Upload
firdaus-agung-syafutra
View
595
Download
24
Embed Size (px)
Citation preview
PERATURAN KEPALA BAPETEN BIDANG INDUSTRI
OLEH:TOGAP MARPAUNG
KASUBDIT. KESEHATAN, INDUSTRI, DAN PENELITIAN
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
2008
PERATURAN KEPALA BAPETEN BIDANG INDUSTRI
KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF DAN PEMBANGKIT RADIASI PENGION UNTUK PERALATAN RADIOGRAFI INDUSTRI
KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF DAN PESAWAT SINAR-X UNTUK PERALATAN GAUGING
KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK WELL LOGGING
II. RUANG LINGKUP
Peralatan di lokasi terbuka meliputi: Peralatan Radiografi gamma; Peralatan Radiografi sinar-X; Peralatan Radiografi Linac; Peralatan Radiografi gamma dengan alat
perangkak (crawler); Peralatan Radiografi sinar-X dengan alat
perangkak (crawler); Peralatan Radiografi netron dengan zat
radioaktif; Peralatan Radiografi Betatron.
A. Radiografi Industri
Peralatan di lokasi tertutup meliputi: Peralatan Radiografi gamma; Peralatan Radiografi sinar-X; Peralatan Radiografi Linac; Peralatan Radiografi Betatron.
B. Gauging
Pesawat Sinar-X meliputi : pesawat sinar-X difraksi (XRD – X-Ray
Difraction); dan pesawat sinar-X fluorisen (XRF – X -Ray
Fluoresence).
Sumber Radioaktif meliputi : sumber radioaktif beraktivitas rendah; dan sumber radioaktif beraktivitas tinggi.
Pengelompokkan Zat Radioaktif Berdasarkan Tingkat Aktivitas dan Pesawat Sinar-X Berdasarkan Tingkat Energi
yang Digunakan dalam Peralatan Gauging
Pengelompokkan Zat Radioaktif Berdasarkan Tingkat Aktivitas
Pengelompokkan Pesawat Sinar-X Berdasarkan Tingkat Energi (Energi Rendah)
No. Jenis Penggunaan Zat RadioaktifRentang Aktivitas
(GBq) (Ci)
Aktivitas Tinggi
1. Gauging ketinggian Cs-137Co-60
37 - 1903,7 - 370
1 - 50,1 - 10
2. Gauging untuk konveyor
Cs-137Cf-252
3,7 - 15001,4
0,1 - 400,037
3. Gauging untuk pipa Cs-137 74 - 190 2 - 5
Aktivitas Rendah
1. Gauging Ketebalan Kr-85Sr-90Am-241Pm-147Cm-244
1,9 - 370,37 - 7,4
11 – 221,9
7,4 - 37
0,05 - 1,00,01 - 0,20,3 - 0,6
0,050,2 - 1,0
2. Gauging Ketinggian Isi
Am-241Cs-137
0,44 - 4,41,9 - 2,4
0,012 – 0,120,05 – 0,065
3. Gauging Kerataan Permukaan
Am-241/Be 0,37 - 3,7 0,01 – 0,1
Cs-137 0,3 – 0,41 0,008 - 0,011
Ra-226 0,074 - 0,15 0,002 – 0,004
Cf-252 0,0011 - 0,0026 3 x 10-5 – 7 x 10-5
I. Pengelompokkan Zat Radioaktif Berdasarkan Tingkat Aktivitas
No Jenis Penggunaan Kapasitas ( kV, mA)
1 Pesawat sinar-X difraksi (XRD – X-Ray Difraction) 30kV – 60 kV, ≤ 100 mA
2 Pesawat sinar-X fluorisen (XRF – X -Ray Fluoresence) 30 kV – 60 kV, ≤ 100 mA
II. Pengelompokkan Pesawat Sinar-X Berdasarkan Tingkat Energi (Energi Rendah)
C. Well Logging
Peralatan menggunakan: Zat Radioaktif Terbungkus; Zat Radioaktif Terbuka; dan Penanda Radioaktif.
Ref: CFR Part 39 US-NRC
Zat Radioaktif Terbungkus tidak termasuk zat radioaktif untuk kalibrasi (calibration source) Peralatan Well Logging.
Zat Radioaktif Terbuka hanya digunakan untuk kegiatan Perunut (Tracer) yang merupakan bagian dari Well Logging.
