Upload
dangbao
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PERAN DINAS TATA RUANG DAN TATA BANGUNAN
DALAM PENGAWASAN PENDIRIAN BANGUNAN YANG
MENYALAHI IZIN DI KOTA MEDAN
(Studi Pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan)
PROPOSAL
Oleh:
AGUSTIANA
NPM.1306200008
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
2
A. Judul: Peran Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dalam
Pengawasan Pendirian Bangunan yang Menyalahi Izin di Kota
Medan (Studi pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan di
Kota Medan)
B. Latar Belakang
Kota besar seperti Kota Medan mengalami pertumbuhan yang sangat
cepat sekali dan tampaknya akan terus berlanjut pada tahun-tahun mendatang.
Kebutuhan akan perumahan seperti perumahan sederhana, rumah susun,
apartemen, kantor, pertokoan, mall, tempat hiburan, hotel, diskotik dan
sebagainya, tempat pendidikan dan bangunan lainnya semakin tinggi akibat
pertambahan penduduk dan untuk memenuhi kebutuhannya. Fungsi bangunan
sebagai tempat aktivitas masyarakat fungsi pemerintah daerah sebagai agent of
development, agent of change, agent of regulation. Dimana pemerintah daerah
bertindak sebagai pemicu untuk terjadinya perubahan dalam pembangunan
ekonomi dengan berdasarkan peraturan Undang-undang Dasar 1945.
Fungsi yang demikian, Pemerintah Daerah berkepentingan terhadap
izin-izin bangunan. Perizinan bangunan dilakukan agar tidak terjadi kekacauan
dalam penataan ruang bangunan kota, dan merupakan bentuk pengendalian
penggunaan ruang kota. Pembangunan nasional untuk memajukan kesejahteraan
umum sebagimana dimuat dalam Undang-undang Dasar 1945. pada hakikatnya,
perubahan yang berlangsung secara luas dalam masyarakat bukan hanya sekedar
perubahan pada sektor ekonomi saja, ia mencakup masalah perubahan-perubahan
ekonomis, sosial, politis dimana masalah tersebut saling berhubungan satu sama
3
lain.1 Pembangunan manusia Indonesia yang menekankan pada keseimbangan
pembangunan, kemakmuran lahiriah dan kepuasan bathiniah, dalam suatu
masyarakat Indonesia yang maju dan berkeadilan sosial. Bangunan gedung
sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, memiliki peranan yang sangat
penting dalam pembentukan watak perwujudan produktivitas, dan jati diri
manusia.
Penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi
kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat,
sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati
diri, seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
mengatur fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung,
penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk hak dan kewajiban pemilik dan
pengguna bangunan gedung pada setiap tahap penyelenggaraan bangunan gedung,
termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung, ketentuan
tentang peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah, dan sanksinya.
Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas
kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung
dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan
dan berkeadilan. Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan aktif bukan
hanya dalam rangka pembangunan pemanfaatan bangunan gedung untuk
kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan
1 Saul M.Katz. 1992. Modernisasi Administrasi untuk Pembangunan Nasional.Cetakan
kedua Jakarta; Rineka Cipta, Halaman 2
4
persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung pada
umumnya. Segala kegiatan pembangunan tentu saja harus memenuhi standar dan
syarat-syarat yang sudah ditetapkan oleh pihak yang berwenang, seperti surat-
surat dan segala kelengkapannya.2
Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia
jasa kontruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa
kontruksi baik sebagai perencanaan pelaksana, pengawasan atau manajemen
kontruksi maupun jasa-jasa pengembangnya termasuk penyedia jasa pengkaji
teknis bangunan gedung. Oleh karena itu, pengaturan bangunan gedung ini juga
harus barjalan seiring dengan pengaturan jasa kontruksi berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Diberlakukannya undang-undang ini, semua penyelenggaraan bangunan
gedung baik pembangunan maupun pemanfataan, yang dilakukan di wilayah
Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, masyarakat,
dan oleh pihak asing, wajib mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam
undang-undang bangunan gedung.
Mengingat perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran
penyedia jasa kontruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan dibidang jasa
kontruksi baik sebagai perencana, pelaksana, pengawasan atau manajemen
kontruksi maupun jasa pengembangnya, termasuk penyedia jasa pengkaji teknis
bangunan gedung. Oleh karena itu, pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung
ini juga ditujukan persyaratan administratif dan persyaratan teknis,
2 Teguh Sutanto. 2014. Panduan Praktis dan Mengurus Sertifikat Tanah dan
Perizinannya. Jakarta: PT Suka Buku Halaman 74
5
penyelenggaraan, dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung
yang menjadi prioritas pengaturan yang perlu segera diterbitkan untuk
mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, dan berjati diri.
Landasan agar bangunan gedung dapat diwujudkan dan
diselenggarakan sesuai fungsi yang ditetapkan, serta sebagai wadah kegiatan
manusia yang memenuhi nilai-nilai kemanusiaan yang berkeadilan, termasuk
aspek kepatutan dan kepantasan. Setiap pembangunan gedung harus memenuhi
persyaratan bangunan gedung, yaitu persyratan keandalan teknis untuk menjamin
keselamatan pemilik dan pengguna bangunan gedung, serta masyarakat dan
lingkungan sekitarnya, disamping persyaratan yang bersifat administratif. Setiap
bangunan gedung tidak boleh mengganggu keseimbangan ekosistem dan
lingkungan sekitar bangunan gedung.
Bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan
administratif bangunan gedung meliputi persyaratan status hak atas tanah, status
kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan.persyaratan teknis
bangunan gedung meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan
bangunan gedung. Pengguna ruang di atas dan/atau di bawah tanah dan/atau air
untuk bangunan gedung harus memiliki izin penggunanaan sesuai ketentuan yang
berlaku. Persyaratan administratif dan teknis untuk bangunan gedung adat,
bangunan gedung semi permanen, bangunan gedung darurat, dan bangunan
gedung yang dibangun pada daerah lokasi bencana ditetapkan oleh pemerintah
daerah sesuai kondisi sosial dan budaya setempat.
6
Dinamisasi dan perubahan-perubahan mengenai pemerintahan daerah
yang terjadi di Indonesia, merupakan suatu upaya ke arah pembangunan daerah
yang optimal, tentunya dalam rangka mensejahterakan rakyat di daerahnya
masing-masing. Selanjutnya, untuk kedepannya kita berharap pelaksanaan
otonomi daerah di bawah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana
telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah dapat meningkatkan kepastian daerah dalam mengatur dan mengurus
kepentingan dan aspirasi masyarakat. Karena daerah lebih memahami kondisi dan
karakter daerah serta masyarakatnya, setiap kebijakan yang diambil tentu akan
lebih menyentuh kepentingan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung, telah di tentukan persyaratan administratif bangunan gedung, yakni:
1. Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfataan dari pemegang hak atas tanah;
2. Status kepemilikan bangunan gedung;
3. Izin mendirikan bangunan gedung;
4. Kepemilikan, pendataan bangunan gedung;
Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung meliputi
persyaratan peruntukan lokasi, kepadatan, ketinggian, dan jarak bebas bangunan
gedung yang ditetapkan untuk lokasi yang bersangkutan. Persyaratan lainnya
adalah bangunan gedung yang dibangun diatas, dan/atau di bawah tanah, air,
dan/atau sarana dan prasarana umum tidak boleh mengganggu keseimbangan
lingkungan, fungsi lindung kawasan, dan/atau fungsi prasarana umum yang
bersangkutan.
7
Pemerintah kota Medan, dalam hal ini Dinas Tata Ruang dan Tata Kota
Bangunan sesuai dngan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012
tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, memiliki peran melaksanakan
sebagian urussan rumah tangga daerah dalam bidang Tata Kota dan Tata
Bangunan, antara lain menyusun, mengembangkan dan mengendalikan rencana
Tata Ruang Kota, pengurus perizinan dan pembinaan terhadap pembangunan fisik
kotayang sehat dan terarah sesuai dengan rencana Tata Ruang dan Tata Bangunan
atau disebut (TRTB) Kota Medan memiliki peran yang besar di dalam proses
pembangunan, setiap pembangunan yang terjadi sesuai dengan keadaan
lingkungan Kota Medan dan rencana tata ruang yang telah disusun sebelumnya.
Setiap pengawasan membutuhkan pengawasan, bahkan secara ekstrim
dapat dikatakan bahwa pengawasan sangat diperlukan di dalam segala perbuatan
manusia. Kota Medan merupakan salah satu kota yang terluas yang terdapat di
Provinsi Sumatera Utara dan termasuk dalam perencanaan pengembangan untuk
dijadikan Kota Metropolitan.
Perlindungan terhadap warga Negara diberikan apabila sikap tindak
administrasi negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya. Sedangkan
perlindungan terhadap administrasi negara itu sendiri dilakukan terhadap sikap
tindaknya dengan baik dan berat menurut hukum, baik yang tertulis mupun tidak
tertulis. Dengan kata lain melindungi administrasi negara dari melakukan
perbuatan salah menurut hukum disebut sikap tindak administrasi negara yang
melanggar hukum.
8
Ketetapan yang dibuat oleh administrasi negara itu harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral maupun secara hukum. Untuk itulah
dibutuhkan pengawasan. Pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah terkait
dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan terutama terhadap peraturan daerah
dan peraturan kepala daerah.
Keberadaan Kota Medan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara,
kondisi ini membuat pembangunan fisik Kota Medan mengalami perkembangan
yang pesat. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan pertokoan maupun perumahan penduduk berkembang dengan
pesat. Setiap pendirian bangunan baik bangunan untuk dunia usaha maupun
pendirian rumah penduduk harus memiliki izin mendirikan bangunan yang
dikeluarkan oleh Kota Medan3.
Banyak bangunan di Kota Medan berdiri dengan memiliki izin
mendirikan bangunan namun, malah menyalahi izin/melanggar izin yang tidak
sesuai dengan izin sebelum nya yang telah di buat oleh dinas terkait/pejabat yang
berwenang. Dimana dengan izin sebelumnya telah dikeluarkan Izin Mendirikan
Bangunan dengan persyaratan yang telah dipenuhi untuk membuat rumah
tinggal/bukan rumah tinggal/bangunan tapi malah di bangun dengan bukan bentuk
sesuai izin yang dikeluarkan seperti dimana seharusnya dibuat rumah tinggal
menjadi bentuk ruko/bentuk bangunan lainnya. Banyak ditemukan gerai
indomaret dan alfamart di Medan yang manyalahi izin fungsinya dikarenakan
sebelumnya merupakan bangunan rumah tinggal. Dalam persyaratan untuk Izin
3 Kasman Siburian. 2010.”Implementasi Pengawasan pemerintah Kota Medan
Terhadap Izin Mendirikan Bangunan”, Laporan Penelitian, Program Ilmu Hukum Universitas
HKBP Nomensen Medan.
