92
PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM MEMPERKOKOH KEIMANAN PARA MUALAF (Studi Kasus Himpunan Bina Mualaf Indonesia Pusat di Pulo Mas Jakarta Timur) Skripsi Diajukan untuk mendapatkan gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh Nurul Fitriyani NIM: 1112032100016 PROGRAM STUDI STUDI AGAMA AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM

MEMPERKOKOH KEIMANAN PARA MUALAF

(Studi Kasus Himpunan Bina Mualaf Indonesia Pusat di Pulo Mas Jakarta Timur)

Skripsi

Diajukan untuk mendapatkan gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh

Nurul Fitriyani

NIM: 1112032100016

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:
Page 3: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:
Page 4: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:
Page 5: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

i

Abstrak

Peran Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) Dalam Memperkokoh

Keimanan Para Mualaf (Studi Kasus Himpunan Bina Mualaf Indonesia

Pusat di Pulo Mas Jakarta Timur).

Fenomena konversi agama dewasa ini menjadi kajian menarik terutama

konversi agama lain ke agama Islam yang kemudian kita sebut mualaf.

Perpindahan keyakinan dari bukan Islam menjadi Islam bukanlah proses yang

mudah dan terkadang di luar nalar manusia. Fenomena ini kemudian menjadi

kajian menarik untuk kita teliti mulai dari bagaimana proses seseorang menjadi

mualaf dan faktor apa saja yang mempengaruhi seseorang pindah agama terutama

konversi dari agama lain ke agama Islam misalnya karena faktor teologis,

psikologis, dan bahkan faktor sosiologis juga menjadi faktor utama dalam

terjadinya konversi agama tersebut.

Di Indonesia sendiri konversi agama bukanlah hal baru sehingga tidak

heran jika pemerintah sendiri mengeluarkan aturan dalam upaya pembinaan para

mualaf. Tidak hanya itu ada banyak organisasi yang mempunyai perhatian

terhadap pembinaan para mualaf dengan tujuan agar para mualaf bisa memahami

Islam secara baik dan benar. Seperti yang dilakukan oleh Himpunan Bina Mualaf

Indonesia (HBMI). Pertama. pembinaan pemahaman dan kedua praktis

menyangkut praktik-praktik ibadah dalam Islam. Adapun dalam pembinaan

ekonomi, HBMI mengajak para mualaf untuk meningkatkan kreatifitas mereka.

Mereka betul-betul diberdayakan secaraa ekonomi dengan dibantu untuk

mengasah kemampuan-kemampuan kreativitas mereka. Selain model pembinaan

yang HBMI terapkan kepada para mualaf HBMI mempunyai peran penting dalam

upaya memperkokoh keimanan para mualaf. Diantarnya; pertama, pembinaan

mental dan budaya. Kedua, pembinaan lingkungan. Ketiga, pembinaan agama.

Keemapat, pembinaan ekonomi.

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan; Pertama, menggukan

pendekatan sosiologis dan yang kedua menggunakan pendekatan psikologis

dengan menggunakan metode kualitatif dengan teknik penyajian data deskriptif.

Kata kunci : konversi agama, mualaf, Islam dan Himpunan Bina Mualaf

Indonesia (HBMI).

Page 6: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

ii

Pedoman Transliterasi

Huruf Arab

Huruf Latin

Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b Be ب

t Te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h h dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

d de dengan garis di bawah ض

t te dengan garis dibawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

gh ge dan غ

ha

f Ef ف

q I ق

k Ka ك

l L ل

m Em م

n En ن

w We و

ـ

ھ

h Ha

Page 7: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

iii

Kata Pengantar

Allahamdulillah adalah ucapan begitu indah untuk ucapan rasa syukur kepada

Tuhan yang maha kuasa Allah Swt karena dengan kasihnya dan curahannya penulis

dapat menyelasikan skripsi ini dengan tuntas meskipun dengan berbagai tantangan

yang dilalui.

Dengan selasainya skripsi ini, maka selasai pula tugas akademis strata satu

pada jurusan Studi Agama-agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penulis bangga dan bahagia bisa menjadi bagian dari kampus ini. Tugas

akademis sebagai mahasiswa telah paripurna. Dengan selesainya skripsi ini yang

tentunya dengan proses tidak singkat dan berbagai tantangan yang ada. Penulis sadar

bahwa karya ini tidak sempurna sehingga penulis mohon kepada para pembaca untuk

memberi saran dan masukan agar tulisan ini lebih baik.

Dalam perjuangan ini penulis sadar bahwa banyak telah terlibat baik langsung

atau tidak langsung. Maka dari itu sudah sepatut penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada mereka. Atas dukungannya penulis persembahkan karya ini

kepada:

1. Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin beserta jajarannya.

2. Syaful Azmi, MA., selaku Ketua Jurusan Studi Agama-agama.

3. Lisfa Sentosa Aisyah, MA., selaku Sekretaris jurusan Studi Agama-agama.

Page 8: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

iv

4. Dra. Hj. Hermawati, M.A., selaku pembimbing yang dengan sabar membimbing

penulis dalam upaya penyelesaian skripsi ini.

5. Kepada seluruh dosen Ushuluddin khususnya Studi Agama-agama yang telah

dengan sabar membrikan arahan serta membuka cakrawala pengetahuan kepada

penulis.

6. Kepada orang tua tercinta, Ayah Nurjen bin Marjuk, Alm., Mamah Nunung binti

H. Getong Kisan, Almh., yang selama masa hidupnya selalu memberikan

motiviasi tentang pentignya arti sebuah pendidikan. Apapun hasilnya kelak

pendidikan itu penting dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara.

7. Pendahulu kami, Kakek H. Getong bin Kisan Alm., Nenek Hj. Darih binti Jisin

Almh. Yang selalu menjadi panutan kami.

8. Kakak kami tercinta, Kaka kandung Neneng Safitri dan Ade Nurjanah. Yang

selalu menjadi pelindung dalam duka dan pelipur lara dalam nestapa.

9. Suami tercinta, Andi Subhan Maggalatung, S.Th.I. Yang sangat luar biasa dengan

cinta tulus yang dia berikan mampu membrikan semangat untuk terus berjuang

bersama dalam melangkah dan melawati rintangan yang ada. Serta motivator

handal dalam upaya penyelasaian skripsi ini.

10. Buah hati tercinta kami, Andi Nazril Ramadhan, penyemangat hidupku.

11. Bapak Mertua serta Ibu Mertua, Bapak Prof. Dr. H. Andi Salman Maggalatung,

SH.,MH., dan Ibu Dra. Hj. Andi Afridah, M.Si. yang selama ini sabar

membimbing dan membarikan semangat akademik agar penulis dapat

Page 9: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

v

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. dan bagi saya kalian orang tua yang luar

biasa.

12. Kakak ipar Andi Hikmawati, S.sos., Andi Zulfikar, S.sos,. dan Asrullah, S.sos

yang selama ini selalu memberikan semangat akademik, berjuang membimbing

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

13. Teman-teman KKN PITAGORAS. Yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu-

persatu. Kedisiplinan dan kepekahan kita tumbuh dalam menjalani kehidupan

keseharian datang karena adanya motivasi ilmu pengetahuan dalam menghadapi

hidup ini.

14. Dan keluarga besar SAA angkatan 2012 yang penulis tidak bisa sebutkan satu

persatu. Kalian luar biasa.

Penulis

Nurul Fitriyani

Page 10: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

vi

DAFTAR ISI

Abstrak ...................................................................................................................... i

Pedoman Transliterasi ............................................................................................. ii

Kata Penganta .......................................................................................................... iii

Daftar Isi ................................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8

E. Tinjuan Analisis .......................................................................... 8

F. Metodologi Penelitian ................................................................. 11

G. Sistematika penulisan .................................................................. 15

BAB II LANDASAN TERORI

A. Pengertian Konversi Agama ........................................................ 18

B. Faktor Penyebab Konversi Agama ............................................. 19

C. Proses Konversi Agama .............................................................. 26

BAB III MENGENAL HIMPUNAN BINA MUALLAF INDONESIA

(HBMI) DI JAKARTA TIMUR

A. Sejarah Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) ................... 28

B. Visi dan Misi Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HMBI) .......... 30

C. Program Kegiatan Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) .. 31

BAB IV MUALAF DAN PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF

INDONESIA (HBMI) DI JAKARTA TIMUR

A. Motivasi Konversi Para Mualaf .................................................. 37

B. Model Pembinaan ........................................................................ 42

C. Faktor Bergabung di Himpunan Bina Mualaf Indonesia

(HBMI) ........................................................................................ 46

Page 11: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

vii

D. Pemberdayaan Para Mualaf di Himpunan Bina Mualaf

Indonesia (HBMI) ....................................................................... 52

E. Peran Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI ) terhadap

Para Mualaf ................................................................................. 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 61

B. Saran ............................................................................................ 63

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 64

LAMPIRAN .............................................................................................................. 66

Page 12: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu jiwa agama merupakan bagian dari ilmu jiwa yang mempelajari

masalah-masalah kejiwaan yang sangkut pautnya dengan keyakinan beragama.

Dengan demikian ilmu jiwa agama menyangkut dua bidang kajian yang sama

sekali berlainan, sehingga ia berbeda dari cabang-cabang ilmu jiwa lainnya. Ilmu

jiwa dengan cabang-cabangnya mengkaji tentang gejala-gejala jiwa dan kaitannya

dengan tingkah laku. Perbedaan itu hanya ditentukan oleh aspek yang menjadi

titik berat kajian masing-masing. Misalnya ilmu jiwa kepribadian

menitikberatkan kajiannya pada aspek kepribadian dalam hubungannya dengan

tingkah laku manusia. Kata yang banyak menyita perhatian banyak kalangan,

baik masyarakat pada umumnya maupun para ilmuwan adalah kata "agama”.1

Kata ini begitu menggugah rasa ingin tahu banyak kalangan, sebab agama

adalah sebuah fenomena yang sangat kaya sekaligus sangat kompleks. Dimana di

dalamnya memiliki dimensi baik itu ritual, doktrin, etika, sosial maupun empiris.

Sehingga wacana tentang agama dan kehidupan beragama selalu akan muncul

baik dalam diskusi ilmiah maupun percakapan yang umum dalam masyarakat

sosial. Oleh karena itu agama diyakini dan dirasakan oleh pemeluknya

1 Agama secara gramatikal adalah tidak kacau, lebih lengkap menurut Quraiys Shihab

dalam kata pengantar buku Agama Punya Seribu Nyawa, mendifinisikan agama sebagai hubungan

manusia dengan satu kekuatan yang jauh melebihinya dimana manusia patuh kepada kekuatan: itu

yang kemudian makna "kekuatan" ditekankan kepada Sang Pencipta Alam, yaitu Tuhan. Lihat

Komaruddin Hidayat, Agama Punya Seribu Nyawa (Jakarta, Noura Book, 2012), h. VI.

Page 13: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

2

sebagai sumber ketenangan karena agama memberi arah serta makna hidup yang

pasti.

Seiring berjalannya waktu, walaupun manusia memiliki agama tentu tidak

bisa dihindari dengan konflik yang ada di dalam batin manusia. Pertentangan

batin dan kegelisahan ini terjadi gejolak berbagai persoalan yang terkadang tidak

mampu dihadapinya sendiri, di antara ketegangan dan kegoncangan dalam

dirinya karena tidak mempunyai seseorang dalam menguasai nilai-nilai moral dan

agama dalam hidupnya. Sebenarnya orang tersebut mengetahui mana yang benar

untuk dilakukan, akan tetapi tidak mampu untuk berbuat sehingga mengakibatkan

segala yang dilakukannya serba salah, namun tetap tidak mau melakukan yang

benar. Fenomena ini terjadi pada orang-orang yang mengalami konversi agama.

Kata konversi merupakan kosa kata yang berasal dari Bahasa Inggris conversion

yang mempunyai arti berlawanan arah. Secara istilah, konversi agama adalah

terjadinya perubahan keyakinan yang berlawanan arah dengan keyakinan semula.

Para ahli pendidikan berpendapat bahwa konversi agama dipengaruhi oleh

kondisi pendidikan. Penelitian ilmu sosial penampilkan data dan argumentasi

bahwa suasana pendidikan ikut mempengaruhi konversi agama. Walaupun belum

dapat dikumpulkan data secara pasti tentang pengaruh lembaga pendidikan

terhadap konversi agama namun berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung di

bawah yayasan agama tentunya mempunyai tujuan keagamaan pula.2

Unsur dari dalam diri (endogeenos origin), yaitu proses perubahan yang

terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini

2 Roharjo, Pengantar llmu Jlwa Agama (Jakarta: PT. Pustaka Rizki Putra, 2008) h, 174.

Page 14: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

3

membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi disebabkan

oleh krisis yang terjadi dan keputusan yang diambil oleh seseorang berdasarkan

pertimbangan pribadi. Proses ini terjadi menurut gejala psikologis yang bereaksi

dalam bentuk hancurya struktur psikologis yang lama dan seiring dengan proses

tersebut rnuncul pula struktur psikologis baru yang dipilih.

Perubahan keyakinan seperti ini datang dari rasa kegelisahan terhadap

agama yang dipeluknya. Oleh sebab itu padangan hidup dan keyakian seperti

harapan serta keselamatan menjadi berlawanan arah. Timbulnya tekanan batin

penyesalan diri, rasa berdosa, cemas terhadap masa depan serta perasaan susah

yang ditimbulkan oleh kebimbangan atau rasa gelisah. Hal tersebut akan

melahirkan proses kejiwaan dalam bentuk renungan perasaan yang belawanan

itu timbul dalam batin manusia sehingga masalah tersebut harus dicari jalannya.3

Konversi agama yang terjadi pada diri manusia tentunya tidak terjadi

begitu saja tanpa unsur apapun, melainkan adanya hidayah yang diperoleh dari

Allah SWT yang telah disampaikan dalam firman-Nya surat QS Al-A'Raaf ayat:

178

هتدي ٱفههى لله ٱيهد مه ئك ههمه لمه هول ون ٱومه يهضلل فأ سره ٨٧١ لخ

"Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang

mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barang

siapa disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi {dunia dan

akhirat)".4

Menurut penjelasan ayat di atas sangat jelas bahwa Allah SWT

memberikan hidayah, karunia serta nikmat kepada siapa saja sesuai kehendak-

Nya, termasuk menghendaki orang-orang untuk melakukan konversi agama.

3 Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: PT. Grafindo Persada,

2002)h. 59 4 Deperteman Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahan, al A’raaf : 178.

Page 15: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

4

Terjadinya konversi agama tersebut selain dari faktor dari Yang Maha

Kuasa. Berdasarkan tinjauan psikologis, dalam teori Wiliam James bahwasannya

konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan

tempat berada.5 Faktor yang melatarbelakanginya timbul dari dalam diri (intern)

dan dari luar diri (ekstern). Faktor dalam diri (intern) di sini meliputi kepribadian

dan pembawaan. Sedangkan faktor dari luar (eksrten) meliputi keluarga,

lingkungan tempat tinggal, perubahan status dan kondisi ekonomi.

Seseorang yang baru memeluk agama dan mengimani agama Islam,

penting sekali untuk mempelajari, mengetahui dan memahami agama yang baru

dianutnya. Maka dari itu pertama-tama yang harus dilakukan adalah mengikuti

pembinaan secara khusus untuk membantu proses pengenalan agama Islam dan

memberi pendalaman pengetahuan tentang agama Islam yang baru dianutnya.

Terdapat beberapa lembaga yang mejadi sarana pembinaan khusus untuk

para mualaf, tapi bentuk penanganannya yang dibedakan, seperti lembaga yang

menangani saat pengislamannya saja dan ada juga yang menangani keseluruhan

termasuk pembinaan setelah menjadi seorang mualaf. Pembinaan mualaf memiliki

peran yang sangat signifikan dalam membantu memberikan pemahaman tentang

ketauhidan, memperkokoh keyakinan, pengenalan dasar-dasar hukum Islam yang

benar serta tata cara beribadah yang baik dan benar.

Dalam pembinaan mualaf ini, komunikasi merupakan faktor yang yang

sangat penting supaya ajaran-ajaran Islam yang diterima bisa menjadi lebih

kokoh. Maka dari itu komunikasi yang dilakukan pembina mualaf bisa

5 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), h.

158.

Page 16: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

5

berpengaruh pada perubahan pemikiran serta interpretasi terhadap pemahaman

keIslaman sehingga memperkokoh keimanan yang dipelajari oleh para mualaf.

Bukan hanya itu, demi terciptanya komunikasi yang efektif dan pembinaan yang

optimal serta program kegiatan yang terarah, pengurus harus memiliki strategi dan

metode pembinaan agar apa yang disampaikan berhasil dalam masa pembinaan.

Himpunan Bina Mualaf Indonesia yang disingkat menjadi HBMI

merupakan salah satu Lembaga yang dibentuk oleh Kementrian Agama khusus

menangani pembinaan mualaf. Lembaga HBMI ini dibawah naungan Kementrian

Agama Bimas Islam dan diresmikan pada bulan November 2013 di Jakarta.

