Upload
ngodung
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
Perancangan Video Promosi Pariwisata Candi
Gedongsongo
Artikel Ilmiah
Peneliti :
Firmansyah Aryadhitiya / 692010004
Anthony Y.M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2015
ii
iii
iv
v
vi
vii
Perancangan Video Promosi Pariwisata Candi
Gedongsongo
1)
Firmansyah Aryadhitiya, 2)
Anthony Y.M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs.
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Email : 1)
Abstract
Gedongsongo temple is an ancient Hindu culture historical sites located on the
slopes of Mount Ungaran. With its location on the slopes of the mountains, Gedongsongo
has another attraction with a natural beauty of the natural forest. Parties tourism
department Heritage Preservation Hall (BPCB) itself has an official video related to the
promotion Gedongsongo, but has a presentation in the form of advertorial, with long
duration and not so appealing . Based on that issues, we did a research with mixed
method and with a better cinematography designing promotion video Gedongsongo
Temple to attract domestic and foreign tourist to visit Gedongsongo.
Keywords: : Cinematography,Video Promotion,Gedongsongo Temple.
Abstrak
Candi Gedongsongo merupakan kompleks situs sejarah kebudayaan Hindu kuno
yang terletak di lereng Gunung Ungaran. Dengan lokasi yang berada di lereng
pegunungan,Gedongsongo memiliki daya tarik lain dengan tersajinya keindahan alam
hutan alami.Pihak dinas pariwisata Balai Pelestarian Cagar Budaya ( BPCB ) sendiri
memiliki video resmi terkait dengan promosi Gedongsongo,namun memiliki penyajian
dalam bentuk advetorial, dengan durasi cukup lama dan teknik sinematografi yang kurang
menarik. Berdasarkan dengan permasalahan yang ada maka dilakukan penelitian dengan
pendekatan mixed method sehingga dihasilkan video promosi pariwisata Candi
Gedongsongo dengan sinematografi yang lebih baik yang dapat menunjang dalam
meningkatkan jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara.
Kata Kunci: Sinematografi,Video Promosi,Candi Gedongsongo.
1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
3 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
1
1. Pendahuluan
Pariwisata adalah cara memperkenalkan suatu identitas suatu negara,
dengan kebudayaan dan peninggalan yang begitu beragam di Indonesia, akan
dapat menunjang perekonomian Negara dalam bidang pariwisata. Untuk
dapat mencapainya dibutuhkan solusi untuk mengangkat dan
memperkenalkan kebudayaan di Indonesia, kebudayaan lokal suatu daerah
sangat diminati oleh wisatawan mancanegara. Di Indonesia sendiri kaya akan
budaya lokal dari tiap daerah, sehingga ini merupakan keuntungan tersendiri
bagi Indonesia untuk dapat memperkenalkan seluruh keanekaragaman
budaya dan peninggalan dari Sabang sampai Merauke. Tentunya dengan
strategi pengelolaan yang terstruktur dan informatif sehingga dapat menarik
minat wisatawan untuk mengunjugi sektor kepariwisataan Indonesia[1].
Berdasarkan penelitian awal yang telah dilakukan serta melihat
dengan data jumlah pengunjung ternyata menjadi kendala tersendiri dalam
memperkenalkan tempat wisata Candi Gedongsongo Bandungan Jawa tengah
yang kurang diminati oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.
Dengan diperolehnya data tersebut maka dibutuhkan media promosi sebagai
sarana untuk meningkatkan jumlah wisatawan.
Multimedia merupakan media yang didalamnya terdapat perpaduan
berbagai bentuk elemen informasi, seperti teks, graphic, animasi dan audio.
