Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
- 1 -
BUPATI SAMPANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
NOMOR : 1 TAHUN 2012
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SAMPANG,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, tatacara
penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra SKPD, RKPD,
Renja SKPD dan pelaksanaan Musrenbang, perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Daerah;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia;
2. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4287);
4.Undang.....
- 2 -
4. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
8. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
9. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4846);
10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5038) ;
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
12.Peraturan.....
- 3 -
12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4578);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4741);
17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2008
tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4815);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 21 Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Negara Nomor 4817);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 40 Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor
4826);
20.Peraturan.....
- 4 -
20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833);
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat
Daerah;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007
tentang Perencanaan Pembangunan Desa;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar
Pelayanan Minimal;
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian,
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah;
27. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 10 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Sampang Tahun 2008 Nomor 10);
28. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten
Sampang (Lembaran Daerah Kabupaten Sampang Tahun 2008
Nomor 11);
29. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Tehknis Daerah
Kabupaten Sampang (Lembaran Daerah Kabupaten Sampang
Tahun 2008 Nomor 12);
30.Peraturan.....
- 5 -
30. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 13 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten Sampang (Lembaran Daerah Kabupaten Sampang
Tahun 2008 Nomor 13);
31. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan di
Kabupaten Sampang (Lembaran Daerah Kabupaten Sampang
Tahun 14 Nomor 2008);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SAMPANG
dan
BUPATI SAMPANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
DAERAH TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Sampang.
2. Kepala Daerah adalah Bupati Sampang.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintah Daerah.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sampang yang selanjutnya
disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut
BAPPEDA adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Sampang.
6. Badan Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disebut Bapemas adalah
Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Sampang.
- 6 -
7. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah
Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sampang.
8. Pemangku kepentingan adalah pihak yang langsung atau tidak langsung
mendapatkan manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan daerah.
9. Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan,
kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan
kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.
10. Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan
tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku
kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya
yang ada, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu
lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.
11. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat
RPJPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 20 (dua puluh)
tahun.
12. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya
disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima)
tahun.
13. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah
dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan
rencana pembangunan tahunan daerah.
14. Rencana Strategis SKPD yang selanjutnya disingkat dengan Renstra SKPD
adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun.
15. Rencana Kerja SKPD yang selanjutnya disingkat Renja SKPD adalah dokumen
perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun.
16. Rencana Kerja Pemerintah yang selanjutnya disingkat dengan RKP adalah
dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun.
17. Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat RKP Desa adalah
dokumen perencanaan desa untuk periode 1 (satu) tahun pembangunan.
18. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD dan ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
19. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen
yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta
asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.
- 7 -
20. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS
adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran
yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam
penyusunan RKA-SKPD sebelum disepakati dengan DPRD.
21. Rencana Kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan
yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk
kerangka regulasi dan kerangka anggaran.
22. Kerangka regulasi, adalah sekumpulan pengaturan yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah dalam bentuk perundang-undangan untuk mencapai
sasaran hasil pembangunan, sebagai bagian integral dari upaya pembangunan
daerah secara utuh.
23. Kerangka pendanaan, adalah program dan kegiatan yang disusun untuk
mencapai sasaran hasil pembangunan yang pendanaannya diperoleh dari
anggaran pemerintah/daerah, sebagai bagian integral dari upaya
pembangunan daerah secara utuh.
24. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan.
25. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi.
26. Strategi adalah langkah-langkah berisi kan program-program indikatif
untuk mewujudkan visi dan misi.
27. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah
untuk mencapai tujuan.
28. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat, yang
dikoordinasikan oleh pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan
pembangunan daerah.
29. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
beberapa SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu
program, dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik
yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk
peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua
jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan (input) untuk menghasilkan
keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
30. Kegiatan prioritas adalah kegiatan yang ditetapkan untuk mencapai secara
langsung sasaran program prioritas.
31.Bersifat.....
