131
PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN PEDAGANG KAKI LIMA ASAL DAERAH PADANG DI SANDRATEX REMPOA CIPUTAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh BIMO HARYO UTOMO NIM: 109054100016 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27036... · 2015-08-25 · PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN PEDAGANG KAKI LIMA

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP PERKEMBANGANPEDAGANG KAKI LIMA ASAL DAERAH PADANG DI

SANDRATEX REMPOA CIPUTAT

SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

BIMO HARYO UTOMONIM: 109054100016

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIALFAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA2015

Lembar Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di Universita Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universita Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya asli saya atau merupakan jiplakan

dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Universita Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Januari 2015

Bimo Haryo Utomo

i

ABSTRAK

Bimo Haryo Utomo

Peran Modal Sosial terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima AsalDaerah Padang di Sandratex Rempoa Ciputat.

Perkembangan jumlah pedagang kaki lima mengalami peningkatan dari tahunke tahun. Pedagang kaki lima yang terdapat di Sandratex antara lain pedagangkebutuhan rumah tangga, pakaian, masakan matang, dan pedagang lainya. Salahsatu usaha pedagang kaki lima yang telah mampu menunjukkan perkembanganyang cukup signifikan adalah pedagang kaki lima. Sekitar tahun 2002-an jumlahpedagang kaki lima di Sandratex hanya sekitar 5 pedagang dan sampai saat inijumlah pedagang kaki lima tersebut menjadi lebih dari 150 pedagang kaki lima.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam tentang peran modalsosial terhadap perkembangan pedagang kaki lima asal daerah padang diSandratex Rempoa Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan di Sandaratex, KelurahanRempoa Ciputat dengan menggunakan pendekatan Kualitatif yang kemudiandituangkan dalam metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan denganwawancara dan observasi mendalam mengenai kegiatan paguyuban arisanpedagang kaki lima dan aktivitas perkembangan pedagang kaki lima. Kegiatanpaguyuban arisan PKL dibentuk untuk menjalin rasa kekeluargaan antarpedagang, mempererat hubungan persaudaraan, memperluas jaringan kerja samadengan kelompok pedagang lainya, mempermudah untuk mendapatkan modalusaha yang didapatkan dari hasil arisan pedagang, memperoleh hasil keuntunganberdagang yang meningkat karena dengan berdagang berkelompok banyakmengundang pembeli di pusat keramaian manapun, jadi dengan adanya kegiatanpaguyuban arisan ini banyak manfaat yang didapatkan pedagang.

Modal sosial yang telah berperan dalam membangun norma aturan yangdisepakati antar pedagang yaitu aturan dalam berdagang tidak saling menjatuhkanantar pedagang, bersaing secara sehat antar pedagang, tidak terjadinya konflikantar pedagang, trust saling menghormati antar pedagang, saling membantu antarpedagang baik pada saat berjualan maupun tidak berjualan, rasa percaya untukmeminjamkan modal usaha, jaringan terdapatnya informasi letak lokasiberdagang, terdapatnya modal usaha yang didapatkan antar pedagang, suplaibarang dagangan yang didapatkan pedagang menjadi mudah, murah, danmenguntungkan. Dalam taraf ini PKL telah mampu memberikan manfaat bahwamodal sosial sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan perekonomianmasyarakat

ii

Kata Pengantar

Segala puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan segala karunia besar-Nya kepada kita semua, penggenggam setiap

kejadian, pengangkat setiap kemuliaan dan penyempurna kebahagiaan. Shalawat

serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hamba

pilihan yang membimbing umatnya untuk menemui jalan Tuhan-Nya dan seluruh

keluarga, sahabat serta umat-Nya sepanjang zaman.

Hanya ucapan alhamdulillahi rabbil alamin yang tiada terkira penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Besar, Maha Pengasih dan Maha

Penentu Segalanya karena dengan kasih sayangNya, ridhoNya, kebesaranNya

telah memberikan kelancaran serta kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan

skripsi dengan judul “Peran Modal Sosial Terhadap Perkembangan Pedagang

Kaki Lima Asal Daerah Padang Di Sandratex Rempoa Ciputat”.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu, memberikan dorongan serta motivasinya,

diantaranya:

1. Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada, MA dan segenap civitas

akademik UIN Jakarta yang telah menyediakan fasilitas dan wadah bagi

penulis dan kawan-kawan mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri.

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Arief Subhan,

M.Ag beserta jajaran Pudek-Pudek Fakultas atas keramahan, perhatian,

iii

teguran, nasihat, bimbingan daan ketidak terbatasan pelimpahan ilmunya

kepada penulis selama 4 (empat) tahun kuliah di UIN Jakarta.

3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Kesejahteraan Sosial,

Siti Napsiyah, MSW dan Ahmad Zaky, M.Si.

4. Ahmad Zaky, M.Si selaku dosen pembimbing Skripsi, yang dengan sabar

dan penuh pengertian membimbing penulis serta memberikan solusi dan

waktu untuk bersama-sama berdiskusi dan yang telah banyak meluangkan

waktunya serta banyak memberikan masukan kepada penulis mengenai

penelitian yang penulis kerjakan semoga Allah SWT memberikan

kesehatan.

5. Dosen-dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial tercinta dan favorit

selama kuliah di UIN Jakarta yang telah banyak membantu sehingga

penulis bisa seperti sekarang ini.

6. Kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, Babeh Slamet

Riyadi, dan Mamih Suparni yang telah memberikan support, baik moril

maupun materil. Berkat doa Mamih dan Babeh, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan

perlindungan, kesehatan dan keselamatan kepada Babeh dan Mamih.

7. Kakakku Mba Hanny, Mba Winna, Kakak Iparku Bang Oom, dan

Keponakanku yang paling manis Ameerah yang juga tak henti-hentinya

memberikan semangat, nasihat dan selalu memberikan perhatian dan

motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

iv

8. Terima kasih juga untuk Keluarga besar Mbah Rameli, Keponakan,

Budeh, Pakdeh, dan Mbah pokoknya yang selalu memberikan doa yang

terbaik untuk penulis.

9. Terima kasih juga untuk para informan dan kelompok paguyuban arisan

pedagang kaki lima Sandratex yang telah bersedia penulis wawancarai

berkaitan dengan pengumpulan data dalam penulisan skripsi.

10. Dan terakhir juga yang terpenting, untuk semua sahabat-sahabat KESSOS

angkatan 2009 terbaik, terhebat, terkompak yang menemani, membantu

kapanpun, apapun dan dimanapun dan dalam keadaan yang bagaimana

pun selalu memberikan kenangan indah persahabatan, kebersamaan,

pertemanan terutama Bro Man (Sahabat) Aldi, Panji, Ugi, Fahry, Maygie,

Ali, Wanto, Dony, Ajib, Kuro, Ghoz, Syamsudin dan Heru. terima kasih!

Akhirnya, masukan saran dan kritik semoga memberikan tambahan ilmu yang

berharga bagi penulis untuk terus belajar dan memperbaiki diri dalam

mengamplikasikan ilmu yang didapat semoga skripsi penulis yang telah dibuat

memberikan banyak manfaat dan ilmu yang banyak untuk pembaca maupun

penulis.

Jakarta, 30 Desember 2014

Penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... iKATA PENGANTAR ................................................................................... iiDAFTAR ISI ................................................................................................... vDAFTAR TABEL............................................................................................ viiDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 8C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 9

1. Tujuan Penelitian ................................................................. 92. Manfaat Penelitian .............................................................. 9

D. Tinjauan Kepustakaan ............................................................... 10E. Metode Penelitian ...................................................................... 12F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 16G. Sistematika Penulisan ............................................................... 19

BAB II TINJAUAN TEORITISA. Pengertian Peran ...................................................................... 21B. Modal Sosial ............................................................................ 23

1. Sejarah Modal Sosial ......................................................... 232. Pengertian Modal Sosial .................................................... 243. Komponen Modal Sosial ..................................................... 28

a. Trust............................................................................... 28b. Jaringan.......................................................................... 30c. Norma ............................................................................ 30

C. Pengertian Perkembangan ....................................................... 32D. Pedagang Kaki Lima ................................................................. 34

1. Sejarah Pedagang Kaki Lima ............................................. 342. Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima ................................. 373. Letak Lokasi Usaha Pedagang Kaki Lima........................... 41

BAB III PROFIL KELURAHAN REMPOAA. Profil Kelurahan Rempoa ........................................................ 44

1. Kondisi Geografis................................................................ 44B. Kondisi Demografi Desa ........................................................ 47C. Kondisi Psikografi Desa .......................................................... 50

1. Pengaruh Lingkungan Geografis ......................................... 50

vi

D. Permasalahan ........................................................................... 511. Permasalahan Sarana dan Prasarana.................................... 512. Permasalahan Pengembangan SDM.................................... 523. Permasalahan Pengembangan Usaha Ekonomi

Produktif .............................................................................. 534. Permasalahan Sosial ............................................................ 545. Visi, Misi, dan Prinsip dari Masyarakat .............................. 546. Tujuan.................................................................................. 557. Prinsip.................................................................................. 56

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIANA. Perkembangan Pedagang Kaki Lima Sandratex........................ 57B. Peran Modal Sosial Terhadap Perkembangan

Pedagang Kaki Lima ............................................................... 581. Kegiatan Paguyuban Arisan Pedagang Kaki Lima.............. 58

BAB V PENUTUPA. Kesimpulan ................................................................................. 80B. Saran ............................................................................................ 81

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan UMKM Tahun 2012 .............................. 2

Tabel 1.2 Jumlah Informan ............................................................ 15

Tabel 3.1 Data penduduk menurut kelompok pendidikan .............. 48

Tabel 3.2 Data penduduk menurut mata pencarian ........................ 48

Tabel 4.1 Temuan Dan Analisis Data Lapangan ............................ 77

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Wilayah Rempoa .................................................... 44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan usaha mengajukan konsep tentang usaha skala

kecil/menengah dengan lebih menekankan pada kualitas/mutu dari pada

kriteria kuantitatif untuk membedakan perusahaaan usaha kecil-menengah dan

besar merupakan bagian kekuatan pendorong pembangunan ekonomi. Selain

berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi dalam

peningkatan pendapatan masyarakat, kegiatan usaha juga mampu

menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha. Terbatasnya lapangan

pekerjaan yang tersedia seharusnya menjadikan masyarakat terpacu untuk

mencari peluang usaha sendiri agar tidak tergantung pada lembaga tertentu

yang menyediakan pekerjaan.1

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM mempunyai peranan

yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain

berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga

berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis

ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, di mana

banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti

aktifitasnya, sektor usaha kecil dan menengah (UKM) terbukti lebih tangguh

dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi

1 Dr. Sartika Tiktik Partomo M.S, Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2002), h. 19

2

oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan

sektor swasta di fokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini seringkali

terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum

mampu bersaing dengan unit usaha lainnya.2

Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan usaha kecil menengah

(UKM) dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan

partisipasi aktif UKM dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam

kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan

melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Terlebih lagi

keberhasilan kegiatan perekonomian masyarakat baik di perkotaan maupun

perdesaan sebagian besar banyak dibantu oleh kegiatan usaha yang masih

didominasi oleh usaha-usaha skala mikro dan kecil dengan pelaku utama para

petani, buruh tani, pedagang sarana produksi dan hasil pertanian, pengolah

hasil pertanian, serta industri rumah tangga.3

Table 1.1

Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Tahun 2012.4

2 Ibid.,h. 203 Ibid.,h. 254 www.depkop.go.id/data-usaha-mikro-kecil-menengah-umkm-dan-usaha-besar-ub-

tahun-2011-2012 (Diakses pada 3 September 2013, Pukul 14.30 WIB).

No Indikator Tahun 20121 Unit Usaha

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(UMKM)

56.534.592

2 Tenaga Kerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM)107.657.509

3

Data tersebut sekilas memberikan gambaran betapa besarnya aktivitas

perkembangan data usaha UMKM di Indonesia dan dampaknya bagi

kemajuan ekonomi bangsa. Oleh sebab itu, usaha kecil dalam kehidupan

masyarakat, tidak dapat dipandang sebelah mata walaupun dalam

pengembangannya seringkali menghadapi berbagai hambatan terutama dalam

persaingan dengan usaha besar.

Upaya yang di lakukan pemerintah dalam pengembangan UKM perlu

mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat

agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya.

Kebijakan pemerintah ke depan perlu di upayakan lebih kondusif bagi tumbuh

dan berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam

memberdayakan UKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang

saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Oleh karena itu usaha kecil menengah harus mendapat dukungan penuh

oleh pemerintah serta harus di buatkan payung hukum yang jelas, atau di buat

satu wadah kelompok usaha kecil yang di kordinir dan mendapat perlindungan

dari pemerintah. Selain itu pemerintah harus menyediakan tempat usaha dan

modal usaha agar usaha kecil menegah bisa lebih berkembang dan juga dapat

membuka lapangan pekerjaan yang lebih besar lagi dan juga dapat

mengurangi jumlah pengangguran dan juga agar perekonomian lebih stabil

dengan adanya sektor dari usaha kecil menengah.

4

Dalam menjalankan usaha kecil menengah perlu adanya peran modal

sosial sebagai pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki bersama dan

membentuk komunitas atau kelompok, serta pola hubungan yang

memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif.

Modal sosial ini merujuk pada organisasi-organisasi, struktur, dan hubungan-

hubungan sosial yang dibangun sendiri oleh komunitas, terlepas dari

intervensi pemerintah atau pihak lain.

Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap individu belajar dan mau

mempercayai individu lain sehingga mereka mau membuat komitmen yang

dapat dipertanggung jawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk

hubungan yang saling menguntungkan. Modal sosial sangat penting bagi

komunitas karena : mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas,

Menjadi media pembagian kekuasaan dalam komunitas, mengembangkan

solidaritas, memungkinkan pencapaian bersama, dan membentuk perilaku

kebersamaam dan berorganisasi komunitas.5

Modal sosial yang telah berperan diantara pedagang kaki lima saling

memberikan informasi dan bantuan terkait lokasi usaha yang strategis, modal

usaha, kelompok usaha. Selain itu kegiatan PKL biasanya dimulai dari

informasi kerabat, teman, tetangga atau keluarga yang telah berjualan

sebelumnya. Mereka saling membantu dalam permodalan, suplai barang

dagangan, tempat tinggal dan informasi, seperti informasi tempat berjualan,

5 Bobi B. Setiawan, 2004, ”Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi Ruang diKampung”, Universitas Gadjah Mada, dalam Info URDI Volume 17, Yogyakarta.

5

dan lain sebagainya. Dalam taraf ini PKL telah mampu memberikan manfaat

bahwa modal sosial sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan

perekonomian masyarakat.

Dalam perkembangannya pedagang kaki lima Sandratex berkembang

dengan baik dan dapat bertahan menghadapi persaingan usaha. Dapat dilihat

dari perkembangan jumlah pedagang kaki lima yang mengalami peningkatan

cukup tinggi dari tahun ke tahun. Kemampuan berkembang dan bertahan

menghadapi persaingan usaha pedagang kaki lima, dijadikan faktor

keterampilan dan semangat kerja yang tinggi, juga didorong dengan peran

modal sosial diantara para pedagang kaki lima.

Pedagang kaki lima adalah satu pekerjaan yang paling nyata dan paling

penting di kebanyakan kota di Negara-negara sedang berkembang pada

umumnya. Perdagangan pertama kali terjadi, sejak nenek moyang dahulu,

ribuan tahun lalu. kemunculan PKL dimulai pada masa penjajah belanda di

Indonesia. Istilah “kaki lima”pertama kali muncul di masa penjajah belanda.

Pada zaman dahulu penjajah belanda Sarana untuk pejalan kaki itu disebut

trotoar. Lebar trotoar untuk pejalan kaki adalah lima kaki atau sekitar satu

setengah meter. Saat Indonesia merdeka, trotoar untuk pejalan kaki di

manfaatkan pedagang untuk berjualan. Selain trotoar, emperan toko di jadikan

tempat berjualan. Awalnya sebut pedagang emperan, lama-lama menjadi

pedagang kaki lima atau PKL. Sumber lain, PKL adalah pedagang yang

menggunakan gerobak beroda. Jika roda gerobak ditambahkan dengan kaki

6

pedagang, maka berjumlah lima, maka di sebutlah pedagang kaki lima atau

PKL.6

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai pedagang kaki lima saat ini

sangat mudah mencari keberadaan pedagang kaki lima. Karena salah satu

karakteristik pedagang kaki lima adalah mendekatkan diri kepada pembeli

dengan kata lain pedagang kaki lima berjualan di lokasi strategis, yang

terdapat di wilayah Sandratex Ciputat yang berjualan di pinggir trotoar,

berjualan setiap hari sabtu dan minggu. Namun saat ini trotoar tersebut di

jadikan lapak berdagang kaki lima yang ditempati selama bertahun-tahun

lamanya sehingga mengganggu arus lalu lintas dan keselamatan para

pedagang dan pembelinya, dan membuat arus lalu lintas menjadi macet.

Waktu berjualan PKL di mulai dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 11.00.

Terdapat 150 PKL yang berjualan di Sandratex Ciputat.

Terdapatnya kegiatan paguyuban arisan PKL dibentuk untuk menjalin

rasa kekeluargaan antar pedagang, mempererat hubungan persaudaraan,

memperluas jaringan kerja sama dengan kelompok pedagang lainya,

mempermudah untuk mendapatkan modal usaha yang didapatkan dari hasil

arisan pedagang, memperoleh hasil keuntungan berdagang yang meningkat

karena dengan berdagang berkelompok banyak mengundang pembeli di pusat

keramaian manapun, jadi dengan adanya kegiatan paguyuban arisan ini

banyak manfaat yang didapatkan pedagang.

6 Permadi Gilang, S.S, Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini, (Jakarta:Yudhistira, 2007) Cet 1, h. 2

7

Pengunjung terus memadati area bazar rakyat Sabtu-Minggu Sandratex

di Jl. Juanda Ciputat, Tangerang Selatan, sejak pagi, Sabtu (16/8/2014),

sekitar pukul 06.00 WIB. Beraneka barang kebutuhan rumah tangga, pakaian,

makanan, alat perbengkelan, dan aksesoris kendaraan dijajakan di bazaar

Sabtu-Minggu Sandratex tersebut hinggga pukul 10.00 WIB. Para pedagang

menempati lapaknya di kanan-kiri dan marka pembatas jalan masuk lokasi

pabrik tekstil PT Sandratex di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur,

Tangsel tersebut. Aktivitas warga berbelanja atau sekedar cuci mata melihat-

lihat berbagai barang di lokasi bazar menyebabkan arus lalu lintas kendaraan

dari arah Ciputat ke Pasar Jumat menjadi tersendat. Apalagi jumlah pedagang

bazaar Sabtu-Minggu Sandratex tidak lagi tertampung di jalan utama masuk

pabrik tekstil tersebut sehingga meluber ke pinggir jalan di sepanjang Jl

Juanda.7

Kepadatan arus lalu lintas di Jalan Juanda Ciputat Tangerang Selatan

khususnya di ruas jalan dari pertigaan Gintung hingga Sandratex, telah

mencair beberapa jam lalu, seiring berakhirnya pasar kaget di kawasan itu.

Pasar kaget hanya berlangsung setiap Sabut dan Minggu, pukul 05.00-11.00

WIB. Para pedagang menggelar lapak dagangnya sejak di depan pintu gerbang

bekas pabrik tekstil Sandratex hingga jalan raya sekitar 50 meter dan

melimpah ke pinggir jalan utama tersebut. Pengunjung sangat antusias

mendatangi pasar kaget baik mereka yang sengaja datang untuk berbelanja

atau mampir setelah berolah raga jalan sehat. Apalagi lokasinya tidak jauh dari

7 http://jakarta.bisnis.com/read/20140816/383/250410/bazar-sabtu-minggu-sandratex-di-ciputat-banyak-peminat. (Diakses pada 26 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB)

8

Danau Situgintung yang kini menjadi area rekreasi dan olah raga warga

setempat.8

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mencoba untuk

mengkaji secara lebih mendalam mengenai peran modal sosial terhadap

pedagang kaki lima asal daerah padang.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi pembatasan

masalah adalah Peran Modal Sosial terhadap Perkembangan Pedagang

Kaki Lima Asal Daerah Padang di Sandratex Rempoa Ciputat.

2. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah tersebut, dapat dilihat permasalahan yang akan

muncul dan dapat dijelaskan dalam penulisan ini. Penulis akan

merumuskan perumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Peran Modal Sosial terhadap perkembangan pedagang kaki

lima asal daerah padang di Sandratex Rempoa Ciputat?

8 http://kabar24.bisnis.com/read/20130216/78/1073/pasar-kaget-tangerang-selatan-macetkan-arus-lalu-lintas. (Diakses pada 26 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB).

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah di rumuskan, maka tujuan

yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk menggambarkan peran modal sosial dalam membangun dan

mengembangkan pedagang kaki lima asal daerah padang di

Sandratex Rempoa Ciputat.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan muncul dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut, yaitu:

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi

pengembangan baru dalam peran modal sosial terhadap perkembangan

pedagang kaki lima pada sektor informal.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini penulis berharap bisa memberikan informasi bagi siapa

saja yang ingin mengetahui tentang peran modal sosial terhadap

perkembangan pedagang kaki lima asal daerah padang di Sandratek

Rempoa Ciputat. Bagi penulis dapat menambah wawasan ilmiah dalam

bidang studi mengenai peran modal sosial yang ada.

10

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan penulis guna menghindari unsur kesamaan

dengan skripsi lain. Penulis menemukan skripsi sebagai berikut:

Nama : Rahmi Garnasih

NIM : 106032201119

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Perempuan

pada Sektor Informal (Studi Kasus Pada Pedagang Warung

Nasi)

Sebelum penelitian ini memasuki tahap pengambilan data di lapangan,

peneliti berusaha mencari penelitian yang sudah pernah dilakukan dan

tentunya memiliki kajian yang hampir sama.

Pertama, penelitian dengan judul “Peran Modal Sosial dalam

Pemberdayaan pada Sektor Informal (Studi Kasus Pada Pedagang Warung

Nasi)”. Penelitian ini di lakukan oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Rahmi Ganarsih. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah

pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data, wawancara dan

observasi pedagang perempuan yang berlokasi di pasar Depok Lama Pancoran

Mas Depok. Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab oleh peneliti ialah:

11

Bagaimana gambaran modal sosial dan pemberdayaan perempuan pedagang

nasi pada sektor Informal di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok?; untuk

mengetahui apakah modal sosial member kontribusi terhadap pemberdayaan

perempuan pada sektor Informal di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok?

Permasalahanya penelitiannya akan dijawab pada penelitian ini yaitu

mengetahui gambaran modal sosial dan perananya terhadap pemberdayaan

perempuan pada sektor informal. Teori yang digunakan adalah modal sosial

menurut James Coleman sebagai konsep yang terdiri dari berbagai norma,

trust dan jaringan semuanya akan melalui perananya dalam mempengaruhi

pemberdayaan perempuan di sektor informal dilihat dari perempuan bekerja

sebagai pedagang warung nasi di Pasar Depok Lama Kelurahan Pancoran Mas

Depok.

Penelitian ini menghasilkan jawaban modal sosial oleh pedagang

mencerminkan norma informal berlanjut kepada timbulnya trust diantara

pedagang dan pihak-pihak yang berinteraksi dengan pedagang sehingga

adanya nilai-nilai yang dibangun bersama (sosiabilitas). Tindakan aturan-

aturan informal yang berlaku dikelompok pedagang mampu mereka patuhi

bersama, meskipun tidak ada perjanjian tertulis. Sehingga aturan-aturan

informal tersebut menjadi norma-norma tersendiri yang berkembang serta di

laksanakan secara bersama-sama9

9 Rahmi Ganarsih, Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Perempuan pada SektorInformal (Studi Kasus Pada Pedagang Warung Nasi), (Ciputat: FISIP UIN, 2011).

12

E. Metodologi Penelitian

A. Pendekatan Penelitian.

Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif. Metode

penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian temuan-

temuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik. Seperti yang di

lakukan pada penelitian tentang kehidupan, riwayat dan prilaku seseorang,

peranan organisasi, gerakan sosial atau hubungan timbal balik.

Menurut Bodgan dan Taylor yang dikutip oleh Basrowi dan

Suwandi, mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat di amati. Menurut Bodgan,

pendekatan ini di arahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh.10

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu

penelitian yang berupaya menghimpun dan menggali data, baik berupa

kata-kata maupun tulisan dari orang-orang yang diamati guna

mendapatkan data-data yang di perlukan kemudian mengolah dan

menganalisanya secara deskriptif.

Kata deskriptif berasal dari bahasa inggris “description” yang

berarti penggambaran, kata kerjanya adalah “to describe” artinya

menggambarkan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

10 h Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), h. 25

13

dimaksudakan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu

gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya.11

Selain itu peneliti juga menggunakaan metode penelitian

triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau

data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian

kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei.

Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang

utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode

wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan

wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya.

Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk

mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau

pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena

itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh

dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.12

Jadi, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif

dengan alasan karena penelitian kualitatif bertujuan untuk menentukan dan

menggali data dari yang di amati oleh penulis, di mana penulis tidak hanya

meneliti prilaku subyek akan tetapi penulis berusaha menyelami fenomena

kehidupan perkembangan pedagang kaki lima, seperti cara pedagang kaki

11 M. Meden Ridwan, ed, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, (Bandung: Nuansa,2001), h. 229.

12 http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/270-triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html, (Diakses pada 24 September 2014, Pukul 23.00 WIB).

14

lima berjualan, bagaimana pedagang kaki lima terbentuk dari awal

mulanya 5 pedagang tetapi berjalanya waktu pedagang kaki lima makin

bertambah banyak.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari awal bulan September 2013 – Mei

2014. Dengan catatan penelitian berakhir jika data-data yang di perlukan

telah selesai. Lokasi penelitian di lakukan di Sandratex Rempoa Ciputat.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini peneliti wawancarai informan sebanyak 11

orang serta pihak-pihak terkait di dalam kegiatan perdagangan maupun

kelompok pedagang kaki lima sandratek.

Adapun objek penelitian adalah Peran Modal Sosial Terhadap

Perkembangan Pedagang Kaki Lima di Pasar Tumpah Sandratex Rempoa

Ciputat.

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang sering digunakan

adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Seperti telah

dikemukakan bahwa, purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu

ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang

kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.

15

Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang

pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini

dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum

mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi

yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikianlah jumlah

sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang

menggelinding, lama-lama menjadi besar.13

Table 1.2

Jumlah Informan

No Informan Informasi Data Jumlah1 Lurah dan Staf

KelurahanData Profil Kelurahan 2 Orang

2 Pedagang Wawancara Terbuka 5 Orang3 Pembeli Wawancara Terbuka 2 Orang4 Pengguna Jalan Wawancara Terbuka 2 Orang

JUMLAH 11 Orang

D. Macam dan Sumber Data

Penelitian yang di lakukan oleh penulis dengan mencari data-data

dari pihak pedagang kaki lima yang terdaftar dalam kelompok pedagang

kaki lima di Sandratex Rempoa Ciputat.

Data yang diperoleh terbagi menjadi dua macam data, yaitu:

13 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Alfabeta,Bandung, 2009), Cet 8, h. 218

16

1. Data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari lapangan, baik

berupa data fisik maupun data bersifat sosial ekonomi.14

2. Data sekunder, yakni data yang diperoleh, baik melalui perpustakaan

maupun melalui instansi-instansi yang berwenang. Data ini

merupakan data pendukung dari objek yang akan diteliti.15

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila di bandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan

kuisioner. kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan

orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek

alam yang lain. Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Prof. Dr.

Sugiyono mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan

psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan

dan ingatan.16

Observasi juga bisa di katakan cara untuk memperoleh data dalam

bentuk pengamatan serta mengadakan pencatatan secara tertulis yang

dihasilkan dari hasil observasi. Teknik observasi yang peneliti lakukan

14 Waluya Bagja, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, (PT Setia PurnaInves, Bandung, 2007), Cet 1, h. 62

15 Ibid., h. 6316 Menurut Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh Prof. Dr. Sugiyono, Memahami

Penelitian Kualitatif, (Alfabeta, Bandung, 2009), h. 145.

17

bersifat langsung yaitu mendatangi pedagang kaki lima yang ada

diwilayah Sandratex yang mana terdapat informan sebagai

observer/partisipan.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondenya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri

pada laporan tentang diri sendiri, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan

dan atau keyakinan pribadi. Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Prof.

Dr. Sugiyono mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh

peneliti dalam menggunakan metode wawancara adalah sebagai berikut.

1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang

dirinya sendiri.

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah

benar dan dapat dipercaya.

3. Bahwa interpetasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang

dimaksudkan oleh peneliti.

18

Wawancara dapat di lakukan secara terstruktur maupun tidak

terstruktur, dan dapat di lakukan melalui tatap muka (face to face) maupun

dengan menggunakan telepon.17

Penelitian ini menggunakan wawancara terbuka tak berstruktur

dengan cara mengajukan pertanyaan yang tidak terikat dan lebih bebas

berdasarkan pedoman pertanyaan yang di miliki oleh penulis untuk

memperluas informasi yang di butuhkan. Untuk mendukung analisa

tersebut, penulis melakukan wawancara secara langsung kepada 5

pedagang kaki lima serta informan lainya seperti tokoh masyarakat, staff

kelurahan, pembeli, pengelola PKL dan pengguna jalan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara. Dengan metode

dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.

Dalam menggunakan metode dokumentasi ini penulis memegang

check-list untuk mencari variabel yang sudah di tentukan. Dalam studi

dokumentasi foto lebih banyak di gunakan sebagai alat penelitian kualitatif

karena dapat di pakai dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data

yang deskriptif yang cukup berharga dan sering di gunakan untuk

17 Menurut Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh Prof. Dr. Sugiyono, MemahamiPenelitian Kualitatif, (Alfabeta, Bandung, 2009), h. 137.

19

menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering di analisis secara induktif.

Terdapat kategori foto yang di hasilkan oleh orang dan foto yang di

hasilkan oleh peneliti sendiri.18

Teknik ini dilakukan dengan cara mengkategorikan

(mengklasifikasikan) kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang

berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau

informasi yang dibutuhkan. Sumbernya berupa dokumen, buku, majalah,

Koran dan lain-lain. Data yang diambil adalah data sekunder.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 bab yang penulis uraikan dengan

penjelasan singkat sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai

masalah dengan teknik penulisan yang meliputi latar belakang

masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika

penelitian

BAB II Tinjauan Teoritis, dalam bab ini penulis akan memaparkan teori

mengenai modal sosial, sejarah modal sosial, pengertian modal

sosial, komponen modal sosial, definisi perkembangan, sejarah

pedagang kaki lima, definisi pedagang kaki lima, dan peran usaha

kecil menengah.

18 Bogdan dan Biklen, Metodologi Penelitian Kualitatif, (1982), h. 102.

20

BAB III Gambaran Umum, dalam bab ini penulis akan menjelaskan data

mengenai profil Kelurahan Rempoa serta data mengenai kelompok

pedagang kaki lima asal daerah padang Sandratex Rempoa Ciputat.

Serta penulis akan memaparkan mengenai gambaran kelompok

pedagang kaki lima.

BAB IV Temuan dan Analisis Data Lapangan, dalam bab ini

menjelasakan mengenai perkembangan pedagang kaki lima dalam

menjalankan usahanya. Serta memaparkan peran modal sosial

dalam perkembangan pedagang kaki lima, dan dampak sosial yang

terjadi dengan adanya keberadaan PKL.

BAB V Penutup, dalam bab ini berisikan kesimpulan, lampiran dan saran

dari penulis.

21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran

1. Pengertian Peran

Peran atau peranan (role), adalah prilaku yang sesuai dengan status

seseorang. Peranan merupakan seperangkat prilaku yang diharapkan dari

seseorang yang menduduki suatu posisi atau kedudukan tertentu dalam

masyarakat.19

Peran mempunyai kaitan yang sangat erat dengan status (kedudukan),

walaupun terlihat berbeda tetapi keduanya sangat mempunyai hubungan

erat, sebab seseorang dapat dikatakan berperan pada saat seseorang

tersebut mempunyai kedudukan atau status.

Peran atau sering juga disebut role, peran adalah seperangkat harapan

yang dikenakan individu tertentu yang mempunyai kedudukan sosial

tertentu. Menurut David Berry harapan merupakan hubungan dari norma

sosial, oleh karena itu dapat dikatakan; peran itu ditentukan oleh norma

dalam masyarakat, berarti seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal

yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan tingkah laku.20

Manusia dalam masyarakat diungkapkan sebagai pelaku dari peranan-

peranan sosial, istilah peranan menunjukan bahwa masyarakat mempunyai

peran masyarakat disebut fungsi atau tugas masyarakat, jadi peranan sosial

19 Wigati Mulat Abdullah, Sosiologi, (Jakarta: Grasindo, 2008) h. 60.20 N. Grass WS. Massa dan AW. MC. E achen, “Explaration Role Analysis” dalam

David Berry pokok-pokok pikiran dalam sosiologi, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1995), Cet. 3,h. 99-100.

22

adalah bagian dari fungsi masyarakat. Karena manusia dalam

kehidupanya menempati kedudukan-kedudukan tertentu, oleh karena itu

mereka merasa bahwa setiap kedudukan yang mereka tempati itu

menimbulkan harapan-harapan (expectations) tertentu dari orang-orang

sekitar. Misalnya dalam setiap peranan yang berkaitan dengan pekerjaan,

seseorang diharapkan dapat menjalankan kewajiban-kewajiban yang

berhubungan dengan peranan yang dipegangnya.

Dari penjelasan diatas tentang peranan, dapat disimpulkan beberapa

aspek:21

1. Peranan sosial adalah sebagian dari keseluruhan fungsi masyarakat.

Fungsi pada umumnya adalah suatu pengertian menunjukan

pengaruh khas dari satu bagian terhadap keseluruhan. Masyarakat

sebagai keseluruhan kesatuan hidup bersama mengemban tugas

umum, ialah mencakupi kepentingan umum yang berupa

kesejahteraan spiritual dan material, tata tertib ketentraman dan

keamanan.

2. Pelaku peranan sosial mendapat tempat tertentu dalam tangga

masyarakat sama halnya dengan suatu pementasan sebuah drama,

pelaku-pelaku yang menjalankan peranan sosial diberi tempat dalam

suatu tangga masyarakat.

3. Dalam peranan sosial terkandung harapan-harapan yang khas dari

masyarakat yang hendak diwujudkan.

21 Hendropuspito, Drs. D. Sosiologi Sistematik, h.179-181.

23

4. Peranan sosial dilakukan oleh perorangan atau kelompok tertentu.

B. Modal Sosial

1. Sejarah Modal Sosial

Dikenal ada physical capital, human capital dan social capital yang

merujuk kepada keistimewaan sebuah organisasi sosial, seperti jaringan

kerja, norma-norma, nilai-nilai dan kepercayaan yang memfasilitasi

terciptanya ko-ordinasi dan ko-operasi bagi kepentingan bersama. Social

capital pertama kali diungkap Robert D. Putnam tahun Dikutip oleh Edi

Suharto yang menjelaskan fenomena sosial mengapa tindakan kolektif

gagal pada sejumlah komunitas, tetapi berhasil pada komunitas lainya.

Faktor penyebab kesuksesan tersebut adalah keberadaan social capital.

Belakangan Narayan and Woolcock Dikutip oleh Edi Suharto

mendefinisikan social capital sebagai norma-norma dan jaringan-jaringan

kerja yang membuat orang bertindak secara kolektif. Inti dari definisi

social capital adalah kemampuanya dalam meningkatkan manfaat

investasi physical capital dan human capital. Tanpa social capital

kontribusinya bagi kesejahteraan manusia tidak bermakna. Inilah fungsi

dan peran social capital dalam pembangunan. Kegagalan pembangunan

selama ini diduga karena kurang dipertimbangkannya social capital

sebagai independent variable.22

22 Suharto Edi. PhD, ”Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi”(Jakarta : Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004), h. 81-82.

24

Jika social capital meningkat dengan meningkatnya jumlah orang yang

berpartisipasi dalam asosiasi informal dan jaringan kerja sosial (networks),

maka anggotanya dapat memberikan kontribusi kepada social capital

komunitas mereka, biasanya dengan cara-cara berpartisipasi dalam

perkumpulan olahraga, rekreasi, kelompok RT/RW, pengajian, asosiasi

orang tua murid dan guru, organisasi kepemudaan, organisasi

keperempuanan, organisasi lansia. Satu hal yang perlu diingat bahwa

kinerja social capital tergantung pada partisipasi aktif anggotanya: ikut

bermain dalam sebuah tim olahraga, bukan hanya jadi penonton;

bergabung dalam kelompok paduan suara komunitas, bukan hanya

menghadiri konsernya; ikut terlibat dalam arisan warga, bukan hanya

terdaftar sebagai anggota; terlibat dalam kegiatan ritual agama setempat,

bukan beribadah di tempat yang jauh karena kemegahanya.

Perlu diwaspadai jangan sampai koneksi antar-anggota komunitas

melemah atau merenggang. Bila hal ini terjadi, perlu strategi untuk

meningkatkan partisipasi mereka dalam asosiasi informal dan jaringan

sosial. 23

2. Pengertian Modal Sosial

Modal sosial merupakan dua kata gabungan dari modal dan sosial.

Kata modal dalam bahasa inggris yaitu kapital sedangkan kata sosial yaitu

sosial. Dalam kamus Sosiologi kata kapital mengandung arti sumber-

sumber yang dipergunakan untuk tujuan produktif, persediaan aset

23 Suharto Edi. PhD, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, h. 82

25

material suatu masyarakat atau kekayaan (modal).24 Sedangkan kata sosial

mengandung arti sesuatu yang berkenaan dengan prilaku interpersonal

atau yang berkaitan dengan proses sosial.25 Jika digabungkan kata kapital

sosial maka mengandung arti aset-aset yang di miliki umum (modal

sosial).26

Ada beberapa pengertian tentang modal sosial menurut para ahli yang

umumnya dirumuskan berdasarkan kasus-kasus tertentu yang terjadi

dalam masyarakat.

Menurut Pierre Bourdieu dikutip oleh George Rtzer mendefinisikan

modal sosial sebagai “sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki oleh

seseorang berasal dari jaringan sosial yang terlembagakan serta

berlangsung terus menerus dalam bentuk pengakuan dan perkenalan

timbal balik (atau dengan kata lain: keanggotaaan dalam kelompok sosial)

yang memberikan kepada anggotanya berbagai bentuk dukungan

kolektif.27

Dalam pengertian ini modal sosial menekankan pentingnya transformasi

dari hubungan sosial yang sesaat dan rapuh, seperti pertetanggaan,

pertemanan, atau kekeluargaan, menjadi masalah yang bersifat jangka

panjang yang diwarnai oleh perasaaan kewajiban terhadap orang lain.

Menurut Bobi B. Setiawan Modal sosial merupakan pemahaman dan

pengetahuan yang dimiliki bersama oleh komunitas, serta pola hubungan

24 Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Rajawali Press), h. 5525 Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi, h.40826 Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi, h.5627 George Rtzer, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007)

26

yang memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang

produktif. Terminologi ini merujuk pada organisasi-organisasi, struktur,

dan hubungan-hubungan sosial yang dibangun sendiri oleh komunitas,

terlepas dari intervensi pemerintah atau pihak lain.

Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap individu belajar dan

mau mempercayai individu lain sehingga mereka mau membuat komitmen

yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk

hubungan yang saling menguntungkan. Menurut pendapat Lesser (dalam

Bobi B. Setiawan), modal sosial sangat penting bagi komunitas karena :

Mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas, Menjadi media

power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas,

Mengembangkan solidaritas, Memungkinkan mobilisasi sumber daya

komunitas, Memungkinkan pencapaian bersama; dan Membentuk perilaku

kebersamaam dan berorganisasi komunitas.28

Putnam dikutip oleh Rahmat Rais mengkaji tentang kehidupan politik

di Italia menemukaan bahwa modal sosial merupakan unsur utama

pembangunan masyarakat madani (civil community). Modal sosial tersebut

mengacu pada aspek-aspek utama organisasi sosial seperti trust

(kepercayaan), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks)

yang dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat melalui

fasilitasi tindakan dan terkoordinasi.29 Menurut Putnam, kerjasama mudah

28 Bobi B. Setiawan, 2004, ”Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi Ruang diKampung”, Universitas Gadjah Mada, dalam Info URDI Volume 17, Yogyakarta.

