100
PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN BEKASI DEWI PUSPITASARI 1111092000021 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439 H

PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

i

PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB

KABUPATEN BEKASI

DEWI PUSPITASARI

1111092000021

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

Page 2: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

i

PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB

KABUPATEN BEKASI

Dewi Puspitasari

1111092000021

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

Page 3: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …
Page 4: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …
Page 5: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri

Nama : Dewi Puspitasari

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Lahir : Jakarta

Tanggal Lahir : 12 September 1993

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Bumi Sani Permai Blok G5 No. 30 RT 008/RW 014 Kel.

Setiamekar, Kec. Tambun Selatan, Kab. Bekasi

No. Hp : 085697507882

Email : [email protected]

Pendidikan

1999 - 2005 : SDN Aren Jaya XXI

2005 - 2008 : SMP N 11 Bekasi

2008 - 2011 : SMA KORPRI Bekasi

2012 - 2017 : STKIP Kusuma Negara

Riwayat Organisasi

2009 : Modern Dance SMA KORPRI Bekasi

2011 : Anggota KOPMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2012 : HMJ Agribisnis bidang kewirausahaan

Pengalaman Kerja

2015 : Teacher training (IEC)

2015-sekarang : English teacher (LPK Trijaya)

2018-sekarang : English teacher (SMK PGRI 2 Tambun Selatan)

Page 6: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

v

RINGKASAN

Dewi Puspitasari. Peran Sub Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten

Bekasi. Dibawah bimbingan Siti Rochaeni dan Dewi Rohma Wati

Kabupaten Bekasi adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat

dengan Ibu kotanya adalah Cikarang. Kabupaten Bekasi merupakan wilayah yang

relatif besar, dengan berbagai potensi dan mempunyai andil dalam perekonomian

di wilayah Jawa Barat dan nasional. Kebijakan industri nasional yang

diamanatkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2008

merupakan arahan dan kebijakan jangka menengah dan jangka panjang, dalam

rangka mempercepat proses indutrialisasi untuk mendukung pembangunan

ekonomi nasional. Kabupaten bekasi adalah salah satu wilayah di Jawa barat yang

memiliki kontribusi PDRB cukup besar terhadap PDRB Jawa Barat.

Tujuan penelitian ini untuk 1) menganalisis peran sub sektor pertanian

terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Kabupaten Bekasi tahun

2002-2016, 2) menganalisis perkembangan kontribusi sub sektor pertanian di

Kabupaten Bekasi tahun 2002-2016 dan 3) menganalisis sub sektor pertanian apa

yang menjadi unggulan dan non unggulan di Kabupaten Bekasi tahun 2002-2016.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa time series

periode 2002-2016. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui peran sub

sektor pertanian terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten

Bekasi adalah tipologli klassen, Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis

perkembangan kontribusi sub sektor pertanian di Kabupaten Bekasi adalah shift

share dan Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis sub sektor pertanian

apa yang menjadi unggulan dan non unggulan di Kabupaten Bekasi adalah

location quotient.

Hasil penelitian menunjukan bahwa peran sub sektor peternakan adalah

maju dan tumbuh pesat, sub sektor tanaman bahan pangan masih dapat

berkembang dan sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor perikanan dan sub

sektor kehutanan relatif tertinggal. Perkembangan sub sektor pertanian Kabupaten

Bekasi adalah sub sektor tanaman bahan pangan cepat dan kompetitif, sub sektor

peternakan dan perikanan lambat dan kompetitif, sub sektor tanaman perkebunan

cepat dan tidak kompetitif. Sub sektor pertanian unggulan adalah sub sektor

peternakan dan sub sektor tanaman bahan pangan. Sub sektor pertanian non

unggulan di Kabupaten Bekasi adalah sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor

perikanan dan sub sektor kehutanan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa peternakan adalah sub sektor

unggulan dan penyumbang PDRB paling besar diantara sub sektor pertanian

lainnya, maka diharapkan pemerintah Kabupaten Bekasi lebih menitik beratkan

pembangunan pertanian pada sub sektor peternakan.

Kata Kunci : Tipologi Klassen, Shift Share, Location Qoutient, PDRB Kabupaten

Bekasi

Page 7: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Alhamdulillah, segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Sub Sektor Pertanian terhadap PDRB

Kabupaten Bekasi” dengan baik. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada

junjungan nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Penulis banyak mendapatkan bantuan, baik materil maupun moral yang

sangat berarti dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si,

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si dan Bapak Dewi Rohma Wati, SP, M.Si, selaku

Dosen Pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan

motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si selaku

Dosen Penguji I dan II yang telah memberikan saran untuk hasil skripsi

yang baik.

Page 8: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

vii

5. Seluruh dosen dan staff Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuan selama penulis berkuliah.

6. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis Ibu Sri Andari dan Bapak

Junmi Hartono yang telah sabar memberikan kasih sayang serta do’a dari

kecil hingga kini dan nanti, serta adikku Rino Prasetya Yoga yang selalu

memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi, semoga menjadi anak yang

senantiasa berbakti kepada orang tua.

7. Teman spesial penulis Yusup Supriadi yang selalu memberikan semangat

dan juga memberikan baik waktu, maupun tenaga kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2011 diantaranya Irawati Dwi

Ardini, Debi Sarah, Theza Octa Aftaliana dan Rahmat Azizi serta kawan-

kawan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terima kasih atas

dukungan, masukan dan semangat, canda dan tawa yang kita lewati.

9. Sahabat-sahabat sepermainanku Annisa Amalia, SE, Irma Rahmawaty

Hadju, S.Pd dan Dhiah Sa’idah, S.Pd yang tak pernah henti-hentinya

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namun penulis

berharap semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya

kepada kalian semua.

Page 9: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

viii

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak. Amiin Ya Robbal Alamiin.

Jakarta, Juni 2018

Penulis

Page 10: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

ix

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………...... ix

DAFTAR TABEL……………………………………………………...... xii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. xv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1

1.2 Perumusan Masalah…….………………………………………... 6

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………… 6

1.4 Manfaat Penelitian….………….………………………………… 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian……………………………………….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….. 8

2.1 Otonomi Daerah..…………………………………………..…….. 8

2.2 Definisi Sektor dan Sub Sektor Pertanian...………………..……. 10

2.3 Pembangunan Pertanian..…………………………………..…….. 12

2.3.1 Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian………………......... 13

2.3.2 Tahap-Tahap Pembangunan Pertanian………….…………. 13

2.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)………..…………….. 14

2.5 Teori Pertumbuhan Ekonomi………………………………......... 17

2.5.1 Konsep Pertumbuhan dan Pembangunan Pertanin………... 19

2.6 Peran Sektor Pertanian…………………….................................... 20

2.7 Metode Analisis Potensi Daerah…………………………………. 20

2.7.1 Tipologi Klassen…………………………………………… 21

2.7.2 Shift Share………………………………………………….. 23

2.7.3 Location Quotient………………………………………….. 24

2.8 Penelitian Terdahulu……………………………………………... 26

Page 11: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

x

2.9 Kerangka Pemikiran……………………………………………... 28

BAB III METODE PENELITIAN………..…………………….……... 30

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………….......... 30

3.2 Jenis dan Sumber Data …………………………………………... 30

3.3 Metode Pengumpulan Data………………………………………. 31

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data…………………………... 32

3.4.1 Analisis Tipologi Klassen………………………………….. 32

3.4.2 Analisis S-S (Shift Share)………………………………….. 33

3.4.3 Analisis Location Quotient (Sektor basis dan non

basis/keunggulan komparatif………………………………

36

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN BEKASI………......... 37

4.1 Letak Geografis………………………………………………….. 37

4.2 Topografi………………………………………………………… 37

4.3 Demografi…………………………………………………...…… 39

4.3.1 Penduduk………………………..…...…………………….. 39

4.3.2 Luas Wilayah………………………………………………. 42

4.4 Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha………………... 43

4.5 Penggunaan Lahan……………………………………………….. 45

4.6 Perekonomian……………………………………………………. 48

4.6.1 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)………………… 48

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………...………………………. 51

5.1 Hasil Penelitian……..……………………………………………. 51

5.1.1 Klasifikasi Perkembangan Sub Sektor Pertanian Kabupaten

Bekasi………………………………………………………

53

5.1.2 Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian kabupaten

Bekasi……………..............................................................

55

5.1.3 Sub Sektor Pertanian Unggulan dan Non Unggulan di

Kabupaten Bekasi………………………….………………

56

5.2 Pembahasan Per Sub Sektor Pertanian Kabupaten

Bekasi…………………………………………………………….

.

57

5.2.1 Analisis Sub Sektor Tanaman Bahan Pangan Kabupaten

Bekasi Tahun 2002-2016…………………………………..

58

Page 12: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

xi

5.2.2 Analisis Sub Sektor Peternakan Kabupaten Bekasi Tahun

2002-2016………………………………………………….

61

5.2.3 Analisis Sub Sektor Perikanan Kabupaten Bekasi Tahun

2002-2016………………………………………………….

63

5.2.4 Analisis Sub Sektor Tanaman Bahan Pangan Kabupaten

Bekasi ……………………………………………………...

65

5.2.5 Analisis Sub Sektor Kehutanan Kabupaten Bekasi Tahun

2002-2016………………………………………………….

67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….. 69

6.1 Kesimpulan………………………………………………………. 69

6.2 Saran………………………………………………………........... 69

DAFTAR PUSTAKA…….……………………………….…………….. 71

LAMPIRAN …………………………………………………………… 75

Page 13: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

xii

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Bekasi dalam

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun

2002-2015 .................................................................................................................. 5

2. Hak-hak dan Kewajiban Otonomi Daerah Otonomi ................................................. 9

3. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Analisis Tipologi Klassen .................................. 22

4. Jenis, Satuan dan Sumber Data ................................................................................. 32

5. Rata-rata Cuarh Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Bekasi Tahun

2011-2015 .................................................................................................................. 38

6. Kepadatan Penduduk per Km2 menurut Kecamatan Tahun 2011-

2015 ........................................................................................................................... 40

7. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun

2015 ........................................................................................................................... 41

8. Luas Wilayah dan Banyaknya Des/Kelurahan menurut Kecamatan

Tahun 2015 ................................................................................................................ 43

9. Mata Pencaharian Penduduk kabupaten Bekasi Tahun 2014-2015 .......................... 44

10. Persentase Angkatan Kerja Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2015 ............................ 45

11. Luas Lahan Menurut Penggunaannya Tahun 2015 ................................................... 46

12. Luas Lahan Sawah dan Lahan Kering menurut Kecamatan Tahun

2015 ........................................................................................................................... 47

13. PDRB, Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB per Kapita di

Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2015 ........................................................................ 49

14. Nilai Kontribusi Sub Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten

Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2016 (Juta

Rupiah) ...................................................................................................................... 51

15. Nilai Kontribusi Sub Sektor Pertanian terhadap PDRB Provinsi

Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2016

(Juta Rupiah) ............................................................................................................. 52

16. Rata-rata Laju Pertumbuhan dan Rata-rata Kontribusi Sub Sektor

Pertanian dalam PDRB Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2016 .................................................. 53

17. Hasil Klasifikasi Tipologi Klassen Sub Sektor Pertanian di

Kebupaten Bekasi Periode 2002-2016 ...................................................................... 54

Page 14: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

xiii

18. Hasil Analisis Shift Share Sub Sektor Pertanian Kabupaten Bekasi

Periode 2002-2016 ..................................................................................................... 55

19. Hasil Klasifikasi Tipologi Klassen Sub Sektor Pertanian di

Kebupaten Bekasi Periode 2002-2016 ...................................................................... 56

20. Persentase Kontribusi Sub Sektor Pertanian terhadap PDRB

Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Periode 2002-

2016 (Persen) ............................................................................................................. 58

21. Analisis Sub Sektor Tanaman Bahan pangan Kebupaten Bekasi

Tahun 2002-2016 ....................................................................................................... 60

22 Analisis Sub Sektor Peternakan Kabupaten Bekasi Tahun 2002-

2016 ........................................................................................................................... 62

23. Analisis Sub Sektor Perikanan kabupaten Bekasi Tahun 2002-2016 ....................... 64

24. Analisis Sub Sektor Tanaman Perkebunan Kabupaten Bekasi

Tahun 2002-2016 ....................................................................................................... 66

25. Analisis Sub Sektor Kehutanan Kabupaten Bekasi Tahun 2002-

2016 ........................................................................................................................... 68

Page 15: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran .................................................................................................. 29

2. Piramida Penduduk Kabupaten Bekasi Tahun 2015 ................................................. 42

3. Perkembangan Kontribusi Tanaman Bahan Pangan Kabupaten

Bekasi Tahun 2002-2016 ........................................................................................... 59

4. Perkembangan Kontribusi Peternakan Kabupaten Bekasi Tahun

2002-2016 .................................................................................................................. 62

5. Perkembangan Perikanan Kabupaten Bekasi Tahun 2002-2016 ............................... 64

6. Perkembangan Kontribusi Tanaman Perkebunan Kabupaten Bekasi

Tahun 2002-2016 ....................................................................................................... 66

7. Perkembangan Kontribusi Kehutanan Kabupaten Bekasi Tahun

2002-2016 .................................................................................................................. 67

Page 16: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. PDRB Jawa Barat Atas Harga Berlaku menurut Kabupaten/Kota

2010-2014 (Miliar Rupiah) ........................................................................................

75

2. Ringkasan PDRB Kabupaten Bekasi Tahun 2013-2015 ........................................... 76

3. Nilai LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten Bekasi tahun 2002-2016 ........................ 77

4. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bekasi Atas Dasar

Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) ...........................................

78

5. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat Atas Dasar Harga

Berlaku menurut lapangan Usaha (Juta Rupiah) .......................................................

79

6. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga

Berlaku menurut Lapangan Usaha (Persen) ..............................................................

80

7. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga

Berlaku menurut Lapangan Usaha (Persen) ..............................................................

81

8. Tabel Bauran Industri (Mij) Sektor Pertanian ........................................................... 82

9. Tabel Keunggulan Kompetitif (Cij) Sektor Pertanian ............................................... 83

10. Tabel Perubahan Variabel Regional (Dij) Sektor Pertanian ...................................... 84

Page 17: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dilihat dari segi geografis, Indonesia yang terletak di antara dua samudera

besar mempunyai dampak mendapat angin laut yang membawa banyak hujan. Hal

ini pula yang menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga Indonesia

memiliki kekayaan alam yang melimpah dan beragam. Setiap daerah di Indonesia

memiliki kekayaan alam potensial yang berbeda-beda. Kekayaan alam yang

dihasilkan tidak terbatas pada keanekaragaman hayati saja, namun juga kekayaan

minyak bumi, gas alam, dan pertambangan yang melimpah.

Adanya otonomi daerah, memberikan keleluasaan pemerintah daerah

untuk dapat mengatur dan melaksanakan program-program pembangunan daerah.

Suatu daerah otonomi dapat mengembangkan dan memanfaatkan kekayaan alam

yang potensial di setiap daerahnya. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia

menjadi titik fokus penting dalam memperbaiki kesejahteraan rakyat.

Pengembangan suatu daerah bisa disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan

potensi dan ciri khas daerah masing-masing.

Kabupaten Bekasi adalah salah satu kabupaten yang ada didalam Provinsi

Jawa Barat. Kabupaten Bekasi memiliki luas wilayah sebesar 127.388 km2 yang

terdiri dari 26 Kota/Kabupaten. Kemudahan aksestabilitas dan letak geogarfis

yang strategis dengan wilayah pusat pertumbuhan seperti DKI (Daerah Khusus

Ibukota) Jakarta, Kota Bogor, dan Bekasi. Kabupaten Bekasi dalam

pengembangannya sesuai dengan keputusan Peraturan Presiden No 54 Tahun

Page 18: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

2

2008, termasuk kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah Jabodetabek – Panjur

(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi – Puncak dan Cianjur) yang

dipersiapkan sebagai pendukung atau menjadi penyeimbang dari DKI (Daerah

Khusus Ibukota) Jakarta yang memiliki fungsi sebagai kegiatan industri,

pemukiman, transportasi, pariwisata dan lainnya. Sebagai hinterland DKI (Daerah

Khusus Ibukota) Jakarta, Kabupaten Bekasi telah mengalami pertumbuhan yang

pesat dalam jumlah penduduk maupun pertumbuhan ekonominya (Ma’mun dan

Irwansyah, 2012:8).

Kebijakan industri nasional yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2008 merupakan arahan dan kebijakan

jangka menengah dan jangka panjang, dalam rangka mempercepat proses

indutrialisasi untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Kabupaten

bekasi adalah salah satu wilayah di Jawa barat yang memiliki kontribusi PDRB

cukup besar terhadap PDRB Jawa Barat (Indrasari. 2014:2). Berdasarkan

Lampiran 1 dapat dilihat Kabupaten Bekasi adalah daerah yang menjadi

penyumbang terbesar pembentuk PDRB (Produk Dometik Regional Bruto)

Provinsi Jawa Barat.

Pada umumnya transformasi yang sedang terjadi di negara berkembang

adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri atau dapat juga

dikatakan perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi

modern. Perubahan struktur yang terjadi dicerminkan oleh kontribusi masing-

masing sektor terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Terjadinya

perubahan struktural yang dicirikan dengan perubahan kontribusi masing-masing

Page 19: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

3

sektor yaitu dari sektor primer, sekunder dan tersier terhadap PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto) berakibat pada corak perekonomian daerah perkotaan.

Terpusatnya kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan mempunyai kecenderungan

makin tingginya tingkat konsentrasi penduduk pada wilayah tersebut (Kusreni,

2009:21).

Upaya pembangunan pertanian tangguh dan berdaya saing perlu

dilengkapi dengan langkah reformat pembangunan ekonomi yang lebih utuh,

minimal bagaimana sektor pertanian agar terintegrasi ke dalam pembangunan

ekonomi makro secara nasional. Namun demikian, masyarakat pun tidak akan

sudi apabila para perumus kebijakan masih terus menggunakan metode coba-coba

(trials and errors) dalam membangun pertanian Indonesia. Kesalahan kebijakan

sedikit saja pasti akan membebani masyarakat dalam bentuk biaya ekonomi,

sosial, dan poitik baik berupa ekonomi biaya tinggi maupun bentuk biaya

eksternalitas yang dapat meresahkan (Arifin, 2005:20).

