121
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Page 2: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

KEGIATAN KOMUNIKASI PERSONA

SEORANG MUALLAF

Studi Kualitatif dengan Pendekatan Studi Kasus Mengenai Kegiatan Komunikasi

Persona Seorang Muallaf dalam Membina Hubungan Baik dengan Keluarga

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung

Disusun Oleh :

KHAERUNNISA

10080001005

ILMU HUBUNGAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2006 M/1427 H

Page 3: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

ABSTRAK

Muallaf selalu diidentikkan dengan orang yang bermasalah atau mengalami konflik dengan keluarganya, masalah keluarga yang dialami muallaf itu dapat berpengaruh pada kehidupan muallaf. Banyak dari mereka yang menjadi tidak percaya diri, merasa sendiri dan tidak dapat lagi biaya sekolah dari keluarga. Padahal pada kenyataannya tidak selalu kehidupan seorang muallaf itu bermasalah. Salah satu contohnya adalah Leo, walaupun Leo berbeda keyakinan dengan keluarganya tetapi Leo dapat membina hubungan baik dengan keluarganya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan komunikasi persona seorang muallaf. Subjek penelitian dilakukan penulis kepada Leo (nama panggilan) yaitu seorang muallaf yang telah memeluk agama Islam selama tiga tahun. Keluarga Leo memeluk agama Katholik dan Leo dibesarkan dalam didikan yang cukup keras dan disiplin oleh orangtuanya.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui pendekatan studi kasus (kasus tunggal). Pendekatan ini bertujuan untuk menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti yaitu komunikasi persona seorang muallaf dalam membina hubungan baik dengan keluarga.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ketika Leo mempertimbangkan untuk memilih agama terjadi komunikasi intrapersonal dalam diri Leo, hal ini dilihat dari faktor berpikir yang meliputi decision making (menetapkan keputusan) dan problem solving (memecahkan persoalan). Proses komunikasi intrapersonal ini berpengaruh pada kegiatan komunikasi antarpersona Leo dengan keluarganya ketika memutuskan untuk berpindah agama dan setelah Leo berpindah agama. Komunikasi antarpersona yang dilakukan Leo pada keluarganya ketika memutuskan untuk berpindah agama berpengaruh terhadap pengertian dan penerimaan keluarga Leo akan keputusannya. Sedangkan komunikasi antarpersona yang dilakukan Leo setelah berpindah keyakinan juga memiliki impact yang baik dalam membina hubungan dengan keluarganya. Komunikasi antarpersona yang efektif dilakukan Leo ditinjau melalui beberapa aspek, yaitu aspek keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif dan kesetaraan. Aspek-aspek ini kemudian dikaji dengan menggunakan teori analisis transaksional yang menyatakan bahwa manusia memiliki tiga status ego, yaitu sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua, sikap orang dewasa dan ego anak.

i

Page 4: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

Motto

....

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka…

(Q.S. At Tahriim : 6)

Page 5: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Kegiatan Komunikasi Persona Seorang

Muallaf”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi dan melengkapi

persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana program Strata satu (S-1) Bidang

Kajian Hubungan Masyarakat (Humas) di Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom)

Universitas Islam Bandung (Unisba).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari

segala macam kesulitan dan hambatan. Namun kesulitan dan hambatan tersebut

dapat diminimalkan karena banyaknya pihak-pihak yang membantu dan

memberikan petunjuk.

Dalam kesempatan kali ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan

rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan

dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini kepada:

1. Ibu DR. Hj. Neni Yulianita Dra., M.S. selaku Dekan FIKOM Unisba periode

pada saat penulis mulai menyusun skripsi ini dan juga sebagai Pembimbing I

yang selalu meluangkan waktunya dan memberikan kesempatan kepada

penulis untuk bimbingan walaupun sangat sibuk sebagai Pembantu Rektor IV

tetapi dengan sabar dan teliti mengoreksi skripsi ini.

ii

Page 6: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

2. Bapak Yusuf Hamdan Drs., M.Si selaku Dekan FIKOM Unisba periode

sekarang hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Ibu Sri Setiawati Dra., M.Si selaku Dekan FIKOM Unisba periode pada saat

penulis mulai menyusun skripsi ini.

4. Bapak Oji Kurniadi S.Sos., M.Si selaku Dekan FIKOM Unisba periode

sekarang hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Alex Sobur Drs., M.Si., selaku Dosen Wali penulis yang telah

memberikan bimbingan sejak penulis kuliah di Bidang Kajian Hubungan

Masyarakat Universitas Islam Bandung.

6. Bapak M. Husen Fahmi Drs., sebagai Pembimbing II yang telah memberi

banyak masukan dan kesediannya untuk membimbing walaupun sedang sibuk

untuk menyelesaikan program S2.

7. Seluruh Staff Tata Usaha khususnya Bu Eli dan Pak Jajang yang telah

membantu penulis selama masa perkuliahan di Universitas Islam Bandung.

8. Ayah dan Mama tercinta… atas doa, dukungan dan semangat. Semoga Ayah

dan Mama selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin..

9. Adik-adikku Andra dan Ikhsan. Semoga jadi anak yang bisa membanggakan

orangtua, Teteh dukung dan doakan.

10. “Untuk Sahabat” Rheea, Husnul, Jinky, Deni, Chiese, Aniez, Echi, Uli, Boris

dan Bowo. Terima kasih…sudah menjadi yang terbaik selama ini. Terima

kasih untuk kesenangan dan ‘kegilaan’, support dan spirit dari kalian.

11. Leo terima kasih untuk kesediaannya menjadi subjek penelitian, untuk

kemudahan juga dukungannya. Semoga Leo bisa menjadi ‘inspirasi’ untuk

iii

Page 7: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

teman-teman muallaf yang lainnya dan semoga Allah SWT membalas dengan

kebaikan. Amin..

12. Lenny dan ika, terima kasih untuk Leo-nya…Teman-teman Dago Asri

makasih untuk pengertiannya juga Rani untuk pinjaman fax dan doanya.

13. Teman-teman kelas A 2001 untuk kebersamaannya dan teman ‘seperjuangan’

menyusun skripsi Susan, Fitri, Indri, ‘Mbon, Ulfah & Cucu (kalian buat aku

termotivasi!) Ridwan dan Haryo untuk bantuannya, terima kasih banyak

14. Teman-teman ‘siaga’ Didit, A Irwan, Nazmi, Nando, Iqbal ‘n Tommy (untuk

printernya) yang slalu siap membantu dan dijadikan tempat untuk mengeluh.

15. Ari, Vina dan Venny untuk bantuan kalian selama penulis menyelesaikan

skripsi.

16. Teman-teman kostan “Pondok Ungu”.

Sebagai penutup kata pengantar ini, penulis mengucapkan rasa terima

kasih yang tak terhingga dan semoga Allah SWT membalas segala bantuan serta

memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada pihak-pihak yang telah membantu

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bandung, Juni 2006

Penulis

iv

Page 8: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Kegiatan Komunikasi Persona Seorang Muallaf

Subjudul : Studi Kualitatif dengan Pendekatan Studi Kasus Mengenai

Kegiatan Komunikasi Persona Seorang Muallaf dalam

Membina Hubungan Baik dengan Keluarga

Nama : Khaerunnisa.

NPM : 10080001005.

Bidang Kajian : Hubungan Masyarakat.

Mengetahui,

Pembimbing 1

DR. Hj. Neni Yulianita Dra., M.S.

Pembimbing 2

M. Husen Fahmi Drs.

Menyetujui,

Ketua Bidang Kajian Hubungan Masyarakat

Oji Kurniadi Drs., M.Si

Page 9: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

Kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda bakti untuk Mama dan Ayah

tercinta serta teman-teman yang selalu memberikan bantuan,

dorongan dan semangatnya.

Page 10: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

.

Page 11: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 4

1.3 Pertanyaan Penelitian .............................................................. 5

1.4 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian............................. 5

1.4.1 Tujuan Penelitian............................................................. 5

1.4.2 Kegunaan Penelitian........................................................ 6

1.5 Alasan Pemilihan Masalah ....................................................... 7

1.6 Pembatasan Masalah dan Pengertian Istilah............................. 7

1.6.1 Pembatasan Masalah ....................................................... 7

1.6.2 Pengertian Istilah ............................................................. 8

1.7 Kerangka Penelitian ................................................................. 9

1.8 Organisasi Karangan ................................................................ 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Komunikasi Antarpersona ........................... 18

2.1.1 Pengertian Komunikasi Antarpersona............................. 18

2.1.2 Ciri-ciri Komunikasi Antarpersona ................................. 21

2.1.3 Fungsi komunikasi Antarpersona .................................... 22

v

Page 12: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

2.1.4 Komunikasi Antarpersona yang Efektif .......................... 25

2.1.5 Kualitas Hubungan Antarpersona.................................... 29

2.2 Tinjauan tentang Komunikasi Intrapersonal

…………………………………………. ................................. . 31

2.2.1 Pengertian Komunikasi Intrapersonal ............................. 31

2.2.2 Proses Berpikir Sebagai Salah Satu Bentuk Komunikasi Intrapersonal.................................................................... 32

2.3 Teori Analisis Transaksional ................................................... 34

2.4 Pengertian Muallaf .................................................................. 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian .................................................................... 40

3.1.1 Karakteristik Penelitian Kualitatif ................................... 42

3.2 Metode Penelitian Studi Kasus ................................................ 46

3.3 Desain Penelitian ..................................................................... 48

3.3.1 Komponen Desain Penelitian .......................................... 48

3.3.2 Desain Khusus ................................................................. 49

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 50

3.5 Tahap-tahap Penelitian ............................................................ 52

3.6 Proses Analisa Data.................................................................. 57

BAB IV SUBJEK PENELITIAN

4.1 Subjek Penelitian ....................................................................... 60

4.2 Latar Belakang Keluarga ........................................................... 62

4.3 Latar Belakang Menjadi Muallaf............................................... 63

vi

Page 13: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Komunikasi Intrapersonal Seorang Muallaf pada Saat Mempertimbangkan untuk Memilih Agama ........................... 66

5.1.1 Ditinjau dari Faktor Berpikir; Decision Making (Menetapkan Keputusan) ................................................ 67

5.1.2 Ditinjau dari Faktor Berpikir; Problem Solving (Memecahkan Persoalan)................................................ 72

5.2 Komunikasi Antarpersona Seorang Muallaf Pada Saat Memutuskan untuk Berpindah Agama..................................... 76

5.2.1 Ditinjau dari Aspek Keterbukaan .................................... 77

5.2.2 Ditinjau dari Aspek Empati ............................................. 80

5.2.3 Ditinjau dari Aspek Dukungan........................................ 82

5.2.4 Ditinjau dari Aspek Sikap Positif .................................... 84

5.2.5 Ditinjau dari Aspek Kesetaraan....................................... 86

5.3 Komunikasi Antarpersona Seorang Muallaf Pada Saat Setelah Berpindah Agama..................................................................... 87

5.3.1 Ditinjau dari Aspek Keterbukaan .................................... 88

5.3.2 Ditinjau dari Aspek Empati ............................................. 91

5.3.3 Ditinjau dari Aspek Dukungan........................................ 92

5.3.4 Ditinjau dari Aspek Sikap Positif .................................... 94

5.3.5 Ditinjau dari Aspek Kesetaraan....................................... 95

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 96

5.2 Saran ........................................................................................ 98

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ix

LAMPIRAN.................................................................................................... xi

vii

Page 14: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pemikiran ..................................................................... 15

2. Keadaan Kontaminasi Ego Status ............................................................. 35

3. Model Transaksi Komplementer…………............................................... 37

4. Model Transaksi Silang ............................................................................ 37

5. Model Transaksi Tersembunyi Angular ................................................... 38

6. Transaksi Komplementer Terjadi Antara Dua Sikap yang Berbeda......... 78

7. Transaksi Tersembunyi ............................................................................. 80

8. Transaksi Komplementer Terjadi Antara Dua Sikap yang Sama ............. 82

9. Transaksi Komplementer Terjadi Antara Dua Sikap yang Sama ............. 84

10. Transaksi Komplementer Terjadi Antara Dua Sikap yang Berbeda......... 86

11. Transaksi Komplementer Terjadi Antara Dua Sikap yang Berbeda......... 87

12. Transaksi Komplementer Terjadi Antara Dua Sikap yang Berbeda......... 90

13. Transaksi Komplementer Terjadi Antara Dua Sikap yang Berbeda......... 91

14. Transaksi Komplementer Terjadi Antara Dua Sikap yang Sama ............. 92

15. Transaksi Komplementer Terjadi Antara Dua Sikap yang Sama ............. 93

16. Transaksi Komplementer Terjadi Antara Dua Sikap yang Sama ............. 94

17. Transaksi Komplementer Terjadi Antara Dua Sikap yang Sama ............. 95

viii

Page 15: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan suatu wadah bagi setiap individu untuk belajar dan

berkembang sebelum pada akhirnya mereka berinteraksi pada lingkungan yang

lebih luas yaitu masyarakat. Pendidikan, nilai, aturan dan tata tertib dalam

keluarga tentunya penting dalam membentuk sikap, pemikiran dan tingkah laku

setiap individu. Hal ini dapat terjadi melalui pengertian, perhatian dan tentunya

dengan komunikasi yang terarah sehingga tercipta hubungan yang baik satu sama

lain.

Salah satu bentuk komunikasi dalam keluarga adalah komunikasi antar

persona. Verdeber (1986) mengemukakan bahwa komunikasi antarpersona

merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam

gagasan-gagasan maupun perasaan (Liliweri, 1994 : 9).

Dalam komunikasi keluarga, faktor keterbukaan merupakan hal yang sangat

diperlukan, karena dengan keterbukaan tersebut anggota lain akan mengetahui

setiap perasaan dan setiap keinginan satu sama lainnya. Hal tersebut akan

menimbulkan suatu sikap empati antara anggota satu dengan lainnya sehingga

terlihat dukungan, sikap positif dan kesamaan diantara anggota keluarga.

Akan tetapi tidak dapat kita pungkiri bahwa dalam kehidupan berkeluarga

pun tidak terlepas dari adanya konflik, banyak faktor yang dapat memicu

terjadinya konflik keluarga. Salah satu contoh timbulnya konflik dalam keluarga

Page 16: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

2

adalah masalah perbedaan agama, karena kita acapkali memandang perpindahan

agama sebagai sebuah pengkhianatan.

Banyak faktor atau alasan yang menyebabkan seseorang berpindah agama

atau keyakinan, di antaranya karena pernikahan (menikah dengan orang yang

berbeda agama), akibat pergaulan akrab dengan teman-teman yang beragama

mayoritas sejak kecil di sekolah, di kantor dan di tempat-tempat lain. Ada yang

berpindah keyakinan karena melakukan studi perbandingan agama, termasuk

mengalami hal-hal ghaib (seperti mimpi, mendengar adzan), ada pula yang

motivasinya tidak begitu mulia, misalnya ikut-ikutan saja, pertimbangan untung

rugi dan lain sebagainya.

Konflik dalam keluarga karena perbedaan agama seringkali dialami oleh

para muallaf (secara umum berarti orang yang baru masuk Islam). Masalah yang

dihadapi para muallaf ini tidak hanya menghadapi tekanan keluarga, tetapi juga

pekerjaan, lingkungan dan sebagainya.

Seperti halnya yang terjadi pada para muallaf yang tergabung dalam

Yayasan Haji Karim Oei di mesjid Lautze, Bandung. Tidak sedikit dari mereka

yang tidak diakui lagi sebagai keluarga, di sisihkan dari lingkungan keluarga

karena di anggap telah berbeda status sehingga di perlakukan seperti pembantu

atau pelayan, ada yang diputus biaya sekolahnya, ditinggalkan klien dan diputus

hubungan bisnisnya, bahkan ada pula yang selama sepuluh tahun tidak

berkomunikasi dengan orangtua-nya walaupun tinggal bersama dalam satu rumah

(Sumber: Sandi, Agustus 2005).

Page 17: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

3

Hal-hal semacam ini yang akhirnya berpengaruh besar pada kehidupan

muallaf tersebut sehingga kadangkala timbul pertentangan dalam diri mereka.

Tidak sedikit pula yang akhirnya merasa tidak nyaman dengan keadaannya setelah

menjadi muallaf. Ini berkaitan erat dengan proses komunikasi intrapersonal yang

terjadi pada diri muallaf tersebut dalam mempertimbangkan untuk memilih

agama, hal ini tentunya dapat dilihat dari cara berpikir muallaf tersebut yaitu

bagaimana ketika dia melakukan decision making (menetapkan keputusan) dan

problem solving (memecahkan masalah). Proses berpikir ini memiliki pengaruh

yang cukup besar bagi para muallaf dalam mengambil sikap untuk menjalankan

kehidupannya sebagai muallaf.

Dari sekian banyak masalah yang dihadapi mungkin tantangan terbesar bagi

para muallaf adalah menjaga hubungan baik dengan keluarga, karena tidak semua

keluarga bisa mengerti dan menerima apabila salah satu anggota keluarganya

berpindah agama. Memberikan pemahaman terhadap keluarga merupakan hal

yang tidak mudah bagi seorang muallaf, karena membutuhkan waktu dan proses

yang panjang sampai akhirnya keluarga bisa benar-benar mengerti dan menerima.

Akan tetapi pada kenyataannya ada juga muallaf yang tidak menemukan

kesulitan ketika memutuskan untuk memeluk agama Islam, mereka mampu

membina hubungan baik dengan keluarganya.

Hubungan yang harmonis diantara anggota keluarga dapat terjalin baik

karena kesiapan mental muallaf tersebut yang tentunya melalui proses berpikir

yang panjang dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah yang akan

dan mungkin terjadi nantinya, ditambah lagi dengan komunikasi yang efektif yang

Page 18: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

4

ditandai dengan adanya keterbukaan, rasa empati, dukungan sesama anggota

keluarga dan pemunculan sikap-sikap positif dengan nuansa kesamaan.

Keberhasilan seorang muallaf dalam memberikan pemahaman kepada

keluarga merupakan suatu keberhasilan dalam berkomunikasi, contohnya dapat

kita lihat pada diri Dian Sastrowardoyo, seorang public figure yang telah

memeluk agama Islam selama tiga tahun, walaupun Dian seorang anak tunggal

dan tidak seiman dengan ibunya, Dian tetap dapat membina hubungan baik

dengan ibunya (sumber : Wanita Indonesia, No. 829).

Berdasarkan fenomena tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti

kegiatan komunikasi persona seorang muallaf bernama Leo, berusia 28 tahun.

Sebelum memeluk agama Islam Leo menganut agama Katholik, ketika ia

memutuskan untuk menjadi seorang muallaf tidak sampai terjadi konflik dalam

keluarga karena melalui komunikasi yang baik Leo dapat memberikan pengertian

kepada keluarganya.

Dengan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul “Kegiatan Komunikasi Persona Seorang Muallaf”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

“ Bagaimana kegiatan komunikasi persona seorang muallaf dalam

membina hubungan baik dengan keluarga “

Page 19: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

5

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat identifikasi

masalah yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Bagaimana komunikasi intrapersonal seorang muallaf pada saat

mempertimbangkan untuk memilih agama ditinjau dari faktor berpikir

(menetapkan keputusan dan memecahkan masalah) untuk membina hubungan

baik dengan keluarga?

2. Bagaimana komunikasi antarpersona seorang muallaf pada saat memutuskan

untuk berpindah agama ditinjau dari aspek keterbukaan, empati, dukungan,

sikap positif dan kesetaraan dalam komunikasi untuk membina hubungan baik

dengan keluarga ?

3. Bagaimana komunikasi antarpersona seorang muallaf pada saat setelah

berpindah agama ditinjau dari aspek keterbukaan, empati, dukungan, sikap

positif dan kesetaraan dalam komunikasi untuk membina hubungan baik

dengan keluarga?

1.4 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengkaji proses komunikasi intrapersonal seorang muallaf pada saat

mempertimbangkan untuk memilih agama.

