Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
PERANAN SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MTSN 1 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar
Oleh
SYAMSUDDIN
NIM : 10519243215
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1440 H/2019 M
9
9
9
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penulis atau peneliti yang bertanda tangan di
bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar adalah hasil karya penulisan
atau penelitian sendiri, jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan
duplikat, plagiat, dibuat atau dibantu secara langsung oleh orang lain, maka
skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal secara hukum.
Makassar, 15 Rajab 1441 H
10 Maret 2020 M
Peneliti
Syamsuddin
NIM : 10519243215
9
KATA PENGANTAR
اْلَحْمدُ ِهللِ َرّبِ اْلعَالَِمْيَن َوالصَّالَةُ َوالسَّالَُم َعلَى أَْشَرِف اأْلَْنبِيَاِء َواْلُمْرَسِلْيَن
ا بَْعدُ َوَعلَى اَِلِه َوَصْحبِِه أَْجَمِعْيَن أَمَّ
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga Skripsi dengan judul “Peranan Supervisi Pendidikan
Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam di MTSN 1 Makassar”
dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan. Shalawat serta salam juga tak lupa kita
kirimkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan
sahabatnya hingga akhir zaman.
Penulis atau peneliti menyadari bahwa sejak persiapan dan proses
penelitian hingga pelaporan hasil penelitian ini terdapat banyak kesulitan dan
tantangan yang di hadapi, namun berkat ridha dari Allah SWT dan bimbingan dari
berbagai pihak maka segala kesulitan dantan tangan yang dihadapi dapat teratasi.
Oleh karena itu, lewat tulisan ini penulis atau peneliti mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua peneliti tercinta, Ayahanda Gau, dan Ibunda Nursia, serta keluarga
besar yang saya cintai, yang telah mengasuh dan memberikan dukungan dan
semangat, serta fasilitas yang tak terhitung sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9
2. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim SE, MM. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Agama
Islam, dan seluruh staf yang telah mengembangkan Fakultas.
4. Ibu Dr. Amirah Mawardi, S.Ag. M..Si. selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama
Islam, dan Ibu Nurhidaya M, S.Pd.I. M.Pd.I. selaku Sekertaris Prodi
Pendidikan Agama Islam
5. Ibu Dra. Mustahidang Usman, M.Si,. dan Bapak Ya’kub, S.Pd.I, M. Pd.I
selaku pembimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Ibu para Dosen Fakultas Agama Islam yang telah mentransfer ilmunya
sehingga penyusunan Skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
7. Ibu Kepala Sekolah MTSN 1 Makassar Hj. Darmawati,S.Ag., M.Pd, bapak
ibu guru seluruh staf serta tenaga kependidikan yang ada di sekolah MTSN 1
Makassar yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam peneletian yang
saya lakukan.
8. Sahabat dan teman-teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam kelas D
Angkatan 2015 Universitas Muhammadiyah Makassar yang selalu
memberikan dorongan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis cantumkan satu persatu yang telah
banyak memberikan sumbangsi selama penulis kuliah sampai penyelesaian
skripsi ini.
9
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karena itu peneliti senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai
pihak yang sifatnya membangun, akhirnya hanya kepada Allah-SWT kami
meminta pertolongan, serta hanya kepada Allah SWT pula kita bertawakal.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri, dan peneliti-
peneliti selanjutnya dalam menyelesaikan problem pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
Makassar, 15 Rajab 1441 H
10 Maret 2020 M
PENELITI
SYAMSUDDIN
9
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR …… ........................................................................ …. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................................... …. iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH …… ................................................ …. iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... …. v
ABSTRAK …… .......................................................................................... …. vi
DAFTAR ISI …… ....................................................................................... …. vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... .... viii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ................................................................................. …... 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................ …... 7
3. Tujuan Penelitian ............................................................................. …... 7
4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ................................................... …... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Supervisi Pendidikan…… ...................................................................... …... 9
1. Pengertian Supervisi Pendidikan ............................................... …... 9
2. Tujuan dan Fungsi Supervisi Pendidikan…… ........................... …... 14
3. Dasar dan Konsep Pendidikan…… ............................................ …... 16
4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor…… ................................... …... 18
B. Kualitas Pendidikan Agama Islam…… .................................................. …... 20
1. Pengertian Kualitas Pendidikan Agama Islam ........................... …... 20
2. Dasar Kualitas Pendidikan Agama Islam……............................ …... 25
3. Konsep Kualitas Pendidikan Agama Islam…… ......................... …... 28
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Agama Islam…… ...... …... 31
9
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian…… .......................................................................... …... 37
B. Lokasi dan Objek Penelitian ............................................................. …... 37
C. Fokus Penelitian ................................................................................ …... 38
D. Deskripsi Fokus Penelitian ............................................................... …... 38
E. Sumber Data ...................................................................................... …... 38
F. Instrument Penelitian ........................................................................ …... 39
G. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................ …... 40
H. Tehnik Analisis Data ......................................................................... …... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi …… ......................................................... …... 43
1. Sejarah Singkat MTsN 1 Makassar ............................................ …... 43
2. Identitas Sejarah Lembaga MTsN 1 Makassar .......................... …... 45
3. Visi Misi MTsN 1 Makassar ...................................................... …... 46
4. Tujuan MTsN 1 Makassar ......................................................... …... 46
5. Pengelola MTsN 1 Makassar ..................................................... …... 47
6. Daftar Nama Guru Dan Pegawai MTsN 1 Makassar ................. …... 49
7. Sarana Dan Prasarana MTsN 1 Makassar .................................. …... 55
B. Peranan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Agama Islam di MTsN 1 Makassar .................................................. …... 56
C. Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di MTsN 1 Makassar ................. …... 60
D. Kualitas Pendidikan Agama Islam di MTsN 1 Makassar ................. …... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …… .............................................................................. …... 68
B. Saran ................................................................................................. …... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9
ABSTRAK
SYAMSUDDIN 10519243215, “Peranan Supervisi Pendidikan Dalam
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam di MTSN 1 Makassar”
Dibimbing oleh Ibu Mustahidang Usman dan Bapak Ya’kub
Tujuan penelitian yang ingin dicapai pada skripsi ini sebagai berikut 1).
Untuk mengetahui Peranan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas
PAI di MTsN 1 Makassar, 2). Untuk mengetahui Pelaksanaan Supervisi di MTsN
1 Makassar, 3). Untuk mengetahui Kualitas Pendidikan Agama Islam MTsN 1
Makassar.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini ialah analisis
deskriptif kualitatif dan presentase, yaitu suatu penenlitian yang menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh untuk mengetahui
peningkatan kualitas pendidikan agama islam pada sekolah tersebut.
Hasil penelitian yang diperoleh bahwasanya Peranan Supervisi Pendidikan
dalam meingkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam di MTSN 1 Makassar
melalui wawancara yang dilakukan peneliti secara langsung dengan kepala
sekolah MTsN 1 Makassar yang mengemukakan bahwa “Dengan adanya
supervisi pendidikan yang dilakukan kepala sekolah atau supervisor dapat
membantu membimbing guru dalam membentuk karakteristik, menyusun metode
atau strategi pembelajaran. Intinya supervisi pendidikan bertujuan membina guru
dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran.” Dari hasil wawancara dengan
ibu Darmawati selaku kepala sekolah dapat dikategori bahwa dengan adanya
supervisi dapat membantu supervisor dengan mudah dalam memperbaiki dan
mengoreksi setiap kekurangan yang ada agar dapat melihat sudah sejauh mana
peningkatan kualitas pendidikan yang ada pada sekolah tersebut.
Kata Kunci : Supervisi Pendidikan, Kualitas Pendidikan Agama Islam.