Sedangkan film merupakan media komunikasi yang bersifat audio visual
untuk menyampaikan suatu pesan tertentu. Dengan menggabungkan antara
multimedia dan film menjadi sebuah video promosi diharapkan dapat menjadi
sarana baru dalam meningkatkan jumlah wisatawan, maka dilakukan
perancangan video promosi pariwisata Candi Gedongsongo yang nantinya
dapat digunakan sebagai media promosi dalam memperkenalkan dan menarik
minat wisatawan untuk mengunjungi wisata Candi Gedongsongo.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu diambil dari karya Tyas Ajeng Nastiti, berjudul
perancangan Video Promosi Surabaya Berupa TVC Sebagai Media Promosi
Kota Surabaya Dengan Mengangkat Pencitraan Sparkling Surabaya. Tujuan
Video promosi tersebut adalah bagaimana cara mengangkat identitas Sparkling
Surabaya melalui media iklan. [2]
Krisna Yudhitama dengan judul "Video Advetorial Candi
Gedongsongo sebagai Media Promosi Pariwisata" video dengan jenis
advetorial tersebut bersisi tentang wisata candi Gedongsongo, dilengkapi
dengan wawancara.[3] Yang membedakan kedua penelitian dengan penelitian
yang dilakukan adalah cara penyampaian isi video, dengan menonjolkan
sinematografi yang baik dalam pengambilan gambar. Lalu adanya proses
2
rekonstruksi digital 3D pada gugusan Candi yang telah runtuh, dikarenakan sasaran
dari perancangan bukan hanya wisatawan domestik maka ditambahkan unsur
narasi berbahasa Inggris agar lebih dipahami secara luas sehingga dapat
menarik wisatawan mancanegara.
Multimedia pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan
teks, grafik, audio, gambar bergerak seperti video dan animasi. Dengan
menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan
navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi. Media Promosi melalui
video juga berkaitan dengan sinematografi untuk dapat memberikan pesan
yang disampaikan melalui sebuah gambar bergerak.[4]
Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan
suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat
tertentu. Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja
tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat
mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi.[5]
Film Naratif adalah suatu rangkaian peristiwa yang berhubungan satu sama
lain dan terikat oleh logika sebab-akibat (kausalitas) yang terjadi dalam ruang
dan waktu. Sebuah film mampu memanipulasi cerita melalui plot. Plot adalah
rangkaian peristiwa yang disajikan secara visual maupun audio dalam film.
Adapun cerita adalah seluruh rangkaian peristiwa baik yang tersaji dalam film
maupun tidak. [6]
Sinematografi yaitu bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap
gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi
rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita).
Dalam sinematografi terdapat teknik pengambilan gambar, Shoot Size yaitu
ukuran cara dalam menentukan area gambar yang akan diambil, Angle adalah
teknik pengambilan sudut gambar, Camera Movement pergerakan kamera
dalam membawa emosi penonton.[7]
Rekonstruksi Digital Proses pendirian ulang suatu bangunan situs bersejarah
melalui media animasi digital berbentuk infografis ataupun objek 3D. Hal ini
dilakukan jika terjadi sesuatu terhadap bangunan bersejarah dan hendak
dilakukan pemugaran, maka data digital ini akan menjadi rujukan utama
sehingga rekonstruksi bisa dilakukan dengan tepat dan cepat.[8]
Video Promosi adalah video yang digunakan untuk mempromosikan sesuatu.
Ciri dari video promosi adalah mempromosikan sesuatu secara detail dengan
durasi yang lebih panjang dari video iklan karena proses pengambilan gambar
untuk video promosi harus dilakukan secara berkala dari objek yang ingin
dipromosikan agar hasil dari video promosi tersebut lebih terperinci dan
mencakup semua hal yang berhubungan dengan objek tersebut.[9]
3
Gedongsongo merupakan bangunan peninggalan kebudayaan Hindu ini
terletak di lereng Gunung Ungaran Jawa Tengah. Letak geografis yang berada
di ketinggian membuat kawasan wisata tersebut memiliki hawa sejuk, selain itu
pemandangan alam yang di sajikan juga begitu menarik yaitu
rawapening,gunung merbabu merapi andong dan juga sindoro. Selain Candi,
Gedongsongo juga memiliki keunggulan dari wisata Candi lainnya yaitu
terdapatnya sumber mata air panas yang berasal dari sumber belerang yang
berada di sisi utara kompleks Candi Gedongsongo. [10]
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
Mixed Method dengan mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif. Untuk
strategi perancangan menggunakan linear strategy, strategi ini dipilih karena
dalam metode ini menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang
sederhana dan relatif sudah dipahami komponennya.
