103
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengatasi kesulitan likuiditas jangka pendek yang dapat dialami oleh perbankan, Bank Indonesia menyediakan pinjaman likuiditas jangka pendek kepada bank; b. bahwa dalam rangka penyediaan pinjaman likuiditas jangka pendek kepada bank, perlu diatur mengenai mekanisme dan hal-hal teknis pelaksanaan penyediaan pinjaman likuiditas jangka pendek; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang pinjaman likuiditas jangka pendek bagi bank umum konvensional; Mengingat : Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/3/PBI/2017 tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek Bagi Bank Umum Konvensional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6044);

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

  • Upload
    vuhuong

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR

NOMOR 19/6/PADG/2017

TENTANG

PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengatasi kesulitan likuiditas

jangka pendek yang dapat dialami oleh perbankan, Bank

Indonesia menyediakan pinjaman likuiditas jangka

pendek kepada bank;

b. bahwa dalam rangka penyediaan pinjaman likuiditas

jangka pendek kepada bank, perlu diatur mengenai

mekanisme dan hal-hal teknis pelaksanaan penyediaan

pinjaman likuiditas jangka pendek;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan

Anggota Dewan Gubernur tentang pinjaman likuiditas

jangka pendek bagi bank umum konvensional;

Mengingat : Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/3/PBI/2017 tentang

Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek Bagi Bank Umum

Konvensional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2017 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6044);

Page 2: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

2

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG

PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM

KONVENSIONAL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang dimaksud

dengan:

1. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang

mengatur mengenai Bank Indonesia.

2. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK

adalah Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Otoritas

Jasa Keuangan.

3. Bank Umum Konvensional yang selanjutnya disebut Bank

adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan,

tidak termasuk kantor cabang dari bank yang

berkedudukan di luar negeri.

4. Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disingkat UUS

adalah unit usaha syariah sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan

syariah, tidak termasuk unit usaha syariah dari kantor

cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri.

5. Giro Wajib Minimum yang selanjutnya disingkat GWM

adalah giro wajib minimum primer dalam rupiah

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia

yang mengatur mengenai giro wajib minimum bank

umum.

Page 3: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

3

6. Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek adalah keadaan yang

dialami Bank yang disebabkan oleh terjadinya arus dana

masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana

keluar dalam rupiah yang dapat membuat Bank tidak

dapat memenuhi kewajiban GWM.

7. Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek yang selanjutnya

disingkat PLJP adalah pinjaman dari Bank Indonesia

kepada Bank untuk mengatasi Kesulitan Likuiditas

Jangka Pendek yang dialami oleh Bank.

8. Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disingkat SBI

adalah Sertifikat Bank Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur

mengenai operasi moneter.

9. Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya

disingkat SBIS adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia

yang mengatur mengenai operasi moneter syariah.

10. Sertifikat Deposito Bank Indonesia yang selanjutnya

disingkat SDBI adalah Sertifikat Deposito Bank Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia

yang mengatur mengenai operasi moneter.

11. Surat Utang Negara yang selanjutnya disingkat SUN

adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan

utang dalam mata uang rupiah yang dijamin pembayaran

bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia,

sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai surat

utang negara.

12. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disingkat

SBSN, atau yang dapat disebut Sukuk Negara adalah

surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan

prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan

terhadap aset SBSN, dalam mata uang rupiah,

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang

mengatur mengenai surat berharga syariah negara.

13. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disingkat SBN

adalah SUN dan SBSN.

Page 4: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

4

14. Aset Kredit adalah aset Bank berupa kredit sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur

mengenai perbankan, tidak termasuk kredit dalam valuta

asing.

15. Aset Pembiayaan adalah aset Bank berupa pembiayaan

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang

mengatur mengenai perbankan syariah, tidak termasuk

pembiayaan dalam valuta asing.

16. Obligasi Korporasi adalah surat utang yang diterbitkan

oleh korporasi selain Bank yang mengajukan permohonan

PLJP, dalam mata uang rupiah, dan ditatausahakan di

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), termasuk

obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah.

17. Sukuk Korporasi adalah surat utang yang diterbitkan

berdasarkan prinsip syariah oleh korporasi selain Bank

yang mengajukan permohonan PLJP, dalam mata uang

rupiah, dan ditatausahakan di KSEI, termasuk sukuk

yang diterbitkan oleh pemerintah daerah.

18. Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement yang

selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS adalah Sistem BI-

RTGS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank

Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan

setelmen dana melalui Sistem BI-RTGS.

19. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System

yang selanjutnya disingkat BI-SSSS adalah BI-SSSS

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia

yang mengatur mengenai penyelenggaraan

penatausahaan surat berharga melalui BI-SSSS.

BAB II

PERSYARATAN PLJP

Pasal 2

(1) Bank yang mengalami Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek

dapat mengajukan permohonan PLJP kepada Bank

Indonesia.

Page 5: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

5

(2) Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

memperoleh PLJP apabila Bank memenuhi persyaratan:

a. tergolong sebagai Bank solven yang tercermin dari

rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM)

bulan terkini yang memadai, dengan ketentuan

sebagai berikut:

1. paling rendah sama dengan rasio KPMM

berdasarkan profil risiko terakhir sesuai

penilaian OJK sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan yang mengatur mengenai kewajiban

penyediaan modal minimum; dan

2. dalam hal terdapat peristiwa setelah periode

pelaporan (subsequent events) yang dapat

mempengaruhi rasio KPMM Bank maka KPMM

bulan terkini merupakan KPMM bulanan terkini

sesuai penilaian OJK yang dilengkapi dengan

informasi kondisi terakhir Bank berupa

subsequent events dimaksud;

b. memiliki peringkat komposit tingkat kesehatan Bank

paling rendah 2 (dua) sesuai penilaian OJK

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang

mengatur mengenai penilaian tingkat kesehatan bank

umum;

c. memiliki agunan berkualitas tinggi sebagai jaminan

PLJP yang memenuhi ketentuan sebagaimana diatur

dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini; dan

d. diperkirakan mampu untuk mengembalikan PLJP.

Pasal 3

(1) Bank mengajukan plafon PLJP berdasarkan perkiraan

jumlah kebutuhan likuiditas sampai dengan Bank

memenuhi GWM.

(2) Perkiraan jumlah kebutuhan likuiditas sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada proyeksi arus kas

paling singkat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal

permohonan PLJP.

Page 6: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

6

BAB III

AGUNAN PLJP

Bagian Kesatu

Persyaratan Agunan

Pasal 4

(1) PLJP harus dijamin dengan agunan berkualitas tinggi

berupa:

a. SBI;

b. SBIS yang dicatat dalam pembukuan UUS dari Bank;

c. SDBI;

d. SBN, termasuk SBSN yang dicatat dalam pembukuan

UUS dari Bank;

e. Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi,

termasuk Sukuk Korporasi yang dicatat dalam

pembukuan UUS dari Bank;

f. Aset Kredit; dan/atau

g. Aset Pembiayaan dengan akad mudharabah, akad

musyarakah, dan/atau akad ijarah nonjasa yang

dicatat dalam pembukuan UUS dari Bank.

(2) Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e hanya dapat

dijadikan agunan PLJP dalam hal pada saat permohonan:

a. Bank tidak memiliki SBI, SBIS, SDBI, dan/atau SBN;

atau

b. Bank memiliki SBI, SBIS, SDBI, dan/atau SBN

namun nilainya tidak mencukupi untuk menjadi

agunan PLJP.

(3) Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf f dan huruf g hanya dapat

dijadikan agunan PLJP dalam hal pada saat permohonan:

a. Bank tidak memiliki SBI, SBIS, SDBI, SBN, Obligasi

Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi; atau

b. Bank memiliki SBI, SBIS, SDBI, SBN, Obligasi

Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi, namun

Page 7: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

7

nilainya tidak mencukupi untuk menjadi agunan

PLJP.

(4) Agunan PLJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

berada dalam kondisi:

a. bebas dari segala perikatan, sengketa, dan sitaan;

dan

b. tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain atau Bank

Indonesia.

(5) Bank tidak dapat memperjualbelikan dan/atau

menjaminkan kembali agunan PLJP sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) yang masih dalam status sebagai

agunan PLJP.

Pasal 5

Agunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) yang

dicatat dalam pembukuan UUS dari Bank dapat digunakan

sebagai agunan PLJP dengan ketentuan sebagai berikut:

a. SBIS dan SBSN yang dicatat dalam pembukuan UUS dari

Bank hanya dapat diajukan sebagai agunan setelah

seluruh SBI, SDBI, dan SBN Bank yang memenuhi

persyaratan sebagai agunan PLJP telah diajukan sebagai

agunan;

b. Sukuk Korporasi yang dicatat dalam pembukuan UUS dari

Bank hanya dapat diajukan sebagai agunan dalam hal:

1. seluruh SBIS dan SBSN yang dicatat dalam

pembukuan UUS dari Bank yang memenuhi

persyaratan sebagai agunan PLJP telah diajukan

sebagai agunan; dan

2. seluruh Obligasi Korporasi dan Sukuk Korporasi

Bank yang memenuhi persyaratan sebagai agunan

PLJP telah diajukan sebagai agunan;

c. Aset Pembiayaan yang dicatat dalam pembukuan UUS dari

Bank hanya dapat diajukan sebagai agunan dalam hal:

1. seluruh Sukuk Korporasi yang dicatat dalam

pembukuan UUS dari Bank yang memenuhi

persyaratan sebagai agunan PLJP telah diajukan

sebagai agunan; dan

Page 8: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

8

2. seluruh Aset Kredit Bank yang memenuhi

persyaratan sebagai agunan PLJP telah diajukan

sebagai agunan.

Pasal 6

Agunan PLJP berupa SBI, SBIS, SDBI, dan/atau SBN

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a sampai

dengan huruf d harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memiliki sisa jangka waktu paling singkat 110 (seratus

sepuluh) hari kalender sejak tanggal penandatanganan

akta perjanjian pemberian PLJP; dan

b. khusus untuk agunan berupa SBN dipersyaratkan dapat

diperdagangkan.

Pasal 7

(1) Agunan PLJP berupa Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk

Korporasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

huruf e harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memiliki peringkat paling rendah 3 (tiga) peringkat

(notch) teratas pada 1 (satu) tahun terakhir

berdasarkan hasil penilaian lembaga pemeringkat

yang diakui oleh OJK sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan yang mengatur mengenai lembaga

pemeringkat;

b. aktif diperdagangkan yaitu pernah diperdagangkan

dalam 30 (tiga puluh) hari kalender terakhir; dan

c. memiliki sisa jangka waktu paling singkat 180

(seratus delapan puluh) hari kalender sejak tanggal

penandatanganan akta perjanjian pemberian PLJP.

(2) Contoh peringkat dari lembaga pemeringkat yang diakui

oleh OJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan

Gubernur ini.

Page 9: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

9

Pasal 8

Agunan PLJP berupa Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f dan

huruf g harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. kolektibilitas tergolong lancar selama 12 (dua belas) bulan

terakhir berturut-turut;

b. bukan merupakan kredit dan/atau pembiayaan konsumsi

kecuali kredit pemilikan rumah dan/atau pembiayaan

pemilikan rumah;

c. dijamin dengan agunan tanah dan bangunan dan/atau

tanah dengan nilai paling rendah 110% (seratus sepuluh

persen) dari plafon kredit dan/atau plafon pembiayaan;

d. bukan merupakan kredit dan/atau pembiayaan kepada

pihak terkait Bank;

e. tidak pernah direstrukturisasi dalam waktu 3 (tiga) tahun

terakhir;

f. sisa jangka waktu jatuh waktu kredit dan/atau

pembiayaan paling singkat 9 (sembilan) bulan sejak

tanggal penandatanganan perjanjian pemberian PLJP;

g. baki debet kredit atau saldo pokok pembiayaan tidak

melebihi batas maksimum pemberian kredit atau

penyaluran dana pada saat diberikan dan tidak melebihi

plafon kredit atau pembiayaan;

h. memiliki perjanjian kredit dan/atau akad pembiayaan

serta pengikatan agunan yang mempunyai kekuatan

hukum;

i. telah menjadi objek atau sampel pemeriksaan atau audit

oleh kantor akuntan publik terhadap Bank paling lama 1

(satu) tahun terakhir;

j. dalam perjanjian kredit dan/atau akad pembiayaan antara

Bank dan debitur atau nasabah tercantum klausul bahwa

kredit dan/atau pembiayaan dapat dialihkan kepada

pihak lain; dan

k. telah tercantum dalam laporan daftar Aset Kredit

dan/atau Aset Pembiayaan terkini yang disampaikan

secara berkala kepada Bank Indonesia.

Page 10: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

10

Pasal 9

(1) Dalam hal diperlukan, Bank Indonesia dapat meminta

agunan lain setelah agunan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 ayat (1) mencukupi.

(2) Agunan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. saham Bank yang menerima PLJP milik pemegang

saham pengendali;

b. personal guarantee dan/atau corporate guarantee dari

pemegang saham pengendali;

c. aset tetap milik Bank yang menerima PLJP; dan/atau

d. agunan lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia.

Pasal 10

Pengikatan agunan PLJP dilakukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

a. pengikatan agunan berupa surat berharga sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a sampai dengan

huruf e dilakukan dengan akta gadai; dan

b. pengikatan agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

huruf f dan huruf g dilakukan dengan akta fidusia.

Bagian Kedua

Perhitungan Nilai Agunan PLJP

Pasal 11

(1) Nilai agunan PLJP berupa SBI, SBIS, SDBI, dan SBN

ditetapkan sebagai berikut:

a. nilai agunan berupa SBI ditetapkan sebesar 100%

(seratus persen) dari plafon PLJP yang dihitung

berdasarkan nilai jual SBI;

b. nilai agunan berupa SBIS ditetapkan sebesar 100%

(seratus persen) dari plafon PLJP yang dihitung

berdasarkan nilai nominal SBIS;

Page 11: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

11

c. nilai agunan berupa SDBI ditetapkan sebesar 100%

(seratus persen) dari plafon PLJP yang dihitung

berdasarkan nilai jual SDBI;

d. nilai agunan berupa SBN ditetapkan sebagai berikut:

1. nilai agunan berupa SUN ditetapkan paling

rendah sebesar 105% (seratus lima persen) dari

plafon PLJP yang dihitung berdasarkan nilai

pasar SUN; dan

2. nilai agunan berupa SBSN ditetapkan paling

rendah sebesar 106,5% (seratus enam koma lima

persen) dari plafon PLJP yang dihitung

berdasarkan nilai pasar SBSN.

(2) Nilai agunan PLJP berupa Obligasi Korporasi dan/atau

Sukuk Korporasi ditetapkan sebagai berikut:

a. 120% (seratus dua puluh persen) dari plafon PLJP

yang dijamin dengan Obligasi Korporasi dan/atau

Sukuk Korporasi yang diterbitkan oleh Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) dan/atau dijamin oleh

pemerintah pusat, dengan peringkat teratas

berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat yang

diakui oleh OJK, yang dihitung berdasarkan nilai

pasar dari Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk

Korporasi;

b. 135% (seratus tiga puluh lima persen) dari plafon

PLJP yang dijamin dengan Obligasi Korporasi

dan/atau Sukuk Korporasi yang diterbitkan oleh

selain BUMN dan/atau dijamin oleh pemerintah

pusat, dengan peringkat teratas berdasarkan

penilaian lembaga pemeringkat yang diakui oleh OJK,

yang dihitung berdasarkan nilai pasar dari Obligasi

Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi;

c. 140% (seratus empat puluh persen) dari plafon PLJP

yang dijamin dengan Obligasi Korporasi dan/atau

Sukuk Korporasi, dengan peringkat ke-2 teratas

berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat yang

diakui oleh OJK, yang dihitung berdasarkan nilai

Page 12: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

12

pasar dari Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk

Korporasi; dan

d. 145% (seratus empat puluh lima persen) dari plafon

PLJP yang dijamin dengan Obligasi Korporasi

dan/atau Sukuk Korporasi, dengan peringkat ke-3

teratas berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat

yang diakui oleh OJK, yang dihitung berdasarkan

nilai pasar dari Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk

Korporasi.