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan dewasa saat ini mempengaruhi para pelaksana
pendidikan dimana pengawas dan supervisor dalam pelaksanaan atau
implementasi yang disesuaikan dengan kultur bangsa dan dunia global, terkhusus
pada pendidikan moral dan akhlak pengguna. Di era globalisasi seperti sekarang
ini pelaksanaan pendidikan diarahkan untuk mengimbagi perubahan,
perkembangan, dan kebutuhan zaman. Diantaranya harus terdapat pendidik yang
profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode
pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan tinggi dan
wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki
pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia dan masyarakat. Hakikat-
hakikat ini akan melandasi pola pikir dan budaya kerja pendidik, serta loyalitas
terhadap prosesi pendidikan. Demikian halnya dalam pembelajaran, pendidik
harus mampu mengembangkan budaya dan iklim organisasi pembelajaran yang
bermakna, kreatif, bergairah dan dialogis, sehingga dapat menyenangkan peserta
didik maupun bagi pendidik. Untuk mewujudkan seorang pendidik yang
profesional, khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan
tugasnya. Hal ini merupakan salah satu tugas kepala sekolah sebagai supervisor.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan orang dewasa kepada
mereka yang dianggap belum dewasa. Pendidikan adalah transformasi ilmu
9
pengetahuan, budaya, sekaligus nilai-nilai yang berkembang pada suatu generasi
agar dapat ditransformasi kepada generasi berikutnya.8 Hal ini mendorong
lembaga pendidikan khususnya sekolah untuk selalu meningkatkan mutu
pendidikannya agar lebih berkualitas dan dapat mengikuti perkembangan zaman
untuk mencetak para lulusan handal, berkualitas, kreatif, serta beriman dan
bertakwa.
Kepribadian yang bermoral dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
haruslah tertanam baik dalam diri peserta didik, karena kemajuan yang tidak
dibarengi dangan kuatnya iman dan takwa maka dapat menyebabkan peserta didik
terjerumus dalam hal-hal yang dapat merusak moral mereka seperti pergaulan
bebas, berhura-hura melakukan aksi pengerusakan, pencurian dan yang lainnya,
yang hal itu akan merusak dirinya sendiri dan orang lain. Oleh karena itu,
pendidikan agama islam sangatlah penting sebagai pendidikan mereka untuk
memperkuat dan meningkatkat iman dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Dalam buku yang berjudul “Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme
Pendidik di kutip oleh masnur Muslich menjelaskan bahwa untuk menjadi
pendidik profesional, seorang pendidik dituntut memiliki kemampuan:
1. Mengenal secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani
2. Menguasai bidang ilmu sumber bahan ajaran, baik dari segi substansi dan
metodologi bidang ilmu (disciplinary content knowledge), maupun
8 Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta : CV Budi Utama, 2018) h. 1
9
pengemasan bidang ilmu menjadi bahan ajar dalam kurikulum
(pedagogical content knowledge)
3. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, mencakup perancangan
program pembelajaran berdasarkan serangkaian keputusan situasional dan
implementasi program pembelajaran termasuk penyesuaian sambil jalan
(midcourse) berdasarkan on going transactional decisions berhubungan
dengan adjustments dan reaksi unik dari peserta didik terhadap tindakan
guru.9
Supervisi sebagai suatu kegiatan kepengawasan yang memiliki tujuan
untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan pendidikan di
sekolah. Sasaran utama dalam kepemimpinan (kepegawaian) pendidikan adalah
mengenai bagaimana seorang pendidik dalam kepemimpinannya dapat megajar
peserta didiknya dengan baik, dalam usahanya untuk meningkatkan mutu
pengajaran yaitu melaksanakan supervisi pendidikan. Dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada
khususnya, maka suupervisi penting untuk dilaksanakan. Akan tetapi mengingat
pendidik mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, maka supervisor dalam
melaksanakan tugas supervisinya hendaklah memperhatikan perbedaan-perbedaan
yang ada pada masing-masing pendidik, baik dalam latar belakang pendidikan,
keterampilan maupun pengalaman dalam mengajar dari masing-masing pendidik.
9 Masnur Muslich, Serifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), h. 7
9
Kepala sekolah selaku supervisor, disamping harus memiliki pengetahuan
serta keterampilan dalam pekerjaan supervisinya, juga memerlukan teknik-teknik
supervisi tertentu dalam melaksanakan tugas supervisinya. Supervsi yang baik
adalah yang dapat mengarahkan perhatiannya kepada dasar-dasar pendidikan dan
cara-cara belajar serta penkembangannya dan pencapaian tujuan umum
pendidikan, dimana tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar
mengajar yang lebih baik.
Supervisi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
dalam proses belajar melalui upaya menganalisis berbagai bentuk tingkah laku
pada saat melaksanakan program belajar mengajar. Supervisi dapat membantu
meningkatkan kemampuan profesional para pendidik, agar pendidik mampu
melaksanakan proses belajar mengajar di kelas dengan baik dan mampu berperan
sebagai pendidik profesional yang berkenaan dengan tugas dan tanggung
jawabnya. Kepala sekolah berkaitan erat dengan keberhasilan suatu sekolah, yaitu
pembinaan program pengajaran, sumber daya manusia, sumber daya material dan
pembinaan hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat.10
Makna lain
yang terkandung dalam definisi tersebut bahwasanya supervisi dimaksudkan
untuk membantu seorang pendidik dalam memberi pengertian terhadap
masyarakat mengenai program yang sudah ada dan direncakan oleh pihak sekolah
agar masyarakat dapat mengerti dan membantu usaha sekolah. Dan dengan
adanya supervisi yang dilakukan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam
akan berkerja lebih profesional, serta mampu mendesain dengan baik dan
10 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),
h.206
9
menerapkan model pembelajaran yang memperhatikan kondisi dan keberagamaan
peserta didik.
Keberhasilan suatu pendidikan didasari oleh banyaknya faktor yang
mendukung. Secara global, faktor-faktor yang memperngaruhi belajar peserta
didik terdiri atas: 1) faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni
keadaan dan kondisi jasmani dan rohani peserta didik, 2) faktor eksternal (faktor
dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan disekitar peserta didik, 3) faktor
pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis belajar peserta didik yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.11
Dari faktor-faktor tersebut, faktor pendekatan pembelajaran sangatlah
mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Pendidikan suatu kegiantan yang
berintikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik dalam upaya
membantu mencapai tujuan pendidikan. Interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber-sumber pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam situasi
pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan, serta bimbingan.
Dengan demikian untuk pencapaian hasil pembelajaran yang maksimal
dalam proses pendidikan agama Islam, maka diperlukan seorang pendidik yang
profesional, karena dalam dunia pendidikan khususnya bagian pengajaran tolak
11
H. Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa, (Yogyakarta : CV Budi Utama, 2017) h. 253
9
ukur keberhasilannya adalah guru.12
Dari urain tersebut peneliti dapat
menyimpulkan bahwasanya hasil pembelajaran yang maksimal tergantung
profesionalnya seorang pendidik itu sendiri dalam melaksanakan tugasnya.
Sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikannya dengan mengetahui
perkembangan sekolah melalui supervisi, selain itu supervisi dibutuhkan oleh
seorang pendidik yang mengalami berbagai hambatan yang telah dipaparkan
diatas dengan memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan dalam
mengembangkan potensi dirinya untuk menjadi seorang pendidik yang
profesional. Oleh karena itu, supervisi sangat penting dan sangat dibutuhkan
untuk sekolah.
MTsN 1 Makassar adalah salah satu sekolah tingkat menengah utama di
kota Makassar. Sekolah tersebut memiliki 3 orang pendidik mata pelajaran
pendidikan agama Islam yang bertugas mengajar 12 kelas. Dengan beban dan
tanggung jawab mendidik anak yang berjumlah tidak sedikit tersebut, sehingga
waktu yang dibutuhkan sangat banyak, maka pasti pendidik tersebut
membutuhkan bimbingan dari seorang supervisor dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pelaksanaan proses belajar mengajar yang mereka jalani.
Tetapi kenyataanya dalam wawancara singkat dengan pendidik mata pelajaran
PAI MTsN 1 Makassar, dalam keterangannya pelaksanaan supervisi belumlah
dilaksanakan secara maksimal, seperti proporsi waktu pelaksanaan yang kurang,
kegiatan yang dilakukan oleh supervisor hanyalah memonitoring, melihat data-
12
Nafisah Kurniawati, Analisis Pelakasanaan Supervisi Pendidikan Dalam Upaya
Meningkatkan Kompetensi Guru Fisika Di SMU/ MAN Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Tarbiyah
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006, h. 1
9
data peserta didik, yang hal tersebut masih belum maksimal dalam kegiatan
membimbing.
Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti
berminat untuk dapat mengetahui berbagai permasalahan yang berkenang dengan
judul penelitian penulis “Peranan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan
Kualitas Pendidikan Agama Islam Di MTsN 1 Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti berminat untuk
mengetahui :
1. Bagaimana Peranan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Agama Islam di MTsN 1 Makassar?
2. Bagaimana Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di MTsN 1 Makassar?
3. Bagaimana Kualitas Pendidikan Agama Islam di MTsN 1 Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Peranan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan
Kualitas PAI di MTsN 1 Makassar?
