49
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Walaupun rasa takut terhadap perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi bukan masalah kesehatan yang serius, akan tetapi merupakan hambatan bagi para dokter/perawat gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi masyarakat. Oleh karena itu penanggulangan rasa takut terhadap perawatan gigi perlu dicarikan jalan keluarnya. (Heriandi Sutadi,1992) Rasa takut menghadapi perawatan gigi merupakan reaksi yang pada umumnya dirasakan pasien gigi baik anak maupun orang dewasa. Perasaaan ini seringkali

Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SKRIPSI FKG

Citation preview

Page 1: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Walaupun rasa takut terhadap perawatan yang dilakukan oleh

dokter gigi bukan masalah kesehatan yang serius, akan tetapi

merupakan hambatan bagi para dokter/perawat gigi dalam usaha

peningkatan kesehatan gigi masyarakat. Oleh karena itu

penanggulangan rasa takut terhadap perawatan gigi perlu dicarikan jalan

keluarnya. (Heriandi Sutadi,1992)

Rasa takut menghadapi perawatan gigi merupakan reaksi yang

pada umumnya dirasakan pasien gigi baik anak maupun orang dewasa.

Perasaaan ini seringkali menjadi penyebab sesorang menghindar dari

perawatan gigi. (Sri H Soemartono, 2003)

Rasa takut pada anak merupakan naluri yang berkembang sesuai

proses perkembangan anak. Perasaan ini timbul melalui pengamatan

terhadap objek yang tidak menyenanangkan yang secara naluri dihindari

dalam usaha melindungi dirinya dari bahaya. Dalam perawatan gigi , hal

Page 2: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

2

ini merupakan alasan untuk mengabaikan perawatan giginya. (Sri H

Soemartono, 2003)

Beberapa survei memperlihatkan bahwa sebagian besar populasi

umum menghindari kunjungan rutin ke dokter gigi karena mereka takut.

Dari survey terhadap 6000 orang, 43% mengatakan bahwa mereka

menghindari pergi ke dokter gigi,kecuali mengalani masalah pada

giginya. (Todd dan Walker, 1980) Dari sampel tersebut 58% mengatakan

bahwa sebagian alasannya adalah karena mereka takut pada dokter gigi.

(Todd dkk, 1982) insidensi rasa takut dan cemas terhadap perawatan gigi

sebanyak 16% ditemukan pada anak-anak usia sekolah. Hasil penelitian

di Indonesia ditemukan sebanyak 22% menyatakan rasa takut dan

cemas terhadap perawatan gigi. (Asmaraningtyas Andini, 2010)

Beberapa ahli melaporkan bahwa pada umumnya rasa takut dan

cemas timbul akibat perawatan gigi semasa kanak – kanak. Oleh karena

itu perlu diperhatikan bahwa pencegahan terhadap timbulnya rasa takut

dan cemas harus dimulai pada anak – anak. Dengan demikian

dokter/perawat gigi cukup berperan dalam usaha pencegahan rasa takut

dan cemas. (Heriandi Sutadi,1992)

Hasil penelitian William pada tahun 1985 memberikan gambaran

bahwa anak-anak yang cemas cenderung menarik diri dari lingkungan

sekitar dan sulit beradaptasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak-

Page 3: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

3

anak seperti itu akan mendatangkan lebih banyak masalah pada

kunjungan ke praktik dokter gigi. Manifestasi dari kecemasan anak dapat

berupa tingkah laku kurang kooperatif terhadap perawatan gigi sehingga

anak menolak untuk dilakukan perawatan gigi, misalnya mendorong

instrumen agar menjauh darinya, menolak membuka mulut, menangis,

sampai meronta-ronta, dan membantah. (Arlette Suzy Puspa Pertiwi,

Yetty Herdiyati Nonong, Inne Suherna Sasmita, 2010)

Adapun upaya yang dilakukan oleh dokter gigi menggadapi rasa

takut anak adalah menempatkan anak senyaman mungkin dan

mengarahkannya bahwa pengalamannya ini bukanlah hal yang tidak

biasa. Jika tempat praktik tidak terbatas hanya untuk pasien anak-anak,

salah satu metode yang efektif di antaranya adalah dengan pembuatan

ruang tunggu yang dibuat sedemikian rupa sehingga anak merasa

berada di lingkungan rumahnya sendiri. Membuat ruang penerimaan

yang nyaman dan hangat sehingga anak merasa tidak asing ketika

memasukinya. (Arlette Suzy Puspa Pertiwi, Yetty Herdiyati Nonong, Inne

Suherna Sasmita 2010)

Page 4: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas , maka

dirumuskan masalah yaitu : Apakah masih banyak anak–anak

utamanya anak sekolah dasar yang memiliki perasaan takut dalam

melakukan perawatan gigi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah

1. Tujuan umum :

Untuk mengetahui seberapa banyak anak yang merasa takut

untuk melakukan perawatan gigi.

2. Tujuan khusus :

1. Untuk mendapatkan gambaran yang konkret rasa takut pada

anak.

2. Mengetahui banyak tidaknya anak yang merasa takut terhadap

perwatan gigi pada SD. Negeri 22 Beloparang Kec.Bissappu

Kab.Bantaeng .kelas IV dan V

D. Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan pengetahuan tentang rasa takut anak terhadap

perawatan gigi dan cara menanganinya

2. Sebagai bahan pelajaran bagi para mahasiswa (i) perawat gigi dalam

menangani anak yang memiliki perasaan takut terhadap perawatan

gigi.

