88
I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri Handayani I 1303050 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan, manfaat, batasan masalah dan asumsi dari penelitian yang dilakukan serta sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian. 1.1 LATAR BELAKANG Dalam memenuhi tujuan desain atau perancangan produk baru serta peralatan yang sesuai dengan kebutuhan manusia digunakan dimensi (ukuran) tubuh manusia dalam melakukan aktivitas, baik secara statis (ukuran sebenarnya) maupun secara dinamis (disesuaikan dengan pekerjaan) sebagai dasar pengukuran ukuran tubuh. Ilmu ergonomi yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia adalah antropometri. Antropometri merupakan kumpulan informasi dimensi tubuh manusia yang diperlukan untuk mendesain sistem kerja agar didapat suatu kondisi yang nyaman dan aman. Antropometri sangat diperlukan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penyesuaian ukuran-ukuran perlengkapan dan peralatan kerja, furniture, pakaian, dan segala peralatan yang berhubungan langsung dengan manusia. Antropometri berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia mulai ukuran kepala, tangan, badan, pinggul, sampai kaki. Data hasil pengukuran dipakai sebagai acuan perancangan produk. (Andar Bagus S. : 1998). PT. Sekar Bengawan Tex adalah sebuah perusahaan tekstil yang dalam aktivitas produksinya didukung oleh dua belas stasiun kerja. Salah satunya adalah stasiun kerja inspeksi yang terdiri dari delapan belas orang pekerja. Pada stasiun kerja inspeksi ini pekerjaannya masih manual dimana operator akan memeriksa

Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

  • Upload
    hahanh

  • View
    259

  • Download
    14

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-1

Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex)

Indri Handayani I 1303050

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah dari

penelitian, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan,

manfaat, batasan masalah dan asumsi dari penelitian yang dilakukan serta

sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian.

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam memenuhi tujuan desain atau perancangan produk baru serta

peralatan yang sesuai dengan kebutuhan manusia digunakan dimensi (ukuran)

tubuh manusia dalam melakukan aktivitas, baik secara statis (ukuran sebenarnya)

maupun secara dinamis (disesuaikan dengan pekerjaan) sebagai dasar pengukuran

ukuran tubuh. Ilmu ergonomi yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia

adalah antropometri. Antropometri merupakan kumpulan informasi dimensi tubuh

manusia yang diperlukan untuk mendesain sistem kerja agar didapat suatu kondisi

yang nyaman dan aman. Antropometri sangat diperlukan sebagai pedoman dalam

pelaksanaan penyesuaian ukuran-ukuran perlengkapan dan peralatan kerja,

furniture, pakaian, dan segala peralatan yang berhubungan langsung dengan

manusia. Antropometri berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri

fisik manusia mulai ukuran kepala, tangan, badan, pinggul, sampai kaki. Data

hasil pengukuran dipakai sebagai acuan perancangan produk. (Andar Bagus S. :

1998).

PT. Sekar Bengawan Tex adalah sebuah perusahaan tekstil yang dalam

aktivitas produksinya didukung oleh dua belas stasiun kerja. Salah satunya adalah

stasiun kerja inspeksi yang terdiri dari delapan belas orang pekerja. Pada stasiun

kerja inspeksi ini pekerjaannya masih manual dimana operator akan memeriksa

Page 2: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-2

kualitas produk kain. Fasilitas pada mesin inspeksi ini adalah kursi untuk tempat

duduk operator.

Kursi yang digunakan oleh operator saat ini adalah kursi plastik, kerena

ketidaknyamanan operator dalam menggunakannya maka operator membuat

tempat duduk berupa bantalan yang terbuat dari kain pada besi penyangga mesin

inspeksi, seperti terlihat pada gambar 1.1 sehingga kursi plastik yang ada hanya

digunakan untuk penyangga kaki.

Gambar 1.1 Posisi Duduk dan Posisi Kerja Operator

(Sumber : PT. Sekar Bengawan Tex)

Dari gambar 1.1 dapat dilihat bahwa operator kurang nyaman dalam

bekerja. Hal ini dapat dilihat dari posisi kaki operator yang kurang nyaman dan

menimbulkan kelelahan kaki karena posisi kaki yang terlalu menekuk. Posisi

antara tempat duduk operator terlalu jauh sehingga menyebabkan pembungkukan

pada tulang belakang. Selain itu alas duduk yang ada telalu sempit sehingga

operator kurang leluasa dalam bergerak.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan diketahui bahwa

kursi operator yang digunakan sekarang masih menimbulkan rasa

ketidaknyamanan bagi operator dalam bekerja serta mengakibatkan keluhan sakit

pada anggota tubuh operator. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap delapan belas

operator mesin inspeksi diperoleh 94,4% responden menyatakan bahwa posisi

kerja operator dengan kursi yang ada sekarang tidak nyaman. Posisi kerja yang

dimaksud adalah pada saat bekerja operator tidak merasa nyaman dengan kursi

yang digunakan saat ini. Karena tinggi kursi yang terlalu rendah dan tidak sesuai

dengan mesin yang mereka gunakan sehingga operator kesulitan untuk bekerja

dan beberapa operator melakukan pekerjaan dengan posisi berdiri. Diperoleh

100% responden menyatakan kursi yang digunakan saat ini tidak nyaman pada

saat duduk. Ketidak nyamanan duduk yang dimaksud adalah operator tidak

Page 3: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-3

merasa nyaman dengan sikap atau posisi duduk dengan kursi yang ada saat ini.

Karena itu operator melakukan kerja tidak dengan menggunakan kursi yang ada,

melainkan dengan menggunakan besi penyangga mesin inspeksi. Hasil kuesioner

awal mengenai identifikasi terhadap penggunaan kursi operator yang ada

menunjukkan dimensi tinggi kursi yang ada terlalu rendah, begitu juga dengan

dimensi lebar alas duduk yang terlalu sempit.

Berdasarkan kuesioner Nordic Body Map responden mengatakan sering

mengalami keluhan (pegal atau sakit) pada anggota tubuhnya antara lain kaki

83.3%, punggung dan pantat 89.9%, leher 66,7%, pinggang 55.6%. Adanya

keluhan dan ketidaknyamanan kursi untuk operator, sehingga sangat rentan

menimbulkan keluhan-keluhan dan gangguan kesehatan pada operator.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu adanya perancangan kursi

operator yang ada di stasiun kerja inspeksi di PT. Sekar Bengawan Tex, agar

diperoleh performansi kerja yang baik, dengan merancang kursi yang nyaman,

sesuai dengan kondisi kerja operator. Merancang kursi yang nyaman digunakan

pendekatan antropometri karena perancangan tersebut berdasarkan atas ukuran

tubuh manusia sebagai penggunanya.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan

permasalahannya adalah bagaimana merancang kursi operator mesin inspeksi

dengan menggunakan pendekatan antropometri.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merancang kursi

operator mesin inspeksi pada stasiun kerja inspeksi dengan pendekatan

antropometri.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat yaitu fasilitas kerja

berupa kursi operator mesin inspeksi yang nyaman bagi operator.

1.5 BATASAN MASALAH

Page 4: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-4

Agar ruang lingkup penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan

yang ada, maka perlu adanya batasan-batasan sebagai berikut :

1. Nilai presentil yang digunakan dalam perancangan kursi adalah P50 dan P95.

2. Nilai selang kepercayaan dan derajat kebebasan yang dipakai masing-masing

95% dan 5%.

1.6 ASUMSI

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Metode kerja tidak mengalami perubahan selama penelitian.

2. Operator tidak memiliki kelainan fisik dan dalam kondisi sehat.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan tugas akhir ini merupakan dokumentasi pelaksanaan dan hasil

penelitian, adapun sistematika laporan tugas akhir sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi dan sistematika

penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang

penelitian ini dilakukan sehingga dapat memberi manfaat sesuai dengan tujuan

penelitian dengan batasan-batasan dan asumsi yang digunakan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang uraian teori, landasan konseptual dan

informasi yang diambil dari literatur yang ada. Pada bagian ini akan diuraikan

mengenai gambaran umum PT. Sekar Bengawan Tex, ergonomi, antropometri,

dan perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam pengumpulan dan

pengolahan data.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian-uraian tahapan yang dilakukan dalam

melakukan penelitian mulai dari identifikasi masalah sampai dengan penarikan

kesimpulan.

BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisikan uraian mengenai data-data penelitian yang digunakan

dalam proses pengolahan data dan hasil pengolahannya yang digunakan sebagai

rekomendasi usulan perancangan kursi operator mesin inspeksi.

Page 5: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-5

BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil terhadap

pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dari hasil pengolahan data dan analisa serta

saran-saran yang diperlukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas konsep-konsep berkaitan dengan objek penelitian yang

dilakukan. Teori pendukung yang dibahas dalam bab ini antara lain tentang

sejarah umum perusahaan, konsep ergonomi, dan antropometri.

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

2.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan

PT. Sekar Bengawan Tex mulai dibangun/berdiri pada tahun 1986 dan

diresmikan pada tanggal 16 Januari 1988. Adapun susunan pengurus perusahaan

pada waktu itu.

1. Bp. Kosasih Seniawan yang memegang jabatan sebagai komisaris utama.

2. Ibu Lisa Seniawan Halim yang memegang jabatan sebagai komisaris.

3. Bp. Budi Santoso yang memegang jabatan sebagai direktur utama.

4. Bp. Mulyadi yang memegang jabatan sebagai direktur.

Pada tahun1997 terjadi pengambilalihan manajemen baru tepatnya pada

tanggal 23 Maret 1997. Adapun susunan pengurus perusahaan (manajemen)

sebagai berikut :

1. Bp. Simon T., yang memegang jabatan sebagai komisaris utama.

2. Bp. Paulus T., yang memegang jabatan sebagai direktur utama.

Jenis usaha PT. Sekar Bengawan Tex Surakarta adalah bergerak dibidang

tekstil printing yaitu pembuatan motif kain yang melalui proses mulai dari

persiapan kain putih sampai menjadi kain yang bermotif. Orientasi pemasaran PT.

Page 6: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-6

Sekar Bengawan Tex adalah lokal dan ekspor. Adapun orientasi ekspornya

meliputi : Timur Tengah, Afrika, Asia, Eropa, Amerika.

2.1.2 Lokasi Perusahaan

PT. Sekar Bengawan Tex surakarta terletak atau berlokasi di jalan Solo-

Sragen KM 8,6 yang mempunyai panjang m210± dan lebar m110± untuk

bagian dalam. Adapun batas-batas wilayah PT. Sekar Bengawan Tex sebagai

berikut :

1. Sebelah barat,dibatasi oleh Jalan Raya Solo-Sragen serta persawahan.

2. Sebelah utara,dibatasi oleh persawahan dan perkampungan penduduk.

3. Sedangkan sebalah timur dibatasi oleh rel kereta api serta persawahan.

4. Sebelah selatan dibatasi oleh sungai kecil dan industri meubel yang letaknya

bersebelahan.

2.1.3 Proses Produksi

A. Bahan Baku

Didalam proses produksi di PT. Sekar Bengawan Tex menggunakan bahan

baku kain grey/kain setengah jadi, kain grey ini terdiri dari 3 macam kain, yaitu

kain rayon, kain cotton dan kain RHT. Kain-kain mentah ini didapatkan dengan

membeli dari perusahaan kain yang memproduksi kain, kain-kain di tangani olah

bagian gudang grey. Setelah kain ini diterima dan dibongkar diambil 3 gulung

kain untuk dilakukan inspeck apakah kain yang dikirim sesuai dengan data yang

ada, hal-hal yang diteliti dalam inspeck ini meliputi : Konstruksi kain, Panjang

kain, dan Berat kain/meter.

Apabila kain yang diteliti telah sesuai dengan data yang tercantum maka

kain tersebut akan dimasukkan ke dalam gudang, kain akan dikeluarkan setelah

ada perintah untuk mengeluarkan kain untuk dikirim ke bagian bakar bulu,

sebelum dikirim ke bakar bulu kain ini akan dijahit untuk menyambungkan kain

sampai panjang yang telah ditentukan untuk proses printing.

B. Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan di PT. Sekar Bengawan Tex meliputi :

1. Proses Mesin Bakar Bulu

Page 7: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-7

Didalam proses bakar bulu, kain akan mengalami proses pembakaran bulu-

bulu yang ada pada kain. Tujuan dari proses pembakaran bulu ini adalah

Untuk menghilangkan bulu-bulu yang ada pada kain agar tidak menggangu

proses printing dan agar kain kelihatan lebih halus.

Proses bakar bulu dilakukan dengan cara memasukkan kain grey yang dikirim

dari gudang grey ke dalam rol-rol mesin bakar bulu, kemudian mesin ini

dinyalakan. Dalam mesin ini kain akan mengalami proses penyikatan kain

berlawanan arah dengan arah gerak kain agar semua bulu yang ada pada kain

berdiri setelah itu kain akan dibakar dengan menggunakan gas elpiji. Proses

pembakaran ini dilakukan pada dua sisi kain sehingga semua bulu pada kain

akan terbakar setelah itu kain akan dipad atau diberi tekanan setelah kain

keluar dari mesin bakar bulu akna dimasukkan ke bagian CPB (cold pad

batch) untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu proses Cousticisied.

2. Proses Mesin Cold Pad Batch

Didalam mesin Cold Pad Batch ini akan terjadi proses Visco Combi yaitu

penggabungan dari proses desizing, scouring, bleaching, dan cousticisied ke

dalam suatu proses. Fungsi dari proses Cold Pad Batch adalah untuk

memutihkan kain, untuk menghilangkan kanji, dan untuk melemaskan kain.

Proses CPB ini dilakukan dengan prinsip memasukkan atau mencelupkan kain

ke dalam campuran bahan kimia dan kemudian di1ewatkan pada suatu pader

yang telah diatur tekanannya. Tekanan ini tergantung dari jenis kain yang

dibatching. Setelah keluar dari pader kain akan digulug pada rol, setelah

semua kain digulung pada rol kemudian rol ini akan dibungkus dengan plastik

untuk dilakukan batching. Selama batching rol ini akan terus diputar secara

perlahan-lahan agar zat kimia yang digunakan tidak jatuh. Pada satu sisi saja

dan bahan kimia ini tetap merata pada semua kain, waktu batching mi

tergantung dan jenis kain yang dibatching biasanya waktunya antara 10 - 24

jam.

3. Proses Washing Continue

Setelah dan proses batching maka proses selanjutnya adalah washing. Proses

pencucian ini dilakukan dengan mesin washing continue. Pada mesin ini

terdiri dan 6 chamber dan 2 conveyor. Prinsip dan proses pencucian mi adalah

Page 8: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-8

mencuci kain dengan air panas secara berkelanjutan hanya pada chamber

terakhir pencucian dilakukan dengan air dingin. Pada setiap pencucian dingin

maka kain akan dilewatkan pada pader, setelah proses pencucian dengan air

dingin maka kain akan di rol-rol dimasukan ke dalam dryer. Dryer ini berupa

besar yang mempunyai suhu tinggi untuk kain, setelab keluar dan washing

continue maka kain akan dimasukkan ke mesin monfort tuk dilakukars proses

selanjutnya.

4. Proses Pacta Mesin Monfort

Proses pada monfort mi akan teriadi proses meliputi :

a. Proses setting

Proses setting adalah proses untuk menyamakan lebar kain agar

lebar kain pada setiap sisi kain. Proses ini dilakukan dengan cara menarik

kedua sisi kain sehingga sisi kain akan mempunyai lebar yang sama.

b. Proses dyeing

Proses dyeing adalah proses pakain untuk warna dasar. Proses

pewarnaan ini dilakukan sesuai dengan warna yang dibutuhkan untuk warna

dasar pada proses printing. Prinsip proses ini adalah mencelup kain pada obat

warna kemudian diniasikkan pada pader setelah itu kain akan dimasukkan

pada dryer dan setelah keluar dan dryer kain akan digulung pada rol dan akan

dikirim untuk proses selanjutnya yaitu proses printing. Pada mesin monfort

selain dilakukan kedua proses printing juga dilakukan proses pencelupan

dengan Pad Soda Urea yang ini berfungsi untuk melemaskan kain dan juga

untuk membuat kain lebih mudah menyerap zat warna.

5. Proses Printing

Printing adalah proses pemberian motif pada kain agar lebih indah dan

menanik. Pada printing ini motif dan bahan dasarya kain yang dipninting

disesuaikan dengan pesanan konsumen. Proses printing ini dilakukan dengan

menggunakan 2 mesin yaitu :

a. Flat print

Page 9: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-9

Digunakan screen yang mendatar prinsip kerjanya adalah merekatkan

kain pada blanket yang terbuat dari karet dengan lem, kemudian screen di

letakkan mendatar kearah panjang kain dan pasta warna diletakkan di atas

screen dan ditekan dengan rakel yang digerakkan oleh mesin. Setelah motif

tercetak pada kain, maka kain akan bergerak maju ke arah dryer untuk

dikeringkan, setelah keluar dari dryer kain akan masuk ke proses selanjutnya.

b. Rotary

Rotary print menggunakan screen yang berbentuk rol pada rotary

printing pasta warna diletakkan pada sebuah wadah tersendiri dan pasta warna

ini akan diserap dan dimasukan ke dalam rakel yang terletak dalam screen

akan berputar dan pengecapan dilakukan dengan memberikan tekanan

kompresor setelah motif terletak pada kain. Maka kain akan masuk ke dalam

dryer untuk dilakukan pengeringan, setelah keluar dari dryer baru dilakukan

proses selanjutnya.

Diantara kedua mesin printing di atas, rotary print mampu menghasilkan lebih

banyak kain yang di printing daripada flat print. Bagian printing ini juga di

bantu oleh 2 bagian yang lain selain bagian yang mempersiapkan kain yaitu

Colmix dan Enggraving.

A. Color Mixer ( Colmix )

Color Mixer adalah suatu bagian yang bertugas untuk membuat pasta

warna. Pasta ini akan digunakan untuk menyuplai pasta warna yang digunakn

untuk printing flat print maupun Rotary Print. Zat warna yang digunakan

untuk printing adalah kain-kain yang terbuat dari serat selulosa, dan kedua zat

warna di atas merupakan zat-zat warna yang cocok digunakan untuk kain-kain

dari serat selulosa. Zat warna Mono Cloro Triacid lebih tahan terhadap

komponen pencabut warna (resist) daripada zat warna jenis Vinil Sulfur.