(3) Nilai agunan PLJP berupa Aset Kredit atau Aset

Pembiayaan ditetapkan paling rendah sebesar 200% (dua

ratus persen) dari plafon PLJP yang dijamin dengan Aset

Kredit dan/atau Aset Pembiayaan dan dihitung

berdasarkan baki debet Aset Kredit atau saldo pokok Aset

Pembiayaan.

Pasal 12

(1) Cara perhitungan nilai agunan PLJP berupa surat

berharga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)

dan ayat (2) ditetapkan sebagai berikut:

a. pada saat permohonan PLJP, nilai surat berharga

yang digunakan yaitu nilai pada posisi 2 (dua) hari

kerja sebelum tanggal permohonan PLJP;

b. pada saat permohonan perpanjangan jangka waktu

PLJP, nilai surat berharga yang digunakan yaitu nilai

pada posisi 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal

permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP;

c. pada saat permohonan penambahan plafon PLJP,

nilai surat berharga yang digunakan yaitu nilai pada

posisi 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal permohonan

penambahan plafon PLJP;

d. pada saat permohonan penurunan plafon PLJP, nilai

surat berharga yang digunakan yaitu nilai pada posisi

2 (dua) hari kerja sebelum tanggal permohonan

penurunan plafon PLJP;

e. pada saat penandatanganan akta perjanjian

pemberian PLJP dan akta pengikatan agunan PLJP,

Page 13: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

13

nilai surat berharga yang digunakan yaitu nilai pada

posisi 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal

penandatanganan akta perjanjian pemberian PLJP

dan akta pengikatan agunan PLJP; dan

f. pada saat penandatanganan akta perubahan

perjanjian pemberian PLJP dan akta perubahan

pengikatan agunan PLJP, nilai surat berharga yang

digunakan yaitu nilai pada posisi 2 (dua) hari kerja

sebelum tanggal penandatanganan akta perubahan

perjanjian pemberian PLJP dan akta perubahan

pengikatan agunan PLJP.

(2) Nilai surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dihitung dengan menggunakan data sebagai berikut:

a. untuk surat berharga berupa SBI dan SDBI

menggunakan data nilai jual yang tercantum dalam

BI-SSSS sebagaimana dimaksud dalam ketentuan

Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi

moneter atau operasi moneter syariah;

b. untuk surat berharga berupa SBIS menggunakan

data nilai nominal yang tercantum dalam BI-SSSS

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank

Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter

atau operasi moneter syariah;

c. untuk surat berharga berupa SBN menggunakan

data nilai pasar yang tercantum dalam BI-SSSS

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank

Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter

atau operasi moneter syariah; dan

d. untuk surat berharga berupa Obligasi Korporasi

dan/atau Sukuk Korporasi menggunakan nilai pasar

yang tercantum dalam harga publikasi terakhir yang

tersedia pada lembaga yang melakukan penilaian

harga efek yang diakui oleh OJK.

(3) Cara perhitungan nilai agunan PLJP berupa Aset Kredit

atau Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (3) ditetapkan sebagai berikut:

Page 14: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

14

a. pada saat permohonan PLJP, nilai baki debet Aset

Kredit atau saldo pokok Aset Pembiayaan yang

digunakan yaitu nilai pada posisi 2 (dua) hari kerja

sebelum tanggal permohonan PLJP;

b. pada saat permohonan perpanjangan jangka waktu

PLJP, nilai baki debet Aset Kredit atau saldo pokok

Aset Pembiayaan yang digunakan yaitu nilai pada

posisi 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal permohonan

perpanjangan jangka waktu PLJP;

c. pada saat penandatanganan akta perjanjian

pemberian PLJP dan akta pengikatan agunan PLJP,

nilai baki debet Aset Kredit atau saldo pokok Aset

Pembiayaan yang digunakan yaitu nilai pada posisi 2

(dua) hari kerja sebelum tanggal penandatanganan

akta perjanjian pemberian PLJP dan akta pengikatan

agunan PLJP; dan

d. pada saat penandatanganan akta perubahan

perjanjian pemberian PLJP dan akta perubahan

pengikatan agunan PLJP, nilai baki debet Aset Kredit

atau saldo pokok Aset Pembiayaan yang digunakan

yaitu nilai pada posisi 2 (dua) hari kerja sebelum

tanggal penandatanganan akta perubahan perjanjian

pemberian PLJP dan akta perubahan pengikatan

agunan PLJP.

(4) Nilai baki debet Aset Kredit atau saldo pokok Aset

Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dihitung

dengan menggunakan data yang tercantum dalam catatan

pembukuan Bank.

Pasal 13

Contoh untuk perhitungan nilai agunan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12 tercantum dalam

Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.

Page 15: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

15

Bagian Ketiga

Pelaporan Berkala Daftar Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan

Pasal 14

(1) Bank harus memelihara dan menatausahakan daftar Aset

Kredit dan/atau Aset Pembiayaan yang memenuhi

persyaratan agunan PLJP dan dialokasikan untuk menjadi

agunan PLJP.

(2) Pemeliharaan dan penatausahaan daftar Aset Kredit

dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan PLJP

dengan agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan.

(3) Bank menyampaikan laporan daftar Aset Kredit dan/atau

Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

secara berkala kepada Bank Indonesia dengan tembusan

kepada OJK.

(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

disampaikan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk posisi

akhir bulan Juni dan akhir bulan Desember, paling lambat

tanggal 15 setelah posisi akhir bulan bersangkutan

termasuk koreksi laporan.

(5) Bank yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) sampai dengan batas waktu

pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak

dapat mengajukan PLJP dengan agunan Aset Kredit

dan/atau Aset Pembiayaan sampai dengan periode

pelaporan berikutnya.

(6) Bank dapat memperbarui laporan daftar Aset Kredit

dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. posisi akhir bulan Juni diperbarui dengan posisi

akhir bulan September pada tahun yang

bersangkutan dan disampaikan kepada Bank

Indonesia dengan tembusan kepada OJK paling

lambat tanggal 15 Oktober; dan

Page 16: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

16

b. posisi akhir bulan Desember diperbarui dengan posisi

akhir bulan Maret pada tahun berikutnya dan

disampaikan kepada Bank Indonesia dengan

tembusan kepada OJK paling lambat tanggal 15 April.

Pasal 15

(1) Penyampaian laporan daftar Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

dilakukan melalui sarana yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia.

(2) Bank harus memastikan keamanan penyampaian laporan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Dalam hal Bank tidak berhasil melakukan pengiriman

laporan daftar Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan

melalui sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Bank harus menyampaikan laporan tersebut melalui surat

dengan melampirkan soft copy daftar Aset Kredit dan/atau

Aset Pembiayaan kepada Bank Indonesia c.q. Departemen

Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan, Jalan M.H. Thamrin

No. 2 Jakarta 10350 paling lambat pukul 16.00 waktu

Indonesia barat (WIB), dengan tembusan kepada OJK c.q.

Departemen Pengawasan Bank, Kantor Regional OJK,

atau Kantor OJK yang terkait.

(4) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, surat sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Kantor

Perwakilan Bank Indonesia setempat paling lambat pukul

16.00 waktu Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat.

(5) Laporan daftar Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan

menggunakan format sebagaimana tercantum dalam

Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.

(6) Tata cara penyampaian laporan daftar Aset Kredit

dan/atau Aset Pembiayaan adalah sebagaimana dimaksud

dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.

Page 17: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

17

Pasal 16

(1) Bank harus menyampaikan nama petugas Bank yang

diberikan kewenangan untuk menyusun dan

menyampaikan laporan daftar Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan, termasuk apabila terdapat perubahannya

kepada Bank Indonesia.

(2) Nama petugas Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan secara tertulis kepada Bank Indonesia c.q.

Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan, Jalan

M. H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350.

Pasal 17

Bank Indonesia dapat meminta Bank untuk menyampaikan

dokumen pendukung dari Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan yang dilaporkan dalam laporan daftar Aset Kredit

dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 14 ayat (3).

BAB IV

PERMOHONAN PLJP

Bagian Kesatu

Permohonan PLJP

Pasal 18

(1) Permohonan PLJP diajukan oleh Bank melalui surat

dengan contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran V

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Anggota Dewan Gubernur ini.

(2) Surat permohonan PLJP sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditandatangani oleh direksi Bank dan diketahui

oleh dewan komisaris Bank yang berwenang.

(3) Permohonan PLJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilengkapi dengan dokumen yang dipersyaratkan Bank

Indonesia.

(4) Permohonan PLJP diajukan kepada Bank Indonesia c.q.

Departemen Surveilans Sistem Keuangan, Jalan M.H.

Page 18: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

18

Thamrin No. 2 Jakarta 10350 dengan tembusan kepada

OJK c.q. Departemen Pengawasan Bank, Kantor Regional

OJK, atau Kantor OJK yang terkait.

(5) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, permohonan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditembuskan kepada Kantor

Perwakilan Bank Indonesia setempat.

(6) Bank dapat mengajukan permohonan PLJP pada setiap

hari kerja dengan ketentuan sebagai berikut:

a. dalam hal surat Bank diterima Bank Indonesia

sampai dengan pukul 12.00 WIB, Bank Indonesia

akan memproses PLJP pada hari yang bersangkutan;

dan

b. dalam hal surat Bank diterima Bank Indonesia

setelah pukul 12.00 WIB, Bank Indonesia akan

memproses PLJP pada hari kerja berikutnya,

setelah dokumen permohonan PLJP diterima secara

lengkap.

Pasal 19

Dokumen yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 ayat (3) terdiri atas:

a. surat pernyataan yang ditandatangani oleh direksi Bank

yang berwenang, yang memuat hal sebagai berikut:

1. pernyataan mengenai Bank mengalami Kesulitan

Likuiditas Jangka Pendek yang disertai dengan:

a) penjelasan mengenai penyebab Kesulitan

Likuiditas Jangka Pendek; dan

b) upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi

Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek;

2. pernyataan mengenai seluruh aset yang menjadi

agunan PLJP:

a) berada dalam kondisi bebas dari segala

perikatan, sengketa, dan sitaan;

b) tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain atau

Bank Indonesia;

Page 19: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

19

c) memenuhi seluruh persyaratan sebagai agunan

PLJP sesuai dengan Peraturan Anggota Dewan

Gubernur ini; dan

d) tidak akan diperjualbelikan dan/atau

dijaminkan kembali kepada pihak lain selama

masih dalam status sebagai agunan PLJP;

3. pernyataan mengenai kesanggupan Bank untuk

membayar kewajiban PLJP; dan

4. pernyataan mengenai kebenaran data dan/atau

dokumen yang disampaikan dan kesanggupan Bank

untuk menyampaikan data dan/atau dokumen lain

yang diminta oleh Bank Indonesia,

dengan contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran

VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini;

b. dokumen yang mendukung jumlah kebutuhan untuk

mengatasi Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek paling

sedikit berupa proyeksi arus kas paling singkat 30 (tiga

puluh) hari kalender sejak tanggal permohonan PLJP

dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran

VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini;

c. daftar seluruh aset yang menjadi agunan PLJP berupa:

1. SBI, SBIS, SDBI, SBN, Obligasi Korporasi dan/atau

Sukuk Korporasi dengan format sebagaimana

tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota

Dewan Gubernur ini; dan

2. Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan dengan format

sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Anggota Dewan Gubernur ini;

d. daftar rekapitulasi Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan

yang telah menjadi objek atau sampel pemeriksaan atau

audit oleh kantor akuntan publik yang dikeluarkan

dan/atau ditandatangani oleh kantor akuntan publik

yang melakukan pemeriksaan atau audit, dalam hal

Page 20: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

20

terdapat agunan PLJP berupa Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan;

e. surat persetujuan dari pihak yang berwenang sesuai

dengan anggaran dasar atau anggaran rumah tangga

Bank dan ketentuan peraturan perundang-undangan,

mengenai permohonan PLJP dan/atau penggunaan aset

Bank sebagai agunan PLJP;

f. dokumen anggaran dasar atau anggaran rumah tangga

Bank termasuk perubahannya;

g. daftar seluruh surat berharga yang dimiliki dengan format

sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII dan disertai

bukti kepemilikannya; dan

h. dokumen lain yang diminta oleh Bank Indonesia.

Pasal 20

(1) Bank Indonesia memberikan PLJP untuk jangka waktu

paling lama 14 (empat belas) hari kalender untuk setiap

periode pemberian PLJP.

(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berlaku efektif sejak tanggal aktivasi pemberian PLJP oleh

Bank Indonesia.

(3) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diperpanjang secara berturut-turut untuk jangka waktu

PLJP keseluruhan paling lama 90 (sembilan puluh) hari

kalender.

Bagian Kedua

Koordinasi dengan OJK

Pasal 21

(1) Bank Indonesia berkoordinasi dengan OJK dalam rangka

menindaklanjuti permohonan PLJP sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 18 melalui:

a. permintaan informasi dari OJK mengenai kondisi

Bank yang mengajukan PLJP, yang meliputi

pemenuhan persyaratan:

1. solvabilitas; dan

Page 21: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

21

2. tingkat kesehatan Bank; dan

b. pelaksanaan penilaian bersama mengenai

pemenuhan persyaratan agunan dan perkiraan

kemampuan Bank untuk mengembalikan PLJP.

(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga

dilaksanakan dalam rangka menindaklanjuti permohonan

Bank terkait perpanjangan jangka waktu PLJP,

penambahan plafon PLJP, dan/atau penurunan plafon

PLJP.

Bagian Ketiga

Tindak Lanjut Persetujuan atas Permohonan PLJP

Pasal 22

(1) Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan

atas permohonan PLJP melalui surat kepada Bank dengan

tembusan kepada OJK.

(2) Dalam memberikan persetujuan atau penolakan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia

mempertimbangkan paling sedikit hal sebagai berikut:

a. pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2;

b. kelengkapan dokumen permohonan PLJP

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19; dan

c. analisis mengenai perkiraan jumlah kebutuhan

likuiditas Bank.

(3) Dalam hal permohonan PLJP disetujui, maka berdasarkan

surat persetujuan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Bank harus melakukan hal sebagai berikut:

a. menyampaikan dokumen yang terkait dengan agunan

PLJP;

b. menunjuk notaris;

c. menyampaikan dokumen berupa rancangan akta

perjanjian pemberian PLJP melalui notaris dengan

contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran X

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini;

Page 22: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

22

d. menyampaikan dokumen berupa rancangan akta

pengikatan agunan PLJP melalui notaris dengan

contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI

untuk agunan berupa surat berharga dan Lampiran

XII untuk agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan, yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur

ini; dan

e. menyampaikan dokumen yang terkait dengan agunan

lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dalam hal

diperlukan.

(4) Dokumen yang terkait dengan agunan PLJP sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf a untuk agunan berupa

surat berharga meliputi:

a. daftar surat berharga yang diagunkan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 19 huruf c angka 1; dan

b. hasil pemeringkatan Obligasi Korporasi dan/atau

Sukuk Korporasi yang diterbitkan oleh paling sedikit

1 (satu) lembaga pemeringkat yang diakui oleh OJK

apabila terdapat agunan berupa Obligasi Korporasi

dan/atau Sukuk Korporasi dan hasil pemeringkatan

tersebut belum melebihi 1 (satu) tahun sampai

dengan tanggal permohonan PLJP.

(5) Dokumen yang terkait dengan agunan PLJP sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf a untuk agunan berupa Aset

Kredit dan/atau Aset Pembiayaan meliputi:

a. daftar Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan yang

diagunkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19

huruf c angka 2;

b. dokumen asli perjanjian kredit dan/atau akad

pembiayaan antara Bank dan debitur atau nasabah

beserta seluruh perubahannya;

c. dokumen asli pengikatan agunan atas perjanjian

kredit dan/atau akad pembiayaan yang mempunyai

kekuatan hukum antara Bank dan debitur atau

nasabah beserta seluruh perubahannya;

Page 23: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

23

d. dokumen asli bukti kepemilikan agunan yang

menjadi jaminan kredit dan/atau pembiayaan Bank;

e. dokumen asli hasil penilaian agunan Aset Kredit

dan/atau Aset Pembiayaan oleh penilai independen;

f. dokumen asli polis asuransi agunan Aset Kredit

dan/atau Aset Pembiayaan yang dijamin dengan

tanah dan bangunan; dan

g. dokumen lain yang terkait dengan agunan PLJP

berupa Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan yang

diminta oleh Bank Indonesia.