Lembaga ini memiliki struktur organisasi, metode serta program khusus seperti:

pembinaan perekonomian mualaf, santunan, buka puasa bersama, pengajian

rutinitas bulanan, pelatihan keterampilan dan rumah pintar.6

Berbagai kegiatan Himpunan Bina Mualaf Indonesia bertujuan agar

pembinaan yang dilakukan bersifat variatif demi menciptakan keakraban dan

hubungan yang baik antar sesama. Peran Himpunan Bina Mualaf Indonesia dalam

memperkokoh keimanan para mualaf (anggotanya) adalah dengan memberikan

solusi dari starategi dari pembinaan mualaf diberikan bimbingan dan tuntunan

serta pendampingan. Komunikasi pembinaan tidak hanya dilakukan secara verbal

saja, namun terkadang komunikasi non verbal juga sangat mampu meningkatkan

pemahaman para mualaf.

6 Wawancara dengan H. Syarif Tanudjaja, Ketua HBMI, Himpunan Bina Mualaf

Indonesia, Matraman, Jakarta Timur, 16 Oktober 2017.

Page 17: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

6

Komunikasi yang digunakan bersifat mengajak dan membujuk, dengan

kata lain pembinaan yang dilakukan bersifat komunikasi persuasif secara

psikologis, agar mualaf yang mandiri, bertakwa serta istikomah dalam

keagamaannya juga mandiri dalam sosial ekonominya. Komunikasi persuasif

adalah suatu usaha untuk meyakinkan seseorang atau kelompok seolah-olah

keyakinan timbul itu atas keyakinannya sendiri tanpa ada paksaan, baik yang

tampak maupun tidak.7

Komukasi persuasif juga dapat dipahami sebagai suatu pesan yang

mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain secara verbal maupun non-

verbal. Proses tersebut adalah gejala atau fenomena yang menunjukkan suatu

perubahan terus secara terus menerus.8 Demi berhasilnya komunikasi persuasif

hal ini dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan kebutuhan mualaf. Oleh

karena itu pembinaan seharusnya mengetahui dan memperhatikan latar belakang

para mualaf seperti asal kelompok masyarakat, asal agama, tinggkat pendidikan

dan sosial ekomoni mereka.

Melihat pembinaan mualaf di HBMI memiliki strategi, metode, program

khusus serta teknik-teknik persuasif, maka proses pembinaan yang bervariasi

tersebut menjadi pembeda dengan lembaga pembinaan yang lain. Oleh karena itu

dengan lahirnya Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) selalu difasilitasi dan

terus mendapatkan ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara menjalankan

semua ajaran agama Islam dengan baik dan benar.

7 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 20.

8 Roudhonah, Ilmu Komunkasi (Jakarta: Atama Kencana Publishing, 2013) h. 16.

Page 18: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

7

Keberadaan Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) di Indonesia

sebagai wadah bagi kalangan para mualaf. Bagi penulis menjadi penting untuk

diteliti dengan menganalisis peran Himpunan Bina Mualaf Indonesia dalam

pembinaan dan meningkatkan pemahaman keagamaan para mualaf. Polarisasi

pembentukan pemahaman HBMI dalam meningkatkan pemahaman keagamaan

para mualaf beserta hal-hal yang terkait dengannya. Oleh sebab itu penulis

merumuskan pada judul utama yaitu: Peran HBMI Dalam Memperkokoh

Keimanan Para Mualaf : Studi Kasus Himpunan Mualaf Indonesia Pusat

di Pulo Mas Jakarta Timur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) dalam

memperkokoh keimanan para mualaf?

2. Apa hambatan Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) dalam

memperkokoh keimanan para mualaf?

3. Apa tantangan dan metode efektifitas Himpunan Bina Mualaf Indonesia

(HBMI) dalam memperkokoh keimanan para mualaf?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran, hambatan, tantangan serta efektifitas HBMI dalam

memperkokoh keimanan para mualaf.

Page 19: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

8

2. Menambah khazanah perpustakaan.

3. Memberikan sumbangsih pemikiran dalam memperkuat peran ilmu

keushuluddinan

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai sumbangsih hasil karya penelitian bagi UIN Syarif Hidayatullah pada

umumnya dan Fakultas Ushuluddin jurusan Studi Agama-agama khususnya.

2. Memberi masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

3. Menjadi referensi bagi penelitian-penelitian lebih lanjut oleh mahasiswa Studi

Agama-agama tentang Peran Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI)

dalam Memperkokoh Keimanan Mualaf (Studi Kasus Himpunan Bina Mualaf

Indonesia (HBMI) Pusat di Pulo Mas Jakarta Timur).

4. Untuk mendapatkan gelar Sarjana Agama.

E. Tinjauan Pustaka

Adapun buku-buku yang menjadi rujukan skripsi ini antara lain: Pertama,

Skripsi Yaumil Kurniati Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, tahun kelulusan 2006 yang berjudul

Komunikasi Persuasif Pengurus Himpunan Bina Mualaf Indonesia dalam

Meneguhkan Keyakinan Mualaf Wilayah Jakarta Barat. Skripsi ini menerangkan

tentang Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) di wilayah Jakarta Barat

merupakan salah satu asosiatif konsultasi dan pembinaan para mualaf. Teori

Page 20: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

9

yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori penilaian sosialisasi oleh Muzafer

Sherif. Dalam proses pembinaan mualaf, pengurus menggunakan berbagai

tahapan komunikasi persuasif dengan menggunakan formula AIDDA (Attention,

Interes, Desire, Decision, Action) yaitu menumbuhkan perhatian, rasa tertarik,

keinginan, memiliki keputusan dan tindakan.

Kedua, skripsi karya Apriyanto mahasiswa IAIN Purwokerto Fakultas

Tarbiyah dan ilmu keguruan tahun kelulusan 2006 dengan judul Pelaksanaan

Pendidikan Agama Islam Bagi Mualaf di Banyumas Mualaf Center. Skripsi ini

hanya menerangkan tentang macam-macam kegiatan pendidikan agama Islam

yang diadakan, yaitu pengajian Iqra’ setiap minggu, pengajian keagamaan setiap

bulan, lomba hafalan surah al Fatihah, ajang kasih, khitanan massal dan pelatihan

menjahit, membuat keset dan tas. Menggunakan pendekatan kualitatif yang besifat

deskriptif. Subjek penelitian ketua dan pengurus Banyumas Mualaf Center,

ustadz/ustadzah dan mualaf. Metode yang digunakan adalah metode observasi,

wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis menggunkan analisis induktif.

Ketiga, Taufik Halily Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2013

yang berjudul Metode Dakwah Ustad Syamsul Arifin Nababan dalam Pembinaan

akidah antara mualaf di Pondok Pesantren pembinaan Mualaf al­ Naba center

Tangerang Selatan Banten. Skripsi ini hanya menjelaskan tentang pengaplikasian

metode dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam membina akidah santri mualaf

dengan cara hikmah (ceramah, tanya jawab dan dialog) dan konsep metode dakwah

dalam pembinaan santri di sana sesuai dengan pelaksanaannya. Meski santri

Page 21: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

10

berbeda latar belakang pengetahuan keislaman, semua santri mendapat pengajaran

yang sama dan tidak ada jenjang pendidikan.

Keeempat skripsi Nur Jamal Sha’id mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta fakultas dakwah dan komunikasi jurusan bimbingan dan penyuluhan Islam,

tahun 2008 berjudul; Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Penguatan Keimanan

Mualaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru Ciputat. Skripsi ini hanya

menjelaskan bahwa proses bimbingan agama terhadap mualaf berjalan dengan

baik dan memberikan pengaruh positif terhadap keimanan mualaf. Hal ini

terlihat dari pemahaman mualaf tentang ajaran agama Islam. Pelaksanaan

ibadah yang mereka lakukan meningkat, semangat dan antusias para mualaf

dalam menuntut ilmu, serta perubahan sikap dan perilaku akhlakul

karimah dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjukkan oleh para mualaf.

Metode yang digunakan pembimbing meliputi ceramah, diskusi, tanya jawab

dan menghafal dalil-dalil.

Dari hasil penelusuran penulis diatas, penulis menyatakan bahwa

hasil dari penelitian penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya. Yang

membedakan adalah penelitian ini fokus pada peran, hambatan, tantangan

dan efektifitas Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) dalam

memperkokoh keimanan mualaf dengan mengambil studi kasus Himpunan

Bina Mualaf Indonesia (HBMI) Pusat di Pulo Mas Jakarta Timur. Penelitian

ini belum ada yang mengkaji atau meneliti baik dalam bentuk skripsi

maupun karya ilmiah yang lainnya. Hal ini sangat mendorong penulis untuk

mengkaji lebih mendalam.

Page 22: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

11

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pada dasarnya penelitan ini adalah penelitian lapangan (field res earch)

yang bersifat kualitatif, dengan cara mendatangi langsung objek yang akan diteliti

untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang

dibahas. Menurut Bogdan dan Taylor., metode kualitatif penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati. Maka penulis dalam menganalisis

menggunakan metode deskriptif analisis. Metode ini dimaksudkan untuk

menguraikan (mendeskripsikan) masalah yang sedang dibahas secara teratur

mengenai seluruh konsepsi dan ide pemikiran pokok yang bersangkutan.9

Metode analisis ini memberikan gambaran terhadap subjek dan objek

penelitian mengenai peran Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) dalam

memperkokoh keimanan para mualaf (studi kasus Himpunan Bina Mualaf

Indonesia (HBMI) Pusat di Pulo Mas Jakarta Timur).

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang peran Himpunan Bina Mualaf

Indonesia (HBMI) dalam memperkokoh keimanan para mualaf: studi kasus

Himpunan Bina Mualaf Indonesai (HBMI) Pusat di Pulo Mas Jakarta

Timur. Maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan sosiologis dan pendekatan psikosiolgis. Pendekatan Sosiologi

9 Drs. U. Maman Kh., M.Si, dkk, Metodologi Penelitian Agama Teori Dan Praktik

(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006) h.29

Page 23: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

12

adalah pendekatan yang melihat atau berusaha menjelaskan sejauh mana

pengaruh agama terhadap prilaku individu maupun kelompok dengan

menggunakan teori-teori sosiologi.10

Dalam pendekatan sosiologis meninjau

dan mengenali perkembangan Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI)

dari masa lalu sampai saat ini dalam memperkokoh keimanan para mualaf..

Pendekatan psikologis adalah bermaksud mencari hubungan atau

pengaruh agama terhadap kejiwaan pemeluk agama atau sebaliknya,

pengaruh kejiwaan pemeluk terhadap keyakinan keagamaannya.11

Pada saat

yang sama Ilmu psikologi yang mempelajari tentang agama berkembang pula

seiring dengan tingkat kemajuan pemikiran manusia. Semakin modern

pemikiran manusia maka akan semakin komplek permasalahan yang

dialaminya, demikian pula halnya dengan cara mereka menggapai kepercayaan

atau agama untuk mendekatkan dirinya dengan Tuhannya akan semakin

beragam sesuai dengan tingkat pemikirannya hal ini terbukti bahwa pada saat

ini manusia menyengaja mempelajari proses yang melatarbelakangi seseorang

beragama, meyakininya, memahami dan mengamalkannya hingga pada suatu

saat dan kadar tertentu, keyakinan tersebut mampu mengubah secara frontal

tentang sikap, perilaku dan pemikirannya.12

Para psikolog agama meyakini ada

dimensi yang sakral, spiritual, divinitas, transenden, supernatural yang tidak

empiris yang dapat memengaruhi kejiwaan manusia. Dalam pendekatan

10

Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2003), h. 61. 11

M. Arif Khoiruddin, “Pendekatan Psikologi dalam Studi Islam” journal An-Nafs, Vol.

2. No. 1( juni 2017), h. 3. 12

M. Abbas Fauzan “Pendekatan Studi Islam Ditinjau Secara Psikoligis” (Artikel

journal), h. 157. diakses di http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/view/221 pada

tanggl 29 Juni 2019.

Page 24: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

13

sosiologis ini meninjau dan menganalisis faktor-faktor kondisi kejiwaan

para mualaf terhadap meyakini agama yang baru, krisis dan konflik kejiwaan,

pertentangan dan kelangsungannya.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh seeara langsung

dari sumber asli atau pihak pertama, secara khusus dikumpulkan oleh peneliti

untuk menjawab pertanyaan riset atau penelitian yang berupa wawancara.

mendalam dengan pengurus Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) maupun

hasil obeservasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengkajian atau

dokumen yang terkait dengan penelitian ini. Sumber data primer didapat dari

sumber pertama, seperti melakukan wawancara mendalam kepada

beberapa narasumber yang relevan diantaranya adalah Ketua Himpunan Bina

Mualaf Indonesia (HBMI) Pusat Pulo Mas Jakarta Timur h. 157 H. Syarif

tanudjadja, sekretaris Ketua Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) Pusat

Pnlo Mas Jakarta Timur, dan beberapa para mualaf yang ada di Himpunan Bina

Mualaf Indonesia (HBMI) Pusat Pulo Mas Jakarta Timur, peneliti secara

langsung meninjau lokasi atau tempat Himpunan Bina Mualaf Indonesia

(HBMI) Pusat Pulo Mas Jakarta Timur serta wawancara dengan bereapa para

mualaf diantara; Steven dan Olivia, dan keduanya merupakan mualaf yang

mendapatkan binaan langsung dari HBMI.

b. Data Sekunder

Page 25: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

14

Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti,

catatan atau laporan yang telah tersusun dalam arsip, buku-buku, artikel, jurnal,

majalah-majalah atau dokumen yang tidak terkait langsung dengan penelitian

ini.13

Sumber data sekunder diperoleh dari buku Pedoman Pembinaan Muallaf

yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI Ditjen Bimas Islam dan

memahami perilaku yang mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi, dan lain

sebagainya

4. Panduan Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini menggunakan standar yang ditetapkan

dalam buku, Pedoman Penulisan Karya llmiah (Skripsi, Tesis, don Disertasi),

yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam Penulisan ini, penulis membagi pembahasan kedalam

empat bab, dengan uraian sebagai berikut:

Bab pertama adalah pendahuluan. Terdiri dari tujuh Sub bab. Sub bab

pertama, latar belakang masalah, menjelaskan gambaran secara umum peran

Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) yang menghantarkan kepada

perumusan masalah. Kedua, penulis menampilkan rumusan masalah berisi

permasalah pokok yang menjadi fokus penelitian ini. Selanjutnya dalam sub bab

13

Prasetya Irawan, Logika dan Posedur Penelitian (jakarta: STIA Lembaga

Administrasi Negara, !999), h. 65.

Page 26: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

15

ketiga, penulis menyajikan tujuan penelitian dan sub bab keempat manfaat

penelitian yang tidak lepas dari rumusan masalah tersebut. Dalam sub bab kelima

mengenai tinjauan pustaka, Dalam sub bab keenam penulis memaparkan dan

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini. Kemudian, pada sub ketujuh

penuli smenyajikan sistematika kepenulisan berupa kerangka kepenulisan

dalam penelitian.

Bab kedua adalah landasan teori. Terdiri dari empat sub bab. Pada sub

bab pertama menjelaskan mengenai definisi mualaf. Pada sub bab kedua,

menjelaskan mengenai definisi konversi agama. Pada sub bab ketiga, menjelaskan

mengenai macarn-macam konversi agama. Kemudian pada sub bab keempat,

menjelaskan proses terjadinya konversi agama.

Bab ketiga adalah sejarah berdirinya Himpunan Bina Mualaf Indonesia

(HBMI) Pulo Mas di Jakarta Timur, terdiri dari empat sub bab. Sub bab pertama,

sejarah Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) Pulo Mas di Jakarta Timur.

Pada sub bab kedua, menjelaskan visi dan misi Himpunan Bina Mualaf Indonesia

(HBMI) Pulo Mas di Jakarta Timur. Pada sub bab ketiga, menjelaskan struktur

Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) Pulo Mas di Jakarta Timur. Kemudian

sub bab keempat, menjelaskan program Himpunan Bina Mualaf Indonesia

(HBMI) Pulo Mas di Jakarta Timur.

Bab keempat adalah analisis mengenai peran Himpunan Bina Mualaf

Indonesia (HBMI) Pulo Mas di Jakarta Timur. Terdiri dari empat sub bab. Pada

sub bab pertama menjelaskan pembinaan mualaf di Himpunan Bina Mualaf

Indonesia (HBMI) Pulo Mas di Jakarta Timur. Pada sub bab kedua

Page 27: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

16

menjelaskan upaya pelestarian iman para mualaf di Himpunan Bina Mualaf

Indonesia (HBMI) Pulo Mas di Jakarta Timur. Pada sub bab ketiga menjelaskan

faktor terjadinya konversi agama di Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI)

Pulo Mas di Jakarta Timur. Pada sub bab keempat menjelaskan mengenai

efektifitas (hambatan dan tantangan) Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI)

Pulo Mas di Jakarta Timur.

Bab kelima adalah penutup pada bab ini terdiri dari dua sub bab; pertama,

kesimpulan dari hasil pembahasan yang tetap berpijak pada pokok permasalahan

dan yang kedua berisi tentang saran.

Page 28: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Konversi Agama

Konversi agama (religious conversion) merupakan sebuah fenomena

peralihan keyakinan seseorang dari suatu sistem kepercayaan terhadap sistem

kepercayaan yang lain. Secara etimologi, konversi berasal dari kata Latin,

conversio, berarti “pindah atau berubah”. Terma ini kemudian juga diserap ke

dalam bahasa Inggris menjadi conversion. Oxford Dictionary memaknainya

sebagai “the process of changing or causing something to change from one form

to another.”1 Artinya, “proses perubahan atau sebab sesuatu berubah dari satu

bentuk ke bentuk yang lain.” Jadi, bila ditambah satu kata lagi di belakangnya,

kata tersebut hanya menyifati makna asalnya. Dari itu, konversi agama dapat

dimaknai sebagai perubahan atau sebab seseorang berubah keyakinan dari satu

sistem ke sistem keyakinan yang lain.