- 8 -
31. Bersifat indikatif adalah bahwa data dan informasi, baik tentang sumber daya yang
diperlukan maupun keluaran dan dampak yang tercantum di dalam
dokumen rencana, hanya merupakan indikasi yang hendak dicapai dan tidak
kaku.
32. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang
terukur.
33. Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau
kualitatif untuk masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak
yang menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu program atau kegiatan.
34. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan
tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah
yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
35. Musyawarah perencanaan pembangunan yang selanjutnya disingkat musrenbang
adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana
pembangunan daerah.
36. Rencana tata ruang wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah hasil
perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran strategi dan arahan
kebijakan pemanfaatan ruang wilayah nasional dan pulau/kepulauan ke dalam
struktur dan pola ruang wilayah.
37. Koordinasi adalah kegiatan yang meliputi pengaturan hubungan kerjasama dari
beberapa instansi/pejabat yang mempunyai tugas dan wewenang yang saling
berhubungan dengan tujuan untuk menghindarkan kesimpangsiuran dan
duplikasi.
BAB II
RUANG LINGKUP, PRINSIP DAN PENDEKATAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Bagian Pertama
RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 2
(1) Perencanaan Pembangunan Daerah mencakup penyelenggaraan perencanaan
semua fungsi Pemerintah Daerah yang meliputi semua bidang kehidupan
secara terpadu oleh SKPD sesuai dengan kewenangannya.
- 9 -
(2) Ruang lingkup Perencanaan Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan
evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah terdiri atas, terdiri atas:
a. RPJP Daerah;
b. RPJM Daerah;
c. Renstra SKPD;
d. RKPD; dan
e. Renja SKPD.
Bagian Kedua
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
Pasal 3
(1) Pembangunan Daerah diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-
prinsip :
a. merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan
nasional;
b. dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan
berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing;
c. mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah;
dan
d. dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing
daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.
(2) Perencanaan pembangunan daerah disusun secara transparan, responsif,
efisien, effektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berwawasan
lingkungan.
(3) Tahapan dan tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah
bertujuan untuk :
a. mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan di daerah;
b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi yang baik antar
daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah daerah
maupun antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah
kabupaten;
c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan;
d. mengoptimalkan peran serta masyarakat; dan
- 10 -
e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
Bagian Ketiga
Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah
Pasal 4
Perencanaan pembangunan daerah menggunakan pendekatan :
a. teknokratis;
b. partisipatif;
c. Politis; dan
d. top-down dan bottom-up.
Bagian Keempat
Data dan Informasi
Pasal 5
(1) Penyusunan rencana pembangunan daerah menggunakan data dan informasi
perencanaan pembangunan daerah, serta rencana tata ruang.
(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. penyelenggaraan pemerintahan daerah;
b. organisasi dan tatalaksana pemerintahan daerah;
c. kepala daerah, DPRD, perangkat daerah, dan pegawai negeri sipil daerah;
d. keuangan daerah;
e. potensi sumber daya daerah;
f. produk hukum daerah;
g. kependudukan;
h. informasi dasar kewilayahan; dan
i. informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah
BAB III.....
- 11 -
BAB III
TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 6
Tahapan Perencanaan Pembangunan Daerah meliputi :
a. persiapan penyusunan rencana;
b. penyusunan rancangan awal;
c. pelaksanaan musrenbang;
d. penyusunan rancangan akhir;
e. penetapan rencana;
BAB IV
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
Bagian Pertama
Tanggung Jawab Terhadap Tugas dan Fungsi Perencanaan Pembangunan
Pasal 7
(1) Bupati menyelenggarakan dan bertanggungjawab atas perencanaan Pembangunan
Daerah
(2) Dalam menyelenggarakan perencanaan Pembangunan Daerah, Bupati dibantu
oleh Kepala BAPPEDA.
Bagian Kedua
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
Pasal 8
Persiapan Penyusunan RPJP Daerah meliputi :
(1) Pembentukan Tim Penyusun PRJP Daerah dengan Keputusan Kepala Daerah.
(2) Orientasi mengenai RPJP Daerah.
(3) Penyusunan agenda kerja Tim Penyusun RPJP Daerah.