Rekonstruksi sektor pertanian dalam arti luas, mulai dari subsektor

pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan sampai pada

basis sumberdaya alam lainnya perlu dilakukan guna meningkatkan perannya

dalam pembangunan nasional. Dalam bahasa ekonomi, langkah rekonstruksi

tersebut dapat diukur dengan seberapa besar tingkat diversifikasi usaha kearah

penerimaan ekonomis yang lebih baik (upward diversification) atau bahkan

transformasi besar dari agriculture menjadi agribusiness. Pergeseran komoditas

pertanian dari bahan pangan berbasis padi ke non-padi seperti holtikultura, buah-

Page 20: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

4

buahan, tanaman keras, dan lain-lain adalah salah satu bukti tingkat kelayakan

usaha ekonomis yang lebih tinggi komoditas non-padi (Arifin, 2005:20).

Lebih lanjut Arifin (2005:22) menjelaskan langkah diversifikasi usaha ini

tidak akan dapat berjalan mulus apabila pendapatan over all petani produsen

masih rendah. Mereka memerlukan tambahan modal kerja dan investasi untuk

adopsi teknologi baru, akses informasi, intensitas tenaga kerja proses produksi,

manajemen pengolahan, pemasaran, dan pasca panen lain, baik secara individual

maupun secara kelompok sebagaimana disyaratkan dalam sistem agribisnis.

Apabila pilihan dan kesempatan bersedia, petani produsen pasti akan lebih leluasa

melakukan diversifikasi usaha. Inilah perspektif mikro kelayakan usaha yang

terus-menerus harus dibangun dan diberdayakan. Sedangkan dalam perspektif

makro, negara maupun daerah wajib untuk menyediakan atau memfasilitasi

diversifikasi usaha tersebut dengan serangkaian kebijakan yang afimatif tepat

sasaran.

Indikator ekonomi dapat digunakan untuk menganalisis dan menentukan

arah kebijakan serta mengevaluasi hasil pembangunan. Salah satu indikator

ekonomi yang diperlukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kemampuan

suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) adalah Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) pada dasarnya

merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha kegiatan

ekonomi dalam suatu wilayah/daerah pada priode tertentu, atau merupakan jumlah

nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Page 21: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

5

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Bekasi Dalam PDRB

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2016

(Persen)

Tahun Pertumbuhan Sektor Pertanian Pertumbuhan PDRB Total

2002 9,23 7,42

2003 8,53 10,35

2004 10,60 12,39

2005 6,10 18,16

2006 9,40 16,34

2007 15,15 11,99

2008 14,75 11,38

2009 13,66 8,14

2010 13,72 8,68

2011 13,00 10,59

2012 1,24 9,15

2013 12,38 9,51

2014 1,45 1,45

2015 1,62 1,62

2016* 12,18 12,18

Rata-Rata 9,53 9,96 Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (berbagai tahun)

Ket : * Angka Sementara

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa laju Pertumbuhan PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bekasi sektor pertanian atas dasar harga

berlaku menurut lapangan usaha (Persen) 2002-2016 mengalami fluktuasi. Tahun

2002 ke 2003 terjadi penurunan sebesar 0,7 persen. Pada tahun 2004 ke 2005

terjadi penurunan secara drastis sebesar 4,50 persen. Tahun 2005 ke 2006 terjadi

peningkatan sebesar 3,30 persen. Tahun 2007 hingga 2012 terjadi penurunan

secara terus menerus. Pada tahun 2013 ke 2014 terjadi penurunan yang sangat

drastis sebesar 10,93 persen. Pada tahun 2014 sampai 2016 terjadi peningkatan,

untuk tahun 2014 ke 2015 terjadi peningkatan yang sangat kecil yaitu sebesar 0,17

persen. Sedangkan pada 2015 ke 2016 terjadi peningkatan secara drastis yaitu

sebesar 10,56 persen. Rata-rata laju pertumbuhan sektor pertanian Kabupaten

Page 22: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

6

Bekasi tahun 2002-2016 membuktikan bahwa sektor pertanian merupakan salah

satu sektor penunjang PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) terbesar,

sedangkan laju PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bekasi atas

dasar harga berlaku menurut lapangan usaha sebesar 9,96. Kondisi ini

menunjukan bahwa sektor pertanian dapat dimanfaatkan secara optimal dalam

menyumbang PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bekasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimana peran sub sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) di Kabupaten Bekasi tahun 2002-2016 ?

2. Bagaimana perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sub

sektor pertanian di Kabupaten Bekasi tahun 2002-2016 ?

3. Sub sektor pertanian apa yang menjadi unggulan dan non unggulan di

Kabupaten Bekasi tahun 2002-2016 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini, antara lain :

1. Menganalisis peran sub sektor pertanian terhadap produk domestik regional

bruto (PDRB) di Kabupaten Bekasi tahun 2002-2016.

2. Menganalisis perkembangan kontribusi sub sektor pertanian di Kabupaten

Bekasi tahun 2002-2016.

Page 23: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

7

3. Menganalisis sub sektor pertanian apa yang menjadi unggulan dan non

unggulan di Kabupaten Bekasi tahun 2002-2016.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain :

1. Bagi masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Bekasi, diharapkan hasil

penelitian dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan untuk

perencanaan pembangunan daerah.

2. Bagi Penulis, penelitian ini merupakan suatu proses pembelajaran dalam

penerapan antara teori dan praktik yang dituangkan dalam suatu karya ilmiah.

3. Bagi Pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca

serta dapat menjadi referensi penelitian berikutnya dengan topik yang serupa.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini lebih terfokus maka penulis melakukan batasan

penelitian sebagai berikut ; 1) Penelitian dilakukan di Kabupaten Bekasi, 2) Objek

penelitian yang diteliti dalam adalah semua sektor pertanian yang terdiri dari sub

sektor tanaman bahan pangan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor

peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan, 3) Data yang

digunakan adalah data time series (deret waktu) tahun 2002-2016, dan 4) Metode

analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan tipologi klassen, shift share

(S-S) dan location quotient (LQ).

Page 24: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan

ditetapkannya UU RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU

RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah, maka daerah mempunya hak, wewenang dan

kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan. Sejalan dengan

adanya Undang-Undang Otonomi Daerah tersebut maka sudah menjadi kewajiban

pemerintah daerah untuk menangani potensi wilayah yang berada dalam ruang

lingkup pemerintahannya (Murhaini, 2009:75).

Menurut UU RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, di

dalam otonomi daerah, pemerintah pusat telah memberikan sebagian wewenang

kepada kepala daerah agar pelaksanaan sistem pemerintahan menjadi lebih

berkualitas. Pengertian daerah otonomi adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri,

bedasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI (Negara Kesatuan Republik

Indonesia). Dalam daerah otonomi terdapat tiga unsur meliputi :

Page 25: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

9

1. Unsur batas wilayah

Unsur batas wilayah berarti bahwa suatu daerah mempunyai batas wilayah

yang jelas untuk dapat membedakan wilayah daerah itu sendiri dengan wilayah

daerah yang lain.

2. Unsur pemerintahan

Unsur pemerintahan berarti suatu daerah memiliki pemerintah daerah beserta

lembaga daerah sebagai penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Unsur masyarakat

Unsur masyarakat berarti masyarakat sebagai bagian dari suatu pemerintahan

daerah yang memiliki norma-norma masyarakat, kebiasaan, dan tradisi dari

masyarakat daerah tersebut.

Adapun hak-hak dan kewajiban daerah otonomi sebagai berikut:

Tabel 2. Hak-hak dan Kewajiban Daerah Otonomi No Hak- hak daerah otonomi Kewajiban daerah otonomi

1 Mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahannya

Melindungi masyarakat, menjaga persatuan,

kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

2 Memilih pimpinan daerah meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

3 Mengelola aparatur daerah

mengembangkan kehidupan demokrasi

4 Mengelola kekayaan daerah mewujudkan keadilan dan pemerataan

5 Memungut pajak daerah dan retribusi

daerah

meningkatkan pelayanan dasar pendidikan

6 Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan

sumber daya alam dan sumber daya lainnya

yang berada di daerah

menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan

7 Mendapatkan sumber-sumber pendapatan

lain yang sah

menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum

yang layak

8 Mendapatkan hak lainnya yang diatur

dalam peraturan perundang-undangan.

mengembangkan sistem jaminan sosial

9 menyusun perencanaan dan tata ruang daerah

10 mengembangkan sumber daya produktif di daerah

11 melestarikan lingkungan hidup

12 mengelola administrasi kependudukan

13 melestarikan nilai sosial budaya

14 membentuk dan menerapkan peraturan perundang-

undangan sesuai dengan kewenangannya dan

kewajiban lain yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan.

Page 26: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

10

Adanya otonomi daerah, suatu daerah diberikan kesempatan yang luas

untuk dapat mengembangkan potensi-potensi dari suatu daerah serta

melaksanakan program-program pembangunan yang dibuat untuk dapat

dioptimalkan dengan baik. Daerah otonomi juga dituntut agar dapat

mempertanggung jawabkan segala hak, wewenang, dan kewajiban yang telah

diberikan pemerintahan pusat kepada pemerintahan daerah.

2.2 Definisi Sektor dan Sub Sektor Pertanian

Menurut Mosher (1991:19) pertanian adalah suatu bentuk produksi yang

khas, yang didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Petani

mengelola dan merangsang pertumbuhan tanaman dan hewan dalam suatu usaha

tani, dimana kegiatan produksi merupakan bisnis, sehinggga pengeluaran dan

pendapatan sangat penting artinya. Langkah rekonstruksi sektor pertanian dalam

arti luas, mulai dari subsektor pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan,

perikanan, kehutanan sampai pada basis sumberdaya alam lainnya (Arifin,

2005:20).

Subsektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mencakup

segala pengusahaan yang didapatkan dari alam dan merupakan benda-benda atau

barang-barang biologis (hidup) yang hasilnya dapat dijual kepada pihak lain.

Pengusahaan ini termasuk kegiatan yang tujuan utamanya untuk memenuhi

kebutuhan sendiri (subsisten) seperti pada kegiatan usaha tanaman pangan (BPS

Kabupaten Bekasi, 2015:156).

Page 27: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

11

Menurut BPS Kabupaten Bekasi (2015:157) sub sektor golongan pertanian

adlah peternakan, kehutanan, perikanan, tanaman pangan, tanaman holtikultura,

tanaman perkebunan.

1. Tanaman Pangan

Meliputi semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan komoditas bahan

pangan yang meliputi padi, palawijaya, (jagung, kedele, kacang tanah, kacang

hijau, ubi jalar, palawijaya lainnya, seperti talas, ganyong, irut, gembili), serta

tanaman serelia lainnya (sorgum/ cantel, jawawut, jelai, gandum).

2. Tanaman Hortikultura

Meliputi semua kegiatan yang menghasilkan komoditas buah-buahan,

tanaman hias dan sayuran yang meliputi komoditas buah-buahan (jeruk, alpukat,

mangga dan nangka), komoditas tanaman hias (anggrek, melati dan mawar) serta

komoditas sayuran (kangkung, bayam, cabai dan lainnya).

3. Tanaman Perkebunan

Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman perkebunan diantaranya

adalah tebu, tembakau, nilam, jarak, wijen, tanaman berserat (kapas, rosela, rami,

yute, agave, abaca, kenaf), kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, lada, pala, kayu

manis, cengkeh, jambu mete.

4. Peternakan

Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan peternakan adalah sapi potong,

kerbau, kambing, domba, babi, kuda, ayam bukan ras (buras), ayam ras pedaging,

ayam ras petelur, itik manila, telur ayam ras, telur ayam bukan ras, telur itik, susu

segar dan sebagainya.

Page 28: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

12

5. Kehutanan

Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan kehutanan meliputi kayu

glondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu

bakar, rotan, bambu, dan hasil hutan lainnya.

6. Perikanan

Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan perikanan meliputi segala jenis

ikan, crustacean, mollusca, rumput laut, dan biota air lainnya yang diperoleh dari

penangkapan (di laut dan perairan umum) dan budidaya (laut, tambak, karamba,

jaring apung, kolam, dan sawah).

2.3 Pembangunan Pertanian

Menurut Mosher (1991:79) pembangunan pertanian dapat berjalan dengan

adanya lima syarat pokok, namun percepatan pembangunan pertanian diperlukan

dukungan faktor pelancar yang berhubungan dengan geraknya sumber daya

manusia dan pendayagunaan sumber daya alam secara optimal agar mencapai

produktivitas yang tinggi serta mencapai tujuan pembangunan secara jelas dan

terfokus. Sedangkan pembangunan pertanian menurut Rahardjo (1984:85) yaitu

pembangunan pertanian diletakkan pada skala prioritas teratas. Pertanian telah

dijadikan dasar pembangunan nasional yang menyeluruh. Disadari bahwa

perkembangan pertanian merupakan prasyarat industrialisasi yang akan menjadi

tulang punggung perekonomian nasional yang tangguh.

Menurut Kamaluddin (1998:29) pembangunan pertanian diarahkan untuk

meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan, memperluas

lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta mengisi dan memperluas pasar, baik

Page 29: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

13

pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Ini dilakukan melalui pertanian

yang maju, efisien, dan tangguh sehingga makin mampu meningkatkan dan

menganekaragamamkan hasil, meningkatkan mutu dan derajat pengolahan

produksi dan menunjang pembangunan wilayah.

2.3.1 Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian

Keberhasilan pembangunan pertanian memerlukan beberapa syarat atau

pra kondisi yang untuk tiap daerah berbeda-beda. Pra kondisi tersebut meliputi

bidang-bidang teknis, ekonomis, sosial budaya dan lain-lain. Menurut Mosher

(1991:79) ada lima syarat yang harus ada dalam pembangunan pertanian Apabila

salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi maka terhentilah pembangunan

pertanian, syarat tersebut adalah :

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani.

2. Teknologi yang senantiasa selalu berkembang.

3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.

4. Adanya perangsang produksi bagi petani.

5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.

2.3.2 Tahap-Tahap Pembangunan Pertanian

Menurut Todaro (2006:58) ada tiga pokok dalam evolusi produksi

pembangunan pertanian sebagai berikut :

1. Pertanian tradisional yang produktivitasnya rendah.

Page 30: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

14

2. Produk pertanian sudah mulai terjadi dimana produk pertanian sudah ada

yang dijual ke sektor komersial atau pasar, tetapi pemakaian modal dan

teknologi masih rendah.

3. Pertanian modern yang produktivitasnya sangat tinggi yang disebabkan oleh

pemakaian modal dan teknologi yang tinggi pula.

Pada tahap ini produk pertanian seluruhnya ditujukan untuk melayani

keperluan pasar komersial. Modernisasi pertanian dari tahap tradisional

(subsisten) menuju pertanian modern membutuhkan banyak upaya lain selain

pengaturan kembali struktur ekonomi pertanian atau penerapan teknologi

pertanian yang baru. Hampir semua masyarakat tradisional, pertanian bukanlah

hanya sekedar kegiatan ekonomi saja, tetapi sudah merupakan bagian dari cara

hidup mereka. Pemerintah yang berusaha mentransformasi pertanian tradisional

haruslah menyadari bahwa pemahaman akan perubahan-perubahan yang

mempengaruhi seluruh sosial, politik dan kelembagaan masyarakat pedesaan

adalah sangat penting. Tanpa adanya perubahan-perubahan seperti itu,

pembangunan pertanian tidak akan pernah bisa berhasil seperti yang diharapkan.

2.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional

(kabupaten/kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan

output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. Untuk menyusun PDRB

digunakan 2 pendekatan, yaitu produksi dan penggunaan. Keduanya menyajikan

komposisi data nilai tambah dirinci menurut sumber kegiatan ekonomi (lapangan

usaha) dan menurut komponen penggunaannya. PDRB (Produk Domestik

Page 31: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

15

Regional Bruto) dari sisi lapangan usaha merupakan penjumlahan seluruh

komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh lapangan usaha atas

berbagai aktifitas produksinya. Sedangkan dari sisi penggunaan menjelaskan

tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut (BPS Kabupaten Bekasi,

2015:287).

Penghitungan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) menggunakan

dua macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto) atas harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan

jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun bersangkutan,

sementara PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga konstan

dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar dan

saat ini menggunakan tahun 2010 (BPS Kabupaten Bekasi, 2015:290).

Penghitungan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dapat dilakukan

dengan empat cara pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Produksi

Pendekatan Produksi dapat disebut juga pendekatan nilai tambah dimana

nilai tambah bruto (NTB) dengan cara mengurangkan nilai out put yang

dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan biaya antara dari masing nilai

produksi bruto tiap sektor ekonomi. Nilai tambah merupakan nilai yang

ditambahkan pada barang dan jasa yang dipain oleh unit produksi sebagai input

antara. Nilai yang ditambahkan sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut

sertanya dalam proses produksi.

Page 32: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

16

2. Pendekatan Pendapatan

Pada pendekatan ini, nilai tambah dari kegiatan – kegiatan ekonomi

dihitung dengan cara menjumlahkan semua balas jasa faktor praoduksi yaitu upah

dan gajih, surplus usaha, penyusutan danpajak tak langsung neto. Untuk sektor

Pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari keuntungan, surplus usaha

(bunga neto, sewa tanah dan keuntungan) tidak diperhitungkan.

3. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang

digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat untuk keperluan konsumsi

rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial ; Pembentukan modal ; dan ekspor.

Mengingat nilai barang dan jasa hanya berasasl dari produksi domestik, total

pengeluaran dari komponen–komponen di atas harus dikurangi nilai impor

sehingga nilai ekspor yang dimaksud adalah ekspor neto. Penjumlahan seluruh

komponen pengeluaran akhir ini disebut PDRB (Produk Domestik Regional

Bruto) atas dasar harga pasar.

4. Metode Alokasi

Metode ini digunakn jika data suatu unit produksi di suatu daerah tidak

tersedia. Nilai tambah suatu unit produksi di daerah tersebut dihitung dengan

menggunakan data yang telah dialokasikan dari sumber yang tingkatnya lebih

tinggi, misalnya data suatu kabupaten diperoleh dari alokasi data Propinsi.

