39
PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA PROGRAM REGULER DENGAN SISWA PROGRAM AKSELERASI Disusun oleh: Sri Supriyantini, M.Si. NIP : 196204092000122001 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Sri Supriyantini : Perbedaan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Antara Siswa Program Reguler Dengan Siswa Program Akselerasi, 2010

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

  • Upload
    buitram

  • View
    258

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA PROGRAM REGULER DENGAN SISWA

PROGRAM AKSELERASI

Disusun oleh:

Sri Supriyantini, M.Si.

NIP : 196204092000122001

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

Sri Supriyantini : Perbedaan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Antara Siswa Program Reguler Dengan Siswa Program Akselerasi, 2010

Page 2: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, karena dengan

segala ramat dan karunia Nya penulis telah berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini.

Adapun judul karya ilmiah ini adalah: “PERBEDAAN KECEMASAN DALAM

MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA PROGRAM REGULER DENGAN

SISWA PROGRAM AKSELERASI”.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak memiliki

kekurangan, maka sebagai upaya untuk menyempurnakannya, penulis mengharapkan

adanya saran-saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sekalian.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Medan, Januari 2010

Peneliti

i

Page 3: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH ............................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7

A. Kecemasan dalam Menghadapi Ujian .................................. 7

1. Kecemasan ................................................................... 7

a. Pengertian kecemasan ............................................ 7

b. Macam-Macam Kecemasan ................................... 9

c. Gejala-Gejala Kecemasan ...................................... 11

d. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan ..................... 13

2. Ujian ............................................................................. 14

a. Pengertian Ujian .................................................... 14

b. Macam-Macam Ujian ........................................... 15

c. Manfaat Ujian ....................................................... 16

3. Kecemasan dalam Menghadapi Ujian .......................... 17

B. Program Reguler dan Program Akselerasi............................. 18

1. Program Reguler ............................................................. 18

ii

Page 4: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

iii

a. Pengertian Program Reguler ................................. 18

b. Tujuan Program Reguler ....................................... 19

c. Karekteristik Program Reguler............................... 20

2. Program Akselerasi ......................................................... 22

a. Pengertian Program Akselerasi ............................. 22

b. Standar Kualifikasi Program Akselerasi ............... 23

c. Tujuan Program Akselerasi .................................... 24

d. Keuntungan Program Akselerasi............................ 25

e. Kelemahan Program Akselerasi ............................. 26

C. Perbedaan Kecemasan dalam Menghadapi Ujian antara

Siswa Program Reguler dengan Siswa Program Akselerasi .. 29

BAB III KESIMPULAN ........................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

BAB I

LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup bangsa adalah melalui

pendidikan, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan kualitas serta

mengembangkan potensi sumber daya manusia. Seperti yang tertuang dalam Undang-

Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003, bahwa tujuan Pendidikan Nasional

adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (Depdiknas, 2003).

Dalam menyelenggarakan pendidikan, pada awalnya pemerintah telah

menetapkan suatu program pendidikan yang bersifat reguler yaitu penyelenggaraan

pendidikan yang bersifat massal yakni berorientasi pada kuantitas/ jumlah untuk

dapat melayani sebanyak-banyaknya siswa usia sekolah. (Latifah, dalam Hawadi,

2004). Namun pada kenyataannnya program reguler ini tidak dapat memenuhi semua

kebutuhan siswa dan mempunyai kelemahan yakni tidak terakomodasikannya

kebutuhan individual siswa. Siswa yang relatif lebih cepat nalarnya daripada yang

lainnya tidak terlayani secara baik sehingga potensi yang dimilikinya tidak dapat

berkembang secara optimal.

Berdasarkan pengalaman, siswa yang berkemampuan jauh di atas rata-rata

cenderung lebih cepat menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

1

Page 6: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

Akibatnya, siswa ini akan mengganggu siswa lain yang lebih lamban dari padanya.

Siswa yang berkemampuan jauh di atas rata-rata ini, biasanya lebih sering terkesan

santai dan tampak kurang memperhatikan pelajaran. Hal yang lebih buruk lagi, siswa

tersebut cenderung mengganggu temannya, sehingga kegiatan belajar mengajar dalam

kelas menjadi kurang lancar (Latifah, dalam Hawadi, 2004).

Untuk melayani siswa tersebut, diperlukan program khusus yang lebih cepat atau

lebih luas dari program reguler.

Berkenaan hal tersebut di atas, pemerintah telah mengeluarkan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 5 ayat (4) bahwa warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan

bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus (Depdiknas, 2003).

Selanjutnya khusus untuk pendidikan menengah, diatur dalam PP Nomor 29 tahun

1990 yang ditindaklanjuti dengan keputusan Mendikbud Nomor 0489/U /1992 untuk

SMA. Dalam keputusan Mendikbud tersebut, pasal 16 ayat (1) menyebutkan bahwa

siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menyelesaikan

program belajar lebih awal dari waktu yang telah ditentukan, dengan ketentuan telah

mengikuti pendidikan SMA sekurang-kurangnya dua tahun (Nasichin, dalam Hawadi,

2004).

Landasan hukum akan pentingnya pemberian perhatian khusus kepada peserta

didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (berbakat) memperkuat

asumsi bahwa kelompok peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda dari peserta

didik yang berkemampuan dan memiliki kecerdasan normal. Dalam usahanya untuk

2

Page 7: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

menangani anak-anak berbakat, pada tahun 1998/1999 pemerintah mengeluarkan

kebijakan untuk membuat program percepatan atau lebih dikenal dengan istilah

akselerasi.

Menurut Christina (dalam Buletin, 2004), Program akselerasi adalah

pemberian layanan pendidikan sesuai potensi siswa yang berbakat, dengan memberi

kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan program pendidikan dalam jangka

waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan teman-temannya, dan program

akselerasi ini diselenggarakan pada jenjang SD sampai dengan SMA. Waktu yang

digunakan untuk menyelesaikan program belajar dapat dipercepat sesuai dengan

potensi siswa dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan program belajar bagi

siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa lebih cepat dibandingkan

siswa reguler. Pada satuan pendidikan SD dari 6 tahun dapat dipercepat menjadi 5

tahun, SMP dan SMA masing-masing 3 tahun dapat dipercepat menjadi 2 tahun

(Gerbang, 2004).