(6) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,

huruf c, dan huruf d disampaikan kepada Bank Indonesia

c.q. Departemen Surveilans Sistem Keuangan paling

lambat pukul 12.00 WIB pada 1 (satu) hari kerja

berikutnya setelah surat persetujuan Bank Indonesia

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima Bank.

(7) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, dokumen sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf a, huruf c, dan huruf d

disampaikan kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia

setempat paling lambat pukul 12.00 waktu Kantor

Perwakilan Bank Indonesia setempat pada 1 (satu) hari

kerja berikutnya setelah surat persetujuan Bank

Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima

Bank.

(8) Dokumen yang terkait dengan agunan lain dalam hal

diminta oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) huruf e meliputi:

a. bukti kepemilikan saham dari pemegang saham

pengendali yang akan diikat dengan akta gadai dalam

hal agunan lain berupa saham Bank milik pemegang

saham pengendali dari Bank yang menerima PLJP;

b. rancangan akta notariil personal guarantee dan/atau

corporate guarantee yang disertai daftar aset milik

pemegang saham pengendali dalam hal agunan lain

berupa personal guarantee dan/atau corporate

Page 24: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

24

guarantee dari pemegang saham pengendali dari

Bank yang menerima PLJP; dan

c. dokumen asli bukti kepemilikan aset tetap dalam hal

agunan lain berupa aset tetap milik Bank yang

menerima PLJP yang akan diikat dengan hak

tanggungan.

(9) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e

disampaikan kepada Bank Indonesia c.q. Departemen

Surveilans Sistem Keuangan paling lambat pukul 12.00

WIB pada 2 (dua) hari kerja sebelum penandatanganan

akta perjanjian pemberian PLJP.

(10) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, dokumen sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf e disampaikan kepada

Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat paling lambat

pukul 12.00 waktu Kantor Perwakilan Bank Indonesia

setempat pada 2 (dua) hari kerja sebelum

penandatanganan akta perjanjian pemberian PLJP.

Pasal 23

Mekanisme pengagunan agunan PLJP berupa surat berharga

dilakukan sebagai berikut:

a. untuk surat berharga berupa SBI, SBIS, SDBI, dan/atau

SBN:

1. Bank melakukan pengagunan surat berharga pada

BI-SSSS paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah

surat persetujuan PLJP diterima oleh Bank, dengan

ketentuan sebagai berikut:

a) Bank sebagai pemberi agunan dan Bank

Indonesia sebagai penerima agunan melakukan

pengagunan surat berharga pada BI-SSSS

dengan mengacu pada ketentuan Bank

Indonesia yang mengatur mengenai

penyelenggaraan penatausahaan surat berharga

melalui Bank Indonesia-Scripless Securities

Settlement System;

Page 25: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

25

b) dalam hal Bank menggunakan surat berharga

yang dicatat dalam pembukuan UUS dari Bank

maka pengagunan dilakukan oleh UUS dengan

Bank Indonesia sebagai penerima agunan;

2. pengagunan surat berharga sebagaimana dimaksud

pada angka 1, dilakukan untuk jangka waktu

pengagunan paling singkat 30 (tiga puluh) hari

kalender;

3. pengagunan surat berharga sebagaimana dimaksud

pada angka 2 dapat diperpanjang sesuai dengan

kebutuhan sampai dengan tanggal penandatanganan

akta perjanjian pemberian PLJP;

4. pengagunan surat berharga setelah

penandatanganan akta perjanjian pemberian PLJP

dilakukan untuk jangka waktu pengagunan paling

singkat 110 (seratus sepuluh) hari kalender;

5. untuk penambahan dan/atau penggantian agunan

yang dilakukan pada saat periode pemberian PLJP

atau perpanjangan jangka waktu PLJP, jangka waktu

pengagunan sebagaimana dimaksud pada angka 4

dikurangi dengan jumlah hari kalender PLJP

berjalan; dan

6. jangka waktu pengagunan sebagaimana dimaksud

pada angka 4 dan angka 5 dapat diperpanjang apabila

diperlukan;

b. untuk surat berharga berupa Obligasi Korporasi dan/atau

Sukuk Korporasi:

1. Bank melakukan pemindahbukuan Obligasi

Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi ke rekening

efek Bank Indonesia di KSEI segera setelah Bank

menyampaikan daftar surat berharga sesuai dengan

tata cara yang ditetapkan KSEI;

2. dalam hal Bank menggunakan surat berharga yang

dicatat dalam pembukuan UUS dari Bank maka

pemindahbukuan Sukuk Korporasi ke rekening efek

Bank Indonesia di KSEI dilakukan oleh UUS dengan

Bank Indonesia sebagai penerima agunan; dan

Page 26: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

26

c. dalam hal terjadi pelunasan PLJP maka agunan PLJP

berupa:

1. SBI, SBIS, SDBI, dan SBN pada BI-SSSS dilepas

(release) paling lama 1 (satu) hari kerja setelah PLJP

dilunasi; dan

2. Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi pada

rekening efek Bank Indonesia di KSEI

dipindahbukukan ke rekening efek Bank di KSEI

paling lama 1 (satu) hari kerja setelah PLJP dilunasi.

Pasal 24

(1) Penilaian terhadap agunan PLJP sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b dilakukan melalui

kegiatan:

a. verifikasi dokumen yang terkait agunan PLJP;

dan/atau

b. penilaian pemenuhan persyaratan agunan PLJP.

(2) Bank Indonesia dapat menggunakan jasa pihak ketiga

untuk melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terhadap agunan PLJP berupa Aset Kredit

dan/atau Aset Pembiayaan.

(3) Dalam hal Bank Indonesia akan menggunakan jasa pihak

ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank

menunjuk pihak ketiga.

(4) Biaya yang timbul dari penggunaan jasa pihak ketiga

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) menjadi

beban Bank.

(5) Untuk mendukung kegiatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) Bank Indonesia dapat meminta dokumen

dan/atau informasi tambahan terkait agunan PLJP yang

harus dipenuhi oleh Bank.

Pasal 25

Bank Indonesia melakukan verifikasi dan/atau penilaian

melalui penelitian terhadap:

a. dokumen rancangan akta perjanjian pemberian PLJP;

b. dokumen rancangan akta pengikatan agunan PLJP; dan

Page 27: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

27

c. dokumen yang terkait dengan agunan lain.

Pasal 26

(1) Dalam hal berdasarkan hasil penilaian terhadap agunan

PLJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)

terdapat agunan yang tidak memenuhi persyaratan

dan/atau dokumen yang terkait agunan diketahui tidak

lengkap maka agunan dimaksud tidak diperhitungkan

sebagai agunan PLJP.

(2) Dalam hal berdasarkan hasil penilaian terhadap agunan

PLJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) nilai

agunan PLJP tidak mencukupi plafon PLJP yang telah

disetujui maka Bank Indonesia menyampaikan surat

permintaan penambahan agunan kepada Bank dengan

tembusan kepada OJK c.q. Departemen Pengawasan

Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK yang

terkait.

(3) Bank harus menyampaikan penambahan agunan yang

memenuhi persyaratan sebagai agunan PLJP kepada Bank

Indonesia c.q. Departemen Surveilans Sistem Keuangan

paling lambat pukul 12.00 WIB pada 3 (tiga) hari kerja

berikutnya setelah surat permintaan penambahan agunan

dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diterima Bank.

(4) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, penambahan agunan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada

Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat paling lambat

pukul 12.00 waktu Kantor Perwakilan Bank Indonesia

setempat pada 3 (tiga) hari kerja berikutnya setelah surat

permintaan penambahan agunan dari Bank Indonesia

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima Bank.

(5) Dalam hal Bank tidak dapat menyampaikan tambahan

agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau

menyampaikan tambahan agunan namun nilainya tidak

mencukupi plafon PLJP yang telah disetujui Bank

Indonesia, Bank Indonesia menyampaikan surat

Page 28: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

28

permintaan penyediaan sumber dana lain untuk menutup

kekurangan likuditas yang tidak dapat diperoleh dari PLJP

kepada Bank dengan tembusan kepada OJK c.q.

Departemen Pengawasan Bank, Kantor Regional OJK,

atau Kantor OJK yang terkait.

(6) Bank harus menyediakan sumber dana lain sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) di rekening giro Bank di Bank

Indonesia paling lambat sampai dengan awal periode pre-

cut off Sistem BI-RTGS pada 3 (tiga) hari kerja berikutnya

setelah surat permintaan penyediaan sumber dana lain

dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

diterima Bank.

(7) Penyediaan sumber dana lain sebagaimana dimaksud

pada ayat (6) disertai dengan dokumen dan/atau data

pendukung yang disampaikan paling lambat 1 (satu) hari

kerja berikutnya setelah dana tersedia di rekening giro

Bank di Bank Indonesia.

(8) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tercatat di

pembukuan Bank paling singkat sampai dengan Bank

Indonesia melaksanakan aktivasi pemberian PLJP.

(9) Dalam hal Bank dapat menyediakan sumber dana lain

sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Bank Indonesia

menurunkan plafon PLJP sesuai dengan nilai agunan yang

tersedia.

Pasal 27

(1) Dalam hal berdasarkan hasil penilaian Bank Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) diketahui

bahwa:

a. agunan telah memenuhi ketentuan dan nilai agunan

mencukupi plafon PLJP yang telah disetujui Bank

Indonesia; atau

b. nilai agunan yang telah memenuhi ketentuan tidak

mencukupi plafon yang telah disetujui Bank

Indonesia dan Bank dapat menyediakan sumber dana

lain untuk menutup kekurangan likuiditas yang tidak

dapat diperoleh dari PLJP,

Page 29: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

29

maka akan dilakukan penandatanganan terhadap akta

perjanjian pemberian PLJP dan akta pengikatan agunan

PLJP.

(2) Penandatanganan terhadap akta perjanjian pemberian

PLJP dan akta pengikatan agunan PLJP sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) oleh Bank Indonesia bersama

Bank diwakili oleh pihak Bank yang berwenang

melakukan penandatanganan akta perjanjian pemberian

PLJP dan akta pengikatan agunan PLJP.

(3) Dalam hal terdapat agunan lain sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9 maka pengikatan agunan lain dapat

dilakukan selama periode pemberian PLJP.

(4) Pengikatan agunan PLJP sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dan agunan lain sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan-undangan.

Pasal 28

(1) Dalam hal setelah penandatanganan akta perjanjian

pemberian PLJP dan akta pengikatan agunan PLJP

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), diketahui

dokumen Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (5) tidak

lengkap, Bank Indonesia tidak memperhitungkan Aset

Kredit dan/atau Aset Pembiayaan dimaksud sebagai

agunan PLJP.

(2) Dalam hal kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menyebabkan nilai agunan secara keseluruhan tidak

mencukupi plafon yang telah disetujui, Bank Indonesia

akan melakukan pembatasan pencairan sejak tanggal

aktivasi pemberian PLJP atau selama periode PLJP.

(3) Dalam hal Bank telah melengkapi kekurangan dokumen

Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan tersebut akan diperhitungkan kembali

sebagai agunan PLJP dan pencairan PLJP dilakukan

sesuai dengan kecukupan nilai agunan.

Page 30: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

30

Pasal 29

Persetujuan atas permohonan PLJP sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 22 ayat (1) dibatalkan oleh Bank Indonesia apabila:

a. Bank tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 22 ayat (3);

b. berdasarkan verifikasi dan/atau penilaian Bank Indonesia

nilai agunan tidak mencukupi plafon, Bank tidak dapat

menambah agunan PLJP dan Bank tidak menyediakan

sumber dana lain untuk menutup kekurangan likuiditas

yang tidak dapat diperoleh dari PLJP; dan/atau

c. diketahui bahwa Bank tidak lagi memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).

BAB V

PENCAIRAN PLJP

Bagian Kesatu

Mekanisme Pencairan

Pasal 30

(1) Bank Indonesia menyampaikan surat pemberitahuan

aktivasi pemberian PLJP kepada Bank paling lambat 1

(satu) hari kerja sebelum tanggal aktivasi yang memuat

tanggal aktivasi pemberian PLJP dan jumlah PLJP yang

dapat dicairkan, serta informasi lain yang terkait dengan

pencairan PLJP.

(2) Bank dapat mengajukan permohonan pencairan PLJP

sejak tanggal aktivasi pemberian PLJP.

(3) Bank dapat mengajukan permohonan pencairan PLJP

sebesar perkiraan kebutuhan Bank untuk mengatasi

Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek.

(4) Bank Indonesia dapat melakukan pencairan PLJP 1 (satu)

kali dalam 1 (satu) hari sebesar perkiraan kebutuhan

Bank untuk mengatasi Kesulitan Likuiditas Jangka

Pendek.

(5) Permohonan pencairan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) disampaikan melalui surat kepada Bank Indonesia c.q.

Page 31: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

31

Departemen Surveilans Sistem Keuangan, Jalan M.H.

Thamrin No. 2 Jakarta 10350 dengan tembusan kepada

OJK c.q. Departemen Pengawasan Bank, Kantor Regional

OJK, atau Kantor OJK yang terkait pada setiap hari kerja

paling lambat pukul 12.00 WIB selama periode PLJP untuk

pencairan pada hari kerja berikutnya.

(6) Khusus pada tanggal aktivasi pemberian PLJP, PLJP dapat

dicairkan pada hari kerja yang sama, sepanjang Bank

mengajukan permohonan pencairan PLJP paling lambat

pukul 10.00 WIB pada hari kerja yang sama.

(7) Permohonan pencairan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dilampiri dokumen sebagai berikut:

a. surat sanggup bayar (promissory note) sebesar

pengajuan pencairan yang ditandatangani oleh

direksi Bank yang berwenang dengan contoh

sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Anggota Dewan Gubernur ini; dan

b. proyeksi arus kas berupa rincian perkiraan

kebutuhan likuiditas Bank yang mencerminkan

kebutuhan pencairan di hari yang bersangkutan

sampai dengan Bank memenuhi GWM, dengan format

sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIV yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Anggota Dewan Gubernur ini.

Pasal 31

(1) Atas permohonan pencairan PLJP oleh Bank sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2), Bank Indonesia

melakukan pencairan PLJP pada pagi hari setelah Sistem

BI-RTGS dibuka sepanjang Bank memenuhi persyaratan

pencairan.

(2) Khusus permohonan pencairan pada tanggal aktivasi

pemberian PLJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30

ayat (6), Bank Indonesia melakukan pencairan PLJP paling

lambat sebelum periode transaksi untuk nasabah pada

Page 32: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

32

Sistem BI-RTGS berakhir sepanjang Bank memenuhi

persyaratan pencairan.

(3) Persyaratan pencairan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2) meliputi:

a. ketersediaan plafon atau sisa plafon PLJP;

b. terdapat kecukupan agunan;

c. Bank masih memenuhi persyaratan sebagai Bank

solven dan persyaratan tingkat kesehatan Bank

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf

a dan huruf b; dan

d. terdapat surat permohonan pencairan dan surat

sanggup bayar (promissory note) yang ditandatangani

oleh direksi Bank yang berwenang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30 ayat (7) huruf a.

(4) Pencairan PLJP oleh Bank Indonesia dilakukan dengan

cara mengkredit rekening giro Bank dalam rupiah di Bank

Indonesia.

Bagian Kedua

Bunga PLJP

Pasal 32

(1) Bank Indonesia mengenakan bunga secara harian kepada

Bank atas baki debet PLJP.

(2) Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung

dengan menggunakan tingkat suku bunga repurchase

agreement rate untuk lending facility yang berlaku pada

tanggal aktivasi pemberian PLJP ditambah margin sebesar

400 (empat ratus) basis poin.

(3) Rumus perhitungan besarnya bunga PLJP yaitu sebagai

berikut:

X = P x R x t/360

Keterangan:

X : besarnya bunga yang diterima Bank Indonesia.

P : baki debet PLJP.

R : lending facility + 400 (empat ratus) basis poin.

t : jumlah hari kalender perhitungan bunga.

Page 33: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

33

(4) Contoh perhitungan bunga sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) untuk 1 (satu) periode PLJP adalah sebagaimana

tercantum dalam Lampiran XV yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan

Gubernur ini.