Pasta warna yang digunakan untuk printing ada 2 jenis pasta yang

digunakan yaitu :

A) Reaktif

Untuk jenis warna berikatan dengan molekul-molekul serat kain, sehingga

warna akan lebih cerah. Warna ini tahan terhadap gosok atau setrika,

pencucian, dan tidak luntur.

Page 10: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-10

B) Zat warna Pigment dan foaming

Warna ini akan berikatan dengan serat kain melalui bantuan binder.

Ketahanan terhadap gosok atau seterika dan pencucian tergantung dari

kekuatan binder. Warna yang tercetak pada kain akan turun dan warnanya

kurang cerah.

Prinsip kerja bagian ini adalah menerima resep warna dari laboratoriom.

Kemudian resep ini akan diperbesar komposisinya sebelum membuat pasta

warna zat warna tersebut dalam printing. Setelah mengetahui kebutuhan

banyaknya maka akan dibuat pasta warna tersebut. Setelah pasta jadi

kemudian akan di lakukan perbaikan terhadap zat warna tersebut sesuai

dengan warna pada sample. Pembuatan pasta warna ini dilakukan dengan

mencampur antara stock emulsi dan stok thickener dengan perbandingan

tertentu setelah itu akan diberikan resep warna yang ada.

B. Departemen Engrafing

Departemen engrafing adalah departemen yang bertanggung jawab

atas penyediaan screen baik untuk screen rotary maupun untuk screen flat.

Screen yang akan digunakan baru atau bekas terlebih dahulu harus dicuci

dengan netralizer screen, kemudian diguyur dengan air hingga bersih lalu

dikeringkan. Netralizer screen adalah larutan pembersih screen yang

fungsinya untuk menetralkan screen dari zat kimia yang lain (zat lemak, debu)

maupun kotoran-kotoran yang terletak pada screen baik rotary maupun flat.

Departemen Engrating dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

1. Departemen Engrafing Rotary

Screen rotary terbuat dari baja putih. Pembuatan motif pada screen rotary

mempunyai urutan proses kerja, sebagai berikut :

a. Coating

Coating adalah proses pelapisan foto emulsion pada screen. Tujuan

dari proses coating adalah supaya pada waktu diafdruk atau diekspos

dapat timbul motif seperti pada film. Coating manual dapat dilakukan

dengan menggunakan karet rakel untuk coating dengan menggunakan

mesin cukup 1 kali coating.

b. Afdruk atau Exposing

Page 11: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-11

Adalah proses percetakan motif yang berada di film dalam screen.

Proses exposing biasa dilakukan 8 kali dala stock dengan

menggunakan penyinaran lampu ultraviolet atau dapat disesuaikan

dengan ketajaman sinar exphose.

c. Developer atau Developing (perendaman)

Developing atau perendaman dilakukan pada suhu kamar, didiamkan

15 menit - 30 menit. Setelah direndam 15 menit - 30 menit cylinder

masuk stand kemudian menggosokan dengan busa karet sampai

bersih. Selanjutnya untuk menimbulkan motif screen disemprot air

yang bertekanan (shower) semakin tinggi tekanan air semakin baik

motif yang ditimbulkan.

d. Endring Glueing

Persiapan yang dibutuhkan yaitu : endring, trichloroethylene, sand

paper, dan kain dan alas kayu. Cara pemasangan endring sesuai

dengan urutan sebagai berikut :

(1) Cylinder atau screen rotary diletakan di atas alas kayu original

size.

(2) Mengamplas pada bagian yang akan diberi perekat (lem) dengan

memakai sand paper.

(3) Membersihkan tempat endring (2cm) sebaik-baikanya dengan

trichloroethylene dengan catatan harus benar-benar bersih.

(4) Lem dicampur dengan baik (analdit A:B = 1:1) kemudian

memoleskan lem dengan rata dan tipis.

(5) Endring dimasukan kedalam nok dan periksa supaya nok tidak

goyang (A).

(6) Memasukan nok yang lain dengan memutar roda pemutar

endring satunya (B).

(7) Mengeringkannya, suhu ruang 1000 C selama 5 menit kemudian

membiarkan 20 menit.

e. Final Checking

Didalam final checking ini terjadi proses pengecekan motif, yaitu :

(1) Design no dan warna

Page 12: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-12

(2) Ukuran motif

(3) Motif yang timbul dan motif yang tidak diinginkan. Motif yang

tidak diinginkan disebut juga pin-hole, ditutup dengan memakai

“SCR525”.

(4) Motif yang tertutup

Motif yang tertutup harus dilubang dengan menggunakan jarum

yang runcing.

2 Departemen Engrafing Flat

Di dalam departemen engrafing flat terjadi proses-proses, sebagai berikut :

1. Pembuatan screen

Pembuatan screen pada pokoknya dilakukan dengan cara, yaitu : suatu

gasa tuntunan surat-surat tekstil dipasang pada rangka, kemudian

diberi gambar. Bagian yang tidak ada gambarnya ditutup dengan

proses coating. Sebagai gasa atau monyl dapat dipakai organdi,

poliamida, poliester, pemilihan gasa ditentukan oleh corak garis-garis

yang akan dibuat. Gasa screen harus memenuhi syarat, yaitu

mempunyai daya tahan tarik yang tinggi, dan tidak menggelembung.

Pemasangan gasa atau monyl pada rangka dapat dilakukan dengan

meja penarik atau scrascing.

2. Coating

Campuran yang digunakan untuk pembuatan foto emulsion untuk

screen flat 1000 gr foto emulsion 80 gr Amonium bicromate.

3. Setelah dicoating dikeringkan pada dryer dan setelah kering coating

lagi satu kali.

4. Afdruk atau Exposing

Proses exposing dilakukan 2 menit dengan lampu biasa. Setelah

diafdruk direndam dalam air + 1 menit, supaya timbul gambar baru

disemprot dengan air yang bertekanan (shower).

5. Pemberian Katalis

Page 13: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-13

Setelah screen dikeringkan diberikan katalis atau penguat. Hal ini

bertujuan agar screen tidak mudah sobek dan juga supaya motif tidak

rontok.

6. Pengeringan pada oven pemanas + 600 C – 700 C

7. Final Cheking

Penutupan motif yang tidak diingikan dan pengecekan dengan profing.

6. Airing

Proses yang dilakukan pada kain yang diprint dengan menggunakan zat warna

reaktif. Airing berfungsi untuk mendinginkan kain agar pada saat proses

steam, suatu sistem tidak terlalu tinggi karena bila suhu terlalu tinggi akan

merusak warna tersebut. Pada proses airing dilakukan dengan cara

memasukan kain kedalam rol-rol mesin backing. Tetapi untuk proses backing

kompor dihidupkan dan pintu yang ada ditutup sedangkan untuk proses airing

kompor tidak dihidupkan dan pintu yang ada dibuka.

7. Backing

Proses pemanasan kain agar warna tidak rontok. Proses ini dilakukan untuk

zat warna pigmen dan fooming, prosesnya hampir sama dengan airing tetapi

untuk backing kompor pemanas dihidupkan dan pintu yang ada ditutup.

Setelah keluar dari backing maka akan dimasukan ke dalam mesin steam.

8. Steam

Kain yang telah mengalami airing dimasukan ke dalam steam, pada mesin

steam terjadi fiksasi zat warna ke dalam serat kain, ini berguna agar warna

menempel pada kain dan tidak lentur, prinsip dari mesin steam ini adalah

memasukan kain ke dalam steam + 10 menit dengan suhu steam 1020C. Suhu

ini tidak boleh lebih dari 1020 C karena bila suhu terlalu tinggi maka warna

akan rusak, setelah dari steam warna akan makin kuat. Setelah kain disteam

kain akan masuk ke dalam proses selanjutnya pencucian.

9. Pencucian Setelah Printing

Setelah kain keluar dari mesin steam, kain akan dibawa ke proses selanjutnya

yaitu pencucian. Proses pencucian ini menggunakan mesin haspel continue.

Pencucian ini dilakukan dalam beberapa bak secara berkelanjutan. Pertama

kain dimasukkan ke dalam bak yang berisi air panas dan di dalam bak ini kain

Page 14: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-14

akan diputar beberapa kali, setelah itu kain akan dilewatkan pada pader yang

berfungsi untuk memeras air dari kain dan kain akan masuk ke bak

selanjutnya. Setelah sampai pada bak terakhir pencucian dilakukan dengan air

dingin, kemudian kain dimasukkan pada mesin dryer. Mesin dryer ini

berbentuk rol-rol besar yang mempunyai suhu tinggi untuk mengeringkan

kain, setelah keluar dari pencucian kain akan dimasukkan pada proses

selanjutnya yaitu proses finishing.

10. Proses Finishing

Kain pada proses finishing ini akan dicelup dengan bahan kimia, bahan-

bahan ini berfungsi untuk melemaskan kain dan untuk menggelembungkan

kain sehingga kain lebih tampak tebal, proses finishing ini dilakukan pada

mesin monfort. Finish ini sebenarnya ada 2 macam yaitu finish lembut dan

finish keras. Untuk menentukan tergantung dari pesanan konsumen. Resep-

resep finish yaitu finish tekstil yang terdiri dari softener 120 gr/lt dan megasoft

10 gr/lt dan finish keras yang terdiri dari softener : 70 gr/lt, Vibatex : 150 gr/lt.

11. Proses Inspeksi

Pada proses inspeksi ini hasil kain yang sudah jadi di periksa kualitas kain

yang di inspeksi terdiri dari, yaitu : screen bocor, out setting (meleset),

screen mempet, press tidak rata, kain kotor, warna (terkena debu dan

menetes), kain kusut, pinggir kain putih, kain (lubang atau neps atau sobek),

sambungan, dan warna beda.

2.2 PROSEDUR PERANCANGAN

Perancangan adalah proses untuk menganalisis, menilai, memperbaiki

dan menyusun suatu kerja, baik sistem fisik maupun non fisik yang optimal untuk

waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada. Informasi

yang benar memegang peranan yang sangat penting untuk menghasilkan

rancangan yang baik dan benar.

Perancangan suatu fasilitas kerja akan memiliki kaitan erat dengan proses

manufacturing yang harus berlangsung untuk merealisasikan fasilitas tersebut.

Sehingga cukup beralasan kalau saat ini merancang suatu fasilitas tersebut harus

dipikirkan juga rnencari "The Most Economically Way" didalam proses

Page 15: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-15

manufakturingnya guna memperbaiki rancangan produk maka perlu diperhatikan

langkah-langkah (Wigjosoebroto, 1989), yaitu :

l. Mengurangi jumlah komponen dengan cara menghilangkan komponen atau

bagian yang tidak penting yang mempengaruhi fungsi pokok keseluruhan

(simplifying the design)

2. Mengurangi jumlah operasi kerja terutama yang berkaitan dengan proses

pemindahan bahan.

3. Menggunakan material yang lebih baik dan mampu diproses dengan mudah.

4. Menggunakan komponen-komponen produk yang standar dengan toleransi

dan spesifikasi teknis yang dipilih secara tepat.

5. Desain harus dipikirkan tidak saja aspek estetika saja, tapi yang lebih baik dan

penting adalah kemudahan-kemudahan untuk pembuatannya baik untuk proses

machining dan assembling.

Tahap pokok yang harus dilalui dalam melakukan engineering design,

sebagai berikut :

1. Kebutuhan (needs)

Adanya kebutuhan yang dinyatakan secara jelas yang didasarkan atas

permasalahan pokok, merupakan tahap awal prosedur perancangan.

2. Gagasan (idea) atau alternatif

Dari kebutuhan yang dinyatakan dengan jelas, dapat dikembangkan sejumlah

ide maupun alternatif pemecahan masalah. Sebagaimana telah dikemukakan,

tentunya alternative maupun gagasan-gagasannya haruslah berorientasi pada

pemenuhan kebutuhan diatas.

3. Keputusan

Setelah sejumlah ide dan alternatif dikembangkan, maka melalui prases

analisis yang cermat haruslah dipilih satu alternative pemecahan yang lebih

baik.

4. Tindakan

Sebelum lebih jauh membuat desain kursi, perlu diperhatikan dasar-dasar

dalam pembuatan kursi.

Page 16: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-16

a. Kursi atau mesin yang tepat untuk bekerja sambil berdiri (walaupun duduk

dan berdiri bergantian adalah suatu hal mungkin dan diikuti dengan

tersediannya kursi yang sesuai).

b. Bangku disesuaikan hanya untuk pekerjaan sambil duduk.

Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam perancangan untuk ketinggian 2

jenis permukaan kerja, yaitu :

a. Hindari beban otot yang terlalu berat yang disebabkan oleh lengan yang

disampingkan terlalu tinggi (abduksi) dalam pekerjaan, pergeseran lengan atas

yang sering terjadi akan menyebabkan timbulnya keharusan untuk deviasi

ulnar yaitu penyimpangan pergelangan tangan keatas kelingking.

b. Hindari tekanan tajam pada sisi dengan bagian bawah dari pinggiran kursi,

jika permukaan tempat kerja terlalu tinggi.

c. Hindari posisi membungkuk secara terus-menerus jika permukaan kerja tertalu

rendah.

2.3 DEFINISI ERGONOMI

Ergonomi berasal dari kata Latin yaitu "ERGON" yang berarti kerja, dan

"NOMOS" yang berarti Hukum alam dan dapat didefinisikan sebagai studi

tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara

anatomi (ilmu mengenai bentuk luar tubuh), fisiologi, psikologi, engineering,

manajemen dan desain perancangan. Selain itu ergonomi berkenaan pula dengan

optimasi, efesiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat

kerja, dirumah, dan tempat rekreasi.

Istilah ergonomi lebih popular dipergunakan oleh beberapa negara Eropa

Barat. Di Amerika istilah ini lebih dikenal sebagai Human Fac-tor Engineering

atau Human Engineering. Tujuan dari disipilin ergonomi adalah mendapatkan

suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi

manusia dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dihasilkan rancangan

sistem manusia mesin atau teknologi yang optimal (Wignjosoebroto, S.1995)

Human Engineering atau sering disebut ergonomi adalah "Man Machine

Interface", sehingga pekerja dan manusia atau produk lain bisa berfungsi lebih

Page 17: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-17

efektif dan efesien sebagai manusia mesin yang terpadu (Wignjosoebroto, S.

1995)

Selain pengertian diatas ada pengertian lain yang menyatakan bahwa

disiplin ergonomi adalah suatu cabang keilimuan yang sistematis untuk

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan

manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan

bekerja pada sistem dengan baik untuk mencapai tujuan yang dinginkan melalui

pekerjaan dengan efektif, efesien, aman dan nyaman. Pokok-pokok mengenai

disiplin ergonomi, sebagai berikut :

1. Fokus dari ergonomi adalah berkaitan erat dengan aspek-aspek manusia

didalam perencanaan "Man Made Object" dan lingkungan kerja. Secara

sistematis pendekatan ergonomi untuk rancang bangun, sehingga akan tercipta

produk, sistem atau lingkungan kerja yang sesuai dengan manusia.

2. Ergonomi sebagai "A Disiplinne Concered" yaitu pendekatan ergonomi akan

mampu menimbulkan "Fungtionnl Effetiveness" dan kenikmatan pemakai dan

peralatan, fasilitas maupun lingkungan kerja yang dirancang.

3. Maksud dan tujuan dari pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada uapaya

memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja,

accurabcy (ketetapan), keselamatan kerja, dan untuk mengurangi kelelahan.

4. Pendekatan khusus disiplin ergonomi adalah aplikasi yang sistematis dari

informasi yang berkaitan dengan karateristik dan perilaku manusia dalam

perancangan alat, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis yang memanfaatkan

informasi-informiasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk

merancang sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu

dengan baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan dengan

efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, I. 1979).

Selain pada rancang bangun dan rancang ulang, penerapan faktor

(lainnya yang tidak kalah pentingnya untuk desain dan evaluasi produk. Produk-

produk ini haruslah dapat diterapkan (dimengerti dan digunakan) dengan mudah

pada sejumlah populasi masyarakat tertentu tanpa mengakibatkan bahaya atau

resiko dalam penggunaanya.

Page 18: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-18

Suatu pengertian yang lebih komprehensif tentang ergonomi pada pusat

perhatian ergonomi adalah terletak pada manusia dalam rancangan desain kerja

ataupun perancangan alat kerja. Berbagai fasilitas dan lingkungan yang dipakai

manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuannya adalah merancang

benda-benda fasilitas dan lingkungan tersebut, sehingga efektivitas fungsionalnya

meningkat dan segi-segi kemanusiaan seperti kesehatan, keamanan, dan

kepuasann dapat terpelihara. Terlihat disini bahwa ergonomi memiliki 2 aspek

sebagai contohnya yaitu efektivitas sistem manusia didalamya dan sifat

memperlakukan manusia secara manusia. Mencapai tujuan-tujuan tersebut,

pendekatan ergonomi merupakan penerapan pengetahuan-pengetahuan terpilih

tentang manusia secara sistematis dalam perancangan sisten-sistem manusia

benda, manusia-fasilitas dan manusia lingkungan. Dengan lain perkataan

ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari manusia dalam berinterksi

dengan obyek-obyek fisik dalam berbagai kegiatan sehari-hari (Madyana,

1996).

Di pandang dari sistem, maka sistem yang lebih baik hanya dapat

bekerja bila sistem tersebut terdiri dari, yaitu :

1. Elemen sistem yang telah dirancang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

2. Elemen sistem yang saling berinterksi secara terpadu dalam usaha menuju

tujuan bersama.

Sebagai contoh, sejumlah elemen mesin dirancang baik, belum tentu

menghasilkan suatu mesin yang baik pula, bila mana sebelumnya tidak

dirancang untuk berinteraksi antara satu sama tainnya. Demikian manusia

sebagai operator dalam manusia mesin. Bila pekerja tidak berfungsi secara

efektif hal ini akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan.

A. SIKAP DUDUK DAN PERANCANGAN KURSI

Berikut adalah teori tentang sikap duduk dan perancangan kursi, yaitu :

1. Prinsip dasar duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri,

karena hal ini dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki.