Pengertian anak berbakat dalam program percepatan belajar atau akselerasi

yang dikembangkan oleh pemerintah dapat dibatasi pada dua hal sebagai berikut: (1)

mereka mempunyai taraf kecerdasan atau IQ diatas 140. (2) mereka yang oleh

psikolog dan/ atau guru diidentifikasikan sebagai peserta didik yang telah mencapai

prestasi yang memuaskan, dan memiliki kemampuan intelektual umum yang

berfungsi pada taraf cerdas, dan keterikatan terhadap tugas yang tergolong baik serta

kreativitas yang memadai (Depdiknas, 2001). Sedangkan menurut Hawadi (1998),

bagi anak berbakat tingkat SMA, taraf kecerdasannya atau Intellectual Quotient 120

3

Page 8: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

keatas (skala TIKI), Creative Quotient 110 (skala TKV-URH) dan Task Commitment

126 keatas (skala YA/ FS Revisi). Namun dalam pelaksanaannya, Soemantri (2005)

menyatakan bahwa keberbakatan tidak hanya ditinjau dari segi kecerdasan tetapi

dilihat dari segi prestasi, kreatifitas dan karakteristik pribadi/ sosial lainnya, dilihat

dari kemampuan yang bersifat potensial maupun aktual/ prestasi.

Dalam model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang

seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu. Dalam hal ini, akselerasi dapat dilakukan

dalam kelas reguler, ataupun kelas khusus dan bentuk akselerasi yang diambil bisa

telescoping, yaitu siswa menggunakan waktu yang kurang dari biasanya dengan

menyelesaikan studinya. Selain itu, siswa dapat menyelesaikan dua tahun atau lebih

kegiatan belajarnya menjadi satu tahun atau dengan cara self-paced studies, yaitu

siswa diperkenalkan pada materi pelajaran yang memungkinkannya untuk mengatur

sendiri kemajuan-kemajuan yang bisa diperolehnya sesuai dengan tempo yang

dimilikinya atau siswa mengatur kecepatan belajarnya sendiri (Hawadi, 2004).

Dalam program akselerasi ini, siswa diupayakan untuk dapat mengikuti dan

menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat dari program reguler. Dengan

masuknya seseorang sebagai siswa akselerasi, sebutan maupun harapan yang

diberikan oleh masyarakat semakin tinggi kepada mereka. Menurut Fawzia (dalam

Hawadi, 2004), siswa akselerasi dinominasikan oleh guru, teman-teman dan orang

tua, sebagai anak yang paling hebat dan paling pandai dibandingkan siswa reguler

lainnya. Sebutan tersebut membuat siswa akselerasi mengalami tekanan. Hal ini

didukung oleh pendapat Moeslow (dalam Hawadi, 2004) yang berpendapat bahwa

4

Page 9: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

siswa akselerasi termasuk anak yang berbakat dan merupakan anak-anak yang banyak

mengalami tekanan dari lingkungannya.

Tekanan dari lingkungan tersebut dikarenakan adanya harapan yang tinggi

dari orang tua agar menjadi anak yang sukses atau desakan masyarakat agar menjadi

individu yang bermanfaat dimasyarakat, serta anggapan guru dan teman-teman agar

dapat berhasil dalam menentukan pilihan karier dikemudian hari (Alim, dalam

Hawadi, 2004). Tekanan yang mereka rasakan tersebut dapat mengakibatkan

terjadinya kecemasan.

Seperti yang dikemukakan oleh Natalia (dalam Malau, 2004), kecemasan

adalah suatu respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan

pada dirinya. Dengan kata lain, kecemasan dapat dipergunakan untuk menunjukkan

suatu perubahan yang luas yang disebabkan oleh sesuatu yang terdapat diluar

individu namun lebih diakibatkan oleh cara berfikir individu tentang apa yang terjadi

pada dirinya. Chaplin (2001), menjelaskan bahwa kecemasan merupakan perasaan

campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang

tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Jadi kecemasan itu sendiri merupakan

kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang

normal maupun tingkah laku yang menyimpang.

Menurut Albin (2003), kecemasan yang ada dapat memberi pengaruh yang

positif bila individu menjadi lebih bergairah. Sebaliknya dapat memberikan pengaruh

negatif jika kecemasan sudah berlebihan sehingga menyebabkan individu tersebut

putus asa. Jadi kecemasan ini tidak menjadi suatu masalah jika individu tersebut

5

Page 10: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

mampu mengelola rasa cemas sehingga tidak mengganggu keseimbangan dirinya.

Umpamanya, perasaan cemas yang tidak begitu dirasakan tentang bahaya tidak dapat

menjawab pertanyaan dalam ujian, melindungi kita dari kegagalan, karena memaksa

kita untuk belajar. Tetapi perasaan cemas yang hebat dapat menghalangi kita untuk

pergi ke sekolah. Dengan demikian, kita tidak hanya akan gagal dalam ujian, tetapi

juga akan gagal dalam kehidupannya.

Kecemasan tersebut, terutama sekali akan terjadi saat siswa menghadapi ujian

sebab ujian merupakan suatu tolok ukur bagi keberhasilan siswa dalam menempuh

proses pendidikannya ke jenjang selanjutnya. Seperti yang dinyatakan Shadily (2002)

bahwa ujian merupakan suatu pemeriksaan mengenai pengetahuan, keahlian atau

kecerdasan seseorang (siswa) untuk diperkenankan atau tidak dalam mengikuti

pendidikan tingkat tertentu. Hal ini berarti optimalnya hasil belajar siswa bergantung

pada bagaimana proses belajar serta kesungguhan mereka dalam menjalani ujian,

sehingga siswa diperkenankan untuk mengikuti pendidikan ke jenjang selanjutnya.

6

Page 11: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan dalam Menghadapi Ujian

1. Kecemasan

a. Pengertian Kecemasan

Siapapun di dunia ini tentu pernah mengalami perasaan cemas, yang

membedakannya adalah bagaimana mereka menyikapi hadirnya perasaan ini. Ada

yang mampu mengendalikannya namun tidak jarang yang justru mereka dikendalikan

oleh perasaan ini, sehingga mereka tenggelam di dalamnya (Abdullah, 2005).

Kehidupan sekarang ini sering disebut sebagai “age of anxiety” yaitu abad

kecemasan. Kecemasan adalah merupakan bagian dari kehidupan manusia.

Kecemasan, dijelaskan oleh Arkoff (dalam Sundari, 2005) adalah:

Anxiety as a state of arousal caused by threat to well-being.

Jadi, kecemasan merupakan suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya

ancaman terhadap kesehatan.

Kecemasan yang biasanya bermanfaat untuk bertahan hidup justru

menimbulkan hal-hal negatif dalam kehidupan kita. Hal ini tidak jadi masalah bila

kecemasan hanya terjadi untuk sementara waktu. Bila kecemasan itu berlangsung

cukup lama, kita mulai mencemaskan rasa cemas itu sendiri. Akibatnya, kita takut

menghadapi kecemasan di dalam diri kita, sehingga kecemasan berubah menjadi

7

Page 12: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

masalah kecemasan. Kecemasan memotivasi kita untuk mengambil tindakan dalam

mengatasi bahaya.