Page 5: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

5

3. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat menjadi acuan,

masukan atau referensi bagi peneliti berikutnya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mengetahui Rasa Takut

Takut merupakan suatu perasaan yang bisa dialami oleh setiap

orang dalam kehidupannya setiap hari. Takut sering berhubungan

erat.Saat orang merasa takut akan sesuatu, walaupun perasaan takut

merupakan sesuatu perasaan gelisah terhadap suatu yang diharapkan..

Sebaliknya rasa takut merupakan respon terhadap sesuatu bahaya yang

timbul pada saat ini. Maka di sini rasa takut berkaitan erat dengan di sini

dan sekarang (masa kini).

(http://id.shvoong.com/social-sciences/psycology/1669724-Rasa-Takut-

Dan-Cemas/4juni2010)

Rasa takut yang dialami anak adalah hal biasa. Namun, ada

baiknya Anda membantu mengatasinya agar ketakutan tersebut tak

berlanjut menjadi fobia. Merasa takut dalam situasi tertentu yang tidak

nyaman, tentu tidak pernah menyenangkan. Namun, ketakutan

sebenarnya merupakan suatu keadaan alamiah yang membantu individu

melindungi dirinya dari suatu bahaya, sekaligus memberi pengalaman

baru. Bahkan, pada anak-anak, perasaan seperti ini tidak hanya normal,

Page 6: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

6

tetapi juga sangat dibutuhkan.Merasakan dan mengatasi rasa.takut dapat

membantu anak-anak mempersiapkan diri untuk menghadapi

pengalaman-pengalaman yang membingungkan dan situasi yang

menantang dalam kehidupan. Memiliki ketakutan terhadap hal-hal

tertentu sebenarnya bisa membantu untuk menjaga tingkah lakunya.

(http://www.dechacare.com/Menghilangkan - Rasa- Takut - pada-Anak-

1747html, 4 juni 2010)

1. Pengertian dan Perbedaan Rasa Takut

Rasa takut adalah emosi primer yang diperoleh bayi setelah

lahir. Rasa takut merupaka respon primitif dan merupakan suatu

mekanisme protektif untuk melindungi seseorang dari bahaya dan

peng rusakan diri. Rasa takut dapat digunakan untuk menghindarkan

anak dari keadaan bahaya, baik fisik maupun sosial.Rasa takut

kebanyakan diperoleh pada masa anak dan remaja, dan rasa takut ini

menetap sampai dewasa. Rasa takut lebih banyak ditemukan pada

anak perempuan daripada laki-laki. (E Arlia Budiyanti, Yuke

Yulianingsih H, 2001).

Rasa takut juga dapat didefenisikan sebagai suatu unsur

utama dari perasaan, dalam kehidupan dan merupakan naluri yang

memperingatkan manusia akan adanya bahaya agar siap melindungi

dan mempertahankan diri dari ancaman tersebut. (Fajriani

Hendrastuti, 2003)

Page 7: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

7

Rasa takut adalah sifat kepribadian dan dapat berubah

kebimbangan, ketegangan, atau kegelisahan yang berasal dari

antisipasi terhadap bahaya,yang sumbernya umumnya tidak diketahui

dan tidak dikenal

2. Macam-Macam Rasa Takut

Rasa takut pada anak ada dua macam yaitu : (Fajriani

Hendrastuti, 2003)

a. Rasa Takut Subyektif

Rasa takut subyektif merupakan rasa takut yang bersifat

sugesti yaitu adanya rasa takut yang timbul oleh cerita-cerita dan

pengalaman orang lain, tanpa seorang anak pernah

mengalaminya. Rasa takut ini didapatkan terutama oleh orangtua

dan lingkungan sekitarnya,dapat pula timbul karena pengaruh

menonton televisi, karikatur, radio dab buku yang biasanya

tersimpan dalam pikiran seorang anak yang dapat menimbulkan

rasa takut akibat image yang salah. Seorang anak belum

mempunyai banyak pengalaman sehingga jika ada orang yang

bercerita atau melihat sesuatu yang menyakitkan, dalam diri

seorang anak akan berkembang rasa takut yang berkesan dalam

pikiran dan imajinasinya yang hidup sehingga sesuatu dapat

menjadi hebat dan besar, karena seorang anak sangat peka

terhadap sugesti. Rasa takut seorang anak biasanya akan hilang

Page 8: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

8

apabila dapat dibuktikan atau diyakinkan bahwa suatu obyek atau

hal itu tidak sesuai dengan yang dipikirkannya.

b. Rasa Takut Objektif

Merupakan rasa takut yang dirasakan sendiri oleh penderita

yang disebabkan oleh rangsangan fisik yang langsung diterima

oleh panca indera anak. Tanda-tanda fisik yang nampak pada

seseorang apabila dalam keadaan takut berupa peningkatan

debaran jantung, ketegangan otot dan tanda-tanda emosi

lainnya. Rasa takut obyektif juga dapat bersifat asosiatif seperti

seperti pengalaman yang dialami seorang anak yang tidak

adanya hubungannya dengan sakit gigi, misalnya anak pernah

dirawat dirumah sakit dan mengalami hal-hal yang tidak

menyenangkan, pengalaman ini membuat anak merasa takut

apabila melihat orang yang berbaju putih. Adanya rasa takut

dapat merendahkan ambang rasa sakit, sehingga rasa sakit yang

ringan saja dapat membuat ketakutan yang meningkat.

B. Tingkah Laku Anak Saat Perawatan Gigi

4 kategori tingkah laku anak yang di kenal oleh Frankl dkk

adalah: (G.G.Kent, A.S. Blinkhorn, 2005)

1. Sangat negatif : menolak perawatan, meronta-ronta dan

membantah, amat takut, menangis kuat-kuat, menarik atau

mengisolasi diri, atau keduanya.