BAB VI

PEMANTAUAN PLJP

Bagian Kesatu

Pemantauan Agunan

Pasal 33

(1) Selama periode PLJP, Bank harus memantau aset yang

menjadi agunan PLJP untuk mengidentifikasi agunan

PLJP yang mengalami kondisi sebagai berikut:

a. agunan PLJP tidak memenuhi kondisi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) dan ayat (5);

b. Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi tidak

lagi memenuhi persyaratan peringkat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a;

c. terdapat pelunasan atas Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan oleh debitur atau nasabah Bank;

dan/atau

d. Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan yang

diagunkan tidak lagi memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a;

(2) Pemantauan aset yang menjadi agunan PLJP sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memastikan

pemenuhan persyaratan agunan PLJP dan nilai agunan

mencukupi plafon selama periode PLJP.

Page 34: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

34

Bagian Kedua

Penggantian Agunan PLJP

Pasal 34

(1) Bank harus mengganti agunan PLJP dalam periode PLJP

apabila terdapat kondisi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 33 ayat (1) sehingga nilai agunan PLJP mengalami

penurunan dan secara keseluruhan tidak lagi memenuhi

plafon PLJP.

(2) Penggantian agunan PLJP diprioritaskan dengan

menggunakan agunan berupa surat berharga yang

dimiliki oleh Bank yang memenuhi persyaratan agunan

PLJP.

(3) Dalam hal surat berharga yang dimiliki oleh Bank tidak

mencukupi untuk penggantian agunan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) maka penggantian agunan dapat

dilakukan dengan menggunakan surat berharga yang

dimiliki oleh Bank ditambah dengan agunan berupa Aset

Kredit dan/atau Aset Pembiayaan yang memenuhi

persyaratan agunan PLJP.

(4) Dalam hal Bank tidak memiliki surat berharga maka

penggantian agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan menggunakan agunan berupa Aset

Kredit dan/atau Aset Pembiayaan yang memenuhi

persyaratan agunan PLJP.

Pasal 35

(1) Dalam hal Bank melakukan penggantian agunan PLJP

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1), Bank

menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 22 ayat (4) dan/atau ayat (5) yang terkait dengan

agunan pengganti kepada Bank Indonesia c.q.

Departemen Surveilans Sistem Keuangan, Jalan M.H.

Thamrin No. 2 Jakarta 10350.

(2) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, dokumen sebagaimana

Page 35: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

35

dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kantor

Perwakilan Bank Indonesia setempat.

Pasal 36

Selama Bank Indonesia memproses penggantian agunan PLJP

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, pada periode

pemberian PLJP Bank tetap dapat mengajukan pencairan PLJP

sepanjang terdapat plafon atau sisa plafon dan agunan PLJP

yang mencukupi.

Pasal 37

(1) Dalam hal penggantian agunan disetujui oleh Bank

Indonesia, Bank meminta notaris untuk mempersiapkan

akta perubahan pengikatan agunan PLJP.

(2) Penandatanganan terhadap akta perubahan pengikatan

agunan PLJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh

Bank Indonesia bersama Bank diwakili oleh pihak Bank

yang berwenang melakukan penandatanganan akta

perubahan pengikatan agunan PLJP.

Bagian Ketiga

Pembatasan Pencairan dan Penghentian Pencairan PLJP

Sebelum Jatuh Waktu

Pasal 38

(1) Bank Indonesia melakukan pembatasan pencairan PLJP

dalam hal:

a. nilai agunan PLJP mengalami penurunan akibat

kondisi agunan PLJP sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 28 dan Pasal 33 sehingga secara keseluruhan

nilai agunan tidak mencukupi plafon PLJP; dan

b. Bank tidak melakukan penggantian agunan atau

melakukan penggantian agunan namun nilai agunan

pengganti tidak mencukupi plafon PLJP.

(2) Bank dapat mengajukan penggantian agunan setelah

Bank Indonesia melakukan pembatasan pencairan dengan

Page 36: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

36

mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 34, Pasal 35, dan Pasal 37.

Pasal 39

(1) Bank Indonesia berwenang menghentikan pencairan PLJP

sebelum jatuh waktu dalam hal Bank:

a. tidak memenuhi persyaratan solvabilitas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf

a; dan/atau

b. tidak memenuhi persyaratan tingkat kesehatan Bank

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf

b.

(2) Dalam hal Bank Indonesia melakukan penghentian

pencairan PLJP sebelum jatuh waktu PLJP maka Bank

Indonesia tidak melakukan pencairan PLJP sampai

dengan jatuh waktu PLJP meskipun terdapat ketersediaan

plafon atau sisa plafon serta agunan PLJP mencukupi.

(3) Pelunasan pokok dan bunga PLJP bagi Bank yang

dikenakan penghentian pencairan PLJP sebelum jatuh

waktu PLJP dilakukan pada tanggal jatuh waktu PLJP.

BAB VII

PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PLJP

Bagian Kesatu

Permohonan Perpanjangan Jangka Waktu PLJP

Pasal 40

(1) Bank dapat mengajukan permohonan perpanjangan

jangka waktu PLJP kepada Bank Indonesia.

(2) Permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui

surat dengan contoh sebagaimana tercantum dalam

Lampiran XVI yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.

(3) Surat permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh

Page 37: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

37

direksi Bank dan diketahui oleh dewan komisaris Bank

yang berwenang.

(4) Permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan

dokumen yang dipersyaratkan Bank Indonesia.

(5) Permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP diajukan

kepada Bank Indonesia c.q. Departemen Surveilans

Sistem Keuangan, Jalan M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

10350 dengan tembusan kepada OJK c.q. Departemen

Pengawasan Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK

yang terkait.

(6) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, permohonan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditembuskan kepada Kantor

Perwakilan Bank Indonesia setempat.

(7) Bank dapat mengajukan permohonan perpanjangan

jangka waktu PLJP pada setiap hari kerja sampai dengan

pukul 12.00 WIB, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. permohonan diajukan paling lambat 3 (tiga) hari kerja

sebelum tanggal jatuh waktu PLJP berjalan apabila

tidak terdapat penggantian dan/atau penambahan

agunan atau terdapat penggantian dan/atau

penambahan agunan hanya berupa surat berharga;

b. permohonan diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari

kerja sebelum tanggal jatuh waktu PLJP berjalan

apabila terdapat penggantian dan/atau penambahan

agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan.

(8) Bank Indonesia akan memproses permohonan

perpanjangan jangka waktu PLJP setelah dokumen

permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP diterima

secara lengkap.

(9) Permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan

dokumen sebagai berikut:

a. dokumen yang mendukung jumlah kebutuhan untuk

mengatasi Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek paling

Page 38: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

38

sedikit berupa proyeksi arus kas paling singkat 30

(tiga puluh) hari kalender sejak tanggal permohonan

perpanjangan jangka waktu PLJP dengan format

sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Anggota Dewan Gubernur ini;

b. daftar seluruh aset yang menjadi agunan PLJP

berupa:

1. SBI, SBIS, SDBI, SBN, Obligasi Korporasi

dan/atau Sukuk Korporasi dengan format

sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini; dan

2. Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan dengan

format sebagaimana tercantum dalam Lampiran

IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini;

c. dalam hal terdapat penggantian dan/atau

penambahan agunan berupa Aset Kredit dan/atau

Aset Pembiayaan maka harus dilengkapi dengan

daftar rekapitulasi Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan yang telah menjadi objek atau sampel

pemeriksaan atau audit oleh kantor akuntan publik

yang dikeluarkan atau ditandatangani oleh kantor

akuntan publik yang melakukan pemeriksaan atau

audit;

d. daftar seluruh surat berharga yang dimiliki dengan

format sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII

dan disertai bukti kepemilikannya; dan

e. dokumen lain yang diminta oleh Bank Indonesia.

Pasal 41

(1) Untuk keperluan perpanjangan jangka waktu PLJP, Bank

tetap dapat menggunakan agunan PLJP pada periode PLJP

sebelumnya sepanjang masih memenuhi persyaratan dan

kecukupan jumlah agunan PLJP.

Page 39: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

39

(2) Dalam rangka pelaksanaan perpanjangan jangka waktu

PLJP, Bank harus memastikan agunan PLJP mencukupi

plafon PLJP dengan memperhatikan persyaratan dan nilai

agunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai

dengan Pasal 8, Pasal 11, dan Pasal 12.

(3) Persyaratan sisa jangka waktu bagi agunan yang baru

ditambahkan paling singkat memiliki jangka waktu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dan Pasal 7

ayat (1) huruf c dikurangi dengan jangka waktu mulai dari

penandatanganan akta perjanjian pemberian PLJP sampai

dengan jatuh waktu PLJP berjalan.

(4) Bank harus menambah jumlah agunan yang diserahkan

untuk menjamin perpanjangan jangka waktu PLJP dalam

hal diketahui bahwa:

a. terdapat aset yang lebih prioritas untuk menjadi

agunan PLJP dengan memperhatikan persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) dan

ayat (4); dan/atau

b. nilai agunan yang telah dijaminkan tidak lagi

mencukupi plafon PLJP.

(5) Dalam hal terjadi perpanjangan jangka waktu PLJP dan

terdapat agunan PLJP berupa SBI, SBIS, SDBI, dan/atau

SBN yang diagunkan kembali, maka jangka waktu

pengagunan surat berharga pada BI-SSSS dapat

diperpanjang apabila diperlukan.

Bagian Kedua

Tindak Lanjut Persetujuan atas Permohonan

Perpanjangan Jangka Waktu PLJP

Pasal 42

(1) Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan

atas permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP

melalui surat kepada Bank dengan tembusan kepada OJK.

(2) Dalam memberikan persetujuan atau penolakan atas

permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank

Page 40: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

40

Indonesia mempertimbangkan paling sedikit hal sebagai

berikut:

a. pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2;

b. jangka waktu PLJP secara keseluruhan belum

melampaui 90 (sembilan puluh) hari kalender

berturut-turut;

c. kelengkapan dokumen permohonan perpanjangan

jangka waktu PLJP sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 40 ayat (9); dan

d. analisis mengenai perkiraan jumlah kebutuhan

likuiditas Bank.

(3) Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP

disetujui, maka berdasarkan surat persetujuan Bank

Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank

harus melakukan hal sebagai berikut:

a. menyampaikan dokumen yang terkait dengan

penambahan dan/atau penggantian agunan PLJP;

b. menunjuk notaris;

c. menyampaikan dokumen berupa rancangan akta

perubahan perjanjian pemberian PLJP dan

rancangan akta perubahan pengikatan agunan PLJP

melalui notaris dengan contoh sebagaimana

tercantum dalam Lampiran XVII, Lampiran XVIII, dan

Lampiran XIX yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur

ini;

d. melunasi bunga atas PLJP pada saat jatuh waktu

PLJP; dan

e. menyampaikan dokumen yang terkait dengan agunan

lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dalam hal

diperlukan.

(4) Dalam hal terdapat penambahan agunan berupa surat

berharga, Bank menyampaikan dokumen yang terkait

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4).

(5) Dalam hal terdapat penambahan agunan berupa Aset

Kredit dan/atau Aset Pembiayaan, Bank menyampaikan

Page 41: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

41

dokumen yang terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal

22 ayat (5).

(6) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a

dan huruf c disampaikan kepada Bank Indonesia c.q.

Departemen Surveilans Sistem Keuangan paling lambat

pukul 12.00 WIB pada 1 (satu) hari kerja berikutnya

setelah surat persetujuan Bank Indonesia sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diterima Bank.

(7) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, dokumen sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf c disampaikan

kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat paling

lambat pukul 12.00 waktu Kantor Perwakilan Bank

Indonesia setempat pada 1 (satu) hari kerja berikutnya

setelah surat persetujuan Bank Indonesia sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diterima Bank.

(8) Dalam hal Bank Indonesia meminta agunan lain

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e, Bank

menyampaikan dokumen yang terkait dengan agunan lain

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (8).

(9) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e

disampaikan kepada Bank Indonesia c.q. Departemen

Surveilans Sistem Keuangan paling lambat sebelum

penandatanganan akta perubahan perjanjian pemberian

PLJP.

(10) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, dokumen sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf e disampaikan kepada

Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat paling lambat

sebelum penandatanganan akta perubahan perjanjian

pemberian PLJP.

Pasal 43

Dalam hal terdapat agunan berupa surat berharga yang baru,

pengagunan menggunakan mekanisme sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 23.

Page 42: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

42

Pasal 44

(1) Penilaian terhadap tambahan agunan yang digunakan

untuk perpanjangan jangka waktu PLJP menggunakan

mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.

(2) Penilaian terhadap agunan PLJP yang digunakan kembali

sebagai agunan untuk perpanjangan jangka waktu PLJP

diutamakan pada penilaian kecukupan terhadap nilai

agunan.

Pasal 45

(1) Dalam hal berdasarkan hasil penilaian terhadap agunan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 diketahui:

a. agunan telah memenuhi ketentuan dan nilai agunan

mencukupi plafon PLJP yang telah disetujui Bank

Indonesia; atau

b. nilai agunan yang telah memenuhi ketentuan tidak

mencukupi plafon PLJP yang telah disetujui Bank

Indonesia dan Bank dapat menyediakan sumber dana

lain untuk menutup kekurangan likuiditas yang tidak

dapat diperoleh dari PLJP,

maka akan dilakukan penandatanganan terhadap akta

perubahan perjanjian pemberian PLJP dan akta

perubahan pengikatan agunan PLJP.

(2) Penandatanganan terhadap akta perubahan perjanjian

pemberian PLJP dan akta perubahan pengikatan agunan

PLJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Bank

Indonesia bersama Bank diwakili oleh pihak Bank yang

berwenang melakukan penandatanganan akta perubahan

perjanjian pemberian PLJP dan akta perubahan

pengikatan agunan PLJP.

(3) Dalam hal terdapat agunan lain sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9 maka pengikatan agunan lain dapat

dilakukan selama periode pemberian PLJP.

(4) Pengikatan agunan PLJP sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dan agunan lain sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 43: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

43

Pasal 46

(1) Dalam hal setelah penandatanganan akta perubahan

perjanjian pemberian PLJP dan akta perubahan

pengikatan agunan PLJP sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 45 ayat (1), diketahui terdapat dokumen Aset Kredit

dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 22 ayat (5) tidak lengkap, Bank Indonesia tidak

memperhitungkan Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan

dimaksud sebagai agunan PLJP.

(2) Dalam hal kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menyebabkan nilai agunan secara keseluruhan tidak

mencukupi plafon yang telah disetujui, Bank Indonesia

akan melakukan pembatasan pencairan sejak periode

perpanjangan jangka waktu PLJP dimulai atau selama

periode PLJP.

(3) Dalam hal Bank telah melengkapi kekurangan dokumen

Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan dimaksud akan diperhitungkan kembali

sebagai agunan PLJP dan pencairan PLJP dilakukan

sesuai dengan kecukupan nilai agunan.

Pasal 47

(1) Persetujuan atas permohonan perpanjangan jangka waktu

PLJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dibatalkan

oleh Bank Indonesia apabila:

a. Bank tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3);

b. berdasarkan verifikasi dan/atau penilaian Bank

Indonesia nilai agunan tidak mencukupi plafon dan

Bank tidak dapat menambah agunan PLJP dan/atau

Bank tidak menyediakan sumber dana lain untuk

menutup kekurangan likuiditas yang tidak dapat

diperoleh dari PLJP; dan/atau

c. diketahui bahwa Bank tidak lagi memenuhi

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (2).

Page 44: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

44

(2) Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP

dibatalkan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) maka Bank harus melunasi PLJP pada saat

jatuh waktu.

BAB VIII

PENAMBAHAN DAN PENURUNAN PLAFON PLJP

Bagian Kesatu

Permohonan Penambahan Plafon PLJP

Pasal 48

(1) Bank dapat mengajukan permohonan penambahan plafon

PLJP kepada Bank Indonesia.

(2) Permohonan penambahan plafon PLJP hanya dapat

disampaikan bersamaan dengan permohonan

perpanjangan jangka waktu PLJP sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 40 ayat (7).

(3) Permohonan penambahan plafon PLJP sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui surat dengan

contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran XX yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Anggota Dewan Gubernur ini.

(4) Surat permohonan penambahan plafon PLJP sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh direksi Bank

dan diketahui oleh dewan komisaris Bank yang

berwenang.

(5) Permohonan penambahan plafon PLJP sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan dokumen yang

dipersyaratkan Bank Indonesia.

