Upload
duongnga
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN PEMBIMBING DALAM MERENCANAKAN KARIR BAGI
ANAK PUTUS SEKOLAH DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk
Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
Disusun Oleh:
Desta Ferliyan Saputri
NIM. 11220032
Dosen Pembimbing :
Dr. Irsyadunnas, M.Ag
NIP. 19710413 199803 1 006
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada
Bapak Waluyantoro dan Ibu Suli Asih tersayang
yang selama ini telah menjadi penyemangatku
v
MOTTO
“Kita harus mempunyai keyakinan, Tuhan Maha mencukupkan kalau kita mau.
Semua harus dijalani. Ada kemauan, ada usaha, ada doa, dan ada niat”.1
1Kutipan Dwi Purnomo, dalam buku Adenita, Suplemen 23 Epicentrum, (Jakarta:
Grasindo, 2012), hal.24
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, serta
keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.
Skripsi yang penulis susun dengan judul “Peran Pembimbing Dalam
Merencanakan Karir Bagi Anak Putus Sekolah di Panti Sosial Karya Wanita
Yogyakarta” memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam pada
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam penyusunannya,
skripsi ini tidak lepas dari bantuan, petunjuk serta bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Machasin, MA selaku PGS UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Dr. Nurjannah, M.Si. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Said Hasan Basri, S.Psi, M.Si, selaku Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling
Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
4. Dr. Irsyadunnas, M.Ag, selaku pembimbing yang selalu bersedia memberikan
pikiran, tenaga, waktu dan ilmu untuk mengoreksi, membimbing dan
mengarahkan penulis guna mencapai hasil yang maksimal dalam penulisan
skripsi ini.
5. Drs. Abror Sodik, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik, terimakasih.
viii
6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya Prodi Bimbingan
dan Konseling Islam, yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama masa
kuliah.
7. Segenap Staf Tata Usaha Prodi Bimbingan dan Konseling Islam dan staf Tata
Usaha Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang memberi kemudahan
administratif bagi penyusun selama masa perkuliahan dan proses penyelesaian
skripsi.
8. Kedua orang tuaku Bapak dan Ibu yang selalu memberikan semangat dan
tidak pernah lepas mendo’akan saya selama ini.
9. Seluruh pembimbing dan staf yang ada di Panti Sosial Karya Wanita
Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data-data.
10. Sahabat-sahabat terbaiku Ana, Novi, Otong, Jambrong, Mbok yang selalu
memberi motivasi, dan dukungan penulis selama penyusunan skripsi ini.
11. Semua pihak yang berperan dan ikut berjasa dalam penyusuna skripsi ini tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis hanya dapat mendo’akan semoga Allah memberikan
balasan yang terbaik. Penulisan skripsi ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan, namun penulis berharap karya ini dapat bermanfaat bagi kemajuan
pengetahuan, dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan para
pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Yogyakarta, 27 November 2015
Penulis
Desta Ferliyan Saputri
NIM. 11220032
x
ABSTRAK
Desta Ferliyan Saputri, Peran Pembimbing Dalam Merencanakan Karir Bagi
Anak Putus Sekolah di Panti Sosial Karya Wanita Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta: Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pembimbing dalam
merencanakan karir khususnya bagi anak putus sekolah di Panti Sosial Karya
Wanita Yogyakarta..
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan metode kualitatif.
Subyek penelitian ini adalah pembimbing, staf tata usaha, dan warga binaan yang
mengalami putus sekolah. Sedangkan yang menjadi obyek dalam penelitian di sini
adalah peran pembimbing dalam merencanakan karir bagi anak putus sekolah.
Pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian di sini adalah
deskriptif kualitatif dimana data yang telah terkumpul disusun dan
diklasifikasikan sehingga menggambarkan jawaban dari rumusan masalah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedudukan pembimbing dalam
merancang pekerjaan bagi anak putus sekolah di Panti Sosial Karya Wanita
Yogyakarta yaitu sebagai mediator, pendidik, broker, fasilitator, dan pemungkin.
Kata kunci: Peran, Pembimbing, Merencanakan karir, Anak Putus Sekolah, dan
PSKW
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ...................................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah ........................................................... 4
C. Rumusan Masalah ................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
E. Kegunaan Penelitian................................................................ 7
F. Kajian Pustaka .......................................................................... 8
G. Kerangka Teori ........................................................................ 10
H. Metode Penelitian..................................................................... 31
xii
BAB II GAMBARAN UMUM ANAK PUTUS SEKOLAH PANTI SOSIAL
KARYA WANITA YOGYAKARTA
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Panti ................................. 39
B. Visi, Misi, Kegiatan, Tujuan dan Sasaran, Sistem dan Waktu
pelayanan ................................................................................. 40
C. Kondisi Warga Binaan ............................................................. 42
D. Deskripsi Pembimbingan Oleh Panti Sosial Karya Wanita
Yogyakarta ............................................................................... 43
BAB III KEDUDUKAN YANG DILAKUKAN OLEH PEMBIMBING DALAM
MERANCANG PEKERJAAN BAGI ANAK PUTUS SEKOLAH DI
PANTI SOSIAL KARYA WANITA YOGYAKARTA
A. Sebagai Mediator ...................................................................... 74
B. Sebagai Pendidik ...................................................................... 77
C. Sebagai Broker .......................................................................... 80
D. Sebagai Fasilitator ..................................................................... 82
E. Sebagai Pemungkin ................................................................... 84
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 87
B. Saran ....................................................................................... 87
C. Kata Penutup ............................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Skripsi ini berjudul “Peran Pembimbing Dalam Merencanakan Karir Bagi
Anak Putus Sekolah Di Panti Sosial Karya Wanita Yogyakarta”. Untuk
menghindari kesalah-pahaman dalam mengartikan judul skripsi ini, penulis
merasa perlu memberikan penjelasan beberapa istilah yang digunakan pada judul
skripsi ini.
1. Peran
Peran menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah sesuatu
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang memiliki kedudukan dalam
masyarakat.1 Adapun peran yang dimaksud dalam skripsi ini adalah
kedudukan yang harus dilakukan oleh pembimbing dalam merencanakan
karir.
2. Pembimbing
Pembimbing berasal dari kata “bimbing” yang berarti membimbing,
menuntun, dan memimpin. Dari kata tersebut maka pembimbing dapat
diartikan sebagai orang yang membimbing, memimpin, dan menuntun
1 Drs. Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
Hlm. 1132
2
sebagai pengantar ilmu pengetahuan.2 Adapun yang dimaksud dengan
pembimbing di sini adalah kedudukan yang harus dilakukan pembimbing
dalam merencanakan karir.
3. Merencanakan Karir
Merencanakan mempunyai kata dasar “rencana” yang berarti
karangan, laporan, rancangan atau sesuatu yang akan dilakukan yang sudah
diniatkan atau ditulis.3 Sedangkan karir adalah merupakan pekerjaan, profesi.
Seseorang akan bekerja dengan senang hati, dengan penuh kegembiraan
apabila yang dikerjakan itu memang sesuai dengan keadaan dirinya, sesuai
dengan kemampuan dan sesuai dengan minatnya.4 Adapun yang di maksud
merencanakan karir dalam skripsi ini adalah mengonsep suatu rancangan
pekerjaan atau profesi.
