Upload
truongmien
View
240
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH
DALAM PENGELOLAAN KELAS DI MAN INSAN
CENDEKIA SERPONG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
ERVINA PANDUWINATA
NIM 109018200025
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
ABSTRAK
Ervina Panduwinata (NIM: 109018200025) Peran Supervisi Akademik
Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Kelas di MAN Insan Cendekia Serpong
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran supervisi akademik kepala
sekolah dalam pengelolaan kelas di MAN Insan Cendekia Serpong.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui kegiatan observasi lapangan,
wawancara. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
menganalisa data yang diperoleh dari wawancara, dokumentasi. Wawancara
dengan kepala sekolah mengenai proses supervisi akademik kepala sekolah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa guru-guru MAN Insan Cendekia sudah
dapat mengelola kelas secara baik. Namun dimikian kemampuan tersebut bukan
dikontribusi oleh peran kepala sekolah sebagai supervisor, melainkan karena
mereka merupakan guru-guru pilihan untuk dapat masuk ke sekolah ini melalui
test dan seleksi yang susah sehingga mereka sudah mempunyai bekal dalam
mengelola kelas yang baik. Sedangkan kepala sekolah sendiri belum
melaksanakan peran secara optimal dalam membantu guru mengelola kelas, hal
ini terbukti dari wawancara kepala sekolah menyebutkan bahwa kepala sekolah
melakukan supervisi hanya satu atau dua kali dalam satu tahun dikarenakan
jadwal kepala sekolah yang jarang berada di sekolah, rapat atau tamu yang datang
ke sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepala sekolah hendaknya
terus berusaha menjalankan tugas kegiatan supervisi akademik, setidaknya satu
semester bisa 2 kali melakukan supervisi akademik, jadi kepala sekolah bisa
dapat memperhatikan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru.
Kata kunci: Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Pengelolaan Kelas
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh
Alhamdulillahi Rabbil‘alamiin. Segala puji dan puja hanya bagi Allah
SWT tuhan semesta alam. Karena berkat rahman dan rahim-Nya lah, saya selaku
mahasiswa Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Jakarta diberikan kemudahan dalam menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat serta
salam tak lupa saya haturkan atas baginda Rasulullah, Muhammad SAW beserta
keluarga dan para pengikutnya.
Skripsi ini disusun untuk menambah khazanah keilmuan, selain itu tujuan
dari penyusunan skripsi ini bukanlah hanya sekedar syarat atau tugas akhir
mahasiswa untuk mendapatkan gelar S.Pd (Sarjana Pendidikan) akan tetapi jauh
dari pada itu adalah suatu kewajiban dan ajang pembuktian sebagai seorang
mahasiswa untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis sangat menyadari,
dalam penyusunan skripsi ini masih sangat sederhana dan jauh dari
kesempurnaan. Memang tidak mudah bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, karena banyak tantangan dan hambatan yang harus penulis hadapi baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Maka disinilah pertolongan Allah SWT dan
peran orang-orang terdekat yang dapat memberikan pemikiran dan motivasi
terhadap penulis.
Atas terselesaikannya skripsi ini penulis berterima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang telah berperan dan berkontribusi yang
berharga kepada penulis baik selama penyusunan skripsi maupun selama masa
kuliah, dengan ketulusan hati penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
dan Dosen Pembimbing I
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan UIN
Syarif Hidaytullah Jakarta.
3. Fathi Ismail, MM, Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu,
mencurahkan tenaga, perhatian, pengertian dan kemudahan dalam
memberikan bimbingan dan arahan yang berharga bagi penulis dengan
iii
penuh kesabaran dan dedikasi yang tinggi dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
4. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd, Dr. Zahrudin, Lc, M.Pd dan seluruh dosen
Manajemen Pendidikan yang telah mentransformasikan ilmunya kepada
penulis sejak awal perkuliahan hingga akhir penulisan skripsi ini.
5. Dr. Suwardi, M.Pd, Kepala MAN Insan Cendekia Serpong, yang telah
mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
6. Bapak Suyitno dan Guru-guru MAN Insan Cendekia Serpong yang telah
membantu penulis melakukan penelitian.
7. Ibunda tercinta Rawitis dan Ayahanda tercinta Bahar, yang telah banyak
memberikan dukungan moril dan materil serta tak henti-hentinya
memanjatkan do’a kepada-Nya untuk puteri tersayangnya. Ibunda dan
ayahandalah yang menjadi motivator utama bagi penulis, karena beliaulah
yang telah mendidik penulis untuk bersikap mandiri, berani, bijaksana,
sabar dan tegar dalam menghadapi segala tantangan hidup. Sehingga
rasanya ucapan terima kasih ini tidak dapat menggambarkan wujud
penghargaan penulis terhadap ayahanda dan `ibunda yang sangat penulis
sayangi.
8. Kakak-kakak tersayang (Novia Rinta, S.kom dan Yosi Gusnita, S.E) yang
telah memberikan semangat dan doa terhadap penulis.
9. Khairul Amri yang selalu memberikan motivasi, semangat dan kasih
sayang kepada penulis
10. Pimpinan dan staff administrasi Perpustakaan Utama, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk meminjamkan buku-buku yang penulis butuhkan sebagai sumber
bacaan dan referensi yang berhubungan dengan skripsi ini
11. Teman-temanku tersayang, Tia, Ika, Sri, Yayu, Nisa, Azi, Ocy, Silvy, Mia,
Lilis, Havid Hidayat, Mella, Riong yang selalu hadir memberi semangat
dan berkumpul bersama membangun kekuatan untuk berjuang.
12. Kawan-kawan di jurusan Manajemen Pendidikan khususnya kelas A yang
selalu memberikan bantuan, dukungan, serta kerja samanya.
iv
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara
langsung maupun tidak langsung telah turut memberikan dukungan dan
do’a dalam proses penulisan skripsi ini.
Saya panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang
telah mereka berikan menjadi amal sholeh dan mendapatkan balasan yang jauh
lebih baik dari-Nya. Aamiin.
Akhirul kalam, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan
yang terdapat dalam skripsi ini, dan dengan kerendahan hati saya menerima kritik
dan saran yang konstruktif. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu ‘alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh
Jakarta, April 2014
Ervina Panduwinata
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 6
D. Perumusan Masalah .............................................................. 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengelolaan Kelas
1. Pengertian Pengelolaan Kelas ......................................... 7
2. Tujuan Pengelolaan Kelas ................................................ 10
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas .... 12
4. Fungsi Pengelolaan Kelas ................................................. 16
5. Kegiatan Pengeloaan Kelas .............................................. 17
6. Kegiatan Guru di Dalam Mengelola Kelas ...................... 19
7. Tugas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran ................... 21
B. Supervisi Akademik Kepala Sekolah
1. Pengertian Supervisi Akademik ...................................... 22
2. Tujuan dan Sasaran Supervisi Akademik ........................ 26
3. Prinsip Supervisi Akademik ............................................ 27
4. Teknik Supervisi Akademik ............................................ 30
5. Proses Supervisi Akademik ............................................. 33
6. Kompetensi Supervisi Akademik .................................... 40
7. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah Sebagai
Supervisor ........................................................................ 41
C. Kerangka Berfikir ................................................................... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 44
B. Metode Penelitian ................................................................... 44
C. Variable Penelitian .................................................................. 44
vi
D. Sumber Data .......................................................................... 44
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 45
F. Teknik Pengolahan Data ........................................................ 47
G. Teknik Analisa Data .............................................................. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 49
1. Sejarah MAN Insan Cendekia Serpong ............................ 49
2. Data Kepala Sekolah, Guru, Karyawan dan Siswa .......... 51
3. Kurikulum ........................................................................ 55
4. Sarana dan Prasarana ....................................................... 55
B. Deskripsi Data, Anlisis Data, dan Interpretasi Data ............... 57
1. Proses Supervisi Akademik Kepala Sekolah ...................... 57
a. Perencanaan Supervisi Akademik .................................. 57
b. Pelaksanaan Supervisi Akademik .................................. 57
c. Pelaporan/ penilaian ....................................................... 59
d. Tindak lanjut .................................................................. 60
2. Pengelolaan Kelas ............................................................. 62
C. Tindak Lanjut ......................................................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 64
B. Saran ...................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Kegiatan Pengelolaan Kelas ....................................................... 18
Table 3.1 Kisi-Kisi Instrument Penelitian ................................................... 46
Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Pendidik.............................................................. 51
Tabel 4.2 Jumlah Peserta Didik dan Rombongan Belajar ........................... 54
Tabel 4.3 Perhitungan Penilaian Supervisi ................................................. 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang sistem
pendidikan nasional disebutkan bahwa
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian agama, kepribadian, kecerdasan akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.”1
Dalam kehidupan suatu Negara pendidikan memegang peranan penting
untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan Negara, karena
pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia ialah melalui
proses pembelajaran di sekolah.
Guru merupakan kunci keberhasilan dalam memperbaiki mutu
pendidikan. Masalah mutu pendidikan juga menyangkut masalah kualitas
mengajar yang dilakukan oleh guru. Melalui supervisi, para guru sebagai
pelaku utama dalam penyelenggaraan sistem pendidikan dapat dibantu
1 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Nuansa Aulia)
2012, Cet. Ke-7
2
pertumbuhan dan perkembangan profesinya bagi pencapaian tujuan
pembelajaran
Guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina
dan dikembangkan terus menerus. Tidak semua guru yang didik di lembaga
pendidikan terlatih dengan baik. Potensi sumber daya guru itu perlu terus
tumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial dan
maksimal sesuai dengan tujuan utama pendidikan.
Tugas kepala sekolah/madrasah diantaranya melaksanakan pembinaan
dan penilaian teknik dan administratif pendidikan terhadap sekolah yang
menjadi tanggungjawabnya. Tugas ini dilakukan melalui pemantauan
supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. Supervisi
meliputi supervisi akademis yang berhubungan dengan aspek pelaksanaan
proses pembelajaran.
Kepala sekolah sebagai unsur pimpinan tertinggi adalah pemimpin
yang bertanggungjawab bagi perkembangan sekolah, sebagai administrator
menentukan kebijaksanaan, merencanakan, mengarahkan, mengendalikan
untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisisen. Tetapi guru
merupakan unsure yang penting dalam mengelola kelas agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Kepala sekolah ditugaskan untuk membawahi para tenaga pendidik
dan kependidikan dituntut kepiawaiannya dalam mengelola dan
mengoraganisir lembaga pendidikan yang dijalankannya sehingga apa yang
menjadi tujuan pendidikan itu dapat tercapai secara optimal.
Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran
jalannya sekolah secara akademis saja, tetapi juga memikirkan pertumbuhan
dan perkembangan sekolahnya, memikirkan hubungan sekolah dengan
masyarakat, hubungan guru dengan wali murid, dan juga mempunyai
wewenang untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan mutu para guru di
sekolahnya melalui tugasnya sebagai supervisor
E. Mulyasa menulis bahwa “salah satu tugas kepala sekolah adalah
sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
3
kependidikan.”2 Jadi tugas seorang kepala sekolah bukan hanya memimpin
sebuah sekolah saja tetapi juga mensupervisi kinerja yang dilakukan guru-guru
atau bawahannya di sekolahnya. Kurangnya peran supervisi akademik kepala
sekolah disebabkan antara lain: (1) supervisi dianggap kegiatan formalitas
yang harus dilakukan kepala sekolah, (2) kegiatan supervisi untuk memenuhi
syarat administrasi, (3) banyaknya tugas yang dikerjakan kepala sekolah, (4)
anggapan bahwa guru senior dianggap baik dalam mengajarnya
Tugas guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
siswa. Seorang guru haruslah menjadi pendidik yang baik sehingga berhasil
dalam tercapainya suatu tujuan pendidikan yang diharapkan oleh seruannya.
Tugas dan tanggung jawab seorang guru tidaklah ringan. Dalam
melaksanakan tugas sehari-hari guru akan selalu mengahadapi berbagai
masalah, baik masalah yang ada pada siswa maupun masalah pribadi guru itu
sendiri. Dalam proses pembelajaran problem-problem akan muncul
Problem yang akan muncul saat guru mengajar, adalah bagaimana
guru mengelola kelas dengan sebaik-baiknya. Sebagai guru ia harus mampu
mengajar dengan tenang sehingga dapat menyampaikan materi pelajaran
secara sistematis dan dapat dipahami oleh semua murid, guru harus mengajar
dengan penuh semangat, kegembiraan karena dengan itu dapat menarik
perhatian siswa dalam menngikuti pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
Dalam menunjang pelaksanaan tugas guru di kelas, guru dituntut untuk
memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, karena guru memegang peranan
penting dalam pengelolaan kelas. Karena apabila guru tidak melaksanakan
tugas dengan baik maka hasil pelaksanaan manajemen atau pengelolaan kelas
tidak akan memuaskan. Selain itu keberhasilan pengelolaan kelas juga
berpengaruh dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu
2 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya,
2003), cet. Ke-9, h. 111
4
siswa akan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar yang dapat
berpengaruh dalam prestasi belajar siswa.
Kurangnya usaha guru dalam meningkatkan pengelolaan kelas secara
baik umumnya merupakan kelemahan dari guru itu sendiri. Meskipun tugas
penataan bukan hanya dilakukan oleh guru saja tetapi juga oleh siswa, tetapi
kuncinya ada pada kemampuan guru dalam mengelola kelas. Guru hanya
terpaku dalam memberikan materi saja tanpa memperhatikan kondisi kelas
dalam pembelajaran, sebab jika tidak didukung oleh lingkungan yang kondusif
maka sulit mencapai hasil yang optimal.
Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi
pembelajaran yang dilakukan guru, seperti pengaturan metode, strategi dan
kelengkapan dalam pengajaran sebagai bagian dari kegiatan manajemen
pembelajaran. Yang harus dilakukan oleh guru untuk mewujudkan
pembelajran yang efektif dan efesien maka guru harus menguasai pengelolaan
kelas. Pengelolaan kelas sangat penting untuk terciptanya suasana mengajar
yang kondusif, bukan hanya membantu guru dalam proses belajar mengajar
tetapi yang lebih penting menjadikan siswa mudah dalam belajar, merasa
nyaman dan menyenangkan dalam proses belajar.
Sering terjadi beberapa sekolah, pengelolaan kelas kurang baik,
kondisi kelas yang kurang efektif dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam
belajar dan dapat menghambat optimalisasi proses pembelajaran. Sekolah
tersebut memang sulit untuk menerapkan pengelolaan kelas yang baik, karena
butuh kerjasama dari semua pihak terutama guru dan kepala sekolah. Hal
tersebut tidak dialami di MAN Insan Cendekia, pengelolaan kelas yang sudah
baik dan kenyamanan dalam belajar sangat berpengaruh dalam proses
pembelajaran.