9
Mendirikan Bangunan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi seperti
persyaratan teknis yang banyak dilanggar oleh pemilik izin. Itulah yang terjadi
dilapangan, banyak pendirian bangunan yang menyalahi izin dengan bangunan
yang dibangun tidak sesuai dengan persyaratan yang telah dikeluarkan, seperti
perombakan bangunan yang tadi seharusnya 2 lantai menjadi 3 lantai, jadi seperti
mengubah perhitungan kontruksi yang dibuat oleh konsultan dan di tanda tangani
oleh perencana bagi bangunan sendiri. Kota Medan merupakan kota metropolitan
yang padat akan penduduk yang otomatis makin banyak bangunan yang berdiri
untuk dijadikan tempat tinggal dan kegunaan lainnya, dengan menyalahi izin
pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan izin yang telah dikeluarkan oleh
dinas terkait. Maka dari itu saya tertarik untuk mengangkat judul ini, karena kita
tau bahwa banyak bangunan di Kota Medan yang berdiri tapi malah menyalahi
izin, dengan kasus yang sudah ada dimana izin yang dikeluarkan tidak sesuai
dengan Izin mendirikan bangunan yang telah dikeluarkan oleh Dinas Tata Ruang
dan Tata Bangunan di Kota Medan.
Berdasarkan uraian diatas diangkatlah proposal skripsi untuk mengkaji
masalah tersebut dengan mengambil judul Peranan Dinas Tata Ruang dan Tata
Bangunan dalam Pengawasan Pendirian Bangunan yang Menyalahi Izin di
Kota Medan (Studi pada Dinas Taa Ruang dan Tata Bangunan Kota
Medan).
1. Rumusan Masalah
Masalah dapat dirumuskan sebagai suatu pernyataan lebih baik dengan suatu
pertanyaan. Keunggulan menggunakan rumusan masalah dalam bentuk
10
pertanyaan ini dengan untuk adalah untuk mengontrol hasil dari penelitian,
sehingga akhir dari penelitian seseorang akan dapat mengetahui apakah
pertanyaan yang dirumuskan dalam rumusan masalah dapat dijawab
seluruhnya.
Adapun beberapa permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini
antara lain, sebagai berikut:
a. Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang
dan Tata Bangunan terhadap Pendirian Bangunan yang menyalahi izin
di kota Medan?
b. Apa faktor penyebab terjadinya pendirian bangunan yang menyalahi
izin di Kota Medan?
c. Bagaimana kendala dan upaya yang dihadapi Dinas Tata Ruang dan
Tata Bangunan dalam pengawasan pendirian bangunan yang
menyalahi izin di kota Medan?
2. Faedah Penelitian
Faedah penelitian yang diharapkan dalam pembahasan proposal ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Secara teoritis
Sebagai bahan informasi tentang data empiris mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum
pada umumnya dan bidang Hukum Administrasi Negara pada khususnya
dan diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber bacaan ataupun
memperkaya referensi literatur dalam dunia kepustakaan tentang kajian
11
mengenai Pengawasan Pemerintah Kota Medan terhadap Penyalahgunaan
Izin Mendirikan Bangunan Di Kota Medan.
b. Secara praktis
Sebagai pedoman dan masukan bagi pemerintah Kota Medan sebagai
pemberi keputusan di jajaran Pemerintah Kota Medan terutama dari segi
Pengawasan Pendirian Bangunan yang menyalahi izin.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin diperoleh dalam melaksanakan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan oleh
Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dalam pengawasan pendirian
bangunan yang menyalahi izin di kota Medan
2. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya pendirian bangunan yang
menyalahi izin di kota Medan
3. Untuk mengetahui bagaimana kendala dan upaya Dinas Tata Ruang
dan Tata Bangunan dalam pengawasan pendirian bangunan yang
menyalahi izin di kota Medan
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah kerangka yang menggambarkan hubungan
antara definisi-definisi khusus yang akan diteliti. Sesuai dengan judul penelitian
yaitu “Peran Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Dalam Pengawasan Pendirian
Bangunan yang Menyalahi Izin”. Maka dapat diterangkan definisi operasional
penelitian ini adalah:
12
1. Peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang
atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau
kedudukan tertentu. Sehingga yang dimaksud dengan peran tidak berarti
sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan merupakan tugas dan
wewenang.
2. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan adalah unsur Pelaksanaan
Pemerintah Kota Medan dalam bidang penataan kota yang dipimpin oleh
seorang kepala dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Daerah melalui Sekretariat Daerah.
3. Pengawasan adalah suatu upaya agar apa yang telah direncanakan
sebelumnya diwujudkan dalam waktu yang telah ditentutan serta untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan dan kesulitan-kesulitan dalam
pelaksanaannya, sehingga berdasarkan pengamatan-pengamatan tersebut
dapat diambil suatu tindakan untuk memperbaikinya, demi tercapainya
wujud semula.4
4. Bangunan yang menyalahi izin adalah bangunan yang didirikan dengan
adanya surat izin mendirikan bangunan atau SIMB yang resmi dari dinas
terkait, namun dalam pelaksanaan mendirikan bangunan tersebut
bertentangan, tidak sesuai atau menyimpang dari izin yang telah diberikan.
4 H. Bohari. 1995. Pengawasan Keuangan Negara. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, halaman 4
13
E. Tinjauan Pustaka
1. Peran
Untuk melaksanakan tugasnya, Dinas Tata Ruang dan Tata
Bangunan, mempunyai fungsi dan tugas pokok seperti berikut:
a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang penataan dan
bangunan
b. Mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian dalam rangka perumusan
pengembangan, dan penetapan rencana tata ruang kota dan
kebijaksanaan penataan ruang kota dan bangunan yang berlaku
c. Mengevaluasi dan merevisi rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan
penataan ruang kota dan penataan bangunan yang telah ditetapkan sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta norma-
norma penataan kota dan bangunan yang berlaku
d. Menghimpun data dan informasi, mengadakan pengukuran dan
pemetaan dalam rangka penyusunan dan evaluasi rencana tata ruang kota
dan kebijaksanaan penataan ruang kota dan penataan bangunan
e. Perumusan kebijakan teknis, pemberian bimbingan, penyuluhan dan
pembinaan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan kepala daerah
dan peraturan yang berlaku.
f. Melaksanakan pola dan pengembangan rencana tata ruang kota dan
kebijaksanaan penataan runag kota dan penataan bangunan yang telah
ditetapkan.