Gambar 1 Bagan Metode Penelitian Linear Strategy.[11]
Dalam metode linear strategy terdapat tiga tahap dalam
pelaksanaannya. Tahap satu yaitu observasi meliputi identifikasi masalah,
lalu tahap dua yaitu perancangan media meliputi pra produksi,produksi,dan
pasca produksi. Untuk tahap tiga yaitu final meliputi pengujian dan
kesimpulan.
Tahap dua secara garis besar dalam metode perancangan media video
promosi pariwisata Candi Gedongsongo ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Bagan Perancangan Video Promosi Pariwisata Candi Gedongsongo
Tahap pertama dilakukan observasi pada kompleks candi
Gedongsongo untuk mengumpulkan data visual dan verbal guna
memudahkan proses perancangan nantinya, data visual didapat dari survey
mengenai keseluruhan kompleks Candi Gedongsongo dan daerah sekitarnya,
lalu untuk data verbal diperoleh melalui hasil wawancara kepada Bapak
Ngatimin selaku pengelola Wisata Candi Gedongsongo dan Bapak Ngatno
sebagai staff dinas pariwisata mengenai belum adanya video promosi yang
4
signifikan mempromosikan Gedongsongo dengan menonjolkan sinematografi
yang menarik serta kurangnya minat dan jumlah wisatawan domestik maupun
mancanegara.
Tahap kedua yaitu pra produksi, dalam proses ini memiliki empat
tahapan yaitu :
Menentukan konsep, konsep awal dari perancangan video promosi
pariwisata ini adalah merancang sebuah media promosi dengan sinematografi
yang lebih baik dan menarik.
Storyline dari video promosi diawali dengan pemandangan pagi hari,
kemudian menampilkan lokasi dan keindahan alam sekitar kompleks Candi
Gedongsongo, lalu dilanjutkan struktur dan keindahan bangunan Candi, pada
scene selanjutnya menceritakan wisata kolam air panas alami yang berada di
sisi utara kompleks wisata, dengan lokasi yang berada di lereng pegunungan
merupakan tempat yang menarik bagi traveller untuk melakukan kegiatan
adventure seperti hiking, outbound dan wisata berkuda. Lalu sosial budaya
yang ada di sekitar wisata Gedongsongo, kemudian kembali flashback
pengambilan gambar ke seluruh gugusan Candi dan ditutup dengan closing
traveller yang sedang mengabadikan pemandangan.
Kemudian tahap selanjutnya yaitu treatment,treatment merupakan
kerangka film yang diuraikan secara deskriptif seperti jenis shoot dan tujuan
pengambilan gambar. Berikut Treatment dalam penyusunan video promosi :
1. Scene 1 : Pada Openning menampilkan suasana alam pada
pagi hari
Long Shoot (LS), Medium Shoot (MS) Panning Around
Exp : Mendapatkan keseluruhan luas pemandangan
Timelapse matahari terbit, lalu pemandangan pagi kawasan lereng
gunung ungaran dari ketinggian yang masih tertutup kabut pagi yang
memberikan kesan misterius sebagai pembuka.
2. Scene 2 : Kondisi geografis
Long Shoot (LS),Extreme Close Up (ECU) Stay,Panning Around
Exp : Mendapatkan sudut pandang luas
Mengambil pemandangan global sekitar kompleks candi, hutan alami,
jajaran gunung Merbabu, Telomoyo, Merapi, Andong.