Istilah “kecemasan” mengacu pada perasaan tidak nyaman dan ketakutan,

ditambah dengan beberapa gejala fisik yang tidak menyenangkan, termasuk

ketegangan (otot yang menegang), denyut jantung yang bertambah cepat, nafas

memburu, mulut kering, badan berkeringat dan gemetar. Apabila rasa cemas semakin

parah, berbagai hal yang lebih buruk bisa muncul, misalnya rasa pusing, pingsan,

dada sakit, pandangan buram, perasaan tercekik, badan terasa panas dan dingin, mual

dan sering buang air atau diare (Froggatt, 2003). Kecemasan kadang-kadang dapat

dianggap sebagai suatu gejala yang hampir sama dengan rasa takut, sehingga dapat

mengganggu terwujudnya perilaku sehat dan kedunya dapat menimbulkan perilaku

abnormal.

Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Soebroto (dalam Haditono,

2002), yang menyatakan bahwa kecemasan merupakan suatu gejala yang disejajarkan

dengan ketakutan. Seperti ketakutan, kecemasan merupakan suatu pengalaman

kejiwaan yang mengganggu terwujudnya perilaku yang sehat dan melahirkan perilaku

abnormal yang ditimbulkan oleh adanya ancaman eksternal yang dianggap sebagai

bahaya. Perbedaannya adalah pada ketakutan, sumber penyebabnya dapat

ditunjukkan secara nyata sedangkan pada kecemasan, sumber penyebabnya tidak

dapat ditunjukkan secara nyata.

Pendapat lain menyatakan bahwa kecemasan merupakan manifestasi dari

berbagai emosi yang bercampur aduk yang terjadi ketika seseorang sedang

8

Page 13: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

mengalami tekanan perasaan dan tekanan batin. Keadaan ini membutuhkan

penyelesaian secara tepat dan memuaskan sehingga individu akan merasa aman,

namun pada kenyataannya tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan baik oleh

individu bahkan ada yang cenderung dihindari oleh individu tersebut. Situasi ini

menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan dalam bentuk perasaan gelisah,

takut atau merasa bersalah. Keadaan inilah yang biasanya disebut dengan kecemasan

(Darajat, 1998).

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa kecemasan merupakan manifestasi

emosi yang bercampur baur dan dialami oleh individu sebagai suatu reaksi terhadap

ancaman, tekanan, kekhawatiran yang mempengaruhi fisik dan psikis.

b. Macam-Macam Kecemasan

Sundari (2005), membagi macam-macam kecemasan menjadi tiga, yaitu:

1) Kecemasan karena merasa berdosa atau bersalah. Misalnya seseorang melakukan

sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya atau keyakinannya. Seorang

pelajar menyontek, pada waktu pengawas ujian lewat di depannya berkeringat

dingin, takut diketahui.

2) Kecemasan karena akibat melihat dan mengetahui bahaya yang mengancam

dirinya. Misalnya kendaraan yang dinaiki remnya macet, menjadi cemas kalau

terjadi tabrakan beruntun dan ia sebagai penyebabnya.

3) Kecemasan dalam bentuk yang kurang jelas, apa yang ditakuti tidak seimbang,

bahkan yang ditakuti itu hal/ benda yang tidak berbahaya. Rasa takut sebenarnya

sesuatu perbuatan yang biasa/ wajar kalau ada sesuatu yang ditakuti dan

9

Page 14: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

seimbang. Bila takut yang sangat, luar biasa dan tidak sesuai terhadap objek yang

ditakuti sebenarnya patologis yang disebut phobia. Phobia adalah rasa takut yang

sangat atau berlebihan terhadap sesuatu yang tidak diketahui lagi penyebabnya.

Freud (dalam Corey, 2005) membedakan kecemasan dalam tiga hal, yaitu:

1) Kecemasan realistik, merupakan kecemasan terhadap adanya tantangan atau

bahaya dari dunia luar. Taraf kecemasan sesuai dengan tingkat ancaman dan

kecemasan ini akan mereda apabila sumber-sumber yang mengancam hilang.

2) Kecemasan neurotis, merupakan rasa cemas yang timbul akibat rasa takut

terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan seseorang

melakukan suatu tindakan yang bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya.

Kecemasan ini didasarkan oleh pengalaman kecemasan realistic.

3) Kecemasan moral, merupakan kecemasan terhadap hati nurani sendiri. Seseorang

yang hati nuraninya berkembang dengan baik cendrung merasa berdosa bila dia

melakukan sesuatu yang berlawanan dengan moral yang dimilikinya.

Berkaitan dengan kecemasan moral yang merupakan kecemasan terhadap

hati nurani, Agustian (2006) menyatakan bahwa dengan doa (prayer) dapat membuat

hati lebih tentram, karena doa merupakan bentuk komunikasi spiritual kehadirat

Tuhan dan ekspresi spiritualnya menjelma dalam bentuk sholat, dzikir, meditasi

untuk menjadikan hidup lebih bermakna dan bahagia secara spiritual. Dengan

memberikan suntikan spiritual, doa menjadikan penyembuh beragam kegelisahan

yang hadir dalam kehidupan kita sehari-hari seperti kecemasan, ketakutan, dan

lainnya.

10

Page 15: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

Sukidi (2004) menjelaskan beberapa manfaat dari doa, yaitu dapat

mempertinggi sistem kekebalan tubuh, mencegah dan meringankan sakit, melatih

keberanian dan mengobati beban psikis. Sedangkan Khavari (dalam Chittick, 2001),

memilah tingkatan doa yang jauh lebih berkualitas dalam meraih hidup bahagia

secara spiritual, yaitu (1) Doa sebagai ungkapan rasa syukur (thanksgiving) dan

kepuasan hati (contentment), (2) Doa sebagai proteksi (protection), terutama

memproteksi diri kita dari segala sesuatu yang membuat kita jauh pada Tuhan dan

kecendrungan berbuat jahat, (3) Doa untuk kepentingan diri sendiri.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa macam-macam kecemasan

adalah kecemasan yang bersifat realistik (misalnya: menyadari bahaya sedang

mengancam dirinya), tidak realistik (neurotis) dan berdasarkan hati nurani (meliputi:

moral, merasa bersalah/ berdosa).

c. Gejala-Gejala Kecemasan

Menurut Sundari (2005), ada beberapa gejala-gejala kecemasan yang

bersifat fisik, yaitu: jari-jari tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat

dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak nafas.