(4) Penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah.
Pasal 9.....
- 12 -
Pasal 9
(1) BAPPEDA menyusun rancangan awal RPJP Daerah mengacu pada RPJP
Nasional, RPJP Propinsi, berpedoman pada RTRW Kabupaten Sampang dan
memperhatikan RPJPD dan RTRW Kabupaten lainnya.
(2) Rancangan awal RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi bahan utama bagi Musrenbang RPJP Daerah.
Pasal 10
(1) BAPPEDA menyelenggarakan Musrenbang RPJP Daerah.
(2) Musrenbang RPJP Daerah dilaksanakan untuk membahas rancangan awal
RPJP Daerah.
(3) Musrenbang RPJP Daerah dilaksanakan dengan mengikut sertakan pemangku
kepentingan.
(4) Tatacara Pelaksanaan Musrenbang RPJP Daerah ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 11
(1) BAPPEDA menyusun rancangan akhir RPJP Daerah berdasarkan hasil
Musrenbang RPJP Daerah.
(2) Rancangan akhir RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dirumuskan paling lama 1 (satu) tahun sebelum RPJP Daerah yang berlaku
berakhir.
Pasal 12
(1) RPJP Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(2) Peraturan Daerah tentang RPJPD ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan
setelah penetapan RPJPN, kecuali ditetapkan lain dengan Peraturan
Perundang-undangan.
Bagian Ketiga
RENCANA JANGKA MENENGAH DAERAH
Pasal 13.....
- 13 -
Pasal 13
Persiapan Penyusunan RPJM Daerah meliputi :
(1) Pembentukan Tim Penyusun PRJM Daerah dengan Keputusan Kepala Daerah.
(2) orientasi mengenai RPJM Daerah;
(3) penyusunan agenda kerja tim penyusun RPJM Daerah; dan
(4) penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah.
Pasal 14
(1) BAPPEDA menyusun rancangan awal RPJM Daerah sebagai penjabaran dari
visi, misi, dan program Bupati ke dalam strategi pembangunan daerah,
kebijakan umum, program prioritas pembangunan daerah, dan arah
kebijakan keuangan daerah.
(2) Rancangan awal RPJM Daerah berpedoman pada RPJP Daerah dan RTRW
Kabupaten serta memperhatikan RPJM Nasional, RPJMD Provinsi, RPJMD dan
RTRW Kabupaten lainnya.
Pasal 15
(1) BAPPEDA menyusun rancangan RPJM Daerah dengan menggunakan
rancangan Renstra-SKPD.
(2) Rancangan RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
bahan utama bagi Musrenbang RPJM Daerah.
Pasal 16
(1) BAPPEDA menyelenggarakan Musrenbang RPJM Daerah.
(2) Musrenbang RPJM Daerah dilaksanakan untuk membahas rancangan RPJM
Daerah.
(3) Musrenbang RPJM Daerah dilaksanakan dengan mengikut sertakan pemangku
kepentingan.
(4) Tatacara Pelaksanaan Musrenbang RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 17.....
- 14 -
Pasal 17
(1) BAPPEDA menyusun rancangan akhir RPJM Daerah berdasarkan hasil
Musrenbang RPJM Daerah.
(2) Pembahasan rumusan rancangan akhir RPJM Daerah dipimpin oleh Kepala
Daerah.
Pasal 18
(1) RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(2) Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan
setelah Bupati dilantik.
Bagian Keempat
RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
Pasal 19
Persiapan Penyusunan Renstra SKPD meliputi :
(1) Pembentukan Tim Penyusun Renstra SKPD dengan Keputusan Kepala
Daerah.
(2) orientasi mengenai Renstra SKPD;
(3) penyusunan agenda kerja tim penyusun Renstra SKPD; dan
(4) penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah.
Pasal 20
(1) SKPD menyusun rancangan Renstra-SKPD setelah disesuaikan dengan
Rancangan Awal RPJM Daerah.