3. Scene 3 : Bangunan dan kebudayaan Hindu
Medium Shoot (MS),Close Up (CU) Tilting Up,Follow Through
Exp : Memberikan detail objek ornamen relief Candi
5
Ciri khas peninggalan kebudayaan Hindu dari segi bentuk bangunan,
relief dan arca. Memasukan rekonstruksi reruntuhan candi dalam
bentuk 3D motion.
4. Scene 4 : Kolam rendam air hangat
Extreme Close Up (ECU),Medium Shoot(MS),Panning,Stay
Exp : Mendapatkan sudut pandang lebar dari sumber air
panas.
Menceritakan wisata kolam rendam air panas yang berasal dari
belerang yang berada di sisi utara bagian kolam rendam.
5. Scene 5 : Tempat menarik untuk adventure
Medium Shoot (MS),Long Shoot (LS), Panning, Panning Around,
Follow Through.
Exp : Pergerakan dinamis kamera mengikuti Traveller
Wisata outbound dan air terjun curug yang menjadi nilai tambah
untuk para traveller dalam berwisata.
6. Scene 6 : Kerajinan dan masyarakat lokal
Long Shoot (LS),Medium Shoot (MS),Close Up
(CU),Panning Around, Panning, Follow Through.
Exp : Memberi sudut pandang normal manusia
Hasil kerajinan kebudayaan lokal,ukiran,pahatan masyarakat sekitar.
7. Scene 7 : Flashback kompleks Candi
Long Shoot (LS), Close Up (CU), Medium Shoot (MS), Panning.
Exp : Variasi sudut pengambilan gambar menghindari
perulangan angle yang sama pada sudut Candi tertentu.
Menampilkan keindahan bangunan beserta alam melalui timelapse
pergerakan awan dan bintang di Gedongsongo. Human interest saat
wisatawan mengabadikan sunrise.
8. Scene 8 : Closing
Long Shoot (LS), Stay
Exp : Mendapatkan wide angle dari bangunan candi
beserta pemandangan pagi.
Closing video siluet candi Gedong V & seseorang mengabadikan
sebuah foto.
6
Storyboard adalah deskripsi gambar ilustrasi dari tiap scene yang telah
disusun dalam treatment, langkah ini nantinya bertujuan untuk memudahkan
dalam mengaplikasikan pengambilan gambar menggunakan kamera. Berikut
tabel storyboard video promosi pariwisata Candi Gedongsongo :
No Gambar Jenis
Shoot
Durasi Keterangan
1.
Long
Shoot,
Panning
Around
Left
00:02 Suasana pagi di
lereng Gunung
Ungaran yang
masih berkabut.
Backsound :
Parisude - Hello
Tomorrow
2.
Long
Shoot,
Panning
Around
Left
00:03 Kondisi geografis
kompleks Candi
Gedongsongo
Backsound :
Parisude - Hello
Tomorrow
3.
Medium
Shoot,
Follow
Through
00:02 Bangunan
kebudayaan
Hindu,relief,ukiran
pada badan candi.
Backsound :
Parisude - Hello
Tomorrow
4.
Medium
Shoot,
Close
Up,
Panning
Left
00:02 Kolam rendam air
hangat, tallent
berendam di kolam
air hangat.
Backsound :
Parisude - Hello
Tomorrow
7
5.
Long
Shoot,
Follow
Through
00:02 Hikking dan
Tracking
Wisatawan berada
di air terjun, dan
fasilitas wisata
Outbound di Candi
Gedongsongo.
Backsound : U137
- Watching The
Storm
6.
Close
Up,
Panning
00:02 Kerajinan kriya
dan pahatan hasil
kebudayaan
sekitar.
Backsound : U137
- Watching The
Storm
7.
Long
Shoot,
Stay
00:02 Kembali flashback
shoot bangunan
Candi. Timelapse.
Backsound : U137
- Watching The
Storm
8.
Long
Shoot,
Stay
00:04 Closing,Siluet
seseorang
mengabadikan
foto.