Beberapa alokator yang digunakan adalah nilai produksi bruto atau neto, jumlah

produksi fisik, tenaga kerja, penduduk, dan alokator lainnya yang dianggap cocok

untuk menghitung nilai suatu unit produksi.

Page 33: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

17

2.5 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Samuelson (1995:436) mendefinisikan bahwa pertumbuhan ekonomi

menunjukkan adanya perluasan atau peningkatan dari gross domestic product

potensial atau output dari suatu negara. Ada empat faktor yang menyebabkan

pertumbuhan ekonomi, yaitu :

1. Sumber daya manusia, yaitu meliputi tenaga kerja, keterampilan, pengetahuan

dan disiplin kerja. Faktor ini merupakan faktor penting dalam pertumbuhan

ekonomi. Kenyataan dalam dunia ekonomi unsur lain dalam produksi seperti

barang-barang modal, bahan mentah dan teknologi dapat dibeli atau dipinjam.

Sebuah negara mungkin dapat membeli peralatan telekomunikasi paling

modern, komputer dan lain-lain. Meskipun demikian barang-barang modal

tersebut hanya dapat digunakan secara efektif dan terawat bila sumber daya

manusianya terampil dan terlatih.

2. Sumber daya alam. Faktor produksi kedua adalah tanah. Sumber daya yang

penting disini adalah tanah yang dapat ditanami, minyak dan gas, hutan, air dan

bahan mineral lain.

3. Pembentukan modal. Akumulasi modal, seperti yang kita ketahui

membutuhkan pengorbanan konsumsi untuk beberapa tahun lamanya. Negara

yang tumbuh dengan cepat cenderung untuk melakukan investasi besar-

besaran pada barang modal baru, pada negara-negara yang pertumbuhannya

paling cepat, 10-20 persen dari pendapatannya menjadi dana pembentukan

modal. Modal bukan saja dalam bentuk komputer, pabrik-pabrik, namun

banyak investasi yang hanya dilakukan oleh pemerintah dan terletak pada

Page 34: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

18

kerangka kerja untuk mendorong sektor swasta. Investasi ini disebut Social

Overhead Capital (SOC) dan terdiri atas proyek-proyek skala besar ang

mendorong perdagangan komersial, jalan-jalan, irigasi dan proyek pengairan,

dan pelayanan kesehatan masyarakat adalah contoh-contoh penting. Seringkali

proyek-proyek tersebut berkaitan dengan ekstenal ekonomi, akan tetapi sektor

swasta tidak dapat melakukannya, jadi pemerintah harus masuk dan menjamin

bahwa investasi sosial atau infrastruktur itu dijalankan.

4. Perubahan teknologi dan inovasi. Sebagai tambahan bagi ketiga faktor klasik

tersebut, pertumbuhan ekonomi tergantung pada fungsi keempat yang vital

yaitu teknologi. Dalam sejarahnya pertumbuhan bukan merupakan proses

replikasi sederhana, penambahan pabrik dan pekerja yang serupa satu sama

lain. Akan tetapi lebih kepada bentuk proses penemuan dan perubahan

teknologi yang berkelanjutan yang membawa kepada perbaikan yang pesat

bagi kemungkinan produksi.

Menurut Boediono (1999:17) pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses

dari kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi

disini meliputi tiga aspek :

1. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek ekonomi), suatu

perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.

2. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output perkapita,

dalam hal ini ada dua aspek penting, yaitu: output total dan jumlah penduduk.

Output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk.

Page 35: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

19

3. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu, suatu

perekonomian dikatakan tumbuh bila dalam jangka waktu yang cukup lama

(lima tahun) mengalami kenaikan output perkapita.

2.5.1 Konsep Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Menurut Sukirno (2000:33) pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan

tingkat kegiatan dari tahun ke tahun. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan

ekonomi, harus diperbandingkan pendapatan nasional berbagai tahun yang

dihitung berdasarkan harga konstan. Jadi perubahan nilai pendapatan nasional

hanya semata-mata disebabkan oleh perubahan dalam tingkat kegiatan ekonomi.

Pertumbuhan baru tercapai apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan

bertambah besar pada tahun berikutnya. Pertumbuhan ekonomi sangat diharapkan

karena akan membuat masyarakat mengkonsumsi barang dan jasa dalam jumlah

yang besar dan juga penyediaan barang dan jasa sosial, sehingga hidup

masyarakat dapat ditingkatkan.

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses perbaikan yang

dinamis dan terus-menerus atas suatu masyarakat atau sistem sosial yang

membawa perubahan dan peningkatan keadaan dari yang mempunyai corak

sederhana ke tingkatan yang lebih maju. Sementara itu pembangunan ekonomi

didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil

per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang diserta oleh perbaikan

kelembagaan (Arsyad, 1999:147).

Page 36: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

20

2.6 Peran Sektor Pertanian

Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian dapat dilihat dari

berbagai hal, antara lain dilihat dari masih relatif besarnya pangsa sektor

pertanian terhadap Produk Domestik bruto (PDB), sektor pertanian juga

merupakan pemasok bahan baku bagi industri, mampunya sektor ini menyediakan

pangan dan gizi, dapat menyerap banyak tenaga kerja dan semakin signifikannya

kontribusi sektor pertanian dalam meningkatkan ekspor nonmigas (Soekartawi,

1996:69).

Sektor pertanian juga dapat menjadi basis dalam mengembangkan

kegiatan ekonomi perdesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian

yaitu agribisnis dan agroindustri. Dengan pertumbuhan yang terus positif secara

konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan

ekonomi nasional (Antara, 2009:11).

2.7 Metode Analisis Potensi Ekonomi Daerah

Dalam melakukan pembangunan daerah diperlukan materi mengenai data

dan tehnik analisis tertentu untuk menentukan sumber potensi yang dapat

diandalkan oleh daerah sebagai sumber pendapatan. Hal ini perlu dilakukan

mengingat struktur dan potensi pelaksanaan pembangunan daerah sangat beragam

dengan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing daerah tersebut. Berikut

ini beberapa tehnik analisis yang dapat digunakan dalam penyusunan rencana

pembangunan daerah.

Page 37: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

21

2.7.1 Tipologi Klassen

Analisis tipologi klassen adalah alat analisis yang digunakan untuk

mengetahui gambaran tenta struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor.

Analisis tersebut membagi sektor menjadi dua indikator yaitu pendapatan dan

pertumbuhan ekonomi. Analisis tipologi klassen menghasilkan empat klasifikasi

sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2008:18) :

1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) (Kuadran I).

Pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar

dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi

referensi (s) dan memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih

besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang

menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si > s dan ski > sk.

2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II).

Pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil

dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi

referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang

lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang

menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan ski > sk.

3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) (Kuadran

III).

Pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar

dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi

referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang

Page 38: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

22

lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang

menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si > s dan ski < sk.

4. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV).

Pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil

dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi

referensi (s) dan sekaligus memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski)

yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah

yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si< s dan ski <

sk.

Menurut Sjafrizal (2008:49) tipologi klassen selain untuk mengklasifikasi

masing-masing sektor, teknik analisis ini juga dapat digunakan untuk

menganalisis pengelompokan/pengklasifikasian sektor ekonomi menurut masing-

masing sektor usaha. Pengelompokan yang demikian dapat membantu perencana

untuk merumuskan kebijakan yang lebih tepat. Pengelompokan/pengklasifikasian

sektor ekonomi tersebut dapat dilihat pada

Tabel 3. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Analisis Tipologi Klassen

Kuadran I

Sektor yang maju dan tumbuh

dengan pesat (developed sektor)

si > s dan ski > sk

Kuadran II

Sektor maju tapi tertekan (stagnan

sektor)

si < s dan s > sk

Kuadran III

Sektor potensial atau masih dapat

berkembang (developing sektor)

si > s dan ski < sk

Kuadran IV

Sektor relatif tertinggal

(underdeveloped sektor)

si < s dan ski < sk Sumber : Syafrizal (2008:49)

Ket : Kuadran I : Sektor Maju: si > s dan ski > sk

Kuadran II : Sektor Maju tapi Tertekan si < s dan s > sk

Kuadran III : Sektor Potensial si > s dan ski < sk

Kuadran IV : Sektor Relatif Tertinggal si < s dan ski < sk

Dimana ; si : Laju Pertumbuhan Sektor Tertentu dalam PDRB

s : Laju Pertumbuhan Sektor PDRB

ski : Nilai Kontribusi Sektor Terhadap PDRB

sk : Kontribusi Daerah

Page 39: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

23

2.7.2 Shift Share

Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui

pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Secara ringkas, analisis Shift

Share dapat dijelaskan bahwa perubahan suatu variabel regional suatu sektor di

suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh pertumbuhan

nasional, bauran industri, dan keunggulan kompetitif (Tarigan, 2007:42). Analisis

shift share digunakan untuk melihat kecenderungan transformasi struktur

perekonomian wilayah. Esteban Marguillas pada tahun 1972 telah melakukan

modifikasi terhadap teknik analisis Shift Share untuk memecahkan masalah

pengaruh efek alokasi dan spesialisasi (Soepono, 1993:47).

Analisis shift share digunakan untuk melihat kecenderungan tranformasi

struktur perekonomian wilayah. Analisis ini mengasumsikan pertumbuhan suatu

wilayah dapat dibagi ke dalam tiga komponen. Pertama komponen pertumbuhan

provinsi (national/provincial growth component atau share regional). Hal ini

adalah untuk melihat struktur atau posisi relatif suatu daerah dalam kaitannya

dengan pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh di wilayah yang menaunginya.

Share regional menggambarkan perubahan output suatu wilayah yang disebabkan

oleh perubahan secara umum, perubahan kebijakan ekonomi secara nasional atau

provinsi atau perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi seluruh sektor di

seluruh wilayah secara seragam. Komponen ini terjadi misalnya karena tren

inflasi ataupun karena kebijakan perpajakan ; Kedua pertumbuhan sektoral

(industrial mix component atau proportionally shift) merupakan alat untuk

mengukur tingkat pertumbuhan produksi suatu wilayah lebih cepat atau lebih

Page 40: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

24

lambat dari pertumbuhan produksi nasional karena tingginya konsentrasi industri

(sektor) regional. Proportionnaly Shift (PS) ini biasanya dipengaruhi oleh

perubahan permintaan akhir, ketersediaan bahan baku, dan kebijakan sektoral.

Selain itu komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor

dalam permintaan produk akhir, perbedaan ketersediaan bahan mentah, perbedaan

kebijakan industri dan perbedaan struktur, dan keragaman pasar. Ketiga

pertumbuhan daya saing wilayah (competitive effect component atau different

shift). Different shift dapat mengukur daya saing suatu sektor di suatu wilayah

dibandingkan dengan pertumbuhan sektor yang sama di wilayah lain. Different

shift terjadi karena peningkatan atau penurunan output di suatu wilayah yang

disebabkan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar input dan output, maupun

infrastruktur ekonomi (Abidin, 2015:166).

2.7.3 Location Quotient

Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu utama

pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan

permintaan barang dan jasa dari suatu daerah. Proses produksi di sektor industri di

suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi (SDP) lokal, termasuk

tenaga kerja dan bahan baku, dan output-nya diekspor akan menghasilkan

pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan

peluang kerja di daerah tersebut. Pertanyaan yang muncul dari teori ekonomi basis

adalah sanggupkah setiap provinsi memanfaatkan peluang ekspor yang ada,

terutama dalam era otonomi daerah dan era perdagangan bebas (Tambunan,

2001:75). Inti dari Model Ekonomi Basis (Economic Base Model) menunjukan

Page 41: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

25

bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah

tersebut. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah ditentukan teknik yang

digunakan adalah kuosien lokasi (location quotient = LQ). Location quotient

(kuosien lokasi) atau disingkat dengan LQ adalah suatu perbandingan tentang

besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor

tersebut secara nasional (Tarigan, 2007:52).

Secara umum, metode ini menunjukkan lokasi pemusatan atau basis

aktivitas dengan tujuan untuk melihat keunggulan komparatif suatu daerah dalam

menentukan sektor andalannya. Location quotient (LQ) dimanfaatkan untuk

mengidentifikasikan sumber-sumber pertumbuhan regional, menganalisis

kecenderungan dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil-hasil kegiatan

ekonomi di suatu daerah dalam lingkup daerah himpunannya. Analisis location

quotient (LQ) berguna untuk membantu menentukan kapasitas ekspor

perekonomian daerah dan melihat kemampuan daya saing komoditas antar daerah

atau dapat juga digunakan melihat sektor unggulan suatu wilayah.

Kriteria pengukuran location quotient (LQ) (Tarigan, 2007:67) apabila

nilai location quotient (LQ) > 1 berarti sektor tersebut menunjukan bahwa daerah

tersebut surplus akan produk sektor i dan mengekspornya ke daerah lain dan

merupakan sektor unggulan di daerah dan potensial untuk dikembangkan sebagai

penggerak perekonomian daerah. Apabila nilai location quotient (LQ) < 1 berarti

sektor tersebut hanya mampu memenuhi daerahnya sendiri dan bukan merupakan

sektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak

perekonomian daerah.

Page 42: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

26

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan pendekatan location quotient (LQ) dan analisis shift

share (SS) sudah dilakukan sebelumnya, seperti penelitian yang telah dilakukan

oleh Hilal (2011) dalam penelitiannya mengenai analisis potensi pertumbuhan

ekonomi Kota Tegal tahun 2004-2008 menemukan bahwa, Kota Tegal memiliki

sektor basis yaitu sektor listrik, gas dan air; transportasi dan komunikasi ;

keuangan ; konstruksi ; dan perdagangan. Nilai proporsional positif Kota Tegal

adalah sektor listrik, gas dan air ; sektor konstruksi ; sektor perdagangan ; sektor

transportasi dan komunikasi ; sektor keuangan dan sektor jasa-jasa. Sedangkan

sektor potensial Kota tegal ada tiga sektor yaitu sektor industri, sektor bangunan

dan sektor perdagangan.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Jelita (2011) dalam penelitiannya

mengenai studi pengembangan Wilayah Kota Tangerang Selatan melalui

pendekatan sektor-sektor unggulan menemukan bahwa, sektor-sektor ekonomi

yang menjadi sektor unggulan di Kota Tangerang Selatan berdasarkan yang

terunggul adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan ; sektor jasa-

jasa ; sektor bangunan ; sektor pengangkutan dan komunikasi ; sektor

perdagangan, hotel dan restoran ; sektor listrik, gas dan air bersih. sektor unggulan

yang mengalami pertumbuhan yang cepat yaitu sektor perdagangan, hotel dan

restoran (PPij > 0). Walaupun demikian, sektor perdagangan, hotel dan restoran

bukan menjadi sektor unggulan utama. Sektor dengan unggulan pertama dan

memiliki pertumbuhan yang cepat yaitu sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan dan jasa-jasa. Dilihat dari dayasaingnya, bahwa sektor perdagangan,

Page 43: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

27

hotel dan restoran secara ekonomi dapat bersaing dengan baik (PPWij > 0) dengan

sektor ekonomi yang sama di Kabupaten/Kotamadya lain di Provinsi Banten.

Sektor-sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja yang tinggi adalah sektor

unggulan perdagangan, hotel dan restoran, sektor unggulan industri dan jasa-jasa.

Fitria (2012) dalam penelitian mengenai peran sub sektor pertanian dalam

perekonomian Kabupaten Bogor tahun 2008-2010 menemukan bahwa, sub sektor

peternakan dan kehutanan sebagai sub sektor yang potensional atau masih dapat

dikembangkan. Sub sektor tanaman bahan pangan dan sub sektor perikanan

mengalami pertumbuhan yang cepat. Sub sektor basis Kabupaten Bogor yaitu sub

sektor tanaman perkebunan dengan nilai LQ sebesar 1,72, sub sektor peternakan

dengan nilai LQ 2,14, dan sub sektor perikanan dengan nilai LQ sebesar 1,64.

Ayu (2012) dalam penelitian mengenai analisis sektor-sektor unggulan

pada perekonomian Kabupaten Cirebon (periode 2005-2010) menemukan bahwa,

sektor-sektor perekonomian Kabupaten Cirebon yang termasuk kedalam sektor

unggulan adalah sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor jasa-jasa,

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan

komunikasi, dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Sedangkan sektor

unggulan yang mengalami pertumbuhan yang cepat yaitu terdapat pada sektor

bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan. Sektor yang memiliki dayasaing yang baik yaitu sektor jasa-jasa.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah tempat

dilakukan penelitian ini yaitu Kabupaten Bekasi dengan periode 2002-2015.

Page 44: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

28

Selain itu, adanya alat analisis tipologi klassen menjadi pembeda penelitian ini

dengan penelitian terdahulu. Batasan penelitian ini juga memliki perbedaan

dengan yang dilakukan oleh Hilal (2011), Jelita (2011) dan Ayu (2012) dimana

penelitian ini hanya membahas sub sektor pertanian (sub sektor tanaman bahan

pangan, sub sektor peternakan, sub sektor perikanan, sub sektor kehutanan dan

sub sektor tanaman perkebunan) sementara ketiga peneliti tersebut membahas

semua sektor penyumbang PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Persamaan

penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada alan analisis yang

digunakan yaitu analisis shift share dan location quotient. Selain itu penenlitian

juga memiliki persamaan objek yang menjadi pembahasan yaitu sub sektor

pertanian dengan yang dilakukan oleh Fitria (2012).

2.9 Kerangka Pemikiran

Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang memiliki berbagai potensi dan

letak daerah yang strategis, kemudahan aksestabilitas dan letak geografis yang

strategis dengan wilayah pusat pertumbuhan seperti DKI (Daerah Khusus Ibukota)

Jakarta, Kota Bogor, dan Bekasi. Sektor pertanian yang terdiri dari 5 sub sektor

yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub

sektor kehutanan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan seharusnya

mampu menghasilkan berbagai jenis komoditi pertanian, akan tetapi sektor

pertanian dari tahun ke tahun mengalami penurunan pertumbuhan dan

kontribusinya. Oleh karena itu, sektor tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih

dalam pembangunan pertanian Kabupaten Bekasi. Upaya yang perlu dilakukan

adalah dengan menganalisis peran dan potensi semua sub sektor pertanian untuk

Page 45: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

29

mendukung pertumbuhan sektor pertanian yang nantinya dapat mendorong

pertumbuhan pada sektor lainnya. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan

metode tipologi klassen, Analisis shifts share (SS), dan location quotient (LQ).