Adapun secara terminologi, izinkan penulis mengutip pengertian dari Max

Heirich. Dalam tulisannya, Change of Heart, dia memaparkan bahwa konversi

agama adalah suatu pilihan baru seseorang atau kelompok untuk mengimani dan

menjalankan suatu agama baru yang berlainan dengan agama yang dianut

sebelumnya.2

Dari definisi ini maka konversi agama merupakan tindakan

perseorang atau kelompok untuk memeluk agama lain, sehingga harus

meninggalkan agama yang dianut sebelumnya.

1 Angus Stevenson, Oxford Dictionary of English, Ed

3 (Kamus Oxford: Oxford

University Press, 2010), h. 381. 2 Max Heirich, “Change of Heart”, American Journal of Sociology 83, No 3, (Tahun

1977): h. 654.

Page 29: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

18

B. Faktor Penyebab Konversi Agama

Konversi agama terjadi tentu tak lepas dari latarbelakang yang dapat kita

kategorikan sebagai faktor penyebab. Untuk mengetahuinya, supaya mendapat

pemahaman yang lebih komprehensif, penting penulis terlebih dahulu paparkan

bahwa kesimpulan tentang penentuan faktor amat tergantung pada bentuk

perspektif. Di sini, penulis akan membagi tiga perspektif tentang penentuan faktor.

Pertama, perspektif teologis. Kedua, perspektif sosiologi. Ketiga, perspektif

psikologis.

a. Perspektif Teologis

Perspektif teologis adalah cara pandang dalam melihat faktor konversi

agama dari sudut pandang agama itu sendiri. Dalam perspektif ini, konversi

agama terjadi lantaran dua faktor. Pertama, karena petunjuk ilahi.3 Dalam Islam

disebut hidayah, dalam Kristen disebut “sentuhan kasih Tuhan”. Demikian juga

dalam agama-agama lain. Faktor penyebabnya selalu dikaitkan dengan

kepentingan Tuhan. Sedangkan faktor yang kedua adalah sebab pengaruh buruk

dari kekuatan jahat. Berbeda dengan faktor yang pertama, faktor ini berasal dari

kepentingan kekuatan jahat yang selalu dianggap sebagai musuh Tuhan.4

Contoh, dalam Islam, orang yang melakukan konversi agama ke dalam

Islam disebut mendapat hidayah, sementara bila ada muslim yang konversi ke

agama lain dinyatakan “telah dikuasi oleh setan”. Orang yang pindah agama dari

3 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 275.

4 Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 276

Page 30: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

19

agama lain ke dalam Islam disebut mualaf, sedangkan Muslim yang keluar dan

pindah ke agama lain disebut murtadin.

Perspektif ini memiliki standar ganda. Orang yang pindah ke agama lain

akan diberi label buruk karena dianggap telah dipengaruhi kekuatan jahat.

Sedangkan orang lain yang masuk ke dalam agama itu diberi label positif lantaran

diasumsikan telah dipengaruhi oleh kekuatan baik, yakni kekuatan Tuhan sendiri.

Setiap agama menerapkan pespektif semacam ini.

Kedua faktor ini dalam ilmu pengetahuan susah untuk dibuktikan. Karena,

selain memiliki standar ganda juga susah untuk diuji secara empirik maupun

dengan nalar logis. Namun bagaimanapun, persepktif ini yang sering digunakan

oleh publik luas ketika hendak melihat faktor terjadinya konversi agama

seseorang di tengah masyarakat.

Tabel

No Perspektif Teologis Pengguanaan

1 Faktor Petunjuk Ilahi Digunakan untuk melihat seseorang yang

berasal dari agama lain yang melakukan

konversi terhadap agama itu

2 Faktor Kekuatan Jahat Digunakan untuk melihat seseorang yang

berasal dari agama itu yang melakukan

konversi terhadap agama lain

b. Perspektif Sosiologis

Berbeda dengan perspektif teologis, perspektif sosiologis ini lebih

menekankan pada pembacaan yang empirik, obyektif, rasional, dan dapat diuji

Page 31: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

20

secara ilmiah. Persepktif ini merupakan cara pandang baru dalam melihat sebuah

fenomena yang tak lain lahir dari rahim modernisme sejak abad ke-19. Lantaran

jangkauan cakupannya yang luas terkait fenomena sosial, perspektif ini juga dapat

digunakan untuk melihat fenomena konversi agama di tengah masyarakat.5

Dalam perspektif lain, faktor penyebab terjadinya konversi agama dapat

dibagi menjadi dua. Pertama, faktor struktur sosial. Kedua, faktor agensi.6 Faktor

yang pertama meliputi:

1. Determinasi pergaulan.

2. Tradisi atau kebiasaan setempat.

3. Pengaruh ruang publik.

4. Pengaruh sepak terjang elit agama.

5. Norma yang berlaku.

6. Kebudayaan setempa.

7. Tekanan ekonomi.7

Bila dilihat dari faktor ini, seseorang bisa melakukan konversi agama

lantaran determinasi tradisi setempat. Seseorang bisa pindah agama karena tradisi

di mana dia tinggal memaksa secara simbolik untuk melakukan konversi agama.

Kebiasaan interaksi dengan penganut agama lain yang lebih mayoritas di tempat

tersebut memungkinkan seseorang untuk melakukan konversi agama. Demikian

juga seseorang bisa pindah agama karena pengaruh ruang publik, di mana

informasi kegamaan didominasi oleh agama lain yang lebih mayoritas. Selain itu

5 Dr. Bambang Syamsul Arifin, M. Si, Psikologi Agama (Bandung: CV. Pustaka Setia,

2015), h. 29. 6 Istilah ini diambil dari salah satu sosiolog besar, Anthony Giddens. Silakan baca

bukunya Priyono, Herry B, Anthony Giddens: Sebuah Pengantar. Jakarta: KPG. 2008.

7 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 275.

Page 32: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

21

konversi agama bisa terjadi karena peran elit agama yang kuat. Propaganda

keagamaan yang dilakukan oleh para elit agama memungkinkan terjadinya

konversi agama. Contoh, dalam Islam terdapat tradisi berdakwa. Elit agama yang

melakukan dakwa tersebut disebut dengan da'i. Demikian juga dalam Kristen.

Hanya istilahnya saja yang berbeda. Dalam Kristen, elit agama yang melakukan

propaganda keagamaan supaya orang berminat masuk agama tersebut disebut

dengan misionaris. Aktivitas itu disebut dengan evangelisasi.8

Tak hanya itu, seseorang bisa pindah agama juga karena norma setempat

di mana dia tinggal mengarahkannya untuk melakukan konversi agama. Contoh,

norma larangan minum-minuman keras memungkinkan orang yang senang

dengan tradisi itu tak akan mau mengikuti agama yang punya norma itu dan lebih

memilih agama yang membolehkannya. Penjelasan ini mungkin dapat dipakai

ketika hendak melihat kenapa Suku Batak Toba lebih memilih Kristen daripada

Islam.9

Selain norma, budaya juga berpengaruh. Tren budaya hijab dan solidaritas

keumatan yang tinggi belakangan terbukti menarik minat non-Muslim untuk

pindah agama menjadi Muslim. Demikian juga dengan determinasi tekanan

ekonomi. Seseorang bisa pindah agama karena tekanan ekonomi.Itulah faktor

terjadinya konversi agama bila dilihat dari fungsi struktur sosial dalam

mendeterminasi individu dalam melakukan tindakan, dalam hal ini melakukan

konversi agama. Berbeda dengan faktor ini, faktor agensi (faktor yang kedua)

lebih menekankan pada pilihan individu.10

8 Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 278

9 Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 279

10 Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 279

Page 33: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:
Page 34: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

23

d. Perspektif Psikologis

Perspektif psikologis adalah cara pandang ilmiah dalam melihat faktor

terjadinya konversi agama dengan menggunakan ukuran-ukuran yang terdapat

dalam disipilin psikologi. Dalam persepktif ini, untuk mengetahui faktor

penyebab terjadinya konversi agama, kondisi kejiwaan seseorang yang

melakukannya menjadi obyek utama yang dilihat.

Menurut William James, konversi agama terjadi lantaran perubahan yang

terjadi di dalam alam bawah sadar seseorang. Seseorang yang pindah agama

mengalami suatu perubahan jiwa yang memaksanya secara halus untuk

melakukan konversi. Menurutnya, orang yang memiliki jiwa melankolis lebih

rentan melakukan konversi agama.11

Ketidakstabilan jiwa ini merupakan

konsekuensi dari gerakan alam bawah sadar yang mampu menentukan pilihan-

pilihan tanpa disadari bahwa kekuatan itu telah menguasai.12

Adapun menurut Guy Em Swanson, konversi agama biasanya dilakukan

oleh orang yang jiwanya sedang mengalami tekanan, yakni stress. Menurutnya,

kondisi ini biasa terjadi pada anak yang lahir di antara saudaranya yang sulung

dan bungsu. Anak ini mengalami stress karena kurangnya perhatian dari orang tua

daripada kedua anak lainnya,13

yakni yang sulung dan bungsu. Hal ini disebut

dengan adalah faktor internal.

Adapun faktor ekternalnya adalah kondisi di luar diri seseorang yang turut

membentuk kondisi kejiwaan dirinya dalam melakukan konversi agama. Yakni

meliputi 1) kultur keluarga, 2) lingkungan, 3) status sosial, dan 4) kemiskinan.

11

William James, The Varieties of Religious Experience (New York: Tp, 1958),h. 30. 12

Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 276. 13

Sakiman, “Konversi Agama: Studi Kasus Pada Keluarga di Dusun Pasaken

Magowoharjo, Depok, Sleman”, aplikasia, jurnal aplikasi ilmu-ilmu agama, 6 No. 1 (Juni 2005):

h, 70.

Page 35: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:
Page 36: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

25

C. Proses Terjadinya Konversi Agama

Agama sejatinya bukan hanya identitas sosial seorang individu. Ia adalah

adalah jalan hidup yang bukan pula hanya memuat seperangkat aturan-aturan.

Namun lebih dari itu, agama merupakann bagian dari kehidupan manusia itu

sendiri. Disadari atau tidak, perilaku sosial seorang individu tak dapat dilepaskan

dari pengaruh agama, sekalipun dia seorang ateis. Karena agama merupakan unsur

kebudayaan yang tak satupun manusia dalam sejarahnya mampu menyingkirkan.

Pengaruh agama sangat terasa bagi orang atau kelompok yang melakukan

konversi agama. Karena konversi agama sejatinya adalah proses manusia untuk

semakin religius. Dengan melakukan konversi agama, pada saat yang sama dia

telah meyakini bahwa agama itu penting. Konversi agama tak mungkin dilakukan

oleh orang yang sejak awal telah menentukan sikapnya untuk menjadi seorang

ateis atau agnostik.15

Oleh karena itu konversi agama bisa juga dikatakan sebagai bukan hanya

peralihan keyakinan dari satu sistem kepercayaan terhadap kepercayaan yang lain.

Lebih dari itu, konversi agama adalah peralihan jalan hidup itu sendiri.

Seseorang yang pindah agama, menurut Jalaluddin seperti sedang

melakukan pemugaran sebuah bangunan di lahan yang sama. Dia menulis,

“Proses konversi agama ini dapat diumpamakan seperti proses pemugaran

sebuah gedung, bangunan lama dibongkar dan pada tempat yang sama didirikan

bangunan baru yang lain sama sekali dari bangunan sebelumnya.” Perumpamaan

ini sangat menarik. Seseorang yang telah melakukan konversi agama, pada saat

15

Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 280.

Page 37: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

26

yang sama telah melakukan proses-proses pemugaran batin dengan cara-cara yang

radikal.16

H. Carrier membagi proses konversi agama ke dalam beberapa tahapan.

Tahapan-tahapan tersebut terjadi secara linier dan terus berkelanjutan. Inilah

tahapan-tahapannya:

1. Krisis yang dialami menyebkan terjadinya kondisi disintegratif dalam diri

seseorang.

2. Disintegrasi tersebut membutuhkan solusi. Konversi agama tekadang menjadi

salah satu pilihannya. Orang berharap dengan berpindah agama, masalah

disintegrasi dalam dirinya mendapat solusi.

3. Dengan demikian, terjadilah reintegrasi kepribadian. Seseorang yang pindah

agama mengalami pembaruan kondisi batin dan cara pandang hidupnya. (Di

sinilah kadang terjadi overconfidence (terlalu percaya diri) seseorang yang

baru pindah agama. Setelah mengalami reintegrasi, dia merasa menjadi

manusia paling benar. Tak heran bila melihat banyak fenomena muallaf yang

kerap berani secara terang-terangn menyerang agama sebelumnya sebagai

agama sesat.

4. Tumbuhnya sikap penerimaan total terhadap ajaran baru yang dianutnya.

5. Dengan begitu lalu timbullah pengukuhan dalam dirinya bahwa apa yang

dilakukannya dia anggap sebagai panggilan Tuhan. Dan dia yang baru pindah

agama itu merasa menjadi orang yang paling disayang oleh Tuhan karena

telah diberi petunjuk.17

16

Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 276. 17

Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 277.

Page 38: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

27

Adapun Zakiah Daradjat membagi proses konversi agama ke dalam 5

tahapan berbeda. Tahapan yang dijelaskan olehnya adalah tahapan-tahapan

perubahan kondisi kejiwaan. Yakni: Masa tenang, instabilitas batin, terjadinya

konversi, masa tenang sebagai kondisi baru, dan masa ekspresi.18

Pertama, masa tenang merupakan masa di mana segala sikap dan tingkah

lakunya serta sifat-sifatnya menunjukkan acuh tak acuh terhadap agama. Kedua,

instabilitas batin hal ini merupakan konflik dan pertentangan batin berkecamuk

dalam hatinya, gelisah, putus asa, tegang, panik dan sebagainya, baik disebabkan

oleh moralnya, kekecewaan atau yang lainnya. Pada masa ini, seseorang biasanya

amat peka perasaannya, cepat tersinggung dan hampir putus asa dalam hidupnya,

serta mudah kena sugesti. Ketiga, Peristiwa konversi agama itu sendiri setelah

mengalami masa puncaknya, seseorang tiba-tiba merasa mendapat petunjuk

Tuhan, mendapat kekuatan dan semangat. Gejolak atau konflik yang terjadi

dalam dirinya, tiba-tiba menjadi reda, jiwa menjadi tenang dan damai berkat

keyakinan barunya. Keempat, keadaan tenang dan tenteram. Setelah krisis

konversi selesai, maka timbullah perasaan atau keadaan jiwa yang baru, rasa aman

dan damai di hati,lepas dari segala dosa, segala persoalan menjadi enteng dan

dapat diselesaikan. Kelima, ekspresi konversi dalam hidup. Tahapan terakhir

dalam konversi agama ialah pengungkapan konversi agama dalam tindak tanduk,

perbuatan, sikap dan perbuatan sesuai dengan tuntunan ajaran agama.19

Lima hal

tersebut merupakan hal yang lumrah terjadi pada setiap diri seseorang yang akan

melakukan konversi agama dan telah melakukan konversi agama.

18

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang 2010), h. 58. 19

Prof. Dr. H. Kurnia Ilahi, MA., dkk, Konversi Agama, (Malang: Intelegensia Media,

2017), h. 19.

Page 39: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

28

BAB III

MENGENAL HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI)

DI JAKARTA TIMUR

A. Sejarah Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI)

Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.

Besarnya jumlah pemeluk agama tersebut tentu memiliki dampak sosiologis terhadap

pemeluk agama lain. Salah satu buktinya adalah banyaknya pemeluk agama lain yang

tertarik untuk masuk ke dalam agama tersebut. Mereka yang baru masuk ke dalam

Islam atau baru memeluk Islam disebut dengan mualaf.

Fenomena mualaf ini, masuknya non-Muslim ke dalam Islam, belakangan

dirasa perlu mendapatkan wadah institusi yang memadai. Karena berdasarkan laporan

dari Mualaf Center Indonesia (MCI), tren mualaf dari tahun ke tahun terus

meningkat. “Kemudian, terus naik pada 2011, 2012, sampai sekarang naik terus

angkanya. Paling tidak dalam lima tahun ke belakang sudah lebih dari 10 ribu orang

masuk Islam,” kata Steven Indra, Ketua MCI kepada Republika online pada 3

Februari 2017.1 Maka dari itu tak heran bila pada tahun 2013 diadakanlah suatu

pertemuan rutin antara berbagai kelompok keagamaan yang tertarik di bidang ini

untuk membicarakan persoalan tersebut. Di antaranya adalah Yayasan MUSTIKA

(Muslim Tionghoa dan Keluarga), PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia),

1 Republika.com “Geliat Dakwah untuk Mualaf” diakses pada 27 Junuari 2019 dari

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/17/02/03/okskqq313-geliat-dakwah-untuk-

mualaf

Page 40: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

29

Komunitas Masjid Agung Sunda Kelapa, Yayasan Karim Oey, Daarut Tauhid

Muslimah, Masjid Lautze, dll.

Gagasan yang mereka tuangkan dan tawarkan ternyata mendapat sambutan

baik dari Pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 10 November tahun itu juga

(2013) didirikanlah wadah institusi yang dapat menampung proses dan program

fenomena mualaf di Indonesia. Institusi tersebut diberi nama dengan apa yang dikenal

selama ini sebagai Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI).