III. KESELAMATAN RADIASI
Persyaratan Izin Langsung Tidak Langsung
Persyaratan Keselamatan Radiasi Persyaratan Manajemen Persyaratan Proteksi Radiasi Persyaratan Teknik Verifikasi Keselamatan
FASILITAS TERBUKA IZIN LANGSUNG
FASILITAS TERTUTUP IZIN TIDAK LANGSUNG Izin Konstruksi
Izin Operasi
A. PERSYARATAN IZIN RADIOGRAFI INDUSTRI
Fasilitas Terbuka
a. fotokopi identitas pemohon izin, meliputi:1. kartu tanda penduduk (KTP), kartu izin tinggal
sementara (KITAS), paspor, dan surat keterangan domisili perusahaan;
2. akta pendirian badan hukum atau badan usaha; dan
3. surat izin usaha perdagangan (SIUP) atau izin usaha tetap dari instansi yang berwenang.
untuk orang atau badan yang baru mengajukan izin;
b. data lokasi penggunaan Peralatan Radiografi;
c. dokumen denah tempat penyimpanan zat radioaktif, paling kurang berisi data:
1. lokasi;2. ukuran dan bahan bunker atau ruangan;3. pintu; dan4. pagar atau tembok pembatas.
d. fotokopi spesifikasi teknis Peralatan Radiografi dari pihak pabrikan;
e. fotokopi sertifikat mutu Peralatan Radiografi (Gamma Device atau Container Certificate), paling kurang berisi data:
1. merk;2. model;3. nomor seri;4. tahun pembuatan;5. tahun pengesahan sertifikat; 6. laju paparan maksimum pada permukaan; dan7. batasan aktivitas maksimum zat radioaktif.
f. fotokopi sertifikat mutu zat radioaktif (Radioactive Sealed Source Certificate) sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur yang diterbitkan oleh pihak pabrikan atau laboratorium terakreditasi di negara asal, paling kurang berisi data:
1. nama pabrik;2. radionuklida;3. aktivitas dan tanggal pengukuran;4. model;5. nomor seri; 6. tipe kapsul; 7. tabel peluruhan; dan8. data pengujian kebocoran zat radioaktif.
g. fotokopi sertifikat pengujian dan data Peralatan Radiografi dengan Pembangkit Radiasi Pengion dari pihak pabrikan, paling kurang berisi data:
1. merk;2. model/tipe;3. nomor seri;4. tahun pembuatan;5. tegangan tabung puncak (kVp) maksimum; 6. arus tabung (mA) maksimum; dan7. data kebocoran radiasi pada tabung.
h. dokumen program Proteksi dan Keselamatan Radiasi;i. fotokopi bukti permohonan pelayanan pemantauan
dosis perorangan (untuk orang atau badan yang baru mengajukan izin) atau hasil evaluasi pemantauan dosis perorangan;
j. fotokopi sertifikat kalibrasi dosimeter perorangan baca langsung;
k. fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter;l. fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas Proteksi
Radiasi;m. fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) AR; dann. fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) OR.
Fasilitas Tertutup 1. Izin Konstruksi
a. fotokopi identitas pemohon izin, meliputi:1. kartu tanda penduduk (KTP), kartu izin tinggal
sementara (KITAS), paspor, atau surat keterangan domisili perusahaan;
2. akta pendirian badan hukum atau badan usaha; dan
3. surat izin usaha perdagangan (SIUP) atau izin usaha tetap dari instansi yang berwenang.
untuk orang atau badan yang baru mengajukan izin.
b. data alamat penggunaan Peralatan Radiografi;
c. gambar desain fasilitas dalam bentuk cetak biru skala paling kurang 1:50 (satu berbanding lima puluh) dengan 3 (tiga) penampang lintang (tampak depan, samping, dan atas);
d. dokumen konstruksi, paling kurang berisi data:1. perhitungan ketebalan dinding dan pintu; dan
2. data densitas dan material.