(6) Permohonan penambahan plafon PLJP diajukan kepada

Bank Indonesia c.q. Departemen Surveilans Sistem

Keuangan, Jalan M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350

dengan tembusan kepada OJK c.q. Departemen

Pengawasan Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK

yang terkait.

Page 45: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

45

(7) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, permohonan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) ditembuskan kepada Kantor

Perwakilan Bank Indonesia setempat.

(8) Bank Indonesia akan memproses permohonan

penambahan plafon PLJP setelah dokumen permohonan

penambahan plafon PLJP diterima secara lengkap.

(9) Dalam rangka penambahan plafon PLJP:

a. Bank dapat menggunakan kelebihan nilai agunan

PLJP yang telah dijaminkan bagi PLJP berjalan untuk

menjamin penambahan plafon PLJP dengan

memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 11 dan Pasal 12;

b. Bank dapat menambah agunan PLJP dengan aset

yang memenuhi persyaratan dan nilai agunan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan

Pasal 8, Pasal 11 dan Pasal 12; dan

c. persyaratan sisa jangka waktu bagi agunan yang baru

ditambahkan paling singkat memiliki jangka waktu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dan

Pasal 7 ayat (1) huruf c dikurangi dengan jangka

waktu mulai dari penandatanganan akta perjanjian

pemberian PLJP sampai dengan penandatanganan

perubahan akta perjanjian PLJP.

Pasal 49

Dokumen permohonan penambahan plafon PLJP sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 48 ayat (5) meliputi:

a. dokumen yang mendukung jumlah kebutuhan untuk

mengatasi Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek paling

sedikit berupa proyeksi arus kas paling singkat 30 (tiga

puluh) hari kalender sejak tanggal permohonan

penambahan plafon PLJP dengan format sebagaimana

tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan

Gubernur ini;

Page 46: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

46

b. daftar seluruh aset yang menjadi agunan PLJP berupa:

1. SBI, SBIS, SDBI, SBN, Obligasi Korporasi dan/atau

Sukuk Korporasi dengan format sebagaimana

tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota

Dewan Gubernur ini; dan

2. Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan dengan format

sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Anggota Dewan Gubernur ini;

c. dalam hal terdapat penggantian dan/atau penambahan

agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan

maka harus dilengkapi dengan daftar rekapitulasi Aset

Kredit dan/atau Aset Pembiayaan yang telah menjadi

objek atau sampel pemeriksaan atau audit oleh kantor

akuntan publik yang dikeluarkan dan/atau

ditandatangani oleh kantor akuntan publik yang

melakukan pemeriksaan atau audit;

d. daftar seluruh surat berharga yang dimiliki dengan format

sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII dan disertai

bukti kepemilikannya; dan

e. dokumen lain yang diminta oleh Bank Indonesia.

Pasal 50

Dalam mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu

PLJP yang disertai dengan penambahan plafon PLJP,

pengaturan terkait agunan mengacu pada ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41.

Bagian Kedua

Tindak Lanjut Persetujuan atas Permohonan

Penambahan Plafon PLJP

Pasal 51

(1) Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan

atas permohonan penambahan plafon PLJP melalui surat

kepada Bank dengan tembusan kepada OJK.

Page 47: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

47

(2) Dalam memberikan persetujuan atau penolakan atas

permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank

Indonesia mempertimbangkan paling sedikit hal sebagai

berikut:

a. pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2;

b. jangka waktu PLJP secara keseluruhan belum

melampaui 90 (sembilan puluh) hari kalender

berturut-turut;

c. kelengkapan dokumen permohonan penambahan

plafon PLJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49;

dan

d. analisis mengenai perkiraan jumlah kebutuhan

likuiditas Bank.

(3) Dalam hal permohonan penambahan plafon PLJP

disetujui, maka berdasarkan surat persetujuan Bank

Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank

harus melakukan hal sebagai berikut:

a. menyampaikan dokumen yang terkait dengan

penambahan dan/atau penggantian agunan PLJP;

b. menunjuk notaris;

c. menyampaikan dokumen berupa rancangan akta

perubahan perjanjian pemberian PLJP dan akta

perubahan pengikatan agunan PLJP melalui notaris

dengan contoh sebagaimana tercantum dalam

Lampiran XVII, Lampiran XVIII, dan Lampiran XIX

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini; dan

d. menyampaikan dokumen yang terkait dengan agunan

lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dalam hal

diperlukan.

(4) Dalam hal terdapat penambahan agunan berupa surat

berharga, Bank menyampaikan dokumen yang terkait

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4).

(5) Dalam hal terdapat penambahan agunan berupa Aset

Kredit dan/atau Aset Pembiayaan, Bank menyampaikan

Page 48: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

48

dokumen yang terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal

22 ayat (5).

(6) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a

dan huruf c disampaikan kepada Bank Indonesia c.q.

Departemen Surveilans Sistem Keuangan paling lambat

pukul 12.00 WIB pada 1 (satu) hari kerja berikutnya

setelah surat persetujuan Bank Indonesia sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diterima Bank.

(7) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, dokumen sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf c disampaikan

kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat paling

lambat pukul 12.00 waktu Kantor Perwakilan Bank

Indonesia setempat pada 1 (satu) hari kerja berikutnya

setelah surat persetujuan Bank Indonesia sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diterima Bank.

(8) Dalam hal Bank Indonesia meminta agunan lain

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d, Bank

menyampaikan dokumen terkait agunan lain sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 22 ayat (8).

(9) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d

disampaikan kepada Bank Indonesia c.q. Departemen

Surveilans Sistem Keuangan paling lambat pukul 12.00

WIB pada 2 (dua) hari kerja sebelum penandatanganan

akta perubahan perjanjian pemberian PLJP.

(10) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, dokumen sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf d disampaikan kepada

Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat paling lambat

pukul 12.00 waktu Kantor Perwakilan Bank Indonesia

setempat pada 2 (dua) hari kerja sebelum

penandatanganan akta perubahan perjanjian pemberian

PLJP.

Page 49: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

49

Pasal 52

Dalam hal terdapat agunan berupa surat berharga yang baru,

pengagunan menggunakan mekanisme sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 23.

Pasal 53

(1) Penilaian terhadap tambahan agunan yang digunakan

untuk penambahan plafon PLJP mengacu pada ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.

(2) Penilaian terhadap agunan PLJP yang digunakan kembali

sebagai agunan untuk penambahan plafon PLJP

diutamakan pada penilaian kecukupan terhadap nilai

agunan.

Pasal 54

(1) Dalam hal berdasarkan hasil penilaian terhadap agunan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 diketahui:

a. agunan telah memenuhi ketentuan dan nilai agunan

mencukupi plafon PLJP yang telah disetujui Bank

Indonesia; atau

b. nilai agunan yang telah memenuhi ketentuan tidak

mencukupi plafon PLJP yang telah disetujui Bank

Indonesia dan Bank dapat menyediakan sumber dana

lain untuk menutup kekurangan likuiditas yang tidak

dapat diperoleh dari PLJP,

maka akan dilakukan penandatanganan terhadap akta

perubahan perjanjian pemberian PLJP dan akta

perubahan pengikatan agunan PLJP.

(2) Dalam hal Bank Indonesia masih dalam proses melakukan

penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 sampai

dengan 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal jatuh waktu

PLJP maka penandatanganan terhadap akta perubahan

perjanjian pemberian PLJP dan akta perubahan

pengikatan agunan PLJP hanya dilakukan untuk

perpanjangan jangka waktu PLJP.

(3) Dalam hal terdapat kondisi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), penandatanganan terhadap akta perubahan

Page 50: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

50

perjanjian pemberian PLJP dan akta perubahan

pengikatan agunan PLJP untuk penambahan plafon PLJP

dilakukan setelah Bank Indonesia selesai melakukan

proses penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53.

(4) Tambahan plafon PLJP yang disetujui akan

diakumulasikan dengan plafon PLJP sebelumnya.

(5) Penandatanganan terhadap akta perubahan perjanjian

pemberian PLJP dan akta perubahan pengikatan agunan

PLJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Bank

Indonesia bersama Bank diwakili oleh pihak Bank yang

berwenang melakukan penandatanganan akta perubahan

perjanjian pemberian PLJP dan akta perubahan

pengikatan agunan PLJP.

(6) Pengikatan agunan PLJP sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 55

(1) Dalam hal setelah penandatanganan akta perubahan

perjanjian pemberian PLJP dan akta perubahan

pengikatan agunan PLJP sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 54 ayat (1), diketahui dokumen Aset Kredit dan/atau

Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

ayat (5) tidak lengkap, Bank Indonesia tidak

memperhitungkan Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan

dimaksud sebagai agunan PLJP.

(2) Dalam hal kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menyebabkan nilai agunan secara keseluruhan tidak

mencukupi plafon yang telah disetujui, Bank Indonesia

akan melakukan pembatasan pencairan sejak tanggal

aktivasi penambahan plafon PLJP atau selama periode

PLJP.

(3) Dalam hal Bank telah melengkapi kekurangan dokumen

Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan dimaksud akan diperhitungkan kembali

Page 51: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

51

sebagai agunan PLJP dan pencairan PLJP dilakukan

sesuai dengan kecukupan nilai agunan.

Pasal 56

Persetujuan atas permohonan penambahan plafon PLJP

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) dibatalkan oleh

Bank Indonesia apabila:

a. Bank tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 51 ayat (3);

b. berdasarkan verifikasi dan/atau penilaian Bank Indonesia

nilai tambahan agunan tidak mencukupi penambahan

plafon PLJP dan Bank tidak menyediakan sumber dana

lain untuk menutup kekurangan likuiditas yang tidak

dapat diperoleh dari PLJP; dan/atau

c. diketahui bahwa Bank tidak lagi memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).

Pasal 57

(1) Bank Indonesia menyampaikan surat pemberitahuan

aktivasi penambahan plafon PLJP kepada Bank paling

lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal aktivasi yang

memuat tanggal aktivasi penambahan plafon PLJP dan

jumlah PLJP yang dapat dicairkan, serta informasi lain

yang terkait dengan pencairan PLJP.

(2) Bank dapat mengajukan permohonan pencairan

tambahan plafon PLJP sejak tanggal aktivasi penambahan

plafon PLJP.

(3) Pencairan tambahan plafon PLJP sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) menggunakan mekanisme sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31.

Pasal 58

Dalam hal permohonan Bank untuk penambahan plafon PLJP

telah disetujui namun belum dilakukan aktivasi, Bank dapat

mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP

untuk periode berikutnya dengan plafon PLJP sebagaimana

tercantum dalam surat persetujuan Bank Indonesia sesuai

Page 52: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

52

dengan ketentuan Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank

Indonesia ini.

Bagian Ketiga

Permohonan Penurunan Plafon PLJP

Pasal 59

(1) Bank dapat mengajukan permohonan penurunan plafon

PLJP kepada Bank Indonesia.

(2) Permohonan penurunan plafon PLJP hanya dapat

disampaikan bersamaan dengan permohonan

perpanjangan jangka waktu PLJP sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 40 ayat (7).

(3) Permohonan penurunan plafon PLJP didasarkan pada

kebutuhan likuiditas Bank sampai dengan Bank

memenuhi GWM sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia

yang mengatur mengenai giro wajib minimum, yang

didukung dengan proyeksi arus kas.

(4) Permohonan penurunan plafon PLJP sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui surat dengan

contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran XX yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Anggota Dewan Gubernur ini.

(5) Surat permohonan penurunan plafon PLJP sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh direksi Bank

dan diketahui oleh dewan komisaris Bank yang

berwenang.

(6) Permohonan penurunan plafon PLJP sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan dokumen yang

dipersyaratkan Bank Indonesia.

(7) Permohonan penurunan plafon PLJP diajukan kepada

Bank Indonesia c.q. Departemen Surveilans Sistem

Keuangan, Jalan M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350

dengan tembusan kepada OJK c.q. Departemen

Pengawasan Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK

yang terkait.

Page 53: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

53

(8) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, permohonan sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) ditembuskan kepada Kantor

Perwakilan Bank Indonesia setempat.

(9) Bank Indonesia akan memproses permohonan penurunan

plafon PLJP setelah dokumen permohonan penurunan

plafon PLJP diterima secara lengkap.

Pasal 60

(1) Proses penurunan plafon PLJP dilakukan sesuai dengan

proses perpanjangan jangka waktu PLJP sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 47.

(2) Dalam proses penurunan plafon PLJP Bank dapat

melakukan penarikan agunan sepanjang memenuhi

ketentuan mengenai agunan dan kecukupan nilai agunan.

BAB IX

PELUNASAN PLJP

Bagian Kesatu

Pelunasan Sebagian atau Keseluruhan Baki Debet PLJP

Selama Periode PLJP

Pasal 61

(1) Bank Indonesia melakukan pendebitan rekening giro Bank

dalam rupiah di Bank Indonesia apabila saldo rekening

giro Bank tersebut pada periode PLJP jumlahnya melebihi

kewajiban GWM ditambah 10% (sepuluh persen) dari

kewajiban GWM sebagai pelunasan sebagian atau

keseluruhan baki debet PLJP.

(2) Pendebitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan paling tinggi sebesar nilai terendah antara baki

debet PLJP dan kelebihan saldo rekening giro Bank dalam

rupiah dari kewajiban GWM ditambah 10% (sepuluh

persen) dari kewajiban GWM.

Page 54: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

54

(3) Pendebitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan pada saat Sistem BI-RTGS dibuka pada hari

berikutnya.

Bagian Kedua

Pelunasan Sebelum PLJP Jatuh Waktu

Pasal 62

(1) Bank dapat mengajukan permohonan pelunasan PLJP

sebelum PLJP jatuh waktu.

(2) Pelunasan sebelum PLJP jatuh waktu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mendebit

rekening giro Bank dalam rupiah di Bank Indonesia

sebesar kewajiban PLJP.

(3) Permohonan pelunasan sebelum PLJP jatuh waktu

diajukan oleh Bank paling lambat 2 (dua) hari kerja

sebelum rencana pelunasan.

(4) Permohonan pelunasan sebelum PLJP jatuh waktu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui

surat dengan contoh sebagaimana tercantum dalam

Lampiran XXI yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.

(5) Permohonan pelunasan sebelum PLJP jatuh waktu

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diajukan kepada

Bank Indonesia c.q. Departemen Surveilans Sistem

Keuangan, Jalan M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350

dengan tembusan kepada OJK c.q. Departemen

Pengawasan Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK

yang terkait.

(6) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, permohonan pelunasan

sebelum PLJP jatuh waktu sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) ditembuskan kepada Kantor Perwakilan Bank

Indonesia setempat.

(7) Bank Indonesia menginformasikan kepada Bank jumlah

kewajiban PLJP yang meliputi baki debet (outstanding),

bunga PLJP, dan biaya terkait dengan pemberian PLJP

Page 55: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

55

paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal

pelunasan.

(8) Bank Indonesia akan mendebit rekening giro Bank dalam

rupiah di Bank Indonesia pada saat Sistem BI-RTGS

dibuka pada tanggal pelunasan yang ditetapkan dengan

urutan pendebitan bunga, kemudian baki debet

(outstanding) PLJP, dan terakhir biaya terkait dengan

pemberian PLJP.

(9) Dalam hal pada tanggal pelunasan yang direncanakan

saldo rekening giro Bank dalam rupiah di Bank Indonesia

tidak mencukupi untuk pembayaran kewajiban PLJP

maka pelunasan PLJP dilakukan pada saat jatuh waktu.

Bagian Ketiga

Pelunasan PLJP Pada Saat Jatuh Waktu

Pasal 63

(1) Bank wajib melunasi seluruh kewajiban PLJP pada tanggal

jatuh waktu PLJP.

(2) Bank Indonesia akan menginformasikan kepada Bank

pada 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal jatuh waktu PLJP

mengenai jumlah kewajiban PLJP yang meliputi pokok dan

bunga termasuk dalam hal terdapat biaya terkait dengan

pemberian PLJP yang harus dibayar Bank.

(3) Bank Indonesia mendebit rekening giro Bank dalam

rupiah di Bank Indonesia untuk pembayaran kewajiban

PLJP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada tanggal

jatuh waktu PLJP.

(4) Bank Indonesia dapat mendebit rekening giro Bank dalam

rupiah di Bank Indonesia dalam hal terdapat biaya lain

terkait dengan pemberian PLJP yang timbul atau

ditagihkan oleh pihak lain setelah Bank melunasi PLJP.