MAN Insan Cendekia sebagai sebuah lembaga pendidikan yang formal
berusaha memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik dan mencapai target yang ditentukan, dan MAN
Insan Cendikia juga sudah memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana untuk
memenuhi kegiatan pembelajaran berjalan dengan lancar.
5
MAN Insan Cendekia dengan status diakui sekarang ini,
memungkinkan dapat menarik masyarakat dalam hal ini orang tua murid
untuk memberikan kepercayaan mendidik putra-putrinya, sehingga dalam
tahun-tahun yang akan datang mampu menjadi sekolah yang lebih baik lagi.
Maka untuk meraih perkembangan tersebut bukan hanya peran kepala sekolah
yang diperlukan tetapi peran guru dan siswa di sekolah juga sangat diperlukan
dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran
Guru di MAN Insan Cendekia tidak ada yang mengajar di sekolah lain,
karena tidak diberikan izin dari pihak sekolah untuk mengambil kegiatan
mengajar di sekolah lain. Hal ini membuat guru-guru tersebut menjadi tidak
sibuk di luar sehingga guru dapat mempersiapkan materi yang akan diajarkan
dengan baik.
Dari hasil pra observasi (pra penelitian) yang penulis lakukan dengan
kepala sekolah terdapat persepsi bahwa jarangnya supervisi akademik yang
dilakukan oleh kepala sekolah, hanya satu atau dua kali dalam satu tahun.
Tetapi itu tidak membuat pengelolaan kelas di MAN ini menjadi buruk.
Pengaturan sistem pengelolaan kelas yang sudah berlangsung sekarang,
nampak adanya faktor yang mendukung untuk mencapai harapan dan tujuan di
atas antara lain : fasilitas pendidikan yang sudah lengkap, terdapatnya guru-
guru yang berkualitas. Para guru MAN Insan Cendekia Serpong selalu
berusaha mengelola kelas sebaik mungkin, tetapi tidak dikontribusi oleh peran
supervisi akademik kepala sekolah.
Maka dari uraian di atas, penulis memandang perlu untuk membahas
ini dengan melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Peran
Supervisi Akademik Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Efektivitas
Pengelolaan Kelas di MAN Insan Cendekia Serpong”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi Masalahnya
adalah :
1. Sarana sekolah memadai sehingga mendukung pengelolaan kelas
6
2. Pembinaan yang dilakukan kepala sekolah kepada guru dalam pengelolaan
kelas masih jarang dilakukan
3. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru sudah berjalan dengan baik
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah yang telah dipaparkan di atas
adalah peran kepala MAN Insan Cendekia dalam melaksanakan bimbingan/
pembinaan dan pengawasan di bidang akademik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka terdapat beberapa rumusan
masalahnya adalah
1. Bagaimana supervisi akademik dilaksanakan oleh kepala sekolah?
2. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan kelas di MAN Insan Cendekia?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dia atas, maka penelitian ini memiliki
tujuan untuk mengetahui peran supervisi akademik kepala sekolah dalam
pengelolaan kelas MAN Insan Cendekia.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau
manfaat bagi:
1. Kepala sekolah : sebagai bahan masukan agar dapat melaksanakan
supervisi yang lebih baik lagi dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan
kelas
2. Guru : sebagai bahan masukan untuk membantu dalam kelancaran
pengelolaan kelas.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengelolaan Kelas
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Guru sebagai pendidikan professional mempunyai tugas dan
peranan, merencanakan dan mempersiapkan pembelajaran agar tujuan dan
kegiatan tersebut akan lebih terarah dan berhasil, menguasai dan
mengembangkan materi pembelajaran berupa bahan bidang studi dalam
kurikulum sekolah dan bahan pengayaan atau penunjang bidang studi,
melaksanakan proses belajar pengajaran dimana terjadinya interaksi antara
guru dan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada
siswa dan untuk mencapai tujuan pengajaran, mengontrol dan
mengevaluasi kegiatan siswa untuk dapat menentukan tercapai tidaknya
tujuan pendidikan dan pengajaran.
Usaha guru dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang
efektif akan terwujud apabila guru mengetahui secara tepat faktor-faktor
yang dapat menunjang agar terciptanya kondisi yang menguntungkan
dalam proses belajar mengajar, disamping itu guru juga harus mampu
mengelola masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan
dapat merusak suasana belajar mengajar, menguasai berbagai pendekatan
dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah
mana suatu pendekatan tersebut dapat digunakan.
8
Menurut Hornby dalam Oxford Advanced Leaner’s Dictionary
(1986) mendefenisikan kelas sebagai “group of students taught together or
location when this group meets to be taught”. Dengan demikian, kelas
merupakan sekelompok siswa yang diajar bersama atau suatu lokasi ketika
kelompok itu menjalani proses pembelajaran pada tempat dan waktu yang
diformat secara formal.1
Dalam arti sempit kelas menunjukkan suatu ruangan dibatasi 4
dinding atau tempat murid-murid belajar, tiap bangunan sekolah di bagi
kedalam ruangan-ruangan bangunan yang menunjukkan ruang kelas.
Dalam arti luas kelas dapat pula diartikan sebagai kegiatan pembelajaran
yang dibedakan oleh guru kepada murid-murid dalam suatu ruangan untuk
satu tingkat tertentu pada jam tertentu.2
Kelas bermakna “tingkatan” untuk menunjukkan status atau posisi
anak di sekolah tertentu, misalnya kelas I, kelas II, dan sebagainya.3
Adapun yang dimaksud kelas adalah pangkat, tingkatan, ruang tempat
belajar di sekolah.
Dengan demikian kelas merupakan sekelompok siswa belajar
bersama ditempat yang sama dengan bimbingan dari guru dalam proses
pembelajaran dan dalam tingkatan yang sama. Pengertian terminologi
pengelolaan kelas dibangun oleh dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas
dalam makna ruang kelas. Menurut Raka Joni “pengelolaan kelas
menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
mengajar.”4
Pengelolaan kelas sebenarnya merupakan upaya mendayagunakan
seluruh potensi kelas, baik sebagai komponen utama pembelajaran
1Sudarwan Danim, inovasi pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h. 167
2Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Jakarta: Bahan Belajar Mandiri,
2006), Cet I, h. 28 3Danim. Loc. cit.
4Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV.Alfabeta,2008), h. 84
9
maupun komponen pendukungnya.5 “pengelolaan kelas menurut M Entang
berbagai jenis kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar mengajar.”6 Sedangkan E. C. Wragg mengatakan
Pengelolaan kelas adalah kegiatan pengelolaan perilaku murid-murid,
sehingga murid-murid dapat belajar.7
Pengelolaan kelas adalah keterampilan bertindak seorang guru
yang berdasarkan sifat-sifat kelas dengan tujuan menciptakan situasi
proses kegiatan belajar mengajar dengan baik. tugas guru yang utama
adalah mampu menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi
belajar mengajar yang memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan
sungguh-sungguh.
Menurut Suharsimi Arikunto pengelolaan kelas adalah: suatu usaha
yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar-mengajar atau
yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga
dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.8
Manajemen kelas/ pengelolaan kelas adalah “suatu rentetan
kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas
yang efektif, yang meliputi, (1) pengajaran guru, (2) pengaturan
penggunaan waktu yang tersedia, (3) pengaturan ruangan dan perabot
pelajaran di kelas, serta (4) pengelompokan siswa dalam belajar”9
Suatu kondisi belajar akan optimal akan dicapai, apabila seseorang
guru mampu mengatur siswa dengan suasana pengajaran yang serasi serta
mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan. Mengelola kelas
5Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Refik Aditama, 2007),
h. 104 6 Ade Rukmana dan Asep Suryana, op. cit., h. 29
7 Ibid
8Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,
(Jakarta : C.V Rajawali 1992), hal 67-68 9Conny semiawan dkk, Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan
Siswa dalam Belajar?, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), h. 63-64
10
sangat erat hubungannya dengan penyediaan kondisi menguntungkan bagi
siswa untuk belajar.10
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan kelas adalah upaya guru dalam membantu proses belajar
mengajar untuk mencapai pembelajaran.
2. Tujuan Pengelolaan Kelas
Secara umum dikatakan bahwa tujuan diadakannya pengelolaan
kelas adalah agar proses belajar mengajar telaksana dengan baik dan siswa
dapat termotivasi dalam belajar sehingga tujuan pengajaran pada
umumnya dapat tercapai.
Sebagai pengelola kelas guru harus mampu mengelola kelas
dengan baik, karena tanpa mengelola kelas dengan baik maka akan
menghambat proses belajar mengajar karena kelas merupakan lingkungan
belajar serta suatu aspek dari lingkungan yang perlu diorganisasi.
Menurut pendapat Uzer Usman tujuan umum pengelolaan kelas
adalah : menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-
macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik. Tujuan
khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa bekerja dan belajar serta membantu siswa
memperoleh hasil yang diharapkan.11
Jadi dari pendapat Uzer Usman tujuan pengelolaan kelas adalah
dalam mengembangkan kemampuan siswa digunakan fasilitas-fasilitas
kelas untuk kegiatan belajar mengajar, jika tidak adanya fasilitas kelas
maka kegiatan belajar mengajar akan terhambat untuk mencapai hasil yang
baik.
Tujuan pengelolaan kelas menurut Dirjen PUOD dan Dirjen
Dikdasmen 1996:
10
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006) Cet. 19 h. 10 11
Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, 2001 hal 10
11
a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi pembelajaran.
c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan
lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang social,
ekonomi, budaya serta sifat-sifat individualnya.12
Tujuan Pengelolaan Kelas menurut A. C. Wragg adalah:
a. Anak-anak memberikan respon yang setimpal terhadap perlakuan yang
sopan dan penuh perhatian dari orang dewasa
b. Mereka akan bekerja dengan rajin dan penuh konsentrasi dalam
melakukan tugas-tugas sesuai dengan kemampuannya.13
Tujuan pengelolaan kelas ini adalah agar dapat mendorong siswa
mengembangkan tanggung jawab indvidu maupun klasikal dalam
berprilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang
berlangsung, menyadari kebutuhan siswa, serta memberikan respon yang
positif terhadap perilaku siswa.14
Sedangkan menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono dalam bukunya
menyebutkan, proses belajar mengajar penggunaan komponen dalam kelas
mempunyai beberapa tujuan bagi siswa yaitu:
a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap
tingkah laku
b. Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tat
tertib kelas, dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu
peringatan, dan bukan kemarahan.
12
Ade Rukmana., Op. Cit. h. 43 13
Ibid 14
I. G. A. K. Wardani, Dasar-dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar,
(Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka, 2001), cet. I, h. 35.
12
c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta
tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.15
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan diadakannya
pengelolaan kelas adalah agar siswa dapat melakukan proses belajar
mengajar dengan baik dan siswa juga dapat termotivasi dalam belajar, dan
itu didukung dengan pengelolaan kelas yang baik.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas
a. Kondisi fisik, lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh
penting terhadap hasil pembelajaran, lingkungan fisik yang dimaksud
meliputi:
1) Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Ruang tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak
leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara
siswa yang satu dengan siswa lainnya pada saat melakukan
aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas tergantung pada jenis
kegiatandan jumlah siswa yang melakukan kegiatan.
2) Pengaturan tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah
memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat
mengontrol tingkah laku siswa.
3) Ventilasi dan pengaturan cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan adalah asset penting untuk
terciptanya suasana belajar yang nyaman.
4) Pengaturan penyimpanan barang-barang.
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang
mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan
bagi kepentingan belajar.
15
J. J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remadja Karya CV,
1988) Cet. Ke-3, h. 83
13
b. Kondisi sosio-emosional
Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar,
kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.
1) Tipe kepemimpinan; peranan guru dan tipe kepemimpinan guru
akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas
2) Sikap guru; dalam menghadapi siswa yang akan melanggar
peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat
dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat
diperbaiki.
3) Suara guru: melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau malah
terlalu rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa akan
mengakibatkan suasana gaduh, bisa jadi membosankan sehingga
pelajaran cenderung tidak diperhatikan.
4) Pembinaan hubungan baik (raport); dengan terciptanya hubungan
baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh
gairah dan semangat, bersikap optimis, realistis dalam kegiatan
belajar yang sedang dialakukannya.
c. Kondisi Organisasi
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik
tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah
pengelolaan kelas.16
Penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan
situasi ruang kelas dan sekolah, beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan adalah:
1) Ukuran ruang kelas
2) Jumlah siswa
3) Tingkat kedewasaan siswa
4) Toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu
lalangnya siswa
16
Ade Rukmana dan Asep Suryana., Op. cit. h. 44-45
14
5) Toleransi masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu
lalangnya siswa lain.
6) Pengalaman guru dalam melaksanakan metode pembelajaran
gotong royong, dan
7) Pengalaman siswa dalam melaksanakan metode pembelajaran
gotong royong.17
Pengelolaan kelas pada hakikatnya berkenaan dengan tata cara
mengatur proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas agar berjalan
lancar. Kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam kelas:
a. Pengelolaan Siswa
Dalam rangka mewujudkan suatu pengelolaan yang baik,
murid-murid dalam suatu kelas perlu diorganisir lebih baik lagi demi
efektifitasnya suasana kelas. Yang termasuk pengelolaan siswa adalah:
1) Pengorganisasian siswa
Pengorganisasian siswa apabila dikelola dengan baik
mempunyai fungsi yaitu : menciptakan ketertiban kelas. Untuk
memelihara kebersihan kelas siswa dibagi tugas secara bergiliran,
dan juga dapat membantu menyediakan sarana pengajaran, seperti
penyediaan kapur tulis, alat peraga atau buku paket dan lain
sebagainya.18
Organisasi-organisasi kelas pada umumnya berbentuk
sederhana yang personelnya meliputi ketua kelas, wakil kelas,
sekretaris, bendahara dan beberapa seksi sesuai kebutuhan.
Pemilihan para personel kelas ini dilakukan oleh anggota kelas
secara demokrasi dengan dibimbing oleh guru wali kelas. Dengan
demikian guru telah memenuhi fungsinya sebagai pengelola dalam
membina sifat-sifat murid-murid.
17
Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-
ruang Kelas, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h 51 18
Sudiman N, et al, Ilmu Pendidikan, 1992, hal 312
15
2) Penugasan Kelas
Pemberian tugas yang bervariasi sangat membantu dalam
meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Pemberian tugas
hendaknya tidak hanya terpaku kepada mendengarkan ucapan guru
saja, tetapi siswa harus aktif mengembangkan informasi yang
diterimanya dari guru.