29 Rais Rahmat, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, (Jakarta:Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009), h. 117.

27

terjadi di dalam suatu komunitas yang telah mewarisi sejumlah modal

sosial yang substansial dalam bentuk aturan-aturan, pertukaran timbal

balik dan jaringan antar warga.

Fukuyama dalam In Trust: the Social Capital Value and the Creation

of Prosperity, kepercayaan (Trust) muncul jika di masyarakat itu membagi

nilai (Shared Values) sebagai dasar dari kehidupan untuk menciptakan

pengharapan umum dan kejujuran. Dengan kepercayaan, orang tidak akan

mudah curiga yang sering menjadi penghambat dari kesuksesan suatu

tujuan. Di samping itu, jaringan (networks) memiliki dampak yang sangat

positif dalam usaha peningkatan kesejahteraan ekonomi dan mewujudkan

tujuan bersama.30

Definisi lainya yang dikemukakan oleh Fukuyama, Modal sosial di

artikan pada serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama

oleh anggota suatu kelompok yang memungkinkan kerjasama di antara

mereka. Jika anggota kelompok itu yakin bahwa anggota yang lain dapat

dipercaya dan jujur, mereka akan saling percaya. Kepercayaan itu seperti

pelumas yang membuat kelompok atau organisasi dapat dijalankan secara

efisien.31

Sementara itu, Lawang mendefinisikan konsep modal sosial merujuk

pada kekuatan-kekuatan sosial komunitas yang dikontruksikan individu

atau kelompok dengan mengacu pada struktur sosial yang menurut

30 Fukuyama F, Trust: The Social Virtues and Creation of Property, dikutip oleh RahmatRais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, (Jakarta: Litbang dan DiklatDepartemen Agama RI, 2009), h. 114.

31 Francis Fukuyama. Guncangan Besar Kodrat Manusia dan Tatanan Sosial Baru,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 20.

28

penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual atau kelompok secara

efisien dan efektif dengan kapital-kapital lainya.32

Dalam konteks kegiatan kelompok pedagang kaki lima, beberapa

konsep modal sosial yang telah di kemukakan di atas dijadikan sebagai

acuan analisis. Penulis berpendapat bahwa ketahanan dan perkembangan

pedagang kaki lima dibangun sebagai kekuatan yang di miliki kelompok

PKL tersebut. Penulis menunjuk adanya kekuatan sosial sebagai modal

sosial seperti norma, kepercayaan dan jaringan cenderung dapat mencapai

tujuan PKL secara efisien dan efektif. Dengan demikian, PKL dapat

bertahan dan berkembang sampai saat ini.

3. Komponen modal sosial

a. Trust

Trust sebagai benda berarti kepercayaan, keyakinan atau juga rasa

percaya. Sedangkan trust dalam kata kerja berarti proses mempercayai

sesuatu yang jelas sasaranya.

Menurut lawang, trust adalah hubungan antar manusia dua pihak

atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu

atau kedua belah pihak.33 Seperti kasus orang tua yang menyekolahkan

anaknya pada salah satu lembaga pendidikan yang mereka pilih.

Pilihan mereka dilandasi adanya harapan agar anaknya sukses.

32 Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, h. 180.33 Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, h. 46.

29

Kepercayaan di sini mengandung harapan orang tua terhadap lembaga

pendidikan.

Dengan demikian trust menurut lawang terdapat tiga hal yang

terkait yaitu:

1. Hubungan sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih.

Institusi adalah hubungan yang termasuk didalamnya, dalam

pengertian ini diwakili orang.

2. Adanya harapan yang akan terkandung dalam hubungan itu, yang

kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua

belah pihak.

3. Terciptanya interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan

harapan itu akan terwujud.

Elemen ini meliputi kejujuran, keadilan, toleran, keramahan dan

saling menghormati. Sebagaimana dijelaskan menurut Fukuyama

dikutip oleh Rahmat Rais, kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di

dalam sebuah masyarakat yang ditunjukan oleh adanya prilaku jujur,

teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.

Kemudian mencatat bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat

kepercayaaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif,

hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama.34

34 Rais Rahmat, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, h. 118.

30

b. Jaringan.

Pengertian ini meliputi dengan pertukaraan timbal balik, solidaritas

dan kerja sama. Infrastruktur dinamis dan modal sosial berwujud

jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut

memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan

tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.

Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan

sosial yang kokoh. Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain.

Mereka kemudian membangun interelasi yang kental, baik bersifat

formal maupun informal. Putnam berargumen bahwa jaringan-jaringan

sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya

serta manfaat-manfaat dan partisipasinya itu.

Berdasarkan pengertian jaringan yang di bangun dalam penelitian

ini adalah menggunakan kelompok pedagang kaki lima sebagai

institusi yang mewadahi mereka. Sebagai media, kegiatan kelompok

arisan PKL memfasilitasi anggotanya untuk memiliki ikatan sosial

yang kuat untuk membangun relasi dengan individu atau kelompok

lainya.

c. Norma

Menurut lawang, norma adalah aturan-aturan, petunjuk-petunjuk,

harapan-harapan yang bersifat baik, benar dan penting, yang kalau

31

tidak dilaksanakan akan merugikan diri sendiri atau merugikan orang

lain.35

Selain itu lawang, mengatakan norma tidak dapat di pisahkan dari

jaringan dan kepercayan. Kalau struktur jaringan tersebut terbentuk

karena pertukaran sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih, sifat

norma kurang lebih sebagai berkut:

1. Norma itu muncul dari pertukaran yang saling menguntungkan,

artinya jika pertukaran tersebut hanya di nikmati oleh salah satu

pihak saja, pertukaran sosial yang selanjutnya pasti tidak akan

terjadi. Karena itu norma yang muncul dan bukan sekali jadi

melalui satu pertukaran saja. Norma muncul karena beberapa kali

pertukaran yang saling menguntungkan dan ini di pegang terus

menjadi sebuah kewajiban sosial yang harus dipelihara.

2. Norma menyangkut keuntungan yang di peroleh dari suatu

kegiatan tertentu. Orang yang melanggar norma ini yang

berdampak pada berkurangnya keuntungan di kedua belah pihak,

akan di beri sanksi negatif yang keras.

3. Jaringan yang terbina menjamin keuntungan kedua belah pihak

secara merata, akan memunculkan norma keadilan, dan jika

melangar prinsip keadilan akan dikenakan sanksi.

35 Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, h. 68.

32

Pengertian ini yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama

(share value), norma dan aturan-aturan.36 Norma terdiri dan

pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan-

tujuan yang di yakini dan di jalankan bersama oleh sekelompok

orang. Norma-norma di bangun dan berkembang berdasarkan sejarah

kerjasama di masa lalu dan di terapkan untuk mendukung iklim

kerjasama.37

Berbagai pandangan tentang modal sosial itu bukan sesuatu yang

bertentangan. Ada keterkaitan dan saling mengisi sebagai sebuah alat

analisa modal sosial di masyarakat. Modal sosial bisa berwujud

sebuah mekanisme yang mampu mengolah potensi menjadi sebuah

kekuatan rill guna menunjang pengembangan masyarakat.

C. Perkembangan

1. Pengertian Perkembangan

Sejarah istilah perkembangan masyarakat memberi gambaran yang

berwarna-warni. Sampai pada permulaan zaman modern, perkembangan di

mengerti sebagai teologi sejarah keselamatan. Zaman fajar budi bertitik

tolak pada arti yaitu “membuka apa yang dibungkus” dan menekankan

perkembangan (diri) bakat dan kemampuan sebagai dasar untuk kemajuan

yang tetap dan suatu dunia yang semakin baik. Pandangan itu melahirkan

36 Rais Rahmat, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, h. 118.37 Suharto Edi,, Modal Sosial dan Kebijakan Publik, di Akses 13 Maret 2014,

(http://kuntum2008.multply.com/journal).

33

historisme yang beranggapan bahwa sejarah berkembang sendiri menurut

hukum-hukum yang ada di dalamnya. Historisme juga mendasari teori

tahap dari Rostow, apalagi materialism historis dari Marx. Di zaman

kolonial dan kadang-kadang sampai sekarang ini, istilah itu dimengerti

sebagai pengembangan aktif-transitif sumber-sumber daya yang ada,

selanjutnya juga sebagai usaha menciptakan kemakmuran. Sesudah tahun

1945, dengan tampilnya Negara berkembang dipanggung dunia,

pembangunan ekonomi dalam arti pertumbuhan pendapatan per kepala

menjadi titik acuan utama. Berangsur-angsur, tekanan bergeser kembali ke

arah perkembangan diri, maupun dalam arti tanggung jawab itu sendiri.38

Menurut E.B. Harlock perkembangan merupakan serangkaian

perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan

dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat

kualitatif dan kuantitatif. Di maksudkan bahwa perkembangan merupakan

proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan

seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi

antara individu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan

kualitatif dan kuantitatif (dapat di ukur) yang menyebabkan perubahan

pada diri individu tersebut.39

Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat

yang baru, yang berbeda dari sebelumnya, mengandung arti bahwa

38 Muller Johannes, “Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu” (Yogyakarta: Gramedia,2005) h. 148.

39 Ibid., h. 18

34

perkembangan merupakan peubahan sifat individu menuju kesempurnaan

yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya.40

D. Pedagang Kaki Lima

1. Sejarah Pedagang Kaki Lima

Manusia berdagang sebagai mata pencaharian. perdagangan pertama

kali terjadi, yang pasti sudah ada sejak nenek moyang dahulu, ribuan tahun

lalu. Sementara itu, tentang kemunculan pedagang kaki lima (PKL) bisa

dirunut hingga ke masa penjajah belanda di Indonesia. Istilah “kaki lima”

pun pertama kali muncul di masa penjajah belanda.41

Pada zaman dahulu penjajah belanda membuat peraturan bahwa setiap

jalan raya yang dibangun harus menyediakaan sarana untuk pejalan kaki.

Sarana untuk pejalan kaki itu disebut trotoar. Lebar trotoar untuk pejalan

kaki adalah lima kaki (kaki: satuan ukuran panjang yang digunakan

mayoritas bangsa eropa) atau sekitar satu setengah meter. Kemudian, saat

Indonesia merdeka, trotoar untuk pejalan kaki itu di manfaatkan oleh para

pedagang untuk berjualan. Selain trotoar, emperan toko juga dijadikan

tempat berjualan. Waktu itu di sebut pedagang emperan, lama-lama di

sebut menjadi pedagang kaki lima atau PKL.42

Jika mengikuti sejarah, mestinya sebutanya adalah “pedagang lima

kaki”, sesuai dengan luasnya trotoar yang di buat pemerintah belanda.

40 Ibid.41 Permadi Gilang, S.S, Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini, (Jakarta:

Yudhistira, 2007) Cet 1, h. 242 Ibid.

35

Asal usul istilah pedagang kaki lima (PKL) sebenarnya masih simpang

siur dan banyak versi. Jika berpatokan pada trotoar lima kaki (1,5 meter)

yang di buat Belanda, lalu bagaimana dengan pedagang yang

menggunakan gerobak atau pikulan. Padahal mereka juga termasuk PKL.

Mereka sebenarnya tidak berjualan ditrotoar atau emperan toko, mereka di

sebut PKL.43

Terdapat beberapa asal usul penyebutan istilah PKL. Salah satunya

dari trotoar buatan Belanda yang luasanya 1,5 meter (lima kaki), seperti

yang disebutkan di atas. Itu pun sebenarnya tidak begitu tepat. Menurut

seorang tokoh Indonesianis bernama William Liddle, aturan trotoar lima

kaki justru berasal dari bahasa Inggris, five foot (lima kaki). Bapak Liddle

mempercayai bahwa yang membuat aturan tentang pembangunan trotoar

di Indonesia bukanlah Belanda, tetapi Inggris. Inggris memang pernah

mengambil alih kekuasaan atas Indonesia dari Belanda. Yang membuat

trotoar di Indonesia adalah gubernur jenderal asal Inggris, Sir Stamford

Raffles.44

Sementara, menurut sumber lain, istilah PKL adalah untuk menyebut

pedagang yang menggunakan gerobak beroda. Jika roda gerobak

ditambahkan dengan kaki pedagang, maka berjumlah lima, maka

disebutlah pedagang kaki lima atau PKL. Lalu jika kita membuka kamus

umum bahasa Indonesia yang disusun oleh WJS Poerwadarminta dikutip

43 Ibid.,h. 3.44 Ibid.

36

oleh Permadi Gilang, S.S, makna istilah kaki lima itu mempunyai arti

“lantai (tangga) di muka pintu atau di tepi jalan” dan “lantai di beri beratap

sebagai penghubung rumah dengan rumah”.45

Pengertian tersebut lebih mirip dengan pengertian trotoar yang luasnya

lima kaki atau 1,5 meter yang dibuat di masa penjajahan (belanda atau

inggris). Namun, pengertian yang dimaksudkan kamus itu juga bisa

diartikan emperan toko. Karenanya, selain trotoar, PKL juga berjualan

diemperan toko. Ada juga yang membuat istilah lain. Kaki lima diartikan

“kanan kiri lintas manusia.” Maksudanya karena PKL berada dijalur

pejalan kaki (trotoar dan emperan toko), sehingga banyak orang berlalu-

lalang disamping kanan dan samping kiri para PKL.46

Adapun beberapa pengertian PKL (pedagang kaki lima) menurut para

ahli yaitu:

a. Ray Bromley dikutip oleh Ramli Rusli pada umumnya sering di

gambarkan sebagai wiraswasta yang independen dan dengan

demikian bagian terbesar dari mereka adalah pekerja yang tidak

digaji. Keberhasilanya sangat tergantung pada usahanya dan

kemampuan menarik pembeli.47

45 Ibid.,h. 4.46 Ibid.47 Ibid., h. 31.

37

b. Paul Bairoch dikutip oleh Ramli Rusli berpendapat pedagang kaki

lima di gambarkan sebagai perwujudan usaha tersembunyi, atau pun

sebagai pekerja sederhana yang bertambah secara luar biasa.48

c. Soetjipto Wirosardjono dikutip oleh Ramli Rusli berpendapat

pedagang kaki lima berpola kegiatan tidak teratur, baik waktu

maupun modal dan pemasukanya. Omset biasanya kecil dan di

hitung harian, serta tidak di sentuh peraturan pemerintah.49

2. Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima.

Kegiatan usaha pedagang kaki lima mempunyai hubungan yang sangat

penting dengan pembeli yang bersifat komersil dalam artian bahwa

pendekatan pada kegiatan usaha dagang terlepas dari hubungan yang

bersifat pribadi atau hubungan tetangga. Tidak tetapnya atau sering

berpindahnya tempat, menyebabkan pula bahwa hubungan antara pembeli

dengan PKL sering hanya hubungan sepintas lalu atau lebih merupakan

hubungan yang tidak disengaja atau terjadinya karena kebetulan saja.

Pedagang kaki lima selalu berusaha agar barang daganganya terjual dan

untuk itu pedagang akan memilih tempat berjualan yang dipandang sesuai,

juga dipilih waktu tertentu yang banyak didatangi para pengunjung.50

48 Ibid.49 Ibid.,h. 6450 Ramli Rusli “Sektor informal perkotaan pedagang kaki lima” (Jakarta:Ind-Hill.co,

1992), h. 93.

38

Pedagang kaki lima sebagai kelompok yang melayani kebutuhan

masyarakat, pada dasarnya terlibat didalam proses niaga dilihat dari

kegiatan pekerjaanya sehari-hari. Proses niaga disini dapat berarti

menyalurkan atau menjadi salah satu mata rantai yang menghubungkan

produsen kepada konsumen melalui barang atau jasa yang dijualnya

kepada anggota masyarakat yang membutuhkanya. Barang ataupun jasa

tersebut biasanya langsung ditujukan kepada konsumen akhir atau

pemakai langsung, sehingga dengan demikian PKL merupakan mata rantai

terakhir yang berhubungan dengan konsumen.51

Selain itu terdapat kegiatan menyimpan secara terorganisir yang sering

dikenal dengan arisan, sudah lebih banyak dipraktekan dikalangan

pedagang kaki lima. Cara simpanan arisan ini disebut sebagai suatu bentuk

budaya sosial yang tradisional serta dapat merangsang dan membina orang

menjadi anggota dalam sistem ekonomi yang lebih modern. Karena arisan

pada dasarnya mempunyai maksud untuk menyimpan uang modal usaha

dan dapat mempererat hubungan kekeluargaan antara pesertanya.52

Dalam kegiatan usaha pedagang kaki lima merupakan salah satu

bentuk kegiatan UKM (usaha kecil menengah), kegiatan UKM selalu

digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting,

karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan

hidup dalam kegiatan usaha kecil baik disektor tradisional maupun

51 Ibid.,h. 10152 Ibid.,h. 135-136.

39

modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan

dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh 2

departemen, yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta

Departemen Koperasi dan UKM. Namun demikian, usaha pengembangan

yang telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada

kenyataanya kemajuan UKM sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan

yang sudah dicapai usaha besar. Pelaksanaan kebijaksanaan UKM oleh

pemerintah selama orde baru, sedikit saja yang dilaksanakan, lebih banyak

hanya merupakan semboyan saja, sehingga hasilnya sangat tidak

memuaskan. Pemerintah lebih berpihak pada pengusaha besar hampir

semua sektor, antara lain perdagangan, pebankan, kehutanan, pertanian,

dan industri.

Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, karena semakin

terbukanya pasar didalam negeri, merupakan ancaman bagi UKM dengan

semakin banyaknya barang dan jasa yang masuk dari luar akibat dampak

globalisasi. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan UKM saat ini

dirasakan semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat

perekonomian rakyat, maka kemandirian UKM di harapkan dapat tercapai

dimasa mendatang. Dengan berkembangnya perekonomian rakyat

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka

kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan.53

53 Dr. Sartika Tiktik Partomo M.S, Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2002), h. 20.

40

Selanjutnya terdapat definisi Usaha kecil (small firms) didefinisikan

sebagai kegiatan usaha dengan jumlah tenaga kerja antara 10-50 Orang,

dan usaha yang sangat kecil mikro jumlah tenaga kerjanya antara 5-10

orang.54

Terdapat beberapa definisi sektor usaha kecil yang juga memiliki ciri-

ciri khusus. Mitzerg dikutip oleh Sutojo mendefinisikan sektor usaha kecil

sebagai Entreprenual organization yang memiliki antara lain: struktur

organisasi mereka sederhana, mempunyai karakter yang khas. Aktivitas

mereka sedikit di formalkan, dan sangat sedikit menggunakan proses

perencanaan dan jarang sekali mengadakan pelatihan karyawan dan

manajer. Ciri lainya adalah sektor usaha kecil sulit membedakan antara

asset pribadi dan asset perusahaan. Mereka juga kurang baik sistem

akuntansi dan seringkali tidak memilikinya. Pengusaha kecil dan

menengah mempunyai sifat dalam menghadapi investasi hampir sama

dengan perorangan.

Definisi usaha kecil di jelaskan Corman dikutip oleh Zaky Ahmad dan

Firdaus Ismet adalah perusahaan yang memiliki dan dijalankan secara

independen dan terlalu kecil untuk mendominasi dilingkunganya

(perusahaan lain yang lebih besar). Beberapa institusi yang ada di

Indonesia, juga mempunyai institusi definisi-definisi usaha kecil yang

berbeda-beda.55

54 Zaky Ahmad dan Firdaus Ismet, Pengalaman Al-Qur’an Tentang PemberdayaanDhu’afa, (Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayytullah, 2008) Cet 1, h. 229.