2. Untuk mengkaji komunikasi antarpersona seorang muallaf pada saat

memutuskan untuk berpindah agama ditinjau dari aspek keterbukaan, empati,

Page 20: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

6

dukungan, sikap positif dan kesamaan dalam komunikasi untuk membina

hubungan baik dengan keluarga.

3. Untuk mengkaji komunikasi antarpersona seorang muallaf pada saat setelah

berpindah agama ditinjau dari aspek keterbukaan, empati, dukungan, sikap

positif dan kesamaan dalam komunikasi untuk membina hubungan baik

dengan keluarga.

1.4.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dari aspek praktis diharapkan :

a. Dengan komunikasi persona seorang muallaf diharapkan dapat memberikan

pemahaman mendalam agar setiap individu dapat saling toleransi dan

menghargai satu sama lain.

b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan masalah

yang berkenaan dengan muallaf, sehingga dapat tercapai maksud dan

tujuan yang diinginkan.

c. Diharapkan dengan hasil penelitian tentang muallaf ini dapat membantu

mengantisipasi masalah-masalah yang serupa di masa mendatang.

2. Dari aspek teoritis diharapkan :

a. Dapat dijadikan referensi bagi studi ilmu komunikasi, terutama dalam

kegiatan komunikasi persona yang dilakukan Leo.

Page 21: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

7

b. Dapat dijadikan bahan kajian untuk dilakukan penelitian lanjutan dalam

konteks dan tempat yang lebih luas, serta dengan menggunakan

pendekatan dari metode penelitian kualitatif lainnya.

1.5 Alasan Pemilihan Masalah

Alasan-alasan yang menyebabkan penulis tertarik untuk meneliti masalah

ini sebagai berikut :

1. Banyak sekali masalah yang dihadapi para muallaf diantaranya adalah

menghadapi tekanan dari keluarga dan memberikan pemahaman kepada

keluarga.

2. Dalam kehidupan yang dialami narasumber terdapat suatu perbedaan dari

fenomena yang biasa terjadi yang dapat penulis teliti dari aspek komunikasi

persona.

3. Penulis menganggap bahwa toleransi antar umat beragama masih kurang

khususnya di Indonesia.

1.6 Pembatasan Masalah dan Pengertian Istilah

1.6.1 Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dan penelitian sehingga terarah kepada

tujuan, maka perlu kiranya penulis melakukan pembatasan masalah. Adapun hal-

hal yang perlu dibatasi dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 22: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

8

1. Sumber penelitian difokuskan kepada satu orang muallaf yang bernama Leo.

2. Masalah yang penulis teliti adalah tentang kegiatan komunikasi persona

seorang muallaf yang berusia 28 tahun.

3. Komunikasi intrapersonal seorang muallaf ditinjau dari faktor berpikir yang

meliputi decision making (menetapkan keputusan) dan problem solving

(penyelesaian masalah).

4. Komunikasi antarpersona seorang muallaf ditinjau dari komunikasi yang

efektif yang meliputi aspek keterbukaan, empati, dorongan, sikap positif dan

kesetaraan.

5. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

6. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan November 2005 – Mei 2006.

1.6.2 Pengertian Istilah

Untuk memperoleh kejelasan arti dari istilah-istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, maka penulis memberikan arti sebagai berikut :

1. Komunikasi (Anderson, 1959) adalah suatu proses dengan mana kita bisa

memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses yang

dinamis dan secara berubah sesuai dengan situasi yang berlaku (Sendjaja,

1994:19).

2. Komunikasi antarpersona adalah proses yang berlangsung antara dua orang

atau lebih secara tatap muka (Cangara, 2000 : 32).

3. Komunikasi dalam keluarga (Rae Sedwig; 1989) adalah suatu

pengorganisasian, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk

Page 23: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

9

menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi

pengertian (Achdiat, 1997:30).

4. Komunikasi intrapersonal atau komunikasi dengan diri sendiri adalah proses

komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses

berkomunikasi dengan diri sendiri (Cangara, 2000:30).

5. Definisi berpikir menurut Anita Taylor et al, berpikir adalah proses penarikan

kesimpulan. Thinking is a inferring process. (Rakhmat, 2003:68)

6. Muallaf, menurut Mazhab Maliki, muallaf : sebagian mengatakan bahwa

orang kafir yang ada harapan untuk masuk agama Islam. Sebagian yang lain

mengatakan bahwa orang yang baru memeluk agama Islam (Rasjid,

2003:211).

7. Konflik, menurut Vogel (1986) konflik bisa diartikan sebagai suatu keadaan

terbalik dari suatu suasana kedekatan ataupun gangguan yang seimbang

disertai ketegangan atau kekuatan menekan seseorang (Liliweri, 1994:200).

1.7 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir penulis yang dijadikan sebagai

skema pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini. Mengingat fungsinya

sangat penting dalam penelitian ini, penulis mengemukakan kerangka pemikiran

tersebut sebagai berikut:

Salah satu bentuk komunikasi yang terjadi dalam keluarga adalah

komunikasi antarpersona, seperti yang dikemukakan oleh Alo Liliweri (1991)

bahwa komunikasi antarpersona sebagai komunikasi yang mempunyai hubungan

Page 24: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

10

yang mantap dan jelas. Adakalanya definisi ini diperluas sehingga mencakup juga

sekelompok kecil orang seperti anggota keluarga. Komunikasi antar persona

memiliki fungsi-fungsi (Liliweri 1994 : 27-32) diantaranya :

Fungsi Sosial

1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan kebutuhan biologis dan

psikologis

2. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial

3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik

4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri

sendiri

5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik

Fungsi Pengambilan Keputusan

1. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi

2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain

Terjadinya interaksi dalam keluarga karena adanya komunikasi diantara

anggota-anggota keluarga. Halloran (1980) mengemukakan manusia

berkomunikasi dengan orang lain karena didorong oleh beberapa faktor, yakni: (1)

perbedaan antarpribadi; (2) pemenuhan kekurangan; (3) perbedaan motivasi

antarmanusia; (4) pemenuhan akan harga diri, dan (5) kebutuhan atas pengakuan

orang lain (Cangara, 2000:20).

Komunikasi di dalam keluarga dapat berjalan dengan efektif apabila

segenap unsur-unsur yang mendukung proses komunikasi itu diperhatikan. Devito

mengemukakan ancangan humanistik untuk efektivitas komunikasi antarpersona-

Page 25: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

11

nya. Menurut Devito, dalam ancangan humanistik ada lima kualitas umum yang

dipertimbangkan : keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung

(supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality) (Devito,

1997:259)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi

antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka

kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus

dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Sebaliknya, harus ada

kesediaan untuk membuka diri – mengungkapkan informasi yang biasanya

disembunyikan, asalkan pengungkapan – diri ini patut. Aspek keterbukaan yang

kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap

stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan

pikiran (Bochner & Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui

bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang “milik” anda

dan anda bertanggung jawab atasnya.

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai “kemampuan

seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat

tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu”. Kita

dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun nonverbal. Secara

nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1)

keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang

sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh

perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

Page 26: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

12

Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat

sikap mendukung, suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya

Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam

suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan

bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategik, dan (3)

provisional, bukan sangat yakin.

Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi

antarpribadi. Pertama komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap

positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi

komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.

Dorongan (stroking). Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan

istilah stroking (dorongan). Dorongan adalah istilah yang berasal dari kosakata

umum, yang dipandang sangat dalam analisis transaksional dan dalam interaksi

antarmanusia secara umum. Perilaku mendorong menghargai keberadaan dan

pentingnya orang lain; perilaku ini bertentangan sengan ketidak-acuhan.

Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas

perilaku yang kita harapkan, kita nikmati, dan kita banggakan. Dorongan positif

ini mendukung citra-pribadi kita dan membuat kita merasa lebih baik. Sebaliknya,

dorongan negatif, bersifat menghukum dan menimbulkan kebencian.

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.

Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama

bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang

penting untuk disumbangkan.

Page 27: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

13

Dalam kegiatan komunikasi persona yang dilakukan muallaf juga terjadi

proses komunkasi intrapersonal, karena seorang muallaf pastilah mengalami

proses berpikir ketika menentukan untuk memilih agama mana yang lebih

diyakini-nya.

Komunikasi intrapersonal atau komunikasi dengan diri sendiri adalah

proses komunikasi yang terjadi dalam diri setiap individu. Proses komunikasi

intrapersonal terjadi karena seseorang memberi arti terhadap suatu objek yang

diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam

bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti

bagi manusia, baik yang terjadi diluar maupun dalam diri seseorang (Cangara,

2000:32).

Dalam kegiatan berpikir, diantaranya terdapat fungsi menetapkan

keputusan (decision making) dan memecahkan masalah (problem solving). Dalam

proses pengambilan keputusan, seringkali seseorang dihadapkan pada pilihan Ya

atau Tidak. Keadaan semacam ini membawa seseorang pada situasi

berkomunikasi dengan diri sendiri, terutama dalam mempertimbangkan untung

ruginya suatu keputusan yang akan diambil. Dalam proses pengambilan keputusan

faktor-faktor personal amat menentukan apa yang diputuskan itu, antara lain

kognisi, motif dan sikap. Sedangkan dalam proses memecahkan masalah (problem

solving) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya: motivasi,

kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi (Rakhmat, 2003:69-71).

Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis

transaksional, teori ini menyebutkan kepribadian manusia terdapat tiga bagian

Page 28: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

14

kepribadian. Yaitu orang tua, dewasa, dan anak. Dalam diri setiap manusia seperti

dikutip Collins (1983) memiliki tiga status ego. Sikap dasar ego yang mengacu

pada sikap orangtua (Parent= P, axteropsychic); sikap orang dewasa (Adult=A,

neo psychic); dan ego anak (Child= C,arheopsychic).

Sikap orangtua yang diwakili dalam perilaku dapat terlihat, terdengar dari

tindakan maupun tuturkata ataupun ucapan-ucapannya. Seperti tindakan

menasihati orang lain, memberikan hiburan, menguatkan perasaan, memberikan

pertimbangan, membantu, melindungi, mendorong untuk berbuat baik adalah

sikap yang nurturing parent (NP). Sebaliknya ada pula sikap orang tua yang suka

menghardik, membentak, menghukum, berprasangka, melarang, semuanya

disebut dengan sikap yang critical parent (CP).

Setiap orang juga menurut Berne memiliki sikap orang dewasa umumnya

pragmatis dan realitas. Mengambil kesimpulan, keputusan berdasarkan fakta-fakta

yang ada. Suka bertanya, mencari atau menunjukkan fakta-fakta, bersifat rasional

dan tidak emosional. Bersifat objektif dan sebagainya.

Sikap lain yang dimiliki juga adalah sikap anak-anak. Dibedakan antara

natural child (NC) yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal, kreatif,

memberontak. Sebaliknya yang bersifat adapted child (AC) adalah mengeluh,

ngambek, suka pamer, bermanja diri (Liliweri, 1994:163).

Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang baik dewasa, anak-anak

maupun orangtua. Dalam hubungan persona, kita juga menampilkan salah satu

aspek tersebut.

Page 29: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

15

Kerangka pemikiran ini dapat disederhanakan melalui bagan berikut ini :

gambar 1.1

Kegiatan komunikasi persona seorang muallaf

Ditinjau dari konsep komunikasi

intrapersona dari faktor berpikir :

- menetapkan keputusan

(decision making)

- memecahkan masalah (problem

solving)

Ditinjau dari konsep komunikasi

antarpersona yang efektif dari

Devito, meliputi aspek :

- keterbukaan

- empati

- sikap positif

- dukungan

- kesetaraan

Dikaji dengan menggunakan

teori analisis transaksional

Hubungan baik dengan keluarga

Page 30: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

16

1.7 Organisasi Karangan

Untuk memberikan gambaran secara umum mengenai keseluruhan materi

Skripsi ini, penulis menguraikannya sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

pertanyaan penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, alasan penelitian,

pembatasan masalah dan pengertian istilah serta kerangka pemikiran.

BAB II Tinjauan Pustaka

Merupakan dasar teori dan ilmu pengetahuan pelengkap yang berkaitan dengan

pokok permasalahan. Pada bab ini diuraikan mengenai tinjauan komunikasi

antarpersona, fungsi komunikasi antarpersona, karakteristik atau ciri-ciri

komunikasi antarpersona, konsep komunikasi antarpersona yang efektif menurut

Devito, kualitas hubungan antarpersona, tinjauan komunikasi intrapersonal, proses

berpikir, teori analisis transaksional dan pengertian muallaf.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini menguraikan metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini,

yang berisi metode penelitian, karakteristik penelitian kualitatif, metode penelitian

studi kasus, desain penelitian, komponen desain penelitian, desain khusus, teknik

pengumpulan data, tahap-tahap penelitian dan proses analisa data.

BAB IV Latar Belakang Subjek Penelitian

Menggambarkan latar belakang dari subjek penelitian, diantaranya : Latar

belakang subjek penelitian, latar belakang keluarga dan alasan menjadi muallaf.

Page 31: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

17

BAB V Pembahasan

Bab ini mencakup hasil penelitian dan pembahasan mengenai kegiatan

komunikasi persona Leo sebagai seorang muallaf.

BAB VI Penutup

Dalam bab penutup ini, akan diuraikan beberapa kesimpulan mengenai uraian-

uraian yang telah dijabarkan dan dibahas pada bab-bab terdahulu sehingga dari

kesimpulan yang diperoleh tersebut kiranya penulis dapat memberikan saran-

saran yang mungkin dapat berguna.

.

Page 32: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Komunikasi Antarpersona

2.1.1 Pengertian Komunikasi Antarpersona

Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dengan

keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial. Dalam

menjalankan kegiatan diatas, akan terjadi suatu komunikasi. Menurut Wilbur

Scramm yang dikutip oleh Liliweri dikatakan bahwa : “Diantara manusia yang

bergaul, mereka sering berbagi informasi, gagasan, sikap” (Liliweri, 1991:11).

Komunikasi antarpribadi pada hakikatnya merupakan proses sosial seperti

yang diuraikan diatas, dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling

mempengaruhi.

Komunikasi antarpribadi dianggap efektif untuk mengubah sikap,

pendapat, perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan, Rogers

yang dikutip oleh Alo Liliweri mengemukkan bahwa: “Komunikasi antarpribadi

adalah merupakan komunikasi dari mulut ke mulut, terjadi dalam interaksi tatap

muka antara beberapa pribadi” (liliweri, 1991:12).

Sedangkan Verdeber (1986) mengemukakan bahwa komunikasi

antarpersona merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang

terkandung dalam gagasan-gagasan maupun perasaan (Liliweri, 1994:9).

Komunikasi antar pribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam

bukunya “The Inetrpersonal Communication Book”. Sebagai : “Proses pengiriman

Page 33: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

19

dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil

orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”.

Berdasarkan definisi Devito itu, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung

antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan seperti suami istri yang

sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang dalam suatu pertemuan, misalnya

antara penyaji makalah dengan salah seorang peserta suatu seminar.

Pentingnya situasi komunikasi antar pribadi ialah karena prosesnya

memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara

dialogis selalu lebih baik daripada monologis. Monolog menunjukkan suatu

bentuk komunikasi dimana seorang berbicara, yang lain mendengarkan.

Sedangkan dialog adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan

terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi

ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian.

Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari pelaku komunikasi

untuk terjadinya pengertian bersama (mutual understanding ) dan empati.

Keampuhan Komunikasi antarpribadi dibandingkan dengan bentuk-bentuk

komunikasi lainnya, komunkasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan

mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Komunikasi

antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka. Oleh karena anda dengan

komunikan anda itu saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi

(personal contact); pribadi anda menyentuh pribadi komunikan anda. Oleh karena

keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan

itulah, maka bentuk komunkasi antara pribadi acapkali dipergunakan untuk

Page 34: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

20

melancarkan komunikasi persuasive (persuasive communication) yakni suatu

teknik komunkasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa

ajakan, bujukan atau rayuan. Tetapi komunikasi persuasif antarpribadi seperti itu

hanya digunakan kepada komunikan yang potensial saja. Artinya tokoh yang

mempunyai jajaran dengan pengikutnya atau anak buahnya dalam jumlah yang

sangat banyak, sehingga apabila ia berhasil diubah sikapnya atau ideologinya,

maka seluruh jajaran mengikutinya.

Dari berbagai definisi diatas, maka komunikasi antarpersona adalah

merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dua orang, dimana komunikasinya

bersifat dialogis, lebih akrab dan terbuka, komunikator dapat melihat feedback

secara langsung. Dari uraian definisi tersebut, maka dapat dikemukakan beberapa

ciri komunikasi antarpersona yang membedakannya dengan komunikasi

kelompok dan komunikasi massa.

Alo Liliweri mengemukakan bahwa komunikasi antarpersona ciri-cirinya

adalah :

1. Komunikasi antarpribadi terjadi dimana saja dan kapan saja. 2. Komunikasi antarpribadi, proses yang sinambung. 3. Komunikasi antarpribadi mempunyai tujuan tertentu. 4. Komunikasi antarpribadi menghasilkan hubungan yang timbal balik, dan

menciptakan serta mempertukarkan makna. 5. Komunikasi antarpribadi merupakan sesuatu yang dipelajari. 6. Komunikasi antarpribadi dapat meramalkan sesuatu. 7. Komunikasi antarpribadi sering dan dapat dimulai dengan melakukan

kesalahan (Liliweri, 1994).

Page 35: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

21

2.1.2 Ciri-ciri Komunikasi Antarpersona

Menurut Alo Liliweri (1994) setiap komunikasi antarpribadi mengandung

beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu :

1. Komunikasi antarpribadi terjadi di mana dan kapan saja.

Semua manusia mengakui bahwa komunikasi merupakan pusat kegiatan

kemanusiaan umumnya. Dengan komunikasi diperlihatkan siapa dan dengan

siapa anda berhubungan. Di mana dan kapan saja komunikasi itu hadir dalam

masyarakat baik tradisional hingga masyarakat modern.

2. Komunikasi antarpribadi merupakan proses yang sinambung.

Kesinambungan antara masa lalu, kini dan sekarang biasanya dijaga setiap

orang dalam berkomunikasi. Hal ini juga yang sering disebutkan bahwa

komunikasi antarpribadi merupakan suatu rangkaian proses yang

bersinambung dan malahan simultan.

3. Komunikasi antarpribadi mempunyai tujuan tertentu.

Manusia dalam berkomunikasi selalu mempunyai tujuan baik secara implisit

maupun eksplisit. Terkadang pada saat berbicara kita tidak tahu apa yang

diinginkan oleh lawan bicara kita secara verbal namun dengan lambang-

lambang tertentu mengetahui apa yang diinginkan oleh lawan bicara kita.

4. Komunikasi antarpribadi menghasilkan hubungan yang timbal balik, dan

menciptakan serta mempertukarkan makna.

Setiap komunikasi akan menghasilkan hubungan yang kemudian berkembang

menjadi relasi dan transaksional yang melengkapi serta menciptakan

hubungan.

Page 36: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

22

5. Komunikasi antarpribadi merupakan sesuatu yang dipelajari.

Waktu berkomunikasi sadar atau tidak kita memperhatikan kemampuan orang

lain dalam hal mengungkapkan, menggunakan dan memilih kata-kata.

Demikian pula kebiasaan-kebiasaan dalam menggunakan pesan nonverbal,

seperti gerakan tubuh, raut muka, nada suara sehingga kita mempelajari

sesuatu yang disukai ataupun yang tidak disukai orang lain.

6. Komunikasi antarpribadi dapat meramalkan sesuatu.

Ketika orang melakukan komunikasi antarpersona, terkandung suatu harapan

hasil yang memuaskan dua belah pihak dan meramalkan apa yang bakal

terjadi setelah mengungkapkan pikiran, perasaan, lalu diikuti oleh tindakan

komunikasi tertentu.

7. Komunikasi antarpersona sering dan dapat dimulai dengan melakukan

kesalahan.