Sedangkan gejala yang bersifat psikis: ketakutan, merasa akan ditimpa bahaya, tidak

dapat memusatkan perhatian, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan. Soemanto

(2003) menyatakan bahwa ada beberapa indikator fisik dalam kecemasan, yaitu: sakit

kepala, sakit perut tanpa ada sebab fisik serta menggigit kuku, berkeringat, berbicara

tersendat-sendat. Sedangkan indikator psikis dalam kecemasan yaitu kikuk, tak bisa

diam, kebingungan.

11

Page 16: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

Froggatt (2003), menjelaskan bahwa gejala yang muncul dari rasa cemas,

yaitu: jantung berdebar-debar, denyut nadi meningkat, napas pendek atau perasaan

tercekik, kedinginan, rasa panas, dada sakit, berkeringat, gemetar, rasa kebal/ mati

rasa atau kesemutan, mual atau sakit perut, pusing, kepala terasa ringan, pingsan,

tidak stabil, merasa takut mati, kehilangan kendali atau menjadi gila. Rasa cemas

seperti itu dan gejala kecemasan yang muncul, bisa membuat orang stress. Ia bisa

merasa terganggu dalam pekerjaan, fungsi pribadi, maupun fungsi sosial ditengah

masyarakat.

Nuly (2002) menjelaskan bahwa ada empat tanda-tanda dan gejala umum

dari kecemasan, yaitu:

1) Terhadap emosi; pelupa, gugup, khawatir, susah tidur

2) Terhadap jantung dan pernafasan; jantung berdebar-debar, tangan dingin,

berkeringat, sakit kepala, sesak nafas dan sebagainya.

3) Terhadap otot-otot; tangan bergetar, punggung terasa pegal, tegang, kaku dan

sebagainya.

4) Terhadap lambung dan usus; perut terasa tidak enak, susah buang air besar dan

diare.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala yang muncul

dari kecemasan dapat bersifat fisik dan psikis. Yang termasuk gejala-gejala yang

bersifat fisik, adalah jari-jari tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat

dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, sesak nafas, sakit

kepala, sakit perut tanpa ada sebab fisik, menggigit kuku, berkeringat, berbicara

12

Page 17: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

tersendat-sendat, kikuk, tidak bisa diam, kebingungan. jantung berdebar-debar,

denyut nadi meningkat, napas pendek atau perasaan tercekik, kedinginan, rasa panas,

dada sakit, gemetar, pingsan, tidak stabil, pelupa, gugup, perut terasa tidak enak dan

susah buang air besar. Sedangkan yang termasuk gejala-gejala yang bersifat psikis,

adalah: ketakutan, merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian,

tidak tentram, ingin lari dari kenyataan.

d. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan

Pada dasarnya, setiap individu selalu berusaha untuk mengatasi

kecemasan dengan cara melakukan penyesuaian terhadap sebab-sebab timbulnya rasa

cemas. Reaksi kecemasan ini menggambarkan perasaan subjektif yang muncul dalam

bentuk ketegangan yang tidak menyenangkan.

Menurut Burnham (1997), sumber rasa cemas akan lebih mudah ditelusuri

dengan meneliti 3 penyebab dasar, yaitu:

1) Rasa percaya diri yang mungkin terancam oleh keraguan akan penampilan

lahiriah maupun kemampuan.

2) Kesejahteraan pribadi kita mungkin terancam oleh ketidakpastian akan masa

depan, keraguan dalam pengambilan keputusan dan keprihatinan akan materi.

3) Kesejahteraan kita mungkin terancam oleh berbagai konflik yang tidak

terpecahkan.

Grainger (1999), menjelaskan bahwa individu membuat keputusan

terhadap kecemasan yang dirasakannya berdasarkan dua kelompok faktor, yaitu :

faktor lingkungan, dimana kita menemukan diri kita sendiri. Hal ini terdiri dari

13

Page 18: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

tuntutan terhadap diri kita di rumah, di tempat kerja/ di sekolah dan dari kehidupan

pribadi. dan faktor individu, yaitu berkaitan dengan individu dan termasuk ciri

kepribadian (misalnya, apakah pada dasarnya anda adalah seorang pencemas), dan

sikap (misalnya, kepercayaan bahwa mengatakan “saya tidak tahu…..” adalah suatu

kelemahan). Faktor individu lain meliputi usia, tingkatan sosial. Pada umumnya,

semakin bertambah usia, maka semakin percaya diri, dan semakin merasa

kemampuan dalam menangani keadaan menjadi semakin baik.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab dari

kecemasan dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor lingkungan dan faktor individu.

Yang termasuk faktor lingkungan adalah tuntutan terhadap diri sendiri yang berasal

dari masyarakat, maupun sekolah. Sedangkan faktor individu adalah kehidupan

pribadi, ciri kepribadian, tingkat sosial dan usia individu.

2. Ujian

a. Pengertian Ujian

Menurut Shadily (2002), Ujian merupakan suatu pemeriksaan mengenai

pengetahuan, keahlian atau kecerdasan seseorang (siswa) untuk diperkenankan atau

tidak dalam mengikuti pendidikan tingkat tertentu. Sedangkan Sudjana (2005)

menyatakan bahwa ujian merupakan hasil belajar siswa yang merupakan akibat dari

suatu proses belajar siswa selama menjalani pendidikannya. Mahmud (1998)

menyatakan bahwa ujian merupakan suatu penilaian yang dilakukan sebagai tes hasil

dari suatu proses belajar mengajar.

14

Page 19: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

Sebagai suatu penilaian, berarti ujian merupakan suatu tindakan yang tepat

bila siswa ingin menyelesaikan proses belajarnya. Senada dengan itu, Mahmud

(1998) menjelaskan bahwa Penilaian merupakan bagian yang penting dari suatu

proses belajar mangajar, tidak ada proses belajar mengajar yang bebas dari penilaian.

Jadi penilaian itu tidak terelakkan kehadirannya, yang dinilai adalah siswa dengan

sarana tertentu seperti ujian.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ujian merupakan

suatu proses pemeriksaan mengenai pengetahuan, keahlian atau kecerdasan siswa

sebagai akibat dari suatu proses belajarnya selama menjalani pendidikan.

b. Macam-Macam Ujian

Menurut Slameto (2001), berdasarkan fungsinya, ujian dapat dibagi

menjadi lima yaitu:

1) Formatif, dilaksanakan pada akhir program dalam proses belajar mengajar untuk

melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan tujuan

untuk mengetahui sejauh mana guru telah berhasil menyampaikan bahan

pelajarannya kepada siswa, guna memperoleh umpan balik dari upaya pengajaran

yang telah dilakukan oleh guru. Dengan ujian formatif ini, diharapkan guru dapat

memperbaiki program pengejaran dan strategi pelaksanaannya.