55 Ibid.

41

3. Letak Lokasi Usaha Pedagang Kaki Lima

Letak lokasi usaha pedagang kaki lima menjadi sangat penting untuk

kegiatan berdagang. Bentuk tempat dagangan para pedagang kaki lima

beraneka ragam. Tenda merupakan bentuk yang paling banyak dijumpai,

mengingat bahwa tenda sebagai tempat dagangan dapat melindungi PKL

dari sengatan panas maupun hujan. Bentuk-bentuk tempat dagangan lainya

adalah kotak, meja, gelaran, pikulan, gerobak dorong maupun sepeda.

Bentuk tempat dagangan tersebut pada umumnya disesuaikan dengan

jenis barang dagangan masing-masing serta lokasi usahanya. Barang-

barang kelontong misalnya, tempat daganganya dapat saja berupa gelaran,

apabila lokasi tempat usahanya misalkan saja ditrotoar, namun apabila

lokasinya terletak dipinggir jalan masuk ke pasar, mungkin gerobak

dorong lebih sesuai sebagai tempat dagangan bagi pedagang lainya.

Bentuk tempat dagangan ini dibuat sedemikian rupa agar mudah dan

cepat dapat dipindahkan, terutama pada saat terjadinya penertiban atau

pengusiran PKL oleh petugas-petugas pemerintah kota. Letak lokasi usaha

untuk menempatkan daganganya, pada umumnya adalah ditepi jalan,

trotoar, bahkan sering mengambil sebagian dari jalan umum yang

sebenarnya bukan di peruntukan sebagai tempat berjualan. Lokasi-lokasi

semacam itu dianggap strategis karena merupakan tempat-tempat umum

yang ramai dan banyak dilalui orang, sekaligus juga merupakan calon

pembeli dari barang daganganya. Apabila terjadi pengusiran atau

42

penertiban terhadap PKL, maka biasanya PKL akan berpindah untuk

sementara waktu ke lokasi lain dan kemudian kembali lagi ke lokasi

semula apabila petugas-petugas pemerintahan kota telah pergi.56

56 Ramli Rusli “Sektor informal perkotaan pedagang kaki lima” (Jakarta:Ind-Hill.co,1992), h. 123-124.

43

Norma

Aturan-aturan, petunjuk-petunjuk,harapan-harapan yang bersifat baik,benar dan penting, yang kalau tidakdilaksanakan akan merugikan dirisendiri atau merugikan orang lain.

Trust

Trust sebagai benda berartikepercayaan, keyakinan atau jugarasa percaya, dan harapan yangmenguntungkan salah satu ataukedua belah pihak.

Jaringan

Pertukaraan timbal balik, solidaritasdan kerja sama. Jaringan tersebutmemfasilitasi terjadinya komunikasidan interaksi, memungkinkantumbuhnya kepercayaan danmemperkuat kerjasama.

Kapital Sosial

Paguyubanarisan pedagang

Kesejahteraanpedagang dan

lancarnyakegiatan usaha

pedagang

44

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Kelurahan Rempoa

1. Kondisi Geografis

Letak dan Batas Kelurahan Rempoa Desa Rempoa adalah dari bagian

Kecamatan Ciputat Timur dan berada 15 KM dari pusat Kota Tangerang

Selatan dan berjarak 2 KM dari pusat Kecamatan. Bisa dilalui dengan

kendaraan umum dan pribadi dari arah jalan raya Ir. H. Juanda – Jalan Tol

BSD Kecamatan Setu Kota Tangerang.

Keterangan Gambar 1

Peta Wilayah Rempoa.

45

Berikut ini dapat di lihat Orbitasi Kelurahan Rempoa:

a. Jarak dengan Ibu Kota Kecamatan : 2 KM

b. Jarak dengan Ibu Kota Tangerang Selatan : 15 KM

c. Jarak dengan Desa terdekat : 1 KM

d. Waktu tempuh ke Ibu Kota Kecamatan : 10 Menit

e. Waktu tempuh ke Ibu Kota Tangerang Selatan : 50 Menit

f. Waktu tempuh ke Desa – desa terdekat : 5 Menit

g. Waktu tempuh ke Pusat Fasilitas terdekat : 30 Menit

(Sumber : Monografi Kelurahan Rempoa, 2012)

Kantor Kelurahan Rempoa berjarak 2 KM dari kantor Camat Ciputat

Timur, dengan luas wilayah 219,50 ha, 73 RT, 4 Dusun, berikut ini dapat

dilihat batas-batas wilayah Kelurahan Rempoa:

a. Utara : Berbatasan dengan DKI Jakarta,

b. Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Cempaka Putih

c. Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Cirendeu

d. Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Rengas

(Sumber : Monografi Kelurahan Rempoa, 2012)

Wilayah pemukiman penduduk yang tinggal di Kelurahan Rempoa

pada umumnya penduduk dengan mata pencaharian karyawan dan buruh,

pedagang kecil dengan tingkat kesejahteraan dan pendidikan relatif lebih

rendah.

Untuk melakukan aktifitas sehari-hari masyarakat Kelurahan Rempoa,

lebih menyukai kendaraan roda dua (ojek) sebagai prasarana angkutan

46

masyarakat antar RW. Kendaraan roda dua di pergunakan khususnya

untuk melalui wilayah-wilayah yang bergelombang dengan kondisi jalan

yang sempit dan pada saat hujan menggenang.

Menurut observasi singkat fasilitator Kelurahaan pada saat survei ke

wilayah Kelurahan Rempoa, tekstur tanah Kelurahan Rempoa adalah

tanah merah.

Sifat tanah dengan tekstur tanah seperti ini adalah kemampuanya untuk

mengikat air, sehingga bila musim hujan turun kondisi tanah di desa

babakan menjadi becek dan menggenang. Sedangkan pada musim

kering/kemarau, agregat tanah merengkah dan pecah-pecah.

Dengan topografi seperti itu masyarakat desa mendirikan bangunan

untuk rumah tinggalnya di wilayah yang relatif datar dan keras, dan bukan

lahan untuk persawahan dan perkebunan sehingga rumah-rumah

permukimaan penduduk berkelompok-kelompok dalam satu jalur jalan

yang di namakan “Kampung” dengan batas kampung yang tidak jelas.

Topografi lahan Kelurahan Rempoa pada umumnya rata (Flat), dengan

hampir sebagian besar wilayah desa di gunakan untuk lahan pemukiman

dapat di lihat pada data di bawah ini penggunaan lahan Kelurahan

Rempoa:

a. Pemukiman : 135 Ha

b. Perdagangan : 1,25 Ha

c. Kuburan : 2000 m

d. Lapangan olah raga : 1 Ha

47

e. Perikanan : -

f. Perkantoran : 3,5 Ha

g. Industri : 3,5 Ha

(Sumber : Monografi Kelurahan Rempoa, 2012)

Dari peta desa (lampiran dapat di lihat bahwa pemukiman penduduk

desa sebagian besar berada di sisi jalan (Kecamatan atau Desa). Kondisi

jalan Desa dan lingkungan pada umumnya telah mengalami pergeseran

walaupun di beberapa wilayah RT jauh dari jalan raya kondisinya cukup

rusak.

B. Kondisi Demografi Desa

Jumlah penduduk Kelurahan Rempoa adalah 34.292 jiwa atau 10.964

Kepala Keluarga (KK), bila melihat dari jenis kelamin penduduk, maka jenis

kelamin laki-laki adalah yang paling terbanyak laki-laki 17.479 jiwa,

perempuan 16.814 jiwa, Jumlah KK Miskin 2.912 dengan kelompok umur 5

tahun sampai 9 tahun adalah yang terbanyak, sehingga Kelurahan Rempoa

termasuk desa dengan piramida penduduk segitiga di mana lebih banyak

kelompok umur non produktif. Dari data komposisi penduduk menurut jenis

kelamin pun dapat di simpulkan bahwa perbedaan jumlah penduduk

perempuan dengan laki-laki tidak jauh berbeda.

Sedangkan dari data mata pencaharian penduduk, sebagian besar

Kelurahan Rempoa adalah bermata pencaharian sebagai pedagang dan buruh.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

48

Table 3.1

Data penduduk menurut kelompok pendidikan Kelurahan Rempoa

No Kelompok Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase1 Belum Sekolah 1.098 4%2 Usia 15-55 tahun 18.983 68%3 Pernah sekolah SD tapi tidak tamat 322 1%4 Tamat SD/sederajat 2.719 10%5 Tamat SLTP/sederajat 2664 10%6 Tamat SLTA/sederajat 1598 6%7 D1 100 0%8 D2 98 0%9 D3 106 0%10 S1 215 1%11 S2 39 0%12 S3 15 0%

Jumlah 6.089 100%(Sumber : Data Kelurahan Rempoa, 2012)

Ternyata bahwa 4% dari jumlah Kelurahan Rempoa adalah penduduk pada

kelompok usia belum sekolah dan 6,93% dari jumlah seluruh penduduk

Kelurahan Rempoa adalah penduduk pada usia produktif yang tidak pernah

sekolah, antara umur 7 tahun sampai dengan 45 tahun.

Table 3.2

Data penduduk menurut mata pencaharian penduduk Kelurahan Rempoa

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase1 Buruh Swasta 2.500 42%2 Pegawai Negeri 602 11%3 Perajin 5 0,1%4 Pedagang 1350 25%5 Montir 261 5%6 Sopir 200 3,9%7 Tukang Kayu 175 3,3%8 Tukang Batu 325 6,3%9 TNI/Polri 138 2,7%10 Pramuwisata - -11 Kontraktor 12 0,2%12 Guru Swasta 56 1,1%13 Penjahit 176 3,4%

49

14 Pengusaha 30 0,5%15 Pengemudi Becak 45 0,8%16 Dokter 25 0,4%17 Bidan 15 0,2%18 Peternak 2 0,02%

Jumlah 5917 100%(Sumber : Data Kelurahan Rempoa, 2012)

Ternyata bahwa 19,73% dari jumlah seluruh penduduk Kelurahan Rempoa

yang berusia Produktif adalah penduduk yang mempunyai pekerjaan. Dari

jumlah 59,95% penduduk yang mempunyai pekerjaan serta yang mempunyai

mata pencaharian sebagai buruh baik penggarap kebun atau petani, anggota

Polisi, Guru, Pegawai Negeri, Pegawai Swasta dan TNI. Serta 35,84% adalah

bergerak disektor usaha kecil menengag atau berdagang. Dari gambaran di

atas maka karakteristik penduduk Kelurahan Rempoa sebagian besar

berkarakteristik buruh.

Secara khusus penduduk Kelurahan Rempoa yang menikmati pendidikan

menengah dan tinggi relatif banyak. Walaupun penduduk tidak bersekolah dan

tidak tamat SD pun cukup banyak. Dukungan sarana pendidikan setingkat SD

sedikitnya ada 3 lokasi, sehingga untuk pendidikan dasar penduduk Kelurahan

Rempoa tidak mengalami kesulitan. Untuk pendidikan SMP dan SMU

penduduk Kelurahan Rempoa bersekolah di fasilitas-fasilitas pendidikan

menengah di sekitar Kecamatan Ciputat Timur.

Kelurahan Rempoa dengan 12 RW dan 72 RT mempunyai pola

penyebaran penduduk wilayah RT yang bervariasi yang di batasi jalan

lingkungan, jalan desa, dan aspal. Jabatan ketua RT ada beberapa hal lebih

aktif dari pada jabatan ketua RW sehingga kegiatan ketua RT sangat

50

menentukan dan relatif lebih giat di masyarakat. Data jumlah penduduk kepala

keluarga 1.036 keluarga.

a. Jumlah Keluarga Prasejahtera : 35 Keluarga

b. Jumlah Keluarga Sejahtera I : 910 Keluarga

c. Jumlah Keluarga Sejahtera II : 3259 Keluarga

d. Jumlah Keluarga Sejahtera III : 852 Keluarga

e. Jumlah Keluarga Sejahtera : 725 Keluarga

C. Kondisi Psikografi Desa

1. Pengaruh Lingkungan Geografis Terhadap Kondisi Sosial

Pemukiman penduduk Kelurahan Rempoa merupakan daerah

pemukiman. Secara giografis penduduknya bermata pencaharian buruh

swasta dan pedagang. Di wilayah dalam yang sedikit dari jalan raya

tingkat kesejahteraan penduduk desa relatif minim dengan tingkat

pendidikan anak yang hanya sampai tingkat SLTA. Kondisi sarana jalan

yang relatif lebih buruk dengan prasarana transportasi hanya angkutan

kendaraan roda dua yang terbatas, menyebabkan aktifitas perekonomian

penduduk Kelurahan Rempoa wilayah ini hanya terbatas di lingkungan

RW dan RT. Secara giografis fasilitas-fasilitas sosial dan umum yang ada

di wilayah sisi jalan dan wilayah dalam yang jauh dari jalan raya dapat

dilihat di bawah ini:

51

a. Kelembagan Ekonomi

1. Koperasi : 3 Unit

2. Industri Makanan : 3 Unit

3. Industri Pakaian : 1 Unit

4. Pasar : 1 Unit

5. Kelompok Usaha Simpan Pinjam : 1 Unit

6. Industri Kerajinan : 25 Unit

7. Percetakan : 5 Unit

8. Bengkel : 17 Unit

9. Warung Makanan : 51 Unit

10. Kios Klontong : 216 Unit

D. Permasalahan

1. Permasalahan Sarana dan PrasaranaTerjadinya Sarana/Prasarana dasar lingkungaan dan perumahan yang

memadai merupakan faktor yang harus di perhatikan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan. Faktor tersedianya komponen ini sangat

berpengaruh bagi kesejahteraan di wilayah sasaran Desa.

Permasalahan Sarana dan Prasarana dasar lingkungan dan perumahan

yang ada di Kelurahan Rempoa antara lain :

1) Sarana dasar perumahan yang belum terpenuhi antara lain :

a. Rumah sangat sempit dengan jumlah penghuni yang sangat

banyak

52

b. Belum tersedianya sarana kesehatan perumahan seperti

sanitasi, jendela, batas antara kamar, lubang sinar lantai tanah,

tempat MCK yang belum tersedia dan sarana lain.

2) Sarana dan prasarana dasar lingkungan antara lain :

a. Banyak infrastruktur yang kurang memadai jalan, jembatan,

drainase irigasi dan saluran air bersih

b. Sarana kesehatan lingkungan sanitasi, drainase, irigasi, tempat

sampah dan lain-lain.

c. Sarana pembuangan sampah

d. Sarana penerangan jalan lingkungan.

2. Permasalahan Pengembangan SDM

Permasalahan yang berkaitan dengan sumber daya manusia khususnya

masyarakat miskin di Kelurahan Rempoa antara lain :

a. Rendahnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin

b. Minat menyekolahkan dan kemampuan menyekolahkan masih

kurang

c. Kemampuan untuk membiayai pendidikan anak dimana biaya

pendidikan cukup tinggi

d. Masih adanya kesadaran yang rendah dalam masalah pendidikan

e. Adanya sistem pendidikan yang belum berpihak pada masyarakat

miskin

53

f. Sarana pendidikan yang memadai belum dapat di jangkau oleh

masyarakat miskin.

3. Permasalahan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif

Kegiatan usaha produktif merupakan yang terpenting untuk dapat

terpenuhi segalanya kebutuhan hidup, oleh karena itu dalam

penanggulangan kemiskinan ke depan perlunya mendapatkaan perhatian

yang sangat serius. Permasalahan yang ada di Kelurahan Rempoa

berkaitan dengan pengembangan dengan usaha produktif antara lain :

a. Sebagian masyarakat tidak memiliki modal yang cukup untuk

membuka usaha baru yang sesuai lingkungan.

b. Manajemen usaha yang belum di miliki oleh warga miskin.

c. Tidak adanya kelompok usaha untuk memecahkan usaha bersama.

d. Terjeratnya warga miskin dalam Bank harian/rentenir.

e. Tidak adanya jaringan kerjasama untuk mengembangkan usaha.

f. Sulitnya mengakses modal.

g. Masih rendahnya mutu hasil produktif.

h. Lemahnya penguasaan teknologi.

i. Rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Setelah peneliti mencari apakah terdapat beberapa masyarakat asli

Sandratex yang berjualan nasi uduk, gado-gado, warung sembako, dan

jenis usaha lainya. Dari keseluruhan masyarakat asli Sandratex tidak

54

keseluruhan bekerja sebagai pedagang, tetapi bekerja sebagai pegawai

negeri maupun pegawai swasta.

4. Permasalahan Sosial

Permasalahan sosial kemasyarakatan yang ada perlu segera mendapat

perhatian antara lain :

a. Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat

miskin

b. Tidak mampu membiayai pendidikaan anak

c. Masih adanya yatim piatu dan jompo yang kurang mendapatkan

perhatian

d. Kurangnya sarana pendidikan formal dan non formal bagi

masyarakat miskin

e. Masih belum terpenuhinya sarana dan prasarana medis yang murah

dan di jangkau masyarakat miskin

f. Pelayanan kesehatan yang masih kurang dalam pengetahuan bagi

balita dan ibu hamil.

5. Visi, Misi dan Prinsip dari Masyarakat

a. Visi

Menuju Masyarakat Kelurahan Rempoa menjadi sehat, tertib, aman,

dan sejahtera.

b. Misi

Atas dasar visi Kelurahan Rempoa maka misinya adalah :

55

1) Menggalang kepedulian dan kerjasama dari berbagai unsur

masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan

2) Mewujudkan pemberdayaaan masyarakat di Kelurahan Rempoa

terutama masyarakat kurang mampu dalam upaya

penanggulangan kemiskinan, melalui pengembangan kapasitas,

penyediaan sumber saya dan membudayakan kemitraan sinergis

antara masyarakat dengan pelaku pembangunan lokal lainya.

3) Meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan untuk masyarakat

miskin

4) Meningkatkan kualitas pendidikan untuk masyarakat miskin

5) Meningkatkan kualitas SDM dan mengurang pengangguaran

dengan membuka lapangan kerja

6) Meningkatkan pendapatan bagi masyarakat miskin

7) Meningkatkan sarana lingkungan yang optimal bagi masyarakat

miskin.

6. Tujuan

a. Pada tahun 2012, kesehatan masyarakat miskin meningkat 75%.

b. Pada tahun 2012, kesehatan ibu dan anak meningkat 70%.

c. Pada tahun 2012, 70% anak miskin mengikuti pendidikan 9 tahun.

d. Pada tahun 2012, pengangguran berkurang 60%.

e. Pada tahun 2012, kesehatan masyarakat miskin meningkat 60%.

f. Pada tahun 2011, pendapatan warga miskin meningkat sebesar Rp.

800.000 perbulanya.

56

7. Prinsip

Prinsip-prinsip yang di kembangkan dalam membangun masyarakat

Kelurahan Rempoa adalah sebagai berikut :

A. Demokrasi; dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut

kepentingan orang banyak terutama masyarakat miskin, maka

pengambilan keputusan harus di lakukan secara musyawarah dan

demokrasi;

B. Partisipasi; tiap langkah kegiatan harus di lakukan secara

partisipatif sehingga membaangun rasa kepemilikan dan proses

belajar bersama;

C. Transportasi dan akuntabilitas manajemen organisasi masyarakat,

sehingga masyarakat belajar dan melembagakan sikap bertanggung

jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan keputusan dan

kegiatan yang di laksanakan.

D. Desantralisasi; dalam proses pengambilan keputusan yang

langsung menyangkut penghidupan orang banyak agar di lakukan

sedekat mungkin dengan pemanfaatan daan atau di serahkan pada

masyarakat sendiri, sehingga keputusan yang di buat benar-benar

bermanfat bagi masyarakat banyak.

57

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN

A. Perkembangan Pedagang Kaki Lima di Sandratek

Perkembangan pedagang kaki lima di Sandratex mempunyai peran yang

sangat penting dalam kemajuan perkembangan usaha kaki lima.

Perkembangan diawali dengan terbentuknya kelompok PKL asal daerah

Padang yang membuat kegiatan paguyuban arisan PKL yang dibentuk sejak

tahun 2004. Dengan terbentuknya kegiatan tersebut banyak mengundang

kelompok PKL lainya yang berasal dari daerah lainya, seperti kelompok PKL

asal daerah sunda, PKL pasar malam, dan kelompok lainya yang mempunyai

profesi sebagai pedagang. Lokasi berdagang yang strategis mengundang

banyak PKL yang berjualan di Sandratex, karena lokasi tersebut dekat dengan

jalan besar, wilayahnya yang padat penduduk, dan wilayahnya berdekatan

dengan wilayah Rempoa, dan Gintung.