Page 9: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

9

2. Sedikit negatif : mencoba bertahan, menyimpan rasa takut dari

minimal sampai sedang , nervus atau menangis.

3. Sedikit positif : berhati-hati menerima perawatan dengan agak

segan, dengan taktik bertanya atau menolak,cukup bersedia

bekerja sama dengan dokter/perawat gigi.

4. Sangat positif : bersikap baik dengan operator, tidak ada tanda-

tanda takut, tertarik pada prosedur, dan membuat kontak verbal

yang baik.

C. Perasaan Takut Anak Pada Perwatan Gigi

Pada anak, perkembangan fungsi penguasaan diri, perkembangan

emosi seperti rasa takut, maupun perkembangan motoriknya belum

berkembang sepenuhnya. Sehingga pada suatu perawatan, perilaku

anak masih sulit dikendalikan. (Hendrastuti,fajriani, 2003)

Rasa takut terhadap perawatan yang dilakukan oleh dokter/perwat

gigi, pada umumnya merupakan asumsi pribadi. Ketidak tahuan

penderita akan perawatan yang dilakukan oleh dokter/perawat gigi,

merupakan faktor utama untuk timbulnya rasa takut. Selain itu pula,

masih ada anggapan bahwa perawatan atau pengobatan gigi ke

dokter/perwat gigi merupakan hukuman penderita terhadap keadaan gigi

dan mulutnya yang buruk. Adanya asumsi diatas akan merupakan

hambatan untuk berobat gigi. (Heriandi Sutadi,1992)

Page 10: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

10

Beberapa ahli melaporkan bahwa pada umumnya rasa takut timbul

akibat pengalaman perawatan gigi semasa anak-anak. (Heriandi

Sutadi,1992)

1. Sumber Rasa Takut Anak Dalam Perawatan Gigi

Sumber utama rasa takut dalam perawatan gigi pada anak

adalah riwayat medic yang telah dialami, kecemasan maternal, dan

kepeduliannya terhadap masalah gigi. Bagi seorang anak, mungkin

tidak ada bedanya antara seorang dokter umum dan dokter gigi,

karena mereka memakai baju putih yang sama. Rasa sakit pada

kunjungan ke dokter, di bayangkan oleh anak akan dialaminya saat

berkunjung ke dokter gigi. (Sri H Soemartono, 2003)

Pada anak yang sedang berkembang terutama anak pra

sekolah (3-5 tahun) mereka baru mulai memfomulasikan konsep

waktu dan diri (self) serta membedakan suasana hati mereka dengan

kejadian-kejadian eksternal. Anak belajar dari lingkungan dan

keluarga merupakan yang pertama kali berpengaruh terhadap sikap

anak. Telah dibuktikan bahwa, ada hubungan yang yang bermakna

antara rasa takut itu dan tingkah laku anak pada usia 3-7 tahun pada

kunjungan pertama ke dokter gigi.dan selanjutnya ada pula hubungan

yang sangat bermakna pada anak usia 3-4 tahun. Demikian juga dari

saudara kandung, anak mulai mendengar cerita mengenai hal-hal

yang tidak menyenagkan tentang perawatn gigi. Juga dari seluruh

Page 11: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

11

anggota keluarga, yang secara tidak sadar membicarakan

bagaimana mereka menerima perawatan gigi, yang diikuti pula oleh

anak yang belum pernah mempunyai pengalaman dalam perawatan

gigi. Pengalaman yang tidak menyenangkan dalam perawatan gigi

pada anak akan berpengaruh pula pada tingkah lakunya sehingga

memerlukan bwaktu untuk mengembalikan kepercayaannya. (Sri H

Soemartono,2003)

Rasa takut pada seorang anak kebanyakan terjadi pada

kunjungan pertama ke dokter gigi tetapi pada umumnya anak dapat

mengontrol rasa takut ini dengan daya pikirnya seorang anak tidak

dapat mengontrol rasa takutnya sering disebabkan juga oleh sikap

orang tua yang salah sehingga menyebabkan rasa takut yang sudah

ada sejak dari rumah. Biasanya sikap seorang anak sering berubah-

ubah dalam waktu singkat, terkadang anak mau menerima perwatan

gigi debgan baik tetapi disaat lain menjadi tidak patuh, perubahan

sikap ini biasanya disebabkan keinginan seorang anak untuik

menghindarkan diri dari rasa sakit atau rasa tidak nyaman yang

ditafsirkan sebagai sesuatu yang menggangu kesenangannya.

(Hendrastuti,fajriani, 2003)

2. Penyebab Rasa Takut Anak Dalam Perawatan Gigi

Page 12: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

12

Pada umumnya penyebab rasa takut dalam perwatan gigi pada

anak timbul terutama pada alat yang dilihatnya, yang sepertinya akan

membuatnya merasa sakit. Itu situasi dan keadaan lingkungan

perawtan gigi sangat berpengaruh timbulnya rasa takut sebagai

contoh ruang tunggu yang pengap atau panas berbeda dengan ruang

tunggu yang adem sejuk dan nyaman. Kecemasan pasien anak

terhadap perawatan gigi sering kali timbul karena anak merasa takut

berada di ruang praktik dokter gigi. Ruangan praktik dokter gigi

sebaiknya dibuat senyaman mungkin sehingga anak merasa seperti

di rumahnya sendiri. Ruangan praktik tersebut dibedakan antara

ruang tunggu dan ruang perawatan. Jika tempat praktik tidak terbatas

hanya untuk pasien anak-anak, salah satu metode yang efektif

diantaranya adalah dengan pembuatan ruang tunggu yang dibuat

sedemikian rupa khusus untuk anak. Membuat ruang penerimaan

yang nyaman dan hangat sehingga anak merasa tidak asing ketika

memasukinya, oleh karena itu dekorasi ruangan sangat memegang

peranan penting dan erat kaitannya dengan kondisi psikologis

mereka. (http://guswiyan.blogspot.com/2009/10/mengapa-takut-ke-

dokter-gigi,html,15 juni 2010)