Backsound : U137
- Watching The
Storm
Tahap Selanjutnya yaitu recording narasi, pada proses ini dilakukan
proses perekaman narasi menggunakan software audio recording,digunakan
pula alat bantu rekam berupa mic portable USB . Lalu tahap akhir dari proses
recording yaitu exporting, output audio berupa file dengan format WAV hal
ini bertujuan agar kualitas suara yang dihasilkan lebih jernih.
8
Kemudian proses produksi yaitu pengambilan gambar yang berupa
video dan audio dengan menggunakan satu kamera DSLR (Digital Singel
Lens Reflect) dan alat bantu dalam pengambilan gambar yaitu slider, tripod
dan steadycam. Seluruh proses pengambilan gambar dilakukan dengan
menggunakan available light dengan memanfaatkan cahaya yang ada.
Gambar 3 Alat bantu pengambilan gambar
Langkah selanjutnya yaitu pasca produksi, dalam tahap ini dilakukan
proses editing menggunakan software editing video dalam menggabungkan
tiap video footage. Dalam pengerjaannya dilakukan cut to cut untuk bagian
yang tidak diperlukan.
Gambar 4 Proses penggabungan footage video
Tahap selanjutnya yaitu color correction, pada tahap ini dilakukan
toning koreksi warna dari tiap potongan video untuk memperbaiki dan
menambah saturasi dari video agar lebih berkesan dramatis.
9
Gambar 5 Proses color correction
Langkah selanjutnya yaitu proses input audio narasi berbahasa
Inggris, narasi digunakan untuk memperkuat deskripsi cerita dari video
promosi. Pada tahap ini dilakukan pula proses mixing dari audio narasi yang
telah di rekam pada tahap produksi,langkah ini dilakukan untuk mendapatkan
kualitas audio narator yang jelas dan jernih.
Gambar 6 Input audio narasi
Tahap berikutnya yaitu input audio backsound, backsound digunakan
sebagai instrumen pengiring sepanjang video promosi agar dapat membawa
suasana dari video itu sendiri. Backsound yang dipilih yaitu lagu dengan
tangga nada pentatonis, karena nada tersebut digunakan pada musik
tradisional Jawa Tengah sehingga menguatkan gambaran kebudayaan Jawa.
Dalam pengerjaannya dilakukan pula mixing pitch sound agar backsound
tidak mendominasi dan mengaburkan suara dari narator.
10
Gambar 7 Proses input audio backsound
Proses terakhir yaitu rendering, proses ini dilakukan ketika tahap
editing video dan audio telah selesai dilakukan. Output video yang dihasilkan
menggunakan format H264 dengan resolusi 1280p x 720p, cara ini dilakukan
agar video yang dihasilkan memiliki ukuran data yang kecil namun memiliki
kualitas gambar dan audio yang jernih.
Gambar 8 Proses rendering video
4. Hasil Perancangan Video
Hasil dalam perancangan ini adalah video promosi yang dapat digunakan
sebagai media alternatif dalam memperkenalkan wisata Candi Gedongsongo.
Berikut hasil dari perancangan :
11
Gambar 9 scene 1
Gambar 9 merupakan potongan scene pertama sebagai openning video
yaitu timelapse matahari terbit, lalu suasana pagi hari di lereng Gunung Ungaran
yang masih terselimuti kabut yang dapat membawa kesan misterius.
Pengambilan gambar menggunakan close up dan long shoot, dengan hasil dapat
mencakup keseluruhan luas pemandangan dari ketinggian.
Gambar 10 scene 2
Gambar 10 adalah scene dua yang menggambarkan kondisi keindahan
alam dataran tinggi Candi Gedongsongo yang secara geografis dikelilingi hutan
alami. Pengambilan gambar menggunakan long shoot sehingga dihasilkan
sudut pandang luas.
Gambar 11 scene 3
Gambar 12 merupakan potongan scene tiga yang menggambarkan Candi
Gedongsongo beserta penjelasan mengenai peninggalan kebudayaan Hindu.