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat dijelaskan pada Gambar 1. berikut :

Pk

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Sektor Pertanian di

Kabupaten Bekasi

Sub Sektor Pertanian

1) Sektor Tanaman Bahan Makanan

2) Sektor Tanaman Perkebunan

3) Sektor Peternakan

4) Sektor Kehutanan

5) Sektor Perikanan

Peran Sub Sektor

Pertanian

Sub Sektor

Unggulan dan Non

Unggulan

Perkembangan

Pendapatan Sub

Sektor Pertanian

Analisis Tipologi

Klassen

Analisis Location

Quotient (LQ)

Analisis Shift

Share (SS)

Peran Sub Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Bekasi

PDRB

Page 46: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2017 sampai bulan April 2018.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bekasi. Lokasi penelitian dipilih secara

pusposive (sengaja) dengan pertimbangan karena Kabupaten Bekasi merupakan

salah satu Kabupaten di Indonesia yang memiliki tingkat pertumbuhan PDRB

(Pendapatan Domestik Regional Bruto) yang tinggi diatas rata-rata pertumbuhan

PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Jawa Barat dalam periode 2002-

2016 yaitu dapat tumbuh 5,8 persen pertahun (Tabel 13).

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data artinya informasi yang didapat melalui pengukuran-pengukuran

tertentu, untuk digunakan sebagai landasan dalam menyusun argumentasi logis

menjadi fakta. Sedang fakta itu sediri adalah kenyataan yang telah diuji

kebenarannya secara empirik, antara lain melalui analisis data (Fathoni,

2006:104).

Berdasarkan jenisnya, penelitian ini menggunakan data time series (deret

waktu). Data time series tersebut terdiri dari data PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto) Kabupaten Bekasi dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Provinsi Jawa Barat. Data time series yang digunakan adalah periode 2002-2016.

Sedangkan berdasarkan sumbernya, data dalam penelitian ini menggunakan data

sekunder. Menurut Kuncoro (2003:127) data sekunder adalah data yang biasanya

Page 47: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

31

telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada

masyarakat pengguna data. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat

Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa

Barat serta laporan lainnya dari berbagai instansi yang relevan dengan penelitian

ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiono (2009:308) metode pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah pengumpulan data. Metode pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Menurut Arikunto

(2006:231) metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.

Metode dokumentasi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan

metode lain, diantaranya adalah:

1. Metode ini menghemat waktu, karena dapat dilihat secara langung sekaligus

mencatatnya.

2. Tidak perlu pengantar orang lain.

3. Tidak menimbulkan kecurigaan.

4. Dapat mengetahui data yang berlaku.

Adapun yang menjadi kelemahan metode dokumentasi terutama adalah

kurang dapat dipercaya atau dipertahankan, karena dokumen yang ada itu

tergantung pada orang yang membuatnya. Untuk mengatasi kelemahan tersebut

Page 48: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

32

maka perlu adanya suatu tuntutan untuk berfikir kritis, yaitu menanyakan hal-hal

penting yang berkaitan dengan data yang ada dalam dokumen yang bersangkutan.

Data diperoleh dengan cara mengunjungi lembaga-lembaga serta

menggunakan media internet (website-website) yang terkait dengan penelitian ini.

Berikut ini adalah data-data utama yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Tabel 4. Jenis, Satuan dan Sumber Data

No Jenis Data Satuan Sumber Data

1 PDRB Kabupaten Bekasi Rp BPS Kabupaten Bekasi

2 PDRB Propinsi Jawa Barat Rp BPS Propinsi Jawa Barat

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Untuk menjelaskan masalah yang telah ditetapkan, maka digunakan

beberapa metode analisis data, yaitu :

3.4.1 Analisis Tipologi Klassen

Untuk menganalisis peran sub sektor pertanian di Kabupaten Bekasi

digunakan alat analisis tipologi Klassen. Analisis tipologi klassen digunakan

dengan tujuan mengidentifikasi posisi sub sektor pertanian dalam perekonomian

di Kabupaten Bekasi Jawa Barat dengan memperhatikan sub sektor pertanian

dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat sebagai daerah referensi. Dalam

melakukan analisis tersebut digunakan laju pertumbuhan dan nilai kontribusi baik

dari Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat.

Page 49: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

33

3.4.2 Analisis S-S (Shift Share)

Untuk menganalisis perkembangan sub sektor pertanian di Kabupaten

Bekasi dipergunakan alat analisis shift share. Secara matematis analisis shift share

adalah sebagai berikut :

Dij = Nij + Mij + Cij

Dimana ; Dij = Perubahan variabel regional sub sektor pertanian i di Kabupaten

Bekasi

Nij = Perubahan PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Bekasi

yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi

Jawa Barat.

Mij = Bauran industri sub sektor pertanian i di Kabupaten Bekasi yang

disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan ekonomi sub sektor

pertanian i di Provinsi Jawa Barat

Cij = Keunggulan kompetitif sub sektor pertanian i di Kabupaten

Bekasi

Rumus untuk menghitung Dij, Nij dan Mij akan diuraikan sebagai berikut :

Dij = E * ij - Eij

Dimana ; E*ij = PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Bekasi pada tahun

2002

Eij = PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Bekasi pada tahun

2016

Komponen pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa barat (wilayah yang lebih

ditunjukkan pada rumus dibawah :

Page 50: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

34

Nij = Eij * m

Dimana ; rn = laju pertumbuhan Provinsi Jawa Barat

Komponen bauran industri sub sektor pertanian i di Kabupaten Bekasi

menunjukkan bahwa PDRB tumbuh sesuai laju selisih antara laju pertumbuhan

sub sektor pertanian tersebut secara nasional dengan laju pertumbuhan Provinsi

Jawa Barat. Sementara itu, komponen keunggulan kompetitif sub sektor pertanian

i di Kabupaten Bekasi merupakan PDRB yang tumbuh sesuai laju selisih antara

laju pertumbuhan sub sektor pertanian tersebut di Kabupaten Bekasi dengan laju

pertumbuhan sub sektor pertanian tersebut di Provinsi Jawa Barat.

Mij = Eij (rin – rn)

Cij = Eij (rij –rin)

Dimana ; rn = Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat

rin = Laju pertumbuhan sub sektor pertanian i di Provinsi Jawa Barat

Masing-masing laju pertumbuhan didefinisikan sebagai berikut :

1. Mengukur laju pertumbuhan sub sektor pertanian i di Kabupaten Bekasi

rij = (E * ij – Eij)/Eij

2. Mengukur laju pertumbuhan sub sektor pertanian i di Provinsi Jawa Barat

rin = (E * in – Ein)/Ein

3. Mengukur laju pertumbuhan di Kabupaten Bekasi

rn = (E * n – En)/En

Dimana ; E*in = PDRB sub sektor pertanian i di Provinsi Jawa Barat pada

tahun 2002

Page 51: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

35

Ein = PDRB sub sektor pertanian i di Provinsi Jawa Barat pada

tahun 2016

E*n = PDRB Provinsi Jawa Barat pada tahun 2002

En = PDRB Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016

Untuk suatu wilayah, pertumbuhan nasional, bauran industri, dan

keunggulan kompetitif dapat ditentukan bagi suatu sektor (i) atau dijumlahkan

untuk semua sektor sebagai keseluruhan wilayah.

Persamaan Shift Share untuk sub sektor pertanian i di Kabupaten Bekasi

adalah :

Dij = Eij *m + Eij (rin – rn) + Eij (rij –rin)

Kriteria penilaian ;

Jika Mij > 0 = maka pertumbuhan sub sektor pertanian i cepat pada wilayah

Provinsi Jawa Barat

Jika Mij < 0 = maka pertumbuhan sub sektor pertanian i lambat pada wilayah

Provinsi Jawa Barat

Jika Cij > 0 = berarti sub sektor pertanian i mempunyai daya saing yang baik

dibandingkan dengan sub sektor pertanian tersebut di Provinsi

Jawa Barat

Jika Cij < 0 = berarti sub sektor pertanian i di Provinsi Jawa Barat tidak dapat

bersaing dengan baik dibandingkan dengan wilayah lainnya di

Provinsi Jawa barat

Page 52: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

36

3.4.3 Analisis Location Quotient (Sektor basis dan non basis/ keunggulan

komparatif)

Analisis location quotient (LQ) pada penelitian ini digunakan untuk

menentukan sektor basis perekonomian Kabupaten Bekasi. Formula location

quotient (LQ) dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana ; Xr = PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Bekasi

PDRBr = PDRB Kabupaten Bekasi

Xn = PDRB sub sektor pertanian i di Provinsi Jawa Barat

PDRBn = PDRB Provinsi Jawa Barat

Page 53: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

37

BAB IV

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BEKASI

4.1 Letak Geografis

Kabupaten Bekasi merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat dengan

ibukotanya di Cikarang Pusat. Kabupaten Bekasi memiliki luas wilayah 127.388

Ha dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara, dengan

Kabupaten Bogor di sebelah selatan, dengan Kabupaten Karawang di sebelah

timur dan dengan Kota Bekasi dan DKI Jakarta di sebelah Barat. Sebelah utara

Kabupaten Bekasi yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, berupa pantai

(dataran rendah) yaitu Kecamatan Muara gembong, Kecamatan Babelan dan

Kecamatan Tarumajaya. Sementara di selatan wilayah sedikit berbukit terdapat di

Kecamatan Cibarusah dan Bojongmangu. Secara geografis Kabupaten Bekasi

terletak pada 05º 54’50” sampai dengan 6º 29’ 15” Lintang Selatan (LS) dan 106º

58’ 5” sampai 107º 17’ 45” Bujur Timur (BT) (Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bekasi 2005-2025, 2010:11).

4.2 Topografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Bekasi adalah dataran rendah dengan

bagian selatan yang berbukit-bukit. Kabupaten Bekasi terletak pada ketinggian

antara 0 – 115 m dpl (diatas permukaan laut) dengan kondisi kemiringan tanah

antara 0 – 25 persen. terdapat 16 aliran sungai besar di Kabupaten Bekasi yaitu

Sungai Citarum, Sungai Bekasi, Sungai Cikarang, Sungai Ciherang, Sungai

Belencong, Sungai Jambe, Sungai Sadang, Sungai Cikedokan, Sungai Ulu, Sungai

Page 54: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

38

Cilemahabang, Sungai Cibeet, Sungai Cipamingkis, Sungai Siluman, Sungai

Serengseng, Sungai Sepak dan Sungai Jaeran. Lebar sungai-sungai tersebut

berkisar antara 3 sampai 80 meter (Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah (RPJPD) Kabupaten Bekasi 2005-2025, 2010:11-12).

Kondisi air tanah yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi sebagian besar

merupakan air tanah dangkal yang berada pada kedalaman 5 – 25 meter dari

permukaan tanah, sedangkan air tanah dalam pada umumnya diperoleh pada

kedalaman antara 90 – 200 meter. Suhu udara di Kabupaten Bekasi tergolong

cukup panas dengan rata-rata 280 C – 29

0 C dan memilki curah hujan 86,37

mm/tahun. Kabupaten Bekasi memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan

musim hujan dengan suhu udara antara 280 C – 32

0 C. curah hujan tertinggi dan

hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari (Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bekasi 2005-2025, 2010:12).

Tabel 5. Rata-rata Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Bekasi Tahun 2011-

2015

Bulan Curah Hujan (mm)

2011 2012 2013 2014 2015

Januari 138,5 228,8 351,6 560,22 270,55

Pebruari 99,9 156,3 199,7 291,32 280,45

Maret 50,4 145,2 125,5 105,57 170,82

April 138,7 134,7 180,4 119,75 140,00

Mei 92,2 33,0 145,9 80,82 76,56

Juni 41,7 47,0 52,5 111,29 13,89

Juli 44,5 1,6 108,0 96,07 14,50

Agustus 4,5 - 22,5 16,32 10,00

September 2,1 12,6 8,3 4,25 25,50

Oktober 43,9 12,0 71,0 12,64 5,33

November 110,1 157,4 82,0 146,21 69,18

Desember 152,1 154,6 263,9 132,39 100,10

Jumlah/Total 918,5 1.083,2 1.611,3 1.676,86 1.176,88 Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (berbagai tahun)

Page 55: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

39

Berdasarkan rata-rata curah hujan pertahun, wilayah Kabupaten Bekasi

termasuk dalam iklim tropis basah. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Bekasi

adalah 1.000-1.500 mm/tahun dengan kisaran suhu antara 28-320 Celcius.

Sepanjang tahun 2015 curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari sedangkan

curah hujan terendah terjadi pada bulan Oktober (Tabel 5).

4.3 Demografi

4.3.1 Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Bekasi pada tahun 2015 mencapai 3.246.013

jiwa dengan kepadatan penduduk 2.548 jiwa per km2, yang terdiri dari 1.654.581

laki-laki dan 1.591.432 perempuan, dengan rasio jenis kelamin sebesar 104 (Tabel

6 dan Tabel 7). Wilayah Kabupaten Bekasi terbagi ke dalam 23 kecamatan yang

meliputi 7 kelurahan (kelurahan Bahagia, kelurahan Kebalen, kelurahan Wanasari,

kelurahan Telaga Asih, kelurahan Sertajaya, kelurahan Jatimulya, kelurahan

Kertasari) dan 180 desa. Wilayah Kabupaten Bekasi yang paling padat

penduduknya adalah kecamatan Tambun Selatan (10.994 jiwa per km2),

sedangkan yang paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan Muaragembong

(269 jiwa per km2). Banyaknya desa di kecamatan berkisar antara 6, yaitu

Kecamatan Cikarang Pusat, Bojongmangu, dan Muaragembong, sampai dengan

13, yaitu Kecamatan Pebayuran.

Page 56: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

40

Tabel 6. Kepadatan Penduduk per Km2 menurut Kecamatan Tahun 2011 – 2015

Kecamatan Kepadatan Penduduk (jiwa per km

2)

2011 2012 2013 2014 2015

Setu 1.89 1.908 2.072 2.148 2.224

Serang Baru 1.771 1.791 2.002 2.209 2.445

Cikarang Pusat 1.273 1.285 1.421 1.532 1.945

Cikarang Selatan 3.012 3.053 3.58 3.858 4.887

Cibarusah 1.542 1.558 1.666 1.709 1.733

Bojongmangu 418 418 425 434 441

Cikarang Timur 1.84 1.86 1.961 1.995 1.97

Kedungwaringin 1.789 1.803 1.852 1.901 1.93

Cikarang Utara 5.566 5.642 6.065 6.205 6.046

Karangbahagia 2.007 2.028 2.103 2.144 2.031

Cibitung 4.59 4.658 5.107 5.374 5.537

Cikarang Barat 4.138 4.194 4.531 4.684 4.734

Tambun Selatan 10.083 10.239 10.897 11.175 10.994

Tambun Utara 4.303 4.358 4.841 5.24 5.675

Babelan 3.492 3.541 3.904 4.063 4.213

Tarumajaya 2.11 2.134 2.359 2.432 2.673

Tambelang 933 935 937 959 968

Sukawangi 648 651 666 682 701

Sukatani 1.907 1.926 1.99 2.05 1.948

Sukakarya 1.004 1.008 1.017 1.037 1.057

Pebayuran 969 975 988 1.009 1.029

Cabangbungin 959 963 952 975 975

Muaragembong 254 255 257 263 269

Kabupaten Bekasi 2.162 2.188 2.357 2.451 2.548 Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (berbagai tahun)

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bekasi sebesar 3,95

persen. Cikarang Selatan adalah kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk

paling besar yaitu sebesar 10,58 persen, kecamatan cabangbungin adalah

kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk paling rendah yaitu sebesar 0,19

persen (Tabel 7).

Page 57: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

41

Tabel 7. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015

Kecamatan Laki-laki Perempua

n Jumlah

Sex

Rasio

Pertumbuh

an (%)

Setu 70.129 68.114 138.243 103 3,88

Serang Baru 78.378 77.613 155.991 101 7,89

Cikarang Pusat 46.583 46.012 92.595 101 7,57

Cikarang Selatan 130.6 119.264 249.864 110 10,58

Cibarusah 43.892 43.428 87.32 101 2,69

Bojongmangu 13.218 13.241 26.459 100 1,17

Cikarang Timur 51.392 49.71 101.102 103 1,62

Kedungwaringin 32.278 28.577 60.855 113 2,31

Cikarang Utara 137.752 122.905 260.657 112 1,90

Karangbahagia 47.158 46.487 93.645 101 0,30

Cibitung 126.222 124.587 250.809 101 4,57

Cikarang Barat 131.837 122.334 254.171 108 3,11

Tambun Selatan 238.307 235.516 473.823 101 1,91

Tambun Utara 98.221 98.232 196.453 100 7,16

Babelan 135.354 135.566 270.92 100 5,06

Tarumajaya 74.534 71.524 146.058 104 5,25

Tambelang 18.654 18.056 36.71 103 0,69

Sukawangi 24.176 22.957 47.133 105 1,90

Sukatani 37.673 35.43 73.103 106 1,68

Sukakarya 23.088 21.724 44.812 106 1,05

Pebayuran 51.253 47.86 99.113 107 1,37

Cabangbungin 24.524 23.915 48.439 103 0,19

Muaragembong 19.358 18.38 37.738 105 1,10

Kabupaten Bekasi 1.654.581 1.591.432 3.246.013 104 3,95 Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (2015:1)

Pertumbuhan penduduk dapat diakibatkan oleh kelahiran dan migrasi

masuk ke Kabupaten Bekasi. Berdasarkan komposisi penduduk menurut

kelompok umur maka jumlah penduduk Kabupaten Bekasi paling banyak terdapat

pada kelompok usia 25-29 tahun. Penduduk usia muda tersebut berada pada siklus

hidup menyusun keluarga, sehingga pertumbuhan penduduk karena adanya

kelahiran dapat terjadi, sedangkan banyaknya kawasan industri di Kabupaten

Bekasi menjadi faktor penarik terjadinya migrasi masuk (Gambar 2).