Dalam perkembangan pedagang kaki lima di Sandratex modal sosial

berperan penting untuk memberikan informasi kelompok PKL, teman, saudara

dan keluarga pedagang yang telah berjualan sebelumnya. Mereka saling

membantu dalam permodalan, suplai barang dagangan, tempat tinggal dan

informasi, seperti informasi tempat berjualan, lokasi lapak dan lain

sebagainya.

58

B. Peran Modal Sosial terhadap perkembangan Pedagang Kaki Lima.

1. Kegiatan Paguyuban Arisan Pedagang Kaki Lima

Dalam dunia yang semakin maju sulitlah bagi usaha-usaha perorangan

untuk dapat berkembang atau untuk dapat menghindarkan diri dari

kegagalan-kegagalan apabila tidak menjalin kerjasama dengan pengusaha-

pengusaha yang lain. Paguyuban atau kegiatan kelompok PKL yang

dipilih bila strukturnya dibangun bersifat non formal dan tidak terlalu

mengikat adalah wadah yang tepat untuk melakukan kerjasama antara

usaha-usaha tersebut, karena kegiatan paguyuban bertujuan untuk

memberikan pelayanan kepada anggota-anggotanya dalam rangka untuk

memajukan usaha milik para kelompoknya.57

Dengan berdasarkan kutipan dari pernyataan diatas, pedagang kaki

lima selaku usaha perorangan mengadakan kerjasama dengan sesama

mereka. Kerjasama ini dapat diwujudkan oleh pedagang kaki lima apabila

mereka bergabung dalam kegiatan paguyuban. Salah satu bentuk kegiatan

paguyuban tersebut yaitu kegiatan arisan yang diikuti oleh pedagang kaki

lima, kegiatan ini disebutkan sebagai salah satu bentuk budaya sosial yang

tradisional yang dapat merangsang dan membina orang menjadi peserta-

peserta dalam sistem ekonomi yang lebih modern.

Karena arisan pada dasarnya mempunyai maksud untuk menyimpan

uang dan mempererat hubungan kekerabatan antara anggotanya, maka

keikutsertaan pedagang kaki lima dalam arisan menjadi salah satu bentuk

57 Bab 2. Landasan Teori h. 25-35.

59

kegiatan yang baik untuk kehidupan PKL, khususnya untuk penambahan

modal usaha.

Kegiatan paguyuban arisan PKL di wilayah Sandratex dimulai dari

hubungan kerjasama antar pedagang yang saling bersama membangun

sebuah kegiatan yang didalam kegiatan tersebut mempunyai dampak yang

positif untuk kesejahteraan PKL. Adanya kegiatan PKL menumbuhkan

rasa kepercayaan yang dibangun oleh pedagang sejak awal berdagang

maka terbentuklah kegiatan PKL yang dibentuk oleh pedagang untuk

menjalin tali silaturahmi, dan persaudaraan yang kuat antar pedagang.

Kegiatan paguyuban arisan mempunyai manfaat yang banyak untuk

pedagang khususnya pedagang yang mempunyai modal yang kecil. Dalam

kegiatan arisan terdapat awal mula terbentuknya, kegiatan tersebut

mempunyai dampak positif yang baik.

Hal ini disampaikan oleh ketua paguyuban arisan Bapak Amrizal

pedagang kaos kaki mengenai terbentuknya kegiatan arisan:

“Terbentuk sejak sekitar tahun 2004 awal dimulainya paguyubanarisan pedagang kaki lima yang saya pegang, berawal daridorongan hati nurani saya saja dan kebutuhan untuk penambahanmodal usaha yang pedagang alami pada saaat itu. Ya pada saat itujuga saya didukung sama teman-teman pedagang buat arisankecil-kecilan, pada awalnya si pedagang yang ikut arisan sekitar50 pedagang”.58

Dengan terbentuknya kegiatan ini menumbuhkan hubungan

kekerabatan antar pedagang yang sangat erat utamanya hubungan yang

dimiliki oleh kelompok pedagang telah menjadi nilai-nilai bersama bagi

58 Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014.Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran).

60

mereka bahwa ikatan keluarga dianggap sebagai ikatan batin yang kuat

dibandingkan dengan orang diluar keluarganya. Hubungan kekerabatan

masih dianggap penting dan utama di kalangan pedagang. Dengan kata

lain ikatan keluarga muncul sebagai perasaan yang kuat dan sudah

terbentuk didalam masyarakat, khususnya kelompok pedagang.

Selain itu terdapat penamaan kegiatan paguyuban arisan pedagang,

kegiatan ini sangat penting untuk membangun rasa kebersamaan yang

terjalin didalamnya, karena pedagang menganggap kegiatan ini sebagai

sebuah kegiatan tabungan dan penambahan modal usaha. Pedagang

mengetahui bahwa kegiatan ini sebagai kegiatan yang positif dan kegiatan

yang mempunyai manfaat yang banyak untuk pedagang.

Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang

kaos kaki mengenai penamaan kegiatan arisan PKL:

“Untuk penamaan kelompok paguyuban arisan pedagang yangsaya pegang, tidak ada penamaan khas ataupun penamaan yanganeh-aneh. Kegiatan ini bentuknya cuma paguyuban arisansimpan pinjam modal usaha pedagang biasa saja, tidak terlaluterikat antar anggota, pertemuan anggota arisan tidak resmipertemuan hanya dilakukan pada saat pedagang berjualan saja”.59

Anggota paguyuban arisan yang mengikuti kegiatan ini sangat penting

dalam proses berjalanya kegiatan. Karena dengan banyaknya pedagang

yang mengikuti kegiatan tersebut, terdapat juga keuntungan yang di

dapatkan. Salah satu keuntunganya, uang yang didapatkan pedagang

dijadikan sebagai penambahan modal usaha dalam menjalankan usahanya.

59 Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014.Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran).

61

Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang

kaos kaki mengenai Anggota paguyuban arisan PKL yang terdaftar:

“Anggota paguyuban arisan yang terdaftar saat ini, sekitar 30pedagang yang mengikuti arisan ini. Banyak pedagang yang tidakikut arisan ini dikarenakan masalah keuntungan berdagang yangsangat minim.”60

Uang pembayaran paguyuban arisan disepakati oleh pedagang yang

mengikuti kegiatan ini, pembayaran arisan yang tidak memberatkan

pedagang, kegiatan ini menjadi sangat penting untuk tabungan modal

usaha.

Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang

kaos kaki mengenai pembayaran uang arisan anggota setiap minggunya:

“Tiap satu minggu sekali arisan dikocok, tarikan tiap satuminggunya tiap pedagang bayar 250.000. Yah lumayan lah setiappedagang yang dapat arisan bisa untuk penambahan modal usaha,dan kebutuhan lainya.”61

Keuntungan pedagang pada saat mendapatkan arisan dipakai untuk

dijadikan sebagai penambahan modal usaha, tabungan, dan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga pedagang.

Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang

kaos kaki mengenai uang paguyuban arisan yang didapatkan anggota

arisan PKL:

60 Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014.Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran).

61 Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014.Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran).

62

“Uang arisan yang didapatkan pedagang pada saat arisan dikocok sebesar RP. 7.500.000 uang arisan yang pedagang dapatkansetiap minggunya. Arisan dikocok selama satu minggu sekali.”62

Selain itu terdapat kegiatan simpan pinjam modal usaha. Pedagang

hanya membayarkan iuran setiap minggunya, iuran tersebut dibayarkan

pedagang tabungan modal usaha. Pembayaran iuran pedagang dikenakan

sebesar 10.000 untuk 1 pedagang. Dana yang sudah terkumpul dipakai

sebagai pinjaman modal usaha dan dipakai untuk uang dana sosial

pedagang yang sedang terkena sakit atau musibah.

Pengembalian pinjaman pedagang harus dikembalikan secara teratur

dan tidak telat membayar cicilan, pedagang hanya mendapatkan modal

usaha sebesar 1-2 juta rupiah. Cicilan pinjaman modal usaha tidak terdapat

bunga pinjaman. Kegiatan ini salah satu kegiatan paguyuban arisan yang

dibangun oleh pedagang selama pedagang berjualan di Sandratex.

Kegiatan ini sudah dibangun sejak awal pedagang berjualan di Sandratex,

karena itu pedagang yang berjualan di Sandratex selalu terlihat kompak.

Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang

kaos kaki mengenai iuran paguyuban arisan dana simpan pinjam modal

dan dana sosial:

“Dana iuran yang dibayarkan pedagang dipakai untuk kegiatansimpan pinjam modal usaha, dan kegiatan jika ada salah satukeluarga pedagang yang terkena sakit.”

62 Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014.Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran).

63

Kegiatan paguyuban arisan ini hampir diikuti semua pedagang,

pedagang yang mempunyai hasil keuntungan yang kecil bisa mengikuti

kegiatan paguyuban ini, dengan iuran pembayaran yang cukup kecil

dijadikan kemudahan untuk pedagang meminjam modal usaha jika

pedagang sedang kehabisan modal usaha.

Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang

kaos kaki mengenai kegiatan diluar paguyuban arisan:

“Kegiatan yang bisanya rutin dilakukan setiap 2 bulan sekalidiluar paguyuban arisan yaitu rekreasi keluargo pergi ke kebunbinatang ragunan bersama anggota arisan pedagang untuk makanbersamo, dan kegiatan 2 tahunan mudik bersamo untuk anggotayang mempunyai kampung di daerah sumatera dan padang.”

Kegiatan yang biasa dilakukan diluar paguyuban arisan yaitu kegiatan

mudik bersama yang dilakukan pedagang asal daerah Sumatera (Padang)

yang mudiknya dilakukan 2 tahun sekali, mudik bersama ini sudah lama

dilakukan pedagang dengan membawa kendaraan masing-masing,

bersama-sama membangun jiwa kekeluargaan yang baik dengan pedagang

yang berasal daerah yang sama. Kegiatan lainya yang dilakukan pedagang

pergi rekreasi ke kebun binatang ragunan untuk sekedar jalan-jalan dan

makan bersama dengan keluarga.

Setiap kegiatan paguyuban arisan memiliki tujuan yang ingin dicapai.

Kegiatan ini mempunyai banyak manfaat yang sudah dirasakan pedagang

salah satu tujuanya yaitu untuk menjalin tali persaudaraan antar pedagang,

64

dan dijadikan wadah untuk penambahan modal usaha untuk pedagang,

khususnya pedagang yang mempunyai modal yang sangat kecil.

Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang

kaos kaki mengenai maksud dan tujuan dari kegiatan paguyuban arisan

PKL:

“Tujuan dan maksud diadakanya kegiatan paguyuban arisan inidijadikan sebagai wadah kerukunan yang mempunyai suatukekuatan sebagai permodalan usaha pedagang.”

Manfaat diadakanya kegiatan paguyuban arisan ini dijadikan sebagai

kegiatan kerukunan pedagang kaki lima, selain itu manfaat lainya

dijadikan sebagai kekuatan permodalan yang dihimpun oleh para

pedagang. Manfaat ini yang dijadikan pedagang sebagai modal sosial yang

sangat penting untuk menjalankan usaha berdagang dan mempunyai

dampak yang baik untuk keberadaan pedagang kaki lima itu sendiri.

Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang

kaos kaki mengenai manfaat yang didapatkan dari kegiatan paguyuban

arisan:

“Manfaat dari hasil mengikuti paguyuban arisan yang sayapegang, pedagang mendapat keuntungan untuk penambahanmodal usaha uang sebesar 7.500.000 beli barang dagangan.Selain itu sangat banyak manfaatnya, khususnya pedagang dapatmengaatur dan menyisihkan hasil keuntungan daganganya setiap 1minggu sekali, berguna untuk menghemat pengeluaran dan lebihdapat menyisihkan tabungan modal usaha”.63

63 Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014.Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran).

65

Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Salman pedagang

perkakas rumah tangga mengenai manfaat yang didapatkan dari kegiatan

paguyuban arisan:

“Manfaatnya untuk tabungan modal usaha yang saya dapatkansetiap kali saya berjualan, modal keuntungan usaha yang sayadapatkan saya sisihkan untuk membayar uang arisan. Dari padakeuntungan modalnya habis tidak karuan, mending saya ikutiarisan.”64

Selain manfaat terdapat juga harapan yang ingin dicapai dalam

kegiatan paguyuban arisan. Dengan kegiatan ini banyak sekali

mendapatkan keuntungan yang diperoleh pedagang, salah satunya

keuntungan dalam penambahan modal usaha yang didapatkan untuk

memenuhi barang daganganya dan dapat digunakan memenuhi kebutuhan

lainya.

Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang

kaos kaki mengenai harapan kedepan dengan adanya kegiatan paguyuban

arisan ini:

“Semoga kedepan paguyuban arisan ini bisa berjalan terus,anggota makin bertambah, dan pedagang yang ikut kegiatan inimendapatkan banyak manfaat yang baik untuk keluarganya, modalusaha yang bertambah dan bertambah hasil usaha dagangnya”.65

Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Zeni pedagang kerudung

mengenai harapan kedepan dengan adanya kegiatan arisan ini:

64Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul08.00 WIB (lihat lampiran).

65 Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014.Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran).

66

“Harapan kedepan sih kedepan bisa makin banyak lagi modalusaha yang didapat dari kegiatan arisan ini, terus pinjaman modalusaha yang diberikan ditambah lagi nominal pinjamanya. Soalnyakendala utama pedagang cuma modal usaha yang kecil.66

Harapan pedagang menjadi sesuatu harapan yang harus terwujud

dalam kegiatan usaha, salah satu harapan yang diinginkan pedagang yaitu

harapan untuk hidup sejahtera dan mendapatkan modal usaha yang besar

untuk melebarkan usahanya ke tempat yang lebih layak seperti ruko

ataupun mempunyai toko dan tidak berjualan di trotoar jalan lagi. Harapan

terbesarnya yaitu pedagang hanya mengandalkan dengan mengikuti

kegiatan arisan pedagang yang sedikit membantu untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dan menambahkan modal usahanya.

Pedagang kaki lima sebagai kelompok yang melayani kebutuhan

masyarakat, pada dasarnya terlibat di dalam proses niaga dilihat dari

kegiatan pekerjaanya sehari-hari. Proses niaga disini dapat berarti

menyalurkan atau menjadi salah satu mata rantai yang menghubungkan

produsen kepada konsumen melalui barang atau jasa yang dijualnya

kepada anggota masyarakat yang membutuhkanya.

Dari proses kerjasama tersebut barang ataupun jasa tersebut biasanya

langsung ditujukan kepada konsumen akhir atau pemakai langsung,

66 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

67

sehingga dengan demikian pedagang kaki lima merupakan mata rantai

terakhir yang berhubungan dengan konsumen.67

Perkembangan pedagang kaki lima memberikan kontribusi yang besar

dalam aktivitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat terutama dalam

golongan ekonomi lemah. Selain itu, kegiatan sektor informal ini

merupakan ciri ekonomi kerakyatan yang bersifat mandiri dan

menyangkut hajat hidup orang banyak. Mempertimbangkan keadaan dan

potensi tersebut, selayaknya pola penanganan dan pembinaan kegiatan

pedagang kaki lima harus didasarkan pada konsep perilaku dan

karakteristik berwawasan lingkungan agar isi pengaturannya tepat.

Kelompok pedagang kaki lima di Sandratex memiliki aturan-aturan

dan tata cara mereka sendiri dalam menjalankan usahanya. Aturan-aturan

itu mengikat seluruh pedagang baik secara langsung atau tidak langsung.

Kesepakatan yang telah dibuat harus dilaksanakan oleh pedagang dan

kesepakatan tersebut tidak hanya ada dan dipatuhi. Diantara kelompok

pedagang tetapi juga diantara pihak-pihak yang berhubungan dengan para

pedagang khusunya pedagang kaki lima dilokasi penelitian, misalnya

pelanggan/pembeli, pengelola, dan aparat lingkungan masyarakat.

Hasil analisis peneliti dapatkan dari hasil wawancara 5 pedagang yang

mengikuti kegiatan arisan pedagang, peneliti mengambil 5 informan

pedagang yang sudah dipilih oleh ketua kegiatan paguyuban arisan.

67 Bab 2. Landasan Teori h. 25-35.

68

Terdapat banyak PKL yang berjualan dengan waktu yang lama selama

puluhan tahun di wilayah Sandratex telah mampu mempertahankan

kehidupan mereka beserta keluarganya dari kegiatan usaha kaki lima

tersebut. Lamanya pedagang berjualan dikarenakan lokasi tempat

berdagang yang sangat strategis dari segi tempat yang membuat pedagang

mendapatkan banyak keuntungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

pedagang.

Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Amrizal pedagang kaos kaki

dengan peneliti mengenai lamanya berdagang:

“Saya berdagang sejak tahun 1990an, dulu awal saya berdagangdi wilayah Sandratex masih sangat sepi sekali pedagang yangberjualan disini, kalo dibilang saya pelopor utama pedagang yangmencari rezeky disini. Pada awal saya berdagang disini sayamenjual barang dagangan musiman tidak harus berjualan kaoskaki saja, tetapi saya berjualan melihat musim jika lagi musimhujan saya berjualan perlengkapan untuk hujan seperti payung,dan jas hujan, tetapi kalo lagi musim panas saya berjualan kaoskaki semua umur”.68

Selanjutnya pedagang mempunyai waktu untuk menjualkan barang

daganganya. Pedagang kaki lima selalu berusaha agar barang daganganya

terjual dan untuk itu mereka akan memilih tempat berjualan yang

dipandang sesuai, juga dipilih waktu tertentu yang banyak didatangi para

pembeli.

Hal ini disampaikan oleh pedagang Uni Leni pedagang baju muslim

dengan peneliti mengenai pembagian waktu pada saat berdagang:

68 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

69

“Biasanya saya dan pedagang lainya sudah membuka lapakdagangan pukul 05.30 pagi, dan menutup lapak dagangantergantung sepi dan ramainya pembeli dan pengunjung aja palinglama sih tutup lapak dagangan pukul 11.00 siang”.69

Bagi pedagang yang melakukan kegiatan usahanya sejak pagi hari

hingga siang hari, ada pula kegiatan usaha pedagang dibantu oleh satu atau

lebih tenaga pembantu. Namun demikian pedagang yang mempunyai

tenaga kerja pembantu sangatlah terbatas, karena bagian terbesar dari PKL

menjalankan kegiatan usahanya secara perseorangan tanpa mempunyai

tenaga kerja pembantu atau dengan kata lain unit usahanya dilakukan

sendiri.

Dari Hasil keuntungan yang didapatkan pedagang pada saat berjualan

sangat berbeda-beda tidak semua pedagang dapat meraup keuntungan

yang besar disetiap berjualan. Pedagang hanya mengandalkan banyaknya

pembeli yang membeli barang daganganya, jika pembeli sedang ramai

pedagang mendapatkan keuntungan yang banyak, tetapi jika pembeli

sedang tidak ramai pedagang mendapatkan keuntungan yang sedikit.

Hal ini disampaikan oleh pedagang Bapak Kosim pedagang perkakas rumah

tangga mengenai penghasilan yang didapat setiap berdagang:

“Penghasilan yang saya dapat tidak menentu per bulan atau punper hari kadang setiap berdagang dapat 500 ribu, tergantungramai atau tidaknya pembeli di tempat jualan.70

69 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

70 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

70

Selanjutnya minat pembeli pada saat pedagang membuka lapak

daganganya, pembeli yang datang dari tahun ke tahun semakin ramai

mendatangi lapak pedagang di Sandratex, dikarenakan banyaknya jumlah

PKL yang berjualan dan jenis barang dagangan yang sangat lengkap dan

harga yang sangat terjangkau untuk kalangan masyarakat menengah

kebawah.

Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Zeni pedagang kerudung dengan

peneliti mengenai minat pembeli:

“Minat pembeli dari awal saya berjualan di wilayah Sandratexdari tahun ke tahun perubahanya makin lama makin ramai danpembelinya tidak hanya masyarakat yang tinggal di wilayahSandratex saja tetapi pembelinya banyak dari luar Sandratex.selain itu barang dagangan yang dijual diwilayah Sandratexsangat murah, terjangkau, dan kualitasnya tidak kalah denganbarang yang dijual di pasar modern ataupun yang dijual di pasarciputat”.71

Kendala utama yang dihadapi pedagang yaitu masalah modal usaha

yang kecil dan tidak setiap keuntungan pedagang meraup keuntungan

besar. Karena itu pedagang mengikuti kegiatan paguyuban arisan simpan

pinjam untuk menjalankan usaha berdagangnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh pedagang Bpk Kosim pedagang

perkakas rumah tangga mengenai kendala yang dihadapi PKL:

“Kendala paling utama pedagang yaitu modal yang kecil, tetapipengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari yang sangat besarmenjadi persoalan pedagang saat ini, apa lagi kebutuhan pokoksemua naik khususnya kebutuhan rumah tangga. Dan persaingan

71 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

71

pedagang kecil yang makin lama makin tergusur oleh pedagangyang mempunyai modal yang sangat besar menjadi persoalan yangselalu dikeluhkan oleh pedagang kecil”.72

Selain itu terdapat persaingan dalam dunia usaha khususnya pedagang

kaki lima yang mempunyai pedagang sangat banyak dan tersebar luas di

setiap wilayah kota maupun desa. Persaingan bukanlah halangan atau

menjadi permasalahan untuk usaha kaki lima, tetapi persaingan menjadi

sebuah tantangan yang harus dilewati dan hadapi dalam dunia usaha

khususnya dunia usaha pedagang kaki lima. Persaingan yang sehat, jujur,

dan tidak saling menjatuhkan antar dunia usaha yang sangat dibutuhkan

oleh setiap pedagang.

Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Zeni mengenai Persaingan antar

pedagang kaki lima:

“Persaingan pedagang menurut saya, selama 5 tahun berdagangdisini saya belum pernah melihat persaingan antar pedagangataupun konfik antar pedagang. Kebanyakan saya lihat mayoritaspedagang mempunyai rasa tolong menolong yang tinggi dan rasapertemanan yang sangat baik. Semua pedagang saling bantumembatu satu denan yang lainya”.73

Hal yang sama juga disampaikan oleh pedagang Uni Leni mengenai

Persaingan antar pedagang kaki lima:

“Tidak pernah adanya persaingan antar pedagang disini smuapedagang terlihat kompak dan selalu menjalin komunikasi yangbaik antar pedagang. Malahan sesama pedagang perempuan

72 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

73 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

72

sering juga makan bareng tukeran lauk pauk pada saat lagisepinya pembeli”.74

Suasana yang terjalin antar pedagang pada saat awal berjualan

diwilayah Sandratex. Pedagang sudah seperti seperti keluarga dengan

pedagang lainya tidak ada batasan ataupun terjadi konflik antar pedagang

yang terjalin selama pedagang berjualan di wilayah Sandratex.

Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Salman mengenai Suasana yang

terjalin antar pedagang kaki lima:

“Kesenangan yang saya dapat selama berdagang disini. sayamencari kegiatan untuk mengisi hari tua saya, karena denganberdagang saya bisa mendapatkaan banyak teman, bisamendapatkan teman mengobrol, dan juga mempunyai pekerjaanlagi. karena itu saya memilih berdagang saja jadi ada kegiatanpositif yang dilakukan disetiap harinya. Modal yang saya dapatkanyaitu dari hasil mengikuti arisan dan uang pensiunan saya”.75

Hubungan pedagang dengan pembeli terjalin sangat baik, pedagang

sangat ramah dan sopan untuk menawarkan daganganya terhadap pembeli.

Dari hubungan baik yang terjalin dengan pembeli pedagang mendapatkan

keuntungan yang banyak karena keramahan pedagang yang membuat

pembeli senang melihat dan membeli dagangan.

Hal ini disampaikan oleh pedagang Uni Leni dengan peneliti mengenai

hubungan antara pedagang dan pembeli:

74 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

75 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

73

“Kalo pembeli, kita udah anggap pembeli kaya teman aja nga adabatasan yang ngalangin, yang namanya aja jualan saling tawarmenawar harga barang udah biasa yang penting pembelinawarnya nga bikin rugi kita aja. Hampir semua barang daganganyang saya jual disini mampu menjangkau pembeli menengahkebawah atau semua kalangan masyarakat, tidak mahal ataumurah tetapi stabil, dan kualitas barangnya sangat baik danawet”.76

Selanjutnya peneliti akan menggambarkan hubungan pedagang dengan

pihak pengelola. Keberadaan pengelola pedagang kaki lima yang

mengatur, dan mengamankan pedagang selama berjualan menjadi

pemandangan yang sudah biasa. Kebetulan para pedagang kaki lima

diwilayah Sandratex selalu mempunyai hubungan yang sangat baik dengan

pihak pengelola, mereka di tarik uang keamanan, kebersihan, dan sewa

lapak oleh pihak pengelola sebagai jaminan pedagang berjualan diwilayah

Sandratex.

Terlepas dari apakah pedagang merasa terganggu atau tidak dengan

uang sewa lapak tersebut, tetapi pedagang tetap harus membayar uang

sewa lapak tersebut karena pedagang ingin mendapatkan keamanan,

kebersihan, dan kenyamanan selama berdagang di wilayah Sandratex.

Hal ini disampaikan oleh pedagang Bapak Amrizal dengan peneliti

mengenai hubungan pedagang dengan pengelola PKL:

“Hubungan dengan pihak pengelola sejak lama sudah terjalin baikdari awalnya PKL berdagang disini, pedagang sangat terbantu

76 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

74

sekali dengan adanya pengelola yang mengatur, mengamankan,dan membagikan lapak dagang buat PKL”.77

Kerja sama yang terjalin dengan pedagang sangatlah diperlukan oleh

pedagang, karena hubungan pertemanan yang dilakukan oleh pedagang

menjadi sangat penting untuk keberadaan PKL di Sandratex. Karena

dengan hubungan baik antar pedagang tidak terdapat konflik yang terjadi.

Hal ini disampaikan oleh pedagang Bapak Salman dengan peneliti

mengenai kerja sama yang terjalin antar pedagang:

“Kerjasama yang terjalin antar pedagang selama berjualan disandartex, yang saya rasakan selama ini hubungan denganpedagang lainya cukup baik dan selalu saling membantu antarpedagang lainya. Nga pernah ada namanya antar pedagang ribut,semuanya yang dagang disini semuanya udah kaya keluarga aja.Saling tolong menolong, sama-sama nyari makan buat keluargamasing-masing”.78

Kemudian diantara pedagang dan pembeli juga memiliki aturan, aturan

tersebut terjadi pada saat transaksi antara pedagang dan pembeli yang

melakukan tawar menawar barang dagangan yang dijual. Tawar menawar

barang harus disepakati oleh pedagang dengan pembeli untuk

menguntungkan satu dengan lainya.

Dari aturan tersebut pedagang dengan pembeli mempunyai hubungan

yang bersifat komersil atau sementara dalam artian bahwa pendekatan

pada kegiatan usaha dagang terlepas dari hubungan yang bersifat pribadi

atau hubungan tetangga, tidak tetapnya atau sering berpindahnya tempat,

menyebabkan pula bahwa hubungan antara pembeli dengan PKL sering

77 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

78 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

75

hanya hubungan sepintas lalu atau lebih merupakan hubungan yang tidak

disengaja atau terjadinya karena kebetulan saja.

Hal ini disampaikan oleh pedagang Bapak Salman dengan peneliti

mengenai aturan yang disepakati pedagang:

“Aturan yang biasanya disepakati sama pedagang ya aturan yangbiasa dibuat sama pedagang laenya, yang jualan disini, yaaturanya pembagian lapak jualan yang udah disepakati danditempati sama pedagang bertahun-tahun. Pembagian lapak yangharus disepakati sama pengelola dan pedagang yang udah bayaruang dimuka sama pihak pengelola”.79

Hal yang sama juga disampaikan oleh pedagang Uda Zeni dengan peneliti

mengenai aturan yang disepakati pedagang:

“Aturan ini salah satu bentuk kepercayaan yang dibangunpedagang untuk menjalin rasa kekeluargaan dan kebersamaanantar pedagang yang aturanya tersebut sudah dilakukan sejakramainya pedagang berjualan di wilayah Sandratex. Karena kalonga ada aturan ini pasti akan timbulnya konflik ataupermasalahan antar pedagang karena saling berebut lapakberdagang”.80

Tarikan sewa lapak yang dibayarkan pedagang kepada pihak pengelola

lapak dijadikan pedagang sebagai pembayaran untuk menjalankan usaha.

Pedagang beranggapan bahwa uang tarikan lapak berjualan yang tidak

memberatkan pedagang sangatlah membantu kegiatan berjualan pedagang.

Hal ini disampaikan oleh pedagang Bapak Salman dengan peneliti

mengenai uang tarikan sewa lapak:

“Kalo masalah sama uang tarikan yang biasa diminta sama pihakpengelola lapak, saya setuju-setuju aja selama masih minta uang

79 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

80 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

76

bayar lapaknya nga ngeberatin pedagang aja. Soalnya pedagangdisini kan juga nyari makan buat keluarga, trus pengelola lapakjuga nyari makan juga. Yah sama-sama enak aja dah, soalnya kanpengelola yang punya lapak, jadi sewajarnya dimintain tarikanbuat keamanan, sewa lapak, dan kebersihan juga”.81

Uang sewa lapak salah satu aturan yang berlaku diantara pedagang

dengan pihak pengelola. Ternyata dibalik pungutan sewa lapak tersimpan

harapan pedagang agar pedagang mendapatkan rasa aman dan nyaman

sehingga usaha dapat berjalan lancar dan pedagang berharap dengan

adanya pengelola lapak memberikan keteraturan dalam berdagang.

Manfaat yang didapatkan pedagang setelah mengikuti paguyuban

arisan PKL sangat banyak maanfaat yang didapatkan, salah satu

manfaatnya pedagang dapat menyisihkan hasil keuntungan jualanya setiap

minggunya. Dari hasil uang arisan tersebut pedagang dapat menambahkan

untuk modal usaha dan memenuhi kebutuhan keluarganya dijadikan

sebagai tabungan keluarga.

Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Zeni mengenai manfaat dari

mengikuti arisan PKL:

“Manfaat dari hasil mengikuti arisan, saya pakai uangnya yangsebesar Rp. 6.250.000 untuk penambahan modal beli barangdagangan, sisanya saya tabung untuk keperluan mendadak dantabungan masa depan keluarga saya”.82

Hal yang sama juga disampaikan oleh pedagang Uda Salman

mengenai manfaat dari mengikuti arisan PKL:

81 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

82 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

77

“Manfaat yang saya dapatkan, saya dapat mengatur danmenyisihkan hasil keuntungan dagang setiap satu minggu sekali,berguna untuk menghemat pengeluaran dan dapat menyisihkantabungan untuk modal usaha”.83

Hubungan – hubungan yang terjalin antar kelompok pedagang terus

berlanjut membangun kepercayaan yang dipelihara oleh masing-masing

pihak baik diantara pedagang, pedagang dengan pembeli, pedagang

dengan pengelola, dan dengan pihak lainya. Sampai menimbulkan

harapan-harapan yang berkembang di dalam kelompok pedagang. Sebab

harapan-harapan yang di bangun pada saat ini akan bermanfaat untuk masa

depan yang akan menimbulkan solidaritas didalam kelompok pedagang.

Hal ini juga disampaikan oleh pedagang Uda Zeni pedagang kerudung

mengenai harapan anggota arisan PKL untuk kegiatan arisan:

“Harapan saya tetap dipertahankan arisan pedagang ini, karenasaya sudah merasakan manfaat dari arisan ini, manfaat yangpertama yaitu saya mendapatkan modal tambahan usaha, arisanini dijadikan juga sebagai ajang silaturahmi antar pedagang.”84

Tabel 4.1

Konsep Bentuk Temuan LapanganNorma Norma terdiri dari

nilai-nilai,harapan, danaturan yangdijalankanbersama.

Aturan-aturan yangdipakai oleh PKL yaituaturan dalam berdagangtidak boleh antarpedagang salingmenjatuhkan sama lain,aturan lainya pembagianlapak yang sudahdisediakan olehpengelola, aturan dalam

83 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

84 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul09.00 WIB (lihat lampiran).

78

mengatur harga barangdengan pedagang lain,Tidak terdapatnyakonflik antar pedagang,saling mengatur,menjaga, danmenghargai antarpedagang

Trust Kejujuran,keadilan,keramahan, dansalingmenghormati

Terbentuknya kegiatanpaguyuban PKL asaldaerah padang, adanyarasa kekeluargaan yangkuat dalam kelompokPKL, saling membantuantar PKL baik padasaat berdagang maupundiluar berdagang.

Jaringan Solidaritas, dankerja sama

Dengan adanya kerjasama antar PKL,mudahnya PKL untukmendapatkan modalusaha, informasi lokasitempat jualan,mendapatkan rasa aman,nyaman, pada saatberdagang, suplaibarang dagangan yangdidapatkan pedagangmenjadi mudah, murah,dan menguntungkan

79

Norma

Aturan pembagian lapak, tidakadanya konflik antar pedagang,aturan, saling mengatur,menjaga, menghargai antarpedagang.

Trust

Tumbuhnya rasa kekeluargaanantar kelompok pedagang, salingmembantu antar pedagang baikpada saat bedagang, dan diluarberdagang.

Jaringan

Kerja sama antar pedagang,mudahnya PKL mendapatkanmodal usaha, informasi lokasijualan, mendapat rasa aman, dannyaman saat berdagang.

Kapital Sosial

Paguyubanarisan pedagang

Kesejahteraanpedagang dan

lancarnyakegiatan usaha

pedagang

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Gambaran modal sosial sebagai konsep yang terdiri dari kepercayaan,

norma dan jaringan semuanya akan melalui perananya dalam mempengaruhi

perkembangan pedagang kaki lima di sektor usaha pedagang di wilayah

Sandratex Rempoa Ciputat.

Pedagang kaki lima Sandratex telah mampu berkembang dengan baik dan

mampu bertahan menghadapi persaingan usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari

perkembangan jumlah pedagang kaki lima yang mengalami peningkatan

cukup signifikan dari tahun ke tahun. Kemampuan berkembang dan bertahan

menghadapi persaingan usaha pedagang kaki lima, selain didorong faktor

keterampilan dan semangat kerja yang tinggi, juga didorong dengan peran

modal sosial diantara para pedagang kaki lima.

Peran modal sosial membentuk kegiatan paguyuban arisan yang produktif

serta saling belajar mempercayai komitmen yang dipertanggung jawabkan dan

menghasilkan keuntungan bersama. Paguyuban arisan telah berhasil

melakukan pembinaan terhadap pedagang, ditunjukkan dengan adanya rasa

aman dan tenteram dalam menjalankan usaha, tidak khawatir ada

penggusuran, kesulitan modal bisa diatasi melalui pinjaman modal usaha,

peningkatan pendapatan usaha, munculnya rasa solidaritas pedagang,

81

kesamaan dalam jenis usaha, lokasi dan daerah asal, memudahkan mereka

untuk bekerjasama.

Modal sosial yang telah berperan dalam membangun norma aturan yang

disepakati antar pedagang yaitu aturan dalam berdagang tidak saling

menjatuhkan antar pedagang, bersaing secara sehat antar pedagang, tidak

terjadinya konflik antar pedagang, trust saling menghormati antar pedagang,

saling membantu antar pedagang baik pada saat berjualan maupun tidak

berjualan, rasa percaya untuk meminjamkan modal usaha, jaringan

terdapatnya informasi letak lokasi berdagang, terdapatnya modal usaha yang

didapatkan antar pedagang, suplai barang dagangan yang didapatkan

pedagang menjadi mudah, murah, dan menguntungkan. Dalam taraf ini PKL

telah mampu memberikan manfaat bahwa modal sosial sebagai salah satu

faktor penting dalam kegiatan perekonomian masyarakat

B. Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti terkait dengan keberadaan pedagang

kaki lima di Sandratex Rempoa Ciputat:

a. Saran Pemerintah Desa/Kelurahan Rempoa

1. Menata dan merelokasi lapak pedagang supaya tertib, dan tidak

berjualan di pinggir trotoar jalan supaya tidak mengganggu penguna

jalan dan arus lalu lintas.

2. Pihak Pemerintah Tangerang Selatan. Perkembangan sektor informal

mempunyai dampak yang positif jika dikelola dengan baik, baik

terhadap penerimaan pajak daerah Pemkot Tangerang Selatan, sebagai

82

upaya meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka lapangan

pekerjaan dan mengurangi angka pengangguran.

b. Saran Pedagang Kaki Lima Sandratex Rempoa Ciputat.

1. Memberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman modal usaha

dengan bunga kecil dan persyaratan yang tidak berbelit-belit dari

kegiatan arisan pedagang kaki lima.

2. Mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat maupun kota dalam

penambahan modal usaha dan lokasi yang layak untuk berjualan.

79

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta,

2008.

Bobi B. Setiawan, 2004, ”Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi Ruang di

Kampung”, Universitas Gadjah Mada, dalam Info URDI Volume 17,

Yogyakarta.

Chamsyah Bachtiar, Reinventing Departemen Sosial dalam Konteks

Pembangunan Sosial Indonesia. Jakarta:Rakyat Merdeka Books, 2006.

Francis Fukuyama, Guncangan Besar Kodrat Manusia dan Tatanan Sosial Baru.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Fukuyama F, Trust: The Social Virtues and Creation of Property, dikutip oleh

Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah.

Jakarta: Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009.

George Rtzer, Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media Group, 2007.

M. Meden Ridwan, ed. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam. Bandung: Nuansa,

2001.

Muller Johannes, Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu. Yogyakarta: Gramedia,

2005.

N. Grass WS. Massa dan AW. MC. E achen, Explaration Role Analysis dalam

David Berry pokok-pokok pikiran dalam sosiologi. Jakarta : PT. Grafindo

Persada, 1995.

Permadi Gilang, S.S, Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini.

Jakarta: Yudhistira, 2007.

80

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta,

Bandung, 2009.

Rais Rahmat, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah. Jakarta:

Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009.

Ramli Rusli, Sektor informal perkotaan pedagang kaki lima. Jakarta:Ind-Hill.co,

1992.

Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik. Jakarta: FISIP

UI Press, 2005.

Sartika Tiktik Partomo Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi. Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2002.

Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi. Jakarta: Rajawali Press.

Suharto Edi, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Jakarta

: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung, 2009.

Waluya Bagja, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. PT Setia

Purna Inves, Bandung, 2007.

Wigati Mulat Abdullah, Sosiologi. Jakarta: Grasindo, 2008.

Zaky Ahmad dan Firdaus Ismet, Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan

Dhu’afa. Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayytullah, 2008.

81

Sumber Internet

Administrator “Data Usaha Mikro Kecil Menengah” Diakses pada 13 Maret

2014, Pukul 15.00 WIB dari www.depkop.go.id/data-usaha-mikro-

kecil-menengah-umkm-dan-usaha-besar-ub-tahun-2011-2012

Administrator Suharto Edi, “Modal Sosial dan Kebijakan Publik”, Diakses

pada 13 Maret 2014, Pukul 15.00 WIB dari

(http://kuntum2008.multply.com/journal).

Administrator, “Triangulasi dalam penelitian kualitatif”, Diakses pada 24

September 2014, Pukul 23.00 WIB dari http://mudjiarahardjo.uin-

malang.ac.id/materi-kuliah/270-triangulasi-dalam-penelitian-

kualitatif.html.

Administrator, Diakses pada 26 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB dari

http://jakarta.bisnis.com/read/20140816/383/250410/bazar-sabtu-

minggu-sandratex-di-ciputat-banyak-peminat.

Administrator, Diakses pada 26 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB dari

http://kabar24.bisnis.com/read/20130216/78/1073/pasar-kaget-

tangerang-selatan-macetkan-arus-lalu-lintas.

Lampiran Pedoman wawancara

TRANSKIP WAWANCARA

Nama :

Jenis Informan :

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Topik Wawancara :

A. Kegiatan Paguyuban Arisan Pedagang

1. Sejak kapan mulai dirintis dan kapan arisan PKL ini dimulai?

2. Apa nama dari kegiatan arisan PKL tersebut? apakah dalam bentuk

arisan atau dalam kegiatan lainya?

