Peraturan Pemerintah RI Tentang Kendaraan (Draft)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas KendaraanBermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.

Citation preview

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    1

    PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR TAHUN

    TENTANG

    KENDARAAN

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49,Pasal 50, Pasal 51, Pasal 52, Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56,Pasal 57, Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, Pasal 63Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas danAngkutan Jalan perlu menetapkan Peraturan Pemerintah TentangKendaraan;

    Mengingat : a. Pasal 5 ayat (1) serta Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

    b. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintasdan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 96 Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5025);

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANGKENDARAAN

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

    1. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas KendaraanBermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.

    2. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatanmekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    2

    3. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh tenagamanusia dan/atau hewan.

    4. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan yang digunakan untukangkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.

    5. Sepeda Motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan Bermotor berodatiga tanpa rumah-rumah.

    6. Mobil Penumpang adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yang memilikitempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk Pengemudi atau yangberatnya tidak lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

    7. Mobil Bus adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yang memiliki tempatduduk lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk Pengemudi atau yangberatnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

    8. Mobil Bus Gandeng adalah bus yang terdiri dari bus penarik dan gandengannya,yang gandengannya mempunyai sedikitnya 2 (dua) sumbu roda dan dilengkapidengan alat penarik yang dapat bergerak vertikal (terhadap bus gandengan) danmengontrol arah sumbu roda depan gandengan tetapi tidak membebani sumbubus penarik dan memiliki lorong penghubung.

    9. Mobil Bus Tempel adalah bus yang terdiri dari bus penarik dan tempelan, yangtempelannya mempunyai sedikitnya 1 (satu) sumbu roda dan dilengkapi denganalat penarik yang dapat bergerak horizontal dan vertikal (terhadap bus tempelan)dan membebani sumbu bus penarik.

    10. Bus Tingkat adalah bus yang memiliki dua lantai dan dilengkapi tangga sebagaipenghubung kedua lantai tersebut.

    11. Mobil Barang adalah Kendaraan Bermotor yang digunakan untuk angkutanbarang.

    12. Rumah Rumah adalah bagian dari kendaraan bermotor jenis mobil penumpangatau mobil bus atau mobil barang, yang berada pada landasan berbentuk ruangmuatan, baik untuk orang maupun barang.

    13. Pengujian Kendaraan Bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji dan/ataumemeriksa bagian-bagian atau komponenkomponen kendaraan bermotor, keretagandengan, dan kereta tempelan dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratanteknis dan laik jalan.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    3

    14. Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut Uji Tipe KendaraanBermotor adalah pengujian yang dilakukan terhadap fisik kendaraan bermotoratau penelitian terhadap rancang bangun dan rekayasa kendaraan bermotor,kereta gandengan atau kereta tempelan sebelum kendaraan bermotor tersebutdibuat dan/atau dirakit dan/atau diimpor secara massal serta kendaraanbermotor yang dimodifikasi.

    15. Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut Uji Berkalaadalah pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan secara berkala terhadapsetiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan, yangdioperasikan di jalan.

    16. Sertifikat Uji Tipe adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Direktur JenderalPerhubungan Darat sebagai bukti bahwa tipe kendaraan bermotor atau landasankendaraan bermotor yang bersangkutan telah lulus uji tipe.

    17. Pengesahan Rancang Bangun dan Rekayasa Kendaraan Bermotor adalah Suratpengesahan dari Pemerintah sebagai bukti bahwa rancangan kendaraan bermotor,kereta gandengan, atau kereta tempelan tersebut telah memenuhi persyaratanteknis.

    18. Sertifikat Registrasi Uji Tipe adalah sertifikat yang diterbitkan oleh DirekturJenderal Perhubungan Darat, sebagai bukti bahwa setiap kendaraan bermotor,landasan kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan/atau kereta tempelan yangdibuat dan/atau dirakit dan/atau diimpor atau dimodifikasi memiliki spesifikasiteknik sama/sesuai dengan tipe kendaraan yang telah disahkan atau rancangbangun dan rekayasa kendaraan yang telah disahkan, yang merupakankelengkapan persyaratan pendaftaran dan pengujian berkala kendaraan bermotor.

    19. Modifikasi Kendaraan Bermotor adalah kendaraan bermotor yang diubah bentukdan/atau peruntukannya yang dapat mengakibatkan perubahan spesifikasi teknikutama.

    20. Uji Sampel adalah pengujian kesesuaian terhadap spesifikasi teknik terhadap seriproduksi yang telah memiliki sertifikat uji tipe.

    21. Kendaraan Khusus adalah Kendaraan Bermotor yang dirancang khusus yangmemiliki fungsi dan rancang bangun tertentu, antara lain:a. Kendaraan Bermotor Tentara Nasional Indonesia;b. Kendaraan Bermotor Kepolisian Negara Republik Indonesia;c. Alat berat antara lain bulldozer, traktor, mesin gilas (stoomwaltz), forklift,

    loader, excavator, dan crane; sertad. Kendaraan khusus penyandang cacat.

    22. Kereta Gandengan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkutbarang yang seluruh bebannya ditumpu oleh alat itu sendiri dan dirancang untukditarik oleh kendaraan bermotor.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    4

    23. Kereta Tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barangyang dirancang untuk ditarik dan sebagian bebannya ditumpu oleh kendaraanbermotor penariknya.

    24. Roda Pada Satu Sumbu adalah roda tunggal atau roda ganda atau beberapa rodayang dipasang simetris atau pada dasarnya simetris terhadap bidang membujurtengah kendaraan, walaupun roda-roda tersebut tidak dipasang pada satu sumbuyang sama.

    25. Jumlah Berat Yang Diperbolehkan yang selanjutnya disebut JBB adalah beratmaksimum kendaraan bermotor berikut muatannya yang diperbolehkan menurutrancangannya.

    26. Jumlah Berat Kombinasi Yang Diperbolehkan yang selanjutnya disebut JBKBadalah berat maksimum rangkaian kendaraan bermotor berikut muatannya yangdiperbolehkan menurut rancangannya.

    27. Jumlah Berat Yang Diizinkan yang selanjutnya disebut JBI adalah beratmaksimum kendaraan bermotor berikut muatannya yang diizinkan berdasarkankelas jalan yang dilalui.

    28. Jumlah Berat Kombinasi yang Diizinkan yang selanjutnya disebut JBKI adalahberat maksimum rangkaian kendaraan bermotor berikut muatannya yangdiizinkan berdasarkan kelas jalan yang dilalui.

    29. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden RepublikIndonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945.

    30. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerahsebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

    31. Menteri adalah pembantu Presiden yang memimpin kementerian negara danbertanggung jawab atas urusan pemerintahan di bidang Jalan, bidang sarana danPrasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, bidang industri, bidangpengembangan teknologi, atau bidang pendidikan dan pelatihan.

    BAB II

    JENIS DAN FUNGSI KENDARAAN

    Pasal 2

    Kendaraan terdiri atas:

    a. Kendaraan Bermotor; danb. Kendaraan Tidak Bermotor.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    5

    Pasal 3

    (1) Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf adikelompokkan berdasarkan jenis:a. sepeda motor;b. mobil penumpang;c. mobil bus;d. mobil barang; danpenjelasan ayat (1) huruf dTermasuk dalam pengertian mobil barang setiap kendaraan bermotor selain dariyang termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.e. kendaraan khusus.

    (2) Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c danhuruf d , dikelompokan berdasarkan fungsi:a. Kendaraan Bermotor perseorangan; danb. Kendaraan Bermotor umum.

    (3) Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikelompokanberdasarkan peruntukan:a. kendaraan untuk angkutan orang; danb. kendaraan untuk angkutan barang.

    Pasal 4

    (1) Kendaraan tidak bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b.dikelompokkan dalam:a. Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga orang; danb. Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga hewan.

    (2) Kendaraan tidak bermotor yang digerakkan oleh tenaga orang sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a, antara lain :a. sepeda;b. becak;c. kereta dorong atau kereta tarik.

    (3) Kendaraan tidak bermotor yang digerakkan oleh tenaga hewan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b, antara lain :a. delman; ataub. cikar.

    Pasal 5

    (1) Kendaraan Bermotor untuk mengangkut orang sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 ayat (3) huruf a, dirancang dengan ruang untuk pengemudi dan ruanguntuk penumpang.

    (2) Kendaraan Bermotor untuk mengangkut barang sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 ayat (3) huruf b, dirancang dengan ruang untuk mengangkut orang danruang untuk mengangkut barang terpisah dengan penyekat atau dinding.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    6

    penjelasan ayat (2)yang dimaksud dengan ruang untuk mengangkut barang adalah berbentuk bakmuatan terbuka atau bak muatan tertutup (box).

    Pasal 6

    (1) Kendaraan Bermotor jenis sepeda motor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3ayat (1) huruf a, meliputi :

    a. Kendaraan Bermotor roda 2 (dua) dengan atau tanpa rumah-rumah;b. Kendaraan Bermotor roda 2 (dua) dengan atau tanpa kereta samping;c. Kendaraan Bermotor roda 3 (tiga) tanpa rumah-rumah.

    (2) Kendaraan Bermotor jenis Mobil Penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 ayat (1) huruf b, meliputi :

    a. Mobil Penumpang sedan, yang memiliki 3 (tiga) ruang yang terdiri dari:1. ruang mesin;2. ruang pengemudi dan penumpang;3. ruang bagasi.penjelasanterpisah secara permanen atau tidak permanen yaitu ruang mesin di bagiandepan atau belakang, terpisah secara permanen atau tidak permanen ruangpengemudi dan penumpang di bagian tengah, dan ruang bagasi di bagianbelakang atau depan.

    b. Mobil Penumpang bukan sedan yang memiliki 2 (dua) ruang yang terdiri dari:1. ruang mesin;2. ruang pengemudi, ruang penumpang dan/atau bagasi.penjelasan mobil penumpang bukan sedan yang memiliki 2 (dua) ruang yang dirancang

    terpisah secara permanen atau tidak permanen yaitu ruang mesin di bagiandepan atau belakang, ruang pengemudi dan penumpang dan/atau bagasi.

    pengertian bukan sedan antara lain Sport Utility Vehicle, Station Wagon, MultyPurpose Vehicle, Hatch Back, All Purpose Vehicle.

    c. Mobil Penumpang lainnya yang dirancang untuk keperluan khusus.Penjelasan huruf cyang dimaksud dengan mobil penumpang lainnya contoh mobil ambulance, mobiljenazah.