Seorang operator yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikit istirahat

dan secara potensial lebih produktif. Disamping itu operator tersebut juga

Page 19: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-19

lebih kuat bekerja dan oleh karena itu lebih cekatan dan mahir. Namun

sikap duduk yang keliru akan merupakan penyebab adanya masalah-

masalah punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah menderita

pada bagian punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan

meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri atau

berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut l00%; maka cara duduk yang

tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut

mancapai 140° dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk

kedepan menyebabkan tekanan tersebut mencapai 190%. Sikap duduk

tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat sarat belakang dari

pada sikap duduk yang condong kedepan. Kenaikkan tekanan tersebut dapat

meningkat dari suatu perubahan dalam lekukan tulang belakng yang terjadi

pada saat duduk. Suatu keletihan pada pinggul sekitar 90o tidak dapat dicapai

hanya dengan rotasi dari tulang pada sambungan paha (persendian tulang

paha).

2. Pendekatan-pendekatan untuk perancangan kursi,

a. Merancang penyangga lumbar pada posisi duduk, pendekatan ini

menekankan pada ketentuan dari sandaran punggung yang dapat disetel

untuk menyangga daerah lumbar atau daerah yang lebih rendah pada

tulang belakang. Ini dapat mengurangi usaha otot yang diperlukan untuk

menjaga suatu sikap duduk yang kaku atau tegang. Hal ini juga dapat

mengurangi kecenderungan tulang belakang ke arah bentuk khyphosis.

Sandaran kursi juga menstabilkan sikap duduk dan menghasilkan suatu

rekasi terhadap gerakan yang agak sedikit mendorong kedepan selama

bekerja. Persyaratan adanya bantalan punggung akan bermanfaat untuk

mengatasi sakit punggung. Banyak sandaran tempat duduk (pesawat

terbang, teater) yang tidak mempunyai penyangga empuk yang berguna

sebagai bantalan penyangga. Kursi ekskutif saat ini umumnya

dikembangkan dengan penyangga mas belakang bagian bawah (lumbar),

sedangkan tempat duduk mobil yang dapat disetel semakin banyak

dikagumi.

Page 20: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-20

b. Perancangan tempat duduk yang miring ke depan, pada umumya

permukaan duduk dimiringkan sekitar 50 kearah belakang untuk

mengurangi kemungkinan operator meluncur kedepan. Mandel (1981)

memperkirakan kemiringan bangku kedepan sampai 150, dari

permukaan, 200 dari lekukan lumbar. Oleh karena itu perancangan kursi

harus lebih sedikit miring kedepan dengan tujuan agar operator merasa

condong dengan meja kerja sehingga akan lebih mudah untuk

melakukan aktivitas diatas meja kerja.

c. Postur duduk berlutut, kursi keseimbangan adalah hasil logika terhadap

problema dari perubahan tekukan tulang belakang jika duduk.

Perputaran pinggul dapat dikurangi dengan cepat dan rotasi pinggul

hampir dapat dihilangkan. Akan tetapi kelemahannya seseorang akan

dapat meluncur pada kursi ini jika kursi model seperti ini tidak

dilengkapi sandaran untuk lutut. Kursi keseimbangan banyak

menawarkan kenyamanan pada penderita nyeri atau sakit punggung,

namun kursi ini juga menimbulkan banyak masalah seperti : kesulitan

untuk perubahan sikap duduk, tekanan pada lutut, dan putaran dari kaki

dan ibu jari kaki.

3. Ukuran (dimensi kursi)

Ukuran-ukuran kursi seharusnya didasarkan pada data antropometri yang

sesuai, dan ukuran-ukurannya ditetapkan. Penyesuaian tinggi dan dan posisi

sandaran punggung sangat diharapkan, tetapi belum praktis dalam banyak

keadaan (transpotasi umum, gedung-gedung pertunjukkan, restoran).

Pemilihan ukuran kursi harus diperhatikan jangkauan penyesuaian untuk

tinggi tempat duduk. Adapun dalam ha1 ini dibedakan, yaitu :

1. Kursi rendah, yang digunakan pada kursi dan meja

Tujuan perancangan kursi ini adalah membiarkan kaki untuk istirahat

langsung diatas lantai dan menghindari tekanan pada sisi bagian bawah

paha. Terlalu rendahnya sebuah tempai duduk dapat menimbulkan

masalah baru pada tulang belakang. Oleh karena itu ukuran

antropometri membentuk dasar untuk tinggi tempat duduk yang

jaraknya dari tumit kaki sampai permukaan yang lebih rendah dari paha

Page 21: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-21

disamping lutut dengan lekukkan pada sudut 900. Ketebalan sol sepatu

dapat di tambah dalam hal ini dengan memberikan suatu tinggi tempat

duduk yang maksimum. Menghindari kampresi paha diharapkan tinggi

tempat duduk adalah 5 th persentil wanita dan 95 th persentil pria. Tinggi

tempat duduk yang tetap dapat menyebabkan kesalahan pada

ketinggian yang rendah.

2. Kursi yang tinggi

Tinggi bangku untuk pekerjaan sambil berdiri didasarkan pada tinggi

siku saat berdiri. Bangku seperti ini diharapkan dapat dirancang,

namun bangku ini tidak dapat digunakan setiap waktu. Kursi tinggi

dengan tinggi tempat duduk yang dapat disetel dapat menyangga

badan bagian atas sedemikian rupa sehingga tinggi siku berada

beberapa sentimeter di atas pekerjaan. Ukuran yang biasanya ada

dalam antropometri adalah jarak vertikal dari titik terendah dari

tekukan siku sampai permukaan untuk duduk yang horisontal.

Problem utama yang timbul dari kursi seperti ini adalah terbatasnya gerak

untuk lutut. Perancangan ulang untuk kursi yang memiliki ruang untuk

lutut lebih diinginkan. Jelasnya sebuah sandaran kaki merupakan bagian

yang paling penting dari suatu kursi yang tinggi, tanpa sandaran tersebut

beban kaki bagaian bawah akan dipindahkan pada sisi dalam dari lipat

paha. Sandaran kaki seharusnya dapat disetel untuk tinggi yang tidak

bergantung pada tinggi tempat duduk, untuk panjang kaki yang lebih

rendah.

Berikut adalah contoh kursi tinggi yang banyak digunakan di industri

yang diperlihatkan pada gambar 2.1 dibawah ini.

Page 22: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-22

Gambar 2.1 Kursi tinggi yang banyak digunakan di industri (Sumber data : B. McPhee, Work chairs and seating, Australian journal of

Physiotheraphy, 1982, p30)

B. Kriteria Kursi yang Ideal

Perancangan kursi kerja harus dikaitkan dengan jenis pekerjaan, posture

yang diakibatkan, gaya yang dibutuhkan, arah visual (pandangan mata), dan

kebutuhan akan perlunya merubah posisi (postur). Kursi tersebut haruslah

terintegrasi dengan bangku atau meja yang sering dipakai.

Kursi untuk kerja dengan posisi duduk adalah dirancang dengan metode

"Floorup" yaitu berawal pada permukaan lantai, untuk menghindari tekanan

dibawah paha. Setelah ketinggian kursi dapat ditentukan kemudian barulah

menentukan ketinggian meja kerja yang sesuai dan konsisten dengan ruang yang

diperlukan untuk paha dan lutut. Kursi kerja haruslah dirancang sedemikian rupa

sehingga kompak dan kuat dengan kosentrasi perhatian pada bagian-bagian yang

mudah retak dilengkapi dengan sistem mur-baut ataupun keling pasak pada

bagian sandaran tangan dan sandaran punggung. Kursi kerja tidak boleh

dirancang pada populasi dengan persentil kecil dan seharusnya cukup kuat untuk

menahan beban pria yang berperseniil 99th.

Kursi Ergonomi dirancang untuk disesuaikan pada penyesuaian terhadap

benda dan orang, tidak ada jaminan yang mereka akan sesuaikan tiap orang orang

khususnya. Sebagai contoh, suatu kursi bisa terlalu tinggi dan sandaran yang

terlalu jauh terpisah untuk suatu orang pendek. Suatu kursi menjadi ergonomi

hanya ketika secara rinci sesuaikan suatu ukuran pekerja (dimensi badan), stasiun-

kerja tertentunya, dan tugas yang harus dilakukan pada saat bekerja. Beberapa

konsep dasar harus dipertimbangkan, sebagai berikut :

1. Satu kursi tidak cocok semua orang dimensi badan pemakai harus digunakan

ketika pemilihan suatu kursi sehingga tidak ada perbedaan orang yang satu

dengan yang lain pada saat penyesuaian tempat duduk.

2. Kumpulkan data tentang tingginya badan pemakai, tinggi tempat duduk yang

optimal adalah sekitar seperempat dari tingginya badan.

Page 23: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-23

3. Tak semua kursi cocok untuk tiap-tiap aktivitas. Sebagai contoh, dokter gigi

memerlukan suatu kursi berbeda dibanding lakukan para pekerja atau

komputer operator industri.

4. Pertimbangkan pemeliharaan dan biaya-biaya perbaikan.

Suatu kursi dirancang dengan baik agar pemakai dapat duduk pada posisi

seimbang. Kursi hanya salah satu dari komponen untuk dipertimbangkan dalam

desain stasiun kerja. Semua unsur-unsur seperti kursi dan pijakan kaki (jika

diperlukan), harus mempunyai kemampuan beradaptasi dan fleksibilitas untuk apa

yang akan dirancang.

2.4 ERGONOMI DI TEMPAT KERJA

Ergonomi merupakan ilmu pengetahuan yang terkait dengan kecocokan

atau kesesuaian antara manusia dengan pekerjaannya. Ilmu ergonomi

menempatkan manusia sebagai titik sentral dan memperhatikan kemampuan dan

keterbatasan manusia dalam pekerjaannya. Ergonomi memastikan bahwa tugas-

tugas, peralatan, informasi dan lingkungan harus menyesuaikan terhadap pekerja

bukan sebaliknya. Mengkaji kesesuaian antara seseorang dengan pekerjaannya,

maka sudah seharusnya ahli ergonomi mempertimbangkan beberapa aspek, aspek

tersebut, yaitu :

1. Pekerjaan yang sedang dilakukan dan tuntutan pekerja

2. Peralatan yang digunakan (ukuran, bentuk, dan bagaimana peralatan tersebut

cocok dengan tugasnya)

3. Informasi yang digunakan (bagaimana informasi tersebut dihadirkan, diakses,

dan diubah)

4. Lingkungan fisik (Suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan, getaran); dan

lingkungan sosial (seperti kerjasama tim dan manajemen yang mendukung).

Ahli ergonomi mempertimbangkan semua aspek fisik seseorang, yang

meliputi ukuran dan bentuk tubuh, kebugaran dan kekuatan, postur, indera

manusia, terutama penglihatan, pendengaran dan ketegangan pada otot-otot,

jaringan, kegelisahan. Ahli ergonomi juga mempertimbangkan aspek psikologis

seseorang, seperti kemampuan mental, kepribadian, pengetahuan dan pengalaman.

Page 24: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-24

Penilaian terhadap aspek manusia, pekerjaannya, peralatan, dan

lingkungan kerja serta interaksi antara mereka, merupakan sebuah input bagi ahli

ergonomi dalam mendisain sistem kerja aman, produktif dan efektif.

Menerapkan ergonomi di tempat kerja dapat mengurangi potensi kecelakaan,

mengurangi potensi terjadinya luka dan kesakitan, meningkatkan kinerja dan

produktivitas.

Ergonomi dapat mengurangi kemungkinan sebuah kecelakaan. Sebagai

contoh, di dalam perancangan papan kontrol, seharusnya mempertimbangkan,

yaitu :

1. Lokasi saklar dan tombol, mungkin saja tanpa sengaja terkena alat lain

sehingga saklar ataul tombol tersebut bisa hidup mati dan bisa juga tidak

bekerja sesuai dengan urutan atau prosedur. Sehingga atas kejadian ini akan

bisa menjurus kepada sebuah kecelakaan

2. Pengharapan terhadap isyarat-isyarat dan kendali, kebanyakan orang

menginterpretasikan hijau sebagai suatu kondisi yang aman. Jika lampu hijau

digunakan untuk mengindikasikan adanya ‘sebuah peringatan atau bahaya’,

maka mungkin saja hal itu akan diabaikan atau dilewatkan begitu saja

3. Informasi yang berlebih, jika pekerja terlalu banyak diberikan informasi,

mereka mungkin menjadi pusing, membuat kesalahan, atau panik. Di industri

yang berbahaya, keputusan yang salah atau tindakan yang tidak sesuai

prosedur akan menghasilkan malapetaka.

Ergonomi dapat juga mengurangi kesakitan di tempat kerja, seperti sakit &

nyeri pergelangan tangan, bahu dan punggung. Pertimbangkan tata letak dari

kendali-kendali dan peralatan; seharusnya ditempatkan sesuai dengan keterbatasan

manusia atau pekerja. Peralatan tersebut harus ditempatkan pada para pekerja

yang sering menggunakan dan pertimbangkan para pekerja mudah untuk

menjangkau tanpa harus membungkuk, meregangkan.

Kegagalan dalam mengamati prinsip-prinsip ergonomi mungkin punya

hambatan yang serius, tidak hanya individu tapi keseluruhan organisasi. Banyak

kecelakaan yang sudah dikenal sebelumnya dengan baik dapat dicegah jika

ergonomi telah dipertimbangkan di dalam merancang pekerjaan yang dilakukan

dan sistem dimana mereka bekerja.

Page 25: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-25

Ergonomi secara umum tidak hanya dikenal untuk pemecahan

permasalahan secara fisik akan tetapi ergonomi juga berhubungan dengan aspek

sosial dan psikologis manusia dan pekerjaannya. Sebagai contoh, beban kerja

yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, tugas-tugas yang tidak jelas, time pressure,

pelatihan yang tidak cukup, dan dukungan sosial lemah, semua itu bisa berdampak

negatif terhadap orang dan pekerjaan yang mereka lakukan. Contoh-contoh

berikut menyoroti sebagian permasalahan ergonomi yang khas ditemukan di

tempat kerja, yaitu :

1. Penempatan layar yang kurang baik, misalnya terlalu tinggi, terlalu rendah,

menutupi, jauh dari pekerja

2. Mouse ditempatkan terlalu jauh dan memerlukan peregangan untuk

menggunakannya

3. Kursi yang tidak disesuaikan dengan keterbatasan yang ada pada pekerja,

misalnya ketinggian kursi dan kursi tidak memberikan kenyamanan bagi

pekerja

4. Layar silau yang berasal dari jendela atau lampu, meningkatkan risiko

kelelahan mata

5. Perangkat Keras dan perangkat lunak tidak cocok untuk tugas atau orang yang

menggunakannya sehingga menyebabkan frustrasi dan kesusahan

6. Tidak cukup waktu untuk beristirahat atau perubahan-perubahan dari aktivitas.

Permasalahan tersebut di atas mengakibatkan kekeliruan-kekeliruan dan

produktivitas rendah, stress, radang mata, sakit kepala dan sakit atau nyeri lain.

(Rosidi Roslan. 2007)

2.5 ANTROPOMETRI DALAM ERGONOMI

Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja

adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan

jasa produksi. Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang

bangun fasilitas pada dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang tidak

dapat ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai

ukuran antropometri tubuh operator maupun penerapan data-data operatornya.

Page 26: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-26

Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri”

yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu

studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada

umumnya memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, berat) yang berbeda satu dengan

yang lainnya. Antropometri secara luas digunakan sebagai pertimbangan-

pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja

yang akan memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil

diperoleh diaplikasikan secara luas yaitu :

1. Perancangan areal kerja

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas.

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi atau meja,

komputer.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Oleh karena itu perancangan produk harus mampu mengakomodasikan

dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil

rancangan. Secara umum sekurang-kurangnya 90% - 95% dari populasi yang

menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk harus mampu produk hasil

rancangan dengan nyaman (comfortable) dan aman.

2.5.1 Pengukuran Data Antropometri Pada Tubuh Manusia

Pada umumnya manusia berbeda dalam hal bentuk dan ukuran tubuh. Ada

beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, seperti yang

telah dijelaskan diatas diantaranya, yaitu umur, jenis kelamin, suku bangsa, dan

posisi tubuh. Posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh yang

digunakan. Oleh karena itu dalam antropometri dikenal dua cara pengukuran,

yaitu :

1. Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension)

Tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak. Istilah lain

untuk pengukuran ini dikenal dengan ‘static anthropometri’. Dimensi tubuh

yang diukur dengan posisi tetap meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam

posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut berdiri

maupun duduk, panjang lengan dan sebagainya.

2. Pengukuran dimensi fungsional (functional body dimension)

Page 27: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-27

Pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat melakukan gerakan-

gerakan tertentu. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran dimensi

fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang berkaitan dengan

gerakan-gerakan nyata yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan tertentu.

Pengukuran dimensi struktur tubuh yang biasa diambil dalam posisi

duduk dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.

1 2

3

4 5

6

7

8 9

10

11 12

14

13

15

16

17

18

Page 28: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-28

Gambar 2.2 Gambar antropometri tubuh manusia yang biasa diukur dalam posisi duduk (Roymech, 2005)

Keterangan dari gambar 2.2 :

1 = tinggi duduk tegak dan tinggi duduk normal

2 = tinggi mata duduk

3 = tinggi bahu duduk

4 = tinggi siku duduk

5 = tebal paha

6 = jarak pantat ke popliteal

7 = jarak pantat ke lutut

8 = tinggi popliteal

9 = tinggi lutut

10 = lebar dada

11 = panjang kepala

12 = lebar pundak

13 = lebar kepala

14 = lebar bahu

15 = lebar pinggul

16 = jangkauan tangan ke atas

17 = jarak siku ke pundak

18 = jarak siku ke ujung jari

2.5.2 Aplikasi Distribusi Normal dalam Antropometri

Penerapan data antropometri, distribusi yang umum digunakan adalah

distribusi normal (Nurmianto E., 1996). Dalam statistik, distribusi normal dapat

diformulasikan berdasarkan nilai rata-rata (x) dan standar deviasi (σ) dari data

yang ada. Nilai rata-rata dan standar deviasi yang ada dapat ditentukan percentile

sesuai tabel probabilitas distribusi normal.

Adanya berbagai variasi yang cukup luas pada ukuran tubuh manusia

secara perorangan, maka besar “nilai rata-rata” menjadi tidak begitu penting bagi

perancang. Hal yang justru harus diperhatikan adalah rentang nilai yang ada.

Secara statistik sudah diketahui bahwa data pengukuran tubuh manusia pada

berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa sehingga data-

Page 29: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-29

data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian tengah grafik,

sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan ekstrim akan terletak di ujung-

ujung grafik. Merancang untuk kepentingan keseluruhan populasi sekaligus

merupakan hal yang tidak praktis. Berdasarkan uraian tersebut, maka kebanyakan

data antropometri disajikan dalam bentuk percentile.

