110
PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM MENANGANI WABAH KOLERA DI YAMAN PERIODE 2017-2019 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Syafira Imsakiyah 11161130000048 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM

MENANGANI WABAH KOLERA DI YAMAN

PERIODE 2017-2019

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Syafira Imsakiyah

11161130000048

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …
Page 3: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

ii

PERSETUJUAN PEMBINGBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Syafira Imsakiyah

NIM : 1161130000048

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION DALAM MENANGANI

WABAH KOLERA DI YAMAN PERIODE 2017-2019

Dan telah memenuhi syarat untuk diuji.

29 September 2020

Mengetahui Menyetujui

Ketua Program Studi Pembimbing

M. Adian Firnas, M.Si Inggrid Galuh Mustikawati, MHSPS

Page 4: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI

PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM

MENAGANI WABAH KOLERA DI YAMAN PERIODE 2017-2019

Oleh

Syafira Imsakiyah

11161130000048

telah dipertahankan dalam siding ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 5 Oktober 2020 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional.

Ketua, Sekretaris,

M. Adian Firnas, M.Si Irfan R. Hutagalung, S.H., LL.M

Penguji I Penguji II

Faisal Nurdin Idris, M.Sc Khoirun Nisa, MA.Pol

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada 5 Oktober 2020

Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

M. Adian Firnas, M.Si

Page 5: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

iv

ABSTRAK

Penelitian skripsi ini menganalisis peran World Health

Organization (WHO) dalam menangani wabah kolera di Yaman pada tahun

2017 sampai 2019. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan

mengetahui peran WHO dalam menangani wabah kolera di Yaman melalui

program-program yang dijalankan oleh WHO. Penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui teknik studi

kepustakaan baik itu berupa buku-buku, teks, artikel dalam jurnal, dokumen

elektronik, serta data-data lainnya yang relevan untuk menjadi referensi.

Wabah kolera yang terjadi di Yaman merupakan wabah terbesar di

dunia dengan jumlah kematian yang tinggi. Fenomena ini menjadi perhatian

khusus bagi WHO sebagai organiasi internasional yang berperan untuk

menangani penyakit menular. Penelitian skripsi ini dianalisis menggunakan

konsep Organisasi Internasional dan konsep keamanan manusia. Melalui

konsep yang digunakan tersebut penelitian ini akan menjelaskan peran

WHO sebagai organisasi internasional di tingkat internasional, tingkat

negara, dan tingkat individu dalam menangani wabah kolera di Yaman

antara lain melakukan kerjasama dengan pemerintah Yaman melalui

kerangka kerjasama penanganan dan pencegahan penyakit kolera,

kerjasama melalui program eDEWS, pelaksanaan kampanye vaksin oral

kolera, pengiriman bantuan kebutuhan medis, serta program pelatihan dan

edukasi kesehatan.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa WHO telah

menjalankan perannya sebagai organisasi internasional dalam menangani

wabah kolera di Yaman pada tahun 2017 sampai 2019 sehingga terdapat

penurunan tingkat kematian kolera di Yaman. Namun, ditemukan beberapa

yang hambatan yang dihadapi WHO yang menjadi evaluasi kinerja WHO.

Kata Kunci: World Health Organization, Organisasi Internasional,

keamanan manusia, wabah kolera, Yaman.

Page 6: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT. Atas segala rahmat dan nikmat-

Nya, Shalawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabat atas, penulis

ucapkan syukur Alhamdillah kepada Allah SWT. atas diberikannya

kelancaran dan kemudahan selama proses penulisan skripsi ini,

dengan judul “Peran World Health Organization (WHO) dalam

Menangani Wabah Kolera di Yaman Periode 2017-2019” dari awal

hingga akhir.

Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai sebuah karya ilmiah

sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi S1 Ilmu Hubungan

Internasional. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada

semua pihak yang ikut membantu dalam proses penulisan dengan

memberikan bimbingan, saran, serta motivasi sehingga penulisan

skripsi ini dapat terwujud. Dalam kesempatan ini, penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Iskandar Zulakrnaen dan Susy

Ratna yang telah memberikan dukungan serta do’a.

Kemudian kakak dan adik penulis, Wildan, Kia, dan Emir

yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

Page 7: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

vi

2. Ibu Inggrid Galuh Mustikawati, selaku Dosen pembimbing

skripsi, yang telah memberikan banyak masukan dan

membantu proses penulisan skripsi, dan memberikan

dukungan untuk menyelesaikan penulisan skripsi.

3. Bapak Adian Firnas, selaku ketua Program Studi Ilmu

Hubungan Internasional Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan arahan dan bimbingan selama proses

penulisan serta perkuliahan.

4. Teman-teman diskusi selama proses perkuliahan, Fitriani,

Ronaldi Billy, Damar Kristal, Permata Salim, Miftahul

Kautsar, Farhan Fawaaz, Ridho Sucipto, Dewi Oktaviani,

Nur Aishah, dan seluruh teman teman HI B yang telah

menjadi penyemangat dan tempat untuk berbagi ilmu.

5. Teman-teman AIESEC Indonesia, Kevin, Nadya, dan Aurel

yang telah memberikan dukungan dan do’a. Serta teman-

teamn AIESEC UIN Jakarta yang banyak memberikan

pengalaman terbaik selama 2 tahun.

6. Teman-teman magang KBRI Singapura yang menjadi teman

belajar bersama.

7. Keluarga besar HMI KOMFISIP dan KOHATI KOMFISIP

yang telah memberikan pengalaman berorganisasi dan

tempat berbagi ilmu di luar perkuliahan.

Page 8: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

vii

8. Nurul Fazriah dan Citra Dwikasari yang telah menjadi teman

kosan selama penulis kuliah dan manjadi teman untuk

berdiskusi selama perkuliahan. Terimakasih telah menjadi

sahabat terbaik selama kuliah.

9. Teman-teman KKN 041 Sembagi Arutala yang telah

memberikan penulis pengalaman berharga tentang arti

kebersamaan dan menjadi seorang mahasiswa yang

bermanfaat untuk orang banyak.

Jakarta, 21 September 2020

Syafira Imsakiyah

Page 9: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................................... 0

PERSETUJUAN PEMBINGBING SKRIPSI ............................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1

1.1 Pertanyaan Penelitian .............................................................. 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 10

1.4 Tinjauan Pustaka ..................................................................... 10

1.5 Kerangka Pemikiran ............................................................... 14

1.5.1 Konsep Organisasi Internasional ............................................ 14

1.5.2 Konsep Keamanan Manusia ................................................... 18

1.6 Metode Penelitian ................................................................... 20

1.7 Sistematika Penulisan ............................................................. 21

BAB II WORLD HEALTH ORGANIZATION DAN PENYAKIT

KOLERA ....................................................................................... 24

A. Sejarah World Health Organization ............................................ 24

Page 10: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

ix

B. Struktur WHO ............................................................................. 30

C. WHO di Yaman ........................................................................... 33

D. Upaya WHO mengatasi penyakit Kolera di Dunia ..................... 34

BAB III WABAH KOLERA DI YAMAN .................................................. 39

A. Dinamika Konflik Sipil Yaman ................................................... 39

B. Kasus Kolera di Yaman ............................................................... 44

C. Penyebaran Kolera di Yaman ...................................................... 50

BAB IV PERAN WHO DALAM MENANGANI WABAH KOLERA DI

YAMAN PERIODE 2017-2019 ....................................................... 55

A. Peran WHO dalam mengatasi wabah kolera di Yaman ............ 55

1. Tingkat Internasional ............................................................ 57

a. Cholera Integrated Response Plan ....................................... 57

b. Kampanye Vaksin Oral Kolera (OCV) ................................ 65

2. Tingkat Nasional ................................................................... 68

a. Kerjsama WHO dengan MoPHP Yaman melalui program

Electronic Disease Early Warning System (eDEWS) .......... 68

b. Pengiriman bantuan kebutuhan medis .................................. 72

3. Tingkat Individu ................................................................... 75

a. Pelatihan tenaga kesehatan dan edukasi kesehatan .............. 75

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 83

A. Kesimpulan................................................................................ 83

B. Saran untuk penelitian selanjutnya ............................................ 86

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 87

Page 11: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tingkat Penyebaran Kolera berdasarkan distrik di Yaman .......... 7

Gambar 3.1 Kurva kasus kolera periode April 2017-Desember 2019 ........... 49

Gambar 3.1. a) Masyarakat mengantri air bersih dari truk di kota Taiz, b)

Tumpukan sampah di jalan ibu kota Sana’a...............................................51

Gambar 3.2 Pasien kolera yang berada di posko kesehatan sementara di

provinsi Hajjah yang sedang menerima pengobatan dari dokter .............. 52

Gambar 4.1 Cholera Risk Assement ............................................................... 67

Gambar 4.2 Weekly Epidemiological Bulletin yang dipublikasikan oleh

WHO bersama dengan MoPHP Yaman .................................................... 70

Page 12: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Linimasa Kerjasama Kesehatan Internasional Hingga

terbentuknya WHO .......................................................................... 28

Tabel 3.1 Jumlah kasus kolera di setiap provinsi Yaman periode 2017-

2019 .................................................................................................. 49

Page 13: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

xii

DAFTAR SINGKATAN

AQAP Al-Qaeda in the Arabian Peninsula

AWD Acute Watery Diarrhea

CFED Conceptual Framework for Evaluating Disease

Risk

CFR Case Fatality Rate

CTC Cholera treatment center

DKK Diarrhea Disease Kit

DTC Diarrhea Treatment Center

DTU Diarrhea Treatment Unit

eDEWS Electronic Disease Early Warning System

EMPHENET Eastern Mediterranean Public Health Network

EMRO Eastern Mediterranean Regional Office

EOC Emergency Operation Center

GAVI The Global Alliance for Vaccine and

Immunizations

GCC Gulf Cooperation Council

GHD Global Health Development

GTFCC Global Task Force on Cholera Control

IDA International Development Association

IMS Incident Management System

ISIS Islamic State of Iraq and Syria

IV Intraveneus fluids

Page 14: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

xiii

JMP The Joint Meeting Parties

MOPHP Ministry of Public health and Population

NGO Non Governmental Organization

OCV Oral Cholera Vaccine

ORS Oral Rehydration Salt

PAHO Pan American Health Organization

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

SDG’s Sustainable Development Goals

STC Southern Transnational Council

UNDP United Nations Development Programme

UNICEF United Nations International Children's

Emergency Fund

UNOCHA United Nations Office for the Coordination of

Humanitarian Affairs

WASH Water, Sanitation, and Hygiene

WFP World Food Programme

WHA World Health Assembly

WHO World Health Organization

Page 15: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian ini akan membahas peran World Health Organization

(WHO) dalam mengatasi wabah kolera di Yaman. Berdasarkan

pernyataan WHO, kasus wabah kolera di Yaman merupakan yang

terbanyak di dunia dengan penyebaran yang cepat akibat

memburuknya kondisi kebersihan dan sanitasi di seluruh negeri

Yaman.1

Pada tahun 2015, Organisasi Internasional Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) menyatakan bahwa Yaman berada di level 3 emergency.

Level 3 emergency merupakan keadaan darurat kemanusiaan yang

sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan terutama dalam kesehatan

dan memastikan bahwa layanan dan sistem yang tersedia dapat

memenuhi kebutuhan kesehatan secara efektif. Kondisi darurat ini

disebabkan oleh eskalasi kondisi politik yang terjadi di Yaman sejak

Maret 2015. Lebih dari 3.083 orang telah terbunuh, 14.324 orang

terluka dan lebih dari 1 juta orang harus pergi meninggalkan tempat

1 WHO, “Cholera count reaches 500 000 in Yemen”, tersedia di

https://www.who.int/news-room/detail/14-08-2017-cholera-count-reaches-500-

000-in-yemen diakses pada 17 Februari 2020

Page 16: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

2

tinggal mereka. Akibatnya, sejak konflik ini terjadi, lebih dari 21 juta

warga Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan.2

Krisis kemanusiaan di Yaman dimulai saat revolusi melawan

pemerintahan Ali Abdullah Saleh pada tahun 2011 hingga 2012.

Revolusi politik ini menjadi salah satu dampak dari adanya Arab

Spring yang menyebar di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah.

Presiden Ali Abdullah Saleh telah menjabat selama 33 tahun, namun

harus melepas jabatannya setelah adanya penarikan dukungan dari

Arab Saudi yang kemudian digantikan oleh wakil presidennya yaitu

Abdrabbuh Mansur Hadi. Pemerintahan Mansur Hadi tetap tidak

mampu untuk mengontrol konflik internal yang terjadi di Yaman.

Kelompok Houthi melakukan kudeta terhadap Presiden Mansur Hadi

pada 20 Januari 2015, sehingga mundurnya Hadi menyebabkan

kekosongan pemerintahan dan menyebabkan Houthi secara tidak

langsung sebagai pemegang pemerintahan.3

Perang saudara di Yaman terjadi diantara kelompok yang saling

mengklaim sebagai pemerintahan yang sah, yaitu pihak yang

mendukung pemerintah Mansur Hadi yang berbasis di wilayah Aden

2 UNOCHA, “Yemen: Highest Emergency Response Level Declared For Six

Months”, tersedia di https://www.unocha.org/story/yemen-highest-emergency-

response-level-declared-six-months diakses pada 17 Februari 2020 3 Puji Taliasih, “Dukungan Arab Saudi terhadap Rezim Mansour Hadi dalam

Menghadapi Pemberontak Syiah Houthi di Yaman Tahun 2012-2015”, International

Society Vol. 3, no. 2, 2016 [jurnal on-line], hal 64-68 tersedia di

https://adoc.tips/dukungan-arab-saudi-terhadap-rezim-mansour-hadi-dalam-

mengha.html diunduh pada 17 Februari 2020

Page 17: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

3

dan pihak yang mendukung pemerintah, Komite Resolusi, yang

dibentuk oleh Houthi dan juga mendapatkan dukungan dari mantan

presiden Yaman yaitu Ali Abdullah Saleh.4 Perang sipil ini tidak lepas

dari adanya intervensi oleh Arab Saudi sebagai led coalition sebagai

pendukung mantan Presiden Saleh. Konflik berkepanjangan ini juga

menjadi perpanjangan dari konflik Iran-Arab Saudi dan sebagai upaya

Arab Saudi untuk memerangi pengaruh Iran di kawasan Timur

Tengah.5

Konflik sipil yang berkepanjangan di Yaman memperburuk

kondisi keamanan kemanusiaan di negara tersebut. Sebelum konflik

terjadi, Yaman telah menjadi negara yang menghadapi berbagai

masalah kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Dalam aspek ekonomi

dan sosial, Yaman menghadapi kelangkaan air dan cadangan negara

yang terus berkurang, semakin berkurangnya cadangan minyak,

meningkatkan demografis, kondisi infrastruktur yang lemah,

kurangnya kapasitas layanan administrasi pemerintah, adanya korupsi,

dan tingkat buta huruf yang tinggi.6

4 BBC News, “Yemen Crisis: Houthi Rebels Shell Presidential Home”,

tersedia di https://www.bbc.com/news/world-middle-east-30903516 diakses pada 17

Februari 2020 5 BBC News, “Yemen crisis: Why is there a war?”, tersedia di

https://www.bbc.com/news/world-middle-east-29319423 diakses pada 17 Februrari

2020 6 Thomas Juneau. “Yemen and the Arab Spring: Elite Struggles, State Collapse

and Regional Security”. Orbis 57 (3):408–423, 2013. [jurnal on-line] hal 408 tersedia

di https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0030438713000276 diakses

pada 17 Februari 2020

Page 18: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

4

Keadaan infrastruktur terutama layanan kebutuhan dasar seperti

layanan kesehatan masyarakat dan sanitasi mengalami kolaps.

Beberapa fasilitas umum seperti rumah sakit mengalami keruskan

akibat serangan bom yang dilakukan oleh pihak yang bertikai. Tercatat

telah terjadi lebih dari 160 serangan terhadap fasilitas medis dan

personel medis pada tahun 2016 hingga 2017.7 UNOCHA (United

Nastions Office for Coordination of Humanitarian Affairs)

melaporkan, setidaknya ada 16 juta orang yang tidak memiliki akses

untuk air bersih, dan 16,4 juta orang tidak memiliki akses untuk

perawatan kesehatan yang layak.8

PBB menyebutkan bahwa kondisi kemanusiaan di Yaman

menjadi “World’s worst humanitarian crisis”. Di tengah konflik yang

terjadi, Yaman menghadapi wabah kolera pada April 2017.9 Yaman

sudah menghadapi banyak tantangan kemanusiaan, diantaranya kasus

kekurangan gizi pada anak-anak yang menyebabkan penurunan

ketahanan kesehatan mereka terhadap penyakit kolera. Wabah

penyakit kolera menjadi cerminan kondisi krisis kemanusiaan akibat

perang sipil Yaman yang mengalami eskalasi. Pekerja kesehatan di

7 BBC News, “Saudi 'should be blacklisted' over Yemen Hospital Attacks”,

tersedia di https://www.bbc.com/news/world-middle-east-39651265 diakses pada 17

Februari 2020 8 UNOCHA, “About OCHA Yemen”, tersedia di

http://www.unocha.org/yemen/about-ocha-yemen diakses pada 17 Februari 2020 9 F Federspiel & Ali, M, “The cholera outbreak in Yemen: Lessons learned and

way forward”, BMC Public Health, Vol. 18, No. 1338, 2018 [jurnal on-line] hal 1

tersedia di https://doi.org/10.1186/s12889-018-6227-6 diunduh pada 18 Februari

2020

Page 19: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

5

Yaman melaporkan bahwa setidaknya ada 2.000 kasus kolera yang di

konfirmasi setiap minggunya. Kebersihan dan air minum yang

terkontaminasi menyebabkan mudahnya penyebaran penyakit kolera.

WHO melalui Regional Director World Health Organization dan

UNICEF, mengatakan dalam pernyataan bersamanya bahwa mereka

mulai meningkatkan tanggapan untuk membantu orang yang terkena

dampak penyakit kolera dan berusaha untuk mencegah penyakit ini

agar tidak menyebar lebih jauh.10

Menurut WHO, kolera merupakan penyakit infeksi diare akut

yang disebabkan oleh kontaminasi dari bakteri Vibrio Cholerae pada

makanan atau minuman atau air. Kolera menjadi ancaman kesehatan

global dan indikator ketidakadilan dan kurangnya pembangunan

sosial.11 Pandemik kolera sendiri telah menyebar luas di wilayah

Afrika Utara dan Timur Tengah. Kondisi beberapa negara di kawasan

ini menjadi penyebab wabah seperti infrastruktur lingkungan yang

buruk, kurangnya layanan perawatan kesehatan, kurangnya air bersih

dan sanitasi. Mengingat bahwa daerah Afrika Utara didominasi oleh

negara miskin yang semakin memperparah keadaan kesehatan di

negara-negara. WHO mengestimasi bahwa 3 sampai 5 juta kasus

10 Rick Gladstone, “Cholera, Lurking Symptom of Yemen’s War, Appears to

Make Roaring Comeback”, New York Times, 2019 [artikel on-line] tersedia di

https://www.nytimes.com/2019/03/27/world/middleeast/cholera-yemen.html diakses

pada 17 Februari 2020 11 WHO, “Cholera”, tersedia di https://www.who.int/health-

topics/cholera#tab=tab_1 diakses pada 17 Februari 2020

Page 20: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

6

kolera muncul setiap tahunnya dan telah menyebabkan kematian

sekitar 100.000 hingga 120.000 dengan tingkat kematian (fatality rate)

2,25%. 12

Penyebaran wabah kolera di Yaman dibagi ke dalam 2

gelombang, yaitu first wave (gelombang pertama) pada periode

Oktober 2016 sampai 26 April 2017, kemudian second wave

(gelombang kedua) pada periode 27 April sampai 31 Desember 2019.