4. Anak Putus Sekolah
Anak adalah manusia yang masih kecil yang belum dewasa berumur
sekitar tujuh sampai Tujuh belas tahun.5 Sedangkan putus sekolah adalah
2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), Hlm. 117
3 J.S. Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit
Buku Kompas, 2003), hlm. 20
4 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir), (Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta, 2009), hlm. 194
5 JS. Badudu dan Sutan Muhammad Zein, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1994), hlm. 45
3
meninggalkan sekolah sebelum tamat, atau berhenti sekolah atau tidak dapat
melanjutkan sekolah lagi.6 Adapun yang dimaksud anak putus sekolah di sini
adalah anak yang tidak melanjutkan sekolahnya di tingkat SD, tingkat SLTP,
dan tingkat SLTA yang tinggal di Panti Sosial Karya Wanita Yogyakarta.
5. Panti Sosial Karya Wanita Yogyakarta
Panti Sosial Karya Wanita merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas
Sosial DIY. Sebagai Lembaga Pelayanan Masyarakat adalah Lembaga Resmi
Pemerintah DIY yang memberikan pelayanan secara cuma-cuma/gratis
dengan sistem asrama. Panti ini beralamatkan di Dusun Cokrobedog Desa
Sidoarum Kecamatan Godean Kabupaten Sleman.
Adapun maksud keseluruhan judul “Peran Pembimbing dalam
Merencanakan Karir Bagi Anak Putus Sekolah di Panti Sosial Karya Wanita
Yogyakarta” adalah suatu kedudukan yang dilakukan oleh pembimbing dalam
rangka merancang suatu pekerjaan bagi anak yang tidak tamat sekolahnya di
tingkat SD, tingkat SLTP, dan tingkat SLTA yang tinggal di Panti Sosial
Karya Wanita Yogyakarta.
B. Latar Belakang Masalah
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan
merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui
proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.
6 Ibid, Hlm. 45
4
Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Untuk
itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang
merupakan salah satu tujuan Negara Indonesia.7
Berdasarkan dari UU Sisdiknas, diharapkan sistem pendidikan di
Indonesia dapat mebebaskan para peserta didiknya dari segala aspek yang
membuatnya tertinggal dalam persaingan kehidupan yang kian ketat ini. Tidak
hanya untuk masyarakat kota saja, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia
hingga ke pelosok desa. Sebab, pendidikan adalah hak bagi setiap manusia, atau
lebih khusus lagi pendidikan adalah hak setiap warga Negara Republik
Indonesia.8
Ditinjau dari usaha kesejahteraan anak, panti sosial merupakan suatu
pelayanan subtitutif atau pengganti yaitu suatu lembaga pelayanan sosial yang
melaksanakan fungsi-fungsi sebagai pengganti keluarga, terutama yang berupa
pemberian asuhan pendidikan dan perlindungan secara tepat dan maksimal
sehingga anak mampu menghayati kedudukan dan peranan sosialnya dalam
7 Raudlatul Hasanah, “Kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam Meningkatkan Jenjang
Pendidikan Wajib Belajar Sampai Pendidian Menengah Menurut Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun
2008 Tentang Wajib Belajar”, Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2014.
8 Akhmad Muhaimin Azzet, Pendidikan yang Membebaskan (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), Hlm. 18.
5
rangka mempersiapkan diri sebagai manusia dewasa yang mandiri dan
bertanggunng jawab dan sukses secara individual dan sosial.9
Akhir-akhir ini perhatian terhadap pentingnya pendidikan bagi
pembangunan bangsa semakin meningkat. Kesadaran diwujudkan dalam berbagai
bentuk aktivitas pembelajaran; baik formal, informal, maupun non formal. Gejala
ini dapat kita lihat dengan banyaknya anak-anak dari tingkat ekonomi lemah,
yang dulunya diasumsikan sebagai komunitas berpendidikan rendah, saat ini
sudah ada yang menyelesaikan pendidikan strata satu, bahkan strata dua. Sebagai
Negara berkembang tentu saja realita seperti ini cukup membanggakan kita.
Mahalnya biaya pendidikan dan keterbatasan dana tetap menjadi
penghalang yang sangat dominan bagi perwujudan cita-cita suci masyarakat
tersebut. Banyak diantara mereka putus sekolah atau hanya sekedar tamat SLTP
(sebagai syarat bagi wajib pendidikan sembilan tahun), karena tidak memiliki
biaya sekolah. Padahal setiap warga Negara semestinya harus diberikan
kesempatan seluas-luasnya untuk mendapat pendidikan. Untuk itu diperlukan
usaha yang kontinyu dalam membangun sebuah sistem pendidikan, dimana semua
orang akan merasakan manfaatnya. Sekalipun dalam kondisi ekonomi terbatas.
Ironis memang, namun lebih ironis lagi ketika kegiatan belajar mereka
terhenti di saat mereka tidak lagi berada di dalam lembaga pendidikan formal.
Bagi mereka seakan-akan proses belajar hanya dipahami dan dapat dilakukan di
9 Soetarso. Praktek Pekerjaan Sosial Dalam Pembangunan Masyarakat, (Bandung : STKS,
1981), hal. 15.
6
lembaga pendidikan formal saja. Ketika selesai atau keluar dari sekolah, maka
proses belajar pun selesai dan tidak dilakukan lagi. Untuk menindaklanjuti hal
tersebut, pemerintah diharapkan lebih fokus dan konsisiten dalam
mengembangkan pendidikan bagi masyarakat sehingga semua masyarakat
mengenyam pendidikan secara layak. Dari permasalahan tersebut membuat
penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai rencana apa saja yang
dilakukan pembimbing dalam merencanakan karir bagi anak putus sekolah.
Dalam menindaklanjuti hal tersebut, pemerintah diharapkan lebih fokus
dan konsisten dalam mengembangkan pendidikan bagi masyarakat sehingga
semua lapisan masyarakat dapat mengenyam pendidikan secara layak dan sesuai
dengan kebijakan yang telah dibuat yaitu PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang
Wajib Belajar. Dari permasalahn tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti
lebih jauh mengenai kebijakan apa saja yang telah dilakuakan pembimbing dalam
meningkatkan karir bagi anak putus sekolah di Panti Sosial Karya Wanita
Yogyakarta. Sehingga dalam penulisan ini penulis mengambil judul “Peran
Pembimbing Dalam Merencanakan Karir Bagi Anak Putus Sekolah di Panti
Sosial Karya Wanita Yogyakarta”.
7
C. Rumusan masalah
Berdasarkan penegasan judul dan latar belakang masalah tersebut, maka
rumusan masalahnya adalah:
Bagaimana kedudukan yang dilakukan oleh pembimbing dalam
merancang suatu pekerjaan bagi anak putus sekolah di Panti Sosial karya Wanita
Yogyakarta?
D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan merupakan hal yang sangat penting sebagai dasar
landasan adanya masalah, serta solusi yang diharapkan. Maka penulis
mengharapkan adanya tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan yang hendak
dicapai adalah untuk menegetahui peran yang dilakukan oleh pembimbing dalam
merencanakan karir bagi anak yang mengalami putus sekolah tingkat SD, tingkat
SLTP, dan tingkat SLTA yang tinggal di Panti Sosial Karya Wanita Yogyakarta.
E. Kegunaan Penulisan
1. Secara teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan pemahaman
dan pengertian bagi pembaca mengenai pembimbing untuk anak sekolah dalam
merencanakan karir, serta dapat mengetahui sudah sesuai atau tidak pembinaan
tersebut. Sehingga skripsi ini dapat digunakan untuk memperkaya pengetahuan,
menambah dan melengkapi koleksi ilmiah terutama dalam bidang Bimbingan dan
Konseling Islam khususnya dalam perencanaan karir.