Misalnya saja pada saat kita berpesta, kita tidak sengaja menabrak seseorang

kemudian kitapun meminta maaf kepada orang yang kita tabrak itu sehingga

memungkinkan dapat berlanjut dalam suatu obrolan.

2.1.3 Fungsi Komunikasi Antarpersona

Fungsi-fungsi komunikasi antarpribadi terdiri dari fungsi sosial dan fungsi

pengambilan keputusan (Liliweri, 1994:27-32).

• Fungsi Sosial

Komunikasi antarpribadi secara otomatis mempunyai fungsi sosial karena

proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang orang-orangnya

Page 37: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

23

berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian maka fungsi sosial

komunikasi antarpribadi mengandung aspek-aspek :

1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan kebutuhan biologis dan

psikologis.

Melalui komunikasi antarpibadi setiap manusia berusaha mencari dan

melengkapi kebutuhannya.

2. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial.

Setiap orang terikat dalam suatu sistem nilai dan norma yang berlaku dalam

masyarakatnya seperti ia wajib secara sosial berhubungan dengan orang lain.

Norma dan nilai telah mengatur kewajiban-kewajiban tertentu secara sosial

dalam berkomunikasi sebagai suatu keharusan yang tak dapat dielakkan.

3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik.

Salah satu aspek fungsi sosial dari komunikasi adalah pengembangan

hubungan yang timbal balik. Dalam kehidupan sosial terdapat pelbagai

perbedaan interaksi, relasi, transaksional antara seseorang dengan rekan

sekerjanya, istri dan anak-anaknya, dengan atasan maupun bawahannya,

dengan tetangga warganya. Hal demikian karena hal yang menjadi kebutuhan

timbal balik diantara bentuk pergaulan itu tidaklah sama.

4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri sendiri.

Dengan komunikasi kita mampu menilai, melihat mutu komunikasi orang lain

dan kemudian mengubah diri sendiri, meningkatkannya lalu berdampak pada

usaha merawat kesehtan jiwa kita.

Page 38: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

24

5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.

Melalui komunikasi antarpribadi konflik dapat dihindari karena telah terjadi

pertukaran pesan dan kesamaan makna tentang suatu makna tertentu.

• Fungsi Pengambilan Keputusan

Manusia mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan, banyak

dari keputusan yang sering diambil manusia dilakukan dengan berkomunikasi

karena mendengar pendapat, saran, pengalaman, gagasan, pikiran maupun

perasaan orang lain. Pengambilan keputusan meliputi penggunaan informasi dan

pengaruh yang kuat dari orang lain.

Ada dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan

komunikasi yaitu :

1. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi.

Banyak kegiatan komunikasi antarpribadi dilakukan karena bertujuan untuk

mendapatkan informasi. Jika informasi itu benar maka akan menguntungkan

pengambilan keputusan.

2. Manusia berkomunikasi untuk mempengauhi orang lain.

Karena informasi sangat menentukan sukses tidaknya pengambilan keputusan

maka komunikasi pada awalnya bertujuan untuk mendapatkan persetujuan dan

kerjasama dengan orang lain. Tujuan pengambilan keputusan antara lain

mempengaruhi orang lain terutama sikap serta perilakunya.

Berdasarkan fungsi-fungsi komunikasi antarpersona tersebut, dapat

dijelaskan bahwa sebagai makhluk sosial, manusia berkomunikasi dan

berinteraksi untuk mendapatkan umpan balik dari orang lain. Umpan balik terjadi

Page 39: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

25

karena kedua belah pihak sama-sama memiliki kebutuhan dan kepentingan untuk

saling dilengkapi oleh satu sama lain. Kebutuhan dan kepentingan tersebut

mungkin didapat apabila mereka saling bertukar informasi, pengetahuan dan

pengalaman. Fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan akan melengkapi

komunikasi antarpersona, karena manusia memiliki tujuan yang hendak ia capai

dalam komunikasinya dengan orang lain.

2.1.4 Komunikasi Antarpersona yang Efektif

Setiap manusia pasti menginginkan hubungannya lancar tanpa hambatan.

Begitu pula halnya dengan seorang muallaf terhadap keluarganya, dimana mereka

juga menginginkan hubungannya lancar dan harmonis. Hubungan yang lancar

dapat dicapai dengan komunikasi yang baik diantara keduanya dan komunikasi

yang efektif lah yang dapat membuat komunikasi menjadi lebih baik. Apabila

kedua belah pihak, seperti muallaf dengan keluarganya dapat membuat

komunikasi mereka, khususnya komunikasi antarpersona mereka efektif, maka

komunikasi yang telah mereka jalin akan menjadi komunikasi yang baik.

Devito, mengemukakan ancangan humanistik untuk efektivitas

komunikasi antarpersona-nya. Menurut Devito, dalam ancangan humanistik ada

lima kualitas umum yang dipertimbangkan : keterbukaan (openness), empati

(empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan

kesetaraan (equality) (Devito, 1997:259).

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi

antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka

Page 40: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

26

kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus

dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Sebaliknya, harus ada

kesediaan untuk membuka diri – mengungkapkan informasi yang biasanya

disembunyikan, asalkan pengungkapan – diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu pada kesediaan komunikator

untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Kita memperlihatkan

keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner &

Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan

pikiran yang anda lontarkan adalah memang “milik” anda dan anda bertanggung

jawab atasnya.

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai “kemampuan

seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat

tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orng lain itu”.

Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang

lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa

mendatang. Pengertian yang empatik ini akan membuat seseorang lebih mampu

menyesuaikan komunikasinya.

Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun

nonverbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan

memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan

gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur

Page 41: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

27

tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian

yang sepantasnya.

Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat

sikap mendukung, suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya

Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam

suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan

bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategik, dan (3)

provisional, bukan sangat yakin.

Deskriptif. Suasana yang bersifat deskriptif dan bukan evaluatif membantu

terciptanya sikap mendukung. Bila anda mempersepsikan suatu komunikasi

sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu,

anda umumnya tidak merasakannya sebagai ancaman. Anda tidak ditantang dan

tidak perlu membela diri. Di pihak lain, komunikasi yang bernada menilai

seringkali membuat kita bersikap defensif.

Spontanitas. Gaya spontan membantu menciptakan suasana mendukung.

Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam

mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama – terus terang

dan terbuka. Sebaliknya, bila kita merasa bahwa seseorang menyembunyikan

perasaannya yang sebenarnya – bahwa dia mempunyai rencana atau strategi

tersembunyi – kita bereaksi secara defensif.

Provisionalisme. Bersikap provisional artinya bersikap tentatif dan

berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan

bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan. Bila anda bersikap yakin

Page 42: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

28

tak tergoyahkan dan berpikiran tertutup, anda mendorong perilaku defensif pada

diri pendengar. Bila anda bertindak secara provisional – dengan pikiran terbuka,

dengan kesadaran penuh bahwa anda mungkin saja keliru, dan dengan kesediaan

untuk mengubah sikap dan pendapat anda – anda mendorong sikap mendukung.

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi

dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif

mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.

Sikap. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi

antarpribadi. Pertama komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap

positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi

komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.

Dorongan (stroking). Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan

istilah stroking (dorongan). Dorongan adalah istilah yang berasal dari kosakata

umum, yang dipandang sangat dalam analisis transaksional dan dalam interaksi

antarmanusia secara umum. Perilaku mendorong menghargai keberadaan dan

pentingnya orang lain; perilaku ini bertentangan sengan ketidak-acuhan.

Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas

perilaku yang kita harapkan, kita nikmati, dan kita banggakan. Dorongan positif

ini mendukung citra-pribadi kita dan membuat kita merasa lebih baik. Sebaliknya,

dorongan negatif, bersifat menghukum dan menimbulkan kebencian.

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.

Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama

Page 43: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

29

bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang

penting untuk disumbangkan.

Dalam suatu hubungan antarpribadi yang ditandai oleh kesetaraan,

ketidak-sependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami

perbedaan yang pasti ada ketimbang sebagai kesempatan untuk menjatuhkan

pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu

saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihk lain. Kesetaraan berarti kita

menerima pihak lain, atau, menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita

untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

2.1.5 Kualitas Hubungan Antarpersona

Hubungan interpersonal berlangsung melewati tiga tahap, yaitu :

1. Pembentukan hubungan 2. Peneguhan hubungan 3. Pemutusan hubungan (Rakhmat, 2000:125)

Adapun penjelasan tahap-tahap hubungan interpersonal adalah sebagai

berikut :

1. Pembentukan Hubungan Interpersonal

Tahap ini sering disebut tahap perkenalan (acquaitance process). Menurut

Steve Duck bahwa:

“… perkenalan adalah proses komunikasi dimana individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiannya kepada bakal sahabatnya, dengan menggunakan cara-cara yang agak berbeda pada bermacam-macam tahap perkembangan persahabatan”) (Rakhmat, 2000:125).

Page 44: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

30

Menurut Charles R. Berger, informasi pada tahap perkenalan dapat

dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu :

1. Informasi demografis 2. Sikap dan pendapat tentang orang dan objek. 3. Rencana yang akan datang. 4. Kepribadian 5. Perilaku pada masa lalu. 6. Orang lain. 7. Hobi dan minat. (Rakhmat, 2000:126)

2. Peneguhan Hubungan Interpersonal

Menurut Jalaludin Rakhmat ada empat faktor yang penting dalam

memelihara keseimbangan dalam hubungan interpersonal yaitu keakraban,

kontrol, respons yang tepat, dan nada emosional yang tepat (Rakhmat, 2000:126).

Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.

Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat

tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor yang kedua adalah kesepakatan

tentang siapa yang akan mengontrol siapa dan bilamana. Jika dua orang

mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah

yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, siapakah yang

dominan. Konflik terjadi pada umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau

tidak ada pihak yang mau mengalah. Faktor yang ketiga adalah ketepatan respons

artinya respons-respons ini bukan saja berkenaan dengan pesan-pesan verbal,

tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Faktor keempat yang memelihara hubungan

interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya

komunikasi. Walaupun mungkin saja terjadi dua orang berinteraksi dengan

suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar

Page 45: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

31

kemungkinan salah satu pihak mengakhiri interaksi atau mengubah suasana

emosi.

3. Pemutusan Hubungan Interpersonal

Menurut R.D. Nye ada lima sumber konflik, yaitu :

a. Kompetisi. b. Dominasi. c. Kegagalan d. Provokasi. e. Perbedaan Nilai. (Rakhmat, 2000:125)

Kompetisi, salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu yang mengorbankan

orang lain. Dominasi, salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain

sehingga orang itu merasakan hak-haknya dilanggar. Kegagalan, masing-masing

berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai. Provokasi,

salah satu pihak terus menerus yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain,

Perbedaan nilai, kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

2.2 Tinjauan tentang Komunikasi Intrapersonal

2.2.1 Pengertian Komunikasi Intrapersonal

Cangara (2000), menyebutkan bahwa komunikasi dengan diri sendiri

adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata

lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. Terjadinya proses komunikasi

disini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu obyek yang

diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. Obyek dalam hal ini bisa saja dalam

bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti

bagi manusia, baik yang terjadi diluar maupun di dalam diri seseorang.

Page 46: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

32

Dalam proses pengambilan keputusan, seringkali seseorang dihadapkan

pada pilihan Ya atau Tidak. Keadaan semacam ini membawa seseorang pada

situasi berkomunikasi dengan diri sendiri, terutama dalam mempertimbangkan

untung ruginya suatu keputusan yang akan diambil (Cangara, 2000:30).

Sedangkan Jalaluddin Rakhmat (2003), menyebutkan bahwa proses

pengolahan informasi disebut juga komunikasi intrapersonal, yang meliputi

sensasi, persepsi, memori dan berpikir (Rakhmat, 2003:49).

Dalam komunikasi intrapersonal seorang muallaf, proses berpikir memiliki

pengaruh besar dalam mengambil sikap, walaupun pada dasarnya proses berpikir

tidak terlepas dari sensasi, persepsi dan memori. Proses berpikir ini meliputi

decision making (menetapkan keputusan) dan problem solving (memecahkan

masalah).

2.2.2 Proses Berpikir sebagai Salah Satu Faktor dari Komunikasi Intrapersonal

Berpikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil

keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem solving) dan

menghasilkan yang baru (creativity). Memahami realitas berarti menarik

kesimpulan, meneliti berbagai kemungkinan penjelasan dari realitas eksternal dan

internal. Anita Taylor et al mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan

kesimpulan. Thinking is a inferring process. (Rakhmat, 20003:68).

Salah satu fungsi berpikir ialah menetapkan keputusan. Sepanjang hidup

kita harus menentukan keputusan. Sebagian dari keputusan itu ada yang

Page 47: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

33

menentukan masa depan kita. Faktor-faktor personal amat menentukan apa yang

kita putuskan, antara lain kognisi, motif dan sikap.

Sedangkan dalam memecahkan persoalan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi, diantaranya:

1. Motivasi. Motivasi yang rendah mengalihkan perhatian. Motivasi yang tinggi

membatasi fleksibilitas.

2. Kepercayaan dan Sikap yang Salah. Asumsi yang salah dapat menyesatkan

kita. Kerangka rujukan yang tidak cermat menghambat efektivitas pemecahan

masalah. Sikap yang defensif misalnya, karena kurang kepercayaan ada diri

sendiri akan cenderung menolak informasi baru, merasionalisasikan

kekeliruan, dan mempersukar penyelesaian.

3. Kebiasaan. Kecenderungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu, atau

melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan

dan tanpa kritis pada pendapat otoritas, menghambat pemecahan masalah yang

efisien. Ini menimbulkan kejumudan pikiran (rigid mental set). Lawan dari ini

adalah kekenyalan pikiran (flexible mental set). Kebudayaan banyak

menentukan kejumudan pikiran. Cara kita memandang dan mengatasi

persoalan dibatasi oleh cultural setting kita; tidak jarang cara itu kita pandang

sebagai cara yang paling baik.

4. Emosi. Dalam menghadapi berbagai situasi, kita tanpa sadar sering terlibat

secara emosional. Emosi mewarnai cara berpikir kita. Kita tidak pernah dapat

berpikir betul-betul objektif. Sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat

mengesampingkan emosi. Sampai di situ, emosi bukan hambatan utama.

Page 48: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

34

Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi sehingga

menjadi stress, barulah kita menjadi sulit berpikir efisien.

2.3 Teori Analisis Transaksional

Dalam kegiatan komunikasi antarpersona seorang muallaf untuk membina

hubungan baik dengan keluarga ditinjau dari komunikasi yang efektif dari Devito

dan dikaji dengan menggunakan teori analisis transaksional.

Teori analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne. Berne mulai

beranjak dari konsep dasar transaksi pada ego yang dimiliki setiap orang. Dalam

diri setiap manusia seperti dikutip Collins (1983) memiliki tiga status ego. Sikap

dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua (Parent= P, axteropsychic); sikap

orang dewasa (Adult=A, neo psychic); dan ego anak (Child= C,arheopsychic).

Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik dewasa, anak-anak maupun

orangtua).

Sikap orangtua yang diwakili dalam perilaku dapat terlihat, terdengar dari

tindakan maupun tuturkata ataupun ucapan-ucapannya. Seperti tindakan

menasihati orang lain, memberikan hiburan, menguatkan perasaan, memberikan

pertimbangan, membantu, melindungi, mendorong untuk berbuat baik adalah

sikap yang nurturing parent (NP). Sebaliknya ada pula sikap orang tua yang suka

menghardik, membentuk, menghukum, berprasangka, melarang, semuanya

disebut dengan sikap yang critical parent (CP).

Setiap orang juga menurut Berne memiliki sikap orang dewasa umumnya

pragmatis dan realitas. Mengambil kesimpulan, keputusan berdasarkan fakta-fakta

Page 49: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

35

yang ada. Suka bertanya, mencari atau menunjukkan fakta-fakta, bersifat rasional

dan tidak emosional. Bersifat objektif dan sebagainya.

Sikap lain yang dimiliki juga adalah sikap anak-anak. Dibedakan antara

natural child (NC) yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal, kreatif,

memberontak. Sebaliknya yang bersifat adapted child (AC) adalah mengeluh,

ngambek, suka pamer, bermanja diri.

Berne juga mengemukkan terdapat beberapa faktor yang menghambat

terlaksananya transaksi antarpribadi, atau keseimbangan ego sebagai sikap yang

dimiliki seseorang itu. Terdapat dua hambatan utama yaitu : pertama kontaminasi

(contamination). Kontaminasi merupakan pengaruh yang kuat dari salah satu

sikap atau lebih terhadap seseorang sehingga orang itu “berkurang”

keseimbangannya. Gambar berikut memperlihatkan keadaan “terganggunya”

keseimbangan itu.

Gambar 2.1

Keadaan kontaminasi ego status

P

A

A

C

P

A

C

P P

A

C

C

Gambar 2.1 Gambar 2.1a Gambar 2.1b Gambar 2.1c

Keterangan: P = Parents (orangtua)

A = Adult (dewasa)

C = Child (anak-anak)

Page 50: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

36

Gambar diatas memperlihatkan bahwa telah terjadi ada tidaknya pengaruh

masing-masing ego terhadap yang lain. Pada gambar 2.1 terlihat bahwa ketiga ego

status itu berdiri sendiri-sendiri tidak saling mempengaruhi. Pada gambar 2.1a

sikap dewasa dipengaruhi oleh sikap orangtua; dan gambar 2.1b sikap dewasa

yang dipengaruhi sikap anak-anak. Dan gambar 2.1c sikap dewasa yang

dipengaruhi oleh sikap orang tua dan anak-anak.

Kedua, adalah eksklusif; adalah penguasaan salah satu sikap atau lebih

terlalu lama pada diri seseorang. Misalnya sikap orang tua yang sangat

mempengaruhi seseorang dalam satu waktu yang lama sehingga orang itu terus

menerus memberikan nasihat, melarang perbuatan tertentu, mendorong dan

menghardik. Atau sikap kekanak-kanakan yang terus ngambek atau manja.

Yang paling penting dalam kajian analisis transaksi ini adalah bagaimana

terjadinya proses itu dengan orang lain.

Berne mengajukan tiga jenis transaksi antarpribadi yaitu: transaksi

komplementer, transaksi silang dan transaksi tersembunyi.

Pertama, transaksi komplementer; jenis transaksi ini merupakan jenis

terbaik dalam komunikasi antarpribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap

pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain

meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda.

Page 51: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

37

Gambar 2.2

Model transaksi komplementer

P

A

C

P

A

C

P

A

C

P

A

C

P

A

C

P

A

C

gambar 2.2.1 gambar 2.2.2 gambar 2.2.3

Keterangan :

Gambar 2.2.1 menunjukkan transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang

sama, sikap orang tua. Gambar 2.2.2 menunjukkan transaksi komplementer terjadi

antara dua sikap yang sama, sikap dewasa. Dan gambar 2.2.3 menunjukkan

transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua

sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak.

Komunikasi antarpribadi dapat dilanjutkan manakala terjadi transaksi yang

bersifat komplementer karena diantara mereka dapat memahami pesan yang sama

dalam suatu makna. Kedua, transaksi silang; terjadi mankala pesan yang

dikirimkan komunikator tidak mendapat respons sewajarnya dari komunikan.

Gambar 2.3

Model transaksi silang

P P

A A

C C

gambar 2.3.1 gambar 2.3.2 gambar 2.3.3

P

A

P

A

C

P

A

C

A

C

P

C

Page 52: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

38

Keterangan :

Gambar 2.3.1 menunjukkan transaksi silang terjadi antara sikap orang tua dengan

sikap anak-anak. Gambar 2.3.2 menunjukkan transaksi silang terjadi antara sikap

dewasa dengan sikap anak-anak dan gambar 2.3.3 menunjukkan transaksi silang

terjadi antara sikap anak-anak dengan orangtua.

Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antarpribadi

karena kesalahan dalam memberikan makna pesan. Ketiga, transaksi tersembunyi;

terjadi manakala terjadi campuran beberapa sikap diantara komunikator dengan

komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap

tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain

oleh si penerima.