Pembagian gelombang pada kasus kolera di Yaman berdasarkan

penyebaran penyakit, pada gelombang pertama (first wave), kolera

menyebar di Yaman pada saat musim kemarau, kemudian pada

gelombang kedua (second wave), terjadi musim hujan di bulan April

2017 yang memicu penyebaran kolera semakin meluas.13

12 G. Balakrish Nair dan Yoshifumi Takeda, Cholera Outbreaks, [buku on-

line] (New York: Springer, 2014) hal 88 tersedia di

https://books.google.co.id/books?id=wMsqBAAAQBAJ&dq=The+2011+WHA+64.

15&hl=id&source=gbs_navlinks_s diakses pada 6 Maret 2020 13 Anton Camacho, PhD, Malika Bouhenia, MSc, Reema Alyusfi, MSc dkk,

“Cholera Epidemic In Yemen, 2016–18: An Analysis Of Surveillance Data”, The

Lancet Global Health Vol. 6 No. 6, 2018 [jurnal on-line] hal 680 tersedia di

https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(18)30230-

4/fulltext diunduh pada 14 Februari 2020

Page 21: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

7

Gambar 1.1 Tingkat Penyebaran Kolera berdasarkan

distrik di Yaman14

(Sumber: Hesham M. Al-Mekhlafi, 2018)

World Health Organizations (WHO) sebagai agensi khusus PBB

yang fokus pada kesehatan publik berupaya untuk menangani

penyebaran wabah kolera di Yaman. Dalam merespon wabah ini WHO

membentuk kerangka kerja pencegahan kolera, membangun diarrhea

treatment centers (DTC) di berbagai wilayah, memberikan fasilitas

diarrhea disease kit (DKK), IV fluids (ringer laktat) 15, Oral

Rehydration Salt (ORS), serta pedoman manajemen kasus dan insentif

untuk staf medis dan keperawatan.16

14 Hesham M. Al-Mekhlafi, “Yemen in a Time of Cholera: Current Situation

and Challenges”, The American journal of tropical medicine and hygiene 98(6), 2018,

[jurnal on-line] hal 1560 tersedia di

https://www.researchgate.net/publication/323875522 diunduh pada 29 Mei 2020 15 Ringer Laktat merupakan larutan steril untuk membantu penambahan cairan

dan juga sebgaai elektorit tubuh untuk mengembalikan keseimbangan. 16 WHO, “Situation Report Yemen 13 November 2016”, [dokumen resmi]

tersedia di

http://www.emro.who.int/images/stories/yemen/Cholera_situation_report_Yemen_3.

pdf?ua=1 diunduh pada 17 Februrari 2020

Page 22: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

8

Sesuai dengan konstitusi WHO yang menyebutkan bahwa,

“kesehatan semua orang adalah dasar untuk pencapaian perdamaian

dan tergantung pada kerjasama penuh individu dan negara”, WHO

berupaya untuk memastikan kesehatan semua masyarakat dunia salah

satunya Yaman yang menghadapi wabah kolera terbesar yang

mengancam keamanan kesehatan global.

Wabah kolera di Yaman bukan pertama kalinya terjadi di dunia.

Pada tahun 1992 terjadi wabah kolera di Peru, Amerika Selatan. WHO

membentuk Global Task Force on Cholera Control (GTFCC). Setelah

wabah kolera hilang di Peru, GTFCC dihentikan. Namun pada 2011,

wabah kolera kembali terjadi di Haiti. WHO melalui World Health

Assembly (WHA) kemudian mengeluarkan resolusi WHA 64.15

tentang “Cholera Mechanism for Control and Prevention”. Dalam

resolusi tersebut, WHO menyerukan untuk revitalisasi GTFCC.17

Revitalisasi GTFCC dilakukan dalam rangka untuk memperkuat

koordinasi global WHO dan anggotanya dalam menghadapi penyakit

kolera. Proses revitalisasi dimulai pada Desember 2012 dan selesai

pada awal 2014. Di tahun 2017, GTFCC meluncurkan “Ending

Cholera: A Global Roadmap to 2030” yaitu strategi kerjasama global

untuk menghadapi kolera. Tujuan utama dari pembaharuan strategi

17 Cloveland Council on World Affairs, “World Health Organization

Background Guide” [artikel online] hal 4 tersedia di https://www.ccwa.org/wp-

content/uploads/2019/09/WHO_Final.pdf diunduh pada 7 Maret 2020

Page 23: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

9

tersebut yaitu untuk menurunkan tingkat kematian akibat kolera hingga

90% pada tahun 2030 dan mengakhiri kolera di 20 negara.18 Salah

satunya yaitu Yaman.

Menurut WHO, penyakit kolera menjadi salah satu indikator dari

infrastruktur yang buruk yang menjadi resiko berkelanjutan terhadap

kesehatan masyarakat dunia, terutama di negara-negara berkembang.

Penyakit kolera juga rentan terhadap situasi konflik, kemiskinan,

makanan yang terkontaminasi, dan kurangnya pasokan air bersih

menjadi faktor resiko utama kolera yang merupakan akibat dari

konflik. Dapat dikatakan bahwa wabah kolera di Yaman memilki

keterkaitan dengan konflik yang sedang berlangsung. Kondisi yang ada

dapat diperburuk oleh perang dan konflik sipil. Intensitas dan lamanya

konflik yang terjadi telah mengahambat sebagian besar penduduk

untuk memperoleh akses yang mudah kepada layanan dasar, sehingga

wabah kolera di Yaman telah menjadi kolera terbesar sepanjang

sejarah. 19

18 Global Task Force on Cholera Control, “Ending Cholera A Global Roadmap

to 2030” [dokumen resmi] hal 8 tersedia di

https://www.who.int/cholera/publications/global-roadmap/en/ diunduh pada 7 Maret

2020 19 Fekri Dureab dkk, “Yemen: Cholera Outbreak and The Ongoing Armed

Conflict”, Journal Infect Dev Ctries 31;12(5):397-403,[jurnal online] tersedia di

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31865306/ diunduh pada 10 Juli 2020

Page 24: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

10

1.1 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah di jelaskan

pada bagian sebelumnya, maka penulis menentukan pertanyaan

sebagai berikut:

“Bagaimana peran WHO dalam upaya mengatasi wabah

kolera di Yaman dari tahun 2017 sampai 2019?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Mengetahui peran yang telah dilakukan WHO dalam

menanggapi wabah kolera di Yaman periode 2017-2019.

2. Memberikan gambaran data dan fakta yang dijalankan WFP

dalam menangani wabah kolera di Yaman.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan sebagai referensi

tentang peran WHO dalam melakukan tujuan organisasinya

dalam menangani penyakit menular dan sebagai referensi

penelitian selanjutnya tentang keamanan kesehatan di Yaman.

4. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan infromasi

data kegiatan yang dilakukan oleh WHO di Yaman dan

mengetahui bagaimana signifikansi peran WHO terhadap wabah

kolera di Yaman.

1.4 Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan penelitian ini, peneliti mengkaji penelitian

terdahulu yang relevan ataupun berkaitan dengan peran Organisasi

Page 25: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

11

Internasional khususnya WHO. Dengan merujuk kepada literatur yang

ada, diharapkan dapat memberikan kontribusi baru, baik untuk

melengkapi penelitian yang sudah ada maupun menjadi referensi bagi

penulis.

Penelitian pertama yaitu artikel jurnal oleh Christopher Dye dkk

dengan judul “WHO and the future of disease control programmes”,

dalam jurnal Lancet, 2013. Artikel jurnal tersebut dianggap relevan

dengan judul penelitian ini, yaitu membahas peran WHO.

Dalam artikel jurnal tersebut, Christopher dkk menguraikan

bagaimana peran WHO dalam perkembangan program pengendalian

penyakit. WHO berperan sebagai badan utama yang bertugas

menyatukan pihak-pihak yang berkepentingan untuk menentukan

pendekatan terbaik yang mungkin untuk meningkatkan program

pengendalian penyakit. Program pengendalian penyakit dihasilkan dari

kolaborasi nasional dan internasional, termasuk WHO, yang membantu

mengurangi beban dalam pengendalian penyakit menular.

WHO berperan penting dalam kemajuan dunia kesehatan

diantaranya seprti penyediaan sarana terkait urusan keshatan,

pengawasan tren kesehatan, dan memberikan panduan praktis untuk

mengintegrasikan dan memperkuat program pengendalian penyakit

dan layanan kesehatan. Program WHO juga berperan untuk

mendukung pembangunan sistem kesehatan nasional yang lebih kuat

dan tangguh yang menyediakan akses yang adil untuk layanan

Page 26: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

12

kesehatan. WHO juga terus berupaya beradaptasi dalam menyusun

programnya agar sesuai dengan perubahan zaman.

Selaras dengan yang dijelaskan oleh Glenn Laverack, dalam bab

1 pada bukunya yang berjudul “The Role of Health Promotion in

Disease Outbreaks and Health Emergencies”, 2018. Bab tersebut

membahas peran program promosi kesehatan sebagai salah satu

langkah pendekatan dalam pengendalian penyakit.

Dalam bukunya Glenn secara lebih lanjut menjelaskan bahwa

saat ini berbagai organisasi kesehatan mulai menyesuaikan pendekatan

program kesehatan mereka dalam menangani penyebaran penyakit.

Salah satunya yaitu PBB melalui agensi nya WHO dan UNICEF yang

berupaya dengan pendekatan individu, yaitu partisipasi aktif

masyarakat atau komunitas sehingga program akan lebih efektif karena

program direncanakan dan dilaksanakan secara kolaboratif untuk

promosi kesehatan sebagai langkah pengendalian penyakit.

Namun, peran WHO dalam menangani wabah penyakit memiliki

beberapa kelemahan, hal ini diutarakan oleh Clare Wenham, dalam

artikel jurnal yang berjudul “What we have learnt about the World

Health Organization from the Ebola outbreak”, dalam jurnal Philos

Trans R Soc Lond B Biol Sci, 2017.

Dalam penelitiannya Clare membahas kasus kegagalan WHO di

Afrika dalam penanganan penyakit EBOLA. Kasus ini telah

Page 27: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

13

menimbulkan banyak kritik internasional terhadap akuntabilitas WHO

sebagai organisasi internasional dalam penanganan wabah penyakit

menular. Clare melihat terdapat kesenjangan antara peran normatif dan

peran operasional yang seharusnya dijalankan oleh WHO selama

wabah berlangsung. Secara normatif, peran WHO telah sesuai dalam

menanggapi wabah seperti dengan deklarasi darurat penyakit,

pemberian saran teknis, dan pengumpulan data epidemiologi, namun

secara operasional WHO tidak memberikan tanggapan yaitu seperti

penyediaan layanan kesehatan.

Berdasarkan kasus tersebut, reputasi WHO sebagai organisasi

mulai dipertanyakan. Selama 2 dekade terkakhir, menurut Clare WHO

tengah mengalami proses reformasi, dimana WHO masih mencoba

menangani masalah politik internal, penetapan skala prioritas, masalah

pembiayaan, urusan tata kelola, dan tantangan manajerial. Kelamahan

kelembagaan ini selanjutnya berperan dalam ketidakmampuan WHO

dalam merespon wabah penyakit.

Artikel Jurnal oleh Clare Wenham dianggap menarik untuk dikaji

dan melihat lebih lanjut bagaimana perkembangaan peran WHO di

tahun-tahun selanjutnya dalam menangani suatu wabah pennyakit

menular.

Page 28: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

14

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Konsep Organisasi Internasional

Organisasi Internasional merupakan institusi formal yang terdiri

dari anggota yaitu negara. Organisasi Internasional sendiri dapat

dibedakan menajdi Intergovernmental Organizations (IGO) dan Non-

Governmental Organization (NGO atau IGO). Perbedaan dari

organisasi internasional tersebut terletak pada sifat keanggotannya,

sumber pendanaan, dan pengambilan keputusan dalam organisasi. IGO

dapat diketahui dengan melihat tujuan, struktur, dan struktur

pengambilan keputusan yang biasanya tercantum dalam konstitusi

mereka.20

Menurut Teuku May Rudy, Organisasi internasional merupakan

bentuk kerjasama tanpa melihat batas-batas negara yang didasari

struktur organisasi yang jelas dan lengkap yang diharapkan dapat

melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga

dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang diperlukan dengan

kesepakatan bersama baik antara pemerintah dengan pemerintah, atau

sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda. 21

20 Kelly Kate S, International Perspective on Governance in The Twenty-first

Century, (New Jersey: Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, 2008), hal 4 21 Teeku May Rudy, Administrasi dan organisasi Internasional, (Bandung:

Angkasa, 2009), hal 3

Page 29: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

15

Organisasi internasional saat ini memiliki peran yang sangat

penting khususnya dalam menyelesaikan permasalahan global.

Organisasi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), European

Union (EU), Internatioal Monetary Fund (IMF), dan World Health

Organization (WHO), memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-

masing yang dimana tujuan organisasi untuk membantu suatu negara

dalam menghadapi permasalahan global, oleh karena itu Organisasi

Internasional dibentuk berdasarkan tugas-tugas khusus yang

berkelanjutan untuk tujuan bersama.22 Dalam Piagam PBB article 57,

WHO sendiri disebut sebagai “specialized agencies”, yang berada

dibawah Dewan Ekonomi Sosial (ECOSOC) PBB. Sehingga dalam

menjalankan tujuannya WHO akan berhubungan dengan PBB.

Menurut Archer, terdapat 3 peran penting organisasi

internasional, pertama yaitu organisasi internasioanl sebagai instrumen

yang digunakan oleh anggotanya untuk tujuan tertentu, yang dimana

anggotanya merupakan negara berdaulat yang dapat membatasi

tindakan organisasi internasional. Sebagai instrumen, peran organisasi

internasional mempunyai suatu kekuatan untuk mendukung

kepentingan nasional suatu negara dan kepentingan kebijakan nasional

dimana koordinasi multilateral menjadi sasaran jangka panjang

pemerintah nasional. Kedua, organisasi internasional sebagai arena

22 Susan Park, International Organisations and Global Problems: Theories

and Explanations, (Cambridge University Press, 2018), hal 1

Page 30: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

16

atau forum yang dimana terjadi interkasi didalamnya. Interaksi yang di

maksud adalah diskusi dan kerjasama yang terjalin antara anggota

ataupun menyediakan tempat untuk berkumpul bersama-sama. Ketiga,

organisasi internasional sebagai aktor independen yang dapat diartikan

organisasi internasional dapat bertindak tanpa dipengaruhi oleh

kekuatan dari luar. Organisasi internasional dapat memberikan

masukan secara netral tanpa adanya kepentingan yang

mempengaruhi.23

Kemudian lebih lanjut, dalam melihat peran Organisasi

Internasional, Mingst membaginya ke dalam 3 level (tingkat) analisis,

yaitu level sistem internasional, level analisis negara, dan level analisis

individu. Dalam level sistem internasional, Organisasi internasional

memiliki beberapa peran, pertama Organisasi Internasional memiliki

perannya sebagai tempat untuk negara saling bekerjasama, contoh

seperti organisasi PBB dengan sistemnya yang diikuti oleh semua

negara untuk bekerjasama.

Kedua, ikut serta dalam mengumpulkan informasi seperti

organisasi World Bank yang mengumpulkan statistik ekonomi negara-

negara. Ketiga, memberikan bantuan untuk menyelesaikan sengketa,

contoh seperti International Court of Justice yang memiliki prosedur

dalam menyelesaikan sengketa internasional. Keempat, membentuk

23 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005)

Page 31: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

17

internasional rezim, seperti World Trade Organization yang memiliki

peraturan terhadap perdagangan internasional.

Kelima, organisasi internasional memiliki peran untuk

melaksanakan aktivitas operasional seperti kampanye imunisasi untuk

anak-anak dan mendirikan kamp pengungsian untuk para pengungsi

oleh UNHCR. Peran Organisasi Internasional dalam level negara yaitu

sebagai instrumen suatu negara dalam membuat kebijakan luar

negerinya, digunakan negara untuk melegitimasi kebijakan luar negeri,

menyediakan infromasi yang tersedia untuk dunia internasional, serta

untuk membatasi sikap suatu negara dalam upaya untuk mencegah

negara dalam mengambil suatu keputusan. Dalam level analisis

individu, organisasi internasional memiliki peran sebagai tempat

dimana individu dapat mengetahui norma internasional dan

mendapatkan edukasi tentang persamaan dan perbedaan suatu

negara.24

Berdsarkan konsep Organisasi Internasional dengan melihat

kepada peran organisasi internasional yang telah dijabarkan di atas,

dapat dipahami secara umum peran organisasi internasional yaitu

sebagai tempat untuk bekerjasama, mempromosikan tujuan organisasi

melalui kegiatan operasional organisasi dan sebagai bentuk perhatian

24 Karen Mingst, Essential of International Relations Second Edition, (New

York: W.W. Norton & Company, 2003), hal 227-228

Page 32: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

18

internasional terhadap masalah-masalah global untuk menjaga

keamanan internasional.

1.5.2 Konsep Keamanan Manusia

Berdasarkan penjelasan konsep organisasi internasional

sebelumnya, dapat dipahami bahwa organisasi internasional memiliki

peran penting untuk mempersiapkan dan mempromosikan kemananan

salah satunya keamanan manusia yang menjadi isu penting dalam

menjaga perdamaian dunia. Organisasi internasional menjadi aktor

penting untuk mencanangkan keamanan, oleh karena itu bagian ini

akan menjelaskan lebih lanjut bagaimana konsep kemanan manusia

yang di pahami dalam konteks organisasi internasional.

Pernyataan definisi kemanan manusia, pertama kali di

publikasikan oleh UNDP dalam Human Development Report 1994.

Menurut UNDP, keamanan kemanusiaan merupakan kondisi dimana

masyarakat terhindar dari rasa trauma atau khawatir yang mengganggu

perkembangan masyarakat. Human security memiliki dua pengertian,

yang pertama keamanan dari ancaman seperti kelaparan, penyakit, dan

penindasan. Dan yang kedua, yaitu proteksi dari gangguan mendadak

dan merugikan dalam pola kehidupan masyarakat, entah di dalam

rumah atau di luar rumah, pekerjaan, ataupun dalam masyarakat.