8
2. Secara praktis
Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi panti dan menjadi
acuan untuk penetapan kebijakan terutama dalam merencanakan karir bagi anak
putus sekolah di Panti Sosial Karya Wanita dan Lembaga Sosial lainnya.
F. Tinjauan Pustaka
Beberapa tulisan yang terdapat di beberapa buku dan skripsi, sebelumnya
penulis gunakan sebagai rujukan dan acuan sehingga dapat membantu dalam
penyelesaian skripsi ini, penulisan yang mengkaji tentang peran pembimbing
adalah:
Yuliati Hasanah, program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta,
tahun 2014 yang berjudul “Bimbingan Ketrampilan Kerja dalam Proses
Rehabilitasi Korban napza di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta”. Hasil
hasil penulisan ini adalah pemberian bimbingan ketrampilan kerja bagi korban
penyalahgunaan napza di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta yang bertujuan
menjaga dari kekambuhan yang menjadi salah satu penghantar kemajuan residen
dalam berkarir.10
Perbedaan antara skripsi tersebut dengan penulis yang dilakukan oleh
penulis adalah klien atau sasaran yang akan diteliti, jika dalam skripsi tersebut
meneliti korban napza, maka penulisan yang penulis lakukan adalah meneliti anak
10
Yuliati Hasanah, Bimbingan Ketrampilan Kerja dalam Proses Rehabilitasi Korban napza
di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta, (Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014)
9
yang mengalami kasus putus sekolah, namun persamaannya adalah antara
keduanya sama-sama membahas tentang pembimbingan karir.
Endah Purwanti, Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga, melakukan penulisan
dengan judul “Rehabilitasi Sosial Terhadap Wanita Tuna Susila Di Panti Karya
Pamardi Raharjo Banjarnegara”. Hasil dari penulisan ini adalah membahas
tentang penyebab seseorang menjadi WTS dan pendampingan yang dilakukan
dalam upaya pemulihan kembali terhadap WTS, dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif yang meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan
subyek pihak lembaga (koordinator semua kegiatan) dan warga binaan,
sedangkan dalam skripsi yang penulis ajukan lebih menitikberatkan pada
pendampingan yang dilakukan pembimbing dalam merencanakan karir bagi anak
yang putus sekolah.11
Harwanto, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, melakukan penulisan tentang
“Tanggapan Para WTS Terhadap Pengajian Islam Di Panti Rehabilitasi Sosial
Karyaa Wanita Sidoarum”. Hasil dari penulisan ini adalah mendiskripsikan
tentang pelaksanaan pendampingan di PSKW, khususnya pada pendampingan
mental dibidang keagamaan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
dengan subyek koordinasi kegiatan keagamaan dan para warga binaan di PSKW
Sidoarum. Selain itu hasil dari skripsi ini berupa gambaran tentang pelaksanaan
11
Endah Purwanti, “Rehabilitasi Sosial Terhadap Wanita Tuna Susila Di Panti Karya
Pamardi Raharjo Banjarnegara”, skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Yogyakarta, 2006.
10
pendampingan di bidang keagamaan di PSKW Sidoarum.12
Sedangkan skripsi
yang penulis ajukan lebih membahas mengenai pelaksanaan pembinaan yang
dilakukan pembimbing dalam merencanakan karir bagi anak yang putus sekolah.
Dari ketiga penulisan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang peran
pembimbing pembimbing di PSKW Yogyakarta. Di mana tujuan penulisan dalam
skripsi ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang peran yang dilakukan oleh
pembimbing terhadap anak putus sekolah dalam merencanakan karir di PSKW
Yogyakarta.
G. Kerangka Teori
1. Peran
a. Pengertian Peran
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai
arti perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat.13
Sedangkan di dalam kamus Oxford
Dictionary diartikan yaitu tugas seseorang atau fungsi.14
Soejono
Soekamto menjelaskan bahwa peran adalah seperangkat tindakan yang
diharapkan dari seseorang pemilik status dalam masyarakat. Status
12
Harwanto, “Tanggapan Para WTS Terhadap Pengajian Islam Di Panti Rehabilitasi Sosial
Karya Wanita Sidoarum”, skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Yogyakarta, 2005.
13
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), hlm. 854
14
The Oxford Illustrated Dictionary, (Oxford University Press, 1982), hlm. 1466
11
merupakan sebuah posisi dari suatu sistem sosial, sedangkan peran atau
peranan adalah pola perikelakuan yang terkait pada status tersebut.15
David bery dalam buku “Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi”
menjelaskan bahwa peran adalah sebagai seperangkat harapan yang
dikenakan pada individu yang mempunyai kedudukan sosial tertentu.16
Peran atau peranan (Role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang telah melaksanakan hak dan kewajiban sesuai
dengan kedudukannya maka ia telah menjalankan suatu peranan. Antara
peran dengan kedudukan tidak dapat dipisahkan, oleh karena yang satu
tergantung dengan yang lain dan sebaiknya juga demikian. Tidak ada
peran tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peran.17
Maka
peran merupakan unsur dinamis dari suatu kedudukan atau posisi
sebagaimana dijelaskan dalam pengertian diatas. Pentingnya peranan
adalah karena ia mengatur perilaku seseorang, peranan menyebabkan
seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-
perbuatan orang lain sehinggga orang lain yang bersangkutan akan dapat
menyesuaikan perilaku sendiri dengan orang-orang sekelompoknya.18
15
Soejono Soekamto, Memperkenalkan Sosiologi, (Jakarta: CV Rajawali, 1989), hlm. 33
16
David Bery, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: CV Rajawali, 1982), hlm. 99
17
Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV Rajawali, 1982), hlm. 237
18
Ibid, hlm. 238
12
b. Peran-Peran Pembimbing
Peran pembimbing adalah upaya yang dilakukan pembimbing
untuk membantu masyarakat, agar dapat berfungsi sosial dengan baik,
sehingga keberfungsian sosial dapat terpenuhi dalam kehidupan
bermasyarakat.19
Sedangkan pembimbing profesional adalah seorang yang
bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta. Memiliki
kompetensi dan profesi pekerjaan sosial dan kepedulian dalam pekerjaan
sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan dana atau
pengalaman praktik pembimbingan untuk melaksanakan tugas-tugas
pelayanan dan penanganan masalah sosial.20
Seorang pembimbing mempunyai peran-peran yang harus
dijalankannya, agar dapat membantu klien menjadi seorang yang lebih
baik dari sebelum mendapatkan penanganan pembimbing. Menurut Edi
Suharto yang mengacu pada Parcons, Jorgensen dan Hernandez (1994),
dalam menjalankan tugasnya, seorang pembimbing mempunyai peran-
peran yang harus dijalankan. Peran-peran pembimbing dalam
merencanakan karir anak putus sekolah adalah:21
19
Miftahul Huda, Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial (Sebuah Pengantar),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 28
20
Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Pasal 1 Ayat (4)
21
Edi Suharto, dkk: Pembimbing di Indonesia Sejarah dan Dinamika Perkembangan
(Yogyakarta: Samudra Biru, 2011), hlm. 155
13
a. Sebagai Fasilitator
Memfasilitasi atau memungkinkan klien mampu melakukan
perubahan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Sebagai
fasilitator seorang pembimbing harus bertanggung jawab membantu
klien mengatasi masalah secara efektif.
