat deradikalisasi BNPT dalam

Page 111: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

92

memaksimalkan koordinasi dan kerjasama aktif antara pihak yang kompeten

dalam penanganan warga binaan di lembaga pemasyarakatan terorisme.

BNPT merupakan pelaksana program deradikalisasi secara khusus untuk

membuka dan mengubah cara pandang cakrawala berpikir dari fanatisme sempit

menjadi elegant dengan berwawasan kebangsaan yang luas yang dapat menerima

dengan baik segala perbedaan-perbedaan yang ada.

Deradikalisasi didasari pemahaman bahwasannya salah satu akar atau

sebab terorisme adalah paham radikalisme yang diwujudkan dalam tindakan

radikal dengan pemaksaan kehendak. Perlunya penyiapan kesiapsiagaan nasional

melalui wawasan kebangsaan untuk melindungi ketentraman nasional, dengan

menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dengan memberikan pemahaman

nasionalisme kenegaraan dan kebangsaa Indonesia untuk tidak terkena paham

ideologi radikal dan terorisme.

Terorisme merupakan kejahatan secara umum terbagi menjadi tiga bentuk

yaitu, Pertama, terorisme revolusioner, dengan menggunakan kekerasan secara

sistematis guna mewujudkan radikal dalam tatanan kehidupan politik. Kedua,

terorisme sub-revolusioner, penggunaan kekerasan teroristik guna merubah

kebijakan public tanpa mengubah tatanan kehidupan politik. Ketiga, terorisme

represif, penggunaan kekerasan teroristik guna menekan, membelenggu individu,

kelompok dalam bentuk perilaku yang tidak berkenan oleh negara.

Program deradikalisasi pendekatan wawasan kebangsaan adalah cara

pandang bangsa Indonesia baik diri dan lingkungan dalam mencapai tujuan

Page 112: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

93

bersama yaitu tujuan nasional. Wawasan kebangsaan mengacu pada kondisi

sosial, budaya, sejarah, perkembangan lingkungan yang merupakan kesimpulan

pengalaman masa lalu serta lingkungannya yang memiliki relevansi masa datang

yang mendapat acuan dalam pelaksanaan interaksi komponen bangsa dalam hidup

bersama yang bermanfaat.

Prinsip wawasan kebangsaan adalah kesetian, kesepakatan, ikrar bersama

memegang teguh nilai-nilai luhur kebangsaan. Yang berisi setia kawan, rasa

senasib sepenanggungan, harmonis dalam mengisi kemerdekaan. Oleh karenanya

perubahan dan penolakan dasar negara Pancasila harus ditolak secara mentah-

mentah dengan melihat makna wawasan kebangsaan sebagai cermin kehidupan

bangsa Indonesia.

Makna wawasan kebangsaan adalah merupakan konsep Pemikiran Inklusif

yang dapat menerima pembaruan kehidupan bangsa Indonesia yang beraneka

ragam. Oleh sebab itu, wawasan kebangsaan secara jelas mendukung

Pembangunan Nasional.

Pokok-pokok wawasan kebangsaan dalam mencapai pembangunan

nasional sesuai TAP MPR bahwa wujud kepulauan nusantara merupakan kesatuan

sosial budaya. Yang maksudnya masyarakat Indonesia adalah satu, kehidupan

bangsa Indonesia merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya kemajuan

masyarakat yang sama, merata, seimbang adanya keselarasan kehidupan yang

sesuai kemajuan bangsa.

Page 113: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

94

Mengacu pada cara pandang wawasan kebangsaan seperti diatas,

kehidupan sosial diamanatkan menjunjung tinggi keseimbangan yang satu dengan

yang lain. Oleh hal itu, segala bentuk kekerasan, paksaan maupun ancaman suatu

paham yang radikal bertentangan dengan wawasan kebangsaan. Munculnya kasus

radikalisme dan kekerasan terorisme jelas sangat bertolak belakang dari konsep

wawasan kebangsaan. Tindakan kekerasan oleh karena perbedaan pemikiran

menciderai kehidupan bangsa Indonesia. Kekerasan melalui aksi anarkis dan

radikalisme merupakan paham yang tidak dapat diterima dan tidak dapat tinggal

dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, sudah seharusnya kewaspadaan

akan paham radikalisme dan terorisme tidak sesuai cerminan wawasan

kebangsaan karena berpotensi kepada gangguan dan sekaligus keamanan nasional.