Page 13: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

13

Faktor lain yang seringkali menimbulkan rasa takut pada

perawatan gigi anak adalah keadaan lingkungan kamar praktek,

seperti bau obat-obatan, peralatan, bunyi bur atau mesin. Dan

pengalaman rasa sakit pada perawatan terdahulu sehingga anak

akan takut pada perawatan gigi selanjutnya. ( Hendrastuti, Fajriani,

2003).

Pasien biasanya mengatakan bahwa ketakutan mereka sampai

pada puncaknya ketika menunggu di ruang tunggu. Menghadapi

bayangan yang mungkin terjadi sering kali lebih buruk daripada

kejadian itu sendiri. Pasien biasanya mengatakan bahwa ketakutan

mereka lebih tinggi ketika menunggu di ruang tunggu daripada ketika

mereka sudah duduk di unit kursi gigi. (Arlette Suzy Puspa Pertiwi,

Yetty Herdiyati Nonong, Inne Suherna Sasmita, 2010). Selain itu

salah satu jawaban yang paling tepat mengapa orang takut terhadap

perawatan gigi adalah mengantisipasi penderitaan, karena rasa sakit

yang dialami. (G.G.Kent, A.S. Blinkhorn, 2005)

D. Penanganan Rasa Takut Pada Anak Dalam Perawatan Gigi

Pada saat anak memasuki ruang perawatan gigi dengan sejumlah

perasaan takut, hal yang pertama harus dilakukan oleh dokter gigi adalah

menempatkan anak senyaman mungkin dan mengarahkannya bahwa

Page 14: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

14

pengalamannya ini bukanlah hal yang tidak biasa. Jika tempat praktik

tidak terbatas hanya untuk pasien anak-anak, salah satu metode yang

efektif di antaranya adalah dengan pembuatan ruang tunggu yang dibuat

sedemikian rupa sehingga anak merasa berada di lingkungan rumahnya

sendiri. Membuat ruang penerimaan yang nyaman dan hangat sehingga

anak merasa tidak asing ketika memasukinya, oleh karena itu dekorasi

ruangan sangat memegang peranan penting dan erat kaitannya dengan

kondisi psikologis mereka. (Arlette Suzy Puspa Pertiwi, Yetty Herdiyati

Nonong, Inne Suherna Sasmita, 2010)

Selain itu juga Yang harus dilakukan oleh sorang dokter gigi bila

berhadapan dengan pasien anak-anak dengan rasa takut adalah

menghilangkan rasa takut anak, tindakan yang dapat mengurangi rasa

takut itu antara lain, mengurangi ketakutan keluarga pasien, ketakutan

pasien sendiri, mengurangi keributan dan mengurangi perasaan sakit.

Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan hubungan yang baik antara

dokter dan pasien anak serta pengertian dari orang tua anak.(Fajriani

Hendrastuti,2003)

Untuk menghindari ketakutan anak, perkenalkan anak dengan

dokter gigi sedini mungkin.mulailah pada usia 6 bulan sampai 1 tahun

dimana giginya sudah mulai tumbuh, ajak anak untuk menemani orang

tua untuk berkonsultasi dengan dokter gigi. Anak akan merasa senang

Page 15: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

15

dan tidak takut jika dokter yang menanganinya menyenangkan hati anak

tersebut, terlihat ramah, murah senyum, sabar dan amu menyapa anak

dengan lembut. Jangan memaksa anak untuk pergi kedokter gigi ketika

suasana hatinya sedang tidak baik,pilih waktu yang tepat agar anak

merasa nyaman, tampak ceria, dan mau berbagi cerita.(Gracianti Afrilina,

Juliska Gracinia, 2006)

1. Peranan Orang Tua Terhadap Perawatan Gigi Anak

Orang tua sangat berperan pada perawatan gigi anak, sikap

yang masih sering dijumpai adalah orang tua jarang sekali mengantar

anaknya kedokter gigi untuk pemeriksaan rutin atau sekedar untuk

konsultasi, biasanya orang tua baru mengantarkan anaknya kedokter

gigi apabila ada keluhan atau anak sakit gigi. Sikap yang demikian

tentunya kurang menguntungkan sebab selain perwatannya lebih

sulit bagaimanapun juga menjegah lebih baik daripada mengobati.

(Fajriani Hendrastuti, 2003).

Dokter gigi perlu mengetahui beberapa informasi mengenai

kondisi anak kepada orang tuanya,serta mengamati bagaimana

hubungan anak itu kepada orang tuanya. Didikan orang tua

merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku anak

menerima perawatan gigi. Sikap orang tua yang berpengaruh pada

Page 16: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

16

anak terhadap perawatan gigi antara lain : . (Fajriani Hendrastuti,

2003)

a. Orang tua yang otoriter

Sikap otoriter yang ditunjukkan orang tua biasanya

membuat seorang anak cenderung patuh, bertingkah laku baik,

ramah dan sopan. Sikap anak yang seperti ini akan menerima

perwatan dengan baik yang dilakukan oleh dokter/perawat gigi,

tetapi meskipun demikian dokter/perawat harus bersikap tidak

menambah ketakutan yang mungkin akan dialami anak serta

mengingatkan orang tua untuk bersikap netral.

b. Orang tua yang terlalu sabar

Orang tua yang menunjukkan perhatian yang berlebihan

kepada anak dan segala permintaan/kebutuhan anak selalu

dipenuhi,sehingga sikap yang seperti ini akan membuat anak

tidak mengalami perkembangan dalam reaksinya.perilaku anak

akan menjadi pemarah, tidak memiliki kontrol diri, mempunyai

keinginan yang berlebihan, menjadi lengah, dan tidak penurut.