b. Sebagai Mediator
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam peran pembimbing
sebagai mediator adalah meliputi kontrak perilaku, negosiasi,
pendamai pihak ketiga, serta berbagai macam konflik.
c. Sebagai Broker
Menghubungkan klien dengan barang-barang dan pelayanan
serta mengontrol kualitas barang dan pelayanan tersebut. Dengan
demikian ada kata kunci dalam pelaksanaan peran sebagai broker,
yaitu menghubungkan orang dengan lembaga-lembaga atau pihak-
pihak lainnya yang memiliki sumber-sumber yang diperlukan. Barang-
barang dan pelayanan seperti makanan, pakaian, obat-obatan, serta
perawatan kesehatan dan konseling.
d. Sebagai Pendidik
Salah satu masalah yang sering dihadapi klien adalah adanya
keterbatasan pengetahuan maupun skill dalam bidang tertentu yang
mengakibatkan klien berada dalam status kelompok masyarakat yang
kurang beruntung (disadvantage group). Pembimbing dapat berperan
14
menjadi pendidik untuk menutupi kekurangan klien dalam hal
pengetahuan ataupun ketrampilan. Pembimbing bertindak sebagai
pendidik sehinga dapat meningkatkan keberfungsian sosial klien.
e. Sebagai Pemungkin
Peranan ini merupakan peran pembimbing yang sering
digunakan dalam profesinya karena peran ini menggunakan konsep
pemberdayaan dan difokuskan pada kemampuan, keahlian, kapasitas
dan kompetensi anak untuk menolong dirinya sendiri. Pada peranan ini
pembimbing berperan sebagai konselor berusaha untuk memberikan
peluang agar kebutuhan dan kepentingan anak dapat terpenuhi dan
terjamin, mengidentifikasikan tujuan, memfasilitasi untuk
berkomunikasi, serta memberikan peluang untuk pemecahan masalah
yang dihadapi anak. Warga binaan melakukan semaksimal mungkin
kemampuan dan kompetensi yang dimilikinya agar dapat bermanfaat
dan dapat mengatasi permasalahakannya.22
2. Pembimbing
a. Pengertian Pembimbing
Secara etimologi pembimbing berasal dari kata “bimbing” yang
berarti pimpin atau tuntun,23
dengan mendapat awalan “pe” menjadi
22
Ibid., hlm. 156
23
Dewi S. Baharta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Surabaya: Bintang Terang 99, 1995),
hlm. 52
15
pembimbing yang berarti orang yang membimbing, mengasuh dan
memimpin atau menuntun. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia
departemen P & K disebutkan arti pembimbing yaitu orang yang
membimbing, menuntun atau mengasuh.24
Dari penjelasan kata pembimbing di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa pembimbing adalah orang yang membimbing dan menuntun
seseorang yang dalam penulisan ini pembimbing yang membimbing dan
menuntun anak-anak putus sekolah di Panti Sosial untuk membantu
merencanakan karir dalam dirinya. Untuk menjadi seorang pembimbing
perlu kita melihat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
pembimbing. Menurut H. M Arifin, M.Ed, syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh pembimbing antara lain:
1) Berkepribadian menarik terhadap orang yang berada di lingkungan
sekitarnya khususnya terhadap anak asuh yang di bimbingnya.
2) Bertanggung jawab, memiliki rasa bakti yang tinggi serta loyalitas dan
konsekuen terhadap pekerjaan.
3) Yakin akan kebenaran agamanya, menghayati serta mengamalkannya
karena ia sebagai suri tauladan terutama bagi anak asuhnya.
4) Bersikap tanggap dan peka terhadap yang dibimbing.
24
Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm.
67
16
5) Tangguh, sabar, serta ulet dan tidak lekas putus asa dalam menghadapi
kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.25
b. Bentuk-bentuk Pembimbingan
Pembimbingan ini dilakukan secara terintegrasi dan saling terkait
antara kegiatan yang satu dengan yang lain sesuai tingkat
permasalahnnya. Pembimbingan tersebut terdiri dari:26
1. Fisik dan kesehatan
Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjaga, memulihkan kesehatan
fisik berupa: SKJ, olahraga permainan, serta konsultasi kesehatan
secara individu atau kelompok.
2. Pendampingan mental dan spiritual
Mencangkup tentang: keimanan dan ketakwaan, kedisiplinan dan
kebersihan lingkungan, serta pembentukan sikap kerja yang baik
(jujur, ulet dan tekun).
25
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1987), hlm. 51
26
Departemen Sosial, Bentuk-bentuk Pendampingan Sosial, (Yogyakarta: Dinas Sosial,
2002), hlm. 19
17
3. Pelatihan ketrampilan
Berisi tentang orientasi terhadap beberapa jenis ketrampilan, teori
ketrampilan, praktek ketrampilan, pola dan teknik pemasaran, dan
kewirausahaan.
3. Merencanakan Karir.
a. Pengertian Merencanakan Karir
Sesuai yang telah dikemukakan oleh Ruslan A Gani bahwa
Bimbingan Karir adalah suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan
terhadap individu, agar individu yang bersangkutan dapat mengenal
dirinya, memahami dirinya dan mengenal dunia kerja, merencanakan
masa depannya untuk menentukan pilihannya dan mengambil keputusan
bahwa keputusannya tersebut adalah yang paling tepat sesuai dengan
keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan
tuntutan karir/pekerjaan yang dipilihnya.27
Dewa Ketut Sukardi mengemukakan bahwa merencanakan karir
merupakan aspek khusus dari perencanaan hidup yang meliputi pola hidup
dan harapan yang berkaitan dengan penyesuaian individu secara
menyeluruh terhadap situasi hidup yang lainnya.28
27
Ruslan Abdul Gani, Bimbingan Karir, (Bandung: Penerbit Angkasa), hlm. 11
28
Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling Sekolah, (Jakarta: Bina
Aksara, 1988), hlm. 218
18
Dengan demikian, merencanakan karir dapat diartikan sebagai
serangkaian aktifitas yang dilakukan oleh individu secara terarah dalam
menilai diri sendiri dan lingkungan, menetapkan tujuan karir serta
menentukan alternatif-alternatif tindakan guna mencapai tujuan karir yang
diinginkan.
b. Tujuan Merencanakan Karir
Winkel menjelaskan bahwa tujuan merencanakan karir bagi siswa
terbagi dalam:
1) Tujuan jangka pendek
Yang termasuk tujuan jangka pendek adalah sertifikat yang
ingin diperoleh dalam rangka mempersiapkan diri memegang jabatan
atau karir tertentu dikemudian hari.
2) Tujuan jangka panjang
Tujuan jangka panjang meliputi gaya hidup yang ingin dicapai,
dan nilai-nilai kehidupan yang ingin direalisasikan dalam hidup.29
Sasaran dan tujuan bimbingan karir adalah agar siswa pada
akhirnya mampu mengambil keputusan dalam hubungannya dengan
29
Winkel dan Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan, (Yogyakarta:
Media Abadi, 2006), hlm. 638
19
karir atau pekerjaan.30
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari merencanakan karir adalah agar siswa
mampu mengambil keputusan karir pekerjaan yang diinginkan. Selain
itu anak didik mampu menilai resiko yang mungkin ditimbulkan dari
keputusan yang telah dibuatnya.
c. Langkah Merencanakan Karir
Dewa Ketut Sukardi juga berpendapat bahwa penekanan
merencanakan karir bagi anak didik tertuju pada aspek proses kehidupan
jangka panjang. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh anak didik dalam
merencanakan karir adalah:
1) Menilai diri sendiri
Anak didik harus mampu mengenali dirinya sendiri dengan
meliputi: ketrampilan yang dimiliki, kelebihan dan kekurangan diri,
minat seta nilai-nilai yang diyakini pada dirinya.