Gambar 2.3.3

Model transaksi tersembunyi angular

P P

A

C

A

C

Bentuk-bentuk transaksi tersembunyi bisa terjadi, jika ada 3 atau 4 sikap

dasar dari mereka yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi namun yang

diungkapkan hanya 2 sikap saja (lihat dalam komplementer dan menyilang),

sedangkan 1 atau 2 lainnya tersembunyi.

Jika terjadi sikap dasar sedangkan yang lainnya disembunyikan maka

transaksi itu disebut transaksi tersembunyi 1 segi (angular). Kalau yang terjadi ada

Page 53: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

39

4 sikap dasar dari yang disembunyikan 2 sikap dasar disebut dengan dupleks

(Liliweri, 1994:163-167).

2.4 Pengertian Muallaf

Adapun pengertian muallaf dalam buku Fiqh Islam, H. Sulaiman Rasjid

(2003:211) berbeda-beda menurut beberapa mazhab, yaitu :

- Mazhab Hanafi, muallaf : mereka tidak diberi zakat lagi sejak masa khalifah

pertama.

- Mazhab Maliki, muallaf : sebagian mengatakan bahwa orang kafir yang ada

harapan untuk masuk agama Islam. Sebagian yang lain mengatakan bahwa

orang yang baru memeluk agama Islam.

- Mazhab Hambali, muallaf : orang yang mempunyai pengaruh di

sekelilingnya, sedangkan ia ada harapan masuk Islam, ditakuti kejahatannya,

orang Islam yang ada harapan imannya akan bertambah teguh, atau ada

harapan orang lain akan masuk Islam karena pengaruhnya.

- Mazhab Syafii, muallaf : ada empat macam :

a. Orang yang baru masuk Islam, sedangkan imannya belum teguh.

b. Orang Islam yang berpengaruh dalam kaumnya, dan kita berpengharapan

kalau ia diberi zakat, maka orang lain dari kaumnya akan masuk Islam.

c. Orang Islam yang berpengaruh terhadap kafir. Kalau dia diberi zakat, kita

akan terpelihara dari kejahatan kafir yang dibawah pengaruhnya.

d. Orang yang menolak kejahatan orang yang anti zakat.

Page 54: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Metode Penelitian

Metode adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk

mendekati problem dan mencari jawaban (Mulyana, 2003:145). Metode penelitian

sebagai suatu metode ilmiah tidak harus menggunakan analisis statistik terhadap

data yang ditemukan, metode ilmiah adalah metode penelitian yang digunakan

secara ilmiah dan penelitian tersebut bisa berbentuk deskriptif, eksperimental,

kuantitatif, kualitatif, kritis, analitis, historis, fenomenologis, dan lain-lain.

Bogdan dan Taylor (Moleong, 2004: 3) mendefinisikan metodologi

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang

berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu

tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan

individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu

memandangnya sebagai bagian dari keutuhan.

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan

bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial

yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam

kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam

bahasanya dan dalam peristilahannya.

Page 55: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

41

Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif tidak bertujuan

menguji hipotesis atau merinci atau menelaah variabel-variabel. Masalah

penelitian coba diungkap secara komprehensif dan holistik, dengan menggunakan

berbagai sumber. Peneliti kualitatif dituntut untuk sabar dan tekun memasuki

dunia kehidupan para subjek yang diteliti, mendengarkannya, mencatatnya,

menemukan maknanya menurut pandangan mereka, serta menginterpretasikannya

berdasarkan konteks yang mengitarinya.

Penelitian kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif. Mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara dan hasil penelitiannya di sepakati oleh kedua belah pihak: peneliti dan subjek penelitian (Moleong, 2004: 27).

Perbedaan pendekatan yang dilakukan dalam meneliti sebuah permasalahan

bukanlah perbedaan yang harus dicari siapa yang paling benar atau siapa yang

paling ilmiah. Deddy Mulyana mengatakan dalam disiplin ilmu sosial, orang-

orang di dunia lain telah mengembangkan dan menerapkan berbagai perspektif

yang mungkin jarang kita dengar seperti pendekatan semiotik, hermeneutik,

naturalistik, feminis, studi budaya, pendekatan pasca struktural, pendekatan

modernisme, pendekatan pasca kolonial, dan sebagainya. Sebagian perspektif

lama yang trend kembali, tetapi kita masih saja berkutat dengan memperdebatkan

antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Maka muncullah komentar-komentar

yang tidak produktif seperti “metode kualitatif tidak ilmiah atau metode

kuantitatif kering atau membosankan” (Mulyana, 2001: xiv).

Page 56: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

42

Dalam penelitian kualitatif, realitas dipandang sebagai suatu kesatuan yang

utuh, memiliki dimensi yang banyak namun bisa berubah-ubah, hal ini berakibat

pada penelitian tidak disusun secara detail seperti lazimnya suatu penelitian.

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif yang melihat

kondisi dari suatu fenomena. Pendekatan ini bertujuan memperoleh pemahaman

dan menggambarkan realitas yang kompleks seperti telah dijelaskan di atas.

Metode ini dipilih karena selain tidak menggunkan angka-angka statistik, penulis

ingin dalam penelitian ini dapat menjelaskan kegiatan komunikasi persona

seorang muallaf dalam membina hubungan baik dengan keluarga secara lebih

mendalam. Di mana hasil yang diperoleh dari penelitian ini akan sangat akurat

karena proses yang dilakukan selama penelitian ini berlangsung mengandalkan

peneliti sebagai instrumen penelitiannya dengan kata lain peneliti mempunyai hak

untuk mengatur jalannya penelitian seperti yang diinginkan.

3.1.1 Karakteristik Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik yang berbeda dengan penelitian

kenatitaif. Berikut ini adalah karakterisitik yang diungkapkan oleh Guba &

Lincoln serta Bogdan & Biklen, yaitu sebagai berikut :

1. Latar Alamiah

Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah pada konteks

suatu keutuhan (entity). Hal ini dilakukan karena ontology alamiah menghendaki

adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika

Page 57: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

43

dipisahkan dari konteksnya. Ada beberapa asumsi dasar dari konteks tersebut,

antara lain :

a. Tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat.

b. Konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu pertemuan

mempunyai arti bagi konteks lainnya.

c. Sebagian struktur nilai kontekstual bersifat determinatis terhadap apa yang

akan dicari.

(Lincoln dan Guba dalam Moleong, 2004:4)

2. Manusia sebagai alat (instrumen)

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain

merupakan alat pengumpul data yang utama. Hal ini dilakukan, karena jika

memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkannya terlebih dahulu

sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik. Selain itu “manusia

sebagai alat” sajalah yang dapat berhubungan secara langsung dengan responden

dan hanya manusia yang mampu memahami kenyataan yang terjadi di lapangan

serta berperan serta pada pengumpulan data melalui penelitian berperan serta.

3. Metode Kualitatif

Metode ini digunakan karena metode ini lebih mudah bila berhadapan

langsung dengan kenyataan, selain itu metode ini lebih peka terhadap pola-pola

nilai yang dihadapi.

Page 58: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

44

4. Analisis data induktif

Dengan analisis data seperti ini, akan lebih dapat menguraikan secara penuh

mengenai data-data yang diperoleh serta dapat membuat keputusan-keputusan

tentang dapat atau tidaknya pengalihan kepada latar yang lainnya.

5. Teori dasar

Penelitian ini menghendaki adanya arah bimbingan penyusunan teori

substansif yang berasal dari data. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara

lain:

a. Tidak ada teori apriori yang dapat mencakupi kenyataan-kenyataan ganda

yang mungkin di hadapi.

b. Penelitian ini mempercayai apa yang dilihat sehingga berusaha untuk sejauh

mungkin menjadi netral.

c. Teori dari dasar lebih dapat responsif terhadap nilai-nilai kontekstual

(Moleong, 2004 : 6).

Analisis ini lebih merupakan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah

dikumpulkan, kemudian dikelompokkan. Jika peneliti merencanakan untuk

menyusun teori, arah penyususunan teori tersebut akan menjadi jelas sesudah data

dikumpulkan.

6. Deskriptif

karena metode yang digunakan adalah kualitatif, maka data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Data diperoleh

melalui wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen-dokumen, dan lain-lain.

Semua data yang terkumpul menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan

Page 59: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

45

demikian, laporan akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran

laporan tersebut.

7. Lebih mementingkan proses dari pada hasil

Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan

jauh lebih jelas jika daiamati dalam proses.

8. Adanya “batas” yang ditentukan oleh “fokus”

Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitian atas dasar

focus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Alasannya, penetapan fokus

dapat lebih dekat dihubungkan oleh interaksi antara peneliti dan fokus.

9. Adanya Kriteria khusus untuk keabsahan data

Penelitian ini mendefinisikan validitas, reliabilitas dan objektivitas dalam

versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik.

10. Desain yang bersifat sementara.

Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan

dengan keadaan yang terjadi di lapangan. Jadi, tidak menggunakan desain yang

tersusun secara ketat dan tidak dapat dirubah lagi karena apa yang akan terjadi di

lapangan tidak dapat diramalkan sebelumya oleh peneliti.

11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama

Penelitian ini mengharapkan adanya hasil penelitian yang dirundingkkan dan

disepakati bersama untuk dijadikan sebagai sumber data. Karena hasil penelitian

ini bergantung pada hakikat dan kualitas hubungan antara pencari dengan yang

dicari.

Page 60: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

46

3.2 Metode Penelitian Studi Kasus

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dimana secara umum,

studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu

penelitian berkenaan dengan “how” atau “why” (Yin, 2003:31). Selain itu studi

kasus ini juga menyediakan peluang untuk menerapkan prinsip umum terhadap

situasi-situasi spesifik atau contoh-contoh. Tujuannya adalah untuk menelaah

sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Singkatnya, studi kasus

memungkinkan peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik dan

bermakna dari peristiwa-peristiwa kehidupan nyata.

Menurut Mulyana, “studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif

mengenai berbagai aspek individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas),

suatu program, atau situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah

sejumlah kecil variabel dan memilih suatu sample besar yang mewakili populasi,

peneliti secara seksama mengkaji sejumlah besar variabel mengenai suatu kasus”

(Mulyana, 2002:201)

Jadi alih-alih menelaah sejumlah kecil variabel dan memilih suatu sample

besar yang mewakili populasi, peneliti secara seksama dan dengan berbagai cara

mengkaji sejumlah besar variabel mengenai suatu kasus khusus. Dengan

mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau suatu

kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam

mengenai subjek yang diteliti.

“Studi kasus adalah eksplorasi tentang “system terbatas” (bounded system)

atau satu kasus (bisa juga beberapa kasus), secara rinci setelah melewati waktu

Page 61: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

47

tertentu, melalui pengumpulan data secara mendalam yang berasal dari berbagai

sumber informasi” (Hasbiansyah, 2004:214). Bounded System adalah terikat

waktu dan tempat tertentu mengenai suatu kasus. Kasus yang dipelajari bisa

dibatasi berupa suatu program, peristiwa, kegiatan, atau sejulah individu. Sumber

informasi yang dapat digunakan, menurut Yin (2003) adalah dokumentasi,

catatan arsip, wawancara, observasi langsung, observasi partisipan, dan artifak

fisik.

Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk menelaah sebanyak mungkin data

mengenai subjek yang diteliti. Pendekatan studi kasus menyediakan peluang

untuk menerapkan prinsip umum terhadap situasi spesifik atau contoh-contoh,

yang disebut kasus-kasus. Salah satu studi kasus yang lazim adalah menegenai

individu yang datanya diperoleh melalui metode sejarah hidup yang dilengkapi

dengan metode lain.

Sebagai suatu metode penelitian kualitatif, studi kasus memiliki beberapa

keuntungan, yaitu sebagai berikut :

1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi peneliti ernik, yakni menyajikan

pandangan subjek yang diteliti.

2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang

dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara

peneliti dengan responden.

Page 62: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

48

4. Studi kasus memungkinkan pembaca menemukan konsistensi internal yang

tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga

kepercayaan.

5. studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas

transferabilitas.

6. studi kasus terbuka bagi penilaian konteks yang turut berperan bagi

pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

(Mulyana, 2002 :201-202).

3.3 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain penelitian studi kasus

tunggal. “Desain penelitian adalah logika keterkaitan antara data yang harus

dikumpulkan (dan kesimpulan-kesimpulan yang akan dihasilkan) dari

pernyataan awal suatu penelitian. Desain penelitian berkenaan dengan problem

atas dasar logika dan bukan problem atas dasar logistik.

3.3.1 Komponen Desain Penelitian

Dalam desain studi kasus yang diungkapkan oleh Yin (2003), ada lima

komponen desain penelitian yang sangat penting dan pengkajiannya adalah

sebagai berikut :

1. Pertanyaan-pertanyaan penelitian

Berkenaan dengan bentuk pertanyaan yang akan disajikan, antara lain bentuk

“siapa”, “apa”, “dimana”, ”bagaimana” dan “mengapa”.

Page 63: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

49

2. Proposisi

Setiap proposisi mengarahkan perhatian peneliti kepada suatu yang harus

diselidiki dalam ruang lingkup studinya. Bentuk pertanyaan seperti “bagaimana”

atau “mengapa”, akan mengarahkan anda kepada study kasus sebagai strategi

yang cocok.

3 Unit-unit analisis

Komponen ini secara fundamental berkaitan dengan masalah penentuan apa

yang dimaksud dengan “kasus” dalam penelitian yang bersangkutan.

4. Logika yang mengaitkan data dengan dengan proposisi tersebut

Pengaitan data terhadap proposisi dapat dilakukan dengan banyak cara, tetapi

tidak satu pun yang terdefinisikan dengan tepat.

5. Kriteria untuk menginterpretasikan temuan penelitian

Temuan-temuan penelitian adalah harus sesuai dengan proposisi yang telah

dideskripsikan.

3.3.2 Desain Khusus

terdapat tiga rasional yang menunjukkan dasain kasus tunggal dapat

digunakan dalam pengumpulan data, yaitu :

1. Rasional yang pertama kasus tunggal adalah manakala kasus tersebut

menyatakan kasus penting dalam menguji satu teori yang telah disusun

dengan baik. Kasus tunggal tersebut kemudian bisa digunakan untuk

menetukan apakah proposisi teori yang digunakan benar, atau ada penjelasan

lain yang lebih relevan. Kasus tunggal juga dapat mengetengahkan suatu

Page 64: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

50

kontribusi yang signifikan kepada pembangunan pengetahuan dan teori.

Penelitian semacam itu bahkan bisa membantu untuk memfokuskan kembali

penelitian di lapangan secara menyeluruh.

2. Rasional kedua untuk studi kasus tunggal ialah jika kasus tersebut menyajikan

suatu kasus yang ekstrem atau unik.

3. Rasional yang ketiga untuk studi kasus tunggal adalah kasus penyingkapan

situasi ini muncul manakala peneliti mempunyai kesempatan untuk

mengamati dan menganailisis suatu fenomena yang tidak mengizinkan adanya

penelitian ilmiah.

Desain studi kasus tunggal menuntut peneliti untuk berhati-hati dalam

memberikan penafsiran dan juga memaksimalkan akses yang diperlukan untuk

pengumpulan bukti kasus yang bersangkutan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa langkah untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan, antara lain:

1. Wawancara mendalam (depth interview)

Salah satu cara mengumpulkan data pada penelitian ini adalah melakukan

wawancara dengan subjek penelitian atau dengan Leo sebagai seorang muallaf.

Metode wawancara yang digunakan penulis adalah wawancara mendalam, yaitu

bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu mengenai informasi dari

sasaran penelitian.

Page 65: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

51

Wawancara mendalam dilakukan secara intim, di mana penulis berusaha

mengetahui diri psikologis dan dunia sosial subjek penelitian secara mendalam.

Penulis berusaha untuk mendapatkan data mengenai riwayat hidup dan aktivitas

Leo sebagai seorang muallaf dalam membina hubungan baik dengan keluarganya.

Tidak hanya itu, penulis juga melakukan wawancara dengan keluarganya untuk

mendapatkan informasi yang lebih jelas dan sekaligus melakukan kroscek hasil

wawancara dengan subjek terkait.

Wawancara tidak dibagi ke dalam tahapan-tahapan khusus, peneliti

melakukan wawancara ini seperti layaknya mengobrol biasa. Pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan oleh penulis adalah seputar permasalahan topik yang

akan dibahas seperti bagaimana kegiatan komunikasi persona Leo sebagai seorang

muallaf dalam membina hubungan baik dengan keluarganya, termasuk

didalamnya proses komunikasi intrapersonal yang terjadi dalam diri Leo ketika

dia mempertimbangkan untuk berpindah agama.

2. Pengamatan berperan serta/observasi

Dalam skripsi ini peneliti menggunakan metode observasi peserta

(participant observation). Alasan digunakan observasi peserta ini karena peneliti

ingin mengamati peristiwa secara mendalam tanpa harus menyederhanakan

representasi peristiwa yang sebenarnya terjadi.

Langkah ini merupakan ciri khas dari penelitian kualitatif, karena penulislah

yang menentukan skenario penelitian secara keseluruhan. Pengamatan berperan

serta (observasi) ini dilakukan peneliti untuk mengetahui bagaimana kegiatan

Page 66: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

52

komunikasi persona Leo sebagai seorang muallaf dalam membina hubungan baik

dengan keluarga.

Observasi ini dilakukan ketika peneliti berkunjung ke tempat tinggal Leo,

walaupun hanya beberapa kali (karena jarak dan kesibukan Leo serta keluarganya)

tetapi penulis dapat melakukan observasi ini dengan baik tanpa kendala yang

berarti, hal ini terjadi karena didukung oleh sikap keluarga Leo yang kooperatif

terhadap penulis.

3. Kepustakaan

Penulis menggunakan teknik pengambilan data berdasarkan referensi buku-

buku, menelaah teori-teori yang digunakan seperti teori mengenai komunikasi

persona, teori hubungan antarmanusia, serta pokok-pokok pikiran yang terdapat

dalam berbagai media yang relevan dengan masalah yang diteliti oleh penulis.

Referensi buku-buku tersebut penulis dapatkan dari kepunyaan penulis

sendiri, perpustakaan, dari teman-teman sampai pada taman bacaan yang

menyewakan buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian tersebut, dan

searching di internet. Selain itu penulis juga melihat penelitian-penelitian yang

telah dilakukan oleh orang-orang sebelum penulis sebagai rujukan agar penelitian

yang dilakukan oleh penulis bisa terlaksana dengan baik.

3.5 Tahap-tahap Penelitian

Usaha mempelajari penelitian kualitatif tidak terlepas dari usaha mengenal

tahap-tahap penelitian. Tahap-tahap penelitian kualitatif dengan salah satu ciri

pokoknya sebagai alat penelitian menjadi berbeda-beda dengan tahap penelitian

Page 67: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

53

non kualitatif. Khususnya analisis data ciri khasnya sudah dimulai sejak awal

pengumpulan data. “Hal itu sangat membedakannya dengan pendekatan yang

menggunakan eksperimen” (Moleong, 2004: 85).

Pada tahap-tahap penelitian ini memberikan gambaran kepada penulis

mengenai keseluruhan perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis dan

penafsiran data serta penulisan laporan dalam meneliti masalah yang ingin

diketahui penulis.