Percentile adalah suatu nilai yang menunjukkan prosentase tertentu dari

orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut. Sebagai contoh,

95-th percentile menunjukkan bahwa 95% populasi berada pada atau di bawah

ukuran tersebut. Sedangkan 5-th percentile menunjukkan bahwa 5% populasi

berada pada atau di bawah ukuran tersebut. Dalam antropometri, angka 95-th

percentile menunjukkan ukuran tubuh manusia yang terbesar dan 5-th percentile

menunjukkan ukuran tubuh manusia yang terkecil. Pemakaian nilai-nilai

percentile yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri

disajikan pada gambar 2.3 dan dalam Tabel 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.3. Distribusi normal dengan data antropometri

(Nurmianto, 1996)

Tabel 2.1. Macam percentile dan cara perhitungan dalam distribusi normal

Percentile Perhitungan 1-st X – 2.325 σx

2.5-th X – 1.96 σx 5-th X – 1.645 σx 10-th X – 1.28 σx 50-th X

Page 30: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-30

90-th X + 1.28 σx 95-th X + 1.645 σx

97.5-th X + 1.96 σx 99-th X + 2.325 σx

Sumber : Nurmianto, 1996

2.5.3 Aplikasi data antropometri dalam perancangan produk

Penggunaan data antropometri dalam penentuan ukuran produk harus

mempertimbangkan prinsip-prinsip di bawah ini agar produk yang dirancang bisa

sesuai dengan pengguna (Wignjosoebroto, 2000), yaitu :

1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran ekstrim

Rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu :

a. Sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas

dari populasi yang ada)

Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran diaplikasikan

dengan cara, sebagai berikut :

a. Dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk

umumnya didasarkan pada nilai percentile terbesar misalnya 90-th, 95-th,

atau 99-th percentile.

b. Dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan percentile

terkecil misalnya 1-th, 5-th, atau 10-th percentile.

2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran

tertentu (adjustable).

Produk dirancang dengan ukuran yang dapat diubah-ubah sehingga cukup

fleksible untuk dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam

ukuran tubuh. Mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini maka data

antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai

dengan 95-th atau dalam perancangan ini digunakan 1-th sampai dengan 99-th

percentile.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata

Page 31: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-31

Produk dirancang berdasarkan pada ukuran rata-rata tubuh manusia atau

dalam rentang 50-th percentile.

2.5.4 Pengujian Data

2.5.4.1 Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data merupakan salah satu uji yang dilakukan pada data

yang berfungsi untuk memperkecil varian yang ada dengan cara membuang data

ekstrim. Pertama akan dihitung terlebih dahulu mean dan standar deviasi untuk

mengetahui batas kendali atas dan bawah. Rumus yang digunakan dalam uji ini,

yaitu:

Nx

x iå= ………………………………………………….. persamaan 2.1

xs =( )

1

2

--å

Nxxi ………………………………………….persamaan 2.2

Rumus uji keseragaman data:

xxBKA s3+= …………………………………………… persamaan 2.3

xxBKB s3-= …………………………………………... persamaan 2.4

dengan;

x = rata-rata

xs = standar deviasi atau simpangan baku

N = jumlah data

BKA = batas kendali atas

BKB = batas kendali bawah

Jika data berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut

dihilangkan, keseragaman data dapat diketahui dengan menggunakan peta kendali x .

2.5.4.2 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data hasil

pengamatan dapat dianggap mencukupi. Penetapan berapa jumlah data yang

seharusnya dibutuhkan, terlebih dulu ditentukan derajat ketelitian (s) yang

menunjukkan penyimpangan maksimum hasil penelitian, dan tingkat kepercayaan

Page 32: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-32

(k) yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data

antropometri. Sedangkan rumus uji kecukupan data, yaitu:

( )2

22' /

úúû

ù

êêë

é

åå-å

=X

XXNskN …………………………..persamaan 2.5

dengan;

N = jumlah data pengamatan sebenarnya

N’ = jumlah data secara teoritis

s = derajat ketelitian (degree of accuracy)

k = tingkat kepercayaan (level of confidence)

Data akan dianggap telah mencukupi jika memenuhi persyaratan N’ < N,

dengan kata lain jumlah data secara teoritis lebih kecil daripada jumlah data

pengamatan sebenarnya (Wignjosoebroto, 1995).

2.5.4.3 Uji Kenormalan Data

Banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian normalitas

sampel, salah satunya ialah dengan rumus chi-kuadrat. Uji normalitas berfungsi

untuk mengetahui apakah data yang digunakan sudah normal.

Rumus yang dapat digunakan untuk melakukan uji normalitas :

( )x

xxcX iå -=

2

2 ……………………………………... persamaan 2.6

bila X2c < d(1-k), a maka data dikatakan normal.

2.6 PERHITUNGAN PERSENTIL

Perhitungan persentil digunakan untuk menentukan ukuran perancangan

kursi dengan melakukan perhitungan persentil dari data antropometri yang

didapat. Perhitungan persentil yang digunakan yaitu :

Persentil 50 = x ……………………………………........... persamaan 2.7

Persentil 95 = x645.1x s+ ………………………………... persamaan 2.8

2.7 KONSTRUKSI

Sebuah kursi terbentuk karena adanya konfigurasi komponen-komponen

pendukung dasar seperti kaki, struktur alas duduk, dan struktur sandaran duduk.

Page 33: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-33

Komponen-komponen tersebut terkait menjadi sebuah rangka konstruksi (frame)

yang berhubungan satu sama lain. Hubungan itu dapat berbentuk sambungan mati

(fixed joint) atau lepas pasang (knock down). Adanya beban menurut rangka

konstruksi harus kuat dan tidak mudah pecah pada saat diduduki.

Analisis vektor ditunjukan dengan sebuah diagram vektor anak panah.

Anak panah ditentukan dengan besar (magnitude) vektor (memilih skala) dan arah

anak panah. Arah anak panah ditunjukan oleh kepalanya. Anak panah

menunjukan besar gaya yang bekerja secara keseluruhan. Jika arah anak panah

berbalik, notasi penulisannya negatif. Apabila terjadi beberapa gaya yang bekerja

dalam waktu yang bersamaan, perhitungan matematisnya adalah penjumlahan

total dari besar gaya (panjang anak panah) yang bekerja (resultante) dengan cara

menggeser anak panah tersebut ke ujung kepala anak panah sebelumnya. Metode

vektor banyak dipakai untuk menghitung besar gaya-gaya yang bekerja pada

sebuah desain konstruksi kursi sehinga didapatkan sebuah struktur yang kuat.

Gambar 2.4 berikut mengilustrasikan secara sederhana sebuah perhitungan gaya

yang bekerja pada struktur rangka kursi dengan memakai metode vektor.

Gambar 2.4 Analisis gaya dengan metode vektor

Rumus penjumlahan vektor (Andar B. S., 1998) :

rba =+ .............................................................................. persamaan 2.9

Keterangan :

a, b = kaki kursi (reaksi)

r = gaya yang terjadi pada kursi (aksi) ,

r = m x g …………………………………………………. persamaan 2.10

diketahui :

a b

r

Page 34: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-34

m = massa (berat beban maksimum) (kg)

g = percepatan gravitasi (m/s2) = 9,8 m/s2

2.8 PENELITIAN SEBELUMNYA

Rungtai Lin and Yen-Yu Kang dalam penelitian yang berjudul

“Ergonomic Design of Desk and Chair for Primary School Students in Taiwan”

menyatakan bahwa pertumbuhan tubuh para siswa berbeda-beda. Meja dan kursi

belajar yang ada tidak cocok dengan semua bentuk dan ukuran tubuh siswa.

Survey yang dilakukan adalah dengan mengambil data antropometri siswa sebagai

pertimbangan untuk pembuatan meja dan kursi belajar. Data antropometri

digunakan untuk menetukan tinggi dudukan kursi, panjang kursi, lebar kursi,

kemiringan duduk, panjang sandaran kursi, lebar sandaran kursi, sudut sandaran,

tinggi permukaan meja, lebar meja, panjang meja, sudut meja dan lebar laci dan

persentil yang digunakan adalah P5, P50 dan P95.

Ari Priyono dalam penelitian yang berjudul “Perancangan Ulang Meja dan

Kursi Belajar Ditinjau dari Aspek Ergonomis” menyatakan bahwa meja dan kursi

belajar yang digunakan masih menimbulkan rasa ketidaknyamanan bagi siswa

dalam belajar serta mengakibatkan keluhan sakit pada anggota tubuh para siswa.

Dari hasil penelitian didapatkan 76,7% responden menyatakan bahwa posisi

belajar tidak nyaman dengan meja dan kursi yang ada sehingga perlu dilakukan

perancangan ulang. Untuk perancangan meja dan kursi belajar maka dilakukan

pengukuran antropometri terhadap 120 sampel untuk menetukan ukuran

rancangan meja dan kursi belajar. Dimensi tubuh yang diukur yaitu tinggi

popliteal, pantat popliteal, lebar nahu dan tinggi sandaran punggung. Karena meja

dan kursi belajar yang ergonimis dapat dilihat dari dimensi dari meja dan kursi

yang sesuai dengan antropometri tubuh manusia.

Dominica Maria Ratna Tungga Dewa dalam penelitian yang berjudul

“Analisis Ergonomis Tentang Kerja Pembatik Pada Industri Batik Tulis”

menyatakan bahwa Ketidaknyamanan pada saat bekerja yang disebabkan oleh

Page 35: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-35

posisi duduk, akhirnya menimbulkan kelelahan, bahkan rasa sakit di beberapa

bagian tubuh. Bagian-bagian tubuh yang merasakan lelah itu antara lain : bahu,

lengan atas, punggung atas, punggung bawah, lengan bawah, pergelangan tangan,

paha, lutut dan kaki. Sedangkan bagian tubuh yang merasakan sakit adalah dari

punggung atas sampai kaki. Karena adanya keluhan-keluhan ini, maka diusulkan

suatu rancangan tempat duduk yang memberikan kenyamanan pada saat bekerja,

dengan memperhatikan aspek ergonomi. Ukuran-ukuran pada setiap bagian

tempat duduk disesuaikan dengan ukuran antropometri para pembatik. Bentuk dan

ukuran yang diusulkan adalah kursi yang digunakan pembatik harus mempunyai

ketinggian minimal sama dengan ukuran tinggi popliteal pembatik. Kursi

dilengkapi dengan sandaran punggung, yang digunakan untuk menopang daerah

punggung dan lumbar pada saat bekerja. Kursi dilapisi dengan bantalan dari foam

atau busa setebal 4 cm dan permukaannya dilapisi dengan bahan yang menyerap

keringat, agar memberikan kenyamanan saat bekerja sekaligus untuk menjaga

kestabilan pada saat duduk. Sandaran tangan perlu diberikan khususnya pada

tangan yang cenderung dalam keadaan statis (dalam hal ini tangan kiri), yang

berguna untuk mengurangi beban pada lengan dan daerah lumbar. Sedangkan

tangan yang dinamis pada saat bekerja, tidak perlu diberikan sandaran tangan,

karena justru dapat mengganggu aktivitas tangan tersebut. Legroom perlu

diberikan, tetapi dibuat terpisah dari tempat duduk dan dapat dipindah-pindahkan.

Hal ini dimaksudkan agar letak legroom dapat disesuaikan dengan ukuran panjang

kaki pemakai. Ukuran kedalaman (panjang) legroom dibuat dengan menyesuaikan

panjang telapak kaki pemakai. Dalam hal ini diusulkan 25 cm.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang

digunakan dalam penelitian mengenai rancangan kursi operator mesin inspeksi

dapat dijelaskan pada gambar 3.1 dibawah ini :

Page 36: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-36

Mulai

Studi Pendahuluan Studi Pustaka

Perumusan Masalah

Penentuan Tujuan

Tahap Identifikasidan

Studi Pendahuluan

Ya

Data Seragam,Cukup &Normal?

Tidak

Perhitungan Persentil

Pembuatan RancanganKursi Operator

Analisis

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Pengujian Data 1. Uji Keseragaman Data 2. Uji Kecukupann Data 3. Uji Kenormalan Data

Kuesioner Nordic & DokumentasiSikap Duduk Operator Bekerja

Pengumpulan DataAntropometri

TahapPengumpulan Data

TahapPengolahan Data

Tahap Analisis

Kesimpulan dan Saran

PengukuranDimensi Kursi &

Meja Mesin

Pembuatan Prototipe Kursi Operator &perhitungan kekuatan bahan

Gambar 3.1 Metodologi penelitian

5.1 TAHAP IDENTIFIKASI DAN STUDI PENDAHULUAN

Tahap ini diawali dengan studi pendahuluan, studi pustaka, perumusan

masalah, penentuan tujuan penelitian dan menentukan data penelitian.

3.1.1 Studi Pendahuluan

Page 37: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-37

Tahap ini merupakan langkah awal untuk memulai penelitian. Tujuan

dari tahap ini adalah untuk mengetahui kondisi kerja operator yang digunakan saat

ini khususnya kursi operator mesin inspeksi dilihat dari sudut pandang

kenyamanan. Studi pendahuluan ini nantinya digunakan untuk menentukan

masalah yang akan diangkat dalam penelitian. Metode untuk mendapatkan data

awal ini dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner awal mengenai identifikasi

posisi kerja dan sikap duduk operator secara nyata, kuesioner Nordic Body Map

dan wawancara kepada para pekerja.

3.1.2 Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan tahapan yang dilakukan bersamaan dengan

studi pendahuluan. Tahap ini dilakukan untuk mencari, membaca dan mengkaji

permasalahan awal berdasarkan studi lapangan yang telah dilakukan dengan

referensi buku-buku yang menyangkut hubungannya dengan ilmu ergonomi,

antara lain antropometri, dinamika posisi duduk, dan statistik.

3.1.3 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana merancang

kursi operator yang nyaman dengan pendekatan antropometri berdasarkan data

antropometri pekerja PT. Sekar Bengawan Tex.

3.1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah merancang atau

mendesain kursi operator sehingga didapatkan fasilitas bekerja yang nyaman

dengan pendekatan antropometri berdasarkan data antropometri pekerja PT. Sekar

Bengawan Tex.

5.2 TAHAP PENGUMPULAN DATA

Penelitian mengenai perancangan kursi operator di PT. Sekar Bengawan

Tex Palur diperlukan data-data sebagai berikut:

1. Pengumpulan hasil pengisian kuesioner nordic body map, untuk mengetahui

kondisi kerja operator apakah kondisi kerja saat ini sudah nyaman atau tidak,

dan untuk mengetahui keluhan bagian-bagian otot yang dirasakan oleh

pekerja.

2. Dokumentasi sikap duduk operator bekerja.

Page 38: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-38

Data ini digunakan untuk mengetahui secara langsung sikap duduk operator pada saat bekerja pada mesin inspeksi. Hasil evaluasi akan menunjukkan sikap duduk operator yang rentan bisa menimbulkan berbagai cidera dan gangguan kesehatan pada anggota tubuhnya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam perancangan selanjutnya.

3. Data antropometri diambil dari data antropometri pekerja PT. Sekar

Bengawan Tex sebanyak 30 orang. Jenis data antropometri yang diambil

sesuai dengan data penelitian yang telah ditentukan. Adapun data-data dimensi

tubuh yang diperlukan untuk merancang kursi yaitu :

a. Tebal paha (tp),

Tebal paha adalah jarak vertikal yang diambil dari permukaan tempat

duduk hingga bagian puncak paha pada titik perpotongan antara paha dan

bagian perut.

b. Tinggi popliteal (tpo),

Ukur jarak vertikal dari alas kaki sampai bagian bawah paha.

c. Pantat popliteal (pp),

Operator duduk tegak, ukur jarak horisontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal), paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.

d. Lebar bahu (lb),

Ukur jarak horisontal antara kedua lengan atas. Operator duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.

e. Tinggi sandaran punggung (tsp),

Operator duduk tegak, ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai pucuk belikat bawah.

4. Pengukuran dimensi kursi dan meja mesin yang sudah ada

Dimensi kursi yang digunakan saat ini untuk membandingkan dengan dimensi kursi hasil rancangan dan pengukuran dimensi meja mesin inspeksi untuk menyesuaikan tinggi kursi hasil rancangan.

5.3 TAHAP PENGOLAHAN DATA

Tahap pengolahan data dalam penelitian mengenai perancangan kursi

operator di PT. Sekar Bengawan Tex Palur dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

3.3.1 Pengujian Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka dilakukan uji keseragaman,

uji kecukupan dan kenormalan data antropometri.

1. Uji Keseragaman Data

Page 39: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-39

Uji keseragaman data berfungsi untuk memperkecil varian yang ada

dengan membuang data ekstrim. Jika ada data yang berada di luar batas kendali

atas (BKA) ataupun batas kendali bawah (BKB) maka data tersebut dibuang.

Langkah pertama dalam uji keseragaman ini adalah perhitungan mean dan standar

deviasi untuk mengetahui batas kendali atas dan bawah. Menurut Barnes (1980)

rumus yang digunakan dalam uji ini adalah :

n

xn

iiå

=-

= 1x dan =SD1

)( 2

-

-å-

n

xx

BKA = SDx 2+-

BKB = SDx 2--

2. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Sebelum dilakukan uji kecukupan data

terlebih dahulu menentukan derajat kebebasan s = 0,05 yang menunjukkan

penyimpangan maksimum hasil penelitian. Selain itu juga ditentukan tingkat

kepercayaan 95% dengan k = 2 yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur

akan ketelitian data antropometri, artinya bahwa rata-rata data hasil pengukuran

diperbolehkan menyimpang sebesar 5% dari rata-rata sebenarnya (Barnes, 1980).

Rumus uji kecukupan data adalah sebagai berikut :

222 )()(

/'úú

û

ù

êê

ë

é -=

åå å

i

ii

x

xxNskN

Data dianggap telah mencukupi jika memenuhi persyaratan N’ < N,

dengan kata lain jumlah data secara teotitis lebih kecil daripada jumlah data

pengamatan (Wignjosoebroto, 1995).

3. Uji Kenormalan Data

Banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian normalitas

sampel, salah satunya ialah dengan rumus chi-kuadrat. Pengujian normalitas data

dengan rumus chi-kuadrat dapat dilakukan oleh siapa saja karena tidak

Page 40: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-40

memerlukan sarana. Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data yang

digunakan sudah normal.