14
g. Memberikan pelayanan terhadap permohonan keterangan rencana
peruntukan (KRP), keterangan situasi bangunan (KSB), Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) dan pelayanan lainnya serta memungut retribusi atas
pemberian KRP, KSB, IMB dan pelayanan lain tersebut sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku.
h. Mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadap penataan ruang
kota dan penataan bangunan serta teknis kontruksi yang telah ditetapkan,
bekerjasama dengan instansi terkait
i. Merumuskan kebijaksanaan dan pengawasan terhadap penataan ruang
kota dan penataan bangunan serta teknis kontruksi yang telah
ditetapakan, bekerjasama dengan instansi terkait.
j. Merumuskan kebijaksanaan dan pengawasan terhadap pelestarian dan
konservasi bangunan. 5
2. Tata ruang
Apabila orang berbicara dalam konteks tata ruang (TR) dan Penataan
Ruang (PR), “ruang” dapat dipahami sebagai wadah, konsep, dan pengertian
dengan penekanan tertentu. Ruang sebagai wadah, yang juga dikenal dengan
ruimte (Belanda), space (Inggris), raum (Jerman), spatium (Latin) Mula-mula
diartikan sebagai bidang datar (Planum- Planologi) yang dalam perkembangannya
kemudian mempunyai dimensi tiga dan berarti tempat tinggal (dwelling house)
yang harus ditata sebaik-baiknya demi kebahagiaan, kesejahteraan, dan
5 No Name, “ Peran Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan”, melalaui
http://www.google.co.id, diakses Minggu, 13 November 2016, Pukul 14.22 wib.
15
kelestarian umat manusia. Ruang sebagai pengertian (Conseptio) terdiri dari
unsur: bumi, air, dan udara, mempunyai tiga dimensi.
Menurut Karmono Mangunsukarjo, Ruang adalah wadah kehidupan
manusia beserta sumber-sumber daya alam yang terkandung di dalamnya,
meliputi bumi, air, dan udara, sebagai suatu kesatuan.6 Dalam pasal 1 butir 1
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ditegaskan
bahwa: “Ruang adalah wadah yang meliputi: ruang darat, laut, dan udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya. Adapun rumusan dalam pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 menyatakan: “Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
ruang”. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat pemukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memeiliki hubungan fungsional. Pola
ruang adalah distrubusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukkan runag untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya. Bahwa sebenarnya fenomena tata ruang yang tidak direncanakan ini di satu
sisi kurang ideal, setidaknya menurut pengambil keputusan pada penataan ruang
tersebut, tetapi di sisi lain, tata ruang yang tumbuh secara alamiah ini justru lebih
mencerminkan kebutuhan masyarakat dalam pemanfaatan ruang. Tentu saja dalam
pencapai tujuan ini dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk faktor ekonomi dan
6 A.M Yunus Wahid. 2014. Pengantar Hukum Tata Ruang. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, halaman 1
16
sosial budaya mengingat banyaknya kepentingan yang terkait dalam penataan
ruang.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa tata ruang atau lengkapnya
rencana tata ruang merupakan salah satu instrumen dalam pengawasan
pembangunan dan lingkungan hidup terutama dalam upaya mencegah timbulnya
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Di lihat dari tata ruang itu sendiri,
hukum tata ruang tidak lain adalah hukum yang mengatur tentang tata ruang dan
penataan ruang secara keseluruhan. Hukum tata ruang merupakan salah satu
bagian dari materi hukum lingkungan dalam arti luas, yakni hukum yang
mengatur tentang prosedur, aspek-aspek yang harus diperhatikan, proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa “ Hukum tata ruang adalah
keseluruhan peraturan hukum yang mengatur tentang proses perencanaan,
peruntukan, pemanfaatan, serta pengendalian, dan pengawasan pemanfaatan
ruang”.7
3. Pengawasan
a. Pengertian pengawasan
Secara terminoligis, istilah pengawasan disebut dengan istilah
controlling, evaluating, appraising, correcting, maupun kontrol. Kata “
Pengawasan” berasal dari kata “awas”, berarti antara lain “penjagaan”. George R.
Terry mendefinisikan istilah pengawasan adalah “Control is to determine what is
accomplished, evaluate it, and apply corrective measures, if needed to ensure
7 Ibid., halaman 79
17
result in keeping with the plan,”(Pengawasan adalah menentukan apa yang telah
dicapai, mengevaluasi dan menerapkan tindakan korektif, jika perlu, memastikan
hasil yang sesuai dengan rencana).8
Menurut Adrian Sutedi, pengawasan adalah tindakan hukum
administrasi yang dilakukan pemerintah atau pemerintah daerah untuk mengetahui
ada atau tidaknya pelanggaran. Pengawasan mempunyai dua dimensi, yaitu
internal dan eksternal. Pengawasan eksternal ditujukan untuk memantau
kepatuhan masyarakat, sedangkan pengawasan internal ditujukan terhadap
instansi atau pejabat pemerintah.9
Dengan demikian, bahwa pengawasan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kota Medan adalah tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah
untuk memperoleh kepastian apakah suatu kegiatan itu dilakukan sesuai dengan
yang seharusnya dan untuk mengidentifikasi kan penyimpangan atau hambatan
yang ditemukan.
b. Tujuan Pengawasan
Tujuan pengawasan antara lain adalah mengamati apa yang sebenarnya
terjadi dan membandingkannya dengan apa yang seharusnya terjadi, dengan
maksud untuk secepatnya melaporkan penyimpangan atau hambatan kepada
pemimpin/ penanggung jawab fungsi atau kegiatan yang bersangkutan agar dapat
diambil tindakan korektif yang perlu. Pengawasan bukan ditunjukkan untuk
mencari-cari kesalahan atau mencari siapa yang salah. Tujuan utama pengawasan
8Ni’matul Huda. 2007. Pengawasan Pusat Terhadap Daerah. Yogyakarta: FH UII
PRESS, halaman 33
9Adrian Sutedi. 2010. Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta:
Sinar Grafika, halaman 215.