Peresmian tersebut langsung difasilitasi oleh Direktorat Penerangan Agama

Islam dan Dirjen Bimas Islam Kementrian Agama Republik Indonesia. Karena

pendirian HBMI berada di bawah naungan Kementerian Agama.2

Melihat dari keberadaannya dan keterlibatan pemerintah dalam

pembentukannya, eksistensi HBMI merupakan bukti nyata bahwa Indonesia

merupakan negara yang sama sekali jauh dari sekular. Sebab, negara ini terbukti telah

terlibat memfasilitasi salah satu agama untuk melakukan misionarisasi atau lebih

tepatnya Mualafisasi (proses perekrutan non-Muslim menjadi Muslim). Terbukti,

sejak awal keberadaannya, orang yang masuk ke dalam Islam semakin bertambah.

Fenomena tren mualaf ini tak dapat dilepaskan dari peran aktif HBMI.

Organisasi tersebut memang sejak awal pendiriannya bertujuan untuk memberikan

wadah kepada mereka yang ingin masuk Islam. Peran HBMI ini di sini memberikan

ruang yang lebih terbuka kepada mereka yang ingin masuk Islam.

2 Wawancara, H. Syarif Tanudjaja, Ketua HBMI, Himpunan Bina Mualaf Indonesia,

Matraman, Jakarta Timur, 16 Oktober 2017.

Page 41: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

30

Sikap ini bisa dipahami karena memang Islam hampir sama dengan Kristen,

yakni memiki suatu agenda misionarisasi, yang mana kedua agama tersebut sama-

sama dianjurkan secara doktrin untuk memperbanyak pengikut. Kehadiran HBMI

bisa diterjemahkan sebagai bentuk dari penerapan ajaran tersebut dalam Islam.

Pemerintah mendukungnya karena kita tak dapat lupa bahwa Islam adalah agama

mayoritas di negara ini. Kebijakan komunal semacam ini memang kerap terjadi di

beberapa negara yang belum bisa melepaskan pentingnya peran agama dalam

kehidupan politik.

B. Visi dan Misi Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI)

1. Visi

Terwujudnya Himpunan Bina Mualaf Indonesia yang berkomitmen serta

menjadi pusat lembaga bina mualaf yang proactive (proaktif dalam penanganan

mualaf), responsive (responsif dalam menyikapi setiap problematika yang dihadapi

para mualaf), progressive (mengedapankan kemajuan pembinaan mualaf), dan

accountable (bertanggung jawab penuh atas pembinaan mualaf yang berlangsung)

serta menyediakan sumber daya dalam pembinaan dan pemberdayaan khususnya

untuk kota Administrasi Jakarta Timur.

2. Misi

Adapun misi Himpunan Bina Mualaf Indonesia, sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas kerja antar pengurus lembaga pembina mualaf di Jakarta

Timur.

Page 42: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

31

b. Meningkatkan kualitas para mualaf di wilayah Jakarta Timur dengan pemahaman

dan pengalaman Islam yang lengkap, ekonomi mandiri dan advokasi.3

Melihat visi misi di atas dapat disimpulkan bahwa HBMI merupakan

organisasi yang benar-benar serius menangani tren mualaf yang terus meningkat di

negeri ini. Institusi ini tak hanya melakukan perekrutan terhadap para non-Muslim

untuk masuk ke dalam Islam. Namun lebih dari itu, organisasi tersebut juga

melakukan pembinaan yang optimal di tiga bidang, keagamaan, sosial, dan ekonomi.

C. Program Kegiatan Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI)

HBMI memiliki beberapa program kegiatan yang dapat disebut sebagai kerja-

kerja sosial sebagai wadah dan sekaligus tempat yang dapat memfasilitasi para

mualaf. Di antara program yang ada adalah:

1. Kerja Pengurus

Sebuah organisasi dapat dikatakan aktif bila para pengurusnya bekerja. Kerja

yang dilakukan tentu sesuai dengan visi dan misi yang telah ditentukan. Sebagai

langkah kerja tersebut, pengurus HBMI melakukan beberapa kegiatan wajib. Di

antaranya adalah:

a. Mendata semua mualaf yang berada di Jakarta Timur. Pendataan ini dilakukan

untuk mengidentifikasi perkembangan dan kemajuan para mualaf yang berada di

lokasi tersebut. Hal yang diidentifikasi adalah soal pengetahuan keislaman.

b. Melakukan sosialisasi ke Kesbangpol, Birodikmental, Departemen Sosial, dan

beberapa lembaga lain terkait kepedulian dan kecintaan terhadap tanah air.

3 Dokumen Pribadi HBMI, Jakarta Timur, 16 Oktober 2017.

Page 43: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

32

Sosialisasi ini dilakuakn demi membangun jaringan silaturrahmi dengan jajaran

pemerintah setempat. Langkah ini ditempuh supaya HBMI semakin menjadi

organisasi yang terus dekat dengan pemerintah.

c. Turut mengikuti kegiatan sosial yang insidental. Tak hanya mendatangi institusi-

institusi pemerintahan, sosialisasi yang dilakukan HBMI juga menyentuh

masyarakat sekitar. Kegiatan-kegitan sosial yang diadakan oleh masyarakat,

HBMI selalu terlibat.

d. Melaksanakan pengajian rutin setiap bulan. Sebagai organisasi yang bergerak di

ranah sosial-keagamaan, HBMI tak hanya juga melakukan sosialisasi biasa.

Organisasi tersebut juga sering mengadakan pengajian yang temanya adalah

soal-soal keislaman. Pengajian ini dapat dikatakan sebagai sosialisasi keislaman

terhadap masyarakat sekitar dan terutama bagi para mualaf.

e. Mengadakan pelatihan. Sebuah organisasi biasanya dapat bertahan dengan lama

karena kreatifitas yang dibangun di dalamnya. HBMI menerapkan prinsip

tersebut. Untuk melakukannya, organisasi tersebut mengadakan pelatihan-

pelatihan. Pelatihan yang diselenggarakan terdapat tiga macam. Pelatihan di

bidang pengetahuan keislaman, praktik keislaman, dan praktik kreatifitas serta

kerajinan.

2. Proses Pengislaman

Dalam Islam, syarat untuk memasuki agama tersebut adalah membacakan

sebuah kredo kesaksian yang dikenal dengan syahadatain, yakni dua kalimat

syahadat. Asyhadu an là ilàha illa ‘Llàh wa asyhadu anna muhammada ‘rasùlu

Page 44: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

33

‘Llàh: aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad

adalah utusan Allah.

Dalam melakukan proses Islamisasi terhadap seorang calon mualaf, HBMI

mengadakan sebuah acara yang sesi inti dari acara tersebut adalah pembacaan dua

kalimat syahadat itu. Pembacaan dua kalimat syahadat itu dilakukan oleh seorang

calon mualaf dengan mengikuti tuntunan yang dibacakan oleh penuntun. Sang

penuntun bisa dilakukan siapa saja yang memenuhi syarat. Biasanya dilakukan oleh

ketua HBMI sendiri.

3. Pembinaan

Orang yang baru masuk Islam (mualaf) tentu sama sekali asing tengan ajaran

Islam. Orang tersebut tidak mengerti bahwa dalam ajaran Islam apa saja yang perlu

dijalankan dan dihindari. Supaya dapat mengetahuinya, HBMI memberikan

pembekalan dalam bentuk pembinaan.

Dalam melakukan pembinaan, HBMI membelaki para mualaf dengan buku

panduan atau pedoman singkat yang mudah dimengerti. Pedoman tersebut selain

dapat dibaca sendiri juga diajarkan dalam bentuk pengajaran seperti workshop. Para

mualaf dengan buku panduan itu diberi pengetahuan dasar tentang Islam.

Pengetahuan utama yang disampaikan adalah terkait beberapa hal. Di

antaranya adalah:

a. Pengenalan Tentang Siapa Allah Menurut Islam

Dalam Islam terdapat sebuah dalil yang berbunyi “awwaluddin ma’rifatu

‘Llàh” yang artinya awal masuk agama adalah mengenal Allah. HBMI betul-betul

Page 45: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

34

menerapkannya. Para mualaf yang masuk Islam melakukan organisasi ini mendapat

bimbingan secara intens untuk mengenal siapakah Allah menurut Islam

b. Ilmu Tauhid Seperti Sifat dan Nama-nama Allah

Setelah para peserta dirasa berhasil pada tahapan pertama, maka tahapan

pembinaan selanjutnya adalah pendalaman tentang ilmu tauhid seperti sifat-sifat Allah

dan nama-nama-Nya.

c. Fikih-fikih Dasar

Dalam Islam selain soal teologi juga terdapat sebuah ajaran hukum yang

sering disebut sebagai fiqh, atau fikih. Pemahaman terkait disiplin ini juga

disampaikan dalam beberapa kesempatan di tiap pembinaan berlangsung yang

dilakukan oleh HBMI. Namun tentu untuk para mualaf yang baru masuk materi yang

disampaikan sangat sederhana dan level tingkatannya dasar. Pelajaran-pelajaran yang

disampaikan di antaranya adalah fikih solat, wudhu, puasa, zakat, dll.

d. Wawasan Keislaman

Tak cukup hanya dibekali dengan fikih dan akidah, HBMI juga

memberdayakan pengetahuan keislaman para mualaf dengan wawasan-wawasan

yang dapat memperluas pandangan tentang Islam. Di sini, para mualaf diberi bacaan-

bacaan tentang keutamaan-keutamaan Islam dari berbagai perspektif.

4. Pendekatan yang Digunakan

Dalam melakukan Islamisasi terhadap para mualaf, HBMI menerapkan

beberapa pendekatan. Di antaranya adalah pendekatan informatif, partisipatif, dan

personal.

a. Pendekatan Informatif

Page 46: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

35

Pendekatan informatif adalah sebuah pendekatan yang menekankan pada

upaya-upaya dalam memperkaya pengetahuan para mualaf tentang Islam. Pendekatan

ini diimplementasikan dalam bentuk workshop, pengajian, dan halaqah-halaqah.

Pada pendekatan ini yang paling berperan penting adalah tutor atau seorang guru.

Para mualaf sebagai murid lebih berperan sebagai mustami’, yaitu pendengar.

b. Pendekatan Partisipatif

Adapun pendekatan partisipatif sebaliknya, berbeda dengan pendekatan yang

pertama. Pendekatan ini menekankan pada upaya-upaya a) mengasah pengetahuan

keislaman para mualaf, b) pengalaman-pengalaman selama masuk Islam, dan c)

pengutaraan alasan-alasan kenapa berkenan untuk masuk Islam. Pendekatan ini

dilakukan dalam bentuk berbagi dalam satu forum bersama. Para mualaf berkumpul

dan melakukan diskusi terkait tiga tema di atas. Pendekatan ini hampir menyerupai

program evangelisasi dalam Katolik.

c. Pendekatan Personal

Adapun pendekatan personal adalah pendekatan yang dilakukan oleh para

pendamping mualaf secara personal. Para pendamping mendatangi rumah para

mualaf dalam waktu-waktu tertentu dan di situ mereka saling berbagi tentang

pengalaman-pengalaman selama menjadi Muslim. Biasanya orang yang dikirim

adalah ustadz yang memang membidangi dakwah ini dan juga seorang mualaf yang

sudah lama masuk Islam.4

4 Wawancara, dengan H. Syarif Tanudjaja, Ketua HBMI, Himpunan Bina Mualaf Indonesia,

Matraman, Jakarta Timur, 16 Oktober 2017.

Page 47: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

36

5. Agenda Kegiatan Pembinaan

a. Baca tulis Al-Quran

Agenda ini dilakukan pada minggu pertama.

b. Pengenalan Aqidah dan Fikih

Agenda ini dilakukan pada minggu kedua

c. Praktik Fikih

Agenda ini dilakukan pada minggu ketiga

d. Keterampilan

Agenda ini dilakukan pada minggu keempat.

Empat agenda ini terus dilakukan secara kontinuitas selama sekian tahun.

Pendampingan ini dilakukan demi tujuan supaya para mualaf semakin merasa

mendapat perhatian secara psikologis dan bila dipandang dari kaca mata pendididikan

supaya pengetahuan mereka tentang Islam semakin bertambah.5

5 Wawancara dengan, H. Syarif Tanudjaja, Ketua HBMI, Himpunan Bina Mualaf Indonesia,

Matraman, Jakarta Timur, 16 Oktober 2017.

Page 48: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

37

BAB IV

MUALAF DAN PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF

INDONESIA (HBMI) DI JAKARTA TIMUR

A. Motivasi Konversi Para Mualaf

Seseorang atau kelompok yang melakukan konversi agama tentu tak lepas

dari adanya suatu dorongan kehendak yang menyebabkan mereka untuk

melakukan perpindahan agama. Zakiyah Daradjat meyebutkan bahwa proses

konversi agama dipengaruhi oleh pertumbuhan jiwa, pendidikan dan

pengalamannya sejak kecil serta pengalaman dari lingkungan dimana ia

mendapatkan agama yang baru.1

Masing-masing mualaf memiliki motivasi yang berbeda dalam melakukan

konversi agama, hal ini bisa disebabkan karena keinginan dan kebutuhan yang

berbeda-beda pula. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis terhadap

seseorang atau kelompok yang melakukan konversi agama antara lain disebabkan

oleh dua faktor, yaitu: faktor pendidikan dan lingkungan. Suasana pendidikan,

ssstem pendidikan, muatan pengajaran yang diberikan kepada seseorang dan

interaksi dengan ilmu pengetahuan ikut memberikan pengaruh terhadap terjadinya

konversi agama.

Dilihat dari aspek motif yang menyebabkan konversi agama, Lofland &

Skonov (dalam Schwartz, 2000) mengidentifikasi enam motif yang

melatarbelakangi peristiwa konversi agama: motif intelektual, mistikal,

eksperimental, afeksional, revivalistik, dan koersif.

1 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), 161.

Page 49: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

38

1. Motif Intelektual

Merupakan hasil penemuan interaksi dengan konsep-konsep yang

berhubungan dengan sesuatu yang Ilahi atau dengan agama dalam pengertian

intelektual, mislanya berdasarkan konsep ketuhanan yang ditawarkan, bukti ilmiah

dan konkrit atas keberadaan hal-hal yang berhubungan dengan Ilahi. Pada konversi

agama atas motif intelektual ini sedikit dijumpai atau bahkan tidak ada tekanan

eksternal yang memaksa individu untuk mengakui suatu pemikiran atau keyakinan

yang baru.2

2. Motif Mistikal

Konversi agama berdasarkan motif mistikal ini sangat dipengaruhi oleh

adanya intensitas emosional yang tinggi, bisa bersumber dari berbagai peristiwa

traumatis, kekecewaan yang mendalam atau konflik yang tidak terpecahkan yang

menjurus pada suatu peristiwa berharga yang menjadi titik balik penyelesaian dan

penemuan kebahagiaan. Motif mistikal ini biasanya mendorong perubahan

perilaku dan sikap yang sangat drastic dan signifikan dalam kehidupan individu.3

3. Motif Eksperimental

Merupakan usaha pencarian yang disengaja untuk menemukan arti dan

makna kehidupan melalui serangkaian uji coba secara kritis terhadap beberapa

keyakinan sehingga individu sampai pada batas pencarian tentang sesuatu yang

hakiki, yang dianggap sebagai puncak kebenaran dari pencariannya.4

2 Prof. Dr. H. Kurnia Ilahi, MA., dkk, Konvesi Agama, h. 33.

3 Prof. Dr. H. Kurnia Ilahi, MA., dkk, Konvesi Agama, h. 33.

4 Prof. Dr. H. Kurnia Ilahi, MA., dkk, Konvesi Agama, h. 33.

Page 50: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

39

4. Motif Afeksional

Motif afeksional pada terjadinya konversi agama disebabkan oleh adanya

persepsi yang baik, keterlibatan, dan keterikatan dalam hubungan interpersonal

dengan penganut agama atau dengan komunitas keagamaan.5

5. Motif Revivalistik

Konversi agama dipengaruhi oleh adanya keterlibatan yang intensif

dengan kelompok-kelompok keagamaan baru yang mengusung konsep dan

pemikiran-pemikiran pembaruan, serta memiliki kohesivitas yang besar sesame

anggotanya.6

6. Motif Koersif

Terjadinya konversi agama disebabkan secara dominan oleh adanya actor

eksternal berupa pemaksaan, ancaman, dan perilaku persuasive/sugestif yang

intensif terhadap individu untuk mempercayainya, terlibat dan akhirnya menerima

kepercayaan dan keyakinan yang baru.7

Selain itu, banyak yang menjelaskan motivasi para new converters ini

masuk Islam, menggambarkan konfigurasi latar belakang yang beragam. Pertama,

karena kehidupan mereka yang sebelumnya sekuler, tidak terarah dan tidak punya

tujuan. Pola hidup tersebut menciptakan suatu kegersangan dan kegelisahan jiwa.

Mereka merasakan kekacauan hidup, tidak seperti orang-orang muslim yang

mereka kenal. Hidup dalam hingar bingar dunia modern dan fasilitas materi yang

melimpah banyak membuat mereka merasakan kehampaan dan ketidakbahagiaan.