B. Saran

1. Saran Umum

Perlu sangat diupayakan dalam memperkokoh nilai-nilai luhur Pancasila

dengan membuktikan kenyataan pelaksaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara berdasarkan Pancasila telah membuktikan membawa rasa aman dan

sekaligus mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan kedaulatan rakyat yang terdapat pada Pembukaan UUD 1945

Pasal 1 UUD 1945, upacara peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan, rakyat

diberi kebebasan unutk menilai sekaligus mengkritisi pelaksanaan kinerja

penyelenggara negara dalam pelaksanaan empat tugas pokok menurut Pembukaan

UUD 1945.

Page 114: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

95

Sangat diperlukan pengkajian keabsahan ideologi Pancasila berdasarkan

pada semangat yang terkandung pada Pembukaan UUD 1945. Perlu memantapkan

semangat kebangsaan dan jiwa nasionalisme ke-Indonesiaan diseluruh komponen

bangsa dalam rangka menangkal ideologi radikal.

Perlu upaya efektif untuk menangkal ideologi radikalisme dengan

memperkuat wawasan kebangsaan melalui ketahanan nasional dalam bidang

ideologi. Melalui peningkatan relevansi Pancasila dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sehingga rakyat bukan saja memahami

akan tetapi menerimanya secara efektif. Sehingga bukan saja kewibawaan

Pancasila semakin meningkat didukung oleh kenyataan, tapi daya tarik ideologi

radikalisme secara otomatis semakin menurun.

Dengan upaya pencagahan yang efektif dapat mencegah timbulnya minat

terhadap ideologi radikalisme dengan meniadakan kondisi yang memungkinkan

tumbuh kembangnya ideologi tersebut, antara lain menegakan keadilan,

kebenaran, menghargai harkat martabat manusia, mencegah terjadinya

diskriminasi dan mengambil tindakan terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia

serta perlunya pengambilan langkah tindakan prefentif dan represif yang tepat

sekaligus cepat terhadap indikasi adanya aksi radikalisme didalam masyarakat.

Perlu dibangunnya kembali kesadaran pemimpin dan pemikir bangsa guna

menjadi “jembatan” yang mempunyai kemampuan berbagai kepentingan bangsa

berdasarkan tindakan dan kebijakan yang selaras dan sesuai dengan nilai-nilai

luhur dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.

Page 115: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

96

Perlu dipercepat pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan

dimasyarakat guna menangkal ideologi radikalisme.

Sangat perlu diadakannya pengkajian, penelitian guna menyempurnakan

terhadap berbagai perundang-undangan agar semangat, “roh”, dan materi

muatannya sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Pancasila adalah suatu muara

permata budaya bangsa dalam wawasan kebangsaan yang harus disosialisasikan

dan membumi dalam tata kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

Mengaktualisasikan dan sekaligus dan memprofesionalkan nilai-nilai luhur

Pancasila guna memperkokoh Pancasila melalui wawasan kebangsaan dalam

penegakan supremasi hukum secara konsisten kepada para pelaku radikalisme

yang merusak dan melanggar hukum, dengan mengedepankan keadilan hukum

dan keadilan masyarakat tanpa diskriminatif.

Pengembangan pemahaman secara terus menurus wawasan kebangsaan

dalam pluralism kebudayaan bagi bangsa Indonesia suatu kondisi garansi,

kelompok etnik, suku, pemeluk agama, didorong guna pengembangan sistem

budaya dalam bersama memperkaya kehidupan masyarakat majemuk yang

dimulai sejak dini sejak dari bangku sekolah dasar.

Perlunya menindak lanjuti berbagai kerjasama dalam penanggulan

terorisme baik secara internasional maupun regional dalam program deradikalisasi

akan semakin kuat dengan adanya instrument hukum internasional yang menjadi

landasannya.

Page 116: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

97

Segera pula diwujudkan kerjasama dalam bidang keamanan dengan negara

lain yang memiliki visi yang sama dalam menghadapi bahaya keamanan secara

komprehensif.