18
ialah untuk memahami apa yang salah demi perbaikan di masa yang akan datang,
dan mengarahkan seluruh kegiatan-kegiatan dalam rangka pelaksanaan daripada
suatu rencan sehingga dapat diharapkan suatu hasil yang maksimal. 10
c. Pengawasan Terhadap Izin Mendirikan Bangunan
Menurut Keputusan Walikota Medan Nomor 66 Tahun 2002 tentang
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan
menyebutkan pada Pasal 37 : Sub Dinas Pengawasan mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang pengawasan dan kemudian
disebutkan lagi dalam Pasal 38 Keputusan Walikota Medan No. 66 Tahun 2002
yaitu untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 37, sub
Pengawasan mempunyai fungsi:
a. menyusun rencana kegiatan kerja
b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan
bangunan agar tidak menyimpang dari IMB dan tanpa IMB;
c. melaksanakan penindakan/penertiban terhadap bangunan yang
menyimpangdan tanpa IMB;
d. menerima pengaduan dan keberatan masyarakat atas bangunan yang akan
atautelah dibangun sekaligus memproses pengaduan atau keberatan tersebut
sesuaidengan peraturan dan ketentuan yang berlaku;
e. melaksanakan proses hukum terhadap keberatan masyarakat yang menyangkut
penindakan/penertiban yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
10H. Bohari.Op.Cit, halaman 5
19
danperaturanyang berlaku dengan terlebih dahulu mengkordinasikannya
dengan instansi terkait;
f. melaksanakan proses hukum atas pelaksanaan bangunan tanpa SIMB / yang
menyimpang dari SIMB untuk diajukan ke pengadilan;
g. memberikan saran-saran atau pertimbangan-pertimbangan kepada
KepalaDinas tentang langkah-langkah atau tindakan-tindakan yang perlu
diambil dalam hal-hal yang menyangkut bidang tugasya;
h. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuaidengan bidang tugasnya.
Selanjutnya Pasal 39 Keputusan Walikota Medan No. 66 tahun
2002menyebutkan, Sub Dinas Pengawasan terdiri dari :
a. Seksi PengawasanOperasi;
b. Seksi Penindakan;
c. Seksi Peradilan.
Kemudian Pasal 41 Keputusan Walikota MedanNo. 66 tahun 2002
menyebutkan:
(1) Seksi Pengawasan Operasi mempunyai tugas meneliti, menganalisa
danmengevaluasi bangunan yang menyimpang dari SIMB dan tanpa SIMB
sertamembantu penindakan/penertiban bangunan tanpa SIMB / yang
menyimpangdari SIMB bersama Seksi Penindakan, melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan agar
sesuai dengan SIMB serta membuat aporan dan Perintah Stop secara tertulis
20
tentang pelaksanaan Pembangunan yang tidak memiliki SIMB dan yang
menyimpang dari SIMB;
(2) Seksi Penindakan mempunyai tugas melaksanakan penindakan /penertiban
bangunan yang tidak memiliki SIMB dan yang menyalahi SIMB
sesuailaporan dari Seksi Pengawasan Operasi dengan berkoordinasi kepada
instansiterkait dan melaksanakan pengawasan terhadap bangunan yang telah
dilakukan penindakan/penertiban agar sesuai dengan SIMB;
(3) Seksi Peradilan mempunyai tugas menerima, meneliti dan
memprosespengaduan dan keberatan masyarakat dalam bidang bangunan
sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku serta melaksanakan
proses hukum atas pelaksanaan penindakan/penertiban bangunan tanpa SIMB
dan yang menyimpang dari SIMB untuk diajukan kepengadilan.
4. Izin Mendirikan Bangunan
a. Pengertian Izin Mendirikan Bangunan
Izin Mendirikan Bangunan adalah izin untuk mendirikan, memperbaiki,
mengubah atau merenovasi bangunan yang dikeluarkan oleh walikota atau pejabat
yang berwenang. Berlaku selama bangunan tersebut berdiri dan tidak terjadi
perubahan bentuk atau fungsi. Izin Mendirikan bangunan juga memberikan
pengertian berupa izin yang diberikan oleh pemerintah kota kepada orang pribadi
atau badan untuk mendirikan suatu bangunan yang dimaksud agar desain,
pelaksanaan pembangunan dan bangunan sesuai dengan rencana Tata Ruang yang
berlaku, sesuai dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB), sesuai Garis Sempadan
Sungai (GSS), sesuai Koefisien Dasar Bangunan (KDB), sesuai Koefisien Luas
21
Bangunan (KLB), sesuai dengan syarat-syarat keselamatan yang ditetapkan bagi
yang menempati bangunan tersebut.11
Mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan sebagai
atau seluruhnya termasuk pekerjaan menggali, menimbun, atau meretakkan tanah
yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan. Selain itu, ada istilah
retribusi izin mendirikan bangunan yaitu: pembayaran atas pemberian IMB
termasuk mengubah atau membongkar bangunan oleh pemerintah kepada orang
pribadi atau badan. Dari keterangan diatas, kita dapat mengetahui beberapa hal:
1) Diberikan oleh Pemerintah Kota
IMB merupakan produk dari pemerintah dan lembaga yang berwenang untuk
menerbitkannya. Tatkala lembaga lain yang berhak untuk menerbitkannya.