    (3) Mobil Bus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf c, meliputi :

    a. mobil bus kecil, yang dirancang khusus, dengan jumlah berat yangdiperbolehkan (JBB) lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) sampai dengan5.000 (lima ribu) kilogram dan jumlah tempat duduk lebih dari 8 (delapan)orang termasuk pengemudi dan tinggi kendaraan tidak boleh lebih dari 1,7(satu koma tujuh) kali lebar kendaraannya;

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    7

    b. mobil bus sedang, yang dirancang, dengan jumlah berat yang diperbolehkan(JBB) lebih dari 5.000 (lima ribu) sampai dengan 8.000 (delapan ribu) kilogram,ukuran panjang keseluruhan tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeterdan ukuran lebar keseluruhan tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus)milimeter dan tinggi kendaraan tidak boleh lebih dari 1,7 (satu koma tujuh)kali lebar kendaraannya;

    c. mobil bus besar, yang dirancang dengan jumlah berat yang dibolehkan (JBB)lebih dari 8.000 (delapan ribu) sampai dengan 16.000 (enam belas ribu)kilogram, ukuran panjang keseluruhan kendaraan bermotor lebih dari 9.000(sembilan ribu) milimeter sampai dengan 12.000 (dua belas ribu) milimeter danukuran lebar keseluruhan tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeterdan tinggi kendaraan tidak lebih dari 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeterdan tidak boleh lebih dari 1,7 (satu koma tujuh) kali lebar kendaraannya;

    d. mobil bus maxi, yang dirancang dengan jumlah berat yang dibolehkan (JBB)lebih dari 16.000 (enam belas ribu) kilogram sampai dengan 24.000 (dua puluhempat ribu) kilogram, ukuran panjang keseluruhan lebih dari 12.000 (duabelas ribu) milimeter sampai dengan 13.500 (tiga belas ribu lima ratus)milimeter dan ukuran lebar keseluruhan tidak melebihi 2.500 (dua ribu limaratus) milimeter dan tinggi kendaraan tidak lebih dari 4.200 (empat ribu duaratus) milimeter dan tidak boleh lebih dari 1,7 (satu koma tujuh) kali lebarkendaraannya;

    e. mobil bus gandeng yang dirancang dengan jumlah berat kombinasi yangdibolehkan (JBKB) sekurang-kurangnya 22.000 (dua puluh dua ribu) kilogramsampai dengan 26.000 (dua puluh enam ribu) kilogram dan/atau ukuranpanjang keseluruhan lebih dari 13.500 (tiga belas ribu lima ratus) milimetersampai dengan 18.000 (delapan belas ribu) milimeter dan ukuran lebarkeseluruhan tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter dan tinggikendaraan tidak lebih dari 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan tidakboleh lebih dari 1,7 (satu koma tujuh) kali lebar kendaraannya;

    f. mobil bus tempel yang dirancang dengan jumlah berat kombinasi yangdibolehkan (JBKB) sekurang-kurangnya 22.000 (dua puluh dua ribu) kilogramsampai dengan 26.000 (dua puluh enam ribu) kilogram dan/atau ukuranpanjang keseluruhan lebih dari 13.500 (tiga belas ribu lima ratus) milimetersampai dengan 18.000 (delapan belas ribu) milimeter dan ukuran lebarkeseluruhan tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter dan tinggikendaraan tidak lebih dari 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan tidakboleh lebih dari 1,7 (satu koma tujuh) kali lebar kendaraannya;

    g. mobil bus tingkat yang dirancang dengan jumlah berat yang dibolehkan (JBB)sekurang-kurangnya 21.000 (dua puluh satu ribu) kilogram sampai dengan24.000 (dua puluh empat ribu) kilogram dan/atau ukuran panjangkeseluruhan sekurang-kurangnya 9.000 (sembilan ribu) milimeter sampaidengan 13.500 (tiga belas ribu lima ratus) milimeter, ukuran lebar keseluruhantidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter dan ukuran tinggi mobilbus tingkat tidak lebih dari 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter.catatan:perlu dirumuskan kembali, contoh: bus kecil dengan jumlah tempat dudukmaksimal 16, bus sedang dengan jumlah tempat duduk maksimal 32, bus besar

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    8

    dengan jumlah tempat duduk maksimal 58....dan disesuaikan dengan RPPtentang Angkutan

    (4) Mobil barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d, meliputi:

    a. mobil barang bak muatan terbuka;penjelasan huruf a:yang dimaksud dengan mobil barang bak muatan terbuka adalah antara lainseperti dump truck, non dump truck, flat deck, mobil barang kabin ganda.

    Penjelasan :yang dimaksud dengan mobil barang kabin adalah:mobil barang kabin ganda(double cabin), yang dirancang memiliki 2 (dua) baris tempat duduk pengemudidan penumpang dengan ruang barang yang terpisah secara permanendan/atau tidak permanen oleh dinding atau sekat;

    b. mobil barang bak muatan tertutup;penjelasan huruf b :yang dimaksud dengan mobil barang bak muatan tertutup adalah antara lainseperti box, wing box, box freezer, mobil barang kabin ganda.dll

    c. mobil barang tangki;

    penjelasanyang dimaksud mobil barang tangki adalah mobil yang dirancang untukmengangkut barang cairan, barang curah, atau gas.yang dimaksud dengan mobil barang khusus adalah angkutan yangmembutuhkan mobil barang yang dirancang khusus untuk mengangkut bendayang berbentuk curah, cair, dan gas, peti kemas, tumbuhan, hewan hidup,dan alat berat serta membawa barang berbahaya, antara lain:

    a. barang yang mudah meledak;b. gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau temperatur

    tertentu;c. cairan mudah menyala;d. padatan mudah menyala;e. bahan penghasil oksidan;f. racun dan bahan yang mudah menular;g. barang yang bersifat radioaktif; danh. barang yang bersifat korosif.

    d. kendaraan untuk menarik kereta tempelan;

    Catatan: Perlu dijelaskan definisi kendaraan untuk menarik kereta tempelan

    (5) Kendaraan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e,mempunyai fungsi dan dirancang bangun tertentu, antara lain:a. Kendaraan tank, panser, EOD (Explosive Ordinance Disposal, Commander

    Call Carrier, Security Barrier, kendaraan lapis baja yang digunakan untuktempur dan kendaraan yang dirancang khusus yang dimiliki oleh;

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    9

    b. Kendaraan water canon, Anti Personel Carrier (APC), EOD (ExplosiveOrdinance Disposal, dan Commander Call Carrier, Security Barrier, dankendaraan taktis lainnya yang dirancang khusus dan dimiliki olehKepolisian Negara Republik Indonesia;

    c. Kendaraan alat berat antara lain traktor, stoomwaltz, forklift, loader,excavator, buldozer, dan crane;

    d. kendaraan khusus penyandang cacat.

    Pasal 7

    Ketentuan lebih lanjut mengenai Fungsi Kendaraan Bermotor, diatur denganPeraturan Menteri yang bertanggung jawab dibidang Sarana dan Prasarana LaluLintas dan Angkutan Jalan, kecuali kendaraan khusus milik TNI dan Polrisebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (5) huruf a dan huruf b.

    BAB III

    PERSYARATAN TEKNIS DAN LAIK JALAN KENDARAAN BERMOTOR,

    KERETA GANDENGAN DAN KERETA TEMPELAN

    Bagian Kesatu

    Ketentuan Umum Persyaratan Teknis dan Laik Jalan

    Paragraf 1

    Persyaratan Teknis

    Pasal 8

    (1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus memenuhipersyaratan teknis.

    (2) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:a. susunan;b. perlengkapan;c. ukuran;d. karoseri;e. rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya;f. pemuatan;g. penggunaan;h. penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/ataui. penempelan Kendaraan Bermotor.

    Pasal 9

    (1) Ketentuan mengenai persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8berlaku bagi setiap jenis kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan kecualihuruf i untuk Kendaraan Bermotor jenis sepeda motor.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    10

    (2) Ketentuan mengenai pengecualian dan/atau penambahan terhadap pemenuhanpersyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikanterhadap:a. Kendaraan Bermotor untuk orang cacat;b. Kendaraan Bermotor yang dicoba di jalan dalam rangka penelitian;c. Kendaraan Bermotor yang menggunakan teknologi baru.

    Pasal 10

    Susunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a terdiri atas:

    a. rangka landasan;b. motor penggerak;c. sistem pembuangan;d. sistem penerus daya;e. sistem roda-roda;f. sistem suspensi;g. sistem kemudi;h. sistem rem;i. sistem lampu dan alat pemantul cahaya;j. komponen pendukung.

    Pasal 11

    (1) Setiap rangka landasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a harusmemenuhi persyaratan :a. dikonstruksi menyatu atau secara terpisah dengan badan kendaraan yang

    bersangkutan;b. dapat menahan seluruh beban, getaran dan goncangan kendaraan berikut

    muatannya, sebesar jumlah berat kendaraan yang diperbolehkan atau jumlahberat kombinasi kendaraan yang diperbolehkan;

    c. tahan terhadap korosi;d. dilengkapi dengan alat pengait di bagian depan dan bagian belakang kendaraan

    bermotor, kecuali sepeda motor.Penjelasan Ayat (1)Untuk mengetahui bahwa rangka landasan kendaraan bermotor memenuhipersyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, dapat dilakukanmelalui perhitungan-perhitungan teknis dengan menggunakan norma-normateknologi yang telah baku, atau melalui uji konstruksi, baik dengan menggunakanperalatan uji konstruksi maupun uji jalan.

    (2) Rangka landasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Kendaraanbermotor yang dirancang untuk menarik kereta gandengan atau kereta tempelan,dilengkapi dengan peralatan penarik yang dirancang khusus untuk itu.

    Pasal 12

    (1) Rangka landasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 harus dibubuhkannomor rangka landasan.penjelasanyang dimaksud dengan rangka landasan adalah rangka atau chassis ataulandasan.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    11

    (2) Nomor rangka landasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditempatkansecara permanen pada bagian tertentu rangka landasan dan mudah dilihat dandibaca serta ditulis dalam bentuk embos ke dalam atau keluar.Penjelasan Ayat (2)Nomor rangka landasan kendaraan bermotor harus dibubuhkan secara permanendan tidak dapat dihapus selama kendaraan bermotor yang bersangkutandioperasikan di jalan. Nomor rangka landasan kendaraan bermotor tersebutmerupakan identitas atau jati diri kendaraan yang bersangkutan. Oleh karena itu,untuk keperluan penulisan jati diri atau identitas kendaraan bermotor yangbersangkutan pada sertifikat regristasi, buku uji, surat tanda nomor kendaraanbermotor, dan buku pemilik kendaraan bermotor, maka setiap pembuat kendaraanbermotor melaporkan sistem penomoran dan lokasi penomoran rangkalandasannya.

    (3) Untuk rangka landasan yang menyatu dengan badan kendaraan, nomor rangkalandasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditempatkan pada bagian tertentubadan kendaraan secara permanen dan mudah dilihat serta dibaca.Penjelasan Ayat (3)Nomor rangka landasan yang dibubuhkan pada badan kendaraan bermotor harusmemenuhi persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

    Pasal 13

    (1) Rangka landasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, pada saat akandibuat melalui karoseri kendaraan bermotor harus sesuai peruntukannya.

    (2) Kendaraan bermotor jenis mobil penumpang dan mobil bus sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dan ayat (3) harus menggunakan rangkalandasan peruntukkan angkutan orang.

    (3) Kendaraan bermotor jenis mobil barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2ayat (3) huruf d harus menggunakan rangka landasan peruntukkan angkutanbarang.

    (4) Kendaraan bermotor jenis kendaraan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal2 ayat (3) huruf e dapat menggunakan rangka landasan peruntukkan angkutanbarang atau angkutan orang.