Ketika menemukan Islam dari membaca ayat-ayat Al-Qur’an, dari buku bacaan

5 Prof. Dr. H. Kurnia Ilahi, MA., dkk, Konvesi Agama, h. 34.

6 Prof. Dr. H. Kurnia Ilahi, MA., dkk, Konvesi Agama, h. 34

7 Prof. Dr. H. Kurnia Ilahi, MA., dkk, Konvesi Agama, h. 34

Page 51: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

40

atau kehidupan teman muslimnya yang sehari-harinya taat beragama, dengan

mudah saja mereka ikut masuk Islam.

Kedua, merasakan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan yang tidak

pernah dirasakan dalam agama yang dianut sebelumnya. Dalam Islam mereka

merasakan hubungan dengan Tuhan itu langsung dekat. Hal ini dituturkan oleh

beberapa responden yang mengaku merasakan hidupnya menjadi lebih tenang dan

damai setelah masuk Islam, dimana hal ini belum pernah mereka rasakan dalam

agama yang mereka anut sebelumnya.8

Ketiga, menemukan kebenaran yang dicarinya. Beberapa mualaf mengakui

bahwa konsep-konsep ajaran Islam lebih rasional atau lebih masuk akal seperti

tentang keesaan Tuhan, kemurnian kitab suci, kebangkitan (resurrection) dan

penghapusan dosa (salvation).

Keempat, banyak kaum perempuan yang berkesimpulan ternyata Islam

sangat melindungi dan menghargai perempuan. Dengan kata lain, perempuan

dalam Islam dimuliakan dan posisinya sangat dihormati. Walaupun mereka tidak

setuju dengan poligami, mereka melihat posisi perempuan sangat dihormati dalam

Islam dari pada dalam peradaban Barat modern.

Dalam jurnal ilmiah yang di terbitkan di Universitas Kebangsaan Malaysia

pada Institute of Islam Hadhari, menggambarkan beberapa tahap psikologis

sebelum dan sesudah memeluk Islam. Setelah seseorang menemukan hakikat

kebenaran yang dicari, dikaji dan dianalisis, kesahihan dan keindahan ajaran Islam

maka seseorang tersebut dengan rela hati akan mengucapkan dua kalimat syahadat

dan sterusnya berkomitmen dengan ajaran Islam. Tetapi yang demikian adalah

8 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, h.59.

Page 52: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

41

dalam proses menemukan Sinar Ilahi. Namun sebelum itu seorang individu harus

melewati beberapa tahap-tahap dalam perjalalan. Kesabaran, dorongan, sokongan,

nasehat dan motivasi yang terus menerus sebagai modal untuk menghadapi setiap

tahap-tahap yang nantinya akan di hadapi sekurang-kurangnya ada lima tahap,

seperti:9

1. Tingkat tenang pada tahap ini seorang individu mengalami ketenangan dalam

beragama karena keyakinan sebelumnya belum tercampur oleh hal-hal yang

menyangkut kepada keyakinan baru, dan juga tidak ada dorongan dari diri

untuk mencari sesuatu yang baru dan segala kegiatan rutin berjalan dengan

normal seperti biasa.

2. Individu akan menghadapi konflik kepercayaan. Individu memiliki

kefahaman agama Islam secara mendalam sehinga mampu mempertahankan

konsep ketuhanan dan kehakikian ajaran Islam.

3. Pada tingkat desakan dalam pengakuan dirinya tentang ajaran Islam, dan

akhirnya menyebabkan dirinya terdorong untuk menyatakan sebagai seorang

muslim atau masuk ajaran agama Islam.

4. Tingkat tenang pemula setelah seorang individu masuk dan hidup sebagai

muslim. Pada tahap ini seorang individu hanya tenang karena telah memeluk

agama Islam dan telah menjadi seorang muslim tetapi dalam tahap inilah

muncul gejolak psikologis karena adanya tekanan-tekanan dan hinaan dari

orang yang tidak suka terhadap tindakan konversi agama tersebut.

9 Nur A’Thiroh Masyaa’il TAN Binti Abdullah, TAN AI PAO Fariza MD SHAM,

“Keperluan Memahami Psikologi Sodara Muslim”, Jurnal Hadhari bil. 2 (2009).h .87-88.

Page 53: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

42

5. Seorang individu tersebut tingkat pengukuhan, penghayatan mengenai ajaran-

ajaran Islam dan pada tahap ini seorang individu telah menjalankan ajaran

agama Islam secara sempurna dengan tanpa paksaan. 10

B. Model Pembinaan

Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) sebagai sebuah institusi yang

bertanggung jawab penuh atas pembinaan mualaf, memberikan pembekalan dalam

bentuk pembinaan. Institusi ini tak hanya melakukan perekrutan terhadap para

non-Muslim untuk masuk ke dalam Islam, namun lebih dari itu, organisasi

tersebut juga melakukan pembinaan yang optimal di tiga bidang, yaitu:

keagamaan, sosial, dan ekonomi.

Program pembinaan rutinitas yang berlangsung di HBMI terbagi menjadi

dua, yaitu: pembinaan secara teoritis dan praktisi. Pembinaan secara teoritis

seperti pengurus menyampaikan materi tentang pengenalan Allah, pengenalan

dasar keyakinan Islam (iman, aqidah dan Ushuluddin), pengenalan diinul Islam

dalam aturan dan sistem kehidupan atau materi lainnya. Adapun pembinaan secara

praktisi seperti pembinaan praktik wudhu dan sholat. Maka, demi mewujudkan

pembinaan yang lebih optimal para pengurus terus berupaya merealisasikan

program jangka panjang yakni mengadakan wadah atau rumah mualaf.

Pada program pembinaan HBMI diwajibkan bagi mualaf mengikuti

pembinaan minimal 8 kali pertemuan, setelah dipastikan mualaf tersebut dapat

mengikuti pembinaan dengan baik dan benar, dari mulai pemahaman ketauhidan,

keimanan, menjelaskan praktik ibadah dan lain-lain. Maka, mualaf tersebut tidak

10

Nur A’Thiroh Masyaa’il TAN Binti Abdullah, TAN AI PAO Fariza MD SHAM,

“Keperluan Memahami Psikologi Sodara Muslim”, Jurnal Hadhari bil. 2 (2009).h .87-88.

Page 54: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

43

lagi diwajibkan mengikuti pembinaan secara rutin, namun tetap dianjurkan untuk

terus mengikuti pembinaan dengan tujuan memperdalam pengetahuan serta

pemahaman pada diri masing-masing mualaf.11

1. Materi-Materi Pembinaan

Mualaf memiliki ciri khas yaitu dnegan pengetahuan dan pemahaman

keagamaan yang masih terbatas. Oleh karena itu pengurus perlu membentuk serta

merumuskan tahapan-tahapan pembinaan seseorang menjadi mualaf, antara lain

sebagai berikut: Adapun materi-materi pembinaan yang disampaikan sebelum

syahadat, yaitu:

a. Pengenalan tentang Allah (Awaluddin Ma’rifatullah).

b. Pengenalan dasar keyakinan Islam (Iman, Aqidah, dan Ushuluddin).

c. Pengenalan diinul Islam dalam aturan dan system kehidupan.

d. Pemahaman Islam sebagai agama fitrah untuk manusia fitrah.

e. Pemahaman Islam agama tauhid (Laailaaha Ilallah).

f. Pemahaman tentang Asmaul Husna, sifat dan zat Allah.

g. Pemahaman agama Islam dengan kaffah.

h. Pemahaman dasar hukum Islam (Islam, syar’i, Syariah dan fiqih) seperti:

pertama, sumber hukum Islam, diantaranya: hukum Islam (wajib, sunnah,

haram, subhat dan mubah) dan hukum ibadah (sholat, puasa, zakat dan haji).

Kedua, dasar adab Islam, diantaranya: akhlak mulia sebagai aplikasi atau

perwujudan Islam yang menyeluruh dan pembersih hati.

i. Pemantapan aqidah, Syariah dan akhlak.

11

Wawancara dengan, H. Syarif Tanudjaja, Ketua HBMI, Himpunan Bina Mualaf

Indonesia, Matraman, Jakarta Timur, 16 Oktober 2017.

Page 55: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

44

j. Praktek shalat dengan belajar syarat dan rukun shalat.

k. Pengamalan ibadah puasa.

l. Pengamalan akhlak mulia atau bersikap ikhsan.

m. Pembinaan ekonomi.

2. Pendekatan Program Pembinaan

Dalam upaya pembinaan para mualaf tentu ada aspek yang harus kita

berhatikan. Sehingga pembinaan tersebut dapat diukur sejauah mana

perkambangannya dan bisa mencapai hasil yang maksimal. Beberapa pendekatan

utama dalam program pembinaan di HBMI, antara lain:

a. Pendekatan Informatif (Informative Approach), dengan pendekatan informatif,

pada dasarnya seseorang menjalankan program dengan menyampaikan

informasi kepada peserta. Dengan pendekatam informatif biasanya program

pembinaan diisi dengan ceramah atau kuliah oleh berbagai pembicara yang

dianggap perlu bagi para peserta. Dengan pendekatan ini partisipasi para

peserta dalam pembinaan kecil saja. Partisipasi peserta terbatas pada

permintaan penjelasan atau penyampaian pertanyaan mengenai hal yang benar-

benar belum dimengerti. Sebagaimana halnya pembinaan HBMI, salah satu

metode yang digunakan para pengurus adalah metode ceramah dan

mempresentasikan materi-materi yang telah dikurikulumkan dan tentunya

menyesuaikan tahapan kemualafannya serta berkesinambungan dari pelajaran

yang satu dengan pembelajaran berikutnya.

b. Pendekatan Partisipatif (Partisipative Approach), pendekatan partisipatif,

berlandaskan kepercayaan bahwa para peserta sendiri merupakan sumber

pembinaan yang utama. Maka dalam pembinaan, pengetahuan, pengalaman

Page 56: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

45

dan keahlian yang dimanfaatkan, lebih merupakan situasi belajar bersama,

dimana pembina dan para peserta belajar satu sama lain. Pendekatan ini banyak

melibatkan para peserta secara langsung, antara lain: pernyataan, pengumpulan

gagasan, audio visual, diskusi kelompok, kelompok berbincang-bincang, kuis,

studi kasus, peragaan peran, dan lain-lain. Pembina tidak sebagai guru, tetapi

koordinator dalam proses belajar, meskipun Pembina juga wajib memberikan

masukan, input sejauh dibutuhkan oleh tujuan program.12

Selain pendekatan informatif, pelaksanaan pembinaan di HBMI juga

menggunakan pendekatan partisipatif dimana pembinaan dilakukan dengan

pemaparan materi dengan alat bantu visual, diskusi, studi kasus, peragaan peran

dan lain-lain, dengan tujuan agar pemaparan materi yang disampaikan dapat lebih

dipahami dengan benar.

c. Pendekatan Pribadi (Personal Approach), metode ini dilakukan dengan

pendekatan kepada setiap pribadi mualaf. Dengan metode ini pengurus

melakukan dialog langsung secara pribadi dengan mualaf memberikan

penjelasan-penjelasan, memberikan pemecahan masalah-masalah mualaf baik

dalam segi material atau psikologi, seperti: 1). Pengalaman agama atau

menjalankan ibadahnya di lingkungan non-muslim. 2). Ketidakharmonisan

hubungannya dengan anggota keluarganya yang lain bahkan sampai dikucilkan

dan diputuskan hubungan dnegan keluarganya.13

3. Jadwal Kegiatan Rutinitas

a. Minggu pertama, pembelajaran Iqra meliputi baca dan tulis.

12

Mangunhardjana, Pembinaan, Arti dan Metodenya (Yogyakarta: Kanisius, 1991), h. 37. 13

Wawancara dengan, H. Syarif Tanudjaja, Ketua HBMI, Himpunan Bina Mualaf

Indonesia, Matraman, Jakarta Timur, 16 Oktober 2017.

Page 57: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

46

b. Minggu kedua, pengajian rutinitas bulanan meliputi aqidah dan fiqih.

c. Minggu ketiga, pengajian dengan metode ceramah.

d. Minggu keempat, pelatihan keterampilan untuk para mualaf seperti

pembuatan kue, keterampilan merangkai dan lain-lain.

Adapun bentuk pelaksanaan kegiatan rutinitas pembinaan mualaf sebagai

berikut: Pelaksanaan kegiatan dari semua program, diantaranya: Pertama,

pembelajaran Iqra meliputi baca dan tulis yang dilaksanakan oleh anggota

pengurus yang mempunyai waktu luang. Kedua, pengajian rutinitas bulanan.

Ketiga, pengajian dengan metode ceramah. Keempat, Pelatihan keterampilan,

dilakukan oleh anggota, pengurus maupun jama’ah yang mempunyai keahlian,

keterampilan tertentu dan bekerjasama dengan Lembaga profesional terkait

sehingga mualaf diharapkan dapat mandiri di bidang ekonomi. Kelima, kegiatan

lain-lain. Kegiatan ini memberikan kesempatan kepada para mualaf untuk

membuat keterampilan yang nantinya akan dipasaran keada para mualaf lainnya

atau mengikutsertakan hasil keterampilan tersebut ke bazar-bazar yang ada,

guna meningkatkan ekonomi mualaf.

C. Faktor Bergabung di Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI)

Berbagai program pembinaan yang ditawarkan oleh Himpunan Bina

Mualaf Indonesia (HBMI) bertujuan agar pembinaan yang dilaksanakan bersifat

variatif demi menciptakan keakraban dan hubungan yang baik antar sesama.

Hakikatnya, seorang mualaf merupakan seseorang yang membutuhkan bujukan,

dorongan, motivasi serta kepercayaan diri mengenai hal-hal yang telah diputuskan

melalui ketekunan dan pengorbanannya, misalnya dikucilkan dan diusir dari

Page 58: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

47

keluarganya, tidak diterima dan tidak diakui sebagai anggota keluarga, diputus

tunjangan dan biaya pendidikannya, diberhentikan dari pekerjaannya, diceraikan

oleh suami atau istrinya atau berpisah dengan anak-anaknya, disabotase atau

diputuskan jaringan bisnisnya dan lain sebagainya. Hal ini merupakan

konsekuensi yang harus diterima oleh seorang mualaf atas keputusan yang telah ia

pilih.

Berdasarkah hal-hal tersebut, mualaf sangatlah membutuhkan pembinaan,

bimbingan dan tuntunan serta pendampingan atas dirinya. Maka, peran pembina

di sini sangat diperlukan terutama perihal komunikasi baik verbal maupun

nonverbal. Komunikasi yang baik yang bersifat persuasif atau membujuk mualaf

yang baru pindah agama sangat diperlukan. Hal ini perlu diperhatikan agar mualaf

dapat tetap tegar, teguh dan konsisten dalam memilih agama Islam dan menjadi

mualaf yang mandiri, bertaqwa dan istiqomah dalam keagamaannya juga mandiri

dalam sosial ekonominya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis, dalam

proses melaksanakan kegiatan pembinaan, terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan mualaf tertarik untuk bergabung di Himpunan Bina Mualaf

Indonesia (HBMI). Adapun faktor tersebut antara lain:

1. Pengurus

Dalam melaksanakan proses pembinaa, pengurus adalah salah satu faktor

pendukung dengan berperan aktif dalam melakukan pembinaan, diantaranya

menyiapkan silabus materi-materi untuk disampaikan ke mualaf, membantu

secara psikologis dengan konsultasi pribadi, mengadakan pengkajian,

Page 59: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

48

mengadakan kegiatan-kegiatan positif dan membantu mualaf yang tidak mampu

dengan tujuan mengoptimalkan pembinaan.

2. Materi

Pada pembinaan mualaf, materi merupakan hal terpenting untuk diketahui

oleh para mualaf baik yang belum masuk Islam atau sudah bersyahadat. Untuk itu

pengurus memilih dan menentukan materi-materi, serta tahapan-tahapan

penyampaian materi sehingga terbentuklah silabus. Karena dengan memberikan

materi yang matang dan penguasaan materi dalam menyampaikan tersebut dapat

mempengaruhi mualaf dari berbagai faktor, baik melalui pikiran, sudut pandang

bahkan psikologis.

3. Media

Media merupakan salah satu faktor pendukung komunikasi, untuk itu

pengurus juga melakukan pembinaan dengan salah satu alat bantu yaitu email

majalah internet dll. Menurut hasil observasi, para pengurus menyampaikan

materi-materi sesuai dengan silabus dalam bentuk power point, dimana pengurus

melakukan presentasi dan pengkajian secara langsung. Adapun setelahnya

berlangsung tanya jawab di setiap point yang sudah ditentukan.

4. Umpan Balik

Umpan balik antara mualaf dengan pengurus menjadi kunci dalam

kesuksesan komunikasi antara kedua belah pihak. Menurut hasil wawancara,

beberapa mualaf telah melakukan beberapa perubahan sikap yang awalnya tidak

mengikuti pembinaan secara rutin, namun saat ini menjadi rutin. Tidak hanya itu,

mualaf juga telah melakukan salah satu kewajiban selayaknya muslim yaitu

Page 60: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

49

melaksanakan sholat lima waktu setiap harinya, melakukan konsultasi pribadi jika

terdapat beberapa masalah yang belum diselesaikan dan merasa mendapatkan

pembinaan dengan sedikit waktu, dan aktif mengikuti setiap kegiatan di luar

pembinaan lainnya yang diadakan pengurus HBMI.