2) Sumatif, dilaksanakan pada akhir program yaitu akhir catur wulan, akhir semester

atau akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para

siswa.

15

Page 20: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

3) Penempatan, bertujuan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan

bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan

sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan kata lain, ujian ini

berorientasi kepada kesiapan siswa dalam menghadapi program baru dan

kecocokan program dengan kemampuan siswa.

4) Diagnostik, dilakukan untuk menelusuri kelemahan-kelemahan khusus yang

dimiliki oleh siswa, sehingga kelemahan tersebut dapat diatasi.

5) Selektif, yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk

ke lembaga pendidikan tertentu atau pemilihan jurusan tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan

fungsinya, ada lima macam ujian yaitu formatif, sumatif, penempatan, diagnostik dan

selektif.

c. Manfaat Ujian

Menurut Mahmud (1998), sebagai tes hasil belajar, ujian digunakan untuk

maksud:

1) Meramalkan keberhasilan siswa dalam suatu mata pelajaran.

2) Mendiagnosis kesulitan-kesulitan yang dialami siswa.

3) Mengukur kemajuan siswa (tes formatif)

4) Mengukur hasil belajar siswa (tes sumatif)

Selain itu, Purwanto (1999) menambahkan bahwa manfaat dari ujian

sebagai evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran adalah:

16

Page 21: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

1) Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah

mengalami/ melakukan kegiatan belajar selama dalam jangka waktu tertentu.

2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam proses pengajaran bagi pendidik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat ujian adalah

untuk mengetahui kemajuan, perkembangan serta keberhasilan dari siswa maupun

guru dalam suatu proses belajar mengajar.

3. Kecemasan dalam Menghadapi Ujian

Dalam uraian sebelumnya telah disimpulkan bahwa kecemasan

merupakan manifestasi emosi yang bercampur baur dan dialami oleh individu sebagai

suatu reaksi terhadap ancaman, tekanan, kekhawatiran yang mempengaruhi fisik dan

psikis. Salah satu yang dapat menimbulkan ancaman, tekanan dan kekhawatiran pada

diri siswa adalah ujian, karena ujian merupakan suatu proses pemeriksaan mengenai

pengetahuan dan keahlian siswa sebagai akibat dari suatu proses belajarnya selama

menjalani pendidikan, sekaligus menjadi tolok ukur bagi keberhasilan siswa dalam

menempuh proses pendidikannya selama ini.

Seperti yang diungkapkan oleh Shadily (2002), bahwa ujian merupakan

suatu pemeriksaan mengenai pengetahuan, keahlian atau kecerdasan seseorang

(siswa) untuk diperkenankan atau tidak dalam mengikuti pendidikan tingkat tertentu.

Selanjutnya, Sudjana (2005) menyatakan bahwa ujian merupakan hasil belajar siswa

yang merupakan akibat dari suatu proses belajar siswa selama menjalani

17

Page 22: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

pendidikannya. Sedangkan Mahmud (1998) menyatakan bahwa ujian merupakan

suatu penilaian yang dilakukan sebagai hasil dari suatu proses belajar mengajar.

Menurut Soejanto (1996), beragam reaksi emosional yang diperlihatkan

siswa dalam menghadapi ujian antara lain adalah rasa cemas. Bagi sebagian dari

mereka mengangap ujian merupakan suatu hal yang sudah selayaknya dilakukan,

namun sebagian lagi menganggap suatu hal yang dirasakan sebagai paksaan.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

kecemasan dalam menghadapi ujian merupakan suatu manifestasi emosi yang

bercampur baur dan dialami oleh seorang individu sebagai reaksi dalam menghadapi

ujian yang dapat mempengaruhi fisik dan psikisnya.

B. Program Reguler dan Program Akselerasi

1. Program Reguler

a. Pengertian Program Reguler

Program Reguler adalah suatu program pendidikan nasional yang

penyelenggaraan pendidikannya bersifat massal yaitu berorientasi pada kualitas/

jumlah untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya siswa usia sekolah (Latifah, dalam

Hawadi, 2004). Sebagai pendidikan nasional, program reguler dirancang,

dilaksanakan dan dikembangkan untuk ikut berusaha mencapai tujuan nasional.

Seperti yang diungkapkan oleh Mudyahardjo (2002), bahwa program

reguler merupakan keseluruhan dari satuan-satuan pendidikan yang direncanakan,

dilaksanakan dan dikendalikan yang bertujuan untuk menunjang tercapainya tujuan

18

Page 23: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

nasional. Selain itu, didalam satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan

oleh masyarakat, pihak sekolah memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan sesuai

dengan ciri atau kekhususan masing-masing sekolah sepanjang tidak bertentangan

dengan Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa dan ideologi bangsa

dan negara. Hawadi (2004) menyatakan bahwa dalam program reguler, biaya yang

dihabiskan tidaklah sebesar biaya pada kelas akselerasi. Selain itu, siswa dalam

program reguler lebih heterogen maksudnya mempunyai potensi, bakat, IQ yang

berbeda-beda pula.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa program reguler adalah

program pendidikan nasional yang penyelenggaraan pendidikannya bersifat massal

dan lebih heterogen dalam hal potensi, bakat, IQ serta biaya yang dikeluarkan relatif

lebih murah.

b. Tujuan Program Reguler

Tujuan pendidikan dari program reguler ini, sama dengan tujuan

pendidikan nasional yang dibahas dalam Undang-Undang Republik Indonesia

nomor. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003).

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no.20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003), dijelaskan bahwa pengembangan

kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standart nasional pendidikan untuk

19

Page 24: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan kurikulum tersebut disusun

sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia dengan memperhatikan:

1) Peningkatan iman dan takwa

2) Peningkatan akhlak mulia

3) Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik

4) Keragaman potensi daerah dan lingkungan

5) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

6) Tuntutan dunia kerja

7) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

8) Agama

9) Dinamika perkembangan global dan

10) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

c. Karakteristik Program Reguler

Mudyahardjo (2002) menjelaskan bahwa ada beberapa karakteristik dalam

program reguler ini meliputi:

1) Masa pendidikan

Pendidikan berlangsung dalam waktu terbatas, yaitu masa anak dan remaja yang

meliputi SD selama 6 tahun, SMP dan SMA selama 3 tahun.

20

Page 25: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

2) Lingkungan pendidikan

Pendidikan dalam program reguler ini berlangsung dalam lingkungan pendidikan

yang diciptakan untuk menyelenggarakan pendidikan dan secara teknis

pendidikan ini berlangsung di kelas/ ruangan.

3) Bentuk kegiatan

Isi pendidikan berlangsung tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum.

Kegiatan pendidikan lebih berorientasi pada kegiatan guru sehingga guru

mempunyai peranan yang sentral. Kegiatan pendidikan terjadwal, tertentu waktu

dan tempatnya.