2. Izin Operasi
a. dokumen hasil pengukuran paparan radiasi di sekitar ruangan Peralatan Radiografi yang diukur oleh Petugas Proteksi Radiasi;
b. dokumen program Proteksi Radiasi dan Keselamatan Radiasi;c. fotokopi spesifikasi teknis Peralatan Radiografi dari pihak
pabrikan;d. fotokopi sertifikat mutu Peralatan Radiografi (Gamma Device
atau Container Certificate) sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur yang diterbitkan oleh pihak pabrikan atau laboratorium terakreditasi di negara asal, paling kurang berisi data:
1. merk;2. model;3. nomor seri;4. tahun pembuatan;5. tahun pengesahan sertifikat; 6. laju dosis maksimum pada permukaan; dan7. batasan aktivitas maksimum zat radioaktif.
e. fotokopi sertifikat mutu zat radioaktif (Radioactive Sealed Source Certificate) sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur yang diterbitkan oleh pihak pabrikan atau laboratorium terakreditasi di negara asal, paling kurang berisi data:
1. nama pabrik;2. radionuklida;3. aktivitas dan tanggal pengukuran;4. model;5. nomor seri; 6. tipe kapsul; 7. tabel peluruhan; dan8. data pengujian kebocoran zat radioaktif.
f. fotokopi sertifikat pengujian dan data Peralatan Radiografi dengan Pembangkit Radiasi Pengion dari pihak pabrikan, paling kurang berisi data:
1. merk;2. model/tipe;3. nomor seri;4. tahun pembuatan;5. tegangan tabung puncak (kVp) maksimum; 6. arus tabung (mA) maksimum; dan7. data kebocoran radiasi pada tabung.
g. data perlengkapan Proteksi Radiasi;
h. fotokopi bukti permohonan pelayanan pemantauan dosis perorangan (untuk orang atau badan yang baru mengajukan izin) atau hasil evaluasi pemantauan dosis perorangan;
i. fotokopi sertifikat kalibrasi dosimeter perorangan baca langsung;
j. fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter; k. fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas
Proteksi Radiasi;l. fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) AR; danm. fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) OR.
B. PERSYARATAN IZIN GAUGING
IZIN LANGSUNG
PERSYARATAN IZIN PENGGUNAAN PERALATAN GAUGING DI INDUSTRI DENGAN PESAWAT SINAR-X
a. fotokopi identitas pemohon izin, untuk orang atau badan yang baru mengajukan izin, meliputi:
1. kartu tanda penduduk (KTP), kartu izin tinggal sementara (KITAS), paspor, atau surat keterangan domisili perusahaan;
2. akta pendirian badan hukum atau badan usaha; dan
3. surat izin usaha perdagangan (SIUP) atau izin usaha tetap dari instansi yang berwenang.
b. data lokasi penggunaan pesawat sinar-X;c. fotokopi spesifikasi teknis peralatan Gauging
dengan pesawat sinar-X dari pihak pabrikan;
d. fotokopi sertifikat pengujian dan data pesawat sinar-X dari pihak pabrikan, paling kurang berisi data:1. model/tipe;2. nomor seri;3. tegangan tabung puncak (kVp) maksimum;4. arus tabung (mA) maksimum; dan5. paparan radiasi pada permukaan luar kabin.
e. dokumen program Proteksi dan Keselamatan Radiasi;f. fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas Proteksi
Radiasi;g. fotokopi bukti permohonan pelayanan pemantauan
dosis perorangan (untuk orang atau badan yang baru mengajukan izin) atau hasil evaluasi pemantauan dosis perorangan; dan
h. fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter.
a. fotokopi identitas pemohon izin, untuk orang atau badan yang baru mengajukan izin, meliputi:1. kartu tanda penduduk (KTP), kartu izin tinggal
sementara (KITAS), paspor, atau surat keterangan domisili perusahaan;
2. akta pendirian badan hukum atau badan usaha; dan
3. surat izin usaha perdagangan (SIUP) atau izin usaha tetap dari instansi yang berwenang.
b. data lokasi penggunaan zat radioaktif;c. fotokopi spesifikasi teknis peralatan Gauging
dengan zat radioaktif dari pihak pabrikan;
PERSYARATAN IZIN PENGGUNAAN PERALATAN GAUGING DI INDUSTRI DENGAN ZAT RADIOAKTIF
d. fotokopi sertifikat mutu zat radioaktif (Radioactive Sealed Source Certificate) sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur yang diterbitkan oleh pihak pabrikan atau laboratorium terakreditasi di negara asal, paling kurang berisi data:1. nama pabrik;2. radionuklida;3. aktivitas dan tanggal pengukuran;4. model;5. nomor seri; 6. tipe kapsul; dan 7. data pengujian kebocoran zat radioaktif.
e. dokumen program Proteksi dan Keselamatan Radiasi;f. fotokopi bukti permohonan pelayanan pemantauan
dosis perorangan (untuk orang atau badan yang baru mengajukan izin) atau hasil evaluasi pemantauan dosis perorangan; dan
g. fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter.