Laporan UNDP 1994 membagi 7 kriteria keamanan untuk memastikan

Human Security yang fundamental bagi warga negara yang terdiri dari

kemanan ekonomi (economic security), kemananan makanan (food

Page 33: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

19

security), kemananan kesehatan (health security), kemanan lingkungan

(enviromental security), kemanan personal (personal secuirty),

keamanan masyarakat (community security), dan keamanan politik

(political security). 25

Dalam penelitian ini, aspek yang menjadi fokus utama yaitu

kemanan kesehatan yang dipahami sebagai ancaman yang muncul

dari penyakit atau virus. Berbagai penyakit seringkali muncul dan

telah merenggut banyak manusia di seluruh dunia, seperti wabah pes,

flu spanyol, flu burung, dan HIV/AIDS. Keamanan kesehatan menjadi

penting untuk memastikan bahwa semua orang mendapatkan akses

terhadap fasilitas kesehatan dan sanitasi yang bersih.

WHO mendefinisikan keamanan kesehatan dengan “Global

Public Health Security” sebagai kegiatan yang diperlukan, baik

proaktif maupun reaktif, untuk meminimalkan bahaya dan dampak

peristiwa kesehatan masyarakat akut yang membahayakan kesehatan

masyarakat di seluruh dunia. Pertumbuhan populasi, urbanisasi yang

cepat dan degradasi lingkungan telah mengganggu keseimbangan.

Muncul penyakit dengan kecepatan yang belum pernah terjadi

25 UNDP, Human Development Report, [buku online] (New York: Oxford

University Press,1994) hal 22-23 tersedia di

http://hdr.undp.org/sites/default/files/reports/255/hdr_1994_en_complete_nostats.pd

f diunduh pada 27 Desember 2019

Page 34: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

20

sebelumnya mengganggu kesehatan orang dan menyebabkan dampak

sosial dan ekonomi. 26

Berdasarkan konsep keamanan kesehatan yang dipahami oleh

UNDP dan WHO dapat membantu untuk memahami peran WHO di

Yaman. Terjadinya wabah kolera di Yaman telah menciptakan

ancaman keamanan kesehatan yang menyebabkan terbatasnya akses

kesehatan, sehingga dibutuhkan bantuan pelayanan kesehatan dan

fasilitas sanitasi yang layak.

1.6 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif-analitik dan

teknik studi kepustakaan (library research) untuk mengumpulkan data.

Dengan tipe penelitian deskriptif analitis, peneliti melakukan

pengumpulan data yang relevan, kemudian dianalisa dan ditarik

kesimpulan. Tujuan penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif

adalah untuk memaparkan peran WHO dalam mengatasi wabah kolera

di Yaman periode 2017-2019.

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder. Data

sekunder yang diambil merupakan dokumen-dokumen resmi yang

dikeluarkan WHO yang berkaitan dengan wabah kolera di Yaman,

26 WHO, “Health Security”, tersedia di https://www.who.int/health-

security/en/ diakses pada 17 Februari 2020

Page 35: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

21

seperti WHO Epidemiological Bulletin, Yemen Cholera Report, Yemen

Situation Update, Yemen Situation Report, Yemen Health Cluster

Annual Report serta publikasi resmi oleh otoritas Yaman. Selain itu

peneliti juga menggunakan informasi publikasi oleh pihak atau instansi

lain yang turut berpartisipasi dalam penanganan wabah kolera di

Yaman, seperti data UNICEF. Data yang sudah terkumpul kemudian

dianalisa dan tersebut digunakan untuk menjawab permasalahan

dalam penelitian ini. Alasan peneliti menggunakan data sekunder

adalah karena situasi pandemi Covid-19 yang berlangsung selama

penelitian dilaksanakan menyebabakan sulitnya untuk mendapatkan

data primer seperti wawancara.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Bagian ini akan menjabarkan tentang latar belakang terjadinya

konflik di Yaman yang menyebabkan wabah kolera di Yaman tahun

2016 hingga 2019. Bab ini terdiri dari 7 bagian, antara lain: pernyataan

masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka,

kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bagian ini bertujuan untuk menjadi bahan pengantar penelitian dengan

menunjukan peristiwa singkat mengenai wabah kolera di Yaman tahun

2017-2019.

BAB II WHO dan Penyakit Kolera

Page 36: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

22

Bab ini akan membahas gambaran umum tentang WHO dan

Upaya WHO dalam mengatasi kolera di dunia. Dalam bab ini

menjelaskan sejarah terbentuknya, struktur organisasi, tujuan, dan

program operasional WHO kerjasama WHO dengan Yaman, misi,

tujuan, dan fungsi WHO dalam menjalankan fungsi operasionalnya

dalam menangani penyakit kolera di dunia.

BAB III Wabah Kolera di Yaman

Pada bab ini akan dibahas dinamika konflik Yaman hingga

penyebaran wabah kolera di Yaman. Pembahasan diawali dengan

dinamika konflik Yaman dan kemudian menjelaskan bagaimana

terjadinya wabah kolera yang berkaitan dengan konflik yang terjadi

serta penyebarannya di Yaman.

BAB IV Peran WHO dalam Wabah Kolera di Yaman

Periode 2017- 2019

Bab ini merupakan bab analisis terhadap peran WHO dalam

mengatasi wabah kolera di Yaman periode 2017 sampai 2019. Bab

menjelaskan bagaimana peran WHO dalam mengatasi wabah kolera

melalui program-program khusus yang dibentuk WHO dan hambatan

yang dihadapi WHO dalam menjalankan programnya.

BAB V Penutup

Page 37: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

23

Bagian ini merupakan akhir dari penelitian yang akan menjawab

pertanyaan penelitian yang telah dibuat. Tujuan dari bab ini yaitu untuk

memberikan kesimpulan akhir dari penelitian.

Page 38: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

24

BAB II

WORLD HEALTH ORGANIZATION DAN

PENYAKIT KOLERA

Pembahasan pada bab 2 akan dibagi ke dalalam beberapa sub

bab. Sub bab pertama akan membahas bagaimana awal mula

terbentuknya World Health Organization, kemudian dilanjutkan

dengan struktur organisasi WHO, lalu kehadiran WHO di Yaman, dan

ditutup dengan penjelasan tentang WHO dalam mengatasi kolera di

dunia. Secara keseluruhan bab ini bertujuan memahami WHO sebagai

organisasi internasional dan perhatian WHO terhadap penyakit kolera

yang telah menjadi ancaman kesehatan internasional.

A. Sejarah World Health Organization

Kerjasama internasional dalam bidang kesehatan telah dimulai

sejak tahun 1800 yang ditandai dengan tingginya tingkat perjalanan

serta perdagangan ke wilayah Timur yang menyebabkan munculnya

wabah kolera dan penyakit epidemi di Eropa. Wabah kolera di Eropa

telah menewaskan puluhan ribu orang. Dalam menanggapi wabah

kolera, International sanitary Conference di Paris tahun 1851.

Konferensi ini menjadi upaya pertama dalam membangun kerjasama

internasional dalam bidang kesehatan. Dari digelarnya konferensi ini

juga menghasilkan konvensi sanitasi internasional yang diadopsi

Page 39: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

25

tahun 1892 yang merumuskan penanganan penyakit kolera dan 5

tahun kemudian konvensi yang membahas pengendalian wabah.27

Di kawasan Amerika, dibentuk Pan American Health

Organization (PAHO) pada 1902, yang menjadi organisasi kesehatan

pertama dan tertua di dunia. Di kawasan Eropa, pada tahun 1907

dibentuk L’Office International d’Hygiene Publique yang mengawasi

aturan internasional terkait karantina kapal dan pelabuhan untuk

pencegahan wabah kolera dan mengatur konvensi kesehatan

masyarakat. Kemudian tahun 1919, organisasi Liga Bangsa-Bangsa

membentuk Health Organization of the League of Nations di

Genewa.28

Perang Dunia II menyebabkan banyak kerusakan pada

infrastruktur kesehatan. Hal ini memicu gerakan kerjasama yang

didorong oleh faktor beberapa kasus penyebaran penyakit infeksi.

Banyak fasilitas kesehatan yang rusak sehingga melemahkan

pemerintah dalam menangani kebutuhan kesehatan. Munculnya

pandemi influenza pada saat perang dunia pertama di beberapa negara

juga telah menjadi pelajaran bahwa butuhnya kerjasama internasional

untuk mengatasi masalah kesehatan global. Melihat fenomena ini,

27 Michael Mccarthy. “A brief history of the World Health Organization”, The

Lancet Vol. 360, No. 9340 [jurnal on-line] hal 1111 tersedia di

https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(02)11244-

X/fulltext diunduh pada 15 Maret 2020 28 Michael Mccarthy. “A brief history of the World Health Organization”, hal

1111

Page 40: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

26

negara-negara setuju untuk membentuk konferensi untuk membahas

pembentukan organisasi kesehatan internasional.29

Pada tahun 1945, PBB menggelar Conference on International

Organization di San Fransisco. Namun agenda dalam konferensi

tersebut hanya membicarakan tentang bantuan darurat yang perlu

diberikan pasca perang. Setelah munculnya epidemik baru pasca

perang dunia, negara-negara mulai mendorong negara sekutu untuk

menyusun rencana dalam merespon kesehatan global. Setahun

kemudian setelah konferensi di San Fransisco, diadakan kembali

International Health Conference di New York yang menyetujui

konstitusi dari World Health Organization.30

WHO menjadi salah satu agen khusus di bawah PBB. Agen

khusus atau specialized agencies merupakan organisasi internasional

independen yang secara hukum aturan keanggotaan, struktur, dan

sumber pendanaan, berada di bawah naungan PBB dengan perjanjian.

WHO berada di bawah pengawasan Dewan Ekonomi dan Sosial

(Economic and Social Council). Pembentukan badan khusus oleh

PBB tercantum dalam piagam PBB article 57, yaitu:31

29Kelley Lee, The World Health Organization (WHO), (New York: Routledge,

2008), hal 12 30 Michael Mccarthy. “A brief history of the World Health Organization”, hal

1111 31 United Nations, “UN Charter”, tersedia di

https://www.un.org/en/sections/un-charter/un-charter-full-text/ diakses pada 15

Maret 2020

Page 41: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

27

1. Berbagai Lembaga khusus, yang ditetapkan oleh perjanjian

antar pemerintah dan memiliki tanggung jawab internasional

yang luas, sebagaimana didefinisikan dalam instrumen dasar

mereka, dalam ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan,

dan bidang terkait, akan dibawa ke dalam hubungan dengan

PBB sesuai dengan ketentuan pasal 63.

2. Dengan demikian, lembaga-lembaga terkait yang menjalin

hubungan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa disebut sebagai

lembaga khusus (specialized agencies).

Page 42: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

28

Tabel 2.2 Linimasa Kerjasama Kesehatan Internasional

hingga terbentuknya WHO 32

(Sumber: Charles Clift, 2013)

Konstitusi WHO diratifikasi oleh 26 negara anggota dan entry

into force pada 7 April 1948. Tanggal ratifikasi konstitusi WHO

kemudian ditetapkan menjadi Hari Kesehatan Dunia yaitu pada setiap

tanggal 7 April. Dalam konstitusinya, WHO menyatakan tujuan

didirikannya WHO yaitu “agar semua orang mencapai tingkat

32Charles Clift, The Role of World Health Organization in the International

System, Februari 2013, [buku on-line] (London: The Royal Institute of International

Affairs, 2014) hal 8 tersedia di

https://www.chathamhouse.org/publications/papers/view/189351 diunduh pada 16

Maret 2020

Page 43: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

29

kesehatan tertinggi yang paling memungkinkan”. Tugas utama dari

WHO yaitu mengeliminasi penyakit, baik yang menular

(communicable disease) maupun tidak menular (non-communicable

disease).33

Konstitusi WHO sendiri memiliki cakupan yang sangat luas

dengan banyaknya agenda yang dimiliki, dibandingkan dengan

konvensi-konvensi kesehatan sebelumnya. Dalam konstitusi WHO,

menyatakan beberapa prinsip-prinsip dasar dalam mendefinisikan

kesehatan, yang tercantum dalam pembukaan konstitusi WHO. Poin

pertama pembukaan konstitusi WHO, kesehatan merupakan kondisi

fisik, mental, dan keadaan yang lengkap bukan hanya tidak adanya

penyakit. Poin kedua menyatakan bahwa kesehatan adalah hak dasar

setiap manusia yang mereka dapatkan tanpa membedakan ras, agama,

latar belakang politik, kondisi ekonomi atau sosial. Ketiga, kesehatan

sebagai salah satu dasar untuk mencapai keamanan dan perdamaian

namun hal itu tergantung kepada bagaimana individu dan Negara

dapat bekerjasama. Keempat, bahwa pencapaian untuk meningkatkan

dan memberikan perlindungan kesehatan menjadi penting bagi semua

orang.34

33 Anggi Septiani Viani, PBB dan Organisasi Internasional (Derwati Press,

2018), hal 70 34 World Health Organization, “Basic documents: forty-ninth edition

(including amendments adopted up to 31 May 2019)”, [dokumen resmi] tersedia di

https://apps.who.int/gb/bd/ hal 1 diunduh pada 26 Februari 2020

Page 44: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

30

Berdasarkan beberapa poin pembukaan konstitusi WHO, dapat

dikatakan bahwa definisi yang dirumuskan oleh WHO kesehatan

semata-mata bukan hanya kondisi tidak adanya penyakit, tapi

kesehatan sebagai standar hak asasi manusia yang paling mendasar

untuk mencapai perdamaian dan keamanan internasional. Berbicara

kesehatan bukan hanya sebatas penyediaan layanan kesehatan tapi

juga bagaimana memastikan bahwa setiap orang mendapatkan hak

yang sama dengan tidak membeda-bedakan.

B. Struktur WHO

Berdasarkan laporan dari The Joint Inspection Unit tahun 1993

menyebutkan bahwa WHO merupakan organisasi yang memiliki 3

lapisan struktur organisasi, yaitu headquarter, regions, dan

countries.35

(1) Headquarter/Pusat

Kantor pusat WHO berada di Jenewa Swiss. Saat ini WHO

memiliki 194 negara anggota. Dalam pengambilan keputusan, WHO

memiliki organ yang tercantum dalam article 9:

a. The World Health Assembly

35 Charles Clift, The Role of World Health Organization in the International

System, Februari 2013, [buku on-line] (London: The Royal Institute of International

Affairs, 2014) hal 8 tersedia di

https://www.chathamhouse.org/publications/papers/view/189351 diunduh pada 16

Maret 2020

Page 45: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

31

World Health Assembly merupakan badan pembuat

keputusan WHO. Forum ini dihadiri oleh delegasi dari

seluruh negara anggota WHO dan dipimpin oleh Dewan

Eksekutif. Fungsi utama WA adalah untuk menentukan

kebijakan organisasi, mengawasi kebijakan organisasi,

mengawasi kebijakan keuangan, dan meninjau dan

menyetujui anggaran program yang diusulkan.36

b. The Executive Board

Dewan Eksekutif terdiri dari 34 orang perwakilan yang

secara teknis telah memenuhi syarat di bidang kesehatan,

masing-masing perwakilan ditunjuk oleh negara anggota

dalam World Health Assembly. Masa jabatan setiap

perwakilan yaitu 3 tahun. Fungsi utama dari Dewan eksekutif

yaitu memberikan masukan keputusan dan kebijakan dalam

World Health Assembly.37

c. The Secretariat

Sekretariat terdiri dari Direktur Jenderal dan staf teknis

administratif yang dibutuhkan oleh organisasi. Direktur

Jenderal akan dipilih dalam World Health Assembly dengan

36 WHO, “About the Health Assembly”, tersedia di

https://www.who.int/about/governance/world-health-assembly/seventy-first diakses

pada 16 Maret 2020 37 WHO, “The Executive Board”, tersedia di

https://www.who.int/governance/eb/en/ diakses pada 16 Maret 2020

Page 46: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

32

ketentuan yang sudah disepakati. Direktur Jenderal akan

menjadi kepala teknis dan administrasi organisasi.38

(2) Regional

Setiap kawasan di dunia memiliki WHO Regional Office yang

bertanggung jawab untuk mendukung negara-negara anggota di

kawasan tersebut. Setiap Regional Office dipimpin oleh Regional

Director yang dibantu oleh Regional Committee yang bertugas untuk

menetapkan pedoman dalam pengimplementasian kebijakan dan

sebagai dewan peninjau tindakan WHO dalam kawasan tersebut.

WHO memiliki 6 Regional Offices, yaitu:39

1. Regional Office for Africa (AFRO)

2. Regional Office for the Americas (AMRO)

3. Regional Office for the Eastern Mediterranean (EMRO)

4. Regional Office for Europe (EURO)

5. Regional Office for Southeast Asia (SEARO)

6. Regional Office for the Western Pascific (WRPO)

(3) Countries

Selain memiliki Kantor di setiap kawasannya, WHO juga

memiliki kantor atau perwakilannya di 147 negara yang disebut juga

38 World Health Organization, “Basic documents: forty-ninth edition

(including amendments adopted up to 31 May 2019)”, [dokumen resmi] tersedia di

https://apps.who.int/gb/bd/ hal 10 diunduh pada 26 Februari 2020 39 WHO, “WHO Regional Offices”, tersedia di

https://www.who.int/classifications/network/ro/en/ diakses pada 16 Maret 2020

Page 47: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

33

Country Office. Kehadiran WHO di negara dilihat dari kebutuhan

masing-masing negara. Setiap Country Office akan dipimpin oleh

WHO Representative (WR) yang dibantu oleh beberapa ahli

kesehatan, asing maupun lokal, yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Fungsi utama dari Country Office yaitu sebagai penasihat pemerintah

setempat dalam hal kebijakan kesehatan.40

C. WHO di Yaman

WHO telah mendirikan kantor atau counties office Yaman sejak

November 1952 melalui perjanjian antara WHO dan Pemerintah

Yaman dalam ketetapan dalam bantuan teknis dalam rangka

memenuhi tindakan berikut:41

- Meningkatkan kesehatan dengan mengintegrasikan dan

mengembangkan koordinasi dengan negara terkait kesehatan

- Melindungi dari berbagai penyakit dengan imunisasi, mendukung

lingkungan yang sehat dan pemberantasan penyakit kronis dan

menular

- Mengembangkan dan meningkatkan fasilitas kesehatan

- Memperkuat sistem kesehatan

40 Manish Kumar Yadav, “Structure and functions of te World Health

Organizations”, IOSR Journal Of Humanities And Social Science Vol. 22, Issue 9,

Ver. 1, September, 2017, [jurnal on-line] hal 18-19 tersedia di

https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=3032652 diunduh pada 16

Maret 2020 41 WHO, “Country Cooperation Startegy for WHO and the republic of Yemen

2008-2013”, [dokumen resmi] tersedia di

https://apps.who.int/iris/handle/10665/113235 diunduh pada 30 Maret 2020

Page 48: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

34

- Mengembangkan sumber daya manusia

- Memajukan penelitian ilmiah

Selama kehadirannya di Yaman, WHO telah mampu

mengkonsolidasikan kapasitas dan kredibilitasnya di Yaman, terutama

selama beberapa dekade terkahir ini. WHO telah responsif terhadap

kebutuhan dan prioritas yang ada seperti reformasi pada sektor

kesehatan dan membantu pemerintah dalam penggunaan sumber daya

untuk HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria, penyakit dengan pencegahan

vaksin melalui kerjasama dengan Aliansi GAVI (The Global Alliance

for Vaccine and Immunizations), Global Fund dan lainnya.