Dalam pengambilan gambar menggunakan long shoot,medium shoot,dan
closeup. Pengambilan gambar closeup menghasilkan gambaran detail dari
objek yang berupa ornamen relief Candi dengan jelas.
12
Gambar 12 scene 4
Pada gambar 12 merupakan scene empat yaitu wisata kolam rendam air
panas alami, kolam rendam tersebut merupakan salah satu spot unggulan dari
wisata Candi Gedongsongo. Pengambilan gambar menggunakan long shoot
yang mendapatkan sudut pandang lebar dari sumber air panas.
Gambar 13 scene 5
Gambar 13 merupakan bagian dari scene lima yang menggambarkan
tempat wisata outbound dan hikking. Pada scene ini terdapat wisatawan yang
sedang mencoba salah satu dari fasilitas outbound yaitu flyingfox. Lalu wisata
air terjun curug yang menjadi nilai tambah untuk traveller berwisata. Scene
ini menampilkan seorang traveller yang sedang melakukan perjalanan
menuju airterjun curug. Pengambilan gambar yang digunakan yaitu medium
closeup serta follow through sehingga dihasilkan pergerakan dinamis
mengikuti perjalanan dari traveller.
Gambar 14 scene 6
Gambar 14 adalah potongan scene enam. Menggambarkan kerajinan
kriya dari masyarakat lokal yang berupa ukiran dan pahatan. Dalam scene ini
menampilkan wisatawan yang sedang mengamati keindahan dari kesenian
13
hasil olahan tangan tersebut. Pengambilan gambar medium shoot dan eye
angle sehingga dapat menggambarkan sudut pandang normal manusia.
Gambar 15 scene 7
Gambar 15 merupakan potongan dari scene tujuh yang merupakan
penggambaran ulang kompleks wisata dan rekonstruksi Candi Perwara pada
Candi Gedong tiga, lalu pemandangan alam diambil dengan teknik fotografi
timelapse yang menggambarkan pergerakan awan dan bintang di kompleks
Candi Gedong lima.
Gambar 16 scene 8
Gambar 16 adalah adegan akhir dari video promosi ini. Menampilkan
para traveller menikmati dan mengabadikan pemandangan matahari terbit di
kompleks Candi lima. Untuk dapat menampilkan objek yang banyak dalam
satu frame digunakan pengambilan gambar menggunakan long shoot yang
berupa siluet dari aktivitas traveler saat berada di kompleks puncak Candi
lima. Lalu pada closing video tampil logo dan tagline Gedongsongo "amazing
culture and lovely nature"
Perancangan Media
Pada hasil akhir perancangan media, video promosi tersebut nantinya
dapat digunakan untuk keperluan dinas pariwisata Jawa Tengah yang dapat di
implementasikan pada web resmi, media sosial Youtube ataupun proses
sosialisasi lainnya.
14
Gambar 17 Rencana implementasi video promosi
Pengujian Video Promosi Pariwisata Candi Gedongsongo
Pengujian video Promosi Pariwisata Gedongsongo secara kualitatif
melalui wawancara kepada Bapak Wahyu Kristanto yang menjabat sebagai
Kapokja Publikasi dan Pemanfaatan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa
Tengah. Wawancara tersebut membahas mengenai apakah video promosi
yang telah dirancang sudah sesuai berdasarkan penelitian awal mengenai
belum adanya media promosi Candi Gedongsongo dengan menggunakan
sinematografi yang menarik untuk dijadikan media promosi baru. Lalu
mengenai kesesuaian data bentuk asli Candi yang telah hancur dalam proses
rekonstruksi digital. Kemudian pengujian terhadap ahli sinematografi
dilakukan melalui wawancara kepada Bapak Benedictus Ridho Junaldi selaku
staff pengajar di Universitas Kristen Satya Wacana dan Owner Brids Studio,
dalam wawancara tersebut membahas mengenai bagaimanakah kualitas dari
sinematografi yang di aplikasikan dalam video promosi tersebut dinilai dari
estetika seni, sudut pengambilan gambar dan pergerakan kamera. Sedangkan
pengujian menggunakan metode kuantitatif dilakukan kepada 30 responden
mahasiswa DKV UKSW Salatiga yang telah mendapatkan materi
Sinematografi dalam perkuliahan.