HBMI merupakan organisasi yang benar-benar serius dalam menangani

tren mualaf yang terus meningkat.14

Institusi ini tak hanya melakukan perekrutan

terhadap para non-Muslim namun lebih dari itu, organisasi ini sangat

memperjuangkan dan mengupayakan pembinaan yang optimal terhadap mualaf

yang mereka bina. Mereka (para pembina) mencoba memberikan prioritas utama

bagi para mualaf dengan mengedepankan aspek spiritual dan sosial dalam wadah

pembinaan yang kompatibel agar terbentuk keselarasan di semua lini kehidupan.

Berdasarkan hasil data wawancara dapat diketahui bahwa para maulaf

cenderung mengambil keputusan untuk masuk Islam dan bergabung dengan

HBMI berawal dari beberapa kegelisahan dan kekaguman terhadap fenomena

yang terjadi di alam dan lingkungan sekitarnya. Dimana hal tersebut seiring

dengan berjalannya waktu sehingga menuntut mereka untuk melakukan tindakan

konversi Agama atau berpindah Agama. Pengalaman seorang mualaf menuturkan

bahwa proses konversi yang mereka lakukan sebelumnya mendapatkan penolakan

dan cemohan dari pihak keluarga dan kerabat karena dalam kehidupan obyek

sebelumnya memiliki latar belakang sebagai keluarga terkemuka (pemimpin atau

14

Sejak 2003 MCI mencatat ada 58.500-an. Rata-rata untuk demo grafi paling banyak di

usia 30 ke atas hingga 40. Untuk Status Ekonomi Sosial (SES)-nya di kategori B-C di mana

pengeluaran rumah tangganya antara 2-4 juta perbulan. Ini masuk kategori average atau ra ta-rata.

Untuk tingkat pendidikannya di antara lulus D3 sampai S1. Untuk suku paling banyak masih

dominan dari Jawa, sementara untuk etnis dominasi Tionghoa. Etnis Tionghoa ini sekitar 27

persen. Angka mualaf setahun terakhir mengalami peningkatan sekitar 18 persen dari tahun

sebelumnya. Dari 2.800 menjadi 3.500 dalam satu tahun. Lihat

https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/pmm42z313/tren-hijrah-pengaruhi-

jumlah-mualaf-di-indonesia diakses pada 23 Juli 2019

Page 61: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

50

imam dalam keyakinan sebelumnya). Oleh karena itu proses konversi yang

mereka lakukan tidak begitu mulus dan lancar karena adanya intervensi-intervensi

dari keluarga dan kerabat-kerabat yang memiliki keyakinan sama dengan

keyakinan obyek terdahulu. Tetapi dengan berjalannya waktu proses konversi

yang obyek lakukan perlahan-lahan dapat diterima oleh pihak keluarga meski

dalam keluarga belum ada yang melakukan konversi agama seperti keyakinan

objek sekarang.15

Kesulitan yang harus dihadapi oleh obyek pasca konversi adalah harus

menjalani kehidupan sendiri dengan meninggalkan keluarga harus berusaha

mencari penghasilan sendiri dan tempat tinggal sendiri dan harus berinteraksi

dengan masyarakat yang baru dan hal-hal yang baru dari kebiasaan sebelumnya.

Dan keterangan yang di ambil dari subyek pendukung adalah obyek memiliki

kekuatan spirit untuk berubah kepada ke keyakinan yang baru obyekpun sangat

mudah menangkap dan mempelajari dari apa yang telah diajarkan dan

disampaikan, karena sebelum mereka melakukan konversi mereka telah lebih dulu

belajar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan yang sekarang mereka

pilih.16

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konversi agama yang

dilakukan seseorang dengan kesadaran diri dan tanpa ada paksaan dari faktor

eksternal selain berdampak positif terhadap diri mualaf yang dapat memudahkan

dia lebih mudah untuk memahami agama secara mendalam dan dapat memberikan

inspirasi terhadap orang lain dan juga dengan semakin dalamnya pemahaman

15

Wawancara dengan Steven (Mualaf), 20 Januari 2019. 16

Wawancara dengan, H. Syarif Tanudjaja, Ketua HBMI, Himpunan Bina Mualaf

Indonesia, Matraman, Jakarta Timur, 16 Oktober 2017.

Page 62: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

51

agama hal tersebut dapat diaplikasikan, konversi agama juga dapat menyebabkan

tekanan-tekanan batin yang dapat mengganggu kondisi psikologis mualaf.

Proses pendampingan dalam membina mualaf adalah dengan metode

kelompok dan perorangan. Dengan tahap pendampingan mengenai pemberian

penguatan agama, aqidah, keyakinan, keislaman, kewanitaan, dan sebagainya. Hal

tersebut dilakukan dengan metode kelompok atau bersama-sama. Sedangkan

untuk proses pendampingan ibadah seperti berwudhu, sholat, puasa, mengaji, dan

lain-lain dan hal-hal yang sifatnya pribadi dilakukan dengan metode perorangan

yang didampingi oleh masing-masing satu pendamping. Tahap akhir dari

pendampingan para mualaf dengan memberikan hak-hak sebagai hak para mualaf

dan pendampingan keberlangsungan hidup dan hukum sebagai bentuk rasa aman

atas hak-hak hidup para mualaf.

Sebagai bentuk tawaran dalam pemberian pendampingan untuk para

mualaf, jika ditinjau kembali dari aspek psikologis dan faktor yang menjadikan

seseorang melakukan tindakan konversi, karena beberapa hal tersebut pula yang

membuat seseorang yang melakukan konversi memiliki tekanan batin yang

mengimbas kepada terjadinya gangguan pada psikologis seseorang mualaf. Oleh

karena bentuk psikologis seorang mualaf sebagai faktor yang sangat penting yang

harus ditangani maka dalam hal ini perlu pemberian penguatan dalam bentuk

pendampingan dan pembinaan dengan metode conseling dan coaching. Metode

conseling merupakan pendekatan dengan membantu memberikan solusi dan

mengubah sikap dengan mengarahkan seorang mualaf kepada pemahaman atas

sikap dari mualaf itu sendiri. Sedangkan metode coaching merupakan pendekatan

dengan membantu memberikan solusi pemecahan masalah dengan melatih

Page 63: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

52

keterampilan dengan memberikan tugas baru kepada seoarang mualaf dengan

mengajarkan dan menunjukan apa yang harus dilakukan.17

D. Pemberdayaan Para Mualaf di Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI)

Konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pembangunan masyarakat

(community development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat

(community-based development). Dalam memahami hal tersebut terlebih dahulu

memahami mengenai keberdayaan dan pemberdayaan masyarakat. Keberdayaan

masyarakat merupakan unsur-unsur yang dapat digunakan masyarakat untuk

bertahan, dan dalam arti dinamis dapat mengembangkan diri untuk mencapai

kemajuan. Sedangkan, memberdayakan masyarakat adalah upaya unutk

meningkatkan kehidupan masyarakat dari perangkap kemiskinan dan

keterbelangkangan menuju masyarakat yang maju.18

Menurut Tjiptoherianto,19

seseorang dapat dikatakan terberdaya jika telah

memenuhi indikator-indikator pemberdayaan sebagai berikut:

a. Keimanan yaitu naiknya ketakwaan seorang terhadap Allah SWT yang

tercermin dari keaktifannya beribadah serta menjalankan kegiatan-kegiatan

dakwah Islam.

b. Kemampuan membeli, yaitu kemampuan individu untuk membeli barang-

barang kebutuhan keluarga sehari-hari serta kebutuhan dirinya seperti makan

dan minum serta pendidikan.

17

Wawancara dengan, H. Syarif Tanudjaja, Ketua HBMI, Himpunan Bina Mualaf

Indonesia, Matraman, Jakarta Timur, 16 Oktober 2017. 18

Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Perspektif Kebijakan Publik: Edisi Revisi (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 40. 19

Tjiptoherianto, Islam dan Kemiskinan (Bandung: Penerbit Pustaka, 1988), h. 10.

Page 64: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

53

c. Kemampuan membeli barang kebutuhan tambahan, yaitu kemampuan individu

untuk memberli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian,

TV, radio, Koran, majalah, pakaian, dan kendaraan bermotor.

d. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga, yaitu seperti memiiki

rumah, tanah, aset produktif, tabungan karena aspek-aspek tersebut merupakan

hal yang dibutuhakan keluarga. Seseorang dianggap terberdaya jika ia memiliki

atau dapat memenuhi aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari

pasangannya.

e. Hubungan bermasyarakat, yaitu keaktifan seseorang dengan menjalin atau

mengikuti kegiatan bermasyarakat di lingkungan sekitar atau terlibat kegiatan

dalam perannya sebagai warga negara.

Mualaf memiliki kekhasan antara lain dalam segi pengetahuan dan

pemahaman keagamaannya yang masih terbatas. Tingkat pendidikan dan sosial

ekonomi mereka tidak sama, ada masyarakat awam dan juga intelektual, ada yang

tergolong miskin dan ada juga pengusaha sukses bahkan ada yang menjadi pejabat

tinggi negara, oleh karena itu pendidikan dakwah juga harus bervariasi. Pola

pembinaan dan pemberdayaan yang harus dikembangkan adalah pola pembinaan

dan pemberdayaan secara terus menerus dan terpadu.

Mualaf perlu mendapatkan perhatian, terutama dalam penguatan keimanan

dan pemberdayaan ekonomi. Kedua hal ini sangat perlu dilakukan terhadap

mualaf karena selain dapat membekali mereka dalam urusan agama, mereka pun

dapat belajar dalam memberdayakan keahlian yang mereka miliki sehingga

mereka menjadi pribadi yang mandiri dan berdaya saing secara ekonomi.

Page 65: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

54

Pendampingan mualaf perlu dilakukan untuk memperkokoh iman para

mualaf. Di samping mereka ingin memperdalam ajaran Islam, para mualaf juga

berhak untuk mendapatkan pendampingan sebagai bentuk pemberdayaan untuk

meningkatkan taraf hidup mereka terutama dalam bidang ekonomi. Karena

berdasarkan Analisa di lapangan, banyak mualaf yang kemudian lemah dalam

ekonomi. Hal itu yang kemudian dapat membuat mereka rentan terhadap akidah

mereka sehingga dapat menggiring mereka kepada kekufuran.

HBMI hadir dengan berbagai program pembinaan yang dilaksanakannya,

bermaksud ingin menggabungkan antara program penguatan keimanan dan ibadah

dengan ekonomi. Terdapat dua hal yang ditempuh HBMI dalam melaksanakan

pemberdayaan para mualaf, antara lain:

1. Pembinaan Sumber Daya Manusia, meliputi:

a. Membangun sistem pembinaan dan pelatihan yang sistematis terhadap

sumber daya manusia yang bergerak di kelola Usaha Mandiri.

b. Memberikan akses informasi seluas-luasnya terhadap pola peningkatan

produktivitas kelola usaha mandiri.

c. Membangun kerjasama yang bersifat kemitraan dengan Lembaga yang

mempunyai perhatian khusus terhadap peningkatan kelola usaha mandiri

yang berbasis kemandirian.

d. Menciptakan lapangan kerja baru dengan memanfaatkan sumber-sumber

produksi.

e. Kemitraan berbasis dakwah yaitu jalinan kemitraan harus didasarkan pada

prinsip sinergi, yaitu saling membutuhkan dan saling membantu. Pola

kemitraan yang tidak saling membutuhkan tidak akan bertahan lama. Pola

Page 66: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

55

kemitraan harus kami sesuaikan dengan potensi dan karakteristik

lingkungan sekitar, yaitu pola kemitraan berbasis dakwah sehingga selain

membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat juga mampu

meningkatkan kualitas pengetahuan keIslaman para mualaf.

Selain itu juga, yang termasuk dalam program pemberdayaan ekonomi

mualaf di HBMI adalah dilaksanakannya praktik kreatifitas serta kerajinan. Hal

ini dilakukan untuk membekali keterampilan para mualaf, melatih mereka sesuai

minat dan bakat mereka sehingga potensi yang mereka miliki dapat tersalurkan

sehingga para mualaf dapat mengaktualisasikan dirinya dan mendayagunakan

potensi yang dimiliki untuk kemudian tersalurkan dalam sebuah produksi

ekonomi kreatif.

Berdasarkan paparan di atas, tujuan program pemberdayaan mualaf di

HBMI ada untuk memperkuat akidah mualaf agar tidak keluar dari agama Islam.

Selain itu program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mualaf

secara ekonomi. Sehingga semakin kuat akidah mualaf dan semakin sejahtera

maka dakwah untuk masyarakat yang belum menjadi mualaf akan semakin

meluas.

Pemberdayaan mualaf di HBMI memerlukan sinergitas dan sinkronisasi

antar stakeholder yang memiliki kepentingan dalam lembaga tersebut. Sinergitas

dan sinkronisasi dari masing-masing stakeholder memiliki fungsi dan peran

penting dalam pemberdayaan mualaf. Selain itu, adanya sinergisitas antar

stakeholder untuk mewujudkan dinamisasi pemberdayaan mualaf yang ideal

untuk saling melengkapi agar program pemberdayaan mualaf dapat berjalan

dengan lancar.

Page 67: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

56

E. Peran Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) terhadap Para Mualaf

Dunia mualaf adalah dunia mengenai fenomena psikologis dengan

bermacam-macam gejolak batin yang ada pada diri seseorang yang karena

disebabkan dalam diri seorang mualaf muncul berbagai konflik baik yang

berhubungan dengan keluarga, masyarakat atau keyakinan yang pernah dianutnya.

Jika kita memandang kepada pokok persoalan yang mendasar dari

mengapa seseorang melakukan konversi agama, karena persoalan yang terjadi

dalam hidup seseorang tersebut mengalami banyak kesusahan, dengan tingkat

kejadian ada yang cepat dan ada yang berproses atau berangsur-angsur.20

Banyak persoalan-persoalan yang terjadi yang menimbulkan seseorang

melakukan konversi agama, seperti ketertarikan kepada lawan jenis dan berlanjut

kepada pernikahan dengan berbeda agama yang menjadikan seseorang dapat

berpindah agama. Bujukan dari luar diri yang kadang membawa seseorang

tersugesti kepada tindakan konversi agama, dengan bujukan dan iming-iming

seseorang yang memiliki kepribadian yang lemah akan mudah terbawa. Meski

awal mula dengan perasaan biasa saja terhadap kepercayaan baru akan tetapi jika

seseorang yang melakukan konversi tersebut merasakan kesenangan, ketentraman

batin dalam keyakinan baru, maka lama-kelamaan akan masuk keyakinan baru itu

kedalam kepribadiannya. Dan orang yang mengalami kegelisahan, kegoncangan

batin, karena keadaan ekonomi, sosial, rumah tangga dalam keadaan tidak baik

20

Zakiah Dradjat,Ilmu Djiwa Agama,(Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005), h.781.

Page 68: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

57

akan mudah tergoncang dan sangat mudah menerima ajakan atau sugesti dari luar

dirinya.21

Karena kemauan diri sendiri juga memainkan peran yang sangat penting

dalam konversi agama. Dengan pengalaman masa lalu dari perjalanan hidup,

pembelajaran hidup, kejadian semasa hidupnya, dan serta bentuk perilaku yang di

lakukan sebelunya yang kurang baik, kadang membuat orang untuk intropeksi diri

dan melakukan perubahan dalam dirinya secara keseluruhan dan boleh jadi

dengan hal tersebut seseorang melakukan tindakan konversi agama.

Tujuan awal didirikannya HBMI adalah untuk dijadikan asosiasi

konsultasi dan pembinaan para mualaf serta perkumpulan lembaga-lembaga

pembinaan mulaf yang ada di Indonesia. Lembaga ini menangani proses

pengIslaman serta bertanggung jawab dalam hal pembinaan keagamaan. Bentuk

pembinaan mualaf yang disampaikan tidak hanya mengenai aspek Islam dalam

keilmuan namun pengurus juga ikut berperan aktif dalam perkembangan

psikologis yang dialami oleh para mulaf sejak awal masuk Islam sampai dengan

menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti konflik

keluarga, profesi, dan perekonomian. Hal ini dilakukan secara terbuka antara

mualaf dengan pengurus karena sistem kekeluargaan yang selalu dibangun baik

secara moral maupun material dengan tujuan meneguhkan keyakinan mualaf

tersebut.

Sebagai lembaga yang berperan dalam melaksanakan pembinaan mualaf,

HBMI tentunya sudah mencanangkan arah pembinaan yang dilaksanakan, adapun

arah pembinaan mualaf di HBMI diarahkan kepada:

21

Zakiah Dradjat,Ilmu Djiwa Agama., h. 187.

Page 69: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

58

1. Pembinaan Mental dan Budaya

Seseorang yang beralih dari agama dan kepercayaan tertentu menjadi

pemeluk Agama Islam mengalami perubahan mental, budaya dan sosial.

Keyakinan akan Allah SWT, Rasul, Kitab, Hari Akhirat, Qadla dan Qadar serta

aspek-aspek lainnya dalam agama Islam membentuk jiwa dan kepribadian yang

berbeda dengan pemahaman dan keyakinan sebelumnya yang terefleksikan dalam

kepribadian dan tingkah lakunya sehari-hari. Demikian pula seseorang yang

beralih agama mengalami perubahan budaya dan sosial. Budaya yang selama ini

menjadi bagian dari hidupnya mengalami perubahan-perubahan dan penyesuaian-

penyesuaian dengan agama Islam. Hal ini akan memperngaruhi pandangan,

apresiasi mereka dengan budaya tersebut. Haruslah dihindari culture shock

(kekagetan budaya). Demikian juga pengaruhnya pada aspek-aspek sosial lainnya.