Tahap-tahap penelitian kualitatif ini dibagi kedalam tahap-tahap, yaitu:

1. Tahap pra lapangan

Tahap ini menguraikan kegiatan yang berkaitan dengan persiapan yang

dibutuhkan penulis sebelum terjun ke lapangan, antara lain:

a. Menyusun rancangan penelitian. Terdiri dari merancang latar belakang dan

alasan penelitian serta mengkaji bahan-bahan kepustakaan yang menghasilkan

pokok-pokok permasalahan. Pada hal ini peneliti melihat adanya perbedaan

dari kehidupan Leo sebagai seorang muallaf, dimana dia dapat membina

hubungan baik dengan keluarganya walaupun hanya dia yang berbeda agama

di keluarganya. Hal ini dinilai unik karena fenomena yang biasa terjadi adalah

seorang muallaf pasti mengalami konflik dengan keluarganya.

b. Memilih lapangan penelitian. Dengan cara menjajaki dan memahami lapangan

untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di

lapangan. Peneliti menetapkan satu tempat penelitian saja karena subjek

penelitian itu melakukan kegiatan komunikasi persona dalam membina

Page 68: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

54

hubungan baik dengan keluarga yang berarti tempat penelitian dilakukan

beberapa kali di tempat tinggalnya.

c. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan. Hal ini dimaksudkan agar peneliti

mempunyai gambaran mengenai tempat dan pribadi orang tersebut lalu

mempersiapkan diri baik fisik maupun mental serta apa-apa yang dibutuhkan

agar memudahkan pada saat penelitian berlangsung.

d. Memilih dan memanfaatkan informan. Informan adalah orang dalam pada

latar penelitian. Informan adalah orang yang dipilih dan dimanfaatkan untuk

memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian serta

memberikan gambaran atau pandangan dari orang lain tentang nilai-nilai,

sikap, dan lain-lain yang menjadi latar belakang seorang Leo yang

memutuskan untuk menjadi seorang muallaf. Sebagai informan yang dipilih

adalah keluarganya, yaitu orang tua dan kedua adik perempuannya.

e. Menyiapkan perlengkapan penelitian. Terakhir penulis menyiapkan alat dan

perlengkapan yang menunjang penelitian seperti alat tulis, buku catatan dan

jika memungkinkan menyediakan pula tape recorder dan kamera foto. Tapi

karena permintaan Leo yang tidak menginginkan identitas dirinya dan

keluarganya diketahui orang karena alasan tertentu, maka penulis hanya bisa

mengandalkan daya ingat saja. Konsekuensinya sehabis melakukan

wawancara atau observasi, penulis harus dengan segera memindahkan seluruh

rangkaian kejadian itu kedalam catatan agar tidak lupa.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap ini terdiri dari beberapa bagian di antaranya, yaitu:

Page 69: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

55

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri. Dalam hal ini peneliti pun harus

tahu menempatkan diri, mengenal adanya latar terbuka dan latar tertutup dari

subjek penelitian. Pada kesempatan ini peneliti mengadakan penelitian di

tempat tinggal Leo pada latar tertutup. Latar ini memiliki ciri antara lain:

orang yang menjadi subjek perlu diamati secara teliti dan wawancara secara

mendalam. Peneliti memperhatikan penampilan sesuai dengan kebiasaan, adat,

tata cara, dan kultur subjek penelitian. Selain itu, penulis juga harus

menyesuaikan penampilannya dengan tata cara, adat, dan kebiasaan yang

berlaku di tempat tinggal Leo. Peneliti juga harus menjalin hubungan baik

dengan subjek penelitian agar dapat bekerja sama dengan saling bertukar

informasi, tetapi tetap selektif dalam membedakan mana informasi yang

diperlukan dan tahu menghindari sesuatu yang dapat mempengaruhi data.

Sedangkan pada latar terbuka menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong

2004: 94). Latar terbuka terdapat di lapangan umum seperti tempat berpidato,

orang berkumpul di taman, toko, bioskop dan ruang tunggu rumah sakit. Pada

latar demikian peneliti barangkali hanya akan mengandalkan pengamatan dan

kurang sekali mengadakan wawancara.

Untuk latar terbuka ini, peneliti melakukan pengamatan dan wawancara

dengan cara mengajak Leo untuk hangout dan biasanya wawancara dilakukan di

cafe. Hal ini dilakukan agar pengamatan dan wawancara yang hendak dilakukan

oleh penulis tidak terlalu serius dan akhirnya data bisa didapatkan lewat obrolan

santai tanpa keadaan yang kaku dan serius dalam obrolan tersebut.

Page 70: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

56

b. Memasuki lapangan. Pada saat memasuki lapangan, penulis tidak terlalu

mendapatkan kesulitan untuk melakukan pengamatan, akan tetapi ada sedikit

kekhawatiran penulis yaitu jika keluarga Leo tidak welcome dan tidak

bersikap kooperatif terhadap penulis.

Cukup banyak uang yang dikeluarkan penulis untuk mendapatkan data dari

Leo. Itu karena jarak antara penulis (tinggal di Bandung) dan Leo di Jakarta.

Karena waktu luang yang dimiliki Leo tidak banyak, tidak jarang penulis

melakukan percakapan melalui telepon dan e-mail bila ada data yang dirasa

kurang oleh penulis. Dalam penulisan skripsi ini, penulis membutuhkan waktu

sekitar enam bulan, terhitung dari akhir bulan November sampai awal bulan mei

untuk mendapatkan data. Mulai dari pra riset sampai akhirnya masuk lapangan

untuk wawancara dan observasi langsung kepada Leo.

3. Tahap analisis data

Pada tahap ini pertama peneliti akan mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar,

memberi arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan

mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. Setelah mengadakan

pengamatan, wawancara secara mendalam kepada Leo sebagai subjek penelitian,

data-data yang diperoleh di kumpulkan dan dianalisis secara langsung. Kemudian

peneliti membuat kesimpulan sementara dengan membaca secara teliti catatan

lapangan, memberi kode pada pembicaraan tertentu pada saat wawancara dengan

Leo kemudian menyusun tipologi yaitu membuat catatan tentang bagaimana

subjek penelitian melakukan kegiatan komunikasi persona dalam membina

Page 71: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

57

hubungan baik dengan keluarga, lalu membaca kepustakaan yang ada kaitannya

dengan penelitian yaitu mengenai komunikasi intrapersonal yang ditinjau dari

proses berpikirnya dan komunikasi antarpersona ditinjau dari komunikasi yang

efektif dari Devito, serta teori-teori yang digunakan untuk mengkaji kegiatan

komunikasi persona tersebut.

Yang terakhir adalah menganalisis sesuai dengan data yang didapatkan. Data

tersebut diperoleh pada saat mengadakan pengamatan dan wawancara kepada

Leo. Semua itu dilakukan agar mendapatkan hasil analisis sesuai seperti yang

diharapkan.

3.6 Proses Analisa Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif,

yang hasilnya berupa laporan yang bersifat deskriptif (Nasution, 1991:128). “studi

deskriptif relevan terutama untuk mengukur sacara cermat fenomena sosial

tertentu seperti yang tampil dalam pernyataan ungkapan atau pemikiran individu

atau kelompok dalam suatu komunitas, terutama untuk mengmbangkan konsep

dan menghimpun fakta, meskipun tidak melakukan pengujian hipotesa”

(Singarimbun dalam Himawan, 1999:25).

Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar.

Moleong mendefinisikan analisis data adalah “proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

Page 72: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

58

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh

data” (Moleong, 2004:103).

Dalam penelitian ini, penulis berpatokan pada pendapat Matthew B. Miles

(Herawaty, 2001) yang membagi analisis data menjadi tiga alur kegiatan yang

terjadi pada saat bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan

kesimpulan atau verifikasi, yang didalamnya tidak dalam bentuk angka tapi

berupa kata-kata yang dideskripsikan. Tiga alur kegiatan yang terjadi dalam

analisis data diuraikan sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Peneliti memilih data yang dibutuhkan dan membuang data yang tidak

diperlukan sehingga memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan.

2. Penyajian Data

Peneliti menyusun data yang sudah direduksi dengan baik agar memudahkan

peneliti untuk membacanya.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan data yang telah direduksi,

kesimpulan ini merupakan temuan penelitian.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber, yaitu hasil wawancara, dokumen-dokumen pendukung

(literature), serta gambar atau foto. Setelah di baca atau dipelajari, langkah

berikutnya adalah melakukan reduksi data, yaitu “usaha untuk merangkum

data, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting

serta tema atau polanya” (Nasution, 1991:128-129). Langkah selanjutnya

Page 73: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

59

adalah menyusunnya dalam satuan-satuan, kemudian dikategorisasikan.

“tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.

Setelah selesai tahap ini, mulailah tahap penafsiran data” (Moleong,

2004:190).

Page 74: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

60

BAB IV

SUBJEK PENELITIAN

4.1 Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Leo yang

merupakan seorang muallaf. Alasan mengapa Leo yang menjadi sasaran

penelitian karena Leo adalah seorang muallaf yang mampu membina hubungan

baik dengan keluarganya melalui kegiatan komunikasi persona, apa yang terjadi

pada kehidupan Leo sebagai seorang muallaf berbeda dengan fenomena yang

terjadi pada kehidupan seorang muallaf pada umumnya yaitu terjadi konflik dalam

keluarga. Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan melihat

kegiatan komunikasi persona Leo dalam membina hubungan baik dengan

keluarganya..

Alasan lain tidak dipilihnya muallaf selain Leo adalah karena jarang sekali

ada muallaf lain yang mau menceritakan kehidupan pribadinya kepada orang yang

baru dikenalnya apalagi untuk keperluan penelitian. Selain itu juga butuh waktu

yang lama untuk melakukan pendekatan agar bisa mengetahui bagaimana

kehidupan Leo sebagai seorang muallaf, termasuk didalamnya bagaimana

kegiatan komunikasi persona yang dilakukan Leo dalam membina hubungan baik

dengan keluarganya. Maka dari itulah penulis memilih Leo sebagai sumber karena

selain sebagai teman walaupun hubungannya tidak terlalu dekat, penulis juga bisa

mendapatkan data dengan sangat detail. Hal ini disebabkan karena sifat Leo yang

kooperatif kepada penulis.

Page 75: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

61

Awalnya penulis melakukan observasi untuk mencari muallaf sebagai

sumber, akan tetapi beberapa muallaf yang pernah penulis temui dan penulis

minta untuk menjadi sumber penelitian menolak karena berbagai alasan, apalagi

yang berkaitan dengan keluarga. Pada saat itu penulis mulai mencari informasi

kepada orang-orang yang penulis kenal sampai pada akhirnya ada seorang teman

yang memberitahu bahwa dia memiliki teman yang pacarnya seorang muallaf.

maka otomatis penulis mencari informasi lebih dalam tentang keberadaan muallaf

tersebut. Setelah banyak bertanya, akhirnya penulis mendapatkan informasi dari

teman penulis tersebut. Setelah mengetahui informasi tersebut, penulis lantas

mencoba melakukan pendekatan yang lebih personal agar dia bersedia dijadikan

sebagai subjek penelitian.

Pada saat pertama kali mengkonfirmasi judul skripsi penulis kepada Leo,

dia tidak lantas setuju jika akan dijadikan sebagai subjek penelitian karena

namanya tercantum dalam judul skripsi, setelah penulis konsultasikan kepada

dosen pembimbing dan akhirnya judul dapat diganti tanpa merubah arah

penelitian, akhirnya Leo bersedia untuk dijadikan subjek penelitian asal tidak ada

identitas lengkap dari Leo dan keluarganya dalam skripsi penulis (Wawancara

dengan Leo, 27 Desember 2005).

Akhirnya setelah mendapatkan lampu hijau dari Leo, penulis pun

mengkhususkan pada satu orang muallaf saja untuk menjadi subjek penelitian, hal

itu karena Leo telah memenuhi syarat untuk menjadi narasumber.

Page 76: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

62

4.2 Latar Belakang Keluarga

Leo adalah anak pertama dari tiga bersaudara, Leo tinggal bersama orangtua

dan kedua adik perempuannya di daerah Bekasi. Saat ini Leo sedang

menyelesaikan kuliahnya di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta dan juga

bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta yang bergerak dalam

bidang telekomunikasi data.

Leo dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis, keluarga Leo

adalah penganut Katholik yang taat. Ayahnya S. Bere adalah seorang pegawai

negeri dan Ibunya Wahyuni seorang ibu rumah tangga. Didikan orang tua Leo

terhadap anak-anaknya cukup keras, terutama ayahnya.

“Kalau didikan ortu sih keras, terutama bokap. Mungkin karena bokap dari Atambua, NTT (perbatasan RI dengan Timor Timur), kalau nyokap dari Solo. Tapi dari kecil gue enggak pernah dilarang-larang buat ini itu, dibebasin aja. Cuma kalau ada sesuatu yang enggak beres biasanya nyokap ngomong (kalau gak bisa diomongin karena gue-nya tetap bandel ya dicubit) kalau bokap langsung main tangan. Itu berlangsung sampai gue SMP. Setelah SMA nyokap engggak pernah nyubit gue lagi. Kalo bokap sampe umur gue 17 tahun, setelah itu enggak pernah main tangan lagi” (Wawancara, 22 Januari 2006).

Dengan didikan yang keras tidak lantas membuat Leo menjadi anak yang

tidak patuh. Sebagai anak laki-laki, sejak kecil Leo sudah diajarkan tanggung

jawab oleh kedua orangtuanya. Bentuk dari tanggung jawab Leo adalah

memegang kepercayaan yang telah diberikan orang tua.

“Bokap keras banget dalam hal-hal pribadi sebagai cowok, intinya gue tuh enggak boleh sembarangan jadi cowok, gue punya adik cewek dua, jadi kalau gue kasar sedikit aja sama mereka bokap udah marah banget. Yang gue dapat dari bokap, cowok itu harus lembut sama cewek enggak boleh kasar. Dari situ gue tau kalo bokap itu lembut juga perasaannya. Jadi cowok itu harus punya prinsip, engggak boleh plin-plan dan karena bokap itu dari kecil udah ngerantau ke Jakarta, bokap tegas banget kalau gue meminta sesuatu” (Wawancara, 22 Januari 2006).

Page 77: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

63

Walaupun didikan orang tua Leo cukup keras dan disiplin, Leo tidak merasa

berkecil hati atas perlakuan orangtuanya, sebaliknya Leo justru merasa bahagia

karena dibalik didikan yang keras itu orangtuanya memberikan Leo kebebasan

sebagai bentuk tanggung jawab Leo, dia tidak pernah diberi batasan untuk

melakukan apapun.

“Kalau elu tanya gue bahagia atau senang punya ortu seperti mereka gue akan bilang Ya!! Soalnya gue kadang secara enggak langsung bandingin ortu gue dengan ortu temen-temen gue. Gue enggak pernah dilarang kemana-mana, enggak pernah dilarang buat ngapa-ngapain, enggak pernah dilarang-larang buat milih-milih temen. Ada beberapa hal yang masih gue pegang dari omongan mereka sampai sekarang, misal: kalau gue ijin mau pergi-pergi ke puncak atau jalan-jalan kemana gitu sama teman-teman gue, mereka cuma bilang hati-hati dan jangan macem-macem, walaupun teman-teman main gue enggak semuanya benar, mereka bilang temenan boleh sama siapa aja, tiap orang punya sisi baik dan buruk bahkan yang paling bandel sekalipun. Ambil baik-baiknya dan jangan ikutin yang buruk-buruknya” (Wawancara, 22 Januari 2006).

Hubungan Leo dengan kedua adik perempuannya pun cukup baik, sebagai

kakak tertua Leo sangat menjaga kedua adik perempuannya. Walaupun Leo anak

lelaki satu-satunya, tidak membuat Leo bertindak seenaknya terhadap kedua adik

perempuannya tetapi sebaliknya, Leo cukup dekat dengan mereka.

“Kalo adik-adik gue cewek semua dan gue lumayan dekat sama mereka, mereka baik-baik semua ke gue, pokoknya asik aja deh punya adik kayak mereka, karena gue doyan banget baca buku, mereka juga doyan. Kalo sama adik gue yang pertama, cuma beda 2 tahun tapi sama adik gue yang kedua gue beda 14 thn, jauh banget.. Tapi dia paling nurut ma gue” (Wawancara, 22 Januari 2006).

4.3 Latar Belakang Menjadi Muallaf

Bagi Leo Islam bukanlah agama yang asing, karena ibunya berasal dari

keluarga Islam. Ibu Leo sendiri menganut agama Katholik sebelum menikah

Page 78: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

64

dengan Ayahnya, selain itu Leo menempuh pendidikannya di sekolah Negeri yang

mayoritas muridnya beragama Islam.

Ketika duduk di sekolah menengah pertama Leo mulai berpikir tentang

perbedaan agama, di benaknya dia berpikir bahwa mengapa harus ada berbagai

agama kalau pada akhirnya semua agama menyatakan kalau Tuhan itu Esa.

Karena salah satu hobby Leo adalah membaca, Leo mulai membaca buku-buku

tentang keagamaan.

Leo merasa mulai serius berpikir tentang kebenaran ketika mulai menginjak

sekolah menengah umum. Pada saat itu Leo sering bertukar pikiran dengan

teman-temanya yang juga beragama Katholik dan Kristen, mereka seringkali

membahas tentang agama-agama lainnya termasuk Islam.

Pada tahun 1999 ketika Leo sudah mulai bekerja, Leo ditugaskan di

Surabaya dimana karyawan yang bekerja di kantornya ini hanya berjumlah 18

orang dan hanya Leo satu-satunya yang non-muslim. Di tempatnya bekerja Leo

pun seringkali membahas tentang agama bersama beberapa rekan sekerjanya.

Pada tahun 2002, Ika (teman dekat) Leo memberinya buku Ahmad Deedat

tentang dialog Islam-Kristen, pada saat itu Ika sering memberi masukan kepada

Leo. Buku Ahmad Deedat ini membuat hati Leo terbuka, selain itu juga banyak

buku-buku tentang Islam lainnya yang Leo baca, terutama buku-buku yang

berisikan pandangan Islam tentang Jesus (Nabi Isa). Leo pun semakin intensif

mencari tahu tentang Islam lebih jauh kepada teman-temannya.

Sepanjang tahun 2002 Leo mulai merasakan kebimbangan dan keraguan

terhadap agama yang dianutnya (Katholik). Hingga pada akhir tahun 2002 Leo

Page 79: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

65

mulai merasa mendapatkan kebenaran setelah bertukar pikiran dengan teman

sekerjanya.

“Akhirnya kita sampe ke titik yg bener-bener ngebuka matahati Leo. Di akhir tahun 2002 di kantor Surabaya ada pegawai baru, namanya Mas Pur. Di kantor, kebiasaan kita, tiap jam 10an pasti kumpul-kumpul di belakang buat ngerokok & ngopi . Leo sebenernya enggak terlalu deket sama Mas Pur ini, cuma kalau pas ngopi-ngopi itu aja ngobrolnya. Mas Pur ini juga suka dengerin kalo Leo tanya-tanya tentang masalah agama ke teman-teman Leo yang lain dan dari situ kayaknya Mas Pur ini tau kalau Leo tuh lagi bimbang dan ragu. Nah suatu saat, Mas Pur ngomong gini ”eh Leo, kamu kan suka baca, ceritanya gini..aku kan mau beli buku, misal buku A. Nah, ditoko buku itu ada 4 cetakan buku A, kalo kamu jadi aku kamu beli yg mana ?” Leo jawab “ya beli yang cetakan terakhir Mas..itu pasti udah banyak revisi.” Mas Pur bilang lagi “tuh kamu udah tau jawabannya, kenapa mesti bingung-bingung lagi sekarang?”. Tau ga Cha, gue langsung diem tuh abis dia ngomong gitu. Yah pokoknya ada yg meledak-ledak aja di otak dan di hati gue, kok selama ini gue bisa buta gitu ya? padahal gue tuh sering banget beli buku. Sampe sekarang Leo beranggapan kalau kata-katanya Mas Pur itu yang jadi titik baliknya Leo selama ini” (Wawancara, 12 Maret 2006).

Setelah menerima banyak masukan dari berbagai sumber dan melalui proses

berpikir yang cukup panjang, akhirnya pada tanggal 22 Januari 2003 dengan

diantar kedua temannya, Leo mengucapkan dua kalimat syahadat di Mesjid Al-

Falah Surabaya, sejak saat itulah Leo menjadi seorang muslim.

Page 80: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

66

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Komunikasi Intrapersonal Seorang muallaf pada Saat Mempertimbangkan untuk Memilih Agama.

Leo dilahirkan dua puluh delapan tahun yang lalu tepatnya tanggal 1

November 1977 di kota Semarang. Dia dibesarkan dengan bimbingan ayahnya S.