(2) Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
(3) Rancangan Renstra SKPD yang telah disusun, dibahas dengan seluruh unit
kerja dilingkungan SKPD untuk dibahas bersama dengan pemangku
kepentingan sesuai dengan kebutuhan dalam forum SKPD.
(4)Kepala.....
- 15 -
(4) Kepala SKPD menyampaikan rancangan Renstra SKPD yang telah dibahas
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada kepala Bappeda sebagai bahan
penyempurnaan rancangan awal RPJM Daerah menjadi rancangan RPJM
Daerah.
Pasal 21
(1) Penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD merupakan penyempurnaan
rancangan Renstra SKPD, yang berpedoman pada RPJM Daerah yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(2) Penyempurnaan rancangan Renstra SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), bertujuan untuk mempertajam visi dan misi serta menyelaraskan tujuan,
strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan daerah sesuai dengan
tugas dan fungsi SKPD yang ditetapkan dalam RPJM Daerah.
Pasal 22
(1) Pengesahan rancangan akhir Renstra SKPD ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah, paling lama 1 (satu) bulan setelah Peraturan Daerah tentang
RPJM Daerah ditetapkan.
(2) Penetapan Renstra SKPD oleh kepala SKPD paling lama 7 (tujuh) hari setelah
Renstra SKPD disahkan oleh Kepala Daerah.
Bagian Kelima
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 23
Persiapan Penyusunan RKPD meliputi :
(1) Pembentukan Tim Penyusun RKPD dengan Keputusan Kepala Daerah.
(2) orientasi mengenai RKPD;
(3) penyusunan agenda kerja tim penyusun RKPD; dan
(4) penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah.
Pasal 24
(1) BAPPEDA menyusun rancangan awal RKPD.
- 16 -
(2) Rancangan awal RKPD berpedoman pada RPJM Daerah Kabupaten serta
mengacu pada RPJMD Provinsi dan RPJM Nasional.
(3) Rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dikoordinasikan
oleh kepala Bappeda kepada para kepala SKPD dan dikonsultasikan dengan
publik.
Pasal 25
(1) Penyusunan rancangan RKPD merupakan proses penyempurnaan rancangan
awal RKPD menjadi rancangan RKPD berdasarkan hasil verifikasi Renja SKPD.
(2) Rancangan RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program
prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta
prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu
indikatif, baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
(3) Rancangan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan
utama bagi Musrenbang RKPD.
Pasal 26
(1) Pelaksanaan Musrenbang RKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 25
ayat (3), terdiri dari :
a. pelaksanaan musrenbang RKPD kabupaten
b. pelaksanaan musrenbang RKPD kabupaten di kecamatan
c. pelaksanaan musrenang RKP Desa di Desa
(2) BAPPEDA menyelenggarakan Musrenbang RKPD Kabupaten.
(3) Penyelenggaraan musrenbang RKPD kabupaten di kecamatan dilaksanakan
oleh camat, setelah berkoordinasi dengan Bappeda Kabupaten
(4) Penyelenggaraan musrenbang RKP Desa dilaksanakan oleh Kepala Desa dan
BPD melalui perencanaan partisipatif dan integrasi program, setelah
berkoordinasi dengan kepala Bapemas Kabupaten
(5) Musrenbang RKPD kabupaten dilaksanakan untuk penajaman, penyelarasan,
klarifikasi dan kesepakatan terhadap rancangan RKPD.
(6) Tatacara Pelaksanaan Musrenbang RKPD dan RKP Desa ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.
- 17 -
Pasal 27
(1) Hasil Musrenbang RKPD menjadi dasar perumusan rancangan akhir RKPD
oleh Bappeda.
(2) Rancangan akhir RKPD kabupaten yang telah dirumuskan dibahas oleh
seluruh kepala SKPD untuk memastikan prioritas program dan kegiatan
pembangunan daerah terkait dengan tugas dan fungsi masing-masing SKPD
telah tertampung dalam rancangan akhir RKPD kabupaten
Pasal 28
(1) Penyelesaian rumusan rancangan akhir RKPD kabupaten paling lama bulan
Mei
(2) RKPD kabupaten ditetapkan dengan Peraturan Bupati setelah RKPD provinsi
ditetapkan.