Mualaf yang mengalami proses demikian harus dibina dan diarahkan secara

bertahap. Didampingi untuk melewati proses tersebut.

2. Pembinaan Lingkungan

Dalam upaya pengembangan keimanan mereka harus dijalankan secara

bertahap, sesuai situasi dan kondisi mereka, sesuai tahapan atau periodisasi

menjadi mualafnya, tidak dapat sekaligus sebab mereka yang baru masih perlu

dibawa kepada suatu keyakinan bahwa agama pilihannya bukan karena pengaruh

lain atau perkawinan atau paksaan. Usaha ke arah pembinaan itu dapat dengan

membawa mereka misalnya kepada majelis-majelis taklim, khususnya majelis

taklim bersifat khalaqah (dialog dan diskusi), sering mengadakan silaturahim dan

mendengarkan ceramah-ceramah umum.

Page 70: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

59

Peran lingkungan sangat berpengaruh bagi mereka pada ketahanan dan

kemantapan keimanan mereka dalam agama Islam. Lingkungan majelis taklim

yang diselenggarakan majlis dan dihadiri oleh mualaf akan memberikan semangat

kepada mereka karena dari taklim tersebut mereka dapat pengalaman-pengalaman,

solusi dalam memantapkan keimanan mereka. Pembinaan lingkungan ini menjadi

tanggung jawab masyarakat umat Islam bersama organisasi Pembina mualaf.

3. Pembinaan Agama

Pembinaan agama kepada mereka meliputi pembelajaran bimbingan

keagamaan. Pembinaan agama pada tahapan sebelum syahadat (prolog syahadat).

Pengenalan dasar keyakinan Islam (Iman-Akidah-Ushuluddin). Ada pun hal yang

utama dalam pengenalan tentang Allah (awaluddin marifatullah) Islam tidak

sebatas agama tetapi diinul Islam (aturan/sistem kehidupan). Islam agama fitrah

untuk manusia yang fitrah, Islam agama tauhid “lailaha ilallah (Qs. 4: 36), Islam

agama yang mengesakan af’al, asma, sifat dan dzat Allah, memasuki agama Islam

secara kaffah (Qs.2 :208). Hanya diinul Islam yang diridhoi Allah SWT. (Qs.3

:19, 85). Islam adalah rahmatan alamin (rahmat bagi sekalian alam). Islam

memerintahkan berlaku adil sekalipun terhadap musuh (Qs.5:8). Islam menyuruh

berbuat baik terhadap sesama (Qs.4:36). Pengenalan dasar hukum Islam (Islam-

Syar’i-Syariah/Fiqih). Sumber Hukum Islam. Hukum Islam (wajib, sunnah,

haram, subhat dan mubah). Hukum Ibadah/Islam, sholat, puasa, zakat dan haji).

Pengenalan dasar adab Islam (Ikhsan-Akhlak), akhlak mulia sebagai

aplikasi/perwujudan Islam yang menyeluruh pembersihan hati. Pembelajaran pada

tahapan saat syahadat. Pemantapan akidah, syariah dan akhlak. Praktek solat

dengan belajar syarat, rukun dan sahnya sholat. Praktek dasar solat, puasa.

Page 71: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

60

Pembelajaran pada tahapan sesudah syahadat (epilog syahadat). Pengamalan

akhlak mulia atau bersikap ikhsan. Ketiga ajaran pokok Islam (dalam sistem

pembelajaran), akidah, sayariah dan akhlak dalam pengamalannya tidak

terpisahkan satu sama lain merupakan satu kesatuan yang utuh.

4. Pembinaan Ekonomi

Selain dengan tiga pembinaan tersebut di atas, juga perlu dilakukan

pembinaan sosial ekonominya yaitu berupa kursus-kursus ketrampilan di bidang

teknik dan non teknik yang diikut sertakan dalam usaha yang ada. Kesemuanya itu

harus di bawah koordinasi lembaga, Pembina Mualaf (HBMI), tidak boleh dan

atau tidak dapat dilakukan oleh masing-masing mualaf sendiri.

Peran aksi bina mualaf menuju mualaf mandiri dan bertaqwa harus

dilakukan secara bersinergi oleh semua pihak umat Islam yang peduli dan punya

keterkaitan dengan pembinaan mualaf yakni ormas Pembina mualaf (HBMI),

Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Masjid Indonesia

(DMI) dan Badan Zakat Nasional (Baznas)/Badan Zakat Infaq dan Shadaqoh

(Bazis).

Tempat dan lokasi pelaksanaan program aksi bina mualaf menuju mualaf

mandiri dan bertaqwa terpadu tersebut akan disebut sebagai Baitul Mualaf

Mandiri dan/atau Rumah Singgah Mualaf Mandiri. Dipergunakan kata “Singgah”

karena program pembinaan mualaf ini hanya bersifat pembinaan “sementara” atau

dengan perkataan lain HBMI hanya mengantar seseorang dari status “mualaf”

menjadi seorang muslim yang mandiri dan Muslim kaffah (bertakwa).

Page 72: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konversi agama (religious conversion) adalah sebuah fenomena peralihan

keyakinan seseorang dari suatu sistem kepercayaan terhadap sistem kepercayaan

yang lain. Fenomena ini terjadi tentu memiliki latar belakang faktor. Untuk

mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakanginya, kita mesti mengetahui

terlebih dahulu perspektif yang digunakan untuk membedahnya. Secara umum,

terdapat tiga perspektif utama yang dapat kita gunakan. Pertama, perspektif

teologis, kedua sosiologis, dan ketiga psikologis.

Perspektif pertama menganggap bahwa peralihan keyakinan atau

fenomena konversi agama itu disebabkan oleh petunjuk ilahiyah. Perspektif ini

menerapkan standar ganda. Mereka yang masuk ke dalam agama tersebut akan

disebut mendapat petunjuk itu, sementara mereka yang keluar dari agama tersebut

dan masuk agama lain disebut sebagai orang tersesat. Standar ini digunakan oleh

hampir semua agama. Islam menganggap orang yang baru masuk Islam (mualaf)

sebagai orang yang telah mendapatkan petunjuk dari Allah. Sedangkan orang

Islam yang masuk Kristen disebut sebagai orang yang telah tersesat. Demikian

juga dengan Kristen dan agama-agama lain.

Berbeda dengan persepktif teologis, persepktif sosiologis lebih

menekankan pada aspek rasionalitas dan hasil temuan riset lapangan. Perspektif

Page 73: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

62

ini lebih obyektif. Sebab konversi agama dalam persepktif ini merupakan

fenomena yang disebabkan oleh pertama determinasi struktur sosial dan kedua

kehendak bebas individu sebagai agen.

Adapun dalam persepktif ketiga, yakni persepktif psikologis, konversi

agama dianggap sebagai fenomena kejiwaan yang di mana seseorang yang pindah

agama sebenarnya telah mengalami distabilitas jiwa. Faktornya beragam. Di

antaranya adalah kemiskinan, pendidikan, lingkungan, dll.

Adapun motivasinya terbagi ke dalam beberapa hal, fenomena konversi

agama di Indonesia merupakan fenomena yang menarik. Tulisan ini mengupas

fenomena mualaf, yakni non-muslim yang pindah agama menjadi muslim. Dalam

hal ini, penulis melakukan riset terhadap satu wadah para mualaf yang dikenal

dengan nama Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI).

Himpunan ini berdiri sejak tahun 2013, 14 tahun setelah keruntuhan

Rezim Soeharto. HBMI ini berdasarkan hasil penelitian penulis dalam membina

para maulaf menerapkan beberapa langkah. Di antaranya adalah pembinaan

agama dan kreativitas. Dalam hal pembinaan agama, HBMI bertanggung jawab

menerapkan dua model. Pertama pembinaan pemahaman dan kedua praktis

menyangkut praktik-praktik ibadah dalam Islam. Adapun dalam pembinaan

ekonomi, HBMI mengajak para mualaf untuk meningkatkan kreatifitas mereka.

Mereka betul-betul diberdayakan secaraa ekonomi dengan dibantu untuk

mengasah kemampuan-kemampuan kreativitas mereka.

Selain model pembinaan yang HBMI terapkan kepada para mualaf. HBMI

mempunyai peran penting dalam upaya memperkokoh keimanan para mualaf.

Page 74: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

63

Diantarnya; pertama, pembinaan mental dan budaya. Kedua, pembinaan

lingkungan. Ketiga, pembinaan agama. Keemapat, pembinaan ekonomi.

Dalam upaya pembinaan para mualaf yang menjadi hambatan bagi HBMI

diantaranya, pertama. Dalam meningkatkan keimanan para mualaf HBMI

menbutuhkan proses yang cukup lama sebab sebagian dari para mualaf benar-

benar buta terhadap pemahaman Islam atau belajar Islam dari nol. Kedua,

permasalahan ekomoni terkadang menajdi faktor utama bagi mualaf. Sehingga

ada mualaf kembali pada agama yang semula demi ekomoni yang lebih baik atau

mereka masuk Islam demi mendapat pekerjaan yang lebih baik. Ketiga. Dana dari

pemerintah yang kurang maksimal terutama Bimas Islam.

Tantangan utama dalam pembinaan mualaf diantaraya; pertama, harus

sabar dan selalu memberikan support agar para mualaf tetap istiqamah dalam

memeluk agama Islam. Kedua, mencoba memahami dan menggali beberapa minat

dan bakat para mualaf terutama untuk pmebrdayaan ekomoni, karena tekadang

permasalahan ekonomi menjadi alasan utama untuk pindah lagi pada agama yang

sebelumnya.

B. Saran-saran

Menyikapi beberapa temuan di atas, penulis hendak mengusulkan

beberapa saran. Pertama, saran untuk kalangan akademisi dan kedua saran untuk

kalangan aktivis. Saran untuk para akademisi adalah penelitian tentang fenomena

konversi agama terutama dan terkhusus kasus mualaf sangat penting dilakukan.

Sebab, agama merupakan elemen penting di dalam suatu masyarakat. Bahkan

Page 75: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

64

belakangan ini, kita sering mendengar terjadinya kekerasan yang selalu

mengatasnamakan agama. Mungkin pertanyaan penting yang dapat diangkat pada

penelitian berikutnya adalah bagaimana respon para pemuka agama non-Islam

terhadap fenomena mualaf yang terus berkembang di Indonesia.

Adapun saran untuk kalangan aktivis adalah fenomena konversi agama

adalah wujud dari penerapan kebebasan sipil untuk menganut agama apapun.

Fenomena ini tentu akan subur dan sangat didukung oleh system demokrasi.

Namun mungkin pertanyaan yang perlu kita pikirkan bersama adalah apakah

fenomena konversi agama juga berlaku secara bebas di luar agama Islam? Tugas

para aktivis adalah mengawal kebebasan itu berlangsung. Pastikan bukan hanya

non-Muslim yang bebas untuk masuk Islam. Orang Islam yang ingin masuk

agama lain juga harus diberikan kebebasan sebagaimana kebebasan orang non-

Muslim yang ingin menjadi mualaf.

Page 76: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

65

DAFRTAR PUSTAKA

Buku

al-Qur’an dan Terjemahan, Deperteman Agama RI.

Arifin, Bambang Syamsul. Psikologi Agam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.

Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang 2010.

Hendropuspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1983.

Herry B, Priyono, Anthony Giddens: Sebuah Pengantar. Jakarta: KPG. 2008.

Hidayat, Komaruddin, Agama Punya Seribu Nyawa, Jakarta: Noura Book, 2012.

Ilahi, H. Kurnia, dkk, Konversi Agama, Malang: Intelegensia Media, 2017.

Irawan, Prasetya, logika dan Posedur Penelitian Jakarta: STIA Lembaga

Administrasi Negara, 1999.

Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Grafindo

Persada, 2002.

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

James, William, The Varieties of Religious Experience, New York: Tp, 1958.

Kh, U. Maman dkk, Metodologi Penelitian Agama Teori Dan Praktik, Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2012.

Mangunhardjana, Pembinaan, Arti dan Metodenya, Yogyakarta: Kanisius, 1991.

Mardikanto dkk, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik:

Edisi Revisi, Bandung: Alfabeta, 2015.

Roharjo, Pengantar llmu Jlwa Agama, Jakarta: PT Pustaka Rizki Putra, 2008.

Page 77: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

66

Roudhonah, Ilmu Komunkasi, Jakarta: Atama Kencana Publishing, 2013.

Stevenson, Angus, Oxford Dictionary of English, Ed3, Kamus Oxford: Oxford

University Press, 2010.

Tjiptoherianto, Islam dan Kemiskinan, Bandung: Penerbit Pustaka, 1988.

Jurnal

Abdullah, Nur A’Thiroh Masyaa’il TAN Binti “Keperluan Memahami Psikologi

Sodara Muslim”, jurnal hadhari bil. 2 (2009).h .87-88.

Fauzan , M. Abbas, “Pendekatan Studi Islam Ditinjau secara Psikologis”, (Artikel

journal), h. 150-169.

Heirich, Max, “Change of Heart”, American Journal of Sociology, Vol 83, No 3,

(Tahun 1977), h. 640-659.

Khoiruddin, M. Arif. “Pendekatan psikologi dalam studi islam” journal An-Nafs,

Vol. 2. No. 1( juni 2017), h. 1-17.

Sakiman, “Konversi Agama: Studi Kasus Pada Keluarga di Dusun Pasaken

Magowoharjo, Depok, Sleman”, aplikasia, jurnal aplikasi ilmu-ilmu agama,

6 No. 1 (Juni 2005): h, 67-82.

Media online

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/17/02/03/okskqq313-

geliat-dakwah-untuk-mualaf.

https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/pmm42z313/tren-hijrah-

pengaruhi-jumlah-mualaf-di-indonesia.

Page 78: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

67

Wawancara dan Dokumen

Dokumen Pribadi HBMI, Jakarta Timur, 16 Oktober 2017.

Wawancara dengan Steven (Mualaf), 20 Januari 2019.

wawancara, H. Syarif Tanudjaja, Ketua HBMI, Himpunan Bina Mualaf

Indonesia, Matraman, Jakarta Timur, 16 Oktober2017.

Wawancara, H. Syarif Tanudjaja, Ketua HBMI, Himpunan Bina Mualaf

Indonesia, Matraman, Jakarta Timur, 16 Oktober 2017.

Wawancara, H. Syarif Tanudjaja, Ketua HBMI, Himpunan Bina Mualaf

Indonesia, Matraman, Jakarta Timur, 16 Oktober 2017

Page 79: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

68

Lampiran 1

Struktur Kepengurusan Himpunan Bina Muallaf Indonesia (HBMI)

Adapun struktur pengurus daerah Himpunan Bina Muallaf Indonesia wilayah Jakarta

Timur sebagai berikut:

Bismillahirrahmanirrahiim

Surat keputusan pengurus pusat

Himpunan Bina Muallaf Indonesia

Nomor: 001/SK/HBMI/JAYA/IX/13

Tentang

Susunan pengurus daerah

Himpunan Bina Muallaf Indonesia Kota Jakarta Timur

Periode masa bakti 2013-2018

Atas rahmat Allah Yang Maha Esa, pengurus HBMI wilayah Jakarta

Timur:

Menimbang:

1. Bahwa HBMI merupakan organisasi kemasyarakatan dakwah islamiyah bersifat

independen dan bertugas melaksanakan pembinaan, bimbingan, penyuluhan dan

penerangan kepada para muallaf di Indonesia, dan

2. Bahwa berkenaan dengan fungsi dan peran HBMI seperti di atas. Maka, perlu dibentuk

kepengurusan daerah dalam rangka memperluas jaringan dan mengembangkan program

pembinaan bagi para muallaf secara terpadu.

Mengingat:

1. Anggaran dasar HBMI pasal 14 tentang susunan organisasi yang terdiri atas pengurus

pusat, pengurus wilayah dan pengurus daerah.

Page 80: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

69

2. Anggaran dasar HBMI pasal 15 tentang kepengurusan yang terdiri atas kepengurusan

tingkat pusat, tingkat wilayah dan tingkat daerah.

3. Anggaran dasar HBMI pasal 23 tentang pengurus daerah.

4. Keputusan pengurus HBMI No. 002/SK/PP-HBMI/X/2011 tentang organisasi dan tata

kerja.

Memperhatikan:

1. Rapat mandataris/tim/formatur pembentukan pengurus daerah HBMI kota Jakarta Timur

pada tanggal 11-12 September 2013 di Jakarta.