Page 58: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

42

Gambar 2. Piramida Penduduk Kabupaten Bekasi, 2015

Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (2015:1)

4.3.2 Luas Wilayah

Luas wilayah mencapai 127.388 Ha. Kecamatan yang paling luas yaitu

kecamatan Muaragembong (14.009 Ha) atau 11 % dari luas kabupaten, sedangkan

kecamatan dengan luas paling kecil di Kabupaten bekasi adalah kecamatan

kedungwaringin dengan total luas wilayah sebesar 3.153 Ha atau sekitar 2,48

persen dari luas Kabupaten Bekasi.

Penduduk Kabupaten Bekasi tahun 2015 berjumlah 3.246.013 jiwa,

sehingga rata-rata kepadatan penduduk sebesar 2.548 jiwa per km2. Wilayah yang

paling padat penduduknya adalah kecamatan Tambun Selatan (10.994 jiwa per

km2), sedangkan yang paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan

Muaragembong (269 jiwa per km2). Banyaknya desa di kecamatan berkisar antara

Page 59: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

43

6, yaitu Kecamatan Cikarang Pusat, Bojongmangu, dan Muaragembong, sampai

dengan 13, yaitu Kecamatan Pebayuran.

Tabel 8. Luas Wilayah dan Banyaknya Desa/Kelurahan menurut Kecamatan

Tahun 2015

Kecamatan Luas Wilayah

Desa Kelurahan Ha Persentase (%)

Setu 6.216 4,88 11 -

Serang Baru 6.38 5,01 8 -

Cikarang Pusat 4.76 3,74 6 -

Cikarang Selatan 5.174 4,06 7 -

Cibarusah 5.039 3,96 7 -

Bojongmangu 6.006 4,71 6 -

Cikarang Timur 5.131 4,03 7 1

Kedungwaringin 3.153 2,48 7 -

Cikarang Utara 4.33 3,40 10 1

Karangbahagia 4.61 3,62 8 -

Cibitung 4.53 3,56 6 1

Cikarang Barat 5.369 4,21 11 -

Tambun Selatan 4.31 3,38 9 1

Tambun Utara 3.442 2,70 8 -

Babelan 6.36 4,99 7 2

Tarumajaya 5.463 4,29 8 -

Tambelang 3.791 2,98 7 -

Sukawangi 6.719 5,27 7 -

Sukatani 3.752 2,95 7 -

Sukakarya 4.24 3,33 7 -

Pebayuran 9.634 7,56 12 1

Cabangbungin 4.97 3,90 8 -

Muaragembong 14.009 11,00 6 -

Kabupaten Bekasi 127.388 100,00 180 7 Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (2015:1)

4.4 Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha

Selama periode 2012-2015 sektor pertanian adalah sektor yang paling

rendah dalam penyerapan tenaga kerja, sedangkan sektor yang paling tinggi

menyerap tenaga kerja adalah industri pengolahan. Tahun 2014-2015 penyerapan

tenaga kerja pada sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 1,29 persen

Page 60: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

44

dibandingkan dengan sektor lapangan usaha lainnya (Tabel 9). Penurunan tenaga

kerja pada sektor pertanian ini diduga disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Bekasi sekaligus menjadikan Kabupaten Bekasi masuk dalam Pusat

Kegiatan Nasional sehinnga proses industrialisasi berkembang cepat di daerah

tersebut yang pada akhirnya akan menyarap tenaga kerja yang banyak. Menurut

Ma’mun dan Irwansyah (2012:7) Kabupaten Bekasi yang masuk dalam rencana

Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Kondisi ini membuat beberapa wilayah di

Kabupaten Bekasi mulai menghitung nilai ekonomis di Kabupaten Bekasi antara

penggunaan sebagai lahan pertanian atau menjadi lahan industri.

Tabel 9. Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Bekasi Tahun 2014-2015

No Lapangan Usaha Tahun Pertumbuhan

(%) 2014 2015

1 Pertanian 135.352 58.990 -1,29

2 Industi Pengolahan 468.883 517.312 0,09

3 Perdagangan, Hotel dan Restoran 295.039 334.957 0,12

4 Jasa-jasa 209.166 227.307 0,08

5 Lainnya 187.082 206.255 0,09 Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (berbagai tahun)

Tingkat penyerapan tenaga kerja adalah salah satu indikator dari

keberhasilan pembangunan suatu daerah, semakin tinggi penyerapan tenaga kerja

di suatu daerah maka semakin meningkatkan pula pendapatan perkapita di daerah

tersebut. Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa angkatan kerja yang mencari

kerja di Kabupaten Bekasi berkisar antara 6,79 persen sampai 10,03 persen dan

sekitar lebih dari 89,97 persen sampai 93,21 persen adalah angkatan kerja yang

bekerja. Dari angkatan kerja yang bekerja, mayoritas bekerja disektor industri

pengolahan sebesar 39,93-40,36 persen, kemudian di posisi selanjutnya adalah

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 22,25-25,85 persen. Angkatan kerja yang

Page 61: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

45

bekerja di sektor terbanyak ketiga adalah jasa-jasa sebesar 13,06-17,55 persen dan

pertanian merupakan mrupakan sektor paling kecil dalam penerima lapangan

pekerjaan sebesar 4,55-10,70 persen.

Tabel 10. Persentase Angkatan Kerja Kabupaten Bekasi Tahun 2012 – 2015

Uraian 2012 2013 2014 2015

Angkatan Kerja 100,00 100,00 100,00 100,00

Bekerja 92,08 92,83 93,21 89,97

Mencari Pekerjaan 7,92 7,17 6,79 10,03

Bukan Angkatan Kerja 100,00 100,00 100,00 100,00

Sekolah 22,12 25,62 25,00 26,32

Mengurus Rumah tangga 71,44 67,53 67,67 64,28

Lainnya 6,44 6,84 7,34 9,40

Lapangan Pekerjaan 100,00 100,00 100,00 100,00

1. Pertanian 10,70 8,09 10,45 4,55

2. Industri Pengolahan 40,36 40,82 36,19 39,93

3. Perdagangan, Hotel dan Restoran 22,96 22,25 22,77 25,85

4. Jasa-jasa 13,06 14,71 16,15 17,55

5. Lainnya 12,92 14,13 14,44 15,92 Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (berbagai tahun)

Berdasarkan persentasenya bukan angkatan kerja terjadi menjadi yaitu

sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Bukan angkatan kerja didominasi

oleh mengurus rumah tangga berkisar antara 64,28-71,44 persen dari total

angkatan bukan kerja. Apabila ditelaah bukan angkatan kerja kriteria mengurus

rumah tangga semakin meurun tiap tahunnya, hal ini mengindikasikan dengan

semakin majunya perekonomian bekasi membuat peluang kerja semakin besar

sehingga menyerap tenaga kerja lebih banyak. Bukan angkatan kerja kriteria

sekolah sekitar 22 persen sampai 26 persen.

4.5 Penggunaan Lahan

Kabupaten Bekasi membedakan penggunaan lahan, yaitu penggunaan

lahan dibedakan atas lahan sawah dan lahan kering. Dengan luas wilayah 127.388

Page 62: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

46

ha, luas tanah sawah sebesar 55.074 ha atau 40,66 persen dan sisanya berupa

tanah kering sebesar 59,34 persen. Tanah sawah dengan irigasi teknis mencapai

86,58 persen, tadah hujan 11,70 persen dan sawah yang tidak ditanami 1,71

persen (Tabel 11).

Tabel 11. Luas Lahan menurut Penggunaannya Tahun 2015

Jenis Penggunaan Luas (Ha)

Irigasi 44.847

Tadah Hujan 6.062

Rawa Pasang Surut -

Rawa Lebak -

Tidak Ditanami Padi 888

Jumlah Lahan Sawah 51.797

Tegal, Kebun 14.14

Ladang, Huma 368

Perkebunan 514

Ditanam Pohon, Hutan Rakyat 1.658

Penggembalaan, Padang Rumput 332

Tambak, Kolam, Empang, Hutan Negara 23.386

Tanah Sementara Tidak Diusahakan 1.253

Bukan Lahan Pertanian (Jalan, Pemukiman, Perkantoran, Sungai) 33.94

Jumlah Lahan Kering 75.591

JUMLAH / TOTAL 127.388 Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (2015:1)

Pengunaan lahan tanah basah masih cukup besar (40,66 persen dari total

wilayah). Lahan sawah yang tersedia masih sangat berpotensi untuk ditingkatkan

produksinya dan diharapkan dapat didorong untuk mendapatkan kembali sebagai

predikat sebagai daerah lumbung padi di Jawa Barat. Kabupaten Bekasi juga

memiliki tambak yang terkonsentrasi di Kecamatan Tarumajaya dan Babelan

(Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJD) Kabupaten Bekasi 2005-

2025, 2010:35).

Page 63: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

47

Tabel 12. Luas Lahan Sawah dan Lahan Kering menurut Kecamatan Tahun 2015

Kecamatan Lahan Sawah Lahan Kering Jumlah

Ha Persen Ha Persen Ha Persen

Setu 1.538 24,74 4.678 75,26 6.216 100,00

Serang Baru 1.653 25,91 4.727 74,09 6.38 100,00

Cikarang Pusat 780 16,39 3.98 83,61 4.76 100,00

Cikarang Selatan 300 5,80 4.874 94,20 5.174 100,00

Cibarusah 1.655 32,84 3.384 67,16 5.039 100,00

Bojongmangu 1.73 28,80 4.276 71,20 6.006 100,00

Cikarang Timur 2.463 48,00 2.668 52,00 5.131 100,00

Kedungwaringin 1.89 59,94 1.263 40,06 3.153 100,00

Cikarang Utara 380 8,78 3.95 91,22 4.33 100,00

Karangbahagia 2.859 62,02 1.751 37,98 4.61 100,00

Cibitung 1.748 38,59 2.782 61,41 4.53 100,00

Cikarang Barat 502 9,35 4.867 90,65 5.369 100,00

Tambun Selatan 201 4,66 4.109 95,34 4.31 100,00

Tambun Utara 1.746 50,73 1.696 49,27 3.442 100,00

Babelan 3.105 48,82 3.255 51,18 6.36 100,00

Tarumajaya 2.864 52,43 2.599 47,57 5.463 100,00

Tambelang 3.063 80,80 728 19,20 3.791 100,00

Sukawangi 4.801 71,45 1.918 28,55 6.719 100,00

Sukatani 2.647 70,55 1.105 29,45 3.752 100,00

Sukakarya 3.802 89,67 438 10,33 4.24 100,00

Pebayuran 6.827 70,86 2.807 29,14 9.634 100,00

Cabangbungin 3.313 66,66 1.657 33,34 4.97 100,00

Muaragembong 1.93 13,78 12.079 86,22 14.009 100,00

Kabupaten Bekasi 51.797 40,66 75.591 59,34 127.388 100,00

2014 51.961 40,79 75.427 59,21 127.388 100,00

2013 n/a n/a n/a n/a n/a n/a

2012 52.966 41,58 74.422 58,42 127.388 100,00

2011 53.703 42,16 73.685 57,84 127.388 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (berbagai tahun)

Wilayah dengan lahan sawah yang luas yaitu di Kecamatan Pebayuran,

Sukawangi, dan Sukakarya, masing-masing 6.827 ha, 4.801 ha dan 3.802 ha.

Lahan kering paling banyak digunakan untuk pemukiman dan perkantoran.

Penggunaan lahan ini paling luas di Kecamatan Muaragembong, Cikarang Selatan

dan Cikarang Barat (Tabel 12). Indikasi pesatnya perkembangan demografis dan

ekonomi Kabupaten Bekasi dapat ditinjau dari beberapa aspek ; perkembangan

kawasan terbangun, pola spasial izin lokasi untuk perumahan dan industri serta

dampaknya terhadap kecenderungan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian.

Page 64: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

48

Sebagai salah satu kawasan yang lokasinya paling dekat, bahkan berbatasan

dengan Jakarta, Kabupaten Bekasi terkena imbas pesatnya perkembangan

ekonomi dan sosial ibu kota negara. perubahan penggunaan lahan ini tentu saja

memberikan dampak pada pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bekasi. Laju

pertumbuhan penduduk Kabupaten Bekasi Cukup tinggi yaitu 6,3 persen.

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, dari 1,6 juta jiwa penduduk yang

tercatat, 1,8 persen merupan laju pertumbuhan alami dan sisanya 4,5 persen

merupakan migrasi dari Jakarta dan daerah lain (Rencana Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) Kabupaten Bekasi 2005-2025, 2010:36).

4.6 Perekonomian

4.6.1 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan

jasa suatu wilayah pada selang waktu tertentu. Selama periode 2011-2015

Kabupaten Bekasi mengalami rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 5,89

persen/tahun. Pada tahun 2012 perekonomian Kabupaten Bekasi dapat tumbuh

sebesar 6,53 persen atau setara dengan nilai produksi sebesar 188,17 trilyun

rupiah. Meskipun perekonomian Kabupaten Bekasi mengalami pertumbuhan

namun pertumbuhan tersebut menunjukkan perlambatan. Tahun 2013 laju

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi mencapai 6,23 persen sedangkan pada

tahun 2014 hanya mencapai sebesar 5,88 persen dan tahun 2015 melambat

menjadi 4,46 persen.

Page 65: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

49

Berdasarkan sektor produksinya, industri pengolahan merupakan sektor

penyumbang terbesar terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Kabupaten Bekasi (menyumbang 78,36 persen dari total PDRB Kabupaten

Bekasi) (Lampiran 2). Sebagai daerah yang berbasis industri, Kabupaten Bekasi

memberikan kontribusi bagi produksi sektor industri terhadap pendapatan provinsi

maupun nasional. Sektor industri yang padat modal memberi hasil berupa nilai

tambah yang tinggi bagi suatu wilayah, namun jika dikaji secara perkapita selama

tahun 2015 tiap penduduk menghasilkan 75,80 juta rupiah (Tabel 13).

Tabel 13. PDRB, Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB per Kapita di Kabupaten

Bekasi Tahun 2012-2015

Uraian 2012 2013 2014 2015*

PDRB ADH Berlaku

(Milyar Rp) 188.175,43 206.069,41 227.584,54 246.046,15

PDRB ADH Konstan

2000 (Milyar Rp) 175.279,80 186.206,59 197.158,67 205.956,35

PDRB Perkapita

ADH Berlaku (Ribu

Rp)

67.527,76 68.641,48 72.880,74 75.799,50

Pertumbuhan

Ekonomi (%) 6,53 6,23 5,88 4,46

Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (berbagai tahun)

Ket : * Angka Perbaikan

Sejalan dengan distribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

menurut sektor usaha, kecamatan yang menghasilkan PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto) terbesar adalah kecamatan-kecamatan yang menjadi sentra

industri. Terdapat empat kecamatan dengan nilai PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto) terbesar adalah Kecamatan Cikarang Barat, Cikarang Utara,

Tambun Selatan dan Cikarang Selatan. Kecamatan Cikarang Barat adalah

kecamatan yang menghasilkan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) terbesar

yaitu sebesar 50,52 trilyun rupiah selama tahun 2015 yang menyumbang

Page 66: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

50

kontribusi sebesar 20,53 persen PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Kabupaten Bekasi.

Distribusi persentase PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) menurut

sektor menunjukkan kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto). Tahun 2015 kontribusi sektor industri

terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sebesar 78,36 persen, hampir

sama dengan kontribusi tahun lalu. Sektor ini adalah sektor yang paling dominan

dalam pembentukan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), disusul oleh

sektor konstruksi dan perdagangan yang memberikan kontribusi masing-masing

sebesar 6,50 persen dan 5,41 persen (Lampiran 2). Sebagaimana layaknya sektor

yang menjadi motor penggerak pembangunan, maka keberadaan sektor Industri

yang dominan di Kabupaten Bekasi mengangkat sektor Tersier (Perdagangan,

angkutan, bank, lembaga keuangan dan jasa) menjadi sektor ke 2 (dua) yang

dominan di Kabupaten Bekasi. Di lain pihak sektor pertanian adalah sektor

ekonomi yang selalu terdesak. Sektor pertanian di Kabupaten Bekasi sebelum

sektor industri mendominasi perekonomian adalah sektor yang menjadi andalan di

Kabupaten Bekasi.

Page 67: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

51

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bekasi

tahun 2002-2016 menunjukkan bahwa sub sektor pertanian mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Berikut ini adalah tabel nilai kontribusi PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto) sub sektor pertanian di Kabupaten Bekasi.

Tabel 14. Nilai Kontribusi Sub Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten

Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2016 (Juta

Rupiah)

Tahun

Sub Sektor Pertanian

Tanaman

Bahan

Pangan

Tanaman

Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

PDRB

Pertanian

2002 531.220,98 8.380,96 211.569,96 536,79 55.885,28 807.593,98

2003 685.352,07 12.852,70 308.562,23 491,40 67.999,18 971.172,36

2004 685.159,93 12.852,70 308.579,04 491,40 67.999,18 1.075.082,26

2005 782.692,93 11.808,57 327.636,47 496,81 72.757,51 1.195.392,29

2006 853.497,27 13.390,30 363.619,67 506,00 76.695,54 1.307.708,79

2007 1.021.190,20 9.519,48 387.441,31 542,00 87.128,70 1.505.821,69

2008 1.777.507,36 10.721,34 434.352,47 583,78 104.722,06 1.727.887,01

2009 1.352.539,30 11.054,09 482.131,24 618,80 117.634,28 1.963.977,71

2010 1.553.997,95 11.301,05 526.101,61 624,99 141.314,07 2.233.339,67

2011 1.753.930,02 7.588,46 682.340,98 488,47 143.954,35 2.588.302,28

2012 1.737.286,36 7.066,03 731.524,78 392,08 153.787,96 2.630.057,21

2013 1.969.954,91 7.459,22 824.912,04 373,36 163.663,16 2.966.362,69

2014 1.887.502,93 6.907,38 930.255,19 384,38 178.060,08 3.003.109,96

2015 1.841.515,02 6.942,77 1.001.540,72 376,83 197.914,48 3.048.289,82

2016 2.096.647,35 7.123,27 1.101.369,58 388,99 212.482,35 3.418.011,54

Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (berbagai tahun)

Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa sub sektor pertanian yang

memberikan kontribusi terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

pertanian di Kabupaten Bekasi tahun 2002-2016 adalah tanaman bahan pangan,

peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Selaras dengan PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bekasi, PDRB (Produk Domestik Regional

Page 68: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

52

Bruto) pertanian untuk provinsi Jawa Barat pun ikut meningkat. Berikut ini adalah

tabel nilai kontribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sub sektor

pertanian di provinsi Jawa Barat.