Bere yang cukup keras. Mungkin hal ini disebabkan oleh background S. Bere

yang berasal dari Atambua, NTT yang telah merantau ke Jakarta sejak kecil.

Menurutnya anak-anak harus dididik untuk hidup disiplin dan belajar prihatin,

karena segala sesuatunya harus didapatkan dengan usaha. Oleh karena itu

sikapnya dalam mendidik anak cukup tegas dan agak sedikit keras. Ibundanya

Wahyuni merupakan sosok seorang ibu yang juga tegas, namun beliau tetap

memposisikan dirinya sebagai seorang ibu yang harus dekat dengan anak-

anaknya. Caranya mendekati anak-anaknya dengan cara mensejajarkan dirinya

dengan setiap karakter anak-anaknya. Hubungan Leo dengan kedua adik

perempuannya pun cukup dekat, Leo sangat care kepada mereka.

Dulu waktu Leo masih kecil, kalau ada sesuatu yang enggak beres nyokap pasti ngomong, kalau udah enggak bisa dikasi tau biasanya dicubit. Tapi Leo juga cukup dekat kok sama nyokap, kalau ada apa-apa pasti Leo cerita sama nyokap (Wawancara dengan Leo, 22 Januari 2006). Leo dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang cukup harmonis, walaupun

didikan orangtuanya cukup keras tetapi tidak menjadikan Leo menjadi anak yang

tidak bertanggung jawab. Ketika duduk di bangku sekolah, Leo merupakan salah

satu anak yang cukup berprestasi sehingga ia disegani oleh teman-temannya.

Page 81: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

67

Walaupun keluarga Leo menganut agama Katholik, akan tetapi Leo juga

tidak asing dengan agama Islam karena keluarga ibunya pun berasal dari keluarga

yang beragama Islam. Ketertarikan Leo terhadap agama Islam dimulai ketika dia

beranjak remaja, tepatnya ketika duduk di bangku SMP.

5.1.1 Ditinjau dari Faktor Berpikir; Decision Making (Menetapkan Keputusan)

Islam bukanlah agama yang asing bagi Leo, kerena ibunya berasal dari

keluarga yang beragama Islam. Selain itu Leo juga selalu bersekolah di sekolah

negeri yang mayoritas muridnya beragama Islam. Walaupun begitu bukan hal

yang mudah bagi Leo untuk pindah ke agama Islam dari agama Katholik yang

diyakininya sejak kecil.

Ketika Leo kecil, neneknya sering berkunjung dan menginap di rumahnya.

Ketika itu Leo sering melihat neneknya shalat dan berpuasa, dari neneknya-lah

Leo tahu tentang shalat, sahur dan juga puasa. Dari sini penulis dapat melihat

‘sensasi’ sebagai salah satu faktor dari komunikasi intrapersonal yang terjadi pada

diri Leo, dimana ‘sensasi’ yang terbentuk sedikit banyaknya mempengaruhi Leo

dalam berpikir unruk menetapkan keputusan.

Ketertarikan Leo pada agama Islam telah ada sejak Leo beranjak remaja,

tepatnya ketika Leo duduk di bangku SMP. Pada saat itu Leo mulai beranggapan

bahwa semua agama sama, karena semua agama pasti mengajarkan kebaikan

kepada umatnya dan semuanya berujung pada yang satu yaitu Tuhan YME . Saat

itu Leo mulai sering membahas berbagai ajaran dari agama-agama lainnya

bersama teman-temannya dan ini berlanjut sampai Leo duduk dibangku SMU.

Page 82: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

68

Karena seringnya membahas dan berdebat tentang berbagai ajaran agama

dengan teman-temannya, akhirnya Leo mulai tertarik pada agama Islam dan

berniat untuk mempelajarinya. Hal ini bukanlah sesuatu yang sulit bagi Leo

karena Leo memiliki cukup banyak pengalaman yang berkaitan dengan ajaran

agama Islam ketika Leo masih kecil ditambah lagi dengan hobby Leo membaca

sehingga makin menambah pengetahuan Leo tentang agama Islam.

Proses komunikasi intrapersonal pada diri Leo melalui beberapa faktor, yang

pertama adalah sensasi. Menurut Benyamin B. Wolman (1973:343) “sensasi

adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian

verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan

kegiatan alat indera“ (Rakhmat, 2003:49). Sensasi pada diri Leo awalnya ditandai

dengan pengalaman Leo ketika melihat neneknya melakukan ibadah (shalat dan

puasa).

Hal ini kemudian menimbulkan persepsi pada diri Leo tentang agama Islam.

Persepsi adalah faktor berikutnya, dalam buku Psikologi Komunikasi, Jalaluddin

Rakhmat menyebutkan bahwa “persepsi adalah pengalaman tentang objek,

peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan”. Persepsi pada diri Leo ditandai dengan

bertambahnya pengetahuan dan pemahaman Leo tentang agama Islam melalui

proses diskusi bersama teman-temannya dan membaca buku-buku yang

dibacanya. Semua yang Leo diskusikan dengan temannya membuat Leo semakin

penasaran dan semakin ingin mencari tahu lebih dalam tentang agama Islam. Dari

sensasi dan persepsi yang Leo dapatkan, keduanya meninggalkan memori di

Page 83: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

69

benak Leo akan awal ketertarikannya terhadap agama Islam. Definisi memori

menurut Schlessinger dan Groves (1976:352), “memori adalah sistem yang sangat

berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia

dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya” (Rakhmat,

2003:62).

Sampai akhirnya Leo kuliah keingintahuan Leo akan agama Islam semakin

kuat, hal ini berlangsung terus sampai Leo bekerja. Banyak sekali input

(masukan) yang Leo terima dari rekan-rekan maupun dari buku yang dibacanya.

Sensasi, persepsi dan memori yang terjadi pada diri Leo akhirnya membuat

Leo berpikir untuk mempertimbangkan dalam memilih agama Islam. Proses

berpikir yang terjadi pada diri Leo tentunya bukanlah sesuatu yang mudah bagi

Leo dalam melakukan decision making (menetapkan keputusan), Leo menyadari

bahwa agama adalah sesuatu yang fundamental dalam hidup manusia, maka

tidaklah juga mudah bagi Leo untuk melewati masa-masa sulit dalam

mempertimbangkan untuk memilih agama.

Dalam buku Psikologi Komunikasi, “Keputusan yang kita ambil

beranekaragam, tapi ada tanda-tanda umumnya : (1) keputusan merupakan hasil

berpikir, hasil usaha intelektual, (2) keputusan selalu melibatkan pilihan dari

berbagai alternatif; (3) keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun

pelaksanaannya boleh ditinggalkan atau dilupakan” (Rakhmat, 2003:71).

Jika dikaitkan dengan tanda-tanda umum dalam mengambil keputusan,

proses berpikir Leo ketika mempertimbangkan dalam memilih agama Islam,

memenuhi tiga tanda tersebut ; (1) keputusan merupakan hasil berpikir, hasil

Page 84: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

70

usaha intelektual. Dalam hal ini ketika memutuskan untuk menjadi seorang

muslim Leo telah melalui proses berpikir yang cukup panjang. Dapat dilihat dari

lamanya Leo mempelajari ajaran agama Islam (dari ramaja hingga dewasa). Leo

memiliki banyak pengalaman yang berkaitan dengan ajaran agama Islam, dimulai

ketika Leo sering melihat neneknya melakukan ibadah (seperti shalat, sahur dan

puasa), bersekolah di sekolah yang mayoritas muridnya beragama Islam dan

setiap pagi sebelum pelajaran dimulai Leo dan murid-murid lainnya selalu

membaca doa. Keputusan Leo untuk menjadi muallaf pun melalui hasil diskusi

dan konsultasi yang seringkali Leo lakukan selain dari membaca buku.

Waktu Leo kecil, nenek Leo yang dari nyokap sering tinggal di rumah. Jadi pertama tau sholat dan puasa ya karena nenek Leo..leo sih waktu SD sering ikut-ikutan puasa juga, sahur..trus abis sahur jalan-jalan ma temen-temen. Waktu SD, karena sekolahnya di SD Negeri sebelum belajar pasti baca Al-Fathihah, sampai hapal juga tuh walau enggak tau banyak artinya (Wawancara dengan Leo, 22 Januari 2006).

(2) Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif. Ketika

sebelum menjadi muallaf Leo menganut agama Katholik, Leo sempat merasakan

kebimbangan dalam hatinya ketika mempertimbangkan agama Islam yang sedang

dipelajarinya. Emosi Leo pada saat itu dapat dikatakan terguncang, karena Leo

semakin merasakan kehampaan ketika mengunjungi dan berdoa di Gereja.

Sepanjang tahun 2002 adalah masa-masa sulit Leo dalam menentukan agama

mana yang akan menjadi pedoman hidupnya sehingga pada akhirnya Leo

kemudian memilih agama Islam yang diyakininya benar dan memutuskan untuk

menjadi muallaf. (3) Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun

pelaksanaannya boleh ditinggalkan atau dilupakan. Dalam hal ini tindakan nyata

yang dimaksudkan adalah ketika Leo benar-benar berusaha mendalami agama

Page 85: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

71

Islam dengan berbagai cara, seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa Leo

mempelajari agama Islam melalui buku-buku yang dibacanya juga sharing dan

bertanya kepada teman-teman yang beragama Islam.

Dapat disimpulkan bahwa ketika Leo berpikir untuk mempertimbangkan

dalam memilih agama, Leo sempat merasa bimbang dan ragu, karena Leo merasa

bahwa Katholik merupakan kepercayaannya sejak lahir sedangkan Islam agama

yang benar-benar baru dipelajarinya walaupun ketertarikannya terhadap Islam

sudah berlangsung lama. Oleh karenanya, Leo berusaha meyakinkan dirinya

dengan banyak mencari tahu tentang Islam baik melalui buku, diskusi, maupun

konsultasi dengan rekan sekerjanya yang dinilai Leo cukup paham tentang agama

Islam.

“Selain itu faktor-faktor personal pun amat menentukan apa yang diputuskan

itu, antara lain kognisi, motif dan sikap. Karena pada kenyataannya, kognisi,

motif, dan sikap ini berlangsung sekaligus” (Rakhmat, 2003:71).

Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki, dalam hal

ini Leo banyak mempelajari tentang agama Islam, oleh karenanya Leo lebih

memilih agama Islam sebagai keyakinannya dan menjadi muallaf. Motif

(dorongan) amat mempengaruhi keputusan, motif Leo adalah Leo mengikuti kata

hatinya selama ini karena Leo telah menilai agama Islam adalah ajaran yang benar

maka Leo memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Sikap, dalam buku

Psikologi Komunikasi disebutkan bahwa ada beberapa hal yang dapat

disimpulkan dari berbagai definisi tentang sikap. Pertama, “sikap adalah

kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi

Page 86: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

72

objek, ide, situasi atau nilai. Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau

motivasi. Ketiga, sikap relatif lebih mantap. Keempat, sikap mengandung aspek

evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Kelima, sikap timbul dari pengalaman; tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan

hasil belajar. Karena sikap itu dapat diperteguh atau diubah” (Rakhmat, 2003:71).

Dalam kasus Leo, sikap Leo selama proses berpikir ketika mempertimbangkan

untuk memilih agama adalah selalu mencari tahu lebih dalam tentang agama Islam

melalui konsultasi, diskusi dan membaca. Walaupun Leo sudah cukup paham

dengan ajaran agama Islam, tapi bukan hal yang mudah bagi leo untuk

memutuskan berpindah agama begitu saja.

Kira-kira akhir tahun 2002 itu antara bulan Novamber dan Desember perasaan Leo semakin campur aduk, Leo tetap ke gereja tiap hari minggu, tapi sama sekali enggak bisa tenang disana. Leo mikir ini bukan yang terbaik. Nah pas Natal 2002 Leo cuti, balik ke bekasi. Leo semakin enggak tenang, bingung aja mau ngomong sama keluarga masih takut. Ya… akhirnya Leo tetap ikut misa Natal di gereja, tapi itu pun udah enggak berasa lagi waktu itu (Wawancara dengan Leo, 12 Maret 2006).

Setelah akhirnya Leo merasa menemukan kebenaran dalam ajaran agama

Islam dan merasa benar-benar mantap Leo memutuskan untuk pindah ke agama

Islam dan menjadi muallaf.

5.1.2 Ditinjau dari Faktor Berpikir; Memecahkan Persoalan (Problem Solving)

Leo banyak mencari tahu dan mendalami tentang agama Islam dari berbagai

kesempatan. Bukan hal yang mudah bagi Leo untuk memutuskan berpindah

agama walaupun pada akhirnya Leo lebih memilih Islam sebagai agama yang

diyakininya benar. Persoalan yang akhirnya muncul ketika Leo

Page 87: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

73

mempertimbangkan dalam memilih agama adalah bagaimana cara meyakinkan

diri Leo sendiri bahwa Islam adalah agama yang benar-benar diyakininya.

Bagaimana pula Leo harus bertindak pada saat itu tanpa ada dukungan

sepenuhnya dari keluarga.

Dalam buku-nya Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat menyebutkan

bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pemecahan masalah :

1. Motivasi. Motivasi yang rendah mengalihkan perhatian, motivasi yang tinggi

membatasi fleksibilitas. Dalam kasus Leo, Leo memiliki motivasi yang tinggi

dalam mendalami agama Islam. Motivasi ini muncul dari banyaknya

pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam diri Leo sehingga menimbulkan

rasa penasaran dalam diri Leo.

...soalnya pas kita saat-saat remaja gitu pasti selalu penasaran dengan segala sesuatu kan? kenapa ini begini, kenapa begitu, nah itu juga yang jadi pikiran Leo, kenapa Islam kok begini, kenapa Katholik begini, kenapa Hindu dan Budha kok begini. Nah, karena Leo sering ngebahas tentang agama-agama lain, pasti timbul pertanyaan-pertanyaan kan? kadang pertanyaan-pertanyaan yang enggak bisa Leo jawab sendiri tentang Islam, Leo tanya ke teman-teman Leo di rumah (Wawancara dengan Leo, 12 Maret 2006)

Akan tetapi Leo juga tidak ada motivasi dari keluarga untuk mendalami

agama dengan mudah karena awalnya Leo melakukan (mendalami agama

Islam) tanpa sepengetahuan keluarga. Walaupun sebenarnya tanpa

sepengetahuan Leo keluarga tahu usaha yang dilakukannya dalam mendalami

agama Islam.

Waktu Leo jujur ma nyokap kalau Leo ada niat untuk pindah agama, nyokap bilang sebenarnya keluarga tahu kalau Leo lagi belajar agama Islam. Nyokap sering berandai-andai sama bokap kalau seandainya Leo memang masuk Islam, tapi bokap enggak peduli, beliau gak mau berandai-andai gitu. Tapi setiap ada kesempatan atau suasana hati bokap lagi senang pasti nyokap ngomong kearah itu, mungkin dari situ nyokap ngasih pengertian ma bokap.

Page 88: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

74

Mereka juga lihat buku-buku tentang agama yang Leo beli (Wawancara dengan Leo, 12 Maret 2006).

2. Kepercayaan dan sikap yang salah. Asumsi yang salah dapat menyesatkan

diri kita. Hal ini berkaitan dengan keyakinan dari diri Leo terhadap agama

Islam, dimana sebelumnya Leo menganggap bahwa semua agama sama,

karena semua agama pasti mengajarkan kebaikan kepada umatnya dan

semuanya berujung pada yang satu yaitu Tuhan YME . Karena asumsinya

tentang konsep agama itulah akhirnya Leo berpikir untuk mencari kebenaran

yang hakiki. Leo sempat merasa kecewa pada dirinya sendiri karena pernah

berpandangan seperti itu.

…Mas Pur ngomong gini ” Eh Leo, kamu kan suka baca? ceritanya gini..aku kan mau beli buku, misal buku A, nah di toko buku itu ada 4 cetakan buku A, klo kamu jadi aku, kamu beli yg mana?”. Leo jawab “ya beli cetakan terakhir Mas, itu pasti udah banyak revisi”. Mas Pur bilang lagi “tuh kamu udah tahu jawabannya, kenapa mesti bingung-bingung lagi sekarang?”. Gue langsung diam tuh abis dia ngomong gitu, yah pokoknya ada yang meledak-ledak aja di otak dan di hati gue, kok selama ini gue bisa buta gitu ya? padahal gue tuh sering banget beli buku tentang agama” (Wawancara dengan Leo, 12 Maret 2006).

3. Kebiasaan. Kecenderungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu atau

melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan

dan tanpa kritis pada pendapat otoritas, menghambat pemecahan masalah yang

efisien. Berkaitan dengan kebiasaan, Leo termasuk orang yang berfikiran

pragmatis, baginya segala sesuatu pasti ada hikmah dan pelajaran yang dapat

diambil. Leo juga tidak melihat sesuatu hanya karena hal itu sudah menjadi

suatu keharusan. Seperti halnya dalam mengambil sikap untuk memilih agama

mana yang lebih diyakininya, leo memandangnya secara objektif.

Page 89: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

75

4. Emosi. Dalam berbagai situasi kita menghadapi berbagai situasi, kita tanpa

sadar sering terlibat secara emosional. Situasi yang dihadapi Leo cukup

membuat Leo terguncang secara emosi, karena agama merupakan sesuatu

yang fundamental baginya. Cukup lama waktu yang Leo butuhkan untuk

mempertimbangkan dalam memilih agama, puncaknya terjadi ketika Misa di

gereja pada akhir tahun 2002.

Kira-kira akhir tahun 2002 itu antara bulan Novamber dan Desember perasaan Leo semakin campur aduk, Leo tetap ke gereja tiap hari minggu, tapi sama sekali enggak bisa tenang disana. Leo mikir ini bukan yang terbaik. Nah pas Natal 2002 Leo cuti, balik ke bekasi. Leo semakin enggak tenang, bingung aja mau ngomong sama keluarga masih takut. Ya… akhirnya Leo tetap ikut misa Natal di gereja, tapi itu pun udah enggak berasa lagi waktu itu (Wawancara dengan Leo, 12 Maret 2006).

Walaupun Leo terguncang secara emosi, Leo tetap objektif melihat semuanya

dari berbagai sisi. Leo termasuk orang yang cukup open minded (berpikiran

terbuka) sehingga Leo tetap menghadapi semuanya secara logis dan tidak

dengan sikap yang emosional.

Leo mengalami proses yang cukup panjang dalam pencarian jati dirinya

hingga menjadi seorang muallaf, dimulai ketika dia remaja sampai pada akhirnya

beranjak dewasa dimana pada saat itu Leo benar-benar menyadari

keingintahuannya yang lebih mendalam terhadap agama Islam.

Persoalan yang akhirnya timbul pada saat itu adalah bagaimana dia tahu

kalau dirinya benar-benar yakin terhadap ajaran agama Islam, ditambah lagi tanpa

adanya dukungan sepenuhnya dari keluarga (karena awalnya Leo mendalami

agama secara diam-diam). Tetapi ternyata Leo mampu melewatinya dengan baik

Page 90: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

76

melalui proses berpikir yang panjang sehingga keputusan yang Leo ambil tidak

menimbulkan banyak persoalan baru.

5.2 Komunikasi Antarpersona Seorang Muallaf Pada Saat Memutuskan untuk Berpindah Agama.

“Adalah hal yang tidak mudah ketika seorang nonmuslim akhirnya

memutuskan untuk memeluk agama Islam. Tentu ada berbagai pertimbangan dan

kehati-hatian dalam menentukan pilihan tersebut. Keberagamaan memang urusan

individu, namun implikasi dan konsekuensinya tentu berkaitan dengan urusan

sosial” (www.google.com).

Dalam hal ini urusan sosial yang paling kecil lingkupnya adalah dengan

keluarga, karena keluarga merupakan tempat dimana setiap individu lebih banyak

melakukan interaksi dan komunikasi. Masalah atau konflik yang dapat muncul

karena seseorang lebih memilih untuk berpindah agama dapat menyebabkan

hubungan dengan keluarga tidak harmonis. Salah satu bentuk dari

ketidakharmonisan dalam keluarga dapat dilihat dari komunikasi yang terjadi

diantara anggota keluarga.