D. Upaya WHO mengatasi penyakit Kolera di Dunia

Menurut WHO, penyakit Kolera masih menjadi ancaman

kesehatan publik di beberapa negara. Pada tahun 2016, sebanyak 38

negara telah melaporkan total 132.121 kasus penyakit kolera dengan

2.240 kasus kematian. Data ini menunjukkan tingkat kematian kolera

atau case fatality rate (CFR) sebesar 1.8%.42 Pada dasarnya, penyakit

kolera dapat disembuhkan apabila benar-benar memiliki akses

kesehatan yang memadai. Penyakit diare akut ini disebabkan oleh

virus yang dapat menyebar melalui sanitasi yang buruk. Sedangkan

42 WHO, “Weekly Epidemiological Record”, September 2017, [dokumen

resmi] tersedia di https://www.who.int/wer/2017/wer9236/en/ hal 521 diunduh pada

16 Maret 2020

Page 49: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

35

banyak di negara-negara berkembang yang belum memiliki fasilitas

yang bersih sehingga memudahkan penyakit ini mudah menyebar.

Di tahun 2011, WHO sepakat untuk memperbaharui strategi

dalam menghadapi penyakit kolera, dengan mengeluarkan resolusi

tentang “Cholera Mechanism for Control and Prevention” dan

merevitalisasi Global Task Force on Cholera Control (GTFCC),

satuan tugas internasional untuk mengontrol kolera, yang berada

dibawah Departement of Pandemic and Epidemic Diseases, WHO.

GTFCC sebagai bentuk kolaborasi internasional dan upaya

meningkatkan koordinasi antar negara untuk menghadapi penyakit

kolera. Dengan ini, WHO mengajak seluruh pihak atau stakeholder

seperti IGO, NGO, lembaga penelitian dan lainnya untuk terlibat

dalam upaya pencegahan dan pengawasan penyakit kolera. Dalam

strukturnya, GTFCC memiliki beberapa kelompok kerja yang terdiri

dari para ahli yang berasal dari berbagai wilayah pengawasan,

laboratorium diagnosis, perawatan pasien, air, sanitasi dan kebersihan

(WASH), mobilisasi dan komunikasi sosial, Oral Cholera Vaccine

(OCV), dan pelatihan.43

GTFCC kemudian pada tahun 2017 meluncurkan “Ending

Cholera Global Roadmap to 2030”, sebagai deklarasi untuk

mengakhiri penyakit kolera. Visi utama dari roadmap 2030 yaitu

43 WHO, “Weekly Epidemiological Record”, September, 2017, hal 528

Page 50: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

36

menurunkan angka kematian hingga 90% yang disebabkan oleh

penyakit kolera dan mengatasi kolera yang melanda 20 negara, salah

satunya Yaman. Visi roadmap ini juga sebagai implementasian dari

Sustainable Development Goals (SDG’s) yang pada dasarnya

bertujuan untuk memastikan semua mendapatkan hak yang sama.

Sesuai dengan tujuan nomor 3 yaitu memastikan kesehatan untuk

semua dan nomor 6 yaitu akses air dan sanitasi yang bersih untuk

semua.44

Strategi baru yang diterapkan dalam roadmap 2030 meliputi

GTFCC dan Oral Cholera Vaccine. GTFCC sebagai sarana untuk

menyatukan seluruh organisasi global dan mitra yang terlibat untuk

membantu melawan kolera. GTFCC menyediakan kerangka kerja

yang lebih efektif untuk mendukung negara dalam mengendalikan

penyakit kolera. Oral Cholera Vaccine (OCV) menjadi strategi

pelengkap untuk pencegahan kolera di samping pencegahan utama

yaitu air bersih, sanitasi dan kebersihan (WASH).

Ada 3 poin strategi dan target penting dalam Roadmap 2030

untuk mencapai tujuan 2030 tersebut. Pertama, pendeteksi dini dan

respons untuk mengatasi wabah. Dalam hal ini seperti untuk

memastikan stok kebutuhan pasien seperti obat-obatan untuk

44 Global Task Force on Cholera Control, “Ending Cholera Global Roadmap

to 2030”, dokumen resmi] tersedia di

https://www.who.int/cholera/publications/global-roadmap/en/ hal 8 diunduh pada 7

Maret 2020

Page 51: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

37

penanganan kolera yaitu ORS, IV fluids, cholera kits, higt test

hypochlorite dan lainnya, serta menyediakan infrastruktur kesehatan

termasuk fasilitas air dan sanitasi atau WASH (water, sanitation, and

hygine) . OCV menjadi langkah pencegahan yang dapat dilakukan

apabila kasus penyakit semakin meningkat. Kedua, langkah

pencegahan dengan menargetkan wilayah yang terdampak dengan

intervensi multisektoral. Dengan intervensi ini dapat meningkatkan

integrasi di level nasional. GTFCC telah mengembangkan panduan

untuk membantu negara merencanakan kontrol kolera nasional multi-

sektoral. Ketiga, mekanisme yang efektif untuk koordinasi dukungan

teknis, penggunaan sumber daya dan kerjasama dalam lokal maupun

global. Implementasian langkah ini akan bergantung pada kemauan

dari pihak-pihak terkait untuk ikut membantu berkoordinasi dalam

penanggulangan wabah. GTFCC menyediakan kerangka kerjasama

dalam rangka menciptakan koordinasi yang efektif yang dibangun

berdasarkan level nasional dan level global.45

Di tahun 2013, WHO dengan bantuan dari GAVI, membentuk

persediaan vaksin kolera global untuk keadaan darurat, seperti wabah

atau krisis kemanusiaan. Dengan kampanye vaksin kolera diharapkan

akan mengurangi resiko sakit atau meninggal karena kolera. Beberapa

vaksin yang digunakan telah direkomendasikan oleh WHO yang

45 Global Task Force on Cholera Control, “Ending Cholera Global Roadmap

to 2030”, hal 13-15

Page 52: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

38

diberikan secara oral atau dengan ditetes melalui mulut pasien. Jenis

vaksin yang direkomendasikan yaitu Dukoral, Shancol, dan Euvichol.

Vaksin tersebut memiliki keefektifan dalam dua dosis rata-rata 58%

(dengan interval kepercayaan 95% [CI], 42-69%) dan efektivitas

sekitar 76% (95% CI, 62-85%) selama kurang lebih 3 tahun, studi lain

menyebutkan hingga 5 tahun.46

46 Lorenzo Pezzoli. Global oral cholera vaccine use, 2013–2018, Vaccine

Volume 38, Supplement 1, 29 Februari 2020, [jurnal on-line] hal A133 tersedia

di

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0264410X19311855?via%3Dihu

b diunduh pada 24 Maret 2020

Page 53: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

39

BAB III

WABAH KOLERA DI YAMAN

Bab ini akan menjelaskan dinamika konflik Yaman hingga

terjadinya wabah kolera. Pembahasan akan dibagai kedalam berapa

sub bab yang diawali dengan penjelasan konflik Yaman, selanjutnya

menjelaskan kasus kolera di Yaman yang pertama kali muncul pada

akhir tahun 2016, dan penjelasan bagaimana penyebaran kolera di

Yaman periode 2017 sampai 2019. Secara keseluruhan bab ini

bertujuan menjelaskan situasi konflik di Yaman sehingga terjadi

penyebaran kolera yang kemudian dapat membantu memahami

bagaimana peran WHO dalam menangani wabah kolera.

A. Dinamika Konflik Sipil Yaman

Republik Yaman terletak di bagian selatan Jazirah Arab. Di

bagian utara Yaman berbatasan langsung dengan Saudi Arabia dan di

bagian timur berbatasan dengan Oman. Republik Yaman merupakan

unifikasi dari Yemen Arab Republic yang berada di wilayah utara

Yaman dan the People’s Democratic Republic of Yemen yang berada

di wilayah selatan Yaman. Sejak reunifikasi pada tahun 1990, Yaman

menjadi negara demokrasi dengan sistem multi-partai. Di tahun awal

berdirinya, Republik Yaman dipimpin oleh Ali Abdullah Al-Saleh,

ketua dari General People’s Congress (GPC) dan Presiden Yaman

utara sebelum unifikasi. Di lain pihak, terbentuk The Joint Meeting

Page 54: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

40

Parties (JMP), yaitu partai koalisi sebagai oposisi yang terdiri dari

partai Islah, partai islamis, dan Yemeni Socialist Party, salah satu

partai paling berkuasa di Selatan Yaman.47

Ketegangan wilayah antara Yaman Utara dan Yaman Selatan

masih terus berlanjut setelah reunifikasi. Pemerintahan Ali Abdullah

Al-Saleh dianggap korup dan menerapkan nepotisme. Wilayah

Yaman selatan merasa terpinggirkan dan menyatakan keinginan untuk

memisahkan diri. Di tahun 1994, perang sipil pecah antara Yaman

Selatan dan Yaman Utara, yang pada akhirnya dimenangkan oleh

Yaman Utara. Kekalahan Yaman Selatan memunculkan kelompok-

kelompok separatis selatan. 48

Pemerintahan Yaman menghadapi berbagai kelompok

separatis, di wilayah Utara terdapat kelompok Houthi atau disebut

juga Ansar Allah pada dasarnya merupakan bagian dari kelompok

islam Syiah yang dipimpin oleh keluarga Houthi. Di Selatan,

pemerintah Yaman menghadapi Southern Transnational Council

(STC) yang ingin memisahkan diri serta kelompok Al-Qaeda in the

47 UNDP, “Impact of War on Development of Yemen”, 2019, [dokumen resmi]

hal 17-18 tersedia

dihttps://www.undp.org/content/dam/yemen/General/Docs/ImpactOfWarOnDevelop

mentInYemen.pdf diunduh pada 3 April 2020 17-18 48 UNDP, “Impact of War on Development of Yemen, 17-18

Page 55: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

41

Arabian Peninsula (AQAP) dan kelompok teroris ISIS (Islamic State

of Iraq and Syria). AQAP di Yaman telah ada sejak tahun 2009.49

Di tahun 2011, gelombang Arab Spring melanda banyak negara

di kawasan Timur Tengah, dan salah satunya di Yaman. Terjadi aksi

unjuk rasa yang dipimpin oleh kaum muda untuk menentang

pemerintahan Saleh yang telah memimpin lebih dari 33 tahun.

Fenomena Arab Spring menjadi kesempatan bagi banyak kelompok

untuk bersatu melawan pemerintahan dan menyuarakan keresahan

bersama. Aksi ini kemudian disebut juga sebagai upaya revolusi

demokratisasi dan menuntut Presiden Saleh untuk mundur sebagai

presiden. Pada pertengahan 2011, demonstrasi mulai berujung pada

kekerasan, bentrokan antara aparat dan peserta demonstrasi terjadi di

ibu kota Sana’a dan beberapa wilayah lainnya dengan dukungan JMP,

Houthi dan gerakan di wilayah Selatan. Pada bulan November,

Presiden Saleh akhirnya menyetujui untuk mengundurkan diri namun

dengan catatan diberikan kekebalan sebagai imbalan pengunduran

dirinya.50 Saleh memutuskan untuk bergabung dengan kelompok

Houthi di tahun 2012 dan memberikan dana militer kepada Houthi.

49 Congressional Research Service, “Yemen Civil War and Regional

Integration”, [dokumen on-line] hal 1 tersedia di

https://fas.org/sgp/crs/mideast/R43960.pdf diunduh pada 6 April 2020 50 Marcel Serr, “Understanding war in yemen”, Israel journal of Foreign

Affairs Vol. 11, No. 3, 2018 [jurnal on-line] hal 2 tersedia di

https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/23739770.2017.1419405 diunduh

pada 8 April 2020

Page 56: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

42

Pada Februari 2012, Yaman menggelar pemilihan umum

Presiden dengan satu calon kandidat, yaitu mantan wakil presiden

Abdu Mansour Hadi. Di masa pemerintahannya, Hadi menghadapi

beberapa tantangan, yaitu serangan yang dilakukan oleh Al-Qaeda,

gerakan separatis di wilayah selatan, kelompok militer yang masih

setia kepada mantan presiden Saleh, korupsi, pengangguran dan

masalah pangan. Keberadaan kelompok Houthi di Utara mengambil

kesempatan dengan kondisi pemerintah yang sedang lemah. Houthi

melancarkan serangan militernya dan mengambil alih ibu kota

Sana’a.51 Di tahun 2015, Houthi melakukan kudeta terhadap

pemerintahan Yaman dan menduduki ibu kota Sana’a. Presiden Hadi

melarikan diri ke kota Aden di bagian Selatan Yaman dan

mendeklarasikan Aden sebagai ibu kota sementara Yaman.52

Perang sipil Yaman tidak lepas dari adanya pengaruh Arab

Saudi sebagai saudi led coalition dan Iran. Arab Saudi sebagai negara

dengan mayoritas muslim Sunni dan negara yang berbatasan langsung

dengan Yaman, mengambil peran sebagai pendukung pemerintahan

Hadi dengan melakukan intervensi. Arab Saudi mengirimkan bantuan

militernya untuk membantu menghadapi kelompok Houthi yang

berusaha untuk melengserkan Hadi sebagai pemerintahan resmi. Hal

51 Marcel Serr, “Understanding War in Yemen”, hal 2 52 Anadolu Agency, “Yemen’s Hadi Menies Aden Secession”, [artikel on-line]

tersedia di https://www.aa.com.tr/en/politics/yemens-hadi-denies-aden-

secession/64813# diakses pada 8 April 2020

Page 57: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

43

ini dilakukan sebagai upaya perlindungan kepentingan Arab Saudi

dalam membendung pengaruh Syiah di wilayah Timur Tengah.53 Iran

diyakini telah memberikan bantuan senjata militer canggih dan

penasehat militer untuk kelompok Houthi. 54 perang sipil ini telah

menjadi arena proxy war antara Arab Saudi dan Iran, serta pihak-

pihak luar yang turut mendukung aksi militer di Yaman seperti

negara-negara GCC (Gulf Cooperation Council), Pakistan, dan

Amerika Serikat.

Arab Saudi melancarkan serangan militernya di ibukota Yaman

sebelumnya yaitu Sana’a dengan menargetkan kelompok-kelompok

Houthi. Aksi saling serang-menyerang antara Houthi dan Arab Saudi

telah menyebabkan kerusakan pada bangunan di Sana’a dan banyak

warga sipil yang menjadi korban. Salah satu pelabuhan di Utara

Yaman, Hodeidah, dikuasai oleh kelompok Houthi dan dibalas

dengan serangan udara oleh Arab Saudi. Pelabuhan tersebut menjadi

jalan utama para kapal untuk mengantarkan bantuan bagi para korban

perang sipil, kerusakan pada pelabuhan dan ketegangan yang terjadi

menyebabkan hambatan bagi kapal komersial untuk masuk.

53 Puji Taliasih, “Dukungan Arab Saudi Terhadap Rezim Mansour Hadi dalam

Menghadapi Pemberontak Syiah Houthi di Yaman Tahun 2012-2015”, International

Society Vol. 3, no. 2, (2016) hal 65 54 Tempo.co, “ Iran Membantu Houthi, Hadapi Arab Saudi di Yaman”, tersedia

https://fokus.tempo.co/read/1207728/iran-membantu-houthi-hadapi-arab-saudi-di-

yaman/full&view=ok diakses pada 9 April 2020

Page 58: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

44

Sejak Arab Saudi beserta aliansinya melakukan intervensi

militer di Yaman, jumlah serangan udara di Yaman meningkat.

Dengan dilakukannya serangan terhadap kelompok Houthi

diharapkan dapat memukul mundur Houthi dan merebut kembali ibu

kota Sana’a, namun hingga tahun 2019 Pemerintahan Hadi dan koalisi

Arab masih belum berhasil. Serangan militer yang dilakukan bukan

hanya menargetkan objek militer, namun juga telah merusak objek

non-militer seperti bandara, pelabuhan, jembatan, jalan dan lainnya.

Yemen Data Project mencatat terdapat total 21.140 serangan oleh

koalisi di berbagai distrik di Yaman hingga penulisan penelitian ini

dilakukan. 6.455 serangan diantaranya adalah objek non-militer.55

Serangan tersebut telah merusak banyak sistem air, sanitasi, rumah

sakit dan klinik sehingga tidak bisa beroperasi, dan blokade pelabuhan

telah menghambat impor obat-obatan dan bantuan kemanusiaan.56

B. Kasus Kolera di Yaman

Penyakit kolera berasal virus vibrio cholerae yang

menyebabkan diare akut yang dapat berkembang menjadi dehidrasi

55 Yemen Data Project, tersedia di

https://www.yemendataproject.org/index.html diakses pada 6 juni 2020 56 The Lancet Gastroenterology & Hepatology, “Health catastrophe: the toll of

cholera in Yemen”, The Lancet Gastroenterology & Hepatology, Vol. 2, September

2017, [jurnal on-line] hal 619 tersedia

https://www.thelancet.com/journals/langas/article/PIIS2468-1253(17)30224-

8/fulltext diakses pada 2 Maret 2020

Page 59: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

45

dan Hypovolemic Shock57, dan dapat membunuh hingga 50% pasien

jika cairan tubuh tidak segera ditangani. Dalam beberapa kasus, CFR

kolera dapat berada di bawah 1% dengan kondisi pengobatan yang

layak. Seseorang dapat terinfeksi kolera apabila meminum air atau

makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Bakteri tersebut berasal

dari kotoran orang yang terinfeksi, dan dapat menyebar cepat di

daerah yang dimana pasokan air bersih, sanitasi, makanan yang bersih

dan higienis tidak memadai.58

Wabah kolera yang terjadi di Yaman tidak hanya terjadi begitu

saja, tetapi memiliki keterkaitan dengan wabah kolera di dunia.

Ilmuwan dari Wellcome sanger institute dan Pasteur Institute

melakukan penelitian terhadap bakteri kolera yang menginfeksi

pasien di Yaman. Dengan metode pengurutan DNA pada genom59

atau disebut juga sebagai genom sequencing, ilmuwan mencoba

mengurutkan 42 sampel bakteri vibrio cholerae, 39 sampel berasal

dari pasien kolera yang tinggal di 3 provinsi berbeda, 3 sampel lainnya

berasal dari tempat pengungsian di perbatasan Yaman dengan Arab

Saudi, dan 74 sampel lainnya yang berasal dari Asia Selatan, Timur

Tengah, dan Afrika. Sampel tersebut kemudian dibandingkan dengan

57 Kondisi seseorang kehilangan 20 persen (seperlima) pasokan darah atau

cairan tubuh sehingga jantung tidak mungkin memompa darah dalam jumlah yang

cukup ke tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan kegagalan organ. 58 WHO, “Frequently asked questions and information for travellers” tersedia

di https://www.who.int/topics/cholera/faq/en/ diakses pada 8 April 2020 59 Kumpulan gen yang dimiliki oleh organisme yang memiliki keseluruhan

informasi genetik sebuah organisme atau sel.