Tabel 15. Nilai Kontribusi Sub Sektor Pertanian terhadap PDRB Provinsi Jawa

Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2016 (Juta

Rupiah)

Tahun

Sub Sektor Pertanian

Tanaman

Bahan Pangan

Tanaman

Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan PDRB Pertanian

2002 26.443.838,19 2.132.629,60 4.508.324,18 700.521,88 2.211.175,92 35.996.489,77

2003 27.048.888,98 2.273.872,23 4.929.039,41 764.692,53 2.718.168,62 37.734.661,78

2004 28.213.099,05 2.812.643,42 5.782.853,16 982.671,92 3.290.303,74 41.081.571,29

2005 32.208.815,99 3.670.576,3 6.170.855,24 641.230,06 3.739.260,42 46.430.738,01

2006 36.747.054,09 3.637.862,27 7.641.577,55 710.067,11 3.849.722,7 52.586.283,73

2007 45.560.402,49 3.900.333,15 8.074.429,29 894.347,64 4.465.389,1 62.894.901,66

2008 51.899.930 4.338.444,15 9.851.783,96 910.613,5 5.516.836,68 72.517.608,29

2009 60.571.646,08 4.942.298,11 11.902.685,97 798.530,96 6.934.102,14 85.149.263,25

2010 71.150.089,2 5.725.375,14 11.985.225,9 921.609,60 7.412.093,27 97.194.393,11

2011 75.707.280,05 6.127.547,1 12.130.633,97 944.340,71 8.221.642,30 103.131.444,13

2012 49.040.837,70 9.253.563,50 11.716.898,10 1.076.320,80 9.681.621,00 80.769.241,10

2013 56.493.689,80 10.107.649,10 13.344.393,60 1.112.775,70 11.122.729,60 92.181.237,80

2014 57.679.405,80 10.176.206,70 14.774.347,90 1.162.920,10 12.760.604,20 96.553.484,70

2015 63.869.736,70 10.224.028,90 16.795.376,70 1.238.468,50 14.415.447,10 106.543.057,90

2016 71.635.661,40 10.492.862,80 18.545.849,00 1.262.530,40 15.698.276,10 117.635.179,70

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat (berbagai tahun)

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa sektor pertanian pada tahun

2002-2011 mengalami peningkatan nilai kontribusi, akan tetapi pada tahun 2012

terjadi penurunan nilai konstribusi dan meningkat kembali pada tahun 2013-2016.

Berdasarkan sub sektor, tidak semua sub sektor pertanian meningkat. Sub sektor

tanaman pangan mengalami peningkatan nilai PDRB (Produk Domestik Regional

Bruto) tahun 2002-2007, akan tetapi mengalami penurunan paada tahun 2008-

2012. Tanaman perkebunan selama kurun waktu 2002-2016 selalu mengalami

peningkatan nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) kecuali tahun 2006.

Perkembangan peningkatan nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

peternakan dan kehutanan tidak jauh berbeda dengan tanaman perkebunan yaitu

Page 69: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

53

selalu mengalami peningkatan kecuali ditahun 2012 peternakan mengalami

penurunan dan ditahun 2005 tanaman kehutanan mengalami penurunan. Sub

sektor yang terakhir adalah perikanan, sub sektor perikanan dalam kurun waktu

2002-2016 mampu tumbuh positif tanpa terjadi penurunan disetiap tahunnya.

5.1.1 Klasifikasi Perkembangan Sub Sektor Pertanian Kabupaten Bekasi

Untuk mengetahui keadaan perkembangan masing-masing sub sektor

pertanian di Kabupaten Bekasi digunakan alat analisis tipologi klassen. Dalam

melakukan analisis tersebut digunakan laju pertumbuhan dan nilai kontribusi baik

dari Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat.

Tabel 16. Rata-Rata Laju Pertumbuhan dan Rata-Rata Kontribusi Sub Sektor

Pertanian dalam PDRB Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat

Atas dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2016

Sub Sektor Pertanian

Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat

Rata-Rata

Pertumbuhan

(si)

Rata-Rata

Kontribusi

(ski)

Rata-Rata

Pertumbuhan

(s)

Rata-Rata

Kontribusi

(sk)

Tanaman Bahan Pangan 73,67 62,19 42,72 63,84

Tanaman Perkebunan -3,75 0,37 98,00 8,22

Peternakan 105,14 31,07 77,84 15,01

Kehutanan -6,88 0,02 20,06 1,28

Perikanan 70,05 6,35 152,49 11,66

Sumber : data sekunder (diolah)

Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa sub sektor pertanian yang

memiliki kontribusi rata-rata paling besar terhadap PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto) Kabupaten Bekasi adalah sub sektor tanaman bahan pangan

dengan nilai rata-rata kontribusi sebesar 62,19 persen. Sub sektor peternakan

menjadi sub sektor pertanian yang memiliki kontribusi terbesar kedua yang itu

sebesar 31,07 persen terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Kabupaten Bekasi, kemudian diikuti dengan sub sektor perikanan dengan rata-rata

Page 70: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

54

nilai kontribusi sebesar 6,35 persen serta sub sektor tanaman perkebunan dan sub

sektor kehutanan, masing-masing memiliki rata-rata kontribusi sebesar 0,37

persen dan 0,02 persen.

Secara umum, dapat dilihat pada Tabel 17 menunjukan bahwa sektor

pertanian memiliki nilai rata-rata yang baik dan masih berpotensi dikembangkan.

Untuk menentukan posisi sub sektor pertanian di Kabupaten Bekasi dilihat dengan

menggunakan tipologi klassen, dengan cara membandingkan antara laju

pertumbuhan dengan besarnya kontribusi. Berikut ini dapat dilihat hasil klasifikasi

tipologi klassen pada Tabel 17 dibawah ini.

Tabel 17. Hasil Klasifikasi Tipologi Klassen Sub Sektor Pertanian di Kabupaten

Bekasi Periode 2002-2016

Kuadran I

Sub sektor maju dan tumbuh dengan

pesat

si > s dan ski > sk

Peternakan

Kuadran II

Sub sektor maju tetapi tertekan

si < s dan s > sk

Kuadran III

Sub sektor potensial atau masih dapat

dikembangkan

si > s dan ski < sk

Tanaman Bahan Pangan

Kuadran IV

Sub sektor relatif tertinggal

si < s dan ski < sk

Perikanan

Tanaman Perkebunan

Kehutanan

Sumber : data sekunder (diolah)

Hasil penelitian analsis tipologi klassen pada Tabel 17 menunjukkan

bahwa tidak terdapat sub sektor pertanian yang termasuk kedalam kategori sub

sektor maju tetapi tertekan (kuadran II). Sub sektor peternakan berada dalam

kategori sub sektor maju dan tumbuh dengan pesat (kuadran I). Sub sektor

tanaman bahan pangan masuk dalam kategori sub sektor potensial atau masih

dapat dikembangkan (kuadran III). Selain itu, 3 sub sektor lainnya (perikanan,

Page 71: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

55

tanaman perkebunan dan kehutanan) berada dalam kategori sub sektor relatif

tertinggal (kuadran IV).

5.1.2 Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian Kabupaten Bekasi

Untuk mengetahui pertumbuhan sub sektor pertanian kabupaten Bekasi

digunakan alat analisis shift share. Anailsis tersebut bertujuan untuk mengurai

pertumbuhan atau perubahan suatu variabel daerah. Hasil analisis shift share

untuk sektor pertanian Kabupaten Bekasi pada periode 2002-2016 dapat dilihat

pada Tabel 18 dibawah ini.

Tabel 18. Hasil analisis shift share sub sektor pertanian Kabupaten Bekasi periode

2002-2016

Sektor Pertanian tahun 2002-2016

Mij < 0

Sub sektor tanaman bahan pangan -214857,65

Sub sektor peternakan -44942,21

Sub sektor perikanan -12711,29

Mij > 0 Sub sektor perkebunan 634,76

Sub sektor kehutanan 1,22

Cij < 0

Sub sektor perkebunan -19535,30

Sub sektor kehutanan -530,42

Sub sektor perikanan -78443,22

Cij > 0 sub sektor tanaman bahan pangan 222857,90

sub sektor peternakan 113416,87 Sumber : data sekunder (diolah)

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai Mij < 0 untuk sub sektor

tanaman bahan pangan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan. Hal ini

menandakan bahwa pertumbuhan ketiga sub sektor pertanian tersebut adalah

lambat pada wilayah Jawa Barat dan nilai Mij > 0 didapatkan pada sub sektor

perkebunan dan sub sektor kehutanan. Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan

kedua sub sektor pertanian tersebut adalah cepat pada wilayag Jawa Barat.

Page 72: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

56

Nilai Cij < 0 didapatkan pada sub sektor perkebunan, sub sektor kehutanan

dan sub sektor perikanan. Hal ini menandakan bahwa ketiga sub sektor pertanian

tersebut tidak memiliki daya saing baik dibandingkan wilayah Jawa Barat lainnya.

Nilai Cij > 0 didapatkan pada sub sektor tanaman bahan pangan dan sub sektor

peternakan. Hal ini menandakan bahwa kedua sub sektor pertanian ini memiliki

daya saing baik dibandingkan wilayah Jawa Barat lainnya.

5.1.3 Sub Sektor Pertanian Unggulan dan Non Unggulan di Kabupaten

Bekasi

Untuk mengetahui sub sektor pertanian unggulan dan non unggulan di

Kabupaten Bekasi digunakan analisis loqation quotient (LQ). LQ (location

quotient) adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan

nilai tambah sub sektor pertanian di Kabupaten Bekasi terhadap sumbangan nilai

tambah sub sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat.

Tabel 19. Hasil analisis LQ (Location Quotient) Sub Sektor Pertanian di

Kabupaten Bekasi Periode 2002-2016.

LQ > 1 LQ < 1

Tanaman Bahan Pangan 1,01 Tanaman Perkebunan 0,09

Peternakan 2,02 Kehutanan 0,02

Perikanan 0,71 Sumber : data sekunder (diolah)

Selama periode 2002–2016, rata-rata nilai koefisien sub sektor pertanian

LQ (location quotient) untuk tanaman bahan pangan, tanaman perkebunan,

peternakan, kehutanan, dan perikanan masing-masing sebesar 1,01 ; 0,09 ; 2,02 ;

0,02 dan 0,71. Sub sektor pertanian yang termasuk ke dalam sub sektor basis

(unggulan) adalah tanaman bahan pangan dan peternakan. Sementara sub sektor

Page 73: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

57

pertanian yang termasuk ke dalam sub sektor non basis (non unggulan) adalah

tanaman perkebunan, kehutanan dan perikanan.

5.2 Pembahasan Per Sub Sektor Pertanian Kabupaten Bekasi

Pada tahap pembahasan persub sektor pertanian di Kabupaten Bekasi akan

dilakukan pengambilan kesimpulan dengan menggabungkan tiga hasil analisis

yang telah dilakukan yaitu tipologi klassen, shift share (SS) dan loqation quotient

(LQ). Dalam tahap ini akan didapatkan sub sektor pertanian mana yang memiliki

peran paling dominan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Kabupaten Bekasi.

Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa sub sektor tanaman bahan

pangan merupakan sub sektor pertanian yang menyumbang kontribusi paling

besar terhadap pembentukan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Kabupaten Bekasi. Jika dilihat meskipun tanaman bahan pangan merupakan yang

terbesar, namun trend pertumbuhan kian menurun mulai tahun 2008-2016. Sub

sektor pertanian yang memiliki kontribusi terbesar setelah tanaman bahan pangan

adalah peternakan. Trend pertumbuhan sub sektor peternakan mengalami

peningkatan, akan tetapi terjadi penurunan pada tahun 2008. Posisi ketiga sebagai

pembentuk PDRB Kabupaten Bekasi ditempati perikan. Pertumbuhan sub sektor

perikanan cenderung stagnan dikisaran 5-6 persen. Posisi keempat dan kelima

adalah tanaman perkebunan dan kehutanan. Untuk sub sektor perkebunan

pertumbuhannya kian mengalami penurunan, sub sektor tersebut hanya

mengalami pertumbuhan pada tahun 2006. Kontribusi sub sektor kehutan adalah

yang terkecil dibandingkan sub sektor lainnya. Sumbangsih sub sektor kehutanan

Page 74: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

58

dalam pembentukan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bekasi

hanya berkisar 0,01-0,07 persen. Bukan hanya kecil sumbangsihnya bagi PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto), namun pertumbuhan sub sektor ini cenderung

menurun dari awal tahun 2002.

Tabel 20. Persentase Kontribusi Sub Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten

Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Periode 2002-2016 (Persen)

Tahun

Sub Sektor Pertanian

Tanaman

Bahan Pangan

Tanaman

Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

PDRB

Pertanian

2002 65,78 1,04 26,20 0,07 6,92 100

2003 63,74 1,20 28,70 0,05 6,32 100

2004 63,73 1,20 28,70 0,05 6,33 100

2005 65,48 0,99 27,41 0,04 6,09 100

2006 65,27 1,02 27,81 0,04 5,86 100

2007 67,82 0,63 25,73 0,04 5,79 100

2008 76,36 0,46 18,66 0,03 4,50 100

2009 68,87 0,56 24,55 0,03 5,99 100

2010 69,58 0,51 23,56 0,03 6,33 100

2011 67,76 0,29 26,36 0,02 5,56 100

2012 66,06 0,27 27,81 0,01 5,85 100

2013 66,41 0,25 27,81 0,01 5,52 100

2014 62,85 0,23 30,98 0,01 5,93 100

2015 60,41 0,23 32,86 0,01 6,49 100

2016 61,34 0,21 32,22 0,01 6,22 100

Sumber : data sekunder (diolah)

5.2.1 Analisis Sub Sektor Tanaman Bahan Pangan Kabupaten Bekasi Tahun

2002-2016

Sub sektor tanaman bahan pangan memiliki kontribusi terbesar dalam

pembentukan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bekasi. Rata-

rata kontribusi sub sektor ini adalah sebesar 66,1 persen dalam periode 2002-

2016. Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa perkembangan kontribusi sub

sektor tanaman bahan pangan tahun 2002-2016 mengalami stagnansi, akan tetapi

tahun 2008 mengalami pertumbuhan cukup besar. Hal tersebut berbanding lurus

Page 75: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

59

dengan posisi sub sektor tanaman bahan pangan yang diklasifikasin sebagai sub

sektor potensial untuk dikembangkan.

Gambar 3. Perkembangan Kontribusi Tanaman Bahan Pangan Kabupaten Bekasi

tahun 2002-2016 Sumber : data sekunder (diolah)

Berdasarkan hasil analisis LQ (location quotient) untuk sub sektor

tanaman bahan pangan memiliki nilai LQ (location quotient) rata-rata sebesar

1,01 (lebih besar dari 1) yang menunjukkan bahwa sub sektor tanaman bahan

pangan merupakan sub sektor basis (unggulan). Dalam hal ini artinya sub sektor

tanaman bahan pengan dapat memenuhi kebutuhan untuk Kabupaten Bekasi dan

dapat melakukan pengiriman ke daerah lain.

Hasil perhitungan shift share bahwa sub sektor tanaman bahan pangan

memiliki nilai komponen Mij (pertumbuhan proporsional) sebesar Rp -214.857,65

(bernilai negartif), artinya sub sektor tanaman bahan pangan adalah sub sektor

tanaman bahan pangan memiliki pertumbuhan yang lambat jika dibandingkan

dengan tingkat Propinsi Jawa Barat. Sedangkan komponen pertumbuhan wilayah

(Cij) sebesar Rp 222.857,90 (bernilai positif), artinya sub sektor tanaman bahan

pangan memiliki daya saing baik (kompetitif) di Provinsi Jawa barat.

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

Per

senta

se

Tahun

Page 76: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

60

Tabel 21. Analisis Sub Sektor Tanaman Bahan Pangan Kabupaten Bekasi Tahun

2002-2016

No Aspek Parameter Keterangan

1 Tipologi Klassen Kuadran III Sub Sektor Potensial

2 Mij - Lambat

3 Cij + Kompetitif

4 LQ > 1 Sub Sektor Basis Sumber : data sekunder (diolah)

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sub sektor

tanaman bahan pangan adalah sub sektor basis yang memiliki daya saing baik,

akan tetapi memiliki pertumbuhan yang lambat dan masih potensial untuk

dikembangkan. Menurut (Djakaria, 2000:6) terdapat beberapa faktor pendukung

sub sektor tanaman pangan berpotensi dikembangkan diantaranya sebagian besar

tanahnya merupakan tanah alluvial yang subur untuk pertanian padi. Oleh karena

itu, wilayah Kabupaten Bekasi merupakan wilayah pertanian padi bersama dengan

wilayah Karawang, Subang, Cirebon dan Indramayu sebagai andalan provinsi

Jawa Barat dalam produksi padi. Kabupaten Bekasi juga ditunjang oleh iklim

yang baik terutama curah hujan yang tinggi berkisar 2.000 sampai 2.500

mm/tahun. Selain itu, juga dilengkapi dengan saluran irigasi baik saluran primer,

sekunder maupun tersier.

Pertanian masih merupakan potensi daerah dengan dengan sumber daya

lahan yang ada di wilayah utara dan dukungan dari perum Otorita Jatiluhur.

Komoditas padi dan palawija merupakan potensi sektor pertanian. Lahan yang

sudah dimafaatkan untuk tanaman pada sawah tahun 2008 adalah seluas 55.074 ha

atau 343,62 persen. Produksi pada sawah tahun 2008 meningkat 2,1 persen/tahun,

peningkatan ini disebabkan oleh bertambahnya luas panen. Selain padi, pada sub

Page 77: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

61

sektor pangan juga terdapat tanaman palawija. Potensi produk tanaman pangan

yang dimiliki Kabupaten Bekasi meliputi jenis sayuran yang produksinya cukup

besar adalah kangkung, baying dan ketimun. Sedangkan jenis buah-buahan yang

cukup besar produksinya adalah mangga dan pisang. Secara umum, produksi

sayuran dan buah-buahan mengalami peningkatan setiap tahunnya (Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bekasi 2005-2025,

2010:26).