Tugas yang dibagikan hendaknya harus jelas dan tegas
sehingga tidak membingungkan siswa. Siswa harus dapat
memahami dengan jelas apa yang harus dilakukannya dalam
menyelesaikan tugas tersebut. Oleh karena itu di dalam
memberikan tugas memperhatikan hal berikut :
a) Guru harus merumuskan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai
dari pemberian tugas tersebut.
b) Guru menetapkan target maximal yang akan dicapai dengan
pemberian tugas
c) Guru harus konsekuen terhadap peraturan yang telah
ditentukan. Apabila tidak, maka pada pemberian tugas yang
berikutnya siswa akan kurang memperhatikan, misalnya siswa
yang terla\mbat mengumpulkan tugas pada waktunya tanpa
alasan yang jelas dianggap tidak mengumpulkan tugas, atau
siswa yang paling baik mengerjakan tugasnya akan diberikan
hadiah.19
b. Pengelolaan ruang dan alat pengajaran
Agar terciptanya suasana belajar yang kondusif, perlu
diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas, sehingga tercipta
suasana belajar yang menggairahkan dan dapat mendukung
meningkatnya intensitas proses belajar peserta didik dan dapat
mendukung meningkatnya intensitas proses belajar peserta didik dan
mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
19
Ibid, hal 314
16
Ditinjau dari fungsi dan peranannya terhadap proses belajar
mengajar, maka saran pendidikan dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1) Alat Pelajaran, adalah alat yang digunakan secara langsung dalam
proses belajar mengajar. Alat ini mungkin berwujud alat tulis, alat
peraga dan alat praktek.
2) Alat Peraga, menurut Anwar Yassin yang dikutip oleh Suharsimi
Arikunto adalah : alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat
berupa perbuatan atau benda yang sudah memberi pengertian
kepada anak didik berturut-turut dari yang abstrak sampai pada
yang konkrit.
3) media pengajaran, adalah sarana pendidikan yang digunakan
sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih
mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.20
Kondisi tempat duduk yang digunakan siswa dapat
mempengaruhi proses belajar. Jika tempat duduk dalam kondisi bagus
dala arti siswa merasa nyaman, maka siswa dapat belajar dengan
tenang. Akan tetapi jika tempat duduk dalam kondisi rusak, tidak ada
sandarannya maka proses belajar akan terhambat.
4. Fungsi Pengelolaan Kelas
Fungsi pengelolaan kelas merupakan fungsi-fungsi pengelolaan
yang diaplikasikan di dalam kelas oleh guru untuk mendukung tujuan
pembelajaran yang hendak dicapainya. Kegiatan tersebut meliputi:
a. Merencanakan, adalah membuat suatu target-target yang akan dicapai
atau diraih di masa depan. Merencanakan pada dasarnya membuat
keputusan mengenai arah yang akan dituju, tindakan yang akan
diambil, sumberdaya yang akan di masa depan. Merencanakan pada
dasarnya membuat keputusan mengenai arah yang akan dituju,
20
Drs. Suryo Subroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah (Jakarta : Rineka Cipta 1999)
hal 114
17
tindakan yang akan diambil, sumber daya yang akan diolah dan teknik/
metode yang dipilih untuk digunakan.
b. Mengorganisasikan, adalah proses mengatur, mengalokasikan dan
mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara
anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Memimpin, institusi pendidikan lebih menekankan pada upaya
mengarahkan dan memotivasi para personil agar dapat melaksanakan
tugas pokok fungsinya dengan baik. Memimpin menurut Stoner adalah
proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan
dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi.
d. Mengendalikan, institusi pendidikan adalah membuat institusi berjalan
sesuai dengan jalur yang telah ditetapkan dan sampai kepada tujuan
secara efektif dan efisien.21
5. Kegiatan Pengelolaan Kelas
Kegiatan pengelolaan kelas meliputi dua kegiatan yang secara garis
besar terdiri dari:
a. Pengaturan orang (siswa) adalah bagaimana mengatur dan
menempatkan siswa dalam kelas sesuai dengan potensi intelektualnya
dan perkembangan emosionalnya. Siswa diberikan kesempatan untuk
memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan minat dan
keinginannya.
b. Pengaturan fasilitas, adalah kegiatan yang harus dilakukan siswa,
sehingga seluruh siswa dapat terfasilitasi dalam aktivitasnya di dalam
kelas. Pengaturan fisik kelas diarahkan untuk meningkatkan efektivitas
belajar siswa sehingga siswa merasa senang, nyaman, aman dan belajar
dengan baik.
Pengaturan siswa dan fasilitas kelas dapat dilihat dalam bagan
seperti di bawah ini:
21Ade Rukmana dan Asep Suryana., Op. cit, h. 54-55
18
Table 2.1
Kegiatan Pengelolaan Kelas
Mengatur Orang
(Kondisi Emosional)
- Tingkah laku
- Kedisiplinan
- Minat/Perhatian
- Gairah Belajar
- Dinamika kelompok
Mengatur fasilitas belajar
mengajar (kondisi fisik)
- Ventilasi
- Pencahayaan
- Kenyamanan
- Letak duduk
- Penempatan siswa22
Kegiatan pengelolaan kelas secara garis besar terdiri dari
pengaturan orang (siswa), dan pengaturan fasilitas belajar mengajar terdiri
dari ventilasi, pencahayaan, kenyamanan, letak duduk dan penempatan
siswa.
Penataan ruang kelas sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran, salah satunya letak duduk atau penataan bangku dalam
proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran.
Menurut Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning,
mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas, ada beberapa
model penataan bangku yang biasa dipakai dalam pembelajaran. Beberapa
model penataan bangku yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran
yaitu:
a. Meja tapal kuda: siswa berkelompok diujung meja.
b. Meja panjang: siswa berkelompok diujung meja.
c. Penataan tapal kuda: siswa dalam satu kelompok ditempatkan
berdekatan.
d. Meja laboratorium.
1) Tugas individu
2) Tugas kelompok dengan membalikkan kursi
e. Meja kelompok: siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
f. Klasikal: siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan.
22
Ade Rukmana dan Asep Suryana., Op. cit, h. 33
19
g. Bangku individu dengan meja tulisnya: penataan terbalik
h. Meja berbaris: dua kelompok duduk berbagi satu meja.23
6. Kegiatan guru di dalam megelola kelas yaitu:
a. Penataan siswa di dalam kelas
1) Mengorganisasikan siswa
Pengorganisasian siswa dikelola dengan baik, organisasi
siswa ini mempunyai dua fungsi yaitu:
a) Melatih siswa dalam berorganisasi
b) Menciptakan ketertiban kelas
Organisasi kelas biasanya memiliki bentuk yang sangat
sederhana terdiri dari ketua kelas, sekretaris, bendahara dan
beberapa seksi sesuai kebutuhan.
2) Mengenal sifat dan tingkah laku siswa di kelas
Setiap guru harus mengenal sifat dan tingkah laku siswa agar dapat
memudahkan dalam proses pembelajaran, dan dapat menangani
masalah yang terjadi di dalam kelas.
3) Kegiatan-kegiatan guru di dalam kelas
a) Mengecek kehadiran siswa
b) Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa
c) Pendistribusian bahan dan alat
d) Mencatat data
e) Pemeliharaan arsip
f) Menyampaikan materi pelajaran
g) Memberikan tugas/PR24
b. Penataan ruang kelas
Penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan
situasi ruang kelas dan sekolah. Seperti ukuran ruang kelas, jumlah
siswa dan tingkat kedewasaan siswa.
23
Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-
ruang Kelas, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h. 51-52 24
Ade Rukmana dan Asep Suryana., Op. cit, h. 34
20
1) Pengaturan tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah
memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat
mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk akan
mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.
2) Pengaturan alat-alat pengajaran
Barang-barang disimpan pada tempat yang khusus yang
mudah dicapai bila diperlukan dan akan dipergunakan bagi
kepentingan belajar. Barang-barang yang nilai praktisnya tinggi
dapat disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman
kurikulum, kartu pribadi dan sebagaimana hendaknya ditempatkan
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan
siswa.25
3) Pengaturan Ventilasi dan tata cahaya
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaan kelas
salah satunya adalah kondisi fisik seperti ventilasi dan pengaturan
cahaya menurut Syaiful Sagala, mengenai pengaturan cahaya dan
ventilasi, berdasarkan pengamatan para peneliti bahwa kelas yang
baik haruslah dilengkapi jendela dan ventilasi yang memadai
sesuai standar kesehatan sehingga memungkinkan udara, cahaya
masuk dengan baik. Kondisi kelas demikian ini bisa menjamin
kesehatan para siswa, yang lebih utama lagi siswa merasa nyaman
dalam belajar. Ruangan cukup terang dan tidak membuat siswa
silau26
c. Disiplin Kelas
Dalam arti luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh
yang ditujukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat
memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan
25
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 168 26
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008),
h. 86
21
juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin
ditujukan peserta didik terhadap lingkungannya.27
Dari berbagai uraian teori tentang efektivitas pengelolaan kelas,
maka yang dimaksud efektivitas pengelolaan kelas adalah berbagai
jenis kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan mendayagunakan
seluruh potensi kelas agar menciptakan kondisi yang optimal dalam
proses pembelajaran sehingga mencapai tujuan pembelajaran yang
efektif dan efisien. Evektivitas pengelolaan kelas tersebut dapat diukur
dengan indicator pengelolaan fisik yang terdiri dari, penataan tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar, pengaturan tempat duduk,
ventilasi dan pengaturan cahaya, pengaturan penyimpangan barang-
barang. Sedangkan pengelolaan siswa terdiri dari peningkatan
kesadaran dari guru, mengenal alternative pengelolaan, menciptakan
kontrak social, mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang
timbul.
7. Tugas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Guru adalah orang yang bertugas membantu murid untuk
mendapatkan pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi
yang dimilikinya.28
Hal pertama kali yang menimbulkan kekaguman kita terhadap para
ahli pendidikan muslim terdahulu adalah penghargaan mereka terhadap
persoalan pendidikan ahli pendidikan muslim terdahulu adalah
pengahargaan mereka menilainya sebagai wujud tanggung jawab moral
yang sangat luhur. Mereka menganggap tugas mengajar bukan hanya
sekedar sebagai profesi kerja, melainkan lebih sebagai tuntunan kewajiban
agama.
Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan
kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam
27
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1995), h. 120 28
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2007) cet III, hal 123
22
bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara professional dalam
menjalankan fungsinya sebagai guru.
Pada dasarnya ada dua macam kegiatan yang dilaksanakan oleh
setiap guru, mereka mengelola sumber belajar dan melaksanakan dirinya
sebagai sumber belajar. Apabila seorang guru dengan sengaja menciptakan
suasana belajar di dalam kelasnya dengan maksud untuk mewujudkan
tujuan yang sudah dirumuskan maka ia bertindak sebagai “guru-manajer”.
Guru adalah sumber belajar untuk menentukan tujuan belajar dari pada
buku, kaset video sebagai sumber belajar.29
Penguasaan kelas ini merupakan masalah bagi guru terlebih bagi
para guru di kota-kota besar yang menghadapi siswa dengan keberagaman
latar belakang sosiokultur keluarga, serta perubahan-perubahan pada
anak-anak yang sangat kaya dengan informasi.
Dalam konteks peningkatan efektivitas kelas, guru tidak hanya
dengan penampilan menarik, penuh optimisme, antusias dan menguasai
bahan ajar dengan baik, namun guru juga harus memiliki berbagai
kemampuan penguasaan kelas dengan tidak menggunakan pendekatan
pemaksaan atau berbagai bentuk kekerasan psikologis lainnya, tapi justru
menggunakan berbagai pendekatan pedagogic yang mampu menciptakan
suasana tenang, penuh keceriaan dan penuh motivasi untuk belajar.
Menurut Muhammad Uzer Usma bahwa “Kualitas dan Kuantitas belajar
siswa di dalam kelas bergantung banyak faktor, antara lain ialah guru,
hubungan pribadi antara siswa didalam kelas, serta kondisi umum dan
suasan di dalam kelas.30
B. Supervisi Akademik Kepala Sekolah
1. Pengertian supervisi akademik
Secara bahasa supervisi berarti mengamati, mengawasi, atau
membimbing kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan
29
Ivor K. Davis, Pengelolaan Belajar,( Jakarta: Rajawali Press, 1991), cet II, hal. 34 30
Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, 2001 hal 10, cet ke-4
23
maksud untuk mengadakan perbaikan. Supervisi berasal dari kata
“super” artinya lebih atau atas, dan “vision” artinya melihat atau meninjau.
Secara estimologis supervisi artinya melihat atau meninjau yang dilakukan
oleh atasan terhadap pelaksanaan kegiatan bawahannya.31
Orang yang
berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir kearah
usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang lebih baik yang
dapat disebut dengan supervisor.
Menurut Ngalim Purwanto, supervisi adalah suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.32
Jadi
supervisi merupakan upaya melakukan perbaikan kepala sekolah dalam
memberikan masukan dan arahan oleh supervisor, sebagaimana dikutip
Piet. A. Sahertian, supervisi adalah “suatu usaha menstimulasi,
mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru
di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih
mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi
pengajaran”.33
Menurut Sergiovani dan Starrat, supervisi merupakan suatu proses
yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor
dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan
pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih
baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan
sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif”.34
Konsep supervisi didasarkan atas keyakinan bahwa perbaikan
merupakan suatu usaha yang kooperatif dari semua orang yang
berpartisipasi dan supervisor yang bertindak sebagai stimulator,
31
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2009), Cet. Ke-1, h.41 32
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosadakarya, 2005), Cet. Ke-15, h. 76 33
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Tekhnik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h.17
34
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-3, h. 111
24
pembimbing, dan konsultan bagi para tenaga pendidik dalam rangka upaya
perbaikan. Supervisi yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan,
tentu memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah.
Dalam hal ini supervisi lebih ditujukan untuk memberikan pelayanan
kepada kepala sekolah dalam melakukan pengelolaan kelembagaan secara
efektif dan efesien serta mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan.
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi
akademik dan supervisi manajerial. Supervisi akademik menitikberatkan
pada pengamatan pengawasan terhadap kegiatan akademik, berupa
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Supervisi manajerial
menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan
administarasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya
pembelajaran.
Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang berjudul dasar-
dasar supervisi akademik adalah supervisi yang menitikberatkan
pengamatan pada masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam
lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu
siswa ketika sedang dalam proses belajar35
Menurut Glickman, supervisi akademik adalah serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola
proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.36
Sedangkan
menurut Daresh bahwa supervisi akademik merupakan upaya membantu
guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan
pembelajaran.37
Jadi supervisi akademik tidak sama sekali menilai unjuk
kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu
guru mengembangkan kemampuan profesionalnya.
35Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. I, h. 5
36
Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan. Depdiknas. Metode dan Tekhnik Supervisi. Jakarta. 2008, h. 1,
(hhtp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/03/04/konsep-supervisi-akademik). 37
Ibid.,
25
Menurut Alfonso, Firth, dan Neville ada tiga konsep pokok (kunci)
dalm pengertian supervisi akademik, yaitu:
a. Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan
mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Inilah karekteristik esensial supervisi akademik. Sehubungan dengan
ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara
terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan
perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang
baik dan cocok bagi semua guru.
b. Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan
kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu
mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. desain
tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang
mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik
merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka
alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan
guru.
c. Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu
memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya.38
Dari uraian di atas bahwa perilaku supervisi akademik secara
langsung sangat mempengaruhi perilaku dalam mengelola proses
pembelajaran dan supervisor membantu guru mengembangkan
kemampuannya. Perilaku mengajar guru yang baik akan mempengaruhi
perilaku belajar muridnya. Dan tujuan akhirnya adalah terbinanya perilaku
belajar murid yang lebih baik.
Supervisi akademik adalah pembinaan yang menitikberatkan
pengamatan pada masa akademik yang langsung berada dalam lingkup
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru untuk membantu
siswa ketika sedang dalam proses belajar.39
Kesimpulannya supervisi
38
Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan. Depdiknas. Metode dan Teknik Supervisi, . . . , h. 2 39
Mukhtar dan Iskandar, op. cit., h. 43
26
akademik, kegiatan membantu guru secara langsung dalam mengelola
prosses pembelajaran untuk mencapai tujuan akademik. Demikian guru
sangat membutuhkan pengawasan dari seorang supervisor yang akan
mengevaluasi dan dapat meningkatkan kualitas pengajaran guru.
Pengawasan pendidikan ada dua yaitu pengawas pendidikan internal yang
dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas eksternal yang ditunjuk oleh
pemerintah untuk mengawasi sekolah tersebut. salah satu tugas kepala
sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang
dilakukan oleh tenaga kependidikan. 40
Maka peran kepala sekolah bukan
hanya sebagai pemimpin namun juga sebagai supervisor akademik yang
bertindak sebagai pembimbing dan konsultan bagi guru-guru dalam
perbaikan pengajaran dan menciptakan situasi belajar mengajar yang baik.
2. Tujuan dan Sasaran Supervisi Akademik
Menurut Glickman dan Sergiovani supervisi akademik memiliki
tujuan sebagai berikut: a. Membantu guru mengembangkan
kompetensinya, b. Mengembangkan kurikulum, c. Mengembangkan
kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK)41
Pelaksanaan supervisi akademik yang terpusat pada guru
merupakan sasaran pokok yang terdapat dalam kegiatan supervisi
akademik. Menurut Arikunto, “kegiatan pokok supervisi adalah
melakukan pembinaan kepada personil sekolah pada umumnya dan
khususnya guru, agar kualitas pembelajaran dapat meningkat”.42
Sebagai
dampak dalam meningkatnya kualitas pengajaran dan pembelajaran,
diharapkan dapat pula meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan
meningkatnya kualitas belajar siswa berarti meningkat pula kualitas
lulusan sekolah. Untuk meningkatkan kualitas pengajaran guru maka
kepala sekolah perlu melaksanakan pembinaan yang menerapkan prinsip
sebagai supervisor.
40
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), Cet. Ke-8, h. 111 41
http://www.sriudin.com/2011/10/konsep-supervisi-akademik.html 42
Suharsimi Arikunto, Op. cit. h.33
27
3. Prinsip Supervisi Akademik
Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor
dalam melaksanakan supervisi hendaknya bertumpu pada prinsip
supervisi. Menurut Sahertian prinsip-prinsip dapat disebutkan sebagai
berikut:
a. Prinsip ilmiah yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
1) Sistematis, yaitu dilaksanakan secara teratur, berencana dan
kontinu.
2) Objektif artinya data yang didapat berdasarkan pada observasi
nyata, bukan tafsiran pribadi.
3) Menggunakan alat/ instrument seperti angket, observasi, dan
percakapan pribadi yang dapat memberikan informasi sebagai
umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar
mengajar.
b. Prinsip demokratis
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan
kemanusiaan yang akrab. Demokratis mengandung makna menjunjung
tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan
bawahan, tapi berdasarkan rasa kejawatan.
c. Prinsip kerjasama
Seluruh staff sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan usaha
bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Sharing of idea, sharing of experience, memberi support (mendorong),
menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
d. Prinsip konstruktif dan kreatif
Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif menciptakan
suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat mengembangkan
potensi-potensinya. Prinsip ini menekankan bahwa kegiatan supervisi
dilaksanakan untuk membangun dan mengembangkan potensi kreatif
para guru. Supervisi diharapkan dilaksanakan dalam suasana yang
28
menyenangkan, bukan menakut-nakuti. Dengan begitu para guru lebih
termotivasi untuk mengembangkan potensi mereka.43
Dapat disimpulkan seorang pemimpin yang berfungsi sebagai
supervisor harus mempunyai prinsip supervisi agar mampu membina
hubungan yang baik. Sikap kreatif juga harus dimiliki oleh supervisor agar
setiap personil sekolah dapat berpastisipasi aktif dalam memperbaiki
proses belajar mengajar.
Ada beberapa prinsip lain yang harus dilakukan oleh supervisor
dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu :
a. Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan
kemanusiaan yang harmonis. Hubungan demikian ini bukan saja antara
supervisor dengan guru, melainkan juga antara supervisor dengan
pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik.
b. Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan.
Apabila guru telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah berarti
selesailah tugas supervisor melainkan harus tetap dibina secara
berkesinambungan. Hal ini karena mengingat adanya problem proses
pembelajaran selalu muncul dan berkembang.
c. Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor harus melibatkan
secara aktif guru yang dibinanya. Oleh sebab itu, program supervisi
akademik sebaiknya direncanakan, dikembangkan dan dilaksanakan
bersama secara kooperatif dengan guru, kepala sekolah, dan pihak lain
yang terkait di bawah ini koordinasi supervisor.
d. Program supervisi akademik harus integral dengan program
pendidikan. Antara satu sistem dengan sistem lainnya harus
dilaksanakan secara integral. Dengan demikian, maka program
supervisi akademik integral dengan program pendidikan secara
keseluruhan salaing terkait antara satu sama lain. Sehingga program
supervisi akademik akan lebih mudah diimplementasikan secara
efektif.
e. Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik
harus mencakup keseluruahan aspek pengembangan akademik. Prinsip
ini tiada lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multi tujuan supervisi
akademik, berupa pengawasan kualitas, pengembangan professional,
dan memotivasi guru, sebagimana telah dijelaskan di muka.
f. Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik bukanlah
sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru, akan tetapi
supervisi akademik membantu mengembangkan pertumbuhan dan
kreatifitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem
akademik yang dihadapi.
43
Sahertian, op. cit., h. 20
29
g. Supervisi akademik harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan,
mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik. Di sinilah
letak pentingnya instrument pengukuran yang memiliki validitas dan
relihabilitas yang tinggi untuk mengukur seberapa kemampuan guru
dalam mengelola proses pembelajaran.44
Sebagaimana dikemukakan oleh pakar supervisi akademik,
beberapa istilah seperti demokrasi, kooperatif dan kerja kelompok telah
banyak dibahas dan dihubungkan dengan konsep supervisi akademik.
Pembahasannya semata-mata menunjukkan bahwa perilaku supervisi
akademik itu harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, dimana supervisor
sebagai atasan dan guru sebagai bawahan. Begitu pula dalam latar sistem
persekolahan, keseluruhan anggota (guru) harus aktif berpastisipasi.
Prinsip-prinsip ini yang harus direalisasikan pada setiap proses supervisi
akademik di sekolah-sekolah.
Menurut Imam Tholkhah, ada empat macam prinsip supervisi yang
perlu diperhatikan oleh kepala sekolah sebagai supervisor akademik yaitu:
Pertama, supervisi bersifat korektif. Supervisi korektif ini bukan
berarti mencari kesalahan, tetapi juga ditemukan kekurangan atau suatu
kesalahan profesi maka kepala sekolah segera untuk memperbaiki dan
menyusun rencana atau tata kerja yang lebih baik dimasa-masa
selanjutnya. Kedua, supervisi yang bersifat preventif. Kepala sekolah
harus bisa mengemukakan kesulitan-kesulitan yang ada dengan rasional
sehingga ditemukan jawaban solutif yang mampu mencegah terulangnya
kemungkinan kesalahan serupa, supervisi yang sifatnya mencegah
kesulitan yang dihadapi, dan berusaha untuk memupuk rasa percaya diri.
Ketiga, supervisi yang bersifat konstruktif atau mengembangkan wawasan
pengetahuan. Kepala sekolah seharusnya senantiasa berusaha membangun
kreasi dan imajinasi ke arah pengembangan pendidikan yang lebih baik
secara kompetitif. Keempat, supervisi yang bersifat kreatif. Kepala sekolah
harus memberikan “rangsangan akademik” kepada semua sivitas sekolah
44
Surya Dharma, “Pendidikan dan Pelatihan Supervisi Akademik dalam Peningkatan
Professionalisme Guru” (http://infopendidikankita.blogspot.com/2012/02/supervisi-
akademik.html, h. 18-19
30
supaya mereka lebih kreatif dan produktif, serta bisa dibangun sikap
kerjasama yang baik.45
Penjelasan di atas memberikan implikasi khusus bahwa supervisi
akademik yang baik harus mampu membuat guru semakin kompeten, yaitu
guru semakin menguasai kompetensi, baik kompetensi kepribadian,
kompetensi pedagogik, kompetensi professional, dan kompetensi social.
Oleh karena itu, supervisi akademik harus menyentuh para pengembangan
seluruh kompetensi guru.
4. Teknik Supervisi Akademik
Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan
potensi sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai alat
(device) dan teknik supervisi. Alat dan teknik supervisi dapat dibedakan
dalam dua macam alat/teknik. Teknik yang bersifat individual, yaitu teknik
yang dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan teknik yang
bersifat kelompok, yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari
satu orang.
Yang dimaksud dengan teknik perseorangan adalah supervisi yang
dilakukan secara individual. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan yaitu:
a. Kunjungan kelas
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
kunjungan kelas adalah :
1) Kunjungan dapat dilakukan dengan memberitahu, atau tidak
memberitahu, tergantung pada sifat tujuan dan masalahnya.
2) Kunjungan dapat juga atas permintaan madrasah atau guru yang
bersangkutan
3) Sudah memiliki pedoman tentang hal-hal yang akan dilakukan
dalam kunjungan tersebut baik berupa instrumen atau catatan-
catatan
45
Imam Tholkhah dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan, Mengurai Akar
Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet.
Ke-1, h. 200
31
4) Sarana kunjungan dan tujuan harus sudah cukup jelas
b. Observasi kelas
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pengamat:
1) Pengamat harus sudah menguasai masalah, tujuan, dan sasaran
2) Observasi sedapat mungkin tidak mengganggu KBM
3) Pengamat sudah menyiapkan instrument atau Petunjuk Observasi
c. Tes Dadakan
Tes dadakan diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk
mengetahui pencapaian target kurikulum dan daya serap siswa sampai
pada tes dadakan diberikan46
Sedangkan Tekhnik kelompok adalah suatu cara pelaksanaan
program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Bentuk-
bentuk tekhnik yang bersifat kelompok ini, diantaranya yang umum
dikenal adalah:
a. Pertemuan orientasi
b. Rapat Guru
c. Studi kelompok antara guru latih
d. Diskusi sebagai proses kelompok
e. Tukar menukar pengalaman (sharing of experience)
f. Loka karya (workshop)
g. Diskusi panel
h. Seminar
i. Simposium
j. Demonstrasi mengajar
k. Perpustakaan jabatan
l. Buletin supervisi
m. Membaca langsung
n. Mengikuti kursus
o. Organisasi jabatan
46
Ahmad Azhari, Supervisi Rencana Program Pembelajaran, (Jakarta: Rian Putra, 2004),
Cet k-3, h. 5
32
p. Laboratorium kurikulum
q. Perjalanan sekolah47
Menurut Ngalim Purwanto, tekhnik supervisi kelompok secara
rinci dapat dilakukan antara lain, mengadakan pertemuan atau rapat
dengan guru-guru untuk membicarakan berbagai hal yang berhubungan
dengan proses dan hasil belajar mengajar, mengadakan dan membimbing
diskusi kelompok diantara guru-guru bidang studi, memberikan
kesempatan kepada guru-guru bidang studi untuk mengikuti penataran
yang sesuai dengan bidang tugasnya, dan membimbing guru-guru dalam
mempraktekkan hasil-hasil penataran yang telah diikutinya.48
Dilihat dari cara menghadapi guru yang dibimbing adapun teknik-
teknik supervisi, dapat dibedakan menjadi teknik langsung dan tidak
langsung.
a. Teknik langsung dapat dilaksanakan dengan cara:
1) Menyelenggarakan rapat guru
2) Menyelenggarakan workshop
3) Kunjungan kelas, dan
4) Mengadakan konferensi
b. Tekhnik tidak langsung antara lain dilaksanakan dengan cara:
1) Melalui bulletin board,
2) Questionnaire, dan
3) Membaca terpimpin.49
Dari beberapa pendapat tersebut, untuk menetapkan tekhnik-
tekhnik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang kepala
sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang
akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap tekhnik di atas dan
sifat atau kepribadian guru, sehingga tekhnik yang digunakan benar-benar
sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik.
47
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran: dalam Profesi Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2010), Cet. I, h. 175 48
Purwanto, op. cit., h. 123 49
Syaiful Sagala, Op,cit., h. 173
33
5. Proses Supervisi Akademik
Proses supervisi akademik ini dilakukan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan dan tindak lanjut. Proses tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut:
a. Perencanaan supervisi akademik
Adapun kegiatan persiapan yang perlu dilakukan adalah:
1) Mengidentifikasi dan menentukan sekolah-sekolah yang akan
disupervisi beserta berbagai permasalahan yang harus diselesaikan
pada sekolah tersebut.
2) Menyusun program supervisi yang mencerminkan tentang adanya
jenis kegiatan, tujuan dan sasaran, waktu, biaya dan instrumen
supervisi
3) Menyusun organisasi supervisi yang mencerminkan adanya
mekanisme pelaksanaan kegiatan, pelaporan dan tindak lanjut, dsb.