Perlu tindak lanjut pendidikan moral Pancasila dan UUD 1945 dari level

bawah sampai perguruan tinggi secara mandiri untuk mendukung program

deradikalisasi khususnya pada wawasan kebangsaan.

Tindak tegas yang menolak Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan

kehidupan bernegara. Pembiaran mengakibatkan keraguan dari publik dalam

penanggulangan bahaya terorisme. Oleh karenanya perlu dan terus mengajak

seluruh organisasi baik keagamaan maupun sosial yang memiliki komitmen

terhadap penguatan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara (Pancasila,

UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI). Untuk melakukan sosialisasi ideologi

dan aksi anti kekerasan yang menggunakan agama.

Perlu dukungan kuat baik partai politik, LSM maupun para cendekiawan

menjadi pelopor penguatan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara

melalui kinerja yang baik dimasyarakat maupun lembaga-lembaga dimana mereka

berkiprah, karena sangat penting dalam memberikan dukungan politik serta

komitmen ideologi Pancasila menjadi bagian bagi kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

Perlu dukungan, peran serta fungsi media masa dalam konsolidasi

demokrasi di Indonesia dengan penyebaran informasi melalui pemberitaan yang

objektif, fair, dan berorientasi kebenaran dan pengabdian kepada nusa dan bangsa.

Page 117: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

98

Media masa tidak terjebak sensasionalisme pemberitaan dan mampu mengekang

diri tidak memberitakan informasi yang menciptakan gangguan publik, walaupun

di lindungi prinsip kebebasan pers. Kesadaran akan pentingnya keserasian

kemaanan nasional dalam kepentingan publik menjadi landasan penting bagi

media yang bebas dan tanggung jawab keberadaan dan keberlangsungan bangsa

dan NKRI.

Otonomi daerah menjadi pusat unggulan di seluruh wilayah NKRI. Hingga

sekarang otonomi daerah masih menjadi masalah bernegara dengan belum

berfungsi optimal sebagai sarana peningkatan keamanan dan kesejahteraan bangsa

dan negara. Upaya penanggulangan radikalisme dalam wawasan kebangsaan

melalui peningkatan ketahanan nasional semakin efektif apabila daerah-daerah

memiliki tingkat kesejahteraan ekonomi yang tinggi dan keamanan yang terjamin.

Diperlukan peningkatan pengawasan pada kasus terorisme, terutama

dalam pengawasan material dan buku-buku yang berisi ajaran radikal. Oleh

karenanya perlu penggalangan ormas Islam moderat dengan memberikan dialog

maupun ceramah terkait wawasan kebangsaan dalam maslah sosial dan budaya

yang selaras dengan dasar negara Indonesia yaitu Pancasila sehingga penyebran

ajaran-ajaran terorisme dapat ditekan tumbuh kembangnya.

2. Saran Khusus

Saran ini ditujukan secara khusus Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT) upaya meningkatkan kinerja dalam menanggulangi

radikalisme di Indonesia, yiatu:

Page 118: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

99

a. Perlu adanya upaya BNPT standarisasi procedural program

penanggulangan terorisme, termasuk penyelenggaraan program

deradikalisasi dalam wawasan kebangsaan yang dijadikan pedoman

pelaksanaan tugas BNPT serta institusi lain dalam penanggulangan

terorisme secara nasional.

b. BNPT perlu melakukan pantauan secara terus menerus dan sekaligus

mengevaluasi kinerja penanggulangan terorisme, termasuk yang

diselenggarakan institusi terkait.

c. BNPT perlu menyelenggarakan program deradikalisasi dan instansi

yang terkait sekaligus melakukan evaluasi bersama masyarakat secara

periodik mengenai permasalahan yang timbul.

d. BNPT harus memiliki sasaran strategis dalam program pencegahan

terorisme di Indonesia baik kelompok inti, kelompok militant,

pendukung, simpatisan, dan yang menolak program deradikalisasi.

e. BNPT harus mengorganisir sumber-sumber daya yang dimiliki guna

mensinergikan dan mengoptimalkan kinerja program deradikalisasi

dalam berbagai bentuk melalui para tokoh agama, tokoh masyarakat,

tokoh daerah, tokoh adat, maupun tingkat RT dan RW. Sinergi tersebut

untuk mengoptimalisasi kinerja program dalam mencari kemungkinan

untuk dikembangkan di lingkungan dan keperluan di dalam

masyarakat, khsususnya juga sebagai ajang sosialisasi program

deradikalisasi dan juga menghidupkan kembali ideologi Pancasila di

tengah kehidupan bermasyarakat.