Disinilah seorang muallaf berperan dalam memberikan pengertian kepada

keluarganya. Komunikasi antarpersona yang dilakukan Leo ketika memutuskan

untuk menjadi muallaf ditinjau dari aspek keterbukaan, empati, sikap positif,

dorongan dan kesetaraan dapat dikaji dengan teori analisis transaksional dimana

dalam diri setiap manusia memiliki tiga status ego, yaitu sikap dasar ego yang

mengacu pada sikap orangtua, sikap orang dewasa dan ego anak.

Page 91: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

77

5.2.1 Ditinjau dari Aspek Keterbukaan

Komunikasi dalam keluarga merupakan salah satu faktor penting untuk

membentuk hubungan antarpersona yang harmonis dalam keluarga. Karena

dengan komunikasi setiap anggota dapat saling mengerti dan mengetahui setiap

keinginan anggota keluarga. “Komunikasi antarpersona yang efektif salah satunya

meliputi faktor keterbukaan, dimana kualitas keterbukaan mengacu pada

sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi” (Devito,1997:260).

Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang

yang diajaknya berinteraksi. Dalam komunikasi antarpersona yang dilakukan Leo

terhadap keluarganya saat memutuskan untuk berpindah agama, Leo tidak terbuka

terhadap seluruh anggota keluarga lainnya. Leo hanya menyampaikan informasi

kepada ibu-nya bahwa dia memutuskan untuk berpindah agama, sikap yang

ditunjukkan ibu Leo waktu itu hanya mendukung keinginan Leo.

Tante sih udah ada feeling sebelumnya Leo akan masuk Islam, Tante cuma bilang sama Leo kalau memang Leo sudah mantap untuk menjadi seorang muslim, Leo harus serius menjalaninya (Wawancara dengan Ibu Leo, 8 April 2006)

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk

bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketika Leo menyampaikan

niatnya untuk berpindah agama, Leo tidak banyak berbicara hanya

menyampaikannya dan menunjukkan kalau dia sudah merasa mantap dengan

keyakinannya terhadap agama Islam. Begitu halnya ketika ibunya memberikan

nasehat dan dukungan, Leo hanya mendengarkan dan menurutinya.

Waktu gue bilang pertama kali ma nyokap, bokap juga kayaknya tahu kalau gue mau jadi muallaf dari nyokap, pokoknya waktu gue mau pindah agama gue cuma bilang sama nyokap aja. Reaksi nyokap waktu itu enggak terlalu

Page 92: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

78

kaget. Enggak seperti apa yang gue pikirkan, justru nyokap malah nasehatin dan ngedukung gue. Gue sendiri waktu nyokap nasehatin cuma diem aja (Wawancara dengan Leo, 12 Maret 2006).

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner &

Kelly, 1974), Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan

pikiran yang anda lontarkan adalah memang “milik” anda dan anda bertanggung

jawab atasnya. Sesuai dengan pengertian tersebut, Leo hanya berusaha ikhlas dan

pasrah dengan apapun yang akan terjadi jika dia menyampaikan keinginannya

kepada keluarga, dan Leo akan bertanggung jawab atas keputusannya.

Jika dikaji dengan teori analisis transaksional, sikap Leo ketika mencoba

untuk terbuka kepada ibunya pada saat memutuskan untuk berpindah agama

mengacu pada sikap orang dewasa karena Leo menyampaikannya dengan

keyakinan yang mantap. Sedangkan sikap yang ditunjukkan ibunya mengacu pada

sikap orang tua yang bersifat nurturing parent (NP). Karena beliau memberikan

nasehat dan dukungan kepada Leo untuk menjalani keyakinannya dengan serius.

Hal ini termasuk ke dalam jenis transaksi komplementer, dimana transaksi

terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu

adalah sikap orang tua dan sikap orang dewasa.

Gambar 5.1

Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang berbeda

P P

A A

C C

Page 93: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

79

Sedangkan terhadap ayahnya Leo tidak terbuka karena Leo merasa sungkan

dan tidak berani untuk menyampaikannya, akan tetapi Leo berusaha untuk

bersikap wajar. Sementara ayahnya sendiri sebenarnya saat itu mengetahui niat

Leo dari ibunya, namun beliau diam saja dan tidak memberika respon apapun.

Waktu itu Om tahu kalau Leo punya niat untuk pindah agama dari ibunya, walupun ada perasaan sedikit kecewa tapi Om berusaha ikhlas karena Leo sudah dewasa, dia berhak memilih agama mana yang lebih diyakininya (Wawancara dengan Ayah Leo, 8 April 2006).

Sikap Leo yang berusaha bersikap sewajar mungkin mengacu pada sikap

orang dewasa sedangkan diam dan tidak berani-nya (sikap tersembunyi) Leo

untuk menyampaikan informasi kepada ayahnya menunjukkan sikap anak kecil

yang bersifat adapted child (AC). Sedangkan sikap ayahnya mengacu pada sikap

orang dewasa yang ditandai dengan bersikap rasional dan tidak emosional. Tetapi

juga ada sikapnya yang tersembunyi yaitu ketika beliau merasa sedikit kecewa

dan ini mengacu pada sikap orang tua yang bersifat critical parent. .

Jenis transaksi yang terjadi antara Leo dengan ayahnya adalah transaksi

tersembunyi, dimana ada empat sikap dasar dari mereka yang terlibat dalam

komunikasi antarpribadi namun yang diungkapkan hanya dua sikap saja,

sedangkan dua lainnya tersembunyi.

Page 94: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

80

Gambar 5.2

Transaksi tersembunyi

P

A A

C C

P

5.2.2 Ditinjau dari Aspek Empati

Empati sangat diperlukan dalam berkomunikasi. Dalam buku Komunikasi

Antarmanusia A. Devito (1997) disebutkan bahwa “orang yang empatik mampu

memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka serta

harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Pengertian yang empatik

ini akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya”

(Devito, 1997:160).

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai “kemampuan

seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat

tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu”.

(Devito, 1997:260)

Dalam kasus Leo pada saat memutuskan untuk berpindah agama, tidak

hanya keluarga saja yang Leo harapkan untuk mengerti keinginan dan

keputusannya, tetapi juga Leo menyadari bahwa dirinya harus dapat ber-empati

terhadap perasaan keluarga khususnya orang tua dalam menghadapi keinginanya.

Page 95: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

81

Karena bagaimanapun orang tua Leo pasti merasa sedikit kecewa karena Leo

memilih keyakinan yang berbeda dengan keyakinan mereka, karena kebiasaan

dalam keluarga yang sudah terbentuk pasti akan menjadi sedikit berbeda jika Leo

berbeda keyakinan.

Sikap empati Leo ditunjukkan ketika Leo menyampaikan keinginannya

untuk berpindah agama kepada ibunya, dimana Leo juga menyadari dan

merasakan mungkin orang tuanya akan sedikit sedih dan kecewa dengan

keinginannya.

Gue tau…mungkin orangtua gue merasa sedikit kecewa, tapi gue berusaha positive thinking aja dan mencoba untuk mengerti perasaan mereka, jadi gue enggak worry kalau orangtua gue bakalan marah atau gimana, karena kalaupun orangtua gue marah gue pikir itu satu hal yang wajar (Wawancara dengan Leo, 12 Maret 2006)

Begitu juga halnya dengan orangtua Leo (ibu Leo) mencoba untuk

berempati terhadap Leo, karena bagaimanapun beliau menyadari dan merasakan

bahwa keyakinan hati tidak dapat dipaksakan.

Tante enggak pernah memaksakan kehendak sama Leo, karena kalau urusannya sudah dengan keyakinan itu pasti susah, Tante juga merasakan hal yang sama dengan Leo dulu, jadi Tante juga harus bisa menerima (Wawancara dengan Ibu Leo, 8 April 2006)

Jika dikaji dengan teori analisis transaksional, Leo dan ibunya sama-sama

mengacu kepada sikap orang dewasa dimana mereka bersikap objektif dan tidak

emosional. Transaksi dalam faktor empati yang terjadi antara Leo dan ibunya

merupakan transaksi komplementer yang terjadi antara dua sikap yang sama, yaitu

sikap dewasa.

Page 96: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

82

Gambar 5.3

Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama

P P

A A

C C 5.2.3 Ditinjau dari Aspek Dukungan

Dalam keluarga, sikap saling mendukung adalah faktor yang sudah

seharusnya ada dan diterapkan dalam hubungan antarpersona di keluarga, karena

dengan adanya dukungan setiap anggota keluarga pasti akan termotivasi dan

terdorong untuk melakukan sesuatu, khususnya sesuatu yang berprestasi dan

membanggakan.

Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness) – suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategik dan (3) provisional, bukan sangat yakin (Devito, 1997:261).

Suasana yang bersifat deskriptif dan bukan evaluatif membantu terciptanya

sikap mendukung. Ketika Leo memutuskan untuk berpindah agama, ibu dan adik-

adik Leo bersikap biasa saja, tidak terkesan menghakimi Leo apalagi langsung

Page 97: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

83

menyisihkan Leo dari keluarganya, mereka juga tidak bertanya hal-hal yang dapat

menyinggung perasaan.

Kita mendukung sepenuhnya keputusan Mas Leo, karena apa yang Mas Leo pilih itu pasti yang terbaik untuk dia. Walaupun Mas Leo sudah berbeda keyakinan dengan kita, hubungan Mas Leo dengan kita baik-bak aja kok.. enggak ada yang berubah (Wawancara dengan Adik Leo, 8 April 2006)

Gaya spontan membantu menciptakan suasana mendukung. Orang yang

spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam mengutarakan

pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama – terus terang dan terbuka.

Ketika Leo mengutarakan niatnya kepada ibunya, Leo hanya berusaha untuk

ikhlas dan menerima apapun respon dari orangtuanya, dan ternyata respon yang

Leo dapatkan saat itu dari ibunya justru menguatkan Leo dan memberi dukungan

sepenuhnya kepada Leo.

Bersikap provisional artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta

bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi

jika kedaaan mengharuskan. Dalam kasus ini, Leo berusaha untuk bersikap

provisional dengan menerima apapun yang dikatakan oleh keluarganya.

Disini terlihat dukungan yang diberikan oleh keluarga Leo ketika Leo

memutuskan untuk menjadi muallaf, hanya ayahnya saja yang belum memberi

dukungan karena Leo belum berani untuk terbuka kepada ayahnya.

Faktor dukungan tersebut jika dikaji dengan teori analisis transaksional

dapat terlihat sikap Leo terhadap keluarganya mengacu kepada sikap orang

dewasa begitu pula sebaliknya. Jenis transaksi yang tepat di antara mereka adalah

transaksi komplementer, dimana terjadi transaksi antara dua sikap yang sama,

yaitu sikap orang dewasa.

Page 98: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

84

Gambar 5.4

Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama

A

C

P

A

C

P

5.2.4 Ditinjau dari Aspek Sikap Positif

Dengan bersikap positif setiap kegiatan yang kita lakukan pasti akan

menimbulkan dampak yang positif pula, karena orang yang memiliki sikap positif

biasanya merasa yakin dan percaya diri, sehingga membuat lingkungan

disekitarnya juga bersikap positif terhadapnya.

Dalam buku Komunikasi Antarmanusia, A. Devito (1997:262) menyebutkan

bahwa kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi

dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif

mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.

“Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi

antarpribadi. Pertama komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap

positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi

komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif” (Devito,

1997:263).

Page 99: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

85

Sikap positif dalam diri Leo adalah Leo merasa yakin bahwa apa yang Leo

inginkan tidak melanggar norma atau aturan apapun, karena berpindah agama

merupakan hak setiap individu untuk memilih dan menjalankan keyakinannya

sendiri. Sehingga ketika Leo menyampaikan keputusannya untuk berpindah

agama kepada keluarganya (ibu dan adik-adiknya) Leo melakukannya dengan

dengan baik. Sedangkan sikap positif keluarga Leo (ibu dan adik-adiknya)ditandai

dengan adanya dukungan dan penerimaan mereka terhadap keputusan Leo.

Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah stroking (dorongan). Perilaku mendorong menghargai keberadaan dan pentingnya orang lain: perilaku ini bertentangan dengan ketidakacuhan. Dorongan positif ini mendukung citra pribadi dan membuat kita merasa lebih baik. Sebaliknya, dorongan negative bersifat menghukum dan menimbulkan kebencian (Devito, 1997:263).

Leo mendapatkan dorongan dari ibunya ketika Leo menyampaikan niatnya

untuk berpindah agama, karena ibu dan adik-adiknya mendukung Leo atas

keinginannya asalkan Leo serius menjalaninya. Hal itu menjadi dorongan

tersendiri bagi Leo untuk membuktikan nya, bahwa ia memang benar-benar serius

dengan niat dan keinginannya untuk berpindah agama.

Dikaji dengan teori analisis transaksional, sikap Leo mengarah kepada sikap

orang dewasa yang menerima, rasional dan objektif. Sedangkan sikap keluarganya

(ibu dan adik-adiknya) mengarah kepada sikap orang tua yang memberikan

nasehat dan dukungan.

Hal ini termasuk ke dalam jenis transaksi komplementer, dimana transaksi

terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu

adalah sikap orang tua dan sikap orang dewasa.

Page 100: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

86

Gambar 5.5

Transaksi komplementer terjadi pada dua sikap yang berbeda

P P

A A

C C

5.2.5 Ditinjau dari Aspek Kesetaraan

“Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya

harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai

dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting

untuk disumbangkan” (Devito, 1997:263).

Dalam kasus Leo, suasana setara ketika Leo memutuskan untuk berpindah

agama adalah ketika Leo menyampaikan niatnya kepada ibunya. Dimana Leo

sendiri bersikap terbuka dalam menceritakan apa yang dirasakannya selama ini

kepada ibunya begitu juga sebaliknya ibunya memberikan respons yang cukup

baik walaupun mungkin sebenarnya agak sedikit menyayangkan Leo mengambil

keputusan tersebut.

….pokoknya waktu gue mau pindah agama gue cuma bilang ma nyokap aja. Reaksi nyokap waktu itu biasa aja, ga seperti apa yang gue pikirkan, justru nyokap malah nasehatin dan ngedukung gue. Gue sendiri waktu nyokap nasehatin cuma diem aja” (Wawancara dengan Leo, 12 Maret 2006).

Page 101: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

87

Disini terlihat bahwa dalam faktor kesetaraan yang terjadi antara Leo dengan

keluarganya mengarah pad sikap yang dewasa tapi disisi lain juga keluarganya

cenderung mengarah kepada sikap orang tua. Jenis transaksi yang terjadi adalah

transaksi komplementer dimana transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda

namun komplementer, kedua sikap itu adalah sikap orangtua dan sikap ornag

dewasa.

Gambar 5.6

Transaksi komlementer terjadi pada dua sikap yang berbeda

A

C

P

A

C

P

5.3 Komunikasi Antarpersona Seorang Muallaf pada Saat Setelah Berpindah Agama

Tidak sedikit muallaf yang merasakan kesendirian setelah menjadi muallaf,

mereka merasakan sambutan dan kehangatan dari sesama muslim hanya sesaat,

hal itu yang menyebabkan banyak muallaf merasa terombang-ambing dalam

kecemasan dan berbagai pertanyaan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka merasa sendiri,

diantaranya karena tidak diakui lagi sebagai keluarga, di sisihkan dari lingkungan

keluarga karena di anggap telah berbeda status sehingga di perlakukan seperti

Page 102: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

88

pembantu atau pelayan, ada yang diputus biaya sekolahnya, ditinggalkan klien

dan diputus hubungan bisnisnya, dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut

merupakan konsekwensi mereka setelah masuk Islam, walaupun tidak semua

muallaf merasakan hal seperti itu.

Leo adalah salah satu contoh kasus muallaf yang mampu membina

hubungan baik dengan keluarganya. Kehidupan Leo sebagai seorang muallaf tidak

jauh berbeda dengan kehidupannya sebelum menjadi muallaf. Hal ini dikarenakan

komunikasi antara Leo dan keluarganya dapat berjalan efektif.

Kegiatan komunikasi antarpersona dalam keluarga Leo meliputi aspek

keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif dan kesetaraan. Kelima aspek

tersebut menunjang efektivitas komunikasi antarpersona Leo sebagai seorang

muallaf sehingga dapat membina hubungan baik dengan keluarganya walaupun

ada perbedaan keyakinan diantara mereka.

5.3.1 Ditinjau dari Aspek Keterbukaan

Pada saat Leo baru memutuskan untuk menjadi muallaf, Leo hanya

menyampaikannya kepada ibu dan adik-adiknya saja, sedangkan ayahnya tidak

Leo beritahu karena pada saat itu Leo belum berani untuk menyampaikan niatnya.

Banyak hal yang menjadi pertimbangan bagi Leo mengapa tidak memberitahukan

ayahnya akan keputusannya untuk menjadi muallaf.

Leo baru memberitahu kepada ayahnya setelah Leo menjadi muallaf, dengan

harapan ayahnya mau mengerti dan bisa menerima keputusan Leo setelah Leo

menjadi muallaf. Pada saat Leo baru memutuskan untuk berpindah agama

Page 103: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

89

sebenarnya ayah Leo sudah mengetahui keinginan anaknya untuk menjadi seorang

muslim.

Dalam komunikasi antarpersona yang dilakukan Leo terhadap keluarganya

setelah berpindah agama. Leo mencoba untuk jujur dan terbuka kepada ayahnya

setelah Leo menjadi muallaf. Pada saat itu ayahnya mengerti dan menerima

keputusan Leo walaupun mungkin ada sedikit rasa kecewa karena anaknya

berbeda keyakinan dengannya dan anggota keluarga yang lainnya. Tapi akhirnya

ayah Leo memberikan dorongan serta nasehat kepada Leo agar Leo menjalani

keyakinannya dengan sepenuh hati.

Waktu itu Om tahu kalau Leo punya niat untuk pindah agama dari ibunya, walupun ada perasaan sedikit kecewa tapi Om berusaha ikhlas karena Leo sudah dewasa, dia berhak memilih agama mana yang lebih diyakininya. Leo baru bicara jujur sama om waktu Leo sudah menjadi muslim, om hanya bilang sama Leo untuk menjalankan agama yang telah diyakininya itu dengan sepenuh hati, jangan setengah-setengah (Wawancara dengan Ayah Leo, 8 April 2006).

Leo merasa lega setelah berbicara jujur kepada ayahnya kalau sebenarnya

Leo telah berpindah agama. Leo merasa lebih bertanggung jawab terhadap

keyakinannya setelah mendapat dukungan dari seluruh keluarganya,

Setelah menjalani kehidupan sebagai seorang muallaf, kegiatan komunikasi

antarpersona yang terjadi antara Leo dengan keluarganya tidak banyak berubah.

Jika ditinjau dari aspek keterbukaan, Leo lebih sering membicarakan masalah

kehidupannya di lingkungan kerja kepada ibunya daripada menceritakan masalah

pribadinya.

Yang pasti kalau yg bener-bener pribadi leo jarang cerita-cerita, tapi kalau tentang teman-teman Leo dan kerjaan di kantor biasanya suka cerita-cerita ma nyokap, Leo memang suka banget cerita ke nyokap, anak mami kayaknya (Wawancara dengan Leo, 22 Januari 2006).

Page 104: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

90

Tapi walaupun Leo cukup terbuka, untuk hal-hal tertentu Leo jarang

membicarakannya dengan keluarga apalagi jika masalah itu cukup pelik dan

pribadi. Leo lebih memilih untuk menyimpannya sendiri daripada harus terbuka

kepada keluarganya kalau pada akhirnya malah membuat keluarganya merasa

bingung.

kalau masalah yang bikin orang lain (keluarga) ikut bingung juga sih mendingan enggak usah Leo ceritain deh, disimpen sendiri aja (Wawancara dengan Leo, 1 Juni 2006)

Jika dikaji dengan teori analisis transaksional, dalam aspek keterbukaan Leo

lebih mengarah kepada sikap orang dewasa dan ayahnya mengarah kepada sikap

orang tua. Aspek keterbukaan Leo terhadap ayahnya termasuk ke dalam jenis

transaksi komplementer, dimana transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda

namun komplementer. Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap orang

dewasa.