Page 60: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

46

dengan 1.000 sampel global dari pandemik kolera yang sedang

berlangsung maupun pandemik sebelumnya, yang disebut juga

sebagai pandemik kolera ke-7, dimulai pada tahun 1960, yang

disebabkan oleh satu garis keturunan V. Cholerae atau disebut juga

7PET (Seventh Pandemic Cholera El Tor).60

Hasil penelitian pengurutan genom kolera di Yaman dengan

sampel global lainnya menunjukkan bahwa jenis virus kolera di

Yaman memiliki keterkaitan dengan jenis kolera yang muncul pada

tahun 2012 di Asia Selatan yang kemudian menyebar secara global,

namun jenis virus kolera di Yaman tidak langsung datang dari Asia

Selatan maupun Timur Tengah, melainkan hasil mendekati dengan

sampel wabah kolera yang diambil dari Afrika (Kenya, Tanzania, dan

Uganda), yang menyebabkan wabah kolera antara tahun 2015 sampai

2016.61 Penyebaran virus diyakini melalui para imigran dari Afrika

yang datang ke Yaman.

Kasus penyakit kolera pertama kali dilaporkan oleh Ministry of

Public Health and Population (MoPHP) Yaman pada bulan Oktober

2016. Sebanyak 8 kasus ditemukan di wilayah kota Sana’a. MoPHP

Yaman bersama WHO membentuk tim untuk menginvestigasi sumber

60 Sanger Institute, “Mystery of Yemen cholera epidemic solved”, tersedia

https://www.sanger.ac.uk/news_item/mystery-yemen-cholera-epidemic-solved/

diakses pada 11 Mei 2020 61 François-Xavier Weill dkk, “Genomic insights into the 2016–2017 cholera

epidemic in Yemen”, Nature 565, no. 7738, 2019 [journal on-line], tersedia di

https://www.nature.com/articles/s41586-018-0818-3 diakses pada 8 Mei 2020

Page 61: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

47

penyakit dengan melakukan pengecekan terhadap tempat tinggal

pasien dan melakukan tes pada sumber air di wilayah tersebut.

Hingga akhir tahun 2016, telah ditemukan 163 kasus terkonfirmasi

terinfeksi kolera.62 Wabah juga telah menyebar hingga 15 provinsi

dari 22 provinsi di Yaman. Gelombang pertama berlangsung selama

bulan Oktober 2016 hingga April 2017. Terdapat sebanyak 25.152

kasus yang diambil dari data Electronic Disease Early Warning

System (eDEWS) dan MoPHP Yaman.63

Kasus kolera yang dimulai pada bulan Oktober 2016

tersebut, mengalami penurunan di bulan Februari dan Maret 2017.

Namun kasus kembali meningkat di bulan April 2017 dan disebut

sebagai wabah gelombang kedua. Gelombang kedua kolera yang

diiringi dengan musim hujan pada akhir bulan April. Musim hujan

memperparah penyebaran kolera melalui air yang terkontaminasi oleh

bakteri. Hingga akhir tahun 2017, Kementerian kesehatan Yaman

mencatat terdapat hampir 1 juta kasus kolera yang tersebar di 22

provinsi Yaman.64

62 WHO, “The Ministry of Public Health and Population announces cholera

cases in Yemen”, tersedia di http://www.emro.who.int/media/news/the-ministry-of-

health-announces-cholera-cases-in-yemen.html diakses pada 10 Mei 2020 63 Fekri Dureab dkk, “Cholera Outbreak in Yemen: Timeliness of Reporting

and Response in the National Electronic Disease Early Warning System”, Acta

Informatica Medica 27, no. 2 (2019), [jurnal on-line] tersedia di

.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6688295/ diunduh pada 6 April

2020 64 WHO, “Cholera Situation Update December 2017”, December 2017,

[dokumen resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/health-topics/cholera-

outbreak/cholera-outbreaks.htmln diunduh pada 6 Maret 2020

Page 62: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

48

Memasuki awal tahun 2018, kasus di beberapa wilayah mulai

mengalami penurunan, namun kembali memuncak di minggu ke 39

atau di bulan September. Kasus kolera mengalami peningkatan hingga

2 kali lipat dari bulan Agustus. Total 55 ribu kasus dengan 105 korban

meninggal dunia. Tingkat kematian kolera atau CFR mencapai 0.19%.

CFR tersebut tertinggi sejak gelombang kedua dimulai pada April

2017.65 Tahun 2019, puncak tertinggi kasus kolera terjadi di bulan

Maret (Gambar 3.1) . Tingkat kematian kasus atau CFR mencapai

0.25%.66 Hampir 91% provinsi, 21 dari 22 dan 306 dari 333 distrik,

telah melaporkan kasus kolera. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap

daerah di Yaman terdapat kasus kolera.

Provinsi dengan kasus kolera tertinggi yaitu provinsi Amanat

Al-Asimah, lokasi Ibu Kota Sana’a (Tabel 3.1). Sepanjang gelombang

kolera kedua dimulai pada 27 April 2017 hingga 31 Desember 2019,

telah terkonfirmasi sebanyak 2.254.758 kasus kolera di seluruh

Yaman67. 28% diantara total kasus adalah anak-anak berumur

dibawah 5 tahun.68

65 WHO, “Cholera Situation Update September 2018”, September 2019,

[dokumen resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/health-topics/cholera-

outbreak/cholera-outbreaks.html diunduh pada 6 Maret 2020 66 WHO, “Cholera Situation Update March 2019”, Maret 2019, [dokumen

resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/health-topics/cholera-outbreak/cholera-

outbreaks.html diunduh pada 15 Maret 2020 67 WHO, “Cholera Situation Update December 2019”, Desember 2019,

[dokumen resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/health-topics/cholera-

outbreak/cholera-outbreaks.html diunduh pada 15 Maret 2020. 68 OCHA. “Yemen Humanitarian Dashboard January-December 2019”, April

2020, [dokumen resmi] hal 1 tersedia di https://reliefweb.int/report/yemen/yemen-

humanitarian-dashboard-january-december-2019-enar diunduh pada 3 April 2020

Page 63: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

49

Gambar 3.1 Kurva kasus kolera periode April 2017 -

Desember 201969

Tabel 3.1 Jumlah kasus kolera di setiap provinsi Yaman

periode 2017-201970

(Sumber: WHO, 2019)

69 WHO, “Cholera Situation Update December 2019”, Desember 2019,

[dokumen resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/health-topics/cholera-

outbreak/cholera-outbreaks.html diunduh pada 15 Maret 2020 70 WHO, “Cholera Situation Update December 2019”, Desember 2019.

[dokumen resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/health-topics/cholera-

outbreak/cholera-outbreaks.html diunduh pada 15 Maret 2020

(Sumber: WHO, 2019)

Page 64: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

50

C. Penyebaran Kolera di Yaman

Dalam kasus penyebaran kolera di Yaman, terdapat 2 faktor

dalam penyebaran kolera, yaitu infrastruktur sanitasi dan infrastuktur

kesehatan. Infrastruktur sanitasi seperti layanan air bersih dan sanitasi

menjadi kunci utama dalam menangani penyakit kolera, karena

transmisi penyakit yang mudah melalui air. Layanan kesehatan yang

layak menjadi hal terpenting untuk mencegah korban jiwa.

Kelangkaan air menjadi tantangan di tengah wabah kolera.

Sumber air yang kotor dan terkontaminasi menjadi salah satu faktor

penyebaran kolera. Di tengah konflik yang terjadi, beberapa

Infrastruktur air telah hancur akibat serangan bom menyebabkan

sanitasi air yang buruk. Air bawah tanah di beberapa kota telah

terkontaminasi oleh limbah pabrik akibat pengolahan limbah yang

tidak berfungsi karena kurangnya bahan bakar dan pemeliharaan.

Layanan kebersihan di beberapa kota terhenti. Banyak sampah-

sampah yang bertumpuk di jalanan. Akibatnya, air bersih yang berada

di bawah tanah tercemar oleh kotoran hewan ataupun sampah-sampah

yang bertumpuk di atasnya. Ketika terjadi hujan lebat, jumlah air yang

tercemar semakin banyak dan memudahkan penyeberan bakteri

kolera.71

71 New Scientist, “ Unprecedented Cholera Outbreak Tears Through Wart-

Torn in Yemen”, tersedia di https://www.newscientist.com/article/2132070-

unprecedented-cholera-outbreak-tears-through-war-torn-yemen/ diakses pada 15 Mei

2020

Page 65: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

51

Masyarakat di beberapa daerah di Yaman mengandalkan air

yang dipasok melalui pipa penyalur dan air yang diangkut oleh truk

oleh perusahaan-perusahaan swasta. Distribusi air juga dipengaruhi

oleh melonjaknya harga bahan bakar sehingga perusahaan harus

mengurangi penggunaan truk air dan sistem air pipa hanya mampu

beroperasi 50% dari kapasitasnya. Akses terhadap air bersih menjadi

terbatas. Di kota besar seperti Ibb, Dhamar, dan Al-Mahwit, sistem air

terpusat terpaksa ditutup sepenuhnya.72

Gambar 3.1. a) Masyarakat mengantri air bersih dari truk di

kota Taiz. b) Tumpukan sampah di jalan ibu kota Sana’a.73

(Sumber: Hesham M. Al-Mekhlafi, 2018)

Faktor selanjutnya yaitu infrastruktur kesehatan. Selama konflik

berlangsung tidak sedikit objek kesehatan dan sanitasi menjadi target

serangan udara. Kondisi pelayanan kesehatan di Yaman hanya 55%

72 Oxfam, “15 Million Yemenis See Water Suplies Cut Amid Fuel Crisis”,

tersedia di https://reliefweb.int/report/yemen/15-million-yemenis-see-water-

supplies-cut-amid-fuel-crisis diakses pada 15 Mei 2020 73 Hesham M. Al-Mekhlafi, “Yemen in a Time of Cholera: Current Situation

and Challenges”, The American journal of tropical medicine and hygiene 98(6)

(2018), hal 1559

A B

Page 66: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

52

yang berfungsi sebagian dan atau dalam keadaan hancur, sehingga

pengobatan para pasien kolera menjadi terhambat. Beberapa pasien

bahkan harus pergi jauh untuk mendapatkan layanan kesehatan akibat

tidak tersedianya fasilitas kesehatan terdekat. Pada dasarnya kolera

merupakan penyakit yang dapat diobati apabila mendapatkan

penanganan yang cepat dengan terapi dehidrasi sederhana, namun

dengan melonjaknya kasus kolera sehingga rumah sakit yang tersedia

tidak mampu untuk menerima seluruh pasien.

Gambar 3.2 Pasien kolera yang berada di posko kesehatan

sementara di provinsi Hajjah yang sedang menerima

pengobatan dari dokter.74

(Sumber: Hesham M. Al-Mekhlafi, 2018)

Beberapa rumah sakit terpaksa ditutup karena tidak bisa

beroperasi akibat kurangnya alat-alat medis. Obat-obatan yang

diimpor dari luar Yaman terpaksa tertahan karena blokade laut dan

udara yang diterapkan oleh Arab Saudi. Dokter di provinsi Hodeida

74 Hesham M. Al-Mekhlafi, “Yemen in a Time of Cholera: Current Situation

and Challenges”, hal 1559

Page 67: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

53

menyatakan bahwa ia sempat menerima obat yang sudah kadaluarsa

akibat terlalu lama dalam proses pengiriman.75 Pihak Houthi juga

telah melanggar hukum internasional dengan memblokir akses

kesehatan dan membatasi pergerakan penduduk Yaman, seperti yang

sakit dan ingin berobat.76

Hal ini memperburuk kondisi masyarakat sipil yang tinggal di

zona perang. Kolera merupakan penyakit oportunistik, dimana

penyakit membutuhkan “kesempatan” untuk menginfeksi seseorang.

Keadaan warga sipil rentan akibat migrasi massal dan banyak orang-

orang yang rentan akibat kurang gizi dan kekeringan yang

menyebabkan kebersihan yang buruk.

Situasi darurat kolera di Yaman dapat dikategorikan sebagai

high risk berdasarkan Conceptual Framework for Evaluating Disease

Risk (CFED). Menurut CFED kondisi situasi darurat high risk

merupakan kondisi dimana kurangnya akses kesehatan, air bersih dan

sanitasi yang layak. Kondisi tersebut merupakan lingkungan yang

ideal untuk penyebaran sebuah penyakit menular.77 Kondisi serba

keterbatasan memperparah penyebaran penyakit kolera. Konflik

75 Human Right Watch, “Yemen: Coalition Blockade Imperils Civilians”,

[artikel online] tersedia di https://www.hrw.org/news/2017/12/07/yemen-coalition-

blockade-imperils-civilians dikases pada 7 Juni 2020 76Bill Van Esveld, “Yemen: Coalition’s Blocking Aid, Fuel Endangers

Civilians”, [artikel on-line] tersedia di https://www.hrw.org/news/2017/09/27/yemen-

coalitions-blocking-aid-fuel-endangers-civilians diakses pada 7 Juni 2020 77 Christine Crudo Blackburn dkk, Syrian Forced Migration and Public Health

in the European Union, (Rowman & Littlefield, 2019) hal 27-28

Page 68: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

54

antara Houthi-Saudi telah mengancam keamanan warga sipil Yaman.

Pasokan medis yang tidak mencukupi serta lingkungan yang tidak

memadai menyulitkan tenaga medis untuk melakukan pencegahan

dan perawatan.

Page 69: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

55

BAB IV

PERAN WHO DALAM MENANGANI WABAH

KOLERA DI YAMAN PERIODE 2017-2019

Bab ini menjadi bab utama yang akan membahas Peran World

Health Organization sebagai organisasi internasioanl bidang

kesehatan dalam menangani penyakit menular, salah satunya

penyebaran kolera yang terjadi di Yaman. Pembahasan dijelaskan

secara komperhensif mengenai peran WHO yang akan dianalisis

melalui 3 tingkat analisa berdasarkan konsep organisasi internasional.

Melalui analisis teresbut dapat dilihat peran penting WHO beserta

mitra lain yang ikut berkontribusi dalam penangan kolera Yaman

seperti UNICEF, GAVI, World Bank, dan GTFCC, namun ditemukan

juga beberapa hambatan yang dihadapi oleh WHO beserta mitra

lainnya.

A. Peran WHO dalam mengatasi wabah kolera di Yaman

Organisasi internasional khusus seperti WHO memiliki peran

dan tujuan khusus. WHO menjadi organisasi kesehatan dunia yang

bertujuan untuk mengatasi penyakit di suatu negara dengan

memberikan bantuan dalam berbagai cara, hal ini sesuai dengan

objektif organisasi WHO dalam konstitusinya yang menyatakan

bahwa akan mengupayakan kerjasama dengan berbagai pihak demi

Page 70: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

56

kemajuan kualitas kesehatan.78 Hal tersebut dapat dilihat dalam peran

WHO dalam menangani wabah kolera di Yaman

Dalam menangani wabah kolera di Yaman, WHO menerapkan

beberapa pendekatan untuk memastikan bahwa seluruh upaya yang

dilakukan dapat diakses oleh seluruh masyarakat. WHO juga turut

bekerjasama dengan otoritas setempat dan organisasi internasional

lain seperti UNICEF, World Bank, GAVI, dan WFP serta beberapa

NGO. Peningkatan kasus kolera di gelombang kedua pada tahun 2017

telah menarik perhatian WHO serta organisasi internasional lainnya

untuk memberikan bantuan untuk Yaman.79 Bersama dengan

pemerintah Yaman, WHO bekerjasama untuk membantu mendekteksi

dan menelusuri penyebaran penyakit, dan menjangkau semua orang

dengan fasilitas kesehatan, air besih, sanitasi yang layak dan

memberikan edukasi akan kesehatan.

Berdasarkan pembahasan pada Bab 1, dijelaskan bahwa

menurut Mingst untuk menganalisa peran suatu Organisasi

Internasional, terdapat 3 level (tingkat) analisa yang digunakan, yaitu

tingkat internasional, tingkat negara, dan tingkat individu. Dalam

78 World Health Organization, “Basic documents: forty-ninth edition

(including amendments adopted up to 31 May 2019)”, [dokumen resmi] tersedia di

https://apps.who.int/gb/bd/ hal 1 diunduh pada 26 Februari 2020 79 WHO, “WHO Director-General's remarks at the UN Security Council

meeting on the situation in Yemen”, Director-General's Office, 2017, tersedia di

https://www.who.int/dg/speeches/2017/security-council-yemen/en/ diakses pada 26

Februari 2020

Page 71: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

57

pembahasan ini akan dijabarkan peran WHO berdasarkan tingkat

analisa.

1. Tingkat Internasional

a. Cholera Integrated Response Plan

Dalam upaya WHO merespon wabah kolera di Yaman, ada

beberapa strategi yang menjadi fokus WHO. Strategi tersebut

tercantum dalam “Cholera Integrated Response”, yang dipublikasi

pada tahun 2017, yaitu kerjasama WHO melalui departemen Health

Cluster dengan organisasi internasional, yaitu UNICEF melalui

WASH Cluster, dan MoPHP (Ministry of Public Health and

Population) Yaman. Health Cluster merupakan salah satu unit dari

Emergency risk management and humanitarian response, WHO.

Agenda utama dari health cluster sendiri yaitu untuk meningkatkan

koordinasi antar stakeholder dalam rangka membantu negara yang

mengalami keadaan darurat kemanusiaan. 80

Integrated Response Plan merupakan rangkaian upaya

strategis yang dibentuk dengan tujuan untuk menurunkan tingkat

morbidibitas (keluhan terhadap penyakit di suatu wilayah) dan

menurunkan tingkat fatalitas (kematian) akibat penyakit kolera dan

penyakit diare akut (Acute Watery Diarrhea). Untuk mengidentifikasi

80 Health Cluster, [situs resmi] tersedia di https://www.who.int/health-

cluster/about/en/ diakses pada 21 Juni 2020

Page 72: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

58

kasus kolera, WHO memberikan 2 definisi kasus kolera, yaitu terduga

kasus kolera dan terkonfirmasi kasus kolera. Seseorang terduga kasus

kolera terinfeksi di area yang terdapat kasus kolera, pasien berusia 5

tahun atau lebih dan mengalami diare akut dengan gejala muntah atau

tidak. Seseorang terkonfirmasi kasus kolera ketika telah dikonfirmasi

hasil laboratorium dengan Vibrio Cholerae O1 atau 0139 yang

diambil dari pasien yang mengalami diare akut.81

Strategi dalam menanggapi wabah kolera menggunakan 2

pendekatan yaitu kontrol (control) dan pencegahan (prevention).

Pendekatan kontrol akan fokus kepada wilayah atau distrik yang telah

melaporkan/memiliki kasus kolera, sedangkan pendekatan

pencegahan berfokus kepada wilayah yang belum melaporkan kasus

kolera namun beresiko terjadi penyebaran. Kedua pendekatan tersebut

mencakup kegiatan tanggap dini, kegiatan tanggap terintegrasi, dan

kegiatan pencegahan terintegrasi.82 Setiap aktivitas yang

bersangkutan dengan WHO akan dilaksanakan dengan mengikuti

arahan atau bimbingan dari WHO.