5.2.2 Analisis Sub Sektor Peternakan Kabupaten Bekasi Tahun 2002-2016

Sub sektor peternakan memiliki kontribusi terbesar kedua dalam

pembentukan PDRB Kabupaten Bekasi. Rata-rata kontribusi sub sektor ini adalah

sebesar 27,29 persen dalam periode 2002-2016. Berdasarkan Gambar 4 dapat

dilihat bahwa perkembangan sub sektor peternakan secara umum memiliki trend

meningkat. Meskipun secara rata-rata sub sektor peternakan mengalami

peningkatan, akan tetapi pada tahun 2006-2008 perkembangan sub sektor

peternakan mengalami penurunan. Apabila dibandingkan dengan sub sektor

lainnya, terlihat bahwa trend perkembangan sub sektor peternakan lebih tinggi.

Hal ini berbanding lurus dengan dengan posisi sub sektor peternakan yang

diklasifikasikan sebagai sub sektor maju dan potensial.

Page 78: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

62

Gambar 4. Perkembangan Kontribusi Peternakan Kabupaten Bekasi tahun 2002-

2016 Sumber : data sekunder (diolah)

Berdasarkan hasil analisis LQ (location quotient) untuk sub sektor

peternakan memiliki nilai LQ (location quotient) rata-rata sebesar 2,02 (lebih

besar dari 1) yang menunjukkan bahwa sub sektor peternakan merupakan sub

sektor basis (unggulan). Dalam hal ini artinya sub sektor peternakan dapat

memenuhi kebutuhan untuk Kabupaten Bekasi dan dapat melakukan pengiriman

ke daerah lain. Hasil analsis shift share nilai komponen pertumbuhan proporsional

(Mij) memiliki nilai negatif sebesar Rp -44.942,21, artinya sub sektor peternakan

adalah sub sektor yang tumbuh dengan lambat jika dibandingkan dengan tingkat

propinsi Jawa Barat. Sedangkan komponen pertumbuhan wilayah (Cij) sebesar Rp

231.036,31 (bernilai positif), artinya sub sektor peternakan memiliki daya saing

baik (kompetitif) di provinsi Jawa barat.

Tabel 22. Analisis Sub Sektor Peternakan Kabupaten Bekasi Tahun 2002-2016

No Aspek Parameter Keterangan

1 Tipologi Klassen Kuadran I Sub Sektor Maju dan Potensial

2 Mij - Lambat

3 PPW + Kompetitif

4 LQ > 1 Sub Sektor Basis Sumber : data sekunder (diolah)

0.005.00

10.0015.0020.0025.0030.0035.00

Per

senta

se

Tahun

Page 79: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

63

Berdasarkan uraian diatas, sub sektor perkebunan adalah sub sektor

pertanian unggulan (basis), memiliki daya saing yang baik dan disertai dengan

pertumbuhan yang lambat. Sub sektor peternakan Kabupaten Bekasi memiliki

potensi yang besar dengan tingkat pertumbuhan populasi ternak potong yang

cenderung meningkat setiap tahunnya. Sub Sektor peternakan diharapkan menjadi

pendorong perekonomian di Kabupaten Bekasi. Walaupun peternakan menjadi

sub sektor yang pertumbuhannnya lambat. Akan tetapi dengan fenomena tersebut

pemerintah Kabupaten Bekasi tidak tinggal diam, pemerintah daerah melakukan

program pemberdayaan kelompok ternak dan pembinaan kepada para kelompok

peternak, untuk mempertahankan populasi ternak potong di Kabupaten Bekasi

(Nuryono, 2012:9)

5.2.3 Analisis Sub Sektor Perikanan Kabupaten Bekasi Tahun 2002-2016

Sub sektor perikanan memiliki kontribusi ketiga dalam pembentukan

PDRB Kabupaten Bekasi. Rata-rata kontribusi sub sektor ini adalah sebesar 5,98

persen dalam periode 2002-2016. Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa

perkembangan sub sektor perikanan secara umum memiliki pertumbuhan yang

melandai dengan kecenderungan menurun. Tahun 2008 pertumbuhan sub sektor

perikanan menurun sangat curam, kemudian meningkat kembali pada tahun 2009

dan 2010, setelah tahun 2010 pertumbuhan sub sektor perikanan mengalami

stagnansi. Hal ini banding lurus dengan dengan posisi sub sektor perikanan yang

diklasifikasikan sebagai sub sektor relatif tertinggal.

Berdasarkan hasil analisis shift share untuk sektor perikanan menunjukan

bahwa nilai Mij (komponen pertumbuhan proporsional) bernilai negatif sebesar

Page 80: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

64

Rp -12.711,29 yang berarti sub sektor perikanan adalah sub sektor yang tumbuh

dengan lambat jika dibandingkan dengan tingkat propinsi Jawa Barat. Sedangkan

komponen pertumbuhan wilayah (Cij) bernilai negatif sebesar Rp -78.443,22,

artinya sub sektor peternakan tidak memiliki daya saing baik (tidak kompetitif) di

propinsi Jawa barat.

Gambar 5. Perkembangan Kontribusi Perikanan Kabupaten Bekasi tahun 2002-

2016 Sumber : data sekunder (diolah)

Analisis LQ (location quotient) menunjukkan bahwa untuk sub sektor

perikanan memiliki nilai LQ (location quotient) rata-rata sebesar 0,71 (lebih kecil

dari 1) yang menunjukkan bahwa sub sektor perikanan merupakan sub sektor non

basis (bukan unggulan). Dalam hal ini artinya sub sektor perikanan tidak dapat

memenuhi kebutuhan untuk Kabupaten Bekasi dan mengharuskan untuk

mengimpor dari luar daerah (daerah lain).

Tabel 23. Analisis Sub Sektor Perikanan Kabupaten Bekasi Tahun 2002-2016

No Aspek Parameter Keterangan

1 Tipologi Klassen Kuadran IV Sub Sektor Relatif Tertinggal

2 Mij - Lambat

3 Cij - Tidak Kompetitif

4 LQ < 1 Sub Sektor Non Basis Sumber : data sekunder (diolah)

0.001.002.003.004.005.006.007.008.00

Per

senta

se

Tahun

Page 81: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

65

Menurut Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi (2014:21) tingkat

peruntukan lahan bagi sektor perikanan khususnya untuk perikanan tambak dari

tahun 2008-2102 mengalami penurunan luas tambak. Sejak tahun 2008 luas

tambak mencapai 10.495 ha dan pada tahun 2012 menurun menjadi 9.996,53 ha.

Hal ini sejalan dengan penurunan rumah tangga perikanan tambak dari 1.992 KK

menjadi 1.672 KK. Sedangkan untuk rumah tangga nelayan juga menurun dari

727 KK menjadi 713 KK.

5.2.4 Analisis Sub Sektor Tanaman Perkebunan Kabupaten Bekasi Tahun

2002-2016

Sub sektor tanaman perkebunan memiliki kontribusi keempat dalam

pembentukan PDRB Kabupaten Bekasi. Kontribusi sub sektor tanaman

perkebunan terhadap PDRB Kabupaten Bekasi relatif kecil dibandingkan tiga sub

sektor sebelummnya. Rata-rata kontribusi sub sektor ini hanya sebesar 0,61 persen

dalam periode 2002-2016. Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa

perkembangan sub sektor tanaman perkebunan secara umum memiliki

pertumbuhan dengan trend menurun. Kenaikan pertumbuhan sub sektor tanaman

perkebunan hanya teradi pada tahun 2004 dan 2005. Apabila dilihat pada Gambar

7 perkembangan kontribusi tanaman perkebunan menurun drastis setiap tahunnya,

hal ini berbanding lurus dengan posisi sub sektor tanaman perkebunan yang

diklasifikasikan sebagai sub sektor relatif tertinggal.

Berdasarkan hasil analisis LQ (location quotient) untuk sub sektor

peternakan memiliki nilai LQ (location quotient) rata-rata sebesar 0,09 (lebih

kecil dari 1) yang menunjukkan bahwa sub sektor tanamanan perkebunan

Page 82: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

66

merupakan sub sektor non basis (bukan unggulan). Dalam hal ini artinya sub

sektor tanaman perkebunan tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk Kabupaten

Bekasi dan mengharuskan untuk mengimpor dari luar daerah (daerah lain).

Gambar 6. Perkembangan Kontribusi Tanaman Perkebunan Kabupaten Bekasi

tahun 2002-2016 Sumber : data sekunder (diolah)

Analisis shift share untuk sektor tanaman perekebunan menunjukan bahwa

nilai Mij (komponen pertumbuhan proporsional) bernilai positif sebesar Rp

634,76 yang berarti sub sektor tanaman perkebunan adalah sub sektor yang

tumbuh dengan cepat jika dibandingkan dengan tingkat provinsi Jawa Barat.

Sedangkan komponen pertumbuhan wilayah (Cij) bernilai negatif sebesar Rp -

19.535,30, artinya sub sektor tanaman perkebunan tidak memiliki daya saing

(tidak kompetitif) di provinsi Jawa Barat.

Tabel 24. Analisis Sub Sektor Tanaman Perkebunan Kabupaten Bekasi Tahun

2002-2016

No Aspek Parameter Keterangan

1 Tipologi Klassen Kuadran IV Sub Sektor Relatif Tertinggal

2 Mij + Cepat

3 Cij - Tidak Kompetitif

4 LQ < 1 Sub Sektor Non Basis Sumber : data sekunder (diolah)

0.000.200.400.600.801.001.201.40

Per

senta

se

Tahun

Page 83: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

67

5.2.5 Analisis Sub Sektor Kehutanan Kabupaten Bekasi Tahun 2002-2016

Sub sektor kehutanan memiliki kontribusi kelima atau paling kecil dalam

pembentukan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bekasi.

Kontribusi sub sektor kehutanan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional

Bruto) Kabupaten Bekasi relatif sama dengan sub sektor tanaman perkebunan

yaitu lebih kecil dibandingkan tiga sub sektor sebelummnya (tanaman bahan

makanan, peternakan dan perikanan). Rata-rata kontribusi sub sektor ini hanya

sebesar 0,03 persen dalam periode 2002-2016. Berdasarkan Gambar 7 dapat

dilihat bahwa perkembangan sub sektor kehutanan secara umum memiliki

pertumbuhan dengan trend menurun, bahkan penurunannya lebih curam

dibandingkan sub sektor-sub sektor yang lainnya. Kenaikan pertumbuhan sub

sektor kehutanan hanya teradi pada tahun 2008. Hal tersebut berbanding lurus

dengan posisi sub sektor kehutanan yang diklasifikasikan sebagai sub sektor

relatif tertinggal.

Gambar 7. Perkembangan Kontribusi Kehutanan Kabupaten Bekasi tahun 2002-

2016 Sumber : data sekunder (diolah)

0.000.010.020.030.040.050.060.07

Per

senta

se

Tahun

Page 84: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

68

Berdasarkan hasil analisis LQ (location quotient) untuk sub sektor

kehutanan memiliki nilai LQ (location quotient) rata-rata sebesar 0,02 (lebih kecil

dari 1) yang menunjukkan bahwa sub sektor kehutanan merupakan sub sektor non

basis (bukan unggulan). Dalam hal ini artinya sub sektor kehutanan tidak dapat

memenuhi kebutuhan untuk Kabupaten Bekasi dan mengharuskan untuk

mengimpor dari luar daerah (daerah lain).

Analisis shift share untuk sektor kehutanan menunjukan bahwa nilai Mij

(komponen pertumbuhan proporsional) bernilai negatif sebesar Rp -1,22 yang

berarti sub sektor kehutanan adalah sub sektor yang tumbuh dengan lambat jika

dibandingkan dengan tingkat propinsi Jawa Barat. Sedangkan komponen

pertumbuhan wilayah (PPWij) bernilai negatif sebesar Rp -530,42, artinya sub

sektor kehutanan tidak memiliki daya saing baik (tidak kompetitif) di provinsi

Jawa Barat.

Tabel 25. Analisis Sub Sektor Kehutanan Kabupaten Bekasi Tahun 2002-2016

No Aspek Parameter Keterangan

1 Tipologi Klassen Kuadran IV Sub Sektor Relatif Tertinggal

2 Mij + Cepat

3 Cij - Tidak Kompetitif

4 LQ < 1 Sub Sektor Non Basis Sumber : data sekunder (diolah)

Page 85: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

69

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Penelitian tentang peran sektor pertanian terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bekasi tahun 2002-2016 didapatkan beberapa

kesimpulan, yaitu:

1. Sub sektor peternakan berperan paling besar dibandingkan sub sektor

tanaman bahan pangan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor perikanan

dan sub sektor kehutanan dalam menyumbang PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto) Kabupaten Bekasi.

2. Perkembangan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sub sektor

pertanian di Kabupaten Bekasi tahun 2002-2015 adalah sub sektor tanaman

perkebunan dan sub sektor kehutanan lambat. Sub sektor tanaman bahan

pangan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan cepat.

3. Sub sektor unggulan adalah sub sektor tanaman bahan pangan dan sub sektor

peternakan. Sub sektor non unggulan adalah sub sektor tanaman perkebunan,

sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan.

6.2 Saran

Bagi pemerintah Kabupaten Bekasi sub sektor peternakan adalah sub

sektor unggul dan mempunyai peran paling besar dibandingkan sub sektor

tanaman bahan pangan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor perikanan dan

Page 86: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

70

sub sektor kehutanan maka untuk kedepan pemerintah Kabupaten Bekasi lebih

menitikberatkan pembangunan pertanian pada sub sektor peternakan.

Page 87: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

71

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2015. Aplikasi Analisis Shift Share Pada Transformasi Sektor

PertanianDalam Perekonomian Wilayah Di Sulawesi Tenggara. Jurnal

Informatika Pertanian. Vol. 24, No. 2 :165 – 178.

Antara, Made, 2009. Pertanian, Bangkit atau Bangkrut, Arti Foundation :

Denpasar.

Arifin, Bustanul. 2005. Pembangunan Pertanian Paradigma Kebijakan dan

Strategi Revitalisasi. Grasindo : Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi Penelitian. Bina Aksara : Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Rineka Cipta : Jakarta.

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar perencanaan dan pembangunan ekonomi

daerah. BPFE, Yogyakarta : Yogyakarta.

Ayu. 2012. Analisis Sektor-Sektor Unggulan Pada Perekonomian Kabupaten

Cirebon (Periode 2005-2010). [Skripsi] Departemen Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi. 2005. Kabupaten Bekasi Dalam Angka

2005. Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi.

____________________________. 2007. Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2007.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi.

____________________________. 2008. Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2008.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi.

____________________________. 2009. Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2009.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi.

____________________________. 2010. Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2010.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi.

____________________________. 2011. Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2011.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi.

____________________________. 2012. Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2012.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi.

Page 88: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

72

____________________________. 2013. Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2013.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi.

____________________________. 2014. Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2014.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi.

____________________________. 2015. Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2015.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi.

____________________________. 2015. Produk Domestik Regional Bruto

Kabupaten Bekasi Menurut Lapangan Usaha 2011-2014. Badan Pusat

Statistika Kabupaten Bekasi.

____________________________. 2016. Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2016.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi.

____________________________. 2017. Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2017.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi.

____________________________. Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2004.

Badan Pusat Statistika Jawa Barat.

Badan Pusat Statistika Jawa Barat. 2006. Jawa Barat Dalam Angka 2006. Badan

Pusat Statistika Jawa Barat.

____________________________. 2007. Jawa Barat Dalam Angka 2007. Badan

Pusat Statistika Jawa Barat.

___________________________. 2008. Jawa Barat Dalam Angka 2008. Badan

Pusat Statistika Jawa Barat.

___________________________. 2012. PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut

Lapangan Usaha 2009-2011. Badan Pusat Statistika Jawa Barat.

___________________________. 2013. PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut

Lapangan Usaha 2010-2012. Badan Pusat Statistika Jawa Barat.

________________________. 2016. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi

Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha 2011-2015. Badan Pusat Statistika

Jawa Barat.

_______________________. 2017. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi

Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha 2012-2016. Badan Pusat Statistika

Jawa Barat.

Page 89: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

73

_______________________. PDRB Provinsi Menurut Lapangan Usaha Jawa

Barat 2008-2010. Badan Pusat Statistika Jawa Barat.

Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE, Yogyakarta : Yogyakarta.

Djakaria. 2000. Dampak Pembangunan Kawasan Industri di Kabupaten Bekasi

terhadap Alih Fungsi Lahan dan Mata Pencaharian Penduduk. [Skripsi]

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan

Indonesia.

Fathoni, A. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Rineka

Cipta : Jakarta.

Fitria. 2012. Peran sub sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Bogor

tahun 2008-2010. [Skripsi] Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hilal Almulaibari, 2011, Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kota Tegal

Tahun 2004-2008. [Skripsi] Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro.

Indrasari. 2014. Analisis Pengembangan Industri Kabupaten Bekasi tahun 2010-

2014. [Tesis] Magister Ilmu Administrasi Universitas Nasional.

Jelita. 2011. Studi Pengembangan Wilayah Kota Tangerang Selatan Melalui

Sektor-Sektor Unggulan [Skripsi]. Program Studi Agribisnis Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kabupaten Bekasi. 2010. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJD) Kabupaten Bekasi 2005-2025. Pemerintah Daerah Kabupaten

Bekasi.

Kamaluddin, R., 1998. Pengantar Ekonomi Pembangunan: Dilengkapi dengan

Analisis Beberapa Aspek Pembangunan Ekonomi Nasional. Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi UI : Jakarta.

Kuncoro, M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga : Jakarta.

Kusreni, Sri. 2009. Pengaruh Perubahan Struktur Ekonomi Terhadap Spesialisasi

Sektoral dan Wilayah Serta Struktur Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral

Untuk Daerah Perkotaan di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi, Vol. XIX No.

1, Hal 20-31.

Ma’mun, D dan Irwansyah, S. 2012. Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi dan

Identifikasi Sektor Potensial Wilayah Pengembangan. Jurnal Social

Economic of Agriculture, Vol. 2, No. 1, Hal 7-28.

Page 90: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

74

Mosher, A. T, 1991. Menggerakkan Dan Membangun Pertanian. Yasaguna :

Jakarta.

Murhaini, Suriansyah. 2009. Kewenangan Pemerintah Daerah Mengurus Bidang

Pertanahan. LaksBang Justitia : Surabaya.