    Pasal 14

    Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis konstruksi rangka landasan,konstruksi rangka landasan yang dirancang untuk menarik kereta gandengan ataukereta tempelan, konstruksi pengait kendaraan bermotor, tata cara penomoranrangka landasan diatur dengan Peraturan Menteri yang bertanggung jawab dibidangSarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    12

    Pasal 15

    (1) Motor penggerak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b harusmemenuhi persyaratan:a. mempunyai daya untuk dapat mendaki pada jalan tanjakan dengan sudut

    kemiringan maksimum 8 (delapan derajat) dengan kecepatan minimum 20(dua puluh) kilometer per jam pada segala kondisi jalan;

    b. motor penggerak dapat dihidupkan dari tempat duduk pengemudi;

    c. motor penggerak kendaraan bermotor tanpa kereta gandengan atau keretatempelan, selain sepeda motor harus memiliki perbandingan antara daya danberat total kendaraan berikut muatannya sekurang-kurangnya sebesar 4,50(empat koma lima puluh) kilo Watt setiap 1.000 (seribu) kilogram dari jumlahberat yang diperbolehkan (JBB) atau jumlah berat kombinasi yangdiperbolehkan (JBKB);

    d. motor penggerak kendaraan bermotor yang digunakan untuk menarik keretagandengan, kereta tempelan, bus tempelan dan bus gandengan selain sepedamotor, harus memiliki perbandingan antara daya dan berat total kendaraanberikut muatannya sekurang-kurangnya sebesar 5,50 (lima koma lima puluh)kilo Watt setiap 1.000 (seribu) kilogram dari jumlah berat yang diperbolehkan(JBB) atau jumlah berat kombinasi yang diperbolehkan (JBKB);

    e. perbandingan antara daya motor penggerak dan berat kendaraan khusus atausepeda motor ditetapkan sesuai dengan kebutuhan lalu lintas dan angkutanserta kelas jalan;

    f. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir b, butir c, butir d, dan butir etidak berlaku untuk kendaraan bermotor yang dirancang dengan kecepatantidak melebihi 25 (dua puluh lima) kilometer per jam pada jalan datar.Penjelasan huruf f:yang dimaksud dengan tidak melebihi 25 kilometer per jam adalah mengacu keEEC No. 2002/24/EEC)

    (2) Motor penggerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan dalambeberapa jenis :a. motor bakar;

    penjelasan huruf ayang termasuk motor bakar adalah dengan bahan cair dan/atau gas.

    b. motor listrik;c. motor penggerak yang digerakan oleh gabungan 2 (dua) jenis motor penggerak

    di atas.

    Pasal 16

    (1) Pada setiap motor penggerak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, harusdibubuhkan nomor motor penggerak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.penjelasanyang dimaksud dengan motor penggerak sama dengan mesin atau engine

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    13

    (2) Nomor motor penggerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan secarapermanen pada bagian tertentu motor penggerak dan mudah diidentifikasi dalambentuk embos ke dalam atau keluar atau dalam bentuk lain.

    Pasal 17

    (1) Sistem pembuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c sekurang-kurangnya terdiri atas manifold, peredam suara, dan pipa pembuangan.

    (2) Sistem pembuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhipersyaratan:

    a. dirancang dan dibuat dari bahan yang cukup kuat sehingga memenuhiambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan;

    b. arah pipa pembuangan harus dibuat dengan posisi yang tidak mengganggupengguna jalan lain;penjelasan huruf b :yang dimaksud dengan pengguna jalan lain adalah termasuk orang yangsedang berdiri atau berjalan di pinggir jalan.

    c. gas buang dan asap dari sistem pembuangan kendaraan bermotor kecualisepeda motor diarahkan ke atas, ke belakang atau ke sisi kanan di sebelahbelakang ruang penumpang dengan sudut kemiringan tertentu terhadap garistengah kendaraan bermotor yang menjamin keselamatan;

    d. asap dari hasil pembuangan tidak boleh mengarah pada tangki bahan bakaratau roda pada sumbu belakang kendaraan;

    e. sistem pembuangan kendaraan pengangkut bahan yang mudah terbakar,diarahkan ke arah kanan bagian depan ruang pengemudi, dan untuk mobilbus diarahkan ke arah belakang pada sisi kanan;

    f. pipa pembuangan tidak melebihi sisi samping atau sisi belakang kendaraanbermotor.penjelasan huruf f:yang dimaksud dengan pipa pembuangan tidak boleh melebihi sisi samping atausisi belakang kendaraan bermotor adalah untuk menghindari terjadinyapusaran-pusaran (turbulensi) yang dapat mengakibatkan masuknya asap ataugas buang ke ruang penumpang, termasuk dalam hal ini pipa pembuangan yangtidak boleh terlalu pendek).

    Pasal 18

    (1) Sistem penerus daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d harus dapatdikendalikan dari tempat duduk pengemudi.Penjelasan ayat (1)Yang dimaksud dengan sistem penerus daya, gear box, transmisi atau persenelingadalah sistem untuk meneruskan tenaga dari mesin ke roda dapat berupa :a. sistem penerus daya otomatis;b. sistem penerus daya manual; dan/atauc. sistem penerus daya kombinasi otomatis dan manual.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    14

    (2) Sistem penerus daya sebagai dimaksud pada ayat (1) harus memungkinkankendaraan bermotor bergerak maju dengan satu atau lebih tingkat kecepatan danmemungkinkan bergerak mundur.

    (3) Keharusan untuk melengkapi sistem penerus daya yang memungkinkankendaraan bermotor dapat bergerak mundur sebagaimana dimaksud pada ayat(2) tidak berlaku untuk :a. Sepeda Motor, baik dengan atau tanpa kereta samping;b. Sepeda Motor beroda tiga yang roda-rodanya dipasang semetris terhadap

    bidang tengah arah memanjang, yang memiliki jumlah berat yangdiperbolehkan (JBB) maksimum 400 kg (empat ratus kilogram).

    Pasal 19

    (1) Sistem roda-roda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf e terdiri atas :a. roda-roda; danb. sumbu roda.

    (2) Roda-roda sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,berupa pelek dan ban bertekanan serta sumbu-sumbu atau gabungan sumbudan roda yang dapat menjamin keselamatan.Penjelasan ayat (2) :yang dimaksud dengan ban bertekanan adalah ban yang berongga yang dapatdiisi dengan gas.Sumbu-sumbu roda kendaraan bermotor, kereta gandengan dan kereta tempelanharus dihitung dan dirancang atau dibuat sedemikian rupa sehingga mampumemikul beban dinamis kendaraan sebesar jumlah berat yang diperbolehkan(JBB). Untuk dapat memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadappenggunaan ban-ban dan pelek-pelek pada kendaraan bermotor, kereta gandengandan kereta tempelan, besarnya beban yang diperbolehkan untuk masing-masingukuran ban, dikaitkan dengan tekanan kerja ban, cara pemasangan, dan tingkatkeausan serta kerusakannya. Dengan demikian maka dapat diketahui secarapasti, kapan ban-ban dan pelek-pelek tersebut boleh digunakan pada kendaraandan kapan tidak boleh digunakan lagi.

    (3) Ban-ban bertekanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memiliki adesiyang cukup, baik pada jalan kering maupun jalan basah.Penjelasan ayat (3):Dalam hal kendaraan bermotor, kereta gandengan, atau kereta tempelan yangdirancang dan dibuat untuk mengangkut beban tertentu sebesar jumlah berat yangdiperbolehkan ternyata beban pada masing-masing sumbu tunggalnya melebihikemampuan kelas jalan yang akan dilalui, maka kendaraan tersebut harusdikonstruksi dengan menggunakan sumbu ganda atau lebih, disesuaikan dengankelas jalan yang dilalui.

    (4) Ukuran roda berupa pelek dan ban-ban bertekanan sebagaimana dimaksud padaayat (2) yang digunakan pada kendaraan bermotor harus memiliki ukuran dankemampuan yang disesuaikan dengan Jumlah berat kendaraan bermotor berikutmuatannya yang diperbolehkan.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    15

    penjelasan ayat (4)Tidak diperbolehkan mengganti roda yang tidak sesuai dengan ukuransebagaimana dimaksud pada ayat (3).

    Pasal 20

    (1) Rancangan sumbu dan roda dan/atau gabungan sumbu dan roda berikut roda-rodanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2), harus memperhatikankelas jalan yang akan dilalui.

    (2) Kendaraan bermotor, kereta gandengan dan kereta tempelan baru, harusmenggunakan sumbu dan roda yang memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.

    Pasal 21

    Sistem suspensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf f berupa penyanggayang mampu menahan beban, getaran dan kejutan untuk menjamin keselamatan danperlindungan terhadap jalan.penjelasan ayat (1)Kemajuan teknologi memungkinkan banyaknya jenis sistem suspensi yang dapatdigunakan pada kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan. Namundemikian, belum tentu seluruh jenis sistem suspensi tersebut cocok untuk digunakan diIndonesia. Oleh karena itu, untuk kepentingan keselamatan lalu lintas dan angkutanjalan dapat ditetapkan jenis-jenis suspensi berupa penyangga yang boleh digunakan diIndonesia. Jenis penyangga antara lain berupa pegas daun, penyangga hidrolis, danpenyangga pneumatis.

    Pasal 22

    (1) Sistem kemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf g meliputi:a. roda kemudi atau stang kemudi; danb. batang kemudi.penjelasan ayat (1) :sistem kemudi yang dipasang dalam kendaraan bermotor berfungsi untukmengendalikan arah gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan.sistem kemudi yang dipasang dalam kendaraan bermotor berfungsi untukmengendalikan arah gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan. Roda kemudidigunakan untuk mobil penumpang, mobil bus, mobil barang dan kendaraankhusus, sedangkan stang digunakan untuk sepeda motor roda dua atau roda tiga.

    (2) Sistem kemudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhipersyaratan :a. dapat digerakkan dengan tenaga yang wajar;b. perancangan, pembuatan dan pemasangan batang kemudi dan roda kemudi

    tidak menimbulkan bahaya bagi pengemudi.

    (3) Sistem kemudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilengkapi dengantenaga bantu untuk dapat membantu pengemudi dalam mengendalikankendaraan.penjelasan ayat (3):

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    16

    Dengan ketentuan apabila tenaga bantu (power steering) tersebut tidak bekerjamaka kendaraan bermotor tersebut harus tetap dapat dikemudikan dengan tenagayang wajar.Sistem kemudi yang dilengkapi dengan tenaga bantu harus dapat menurunkankinerjanya seakan akan tidak dilengkapi dengan alat bantu apabila kendaraanbermotor tersebut bergerak dengan kecepatan meningkat yang tidak sesuai dengankecepatan normal.

    Pasal 23

    Sistem rem sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf h berupa peralatanpengereman yang meliputi :a. rem utama; danb. rem parkir.

    Pasal 24

    Kendaraan Bermotor dengan transmisi otomatis (automatic transmission) harusdilengkapi dengan sistem yang dapat menurunkan putaran mesin ke kondisi yangmenjamin keselamatan pada saat dilakukan pengereman.penjelasan :yang dimaksud dengan menjamin keselamatan antara lain menggunakan alat yangmengembalikan putaran mesin dalam kondisi idle (brake to idle override).

    Pasal 25

    Rem utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a harus memenuhipersyaratan :

    a. rem utama ditempatkan dekat dengan pengemudi sehingga pengemudi dapatmengendalikan kecepatan dan memberhentikan kendaraan bermotor dari tempatduduknya tanpa melepaskan tangannya dari roda kemudi atau stang kemudi;

    b. bekerja pada semua roda kendaraan sesuai dengan besarnya beban pada masing-masing sumbu, baik kendaraan bermotor yang berdiri sendiri maupun kendaraanbermotor yang dirangkaikan dengan kereta gandengan atau kereta tempelan;

    c. dalam hal ada bagian rem utama yang tidak berfungsi, rem tersebut harus dapatbekerja sekurang-kurangnya pada roda-roda yang bersebelahan pada satu sumbudan dapat digunakan untuk memperlambat dan menghentikan kendaraan.