(5) Dalam hal jatuh waktu PLJP bertepatan pada hari Sabtu,

hari Minggu, hari libur, atau pada hari kerja yang

kemudian ditetapkan sebagai hari libur maka pendebitan

saldo rekening giro Bank dalam rupiah di Bank Indonesia

Page 56: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

56

dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa

memperhitungkan bunga PLJP pada hari tersebut.

(6) Dalam hal Bank Indonesia beroperasi secara terbatas pada

hari libur atau cuti bersama, dimana Bank Indonesia

mengoperasikan Sistem BI-RTGS dan Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia (SKNBI) maka hari tersebut

termasuk sebagai hari kerja.

(7) Bank Indonesia melakukan pendebitan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) pada saat buka Sistem BI-RTGS.

Pasal 64

Dalam hal pelunasan kewajiban PLJP pada tanggal jatuh waktu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 telah dilakukan, Bank

Indonesia menyampaikan surat kepada Bank yang

menginformasikan bahwa kewajiban PLJP telah dilunasi Bank

dengan tembusan kepada OJK c.q. Departemen Pengawasan

Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK yang terkait.

Pasal 65

(1) Bank Indonesia mengembalikan agunan PLJP kepada

Bank setelah kewajiban PLJP dilunasi.

(2) Mekanisme pengembalian agunan PLJP kepada Bank

diatur sebagai berikut:

a. untuk agunan berupa SBI, SBIS, SDBI, dan SBN

dilakukan dengan mekanisme sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 23 huruf c angka 1;

b. untuk agunan berupa Obligasi Korporasi dan/atau

Sukuk Korporasi dilakukan dengan mekanisme

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf c angka

2; dan

c. untuk agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan dilakukan dengan mekanisme sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan,

setelah tanggal surat pemberitahuan lunas dari Bank

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64.

Page 57: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

57

Bagian Keempat

Pelunasan PLJP Setelah Tanggal Jatuh Waktu

Pasal 66

(1) Dalam hal saldo rekening giro Bank dalam rupiah di Bank

Indonesia tidak mencukupi untuk membayar pokok dan

bunga PLJP pada saat jatuh waktu, Bank Indonesia

melakukan tindakan sebagai berikut:

a. pada tanggal jatuh waktu:

1. pendebitan rekening giro Bank dalam rupiah di

Bank Indonesia yang dilakukan pada saat

Sistem BI-RTGS dibuka sebesar kewajiban PLJP

yang belum lunas termasuk dalam hal terdapat

biaya terkait dengan pemberian PLJP;

2. pembatasan transaksi outgoing rekening giro

Bank dalam valuta asing serta rekening giro UUS

dalam rupiah dan valuta asing, sejak Sistem BI-

RTGS dibuka pada tanggal jatuh waktu PLJP;

dan

3. penihilan rekening giro Bank di Bank Indonesia

baik rupiah maupun valuta asing termasuk

saldo rekening giro dalam rupiah dan valuta

asing milik UUS dari Bank yang dilakukan pada

periode pre cut-off Sistem BI-RTGS;

b. setelah tanggal jatuh waktu:

1. pendebitan rekening giro rupiah dan valuta asing

Bank serta rekening giro rupiah dan valuta asing

milik UUS, di Bank Indonesia, yang dilakukan

pada saat Sistem BI-RTGS dibuka sebesar

kewajiban PLJP yang belum lunas termasuk

dalam hal terdapat biaya terkait dengan

pemberian PLJP; dan

2. penihilan rekening giro Bank di Bank Indonesia

baik rupiah maupun valuta asing termasuk

saldo giro UUS dari Bank yang dilakukan pada

periode pre cut-off Sistem BI-RTGS.

Page 58: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

58

(2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

dilakukan Bank Indonesia sampai dengan kewajiban PLJP

dapat dilunasi Bank.

(3) Kurs yang digunakan dalam pendebitan rekening giro

Bank dalam valuta asing adalah kurs beli dari kurs

transaksi Bank Indonesia.

(4) Bank Indonesia tetap menghitung bunga PLJP sampai

dengan pokok PLJP dilunasi.

(5) Bank yang belum melakukan pelunasan PLJP pada saat

jatuh waktu tidak dapat menggunakan surat berharga

sebagai pemenuhan prefund debit sejak tanggal jatuh

waktu sampai dengan kewajiban PLJP lunas.

Bagian Kelima

Pelaksanaan Eksekusi Agunan PLJP

Pasal 67

(1) Dalam hal kewajiban PLJP tidak dapat dilunasi setelah

dilakukan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

66 ayat (1) huruf a, Bank Indonesia akan melakukan

eksekusi agunan PLJP dalam rangka pelunasan kewajiban

PLJP Bank.

(2) Dalam rangka pelaksanaan eksekusi agunan, Bank

Indonesia menyampaikan surat kepada Bank dengan

tembusan kepada OJK c.q. Departemen Pengawasan

Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK terkait yang

menginformasikan:

a. Bank tidak dapat melunasi kewajiban PLJP pada saat

jatuh waktu;

b. jumlah kewajiban PLJP yang belum dilunasi; dan

c. Bank Indonesia akan melakukan tindak lanjut

berupa eksekusi agunan,

paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah tanggal jatuh

waktu PLJP.

Page 59: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

59

Pasal 68

(1) Bank Indonesia akan melakukan proses eksekusi agunan

berupa surat berharga mulai hari kerja ke-1 setelah

tanggal jatuh waktu PLJP.

(2) Eksekusi agunan berupa SBI, SBIS, dan/atau SDBI

dilakukan dengan cara mencairkan SBI, SBIS, dan/atau

SDBI sebelum jatuh waktu (early redemption)

menggunakan nilai surat berharga pada posisi tanggal

jatuh waktu PLJP.

(3) Eksekusi agunan berupa SBN, Obligasi Korporasi,

dan/atau Sukuk Korporasi dilakukan melalui penjualan

agunan oleh pialang, dengan pengaturan sebagai berikut:

a. calon pembeli agunan dapat merupakan bank

dan/atau pihak lain;

b. window time penjualan SBN, Obligasi Korporasi,

dan/atau Sukuk Korporasi dapat dilakukan antara

pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB;

c. Bank Indonesia c.q. Departemen Pengelolaan Moneter

akan mengumumkan rencana penjualan SBN,

Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi kepada

pialang;

d. transaksi dilakukan melalui sarana Reuters

Monitoring Dealing System (RMDS) atau sarana

lainnya;

e. Bank Indonesia c.q. Departemen Pengelolaan Moneter

akan mengumumkan pemenang kepada Pialang dan

melakukan konfirmasi kepada Pialang yang

penawarannya dimenangkan;

f. pialang yang penawarannya dimenangkan

menginformasikan kepada Bank Indonesia c.q.

Departemen Pengelolaan Moneter antara lain hal-hal

sebagai berikut:

1. sub-registry bagi calon pembeli agunan selain

bank yang penawarannya diterima untuk

pelaksanaan setelmen SBN;

2. lembaga kustodian untuk calon pembeli agunan

yang penawarannya diterima untuk pelaksanaan

Page 60: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

60

setelmen Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk

Korporasi; dan

3. bank pembayar bagi calon pembeli agunan selain

bank yang penawarannya diterima untuk

pelaksanaan setelmen dana.

g. calon pembeli yang penawarannya diterima yang

merupakan bank dan bank pembayar yang ditunjuk

wajib menyediakan dana di rekening giro Bank di

Bank Indonesia;

h. Bank Indonesia melakukan setelmen paling lambat

pada 5 (lima) hari kerja (T+5) setelah pengumuman

dengan mendebit rekening giro bank atau bank

pembayar yang ditunjuk bagi calon pembeli agunan

selain bank;

i. Bank Indonesia melakukan setelmen surat berharga

setelah pendebitan saldo rekening giro bank atau

bank pembayar yang ditunjuk bagi calon pembeli

agunan selain bank sebagaimana dimaksud pada

huruf h berhasil dilaksanakan;

j. dalam hal surat berharga berupa Obligasi Korporasi

dan/atau Sukuk Korporasi, Bank Indonesia

melakukan pemindahbukuan surat berharga

tersebut ke rekening efek yang ditunjuk oleh pembeli

surat berharga di KSEI;

k. dalam hal agunan berupa SBN tidak terjual dan saldo

rekening giro Bank dalam rupiah di Bank Indonesia

tidak mencukupi kewajiban PLJP sampai dengan

berakhirnya jangka waktu pengikatan agunan SBN,

Bank Indonesia memperpanjang jangka waktu

pengikatan pengagunan SBN sampai dengan Bank

dapat melunasi pokok PLJP ditambah bunga PLJP

dan biaya terkait dengan pemberian PLJP;

l. dalam hal terdapat pembayaran kupon dari Obligasi

Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi, Bank

Indonesia meneruskan pembayaran tersebut ke

rekening giro Bank yang ada di Bank Indonesia.

Page 61: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

61

Pasal 69

(1) Bank Indonesia akan melakukan proses eksekusi agunan

berupa Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan mulai hari

kerja ke-15 setelah tanggal jatuh waktu PLJP.

(2) Bank dapat meminta kepada Bank Indonesia agar proses

eksekusi agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan dipercepat sebelum hari kerja ke-15

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan Bank melalui surat kepada Bank Indonesia

c.q. Departemen Surveilans Sistem Keuangan dengan

tembusan kepada OJK c.q. Departemen Pengawasan

Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK terkait pada

hari kerja dengan contoh sebagaimana tercantum dalam

Lampiran XXII yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.

(4) Bank Indonesia akan menyampaikan surat

pemberitahuan dan/atau peringatan sebelum proses

eksekusi agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 70

(1) Eksekusi agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat

(1) dilakukan dengan cara:

a. menjual hak tagih atas dasar Sertifikat Jaminan

Fidusia melalui fiat eksekusi pengadilan;

b. menjual hak tagih atas kekuasaan penerima fidusia

sendiri melalui pelelangan umum; atau

c. menjual di bawah tangan yang dilakukan

berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima

fidusia.

(2) Dalam rangka eksekusi agunan PLJP sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 69 Bank Indonesia dapat

menugaskan pihak lain untuk melakukan penilaian

dan/atau penjualan terhadap agunan berupa Aset Kredit

dan/atau Aset Pembiayaan.

Page 62: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

62

(3) Bank Indonesia c.q. Departemen Surveilans Sistem

Keuangan menyampaikan surat pemberitahuan mengenai

pelaksanaan eksekusi agunan PLJP berupa Aset Kredit

dan/atau Aset Pembiayaan kepada Bank, dengan

tembusan kepada OJK c.q. Departemen Pengawasan

Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK yang terkait.

(4) Dalam rangka pelaksanaan eksekusi agunan berupa Aset

Kredit dan/atau Aset Pembiayaan Bank harus

menginformasikan pengalihan tagihan kredit dan/atau

pembiayaan kepada masing-masing debitur atau nasabah.

(5) Dalam hal eksekusi agunan PLJP berupa Aset Kredit

dan/atau Aset Pembiayaan dilakukan melalui penjualan

di bawah tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c dilakukan oleh Bank maka Bank harus

menyampaikan rencana pelaksanaan eksekusi agunan

PLJP berupa hak tagih atas Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan tersebut serta melaporkan realisasi eksekusi

agunan dimaksud melalui surat kepada Bank Indonesia

c.q. Departemen Surveilans Sistem Keuangan, Jalan M.H.

Thamrin No.2 Jakarta 10350.

(6) Rencana pelaksanaan eksekusi agunan PLJP sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) harus mendapat persetujuan

Bank Indonesia.

(7) Hasil eksekusi agunan PLJP disetorkan ke rekening yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Pasal 71

(1) Hasil eksekusi agunan diperhitungkan sebagai pelunasan

terhadap kewajiban PLJP yang meliputi nilai pokok PLJP

ditambah dengan akumulasi bunga PLJP, biaya eksekusi

agunan, dan biaya lainnya terkait dengan pemberian

PLJP.

(2) Dalam hal hasil eksekusi agunan lebih besar dari

kewajiban PLJP maka Bank Indonesia mengkredit

rekening giro Bank dalam rupiah di Bank Indonesia

sebesar kelebihan hasil eksekusi agunan dari kewajiban

PLJP.

Page 63: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

63

(3) Dalam hal hasil eksekusi agunan lebih kecil daripada

kewajiban PLJP maka Bank wajib menyetor tambahan

dana untuk membayar kekurangan pelunasan kewajiban

PLJP kepada Bank Indonesia termasuk dari agunan lain

apabila tersedia.

Pasal 72

Bank Indonesia dapat bekerja sama dengan OJK maupun

pihak lainnya untuk pelaksanaan dan/atau pemantauan

eksekusi agunan.

Bagian Keenam

Biaya PLJP

Pasal 73

Biaya yang timbul sehubungan dengan pemberian PLJP

menjadi beban Bank yang menerima PLJP yang meliputi:

a. biaya penggunaan kantor akuntan publik dalam kegiatan

verifikasi dan/atau penilaian Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan;

b. biaya notaris untuk pembuatan akta perjanjian pemberian

PLJP dan akta pengikatan agunan PLJP, termasuk

perubahannya;

c. biaya dalam rangka eksekusi agunan;

d. biaya transaksi, biaya kustodian, dan biaya lainnya yang

timbul atas pengagunan Obligasi Korporasi dan/atau

Sukuk Korporasi;

e. biaya penyimpanan dokumen Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan dengan menggunakan pihak ketiga; dan

f. biaya lain terkait PLJP.

BAB X

PELAPORAN

Pasal 74

Selama periode PLJP Bank wajib menyampaikan laporan

sebagai berikut:

Page 64: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

64

a. laporan harian yang terdiri atas:

1. laporan penggunaan PLJP dengan format

sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXIII yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Anggota Dewan Gubernur ini; dan

2. laporan kondisi likuiditas Bank dengan format

sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXIV yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Anggota Dewan Gubernur ini;

b. laporan terkait agunan yang disampaikan dalam hal

terdapat:

1. Obligasi Korporasi atau Sukuk Korporasi yang tidak

memenuhi persyaratan peringkat yang ditetapkan

Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal

7 ayat (1) huruf a;

2. pelunasan kredit atau pembiayaan yang menjadi

agunan PLJP oleh debitur atau nasabah Bank;

dan/atau

3. Aset Kredit atau Aset Pembiayaan yang tidak

memenuhi persyaratan kolektibilitas sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 huruf a,

yang memuat daftar agunan yang memenuhi kondisi

sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, dan/atau

angka 3 dengan format sebagaimana tercantum dalam

Lampiran XXV yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini;

c. laporan perhitungan rasio KPMM;

d. laporan rencana tindak perbaikan (remedial action plan)

untuk mengatasi Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek; dan

e. laporan lainnya yang diminta oleh Bank Indonesia.

Pasal 75

(1) Laporan harian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74

huruf a disampaikan setiap hari kerja paling lambat pukul

12.00 WIB untuk posisi 1 (satu) hari kerja sebelumnya.

Page 65: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

65

(2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf c

disampaikan dalam hal terdapat peristiwa yang

mengakibatkan penurunan rasio KPMM Bank.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf d

disampaikan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah

pencairan PLJP yang pertama kali.

(4) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74

disampaikan kepada Bank Indonesia c.q. Departemen

Surveilans Sistem Keuangan, Jalan M.H. Thamrin No. 2

Jakarta 10350 dengan tembusan kepada OJK c.q.

Departemen Pengawasan Bank, Kantor Regional OJK,

atau Kantor OJK yang terkait.

BAB XI

PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN

Pasal 76

(1) Pengawasan terhadap Bank yang menerima PLJP

dilakukan oleh OJK berkoordinasi dengan Bank

Indonesia.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan untuk memantau dan memastikan penggunaan

dana PLJP sesuai dengan peruntukannya dan

pelaksanaan rencana pembayaran kembali PLJP sesuai

dengan perjanjian pemberian PLJP.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga

dimaksudkan untuk memantau dan memastikan

pemenuhan persyaratan PLJP selama periode PLJP

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).

Pasal 77

(1) Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap

Bank yang menerima PLJP.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan setelah berkoordinasi dengan OJK.