2) Menilai lingkungan
Selain harus memahami kondisi dirinya, anak didik harus
memahami lingkungannya, antara lain: kondisi sosial ekonomi
30
Saring Marsudi, Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2010), hlm. 125
20
keluarga, harapan keluarga, kesempatan karir yang tersedia (termasuk
prospek karir dimasa depan).
3) Menetapkan tujuan
Setelah mempertimbangkan kondisi diri dan lingkungannya
diharapkan anak didik mampu menetapkan tujuan karir sesuai dengan
apa yang diinginkannya.
4) Menyiapkan rencana-rencana
Pada langkah ini anak didik dapat merencanakan tentang
alternatif-alternatif tindakan yang harus ditempuh untuk mencapai
tujuan karirnya. Selain itu anak didik juga harus mempertimbangkan
tentang kemungkinan-kemungkinan adanya hambatan yang akan
dijumpai serta dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
menunjang dalam pencapaian tujuan karir.31
4. Anak Putus Sekolah
a. Pengertian Anak Putus Sekolah
Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari
suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar. Artinya adalah terlantarnya
anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh
berbagai faktor, salah satunya kondisi ekonomi keluarga yang tidak
31
Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling Sekolah, hlm. 218
21
memadai. Padahal ”anak adalah manusia yang akan meneruskan cita-cita
orang tuanya dan sebagai estafet untuk masa yang akan datang”.32
Ahmadi dan Uhbiyati mengemukakan bahwa pendidikan pada
hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja,
serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada
anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak mencapai
kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus.
Pendidikan dapat di tempuh melalui tiga jalur yaitu:
1) Pendidikan Formal
2) Pendidikan Non Formal
3) Pendidikan Informal 33
Lembaga pendidikan adalah badan usaha yang bergerak dan
bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik.
Menurut Djumhur dan Surya jenis putus sekolah dapat dikelompokkan
atas tiga yaitu:
1) Putus sekolah atau berhenti dalam jenjang
2) Putus sekolah di ujung jenjang
3) Putus sekolah atau berhenti antara jenjang34
32
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia,
2004), hlm. 42.
33
Ahmadi A dan Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hlm. 70.
22
Putus sekolah secara umum dapat diartikan sebagai orang/anak
ataupun si anak yang keluar dalam suatu sistem pendidikan sebelum
mereka menamatkan pendidikan sesuai dengan jenjang waktu sistem
persekolahan yang diikuti. Dengan demikian putus sekolah dapat pula
diartikan tidak tamat/gagal dalam belajar ketingkat lanjut.
b. Faktor-faktor penyebab anak putus sekolah
1) Faktor Lingkungan
a) Lingkungan keluarga
Menurut Buharudin Salam35
mengemukakan bahwa keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama,
berlangsung secara wajar, dan informal serta melalui media
permainan. Keadaan keluarga berlainan satu sama lain. Ada
keluarga yang kaya, ada yang kurang mampu, ada keluarga yang
besar (banyak anggota keluarga), ada pula keluarga yang kecil.
Ada keluarga yang bercekcok dan gaduh dan sebagainya. Dalam
keluarga yang bermacam-macam seperti inilah yang membawa
pengaruh terhadap pendidikan dan minat sekolah anak.36
34
Surya Muhamad dan Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan Sekolah, (Bandung: CV Ilmu,
1975), hlm. 179.
35
Bahruddin Salam, Pengantar Pedagogik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 14.
36
M. Ngalim Purwanto, Psikolohi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm. 84
23
b) Lingkungan sekolah
Ketika seorang anak mulai masuk sekolah, itu artinya ia telah
masuk kepada lingkungan masyarakat yang berbeda dengan
lingkungan masyarakat keluarga. Jamaludin37
mengatakan bahwa
ketika menuju sekolah seorang anak membawa beban-beban
emosional yang berpotensi menghalanginya untuk bersekolah. Jika
di sekolah mereka tidak mendapat pengarahan yang baik dan
bahkan dibenturkan dengan peraturan-peraturan yang keras maka
mereka akan melanggar peraturan-peraturan tersebut.
c) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan di mana
seseorang hidup, bergerak dan melakukan interaksi dengan orang
lain dan saling mempengaruhi. Lingkungan yang tidak baik akan
memberikan pengaruh yang tidak baik pula terhadap seorang anak,
apalagi anak berusia sekolah.
2) Faktor Ekonomi
Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan orangtua
bekerja keras mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga perhatian
orang tua terhadap pendidikan cenderung terabaikan. Bahkan dinggap
37
Mahruf Syaikh Jamaludin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta Timur: Pustaka Al
Kautsar, 2009), hlm. 156-157.
24
meringankan beban orang tua anak di ajak untuk bekerja sehingga
meninggalkan bangku sekolah dalam waktu yang cukup lama.
3) Kurangnya minat bersekolah.
Anak usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin
menuntut ilmu pengetahuan namun sudah terpengaruh oleh
lingkungan yang kurang baik maka keinginan bersekolah seorang anak
secara tidak langsung sedikit demi sedikit akan berkurang, ditambah
lagi kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya,
kurangnya orang-orang terpelajar dalam pergaulan anak menyebabkan
seorang anak akan berhenti untuk bersekolah.
Upaya yang dilakukan lembaga pendidikan dalam mencegah
terjadinya anak putus sekolah diantaranya ada memberi motivasi,
motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang mengerakkan dan
menggarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.38
Secara
umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemaunnya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil atau tujuan tertentu.39
38
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm.
80.
39
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm. 73.
25
Untuk memahami dan mengetahui tentang faktor-faktor
penyebab anak putus sekolah dan upaya-upaya yang di lakukan oleh
Pembimbing yang ada di Panti Sosial Karya Wanita dalam
menghadapi anak putus sekolah. Dalam pembahasan ini dapat
diketahui ada beberapa faktor yang menyebabkan anak putus sekolah
di Panti Sosial Karya Wanita yakni diantaranya adalah faktor internal
dan eksternal. Dimana faktor internal merupakan faktor yang
berhubungan dengan apa yang ada dalam diri seorang anak, seperti
kurangnya minat atau motivasi seorang anak untuk sekolah. Selain
faktor yang berhubungan dengan apa yang ada dalam diri seorang
anak. Faktor motivasi seorang anak juga dapat disebakan oleh faktor-
faktor yang lain di luar dirinya.
1. Faktor ekonomi dan tingkat pendidikan orang tua
Setiap keluarga mempunyai tingkatan ekonomi yang
berbeda-beda. Pada tingkatan ekonomi yang rendah tentunya
aktivitas utama adalah bagaimana untuk memenuhi kebutuhan
primer keluarga mulai dari kebutuhan sandang, pangan dan tempat
tinggal. Untuk mendapatkan kebutuhan primer tersebut kegiatan
utama keluarga adalah berusaha sekuat mungkin untuk bekerja
setiap harinya mulai dari pagi sampai sore. Sehingga
menyebabkan terabaikannya kebutuhan sekunder yang seyogyanya
merupakan kebutuhan masa depan keluarga yang dalam hal ini
26
adalah kebutuhan pendidikan keluarga khususnya untuk anak-
anaknya.Selain dari faktor ekonomi diatas tingkat pendidikan
orang tua juga berpengaruh pada pendidikan seorang anak.