2. Untuk mengetahui Pelaksanaan Supervisi di MTsN 1 Makassar?
3. Untuk mengetahui Kualitas Pendidikan Agama Islam MTsN 1 Makassar?
9
D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini diharapkan agar :
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi
maupun masukan kepada lembaga pendidikan yang bersangkutan untuk
menerapkan supervisi pendidikan dalam meningkatkan kualitas
Pendidikan Agama Islam.
2. Kegunaan praktis dalam penelitian ini adalah:
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam mencari informasi dan kondisi di
MTsN 1 Makassar mengenai solusi terhadap supervisi pendidikan
Pendidikan Agama Islam
b. Dapat memotivasi peneliti lain untuk meneliti secara lebih mendalam
mengenai permasalahan yang diangkat
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan bahan kajian
mengenai problematika pembelajaran dan solusinya terhadap
problematika Pendidikan Agama Islam.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Supervisi Pendidikan
1. Pengertian Supervisi Pendidikan
Secara morfologis supervisi berasal dari dua kata yaitu super dan vision.
Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi,
pemeriksaan, pengawasan dan penilikan dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh
atasan (orang yang berposisi diatas, pimpinan) terhadap hal-hal yang ada
dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih
human, manusiawi. Berdasarkan gabungan dua unsur pembentukan kata supervisi,
dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah pandangan dari orang yeng lebih ahli
kepada orang yang memiliki keahlian dibawahnya. Kegiatan supervisi bukan
mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar
kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan
semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki
maupun ditingkatkan.
Secara sematik supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa
bimbingan atau tuntunan kearah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan
peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya. Sedangkan secara
etimologi supervisi diambil dari perkataan bahasa inggris Supervision artinya
pengawasan di bidang pendidikan.
37
Supervisi ialah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju
kepada perkembangan kepemimpinan pendidik dan personal lainnya di dalam
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan
kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan pendidik, seperti
bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam
pendidikan dan pengajaran, penilaian alat-alat pembelajaran dan metode-metode
mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase
seluruh proses pengajaran, dan sebagainya.
Adapun pengertian supervisi menurut beberapa ahli:
a) Good Carter Supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-
guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk
menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru
dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, dan metode
mengajar dan evaluasi pengajaran.
b) Boardman Adalah salah satu usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing
secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual
maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran dengan demikian mereka dapat
menstimulir dan membimbing pertumbuhan tiap-tiap peserta didik secara
kontinyu, serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat
demokrasi modern.
c) Wilem Mantja Mengatakan bahwa, supervisi diartikan sebagai kegiata supervisor (jabatan
resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar mengajar (PBM). Ada
dua tujuan (tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh supervisi, yaitu:
perbaikan (pendidik) dan peningkatan mutu pendidikan.
d) Purwanto Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncenakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan
secara efektif.40
40
A.A. Ketut Jelantik, Menjadi Kepala Sekolah Yang Profesional, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), h. 83
Dari beberapa definisi mengenai supervisi diatas supervisi ialah usaha
member layanan kepada para pendidik dan tenaga kependidikan baik secara
individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.
Dengan kata lain supervisi ialah memberikan layanan atau bantuan. Sebagai
supervisor dalam pendidikan, kepala sekolah sangat berperan penting dan
mempunyai tanggung jawab yang lebih berat disbanding tenaga kependidikan
yang lain. Lancar tidaknya suatu sekolah dan tinggi rendahnya mutu sekolah tidak
hanya ditentukan oleh cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan sekolah
melainkan perlu kerjasama dari seorang pendidik sebagai tenaga kependidikan.
Supervisi dilakukan oleh supervisor kepada para guru agar para guru
mampu memperbaiki dan meningkatkan cara-cara mengajar.41
Maksudnya ialah
supervisi dijalankan oleh seorang supervisor atau atasan untuk membantu seorang
pendidik dalam memperbaiki dan meningkatkan cara-cara mengajarnya.
Begitu juga untuk melaksanakan supervisi, untuk meningkatkan mutu
pendidikan disekolah, bukanlah faktor pendidik saja yang menentukan tetapi
bagaimana cara memanfaatkan kesanggupan para pendidik itu dan bagaimana
kepala sekolah dapat mengikutsertakan semua potensi yang ada dalam
kelompokknya semaksimal mungkin. Kepala sekolah dalam melaksanakan
supervisi harus dapat meneliti dan menentukan syarat-syarat mana yang telah ada
dan mencukupi, mana yang belum ada atau kurang mencukupi yang perlu
41
Kisbiyanto, Manajemen Pendidikan Pendekatan Teoritik dan Pratik, (Idea Press Yogyakarta, 2011), h. 55
diusahakan dan dipenuhi sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu
semaksimal mungkin akan tercapai.
Pengertian supervisi dalam kaitannya dengan pendidikan adalah
pembinaan terhadap pendidik. Konsep supervisi tradisonal menganggap supervisi
sebagai inspeksi. Hal inilah yang menyebabkan pendidik merasa takut dan tidak
bebas dalam menjalakan tugasnya serta merasa terancam dan merasa takut untuk
bertemu supervisor, bahkan supervisor dianggap tidak memberikan dorongan bagi
kemajuan seorang pendidik. Sikap tersebut dipengaruhi oleh pemahaman
supervisi secara tradisonal, artinya supervisor dipahami sebagai pengawasan
dalam pengertian mencari-cari kesalahan dan menemukan kesalahan untuk
diperbaiki yang pada gilirannya penilaan terhadap pendidik. Dalam pengertian
lain, supervisi merupakan peningkatan makna dari inspeksi yang berkonotasi
mencari-cari kesalahan, jelaslah bahwa kesan seperti itu sangat kurang tepat dan
tidak sesuai lagi dengan zaman reformasi seperti sekarang ini.
Terdapat beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi, bahkan
dalam pelaksanaannya istilah-istilah tersebut sering digunakan secara bergantian.
Istilah-istilah tersebut antara lain, pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi.
Pengawasan mengandung arti suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar
pekerjaan di lakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan yang dimaksudkan
untuk melihat bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan.
Inspeksi yang dimaksud untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau
kesalahan yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan. Oleh karena itu, deskripsi
istilah-istilah diatas identik dengan supervisi sehingga wajar dalam
penggunaannya selalu dipertukarkan.
Jika di telaah, dalam pemakaiannya secara umum supervisi diberi arti
sama dengan direktur, dan manejer. Dalam bahasa umum ini ada kecondongan
untuk membatasi pemakaian istilah supervision pada orang-orang yang berada
dalam kedudukan yang lebih bawah dalam hirarki manajemen. Istilah-istilah
umum bagi kedudukan ini selain dari supervisor adalah foremen dan supertendent,
yang dinegara kita disebut “mandor” pengawas, “opsiner” dan “opseter”.42
Merekalah yang bertanggung jawab secara langsung dan bertatap muka tentang
kegiatan-kegiatan dari hari ke hari sekelompok pegawai bawahan. Fungsi-fungsi
mereka meliputi penugasan dan pembagian pekerjaan, pemeriksaan efisiensi dari
proses, metode dan tehnik yang digunakan, pengadaan alat perlengkapan yang
diperlukan. Seorang supervisor juga sering diberi kekuasaan untuk mengangkat,
memberhentikan atau memindahkan pekerjaan, dan untuk melakukan tindakan-
tindakan yang lain selaku manajer..
Peniliti berpendapat dari banyaknya uraian diatas dapat ditarik
kesimpulan, yang dimaksud dengan supervisi pendidikan adalah bimbingan
profesional bagi seorang pendidik. Bimbingan profesional yang dimaksudkan
ialah segala yang memberikan kesempatan bagi seorang pendidik untuk
berkembang secara professional, sehingga mereka lebih maju dalam
42
Siti Muriah, (2012), Peran Supervisi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam, Vol. 2 No. 3, 1-4
melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses
belajar mengajar.
2. Tujuan dan Fungsi Supervisi Pendidikan
Supervisi merupakan proses bantuan bagi guru dalam mengembangkan
kemampuannya yang meliputi pengetahuan, keterampilan mengajar dan
komitmen atau motivasi guru. Jadi tujuan supervisi berkenaan dengan aspek
kognitif, psikomotorik, dan afektif adalah membantu memperbaiki dan
meningkatkan pengelolaan sekolah sehingga tercapai kondisi kegiatan belajar
mengajar yang sebaik-baiknya.