Page 66: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

66

BAB XII

LARANGAN DAN PEMBATASAN KEGIATAN BAGI BANK YANG

MENERIMA PLJP

Pasal 78

(1) Selama periode pemberian PLJP atau selama Bank belum

melunasi kewajiban PLJP, Bank dilarang:

a. melakukan penempatan dana;

b. menyalurkan kredit dan/atau pembiayaan baru

kepada pihak terkait Bank, kecuali untuk

pemenuhan komitmen yang telah diperjanjikan

sebelumnya;

c. merealisasikan penarikan dana oleh pihak terkait

Bank; dan

d. melakukan pembagian dividen.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

meniadakan larangan lain yang telah dikeluarkan oleh

OJK.

Pasal 79

Selama periode pemberian PLJP Bank hanya dapat mengikuti

operasi moneter Bank Indonesia yang bersifat ekspansi.

BAB XIII

PENATAUSAHAAN DOKUMEN PLJP

Pasal 80

(1) Bank Indonesia menatausahakan dokumen terkait PLJP

berupa akta perjanjian pemberian PLJP dan akta

pengikatan agunan PLJP, termasuk perubahannya serta

dokumen yang terkait dengan agunan.

(2) Dalam rangka penatausahaan dokumen yang terkait

dengan agunan oleh Bank Indonesia sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia dapat

menugaskan pihak lain untuk melakukan penyimpanan

dokumen.

Page 67: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

67

(3) Dalam hal dokumen disimpan oleh pihak lain yang

ditunjuk oleh Bank Indonesia, maka pihak lain tersebut

harus memelihara kelengkapan dan keamanan dokumen.

BAB XIV

SANKSI

Pasal 81

(1) Bank yang melanggar ketentuan mengenai kebenaran data

dan dokumen yang disampaikan kepada Bank Indonesia,

larangan kegiatan selama periode PLJP, dan/atau

kewajiban penyampaian laporan selama periode PLJP

dikenakan sanksi berupa:

a. teguran tertulis;

b. PLJP tidak dapat diperpanjang; dan/atau

c. tidak dapat mengajukan permohonan PLJP dalam

jangka waktu tertentu.

(2) Bank yang tidak dapat melakukan pelunasan PLJP pada

tanggal jatuh waktu PLJP dikenakan sanksi berupa:

a. teguran tertulis;

b. tidak dapat mengajukan permohonan PLJP dalam

jangka waktu tertentu; dan

c. penghentian sementara dari kepesertaan operasi

moneter, termasuk penghentian sementara dari

kepesertaan operasi moneter syariah bagi UUS.

(3) Bank yang tidak melakukan pelunasan PLJP setelah

eksekusi agunan dilakukan, dikenakan sanksi berupa:

a. teguran tertulis;

b. tidak dapat mengajukan permohonan PLJP dalam

jangka waktu tertentu;

c. penghentian sementara dari kepesertaan operasi

moneter, termasuk penghentian sementara dari

kepesertaan operasi moneter syariah bagi UUS;

d. penurunan status kepesertaan SKNBI, termasuk

penurunan status kepesertaan SKNBI bagi UUS;

Page 68: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

68

e. penurunan status kepesertaan BI-RTGS, termasuk

penurunan status kepesertaan BI-RTGS bagi UUS;

dan/atau

f. penurunan status kepesertaan BI-SSSS, termasuk

penurunan status kepesertaan BI-SSSS bagi UUS.

Pasal 82

Bank Indonesia menginformasikan pengenaan sanksi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 kepada Bank dengan

tembusan kepada OJK.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 83

Pada saat Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia

ini mulai berlaku, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

15/11/DPNP tanggal 8 April 2013 perihal Fasilitas Pendanaan

Jangka Pendek Bagi Bank Umum dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku.

Pasal 84

(1) Ketentuan mengenai persyaratan pencantuman Aset

Kredit dan/atau Aset Pembiayaan dalam laporan daftar

Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan terkini yang

disampaikan secara berkala kepada Bank Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf k mulai

berlaku untuk permohonan PLJP yang diajukan setelah

tanggal 15 Juli 2017.

(2) Ketentuan mengenai persyaratan bahwa agunan berupa

Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan harus telah

menjadi objek atau sampel pemeriksaan atau audit oleh

kantor akuntan publik terhadap Bank paling lama 1 (satu)

tahun terakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

huruf i mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2018.

Page 69: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

69

Pasal 85

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada

tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengumuman Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan

penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 31 Mei 2017

ANGGOTA DEWAN GUBERNUR,

ERWIN RIJANTO

Page 70: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam
Page 71: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

- 1

-

Page 72: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR

NOMOR 19/6/PADG/2017

TENTANG

PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

I. UMUM

Untuk mengatasi Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek yang dapat

dialami oleh perbankan, Bank Indonesia menyediakan PLJP kepada Bank.

Terkait dengan hal tersebut, Bank Indonesia telah menerbitkan Peraturan

Bank Indonesia Nomor 19/3/PBI/2017 tentang Pinjaman Likuiditas

Jangka Pendek Bagi Bank Umum Konvensional pada tanggal 13 April 2017.

Sehubungan dengan hal di atas, perlu menetapkan Peraturan Anggota

Dewan Gubernur tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek Bagi Bank

Umum Konvensional yang mengatur mengenai mekanisme dan hal teknis

pelaksanaan penyediaan PLJP.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Contoh dari pemenuhan persyaratan Bank tergolong sebagai

Bank solven:

Page 73: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

2

Bank mengajukan permohonan PLJP pada tanggal 6 Juni

2017.

Dalam hal rasio KPMM bulan terkini yang memadai yang

tersedia sesuai penilaian OJK yaitu posisi April 2017 maka

rasio KPMM menggunakan posisi April 2017.

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Peristiwa setelah periode pelaporan (subsequent

events) yang dapat mempengaruhi rasio KPMM

Bank yaitu subsequent events yang didukung

dengan bukti objektif, contohnya:

a. hasil pemeriksaan kantor akuntan publik atau

otoritas yang menyesuaikan pengakuan biaya

atau pendapatan tertentu; dan

b. terdapat putusan pengadilan yang telah

berkekuatan hukum tetap untuk membayar

sejumlah tertentu oleh Bank kepada pihak

lain.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “mampu untuk mengembalikan

PLJP” adalah Bank memiliki sumber dana untuk

mengembalikan PLJP yang tercermin antara lain dari:

1. proyeksi arus kas Bank yang mencerminkan adanya

dana masuk yang mencukupi untuk digunakan sebagai

pelunasan PLJP;

2. dokumen pendukung lainnya yang mencerminkan

adanya sumber dana untuk melunasi PLJP.

Pasal 3

Cukup jelas.

Page 74: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

3

Pasal 4

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “akad mudharabah” adalah akad

kerja sama suatu usaha antara pihak pertama (malik,

shahibul mal, atau Bank) yang menyediakan seluruh modal

dan pihak kedua (‘amil, mudharib, atau nasabah) yang

bertindak selaku pengelola dana dengan membagi

keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang

dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung

sepenuhnya oleh Bank kecuali jika pihak kedua melakukan

kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.

Yang dimaksud dengan “akad musyarakah” adalah akad

kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu

usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi

dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi

sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung

sesuai dengan porsi dana masing-masing.

Yang dimaksud dengan “akad ijarah nonjasa” adalah akad

penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna

atau manfaat dari suatu barang berdasarkan transaksi sewa,

tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu

sendiri atau dengan opsi pemindahan kepemilikan barang.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Page 75: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

4

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “1 (satu) tahun terakhir” adalah 1

(satu) tahun sebelum tanggal pengajuan permohonan PLJP.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “30 (tiga puluh) hari kalender

terakhir” adalah 30 (tiga puluh) hari kalender sampai dengan

1 (satu) hari sebelum tanggal pengajuan permohonan PLJP.

Contoh:

Dalam hal Bank mengajukan PLJP pada tanggal 25 Juli

2017, perhitungan 30 (tiga puluh) hari kalender terakhir

Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi aktif

diperdagangkan yaitu sejak tanggal 25 Juni 2017 sampai

dengan 24 Juli 2017.

Yang dimaksud dengan “diperdagangkan” adalah

diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia atau di luar bursa

(over the counter).

Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Page 76: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

5

Pasal 8

Dalam hal terdapat perbedaaan informasi mengenai hal yang menjadi

persyaratan Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan yang disampaikan

oleh Bank dengan informasi yang dimiliki Bank Indonesia, maka yang

digunakan adalah informasi yang dimiliki Bank Indonesia.

Huruf a

Yang dimaksud dengan “kolektibilitas tergolong lancar”

adalah kualitas tergolong lancar sebagaimana dimaksud

dalam ketentuan yang mengatur mengenai penilaian kualitas

aset bank umum atau ketentuan yang mengatur mengenai

penilaian kualitas aset bank umum syariah dan unit usaha

syariah.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Nilai agunan yang digunakan yaitu nilai pasar berdasarkan

hasil penilai independen paling lama 2 (dua) tahun terakhir

sebelum tanggal permohonan PLJP.

Huruf d

Yang dimaksud dengan "pihak terkait" adalah pihak terkait

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur

mengenai batas maksimum pemberian kredit bank umum

atau batas maksimum penyaluran dana yang berlaku bagi

bank umum syariah dan unit usaha syariah.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “restrukturisasi” adalah

restrukturisasi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan

yang mengatur mengenai penilaian kualitas aset bank umum

atau ketentuan yang mengatur mengenai penilaian kualitas

aset bank umum syariah dan unit usaha syariah.

Jangka waktu 3 (tiga) tahun terakhir dihitung sampai

dengan 1 (satu) hari sebelum tanggal permohonan PLJP.

Huruf f

Cukup jelas.

Page 77: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

6

Huruf g

Batas maksimum pemberian kredit atau penyaluran dana

mengacu pada ketentuan yang mengatur mengenai batas

maksimum pemberian kredit.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i

Yang dimaksud dengan ”kantor akuntan publik” adalah

kantor akuntan publik yang telah tercantum dalam daftar

kantor akuntan publik yang diakui oleh OJK.

Huruf j

Cukup jelas.

Huruf k

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Page 78: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

7

Huruf d

Untuk saat ini, lembaga yang melakukan penilaian harga

efek yang diakui OJK yaitu Penilai Harga Efek Indonesia

(Indonesia Bond Pricing Agency).

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Penyampaian tembusan laporan daftar Aset Kredit dan/atau Aset

Pembiayaan kepada OJK dilakukan sesuai dengan mekanisme

yang ditetapkan Bank Indonesia dan OJK.

Ayat (4)

Apabila tanggal batas waktu penerimaan laporan daftar Aset

Kredit dan/atau Aset Pembiayaan jatuh pada hari Sabtu, hari

Minggu, atau hari libur maka batas waktu penyampaian yaitu

hari kerja berikutnya.

Koreksi laporan dilakukan dengan menyampaikan laporan daftar

Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan yang telah dikoreksi

secara keseluruhan.

Ayat (5)

Contoh:

Bank tidak menyampaikan laporan berkala daftar Aset Kredit

dan/atau Aset Pembiayaan posisi Juni 2017 sampai melewati

batas waktu pelaporan tanggal 15 Juli 2017.

Dalam hal ini, Bank tidak dapat mengajukan permohonan PLJP

dengan agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan

sampai dengan tanggal 15 Januari 2018. Namun demikian, Bank

Page 79: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

8

tetap dapat mengajukan PLJP dengan agunan berupa surat

berharga yang memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.

Ayat (6)

Apabila tanggal batas waktu penerimaan laporan daftar Aset

Kredit dan/atau Aset Pembiayaan jatuh pada hari Sabtu, hari

Minggu, atau hari libur maka batas waktu penyampaian yaitu

hari kerja berikutnya.

Bank yang tidak menyampaikan laporan berkala daftar Aset

Kredit dan/atau Aset Pembiayaan maka tidak dapat melakukan

pembaruan laporan untuk posisi laporan yang tidak disampaikan

dimaksud.

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Untuk keamanan penyampaian laporan, Bank memastikan

antara lain bahwa laporan dilakukan oleh petugas Bank yang

berwenang dan data yang disampaikan bebas dari virus.

Ayat (3)

Lampiran dalam bentuk softcopy dapat disampaikan melalui

media perekam data elektronik antara lain compact disk atau

flash disk.

Surat yang disampaikan Bank antara lain memuat penjelasan

mengenai alasan Bank tidak berhasil melakukan pengiriman

laporan daftar Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan melalui

sarana yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Format laporan daftar Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan

sebagaimana tercantum dalam Lampiran III diunduh dari situs

web Bank Indonesia.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Page 80: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

9

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Yang dimaksud dengan “dokumen pendukung” antara lain perjanjian

kredit dan/atau akad pembiayaan antara Bank dengan debitur atau

nasabah, bukti pengikatan agunan, bukti kepemilikan atas aset yang

menjadi agunan kredit dan/atau pembiayaan Bank, laporan keuangan

debitur atau nasabah Bank, dan dokumen pendukung lainnya.

Pasal 18

Ayat (1)

Dalam hal terdapat aset berupa SBIS, SBSN, dan/atau Sukuk

Korporasi yang dicatat dalam pembukuan UUS dari Bank yang

akan digunakan sebagai agunan PLJP maka Bank menambahkan

keterangan dalam surat permohonan PLJP mengenai penggunaan

aset tersebut untuk kepentingan PLJP dari Bank.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “yang berwenang” adalah direksi dan

dewan komisaris yang berwenang sesuai dengan anggaran dasar

atau anggaran rumah tangga Bank.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 19

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Page 81: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

10

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Surat persetujuan disampaikan apabila diatur dalam anggaran

dasar atau anggaran rumah tangga Bank dan/atau ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Bukti kepemilikan antara lain berupa print out rekening surat

berharga di BI-SSSS di Bank Indonesia dan/atau the central

depository and book entry settlement system (C-BEST) di KSEI.

Huruf h

Cukup jelas.

Pasal 20

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Tanggal aktivasi pemberian PLJP akan disampaikan oleh Bank

Indonesia melalui surat yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari perjanjian pemberian PLJP.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 21

Ayat (1)

Koordinasi antara Bank Indonesia dan OJK dilakukan dalam

rangka melaksanakan ketentuan yang diatur dalam Undang-

Undang yang mengatur mengenai pencegahan dan penanganan

krisis sistem keuangan.

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Dalam melaksanakan penilaian bersama mengenai

pemenuhan persyaratan agunan, Bank Indonesia dan

Page 82: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

11

OJK dapat melakukan pemeriksaan terhadap Bank

antara lain terhadap sistem informasi terkait.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 22

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Dokumen yang terkait dengan agunan PLJP yang

disampaikan Bank hanya untuk agunan PLJP sebagaimana

tercantum dalam surat persetujuan Bank Indonesia.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Cukup jelas.

Ayat (10)

Cukup jelas.

Page 83: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

12

Pasal 23

Huruf a

Pengagunan surat berharga milik Bank yang sedang

ditransaksikan dengan pihak lain dilakukan segera setelah

transaksi dengan pihak lain tersebut jatuh waktu.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 24

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “pihak ketiga” antara lain kantor akuntan

publik yang tercantum dalam daftar kantor akuntan publik yang

diakui oleh OJK.

Perjanjian atau kontrak penunjukan pihak ketiga yang

ditandatangani oleh Bank dan pihak ketiga memuat klausul

bahwa pekerjaan pihak ketiga dilakukan untuk kepentingan

Bank Indonesia dan hasil pekerjaan diserahkan kepada Bank

Indonesia.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Page 84: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

13

Ayat (3)

Penyampaian tambahan agunan memperhatikan prioritas

agunan PLJP berupa surat berharga yang memenuhi syarat

untuk diagunkan terlebih dahulu sebelum Aset Kredit dan/atau

Aset Pembiayaan.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Dokumen pendukung lainnya dapat berupa perjanjian pinjam

meminjam jika dana berstatus dana pinjaman.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Cukup jelas.

Pasal 27

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Pihak Bank yang berwenang yaitu direksi dan/atau dewan

komisaris Bank yang memiliki kewenangan mewakili Bank sesuai

anggaran dasar atau anggaran rumah tangga Bank.