2. Faktor Lingkungan Keluarga
Peranan lingkungan keluarga sangat berpengaruh pada
aktivitas kehidupan dalam pergaulan anak, kurangnya perhatian
orang tua menyebabkan anak perilakunya sering tidak terkontrol
sehingga membuat ia tak dapat mengendalikan diri berbuat
semaunya. Maka hal ini tentunya akan menimbulkan permasalahan
permasalahan yang mengakibatkan kesulitan pada diri anak
seperti, kesulitan dalam belajar yang mengakibatkan motivasi anak
untuk sekolah berkurang, hingga menyebabkan anak berhenti atau
putus sekolah.
3. Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang
terstruktur dan berjenjang yang mempunyai peraturan-peraturan
yang harus di patuhi. Dalam melaksanakan pendidikan sekolah
sebaiknya menghilangkan peraturan-peraturan keras karena hal ini
mengakibatkan motivasi seorang anak untuk sekolah akan
berkurang sehingga menyebabkan anak putus sekolah.
27
H. Metode Penulisan
Tata cara yang akan penulis aplikasikan dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut:
1. Jenis Penulisan
Jenis penulisan ini adalah penulisan kualitatif. Penulisan kualitatif
adalah penulisan yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan
implementasi model secara kualitatif. Perspektif, strategi dan model yang
dikembangkan sangat beragam. Metodologi kualitatif didefinisikan sebagi
prosedur penulisan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamatai.40
Dalam bukunya Lexy J. Moleong penulisan kualitatif adalah
pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode
alamiah, dan dilakukan oleh orang atau penulis yang tertarik secara alamiah.
Penulis lain juga mendefinisikan penulisan kualitatif adalah penulisan yang
menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan
pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang
berkonteks khusus. 41
40
Basrowi & Suwandi, Memahami Penulisan Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm.
20-21. 41
Lexy J. Moleong, Metode Penulisa Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm. 5
28
2. Subyek dan Obyek Penulisan
Subyek penulisan ini merupakan semua orang yang menjadi
sumber/informasi yang dapat memberikan keterangan mengenai masalah
penulisan.42
Adapun subyek dalam penulisan ini adalah orang-orang yang akan
menjadi sumber informasi bagi penulis dalam mendapatkan data yaitu:
1. Ibu Srihartinovmi (Ibu Titin) sebagai pembimbing
2. Ibu Sri Rochimi sebagi pembimbing
3. Bapak Suyana selaku staf tata usaha
4. Tiga anak putus sekolah dari limapuluh warga binaan yang diberikan oleh
pembimbing untuk dijadikan subyek penulisan yaitu anak berinisial MR,
PA, dan YS yang ada di Panti Sosial Karya Wanita Yogyakarta.
Sedangkan obyek penulisan yaitu sesuatu yang diteliti serta apa saja
yang digali atau dicari dalam penulisan. Adapun yang dijadikan obyek dalam
penulisan ini adalah peran pembimbing dalam merencanakan karir bagi anak
putus sekolah.
3. Metode pengumpulan data.
Metode pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam
penulisan, karena metode ini merupakan strategi untuk mendapatkan data yang
42
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penulisan Suatu Pengantar, (Jakarta : Bina Aksara 1998) ,
hlm. 91.
29
diperlakukan.43
Penulisan ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi ialah metode, atau cara-cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode
ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di
lapangan agar penulis memperoleh gambaran yang lebih luas tentang
permasalahan yang diteliti.44
Metode ini digunakan oleh penulis untuk mengamati, melihat, dan
mencatat data tentang pelaksanaaan kegiatan bimbingan yang dilakukan
oleh pembimbing dan guru ketrampilan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat percaya diri anak putus sekolah dalam mengikuti bimbingan dalam
merencanakan karir di Panti Sosial Karya Wanita Yogyakarta.
Dalam metode ini penulis harus mampu berusaha agar dapat
diterima sebagai warga atau orang dalam responden, agar tidak
menimbulkan kecurigaan dari subyek penulisan. Metode observasi penulis
gunakan untuk melihat kondisi kerja yang merupakan sasaran yang tepat
43
Basrowi & Suwandi, Memahami Penulisan Kualitatif.., hlm. 93.
44
Basrowi & Dr. Suwandi, Memahami Penulisan Kualitatif.., hlm. 94.
30
untuk mengamati lingkungan tempat bimbingan ketrampilan, K3
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja), kesehatan dan kondisi fisik tempat
pelatihan kerja di lembaga. Penulis melakukan observasi pada lingkungan
pelatihan kerja warga binaan serta kondisi yang ada pada lembaga Panti
Sosial Karya Wanita Yogyakarta.
b. Wawancara.
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab antara penulis dengan pembimbing yang dikerjakan secara
sistematis berdasarkan pada tujuan penyelidik.45
Metode ini merupakan
salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam
penulisan deskriptif kualitatif.46
Dalam penulisan ini penulis
menggunakan metode bebas terpimpin, artinya pertanyaan-pertanyaan
yang telah disiapkan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
ada namun tidak keluar dari pokok pembahasan. Wawancara ini dapat
dilakukan penulis dengan cara langsung dan tatap muka guna
mempermudah penulis mencari data tentang latar belakang anak putus
sekolah yang akan mendukungnya dalam mengikuti pembimbingan
merencanakan karir. Pertanyaan dalam wawancaara ini ditujukan kepada
45
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metodologi Survei, (Jakarta, LP3ES, 1984), Hlm.
108
46
Ibid, hlm. 216
31
staf lembaga termasuk di dalamnya adalah dua Pembimbing, satu staf TU,
dan tiga anak putus sekolah yang telah direkomendasikan oleh
pembimbing di Panti Sosial Karya Wanita Yogyakarta.
Pada saat wawancara ini, penulis harus dapat memeberikan
keleluasaan kepada informan dalam memberikan penjelasan agar informan
tidak tertekan dengan wawancara, sehingga dalam pelaksanaan
wawancara perlu diciptakan suasana kekeluargaan dan diharapkan hasil
wawancara sesuai dengan apa yang penulis inginkan.penulis datang ke
lokasi lembaga dan mencari informan pewawancaraa yang telah penulis
tentukan dan dilakukan pada waktu jam kerja.
c. Dokumentasi.
Metode dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data
yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan
bukan berdasarkan perkiraan. Metode ini hanya mengambil data yang
sudah ada seperti, jumlah anak, luas tanah, dan sebagainya.47
Guba dan Lincoln mendifinisikan dokumen dan record adalah
sebagai berikut: Record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun
oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa
47
Basrowi & Suwandi, Memahami penulisan Kualitatif.., hlm 158.