(3) RKPD sebagai landasan penyusunan KUA dan PPAS dalam rangka
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Bagian Keenam
RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
Pasal 29
Persiapan Penyusunan Renja SKPD meliputi :
(1) Pembentukan Tim Penyusun Renja SKPD dengan Keputusan Kepala Daerah.
(2) orientasi mengenai Renja SKPD;
(3) penyusunan agenda kerja tim penyusun Renja SKPD; dan
(4) penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah.
Pasal 30
(1) SKPD menyiapkan Renja-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya dengan mengacu pada rancangan awal RKPD, Renstra-SKPD, hasil
evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan periode sebelumnya, masalah
yang dihadapi, dan usulan program serta kegiatan yang berasal dari
masyarakat.
(2) BAPPEDA mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan
menggunakan Renja-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
- 18 -
Pasal 31
(1) Bappeda mengkoordinasikan pembahasan rancangan Renja SKPD
sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (1), dalam forum SKPD
(2) Hasil kesepakatan pembahasan forum SKPD dirumuskan ke dalam berita
acara kesepakatan hasil forum SKPD, dan ditandatangai oleh yang mewakili
setiap unsur yang menghadiri forum SKPD.
Pasal 32
(1) Rancangan Renja SKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat (1),
ditetapkan dengan Keputusan Bupati
(2) Penetapan Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
lambat 2 (dua) minggu setelah RKPD kabupaten ditetapkan
BAB V
PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 33
Pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah bertujuan untuk
mewujudkan :
a. Konsistensi antara kebijakan dengan pelaksanaan dan hasil rencana
pembangunan daerah;
b. Konsistensi antara RPJPD dengan RPJPN dan RTRW nasional;
c. Konsistensi antara RPJMD dengan RPJPD dan RTRW daerah;
d. Konsistensi antara RKPD dengan RPJMD; dan
e. Kesesuaian antara capaian pembangunan daerah dengan indikator-indikator
kinerja yang telah ditetapkan.
f. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
rencana pembangunan daerah diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian.....
- 19 -
Bagian Kedua
Pengendalian dan Evaluasi Terhadap Kebijakan Perencanaan
Pembangunan Daerah
Pasal 34
(1) Pengendalian dan evaluasi kebijakan perencanaan pembangunan daerah
lingkup lingkup kabupaten, meliputi kebijakan perencanaan pembangunan
jangka panjang, jangka menengah dan tahunan daerah
(2) Kepala Bappeda kabupaten melaksanakan pengendalian dan evaluasi
kebijakan perencanaan pembangunan daerah
(3) Kepala SKPD melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap kebijakan
perencanaan strategis SKPD
Bagian Ketiga
Pengendalian dan Evaluasi terhadap Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah
Pasa 35
(1) Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah lingkup
kabupaten meliputi pelaksanaan RPJP Daerah, RPJM Daerah dan RKPD
(2) Kepala Bappeda kabupaten melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap
pelaksanaan rencana pembangunan daerah
(3) Kepala SKPD melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan
rencana strategis SKPD
Bagian Keempat
Evaluasi Terhadap Hasil Rencana Pembangunan Daerah
Pasal 36
(1) Evaluasi terhadap hasil rencana pembangunan daerah lingkup kabupaten
meliputi RPJPD, RPJMD, RKPD
(2) Kepala Bappeda kabupaten melaksanakan evaluasi terhadap hasil rencana
pembangunan daerah
(3) Kepala SKPD melakukan evaluasi terhadap hasil rencana strategis SKPD
- 20 -
BAB VI
PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
Bagian Kesatu
Perubahan RPJP Daerah dan RPJM Daerah
Pasal 37
(1) Perubahan RPJP Daerah dan RPJM Daerah hanya dapat dilakukan apabila :
a. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan,
tidak sesuai dengan tahapan dan tatacara penyusunan rencana
pembangunan daerah yang diatur dalam Peraturan Daerah ini;
b. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang
dirumuskan, tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini;
c. terjadi perubahan yang mendasar; dan/atau
d. merugikan kepentingan nasional.