Ayat (3)

Dalam hal pengikatan agunan lain dilakukan tidak bersamaan

dengan pengikatan agunan PLJP maka Bank menyampaikan

surat pernyataan atau surat kuasa untuk melakukan pengikatan

agunan lain dari pemilik agunan lain.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Page 85: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

14

Pasal 29

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Informasi bahwa Bank tidak lagi memenuhi persyaratan antara

lain diperoleh dari OJK dan/atau hasil verifikasi dan/atau

penilaian bersama oleh Bank Indonesia dan OJK terhadap

agunan PLJP.

Pasal 30

Ayat (1)

Tanggal aktivasi pemberian PLJP menunjukkan tanggal

dimulainya periode PLJP.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “surat sanggup bayar (promissory

note)” adalah surat yang memuat kesanggupan dari Bank

untuk membayar kepada Bank Indonesia atas pencairan

dana PLJP. Surat sanggup bayar tersebut tidak dapat

diperdagangkan di pasar uang.

Huruf b

Informasi dalam dokumen proyeksi arus kas termasuk

rencana penggunaan PLJP.

Page 86: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

15

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "repurchase agreement rate" atau repo rate

adalah tingkat suku bunga lending facility sebagaimana dimaksud

dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai

operasi moneter.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Ayat (1)

Penggantian agunan PLJP dimaksudkan agar nilai aset agunan

PLJP secara keseluruhan dapat mencukupi plafon PLJP dengan

memperhatikan ketentuan perhitungan nilai agunan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Contoh permohonan pencairan pada saat Bank Indonesia memproses

penggantian agunan PLJP:

Page 87: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

16

Plafon awal PLJP sebesar Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar

rupiah).

Pada periode PLJP terdapat sejumlah agunan berupa Aset Kredit yang

mengalami penurunan kolektibilitas sehingga tidak memenuhi

persyaratan sebagai agunan PLJP yang mengakibatkan nilai agunan

secara keseluruhan turun sehingga nilai agunan hanya mencukupi

untuk plafon PLJP sebesar Rp450.000.000.000,00 (empat ratus lima

puluh miliar rupiah).

Mengingat nilai agunan tidak lagi mencukupi plafon, Bank

mengajukan penggantian agunan kepada Bank Indonesia agar agunan

dapat kembali mencukupi plafon.

Posisi baki debet PLJP saat ini sebesar Rp250.000.000.000,00 (dua

ratus lima puluh miliar rupiah).

Dengan baki debet tersebut maka masih terdapat sisa plafon sebesar

Rp450.000.000.000,00 – Rp250.000.000.000,00 =

Rp200.000.000.000,00.

Oleh karena itu, selama Bank Indonesia memproses permintaan

penggantian agunan, Bank tetap dapat mengajukan pencairan PLJP

paling banyak sampai dengan baki debet PLJP mencapai

Rp450.000.000.000,00 (empat ratus lima puluh miliar rupiah).

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “pembatasan pencairan” adalah Bank

hanya dapat mencairkan PLJP paling banyak sebesar kelonggaran

tarik yang didukung dengan kecukupan agunan.

Contoh pembatasan pencairan:

Contoh 1

Plafon awal PLJP sebesar Rp500.000.000.000,00 (lima ratus

miliar rupiah).

Nilai agunan secara keseluruhan turun sehingga nilai agunan

hanya mencukupi untuk plafon PLJP sebesar

Rp450.000.000.000,00 (empat ratus lima puluh miliar rupiah).

Page 88: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

17

Posisi baki debet PLJP saat ini sebesar Rp250.000.000.000,00

(dua ratus lima puluh miliar rupiah).

Dengan baki debet tersebut maka masih terdapat kelonggaran

tarik sebesar Rp450.000.000.000,00 – Rp250.000.000.000,00 =

Rp200.000.000.000,00.

Berdasarkan kondisi tersebut maka nilai agunan masih

mencukupi baki debet PLJP dan masih memiliki kelonggaran

tarik. Oleh karena itu, Bank Indonesia melakukan pembatasan

pencairan PLJP paling banyak sampai dengan

Rp450.000.000.000,00 (empat ratus lima puluh miliar rupiah).

Contoh 2:

Plafon awal PLJP sebesar Rp500.000.000.000,00 (lima ratus

miliar rupiah).

Nilai agunan secara keseluruhan turun sehingga nilai agunan

hanya mencukupi untuk plafon PLJP sebesar

Rp450.000.000.000,00 (empat ratus lima puluh miliar rupiah).

Posisi baki debet PLJP saat ini sebesar Rp475.000.000.000,00.

Berdasarkan kondisi tersebut maka nilai agunan saat ini sudah

tidak lagi mencukupi baki debet PLJP sehingga Bank tidak lagi

memiliki kelonggaran tarik. Oleh karena itu, Bank Indonesia tidak

dapat lagi melakukan pencairan PLJP.

Ayat (2)

Penggantian agunan PLJP dimaksudkan agar nilai aset agunan

PLJP secara keseluruhan dapat mencukupi plafon PLJP dengan

memperhatikan ketentuan perhitungan nilai agunan.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Page 89: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

18

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “yang berwenang” adalah direksi dan

dewan komisaris yang berwenang sesuai dengan anggaran dasar

atau anggaran rumah tangga Bank.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Bukti kepemilikan antara lain berupa print out rekening surat

berharga di BI-SSSS di Bank Indonesia dan/atau C-BEST di

KSEI.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 41

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Contoh:

Bank A menandatangani perjanjian PLJP pada tanggal 3 Juli 2017

dengan periode PLJP 14 (empat belas) hari kalender. Aktivasi PLJP

Page 90: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

19

dilakukan pada tanggal 10 Juli 2017 dan jatuh waktu pada

tanggal 24 Juli 2017.

Bank A mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu

PLJP selama 14 (empat belas) hari dari tanggal 24 Juli 2017

sampai dengan jatuh waktu tanggal 7 Agustus 2017. Akta

perubahan perjanjian pemberian PLJP ditandatangani pada

tanggal 24 Juli 2017.

Sehubungan terdapat agunan PLJP periode sebelumnya yang

tidak lagi memenuhi persyaratan, maka Bank mengajukan

tambahan agunan surat berharga berupa SBI, SUN, dan Obligasi

Korporasi dengan rincian sebagai berikut:

No Jenis Agunan

Sisa Jangka

Waktu

(hari

kalender)

Persyaratan Sisa

Jangka Waktu

Paling Singkat

(hari kalender)

Status

1 SBI, SBIS,

SDBI

120 hari 110-22 = 88 hari Diterima

2 SUN 100 hari 110-22 = 88 hari Diterima

3 Obligasi

Korporasi

atau Sukuk

Korporasi

150 hari 180-22 = 158 hari Tidak

diterima

Keterangan:

Jangka waktu mulai dari penandatanganan akta perjanjian

pemberian PLJP sampai dengan jatuh waktu PLJP berjalan = 22 hari

(dari 3 Juli 2017 sampai dengan 24 Juli 2017).

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 42

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Page 91: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

20

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Pelunasan bunga dilakukan mulai awal pembukaan Sistem

BI-RTGS sampai dengan awal periode pre-cut off Sistem BI-

RTGS.

Huruf e

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Cukup jelas.

Ayat (10)

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Page 92: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

21

Pasal 45

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Pihak Bank yang berwenang yaitu direksi dan/atau dewan

komisaris Bank yang memiliki kewenangan mewakili Bank sesuai

anggaran dasar atau anggaran rumah tangga Bank.

Ayat (3)

Dalam hal pengikatan agunan lain dilakukan tidak bersamaan

dengan pengikatan agunan PLJP maka Bank menyampaikan

surat pernyataan atau surat kuasa untuk melakukan pengikatan

agunan lain dari pemilik agunan lain.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Informasi bahwa Bank tidak lagi memenuhi persyaratan

antara lain diperoleh dari OJK dan/atau hasil verifikasi

dan/atau penilaian bersama oleh Bank Indonesia dan OJK

terhadap agunan PLJP.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 48

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Page 93: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

22

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “yang berwenang” adalah direksi dan

dewan komisaris yang berwenang sesuai dengan anggaran dasar

atau anggaran rumah tangga Bank.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Contoh:

Bank A menandatangani perjanjian PLJP pada tanggal 3 Juli

2017 dengan periode PLJP 14 (empat belas) hari kalender.

Aktivasi PLJP dilakukan pada tanggal 10 Juli 2017 dan jatuh

waktu pada tanggal 24 Juli 2017.

Kemudian Bank A mengajukan permohonan perpanjangan

jangka waktu PLJP selama 14 (empat belas) hari dari tanggal

24 Juli 2017 sampai dengan jatuh waktu tanggal 7 Agustus

2017. Akta perubahan perjanjian pemberian PLJP

ditandatangani pada tanggal 24 Juli 2017.

Sehubungan terdapat agunan PLJP periode sebelumnya

yang tidak lagi memenuhi persyaratan, maka Bank

mengajukan tambahan agunan surat berharga berupa SBI,

SUN, dan Obligasi Korporasi dengan rincian sebagai berikut:

Page 94: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

23

No Jenis

Agunan

Sisa Jangka

Waktu (hari

kalender)

Persyaratan Sisa

Jangka Waktu

Paling Singkat

(hari kalender)

Status

1 SBI, SBIS,

SDBI

120 hari 110-22 = 88 hari Diterima

2 SUN 100 hari 110-22 = 88 hari Diterima

3 Obligasi

Korporasi

atau Sukuk

Korporasi

150 hari 180-22 = 158

hari

Tidak

diterima

Keterangan:

Jangka waktu mulai dari penandatanganan akta perjanjian pemberian

PLJP sampai dengan jatuh waktu PLJP berjalan = 22 hari (dari 3 Juli

2017 sampai dengan 24 Juli 2017).

Pasal 49

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Bukti kepemilikan antara lain berupa print out rekening surat

berharga pada BI-SSSS di Bank Indonesia dan/atau C-BEST di

KSEI.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas.

Page 95: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

24

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Cukup jelas.

Pasal 54

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Pihak Bank yang berwenang yaitu direksi dan/atau dewan

komisaris Bank yang memiliki kewenangan mewakili Bank sesuai

anggaran dasar atau anggaran rumah tangga Bank.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Informasi bahwa Bank tidak lagi memenuhi persyaratan antara

lain diperoleh dari OJK dan/atau hasil verifikasi dan/atau

penilaian bersama oleh Bank Indonesia dan OJK terhadap

agunan PLJP.

Page 96: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

25

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan “yang berwenang” adalah direksi dan

dewan komisaris yang berwenang sesuai dengan anggaran dasar

atau anggaran rumah tangga Bank.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Cukup jelas.

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Ayat (1)

Cukup jelas.

Page 97: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

26

Ayat (2)

Contoh 1

Saldo giro Bank di akhir hari: Rp1.200.000.000,00 (satu miliar

dua ratus juta rupiah).

Kewajiban GWM: Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Kewajiban GWM + 10% dari kewajiban GWM:

Rp1.100.000.000,00.

Posisi baki debet PLJP: Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah).

Kelebihan saldo di atas kewajiban GWM + 10% dari kewajiban

GWM: Rp1.200.000.000,00 – Rp1.100.000.000,00 =

Rp100.000.000,00.

Mengingat jumlah kelebihan saldo giro nilainya lebih rendah dari

posisi baki debet PLJP maka Bank Indonesia mendebit rekening

giro Bank paling tinggi sebesar posisi kelebihan saldo rekening

giro Bank yaitu Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Dengan pendebitan rekening giro tersebut maka posisi baki debet

PLJP terkini: Rp500.000.000,00 – Rp100.000.000,00 =

Rp400.000.000,00.

Contoh 2

Saldo giro Bank di akhir hari: Rp1.800.000.000,00 (satu miliar

delapan ratus juta rupiah).

Kewajiban GWM: Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Kewajiban GWM + 10% dari kewajiban GWM:

Rp1.100.000.000,00.

Posisi baki debet PLJP: Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah).

Kelebihan saldo di atas kewajiban GWM + 10% dari kewajiban

GWM: Rp1.800.000.000,00 – Rp1.100.000.000,00 =

Rp700.000.000,00.

Mengingat posisi baki debet PLJP nilainya lebih rendah dari

jumlah kelebihan saldo giro, maka Bank Indonesia mendebit

rekening giro Bank paling tinggi sebesar baki debet PLJP yaitu

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Dengan pendebitan rekening giro Bank tersebut maka posisi baki

debet PLJP terkini: Rp500.000.000,00 – Rp500.000.000,00 =

Rp0,00.

Page 98: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

27

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 62

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Termasuk dalam biaya lain yaitu perkiraan atas biaya yang belum

timbul atau belum ditagihkan oleh pihak lain kepada Bank

Indonesia.

Contoh: biaya terkait dengan penatausahaan Obligasi Korporasi

dan Sukuk Korporasi di KSEI sebagai agunan PLJP.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Cukup jelas.

Pasal 63

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Pendebitan rekening giro Bank dalam rupiah di Bank Indonesia

dilakukan dengan mendahulukan pelunasan bunga PLJP,

kemudian pembayaran pokok PLJP, dan selanjutnya biaya yang

harus dibayar Bank apabila ada.

Page 99: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

28

Biaya yang harus dibayar Bank yaitu biaya yang timbul

sehubungan dengan proses PLJP yang belum dibayar atau

dilunasi oleh Bank.

Pelunasan kewajiban PLJP merupakan transaksi high priority

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang

mengatur mengenai penyelenggaraan setelmen dana seketika

melalui Sistem BI-RTGS, dan penyelesaiannya dilakukan

mendahului penyelesaian transaksi lainnya.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 64

Cukup jelas.

Pasal 65

Cukup jelas.

Pasal 66

Ayat (1)

Pelunasan kewajiban PLJP merupakan transaksi high priority

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang

mengatur mengenai penyelenggaraan setelmen dana seketika

melalui Sistem BI-RTGS, dan penyelesaiannya dilakukan

mendahului penyelesaian transaksi lainnya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “kurs transaksi Bank Indonesia” adalah

kurs transaksi yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

Kurs yang digunakan yaitu kurs yang tersedia pada saat

transaksi.

Page 100: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

29

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 67

Cukup jelas.

Pasal 68

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Pengumuman kepada pialang dilakukan melalui sarana

dealing system atau sarana lainnya.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Cukup jelas.

Huruf k

Cukup jelas.

Page 101: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

30

Huruf l

Cukup jelas.

Pasal 69

Cukup jelas.

Pasal 70

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “pihak lain” antara lain konsultan

keuangan dan kantor jasa penilai publik.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Persetujuan Bank Indonesia disertai dengan informasi rekening

yang ditetapkan untuk menerima hasil eksekusi agunan PLJP di

Bank Indonesia.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 71

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Bank Indonesia menginformasikan kelebihan hasil eksekusi

agunan yang telah dikreditkan ke rekening giro Bank dalam

rupiah di Bank Indonesia kepada Bank.

Ayat (3)

Bank Indonesia menginformasikan kekurangan pelunasan

kewajiban PLJP kepada Bank.

Page 102: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

31

Pasal 72

Cukup jelas.

Pasal 73

Cukup jelas.

Pasal 74

Cukup jelas.

Pasal 75

Cukup jelas.

Pasal 76

Ayat (1)

Pengawasan dilakukan dalam rangka melaksanakan ketentuan

yang dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai

pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 77

Cukup jelas.

Pasal 78

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “kewajiban PLJP” adalah pokok atau baki

debet (outstanding) PLJP, bunga PLJP, dan biaya lainnya terkait

PLJP.

Larangan bagi Bank berlaku juga bagi UUS dari Bank penerima

PLJP.

Huruf a

Yang dimaksud dengan “penempatan dana” antara lain

penempatan dana pada pasar uang antar bank (PUAB),

pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah

(PUAS), dan pembelian surat berharga.

Page 103: PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR PINJAMAN … · surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, dalam

32

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 79

Operasi moneter Bank Indonesia yang bersifat ekspansi antara lain

transaksi repurchase agreement (repo) dalam rangka operasi pasar

terbuka dan transaksi lending facility dalam rangka standing facilities.

Pembatasan keikutsertaan bagi Bank hanya dalam operasi moneter

Bank Indonesia yang bersifat ekspansi berlaku juga bagi UUS dari

Bank dalam operasi moneter syariah.

Pasal 80

Cukup jelas.

Pasal 81

Cukup jelas.

Pasal 82

Cukup jelas.

Pasal 83

Cukup jelas.

Pasal 84

Cukup jelas.

Pasal 85

Cukup jelas.