3. Siapa penggagas pertama kali kegiatan ini?

4. Berapakah anggota yang terdaftar?

5. Maksud dan Tujuan dari kegiatan arisan PKL?

6. Apakah syarat dalam mengikuti kegiatan arisan PKL?

7. Apa Manfaat anggota mengikuti kegiatan ini?

8. Harapan dengan adanya kegiatan arisan ini?

B. Pedagang

1. Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang?

2. Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang?

3. Bagaimana persaingan antara PKL disini?

4. Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex?

5. Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli?

6. Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang?

7. Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya?

8. Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini?

C. Pengelola

1. Awal kemunculan PKL banyak di wilayah Sandratex?

2. Sudah berapa lama bpk mengelola lapak PKL di Sandratex?

3. Bagaimana pembagian lapak PKL yang berjualan di Sandratex?

4. Apakah pernah terdapat konflik antar PKL karena berebut lapak?

5. Apakah terdapat keuntungan yang diambil oleh pihak pengelola dengan

keberadaan PKL?

6. Harapan kedepan dengan keberadaan PKL?

D. Kelurahan

1. Menurut bpk melihat fenomena keberadaan PKL di wilayah sandratek?

2. Apakah pihak kelurahan pernah memberikan teguran terhadap PKL

yang berjualan di bahu jalan?

3. Apakah terdapat retribusi pajak atau pungutan yang diminta kelurahan

dari PKL?

4. Apakah terdapat solusi perencanaaan/penertiban kepada PKL untuk

direlokasi ketempat yang lebih baik?

5. Harapan kelurahan dengan keberadaan PKL?

E. Pembeli

1. Bagaimana kualitas barang yang di jual oleh PKL?

2. Bagaimana harga barang yang dijual oleh PKL, terjangkau atau tidak?

3. Alasan ibu memilih membeli barang dagangan di PKL ini apa?

4. Manfaat keberadaan PKL terhadap pembeli?

5. Apakah ibu merasa terbantu dengan adanya keberadaan PKL disini?

6. Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaan PKL disini?

F. Pengguna Jalan

1. Bagaimana pendapat ibu/bpk mengenai keberadaan PKL di wilayah

Sandratex?

2. Apakah ibu/bpk merasa terganggu dengan keberadaan PKL yang

berjualan di trotoar jalan?

3. Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaaan PKL yang berjualan di

sepanjang trotoar jalan?

Lampiran 1. Informan Ketua Paguyuban Arisan PKL Sandratex

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Bapak Amrizal

Jenis Informan : Pedagang Kaos Kaki

Hari/Tanggal : Rabu, 17 Mei 2014

Waktu : Pukul 08.00 WIB

Tempat : Sandratex Rempoa

Topik Wawancara : Kegiatan Paguyuban Arisan Pedagang Kaki Lima

Interviewer : Sejak kapan mulai dirintis dan kapan arisan PKL ini dimulai?

Informan : “Dirintis sejak sekitar tahun 2004 awal dimulainya arisan pedagang

kaki lima yang saya pegang.”

Interviewer : Apa nama dari kegiatan arisan PKL tersebut? apakah dalam bentuk

arisan atau dalam kegiatan lainya?

Informan : “Penamaan dalam arisan yang saya pegang, tidak ada penamaan

yang disebutkan hanya kegiatan arisan pedagang saja.”

Interviewer : Siapa penggagas pertama kali kegiatan ini?

Informan : “Uda Amrizal salah satu penggaggas dalam pembuatan arisan PKL

dan dapat dukungan dari teman-teman PKL.”

Interviewer : Berapakah anggota yang terdaftar?

Informan : “Terdaftarnya anggota arisan dari awal mulainya arisan berjalan

terdapat 45 anggota pedagang yang aktif mengikuti arisan pedagang,

dan pedagang yang mengikuti kegiatan arisan ini tidak dipaksa untuk

mengikuti kegiatan arisan ini, pedagang yang mau ikut saja. Untuk

anggota yang terdaftar sekarang terdapat 30 PKL yang ikut kegiatan

arisan ini, dari athun ke tahun anggota yang mengikuti arisan ini

berkurang, dikarenakan banyak faktor yaitu hasil penjualan yang

menurun dan minat pembeli yang kurang.”

Interviewer : Maksud dan Tujuan dari kegiatan arisan PKL?

Informan : “Maksud dan tujuan kegiatan arisan dibuat dikarenakan PKL yang

sedang merintis berdagang di wilayah Sandratex hanya bermodalkan

kecil untuk modal dagangnya, dengan adanya wadah arisan ini

pedagang tidak takut lagi kehabisan modal usaha dagangnya,

kegiatan arisan ini juga mempunyai tujuan yang baik untuk PKL yaitu

menciptakan rasa persaudaraan yang kuat antar PKL dan rasa saling

bantu membantu yang diciptakan antara PKL.”

Interviewer : Apakah syarat dalam mengikuti kegiatan arisan PKL?

Informan : “Tidak ada syarat atau aturan dalam mengikuti kegiatan arisan ini,

hanya syaratnya setiap arisan mau dikocok anggota harus membayar

arisan dengan tepat waktu dan tidak menunggak bayar arisanya.

Kegiatan yang biasa dilakukan pertemuan setiap satu minggu sekali,

yaitu diadakan pertemuanya hari minggu pagi untuk membayar uang

arisan dan pengocokan arisan. Setiap minggunya tarikan uang arisan

dikenakan setiap anggota 250.000, dan untuk anggota yang mendapat

arisan tersebut akan mendapatkan penambahan modal usaha sebesar

7.500.000.”

Interviewer : Bagaimana keuntungan anggota dalam mengikuti kegiatan ini?

Informan : “Keuntungan anggota yang mengikuti arisan ini, salah satu

manfaatnya untuk mendapatkan penambahan modal usaha khususnya

membeli barang dagangan, untuk menambah uang tabungan

keluarga.”

Interviewer : Harapan dengan adanya kegiatan arisan ini?

Informan : “Harapan untuk kegiatan arisan ini saya sebagai ketua arisan

menginginkan kegiatan arisan PKL ini terus berlanjut sampai kapan

pun, harapan lainya anggota yang ikut kegiatan ini terutama PKL

semakin banyak, karena dengan banyaknya anggota arisan yang

mengikuti modal yang didapatkan juga akan lebih banyak lagi. Itu yang

saya harapkan dengan terbentuknya arisan PKL ini, harapan lainya

yaitu bantuan modal usaha dari pemerintah kota maupun pemerintah

pusat yang memberikan modal usaha untuk PKL dengan bunga rendah

agar PKL dapat mengembangkan usahanya kearah lebih baik dan dapat

mensejahterakan hidupnya lebih layak lagi.”

Lampiran 2. Informan Anggota Paguyuban Arisan PKL Sandratex

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Bapak Kosim

Jenis Informan : Pedagang Perkakas Rumah Tangga

Hari/Tanggal : 17 Mei 2014

Waktu : Pukul 08.00 WIB

Tempat : Sandratex Rempoa

Topik Wawancara : Kegiatan Paguyuban Arisan PKL

Interviewer : Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang?

Informan : “Saya sudah berdagang sekitar 7 tahun yang lalu.”

Interviewer : Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang?

Informan : “Penghasilan yang saya dapat tidak menentu per bulan

ataupun per hari kadang setiap berdagang dapat 500.000,

tergantung ramai atau tidaknya pembeli di tempat jualan. Modal

jualan yang saya punya didapatkan dari hasil tabungaan

keuntungan modal yang saya kumpulkan setiap saya berdagang,

dan modal tambahan yang lain saya daapatkan dari mengikuti

arisan mingguan yang dipegang oleh uda amrizal.”

Interviewer : Bagaimana persaingan antara PKL disini?

Informan : “Persaingan antar pedagang disini menurut saya wajar sekali

antar pedagang bersaing dalam berdagang, tetapi bersaing

secara sehat tidak saling menjatuhkan atau menjelekan antar

pedagang.”

Interviewer : Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex?

Informan : “Minat pembeli selama saya berjualan disini sangat baik

setiap tahunya makin lama pembeli semakin ramai dan banyak

yang dating kesini untuk membeli barang dagangan saya,

pembeli langganan saya nga cuma daerah Sandratex saja tetapi

pembeli dri luar Sandratex juga banyak yang menjadi

pelanggan tetap saya.”

Interviewer :Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli?

Informan : “Hubungan yang saya lakukan dengan pembeli setiap

transaksi atau menawarkan barang dagangan saya harus sopan,

ramah, dan baik setiap berjualan dengan pembeli, sebaliknya

juga pembeli harus mempunyai sikap baik kepada pedagang

salah satunya pembeli yang menawar barang dagangan yang

suka keterlaluan menawarnya. Jadi pedagang selalu dijadikan

korban oleh pembeli, yah mungkin hubungan yang terjalin

cukup baik lah sma pembeli.”

Interviewer : Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang?

Informan : “Aturan yang disepakati dengan pedagang sudah sejak lama

aturan tersebut dibuat oleh pedagang dari awal pedagang

berjualan di Sandratex, salah satu aturanya yaitu mengenai

lapak pedagang yang berjualan disini dan mengenai harga

barang dagangan harus disesuaikan dengan pedagang lainya

tidak saling menjatuhkan sesama pedagang yang berjualan.”

Interviewer :Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya?

Informan : “Hubungan dengan pedagang yang lainya sudah terjalin lama,

dari hubungan tersebut saya dengan pedagang lainya sudah

saya anggap seperti keluarga sendiri karena pedagang disini

semua saling bantu membantu dan mempunyai rasa solidaritas

tinggi antar pedagang.”

Interviewer :Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini?

Informan : “Maanfaat yang saya rasakan mengikuti arisan ini salah satu

manfaatnya yaitu hasil uang arisanya saya manfaatkan untuk

tabungan dan dijadikan sebagai modal usaha mengembangkan

usaha yang saya lagi rintis sekarang, soalnya pedagang hanya

mengandalkan keuntungan dari hasil usaha, dan mempunyai

modal yang cukup untuk menjalankan usahanya, dengan

adannya arisan ini saya sangat amat terbantu dan

berterimakasih sekali.”

Nama : Uni Leni

Jenis Informan : Pedagang Baju Muslim

Hari/Tanggal : 17 Mei 2014

Waktu : Pukul 08.00 WIB

Tempat : Sandratex Rempoa

Topik Wawancara : Kegiatan Paguyuban Arisan PKL

Interviewer : Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang?

Informan : “Saya berdagang diwilayah Sandratex sudah 5 Th yang lalu,

saya termasuk pedagang baru yang berjualan diwilayah

Sandratex.”

Interviewer : Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang?

Informan : “Penghasilan saya setiap berdagang ditentukan banyaaknya

pembeli dan ditentukan tanggal muda atau tanggal tua,

kebanyakan pembeli banyak dan ramai disaat tanggal muda

karena paada saat tanggal muda pembeli sedang mendapatkan

uang gajian, jadi pasti pembeli banyak yang royal membeli

barang dagangan saya.”

Interviewer : Bagaimana persaingan antara PKL disini?

Informan : “Persaingan pedagang menurut saya, selama 5 tahun

berdagang disini saya belum pernah melihat persaingan antar

pedagang ataupun konfik antar pedagang. Kebanyakan saya

lihaat mayoritas pedagang mempunyai rasa tolong menolong

yang tinggi dan rasa kekeluargaanya sangat tinggi, contohnya

saya sering sekali dibantu oleh pedagang lain untuk

membereskan barang dagangaan yang cukup banyak.”

Interviewer : Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex?

Informan : “Minat pembeli sangat cukup banyak, pembeli banyak datang

pada saat akhir bulan.”

Interviewer :Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli?

Informan : “Hubungan pedagang dan pembeli sangat baik, hubungan

yang baik ini didapatkan karena pedagang selalu ramah

terhadap pembeli pada saat menawarkan barang daganganya.”

Interviewer : Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang?

Informan : “Aturan yang disepakati pedagang yaitu tidak saling

menjatuhkan antara pedagang yang lain, semua pedagang yang

berjualan disini sudah dianggap sebagai keluarga tidak ada

pedagang yang bermusuhan ataupun saling menjelekan dengan

pedagang lainya.”

Interviewer :Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya?

Informan : ”Hubungan pedagang selama saya berdagang disini tidak ada

namanya pedagang yang memusuhi saya, malah saya selalu

dibantu pada saat membuka lapak dagangan dan menutup lapak

dagangan.”

Interviewer :Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini?

Informan : “Manfaat saya ikut arisan, untuk tabungan modal usaha dan

keperluan keluarga saya. Yah itung itung menabung lah untuk

keperluan keluarga dan belanja modal usaha, dari pada

uangnya di simpen di bank.”

Nama : Uda Zeni

Jenis Informan : Pedagang Aneka Kerudung

Hari/Tanggal : 17 Mei 2014

Waktu : Pukul 08.00 WIB

Tempat : Sandratex Rempoa

Topik Wawancara : Kegiatan Paguyuban Arisan PKL

Interviewer : Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang?

Informan : “Saya berjualan diwilayah Sandratex sudah 11 tahun

lamanya.”

Interviewer : Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang?

Informan : “Penghasilan yang saya dapatkan dari hasil berjualan tidak

stabil, tergantung cuaca hujan ataupun cerah kalo cuaca hujan

hanya cukup untuk makan sehari-hari, tetapi jika cuaca cerah

keuntunganya lumayan banyak cukup untuk mencukupi

kebutuhan untuk 1 minggu penuh.”

Interviewer : Bagaimana persaingan antara PKL disini?

Informan : “Persaingan antar pedagang menurut saya biasa saja, tidak

ada namanya persaingan dalam berdagang, tetapi lebih

cenderung saling tolong menolong, dan menjalin kekeluargaan

yang baik antar pedagang. Kalo untuk dibilang bersaing,

bersaing secara sehat dan jujur antaar pedagang tidak harus

saling menjatuhkan antar pedagang.”

Interviewer : Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex?

Informan : “Peminat pembeli di wilayah Sandratex, peminat pembeli

sendiri cukup banyak, ramai, dan tidak pernah sepi pembeli.

Dikarenakan pembeli tidak hanya dating dari wilayah Sandratex

sendiri, tetapi pembeli banyak datang dari semua penjuru

tangerang selatan khususnya ciputat, kampung hutan, rempoa,

gintung, dan wilayah lainya sekitar tangerang selatan.”

Interviewer :Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli?

Informan : “Hubungan pedagang dengan pembeli sangat baik, pada saat

pembeli dan pedagang terjadi transaksi tawar menawar barang

pun, pedagang selalu baik dan ramah terhadap pembeli.”

Interviewer : Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang?

Informan : “Aturan yang disepakati pedagang yaitu setiap pedagang

harus saling membantu dengan pedagang lainya. Tidak adanya

persaingan antara pedagang lainya yang saling merugikan.”

Interviewer :Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya?

Informan : “Hubungan pedagang dengan pedagang lainya sudah seperti

keluarga menurut saya, soalnya saya berdagang dengan

pedagang lainya sudah cukup lama berdagang bersama-sama

tidak berjualan disini saja tetapi beberapa tempat jualan pasar

malam dan wilayah berjualan lainya, jadi sudah seperti

keluarga saja.”

Interviewer :Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini?

Informan : “Manfaat dari hasil mengikuti arisan, saya pakai uangnya

untuk penambahan modal beli barang dagangan, sisanya saya

tabung untuk keperluan mendadak dan tabungan masa depan

keluarga saya. Arisan pedagang yang saya ikuti, sangat banyak

sekali manfaatnya, khususnya pedagang dapat mengaatur dan

menyisihkan hasil keuntungan daganganya setiap 1 minggu

sekali, berguna untuk menghemat pengeluaran dan lebih dapat

menyisihkan tabungan modal usaha.”

Nama : Bapak Salman

Jenis Informan : Pedagang Sendal

Hari/Tanggal : 17 Mei 2014

Waktu : Pukul 08.00 WIB

Tempat : Sandratex Rempoa

Topik Wawancara : Kegiatan Paguyuban Arisan PKL

Interviewer : Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang?

Informan : “Saya berjualan sejak tahun 2004 diwilayah Sandratex.”

Interviewer : Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang?

Informan : “Penghasilan berdagang yang saya dapatkan hanya cukup

untuk makan sehari-hari keluarga dan kebutuhan lainya seperti

pendidikan anak dan kebutuhan lainya. Namanya pedagang

tidak menentu hasilnya karena pedagang hanya bertumpu

dengan banyaknya pembeli yang membeli barang daganganya.

Jadi peran pembeli sangat penting sekali untuk keberaadaan

dan kelangsungan hidup pedagang, maka dari itu antara

pedagang dan pembeli saling menguntungkan.”

Interviewer : Bagaimana persaingan antara PKL disini?

Informan : “Persaingaan antar pedaagang, menurut saya persaingan

pedagang tidak ada yang membedakan antar pedagang ataupun

sama saja berdagang yang dagang tidak ada saling

menjatuhkan antar pedagang lain. Hampir semua pedagang

yang berjualan disini sudah seperti keluarga sendiri yaitu saling

membantu dalam membuka lapak ataupun membereskan barang

dagangan antar pedagang. Yang penting adalah rasa saling

percaya yang sudah dibangun sejak lama harus tetap di

pertahankan oleh pedagang, karena dengan adanya rasa saling

percaya dapat membangun rasa saling menghormati,

membantu, serta rasa solidaritas yang tinggi.”

Interviewer : Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex?

Informan : ”Minat pembeli sangat baik setiap minggunya, pembeli banyak

yang datang pada saat hari minggu.”

Interviewer : Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli?

Informan : “Hubungan antar pedagang dan pembeli, menurut saya

interaksi yang terjalin dengan pembeli seperti teman saja,

terjadi saling tawar menawar barang dagangan antar pembeli

dan pedagang, dan interaksi saling menwarkan barang

dagangan secara sopan, unik, dan lantang kepada pembeli

supaya menarik para pembeli yang sedang berlalu lalang di

wilayah Sandratex. Hampir semua barang dagangan yang saya

jual disini mampun menjangkau semua pembeli menengah

kebawah ataupun semua kalangan masyarakat, tidak mahal

ataupun murah tetapi stabil, daan kualitas barangnya sangat

baik dan awet.”

Interviewer : Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang?

Informan : “Aturan pedagang, aturan yang saya tau yaitu aturan

penentuan lapak pedagang yang sudah disepakati oleh

pedagang dan pihak pengelola, selain itu aturan lainya yaitu

tidak boleh merebut lapak pedagang lain tanpa sepengetahuan

pihak pengelola walaaupun lapak tersebut kosong tidak ada

yang menempati, aturan laainya yaitu lapak harus selalu terlihat

bersih dan tidak mengotori badan jalan ataupun lainya jadi

kebersihan harus diutamakan.”

Interviewer :Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya?

Informan : “Hubungan pedagang sudah sejak lama terbangun disini, jadi

sesama pedagang disini sudah saling mengenal dan mempunyai

rasa persaudaraan yang kuat.”

Interviewer :Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini?

Informan : “Manfaatnya untuk tabungan modal usaha yang saya dapatkan

setiap kali saya berjualan, modal keuntungan usaha yang saya

dapatkan saya sisihkan untuk membayar uang arisan. Dari pada

keuntungan modalnya habis tidak karuan, mending saya ikuti

arisan.”

Lampiran 3. Informan Pengelola PKL Sandratex

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Bapak Syam (Cumang)

Jenis Informan : Tukang Ojek

Hari/Tanggal : 13 Mei 2014

Waktu : Pukul 14.00 WIB

Tempat : Sandratex Rempoa

Topik Wawancara : Kegiatan Pedagang Kaki Lima

Interviewer : Awal kemunculan PKL banyak di wilayah Sandratex?

Informan : “Awal kemunculan pedagang diwilayah Sandratex, sebelum

adanya pedagang yang berjualan hari sabtu dan minggu. Yang

paling pertama jualan di Sandratex pedagang sayuran, segala

jenis sayuran ada diSandratex. Kebanyakan pedagang

sayuraanya berasal dari daerah parung yang mencari rezeky di

Sandratex.”

Interviewer : Sudah berapa lama bpk mengelola lapak PKL di Sandratex?