C. PERSYARATAN IZIN WELL LOGGING
IZIN LANGSUNG
a. fotokopi identitas pemohon izin, untuk orang atau badan yang baru mengajukan izin, meliputi:1. kartu tanda penduduk (KTP), kartu izin tinggal
sementara (KITAS), paspor, atau surat keterangan domisili perusahaan;
2. akta pendirian badan hukum atau badan usaha; dan
3. surat izin usaha perdagangan (SIUP) atau izin usaha tetap dari instansi yang berwenang.
b. data lokasi penggunaan zat radioaktif;c. fotokopi sertifikat mutu Zat Radioaktif Terbungkus
(Radioactive Sealed Source Certificate) sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur yang diterbitkan oleh pihak pabrikan atau laboratorium terakreditasi di negara asal, paling kurang berisi data:1. nama pabrik;2. radionuklida;3. aktivitas dan tanggal pengukuran;4. model;5. nomor seri; 6. tipe kapsul; dan7. data pengujian kebocoran zat radioaktif.
d. fotokopi sertifikat special form Zat Radioaktif Terbungkus sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur, yang diterbitkan oleh pihak berwenang (competent authority), paling kurang berisi data:1. radionuklida;2. identifikasi radionuklida;3. deskripsi radionuklida;4. aktivitas dan tanggal pengukuran;5. program jaminan mutu; dan6. nomor dan masa berlaku sertifikat.
e. fotokopi lembar data Zat Radioaktif Terbuka (Nominal Source Data Sheet) yang diterbitkan oleh pihak pabrikan atau laboratorium terakreditasi di negara asal, paling kurang berisi data:d. radionuklida; 1. aktivitas dan tanggal pengukuran;2. bentuk fisik; dan3. volume.
f. dokumen tempat penyimpanan zat radioaktif berupa bunker atau ruangan yang memenuhi persyaratan Keselamatan Radiasi, paling kurang berisi data:1. lokasi;2. ukuran dan bahan bunker atau ruangan;3. pintu; dan4. pagar.
g. dokumen program Proteksi dan Keselamatan Radiasi;
h. fotokopi bukti permohonan pelayanan pemantauan dosis perorangan (untuk orang atau badan yang baru mengajukan izin) atau hasil evaluasi pemantauan dosis perorangan;
i. fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter;j. fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas
Proteksi Radiasi;k. fotokopi sertifikat pelatihan sebagai
Supervisor dan surat penunjukan dari pemohon izin; dan
l. fotokopi surat penunjukan dari pemohon izin sebagai Operator.
Personil untuk Radiografi Industri, paling kurang terdiri dari:
a. Petugas Proteksi Radiasi;b. Radiografi (AR); danc. Operator Radiografi (OR).
Petugas Proteksi Radiasi boleh dirangkap oleh AR.
AR sebagaimana dimaksud harus memiliki Surat Izin Bekerja sebagai Petugas Proteksi Radiasi.
PPR Radiografi Industri
Dalam hal kegiatan dilaksanakan dalam satu kawasan, Petugas Proteksi Radiasi bertanggung jawab paling banyak 3 (tiga) Peralatan Radiografi.
Personil untuk Gauging, paling kurang terdiri dari:
a. Petugas Proteksi Radiasi;
b. Petugas Perawatan; dan
c. Operator.
Petugas Perawatan dapat merangkap sebagai Operator
Petugas Perawatan dan Operator hanya dapat merangkap sebagai Petugas Proteksi Radiasi, jika telah memiliki Surat Izin Bekerja (SIB) sebagai Petugas Proteksi Radiasi.
Personil untuk Well Logging, paling kurang terdiri dari:
a. Petugas Proteksi Radiasi; b. Supervisor; danc. Operator.
Dalam hal penggunaan zat radioaktif untuk Geophysical Logging, paling kurang terdiri dari: Petugas Proteksi Radiasi; dan Operator.