    Pasal 26

    Rem parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b harus memenuhipersyaratan :a. rem parkir yang dikendalikan dari ruang pengemudi dan mampu menahan posisi

    kendaraan dalam keadaan berhenti baik pada jalan datar, tanjakan maupunturunan;

    b. dilengkapi dengan pengunci yang bekerja secara mekanis atau sistem lain sesuaiperkembangan teknologi.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    17

    Pasal 27

    Sistem lampu-lampu dan alat pemantul cahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal10 huruf i meliputi :a. lampu utama dekat, warna putih, atau kuning muda;b. lampu utama jauh, warna putih, atau kuning muda;c. lampu penunjuk arah, warna kuning tua dengan sinar kelap-kelip;d. lampu rem, warna merah;e. lampu posisi depan, warna putih atau kuning muda;f. lampu posisi belakang, warna merah;g. lampu mundur dengan warna putih atau kuning muda kecuali untuk sepeda

    motor;h. lampu penerangan tanda nomor kendaraan bermotor dibagian belakang kendaraan

    berwarna putih;i. lampu isyarat peringatan bahaya berwarna kuning tua dengan sinar kelap - kelip;j. lampu tanda batas secara berpasangan untuk kendaraan bermotor yang lebarnya

    lebih dari 2.100 (dua ribu seratus) milimeter berwarna putih atau kuning mudauntuk bagian depan dan berwarna merah untuk bagian belakang;

    k. pemantul cahaya berwarna merah secara berpasangan.

    Pasal 28

    Lampu utama dekat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a, dipasang secaraberpasangan berjumlah 2 (dua) buah dengan syarat :

    a. dipasang pada bagian muka kendaraan dan harus dapat menerangi jalan padamalam hari atau cuaca gelap;

    b. tepi terluar permukaan penyinaran lampu utama dekat, dipasang pada ketinggiantidak melebihi 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) millimeter dari permukaanjalan dan tidak boleh melebihi 400 (empat ratus) milimeter dari sisi bagian terluarkendaraan.

    Pasal 29

    Lampu utama jauh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b berjumlah genap,dengan syarat :

    a. dipasang pada bagian muka kendaraan dan harus dapat menerangi jalan padamalam hari atau cuaca gelap;

    b. tepi terluar permukaan penyinaran lampu utama jauh sebagaimana dimaksudpada huruf a, dipasang pada ketinggian tidak melebihi 1.250 (seribu dua ratuslima puluh) milimeter dari permukaan jalan dan tidak boleh lebih dekat ke sisibagian terluar kendaraan dibandingkan dengan tepi terluar permukaanpenyinaran lampu utama dekat.

    Pasal 30

    Lampu penunjuk arah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf c berjumlahgenap dan mempunyai sinar kelap-kelip, dengan syarat :

    a. dapat dilihat pada waktu siang atau malam hari oleh pengguna jalan lain;

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    18

    b. dipasang pada ketinggian tidak melebihi 1.500 (seribu lima ratus) milimeter disamping kiri dan kanan bagian muka kendaraan;

    c. dipasang pada ketinggian tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter disamping kiri dan kanan bagian belakang kendaraan; dan

    d. berjumlah sekurang-kurangnya 2 (dua) berpasangan pada bagian mukakendaraan dan 2 (dua) berpasangan pada bagian belakang kendaraan.

    Pasal 31

    Lampu rem sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf d berjumlah sekurang-kurangnya 2 (dua) buah, dengan syarat :

    a. mempunyai kekuatan cahaya lebih besar dari lampu posisi belakang dan tidakmenyilaukan bagi pengguna jalan lain;

    b. dipasang pada ketinggian tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter disamping kiri dan kanan bagian belakang kendaraan diukur pada ujung bagianatas lampu;

    c. diperbolehkan menggunakan 1 (satu) lampu rem tambahan.penjelasan huruf c :yang dimaksud dengan lampu rem tambahan yaitu antara lain seperti hi-mountstop lamp yang dipasang di bagian dalam kaca belakang, di spoiler belakangkendaraan dan sebagainya).Catatan : Sesuai dengan Ergonomis posisi mata pengendara melihat ketinggian lampu. Ketentuan UN-ECE R48 INSTALLATION OF LIGHT MAXIMUM HEIGHT 2.100 mm Susunan lampu dengan ketinggian maksimum 2.100 mm berbentuk vertical

    Lampu dengan susunan vertical, lampu paling atas adalah lampu posisi

    Pasal 32

    Lampu posisi depan sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 huruf e berjumlah 2 (dua),dengan syarat :

    a. dipasang di bagian depan;b. dapat bersatu dengan lampu utama dekat;c. dipasang pada ketinggian tidak melebihi 1.250 (seribu dua ratus lima puluh)

    milimeter dan harus dapat dilihat pada malam hari dengan cuaca cerah dan tidakmenyilaukan pengguna jalan lainnya;

    d. tepi terluar permukaan penyinaran lampu posisi depan, tidak melebihi 400(empat ratus) milimeter dari sisi bagian terluar kendaraan.

    Pasal 33

    Lampu posisi belakang sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 huruf f berjumlahgenap, dengan syarat :

    a. dipasang pada ketinggian tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter disamping kiri dan kanan bagian belakang kendaraan. dan harus dapat dilihatpada malam serta tidak menyilaukan pengguna jalan lain;

    b. tepi terluar permukaan penyinaran lampu posisi belakang tidak melebihi 400(empat ratus) milimeter dari sisi bagian terluar kendaraan.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    19

    Pasal 34

    Lampu mundur sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 huruf g berjumlah 2 (dua),dengan syarat :

    a. dipasang pada ketinggian tidak melebihi 1.200 (seribu dua ratus) milimeter disamping kiri dan kanan bagian belakang kendaraan;

    b. tidak menyilaukan atau mengganggu pengguna jalan lain;c. hanya menyala apabila penerus daya digunakan untuk posisi mundur;d. dilengkapi tanda bunyi mundur untuk kendaraan dengan jumlah berat yang

    diperbolehkan (JBB) lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

    Pasal 35

    Lampu penerangan tanda nomor Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalamPasal 27 huruf h, dipasang di bagian belakang dengan baik sehingga dapat menerangitanda nomor kendaraan pada malam hari dengan cuaca cerah dan dapat dibaca padajarak sekurang kurangnya 50 (lima puluh) meter dari belakang.

    Pasal 36

    Lampu isyarat peringatan bahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf imenggunakan lampu penunjuk arah yang menyala secara bersamaan dengan sinarkelap-kelip.

    Pasal 37

    Lampu tanda batas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf j secaraberpasangan bagi kendaraan yang memiliki lebar lebih dari 2.100 (dua ribu seratus)milimeter, dengan syarat :

    a. dipasang di bagian depan kiri atas dan kanan atas kendaraan; danb. dipasang di bagian belakang kiri atas dan kanan atas kendaraan.

    Pasal 38

    Alat pemantul cahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf k dipasangsecara berpasangan dengan syarat :

    a. harus dapat dilihat oleh pengemudi kendaraan lain yang berada di belakangnyapada malam hari dengan cuaca cerah dari jarak sekurang-kurangnya 100 (seratus)meter apabila pemantul cahaya tersebut disinari lampu utama kendaraandibelakangnya;

    b. dipasang di bagian belakang kendaraan bermotor pada ketinggian tidak melebihi1.500 (seribu lima ratus) milimeter;

    c. tepi bagian terluar pemantul cahaya tidak melebihi 400 (empat ratus) milimeterdari sisi terluar kendaraan;

    d. berbentuk segitiga untuk kendaraan gandengan dan tempelan.

    Pasal 39

    (1) Kendaraan bermotor dapat dilengkapi dengan lampu kabut yang berjumlah palingbanyak 2 (dua) buah dipasang di bagian depan kendaraan.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    20

    (2) Lampu kabut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengeluarkan cahayaberwarna putih atau kuning, dengan syarat :

    a. titik tertinggi permukaan penyinaran tidak melebihi titik tertinggi permukaanpenyinaran dari lampu utama dekat;

    b. dipasang pada ketinggian tidak melebihi 800 (delapan ratus) milimeter;c. tepi terluar permukaan penyinaran lampu kabut tidak melebihi 400 (empat

    ratus) milimeter dari sisi terluar kendaraan;d. tidak menyilaukan atau mengganggu pengguna jalan lain pada saat digunakan.

    Pasal 40

    Ketentuan lebih lanjut mengenai lampu lampu kendaraan bermotor dan pemantulcahaya diatur dengan Peraturan Menteri yang bertanggung jawab di bidang Saranadan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

    Pasal 41

    Komponen pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf j meliputi :

    a. pengukur kecepatan (speedometer);b. kaca spion;c. penghapus kaca kecuali sepeda motor;d. klakson;e. spakbor; danf. bumper kecuali sepeda motor.

    Pasal 42

    Pengukur kecepatan (speedometer) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf a,dilengkapi dengan pengukur jarak dan dipasang pada tempat yang mudah dilihat olehpengemudi, berupa alat pengukur kecepatan mekanis dan/atau alat pengukurkecepatan elektronis.

    Pasal 43

    Kaca spion kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf b,harus memenuhi syarat :a. berjumlah dua buah atau lebih;b. dibuat dari kaca atau bahan menyerupai kaca, yang terpasang sedemikian rupa

    sehingga dapat memberikan pandangan samping dan belakang dengan jelas.

    Pasal 44

    (1) Penghapus kaca sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf c, harusmemenuhi persyaratan :a. sekurang-kurangnya berjumlah satu buah dipasang di bagian kaca depan;b. dilengkapi alat penyemprot kaca;c. digerakkan secara mekanis dan/atau elektronis.

    (2) Penghapus kaca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mampumembersihkan bagian kaca depan dengan cukup luas sehingga pengemudimempunyai pandangan yang jelas ke jalan.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    21

    Pasal 45

    Klakson sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf d, harus mengeluarkan bunyipaling rendah 83 (delapan puluh tiga) desibel (A) dan paling tinggi 118 (seratusdelapan belas) desibel (A).catatan :tingkat suara paling rendah 83 (delapan puluh tiga) dan paling tinggi 118 (seratusdelapan belas) desibel (A) akan diatur lebih lanjut sesuai dengan kategorikendaraannya.

    Pasal 46

    (1) Spakbor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf e, harus memiliki lebarpaling sedikit selebar telapak ban.

    (2) Spakbor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mampu mengurangipercikan air atau lumpur ke belakang kendaraan, ataupun badan kendaraan.

    Pasal 47

    (1) Bumper sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf f, harus memenuhipersyaratan:a. dipasang di depan dan belakang untuk mobil penumpang, mobil bus dan

    mobil barang berbentuk tangki;b. dipasang di depan untuk mobil barang.

    (2) Bumper depan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh menonjol kedepan lebih dari 500 mm (lima ratus milimeter) melewati bagian badan kendaraanyang paling depan.

    Pasal 48

    Ketentuan lebih lanjut mengenai komponen pendukung diatur dengan PeraturanMenteri yang bertanggung jawab di bidang Sarana dan Prasarana Lalu Lintas danAngkutan Jalan.

    Pasal 49

    Perlengkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b terdiri atas:

    a. sabuk keselamatan;b. ban cadangan;c. segitiga pengaman;d. dongkrak;e. pembuka roda;f. helm dan rompi pemantul cahaya bagi pengemudi Kendaraan Bermotor beroda

    empat atau lebih yang tidak memiliki rumah-rumah; dang. peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    22

    Pasal 50

    Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan dilarang memasangperlengkapan yang dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas.