Page 119: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

100

f. BNPT perlu membuat sistem database dalam menunjang sistem

nasional yang dapat digunakan penyelenggaraan program

deradikalisasi yang dapat diakses seluruh wilayah hukum republik

Indonesia.

g. Perlu adanya kerjasama BNPT dengan ormas-ormas keagamaan, dan

pusat-pusat krisis dalam memfasilitasi penyelenggaraan program

deradikalisasi di setiap wilayah setingkat kabupaten atau kota.

h. Perlunya kerjasama pemerintah pusat dan daerah untuk peran serta

aktif memberikan informasi kepada aparat penegak hukum dengan

pengembangan deradikalisasi yang telah dilakukan.

i. BNPT perlu melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota,

kecamatan, kelurahan, RW, dan RT unutk mengikuti perkembangan

sosialisasi deradikalisasi.

j. Perlu adanya sistem pemobilisasian masyarakat melalui program

deradikalisasi wawasan kebangsaan sampai di tingkat paling bawah

guna sebagai sarana penegakan hukum dan sekaligus sosialisais

program deradikalisasi.

3. Saran Akademik

Sangat diperlukan Pendidikan Moral Pancasila dan UUD 1945 diseluruh

jenjang pendidikan dari level terendah hingga perguruan tinggi baik formal

maupun informal serta non-formal termasuk lembaga-lembaga pendidikan agama

seperti pondok pesantren dan lain sebagainya.

Page 120: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

101

Tindak tegas penolakan anti Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan

kehidupan berbangsa, bernegara karena pembiaran mengakibatkan keraguan

warga masyarakat publik akan konsistensi pemerintah dalam menanggulangi

bahaya terorisme.

Perlu disosialisasikan secara terus menerus komitmen penguatan empat

pilar kehidupan berbangsa, dan bernegara (Pancasila, UUD 1945, Bhineka

Tunggal Ika, dan NKRI) di sekolah-sekolah, perguruan tinggi dan juga pondok

pesantren guna menghadapi bahaya laten ideologi radikal dan kekerasan

terorisme.

Sangat diperlukan para kelompok cendekiawan khususnya cendekiawan

muslim menjadi pelopor dalam penguatan empat pilar kehidupan berbangsa dan

bernegara dalam menghadapi tantangan dan penanggulangan bahaya terorisme.

Sudah saatnya dimulai gerakan revolusi kesadaran dengan menanamkan

nilai-nilai juang luhur 1945 melalui ideology Pancasila yang merupakan

karatekter bansga Indonesia yang akan melahirkan kepribadian yang beretika,

saling menghargai, hormat-menghormati, toleran, berintegritas tinggi dengan

kualitas moral yang luhur.

Beragama dalam konteks kebangsaan melahirkan kesalehan manusia yang

nasionalis. Mencintai negaranya merupakan bagian dari keimanan manusia

terhadap Tuhannya.

Page 121: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

102

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Skripsi

Abidin, Yusuf Zainal dan Saebani, Beni Ahmad. Pengantar Sistem Sosial Budaya

di Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2014.

Assidiqqie, Jimly. Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemen Dalam sejarah;

Telaah Perbandingan Konstitusi Berbagai Negara. Jakarta: UI Press, 1996.

Azra, Azyumardi. Pergolakan Politik Islam, dari Fundamentalisme, Modernisme,

hingga Post-Modernisme. Jakarta: Paramadina, 1996.

Bakti, Agus Surya. Darurat Terorisme: Kebijakan Pencegahan, Perlindungan,

dan Deradikalisasi. Jakarta: Daulat Press, 2014.

Bakti, Agus Surya. Deradikalisasi Nusantara: Perang Semesta Berbasis Kearifan

Lokal Melawan Radikalisasi dan Terorisme. Jakarta: Daulat Press, 2016.