Nuryono. 2012. Studi Kelayakan Pengembangan Pasar Hewan di Kabupaten

bekasi. Jurnal AKP. Vol. 1 No. 2 Hal 6-12.

Pemerintah Kabupaten Bekasi. 2014. Rencana Pengelolaan PII Muara Tawai

Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu. Pemerintah Daerah Kabupaten

Bekasi.

Rahardjo. 1984. Transformasi Pertanian Industrialisasi dan Kesempatan Kerja.

UI Press : Jakarta.

Samuelson, Paul A. 1995. Makroekonomi. Edisi Keempat belas. Erlangga :

Jakarta.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Boduose Media : Padang,

Sumatera Barat.

Soekartawi. 1996. Pembangunan Pertanian. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Soepono. 1993. Analisis Shift Share : Perkembangan dan Penerapannya. BPFE,

Yogyakarta : Yogyakarta.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. ALFABETA : Bandung.

Sukirno, Sadono.2000. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar

Kebijakan Pembangunan. UI Press : Jakarta.

Tambunan. 2001. Perekonomian Indonesia : Teori dan Temuan Empiris. Ghalia

Indonesia : Jakarta.

Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara :

Jakarta.

Todaro M.P. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga : Jakarta.

Page 91: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

75

LAMPIRAN

Lampiran 1. PDRB Jawa Barat Atas Harga Berlaku menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2010-2014 (Miliar Rupiah)

No Kabupaten/Kota Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Kab. Bogor 92.932 104.477 120.329 136.135 151.285

2 Kab. Sukabumi 28.601 31.349 33.945 37.919 40.968

3 Kab. Cianjur 19.697 21.759 23.783 26.428 28.683

4 Kab. Bandung 48.432 53.849 60.046 67.842 76.322

5 Kab.Garut 25.465 28.108 30.364 33.688 37.085

6 Kab. Tasikmalaya 15.853 17.559 19.030 21.305 23.418

7 Kab. Ciamis 18.694 20.742 16.773 18.720 20.538

8 Kab. Pengandaran - - 5.983 6.716 7.385

9 Kab. Kuningan 9.820 10.867 11.952 13.442 14.956

10 Kab. Cirebon 21.497 23.824 26.298 29.426 32.944

11 Kab. Majalengka 12.883 14.135 15.691 17.543 19.204

12 Kab. Sumedang 14.687 16.393 18.140 20.261 22.344

13 Kab.Indramayu 47.860 54.157 59.377 63.471 67.782

14 Kab. Subang 19.817 22.364 23.053 24.668 26.718

15 Kab Perwakarta 28.017 31.209 35.592 40.614 45.461

16 Kab. Karawang 99.640 113.181 124.277 140.816 155.068

17 Kab. Bekasi 154.348 172.407 188.175 206.363 227.469

18 Kab. Bandung Barat 19.322 21.337 24.144 27.383 30.660

19 Kota Bogor 18.776 20.766 23.255 26.057 29.102

20 Kota Sukabumi 5.322 5.923 6.511 7.310 8.141

21 Kota Bandung 102.155 115.204 131.990 151.772 172.629

22 Kota Cirebon 10.094 11.178 12.285 13.630 15.056

23 Kota Bekasi 41.283 46.139 51.699 57.715 64.127

24 Kota Depok 26.602 29.595 33.284 38.517 43.675

25 Kota Cimahi 13.572 14.930 16.500 18.385 20.569

26 Kota Tasikmalaya 9.292 10.117 11.082 12.292 13.615

27 Kota Banjar 2.026 2.254 2.466 2.759 3.011 Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (berbagai tahun)

Page 92: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

76

Lampiran 2. Ringkasan PDRB Kabupaten Bekasi Tahun 2013-2015

Uraian 2013 2014 2015

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

( Juta Rp ) 206.069.413,38 227.584.535,10 246.046.148,41

PDRB Atas Dasar Harga

Konstan 2000 ( Juta Rp ) 186.206.589,70 197.158.667,08 205.956.352,36

Jumlah Penduduk Pertengahan

Tahun (Jiwa) 3.002.112,00 3.122.698,00 3.246.013,00

PDRB Per kapita Atas Dasar

Harga Berlaku (Rp) 68.641.480,86 72.880.738,10 75.799.495,69

PDRB Per Kapita Atas Dasar

Harga Konstan'2000 (Rp) 62.025.197,49 63.137.282,91 63.449.022,65

Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,23 5,88 4,46

Laju Pertumbuhan PDRB ADH

Berlaku (%) 9,51 10,44 8,11

Kontribusi Sektor ADHB

A. Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan (%) 1,54 1,42 1,33

B. Pertambangan dan Penggalian

(%) 1,81 1,48 0,73

C. Industri Pengolahan (%) 77,85 78,05 78,36

D. Pengadaan Listrik dan Gas

(%) 1,36 1,53 1,42

E. Pengadaan Air (%) 0,02 0,02 0,02

F. Konstruksi (%) 6,02 6,25 6,50

G. Perdagangan Besar dan

Eceran, dan Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor (%)

5,77 5,45 5,41

H. Transportasi dan Pergudangan

(%) 0,93 1,00 1,12

I. Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum (%) 0,45 0,45 0,45

J. Informasi dan Komunikasi (%) 0,73 0,79 0,87

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,90 0,89 0,95

L. Real Estate (%) 0,40 0,38 0,39

M, N. Jasa Perusahaan (%) 0,11 0,11 0,12

O. Administrasi Pemerintahan,

Pertahanana dan Jaminan

Sosial Wajib (%)

0,79 0,71 0,75

P. Jasa Pendidikan (%) 0,66 0,75 0,84

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial (%) 0,16 0,18 0,20

R, S, T, U. Jasa Lainnya (%) 0,50 0,52 0,54

Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (berbagai tahun)

Page 93: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

77

Lampiran 3. Nilai LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten Bekasi Tahun 2002-2016

Lapangan Usaha

Tahun Tanaman

Bahan Pangan

Tanaman

Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

2002 0,90 0,18 2,09 0,03 1,13

2003 0,98 0,22 2,43 0,02 0,97

2004 0,93 0,17 2,04 0,02 0,79

2005 0,94 0,12 2,06 0,03 0,76

2006 0,93 0,15 1,91 0,03 0,80

2007 0,94 0,10 2,00 0,03 0,81

2008 1,44 0,10 1,85 0,03 0,80

2009 0,97 0,10 1,76 0,03 0,74

2010 0,95 0,09 1,91 0,03 0,83

2011 0,92 0,05 2,24 0,02 0,70

2012 1,09 0,02 1,92 0,01 0,49

2013 1,08 0,02 1,92 0,01 0,46

2014 1,05 0,02 2,02 0,01 0,45

2015 1,01 0,02 2,08 0,01 0,48

2016 1,01 0,02 2,04 0,01 0,47

Rata-

Rata 1,01 0,09 2,02 0,02 0,71

Sumber : BPS Kabupaten Bekasi dan BPS Jawa Barat (Diolah)

Page 94: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

78

Lampiran 4. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bekasi Atas Dasar

Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Lapangan Usaha

Tahun

Tanaman

Bahan

Pangan

Tanaman

Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

PDRB

Pertanian

2002 531.220,98 8.380,96 211.569,96 536,79 55.885,28 807.593,98

2003 685.352,07 12.852,70 308.562,23 491,40 67.999,18 971.172,36

2004 685.159,93 12.852,70 308.579,04 491,40 67.999,18 1.075.082,26

2005 782.692,93 11.808,57 327.636,47 496,81 72.757,51 1.195.392,29

2006 853.497,27 13.390,3 363.619,67 506 76.695,54 1.307.708,79

2007 1.021.190,20 9.519,48 387.441,31 542 87.128,70 1.505.821,69

2008 1.777.507,36 10.721,34 434.352,47 583,78 104.722,06 1.727.887,01

2009 1.352.539,30 11.054,09 482.131,24 618,8 117.634,28 1.963.977,71

2010 1.553.997,95 11.301,05 526.101,61 624,99 141.314,07 2.233.339,67

2011 1.753.930,02 7.588,46 682.340,98 488,47 143.954,35 2.588.302,28

2012 1.737.286,36 7.066,03 731.524,78 392,08 153.787,96 2.630.057,21

2013 1.969.954,91 7.459,22 824.912,04 373,36 163.663,16 2.966.362,69

2014 1.887.502,93 6.907,38 930.255,19 384,38 178.060,08 3.003.109,96

2015 1.841.515,02 6.942,77 1.001.540,72 376,83 197.914,48 3.048.289,82

2016 2.096.647,35 7.123,27 1.101.369,58 388,99 212.482,35 3.418.011,54

Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (berbagai tahun)

Page 95: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

79

Lampiran 5. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat Atas Dasar Harga

Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Lapangan Usaha

Tahun Tanaman

Bahan Pangan

Tanaman

Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

PDRB

Pertanian

2002 26.443.838,19 2.132.629,60 4.508.324,18 700.521,88 2.211.175,92 35.996.489,77

2003 27.048.888,98 2.273.872,23 4.929.039,41 764.692,53 2.718.168,62 37.734.661,78

2004 28.213.099,05 2.812.643,42 5.782.853,16 982.671,92 3.290.303,74 41.081.571,29

2005 32.208.815,99 3.670.576,3 6.170.855,24 641.230,06 3.739.260,42 46.430.738,01

2006 36.747.054,09 3.637.862,27 7.641.577,55 710.067,11 3.849.722,7 52.586.283,73

2007 45.560.402,49 3.900.333,15 8.074.429,29 894.347,64 4.465.389,1 62.894.901,66

2008 51.899.930 4.338.444,15 9.851.783,96 910.613,5 5.516.836,68 72.517.608,29

2009 60.571.646,08 4.942.298,11 11.902.685,97 798.530,96 6.934.102,14 85.149.263,25

2010 71.150.089,2 5.725.375,14 11.985.225,9 921.609,6 7.412.093,27 97.194.393,11

2011 75.707.280,05 6.127.547,1 12.130.633,97 944.340,71 8.221.642,3 103.131.444,13

2012 49.040.837,7 9.253.563,5 11.716.898,1 1.076.320,8 9.681.621 80.769.241,1

2013 56.493.689,8 10.107.649,1 13.344.393,6 1.112.775,7 11.122.729,6 92.181.237,8

2014 57.679.405,8 10.176.206,7 14.774.347,9 1.162.920,1 12.760.604,2 96.553.484,7

2015* 63.869.736,7 10.224.028,9 16.795.376,7 1.238.468,5 14.415.447,1 106.543.057,9

2016** 71.635.661,4 10.492.862,8 18.545.849 1.262.530,4 15.698.276,1 117.635.179,7

Sumber : BPS Jawa Barat (berbagai tahun)

Page 96: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

80

Lampiran 6. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga

Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen) Lapangan Usaha

Tahun

Tanaman

Bahan

Pangan

Tanaman

Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

PDRB

Pertanian

2002-2003 29,01 53,36 45,84 -8,46 21,68 20,26

2003-2004 -0,03 0,00 0,01 0,00 0,00 10,70

2004-2005 14,24 -8,12 6,18 1,10 7,00 11,19

2005-2006 9,05 13,39 10,98 1,85 5,41 9,40

2006-2007 19,65 -28,91 6,55 7,11 13,60 15,15

2007-2008 74,06 12,63 12,11 7,71 20,19 14,75

2008-2009 -23,91 3,10 11,00 6,00 12,33 13,66

2009-2010 14,89 2,23 9,12 1,00 20,13 13,72

2010-2011 12,87 -32,85 29,70 -21,84 1,87 15,89

2011-2012 -0,95 -6,88 7,21 -19,73 6,83 1,61

2012-2013 13,39 5,56 12,77 -4,77 6,42 12,79

2013-2014 -4,19 -7,40 12,77 2,95 8,80 1,24

2014-2015 -2,44 0,51 7,66 -1,96 11,15 1,50

2015-2016 13,85 2,60 9,97 3,23 7,36 12,13

Rata-Rata 12,11 0,66 12,99 -1,84 10,20 11,00

Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (Diolah)

Page 97: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

81

Lampiran 7. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga

Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen) Lapangan Usaha

Tahun

Tanaman

Bahan

Pangan

Tanaman

Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

PDRB

Pertanian

2002-2003 2,29 6,62 9,33 9,16 22,93 4,83

2003-2004 4,30 23,69 17,32 28,51 21,05 8,87

2004-2005 14,16 30,50 6,71 -34,75 13,64 13,02

2005-2006 14,09 -0,89 23,83 10,74 2,95 13,26

2006-2007 23,98 7,21 5,66 25,95 15,99 19,60

2007-2008 13,91 11,23 22,01 1,82 23,55 15,30

2008-2009 16,71 13,92 20,82 -12,31 25,69 17,42

2009-2010 17,46 15,84 0,69 15,41 6,89 14,15

2010-2011 6,41 7,02 1,21 2,47 10,92 6,11

2011-2012 -35,22 51,02 -3,41 13,98 17,76 -21,68

2012-2013 15,20 9,23 13,89 3,39 14,88 14,13

2013-2014 2,10 0,68 10,72 4,51 14,73 4,74

2014-2015 10,73 0,47 13,68 6,50 12,97 10,35

2015-2016 12,16 2,63 10,42 1,94 8,90 10,41

Rata-Rata 8,45 12,80 10,92 5,52 15,20 9,32 Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (Diolah)

Page 98: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

82

Lampiran 8. Tabel Bauran Industri (Mij) Sektor Pertanian Lapangan Usaha

Bauran

Industri

(Mij)

Tanaman

Bahan

Pangan

Tanaman

Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

PDRB

Pertanian

2002-2003 -32727,99 -517,62 -3362,03 19,53 4316,94 -36282,06

2003-2004 -28406,91 1400,29 19751,26 112,94 3974,25 -4387,26

2004-2005 39147,78 2275,40 -12995,88 -197,88 -1060,22 39772,72

2005-2006 44152,41 -1616,63 42305,45 25,90 -8912,71 47052,34

2006-2007 132589,63 -747,72 -19114,11 103,38 604,73 134457,40

2007-2008 55814,13 -149,11 42971,46 -20,07 7268,80 90022,89

2008-2009 146814,49 120,04 42985,78 -104,09 10980,97 139913,99

2009-2010 121936,67 336,63 -49310,42 61,21 -9776,19 94753,33

2010-2011 -31762,49 -652,60 -51073,01 -19,10 -6051,06 -71755,15

2011-2012 -765977,17 2900,06 -97791,20 41,30 3676,24 -802491,30

2012-2013 117236,89 -252,20 21719,75 -8,37 -490,59 126447,87

2013-2014 -125094,37 -904,12 -1693,39 -3,79 -783,17 -135807,18

2014-2015 43098,24 -851,62 25658,85 3,75 -3980,76 30776,39

2015-2016 68321,04 -706,05 -4994,72 -13,49 -12478,53 33213,89

Jumlah -214857,65 634,76 -44942,21 1,22 -12711,29 -314312,14

Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (Diolah)

Page 99: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

83

Lampiran 9. Tabel Keunggulan Kompetitif (Cij) Sektor Pertanian Lapangan Usaha

Keunggulan

Kompetitif

(Cij)

Tanaman Bahan

Pangan

Tanaman

Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

PDRB

Pertanian

2002-2003 141976,44 3916,67 77248,64 -94,56 -699,84 124581,88

2003-2004 -29690,35 -3045,32 -53432,69 -140,08 -14312,84 17770,90

2004-2005 496,33 -4964,55 -1646,76 176,15 -4520,05 -19674,74

2005-2006 -39477,48 1686,97 -42103,59 -44,14 1788,69 -46162,39

2006-2007 -37008,34 -4836,93 3224,66 -95,32 -1832,36 -58240,46

2007-2008 614223,08 132,57 -38372,96 31,92 -2922,49 -8320,29

2008-2009 -721963,43 -1159,52 -42642,86 106,87 -13990,69 -64885,48

2009-2010 -34753,52 -1504,49 40627,00 -89,19 15570,86 -8460,37

2010-2011 100397,90 -4506,42 149856,56 -151,94 -12794,05 218540,63

2011-2012 601144,67 -4393,74 72456,20 -164,66 -15729,44 602981,83

2012-2013 -31350,97 -258,99 -8222,68 -32,00 -13016,13 -35298,91

2013-2014 -123798,32 -602,43 16947,49 -5,80 -9703,26 -103950,23

2014-2015 -248560,52 2,93 -55966,96 -32,52 -3237,10 -265526,55

2015-2016 31222,42 -2,06 -4555,18 4,84 -3044,52 52366,44

Jumlah 222857,90 -19535,30 113416,87 -530,42 -78443,22 405722,27

Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (Diolah)

Page 100: PERAN SUB SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDRB KABUPATEN …

84

Lampiran 10. Tabel Perubahan Variabel Regional (Dij) Sektor Pertanian Lapangan Usaha

Sub Sektor

Pertanian

(Dij)

Tanaman

Bahan

Pangan

Tanaman

Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

PDRB

Pertanian

2002-2003 173566,60 3454,28 101369,51 -84,93 9316,23 177125,07

2003-2004 24882,49 -1560,34 6400,76 -36,20 -3404,10 120200,47

2004-2005 122600,60 -2604,47 25441,72 -30,79 1354,23 138343,60

2005-2006 99440,33 148,15 42761,78 -27,41 295,73 132368,16

2006-2007 198919,40 -5496,42 31344,69 -1,27 6593,71 220048,58

2007-2008 793678,92 46,18 54927,06 1,86 13231,62 247324,17

2008-2009 -359935,30 -968,84 56765,23 -7,98 7669,74 265074,50

2009-2010 250943,32 -1095,02 53945,34 -39,39 17790,92 302305,98

2010-2011 256787,40 -5084,55 167124,06 -182,56 -4434,03 392424,94

2011-2012 47526,48 -1443,68 63300,98 -132,37 2627,13 85171,45

2012-2013 296229,76 -464,64 108522,02 -47,60 2176,44 380422,40

2013-2014 -10378,24 -1457,40 122410,03 -16,48 6203,80 86505,42

2014-2015 23069,20 -803,18 90531,89 -35,86 10940,56 95554,41

2015-2016 322506,90 -662,36 120550,07 -15,60 4660,10 420854,13

Jumlah 2239837,84 -17992,29 1045395,16 -656,58 75022,09 3063723,26

Sumber : BPS Kabupaten Bekasi (Diolah)