Supervisor Well Logging
Supervisor hanya dapat merangkap sebagai Petugas Proteksi Radiasi, jika Supervisor telah memiliki Surat Izin Bekerja sebagai Petugas Proteksi Radiasi.
Persyaratan Proteksi Radiasi
justifikasi penggunaan Peralatan Radiografi;
limitasi dosis; dan penerapan optimisasi Proteksi dan
Keselamatan Radiasi.
Justifikasi penggunaan Peralatan harus didasarkan pada pertimbangan bahwa manfaat yang diperoleh oleh individu dan masyarakat secara ekonomi jauh lebih besar daripada risiko bahaya radiasi yang ditimbulkan.
Limitasi dosis harus mengacu pada Nilai Batas Dosis.
Nilai Batas Dosis tidak boleh dilampaui. Nilai Batas Dosis berlaku untuk:
personil; anggota masyarakat.
Nilai Batas Dosis untuk personil tidak boleh melampaui: dosis efektif sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert)
per tahun rata-rata selama 5 (lima) tahun berturut-turut;
dosis efektif sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu;
dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 150 mSv (seratus limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun; dan
dosis ekivalen untuk tangan dan kaki, atau kulit sebesar 500 mSv (lima ratus milisievert) dalam 1 (satu) tahun.
Nilai Batas Dosis untuk anggota masyarakat tidak boleh melampaui: dosis efektif sebesar 1 mSv (satu
milisievert) dalam 1 (satu) tahun; dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar
15 mSv (limabelas milisievert) dalam 1 (satu) tahun; dan
dosis ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun.
Penerapan optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi harus diupayakan agar personil dan anggota masyarakat menerima paparan radiasi serendah mungkin yang dapat dicapai.
Penerapan optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi merupakan proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan skenario terbaik dan tindakan yang optimal dengan mempertimbangkan faktor teknologi, ekonomi, dan sosial.
Penerapan optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi dilakukan melalui pembatas dosis untuk personil dan masyarakat.
PERSYARATAN TEKNIKPERALATAN RADIOGRAFI
Peralatan Radiografi harus sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur yang diterbitkan oleh pihak pabrikan atau laboratorium terakreditasi di negara asal.
Zat radioaktif harus sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur yang diterbitkan oleh pihak pabrikan atau laboratorium terakreditasi di negara asal.
Peralatan Radiografi dengan Pembangkit Radiasi Pengion harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: tabung harus sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
atau standar lain yang tertelusur; panjang kabel catu daya paling kurang 20 m (duapuluh
meter) dengan generator hingga 300 kVp (tigaratus kilovolt puncak) dan lebih panjang dengan tegangan tabungan yang lebih tinggi, untuk penggunaan Peralatan Radiografi di Fasilitas Terbuka;
menggunakan diafragma dan filter; kebocoran radiasi pada tabung tidak melebihi 10
mgray/jam (sepuluh miligray per jam) pada jarak 1 m (satu meter);
tabung Pembangkit Radiasi Pengion memiliki sistem pendukung yang memelihara posisi tabung agar tidak roboh, merosot, atau bergetar selama pengoperasian; dan
kontrol panel dilengkapi dengan: label yang menunjukkan bahaya
Pembangkit Radiasi Pengion dan tanda peringatan radiasi;
saklar kunci; pengatur waktu atau saklar on/off; dan indikator yang menunjukkan tegangan
dan kuat arus tabung.
Peralatan Radiografi yang menggunakan alat perangkak (crawler), selain memenuhi ketentuan di atas , paling kurang harus dilengkapi dengan: unit pengendali perangkak meliputi:
a. baterai;
b. kotak elektronik; dan
c. detektor. baterai atau generator penggerak; dan tabung sinar-X atau kamera gamma.
Fasilitas Tertutup harus didesain sehingga paparan radiasi di ruang kendali tidak melebihi 10 µSv/jam (sepuluh mikrosievert per jam) dan di daerah sekitarnya tidak melebihi 0,5 µSv/jam (lima per sepuluh mikrosievert per jam).
Fasilitas Tertutup harus dilengkapi paling kurang dengan: sistem interlock; peralatan pemantau radiasi dengan alarm; tombol atau sistem penghentian paparan
jika terjadi Paparan Darurat; dan tanda radiasi dan tanda peringatan.