Dalam buku Ahmad Susanto yang berjudul “Manajemen Peningkatan
Kinerja Guru Konsep Strategi dan Implementasi” Glickman mendefinidikan
tujuan supervisi ialah sebagai sarana untuk membantu guru dalam
mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang
dicanangkan bagi peserta didik.43
Supervisi yang baik adalah supervisi yang
mampu merefleksikan multi tujuan tersebut. Supervisi tidak berhasil jika hanya
memperhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan yang
lain. Jadi dengan demikian dapat dipahami, bahwa tujuan supervisi pendidikan
adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total, ini
bertujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar pendidik, tapi
juga membina pertumbuhan profesi seorang pendidik dalam arti luas, termasuk di
43
Ahmad Susanto, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru Konsep Strategi dan Implementasi, Yogyakarta: Kencana, 2018, h. 221
dalamnya pengadaan fasilitas-fasilitas, pelayanan kepemimpinan dan pembinaan
hubungan yang baik kepada semua pihak yang terkait.44
Adapun fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan
proses belajar mengajar di sekolah. Sehubungan dengan hal ini, Dalam Jurnal
Sonia Afrianti yang berjudul “Implementasi Terhadap Supervisi Pendidikan
Dalam Meningkatkan Proses Pembelajaran Dan Keprofesionalan Guru” mengutip
pendapat Malik terhadap kinerja pendidik dalam proses belajar mengajar
memiliki tiga fungsi utama yaitu:
a. Supervisi kurikulum untuk menjamin penyampaian kurikulum yang tepat.
b. Perbaikan proses pembelajaran dengan membantu guru merencanakan
program akademis.
c. Pengembangan profesi dalam melaksanakan program pengajaran.45
Kemampuan dalam proses belajar mengajar seorang pendidik di sekolah
adalah penguasaan materi atau bahan, metode, alat, dan evaluasi. Keempat hal
tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi
satu sama lainnya. Pendidik tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu
pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan
pembentukan nilai-nilai etika dan estetika para peserta didik dalam menghadapi
tantangan hidup masyarakat. Sehartian menjelaskan bahwa: “Fungsi utama
supervisi pendidikan bukan perbaikan pembelajaran saja, tapi untuk
44 Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pedoman…, h. 34 45
Sonia Afrianti, A (2016). Implementasi Terhadap Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Proses Pembelajaran Dan Keprofesionalan Guru, Jurnal Ilmiah, VII(2),1-9
mengkoordinasi, menstimulasi dan mendorong kearah pertumbuhan profesi
guru”.46
3. Dasar Hukum dan Konsep Supervisi Pendidikan
Dasar hukum supervisi pendidikan antara lain sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
e. Peratyran Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
f. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
g. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Kelulusan
h. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru
i. Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam
Jabatan
j. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
k. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
46
Sehartian Piet A, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Mengembangkan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2012, h. 21
l. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
m. Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhab Beban Kerja
Guru
n. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kredit
o. Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
p. Permendiknas Nomor 30 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009
Adapun Konsep supervisi modern yang dirumuskan oleh Kimball Wiles
sebagai berikut: “Supervision is assistance in the development of a better teaching
learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi
pembelajaran yang lebih baik.47
Dari gagasan tersebut penulis berpendapat
bahwasanya rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi
keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher,
student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan
ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan
supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran.
47
A.A. Ketut Jelantik, Menjadi Kepala Sekolah Yang Profesional, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), h. 83
Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, inspeksi lebih
menekankan kepada kekuasaan yang bersifat otoriter, sedangkan supervisi
menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan
kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis.
Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau
pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal
(aspek) yang perlu diperhatikan. Pertama, Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,
yang kedua, hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas
kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.
Untuk itu guru harus memiliki yakni: 1) kemampuan personaliti, 2) kemampuan
professionalitas.48
Jadi yang dapat peneliti simpulkan ialah bahwasanya pendidik
sangat berperan penting dalam melaksanakan aktivitas kesupervisian agar dapat
menunjang dan meningkatkan kemampuan seorang pendidik dalam mengelola
setiap kegiatan belajar mengajar khususnya dalam lembaga pendidikan
4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah, maka ia harus
mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan
proses belajar mengajar. Pengawasan dan pengendalian merupakan control agar
48
H. Tobroni, Memperbincangkan Pemikiran Pendidikan Islam Dari Idealisme Subtantif Hingga Konsep Aktual, (Jakarta: Prenadamedia Grup), 2018, h. 281
kegiatan pendidikan disekolah terarah sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan pencegahan (preventive)
agar para pendidik tidak melakukan penyimpangan dan tidak berhati-hati dalam
melaksanakan tugasnya.
Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi tentang Propesi Keguruan mereka
mengatakan, bahwa tugas supervisor itu meliputi:
1. Tugas perencanaan, yaitu untuk menetapkan perencanaan dan program.
2. Tugas Administrasi, yaitu pengambilan keputusan serta pengkoordinasian
melalui konferensi dan konsultasi yang dilakukan dalam usaha perbaikan
kualitas pengajaran.
3. Partisipasi secara langsung dalam pengembangan kurikulum, yaitu dalam
kegiatan merumuskan tujuan, membuat penutun mengajar bagi guru, dan
memilih isi pengalaman belajar.
4. Melaksanakan demonstrasi mengajar untuk guru-guru.
5. Melaksanakan penelitian.49
Dalam melaksanakn tugasnya, supervisi berfungsi membantu, memberi
support dan mengajak mengikut sertakan pendidik dalam memperbaiki proses
belajar mengajar. Dilihat dari fungsinya, tampak dengan jelas peranan supervisi
dapat membantu pendidik dalam menghadapi kesulitan belajar mengajar.
49 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 233
“Seorang supervisor dapat berperan sebagai koordinator, konsultan, pemimpin
kelompok dan evaluator.”50
Adapun berkaitan dengan tanggung jawab supervisor dalam pendidikan
dapat melaksanakan program-program supervisi terhadap terjadinya perubahan
dalam kegiatan pengajaran, perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai macam pendekatan dan berbagai inovasi dalam pengembangan
kurikulum serta kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam jabatan untuk pendidik.
Sesuai dengan tanggung jawab dalam melakukan tugasnya, maka supervisor
mempunyai wewenang tertentu sesuai dengan tugas yang dilaksanakan.
Wewenang supervisor adalah melaksanakan koreksi, memperbaiki dan membina
proses belajar mengajar bersama pendidik, sehingga proses itu mencapai hasil
yang maksimal.
B. Kualitas Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Kualitas Pendidikan Agama Islam
Secara etimologi, kualitas atau mutu diartikan sebagai kenaikan tingkatan
menuju suatu perbaikan atau kemapanan. Sebab kualitas mengandung makna
bobot atau tinggi reandahnya sesuatu. Jadi dalam hal ini kualitas pendidikan
adalah pelaksanaan pendidikan disuatu lembaga, sampai dimana pendidikan
tersebut telah mencapai suatu keberhasian.
50
Sehartian Piet A, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Mengembangkan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2012, h. 25
Konteks pendidikan pengertian kualitas, dalam hal ini mengacu pada
proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam “proses pendidikan” yang
berkualitas terlibat berbagai input, seperti: bahan ajar, metedologi, saran sekolah,
dukungan administrasi, sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta
penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfunsi
mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen
dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik atar guru, peserta didik, dan sarana
pendukng dikelas maupun diluar kelas: baik konteks kurikuler maupun ekstra-
kurikuler, baik dalam lingkup substansi yang akademis maupun yang non-
akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.
Kualitas dalam konteks “ hasil pendidikan” mengacu pada hasil atau
prestasi yang dicapai oleh peserta didik atau sekolah pada setiap kurun waktu
tertentu (apakah tip akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi
yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test
kemampuan akademis, misalnya ulangan umum, EBTA atau UN. Dapat pula
prestasi dibidang lain seperti di suatu cabang olahraga, seni atau keterampilan
tambahan tertentu. Bahkan prestasi peserta didik atau sekolah dapat berupa
kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasan disiplin, keakraban,
saling menghormati, kebersihan dan sebagainya. Selain itu kualitas pendidikan
merupakan kemampuan sistem pendidikan dasar, baik dari segi pengelolaan
maupun dari segi proses pendidikan, yang diarahkan secara efektif untuk
meningkatkan nilai tambah dan factor-faktor input agar menghasilkan ouput yang
setinggi-tingginya.