    Pasal 51

    (1) Untuk kepentingan tertentu, Kendaraan Bermotor dapat dilengkapi dengan lampuisyarat dan/atau sirene.

    (2) lampu isyarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :a. Rotasi atau stasioner yaitu lampu peringatan khusus yang berkedip dengan

    memancarkan cahaya di sekeliling sumbu vertikal (Kategori T).b. Lampu flashing (Strobo) / directional flashing lamp yaitu lampu

    peringatan khusus yang memancarkan cahaya kedap-kedip dengan arah suduttertentu (Kategori X).

    c. Bar Lengkap (complete bar) yaitu lampu peringatan khusus dengan dua ataulebih sistem optik yang memancarkan cahaya berkedip di sekeliling sumbuvertikal.

    Catatan :Refrensi UN-ECE R65

    (3) lampu isyarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dipasang dibagianatas kabin kendaraan sedemikian rupa sehingga dapat memancarkan cahayasecara efektif.Penjelasan :Pemasangan lampu tersebut dapat dipasang secara permanen maupun dapatdipindah-pindahkan

    (4) lampu isyarat sebagaimana pada ayat (2) huruf b dan c dipasang dibagian ataskabin kendaraan pada sumbu horizontal sejajar dengan bidang medianlongitudinal kendaraan.

    (5) lampu isyarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:a. terlihat di siang hari dari jarak sedikitnya 200 (dua ratus) meter dari segala

    arah;b. posisi lampu yang berbentuk batang memanjang harus terpasang melintang

    dan diletakkan diatas atap kendaraan bagian luar.

    (6) Panjang lampu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b tidak boleh melebihilebar kabin kendaraan.

    (7) sirene sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:a. dapat mengeluarkan suara hee hawsecara terus menerus seperti suara

    meratap;b. dalam keadaan darurat dapat mengeluarkan suara whooping

    Pasal 52

    (1) Lampu isyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 terdiri atas warna :a. merah;

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    23

    b. biru; danc. kuning.

    (2) Lampu isyarat warna merah atau biru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa dan huruf b serta sirene sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1)berfungsi sebagai tanda Kendaraan Bermotor yang memiliki hak utama.

    (3) Lampu isyarat warna kuning sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf cberfungsi sebagai tanda peringatan kepada Pengguna Jalan lain.

    (4) Penggunaan lampu isyarat dan sirene sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat(1) sebagai berikut:a. lampu isyarat warna biru dan sirene digunakan untuk Kendaraan Bermotor

    petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia;b. lampu isyarat warna merah dan sirene digunakan untuk Kendaraan Bermotor

    tahanan, pengawalan Tentara Nasional Indonesia, pemadam kebakaran,ambulans, palang merah, rescue, dan jenazah; dan

    c. lampu isyarat warna kuning tanpa sirene digunakan untuk KendaraanBermotor patroli jalan tol, pengawasan sarana dan Prasarana Lalu Lintas danAngkutan Jalan, perawatan dan pembersihan fasilitas umum, menderekKendaraan, dan angkutan barang khusus.

    Pasal 53

    Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan lampu isyarat dan sirenediatur dengan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

    Pasal 54

    (1) Sabuk keselamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf a wajibdipasang di tempat duduk pengemudi dan tempat duduk penumpang di sampingtempat duduk pengemudi.

    (2) Sabuk keselamatan dapat dipasang di tempat duduk penumpang selainsebagaimana dimaksud pada ayat (1).

    (3) Sabuk keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhipersyaratan :a. paling sedikit berjumlah 3(tiga) jangkar untuk tempat duduk pengemudi dan

    tempat duduk penumpang paling pinggir di samping pengemudi serta palingsedikit berjumlah 2 (dua) jangkar untuk tempat duduk penumpang lainnya;

    b. tidak mempunyai tepi-tepi yang tajam yang dapat melukai pemakai;c. dipasang sedemikian sehingga tidak ada benda atau peralatan lain yang

    mengganggu fungsinya;d. kepala pengunci harus dapat dioperasikan dengan mudah.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    24

    Pasal 55

    Ban cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf b harus memenuhipersyaratan:a. memiliki ukuran yang sama dengan ban yang terpasang pada kendaraan

    tersebut; ataub. memiliki ukuran lebar tapak yang berbeda dengan ban yang terpasang pada

    kendaraan tersebut tetapi memiliki diameter keseluruhan sama.Penjelasan : yang dimaksud dengan ban cadangan adalah ban yang bertekanan Ban cadangan yang dimaksud huruf b hanya untuk digunakan sementara waktu

    (temporary spare tire) dan dilengkapi pemberian informasi dalam bahasa Indonesia(kecepatan max 60 km/jam pada sisi bagian luar pelek dan warna pelek temporaryspare tire dapat berbeda dengan pelek pada ban normal (UNECE R 64)

    Pasal 56

    (1) Segitiga pengaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf c minimalberjumlah 2 (dua) buah.

    (2) Segitiga pengaman berwarna merah dan bersifat memantulkan cahaya (reflektif).

    Pasal 57

    Dongkrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf d paling sedikit harusmampu mengangkat muatan sumbu sesuai dengan muatan sumbu terberatkendaraan bermotor yang digunakan.

    Pasal 58

    Pembuka roda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf e harus mampumembuka roda kendaraan bermotor yang digunakan dan tidak merusak komponenyang ada pada roda.

    Pasal 59

    (1) Helm sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf f harus memenuhi StandarNasional Indonesia (SNI).

    (2) Rompi pemantul cahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf f harusmampu memantulkan cahaya, kuat dan tahan terhadap cuaca tertentu.

    (3) Setiap sepeda motor dengan atau tanpa kereta samping, wajib dilengkapi denganhelm sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pengemudi dan penumpangnya.

    Pasal 60

    Peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) sebagaimana dimaksud dalamPasal 48 huruf g paling sedikit terdiri dari :a. obat antiseptic;b. kain kassa (Perban);c. kapas;d. plester.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    25

    Pasal 61

    Ketentuan lebih lanjut mengenai perlengkapan kendaraan diatur dengan PeraturanMenteri yang bertanggung jawab dibidang sarana dan prasarana Lalu Lintas danAngkutan Jalan.

    Pasal 62

    Ukuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf c merupakan dimensiutama Kendaraan Bermotor yaitu panjang, lebar, tinggi, julur depan (front over hang),julur belakang (rear over hang), dan sudut pergi (departure angle).

    Pasal 63

    (1) Ukuran Kendaraan Bermotor, dengan atau tanpa muatan harus memenuhi syarat:a. lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter;

    Penjelasan :walaupun lebar 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, bukan berarti semuakendaraan boleh memiliki lebar maksimum 2.500 (dua ribu lima ratus)milimeter tergantung dari lebar chassis asli dari pabrik pembuat dan hanyaboleh ditambah dengan maksimal 50 milimeter ke kiri dan ke kananYang dimaksud dengan lebar maksimum adalah lebar terluar yang termasukengsel-engsel, handle bak muatan. Namun tidak termasuk kaca spion di bagianluar kendaraan bermotor.

    b. tinggi tidak melebihi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan tidak lebihdari 1,7 (satu koma tujuh) kali lebar kendaraan;

    c. panjang tidak melebihi :1. 12.000 (dua belas ribu) milimeter untuk kendaran bermotor tanpa kereta

    gandengan atau kereta tempelan dan jenis mobil barang yang memilikisumbu paling sedikit 4 (empat) sumbu;

    2. 13.700 (tiga belas ribu tujuh ratus) millimeter untuk mobil bus yangmemiliki paling sedikit 3 (tiga) sumbu;

    3. 18.000 (delapan belas ribu) milimeter untuk Kendaraan Bermotor yangdilengkapi dengan kereta gandengan atau kereta tempelan.

    d. sudut pergi bagian belakang bawah kendaraan sekurang-kurangnya 8(delapan derajat) diukur dari atas permukaan bidang atau jalan yang rata.

    e. jarak bebas (ground clearence) antara bagian permanen paling bawahkendaraan bermotor dengan permukaan bidang atau jalan yang rata.

    (2) Panjang bagian kendaraan tanpa muatan yang menjulur ke belakang dari sumbupaling belakang, maksimum 62,50 % (enam puluh dua koma lima puluh persen)dari jarak sumbunya (wheel base), sedangkan yang menjulur ke depan dari sumbupaling depan, maksimum 47,50 % (empat puluh tujuh koma lima puluh persen)dari jarak sumbunya.penjelasan ayat (2) : yang dimaksud dengan jarak sumbu (wheel base) kendaraan bermotor adalah

    jarak yang dihitung dari sumbu depan ke titik tengah diantara sumbu terdekat

    AriefHighlight

    AriefHighlight

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    26

    dengan sumbu depan dengan sumbu yang paling jauh kecuali untuk kendaraan2 (dua) sumbu, jarak sumbunya dihitung dari jarak sumbu depan ke sumbubelakang

    yang dimaksud dengan jarak sumbu (wheel base) kendaraan bermotor yangmemiliki lebih dari satu steering axle maka yang merupakan sumbu terdepanadalah steering axle yang paling depan

    yang dimaksud dengan jarak sumbu (wheel base) untuk kereta tempelan adalahjarak yang dihitung dari king pin ke titik tengah diantara sumbu terdekat dengansumbu depan dengan sumbu yang paling jauh

    yang dimaksud dengan jarak sumbu untuk kereta gandengan adalahjarak yangdihitung dari sumbu depan ke titik tengah diantara sumbu terdekat dengansumbu depan dengan sumbu yang paling jauh

    walaupun panjang bagian kendaraan tanpa muatan yang menjulur ke belakangdari sumbu paling belakang, maksimum 62,50 %, bukan berarti semuakendaraan memiliki julur belakang 62,50 %, tergantung dari panjang chassis aslidari pabrik pembuat dan hanya boleh ditambah dengan bumper.

    (3) Dalam hal kendaraan bermotor yang memiliki tinggi total lebih dari 3.500 (tigaribu lima ratus) milimeter, wajib dilengkapi dengan tanda peringatan mengenaitinggi kendaraan.

    (4) Tanda peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa tulisan yangmudah dilihat oleh pengemudi di dalam ruang pengemudi.

    Pasal 64

    (1) Bak muatan mobil barang terdiri atas :a.bak muatan terbuka; danb.bak muatan tertutup.

    (2) Ukuran bak muatan mobil barang dengan atau tanpa muatan tergantung padakonfigurasi sumbu, Jumlah Berat yang diperBolehkan (JBB), Jumlah Berat yangdiIzinkan (JBI), kelas jalan yang dilalui dan spesifikasi tipe landasan kendaraanbermotor.

    (3) Bak muatan terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, harusmemenuhi persyaratan antara lain:a. panjang, lebar dan tinggi ukuran bak muatan harus sesuai dengan spesifikasi

    teknis kendaraan bermotor, daya angkut dan massa jenis barang yangdiangkut;

    b. panjang maksimum bak muatan ditentukan oleh jarak minimum antaradinding terluar kabin bagian belakang dengan dinding terluar bak muatanbagian depan untuk kendaraan bermotor dengan sumbu belakang tunggal150 (seratus lima puluh) milimeter dan untuk kendaraan dengan sumbubelakang ganda atau lebih adalah 200 (dua ratus) milimeter;

    c. dinding terluar bak muatan bagian belakang tidak boleh melebihi ujunglandasan/chassis bagian belakang kecuali untuk dump truck.