Tempat penyimpanan Peralatan Radiografi dengan zat radioaktif harus didesain dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
diberi pembatas yang kuat dan terkunci; tingkat radiasi di luar tempat penyimpanan tidak boleh
melebihi 0,5 µSv/jam (lima per sepuluh mikrosievert per jam);
disesuaikan dengan jumlah zat radioaktif; di bawah pemantauan Petugas Proteksi Radiasi; dilengkapi plakat yang berisi informasi tentang:
nama personil yang harus dihubungi; dan nomor telepon.
diberi tanda radiasi yang jelas; dan tidak boleh berada di:
dekat bahan peledak, bahan yang mudah terbakar, dan bahan yang dapat menyebabkan karat;
daerah rawan banjir atau potensi bahaya lainnya yang dapat merusak tempat penyimpanan serta isinya; atau
dekat tempat umum atau tempat keramaian masyarakat.
PERSYARATAN TEKNIKPERALATAN GAUGING
Peralatan Gauging harus sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur yang diterbitkan oleh pihak pabrikan atau laboratorium terakreditasi di negara asal.
Peralatan Gauging harus dipelihara dengan cara yang dapat mencegah: korosi; getaran; panas; atau faktor luar lainnya yang dapat merusak integritas
peralatan atau yang dapat mengganggu kelancaran pengoperasian.
Peralatan Gauging dengan menggunakan zat radioaktif, paling kurang terdiri dari komponen: zat radioaktif; kontener zat radioaktif; dan detektor sintilasi.
Kontener (emitter house) zat radioaktif harus memiliki indikator yang menunjukkan dengan jelas posisi shutter dalam keadaan hidup (beam on) atau keadaan mati (beam off).
Pada saat peralatan Gauging diberi muatan zat radioaktif dengan aktivitas maksimum dan shutter dalam posisi mati, tingkat radiasi tidak boleh melampaui: 500 µSv/jam (limaratus mikrosievert per
jam) pada jarak 5 cm (lima sentimeter) dari permukaan peralatan Gauging; dan
10 µSv/jam (sepuluh mikrosievert per jam) pada jarak 1 m (satu meter) dari permukaan peralatan Gauging.
Kontener, housing atau emitter house zat radioaktif harus diberi penning (tag) yang jelas pada bagian permukaan luar yang menunjukkan: tanda radiasi; radionuklida; aktivitas zat radioaktif dan tanggal
pengukuran; nama pabrik; dan nomor seri zat radioaktif.
Peralatan Gauging dengan menggunakan pesawat sinar-X harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: tabung harus memenuhi persyaratan sesuai Standar
Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur yang diterbitkan oleh pihak pabrikan atau laboratorium terakreditasi di negara asal;
menggunakan diafragma dan filter; laju paparan radiasi tidak melebihi 1 µSv (satu
mikrosievert) per jam pada jarak 1 m (satu meter) dari permukaan luar kabin;
tabung dilengkapi dengan sistem pendukung; kontrol panel dilengkapi dengan:
label yang menunjukkan bahaya radiasi dan tanda peringatan radiasi;
saklar kunci; pengatur waktu atau saklar on/off; dan indikator yang menunjukkan tegangan dan kuat arus
tabung.
Tempat penyimpanan zat radioaktif harus memenuhi persyaratan berikut: diberi pembatas yang kuat dan terkunci; tingkat radiasi di luar tempat penyimpanan tidak
boleh melebihi 10 μSv/jam (sepuluh mikrosievert per jam);
disesuaikan dengan jumlah zat radioaktif; di bawah pemantauan Petugas Proteksi Radiasi; diberi tanda radiasi yang jelas; dan tidak boleh berada di:
dekat bahan peledak, bahan yang mudah terbakar, dan bahan yang dapat menyebabkan karat;
daerah rawan banjir atau potensi bahaya lainnya yang dapat merusak tempat penyimpanan serta isinya; atau
dekat tempat umum atau tempat keramaian masyarakat.
PERSYARATAN TEKNIKWELL LOGGING
Peralatan Well Logging dan zat radioaktif harus sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur yang diterbitkan oleh pihak pabrikan atau laboratorium terakreditasi di negara asal.
Kontener pengangkutan harus sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur yang diterbitkan oleh pihak pabrikan atau laboratorium terakreditasi di negara asal.