1. Pendekatan Kontrol

81 Yemen Health Cluster, Joint Cholera Response Plan Yemen, July 2017 82 Yemen Health Cluster, “Joint Cholera Response Plan Yemen”, Juli 2017,

[dokumen resmi] tersedia di http://yemenhc.org/?wpdmpro=cholera-integrated-

response-plan-july-2017 diunduh pada 5 Juli 2020

Page 73: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

59

Pendekatan kontrol diterapkan di wilayah yang memiliki tingkat

penyebaran kolera tinggi. Tim akan menentukan distrik/wilayah mana

yang telah melaporkan dan mengkonfirmasi kasus kolera. Bulan Mei

2017 dilaporkan terdapat 227 distrik yang beresiko tinggi penyebaran

kolera sejak oktober 2016. Hingga bulan Desember 2019, 22 dari 23

Provinsi telah terkonfirmasi melaporkan kasus kolera.83 Setiap

tahunnya distrik yang beresiko bertambah menandakan bahwa

penyebaran kolera sangat cepat.

Kegiatan dalam pendekatan kontrol dibagi ke dalam 3 bagian.

Pertama, aktivitas tanggap dini yang fokus kepada pendeteksi dini

penyakit dan meningkatkan manajemen kasus. Kegiatan yang

dilakukan dalam pendekatan kontrol diantaranya:

• Health Cluster, WASH Cluster dan otoritas kesehatan

setempat membentuk satuan tugas kolera (cholera task force)

di level nasional dan subnasional untuk memaksimalkan

koordinasi, meningkatkan, dan mendesentralisasi kegiatan

laboratorium kesehatan, dan memberikan dukungan untuk

tim dengan para ahli dari Health Cluster.

• Mengidentifikasi sumber infeksi secara tepat waktu

83 WHO, “Outbreak Update – Cholera in Yemen, 29 December 2019”, [situs

resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/pandemic-epidemic-

diseases/cholera/outbreak-update-cholera-in-yemen-29-december-2019.html diakses

pada 5 Juli 2020

Page 74: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

60

• Melakukan tes pada sumber air yang menjadi sumber

penyebaran penyakit

• Meningkatkan sistem pengawasan berbasis electronic

disease surveillance system (e-DEWS), yaitu integrasi data

kesehatan secara online.

• Kampanye vaksin oral kolera (oral cholera vaccine)84

Kedua, manajemen kasus atau kegiatan pengawasan penularan.

Implementasi kegiatan manajemen kasus bertujuan untuk mengurangi

tingkat kematian oleh karena itu kegiatan akan berkaitan dengan

pelayanan kesehatan. Diantaranya:

• Mendirikan cholera treatment center (CTC) atau pusat

perawatan kolera untuk kasus dengan tingkat keparahan

tinggi dengan fasilitas khusus sesuai dengan panduan dari

Health dan WASH Cluster.

• Mendirikan dan menetapkan penempatan ORP (oral

rehydration points) dan pusat pelayanan diare (diarrhea

treatment unit) di tingkat masyarakat dan pelayanan

kesehatan primer untuk menangani kasus kolera dengan

tingkat keparahan ringan dan sedang. Fasilitas dilengkapi

dengan 20 tempat tidur di setiap DTC.

84 Yemen Health Cluster, Joint Cholera Response Plan Yemen, July 2017

Page 75: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

61

• Memberikan pelatihan untuk staf kesehatan dan staf

laboratorium kesehatan dalam melaksanakan protokol

kesehatan dan melakukan tes dengan tepat pada setiap

sampel kolera

• Pendistribusian kebutuhan pengobatan, yaitu diarrhea kit

(penargetan oral dan cairan IV rehydration)

• Seluruh kegiatan manajemen kasus harus mengikuti standar

WHO untuk memastikan kualitas kesehatan, seperti sistem

rujukan untuk kasus yang membutuhkan perawatan lebih

lanjut.

• Sosialisasi kepada masyarakat serta tenaga kesehatan tentang

bagaimana prosedur pemakaman yang aman bagi pasien

kolera yang meninggal

• Pembagian perlengkapan kesehatan untuk rumah tangga

seperti tablet disinfektan untuk air (aquatabs), perlengkapan

kebersihan (sabun), dan selebaran yang berisi tentang

informasi seputar kolera. Perlengkapan kesehatan tersebut

diberikan kepada keluarga pasien setelah pasien tersebut

dibolehkan pulang dari rumah sakit. 85

Ketiga, kegiatan pencegahan terintegrasi. Kegiatan ini fokus

kepada pencegahan penyebaran melalui air, dengan cara sterilisasi air,

85 Yemen Health Cluster, Joint Cholera Response Plan Yemen, July 2017

Page 76: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

62

pengawasan air bersih, sosialisasi kebersihan air, dan pembagian

perlengkapan kebersihan air. Kegiatan yang berkaitan dengan air

bersih, sanitasi, dan kebersihan (WASH) akan dipimpin oleh WASH

Cluster dengan mengikuti prosedur WASH Cluster.

2. Pendekatan Pencegahan

Pendekatan pencegahan bertujuan untuk mencegah penyebaran

kolera di daerah yang beresiko rendah terjadi penyebaran. Tim akan

menentukan daerah-daerah yang memungkinkan terjadinya infeksi.

Kegiatan akan dibagi kedalam 3 bagian. Pertama pendeteksi dini

(early detection) penyakit. Kegiatan ini hampir sama sama seperti

pada pendekatan kontrol, bertujuan untuk meningkatkan sistem

pengawasan yang terkoordinasi dan hasil laboratorium tepat waktu

apabila kasus baru ditemukan. Kedua, manajemen kasus, yaitu

merencanakan tempat untuk layanan kesehatan seperti DTC, DTU,

dan ORS dan memenuhi kebutuhan obat-obatan apabila terjadinya

kasus baru. Ketiga, aktivitas pencegahan terintegrasi, fokus

pendekatan pencegahan pada pemberian edukasi dan komunikasi

dalam level masyarakat.

Pada dasarnya, seluruh pendekatan mengutamakan koordinasi

yang kuat dalam setiap level. Hal itu demi mempercepat tindakan

respon tim ketika dilaporkannya kasus baru. Penguatan koordinasi

dalam level nasional maupun sub-nasional penting dalam

Page 77: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

63

melaksanakan rencana kontrol dan pencegahan kasus kolera. Oleh

karena itu, MoPHP mendirikan Public Health Emergency Operation

Center (EOC) yang didukung oleh WHO. Lima fungsi utama EOC

yaitu manajemen, perencanaan, keuangan, operasional, logistik dan

administrasi. Koordinasi menjadi inti dari strategi untuk memastikan

bahwa seluruh sumber daya yang dimiliki dimanfaatkan secara

optimal dan untuk menghindari terjadinya kesenjangan.

Pertemuan Cholera integrated response dilaksanakan tiap

bulannya pada tahun 2017, dimulai dari bulan Mei 201786. Pertemuan

ini menjadi salah satu bentuk koordinasi tiap klaster dan pihak yang

terlibat untuk melaporkan kemajuan yang telah dicapai tiap bulannya

dan perencanaan untuk bulan berikutnya. Perencanaan mulai dari

kegiatan hingga anggaran yang dibutuhkan menjadi output dari

pertemuan.

Pada 2018, WHO/Health Cluster bersama dengan

UNICEF/WASH Cluster dan otoritas kesehatan Yaman

memperbaharui rencana strategis penanganan kolera dengan nama

yang berbeda yaitu “Integrated Cholera Prevention and Startegic

Plan Yemen”, dipublikasikan pada April 2018. Rencana mengalami

86 Yemen Health Cluster, “Annual Report 2017”, 2017, [dokumen resmi]

tersedia di http://yemenhc.org/?wpdmpro=health-cluster-yearly-report-2017 diunduh

pada 10 Juli 2020

Page 78: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

64

pembaharuan berdasarkan data pada tahun 2017-2016.87 Peningkatan

kasus kolera menyebabkan dibutuhkannya strategi terbaru untuk

mengatasi endemik kolera. Gelombang kolera 1 dan 2 telah terjadi,

maka bukan tidak mungkin gelombang baru akan terjadi lagi.

Dalam Integrated Cholera Prevention and Strategic Plan 2018,

strategi dibagi ke dalam 3 tahap, yaitu fase kesiapan (preparedness

phase), fase peringatan (alarm phase), dan fase epidemi (epidemic

phase). Fase kesiapan dan fase peringatan fokus kepada wilayah yang

rentan akan terjadinya gelombang ke 3 kolera, dan fase epidemi

merupakan seluruh tindakan yang berkaitan untuk mencegah wabah

dan meminimalkan morbiditas dan mortalitas.88 Tindakan pencegahan

dengan vaksin massal menjadi salah satu tindakan pencegahan yang

direncanakan untuk tahun 2018 hingga 2019.

Melaui Upaya Cholera Integrated Response Plan menunjukkan

peran WHO dalam level internasional. WHO sebagai pempimpin

(lead agency) dari WASH Cluster, telah menyediakan sarana bagi

berbagai organisasi maupun stakeholder untuk ikut berpartisipasi

dalam mengatasi wabah kolera Yaman. Dengan adanya kerjasama

tersebut dapat secara substansial memperkuat dampak dari kegiatan

87 Yemen Health Cluster, “Integrated Cholera Prevention and Strategic Plan

Yemen”, April 2018. [dokumen resmi] tersedia di

http://yemenhc.org/?wpdmpro=integrated-cholera-prevention-and-control-strategic-

plan diunduh pada 9 Juli 2020 88 Yemen Health Cluster, Integrated Cholera Prevention and Strategic Plan

Yemen, April 2018

Page 79: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

65

organisasi dengan kata lain meningkatkan hasil organisasi melalui

kerjasama

b. Kampanye Vaksin Oral Kolera (OCV)

Kampanye vaksin kolera resmi diluncurkan pada 6 Mei 2018

oleh WHO dan UNICEF dengan dukungan dari World Bank, GAVI

dan MoPHP Yaman.89 Kegiatan kampanye vaksin massal kolera

menjadi kegiatan operasional yang menjadi peran organisasi

internasional dalam level internasional. Proses pengajuan pelaksanaan

OCV berada di bawah pengawasan penuh GTFCC. Vaksin oral kolera

(OCV) massal memiliki peran penting dalam mengatasi kolera. OCV

bekerja secara langsung dan mampu mencegah hingga 3 tahun

lamanya. Pencegahan melalui OCV menjadi manajemen kasus kolera

jangka panjang, selain pendekatan melalui intervensi WASH, atau

sebagai pencegahan sekunder.90 Wilayah dengan tingkat transmisi

atau kasus kolera tinggi menjadi prioritas WHO untuk melaksanakan

OCV. Dalam hal ini WHO memberikan 4 urutan prioritas suatu

wilayah:

89 WHO, “Amidst the devastation of war in Yemen, efforts are under way to

control cholera”, 4 Juni 2018, [situs resmi] tersedia di

http://www.emro.who.int/yem/yemen-news/amidst-the-devastation-of-war-in-

yemen-efforts-are-under-way-to-control-cholera.html diakses pada 8 juli 2020 90 Global Task Force on Cholera Control, “Ending Cholera A Global Roadmap

to 2030”, 2017, [dokumen resmi] hal 10 tersedia di

https://www.who.int/cholera/publications/global-roadmap/en/ diunduh pada 7 Maret

2020

Page 80: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

66

• Prioritas 1 (tinggi), distrik memiliki transmisi/penularan aktif

• Prioritas 2, distrik memiliki kepadatan penduduk sebanyak

≥500 penduduk/km2

• Prioritas 3, distrik dengan kepadatan penduduk antara <500

dan ≥200 penduduk/km2

• Prioritas 4, distrik dengan kepadatan penduduk >200/km2

Di tahun 2017, sebanyak 100 distrik menjadi prioritas untuk

OCV melalui risk assessment yang dilaksanakan oleh WHO.91

GTFCC menyetujui proposal Yaman atas 4.6 juta dosis vaksin untuk

100 distrik yang menjadi prioritas. Sebanyak 9.754.484 penduduk

menjadi target awal kampanye vaksin yang akan dilaksanakan

sepanjang kampanye OCV. Kampanye akan dibagi kedalam 4 fase.

100 distrik prioritas berada di provinsi Al-Hudaydah, Al-Jawf,

Amanat Al Asimah, Ibb, Taizz, Aden, Al-Bayda, Dhamar, Hajjah,

Marib, Sana’a, Al-Dhale’e, Al-Mahwit, Amran, Raymah, Abyan, Al-

Maharah, Lahj, dan Sa’ada. 92 prioritas 1 berada di provinsi Aden dan

Al-Hudaydah.

91 Yemen Health Cluster, “Integrated Cholera Prevention and Strategic Plan

Yemen”, April 2018 92 Yemen Health Cluster, Integrated Cholera Prevention and Strategic Plan

Yemen, April 2018, hal 24

Page 81: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

67

Gambar 4.1 Cholera Risk Assement93

(Sumber: WHO, 2018)

Ronde pertama kampanye vaksin kolera dilaksanakan pada Mei

2018, di provinsi Aden, Al-Hudaydah dan Ibb, dengan metode door

to door. Pemberian OCV terbagi menjadi 2 tahap, dosis pertama dan

dosis kedua. Hal ini sesuai dengan panduan WHO, vaksin primer

dilakukan 2 kali, dimana vaksin ke 2 kalinya dilakukan tidak lebih dari

6 minggu.94 Sebanyak 1.133.094 dosis vaksin berhasil di distribusikan

pada 2018. Di tahun 2019, kampanye dosis pertama vaksin

dilaksanakan di 4 provinsi, provinsi Amanat Al-Asimah pada 24 April

hingga 2 Mei 2019, dan di provinsi Aden, Al-Dhale’e dan Taizz pada

93 Yemen Health Cluster, “Integrated Cholera Prevention and Strategic Plan

Yemen”, April 2018, hal 94 WHO, “Cholera”, [situs resmi] tersedia di

https://www.who.int/immunization/diseases/cholera/en/ diakses pada 13 Juli 2020

Page 82: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

68

24 Februari hingga 1 Maret 2019. Metode pelaksanaan dengan

kampanye door to door. 95 Pemberian dosis ke 2 OCV dilanjutkan

pada Bulan Agustus 2019. WHO dan UNICEF berhasil

mendistribusikan OCV kepada 400.000 orang yang dimana 65.000

diantaranya adalah anak berusia dibawah 5 tahun.96

2. Tingkat Nasional

a. Kerjsama WHO dengan MoPHP Yaman melalui program Electronic

Disease Early Warning System (eDEWS)

Electronic Disease Early Warning System (eDEWS) merupakan

sistem elektronik yang dibentuk WHO untuk mengumpulkan,

kompilasi, dan analisis data dari suatu fasilitas kesehatan untuk

mendeteksi wabah pada tahap awal dan mengambil tindakan respon

yang diperlukan untuk mencegah atau membatasi penyebaran

penyakit, hal ini dapat meminimalkan mordibitas dan mortalitas

akibat penyakit menular melalui deteksi potensi wabah pada tapa

sedini mungkin dan memfasilitasi pencegahan tepat waktu. eDEWS

didasarkan pada aplikasi seluler berbasis real-time. Melalui eDEWS,

data dikumpulkan menggunakan perangkat lunak yang di pasang pada

95 GTFCC, “6th GTFCC Oral Cholera Vaccine Working Group Meeting”,

2019, tersedia di https://www.gtfcc.org/meetings/6th-gtfcc-oral-cholera-vaccines-

working-group-meeting/ diakses pada 13 Juli 2020 96 WHO, “Second round of oral cholera vaccine reaches nearly 400 000 people

in Aden, Taiz and Al Dhale’e”, 2019, [situs resmi] tersedia di

www.emro.who.int/yem/yemen-news/oral-cholera-vaccine-reaches-nearly-400-000-

people.html diakses pada 20 Juli 2020

Page 83: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

69

ponsel, tablet, atau laptop dan segera dikirim ke pusat untuk dianalisis

dan melakukan tindakan dengan cepat. eDEWS resmi diluncurkan di

Yaman pada Maret 2013 antara WHO dan MoPHP Yaman. 97 sejak itu

eDEWS dikembangkan secara bertahap dan hingga tahun 2016

eDEWS telah mencakup 333 distrik di Yaman.98

Sejak wabah kolera melanda Yaman tahun 2016, eDEWS

memiliki peran penting bagi pemerintah Yaman untuk meningkatkan

kecepatan dan efisiensi pengumpulan, analisis dan respon kesehatan

masyarakat. Fasilitas kesehatan sebagai sumber utama yang

mengumpulan data, setiap minggu data akan diperbarui dan

dimasukkan ke dalam sistem eDEWS menggunakan aplikasi. Setiap

minggunya data yang telah terkumpul di pusat akan melewati proses

validasi mulai dari tingkat distrik, provinsi kemudian pusat. Setelah

selesai validasi, hasil analisa data akan diterbitkan sebagai weekly

epidemiological bulletin (Gambar 4.2) pada hari senin setiap

minggunya. Dalam laporan tersebut tercantum data demografis (umur

dan kelamin) dan geografis (berdasarkan lokasi laporan penyakit)

97 Mayad M, Alyusfi R, Assabri A, dan Khader Y, “An Electronic Disease

Early Warning System in Sana’a Governorate, Yemen: Evaluation Study”, JMIR

Public Health Surveill. 2019;5(4):e14295 [jurnal online] tersedia di

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6913776/#ref3 diakses pada 19

Agustus 2020 98 Fekri Dureab, “The usefulness of the electronic Disease Early Warning

System (eDEWS) in the humanitarian crisis of Yemen”, Medizinische Fakultät

Heidelberg, 2020, [dokumen on-line] hal 17-18 tersedia di

https://doi.org/10.11588/heidok.00027986 diunduh pada 19 Agustus 2020

Page 84: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

70

serta jumlah kasus suatu penyakit, dalam kasus ini penyakit kolera,

pada suatu periode.99

Gambar 4.2 Weekly Epidemiological Bulletin yang

dipublikasikan oleh WHO bersama dengan MoPHP Yaman100

(Sumber: WHO, 2019)

Mengikuti panduan dari GTFCC, pasien terduga kolera

merupakan pasien yang datang dengan beberapa gejala, yaitu diare

seperti air, muntah atau tidak muntah dalam 24 jam terakhir. Kasus

terkonfirmasi kolera adalah kasus yang dicurigai dengan bakteri

vibrio cholerae O1 atau 0319 yang terkonfirmasi oleh laboratorium.