4) Bentuk pengajaran

Dalam program reguler ini, menggunakan bentuk penganjaran klasikal atau

group-oriented instruction yaitu menganggap semua siswa sama-sama

memperoleh pengajaran yang sama dan perbedaan yang ada diantara mereka

dianggap tidak penting.

5) Tujuan

Tujuan pendidikan program reguler ini ditentukan oleh pihak luar. Tujuan

pendidikannya terbatas pada pengembangan kemampuan dan minat tertentu,

dengan harapan untuk mempersiapkan siswa dimasa akan datang.

Namun dalam pelaksanaannya, program reguler ini banyak mengalami

hambatan sebab tidak terpenuhinya semua kebutuhan siswa dan tidak

terakomodasinya kebutuhan individu serta minat siswa. Selain itu, bentuk pengajaran

klasikal menjadikan siswa yang relatif mempunyai nalar yang cepat dibanding

21

Page 26: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

temannya tidak terlayani secara baik, sehingga potensi yang dimilikinya tidak dapat

berkembang secara optimal. Berdasarkan hal tersebut, pada tahun 1998/ 1999

pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk membuat program percepatan atau lebih

dikenal dengan program akselerasi.

2. Program Akselerasi

a. Pengertian Program Akselerasi

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen

Pendidikan Nasional menerbitkan Pedoman Penyelengggaraan Program Percepatan

Belajar tahun 2003 yang menjelaskan bahwa Program Percepatan (Akselerasi) adalah

pemberian pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat

istimewa yang dimiliki siswa, dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk

dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat

dibandingkan teman-temannya (Depdiknas, 2003).

Colangelo (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan bahwa istilah akselerasi

menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang

disampaikan (curriculum delivery). Sebagai model pelayanan, pengertian akselerasi

termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi pada usia muda, meloncat

kelas, dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas diatasnya. Menurut Felhusen,

Proctor dan Black (dalam Hawadi, 2004), akselerasi diberikan untuk memelihara

minat siswa terhadap sekolah, mendorong siswa agar mencapai prestasi akademis

22

Page 27: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

yang baik, dan untuk menyelesaikan pendidikan dalam tingkat yang lebih tinggi bagi

keuntungan dirinya maupun masyarakat.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa program akselerasi adalah

pemberian layanan pendidikan sesuai potensi siswa yang berbakat, dengan memberi

kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan program pendidikan dalam jangka

waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan teman-temannya

b. Standar Kualifikasi Program Akselerasi

Standar kualifikasi yang diharapkan dapat dihasilkan melalui program

akselerasi/ percepatan belajar adalah peserta didik yang memiliki kualifikasi

kemampuan, yaitu (Depdiknas, 2003):

1) Kualifikasi perilaku kognitif, yaitu daya tangkap cepat, mudah dan cepat

memecahkan masalah serta kritis

2) Kualifikasi perilaku kreatif, yaitu rasa ingin tahu, imajinatif, tertantang, berani

ambil resiko

3) Kualifikasi perilaku keterikatan terhadap tugas, seperti tekun, bertanggung jawab,

disiplin, kerja keras, keteguhan dan daya juang.

4) Kualifikasi perilaku kecerdasan emosi, seperti pemahaman diri sendiri,

pemahaman diri orang lain, pengendalian diri, kemandirian, penyesuaian diri,

harkat diri dan berbudi pekerti

5) Kualifikasi perilaku kecerdasan spiritual, yaitu pemahaman dari apa yang harus

dilakukan peserta didik untuk mencapai kebahagiaan diri dan orang lain.

23

Page 28: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

Menurut Southern (dalam Hawadi, 2004), ada beberapa panduan yang

perlu diperhatikan agar program akselerasi tercapai secara memadai, yaitu:

1) Melakukan evaluasi psikologis yang komprehensif untuk mengetahui

berfungsinya kemampuan intelektual dan kepribadian siswa, disamping tingkat

penguasaan akademiknya.

2) Membutuhkan IQ di atas 125 bagi siswa yang kurang menunjukkan prestasi

akademiknya.

3) Bebas dari problem emosional dan sosial, yang ditunjukkan dengan adanya

persistensi dan motivasi dalam derajat yang tinggi.

4) Memiliki fisik yang sehat.

5) Tidak ada tekanan dari orang tua, tetapi atas kemauan anak sendiri.

6) Guru memiliki sikap positif terhadap siswa akselerasi.

7) Guru memperhatikan kematangan sosial emosional siswa, yang dibuktikan dari

masukkan orang tua dan psikolog

8) Sebaiknya dilakukan pada awal tahun ajaran dan didukung pada pertengahan

tahun ajaran.

9) Ada masa percobaan selama enam minggu yang diikuti dengan pelayanan

konseling.

c. Tujuan Program Akselerasi

Menurut Nasichin (dalam Hawadi, 2004), penyelenggaraan program

akselerasi/ percepatan belajar secara umum bertujuan untuk:

24

Page 29: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

1) Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karekteristik khusus

dari aspek kognitif dan afektifnya.

2) Memenuhi hak azasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan

dirinya.

3) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik.

4) Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan

Sedangkan secara khusus, program percepatan belajar memiliki tujuan

untuk:

1) Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa

untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat.

2) Memacu kualitas/ mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual,

intelektual dan emosional secara berimbang.

3) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta didik.

d. Keuntungan Program Akselerasi

Southern dan Jones (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan ada beberapa

keuntungan dari dijalankannya program akselerasi bagi anak berbakat, yaitu:

1) Meningkatkan efisiensi, siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran

dan menguasai kurikulun pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan

lebih efisien.

2) Meningkatkan efektivitas, siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang

dipersiapkan dan menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya merupakan

siswa yang paling efektif.

25

Page 30: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

3) Penghargaan, siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya

memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.

4) Membuka siswa pada kelompok barunya, dengan adanya program akselerasi ini

siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki

kemampuan intelektual dan akademis yang sama.

5) Ekonomis, keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya

untuk mendidik guru khusus anak berbakat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, program akselerasi ini sangat

esensial dalam menyediakan kesempatan pendidikan yang tepat bagi siswa yang

cerdas. Proses yang terjadi akan memungkinkan siswa untuk memelihara semangat

dan gairah belajarnya. Program akselerasi membawa siswa pada tantangan yang

berkesinambungan yang akan menyiapkan mereka menghadapi pendidikan

selanjutnya dan produktivitas selaku orang dewasa. Melalui program akselerasi ini,

siswa diharapkan akan memasuki dunia profesional pada usia yang lebih muda dan

memperoleh kesempatan-kesempatan untuk bekerja produktif.

e. Kelemahan Program Akselerasi

Southern dan Jones (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan empat hal yang

berpotensi negatif dalam program akselerasi bagi anak berbakat, yaitu:

1) Segi akademik

a) Bahan ajar yang diberikan mungkin saja terlalu jauh bagi siswa sehingga ia

tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dan akhirnya menjadi

seorang siswa dalam katagori sedang-sedang saja, bahkan gagal.