Tempat penyimpanan zat radioaktif harus memenuhi persyaratan berikut:
disesuaikan dengan jumlah zat radioaktif; di bawah pemantauan Petugas Proteksi Radiasi; diberi tanda radiasi yang jelas; dan tidak boleh berada di:
dekat bahan peledak, bahan yang mudah terbakar, dan bahan yang dapat menyebabkan karat;
daerah rawan banjir atau potensi bahaya lainnya yang dapat merusak tempat penyimpanan serta isinya; atau
dekat tempat umum atau tempat keramaian masyarakat.
Tempat penyimpanan dapat berupa bunker yang diberi pagar atau ruang tertutup.
Dalam hal tempat penyimpanan berupa bunker, paparan radiasi harus:
kurang dari 10 µSv/jam (sepuluh mikrosievert per jam) pada permukaan di atas penutup; dan
kurang dari 0,5 µSv/jam (lima per sepuluh mikrosievert per jam) di sekitar tempat penyimpanan di luar pagar.
Dalam hal tempat penyimpanan berupa ruang tertutup, paparan radiasi pada dinding bagian luar dan pintu harus kurang dari 0,5 µSv/jam (lima per sepuluh mikrosievert per jam).
Verifikasi KeselamatanRadiografi Industri
• Dalam penggunaan Peralatan Radiografi dengan zat radioaktif dan/atau Pembangkit Radiasi Pengion, personil harus melakukan verifikasi keselamatan, melalui:a. pemantauan paparan radiasi;b. pemeriksaan kondisi Peralatan Radiografi
dan peralatan penunjang; c. uji kebocoran zat radioaktif; dand. pemeriksaan fisik tabung dan kabel
tegangan tinggi, untuk Pembangkit Radiasi Pengion.
• Verifikasi keselamatan harus dicatat di dalam logbook.
Pemantauan paparan radiasi harus sesuai prosedur yang ditetapkan oleh Pemegang Izin.
Pemantauan paparan radiasi di sekitar daerah kerja harus dilakukan oleh Petugas Proteksi Radiasi.
Pemeriksaan kondisi Peralatan Radiografi dan peralatan penunjang paling kurang meliputi:
a. pemeriksaan mekanisme penguncian zat radioaktif;b. pengujian pigtail;c. pemeriksaan sambungan antara peralatan dan kabel;d. pemeriksaan seluruh kabel dan guide tube;e. pemeriksaan label peringatan; danf. pengukuran tingkat paparan radiasi pada permukaan
peralatan. Pemeriksaan harus sesuai dengan rekomendasi pihak
pabrikan.
Uji kebocoran zat radioaktif harus dilakukan sekali dalam 6 (enam) bulan.
Pengambilan sampel uji kebocoran zat radioaktif dapat dilakukan oleh Petugas Proteksi Radiasi.
Sampel uji kebocoran zat radioaktif dikirim ke laboratorium yang terakrediatasi untuk dievaluasi.
Hasil evaluasi sampel uji kebocoran harus disampaikan oleh Pemegang Izin kepada Kepala BAPETEN.
Dalam hal hasil evaluasi uji kebocoran melebihi 185 Bq (seratus delapanpuluh lima becquerel) atau 5 nCi (lima nano curie), maka zat radioaktif dilarang digunakan.
Verifikasi Keselamatan Well Logging
Verifikasi keselamatan harus dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur yang terkalibrasi meliputi: pemantauan paparan radiasi; dan uji kebocoran zat radioaktif.
Hasil verifikasi keselamatan harus dicatat di dalam logbook.
Pemantauan paparan radiasi yang dilakukan terhadap personil, harus sesuai prosedur yang ditetapkan oleh Pemegang Izin.
Pemantauan paparan radiasi di sekitar daerah kerja harus dilakukan secara periodik paling kurang 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu oleh Petugas Proteksi Radiasi.
Uji kebocoran zat radioaktif harus dilakukan paling kurang sekali dalam 6 (enam) bulan.
Pengambilan sampel uji kebocoran zat radioaktif dapat dilakukan oleh Petugas Proteksi Radiasi.
Sampel uji kebocoran zat radioaktif dikirim ke laboratorium yang terakreditasi untuk dievaluasi.
Hasil evaluasi sampel uji kebocoran zat radioaktif harus disampaikan oleh Pemegang Izin kepada Kepala BAPETEN.