4) Menyiapkan berbagai instrument supervisi yang diperlukan.50
Salah satu tugas kepala sekolah adalah merencanakan supervisi
akademik. Agar kepala sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik, maka kepala sekolah harus memiliki kompetensi membuat
rencana program supervisi akademik. Perencanaan program supervisi
akademik adalah penyusunan dokumen perencana pelaksanaan dan
perencana pemantauan dalam rangka membantu guru mengembangkan
kemampuan mengelola proses pembelajaran untuk mencapai
pembelajaran.
Manfaat perencanaan program supervisi akademik adalah
sebagai berikut.
1) Sebagai pedoman pelaksanaan dan pengawasan akademik
2) Untuk menyamakan persepsi seluruh warga sekolah tentang
program supervisi akademik.
50
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman
Pengembangan: Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Jakarta, 2003, h. 56-57
34
3) Penjamin penghematan serta keefektifan penggunaan sumber daya
sekolah (tenaga, waktu, dan biaya)
Dalam perencanaan supervisi akademik ini perlu dipersiapkan
sasaran utama dan tujuannya. Maka sasaran utama supervisi akademik
adalah proses belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan mutu
proses dan mutu hasil pembelajaran. Variabel yang mempengaruhi
proses pembelajaran antara lain guru, siswa, kurikulum, alat, dan buku
pelajaran serta kondisi lingkungan dan fisik. Oleh sebab itu, focus
utama supervisi akademik adalah usaha-usaha yang sifatnya
memberikan kesempatan kepada guru untuk berkembang secara
professional sehingga mampu melaksanakan tugas pokoknya, yaitu:
memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil belajar pembelajaran
Seorang kepala sekolah yang akan melaksanakan kegiatan
supervisi harus menyiapkan perlengkapan supervisi, instrumen, sesuai
dengan tujuan, sasaran, objek, metode, tekhnik dan pendekatan yang
direncanakan karena dengan perencanaan itu maka proses supervisi
akan berjalan dengan baik dan perencanaan supervisi ini di jadikan
pedoman untuk pelaksanaan supervisi akademik.
b. Pelaksanaan supervisi akademik
Hal-hal pokok yang perlu mendapat perhatian supervisor dalam
melaksanakan kegiatan supervisi adalah:
1) Supervisi hendaknya dilakukan pada awal dan akhir catur wulan
2) Supervisor bukan mencari-cari kesalahan orang yang disupervisi
atau mengguruinya, akan tetapi dalam rangka penilaian dan
pembinaan
3) Segi-segi yang disupervisi mencakup dua hal pokok, yaitu teknis
edukatif dan administratif
4) Trampil menggunakan dan mengembangkan instrument supervisi
pendidikan.
5) Karena supervisi bersifat pembinaan, maka setiap supervisor
hendaknya memiliki kemampuan professional sebagai Pembina
6) Menguasai substansi materi yang akan disupervisi, khususnya
kurikulum, PBM dan evaluasi
7) Supervisi hendaknya dilakukan secara berkesinambungan
35
8) Agar pelaksanaan supervisi berhasil dengan baik, maka prinsip
kemitraan kerja dengan unsure-unsur yang disupervisikan menjadi
sangat penting untuk diperhatikan.51
Ada tiga hal penting yang direncanakan dalam pengawasan
proses pembelajaran. Ketiga hal itu adalah pemantauan, supervisi, dan
evaluasi. Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan hal-hal yang
direncanakan dan dilakukan dalam ketiga kegiatan itu. Perencanaan
pemantauan direalisasikan dalam bentuk tindakan pemantauan.
Tindakan pemantauan dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.
Cara, tekhnik, prosedur, dan instrument yang digunakan mengacu
kepada program atau rencana yang dibuat. Dengan acuan itu setiap
aktifitas pemantauan akan dapat dikendalikan dan diukur. Produknya
atau hasilnya adalah data atau informasi dalam bentuk dokumen,
rekaman, atau catatan. Jadi, pada dasarnya memantau adalah
melaksanakan program pemantauan untuk mengumpulkan informasi
atau data yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi ril
proses pembelajaran pada satuan pendidikan.
Pelaksanaan pengawasan yang kedua adalah supervisi.
Supervisi adalah upaya untuk membantu pendidik memperbaiki dan
atau meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Pelakasanaan supervisi terkait dengan hasil pemantauan. Jika hasil
pemantauan menggambarkan kondisi yang kurang atau belum baik,
maka supervisi ditetapkan untuk memperbaiki kualitas proses
pembelajaran. Pelaksanaan supervisi tentu saja mengacu kepada
program supervisi yang telah disusun. Dengan demikian, tindakan-
tindakan dalam supervisi akan terlihat sebagai tindakan dan terukur
secara standar.
Hasil kegiatan supervisi adalah terjadinya perbaikan dan atau
peningkatan. Perbaikan dan peningkatan akan terlihat pada kompetensi
pendidik yang bermuara kepada proses dan hasil. Hasil supervisi akan
51
Ibid, h. 57-58
36
terlihat pada kemampuan atau kompetensi pendidik dalam
merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses/hasil pembelajaran.
Tolak ukur keberhasilan supervisi berada pada ketiga tataran kegiatan
itu yakni peningkatan kemampuan pendidik, dalam merencanakan,
melaksanakan, dan menilai proses/hasil pembelajaran. Jadi, pada
dasarnya hasil supervisi akan terlihat pada proses dan hasil. Proses
dapat diamati pada aktifitas pendidik dan hasil pada produk kerjanya.
Pelaksanaan pengawasan ketiga adalah evaluasi. Evaluasi
dilakukan terhadap kompetensi pendidik dalam merencanakan,
melaksanakan, dan menilai proses/hasil belajar. Evaluasi dikaitkan
dengan standar nasional pendidikan yakni standar proses dan
kompetensi pendidik. Standar proses diatur dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007. Apakah perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian proses/ hasil pembelajaran telah memenuhi
tuntutan standar proses, jika sudah berarti kompetensi pendidik telah
terevaluasi dengan benar dan tepat.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa pelaksanaan
pengawasan proses pembelajaran merupakan rangkaian dalam bentuk
siklus atau putaran. Pemantauan dilakukan untuk mengumpulkan
informasi atau data. Informasi atau data memperlihatakan gambaran
nyata proses pembelajaran. Dari gambaran nyata itu dilakukan
supervisi dalam bentuk perbaikan dan atau peningkatan kualitas proses
pembelajaran. Hasil supervisi, kemudian dievaluasi, dilihat dengan
patron standar yakni standar proses dan standar kompetensi pendidik.
Secara menyeluruh kegiatan pengawasan yang berlangsung pada satu
periode, ditandai dengan penyusunan program sampai kepada tindak
lanjut. Di dalamnya akan ada penilaian, pembinaan, pemantauan,
analisis hasil, evaluasi, dan pelaporan.
c. Pelaporan/ Penilaian
Penilaian yang dimaksud dalam konteks ini adalah penilaian
terhadap pelaksanaan dan hasil supervisi, yang meliputi:
37
1) Keterbacaan dan keterlaksanaan program supervisi
2) Keterbacaan dan kemantapan instrument
3) Permasalahan dalam supervisi edukatif dan administratif
4) Hasil supervisi
5) Volume dan frekuensi kegiatan supervisi52
Ada tiga substansi isi laporan pengawasan proses
pembelajaran. Ketiga substansi itu adalah hasil pemantauan, hasil
supervisi, dan hasil evaluasi. Di dalam hasil pemantauan terdapat hasil
kerja penilaian terhadap proses pembelajaran. Jika pemantauan diberi
makna mengumpulkan informasi atau data, maka penilaian dimaknai
sebagai proses pengolahan dan penafsiran data yang dapat dijadikan
landasan untuk perlakuan selanjutnya. Isi laporan tentang pemantauan
merupakan deskripsi dari data dan informasi, prosedur dan hasil
pengolahan data, prosedur penafsiran data, hasil penafsiran data
sebagai data yang bermakna, dan rekomendasi untuk pelaksanaan
supervisi.
Isi laporan supervisi sekurang-kurangnya menyangkut empat
hal. Keempat hal itu adalah tujuan, sasaran, prosedur pelaksanaan, dan
hasil. Tujuan supervisi pada dasarnya hanya menyalin dari yang telah
ada pada program supervisi. Tujuan tersebut tentunya harus tegas,
tajam, jelas, terukur, dan tidak mengandung makna ganda atau mendua
makna, sasaran harus terukur baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif. Sasaran yang terukur akan dapat menjadi pedoman untuk
menentukan keberhasilan dan ketidakberhasilan dalam supervisi.
Prosedur pelaksanaan diuraian secara jelas sehingga menggambarkan
langkah-langkah nyata dalam supervisi. Fase-fase pekerjaan dalam
supervisi tergambar pada bagian ini sehingga setiap fase akan terlihat
sebagai bagian dari fase yang lain. Hasil supervisi dideskripsikan
dengan bahasa yang jelas, mudah dipahami, dan dapat ditangkap
maknanya.
52
Ibid, h. 58-59
38
Isi laporan evaluasi sekurang-kurangnya memuat tiga hal
pokok. Ketiga hal pokok itu adalah prosedur atau tekhnik evaluasi,
instrumen yang digunakan dalam evaluasi, dan hasil evaluasi.prosedur
evaluasi diuraiakan secara ringkas dan komunikatif. Tahap-tahapan
dalam evaluasi digambarkan secara jelas sehingga terlihat hubungan
antara satu tahap dengan tahap yang lain. Instrument evaluasi
ditampilakan dan dijelaskan secara komunikatif sehingga fungsi
instrument tersebut terlihat dengan jelas. Artinya bahwa alat
evaluasiyang digunakan benar-benar berfungsi, berdayaguna, dan
berhasil guna untuk keperluan evaluasi. Hasil evaluasi merupakan
jasmen dari evaluator terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Oleh
karena itu, hasil evaluasi benar-benar diungkapkan dengan jelas dan
mudah dipahami. Hal itu penting karena hasil evaluasi ini akan
bermuara kepada tindak lanjut.
Bahasa laporan hendaklah menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa
Indonesia yang sesuai dengan konteks, situasi, dan kondisi. Bahasa
Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia baku. Hal yang paling penting dari itu, bahasa
yang digunakan dalam laporan adalah bahasa yang komunikatif, dapat
dipahami, dan dapat dicerna dengan mudah oleh pembaca. Tujuan dari
sebuah laporan adalah agar orang lain memahami isi atau substansi
laporan dan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai landasan untuk
perlakukan berikutnya.
d. Tindak Lanjut
Tindak lanjut adalah bagian terakhir dari kegiatan pengawasan
proses pembelajaran. Tindak lajut merupakan jastifikasi, rekomendasi,
dan eksekusi yang disampaikan oleh pengawas atau kepala satuan
pendidikan tentang pendidik yang menjadi sasaran kepengawasannya.
Sedangkan tindak lanjut dari kegiatan supervisi antara lain
adalah:
39
1) Penyusunan rencana dan program supervisi
2) Langkah-langkah pembinaan
3) Perumusan kebijaksanaan pada tingkat pejabat structural baik di
tingkat pusat maupun daerah
4) Mengamankan data dan informasi sebagai dokumen resmi bagi
semua instansi terkait.
Seperti diuraikan sebelumnya, ada tiga alternative tindak lanjut
yang diberikan terhadap pendidik. Ketiga tindak lanjut itu adalah: (1)
penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah
memenuhi standar; (2) teguran yang bersifat mendidik diberikan
kepada guru yang belum memenuhi standar; dan (3) guru diberi
kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.53
Pendidik perlu penguatan atas kompetensi yang dicapainya.
Penguatan adalah bentuk pembenaran, bentuk legalisasi, dan bentuk
pengakuan atas kompetensi dicapainya. Pengakuan seperti ini
diperlukan oleh pendidikan, bukan hanya sebagai motivasi atas
keberhasilannya, tetapi juga sebagai kepuasan individu dan kepuasan
professional atas kerja kerasnya. Penguatan seperti ini jarang, bahkan
hampir tidak diterima oleh pendidik. Penghargaan bagi pendidik yang
telah memenuhi standar perlu diberikan. Hal itu akan membedakan
antara pendidik yang berkompetensi standar dengan yang belum
standar. Bentuk penghargaan yang diberikan sesuai dengan kondisi
pada satuan pendidikan dan pengawasan sekolah yang menjadi
pengawasnya. Hal ini pun jarang bahkan hampir tidak diperoleh guru
selama ini.
Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang
belum memenuhi standar. Teguran dapat dilakukan dengan cara lisan
atau tertulis. Idealnya, untuk memenuhi persyaratan administrative,
teguran syogiyanya disampaikan secara tertulis. Hal itu akan dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat pula terdokumentasi. Jika teguran
53
Ibid h. 59
40
itu berhasil memotivasi pendidik, dokumennya akan bermakna positif
baik bagi yang menegur maupun yang ditegur. Jika teguran itu tidak
berhasil memotivasi agar pendidik berupaya mencapai standar dalam
kerjanya, tentu dapat dilanjutkan dengan teguran berikutnya. Intinya,
teguran yang bersifat mendidik adalah teguran yang diharapkkan dapat
menimbulkan perubahan dan yang ditegur tidak merasa dilecehkan
atau tidak merasa tersinggung.
Tindak lanjut yang terakhir adalah merekomendasikan agar
pendidik diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau penataran.
Rekomendasi itu bukan hanya bermakna bagi pendidik, tetapi juga
bermakna bagi institusi tempat pendidik bertugas untuk meningkatkan
kinerjanya.
6. Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Dimensi kompetensi supervisi meliputi, merencanakan program
supervisi akademik dalam rangka peningkatan kualitas pengajaran guru,
melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan tekhnik supervisi yang tepat, serta menindaklanjuti hasil
supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan kualitas
pengajaran guru.
Dari uraian diatas mengisyaratkan kompetensi supervisi akademik
adalah kemampuan kepala sekolah dalam membina dan menilai para guru
dalam melaksanakan tugas profesi guru. Maka kepala sekolah harus lebih
menguasai kompetensi akademik dibandingkan para guru agar dapat
melaksanakan supervisi akademik yang optimal serta dapat meningkatkan
kualitas professional guru dan meningkatkan kualitas pengajaran guru.
Sedangkan bilamana merujuk kepada Permendiknas Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah, ada tiga kompetensi supervisi yang
harus dimiliki kepala sekolah dalam rangka melaksanakan supervisi
akademik yaitu sebagai berikut:
41
a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan tekhnik supervisi yang tepat.
c. Menidaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.54
Uraian diatas mengisyaratkan bahwa kompetensi supervisi
akademik adalah suatu aktifitas, kemampuan dalam membina dan menilai
para guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Maka supervisi
akademik merupakan pembinaan yang difokuskan untuk meningkatkan
kompetensi guru agar mampu meningkatkan kualitas profesinya. Dengan
demikian, kompetensi supervisi tersebut perlu diterapkan dalam
pelaksanaan supervisi akademik.
7. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Supervisi sesungguhnya dapat diaksanakan oleh kepala sekolah
yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi
pendidikan modern diperlukan supervisor khusus yang lebih independent,
dan dapat meningkatkan objektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan
tugasnya.
Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif
antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan
individual, dan simulasi pembelajaran.
a. Diskusi kelompok, diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan bersama guru-guru dan bisa juga melibatkan tenaga
administrasi, untuk memecahkan berbagai masalah di sekolah, dalam
mencapai suatu keputusan. Banyak masalah yang ddipecahkan dalam
diskusi kelompok, seperti peningkatan kemampuan tenaga
kependidikann, dan masalah hasil temuan kepala sekolah pada
kegiatan observasi di dalam atau di luar kelas.
54
Ibid., h. 470
42
b. Kunjungan kelas, kunjungan kelas dapat digunakan oleh kepala
sekolah sebagai salah satu teknik untuk mengamati kegiatan
pembelajaran secara langsung. Kunjungan kelas merupakan teknis
yang sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi secara langsung
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan profesionalisme guru
dalam melakukan tugas pokoknya mengajar, terutama dalam pemilihan
dan penggunaan metode pembelajaran, media yang digunakan oleh
guru dalam pembelajaran, serta mengetahui secara langsung
pengetahuan peserta didik dalam menangkap materi yang diajarkan.
Dalam kunjungan kelas/ observasi kelas, pengawas dapat
melakukan pengamatan tentang:
1) Kesiapan mengajar guru
2) Kesiapan belajar siswa
3) Penguasaan materi yang akan disajikan
4) Kemampuan menggunakan berbagai metode belajar mengajar
5) Kemampuan memanfaatkan sarana, alat dan media pembelajaran
6) Kemampuan membuka dan menutup pelajaran55
c. Pembicaraan individual, merupakan teknik bimbingan dan konseling
kepada guru, baik berkaitan dengan kegiatan pembelajaran maupun
masalah yang menyangkut profesionalisme guru
d. Simulasi pembelajaran, merupakan suatu teknik supervisi berbentuk
demontrasi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah,
sehingga guru dapat menganalisa penampilan yang diamatinya sebagai
intropeksi diri, walaupun sebenarnya tidak ada cara mengajar yang
paling baik.56
Konsep kepala sekolah sebagai supervisor menunjukkan adanya
perbaikan pengajaran pada sekolah yang dipimpinnya, perbaikan ini
tampak setelah dilakukan sentuhan supervisor berupa bantuan mengatasi
55
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman
Pengembangan: Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Jakarta, 2003, h. 62-63 56
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007) cet IX hal. 113-114
43
kesulitan guru dalam mengajar. Untuk itulah kepala sekolah perlu
memahami program dan strategi pengajaran, sehingga ia mampu member
bantuan kepada guru yang mengalami kesulitan misalnya dalam menyusun
program dan strategi pengajarannya masing-masing.
C. Kerangka Berfikir
Kepala sekolah sebagai supervisor sangat berperan dalam
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah. Kepala sekolah
mempunyai tugas untuk membina lembaganya agar berhasil mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditargetkan. Tercapai atau tidaknya hasil belajar siswa
tergantung bagaimana peran supervisi yang ada di sekolah tersebut.
efektivitasnya pengelolaan kelas apabila adanya supervisi akademik.
Efektifnya suatu kelas akan menimbulkan suasana belajar yang baik
untuk mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar. Fasilitas kelas
yang mendukung juga berpengaruh penting dalam kegiatan belajar dikelas
karena jika tidak adanya fasilitas kelas maka kegiatan belajar mengajar akan
terhambat untuk mencapai hasil yang baik. Oleh karena itu perlunya kepala
sekolah perlu melakukan supervisi akademik agar dapat membantu guru untuk
meningkatkan efektivitas pengelolaan kelas. Dengan adanya supervisi
akademik kepala sekolah dapat membina dan membantu guru-guru dalam
meningkatkan efektivitas pengelolaan kelas. Peran supervisi akademik kepala
sekolah merupakan salah satu peran yang penting dalam meningkatkan
efektivitas pengelolaan kelas karena kepala sekolah dapat melihat bagaimana
perkembangan guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran di
kelas. Oleh karena itu, peran supervisi akademik kepala sekolah yang baik
dapat meningkatkan efektivitasnya pengelolaan kelas.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada salah satu lembaga pendidikan yaitu
MAN Insan Cendekia Serpong di Jl. Cendekia, BSD Sektor XI, Kota
TangerangSelatan, Kode Pos: 15310 Telp. +6221- 7563578 (hunting), Fax..
+6221- 7563582, Website: www.ic.sch.id. Penelitian ini dilakukan selama 3
bulan dari bulan Desember 2013 - April 2014
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara mengadakan penelitian lapangan terhadap objek yang
dituju untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan. Adapun
teknik yang digunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
C. Variable Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari dua variabel, yaitu supervisi akademik
kepala sekolah dan pengelolaan kelas
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer mencakup subjeknya
yaitu Kepala Sekolah dan Guru sebagai tempat mencari informasi.
45
Sedangkan sumber data sekunder yaitu seperti dokumen-dokumen atau
catatan-catatan tentang sekolah yang berhubungan dengan penelitian misalnya
data yang diperoleh didapat melalui Tata Usaha, daftar kumpulan nilai, guru
mata pelajaran, wali kelas, proses pembelajaran di kelas, kondisi ruang kelas.
E. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini digunakan beberapa
metode antara lain :
1. Observasi
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.1 Penulis melakukan
observasi ke sekolah dengan mengamati dan mencatat kegiatan guru di
kelas. Data yang ingin diperoleh melalui observasi langsung ini adalah
pemerincian tentang peran supervisi akademik kepala sekolah dalam
pengelolaan kelas, data yang diperoleh dari dokumentasi adalah data
penilaian KBM.
2. Wawancara (interview)
Wawancara yang peneliti gunakan adalah jenis wawancara
semistructure interview. Di mana jenis wawancara ini sudah termasuk
dalam kategori in-dept interview. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana informan
diminta pendapat dan ide-idenya.2 Jadi tekhnik Metode wawancara
(interview) adalah mengumpulkan data dengan jalan tanya jawab yang
dikerjakan sistematis yang dilakukan dua orang atau lebih yang hadir
secara fisik dalam proses Tanya jawab. Mengadakan wawancara kepada
kepala sekolah.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang “Peran
Supervisi Akademik Kepala Sekolah MAN Insan Cendikia Serpong”
1Ibid, h. 203
2Ibid, h. 318
46
3. Instrumen
Instrumen merupakan alat yang digunakan sebagai pengumpul data
dalam suatu penelitian. Instrumen yang digunakan adalah wawancara dan
angket.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrument
Variabel Dimensi Indikator Instrument
Supervisi
akademik
kepala sekolah
Proses Supervisi
akademik
1. perencanaan
supervisi akademik
2. pelaksanaan
supervisi akademik
3. pelaporan
4. Tindak lanjut
Wawancara
Pengelolaan
kelas
1. Pra Pembelajaran
2. Kegiatan Inti
Pembelajaran
3. Penutup
Observasi
4. Dokumentasi
Menurut Sugiyono dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlaku.3 Pengumpulan dokumen dilakukan yaitu dengan cara
mengamati tentang sekolah MAN Insan Cendekia seperti jumlah guru,
murid, struktur organisasi dan dokumentasi foto kegiatan resosialisasi
yang pernah dilakukan.
3Ibid, h. 326
47
F. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul dilakukan pengolahan data. Kemudian
langkah selanjutnya adalah pengolahan dan analisis data. Tekhnik pengolahan
data yang digunakan adalah:
1. Editing
Dalam mengolah data yang harus dilakukan pertama kali adalah
melakukan editing. Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang
telah diserahkan oleh para pengumpul data.4 Pada tahap ini mengedit
dengan memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para
pengumpul data. Angket yang telah diisi oleh responden dan dikembalikan
kepada penulis, kemudian segera diperiksa satu persatu angket yang
dikembalikan dari nomor satu sampai nomor terakhir.
2. Tabulasi
Pekerjaan tabulasi adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban-jawaban
yang sudah diberi kode kategori jawaban kemudian dimasukan dalam
tabel.5 Tabulasi ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi
dalam setiap item yang penulis kemukakan. Untuk kemudian dibuatlah
tabel yang berbentuk kolom untuk mewakili setiap bagian angket.
G. Teknik Analisa Data
Penelitian dengan pendekatan kualitatif, teknik analisa data dilakukan
secara bersamaan dengan pengumpulan data.6 Sedikitnya ada tiga prosedur
analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yang dilakukan
secara interaktif, yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Upaya peneliti mereduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
4Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2004), h. 153 5Ibid, h. 155
6 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&B,
(Bandung: Alfabeta, 2006), Cet. II, h. 275
48
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memudahkan peneliti
untuk mengumpulkan data selanjutnya.
2. Penyajian data (Data Display)
Pada langkah ini peneliti menyajikan data yang telah direduksi ke dalam
bentuk label, grafik, pie chart, pictogram dan sejenisnya. Melalui
penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola,
sehingga akan semakin mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang ditemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
ditemukan bukti-bukti baru yang kuat pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Akan tetapi bila ternyata kesimpulan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang kuat valid dan konsisten pada saat peneliti
melakukan tahap pengumpulan data selanjutnya, maka kesimpulan itu
merupakan yang kredibel7
Jadi, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
rumusan masalah, tetapi masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah penelitian di lapangan.
7 Ibid, hal 338
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MAN Insan Cendekia
1. Sejarah berdiri MAN Insan Cendekia
Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi dalam penguasaan IPTEK yang didasari nilai keimanan
dan ketakwaan, pada tahun 1996 BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi) mendirikan SMU Insan Cendekia di Serpong melalui program
penyetaraan IPTEK STEP (Science and Technology Equity Program) bagi
sekolah-sekolah yang berada dilingkungan pondok pesantren.
Pada tahun pelajaran pertama (1996/1997), penerimaan siswa SMU
Insan Cendekia diprioritaskan bagi siswa-siswi SMU/MA kelas satu dan
siswa-siswi lulusan SMP/MTs berprestasi yang berasal dari pondok
pesantren dan sekolah Islam lainnya. Akan tetapi, mulai tahun pelajaran
kedua (1997/1998) SMU Insan Cendekia memberi kesempatan pula
kepada siswa-siswi SLTP umum dan MTs baik negeri maupun swasta.
Sejak tahun pelajaran 2000/2001 SMU Insan cendekia baik yang
berada di Serpong maupun di Gorontalo dilimpahkan pengelolaannya oleh
BPPT kepada Departemen Agama RI. Untuk tetap mempertahankan ciri
khas penguasaan IPTEK dan IMTAK, maka dalam pengelolaan dan
pembinaannya Departemen Agama dan Madrasah Aliyah Insan Cendekia
dengan tanpa mengurangi dan mengubah sistem pengajaran secara
keseluruhan yang telah berjalan selama ini.
50
Pada tahun 2001, dengan SK Menteri Agama RI, Nomor 490 Tahun
2001 SMU Insan Cendekia Serpong berubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) Insan Cendekia Serpong.1 Madrasah ini sebagai salah satu sekolah
yang berasrama (Boarding School) yang mempunyai visi dan misi sebagai
berikut.
a. Visi
MAN Insan Cendekia adalah “Terwujudnya sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi dalam keimanan dan ketakwaan, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan mengaktualisasikan diri dalam kehidupan
masyarakat.”2 Penjelasan dari visi diatas adalah dengan melalui proses
pendidikan mampu menciptakan manusia yang berkualitas tingi bukan
hanya dalam bidang akademik, teknologi tetapi yang sangat penting dalam
bidang agama. Karena di sekolah ini Oleh karena itu MAN ini sudah
melahirkan siswa-siswa yang berkualitas.
b. Misi
1) Menyiapkan calon pemimpin masa depan yang menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, mempunyai daya juang tinggi, mampu
berkomunikasi dalam bahasa internasional, inovatif, dan mempunyai
landasan iman dan takwa yang kuat
2) Membentuk sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan yang
professional
3) Menjadikan MAN Insan Cendekia Serpong sebagai madrasah model
dalam pengembangan pengajaran iptek dan imtak bagi lembaga
pendidikan lainnya.3
Pernyataan makna diatas pernyataan misi dimaksud adalah:
1) Melalui pendidikan dan keterampilan di madrasah ini diharapkan
mampu menfasilitasi pribadi yang dapat meciptakan calon pemimpin
yang dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu
1Data dokumentasi sekolah
2Data Dokumentasi Sekolah
3Data Dokumentasi Sekolah
51
berkomunikasi dalam bahasa Internasional. Dan menciptakan calon
pemimpin yang mempunyai landasan iman dan takwa yang kuat
2) Dengan kegiatan pengajaran dan pendidikan yang dilakukan di
madrasah ini dengan menonkolkan iptek dan imtak nya dapat
menjadikan madrasah model dalam pengembangan pengajaran iptek
dan imtak dibanding dengan pendidikan lainnya.
2. Data Kepala Sekolah, Guru, Karyawan dan Siswa
Kepala Madrasah Insan Cendekia adalah Suwardi, M.Pd. Beliau
menjabat sebagi kepala madrasah mulai dari tahun 2008-2012 di MAN
Insan Cendekia Gorontalo dan tahun 2012-sekarang menjadi kepala
madrasah di Insan Cendekia Serpong.