Penerbitan oleh lembaga lain dianggap illegal atau tidak sah.
2) Kepada orang pribadi atau badan
IMB dapat diberikan kepada seseorang saja atau kepada badan seperti
perusahaan atau organisasi. Untuk mendirikan banguanan yang dimaksud.
Jadi, kita mendapatkan IMB agar kita bisa secara legal memulai kegiatan
pembangunan suatu bangunan.12
Hal diatas menjelaskan bahwa Izin Mendirikan Bangunan bertujuan
agar segala desain, pelaksanaan pembangunan, dan bangunan sesuai dengan
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku. (Ketentuan yang
berlaku tepatnya di setiap pemerintah daerah, meskipun aturan-aturan ini
11 Teguh Susanto. 2014. Panduan Praktis Mengurus Sertifikat Tanah dan
Perizinannya. Yogyakarta: Buku Pintar, halaman 75
12 Ibid., halaman 77
22
relatif sama disetiap daerah yang ada di Indonesia). Hal ini, sangat penting
untuk alasan keamanan dan keselamatan.
Aturan-aturan tadi dikeluarkan dengan melihat beberapa hal seperti:
a) Garis Sempadan Bangunan (GSB), adalah batas halaman terdepan atau batas
pemetakan atau batas pengusaan jalan.
b) Garis Sempadan Sungai (GSS), adalah garis batas luar pengamanan sungai.
c) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Luas Bangunan (KLB).
Sebelum memulai mendirikan bangunan rumah sebaiknya memiliki
kepastian hukum atas kelayakan kenyamanan, keamananm sesuai dengan
fungsinya. Ternyata baru saja, tetapi juga dibutuhkan untuk membongkar,
merenovasi, menambah, mengubah, dan memperbaiki yang mengubah bentuk
atau struktur bangunan. Izin Mendirikan Bangunan sendiri dikeluarkan oleh
pemerintah daerah setempat.13
Dalam pengurusan Izin Mendirikan Bangunan diperlukan pengetahuan
akan peraturan-peraturannya sehingga dalam mengajukan Izin Mendirikan
Bangunan, Informasi mengenai peraturan tersebut sudah didapatkan sebelum
pembuatan gambar kerja arsitektur.
b. Tujuan dan Maksud IMB
Pemberian Izin Mendirikan Bangunan dimaksud kan untuk:
1) Pembinaan
Pembangunan sebuah bangunan memerlukan pembinaan. IMB dimaksudkan
agar lembaga yang berwenang dapat membina orang atau badan yang
13 Ibid., halaman 78
23
bermaksud membangun agar dapat membangun dengan benar dan
menghasilkan bangunan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
2) Pengaturan
Bangunan-bangunan perlu diatur. Pengaturan bertujuan agar menghasilkan
sesuatu yang teratur. Pembangunan perlu memperhatikan peraturan-peraturan
yang berlaku. Jarak dari jalan ke bangunan. Luas ruang terbuka, dan lain-lain
perlu diatur. Tanpa pengaturan, bangunan-bangunan akan semakin semrawut
dan tidak memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku.
3) Pengendalian
Pembangunan perlu dikendalikan. Tanpa pengendalian, bangunan bisa muncul
dimana-dimana seperti jamur tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku.
Lahan yang dimaksudkan menjadi taman bisa saja diubah menjadi rumah
tanpa pengendalian. Selain itu, laju pembangunan perlu diperhatikan.
Pembangunan yang bertiga pesat juga bisa membawa dampak buruk bagi
lingkungan.
4) Pengawasan atas kegiatan mendirikan bangunan oleh orang pribadi atau
badan.
Izin Mendirikan Bangunan juga dimaksudkan agar segala kegiatan
pembangunan sudah disetujui oleh lembaga yang berwenang dan mematuhi
semua peraturan yang berlaku. Jadi, rencana pembangunan perludisetujui
terlebih dahulu sebelum bisa diwujudkan.14
14 Ibid., halaman 79
24
Tujuan Pemberian IMB adalah untuk:
a) Melindungi kepentingan umum
Izin mendirikan bangunan bertujuan melindungi kepentingan umum kegiatan
pembangunan yang bisa merusak lingkungan bisa saja ditolak. Terjaganya
lingkungan juga merupakan kepentingan umum. Kantor tak bisa begitu saja
dibangun diatas lahan hijau. Tak boleh ada rumah yang dibangun di pinggir
sungai. Semua itu terjadi karena pembangunan yang dimaksud bertentangan
dengan kepentingan umum masyarakat.
b) Memberi kewenangan kepada pemerintah daerah untuk memungut retribusi
sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah.
Jadi, segala bentuk pembangunan yang sudah mendapat IMB juga
menyumbang pendapatan daerah. Semakin besar pembangunan berarti daerah
itu juga akan mendapatkan pemasukkan yang berarti. Selain itu tujuan
diperlukanmya IMB adalah juga untuk menjaga ketertiban, keselarasan,
kenyamanan, dan keamanan dari bangunan itu sendiri terhadap penghuninya
maupun lingkungan sekitarnya.15
c. Persyaratan
Permohonan IMB ditujukan kepada Walikota Medan, Kepala Dinas
Tata Ruang dan Tata bangunan dengan mengisi formulir yang telah disediakan
dan dengan melengkapi persyaratan:
1) Persyaratan administrasi
a) Pengisian formulir surat permohonan IMB
15 Ibid., halaman 80
25
b) Fotokopi KTP yang masih berlaku
c) Fotokopi SPPT dan Pelunasan PBB tahun terakhir
d) Fotokopi hak atas tanah yang telah dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang.
e) Fotokopy setifikat yang dilegalisir oleh BPN ataupun notaris
f) Fotokopy akta jual beli notaris/camat, akta yang dikeluarkan oleh camat
di legalisir oleh camat.