Dalam hal hasil evaluasi uji kebocoran zat radioaktif melebihi 185 Bq (seratus delapanpuluh lima Bacquerel) atau 5 nCi (lima nano Curie), maka zat radioaktif dilarang digunakan.
Pemegang Izin harus mengirim zat radioaktif ke:
negara asal; atau fasilitas pengelolaan limbah.
Verifikasi KeselamatanGauging
Dalam penggunaan zat radioaktif dan pesawat sinar-X untuk peralatan Gauging, personil harus melakukan verifikasi keselamatan, yang dilakukan melalui:
pemantauan paparan radiasi; uji kebocoran untuk zat radioaktif; dan pemeriksaan komponen peralatan Gauging.
Verifikasi keselamatan harus dicatat di dalam logbook.
Pemantauan paparan radiasi, yang dilakukan terhadap personil, harus sesuai prosedur yang ditetapkan oleh Pemegang Izin.
Pemantauan paparan radiasi di sekitar daerah kerja harus dilakukan secara periodik paling kurang 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu oleh Petugas Proteksi Radiasi.
Uji kebocoran zat radioaktif harus dilakukan paling kurang sekali dalam 2 (dua) tahun untuk zat radioaktif aktivitas tinggi, dan sekali dalam 3 (tiga) tahun untuk zat radioaktif aktivitas rendah.
Pengambilan sampel uji kebocoran zat radioaktif dapat dilakukan oleh Petugas Proteksi Radiasi.
Sampel uji kebocoran zat radioaktif dikirim ke laboratorium yang terakreditasi untuk dievaluasi.
Hasil evaluasi sampel uji kebocoran zat radioaktif harus disampaikan oleh Pemegang Izin kepada Kepala BAPETEN.
Dalam hal hasil evaluasi sampel uji kebocoran zat radioaktif, melebihi 185 Bq (seratus delapanpuluh lima Bacquerel) atau 5 nCi (lima nano Curie), maka zat radioaktif untuk peralatan Gauging dilarang digunakan.
Apabila Pemegang Izin mendeteksi bahwa kapsul zat radioaktif retak dan mengakibatkan timbulnya kontaminasi, maka Pemegang Izin harus segera melakukan tindakan penanggulangan keadaan darurat.
Pemeriksaan komponen peralatan Gauging, paling kurang dilakukan terhadap: kolimator; detektor; sistem pengkabelan; dan parameter yang tertera pada panel kendali.
LaporanRadiografi Industri
Peralatan Radiografi dengan zat radioaktif: data zat radioaktif; hasil pemantauan paparan radiasi; hasil pengujian kebocoran zat radioaktif; data penggantian zat radioaktif; dan hasil perawatan Peralatan Radiografi yang terkait dengan
Keselamatan Radiasi. Peralatan Radiografi dengan Pembangkit Radiasi
Pengion: hasil pemantauan paparan radiasi; penggantian tabung sinar-X; dan hasil perawatan Peralatan Radiografi yang terkait dengan
Keselamatan Radiasi.
LaporanPeralatan Gauging
penggunaan zat radioaktif untuk peralatan Gauging, paling kurang meliputi:
data zat radioaktif; hasil pemantauan paparan radiasi; hasil pengujian kebocoran zat radioaktif; data penggantian zat radioaktif; dan hasil perawatan peralatan Gauging yang terkait dengan
Keselamatan Radiasi. penggunaan pesawat sinar-X untuk peralatan Gauging,
paling kurang meliputi: hasil pemantauan paparan radiasi; penggantian tabung sinar-X; dan hasil perawatan peralatan Gauging yang terkait dengan
Keselamatan Radiasi.
LaporanWell Logging
Laporan pelaksanaan program Proteksi dan Keselamatan Radiasi, dan verifikasi keselamatan, paling kurang meliputi: data zat radioaktif; hasil pemantauan paparan radiasi; hasil pengujian kebocoran zat radioaktif; dan hasil perawatan peralatan Well Logging yang terkait
dengan Keselamatan Radiasi.
PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF
Fasilitas Personil Peralatan Keamanan Sumber Radioaktif Program Keamanan Sumber Radioaktif
DIBERLAKUKAN 3 (TIGA) TAHUN MENDATANG
DIATUR DALAM PERATURAN KEPALA BAPETEN TERSENDIRI