Dikmejian, R. Hrair. Islam in Revolution: Fundamentalism ini Arab World (New

York: Syracuse University Press, 1985.

Famela, Jely Agri. “Pro dan Kontra Pelaksanaan Program Deradikalisasi Badan

Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2013.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: PT. Andi Offset, 1997.

Hasani, Ismail dan T.N, Bonar. Dari Radikalisme Menuju Terorisme. Jakarta:

Pustaka Masyarakat Setara, 2012.

Hikam, Muhammad A.S. Deradikalisasi: Peran Masyarakat Sipil Membendung

Radikalisme. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2016).

Husaini, Adian. Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi.

Jakarta: Gema Insani Pers, 2006.

Idris, Irfan. Membumikan Deradikalisasi: Soft Approach Model Pembinaan

Terorisme Dari Hulu Ke Hilir Secara Berkesinambungan. Jakarta: Daulat

Press, 2016.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007.

Page 122: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

103

Oetoyo dan Alfian ed. Pancasila sebagai Ideologi: Dalam Berbagai Bidang

Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat,

1993.

Prior, Agasti. “Peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Dalam

Penindakan dan Pencegahan Tindak Pidana Terorisme: Studi Atas Analisis

Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010,” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan

Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Rahardiansah, Trubus. Sistem Pemerintahan Indonesia: Teori dan Praktek dalam

Perspektif Politik dan Hukum. Jakarta: Universitas Trisakti, 2011.

Ridwan, Nur Khalik. Regenerasi NII: Membedah Jaringan Islam Jihadi di

Indonesia. T.tp: Erlangga, 2008.

Singh, Bilveer dan Mulkham, A.M. Jejaring Radikalisme Islam di Indonesia

Jejak Sang Pengantin Bom Bunuh Diri. Yogyakarta: Bangkit Publisher,

2012.

Soeriatmadja, Rhousdy dan Brigjen Pol (Purn) Sihombing, Ivan TH. Kiprah

DKPT Dalam Situasi Kontroversi Dan Keterbatasan. 2009.

Suhartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial: Satu Tehnik Penulisan Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2008.

Sunoto. Pemikiran Tentang Kefilsafatan Indonesia. Yogyakarta: Yayasan

Lembaga Studi Filsafat Pancasila, 1983.

Usmita, Fakhri “Disengagement: Strategi Penaggulangan Terorisme di

Indonesia”. Tesis S2 Program Pasca Sarjana Megister Kriminologi,

Universitas Indonesia, 2012.

Wahab, Abdul. Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM, dan Hukum.

Bandung: PT. Refika Aditama, 2004.

Woodward, Mark R, ed. Jalan Baru Islam: Memetakan Paradigma Mutakhir

Islam Indonesia. Bandung: Mizan, 1998.

Page 123: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

104

Dokumen dan Jurnal

Abdullah, Anzar. “Gerakan Radikalisme Dalam Islam: Perspektif Historis”.

ADDIN 10 (Februari 2016).

BNPT. Modul Perkembangan Terorisme dan Pencegahan Terorisme di Daerah.

BNPT: Sentul, 2003.

Jurnal Kajian Lemhanas RI. “Memperkokoh Nilai-Nilai Pancasila di Seluruh

Komponen Bangsa Untuk Memantapkan Semangat Kebangsaan dan Jiwa

Nasionalisme Ke-Indonesiaan dalam Rangka Menangkal Ideologi

Radikalisme Global”. [PDF] Edisi 14, Desember 2012.

Kep-26/Menko/Polkam/11/2002, Tentang Pembentukan Desk Koordinasi

Pemberantasan Terorisme.

Kesimpulan Rapat Kerja DPR, Laporan Singkat Rapat Kerja Komisi I DPR RI

Dengan Menkopolhukam Mengenai Pemberantasan Terorisme, DPR RI,

2009.

Laisa, Emna ”Islam dan Radikalisme”, Islamuna Vol. 1, No. 1. 2014.

Pasal 2 Ayat 1 Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

Nomor: PER.01/K.BNPT/10/2010, tentang Organisasi dan tata kerja Badan

Nasional Penanggulangan Terorisme.

Pasal 3, Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010.

Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 Tentang Badan Penanggulangan

Terorisme

Susanto, Edi. “Kemungkinan Munculnya Faham Islam Radikal di Pesantren”.