Data setiap pasien yang terduka ataupun terkonfirmasi harus

99 Fekri Dureab, “The usefulness of the electronic Disease Early Warning

System (eDEWS) in the humanitarian crisis of Yemen”, hal 17-18 100 WHO, “Weekly Epidemiological Bulletin Vol, 07 Issue 51 Epi Week 51

(17-23 December 2019)”, [dokumen resmi] tersedia di

https://www.humanitarianresponse.info/en/operations/yemen/document/yemen-

eidews-weekly-bulletin-2019-all-weeks-en diakses pada 20 Juli 2020

Page 85: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

71

dilaporkan dalam sistem eDEWS. Data tersebut berisi tanggal masuk

dan waktu penularan penyakit, usia, jenis kelamin, asal distrik, tingkat

keparah dehidrasi, hasil laboratorium bila sudah tersedia, dan hasil

penyakit (kepulangan atau kematian). Kumpulan data tersebut akan

dikirim secara elektronik ke tingkat gubernur setiap hari kemudian

dikumpulkan oleh tim Emergency Operatioan Center yang dijalankan

oleh otoritas kesehatan Yaman dan dicek kembali oleh tim pengawas

WHO untuk menghindari kesalahan input data.101

eDEWS dirancang sebagai sistem peringatan dini untuk

penyakit rawan epidemi. Meskipun sistem eDEWS bukan satu-

satunya sumber pengumpulan data untuk wabah penyakit menular,

sistem ini penting untuk deteksi dini kasus yang baru muncul. Pada

gelombang pertama wabah kolera, eDEWS mendeteksi 97% dari total

kasus yang di laporkan, dan 87% kasus pada gelombang kedua. Hal

ini menunjukkan bahwa eDEWS berfungsi sebagai sistem

pengawasan yang dapat diandalkan bahkan dalam kondisi konflik

yang berlangsung, namun eDEWS masih perlu ditingkatkan agar

bekerja secara maksimal. 102

101 Anton Camacho, PhD, Malika Bouhenia, MSc, Reema Alyusfi, MSc dkk,

“Cholera Epidemic In Yemen, 2016–18: An Analysis Of Surveillance Data”, The

Lancet Global Health Vol. 6 No. 6, 2018 [jurnal on-line] hal 680 tersedia di

https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(18)30230-

4/fulltext diunduh pada 14 Februari 2020 102 Fekri Dureab, “The usefulness of the electronic Disease Early Warning

System (eDEWS) in the humanitarian crisis of Yemen”, hal 87

Page 86: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

72

Upaya ini selaras dengan peran WHO sebagai organisasi

internasional di level nasional, dimana organisasi internasional

berperan untuk menyediakan informasi yang tersedia terkait wabah

kolera di negara Yaman kemudian dibagikan kepada dunia

internasional.103 Program eDEWS oleh WHO telah membantu Yaman

untuk mengumpulkan data sehingga dapat diakses oleh semua pihak

dan memudahkan pemerintah untuk mengambil respon terhadap suatu

kasus. Hal ini merupakan keuntungan yang di dapat oleh Yaman

sebagai anggota dari WHO, dimana organisasi internasional

menyediakan sentralisasi kegiatan kolektif bersama negara terkait

melalui struktur organisasi yang konkrit dan tetap serta petugas

administrasi yang mendukung sehingga meningkatkan efisiensi

aktivitas terkait dan meningkatkan kemampuan WHO sebagai

organisasi dalam memahami lingkungan dan kepentingan negara

Yaman.104

c. Pengiriman bantuan kebutuhan medis

Untuk mendukung layanan kesehatan, WHO memberikan

bantuan seperangkat kebutuhan medis. Mulai dari untuk perawatan

pasien hingga kebutuhan laboratorium. Bantuan yang diberikan WHO

103 Karen Mingst, Essential of International Relations Second Edition, (New

York: W.W. Norton & Company, 2003), hal 227-228 104Kenneth W. Abbott dan Duncan Snidal, “Why States Act through Formal

International Organizations”, Journal of Conflict Resolution 1998 42: 3, [jurnal on-

line] hal 4-5 tersedia di http://jcr.sagepub.com/content/42/1/3 diunduh pada 6

September 2020

Page 87: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

73

bertujuan untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas layanan

kesehatan.

WHO mendistribusikan kebutuhan medis seperti cholera kits,

cairan oral rehidrasi (ORS), intraveneus (IV) fluid , dan peralatan

DTC seperti tempat tidur khusus pasien kolera.105 Cholera kits

merupakan perlengkapan yang dibuat WHO khusus untuk menangani

kolera. Perlengkapan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu perlengkapan

perawatan (ORS, IV fluids, obat-obatan, tempat tidur pasien kolera,

tablet klorin, ember plastik, sabut, alat tulis, sarung tangan medis),

perlengkapan investigasi dan laboratorium (alat tes cepat, alat sampel,

sarung tangan medis, kertas saring, antiserum vibrio cholerae, media

biakan (growth medium), antibiotic disc, dan perlengkapan alat-alat

(tenda, tangki air, alat tes klorin, lampu solar, tempat tidur pasien

kolera, sprei plastik, toilet jongkok). Satu perlengkapan perawatan,

investigasi, dan laboratorium tersedia untuk 100 orang.106

Pada Mei 2017, WHO berhasil mengirimkan sebanyak 67 ton

bantuan medis berupa IV fluids dan cholera kits yang dikirim melalui

pesawat udara. Hal ini merupakan bantuan dengan muatan medis

terbesar sejak konflik yang dimulai tahun 2015. Jumlah bantuan

105 WHO, “WHO responds to resurgent cholera in Yemen”, 2017, [situs resmi]

tersedia di http://www.emro.who.int/media/news/who-responds-to-resurgent-

cholera-in-yemen.html diakses pada 20 Juli 2020 106 WHO, Cholera Kits 2020, [situs resmi] tersedia di

https://www.who.int/emergencies/emergency-health-kits/revised-cholera-kits

diakses pada 20 Juli 2020

Page 88: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

74

tersebut dapat memenuhi perawatan 10.000 pasien. WHO

mendapatkan dukungan dari WFP dalam pengiriman bantuan

tersebut.107

Hingga akhir 2017, WHO dan Health Cluster partner telah

menyediakan 4064 tempat tidur di 282 Diarrhea Treatment Center,

1294 oral rehydration corners, dan mendukung 414 fasilitas

kesehatan di 21 provinsi dan 237 distrik yang terdampak.108 WHO

juga mendistribusikan 2 juta liter bahan bakar untuk rumah sakit

sebagai bahan bakar generator di rumah sakit dan tempat layanan

kesehatan lainnya, ambulans dan lain-lain, menyalurkan 1 juta

kantong cairan IV, 158 cholera kit, dan 1.450 tempat tidur khusus

kolera.109 Kemudian pada tahun 2019, sepanjang bulan Januari hingga

Juni, sebanyak 639 Cholera Kits yang berada di tempat penyimpanan

WHO di Sana’a di distribusikan ke fasilitas kesehatan yang berada di

Utara dan Selatan Yaman.110

107 WHO, “Jumbo jet lands in war-torn Yemen carrying 67 tonnes of cholera

response supplies”, 2017, [situs resmi] tersedia di

http://www.emro.who.int/yem/yemen-news/jumbo-jet-lands-in-war-torn-yemen-

carrying-67-tons-of-cholera-response-supplies.html diakses pada 18 Juli 2020 108 Emergency Operation Center, “Yemen: Cholera Response”, 14 September

2017, [dokumen resmi] tersedia di

https://www.humanitarianresponse.info/en/operations/yemen/document/eoc-yemen-

situation-report-4 diunduh pada 10 Juli 2020 109 Frederik Federspiel dan Mohammad Ali, “The cholera outbreak in Yemen:

lessons learned and way forward”, BMC Public Health 18, 1338 (2018), [jurnal on-

line] hal 4 tersedia di https://doi.org/10.1186/s12889-018-6227-6 diunduh pada 20

Mei 2020 110 WHO, “Situation Report”, Juni 2019, [dokumen resmi] tersedia di

http://applications.emro.who.int/docs/yem/CoPub_Yem_Situation_rep_June_2019_

en.pdf?ua=1 diunduh pada 10 Juli 2020

Page 89: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

75

3. Tingkat Individu

a. Pelatihan tenaga kesehatan dan edukasi kesehatan

Pelatihan bagi tenaga kesehatan menjadi penting terutama untuk

area yang paling terdampak sebab tenaga kesehatan sebagai garda

paling depan dalam menghadapi wabah penyakit ini. Melalui

pelatihan, para tenaga kesehatan dapat belajar untuk menangani kasus

manajemen lebih baik. Pelatihan difokuskan pada tenaga kesehatan

yang bekerja di DTC, ORS corner, dan tim Rapid Response. DTC

(Diarrhea Treatment Center) merupakan unit penangan pasien kolera

dengan tingkat keparahan tinggi, sedangkan ORS (Oral Rehydration

Solution) merupakan unit penangan pasien kolera dengan tingkat

keparahan ringan hingga sedang.111

Sesuai dengan Cholera Integrated Response, pelatihan tenaga

kesehatan ini menjadi salah satu langkah pendekatan kontrol dan

pendekatan pencegahan. WHO bersama dengan MoPHP dan mitra

Health Cluster bekerjasama memberikan pelatihan kepada tenaga

kesehatan yang berada di lapangan. Kegiatan pelatihan untuk tenaga

kesehatan yang diberikan diantaranya:112

111 Yemen Health Cluster, Integrated Response Plan: Yemen Cholera

Outbreak, May 2017, [dokuemen resmi] tersedia di

https://www.humanitarianresponse.info/en/operations/yemen/document/integrated-

response-plan-yemen-cholera-outbreak-23-may-2017 diunduh pada 6 Juli 2020 112 Yemen Health Cluster, “Yemen: Integrated Cholera Control Operational

Plan 2018/2019”, 2019, [dokumen resmi] tersedia di

Page 90: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

76

• Bagaimana mendefinisikan dan mendiagnosa pasien, karena

masing-masing kasus mendapatkan penanganan yang berbeda.

• Penanganan pasien anak-anak yang mengalami kekurangan

gizi dengan penyakit kolera yang parah.

• Pengawasan tentang standar operasional prosedur (SOP)

dalam menangani sampel kolera di laboratorium.

• Mekanisme penggunaan e-DEWS sebagai portal laporan kasus

kolera terintegrasi.

• Cara memurnikan air dan penggunaan klorin.

• Pengembangan kapasitas seluruh staf ataupun komunitas

kesehatan yang berafiliasi dengan program.

Selain itu, WHO bekerjasama dengan Global Health

Deveploment (GHD), Eastern Mediterranean Public Health Network

(EMPHNET) dengan dukungan dari World Bank’s International

Development Association (IDA), menggelar pelatihan kesehatan

melalui program “Public Health Empowerment”. Tujuan dari

pelatihan ini untuk meningkatkan kinerja para tenaga kesehatan

sehingga mampu mendeteksi penyakit secara dini dan mencegahnya

sebelum terjadi penyebaran yang luas melalui pengawasan

epidemiologis yaitu ilmu kesehatan yang mempelajari distribusi dan

http://yemenhc.org/?wpdmpro=yemen-integrated-cholera-control-operational-plan-

2018-2019 diunduh pada 13 Juli 2020

Page 91: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

77

faktor yang menentukan suatu kondisi kesehatan (penyakit dan

akibatnya). 113

Selain edukasi kesehatan yang diberikan kepada tenaga

kesehatan, sosialisasi tentang kesadaran akan kepentingan kebersihan

dan penyakit kolera juga diberikan kepada masyarakat. WHO dan

UNICEF bekerjasama menggelar kampanye kesadaran publik

bersama dengan para relawan dengan mendatangi masyarakat secara

door to door. Kampanye publik tersebut bertujuan untuk menjelaskan

kepada orang-orang bagaimana melindungi diri mereka dari kolera

dan mengobati kolera.114 Selain mendatangi masyarakat secara

langsung, WHO dan Health Cluster partner menggelar kegiatan

sosialisasi umum, seperti di sekolah dan masjid. Berdasarkan

Integrated Yemen Cholera Control Operational Plan 2018-2019,

aktivitas kampanye kesehatan dan sosialisasi penyakit kolera

menyampaikan informasi tentang kesadaran kesehatan melalui

praktik kebersihan seperti mencuci tangan, sanitasi, menyimpan air,

dan mengolah makanan agar bersih terhindar dari kuman penyakit.

113 WHO, “A concerted effort to strengthen emergency response in war-torn

Yemen”, [situs resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/yem/yemen-news/a-

concerted-effort-to-strengthen-emergency-response-in-war-torn-yemen.html diakses

pada 25 Juni 2020 114 WHO, “Yemen and joint mission with UNICEF and World Food

Programme”, Agustus 2017, tersedia di

https://www.who.int/dg/speeches/2017/yemen-joint-mission/en/ diakses pada 16 Juli

2020

Page 92: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

78

Kampanye juga dilakukan dengan mendistribusikan alat-alat

kebersihan (sabun).

Kegiatan WHO mengedukasi tenaga kesehatan serta individu

tentang penyakit kolera dan pentingnya kebersihan secara langsung

memberikan kesempatan bagi indivu untuk meningkatkan kapasitas

diri. Sejalan dengan konsep organisasi internasional yang

dikemukakan oleh Mingst, WHO telah menjalankan perannya sebagai

organisasi internasional dalam hubungan terhadap individu.115

Namun, dalam pelaksanaan kegiatan bantuan kesehatan yang

direncanakan oleh WHO dan organisasi lainnya, yang ikut tergabung

dalam Health Cluster, merupakan bukan persoalan yang mudah.

WHO mengahadapi beberapa kesulitan. Hal ini tidak lepas dari

konflik yang sedang berlangsung di Yaman. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh BMJ Global Health116 pada tahun 2018, WHO

beserta organisasi lain yang turut ikut membantu menangani wabah

kolera mengahadapi 5 tantangan utama dalam merespon wabah kolera

di Yaman di tengah konflik yang sedang berlangsung.

115 Karen Mingst, Essential of International Relations Second Edition, (New

York: W.W. Norton & Company, 2003), hal 227-228 116 Paul Spigel dkk ,“Resporfnding to epidemics in large-scale humanitarian

crises: a case study of the cholera response in Yemen, 2016–2018”, BMJ Global

Health Vol. 4, Issue 4, [jurnal on-line] hal 3-9 tersedia di

https://gh.bmj.com/content/4/4/e001709 diunduh pada 10 Juli 2020

Page 93: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

79

Pertama, Yaman tidak memiliki kerangka kerja pencegahan dan

kontrol wabah kolera hingga wabah menyebar di tahun 2016.

Sehingga ada keterlambatan penanganan kolera, dimana rencana

penanganan baru dibuat pada minggu saat diumumkannya kasus

kolera pertama. Kemudian saat terjadinya wabah kolera gelombang

kedua, kerangka kerja pencegahan dan kontrol kolera baru di perbarui

beberapa minggu setelah gelombang kedua terjadi. Kerangka kerja

dibuat secara tergesa-gesa sehingga banyak detail kecil yang tidak

tertulis, seperti kampanye vaksin oral kolera yang tidak dibahas

sebagai langkah pencegahan harus tertunda.

Kedua, sistem pengawasan nasional yaitu EDEWS yang telah

ada sejak 2013 namun sistem tidak dipersiapkan untuk penanganan

wabah besar. Pada gelombang pertama wabaha kolera, eDEWS

meluas hingga 1982 lokasi secara nasional, namun strukturnya tidak

dapat mendukung kebutuhan manajemen data dari kasus kolera yang

meningkat.

Ketiga, tidak terdapat rencana pencegahan melalui WASH

secara spesifik pada awal pembentukan pencegahan kolera. Baru pada

wabah kolera gelombang kedua WHO dan UNICEF mengirimkan

WASH expert untuk membentuk strategi WASH secara spesifik.

Padahal WASH seharusnya menjadi fokus utama dalam strategi

pencegahan. Keempat, sistem koordinasi pelaporan yang kompleks.

Page 94: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

80

Yaman memiliki 3 sistem koordinasi yang beroperasi yaitu: 1) Health

dan WASH Cluster, 2) Cholera Task Force (satuan tugas kolera), dan

3) Emergency Operation Center. Dengan banyaknya sistem

koordinasi justru menimbulkan sistem manajemen insiden (incident

management system (IMS)) yang kurang jelas. IMS diterapakan oleh

WHO dan MoPHP Yaman untuk mengintegrasikan pemerintah dan

mitra lainnya yang berada di luar struktur WHO.

Kelima, perlindungan terhadap fasilitas kesehatan dan

infrastruktur WASH selama konflik. Berbagai objek sipil seringkali

menjadi target penyerangan militer, seperti pengeboman terhadap

rumah sakit dan sumber air. Hal tersebut mengancam warga sipil serta

pekerja kesehatan yang sedang bertugas.

Berdasarkan data yang dirilis WHO pada akhir tahun 2019,

dalam Weekly Epidemiological Bulletin Vol 07 Issue 51 Epi Week 51

menunjukkan tingkat kematian kolera yang mengalami penuruan

dilihat melalui penuruan CFR, namun terduga kasus kolera terus

meningkat yang artinya tingkat penyebaran masih tinggi. CFR

terkahir di laporkan yaitu 0.2% pada akhir 2019, menurun 0.16% dari

tahun 2018. Data tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan.

Masih tingginya kasus kolera dipengaruhi dipengarahi oleh eskalasi

ketegangan antara Houthi dan Presiden Hadi terkait dengan Stockholm

Agreement yang disetujui pada 2018, yaitu perjanjian yang bertujuan

Page 95: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

81

untuk mencegah peretempuran di provinsi Hodeidah dan

kemungkinan terjadinya kelaparan. Namun upaya perjanjian yang di

dukung oleh PBB tersebut kandas dan pertempuran militer terjadi

semakin intensif.117

Gambar 4.2 Kurva Epidemi AWD/Kolera Periode 2018-

2019118

(Sumber: WHO, 2019)

Dari rangkaian penjelasan pada bab ini maka dapat dilihat

bahwa WHO sebagai aktor non-negara, dalam hal ini organisasi

internasional, memiliki peran penting dalam menangani wabah kolera

di Yaman periode 2017-2019. WHO menunjukkan perannya sebagai

117 Crisis Group, “Saving the Stockholm Agreement and Averting a Regional

Conflagration in Yemen” 18 Juli 2019, [artikel online] tersedia di

https://www.crisisgroup.org/middle-east-north-africa/gulf-and-arabian-

peninsula/yemen/203-saving-stockholm-agreement-and-averting-regional-

conflagration-yemen diakses pada 6 September 2020 118 WHO, “Weekly Epidemiological Bulletin Vol, 07 Issue 51 Epi Week 51”.

[dokumen resmi] tersedia di https://reliefweb.int/report/yemen/yemen-weekly-

epidemiological-bulletin-volume-07-lssue-51-epi-week-5117-23-december-2019

diunduh pada 29 Juli 2020

Page 96: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

82

forum kerjasama baik antar organisasi maupun antar pemerintah yang

memungkinkan terjadinya reaksi cepat tanggap pada saat krisis. Serta

dapat dipahami bahwa hubungan antara organisasi internasional dan

negara menciptakan hubungan timbal balik (reciprocity), dimana

WHO dengan upaya yang dilakukan di Yaman dapat meningkatkan

integritas dan kredibiltas WHO sebagai organisasi internasional dan

Yaman mendapatkan manfaat sebagai anggota dari WHO melalui

dukungan program kerja yang membantu Yaman dalam menghadapi

krisis.

Page 97: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kasus wabah kolera di Yaman pada tahun 2017 hingga 2019

merupakan wabah kolera terbesar yang terjadi dalam sejarah.