Sikap orang tua yang demikian mengharuskan dokter gigi

memberikan pengertian kepada orang tua terhadap tindakan

yang mungkin akan dilakukan dalam perwatan.karena anak

dengan orang tua seperti ini biasanya memiliki sikap menentang.

Page 17: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

17

c. Orang tua yang terlalu melindungi

Sikap seperti ini membuat anak akan mengalami

keterlambatan dalam pematangan sosial dan aturan-aturan sosial

anak akan memiliki perasaan selalu dibawah, merasa tidak

berdaya, malu, dan sering merasa cemas. Bisanya orang tua

yang terlalu melindungi memiilki perasaan takut yang berlebihan

untuk itu dokter/perawat gigi harus memberi lebih banyak waktu

untuk menjelaskan hal-hal yng berhubungan dengan perawatan

gigi.sebab jika rasa takut pada orang tua berkurang akan

mengurangi pada anak.

d. Orang tua yang lalai

Sikap ini menunjukkan kurangnya perhatian orng tua

terhadap kesehatan gigi anaknya. Biasanya tipe orang tua seperti

ini terlihat setelah kunjungan pertama dan saat perjanjian

kunjungan berikutnya anak tersebut tidak kembali. Hal lain yang

Nampak adalah penyuluhan dan motivasi-motivasi yang diberikan

oleh dokter/perawat gigi tidak dijalankan dengan baik.penyebab

ini mungkin diakibatkan oleh kesibukan orang tua sehingga anak

menjadi kurang perhatian.

Page 18: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

18

e. Orang tua yang manipulatif

Orang tua yang suka bertanya secara berlebihan, dalam

hal perawatan gigi pertanyaan berkisar berapa lama perwatan,

proses mendiagnosis penyakit dan proses perawatan gigi.

Keingintahuan orang tua ini biasanya justru membuat anak

semakin takut. Dokter/perawat gigi harus mengatur situasi yang

baik untuk berdiskusi dengan orang tua agar mereka dapat

mengerti dan mengenal prosedur perwatan gigi dengan baik.

f. Orang tua yang suka mencurigai

Orang tua mempertanyakan perlunya perawatan gigi,

pertanyaan ini biasanya bukan karena keingintahuan dari orang

tua tetapi karena rasa ketidak percayaannya terhadap dokter

gigi.Pendekatan kejiwaan anak merupakan salah satu solusi

mengatasinya. Si buah hati yang terlanjur sudah trauma

membutuhkan kondisi kejiwaan yang stabil. Berikut ini tips yang

biasa dilakukan:

( http://konsultasikesehatan.net/index.php/2010/tips -mengatasi-

rasa-takut-anak-saat-berobat-ke-dokter/,15 juni 2010)

Ajak si buah hati berkomunikasi dan bermain peran. Si buah

hati bisa diajak bermain dokter-dokteran , di mana ia berperan

menjadi dokter. Di saat si buah hati memerankan dokter tersebut,

Page 19: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

19

yang dianggap sosok menakutkan, ajaklah komunikasi dan

yakinkan bahwa si buah hati yang menjadi ‘dokter’ bukan tokoh

yang menakutkan

1. Belikan mainan yang berhubungan dengan peran dokter. Seperti

stetoskop, baju dokter, dan lain- lain. Dengan menggabungkan

langkah no 1, tentunya si buah hati akan  lebih ‘familiar’ dengan

dunia kesehatan. Pada akhirnya si buah hati menjadi tidak takut

pada dokter.

2. Belikan buku seri anak  bercerita / mendongeng yang di dalamnya

ada cerita tentang tokoh yang berani berobat ke dokter atau

diperiksa oleh dokter.

3. Buat si buah hati merasa aman dan nyaman saat berkunjung ke

dokter. Misalnya ia diperkenankan membawa mainan kesukannya,

memakai baju kesukaannya, atau sehabis berobat diajak ke

tempat bermain/ makan  kesukaannya.

4. Tidak salah juga apabila si buah hati diajak menemani kakak/

saudara lainnya berobat sehingga ia biasa melihat dan

mendapatkan informsi  bagaimana menjaga kesehatan. Misalnya

saat pergi ke dokter gigi, maka si buah hati mendapat pelajaran

bagaimana cara menjaga giginya  dan menjauhi permen

2. Penanganan Anak Secara Psikologis Oleh Dokter Gigi

Page 20: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

20

Pada tahun 1959 addelston mengembangkan cara membentuk

tingkah laku pasien sesuai dengan yang diinginkan dibagi dengan 3

tahap yang dikenal dengan Tell-show-do yang dikenal dengan TSD:

(Sri H Soemartono 2003)

a. Tell yaitu mengatakan kepada anak dengan bahasa yang biasa

dimengerti oleh anak tersebut, tentang apa yang akan dilakukan.