Pengujian kualitatif kepada Kapogja Publikasi dan Pemanfaatan
Pengujian secara kualitatif dilakukan melalui presentasi video kepada
Bapak Wahyu Kristanto yang menjabat sebagai Kapokja Publikasi dan
Pemanfaatan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah. Dari hasil
wawancara tersebut Bapak Wahyu menyatakan bahwa Video Promosi
Pariwisata Candi Gedongsongo menarik dari sisi penyampaian dan layak
untuk dijadikan sebagai media promosi baru. Untuk proses rekonstruksi
visualisasi menarik dan data telah sesuai dari segi bentuk asli Candi yang
telah runtuh. Namun sebuah catatan diberikan mengenai sisi arkeologi untuk
lebih diperkuat dengan lebih banyak menampilkan struktur bangunan dan
gugusan Candi.
15
Pengujian kualitatif kepada ahli sinematografi
Pengujian kualitatif dilakukan pula kepada pakar dan ahli bidang
sinematografi untuk mendapatkan koreksi dan kesesuaian dalam penerapan
ilmu sinematografi seperti pengambilan gambar, angle, pergerakan kamera
serta audio yang digunakan. Dari hasil wawancara tersebut, estetika secara
visual sudah baik dan memberikan penekanan pada keindahan alam dan
suasana di sekitar Candi Gedongsongo sehingga menimbulkan ketertarikan
bagi audience untuk berkunjung. Bapak Benedictus Ridho menyatakan video
promosi pariwisata Gedongsongo tersebut sangat layak untuk dipublikasikan
karena video promosi yang dibuat oleh dinas saat ini masih kurang secara
kualitas sinematografinya. Secara keseluruhan baik, tetapi terdapat bagian
yang perlu dievaluasi yaitu pada floating patung anoman pada saat
menggunakan steadycam dengan memperlambat pergerakan kamera serta
penggantian footage anak kecil yang kurang fokus.
Evaluasi
Proses evaluasi dikerjakan setelah dilakukannya wawancara terhadap dua
responden yaitu Bapak Wahyu Kristanto dan Bapak Benedictus Ridho
Junaldi. Pertama adalah mengenai perlunya penekanan di sisi arkeologi dalam
video promosi tersebut, maka dilakukan editing ulang dengan menambahan
beberapa footage video yang menampilkan detail bangunan candi yang lebih
banyak dan bervariasi. Sedangkan dari sisi sinematografi dilakukan evaluasi
yaitu penggantian video footage aktifitas anak kecil pada menit 00:01:06
dikarenakan hasil yang kurang fokus, kemudian pada teknik floating patung
anoman dilakukan editing ulang dengan memperlambat pergerakan dari
kamera. Tujuan dari proses tersebut agar audience dapat melihat secara
seksama dari struktur patung anoman.
Tabel Pengujian Kuisioner
Berikut merupakan tabel data kuantitatif hasil dari pengisian kuisioner
kepada responden mahasiswa UKSW yang telah mendapatkan materi
sinematografi dalam perkuliahan :
Tabel I Kuisioner Responden
No Pertanyaan Jawaban
Total a b c d e
1 Bagaimana menurut anda
mengenai penyampaian narasi
cerita oleh narator dalam video
promosi tersebut?
5 22 3 - - 30
16
2 Menurut anda bagaimana
gambaran mengenai video
promosi Wisata Candi
Gedongsongo?
5 23 2 - - 30
3 Bagaimana menurut anda
mengenai teknik sinematografi
yang digunakan?
11 18 1 - - 30
4 Bagaimana menurut anda
mengenai audio backsound yang
digunakan apakah sesuai?