(2) RPJPD dan RPJMD perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Daerah
(3) Dalam hal pelaksanaan RPJPD dan RPJMD terjadi perubahan capaian sasaran
tahunan tetapi tidak mengubah target pencapaian sasaran akhir
pembangunan jangka panjang dan menengah, penetapan perubahan RPJPD
dan RPJMD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
Bagian Kedua
Perubahan RKPD
Pasal 38
(1) RKPD dapat diubah dalam hal tidak sesuai dengan perkembangan keadaan
dalam tahun berjalan
(2) Perubahan RKPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan
peraturan kepala daerah.
BAB VII.....
- 21 -
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 39
Ketentuan lebih lanjut Peraturan Daerah ini diatur oleh Bupati.
Pasal 40
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Sampang.
Ditetapkan di : Sampang
pada tanggal : 2 Juli 2012
BUPATI SAMPANG,
ttd
NOER TJAHJA
- 22 -
Diundangkan di : Sampang
pada tanggal : 26 Nopember 2012
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SAMPANG
ttd
Ir. TONTOWI, MM, MBA Pembina Utama Muda
NIP. 19570217 198503 1 006
Lembaran Daerah Kabupaten Sampang Tahun 2012 Nomor : 1
Sesuai dengan aslinya
a.n. SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SAMPANG
Kepala Bagian Hukum
ttd.
JUWAINI, SH
Pembina
NIP 19670408 199602 1 001
- 1 -
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
NOMOR : 1 TAHUN 2012
TENTANG
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
I. UMUM
Pembangunan Daerah merupakan bagian integral dari Pembangunan
Nasional, sehingga perlu direncanakan secara sistematis sesuai dengan rencana
pembangunan nasional dan rencana pembangunan provinsi. Di samping itu
rencana pembangunan daerah harus mampu mengakomodasikan perencanaan
pembangunan tingkat Desa, Kecamatan, serta kepentingan sektoral pada
masing-masing SKPD.
Untuk dapat mengakomodasikan semua kepentingan stakeholders
pembangunan daerah, maka perencanaan pembangunan daerah harus
disusun melalui tahapan-tahapan yang jelas, serta batas waktu yang
ditentukan, sehingga pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah
dapat terarah, terukur dan tepat waktu.
Penyelenggaraan tahapan dan tata cara penyusunan perencanaan
pembangunan daerah dilakukan dengan pendekatan politik, teknokratik,
partisipatif, atas bawah (top down) dan bawah atas (battom up). Hal ini
dimaksudkan untuk mengefektifkan proses pemerintahan yang baik melalui
pemanfaatan sumber daya publik yang berdampak pada percepatan proses
perubahan sosial bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, atau terarahnya
proses pengembangan ekonomi, kemampuan masyarakat, dan tercapainya
tujuan pelayanan publik.
Proses perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan dengan
memasukkan prinsip pemerataan, demokratis, desentralistik, tranparansi,
akuntabel, responsive, dan partisipatif, dengan melibatkan seluruh unsur
pelaku pembangunan daerah.
- 2 -
Peraturan Daerah ini secara garis besar mengatur beberapa ketentuan
mengenai, penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra-SKPD, RKPD,
Renja-SKPD. Diharapkan dengan Peraturan Daerah ini semua unsur yang
terlibat dalam perencanaan pembangunan daerah yang meliputi
masyarakat, Pemerintahan Desa dan Pemerintahan Daerah, dapat melakukan
perencanaan sesuai pedoman dalam Peraturan Daerah ini. Sedangkan
beberapa hal yang bersifat teknis diatur kemudian dalam Peraturan
Bupati sesuai kewenangan yang diberikan oleh Peraturan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1) c.
Mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan
daerah yang bertujuan untuk mencapai pemenuhan hak-hak dasar
masyarakat sesuai dengan urusan dan kewenangan pemerintah daerah
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan:
“Transparan” adalah membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas
hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
“Responsif” adalah dapat mengantisipasi berbagai potensi, masalah dan
perubahan yang terjadi di daerah.