Rumus yang dapat digunakan untuk melakukan uji normalitas :

( )x

xxcX iå -=

2

2 bila X2c < d(1-k), a maka data dikatakan normal.

3.3.2 Perhitungan Persentil

Digunakan untuk menentukan ukuran perancangan kursi dilakukan

perhitungan persentil dari data antropometri yang didapat :

Persentil 50 = x

Persentil 95 = x645.1x s+

3.3.3 Pembuatan Rancangan Kursi Operator

Pembuatan rancangan kursi operator ini terdiri dari penentuan ukuran kursi

dan perancangan kursi.

3.3.3.1 Penentuan Ukuran Perancangan Kursi

Penentuan perancangan kursi operator adalah sebagai berikut:

1. Tinggi kursi

Pada perancangan kursi operator didasarkan pada ketinggian meja agar posisi

kerja operator sesuai antara meja dan kursi sehingga posisi kerja operator lebih

nyaman. Untuk tinggi kursi diperoleh dari tinggi meja mesin inspeksi

dikurangi tebal paha. Penentuan tinggi kursi mengunakan persentil ke-95 tebal

paha (tp). Persentil ke-95 digunakan agar operator dengan tebal paha yang

lebih besar tidak merasa sempit dalam bergerak karena tinggi kursi

disesuaikan dengan tinggi meja mesin. Hasil perhitungan akan dikurangi

kelonggaran untuk tebal papan sebesar 1 cm.

2. Tinggi pijakan kaki (Footrest)

Untuk tinggi pijakan kaki (Footrest) diperoleh dari tinggi kursi dikurangi

tinggi popliteal dengan persentil ke-50. Persentil ke-50 digunakan agar

operator merasa lebih nyaman dalam waktu yang lama dan tinggi pijakan tidak

terlalu tinggi maupun tidak terlalu rendah.

3. Panjang kursi

Page 41: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-41

Untuk panjang kursi ditentukan dengan menggunakan ukuran data

antropometri pantat politeal (pp) dengan mengambil nilai persentil ke-50,

adapun pertimbangan untuk menggunakan nilai persentil ke- 50 adalah bagi

orang yang memiliki ukuran pantat popliteal lebih rendah dari persentil ke-50

tidak merasakan kedalaman kursi yang berlebihan dan bagi orang yang

memiliki ukuran pantat poplitealnya lebih besar dari persentil ke-50 juga tidak

begitu merasakan kurang dalamnya alas kursi, sebab dalam posisi duduk jarak

pantat ke popliteal tidak terpangku diatas alas duduk.

4. Lebar dudukan kursi

Lebar dudukan kursi dalam perancangan ini ada 2 macam yaitu lebar dudukan

bagian depan dan belakang. Lebar dudukan bagian belakang ditentukan dari

lebar bahu (lb) Persentil ke-95 sedangkan lebar dudukan bagian depan

ditentukan dari lebar dudukan bagian belakang ditambah kelonggaran 1 cm

untuk mengakomodasikan rentangan paha pada saat duduk. Pada saat duduk

posisi paha biasanya tidak dalam keadaan lurus melainkan agak sedikit

terbuka ke arah luar.

5. Tinggi Sandaran Kursi

Untuk tinggi sandaran kursi menggunakan ukuran data antropometri tinggi

sandaran punggung (tsp) dengan mengambil nilai persentil ke-95. dengan

pertimbangan orang yang nilai persentil tinggi sandaran punggung kurang dari

persentil ke-95 akan mengalami kelebihan tinggi sandaran dan tidak akan

mengurangi tingkat kenyamanan duduk seseorang saat bersandar.

6. Lebar Sandaran Kursi

Untuk lebar sandaran kursi pada perancangan ini didasarkan atas pengukuran

data lebar bahu (lb) dengan persentil ke-95. Pertimbangan menggunakan nilai

persentil itu adalah orang yang nilai persentil lebar bahu kurang dari ke-95

akan mengalami kelebihan lebar sandaran dan itu tidak akan mengurangi

tingkat kenyamanan duduk seseorang.

7. Tinggi Sandaran Punggung

Pada perancangan ini tinggi sandaran punggung ukuran mengacu pada Panero

J dan Zelnik M (2003).

8. Bantalan kursi

Page 42: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-42

Sedangkan bantalan kursi memakai busa yang rapat dengan ketebalan 4 cm.

Bantalan busa diberikan pada bagian dudukan kursi dan sandaran kursi ukuran

ini mengacu pada Eko Nurmianto (2001).

9. Lebar alas kaki kursi,

Penentuan ini berdasarkan pertimbangan dari lebar gang mesin sehingga

memiliki allowance untuk pergerakan kursi agar kursi dapat di gerakan maju

atau mundur.

3.3.3.2 Perancangan kursi

Perancangan kursi ini melalui beberapa tahap pokok yang harus dilalui

dalam melakukan engineering design, tahap-tahap perancangan kursi dapat

dijelaskan yaitu sebagai berikut :

5. Kebutuhan (needs)

Adanya kebutuhan yang dinyatakan secara jelas yang didasarkan atas

permasalahan pokok, merupakan tahap awal prosedur perancangan.

6. Gagasan (idea) atau alternatif

Menjelaskan dari kebutuhan dan dikembangkan sejumlah ide maupun

alternatif pemecahan masalah. Pemilihan alternatif berdasarkan pemilihan

bahan yang akan digunakan dengan pertimbangan harga dan lama pembuatan

serta kesulitan perkitan.

7. Keputusan

Tahap keputusan ini memilih ide dan alternatif yang telah dikembangkan dan

melalui prases analisis yang cermat dipilih satu alternatif pemecahan yang

lebih baik.

8. Tindakan

Menerapkan hasil dari keputusan yang telah dibuat.

3.3.3 Pembuatan prototipe kursi dan perhitungan kekuatan bahan

Prototipe merupakan gambaran nyata dari hasil analisis kebutuhan

pengguna kursi. Prototipe yang dibuat pada penelitian ini berupa prototipe nyata.

Setelah proses perancangan selesai dilaksanakan, dilanjutkan pada proses

pembuatan prototipe kursi. Proses pembuatan ini dilakukan kegiatan-kegiatan

seperti pemilihan bengkel produksi, persiapan bahan baku, dan pembuatan

Page 43: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-43

komponen. Setelah proses pemotongan dan pembentukan komponen selesai maka

dilakukan proses perakitan (assembly). Langkah-langkah proses pembuatan kursi :

1. Pemilihan bengkel produksi

Pemilihan bengkel produksi ini awal dari proses pembuatan prototipe

kursi. Dalam pemilihan bengkel ini dijelaskan beberapa tempat produksi untuk

pembuatan kursi serta alasan pemilihan bengkel produksi.

2. Proses produksi

Pada tahap proses produksi ini dijelaskan proses pembuatan kursi,

material yang digunakan dan alat-alat yang digunakan untuk membantu proses

pengerjaan.

3. Perakitan kursi

Proses perakitan kursi terdiri dari penggabungan material yang sudah

melewati proses produksi.

4. Biaya pembuatan kursi

Rincian dari biaya pembuatan kursi secara keseluruhan.

Perhitungan kekuatan bahan dilakukan untuk mengetahui bahan yang

digunakan untuk membuat kursi cukup untuk menahan beban maksimum pekerja

dengan menggunakan analisis vektor dan dibandingkan dengan hasil uji tarik

bahan.

5.4 TAHAP ANALISIS DAN INTRERPETASI HASIL

Hasil pengolahan data akan dianalisa berdasarkan keterkaitannya dengan

tujuan penelitian ini yaitu untuk dapat menghasilkan rancangan atau desain usulan

kursi operator yang nyaman berdasarkan data antropometri pekerja.

5.5 TAHAP KESIMPULAN DAN SARAN

Tahap kesimpulan dan saran, merupakan tahap terakhir dari penelitian

yang berisi kesimpulan secara keseluruhan terhadap hasil penelitian dan saran

perbaikan khususnya pada desain kursi operator mesin inspeksi.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Page 44: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-44

Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan data

dalam penelitian. Proses pengumpulan dan pengolahan data meliputi Kuesioner

nordic, data antropometri, data dimensi kursi dan meja mesin inspeksi aktual,

pengolahan data, dan perancangan kursi.

4.1 PENGUMPULAN DATA

Dalam perancangan kursi operator diperlukan data-data sebagai berikut:

4.1.1 Kuesioner Nordic

Kuesioner diberikan kepada responden yaitu operator mesin inspeksi

sebanyak delapan belas orang. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner diperoleh

hasil yaitu, delapan belas orang (100%) responden merasakan keluhan rasa sakit

atau nyeri pada anggota tubuh operator pada beberapa bagian yang berbeda-beda.

Dari delapan belas orang tersebut dapat diestimasi masing-masing jenis keluhan

yang terjadi, dari hasil kuesioner menyatakan seluruh anggota tubuh operator

merasakan sakit atau kram kecuali siku bagian kiri. Hasil rekapitulasi pengisian

kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rekapitulasi keluhan otot skeletal pekerja setelah jam bekerja

No Bagian Tubuh Jumlah No Bagian Tubuh Jumlah 1 Tangan bagian kanan 17 14 Lengan bawah bagian kanan 7

2 Bagian punggung 16 15 Pergelangan tangan kiri 7

3 Lengan atas bagian kanan 16 16 Pergelangan tangan kanan 7

4 Pantat 16 17 Lutut kiri 7

5 Kaki kiri 15 18 Bahu kiri 6

6 Kaki kanan 15 19 Pergelangan kaki kiri 6

7 Leher 12 20 Pergelangan kaki kanan 6

8 Tangan bagian kiri 11 21 Paha kiri 4

9 Pinggang 10 22 Paha kanan 4

10 Bahu kanan 9 23 Betis kiri 2

11 Lengan atas bagian kiri 8 24 Siku kanan 1

12 Lutut kanan 8 25 Betis kanan 1

13 Lengan bawah bagian kiri 7 26 Siku kiri 0 Sumber : Pengolahan data, 2007

4.1.2 Sikap Duduk Operator Bekerja

Page 45: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-45

Tahapan selanjutnya dalam pengumpulan data yaitu dokumentasi terhadap

posisi sikap duduk operator pada saat bekerja. Berdasarkan hasil dokumentasi

yang dilakukan diperoleh beberapa sikap duduk yang dapat mengakibatkan

beberapa cidera pada tubuh. Berikut digambarkan beberapa posisi sikap duduk

operator bekerja seperti terlihat pada gambar 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Sikap duduk operator bekerja

No Sikap Duduk Operator Keterangan

1

Ketinggian tempat duduk

menyebabkan kelelahan pada

kaki operator, karena kaki

operator menggantung saat

bekerja. Dari gambar terlihat

kursi dan besi penyangga

yang digunakan untuk

menyangga kaki.

2

Jarak antara tempat duduk

operator dan meja mesin

terlalu jauh sehingga

menyebabkan pembungkukan

bagian tulang belakang.

Gambar 4.1 Sikap duduk operator bekerja Sumber : Data diolah, 2007 Gambar diatas merupakan rutinitas sikap duduk operator saat bekerja.

Sikap duduk yang memungkinkan adanya resiko cidera bagi operator yang akan

mengakibatkan kelelahan dan kelainan, diantaranya punggung yang

mengakibatkan tulang punggung bengkok (kiri dan kanan), otot pinggang tegang

dan mencederai jaringan lunak disekitarnya, karena menimbulkan banyak tekanan

pada bantalan saraf tulang belakang yang berakibat rasa pegal pada pinggang

bawah. Selain itu, sikap duduk dengan mencondongkan kepala kedepan dapat

menyebabkan gangguan pada leher. Posisi duduk dengan kaki menggantung

membuat operator merasa lelah dan kram pada bagian kaki.

4.1.3 Data Antropometri

Page 46: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-46

Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan 30 data antropometri

yang diperoleh dari data antropometri pekerja PT. Sekar Bengawan Tex. Jenis

data antropometri yang diambil sesuai dengan data penelitian yang telah

ditentukan, yaitu : (Lampiran L-10)

f. Tebal paha (tp),

Tebal paha adalah jarak vertikal yang diambil dari permukaan tempat

duduk hingga bagian puncak paha pada titik perpotongan antara paha dan

bagian perut.

g. Tinggi popliteal (tpo),

Ukur jarak vertikal dari alas kaki sampai bagian bawah paha.

h. Pantat popliteal (pp),

Operator duduk tegak, ukur jarak horisontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal), paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.

i. Lebar bahu (lb),

Ukur jarak horisontal antara kedua lengan atas. Operator duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.

j. Tinggi sandaran punggung (tsp),

Operator duduk tegak, ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai pucuk belikat bawah.

4.1.4 Data Dimensi Aktual

Setelah melakukan pengumpulan data antropometri, kemudian dilakukan

pengukuran dimensi aktual yang terdiri dari kursi, tempat duduk dan meja mesin

inspeksi yang digunakan operator saat ini. Pengukuran ini digunakan sebagai

pembanding dengan kursi hasil rancangan.

Kekurangan dari kursi awal ini adalah kursi terlalu rendah sehingga hanya

dapat digunakan sebagai pijakan kaki selain itu tinggi kursi tidak sesuai dengan

meja mesin yang tinggi. Sedangkan kekurangan dari besi penyangga adalah tinggi

dudukan tidak sesuai dengan meja mesin, tidak dapat dipindah-pindah dan terlalu

jauh dari meja mesin sehingga menyebabkan pembungkukan saat operator

bekerja. Hasil pengukuran kursi aktual dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Ukuran kursi aktual

Dimensi Ukur Ukuran

(cm)

Tinggi dudukan kursi 40

Page 47: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-47

Lebar dudukan kursi 24

Panjang dudukan kursi 24

Sumber : Pengumpulan data, 2007

Adapun bentuk dari kursi dan tempat duduk yang digunakan operator yang

ada pada mesin inspeksi saat ini dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah. Hasil

pengukuran tempat duduk dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Ukuran tempat duduk pada besi

Dimensi Ukur Ukuran (cm)

Tinggi dudukan 71

Lebar dudukan 18

Panjang dudukan 30

Sumber : Pengumpulan data, 2007

Hasil pengukuran meja mesin inspeksi dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Ukuran meja mesin inspeksi

Dimensi Ukur Ukuran (cm)

Tinggi 91

Lebar 20

Panjang 209

Alas mesin 76

Sumber : Pengumpulan data, 2007

Adapun bentuk dari tempat duduk yang digunakan operator pada mesin

inspeksi saat ini dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah.

Page 48: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-48

Gambar 4.2 Tempat duduk yang digunakan operator

Sumber : PT. Sekar Bengawan Tex, 2007

Proses inspeksi adalah proses terakhir sebelum kain siap rolling dan

packing. Cara kerja operator terhadap mesin inspeksi adalah operator melihat

(meneliti) kain yang sedang berjalan pada mesin inspeksi. Operator hanya melihat

kecacatan kain dan mencatat pada ukuran berapa kain cacat, jenis kecacatan yang

ada pada kain dan menandai bagian yang cacat pada kain.

4.2 PENGOLAHAN DATA

Pengolahan data bertujuan untuk mendapatkan ukuran dimensi kursi.

Pengolahan data yang dilakukan diuraikan sebagai berikut :

4.2.1 Pengujian Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka dilakukan uji keseragaman,

uji kecukupan dan uji kenormalan data antropometri pekerja.

A. Uji keseragaman

Uji keseragaman ini adalah perhitungan mean dan standar deviasi

digunakan persamaan 2.1 dan 2.2 untuk mengetahui batas kendali atas dan bawah

untuk masing-masing data antropometri. Untuk menghitung batas kontrol atas dan

batas kontrol bawah digunakan persamaan 2.3 dan 2.4.

Tempat duduk Operator

Meja Mesin Inspeksi

Page 49: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-49

1. Uji keseragaman tinggi popliteal (tpo)

a) Perhitungan mean

Nx

x iå=

2949...465,47 +++

=-

x

57,05=-

x cm

b) Perhitungan standar deviasi

xs =( )

1

2

--å

Nxxi

=SD129

)57,5049(...)57,5046()57,505,47( 222

--++-+-

=SD 2,66 cm

c) Perhitungan BKA dan BKB

xxBKA s3+=

BKA = 50,57 + 2*2,66 = 55,89 cm

xxBKB s3-=

BKB = 50,57 - 2*2,66 = 45,25 cm

Berikut grafik uji keseragaman tinggi popliteal :

Uji Keseragaman Tinggi Popliteal

30

35

40

45

50

55

60

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27

Data ke-

Tin

gg

i P

op

lite

al

TPO

BKA

BKB

Gambar 4.3 Uji keseragaman tinggi popliteal

Page 50: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-50

2. Uji keseragaman lebar bahu (lb)

a) Perhitungan mean

Nx

x iå=

2948...465,47 +++

=-

x

45,46=-

x cm

b) Perhitungan standar deviasi

xs =( )

1

2

--å

Nxxi

=SD129

)45,4648(...)45,4646()45,465,47( 222

--++-+-

=SD 1,30 cm

c) Perhitungan BKA dan BKB

xxBKA s3+=

BKA = 46,45 + 2*1,30 = 49,04 cm

xxBKB s3-=

BKB = 46,45 - 2*1,30 = 43,85 cm

Berikut grafik uji keseragaman pantat popliteal :

Uji Keseragaman Lebar Bahu

4545.5

4646.5

4747.5

4848.5

4949.5

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27

Data ke-

Pan

tat

Po

pli

teal

PP

BKA

BKB

Gambar 4.4 Uji keseragaman lebar bahu

Page 51: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-51

3. Uji keseragaman pantat popliteal (pp)

a) Perhitungan mean

Nx

x iå=

1834...3635 +++

=-

x

22,35=-

x cm

b) Perhitungan standar deviasi

xs =( )

1

2

--å

Nxxi

=SD118

)22,3534(...)22,3536()22,3535( 222

--++-+-

=SD 0,73 cm

c) Perhitungan BKA dan BKB

xxBKA s3+=

BKA = 35,22 + 2*0,73 = 36,69 cm

xxBKB s3-=

BKB = 35,22 - 2*0,73 = 35,76 cm

Berikut grafik uji keseragaman lebar bahu :

Uji Keseragaman Pantat Popliteal

25

27

29

31

33

35

37

39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Data ke-

Leb

ar B

ahu

LB

BKA

BKB

Gambar 4.5 Uji keseragaman pantat popliteal

Page 52: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-52

4. Uji keseragaman tinggi sandaran punggung (tsp)

a) Perhitungan mean

Nx

x iå=

245,56...5652 +++

=-

x

60,54=-

x cm

b) Perhitungan standar deviasi

xs =( )

1

2

--å

Nxxi

=SD124

)60,555,56(...)60,5556()60,5552( 222

--++-+-

=SD 1,59 cm

c) Perhitungan BKA dan BKB

xxBKA s3+=

BKA = 54,60 + 2*1,59 = 57,79 cm

xxBKB s3-=

BKB = 54,60 - 2*1,59 = 51,41 cm

Berikut grafik uji keseragaman tinggi sandaran punggung :

Uji Keseragaman Tinggi Sandaran Punggung

45

47

49

51

53

55

57

59

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Data ke-

Tin

gg

i S

and

aran

Pu

ng

gu

ng

TSP

BKA

BKB

Gambar 4.6 Uji keseragaman tinggi sandaran punggung

Page 53: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-53

5. Uji keseragaman tebal paha (tp)

a) Perhitungan mean

Nx

x iå=

2511...5,1111 +++

=-

x

46,10=-

x cm

b) Perhitungan standar deviasi

xs =( )

1

2

--å

Nxxi

=SD125

)46,1011(...)46,105,11()46,1011( 222

--++-+-

=SD 0,54 cm

c) Perhitungan BKA dan BKB

xxBKA s3+=

BKA = 10,46 + 2*0,54 = 13,13 cm

xxBKB s3-=

BKB = 10,46 - 2*0,54 = 11,39 cm

Berikut grafik uji keseragaman tebal paha :

Uji Keseragaman Tebal Paha

8

8.5

9

9.510

10.5

11

11.5

12

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25

Data ke-

Teb

al P

aha

TP

BKA

BKB

Gambar 4.7 Uji keseragaman tebal paha

Page 54: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-54

Dari hasil perhitungan uji keseragaman data semua data sudah

memenuhi syarat keseragaman dan dianggap seragam, maka tidak perlu dilakukan

pengujian keseragaman data lagi. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada tabel 4.7.