32
atau menyajikan akunting, sedangkan dokumen adalah setiap bahan
tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena
adanya permintaan seorang penyidik.48
Dalam melaksanakan penulisan ini penulis menggunakan metode
dokumentasi dengan menyelidiki dokumen atau arsip-arsip yang dimiliki
pembimbing di Panti Sosial Karya Wanita Yogyakarta seperti dokumen
latar belakang berdirinya panti, peraturan-peraturan lembaga, dokumen
tentang warga binaan, jadwal kegiatan panti, dan apa yang terkait dengan
obyek yang dapat menunjang penulisan skripsi ini. Adapun teknik dari
metode dokumentasi ini diawali dengan menghimpun, memilih-milih dan
mengkategorisasikan dokumen-dokumen sesuai dengan tujuan dari
penulisan ini, kemudian menerangkan dan menafsirkan dengan tujuan
dapat memperkuat data.
d. Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.49
Tujuannya adalah untuk
menyederhanakan data penulisan yang sangat besar jumlahnya melalui
informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami, atau dianalisis
48
Lexy J. Moleong, Metode Penulisan Kualitatif.., hlm 216
49
Suharsini Arikunto, Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineke Cipta,
1991), hlm. 234
33
ini bertujuan untuk menarik kesimpulan penulisan yang telah
dilaksanakan.50
Metode ini bersifat menggambarkan, menguraikan dan menganalisa
data menurut hasil yang diperoleh penulis. Setelah data terkumpul melalui
beberapa metode yang digunakan kemudian diklarifikasikan dan
selanjutnya dianalisa. Analisa data yang digunakan dalam penulisan ini
adalah analisa deskriptif kualitatif yaitu penyajian data dalam bentuk
tulisan dan menerangkan apa adanya sesuai dengan data yang diperoleh
dari hasil penulisan.
Setelah semua data terkumpul, lalu disusun dan digambarkan
menurut apa adanya. Dari hasil pengolahan dan analisa data yang
berdasarkan wawancara, dokumentasi maupun observasi ini, diberikan
intrepetasi yang kemudian penulis gunakan sebagai dasar untuk menarik
kesimpulan terhadap masalah yang diteliti.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami permasalahan yang diteliti, maka
penulis menggunakan sistematika pembahasan. Penulisan ini akan diselesaikan
dalam empat bab, diantaranya yaitu:
50
Herman Warsito, Pengantar Metodologi Penulisan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1992), hlm. 89
34
Pada bab I mendiskripsikan penegasan judul, latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, kegunaan penulisan, kajian pustaka, kerangka teori,
metode penulisan, dan sistematika pembahasan.
Pada bab II membahas mengenai gambaran umum anak putus sekolah
lembaga Panti Sosial Karya Wanita Yogyakarta yang diantaranya adalah profil
lembaga, letak geografis, sejarah, visi, misi, bentuk struktur.
Pada bab III berisi tentang hasil penulisan yang merupakan
jawaban/pembahasan dari rumusan masalah.
Dan yang terakhir adalah bab IV yang merupakan penutup dari penulisan
ini. Sehingga, dalam bab ini akan disimpulkan seluruh hasil dari penulisan yang
dilakukan, dan berisi saran-saran serta penutup.
86
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam bab III, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut, bahwa kedudukan pembimbing dalam merancang pekerjaan bagi anak
putus sekolah di PSKW Yogyakarta yaitu: Pertama, sebagai mediator, yaitu
pembimbing mempunyai peran sebagai mediasi antar pembimbing dengan
warga binaan. Kedua, sebagai pendidik, yaitu pembimbing mempunyai peran
sebagai guru yang patut di contoh oleh anak didiknya. Ketiga, sebagi broker,
yaitu pembimbing mempunyai peran sebagai penghubung atau perantara.
Keempat, sebagai fasilitator, yaitu pembimbing mempunyai peran sebagai
pelengkap segala kebutuhan yang diperlukan warga binaan. Kelima, sebagai
pemungkin, yaitu pembimbing memungkinkan segala sesuatu apa yang
diinginkan warga binaan.
B. Saran-saran
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat memberikan saran-saran
dengan maksud agar dalam pelaksanaan pembimbingan terhadap warga binaan
yang dilakukan oleh Panti Sosial Karya Wanita Yogyakarta pada masa yang
akan datang bisa menjadi lebih baik dan lebih meningkat:
87
1. Bagi Pengelola Panti Sosial Karya Wanita Yogyakarta, sebaiknya tidak
hanya memeberikan pembimbingan pelayanan sosialnya hanya dengan
mengandalkan disiplin ilmu atau sistem yang telah dibangun oleh
Kementrian Sosial. Lebih dari itu dari pihak Lembaga juga bisa membangun
kebersamaan yang sangat hangat dengan semua warga binaan, terutama
warga binaanyang membutuhkan pendekatan tersendiri, sehingga tercipta
hubungan kekeluargaan yang baik dan dapat memberikan warna yang indah
dalam setiap upaya pembimbingan dalam mencapai keberhasilan.
2. Bagi pembimbing, sebaiknya memberikan sebuah penghargaan bagi setiap
warga binaan yang setiap bulannya member perubahan yang baik di setiap
wismanya. Sehingga warga binaan lebih betah dan senang menjalani
rutinitas di dalam panti.
3. Bagi anak putus sekolah, diharapkan mampu menerima materi yang
bervariasi sehingga dapat mengembangkan pemikiran sekaligus menangkap
metode-metode yang tepat dan efektif sehingga tidak menimbulkan rasa
bosan pada saat berada di kelas.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini walaupun disana-sini terdapat kekurangannya. Inilah
satu sisi yang tampak dari kelemahan penulis, sehingga penulis menyadari akan
keterbatasannya.
88
Penulis juga sadar bahwa tulisan ini jauh sekali dari kesempurnaan,
karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Sebagai manusia
biasa tentu masih banyak kekurangan-kekurangan baik itu yang disadari
maupun yang tidak disadari, oleh karena itu tegur sapa dan saran yang sifatnya
sumbangan pemikiran dari para pembaca, penulis sangat harapkan demi usaha
perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih banyak
kepada, Bapak Irsyadunnas, M.Ag selaku pembimbing yang telah sudi
memberikan masukan berupa saran-untuk kesempurnaan skripsi ini, dan rela
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, koreksi dan
perbaikan terhadap skripsi ini.
Semoga tulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya. Terutama dapat memberikan khasanah keilmuan
bagi jurusan Bimbingan dan Konseling Islam. Amin Ya Rabbal „Alamin.
89
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Zani, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, Jakarta: Bumi Aksara,
1993
Abu Amadi, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Semarang: CV Toha
Putera, 2003
Akhmad Muhaimin Azzet, Pendidikan yang Membebaskan Yogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2011.
Andi Mappiare AT, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: CV.
Rajawali, 1992
Bagong Suyatno, Masalah Sosial Anak, Jakarta : Kencana Prenada Media
Goup, 2010.
Basrowi & Suwandi, Memahami Penulisan Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta,
2009.
Dalil Soendoro, Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta: Amara book, 2002.
David Bery, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, Jakarta: CV Rajawali,
1982
Depag RI., Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN, Jakarta : Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Islam Direktorat Pembinaan PTAI, 1963.
Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1998
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2005
Departemen Sosial RI, Modul 1 Bimbingan Mental Sosial Dan Ketrampilan
Di Panti Sosial Karya Wanita, DEPSOS: TTH.
Departemen Sosial RI, Standar Pelayanan Minimal Pelayanan Dan
Rehabilitasi Sosial Tuna Susila.
Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling Sekolah, Jakarta:
Bina Aksara, 1988
Dewi S. Baharta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Surabaya: Bintang Terang
99, 1995
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2006
Endah Purwanti, Rehabilitasi Sosial Terhadap Wanita Tuna Susila Di Panti
Karya Pamardi Raharjo Banjarnegara, (skripsi tidak diterbitkan), skripsi,
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2006).