    AriefHighlight

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    27

    Penjelasan :Yang dimaksud dengan dinding terluar bak muatan bagian belakang adalahtidak termasuk engsel-engsel bak atau handle pintu bagian belakang bakmuatan.

    d. lebar bak muatan terbuka maksimum adalah lebar ban terluar pada sumbukedua atau sumbu belakang kendaraan ditambah maksimum 50 milimeterpada sisi kiri dan kanan, serta nilai tersebut tidak lebih besar dari lebar kabinditambah 100 milimeter pada sisi kiri dan kanan;

    e. Kendaraan Bermotor untuk angkutan barang dengan jumlah berat yangdiperbolehkan (JBB) kurang dari atau sama dengan 3.500 (tiga ribu limaratus) kilogram lebar bak muatan terbuka maksimum adalah lebar kabinpengemudi terluar pada kendaraan ditambah maksimum 50 (lima puluh)milimeter pada sisi kiri dan kanan;

    f. tinggi bak muatan dihitung bedasarkan perbandingan daya angkut danmassa jenis barang yang diangkut, panjang dan lebar bak;Penjelasan :Yang dimaksud tinggi bak muatan adalah tinggi bak yang dihitung dari lantaibak sampai dengan tinggi dinding sisi kanan, kiri dan belakang paling atas.Apabila tinggi dinding bak paling depan lebih rendah dari jendela kabinbelakang maka harus dipasang teralis besi di jendela kabin tersebut.

    (4) Bak muatan tertutup sebagaimana dimakud pada ayat (1) huruf b, harusmemenuhi persyaratan antara lain:a. ukuran bak muatan harus ditentukan berdasarkan spesifikasi teknis

    Kendaraan Bermotor;

    b. panjang maksimum bak muatan ditentukan oleh jarak minimum antaradinding terluar kabin bagian belakang dengan dinding terluar bak muatanbagian depan untuk Kendaraan Bermotor dengan sumbu belakang tunggaladalah 150 (seratus lima puluh) milimeter dan untuk kendaraan dengansumbu belakang ganda atau lebih adalah 200 (dua ratus) millimeter;

    c. dinding terluar bak muatan bagian belakang tidak boleh melebihi ujunglandasan/chassis bagian belakang;Penjelasan :Yang dimaksud dengan dinding terluar bak muatan bagian belakang adalahtidak termasuk engsel-engsel bak atau handle pintu bagian belakang bakmuatan.

    d. lebar bak muatan terbuka maksimum adalah lebar ban terluar pada sumbukedua atau sumbu belakang kendaraan ditambah maksimum 50 (lima puluh)milimeter pada sisi kiri dan kanan, serta nilai tersebut tidak lebih besar darilebar kabin ditambah 100 (seratus) milimeter pada sisi kiri dan kanan;

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    28

    e. untuk Kendaraan Bermotor barang dengan jumlah berat yang diperbolehkan(JBB) kurang dari atau sama dengan 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogramlebar bak muatan terbuka maksimum adalah lebar kabin pengemudi terluarpada kendaraan ditambah maksimum 50 (lima puluh) milimeter pada sisi kiridan kanan;

    f. tinggi bak muatan tertutup diukur dari permukaan tanah maksimum 4.200mm (empat ribu dua ratus milimeter) dan tidak lebih dari 1,7 (satu komatujuh) kali lebar kendaraan bermotor.

    Pasal 65

    (1) Jumlah berat yang diperbolehkan dan/atau jumlah berat kombinasi yangdiperbolehkan untuk Kendaraan Bermotor, atau rangkaian Kendaraan Bermotordengan Kereta Gandengan atau kereta tempelan ditentukan oleh pembuatnyaberdasarkan :a. perhitungan kekuatan konstruksi;b. besarnya daya motor;c. kapasitas pengereman;d. kemampuan ban;e. kekuatan sumbu-sumbu;f. ketinggian tanjakan jalan.

    (2) Jumlah berat yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) haruslebih kecil atau sama dengan hasil penjumlahan dari kekuatan masing-masingsumbu.

    Pasal 66

    (1) Jumlah berat yang diizinkan atau jumlah berat kombinasi yang diizinkan padasetiap kendaraan bermotor, kereta gandengan atau kereta tempelan, ditentukanberdasarkan :a. berat kosong kendaraan;b. jumlah berat yang diperbolehkan dan/atauc. jumlah berat kombinasi yang diperbolehkan;d. dimensi kendaraan dan bak muatan;e. titik berat muatan dan pengemudi;f. kelas jalan;g. jumlah tempat duduk yang tersedia, bagi mobil bus.

    (2) Jumlah berat kendaraan yang diizinkan maksimum sama dengan jumlah beratkendaraan yang diperbolehkan bagi kendaraan.

    (3) Jumlah berat kombinasi kendaraan yang diizinkan maksimum sama denganjumlah berat kombinasi kendaraan yang diperbolehkan.

    Pasal 67

    (1) Radius putar Kendaraan Bermotor tanpa kereta gandengan atau kereta tempelanmaksimum 12.000 (dua belas ribu) milimeter.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    29

    (2) Radius putar Kendaraan Bermotor dengan kereta gandengan atau keretatempelan maksimum 18.000 (delapan belas ribu) milimeter.

    Pasal 68

    (1) Bagian Kendaraan Bermotor atau rangkaian Kendaraan Bermotor beserta muatanyang menonjol, maksimum 2.000 (dua ribu) milimeter dari sisi bagian terluarbelakang kendaraan bermotor dan tidak melebihi kaca depan kendaraanbermotor.

    (2) Apabila muatan menonjol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada ujungmuatan ditambah lampu-lampu atau pemantul cahaya.

    (3) Panjang total kendaraan bermotor beserta muatan yang menonjol sebagaimanadimaksud pada ayat (2) tidak lebih dari ketentuan panjang total sebagaimanadimaksud dalam Pasal 67.

    Pasal 69

    Rangkaian Kendaraan Bermotor yang diizinkan dioperasikan di jalan, meliputi:a. Mobil Barang dengan kereta gandengan atau kereta tempelan;b. Mobil Bus dengan kereta gandengan atau kereta tempelan;c. Mobil Penumpang dengan kereta gandengan;d. Sepeda Motor dengan kereta gandengan.

    Pasal 70

    Setiap Mobil Barang dengan atau tanpa Kereta Gandengan atau Kereta Tempelanyang memiliki JBB atau JBKB lebih dari 12.000 (dua belas ribu) kilogram harusdilengkapi dengan tanda yang menunjukan kendaraan bermotor berat.

    Pasal 71

    (1) Setiap Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan yang memiliki panjang lebih dari6.000 (enam ribu) milimeter, harus dilengkapi dengan pelat tanda gandenganatau tempelan yang memantulkan cahaya.

    (2) Pelat tanda gandengan atau tempelan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dengan warna dasar kuning dengan warna tulisan hitam dengan bertuliskan katagandengan.

    (3) Pelat belakang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipasang pada perisaikolong atau di tempat lain pada sisi belakang Kendaraan.

    Pasal 72

    (1) Kendaraan Bermotor dengan pengemudi dalam kondisi tertentu dapat ditarikKendaraan Bermotor lain.penjelasan ayat (1) :yang dimaksud dengan kondisi tertentu antara lain mogok, kendaraan rusak,memindahkan kendaraan.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    30

    (2) Kendaraan Bermotor penarik harus dilengkapi dengan alat penarik yang kaku,apabila Kendaraan Bermotor yang akan ditarik memiliki JBB lebih dari 4.000(empat ribu) kilogram dengan jarak antara kendaraan penarik dan yang ditariktidak lebih dari 5 (lima) meter.

    (3) Kendaraan Bermotor tanpa pengemudi dapat ditarik dengan cara mengangkatdan menempatkan sumbu Kendaraan Bermotor dengan peralatan derek yangterpasang pada kendaraan bermotor penarik.

    (4) Kendaraan Bermotor yang ditarik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memilikiberat tidak lebih dari separoh berat kendaraan penarik, serta tidak lebih dari 750(tujuh ratus lima puluh) kilogram.

    (5) Kendaraan Bermotor yang ditarik pada waktu malam hari harus menyalakanlampu isyarat atau memasang tanda yang dapat memantulkan cahaya, di bagianbelakang.

    Pasal 73

    Ketentuan lebih lanjut mengenai ukuran Kendaraan Bermotor, tanda kendaraanbermotor berat, tanda gandengan atau tempelan diatur dengan Peraturan Menteriyang bertanggung jawab dibidang sarana dan prasarana Lalu Lintas dan AngkutanJalan.

    Pasal 74

    Karoseri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf d merupakan badankendaraan, antara lain kaca-kaca, pintu, engsel, tempat duduk, tempat pemasangantanda nomor Kendaraan Bermotor, tempat keluar darurat dan tangga untuk MobilBus, dan perisai kolong untuk Mobil Barang.

    Pasal 75

    Rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 8 ayat (2) huruf e merupakan rancangan yang sesuai dengan fungsi:a. Kendaraan Bermotor untuk mengangkut orang; ataub. Kendaraan Bermotor untuk mengangkut barang.

    Pasal 76

    Pemuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf f merupakan tata carauntuk memuat orang dan/atau barang.

    Pasal 77

    Penggunaan sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf gmerupakan cara menggunakan Kendaraan Bermotor sesuai dengan peruntukannya.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    31

    Pasal 78

    Penggandengan Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)huruf h merupakan cara menggandengkan Kendaraan Bermotor denganmenggunakan alat perangkai.

    Pasal 79

    Penempelan Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)huruf i dilakukan dengan cara :

    a. menggunakan alat perangkai;b. menggunakan roda kelima yang dilengkapi dengan alat pengunci; danc. dilengkapi kaki-kaki penopang.

    Paragraf 2

    Persyaratan Laik Jalan

    Pasal 80

    (1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus memenuhipersyaratan laik jalan.

    (2) Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan olehkinerja minimal Kendaraan Bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiriatas:a. emisi gas buang;b. kebisingan suara;c. efisiensi sistem rem utama;d. efisiensi sistem rem parkir;e. kincup roda depan;f. suara klakson;g. daya pancar dan arah sinar lampu utama;h. radius putar;i. akurasi alat penunjuk kecepatan;j. kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dank. kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat Kendaraan.

    Pasal 81

    (1) Ketentuan mengenai persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal80 ayat (2) berlaku bagi setiap jenis Kendaraan Bermotor yang dioperasikan dijalan kecuali huruf h untuk Kendaraan Bermotor jenis Sepeda Motor.

    (2) Ketentuan mengenai pengecualian dan/atau penambahan terhadap pemenuhanpersyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikanterhadap:a. Kendaraan Bermotor untuk orang cacat;

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    32

    b. Kendaraan Bermotor yang dicoba di jalan dalam rangka penelitian;c. Kendaraan Bermotor yang menggunakan teknologi baru.

    Bagian Kedua

    Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Jenis Sepeda Motor

    Pasal 82

    (1) Setiap Kendaraan Bermotor jenis Sepeda Motor yang dioperasikan di Jalan harusmemenuhi persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)kecuali huruf i, Pasal 11 kecuali ayat (1) huruf d, Pasal 15 kecuali ayat (1) huruf cdan huruf d, Pasal 16, Pasal 17 kecuali ayat (2) huruf c, Pasal 18 sampai denganPasal 40, Pasal 41 kecuali huruf c dan huruf f, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 45, Pasal46, Pasal 50, dan Pasal 59 ayat (3).