Tenaga pendidik dan kependidikan yang berada di MAN Insan
Cendekia ini berjumlah 103 orang, tetapi jumlah tenaga pendidiknya
berjumlah 50 orang dan pembina asrama berjumlah 6 orang. Pendidikan
terakhir guru S1 (28 orang), S2 (21 orang), S3 (1 orang), dengan latar
belakang pendidikan berasal dari Universitas ternama seperti ITB, IPB,
LIPIA, UIN/IAIN, UNJ/IKIP, UPI, UIJ, dll. Untuk melihat lebih jelas
datanya dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Jumlah Tenaga Pendidik
NO NAMA NIP JK Pendidikan
II
1 Dra. Rini Kristiani 196806211993032003 P S1
2 Dr. Suwardi, M.Pd. 196808072000121001 L S3
3
Dra. Persahini Sidik,
M.Si 196405172000122001 P
S2
4 Ir. Elly Haswani,
M.Pd 196609162000122001 P
S2
5
Tubagus Sedyayunta,
MMSI 196812302000121001 L
S2
6 Abdul Jalil, MA 197301012000121001 L S2
52
7
Dra. Sartini
Subaryatun M.Pd. 196704052000122003 P
S2
8 Kusen, M.Pd 196906282000121001 L S2
9
Drs. Kris Djuli
Wahono 196607122000121002 L
S1
10 Drs. Nuryanto 196805112000121001 L S1
11 Dra. Yelnita Nova 196811102000122001 P S1
12 Muhamad Ihsanudin,
M.Hum. 197002072000121004 L
S2
13 Ipik Ernaka, M.Hum 197412062000121003 L S2
14 Dra. Renelita Artati,
M.Si 196503142000122003 P
S2
15 Drs. Japar, M.P.Kim 196704222000121003 L S2
16 Away Baidhowy, MA 197205102000121001 L S2
17 Gustinefa, M.Pd 197208042000122002 P S2
18 Dra. Nurhayati, M.Pd. 196710042000122001 P S2
19 Dra. Fatri Amida 196710122000122001 P S1
20 Susi Pawartiningtyas,
S.Pd 196908262000122006 P
S1
21 M. Bahrul Ulum, Lc 196908152000121001 L S1
22 Dra. Sri Hartini 196705292000122001 P S1
23 Rapiq,S.S 197410202001121001 L S1
24 Hilman Setiawan,
S.Si 197209032001121003 L
S1
25 Etty Poejiastuti, S.Si 197005052000122001 P S1
26 Evi Siti Fauziah, S.Ag 197110132000122001 P S1
27 Mashuri, M.Th.I. 196603012000031002 L S2
28 Chairul Huda, S.Ag 197205272005011005 L S1
29 Rita Suzana, M.PMat. 197106172005012003 P S2
30 Darno Raharjo, M.Pd. 198004282005011003 L S2
31 Tina Yulistania, S.Pd. 198110302008012006 P S1
32 Eneng Uswatun
Hasanah, M.Pd. 198408102008012009 P
S2
33 Siti Sofiatun, S.Si 197611082009012006 P S1
34 Yuna Puteri
Kadarisman, S.S. 198003192009012008 P
S1
35
Diah Ayuningtias,
S.Si 198703062011012015
P S1
53
36 Pahrurroji, MA. - L S2
37
Ahmad Imam Satriya,
M.Hum. - L S2
38 Kusdiniyah, S.Ag - P S1
39
Fiestyo Agung
Prabowo, M.P.Fis. -
L S2
40 Eva Novita, MA - P S2
41
Deni Samsudin
Permana, S.Pd -
L S1
42 Metig Dwi Wahyuni,
S.Si -
P S1
43 Erwin Supriatna, S.Pd - L S1
44 Arthi Riyani
Kurniawati, S.Si -
P S1
45 Eka Retnosari, S.Pd. - P S1
46 Yus Kusnandar, S.Pd. - L S1
47 Tri Haryanto, S.Pd. - L S1
48 Atmira Satya
Mardhika, S.Pd -
P S1
49
Muhammad Zaenuri,
Lc -
L S1
Sumber: Dokumentasi Sekolah
Dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh tenaga
pendidik di Madrasah ini baik diharapkan mereka dapat membantu siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran dengan baik serta memberikan ilmu
yang bermanfaat kepada siswa.
Di Madrasah ini juga disediakan asrama bagi guru-guru yang
sebagian rumahnya jauh dari sekolah atau bukan di daerah Tanggerang
Selatan dan Serpong, termasuk guru baru diwajibkan untuk tinggal di
asrama. Tetapi karena kapasitas di asrama tidak banyak jadi hanya
sebagian guru yang tinggal di asrama, dan sebagian guru lagi dapat tinggal
di rumahnya masing-masing terutama guru-guru senior atau guru yang
sudah lama mengajar di madrasah ini. Guru yang tinggal di asrama juga
untuk membantu siswanya saat siswa tidak mengerti dengan pelajarannya.
Guru-guru yang tinggal di asrama memiliki tanggunga jawab dalam hal
mengontrol dan membimbing siswa pada kegiatan siswa di malam hari.
54
Pada malam hari guru yang tinggal diasrama juga melakukan kegiatan
pembelajaran Agama kepada siswa. Jadi guru di MAN Insan Cendekia
Serpong ini bukan hanya bisa mengajar dalam bidang akademis tetapi
dalam bidang Agama Islam mereka juga harus menguasai.
Selain itu, di MAN Insan Cendekia Serpong memiliki program
Gura (Guru Asuh), setiap guru mempunyai 9-10 siswa asuh. Program ini
dilaksanakan agar guru asuh dapat menggantikan posisi orang tua mereka
selama mereka berada di asrama.
Data siswa di Madrasah ini berjumlah 355 orang dengan 18
rombongan belajar. Jumlah kelas X 120 orang, jumlah kelas XI IPA 78
orang, jumlah kelas XI IPS 39 orang, dan jumlah kelas XII IPA 79 orang,
XII IPS 39 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 4.2
Jumlah Siswa dan Rombongan Belajar
No. Data Siswa Kelas
X
Kelas XI Kelas XII Total
IPA IPS IPA IPS
1. Jumlah Siswa 119 83 34 88 30 354
2. Rombongan
Belajar 6 4 2 4 2 18
Pada awalnya berdiri Madrasah jumlah siswa hanya bisa menerima
5 kelas dengan kapasitas masing-masing 24 siswa, tetapi sekarang
ditambah menjadi 6 kelas dengan kapasitas 20 siswa. Banyaknya siswa
yang mendaftar kurang lebih dari 5000 orang yang diterima hanya 600
siswa, dan itu juga akan diseleksi potensi akademiknya sehingga hanya
120 siswa yang dapat masuk dan diterima di MAN Insan Cendekia
Serpong. Dengan seleksi yang sangat ketat menunjukkan bahwa siswa-
siswa yang terpilih di madrasah ini merupakan siswa-siswa yang dapat
menghasilkan lulusan terbaik, baik dalam bidang akademis maupun
bidang keimanan dan ketakwaannya. Struktur kurikulum meliputi
55
pembelajaran siang hari yang meliputi seluruh mata pelajaran dan malam
hari yang meliputi pembelajaran agama bersifat aplikatif dan psikomotor
3. Kurikulum
Kurikulum merupakan bagian yang sangat penting dalam lembaga
pendidikan. Proses pencapaian tujuan lembaga pendidikan bergantung
pada kurikulum yang digunakan. Kurikulum MAN Insan Cendekia
berbasis pada Standar Isi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
2008 (KTSP 2008), dan memiliki nilai tambah yang diadopsi atau
diadaptasi dari keunggulan sistem pendidikan pesantren di Indonesia.
Dengan demikian kurikulum MAN Insan Cendekia Serpng adalah Standar
Isi plus, yang bernuansa pengembangan dan penyetaraan IPTEK dan
IMTAQ4
4. Sarana dan Prasarana
Sejak didirikan MAN Insan Cendekia Serpong pada tahun 1996,
sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk
mencapai hasil belajar yang optimal. Dan seiring perkembangan waktu
MAN Insan Cendekia terus menerus menambah sarana dan prasarana
sesuai kebutuhan. Hingga kini sudah berdiri 24 gedung permanen di atas
lahan 5,7 hektar. Sarana dan prasarana yang ada di Insan Cendekia
Serpong terdiri dari:
a. Masjid Cendekia (2 lantai) dengan kapasitas 500 jamaah.
b. Gedung administrasi (2 lantai) yang mencakup ruang tamu, ruang
audio-visual, ruang kepala madrasah berserta wakil dan ruang tata
usaha.
c. Gedung Pendidikan, terdiri dari atas dua lantai yang mencakup 15
ruang kelas dengan 24 siswa tiap kelas, 1 ruang multimedia, ruang
guru, ruang bimbingan konseling, bank mini dan ruang osis.
4Sunber : Panduan Pembelajaran Di MAN Insan Cedekia Serpong 2013-2014
56
d. Laboratorium fisika, kimia, biologi dan TIK (masing-masing dua
ruang), Lab. Bahasa, Lab. Visual, dan Lab. Komputer (masing-masing
satu ruang dengan kapasitas 24 siswa).
e. Laboratorium komputer bagi guru.
f. Laboratorium TIK 2 lantai (dilengkapi 50 komputer yang terhubung
dengan internet).
g. Ruang perpustakaan dengan “sistem otomatis” dan sistem
perpustakaan digital dilengkapi dengan fasilitas internet dan televisi
berlangganan.
h. Gedung serbaguna, kapasitas 500 orang.
i. Dua unit gedung asrama putra dengan kapasitas 185 orang. Masing-
masing kamar terdiri dari 4 tempat tidur, 4 lemari, 4 meja belajar, dan
2 kamar mandi.
j. Dua unit gedung asrama putrid dengan kapasitas 185 orang. Masing-
masing kamar terdiri 4 tempat tidur, 4 lemari, 4 meja belajar, dan 2
kamar mandi.
k. Asrama guru terdiri dari 2 lantai.
l. Gedung pelatihan 2 lantai.
m. Rumah Diknas kepala madrasah, para wakil kepala madrasah, guru-
guru, dan Pembina asarama.
n. Poliklinik umum dan gigi.
o. Kantin dengan kapasitas 375 orang.
p. Hotspot
q. Sarana olahraga (lapangan sepak bola, basket, bola voli, tenis meja,
dan bulu tangkis).5
5Dokumentasi Sekolah
57
B. Deskripsi Data, Analisis Data, dan Interpretasi Data
1. Proses Supervisi Akademik Kepala Sekolah MAN Insan Cendekia
Serpong
a. Perencanaan supervisi akademik
Perencanaan merupakan tugas utama yang dilakukan oleh kepala
sekolah untuk melakukan supervisi akademik, agar kepala sekolah
dapat memiliki pedoman pelaksanaan untuk melakukan program
supervisi. setiap melakukan supervisi pasti kepala sekolah mempunyai
perencanaan, perencanaan yang dibuat atas hasil rapat oleh tim
supervisi seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru-guru
senior, dengan jadwal yang telah ditentukan dengan kesepakatan
bersama.6 Jadi kepala sekolah ini melakukan perencanaannya bersama
tim supervisi untuk menentukan jadwal dan perencanaan lainnya
dalam melaksanakan supervisinya.
Tetapi supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah tidak hanya di
dalam kelas tetapi juga bisa di luar kelas dengan memanggil beberapa
guru ke ruang kepala sekolah dan mengajak mereka berdiskusi dalam
masalah di kelas seperti masalah ulangan harian siswa yang kurang
optimal, kendala yang dialami oleh siswa. Sedangkan supervisi yang
dilakukan di luar kelas tidak dibuat perencanaan.
b. Pelaksanaan Supervisi Akademik
Setelah melakukan perencanaan supervisi, proses selanjutnya
adalah pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah. Pelaksanaan
supervisi akademik dilakukan untuk bisa memperbaiki dan
meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Pelaksanaan supervisi
yang baik dilakukan awal atau akhir semester, dan pelaksanaan
supervisi sebaiknya dilakukan pemantauan terlebih dahulu, jika hasil
pemantauannya menunjukkan kurang baik maka pelaksanaan supervisi
6Hasil wawancara dengan kepala sekolah bapak Suwardi, M.Pd pada hari kamis tanggal
16 januari 2014
58
diharuskan untuk memperbaikinya. Seperti yang dikatakan oleh pak
Suwardi sebagai kepala madrasah :
“Saya mempunyai jadwal yang telah ditentukan untuk
melakukan supervisi satu tahun sekali atau bisa dua kali dalam
setahun dengan orang (guru) yang berbeda, dan kita akan
melihat siapa saja orang yang kurang dalam melakukan proses
pembelajaran, pelaksanaan prosedurnya ada yang sebelumnya
diberitahukan ada yang tidak. Masing-masing prosedur
memiliki tujuan tersendiri, tergantung kesiapan dari guru di
lembaga pendidikan tersebut”.7
Jadi kepala madrasah mempunyai jadwal sekali dalam setahun
untuk melakukan supervisi kepada guru yang kurang baik dalam
melakukan proses pembelajaran di kelas sehinga guru dapat
meningkatkan efektivitas pengelolaan kelas. Guru yang akan
disupervisi juga diberitahukan agar mereka dapat mempersiapkan
terlebih dahulu dan tidak grogi pada saat kepala sekolah melakukan
supervisi, karena jika mereka grogi saat disupervisi maka akan
membuat mereka tidak nyaman dan merusak konsentrasi mereka saat
dilakukannya supervisi. Dengan keadaan seperti itu bukan membuat
mereka lebih baik tetapi menghambat mereka menjadi lebih baik.
Pelaksanaan supervisi yang dilakukan prosedurnya ada yang
diberitahu ada yang tidak diberitahu kepada guru yang akan
disupervisi. Seperti dikatakan oleh kepala sekolah
“Supervisi prosedurnya ada yang kita beritahukan, ada yang
tidak, kalau model gurunya kurang memiliki kesiapan
sebaiknya diinformasikan agar ia menyiapkan mentalnya,
namun apabila gurunya telah memiliki kesiapan yang cukup
matang sewaktu-waktu saya bisa mengamatinya secara
langsung, sewaktu-waktu saya bisa masuk dia juga tidak
terpengaruh, karena tergantung dari model orangnya, ketika
kita masuk guru jadi keringat dingin kan kasihan jadi
supervisinya bukan menjadi lebih baik tetapi menghambat
orang untuk menjadi lebih baik”.8
7Ibid
8Ibid
59
Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala madrasah di sini
tidak terpaku kepada jadwal yang telah ditentukan, dan kepala
madrasah juga bisa bertanya kepada siswa tentang masalah yang ada
di kelas.