Jadi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga
dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan
dengan cara memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalu
pembelajaran yang baik dan kondusif. Pendidikan yang berkualitas disebut juga
sekolah yang berprestasi, sekolah yang baik atau sekolah yang sukses, sekolah
yang efektif dan sekolah yang unggul. Sekolah yang unggul dan bermutu itu
adalah sekolah yang mampu bersaing dengan peserta didik diluar sekolah. Juga
memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik dan kuat.51
Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu menjawab
tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang akan
datang. Dari sini peneliti dapat simpulkan bahwa kualitas pendidkan adalah
kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam memberdayakan sumber-
sumber pendidikan untuk meningkatkan kualitas yang sesuai dengan harapan atau
tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang efektif. Pendidikan yang
berkualitas ialah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas,
yaitu lulusan yang memiliki prestasi akademik dan non-akademik yang mampu
menjadi pelopor pembaharuan dan perubahan sehingga mampu menjawab
berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik di masa sekarang
atau di masa yang akan datang.
Pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari
kata “pais” asrtinya seseorang, dan “again” diterjemahkan membimbing. Jadi
51
Abdul Chafidz, Sekolah Unggul Konsepsi dan Prombelamtikanya, MPA No. 142, Juli 2008. h. 39
pendidikan (paedogoige) artinya bimbingan yang diberikan kepada seseorang. 52
Sedangkan secara umum pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan dipandang
sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk
generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.53
Dalam buku Nik Haryanti yang berjudul “Ilmu Pendidikan Islam”
mengutip pendapat Zakiyah Darajat yang mendefinisikan Kata “ta’lim” dengan
kata kerjanya “’allama” juga sudah digunakan pada zaman Nabi. Baik dalam al-
Qur’an, Hadits atau pemakaian sehari-hari kata ini lebih banyak digunakan
daripada kata “tarbiyah”.54
Namun istilah yang sekarang berkembang di dunia
Arab adalah tarbiyah.
Istilah tarbiyah berakar pada tiga kata, “raba yarbu” yang artinya
bertambah dan tumbuh, yang kedua “rabiya yarba” yang artinya tumbuh dan
berkembang, yang ketiga “rabba yarubbu” yang artinya memperbaiki, menguasai,
memimpin, menjaga dan memelihara. Kata al rabb juga berasal dari kata tarbiyah
yang berarti mengantarkan pada sesuatu kesempurnaan secara bertahap atau
membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur.55
Jadi pengertian
pendidikan secara harfiah berarti membimbing, memperbaiki, menguasai,
memimpi, menjaga, dan memelihara. Esensi dari pendidikan adalah generasi tua
52 Syafril & Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Depok: Kencana, 2017, h. 26 53 Zuhairini, Metedologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Malang: UIN Press,
2004, h. 1 54 Nik Haryanti, Ilmu Pendidikan Islam, (Malang: Gunung Samudera, 2014), h. 6 55
Elfan Fanhas Fatwa Khomaeny, Islam Dan Ipteks Al-Islam dan Kemuhammadiyahan III, (Tasikmalaya: Edu Publisher, 2019) h. 171
kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika
kita menyebut pendidikan agama Islam, maka akan mencakup dua hal, yaitu: a)
Mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak
Islam, b) Mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran agama Islam.56
Sedangkan pengertian pendidikan jika ditinjau atau dikemukakan oleh
para ahli dalam rumusan yang beraneka ragam diantaranya adalah:
a. Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar
generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan
keterampilan kepada generasi muda agar menjadi manusia bertakwa
kepada Allah.57
b. Zuhairini, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk
membimbing kearah pembentukan kepribadian peserta didik secara
sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam,
sehingga terjadinya kebahagiaan dunia akhirat.58
c. Ki Hadjar Dewantara mengartikan Pendidikan Agama Islam adalah
uapaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan
hidup dan keselarasan dengan dunianya.59
Pendidikan itu membentuk
56 Zakiyah Darajat, Jurnal Pendidikan Dwija Utama Forum Komunikasi Pengembangan
Profesi Pendidik Kota Surakarta, Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 2018, II(1) h. 13 57 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetisi,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 130 58
Zuhairini, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Malang: UIN Press, 2004, h. 11
59 Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Era Globalisasi Konsep Dasar, Teori, Strategis
dan Implementasi dalam Pendidikan Globalisasi, Jakarta: An1mage, 2019 h. 227
manusia yang berbudi pekerti, berpikiran (pintar, cerdas) dan bertumbuh
sehat.
Dengan demikian, maka pengertian Kualitas Pendidikan Agama Islam
berdasarkan rumusan-rumusan diatas ialah kemampuan suatu lembaga dalam
pembentukan perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran
agama Islam. Sebagaimana yang pernah dilakukan Nabi dalam usaha
menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, member
contoh, melatih keterampilan berbuat, member motivasi dan menciptakan
lingkungan social yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi
muslim. Untuk perlu usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup yang
menunjang keberhasilannya.60
2. Dasar Kualitas Pendidikan Agama Islam
Terdapat dua hal yang menjadi dasar pendidikan agama Islam, yaitu:
a. Dasar Normatif
Ialah landasan yang bersumber dari ajaran Islam yang termasuk dalam Al-
qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Mujadilah: 11
َُّ
َسِح ٱَّللۡ َيف
َْسُحوا
ۡٱفَِلِس ف َمَج َٰ
ۡي ٱل ِ
ف ُْحوا سَّ
َفَۡم ت
ُكَا ِقيَل ل
َ ِإذ
ْا وَُِٰٓذيَن َءاَمن
ََّها ٱل يُّ
َأَي ََٰٰٓ
َم ِۡعلۡ ٱلْواُوتُِذيَن أ
َّۡم َوٱل
ُ ِمنك
ْواُِذيَن َءاَمن
َُّ ٱل
َِّع ٱَّلل
َ َيۡرف
ْوا ُ
ُ ٱنش َ فْوا ُ
ُ ا ِقيَل ٱنش َ َوِإذ
ۡۖۡمُكَل
َُّ
َوٱَّللٖۚت َرَج َٰ
َٞ د ِبير
َ خ
َون
ُۡعَمل
َ ِبَما ت
Terjemahnya:
60 Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, h. 28
“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.61
Diayat yang lain Q.S Az-Zumar ayat 9 juga menerangkan:
ۡل ُ قِۗهۦ َربِّ
َ َرۡحَمة
ْ َوَيۡرُجوا
َِخَرة
َٰٓ ُۡر ٱۡل
َِئٗما َيۡحذ
ٓاَا َوق
ٗۡيِل َساِجد
ََّء ٱل
ٓاَ َءان
ٌِنت َٰ
ََو ق
ُۡن ه مَّ
َأ
َذََما َيت
َّ ِإنۗ َُمون
َ َيۡعل
َِذيَن َل
َّ َوٱل
َُمون
َِذيَن َيۡعل
َِّوي ٱل
َۡل َيۡست
َِب ه َب َٰ
ۡلَ ۡ ٱۡل
ْواُْولُُر أ
َّ ك
Terjemahnya:
Katakanlah: adalah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? “Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.62
Al-qur’an surat Al-Alaq: 1-5 juga menerangkan:
َم َِّذي َعل
ََّرُم ٱل
ۡكَ ۡ ٱۡل
َك َوَربُّ
َۡرأٍۡق ٱق
ََن ِمۡن َعل نَس َٰ ِ
َۡق ٱۡل
َلََق خ
َلَِذي خ
َّ ٱل
َك ِبٱۡسِم َربِّ
َۡرأۡٱق
ۡم َۡم َيۡعل
ََن َما ل نَس َٰ ِ
َۡم ٱۡل
َِّم َعل
َلَقۡ ِبٱل
Terjemahnya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.63
b. Dasar Konstitusional
Pendidikan agama islam yang berasal dari perundang-undangan yang
berlaku di Negara Indonesia yang secara langsung atau tidak dapat dijadikan
pegangan untuk melaksanakan pendidikan agama, antara lain:
a. Dasar Undang-undang
61
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV Darus Sunnah, 2015 h. 543
62 Ibid…, h. 459
63 Ibid…, h. 597
Adalah falsafah Negara Republik Indonesia yakni Pancasila.
Pancasila sebagai idiologi Negara berarti setiap warga Negara Indonesia
harus berjiwa Pancasila dimana sila pertama keTuhanan Yang Maha Esa,
menjiwai dan menjadi sumber pelaksanaan sila-sila yang lain.