    (2) Setiap Kendaraan Bermotor jenis Sepeda Motor yang dioperasikan di Jalan harusmemenuhi persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 kecualihuruf h.

    Pasal 83

    (1) Sistem rem Kendaraan Bermotor jenis Sepeda Motor harus memenuhipersyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25, kecualiperalatan rem parkir tidak berlaku baik dengan atau tanpa kereta samping, yangmemiliki jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) maksimum 400 kg (empat ratuskilogram).

    (2) Setiap Sepeda Motor roda dua atau roda tiga yang dipasang simetris terhadapsumbu tengah kendaraan yang membujur ke depan harus dilengkapi denganperalatan pengereman pada roda belakang dan roda depan.

    (3) Peralatan rem sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi syarat :a. pengemudi dapat melakukan pengendalian kecepatan atau memperlambat

    dan memberhentikan sepeda motor dari tempat duduknya tanpa melepaskantangannya dari roda kemudi;

    b. bekerja pada semua roda sepeda motor sesuai dengan besarnya beban padamasing-masing sumbu rodanya.

    Pasal 84

    (1) Keharusan melengkapi alat pengereman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83ayat (2) tidak berlaku untuk roda kereta samping yang dipasang pada SepedaMotor, apabila daya pengereman yang diperlukan dapat diperoleh dari rem yangterdapat pada sepeda motor yang bersangkutan.

    (2) Sepeda Motor yang mempunyai roda tiga selain dilengkapi dengan peralatanpengereman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus pula dilengkapi denganrem parkir.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    33

    (3) Rem parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan :a. mampu menahan posisi kendaraan dalam keadaan berhenti baik pada jalan

    datar, tanjakan maupun turunan;b. dilengkapi dengan pengunci yang bekerja secara mekanis atau sistem lain

    sesuai perkembangan teknologi.

    Pasal 85

    (1) Sepeda Motor dengan atau tanpa kereta samping harus dilengkapi dengan lampu-lampu dan pemantul cahaya yang meliputi :a. lampu utama dekat;b. lampu utama jauh, apabila mampu mempunyai kecepatan melebihi 40 (empat

    puluh) km per jam pada jalan datar;c. lampu penunjuk arah secara berpasangan di bagian depan dan bagian

    belakang sepeda motor;d. lampu posisi belakang;e. lampu rem;f. 1 (Satu) atau 2 (dua) pemantul cahaya berwarna merah yang tidak berbentuk

    segitiga.Catatan :Kendaraan bermotor roda 3 (tiga) harus memiliki 2 (dua) alat pemantul cahayaberwarna merah pada sisi belakang dan 2 (dua) warna putih pada sisi depan dantidak berbentuk segitiga.

    (2) Sepeda Motor dengan atau tanpa kereta samping selain dilengkapi dengan lampusebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilengkapi lampu posisi depan.

    (3) Lampu utama dekat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, paling banyakdua buah, berwarna putih atau kuning muda dan dapat menerangi jalan padamalam hari dengan cuaca cerah, sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) meter kedepan Sepeda Motor.

    (4) Jika Sepeda Motor dilengkapi dengan lebih dari satu lampu utama dekat, makalampu utama dekat harus dipasang secara berdekatan sedekat mungkin.

    (5) Lampu utama jauh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, paling banyakdua buah, berwarna putih atau kuning muda dan dapat menerangi jalansecukupnya pada malam hari dalam keadaan cuaca cerah sekurang-kurangnya100 (seratus) meter ke depan Sepeda Motor.

    (6) Jika Sepeda Motor dilengkapi dengan lebih dari satu lampu utama jauh, makalampu utama jauh harus dipasang secara berdekatan sedekat mungkin.

    (7) Lampu penunjuk arah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berjumlahgenap dengan sinar kelap-kelip berwarna kuning tua, dan dapat dilihat padawaktu siang maupun malam hari oleh pemakai jalan lainnya.

    (8) Lampu penunjuk arah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dipasang secarasejajar di sisi kiri dan kanan bagian muka dan bagian belakang Sepeda Motor.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    34

    (9) Jika Sepeda Motor mempunyai dua lampu posisi depan, lampu-lampu itu harusberdekatan sedekat mungkin.

    (10) Lampu posisi belakang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, berjumlah1 (satu) atau 2 (dua) berwarna merah yang dapat dilihat pada waktu malam haridengan cuaca cerah dan tidak menyilaukan pemakai jalan lainnya.Penjelasan ayat (10)Yang dimaksud dengan lampu posisi belakang berjumlah paling banyak adalah 2(dua) atau 1 (satu) kelompok yang berdekatan.

    (11) Lampu rem sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f berjumlah 1 (satu) atau2 (dua), kekuatan cahayanya lebih besar dari lampu posisi belakang yangdipasang pada bagian belakang Sepeda Motor dan tidak menyilaukan bagipengguna jalan lain.

    (12) Pemantul cahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h, dipasang padabagian belakang Sepeda Motor.

    Pasal 86

    Selain dilengkapi dengan lampu-lampu dan pemantul cahaya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 88 Kendaraan Bermotor jenis Sepeda Motor juga harus dilengkapidengan satu lampu penerangan tanda nomor Kendaraan di bagian belakang.

    Pasal 87

    (1) Kereta samping yang dipasang pada Sepeda Motor roda dua, harus dilengkapi :a. di bagian depan dengan lampu posisi depan;b. di bagian belakang dengan lampu posisi belakang;c. satu pemantul cahaya;d. lampu penunjuk arah yang dipasang di sisi kiri bagian depan dan belakang

    Sepeda Motor.

    (2) Lampu posisi depan dan lampu posisi belakang kereta samping sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus menyala apabila lampu posisi belakang SepedaMotor dinyalakan.

    (3) Sepeda Motor yang mempunyai tiga roda dipasang secara simetris terhadapbidang sumbu Sepeda Motor yang membujur, dan yang diperlakukan sebagaisepeda motor, harus dilengkapi dengan lampu-lampu sebagaimana dimaksudpada ayat (1).

    (4) Jika lebar Sepeda Motor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak melebihi1.300 (seribu tiga ratus) milimeter, maka cukup dilengkapi dengan satu lampuutama dekat dan satu lampu utama jauh.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    35

    Pasal 88

    Lebar kereta gandengan yang dapat ditarik oleh Sepeda Motor maksimum 1.000(seribu) milimeter.

    Pasal 89

    Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis dan laik jalan Jenis SepedaMotor diatur dengan Peraturan Menteri yang bertanggung jawab dibidang sarana danprasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

    Bagian Ketiga

    Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Jenis Mobil Penumpang

    Pasal 90

    Setiap Kendaraan Bermotor jenis Mobil Penumpang yang dioperasikan di Jalan harusmemenuhi persyaratan teknis dan laik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8dan Pasal 80.

    Pasal 91

    Selain harus dilengkapi dengan rem utama dan rem pakir sebagaimana dimaksuddalam Pasal 24 dan Pasal 25, setiap Kendaraan Bermotor jenis Mobil Penumpangdengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 7.000 kg (tujuh ribu kilogram) danMobil Barang dengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 12.000 (dua belasribu) kilogram harus pula dilengkapi dengan rem pelambat.Penjelasan :Yang termasuk dengan rem pelambat contoh rem gas buang (exhaust brake), transmisi

    Pasal 92

    Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis dan laik jalan jenis MobilPenumpang diatur dengan Peraturan Menteri yang bertanggung jawab dibidangSarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

    Bagian Keempat

    Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Jenis Mobil Bus

    Pasal 93

    Setiap Kendaraan Bermotor jenis Mobil Bus yang dioperasikan di Jalan harusmemenuhi persyaratan teknis dan laik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8dan Pasal 80.

    Pasal 94

    Selain harus dilengkapi dengan rem utama dan rem pakir sebagaimana dimaksuddalam Pasal 23, setiap Kendaraan Bermotor jenis Mobil Bus dengan jumlah beratyang diperbolehkan lebih dari 7.000 kg (tujuh ribu kilogram) harus pula dilengkapidengan rem pelambat.Penjelasan ;

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    36

    Yang termasuk dengan rem pelambat contoh rem gas buang (exhaust brake), transmisi

    Pasal 95

    Ketentuan lebih lanjut mengenai kendaraan bermotor jenis Mobil Bus diatur denganPeraturan Menteri yang bertanggung jawab dibidang sarana dan prasarana LaluLintas dan Angkutan Jalan.

    Pasal 96

    (1) Setiap Mobil Bus yang dirancang untuk mengangkut penumpang kurang dari 15(lima belas) orang tidak termasuk pengemudi, harus mempunyai sekurang-kurangnya satu pintu keluar dan/atau masuk penumpang pada dinding kiribagian depan atau belakang, yang lebarnya sekurang-kurangnya 650 (enam ratuslima puluh) milimeter dan meliputi seluruh tinggi dinding.

    (2) Setiap Mobil Bus yang dirancang untuk mengangkut penumpang sebanyak 15(lima belas) orang atau lebih, tidak termasuk pengemudi, harus mempunyaisekurang-kurangnya :

    a. satu pintu keluar dan/atau masuk yang lebar-nya sekurang-kurangnya1.200 (seribu dua ratus) milimeter yang meliputi seluruh tinggi dinding; atau

    b. dua pintu keluar dan/atau masuk untuk penum-pang, terdiri dari :1. satu pintu harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1); dan2. satu pintu lainnya ditempatkan pada dinding kiri dengan lebar sekurang-

    kurangnya 550 (lima ratus lima puluh) milimeter dan meliputi seluruhtinggi dinding.

    (3) Pintu keluar/masuk untuk penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) harus menjamin kemudahan penggunaannya dan tidak terhalang.

    (4) Anak tangga paling bawah dari pintu keluar atau masuk penumpangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) paling tinggi 350 (tiga ratuslima puluh) milimeter diukur dari permukaan jalan dan lebar sekurang-kurangnya 400 (empat ratus) milimeter.

    (5) Tangga pintu keluar/masuk penumpang yang dapat dilipat, harus dikonstruksisedemikian sehingga anak tangga selalu berada pada tempatnya secara kukuhdan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), jika pintudibuka.

    Pasal 97

    (1) Di samping pintu keluar/masuk penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal96, setiap Mobil Bus harus pula mempunyai tempat keluar darurat pada keduasisinya.

    (2) Jumlah tempat keluar darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sekurang-kurangnya :a. 1 (satu) tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan-kiri, jika muatannya

    tidak lebih dari 26 (dua puluh enam) penumpang;

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    37

    b. 2 (dua) tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan-kiri, jika muatannyaantara 27 (dua puluh tujuh) dan 50 (lima puluh) penumpang;

    c. 3 (tiga) tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya antara 51 (limapuluh satu) dan 80 (delapan puluh) penumpang;

    d. 4 (empat) tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya lebih dari 80(delapan puluh) penumpang.

    (3) Pada sisi kiri, jumlah tempat keluar darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) dapat diku-rangi dengan satu, jika pada dinding belakang terdapat pintu yanglebarnya paling sedikit 430 (empat ratus tiga puluh) milimeter.

    (4) Tempat keluar darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa jendeladan atau pintu.