“Saya mengundang supervisi di ruang kepala sekolah, terkadang
juga membicarakan hal tersebut dimana saja, semuanya dalam
rangka mengetahui. Disamping itu ada satu kegiatan pada hari
sabtu untuk menggali data dari siswa, seperti forum diskusi,
pertanyaan yang diajukan misalnya bagaimana hambatan yang
dihadapi dalam belajar dalam menuju ujian nasional, mengapa
bertanya langsung kepada siswa karena yang merasakan hebat
atau tidaknya guru mengajar adalah siswa, itu juga termasuk
dalam bentuk supervisi.”9
c. Pelaporan/penilaian
Setelah melakukan pelaksanaan supervisi selanjutnya adalah
pelaporan atau penilaian supervisi. penilaian supervisi yang dilakukan
oleh kepala sekolah kepada guru yang akan disupervisi. Format
penilaian di MAN ini telah ditentukan oleh pemerintah, seperti yang
dikatakan oleh kepala Madrasah: “kita mempunyai format yang telah
baku dari pemerintah, sehingga dari pihak sekolah hanya menambah
catatan yang tidak ada di format penilaian”.10
Jadi kepala sekolah
hanya menambah beberapa catatan yang tidak ada di format penilaian,
yang seharusnya masih diperbaiki oleh guru. Biasanya yang dinilai
dari persiapan pembelajaran, membuaka pelajaran, media
pembelajaran yang digunakan saat pembelajaran, pendekatan dengan
siswa, menguasai kelas, penguasaan materi yang disampaikan kepada
siswa, cara memberi pertanyaan kepada siswa, dan cara menjawab
pertanyaan dari siswa, menyimpulkan pelajaran yang disampaikan,
menutup pelajaran. Sedangkan format yang tidak ada yang ditambahin
oleh kepala madrasah seperti penilaian pakaiannya yang kurang rapi,
suaranya yang pelan saat mengajar, karena bukan hanya kemampuan
9Ibid
10Ibid
60
akademik saja yang dinilai oleh kepala madrasah ini tetapi dalam
keteladanan juga dinilai, karena guru menjadi contoh kepada siswa.
d. Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan bagian akhir dari proses supervisi. tindak
lanjut yang dimaksud disini adalah bagian dari evaluasi supervisi
setelah melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan/penilaian
dari supervisi. tindak lanjut yang dilakukan oleh kepala madrasah
adalah dengan memberikan catatan dan masukan kepada guru, dan
mengajak mereka mengobrol di ruang kepala sekolah setelah selesai
melaksanakan supervisi. atau bertanya kepada siswa atau guru lain
bagaimana saat mereka mengajar. Seperti yang disampaikan oleh
kepala sekolah: “Biasanya ketika saya mensupervisi ada catatan
perbaikannya apa, setelah itu mereka selesai mengajar biasanya saya
ajak guru untuk mengobrol, atau saya undang hari ini atau besoknya
atau hari lain, untuk mengetahui ada perubahan saya tanya kepada
siswa atau guru yang lain”.11
Jadi kepala madrasah melakukan evaluasi
dengan menanya kepada siswa atau guru yang lain, setelah itu kepala
madrasah melihat apakah ada perubahan yang lebih baik atau sama
saja. Kepala sekolah melakukan pembinaan kepada guru dalam
meningkatkan efektivitas pengelolaan kelas, seperti yang dikatakan
oleh kepala sekolah “untuk pembinaan kepada guru kita undang untuk
melakukan rapat kecil dengan beberapa guru, melakukan pembinaan
sebulan sekali, dan kita kirim guru mengikuti diklat, seminar,
MGMP.”12
Dengan melakukan pembinaan guru dapat meningkatkan
pengelolaan kelas, pengelolaan kelas yang baik akan meningkatkan
efektivitas pengelolaan kelas. Menurut kepala sekolah faktor pedukung
yang meningkatkan pengelolaan kelas adalah 4 kompetensi guru,
11
Ibid 12
Ibid
61
“Tentunya kemampuan guru dalam menjalankan
pembelajaran, meningkatkan kemampuan pengelolaan kelas,
kemampuan guru dalam membuat RPP, dan pastinya 4
kompetensi guru itu, kalau sudah menguasai sudah hebat,
selain guru juga sarana dan prasarana, sarana itu untuk
mempermudah dan merupakan faktor pendukung guru dalam
melakukan proses pembelajaran”13
.
Jadi, pembinaan yang dilakukan untuk guru sangat penting untuk
melakukan pengelolaan kelas yang baik, karena guru merupakan
fasilitator yang tugasnya mengkondisikan anak pada saat pelajaran,
misalnya saat anak merasa jenuh atau ngantuk pada saat pelajaran
guru boleh melakukan cerita yang lucu, setelah anak sudah tidak
merasa ngantuk barulah melanjutkan pelajaran. Tetapi kepala sekolah
juga mempunyai hambatan dalam meningkatkan efektivitas
pengelolaan kelas seperti faktor guru, faktor siswa, tetapi faktor
sarana di madrasah ini sudah termasuk lengkap “hambatannya
mungkin dari faktor guru, misalnya suaranya pelan itu dari sifatnya,
hambatan dari siswa juga ada, di kelas pemikiran anak-anak
bermacam-macam, ada yang lambat, ada yang sedang, ada yang
cepat, dan sarana dan prasarana, tetapi Alhamdulillah sarana di
madrasah ini sudah termasuk lengkap”14
Dari hasil wawancara kesimpulan yang saya dapat adalah peran
supervisi akademik kepala sekolah jarang dilakukan oleh kepala
sekolah MAN Insan Cendekia Serpong, supervisi akademik yang
dilakukan kepala sekolah dilaksanakan satu atau dua kali dalam satu
tahun, supervisi dilakukan tidak hanya di kelas saja tetapi kepala
sekolah juga sering mengajak guru-guru untuk berdiskusi tentang
masalah dan kendala di kelas, dan kepala sekolah juga sering bertanya
kepada siswa dengan masalah yang dihadapi oleh siswa di kelas
misalnya dengan hasil ujian atau pelajaran yang tidak dimengerti.
13
Ibid 14
Ibid
62
2. Pengelolaan Kelas
Dari hasil observasi yang penulis lakukan terdapat penilaian
supervisi kelas dengan penilaian indikator / aspek yang dinilai: a) Pra
pembelajaran, b) Kegiatan inti pembelajaran, c) Penutup, dari penilaian
supervisi yang dilakukan kepada lima orang guru terdapat masing-masing
skor total 82, 93, 96, 80, dan 98.
Tabel 4.3
Tabel Perhitungan Penilaian Supervisi
No Lembar Observasi Total
1. Lembar Observasi I 82
2. Lembar Observasi II 93
3. Lembar Observasi III 96
4. Lembar Observasi IV 90
5. Lembar Observasi V 98
Jumlah 5 449
Maka dari hasil penghitungan pada tabel di atas, diperoleh hasil
sebagai berikut:
Kriteria penilaian standar pengelolaan kelas, yaitu sebagai berikut:
a) Sangat Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 91%-120%.
b) Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 61%-90%.
c) Cukup, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 31%-60%.
d) Kurang, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 1%-30%
Hasil analisis data akhir penilaian supervisi kelas yang dilakukan
kepada lima orang guru memperoleh hasil sebesar 74,8%. Kesimpulan dari
hasil tersebut, bahwa guru sudah dapat mengelola kelas dengan baik, hal
ini dapat dibuktikan dari obervasi yang telah dilakukan kepala sekolah
dengan menggunakan lembar observasi kelas sebagaimana terdapat pada
lampiran.
63
C. Temuan Penelitan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa
peran supervisi akademik kepala sekolah dalam pengelolaan kelas di
Madrasah Negeri Insan Cendekia Serpong belum dilaksanakan secara optimal,
hal ini terlihat dari temuan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kepala
sekolah melakukan supervisi di kelas hanya satu atau dua kali dalam satu
tahun, dikarenakan jadwal kepala sekolah sibuk sehinga kepala sekolah jarang
berada di sekolah untuk melakukan supervisi, jadwal supervisi yang
bersamaan dengan jadwal rapat atau tamu yang datang ke sekolah. Tetapi
pada saat kepala sekolah mempunyai waktu berada di sekolah kepala sekolah
memanggil guru ke ruangnya untuk berdiskusi masalah yang terjadi di kelas.
Di samping itu ada kegiatan hari sabtu kegiatan yang bebas dari
pembelajaran akademik, kesempatan itu dimanfaatkan kepala sekolah, kepala
sekolah menayakan kepada siswa bagaimana perkembangan guru saat dikelas
pada proses pembelajaran, dan kendala atau masalah apa yang terjadi dengan
di kelas termasuk nilai-nilai ujian mereka dikelas. Kepala sekolah juga selalu
mengirim guru-guru untuk mengikuti seminar, pelatihan dan MGMP dalam
melakukan pembinaan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan kelas.
Sedangkan dari guru-guru MAN Insan Cendekia sudah dapat
mengelola kelas secara baik hal ini dibuktikan dari hasil observasi yang
penulis lakukan. Namun demikian kemampuan tersebut bukan dikontribusi
oleh peran kepala sekolah sebagai supervisor, melainkan karena mereka yang
merupakan para guru pilihan yang telah diseleksi secara ketat dan sulit pada
saat mencalonkan diri sebagai guru, selain itu mereka juga sering mengikuti
pelatihan, seminar dan MGMP.
Ruang kelas berdasarkan mata pelajaran (SMBC) merupakan pola
pembelajaran dinamis bertujuan untuk lebih membangun nuansa/ atmosfer
akademik siswa sesuai dengan tuntutan materi dan kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa. Kelas-kelas dalam SMBC didesain sedemikian rupa
sehingga mencirikan masing-masing pelajaran itu. Siswa belajar dalam kelas-
kelas berbasis pelajaran tersebut sesuai jadwal kelasnya (moving class).15
15
Sumber : Panduan Pembelajaran Di MAN Insan Cedekia Serpong 2013-2014
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan masalah yang dibahas oleh penulis tentang Peran Kepala
Sekolah dalam Pengelolaan Kelas di MAN Insan Cendekia Serpong, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kepala sekolah belum melaksanakan peran supervisi akademik secara
optimal dalam membantu guru mengelola kelas dikarenakan banyaknya
tugas kepala sekolah baik tugas di dalam maupun di luar sekolah yang
membuat kurangnya peran supervisi akademik kepala sekolah di MAN
Insan Cendekia. Sedangkan peran supervisi akademik kepala sekolah
dalam pengelolaan kelas sangat berperan penting dikarenakan kepala
sekolah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan kelas
dengan mensupervisi guru dalam pembelajaran di kelas. Tetapi dengan
kurangnya supervisi akademik oleh kepala sekolah, tidak membuat
pengelolaan kelas di MAN Insan Cendekia menjadi buruk, dikarenakan
guru-gurunya yang sudah baik dalam menjalan tugasnya, serta guru-guru
di MAN Insan Cendekia merupakan guru-guru yang sudah berkualitas
dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola kelas.
2. Guru-guru di MAN Insan Cendekia sudah dapat mengelola kelas secara
baik hal ini telah dibuktikan dari hasil observasi yang penulis lakukan.
Namun demikian kemampuan tersebut bukan dikontribusi oleh peran
kepala sekolah sebagai supervisor, melainkan karena mereka merupakan
65
guru-guru pilihan yang dapat masuk menjadi guru di MAN ini melalui
tahap-tahap dan seleksi yang sangat sulit sehingga mereka sudah
mempunyai bekal untuk mengelola kelas secara baik. Di samping itu, guru
di MAN Insan Cendekia tugasnya bukan hanya mengajar siswa dalam
akademik tetapi juga mengajar siswa dalam bidang keimanan dan
ketakwaan. Alat-alat pembelajaran dikelas juga lengkap sehingga sangat
mendukung dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
efektivitas pengelolaan kelas. Seperti guru dalam melakukan pembelajaran
juga menggunakan media pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Peran Supervisi
Akademik Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Kelas, penulis memberikan
saran kepada MAN Insan Cendekia yang mudah-mudahan dapat bermanfaat.
1. Untuk Kepala Madrasah, sebaiknya selalu berusaha menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya dalam kegiatan supervisi akademik. Serta dalam
kegiatan pelaksanaan supervisi akademik, sebaiknya tidak hanya
dilaksanakan satu atau dua kali saja dalam satu tahun, misalnya dalam
setiap satu semester bisa dua kali, awal semester dan akhir semester, agar
kepala sekolah dapat mengamati perkembangan guru dan siswa dalam
meningkatkan efektivitas pengelolaan kelas yang lebih baik lagi. Dengan
supervisi akademik kepala sekolah harus dapat mendorong para guru
menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas pokoknya dan
mengembangkan kemampuannya demi terciptanya pengelolaan kelas yang
baik.
2. Untuk Guru MAN Insan Cendekia Serpong, selalu mempertahankan untuk
memberikan yang terbaik kepada siswanya agar meningkatkan efektivitas
pengelolaan kelas dapat tercapai. Dan dapat membantu peran kepala
sekolah dalam melakukan supervisi akademik. Lebih meningkatkan
motivasi kerja mereka sehingga guru-guru lebih bersungguh-sungguh
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, dan memperhatikan hasil
66
supervisi yang dilakukan kepala sekolah dan berusaha meningkatkan
kemampuannya berdasarkan hasil supervisi tersebut.
67
DAFTAR PUSTAKA
Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, Jakarta: Bahan Belajar
Mandiri, 2006, Cet I
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1995.
Ametembun, N.A, Evaluasi Mengajar: Kriteria-kriteria dan Tekhnik-tekhnik,
Bandung: Suri, 2000.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Supervisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. I.
Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,
Jakarta : C.V Rajawali, 1992.
Azhari, Ahmad, Supervisi Rencana Program Pembelajaran, Jakarta: Rian Putra,
2004, Cet k-3
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2004.
Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002.
Davis, Ivor K, Pengelolaan Belajar, Jakarta: Rajawali Press, 1991.
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman
Pengembangan: Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Jakarta, 2003.
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman
Pengembangan: Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Jakarta, 2003.
Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan Depdiknas, Metode dan Tekhnik Supervisi,
Jakarta,2008, hhtp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/03/04/konsep-
supervisi-akademik.
Fathurrohman, Pupuh, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT. Refik Aditama,
2007.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Hasan, Yusuf A, dkk, Pedoman Pengawasan, Jakarta: CV. Mekar Jaya, 2002.
http://www.sriudin.com/2011/10/konsep-supervisi-akademik.html.
68
I. G. A. K. Wardani, Dasar-dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar
Mengajar, Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka, 2001.
Imam Tholkhah dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan, Mengurai
Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004, Cet. Ke-1.
J. J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remadja
Karya CV, 1988, Cet. Ke-3
Lie, Anita, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas, Jakarta: PT. Grasindo, 2002.
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Maulana, Achmad, dkk, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Yogyakarta: Absolut:
2004 cet, 2.
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2009, Cet. Ke-1
Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004.
Mulyasa, E, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003. Cet. Ke-9
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosadakarya, 2005, Cet. Ke-15
Sagala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: CV.Alfabeta,
2008.
Sagala, Syaiful, Supervisi Pembelajaran: dalam Profesi Pendidikan, Bandung:
Alfabeta, 2010, Cet. I
Sahertian, Piet A, Konsep Dasar dan Tekhnik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000,
Cet. Ke-1.
Semiawan, Conny, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana
Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1992.
Subroto, Suryo, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta, 1999.
69
Sudiman N, et al, Ilmu Pendidikan, 1992.
Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Radja Grafindo
Persada, 2006
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif, dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2009.
Surya Dharma, Pendidikan dan Pelatihan Supervisi Akademik dalam Peningkatan
Professionalisme Guru
(http://infopendidikankita.blogspot.com/2012/02/supervisiakademik.html
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006 Cet. 19.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Nuansa
Aulia, 2012, Cet. Ke-7