(1) Asli surat tidak silang sengketa yang dikeluarkan oleh lurah dan
diketahui oleh camat setempat; bagi surat tanah yang bukan
sertifikat dan SK camat
(2) Asli rekomendasi dari bank bagi tanah yang sedang dianggunkan.
g) Rekomendasi dari instansi terkait untuk pembangunan tempat ibadah,
tempat persemayaman mayat, galon (SPBU), dan pendidikan
h) Asli surat kuasa, akta perusahaan, surat keputusan instansi, bagi pemohon
yang bukan pemilik tanah
i) Keterangan situasi bangunan (KSB)
2) Persyaratan teknis
a) Gambar rencana bangunan
b) Denah/site plan
c) Tampak (depan dan samping)
d) Potongan (memanjang dan melintang)
e) Gambar konstruksi (pondasi, sloop, kolom, balok, lantai, tangga, rencana
atap/kap, kecuali untuk bangunan rumah tempat tinggal 1 (satu) lantai.
26
f) Sumur peresapan, septic tank, dan bak kontrol
g) Untuk bangunan pagar (denah, tampak potongan dan situasi)
3) Perhitungan Konstruksi yang dibuat oleh konsultan dan ditandatangani oleh
perencana, bagi bangunan dengan:
a) Bentengan balok lebih dari 6 (enam) meter.
b) Ketinggian 2 (dua) lantai atau lebih bagi bangunan yang digunakan
untuk kepentingan umum.
c) Ketinggian bangunan lebih dari 3 (tiga) lantai
d) Konstruksi baja atau kayu yang bentangnya lebih dari 12 meter
e) Konstruksi baja atau kayu yang ketinggian tiangnya lebih dari 6 (enam)
meter per lantai.
4) Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) untuk bangunan tower/menara,
tanki, gapura/tugu dan ceobong asap, serta renovasi bangunan.
5) Keterangan situasi bangunan sebagai salah satu syarat dalam mengurus IMB,
berguna untuk mengetahui tata letak bangunan pada suatu persil sesuai dengan
rencana kotayang memuat bentuk dan ukuran persil, alamat persil, jalan dan
rencana jalan, peruntukan tanah, jenis bangunan, letak bangunan, garis-garis
sempadan, tinggi dan jumlah lantai, arah mata angin dan skala gambar, yang
permohonannya dilengkapi persyartan sebagai berikut.
a) Gambar rencana arsitektur 2 rangkap
b) Fotokopy surat tanah dan dilengkapi surat keterangan tidak ada sengketa
c) Fotokopy KTP pemohon
27
d) Mengisi formulir yang telah disediakan oleh dinas terkait.16
5. Dasar Hukum Izin Mendirikan Bangunan
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 35 Tahun 2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan
Pemerintah Kota Medan dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 9 Tahun 2002
tentang Izin Mendirikan Bangunan. Perda tersebut diatur melalui Keputusan
Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Perda No. 9/2002
dan Keputusan Walikota Medan Nomor 62 Tahun 2002 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 9 Tahun 2002.17
F. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu
pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan oleh karena penelitian
bertujuan untuk mengungkap kebenaran secara sistematis, metodologis, dan
konsisten. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisis dan konstruksi
terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.18
Dalam penelitian juga
dituntut juga untuk meyebutkan apakah sudah ada upaya untuk memperoleh data
penelitian secara akurat dengan menggunakan instrument pengumpul data yang
16 Gatut Susanta. 2009. Mudah Mengurus IMB di 55 Kota dan Kabupaten di
Indonesia. Jakarta: Raih Asa Sukses, halaman 179
17 Ibid., halaman 178
18
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:
Raja Grafindo, halaman 1
28
valid.19
Agar mendapatkan hasil yang maksimal, maka metode yang dipergunakan
dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis yang
menggambarkan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-
gejala lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.20
Data yang
terkumpul kemudian dianalisis secara sistematis sehingga dapat ditarik
kesimpulan dari keseluruhan penelitian. Adapun jenis penelitian ini adalah
penelitian hukum sosiologis (yuridis empiris), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara meneliti data primer yang diperoleh di lapangan yaitu studi pada
Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan.
2. Sumber Data
Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum
sekunder.21
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri atas
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari sumber
pertama di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan melalui penelitian.
Sedangkan data sekunder yaitu dari buku-buku, hasil penelitian yang berwujud
laporan, dan sebaginya, antara lain:
19 Jamaluddin Ahmad. 2015. Metode Penelitian Administrasi Publik (Teori dan
Aplikasi). Yogyakarta: Gava Media, halaman 9
20 Soerjono Soekanto. 2014. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas
Indonesia, halaman 10
21
Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, halaman 141
29
a. Bahan hukum Primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat terdiri
dari Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 35 Tahun 2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di
Lingkungan Pemerintah Kota Medan dan Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 9 Tahun 2002 tentang Izin Mendirikan Bangunan
b. Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku, karya ilmiah, hasil penelitian
dan buku lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.22
c. Bahan hukum tersier yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus
hukum, ensiklopedia, dan hasil penelusuran dari internet.
3. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpulan data yang dipergunakan untuk memperoleh data
primer yaitu melalui studi lapangan (field research) dengan memakai alat atau
instrumen wawancara. Sedangkan untuk memperoleh data sekunder yaitu melalui
penelusuran kepustakaan (library research).
4. Analisis Data
Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengolahan data merupakan
kerja seorang peneliti yang memerlukan ketelitian dan pencurahan daya pikir
optimal, dengan membaca data yang terkumpul dan melalui proses pengolahan
data.23
maka hasil penelitian ini terlebih dahulu dianalisis dengan menggunakan
22 Ida Hanifa, dkk. 2014. Pedoman Penulisan Skipsi. Medan: Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, halaman 6
23
Suratman. 2014. Metode Penelitian Hukum . Bandung: Alfabeta, halaman 144
30
analisis data kualitatif, yaitu membahas hasil penelitian yang diuraikan dengan
manggunakan kalimat.
G. Jadwal Penelitian
1. Tahap persiapan
Tahap ini diperlukan pengumpulan literature dan penyiapan proposal
selama 2 (dua) minggu.
2. Tahap pengumpulan Data
Pada tahap ini diperlukan waktu 10 hari untuk mencari bahan-bahan
kepustakaan yang menunjang penulisan proposal skripsi sampai dengan
menuangkannya dalam bentuk tulisan.
3. Tahap pengolahan data dan hasil penelitian
Untuk penulisan dana pengolahan data dari hasil bpenelitian dibutuhkan
waktu 2 (dua) minggu.
4. Tahap penyelesaian
Proses bimbingan, perbaikan dan penyempurnaan dibutuhkan waktu 3
(tiga) minggu.
31
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Andrian Sutedi. 2010. Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta:
Sinar Grafika
Bohari. 1995. Pengawasan Keuangan Negara. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Gatut Susanta. 2009. Mudah Mengurus IMB di 55 Kota dan Kabupaten di
Indonesia. Jakarta: Raih Asah Sukses
Ida Hanifa. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Medan: PRESS UMSU
Ni’matul Huda. 2007. Pengawasan Pusat Terhadap Daerah. Yogyakarta: FH UII
PRESS
Saul M.Katz. 1992. Modernisasi Administrasi untuk Pembangunan
Nasional.Cetakan kedua Jakarta; Rineka Cipta
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:
Raja Grafindo
Soerjono Soekanto. 2014. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas
Indonesia
Suratman. 2014. Metode Penelitian Hukum . Bandung: Alfabeta
Teguh Sutanto. 2014. Panduan Praktis dan Mengurus Sertifikat Tanah dan
Perizinannya. Jakarta: PT Suka Buku
Yunus Wahid. 2014. Pengantar Hukum Tata Ruang. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group
32
B. Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 35 Tahun 2002 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah
Kota Medan
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 9 Tahun 2002 tentang Izin Mendirikan
Bangunan
C. Internet
No Name, “ Peran Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan”, melalaui
http://www.google.co.id, diakses Minggu, 13 November 2016, Pukul 14.22
wib
Kasman Siburian. 2010.”Implementasi Pengawasan pemerintah Kota Medan Terhadap
Izin Mendirikan Bangunan”,Laporan Penelitian, Program Ilmu Hukum
Universitas HKBP Nomensen Medan.
33
KERANGKA SKRIPSI SEMENTARA
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Rumusan Masalah
2. Manfaat Penelitian
B. Tujuan Penelitian
C. Metode Penelitian
1. Sifat atau Materi Penelitian
2. Sumber Data
3. Alat Pengumpul Data
4. Analisis Data
D. Defenisi Operasional
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran
B. Tata Ruang
C. Pengawasan
D. Izin Mendirikan Bangunan
E. Dasar Hukum Izin Mendirikan Bangunan
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Bentuk pengawasan Dinas Tata Ruang dan Tata
Bangunan dalam Pengawasan Pendirian Bangunan yang
menyalahi izin di kota Medan
B. Apa penyebab terjadinya pendirian bangunan yang
menyalahi izin di kota Medan
C. Kendala dan upaya yang dihadapi Dinas Tata Ruang dan
Tata Bangunan dalam pengawasan pendirian bangunan
yang menyalahi izin di kota Medan.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
34
PEDOMAN WAWANCARA
Subjek penelitian : Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan
Judul : PERANAN DINAS TATA RUANG dan TATA BANGUNAN DALAM
PENGAWASAN PENDIRIAN BANGUNAN YANG MENYALAHI
IZIN DI KOTA MEDAN
1. Bagaimana bentuk pengawasan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan
dalam pengawasan pendirian bangunan yang menyalahi izin di kota
medan?
2. Apa faktor penyebab terjadinya pendirian bangunan yang menyalahi izin
di kota medan?
3. Bagaimana kendala dan upaya yang dilakukan Dinas Tata Ruang dan Tata
Bangunan dalam pengawasan pendirian bangunan yang menyalahi izin di
kota medan?
4. Bagaimana bentuk-bentuk penyalahgunaan izin yang terjadi di Dinas Tata
Ruang dan Tata bangunan kota medan?
5. Bagaimana penerapan sanksi yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang dan
Tata Bangunan dalam pengawasan pendirian bangunan yang menyalahi
izin di kota medan?
6. Bagaimana peran Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dalam
pengawasan pendirian bangunan yang menyalahi izin di kota medan?
7. Bagaimana kondisi pendirian bangunan di kota medan?
8. Apa saja yang harus di perhatikan dalam melakukan pendirian bangunan
di kota medan?
35
9. Apa yang menjadi larangan dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan
terhadap pendirian bangunan di kota medan?
10. Apakah pembongkaran atas pendirian bangunan yang menyalahi izin dan
bangunan yang tidak memiliki izin itu juga dikenakan sanksi denda?