Dalam hal ini di jelaskan juga alat-alat yang mungkin akan

digunakan. Setiap kali anak akan menunjukkan hal yang positif

diberikan penghargaan .

b. Show yaitu dilakukan jika anak telah mengerti apa yang telah

diceritakan. Untuk ini diperlukan model yang pilih sesuai dengan

tindakan apa yang akan dilakukan tanpa menimbulkan rasa takut.

Bertindak sebagai model mungkin dokter/perwat giginya sendiri

orang tua atau pasien lain. Pilihan lain misalnya model gigi,

poster, film, rekaman video, dan alat-alat peraga yang lain. Pada

waktu penyampaian dijaga agar tidak menimbulkan rasa takut

pada anak. Gerakan yang tiba-tiba atau suara bor atau mesin lain

kadang-kadang mengejutkan anak,mengakibatkan anak menjadi

takut.

c. Do yaitu tahap terakhir yang dilakukan jika tahap show telah dapat

diterima oleh anak pada tahap do maupun show dilakukan sesuai

dengan apa yang telah diceritakan maupun ditunjukkan.

Page 21: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

21

TSD dapat diterapkan pada anak dengan sikap, umur, dan

kemampuan yang berbeda-beda , Sebenarnya TSD telah

dilakukan kombinasi 3 cara untuk melakukan pendekatan yaitu :

reinforcement, modeling, desensitisasi. (Sri H Soemartono, 2003)

a. Reinforcement

Merupakan tindakan untuk menghargai prestasi yang telah

dicapai, agar prestasi tersebut diulang. Tindakan ini berupa

imbalan yang akan menguatkan tingkah laku anak yang di

inginkan pada waktu yang akan datang. Telah disepakati, bahwa

dalam teori belajar dalam perkembangan anak, perilaku yang

ditunjukkan adalah responnya terhadap imbalan dan hukuman

dari sekitarnya. Bentuk imbalan yang sangat penting adalah kasih

saying dan persetujuan yang pertama kali didapat dari orang tua

dan kemudian dari teman sebaya. Imbalan dapat pula dalam

bentuk materi, imbalan sosial misalnya dengan senyuman,

belaian atau pujian. (Sri H Soemartono, 2003)

b. Modeling

Prinsip teknik ini adalah dengan mengikutsertakan anak

untuk mengamati anak lain menjalani perawatan dan

memperlihatkan tingkah laku yang baik selama perawatan gigi.

Dapat pula mempergunakan film atau video yang

Page 22: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

22

memperlihatkan hasil yang memuaskan pada perawatan gigi

anak.

c. Desensitisasi

Desensitisasi adalah suatu cara yang paling sering digunakan

oleh psikolog untuk mengatasi rasa takut. Aplikasi desensitisasi

dalam perawatan gigi anak yang pertama kali harus diketahui

adalah objek yang ditakuti. Apabila sudah diketahui dapat

disusun rangsangan yang menimbulkan rasa takut dan

berdasarkan hal ini dilakukan desensitisasi, dengan tahapan

meembuat pasien merasa relaks, dan membangun urutan

rangsangan mulai yang paling rendah dan perlahan

memperkenalkan perawatan yang akan di berikan kepada pasien

tersebut.

Page 23: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

menggunakan Kuisoner.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan pada SD Negeri 22 Beloparang,

Kec.Bissappu Kab.Bantaeng.

2. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan ............

C. Popalasi dan Sampel

1. Populasi adalah setiap subyek dapat berupa manusia, binatang

percobaan data laboratorium,dan lain-lain yang memenuhi

karakteristik yang diperlukan. Adapun populasi dalam penelitian ini

adalah siswa SD Neg.22 Beloparang,Kec.Bissappu Kab.Bantaeng.

2. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu hingga dianggap mewakili populasinya. Cara pengambilan

sampel yang dilakukan adalah penarikan sampel secara acak

(random sampling) adapun sampel dalam penelitan ini adalah

kelas IV dan V

Page 24: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

24

D. Kerangka Konsep

1. Variabel bebas : Perasaan takut dan cemas

2. Variable terikat : Perawatan gigi

3. Variabel perancu : Pengetahuan, lingkungan, sosial ekonomi,

mmmmmmmmmmmm dan sikap orang tua.

Variabel bebas Variabel terikat

Variabel perancu

Keterangan :

1. Variabel Bebas yang mempengaruhi variabel terikat yaitu rasa

takut

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel bebas

yaitu perawatan gigi anak

Rasa takut perawatan gigi

anak

1. Pengetahuan 2.

Lingkungan 3.

Sosial ekonomi 4.

Sikap Orang Tua

Page 25: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

25

3. Variabel perancu adalah variabel yang tidak diteliti yaitu

pengetahuan, lingkungan, sosial ekonomi, dan sikap orang tua

E. Alat dan Bahan

1. Lembaran Kuisoner

2. Alat Tulis Menulis

F. Defenisi Operasional

1. Rasa takut adalah emosi primer yang diperoleh bayi setelah lahir.

Rasa takut merupakan respon primitif dan merupakan suatu

mekanisme protektif untuk melindungi seseorang dari bahaya dan

pengrusakan diri.

2. Perawatan gigi anak adalah kegiatan pemeriksaan sampai

pemberian tindakan (memasuki tahap kerja) pada gigi anak-anak.