Sedangkan pengertian pendidikan dalam UU RI No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut: “Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembekajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.64
Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa pengertian
pendidikan secara umum adalah usaha sadar yang dilakukan si pendidik,
atau orang yang bertanggung jawab untuk (membimbing, memperbaiki,
menguasai, memimpin, dan memelihara) memajukan pertumbuhan
jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
b. Dasar Struktural
Yakni yang termasuk UUD 1945 Bab XI Pasal 29 ayat 1 dan 2
yang berbunyi:
Negara berdasarkan atas keTuhanan Yang Maha Esa
64
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2003, h. 3
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
Dari UUD 1945 diatas, mengandung makna bahwasanya Negara
Indonesia member kebebasan kepada sesama warga negaranya untuk
beragama dengan mengamalkan semua ajaran agama yang dianut.
c. Dasar Operasional
Dasar operasional ini adalah merupakan dasar yang secara
langsung melandasi pelaksanaan pendidikan agama pada sekolah-sekolah
di Indonesia. Sebagaimana UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan bagaimana kejelasan konsep dasar operasional
ini, akan terus berkembang kurikulum pendidikan dan dinamisasi ilmu
pengetahuan dan teknologi dan biasanya berubah setiap kali ganti Menteri
Pendidikan Nasional dan Presiden serta akan selalu mengkondisikan
terhadap perkembangan IPTEK iternasional.
3. Konsep Kualitas Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rekayasa yang diupayakan
untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan
maksud dan tujuan penciptaannya.65
Dalam rangka merealisasikan konsep tersebut
banyak hal yang harus dilakukan oleh para pendidik. Tidak cukup hanya
dilakukan secara formalitas masuk kelas, menyampaikan materi, serta ujian.
65 Muhaimin, Paradigma Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 184
Namun dalam proses pembelajaran di sekolah atau madrasah sangat terikat
dengan tujuan pembelajaran, tidak juga sebagaimana proses belajar yang terjadi di
luar sekolah atau di masyarakat (social learning). Maka dari itu pembelajaran di
sekolah terdapat berbagai perencanaan kegiatan yang mengacu pada pencapaian
tujuan yang dikehendaki.
Konsep peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu unsure dari
paradigm baru pengelolaan pendidikan di Indonesia. Dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia factor kualitas pendidikan senantiasa dituntut .
mendapatkan perhatian yang serius. Pengakuan pendidik sebagai tenaga
profesional akan diberikan jika pendidik sudah memiliki antara lain kualifikasi
akademik yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma
empat, sertifikat pendidik diperoleh setelah mengikuti pendidikan profesi,
sedangkan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi profesional.66
Dalam pengelolaan pembelajaran seorang pendidik dituntu memahami
kondisi peserta didik, perancangan dan juga pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, dan juga pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai kompetensi yang dimilikinya. Dalam hal kepribadian seorang pendidik
harus memiliki kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi peserta didik, dan
juga berakhlak mulia. Dalam ranah penyampaian materi pembelajaran yang luas.
Disisi lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa seorang pendidik harus
bersifat luwes dalam membangun komunikasi baik dengan peserta didik, antar
66 Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, (Bandung: Yrama Widya, 2013), h. 231
pendidik, tenaga kependidikan, maupun masyarakat sekitar.67
Beberapa hal
tersebut bias dikatakan sebagai syarat utama menikatkan kualitas pembelajaran
sebagai bagian dari pendidikan yang terus berlangsung selama hidup manusia.
Seorang pendidik yang berkualitas dapat dilihat dari seberapa optimal
pendidik mampu memfasilitasi proses belajar peserta didik. Setiap pendidik
memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Belajar
hanya dapat terjadi apabila peserta didik sendiri telah termotivasi untuk belajar.
Motivasi ini peranannya sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, karena
merupakan dorongan atau kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk
melakukan sesuatu.68
Maka dari itu pendidik harus secara bertahap dan berencana
memperkenalkan manfaat belajar sebagai sebuah nilai kehidupan yang terpuji,
sehingga peserta didik belajar karena didasari oleh pemahaman akan nilai yang
lebih tinggi bagi kehidupan peserta didik itu sendiri. Walaupun proses ini tidak
mudah, namun pendidik harus tetap berusaha menanamkan sikaf positif dalam
belajar, karena ini merupakan bagian yang sangat penting dalam proses nelajar
untuk mampu belajar dengan baik.
Sementara itu bahan ajar yang berkualitas dapat dilihat dari seberapa
relevan bahan ajar itu mampu menstimuly peserta didik dalam belajarnya. Media
belajar yang yang baik dapat dilihat dari sebrapa efektif media belajar itu
digunakan oleh pendidik untuk meningkatakan kualitas belajar peserta didik.
Fasilitas belajar yang berkualitas dapat dilihat dari seberapa pengaruh positif
fasilitas fisik terhadap terciptanya situasi belajar yang aman dan nyaman.
67
Ibid, 232 68 Ibid, 221
Sedangkan dari aspek materi yang berkualitas dapat dilihat dari kesesuaiannya
dengan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasi peserta didik. Oleh karena itu
kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas
keterkaitan sistematik dan sinergi pendidik, peserta didik, bahan ajar, media,
fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar
yang optimal sesuai tuntutan kurikuler.
Penelitian ini lebih ditekankan pada peningkatan kualitas pendidikan
agama islam yang mengacu pada terbentuknya akhlak mulia peserta didik. Oleh
karena itu perlu dilakukan kegiatan perencanaan pembelajaran yang menekankan
pada upaya peningkatan kualitas pendidikan agama islam dengan cara memilih
pendekatan, metode, teknik maupun evaluasi pembelajaran pendidikan agama
islam yang bermakna.69
4. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pendidikan Agama Islam
a. Guru Agama Islam
Akhlak pendidik mempunyai pengaruh yang besar terhadap akhlak
peserta didiknya. Karena pendidik itu menjadi panutan dan sekaligus
contoh teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu haruslah berpegang
teguh dengan ajaran agama, berakhalak mulia, berbudi luhur, pengasih dan
penyayang kepada peserta didiknya. Pendidik tidak akan sukses mendidik
tanpa berakhlak mulia dan berbudi luhur. Oleh sebab itu hendaklan
pendidik mengamalkan ilmu yang diajarkannya dengan berpegang teguh
dengan ajaran agama (al-qur’an dan as-sunnah). Seorang pendidik agama
69 Muhaimin, Paradigma Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 189
haruslah orang yang kuat keimanannya, banyak amal sholihnya, tinggi
akhlaknya, baik dalam segi penggunaan tutur bahasa serta ramah-tamah
terhadap peserta didiknya. Dan orang yang memiliki kualitas sebaliknya
tidak dapat melaksanakan pendidikan agama.
Dengan demikian peranan pendidik agama islam sangat berpengaruh
pada akhlak dan tingkat laku peserta didik didalam menjalani kehidupan.
b. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan dasa
pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan.70
Pembelajaran bisa diartikan sebagai suatu
kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu
kemampuan dan atau nilai yang baru.
Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam ada asas-asas pokok
yang harus diperhatiakan. Diantaranya ialah agama islam itu terdiri dari: a)
akidah, kepercayaan, keimanan, b) pengetahuan, c) kelakuan, akhlak.71
Oleh karena itu rencana pembelajaran agama Islam harus mencakup
ketiganya. Begitu pula pendidik yang mengajar sesuai rencana bahkan
harus bias memperluas dari materi yang disampaikan karena ini berfaedah
untuk menumbuhkan rasa keagamaan dan menbangunkan semangat dalam
dada peserta didik. Pembelajaran agama Islam yang hanya berupa nasehat,
perintah, larangandan hafalan tidak dapat membentuk akhlak peserta didik,
70 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 61 71
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: HidakaryaAgung, 2006), h. 17
namun perlu contoh dan latihan langsung agar karakter yang baik bias
menyatu dengan peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dimaknai bahwa pembelajaran
agama Islam lebih ditekankan kepada kondisi trampil atau mengalami
sikak maupun akhlak yang lebih baik dalam kehidupannya.72
Maka dari itu
konsep pembelajarannya harus dirancang sedemikian rupa bagaimana
peserta didik mengalami perubahan yang baik dalam hidupnya baik
kognitif, eafektif maupun psikomotorik.
c. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Materi pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah meliputi: 1)
keimanan (kepercayaan), 2) akhlak (budi pekerti), 3) ibadah, 4) Al-Qur’an
1) Keimanan
Keimanan merupakan unsur terpenting dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam. Tujuan pelajaran keimanan atau kepercayaan
bukan hanya menghafal rukun iman dan mengaji yang wajib, mustahil dan
jaiz melainkan untuk menimbulkan perasaan keimanan kepada Allah dan
mencintainya lebih dari kedua orang tua. Maka dari itu tujuan pelajaran
keimanan menurut Mahmud Yunus ialah:
a. Supaya teguh keimanan kepada Allah, rasul-rasul, malaikat,
hari kemudian dan sebagainya.
b. Supaya keimanan itu berdasarkan kesadaran dan ilmu
pengetahuan, bukan taqlid buta semata-mata
72 Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, (Bandung: Yrama Widya, 2013), h. 205
c. Supaya tidak mudah dirusakkan dan diragukan keimanan itu
oleh orang yang tidak beriman.73
2) Ahklak (Budi Pekerti)
Akhlak atau budi pekerti merupakan sikap dan perilaku manusia
yang berpijak pada keimanan. Iman tidak cukup hanya disimpan dalam
hati, namun harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk
akhlak yang baik. Jadi iman yang sempurna itu ialah iman ygang
dipraktikkan.74
Pengajaran dan pendidikan akhlak sangat penting untuk
melahirkan masyarakat yang adil, aman dan makmur serta bahwa semata-
mata ilmu pengetahuan saja tidak cukup untuk melahirkan masyarakat
yang demikian. Maka dari itu ada ilmu akhlak juga yang penting
dipelajari. Karena dengan mempelajari ilmu akhlak kita mengetahui
akhlak baik dan buruk. Tetapi lebih dari itu tujuan mempelajari ilmu
akhlak bukan hanya mengetahuinya saja melainkan untuk mempengaruhi
kehendak dan kemauan kita supaya dengan bersungguh-sungguh
mengerjakan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak yang tidak baik.
3) Ibadah
Ibadah menurut Mahmud Yunus, ialah mendidik para peserta didik
supaya mengerjakan amal ibadah, sehingga dibiasakannya dari kecil
73
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: HidakaryaAgung, 2006), h. 23
74 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), h. 202
sampai dewasa dan hari tuanya.75
Yang dipentingkan dalam pelajaran
ibadah adalah mengerjakan amalan atau perbuatan menurut yang
semestinya sebagaimana yang diperbuat oleh Nabi SAW. Ibadah mahdloh
diajarkan melalui demontrasi, sedangkan ghoiru mahdloh melalui
pengalaman dan pembiasaan.
4) Al-Qur’an
Tujuan pengajaran Al-Qur’an di sekolah adalah agar peserta didik
dapat membaca Al-Qur’an secara fasih dan benar dengan tadjiwdnya.
Selain itu agar peserta didik membiasakan membaca Al-Qur’an dalam
kehidupannya. Tujuan yang lebih tinggi lagi dengan adanya pengajaran
Al-Qur’an bias memahami materi yang ada dalam Al-Qur’an sebagai kitab
suci dengan baik, artinya tidak menyimpang.
d. Lingkungan Pendidikan
Keberhasilan pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai
bagi pembentukan kepribadian dan watak peserta didik sangat ditentukan
oleh proses yang mengintegrasikan antara aspek pengajaran, pengalaman
dan pembiasaan, serta pengalaman sehari-hari yang dialami peserta didik
baik di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Kebanyakan sekolah yang
mengupayakan lingkungan pendidikan yang bernuans keagamaan
mengembangkan kebiasaan melaksanakan praktek ibadah bersama peserta
didik, mulai dari menyediakan waktu membaca Al-Qur’an, doa di kelas,
sholat berjamaah, sholat sunnah serta mengaktifkan kegiatan agama
75 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: HidakaryaAgung, 2006), h. 46
melalui pembentukan panitia hari besar islam dengan bentuk kegiatannya.
Implementasi dari nilai-nilai agama itu dituangkan ke dalam bentuk tata
tertib, disiplin dan aturan perilaku sekolah yang diberlakukan bagi seluruh
pendukung pendidikang yang ada di lingkungan sekolah.
Beberapa faktor tersebut diatas sangat berpengaruh dalam
meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam, terutama dalam
pembentukan akhlak mulia peserta didik demi terwujudnya manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, cerdas, trampil memiliki etos
kerja yang tinggi, berbudi luhur, dan bertanggung jawab terhadap dirinya,
bangsa dan negara serta agama.76
Dengan kata lain pendidikan agama
Islam juga merupakan usaha untuk mengembangkan potensi berpikir
manusia, mengatur sikap dan perilakunya berdasarkan syariat Islam.
76
Arif Armai, Pengantar Ilmu dan Metedologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 3
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Peneltian
Jenis penelitian skripsi ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif
karena penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian dengan metode deskriptif
kualitatif. Dikatakan deskriptif kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan hasil pengolahan data yang berupa kata-kata, gambaran umum
yang terjadi di lapangan.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kodisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive
dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analsis data
bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.77
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Adapun lokasi penelitian adalah MTsN 1 Makassar yang terletak tidak
jauh dari pusat kota Makassar lebih tepatnya di jalan A. P. Pettarani, Kec.
Tamalate, Kota Makassar. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut karena
lokasi tersebut memiliki objek penelitian yang menarik di lihat dari segi kondisi
sekolah itu sendiri.
77
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2015) h. 15.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian terbagi menjadi dua antara lain:
a. Peranan Supervisi Pendidikan
b. Peningkatan Kualitas PAI
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Yang menjadi deskripsi focus penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Peranan supervisi pendidikan terhadap pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di MTnN 1 Makassar meliputi proses pembelajaran suasana kelas dan
lingkungan pembelajaran
2. Peningkatan kualitas Pendidikan Agama Islam di MTsN 1 Makassar
sebelum dan sesudah adanya supervisi pendidikan yang dilakukan oleh
supervisor
E. Sumber Data
a) Data Primer
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi
oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas
tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergi.44
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan
dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber atau partisipan, informan,
teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga
44 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015) h. 297
bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian
adalah untuk menghasilkan teori45
Sumber data primer adalah sumber data
yang diperoleh peneliti langsung dari informan atau objek yang berkaitan
dengan masalah yang akan menjadi objek penelitian yakni meliputi: tempat
(lingkunga MTsN 1 Makassar), pelaku (Kepala sekolah, staf tata usaha,
pendidik/guru dan peserta didik), dan aktivitas pembelajaran, kegiatan
pembinaan lainnya (kegiatan ekstrakurikuler).
b) Data Sekunder
Sumber data sekunder ialah sumber data yang diperoleh peneliti tidak
langsung dari informan atau objek yang diteliti namun melalui media perantara
seperti referensi atau buku-buku yang relevan dengan masalah yang menjadi
focus penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian kualitatif merupakan“human instrument” atau
manusia sebagai informan maupun yang mencari data dan instrument utama
penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri sebagai ujung tombak pengumpul
data (instrumen).46
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap subjek (partner penelitian) dimana sehari-
hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya.
45
Ibid h. 289 46
Djam’an Satori, dkk, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014, h. 90.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ialah teknik pengumpulan data dengan melakukan
dialog langsung dengan sumber, dan dilakukan secara takterstruktur,
dimana responden mendapatkan kebebasan dan kesempatan untuk
mengeluar kanpikiran, pandangan, dan perasaan secara natural.47
Peneliti
akan mewawancarai kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam.
3. Catatan Dokumentasi yaitu alat bantu berupa dokumen baik yang tercatat
atau berbentuk data, buku.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi digunakan dalam rangka untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian, yang merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
dalam menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan.
2. Wawancara
Wawancara dapat diartikan sebagai suatu teknik pengumpulan data
untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui
percakapan atau Tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya
mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistik dan jelas
dari informan.48
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data
langsung dari tempat penelitian meliputi buku yang relevan, peraturan-
47
Ibid, h. 91. 48
Ibid h. 130.
peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, file dokumen, dan data yang relevan
dengan penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan
langkah penelitian Miles dan Huberman, yaitu reduksi data (Data Reduction),
penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Tiga proses ini
dipandang sangat esensial dalam analisis data kualitatif.
1. Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan proses pemilihan pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, trandformasi, data kasar yang
muncul dari catatan dilapangan. Dalam reduksi data, peneliti melakukan
pemilihan terhadap data yang hendak dikode, mana data yang tidak perlu
digunakan dan mana data yang merupakan ringkasan dari cerita-cerita apa
yang sedang berkembang.