Fahmi Fadila, Pendampingan Terhadap Wanita Binaan Oleh Panti Sosial
Karya Wanita Yogyakarta, (skripsi tidak diterbitkan), skripsi, (Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2006).
90
H. Syamsu Yusuf, Teori Kepribadian, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011.
Harwanto, Tanggapan Para WTS Terhadap Pengajian Islam Di Panti
Rehabilitasi Sosial Karyaa Wanita Sidoarum, (skripsi tidak diterbitkan), skripsi,
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2005).
Isbandi Rukminto, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Jakarta :
FISIP UI Press, 2005.
Lexy J. Moleong, Metode Penulisa Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005.
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
Jakarta: Bulan Bintang, 1987
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007
Mohamad Fakry Gaffar, Perencanaan Pendidikan, Jakarta: Departemen
Pendidikan & Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 1987.
Mutiara Sibarini Panggabean, Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002
Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern
English Press, 1991.
Profil Panti Sosial Karya Wanita Yogyakarta
Rahma, Bimbingan Karir Siswa, Malang: UIN Maliki Press, 2010
Raudlatul Hasanah, Kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam
Meningkatkan Jenjang Pendidikan Wajib Belajar Sampai Pendidian Menengah
Menurut Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar, (skripsi
tidak diterbitkan), skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas
UIN Sunan Kalijaga, 2014).
Ruslan Abdul Gani, Bimbingan Karir, Bandung: Penerbit Angkasa
S. Narayana Rao, Konseling Psikologi, New Delhi: Tata MC. Graw ice,
Publishing Company Limited, 1981
Saring Marsudi, Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2010
Soejono Soekamto, Memperkenalkan Sosiologi, Jakarta: CV Rajawali, 1989
Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: CV Rajawali, 1982
Soetarso, Praktek Pekerjaan Sosial Dalam Pembangunan Masyarakat,
Bandung : STKS, 1981.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penulisan Suatu Pengantar, Jakarta : Bina
Aksara 1998.
Sutoyo Imam Utoyo, Bimbingan Konseling Karir, Malang: PBB FUB UM,
1989
The Oxford Illustrated Dictionary, Oxford University Press, 1982
Wawancara dengan Bu Rini, pendamping Kegiatan Ketrampilan
91
Wawancara dengan Ibu Indah, pendamping Budi Pekerti
Wawancara dengan Ibu Poppy, selaku pembimbing kesehatan mental
Wawancara dengan Ibu Rochimi, selaku pembimbing panti
Wawancara dengan Ibu Titin selaku pembimbing panti
Winkel dan Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan,
Yogyakarta: Media Abadi, 2006
Zastrow, The Practice Sosial Worker, USA: Brooks/Cole Publishing
Company, 1999.
FOTO WAWANCARA ANAK PUTUS SEKOLAH
PANDUAN WAWANCARA (Anak Putus Sekolah)
1. Bagaimana anda bisa masuk ke PSKW?
2. Siapa yang merekomendasikan anda masuk ke PSKW?
3. Apa yang anda rasakan ketika pertama kali masuk ke PSKW?
4. Pelayanan apa yang anda terima ketika pertama masuk ke PSKW?
5. Bagaimana latar pendidikan anda?
6. Mengapa anda tidak melanjutkan sekolah?
7. Apakah anda minder dengan latar belakang pendidikan anda?
8. Pendidikan atau pembinaan apa saja yang diberikan pihak panti?
9. Bagaimana sikap pembimbing dalam memberikan pembinaan tersebut?
10. Bagaimana pelaksanaan proses pembinaan tersebut?
11. Apa yang anda dapatkan dari mengikuti kegiatan tersebut?
12. Ketrampilan apa yang anda pilih di PSKW?
13. Apa motivasi anda memilih ketrampilan tersebut?
14. Apakah pekerja sosial selalu mendampingi warga binaan ketika pelaksanaan bimbingan
ketrampilan?
15. Kendala apa yang sering anda hadapi ketika mengikuti ketrampilan tersebut?
16. Apakah yang menjadi harapan anda setelah mengikuti bimbingan di PSKW?
17. Sudah berapa lama anda tinggal?
18. Bagaimana sosialisasi anda kepada teman-teman?
19. Apa yang anda dapat selama proses konseling ?
20. Manurut anda, selama mengikuti kegiatan di PSKW, apa harapan anda setelah keluar
dari pskw?
21. Bagaimana anda masuk ke pskw?
22. Kenapa putus sekolah?
23. Ambil jurusan apa anda di pskw?
24. Latar belakang keluarga anda seperti apa? (pekerjaan orangtua, berapa bersaudara)
25. Apakah yang mendorong anda memilih tinggal di pskw?
26. Apa yang menjadi harapan anda setelah mengikuti bimbignan di pskw?
27. Apakah anda menemui kesulitan ketika mengikuti bimbingan ?
28. Apa yang di dapat selama proses konseling?
PANDUAN WAWANCARA (Pekerja Sosial)
1. Bagaimana pekerja sosial menanggapi semakin banyaknya anak yang putus skolah?
2. Bagaimana cara mendapatkan anaka putus sekolah dan kemudian dibawa ke PSKW?
3. Secara umum, apa yang mereka alami sehingga mereka memutuskan untuk putus
sekolah?
4. Bagaimana sikap orang tua yang anaknya diikutsertakan dalam pembinaan di PSKW?
Apakah ada penolakan ?
5. Pendampingan seperti apa yang diberikan oleh pekerja sosial khususnya kepada anak
yang putus sekolah?
6. Dalam pelaksanaan bimbingan ketrampilan, apa yang dilakukan pekerja sosial agar anak
putus sekolah ini tidak terpaksa melaksanakan bimbingan?
7. Hasil seperti apa yang diharapkan pekerja sosial terhadap pembinaan yang telah
diberikan kepada warga binaan?
8. Jika misal pembinaan kurang berhasil, apa yang dilakukan selanjutnya?
9. Hambatan seperti apa yang dialami pekerja sosial dalam memberikan pelayanan kepada
warga binaan khususnya bagi anak putus sekolah?
10. Bagaimana peran peksos dalam membantu merencanakan karir bagi anak putus
sekolah?
11. Apa saja bentuk peran yang diberikan pekerja sosial?
12. Kenapa anak putus sekolah perlu merencanakan karir?
13. Dimana tempat menyalurkan karir bagi anak putus sekolah setelah keluar dari panti?
Cari sendiri atau ada rekomendasi dari lembaga?
14. Berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi anak putus sekolah untuk merencanakan
karir?
15. Siapakah anak putus sekolah di PSKW ? (3 saja)
CURRICULUM VITAE
Nama : Desta Ferliyan Saputri
Tempat, tanggal lahir : Sleman, 05 Desember 1992
Alamat Asal : RT 06/ RW 08, Dukuh Banyuraden Gamping
Sleman
Riwayat Pendidikan
1. SD Muhammadiyah Dukuh : Lulus Tahun 2005
2. SMP N 3 Gamping : Lulus Tahun 2008
3. SMK N 2 Godean : Lulus Tahun 2011
4. UIN Sunan Kalijaga : Lulus Tahun 2015
Nama Orang Tua
1. Ayah : Waluyantoro
2. Pekerjaan : Wirausaha
3. Ibu : Suli Asih
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Yogyakarta, 27 November 2015
Penulis
Desta Ferliyan Saputri