Gambar 5.6

Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang berbeda

P P

A A

C C

Sedangkan terhadap ibunya Leo menunjukkan sikap anak kecil (manja) dan

ibunya sendiri mengarah kepada sikap orangtua seperti memberikan pertimbangan

dan memberikan dukungan. Hal tersebut merupakan jenis transaksi komplementer

Page 105: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

91

dimana transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer.

Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak kecil.

Gambar 5.1

Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang berbeda

P

A A

C

P

C

5.3.2 Ditinjau dari Aspek Empati

Dalam keluarga Leo empati ditunjukkan bila salah seorang keluarga

memiliki masalah. Mereka juga terbiasa sharing (berbagi) dengan sesama anggota

keluarga. Jika Leo menghadapi masalah Leo lebih sering bercerita kepada ibunya,

karena menurut Leo ibunya cukup menyenangkan untuk menjadi tempat curhat.

Selain itu juga ibunya selalu memberikan pandangan-pandangan yang berbeda

setiap kali ia menghadapi masalah.

Kalau ada masalah, paling yang tau nyokap, itu juga masalah yang kadang Leo cuma butuh pendapat aja, ya… enaknya cerita ke nyokap tuh bisa ngasih pandangan-pandangan yg beda (Wawancara dengan Leo, 1 juni 2006)

Walaupun Leo lebih dekat kepada ibunya, bukan berarti anggota keluarga

lain tidak peduli jika Leo menghadapi masalah atau juga sebaliknya. Begitu pun

Page 106: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

92

jika ada salah satu anggota keluarga yang melakukan kesalahan Leo biasanya

bicara kepada mereka dan berusaha memberi jalan keluar.

Jika dikaji dengan teori analisis transaksional, Leo dan keluarganya sama-

sama mengacu kepada sikap orang dewasa dimana mereka bersikap objektif dan

tidak emosional. Transaksi dalam faktor empati yang terjadi antara Leo dan

keluarganya merupakan transaksi komplementer yang terjadi antara dua sikap

yang sama, yaitu sikap dewasa.

Gambar 5.3

Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama

P P

A A

C C 5.3.3 Ditinjau dari Aspek Dukungan

Keluarga Leo merupakan keluarga yang selalu saling mendukung satu sama

lain. Hal ini terlihat dari kehidupan keluarga Leo yang cukup harmonis walaupun

ada perbedaan didalamnya. Sikap saling mendukung juga terlihat ketika Leo

memutuskan untuk berpindah agama dan menjadi muslim.

Kini setelah menjadi seorang muallaf pun sikap saling mendukung diantara

keluarga masih diterapkan. Contohnya ketika adik bungsu Leo akan menginjak

Page 107: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

93

bangku SMA, Leo ikut terlibat dalam memberikan masukan kepada orangtua dan

adiknya.

Kalau sekarang sih tiap ada sesuatu Leo pasti dilibatkan juga. Contohnya kayak sekarang nih pas adik Leo mau lulus SMP. Kira-kita nanti mau masuk SMA mana terus mau kuliah dimana (Wawancara dengan Leo 1 Juni 2006).

Sikap mendukung juga terlihat ketika Leo sedang menjalankan ibadah

puasa, walaupun hanya Leo satu-satunya anggota keluarga yang berpuasa tetapi

keluarganya mendukung Leo dengan cara tidak melakukan kegiatan yang dilarang

dilakukan pada bulan puasa, selain itu ibunya pun selalu menyiapkan sahur jika

Leo sedang berpuasa.

Faktor dukungan tersebut jika dikaji dengan teori analisis transaksional

dapat terlihat sikap Leo terhadap keluarganya mengacu kepada sikap orang

dewasa begitu pula sebaliknya. Jenis transaksi yang tepat di antara mereka adalah

transaksi komplementer, dimana terjadi transaksi antara dua sikap yang sama,

yaitu sikap orang dewasa.

Gambar 5.4

Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama

A

C

P

A

C

P

Page 108: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

94

5.3.4 Ditinjau dari Aspek Sikap Positif

Setelah menjadi muallaf, Leo tetap menunjukkan sikap positif terhadap

keluarganya. Hal ini terlihat dari cara Leo melakukan sesuatu atau bertindak. Leo

konsisten terhadap ajaran Islam yang baru diyakininya. Walaupun baru menjadi

muslim Leo menunjukkan kepada keluarga bahwa dirinya bertanggung jawab

terhadap keputusannya.

Dorongan yang diberikan kepada Leo dari keluarganya membuat Leo

semakin termotivasi untuk melakukan sesuatu yang membanggakan orang tuanya.

Begitu juga sebaliknya, keluarga bersikap positif kepada Leo, mereka sangat

menghargai ketika Leo melaksanakan ibadah.

Dikaji dengan teori analisis transaksional, sikap Leo mengarah kepada sikap

orang dewasa yang menerima, rasional dan objektif begitu pula halnya dengan

sikap keluarganya mengarah kepada sikap orang dewasa

Hal ini termasuk ke dalam jenis transaksi komplementer, dimana transaksi

terjadi antara dua sikap sama. Kedua sikap itu adalah sikap orang dewasa.

Gambar 5.5

Transaksi komplementer terjadi pada dua sikap yang sama

P P

A A

C C

Page 109: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

95

5.3.5 Ditinjau dari Aspek Kesetaraan

Walaupun Leo sudah berbeda keyakinan dengan keluarganya, suasana setara

tetap terasa dalam keluarga Leo. Hal ini ditandai dengan sikap terbuka dan

keadaan yang saling mendukung diantara sesama anggota keluarga. Sebagai anak

pertama Leo selalu dilibatkan dalam setiap pembicaraan yang menyangkut

kepentingan keluarga.

Disini terlihat bahwa dalam faktor kesetaraan yang terjadi antara Leo dengan

keluarganya mengarah pada sikap orang dewasa. Jenis transaksi yang terjadi

adalah transaksi komplementer dimana transaksi terjadi antara dua sikap yang

sama, kedua sikap itu adalah sikap orang dewasa.

Gambar 5.6

Transaksi komplementer terjadi pada dua sikap yang sama

A

C

P

A

C

P

Page 110: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

96

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab akhir yang menguraikan mengenai kesimpulan dari

bab-bab sebelumnya dan selanjutnya dikemukakan saran-saran sebagai perbaikan

dan masukan terhadap kelemahan yang timbul.

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Komunikasi Intrapersonal Seorang Muallaf Ditinjau dari Faktor Berpikir; Decision Making (Menetapkan keputusan) dan Problem Solving (Memecahkan Persoalan)

Proses komunikasi intrapersonal pada diri Leo melalui beberapa faktor, yang

pertama adalah sensasi. Sensasi pada diri Leo awalnya ditandai dengan

pengalaman Leo ketika melihat neneknya sering melakukan ibadah (shalat dan

puasa). Hal ini kemudian menimbulkan persepsi pada diri Leo tentang agama

Islam. Persepsi pada diri Leo ditandai dengan bertambahnya pengetahuan dan

pemahaman Leo tentang agama Islam melalui proses diskusi bersama teman-

temannya dan membaca buku-buku yang dibacanya. Kedua hal tersebut

meninggalkan memori di benak Leo akan awal ketertarikannya terhadap agama

Islam. Sampai akhirnya Leo kuliah keingintahuan Leo akan agama Islam semakin

kuat, hal ini berlangsung terus sampai Leo bekerja. Banyak sekali input (masukan)

yang Leo terima dari rekan-rekan maupun dari buku yang dibacanya.

Page 111: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

97

2. Komunikasi Antarpersona Seorang Muallaf Pada Saat Memutuskan Untuk Berpindah Agama Ditinjau dari Komunikasi Antarpersona yang Efektif; Keterbukaan, Empati, Dukungan, Sikap Positif dan Kesetaraan

Komunikasi antarpersona yang dilakukan Leo ketika memutuskan untuk

berpindah agama mengalami kendala ketika Leo tidak mampu menyampaikan

niatnya kepada ayahnya. Tetapi melalui aspek komunikasi yang efektif, akhirnya

Leo dapat melewatinya.

Aspek tersebut meliputi keterbukaan Leo ketika menyampaikan niatnya

untuk berpindah agama, empati Leo terhadap keluarganya dan juga sebaliknya,

dukungan yang diberikan oleh keluarga terhadap Leo, sikap positif Leo dalam

menghadapi permasalahan yang ada juga kesetaraan dalam keluarga Leo yang

ditandai dengan rasa saling menghargai.

3. Komunikasi Antarpersona Seorang Muallaf Pada Saat Setelah Berpindah Agama Ditinjau dari Komunikasi Antarpersona yang Efektif; Keterbukaan, Empati, Dukungan, Sikap Positif dan Kesetaraan

Leo adalah salah satu contoh kasus muallaf yang mampu membina

hubungan baik dengan keluarganya. Walaupun ada perbedaan agama antara Leo

dengan keluarganya akan tetapi kehidupan Leo sebagai seorang muallaf tidak jauh

berbeda dengan kehidupannya sebelum menjadi muallaf. Hal ini terjadi karena

kegiatan komunikasi persona yang efektif seperti keterbukaan, empati, dukungan,

sikap positif serta kesetaraan diterapkan dalam keluarga Leo.

Page 112: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

98

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis kepada pihak-pihak yang terkait

dalam pembuatan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan Keilmuan

Untuk Peneliti selanjutnya, yang akan meneliti komunikasi seorang muallaf,

disarankan untuk lebih menggali sisi-sisi lain dari kehidupan seorang muallaf.

Mungkin peneliti selanjutnya bisa melakukan penelitian dengan mengaitkan

kedalam bidang ilmu komunikasi selain mengangkat penelitian tentang kegiatan

komunikasi personanya, seperti misalnya: kegiatan muallaf dalam komunikasi

kelompok, kominikasi publik, atau citra muallaf etnis Tionghoa di kalangan

etnisnya sendiri.

Disarankan juga agar peneliti selanjutnya dapat memaparkan kehidupan

seorang muallaf secara lebih objektif, karena kenyataannya banyak kisah-kisah

muallaf yang ternyata mendeskriditkan agama lainnya. Hal tersebut tentunya

dapat menimbulkan sikap sinis terhadap agama Islam atau agama lain dan dapat

memicu permusuhan antar umat beragama.

2. Subjek Penelitian

1. Komunikasi Intrapersonal Seorang Muallaf Ditinjau dari Faktor Berpikir.

Ketika Leo tertarik untuk mempelajari agama Islam, akan lebih baik jika

Leo juga bertanya langsung atau berkonsultasi dengan orang yang lebih paham

agama seperti Ustadz Karena tidak semua muslim benar-benar memahami agama

Islam itu sendiri, sehingga khawatir dapat menimbulkan salah persepsi terhadap

agama Islam.

Page 113: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

99

2. Komunikasi Antarpersona Seorang Muallaf Pada Saat Memutuskan Untuk

Berpindah Agama.

Setiap tindakan pasti menimbulkan dampak tertentu, baik positif maupun

negatif. Ketika Leo memutuskan untuk berpindah agama Leo hanya

menyampaikan niatnya kepada ibu dan adik-adiknya, tetapi tidak kepada ayahnya.

Walaupun sebenarnya tindakan itu dilakukan untuk menghindari konflik keluarga

yang mungkin terjadi tetapi itu merupkan konsekwensinya. Mungkin saja dengan

adanya sedikit konflik justru akan keluar perasaan-perasaan yang selama ini

dipendam sehingga masing-masing pihak saling mengetahui keinginan masing-

masing untuk dicari jalan keluarnya.

3. Komunikasi Antarpersona Seorang Muallaf Pada Saat Setelah Berpindah

Agama.

Walaupun ada perbedaan agama di dalam keluarga, sebaiknya kebiasaan

yang baik dalam keluarga tetap dipertahankan. Leo juga dapat berbagi cerita atau

pengalaman kepada keluarganya baik tentang diri sendiri maupun keyakinannya

sekarang sebagai seorang muslim, sehingga dengan sharing bersama keluarga

akan menambah rasa toleransi dan menghargai antar umat beragama walaupun

ruang lingkupnya hanya di keluarga saja.

3. Masyarakat / Instansi

Bagi Masyarakat, khususnya masyrakat Indonesia, pembinaan muallaf

merupakan suatu kebutuhan yang nyata, namun selama ini masih dirasakan sangat

kurang. Umat Islam cenderung kurang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan

muallaf, padahal dibalik setiap proses ke-Islaman, tersisa PR panjang. Para

Page 114: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

100

muallaf berbeda dengan muslim yang sudah ber-Islam sejak lahir. Mereka

menghadapi berbagai kendala, mulai dari kendala ilmu, goyahnya keyakinan,

keterbatasan ekonomi, konflik keluarga, hingga kendala sosialisasi dengan

masyarakat luas. Bagi para muallaf, menjadi seorang muslim yang concern

dengan nilai-nilai agamanya kerap menghadapkan mereka kepada ujian-ujian

yang tidak ringan. Oleh karena itu sebagai sesama umat muslim ada baiknya kita

untuk lebih memperhatikan dan peduli pada muallaf yang tidak seberuntung Leo.

Page 115: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

DAFTAR PUSTAKA

Achdiat, Luthfi. 1997. Hubungan Antara Gaya Komunikasi Orang Tua-Anak

dengan Asertiva dan Penyesuaian Diri Remaja di Sekolah pada Siswa-

Siswi Kelas III SMU Negeri Cimahi. Skripsi Unisba.

Cangara, Hafied. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada.

Devito Joseph A., 1997. Komunikasi Antar Manusia. Alih bahasa: Ir. Agus

Maulana MSM. Jakarta: Professional Books.

Hasbiansyah, O., 2004, Mediator (Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif

dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial), FIKOM UNISBA.

Liliweri, Alo. 1994. Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti.

----------------. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

-----------------, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung

Mulyana, Deddy, 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nasution, S. 1991. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung

Page 116: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

Rakhmat, Jalaluddin, 2001, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja

Rosdakarya, Bandung

--------------------------- 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Rasjid, Sulaiman. 2003. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Singarimbun, Masri & Sofian Effendy. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta:

PT. Midas Surya Grafindo.

Sendjaja, Sasa, Djuarsa, , 1994, Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta

Yin, R., 2000, Studi Kasus (Desain dan Model), RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sumber Lain :

Tabloid Wanita Indonesia, No.829 Thn. 2005

www.google.com

Yayasan Haji Karim Oei

Page 117: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Khaerunnisa Tempat/tanggal Lahir : Karawang/ February 7th , 1984 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Jl. Purnawarman D5/A2 Karawang Tawa Barat, Indonesia Phone: (0267) 403958 E-mail : [email protected] : 10080001005 PENDIDIKAN FORMAL

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2001 - 2006 Bandung, Jawa Barat Bidang Kajian Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi SMUN I KARAWANG 1998 - 2001 Karawang, Jawa Barat SLTPN 2 KARAWANG 1995 - 1998 Karawang, Jawa Barat SDN ADIARSA XII 1989 - 1995 Karawang, Jawa Barat

Page 118: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

DAFTAR WAWANCARA

Wawancara dengan Leo

1. Bisakah Anda ceritakan masa kecil Anda ?

2. Bagaimana hubungan Anda dengan keluarga ketika sebelum memutuskan

untuk menjadi muallaf ?

3. Apa yang membuat Anda tertarik pada agama Islam ?

4. Apa saja yang Anda lakukan untuk memenuhi keingintahuan Anda tentang

agama Islam ?

5. Bagaimana proses yang terjadi dalam diri Anda hingga Anda menjadi seorang

muallaf ?

6. Apa yang ada di dalam benak dan pikirkan Anda ketika memutuskan untuk

berpindah agama ?

7. Apakah ada hambatan dalam diri Anda ketika memutuskan untuk menjadi

muallaf ?

8. Apakah Anda memberitahukan kepada keluarga ketertarikan Anda pada

agama Islam sebelum memutuskan menjadi muallaf, dan bagaimana cara

Anda memberitahukannya ?

9. Bagimana sikap keluarga ketika mengetahui Anda tertarik mendalami agama

Islam ?

10. Apakah Anda memberitahukan kepada keluarga ketika Anda memutuskan

untuk menjadi muallaf , dan bagaimana cara Anda memberitahukannya?

11. Bagimana sikap keluarga ketika mengetahui Anda memutuskan untuk menjadi

seorang muallaf ?

12. Apakah ada hambatan dari keluarga ketika Anda memutuskan untuk menjadi

muallaf ?

13. Bagaimana hubungan Anda dengan keluarga saat ini ?

14. Menurut Anda, apa yang membuat Anda mampu menjaga hubungan baik

dengan keluarga walaupun ada perbedaan agama antara Anda dengan

keluarga?

Page 119: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

15. Bagaimana kegiatan beribadah Anda ketika memutuskan untuk menjadi

muallaf hingga sekarang?

16. Dalam hal apa saja biasanya Anda terbuka terhadap keluarga untuk

membicarakan suatu masalah ?

17. Menurut Anda, apa yang menyebabkan Anda tidak mau membicarakan

masalah dalam keluarga ?

18. Bagaimana Anda bertanggung jawab, ketika tahu bahwa Anda telah

melakukan kesalahan ?

19. Bagaimana sikap anggota keluarga lain, ketika Anda menghadapi masalah ?

20. Bagimana sikap Anda ketika salah satu anggota keluarga melakukan

kesalahan ?

21. Masukan seperti apa yang biasanya dianggap sesuai dalam keluarga Anda ?

22. Apakah dalam melakukan pembicaraan, anggota keluarga Anda selalu

mengevaluasi ?

23. Bagaimana sikap keluarga Anda ketika Anda melakukan pekerjaan atau

melakukan sesuatu dengan baik ?

24. Sejauhmana keterlibatan Anda dalam melakukan pembicaraan ?

25. Apakah dalam keluarga Anda sering menuntut agar pendapat Anda dapat

diterima oleh keluarga lainnya ?

Wawancara dengan Keluarga Leo

1. Apakah Anda tahu ketika Leo sedang mendalami agama Islam ?

2. Apa yang Anda rasakan ketika mengetahui Leo memutuskan untuk berpindah

agama ?

Page 120: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

3. Bagaimana sikap Anda terhadap Leo setelah mengetahui bahwa Leo telah

berpindah agama ?

4. Bagaimana sikap Anda ketika Leo melakukan ibadah di rumah ?

5. Bagaimana suasana kekeluargaan dalam rumah Anda setelah salah satu

keluarga Anda berbeda keyakinan dengan anggota keluarga lainnya ?

Page 121: kegiatan komunikasi persona seorang mualaf

Surat Pernyataan

Yang bertandatangan di bawah ini,

Nama : Leo (nama panggilan)

Status : Belum menikah

Waktu pelaksanaan :

• 27 Desember 2005, Tempat tinggal Leo di daerah Bekasi,

pukul 12.30.

• 22 Januari 2006, Dunkin Donuts, Jl. Sabang, Jakarta.

Pukul 17.30

• 12 Maret 2006, Tempat tinggal penulis di Jl. Dago Asri 1,

Bandung. Pukul 14.00

• 8 April 2006, Tempat tinggal Leo di daerah Bekasi, pukul

11.00

• 28 dan 30 Mei 2006, Wawancara via telepon, pukul 21.00

Menyatakan benar-benar telah dilakukan wawancara mendalam sehubungan

dengan penulisan skripsi yang berjudul: Kegiatan Komunikasi Persona Seorang

Muallaf.

Telah mengadakan wawancara dengan:

Nama : Khaerunnisa

NPM : 10080001005

Bidang kajian : Hubungan Masyarakat

Wawancara ini dilakukan dengan sebenar-benarnya tanpa ada rekayasa dan

intervensi dari pihak manapun dan hasilnya hanya untuk kepentingan penelitian

semata.

Bandung, 14 Juni 2006

Leo