Tadris Vol. 2, No. 1. 2007

Dokumen Elektronik

“Profil Badan Nasional Penanggulangan Terorisme”. Artikel ini diakses pada

tanggal 6 juni 2016, www.bnpt.go.id/profil.php

Andrie, Taufik. “Deradikalisasi atau Disengagement Kajian dan Praktek dari

Perspektif Civil Society”, [PDF] diunduh pada 06 November 2016 dari

http://www.academia.edu/3533333/Deradikalisasi_atau_Disengagement

Ghiffari, Renald. “Ini Kelemahan Program Deradikalisasi BNPT Menurut Eks

Napi Terorisme”, Liputan 6, 19 Mei 2018 [berita on-line]; tersedia di

Page 124: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

105

https://www.liputan6.com/news/read/3531373/ini-kelemahan-program-

deradikalisasi-bnpt-menurut-eks-napi-terorisme; Internet, diakses pada 02

Juni 2018.

Wawancara dan Kesimpulan Diskusi

Diskusi bersama Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat dalam Menanggapi Aksi-

Aksi Teror yang terjadi di Indonesia Khususnya pada Kejadian Teror Bom

Gereja Surabaya, Pembicara Lurah Cipinang Besar Utara Ibu Sri Sundari

S.Sos, MSi. Di kantor kelurahan Cipinang Besar Utara. Pada 16 Mei 2018.

Hasil wawancara langsung dengan Deputi bidang Pencegahan, Penindakan, dan

Deradikalisasi BNPT Letnan Kolonel Sujatmiko.

Hasil wawancara langsung dengan Ketua LMK Cipinang Besar Utara, Mantan

Pegawai Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tanggal 28

Mei 2018.

Kesimpulan dari Temu Wicara “Memperingati Hari Kelahiran Pancasila dengan

teman Pancasila Dari Kita, Oleh Kita dan Untuk Kita. Pembicara Komandan

Distrik Militer (Dandim) Jakarta Timur, Komandan Rayon Militer

(Danramil) Jatinegara Mayor Invanteri Lucky Subiandono, Pengajar

Pendidikan Moral Pancasila (PMP) SMA Negeri 100 Jakarta, serta Lurah

Cipinang Besar Utara Ibu Sri Sundari S.Sos, MSi. Pada tanggal 01 Juni

2018”.

Wacana yang berkembang dalam Temu Wicara “Peran Masyarakat dalam

Mewujudkan Lingkungan Bebas Dari Pengaruh Paham Radikalisme dan

Kekerasan di Lingkungan Kelurahan Cipinang Besar Utara”. Pembicara

Komandan Rayon Militer (Danramil) Jatinegara Mayor Invanteri Lucky

Subiandono. Pada tanggal 27 Januari 2018.

Page 125: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar 1. 1 Kegiatan Temu Wicara “Peran Masyarakat Dalam Mewujudkan Lingkungan Bebas Dari

Pengarus Paham Radikalisme dan Kekerasan di Lingkungan Kelurahan Cipinang Besar Utara”, Pembicara:

Komandan Rayon Militer (Danramil) Jatinegara Mayor Invanteri Lucky Subiandono, Kepala Polisi Sektor

Jatinegara Kompol Supadi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat Kalyanamitra (LSM), Johana, pada tanggal

27 Januari 2018”.

Page 126: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43087... · 2019-01-09 · (PDIP) Tingkat I DKI Jakarta, dan terimakasih sudah

Gambar 1.2 Kegiatan “Memperingati Hari Kelahiran Pancasila dengan teman Pancasila Dari Kita, Oleh

Kita dan Untuk Kita. Pembicara Komandan Distrik Militer (Dandim) Jakarta Timur, Komandan Rayon

Militer (Danramil) Jatinegara Mayor Invanteri Lucky Subiandono, Pengajar Pendidikan Moral Pancasila

(PMP) SMA Negeri 100 Jakarta, serta Lurah Cipinang Besar Utara Ibu Sri Sundari S.Sos, MSi. Dalam

rangka penandatanganan Kesepakatan Individu terhadap Kesaktian Pancasila dan NKRI di media

Spanduk. Pada tanggal 01 Juni 2018”.