Fenomena ini tidak lepas dari konflik internal Yaman sejak 2015 yang

berdampak kepada kehidupan sosial penduduk Yaman salah satunya

aspek kesehatan. Kolera pertama kali dilaporkan pada akhir 2016,

kemudian kasus melonjak pada 2017 atau disebut juga gelombang

kedua kolera di Yaman. Tingginya kasus kolera menjadi perhatian

khusus bagi WHO sebagai organisasi internasional dalam bidang

kesehatan.

Melalui konsep organisasi internasional, penelitian ini melihat

bagaimana peran WHO sebagai organisasi internasional. Karen

Mingst menyatakan bahwa organisasi internasional memiliki

perannya masing-masing disetiap level (tingkat), yaitu level

internasional, nasional, dan individu. Peran WHO tersebut terlihat dari

berbagai upaya yang dilakukan WHO dalam mengatasi wabah kolera

di Yaman. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Page 98: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

84

Pertama, peran WHO di tingkat internasional. Pada tingkat

internasional WHO berperan sebagai tempat melaksanakan kerjasama

baik dengan pemerintah Yaman serta dengan organisasi internasional

dan organisasi lokal di Yaman. WHO berupaya dengan membentuk

tim Health Cluster dan menyusun Cholera Integrated Response Plan

bersama dengan MoPHP Yaman. Serta melaksanakan kampanye

vaksin oral kolera pertama di Yaman pada 2018 dengan dukungan dari

GTFCC, UNICEF, GAVI dan World Bank.

Kedua, peran WHO di tingkat nasional. Pada tingkat nasional

WHO berperan dengan memberikan bantuan kebutuhan medias dan

bekerjasama dengan pemerintah Yaman untuk mempublikasikan

informasi terkait wabah kolera di Yaman. WHO berupaya membantu

Yaman meningkatkan sistem laporan penyakit dengan meluncurkan

electronic Disease Early Warning Sytem (eDEWS). Sistem eDEWS

berperan penting untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi sistem

pelaporan. Informasi terkait kolera Yaman di publikasikan di dalam

laporan rutinn mingguan WHO (weekly epidmiological monitor).

Terpublikasinya laporan tersebut tidak lepas dari dukungan

MoPHPYaman dalam mengumpulkan data resmi sehingga informasi

mengenai wabah kolera dapat diketahui oleh masyarakat luas secara

global. Upaya ini menunjukkan bahwa dengan berpartisipasi sebagai

anggota organisasi internasional mempengaruhi sistem dalam negeri

Page 99: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

85

hal tersebut dapat dilihat dalam sektor teknologi dan informasi

Yaman yang mengalami peningkatan.

Ketiga, Peran WHO di tingkat individu. Pada tingkat individu

WHO berperan meningkatkan kapasitas individu di Yaman. WHO

berupaya melangsungkan program pelatihan untuk tenaga kesehatan

yang berperan penting sebagai garda utama dalam menghadapi wabah

kolera. Program pelatihan tersebut membantu untuk meningkatkan

kualitas pelayanan dan manajemen kasus penyakit. Selain tenaga

kesehatan, WHO juga memberikan edukasi tentang penyakit kolera

serta pentingnya menjaga kebersihan dengan mendistribusikan

kebutuhan kebersihan seperti sabun dan cairan khusus untuk

mensterilkan air.

Berdasarkan hasil temuan berupa data dan analisa dapat

disimpulkan bahwa wabah kolera yang terjadi di Yaman pada periode

2017 sampai 2019 merupakan krisis kemanusiaan yang serius. Hal ini

dikarenakan Kolera merupakan penyakit yang mudah menular dan

dapat menimbulkan resiko kematian yang tinggi apabila tidak segera

mendapatkan pertolongan. Krisis kemanusiaan di Yaman terkhusus

pada periode ini diperparah oleh situasi ketidakstabilan situasi

domestik di Yaman.

WHO sebagai salah satu organisasi yang berperan penting

dalam bidang kesehatan dunia telah melaksanakan perannya sebagai

Page 100: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

86

organisasi internasional dengan melakukan berbagai upaya untuk

menghentikan penyebaran kolera namun dengan kondisi yang telah

dijelaskan sebelumnya menyebabkan upaya WHO belum sepenuhnya

berjalan dengan efektif sehingga penyebaran kolera masih terus

berlanjut.

B. Saran untuk penelitian selanjutnya

Berdasarkan penelitian terhadap peran WHO di Yaman dalam

menangani wabah kolera periode 2017-2019, pada bagian ini penulis

akan merekomendasikan untuk penelitian selanjutnya. Saran untuk

penelitian selanjutnya adalah melihat lebih lanjut bagaimana peran

WHO di Yaman dalam menangani wabah kolera, mengingat bahwa

wabah kolera masih terus menyebar di tahun selanjutnya.

.

Page 101: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

87

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Archer, Clive. (2001). International Organization Third Edition.

London: Routledge.

Bennet, A Leroy. (1979). International Organization. New Jersey:

Prentice Hall.

Blackburn, Christine Crudo dan Paul E. Lenze, Jr. (2019). Syrian

Forced Migration and Public Health in the European Union.

London: Lexington Books.

Clift, Charles. (2013). The Role of World Health Organization in the

International System. London: The Royal Institute of

International Affairs.

Creswell, Jhon W. (2014). Research Design Fouth Edition. California:

Sage Publications.

Mingst, Karen. (2003). Essential of International Relations Second

Edition. New York: W.W. Norton & Company.

Nair, G. Balakrish dan Yoshifumi Takeda. (2014). Cholera Outbreaks.

New York: Springer.

Park, Susan. (2018). International Organisations and Global

Problems: Theories and Explanations. United Kingdom:

Cambridge University Press.

Page 102: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

88

Pease, Kelly Kate S. (2008). International Perspective on Governance

in The Twenty-first Century. New Jersey: Pearson Education.

Rachmat, Angga Nurdin. (2017). Keamanan Global, Transformasi Isu

Keamanan Pasca Perang Dingin. Bandung: Alfabeta.

Rudy, Teuku May. (2009). Administrasi dan organisasi Internasional.

Bandung: Angkasa.

United Nations Development Programme. (1994). Human

Development Report. New York: Oxford University Press

.http://hdr.undp.org/sites/default/files/reports/255/hdr_1994_en

_complete_nostats.pdf diunduh pada 27 Desember 2019.

Yulianingsih, Wiwin dan Moch. Firdaus Sholihin. (2014). Hukum

Organisasi Internasional. Yogyakarta: ANDI.

Jurnal

Adedoyin. (2013). An Appraisal of the Multidimensional Nature of

Security in the Post-Cold War Africa. African Journal of

Stability and Development Vol. 7, No. 2.

Al-Mekhlafi, Hesham M. (2018). Yemen in a Time of Cholera: Current

Situation and Challenges. The American journal of tropical

medicine and hygiene 98(6), 1558-1562.

Buzan, Barry. (1991). New Patterns of Global Security in the Twenty-

First Century. International Affairs Vol. 67, Issue 3, 431-451.

Camacho, Anton. (2018). Cholera Epidemic In Yemen, 2016–18: An

Analysis Of Surveillance Data. Lancet Global Health Vol. 6 No.

6.

Page 103: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

89

Dureab, Fekri dkk. (2019). Cholera Outbreak in Yemen: Timeliness of

Reporting and Response in the National Electronic Disease

Early Warning System. Acta Informatica Medica Vol. 27, No.

2, 85-88.

Federspiel, Frederik & Mohammad Ali. (2018). The cholera outbreak

in Yemen: Lessons learned and way forward. BMC Public

Health Vol. 18, No. 1338.

Juneau, Thomas. (2013). Yemen and the Arab Spring: Elite Struggles,

State Collapse and Regional Security. Orbis 57 (3), 408–423.

Mayad, Mona dkk. (2019). An Electronic Disease Early Warning

System in Sana’a Governorate, Yemen: Evaluation Study.

JMIR Public Health Surveillance Vol. 5, No. 4, e14295

Mccarthy, Michael. (2002). A brief history of the World Health

Organization. The Lancet Vol. 360, No. 9340, 1111-1112.

Pezzoli, Lorenzo. (2020). Global oral cholera vaccine use, 2013–2018.

Vaccine Vol. 38 supplement 1, A132-A140.

Serr, Marcel. (2017). Understanding war in yemen. Israel journal of

Foreign Affairs Vol. 11, No. 3, 257-369.

Spigel, Paul dkk. (2019). Responding to epidemics in large-scale

humanitarian crises: a case study of the cholera response in

Yemen, 2016–2018. BMJ Global Health Vol. 4, Issue 4, 1-11.

Taliasih, Puji . (2016). Dukungan Arab Saudi terhadap Rezim Mansour

Hadi dalam Menghadapi Pemberontak Syiah Houthi di Yaman

Tahun 2012-2015. International Society Vol. 3, no. 2, 64-83.

Page 104: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

90

The Lancet Gastroenterology Hepatology. (2017). Health catastrophe:

the toll of cholera in Yemen. The Lancet Gastroenterology &

Hepatology Vol. 2, 619.

Walt, Stephen M. (1991). The Renaissance of Security Studies.

International Studies Quarterly Vol. 35, No. 2.

Waltz, Kenneth Abbott dan Duncan Snidal. (1998). Why States Act

through Formal International Organizations. Journal of Conflict

Resolution Vol. 42 No. 1, 3-32.

Weill, François-Xavier dkk. (2019). Genomic insights into the 2016–

2017 cholera epidemic in Yemen. Nature 565, 230-233.

Yadav, Manish Kumar. (2017). Structure and functions of the World

Health Organizations. IOSR Journal Of Humanities And Social

Science Vol. 22, Issue 9, Ver. 1, 15-41.

Sutrisna, Indah. (2017). Upaya Dewan Keamanan PBB dalam

Melindungi Rakyat Yaman Pada Revolusi Rakyat Yaman

Tahun 2011. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Riau Vol. 4, No. 1.

Skripsi dan Tesis

Febrina, Nabila Rizka. (2019). Peran World Health Organization

(WHO) dalam Mengatasi Penularan HIC dari Iu ke Anak

(MTCT) di Thailand Periode 2010-2016 (Skripsi). Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pangestu,Ragil Panggih. Peran World Food Programme (WFP) Dalam

Mengatasi Krisis Pangan Di Yaman (2015-2019) (Skirpsi).

Yogyakarta: Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

Page 105: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

91

Internet

BBC News. (20 April 2017). Saudi 'should be blacklisted' over Yemen

hospital attacks. Dipetik 17 Februari 2020, dari

https://www.bbc.com/news/world-middle-east-39651265

BBC News. (20 January 2015). Yemen Crisis: Houthi Rebels Shell

Presidential Home. Dipetik 17 Februari 2020, dari

https://www.bbc.com/news/world-middle-east-30903516

Cloveland Council on World Affairs. World Health Organization

Background Guide. Dipetik 7 Maret 2020, dari

https://www.ccwa.org/wp-

content/uploads/2019/09/WHO_Final.pdf

Congressional Research Service. (23 April 2020). Yemen Civil War and

Regional Integration. Dipetik 6 April 2020, dari

https://fas.org/sgp/crs/mideast/R43960.pdf

Crisis Group. (18 Juli 2019). Saving the Stockholm Agreement and

Averting a Regional Conflagration in Yemen. Dipetik 6

September 2020, dari https://www.crisisgroup.org/middle-east-

north-africa/gulf-and-arabian-peninsula/yemen/203-saving-

stockholm-agreement-and-averting-regional-conflagration-

yemen

Gladstone, Rick. (27 Maret 2019). Cholera, Lurking Symptom of

Yemen’s War, Appears to Make Roaring Comeback. Dipetik 17

Februari 2020, dari

https://www.nytimes.com/2019/03/27/world/middleeast/choler

a-yemen.html

Global Task Force on Cholera Control. Ending Cholera A Global

Roadmap to 2030. Dipetik 7 Maret 2020,

Page 106: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

92

dari https://www.who.int/cholera/publications/global-

roadmap/en/

GTFCC. (2019). 6th GTFCC Oral Cholera Vaccine Working Group

Meeting. Dipetik 13 Juli 2020, dari

https://www.gtfcc.org/meetings/6th-gtfcc-oral-cholera-

vaccines-working-group-meeting/ diakses

Human Right Watch. (7 Desember 2017). Yemen: Coalition Blockade

Imperils Civilians. Dipetik 7 Juni 2020, dari

https://www.hrw.org/news/2017/12/07/yemen-coalition-

blockade-imperils-civilians

New Scientist. (23 Mei 2017). Unprecedented Cholera Outbreak Tears

Through Wart-Torn in Yemen. Dipetik 15 Mei 2020, dari

https://www.newscientist.com/article/2132070-unprecedented-

cholera-outbreak-tears-through-war-torn-yemen/

OCHA. (April 2020). Yemen Humanitarian Dashboard January-

December 2019. Dipetik 3 April 2020, dari

https://reliefweb.int/report/yemen/yemen-humanitarian-

dashboard-january-december-2019-enar

Oxfam. (22 Oktober 2019). 15 million Yemenis see water supplies cut

amid fuel crisis. Dipetik 15 Mei 2020, dari

https://reliefweb.int/report/yemen/15-million-yemenis-see-

water-supplies-cut-amid-fuel-crisis

Potter, Christina. Largest Cholera Outbreak on Records Continues.

Dipetik 13 Juni 2020, dari

https://www.outbreakobservatory.org/outbreakthursday-

1/1/16/2020/large-cholera-outbreak-on-record-continues-in-

yemen

Page 107: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

93

Riza, Budi. (21 Mei 2019). Iran Membantu Houthi, Hadapi Arab Saudi

di Yaman. Dipetik 9 April 2020, dari

https://fokus.tempo.co/read/1207728/iran-membantu-houthi-

hadapi-arab-saudi-di-yaman/full&view=ok

Sanger Institute. (2 Januari 2019). Mystery of Yemen cholera epidemic

solved. Dipetik 11 Mei 2020, dari

https://www.sanger.ac.uk/news_item/mystery-yemen-cholera-

epidemic-solved/

UNDP. (2019). Impact of War on Development of Yemen. Dipetik 3

April 2020, dari

https://www.undp.org/content/dam/yemen/General/Docs/Impa

ctOfWarOnDevelopmentInYemen.pdf

UNDP. (Februari 2019). Yemen: 2019 Humanitarian Needs Overview.

Dipetik 13 Juni 2020, dari https://yemen.un.org/en/11690-

yemen-2019-humanitarian-needs-overview

UNDP. Human Development Index Ranking 2019. Dipetik 21 Juli

2020, dari http://hdr.undp.org/en/content/2019-human-

development-index-ranking

United Nations. UN Charter. Dipetik 15 Maret 2020, dari

https://www.un.org/en/sections/un-charter/un-charter-full-text/

UNOCHA. (1 Juli 2015). Yemen: Highest Emergency Response Level

Declared For Six Months. Dipetik 17 Februari 2020, dari

https://www.unocha.org/story/yemen-highest-emergency-

response-level-declared-six-months

UNOCHA. About OCHA Yemen. Dipetik 17 Februari 2020, dari

http://www.unocha.org/yemen/about-ocha-yemen

Page 108: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

94

WHO. (13 November 2016). Situation Report Yemen 13 November

2016. Dipetik 17 Februari 2020, dari

http://www.emro.who.int/images/stories/yemen/Cholera_situat

ion_report_Yemen_3.pdf?ua=1

WHO. (2017). WHO Director-General's remarks at the UN Security

Council meeting on the situation in Yemen. Dipetik 26 Februari

2020, dari https://www.who.int/dg/speeches/2017/security-

council-yemen/en/

WHO. (2020). Basic documents: forty-ninth edition (including

amendments adopted up to 31 May 2019). Dipetik 26 Februari

2020, dari https://apps.who.int/gb/bd/

WHO. (7 Oktober 2016). The Ministry of Public Health and Population

announces cholera cases in Yemen. Dipetik 10 Mei 2020, dari

http://www.emro.who.int/media/news/the-ministry-of-health-

announces-cholera-cases-in-yemen.html

WHO. (December 2017). Cholera Situation Update December 2017.

Dipetik 6 Maret 2020, dari http://www.emro.who.int/health-

topics/cholera-outbreak/cholera-outbreaks.html

WHO. (Desember 2019). Cholera Situation Update December 2019.

Dipetik 15 Maret 2020, dari http://www.emro.who.int/health-

topics/cholera-outbreak/cholera-outbreaks.html

WHO. (Maret 2019). Cholera Situation Update March 2019. Dipetik

15 Maret 2020, dari http://www.emro.who.int/health-

topics/cholera-outbreak/cholera-outbreaks.html

WHO. (September 2017). Weekly Epidemiological Record. Dipetik 16

Maret 2020, dari https://www.who.int/wer/2017/wer9236/en/

Page 109: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

95

WHO. (September 2018). Cholera Situation Update September 2018.

Dipetik 6 Maret 2020, dari http://www.emro.who.int/health-

topics/cholera-outbreak/cholera-outbreaks.html

WHO. About the Health Assembly. Dipetik 16 Maret 2020, dari

https://www.who.int/about/governance/world-health-

assembly/seventy-first

WHO. Cholera. Dipetik 17 Februari 2020 dari

https://www.who.int/health-topics/cholera#tab=tab

WHO. Country Cooperation Startegy for WHO and the republic of

Yemen 2008- 2013. Dipetik 30 Maret 2020, dari

https://apps.who.int/iris/handle/10665/113235

WHO. Frequently asked questions and information for travellers.

Dipetik 8 April 2020, dari

https://www.who.int/topics/cholera/faq/en/

WHO. Health Security. Dipetik 17 Februari 2020, dari

https://www.who.int/health-security/en/

WHO. The Executive Board. Dipetik 16 Maret 2020, dari

https://www.who.int/governance/eb/en/

WHO. WHO Regional Offices. Dipetik 16 Maret 2020, dari

https://www.who.int/classifications/network/ro/en/

Yemen Health Cluster. (2017). Annual Report 2017. Dipetik 10 Juli

2020, dari http://yemenhc.org/?wpdmpro=health-cluster-

yearly-report-2017

Yemen Health Cluster. (2019). Outbreak Update – Cholera in Yemen,

29 December 2019. Dipetik 5 Juli 2020, dari

http://www.emro.who.int/pandemic-epidemic-

Page 110: PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM …

96

diseases/cholera/outbreak-update-cholera-in-yemen-29-

december-2019.html

Yemen Health Cluster. (April 2018). Integrated Cholera Prevention

and Strategic Plan Yemen. Dipetik 9 Juli 2020,

dari http://yemenhc.org/?wpdmpro=integrated-cholera-

prevention-and-control-strategic-plan

Yemen Health Cluster. (Juli 2017). Joint Cholera Response Plan

Yemen. Dipetik 5 Juli 2020,

dari http://yemenhc.org/?wpdmpro=cholera-integrated-

response-plan-july-2017

Yemen Health Cluster. (Mei 2017). Integrated Response Plan: Yemen

Cholera Outbreak. Dipetik 6 Juli 2020, dari

https://www.humanitarianresponse.info/en/operations/yemen/d

ocument/integrated-response-plan-yemen-cholera-outbreak-

23-may-2017