3. Faktor lain yang mempengaruhi rasa takut adalah :

a. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan

diperoleh manusia melalui pengamatan akal.Pengetahuan

muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk

mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah

dilihat atau dirasakan sebelumnya seperti halnya rasa takut

akan perawatan gigi. (http://www.pdfound.com/pdf/definisi-

pengetahuan-menurut-soekidjo-notoatmodjo.html,25 juni 2010)

Page 26: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

26

b. Lingkungan (adanya pengaruh dari luar) seperti pengalaman

dari orang lain, tetapi anak tersebut belum pernah mengalami

seebelumnya. ( Fajriani Hendrastuti, 2003)

c. Sosial ekonomi: seorang anak yang berasal dari tingkat

ekonomi menengah kebawah biasanya akan engan untuk

berobat kedokter gigi, akan menyebabkan anak merasa takut

untuk berobat.

d. Sikap orang tua terhadap anaknya sangat berpengaruh pada

tingkah laku anak pada saat melakukan perawatan gigi. Seperti

orang tua yang terlalu sabar, otoriter, terlalu melindungi, dan

lain –lain.(Fajriani Hendrastuti, 2003)

Page 27: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 4 - 5 Juli 2011 di

SD Negeri 22 Beloparang Kab. Bantaeng dapat dilihat dalam bentuk

tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1: Data distributor persentase rasa takut berdasarkan jenis

kelamin pada murid Kelas V da VI SD Negeri 22 Beloparang.

NO. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-laki 14 46,7%

2 Perempuan 16 53,3%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase rasa takut pada

murid perempuan lebih tinggi (53,3%), di bandingkan dengan rasa takut

pada murid laki-laki (46,7%).

Tabel 4.2 : Data jawaban quisioner Rasa takut pada murid Kelas V da VI

SD Negeri 22 Beloparang

No. Pertanyaan tentang rasa takut TakutTidak takut

1 Takut terhadap perawatan gigi 17 13

2Berkeringat saat dokter/perawat gigi melakukan perawatan gigi

10 20

3 Takut saat dokter/perawat gigi 16 14

Page 28: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

28

memegang alat pencabutan gigi (tang)

4 Takut melihat jarum suntik 16 14

5 Takut melihat bor gigi 18 12

6Tegang pada saat berada diruangan perawatan

16 14

7Takut berkunjung ke Puskesmas jika sakit gigi

13 18

8 Takut melihat dokter/perawat gigi 11 19

9Takut ketika mendengar suara bor gigi

14 16

10Takut saat mencium bau obat – obatan dalam ruangan perawatan gigi

15 15

11Takut terhadap perawatan gigi sehingga tidak menjawab pertanyaan Dokter/perawat gigi

8 22

12

Takut saat Dokter/perawat gigi memegang alat cabut (tang) sehingga menolak membuka mulut

15 15

13Takut melihat jarum suntik, sehingga tidak mematuhi perintah Dokter/perawat gigi

14 16

14

Takut pada saat sakit gigi sehingga tidak mau berobat ke Puskesmas

11 19

15Takut ketika melihat Dokter/ perawat gigi sehingga menolak untuk diperiksa.

9 21

Dari tabel 4.2 di peroleh data hasil penelitian:

Dari 30 siswa terdapat 17 siswa yang merasa takut terhadap perawatan gigi sebanyak dan 13 siswa yang tidak takut terhadap perawatan gigi.

Page 29: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

29

Dari 30 siswa terdapat10 siswa yang berkeringat saat dokter/perawat gigi melakukan perawatan gigi dan 20 tidak berkeringat saat dokter/perawat gigi melakukan perawatan gigi.

Dari 30 siswa terdapat 16 siswa yang takut saat dokter/perawat gigi memegang alat pencabutan gigi (tang) dan 14 siswa tidak takut saat dokter/perawat gigi memegang alat pencabutan gigi (tang).

Dari 30 siswa terdapat 16 siswa yang takut melihat jarum suntik dan 14 siswa takut melihat jarum suntik

Dari 30 siswa terdapat 18 siswa takut melihat bor gigi dan 12 siswa takut melihat bor gigi.

Dari 30 siswa terdapat 16 siswa tegang pada saat berada diruangan perawatan dan 14 siswa tidak tegang pada saat berada diruangan perawatan.

Dari 30 siswa terdapat 12 siswa takut berkunjung ke Puskesmas dan 18 siswa yang tidak takut berkunjung ke Puskesmas.

Dari 30 siswa terdapat 11 siswa takut melihat dokter/perawat gigi dan 19 siswa yang tidak takut melihat dokter/perawat gigi.

Dari 30 siswa terdapat 14 siswa takut ketika mendengar suara bor gigi dan 16 siswa yang tidak takut ketika mendengar suara bor gigi.

Dari 30 siswa terdapat 15 siswa takut saat mencium bau obat – obatan dalam ruangan perawatan gigi dan 15 siswa yang tidak takut saat mencium bau obat – obatan dalam ruangan perawatan gigi

Dari 30 siswa terdapat 8 siswa takut terhadap perawatan gigi sehingga tidak menjawab pertanyaan Dokter/perawat gigi dan 22 siswa yang tidak takut terhadap perawatan gigi sehingga tidak menjawab pertanyaan Dokter/perawat gigi.

Dari 30 siswa terdapat 15 siswa takut saat Dokter/perawat gigi memegang alat cabut (tang) sehingga menolak membuka mulut dan 15 siswa yang tidak takut saat Dokter/perawat gigi memegang alat cabut (tang) sehingga menolak membuka mulut.

Dari 30 siswa terdapat 14 siswa takut melihat jarum suntik, sehingga tidak mematuhi perintah Dokter/perawat gigi dan 16 siswa yang tidak takut melihat jarum suntik, sehingga tidak mematuhi perintah Dokter/perawat gigi

Dari 30 siswa terdapat 11 siswa yang takut pada saat sakit gigi sehingga tidak mau berobat ke Puskesmas dan 19 siswa yang tidak takut pada saat sakit gigi sehingga tidak mau berobat ke Puskesmas.