2. Penyajian Data
Penyajian data yang dimaksud adalah menyajikan sekumpulan
informasi yang tersusun member kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Verifikasi
Verifikasi atau penarikan kesimpulan data adalah upaya untuk
mendapatkan kepastian apakah tersebut dipercaya keaslianya atau tidak.
Dalam verifikasi data ini akan diproriataskan kepada keabsahan sumber
data dan tingkat objektivitasnya dan keterkaitan antara data dari sumber
yang satu dengan sumber yang lainnya dan selanjutnya ditarik suatu
kesimpulan.
BAB V
PENUTUP
Dibagian akhir pembahasan skripsi ini perlu mengemukakan kesimpulan
dari keseluruhan pembahasan sekripsi serta memberikan saran-saran yang
konstruktif kepada semua pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan,
khususnya pengawas pendidikan sebagai pelayanan pengembangan kualitas
pendidikan agama islam
E. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan tentang studi pelaksanaan supervisi
terhadap guru bidang agama studi agama islam di atas, maka disini penulis dapat
memberikan kesimpulan dan temuan mengenai peranan supervisi pendidikan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam sebagai berikut :
a. Peranan yang dilakukan superivisor untuk Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Agama Islam di MTsN 1 Makassar yaitu: bimbingan terhadap
kegiatan guru dalam mengajar agar tujuan pendidikan berhasil dengan
baik, bimbingan kepada guru terhadap model pembelajaran, membimbing
guru dalam penggunaan media pembelajaran, membimbing guru dalam
penggunaan metode-metode pembelajaran, membantu guru dalam
menemukan kesulitan belajar, meningkatkan mutu pendidikan, membantu
pengelolaan kelas, mengorganisasi dan membina guru-guru, membekali
sistem evaluasi kepada para guru.
b. Pelaksanaan supervisi pendidikan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan agama islam di MTsN 1 Makassar diantaranya: Yang Pertama
pengawas sekolah diharapkan melakukan kunjungan kelas dan observasi
kelas, Yang Kedua pengawas mengidentifikasi data dengan menggunakan
instrument pengumpulan data yang telah dipersiapkan, Yang ketiga
pengawas melakukan dialog dan pembinaan setelah pihak guru
meninggalkan kelas atau berada diruangan guru, Terakhir setelah proses
pembinaan dianggap cukup dan selesai, pengawas atau menandatangani
surat kunjungan.
c. Kualitas supervisi pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan
agama islam antara lain: Membimbing guru agar dapat memahami lebih
jelas masalah atau persoalan-persoalan dan kebutuhan peserta didik, serta
membantu guru dalam mengatasi suatu persoalan, Membantu guru dalam
mengatasi kesukaran belajar, Memberi bimbingan yang bijaksana
terhadapa guru baru dengan orientasi, Membantu guru memperoleh
kecakapan mengajar yang lebih baik dengan menggunakan berbagai
metode mangajar yang sesuai dengan sifat materinya, Membantu guru
mengerti makna dari alat-alat pelayanan, Membantu guru memperkaya
pengalaman belajar, sehingga pengajaran dapat mengembirakan peserta
didik, Membina moral kelompok, menumbuhkan moral yang tinggi dalam
pelaksanaan tugas sekolah pada seluruh staf, Memberi pelayanan kepada
guru agar dapat menggunakan seluruh kemampuannya dalam
melaksanakan tugas, Memberikan pimpinan yang efektif dan demokratis.
F. Saran
Dalam penelitian ini, penulis kemukakan saran-saran sebagi berikut
1. Diharapkan kepada para pengawas sekolah (kepala sekolah) hendaklah
dalam pelaksanaan supervisi dilakukan dengan maksimal dan
berkesinambungan.
2. Diharapkan kepada para guru dan kepala sekolah hendaknya menjadi
contoh teladan kepada peserta didik, senantiasa meningkatkan kualitas
pendidikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
3. Diharapkan kepada seluruh supervisor agar memberikan bantuan
kepada pihak sekolah lebih intens dalam mutu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’an dan Terjemahnya
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metedologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002).
Anwar Rosihon, Akidah Akhlak, (Bandung : Pustaka Setia, 2008).
A. Sonia Afrianti, 2016, Implementasi Terhadap Supervisi Pendidikan Dalam
Meningkatkan Proses Pembelajaran Dan Keprofesionalan Guru, Jurnal
Ilmiah, VII(2), 1-9.
Ahmad Rudi Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta : CV Budi Utama,
2018)
Chafidz Abdul, Sekolah Unggul Konsepsi dan Prombelamtikanya, MPA No.
142, Juli 2008.
Darajat Zakiyah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, h.
28., Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 2018, II(1) h. 13.
Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, (Bandung: Yrama Widya, 2013), h. 231
Darmadi H., Pengembangan Model Metode Pembelajaran dalam Dinamika
Belajar Siswa, (Yogyakarta : CV Budi Utama, 2017) ,
Darmadi Hamid, Pengantar Pendidikan Era Globalisasi Konsep Dasar, Teori,
Strategis dan Implementasi dalam Pendidikan Globalisasi, Jakarta:
An1mage, 2019 h. 227
Fanhas Elfan Fatwa Khomaeny, Islam Dan Ipteks Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan III, (Tasikmalaya: Edu Publisher, 2019)
Haryanti Nik, Ilmu Pendidikan Islam, (Malang: Gunung Samudera, 2014)
Jelantik A.A Ketut, Menjadi Kepala Sekolah Yang Profesional Panduan Menuju
PKKS, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015)
Kisbiyanto, Manajemen PendidikanPendekatan Teoritik dan Pratik, Idea Press
Yogyakarta, Yogyakarta, 2011
Kurniawati Nafisah, Analisis Pelakasanaan Supervisi Pendidikan Dalam Upaya
Meningkatkan Kompetensi Guru Fisika Di SMU/ MAN Yogyakarta, Skripsi,
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006, h. 1.
Majid Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetisi,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Muhaimin, Paradigma Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.
184
Muslich Masnur, Serifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009)
Muriah Siti, (2012), Peran Supervisi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Islam, Vol. 2 No. 3, 1-4
Sagala Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012).
Satori Djam’an, dkk, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014
Sehartian Piet A, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Mengembangkan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2012
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015)
Susanto Ahmad, Konsep Strategi dan Implementasi Manajemen Peningkatan
Kinerja Guru, Jakarta: Kencana, 2018
Syafril dan Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Kencana,
2017)
Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pedoman…, h. 34.
Tobroni H., Memperbincangkan Pemikiran Pendidikan Islam Dari Idealisme
Subtantif Hingga Konsep Aktual, (Jakarta: Prenadamedia Grup), 2018
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2003
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007)
Wijaya Hengki, Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi, Makassar:
Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2018
Yunus Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta:
HidakaryaAgung, 2006).
Zuhairini, Metedologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Malang: UIN
Press, 2004
RIWAYAT HIDUP
Syamsuddin , Lahir di Jene’ponto, pada hari Selasa tanggal
30 bulan September Tahun 1997 Masehi atau bertepatan
dengan tanggal 28 Jumadil Awal 1418 Hijriah, merupakan
anak pertama dari dua bersaudara, buah hati dari bapak Gau
dan ibu Nursia, mulai memasuki jenjang pendidikan
formal di SD Butta Tianang 1 Makassar sampai kelas 3 kemudian pindah ke SDN
Kalukuang III Makassar. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Islam Datuk
Ribandang Makassar, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMK
MUhammadiyah 2 Bontoala Kecamatan Bontoala Kota Makassar dan lulus
padatahun 2015.
Setelah menamatkan Pendidikan di SMK, penulis melanjutkan pendidikan
kejenjang perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar dan
mengambil Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam padatahun
2015 dan Insya Allah menyelesaikannya pada tahun 2020.
L
A
M
P
I
R
A
N
PEDOMAN WAWANCARA GURU DAN KEPALA SEKOLAH
MTSN 1 MAKASSAR
Nama Guru :
Jabatan :
1. Bagaimana upaya guru meningkatkan kualitas PAI terkhusus mata pelajaran
akidah akhlak MTsN 1 Makassar?
2. Bagaimana proses supervisi yang dilakukan di MTsN 1 Makassar?
3. Bagaimana kepala sekolah menjalankan tugasnya sebagai supervisor dalam
pelaksanaan supervisi di MTsN 1 Makassar?
4. Apakah dengan adanya supervisi dapat meningkatkan kualitas PAI terkhusus
mata pelajaran akidah akhlak di MTsN 1 Makassar?
5. Bagaimana bentuk penilaian supervisi terhadap data yang dikumpulkan?