8 20 2 - - 30
5 Bagaimana menurut anda
mengenai kualitas pencahayaan
dari video promosi tersebut?
11 14 5 - - 30
6 Apakah video promosi tersebut
menarik untuk digunakan sebagai
media promosi yang baru?
7 23 - - - 30
7 Apakah video promosi tersebut
sudah layak digunakan sebagai
media promosi?
5 25 - - - 30
Total 52 145 13 0 0 210
Tabel tersebut di presentasikan dalam sebuah diagram menggunakan
rumus persentase sebagai berikut :
24.76%
69.04%
6.2%
00
Diagram Hasil Persentase Kuisioner
Jawaban A
Jawaban B
Jawaban C
Jawaban D
Jawaban E
17
Hasil dari perhitungan diatas menunjukan 93,8% responden menilai bahwa
sinematografi dan audio pada video promosi pariwisata Candi Gedongsongo
sudah sesuai untuk dijadikan sebagai media promosi. Sedangkan 6,2%
beranggapan masih kurang sesuai dalam hal tertentu yaitu terdapat responden
yang berasumsi bahwa penyampaian audio narasi bisa lebih dipertegas dalam
pelafalannya. Dengan ini hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan bahwa
menurut responden video promosi pariwisata Candi Gedongsongo layak untuk di
publikasikan sebagai media promosi baru. Hal ini dikarenakan pengambilan
gambar dilakukan dengan teknik sinematografi yang lebih menarik, serta
didukung dengan recording audio narasi yang baik.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa Perancangan Video
Promosi Pariwisata Candi Gedongsongo dapat dijadikan sebagai media promosi
baru yang lebih baik dalam mempromosikan objek pariwisata Candi
Gedongsongo dan sekitarnya. Hal ini dikarenakan tata sinematografi menarik
yang terstruktur dan recording audio narasi yang lebih baik maka audience dapat
lebih memahami isi dan pesan dari video tersebut. Lalu dengan adanya
pengimplementasian animasi rekonstruksi digital menjadikan video promosi
tersebut lebih menarik dan informatif dalam penyampaiannya. Sehingga melalui
media promosi ini dapat menambah daya tarik wisatawan domestik maupun
mancanegara.
18
6. Daftar Pustaka
[1] Sutardi,Bambang.(2011).www.parekraf.go.id. asp/detil.asp?c=16&id=581. Di akses pada
tanggal 14 Juni 2014
[2] Nastiti,Tyas Ajeng.(2013) Perancangan Video Promosi Surabaya Berupa TVC Sebagai
Media Promosi Kota Surabaya Dengan Mengangkat Pencitraan Sparkling Surabaya
[3] Yudhitama,Krisna.(2014) Video Advetorial Candi Gedongsongo sebagai Media Promosi
Pariwisata.
[4] Hofstetter, Fred T.(2001). Multimedia Literacy. Third Edition. McGraw-Hill
[5] Biran, H. Misbach Yusa.(2006). Teknik Menulis Skenario Film Cerita, Penerbit Pustaka
Jaya, Jakarta.).
[6] Ardani ,Anditya.(2009). Apa itu Film dan Narasi Film?. Jakarta: Citra Buana
[7] Semedhi,Bambang.(2011).Sinematografi-Videografi. Bogor: Ghalia Indonesia
[8] Andi,Made.(2014).www.madeandi.com/2014/07/18/geodesi-dan-geomatika-merekam-
keistimewan-peradaban/ di akses pada tanggal14 Januari 2015
[9] Sidik Permana, Yasa. (2012). Perancangan Dan Pembuatan Video Promosi Wisata Alam
Dan Edukasi Lingkungan Dolandeso Boro Daerah Banjar Asri Kabupaten Kulon Progo.
Yogyakarta : AMIKOM.
[10] Ibo,Ahmad.(2012). http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/menikmati-wisata-religi-
di-komplek-candi-gedong-songo. Di akses 14 Juni 2014
[11] Sarwono, Jonathan.(2007). Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta:
Andi.