Tabel 4.6 Rekap hasil perhitungan uji keseragaman data

x SD BKA BKB Max Min N keterangan

TPO 50.57 2.66 55.89 45.25 55.5 46 29 seragam

LB 35,22 0,73 36,68 33,76 36 34 18 seragam

PP 46,45 1,30 49,04 43,85 49 45 29 seragam

TSP 54.60 1.59 57.79 51.41 57 52 24 seragam

TP 10.46 0.54 11.54 9.38 11.5 10 25 seragam

B. Uji kecukupan

Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh sudah mencukupi. Sebelum dilakukan uji kecukupan data terlebih

dahulu menentukan derajat kebebasan s = 0,05 yang menunjukkan penyimpangan

maksimum hasil penelitian. Selain itu juga ditentukan tingkat kepercayaan 95%

dengan k = 2 yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian

data antropometri, artinya bahwa rata-rata data hasil pengukuran diperbolehkan

menyimpang sebesar 5% dari rata-rata sebenarnya (Barnes, 1980). Rumus

perhitungan uji kecukupan data dapat dilihat pada persamaan 2.5.

1. Uji kecukupan tinggi popliteal (tpo)

Berdasarkan hasil uji keseragaman data tinggi popliteal diperoleh data

sebanyak 29. Sehingga banyaknya data teoritis dapat dihitung sebagai berikut : 2

22 )()(/'

úú

û

ù

êê

ë

é -=

åå å

i

ii

x

xxNskN

2

14672150622,2574357,25*29

05,0/2' úû

ùêë

é -=N

4,27'=N

Page 55: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-55

Data pengamatan sudah cukup karena memenuhi syarat N’ < N, maka tidak

dibutuhkan pengambilan data lagi.

2. Uji kecukupan data lebar bahu (lb)

Berdasarkan hasil uji kecukupan data lebar bahu diperoleh data sebanyak

29. Sehingga banyaknya data teoritis dapat dihitung sebagai berikut :

222 )()(

/'úú

û

ù

êê

ë

é -=

åå å

i

ii

x

xxNskN

2

1347814409126136*29

05,0/2' úû

ùêë

é -=N

21,1'=N

Data pengamatan sudah cukup karena memenuhi syarat N’ < N, maka tidak

dibutuhkan pengambilan data lagi.

3. Uji kecukupan data pantat popliteal (pp)

Berdasarkan hasil uji kecukupan data pantat popliteal diperoleh data

sebanyak 18. Sehingga banyaknya data teoritis dapat dihitung sebagai berikut :

222 )()(

/'úú

û

ù

êê

ë

é -=

åå å

i

ii

x

xxNskN

2

63401956423402*18

05,0/2' úû

ùêë

é -=N

65,0'=N

Data pengamatan sudah cukup karena memenuhi syarat N’ < N, maka tidak

dibutuhkan pengambilan data lagi.

4. Uji kecukupan data tinggi sandaran punggung (tsp)

Berdasarkan hasil uji kecukupan data tinggi sandaran punggung

diperoleh data sebanyak 24. Sehingga banyaknya data teoritis dapat dihitung

sebagai berikut :

Page 56: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-56

222 )()(

/'úú

û

ù

êê

ë

é -=

åå å

i

ii

x

xxNskN

2

1310,501717410,2571617,25*24

05,0/2' úû

ùêë

é -=N

31,1'=N

Data pengamatan sudah cukup karena memenuhi syarat N’ < N, maka tidak

dibutuhkan pengambilan data lagi.

5. Uji kecukupan data tebal paha (tp)

Berdasarkan hasil uji kecukupan data tinggi sandaran punggung

diperoleh data sebanyak 25. Sehingga banyaknya data teoritis dapat dihitung

sebagai berikut :

222 )()(

/'úú

û

ù

êê

ë

é -=

åå å

i

ii

x

xxNskN

2

261,5068382,252742,25*25

05,0/2' úû

ùêë

é -=N

4,07'=N

Data pengamatan sudah cukup karena memenuhi syarat N’ < N, maka tidak

dibutuhkan pengambilan data lagi.

Dari hasil perhitungan Uji kecukupan data semua data sudah memenuhi

syarat kecukupan dan dianggap cukup, maka tidak perlu penambahan data. Hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.7 Rekap hasil perhitungan uji kecukupan data

k/s ∑ X ∑ (X2) (∑ X)2 N N' keterangan

TPO 40 1466.50 74357.25 2150622.25 29 4,27 cukup

LB 40 1347 62613 1814409 18 1,21 cukup

PP 40 634 22340 401956 29 0,65 cukup

TSP 40 1310.50 71617.25 1717410.25 24 1,31 cukup

TP 40 261.50 2742 68382.25 25 4,07 cukup

Page 57: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-57

Uji Kecukupan Data

0

5

10

15

20

25

30

35

Jum

lah

Dat

aN

N'

N 29 29 18 24 25

N' 4.27 1.21 0.65 1.31 4.07

TPO LB PP TSP TP

Gambar 4.8 Grafik uji kecukupan data

Berdasarkan grafik uji kecukupan di atas bahwa semua data

antropometri yang akan digunakan untuk pengolahan data sudah mencukupi.

C. Uji kenormalan

Pengujian normalitas data dengan rumus chi-kuadrat dapat dilakukan

oleh siapa saja karena tidak memerlukan sarana. Uji normalitas berfungsi untuk

mengetahui apakah data yang digunakan sudah normal. Rumus perhitungan uji

kecukupan data dapat dilihat pada persamaan 2.6.

1. Uji kenormalan data tinggi popliteal (tpo)

Σ (xi - x )2 = 9,21 + 20,88 + … + 2,46 = 197,86

x = 50,57

( )x

xxcX iå -=

2

2

57,5086,1972 =cX = 3,91

2. Uji kenormalan data lebar bahu (lb)

Σ (xi - x )2 = 1,11 + 0,20 + ......... + 2,41 = 47,17

x = 46,45

( )x

xxcX iå -=

2

2

Page 58: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-58

45,4617,472 =cX = 1,02

3. Uji kenormalan data pantat popliteal (pp)

Σ (xi - x )2 = 0,05 + 0,60 + … + 1,49 = 9,11

x = 35,22

( )x

xxcX iå -=

2

2

22,3511,92 =cX = 0,26

4. Uji kenormalan data tinggi sandaran punggung (tsp)

Σ (xi - x )2 = 6,78 + 1,95 + … + 3,59 = 58,49

x = 54,60

( )x

xxcX iå -=

2

2

60,5449,582 =cX = 1,07

5. Uji kenormalan data tebal paha (tp)

Σ (xi - x )2 = 0,29 + 1,08 + … + 0,29 = 6,96

x = 10,48

( )x

xxcX iå -=

2

2

48,1096,62 =cX = 0,67

Dari hasil perhitungan Uji kenormalan data semua data sudah memenuhi

syarat kenormalan dan dianggap normal. Hasil perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada tabel 4.8.

Page 59: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-59

Tabel 4.8 Rekap hasil perhitungan uji kenormalan data

x ∑(x- x )2 X2 Hitung X2 Tabel N df keterangan

TPO 50.57 197.86 3.91 41.34 29 28 Normal

LB 46.45 47.17 1.02 41.34 29 28 Normal

PP 35.22 9.11 0.26 27.59 18 17 Normal

TSP 54.60 58.49 1.07 35.17 24 23 Normal

TP 10.46 6.96 0.67 36.42 25 24 Normal

4.2.2 Perhitungan persentil

Percentile adalah suatu nilai yang menunjukkan prosentase tertentu dari

orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut. Perhitungan

persentil digunakan untuk perancangan produk.

Perhitungan persentil didapat dari data antropometri pekerja. Perhitungan

persentil dapat dilihat sebagai berikut :

1. Tinggi popliteal (tpo)

57,05=-

x cm

=SD 2,66 cm

Perhitungan persentil

P50 = x

= 50,57

2. Lebar bahu (lb)

45,46=-

x cm

=SD 1,30 cm

Perhitungan persentil

P95 = x + 1,645 σ

= 46,45 + (1,645 * 1,30)

= 49 cm

Page 60: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-60

3. Pantat popliteal (pp)

22,35=-

x cm

=SD 0,73 cm

Perhitungan persentil

P50 = x

= 35 cm

4. Tinggi sandaran punggung (tsp)

60,54=-

x cm

=SD 1,59 cm

Perhitungan persentil

P95 = x + 1,645 σ

= 54,60 + (1,645 * 1,59)

= 57,23 cm

5. Tebal paha (tp)

46,10=-

x cm

=SD 0,54 cm

Perhitungan persentil

P95 = x + 1,645 σ

= 10,46 + (1,645 * 0,54)

= 11,35 cm

Berikut ini rekapitulasi perhitungan persentil dari semua data pada tabel

4.9 berikut ini.

Page 61: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-61

Tabel 4.9 Rekapitulasi perhitungan persentil No Data P-50 P-95

1 TPO 51 55

2 LB 46 49

3 PP 35 36

4 TSP 55 57

5 TP 10 11

Sumber : Data diolah, 2007

4.2.3 Pembuatan Rancangan Kursi Operator

Pembuatan rancangan kursi operator ini terdiri dari penentuan ukuran kursi

dan perancangan kursi.

4.2.3.1 Penentuan Ukuran Perancangan Kursi

Melihat sejauh mana kursi hasil rancangan lebih ergonomis, sebaiknya

dibuat dalam bentuk fisik kursi yang sesungguhnya. Pembuatan kursi ini

dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah rancangan yang dihasilkan sesuai

dengan pengguna kursi tersebut atau tidak. Pengujian hasil rancangan

menggunakan evaluasi teoritis. Evaluasi teoritis yang dilakukan bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana kursi hasil rancangan tersebut sesuai dengan data

antropometri. Perbandingan kursi yang sudah ada sekarang dengan kursi

rancangan. Untuk penentuan perancangan kursi yaitu :

1. Tinggi kursi,

Perancangan kursi dimaksudkan agar operator merasa lebih nyaman dalam

waktu yang lama. Hasil kuesioner operator menyatakan kursi yang ada terlalu

rendah karena tidak sesuai dengan tinggi meja mesin jadi maka harus

dirancang kursi yang tinggi. Selain itu kursi hasil rancangan juga harus

disesuaikan dengan tinggi meja mesin inspeksi agar operator lebih nyaman

dalam menggunakannya. Tinggi kursi diperoleh dari tinggi meja mesin

inspeksi dikurangi tebal paha dan kelonggaran tebal papan sebesar 1 cm. Hasil

perhitungan tinggi meja mesin adalah 91 cm dan tebal paha (tp) menggunakan

persentil ke-95 yaitu sebesar 12,35 cm dibulatkan menjadi 11 cm. Jadi tinggi

kursi 91 cm – 11 cm – 1 cm = 79 cm

Page 62: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-62

2. Tinggi pijakan kaki (footrest),

Tinggi pijakan kaki (footrest) diperoleh dari tinggi kursi dikurangi tinggi

popliteal (tpo) dengan persentil ke-50 yaitu 50,57 cm dibulatkan menjadi 51

cm agar operator merasa lebih nyaman dalam waktu yang lama dan tinggi

pijakan tidak terlalu tinggi maupun tidak terlalu rendah. Jadi tinggi pijakan

kaki adalah 79 cm – 51 cm = 28 cm.

3. Lebar dudukan kursi,

Panjang kursi ditentukan dengan menggunakan ukuran data antropometri lebar

bahu (lb) dengan mengambil nilai persentil ke-50 yaitu sebesar 49,21 cm

dibulatkan menjadi 49 cm. Adapun pertimbangan untuk menggunakan nilai

persentil ke-50 adalah bagi orang yang memiliki ukuran pantat popliteal lebih

rendah dari persentil ke-50 tidak merasakan kedalaman kursi yang berlebihan

dan bagi orang yang memiliki ukuran pantat poplitealnya lebih besar dari

persentil ke-50 juga tidak begitu merasakan kurang dalamnya alas kursi, sebab

dalam posisi duduk jarak pantat ke popliteal tidak terpangku diatas alas

duduk.

4. Panjang dudukan kursi,

Perancangan ini lebar dudukan kursi ditentukan dari data pantat popliteal

persentil ke-95 yaitu 34,97 cm dibulatkan menjadi 35 cm. Penentuan ukuran

ini mempertimbangkan panjang dari sandaran kursi karena pada rancangan

sandaran kursi dan dudukan kursi yang dihubungkan dengan besi.

Pertimbangan lain yaitu mengakomodasi bagi operator yang mempunyai lebar

pinggul lebih besar dan bagi operator yang lebar pinggulnya lebih kecil tidak

akan mengurangi tingkat kenyamanan pada waktu duduk.

5. Tinggi sandaran punggung,

Tinggi sandaran kursi menggunakan ukuran data antropometri tinggi sandaran

punggung (tsp) dengan mengambil nilai persentil ke-95 yaitu sebesar 57,23

cm dibulatkan menjadi 57 cm. Pertimbangan menggunakan nilai persentil itu

adalah operator yang nilai persentil tinggi sandaran punggung kurang dari dari

persentil ke-95 akan mengalami kelebihan tinggi sandaran punggung dan itu

tidak akan mengurangi tingkat kenyamanan duduk seseorang waktu bersandar.

Page 63: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-63

6. Lebar sandaran punggung,

Lebar sandaran kursi pada perancangan ini sebesar 49 cm. Penentuan ini

didasarkan atas pengukuran data lebar bahu (lb) dengan persentil ke-95

sebesar 49,21 cm dibulatkan menjadi 49 cm. Pertimbangan menggunakan nilai

persentil itu adalah operator yang nilai persentil lebar bahu kurang dari

persentil ke-95 mengalami kelebihan lebar sandaran dan itu tidak akan

mengurangi tingkat kenyamanan duduk seseorang.

7. Panjang sandaran punggung,

Panero J dan Zelnik M berpendapat bahwa tinggi sandaran punggung harus

dapat mengakomodasi daerah pertengahan punggung, karena pada saat duduk

bersandar sebagian berat badan akan tertumpu pada bagian tengah punggung.

Pada perancangan ini tinggi sandaran punggung ini mengacu pada Panero J

dan Zelnik M (2003) sebesar 15,22 cm – 22,9 cm. Jadi untuk tinggi sandaran

punggung sebesar 22 cm.

8. Bantalan kursi,

Sedangkan bantalan kursi memakai busa yang rapat dengan ketebalan 4 cm.

Bantalan busa diberikan pada bagian dudukan kursi dan sandaran kursi. Pada

perancangan bantalan kursi ini mengacu pada Panero J dan Zelnik M (2003)

sebesar 3,8 cm. Jadi untuk tinggi sandaran punggung dibulatkan sebesar 4 cm.

9. Lebar alas kaki kursi,

Lebar alas kaki kursi pada perancangan ini sebesar 60 cm. Penentuan ini

berdasarkan pertimbangan dari lebar gang mesin dengan ukuran 76 cm.

Sehingga allowance untuk pergerakan kursi sebesar 16 cm agar kursi dapat di

gerakan maju atau mundur.

Page 64: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-64

Tabel 4.10 Ukuran perancangan kursi No Keterangan Ukuran (cm)

1 Tinggi dudukan kursi 79

2 Tinggi pijakan kaki (Footrest) 28

3 Panjang dudukan kursi 49

4 Lebar dudukan kursi 35

5 Tinggi Sandaran Kursi 57

6 Lebar Sandaran punggung 49

7 Tinggi Sandaran Punggung 22

8 Bantalan kursi 4

9 Lebar alas kaki kursi 76

Sumber : Data diolah, 2007

4.2.3.2 Perancangan Kursi

Tahap yang harus dilalukan dalam melakukan engineering design,

sebagai berikut :

9. Kebutuhan (needs)

Dibutuhkan perancangan kursi yang sesuai dengan dimensi tubuh operator dan

sesuai dengan meja mesin inspeksi. Karena tempat duduk yang digunakan

sekarang tidak sesuai dengan posisi kerja sehingga menimbulkan cidera otot.

Selain itu perancangan kursi ini untuk mengurangi rasa sakit akibat posisi

kerja yang tidak nyaman.