26

Page 31: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

b) Prestasi yang ditampilkan siswa pada waktu proses identifikasi bisa jadi

merupakan fenomena sesaat saja.

c) Siswa akselerasi kurang matang secara sosial, fisik dan juga emosional untuk

berada dalam tingkat kelas yang tinggi meskipun memenuhi kualifikasi secara

akademis.

d) Siswa akselerasi terikat pada keputusan karir lebih dini, yang bisa jadi karir

tersebut tidak sesuai bagi dirinya.

e) Siswa akselerasi mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa

adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya.

f) Pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami oleh siswa

akselerasi karena tidak merupakan bagian dari kurikulum sekolah.

2) Segi penyesuaian sosial

a) Siswa akselerasi didorong untuk berprestasi baik secara akademis. Hal ini

akan mengurangi waktunya untuk melakukan aktivitas yang lain.

b) Siswa akselerasi akan kehilangan aktivitas dalam masa-masa hubungan sosial

yang penting pada usianya.

c) Kemungkinan siswa akselerasi akan ditolak oleh kakak kelasnya, sedangkan

untuk teman sebayanya kesempatan untuk bermain pun sedikit sekali.

d) Siswa sekelas yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan perhatian dan

respek pada teman sekelasnya yang lebih muda usianya. Hal ini menyebabkan

siswa akan kehilangan kesempatan dalam keterampilan kepemimpinan yang

dibutuhkannya dalam pengembangan karir dan sosialnya dimasa depan.

27

Page 32: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

3) Aktivitas ekstrakurikuler

a) Aktivitas ekstrakurikuler berkaitan dengan usia sehingga siswa akselerasi

akan memiliki kesempatan yang kurang untuk berpartisipasi dalam aktivitas-

aktivitas yang penting di luar kurikulum yang normal. Hal ini juga akan

menurunkan jumlah waktu untuk memperkenalkan masalah karir pada

mereka.

b) Partisipasi dalam berbagai kegiatan atletik penting untuk setiap siswa.

Kegiatan dalam program akselerasi mustahil dapat menyaingi mereka yang

mengikuti program sekolah secara normal dalam hal lebih kuat dan lebih

terampil.

4) Penyesuaian emosional

a) Siswa akselerasi mungkin saja akan merasa frustrasi dengan adanya tekanan

dan tuntutan yang ada. Pada akhirnya, mereka akan merasa sangat lelah sekali

sehingga menurunkan tingkat apresiasinya dan bisa menjadi siswa

underachiever atau drop out.

b) Siswa akselerasi akan mudah frustrasi dengan adanya tekanan dan tuntutan

berprestasi. Siswa yang mengalami sedikit kesempatan untuk membentuk

persahabatan pada masanya akan menjadi terasing atau agresif terhadap orang

lain.

c) Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran kehilangan

kesempatan untuk mengembangkan hobi.

28

Page 33: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

C. Perbedaan Kecemasan dalam Menghadapi Ujian antara Siswa Program

Reguler dengan Siswa Program Akselerasi

Dalam uraian sebelumnya telah disimpulkan bahwa kecemasan dalam

menghadapi ujian merupakan suatu manifestasi emosi yang bercampur baur dan

dialami oleh individu sebagai reaksi dalam menghadapi ujian yang dapat

mempengaruhi fisik dan psikisnya. Menurut Albin (2001), rasa cemas yang muncul

biasanya ditandai dengan munculnya gejala fisik maupun psikis, misalnya: rasa takut,

khawatir terhadap kemampuan diri dalam menjawab soal ujian.

Bagi sebagian dari siswa, ujian dianggap sebagai suatu hal yang sudah

selayaknya dilakukan, namun sebagian lagi menganggap ujian sebagai suatu hal yang

dirasakan sebagai paksaan dan dianggap sebagai situasi yang mengancam, karena

ujian merupakan suatu proses pemeriksaan mengenai pengetahuan dan keahlian siswa

sebagai akibat dari suatu proses belajarnya selama menjalani pendidikan, sekaligus

menjadi tolok ukur bagi keberhasilan siswa dalam menempuh proses pendidikannya

selama ini. Seperti yang dinyatakan oleh Shadily (2002) bahwa ujian merupakan

suatu pemeriksaan mengenai pengetahuan, keahlian atau kecerdasan seseorang

(siswa) untuk diperkenankan atau tidak dalam mengikuti pendidikan tingkat tertentu.

Selanjutnya Sudjana (2005) menyatakan bahwa ujian merupakan hasil belajar siswa

yang merupakan akibat dari suatu proses belajar siswa selama menjalani

pendidikannya. Sedangkan Mahmud (1998) menyatakan bahwa ujian merupakan

suatu penilaian yang dilakukan sebagai hasil dari suatu proses belajar mengajar.

29

Page 34: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

Menurut Soejanto (1996), beragam reaksi emosional yang diperlihatkan

siswa dalam menghadapi ujian antara lain adalah rasa cemas. Haditono (2002)

menjelaskan bahwa kecemasan yang dirasakan siswa dalam menghadapi ujian

merupakan suatu reaksi emosi yang berhubungan dengan situasi yang dianggap

mengancam.

Bagi siswa program reguler, kecemasan tersebut bisa saja terjadi karena

adanya kekhawatiran, jikalau mereka tidak dapat menjawab soal-soal ujian dengan

baik, sehingga ada kemungkinan akan gagal dalam ujian. Kegagalan dalam ujian

dapat mengakibatkan siswa harus mengulang lagi di kelas tersebut, sehingga ia tidak

dapat mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Sedangkan bagi siswa

program akselerasi, yang dianggap sebagai anak yang berbakat, selain dituntut agar

dapat menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat dari program reguler, siswa

program akselerasi ini juga dianggap sebagai siswa yang paling hebat dan paling

pandai dibanding siswa program reguler lainnya. Sebutan dan harapan yang tinggi

dari lingkungan itu menjadikan siswa program akselerasi mengalami tekanan.

Dengan masuknya seseorang sebagai siswa program akselerasi, sebutan

maupun harapan yang diberikan oleh masyarakat semakin tinggi kepada mereka.