2. Surat usulan susunan pengurus daerah HBMI kota Jakarta Timur tertanggal 13 september

2013 yang ditandatangani oleh mandataris/tim/formatur.6

Berikut susunan kepengurusan HBMI wilayah Jakarta Timur terlampir:

Susunan pengurus

Himpunan Bina Muallaf Indonesia (HBMI)

Kota administrasi Jakarta Timur

Periode 2013-2018

1. Penasihat : Drs. Jamhuri

2. Pengawas : H. Afrizal Alamsyah

H. Thoni

H. Kasnarto H. D.

3. Ketua Umum : HM. Syarief Tanudjaja

4. Ketua : Drs. Iman Wahyudi

5. Wakil ketua I : Muhammad

6. Sekretaris I : Siti Syamsiyah

7. Sekretaris II : Handy

Page 81: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

70

8. Bendahara I : Romalidah

9. Bendahara II : Elly Phang S.E.

10. Humas : Hj. Lili Judiarti

Siti Sopiah

11. Bidang Dakwah : H. Pepen Effendi

12. Bidang Diklat : Rosdianti, BA.

Siti Soenarmi Suryo Putri

Serly Lilyrahmawati

Ustadzah Muslihah1

1 Dokumen Pribadi HBMI, Jakarta Timur, 16 Oktober 2017.

Page 82: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

71

Lampiran 2

Laporan Hasil Wawancara dengan Pembina HBMI

Nama : H. M. Syaref Tanudjaja,. SH

Alamat : Jl. Tegalan III No. 15, Tegalan, Matraman

Jakarta Timur

Usia : 63 Thn

Status : Menikah

Agama Sebelumnya : Tionghoa

Pendidikan : S1

Struktur Pengurus HBMI

Waktu Wawancara : 10.00-12.00 WIB

Tanggal wawancara : 16 Oktober 2017

Tempat : Jl. Tegalan III No. 15, Tegalan, Matraman

Jakarta Timur

Laporan Hasil wawancara

1. Bagaimana sejarah berdirinya HBMI?

2. Apa saja struktur organisasi dalam HBMI ?

3. Apa saja aktivitas dalam pembinaan HBMI?

4. Siapa saja pembinanya?

5. Apa kendala dan peluang dalam rangka memperkokoh keimnan para muallaf?

6. Apa saja solusi yang dilakukan HBMI ?

7. Berapa banyak HBMI mengislamkan para muallaf?

8. Strategi apa saja yang dilakukan oleh lembaga dalam membina keimanan para

muallaf

Page 83: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

72

9. Apa dampak dalam menjalani pembinaana muallaf?

10.Apa saja solusi yang dilakukan terhadap kendala yang ada?

11. Apa saja proses dan cara memuallafkan anggotanya?

12. Berapa lama proses bergabung di HBMI?

Jawaban

1. Pada tahun 2013 diadakan suatu pertemuan rutin antara berbagai kelompok

keagamaan yang tertarik di bidang mualaf ini untuk membicarakan persoalan

mualaf di Indonesia. Di antaranya adalah Yayasan MUSTIKA (Muslim

Tionghoa dan Keluarga), PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia),

Komunitas Masjid Agung Sunda Kelapa, Yayasan Karim Oey, Daarut Tauhid

Muslimah, Masjid Lautze, dll. Gagasan yang mereka tuangkan dan tawarkan

ternyata mendapat sambutan baik dari Pemerintah Republik Indonesia. Pada

tanggal 10 November 2013, tahun itu juga didirikanlah wadah institusi yang

dapat menampung proses dan program fenomena muallaf di Indonesia.

Institusi tersebut diberi nama Himpunan Bina Muallaf Indonesia (HBMI).

Peresmian tersebut langsung difasilitasi oleh Direktorat Penerangan Agama

Islam dan Dirjen Bimas Islam Kementrian Agama Republik Indonesia. Karena

pendirian HBMI berada di bawah naungan Kementerian Agama.

2. Susunan pengurus HBMI Jakarta Timur: Drs. Jamhuri (penasihat), H. Afrizal

Alamsyah, H. Thoni, Kasnarto (Pengawas), ketua Umum saya sendiri, Iman

Wahyudi (ketua), Muhammad (Wakil Ketua), Siti Syamsiyah (Sekretaris I),

Handy (Sekretaris II), Romalidah (Bendahara I), Elly Phang (Bendahara II),

Hj. Lili, Ibu Siti Sopiah (Humas), Pepen (Bid. Dakwah), Rosdianti, Siti

Soenarni Suryo Putri, Serly, Ust. Muslihah (Bid. Diklat).

3. Di sini kami melaksanakan program kerja pengurus, proses pengislaman,

program pembinaan.

4. Pak Pepen (Bid. Dakwah), Rosdianti, Siti Soenarni Suryo Putri, Serly, Ust.

Muslihah (Bid. Diklat).

5. HBMI membelaki para mualaf dengan buku panduan atau pedoman singkat

yang mudah dimengerti. Pedoman tersebut selain dapat dibaca sendiri juga

Page 84: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

73

diajarkan dalam bentuk pengajaran seperti workshop. Para mualaf dengan buku

panduan itu diberi pengetahuan dasar tentang Islam. Misalnya tentang

pengenalan tentang siapa Allah menurut Islam, ilmu tauhid, fikih dasar dan

wawasan keislaman.

6. Dengan melaksanakan program pembinaan dan pemberdayaan yang optimal,

kami yakin bahwa hal tersebut dapat menumbuhkan kecintaan para mualaf

terhadap Islam dan juga dapat membekali mereka dengan ajaran-ajaran Islam

yang harus tercermin dalam kehidupan kesehariannya.

7. ……

8. Melakukan bimbingan konseling, pembinaan dan pemberdyaan terhadap

mualaf.

9. Mereka, para mualaf merasakan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan yang

tidak pernah dirasakan dalam agama yang dianut sebelumnya. Dalam Islam

mereka merasakan hubungan dengan Tuhan itu langsung dekat, menemukan

kebenaran yang dicarinya, dan juga banyak kaum perempuan yang

berkesimpulan ternyata Islam sangat melindungi dan menghargai perempuan.

10. Dalam setiap tindakan melakukan kebaikan, pastinya tidak selalu berjalan

dengan mulus. Terkadang masih terdapat kendala-kendala yng kami temui

dalam melaksanakan pembinaan terhadap para mualaf. Unutk mengatasi hal

tersebut pasti kita selal istiqomah/kontinuitas dalam melaksanakan pembinaan

dan pemberdayaan harus selalu dilakukan. Kami mencoba menggali beberapa

minat bakat mereka utamanya untuk program pemberdayaan. Dån rata-rata

memang urusan ekonomi menjadi persoalan utama, mengingat hal itu kami

sellau mengupayakan untuk memberikan support kepada mereka terkait bidng

apa yang akan mereka tekuni. Karena biasanya ketika ada seseorang

memutuskan untuk berpindah agama, terkadang mendapatkan tekanan dari

oran-orang di sekelilingnya bisa keluarga, pertemanan bahkan di tempat

kerjaan. Jai pemberdayaan ini perlu dilakukan untuk memperkokoh komitmen

mereka dan menguatkan iman para mualaf.

11. Dalam Islam, syarat untuk memasuki agama adalah membacakan sebuah kredo

kesaksian yang dikenal dengan syahadatain, yakni dua kalimat syahadat.

Page 85: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:
Page 86: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

75

Laporan Hasil Wawancara dengan Mualaf

A. Muallaf Baru

Nama : Steven

Alamat : Jl. TB. Simatupang Kav. 15, RT.4/RW.1, Lebak Bulus,

Jakarta Selatan.

Status : Belum menikah

Agama Sebelumnya : Kristen Katholik

Pendidikan : SMA

Waktu wawancara : 12.00- 14.00

Tanggal wawancara : 20 Januari 2019

Tempat : Jl. TB. Simatupang Kav. 15, RT.4/RW.1, Lebak Bulus,

Jakarta Selatan.

Laporan Hasil wawancara

1. Apa penyebab anda pindah agama?

2. Apa dasar anda memilih HBMI untuk melakuakan proses pindah agama?

3. Apa saja bentuk pembinaan yang dilakukan HBMI?

4. Apakah ada manfaat yang dirasakan ketika bergabung dalam HBMI?

5. Harapan apa yang anda inginkan di HBMI?

6. Apa agama anda sebelumnya?

7. Berapa lama anada bergabung dalam pembinaan di HBMI?

8. Apakah ada dukungan dari keluarga ketika anda pindah agama?

9. Berapa lama anda belajar mengenaal Islam?

Jawaban:

Page 87: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

76

1. Saya pindah agama karena teman main saya semuanya muslim dan mereka

semuanya sangat baik. Jadi setiap hari Jum’at kalau mereka menunaikan

ibadah sholat jum’at, pasti saya sendirian karena memang kebetulan saya

sendiri yang katholik, jadi saya kesepian dan akhirnya saya berpindah agama

ikut teman-teman saya.

2. HBMI sangat bagus dalam melakukan pembinaan terhadap para mualaf.

Setelah saya masuk Islam, saya bertanya-tanya kepada guru agama saya di

sekolah, saya bertanya kira-kira tempat/lembaga apa yang bagus untuk

memperdalam agama Islam? Nah lalu guru saya ngasih rekom kepada saya

untuk bergabung ke HBMI saja, kata guru saya di situ sangat bagus untuk

orang-orang yang baru masuk Islam.

3. Mereka melakukan konseling dan pembinaan. Konseling lebih kepada pribadi

sih, jadi kita semacam curhat gitu ke Pembina, kita boleh bertanya apapun

terutama soal ajaran-ajaran Islam, bahkan mereka juga terkadang dapat

memberikan solusi setiap ada permaslahan pribadi misalnya masalah dengan

keluarga/orang tua. Dan di sini juga ada pembinaan rutin yang terjadwal

misalnya pengajian rutin dll.

4. Iya ada, saya menjadi merasa lebih tenang setelah masuk Islam. Karena dulu

waktu saya masih katholik, saya juga termasuk yang sering jarang ke gereja sih

ya, jarang banget, jadinya merasa gersang gitu, dan setelah masuk Islam saya

lebih merasa hidup saya damai saja.

5. Saya ingin supaya HBMI tetap konsisten dalam membina kami, para mualaf

ini. Kami menyadari bahwa kami masih sangat awam, saya berharap para

Pembina yang ada di HBMI dapat bersabar dan konsisten dalam membina

kami, untuk memperoleh pemahaman keislaman yang lebih baik lagi.

6. Kristen Katholik. Ini pun saya mengikuti agama Ayah saya, karena ibu saya

seorang muslim. Ibu saya muslim namun jarang sholat juga sih, jadi ya gitu

selama di rumah ya ayah dan ibu ibadahnya masing-masing. Ayah ke gereja

dan ibu di rumah saja, tapi saya juga tidak pernah melihat dia sholat, hehehe.

7. Saat saya mulai masuk Islam, sekitar satu bulan setelah itu saya bergabung

dengan HBMI sesuai arahan dari guru agama saya di sekolah.

Page 88: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

77

8. Iya, ayah dan ibu saya memasrahkan kepada saya ingin memilih yang mana.

Ayah dan ibu saya sebenarnya sudah sepakat bahwa ketika saya berusia 17

tahun maka saya harus masuk Islam. Kesepakatan ini merupakan perjanjian

yang dibuat oleh ayah dan ibu saya, tapi meskipun begitu ibu saya tidak

memaksakan kepada saya, dia justru mempersilahkan. Apakah saya ikut ayah

Bergama katholik atau pilih Islam bersama ibu. Tapi terlepas dari hal itu,

lingkungan saya juga sangat berperan besar dalam menentukan kepercayaan

yang saya anut, selain saya tertarik dengan ajaran Islam, saya juga sebenarnya

merasa beruntung memiliki sahabat/teman-teman tongkrongan sekolah yang

baik-baik ya, meskipun juga tidak sepenuhnya baik, hehehe dalam hal ini ya

nakal-nakal sewajarnya anak remaja, misalnya merokok. Ya walaupun juga

banyak orang-orang muslim tetangga saya ibu-ibu yang suka merumpi dan

menggunjing orang, tapi secara umum saya memang benar-benar tertarik

dengan Islam. Kalau ayah saya juga memasrahkan ke saya mau beragama apa,

ayah hanya bilang tidak ada paksaan dalam memeluk suatu kepercayaan.

9. Dari kecil saya sebenarnya sudah tau ajaran Islam, karena memang di rumah

saya fenomena perbedaan agama sudah terbentuk lama ya, ibu dan ayah saya

beda agama. Lalu saya juga punya tante dan om yang juga berbeda agama

dengan masing2 pasangannya. Jadi hal ini sudah lumrah di keluarga. Bahkan

saya sering lihat tante saya, kebetulan rumahnya ada di samping rumah saya,

ketika nenek saya mau sholat, tante saya yang beragama katholik justru yang

gelarin sajadahnya dan menyiapkan mukenanya. Jadi seperti itulah toleransi di

keluarga saya. Satu saja, pesan ayah saya yaitu selalu menghormati satu

dengan yang lain.

Page 89: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

78

Page 90: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

79

B Muallaf yang Lama

Nama : Olivia

Alamat : Jl. Raden saleh jakarta Pusat

Status : Menikah

Agama sebelumnya : Kristen Protestan

Pendidikan : S1

Waktu wawancara : 14.00- 15.00

tanggal wawancara : 13 Januari 2019

tempat : Jl. Bojong Indah, Jakarta Barat

1. Sudah berapa lama anda bergabung di HBMI ?

2. Sudah berapa lama anda menjadi muallaf ?

3. Bagaimna pandangan anda terhadap program yang dilakukan HBMI ?

4. Apakah dengan pembinaan lembaga ini anda semakin kokoh keimnan ?

5. Apakah manfaat yang anda dapat dalam lembaga ini ?

6. Kegiatan apa saja yang dilkukan HBMI dalam memperkokoh keimanan

muaallaf ?

7. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pempelajari agama Islam ?

8. Sejauh mana peran HBMI dalam memperkokoh keimanan para muallaf ?

9. Harapan apa yang anda inginkan terhadap HBMI dalam memperkokoh

keimanan para muallaf ?

10. Pada saat masuk Islam siapa saja yang menghadiri acara tersebut ?

Jawaban

Page 91: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

80

1. Saya sudah setahun bergabung dengan HBMI. Ya waktu itu saya setelah masuk

Islam, saya cari tau kan, tanya-tanya ke orang, yaudah terus saya disaranin oleh

teman saya untuk ikut pembinaan di sini.

2. Sudah sekitar 1,5 tahun. Ya, jadi enam bulan awal setelah masuk Islam saya

tidak ngapa-ngapain, baru pas tau ada HBMI yang melakukan pembinaan

kepada mualaf, yaudah saya kemudian gabung.

3. Pembinaan yang dilakukan HBMI sangat menarik menurut saya. Di sini saya

bisa belajar Islam dengan dibimbing oleh Pembina. Selain itu juga ada

pengajian rutin. Lalu mereka juga baik-baik, sikapnya yang ramah jadi

membuat kita untuk betah seperti di keluarga sendiri. Mereka juga mengadakan

konseling terhadap kita.

4. Saya bisa belajar memperdalam ajaran Islam, dengan orang-orang baik dan

tidak punya niat jahat kan, apalagi sekarang sedang musim ajaran-ajaran Islam

yang fundamental atau Islam garis keras itu, itu mereka malah membuat orang-

orang takut kepada Islam. Islam teroris lah, Islam itu selalu mengajarkan

perang, padahal kan tidak seperti itu setahu saya Islam mengajarkan kebaikan.

5. Saya dapat mengerti ajaran Islam terutama dalam urusan perempuan. Islam itu

sangat memuliakan perempuan. Saya justru semakin tertarik ketika mengetahui

hal ini setelah masuk Islam.

6. Di HBMI ini, program pembinaan yang harus diikuti mualaf itu pembinaan

minimal 8 kali pertemuan, setelah dipastikan mualaf tersebut dapat mengikuti

pembinaan dengan baik dan benar, dari mulai membahas ketauhidan,

keimanan, menjelaskan praktik ibadah dan lain-lain. Setelah itu, mualaf

tersebut tidak lagi diwajibkan mengikuti pembinaan secara rutin, namun tetap

dianjurkan untuk terus mengikuti pembinaan dengan tujuan memperdalam

pengetahuan serta pemahaman pada diri masing-masing mualaf.

7. Ya selama ini kan terkadang manusia pasti tidak semuanya baik. Terkadang

kita niatnya baik namun belum tentu menurut orang lain baik juga, justru

kadang mereka menilai sebaliknya. Misalnya saya masuk Islam lalu ada yang

ngomongin kalau saya ingin cari-cari sensasi saja. Ya kendala ini terutama

banget datang dari keluarga sih sebenernya. Dibilang neko-nekolah,

Page 92: PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46586/1/NURUL...PERAN HIMPUNAN BINA MUALAF INDONESIA (HBMI) DALAM ...Author:

81

mempermainkan agamalah, tidak ikut ajaran nenek moyang lah dan lain-lain

yang terkadang kalau dipikirkan bikin pusing.

8. HBMI sangat berperan dalam membimbing dan membina para mualaf seperti

kami, dimana kami memang harus dibimbing untuk diberikan pemahaman

kegamaaan yang benar sesuai ajaran Islam yang baik pastinya. Terutama

banget memang pada saat seseorang baru banget/awal banget masuk Islam,

terkadang masih suka digangguin temen-temen, dicenginlah, nah itu kan dapat

membuat mental down dan bikin kita bisa murtad lagi/membatalkan pilihan

kita pada ajaran Islam. Namun lebih dari itu, HBMI dengan program konseling

dapat membuat kami seperti memiliki keluarga baru, dengan suasana yang

sangat hangat dan sangat mengayomi.

9. Pastinya harapan saya tentu HBMI konsisiten dalam membibing kami, para

mualaf. HBMI harus mampu menjadi rumah atau ruang terbuka untuk dialog-

dialog dalam urusan apapun baik keIslaman, kebangsaan dan sebagaimana kita

sebagai masyarakat.

10. Saat itu teman saya, iya dia teman rumah, teman sekolah yang memang

keseharian juga akrab dan sering main dengan saya. Ada dua orang yang saya

suruh temenin waktu saya masuk Islam. Karena ya mereka sudah tahu saya

bagaimana dan juga pastinya atas izin kedua orang tua saya.