10. Gagasan (idea) atau alternatif

Dari kebutuhan yang dinyatakan dengan jelas, dapat dikembangkan sejumlah

ide maupun alternatif pemecahan masalah. Sebagaimana telah dikemukakan,

tentunya alternatif maupun gagasan-gagasannya haruslah berorientasi pada

pemenuhan kebutuhan. Pemilihan alternatif yang digunakan adalah pemilihan

alternatif berdasarkan hasil kuesioner Nordic Body Map dengan mengurutkan

jumlah keluhan tertinggi sampai terendah, berikut 10 besar jumlah keluhan

yang terdiri dari :

Page 65: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-65

a. Tangan bagian kanan dan kiri,

Berdasarkan hasil kuesioner tujuh belas dari delapan belas orang operator

menyatakan mengalami pegal atau sakit pada tangan bagian kanan dan

sebelas dari delapan belas orang operator menyatakan mengalami pegal

atau sakit pada tangan bagian kiri. Untuk perancangan kursi sebaiknya

dibuat sandaran tangan namun karena dengan adanya sandaran untuk

tangan akan mengganggu pekerjaan operator. Karena gang pada mesin

yang tidak terlalu luas sehingga jika saat operator mengganti jenis kain

untuk diinspeksi maka operator akan sulit untuk keluar dari kursi karena

terhalang oleh sandaran tangan. Jadi dalam perancangan kursi tidak dibuat

sandaran untuk tangan.

b. Punggung,

Berdasarkan hasil kuesioner enam belas dari delapan belas orang operator

menyatakan mengalami pegal atau sakit pada bagian punggung. Untuk

perancangan kursi dubuat sandaran punggung, pertimbagan untuk

pembuatan sandaran punggung ini adalah dengan adanya sandaran

punggung operator bisa bersandar jika sewaktu-waktu operator merasakan

kelelahan pada bagian punggung dan pada sandaran punggung diberi

bantalan busa agar operator lebih merasa nyaman dan tidak sakit saat

bersandar. Pembuatan sandaran punggung ini tidak menggangu operator

pada saat bekerja.

c. Lengan atas bagian kanan,

Berdasarkan hasil kuesioner enam belas dari delapan belas orang operator

menyatakan mengalami pegal atau sakit pada lengan bagian kanan. Untuk

usulan perancangan ini sama seperti pada point bagian tangan, tetapi

karena mengganggu pekerjaan operator maka tidak dibuat rancangan

sandaran untuk lengan.

d. Pantat,

Berdasarkan hasil kuesioner enam belas dari delapan belas orang operator

menyatakan mengalami pegal atau sakit pada bagian pantat. Usulan untuk

perancangan ini adalah pada tempat duduk (alas duduk) diberikan bantalan

Page 66: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-66

busa sama seperti pada sandaran punggung agar operator tidak merasa

sakit pada saat duduk.

e. Kaki bagian kiri dan kanan,

Berdasarkan hasil kuesioner lima belas dari delapan belas orang operator

menyatakan mengalami pegal atau sakit pada kaki bagian kiri dan kanan.

Usulan untuk perancangan ini adalah pembuatan pijakan kaki (footrest)

pada kursi. Usulan ini dengan pertimbangan meja mesin yang terlalu

tinggi akan membuat dudukan kursi tinggi sehingga membuat kaki

menggantung. Dengan adanya footrest dapat menyangga kaki yang

menggantung.

f. Leher,

Berdasarkan hasil kuesioner dua belas dari delapan belas orang operator

menyatakan mengalami pegal atau sakit pada bagian leher. Usulan

perancangan untuk mengurangi kelelahan bagian leher sama dengan

sandaran punggung, sandaran punggung yang dibuat sedikit tinggi agar

operot juga dapat mengandarkan lehernya pada sandaran punggung.

g. Pinggang,

Berdasarkan hasil kuesioner sepuluh dari delapan belas orang operator

menyatakan mengalami pegal atau sakit pada bagian pinggang. Usulan

perancangan untuk mengurangi kelelahan bagian pinggang sama dengan

sandaran punggung, dengan adanya sandaran punggung maka operator

dapat bersandar dan kekuatan duduk tidak hanya bertumpu pada pinggang

tetapi sewaktu-waktu dapat menggunakan punggung sehingga pinggang

dapat bergerak.

h. Bahu kanan,

Berdasarkan hasil kuesioner sembilan dari delapan belas orang operator

menyatakan mengalami pegal atau sakit pada bagian pinggang. Usulan

perancangan untuk mengurangi kelelahan pada bahu bagian kanan sama

dengan sandaran punggung, dengan adanya sandaran punggung maka bahu

operator dapat istirahat dan bersandar pada sandaran punggung.

Pemilihan alternatif lain yang digunakan adalah pemilihan alternatif

berdasarkan pemilihan bahan (material), yang terdiri dari :

Page 67: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-67

a. Penggunaan semua komponen dengan logam. Logam di sini maksudnya

memakai besi pipa ø 22 mm, besi plat 1,4 mm, strip plat 25 mm x 5 mm.

Kelebihan penggunaan semua komponen dengan menggunakan logam

antara lain mempunyai kekuatan yang tinggi (mampu menahan beban 120

kg ), stabil atau rigid dan tahan lama (korosif rendah).

Kekurangan penggunaan semua komponen dengan logam antara lain

mahal, harga rangka, cat, jok dan proses pengerjaan keseluruhan Rp.

400.000,- s/d Rp. 500.000,- (sumber : bengkel ”Sarana Teknik Yatin”

2007).

b. Seluruh komponen menggunakan kayu

Kelebihan penggunaan semua komponen dengan menggunakan kayu

antara lain ringan, murah ( Rp. 20.000,- /m 2 ) dan proses pengerjaan lebih

murah daripada logam. Harga rangka dan proses pengerjaan keseluruhan

Rp. 250.000,- s/d Rp. 350.000,- (sumber : bengkel ”Sarana Teknik Yatin”

2007).

Kekurangan penggunaan semua komopnen dengan kayu antara lain

kekuatan bahan kayu lebih kecil jika dibandingkan dengan logam, kurang

stabil atau rigid dan kurang awet jika dibandingkan dengan logam.

11. Keputusan

Membuat kursi rancangan yang mengacu pada alternatif usulan. Hasil dari

pemilihan alternatif yaitu dibuat kursi dengan sandaran punggung, bantalan

busa diberikan pada dudukan kursi (alas duduk) dan sandaran punggung,

dibuat footrest pada kursi, pembuatan desain kursi dengan ukuran yang

berdasarkan antropometri pekerja dan bahan (material) yang digunakan adalah

logam besi yaitu besi pipa sebagai rangka dan besi plat sebagai penguat alas

duduk dan sandaran duduk.

Page 68: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-68

Tabel 4.11 Pemilihan desain kursi Desain 1 Desain 2 Desain 3 Analisis

Alasan Keputusan

Kursi dibuat dengan sandaran

tangan karena sesuai dengan

hasil kuesioner yang

menyatakan bahwa jumlah

kelelahan terbesar pada bagian

tangan maka dibuat sandaran

tangan pada kursi untuk

mengurangi kelelahan. Namun

pada desain ini kelemahannya

adalah dapat menganggu

pekerjaan karena gang pada

mesin kecil meka untuk keluar

dari mesin akan mengganggu

pekerjaan. Selain itu terdapat

sandaran punggung untuk

menopang punggung pada saat

kelelahan.

Kursi dibuat tanpa

sandaran tangan

karena akan

mengganggu ruang

gerak operator dan

kursi yang di buat

hanya menggunakan

footrest sebagai

pijakan kaki untuk

mengurangi kelelahan

pada kaki. Selain itu

terdapat sandaran

punggung untuk

menopang punggung

pada saat kelelahan.

Kursi dibuat dengan

sederahana (simple) tanpa

sandaran tangan dan

sandaran punggung agar

lebih mudah digerakan

dan terdapat footrest

sebagai pijakan kaki

untuk mengurangi

kelelahan pada kaki.

Namun pada desain ini

tidak memenuhi

kebutuhan desain

berdasarkan kuesioner

dari kelelahan yang

terjadi oleh operator.

Seperti kekurangan pada

bagian kursi sebelumnya.

Page 69: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-69

Lanjutan Tabel 4.11 Pemilihan desain kursi Desain 1 Desain 2 Desain 3

Hasil Maka desain 1 kurang sesuai

dengan keadaan stasiun

kerjanya. ý

Maka desain 2 adalah

desain yang terpilih

untuk memenuhi

kebutuhan yang

diharapkan untuk

mengurangi

kelelahan otot

operator. þ

Maka desain 3 kurang

sesuai dengan kbutuhan

yang diharapkan untuk

mengurangi kelelahan

otot yang diakibatkan

ketidaknyamanan

operator. ý

Gambar 4.9 Alternatif desain Sumber : Data diolah, 2007

12. Tindakan

Setelah keputusan yang dibuat maka tahap selanjutnya adalah pembuatan

prototipe kursi.

Page 70: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-70

Berikut adalah gambar desain kursi hasil rancangan :

Gambar 4.10 Kursi tampak samping kiri

Page 71: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-71

Gambar 4.11 Kursi tampak depan

Gambar 4.12 Kursi tampak atas

Page 72: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-72

Gambar 4.13 Kursi tampak 3 dimensi

Tabel 4.12 Input dan Output desain rancangan

No Input rancangan Output rancangan

a Berdasarkan kuesioner Nordic

Body Map adanya kelelahan

otot pada bagian punggung,

leher, pinggang, dan bahu.

Rancangan kursi yang dibuat

dengan menggunakan

sandaran punggung sebagai

usulan untuk mengurangi

kelelahan otot pada bagian

punggung, leher, pinggang,

dan bahu. Selain itu kursi

sebelumnya tidak memiliki

sandaran punggung.

a

b

c

d

Page 73: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-73

Lanjutan Tabel 4.12 Input dan Output desain rancangan

No Input rancangan Output rancangan

b Berdasarkan kuesioner Nordic

Body Map adanya kelelahan

otot pada bagian pantat

Dudukan kursi (alas duduk)

dibuat menggunakan

bantalan busa agar pada saat

duduk operator merasa

nyaman karena bantalan busa

lentur tidak membuat bagian

pantat sakit. Pada kursi

sebelumnya tidak terdapat

bantalan untuk menyangga

bagian pantat.

c Berdasarkan kuesioner Nordic

Body Map adanya kelelahan

pada bagian kaki

Usulan rancangan yang

dibuat menggunakan footrest

pada kursi agar kaki tidak

menggantung pada saat

duduk karena dudukan kursi

yang dibuat dengan ukuran

tinggi.

d Kursi sebelumnya terlalu

rendah sehingga tidak sesuai

dengan posisi kerja operator.

Usulan rancangan yang

dibuat yaitu kursi yang tinggi

dengan ukuran yang

disesuaikan dengan ukuran

tinggi meja mesin inspeksi.

Sumber : Data diolah, 2007

Page 74: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-74

Gambar 4.14 Ilustrasi gambar hasil rancangan tampak samping

Gambar 4.15 Ilustrasi gambar hasil rancangan perspektif

4.2.3 Pembuatan Prototipe Kursi

Pembuatan prototipe kursi diawali dengan pemilihan bengkel produksi.

Proses produksi yang meliputi persiapan bahan baku, pembuatan komponen,

perakitan komponen kursi dan finishing dilakukan oleh bengkel produksi terpilih.

Berikut adalah langkah-langkah proses pembuatan kursi :

4.2.3.1 Pemilihan Bengkel Produksi

Pemilihan tempat produksi terdiri dari tiga tempat yaitu untuk proses

pembutan rangka kursi, cat, dan pemasangan jok kursi. Pemilihan tempat produksi

rangka kursi diawali dengan melakukan survey terhadap beberapa bengkel

Page 75: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-75

produksi yang menerima pembuatan kursi dengan berdasar pesanan. Survey

dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kursi dan biaya yang diperlukan

dalam pembuatan kursi. Tempat produksi yang dipilih adalah bengkel produksi

yang mempunyai kualitas pengerjaan tinggi dan menawarkan harga yang rendah

yaitu “Sarana Teknik Yatin” yang berlokasi di Jl. Mangun Sarkoro no.65A

Surakarta untuk pembuatan rangka kursi, bengkel cat “Odua” yang belokasi di Jl.

Singosari Timur 15 Prawit, Nusukan-Solo untuk pengecatan kursi, dan Reparasi

jok “Central” yang berlokasi di Jl. Kap. Tendean Prawit, Nusukan-Solo untuk

pembuatan dan pemasangan kursi.

4.2.3.2 Proses Produksi

Keseluruhan proses produksi dilakukan oleh bengkel yang telah dipilih.

Proses produksi diawali dengan persiapan bahan baku (raw material). Berikut

adalah material yang dipakai dalam pembuatan kursi antara lain meliputi :

a. Besi pipa ø 22 mm untuk rangka kursi kecuali footrest.

b. Besi pipa ø 17 mm untuk rangka footrest.

c. Plat ezer 1,4 mm untuk plat alas duduk dan plat sandaran punggung (bantalan

busa).

d. Strip plat 25 mm x 5 mm untuk plat alas duduk penyangga bantalan busa dan

untuk plat sandaran punggung penyangga bantalan busa .

e. Baut mur ø 6 mm untuk menyambung antara plat ezer dan strip plat.

Proses pembuatan komponen untuk kursi antara lain meliputi :

§ Pengerjaan permesinan dengan menggunakan alat pemotong besi listrik,

gergaji besi, alat pelengkung besi.

§ Pengelasan dengan menggunakan las listrik

§ Finishing (kompresor, amplas, poles, tiner dan cat)

Pada pengerjaan permesinan ini dilakukan pemotongan besi yang

dibutuhkan sesuai ukuran yang dibutuhkan. Setelah dilakukan pemotongan besi

pipa yang digunakan untuk kaki kursi dan sandaran kursi dilengkungkan untuk

disatukan. Pengelasan juga dilakukan untuk meyatukan hasil potongan besi. Dan

untuk finishing yaitu proses pengecatan untuk rangka kursi.

Page 76: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-76

4.2.3.3 Perakitan kursi

Setelah semua bagian dibuat, maka dilakukan proses perakitan (Assembly).

Setelah proses pemotongan dan pembentukan komponen selesai, komponen-

tersebut dikumpulkan untuk dirakit. Bagian-bagian pembentuk rangka yang semua

terbuat dari logam dirakit terlebih dahulu untuk dilakukan proses pengelasan

dengan las listrik lalu dilanjutkan dengan pengecatan pada seluruh rangka dan

poles pada rangka kursi selanjutnya dilakukan pemasangan jok kursi yang sudah

dilapisi sarung bantalan busa setelah itu di baut pada strip plat.

4.2.3.4 Biaya pembuatan kursi

Rincian biaya pembuatan kursi terdri dari biaya pembuatan rangka kursi,

biaya cat kursi dan biaya bantalan kursi.

· Biaya rangka kursi

Berikut adalah rincian biaya tiap komponen dari pembuatan rangka kursi :

Tabel 4.13 Biaya pembuatan rangka kursi No Keterangan Harga (Rp.)

1 Besi pipa ø 22 mm dan ø 17 mm 175.000,-

2 Plat ezer 1,4 mm x 5 buah 140.000,-

3 Strip plat 25 mm x 5 mm 22.500,-

4 Baut mur ø 6 mm x 4 buah 1.200,-

5 Ongkos dll 66.300,-

Total 300.000,-

Sumber : Bengkel, 2007

· Biaya cat kursi

Untuk biaya pengecatan kursi adalah Rp. 50.000,-

· Biaya bantalan kursi

Berikut adalah rincian biaya tiap komponen dari pembuatan rangka kursi :

Tabel 4.14 Biaya pembuatan bantalan kursi No Keterangan Harga (Rp.)

1 Spon keras 40.000,-

2 Spon merah 20.000,-

3 Bungkus 2 buah 40.000,-

Total 100.000,-

Sumber : Bengkel, 2007

Page 77: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-77

· Total Biaya

Total biaya keseluruhan pembuatan kursi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.15 Total biaya No Keterangan Harga (Rp.)

1 Komponen manufakturing 450.000,-

2 Design 300.000,-

3 Quality 100.000,-

4 Testing 50.000,-

Total 900.000,-

Sumber : Data diolah, 2007

4.2.4 Perhitungan kekuatan bahan

Untuk mengetahui bahan yang digunakan cukup kuat untuk menahan

beban maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan perhitungan tegangan

yang diterima pada kaki menggunakan analisis vektor (Sriwarno A.B., 1998).

Berikut perhitungan kekuatan bahan :

Gambar 4. 16 Prototipe kursi

a

b

Page 78: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-78

Gambar 4. 17 Analisis gaya dengan metode vektor Keterangan :

m = Berat tubuh (maksimum 70 kg)

Percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s2

∂ = Tegangan

a = b = beban yang diterima kaki kursi ( N )

Sehingga :

a + b = r

a + b + r = 0 (aksi reaksi)

r = m x g

= 70 x 9,8

= 686 N

a + b + (-686 N) = 0 (↓)

a + b = 686 N

a = b

2686 N

ba=

a/b = 343 N

Dari hasi uji tarik bahan yang dilakukan di laboratorium teknik sipil

menggunakan mesin uji universal, dengan panjang besi pipa sebesar 40 cm,

diameter 1,8 cm dan tebal 0,25 cm didapatkan hasil uji tarik sebesar = 4220 N.

a b

r

Page 79: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-79

Dari hasil perhitungan uji tarik untuk mengetahui kekuatan bahan maka dapat

disimpulkan bahwa bahan yang digunakan untuk pembuatan kursi kuat untuk

menahan beban masimum dari rata-rata berat pekerja sebesar 70 kg.

Untuk perhitungan beban maksimum yang diterima kursi yaitu :

r = m x g

m = gr

m = 8,9

4220

= 431 kg

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Analisis dan interpretasi hasil penelitian bertujuan menjelaskan hasil dari

pengolahan data, sehingga hasil penelitian menjadi lebih jelas. Analisis dalam

penelitian ini diuraikan pada sub bab berikut ini.

5.6 ANALISIS KURSI SAAT INI

Berdasarkan hasil pengumpulan data serta pengamatan di lapangan,

diketahui bahwa dimensi tinggi kursi saat ini terlalu rendah. Landasan tempat

duduk terlalu rendah dapat menyebabkan kaki condong menjulur ke depan, terjadi

penekukan pada kaki, dan menjauhkan tubuh dari keadaan stabil yang

menyebabkan pembungkukan bagian tulang belakang. Jika suatu landasan tempat

duduk terlalu tinggi letaknya, bagian bawah paha akan tertekan, menghambat

peredaran darah dan telapak kaki yang tidak dapat menapak dengan baik di atas

permukaan lantai akan mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh.