Informan : “Saya mengelola pedagang kaki lima di wilayah Sandratex

sudah 15 tahun yang lalu.”

Interviewer : Bagaimana pembagian lapak PKL yang berjualan di

Sandratex?

Informan : “Pembagian lapak pedagang, sejak tahun 2009/2010 saya jadi

pengelola setiap pedagang diharuskan untuk membeli lapak

ataupun tempat berjualanya sebesar 300.000 untuk seumur

hidup dia berjualan di wilayah Sandratex, untuk retribusi yang

dikenakan pengelola setiap pedagang jualan pedagang

dikenakan uang sebesar 3.000 untuk uang kebersihan, dan

keamanan oleh pihak pengelola.”

Interviewer : Apakah pernah terdapat konflik antar PKL karena berebut

lapak?

Informan : “Awalanya kemunculan pedagang kaki lima sebelum ada

pengelola sering terjadi konflik antar pedagang, dikarenakan

perebutan lapak pedagang yang saling tidak mau mengalah dan

mau menang sendiri, tetapi sejak saya menjadi pengelola

pedagang disini tidak ada lagi namanya konflik antar pedagang,

perebutan lapak, ataupun keributan antar ormas yang berebut

lahan parkir ataupun lainya.”

Interviewer : Apakah terdapat keuntungan yang diambil oleh pihak

pengelola dengan keberadaan PKL?

Informan : “Selama saya menjadi pengelola pedagang kaki lima selama

15 tahun lamanya disini, tidak ada keuntungan yang saya ambil

dan makan sendiri, tetapi hasil setoran pedagang sebesar 3000

setiap 1 pedagang saya bagi-bagi semua kalaangan, seperti

untuk uang kebersihan, keamanan, lingkungan, dan kebutuhan

saya sendiri alias untuk uang cepek saya.”

Interviewer :Harapan kedepan dengan keberadaan PKL?

Informan : ”Harapanya kedepan si, semoga PKL disini tetap terus ada

sampai selamanya dah. Yah paling PKL disini harus bener-

bener ditata, dikelola, dan mendapat pengakuan dari pihak

kelurahan supaya bisa tertib, teratur, dan nyaman aja

dilihatnya.”

Lampiran 4. Informan Kelurahan Rempoa

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Bapak Heru

Jenis Informan : Bidang Kegiatan Lingkungan

Hari/Tanggal : 15 Mei 2014

Waktu : Pukul 10.00 WIB

Tempat : Kelurahan Rempoa

Topik Wawancara : Dampak Keberadaan PKL

Interviewer : Menurut bpk melihat fenomena keberadaan PKL di wilayah

sandratek?

Informan : “Fenomena keberadaan PKL menurut saya sudah semakin

memprihatinkan soalnya PKL sudah makin banyak dan ramai

disetiap PKL berjualan hri sabtu dan minggu pagi selalu

membuat permasalahan yaitu arus lalu lintas yang terhambat

dikarenakan banyak PKL yang berjualan sembarangan di bahu

jalan atau trotoar jalan. Disamping itu juga PKL yang

berjualan diwilayah Sandratex sudah terlalu banyak dan

sepanjang trotoar disesaki PKL dan pembeli yang ingin membeli

barang dagangan PKL.”

Interviewer : Apakah pihak kelurahan pernah memberikan teguran terhadap

PKL yang berjualan di bahu jalan?

Informan : ”Pihak kelurahan sudah memberi surat teguran kepada RT/RW

dan pihak pengelola untuk PKL tidak berjualan di bahu jalan,

tetapi upaya tersebut tidak dilaksanakan dengan baik.”

Interviewer : Apakah terdapat retribusi pajak atau pungutan yang diminta

kelurahan dari PKL?

Informan : “Kelurahan tidak pernah mengambil pungutan atau

keuntungan sama sekali sejak PKL disana berjualan, kelurahan

malah mendapat teguran terus menerus dari satpol pp dan

pemkot tangsel untuk menyelesaikan masalah PKL yang ada di

Sandratex.”

Interviewer :Apakah terdapat solusi perencanaaan/penertiban kepada PKL

untuk direlokasi ketempat yang lebih baik?

Informan : “Berbagai upaya penertiban sudah pernah kelurahan

upayakan dicarikan solusi terbaik untuk pemindahan PKL

ketempat yang lebih baik layak, dan tertib. Salah satu tempat

yang dijadikan relokasi buat PKL yaitu yang terdekat di

lapangan gintung depan kantor kelurahan, tetapi pemindahan

tersebut ditolak mentah mentah oleh pihak PKL, tempat kedua

yaitu tempat relokasi PKL disepanjang jalur situ gintung yang

baru dibuat yang sangat luas dan strategis untuk berjualan

tetapi PKL juga menolaknya dikarenakan tempatnya sepi

dengan pembeli dan jauh dari keramaian.”

Interviewer : Harapan kelurahan dengan keberadaan PKL?

Informan : “Harapan kelurahan kedepan untuk PKL pihak kelurahan

mempunyai pekerjaan rumah yang sangat besar yaitu dapat

merelokasi PKL dari wilayah Sandratex ketempat yang lebih

baik dan teratur tidak berjualan disepanjang trotoar yang sering

membuat kemacetan. Harapan kelurahan tidak muluk-muluk

hanya bisa memindahkan PKL saja sudah cukup, krena dengan

harapan tersebut berarti kelurahan sudah cukup berhasil untuk

mengatur PKL ketempat yang lebih baik dan layak.”

Lampiran 5. Informan Pembeli pedagang kaki lima

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ibu Zainap

Jenis Informan : Ibu Rumah Tangga

Hari/Tanggal : 17 Mei 2014

Waktu : Pukul 10.00 WIB

Tempat : Sandratex Rempoa

Topik Wawancara : Dampak Keberadaaan PKL

Interviewer :Bagaimana kualitas barang yang di jual oleh PKL?

Informan : “Menurut saya kualitas barang dagangan yang dijual di

Sandratex sangat berkualitas dan komplit.”

Interviewer :Bagaimana harga barang yang dijual oleh PKL, terjangkau atau

tidak?

Informan : “Menurut saya harga barang yang dijual disini sangat

terjangkau sekali, kualitas bagus, cuma penataan lapak yang

tidak rapi saja.”

Interviewer : Alasan ibu memilih membeli barang dagangan di PKL ini apa?

Informan : “Alasan membeli barang disini yaitu wilayah Sandratex sudah

sangat populer karena sudah terkenal dengan pedagang kaki

limanya yang berjualan pada hari sabtu dan minggu, setiap

orang pasti kenal dengan PKL Sandratex dikeranakan banyak

pengguna motor maupun mobil yang terkena imbas kemacetan

pada saat PKL berjualan diwilayah Sandratex, apa lagi salah

satu akses jalan menuju Jakarta harus melewati wilayah

Sandratex terlebih dahulu, jadi PKL wilayaah Sandratex sudah

sangat terkenal dan populer oleh masyarakat yang tinggal di

wilayah tangerang selatan.”

Interviewer : Manfaat keberadaan PKL terhadap pembeli?

Informan : “Manfaatnya saya bisa belanja murah meriah, bisa terpenuhi

kebutuhan yang saya butuhkan, dan sangat terjangkau lokasi

belanjanya soalnya dekat dengan rumah saya.”

Interviewer : Apakah ibu merasa terbantu dengan adanya keberadaan PKL

disini?

Informan : “Terbantu sekali soalnya saya suka banget sama namanya

belanja, jadinya adanya PKL bisa memenuhi kebiasaan saya

yang suka belanja perabot rumah tangga dan kebutuhan lainya.

Yah maklum lah namanya ibu rumah tangga, ya jadi hobbynya

belanja.”

Interviewer : Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaan PKL disini?

Informan : “Harapan nya semoga PKL disini bisa tertib, teratur, dan

makin rapih aja si jualanya.”

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ibu Annisa

Jenis Informan : Ibu Rumah Tangga

Hari/Tanggal : 17 Mei 2014

Waktu : Pukul 10.00 WIB

Tempat : Sandratex Rempoa

Topik Wawancara : Dampak Keberadaan PKL

Interviewer :Bagaimana kualitas barang yang di jual oleh PKL?

Informan : “Kualitas barang yang dijual PKL di Sandratex lumayan

bagus tidak kalah dengan barang yang dijual di pasar swalayan.

Harga barangnya juga bervariasi ada yang murah dan ada juga

yang mahal sedikit, tetapi jika dibandingkan dengan harga yang

dijual di pasar swalayan masih lebih murah di pedagang

Sandratex.”

Interviewer :Bagaimana harga barang yang dijual oleh PKL, terjangkau atau

tidak?

Informan : “Harga yang ditawarkan pedagang untuk pembeli diwilayah

Sandratex sangat amat miring ataupun murah meriah dan

terjangkau untuk semua kalangan masyarakat menengah dan

bawah. Selama saya menjadi langganan pembeli tetap di

pedagang kaki lima Sandratex, barang yang saya beli selalu

awet dan tahan lama untuk pemakaian yang cukup lama.”

Interviewer : Alasan ibu memilih membeli barang dagangan di PKL ini apa?

Informan : “Saya memilih membeli barang dagangan disini karena

kebutuhan yang saya ingin beli Cuma ada disini saja, saya

sudah mecari baju koko anak saya kemana-mana tidak ada.

Tetapi di Sandratex kebetulan ada baju koko anak saya yang

ukuranya sama dengan anak saya, dan juga harga dari baju

kokonya sangat murah meriah jadi saya beli.”

Interviewer : Manfaat keberadaan PKL terhadap pembeli?

Informan : “Manfaatnya untuk saya sih kalo belanja nga perlu jauh-jauh

ke pasar cukup disini aja belanja semuanya ada, dan barangnya

pun murah-murah lagi.”

Interviewer : Apakah ibu merasa terbantu dengan adanya keberadaan PKL

disini?

Informan : “Sangat terbantu sekali adanya PKL disini soalnya semua

keperluan rumah tangga lengkap banget dijual disini, dari

perabot rumah tangga, baju-baju, dan keperluan lainya.”

Interviewer : Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaan PKL disini?

Informan : “Harapan kedepanya si, PKL disini semoga makin rame aja

yang jualan disini. Dan PKL nya juga semakin teratur nga

berantakan lagi taro barang daganganya.

Lampiran 6. Informan Pengguna jalan

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Bapak Ade Novi

Jenis Informan : Pengguna Kendaraan Bermotor

Hari/Tanggal : 17 Mei 2014

Waktu : Pukul 10.00 WIB

Tempat : Sandratex Rempoa

Topik Wawancara : Dampak Keberadaan PKL

Interviewer : Bagaimana pendapat ibu/bpk mengenai keberadaan PKL di

wilayah Sandratex?

Informan : “Merasa terganggu sekali dengan banyaknya pedagang yang

berjualan di badan trotoar sepanjang jalan yang membuat

kemacetan yang cukup panjang, walaupun kemacetanya masih

cenderung lancar.”

Interviewer : Apakah ibu/bpk merasa terganggu dengan keberadaan PKL

yang berjualan di trotoar jalan?

Informan : “Keberadaan PKL sangat baik, khusunya untuk pemenuhan

kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan lainya. tetapi

dengan banyak PKL disini dan lapaknya memenuhi badan jalan

menjadi masalah membuat macet arus lalu lintas, dan

mengganggu pejalan kaki lainya.”

Interviewer : Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaaan PKL yang

berjualan di sepanjang trotoar jalan?

Informan : “Harapan kedepan untuk PKL di Sandratex yaitu PKL harus

diberikan tempat yang layak untuk berjualan, tidak berjualan

lagi disembarangan tempat seperti trotoar ataupun badan jalan

yang sangat mengganggu arus lalu lintas dan juga memperjelek

keindahan kota.”

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Bapak Triyono

Jenis Informan : Pengguna Kendaraan Bermotor

Hari/Tanggal : 17 Mei 2014

Waktu : Pukul 08.00 WIB

Tempat : Sandratex Rempoa

Topik Wawancara : Dampak Keberadaan PKL

Interviewer : Bagaimana pendapat ibu/bpk mengenai keberadaan PKL di

wilayah Sandratex?

Informan : “Sangat terganggu sekali dengan adanya PKL yang berjualan

disepanjang trotoar jalan karena menghambat arus lalu lintas

yang membuat kemacetan, saya sebagai pengguna motor sangat

menyayangkan sekali karena PKL disini selalu menjadi

permasalahan yang tidak pernah ada penyelesaianya dari tahun

ketahun, malah dari tahun ketahun PKL yang berjualan disini

makin lama makin banyak tidak berkurang PKLnya.”

Interviewer : Apakah ibu/bpk merasa terganggu dengan keberadaan PKL

yang berjualan di trotoar jalan?

Informan : “Keberadaan PKL mempunyai keuntungan dan juga

permasalahan dengan keberadaan PKL, keuntungan untuk

pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang mempunyai tingkat

penghasilan menengah kebawah, disamping itu permasalahan

adanya PKL hanya sebatas pengaturan dan penertiban PKL ke

lokasi lebih layak dan teratur.”

Interviewer : Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaaan PKL yang

berjualan di sepanjang trotoar jalan?

Informan : “Harapanya untuk PKL cuma PKL nga jualan lagi di

sepanjang jalan trotoar lagi, semoga aparat dari kepolisian

pemerintahan kota bisa pindahin PKL ketempat yang lebih baik

lagi dibanding harus jualan di trotoar jalan yang

membahayakan semua pengguna jalan dan PKL nya juga.”

LAMPIRAN OBSERVASI

Jenis Informan : Hasil Pengamatan Lapangan

Hari/tanggal : Sabtu, 19 April 2014

Waktu : 08.00 WIB

Tempat : Sandratex Rempoa

Topik observasi : Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima

Kegiatan Deskriptif

Sejarah Pedagang Kaki

Lima Sandratex

Perkembangan pedagang kaki lima di wilayah Sandratex

Rempoa dimulai dari berdirinya pabrik bahan Textile pada

tahun 1970, dengan adanya pabrik ini menyerap banyaknya

pegawai buruh pabrik yang bekerja di pabrik. Dengan adanya

pabrik ini banyak masyarakat yang tinggal berdekatan dengan

wilayah Ciputat, Gintung, dan Rempoa banyak yang bekerja di

pabrik. Waktu bekerja para buruh pabrik selama 24 jam non

stop dengan terbagi lamanya waktu bekerja selama 3 kali

pergantian jam bekerja. Dengan banyaknya buruh yang bekerja

di pabrik Sandratex. Akhirnya warga asli Rempoa yang tinggal

di wilayah pabrik, banyak yang berprofesi berdagang makanan,

seperti warung nasi uduk, warung tegal, dan warung kopi untuk

memenuhi kebutuhan para buruh pada jam istirahat.

Selanjutnya pada Mei 1998 kerusuhan terjadi di Indonesia

dikarenakan krisis moneter, kemudian pabrik Sandratex

mengalami kebangkrutan secara finansial, dan produksi yang

menurun. Dari dampak krisis ini banyak buruh pabrik yang

dirumahkan atau di PHK. Dengan itu banyak pedagang

makanan yang gulung tikar atau mengalami penurunan

penjualan. Tetapi tidak untuk pedagang nasi uduk dan pedagang

sayuran yang berjualan luar pabrik Sandratex, karena pedagang

nasi uduk dan pedagang sayuran hanya berjualan pada pagi hari

saja untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di

wilayah Sandratex.

Pedagang yang bertahan cukup lama di wilayah Sandratex

hanya pedagang nasi uduk dan pedagang sayuran. Munculnya

keberadaan pedagang kaki lima di Sandratex dimulai pada tahun

2002. Awalnya pedagang di Sandratex ini berkisar lima hingga

tujuh pedagang. Seiring berjalannya waktu jumlah pedagang

semakin lama bertambah pengunjungnya pun semakin ramai.

Dengan adanya fenomena pedagang kaki lima di Sandratex

dijadikan oleh warga sebagai pesta rakyat yang murah-meriah,

merakyat, dan dijadikan alternatif tempat untuk rekreasi

keluarga

Waktu berjualan PKL Jam berdagang pedagang kaki lima dimulai dari pukul 06.00

pagi sampai pukul 11.00 pagi. Diperkirakan pedagang yang

berjualan di sepanjang Trotoar Sandratex Rempoa Ciputat

berkisar antara 150 pedagang.

Aneka jenis barang

dagangan PKL

Pedagang kaki lima menawarkan aneka ragam kebutuhan

seperti baju, sepatu, mainan anak-anak, kuliner, aksesororis

handphone, peralatan rumah tangga, dan beragam jenis

kebutuhan rumah tangga lainnya. Harga barang di tawarkan

oleh pedagang kaki lima pun terbilang murah serta terjangkau,

mereka sangat terbantu dengan adanya pedagang kaki lima.

Permasalahan PKL Makin banyaknya jumlah PKL banyak yang menggunakan

trotoar jalan atau fasilitas umum lainya seperti badan jalan.

Akhirnya pedagang kaki lima selalu tidak tertib dan disiplin

dalam mentaati tata tertib yang sudah dibuat, karena sering

terjadinya salah paham antara pedagang dan pihak kelurahan,

pedagang selalu dipinggirkan dan diprotes oleh pihak kelurahan

agar tidak berjualan di lokasi trotoar jalan yang menyebabkan

macet.

Karakteristik PKL Sandratex Pedagang kaki lima Sandratex mempunyai 2 kelompok

pedagang yang berasal dari daerah padang dan pedagang daerah

sunda yang berjualan diwilayah Sandratex sejak 12 tahun yang

lalu. Dua kelompok pedagang ini sudah mempunyai lapak-lapak

untuk berjualan sendiri dan sudah mempunyai pelangganya

masing-masing. Terbentuknya kelompok pedagang kaki lima ini

dikarenakan banyaknya minat pembeli yang cukup tinggi, lokasi

berdagang yang strategis, dan masyarakat yang cukup padat

dijadikan PKL untuk berjualan di Sandratex. PKL tidak

mengenal tempat yang penting tempatnya strategis untuk

berjualan dan banyak pembelinya, serta yang unik dari PKL

yaitu pedagangnya selalu memajang daganganya secara

berantakan dan tidak beraturan.

Penyebutanya pusat keramaian PKL di Sandratex, masyarakat

Sandratex mempunyai penyebutan yang berbeda-beda seperti

pasar kaget, pasar tumpah, atau juga pasar pagi, jadi penyebutan

ini semua sekedar istilah yang diberikan oleh masyarakat

setempat untuk menunjukan pasar dalam arti yang sebenarnya

karena tempat ini adalah pusatnya keramaian.

Penghasilan pedagang pada saat berjualan, masing-masing

pedagang memiliki penghasilan tidak menentu dalam

mendapatkan penghasilan setiap harinya mulai dari RP.

100.000,- sampai Rp. 200.000,- bahkan yang di bawah Rp.

100.000,- pun juga ada. Dengan penghasilan yang beragam

antara pedagang kaki lima, berarti pedagang tidak mempunyai

penghasilan yang tetap di setiap berjualan, karena pedagang

hanya tergantung oleh banyaknya pembeli.

Aturan yang disepakati pengelola PKL dan pedagang, pedagang

hanya membayar uang keamanan dan uang kebersihan kepada

pihak pengelola pada setiap berdagang. Salah satu pihak

terdapat pengelola pedagang kaki lima yang bertugas sebagai

pengawas, mengamankan, dan membersihkan lokasi berjualan.

Dengan kata lain pengelola PKL bertugas untuk menjaga,

mengatur dan mengelola lapak pedagang pada saat berjualan di

wilayah Sandratek

Lampiran Gambar

Gambar 1

Gambar 2

Keterangan Gambar 1:

Suasana lapak pedagang kaki lima Sandratex

Keterangan Gambar 2:

Keramaian pembeli yang mendatangi lapak PKLSandratex.

Gambar 3

Gambar 4

Keterangan Gambar 3

Pengguna kendaraan bermotor yang berlalu-lalangdi tengah keramaian PKL

Keterangan Gambar 4

Bapak Syam sebagai pengelolalapak PKL Sandratex

Gambar 5

Gambar 6

Keterangan Gambar 5

Lapak Pedagang Kaos Kaki Bapak Amrizalsebagai Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima

Keterangan Gambar 6

Lapak Pedagang Perkakas Rumah Tangga Bapak Kosim