    (5) Tempat keluar darurat berupa jendela harus meme-nuhi persyaratan :a. memiliki ukuran minimum 600 (enam ratus) milimeter kali 430 (empat ratus

    tiga puluh) milimeter dan apabila memiliki ukuran sekurang-kurangnya 1.200(seribu dua ratus) milimeter kali 430 (empat ratus tiga puluh) milimeterdisamakan dengan memiliki dua tempat keluar darurat;

    b. mudah dan cepat dapat dibuka atau dirusak atau dilepas;c. sudut-sudut jendela yang berfungsi sebagai tempat keluar darurat tidak

    runcing;d. tidak dirintangi oleh tongkat-tongkat atau jeruji pelindung.

    (6) Tempat keluar darurat berupa pintu yang dipasang pada dinding samping kanan,harus memenuhi persyaratan :a. memiliki lebar sekurang-kurangnya 430 (empat ratus tiga puluh) milimeter;b. mudah dibuka setiap waktu dari dalam.

    Pasal 98

    (1) Tempat keluar darurat diberi tanda dengan tulisan yang menyatakan tempatkeluar darurat, dan penjelasan mengenai tata cara membukanya.

    (2) Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat harus mudah dilepas atau dilipat.

    Pasal 99

    (1) Setiap Mobil Bus dilengkapi lorong dengan lebar efektif 350 (tiga ratus lima puluh)milimeter atau lebih yang membentang dari pintu masuk sampai ke setiap tempatduduk.

    (2) Tinggi atap bagian dalam kendaraan, diukur 400 (empat ratus) milimeter daridinding samping dalam kendaraan, sekurang-kurangnya :a. 1.700 (seribu tujuh ratus) milimeter diukur dari lantai bagian dalam kendaraan,

    untuk mobil bus yang dileng-kapi dengan tempat berdiri;

    b. 1.500 (seribu lima ratus) milimeter diukur dari lantai bagian dalam kendaraan,untuk mobil bus yang tidak dilengkapi dengan tempat berdiri.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    38

    Pasal 100

    Jumlah tempat duduk dan tempat berdiri di dalam Mobil Bus umum, harus jelasdinyatakan dengan suatu tulisan yang ditempatkan di dalam Mobil Bus sehingga jelaskelihatan oleh awak dan penumpangnya.

    Pasal 101

    Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tambahan khusus untuk Mobil Busdiatur dengan Peraturan Menteri yang bertanggung jawab dibidang Sarana danPrasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

    Pasal 102

    Setiap Mobil Bus sekolah pada sisi luar bagian depan dan belakang, dipasang suatutanda yang jelas kelihatan berupa tulisan bus sekolah.

    Pasal 103

    (1) Setiap Mobil Bus sekolah dilengkapi dengan lampu berwarna merah di bawahjendela belakang yang berfungsi memberi tanda bahwa mobil bus sekolah tersebutberhenti.

    (2) Mobil bus sekolah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilengkapi suatu tandayang jelas kelihatan berupa tulisan berhenti jika lampu merah nyala dipasang dibawah jendela belakang.

    Pasal 104

    (1) Pintu masuk dan atau keluar Mobil Bus sekolah dilengkapi dengan anak tangga.

    (2) Jarak antara anak tangga yang satu dengan lainnya paling tinggi 200 (dua ratus)milimeter dan jarak antara permukaan tanah dengan anak tangga terbawah palingtinggi 300 (tiga ratus) milimeter.

    (3) Ukuran lebar dan tinggi efektif pintu masuk dan atau keluar sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditetapkandalam Pasal 100.

    Pasal 105

    Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tambahan khusus untuk mobil bussekolah diatur dengan Peraturan Menteri yang bertanggungjawab di bidang Saranadan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    39

    Bagian Kelima

    Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Jenis Mobil Barang

    Pasal 106

    Setiap Kendaraan Bermotor jenis Mobil Barang yang dioperasikan di Jalan harusmemenuhi persyaratan teknis dan laik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8sampai denga Pasal 80.

    Pasal 107

    (1) Setiap Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan, harus dilengkapi dengan remyang dapat menjalankan dua fungsi, yaitu :a. rem utama yang memungkinkan pengemudi dari tempat duduknya dapat

    mengendalikan kecepatan dan memberhentikan kereta gandengan atau keretatempelan secara bersama-sama atau hampir bersamaan dengan kendaraanbermotor penariknya;penjelasan huruf a:rem utama dalam ketentuan ini harus mampu mengendalikan kecepatan danmemberhentikan rangkaian kendaraan bermotor dengan kereta gandengan ataukereta tempelan, baik dalam keadaan tanpa muatan maupun dengan muatansesuai dengan jumlah berat yang diperbolehkan. Rem utama tersebut harusdapat bekerja secara serempak atau hampir bersamaan pada setiap roda padarangkaian kendaraan bermotor).

    b. rem parkir yang mampu menahan posisi kereta gandengan atau keretatempelan berhenti pada jalan datar, tanjakan maupun turunan.Penjelasan huruf b :rem parkir harus dapat berfungsi secara baik pada semua kondisi jalan bilakendaraan bermotor yang bersangkutan dimuati sesuai dengan jumlah beratyang diperbolehkan. Rem parkir tersebut harus dilengkapi dengan alat penguncimekanis).

    (2) Ketentuan mengenai keharusan melengkapi rem yang dapat menjalankan duafungsi sebagaimana dimaksud alam ayat (1) tidak berlaku untuk kereta tempelansatu sumbu yang memiliki jumlah berat yang diperbolehkan tidak melebihi 750kg (tujuh ratus lima puluh kilogram).Penjelasanrem yang menjalankan dua fungsi pengereman dalam ketentuan ini dapatmempunyai bagian-agian yang merangkap dan bekerja pada semua roda).

    Pasal 108

    (1) Rem utama kereta gandengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (1)huruf a, harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat bekerja secara otomatismenghentikan kereta gandengan apabila alat perangkai putus/terlepas darikendaraan penariknya.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    40

    (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk KeretaGandengan yang jarak sumbu rodanya kurang dari satu meter dengan jumlahberat yang diperbolehkan tidak lebih dari 1.500 kg (seribu lima ratus kilogram)dan/atau kereta gandengan yang ditarik oleh kendaraan bermotor penarik yangdirancang untuk kecepatan maksimum kurang dari 20 km/jam (dua puluhkilometer per jam).

    Pasal 109

    (1) Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan yang dirangkaikan dengan KendaraanBermotor dalam satu rangkaian Kendaraan, harus memiliki peralatanpengereman yang bersesuaian.Penjelasan ayat (1)yang dimaksud dengan bersesuaian adalah penggunaan sistem pengereman yangbersesuaian antara kendaraan bermotor penarik dengan kendaraan yang ditarik,misalnya apabila kendaraan bermotor penariknya menggunakan alat pengeremandengan sistem udara, maka sistem rem yang digunakan pada kendaraan yangditarik juga sistem udara, atau jika kendaraan bermotor penariknya menggunakansistem rem hidrolis, maka kendaraan yang ditarik harus menggunakan sistem remhidrolis pula).

    (2) Bekerjanya rem utama harus tersebar dan bekerja hampir bersamaan secarabaik, pada masing-masing roda setiap sumbu rangkaian Kendaraan.

    Pasal 110

    Kereta Gandengan dan Kereta Tempelan wajib dilengkapi dengan lampu-lampu danalat pemantul cahaya yang meliputi :

    a. lampu penunjuk arah secara berpasangan;b. lampu rem secara berpasangan;c. lampu posisi depan secara berpasangan, apabila sisi terluar kereta gandengan

    melampaui tepi terluar permukaan penyinaran lampu posisi belakang kendaraanpenariknya;

    d. lampu posisi belakang secara berpasangan, apabila lebar kereta gandengan lebihdari 800 (delapan ratus) milimeter;

    e. lampu penerangan tanda nomor kendaraan di bagian belakang kendaraan;f. lampu mundur secara berpasangan;g. alat pemantul cahaya berwarna merah, berbentuk segitiga secara berpasangan;h. alat pemantul cahaya berwarna putih yang tidak berbentuk segitiga secara

    berpasangan.

    Pasal 111

    (1) Lampu penunjuk arah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 huruf a,berjumlah genap dan mempunyai sinar kelap-kelip berwarna kuning tua sertadapat dilihat pada waktu siang maupun malam hari oleh pemakai jalan lainnya.

    (2) Lampu penunjuk arah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipasang di sisi kiridan kanan bagian depan dan belakang Kereta Gandengan.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    41

    Pasal 112

    (1) Lampu rem sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 huruf b, berjumlah dua buahberwarna merah yang kekuatan cahayanya lebih besar dari lampu posisi belakangdan dipasang di sebelah kiri dan kanan bagian belakang Kereta Gandengan.

    (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk KeretaGandengan dengan ukuran kecil yang posisinya dalam keadaan ditarik tidakmenutupi lampu rem dari kendaraan penariknya.

    Pasal 113

    (1) Lampu posisi depan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 huruf c, berjumlahdua buah dan berwarna putih.

    (2) Lampu posisi depan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipasang di sudut kiribawah dan kanan bawah bagian depan kereta gandengan dengan jarak antara tepiterluar permukaan penyinaran lampu posisi depan dengan sisi terluar keretagandengan tidak lebih dari 150 (sertus lima puluh) milimeter.

    Pasal 114

    (1) Lampu posisi belakang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 huruf d,berjumlah genap dan berwarna merah yang kelihatan pada malam hari dengancuaca cerah pada jarak sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) meter dan tidakmenyilaukan pemakai jalan lainnya.

    (2) Lampu posisi belakang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipasang di sudutkiri bawah dan kanan bawah bagian belakang Kereta Gandengan dengan jarakantara tepi terluar permukaan penyinaran lampu posisi belakang dengan sisiterluar kereta gandengan tidak lebih dari 400 (empat ratus) milimeter.

    (3) Kereta Gandengan yang lebarnya tidak melebihi 800 (delapan ratus) milimeter,dilengkapi satu buah atau lebih lampu posisi belakang sebagaimana dimaksudpada ayat (1).

    Pasal 115

    Lampu penerangan tanda nomor kendaraan bermotor bagian belakang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 110 huruf e, dipasang dengan baik sehingga dapat menerangitanda nomor Kendaraan pada waktu malam hari dengan cuaca cerah dan dapatdibaca pada jarak sekurang - kurangnya 50 (lima puluh) meter dari belakang.

    Pasal 116

    (1) Lampu mundur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 huruf f, berjumlah duabuah berwarna putih atau kuning muda yang tidak menyilaukan ataumengganggu pemakai jalan lain.

    (2) Lampu mundur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya menyala apabila alatpenerus daya digunakan pada posisi mundur.

  • Draft RPP 19 Juli 2010

    42

    Pasal 117

    (1) Pemantul cahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 huruf g, berjumlahgenap berwarna merah dan berbentuk segitiga sama sisi dengan panjang sisinyatidak kurang dari 150 (seratus lima puluh) milimeter dan tidak melebihi 200 (duaratus) milimeter serta dipasang di sudut kiri bawah dan kanan bawah bagianbelakang Kereta Gandengan.

    (2) Pemantul cahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilihat olehpengemudi yang ada dibelakangnya pada waktu malam hari dalam cuaca cerahdari jarak 100 (seratus) meter apabila terkena sinar lampu utama kendaraan dibelakangnya.

    (3) Titik sudut terluar pemantul cahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidakmelebihi 100 (seratus) milimeter dari sisi terluar Kereta Gandengan.

    (4) Kereta Gandengan yang lebar