Page 30: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

30

Dari 30 siswa terdapat 9 siswa yang takut ketika melihat Dokter/ perawat gigi sehingga menolak untuk diperiksa.dan 21 siswa yang tidak takut ketika melihat Dokter/ perawat gigi sehingga menolak untuk diperiksa.

B. Pembahasan

Berdasarkan tabel yang diperoleh dari hasil penelitian yang

dilakukan pada murid kelas V dan VI SD Negeri 22 Beloparang pada

tanggal 4 - 5 juli 2011sebagian besar dari sampel tidak memiliki rasa

takut terhadap perawatan gigi.

Pada tabel yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa

sebagian murid pada SD tersebut tidak merasa takut untuk melakukan

perawatan gigi, sebagian besar dari mereka tidak merasa takut saat

melakukan perawatan gigi. Karena dari murid-murid tersebut sebagian

besar sudah mengetahui pentingnya dalam melakukan perawatan gigi.

Dalam penelitian ini ada beberapa pertanyaan yang di berikan

terhadap murid-murid kelas V dan VI, tentang rasa takut pada perawatan

gigi, di antaranya :

Takut melihat jarum suntik

Takut melihat alat pencabutan (tang)

Takut mencium bau obat-obatan

Takut pada saat sakit gigi sehingga tidak mau berobat ke

Puskesmas.

Page 31: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

31

Takut ketika mendengar suara alat bor gigi

Takut terhadap perawatan gigi sehingga tidak mau di

periksa

Tegang pada saat berada di dalam ruangan perawatan

Dari sebagian pertanyaan dari rasa takut yang di tanyakan kepada

murid-murid kelas V dan VI ada 15 pertanyaan dari 30 orang, dan untuk

mengetahui seberapa banyak yang takut, tidak takut, dan sangat takut.

Yang di gabungkan dalam pertanyaan yang di berikan kepada murid-

murid sebanyak 15 nomor dan setalah penelitian, sebagian besar dari

sampel, tidak memiliki rasa takut terhadap perawatan gigi.

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat di lihat bahwa pada anak-

anak SD Neg. 22 beloparang yang merasa takut sebesar 44,9 %, dan

yang tidak takut saat perawatan gigi sebesar 55,1%, Adapun data-data

dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Jumlah seluruh murid kelas V berjumlah 18 orang, terdiri dari

10 laki-laki dan 8 perempuan, sedangkan kelas VI berjumlah 24

orang terdiri dari 13 laki-laki dan 11 perempuan.

2. Jumlah murid yang hadir pada saat penelitian adalah 30 orang,

kelas V berjumlah 12 orang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 9

Page 32: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

32

orang perempuan dan murid kelas VI berjumlah 18 orang terdiri

dari 11 laki-laki dan 7 perempuan.

3. Murid yang tidak hadir dalam saat penelitian berjumlah 12

orang

4. Dari 15 pertanyaan yang di tanyakan pada 30 orang ada 450

total jawaban, yang terdiri dari 248 (55,1%) menjawab tidak

takut dan 202 (44,9 %) untuk menjawat takut.

Ternyata setelah pengolahan data dari hasil penelitian berbeda

antara hipotesa akhir dan hipotesa awal. Berarti anak-anak SD Negeri 22

Beloparang sudah mengerti tentang kesehatan gigi walaupun sampelnya

hanya kelas V dan VI saja.

Hal ini bisa saja terjadi karena disebabkan oleh garis koordinasi

dan kerjasama antara sekolah dan Puskesmas sudah terjalin baik,

sehingga program UKGS berjalan dengan baik.

Dalam penelitian ini antusiasme dari murid-murid sekolah tersebut

sangat menyambut baik kehadiran saya , selain itu sebelum membagikan

kuisioner terlebih dahulu diadakan penyuluhan mengenai kesehatan gigi

dan mulut. Hambatan dalam penelitian ini , banyak murid yang tidak

hadir.

Page 33: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

33

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa anak-anak pada SD

Neg. 22 Beloparang yang merasa takut sebesar 44,9 %, dan yang tidak

takut saat perawatan gigi sebesar 55,1%, maka dapat disimpulkan bahwa

pada murid kelas V dan VI SD Negeri 22 Beloparang sebagian besar

sudah tidak takut lagi untuk melakukan perawatan gigi, hal ini

menandakan bahwa anak–anak di daerah tersebut memiliki sifat

kooperatif dalam hal perawatan gigi.

Berdasarkan tabel yang diperoleh dari hasil penelitian yang

dilakukan pada murid kelas V dan VI SD Neg. 22 Beloparang. Pada

tanggal 4-5 Juli 2011 sebagian besar dari sampel tidak memiliki rasa

takut terhadap perawatan gigi.

Jadi keberanian anak–anak dalam melakukan perawatan gigi

bukan hanya disebabkan oleh faktor dari orang tua saja, melainkan juga

dari faktor lingkungannya, dalam hal ini sekolah itu sendiri, dan

dukungan dari pihak Puskesmas dalam kegiatan UKGS.

B. Saran

Page 34: Perasaan Takut Pada Anak Siswa Sd Dalam Melakukan Perawatan-gigi

34

1. Mutu dari lintas program antara Kementrian Kesehatan dan

Kementrian Pendidikan di wilayah Kerja Puskesmas masih perlu

ditingkatkan.

2. Membentuk dan memperdayakan kader kesehatan (kesehatan gigi

dan mulut) melalui kegiatan Posyandu dan UKGS.