“Efisien” adalah pencapaian keluaran tertentu dengan masukan terendah
atau masukan terendah dengan keluaran maksimal.
“Efektif” adalah kemampuan mencapai target dengan sumber daya yang
dimiliki dengan cara atau proses yang paling optimal.
“Akuntabel” adalah setiap kegiatan dan hasil akhir dari perencanaan
pembangunan daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangaan yang berlaku.
- 3 -
“Partisipatif” adalah merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam
setiap proses tahapan perencanaan pembangunan daerah dan bersifat
inklusif terhadap kelompok yang termarginalkan melalui jalur khusus
komunikasi untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat yang
tidak memiliki akses dalam pengambilan kebijakan.
“Terukur” adalah penetapan target kinerja yang akan dicapai dan cara-
cara untuk mencapainya.
“Berkeadilan” adalah prinsip keseimbangan antar wilayah, sektor,
pendapatan, gender dan usia.
“Berwawasan lingkungan” adalah untuk mewujudkan kehidupan adil dan
makmur tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan yang
berkelanjutan dalam mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan
sumber daya manusia, dengan cara menserasikan aktivitas manusia
dengan kemampuan sumber daya alam yang menopangnya
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 4
“teknokratis” dalam perencanaan pembangunan daerah adalah
pendekatan dengan menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah
untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah.
“partisipatif” dalam perencanaan pembangunan daerah adalah
pendekatan yang dilaksanakan dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan (stakeholders).
“politis” dalam perencanaan pembangunan daerah adalah penjabaran dari
agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan KDH terpilih.
“top-down dan bottom-up” yaitu hasilnya diselaraskan melalui
musyawarah yang dilaksanakan mulai dari desa, kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi, dan nasional, sehingga tercipta sinkronisasi
dan sinergi pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional dan
rencana pembangunan daerah.
Pasal 5
Rencana tata ruang yang perlu dirujuk adalah Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) provinsi, RTRW kabupaten, dan Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan (RTRKP).
Pasal 6
Cukup jelas.
- 4 -
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan Pemangku kepentingan adalah pihak yang
langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah antara lain unsur
DPRD provinsi dan kabupaten/kota, TNI, POLRI, Kejaksaan, akademisi,
LSM/Ormas, tokoh masyarakat provinsi dan kabupaten/kota/desa,
pengusaha/investor, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten/
kota, pemerintahan desa, dan kelurahan serta keterwakilan perempuan
dan kelompok masyarakat rentan termajinalkan.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Rencana tata ruang dan RPJPD sebagai dokumen perencanaan satu sama
lain saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan.
Bagi daerah yang belum memiliki rencana tata ruang, maka RPJPD
merupakan acuan penyusunan rencana tata ruang. Sedangkan jika
- 5 -
daerah telah memiliki rencana tata ruang yang masih berlaku, maka
rencana tata ruang tersebut digunakan sebagai acuan.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Forum SKPD membahas prioritas program dan kegiatan yang dihasilkan
dari Musrenbang Kecamatan sebagai upaya menyempurnakan Rancangan
Renja-SKPD, difasilitasi oleh SKPD terkait.
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Forum konsultasi publik merupakan wadah penampungan dan
penjaringan aspirasi masyarakat, dan dunia usaha untuk penyempurnaan
rancangan kebijakan. Hal ini menunjukkan sistem perencanaan bawah
- 6 -
atas (bottom-up planning) berdasarkan asas demokratisasi dan
desentralisasi.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Integrasi Perencanaan adalah penyatupaduan pengelolaan pembangunan
partisipatif versi program pemberdayaan ke dalam sistem pembangunan
daerah, dan penyelarasan model perencanaan teknokratis dan politis
dengan perencanaan partisipatif melalui mekanisme Musrenbang.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
- 7 -
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Ayat (1) c
Yang dimaksud dengan “perubahan yang mendasar” adalah suatu
pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan, terjadi bencana alam, atau
perubahan kebijakan nasional.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.