Kursi plastik memiliki dimensi panjang alas permukaan 24 cm, lebar 24

cm dan tinggi 44 cm dari permukaan landasan mesin inspeksi. Berdasarkan

pengamatan diketahui bahwa kursi plastik yang digunakan saat ini terlalu rendah

digunakan operator pada saat bekerja karena tidak sesuai dengan dimensi meja

mesin inspeksi dengan tinggi 91 cm. Dimensi meja mesin inspeksi yang tinggi

tidak diimbangi dengan tinggi kursi sehingga operator tidak merasa nyaman

Page 80: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-80

dalam bekerja dan menimbulkan kelelahan otot menyebabkan cidera pada bagian

tubuh operator. Kursi yang ada saat ini tidak memiliki sandaran kursi untuk

penopang bagian punggung.

5.2 ANALISIS PERANCANGAN KURSI

Kursi merupakan fasilitas kerja operator pada saat melakukan proses

inspeksi. Perancangan kursi dibuat untuk membantu operator saat bekerja

sehingga dapat mengurangi kelelahan otot pada bagian tubuh operator, karena

kursi yang ada tidak sesuai dengan posisi kerja dan dimensi tubuh operator maka

perancangan kursi dibuat dengan menggunakan data antropometri pekerja PT.

Sekar Bengawan Tex sebanyak 30 orang dan dibuat sesuai dengan meja mesin

inspeksi agar posisi kerja operator lebih nyaman.

5.2.1 Analisis Perancangan Tinggi Kursi

Salah satu pertimbangan dasar dalam perancangan suatu tempat duduk

adalah tinggi permukaan alas dari alas duduk yang diukur dari permukaan alas

mesin inspeksi, atau dengan kata lain menentukan panjang kaki kursi.

Tinggi popliteal diperlukan untuk menentukan dimensi tinggi kursi. Tinggi popliteal

merupakan jarak vertikal dari alas kaki sampai bagian bawah paha. Tinggi kursi harus dapat

mengakomodasi kenyamanan operator pada waktu duduk. Tempat duduk yang terlalu tinggi dapat

menyebabkan kaki menggantung berakibat pada tekanan otot lutut sebelah dalam oleh bibir kursi.

Tinggi kursi terlalu rendah mengakibatkan kaki menekuk ke depan hal ini dapat menyebabkan

tekanan pada sendi antara telapak kaki dan tungkai bawah.

Hal-hal tersebut di atas merupakan hal-hal yang harus dihindari dalam perancangan

kursi karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna rancangan tersebut, oleh karena

itu data antropometri tinggi popliteal yang mempertimbangkan jarak antara lantai sampai dengan

permukaan alas kursi sangat diperlukan. Ukuran antropometri membentuk dasar untuk tinggi

tempat duduk yang jaraknya dari tumit kaki sampai permukaan yang lebih rendah.

Karena itu perancangan tinggi kursi didasarkan atas tinggi meja mesin

inspeksi, karena dimensi meja terlalu tinggi maka dibuat kursi tinggi dengan

pijakan kaki (footrest) agar kursi operator dapat sesuai dengan tinggi meja mesin

inspeksi. Sehingga dapat memberikan kenyamanan operator pada saat duduk

dengan memijakan kaki pada footrest dan posisi kaki tidak menggantung saat

bekerja. Penentuan tinggi dudukan kursi didapatkan dari hasil perhitungan tinggi

Page 81: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-81

meja mesin inspeksi dikurangi persentil ke-95 data tebal paha dan kelonggaran.

Pertimbangan menggunakan persentil ke-95 adalah operator dengan tebal paha

yang lebih besar tidak sulit untuk menggunakan kursi dan operator yang memiliki

tebal paha dengan ukuran kecil tidak akan mengurangi kenyamanan saat

menggunakan kursi. Hasil pengolahan data didapatkan tinggi dudukan kursi

adalah 79 cm dari permukaan alas mesin inspeksi. Dengan tinggi dudukan kursi

tersebut, maka dudukan kursi tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.

5.2.2 Analisis Perancangan Footrest

Footrest berfungsi untuk menahan beban kaki saat duduk, sehingga beban

kaki tidak diterima oleh bagian lipatan dalam lutut (popliteal).

Penentuan tinggi footrest didapatkan dari hasil perhitungan tinggi kursi

dikurangi persentil ke-50 data tinggi popliteal. Hasil pengolahan data didapatkan

tinggi footrest adalah 28 cm dari permukaan alas mesin inspeksi. Dengan ukuran

tinggi footrest tersebut operator tidak merasa terlalu tingi atau terlalu rendah

karena persentil yang digunakan adalah persentil ke-50 diambil dari data

antropometri operator.

5.2.3 Analisis Perancangan Lebar Dudukan Kursi

Lebar dudukan kursi berfungsi untuk memberikan ruang pada bagian

pinggul. Untuk penentuan lebar dudukan kursi, data antropometri digunakan

adalah lebar bahu persentil ke-95. Penentuan ukuran ini mempertimbangkan lebar

dari sandaran kursi karena pada rancangan sandaran kursi dan dudukan kursi

dihubungkan dengan besi. Hasil pengolahan data didapatkan lebar dudukan kursi

adalah 49 cm. Sehingga bagi operator yang mempunyai lebar pinggul lebih besar

dan bagi operator yang lebar pinggulnya lebih kecil tidak akan mengurangi tingkat

kenyamanan pada waktu duduk dan memiliki ruang gerak yang leluasa.

5.2.4 Analisis Perancangan Panjang Dudukan Kursi

Panjang dudukan kursi berfungsi untuk memberikan ruang pada bagian

belakang pantat sampai ke lipatan belakang lutut (kedalaman dudukan kursi).

Pertimbangan dasar dalam perancangan kursi adalah panjang dudukan kursi.

Untuk panjang dudukan kursi digunakan data antropometri pantat popliteal.

Page 82: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-82

Pantat popliteal merupakan jarak horisontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan

lutut sebelah dalam (popliteal), paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku. Pantat

popliteal diperlukan untuk menentukan dimensi panjang alas kursi. Dalam penentuan panjang alas

duduk pemilihan persentil data pantat popliteal harus benar-benar tepat. Perancangan kursi yang

menghasilkan panjang alas kursi yang terlalu panjang dapat menyebabkan tekanan pada otot lutut

bagian dalam sehingga terjadi gangguan aliran darah. Gangguan ini menyebabkan kaki kesemutan

dan mudah lelah. Jika panjang kursi terlalu pendek akan menimbulkan situasi yang buruk pula

yaitu kemungkinan terjatuh atau terjungkal dari kursi sehingga pengguna merasa tidak nyaman.

Dari hasil perhitungan data diperoleh dimensi panjang dudukan kursi

sebesar 35 cm. Data ini merupakan persentil ke-50 dari pantat popliteal. Adapun

pertimbangan untuk menggunakan nilai persentil ke-50 adalah bagi orang yang

memiliki ukuran pantat popliteal lebih rendah dari persentil ke-50 tidak

merasakan kedalaman kursi yang berlebihan dan bagi orang yang memiliki ukuran

pantat poplitealnya lebih besar dari persentil ke-50 juga tidak begitu merasakan

kurang dalamnya alas kursi, sebab dalam posisi duduk jarak pantat ke popliteal

tidak terpangku diatas alas duduk.

5.2.5 Analisis Perancangan Tinggi Sandaran Kursi

Fungsi utama sandaran kursi adalah sebagai penopangan pada punggung.

Tinggi sandaran kursi harus mampu mengakomodasikan tinggi sandaran

punggung. Data antropometri yang diperlukan untuk mengukur tinggi sandaran

kursi adalah tinggi sandaran punggung dengan persentil ke-95. Pertimbangan

menggunakan nilai persentil ke-95 adalah operator yang nilai persentil tinggi

sandaran punggung kurang dari dari persentil ke-95 akan mengalami kelebihan

tinggi sandaran punggung dan itu tidak akan mengurangi tingkat kenyamanan

duduk seseorang waktu bersandar.

Hasil perhitungan diperoleh dimensi tinggi sandaran kursi sebesar 57

cm, hal ini bertujuan agar orang-orang yang memiliki tinggi sandaran punggung

yang lebih tinggi dapat menggunakan rancangan tinggi sandaran kursi dengan

nyaman, sedangkan untuk tinggi sandaran punggung yang kurang akan tetap

nyaman dalam bersandar.

5.2.6 Analisis Perancangan Lebar Sandaran Punggung

Lebar sandaran kursi adalah bagian dari sandaran kursi yang mencakup

ukuran bahu sebagai penopang punggung. Penentuan ukuran lebar sandaran

Page 83: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-83

punggung mempertimbangkan ukuran lebar bahu dengan persentil ke-95.

Pertimbangan menggunakan nilai persentil ke-95 adalah operator yang nilai

persentil lebar bahu kurang dari persentil ke-95 mengalami kelebihan lebar

sandaran dan itu tidak akan mengurangi tingkat kenyamanan duduk seseorang.

Hasil pengolahan data didapatkan lebar sandaran punggung adalah 49

cm. Sehingga bagi operator yang mempunyai lebar bahu lebih besar dan bagi

operator yang lebar bahunya lebih kecil tidak akan mengurangi tingkat

kenyamanan pada waktu bersandar dan dengan lebar sandaran kursi yang cukup

besar sehingga operator dapat duduk dengan nyaman dan memiliki ruang gerak

yang leluasa.

5.2.7 Analisis Perancangan Panjang Sandaran Punggung

Pada perancangan ini dimensi panjang sandaran punggung sebesar 22

cm, penentuan ukuran ini mengacu pada Panero J dan Zelnik M (2003) sebesar

15,22 cm – 22,9 cm. Tinggi sandaran punggung harus dapat mengakomodasi

daerah pertengahan punggung, karena pada saat duduk bersandar sebagian berat

badan akan tertumpu pada bagian tengah punggung.

5.2.8 Analisis Perancangan Bantalan Kursi

Perancangan bantalan kursi sebesar 4 cm, penentuan ukuran ini mengacu

pada Panero J dan Zelnik M (2003) sebesar 3,8 am dibulatkan menjadi 4 cm.

5.3 ANALISIS PENGGUNAAN MATERIAL

Material yang digunakan pada desain kursi operator antara lain besi pipa ø

22 mm untuk rangka kursi kecuali footrest, besi pipa ø 17 mm untuk rangka

footrest, Plat ezer 1,4 mm untuk plat alas duduk dan plat sandaran punggung

(bantalan busa), Strip plat 25 mm x 5 mm untuk plat alas duduk penyangga

bantalan busa dan untuk plat sandaran punggung penyangga bantalan busa, dan

Baut mur ø 6 mm untuk menyambung antara plat ezer dan strip plat. Penggunaan

material ini dengan pertimbangan biaya yang harus dikeluarkan, kekuatan untuk

menahan beban, proses produksi (permesinan, pengelasan) relatif mudah, murah

dan cepat. Kekuatan kursi dari hasil uji tarik bahan sebesar 4220 N dengan

panjang besi pipa sebesar 40 cm, diameter 1,8 cm dan tebal 0,25 cm dapat

menopang berat operator maksimum 70 kg.

Page 84: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-84

5.4 ANALISIS PEMBUATAN PROTOTIPE KURSI

Pembuatan prototipe kursi yang pertama adalah pemilihan bengkel

produksi. Pemilihan bengkel berdasarkan proses produksi pembuatan kursi yang

terdiri dari tiga tempat proses produksi yangterdiri dari pembuatan rangka,

pengecatan, dan pembuatan jok. Untuk pemilihan bahan mendapat referensi dari

bengkel untuk bahan yang digunakan untuk membuat kursi setelah itu bahan yang

digunakan dilakukan uji tarik untuk mengetahui kekuatan bahan. Sebagai

penyambung untuk pembuatan rangka kursi menggunakan las listrik. Total biaya

pembuatan kursi sebesar Rp. 900.000,- . Lama pembuatan kursi yaitu satu minggu

atau 7 hari. Untuk mengetahui kekuatan kursi rancangan maka dilakukan

perhitungan uji tarik bahan dengan menghitung tegangan yang diterima pada kaki

menggunakan analisis vektor (Sriwarno A.B., 1998) dan membandingkan dengan

hasil uji tarik bahan. Kursi dianggap cukup kuat apabila tegangan kursi yang

diterima pada ke dua kaki lebih kecil dari tegangan bahan.

5.5 PERBANDINGAN KURSI SAAT INI DAN HASIL RANCANGAN

Adapun perbandingan antara kursi aktual dan hasil rancangan terdiri dari

kelengkapan kursi, kekuatan kursi dan dimensi kursi.

Kelengkapan rancangan yang dimaksud adalah kursi saat ini adalah kursi

plastik yang rendah tanpa menggunakan sandaran punggung. Kursi yang rendah

tidak sesuai dengan kondisi kerja karena meja mesin yang digunakan terlalu tinggi

dan pada kursi saat ini tidak memiliki sandaran kursi sehingga operator dapat

bersandar saat punggung sedang lelah. Sedangkan kursi rancangan adalah kursi

yang tinggi karena disesuaikan dengan meja mesin sehingga operator lebih merasa

merasa nyaman dalam bekerja. Kursi rancangan juga memiliki sandaran

punggung yang dapat menopang bagian punggung sehingga pada saat operator

mengalami kelelahan pada bagian punggung dapat bersandar.

Kekuatan kursi yang dimaksud adalah kursi plastik yang ada terbuat dari

plastik yang mudah patah dan tidak tahan lama serta tidak maksimal dalam

Page 85: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-85

menahan beban jika dibandingkan dengan kursi hasil rancangan yang terbuat dari

besi yang tidak mudah patah dan tahan lama.

Hasil perbandingan dimensi kursi untuk mengetahui perbedaan ukuran

antara dimensi kursi saat ini dan dimensi kursi rancangan. Tinggi kursi plastik

sebesar 40 cm, dimensi kursi ini terlalu rendah sehingga dibuat perancangan kursi

yang tinggi dengan menggunakan footrest dengan tinggi dudukan kursi sebesar 79

cm. Untuk perbandingan dimensi kursi saat ini dengan kursi rancangan lainnya

dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Hasil perbandingan dimensi kursi saat ini dan hasil rancangan

Nama Produk Dimensi Ukur

Ukuran Saat ini

(cm)

Hasil Rancangan (cm)

Tinggi dudukan kursi 40 79 Lebar dudukan kursi 24 35 Panjang dudukan kursi 24 49 Tinggi sandaran kursi - 57 Tinggi sandaran punggung - 22 Lebar sandaran punggung - 49

Kursi

Bantalan busa - 4

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan berdasarkan analisis yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya serta saran untuk perusahaan dan pengembangan penelitian

selanjutnya.

6.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, sebagai berikut:

1. Dimensi kursi hasil rancangan sebagai berikut:

a. Tinggi dudukan kursi : 79 cm

b. Tinggi pijakan kaki (Footrest) : 28 cm

c. Panjang dudukan kursi : 49 cm

d. Lebar dudukan kursi : 35 cm

e. Tinggi Sandaran Kursi : 57 cm

f. Lebar Sandaran punggung : 49 cm

Page 86: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-86

g. Tinggi Sandaran Punggung : 22 cm

h. Bantalan kursi : 4 cm

2. Material yang dipakai dalam pembuatan kursi antara lain meliputi :

a. Besi pipa ø 22 mm untuk rangka kursi kecuali footrest.

b. Besi pipa ø 17 mm untuk rangka footrest.

c. Plat ezer 1,4 mm untuk plat alas duduk dan plat sandaran punggung

(bantalan busa).

d. Strip plat 25 mm x 5 mm untuk plat alas duduk penyangga bantalan busa

dan untuk plat sandaran punggung penyangga bantalan busa .

e. Baut mur ø 6 mm untuk menyambung antara plat ezer dan strip plat.

Material yang digunakan kuat untuk menahan beban maksimum dari rata-rata

berat pekerja sebesar 70 kg dengan menghitung beban yang terima kaki kursi

dan melakukan uji tarik bahan. Hasil perhitungan beban yang diterima lebih

kecil dari hasil uji tarik yaitu 343 N < 4220 N. Total biaya pembuatan kursi

adalah Rp. 900.000,- .

6.2 SARAN

Beberapa saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau

penelitian selanjutnya yaitu:

1. Rancangan kursi tersebut dapat dipertimbangkan bagi pihak perusahaan jika

ada pengadaan fasilitas kerja baru.

2. Perancangan kursi selanjutnya dapat lebih fleksibel (dapat di ubah)

disesuaikan ukurannya dengan ukuran pengguna.

3. Pengembangan penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan

konsumsi energi (energy expenditure) dengan membandingkan konsumsi

energi sebelum dan sesudah menggunakan hasil rancangan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 87: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-87

CCOHS. “Ergonomic Chair” [Web Page] www.ccohs.ca , 9 March 2005. Dewa, Dominica Maria Ratna Tungga. “Analisis Ergonomis Tentang Kerja

Pembatik Pada Industri Batik Tulis”. ITB Central Library, 2000. ILO. “Your Health and Safety at Work ERGONOMICS”. [Web Page]

www.ilo.org, 1995 Lin, Rungtai, dan Kang Yen-Yu, Ergonomic Design of Desk and Chair for

Primary School Students in Taiwan. Department of Industrial Design, Mingchi Institute of Technology, Taishan, Taipei Hsien Taiwan.

Nurmianto, Eko. Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Surabaya: Guna

Widya, 2001. Panero, Julius, dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta:

Erlangga, 2003. Popov, E. P., Mekanika Teknik (edisi dua). Jakarta: Erlangga, 1989. Priyino, Ari. Perancangan Ulang meja Dan Kursi Belajar Ditinjau Dari Aspek

Ergonomi. Skripsi tidak dipublikasikan. Surakarta, 2007. Roslan, Rosidi, MPH. Pemahaman Ergonomi Ditempat Kerja. www.health.LRC ,

27 Februari 2007. Sriwarno, Drs. Andar Bagus, Pengantar Studi Perancangan Fasilitas Duduk.

Bandung : Penerbit ITB 1998. Sutalaksana, I.Z. Teknik Tata Cara Kerja. Laboratorium Tata Cara Kerja dan

Ergonomi Dept. Teknik Industri- ITB, 1979. Walpole, Ronald E. Pengantar Statistika Edisi 3 Terjemahan: Bambang Sumantri.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1988 Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna

Widya 1995.

Page 88: Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan ...... · I-1 Perancangan kursi operator mesin inspeksi dengan pendekatan antropometri (studi kasus di PT.Sekar Bengawan Tex) Indri

I-88