Menurut Fawzia (dalam Hawadi, 2004), siswa akselerasi dinominasikan oleh guru,

teman-teman dan orang tua, sebagai anak yang paling hebat dan paling pandai

dibandingkan siswa reguler lainnya. Sebutan tersebut membuat siswa akselerasi

mengalami tekanan. Hal ini didukung oleh pendapat Moeslow (dalam Hawadi, 2004)

30

Page 35: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

yang berpendapat bahwa siswa akselerasi termasuk anak yang berbakat dan

merupakan anak-anak yang banyak mengalami tekanan dari lingkungannya.

Tekanan dari lingkungan tersebut dikarenakan adanya harapan yang tinggi

dari orang tua agar menjadi anak yang sukses atau desakan masyarakat agar menjadi

individu yang bermanfaat di masyarakat, serta anggapan guru dan teman-teman agar

dapat berhasil dalam menentukan pilihan karier di kemudian hari (Alim, dalam

Hawadi, 2004). Tekanan yang mereka rasakan tersebut dapat mengakibatkan

terjadinya kecemasan.

Seperti yang diungkapkan oleh Atkinson (1999) bahwa ancaman harga

diri dan tekanan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan juga dapat

menimbulkan kecemasan dalam menghadapi ujian. Sedangkan menurut Moeslow

(dalam Hawadi, 2004) bahwa rasa cemas akan gagal berprestasi merupakan ciri khas

anak berbakat dan siswa akselerasi termasuk anak berbakat yang banyak mengalami

tekanan dari lingkungannya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi ujian,

siswa program reguler mengalami kecemasan yang kebanyakan disebabkan oleh

faktor dari dalam dirinya karena kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan bagi siswa

program akselerasi yang digolongkan kepada anak yang berbakat, juga mempunyai

rasa cemas gagal mempertahankan prestasinya dikarenakan faktor tuntutan dari luar

dirinya agar ia menjadi seorang yang sukses, sehingga beban yang harus dipikulnya

akan lebih berat sebab tekanan yang ia rasakan tersebut.

31

Page 36: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

Diasumsikan bahwa siswa program akselerasi memiliki kecemasan yang

lebih tinggi dibandingkan siswa program reguler dalam menghadapi ujian.

32

Page 37: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Udik, 2005, Manajemen Perasaan-Kiat Sukses Mengendalikan Perasaan, Bandung, Media Qalbu.

Agustian, Ary, Ginanjar, 2006, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi

dan Spiritual-ESQ: Emotional Spiritual Quotient berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta, Arga Wijaya Persada.

Albin, Rochelle, Semmel, 2003, Emosi (Bagaimana Mengenal, Menerima dan

Mengarahkannya), Yogyakarta, Kanisius. Atkinson, Rita L, 1999, Pengantar Psikologi-jilid II, Jakarta, Erlangga. Buletin Pusat Perbukuan dengan Buku Jelajahi Dunia-vol 10, 2004, Program

Akselerasi-Bagaimana Pelaksanaannya di Lapangan?, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional.

Burnham, Sue, 1997, Emosi dalam Kehidupan, Jakarta, Gunung Mulia. Chaplin, J.P, 2001, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada. Chittick, C. William, 2001, Ajaran-Ajaran Spiritual Jalaluddin Rumi,

Yogyakarta, Qalam. Corey, Gerald, 2005, Teori dan Praktek-Konseling & Psikoterapi, Bandung,

PT.Refika Aditama. Darajat, Zakiah, 1998, Kesehatan Mental Jiwa, Jakarta, CV.Haji Masagung. Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Pedoman Penyelenggaraan Program

Percepatan Belajar (SD, SMP, dan SMA), Jakarta, Direktorat PLB Ditjen Dikdasmen.

_______ , 2003, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD,

SMP, dan SMA-Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa, Jakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

33

Page 38: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

_______ , 2003, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Froggatt, Wayne, 2003, Free from Stress-Panduan untuk Mengatasi Kecemasan,

Jakarta, PT. Bhuana Ilmu Populer. Gerbang Majalah Pendidikan-edisi 4 thn IV, Oktober 2004, Pedoman

Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP dan SMA (Satu Model Pelayanan Pendidikan bagi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa), Yogyakarta, PT.Cahaya Timur Offset.

Gerbang Majalah Pendidikan-edisi 6 thn IV, Desember 2004, Membangun Bangsa

Berkualitas Melalui Akselerasi Pendidikan,Yogyakarta, PT.Cahaya Timur Offset.

Grainger, Caron, 1999, Mengatasi Stress Bagi Para Dokter, Jakarta, Hipokrates. Haditono, Siti ,Rahayu 2002, Psikologi Perkembangan-Pengantar dalam berbagai

bagiannya, Yogyakarta, Gajah Mada University Press. Hawadi, 1998, Identifikasi Anak Berbakat Intelektual menurut Konsep Renzulli

berdasarkan Nominasi oleh Guru, Teman Sebaya dan Diri Sendiri, Disertasi, Jakarta, Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Hawadi-Reni Akbar, 2004, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan

Belajar dan Anak Berbakat Intelektual, Jakarta, PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mahmud, M. Diniyati, 1998, Psikologi Pendidikan-Suatu Pendekatan Terapan,

Yogyakarta, BPFE. Malau, Risda, 2004, Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasan

Komunikasi Interpersonal pada Remaja di SMA Advent-1 Medan, Skripsi, Medan, Fakultas Psikologi Universitas Medan Area.

Mudyahardjo, Redja, 2002, Pengantar Pendidikan-Sebuah Studi Awal tentang

Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, PT. Raja grafindo Persada, Jakarta.

Nuly, 2002, Fisiologi Manusia II (Sistem Persarafan), Medan, Fakultas Psikologi,

Universitas Medan Area.

34

Page 39: PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3650/1/10E00545.pdf · perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa

35

Purwanto, Ngalim, 1999, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung, PT.Remaja Rosdakarya.

Shadily, Hassan, 2002, Ensiklopedi Indonesia-edisi khusus, Jakarta, PT. Ichtiar

Baru Van Hoeve. Soejanto, Agus, 1996, Bimbingan Kearah Belajar yang Sukses, Surabaya, Aksara

Baru. Soemanto, Wasty 2003, Psikologi Pendidikan-Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta. Somatri, T.Sutjihati , 2005, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung, Refika Aditama. Slameto, 2001, Evaluasi Pendidikan-edisi III, Jakarta, PT.Bumi Aksara. Sudjana, Nana, 2005, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung,

PT.Remaja Rosdakarya. Sukidi, 2004, Rahasia Sukses Hidup Bahagia-Kecerdasan Spiritual-Mengapa SQ

Lebih Penting Daripada IQ dan EQ, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama. Sundari, Siti, 2005, Kesehatan Mental dalam Kehidupan, Jakarta, Rineka Cipta.